Anda di halaman 1dari 20

BAB - I

SYARAT-SYARAT UMUM

Pasal 1. PENGERTIAN MENGENAI PROYEK


1.1.1. Pekerjaan
Peningkatan Jalan Dalam Kota Sorong (DAK REGULER)
1.1.2. Lokasi Pekerjaan
Kota Sorong
1.1.3 Sumber Dana
DAK (DANA ALOKASI KHUSUS) Tahun Anggaran 2019
Pasal 2. PENGGUNA BARANG/JASA (PEMBERI TUGAS)
Pengguna Barang/Jasa (Pemberi Tugas) adalah Dinas Pekerjaan Umum Kota dan Penataan
Ruang Sorong selaku Kuasa Pengguna Anggaran.

Pasal 3. PEJABAT PENGADAAN/PEMILIHAN LANGSUNG


Pejabat Pengadaan adalah yang menyelenggarakan pelelangan pekerjaan tersebut diatas
yang diangkat dengan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran/Pemberi Tugas.

Pasal 4. PERENCANA.
Perencanaan dilaksanakan oleh Konsultan Perencana CV. DARMA CITRA UTAMA
yang beralamatkan di BTN MINASA UPA BLOK K 13/11 A-MAKASSAR KOTA
SULSEL.

Pasal 5. PENGAWAS PEKERJAAN (DIREKSI).


Sebagai pengawas pelaksanaan pekerjaan adalah suatu Badan Hukum atau Unsur Teknis
yang akan ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan Direksi Lapangan adalah Unsur
Teknis yang di tunjuk oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Sorong
Selaku Penanggung Jawab Teknis atau Pejabat lainnya yang berwenang dan akan
diberitahukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

Pasal 6. PROSEDUR PELELANGAN


Prosedur penyediaan barang/jasa pemborongan meliputi :
1. Pengumuman Pelelangan Umum
2. Pengambilan Dokumen Prakualifikasi dan Dokumen Penunjukan Langsung
3. Pemasukan Dokumen Prakualifikasi
4. Penilaian Dokumen Prakualifikasi
5. Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
6. Pemasukan Surat Penawaran
7. Pembukaan Dokumen Penawaran
8. Evaluasi Dokumen Penawaran
9. Klarifikasi dan Negosiasi Penawaran
10. Penetapan Pelaksanaan Pekerjaan
11. Penunjukan Pelaksanaan Pekerjaan
12. Surat Perjanjian Kerja (Kontrak)
13. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
Pasal 7. SYARAT-SYARAT PESERTA PELELANGAN
1. Penyedia Barang (Kontraktor) memenuhi ketentuan untuk menjalankan kegiatan
sebagai penyedia barang/jasa.

2. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan managerial untuk menyediakan


barang/jasa.

3. Penyedia Barang (Kontraktor) tidak sedang dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit,
kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan (tidak masuk dalam daftar hitam), atau
pimpinan perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana.

4. Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (dengan
bukti setoran pajak terlampir).

5. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang diperlukan dan
pernah memperoleh pekerjaan menyediakan barang/jasa baik di lingkungan pemerintah
maupun swasta termasuk pengalaman sebagai subkontraktor.

6. Peserta Pelelangan adalah Penyedia Barang/jasa (Kontraktor) yang terdaftar dalam


Daftar Rekanan Mampu (DRM), memiliki Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksanaan
Konstruksi yang diterbitkan oleh Gapensi atau Assosiasi Konstruksi Lain yang terdaftar
dalam Bidang Arsitektur dengan Klasifikasi Sub Bidang Perumahan dan Permukiman
dengan Kualifikasi/Golongan Kecil (K) memiliki SIUJK dari Instansi terkait, serta
diundang secara resmi oleh Panitia Pelelangan untuk mengikuti penjelasan pekerjaan.

7. Peserta Pelelangan yang tidak diundang, tidak dapat mengikuti penjelasan pekerjaan
ini.

8. Peserta Pelelangan yang tidak mengikuti Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)


tidak dapat mengajukan penawaran.

9. Pelelangan ini nantinya dilakukan negosiasi baik menyangkut Teknis, maupun harga.

Pasal 8. DOKUMEN PELELANGAN.


Dokumen Pelelangan adalah Surat-surat keterangan atau surat-surat lainnya yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan ini serta merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak).

Dokumen Pelelangan terdiri dari :

a. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).


b. Gambar Rencana Kerja dan Detail-detailnya.
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) beserta dengan lampiran-
lampirannya.

Pasal 9. DOKUMEN KONTRAK


a. Sebagai ikatan kerja antara Pengguna Barang (Pemberi Tugas) dengan Penyedia
Barang/jasa (Kontraktor) akan dibuat suatu Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak)
yang ditandatangani oleh Pengguna Barang/Jasa dan Penyedia Barang/jasa
(Kontraktor).
b. Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak) dibuat dalam rangkap 7 (tujuh), dimana 3
(tiga) diantaranya dibubuhi meterai Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) yang mempunyai
kekuatan hukum yang sama dan ditanda tangani serta distempel oleh Instansi Pengguna
Barang/Jasa dan Perusahaan yang bersangkutan.
c. Dokumen Kontrak terdiri dari surat-surat keterangan dan surat-surat lainnya yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan yang merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan antara satu dengan lainnya.
Dokumen Kontrak terdiri dari :
 Dokumen Pelelangan
 Dokumen Penawaran beserta dengan lampiran-lampirannya.
 Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran.
 Berita Acara Hasil Evaluasi Administrasi, Teknis dan Harga.
 Surat Keputusan Penetapan Rekanan dari Hasil Evaluasi Teknis dan Harga.
 Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (SPPP).
 Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

Pasal 10. METODA PENYAMPAIAN DOKUMEN PENAWARAN


1. Metoda Satu Sampul
a. Keseluruhan dokumen penawaran dimasukkan ke dalam satu sampul, yang
mencakup semua persyaratan dan dokumen sebagaimana diminta dalam dokumen
pengadaan barang/jasa.
b. Dokumen penawaran mencakup surat penawaran yang dilengkapi dengan
persyaratan administrasi, teknis, dan perhitungan harga yang ditandatangani oleh
penyedia barang/jasa sebagaimana disyaratkan dalam dokumen pelelangan.
c. Pada sampul luar hanya dicantumkan alamat Panitia Pengadaan Barang/Jasa yang
mengadakan pengadaan barang/jasa dan kata-kata “dokumen penawaran
pengadaan barang/jasa (yang mencantumkan : jenis pekerjaan, tempat, hari, bulan,
tahun, jam pemasukan)”.
d. Jumlah harga Penawaran harus ditulis dengan angka dan huruf yang sama nilainya.
e. Dokumen penawaran bersifat rahasia, dilarang dikirimkan kepada anggota panitia
pengadaan atau perseorangan. Dokumen penawaran harus dimasukkan oleh peserta
yang bersangkutan ke dalam tempat/kotak yang telah disediakan oleh panitia
pengadaan dan pada waktu yang telah ditetapkan.

