Anda di halaman 1dari 25

Laporan Plantae

KELOMPOK 2 :

Nurul Annisa

Vincentius Arnold Gian

Wa Ode Nur Ilmi Fauwziah


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan merupakan organisme yang sepenuhnya menyesuaikan diri dengan
kehidupan di darat, meskipun beberapa di antaranya hidup di air seperti teratai. Oleh
karena itu, tumbuhan (Plantae) berupa kormus (memiliki akar, batang dan daun sejati),
bahan-bahan yang diperlukan tumbuhan, seperti cahaya, CO2 , air, dan mineral diperoleh
melalui berbagai proses yang terjadi pada ketiga organ tersebut. ( Moch Ansori,2009).
Di alam ini terdapat lebih dari 300.000 jenis tumbuh-tumbuhan. Bermacam
tumbuhan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sejumlah divisi. Divisi dibagi lagi pada
tingkatan yang lebih rendah meliputi kelas, bangsa, suku, marga, dan jenis. Masing-
masing diberi nama sesuai dengan Kode International Tata Nama Tumbuhan yang dapat
dijadikan sebagai sarana referensi dan indikasi untuk kategori nama takson yang sesuai.
Tumbuhan (plantae) merupakan makhluk hidup yang telah memiliki akar, batang, dan
daun sejati. Tumbuhan ini bersifat eukariot, multiseluler, mengandung klorofil, dapat
melakukan fotosintesis, memiliki alat reproduksi multiseluler, dapat bereproduksi secara
seksual dan aseksual, ada pergantian generasi, serta dinding selnya tersusun dari selulosa.
Biasanya hidup di daratan (tanah) dan berfungsi sebagai sumber utama oksigen bagi
atmosfer bumi. Pada klasifikasi makhluk hidup dalam lima kingdom, makhluk hidup
yang termasuk dalam kingdom Plantae adalah tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan
tumbuhan biji. Berdasarkan perbedaan dan persamaan morfologisnya, tumbuhan terbagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok tumbuhan tidak berpembuluh dan
kelompok tumbuhan yang berpembuluh. Pembuluh ini berfungsi untuk mengalirkan sari-
sari makanan ke seluruh tubuh. ( Ali Sulistyorini, 2009)
Dunia tumbuhan dikelompokkan menjadu tumbuhan tidak berpembuluh atau non-
traecheophyta dibagi dalam dan tumbuhan berpembuluh atau tracheophyta (yunani,
trachoia = Saluran Kecil, phyton = Tumbuhan). Tumbuhan non-tracheophyta adalah
kelompok lumut sedangkan kelompok tracheophyta adalah tumbuhan paku dan tumbuhan
berbiji. Dengan mempelajari taksonomi tumbuhan, kita dapat membedakan berbebagai
jenis tumbuhan yang termasuk tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tinggkat tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa sajakah ciri-ciri morfologi dan anatomi tumbuhan tingkat rendah dan tinggi ?
2. Bagaimana struktur morfologi dari tumbuhan lumut,paku, dan tumbuhan tingkat tinggi ?
3. Bagaimana bentuk spora dari tanaman paku yang fartil ?
4. Apa perbedaan tumbuhan monokotil dan tumbuhan dikotil ?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui ciri morfologi dan anatomi dari tumbuhan tingkat rendah dan tinggi.
2. Untuk mengetahui struktur morfologi dari tumbuhan lumut,paku, dan tumbuhan tingkat
tinggi.
3. Untuk mengetahui bentuk spora dari tanaman paku yang fartil
4. Untuk mengetahui perbedaan antara tumbuhan monokotil dan tumbuhan dikotiIl
1.4 Manfaat penulisan
1. Untuk membandingkan antara teori yang diajarkan dikelas dengan teori yang diperoleh
dari para ahli
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Allium cepa c.s.( Bawang Merah)

Bawang merah merupakan salah satu tanaman yang termasuk kedalam umbian
tanah, dan juga tanaman yang memiliki perakaran yang serabut di bagian pangkal umbi.
Tanaman bawang merah ini diduga berasal dari Asia Tenggara yang menyebar luas
keberbagai wilayah dan juga tempat lainnya, bawang merah ini biasanya digunakan
sebagai bumbu atau tambahan masakan yang bertujuan untuk memberikan cipta rasa
khusus dalam masakan tersebut. (Cross, H., Tilby, M., Chipman, J., D. Anda Gescher, A,
1998)

Secara umumnya, bawang merah ini juga merupakan salah satu tanaman yang
memiliki kandungan dan senyawa yang sangat tinggi, sehingga di zaman dahulu hingga
sekarang banyak menggunakan bawang merah ini sebagai bahan herbal dan juga
tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit serta menyehatkan kesehatan tubuh.
Secara sistematisnya bawang merah ini dapat diklasifikasi dan morfologikan sebagai
sebagai berikut.

Klasifikasi bawang merah

 Kingdom : Plantae
 Sub kingdom : Tracheobionta
 Super divisio : Spermatophyta
 Divisio : Magnoliophyta
 Kelas : Liliopsida
 Sub kelas : Lilidae
 Ordo : Lililales
 Famili : Liliaceae
 Genus : Allium
 Spesies : Allium cepa L. Var. Aggregatum

Ciri-ciri Bawang merah :

1. ciri-ciri akar: berakar serabut dengan sistem perakaran dangkat dan bercabang terpencar,
akarnya biasanya menancap pada kedalaman 15-30 cm di bawah tanah.
2. ciri-ciri batang: memiliki batang dengan bentuk menyerupai cakram, tipis, dan pendek.
bentuk seperti ini berguna untuk titik tumbuh atau sebagai tempat melekat perakaran dan
mata tunas.
3. ciri-ciri daun: memiliki bentuk seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang sekitar 50-70
cm, memiliki lubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda atau pun hijau
tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya pendek.
4. ciri-ciri bunga: tangkai daun keluar dari ujung tanaman dan panjangnya sekitar 30-90 cm,
dan di ujung biasanya terdapat d0-200 kuntum bunga yang tersusun bulat atau melingkar
seolah membentuk payung. tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang
berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau kekuning-kuningan, dan 1 putik sebagai
bakal buah yang terbentuk segitiga.

