Anda di halaman 1dari 25

KETENTUAN UMUM

Calon mitra kontraktor harus membaca dan mempelajari seluruh Gambar Kerja, Rencana Kerja
dan Syarat-syarat ini untuk mengetahui dengan seksama petunjuk-petunjuk dan memahami
benar-benar maksud dan isi dari Dokumen secara keseluruhan maupun per bagian. Calon Mitra
kontraktor harus juga mengetahui perubahan-perubahan dan penjelasan-penjelasannya yang
diberikan oleh Tim Penunjukan Pekerjaan Pembangunan XXXXXx x x, pada rapat pemberian
penjelasan Penunjukan. Tidak ada gugatan apapun yang dapat dipertimbangkan berdasarkan
dalih tidak membaca, tidak memahami dan atau adanya kesalahpahaman mengenai arti atau
maksud dari dokumen ini.

JENIS PEKERJAAN

Jenis pekerjaan yang akan diselenggarakan adalah Pekerjaan Pembangunan xxxxxx yang
berlokasi di xxxxxxxxxxxxxxx

DOKUMEN PENUNJUKAN

1. Dokumen Penunjukan terdiri dari:


a. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), lengkap dengan lampiran-lampirannya serta
keterangan (lampiran) lainnya. RKS adalah pedoman dasar mengenai segala sesuatu yang
akan dilaksanakan. Calon Mitra kontraktor wajib memeriksa dan menyesuaikan dengan
gambar kerja.
RKS terdiri dari:
- Bagian I : Syarat-syarat Administrasi dan Syarat-syarat Umum.
- Bagian II : Persyaratan Teknis Umum dan Persyaratan Teknis Khusus: Struktur,
Arsitektur, Mekanikal dan Elektrikal.
- Lampiran-lampiran dan addendum.
b. Gambar-gambar Kerja.
Gambar-gambar Kerja adalah gambar dasar mengenai segala sesuatu yang akan
dilaksanakan. Calon Mitra kontraktor wajib memeriksa dan menyesuaikan dengan
kondisi lapangan.
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan adalah risalah hasil penjelasan pekerjaan yang
diadakan untuk memberikan keterangan lebih lanjut mengenai Dokumen Penunjukan.

2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Gambar Kerja adalah merupakan bagian yang
saling melengkapi satu sama lainnya dan bersifat mengikat.
3. Dokumen Penunjukan ini akan menjadi Dokumen Lampiran Kontrak yang mengikat dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian Pelaksanaan (Kontrak).

PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT

1. Pemberi Tugas.
Pemberi tugas adalah Pemimpin Proyek Pekerjaan Pembangunan X X X x x x yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan………………………., No. ……………, Tanggal
…………………
2. Tim Penunjukan
Tim Penunjukan adalah Tim yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan………………………., No. ……………, Tanggal ………………… yang
bertugas untuk melaksanakan proses Penunjukan untuk Pekerjaan Pembangunan X X X x x
x.
3. Konsultan Perencana.
Konsultan Perencana adalah Perusahaan / Badan Hukum yang telah ditunjuk yaitu ……
………………………………
4. Konsultan Pengawas.
5. Konsultan Pengawas adalah Perusahaan / Badan Hukum yang akan ditunjuk kemudian oleh
Pemberi Tugas untuk melaksanakan pengawasan pada pelaksanaan pekerjaan ini, agar sesuai
dengan syarat-syarat dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan
6. Calon Mitra kontraktor
Calon Mitra kontraktor adalah rekanan yang telah lulus Pra Kualifikasi dan termasuk dalam
Daftar Rekanan Terseleksi dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Mendapatkan undangan tertulis dari Tim untuk mengikuti pelaksanaan Penunjukan
b. Mengikuti rapat penjelasan Penunjukan
c. Memiliki Akte Pendirian perusahaan.
d. Memiliki Keterangan domisili perusahaan.
e. Memiliki TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
f. Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
g. Memiliki SIUJK (Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi).
h. Memiliki PKP (Pengukuhan Kena Pajak).
i. Memiliki Sertifikasi dari Gapensi dengan golongan besar.
j. Neraca perusahaan dan rugi/laba.
k. Pengalaman perusahaan 3 tahun terakhir, dan melampirkan bukti penyetoran PPN.
l. Rekening Koran 3 (tiga) bulan terakhir,
m. Memiliki surat anggota KADIN/AKI dan atau AKLI yang masih berlaku.

7. Pemborong.
Pemborong adalah calon Mitra kontraktor yang diserahi tugas untuk melaksanakan pekerjaan
ini, yang diatur dalam Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborongan.

DOKUMEN CALON MITRA


1. Kelengkapan Dokumen.
Calon Mitra Penunjukan harus memasukkan Dokumen Penawaran yang diketik rapi, tanpa
coretan-coretan / hapusan / Tip Ex, dalam bentuk lengkap sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), pada bagian depan Sampul
Penutup (di sebelah kanan atas) agar dicantumkan alamat Tim, yakni dengan tempelan
berupa sticker dengan tulisan :

Kepada Yth. :
TIM PENUNJUKAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN
xxx
D/A
…………………………………………………………………………
…………………………………….
Syarat-syarat administratif dan kelengkapan administrasi dan teknis yang harus dipenuhi
terdiri dari :
a. Surat Pernyataan Tunduk atas keputusan Tim/Pemberi Tugas dalam menentukan
pemenang.
b. Copy Akta Pendirian Perusahaan.
c. Copy Surat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
d. Copy Pengukuhan Sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
e. Copy Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) yang masih berlaku.
f. Copy Surat Sertifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi kualifikasi B (dalam klasifikasi
bidang bangunan gedung) yang masih berlaku.
g. Copy Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang masih berlaku.
h. Neraca dan Laba/Rugi Perusahaan tahun terakhir.
i. Satu helai copy surat jaminan Penawaran (tender bond)
j. Jadwal waktu (Time Schedule), dan urutan pelaksanaan pekerjaan serta methoda yang
akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
k. Keterangan lengkap mengenai Struktur Organisasi dan Daftar personal yang akan
ditugaskan di lapangan.
l. Daftar peralatan yang akan digunakan dalam proyek ini.
m. Referensi Bank.
n. Surat Anggota KADIN, AKI atau AKLI yang masih berlaku
o. Surat pernyataan sanggup mengasuransikan tenaga kerja untuk proyek ini (Astek).
p. Surat Kuasa Direktur (apabila dikuasakan)
q. Rekening Koran 3 (tiga) bulan terakhir.
r. Pengalaman perusahaan 3 tahun terakhir, dan melampirkan bukti penyetoran PPN.

Syarat-syarat surat Penawaran yang harus dipenuhi terdiri dari:


a. Surat Penawaran (asli bermeterai Rp.6.000,-, kop Perusahaan, cap dan ditandatangani ) .
b. Rekapitulasi Harga Penawaran
c. Daftar rincian volume dan harga satuan pekerjaan
d. Daftar Upah kerja dan satuan bahan
e. Daftar analisa harga satuan pekerjaan
f. Gambar Teknis Usulan Design

Catatan:
 Surat-surat asli SIUJK, Sertifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi, TDP, NPWP dan PKP
harus diperlihatkan kepada Tim Penunjukan atau copynya setelah dilegalisasi oleh
instansi yang berwenang.
 Semua copy surat-surat tersebut di atas harus diberi tanda/paraf dan distempel
perusahaan.
2. Surat Penawaran Harga
a. (SPH) harus dibuat sesuai dengan contoh form pada RKS ini, diketik rapi di atas kertas
dengan Kop Perusahaan.
b. Dalam Surat Penawaran Harga tidak boleh adanya perubahan, penambahan coretan yang
tidak diparaf oleh Pimpinan Perusahaan calon Mitra dan tidak boleh terdapat adanya
penghapusan dengan karet penghapus atau cairan penghapus.
c. Surat Penawaran Harga berikut lampirannya dibuat dalam rangkap 3 (tiga), terdiri dari 1
(satu) asli dan 2 (dua) copy. SPH Asli ditandatangani oleh Direksi/Pemimpin Perusahaan
atau wakilnya yang sah, diberi tanggal, nama jelas, cap perusahaan, semuanya melintas di
atas meterai tempel Rp. 6.000, - (enam ribu rupiah). SPH Copy ditandatangani, diberi
tanggal dan stempel/cap perusahaan tetapi tanpa meterai.
d. SPH berlaku minimal sampai 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal pemasukkan Surat
Penawaran.
e. Harga Penawaran
Harga Penawaran bersifat lumpsum fixed price dan diajukan dalam bentuk mata uang
rupiah. Peninjauan dan penyesuaian harga akibat perubahan dari kenaikan harga bahan,
upah, biaya produksi, biaya ekspedisi dan sebagainya, hanya dapat dipertimbangkan
berdasarkan adanya tindakan ekonomi dan diikuti dengan ketentuan Pemerintah yang
mengatur pemberian penyesuaian harga/biaya terhadap pekerjaan
pemborongan/pembelian.
f. Harga Penawaran yang dicantumkan dalam surat Penawaran adalah harga keseluruhan
barang yang dimaksud dalam RKS ini dan sudah termasuk:
1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN 10 %) dan pajak-pajak lainnya yang berkenaan
dengan pekerjaan ini.
2) Biaya Perencanaan, tenaga kerja, pengepakan dan pengiriman barang franco
setempat/lokasi penempatan/pemasangan, peralatan-peralatan dimaksud diatas dan
keuntungan Pelaksana.