2. Surat Penawaran diketik rapi dan dibuat pada kertas Kop Perusahaan yang
bersangkutan, ditandatangani oleh Direktur atau Penanggung Jawab Perusahaan, diberi
tanggal dan dicap/stempel Perusahaan.

3. Lembaran asli dari Surat Penawaran harus bermeterai Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah).

4. Bila Direktur Perusahaan berhalangan, Surat Penawaran dapat ditandatangani oleh


wakilnya atau yang ditunjuk dengan disertai Surat Kuasa bermeterai Rp. 6.000,- (enam
ribu rupiah) dan sesuai dengan Akte Perusahaan yang disahkan oleh Notaris/Pengadilan
Negeri.
5. Pelaksanaan Pelelangan dilaksanankan dengan Metode Pelelangan Umum
Pascakualifikasi
6. Dokumen Penawaran harus dilampiri :
a. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
b. Analisa Harga Satuan Pekerjaan.
c. Daftar Harga Satuan Bahan dan Upah Kerja.
d. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
e. Foto Copy Akta Pendirian Perusahaan beserta Perubahannya.
f. Foto Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
g. Foto Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU).
h. Foto Copy Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi dari LPJK
i. Foto Copy Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK).
j. Asli dan Foto Copy Dukungan Bank.
k. Asli dan Foto Copy Jaminan Penawaran.
l. Daftar Susunan Pemilikan Modal.
m. Daftar Personil Perusahaan.
n. Daftar Peralatan Perusahaan.
o. Daftar Pengalaman Kerja Perusahaan.
p. Foto Copy Tanda Anggota GAPENSI atau Assosiasi Konstruksi Lain yang masih
berlaku.
q. Foto Copy Bukti Pelunasan Pajak Tahun Terakhir
r. Laporan Bulanan PPh/PPn tiga bulan Terakhir.
s. Surat Pernyataan Bukan Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI
t. Persyaratan lainnya melihat dari Standart dokumen pengadaan yang telah ditentukan

7. Jumlah harga penawaran harus berdasarkan :


Real cost ………………..…… = Rp. ..........................

PPN 10% ………………..…… = Rp. ..........................

.........................................................................................................

Jumlah ………………..…… = Rp. ..........................

Dibulatkan ………………..…… = Rp. ..........................

T e r b i l a n g ………………..…… ( Dengan Huruf )

8. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya dibuat dalam rangkap 3 (Lima) masing-


masing 1 (satu) rangkap Asli dan 2 (Dua) rangkap Copy, dimasukkan dalam amplop
berukuran folio, tertutup rapat dan dilak dilima tempat bagian belakangnya, tanpa tanda
pengenal dan tulisan lain kecuali dibagian muka tertulis :

Kepada :

Pokja ULP Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Sorong

di –
SORONG
Pada Sudut kiri atas tertulis SURAT PENAWARAN
9. Kepada rekanan tidak diperbolehkan mengajukan lebih dari 1 (satu) paket Penawaran.
10. Diluar ketentuan diatas, penawaran dinyatakan tidak sah/gugur.
11. Pelelangan ini berpedoman pada PERPRES No. 54 Tahun 2010.

Pasal 11. RAPAT PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIJZING)


1. Penjelasan Pekerjaan akan disampaikan pada hari, tanggal, waktu dan tempat yang
telah tercantum dalam Surat Undangan.

2. Dalam Rapat penjelasan pekerjaan, Panitia Pelelangan akan dibantu oleh Konsultan
Perencana dalam memberikan penjelasan-penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan oleh para rekanan.

3. Setelah selesai diadakan penjelasan kegiatan sesuai dengan hari, tanggal dan waktu
yang telah ditentukan, maka tidak ada lagi penjelasan maupun tanya jawab mengenai
penjelasan pekerjaan tersebut.

4. Peserta Pelelangan yang tidak mengikuti rapat penjelasan pekerjaan tidak


diperkenankan memasukkan Penawaran dan dianggap mengundurkan diri.

5. Hasil penjelasan pekerjaan beserta perubahan-perubahannya, baik berupa penambahan


maupun pengurangan dari RKS serta gambar rencana akan dituangkan dalam Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan yang telah ditanda tangani oleh Panitia serta Peserta
Pelelangan, dapat diambil pada :

a. Hari : ............................
b. Tanggal : ............................
c. Jam : ............................
d. Tempat : ............................

Pasal 12. PEMBUKAAN SURAT PENAWARAN.


Pembukaan Surat Penawaran oleh Panitia Pelelangan pada hari, tanggal waktu dan tempat
yang telah ditentukan dalam Surat Undangan dan disaksikan oleh peserta pelelangan untuk
selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara Pembukaan Surat Penawaran.

Pasal 13. PENILAIAN PENAWARAN DAN PENETAPAN CALON PEMENANG.


1. Penilaian Surat Penawaran oleh Panitia Pelelangan berdasarkan Penelitian ataupun
prosedur yang berlaku, selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara Penetapan Calon
Pemenang Lelang.

2. Usulan Rekanan Calon Pemenang Lelang akan disampaikan kepada Pemberi Tugas
untuk ditetapkan sebagai Calon Pemenang sesuai dengan prosedur dan peraturan yang
berlaku.

3. Calon Pemenang Lelang dan harga pekerjaan harus sudah ditetapkan selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari setelah Pembukaan Surat Penawaran.