Tanaman ini awalnya berasal dari asia tenggara, tetapi saat ini tanaman bawang merah bisa
ditanam di seluruh dunia. di indonesia sendiri tanaman bawang merah merupakan salah satu
tanaman yang dibudidayakan di berbagai daerah. bahkan, di daerah cikajang, garut tiap rumah
memiliki tanaman satu ini.

Tanaman bawang merah dapat di tanam di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan
ketinggian antara 0-1.000 meter di atas permukaan laut. Namun, tanaman bawang merah lebih
menyukai daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-400 di atas permukaan laut (Anonimb,
2012).

Pertumbuhan paling optimal terjadi pada ketinggian 0-30 meter di atas permukaan laut.
Karena pada ketinggian ini, tanaman bawang merah menghasilkan umbi yang paling baik. Pada
ketinggian 800-900 meter di atas permukaan laut, tanaman bawang merah dapat tumbuh
meskipun pertumbuhannya kurang baik dan pembentukan umbinya terhambat (Anonimb, 2012).

Tanaman bawang merah banyak dibudidayakan di dataran rendah yang beriklim kering
dengan suhu agak panas dan cuaca cerah. Musim tanam biasanya pada bulan April – Oktober
(http://diperta.jabarprov.go.id, 2014). Suhu yang paling cocok untuk budidaya bawang merah
ialah antara 25-32 °C. Jika tanaman bawang merah di tanam pada suhu 22 °C, tanaman akan sulit
berumbi atau bahkan tidak dapat membentuk umbi (Anonimb, 2012).

2.2 Arachis hypogaea ( Kacang Tanah )

Kacang tanah merupakan salah satu komoditas palawija yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi dalam usaha pertanian. Kebutuhan akan kacang tanah (Arachis hypogaea L) sebagai salah
satu produk pertanian tanaman pangan setahun, diduga masih perlu ditingkatkan sejalan dengan
kenaikan pendapatan dan atau jumlah penduduk. Kemungkinan terjadinya peningkatan
permintaan dicerminkan dari adanya kecendrungan meningkatnya kebutuhan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi langsung dan untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku industri
hilirnya, antara lain untuk industri kacang kering, industri produk olahan lain yang siap
dikonsumsi baik dalam bentuk asal olahan kacang, dalam campuran makanan dan dalam bentuk
pasta. (awal menurut Tajibu, T. 2013. Kacang Tanah) (anonimous, 2013 )

Seiring dengan permintaan pasar yang semakin meningkat, maka diperlukan terobosan
dalam meningkatkan produksi kacang tanah melalui penerapan inovasi teknologi. Salah satu
inovasi teknologi yang diperlukan dalam peningkatan produksi kacang tanah adalah penggunaan
varietas unggul dalam proses budidaya. Penggunaan varietas unggul sebaiknya memperlihatkan
kesesuaian lingkungan, ketahanan terhadap hama dan penyakit dan kebutuhan pasar.
Sistematika kacang tanah adalah sebagai berikut:

 Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan


 Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
 Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
 Klas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
 Ordo : Leguminales
 Famili : Papilionaceae
 Genus : Arachis
 Spesies : Arachis hypogeae L

2.3 Tanaman paku

Menurut wikipedia,Paku, Tumbuhan paku, paku-pakuan, atau pakis-pakisan adalah


sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta) tetapi tidak pernah
menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini
melepaskan spora sebagai alat penyebarluasan dan perbanyakannya, menyerupai kelompok
organisme seperti lumut dan fungi.

Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan
lautan, dengan kecenderungan ditemukan tumbuh di tempat-tempat yang tidak subur untuk
pertanian. Total spesies yang diketahui sekitar 12.000[2], dengan perkiraan 1.300[3] sampai
3000 lebih[4] spesies di antaranya tumbuh di kawasan Malesia (yang mencakup Indonesia).

Pengelompokan klasik anggota tumbuhan paku (Pteridophyta, dalam arti luas, mis.
menurut Haeckel (1866)[5]) pada pengetahuan terkini dianggap bersifat parafiletik. Dari
kelompok-kelompok cabang utama tumbuhan berpembuluh, satu kelompok yang mencakup paku
kawat, kumpai, serta rane, ternyata memisah paling awal dari kelompok lainnya. Kelompok
tersebut sekarang dimasukkan dalam divisio Lycopodiophyta. Ini menyebabkan "Pteridophyta"
sekarang memiliki dua pengertian: arti luas (sebagaimana arti klasik, mencakup
Lycopodiophyta) dan arti sempit (arti klasik minus Lycopodiophyta). Kelompok tumbuhan paku
arti sempit bersifat holofiletik atau monofiletik, dan sekarang disebut Pteridophyta atau, untuk
menghindari kebingungan, disebut Polypodiophyta atau Monilophyta.

Fosil paku tertua berasal dari kala Devon, sekitar 360 juta tahun yang lalu [6] tetapi suku-
suku dan jenis-jenis modern baru muncul sekitar 145 juta tahun yang lalu, di awal kala Kapur, di
saat tumbuhan berbunga sudah mendominasi vegetasi bumi.

