Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR 

          Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini saya
susun untuk dapat memenuhi tugas Mata Kuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Makalah ini
berjudul “Aspek-aspek Hidrologi DAS (Tanah, Penutupan Lahan, Sedimentasi dan Erosi)”. Saya
berharap dengan disusunnya makalah ini, dapat membantu orang lain untuk mengetahui dan
memahami tentang Aspek-aspek Hidrologi DAS (Tanah, Penutupan Lahan, Sedimentasi dan
Erosi). Saya menyadari makalah ini jauh dari kata sempurnah, karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Kendari, Desember 2014 

                                                                                                                               Penulis 

BAB I 
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang
              Indonesia sedang mengalami tahap-tahap pembangunan yang sangat penting dalam laju
pembangunannya, terutama dalam hubungannya dengan keseimbangan daya dukung
sumberdaya, pemanfaatannya dan kemampuan pengelolaannya. Salah satunya adalah daerah
aliran sungai, yang apabila tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan dampak pada
wilayah sepanjang area aliran sungai yang berujung pada wilayah laut. 
              Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas
topografi secara alami sedemikian rupa sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam DAS akan
mengalir melalui titik tertentu (titik pengukuran di sungai) dalam DAS tersebut. Pada kondisi
dimana sumberdaya tidak mencukupi kebutuhan manusia, pengelolaan terhadap DAS dilakukan
untuk mendapatkan manfaat sebaik-baiknya dari segi ukuran fisik, teknik, ekonomi, sosial
budaya maupun kemantapan-kemantapan nasional, Sedangkan pada kondisi di mana sumberdaya
DAS melimpah, maka pengelolaan di maksudkan untuk mencegah pemborosan. 
            Pengelolaan DAS adalah pengelolaan berbagai sumberdaya alam yang terdapat di dalam
satuan DAS dengan mempertimbangkan aspek sosial ekonomi budaya yang berkembang di
dalam DAS, sehingga dapat dicapai pengelolaan yang rasional untuk mencapai keuntungan
optimal yaitu dalam waktu tak terbatas dan resiko kerusakan minimal. Dalam pengelolaan DAS,
perlu memperhatikan proses-proses biofisik hidrologis maupun kegiatan sosial-ekonomi dan
budaya masyarakat yang kompleks. Hal ini tidak lepas dari semakin meningkatnya tuntutan atas
sumberdaya alam (air, tanah, dan hutan) yang disebabkan meningkatnya pertumbuhan penduduk
yang membawa akibat pada perubahan kondisi tata air DAS. 
              Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya
yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali
mengarah pada kondisi yang kurang diinginkan, yaitu peningkatan erosi dan sedimentasi,
penurunan produktivitas lahan, dan percepatan degradasi lahan. Hasil akhir perubahan ini tidak
hanya berdampak nyata secara biofisik berupa peningkatan luas lahan kritis dan penurunan daya
dukung lahan, namun juga secara sosial ekonomi menyebabkan masyarakat menjadi semakin
kehilangan kemampuan untuk berusaha di lahannya.                
          Berdasarkan dengan hal di atas, maka disusunlah makalah Aspek-aspek Hidrologi DAS
(Tanah, Penutupan Lahan, Sedimentasi dan Erosi). Dengan demikian, maka dapat diketahui
kondisi hidrologi dalam suatu DAS sehingga dalam pengelolaannya dapat dilakukan secara tepat
dan berkelanjutan. 

B. Rumusan masalah 
          Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu: 
1. Apa yang dimaksud dengan hidrologi DAS? 
2. bagaimanakah aspek-aspek hidrologi Daerah Aliran Sungai yang meliputi tanah, penutupan
tanah, erosi dan sedimentasi? 