4. Penetapan Pemenang Lelang dan harga pekerjaan ditetapkan oleh Pemberi Tugas dan
akan disampaikan kepada Pokja ULP untuk diumumkan selambat-lambatnya 5 (lima)
hari setelah Penetapan Pemenang oleh Pemberi Tugas.
Pasal 14. PEMBATALAN PELELANGAN DAN PELELANGAN ULANG
1. Pelelangan dinyatakan batal apabila :
a. Surat Penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga) peserta atau tidak ada yang
memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.
b. Surat Penawaran terendah yang masuk lebih tinggi dari anggaran yang tersedia
(pagu).
c. Harga yang ditawarkan tidak wajar dan tidak dicapai kesepakatan/negoisasi
penurunan harga, sesuai alokasi dana yang tersedia.

2. Pelelangan batal jika terdapat sanggahan dan ternyata benar serta diterima oleh pejabat
yang berwenang.

3. Apabila Pelelangan gagal, maka Panitia segera melakukan Pelelangan Ulang dan
Panitia tidak terikat untuk mengundang kembali peserta lelang yang dibatalkan .

4. Apabila Pelelangan Ulang gagal, maka Pelaksana Kegiatan/Pemberi Tugas segera


memerintahkan kepada panitia untuk melanjutkan proses pengadaan pemborong
tersebut dengan cara permintaan harga ulang (price quotation) atau negosiasi bersaing
atau Penunjukan Langsung dengan tetap melakukan negosiasi teknis dan harga.
BAB - II

SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI

Pasal 15. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini ditetapkan : 180 ( seratus delapan puluh ) hari
kalender setelah dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dengan masa
pemeliharaan 180 (Seratus delapan puluh) hari kalender.

Pasal 16. MULAI DAN SELESAINYA PEKERJAAN


1. Pekerjaan harus dimulai dalam arti yang sebenarnya selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), kecuali ada
ketentuan lain.

2. Penyerahan Pertama Pekerjaan dilakukan setelah prestasi pekerjaan selesai seluruhnya


100 % (Seratus Persen) yang dinyatakan dengan Berita Acara Penyerahan Pertama
Pekerjaan oleh Pemborong kepada Pemberi Tugas/Pelaksana Kegiatan.

3. Penyerahan Kedua Pekerjaan dilakukan setelah masa Pemeliharaan selesai yang


dinyatakan dengan Berita Acara Penyerahan Kedua Pekerjaan.

Pasal 17. JANGKA WAKTU MASA PEMELIHARAAN


1. Jangka waktu masa pemeliharaan pekerjaan ini adalah 180 (Seratus delapan) hari
kalender, terhitung sejak tanggal penyerahan pekerjaan pertama (pekerjaan selesai 100
%).

2. Dalam masa pemeliharaan, Pemborong harus dan wajib memperbaiki dan


menyempurnakan segala kekurangan, cacat teknis dan kekurangan-kekurangan lainnya
akibat kurang sempurnanya pelaksanaan yang dilakukan oleh Pemborong. Dalam
perbaikan ini Pemborong harus mentaati segala petunjuk dan perintah dari Pemberi
Tugas atau Direksi.

3. Pekerjaan perbaikan harus segera dilaksanakan dan sudah harus selesai paling lambat
pada saat berakhirnya masa pemeliharaan, serta semua biaya yang ditimbulkan
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.

Pasal 18. PERPANJANGAN WAKTU PELAKSANAAN


Perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan dapat diberikan sepanjang disebabkan oleh
hal-hal yang terjadi diluar kekuasaan dan kemampuan manusia (Force Majeure).

Dalam hal ini pemborong harus mengajukan permohonan perpanjangan waktu


pelaksanaan secara tertulis kepada Pemberi Tugas dengan disertai alasan-alasan yang
kuat serta bukti-bukti pendukung dari pihak-pihak yang berkompeten paling lambat 2
(dua) minggu sebelum berakhirnya waktu pelaksanaan.

Lamanya waktu perpanjangan pelaksanaan pekerjaan disesuaikan atas pertimbangan yang


wajar oleh Pemberi Tugas dan akan dibuatkan Surat Keputusan berupa Addendum
Kontrak.
Pasal 19. JAMINAN PENAWARAN
1. Besarnya Jaminan Penawaran sebesar 1 s/d 3 % dari jumlah harga penawaran dan
sudah termasuk Pajak Penghasilan (PPN) 10%.

2. Jaminan Penawaran akan dikembalikan kepada peserta pemenang lelang, setelah


penandatanganan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dan menyerahkan Surat Jaminan
Pelaksanaan.

3. Jaminan Penawaran akan dikembalikan kepada peserta lelang yang tidak


memenangkan pelelangan ini.

4. Bagi peserta lelang yang mengundurkan diri setelah mengajukan penawaran, maka
Surat Jaminan Penawaran menjadi milik Negara.

Pasal 20. JAMINAN PELAKSANAAN


1. Pemborong yang ditetapkan sebagai pelaksana pekerjaan, sebelum menandatangani
Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak) harus menyerahkan Jaminan Pelaksanaan
sebesar 3 % (tiga persen) sampai dengan 5 % (lima persen) dari nilai kontrak yang
berupa Surat Jaminan Pelaksanaan dari Bank atau Lembaga Keuangan lainnya yang
ditetapkan oleh Pemerintah.

2. Jaminan Pelaksanaan akan dikembalikan kepada Pemborong setelah pekerjaan selesai


seluruhnya dan diserahkan untuk Pertama kalinya.

Jaminan Pelaksanaan akan menjadi milik Negara apabila :

a. Pemborong tidak melaksanakan pekerjaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan
dan mengundurkan diri setelah menandatangani Surat Perjanjian Pelaksanaan
Pemborongan (Kontrak).

b. Pemborong tidak sanggup atau tidak mampu lagi melaksanakan atau melanjutkan
pekerjaan sehingga diputuskan secara sepihak oleh Pemberi Tugas.

c. Pemborong telah dikenakan denda maksimum dan kontrak diputuskan oleh Pemberi
Tugas.

Pasal 21. SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK), DAN SURAT PERJANJIAN
PEMBORONGAN (KONTRAK).
Pemborong yang telah ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan akan diberikan Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) dan kemudian dipertegas dengan Surat Perjanjian Pemborongan
Pekerjaan (Kontrak), dimana kedua-duanya merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari dokumen kontrak dan menjadi pedoman dalam melaksanakan pekerjaan.
Pemborong harus menyediakan 1 (satu) set gambar-gambar rencana dan gambar
pelaksanaan lengkap dengan detail-detailnya dan RKS ditempat/lokasi pekerjaan.