Pemanfaatan tumbuhan paku oleh manusia terbatas. Kebanyakan menjadi tanaman hias,
sebagian kecil dimakan, sebagai tumbuhan obat, atau bahan baku untuk alat bantu kegiatan
sehari-hari.
Berikut ini beberapa ciri-ciri tumbuhan paku, diantaranya meliputi:

Organisme multiseluler dan eukariotik

Sudah memiliki akar, daun dan batang sejati, sehingga disebut kormophyta berspora.

a. Struktur Akar

Akar tumbuhan paku berbentuk serabut dengan kaliptra pada ujungnya. Jaringan akarnya
terdiri dari epidermis, korteks, dan silinder pusat.

b. Struktur Batang

Serupa halnya dengan jaringan akarnya, struktur batang tumbuhan paku juga terdiri dari
epidermis, korteks, dan silinder pusat. Pada silinder pusat tersebut terdapat berkas pembuluh
angkut, yaitu xilem dan floem. Berkas pembuluh ini berperan dalam proses fotosintesis dan
mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.

c. Struktur Daun

Struktur daun tumbuhan paku terdiri atas jaringan epidermis, mesofil, dan pembuluh
angkut. Sedangkan jenis tumbuhan paku sendiri terdiri atas berbagai macam, meliputi:

Jika ditinjau dari ukuran daun, maka daun tumbuhan paku ada yang berukuran kecil
(mikrofil) dan berukuran besar (makrofil). Daun mikrofil tidak bertangkai dan tidak bertulang,
serta bebentuk rambut atau sisik. Sedangkan daun makrofil bertangkai, bertulang daun, jarngan
tiang, bunga karang, dan juga memiliki mesofil dengan stomata, serta bebentuk

Jika ditinjau dari fungsinya, daun tumbuhan paku ada yang menghasilkan spora (sporofil)
dan tidak menghasilkan spora (tropofil). Daun tropofil disebut sebagai daun steril dan memiliki
klorofil sehingga berperan dalam proses fotosintesis dalam menghasilkan glukosa. Sedangkan
daun sporofil disebut sebagai daun fertil karena menghasilkan spora sebagai alat
perkembangbiakan.

Umumnya habitat tumbuhan paku pada tempat yang lembab, bisa di darat, perairan,
ataupun menempel.

Tumbuhan paku dapat bereproduksi secara seksual maupun secara aseksual.

Tumbuhan paku bersifat fotoautotrof, karena memiliki klorofil sehingga dapat


berlangsungnya proses fotosintesis.

Dalam siklus hidup tumbuhan paku, pada fase metagenesis terdapat fase sporofit yaitu
tumbuhan paku sendiri. Fase sporofit pada metagenesis memiliki sifat yang lebih dominan
dibandingkan fase gametofitnya.
C. KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA)

Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas apabila ditinjau


dari morfologi tubuh, diantaranya yaitu

a. Psilophyta (paku kurba/paku telanjang)

Tumbuhan paku kelas ini belum memiliki daun dan akar, namun batangnya sudah
memiliki berkas pengangkut, bercabang-cabang dengan sporangium diujungnya. Sporofil
mengandung satu jenis spora, dikenal dengan istilah homospora. Contohnya, Rhynia Major dan
Psylotum sp

b. Equisetophyta/ Sphenophyta

Tumbuhan paku kelas ini memeiliki batang yang mirip dengan ekor kuda, memiliki daun
mirip kawat, dan daunnya tersusun dalam satu lingkaran. Tumbuhan paku kelas ini dikenal juga
dengan sebutan paku ekor kuda.

Contohnya, Equisetum debile.

c. Lycophyta (paku kawat/paku rambat)

Kelas Lycophyta, tumbuhan paku berdaun kecil, tersusun spiral, batang seperti kawat,
sporangium terkumpul dalam strobilus dan muncul pada ujung ketiak.

Contohnya, Lycopodium sp (paku rane), Lycopodium clavatum (paku kawat),


Selaginella sp.

d. Filicinae/Pterophyta (paku sejati)

Tumbuhan paku kelas ini sudah lebih tinggi tingkatannya dibanding kelas sebelumnya.
Kelas Pterophyta sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daun tumbuhan ini berukuran
besar sehingga disebut megafil. Batangnya dapat tumbuh di atas maupun di bawah tanah.
Karakteristik klas kelas ini ialah daun mudanya menggulung (circinnatus) dan terdapat sorus di
bagian permukaan bawah daun.

Contohnya, Asplenium nidus (paku sarang burung), Salvinia natans (paku sampan),
Adiantum farleyense (ekor merak), dan lainnya.

Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Paku Homospora

Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan ukuran yang sama dan tidak
dapat dibedakan antara spora jantan dan spora betina. Tumbuhan jenis ini dikenal juga dengan
sebutan paku isospora.

Contohnya, Lycopodium sp (paku kawat).


2. Paku Heterospora

Tumbuhan paku jenis ini menghasilkan spora yang berbeda ukuran sehingga disebut an-
isospora. Spora jantan disebut mikrospora karena berukuran kecil, sedangkan spora betina
berukuran lebih besar sehingga disebut makrospora. Contohnya, Selaginella sp (paku rane).

3. Paku Peralihan

Paku peralihan merupakan tumbuhan paku dengan jenis kelamin yang berbeda, namun
ukuran sporanya sama.

Contohnya, Equisetum debile (paku ekor kuda).

D. MANFAAT TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA)

Dalam kehidupan sehari-hari, tumbuhan paku cukup berperan penting meskipun masih
banyak orang yang tidak mengetahui fungsi tanaman tersebut. Berikut ini beberapan fungsi
tanaman paku, meliputi:

1. Tanaman Hias

Banyak tanaman paku yang digunakan sebagai tanaman hias dalam kehidupan. Misal,
Adiantum Cuneatum (suplir), Asplenium nidus (paku sarang burung), dan Platycerium biforme
(paku simbar menjangan).

2. Sayuran

Tumbuhan paku yang dimanfaatkan sebagai sayuran misalnya Marsilea crenata


(semanggi) dan Pteridium aquilinum (paku garuda).

3. Pupuk Hijau

Tumbuhan paku yang banyak dimanfaatkan sebagai pupuk hijau ialah Azolla pinnata
yang bersimbiosis dengan Anabaena azolle yang mampu mengikat gas N2 bebas.