3. Daftar Perincian Volume dan Biaya (Bill of Quantity).


a. Lampiran surat Penawaran adalah daftar perhitungan/rincian harga Penawaran sesuai
form pada RKS ini, yang harus disusun secara lengkap dan jelas serta
diparaf/ditandatangani dan distempel perusahaan.
b. Perincian volume pekerjaan yang diberikan pada RKS ini merupakan perkiraan
Perencanaan yang akan diteliti bersama pada saat Penjelasan Pekerjaan dan Peninjauan
Lapangan.
c. Calon Mitra Penunjukan harus meneliti kembali kebenaran volume tersebut, agar pada
saat pelaksanaan tidak ada item/volume pekerjaan yang belum diperhitungkan, karena
bila hal itu terjadi akan menjadi tanggungan Calon Mitra kontraktor sepenuhnya tanpa
ada hak untuk mengajukan tuntutan (claim).
d. Biaya yang dicantumkan untuk setiap item pekerjaan dalam Daftar Perincian Volume dan
Biaya harus sudah mencakup segala hal yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan
tersebut sesuai dengan persyaratan dalam RKS ini.
Hal tersebut sudah meliputi seluruh keperluan pelaksanaan, termasuk biaya untuk sarana-
sarana sepenuhnya.
e. Setiap jenis pekerjaan yang biayanya tercantum dalam Daftar Perincian Volume dan
Biaya, apabila dalam pelaksanaan tidak dikerjakan, maka akan dihitung sebagai
pekerjaan kurang.
f. Apabila suatu jenis pekerjaan tercantum dalam Daftar Perincian Volume dan Biaya,
namun Calon Mitra tidak mencantumkan biaya pelaksanaannya, berarti Pelaksana yang
bersangkutan harus melaksanakan pekerjaan tersebut tanpa hak untuk mengajukan
tambahan biaya.

4. Harga Bahan dan Upah.


a. Calon Mitra kontraktor harus melengkapi dan melampirkan Daftar Harga Bahan dan
Upah pada Dokumen Penawarannya.
b. Harga Bahan dan Upah harus sama dengan harga-harga yang digunakan dalam Analisa
Harga Satuan Pekerjaan.

5. Analisa Harga Satuan Pekerjaan


a. Calon Mitra kontraktor harus menyusun dan melampirkan analisa harga satuan pekerjaan
untuk beberapa jenis pekerjaan yang tercantum dalam Daftar Perincian Volume dan
Biaya Pekerjaan.
b. Harga Satuan Pekerjaan Hasil Analisa harus sama dengan Harga Satuan Pekerjaan yang
digunakan pada Daftar Perincian Volume dan Biaya pekerjaan.

6. Gambar Teknis Usulan Design (Apabila Pekerjaan termasuk Perencanaan)


a. Calon Mitra kontraktor harus membuat usulan design beserta gambar teknis dan usulan
penggunaan bahan secara keseluruhan.
b. Biaya perencanaan dihitung dan dicantumkan pada item tersendiri di dalam Rekapitulasi
Harga Penawaran.
7. Penjelasan Pekerjaan
a. Penjelasan akan diberikan oleh Tim Penunjukan dan dibantu oleh Konsultan Perencana,
yang akan menjelaskan mengenai persyaratan serta lingkup pekerjaan. Rekanan/Calon
Mitra yang tidak hadir atau tidak diwakili dalam rapat ini tidak diperkenakan
memasukkan surat Penawaran.
- Rekanan/Calon Mitra diwajibkan untuk memperhatikan secara khusus kelengkapan
Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta keseluruhan rencana pada
umumnya.
- Calon Mitra tidak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap kemungkinan adanya
kenyataan kekurangan dalam Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
yang akan berpengaruh tidak baik pada hasil pekerjaan. Dalam hal ini calon Mitra
bisa dipersalahkan, bila pada Rapat Penjelasan Pekerjaan ini tidak memberi
peringatan.
b. Penjelasan Lapangan dan Peninjauan Lapangan
Penjelasan Lapangan diberikan oleh Tim Penunjukan dengan dibantu oleh Konsultan
Perencana
8. Calon Mitra kontraktor diwajibkan untuk melakukan pengamatan agar memperoleh segera
informasi yang diperlukan mengenai keadaan di lapangan, dan menanyakan hal-hal yang
bersangkutan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan guna mengajukan Penawaran,
sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.
9. Hal-hal yang dijelaskan dan diputuskan dalam acara Penjelasan dan Peninjauan Lapangan
dimuat dalam suatu Berita Acara Penjelasan dan Peninjauan Lapangan yang ditandatangani
oleh Tim serta oleh 2 (dua) wakil dari Rekanan/Calon Mitra kontraktor dengan disertai
lampiran Daftar Hadir Pelaku Penjelasan, anggota Tim Penunjukan dan Para calon Mitra,
serta lampiran-lampiran lain yang dibahas dalam rapat tersebut.
PEMASUKAN PENAWARAN
1. Dokumen Penawaran beserta salinannya dimasukkan dalam 1 (satu) sampul, dalam keadaan
tertutup
2. Hanya calon Mitra yang telah mengikuti Rapat Penjelasan Pekerjaan dan Peninjauan
Lapangan yang berhak untuk memasukkan Dokumen Penawaran.
3. Kepada Calon Mitra yang telah memasukkan Dokumennya akan diberikan tanda terima
sebagai bukti telah memasukkan Dokumen Penawaran. Bila ada calon Mitra yang terlambat
memasukkan, maka keputusannya Dokumen Penawaran calon Mitra tersebut di tolak dan
dianggap batal.

PENUNJUKAN
1. Penilaian dilakukan oleh Tim Penunjukan terhadap Dokumen Penawaran yang dinyatakan
sah dengan meninjau dari segi teknis dan harga Penawaran.
2. Tata cara Penunjukan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang secara garis besar dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Penawaran secara Teknis dapat dipertanggungjawabkan.
b. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan.
c. Penawaran tersebut adalah yang terendah tetapi wajar
d. Usulan design memenuhi syarat secara teknis dan sesuai dengan kebutuhan diadakannya
pekerjaan ini.
e. Hasil Penilaian tersebut akan dilaporkan kepada Pejabat yang berwenang untuk
menetapkan pemenang Penunjukan.
3. Pada proses penetapan Mitra Kontraktor, Pejabat yang berwenang dapat melakukan
klarifikasi pekerjaan kepada calon pemenang. Berita Acara Klarifikasi Pekerjaan akan
merupakan lampiran Kontrak dan mengikat.
4. Pemberi Tugas menunjuk sebagai Mitra Kotraktor/Pemborong/Pelaksana Pekerjaan,
berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang.
5. Calon Mitra yang telah ditunjuk sebagai pemenang wajib menerima penunjukan ini. Apabila
calon Mitra yang menang mengundurkan diri, hal ini hanya dapat dilakukan dengan alasan
yang dapat diterima oleh Pimpro, dan Pimpro berhak menunjuk calon lain sebagai mitra
kontraktor sebagai pengganti.

JAMINAN PELAKSANAAN
1. Sebelum menandatangani Surat Perjanjian, Calon Mitra kontraktor yang ditunjuk sebagai
pemenang wajib mengganti menyerahkan Surat Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan
(Performance Bond) yang dikeluarkan oleh Bank Umum atau perusahaan Asuransi Kerugian.
2. Besarnya Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan sebesar 5 % (lima persen) dari besarnya nilai
Kontrak Pekerjaan dengan jangka waktu 90-120 hari kalender terhitung sejak tanggal
diterbitkan Surat Perintah Kerja.
3. Surat Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan akan dikembalikan setelah seluruh pekerjaan
diselesaikan dengan sempurna dan diterima dengan baik oleh Pemberi Tugas atau wakilnya
yang sah.
4. Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan diperlukan untuk menjamin agar selama jangka waktu
pelaksanaan, Pemborong yang ditunjuk dapat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal yang
telah ditentukan, dan apabila Pemborong yang ditunjuk tidak atau menolak melaksanakan
pekerjaan, maka akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan.

PEMBUATAN SURAT PERJANJIAN


1. Calon Mitra yang ditunjuk sebagai Pemborong/Pelaksana harus bersedia membuat dan
menandatangani Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan/Kontrak.
2. Dasar pembuatan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan/Kontrak adalah:
a. Keputusan Penunjukan.
b. Dokumen Penawaran.
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan/aanwijzing.
d. Dokumen-dokumen Penunjukan lainnya.
e. Biaya-biaya yang terjadi akibat perjanjian ini menjadi tanggung jawab/beban pemborong.
3. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan/Kontrak disampaikan kepada:
a. Pemberi Tugas.
b. Pelaksana yang bersangkutan (salinan otentik bermeterai).
c. Instalasi-instalasi lain yang bersangkutan dengan pelaksana perjanjian tersebut sesuai
dengan keperluannya.
d. Tim sebagai arsip.

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA


1. Pemberi Tugas dapat memutuskan hubungan kerja, jika Pemborong melakukan kelalaian
mengenai satu atau beberapa hal dibawah ini seperti:
a. Jika Pemborong tanpa alasan yang dapat diterima menangguhkan atau menunda sama
sekali pelaksanaan pekerjaan yang belum selesai.
b. Jika Pemborong tidak melanjutkan pekerjaan dengan kesungguhan dan teratur.
c. Jika Pemborong mengabaikan peringatan tertulis dari Pemberi Tugas, sehingga dengan
penolakan dan kelalaian tersebut pekerjaan betul-betul terkena akibatnya.
d. Pemborong tanpa alasan yang dapat diterima oleh Pemberi Tugas lalai dan gagal untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan.
e. Pemborong dinyatakan pailit serta tidak dapat lagi memenuhi kewajibannya.
2. Apabila pekerjaan ternyata tidak dapat juga diselesaikan walaupun Pemborong telah
dikenakan denda maksimum 5 % dari harga kontrak dan Pemberi Tugas/Konsultan
Pengawas/Kantor Pusat menilai bahwa pekerjaan tidak mungkin dapat diselesaikan, maka
Pemberi Tugas dapat memutuskan secara sepihak dan berhak menunjuk Pemborong lain, guna
menyelesaikan sisa pekerjaan atas biaya Pemborong .

TEMPAT PERADILAN
Jika terjadi perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah, maka penyelesaian
selanjutnya diserahkan ke Pengadilan Negeri ……………………….

LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang akan dilakukan pada RKS ini adalah:
Pekerjaan …………………. …………………………… …………………… ………… yang
berlokasi di ………………………
Apabila dianggap perlu untuk penyesuaian dengan anggaran atas kebutuhan, Pemberi Tugas
dapat mengadakan pengurangan atau penambahan jumlah pekerjaan yang dimaksud dalam RKS
ini. Dalam hal diadakan pengurangan jumlah pekerjaan, kepada calon Mitra yang melaksanakan
pekerjaan itu, tidak diberikan kompensasi atau ganti rugi dalam bentuk apapun.

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Jangka waktu untuk pelaksanaan pekerjaan atau untuk penyerahan barang ini adalah selambat-
lambatnya …… (………………..) hari kalender terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah
Kerja oleh Pemberi Tugas.

WAKTU MULAI DAN KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Pemborong harus memulai pekerjaan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah
dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja, serta melaksanakannya dengan baik dan tepat
waktu.
2. Apabila terlihat pekerjaan mengalami hambatan dan kemungkinan pekerjaan tidak dapat
selesai tepat waktu, maka pemborong harus segera memberitahukan secara tertulis kepada
Pemberi Tugas dengan menyebutkan alasan dan penyebab hambatan tsb. serta perkiraan
jumlah hari keterlambatan.
3. Atas keterlambatan pekerjaan tersebut, Pemborong harus mengajukan permohonan tertulis
untuk perpanjangan waktu, selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum jadwal penyelesaian
pekerjaan, disertai alasan yang dapat diterima oleh Pemberi Tugas.
4. Permintaan perpanjangan waktu dapat dipertimbangkan oleh Pemberi Tugas, antara lain
disebabkan oleh :
4.1. Adanya pekerjaan tambahan atau pengurangan yang tidak dapat dielakkan lagi setelah
atau sebelum kontrak ditandatangani.
4.2. Adanya perintah tertulis dari Pemberi Tugas tentang pekerjaan tambahan atau tentang
penghentian pekerjaan untuk sementara waktu.
4.3. Pekerjaan tidak dapat dimulai tepat waktu karena lokasi belum siap.
4.4. Adanya hal-hal yang terjadi di luar kekuasaan dan kemampuan pemborong (force
majeure), seperti :
 bencana alam
 kebakaran
 peperangan/pemberontakan
 kerusuhan/huru-hara
 pemogokan umum
 keputusan Pemerintah dibidang ekonomi/moneter yang harus ditegaskan dengan
surat keterangan dari Kepala Daerah setempat.

PERLINDUNGAN TERHADAP KEPENTINGAN UMUM


1. Semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan milik umum, milik Pemberi
Tugas atau milik orang lain, harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan gangguan terhadap kepertingan umum. Dalam hal terjadi gangguan maka
Pemborong harus membebaskan Pemberi Tugas dari segala macam tuntutan atau klaim.
2. Pemborong harus bertanggung jawab dan mengganti kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan, kelalaian Pelaksana, agen atau sub pelaksana yang terkait.

MUTU BAHAN DAN HASIL PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Semua bahan yang digunakan dan seluruh hasil pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat
yang telah ditetapkan dalam Kontrak dan Dokumen Lampiran Kontrak.
2. Atas permintaan Pemberi Tugas, Pemborong harus bersedia mengirimkan contoh material
yang akan digunakan, untuk diuji mutunya. Setiap saat mutu pekerjaan harus siap diuji oleh
Konsultan Pengawas/Kantor Pusat atau Pemberi Tugas. Untuk memenuhi hal
penyelenggaraan pengujian tersebut, Pemborong tidak berhak mengajukan tuntutan (klaim)
tambahan biaya.
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
1. Pemborong harus memberikan ijin kepada Pemberi Tugas atau Konsultan MK/Pengawas
untuk melakukan pemeriksaan dan perhitungan hasil pekerjaan yang telah atau sedang
dilaksanakan.
2. Pemberi Tugas mempunyai wewenang memerintahkan Pemborong secara tertulis untuk:
a. Mengganti material yang tidak memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam
dokumen kontrak.
b. Membongkar dan melaksanakan kembali pekerjaan yang material, cara pelaksanaan dan
atau hasil pekerjaannya yang tidak memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
dalam Dokumen Kontrak, sehingga diperoleh hasil pekerjaan dan material yang sesuai
dengan syarat dan ketentuan-ketentuan tersebut. Semua hal tsb. menjadi tanggungan
Pemborong tanpa hak untuk menuntut (klaim) tambahan biaya.

PEKERJAAN TAMBAH KURANG


1. Pekerjaan tambah kurang hanya berlaku dan diperhitungkan apabila ada perintah dari
Pemberi Tugas.
2. Apabila terdapat pekerjaan tambah, maka harga satuan pekerjaan tambah ini diperhitungkan
menurut daftar harga satuan pekerjaan sesuai kontrak.
3. Untuk pekerjaan yang harga satuannya tidak tercantum dalam daftar harga satuan tersebut,
maka akan ditentukan lebih lanjut oleh Pemberi Tugas bersama Pemborong.
SANKSI DAN DENDA
1. SANKSI
1.1. Calon Mitra yang mengundurkan diri setelah menerima dokumen Penunjukan, tidak
dapat meminta kembali biaya pengganti dokumen dan tetap menjadi milik pemberi
tugas.
1.2. Calon Mitra yang tidak memasukkan surat Penawaran atau mengundurkan diri setelah
mengikuti rapat penjelasan/aanwijzing akan dikenakan sanksi yaitu tidak akan
diundang lagi mengikuti pekerjaan di lingkungan xxx selama 1 (satu) tahun, kecuali
alasan pengunduran diri yang dapat diterima oleh Tim.
1.3. Calon Mitra yang mengundurkan diri setelah ditunjuk sebagai pemenang akan
dikenakan sanksi, yaitu jaminan pelaksanaan menjadi milik Pemberi Tugas, dan tidak
akan diundang lagi untuk mengikuti pekerjaan di lingkungan xxx selama 1 (satu)
tahun.

2. DENDA KELAMBATAN
2.1. Apabila terjadi kelambatan waktu Pelaksanaan pekerjaan atau penyerahan barang
yang diakibatkan oleh kelalaian Pemborong, maka Pemborong dikenakan denda
sebesar 2 ‰ (dua permil) setiap harinya yang dihitung dari bagian yang terlambat
dikerjakan atau diserahkan dengan maksimum denda sebesar 5 % (lima persen) dari
nilai pemborongan yang diperjanjikan.
2.2. Apabila terjadi kelambatan waktu penyerahan pekerjaan lebih dari 25 (dua puluh
lima) hari, maka berlaku ketentuan sbb. :
1) Pemberi Tugas berhak membatalkan surat Perjanjian secara sepihak dan
Pemborong tidak dapat menuntut dalam bentuk apapun baik melalui pengadilan
maupun luar pengadilan.
2) Jaminan pelaksanaan dinyatakan menjadi milik Pemberi Tugas.
3) Pemborong tidak berhak menerima pembayaran untuk sisa pekerjaan/barang yang
belum diserahkan.
2.3. Ketentuan pada butir 2.2. di atas tidak berlaku apabila kelambatan itu terjadi secara
langsung di luar kekuasaan dan kemampuan pemborong (force majeure).
Apabila kontrak dihentikan karena keadaan force majeure maka Pemberi Tugas akan
membayar kepada Pemborong semua pekerjaan yang telah dilaksanakan sebelum
tanggal penghentian kontrak, menurut ukuran-ukuran dan harga yang tercantum
dalam kontrak.

CARA PEMBAYARAN
1. Pembayaran dilakukan secara berangsur menurut prosentase kemajuan nilai prestasi
pekerjaan yang dicapai berdasarkan hasil pemeriksaan penilaian yang dilakukan Konsultan
MK/Pengawas dan disahkan oleh Pemberi Tugas, kecuali pembayaran terakhir akan
dibayarkan setelah masa pemeliharaan selama 90 hari kalender berakhir, dikurangi retensi
sebesar 5% (lima persen) dari jumlah setiap pembayaran angsuran.
2. Dimungkinkan adanya uang muka paling banyak sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga
borongan dengan memberikan jaminan uang muka dari Bank Umum dan atau Perusahaan
Asuransi Kerugian.
Jaminan uang muka harus berlaku samapai uang muka yang diambil lunas dibayar kembali
dan nilai jaminan uang muka boleh secara berangsur-angsur dikurangi dengan pembayaran
kembali uang muka tersebut.
3. Jumlah pembayaran angsuran sampai dengan penyerahan pertama pekerjaan adalah sebesar :
a. 95% (sembilan puluh lima persen) dari harga Borongan
b. Dikurangi dengan angsuran pengembalian uang muka
c. Dikurangi dengan denda kelambatan
d. Dikurangi dengan biaya pembebanan akibat penggunaan pihak ketiga.
e. Dikurangi dengan biaya pengawasan akibat dilampauinya batas waktu pelaksanaan.
f. Besarnya pembayaran angsuran akan diatur dalam Kontrak Pemborongan setelah
diadakan kesepakatan lebih dahulu antara Pemberi Tugas dengan Pemborong.
g. Pembayaran dilakukan berdasarkan bukti Berita Acara penyelesaian Pekerjaan yang
dibuat dan ditandatangani oleh Pemborong dan Pihak Pemberi Tugas atau Konsultan
MK/Pengawas yang ditunjuk.
h. Semua pembayaran pekerjaan ini akan dilakukan melalui
…………………………………………….., dengan cara pemidahbukuan/transfer ke
rekening perusahaan pemborong yang ada di ……………………………………..

PENUNDAAN PEMBAYARAN
Pembayaran angsuran akan ditangguhkan apabila:
1. Kesalahan pelaksanaan, hasil yang kurang memuaskan, kerusakan tidak/belum diperbaiki.
2. Keraguan Pemberi Tugas atas tidak seimbangnya antara pembayaran sisa dengan volume
pekerjaan yang masih harus dilaksanakan.
3. Kegagalan pemborong dalam menyelesaikan urusan-urusan dengan sub-kontraktor, supplier-
supplier maupun buruh.
4. Belum memenuhi salah satu ketentuan administrative
5. Belum adanya penyesuaian dalam perhitungan prestasi pekerjaan untuk angsuran tersebut.
6. Belum menyerahkan gambar bagian pekerjaan yang sesuai dengan yang telah dilaksanakan
maupun adanya revisi ( perubahan/ as built drawing ).
Bilamana hal-hal tersebut di atas sudah tidak ada atau sudah dilaksanakan, maka angsuran dapat
dilakukan.

PENYELESAIAN PEKERJAAN
1. Semua hasil pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam kontrak.
Bilamana terdapat bagian-bagian dari hasil pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan atau
ketentuan tersebut, maka Pemborong berkewajiban untuk segera memperbaikinya tanpa hak
untuk mengajukan ketentuan tambahan biaya.
2. Pemeriksaan hasil penyelesaian pekerjaan akan segera dilaksanakan bersama antara
Konsultan MK/Pengawas dengan Pemborong mengenai selesainya pekerjaan 100%
(penyerahan pertama).
3. Hasil pemeriksaan akan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan yang berisikan data
mengenai kondisi hasil pekerjaan yang telah diperiksa.

MASA PEMELIHARAAN
1. Masa pemeliharaan ditetapkan selama 90 (sembilan puluh) hari kalender, terhitung sejak
tanggal Berita Acara Penyerahan Pekerjaan Pertama.
2. Selama masa pemeliharaan, Pemborong harus melaksanakan pekerjaan perbaikan yang
diminta secara tertulis oleh Pemberi Tugas sesuai dengan hasil pemeriksaan.
3. Untuk menjamin terlaksananya pekerjaan pemeliharaan, maka setiap termijn pembayaran
dikenakan retensi sebesar 5 % dari besarnya termijn pembayaran sesuai dengan pasal 9 ayat 1
4. Retensi sebesar 5 % sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tersebut diatas akan dikembalikan
apabila pemborong telah menyelesaikan kewajiban pemeliharaan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dan ayat 2 tersebut diatas dan dibuktikan dengan Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan Pemeliharaan yang ditandatangani oleh Pemberi Tugas dan Pemborong.

ASURANSI
1. Semua resiko yang diakibatkan bukan karena force majeure ( seperti kebakaran, gempa
bumi, petir, banjir dan sebagainya ) tetapi mengakibatkan kerugian kepada pekerjaan atau
bahan-bahan yang berada ditempat pekerjaan yang masih dalam pelaksanaan maupun
masih dalam pemesanan adalah menjadi resiko pemborong.
2. Dalam lingkup pertanggungan asuransi tersebut hendaknya masuk baik kerugian yang
diakibatkan terhadap bagian-bagian pekerjaan yang menjadi tanggung jawab pemborong
tersebut maupun kerugian yang diderita oleh bagian-bagian gedung yang sudah ada
disekitar lokasi proyek beserta peralatan yang ada didalamnya, yang diakibatkan oleh
pemborong dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Oleh karena itu pemborong harus mengurangi resiko ini sampai sekecil mungkin dengan
jalan menutup pertanggungan / asuransi dalam bentuk EAR (Errection All Risks), Third
Party Liability (TPL), Asuransi Kecelakaan untuk wakil-wakil Pemberi Tugas (Personnel
Accident on Site) serta Asuransi tenaga kerja (Astek para pekerja pemborong) yang
kesemuanya itu tidak merupakan unsur biaya tambah dalam harga Penawaran.
Pemborong disarankan menutup asuransi tersebut pada
……………………………………………………………………………………… atau
perusahaan asuransi lainnya yang dapat disetujui oleh Pemberi Tugas, yang besarnya
akan ditentukan kemudian dalam kontrak.
4. Surat Polis tersebut harus dibuat atas nama Pemberi Tugas dan bersama-sama dengan
kwitansi dan premi yang telah dibayar oleh Pemborong harus diserahkan kepada Pemberi
Tugas.
5. Kerusakan ataupun kerugian-kerugian akibat kejadian yang timbul harus segera
diperbaiki dan dikembalikan dengan perbaikan seperti semula. Sesuai dengan perbaikan
ini uang asuransi yang diterima oleh Pemberi Tugas akan dibayarkan kepada Pemborong
hingga jumlah maksimal yang telah dibayarkan oleh Perusahaan Asuransi kepada
Pemberi Tugas.

PEKERJAAN PEMBORONG LAIN

Dalam hal dimana pekerjaan atau bagian pekerjaan dari satu pemborong secara fisik
berhubungan dengan pekerjaan/bagian pekerjaan dari pemborong yang lain, maka kecuali
secara khusus hal ini diatur lain oleh Konsultan MK/Pengawas atau dokumen kontrak yang
lain maka ketentuan-ketentuan berikut ini yang berlaku:
1. Pekerjaan merapikan, menyempurnakan finishing akhir pada bagian pekerjaan dimana
secara fisik lebih dari satu pemborong terlibat, merupakan tanggung jawab dari
pemborong yang mengerjakan pekerjaan ini dalam urutan sebagai berikut:
Untuk pekerjaan didalam bangunan:
a. Ornamen/Elemen Estetika
b. Furniture/Finishing
c. Interior/Finishing
d. Arsitektur/Finishing
e. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
f. Struktur/Konstruksi
2. Dalam hal dimana ada lebih dari satu pemborong dengan tingkat prioritas yang sama,
mengerjakan pekerjaan yang secara fisik terlibat satu sama lain, maka ketentuan berikut
ini berlaku:
a. Apabila bagian pekerjaan tersebut bertemu secara berdampingan, maka masing-
masing pemborong wajib melakukan pekerjaan merapikan tersebut pada pekerjaan
masing-masing dan pemborong yang belakangan mengerjakan bagian pekerjaan yang
bertemu tersebut, bertanggung jawab untuk melindungi bagian pekerjaan dari
pemborong yang lain sedemikian rupa sehingga bagian tersebut tidak cacat akibat
pelaksanaan bagian pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Pemborong ini
bertanggung jawab bahwa pertemuan kedua pekerjaan tersebut diselesaikan dengan
baik.
b. Apabila bagian pekerjaan dari satu pemborong menembus bagian pekerjaan dari
pemborong yang lain, maka kedua pemborong bersama dengan Konsultan
MK/Pengawas harus membicarakan pelaksanaan penembusan tersebut, sehingga
didapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pemborong yang melaksanakan bagian
pekerjaan yang ditembus bertanggung jawab untuk merapikan/ melakukan finishing
akhir pada bagian yang ditembus tersebut.
c. Apabila bagian pekerjaan dari satu pemborong akan secara aksesibilitas visual ditutup
oleh bagian pekerjaan dari pemborong yang lain, maka pemborong yang
melaksanakan bagian pekerjaan yang menutupi bagian pekerjaan dari pemborong
yang lain harus bertanggung jawab untuk merapikan/melakukan finishing akhir pada
bagian-bagian pekerjaan yang merupakan akses untuk mencapai bagian yang ditutupi
tersebut.
d. Apabila bagian pekerjaan dari satu pemborong bersambungan dengan bagian
pekerjaan dari pemborong yang lain, maka pemborong yang melaksanakan bagian
pekerjaan yang bersambungan tersebut bertanggung jawab untuk mengadakan dan
memasang sementara pada bagian pekerjaan tersebut sedemikian rupa sehingga
bagian itu bisa diuji secara terpisah dan diamankan terhadap segala kemungkinan
pengotoran/kerusakan. Sebelum sambungan dilaksanakan pemborong yang
melakukan penyambungan bertanggung jawab untuk merapikan dan melakukan
finishing akhir pada sambungan tersebut.
e. Apabila bagian pekerjaan dari satu pemborong akan ditumpuk oleh bagian pekerjaan
dari pemborong yang lain, maka pemborong yang bagian pekerjaannya akan
ditumpuk tersebut bertanggung jawab untuk menghubungi pemborong yang bagian
pekerjaannya akan menumpuk bagian pekerjaan yang dilaksanakannya dan dengan
disaksikan oleh Konsultan MK/Pengawas untuk bersepakat mengenai ketepatan dan
koordinasi dari bagian yang bertumpuk tersebut serta memberi peluang yang wajar
pada pemborong yang belakangan untuk melakukan pekerjaan persiapan yang
diperlukan untuk melaksanakan bagian pekerjaannya. Bilamana pemborong yang
belakangan ini tidak bias dihubungi, maka pemborong yang terdahulu harus meminta
petunjuk khusus dari Konsultan MK/Pengawas mengenai hal ini.
3.Dalam hal dimana pemborong yang bertanggung jawab untuk merapikan/
melakukan finishing akhir ini tidak dapat melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai
dengan jadwal pekerjaannya karena belum terlaksana bagian pekerjaan dari
pemborong yang lain, maka pemborong tersebut dengan persetujuan Konsultan
MK/Pengawas dapat memilih salah satu dari alternatip berikut:
a. Meminta kerja kurang atas bagian pekerjaan yang tertunda serta melimpahkan bagian
pekerjaan yang tertunda tadi kepada pemborong lain yang belakangan dengan
memperhitungkan pengurangan waktu pelaksanaan.
b. Meminta dilakukannya pemeriksaan kemajuan dan penyerahan bagian per bagian
atau partial submission atas bagian pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan.
PENYERAHAN PEKERJAAN
1. Penyerahan pertama dilakukan setelah Pemborong menyelesaikan semua pekerjaan selambat-
lambatnya pada tanggal yang telah ditetapkan dalam surat kontrak pemborongan, dengan
dibuatkan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (100 %) yang ditandatangani oleh
Pemborong dan Konsultan MK/Pengawas serta diketahui oleh Pemberi Tugas, Kemudian
dibuatkan Berita Acara Serah Terima Pertama yang ditandatangani oleh Pemberi Tugas dan
Pemborong.
2. Setelah berakhirnya masa pemeliharaan yaitu 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak
penyerahan pekerjaan terakhir, maka Pemborong membuat Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan yang menyatakan bahwa pekerjaan telah diselesaikan dan dipelihara dengan baik
dan ditandatangani oleh Pemberi Tugas dan Pemborong.
3. Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan, dapat dilakukan penyerahan pekerjaan
kedua dari Pemborong kepada Pemberi Tugas dan dituangkan dalam Berita Acara
Penyerahan Pekerjaan Kedua yang ditandatangani oleh Pemborong dan Pemberi Tugas.
1. Lingkup
1.1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh segi teknis yang secara umum berlaku untuk seluruh
bagian Pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan.
1.2. Persyaratan Teknis Umum ini membentuk suatu kesatuan dengan Persyaratan Teknis
Khusus, dan secara bersama-sama merupakan persyaratan dari segi teknis bagi
seluruh Bagian Pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih dari
dokumen-dokumen berikut ini :
 Gambar-gambar Penunjukan /Pelaksanaan
 Persyaratan Teknis Umum/Khusus
 Perincian Volume Pekerjaan/Perincian Penawaran.
 Dokumen-dokumen Penunjukan /Pelaksanaan yang lain.
1.3. Dalam hal dimana ada bagian dari Persyaratan Teknis Umum ini, yang tidak dapat
diterapkan pada satu dokumen pun dari pasal 1.2 di atas maka bagian dari
Persyaratan Teknis Umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.

2. Referensi

2.1. Atas seluruh Bagian Pekerjaan dalam Perjanjian Kerja ini, kecuali secara khusus
dipersyaratkan lain dalam satu atau lebih dokumen dari Dokumen Penunjukan
/Pelaksanaan, berlaku :
 Undang-undang/Keputusan Presiden.
 Peraturan/Surat Keputusan dari Departemen/Instansi yang berwenang.
 Peraturan Daerah.
 Standard/Norma/Pedoman
yang berlaku di Indonesia untuk Bagian Pekerjaan yang bersangkutan.
2.2. Dalam hal dimana ada Bagian Pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur
dalam Persyaratan Teknis Umum/Khusus maupun salah satu dari ketentuan yang
disebutkan dalam Pasal 2.1 di atas, maka untuk Bagian Pekerjaan tersebut,
Pemborong harus mengajukan salah satu dari persyaratan-¬persyaratan berikut ini
guna disepakati oleh Pengawas untuk dipakai sebagai patokan persyaratan teknis :
a. Standar/Norma/Kode/Pedoman yang bisa diterapkan pada Bagian Pekerjaan
bersangkutan, yang diterbitkan oleh Instansi/Institusi/Asosiasi Profesi/Asosiasi
Produsen/Lembaga Pengujian ataupun Badan-badan yang bersifat internasional
ataupun nasional dari negara lain, sejauh bahwa atas hal tersebut diperoleh
kesepakatan dari Pengawas.
b. Brosur Teknis dari Produsen yang didukung oleh Sertifikat dari Lembaga
Pengujian yang diakui secara Nasional/Internasional

3. B a h a n
3.1. Baru / Bekas
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua Bahan yang dipergunakan
dalam/untuk Pekerjaan ini harus merupakan Bahan yang baru, penggunaan Bahan
bekas hanya bisa diperkenankan dengan izin tertulis dari Pengawas atas persetujuan
Pemberi Tugas.
3.2. Tanda Pengenal
Dalam hal dimana Pabrik/Produsen Bahan mengeluarkan Tanda Pengenal untuk
Produk/Bahan yang dihasilkannya, ataupun sebagai pengenal kwalitas/kelas/
kapasitas; maka semua Bahan dari Pabrik/Produsen bersangkutan yang dipergunakan
dalam Pekerjaan ini harus mengandung Tanda Pengenal tersebut. Kecuali ditetapkan
lain oleh Pengawas, Bahan sejenis dengan fungsi yang berbeda harus diberi Tanda
Pengenal untuk membedakan satu Bahan dari Bahan yang lain. Tanda Pengenal ini
bisa berupa warna atau tanda-tanda lain yang mana harus sesuai dengan Referensi
pada Pasal 2 Persyaratan Teknis Umum ini kalau ada diatur disana; atau dalam hal
dimana tidak/belum ada pengaturan yang jelas mengenai itu, hal ini harus
dilaksanakan sesuai petunjuk dari Pengawas.
3.3. Merk Dagang dan Kesetarafan
3.3.1. Penyebutan sesuatu Merk Dagang bagi suatu Bahan/Produk di dalam
Persyaratan Teknis, secara umum harus dimengerti sebagai persyaratan
kesetarafan kwalitas penampilan (performance) dari Bahan/Produk tersebut,
yang mana dinyatakan dengan kata-kata : "atau yang setaraf".
3.3.2. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan Bahan/Produk
lain yang dapat dibuktikan mempunyai kwalitas penampilan yang setaraf
dengan Bahan/Produk yang memakai Merk Dagang yang disebutkan, dapat
diterima sejauh bahwa untuk itu sebelumnya telah diperoleh Persetujuan
tertulis dari Pengawas atas kesetarafan tersebut.
3.3.3. Penggunaan Bahan/Produk yang disetujui sebagai "setaraf" tidak dianggap
sebagai Perubahan Pekerjaan, dan karenanya perbedaan Harga dengan
Bahan/Produk yang disebutkan Merk Dagangnya akan diabaikan.

3.4. Penggantian (Substitusi)


3.4.1. Atas Persetujuan Pengawas dan Perencana, Pemborong/supplier bisa
mengajukan usulan untuk penggantian sesuatu Bahan/Produk dengan sesuatu
Bahan/Produk lain dengan penampilan yang berbeda dengan yang
dipersyaratkan, tetapi dengan taraf yang bersamaan.
3.4.2. Dalam persetujuan atas sesuatu penggantian (substitusi), perbedaan harga
yang ada dengan Bahan/Produk yang dipersyaratkan, akan diperhitungkan
sebagai Perubahan Pekerjaan, dengan ketentuan sebagai berikut:
Kecuali dapat dibuktikan bahwa Pemborong tidak bersalah/lalai, maka dalam
hal dimana Penggantian disebabkan karena kegagalan Pemborong/supplier
untuk mendapatkan Bahan/Produk seperti yang dipersyaratkan, maka
Perubahan Pekerjaan yang bersifat Kerja Tambah dianggap tidak ada.
3.4.3. Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh Pengawas, Perencana
dan Pemberi Tugas sebagai masukan (input) baru yang menyangkut nilai-nilai
tambah, maka Perubahan Pekerjaan berupa Kerja Tambah dapat
diperkenankan.

3.5. Persetujuan Bahan


3.5.1. Untuk menghindarkan penolakan Bahan di lapangan, dianjurkan dengan
sangat agar sebelum sesuatu Bahan/Produk akan dibeli/dipesan/diprodusir,
terlebih dahulu dimintakan Persetujuan dari Pengawas atas kesesuaian dari
Bahan/Produk tersebut pada Persyaratan Teknis, yang mana akan diberikan
dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada Contoh/Brosur dari
Bahan/Produk yang bersangkutan untuk diserahkan pada Pengawas di
lapangan.
3.5.2. Penolakan Bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur di atas
sepenuhnya merupakan tanggung jawab Pemborong/Supplier atas mana tidak
dapat diberikan pertimbangan keringanan apapun.
3.5.3. Adanya Persetujuan tertulis dengan disertai contoh Brosur seperti tersebut di
atas tidak melepaskan tanggung jawab Pemborong/Supplier dari
kewajibannya dalam Perjanjian Kerja ini untuk mengadakan Bahan/Produk
yang sesuai dengan persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan
diterima/disetujuinya seluruh Bahan/Produk tersebut di lapangan, sejauh tidak
dapat dibuktikan bahwa seluruh Bahan/Produk tersebut adalah sesuai dengan
Contoh/Brosur yang telah disetujui.

3.6. Contoh
Pada waktu memintakan persetujuan atas Bahan/Produk, kepada Pengawas harus
diserahkan Contoh dari Bahan/Produk tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut :
3.6.1. Jumlah Contoh :
Untuk Bahan/Produk, atas mana tidak dapat diberikan sesuatu Sertifikat
Pengujian, kepada Pengawas harus diserahkan sejumlah Bahan/Produk sesuai
persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Produsen Pengujian, untuk
dijadikan Benda Uji guna diserahkan pada Badan/Lembaga Penguji yang
ditunjuk oleh Pengawas.
Untuk Bahan/Produk, atas mana dapat ditunjukkan Sertifikat Pengujian yang
dapat disetujui/diterima oleh Pengawas, kepada Pengawas harus diserahkan 2
(dua) buah contoh, yang masing-masing disertai dengan salinan Sertifikat
Pengujian yang bersangkutan.
3.6.2. Contoh yang disetujui :
Dari contoh yang diserahkan kepada Pengawas, atas contoh yang telah
memperoleh persetujuan, oleh Pengawas harus dibuat suatu keterangan
tertulis mengenai persetujuannya; dan disamping itu oleh Pengawas harus
dipasangkan tanda pengenal persetujuannya pada 2 (dua) buah contoh, yang
semuanya akan dipegang oleh Pengawas.
Bila dikehendaki, Pemborong/Supplier dapat memintakan sejumlah set
tambahan dari Contoh berikut Tanda Pengenal Persetujuan dan surat
keterangan persetujuan untuk kepentingan dokumentasinya sendiri.
Dalam hal yang demikian, jumlah Contoh yang harus diserahkan kepada
Pengawas harus ditambah seperlunya sesuai dengan kebutuhan tambahan
tersebut.
Pada waktu Pengawas sudah tidak lagi membutuhkan Contoh yang disetujui
tersebut untuk pemeriksaan Bahan/Produk bagi Pekerjaan, Pemborong berhak
meminta kembali Contoh tersebut untuk dipasangkan pada Pekerjaan.
3.6.3. Waktu persetujuan Contoh
adalah tanggung jawab dari Pemborong/supplier untuk mengajukan Contoh
pada waktunya, sedemikian sehingga pemberian persetujuan atas Contoh
tersebut tidak akan menyebabkan keterlambatan pada Jadwal Pengadaan
Bahan.
Untuk Bahan/Produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan kesetarafan
pada sesuatu Merk Dagang tertentu, keputusan atas contoh akan diberikan
oleh Pengawas dalam waktu tidak lebih dan 10 (sepuluh) hari kerja.
Dalam hal dimana Persetujuan tersebut akan melibatkan keputusan tambahan di
luar Persyaratan Teknis (seperti penentuan model, warna, dll.), maka keseluruhan
keputusan akan diberikan dalam waktu tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) hari
kerja.
Untuk Bahan/Produk yang masih harus dibuktikan kesetarafannya dengan sesuatu
Merk Dagang yang disebutkan, keputusan atas Contoh akan diberikan oleh
Pengawas dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak dilengkapinya
pembuktian kesetarafan.
Untuk Bahan/Produk yang bersifat Pengganti (substitusi), keputusan Persetujuan
akan diberikan oleh Pengawas dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya dengan lengkap seluruh bahan-bahan pertimbangan.
Untuk Bahan/Produk yang bersifat Peralatan/Perlengkapan ataupun Produk lain
yang karena sifat/jumlah/harga pengadaannya tidak memungkinkan untuk
diberikan Contoh dalam bentuk Bahan/Produk jadi; permintaan Persetujuan bisa
diajukan berdasarkan Brosur dari Produk tersebut, yang mana harus dilengkapi
dengan :
 Spesifikasi Teknis lengkap yang dikeluarkan oleh Pabrik/Produsen.
 Surat-surat seperlunya dari Agen/Importir, sesuai petunjuk Pengawas, seperti
a.l :
 Surat Keagenan, Surat Jaminan Suku Cadang dan Jasa Purna Penjualan (After
Sales Service) dll.
 Katalog untuk Warna, Pekerjaan Penyelesaian (Finishing) dll.
 Sertifikat-sertifikat Pengujian/Penetapan Kelas dll, dan dokumen-dokumen lain
sesuai petunjuk Pengawas.
Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan di atas, keputusan atas Contoh
dari Bahan/Produk yang diajukan belum diperoleh tanpa pemberitahuan tertulis
apapun dari Pengawas maka dengan sendirinya dianggap bahwa Contoh yang
diajukan telah disetujui oleh Pengawas.

3.7. Penyimpanan Bahan


3.7.1. Persetujuan atas sesuatu Bahan/Produk harus dimengerti sebagai perizinan
untuk memasukkan Bahan/Produk tersebut ke dalam Lapangan; dan
penggunaan Bahan/Produk tersebut dalam Pekerjaan sejauh bahwa
keadaannya tidak berubah dari kondisi waktu Persetujuan diberikan.
Bahan/Produk yang telah dimasukkan ke Lapangan harus segera disimpan :
 di tempat,
 dengan cara/peralatan,
 dalam susunan/tumpukan dan dengan pengkondisian lingkungan,
 dengan pengamanan,
 dan dengan accesibilitas yang baik, sesuai dengan ketetapan untuk
masing-masing Bahan/Produk dalam Persyaratan ini tidak jelas, sesuai
dengan petunjuk Pengawas.
3.7.2. Pemborong yang akan memakai Bahan/Produk, bertanggung jawab bahwa
selama dalam penyimpangan, Bahan/Produk tersebut tetap berada dalam
kondisi layak untuk dipakai dalam pekerjaan, Pengawas berhak untuk
memerintahkan agar :
 Bahan/Produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi layak
untuk dipakai; atau
 Dalam hal dimana perbaikan tidak lagi mungkin, supaya Bahan/Produk
tersebut segera dikeluarkan dari Lapangan untuk diganti dengan yang
memenuhi Persyaratan.
3.7.3. Untuk Bahan/Produk yang mempunyai Umur Pemakaian yang tertentu,
penyimpanannya harus dikelompokkan menurut Umur Pemakaian tersebut,
yang mana harus dinyatakan dengan Tanda Pengenal dengan ketentuan sbb :
 Terbuat dari kaleng atau kertas yang tidak akan rusak selama penggunaan
ini.
 Berukuran minimal 40 cm x 60 cm.
 Huruf berukuran minimum setinggi 10 cm, dengan warna merah.
 Diletakkan di tempat yang mudah terlihat.
Penyusunan Bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian rupa,
sehingga Bahan yang terlebih dulu masuk akan pula terlebih dulu dikeluarkan
untuk dipakai dalam Pekerjaan.
4. Pelaksanaan
4.1. Rencana Pelaksanaan
4.1.1. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya SPK oleh kedua belah
pihak, Pemborong harus menyerahkan kepada Pengawas :
Program kerja yang terdiri dari :
a. Jadwal Pelaksanaan yang terinci dalam bentuk Network Planning &
Barchat.
b. Jadwal Pengadaan Bahan.
c. Jadwal Ketenagaan.
d. Jadwal Peralatan.
e. Metoda pelaksanaan yang terinci.
f. Tabel Sub Paket & Milestone (kalau ada).
g. Tabel/Daftar Pay Item (kalau ada).
h. Kelengkapan administrasi lainnya yang akan ditentukan kemudian oleh
Pengawas. Pengawas akan memeriksa Rencana Kerja Pemborong tersebut
di atas dan memberikan tanggapan atas itu dalam waktu paling lama 2
(dua) minggu.
4.1.2. Pemborong harus memasukkan kembali perbaikan atas Rencana Kerja kalau
Pengawas meminta diadakannya perbaikan/penyempurnaan atas Rencana Kerja
tadi; paling lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya waktu Pelaksanaan.
4.1.3. Pemborong tidak dibenarkan memulai sesuatu Pelaksanaan Pekerjaan sebelum
adanya Persetujuan dari Pengawas atas Rencana Kerja ini.
Kecuali dapat dibuktikan bahwa Pengawas telah melalaikan kewajibannya untuk
memeriksa Rencana Kerja Pemborong pada waktunya, maka kegagalan
Pemborong untuk memulai Pekerjaan sehubungan dengan belum adanya
Rencana Kerja yang disetujui Pengawas sepenuhnya merupakan tanggung jawab
dari Pemborong bersangkutan.
4.2. Gambar Kerja (Shop Drawings)
4.2.1. Untuk bagian-bagian Pekerjaan, dimana Gambar Pelaksanaan (Construction
drawings) belum cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai
keadaan terlaksana, Pemborong berkewajiban mempersiapkan Gambar Kerja
yang secara terperinci akan memperlihatkan Cara Pelaksanaan tersebut.
4.2.2. Format dari Gambar Kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
Pengawas.
4.2.3. Gambar Kerja harus diajukan kepada Pengawas untuk mendapatkan
persetujuannya untuk mana gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam
rangkap 2 (dua).
4.3. Rencana Harian, Mingguan dan Bulanan
4.3.1. Selambat-lambatnya setiap sore hari, Pemborong harus menyerahkan Rencana
Kerja Harian, yang berisi Rencana Pelaksanaan dari berbagai bagian
pekerjaan yang akan dilaksanakan pada keesokan harinya.
4.3.2. Selambat-lambatnya pada setiap hari Sabtu dalam masa dimana pelaksanaan
Pekerjaan berlangsung, Pemborong berkewajiban untuk menyerahkan kepada
Pengawas suatu Rencana Mingguan yang berisi Rencana Pelaksanaan dari
berbagai pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam minggu berikutnya.
4.3.3. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari setiap bulan, Pemborong
berkewajiban menyerahkan kepada Pengawas suatu Rencana Bulanan yang
menggambarkan dalam garis besarnya, berbagai Rencana Pelaksanaan dari
berbagai bagian pekerjaan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam bulan
berikutnya.
4.3.4. Kelalaian Pemborong untuk menyusun dan menyerahkan Rencana Harian,
Mingguan maupun Bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam
melaksanakan perintah Pengawas dalam Persyaratan Administrasi Umum.
4.3.5. Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru, Pemborong diwajibkan
untuk memberitahu Pengawas mengenai hal tersebut paling sedikit 2 x 24 jam
sebelumnya, dengan format ijin yang akan ditentukan oleh Pengawas.
4.4. Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan
4.4.1. Selambat-lambatnya pada setiap sore hari, Pemborong harus menyerahkan
Laporan Harian, yang berisikan uraian lengkap dan terinci tentang pekerjaan-
pekerjaan yang telah dilaksanakan pada hari itu.
4.4.2. Selambat-lambatnya pada setiap hari Senin, Pemborong harus menyerahkan
Laporan Mingguan, yang berisikan uraian tentang pekerjaan-pekerjaan yang
telah dilaksanakan pada Minggu sebelumnya, lengkap dengan prestasi &
bobot masing-masing item pekerjaan.
4.4.3. Selambat-lambatnya pada akhir Minggu pertama bulan berikutnya Pemborong
harus menyerahkan Laporan Bulanan, yang berisikan uraian tentang
pekerjaan-pekerjaan yang telah dilaksanakan pada satu bulan sebelumnya,
lengkap dengan kumulatif prestasi & bobot, serta dilengkapi pula dengan foto-
foto dokumentasi.
4.4.4. Kelalaian Pemborong dalam membuat Laporan Harian, Mingguan maupun
Bulanan, dinilai sama dengan kelalaian Pemborong dalam melaksanakan
instruksi Pengawas seperti diatur pada butir 9.1. & 9.2. Persyaratan
Administrasi Umum.

4.5. Kwalitas
4.5.1. Pekerjaan harus dikerjakan dengan kwalitas pengerjaan yang terbaik untuk
jenis pekerjaan bersangkutan.
4.5.2. Hanya tenaga-tenaga kerja terbaik dalam tiap jenis pekerjaan diizinkan untuk
melaksanakan pekerjaan bersangkutan.
4.5.3. Kwalitas pengerjaan ataupun kwalitas hasil pekerjaan yang kurang memenuhi
syarat akan ditolak atau harus diperbaiki. Tenaga kerja yang kurang
memenuhi syarat akan ditolak dan dilarang meneruskan kegiatannya.

4.6. Pengujian Hasil Pekerjaan


4.6.1. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji
dengan cara dan tolak ukur pengujian yang ipersyaratkan dalam referensi yang
ditetapkan dalam Pasal 2 dari Persyaratan Teknis Umum ini.
4.6.2. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan/Lembaga yang akan
melakukan pengujian dipilih atas persetujuan Pengawas dari Lembaga/Badan
Pengujian milik Pemerintah atau yang diakui Pemerintah, atau Badan lain
yang oleh Pengawas dianggap memiliki obyektivitas dan integritas yang
meyakinkan. Atas hal yang terakhir ini, Pemborong/Supplier tidak berhak
mengajukan sanggahan.
4.6.3. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi
beban Pemborong.
4.6.4. Dalam hal dimana salah satu pihak tidak dapat menyetujui hasil pengujian
dari Badan Penguji yang disetujui oleh Pengawas pihak tersebut berhak
mengadakan pengujian tambahan pada Lembaga/Badan lain yang memenuhi
persyaratan badan penguji seperti tersebut di atas.
4.6.5. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut
memberikan kesimpulan yang sama, maka semua biaya untuk pengujian
tambahan menjadi beban pihak yang mengusulkannya.
4.6.6. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut
memberikan kesimpulan yang berbeda, maka dapat dipilih untuk :
 Memilih Badan/Lembaga Penguji ketiga atas kesepakatan
bersama.
 Melakukan Pengujian Ulang pada Badan/Lembaga Penguji
pertama atau kedua dengan ketentuan tambahan berikut :
 Pelaksanaan Pengujian Ulang harus disaksikan oleh Pengawas dan
Pemborong/Supplier ataupun wakil-wakilnya.
 Pada Penguji Ulang harus dikonfirmasikan penerapan dari alat-alat
penguji.
 Hasil dari Pengujian Ulang harus dianggap final, kecuali bilamana
kedua belah pihak sepakat untuk tidak menganggapnya demikian.
 Apabila hasil Pengujian Ulang mengkonfirmasikan kesimpulan
dari hasil pengujian yang pertama, maka semua biaya untuk semua
pengulangan pengujian menjadi tanggungan pihak yang
mengusulkan diadakannya pengujian tambahan.
 Apabila hasil Pengujian Ulang menunjukkan ketidaktepatan
kesimpulan dari hasil pengujian yang pertama dan membenarkan
kesimpulan dari hasil pengujian tambahan maka biaya untuk
semua pengulangan pengujian bukan menjadi tanggungan pihak
yang mengusulkan diadakannya pengujian tambahan.
 Bilamana ternyata pihak Pengawas yang mempunyai pendapat
salah, maka atas segala penundaan pekerjaan akibat adanya
penambahan/pengulangan pengujian akan diberikan tambahan
waktu pelaksanaan pada bagian pekerjaan bersangkutan dan
bagian-bagian lain yang terkena akibatnya, penambahan mana
besarnya adalah sesuai dengan penundaan yang terjadi.

4.7. Penutup Hasil Pelaksanaan Pekerjaan


4.7.1. Sebelum menutup suatu bagian pekerjaan dengan bagian pekerjaan yang lain,
yang mana akan secara visual menghalangi Pengawas untuk memeriksa
bagian pekerjaan yang terdahulu, Pemborong wajib melaporkan secara tertulis
kepada Pengawas mengenai rencana untuk melaksanakan bagian pekerjaan
yang akan menutupi bagian pekerjaan yang pertama tersebut, sedemikian rupa
sehingga Pengawas berkesempatan secara wajar melakukan pemeriksaan pada
bagian yang bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan pengerjaannya.
4.7.2. Kelalaian Pemborong untuk menyampaikan laporan di atas, memberikan hak
kepada Pengawas untuk di belakang hari memerintahkan pembongkaran
kembali bagian pekerjaan yang menutupi tersebut, untuk memeriksa hasil
pekerjaan yang terdahulu, yang mana akibat sepenuhnya akan ditanggung oleh
Pemborong.
4.7.3. Dalam hal dimana laporan telah disampaikan, dan Pengawas tidak mengambil
langkah-langkah untuk menyelesaikan pemeriksaan yang dimaksudkan, maka
setelah lewat dari 2 (dua) hari kerja sejak laporan disampaikan, Pemborong
berhak melanjutkan pelaksanaan pekerjaan dan menganggap bahwa Pengawas
telah menyetujui bagian pekerjaan yang ditutup tersebut.
4.7.4. Pemeriksaan dan persetujuan oleh Pengawas atas suatu pekerjaan tidak
melepaskan Pemborong dari kewajibannya untuk melaksanakan seluruh
pekerjaan sesuai dengan Perjanjian Kerja.
4.7.5. Walaupun telah diperiksa dan disetujui, kepada Pemborong masih dapat
diperhitungkan untuk membongkar kembali bagian pekerjaan yang menutupi
bagian pekerjaan yang lain guna pemeriksaan bagian pekerjaan yang tertutupi.
4.7.6. Apabila hasil pemeriksaan ini menunjukkan adanya bagian dari pekerjaan
yang tidak memenuhi persyaratan dalam perjanjian kerja, maka seluruh biaya
pembongkaran sepenuhnya ditanggung oleh Pemborong.
4.7.7. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bagian pekerjaan yang
bersangkutan ternyata memenuhi semua persyaratan, maka :
 Semua biaya pembongkaran akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan tambah.
 Atas bagian pekerjaan yang tertunda pengerjaannya sebagai akibat
pembongkaran tersebut, akan diberikan perpanjangan waktu
pelaksanaan yang jumlahnya sesuai dengan penundaan tersebut.

5. Penyelesaian dan Penyerahan


5.1. Penyerahan
Untuk berbagai macam kunci :
 Semua kunci orisinil, disertai "construction key" (kalau ada).
 Minimum 1 (satu) set kunci duplikat.
 Dokumen-dokumen resmi (seperti surat izin pembayaran cukai, surat fiskal pajak
dll).
 Segala macam surat jaminan berupa guarantee/waaranty sesuai yang
dipersyaratkan.
 Surat Pernyataan Pelunasan sesuai petunjuk Pengawas.

PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR


1. U m u m
1.1. Jenis dan uraian pekerjaan dan persyaratan teknis khusus gambar - gambar rencana
( Design ) adalah merupakan satuan dengan RKS ini.
1.2. Adapun standar yang dipakai untuk pekerjaan tersebut diatas ialah berdasarkan:
• Dewan Normalisasi Indonesia
• ASTM ( Amerika Society for Testing & Materials )
• ASSHO ( Amerika Association of State Highway Officials )
1.3. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pemborong harus mengukur kembali semua titik
elevasi dan koordinat - koordinat. Dan apabila terjadi perbedaan - perbedaan
dilapangan, kontraktor wajib membuat gambar - gambar penyesuaian dan harus
mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

2. UMUM
Untuk dapat memahami dengan sebaik - baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar pelaksanaan beserta
uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan seperti yang diuraikan didalam buku ini. Bila
terdapat ke-tidak jelasan dan/atau perbedaan dalam gambar dan uraian ini, Kontraktor
diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Perencanaan untuk mendapatkan penyelesaian.

2.2. LINGKUP PEKERJAAN


Penyelesaian tenaga kerja, bahan - bahan dan alat - alat kerja yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan ini serta mengamankan, mengawasi, dan memelihara bahan
- bahan, alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung
sehingga seluruh pekerjaan pekerjaan dapat selesai dengan sempurna.
2.3. SARANA KERJA
Kontraktor wajib memasukkan jadwal kerja. Kontraktor juga wajib memasukkan
identifikasi dari tempat kerja, nama, jabatan dan keahlian masing - masing anggota
pelaksana pekerjaan, serta inventarisasi peralatan yang digunakan dalam
melaksanakan pekerjaan ini. Kontraktor wajib menyediakan tempat penyimpanan
bahan/material dilokasi yang aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal - hal
yang dapat mengganggu pekerjaan lain. Semua sarana persyaratan kerja, sehingga
kelancaran dan memudahkan kerja dilokasi dapat tercapai.
2.4. GAMBAR - GAMBAR DOKUMEN
Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar - gambar yang ada
( AR, ST, dan ME ) dalam buku uraian pekerjaan ini, maupun pekerjaan yang terjadi
akibat keadaan dilokasi, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada
Direksi Pekerjaan secara tertulis untuk mendapatkan keputusan pelaksanaan dilokasi
setelah Direksi Pekerjaan berunding terlebih dahulu dengan Perencana. Ketentuan
tersebut diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk memperpanjang
waktu pelaksanaan.
2.4.1. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai/terpasang
2.4.2. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, kontraktor diwajibkan
memperhatikan dan meneliti terlebih dahulu semua ukuran yang tercantum
seperti peil - peil, ketinggian, lebar ketebalan, luas penampang dan lain -
lainnya sebelum memulai pekerjaan.
Bila ada keraguan mengenai ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan
pegangan kontraktor wajib merunding terlebih dahulu dengan perencana.
2.4.3. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran - ukuran
yang tercantum didalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan Direksi
Pekerjaan.
2.4.4. Kontraktor harus menyediakan dengan lengkap masing - masing dua salinan,
segala gambar - gambar, spesifikasi teknis, agenda, berita - berita perubahan
dan gambar - gambar pelaksanaan yang telah disetujui ditempat pekerjaan.
Dokumen - dokumen ini harus dapat dilihat Direksi Pekerjaan setiap saat
sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah terima kesatu, dokumen -
dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh Pemberi Tugas.

2.5. GAMBAR - GAMBAR PELAKSANAAN DAN CONTOH - CONTOH


2.5.1. Gambar - gambar pelaksanaan pelaksanaan ( shop drawing ) adalah gambar -
gambar, diagram, ilustrasi jadwal, brosur atau data yang disiapkan kontraktor
atau sub kontraktor, supplier atau produsen yang menjelaskan bahan - bahan
atau sebagian pekerjaan.
2.5.2. Contoh - contoh adalah benda - benda yang disediakan Kontraktor untuk
menunjukan bahan, kelengkapan dan kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh
Direksi Pekerjaan untuk menilai dahulu.
2.5.3. Kontraktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan menyerahkan
dengan segera semua gambar - gambar pelaksanaan dan contoh - contoh yang
diisyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau oleh Direksi Pekerjaan.
Gambar - gambar pelaksanaan dan contoh - contoh harus diberi tanda - tanda
sebagaimana ditentukan Direksi Pekerjaan. Kontraktor harus melampirkan
keterangan tertulis mengenai setiap perbedaan dengan Dokumen Kontrak jika
ada hal - hal demikian.
2.5.4. Dengan menyetujui dan menyerahkan gambar - gambar pelaksanaan atau
contoh - contoh dianggap Kontraktor telah meneliti dan menyesuaikan setiap
gambar atau contoh tersebut dengan Dokumen Kontrak.
2.5.5. Direksi Pekerjaan dan Perencana akan memeriksa dan menolak atau
menyetujui gambar - gambar pelaksanaan atau contoh - contoh dalam waktu
sesingkat - singkatnya, sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan
dengan mempertimbangkan syarat - syarat keindahan.
2.5.6. Kontraktor akan melakukan perbaikan - perbaikan yang diminta Direksi
Pekerjaan dan menyerahkan kembali segala gambar - gambar pelaksanaan dan
contoh - contoh sampai disetujui.
2.5.7. Persetujuan Direksi Pekerjaan terhadap gambar - gambar pelaksanaan dan
contoh - contoh tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya atas
perbedaan tersebut.
2.5.8. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar - gambar pelaksanaan atau contoh
- contoh yang harus disetujui Direksi Pekerjaan, tidak boleh dilaksanakan
sebelum ada persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
2.5.9. Gambar - gambar pelaksanaan atau contoh - contoh harus dikiriDireksi
Pekerjaanan ke Direksi Pekerjaan dalam dua salinan, Direksi Pekerjaan akan
memeriksa dan mencantuDireksi Pekerjaanan tanda - tanda “ Telah Diperiksa
Tanpa Perubahan “ atau “ Telah Diperiksa Dengan Perubahan “ atau “ Ditolak
“. Satu salinan ditahan oleh Direksi Pekerjaan untuk arsip, sedangkan yang
kedua dikembalikan kepada Sub Kontraktor atau yang bersangkutan lainnya.
2.5.10. Sebutan Katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila menurut
Direksi Pekerjaan hal - hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang
cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu dirubah.
Barang cetakan ini juga harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing -
masing jenis dan diperlukan sama seperti butir diatas.
2.5.11. Contoh - contoh yang disebutkan dalam Spesfikasi Teknis harus dikiriDireksi
Pekerjaanan kepada Direksi Pekerjaan.
2.5.12. Biaya pengiriman gambar - gambar pelaksanaan, contoh - contoh, katalog -
katalog kepada Direksi Pekerjaan dan Perencanaan menjadi tanggungan
Kontraktor

Anda mungkin juga menyukai