C. Tujuan dan Manfaat 


         Tujuan dari makalah ini yaitu: 
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan hidrologi DAS. 
2. Untuk mengetahui aspek-aspek hidrologi Daerah Aliran Sungai yang meliputi tanah,
penutupan tanah,       erosi dan sedimentasi. 
         Manfaat dari makalah ini yaitu: 
1. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan hidrologi DAS. 
2. Dapat mengetahui aspek-aspek hidrologi Daerah Aliran Sungai yang meliputi tanah,
penutupan tanah, erosi dan sedimentasi. 

BAB II 
PEMBAHASAN
 A. Pengertian Hidrologi 
          DAS Hidrologi atau tata air DAS adalah suatu keadaan yang menggambarkan tentang
keadaan kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran menurut waktu dan tempat serta pengaruhnya
terhadap kondisi DAS yang bersangkutan. Hakekat DAS selain sebagai suatu wilayah bentang
lahan dengan batas topografi serta suatu wilayah kesatuan ekosistem, juga merupakan suatu
wilayah kesatuan hidrologi. 
           DAS berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses hidrologi yang mengubah input
menjadi output. Input yang dimaksud adalah berupa air hujan (presipitasi), sedangkan output
atau keluarannya adalah berupa debit aliran dan/atau muatan sedimen. Dalam sistem DAS
terdapat hubungan antara kawasan hulu dengan kawasan hilir. Segala pengelolaan yang
dilakukan di hulu merupakan cerminan dari apa yang terjadi di hilir. Sungai sebagai komponen
utama dalam DAS merupakan tali pengikat antara hulu dan hilir DAS. Sungai dapat menjadi
potensi penyeimbang yang ditunjukkan oleh daya gunanya antara lain untuk pertanian, energi
dan transportasi, namun juga dapat mengakibatkan banjir, pembawa sedimentasi, pembawa
limbah dan dampak kegiatan lain. Aktivitas penebangan hutan di hulu akan menyebabkan
sedimentasi dan banjir di hilir, demikian juga aktivitas industri di hulu sungai menyebabkan
polusi air di hilir sehingga masyarakat pengguna air di hilir dirugikan. Sebaliknya upaya
konservasi dan rehabilitasi hutan di hulu akan memperbaiki tata air dan memperkecil sedimentasi
dan banjir di daerah hilir. 
            Menurut Kawasan hulu DAS mempunyai peranan yang penting sebagai penyedia air
untuk dialirkan ke hilir bagi berbagai kepentingan seperti pertanian, pemukiman, industri dan
lain sebagainya. Daerah hulu merupakan faktor produksi dominan yang sering mengalami
konflik kepentingan penggunaan lahan oleh kegiatan pertanian, pariwisata, pertambangan,
pemukiman dan lain-lain. Kemampuan pemanfaatan lahan di hulu sangat terbatas, sehingga
kesalahan pemanfatan akan berdampak negatif pada daerah hilirnya. Konservasi daerah hulu
perlu mencakup aspek-aspek yang berhubungan dengan produksi air. Secara ekologis, hal
tersebut berkaitan dengan ekosistem daerah tangkapan air yang merupakan rangkaian proses
alami siklus hidrologi yang memproduksi air permukaan dalam bentuk mata air, aliran air dan
sungai. 
        Dalam hubungannya dengan sistem hidrologi, DAS mempunyai karakteristik yang spesifik
serta berkaitan dengan unsur utamanya seperti jenis tanah, tata guna lahan, topografi, kemiringan
dan panjang lereng. Karakteristik biofisik DAS tersebut dalam merespons curah hujan yang jatuh
di dalam wilayah DAS tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap besar-kecilnya
evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, air larian, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan
aliran sungai. 
         Menurut Setyowati (2008), Proses hidrologi yang berlangsung dalam ekosistem DAS
bermanfaat bagi pengembangan sumberdaya air dalam skala DAS. Dalam sistem hidrologi ini,
peranan vegetasi sangat penting karena kemungkinan intervensi manusia terhadap unsur tersebut
sangaat besar. Vegetasi dapat merubah sifat fisika dan kimia tanah dalam hubungannya dengan
air, dapat mempengaruhi kondisi permukaan tanah, dan dengan demikian mempengaruhi besar
kecilnya aliran permukaan. 