4. Obat-Obatan

Tumbuhan paku ada yang digunakan sebagai obat diuretik yaitu Equisetum (paku kuda)
dan digunakan sebagai obat luka yaitu Selaginella.

5. Bahan Bangunan

Tumbuhan paku yang banyak digunakan untuk pembuatan tiang bangunan ialah
Alsophila glauca.

6. Alat Penggosok/Pembersih

Equisetum sp banyak dimanfaatkan sebagai alat penggosok/ampelas.

7. Bahan Pembuatan Petasan


Bahan pembuatan petasan yang sering digunakan ialah spora Lycopodium sp dan
Pyrotechnics.

8. Bingkai

Tumbuhan paku juga banyak digunakan sebagai bingkai dalam karangan bunga.

Meskipun tumbuhan paku memiliki banyak fungsi dalam kehidupan seperti yang telah
dipaparkan diatas bukan berarti tidak ada yang menimbulkan kerugian. Sehingga, diperlukan
pengetahuan tentang klasifikasi tumbuhan paku dan peranannya sehingga tidak menimbulkan
kerugian yang tidak diinginkan dalam kehidupan.

2.4 Tumbuhan lumut

Lumut (dalam bahasa yunani : bryophyta) adalah sebuah divisi tumbuhan yang hidup
didarat, yang umumnya berwarna hijau dan berukuran kecil (dapat tidak tampak dengan bantuan
lensa), dan ukuran lumut yang terbesar adalah kurang dari 50 cm. Lumut ini hidup pada batu,
kayu gelondongan, pepohonan, dan ditanah. Lumut tersebar hampir diseluruh belahan dunia,
terkecuali didalam laut. Lumut mempunyai sel-sel plastid yang dapat menghasilkan klorofil A
dan B, sehingga dapat membuat makanan sendiri dan bersifat autotrof. Lumut termasuk kedalam
kingdom plantae, yang mana kingdom plantae meliputi semua organisme yang multiseluler dan
telah berdiferensiasi, eukariotik, dan dinding selnya mempunyai selulosa. Organisme yang
termasuk kedalam plantae ini hampir seluruhnya bersifat autotrof (membuat makanan sendiri)
dengan bantuan cahaya matahari saat proses fotosintesis.

CIRI – CIRI TUMBUHAN LUMUT (BRYOPHYTA)

 Berukuran kecil dan jarang mencapai 15 cm


 Bentuknya pipih seperti pita, dan adapula seperti batang dengan daun yang kecil
 Sel-sel penyusun tubuhnya mempunyai dinding sel yang tersusun atas selulosa

Batang dan daunnya mempunyai susunan yang berbeda,yaitu:

1. Selapis sel kulit, yang beberapa diantaranya membentuk rizoid epidermis, rizoid tampak
seperti benang yang berfungsi sebagai akar dan menyerap makanan dari air dan garam
mineral
2. Lapisan kulit dalam tersusun atas korteks, silinder pusat yang terdiri dari sel penunjang
atau parenkim yang memanjang, tidak mengandung xilem dan floem
3. Silinder pusat, terdiri atas sel parenkim yang berguna untuk mengangkut ari dan garam
mineral.

Pertumbuhan pada lumut yaitu secara memanjang

Susunan gametangiumnya (arkegonium ataupun anteredium) mempunyai susunan yang


khas, yang sering dijumpai pada tumbuhan paku (pteridophyta), terutama arkegoniumnya.
Arkegonium adalah gamet betina yang berbentuk seperti botol dan mengandung sel ovum,
sedangkan anteredium adalah gamet jantan tabg berbentuk bulat dan mengandung sel
spermatozoid

Daunnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun yang lebih dari satu lapis. Sel-sel
daun kecil, mengandung kloroplas yang tersusun seperti jaring dan berbentuk sempit dan
memanjang

Sporofit (sporogonium) terdiri atas:

1. Seta atau tangki


2. Vaginula, yaitu kaki yang diselubungi dinding arkegonium
3. Apofisis, yaitu ujung seta atau tangki yang melebar, merupakan peralihan antara seta dan
kotak spora
4. Kaliptra atau tudung, yaitu berasal dari dinding arkegonium atas dan akan menjadi
tudung kotak spora
5. Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora

Sistem reproduksi bersifat metagenesis, yaitu reproduksi silih berganti antara seksual
(gametofit) dan aseksual (sporofit). Reproduksi seksual membentuk gamet jantan dan betina
dalam gametofit, sedangkan reproduksi aseksual dengan spora haploid terbentuk didalam
sporofit

PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN LUMUT (BRYOPHYTA)

Siklus hidup tumbuhan lumut bersifat metagenesis, karena bergantian antara reproduksi
seksual dan aseksual. Awalnya sporofit menghasilkan spora yang akan menjadi protonema, dari
protonema inilah gametofit terbentuk. Generasi gametofit ini punya satu sel kromosom yang
disebut dengan haploid (n) dan gametofit ini menghasilkan gametangium (organ reproduksi)
yang disebut dengan anteredium pada jantan dan arkegonium pada betina. Gametangium
dilindungi oleh daun khusus (bract).

Anteredium berbentuk bulat dan menghasilkan sperma berflagela (anterezoid dan


spermatozoid), sedangkan arkegonium berbentuk seperti botol yang memiliki bagian lebar
disebut perut, dan ada bagian sempitnya yang disebut dengan leher.

