Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Keanekaragaman Hayati (Kehati)

Pengertian atau definisi keanekaragaman hayati menurut Medrizam dkk, (2004) dalam Abidin et
al., (2020), Keanekaragaman hayati adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keanekaan bentuk kehidupan di bumi, interaksi di antara berbagai makhluk hidup serta antara
mereka dengan lingkungannya.

Menurut Widjaja et al., (2014), Keanekaragaman hayati dapat diterjemahkan sebagai semua
makhluk yang hidup di bumi, termasuk semua jenis tumbuhan, binatang, dan mikroba.

Jenis-jenis keanekaragaman hayati saling berhubungan dan membutuhkan satu dengan yang
lainnya untuk tumbuh dan berkembang sehingga membentuk suatu sistem kehidupan.

Sementara itu penjelasan di jurnal Buana Sains, biodiversity diartikan sebagai segala sesuatu
yang mencakup seluruh bentuk kehidupan mulai dari gen, spesies, mikroorganisme, ekosistem
dan proses ekologi.

Tingkatan Keanekaragaman Hayati

Kehati (biodiversity) terbagi menjadi berbagai tingkatan. Tingkatan kehati mulai dari spesies dan
jenis hingga tingkatan yang lebih tinggi.

1. Kehati Tingkat Gen

Keanekaragaman genetik merupakan keanekaragaman yang terjadi pada tingkat populasi yang
sama. Hal ini disebabkan adanya susunan gen yang berbeda-beda tiap individu dalam satu
spesies. Keseluruhan materi genetik dalam suatu populasi disebut dengan gene pool atau
plasma nutfah. Keanekaragaman genetik ini juga disebut variasi.

Pada tingkat keanekaragaman genetik ini, mempengaruhi bentuk fenotip yang dapat dilihat
secara langsung dan secara fisiologis.

Semakin beragam keanekaragaman genetik suatu populasi maka menunjukkan semakin besar
kemampuan populasi tersebut beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. Indonesia yang
memiliki keanekaragaman lingkungan yang berbeda-beda menyebabkan timbulnya variasi
genetik tersebut.

Kehati tingkatan ini disebabkan variasi gen atau struktur gen dalam suatu spesies makhluk
hidup. Selain itu, keanekaragaman genetik terjadi karena dua faktor, yaitu adaptasi makhluk
hidup terhadap lingkungannya dan perkawinan.

Gen merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang dapat dijumpai di dalam kromosom.
Setiap susunan gen akan memberi penampakan, secara anatomi maupun fisiologi, pada setiap
organisme. Apabila susunannya berbeda, maka penampakannya pun akan berbeda pada satu
sifat atau bahkan secara keseluruhan.

Karakteristik keanekaragaman pada tingkat genetika cukup mudah dikenali dengan ciri-ciri yang
memiliki variasi, nama ilmiah yang sama, serta perbedaan morfologi yang tidak terlalu mencolok.

Biasanya, keanekaragaman hayati tingkat gen disebut sebagai varietas.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada tumbuhan diantaranya yaitu:

 Padi (Oryza sativa) dengan varietas padi rojolele, padi ciherang, padi ciliwung, dan lain-
lain.
 Mangga (Mangifera indica) dengan varietas mangga arumanis, mangga manalagi, mangga
golek, dan lain-lain.
 Durian (Durio zibethinus) dengan varietas durian petruk, durian bawor, durian monthong,
dan lain-lain.
Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada hewan yaitu sebagai berikut:
 Anjing (Canis familiaris) dengan ras anjing golden retriever, anjing bulldog, anjing german
shepherd, dan lain-lain.
 Kucing (Felis catus) dengan ras kucing anggora, kucing persia, kucing sphinx, dan lain-lain
 Sapi (Bos taurus) dengan ras sapi bali, sapi madura, sapi fries holland, dan lain-lain.
Dalam keanekaragaman hayati tingkat gen, peningkatan dapat terjadi lewat persilangan alias
hibridisasi antar organisme atau spesies dengan sifat berbeda serta pembudidayaan hewan dan
tumbuhan liar oleh manusia alias domestikasi.