B. Aspek-Aspek Hidrologi Daera Aliran Sungai (DAS) 


1. Tanah 
        Tanah merupakan bahan hasil pelapukan batuan. Karakteristik tanah dan sebaran jenisnya
dalam DAS sangat menentukan besarnya infiltrasi limpasan permukaan ('overland flow') dan
aliran bawah permukaan ('subsurface flow'). Menurut Verbist dkk (2009), karakteristik tanah
yang penting untuk diketahui antara lain berat isi, tekstur, kedalaman, dan pelapisan tanah
(horison). 
a. Berat Isi Tanah (BI) 
         Berat isi tanah merupakan ukuran masa per volume tanah (gr/cm), termasuk di dalamnya
volume pori-pori tanah. Berat isi tanah bersama dengan tekstur dan bahan organik tanah
menentukan besarnya infiltrasi. Semakin tinggi nilai BI, tanah tersebut semakin padat yang
berarti semakin sulit meneruskan air. Berat isi tanah dapat dikategorikan sebagai berikut: 
- Rendah: < 0.9. 
- Sedang: 0.9-1.1. 
- Tinggi: > 1.1. 
b. Tekstur Tanah 
         Tekstur merupakan perbandingan komposisi (%) butir-butir penyusun tanah yang terdiri
dari fraksi pasir (50μm - 2mm), debu (50 m - 2 m), dan liat (< 2μm). Semakin halus tekstur
tanah, semakin tinggi kapasitas infiltrasinya. Kelas tekstur tanah dikategorikan menjadi: 
- Sangat halus (sh): liat. Halus (h): liat berpasir, liat, liat berdebu. 
- Agak halus (ah): lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu.
- Sedang (s): lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu,debu. 
- Agak kasar (ak): lempung berpasir. 
- Kasar (k): pasir, pasir berlempung. 
c. Kedalaman Tanah 
           Kedalaman tanah atau solum (cm) merupakan ukuran ketebalan lapisan tanah dari
permukaan sampai atas lapisan bahan induk tanah. Pada profil tanah solum tersebut mencakup
horison A dan B. Ketebalan solum mempengaruhi kapasitas penyimpanan air, yang secara umum
dapat dibedakan menjadi: 
- Sangat dangkal: < 20cm. 
- Dangkal: 20 - 50cm.
- Sedang: 50 - 75cm. 
- Dalam: > 75 cm. 
d. Horison 
         Tanah Horizonisasi tanah merupakan bentukan lapisan tanah secara vertikal. Horison tanah
berbeda dengan lapisan tanah. Horison tanah dinyatakan dengan symbol A, B dan C, sedangkan
lapisan tanah dinyatakan dengan simbol I, II, III dan seterusnya. Bentukan tanah ini merupakan
cerminan perkembangan tanah yang dipengaruhi oleh kondisi iklim, topografi, bahan induk,
vegetasi, organisme dan waktu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melihat penampang
tanah adalah kedalaman horizon, baik pada horison atas maupun horizon bawah, keberadaan
lapisan kedap air, dan permeabilitasnya. Pada jenis tanah tertentu terdapat hambatan
perkembangan yang ditandai dengan adanya horison kedap air. Horison ini dapat menyebabkan
proses infiltrasi terhambat. 
         Selain hal di atas, batuan induk juga perlu di perhatikan. Tipe bahan induk tanah secara
umum akan mempengaruhi bentuk hidrograf aliran, dimana DAS dengan jenis batuan yang
kedap air seperti batu lempung ('shale') atau granit, akan menghasilkan hidrograf aliran dengan
debit puncak yang tinggi dan waktu konsetrasi yang relatif singkat. Sebaliknya DAS dengan
jenis batuan porus seperti batu kapur atau gamping akan menghasilkan hidrograf aliran yang
lebih landai dengan debit puncak yang rendah dan waktu konsentrasi yang relatif lebih lama. 
2. Penutupan Lahan 
          Penutupan lahan adalah gambaran obyek (kenampakan biofisik) di permukaan bumi yang
diperoleh dari sumber data terpilih (umumnya data penginderaan jauh) dan dikelompokkan ke
dalam kelas-kelas tutupan yang sesuai dengan kebutuhannya. Penutup lahan pada awalnya
mengacu pada jenis atau tipe vegetasi yang menutupi permukaan lahan, kemudian diperluas
sehingga mencakup struktur (buatan manusia) seperti bangunan dan aspek lain dari lingkungan
fisik. 
       Vegetasi penutup lahan memegang peranan penting dalam proses intersepsi hujan yang jatuh