Pembuahan (fertilisasi) sel telur oleh anterzoid membuahkan zigot dengan dua sel
kromosom atau disebut dengan diploid (2n). Zigot inilah yang merupakan awal dari sporofit lagi.
Kemudian zigot melakukan pembelahan menjadi sporofit dewasa yang sudah memiliki kaki
untuk melekat pada gametofit, seta, dan kapsul di bagian ujungnya. Kapsul ini merupakan tempat
dihasilkannya spora melalui fase fase pada meiosis. Setelah spora masak dan dikeluarkan dari
dalam kapsul, barulah siklus hidup lumut berulang lagi dari awal.
KLASIFIKASI TUMBUHAN LUMUT (BRYOPHYTA)

1. Lumut Hati (HepatiCospida)

Sesuai dengan namanya, lumut ini dapat diamati langsung dengan mata, lumut ini
mempunyai bentuk khas yaitu lekukan-lekukan yang menyerupai bentuk hati dan juga terbagi
atas dua lobus, sama seperti hati. Lumut ini tumbuh dan menempel di bebatuan, tanah, daun-
daun pepohonan dalam rimba di daerah tropika dan dinding-dinding pada bangunan tua yang
lembab. Lumut hati dapat melakukan fotosintesis untuk makanannya sendiri (autotrof). Struktur
tubuhnya meliputi akar, batang, dan daun.

Lumut hati dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan bentuk talusnya, yaitu lumut hati
bertalus dan lumut hati berdaun. Alat kelamin terletak pada bagian dorsal (belakang) talus pada
jenis terletak pada bagian terminal (ujung).

LUMUT HATI (HEPATICOSPIDA)

Lumut hati berkembang biak dengan oogami secara generatif, dan dengan fragmentasi,
tunas, dan kuncup eram secara vegetatif. Didalam spongaria terdapat sel yang berbentuk
gulungan dan disebut dengan elatera, elatera ini akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga akan
membantu memancarkan spora. Lumut ini juga bereproduksi secara aseksual dengan
menggunakan sel yang disebut dengan gemma, yang berbentuk mangkok dan terletak
dipermukaan sporofit.

Contoh lumut ini adalah Marchantia polymorpha dan Porella.

2. Lumut tanduk (Anthocerotaceae)

Tubuh lumut tanduk menyerupai lumut hati yaitu seperti talus, tetapi sporofitnya
berbentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit. Cara perkembang
biakannya sama dengan lumut hati, yaitu perkembang biakan secara generatif dengan
membentuk anteridium dan arkhegonium yang terkumpul pada sisi atas talus.

LUMUT TANDUK (ANTHOCEROTACEAE)

Selnya hanya memiliki satu kloroplas, kloroplas ini berukuran besar dan terbesar dari
pada kebanyakan tumbuhan lumut.

Lumut tanduk banyak ditemukan di tepi-tepi sungai dan danau, disepanjang selokan,
ditepi jalan yang basah dan lembab. Salah satu contoh dari lumut tanduk adalah Anthoceros
Laevis.

3. Lumut Daun (Musci)

Lumut daun atau lumut sejati merupakan lumut yang sering kita jumpai karena tempat
hidupnya yang lebih terbuka dibanding lumut lain, bentuknya pun lebih menarik. Lumut sejati
memiliki perbedaan dengan lumut hati yaitu dari segi dauunya yang tumbuhn pada semua sisi
sumbu utama, atau dengan kata lain, daunnya berasal dari pusat tengah lumut tersebut (simetri
radial).

LUMUT DAUN (MUSCI)

Daun ini mempunyai rusuk pada bagian tengahnya dan rusuk tersebut tersusun pada
batang dengan mengikuti garis spiral, panjangnya dapat bervariasi dari suatu bagian dari satu inci
dan mencapati satu kaki. Pada rusuk tengah ini mengandung sel yang memanjang, fungsinya
untuk mengangkut air dan zat-zat hara. Lumut sejati tidak memiliki akar.

Seperti lumut gambut dan lumut rawa, daunnya khas karena mempunyai jaringan sel
kecil dan memisahkan sel mati yang besar. Mempunyai daya menghisap air yang laur biasa. Ini
lah makanya lumut ini dapat bertahan hidup dirawa.

Gametofitnya mempunyai alat kelamin jantan dan betina yang relatif kecil, pembuahan
dilakukan oleh spermatozoid yang bergerak aktif dengan flagela nya, bila ada air maka
spermatozoid akan berenang menuju ovum. Kemudian hasil fertilisasi menjadi sporofit, yang
ketika sporofit sudah matang memiliki kaki penghisap dan satu tangkai yang panjang, juga
sebuah kapsul yang khas.

Contoh lumut ini adalah Polytricum juniperinum, Furaria, Pogonatum cirratum,


Aerobrysis longissima, dan lumut gambut atau Sphagnum.

Lumut mempunyai manfaat terhadap manusia, seperti Marchantia polymorpha, lumut ini
termasuk kedalam klasifikasi lumut hati, dan sesuai dengan namanya lumut ini dapat digunakan
sebagai pengobatan hepatitis (infeksi pada hati). Jenis jenis lumut gambut seperti Sphagnum
yang termasuk kedalam klasifikasi lumut daun dapat digunakan sebagai pembalut atau pengganti
kapas.

Dalam lingkungan, lumut mempunyai peran sebagai penyedia oksigen, penyimpan air.
Lumut dapat menyimpan air yang tertangkap diantara daun dan tangkainhya karena selnya
seperti rozoid dan sel parenkim nya yang dapat menyerap air dan garam mineral dan bersifat
seperti spons. Setelah air diserap seperti pada lumut hati yang menyerap air pada tempat yang
ditumbuhinya, seperti pada pepohonan tumbang, itu akan membuat tanah menjadi kering, dan
melindungi lumut tersebut dari kekeringan juga. Dengan kemampuannya menyerap air, juga
akan menciptakan lingkungan alami untuk persemaian benih untuk tumbuhan bunga berkayu,
herba, dan tumbuhan conifer. Lumut juga berfungsi sebagai penyerap polusi yang terdapat
dilingkungan.

Lumut juga dapat menambah estetika suatu daerah yang ditumbuhinya secara luas,
membuat mata dapat memandangi pemandangan hijau yang terbentang luas. Dan juga memberi
sumbangan terhadap modifikasi alam sekitar.

