Calon mitra kontraktor harus membaca dan mempelajari seluruh Gambar Kerja, Rencana Kerja
dan Syarat-syarat ini untuk mengetahui dengan seksama petunjuk-petunjuk dan memahami
benar-benar maksud dan isi dari Dokumen secara keseluruhan maupun per bagian. Calon Mitra
kontraktor harus juga mengetahui perubahan-perubahan dan penjelasan-penjelasannya yang
diberikan oleh Tim Penunjukan Pekerjaan Pembangunan XXXXXx x x, pada rapat pemberian
penjelasan Penunjukan. Tidak ada gugatan apapun yang dapat dipertimbangkan berdasarkan
dalih tidak membaca, tidak memahami dan atau adanya kesalahpahaman mengenai arti atau
maksud dari dokumen ini.
JENIS PEKERJAAN
Jenis pekerjaan yang akan diselenggarakan adalah Pekerjaan Pembangunan xxxxxx yang
berlokasi di xxxxxxxxxxxxxxx
DOKUMEN PENUNJUKAN
2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Gambar Kerja adalah merupakan bagian yang
saling melengkapi satu sama lainnya dan bersifat mengikat.
3. Dokumen Penunjukan ini akan menjadi Dokumen Lampiran Kontrak yang mengikat dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian Pelaksanaan (Kontrak).
1. Pemberi Tugas.
Pemberi tugas adalah Pemimpin Proyek Pekerjaan Pembangunan X X X x x x yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan………………………., No. ……………, Tanggal
…………………
2. Tim Penunjukan
Tim Penunjukan adalah Tim yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan………………………., No. ……………, Tanggal ………………… yang
bertugas untuk melaksanakan proses Penunjukan untuk Pekerjaan Pembangunan X X X x x
x.
3. Konsultan Perencana.
Konsultan Perencana adalah Perusahaan / Badan Hukum yang telah ditunjuk yaitu ……
………………………………
4. Konsultan Pengawas.
5. Konsultan Pengawas adalah Perusahaan / Badan Hukum yang akan ditunjuk kemudian oleh
Pemberi Tugas untuk melaksanakan pengawasan pada pelaksanaan pekerjaan ini, agar sesuai
dengan syarat-syarat dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan
6. Calon Mitra kontraktor
Calon Mitra kontraktor adalah rekanan yang telah lulus Pra Kualifikasi dan termasuk dalam
Daftar Rekanan Terseleksi dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Mendapatkan undangan tertulis dari Tim untuk mengikuti pelaksanaan Penunjukan
b. Mengikuti rapat penjelasan Penunjukan
c. Memiliki Akte Pendirian perusahaan.
d. Memiliki Keterangan domisili perusahaan.
e. Memiliki TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
f. Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
g. Memiliki SIUJK (Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi).
h. Memiliki PKP (Pengukuhan Kena Pajak).
i. Memiliki Sertifikasi dari Gapensi dengan golongan besar.
j. Neraca perusahaan dan rugi/laba.
k. Pengalaman perusahaan 3 tahun terakhir, dan melampirkan bukti penyetoran PPN.
l. Rekening Koran 3 (tiga) bulan terakhir,
m. Memiliki surat anggota KADIN/AKI dan atau AKLI yang masih berlaku.
7. Pemborong.
Pemborong adalah calon Mitra kontraktor yang diserahi tugas untuk melaksanakan pekerjaan
ini, yang diatur dalam Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborongan.
Kepada Yth. :
TIM PENUNJUKAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN
xxx
D/A
…………………………………………………………………………
…………………………………….
Syarat-syarat administratif dan kelengkapan administrasi dan teknis yang harus dipenuhi
terdiri dari :
a. Surat Pernyataan Tunduk atas keputusan Tim/Pemberi Tugas dalam menentukan
pemenang.
b. Copy Akta Pendirian Perusahaan.
c. Copy Surat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
d. Copy Pengukuhan Sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
e. Copy Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) yang masih berlaku.
f. Copy Surat Sertifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi kualifikasi B (dalam klasifikasi
bidang bangunan gedung) yang masih berlaku.
g. Copy Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang masih berlaku.
h. Neraca dan Laba/Rugi Perusahaan tahun terakhir.
i. Satu helai copy surat jaminan Penawaran (tender bond)
j. Jadwal waktu (Time Schedule), dan urutan pelaksanaan pekerjaan serta methoda yang
akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
k. Keterangan lengkap mengenai Struktur Organisasi dan Daftar personal yang akan
ditugaskan di lapangan.
l. Daftar peralatan yang akan digunakan dalam proyek ini.
m. Referensi Bank.
n. Surat Anggota KADIN, AKI atau AKLI yang masih berlaku
o. Surat pernyataan sanggup mengasuransikan tenaga kerja untuk proyek ini (Astek).
p. Surat Kuasa Direktur (apabila dikuasakan)
q. Rekening Koran 3 (tiga) bulan terakhir.
r. Pengalaman perusahaan 3 tahun terakhir, dan melampirkan bukti penyetoran PPN.
