Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PETUNJUK UNTUK PESERTA LELANG

Pasal 1
Umum
1.1. Pelelangan ini adalah pelelangan umum dan yang diundang adalah rekanan yang telah mengikuti dan
lulus Prakualifikasi yang diadakan untuk pekerjaan ini dan memenuhi ketentuan lain yang ditentukan
oleh Panitia Lelang.
1.2. Panitia Lelang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran No :.............
1.3. Lelang adalah pelelangan pekerjaan satker, untuk menentukan pemenang yang akan dilaksa-nakan
pekerjaan satker seperti tercantum dalam Dokumen Lelang ini.
1.4. Penawaran harus disiapkan dan diajukan sesuai petunjuk yang tercantum dalam dokumen ini.
Petunjuk bagi penawar adalah merupakan satu kesatuan dari kontrak.

Pasal 2
Ruang Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang akan dilaksanakan menurut Dokumen Tender ini dan yang mengikuti syarat-syarat dalam
spesifikasi (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat), volume pekerjaan, gambar-gambar kerja, adalah
Pembangunan Terminal Barang Internasional Aruk, Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat,
yang terdiri dari :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Pekerjaan Bangunan Utama
3. Pekerjaan Bangunan Pelengkap Dan Gerbang
4. Pekerjaan Penerangan Jalan Lingkungan
5. Pekerjaan Pagar dan Sign Board
6. Pekerjaan Fasilitas Penunjang dan Gudang Penyimpanan

Pasal 3
Pemberi Tugas, Perencana, Panitia Lelang, Peserta Lelang.

3.1. Pemberi Tugas ialah Kuasa Pengguna Anggaran yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor :..................., tanggal ........ sebagai wakil Pemerintah RI.
3.2. Perencana (pembuat desain) adalah ………………… yang berkedudukan di …………….
3.3. Pelelang ialah KPA/Satker yang dalam pelaksanaannya diselenggarakan oleh Panitia Lelang/
Kewajaran Harga.
3.4. Peserta Lelang ialah rekanan yang mengikuti pelelangan berdasarkan pengumuman pelelangan yang
dikeluarkan oleh Panitia Lelang/Kewajaran Harga.

C-1
Pasal 4
Dokumen Lelang

4.1. Dokumen Lelang ini lengkapnya terdiri dari :


a. Petunjuk Untuk Peserta Lelang;
b. Persyaratan Umum Kontrak;
c. Syarat-syarat Teknis;
d. Formulir Isian Lelang;
e. Gambar Bestek/Kerja untuk Lelang;
f. Daftar Volume Pekerjaan.

4.2. Para peserta lelang tidak diijinkan melakukan perubahan pada Dokumen Lelang, kecuali mengisi
formulir yang telah ditentukan.
4.3. Apabila peserta lelang melakukan perubahan pada Dokumen Lelang atau apabila petunjuk-petunjuk
ini tidak sepenuhnya diikuti tanpa ada persetujuan terlebih dahulu, maka penawaran dianggap tidak
memenuhi persyaratan.

Pasal 5
Penyimpangan dari Spesifikasi

Para peserta lelang harus menyampaikan mengenai hal-hal yang menyimpang dari spesifikasi dan
menyebutkan pasal-pasalnya. Semua detail selain daripada yang tercantum dalam pernyataan
penyimpangan harus dianggap sesuai dengan syarat-syarat dan spesifikasi.

Pasal 6
Pelaksana / Pemborong

Pelaksana/Pemborong harus memahami :


6.1. Segala undang-undang dan Peraturan Pemerintah umumnya dan segala Peraturan Daerah
khususnya yang berlaku untuk pelaksanaan pembangunan.
6.2. Peraturan A.V (Algemene Voorwaarden Voor de Uitvoering by Aanneming Van Openbare Warken In
Indonesia).
6.3. Peraturan umum pemeriksaan Bahan Bangunan 1970 (PUBB-1970 NI- 3).
6.4. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1970 (PKKI 1970 NI 5).
6.5. Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971 NI-2).
6.6. Peraturan Pembebanan Indonesia 1980 (PBI 1980 NI- ).
6.7. Standardisasi - standardisasi lain sehubungan dengan pekerjaan tersebut di atas.
6.8. Untuk bahan - bahan yang tidak dan/atau belum ada peraturannya di Indonesia dipakai syarat-syarat
yang ditentukan oleh pabrik dari bahan tersebut.

C-2
Pasal 7
Persiapan Pelelangan

7.1. Dokumen Lelang.


7.1.1. Pengambilan dokumen lelang atau Rencana Kerja dan Syarat- syarat (RKS) dan gambar -
gambar oleh Peserta Lelang/Kewajaran Harga :
Hari : ...................................
Tanggal : .....................................
Jam : .....................................
Tempat : .....................................
7.1.2. Rencana Kerja dan syarat - syarat (RKS) pekerjaan harus ditanda tangani oleh Pemimpin
Perusahaan dengan tanda setuju serta nama lengkap dan cap perusahaan di halaman
terakhir, dan tiap halaman diparaf, serta dikembalikan kepada Panitia Lelang pada waktu
pemasukan surat penawaran.
7.2. Pemberian penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).
7.2.1. Agar para Peserta Lelang dapat mengetahui sejelas-jelasnya rencana pekerjaan yang akan
dilaksanakan, disamping penjelasan yang sudah ada dalam dokumen lelang, Panitia Lelang
tetap perlu memberikan penjelasan secara terperinci mengenai administrasi dan pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
Pemberian penjelasan pekerjaan akan dilaksanakan pada :
H a r i : ....................................
Tanggal : .....................................
Jam : .....................................
Tempat : ......................................
7.2.2. Para Pemborong yang telah diundang dan memiliki dokumen lelang disarankan mengikuti
pemberian penjelasan pekerjaan lengkap, baik yang menyangkut segi administrasi maupun
teknis di Kantor ........……,dan peninjauan lapangan untuk mengikuti penjelasan di lokasi
pekerjaan.
7.2.3. Hasil pemberian penjelasan pekerjaan tersebut dibuat dalam Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan yang memuat segala keterangan dan perubahan - perubahan yang dianggap perlu
disetujui oleh kedua belah pihak dan ditanda tangani oleh Panitia Lelang dan sekurang -
kurangnya 2 (dua) wakil Peserta Lelang/Rekanan.
Berita Acara Pemberian Penjelasan Pekerjaan tersebut merupakan lampiran Dokumen Lelang
yang bersifat mengikat dan dapat diambil oleh Peserta Lelang pada :
HarI : ....................................
Tanggal : ....................................
Jam : ....................................
Tempat : ....................................

C-3
7.2.4. Rekanan yang tidak hadir pada waktu pemberian penjelasan pekerjaan (aanwijzing) dianggap
telah menguasai administrasi maupun teknis dari pekerjaan dimaksud dan masih
diperkenankan untuk memasukkan penawaran.
7.2.5. Panitia Lelang tidak berkewajiban memberitahukan hasil penjelasan pekerjaan (aanwijzing)
kepada rekanan yang tidak hadir.
7.3. Volume Pekerjaan
7.3.1. Perencana bersama-sama dengan Panitia Lelang/Kewajaran Harga dan Peserta Lelang
akan mengadakan pembahasan/perhitungan volume pekerjaan pada :
H a r i : ....................................
Tanggal : .....................................
Jam : .....................................
Tempat : .....................................
7.3.2. Hasil pembahasan/perhitungan volume pekerjaan (Bill of Quantity) tersebut akan dituangkan
dalam Berita Acara yang ditanda tangani oleh Perencana, Panitia Lelang/ Kewajaran
Harga dan sekurang - kurangnya 2 (dua) orang wakil Rekanan.
7.3.3. Hasil penetapan volume pekerjaan tersebut pada butir (7.3.2) menjadi dasar untuk menyusun
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pekerjaan dalam penawaran.

Pasal 8
Jaminan Penawaran

8.1. Jaminan Penawaran adalah berupa surat Jaminan Bank Pemerintah atau Bank/Lembaga Keuangan
lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dapat pula menggunakan Surety Bond dari PT
(PERSERO) Asuransi Kerugian JASA RAHARJA yang nilainya ...............
8.2. Jaminan Penawaran tersebut ditujukan kepada Panitia Lelang dan berlaku selama 90 (sembilan
puluh) hari terhitung sejak tanggal pemasukan penawaran.
8.3. Surat Jaminan Penawaran Asli harus diserahkan kepada Panitia Lelang.

8.4. Tanda bukti setor Jaminan Penawaran Asli harus ditunjukkan pada waktu pemasukan penawaran.
8.5. Jaminan Penawaran akan dikembalikan kepada peserta lelang yang tidak terpilih atau yang Surat
Penawarannya ditolak oleh Panitia Lelang.
8.6. Jaminan Penawaran akan menjadi milik Negara, apabila penawar mengundurkan diri setelah
memasukan Surat Penawaran Harga.
8.7. Jaminan Penawaran dari Pemenang Lelang akan ditahan oleh Pemberi Tugas bila Pemenang Lelang
tidak dapat menyerahkan Jaminan Pelaksanaan.

Pasal 9
Penawaran

C-4
9.1. Penawaran yang diminta adalah penawaran menurut ketentuan-ketentuan di dalam RKS dan gambar-
gambar, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan dan Berita Acara Pembahasan/Perhitungan Volume
Pekerjaan.
9.2. Harga-harga yang tercantum dalam dokumen penawaran harus tetap untuk setiap macam/jenis
pekerjaan dan harus berlaku selama kontrak.
9.3. Harga-harga yang tercantum dalam rincian harga haruslah merupakan harga yang riil untuk
melaksanakan pekerjaan dan akan merupakan harga penawaran total dimana di dalamnya telah
ditambahkan persentase yang mencakup resiko, keuntungan serta pajak dan ini merupakan harga
yang pasti (fixed price).
9.4. Ketentuan Surat Penawaran :
9.4.1. Peserta lelang diwajibkan menggunakan bentuk Surat Penawaran (contoh lampiran 1) dengan
memakai kertas kop perusahaan.
9.4.2. Surat penawaran dan lampirannya dibuat dalam rangkap 5 (lima). Lembar asli surat
penawaran tersebut dibubuhi meterai Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah), bertanggal dan
bernomor serta ditanda tangani Pemimpin Perusahaan, dibubuhi nama lengkap dan cap
perusahaan.
9.4.3. Apabila yang menanda tangani surat panawaran bukan pemimpin perusahaan yang
bersangkutan, maka harus dilengkapi dengan surat kuasa dari pemimpin perusahaan yang
dilegalisir oleh Notaris serta dilampirkan dalam surat penawaran.
9.5. Ketentuan Sampul Penawaran :
9.5.1. Sampul penawaran terdiri dari 2 (dua) sampul (contoh lampiran 6) yakni :
- Sampul I : untuk data administrasi dan teknis.
- Sampul II : untuk data penawaran.
Kedua sampul tersebut apabila sudah diisi data-data yang sesuai selanjutnya dimasukkan
kedalam “Sampul Penutup”.
9.5.2. Baik sampul I, II maupun sampul penutup tersebut harus berwarna coklat, tidak tembus baca
dan tertutup.
9.5.3. Sampul Penutup.
Pada bagian depan tengah sampul penutup hanya bertuliskan alamat Panitia Lelang/
Kewajaran Harga sebagai berikut :

KEPADA
YTH. PANITIA LELANG / KEWAJARAN HARGA
SATKER .......................................................
DI .............................
Pada sudut kiri atas sampul penutup bagian depan hanya bertuliskan sebagai berikut :

SATKER : ......................................................
PEKERJAAN : ......................................................

C-5
Pada bagian belakang sampul penutup diberi lak warna merah yang dibubuhkan di 5 (lima)
tempat sesuai contoh lampiran 6, yakni titik yang terletak pada sambungan kertas sampul.
9.5.4. Sampul I
Pada bagian depan sampul I hanya bertuliskan :
"DATA ADMINISTRASI DAN TEKNIS"
Sampul ini tertutup tanpa dibubuhi lak.
9.5.5. Sampul II
Pada bagian depan sampul II hanya bertuliskan :
"DATA PENAWARAN HARGA"
Sampul ini tertutup tanpa dibubuhi lak.
9.5.6. Sampul I, II dan sampul penutup tidak diperkenankan diberi tulisan-tulisan/tanda-tanda lain
selain yang ditentukan sebagaimana diuraikan pada Pasal 9 Ayat 9.5.3. dan 9.5.4. di atas.
9.5.7. Penawaran yang disampaikan melalui pos harus tetap menggunakan 3 (tiga) sampul, dimana
sampul terluar hanya memuat alamat Panitia Lelang/Kewajaran Harga, sedangkan 2 (dua)
sampul lainnya harus memenuhi syarat sebagaimana yang ditentukan pada Pasal 9 Ayat
9.5.3. dan 9.5.4. di atas.
9.6. Sampul Penawaran.
9.6.1. Sampul I, berisi persyaratan administrasi dan teknis, masing - masing 1 (satu) rangkap :
1. Neraca perusahaan terakhir yang dibuat oleh Akuntan Publik (foto copy, aslinya
dilampirkan).
2. Daftar susunan pemilik modal.
3. Daftar susunan pengurus perusahaan.
4. Daftar personalia yang ditugaskan pada pekerjaan ini, dilampiri dengan keterangan
pendidikan dan pengalaman kerja personil yang bersangkutan. Untuk personil inti
diwajibkan dilampiri pula dengan Curiculum Vitae (CV) dan foto copy ijazah terakhir.
Daftar personil tersebut dilampiri surat pernyataan dari Pimpinan Perusahaan bahwa
personil tersebut benar benar akan ditugaskan pada proyek tersebut dengan dibubuhi
materai senilai Rp. 6.000,00.
5. Rekaman/copy Akte perusahaan beserta perubahan-perubahannya yang dilegalisir oleh
Notaris.
6. Surat kuasa dari Pemimpin Perusahaan yang dilegalisir Notaris, apabila dokumen
pelelangan beserta lampirannya ditanda tangani oleh orang lain / kuasanya.
7. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dilegalisir Notaris. Pada saat memasuk-kan
penawaran, kartu NPWP asli harus ditunjukkan kepada Panitia Lelang.
8. Referensi Bank.
9. Jaminan penawaran dari Bank Pemerintah atau Bank/Lembaga lain yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
10. Copy/Rekaman Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang masih berlaku.
11. Copy/Rekaman Surat ijin Jasa Konstruksi (SIUJK) yang dipunyai perusahaan.

C-6
12. Berita Acara Pemberian Penjelasan Pekerjaan dan Berita Acara Penetapan Volume
Pekerjaan yang ditanda tangani oleh Pemimpin Perusahaan dengan tanda setuju serta
nama lengkap dan cap perusahaan.
13. Surat pernyataan kesanggupan bahwa seluruh karyawan/pekerja yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan di lapangan akan diasuransikan pada Asuransi Sosial Tenaga
Kerja (ASTEK).
14. Pengalaman kerja Perusahaan untuk 5 tahun terakhir.
15. Daftar peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan (contoh lampiran 5) dengan dilampiri bukti
kepemilikan (ditunjukkan dengan surat pernyataan kepemilikan bermaterai serta bukti
photo) atau sewa ( ditunjukkan oleh surat pernyataan pemilik alat untuk menyewakan
peralatan bagi pekerjaan yang akan dilaksanakan ini kepada Perusahaan/Kontraktor).
16 Analisa teknis yang memuat :
- Uraian teknis
- Metode pelaksanaan pekerjaan yang akan diterapkan.
- Urutan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
- Rencana kerja pelaksanaan yang dijabarkan dalam bentuk bagan balok (Barchart) dan
jaringan Rencana kerja (Network Planning) harus dibuat sedemikian rupa untuk
menunjukkan urutan pelaksanaan, perkiraan waktu setiap jenis kegiatan, rencana
kemajuan pekerjaan (prosentase phisik) termasuk mobilisasi peralatan dan dapat
menjamin sesuai dengan waktu yang disediakan.
- Rencana penggunaan peralatan yang mencakup jumlah dan jenis yang dijabarkan
dalam bentuk bagan balok (Barchart) dan Network Planning.
- Rencana penggunaan tenaga kerja yang mencakup jumlah, kualifikasi dan waktu
(dibuat bagan staffing schedule).
Analisa teknis ini harus ditanda tangani oleh Pemimpin Perusahaan.

9.6.2. Sampul II, berisi masing-masing 5 (lima) rangkap dijilid dalam bentuk buku, menjadi 5 (lima)
buku yang terdiri dari :
1. Surat Penawaran Harga Borongan (contoh lampiran 1), lembar asli bermeterai Rp 6.000
(enam ribu rupiah) bertanggal, nomor dan nama terang/lengkap serta tanda tangan dan
cap perusahaan yang diketik pada kertas kop perusahaan.
2. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pekerjaan yang ditanda tangani oleh Pemimpin
Perusahaan, (contoh lampiran 2)
3. Daftar analisa harga satuan pekerjaan (contoh lampiran 3), dan daftar harga satuan upah
dan bahan (contoh lampiran 4) serta harga satuan penawaran yang ditanda tangani oleh
Pemimpin Perusahaan.
9.7. Surat Penawaran Yang Tidak Sah.
9.7.1. Tidak dimasukkan di dalam sampul tertutup, atau pada sampul terdapat nama-nama peserta
pelelangan atau terdapat harga penawaran, terdapat tanda-tanda lain di luar syarat-syarat
yang sudah ditentukan.

C-7
9.7.2. Tidak bermeterai/bermeterai tidak cukup.
9.7.3. Bermeterai tidak bertanggal, tidak terkena tanda tangan dan tidak bercap.
9.7.4. Tidak ditanda tangani dan dicap Perusahaan.
9.7.5. Tidak jelas besarnya penawaran baik dengan angka maupun dengan huruf.
9.7.6. Harga yang tercantum dalam angka tidak sesuai dengan yang tercantum dalam huruf.
9.7.7. Perubahan-perubahan dan coretan-coretan yang tidak diparaf oleh penawar.
9.7.8. Besarnya harga penawaran borongan yang tercantum dalam surat penawaran tidak sesuai
dengan Rencana Anggaran Pekerjaan.
9.7.9. Adanya hapusan-hapusan.

Pasal 10
Pemasukan Penawaran dan Pembukaan Lelang

10.1. Surat penawaran dimasukkan ke dalam kotak penawaran yang telah disediakan oleh Panitia Lelang
pada :
Hari : ....................................
Tanggal : ....................................
Jam : ....................................
Tempat : ....................................
Bilamana penyerahan terlambat sesudah batas waktu yang ditentukan, maka sampul tertutup akan
dikembalikan pada Peserta Lelang tanpa dibuka terlebih dahulu.
10.2. Pembukaan surat penawaran dilakukan pada hari yang sama setelah selesainya pemasukan surat
penawaran para rekanan.
10.3. Hasil dari pembukaan surat penawaran tersebut dituangkan dalam Berita Acara Pembukaan Surat
Penawaran yang ditanda tangani oleh Panitia Lelang dan sekurang-kurangnya dua wakil rekanan
yang akan ditentukan kemudian pada saat pembukaan penawaran dilaksanakan.

Pasal 11
Keabsahan ( Validitas ) Lelang

11.1. Surat Penawaran harus berlaku selama 3 (tiga) bulan terhitung dari tanggal pemasukan Surat
Penawaran atau yang tercantum dalam Surat Penawaran.
11.2. Dalam hal Pemberi Tugas memerlukan perpanjangan validitas, akan diberitahukan kepada semua
Peserta Lelang selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sebelum berakhirnya masa berlakunya Surat
Penawaran dengan surat/telegram/telex/faxcimile.
11.3. Apabila Peserta Lelang tidak menyetujui perpanjangan validitas, maka Peserta Lelang dapat menarik
Surat Penawaran dengan memberitahu Pemberi Tugas mengenai keputusannya sebelum masa laku
penawaran semula berakhir, dengan surat/ telegram/telex/faxcimile

Pasal 12

C-8
Bea Meterai, Pajak dan Perijinan

Bea meterai, pajak-pajak dan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak merupakan kwajiban dan tanggung jawab Pemenang Lelang.

Pasal 13
Penetapan Calon Pemenang

13.1 Untuk menentukan calon Pemenang Lelang, Panitia Lelang akan mengevaluasi penawaran rekanan
dengan mengikuti peraturan yang berlaku dalam KEPPRES No. 80/2003 beserta perubahannya.
Panitia Lelang akan menetapkan 3 (tiga) peserta lelang yang telah memasukkan penawaran dan
secara administrasi telah memenuhi syarat pasal 8 dan 9 dan berdasarkan prinsip yang paling
menguntungkan bagi negara.
13.2 Kriteria penilaian pemenang adalah sebagai berikut :
a. Penilaian penawaran dilakukan dengan penelitian administrasi dan teknis terlebih dahulu, antara
lain meliputi :
a.1 Apakah penawaran telah memenuhi persyaratan/spesifikasi teknis yang ditentukan dalam
dokumen lelang.
a.2 Pengalaman peserta lelang dalam mengerjakan pekerjaan yang sejenis untuk 5 tahun terakhir.
a.3 Pengalaman dari personil-personil yang akan menangani proyek.
a.4 Jumlah, status dan kondisi peralatan yang dimiliki peserta lelang untuk melaksanakan
pekerjaan yang dilelangkan.
a.5 Metoda kerja yang diusulkan peserta lelang.
b. Penilaian selanjutnya adalah terhadap penelitian penawaran harga borongan.
Apabila harga dalam penawaran telah dianggap wajar, dan masih dalam batas ketentuan
mengenai harga satuan (harga standar) yang telah ditetapkan, maka Panitia Lelang menetapkan 3
(tiga) peserta lelang yang telah memasukkan penawaran dan memenuhi persyaratan menurut
pasal 8 dan 9 berdasarkan prinsip paling menguntungkan bagi negara dalam arti :
b.1 Penawaran secara teknis dan skedule dapat dipertanggung jawabkan.
b.2 Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggung jawabkan.
b.3 Penawaran-penawaran tersebut adalah yang terendah diantara penawaran - penawaran yang
memenuhi syarat menurut butir b.1 dan b.2 dari pasal ini.
b.4 Telah menggunakan semaksimal mungkin hasil produksi dalam negeri.

Pasal 14
Waktu Penyelesaian Pekerjaan

Harga penawaran yang diajukan oleh Peserta Lelang harus memperhitungkan jadwal waktu pelak-sanaan
yang disebutkan dalam spesifikasi. Peserta Lelang harus menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya
dengan kwalitas sesuai persyaratan yang ditentukan.

C-9
Pasal 15
Pengumuman Pemenang Lelang

15.1. Keputusan Pejabat yang berwenang dalam Penetapan pemenang lelang diumumkan oleh Panitia
Lelang kepada para Peserta pada papan pengumuman di Kantor ................. , selambat-lambatnya 2
(dua) hari kerja setelah diterimanya keputusan tersebut.
15.2. Kepada Peserta Lelang yang keberatan atas penetapan pemenang lelang diberi kesempatan untuk
mengajukan sanggahan secara tertulis kepada atasan dari Pejabat yang berwenang dalam penetapan
pemenang lelang selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah dikeluarkan pengumuman
pemenang lelang.