Peranan bryophyta yang lain adalah memperlambat proses erosi, karena daya
penyimpanan airnya lebih baik daripada daun yang sudah mati. Sehingga memperlambat air pada
permukaan tanah yang cepat dari air hujan. Dan semua manfaat serta peranan lumut ini dapat
terjadi karena mereka merupakan tumbuhan yang berkelompok dan bersama-sama menciptakan
lingkungan yang baik.

2.5 Tanaman tingkat tinggi dan tingkat rendah

Tumbuhan tingkat tinggi merupakan tumbuhan biji. Tumbuhan tingkat tinggi dikatakan
sebagai tumbuhan biji sebab jenis tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan yang mempunyai
akar, daun sejati, dan juga memiliki batang disertai dengan organ tambahan yang meliputi buah
dan juga daun.

Tumbuhan biji juga sering dikenal dengan tumbuhan berbunga. Bunga yang terdapat pada
tumbuhan merupakan alat reproduksi atau juga sering disebut dengan alat perkawinan bagi
tumbuhan. Tumbuhan berbiji di bagimenjadi dua golongan yaitu tumbuhan yang berbiji terbuka
atau yang sering disebut dengan gymnospermae dan juga ada pula tumbuhan biji tertutup atau
yang sering disebut dengan istilah angiospermae. Contoh tumbuhan tingkat tinggi diantaranya
adalah tumbuhan paku pakuan dan juga tumbuhan bunga bungaan.

Tumbuhan tingkat rendah:

Tumbuhan tingkat rendah yaitu salah sattu jenis tumbuhan yang tidak pernah menghasilkan
bunga.

CIRI-CIRI

Tingkat rendah :

 Berthallus sehingga disebut Tumbuhan Thallophyta


 Organ masih sangat sederhana
 Belum mempunyai jaringan pengangkutan, cth: Brypohyta dan Algae

Tingkat tinggi :

 Berkormus sehingga disebut cormophyta


 Organ sudah dapat dibedakan dengan nyata/kjelas antara akar, daun dan batang.
 Mempunyai jaringan pengangkutan/vasikuler, cth: Angiospermae (Dikotil dan
Monokotil) dan Gymnospermae.

CIRI KHUSUS

 tumbuhan tingkat tinggi :memiliki akar yang berbentuk serabut,


 tumbuhan tingkat rendah : tidak memiliki bunga sepanjang hidupnya.
PERBEDAAN

 Tumbuhan tingkat tinggi telah mempunyai jaringan pembuluh. Contohnya pteridophyta


(paku) dan spermatophyta (tumb. bunga).
 Tumbuhan tingkat rendah tidak mempunyai jaringan pembuluh, sehingga materi
disalurkan dengan cara difusi antarsel. Contohnya bryophyta (lumut).

KLASIFIKASI TUMBUHAN

Tumbuhan tingkat tinggi diklasifikasikan menjadi beberapa divisi, yaitu:

1. Tumbuhan tidak berpembuluh

a. Divisi Hepatophyta (Lumut hati)


b. Divisi Anthocerophyta (Lumut tanduk)
c. Divisi Bryophyta (Lumut daun)

2. Tumbuhan berpembuluh

a. Tumbuhan tidak berbiji


 Divisi Psilophyta (Paku purba atau Paku telanjang)
 Divisi Lycophyta (Paku kawat)
 Divisi Sphenophyta atau Equisetophyta (Paku ekor kuda)
 Divisi Pterophyta atau Polipodiophyta (Paku sejati)
b. Tumbuhan berbiji (Spermatophyta)
 Tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae)
o Divisi Coniferophyta (Pinus)
o Divisi Cycadophyta (Pakis haji)
o Divisi Ginkgophyta (Ginkgo)
o Divisi Gnetophyta (Melinjo)
 Tumbuhan biji tertutup (Angiospermae)
o Divisi Anthophyta (Tumbuhan berbunga)

Tumbuhan tingkat tinggi secara umum diklasifikasikan menjadi tumbuhan lumut


(Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta), dan tumbuhan berbiji (Spermatophyta).

1. Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Ciri-ciri tumbuhan lumut

 Tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati.


 Lumut hanya mempunyai akar semu berupa rhizoid, batang semu, dan daun semu.
 Rhizoid berfungsi untuk melekat pada tempat tumbuh serta menyerap air dan unsur hara.
Lumut biasanya tumbuh di tempat yang lembab, basah atau berair.
 Lumut ada yang berbentuk beledu dan ada yang berbentuk lembaran.
 Tidak mempunyai pembuluh angkut
 Daun semunya kecil, sempit, panjang, tidak bertulang daun
 Berkembangbiak secara vegetatif dengan membentuk spora dan secara generatif dengan
membentuk spermatozoid dan sel telur.
 Bagian yang menghasilkan spermatozoid adalah anteridium dan bagian yang
menghasilkan sel telur adalah arkegonium.

2.6 Tumbuhan Monokotil dan Dikotil

Cara membedakannya pun sangat mudah yaitu :

Ciri-ciri tumbuhan dikotil:

1.Bentuk akarnya tunggang.


2.Biji berkeping dua.
3.Bentuk tulang daun menyirip atau menjari.
4.Mempunyai kambium sehingga tumbuh besar
5.Batangnya bercabang
6.Letak pembuluh akar teratur. Mudah dibedakan xilem dan floem.