2. Kehati Tingkat Spesies Keanekaragaman jenis di Indonesia sangat tinggi, keanekaragaman ini
terbagi menjadi tiga parameter yaitu species richness (kekayaan jenis), diversity
(keanekaragaman jenis) dan evenness (kemerataan jenis). Di Indonesia, tingkat species richness,
diversity dan evenness sangat tinggi. Keanekaragaman spesies tersebut antara lain terdapat
8.500 spesies ikan, 1.533 spesies burung, 35 jenis primata, 600 jenis reptil dan 270 jenis amfibi
dan 38.000 jenis tumbuhan. Selain itu Indonesia memiliki keanekaragaman terbesar untuk jenis
kupu-kupu, burung nurinurian, palem-paleman serta tumbuh-tumbuhan dan hewan hewan
endemik. Pada tahun 2007 sebanyak 127 jenis mamalia, 382 jenis burung, 31 jenis reptilia, 9
jenis ikan, 20 jenis serangga, 2 jenis crustacea, 1 jenis anthozoa dan 12 jenis bivalvia telah
ditetapkan Departemen Kehutanan sebagai flora dan fauna yang dilindungi. Keanekaragaman
tingkat spesies dapat ditemukan pada komunitas atau kelompok berbagai spesies makhluk
hidup dalam genus atau famili yang sama di suatu tempat. Biasanya, semakin jauh dari
kehidupan manusia, keanekaragaman tingkat spesies juga semakin tinggi. A. Contoh Kehati
Tingkat Spesies pada Tumbuhan (Flora) Tingkat genus: Genus Citrus misalnya pada jeruk bali
(Citrus maxima), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), dan jeruk manis (Citrus nobilis). Selain itu,
Genus Musa pada pisang buah (Musa paradisiaca) dan pisang serat (Musa textilis). Tingkat
famili: Famili Poaceae pada padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), dan alang-alang (Imperata
cylindrica), dan Famili Zingiberaceae pada kunyit (Curcuma domestica) dan jahe (Zingiber
officinalis). B. Contoh Kehati Tingkat Spesies pada Hewan (Fauna) Tingkat genus: Genus Felis
dan Genus Bos. Genus Felis, diantaranya kucing leopard (Felis bengalensis), kucing rumahan
(Felis silvestris), dan kucing hutan (Felis chaus) dan Genus Bos pada sapi berpunuk (Bos indicus),
sapi potong dan perah di Eropa (Bos Taurus), dan sapi asli Indonesia (Bos sondaicus). Tingkat
famili: Famili Bovidae pada sapi (Bos) dan kerbau (Bubalus) dan Famili Canidae: Serigala (Canis)
dan rubah (Lycalopex). 3. Kehati Tingkat Ekosistem Indonesia juga memiliki keanekaragaman
ekosistem yang tinggi, diperkirakan Indonesia juga memiliki 90 tipe ekosisten di daratan
maupun perairan. Terlebih lagi terdapat 15 formasi hutan alam yang tersebar dari ujung barat di
Sabang sampai ujung Timur di Merauke. Setiap ekosistem memiliki karakteristik yang unik dan
berbeda antara ekosistem satu dengan ekosistem lainnya. Keanekaragaman ekosistem memiliki
kaitan dengan kekayaan tipe habitat. Keanekaragaman ekosistem tidak hanya terjadi dari satu
pulau ke pulau lainnya, tetapi juga dari satu tempat ke tempat lainnya dalam satu pulau.
Contohnya adalah Pulau Jawa yang memiliki berbagai jenis ekosistem mulai dari ekosistem
lautan pasir, mangrove, padang rumput (sabana), danau, hutan dataran rendah dan lain-lain.
Keanekaragaman ini terjadi akibat perbedaan letak geografis yang menyebabkan perbedaan
iklim dan berpengaruh pada perbedaan suhu, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan
lamanya penyinaran matahari. Dengan banyak perbedaan tersebut, flora dan fauna yang
