Anda di halaman 1dari 13

KEANEKARAGAMAN HAYATI,

KERAGAMAN BUDAYA, KEARIFAN


LOKAL DAN UPAYA PELESTARIANNYA

LAILATUS SA’ADAH
42421063
PENGERTIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Pada dasarnya keanekaragaman melukiskan keadaan yang bermacam-macam


terhadap suatu benda yang terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal, ukuran,
bentuk, tekstur maupun jumlah.

Sedangkan kata hayati itu sendiri berarti sesuatu yang hidup, jadi Keanekaragaman
Hayati dapat di artikan sebagai keanekaragaman atau keberagaman mahluk hidup
yang bisa terjadi akibat adanya Perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan bentuk,
ukuran, warna, jumlah tekstur, penampilan dan juga sifat-sifatnya.

Indonesia dengan keanekaragaman baik itu flora maupun faunanya,


Keanekaragaman Hayati atau sering dikenal juga sebagai biodiversitas.
Biodiversitas adalah suatu tingkat yang ada di dalam bumi dan hal ini menjadi
patokan atau ukuran dalam penentu kesehatan bumi.

Keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan suatu ekosistem darat memiliki


jumlah yang lebih tinggi daripada biodiversitas lingkungan di kutub. Hal ini
disebabkan oleh iklim atau cuaca karena biodiversitas merupakan fungsi dari iklim.

TINGKAT KEANEKARAGAMAN HAYATI

1. TINGKAT GEN

Keanekaragaman tingkatan ini disebabkan variasi gen atau struktur gen dalam
suatu spesies makhluk hidup. Gen sendiri merupakan faktor pembawa sifat
keturunan yang dapat dijumpai di dalam kromosom. Setiap susunan gen akan
memberi penampakan, baik anatomi ataupun fisiologi, pada setiap organisme. Bila
susunannya berbeda, maka penampakannya pun akan berbeda pada satu sifat atau
bahkan secara keseluruhan.

Keanekaragaman ini cukup mudah dikenali dengan ciri-ciri yang memiliki variasi,
nama ilmiah yang sama, serta perbedaan morfologi yang tidak terlalu mencolok.
Biasanya, keanekaragaman hayati tingkat gen disebut sebagai varietas.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada tumbuhan:


 Padi (Oryza sativa) dengan varietas Padi rojolele, padi ciherang, padi
ciliwung, dan lain-lain
 Mangga (Mangifera indica) dengan Varietas Mangga arumanis, mangga
manalagi, mangga golek, dan lain-lain
 Durian (Durio zibethinus) dengan Varietas Durian petruk, durian bawor,
durian monthong, dan lain-lain.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada hewan:

 Anjing (Canis familiaris) dengan ras anjing golden retrieve, anjing bulldog,
anjing german shepherd, dan lain-lain
 Kucing (Felis catus) dengan ras kucing anggora, kucing persia, kucing
sphinx, dan lain-lain
 Sapi (Bos taurus) dengan ras sapi bali, sapi madura, sapi fries holland, dan
lain-lain.

Dalam keanekaragaman hayati tingkat gen, peningkatan dapat terjadi lewat


persilangan alias hibridisasi antarorganisme atau spesies dengan sifat berbeda serta
pembudidayaan hewan dan tumbuhan liar oleh manusia alias domestikasi.

2. TINGKAT SPESIES

Keanekaragaman satu ini dapat ditemukan pada komunitas atau kelompok


berbagai spesies makhluk hidup dalam genus atau famili yang sama di suatu
tempat. Biasanya, semakin jauh dari kehidupan manusia, keanekaragaman tingkat
spesies pun semakin tinggi. Misalnya, di hutan.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada tumbuhan:

 Tingkat genus: Genus Citrus misalnya pada Jeruk bali (Citrus maxima),
jeruk nipis (Citrus aurantifolia), dan jeruk manis (Citrus nobilis). Juga Genus
Musa pada Pisang buah (Musa paradisiaca) dan pisang serat (Musa textilis).
 Tingkat family dibagi menjadi Famili Poaceae pada padi (Oryza sativa),
jagung (Zea mays), dan alang-alang (Imperata cylindrical), dan Famili
Zingiberaceae pada kunyit (Curcuma domestica) dan jahe (Zingiber
officinalis).

Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada hewan:


 Tingkat genus dibagi menjadi Genus Felis dan Genus Bos. Genus Felis,
diantaranya kucing leopard (Felis bengalensis), kucing rumahan (Felis
silvestris), dan kucing hutan (Felis chaus) dan Genus Bos pada sapi
berpunuk (Bos indicus), sapi potong dan perah di Eropa (Bos Taurus), dan
sapi asli Indonesia (Bos sondaicus).
 Tingkat family, dibagi menjadi Famili Bovidae pada sapi (Bos) dan kerbau
(Bubalus) dan Famili Canidae: Serigala (Canis) dan rubah (Lycalopex).

3. TINGKAT EKOSISTEM

Keanekaragaman ini terjadi akibat perbedaan letak geografis yang menyebabkan


perbedaan iklim dan berpengaruh pada perbedaan suhu, curah hujan, intensitas
cahaya matahari, dan lamanya penyinaran matahari. Dengan sekian banyak
perbedaan tersebut, flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan bervariasi
pula.

Contoh keanekaragaman hayati tingkat ekosistem:

 Ekosistem lumut yang terletak di wilayah sekitar puncak gunung atau di


daerah dingin sekitar kutub dan didominasi oleh tumbuhan lumut. Hewan
yang dapat dijumpai di dalamnya ialah hewan-hewan berbulu tebal seperti
beruang kutub.
 Ekosistem hutan konifer yang didominasi oleh tumbuhan yang berdaun
seperti jarum, misalnya pinus atau cemara yang di dalamnya, terdapat hewan
juga salah satunya beruang.
 Ekosistem hutan hujan tropis yang ditumbuhi beragam pohon, liana, dan
epifit. Hewan yang hidup di dalamnya misalnya kera.
 Ekosistem padang rumput yang terdapat di wilayah kering di ketinggian
sekitar 4000 MDPL dan didominasi oleh rumput-rumputan. Pada ekosistem
ini, hidup mamalia besar, karnivora, dan herbivora.
 Ekosistem gurun yang memiliki perbedaan suhu mencolok antara siang dan
malam, angin kencang, iklim panas, dan hujan yang sangat sedikit serta
didominasi oleh kelompok tumbuhan xerofit seperti kaktus. Hewan yang
dapat dijumpai di dalamnya adalah reptil dan mamalia kecil.
 Ekosistem pantai yang didominasi oleh formasi pes-caprae dan barringtonia
berbentuk perdu atau pohon. Di dalamnya, terdapat serangga, burung pantai,
dan lain-lain.

KLASIFIKASI KEANEKARAGAMAN HAYATI

1. Klasifikasi Sistem Alami

Sama dengan namanya, maka klasifikasi keanekaragaman hayati sistem alami


dibuat atau diciptakan berdasarkan persamaan dan perbedaan morfologi dari suatu
makhluk hidup. Misalnya, klasifikasi hewan berdasarkan cara gera (hewan
bersayap, hewan bersirip, dan hewan berkaki), klasifikasi tumbuhan berdasarkan
biji berkeping (biji berkeping satu dan biji berkeping dua).

2. Klasifikasi Sistem Buatan

Klasifikasi keanekaragaman hayati sistem buatan adalah i keanekaragaman hayati


yang diklasifikasi dengan memakai satu atau dua ciri makhluk hidup. Oleh karena
itu, pada sistem buatan ini biasanya terbentuk atau tersusun sesuai dengan ciri dari
manusia. Misalnya, Arsitoteles yang mengelompokkan makhluk hidup menjadi
dua kelompok berdasarkan kemampuan berpindah dan klorofil.

3. Klasifikasi Sistem Filogenetik

Klasifikasi sistem filogenetik adalah sistem klasifikasi keanekaragaman hayati


yang berdasarkan dari jauh dekatnya hubungan antara takson satu dengan takson
lainnya. Oleh karena itu, klasifikasi sistem filogenetik dapat disusun berdasarkan
sifat makhluk hidup yang dapat diamati atau dari persamaan fenotipe.

KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA

Pada dasarnya setiap negara sudah memiliki keanekaragamannya masing-masing,


sehingga baik itu flora atau fauna yang ada pada suatu negara tak selalu sama.
Menurut beberapa sumber, di Indonesia, keanekaragaman dibagi menjadi dua,
yaitu keanekaragaman hayati flora dan fauna.