Contoh tumbuhan dikotil:

a. rambutan
b.durian
c. albasia
d.ansana
e. mahoni
f. mangga
g.jambu air
h.jambu biji
i. tomat
j. terong
k.pete
l. kacang

Ciri-ciri tumbuhan monokotil:

1. Bentuk akarnya serabut.


2. Biji berkeping satu.
3. Bentuk tulang daun sejajar atau melengkung.
4. Tidak mempunyai kambium sehingga tidak dapat tumbuh besar
5. Batangnya tidak bercabang
6. Letak berkas pembuluh tidak teratur
Contoh tanaman monokotil

 jagung
 padi
 sagu
 kelapa
 pisang ambon
 pisang raja
 jahe
 kunyit
 anggrek
 vanili
BAB III

Metode Penelitian

3.1 Waktu dan penelitian

Waktu penelitian : 13 maret 2017

Tempat penelitian : Laboratorium biologi, Sma Negeri 1 Bantaeng

3.2 Alat dan Bahan

a) Alat
 Jarum pentul
 Pipet Tetes
 Mikroskop
 Kaca objek
 Buku tulis
 Kaca penutup
 Gelas Beaker
 Preparat

b) Bahan
 Tumbuhan lumut
 Tumbuhan Paku

3.3 Melakukan :

1. Menyiapkan alat dan bahan untuk pengamatan.


2. Mengambil sedikit sampel dari menggunakan ujung jarum pentul. Letakkan jamur
tersebut pada kaca objek yang telah disiapkan.
3. Menutup kaca objek dengan kaca penutup. Perhatikan supaya tidak ada gelembung
udara pada saat menutup objek kaca.
4. Mengamati dengan menggunakan mikroskop, mulai dari perbesaran rendah sampai
tinggi.
5. Setelah, struktur telah didapatkan, Mengambil foto dari struktur tersebut.
BAB IV
Hasil Dan Pembahasan
4.1 Hasil pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, struktur monokotyl dan dikotyl.
1. Bawang Merah

2. Kacang Tanah
3. Tanaman Paku

4. Lumut
4.2 Pembahasan
1. Akar bawang merah
Pada praktikum, preparat diberikan HCl untuk melunakkan dinding sel agar mudah
dipejet (squash) dan diberi pewarna asetokarmin agar dapat diserap oleh benang-
benang kromatin.Berdasarkan hasil pengamatan, tahap profase pada hasil praktikum
tidak terlalu jelas diakibatkan kekurangan pengamat sendiri dalam mengamati
preparat (human error).Pada gambar pustaka, tahap profase ini benang- benang
kromatin akan memadat membentuk kromatid .Benang-benang kromatin mulai
memendek dan menebal. Pada tahap tersebut benang spindle akan terbentuk,
membran inti mulai menghilang hingga akhir profase, nukleolus mulai menghilang
dan kromatid akan bergerak menuju bidang ekuator(Sastrosumarjo,2006). Pada tahap
metaphase, pada hasil pengamatan terlihat kromatid yang terbentuk mulai bergerak ke
bidang ekuator dan mulai terikat oleh benang-benang spindle.Pada gambar pustaka,
kromosom mulai berkumpul pada bidang ekuator pembelahan. Pada tahap
inisentromer dari setiap kromosom berkumpul pada bagian tengah spindel pada
bidang equator. Pada tempat-tempat ini, sentromer-sentromer diikat oleh benang-
benang spindel yang terpisah, dimana setiap kromatid dilekatkan pada kutub-kutub
spindel yang berbeda. Kadang-kadang benang-benang spindel tidak berasosiasi
dengan kromosom dan merentang secara langsung dari satu kutub ke kutub yang lain.
Pada saat metafase, sentromer-sentromer diduplikasi dan setiap kromatid menjadi
kromosom yang berdiri sendiri atau independen (Jai,2011). Pada tahap anafase, hasil
pengamatan menunjukkan kromosom anak
(sister chromatid) yang sudah terbentuk mulai tertarik kearah kutub-kutub yang
berlawanan.Hal tersebut juga dapat dilihat pada gambar pustaka. Pada tahap anafase
dua sister chromatid (kromosom) bergerak ke arah kutub berlawanan. Sentromernya
tertarik karena kontraksi dari benang gelendong. Selain itu mungkin ada gaya tolak
menolak dari pembelahan sentromer itu. Terjadi penyebaran kromosom dan DNA
yang seragam di dalam sel. Pada akhir anafase sekat sel mulai terbentuk (Rahma,
2011).Pada tahap telofase, hasil pengamatan menunjukkan kedua sel mulai terpisah
dimana sel anak sudah memiliki kromosom sendiri.Penggambaran tersebut juga
sesuai pada gambar pustaka.Pada tahap telofase nampak adanya dinding pemisah
yang berupa sekat yang belum sempurna yang memisahkan kromosom-kromosom
yang telah mencapai kutub (gambar hasil pengamatan dan pustaka). Sekat belum
sempurna dan sel belum benar-benar terpisah tetapi tanda akan terbentuknya dua sel
sudah mulai tampak. Penampakan kembali nukleus, merupakan tanda bahwa mitosis
sudah berakhir.Sitokinesis pada sel
(Dok. Pribadi, 2014) (Anonim, 2010)tumbuhan berbeda dengan sel hewan, pada sel
tumbuhan tidak terbentuk lekuk cleavage. Hal ini disebabkan karena adanya dinding
sel yang kaku. Sitokinesis pada dinding sel tumbuhan tinggi melibatkan vesikula-
vesikula yang berasal dari badan golgi dan mikrotubul-miktotubul yang tersusun
paralel dan disebut fragmoplas. Vesikula-vesikula yang berasal dari badan golgi
berasosiasi dengan mikrotubula fragmoplas dan ditranslokasikan sepanjang
mikrotubula ke arah equator. Vesikula-vesikula tersebut selanjutnya terakumulasi
pada daerah dimana mikrotubula fragmoplas
2. Tumbuhan Kacang Tanah
Secara umum batang tersusun atas epidermis yang berkutikula dan kadang terdapat
stomata, sistem jaringan dasar berupa korteks dan empulur, dan sistem berkas
pembuluh yang terdiri atas xilem dan floem. Xilem dan floem tersusun berbeda pada
kedua kelas tumbuhan tersebut. Xilem dan floem tersusun melingkar pada tumbuhan
dikotil dan tersebar pada tumbuhan monokotil.

∞ Batang Dikotil

Pada batang dikotil terdapat lapisan-lapisan dari luar ke dalam :

» Epidermis

Terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak mempunyai ruang antar sel.