dan transpirasi air yang terabsorpsi oleh akar. Lahan dengan penutupan yang baik memiliki
kemampuan meredam energi kinetis hujan, sehingga memperkecil terjadinya erosi percik ('splash
erosion'), memperkecil koefisien aliran sehingga mempertinggi kemungkinan penyerapan air
hujan, khususnya pada lahan dengan solum tebal ('sponge effect'). Beberapa kelas penggunaan
lahan yang perlu diidentifikasi dalam melakukan analisis masalah hidrologi adalah: Persentase
tanaman pertanian. 
- Persentase rumput dan padang penggembalaan.-
-Persentase hutan. 
-Persentase pemukiman dan jalan kedap air. Persentase padang rumput dan pohon yang tersebar. 
-Persentase lahan kosong. 
-Persentase rawa dan waduk.
3. Sedimentasi 
       Sedimentasi adalah menumpuknya bahan sedimen di suatu lokasi akibat terjadinya erosi
baik erosi permukaan maupun erosi tebing yang terjadi di daerah tangkapan air dan terbawa oleh
aliran air sampai ke lokasi tersebut. Menurut Nugroho (2005), sedimentasi merupakan hasil dari
erosi namun bahan-bahan yang tererosi tidak selalu mengalir langsung ke aliran atau ke danau.
Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, sungai
dan waduk. 
          Sedimen sering dijumpai di dalam sungai, baik terlarut atau tidak terlarut, yang merupakan
produk dari pelapukan induk yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama perubahan
iklim. selain itu, menurut Suripin (2000), berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya
sedimentasi yaitu kondisi geologi, kondisi penutup lahan, kondisi tata guna lahan, kondisi
topografi dan kondisi jaringan pematusan alam hasil pelapukan batuan induk tersebut dikenal
dengan partikel-partikel tanah. oleh karena adanya transport sedimen menyebabkan
pendangkalan sungai, waduk, saluran irigasi, dan terbentuknya tanah baru dipinggir yang
berbentuk delta-delta sungai. Berdasarkan pada jenis sedimen dan ukuran partikel-partikel tanah
serta komposisi mineral dari bahan induk yang menyusunnya, maka dikenal dengan berbagai
macam jenis sedimen seperti pasir, liat, dan lain sebagainya. Tergantung dari ukuran partikelnya,
sedimen ditemukan terlarut dalam sungai atau disebut muatan sedimen dan merayap didasar
sungai atau dikenal sebagai sedimen merayap (bed load). 
         Muatan sedimen terbentuk dimulai dari pengaruh pukulan tetesan hujan pada tanah
sehingga memecah agregat tanah menjadi butir-butir tanah yang telepas. Hujan sebagai faktor
masukan yang memasuki DAS sebagian terinfiltrasi dan sebagian lagi menjadi aliran permukaan
(overland flow). Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh faktor fisik DAS meliputi faktor lereng,
tanah, vegetasi, dan penggunaan lahan. Air hujan yang menjadi aliran permukaan (overland
flow) mengikis dan mengangkut butir-butir tanah tersebut menuju sistem aliran. Aliran sungai
selain berperan dalam transportasi muatan sedimen juga berpengaruh pada terjadinya erosi
tebing sungai sehingga menambah jumlah muatan sedimen yang terangkut. Pada proses akhirnya
dihasilkan keluaran berupa debit aliran, muatan sedimen, dan unsur hara. 
     Menurut Burgh (1972) dalam Hendra (2010), berdasarkan dari transportasinya muatan
sedimen dibagi menjadi dua yaitu: 
1. Muatan dasar: partikel yang bergerak pada dasar sungai atau dekat dasar sungai dengan
pergerakan meloncat, menggelinding atau bergeser pada dasar sungai. 
2. Muatan Suspensi: Partikel yang melayang dalam air, bergerak disebabkan oleh aliran
turbulen. 
4. Erosi 
          Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas,
baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi tanah berpengaruh negatif terhadap
produktivitas lahan melalui pengurangan ketersediaan air, nutrisi, bahan organik dan
menghambat kedalaman perakaran. Selama proses erosi tanah, sebagian besar air menghilang
dalam bentuk aliran permukaan yang sangat cepat. 