 Flora
Keanekaragaman flora di Indonesia bisa dibilang sangat banyak, tetapi ada salah
satu flora asli Indonesia yang namanya sudah terkenal hingga ke luar negeri, yaitu
Rafflesia Arnoldii atau lebih dikenal oleh banyak orang dengan sebutan “bunga
bangkai”. Tumbuhan itu biasanya ditemukan di hutan Sumatera. Bukan hanya
banyak, tetapi flora Indonesia juga tidak merata, misalnya saja jumlah hutan di
pulau Kalimantan, Papua, dan Sumatera berbeda dengan hutan di pulau Jawa,
Kepulauan Sunda, Maluku, dan Sulawesi.

Flora yang ada di Indonesia termasuk ke dalam flora Malesiana. Adapun tumbuhan
yang ada pada flora Malesiana merupakan tumbuhan yang memiliki batang yang
sangat besar serta daunnya cukup lebat. Bahkan, terkadang ada beberapa tumbuhan
yang bentuknya seperti kanopi hutan.

 Fauna

Berbeda dengan flora, fauna Indonesia pada dasarnya dibagai berdasarkan garis
Wallace dan Weber. Dari kedua garis itu, fauna Indonesia dibagi menjadi tiga
wilayah, yaitu Australian, Oriental, dan Peralihan.

Fauna Australian berada di daerah Papua dan pulau-pulau disekitarnya, salah


hewan yang termasuk fauna Australian adalah burung cendrawasih.

Fauna Oriental dapat ditemukan pada wilayah Jawa, Bali, Sumatera, dan
Kalimantan. Pada fauna Oriental kita bisa menemukan hewan atau fauna yang
memiliki ukuran tubuh cukup besar, seperti Badak Sumatera, Gajah, Banteng, dan
sebagainya. Tidak hanya berbadan besar, ada juga hewan burung, seperti Elang
Jawa, Jalak Bali, dan sebagainya.

Terakhir, fauna Peralihan yang letak wilayahnya berada di daerah Tengan


kepulauan Indonesia, seperti Kepulauan Nusa Tenggara. Adapun hewan atau flora
yang ada di bagian tengah Indonesia, misalnya singapur, rangkok Sulawesi, Maleo,
dan Anoa.

UPAYA PELESTARIAN HAYATI

1. METODE INSITU
Metode Insitu adalah sebuah upaya pelestarian dari keanekaragaman hayati, yang
mana langsung dilakukan pada tempat dari flora dan fauna itu berada. Metode ini,
memberikan perlindungan pada kawasan yang dianggap memiliki ekosistem unik
atau flora dan fauna yang terancam punah. Biasanya dilakukan dengan pembuatan
suaka marga satwa, cagar alam, hutan suaka alam dan taman nasional:

 Suaka marga satwa merupakan sebuah upaya perlindungan terhadap


ekosistem yang dinilai mempunyai keunikan. Keunikan tersebut berisi
berbagai jenis flora serta fauna yang wajib untuk dilindungi.
 Taman nasional merupakan sebidang tanah yang memperoleh perlindungan
mutlak pemerintah. Tanah ini biasanya isinya adalah ekosistem- ekosistem
terlindungi.
 Cagar alam merupakan keadaan alam yang memiliki sifat khas berasal dari
flora maupun fauna di dalamnya. Cagar alam juga mempunyai ekosistem
yang wajib untuk dilindungi.
 Hutan suaka alam merupakan hutan yang mempunyai ekosistem terlindungi
di dalamnya. Hutan suaka alam pun biasa dikenal dengan nama hutan
lindung.

2. METODE EKSITU

Metode eksitu adalah metode pelestarian dari keanekaragaman hayati yang


dilakukan menggunakan cara pengambilan fauna serta flora dari wilayah aslinya.
Tujuannya konservasi, perlindungan, dan pengembangbiakan. Metode ini pun
dilakukan ketika ekosistem dari tempat flora dan fauna tersebut tinggal sudah
hancur total maupun rusak, sehingga membutuhkan waktu agar dapat ditinggali
kembali.