Fungsi epidermis untuk melindungi jaringan di bawahnya.

Pada batang yang mengalami pertumbuhan sekunder, lapisan epidermis digantikan


oleh lapisan gabus yang dibentuk dari kambium gabus.

» Korteks

Korteks batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari beberapa lapis sel, yang dekat
dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan kolenkim, makin ke dalam tersusun
atas jaringan parenkim.

» Stele/ Silinder Pusat


o Merupakan lapisan terdalam dari batang.
o Lapisan terluar dari stele disebut kambium.
o lkatan pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem dan
floem.
o Letak saling bersisian, xilem di sebelah dalam dan floem sebelah luar.
o Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan
selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh
angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler
o Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan
bertambah besarnya diameter batang.
o Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun,
o Pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus
o Tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim
kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnyae
o Sehingga pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan
aktivitas pertumbuhan selama satu tahun,
o Perapisan -perlapisan itu membentuk lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran
Tahun.
3. Tanaman Paku
Daun paku tumbuh dari percabangan tulang daun yang disebut frond, dan
keseluruhan daun dalam satu tangkai daun disebut pinna.
JIka diperhatikan pada permukaan bagian daun (frond) terdapat bentuk berupa titik-
titik hitam yang disebut sorus, dalam sorus terdapat kumpulan sporangia yang
merupakan tempat atau wadah dari spora.Tidak semua daun paku memiliki sorus
(sori), daun paku yang memiliki sorus merupakan daun fertil yang disebut daun
sporofil, daun paku yang tidak memiliki sorus disebut daun steril. Daun ini hanya
mengandung klorofil dan banyak dimanfaatkan untuk proses fotosintesis. Daun ini
disebut daun tropofil.

Ø Struktur sorus
Bagian luar dari sorus berbentuk selaput tipis yang disebut indusium. Bagian dalam
sorus terdapat kumpulan sporangium yang didalamnya berisi ribuan spora.
Jika daun sporofil (daun fertil) diletakkan di atas permukaan kertas polos, maka
bentuk spora akan terlihat seperti serbuk bedak berwarna hitam, coklat, kemerahan,
kuning atau hijau tergantung jenis tumbuhan pakunya. Masing-masing spora akan
tumbuh menjadi paku dewasa melalui proses yang komplek.

4. Tanaman Lumut
Stuktur kapsul Anthoceros dalam beberapa segi menyerupai kapsul tumbuhan
lumut, suatu kondisi yang dianggap sebagai suatu contoh untuk evolusi konvergen.
Irisan melintang melalui kapsul menunjukan kelompok sel-sel steril, yaitu
kolummela, di tengah-tengah. Sekeliling kolumner terdapat silinder berongga yang
berisi elater dan tetrad spor-spora. Kedua struktur ini secara vertical memanjang ke
seluruh kapsul. Di luar ada zona sel-sel steril yang terlinung oleh epidermis diselingi
oleh stomata yang sama dengan stomata pada tumbuhan berpembuluh. Adanya
kloroplas dalam sel-sel daerah steril tadi menyebabkan sporofit matang hampir
seluruhnya tidak bergantung pada gametofit akan bahan makanan, meskipun masih
memerlukan air dan mineral dari gametofit. Bila menjadi matang, dinding kapsul
membelah menjadi dua katup dan spora-spora dilepaskannya.
Setelah beberapa saat tumbuh, kapsul itu memanjang karena aktivitas daerah
meristematik di dasarnya. Zona ini menghasilkan semua macam sel yang terdapat
dalam kapsul matang jaringan steril dan jaringan penghasil spora. Jadi, selagi spora-
spora itu menjadi masak dan ditenaskan dari bagian atas kapsul, maka spora-spora
baru terus menerus dihasilkan di bawahnya. Pada beberapa spesies, kapsulnya terus
tumbuh dan membentuk spora-spora baru selama gametofit itu hidup.
Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya dimasukan dalam satu
suku saja yaitu suku Anthocerotae. Berlainan dengan golongan lumut hati lainnya,
sporogonium Anthocerothalesmempunyai susunan dalam yang lebih rumit.
Gametofit mempunyai talus yang berbentuk cakram dengan tepi bertoreh,
biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih
sederhana. Sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid yang
besar, hingga mengingatkan kita pada koloroplas sel-sel gangang. Pada sisi bawah
talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk ginjal. Stoma itu
kemudian hampir selalu terisi dengan lender.
Beberapa anterodium terkumpul dalam satu lekukan pada sisi atas talus, demikian
pula arkogeniumnya. Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel dengan satu
dinding pemisah melintang. Sel yang diats terus membelah-belah dan merupakan
sporogonium, yang bawah membelah-belah merupakan kaki sporogonium. Sel-sel
yang mempunyai kaki sporogonium. Berbentuk sebagai rizoid, melekat pada talus
gametofitnya.
Bagi sporogonium, kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap (Haustorium).
Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-15
cm. jika telah masak pecah seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat
jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela.
Kolume itu diselubungi oleh jaringan yang diselubungi oleh jaringan yang akan
mengasilkan spora, yang disebut arkespora. Selain spora, arkespora juga
menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera.
BAB V
Kesimpulan
Pada penelitian struktur akar, batang, dan daun pada tumbuhan dikotil dan
monokotil dapat saya simpulkan bahwa akar, batang, dan daun tumbuhan dikotil dengan
tumbuhan monokotil mempunyai struktur yang berbeda. Selain itu tumbuhan dikotil dan
monokotil mempunyai perbedaan secara fisik.

Perbedaan ciri fisik itu meliputi : bentuk akar, bentuk sumsum atau pola tulang
daun, kaliptrogen atau tudung akar, jumlah keping biji/katiledon, kandungan akar dan
batang, jumlah kelopak bunga, pelindung akar dan batang lembaga, pertumbuhan akar
dan batang.

Anda mungkin juga menyukai