Pasal 22. CARA PEMBAYARAN.


1. Pembayaran dilaksanakan secara berangsur yang diatur dalam Surat Perjanjian
Pemborongan Pekerjaan dimana dilakuakan diatas prestasi pekerjaan.

2. Pekerjaan ini dibiayai dengan sumber Dana Alokasi Khusus ( DAK REGULER ),
Tahun 2019.
3. Pembayaran oleh Pemberi Tugas kepada Pemborong melalui Kantor Dinas Pekerjaan
Umum Kota Sorong dengan didasarkan atas :
 Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan (Bobot Prestasi).
 Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan yang ditandatangani oleh Direksi/Konsultan
Pengawas.
 Berita Acara kemajuan Pekerjaan untuk Pembayaran Angsuran.
 Faktur dan Kwitansi.
 Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan.
 Khusus untuk pembayaran prestasi 100 % (seratus persen) dan masa pemeliharaan
selesai , harus dilampiri dengan Berita Acara Serah Terima Pertama dan Berita
Acara Serah Terima Kedua.

Pasal 23. BIAYA PEMBUATAN KONTRAK.


Biaya pembuatan Surat Perjanjian menjadi tanggungan Pemborong dan dianggap sudah
termasuk dalam harga borongan.

Pasal 24. KENAIKAN HARGA.


Apabila selama dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi kenaikan harga dan upah kerja,
pemborong tidak dapat mengajukan tuntutan kenaikan harga, kecuali bila terjadi tindakan
Pemerintah dibidang Moneter. Dalam hal ini akan diperhitungkan sesuai ketentuan dan
peraturan yang berlaku untuk penyesuaian harga.

Pasal 25. FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA).


Bila selama pelaksanaan pekerjaan terjadi peristiwa/kejadian yang berada diluar kekuasaan
dan kemampuan manusia (Force Majeure) sehingga mempengaruhi jalannya pekerjaan,
maka akan segera dibuatkan Berita Acara yang disetujui dan diketahui oleh Instansi atau
Pihak yang ada kaitannya dengan kejadian tersebut. Adapun hal-hal yang termasuk dalam
Force Majeure adalah :
 Bencana Alam (Gempa Bumi, Banjir, tanah longsor, angin topan, kebakaran dll)
 Peperangan, Huru-hara, sabotase, pemogokan, dll.
 Kekosongan bahan yang diperlukan dipasaran.
 Tindakan Pemerintah dalam bidang Moneter.
Pemborong berkewajiban untuk melaporkan atau memberitahukan kepada Pemberi
Tugas/Pemimpin Proyek selambat-lambatnya dalam jangka waktu 3 x 24 jam setelah
kejadian tersebut secara tertulis yang diketahui oleh pihak-pihak yang berkompeten.
Bila kesempatan melapor atau memberitahukan hal tersebut tidak dipenuhi, maka
pemborong kehilangan haknya untuk mengajukan tuntutan.

Pasal 26. KESELAMATAN KERJA


Pemborong berkewajiban untuk memenuhi peraturan tentang keselamatan kerja antara lain
dengan menyediakan kotak P3K lengkap dengan isinya dilokasi pekerjaan.
Pasal 27. PEKERJAAN TAMBAH/KURANG.
a. Pekerjaan tambah/kurang hanya boleh dilaksanakan apabila ada perintah tertulis dari
Pemberi Tugas. Tanpa Perintah tertulis dari Pemberi Tugas , maka pekerjaan
tambah/kurang tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.

b. Perhitungan pekerjaan tambah/kurang berdasarkan harga yang telah disetujui dan


tercantum dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Pemborongan.

c. Biaya atas pekerjaan tambah/kurang akan dibayarkan atau diperhitungkan bersama


dengan pembayaran angsuran terakhir.

Pasal 28. PELAKSANA DAN TUGASNYA.


Dalam pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus menetapkan seorang atau lebih sebagai
pelaksana ditempat pekerjaan yang mampu dan berpengalaman dalam bidangnya serta
bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

Tugas Pelaksana antara lain :

a. Mempelajari, meneliti dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan RKS, Gambar-


gambar Rencana maupun Detailnya sehingga dapat dicapai mutu atau hasil sesuai
dengan Rencana serta dapat tepat waktu penyelesaiannya.

b. Wajib melaksanakan perintah dari Pemberi Tugas/Direksi yang sesuai dengan RKS dan
Bestek.

c. Wajib memberitahukan kepada Direksi/Pemberi Tugas apabila menurut pelaksana ada


hal-hal yang meragukan ataupun keputusan Direksi yang mengakibatkan perubahan
dalam pembiayaan.

Pasal 29. RENCANA KERJA DAN PELAKSANAAN.


Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan,
Pemborong wajib menyerahkan jadwal Pelaksanaan Pekerjaan lengkap dengan bobot
prestasi tiap bagian pekerjaan yang diperiksa oleh pengawas untuk diketahui oleh Pemberi
Tugas sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan.

Jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan harus sudah dibuat atas dasar akan adanya hari
libur, keadaan cuaca dan lain sebagainya sehingga perpanjangan waktu pelaksanaan
sedapat mungkin dihindari.

 Tanggal untuk memulai dan selesainya tiap jenis pekerjaan.


 Tanggal untuk memperoleh dan mendatangkan bahan/material ke lokasi pekerjaan.
 Jumlah tenaga yang digunakan untuk melaksanakan tiap bagian pekerjaan.

Pasal 30. LAPORAN PROYEK.


a. Pemborong harus menyediakan dan mengisi buku harian Proyek dilokasi tempat
pekerjaan selama pekerjaan berlangsung.

b. Buku catatan harian tersebut berisikan :


 Jumlah pekerja yang bekerja setiap harinya.
 Uraian dan macam pekerjaan yang dilaksanakan setiap harinya.
 Jumlah dan jenis bahan/material yang masuk, dipakai dan ditolak.
 Jam kerja, keadaan cuaca serta adanya kejadian khusus.
 Peralatan kerja yang dipakai.
 Kunjungan tamu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan proyek.
 Instruksi dari Pemberi Tugas, Direksi atau Pengawas.

c. Catatan tersebut diatas harus disalin pada lembaran bebas dengan rangkap 5(lima)
sebagai laporan harian.
d. Tiap akhir pekan, pemborong harus membuat bobot prestasi dari kemajuan pekerjaan
yang telah dilaksanakan yang selanjutnya disalin dalam lembaran bebas berikut tenaga
kerja maupun catatan lainnya selama satu minggu dalam rangkap 5 (lima) sebagai
laporan mingguan.

e. Setiap bulan, pemborong harus membuat evaluasi tentang kemajuan pekerjaan yang
dicapai maupun permasalahan yang timbul dilokasi tempat pelaksanaan pekerjaan.
Catatan tersebut dibuat dalam rangkap 5 (lima) sebagai laporan bulanan.