Metode eksitu juga merupakan upaya konservasi menggunakan cara koleksi


spesies langka, sehingga masa hidup dari hewan atau tumbuhan tersebut dapat
lebih lama. Dalam metode eksitu, ada beberapa cara, yaitu menggunakan kebun
binatang, taman safari, serta taman hutan raya.
KEARIFAN LOKAL

PENGERTIAN KEARIFAN LOKAL

Menurut UU No.32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
Kearifan lokal lahir dari pemikiran dan nilai yang diyakini suatu masyarakat
terhadap alam dan lingkungannya. Di dalam kearifan lokal terkandung nilai-nilai,
norma norma, sistem kepercayaan, dan ide-ide masyarakat setempat. Oleh karena
itu, di setiap daerah memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda. Meskipun bernilai
lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.

CIRI-CIRI KEARIFAN LOKAL

 Memiliki kemampuan mengendalikan;


 Mampu bertahan dari pengaruh budaya luar;
 Mengakomodasi budaya luar;
 Memberi arah perkembangan budaya;
 Mengintegrasi atau menyatukan budaya luar dan budaya asli.

Kearifan lokal berkaitan erat dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.
Masyarakat memiliki sudut pandang tersendiri terhadap alam dan lingkungannya
dan mengembangkan cara-cara tersendiri untuk memelihara keseimbangan alam
serta lingkungan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
FUNGSI DAN MANFAAT KEARIFAN LOKAL

 Pengembangan iptek;
 Pelestarian dan konservasi sumber daya alam;
 Pengembangan sumber daya manusia;
 Sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan;
 Bermakna sosial;
 Bermakna etika dan moral;
 Sebagai pengetahuan budaya.

Contoh kearifan lokal

Dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam adalah Sasi Laut di Maluku. Sasi
merupakan sebuah larangan untuk mengambil hasil alam tertentu. Larangan ini
sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumber daya alam
tersebut. Saat ini, Sasi lebih bersifat hukum adat dibandingkan tradisi. Sasi
digunakan sebagai cara mengambil kebijakan dalam pengambilan hasil laut dan
hasil pertanian. Kebijakannya berupa penentuan masa jeda, yaitu masa dimana
warga tidak boleh mengambil sumber daya dari laut dalam waktu tertentu dan di
tempat yang telah ditentukan. Dengan adanya Sasi, warga pun lebih bijak dalam
mengambil hasil laut, serta ekosistem laut pun tetap terjaga. Inilah salah satu
kearifan lokal yang memiliki nilai etika dan moral terhadap alam. Seiring
berjalannya waktu, globalisasi, serta masuknya teknologi, maka kearifan lokal
menghadapi tantangan-tantangan yang mengancam keberadaan dan kelestariannya.

CARA MENJAGA KEARIFAN LOKAL:

 Menggunakan bahasa daerah di rumah sesuai dengan asal daerah.


 Mempromosikan kekayaan budaya.
 Mengikuti kegiatan kebudayaan di lingkungan sekitar.
 Menggunakan produk lokal yang bermanfaat bagi masyarakat
KEBERAGAMAN BUDAYA

FAKTOR KERAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA

1. Letak Strategis Wilayah Indonesia


Indonesia berada di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Indonesia juga
berada di antara Benua Asia dan Benua Australia. Letak strategis tersebut
menjadikan Indonesia berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan. Para
pedagang dari berbagai negara datang ke Indonesia membawa agama, adat istiadat,
dan kebudayaan dari negaranya. Banyak pendatang menyebarkan agama, adat
istiadat, dan kebudayaan negaranya, baik dengan sengaja maupun tidak sengaja.

2. Kondisi Geografis Negara Kepulauan


Indonesia merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas 17.491 pulau
(berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi Indonesia (Kemenkomarves) mencatat hingga Desember 2019).
Penduduk yang menempati satu pulau atau sebagian dari satu pulau tumbuh
menjadi kesatuan suku bangsa dan budaya sendiri.

3. Perbedaan Kondisi Alam


Kehidupan masyarakat pantai berbeda dengan kehidupan masyarakat pegunungan.
Masyarakat pantai lebih banyak memanfaatkan laut untuk mempertahankan
hidupnya, yaitu dengan menjadi nelayan. Sebaliknya, masyarakat yang tinggal di
lereng pegunungan memiliki upaya sendiri untuk mempertahankan hidupnya.
Mereka lebih memilih mata pencaharian yang berkaitan dengan relief alam
pegunungan, misalnya sebagai peternak atau petani sayur. Bagaimana dengan
masyarakat yang tinggal di kota? Masyarakat yang tinggal di kota tentu tidak akan
menjadi nelayan. Masyarakat kota cenderung untuk membuka usaha, bekerja di
kantor, atau bekerja di pabrik.