Catatan:
Surat-surat asli SIUJK, Sertifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi, TDP, NPWP dan PKP
harus diperlihatkan kepada Tim Penunjukan atau copynya setelah dilegalisasi oleh
instansi yang berwenang.
Semua copy surat-surat tersebut di atas harus diberi tanda/paraf dan distempel
perusahaan.
2. Surat Penawaran Harga
a. (SPH) harus dibuat sesuai dengan contoh form pada RKS ini, diketik rapi di atas kertas
dengan Kop Perusahaan.
b. Dalam Surat Penawaran Harga tidak boleh adanya perubahan, penambahan coretan yang
tidak diparaf oleh Pimpinan Perusahaan calon Mitra dan tidak boleh terdapat adanya
penghapusan dengan karet penghapus atau cairan penghapus.
c. Surat Penawaran Harga berikut lampirannya dibuat dalam rangkap 3 (tiga), terdiri dari 1
(satu) asli dan 2 (dua) copy. SPH Asli ditandatangani oleh Direksi/Pemimpin Perusahaan
atau wakilnya yang sah, diberi tanggal, nama jelas, cap perusahaan, semuanya melintas di
atas meterai tempel Rp. 6.000, - (enam ribu rupiah). SPH Copy ditandatangani, diberi
tanggal dan stempel/cap perusahaan tetapi tanpa meterai.
d. SPH berlaku minimal sampai 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal pemasukkan Surat
Penawaran.
e. Harga Penawaran
Harga Penawaran bersifat lumpsum fixed price dan diajukan dalam bentuk mata uang
rupiah. Peninjauan dan penyesuaian harga akibat perubahan dari kenaikan harga bahan,
upah, biaya produksi, biaya ekspedisi dan sebagainya, hanya dapat dipertimbangkan
berdasarkan adanya tindakan ekonomi dan diikuti dengan ketentuan Pemerintah yang
mengatur pemberian penyesuaian harga/biaya terhadap pekerjaan
pemborongan/pembelian.
f. Harga Penawaran yang dicantumkan dalam surat Penawaran adalah harga keseluruhan
barang yang dimaksud dalam RKS ini dan sudah termasuk:
1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN 10 %) dan pajak-pajak lainnya yang berkenaan
dengan pekerjaan ini.
2) Biaya Perencanaan, tenaga kerja, pengepakan dan pengiriman barang franco
setempat/lokasi penempatan/pemasangan, peralatan-peralatan dimaksud diatas dan
keuntungan Pelaksana.
PENUNJUKAN
1. Penilaian dilakukan oleh Tim Penunjukan terhadap Dokumen Penawaran yang dinyatakan
sah dengan meninjau dari segi teknis dan harga Penawaran.
2. Tata cara Penunjukan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang secara garis besar dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Penawaran secara Teknis dapat dipertanggungjawabkan.
b. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan.
c. Penawaran tersebut adalah yang terendah tetapi wajar
d. Usulan design memenuhi syarat secara teknis dan sesuai dengan kebutuhan diadakannya
pekerjaan ini.
e. Hasil Penilaian tersebut akan dilaporkan kepada Pejabat yang berwenang untuk
menetapkan pemenang Penunjukan.
3. Pada proses penetapan Mitra Kontraktor, Pejabat yang berwenang dapat melakukan
klarifikasi pekerjaan kepada calon pemenang. Berita Acara Klarifikasi Pekerjaan akan
merupakan lampiran Kontrak dan mengikat.
4. Pemberi Tugas menunjuk sebagai Mitra Kotraktor/Pemborong/Pelaksana Pekerjaan,
berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang.
5. Calon Mitra yang telah ditunjuk sebagai pemenang wajib menerima penunjukan ini. Apabila
calon Mitra yang menang mengundurkan diri, hal ini hanya dapat dilakukan dengan alasan
yang dapat diterima oleh Pimpro, dan Pimpro berhak menunjuk calon lain sebagai mitra
kontraktor sebagai pengganti.