menempati suatu daerah akan bervariasi juga. Contoh keanekaragaman hayati tingkat
ekosistem diantaranya yaitu: Ekosistem lumut yang terletak di wilayah sekitar puncak gunung
atau di daerah dingin sekitar kutub dan didominasi oleh tumbuhan lumut. Hewan yang dapat
dijumpai di dalamnya ialah hewan-hewan berbulu tebal seperti beruang kutub. Ekosistem hutan
konifer yang didominasi oleh tumbuhan yang berdaun seperti jarum, misalnya pinus atau
cemara yang di dalamnya, terdapat hewan juga salah satunya beruang. Ekosistem hutan hujan
tropis yang ditumbuhi beragam pohon, liana, dan epifit. Hewan yang hidup di dalamnya
misalnya kera. Ekosistem padang rumput yang terdapat di wilayah kering di ketinggian sekitar
4000 MDPL dan didominasi oleh rumput-rumputan. Pada ekosistem ini, hidup mamalia besar,
karnivora, dan herbivora. Ekosistem gurun yang memiliki perbedaan suhu mencolok antara
siang dan malam, angin kencang, iklim panas, dan hujan yang sangat sedikit serta didominasi
oleh kelompok tumbuhan xerofit seperti kaktus. Hewan yang dapat dijumpai di dalamnya
adalah reptil dan mamalia kecil. Ekosistem pantai yang didominasi oleh formasi pes-caprae dan
barringtonia berbentuk perdu atau pohon. Di dalamnya, terdapat serangga, burung pantai, dan
lain-lain. Baca juga: Apa itu Green Marketing? Pengertian, Tujuan, Komponen dan Manfaat
Green Branding Klasifikasi Keanekaragaman Hayati Sistem klasifikasi terdiri dari tiga jenis yaitu
buatan, alami, dan filogenetik. Berikut penjelasan lengkapnya diantaranya yaitu: 1. Klasifikasi
Sistem Buatan Klasifikasi keranekaragaman hayati sistem buatan adalah sistem klasifikasi yang
menggunakan satu atau dua ciri dari makhluk hidup tersebut. Sistem ini umumnya tersusun
berdasarkan ciri atau sifat sesuai keinginan manusia atau sifat lain. Contohnya yaitu Aristoteles
yang membagi makhluk hidup dalam dua kelompok berdasarkan klorofil dan kemampuan
berpindah. 2. Klasifikasi Sistem Alami Sistem ini dibuat berdasarkan persamaan dan perbedaan
morfologi. Contoh klasifikasi sistem alami yaitu: Hewan berkaki, bersayap, dan bersirip, terbagi
berdasarkan cara gerak. Hewan berbulu, berambut, dan bercangkang, terbagi berdasarkan
penutup tubuhnya. Biji berkeping dua dan berkeping satu, terbagi berdasarkan tumbuhan yang
memiliki biji. 3. Klasifikasi Sistem Filogenetik Klasifikasi keanekaragaman hayati ini berdasarkan
pada jauh dekatnya kekerabatan antara takson yang satu dengan lainnya. Dengan kata lain,
sistem ini disusun berdasarkan pada persamaan fenotipe atau sifat yang bisa diamati. Sistem
filogenetik ini pernah dilakukan oleh ekolog bernama, R. H. Whittaker. Sistem klasifikasi ini
membagi makhluk hidup dalam lima kingdom (kerajaan) yaitu: Kingdom Monera: Kingdom ini
memiliki anggota dari organisme prokariotik atau organisme yang tidak memiliki membran inti
antara lain bakteri dan Cyanophyta. Kingdom Protista: Protista terdiri dari organisme tingkat
rendah bersel satu misalnya saja organisme eukariotik seperti jamur, protozoa, dan alga.
Kingdom Fungi: Kingdom fungi merupakan kelompok makhluk hidup eukariotik yang mirip
dengan tumbuhan. Beberapa anggota kingdom ini yaitu Zygomycotina, Ascomycotina,