4. Keadaan Transportasi dan Komunikasi


Kemudahan sarana transportasi dan komunikasi memudahkan masyarakat
berhubungan dengan masyarakat lain. Sebaliknya, sarana yang terbatas akan
menyulitkan masyarakat dalam berhubungan dan berkomunikasi dengan
masyarakat lain. Kondisi ini menjadi penyebab keragaman masyarakat Indonesia.

5. Penerimaan Masyarakat terhadap Perubahan

Keterbukaan masyarakat terhadap sesuatu yang baru, baik yang datang dari dalam
maupun luar masyarakat, membawa pengaruh terhadap perbedaan masyarakat
Indonesia. Karena keterbukaan ini menyebabkan akulturasi budaya. Budaya yang
ada di daerah tertentu akan terpengaruh dengan budaya dari luar

Dalam keragaman budaya yang kita miliki terdapat manfaat dalam kehidupan
sehari-hari baik di lingkungan keluarga, satuan pendidikan, maupun di masyarakat.

MANFAAT KEBERAGAMAN SOSIAL BUDAYA.

 Menjadi identitas negara di mata dunia;


 Memperkaya kebudayaan nasional;
 Mempererat persaudaraan
 Saling mengenal satu sama lain;
 Dapat dijadikan aset wisata yang menambah pendapatan negara,
menciptakan lapangan kerja;
 Menjadi ikon pariwisata yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke
Indonesia;
 Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan;
 Dapat dijadikan sebagai media hiburan yang mendidik;
 Menumbuhkan rasa nasionalisme, rasa memiliki dan menghargai.

Agar keberagaman yang kita miliki menjadi penguat dan pemersatu bangsa, maka
kita sebagai bagian bangsa dan negara Indonesia sudah sepatutnya menjunjung
tinggi nilai-nilai menghargai keberagaman sesuai dengan pengamalan Pancasila.

Hal ini dapat diwujudkan dengan menunjukkan sikap seperti:

 Menghindari sikap egois.


 Lebih membuka diri terhadap pendapat dan pandangan orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
 Bersikap adil dan tidak membeda-bedakan satu sama lain.
 Berusaha mengenal dan belajar budaya daerah lain.
 Menghormati adat kebiasaan suku bangsa lain.
 Tidak memandang rendah suku atau budaya bangsa lain.
 Tidak menganggap suku dan budayanya paling tinggi dan paling baik.
 Menerima keragaman suku dan budaya sebagai kekayaan bangsa yang tak
ternilai harganya.
 Lebih mementingkan negara dan kepentingan bersama daripada kepentingan
daerah.

Upaya-upaya di atas harus dilakukan oleh semua anggota masyarakat bersama-


sama dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan. Dengan demikian
keberagaman akan membuat bangsa kita menjadi sebuah bangsa yang kaya dan
besar, juga arif dalam bertindak. Banyaknya keberagaman yang ada di Indonesia
justru bisa menjadi kekuatan besar terutama jika dilandasi dengan nilainilai
persatuan dan kesatuan NKRI. Kita bangga menjadi bagian bangsa Indonesia.
Kebanggaan ini dapat diwujudkan dengan menjunjung tinggi, mengapresiasi, dan
melestarikan budaya yang kita miliki.

CARA MELESTARIKAN KERAGAMAN BUDAYA:

 Menyaring budaya asing yang masuk Indonesia.


 Mengajarkan budaya kepada orang lain.
 Mengikuti festival kebudayaan.
 Mengenalkan kebudayaan Indonesia di luar negeri.
 Mengetahui dan selalu mencari informasi keanekaragaman budaya bangsa
Indonesia.
 Menghormati kelompok lain yang menjalankan kebiasaan sosial dan adat
istiadatnya.
 Menghargai hasil kebudayaan suku bangsa lain.
 Mempelajari dan menguasai seni budaya bangsa sesuai minat dan
kesenangannya.
 Melestarikan dan mengembangkan berbagai jenis seni tradisional seperti
seni tari, seni musik, dan seni pertunjukan.

Anda mungkin juga menyukai