Pasal 16
Penetapan Pemenang Lelang

16.1. Surat Keputusan Penetapan Pemenang Lelang akan diterbitkan setelah selesainya masa sanggah
dan apabila tidak ada sanggahan atau penolakan yang diterima atasan Kuasa Pengguna Anggaran.
16.2. Dalam hal terjadi sanggahan, maka Kuasa Pengguna Anggaran wajib memberikan jawaban selambat-
lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak surat sanggahan diterima.
16.3. Rekanan/Pemborong yang memenangkan pekerjaan ini akan menerima Surat Keputusan Pemberian
Pekerjaan dari Kuasa Pengguna Anggaran.
16.4. Pemenang Lelang wajib menerima penunjukkan tersebut dan apabila mengundurkan diri hanya dapat
dilakukan dengan alasan yang dapat diterima oleh Kuasa Pengguna Anggaran. Dalam hal demikian
jaminan penawaran peserta yang bersangkutan akan menjadi milik negara.
16.5. Dalam hal pemenang pertama lelang mengundurkan diri, pemenang urutan kedua dapat ditunjuk
untuk melaksanakan pekerjaan yang dilelangkan, sepanjang harga penawarannya tidak melebihi
perkiraan harga yang telah dihitung secara keahlian (profesional)

Pasal 17
Pembiayaan Pekerjaan

Pekerjaan yang tercakup dalam Satker ini akan dibiayai melalui APBN (Anggaran Pendapatan Belanja
Negara) tahun ......./........, pembayarannya dilakukan oleh KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara) di ......................

C-10
BAB II
PERSYARATAN UMUM KONTRAK

Pasal 1
Dokumen Kontrak

1.1. Kepada Pemborong yang telah ditunjuk sebagai Pemenang Lelang diwajibkan menyelesaikan
Dokumen Kontrak atas beban Pemborong.
1.2. Dokumen Kontrak ini terdiri atas :
a. Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak);
b. Surat Penawaran lengkap dengan lampiran-lampirannya;
c. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (R.K.S.);
d. Gambar-gambar Bestek/Kerja;
e. Berita Acara Rapat Penjelasan;
f. Berita Acara Lelang;
g. Surat Keputusan Penetapan/Penunjukkan;
h. Rekaman Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan;
i. Dokumen-dokumen lainnya yang tertulis dalam R.K.S. ini.
1.3. Seluruh dokumen-dokumen dan gambar-gambar bestek/kerja tersebut dianggap saling menjelas-kan
satu terhadap lainnya, akan tetapi apabila ada hal-hal yang saling bertentangan/kekurangan -
kekurangan didalamnya, Pemborong harus segera memberitahukan Pemberi Tugas/Engineer secara

C-11
tertulis. Pemberi Tugas/Engineer akan menerbitkan Surat Penjelasan/Instruksi/Ralat mengenai hal-hal
yang diutarakan Pemborong.
1.4. Selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kalender setelah tanggal Surat Keputusan
Penetapan/ Penunjukkan, Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak) sudah harus siap
ditanda tangani. Bila hal ini tidak dipenuhi, maka Pemborong akan diperingatkan secara
tertulis oleh Pemberi Tugas dan apabila dalam 14 (empat belas) hari kalender sejak
tanggal Surat Peringatan tidak juga diindahkan, maka Pemborong dianggap
mengundurkan diri dan selanjutnya Jaminan Lelang dan atau Jaminan Pelaksanaan
Pekerjaan (salah satu) menjadi milik Negara.
1.5. Apabila terdapat ketidak cocokan (inconsistency) antara Spesifikasi dan Persyaratan Umum Kontrak,
maka yang harus dianggap berlaku adalah Persyaratan Umum Kontrak.

1.6. Pemborong tidak boleh menyiarkan keseluruhan maupun sebagaian dari isi Dokumen Kontrak serta
informasi yang berhubungan dengan pekerjaan tanpa seijin tertulis dari Pemberi Tugas.

Pasal 2
Definisi

2.1. Dalam kontrak (sebagaimana yang diuraikan di bawah ini), kata-kata serta istilah-istilah berikut ini
mempunyai arti yang telah ditetapkan untuk kata-kata dimaksud, kecuali ditentukan lain.
2.2. "Pemilik Satker" ialah pihak yang bertindak sebagai Pemberi Tugas, yang dalam hal ini adalah
Departemen Perhubungan mewakili Pemerintah RI.
2.3. "Pemborong / Kontraktor" ialah badan usaha atau sekelompok orang yang perusahaannya telah
diterima baik oleh Pemberi Tugas berdasarkan kriteria penilaian yang berlaku, yang mencakup pula
perwakilan pemborong pengganti dan ahli warisnya menurut hukum yang berlaku.
2.4 "Kuasa Pengguna Anggaran" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Pemilik Satker melalui surat
keputusan, yang bertindak untuk dan atas nama Pemilik Satker yang dapat pula disebut sebagai
"Pemberi Tugas".
2.5 "Pengawas Pekerjaan/Direksi/Engineer" ialah orang/sekelompok orang yang ditunjuk sebagai
pembantu Pimpinan Satker dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan berdasarkan Surat
Keputusan.
2.6. "Kontrak" ialah dokumen yang memuat gambar-gambar persyaratan teknis, volume pekerjaan
satuan upah dan bahan, harga satuan pekerjaan penawaran serta persetujuan kontrak.
2.7. "Pekerjaan" ialah semua pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan kontrak.
2.8. "Harga Kontrak" ialah jumlah yang tersebut dalam penawaran yang dapat ditambah atau dikurangi
sesuai dengan pasal-pasal tercantum dalam perjanjian ini.
2.9. "Peralatan Konstruksi" ialah semua jenis peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan penye-
lesaian pekerjaan baik untuk pekerjaan sementara maupun pekerjaan tetap/permanen, tetapi tidak
termasuk bahan-bahan atau barang-barang yang dipakai untuk menghasilkan pekerjaan permanen.

C-12
2.10. "Pekerjaan Sementara" ialah semua pekerjaan sementara atau pekerjaan bantu apapun jenisnya
yang diperlukan untuk menyelesaikan pelaksanaan atau pemeliharaan pekerjaan.
2.11. "Lapangan" ialah lokasi berupa daratan dan perairan dimana pekerjaan akan dilaksanakan dan pada
saatnya akan diserahkan untuk sementara dari Pemberi Tugas kepada Pemborong, sebelum
pekerjaan dimulai.

Pasal 3
Tugas dan Wewenang Kuasa Pengguna Anggaran

3.1. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran pekerjaan yang
dikerjakan.
3.2. Tugas dan Wewenang Kuasa Pengguna Anggaran diatur sesuai dengan Keputusan Presiden
Repubik Indonesia yang berlaku.
3.3. Kuasa Pengguna Anggaran sekali waktu dapat menginstruksikan secara tertulis kepada
Direksi/Engineer yang merupakan salah satu kekuasaan dan kewenangan yang ada pada Kuasa
Pengguna Anggaran, dan harus mengirimkan kepada Pemborong satu salinan dari semua instruksi
tertulis yang diberikan kepada Direksi/Engineer dalam rangka semacam itu (bukan yang lain). Hal ini
mengikat Pemborong dan Direksi/Engineer seakan akan instansi tersebut telah diberi kuasa oleh
Kuasa Pengguna Anggaran.

Pasal 4
Tugas Umum Direksi/Engineer

4.1. Mengusahakan agar Pemborong mengenal dan menguasai keadaan lapangan dimana pekerjaan
akan dilaksanakan.
4.2. Memberi petunjuk kepada Pemborong mengenai tempat dimana bahan-bahan/material-material
ditempatkan serta cara penyimpanannya, tempat-tempat dimana tanah harus digali/dibuang, ditimbun
dan tempat dimana bahan-bahan bangunan yang ditolak karena tidak memenuhi ketentuan
persyaratan bahan.
4.3. Memberikan bimbingan kepada Pemborong agar pekerjaan dapat diselesaikan pada waktunya.
4.4. Mengawasi agar pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan gambar beserta RKS dan meneliti
kemungkinan terdapat kekeliruan-kekeliruan di dalamnya. Direksi/Engineer berhak memberi gambar-
gambar dan instruksi- instruksi baru kepada Pemborong, jika hal ini diperlukan untuk menjamin
tercapainya mutu dan jadwal pekaksanaan pekerjaan dan pemeliharaan yang diingin-kan. Pemborong
wajib melaksanakan gambar dan instruksi tersebut diatas. Direksi/ Engineer bertanggung jawab
C-13
kepada pemberi pekerjaan (Kuasa Pengguna Anggaran) atas kesalahan, kekurangan dan ketidak
sempurnaan gambar-gambar/ keterangan yang diberikan olehnya kepada Pemborong.
4.5. Memeriksa untuk menyetujui atau menolak bahan-bahan material yang akan dipergunakan untuk
melaksanakan pekerjaan.

4.6. Memeriksa hasil pekerjaan dan membuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan untuk pembayaran
angsuran.
4.7. Memeriksa dan menanda tangani laporan harian, mingguan dan bulanan.
4.8. Membantu Kuasa Pengguna Anggaran membuat laporan pelaksanaan teknis dan mendistribusikan
kepada yang berkepentingan.
4.9. Kesalahan Direksi/Engineer untuk mencela suatu pekerjaan atau bahan tidak akan mempengaruhi
kekuasaan Kuasa Pengguna Anggaran, kemudian untuk mencela pekerjaan atau bahan tersebut dan
memerintahkan mengeluarkan, memindahkan atau membongkar barang-barang dimaksud.
4.10. Apabila Pemborong merasa tidak puas dikarenakan suatu keputusan Direksi/Engineer, maka ia
berhak mengajukan persoalan tersebut kepada Kuasa Pengguna Anggaran yang akan memutuskan,
membatalkan atau merubah keputusan tersebut.
4.11. Direksi/Engineer dapat menerima pelimpahan wewenang dari Kuasa Pengguna Anggaran, dan
Pemborong akan menerima salinan/photo copy dari Surat Pelimpahan Wewenang tersebut.
4.12. Setiap instruksi atau surat tertulis yang diberikan Direksi/Engineer kepada Pemborong selama masa
laku pelimpahan wewenang, seakan-akan adalah dari Kuasa Pengguna Anggaran dan akan mengikat
Pemborong, kecuali ditentukan lain.

Pasal 5
Tugas dan Kewajiban Umum Pemborong

5.1. Wajib meneliti/mempelajari/melaksanakan dan memelihara pekerjaan sesuai dengan gambar dan
RKS secara bagian-bagian maupun keseluruhan pekerjaan, sehingga dapat dicapai suatu hasil yang
sesuai dengan rencana, baik kwalitas dan waktu.
5.2. Wajib melaksanakan perintah-perintah dari Direksi/Engineer yang sesuai dengan RKS, gambar dan
menjamin agar dilaksanakan oleh para pelaksananya.
5.3. Wajib memberitahukan kepada Direksi/Engineer untuk kemudian diputuskan apabila ada ketidak
cocokan antara gambar dengan RKS, atau bila terdapat kekeliruan lainnya.
5.4. Wajib menyusun dan menyerahkan rencana kerja yang terperinci dengan selalu memperhitungkan
waktu penyelesaian pekerjaan atau hal-hal lain yang berhubungan seperti yang dinyatakan dalam
Dokumen Kontrak. Pemborong harus selalu mengevaluasi rencana kerja yang telah ditentukan dan
segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan secepatnya apabila diketahui bahwa pekerjaan
akan mengalami kelambatan.
5.5. Pemborong harus dapat menyediakan bahan-bahan bangunan dan peralatan yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang diajukan.

C-14
Pemborong harus mengikuti prosedure dan metoda yang dinyatakan dalam rencana kerja
kecuali jika Pemborong mendapat ijin tertulis dari Direksi/Engineer untuk menyimpang dari
prosedur yang direncanakan.Dalam keadaan memaksa (emergency) yang bersifat
membahayakan keselamatan jiwa, harta benda atau pekerjaan, Pemborong harus
berupaya untuk mencegah dan menanggulangi sedini mungkin akibat yang timbul.
5.6. Untuk melaksanakan pekerjaan ini, Pemborong harus mempekerjakan petugas-petugas yang cakap
dan berpengalaman. Direksi/Engineer berhak pada setiap saat memerintahkan Pemborong untuk
tidak lagi mempekerjakan petugasnya apabila menurut pendapat Direksi/Engineer petugas yang
bersangkutan dianggap tidak cakap, lalai didalam menjalankan tugasnya atau berkelakuan tidak
baik.
5.7. Tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan.
5.7.1. Mulai saat penetapan/penunjukan sampai penyelesaian pekerjaan, Pemborong harus
bertanggung jawab penuh atas pekerjaan, bagian pekerjaan atau pekerjaan sementara
terhadap kerusakan, kehilangan atau kecelakaan yang disebabkan oleh apapun. Atas biaya
Pemborong sendiri, perbaikan hal-hal tersebut diatas harus dilaksanakan sehingga
memenuhi persyaratan kontrak dan instruksi Direksi.
5.7.2. Pemborong harus bertanggung jawab atas petugas/peralatan Direksi/Engineer dilapangan
pekerjaan akibat kecelakaan, kerusakan atau kehilangan.
5.7.3. Pemborong harus bertanggung jawab atas pemeliharaan jalan masuk, jalan-jalan didalam
lapangan pekerjaan, sarana pekerjaan dan lain-lain sarana agar Direksi, pelaksana-pelaksana
Pemborong, pengangkutan bahan- bahan dan pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan
baik.
5.8. Wajib membuat dan menyerahkan laporan tertulis,berupa laporan harian, mingguan dan bulanan
(rangkap 3) mengenai :
5.8.1. Rincian mengenai segala kegiatan yang dilakukan.
5.8.2. Rincian jumlah pekerja yang bekerja setiap harinya.
5.8.3. Jenis dan jumlah bahan-bahan/peralatan yang tersedia di tempat pekejaan atau yang
dipergunakan setiap hari.
5.8.4. Kemajuan dari pekerjaan dan hambatan/masalah yang dihadapi. Apabila menurut pen-dapat
Direksi/Engineer ternyata ada hal-hal yang tidak benar, maka Direksi/Engineer berhak
memberi peringatan.
5.9. Wajib memberitahukan kepada Direksi/Engineer, apabila menurut Pemborong ada petunjuk atau
keputusan-keputusan dari Direksi/Engineer yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam
pembiayaan, rencana kerja dan sebagainya selama hal-hal tersebut diatur dalam Surat Perjanjian
Pemborongan yang kemudian ditampung dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang.
5.10. Wajib membuat Shop Drawing dan As Built Drawing untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi.

5.11. Pemborong harus dapat bekerja sama dengan Pemborong lain di lapangan (kalau ada lebih dari satu
Pemborong).

C-15
Pasal 6
Jangka Waktu Pelaksanaan

6.1. Jangka waktu pelaksanaan adalah .......... hari kalender, terhitung sejak tanggal yang ditentukan di
dalam Surat Perintah Kerja termasuk masa pemeliharaan 180 hari kalender.
6.2. Pemborong harus melaksanakan dan menyelesaikan seluruh pekerjaan dan bagian-
bagian dari pekerjaan yang tercakup dalam kontrak, dengan kwalitas sesuai RKS dan
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dalam pasal 3 ayat 1.
6.3. Jika dalam waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi hal-hal yang menyebabkan atau diduga dapat
mengakibatkan keterlambatan, maka Pemborong harus segera menyampaikan nota secara tertulis
kepada Pengawas/Engineer mengenai hal tersebut.
Setelah penerimaan nota tersebut, Pengawas/Engineer berhak untuk meneliti sebab-sebab
keterlambatan dan Pemborong berkewajiban untuk bersama-sama Pengawas/Engineer mencari
jalan untuk mengatasinya.
Segera setelah diketahui sebab-sebab adanya kelambatan, maka dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah
adanya pernyataan, Pemborong harus memberikan informasi-informasi mengenai:
a. Alasan-alasan yang lebih lengkap mengenai sebab keterlambatan.
b. Alasan-alasan atau bukti-bukti bahwa keterlambatan tersebut bukan kesalahan Pemborong.
6.4. Waktu pelaksanaan hanya dapat diperpanjang apabila :
- Terjadi Force Majeure atau hal-hal lain di luar kekuasaan Pemborong berdasarkan bukti-bukti yang
sah dari Pemerintah Daerah setempat atau Instansi yang berwenang.
- Pemborong terbukti telah mengusahakan agar tidak terjadi keterlambatan atau telah mengusaha-
kan memperkecil terjadinya keterlambatan.

Pasal 7
Aturan Pembayaran

Termijn-termijn/cara-cara pembayaran besarnya dapat dibayarkan atas dasar suatu Berita Acara
Pemeriksaan Pekerjaan yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak yang diatur secara garis besarnya di
dalam KEPPRES No. 80 tahun 2003 beserta perubahannya.

Pasal 8
Denda

C-16
8.1. Denda adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada Pemborong karena terjadinya cidera janji yang
tercantum dalam kontrak.
8.2. Apabila jangka waktu pelaksaan seperti tersebut pada pasal 6 dilampaui, maka kepada Pemborong
dikenakan denda sebesar 0,1% ( SATU PERMIL ) dari harga borongan keseluruhan untuk setiap
hari keterlambatan penyerahan. Besarnya denda maksimum adalah sebesar 5% dari nilai kontrak.
Tata cara pembayaran denda diatur didalam dokumen kontrak.
8.3. Denda tersebut di atas tidak dikenakan jika keterlambatan itu disebabkan karena Force Majeure.

Pasal 9
Force Majeure

9.1. Yang dimaksud dengan Force Majeure ialah hal-hal yang menghambat jalannya pelaksanaan
pekerjaan yang tidak dapat diatasi.
Yang termasuk Force Majeure adalah Gempa Bumi, Banjir, Badai dengan Gelombang sangat besar,
Tsunami, Sabotase, Huru-hara, Kebijakan Pemerintah dalam bidang ekonomi sehingga Pemborong
tidak mampu melanjutkan pekerjaan.
9.2. Bilamana terjadi Force Majeure, Pemborong harus memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi
Tugas disertai dengan bukti-bukti yang nyata dan sah dari Pemerintah Daerah setempat atau Instansi
Majeure tersebut dan harus diajukan sebagai alasan kelambatan dalam batas waktu selambat -
lambatnya 2 ( dua ) hari setelah peristiwa terjadi.
9.3. Jika batas waktu pada pasal 6 ayat 2 di atas dilampaui, maka Pemberi Tugas berhak menolak Force
Majeure tersebut.

Pasal 10
Perselisihan dan Pemilihan Peradilan

Apabila terjadi perselisihan antara Pemberi Tugas dan Pemborong, akan diselesaikan melalui musyawarah
dan bila dibutuhkan suatu penelitian/penyelidikan serta pengujian, maka Team/Lembaga Penyelidikan yang
berwenang akan melaksanakannya. Setelah hasil-hasil pengujian Team/Lembaga Penyelidikan dianggap
sah, Perselisihan yang bersifat teknis dapat diselesaikan oleh sebuah Panitia Arbitrage bila dibutuhkan
keputusan hakim, maka dalam hal ini instansi peradilan yang ditunjuk adalah Lembaga Peradilan Negeri
dan dilaksanakan di ..................., sehubungan dengan itu Pemborong harus memiliki tempat tetap dan
tidak berpindah-pindah (domisili tetap) pada alamat Panitera Peradilan Negeri di ............... Hasil-hasil
atau penelitian dalam pasal ini bersifat mengikat bagi kedua belah pihak.

Pasal 11
Penyerahan Pekerjaan Kepada Pemborong Lain

C-17
11.1. Pemberi Tugas berhak membatalkan Perjanjian ini dan mencabut tugas dan kewajiban Pemborong,
apabila ternyata Pemborong yang ditunjuk tersebut menyerahkan, menjual atau memborongkan
seluruh pekerjaannya kepada Pemborong lain.
11.2. Pemborong dapat menyerahkan sebagian dari pekerjaannya kepada Pemborong lain apabila untuk
maksud tersebut telah diajukan permohonan dan diberikan persetujuan secara tertulis oleh Pihak
Pemberi Tugas.
11.3. Apabila Pemborong adalah Pemborong yang tidak termasuk golongan ekonomi lemah maka
pemborong diwajibkan untuk bekerja sama dengan Pemborong Ekonomi lemah dengan tanggung
jawab tetap pada Pemborong Utama.

Pasal 12
Pekerjaan Tambahan dan Pengurangan

12.1. Untuk memperhitungkan pekerjaan tambahan atau pengurangan dipergunakan satuan harga dalam
kontrak.
12.2. Perhitungan tambahan dan pengurangan pekerjaan dilakukan menurut peraturan-peraturan yang
berlaku.
12.3. Jangka waktu pekerjaan tidak akan berubah karena adanya pekerjaan tambahan yang dianggap
pantas oleh Direksi dan Pemborong tidak dapat menimpakan kelambatan penyelesaian pekerjaan
akibat adanya pekerjaan tambahan tersebut.
12.4. Bila terjadi perubahan volume antara RAB dengan pelaksanaan di lapangan akibat perubahan desain
selama pelaksanaan, akan dikenakan sebagai pekerjaan tambah/kurang.

Pasal 13
Jaminan Pelaksanaan

13.1. Pemborong yang telah ditunjuk sebelum menandatangani kontrak diwajibkan memberikan jaminan
pelaksanaan berupa surat jaminan Bank Pemerintah yang besarnya 5 % (Lima persen) dari nilai
kontrak.
13.2. Pada saat jaminan pelaksanaan diterima oleh Kuasa Pengguna Anggaran, maka jaminan penawaran
pemenang yang bersangkutan segera dikembalikan.

C-18
13.3. Dalam hal pemborong mengundurkan diri setelah ditunjuk/menanda tangani kontrak maka jaminan
pelaksanaan menjadi Milik Negara.
13.4. Jaminan pelaksanaan dikembalikan kepada pemborong setelah pelaksanaan pekerjaan selesai,
sesuai dengan kontrak.

Pasal 14
Mulainya Pelaksanaan Pekerjaan.

14.1. Pemborong harus mulai melaksanakan pekerjaan dalam waktu 1 (satu) minggu setelah menerima
perintah tertulis dari Pemberi Tugas dan dilanjutkan dengan pengiriman peralatan (mobilisasi) dan
bahan-bahan bangunan yang diperlukan untuk memulai pelaksanaan pekerjaan.
14.2. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus memberitahukan kepada Pemberi Tugas secara
tertulis selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) minggu sebelumnya.
14.3. Untuk memasukkan barang-barang Pemborong ke lokasi proyek, harus mendapat ijin dari
Direksi/Engineer atau Pemberi Tugas dan harus berdasarkan program rencana pelaksanaan yang
telah disetujui.
14.4. Apabila Pemborong menunda pekerjaan untuk suatu jangka waktu kurang dari 7 (tujuh) hari, maka
sebelum memulai lagi melaksanakan pekerjaannya, harus memberitahu kepada Direksi/ Engineer 2
(dua) hari sebelumnya.

Pasal 15
Penanggulangan hal-hal yang menyimpang dari Kontrak.

15.1. Keadaan Palilit.


15.1.1. Jika Pemborong menjadi pailit (bangkrut) atau dinyatakan pailit (bangkrut) atau mengajukan
permohonan untuk dinyatakan pailit (bangkrut) oleh yang berwewenang, atau jika Pemborong
membuat persetujuan dengan kreditor-kreditor untuk menyerahkan pelaksana-an pekerjaan
atau Pemborong menyerahkan pekerjaan kepada pihak lain tanpa persetuju-an tertulis dari
Pemberi Tugas, maka hal ini berarti Pemborong telah :
a. Tidak memenuhi Kontrak ;
b. Gagal atau tidak mampu lagi dengan kemampuan yang diharapkan untuk melanjutkan
pekerjaan yang harus dilaksanakan.
15.1.2. Berdasarkan kejadian yang disebutkan diatas, maka dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah
pemberitahuan secara tertulis kepada Pemborong, Direksi/Engineer berhak memasuki
lapangan dan memaksa Pemborong keluar lapangan atau membebaskan Pemborong dari
segala kegiatan pekerjaan menurut Kontrak.
15.1.3. Pemberi Tugas dapat pula berdasarkan hak dan kekuasaannya yang telah ditentukan
didalam Kontrak untuk menunjuk Pemborong lainnya untuk menyelesaikan pekerjaan.
Untuk pelaksanaannya Pemberi Tugas berhak/dapat memerintahkan Pemborong lain
tersebut untuk sementara menggunakan peralatan-peralatan kerja bangunan-bangunan
sementara dan bahan-bahan yang ada dilapangan.
C-19
Pada setiap waktu Pemberi Tugas berhak menjual peralatan kerja, bangunan sementara
tersebut diatas dan bahan-bahan yang tidak terpakai dan menggunakan hasil penjualan
tersebut sebagai perhitungan hutang Pemborong kepada Pemberi Tugas.
15.2. Segera setelah masuknya Direksi/Engineer ke lapangan dan keluarnya Pemborong dari lapangan
dengan paksa, ia akan menentukan secara sepihak berdasarkan penyelidikan atau pencarian
data yang diperlukan, menyatakan berapa sebetulnya yang akan diterima oleh Pemborong untuk
pekerjaan yang dilaksanakannya menurut Kontrak dan berapa nilai dari bahan-bahan yang terpakai
atau sebagain terpakai dan berapa nilai dari pekerjaan/bangunan sementara.
15.3. Jika pasal 15.1 dan 15.2 terjadi, maka Direksi/Engineer tidak berkwajiban untuk mengeluarkan
sertifikat (Berita Acara) pembayaran :
a. Dari biaya untuk menyelesaikan pekerjaan sampai dengan pekerjaan pemeliharaan menurut
Kontrak habis.
b. Dari bagian-bagian suatu item pekerjaan yang belum selesai dikerjakan.

Direksi/Engineer akan membuatkan perhitungan biaya yang dituangkan dalam berita acara untuk
setiap pekerjaan yang telah dilalaikan/tidak dilaksanakan oleh Pemborong.
Pemborong hanya akan menerima sejumlah uang untuk pekerjaan yang seharusnya dilaksanakan
olehnya sesuai Kontrak, setelah dikurangi dengan jumlah yang telah diperhitungkan oleh Direksi/
Engineer untuk pekerjaan yang telah dilalaikan/tidak dilaksanakan oleh Pemborong.
Jika berdasarkan perhitungan jumlah uang yang telah diterima oleh Pemborong ternyata melebihi dari
jumlah yang akan diterima Pemborong, maka kelebihan tersebut merupakan hutang Pemborong yang
harus dibayar kepada Pemberi Tugas.

Pasal 16
Gambar Bestek / Gambar Detail

16.1. Bila terdapat perbedaan antara RKS dengan gambar bestek/detail, Pemborong mengikuti RKS atau
meminta petunjuk Direksi/Pengawas Pekerjaan.
16.2. Gambar dan RKS tidak boleh diberikan kepada pihak atau orang lain yang tidak ada hubungan-nya
dengan pelaksanan ini atau dengan tujuan akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Pasal 17
Perubahan Dokumen

17.1. Apabila Pemberi tugas memandang perlu untuk mengadakan perubahan dalam gambar dan RKS,
maka Pemborong wajib melaksanakannya dan apabila menyebabkan perubahan volume pekerjaan,
maka akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah kurang.
17.2. Gambar perubahan diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) kepada Direksi atas biaya Pemborong.
17.3. Pemborong tidak boleh melaksanakan variasi pekerjaan tanpa perintah tertulis dari Pengawas/
Engineer.

C-20
Pasal 18
Rencana Kerja

18.1. Setelah surat Perjanjian Pemborongan ditanda tangani, Pemborong wajib segera mengajukan
rencana kerja berupa time schedule dan barchart kepada Direksi untuk dipertimbangkan dan disetujui.
18.2. Rencana kerja tersebut harus sedapat-dapatnya memuat sebanyak mungkin data-data mengenai
cara dan urutan pekerjaan, alat-alat penolong yang diperlukan dll.
18.3. Apabila karena sesuatu hal rencana kerja tersebut tidak dapat diikuti lagi, maka Pemborong wajib
mengajukan rencana baru kepada Direksi dengan memberikan alasan-alasan yang wajar.

Pasal 19
Dokumentasi

19.1. Pemborong diwajibkan membuat As Built Drawing sesuai dengan pelaksanaan di lapangan termasuk
perubahan-perubahannya, yang ditanda tangani oleh Pemborong dan diketahui/disetujui oleh
Direksi/Pengawas Pekerjaan.

19.2. Pemborong diwajibkan membuat Photo (berwarna) keseluruhan pekerjaan dan bagian-bagiannya
yang penting dalam 5 (Lima) phase pekerjaan dari awal sampai dengan akhir.
19.3. Photo-photo tersebut di atas diserahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran dalam rangkap 3 (tiga)
yang dimasukkan dalam 3 (tiga) album pada waktu menyerahkan pekerjaan dan pada setiap waktu
pengajuan termijn pembayaran.

Pasal 20
Penyiapan Bahan / Material

20.1. Penyiapan bahan-bahan bangunan yang telah diperiksa dan telah disetujui oleh Direksi harus
diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pengambilan dan memenuhi syarat-syarat
penyimpanan untuk menghindari kerusakan atau menurunnya mutu bahan bangunan tersebut.
20.2. Tempat penimbunan bahan-bahan bangunan ditunjuk oleh Direksi pekerjaan.

Pasal 21
Kewajiban Pemborong Selama Waktu Pemeliharaan

21.1. Sesuai Bab II pasal 6 ayat 1, maka jangka waktu pemeliharaan ditetapkan selama ........ hari
kalender.

C-21
21.2. Selama jangka waktu pemeliharaan ini, pemborong berkewajiban menyempurnakan dan
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi segera setelah Direksi mengajukan secara tertulis
kepada Pemborong.
21.3. Pengawas/Engineer dapat memerintahkan Pemborong untuk menyediakan tenaga pengawas untuk
pemeliharaan, khususnya apabila terlihat gejala-gejala cacat atau kerusakan.

Pasal 22
Opname Pekerjaan

22.1. Setiap akhir tahap pekerjaan diadakan opname dan pemeriksaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Direksi dan Pemborong.
22.2. Selesai opname dibuat Berita Acara yang memuat hasil pekerjaan tersebut di atas yang ditanda
tangani oleh Direksi dan Pemborong.
22.3. Berita Acara tersebut dipakai sebagai dasar lampiran pembayaran.

Pasal 23
Peraturan - Peraturan Yang Berlaku

23.1. KEPPRES Nomor 80 tahun 2003 beserta penjelasan dan semua peraturan pelaksanaannya.
23.2. Kecuali ditentukan lain didalam RKS ini, maka peraturan teknis yang berlaku ialah peraturan-
peraturan PBI - 1971, VOSB - 1963, PKKI NI - 5 - 1973, AVWI, UIT GAVE 1946 Nomor : 1006,
Peraturan Bangunan Nasional 1974, Peraturan Muatan Indonesia, Peraturan Umum Alat Sarana
Penerangan dan Instalasi Listrik Indonesia (NI- 6) ASTM (Manual jalan PU).
23.3. Pemborong diharuskan telah mengetahui dan memahami semua peraturan tersebut pada ayat 1
(satu) dan 2 (dua) di atas, sehingga dengan demikian sanggup melakukan koreksi bila terdapat
kekeliruan di dalam gambar dan RKS ini.

BAB III
SYARAT-SYARAT TEKNIS

A. URAIAN UMUM

Pasal 1
Gambar-Gambar untuk Lelang

C-22
Gambar-gambar untuk lelang terdiri dari ..... lembar gambar. Ukuran satuan yang dipergunakan dalam
spesifikasi, bill of quantity dan gambar-gambar lelang adalah satuan metrik.

Pasal 2
Daerah Operasi bagi Kontraktor

Kontraktor harus melakukan pengaturan daerah operasinya sendiri, antara lain untuk : penyimpanan bahan-
bahan bangunan, peralatan konstruksi, peralatan pengadukan beton, kantor-kantor sementara dan lain-lain.
Areal yang dipilih Kontraktor harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas. Kontraktor harus
menjaga kebersihan dan keteraturan daerah operasinya selama pelaksanaan pembangunan.
Kontraktor harus mengatur sendiri pengaturan untuk : air bersih, tenaga listrik, alat komunikasi dan
keperluan-keperluan lainnya selama pelaksanaan pembangunan atas biaya sendiri.
Pada akhir pembangunan, Kontraktor harus membersihkan daerah operasinya dan diterima baik oleh
Direksi/Engineer/Pengawas.

Pasal 3
Pagar Sementara Pengaman Proyek

Kontraktor atas biaya sendiri, apabila perlu dengan ijin Direksi/Engineer/Pengawas dapat membuat pagar
sementara dan harus memelihara pagar tersebut agar tetap dalam keadaan baik termasuk pintu-pintunya,
sepanjang batas yang ditentukan untuk daerah operasinya. Pagar sementara tersebut harus dibongkar
pada akhir pembangunan.

Pasal 4
Bahan-Bahan Bangunan dan Kualitas Pekerjaan

Kontraktor harus menyelesaikan pekerjaan seperti yang disyaratkan dalam Dokumen Kontrak dan gambar-
gambar pelaksanaan dengan menggunakan bahan-bahan yang terbaik, dan metoda melaksa-nakan
pekerjaan dengan kemampuan terbaiknya.
Bahan-bahan bangunan dan pekerjaan-pekerjaan yang telah dilaksanakan, apabila tidak memenuhi
persyaratan, akan ditolak dan Kontraktor harus mengganti/melaksanakan ulang pekerjaan-pekerjaan yang
tidak memenuhi standard tanpa perpanjangan waktu pelaksanaan.

Pasal 5
Pelaksanaan Pekerjaan

C-23
Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar diperoleh kemajuan yang memuaskan
yang sesuai dengan detail program operasi yang telah disetujui Direksi/Engineer/ Pengawas.
Kontraktor harus mempersiapkan dan menjamin akan kelancaran dan cukupnya : mesin-mesin cadangan,
bahan-bahan bangunan dan peralatan yang harus ada setiap saat untuk menjamin penyelesaian pekerjaan
sesuai dengan jadwal yang telah disetujui.

Pasal 6
Patok Patok Pembantu Pengukuran

Kontraktor harus memasang dan memelihara patok-patok pembantu pengukuran, menentukan lokasi/
koordinat dan memasang beacons dan buoys (pelampung) yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
dan pada akhir pekerjaan harus dibersihkan kembali oleh Kontraktor.

Pasal 7
Survey, Pengukuran dan Pemasangan Tanda - Tanda

Kontraktor harus bertanggung jawab untuk seluruh pengukuran, survey dan pemasangan tanda-tanda
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan ini harus mempekerjakan seorang akhli
pengukuran yang nama dan kwalifikasinya harus diserah kan kepada Direksi/Engineer/Pengawas untuk
mendapat persetujuan.
Kontraktor akan mendapat penunjukkan secara tertulis dan Direksi/Engineer/Pengawas lokasi dan elevasi
titik kontrol tetap dan titik referensi berupa patok beton untuk keperluan survey dan pengukuran
pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor untuk tujuan pengechekan survey dan pengukuran/pemasangan tanda-tanda oleh Direksi/
Engineer/Pengawas, harus memberikan bantuan yang diperlukan Direksi/Engineer/Pengawas .
Pengukur dengan pengalaman yang memadai harus diperbantukan kepada Direksi/Engineer/Pengawas,
sebaiknya pengukur yang sama selama berlangsungnya pekerjaan pembangunan.
Sebelum meminta persetujuan untuk setiap macam pekerjaan, Kontraktor harus memberitahukan
maksudnya kepada Direksi/Engineer/Pengawas sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam
sebelumnya, baik untuk memasang tanda-tanda maupun menentukan elevasi pada setiap bagian dari
pekerjaan, agar dapat dilakukan persiapan-persiapan untuk pemeriksaan oleh Direksi/Engineer/ Pengawas.
Untuk keperluan pengecheckan kembali kedalaman dasar laut dimana lokasi dermaga direnca-nakan,
Pemborong wajib melakukan pengukuran ulang mengenai kedalaman dasar laut sebelum melakukan
posisioning koordinat tiang pancang dermaga. Hasil pengukuran ulang tersebut segera disampaikan
kepada Direksi/Engineer/Pengawas dan segera diteruskan kepada Konsultan Perencana untuk diperiksa
kembali apakah posisi/lokasi dermaga sudah memenuhi syarat kedalaman atau perlu perubahan.
Segala sesuatu yang timbul akibat tidak dilaksanakannya ketetentuan tersebut diatas, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Pemborong dan Direksi/Engineer/Pengawas.

C-24
Pasal 8
Alat - Alat untuk Survey

Kontraktor harus menyediakan peralatan survey, antara lain untuk pengukuran topografi (Theodolite T2
& T0, Waterpass, bak ukur, geodeticmeter dari pita dan rantai), pengukuran bathymetrik (echo sounder,
sextant, station pointer), yang dapat digunakan Direksi/Engineer/Pengawas setiap saat untuk checking
pemasangan tanda-tanda, penentuan elevasi dan lain-lain kegiatan pengukuran yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan.Kontraktor harus memelihara alat-alat untuk survey ini secara baik sehingga selama
pelaksanaan pekerjaan dapat tetap digunakan secara baik.
Kontraktor harus menyediakan, atas biaya sendiri, patok-patok beton, patok-patok kayu, bagan template,
penampang kedalaman laut yang diminta Direksi/Engineer/Pengawas untuk pemeriksaan atau pengukuran
bagian dari pekerjaan.

Pasal 9
Persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas

Kecuali dinyatakan lain, semua gambar-gambar, dokumen-dokumen, contoh-contoh bahan bangunan dan
hal-hal lain yang memerlukan persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas harus diserahkan dalam 3 (tiga)
rangkap, dan apabila disetujui 1 (satu) rangkap daripadanya akan dikembalikan kepada Kontraktor dan
yang lainnya disimpan oleh Direksi/Engineer/Pengawas.

Pasal 10
Buku Harian

10.1. Pelaksanaan wajib menyediakan Buku Harian di tempat pekerjaan.


Segala kejadian yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan harus dicatat setiap harinya.
Catatan tersebut meliputi antara lain :
10.1.1. Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan setiap hari.
10.1.2. Hari-hari kerja, hari-hari tidak bekerja dan lain-lain.
10.1.3. Bahan-bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan dan yang di tolak atau
diterima.
10.1.4. Kemajuan dari pekerjaan.
10.1.5. Kejadian-kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan.
10.2. Buku harian tersebut harus ditanda tangani bersama antara Pelaksana dan Pengawas harian sebagai
tanda persetujuan. Apabila terjadi perbedaan pendapat, maka masing-masing dapat mengajukan
persoalan kepada Direksi Harian/Kepala Pelaksana untuk mendapat penyelesaian.

C-25
10.3. Disamping buku harian harus menyediakan Buku Direksi, dimana dicatat semua instruksi Direksi yang
ditanda tangani oleh Direksi.

Pasal 11
Keamanan Pekerjaan
Kontraktor diwajibkan :
11.1. Menjaga keamanan dan tata tertib di tempat pekerjaan.
11.2. Mengambil tindakan yang perlu demi untuk kepentingan keselamatan para pekerja.
11.3. Mentaati peraturan-peraturan setempat dan mengusahakan perijinan penggunaan jalan, bangsal dan
sebagainya.
11.4. Mentaati semua kewajiban yang dibebankan kepadanya berhubung dengan peraturan-peraturan
pelaksanaan pula peraturan yang diadakan selama penyelenggaraan.

Pasal 12
Bangunan / Kantor Direksi

Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk Kantor Direksi (Direksi Keet) dan gudang serta
barak untuk keperluan kontraktor dengan luas sesuai yang tercantum didalam volume pekerjaan..
Bangunan tersebut harus dilengkapi dengan penerangan, perlengkapan kamar mandi WC, meja kursi dan
kelengkapan lainnya yang layak dipakai sampai akhir pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor diwajibkan
memelihara Kantor Direksi tersebut agar dapat dipakai untuk kerja sampai pelaksanaan proyek selesai.
Apabila tidak ditentukan lain oleh Pemberi Tugas, maka Kontraktor wajib membongkar kembali bangunan –
bangunan sementara tersebut pada saat pelaksanaan pekerjaan selesai.

Pasal 13
Keselamatan Kerja

13.1. Kontraktor berkewajiban :


13.1.1. Menyediakan segala alat penolong untuk menghindari bahaya dan memberikan pertolongan
jika terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, biaya perawatan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
13.1.2. Segera memberitahukan secara tertulis kepada Direksi mengenai terjadinya kecelakaan
dengan disertai keterangan seperluanya.
13.1.3. Menyediakan peralatan yang sesuai dengan peraturan kesehatan di tempat pekerjaan.
13.1.4. Kontraktor harus membuat pengaturan dengan rumah sakit terdekat dan dengan dokter
setempat sehingga bagi para pegawai/pekerjanya yang sakit atau mengalami kecelakaan
segera dapat menerima pengobatan yang baik, pada setiap saat baik siang maupun malam.

C-26
13.1.5. Menyediakan air minum yang cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi para
pekerja, yang semuanya menjadi beban Kontraktor.

Pasal 14
Konstruksi Pembantu / Sementara

14.1. Kontraktor bertanggung jawab atas kekuatan dan penggunaan secara tepat alat pembantu (konstruksi
penolong). Dalam hal ini Direksi akan memberikan petunjuk dan Kontraktor bertanggung jawab pada
pelaksanaan dan pemeliharaannya, misalnya profil dari kayu, bouwplank, bekisting, jalan masuk,
jembatan darurat, bedeng dan lain sebagainya.

14.2. Apabila Direksi kurang lengkap memberikan petunjuk-petunjuk, maka Kontraktor wajib mengajukan
cara-cara penyempurnaan tanpa mengurangi tanggung jawab.

Pasal 15
Jam Kerja

15.1. Kontraktor leluasa mengatur jam kerjanya sendiri.


15.2. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada malam hari, Kontraktor harus menyediakan/menyiapkan
yang diperlukan, misalnya penerangan lampu dan sebagainya demi kesempurnaan pekerjaan atas
tanggungan biaya Kontraktor dan atas persetujuan dan pengawasan Direksi/ Engineer/Pengawas.

Pasal 16
Pekerjaan Yang Tidak memenuhi Syarat

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena tidak sesuai dengan gambar atau
RKS, maka atas perintah Direksi/Engineer/Pengawas pihak Kontraktor harus membongkarnya dalam
jangka waktu yang ditetapkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas dan memperbaiki kembali atas tanggungan
biaya pihak Kontraktor.

Pasal 17
Mobilisasi dan Demobilisasi

Yang dimaksud dalam pasal mengenai mobilisasi dan demobilisasi dalam bill of quantities, mencakup
antar jemput/mendatangkan : pekerja, pegawai, bahan-bahan bangunan, peralatan dan keperluan -
keperluan insidental untuk melaksanakan seluruh pekerjan, untuk pindah didalam lokasi proyek dan
pemindahan/pembongkaran seluruh instalasi pada saat berakhirnya pekerjaan, termasuk :
a. Pengangkutan semua peralatan pembangunan ke lokasi proyek beserta pemasangannya,
dimana alat-alat tersebut akan dipergunakan.
b. Antar jemput : Staff, pegawai dan pekerja ke proyek.

C-27
c. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan pembangunan, armada
apung dan peralatan lainnya, sedemikian sehingga lokasi proyek bersih dan teratur kembali dan
diterima baik oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
d. Pemindahan dari lokasi proyek untuk staff, pegawai dan pekerjaan setelah proyek selesai.

Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan, Kontraktor harus memasukkan
rencana detail kepada Direksi/Engineer/Pengawas mengenai prosedur mobilisasi.
Hal ini harus menjamin selesainya mobilisasi menurut pasal butir a) dan b) tersebut diatas dalam waktu
maksimum 20 (dua puluh) hari setelah Direksi/Engineer/Pengawas memberikan nota mulainya pekerjaan.

Pasal 18
Informasi Meteorologi

Mengikuti instruksi Direksi/Engineer/Pengawas, Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan meng-


operasikan peralatan pencatat data meteorologi untuk pengamatan setiap hari selama waktu berlakunya
kontrak, hal - hal dibawah ini :
a. Pencatat hujan ;
b. Arah Kecepatan angin ;
c. Temperatur.

B. BAHAN - BAHAN BANGUNAN

Pasal 1
U m u m

Sedapat mungkin harus dipakai bahan-bahan dalam negeri untuk keperluan konstruksi.
1.1. Spesifikasi standar
Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi atau diijinkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas secara tertulis
semua bahan-bahan atau barang barang harus sesuai dengan terbitan terbaru dari J.I.S. yang dapat
digunakan atau British Standard (selanjutnya disebut B.S.) dan Normalisasi Indonesia (selanjutnya
disebut N.I.), atau Standard Industri Indonesia (SII).
Bahan-bahan lain yang tidak sepenuhnya disebut didalamnya dan untuk mana tidak ada dalam
JIS, BS atau NI, harus disetujui secara khusus oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
1.2. Pemeriksaan dan pengujian
1.2.1. Semua bahan-bahan dan barang-barang/benda-benda yang disarankan oleh Kontraktor untuk
dipakai didalam pekerjaan proyek harus dapat/boleh diperiksa, diuji dan dianalisa sewaktu-
waktu, jika dan bila diminta oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
Jika Direksi/Engineer/Pengawas menganggap perlu, maka Kontraktor atas biayanya sendiri
harus dapat memberikan test sertifikat dari pabrik.

C-28
Atas biayanya sendiri, Kontraktor harus menyediakan dan mempersiapkan bahan-bahan yang
ditest dan contoh-contoh dari bermacam-macam bahan yang sewaktu-waktu akan diminta atau
disyaratkan.
Semua ongkos dari peninjauan dan ujian menjadi tanggungan Kontraktor.
Setiap test bahan atau pekerjaan yang telah selesai harus dilaksanakan dengan disaksikan
Direksi/Engineer/Pengawas dan harus dilaksanakan sedemikian memenuhi persyaratan yang
diminta.
1.2.2. Semua bahan-bahan yang dipakai dalam proyek/pekerjaan, harus mendapat persetujuan
Direksi/Engineer/Pengawas sebelum dipakai/dipasang, meskipun bahan-bahan tersebut telah
dinyatakan dapat diterima pada waktu didatangkan di site.
Setiap kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh tidak disetujuinya bahan-bahan tersebut
oleh Direksi/Engineer/Pengawas menjadi tanggungan Kontraktor.
Direksi/Engineer/Pengawas mempunyai kebebasan untuk menolak salah satu atau semua
bahan-bahan dan metoda pelaksanaan yang tidak sama kwalitasnya dan sifatnya seperti
contoh-contoh yang telah disetujui dan Kontraktor harus segera memindahkan bahan-bahan
atau membongkar pekerjaan - pekerjaan yang dimaksud atas tanggungannya.

Pasal 2
B a j a

2.1. Tiang Pancang Pipa Baja


Tiang pipa baja yang akan dipakai untuk pelaksanaan dalam kontrak ini adalah pipa baja diameter
dan ketebalan sesuai dengan gambar kerja, dan harus mengikuti : Kelas 2 SS-41 JIS G 3444 dan
JIS A 5525 setara dengan produk KHI. Komposisi kimia dan sifat-sifat mekanisnya harus sesuai
dengan standar-standar tersebut dibawah ini :
Komposisi kimia
C : 0,30 % max. ; Si = 0,35 max.
P : 0,04 % max. ; Mn = 0,30 - 1,00
S : 0,04 % max.
Sifat-sifat mekanis
Kekuatan tarik : 40 kg/mm2 atau lebih Grade X - 46
Yield point : 32 kg/mm2 atau lebih
Perpanjangan : 15 % atau lebih
Toleransi pada bentuk dan dimensi dari profil baja
a. Dimensi luar Toleransi
Ujung-ujung pipa + 0,5 %
Batang batang pipa + 1,0 %
b. Tebal + tidak terbatas
- 0,7 mm
c. Panjang pipa + tidak terbatas

C-29
-0
d. Lenturan Maximum 0,1 % dari panjang tiang
Toleransi tidak mulusnya sambungan sambungan
Dimensi luar Toleransi
Kurang dari 700 mm Kurang dari 2 mm
Lebih dari 700 mm Kurang dari 3 mm

Jika dianggap perlu, Direksi/Engineer/Pengawas dapat mengirim sample sample pipa baja tersebut ke
laboratorium yang diakui untuk analisa mekanis dan kimiawi.
2.2. Pengangkutan dan penyimpanan pipa baja
Dalam pengangkutan tiang pipa baja harus diambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi
tiang pipa baja menjadi bengkok, cacat-cacat permanen.
Pada waktu pemuatan dan pembongkaran pipa baja, semua pipa baja harus diperlakukan sedemikian
sehingga tidak terjadi pelengkungan-pelengkungan yang besar.
Pipa baja tidak boleh ditumpuk lebih dari 3,5 m dan balok-balok penumpunya ditempatkan diantara
lapisan dengan jarak antara sebesar 4,0 m.
Ukuran standar balok, kayu penumpu adalah 10 x 10 cm2. Dimana ada kemungkinan profil baja
melendut, maka harus segera dilakukan penumpukan/pengaturan kembali.
Kontraktor harus mendapatkan sertifikat dari pabrik baja yang memprodusirnya dan sertifikat tersebut
harus dapat disetujui Direksi/Engineer/Pengawas.
2.3. Plat dan Profil baja
Plat baja yang akan dipakai untuk pelaksanaan dalam kontrak ini harus mengikuti : Kelas 2 SS-41
JIS G 3444 dan JIS A 5525. Komposisi kimia dan sifat-sifat mekanisnya harus sesuai dengan
standar-standar tersebut dibawah ini :
Komposisi kimia
C : 0,30 % max. ; Si = 0,35 max.
P : 0,04 % max. ; Mn = 0,30 - 1,00
S : 0,04 % max.
Sifat-sifat mekanis
Kekuatan tarik : 40 kg/mm2 atau lebih/KHI: Grade X - 46
Yield point : 32 kg/mm2 atau lebih
Perpanjangan : 15 % atau lebih
Toleransi pada bentuk dan dimensi dari profil baja
a. Dimensi penampang Toleransi
Ujung-ujung batang + 0,5 %
Bagian tengah + 1,0 %
b. Tebal + tidak terbatas
- 0,7 mm
c. Panjang + tidak terbatas
-0
d. Lenturan Maximum 0,1 % dari panjang tiang

C-30
Jika dianggap perlu olehnya, Direksi/Engineer/Pengawas dapat mengirim sample sample dari baja
tersebut ke laboratorium yang diakui untuk analisa mekanis dan kimiawi.
2.4. Pengangkutan dan penyimpanan profil baja
Dalam pengangkutan profil baja harus diambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi profil
baja menjadi bengkok, cacat cacat permanen.
Pada waktu pemuatan dan pembongkaran profil baja, semua profil baja harus diperlakukan
sedemikian sehingga tidak terjadi pelengkungan-pelengkungan yang besar.
Profil baja tidak boleh ditumpuk lebih dari 3,5 m dan balok- balok penumpunya ditempatkan diantara
lapisan dengan jarak antara sebesar 4,0 m. Ukuran standar balok, kayu penumpu adalah 10x10 cm2.
Dimana ada kemungkinan profil baja melendut, maka harus segera dilakukan penumpukan/
pengaturan kembali.
Kontraktor harus mendapatkan sertifikat dari pabrik baja yang memprodusirnya dan sertifikat tersebut
harus dapat disetujui Direksi/Engineer/Pengawas.
2.5. Tulangan baja dan bindraad
Batang-batang besi untuk tulangan beton harus sesuai dengan persyaratan JIS tersebut dibawah ini
atau Standar Industri Indonesia (selanjutnya disebut SII) dan NI - 2.
Baja-baja deformed JIS G 3112 Hot rolled deformed bar NI-2 SD-30 U-39 untuk > 13 mm
Baja bulat JIS G 3112 Hot rolled bar, SR-24 U - 24 untuk < 13 mm
Bindraad JIS G 3532 SWM - A diameter 0,9 m atau lebih
Sertifikat pabrik harus diberikan untuk deformed bars, round bars dan bindraad.
2.6. Penyimpanan tulangan baja
Baja untuk tulangan tidak boleh ditempatkan langsung diatas tanah, tapi harus diatas ganjel-ganjel
atau rak rak dan harus dibawah atap untuk melindungi terhadap hujan.
Tulangan baja disimpan terpisah-pisah menurut diameter dan panjangnya.
2.7. Baut-baut, paku-paku dan mur-mur
Kecuali ditentukan lain pada gambar, maka baut-baut (termasuk baut angker dalam beton) dan
paku-paku harus mengikuti persyaratan dalam JIS G 3101, JIS B 1181 atau BS 4190.

Pasal 3
S e m e n

3.1. U m u m
Semen yang dipakai untuk beton harus dari merek/pabrik yang disetujui dan harus Portland Cement
tahan sulfate atau Portland Cement Type I ditambah bahan Additive yang sesuai dengan JIS R 5210,
ASTM C 150 dan atau SII-0013-81, terkecuali jika ditentukan lain.
Jika Kontraktor menginginkan, maka P.C. yang cepat mengeras boleh dipakai sebagai pengganti P.C.
tahan sulfat asal mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/ Engineer/Pengawas.
3.2. Sertifikat pengujian dan lain-lain

C-31
Setiap pengiriman semen harus disertai dengan pengiriman sertifikat dari pabrik yang menunjukkan
bahwa semen tersebut telah diuji dan dianalisa mengenai komposisi kimianya dan bahwa coba uji dan
analisa tersebut dalam segala-galanya sesuai dengan persyaratan - persyaratan yang relevan
dengan JIS, BS atau N I.
Setiap pengiriman semen, yang dikirim ke site harus diuji dan dianalisa menurut persyaratan yang
relevan dengan JIS, BS atau N I.
Sample akan dikumpulkan sebagaimana ditentukan oleh Direksi/Engineer/Pengawas dan pengujian
harus dilaksanakan pada laboratorium yang telah disetujuinya. Semen yang telah dipakai untuk
sample - sample tidak boleh dipakai pada pekerjaan apapun sebelum coba ujinya dan analisanya
telah selesai dan hasilnya telah diterima dengan baik oleh Direksi/Engineer/ Pengawas.
Sebagai tambahan dari test- test dan analisa-analisa tersebut diatas Direksi/Engineer/Pengawas
dapat menguji semen yang telah disimpan di Site sebelum dipakai untuk menentukan apakah semen
yang didatangkan telah rusak selama pengangkutan atau selama disimpan. Tidak boleh ada semen
yang dipakai sebelum diterima dan dinyatakan baik oleh Direksi/Engineer/Pengawas. Banyaknya
semen untuk test tidak ditentukan dan ongkos pengujiannya harus dimasukkan dalam bill of quantity
untuk masing-masing pekerjaan.
Direksi/Engineer/Pengawas dapat menolak semen yang didatangkan/yang ada, berdasarkan hasil
pengujian yang telah dilakukan, meskipun semen itu telah mendapat sertifikat pabrik.
Semua semen yang telah ditolak harus segera dipindahkan dari Site, atas biaya Kontraktor.
3.3. Pengangkutan dan penyimpanan semen
Umur semen pada waktu dilever dilapangan tidak boleh lebih dari 2 (buah) bulan dan semen harus
dipakai dalam waktu 3 bulan setelah datang di Site.
Semen harus diangkut ke Site dalam kendaraan yang tertutup, terlindung dengan baik terhadap cuaca
dan harus disimpan dengan baik didalam gudang-gudang yang mempunyai cukup ventilasi, tahan
terhadap cuaca dan tahan air untuk mencegah kerusakan karena lembab. Lantai gudang semen
harus terbuat dari kayu setinggi paling sedikit 30 cm diatas tanah dan diberi ventilasi.
Setiap pengiriman semen harus dipisah-pisahkan agar dapat dengan mudah diidentifikasi, diperiksa,
ditest dan dicatat tanggal pengeluarannya. Semen yang disimpan dalam kantong/zak tidak boleh
ditumpuk lebih tinggi dari 13 zak.
Semen yang didatangkan di Site harus segera ditempatkan didalam gudang-gudang tersebut diatas
dan dipakai pada pelaksanaan sesuai urutan datangnya.
Penggunaan semen dalam jumlah yang besar tidak dilarang. Biar bagaimanapun juga, pengang-
kutan, penyimpanan dan penggunaan harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas
terlebih dahulu.
Kontraktor harus menyampaikan laporan mingguan kepada Direksi/Engineer/Pengawas mengenai
pengiriman semen, penyimpanannya dan menjelaskan berapa banyaknya yang diterima dan
dikeluarkan selama minggu tersebut, dari siapa/darimana dibeli dan dibagian-bagian pekerjaan apa
saja semen telah dipergunakan.

Pasal 4

C-32
Agregat Untuk Beton

4.1. U m u m
Agregat untuk beton harus diambil dari sumber-sumber yang disetujui dan memenuhi syarat-syarat
dalam NI atau BS 882, 2201, Part 2, atau standard lain yang disetujui Direksi/ Engineer/Pengawas.
Apabila agregat dari sumber yang telah disetujui ternyata menyimpang dari contoh-contoh yang telah
disetujui dan tidak memenuhi syarat tersebut diatas, maka sumber ini dapat ditolak.
Suatu jumlah stock agregat yang telah disetujui Direksi/Engineer/Pengawas harus selalu ada
dilapangan untuk memungkinkan pembuatan beton secara kontinu untuk suatu jangka waktu 2
minggu tanpa terhenti.

4.2. Agregat kasar


Agregat kasar terdiri dari kerikil/gravel yang telah disetujui atau pecahan batuan dengan ukuran
butir maximum tidak melebihi daftar dibawah ini.
Untuk seluruh pekerjaan beton agregat kasar harus memenuhi persyaratan gradasi yang ditentukan
dalam BS 882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan 40 mm - 5 mm, 20 mm - 5 mm ukuran nominal
atau syarat dalam N I atau dalam tabel berikut ini dari JIS.

Prosentase terhadap berat yang lolos saringan


(JIS A 1002 sieve)

Ukuran Agregat Ukuran Saringan ( mm )


50 40 30 25 20 15 10 5 2,5
40-50 % 100 95- 35-70 10- 0-5
100 30
25-5 % 100 95- 30- 0-10 0-5
100 70
Apabila dari analisa gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu yang dapat mempe-
ngaruhi kerapatan beton, Direksi/Engineer/Pengawas dapat memberi petunjuk kepada Kontraktor
untuk menambah kekurangan ukuran agregat tertentu tersebut diatas.
Kerapatan berbagai kelas beton akan ditentukan oleh Direksi/Engineer/Pengawas setelah dilakukan
pengetesan dilapangan. Kerikil dari batu pecah haruslah keras, tidak lapuk, bersih dan tidak
mengandung clay atau pelapukan batuan. Batuan tersebut harus dipecah untuk mendapat ukuran
yang disyaratkan dengan jenis crusher yang disetujui. Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5 mm
harus dipisahkan dan kalau dikehendaki Direksi/Engineer/ Pengawas harus dicuci secara seksama.
4.3. Agregat halus
Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari clay atau zat-zat organik, dan harus mempunyai
gradasi sedemikian apabila dicampur dengan agregat kasar, akan menghasilkan beton dengan
kerapatan maximum.

C-33
Gradasi dari agregat halus harus masuk dalam batasan yang ditentukan dalam BS 1198 - 1200
atau dalam N I atau dalam tabel berikut ini dari JIS.
Prosentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS A 1102 sieve)

Ukuran saringan (mm)


10 5 2,5 1,2 0,60 0,30 0,15
% 100 90-100 80-100 50-90 25-65 10-35 2-10

Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alami untuk memperoleh pasir dengan gradasi
yang memenuhi syarat. Pasir dari pecahan batu saja dapat dipakai hanya atas persetujuan
Direksi/Engineer/Pengawas.
4.4. Pengambilan contoh dan testing untuk agregat
Direksi/Engineer/Pengawas dapat memerintahkan kepada Kontraktor pada setiap saat untuk
mengambil contoh agregat dari lapangan atau sumber agregat untuk dilakukan testing menurut
cara yang diuraikan dalam BS 812, JIS A 1102 atau N I.
Agregat yang tidak memenuhi syarat dalam test, harus diganti atau dicuci sampai test lebih lanjut
untuk membuktikan bahwa dapat memenuhi persyaratan untuk dipakai. Semua biaya yang dikeluar-
kan untuk dipenuhinya persyaratan ini menjadi tanggungan Kontraktor.
4.5. Penyimpanan agregat
Pasir dan agregat kasar untuk bahan beton harus disimpan dalam bak atau lantai papan yang
direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu komposisi agregat tertentu atau
tercampurnya agregat dari ukuran yang berbeda-beda, dan menghindarkan tercampurnya agregat
dengan debu, zat-zat organik atau bahan-bahan pencemar lainnya.
Agregat dengan ukuran tertentu harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui lain oleh Direksi/
Engineer/Pengawas.
Pasal 5
A i r

Air yang akan digunakan untuk adukan beton harus bersih, tawar dan bebas dari zat-zat organik atau
inorganic yang larut atau mengambang dalam suatu jumlah yang dapat mengurangi kekuatan atau
keawetan beton. Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum, apabila dari sumber lain
harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas. Hanya air dengan kwalitas yang telah disetujui
yang dapat digunakan untuk pembuatan beton, penyemprotan dan membasahi acuan (form work) atau
pengeringan beton. Kontraktor harus melakukan pengaturan untuk memperoleh atau penyimpanan yang
cukup dilapangan untuk mengaduk dan mengeringkan beton dan menyemprot dan membasahi acuan.
Apabila ada, air ini dapat diperoleh dari sumber sumur dalam di lokasi proyek. Apabila Kontraktor
menggunakan sumber ini, maka seluruh biaya pengadaan, pemeliharaan, sumber tenaga listrik dan biaya
lain-lainnya untuk memperoleh air ini, seluruh biayanya harus ditanggung Kontraktor sendiri.

Pasal 6

C-34
Elektrode

Elektrode yang dipakai untuk mengelas baja lunak (kecuali pipa baja) harus mengikuti persyaratan D
4301 dari JIS Z 3211 atau BS 639. Elektrode yang dipakai untuk mesin las semi automatic harus kawat
komposit yang mempunyai diameter 2,4 sampai 3,2 mm sesuai dengan JIS Z 3311.
Contoh-contoh elektrode dan data-data pengetesannya harus di sampaikan kepada Direksi/Engineer/
Pengawas sebelum pelaksanaan untuk mendapat persetujuannya.

Pasal 7
Batu

Batu yang akan digunakan dalam semua pekerjaan batu harus dari kwalitas terbaik. Batu harus keras,
tahan lama, liat, tahan terhadap goresan dan cuaca, serta bebas dari tanah atau sampah-sampah lain. Batu
pecah tidak boleh mengandung lempung, bagian-bagian yang pipih atau pancang atau cadas yang lapuk.
Batu untuk keperluan breakwater dan talud pelindung lereng harus mempunyai berat per unit sesuai
dengan yang tertera pada gambar rencana dan merupakan batu pecah/belah dan bukan batu dengan
bentuk bulat dan memiliki paling sedikit 3 bidang muka. Sumber tempat pengambilan batu harus disetujui
oleh Direksi/Engineer/Pengawas. Pemborong harus mengatur sedemikian rupa sehingga persediaan batu
yang disyaratkan untuk pekerjaan dapat terjamin.
Pengambilan material batu dari quarry harus sepenuhnya dengan ijin dari Pemerintah Daerah setempat,
dan Pemborong wajib memenuhi segala Paraturan Daerah.
Pasal 8
Geotextile
Geotextile harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Permiability :
b. Maksimum opening : 0,5 mm
c. UV Resistance : UV Stabilized
d. Tensile Strength (ASTM D - 1682 ) : 0,375 KN/cm’ (Warp)
: 0,424 KN/cm’ (Weft)
e. Elongation at break (ATM D - 1682) : 21,3 %’ (Warp)
: 16,5 % (Weft)
f. Factory Guaranty : 20 tahun
g. Fabric Width : > 3,5 m
h. Fabric Thickness : 0,686 mm
I. Effect of soil alkalinity : nil
j. Effect of soil acidity : nil
k. Effect of Bacteria : nil

Pasal 9
C-35
Material Timbunan

9.1.Sumber Bahan-Bahan
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.
9.2.Timbunan Biasa
Timbunan yang digolongkan sebagai timbunan biasa akan terdiri dari tanah atau bahan-bahan pasir
atau batuan yang dikeruk atau digali dan disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas sebagai bahan-
bahan yang memenuhi syarat untuk penggunaan dalam pekerjaan permanen.
Bahan-bahan juga akan diseleksi sejauh mungkin, tidak termasuk penggunaan tanah liat yang sangat
plastis, diklasifikasikan sebagai A-7-6 oleh AASHTO M 145 atau sebagai CH pada Unified or
Cassagrande Soil Classification System.
Dimana penggunaan tanah-tanah plastis berkadar tinggi tidak dapat dihindari secara layak, maka
bahan-bahan tersebut hanya akan digunakan di bagian dasar timbunan atau dalam urugan kembali
yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi.
Tidak ada tanah plastis berkadar tinggi yang akan digunakan sama sekali pada lapisan bahan-bahan
400 mm di bawah setiap tanah dasar perkerasan atau bahu jalan. Sebagai tambahan, maka timbunan
dalam daerah ini bilamana diuji sesuai dengan AASHTO T 193 harus mempunyai suatu nilai CBR tidak
kurang daripada 6 % setelah terendam empat hari bila dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering
maksimum sebagaimana ditentukan sesuai AASHTO T99.
Tanah yang mempunyai sifat mengembang (meretak) sangat tinggi yang mempunyai suatu nilai
aktivitas lebih besar daripada 1,25 atau suatu derajat pengembangan yang digolongkan oleh AASHTO
T 258 sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak akan digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai
Aktivitas harus diukur sebagai Indeks Plastisitas (PI) (AASHTO T90) Presentase Ukurang Tanah Liat
(AASHTO T88). Bahan-bahan bantuan tidak boleh digunakan sebagai bahan-bahan timbunan kembali
di sekeliling pipa juga tidak pada lapisan 300 mm langsung dibawah tanah dasar perkerasan atau bahu
jalan dan tidak ada batu dengan suatu ukuran yang melebihi 100 mm akan termasuk dalam timbunan
demikian.
9.3.Timbunan dengan bahan-bahan terpilih
Timbunan hanya akan digolongkan sebagai timbunan dengan bahan-bahan terpilih jika digunakan
pada lokasi atau untuk tujuan timbunan dengan bahan-bahan terpilih telah ditentukan atau disetujui
secara tertulis oleh Pengawas. Semua timbunan lainnya yang digunakan harus dipandang sebagai
timbunan biasa atau drainase porous.
Timbunan yang diklasifikasi sebagai timbunan dengan bahan-bahan terpilih harus terdiri dari bahan-
bahan tanah atau batuan yang memenuhi semua persyaratan bahan diatas untuk timbunan biasa dan
sebagai tambahan harus memiliki sifat tertentu lainnya yang disyaratkan, tergantung pada
penggunaannya yang dimaksudkan, sebagaimana diarahkan atau disetujui oleh Pengawas.
C-36
Dalam semua hal, maka semua timbunan dengan bahan-bahan terpilih, bila diuji dengan AASHTO
T193 harus mempunyai suatu nilai CBR sekurang-kurangnya 10 % setelah 4 hari direndam bila
dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sebagai mana ditentukan sesuai dengan
AASHTO T99. Bila digunakan dalam situasi pemadatan dengan kondisi jenuh atau banjir tidak dapat
dihindari, maka timbunan dengan bahan-bahan terpilih harus terdiri dari pasir atau kerikil atau bahan-
bahan butiran bersih lainnya dengan suatu indeks plastisitas maksimum 6%.
Bila digunakan pada pekerjaan stabilisasi timbunan atau lereng atau dalam situasi lainnya dimana
kekuatan geser adalah penting, tetapi berlaku kondisi pemadatan normal, maka timbunan dengan
bahan-bahan terpilih dapat merupakan timbunan batuan atau kerikil berlempung yang bergradasi baik
atau tanah liat berpasir atau tanah liat yang memiliki plastisitas rendah. Jenis bahan-bahan yang dipilih
dan disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan
dibangun atau ditimbun atau pada tekanan tanah yang harus dipikul.

Pasal 10
Material untuk Lapisan Perkerasan Jalan/Lapangan Parkir
10.1. Umum
Pemborong selambat-lambatnya 15 hari sebelum memulai pekerjaan harus sudah mengajukan
kepada Direksi/Engineer mengenai tempat asal dan komposisi dari material yang akan digunakan
dan sifat-sifat material tersebut harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi ini.
Sebelum dimulai pekerjaan, Pemborong harus menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium yang
diakui oleh Direksi/Engineer mengenai sifat-sifat material tersebut.
Pengambilan contoh untuk pemeriksaan harus disaksikan oleh Direksi/Engineer. Apabila gradasi atau
sifat-sifat material tidak sesuai dengan yang disyaratkan, Direksi/Engineer berhak menolak dan
Pemborong harus segera menyingkirkannya dari tempat pekerjaan. Pemborong harus menempatkan
material sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu lalulintas serta menghindari kecelakaan yang
mungkin terjadi.

10.2. Sub base


Material subbase harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Analisis saringan

Saringan Prosentase Berat Bahan yang lolos


saringan
3“ 100
1 1/2 “ 60 - 90
1“ 46 - 78
3/4 “ 40 - 70
3/8 “ 24 - 56
No. 4 13 - 45
C-37
No. 8 6 - 36
No. 30 2 - 22
No. 40 2 - 18
No. 200 0 – 10

Semua bahan harus homogen, bersih dari kotoran-kotoran, bahan-bahan organik, gumpulan-
gumpalan lempung dan bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki.

b. Sand Equivalent ( AASHTO T - 176 ) min 25


c. Kehilangan berat akibat abrasi dari partikel yang tertinggal
pada pada ayakan ASTM No.12 ( AASHTO T - 96 ) max 40

Bila menggunakan kerikil pecah, tidak kurang dari 50% berat partikel yang tertinggal pada ayakan
No.4 harus mempunyai paling tidak satu bidang pecah.
10.3. Base Course
Material untuk base course (pondasi atas) dari jenis batu pecah mesin ukuran 5/7 cm. Bentuk batuan
yang boleh dipakai adalah bentuk kubus (tidak pipih,gepeng atau memanjang), paling sedikit
mempunyai 3 permukaan datar, harus bebas dari kotoran-kotoran atau unsur organik lainnya.
Agregate base course harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
Persyaratan Nilai

Kekerasan (Thoughness ASTM D3) min 6

Kehilangan berat dengan percobaan sodium sulfat (AASHO T - 104) max 10 %

Kehilangan berat dengan percobaan magnesium sulfat soudness (AASHO T - max12 %


104)

Kehilangan berat abrasi sesudah 100 putaran(AASHO T - 96) max 10 %

Partikel-partikel tipis/memanjang (partikel lebih besar dari 1 “ dengan Max 5 %


ketebalan kurang dari 1/5 panjang), prosentase berat

Bagian batuan yang lunak (ASTM C - 235) 13 - 45

Gumpalan - gumpalan lempung (AASHO T - 12) max 0,25 %

Gradasi batu pecah untuk base course harus memenuhi standar persyaratan menurut analisis
saringan sebagai berikut :

ASTM standard sieve Prosentase Berat Bahan yang lolos


saringan
2 1/2 “ 100
2“ 90 - 100
1 1/5 “ 35 - 70

C-38
1“ 0 -15
1/2 “ 0-5

Untuk material campuran/binder harus bersih dari bahan-bahan organis, kotoran-kotoran, gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi persyaratan gradasi
sebagai berikut :
ASTM standard sieve Prosentase Berat Bahan
yang lolos saringan
3/8 “ 100
No. 4 85 - 100
No. 100 10 - 30
Index plastis (AASHO T - 91) min 30
Kadar Lempung (AASHO T -176) max 6
No. 4 13 - 45
No. 8 6 - 36
No. 30 2 - 22
No. 40 2 - 18

10.4. Asphalt Penetrasi untuk Lapisan Permukaan


Lapisan perkerasan jalan digunakan jenis penetrasi asphalt yang merupakan campuran antara
agregate kasar, agregate halus, filler dan asphalt pada asphalt mixing palt (A.M.P).
Bagian-bagian tersebut harus diperhatikan :
• Ukurannya
• Gradasinya
• Prosentase campuran dari setiap bahan yang dipakai dalam suatu angka perbandingan tertentu
sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan, yaitu :
Untuk 1 m3 asphalt penetrasi harus terdiri atas :
100 kg asphalt ; 0,6 m3 agregate kasar ; 0,3 m3 agregate halus dan 0,15 m3 filler
Semua material yang digunakan harus mempunyai suatu sifat sedemikian sehingga sesudah
dicampur dengan rumus campuran tertentu akan mempunyai kekuatan paling sedikit 70 % bila diuji
dengan AASHO T-165.
Material campuran harus mempunyai gradasi campuran yang merata.

C-39
C. PEKERJAAN SIPIL UMUM

Pasal 1
B e t o n

1.1. Perbandingan campuran dan kekuatan.


Campuran beton harus mengikuti persyaratan dari tabel campuran beton yang diberikan.
Test pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton untuk berbagai kelas beton yang
direncanakan dan harus mengikuti NI - 2 (PBI 71) bagian 3, bab 4 untuk menentukan perbandingan
semen, agregat dan air yang akan digunakan.
Test pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan kemampuan pengerjaan (work ability)
yang diinginkan, dengan kekuatan yang diperoleh kira-kira 30 % - 40 % lebih tinggi dari kekuatan
yang direncanakan.
Kekuatan yang lebih tinggi (margin) yang diminta oleh Direksi/Engineer/Pengawas adalah untuk
mencakup kemungkinan kegagalan hasil test karena keadaan mesin-mesin pengaduk, peralatan,
tingkat pengawasan mutu dan terjadinya deviasi mutu beton.
Campuran yang pada akhirnya ditentukan dari test pendahuluan akan tetap dipertahankan selama
pekerjaan berlangsung, kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Engineer/Pengawas, perubahan mana
dipandang perlu karena adanya perubahan dalam bahan atau hasil-hasil test.
Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi dermaga ini adalah :
- K.225 untuk komponen strukturil seperti :plat, balok , pile cap, dolphin, tiang railling, beton pengisi
tiang, beton selimut tiang, kansteen,
- K.175 untuk beton tumbuk di trotoir

Tabel campuran beton

KELAS I II III
MUTU B.0 B.1 K.125 K.175 K.225 > K.225

Dipakai untuk Non Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil


pekerjaan Strukturil

Kekuatan beton
karateristik (kg/cm2) - - 125 175 225 > 225

Kekuatan kubus
target rata-rata - - 200 250 300 > 300
(kg/cm2)

Agregat kasar
(ukuran mm) 31,5 31,5 31,5 16 8 8
C-40
Penggunan semen
(kg/m3) 130 200 250 275 - 325 325 - 375 > 375

Water cement ratio Lihat tabel 4.34 PBI.71


( % mak ) - -

Slump ( cm ) - - Lihat tabel 4.41 PBI.71

1.2. Test pendahuluan untuk menentukan perbandingan campuran beton


Perbandingan antara semen, agregat halus dan kasar, air dan bahan-bahan penambah yang
diperlukan untuk menghasilkan beton yang memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam tabel
campuran beton harus ditentukan oleh Kontraktor dari sejumlah campuran-campuran percobaan yang
dilakukan dalam laboratorium untuk beton yang akan dipakai dalam pekerjaan.
Campuran-campuran percobaan tersebut diatas harus dibuat paling sedikit 42 hari sebelum
pengecoran beton dimulai dan harus cukup variasi perbandingan campurannya agar dapat dipilih
perbandingan campuran yang memenuhi keinginan Direksi/Engineer/Pengawas.
Campuran percobaan tersebut akan menjadi pedoman bagi Kontraktor untuk membuat campuran
sebenarnya dilapangan dengan memperhatikan kondisi lapangan, peralatan yang tersedia serta
methoda pengecoran. Meskipun sudah dilakukan pembuatan campuran percobaan dan disetujui oleh
Direksi/Engineer/Pengawas, tetapi Kontraktor tetap bertanggung jawab sepenuhnya akan mutu beton
yang dihasilkan pada waktu pencampuran dilapangan.
Kekuatan beton rencana 7 (tujuh) dan 28 (dua puluh delapan) hari harus ditentukan.
Kekuatan campuran percobaan dalam laboratorium ditentukan sebagai nilai karakteristik dari 20
contoh percobaan dan hanya 1 (satu) buah contoh saja yang harganya lebih kecil dari yang
ditentukan.
Persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas mengenai campuran percobaan termasuk kekuatan 28 (dua
puluh delapan) hari harus didapat secara tertulis sebelum beton diizinkan untuk di cor.
1.3. Bahan-bahan penambah (admixture)
Penggunaan admixture dapat digunakan setelah diijinkan Direksi/Engineer/Pengawas. Dimana
penggunaan admixture diijinkan, maka bahan ini harus ditambahkan pada beton dalam tempat
pengadukannya dengan mempergunakan alat pengukur otomatis, dan petunjuk-petunjuk pabrik
mengenai penggunaannya.
Istilah-istilah kimia, rumus-rumus dan jumlah bahan-bahan yang aktip; ukuran yang harus dipakai
dan effek mengenai bertambahnya atau berkurangnya penggunaan dosis bahan-bahan secara terus
menerus pada sifat-sifat physik dan kimia beton basah dan yang sudah mengeras dan akan
diserahkan kepada Direksi/Engineer/Pengawas untuk persetujuannya.

C-41
Kontraktor harus menyediakan sample-sample dan melaksanakan percobaan-percobaan tersebut
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas sebelum ijin penggunaan admixture
diijinkan dipakai pada pelaksanaan.
Seluruh pengambilan sample dan pelaksanaan test menjadi tanggungan Kontraktor.
1.4. Tempat adukan
Pengadukan dari semua semen, agregat kasar dan halus harus dilakukan dalam mesin pengaduk
beton yang disetujui dan yang mempunyai alat pengatur/penunjuk berat.
Air yang dimasukkan kedalam mesin pengaduk ini harus disalurkan dari tangki yang mempunyai
pengukur sehingga pemberian air dapat dilakukan dengan tepat.
Kadar kelembaban dari agregat harus diperhitungkan sehingga banyaknya air yang akan dimasukkan
dapat ditentukan dengan tepat. Kadar kelembaban setiap agregat biasanya ditentukan dua kali sehari
yaitu sekali diwaktu pagi dan sekali diwaktu siang atau pada waktu-waktu lain yang dianggap perlu
oleh Direksi/Engineer/ Pengawas.Toleransi untuk pengadukan harus dalam batas 2 % untuk semen
dan 3 % untuk agregat.

1.5. Pengujian beton


Semua kubus percobaan harus diuji berdasarkan JIS A 1108, BS 1881 atau PBI 1971.
Untuk pengujian diperlukan 10 buah kubus yang diambil dari contoh dari setiap 50 m3 beton selama
pengecoran.
Setiap kubus harus diberi tanda dengan tanggal pengecoran, nomor urut dan petunjuk-petunjuk lain
yang diperlukan oleh Direksi/Engineer/Pengawas dalam waktu 24 jam setelah kubus tersebut
dicor.Kubus percobaan harus diuji sampai hancur karena tekanan dan harus dilakukan dibawah
penga-wasan (supervisi) Direksi/Engineer/Pengawas.
Lima dari setiap sepuluh buah kubus percobaan harus diukur berat dan kekuatan tekannya setelah
tujuh (7) hari dan harus dilakukan dengan disaksikan Direksi/Engineer/Pengawas dan sisanya
dilakukan setelah 28 hari atau sesuai dengan perintah Direksi/Engineer/Pengawas.
Detail-detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan dan data-data lain seperti grade dan
jumlah semen yang dipakai dan hasil analisa ayakan dari agregat, dan perbandingan adukan dari
bermacam-macam kelas harus disampaikan kepada Direksi/Engineer/Pengawas dalam waktu 24
jam setelah penyelesaian pengujian.
Setiap kubus percobaan harus dibuat dari sample yang diambil dari salah satu adukan beton atau dari
adukan yang ditunjuk oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
1.5.1. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari 80 % dari kekuatan standard rencana (design
standard) yang dapat dilihat pada tabel campuran beton yang telah diberikan dan dengan
probabilitas lebih dari 1/20.
1.5.2. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari kekuatan standard rencana (design standard)
dengan probabilitas 1/4.
1.6. Pemotongan contoh beton untuk pengujian
Dalam hal mutu beton yang telah selesai dicor dianggap meragukan dan dalam hal-hal lain
dimana kubus-kubus percobaan tidak memenuhi syarat pengujian seperti telah diutarakan di atas,

C-42
maka harus dilakukan pengambilan contoh dari beton yang telah mengeras yang berbentuk cylinder
yang mempunyai diameter luar 100 mm untuk diuji.
Peralatan dan cara pemotongan/pengambilan contoh harus disampaikan kepada Direksi/Engineer/
Pengawas sebelum pelaksanaannya dan persiapan-persiapan dan pengujiannya harus dilakukan
sesuai dengan JIS A 1108.Jika kekuatan contoh cylinder yang diambil dari beton yang telah mengeras
ini lebih rendah dari persyaratan kekuatan yang diminta dan beton tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan lain yang seharusnya dipenuhi, maka pekerjaan beton untuk bagian ini dianggap tidak
memenuhi persyaratan.
1.7. Hasil pengujian yang tidak memenuhi syarat
Jika persyaratan yang ditentukan tidak dipenuhi, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah untuk
perbaikan seperti yang mungkin ditunjukkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas dan sebelum pelak-
sanaannya.
Kontraktor harus menyampaikan detail pelaksanaan kepada Direksi/Engineer/Pengawas untuk
mendapat persetujuannya dan harus menjamin bahwa beton yang akan dicor memenuhi
persyaratan.Seluruh biaya mengenai pekerjaan perbaikan ini termasuk pengujian, peralatan
pemotongan dan peralatan lain-lain, menjadi tanggungan Kontraktor.

1.8. S p e s i
Campuran spesi harus dibuat dari semen Portland biasa dan pasir yang disetujui dan harus diaduk
dengan perbandingan yang ditentukan berdasarkan perbandingan campuran 400 kg semen dalam
satu meter kubik spesi (perbandingan semen pasir satu banding dua).
Semen Portland yang mengeras dengan cepat, dipakai pada pekerjaan spesi untuk perlindungan
tiang terhadap karat.
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran harus disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas dan
merupakan kebutuhan minimum untuk suatu pekerjaan/maksud tertentu.
1.9 Peralatan pengaduk beton (plant)
Peralatan pengaduk beton harus sesuai baik type maupun kapasitasnya yang direncanakan khusus
untuk tujuan tersebut. Kemampuan peralatan pembuat beton ini harus memenuhi persyaratan
Direksi/Engineer/Pengawas.
Waktu pengadukan harus lebih dari 1,5 menit dalam hal penggunaan pengaduk yang dapat
dimiringkan (tilting mixer) dan lebih dari satu menit dalam penggunaan forced mixer.
Jika waktu pengoperasian yang ditentukan telah diperpanjang lebih dari 3 kali, maka pengoperasian
mixer harus segera di hentikan. Tidak boleh dilakukan penambahan bahan lagi kedalam mixer
sampai seluruh beton dikeluarkan dan dibersihkan.
Jika Kontraktor menganggap lebih cocok untuk menggunakan mixer yang lebih kecil untuk pekerjaan
khusus atau bagian-bagian pekerjaan yang jauh letaknya, maka hal ini dapat disetujui oleh Direksi/
Engineer/Pengawas asal mixer yang lebih kecil ini juga dilengkapi dengan alat timbangan.Dalam
keadaan biasa pengadukan beton dengan mempergunakan tangan tidak diijinkan. Tapi bila jumlah
beton yang dicor sedikit atau pada bagian pekerjaan yang dianggap kurang penting, pengadukan

C-43
dapat dilakukan dengan tangan, hal mana sepenuhnya tergantung kepada pertim-bangan
Direksi/Engineer/Pengawas.
1.10. Pengangkutan
Semua beton yang baru diaduk dan semua spesi harus diangkut secepat mungkin dari mixer agar
dijamin bahwa tidak akan terjadi blending atau segregasi dari campuran agregat dan slump akan
sesuai dengan harga-harga yang ditentukan.
Jika dipergunakan kereta dorong atau trolley maka harus dibuat tempat jalannya yang rata agar beton
tidak bersegregasi selama diangkut.
Pemompaan beton dapat diijinkan jika Direksi/Engineer/Pengawas menyetujuinya. Setiap perubahan
perbandingan untuk campuran yang dianggapnya perlu dilakukan agar beton dapat dipompa harus
dilaksanakan oleh Kontraktor dan sepenuhnya menjadi tanggungannya.
Tempat pengadukan yang terapung (floating) atau Truk pengaduk akan dipakai untuk pengangkutan
beton yang dipergunakan pada pekerjaan-pekerjaan maritim dan cara pengangkutannya harus
disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas.

1.11. Penempatan dan pemadatan


Sebelum pekerjaan beton dimulai, penulangan atau barang-barang lain yang harus berada didalam
beton, harus dibersihkan dari semua macam kotoran.
Semua cetakan dan pengatur jarak harus diperiksa dengan teliti dan ruang yang yang akan diisi beton
harus betul-betul dibersihkan.
Pekerjaan pengecoran dibagian manapun dari pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum persiapan -
persiapannya disetujui dan ijin pengecoran diberikan oleh Direksi/Engineer/ Pengawas.
Pengecoran beton selalu harus diawasi langsung oleh mandor (foreman) yang berpengalaman.
Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi/Engineer/Pengawas bila akan mengecor.
Beton harus dicor sedemikian sehingga didalam satu bagian pekerjaan, permukaannya rata.
Penempatan didalam lapisan-lapisan horizontal tidak boleh melebihi tebal 40 cm (setelah dipadat-
kan), kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
Pengecoran beton harus dilakukan terus menerus antara tempat sambungan yang direncanakan atau
disetujui tanpa terhenti termasuk waktu makan.
Jika dipakai corong-corong untuk mengalirkan beton, maka kemiringan harus sedemikian sehingga
tidak terjadi segregasi dan harus disediakan selang-selang penyemprot atau pelat-pelat peluncur
agar tidak terjadi segregasi selama pengecoran.
Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m.
Kecepatan pengecoran harus sedemikian sehingga tebal beton tidak kurang dari 0,5 m per jam dan
tidak lebih dari 1,5 m, kecuali disetujui lain oleh Direksi/Engineer/Pengawas untuk tiang-tiang pancang
yang dicor setempat.Semua beton harus dipadatkan dengan mempergunakan vibrator tipe yang
digerakkan dengan tenaga listrik (immersion type vibrator) yang baik type maupun cara kerjanya
disetujui Direksi/ Engineer/Pengawas.
Vibrator yang disediakan harus cukup jumlah, ukuran dan kapasitasnya dan sesuai dengan
banyaknya dengan beton yang dicor, ukuran-ukuran beton dan penulangannya.

C-44
Vibrator ini harus dapat bekerja dengan baik didalam acuan dan sekeliling penulangan dan barang-
barang lain yang diletakkan didalamnya tanpa harus memindahkannya.
Penggetaran yang berlebihan (overvibration) yang menyebab kan segregasi, permukaan yang
keropos atau kebocoran melalui acuan harus dihindarkan.

1.12. Siar deletasi


Beton harus dicor secara kontinu sampai pada siar deletasi; letak dan pengaturannya ditunjukkan
dalam gambar-gambar atau seperti yang disetujui Direksi/Engineer/Pengawas.
Apabila siar deletasi harus dibuat diluar yang ditunjukkan oleh gambar, karena kerusakan mesin
pengaduk beton atau keadaan yang tidak terduga, harus dibuat bulk-head sedemikian sehingga
arahnya tegak lurus arah tegangan-tegangan utama.
Apabila letaknya berdekatan dengan tumpuan atau lokasi lain yang dianggap Direksi/ Engineer/
Pengawas tidak dikehendaki, maka pengecoran harus dihentikan dan beton baru tersebut harus
dibongkar sampai tempat yang dianggap baik.
Apabila pengecoran harus dilanjutkan pada permukaan beton yang sudah mengeras, maka
permukaan beton tersebut harus dikasarkan. Kemudian permukaan tersebut harus dibersihkan dari
bagian-bagian yang lepas dan kotoran-kotoran lainnya, disemprot dengan air dan beton baru
dikerjakan, yang harus dipadatkan secara baik pada bidang pertemuan tersebut.
Sebelum pengecoran, permukaan beton lama harus dilapis dengan adukan semen dengan kwalitas
yang sama dengan adukan beton.
1.13. Pengisi sambungan beton (concrete joint fillers)
Apabila digunakan pengisi sambungan beton maka harus di ikuti rekomendasi pabrik pembuatnya
pada lokasi siar deletasi seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
1.14 .Selimut beton
Tebal selimut beton minimal untuk setiap jenis struktur adalah sebagai berikut :
- Struktur Beton yang tidak berhubungan dengan air dan tanah : 3,0 cm
- Struktur Beton yang berhubungan langsung dengan air laut dan tanah :
* Balok, Pile cap, Abutment, Dolphin : 8,0 cm
* Plat, dinding : 5,0 cm
1.15 Pengeringan beton
Beton harus dilindungi selama proses pengerasan pertama dari pengaruh panas matahari yang
merusak, hujan, air yang mengalir atau angin yang kering.
Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton dengan metoda yang dianggap
praktis, dari beberapa metoda-metoda dibawah ini.
a. Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, kanvas atau bahan sejenis, atau
lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 10 hari untuk beton dengan portland
semen biasa.
b. Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan kertas kedap air
yang disetujui atau membran plastik yang harus tetap pada beton selama 10 hari untuk beton
dengan portland semen biasa.

C-45
c. Kecuali untuk pengeringan permukaan-permukaan beton dimana pengecoran selanjutnya
tersambung melalui lekatan pengeringan beton harus menggunakan lapisan membran
pengering yang disetujui.
Aplikasinya menggunakan semprotan dengan tekanan rendah sesuai dengan rekomendasi pabrik
pembuatnya. Membran pengering digunakan pada permukaan-permukaan yang horizontal segera
setelah pengecoran beton dan pada permukaan-permukaan vertikal segera setelah pelepasan acuan.
Lapisan pengering ini dipasang dua lapis tanpa lubang-lubang pengikat.
Metoda c ini digunakan juga untuk pengeringan sisi bawah balok dan pelat. Direksi/Engineer/
Pengawas dapat menyaratkan penggunaan membran ini untuk permukaan yang vertikal atau miring.
Biaya untuk proses pengeringan ini, harus sudah tercakup dalam harga satuan pekerjaan beton.
Dalam cuaca yang luar biasa atau pada kondisi khusus, lamanya pengeringan dapat diubah oleh
Direksi/Engineer/Pengawas tanpa pembayaran tambahan kepada Kontraktor.
Air yang digunakan untuk tujuan pengeringan harus dari kwalitas yang sama dengan air untuk adukan
beton dan tidak boleh meninggalkan bekas/warna pada permukaan beton.

Pasal 2
Acuan dan Penyelesaian Permukaan Beton

2.1. Perencanaan konstruksi acuan


Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan kepada Direksi/Engineer/Pengawas untuk
memperoleh persetujuannya sebelum pelulusan pembuatan beton diberikan.
Meskipun persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas untuk rencana konstruksi acuan tersebut telah
diberikan, Kontraktor tetap bertanggung jawab terhadap pekerjan perancah dan acuan.
Konstruksi acuan harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup yang bekerja,
tekanan beton dalam keadaan basah, getaran-getaran, tanpa mengalami distorsi.
Acuan harus direncanakan sekaligus untuk memperoleh bentuk penyelesaian permukaan dengan
memasang "camber" misalnya, dan harus diperhitungkan untuk mencapai elevasi-elevasi permukaan
beton.
2.2. Bahan bangunan untuk acuan
Semua bahan bangunan untuk acuan, termasuk oli atau coating yang lain harus mendapat
persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas.
Acuan kelas A :
Harus menggunakan sambungan alur dan lidah, kayu yang cukup tebal dan kering udara atau
ply-wood dengan permukaan yang keras, baja, plastik kaku atau bahan-bahan lain yang disetujui.

C-46
Permukaan bahan-bahan acuan tersebut harus rata dan bebas dari cacat-cacat pada sisi yang
akan berhubungan dengan beton.
Acuan ini digunakan untuk permukaan beton dengan penyelesaian permukaan yang "exposed".
Kayu untuk acuan kelas A, tidak dapat digunakan lebih dari 3 kali.

Acuan kelas B :
Harus menggunakan kayu gergajian yang kering udara dengan baik atau bahan lain yang disetujui.
Acuan ini digunakan untuk permukaan yang tidak "exposed". Acuan ini tidak dapat digunakan lebih
dari 5 kali.
Bahan bangunan lain untuk acuan dan pelaksanaannya akan menjadi tanggung jawab Kontraktor,
yang harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas.
Klem untuk acuan harus dari produksi pabrik yang dikenal dan batang baja pengikat yang
kwalitasnya memadai. Kawat pengikat dan pipa PVC atau pipa plastik tidak diijinkan untuk digunakan.
2.3. Cara-cara pelaksanaan acuan
Sebelum pembuatan acuan Kontraktor harus membuktikan bahwa rencana acuan telah memenuhi
persyaratan-persyaratan yang diminta sesuai dengan rencana pengecorannya termasuk jenis atau
produksi batang-batang pengikat atau klem yang akan digunakan.
Panil-panil acuan atau papan-papan penutup beton "exposed" untuk dipasang dengan pola yang
teratur yang dapat disetujui Direksi/Engineer/Pengawas.
Semua sambungan pada acuan harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan dan terbentuknya
bekas sambungan dan sarang- sarang agregat pada permukaan beton.
Lubang untuk inspeksi bagian dalam acuan dan membuang air yang digunakan untuk pembersih
harus dengan mudah ditutup kembali sebelum pengecoran.
Batang baja yang dibuat secara khusus untuk dipergunakan sebagai tie rod atau sebagai alat
pengatur jarak (internal spacer) yang telah disetujui, harus ditempatkan pada tempat tempat yang
telah ditetapkan dan demikian rupa sehingga mudah diangkat baik seluruhnya maupun sebagian,
jika acuan dibuka dan lubang-lubang yang ada harus diisi dengan spesi dan harus dicocok dengan
baik. Tidak boleh mempergunakan spacer plastik.
Bagian-bagian dari metal pengikat dan spacer yang akan tinggal didalam beton jaraknya tidak boleh
kurang dari 5 cm dari permukaan beton.
Acuan untuk balok dan plat harus dibuat sedemikian sehingga acuan pada sisi balok dan penyangga
acuan plat dapat dilepas tanpa mengganggu penyangga acuan baloknya.
Seluruh pipa-pipa, baut-baut, pekerjaan-pekerjaan besi dan hal-hal lain yang harus ditanamkan
didalam beton atau menembus beton, harus ditempatkan dengan teliti didalam acuan, harus dipotong
dengan baik dan disesuaikan dengan sambungan-sambungan dan harus dibuat kedap air dimana
perlu untuk mencegat keluarnya adukan.
Demikian pula perlengkapan-perlengkapan (alat-alat lain untuk membuat lubang, kantong, alur-
alur dan lain-lain) harus ditempatkan pada acuan sebelum beton yang basah mencapai tempatnya.
Bagian dalam dari acuan harus dibuat atau dikerjakan sedemikian rupa sehingga mengurangi
melekatnya beton.

C-47
Jika dipakai minyak atau bahan-bahan serupa, maka harus diusahakan agar tidak mengenai tulangan.
Jika tidak mempergunakan kayu yang telah direndam air, maka acuan harus dibasahi seluruhnya
sebelum dimulai pengecoran.
Sebelum pengecoran beton dimulai, semua acuan harus disemprot dengan udara sampai bersih
untuk menghilangkan kotoran-kotoran, serutan-serutan, kotoran-kotoran gergaji dan sampah-sampah
lain dan semua acuan harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas, sebelum beton
dicor.
Udara yang dipompakan harus bebas dari minyak atau apa saja dan harus diyakinkan kemurniannya
dalam kehadiran Direksi/Engineer/Pengawas sebelum pelaksanaan pengecoran.

2.4. Pembukaan Acuan


Acuan tidak boleh dibuka tanpa persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas, tapi ijin ini tidak berarti
bahwa Kontraktor dibebaskan dari tanggung jawab terhadap kekuatan dan keamanan konstruksi.
Pembukaan acuan harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton.
Sebelum penyangga acuan dilepas beton akan diperiksa dengan membuka acuan sisi atau dengan
salah satu cara lain seperti yang diminta oleh Direksi/Engineer/Pengawas. Hal ini dilakukan untuk
meyakinkan bahwa beton telah mengeras.
Acuan-acuan yang tidak menahan beban, dapat dibuka setelah 24 jam, asal betonnya sudah cukup
kuat dan tidak rusak dan persiapan-persiapan yang telah cukup telah dilakukan untuk pengeringan.
Acuan-acuan yang menahan beban dapat dibuka jika contoh beton yang dikeringkan ditempat
pekerjaan dalam keadaan yang sama dengan keadaan sebenarnya, mempunyai kekuatan yang
cukup untuk menahan beban yang harus dipikul selama atau setelah acuan dibongkar dan bila
Direksi/Engineer/Pengawas telah menganggap bahwa syarat-syarat yang diminta yang dinyatakan
dalam pasal-pasal yang berhubungan dengan ini telah dipenuhi.
Pembukaan acuan dan konstruksi pembantunya harus dilaksanakan bertahap tanpa menimbulkan
gangguan pada beton. Pelaksanaannya harus diawasi oleh Pengawas (Supervisor) yang kompeten.
Beton yang memikul beban dianggap sudah cukup kuat sehingga acuannya dapat dibuka ialah bila
contoh beton yang dibuat dari beton yang dimaksud dan dikeringkan ditempat pekerjaan, telah
mencapai kekuatan tekan hancur yang besarnya lebih besar dari setengah kekuatan beton rencana
28 hari.
Waktu untuk pembukaan acuan yang diberikan dalam tabel dibawah ini adalah waktu minimum
yang diperlukan untuk beberapa kasus, tapi harus diingat bahwa tabel ini hanya diberikan sebagai
gambaran saja, sedangkan waktu pembukaan acuan yang dibutuhkan, dapat berbeda-beda
tergantung dari keadaan cuaca dan lain-lain.

Waktu pembukaan acuan ( minimum ) :


Dinding balok-balok 7 hari
Penyangga pelat 14 hari
Penunjang balok (penyangga) 28 hari
Props to soffits (props left) 14 hari

C-48
Waktu pembongkaran acuan minimum untuk beton yang menggunakan semen Portland yang
mengandung bahan pengeras cepat adalah separuh dari waktu yang tertulis dalam tabel diatas.
Dalam hal penggunaan semen seperti tersebut diatas mendapat persetujuan Direksi/Engineer/
Pengawas.Konstruksi beton tidak boleh diberi beban atau tekanan sebelum mendapat ijin dari
Direksi/Engineer/ Pengawas.
Pekerjaan akan diperiksa oleh Direksi/Engineer/Pengawas setelah acuan dibuka dan sebelum
dilakukan perbaikan-perbaikan atas pekeraan tersebut.
2.5. Tolerensi dan cacat pada beton
Toleransi yang diijinkan untuk pekeraan yang rata tidak boleh melebihi batas-batas yang disebut
dalam tabel. Meskipun didalam tabel dinyatakan batas-batas toleransi secara terperinci lebih
diutamakan penggunaan toleransi yang dinyatakan secara khusus didalam gambar. Jika perlu
Direksi/Engineer/Pengawas dapat memaksakan pemakaian toleransi yang lebih kecil.
Jika menurut pandangan Direksi/Engineer/Pengawas acuan pecah berlubang, bengkok, menekuk,
tidak rata atau rusak sehingga dapat merusak penampilan beton atau merusak kekokohan atau
lurusnya acuan, maka acuan ini akan ditolak.

Contoh-contoh toleransi yang diijinkan


Macam Toleransi Nilai Toleransi
- Perbedaan dalam ukuran potongan melintang + 6 mm
pada bagian-bagian strukturil
- Penyimpangan dari alignment seperti tertera + 10 mm
pada gambar (ujung ke ujung)
- Penyimpangan dari level permukaan puncak + 10 mm
seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung)
- Penyimpangan dari level permukaan sebelah + 10 mm
bawah seperti tertera pada gambar
(ujung ke ujung)
- Perbedaan-perbedaan ukuran dari yang tertera + 3 mm
pada gambar yang diukur dari sebuah template
(patok ukur)

Pasal 3
Penulangan

3.1. Gambar kerja


Gambar - gambar kerja, daftar pembengkokan tulangan dan gambar-gambar penempatan tulangan
harus disiapkan oleh Kontraktor dan disampaikan sebelum pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi/
Engineer/Pengawas untuk mendapat persetujuannya.

C-49
Detail-detail mengenai ini harus sesuai dengan persyaratan dari BS 4466, S.S.C. (J.S.C.E.) 138 dan
PBI N I - 2 1971.
Persetujuan yang telah diberikan oleh Direksi/Engineer/Pengawas tidak membebaskan Kontraktor
dari tanggung jawabnya mengenai ketelitian dan/atau kelengkapan pekerjaan detail.
3.2. Teknik Pelaksanaan
Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti BS 4466, S.S.C.(J.S.C.E.) 138 atau PBI NI - 2 1971
kecuali ditentukan lain.
Tulangan tidak boleh dibengkokkan bila telah ditempatkan dipekerjaan, meskipun tulangan tersebut
sebagian ditempatkan pada beton yang telah mengeras, kecuali ditentukan lain oleh Direksi/
Engineer/Pengawas.
Tulangan harus diletakkan dengan teliti dengan menggunakan ganjel-ganjel dan dudukan-dudukan
yang diikat erat kepadanya.
Batang-batang tulangan yang harus saling berhubungan, harus diikat dengan binding wire
sebagaimana ditentukan.
Macam dari ganjal-ganjal dan dudukan-dudukan yang dipakai harus mendapat persetujuan Direksi/
Engineer/Pengawas dan setiap bagian dari ganjel-ganjel metal atau dudukan-dudukan harus
sedikitnya mempunyai beton dekking (cover) yang sama dengan tulangan.
Ganjel-ganjel dari mortar harus sama kekuatannya dengan beton yang akan dicor. Binding wire tidak
boleh keluar dari beton.
Tulangan hanya boleh disambung pada tempat-tempat yang telah ditentukan dalam gambar atau
pada tempat-tempat yang disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
Panjang sambungan harus sesuai dengan persyaratan BSCP 110 atau S.S.C. (J.S.C.E.) 20 atau
PBI N I 1971 kecuali ditentukan lain dalam gambar.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, penulangan dan diperiksa mengenai ketepatan penempatan
dan kebersihannya dan kalau perlu harus dibetulkan. Beton tidak boleh dicor sebelum penulangan
diperiksa dan izin pengecoran diberikan Direksi/Engineer/Pengawas.
Tulangan-tulangan yang menonjol dan pekerjaan sedang berlangsung atau selesai dikerjakan tidak
boleh dibengkokkan tanpa persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas, dan harus dijaga agar tidak
bengkok atau rusak dengan jalan mengikatnya pada penyangga atau tumpuan-tumpuan lain.
Tulangan yang menonjol dalam arah horizontal pada siar-siar konstruksi harus ditumpu dalam posisi
yang benar selama pengecoran dengan menyediakan penyangga yang cukup dan bagian-bagian
pembuat jarak pada mana tulangan akan diikatkan dan ditahan ditempatnya.
Penutup beton untuk tulangan harus seperti yang tertera pada gambar. Toleransi yang diizinkan
adalah + 4 mm.
Pasal 4
Pemasangan Bekesting

Pekerjaan bekesting disesuaikan dengan kebutuhan untuk cetakan beton dengan bahan bahan yang
mengacu pada kebutuhan kekuatan tumpuan beton baiksebelum dicetak maupun sesuadh dicetak.
Dengan tanpa mengurangi tingkat keselamatan dan masa tunggu kering beton yang diijinkan sebelum
dilakukan pembongkaran tiang tiang penyangganya.

C-50
Pasal 5
Pemancangan Tiang pancang
5.1. Umum
Pekerjaan tiang yang diuraikan disini akan meliputi pekerjaan pemancangan tiang pipa baja.
5.2. Peralatan pancang
Untuk Pemancangan didarat harus dilakukan dengan alat pancang yang dilengkapi dengan pembimbing
(leader), bak (trestle) dan alat-alat penumpu, sehingga tiang-tiang dapat dipancang dengan tepat dan
aman.
Kekhususan (detail) dari alat pancang harus disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
Jika memilih alat pancang, Kontraktor harus memperhitungkan macam-macam faktor seperti macam tiang
yang dipakai, tempat penempatan alat pancang, keadaan tanah dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan pemancangannya.Palu pancang/hammer macam apapun, harus memenuhi
syarat untuk elaksanaan pancang dan harus mendapat persetujuan Direksi/ ngineer/Pengawas.
Tiang-tiang pancang harus dilindungi selama dipancang yaitu dengan topi tiang (pile cap) dan
bantalan (cushion block) yang designnya disetujui. Bantalan harus terbuat dari bahan yang tidak
banyak berubah sifat elastisitasnya karena pukulan-pukulan hammer yang berulang-ulang.
5.3. Pemancangan tiang

Pemancangan, kemiringan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pemancangan
harus mengikuti persyaratan yang berlaku.
5.4. Test pemancangan tiang (Pile Driving Test)

Test pemancangan (Pile Driving Test) dilaksanakan pada pemancangan tiang pertama. Jauh-jauh hari
sebelum dilaksanakannya test pemancangan, Kontraktor diharuskan terlebih dahulu melaporkan
kepada Direksi mengenai jadwal pelaksanaan test, untuk diteruskan kepada Konsultan Perancana dan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Test pemancangan tiang harus dihadiri dan disaksikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran,
Direksi/Engineer/Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana.
Segala biaya yang timbul atas pelaksanaan test pemancangan tiang menjadi tanggungan Kontraktor
sepenuhnya.
5.5. Driving records (pencatatan pemancangan)

Untuk mengetahui besarnya penurunan tiang, harus dibuat catatan-catatan. Untuk ini, ada seluruh
panjangnya tiang diberi tanda-tanda dengan cat pada setiap jarak 50 cm, kecuali pada jarak 1 m
terakhir, pada setiap 10 cm.
Catatan-catatan yang dibuat harus meliputi hal-hal seperti tersebut dibawah ini dan disusun dalam
formulir yang ditentukan oleh Direksi/Engineer/Pengawas. Dari catatan yang didapat harus dibuat
grafik dan diberikan kepada Direksi/Engineer/Pengawas.
Catatan seperti diatas harus dibuat untuk semua tiang-tiang pancang baja.
Hal-hal yang harus dibuat recordnya adalah :
a. Nomor tiang
C-51
b. Diameter luar atau ukuran tiang
c. Panjang unit
d. Tanggal dan waktu pemancangan
e. Nama petugas pencatat
f. Data-data (particulars) dari peralatan pancang
g. Data-data dari cushions
h. Dalamnya penetrasi
i. Jumlah pukulan untuk setiap 10 cm penetrasi
j. Penetrasi rata-rata tiap pukulan
k. Tinggi jatuh (drop)
l. Besarnya rebound
m. Kemiringan tiang, jika ada
n. Penyimpangan-penyimpangan pada waktu pemancangan
o. Besarnya penurunan sendiri tiang.
p. Berat hammer minimal 2,5 ton dengan tinggi jatuh 2,00 m

Penetrasi akhir dari pemancangan harus mencapai 2,5 cm per 10 pukulan dan minimal mencapai
kedalaman 40,00 m dari muka tanah aseli dan hasil pencatatan kalendering pemancangan tiang
pertama secepatnya disampaikan kepada Konsultan Perencana untuk dievaluasi. Records yang
lengkap seperti disebutkan diatas harus dibuat untuk satu dari tiap sepuluh tiang yang dipancang,
tetapi records mengenai dalamnya penetrasi dan jumlah pukulan harus dibuat untuk semua tiang yang
dipancang.
5.6. Toleransi pada tiang terpancang

Tiang-tiang harus dipancang dengan cara yang tepat dan toleransi deviasi kepala-kepala tiang dengan
elevasi yang telah ditentukan adalah sebagai berikut :
Untuk kepala tiang, deviasi maximum yang diijinkan untuk sumbu tiang adalah 10 cm pada semua arah.
Deviasi maximum yang diijinkan untuk tiang pancang tegak yang terpancang terhadap arah vertikal adalah
+ 1.5o.
Deviasi maximum yang diijinkan untuk tiang pancang miring yang terpancang terhadap kemiringan
yang telah ditentukan adalah + 3o.
Deviasi maximum yang diijinkan untuk top level dari tiang yang terpancang adalah + 5 cm.

Pasal 6
Pekerjaan Las

6.1. U m u m

C-52
Pengelasan baja lunak harus dilakukan dengan las lengkung listrik dan harus memenuhi persyaratan
BS 1856 atau JIS Z 3801 dan Z 3841.
Semua pekerjaan las hanya boleh dikerjakan oleh tukang-tukang las yang berpengalaman yang
sedikitnya mempunyai pengalaman enam bulan termasuk dua buah berturut-turut sebelum bekerja
pada pekerjaan dimaksud.
Kontraktor harus memberikan daftar kepada Direksi/Engineer/Pengawas mengenai tukang-tukang las
yang dipekerjakan, nama-nama mereka, pengalaman kerja dan keterangan-keterangan lain yang
diperlukan. Daftar ini harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/ Pengawas.
Tempat pembuatan las lengkung, peralatan-peralatan dan kelengkapan-kelengkapannya harus
dipakai sesuai persyaratan BS 638 atau JIS C 9301.
6.2. Pemotongan dan pengelasan
Bahan-bahan baja harus dipotong dengan akurat dengan mempergunakan oxy-acetylene.
Pemotongan bahan-bahan yang panjang-panjang dan bahan-bahan yang bengkok harus dilakukan
dengan hati-hati agar tidak terjadi perubahan bentuk lebih lanjut.
Cara pengelasan harus disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
Penyambungan tiang-tiang pipa baja harus dilakukan dengan las yang dilaksanakan pada tempat
pekerjaan las di site dengan cara pengelasan semi automatic seperti ditentukan dalam JIS Z 3605
dan sesuai dengan gambar.
Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan yang akan dilas dan daerah-daerah sekitarnya harus
dibersihkan dari karat, cat, bahan-bahan sisa (slag) dan kotoran-kotoran lain dan harus dikeringkan
dahulu.
Selama pengelasan berlangsung, bahan-bahan yang akan dilas harus dipegang kuat-kuat dalam
posisi yang benar dengan cara pengelasan "jig" atau "tack".Penggunaan tack welding harus dibatasi
sampai seminimum mungkin. Pengelasan pada las tumpul harus dihentikan dengan hati-hati dan teliti
dan lubang antara bagian-bagian yang dilas harus dibuat tepat seperti dalam gambar.
Selama pengelasan, pemberian bahan las dan kecepatannya harus sedemikian sehingga las
berbentuk V seluruhnya akan terisi dengan bahan-bahan isi. Kekurangan bahan isi untuk las harus
dicegah dan pelaksanaan harus hati-hati, seperti masuknya slag kedalam las, ketidak sempurnaan
crater dan retak-retak.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaiki las yang tidak memenuhi syarat seperti
keropos, tumpang tindih (overlap), miring, kelebihan atau kurang tebalnya "throat" atau ukuran.
Pengelasan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan atau hujan angin (storm) kecuali pengelasan
dengan cara "pengelasan di dalam air". Pekerjaan las dalam keadaan cuaca buruk dapat dilakukan
dengan persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas, jika telah diambil langkah-langkah pengamanan
terhadap pengaruh cuaca buruk.
6.3. Penyelesaian Permukaan
Bagian yang telah selesai dilas harus bersih dari goresan-goresan, lekukan-lekukan, sisa-sisa bahan
las dan cacat-cacat lain yang ada selama pelaksanaan.
Setiap pekerjaan perbaikan harus dilakukan pada tanah yang rata bersih, baik. Pekerjaan perbaikan
las tidak boleh lebih pendek dari 5 cm termasuk random arc strikes.

C-53
Semua pengelasan harus mencapai sudut-sudut dari bagian-bagian yang dilas.
Jika menurut pandangan Direksi/Engineer/Pengawas bagian-bagian yang dilas mempunyai
kesalahan-kesalahan geometrik yang akan menimbulkan penumpukan tegangan atau "notch effect"
karena tidak tepatnya letak las, Kontraktor harus memperbaikinya dengan mengikir.
Perbaikan dengan cara mengulangi las diatasnya, tidak diijinkan.Jika untuk memperbaiki kesalahan
tersebut diatas dianggap perlu menambah las,maka pelaksanaannya harus mendapat persetujuan
Direksi/Engineer/Pengawas.
6.4. Pemeriksaan pekerjaan las
Pekerjaan las harus diperiksa atau disaksikan oleh Direksi/Engineer/Pengawas atau wakil yang
ditunjuknya sesuai dengan persyaratan dalam JIS Z 3146 dan harus mencakup tapi tidak terbatas
hanya pada pemeriksaan visual, test ultrasonic dan tes radiografik.
Pengawasan visual harus tetap dilakukan meskipun pemeriksaan pemeriksaan lain dijalankan juga.
Pemeriksaan visual mencakup pengecekan pemasangan sambungan yang dilas, apakah sudah lurus
dan mengikuti persyaratan pekerjaan las mengenai sudut-sudut lekukan, permukaan-permukaan
bagian yang dilas dan bagian-bagian yang terbuka. Direksi/Engineer/Pengawas dapat memerin-
tahkan setiap sambungan las untuk diperiksa dan ditest dengan cara radiografik atau ultrasonic
yang disetujui, jika test seperti tersebut diatas dianggap perlu olehnya. Dalam hal ini, Kontraktor harus
mempersiapkan segala sesuatunya agar test bisa dilaksanakan.

Pasal 7
Pengecatan proteksi untuk baja
7.1. U m u m
Pengecatan proteksi yang akan diuraikan disini menyangkut semua bahan dan peralatan dari baja
seperti rangka baja, tangga-tangga dan peralatan baja lain yang akan dipakai pada Konstruksi
Bangunan Utama dan Gudang penyimpanan.
7.2. Pembersihan
Sebelum dicat, benda-benda baja harus dibersihkan dari karat dengan sikat kawat atau dengan alat-
alat lain. Semua benda-benda yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai dengan petunjuk-petunjuk
dari pabrik cat atau seperti yang dijelaskan dalam spesifikasi ini.
Pekerjaan las harus dibersihkan dari sisa-sisa las dan percikan-percikan las harus dibersihkan.
7.3. Pengecatan
Setelah bagian yang akan dicat diperiksa kebersihannya oleh Direksi/Engineer/Pengawas, maka
bagian luar dari bahan-bahan baja tersebut akan dicat dengan cat anti karat sebagai berikut :

CAT DASAR CAT LUAR


Macam cat Zinc rich based Epoxy resin based
Jumlah lapisan 1 2

Pengecatan harus dilakukan 3 kali dan tebal lapisan cat setelah kering minimum 0,3 mm.

C-54
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, contoh-contoh cat dan nama nama pabriknya harus disampaikan
kepada Direksi/Engineer/Pengawas untuk mendapat persetujuannya.
Warna dari lapisan terakhir harus sesuai dengan perintah Direksi/Engineer/Pengawas.

Pasal 8
Urugan/Timbunan

8.1. Umum
Pekerjaan ini terdiri dari pengambilan, pengangkutan, penempatan dan pemadatan tanah atau
bahan-bahan butiran yang disetujui untuk timbunan, sebagaimana diperlukan menurut garis,
kelandaian, dan ketinggian dari penampangan melintang yang ditentukan atau disetujui pada
reklamasi pantai.
Segala penyimpangan dari spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara tertulis kepada tenaga
Direksi/Engineer/Pengawas dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari tenaga Direksi/
Engineer/Pengawas untuk awal pekerjaan.
Timbunan yang tercakup oleh ketentuan ini merupakan timbunan dengan bahan-bahan terpilih yang
akan digunakan pada daerah reklamasi/perluasan.
Selain yang dijinkan oleh tenaga Pengawas, seluruh material berdasarkan gambar kerja dapat
dipakai sebagai material untuk timbunan reklamasi kecuali ada revisi pemakaian bahan material.
8.2. Kondisi Tanah dan Material Timbunan
Pemborong harus mengetahui dan dianggap mengetahui kondisi material dan substansi yang digali
dan diurug. Pemborong dianggap telah memperhitungkan dalam schedule rate faktor-faktor yang
mungkin timbul selama atau dalam kaitannya dengan penggalian, transportasi dan reklamasi tanah.
8.3. Survey
Sebelum pekerjaan urugan dimulai, harus dilakukan survei topografi dan hidrografi. Level yang
disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh Direksi/Engineer/Pengawas dan Pemborong.
Pemborong harus membuat hasil survey dalam bentuk gambar tampak dan penampang dengan
skala yang disetujui oleh Pengawas. Gambar penampang harus pada interval 10 m. Direksi/
Engineer/Pengawas harus memverifikasi dan memeriksa gambar tampak dan penampang.
8.4. Peralatan
Pemborong harus mengajukan metoda kerja termasuk output kerja harian, jumlah, tipe dan kapasitas
peralatan yang akan dioperasikan kepada tenaga Pengawas.
Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan lingkungan.
8.5. Toleransi Dimensi
Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan melebihi tinggi 10 mm
atau 20 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.

C-55
Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup luas dan rata serta mempunyai
kemiringan yang cukup untuk menjamin pengaliran bebas dari air permukaan.
Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari garis profil yang ditentukan dengan
melebihi 100 mm dari ketebalan yang dipadatkan.
Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang dipadatkan melebihi 200 mm.
8.6. Standar Rujukan
Pemborong harus menyelesaikan semua uji di bawah pengawasan Direksi/Engineer/Pengawas dan
harus mengajukan laporan dalam waktu 1 (satu) minggu setelah masing-masing dilaksanakan.
Pengujian mencakup :
Analisa Saringan : AASHTO T 88 - 78
Pemadatan Lapangan : AASHTO T 99 - 74
Penetapan Batas Cair Tanah : AASHTO T 89 - 68
Penetapan Batas Plastic dan
Indeks Plastisitas Tanah : AASHTO T 90 - 70
CBR : AASHTO T 193- 72
8.7. Pengajuan
Pemborong harus mengajukan hal-hal berikut kepada Konsultan Pangawas sebelum suatu
persetujuan untuk memulai pekerjaan dapat diberikan oleh Pengawas.

(i). Gambar penampang melintang terinci yang menunjukkan permukaan yang dipersiapkan bagi
timbunan yang akan ditempatkan.
(ii).Hasil pengujian kepadatan yang memberikan hasil pemadatan yang baik dari permukaan yang
dipersiapkan dimana timbunan itu akan ditempatkan.
Pemborong harus mengajukan hal berikut ini pada Direksi/Engineer/Pengawas sekurang-kurangnya
14 hari sebelum tanggal yang diusulkan dari penggunaan bahan-bahan yang diajukan untuk
digunakan sebagai timbunan.

(i). Dua contoh masing-masing seberat 20 kg dari bahan-bahan salah satu akan ditahan oleh tenaga
Direksi/Engineer/Pengawas untuk rujukan selama perioda kontrak.
(ii).Pernyataan tentang asal dan komposisi dari setiap bahan-bahan yang diusulkan untuk digunakan
sebagai timbunan bersama dengan data pengujian laboratorium yang membuktikan bahwa
bahan-bahan tersebut memenuhi sifat yang ditentukan dalam pasal.
Pemborong harus mengajukan hal berikut secara tertulis kepada Direksi/Engineer/Pengawas segera
setelah penyelesaian setiap bagian pekerjaan dan sebelum setiap persetujuan diberikan untuk
penempatan bahan-bahan lain di atas timbunan.

(i).Hasil pengujian kepadatan sebagaimana telah ditentukan.

C-56
(ii).Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data pengukuran membuktikan bahwa permukaan
berada dalam toleransi yang telah ditentukan.

8.8. Kondisi Tempat Kerja


Pemborong harus menjamin lahan pekerjaan selalu kering sebelum dan selama pekerjaan
pemadatan. Timbunan harus mempunyai kemiringan yang cukup untuk menunjang sistem drainase
dari aliran air hujan dan pekerjaan yang diselesaikan mempunyai drainase yang baik. Air dari tempat
kerja harus dikeluarkan ke dalam sistem drainase permanen.
Pemborong harus menjamin pada tempat kerja suatu persediaan air yang cukup untuk pengendalian
kelembaban timbunan selama operasi pemadatan.
8.9. Pembetulan Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Syarat
Timbunan akhir yang tidak sesuai dengan penampang melintang yang ditentukan atau disetujui atau
dengan toleransi permukaan yang ditentukan, harus diperbaiki dengan menggaru permukaan
tersebut dan membuang atau menambah bahan-bahan sebagaimana diperlukan, disusul dengan
pembentukan pemadatan kembali.
Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam batas kadar air yang ditentukan, atau
sebagaimana diarahkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas harus dikoreksi dengan menggaru bahan-
bahan disusul dengan penyiraman dengan jumlah air secukupnya dan mencampur secara
keseluruhan dengan sebuah mesin perata (grader) atau peralatan lain yang disetujui.
Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, dalam batas kadar air yang ditetapkan, atau
sebagaimana diarahkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas harus dikoreksi dengan menggaru bahan-
bahan disusul dengan pengerjaan dengan mesin perata berulang-ulang atau peralatan lainnya yang
disetujui, dengan selang istirahat antara pekerjaan, di bawah kondisi cuaca kering. Kalau tidak atau
bila pengeringan yang cukup tak dapat dicapai dengan pengerjaan dan membiarkan bahan terlepas,
maka Direksi/Engineer/Pengawas dapat memerintahkan agar bahan-bahan tersebut dikeluarkan dari
pekerjaan dan diganti dengan bahan-bahan kering yang memadai.
Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir atau sebaliknya setelah dipadatkan secara
memuaskan sesuai dengan spesifikasi ini, pada umumnya tak akan memerlukan pekerjaan
perbaikan asalkan sifat bahan-bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi persyaratan dari
spesifikasi ini. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi persyaratan sifat atau kepadatan bahan-
bahan dari spesifikasi ini harus sebagaimana diarahkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas dan dapat
meliputi pemadatan tambahan, penggaruan kemudian disusul dengan pengaturan kadar air dan
pemadatan kembali atau pembuangan dan penggantian bahan-bahan.
Perbaikan timbunan yang rusak oleh erosi banjir atau menjadi lunak setelah pekerjaan diselesaikan
dan diterima oleh Direksi/Engineer/Pengawas harus sebagaimana ditentukan dalam pasal RKS ini.
8.10. Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian

C-57
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat oleh pengujian kepadatan atau lainnya harus
ditimbun kembali oleh Pemborong tanpa penundaan dan dipadatkan sampai persyaratan toleransi
permukaan dan kepadatan dari spesifikasi ini.
8.11. Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun, dan tak ada
pemadatan yang boleh dilakukan setelah hujan atau sebaliknya bila kadar air bahan-bahan berada
di luar batas yang ditentukan.
8.12. Penempatan dan Pemadatan Timbunan
(1). Persiapan Tempat Kerja
(a). Sebelum menempatkan timbunan pada suatu daerah maka semua operasi pembersihan
dan pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang tertinggal pada waktu
pembongkaran akar pohon harus telah diselesaikan dan bahan-bahan yang tidak memenuhi
syarat harus telah dikeluarkan sebagaimana telah diperintahkan oleh Pengawas. Seluruh
areal harus diratakan secukupnya sebelum penimbunan dimulai.
(b). Di mana ukuran tinggi timbunan adalah satu meter atau kurang, maka daerah pondasi
timbunan tersebut harus dipadatkan secara penuh (termasuk penggaruan dan pengeringan
atau pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan atas 150 mm dari tanah memenuhi
persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk timbunan yang akan ditempatkan di atasnya.
(c). Bila timbunan tersebut akan dibangun di atas tepi bukit atau ditempatkan pada timbunan
yang ada, maka lereng-lereng yang ada harus dipotong untuk membentuk terasering
dengan ukuran lebar yang cukup untuk menampung peralatan pemadatan sewaktu
timbunan ditempatkan dalam lapisan horisontal.

(2).Penempatan Timbunan
(a). Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan dan disebarkan merata
serta bila dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan yang diberikan. Dimana
lebih dari satu lapisan yang akan ditempatkan, maka lapisan tersebut harus sedapat
mungkin sama tebalnya.
(b). Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian tambahan ke permukaan
yang dipersiapkan dalam keadaan cuaca kering. Penumpukan tanah timbunan tidak akan
diizinkan selama musin hujan, dan pada waktu lainnya hanya dengan izin tertulis dari
Pengawas.
(c). Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan-bahan drainase
porous lainnya, maka harus diperhatikan untuk menghindari pencampuran adukan dari
kedua bahan-bahan tersebut. Dalam hal pembentukan drainase vertikal, maka suatu suatu

C-58
pemisah yang luas antara kedua bahan tersebut harus dijamin dengan menggunakan acuan
sementara dari lembaran timbunan dan bahan drainase porous dilaksanakan.
(d). Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus sesuai dengan yang
disyaratkan.
(e). Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus dipersiapkan
dengan mengeluarkan semua tumbuhan permukaan dan harus dibuat terasering
sebagaimana diperlukan sehingga timbunan yang baru terikat pada timbunan yang ada
hingga memuaskan Pengawas. Timbunan yang diperlebar kemudian harus dibangun dalam
lapisan horisontal sampai pada ketinggian tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup dengan
sepraktis dan secepat mungkin dengan lapisan pondasi bawah sampai ketinggian
permukaan jalan yang ada untuk mencegah pengeringan dan kemungkinan peretakan
permukaan.
(f). Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh rumput dan tumbuhan harus dibuang dari
permukaan atas di mana timbunan tersebut ditempatkan dan permukaan yang sudah
dibersihkan dihancurkan dengan pembajakan atau pengupasan sampai kedalaman
minimum 20 cm. Area ini selanjutnya akan dipadatkan kembali, sesuai dengan jenis
pemadatan yang ditentukan untuk timbunan jalan raya selanjutnya. Jika permukaan asli di
atas mana timbunan yang akan ditempatkan adalah jalan lama, permukaan tersebut harus
dibajak, dikupas atau dihancurkan tanpa menghiraukan tinggi dari timbunan yang akan
ditempatkannya.
Dalam tiap-tiap kasus tidak ada pembayaran terpisah yang akan dilakukan untuk pekerjaan
ini sebagaimana hal tersebut dipertimbangkan sebagai tambahan pada item lain-lain di
dalam bill of quantities.

(3). Pemadatan
(a). Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap lapisan harus
dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan layak serta disetujui
oleh Direksi/Engineer/Pengawas sampai suatu kepadatan yang memenuhi persyaratan
yang ditentukan.
(b). Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan-bahan berada dalam
batas antara 3% kurang daripada kadar air optimum. Kadar air optimum tersebut harus
ditentukan sebagai kadar air di mana kepadatan kering maksimum diperoleh bila tanah
tersebut dipadatkan sesuai dengan AASHTO T99.
(c). Semua timbunan batuan harus ditutup dengan sebuah lapisan atau lapisan dengan tebal 200
mm dari bahan-bahan yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak lebih besar dari 50

C-59
mm dan mampu mengisi semua sela-sela bagian atas timbunan batuan. Lapisan penutup ini
harus dibangun sesuai dengan persyaratan untuk timbunan tanah.
(d). Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan sebagaimana ditentukan, diuji
untuk kepadatan dan diterima oleh Direksi/Engineer/Pengawas sebelum lapisan berikutnya
ditempatkan.
(e). Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan ke arah sumbu jalan
dengan suatu cara yang sedemikian sehingga setiap bagian menerima jumlah pemadatan
yang sama. Dimana mungkin lalu lintas alat konstruksi harus dilewatkan di atas pekerjaan
timbunan dan jalur yang digunakan diubah terus menerus untuk menyebar pengaruh
pemadatan dari lalu lintas.
(f). Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat pemadat biasa, harus
ditempatkan dalam lapisan horisontal dari bahan-bahan lepas tidak lebih dari 150 mm tebal
dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat tangan mekanis (mechanical
tamper) yang disetujui. Perhatian khusus harus diberikan guna menjamin pemadatan yang
memuaskan di bawah dan di tepi pipa untuk menghindari rongga-rongga dan guna menjamin
bahwa pipa ditunjang sepenuhnya.

8.13. Jaminan Kualitas


(1). Pengawasan Kualitas Bahan
Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal kualitas
bahan-bahan harus sebagaimana diarahkan oleh Pengawas, tetapi harus termasuk semua
pengujian yang relevan yang telah ditentukan., sekurang-kurangnya tiga contoh yang mewakili
sumber bahan-bahan yang diajukan yang terpilih untuk mewakili serangkaian kualitas bahan-
bahan yang akan diperoleh dari sumber tersebut.
Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-bahan timbunan yang diajukan, maka pengujian
kualitas bahan-bahan tersebut harus diulangi lagi atas kebijaksanaan tenaga Pengawas, dalam
hal mengenai perubahan yang diamati pada bahan-bahan tersebut atau pada sumbernya.
Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus dilaksanakan untuk
mengendalikan keanekaragaman bahan yang dibawa ke tempa proyek. Jangkauan pengujian
tersebut harus sebagaimana diarahkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas tetapi untuk setiap
1000 meter kubik timbunan yang diperoleh dari setiap sumber.

(2). Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan Tanah


Lapisan yang lebih dari 300 mm di bawah ketinggian tanah dasar harus dipadatkan samai 95 %
dari standar maksimum kepadatan kering yang ditentukan sesuai dengan AASHTO T99. Untuk

C-60
tanah yang mengandung lebih dari 10% bahan-bahan yang tertahan pada ayakan 3/4 inch,
kepadatan kering maksimum yang dipadatkan harus disesuaikan untuk bahan-bahan yang
berukuran lebih besar sebagaimana diarahkan oleh tenaga Pengawas.
Lapisan 300 mm atau kurang di bawah ketinggian tanah dasar harus dipadatkan sampai 100 %
dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan AASHTO T99.
Pengujian kepadatan harus dibuat pada setiap lapisan timbunan yang dipadatkan AASHTO
T191 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan bahwa kepadatan kurang dari kepadatan
yang disyaratkan maka Pemborong harus membetulkan pekerjaan tersebut sesuai dengan pasal
di atas. Pengujian harus dibuat sampai kedalaman lapisan sepenuhnya pada lokasi yang
diarahkan oleh Pengawas, tetapi satu dengan yang lainnya tidak terpisah lebih dari 50 m. Untuk
urugan kembali di sekeliling struktur atau pada parit gorong-gorong, sekurang-kurangnya satu
pengujian untuk satu lapisan urugan kembali yang ditempatkan harus dilaksanakan. Pada
timbunan, sekurang-kurangnya satu pengujian harus dilaksanakan pada setiap 150 meter kubik
timbunan yang ditempatkan.

(3). Kriteria Pemadatan untuk Timbunan Batuan


Penempatan dan pemadatan timbunan batuan harus dilaksanakan dengan menggunakan mesin
gilas atau mesin pemadat bergetar atau sebuah traktor beroda rantai yang berbobot sekurang-
kurangnya 20 ton atau peralatan konstruksi berat yang serupa. Pemadatan harus dikerjakan
dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan menjuju ke
arah sumbu dan harus diteruskan sampai tak ada gerakan yang nampak di bawah peralatan
tersebut. Setiap lapisan harus terdiri dari batuan bergraasi yang cukup baik dan semua rongga
permukaan harus terisi dengan pecahan kecil sebelum lapisan berikutnya ditempatkan.
Batuan tidak boleh digunakan pada 150 mm lapisan atas timbunan dan tidak ada batu dengan
suatu ukuran melebihi 100 mm boleh dimasukkan ke dalam lapisan atas ini.

(4). Percobaan Pemadatan


Pemborong harus bertanggungjawab untuk pemilihan peralatan dan metoda untuk mencapai
tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa Pemborong tidak mampu untuk mencapai
kepadatan yang disyaratkan, maka pemadatan berikutnya menyusul.
Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintasan alat pemadat dan kadar
air harus diubah-ubah sampai kepadatan yang ditentukan tercapai sehingga memuaskan
Pengawas. Hasil percobaan lapangan ini kemudian harus digunakan untuk menentukan jumlah
lintasan yang disyaratkan, jenis alat pemadat dan kadar air untuk semua pemadatan yang
selanjutnya.

Pasal 9
Revetment Pelindung Lereng
C-61
9.1. Umum
Spesifikasi ini mencakup kebutuhan minimal untuk pekerjaan revertment dan pelindung lereng.
Perbedaan-perbedaan atau variasi-variasi dari spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara tertulis
kepada Direksi/Engineer/Pengawas dan harus disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas sebelum
memulai pekerjaan.
Pemborong harus memenuhi dan dianggap mengetahui sumber-sumber, jumlah, kualitas dan
transportasi material batuan, level dan kemiringan revetment dan dinding penahan, karakteristik tanah
lokasi dan segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan.
Pemborong harus memperoleh persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas untuk program kerja
revetment dan dinding penahan dalam hubungannya dengan pekerjaan reklamasi, dredging dan
pemancangan; tidak satupun pekerjaan dimulai tanpa persetujuan Pengawas. Rangkaian pekerjaan
yang berhubungan harus dibuat untuk menghasilkan kecakapan kerja yang tepat bagi pekerjaan
tersebut.
Jika diminta oleh Direksi/Engineer/Pengawas, Pemborong harus menyertakan perhitungan slope
stability yang mungkin dipertanyakan sehubungan dengan program kerja yang diusulkan oleh
Pemborong.
Seluruh peralatan yang akan digunakan untuk pekerjaan ini termasuk, perlengkapan selam, harus
mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas . Pemborong harus menyerahkan deskripsi detail
dan gambar setiap peralatan dan metoda konstruksi sebelum memulai pekerjaan. Pemborong juga
harus menyerahkan data pendukung dan/atau perhitungan untuk mencapai hasil harian yang
diinginkan, termasuk pengangkutan material batuan.
9.2. Survey
Pemborong, dengan persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas, harus membuat tampak atas dan
penampang-penampang yang menunjukkan seabed yang ada dan/atau level tanah di mana pekerjaan
dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut harus dibuat sesuai dengan hasil survei. Pemborong harus
mengadakan survei tambahan dan/atau topografi tapak bila diperlukan atau bila diarahkan oleh
Direksi/Engineer/Pengawas .
Penampang melintang harus dibuat pada interval 20 m maksimum , dan jika disetujui di atas level,
Direksi/Engineer/Pengawas dan Pemborong harus menandainya. Gambar yang telah ditandai harus
menjadi dasar untuk perhitungan jumlah material yang akan dimasukkan dalam pekerjaan.
9.3 Pemasangan batu.
Pemasangan batu dapat dilaksanakan setelah pemasangan geotextile dibawah batu telah diperiksa
dan disetuju oleh Direksi/Engineer. Penempatan batu harus dilakukan secara hati-hati terutama pada
bagian yang berhubungan langsung dengan geotextile. Pasangan batu harus sedemikian kokoh
sehingga tidak terlepas/bergulir dari tumpukan revetment.
C-62
Ukuran batu kosong dan kemiringan harus sesuai dengan gambar kerja.

Pasal 10
Pemasangan Geotextile

10.1. Umum
Lingkup dari pekerjaan ini meliputi semua penyediaan tenaga, peralatan dan bahan sehubungan
dengan pekerjaan pemasangan geotextile.
10.2. Persyaratan bahan
Geotextile yang digunakan harus dari kwalitas seperti diuraiakan pada Bab B pasal 12 dan dalam
kondisi yang baik. Pemasangan geotextile harus sesuai dengan gambar kerja serta memperhatikan
agar geotextile yang telah terhampar tidak merosot, terlipat atau sobek pada saat ditimbuni material
lain diatasnya. Geotextile yang telah sobek/ tercabik tidak boleh digunakan/dipasang.
10.3. Penyambungan
Apabila perlu diadakan penyambungan Geotextile, maka sambungan tersebut harus disambung
dengan stitcher sedemikian rupa sehingga tidak ada kemungkinan lolosnya butiran yang terletak di
kedua sisi geotextile. Apabila untuk penyambungan tersebut Pemborong harus melakukan overlapping
dari geotextile yang disambung, maka overlaping tersebut harus menjamin kekuatan yang paling sedikit
sama dengan geotextile utuh. Tidak ada pembayaran tambahan untuk overlaping disambungan.

Pasal 11
Pekerjaan Pavement

11.1. Umum
Sebelum dilakukan pembuatan jalan, pada lokasi yang telah ditentukan, trace lapangan terlebih
dahulu harus dibersihkan dari :
- akar-akar pohon
- galian lumpur
- puing - puing
Material hasil pembersihan harus segera diangkut dan dibuang jauh keluar lokasi proyek.
Lapisan subgrade harus memenuhi persyaratan CBR minimum 6%.
11.2. Subgrade (Tanah Dasar)
a. Subgrade pada tanah galian.

C-63
Bila subgrade terletak pada tanah galian, maka harus diperhatikan bentuk melintang dan
memanjang, piel akhir ketinggian subgrade setelah dipadatkan dan sifat-sifat galian tanah
tersebut. Subgrade harus dipadatkan dengan alat pemadat yang sesuai dengan petunjuk
Direksi/Engineer sampai mencapai kepadatan 98% dari maksimum kepadatan (kering) yang
didapat dari percobaan AASHTO T-99.
b. Subgrade pada tanah timbunan.
Material subgrade harus dipadatkan sampai dengan 100% dari maksimum kepadatan kering yang
didapat dari percobaan AASHTO T-99. Sedangkan pada kedalaman lebih dari 30 cm, material
subgrade harus dipadatkan sampai dengan 95% maksimum kepadatan (kering) (AASHTO T-99).
Tebal lapisan padat material (tanah) yang dipadatkan pada setiap tahap pemadatan tidak boleh
melebihi 15 cm. Peralatan pemadatan harus sesuai dengan petunjuk dari Direksi/ Engineer.
Setiap pekerjaan subgrade yang telah selesai harus dilindungi agar tidak mengering, pecah-pecah
atau tersiram air hujan.
11.3. Subbase (Pondasi Bawah)
Penghamparan material subbase dapat dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan lapisan sesuai
gambar (padat). Hamparan harus rata, stabil (tidak goyang) dan retak-retak (setelah dipadatkan).
Pemadatan dilakukan dengan mesin gilas sehingga mencapai kepadatan 98% dari maksimum
kepadatan (kering) menurut AASHTO T-180 serta mencapai CBR 60%.

11.4. Base course (Pondasi Atas)


Penghamparan material harus dilaksanakan setelah subbase diterima baik oleh Direksi/Engineer dan
memenuhi persyaratan yang ditentukan.Batu pecah harus digelar sedemikian rupa hingga
menghasilkan suatu lapisan yang merata (uniform). Pemadatan dilakukan dengan mesin gilas sampai
mendapat permukaan yang rata dan padat, kepadatan yang harus dicapai adalah 98% dari
kepadatan maksimum (kering) menurut AASHTO T-180 serta mencapai nilai CBR 80%. Sesudah
batu pecah selesai dipadatkan dan digilas dengan baik, maka binder material dapat disebarkan
diatasnya. Material binder ini harus disebar dalam lapisan-lapisan tipis dan tiap-tiap lapisan harus
digilas kering. Proses ini dilakukan sampai material ini tidak masuk lagi kedalam rongga - rongga.
Tebal lapisan base course adalah sesuai dengan gambar kerja ( tebal padat).

11.5. Lapisan Asphalt Penetrasi/Lapisan Permukaan/Lapisan Penutup


Campuran hanya boleh dihampar bila permukaan benar-benar dalam keadaan kering, temperatur
pada tempat terlindung diatas 5o C tendensi naik dan diatas 10o C bila ada tendensi turun, cuaca
tidak hujan. dan permukaan base course sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Tebal hamparan disesuaikan dengan tebal rencana padat. Campuran harus dihampar pada
temperatur minimum 115o C.

C-64
Pasal 12
Pekerjaan Sarana Alat Penerangan

12.1. Umum
Lingkup dari pekerjaan ini meliputi semua penyediaan tenaga, peralatan dan bahan sehubungan dengan
pekerjaan pemasangan sarana alat penerangan dermaga. Pekerjaan ini harus dilakukan oleh
Kontraktor yang mempunyai spesialis instalasi khusus terutama kelengkapan set sarana alat
penerangan yang mempunyai set kelengkapan klasifikasi dan spesifikasi khusus. Apabila terdapat
konflik teknis pengadaan dan persetujuan dari pada masing-masing instalasi ataupun dengan macam
instalasi lain yang tidak digambarkan/diinformasikan pada Gambar Rencana dan baru muncul pada
waktu pelaksanaan, maka kewajiban kontraktor untuk mengajukan jalan keluarnya yang diserahkan
oleh Pemberi Tugas atau Perencana dengan melalui perantaraan Konsultan Pengawas dan Direksi
tanpa tambahan biaya.
Yang termasuk lingkup pekerjaan ini adalah dalam arti dari pengadaan set material atau bahan sarana
penerangan dermaga, pemasangan, standard pengujian dan pemeliharaan instalasi berikut
percobaan dari semua Gambar Rencana, serta tertulis dalam spesifikasi teknis Gambar dan
Dokumen Pelelangan . Maka dalam lingkup pekerjaan ini adalah pengadaan dan pemasangan
seluruh peralatan dan accessories set yang mungkin secara detail tidak tergambarkan atau tidak
terspesifikasikan dengan sempurna, namum merupakan komponen dari instalasi sebagai suatu
sistem yang tidak terpisahkan bekerja/beroperasi dengan baik.
Khusus terhadap pengujian pada set instalasi sarana penerangan dermaga, maka seluruh lampu
atau sebagian dinyalakan selama 12 jam secara terus-menerus pada tiga kesempatan cuaca yang
berlainan serta hari yang berlainan.

12.2. Persyaratan bahan


Semua bahan dan peralatan harus dalam keadaan baru dan kondisi yang prima dan tanpa cacat
sedikitpun dalam keadaan terpasang. Kontraktor harus menyediakan peralatan-peralatan tersebut
sesuai dengan nama yang dimaksud atau tercantum dalam uraian dan syarat-syarat teknis ini.
Bahan Material tiang menggunakan GIP dengan ketebalan plate minimal 2,80 mm dan 3 mm yang
sudah di Galvanis sesuai dengan syarat berlaku.

Kontraktor harus menyerahkan contoh dari peralatan yang sesuai dengan spesifikasi teknis ini untuk
disetujui Konsultan Pengawas disertai bukti-bukti mengenai persyaratan peralatan yang diminta
spesifikasi teknis ini.

C-65
Pada bagian depan diberi numeric diagram yang menerangkan susunan sistem peralatan dalam set
panel. Set Panel maker harus dari pabrik yang mempunyai Izin Set Kelengkapan Sertifikat Uji
Khusus dan telah berpengalaman di bidangnya.
Spesisifikasi teknis Alat Penerangan Jalan sebagaimana dalam Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor : PM. 27 Tahun 2018 tentang Alat Penerangan Jalan sebagai berikut :

SPESIFIKASI TEKNIS
ALAT PENERANGAN JALAN TENAGA SURYA
(APJ-TS)

SPESIFIKASI UMUM
ELEMEN TEKNIS KETERANGAN/NILAI/SATUAN
Tipe Lampu APJ-TS Tipe “Two In One” ( baterai menyatu dengan
rumah lampu)
Waktu operasional 12 Jam
Daya 60 Watt
Efikasi Lumen/Watt ≥ 100 Lumen/Watt
Total Lumen ≥ 6000 Lumen
Jenis Lampu LED
Tipe LED 5050SMD
Suhu Warna
2700 – 6500 Kelvin
Bahan Rumah Lampu Aluminium Die Casting
Tipe PV Modules Mono Crystalline / Poly Crystalline

Min. 200 Wp
Daya PV Modules
*menyesuaikan dengan kebutuhan daya lampu
dan kapasitas baterai
Peralatan Kontrol / Smart Lighting Metode kontrol alat penerangan jalan
System secara terpusat melalui peralatan
teknologi system komunikasi untuk
mengetahui kinerja dan masalah
Jenis Baterai
Lithium Iron (Li-FePO4)

C-66
Kapasitas Min. 50 Ah
(tegangan minimal 24 volt)

3,2 / sel
25,6 V @8 sel (tergantung kelipatan
jumlah sel baterai)

Contoh daya nominal baterai :

Tegangan Nominal

1.280 V Ah (1,28
V Ah baterai (25,6 V
kWh) @ 8 cell
/ 50 Ah)

Umur siklus baterai (pada 80%


1.500 s/d 3.000 siklus
Depth of Discharge DOD)

Kontrol Catu Daya Listrik Tenaga


- Maximum power point tracking (MPPT)
Surya / Solar Charge Controller

Tiang Utama dan Lengan


- Bentuk Penampang Tiang Utama Bulat, Oktagonal, Heksagonal
Tinggi Tiang 7 - 11 Meter
Kabel PV Modules ke Kontroler /
NYYHY / NYMHY 2 x 2.50 mm2
Kabel Lampu ke Kontroler
NYYHY / NYMHY 2 x 1.50 mm2
Kabel Baterai ke Kontroler
NYYHY / NYY Flexible 2 x 4.00 mm2
Panjang Kabel PV Modules, Lampu
Di sesuaikan dengan kebutuhan
& Baterai

C-67
Sertifikat Paten Merek Produk/Barang, dari
Sertifikasi Paten Merek Produk Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Dirjen Kekayaan Intelektual

Sertifikasi TKDN (Tingkat Komponen - Produksi dalam negeri sesuai


Dalam Negeri) dari Kementerian dengan kemampuan industri
Perindustrian untuk Sistem Alat nasional
Penerangan Jalan Tenaga Surya - Besaran penggunaan komponen
dalam negeri pada setiap
barang/jasa yang ditunjukan dengan
Nilai Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) Sistem
Alat Penerangan Jalan Tenaga Surya
min. 50% yang mengacu pada Daftar
Inventarisasi Barang/Jasa Produksi
Dalam Negeri yang
diterbitkan oleh instansi yang
bertanggungjawab di bidang
perindustrian

C-68
LUMINER

ELEMEN TEKNIS KETERANGAN/NILAI/SATUAN


Daya lampu 60 Watt
Jenis lampu LED
Efikasi ≥ 100 Lumen/watt
Total Lumen ≥ 6000 Lumen
Indek rendering warna, CRI (Ra) ≥ 70
Kisaran suhu warna, CCT 2700 – 6500 Kelvin
Indek perlindungan rumah lampu Min. IP 65
Umur teknis Min. 36.000 Jam
Ketahanan Terhadap Vibrasi ≥ 2G
Tahan Kandungan Kadar Garam Yes

Keterangan :
Daya lampu ditentukan dengan mempertimbangkan kapasitas baterai dept of discharge dan
kemampuan daya panel surya. Batas daya lampu dapat lebih dari
60 watt menyesuaikan kebutuhan kuantitas pencahayaan.

ARMATUR / RUMAH LAMPU (COVER LUMINER)

Material Die Cast / Extrusion Aluminium high


corrosion resistance
Ketebalan ≥ 2 mm
Toleransi Ketebalan + 0.5 mm (corrosion allowance)
Proteksi Korosi Cat anti korosi
IK Rating IK-08 (5 joules mechanical impact)
(baik rumah lampu dan komponen kaca lampu
atau bagian permukaan rumah lampu)

Umur Pakai > 5 Tahun


Garansi 1 (Satu) Tahun
Asuransi (Asuransi Kehilangan, 1 (Satu) Tahun
Asuransi Pencurian, Asuransi tertabrak
dan Asuransi Bencana Alam)

Wajib mencantumkan persyaratan penggunaan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar
lain yang berlaku dan/atau standar internasional yang setara dan ditetapkan oleh instansi
terkait yang berwenang

Sertifikat Standar Kualitas Peraturan Menteri Energi dan Sumber


Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
21 tahun 2012

SNI IEC 60598-2-3:2016

C-69
Standar Uji Fotometri Laboratorium IES LM 79 atau IEC 025

Indeks Proteksi Min. IP 65

SNI ISO 9001 : 2015


Sertifikasi ISO Produsen ISO 14001 : 2015
ISO 45001 : 2018

C-70
PANEL SURYA / PV MODULES (PHOTOVOLTAIC)

ELEMEN TEKNIS KETERANGAN/NILAI/SATUAN


Jenis Panel Surya Monocrystalline silicon (mono-Si)
Polycrystalline silicon (poly-Si)
Daya Min. 200 Wp
*menyesuaikan dengan kebutuhan daya lampu
dan kapasitas baterai
Toleransi daya ±5%
Tegangan maksimal, Vmp 36 V
Kuat Arus maksimal, Imp 8A
Tegangan rangkaian terbuka tanpa arus Max. 40 V
(open circuit voltage), Voc
Arus maksimal tanpa resistansi Max. 10 A
(Short circuit carrent), Isc
Efisiensi panel >15 %
Keterangan :
Nilai Vmp, Imp, Voc dan Isc menyesuaikan dengan karakteristik daya panel surya yang dipakai

Tegangan maksimum sistem 1.000 V DC (IEC) / maksimal rangkaian


seri panel surya
Sekering (fuse) maksimal Disesuaikan daya panel surya yang
digunakan
Penguat eisiensi Bypass dioda
Frame rumah panel Full anodized alumunium alloy
Indek proteksi junction box Min IP 65
Umur teknis ≥15 tahun
Garansi 1 (Satu) Tahun
Asuransi (Asuransi Kehilangan, 1 (Satu) Tahun
Asuransi Pencurian, Asuransi tertabrak
dan Asuransi Bencana Alam)

TES DAN SERTIFIKASI


Diterbitkan dari laboratorium pengujian Lembaga Pengujian Dalam Negeri dan/atau standar
internasional yang setara dan ditetapkan oleh instansi terkait yang berwenang

Tes kualitas ISO 9001:2008, ISO 14001:2015

C-71
Sertifikasi TKDN (Tingkat Komponen - Produksi dalam negeri sesuai dengan
Dalam Negeri) dari Kementerian kemampuan industri nasional
Perindustrian - Besaran penggunaan komponen
dalam negeri pada setiap barang/jasa
yang ditunjukan dengan Nilai Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) min.
40% yang mengacu pada Daftar
Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam
Negeri yang diterbitkan oleh instansi yang
bertanggungjawab di bidang perindustrian

Tes semprotan air garam (sait spray - IEC 61701 atau setara SNI
test) Sesuai PM No. 27 Tahun 2018

C-72
KONTROL CATU DAYA LISTRIK TENAGA SURYA /
SOLAR CHARGE CONTROLLER (SCC)

ELEMEN TEKNIS KETERANGAN/NILAI/SATUAN

Control Mode Maximum power point tracking (MPPT)


Tegangan input Tegangan Nominal 3.2V/sel
maksimal 48 V 25.6V @ 8 sel
Boost charging 29.2 ± 0.2 V
voltage
Kelistrikan
Float charging 27.4 ± 0.2 V
voltage
Arus pengisian 15 A
maksimal
Keterangan :
Nilai Tegangan Input, Boost Charging, Float Charging, Arus Pengisian menyesuaikan dengan
karakteristik kontrol catu daya /Solar Charge Controller listrik tenaga surya yang dipakai

Electronic blocking/protection - Mencegah Polaritas Terbalik (polarisasi arus


listrik balik dari baterai ke panel surya)
- Overcharging
- Overload
- Overheating

Metode charging MPPT | 3 tahap (bulk, absorption, floating)

Efisiensi MPPT 90%


Pendinginan Pendinginan alami angin
IP Min. IP65
Proteksi - Tegangan lebih
- Hubung singkat
- Tahan kandungan kadar garam tinggi
- Tahan vibrasi minimal 2G

LED DRIVER
Jenis LED Driver Constant Current
Sistem Topologi Buck/Boost Converter
Dimming Power Control Analog atau Pulse Width Modulation
(PWM)
Efisiensi Min. 90%
Keterangan :
Driver lampu dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada
Garansi 1 (Satu) Tahun

C-73
Asuransi (Asuransi Kehilangan, 1 (Satu) Tahun
Asuransi Pencurian, Asuransi tertabrak
dan Asuransi Bencana Alam)

TES DAN SERTIFIKASI

Diterbitkan dari laboratorium pengujian Lembaga Pengujian Dalam Negeri dan/atau standar
internasional yang setara dan ditetapkan oleh instansi terkait yang berwenang

Sertifikasi ISO Produsen SNI ISO 9001 : 2015


ISO 14001 : 2015
ISO 45001 : 2018

C-74
TES DAN SERTIFIKASI

Sertifikasi ISO Produsen SNI ISO 9001 : 2015


ISO 14001 : 2015
ISO 45001 : 2018

BATERAI
ELEMEN TEKNIS KETERANGAN/NILAI/SATUAN
Jenis Baterai Lithium Iron (Li-FePO4)
3,2 V/sel
Tegangan Nominal 25,6 VDC @8 sel (tergantung kelipatan jumlah
sel baterai)
Kapasitas Nominal
Min. 50Ah
( disesuaikan dengan kebutuhan daya
lampu dan cadangan otonom )

V Ah baterai (25,6 1.280 V Ah (1,28


Contoh daya nominal baterai
V / 50 Ah) kWh) @ 8 cell

Standar kualitas UL/CE atau setara SNI


Efisiensi ≥ 85 %
Umur siklus baterai (pada 80% depth
1500 s/d 3000 siklus
of discharge/ DOD)
Umur Teknis ≥ 3 Tahun

Kondisi Operasi
Suhu operasi ≤ 50°C
Suhu saat pengisian ≤ 45°C
Suhu penyimpanan ≤ 45° C
Waktu pengisian 3 s/d 4 jam maksimal per hari
Arus pengisian maksimal 0,5C ( C merupakan kapasitas dalam Ah)
Batas tegangan pengisian maksimal 28,8 V ~ 33,6 V (@8 sell/kelipatannya)
Batas tegangan pengisian minimal 22,4 V ~ 24 V (@8 sell/kelipatannya)
Balancing cell Wajib Battery management System (BMS)
Keterangan :
Pemilihan kapasitas nominal dan daya nominal baterai harus memperhitungkan daya lampu
yang digunakan dengan depth of discharge (DoD) baterai maksimal
80%
(delapan puluh persen) untuk kebutuhan 3 (tiga) malam operasi atau 36 (tiga puluh enam)
jam operasi tanpa adanya charging.

C-75
TES DAN SERTIFIKASI

Diterbitkan dari laboratorium pengujian Lembaga Pengujian Dalam Negeri dan/atau standar
internasional yang setara dan ditetapkan oleh instansi terkait yang berwenang

RUMAH BATERAI
Bahan Aluminium / Plat Besi Baja
Ukuran Disesuaikan dengan ukuran baterai
Cat Powder coating / Anodizing
Sertifikasi IP Min. IP 65
Keterangan :
Rumah baterai disesuaikan dan ditempatkan pada bagian dari APJ untuk menghindari Panas
sinar matahari, hujan, pencurian dan kesulitan penggantian atau perawatan

Garansi 1 (Satu) Tahun


Asuransi (Asuransi Kehilangan, 1 (Satu) Tahun
Asuransi Pencurian, Asuransi tertabrak
dan Asuransi Bencana Alam)

KABEL

ELEMEN TEKNIS KETERANGAN/NILAI/SATUAN

KABEL PV MODULES
Jenis NYYHY / NYMHY
Ukuran Min. 2 x 2.5 mm2
Panjang Disesuaikan dengan kebutuhan
Terminal Kabel Plug & Play
KABEL LAMPU
Jenis NYYHY / NYMHY
Ukuran Min. 2 x 1.5 mm2
Panjang Disesuaikan dengan kebutuhan
Terminal Kabel Plug & Play
KABEL BATERAI
Jenis NYYHY / NYY Flexible
Ukuran Min. 2 x 4 mm2
Panjang Disesuaikan dengan kebutuhan
Terminal Kabel Plug & Play
TES DAN SERTIFIKASI
Standart Kualitas SNI

C-76
KELENGKAPAN ADMINISTRASI SEBAGAI PENDUKUNG
SPESIFIKASI TEKNIS
MELAMPIRKAN :

BROSUR ASLI PRODUK


1 Luminer dan Rumah Lampu
2 Kontrol Catu Daya Listrik Tenaga Surya / Solar Charge Controller (SCC)
3 Peralatan Kontrol / Smart Lighting System
4 Panel Surya / PV Modules (Photovoltaic)
5 Baterai LiFePO4
6 Rumah Baterai
7 Kabel
8 Tiang Utama dan Lengan

Sesuai dengan Spesifikasi Bahan yang dirincikan tersebut di atas maka LPJU yang
digunakan dengan merk “ZEFF LED, ZEFF SOLAR, ZEFF POWER, ZEFF
CONTROLLER” serta model sebagai berikut :

NO. BAHAN MODEL


1. Armatur ZFL SERIES
2. Baterai ZFP SERIES
3. Box Baterai -
4. Smart Lighting System -
5. Solar Charge Controller + Led Driver ZFC SERIES
6. Solar Panel/Modul Surya ZFS SERIES

12.3. Penyambungan Angkur


Perlu diadakan penyambungan Angkur terhadap dudukan beton yang sudah disediakan dan
menjadi satu kesatuan pada saat pembetonan pilecap atau pedestal, maka sambungan
tersebut harus disesuaikan dengan Angkur yang sudah terpasang sedemikian rupa sehingga
tidak ada kemungkinan terlepasnya base plat tiang lampu penerangan yang terletak di sisi
balok utama. Apabila untuk penyambungan tersebut Pemborong harus melakukan overlapping
dari beton dudukan yang disambung, maka overlaping tersebut harus menjamin kekuatan yang
paling sedikit sama dengan beton utuh sesuai standard pembetonan Indonesia (PBI)

12.4. Pemasangan Tiang Penerangan


Pemasangan dan penyambungan tiang lampu penerangan terhadap dudukan beton yang
sudah disediakan dan menjadi satu kesatuan pada saat pembetonan pilecap dan balok, maka
sambungan tersebut harus disesuaikan dengan dudukan Angkur yang sudah terpasang
sedemikian rupa sehingga tidak ada kemungkinan terlepasnya base plat tiang lampu
penerangan yang terletak di sisi balok utama.

Beberapa syarat standard pemasangan Tiang Penerangan antara laian :


1) Terbuat dari pipa galvanis melampirkan Syarat Standard Uji Galvanis.
2) Tiang yang digunakan adalah tiang jenis tiang bulat atau hexagonal, sesuai dengan
gambar rencana.

C-77
3) Memenuhi Set Standard Nasional Indonesia (SNI) dan Standard Industri Indonesia
4) Dukungan dari Pabrikasi atau Distributor resmi yang memiki kelengkapan sertifikasi khusus
di bidangnya.

TIANG UTAMA DAN LENGAN

Elemen Teknis Ukuran dan keterangan

Material tiang utama dan lengan Baja karbon


Bentuk penampang tiang utama Bulat, Oktagonal, Heksagonal
Diameter tiang utama Mengecil ke atas (tapered)
Standar kualitas SNI
Ketebalan tiang minimum 3 mm (menyesuaikan tinggi tiang)
Kekuatan tarik tiang 35.000 psi (2.460,74 kg/cm 2)
Bentuk penampang lengan Pipa bulat atau kotak
Diameter lengan ≥ 2”
Kekuatan tarik lengan 35.000 psi (2.460,74 kg/cm 2)
Proteksi Korosi Hot deep galvanic coating
Tabel proteksi Minimal 0,75 µ (micron)
Garansi 1 (Satu) Tahun
Asuransi (Asuransi Kehilangan, 1 (Satu) Tahun
Asuransi Pencurian, Asuransi tertabrak
dan Asuransi Bencana Alam)

Plat Dasar Tinggi tiang Ukuran plat dasar


7.000 s/d 11.000 Plat baja karbon (400 x 400 x 16mm)
mm
> 11.000 mm Plat baja karbon (450 x 450 x 16mm)
Ukuran 7.000 s/d 11.000 Plat baja karbon 150 x 100 x 10 mm
bracket mm
> 11.000 mm Plat baja karbon 150 x 120 x 10 mm
Kekuatan tarik plat 35.000 psi (2.460,74 kg/cm 2)
Umur tiang ≥20 tahun
Panjang sambungan slip joint ±300mm
Catatan :
1. Sambungan segmen dapat berupa slip joint atau sambungan flens
2. Bentuk tiang utama dapat menyesuaikan dengan muatan budaya local dengan
ketentuan :
- Tidak mengganggu ruang lalu lintas dan ruang pejalan kaki;
- Tidak mengakibatkan berkurangnya kualitas pencahayaan;
- Tidak mengurangi kekuatan struktur, luas penampang melintang terpenuhi;
- Bagian luar diproteksi terhadap bahaya korosi, digalvanis;
- Tidak berbentuk runcing atau memiliki sisi tajam yang berpotensi melukai makhluk hidup.

TES DAN SERTIFIKASI


Diterbitkan dari laboratorium pengujian Lembaga Pengujian Dalam Negeri
dan/atau standar internasional yang setara dan ditetapkan oleh instansi terkait yang berwenang

Sertifikat Standar Kualitas SNI 8389-2017

C-78
D. PEKERJAAN PENYELESAIAN DAN PEMBERSIHAN AKHIR

Pasal 1
Kontraktor wajib meneliti kembali pekerjaan pekerjaan yang telah diselesaikan serta mengerjakan
pembetulan pembetulan kekurangan, perbaikan perbaikan dan lain lain yang masih harus
disempurnakan.

Pasal 2
Setelah selesai seluruh pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan daerah kerja antara lain mem-
bongkar konstruksi konstruksi penolong, perlengkapan perlengkapan pembantu, bahan bahan
bekas tak terpakai sampai bersih seluruhnya sesuai petunjuk Direksi/Engineer/ Pengawas.

Pasal 3
Sisa sisa bahan bangunan, peralatan dan bangunan yang dibeli dengan biaya dari Proyek adalah
menjadi milik Proyek/Pemberi Tugas.

I - 79
E. PERATURAN PENUTUP

Pasal 1
Apabila terdapat pekerjaan yang tidak memenuhi katentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja
dan Syarat-Syarat (RKS), tidak sesuai dengan Gambar atau tidak sesuai dengan Petunjuk Direksi atau
Staf Teknik/Kuasa Pengguna Anggaran, maka pekerjaan tersebut harus dibongkar dan pembuatannya
kembali seluruhnya menjadi tanggungan Kontraktor.

Pasal 2
Jika dalam Rencana Kerja dan Syarat Syarat ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan ataupun
persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam Addenda addenda RKS dan Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) serta Perintah Tertulis dari Direksi/Engineer/Pengawas atas
persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran pada waktu pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
Demikian Rencana Kerja dan Syarat Syarat Pekerjaan ini dibuat untuk dipatuhi dan dilaksanakan.

BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT


WILAYAH XIV KALIMANTAN BARAT
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)

MARKUS CORNELIS OLIVIER


NIP.197805181998031006

I - 80

Anda mungkin juga menyukai