Basidiomycotina, dan Deuteromycotina. Pengelompokan tersebut berdasarkan pada struktur
hifa dan spora yang dihasilkan. Kingdom Plantae: Kingdom ini beranggotakan tumbuhan
multiseluler dan berklorofil. Kelompok plantae ini dikenal juga sebagai organisme autotrof atau
yang bisa menghasilkan makanan sendiri. Kingdom Animalia: Kingdom ini dikenal juga dengan
dunia hewan. Anggota kingdom ini yaitu makhluk eukariotik dan multiseluler. Animalia tidak
memiliki klorofil sehingga disebut sebagai makhluk hidup heterotrof. Manfaat Keanekaragaman
Hayati (Kehati) Biodiversitas atau keanekaragaman hayati memiliki manfaat yang krusial bagi
keberlangsungan hidup seluruh makhluk. Keragaman hewan dan tumbuhan serta organisme di
bumi memenuhi segala macam kebutuhan yang diperlukan oleh kita sebagai manusia.
Kebutuhan yang dipenuhi oleh ketiganya tak hanya mencakup kebutuhan primer, tetapi juga
kebutuhan sekunder. Manfaat keanekaragaman hayati diantaranya yaitu: A. Manfaat Kehati di
Bidang Ekonomi Flora dan fauna dapat memiliki nilai ekonomi. Seperti yang kita ketahui,
beberapa tumbuhan berkayu seperti jati biasanya digunakan untuk bahan bangunan dan
furniture. Bahkan, sebagian flora dan fauna hasil hutan menjadi komoditi ekspor yang akan
menambah devisa negara. Beberapa tumbuhan juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber
makanan dan bahan pembuatan obat. Hewan seperti ikan, unggas, dan ruminansia (sapi,
kambing, dan sejenisnya) bisa dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Berbagai industri
makanan atau industri lain membutuhkan flora dan fauna sebagai bahan baku produksi. Dengan
demikian, semakin beragaman flora dan fauna yang dimiliki, semakin tinggi pendapatan yang
akan diperoleh. 2. Manfaat Kehati di Bidang Ekologi Keberadaan berbagai jenis hutan yang
merupakan bagian dari biodiversity memiliki nilai ekologis yang berperan dalam kelestarian
bumi. Hutan menghasilkan oksigen dan menyerap emisi karbon dioksida sehingga udara
menjadi lebih segar dan bersih. Kemampuan tersebut jugalah yang bisa mencegah terjadinya
efek rumah kaca. Sehingga kestabilan iklim global tetap terjaga. Terlebih lagi, pohon dan
organisme lain di hutan juga mampu menyerap polusi yang mencemari udara, tanah dan air. 3.
Manfaat Kehati di Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Keanekaragaman hayati
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak
kajian ilmiah mengenai flora dan fauna yang ada di bumi. Semakin banyak jumlah flora dan
fauna maka semakin berkembang juga ilmu pengetahuan. Misalnya saja, saat ini masih banyak
penelitian tentang potensi berbagai tumbuhan untuk obat herbal dan jamu. Atau penelitian
tentang persilangan tanaman untuk menghasilkan varietas baru yang lebih unggul. 4. Manfaat
Kehati di Bidang Sosial dan Budaya Ragam flora dan fauna yang ada di Indonesia juga
berpengaruh terhadap sosial budaya masyarakat. Ada beberapa agama di Indonesia yang
menggunakan hewan atau tumbuhan tertentu dalam upacara keagamaan atau adat.
Tulisan ini diambil dari sumber: https://lindungihutan.com/blog/keanekaragaman-hayati/
Copyright LindungiHutan.com
Dukung hutan Indonesia hijau kembali dengan menanam pohon mulai 10 ribu/pohon melalui
lindungihutan.com/mulai

Anda mungkin juga menyukai