JAMINAN PELAKSANAAN
1. Sebelum menandatangani Surat Perjanjian, Calon Mitra kontraktor yang ditunjuk sebagai
pemenang wajib mengganti menyerahkan Surat Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan
(Performance Bond) yang dikeluarkan oleh Bank Umum atau perusahaan Asuransi Kerugian.
2. Besarnya Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan sebesar 5 % (lima persen) dari besarnya nilai
Kontrak Pekerjaan dengan jangka waktu 90-120 hari kalender terhitung sejak tanggal
diterbitkan Surat Perintah Kerja.
3. Surat Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan akan dikembalikan setelah seluruh pekerjaan
diselesaikan dengan sempurna dan diterima dengan baik oleh Pemberi Tugas atau wakilnya
yang sah.
4. Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan diperlukan untuk menjamin agar selama jangka waktu
pelaksanaan, Pemborong yang ditunjuk dapat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal yang
telah ditentukan, dan apabila Pemborong yang ditunjuk tidak atau menolak melaksanakan
pekerjaan, maka akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan.
TEMPAT PERADILAN
Jika terjadi perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah, maka penyelesaian
selanjutnya diserahkan ke Pengadilan Negeri ……………………….
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang akan dilakukan pada RKS ini adalah:
Pekerjaan …………………. …………………………… …………………… ………… yang
berlokasi di ………………………
Apabila dianggap perlu untuk penyesuaian dengan anggaran atas kebutuhan, Pemberi Tugas
dapat mengadakan pengurangan atau penambahan jumlah pekerjaan yang dimaksud dalam RKS
ini. Dalam hal diadakan pengurangan jumlah pekerjaan, kepada calon Mitra yang melaksanakan
pekerjaan itu, tidak diberikan kompensasi atau ganti rugi dalam bentuk apapun.
2. DENDA KELAMBATAN
2.1. Apabila terjadi kelambatan waktu Pelaksanaan pekerjaan atau penyerahan barang
yang diakibatkan oleh kelalaian Pemborong, maka Pemborong dikenakan denda
sebesar 2 ‰ (dua permil) setiap harinya yang dihitung dari bagian yang terlambat
dikerjakan atau diserahkan dengan maksimum denda sebesar 5 % (lima persen) dari
nilai pemborongan yang diperjanjikan.
2.2. Apabila terjadi kelambatan waktu penyerahan pekerjaan lebih dari 25 (dua puluh
lima) hari, maka berlaku ketentuan sbb. :
1) Pemberi Tugas berhak membatalkan surat Perjanjian secara sepihak dan
Pemborong tidak dapat menuntut dalam bentuk apapun baik melalui pengadilan
maupun luar pengadilan.
2) Jaminan pelaksanaan dinyatakan menjadi milik Pemberi Tugas.
3) Pemborong tidak berhak menerima pembayaran untuk sisa pekerjaan/barang yang
belum diserahkan.
2.3. Ketentuan pada butir 2.2. di atas tidak berlaku apabila kelambatan itu terjadi secara
langsung di luar kekuasaan dan kemampuan pemborong (force majeure).
Apabila kontrak dihentikan karena keadaan force majeure maka Pemberi Tugas akan
membayar kepada Pemborong semua pekerjaan yang telah dilaksanakan sebelum
tanggal penghentian kontrak, menurut ukuran-ukuran dan harga yang tercantum
dalam kontrak.
CARA PEMBAYARAN
1. Pembayaran dilakukan secara berangsur menurut prosentase kemajuan nilai prestasi
pekerjaan yang dicapai berdasarkan hasil pemeriksaan penilaian yang dilakukan Konsultan
MK/Pengawas dan disahkan oleh Pemberi Tugas, kecuali pembayaran terakhir akan
dibayarkan setelah masa pemeliharaan selama 90 hari kalender berakhir, dikurangi retensi
sebesar 5% (lima persen) dari jumlah setiap pembayaran angsuran.
2. Dimungkinkan adanya uang muka paling banyak sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga
borongan dengan memberikan jaminan uang muka dari Bank Umum dan atau Perusahaan
Asuransi Kerugian.
Jaminan uang muka harus berlaku samapai uang muka yang diambil lunas dibayar kembali
dan nilai jaminan uang muka boleh secara berangsur-angsur dikurangi dengan pembayaran
kembali uang muka tersebut.