Semua laporan tersebut ditandatangani oleh pelaksana lapangan, Direksi/Pengawas untuk


laporan bulanan dan diketahui oleh Pengelola Teknis Proyek.

Pasal 30. FOTO DOKUMENTASI


Foto Dokumentasi proyek dibuat dalam rangkap 1 (satu) ukuran postcard, dibuat dalam
tiap tahapan, yaitu mulai dari awal sampai selesainya pekerjaan (0%, 25%, 50%, 75%,
100%).

Foto dokumentasi tersebut harus diserahkan kepada Pemberi Tugas/Pemimpin Proyek.

Pasal 31. PENYERAHAN PEKERJAAN KEPADA PIHAK KETIGA


1. Pemborong tidak boleh menyerahkan, mengalihkan atau mensub kontrakkan sebagian
atau seluruhnya pekerjaan ini kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari
Pemberi Tugas/Pelaksana Kegiatan.

2. Persetujuan dari Pemberi Tugas mengenai penyerahaan, pengalihan atau mensub


kontrakkan dari Pemborong kepada Pihak Ketiga tidak mengurangi tanggung jawab
pemborong atau hasil, mutu dan ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan.

3. Apabila terjadi pengalihan, penyerahan atau mensub kontrakkan pekerjaan kepada


Pihak Ketiga tanpa persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas, maka Pemberi Tugas dapat
menghentikan atau membatalkan secara sepihak kontrak (Surat Perjanjian Pelaksanaan
Pemborongan) yang telah disepakati bersama dan akibat yang ditimbulkan menjadi
tanggung jawab pemborong.

Pasal 32. PERUBAHAN DOKUMEN.


1. Apabila selama pekerjaan dipandang perlu diadakan perubahan pada gambar dan
RKS, maka pemborong harus melaksanakannya.

2. Bilamana dengan adanya perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya biaya


tambah/kurang, maka perubahan tersebut akan diperhitungkan dan diatur dalam
Addendum Surat Perjanjian Pelaksanaan Pemborongan.
3. Gambar perubahan diserahkan kepada Pemberi Tugas dalam rangkap 5 (lima) untuk
mendapatkan pengesahan dan persetujuannya dimana biayanya ditanggung oleh
pemborong.

Pasal 33. DENDA DAN SANKSI-SANKSI.


1. Apabila pemborong tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jangka waktu
yang telah ditetapkan dalam kontrak atau pada waktu perpanjangan waktu pelaksanaan
yang telah disetujui, maka pemborong dikenakan denda keterlambatan tersebut
sekurang-kurangnya 1 o/oo (satu perseribu) dari harga borongan untuk setiap hari
keterlambatan dengan batas maksimum 5 % (lima perseratus) dari harga borongan.

2. Bilamana terjadi keterlambatan atau perpanjangan waktu pelaksanaan, pemborong


berkewajiban membayar pengawas (supervisi) selama masa
keterlambatan/perpanjangan tersebut.

3. Bilamana pemborong melakukan penyimpangan-penyimpangan atau kelalaian dari apa


yang tercantum dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Pemborongan atau petunjuk dari
Pemberi Tugas/Direksi, maka pemborong dikenakan denda kelalaian sebesar 1 o/oo
(satu perseribu) dari harga borongan untuk setiap kelalaian yang dilakukan setelah
diberikan Surat Teguran/peringatan secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dari Direksi
atau Pemberi Tugas. Selain itu Pemborong wajib melaksanakan pekerjaan yang
dilalaikan tersebut.

4. Pemberi Tugas dapat mencabut, membatalkan dan memutuskan kontrak secara sepihak
apabila:
 Keterlambatan ataupun kelalaian yang dilakukan oleh Pemborong telah
mengakibatkan denda maksimal yaitu 5 % (lima perseratus).
 Pemborong sudah tidak sanggup lagi meneruskan dan menyelesaikan pekerjaan yang
menjadi, tanggung jawabnya sesuai dengan kontrak.
 Pemborong tidak melaksanakan masa pemeliharaan.
 Surat Jaminan Pelaksanaan menjadi milik Negara.
 Membayar denda dan ganti rugi kepada Negara.
 Pemborong dapat dikenakan daftar hitam untuk jangka waktu tertentu.

Pasal 34. PERSELISIHAN DAN TEMPAT DOMISILI.


1. Segala perselisihan yang timbul antara Pemberi Tugas dan Pemborong, sedapat
mungkin diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat.

2. Apabila tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dan mufakat, maka akan
diselesaikan lewat Dewan Arbirtase yang khusus dibentuk untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Apabila tidak dapat diselesaikan lewat Dewan Arbitrase maka akan
diselesaikan lewat Pengadilan Negeri Sorong sebagai tempat domisili.
Pasal 35. LAIN-LAIN.
1. Hal-hal lain yang tidak atau belum diatur dalam RKS ini akan dijelaskan pada waktu
penjelasan pekerjaan atau pada saat pelaksanaan pekerjaan oleh Pemberi
Tugas/Direksi.
2. Pemberi Tugas berhak untuk menggunakan atau meniadakan atau mengurangi volume
dari beberapa pekerjaan yang dianggap kurang perlu dan tidak berpengaruh terhadap
pemakaian bahan bangunan secara keseluruhan apabila penawaran yang diajukan
melampaui dana (pagu) yang tersedia atau mengurangi harga satuan yang diajukan
secara berlebihan (tidak wajar).

3. Kontrak pekerjaan akan dilaksanakan dengan biaya secara LUMPSUM PRICE


(HARGA TOTAL TETAP), jadi pemborong hanya diperkenankan untuk meneliti
kelengkapan dari jenis dan macam pekerjaan yang dilaksanakan sebagai dasar untuk
penilaian calon pemenang lelang.