            Menurut Verbist dkk (2008), erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu
dengan cara memperhatikan adanya bentukan hasil erosi seperti erosi lembar permukaan ('sheet
erosion'), erosi alur ('rill erosion'), dan erosi parit ('gully erosion'). Pendekatan lain untuk
memperkirakan terjadinya erosi di suatu tempat adalah dengan memperhatikan perubahan
kondisi permukaan tanah. Pada umumnya tanah-tanah yang telah mengalami erosi dicirikan oleh
perubahan warna dan konsistensi tanah, serta munculnya akar tumbuhan atau lapisan batuan di
permukaan tanah. Menurut Arsyad (2002) dalam Verbist dkk (2009), berdasarkan jumlah tanah
yang hilang akibat erosi, tingkat bahaya erosi pada suatu tempat dapat dikelompokkan seperti
disajikan pada Tabel 1. 
Tabel 1. Tingkat bahaya erosi berdasarkan jumlah tanah yang hilang
            Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan
meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan
pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya
sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran
jalur pelayaran.
           Erosi dapat terjadi karena sebab alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Penyebab
alami erosi antara lain adalah karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan
kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal. Erosi yang
disebabkan oleh aktivitas manusia umumnya disebabkan oleh adanya penggundulan hutan,
kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan. Menurut Verbist dkk (2009), faktor utama
yang mempengaruhi terjadinya erosi adalah curah hujan, sifat-sifat tanah, lereng, vegetasi dan
pengelolaan tanah. 
a. Curah Hujan 
         Sifat curah hujan yang paling berpengaruh terhadap erosi adalah intensitasnya.
Meningkatnya intesitas curah hujan, mengakibatkan semakin tingginya erosi. Intensitas curah
hujan yang tinggi akan mempercepat proses penghacuran dan pengangkutan agregat tanah.
Hancurnya agregat tanah tersebut dapat menyumbat pori-pori tanah yang menyebabkan air tidak
dapat meresap ke dalam tanah, sehingga berdampak pada meningkatnya limpasan permukaan. 
         Proses penghancuran tanah ('soil detachment') oleh curah hujan ditentukan oleh energi
kinetik yang dimiliki curah hujan tersebut. Semakin deras intensitas curah hujan, semakin tinggi
pula daya penghancurannya. 
b. Sifat Tanah 
       Tanah merupakan faktor penting yang menentukan besarnya erosi yang terjadi. Faktor-faktor
tanah yang berpengaruh antara lain adalah (1) ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar baik
oleh pukulan air hujan maupun limpasan permukaan, dan (2) kemampuan tanah untuk menyerap
air hujan melalui perkolasi dan infiltrasi. 
           Kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi berbeda-beda sesuai dengan sifat fisik dan
kimia tanah. Perbedaan ketahanan ini umumnya dinyatakan dalam nilai erodibilitas tanah.
Menurut Utomo (1989) nilai erodibilitas suatu tanah ditentukan oleh ketahanan tanah terhadap
daya rusak dari luar dan kemampuan tanah menyerap air (infiltrasi dan perkolasi). Ketahanan
tanah menentukan mudah tidaknya massa tanah dihancurkan, sedangkan infiltrasi dan perkolasi
mempengaruhi volume limpasan permukaan yang mengikis dan mengangkut hancuran masa
tanah. Semakin tinggi nilai erodibilitas tanah, semakin mudah tanah tersebut tererosi. Secara
umum tanah dengan debu yang tinggi, liat yang rendah dan kandungan bahan organik sedikit
mempunyai kepekaan erosi yang tinggi. 
       Sifat-sifat tanah yang penting pengaruhnya terhadap erosi adalah kemampuannya untuk
menginfiltrasikan air hujan yang jatuh serta ketahanannya terhadap pengaruh pukulan butir-butir
hujan dan aliran permukaan. Tanah dengan agregat yang stabil akan lebih tahan terhadap