3. Jumlah pembayaran angsuran sampai dengan penyerahan pertama pekerjaan adalah sebesar :
a. 95% (sembilan puluh lima persen) dari harga Borongan
b. Dikurangi dengan angsuran pengembalian uang muka
c. Dikurangi dengan denda kelambatan
d. Dikurangi dengan biaya pembebanan akibat penggunaan pihak ketiga.
e. Dikurangi dengan biaya pengawasan akibat dilampauinya batas waktu pelaksanaan.
f. Besarnya pembayaran angsuran akan diatur dalam Kontrak Pemborongan setelah
diadakan kesepakatan lebih dahulu antara Pemberi Tugas dengan Pemborong.
g. Pembayaran dilakukan berdasarkan bukti Berita Acara penyelesaian Pekerjaan yang
dibuat dan ditandatangani oleh Pemborong dan Pihak Pemberi Tugas atau Konsultan
MK/Pengawas yang ditunjuk.
h. Semua pembayaran pekerjaan ini akan dilakukan melalui
…………………………………………….., dengan cara pemidahbukuan/transfer ke
rekening perusahaan pemborong yang ada di ……………………………………..
PENUNDAAN PEMBAYARAN
Pembayaran angsuran akan ditangguhkan apabila:
1. Kesalahan pelaksanaan, hasil yang kurang memuaskan, kerusakan tidak/belum diperbaiki.
2. Keraguan Pemberi Tugas atas tidak seimbangnya antara pembayaran sisa dengan volume
pekerjaan yang masih harus dilaksanakan.
3. Kegagalan pemborong dalam menyelesaikan urusan-urusan dengan sub-kontraktor, supplier-
supplier maupun buruh.
4. Belum memenuhi salah satu ketentuan administrative
5. Belum adanya penyesuaian dalam perhitungan prestasi pekerjaan untuk angsuran tersebut.
6. Belum menyerahkan gambar bagian pekerjaan yang sesuai dengan yang telah dilaksanakan
maupun adanya revisi ( perubahan/ as built drawing ).
Bilamana hal-hal tersebut di atas sudah tidak ada atau sudah dilaksanakan, maka angsuran dapat
dilakukan.
PENYELESAIAN PEKERJAAN
1. Semua hasil pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam kontrak.
Bilamana terdapat bagian-bagian dari hasil pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan atau
ketentuan tersebut, maka Pemborong berkewajiban untuk segera memperbaikinya tanpa hak
untuk mengajukan ketentuan tambahan biaya.
2. Pemeriksaan hasil penyelesaian pekerjaan akan segera dilaksanakan bersama antara
Konsultan MK/Pengawas dengan Pemborong mengenai selesainya pekerjaan 100%
(penyerahan pertama).
3. Hasil pemeriksaan akan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan yang berisikan data
mengenai kondisi hasil pekerjaan yang telah diperiksa.
MASA PEMELIHARAAN
1. Masa pemeliharaan ditetapkan selama 90 (sembilan puluh) hari kalender, terhitung sejak
tanggal Berita Acara Penyerahan Pekerjaan Pertama.
2. Selama masa pemeliharaan, Pemborong harus melaksanakan pekerjaan perbaikan yang
diminta secara tertulis oleh Pemberi Tugas sesuai dengan hasil pemeriksaan.
3. Untuk menjamin terlaksananya pekerjaan pemeliharaan, maka setiap termijn pembayaran
dikenakan retensi sebesar 5 % dari besarnya termijn pembayaran sesuai dengan pasal 9 ayat 1
4. Retensi sebesar 5 % sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tersebut diatas akan dikembalikan
apabila pemborong telah menyelesaikan kewajiban pemeliharaan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dan ayat 2 tersebut diatas dan dibuktikan dengan Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan Pemeliharaan yang ditandatangani oleh Pemberi Tugas dan Pemborong.
ASURANSI
1. Semua resiko yang diakibatkan bukan karena force majeure ( seperti kebakaran, gempa
bumi, petir, banjir dan sebagainya ) tetapi mengakibatkan kerugian kepada pekerjaan atau
bahan-bahan yang berada ditempat pekerjaan yang masih dalam pelaksanaan maupun
masih dalam pemesanan adalah menjadi resiko pemborong.