Perhitungan volume pekerjaan yang tercantum dalam Rincian Rencana Anggaran Biaya
sebagai lampiran Surat Penawaran dari pemborong sifatnya tidak mengikuti dalam
pelaksanaan, sebab pekerjaan yang dilaksanakan merupakan 1 (satu) paket pekerjaan yang
menyeluruh dan tidak dapat dipecah-pecahkan atau dipisah-pisahkan dalam bagian-bagian
tersendiri.
BAB - III

SYARAT-SYARAT TEKNIS
PASAL I
URAIAN PEKERJAAN

I.1 Lingkup Program/Kegiatan/Pekerjaan

Pekerjaan : Peningkatan Jalan Dalam Kota Sorong (DAK PENUGASAN)

I.2 Sarana Peralatan Penunjang Dalam Pelaksanaan


Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Pihak Kontraktor harus :
a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang memadai, sesuai dengan jenis pekerjaan-pekerjaan yang
dilaksanakan.
b. Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan ini peralatan Tukang Lengkap dengan melampirkan bukti
kepemilikan atau bukti dukungan lainnya yang dapat dipertanggung jawabkan.
c. Pengadaan air kerja, sumber kelistrikan & bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup
untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan agar tepat waktu.

I.3 Cara Pelaksanaan


Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam gambar Rencana, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Berita Acara penjelasan dan
mengikuti petunjuk serta keputusan konsultan pengawas dan pihak proyek.

I.4 Persyaratan Bahan/Material


Jenis dan mutu bahan yang akan dipergunakan diutamakan produk dalam negeri. Seluruh
bahan (material) yang akan dipergunakan sebelum dipakai harus mendapat rekomendasi dan
persetujuan direksi terlebih dahulu, oleh karena penyedia jasa harus menyerahkan contoh
(sample) bahan-bahan yang akan dinilai dan direkomendasikan.
Seluruh bahan yang akan dipergunakan adalah buatan dalam negeri kecuali bahan - bahan yang
dianggap mutlak oleh pengguna jasa untuk dijadikan standar penilaian.
Semua bahan tidak memenuhi persyaratan harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek paling
lambat 2 x 24 jam. Jika bahan yang ditolak (Afkeer) tersebut ternyata masih dipergunakan oleh
penyedia jasa, maka pengguna jasa berhak untuk membongkar kembali pekerjaan yang
mempergunakan bahan tersebut.
Adapun kerugian yang terjadi akibat tersebut akan ditanggung oleh pihak penyedia jasa. Jika
terjadi perselisihan tentang mutu/kualitas bahan yang dipergunakan penyeia jasa, maka bahan
tersebut akan diuji pada balai penelitaian laboratorium pengujian bahan, sedang biaya
pengujian tersebut dibebankan pada pihak penyedia jasa.
Sebelum ada kepastian tentang mutu/kualitas dari laboratorium pengujian bahan, maka
penyedia jasa tidak diperkenankan untuk melanjutkan pekerjaan menggunakan bahan-bahan
tersebut.

I.5 Gambar – gambar bestek / Detail Konstruksi


a. Gambar – gambar terdiri dari gambar Situasi, cross section, dan gambar – gambar detail.
b. Gambar – gambar yang bersifat prinsip akan diberikan pihak pengguna jasa dan gambar
yang belum ada dan dianggap perlu harus dibuat pihak penyedia jsa yang disahkan
pengguna jasa. Perubahan gambar (as build drawing) yang terjadi harus dikerjakan oleh dan
dengan biaya pihak penyedia jasa.

I.6 Penjelasan RKS dan gambar kerja


a. Penyedia jasa wajib meneliti semua gambar dan Rencana kerja dan syarat – syarat (RKS)
termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan pada berita acara penjelasan
pekerjaan (Aanwizjing).
b. Bila gambar tidak sesuai dengan RKS, maka yang mengikat dan berlaku adalah RKS. Bila
gambar satu berbeda dengan yang lain, maka gambar dengan skala terbesar yang akan
dipakai.
c. Bila perbedaan – perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan
menimbulkan kesalahan, penyedia jasa wajib menanyakan kepada pengawas lapangan dan
penyedia jasa wajib mengikuti keputusan tersebut.

I.7 Jadwal Pelaksanaan


a. Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, penyedia jasa wajib membuat rencana kerja
pelaksanaan dan bagian – bagian pekerjaan berupa Bar Chart dan Curve S mengenai
pengelolaan tenaga kerja dan bahan.
b. Rencana kerja tersebut harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas
Lapangan, paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kalender setelah Surat
Perintah Kerja (SPK) diterima penyedia jasa. Rencana kerja yang telah disetujui oleh
Direksi Teknis, akan disahkan oleh pihak pengguna jasa.
c. Penyedia jasa harus menyerahkan salinan Rencana Kerja yang telah disahkan sebanyak 3
(tiga) rangkap kepada pengguna jasa, satu rangkap salinan tersebut ditempel pada
dinding/papan informasi pada direksi keet dan selalu diikuti dengan grafik progrek
kemajuan pekerjaan lapangan (Prestasi kerja).
d. Direksi teknis akan selalu memantau dan menilai kinerja penyedia jasa berdasarkan rencana
kerja tersebut.

I.8 Kuasa Penyedia Jasa di lapangan


a. Penyedia jasa wajib menunjuk seorang kuasa penyedia jasa (Pelaksana) lapangan yang
cakap guna memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan kuasa penuh dari
penyedia jasa, kualifikasi strata pendidikan minimal sarjana muda/ D3 Teknik sipil dengan
pengalaman 3 (tiga) tahun atau STM bangunan dengan pengalaman kerja minimum 7
(Tujuh) tahun.
b. Penyedia jasa wajib menyerahkan daftar nama personil di lapangan dan harus mendapat
persetujuan pihak pengguna jasa dan direksi teknis.
c. Bila ternyata di kemudian hari, berdasarkan penilaian pengguna jasa dan pengawas
lapangan, pelaksana tersebut dianggpa kurang mampu dalam memimpin pelaksanaan
pekerjaan, akan dilaporkan secara tertulis pada pihak penyedia jasa dan wajib mengganti
dengan pelaksana lain atau penanggung jawab atau direktur perusahaan yang lebih mampu.
I.9 Domisili Penyedia jasa
Bila terjadi hal – hal mendesak, sehingga diperlukan tambahan waktu kerja diluar jam kerja
resmi, penyedia jasa dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis mengenai alamat,
nomor telepon kepada pihak pengguna jasa dan pengawas lapangan.

PASAL II
PEKERJAAN AWAL
II.1 Papan Nama Proyek
Kontraktor berkewajiban untuk membuat papan nama proyek. Bahan yang dipergunakan
adalah multipleks yang berukuran minimal 200 cm x 100 cm dengan ketentuan sebagai
berikut :

Proyek :
Pekerjaan :
Biaya pembangunan :
Sumber Dana :
Jangka waktu pelaksanaan :
Kontraktor pelaksana :
Konsultan perencana :
Konsultan pengawas :

II.2 Pengukuran
a. Pemborong wajib meneliti situasi keadaan sekitar, terutama keadaan tanah yang akan
dikerjakan, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal – hal lain yang dapat mempengaruhi
penawarannya.
b. Kelalaian atau kekurangtelitian pemborong dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan klaim.
c. Pengukuran-pengukuran sudut harus dilakukan dengan sangat teliti, pemborong harus
mengadakan pengukuran tersebut, mengawasi dan meneliti sehingga yakin bahwa sudut
siku benar-benar sudah dipenuhi.
d. Semua ukuran sudut wajib dilaporkan kepada pengawas untuk dikoreksi untuk kedua
kalinya dan diyakini bahwa ukuran tersebut sudah benar.
e. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi di lapangan antara gambar kerja dan kenyataan, harus
secepatnya dilaporkan kepada pengawas, dan pemborong harus mematuhi keputusannya.

II.3 Pengujian Lapangan


a. Kontraktor harus menyelenggarakan pengujian bahan – bahan dan kecakapan kerja untuk
pengendalian mutu yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan menurut perintah
Direksi Teknik
b. Pengujian layaknya dilaksanakan oleh Laboratorium kabupaten atau provinsi yang sesuai
dengan instruksi Direksi Teknik. Pengujian khusus di laboratorium pusat perlu
dilaksanakan, jika diminta demikian oleh Direksi Teknik.
c. Semua pengujian harus memenuhi persyaratan standar spesifikasi. Bilamana hasil pengujian
tidak memuaskan, kontraktor harus melakukan pekerjaan-pekerjaan perbaikan dan
peningkatannnya. Jika diperlukan oleh Pimpinan proyek atau Direksi Teknik, kontraktor
harus melengkapi pengujian – pengujian untuk menunjukkan terpenuhinya standar
spesifikasi yang ditetapkan.
d. Kontraktor harus bertanggung jawab membayar semua biaya pengujian yang dilaksanakan
untuk memenuhi persyaratan spesifikasi.

II.4 Foto Dokumentasi


Selama masa pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus membuat foto dokumentasi seluruh
pekerjaan yang menggambarkan kondisi 0 %, 25%, 50 % dan 100%. Foto dokumentasi 0 %,
25%, 50 % dan 100%, harus menggambarkan kemajuan pekerjaan setiap 1(satu) titik tiap
bidang.

PASAL III
PEKERJAAN DRAINASE
III. Lingkup Pekerjaan
 Pekerjaan Galian Untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
a. Semua pekerjaan galian drainase harus sesuai dengan ukuran/dimensi dengan gambar
kerja, dan tanah bekas galian harus ditimbun/diangkut keluar papan bouwplank
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pekerjaan selanjutnya.
b. Tanah yang sudah di gali dan telah mendapat persetujuan dari pengawas maka segera
dilakukan pekerjaan berikutnya.
 Pasangan Batu dengan Mortar
a. Pekerjaan pasangan batu yang dimaksud adalah pekerjaan pasangan batu mortar untuk
saluran.
b. Pasangan batu mortar ini adalah pasangan batu yang dimana pasangan tersebut
menggunakan camp 1 ; 4 yaitu semen 1 dan pasir 4 dan pasangan batu kali yang
diplester.

PASAL IV
PEKERJAAN TANAH
IV.1 Lingkup Pekerjaan:

 Penyiapan badan jalan


Pekerjaan penyiapan badan jalan dilakukan untuk membersihkan dan meratakan badan jalan
sebelum dilakukan pekerjaan berikutnya
 Pekerjaan Galian Tanah
a. Pekerjaan galian tanah dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja.
b. Tanah yang sudah digali harus diangkut/ditimbun sehingga tidak mengganggu pekerjaan
selanjutnya.
 Galian Tanah Struktur
Galian tanah harus sesuain dengan dimensi/ukuran dengan gambar kerja, dan tanah dari
bekas galian harus diangkut/dipindahkan sehingga tidak menghalangi pekerjaan berikutnya.
 Timbunan Biasa
a. Timungan biasa dilakukan untuk penimbunan badan jalan sehingga mencapai level yang
ditentukan sesuai dengan gambar kerja.
b. Tinggi timbunan disesuaikan dengan keadaan lapangan dan juga gambar kerja.
 Pekerjaan Urugan Pilihan
a. Urugan pilihan dilakukan untuk pekerjaan perkerasan badan jalan.
b. Urugan Pilihan dipakai sebagai timbunan Perkerasan badan jalan dengan tinggi standar
10 - 25 cm.
c. Urugan pilihan bahu jalan disesuaikan dengan ukuran lebar dan tinggi pada gambar kerja.

PASAL V
PEKERJAAN BETON
V.1 Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan beton adalah sebagai
berikut :
a. Beton Struktural
Menggunakan mutu beton K-175/ K250:
1. Beton Cor atau jalan Cor haruslah sesuai gambar rencana, sesuai dengan masing-masing
ruas.
2. Untuk mencapai mutu beton K-250, Pemborong wajib membuat beton kubus dan
selanjutnya membuat adukan sesuai dengan kubus beton yang disetujui.
3. Secara periodic dilaksanakan pengujian ketentuan tekan kubus beton 15x15x15 cm3 pada
usia 28 hari, sesuai ketentuan PBI 1971 pasal 4.7 dan 4.9. Biaya pengujian tersebut
harus ditanggung oleh Pemborong apapun hasilnya.

b. Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan perawatan beton harus


dilaksanakan sesuai ketentuan dalam PBI 1971 pasal 6.1 s/d 6.6 dan terutama harus
diperlihatkan adalah :
1. Pengadukan semua beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Beton Molen/
Ready mix Concrete) untuk pengecoron beton jalan, pelat deuker, serta box culvert.
2. Pemasangan bekesting harus rapi dan kaku sehingga setelah dibongkar memberikan
bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit penghalusan.
3. Celah – celah antara papan harus cukup rapat sehingga waktu pengecoran tak ada air
adukan yang keluar.
4. Sebelum pengecoran, sisi dari bekesting harus disiram dengan air dan bebas dari kotoran
– kotoran atau benda-benda lain yang tidak diperlukan.
5. Pemborong tidak diperkenankan melakukan pengecoran sebelum pembersihan diperiksa
dan mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas secara tertulis. Syarat persetujuan
tersebut berlaku juga untuk pembongkaran bekesting/cetakan.

V.2 Semua PC yang digunakan harus Portland Cement type I atau setara dengan produksi semen
tonasa atau yang memenuhi syarat-syarat menurut Standart semen Indonesia (NI- 8 1972) dan
standart industri Indonesia (SII,0013-81) mutu dan cara uji semen.
Seluruh pekerjaan beton harus menggunakan semen dari merk yang sama, kecuali tidak adanya
stok di pasaran dapat digunakan merk lain tanpa meninggalkan syarat kualitas yang ditentukan.
Pemakaian semen dari merk lain harus seizin pengawas/Direksi Proyek secara tertulis.

V.3 Agregat kasar tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 1 % berat, harus terdiri dari butir-
butir yang keras dan tidak berpori dengan ukuran lebih dari 5 mm dan lebih kecil dari 4 cm dan
juga tidak boleh mengandung zat yang merusak beton.
V.4 Pasir yang digunakan adalah pasir dari gunung yang diolah dan dicuci, kadar lumpur tidak
boleh melebihi 4% berat dengan butir beraneka ragam. Bila kadar lumpur melampaui 5 %,
agregat harus dicuci.
Pasir harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran baik bahan organis Lumpur, tanah,
karang, garam dan sebagainya. Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
V.5 Air untuk adukan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan organic, campuran-campuran
yang mempengaruhi daya lekat semen.
Sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

V.6 Baja tulangan yang dipakai adalah minimal harus sesuai dengan PBI 1971.
Setara produksi Krakatau Steel dengan mutu, jenis sebagai berikut :
a. Besi beton polos dipakai besi beton mutu baja U-24 dengan tegangan lelah 2.400 kg/cm2
dipakai untuk semua konstruksi utama seperti pondasi, kolom, balok, plat lantai, dan
konstruksi-konstruksi lainnya.
b. Kawat beton (kawat Bendrat) harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimal 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak disepuh seng.
c. Besi dan kawat beton seperti tersebut di atas harus bebas dari kotoran-kotoran, karat,
minyak,cat, kulit giling sera bahan lain yang mengurangi daya lekat terhadap beton.
d. Sambungan dan panjang lewatan besi beton harus sesuai PBI 1971 dan buku pedoman
perencanaan untuk struktur beton bertulang biasa dan struktur tembok bertulang untuk
gedung 1983.
e. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujian test (test report) besi beton dari semua jenis
besi yang digunakan. Ukuran besi beton yang mungkin tidak dapat memenuhi ukuran dalam
gambar konstruksi, ukuran penggantinya harus dibicarakan dahulu dengan Direksi untuk
mendapat persetujuan.

V.7 Bekesting/cetakan beton.


a. Bahan :
1. Untuk penyelesaian beton harus dibuat dari playwood/multiplex dengan ketebalan
minimum 9 mm atau papan 2/20 cm dan diperkuat dengan rangka kayu klas II.

b. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk dan kuat
menahan beban sementara sesuai dengan jalannya pekerjaan pembetonan.
Sebelum pengecoran acuan cetakan harus bersih dari kotoran dan disiram dengan air hingga
basah.
c. Tulangan besi beton dan beugel tidak boleh menempel pada cetakan, untuk itu harus diberi
ganjalan berupa beton decking yang mutu sama dengan beton yang akan dicor.
d. Waktu minimal dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran
bekesting harus mengacu pada PBI 1971.
Pemborong harus memberitahukan kepada pengawas bilamana akan menbongkar cetakan
pada bagian kosntruksi utama, walaupun begitu bukan berarti lepas dari tanggung jawabnya.
PASAL VI
PEKERJAAN PLASTIK BETON
VI.1 Lingkup Pekerjaan:
 Pekerjaan Plastik Beton
a. Semua pekerjaan jalan cor atau Beton Cor harus dilapisi dengan plastik beton,
penggunaaan plastik beton ini sebagai pelindung beton dan juga sebagai penahan
campuran yang terlalu encer sehingga semen atau campuran tidak bias terbuang ke segalah
arah.
b. Plastik beton ini mempunyai ukuran 100 cm dengan panjang 100 meter.

PASAL VII
PEKERJAAN PASANGAN BATU
VII.1 Lingkup Pekerjaan:
 Pekerjaan Pasangan Batu
a. Pekerjaan pasangan batu yang dimaksud adalah pekerjaan pasangan batu mortar dan
pasangan talud penahan tanah untuk pekerjaan beton cor.
c. Pasangan batu ini adalah pasangan batu untuk pekerjaan dudukan plat atau pekerjaan plat
deker dimana tumpuan plat ditopang oleh pasangan batu yang dimana pasangan tersebut
menggunakan camp 1 ; 4 yaitu semen 1 dan pasir 4 dan pasangan batu kali.
d. Pasangan batu talud yang dimaksud adalah pasangan batu untuk penahan badan jalan
dimana jalan cor

PASAL VIII
PEKERJAAN PASANGAN PIPA LIMPASAN

VIII.1 Lingkup Pekerjaan:


 Pasangan pipa limpasan dilakukan pada pekerjaan Talud penahan badan jalan, pipa yg
digunakan adalah pipa PVC dengan Ø 1-2”.

PASAL IX
PENUTUP

Sebagai penutup perlu disampaikan bahwa uraian dan syarat-syarat yang terdapat dalam RKS
ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan gambar-gambar perencanaan yang ada
serta risalah penjelasan yang akan disampaikan kepada Pemborong/Rekanan.

Sorong,09 Maret 2019


Dibuat Oleh,
KONSULTAN PERENCANA
CV. DARMA CITRA UTAMA

FERRY FERDYANTO NUGRAHA,ST


TEAM LEADER

Anda mungkin juga menyukai