pukulan air hujan dan bahaya erosi. Kapasitas infiltrasi tanah sangat dinamis, dapat berubah atau
diubah oleh waktu atau pengolahan tanah. 
        Menurut Verbist dkk (2009), sifat-sifat tanah yang perlu diperhatikan adalah sifat tanah
yang mempengaruhi kepekaan terhadap erosi yaitu tekstur tanah, bentuk dan kemantapan
struktur tanah, kapasitas infiltrasi, permeabilitas tanah dan kandungan bahan organik. Secara
umum hubungan antara sifat tanah dengan erosi adalah sebagai berikut: 
- Tanah bertekstur pasir tidak peka terhadap erosi karena memiliki ukuran partikel yang besar
sehingga daya angkut aliran (erodibilitas) menjadi lebih kecil. Sedangkan tanah dengan ukuran
partikel lebih halus (lempung dan debu) sangat mudah terangkut oleh aliran permukaan, apalagi
jika kecepatan aliran permukaan tinggi. Dengan demikian ukuran partikel tanah berpengaruh
terhadap proses pengangkutan sediment 
- Tanah berstruktur mantap dengan bentuk struktur membulat (granuler, remah, gumpal
membulat) lebih tahan terhadap erosi karena mampu menyerap air lebih banyak dan mengurangi
limpasan permukaan. 
- Tanah dengan kapasitas infiltrasi tinggi memiliki kepekaan terhadap erosi yang lebih rendah
daripada tanah dengan kapasitas infiltrasi rendah. 
- Tanah yang kaya bahan organik lebih tahan terhadap erosi karena bahan organik tersebut
mempengaruhi tingkat kemantapan agregat. 
C. Lereng 
          Besarnya erosi dipengaruhi oleh lereng. Erosi akan meningkat dengan bertambahnya
panjang lereng pada intensitas hujan tinggi, tetapi erosi akan menurun dengan bertambahnya
panjang lereng pada intensitas hujan yang rendah. Unsur lain yang berpengaruh adalah
konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng. Selain itu, bentuk lereng juga berpengaruh terhadap
erosi. Semakin curam dan panjang suatu lereng, maka erosi akan semakin tinggi. Hal ini terjadi
karena kecepatan aliran permukaan semakin meningkat, yang selanjutnya meningkatkan daya
angkutnya terhadap partikel tanah yang telah hancur. 
         Bentuk lereng dibedakan atas lereng lurus, lereng cembung, lereng cekung dan lereng
kompleks. Lereng lurus dicirikan oleh kemiringan yang seragam pada seluruh bagian lereng.
Lereng cembung semakin curam ke arah lereng bawah, sedangkan lereng cekung semakin landai
ke arah lereng bawah. Lereng yang cembung umumnya tererosi lebih besar daripada lereng
cekung. Perbedaan aspek lereng menimbulkan perbedaan besarnya erosi yang terjadi karena
perbedaan penyinaran matahari dan kelembaban. Untuk daerah tropis, aspek lereng tidak terlalu
menyebabkan perbedaan erosi yang besar karena matahari berada hampir tegak lurus dari
permukaan. 
d. Vegetasi 
         Keberadaan vegetasi akan mempengaruhi besarnya erosi yang terjadi. Pengaruh vegetasi
terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: (a) intersepsi hujan
oleh tajuk tanaman; (b) mempengaruhi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air; (c)
pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif
dan pengaruhnya terhadap porositas tanah; (d) transpirasi yang mengakibatkan keringnya tanah. 
         Vegetasi menghalangi curah hujan yang jatuh, sehingga air hujan tidak jatuh langsung di
permukaan tanah, akibatnya daya penghancur air hujan berkurang. Vegetasi juga dapat berfungsi
untuk menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air terinfiltrasi. Penggunaan lahan
yang paling efektif untuk mengurangi erosi adalah hutan namun rumput-rumputanyang tumbuh
rapat dapat berfungsi sama efektifnya. 
e. Pengelolaan Tanah
           Pengelolaan tanah Manusia merupakan faktor penyebab utama terjadinya erosi. Kegiatan
alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian, dan kegiatan pembangunan infrastruktur jalan
atau pembangunan pemukiman tanpa mengindahkan kaidah konservasi tanah dan air
menyebabkan intensitas erosi semakin meningkat. 