2. Dalam lingkup pertanggungan asuransi tersebut hendaknya masuk baik kerugian yang
diakibatkan terhadap bagian-bagian pekerjaan yang menjadi tanggung jawab pemborong
tersebut maupun kerugian yang diderita oleh bagian-bagian gedung yang sudah ada
disekitar lokasi proyek beserta peralatan yang ada didalamnya, yang diakibatkan oleh
pemborong dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Oleh karena itu pemborong harus mengurangi resiko ini sampai sekecil mungkin dengan
jalan menutup pertanggungan / asuransi dalam bentuk EAR (Errection All Risks), Third
Party Liability (TPL), Asuransi Kecelakaan untuk wakil-wakil Pemberi Tugas (Personnel
Accident on Site) serta Asuransi tenaga kerja (Astek para pekerja pemborong) yang
kesemuanya itu tidak merupakan unsur biaya tambah dalam harga Penawaran.
Pemborong disarankan menutup asuransi tersebut pada
……………………………………………………………………………………… atau
perusahaan asuransi lainnya yang dapat disetujui oleh Pemberi Tugas, yang besarnya
akan ditentukan kemudian dalam kontrak.
4. Surat Polis tersebut harus dibuat atas nama Pemberi Tugas dan bersama-sama dengan
kwitansi dan premi yang telah dibayar oleh Pemborong harus diserahkan kepada Pemberi
Tugas.
5. Kerusakan ataupun kerugian-kerugian akibat kejadian yang timbul harus segera
diperbaiki dan dikembalikan dengan perbaikan seperti semula. Sesuai dengan perbaikan
ini uang asuransi yang diterima oleh Pemberi Tugas akan dibayarkan kepada Pemborong
hingga jumlah maksimal yang telah dibayarkan oleh Perusahaan Asuransi kepada
Pemberi Tugas.
Dalam hal dimana pekerjaan atau bagian pekerjaan dari satu pemborong secara fisik
berhubungan dengan pekerjaan/bagian pekerjaan dari pemborong yang lain, maka kecuali
secara khusus hal ini diatur lain oleh Konsultan MK/Pengawas atau dokumen kontrak yang
lain maka ketentuan-ketentuan berikut ini yang berlaku:
1. Pekerjaan merapikan, menyempurnakan finishing akhir pada bagian pekerjaan dimana
secara fisik lebih dari satu pemborong terlibat, merupakan tanggung jawab dari
pemborong yang mengerjakan pekerjaan ini dalam urutan sebagai berikut:
Untuk pekerjaan didalam bangunan:
a. Ornamen/Elemen Estetika
b. Furniture/Finishing
c. Interior/Finishing
d. Arsitektur/Finishing
e. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
f. Struktur/Konstruksi
2. Dalam hal dimana ada lebih dari satu pemborong dengan tingkat prioritas yang sama,
mengerjakan pekerjaan yang secara fisik terlibat satu sama lain, maka ketentuan berikut
ini berlaku:
a. Apabila bagian pekerjaan tersebut bertemu secara berdampingan, maka masing-
masing pemborong wajib melakukan pekerjaan merapikan tersebut pada pekerjaan
masing-masing dan pemborong yang belakangan mengerjakan bagian pekerjaan yang
bertemu tersebut, bertanggung jawab untuk melindungi bagian pekerjaan dari
pemborong yang lain sedemikian rupa sehingga bagian tersebut tidak cacat akibat
pelaksanaan bagian pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Pemborong ini
bertanggung jawab bahwa pertemuan kedua pekerjaan tersebut diselesaikan dengan
baik.
b. Apabila bagian pekerjaan dari satu pemborong menembus bagian pekerjaan dari
pemborong yang lain, maka kedua pemborong bersama dengan Konsultan
MK/Pengawas harus membicarakan pelaksanaan penembusan tersebut, sehingga
didapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pemborong yang melaksanakan bagian
pekerjaan yang ditembus bertanggung jawab untuk merapikan/ melakukan finishing
akhir pada bagian yang ditembus tersebut.
c. Apabila bagian pekerjaan dari satu pemborong akan secara aksesibilitas visual ditutup
oleh bagian pekerjaan dari pemborong yang lain, maka pemborong yang
melaksanakan bagian pekerjaan yang menutupi bagian pekerjaan dari pemborong
yang lain harus bertanggung jawab untuk merapikan/melakukan finishing akhir pada
bagian-bagian pekerjaan yang merupakan akses untuk mencapai bagian yang ditutupi
tersebut.
d. Apabila bagian pekerjaan dari satu pemborong bersambungan dengan bagian
pekerjaan dari pemborong yang lain, maka pemborong yang melaksanakan bagian
pekerjaan yang bersambungan tersebut bertanggung jawab untuk mengadakan dan
memasang sementara pada bagian pekerjaan tersebut sedemikian rupa sehingga
bagian itu bisa diuji secara terpisah dan diamankan terhadap segala kemungkinan
pengotoran/kerusakan. Sebelum sambungan dilaksanakan pemborong yang
melakukan penyambungan bertanggung jawab untuk merapikan dan melakukan
finishing akhir pada sambungan tersebut.
e. Apabila bagian pekerjaan dari satu pemborong akan ditumpuk oleh bagian pekerjaan
dari pemborong yang lain, maka pemborong yang bagian pekerjaannya akan
ditumpuk tersebut bertanggung jawab untuk menghubungi pemborong yang bagian
pekerjaannya akan menumpuk bagian pekerjaan yang dilaksanakannya dan dengan
disaksikan oleh Konsultan MK/Pengawas untuk bersepakat mengenai ketepatan dan
koordinasi dari bagian yang bertumpuk tersebut serta memberi peluang yang wajar
pada pemborong yang belakangan untuk melakukan pekerjaan persiapan yang
diperlukan untuk melaksanakan bagian pekerjaannya. Bilamana pemborong yang
belakangan ini tidak bias dihubungi, maka pemborong yang terdahulu harus meminta
petunjuk khusus dari Konsultan MK/Pengawas mengenai hal ini.
3.Dalam hal dimana pemborong yang bertanggung jawab untuk merapikan/
melakukan finishing akhir ini tidak dapat melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai
dengan jadwal pekerjaannya karena belum terlaksana bagian pekerjaan dari
pemborong yang lain, maka pemborong tersebut dengan persetujuan Konsultan
MK/Pengawas dapat memilih salah satu dari alternatip berikut:
a. Meminta kerja kurang atas bagian pekerjaan yang tertunda serta melimpahkan bagian
pekerjaan yang tertunda tadi kepada pemborong lain yang belakangan dengan
memperhitungkan pengurangan waktu pelaksanaan.
b. Meminta dilakukannya pemeriksaan kemajuan dan penyerahan bagian per bagian
atau partial submission atas bagian pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan.
PENYERAHAN PEKERJAAN
1. Penyerahan pertama dilakukan setelah Pemborong menyelesaikan semua pekerjaan selambat-
lambatnya pada tanggal yang telah ditetapkan dalam surat kontrak pemborongan, dengan
dibuatkan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (100 %) yang ditandatangani oleh
Pemborong dan Konsultan MK/Pengawas serta diketahui oleh Pemberi Tugas, Kemudian
dibuatkan Berita Acara Serah Terima Pertama yang ditandatangani oleh Pemberi Tugas dan
Pemborong.
2. Setelah berakhirnya masa pemeliharaan yaitu 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak
penyerahan pekerjaan terakhir, maka Pemborong membuat Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan yang menyatakan bahwa pekerjaan telah diselesaikan dan dipelihara dengan baik
dan ditandatangani oleh Pemberi Tugas dan Pemborong.
3. Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan, dapat dilakukan penyerahan pekerjaan
kedua dari Pemborong kepada Pemberi Tugas dan dituangkan dalam Berita Acara
Penyerahan Pekerjaan Kedua yang ditandatangani oleh Pemborong dan Pemberi Tugas.
1. Lingkup
1.1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh segi teknis yang secara umum berlaku untuk seluruh
bagian Pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan.
1.2. Persyaratan Teknis Umum ini membentuk suatu kesatuan dengan Persyaratan Teknis
Khusus, dan secara bersama-sama merupakan persyaratan dari segi teknis bagi
seluruh Bagian Pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih dari
dokumen-dokumen berikut ini :
Gambar-gambar Penunjukan /Pelaksanaan
Persyaratan Teknis Umum/Khusus
Perincian Volume Pekerjaan/Perincian Penawaran.
Dokumen-dokumen Penunjukan /Pelaksanaan yang lain.
1.3. Dalam hal dimana ada bagian dari Persyaratan Teknis Umum ini, yang tidak dapat
diterapkan pada satu dokumen pun dari pasal 1.2 di atas maka bagian dari
Persyaratan Teknis Umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.
2. Referensi
2.1. Atas seluruh Bagian Pekerjaan dalam Perjanjian Kerja ini, kecuali secara khusus
dipersyaratkan lain dalam satu atau lebih dokumen dari Dokumen Penunjukan
/Pelaksanaan, berlaku :
Undang-undang/Keputusan Presiden.
Peraturan/Surat Keputusan dari Departemen/Instansi yang berwenang.
Peraturan Daerah.
Standard/Norma/Pedoman
yang berlaku di Indonesia untuk Bagian Pekerjaan yang bersangkutan.
2.2. Dalam hal dimana ada Bagian Pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur
dalam Persyaratan Teknis Umum/Khusus maupun salah satu dari ketentuan yang
disebutkan dalam Pasal 2.1 di atas, maka untuk Bagian Pekerjaan tersebut,
Pemborong harus mengajukan salah satu dari persyaratan-¬persyaratan berikut ini
guna disepakati oleh Pengawas untuk dipakai sebagai patokan persyaratan teknis :
a. Standar/Norma/Kode/Pedoman yang bisa diterapkan pada Bagian Pekerjaan
bersangkutan, yang diterbitkan oleh Instansi/Institusi/Asosiasi Profesi/Asosiasi
Produsen/Lembaga Pengujian ataupun Badan-badan yang bersifat internasional
ataupun nasional dari negara lain, sejauh bahwa atas hal tersebut diperoleh
kesepakatan dari Pengawas.
b. Brosur Teknis dari Produsen yang didukung oleh Sertifikat dari Lembaga
Pengujian yang diakui secara Nasional/Internasional
3. B a h a n
3.1. Baru / Bekas
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua Bahan yang dipergunakan
dalam/untuk Pekerjaan ini harus merupakan Bahan yang baru, penggunaan Bahan
bekas hanya bisa diperkenankan dengan izin tertulis dari Pengawas atas persetujuan
Pemberi Tugas.
3.2. Tanda Pengenal
Dalam hal dimana Pabrik/Produsen Bahan mengeluarkan Tanda Pengenal untuk
Produk/Bahan yang dihasilkannya, ataupun sebagai pengenal kwalitas/kelas/
kapasitas; maka semua Bahan dari Pabrik/Produsen bersangkutan yang dipergunakan
dalam Pekerjaan ini harus mengandung Tanda Pengenal tersebut. Kecuali ditetapkan
lain oleh Pengawas, Bahan sejenis dengan fungsi yang berbeda harus diberi Tanda
Pengenal untuk membedakan satu Bahan dari Bahan yang lain. Tanda Pengenal ini
bisa berupa warna atau tanda-tanda lain yang mana harus sesuai dengan Referensi
pada Pasal 2 Persyaratan Teknis Umum ini kalau ada diatur disana; atau dalam hal
dimana tidak/belum ada pengaturan yang jelas mengenai itu, hal ini harus
dilaksanakan sesuai petunjuk dari Pengawas.
3.3. Merk Dagang dan Kesetarafan
3.3.1. Penyebutan sesuatu Merk Dagang bagi suatu Bahan/Produk di dalam
Persyaratan Teknis, secara umum harus dimengerti sebagai persyaratan
kesetarafan kwalitas penampilan (performance) dari Bahan/Produk tersebut,
yang mana dinyatakan dengan kata-kata : "atau yang setaraf".
3.3.2. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan Bahan/Produk
lain yang dapat dibuktikan mempunyai kwalitas penampilan yang setaraf
dengan Bahan/Produk yang memakai Merk Dagang yang disebutkan, dapat
diterima sejauh bahwa untuk itu sebelumnya telah diperoleh Persetujuan
tertulis dari Pengawas atas kesetarafan tersebut.
3.3.3. Penggunaan Bahan/Produk yang disetujui sebagai "setaraf" tidak dianggap
sebagai Perubahan Pekerjaan, dan karenanya perbedaan Harga dengan
Bahan/Produk yang disebutkan Merk Dagangnya akan diabaikan.
3.6. Contoh
Pada waktu memintakan persetujuan atas Bahan/Produk, kepada Pengawas harus
diserahkan Contoh dari Bahan/Produk tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut :
3.6.1. Jumlah Contoh :
Untuk Bahan/Produk, atas mana tidak dapat diberikan sesuatu Sertifikat
Pengujian, kepada Pengawas harus diserahkan sejumlah Bahan/Produk sesuai
persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Produsen Pengujian, untuk
dijadikan Benda Uji guna diserahkan pada Badan/Lembaga Penguji yang
ditunjuk oleh Pengawas.
Untuk Bahan/Produk, atas mana dapat ditunjukkan Sertifikat Pengujian yang
dapat disetujui/diterima oleh Pengawas, kepada Pengawas harus diserahkan 2
(dua) buah contoh, yang masing-masing disertai dengan salinan Sertifikat
Pengujian yang bersangkutan.
3.6.2. Contoh yang disetujui :
Dari contoh yang diserahkan kepada Pengawas, atas contoh yang telah
memperoleh persetujuan, oleh Pengawas harus dibuat suatu keterangan
tertulis mengenai persetujuannya; dan disamping itu oleh Pengawas harus
dipasangkan tanda pengenal persetujuannya pada 2 (dua) buah contoh, yang
semuanya akan dipegang oleh Pengawas.
Bila dikehendaki, Pemborong/Supplier dapat memintakan sejumlah set
tambahan dari Contoh berikut Tanda Pengenal Persetujuan dan surat
keterangan persetujuan untuk kepentingan dokumentasinya sendiri.
Dalam hal yang demikian, jumlah Contoh yang harus diserahkan kepada
Pengawas harus ditambah seperlunya sesuai dengan kebutuhan tambahan
tersebut.
Pada waktu Pengawas sudah tidak lagi membutuhkan Contoh yang disetujui
tersebut untuk pemeriksaan Bahan/Produk bagi Pekerjaan, Pemborong berhak
meminta kembali Contoh tersebut untuk dipasangkan pada Pekerjaan.
3.6.3. Waktu persetujuan Contoh
adalah tanggung jawab dari Pemborong/supplier untuk mengajukan Contoh
pada waktunya, sedemikian sehingga pemberian persetujuan atas Contoh
tersebut tidak akan menyebabkan keterlambatan pada Jadwal Pengadaan
Bahan.
Untuk Bahan/Produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan kesetarafan
pada sesuatu Merk Dagang tertentu, keputusan atas contoh akan diberikan
oleh Pengawas dalam waktu tidak lebih dan 10 (sepuluh) hari kerja.
Dalam hal dimana Persetujuan tersebut akan melibatkan keputusan tambahan di
luar Persyaratan Teknis (seperti penentuan model, warna, dll.), maka keseluruhan
keputusan akan diberikan dalam waktu tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) hari
kerja.
Untuk Bahan/Produk yang masih harus dibuktikan kesetarafannya dengan sesuatu
Merk Dagang yang disebutkan, keputusan atas Contoh akan diberikan oleh
Pengawas dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak dilengkapinya
pembuktian kesetarafan.
Untuk Bahan/Produk yang bersifat Pengganti (substitusi), keputusan Persetujuan
akan diberikan oleh Pengawas dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya dengan lengkap seluruh bahan-bahan pertimbangan.
Untuk Bahan/Produk yang bersifat Peralatan/Perlengkapan ataupun Produk lain
yang karena sifat/jumlah/harga pengadaannya tidak memungkinkan untuk
diberikan Contoh dalam bentuk Bahan/Produk jadi; permintaan Persetujuan bisa
diajukan berdasarkan Brosur dari Produk tersebut, yang mana harus dilengkapi
dengan :
Spesifikasi Teknis lengkap yang dikeluarkan oleh Pabrik/Produsen.
Surat-surat seperlunya dari Agen/Importir, sesuai petunjuk Pengawas, seperti
a.l :
Surat Keagenan, Surat Jaminan Suku Cadang dan Jasa Purna Penjualan (After
Sales Service) dll.
Katalog untuk Warna, Pekerjaan Penyelesaian (Finishing) dll.
Sertifikat-sertifikat Pengujian/Penetapan Kelas dll, dan dokumen-dokumen lain
sesuai petunjuk Pengawas.
Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan di atas, keputusan atas Contoh
dari Bahan/Produk yang diajukan belum diperoleh tanpa pemberitahuan tertulis
apapun dari Pengawas maka dengan sendirinya dianggap bahwa Contoh yang
diajukan telah disetujui oleh Pengawas.
4.5. Kwalitas
4.5.1. Pekerjaan harus dikerjakan dengan kwalitas pengerjaan yang terbaik untuk
jenis pekerjaan bersangkutan.
4.5.2. Hanya tenaga-tenaga kerja terbaik dalam tiap jenis pekerjaan diizinkan untuk
melaksanakan pekerjaan bersangkutan.
4.5.3. Kwalitas pengerjaan ataupun kwalitas hasil pekerjaan yang kurang memenuhi
syarat akan ditolak atau harus diperbaiki. Tenaga kerja yang kurang
memenuhi syarat akan ditolak dan dilarang meneruskan kegiatannya.
2. UMUM
Untuk dapat memahami dengan sebaik - baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan beserta
uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan seperti yang diuraikan didalam buku ini. Bila
terdapat ke-tidak jelasan dan/atau perbedaan dalam gambar dan uraian ini, Kontraktor
diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Perencanaan untuk mendapatkan penyelesaian.