BAB III 
PENUTUP 

A. Kesimpulan 
          Hidrologi atau tata air DAS adalah suatu keadaan yang menggambarkan tentang keadaan
kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran menurut waktu dan tempat serta pengaruhnya terhadap
kondisi DAS yang bersangkutan. 
         Aspek-aspek hidrologi DAS yaitu tanah, penutupan lahan, sedimentasi, dan erosi. Selain
itu, aspek hidrologi DAS yang lainnya adalah debit sungai dan curah hujan. Keseluruhan aspek
tersebut sangat mempengaruhi proses hidrologi dalam DAS sehingga apabila terjadi gangguan
pada salah satu aspek maka siklus/proses hidrologi dalam DAS juga akan ikut terganggu. 

B. Saran 
        Hidrologi merupakan siklus yang penting dalam Daerah Aliran Sungai. oleh karena itu,
dalam pengelolaan DAS, pemerintah maupun stekholder lainnya harus memperhatikan aspek-
aspek hidrologi dalam DAS dan mengutamanakan konservasi sehingga siklus/proses hidrologi
yang terjadi dalam DAS tidak terganggu atau dapat berlangsung sebagaimana mestinya. 

 DAFTAR PUSTAKA 

Kusumadewi, dkk., 2012. Arahan Spasial Teknologi Drainase Untuk Mereduksi Genangan Di
Sub  
          Daerah Aliran Sungai Watu Bagian Hilir. Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2,
Desember 
          2012, hlm 258–276. 
Nugroho, S.P., 2005. Analisis dan Evaluasi Kerusakan Lahan Di Daerah Aliran Sungai Danau 
          Tondano, Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Alami, Vol 10 Nomor 1 Tahun 2005. 
Suripin, 2000. Konservasi Tanah dan Air. Universitas Diponegoro, Semarang. 
Setyowati, D.L., 2008. Pemodelan Ketersediaan Air untuk Perencanaan Pengendalian Banjir
Kali 
           Blorong Kabupaten Kendal. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 
Kusumadewi, dkk., 2012. Arahan Spasial Teknologi Drainase Untuk Mereduksi Genangan Di
Sub 
          Daerah Aliran Sungai Watu Bagian Hilir. Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, 
           Desember  2012, hlm 258–276. 
Verbist, dkk., 2009. Monitoring air daerah aliran sungai. World Agroforestry Centre ICRAF
Asia
           Tenggara. Bogor. Indonesia. 
Widyaningsih, I.W., 2008. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Di Sub DAS Keduang
Ditinjau dari 
           Aspek Hidrologi. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai