Anda di halaman 1dari 57

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR


BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIMANUK - CISANGGARUNG
SNVT PELAKSANAAN JARINGAN SUMBER DAYA AIR CIMANUK - CISANGGARUNG
Jalan Pemuda No. 40 Cirebon 45132, Telp. (0231) 205876, Fax. (0231) 205875

RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pekerjaan :
PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI 22D CIPELANG
KABUPATEN INDRAMAYU
(PROVINSI JAWA BARAT)

Tahun Anggaran 2020


Bab 1

SYARAT-SYARAT UMUM
Pembangunan Jaringan Irigasi 22D Cipelang Kab. Indramayu

1.1 Penjelasan Umum


1. Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, untuk selanjutnya disebut RKS, merupakan
petunjuk yang harus diikuti dan dipenuhi oleh rekanan dalam menyusun dan
menyampaikan penawaran serta merupakan ketentuan yang mengikat dalam
pelaksanaan pekerjaan.

2. RKS ini terdiri dari Syarat-syarat Umum dan Syarat-syarat Administrasi.

3. Syarat-syarat lain yang belum tercantum didalam RKS ini yang dianggap perlu,
ditentukan pada rapat pemberian penjelasan (aanwijzing).

4. Hal-hal yang belum jelas dalam RKS ini dapat ditanyakan dalam rapat pemberian
penjelasan (aanwijzing).

1.2 Keterangan Mengenai Pekerjaan


1. Yang dimaksud dengan pekerjaan adalah Pembangunan Jaringan Irigasi Cipelang

2. Pekerjaan tersebut berlokasi di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat

3. Biaya pekerjaan dibebankan pada DIPA APBN Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Balai
Besar Wilayah Sungai Cimanuk - Cisanggarung tahun anggaran 2020

1.3 Keterangan Mengenai Pemberi Tugas dan Panitia Pelelangan


1. Pemberi Tugas adalah Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Unit
Ekselon ll BBWS Cimanuk - Cisanggarung

2. Panitia adalah Panitia Pelelangan, panitia ini dibentuk khusus untuk


menyelenggarakan penilaian penawaran pekerjaan tersebut, anggotanya diangkat
berdasarkan Surat Keputusan Pemimpin Bagian Proyek.
1.4 Keterangan Mengenai Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas
1. Konsultan Perencana adalah .....................................................................................
2. Konsultan Pengawas adalah .......................................................................................

1.5 Keterangan Mengenai Peserta Lelang


1. Peserta lelang adalah rekanan yang telah dinyatakan lulus dalam prakwalifikasi oleh
Panitia Prakwalifikasi dan telah memiliki Sertifikat Tanda Lulus Prakualifikasi yang
masih berlaku serta terdaftar dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan
jenis usahanya.

2. Rekanan tersebut menghadiri rapat pemberian penjelasan (aanwijzing).

1.6 Keterangan Mengenai Penerima Tugas


Penerima tugas adalah ..........................................……………………………………..........

1.7 Keterangan Mengenai Pengawas Lapangan


Pengawas Lapangan adalah petugas atau Badan Hukum yang ditunjuk dan bertindak
atas nama Pemberi Tugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan.

1.8 Rapat Pemberian Penjelasan (Aanwijzing)


1. Rapat pemberian penjelasan pekerjaan (aanwijzing) diadakan pada :

Hari : .....................................................

Tanggal : .....................................................

Jam : .....................................................

Tempat : .....................................................

2. Bilamana dianggap perlu akan diadakan rapat pemberian penjelasan lanjutan


(terakhir) pada waktu dan tempat yang akan ditentukan dalam rapat pemberian
penjelasan pertama.

3. Setiap peserta lelang wajib menghadiri dan mengikuti rapat pemberian penjelasan
(aanwijzing). Rekanan yang tidak menghadiri rapat tersebut tidak diperkenankan
memasukkan surat penawaran.
4. Hasil rapat pemberian penjelasan pekerjaan dituangkan dalam Berita Acara pemberian
penjelasan yang ditanda-tangani oleh Panitia Lelang serta sekurang-kurangnya 2
(dua) wakil dari rekanan peserta lelang yang hadir pada rapat tersebut.
Penandatanganan Berita Acara pemberian penjelasan oleh wakil rekanan peserta
lelang dilakukan pada :

Hari : .....................................................

Tanggal : .....................................................

Jam : .....................................................

Tempat : .....................................................

5. Berita Acara pemberian penjelasan akan disampaikan kepada rekanan peserta lelang
pada :

Hari : .....................................................

Tanggal : .....................................................

Jam : .....................................................

Tempat : .....................................................

6. Berita Acara pemberian penjelasan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari RKS,
Spesifikasi Teknis, dan Gambar Rencana.

1.9 Surat Penawaran

1.9.1 Persyaratan Surat Penawaran


1. Persyaratan Formal
a. Surat penawaran dibuat diatas kertas kop perusahaan.

b. Surat penawaran harus bernomor dan bertanggal.

c. Surat penawaran ditujukan kepada Panitia Pelelangan Pembangunan Jaringan


Irigasi 22D Cipelang Kabupaten Indramayu tahun Anggaran 2020

d. Surat penawaran ditanda-tangani oleh orang yang menurut anggaran dasar


perusahaan berwenang bertindak untuk dan atas nama perusahaan.

e. Surat penawaran dibuat 1 (satu) asli dan 4 (empat) photo copy yang semuanya
harus ditanda-tangani seperti ketentuan di atas dan dibubuhi stempel perusahaan.
f. Surat penawaran yang asli harus bermeterai Rp. 6.000,00 dan diberi tanggal.

g. Dalam surat penawaran harus disebutkan :

i. Harga penawaran yang diajukan, sudah termasuk semua bea dan pajak, serta
harus ditulis dalam rupiah dengan angka dan huruf.

ii. Kesanggupan rekanan untuk tunduk dan bersedia melaksanakan ketentuan-


ketentuan yang diatur dalam Keppres RI No. 80 tahun 2003 dan ketentuan-
ketentuan lain yang berlaku yang berkaitan dengan pekerjaan.

iii. Kesanggupan rekanan untuk melaksanakan pekerjaan dalam jangka waktu


(240) hari kalendar terhitung sejak tanggal dikeluarkannya Surat Perintah Kerja.

iv. Jangka waktu berlakunya surat penawaran.

h. Perbaikan pada surat penawaran dilakukan dengan cara mencoret yang salah,
kemudian menulis penggantinya di atas/di samping/di bawah huruf/angka yang
salah dan dibubuhi paraf di dekatnya oleh penandatangan surat penawaran.

i. Surat penawaran harus dilampiri dengan dokumen-dokumen sebagai berikut :

1. Dokumen Administrasi yang berisi :

i. Photo copy akte pendirian perusahaan beserta perubahan-perubahannya


(jika ada) dan setiap lembarnya dibubuhi paraf penandatangan surat
penawaran dan stempel perusahaan.

ii. Photo copy Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) yang masih berlaku.

iii. Photo copy tanda lulus prakwalifikasi.

iv. NIB.

v. Photo copy NPWP perusahaan.

vi. Neraca perusahaan terakhir dan Perhitungan SKN dan SKP

vii. Daftar susunan pemilik modal perusahaan.

viii. Susunan pengurus perusahaan.

ix. Referensi Bank yang ditujukan kepada Panitia Pelelangan (asli dilampirkan
pada surat penawaran).
2. Dokumen Penawaran yang terdiri dari :

i. Rekapitulasi biaya.

ii. Rincian anggaran biaya yang berisi jenis pekerjaan, volume pekerjaan,
harga satuan, dan jumlah harga.

iii. Analisa harga satuan.

iv. Daftar harga satuan bahan.

v. Daftar harga satuan upah.

3. Dokumen Usulan Teknis yang berisi antara lain :

i. Metoda pelaksanaan pekerjaan.

ii. Jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule) yang sesuai dengan metoda
pelaksanaan.

iii. Daftar peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam pelaksanaan


pekerjaan.

iv. Daftar personil yang dilibatkan dalam pelaksanaan pekerjaan serta struktur
organisasi perusahaan dan struktur organisasi pelaksana di lapangan.

v. Surat keterangan/pengalaman perusahaan untuk pekerjaan yang sejenis


dengan pekerjaan yang ditawarkan.

2. Persyaratan yang lain

a. Surat-surat asli tersebut pada butir i.1.i., i.1.ii., i.1.iii., i.1.iv., dan i.1.v. harus ditunjukkan
kepada Panitia Pelelangan sebelum memasukkan penawaran.

b. Setiap lembar rincian anggaran biaya tersebut pada butir i.2.ii. harus dibubuhi stempel
perusahaan dan diparaf oleh penandatangan surat penawaran.
1.9.2 Pengajuan Surat Penawaran

1. Surat Penawaran dan lampiran-lampirannya dimasukkan kedalam sampul tertutup


berwarna coklat dan dilak pada 5 (lima) tempat (bagian belakang sampul yaitu kiri
atas, kiri bawah, kanan atas, kanan bawah, dan bagian tengah). Pada pojok kiri atas
bagian depan sampul ditulis :

Surat Penawaran Pelelangan Pekerjaan Pembangunan


Jaringan Iringasi 22D Cipelang Kabupaten Indramayu

Pada pojok kanan bawah bagian depan sampul ditulis :

Kepada Yth :
Panitia Pelelangan Pembangunan
..............................................................................................................................
Jl......................................................................................................................................

2. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya tidak boleh dikirim lewat pos, harus
diantar dan dimasukkan sendiri kedalam kotak pelelangan yang khusus disediakan
untuk itu oleh Panitia Pelelangan pada :

Hari : .....................................................

Tanggal : .....................................................

Jam : ................. s/d ............................

Tempat : .....................................................

1.9.3 Jaminan Penawaran

1. Jaminan penawaran berlaku selama 90 (sembilan puluh) hari kalender dan ditujukan
kepada Panitia Pelelangan.

2. Jaminan penawaran akan disimpan oleh Panitia Pelelangan dan akan dikembalikan
kepada rekanan apabila yang bersangkutan tidak menjadi pemenang.

3. Untuk rekanan yang menjadi pemenang, jaminan penawarannya tetap ditahan sampai
yang bersangkutan menyerahkan jaminan pelaksanaan pekerjaan sebelum
penandatanganan Kontrak.

4. Jaminan penawaran akan menjadi milik Negara apabila rekanan mengundurkan diri
setelah yang bersangkutan memasukkan penawarannya.
1.9.4 Pembukaan Surat Penawaran

1. Apabila waktu penyampaian surat penawaran telah ditutup, maka rekanan yang
terlambat tidak diijinkan lagi memasukkan surat penawaran. Sampul-sampul surat
penawaran akan dibuka oleh Panitia Pelelangan dihadapan para rekanan setelah
waktu penyampaian ditutup.

2. Setelah pemeriksaan dan penetapan sah tidaknya surat penawaran, akan dibuatkan
Berita Acara pembukaan surat penawaran. Berita Acara pembukaan surat penawaran
ditandatangani oleh Panitia Pelelangan yang hadir dan sekurang-kurangnya 2 (dua)
wakil dari rekanan yang hadir.

1.10 Penetapan Pemenang


1. Pemenang ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap Surat Penawaran dari peserta
pelelangan, yaitu :

a. Penilaian terhadap keabsahan Surat Penawaran berdasarkan ketentuan yang


berlaku.

b. Penilaian terhadap Dokumen Usulan Teknis yang dapat dipertanggung-jawabkan,


sesuai dengan persyaratan dan sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan.

c. Penilaian terhadap Dokumen Penawaran yang dapat dipertanggung-jawabkan,


wajar (dalam batas ketentuan mengenai harga standar), dan menguntungkan
Negara.

2. Pemenang peringkat pertama yang ditetapkan, dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari
setelah diterimanya surat penetapan harus membuat surat kesanggupan untuk
melaksanakan dengan waktu sebagaimana yang ditawarkan. Surat pernyataan
kesanggupan tersebut dibuat diatas kertas kop perusahaan, bermaterai Rp. 6.000,00
(enam ribu rupiah) serta dibubuhi tanda-tangan Direktur perusahaan yang
bersangkutan dan diberi stempel perusahaan.

3. Apabila surat kesanggupan telah diserahkan, maka Pemberi Tugas akan


mengeluarkan Surat Perintah Kerja.

4. Apabila pemenang peringkat pertama mengundurkan diri, maka akan ditunjuk


pemenang peringkat kedua untuk melaksanakan pemborongan pekerjaan dengan
harga dan persyaratan lain yang sama dengan pemenang peringkat pertama. Begitu
juga apabila pemenang peringkat kedua mengundurkan diri, maka akan ditunjuk
pemenang peringkat ketiga untuk melaksanakan pemborongan pekerjaan dengan
harga dan persyaratan lain yang sama dengan pemenang peringkat pertama.

5. Jika pemenang peringkat ketiga yang ditunjuk tersebut tidak bersedia melaksanakan
pekerjaan (mengundurkan diri), maka akan diadakan pelelangan ulang tanpa
menyertakan pemenang peringkat pertama, kedua, dan ketiga.

1.11 Penarikan Diri


Penarikan diri sebagai peserta lelang hanya dapat dilakukan sebelum pemasukan Surat
Penawaran.
Bab 2

SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI
Pembangunan Jaringan Irigasi 22D Cipelang Kab. Indramayu

2.1 Ketentuan-ketentuan Dasar Pelaksanaan Pekerjaan

Disamping ketentuan-ketentuan dalam RKS ini, dalam melaksanakan pekerjaan,


Penerima Tugas juga harus mentaati :

1. Keppres No. 29 Tahun 1984 Jo Keppres No. 6 Tahun 1988, Inpres No. 1 tahun 1988,
Keppres No. 16 Tahun 1994, dan Keppres No. 18 tahun 2000 Keppres RI No. 80 tahun
2003 beserta penjelasan dan lampiran-lampirannya, serta peraturan-peraturan
pelaksanaan.

2. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh instansi teknis yang berkaitan dengan


pekerjaan.

3. Keputusan dan petunjuk-petunjuk dari Pemberi Tugas, Konsultan Perencana, dan


Konsultan Pengawas selama hal tersebut tidak menyimpang dari RKS, Spesifikasi
Teknis, dan Gambar Rencana.

2.2 Kontrak Pemborongan

1. Untuk melaksanakan pekerjaan, Pemberi Tugas dan Penerima Tugas membuat


Kontrak Pemborongan yang ditanda-tangani oleh kedua belah pihak.

2. Pada Kontrak Pemborongan dilampirkan dokumen-dokumen yang menjadi satu


kesatuan dengan Kontrak tersebut, yaitu :

a. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Spesifikasi Teknis, dan Gambar


Rencana.
b. Berita Acara Rapat Pemberian Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
c. Dokumen Penawaran dari Penerima Tugas untuk pekerjaan ini beserta lampiran-
lampirannya.
d. Berita Acara Pembukaan Penawaran.
e. Berita Acara Penilaian Penawaran.
f. Surat Usulan Penetapan Pemenang.
g. Surat Penetapan Pemenang.
h. Pengumuman Pemenang.
i. Surat Pernyataan Kesanggupan dari Penerima Tugas.
j. Surat Perintah Kerja.
k. Jaminan Pelaksanaan.
3. Kontrak Pemborongan dibuat 1 (satu) asli dan 14 (empat belas) photo copy. Kontrak
Pemborongan asli dan 4 (empat) photo copy harus bermaterai Rp. 6.000,00. Kontrak
ini dibuat oleh Penerima Tugas dan atas biaya Penerima Tugas sendiri.

2.3 Jaminan Pelaksanaan


1. Sebelum menandatangani Kontrak Pemborongan, Penerima Tugas diwajibkan
menyerahkan Jaminan Pelaksanaan sebesar 5 % (lima persen) dari nilai Kontrak,
berupa Surat Jaminan dari Bank atau Lembaga Keuangan lain yang sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 205/KMK.013/1988 tanggal 24 Pebruari
1988.

2. Apabila Penerima Tugas mengundurkan diri setelah menandatangani Kontrak


Pemborongan, maka Jaminan Pelaksanaan menjadi milik Negara.

3. Jaminan Pelaksanaan dikembalikan kepada Penerima Tugas setelah pekerjaan selesai


100 % (seratus persen) yang dinyatakan dengan Berita Acara Serah Terima Pertama
Pekerjaan.

2.4 Harga Borongan


1. Harga penawaran yang disetujui oleh Pemberi Tugas sebagai harga kontrak adalah
mengikat dan merupakan harga tetap dan pasti berdasarkan pada Gambar Rencana,
Spesifikasi Teknis, dan RKS, kecuali ada perubahan-perubahan pada Dokumen
Pelelangan (Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis, dan RKS).

2. Harga tersebut pada butir 2.4.A. tidak terikat pada perincian Rencana Anggaran Biaya
(RAB) yang merupakan lampiran dari Surat Penawaran harga dalam pelelangan.

3. Penerima Tugas tidak diperkenankan mengadakan tuntutan (klaim) atas kenaikan


harga borongan, kecuali kenaikan harga borongan itu ditetapkan oleh Peraturan
Pemerintah dan kenaikan harga borongan terjadi didalam jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan. Jika terjadi hal demikian, maka perhitungan harga dilakukan menurut
peraturan tersebut.
2.5 Cara Pembayaran

1. Pembayaran harga borongan akan dilakukan dengan cara angsuran, yang ditetapkan
sesuai dengan prestasi pekerjaan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan, dengan
ketentuan dalam hal prestasi pekerjaan telah mencapai 100 %, pembayaran harga
borongan ditahan 5 % (lima persen) dan akan dibayarkan apabila masa pemeliharaan
telah selesai. Besarnya tiap angsuran diatur dalam Kontrak Pemborongan.

2. Uang muka ditentukan setinggi-tingginya 20 % (dua puluh persen) dari nilai Kontrak.
Pembayaran uang muka dilakukan setelah Penerima Tugas menyerahkan Surat
Jaminan Uang Muka dari Bank atau Lembaga Keuangan lain yang sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.205/KMK.013/1988 tanggal 24 Pebruari
1988. Nilai Surat Jaminan tersebut sekurang-kurangnya sama dengan uang muka
yang diminta.

3. Pembayaran angsuran harga borongan tersebut pada butir 2.5.A. di atas dapat
ditangguhkan jika :

a. Terjadi kesalahan-kesalahan pelaksanaan, hasil yang kurang memuaskan, dan


tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis, RKS, dan Gambar Rencana, atau ada
kerusakan-kerusakan yang tidak/belum diperbaiki.

b. Keraguan Pemberi Tugas atas ketidaksamaan antara besarnya pembayaran


dengan volume pekerjaan yang telah dilaksanakan.

c. Belum memenuhi salah satu atau lebih ketentuan-ketentuan administratif.

4. Pembayaran oleh Pemberi Tugas kepada Penerima Tugas dilakukan melalui Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

2.6 Pelaksanaan Pekerjaan dan Jangka Waktunya

1. Pelaksanaan Pekerjaan

Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender setelah menerima SPK, Penerima Tugas


harus sudah mulai melaksanakan pekerjaan dalam arti kata yang nyata.

2. Jangka Waktu Pekerjaan


Pekerjaan harus telah diselesaikan oleh Penerima Tugas paling lama dalam jangka
waktu 210 (dua ratus sepuluh) hari kalender terhitung sejak tanggal dikeluarkannya
SPK.

2.7 Penyerahan Pekerjaan

1. Rencana tanggal penyerahan pertama maupun penyerahan kedua harus diajukan


kepada Pemberi Tugas selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sebelum tanggal
penyerahan dimaksud.

ii. Sebelum penyerahan pekerjaan dilakukan, pengawas lapangan akan mengadakan


pemeriksaan seksama atas keseluruhan hasil pekerjaan Penerima Tugas. Pemeriksaan
dapat dilakukan lebih dari satu kali, sampai memuaskan Pemberi Tugas, yang
selanjutnya menetapkan tanggal penyerahan pekerjaan.

iii. Pada saat pemeriksaan maupun penyerahan pekerjaan, akan dibuat Berita Acara
Pemeriksaan Pekerjaan untuk Penyerahan Pertama atau Kedua.

2.8 Masa Pemeliharaan

1. Masa pemeliharaan pekerjaan ditetapkan selama 1 (satu) tahun untuk bangunan air
dan 3 (tiga) bulan untuk bangunan darat, terhitung sejak Penyerahan Pertama
Pekerjaan.

2. Selama masa pemeliharaan, Penerima tugas wajib memperbaiki bangunan/instalasi


yang rusak atas tanggungan biaya Penerima Tugas sampai hal tersebut diterima baik
oleh Pemberi Tugas.

2.9 Sub Kontraktor

1. Dalam melaksanakan pekerjaan, Penerima Tugas wajib bekerja sama dengan


pemborong/ rekanan setempat, yang untuk selanjutnya disebut sebagai Sub
Kontraktor, antara lain untuk pengadaan barang, bahan, dan jasa.

2. Dalam pemilihan Sub Kontraktor, Penerima Tugas harus berpedoman pada :

I. Keputusan Presiden RI Nomor 29 tahun 1984 jo Keputusan Presiden RI Nomor 6


tahun 1988, Keppres No. 16 Tahun 1994, Keppres No. 18 tahun 2000 dan Keppres
RI No. 80 tahun 2003.
II. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan instansi teknis yang berwenang, yang
berkaitan dengan pekerjaan ini.

3 Penerima Tugas bertanggung-jawab penuh atas hasil kerja Sub Kontraktor


sebagaimana tersebut pada butir 2.9.A.

4. Sub Kontraktor dibayar oleh Penerima Tugas untuk bagian-bagian pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya, dengan ketentuan :

I. Pembayaran dilakukan pada waktunya.

II. Pengawas Lapangan sewaktu-waktu dapat meminta Penerima Tugas untuk


menunjukkan bukti pembayarannya kepada Sub Kontraktor.

III. Jika terjadi sesuatu hal mengenai pembayaran yang mengakibatkan pelaksanaan
pekerjaan terganggu, Pengawas Lapangan mempunyai hak untuk turut mengatur
pembayaran ini.

2.10 Perijinan

1. Semua perijinan dan persyaratan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan diurus
oleh Penerima Tugas atas tanggungan dan biaya Pemberi Tugas.

2. Penerima Tugas harus menyerahkan surat ijin yang disyaratkan yang menyangkut
pekerjaan ini kepada Pemberi Tugas.

iv. Pemeriksaan, pengujian dan lain-lain beserta keterangan resminya (certificate) yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus diurus oleh Penerima Tugas atas
tanggungan dan biaya Penerima Tugas.

2.11 Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan

1. Spesifikasi Teknis, RKS, dan Gambar Rencana berlaku sebagai dasar pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan.

2. Apabila terdapat perbedaan antara Spesifikasi Teknis dan Gambar Rencana, maka hal
ini akan diputuskan oleh rapat koordinasi (saat pelaksanaan berlangsung).

3. Penerima Tugas harus menyediakan sedikitnya 1 (satu) set copy Gambar Rencana
dan Spesifikasi Teknis ditempat pekerjaan dalam keadaan tetap rapi dan bersih yang
dapat dilihat setiap saat oleh Pemberi Tugas atau Pengawas Lapangan.
2.12 Bagan Rencana Pekerjaan

1. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender setelah menerima SPK, Penerima Tugas


harus telah siap dengan Bagan Rencana Kerja (bar chart) dalam skala waktu sesuai
dengan batas waktu maksimal yang ditetapkan. Di dalam Bagan Rencana Kerja
tersebut harus dicantumkan bobot dan volume masing-masing pekerjaan.

2. Penerima Tugas harus menyusun secara terpisah Bagan Pengerahan Tenaga, Bagan
Penyediaan Bahan-bahan, dan Peralatan yang diperlukan.

3. Bagan-bagan tersebut pada butir 2.12.A dan 2.12.B harus mendapat persetujuan
tertulis dan pengesahan dari Pengawas Lapangan.

4. Penerima Tugas wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan dan disetujui pada waktu penyusunan Bagan Rencana Kerja. Apabila
terjadi penyimpangan harus segera dilaporkan kepada Pengawas Lapangan.

2.14 Pemakaian Ukuran dan Gambar Kerja

1. Penerima Tugas harus membuat Gambar Kerja (shop drawing) untuk pelaksanaan
pekerjaan ini. Gambar-gambar tersebut sebelum dilaksanakan harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Lapangan.

2. Penerima Tugas harus bertanggung-jawab atas ketepatan pelaksanaan pekerjaan


menurut ukuran-ukuran yang tercantum dalam Gambar Rencana maupun Gambar
Kerja.

3. Penerima Tugas wajib mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain, dan segera
memberitahukan kepada Pengawas Lapangan apabila terdapat perbedaan ukuran
antara Gambar Rencana dengan kondisi di lapangan.

4. Pengambilan ukuran yang keliru dalam pelaksanaan adalah menjadi tanggung-jawab


Penerima Tugas.

2.15 Personil Penerima Tugas

1. Pimpinan harian pelaksanaan pekerjaan Penerima Tugas harus seorang yang ahli,
berpengalaman, dan memiliki wewenang penuh untuk memutuskan semua persoalan
dalam pekerjaan ini.
2. Penerima Tugas harus membuat bagan organisasi pekerjaan lengkap dengan nama-
nama petugasnya.

3. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, calon penanggung-jawab lapangan dan


stafnya harus sudah diajukan disertai photo copy KTP-nya kepada Pengawas
Lapangan untuk dipertimbangkan. Keterlambatan memulai pekerjaan yang diakibatkan
oleh kelalaian Penerima Tugas dalam hal tersebut diatas, menjadi tanggung-jawab
Penerima Tugas.

4. Penanggungjawab lapangan wajib berada di tempat pekerjaan selama jam kerja dan
setiap saat yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan atau pada setiap waktu
yang dianggap perlu oleh Pengawas Lapangan.

5. Penanggungjawab lapangan mewakili Penerima Tugas di tempat pekerjaan. Semua


langkah dan tindakannya dianggap sebagai langkah dan tindakan Penerima Tugas.

6. Setiap petugas atau pekerja harus memakai tanda pengenal. Petugas atau pekerja
yang tidak memakai tanda pengenal tidak diperkenankan masuk ke lokasi pekerjaan.

7. Petunjuk dan perintah dalam pelaksanaan pekerjaan disampaikan kepada Penerima


Tugas melalui penanggungjawab lapangan.

2.16 Tenaga Ahli

Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan Kegiatan ini adalah:

1. Site Manager
Berpendidikan minimal S1 Teknik Sipil lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
yang telah disamakan, Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun. Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli Sumber Daya Air
Utama dan Ahli Sistem Manajemen Mutu Madya.

2. Tenaga Ahli Pelaksana Lapangan


Berpendidikan minimal S1 Teknik Sipil lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
yang telah disamakan, Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun. Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli Sumber Daya Air
Madya.
3. Ahli K3 Konstruksi
Berpendidikan minimal S1 Teknik Sipil lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
yang telah disamakan, Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun. Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli K3 Konstruksi Madya
dan sertifikat SMK3.
4. Pelaksana Bangunan Irigasi
Berpendidikan minimal D3 Teknik Sipil lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
yang telahdi samakan,
Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
Mempunyai Sertifikat Keterampilan (SKT) Pelaksana Bangunan Irigasi.
5. Juru Ukur
Berpendidikan minimal D3 Teknik Sipil lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
yang telah disamakan,
Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
Mempunyai Sertifikat Keterampilan (SKT) JuruUkur/Teknisi Survey Pemetaan.
6. Juru Gambar
Berpendidikan minimal D3 Teknik Sipil lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
yang telah disamakan,
Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
Mempunyai Sertifikat Keterampilan (SKT) Juru Gambar/Draftman-sipil.
7. Mekanik Alat Berat
Berpendidikan minimal D3 Teknik Mesin lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
yang telah disamakan, Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun.
Mempunyai Sertifikat Keterampilan (SKT) Mekanik Alat Berat.
8. Pelaksana Pemasangan Pintu Air
Berpendidikan minimal D3 Teknik Lingkungan lulusan universitas/perguruan tinggi negeri
atau yang telah disamakan,
Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannyas ekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
Mempunyai Sertifikat Keterampilan (SKT) Pelaksana Pemasangan Pintu Air
9. Administrasi
Seorang yang memiliki kualifikasi minimal SMA/SMK dengan pengalaman dibidang
Administrasi selama minimal 3 (tiga) tahun.
2.17 Pengawasan Pekerjaan

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Pengawas Lapangan.

2. Pada setiap saat, Pengawas Lapangan maupun petugas-petugas yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas harus dengan mudah dapat mengawasi/memeriksa dan menguji
bahan serta peralatan yang digunakan. Penerima Tugas harus mengadakan segala
fasilitas yang diperlukan untuk hal tersebut.

3. Penyimpangan-penyimpangan pekerjaan yang telah terlanjur dilaksanakan tapi lepas


dari pengamatan Pengawas Lapangan, adalah menjadi tanggung-jawab Penerima
Tugas, pekerjaan tersebut jika perlu harus segera diperbaiki sebagian atau
seluruhnya.

4. Wewenang dalam memberikan keputusan yang berada ditangan Pengawas Lapangan


adalah terbatas pada soal-soal yang jelas tercantum dalam Spesifikasi Teknis dan
Gambar Rencana. Untuk hal-hal lain, harus seijin tertulis dari Pemberi Tugas.

2.18 Penilaian Prestasi Pekerjaan

1. Penerima Tugas harus minta kepada Pengawas Lapangan untuk menilai pekerjaan
yang telah diselesaikan (prestasi pekerjaan), apabila ini merupakan syarat untuk
melanjutkan pekerjaan.

2. Yang disebut prestasi pekerjaan adalah pekerjaan-pekerjaan yang telah dilaksanakan


dan telah dinilai baik oleh Pengawas Lapangan.

2.19 Kewajiban Penerima Tugas

1. Membuat laporan-laporan

a. Penerima Tugas harus membuat catatan harian yang dapat memberikan gambaran
singkat dan jelas mengenai :

i. Taraf berlangsungnya pekerjaan.

ii. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Sub Kontraktor.

iii. Catatan, perintah, peringatan dari Pengawas Lapangan yang telah disampaikan.

iv. Hal-hal mengenai bahan dan peralatan yang masuk, yang dipakai, maupun yang
ditolak.

v. Lain-lain, termasuk pekerjaan tambah kurang.


b. Dari catatan pada butir 2.17.A.I. tersebut di atas, dibuat Laporan Mingguan dalam
rangkap 10 (sepuluh) untuk diperiksa serta disetujui kebenarannya oleh Pengawas
Lapangan. Perselisihan mengenai hal ini menyebabkan pekerjaan dapat dihentikan
sementara untuk diadakan pemeriksaan.

c. Salah satu tembusan Laporan Mingguan yang telah disetujui Pengawas Lapangan
harus selalu berada ditempat pekerjaan agar dapat diteliti kembali setiap saat
diperlukan.

2. Membuat Foto Dokumentasi

a. Penerima Tugas wajib membuat foto-foto tentang kemajuan pekerjaan. Foto-foto


tersebut diambil sebelum, selama, dan setelah pekerjaan dilaksanakan.

b. Waktu dan cara pengambilan diusahakan sedemikian rupa agar foto-foto tersebut
dapat memberikan gambaran tentang tahapan kemajuan pekerjaan.

c. Foto-foto tersebut dibuat dalam rangkap 3 (tiga), dengan ukuran kartu pos dan
berwarna, serta dimasukkan dalam album secara terpisah dan diserahkan kepada
Pengawas Lapangan setelah pekerjaan selesai. Segala biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan ini ditanggung sepenuhnya oleh Penerima Tugas.

3. Mengadakan Penjagaan Keamanan Tempat Kerja

a. Penerima Tugas wajib mengadakan penjagaan keamanan terus menerus selama


berlangsungnya pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat kerja yang
disimpan ditempat pekerjaan (gudang, kantor dan los kerja). Kehilangan yang
diakibatkan karena kelalaian penjagaan menjadi tanggung-jawab Penerima Tugas.

b. Selama berlangsungnya pekerjaan, semua yang menjadi tanggung-jawab


Penerima Tugas harus tetap dirawat dengan baik dan bilamana perlu diadakan
perbaikan-perbaikan.

c. Dalam menjaga keamanan dan ketertiban, Penerima Tugas harus mengikuti


petunjuk dan koordinasi petugas keamanan setempat.

4. Menyediakan Sarana Pengaman Pekerjaan

a. Penerima Tugas wajib menyediakan sarana untuk menjaga keselamatan tenaga


kerjanya untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi pada saat melaksanakan
pekerjaan, dan wajib menyediakan kotak PPPK dengan isinya yang selalu lengkap
dan harus tetap berada di tempat pekerjaan selama pekerjaan berlangsung.
b. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, maka
kecelakaan tersebut menjadi tanggung-jawab Penerima Tugas, dan Penerima
Tugas wajib mengambil segala tindakan guna kepentingan korban.

c. Penerima tugas wajib untuk mengasuransikan semua tenaga kerjanya, Pengawas


Lapangan, wakil-wakil Pemberi Tugas (bila ada), serta semua orang yang berkaitan
dengan pekerjaan ini yang berkunjung ke tempat kerja.

2.20 Tanggung-jawab Penerima Tugas

1. Penerima Tugas harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai


dengan ketentuan-ketentuan dalam Spesifikasi Teknis dan Gambar Rencana.

2. Kehadiran Pengawas Lapangan selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat,


mengawasi, menegur atau memberi saran tidak mengurangi tanggung-jawab tersebut.

3. Penerima Tugas bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat


pelaksanaan pekerjaan. Penerima Tugas wajib memperbaiki kerusakan tersebut
dengan biaya Penerima Tugas sendiri.

4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka


Penerima Tugas wajib memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas
melalui Pengawas Lapangan. Apabila hal ini tidak dilakukan, Penerima Tugas
bertanggung-jawab atas kerusakan yang timbul.

5. Penerima Tugas bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan


dalam pelaksanaan pekerjaan.

6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Penerima Tugas dalam melaksanakan
pekerjaan, menjadi tanggung-jawab Penerima Tugas.

7. Apabila pekerjaan telah selesai, Penerima Tugas harus segera mengangkut bekas
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar
lokasi pekerjaan. Segala pembayarannya menjadi tanggungan Penerima Tugas.

8. Penerima Tugas harus bertanggung-jawab atas alat-alat yang digunakan terhadap


kemungkinan timbulnya klaim dan tuntutan ganti rugi serta biaya-biaya yang
diperlukan untuk hal tersebut.
2.21 Keadaan Memaksa (Force Majeure)

1. Yang dianggap dengan keadaan memaksa (force majeure) adalah kejadian-kejadian


diluar kekuasaan dan kemampuan Penerima Tugas yang secara langsung dapat
mengganggu kelancaran pekerjaan, antara lain gempa bumi, banjir, huru-hara, perang,
dan lain-lain. Kejadian tersebut harus ditetapkan oleh instansi yang berwenang
sebagai keadaan memaksa (force majeure).

2. Penerima Tugas harus melaporkan secara tertulis segala kejadian dan akibat dari
keadaan memaksa (force majeure) tersebut kepada Pengawas Lapangan atau
Pemberi Tugas paling lambat 2 x 24 jam sejak terjadinya keadaan memaksa tersebut.

3. Jika waktu pelaporan sebagaimana dinyatakan pada butir 2.19.B. dilampaui, maka
Penerima Tugas kehilangan haknya untuk mengajukan tuntutan/klaim dan lain
sebagainya, sehubungan dengan terjadinya keadaan memaksa tersebut.

2.22 Denda-denda

1. Bilamana jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dilampaui maka Penerima Tugas akan
dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu permil) dari harga borongan untuk setiap hari
kelambatan sampai jumlah maksimal 5 % (lima persen) dari harga borongan.

2. Bilamana Penerima Tugas melakukan kelalaian, maka kepada Penerima Tugas akan
dikenakan denda kelalaian sebesar 1 o/oo (satu permil) untuk setiap kelalaian sampai
jumlah maksimal 5 % (lima persen) dari harga borongan.

3. Pelaksanaan pembayaran denda oleh Penerima Tugas akan dilakukan bersamaan


dengan pembayaran angsuran pekerjaan.

2.23 Perpanjangan Waktu

1. Kelalaian Penerima Tugas atau Sub Kontraktornya dalam melaksanakan pekerjaan


dan memperbaiki kerusakan-kerusakan akibat kesalahan Penerima Tugas tidak dapat
dijadikan alasan untuk perpanjangan waktu.

2. Keterlambatan akibat dari tindakan Pemberi Tugas dan keadaan memaksa, dapat
dipertimbangkan untuk mendapatkan perpanjangan waktu setelah dinilai dengan
seksama atas permintaan dari Penerima Tugas.
3. Permohonan perpanjangan waktu tersebut harus diajukan oleh Penerima Tugas
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender setelah terjadinya peristiwa-peristiwa
dimaksud. Jika tidak diajukan dalam jangka waktu tersebut maka dianggap tidak ada
permohonan perpanjangan waktu.

4. Apabila satu bagian atau keseluruhan pekerjaan dihentikan oleh Pemberi Tugas
sebagai akibat kesalahan Penerima Tugas, maka dapat diadakan perpanjangan
waktu.

2.24 Pemutusan Perjanjian

Pemberi Tugas dapat memutuskan perjanjian berdasarkan Kontrak Pemborongan secara


sepihak apabila Pemberi Tugas menganggap Penerima Tugas tidak mampu lagi
menyelesaikan pekerjaan sebagaimana mestinya seperti yang ditentukan dalam Surat
Perintah Kerja, atau Penerima Tugas mengabaikan peringatan tertulis dari Pemberi
Tugas.

2.25 Pekerjaan Tambah Kurang

1. Pekerjaan tambah kurang dapat dilaksanakan setelah Penerima Tugas menerima


perintah tertulis dari Pemberi Tugas.

2. Perhitungan biaya pekerjaan tambah kurang didasarkan atas daftar harga satuan
pekerjaan, harga satuan upah serta harga satuan bahan peralatan yang dilampirkan
Penerima Tugas dalam Surat Penawarannya.

3. Dalam hal Penerima Tugas mengadakan perubahan-perubahan didalam pelaksanaan


pekerjaan atau bagian-bagian yang lain akan tetapi tidak atas perintah tertulis dari
Pemberi Tugas, maka hal ini tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk mengadakan
perhitungan pekerjaan tambah kurang.

4. Adanya pekerjaan tambah kurang tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk
menambah waktu penyelesaian pekerjaan kecuali atas persetujuan tertulis Pemberi
Tugas.
2.26 Penyelesaian Perselisihan

1. Alternatif I

a. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, Pemberi dan Penerima Tugas,
maka pada dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah.

b. Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka akan
diselesaikan oleh Panitia Pendamai yang dibentuk dan diangkat oleh kedua pihak,
yang terdiri dari :

- Satu orang wakil dari Pemberi Tugas sebagai anggota.

- Satu orang wakil dari Penerima Tugas sebagai anggota.

- Satu orang dari Pihak Ketiga sebagai ketua yang telah disetujui oleh kedua
belah pihak yang berselisih.

c. Keputusan Panitia Pendamai ini mengikat kedua belah pihak dan biaya
penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul secara bersama oleh
kedua belah pihak.

d. Jika keputusan Panitia Pendamai tidak dapat diterima oleh salah satu atau kedua
pihak, maka perselisihan akan diteruskan melalui Pengadilan Negeri.

2. Alternatif II

a. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, Pemberi dan Penerima Tugas,
maka pada dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah.

b. Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka akan
diselesaikan oleh Panitia Arbitrase yang beranggotakan 3 orang yaitu 1 orang wakil
Pemberi Tugas, 1 orang wakil Penerima Tugas, dan 1 orang yang diangkat dan
disetujui wakil kedua belah pihak dan bertindak sebagai ketua.

c. Keputusan Panitia Arbitrase mengikat kedua belah pihak secara mutlak untuk
tingkat pertama dan terakhir, serta tidak dapat diajukan banding.

d. Biaya penyelesaian untuk Panitia Arbitrase ditanggung secara bersama oleh kedua
belah pihak.

3. Alternatif III

a. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, Pemberi dan Penerima Tugas,
maka pada dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah.
b. Jika perselisihan ini tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka
perselisihan ini akan diputuskan melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI), dimana putusan yang diambil adalah mengikat secara mutlak untuk tingkat
pertama dan terakhir.

c. Biaya penyelesaian untuk BANI ditanggung secara bersama oleh kedua belah
pihak.

2.27 Ketentuan-ketentuan Lain

1. Pada prinsipnya Penerima Tugas harus mengijinkan pihak-pihak lain yang ditugaskan
oleh Pemberi Tugas dan Pengawas Lapangan untuk bekerja pada waktu dan tempat
yang sama.

2. Jam kerja adalah mulai jam 07.00 pagi sampai dengan jam 17.00 petang untuk setiap
harinya, kecuali hari Minggu dan hari libur resmi, jika Penerima Tugas menghendaki
lain, maka Penerima Tugas harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan.

3. Bahan-bahan sisa pekerjaan yang tidak dipakai dan akan dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan harus dimintakan ijin kepada Pengawas Lapangan.

4. Untuk kelancaran surat-menyurat, maka surat-surat dari Penerima Tugas yang ditujukan
kepada Pemberi Tugas atau siapa saja yang ada kaitannya dengan pekerjaan ini,
diserahkan melalui Pengawas Lapangan.
Bab 3

SYARAT-SYARAT TEKNIS
Pembangunan Jaringan Irigasi 22D Cipelang Kab. Indramayu

3. KETENTUAN UMUM & PEKERJAAN PERSIAPAN

1. PENGUKURAN

 Survey Lokasi
a. Survay Lokasi Bangunan / Tapak Bangunan
Kontraktor wajib meneliti situasi dan kondisi yang berhubungan atau kira-kira
akan berhubungan dengan pekerjaan seperti tata letak objek / bangunan,
tapak, terutama keadaan tanah bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan dan
hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran.

b. Survay Kondisi Bangunan Existing


Bilamana pekerjaan adalah merupakan pekerjaan perbaikan dari sebuah
bangunan existing, maka Kontraktor wajib meneliti / mengidentifikasi segala
jenis dan bentuk kerusakan-kerusakan baik yang terlihat atau tidak untuk
dijadikan acuan dalam membuat penawaran

c. Survay Kondisi Bangunan Yang Besifat Rehab / Perbaikan


Bilamana jenis pekerjaan yang terkontrak adalah jenis pekerjaan perbaikan /
rehabilitasi “total”, maka kontraktor harus melakukann perbaikan /
pembenahan tehadap seluruh bagian dari gedung tampa terkecuali sampai
gedung tersebut dianggap selesai secara sempurna oleh pihak pengawas,
direksi dan pemilik proyek dan layak untuk diterima. Olehnya itu kontraktor
harus secara teliti melakukan survay terhadap bangunan, tingkat kerusakan
dan seberapa besar kerusakan tersebut untuk dihitung sebelum mengajukan
penawaran.

 Ketelitian
Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan tuntutan.
 Penentuan Ukuran
Dalam pengukuran supaya benar-benar akurat dan disesuaikan dengan gambar
rencana sebelum direalisasikan pekerjaan fisik dan sebaiknya supaya
dikonsultasikan dengan Direksi Lapangan / Pengawas Lapangan dan Konsultan
Supervisi, maka pembongkaran menjadi tanggung jawab pihak kontraktor
pelaksana berikut biaya yang dikeluarkan untuk hal seperti itu.

 Duga lantai
Duga lantai (permukaan atas lantai) ditentukan sesuai dengan gambar
perencanaan.

 Memasang papan bangunan:


a. Ketetapan bangunan diukur dengan kontur yang dipancang kuat-kuat dan
papan terentang dengan ketebalan 2 cm diketam rata pada sisi.
b. Kontraktor harus menyediakan orang ahli dalam cara-cara mengukur, alat-
alat penyipat datar (Theodolit, Waterpas) prisma silang pengukuran menurut
system dan kondisi tanah bangunan dan lain-lain, yang selau berada di
lapangan.

 Rencana Kerja dan cara-cara pelaksanaan


Dalam waktu 1 (satu) minggu setelah pelulusan, Pemborong wajib menyerahkan
suatu rencana kerja.
Rencana kerja tersebut meliputi:
1. Tanggal yang diusulkan untuk memulai dan menyelesaikan pembangunan
dari masing-masing bagian pekerjaan.
2. Tanggal yang diusulkan untuk memperoleh bahan-bahan.
3. Jadwal kerja yang diusulkan untuk pekerja-pekerja di lapangan.
4. Jumlah pegawai pemborong yang diusulkan selama pekerjaan berlangsung
dengan disebutkan fungsi atau keahliannya.
5. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, setiap pembelian atau pemesanan
bahan oleh kontraktor harus terlebih dahulu ada pengajuan Requesheet
kepada pengawas, atau dalam hal ini pihak direksi atau perencana.
6. Requesheet permohonan pembelian / pemesanan material harus disertai
dengan contoh untuk mendapat persetujuan pengawas.
7. Demikian pula untuk pelaksanaan item-item pekerjaan harus selalu didahului
dengan pengajuan requesheet, dan nanti mendapat persetujuan dari
pengawas baru boleh dilaksanan.
8. Dokumen kontrak antara Owner dan Pelaksana harus masing-masing
dipegang oleh pihak pengawas, direksi dan pelaksana sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimulai.

1. BUKU HARIAN

Pemborong harus menyediakan Buku Harian untuk mencatat semua petunjuk-


petunjuk, keputusan-keputusan dan detail-detail penting dari pekerjaan.

2. LAPORAN

Pemborong harus membuat laporan mingguan mengenai kemajuan pekerjaan.


Laporan kemajuan pekerjaan tersebut sekurang-kurangnya memuat keterangan-
keterangan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian selama 1 (satu) minggu
dan risalah kemajuan sebagai berikut:
1. Jumlah pegawai / pekerja yang pekerjakan di pekerjaan selama minggu itu.
2. Uraian kemajuan pekerjaan pada akhir minggu.
3. Bahan-bahan dan barang-barang perlengkapan yang telah masuk.
4. Keadaan cuaca.
5. Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan Proyek.
6. Pekerjaan tambah kurang.
7. Catatan dan perintah konsultant pengawas dan perencana yang disampaikan
baik secara lisan maupun tertulis.
8. Kunjungan tamu-tamu lain.
9. Kejadian Khusus.
10. Photo-photo pelaksanaan dalam rangkap 3 (tiga) dan dibuat sebelum
pekerjaan dimulai sampai pekerjaan selesai sesuai dengan petunjuk Direksi.
11. Untuk pekerjaan dengan jenis kontrak unit price, selain yang disebutkan
diatas, kontraktor harus membuat laporan back up data kemajuan fisik
berdasarkan realisasi lapangan yang diperiksa dan diketahui oleh direksi.
Back up data ini harus memuat, mencamtumkan dan memperlihatkan secara
jelas volume kerja, baik dalam bentuk kubikasi, meter bujursangkar atau
meter lari.
3. PENYEDIAAN

Pemborong harus menyediakan segala yang diperlukan untuk melaksanakan


pekerjan secara sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk
semua tenaga, semua bahan dan semua alat-alat pembantu yang dipergunakan
seperti, katrol-katrol, instalasi, alat-alat pengangkat, mesin-mesin, alat-alat
penarik dan sebagainya yang diperlukan oleh Pemborong dan untuk
menyingkirkan semua alat-alat tersebut pada waktu pekerjaan selesai karena
sudah tidak berguna lagi, dan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang
diakibatkannya.

4. DIREKSI KEET

Pemborong harus menyediakan dan mendirikan sebuah bangunan semi


permanent untuk digunakan sebagai ruang Direksi/pengawas, Kantor pelaksana
dengan ukuran 3 m' x 8 m'lengkap dengan KM / WC. dengan konstruksi dari
kayu yang dicat tembok dengan plafond dari multiplek 6 mm atap dari asbes
gelombang ukuran kecil

Baik sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan mulai / berlangsung pihak


pelaksana dianjurkan untuk mendirikan barak pekerja lengkap dengan KM/WC,
gudang-gudang penyimpanan dan perlindungan bahan-bahan bangunan

Bila direksi keet belum ada, maka dapat digunakan bangunan yang lama, dan
setelah kegunaannya selesai, bangunan tersebut adalah milik Proyek/Pemberi
Tugas tidak dibongkar jikalau tidak ada perintah dari Pemberi Tugas.
Semua gudang dan perlengkapan Pemborong dan sebagainya pada waktu
penyelesaian pekerjaan harus dibongkar dan disingkirkan dari tapak, juga segala
pekerjaan yang terganggu harus diperbaiki.
5. JALAN MASUK KE TEMPAT PEKERJAAN

Jalan masuk ke tempat pekerjaan harus dinyatakan dan dibuat atas biaya
pemborong, sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan, dengan seizin Direksi.

6. AIR KERJA

Air untuk keperluan pekerjaan harus diusahakan oleh Pemborong sendiri.


Pemborong harus membayar segala ongkos pengadaan dan penyambungan air
yang dipakai dan pembongkarannya kembali. Pemberi tugas dalam hal ini tidak
bertanggung kawab atau pengganti biaya yang dikeluarkan oleh Pemborong
umtuk keperluan itu.

Kontraktor harus menyediakan/mengadakan sumber air bersih untuk keperluan


pelaksana pekerjaan, termasuk pompa dan reservoir/bak air yang dapat
menampung sekurang-kurangnya 10 m³ yang senantiasa harus terisi penuh, air
harus selalu bersih, bebas dari lumpur atau minyak dan bahan-bahan kimia
lainnya yang dapat merusak.

7. KESELAMATAN KERJA (JAMSOSTEK) DAN KEAMANAN

Keselamatan Kerja / Keamanan:


1. Kontraktor pelaksana harus mengikuti peraturan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja, menyerdiakan peti obat-obatan dan lain-lain yang diperlukan untuk
P3K.
2. Peti obat dan peralatan kecelakaan harus dapat dipakai oleh semua pihak
yang memerlukan dilapangan.
3. Peti obat harus senantiasa lengkap selama masa pelaksanaan pekerjaan.
4. Lokasi pekerjaan harus mendapat pengamanan yang cukup baik dari
pencurian, kebakaran dan lain-lain yang dianggap berbahaya dan dari keluar
masuknya orang yang tidak berkepentingan.
5. Harus disediakan alat-alat pemadam kebakaran atau bak-bak pasir dan air
serta ember. Dianjurkan agar pekerjaan diasuransikan oleh Kontraktor
Pelaksana.
6. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan
karyawannya apabila petugas/karyawan mengalami kecelakaan didalam
pelaksanaan pekerjaannya, untuk itu diwajibkan melaporkan ke instansi
setempat yang berwenang dengan menyampaikan tembusannya kepada
Pemberi Tugas.

Kebersihan / kesehatan

1. Tempat kerja harus senantiasa dijaga dari kotoran-kotoran yang dapat


menimbulkan penyakit.
2. Kontraktor pelaksana diwajibkan menyediakan cukup air minum untuk Direksi
Pekerjaan / Pengawas Harian maupun untuk petugas-petugas atau pekerja-
pekerjanya.
3. Untuk pekerja-pekerja yang tinggal dalam proyek, kontraktor pelaksana harus
membuat MCK yang bersih.
4. Apabila terjadi kasus penyakit menular diantara pekerjanya maka kontraktor
pelaksana diharuskan bertindak agar tidak menjalar lebih lanjut.

Perburuhan / Jaminan Sosial

1. Penerimaan pekerja, pengeluaran pekerja dan jaminan sosial bagi pekerja-


pekerja agar dipenuhi ketentuan-ketentuan Menteri Tenaga Kerja,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor pelaksana.
2. Baik untuk waktu kerja buruh maupun jaminan sosial, kontraktor pelaksana
diharuskan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.
7. PERLINDUNGAN

Wilayah orang lain

Pemborong diharuskan membatasi daerah operasinya di sekitar tapak dan harus


mencegah para pekerjanya melanggar wilayah yang tidak diperuntukkan operasi
proyek ini.

Milik Umum
Pemborong harus menjaga agar perjalanan umum bersih dari alat-alat, mesin,
bahan-bahan bangunan dan sebagainya serta memelihara kelancaran lalu-lintas,
baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki.

Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang


terjadi terhadap saluran air, telepon, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh
operasi-operasi Pemborong. Ia wajib membayar segala ongkos dan biaya yang
berhubungan dengan pemasangannya kembali beserta perbaikan-perbaikannya.

Bangunan yang ada


Selama masa-masa pelaksanaan kontrak, Pemborong bertanggung jawab penuh
atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan-jalan, saluran-saluran
pembuangan dan sebagainya di tapak, dan kerusakan-kerusakan sejenis yang
disebabkan karena operasi-operasi Pemborong dalam arti kata yang luas.
Kerusakan tersebut harus diperbaiki oleh Pemborong hingga memuaskan dan
dapat diterima oleh Pemberi Tugas dan Direksi.

Keamanan
Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan termasuk
bahan-bahan bangunan dan perlengkapan instalasi di tapak, hingga kontrak
selesai dan diterima baik oleh Pemberi Tugas. Ia harus menjaga perlengkapan
dan bahan-bahan dari segala kemungkinan kerusakan untuk seluruh pekerjaan
termasuk bagian-bagian yang dilaksanakan oleh Sub Pemborong dan menjaga
agar pekerjaan bebas dari air kalau hujan lebat dan banjir, memompa, menimba,
atau seperti apa yang dikehendaki atau diinstruksikan.
Kesejahteraan, keselamatan kerja dan pertolongan pertama
Pemborong harus mengadakan dan memelihara fasilitas kesejahteraan dan
tindakan pengamanan yang layak untuk dilindungi para pekerja dan tamu yang
berkunjung ke tempat pekerjaan. Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti ini
selain untuk memuaskan Pemberi

Tugas juga harus menurut (memenuhi) ketentuan Undang-undang dan peraturan


mengenai keselamatan kerja yang berlaku pada waktu ini.

Di Pekerjaan Pemborong Wajib mengadakan perlengkapan yang cukup untuk


pertolongan pertama yang mudah dicapai. Sebagai tindakan hendaknya di tiap
tapak ditempatkan paling sedikit seorang petugas yang telah dilatih soal-soal
mengenai pertolongan pertama.

1. MOBILISASI DEMOBILISASI ALAT


Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai kontraktor pelaksana supaya
menyiapkan segala peralatan yang diperlukan selama pekerjaan pelaksanaan
berlangsung (on site) di lapangan dan adanya jaminan dari kontraktor pelaksana
bahwa alat-alat yang disiapkan tersebut benar-benar siap pakai.

2. PELAKSANAAN PEKERJAAN DILUAR JAM KERJA NORMAL


Pemborong akan mendapat izin tertulis dari pengawas Lapangan/Direksi untuk
melaksanakan pekerjaan yang tertera dalam kontrak ini di luar jam-jam yang
biasa pada hari-hari minggu atau hari-hari libur yang resmi.
Biaya pengawasan akibat lembur diatur dalam ketentuan yang lain.

3. KEBERSIHAN DAN KERAPIAN


Pemborong harus mengangkut semua sampah secara teratur jika sudah
bertumpuk dan pada waktu penyelesaian pekerjaan keadaan lapangan harus
bersih dan rapi.
4. PEGAWAI PENYELENGGARA DARI KONTRAKTOR
1. Pimpinan harian pada pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor harus
diserahkan kepada penyelenggara kepala dengan kualifikasi ahli,
berpengalaman dan mempunyai wewenang penuh untuk mengambil
keputusan.
2. Site Manager harus selalu berada ditempat pekerjaan selama jam-jam kerja
dan setiap saat yang diperlukan pemberi tugas.
3. Petunjuk dan perintah Konsultant Pengawas dan Perencana didalam
pelaksanaan disampaikan langsung kepada kontraktor atau memalui Site
Manager sebagai penanggung jawab dilapangan
4. Kontraktor diwajibkan untuk diwajibkan untuk menjalankan disiplin yang ketat
terhadap semua pekerja (buruh) dan pegawainya kepada mereka yang
melanggar terhadap peraturan umum, mengganggu atau merusak ketertiban,
berlaku tidak wajar, melakukan perbuatan yang merugikan pelaksanaan
pekerjaan harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas perintah
pengawas harian. Bila kontraktor lalai, maka akan dikenakan tindakan sesuai
dengan yang dimaksud dalam Sub Bab denda.

5. P E N G A W A S A N
1. Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan
oleh Konsultant Pengawas dibantu dengan Direksi Lapangan.
2. Pada setiap saat Konsultant Pengawas dan Direksi atau petugas-petugasnya
harus dapat mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan,
bahan dan peralatan. Kotraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan.
3. Bagain-bagian yang telah dikerjakan tetapi luput dari pengamatan Konsultan
Pengawas adalh menjadi tanggung Jawab Kontraktor.
4. Ditempat pekerjaan, Konsultan Pengawas menempatkan petugas-petugas
pengawas yang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan.
6. GAMBAR PELAKSANAAN DI LAPANGAN
Gambar-gambar pelaksanaan untuk seluruh pekerjaan harus selalu ada
dilapangan dalam setiap waktu.
Gambar-gambar tersebut harus dalam keadaan jelas dapat dibaca dan
menunjukkan perubahan-perubahan terakhir.

i. UKURAN
Ukuran yang harus diikuti adalah ukuran dengan angka dan tidak daripada
ukuran skala dari gambar-gambar. Jika merasa ragu-ragu tentang suatu ukuran,
Pemborong harus segera meminta nasihat Pemberi Tugas atau wakilnya di
pekejaan.

ii. KETIDAK SESUAIAN ANTARA GAMBAR, URAIAN & SYARAT-


SYARAT DAN BQ
Bilamana ada ketidaksesuaian satu sama lain antara gambar-gambar kontrak,
volume kontrak, syarat-syarat Umum beserta Uraian dan Syarat-syarat, maka hal
ini harus sesegera mungkin di tunjukkan kepada Pemberi Tugas atau pengawas
untuk selanjutnya dikonsultasikan dengan perencana untuk mendapatkan
keputusan.

Penjelasan tambahan:
 Kontrak Lumpsum berarti gambar dan RKS mengikat.
 Kontrak unit price berarti volume dan harga satuan mengikat.
 Bangunan vertikal umumnya mempunyai sifat kontrak lumpsum.
 Dan bangunan horisontal umumnya mempunyai sifat kontrak unit price.

iii. CONTOH
Contoh bahan yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya harus segera
disediakan tanpa kelambatan atas biaya Pemborong, dan contoh-contoh tersebut
harus sesuai dengan standard contoh yang telah disetujui.
Contoh-contoh tersebut diambil dengan jalan atau cara begitu pula hingga dapat
dianggap bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam
pelaksanaan pekerjaan nanti.

Standard contoh yang telah disetujui disimpan oleh Pemberi Tugas atau wakilnya
untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan-bahan atau cara
mengerjakan yang dipakai tidak sesuai dengan standard contoh, baik kualitas
maupun sifat-sifatnya.

7. BAHAN-BAHAN DAN BARANG-BARANG JADI


Bila dalam uraian dan syarat-syarat disebutkan nama pabrik pembuatan dari
suatu barang, maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukkan kualitas dan tipe
dari barang-barang yang dianggap dapat memuaskan Pemberi Tugas.

8. SYSTEM PEMBAYARAN
System pembayaran diatur dalam kontrak lain diluar dari RKS ini.

9. TAHAPAN PENYERAHAN PEKERJAAN


Tahapan penyerahan pekerjaan secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Penyerahan Tahap Pertama atau Profesional Hand Over (PHO) setelah
pekerjaan mencapai 100%
 Penyerahan Tahap Kedua atau Final Hand Over (FHO) setelah pekerjaan
perbaikan, pemeliharaan dan penyempurnaan dilaksanakan sesuai dengan
permintaan direksi.

10. GAMBAR REVISI DAN GAMBAR YANG DILAKSANAKAN (AS BUILT DRAWING)
Untuk semua penyimpangan pekerjaan yang belum terdapat dalam gamabr-
gamabr, baik penyimpanan Itu atas perintah Pemberi Tugas atau tidak,
Pemborong harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang
dilaksanakan (gambar revisi), yang memperlihatkan dengan jelas perbedaan
antara gambar-gambar kontrak dengan pekerjaan yang dilaksanakan dan dalam
waktu tidak lebih dari 4 (empat) setelah pelaksanaan perubahan gambar tersebut
harus sudah selesai dilaksanakan.
Pemborong harus menyerahkan gambar-gambar yang sesuai dengan kenyataan
pelaksanaan (as built dwaing) dakam bentuk buku pada waktu penyerahan
pertama dalam rangkap 3 (tiga) dan semua pembuatannya ditanggung oleh 3
(tiga) dan semua biaya pembuatannya ditanggung oeh pemborong

11. PEKERJAAN LABORATORIUM / TEST, OLAH DATA DAN PELAPORAN


Selain pengetesan-pengetesan, uji laboratorium dan lain-lain yang disebutkan
pada masing-masing sub bab dalam RKS ini. Sesuai dengan BQ, pekerjaan
pengetesan yang disebutkan di dalamnya juga harus dilakukan oleh rekanan.

Olah Data dan Pelaporan:

Olah data dan pelaoran harus segera dibuat secepatnya setelah dilakukan
pengetesan / tes, dibuat beberapa rangkap dan segera disampaikan kepad
direksi atau pengawas.

a. METODE PELAKSANAAN

I. Pendahuluan
Adapun lingkup pekerjaan meliputi :

A. Pekerjaan Persiapan :
1. Mobilisasi dan Demobilisasi;
2. Pengadaan Air Kerja;
3. Pengukuran Kembali/Uitzet;
4. Foto Dokumentasi;
5. Direksi Keet;
6. Papan Nama Kegiatan

B. Pekerjaan Bangunan Air


Galian tanah biasa, Timbunan tanah kembali dipadatkan, Bongkaran pasangan
batu, Pasangan batu ad. 1 Pc : 4 Ps dengan batu bekas bongkaran, Pasangan
batu ad. 1Pc : 4Ps, Plesteran ad. 1Pc : 3Ps, Siaran ad. 1Pc : 2Ps, Beton Tumbuk
ad. 1 Pc: 2 Ps : 3 Kr, Beton Bertulang ad. 1 Pc: 2 Ps : 3 Kr, Pengadaan dan
Pemasangan Pipa Galvanis Dia. 3".
C. Pekerjaan Saluran Termasuk Lining
Galian tanah biasa, Timbunan tanah kembali dipadatkan, Bongkaran pasangan
batu, Pasangan batu ad. 1 Pc : 4 Ps dengan batu bekas bongkaran, Pasangan
batu ad. 1Pc : 4Ps, Plesteran ad. 1Pc : 3Ps, Siaran ad. 1Pc : 2Ps, Beton Tumbuk
ad. 1 Pc: 2 Ps : 3 Kr, Beton Bertulang ad. 1 Pc: 2 Ps : 3 Kr, Pengadaan dan
Pemasangan Pipa Galvanis Dia. 3".

II. Metode Pelaksanaan


2.1 Persiapan

2.1.1 Pre Construction Meeting (PCM)


Setelah SPMK diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan
sebelum pekerjaan konstruksi dilaksanakan, terlebih dahulu dilaksanakan
rapat persiapan antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan
penyedia. Dalam rapat yang dibahas :
a. Organisasi Kerja;
b. Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan;
c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil;
e. Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan;
f. Sosialisasi atau pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah
daerah setempat mengenai rencana kerja;
g. Penyusunan rencana mutu kontrak.

2.1.2 Mobilisasi dan Demobilisasi


Sebelum dimulainya pekerjaan, dilakukan mobilisasi personil, bahan
(batu, pasir, semen, dan split) dan peralatan.
Yang dimaksud mobilisasi adalah mendatangkan alat/peralatan yang
mendukung pada pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dimana minimum
sehari sebelum pekerjaan galian dimulai, bahan dan peralatan tersebut
harus sudah ada di lapangan. Peralatan yang akan didatangkan adalah
sebagai berikut :
a. Dump Truck : 5 Unit
b. Beton Molen : 10 Unit
c. Pompa Air : 4 Unit
d. Waterpass : 1 Set
e. Theodolite : 1 Set
f. Excavator : 4 Unit
g. Doser : 2 Unit
Alat-alat yang didatangkan dalam kondisi produktif yang jenis dan
kapasitasnya sesuai dengan jenis pekerjaan dan disetujui Direksi. Dengan
alat-alat yang produktif dapat menunjang pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan sesuai rencana yang akan kita kerjakan. Selain itu pula,
perlu adanya kegiatan persiapan pendukung guna memperlancar arus
proses mobilisasi dan demobilisasinya. Kegiatan persiapan ini meliputi
persiapan jalan masuk ke lokasi kerja, area penimbunan material, area
parkir kendaraan, perijinan dan lain-lain. Sementara yang dimaksud
dengan demobilisasi adalah proses pengembalian seluruh alat dari lokasi
pekerjaan seluruh alat-alat yang sudah tidak dipergunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Proses demobilisasi ini harus mendapatkan
persetujuan dari pihak direksi.

2.1.3 Pekerjaan Pengukuran Kembali/Uitzet


Survey dan pengukuran dilaksanakan minimal 2 kali selama
pelaksanaan yaitu :
- Awal pelaksanaan (MC 0%), dilaksanakan bersama penyedia dengan
dasar gambar design yang telah disiapkan. Hasil pengukuran dan survey
dituangkan dalam construction drawing.
- Akhir pelaksanaan (MC 100%), dilaksanakan setelah pelaksanaan
pekerjaan selesai dengan acuan dari gambar pelaksanaan. Hasil dari
pengukuran akhir ini dituangkan dalam As Built Drawing.
Seluruh produk mutual check (data ukur, gambar-gambar, daftar
kuantitas dan harga, RAB pekerjaan tambah kurang) harus disampaikan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk diperiksa dan diteliti.
Sebelum melaksanakan pekerjaan, dilakukan pengukuran atau MC 0%
(situasi, potongan memanjang dan melintang), dimana pemasangan patok
dilakukan tiap jarak 50 m atau sesuai kebutuhan lapangan agar dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi eksisting untuk
memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pada pengukuran ini juga ditentukan titik-titik elevasi (patok tetap) yang
diikatkan pada BM yang terdekat, dimensi dan arah yang akan dipakai
sebagai acuan untuk menentukan kedalaman galian, ketinggian
pasangan/bangunan. Apabila penentuan elevasi sudah sesuai dengan
kebutuhan, maka dibuat profil/bouwplank dari bahan yang cukup kokoh
agar tidak goyang/berubah.
Hasil MC 0% ini kemudian digambar/diplot di gambar rencana dan
dihitung volumenya untuk mencocokkan dengan volume yang ada dalam
kontrak. Apabila ada perbedaan dengan volume kontrak, maka akan
diusulkan untuk di addendum.
Pekerjaan ini akan dilaksanakan sebagai berikut:
a. Sebelum pelaksanaan (MC 0%);
b. Pada saat pelaksanaan; dan
c. Menjelang/setelah pekerjaan mencapai 100%
Waktu yang dibutuhkan :
a. Sebelum pelaksanaan (MC 0%);
b. Pada saat pelaksanaan : sesuai dengan kebutuhan
c. Menjelang / setelah pekerjaan mencapai 100%

Peralatan yang digunakan :


a. patok dolken
b. kayu reng
c. theodolite
d. rambu
e. waterpass
f. cat
g. kalkir
h. roll meter (50 m)
i. paku payung (untuk di
atas patok pengukuran)
2.1.4 Kistdam dan Pengeringan
1 Pelaksanaan pekerjaan kistdam dan pengeringan harus dilakukan
pada kondisi dan lokasi pekerjaan yang terdapat genangan air.
2 Pada area pekerjaan yang terdapat genangan air tersebut, maka
perlu dilakukan kistdam dengan cara menahan air dengan teknis
penanggulangan yang dapat menahan air, selanjutnya air yang
masih tergenang harus dikeringkan dengan cara pompanisasi.
Pengeringan dianggap selesai setelah air menjadi kering atau sesuai
persetujuan dari pihak direksi.
3 Perlu diperhatikan juga, proses kistdam dan pengeringan ini harus
tidak mengganggu para pengguna air pada bagian hilir saluran.
4 Bahan yang dipakai : patok bambu, terpal, paku, kawat, gedeg
bambu, tanah urugan. Peralatan : pompa air, bodem dan cangkul.

2.1.5 Dokumentasi
Pada setiap pelaksanaan pekerjaan dilakukan dokumentasi atau
pemotretan dengan kondisi sebagai berikut :
a. Kondisi sebelum pelaksanaan atau 0%;
b. Kondisi sedang pelaksanaan atau 50%;
c. Kondisi selesai pelaksanaan atau 100%
Posisi pada saat pengambilan pemotretan akan diusahakan difoto
dari posisi yang sama pada ketiga kondisi tersebut diatas agar tampak
perbedaannya.
Sebelum pengambilan gambar-gambar, maka dibuat rencana/denah
yang menunjukkan lokasi, posisi dari kamera, juga arah bidikan yang
kemudian diserahkan kepada Direksi untuk disetujui.
Tiap foto diberi catatan sebagai berikut :
- Nama Daerah Irigasi
- Detail kontrak
- Nama Bangunan dan Lokasi Saluran
- Tanggal Pengambilan
- Tahap Pelaksanaan
Penyerahan dilakukan sebanyak 3 (tiga) ganda bersama 1 (satu)
ganda album negatifnya. Tiap album dan juga yang berisi negatif harus
diberikan keterangan atau tanda yang sama untuk memudahkan
mengidentifikasi negati dan cetakannya.
Waktu yang dibutuhkan :
a. Kondisi 0% = 1 (satu) hari
b. Kondisi 50% = sesuai kebutuhan
c. Kondisi 100% = sesuai kebutuhan
Alat : kamera

2.1.6 Direksi keet


Untuk kelancaran pelaksanaan di lapangan, maka penyedia harus
menyediakan Direksi Keet.

2.1.7 Papan nama kegiatan


Penyedia agar menyediakan papan nama kegiatan. Papan nama
kegiatan ini dibuat dari multiplek tebal 9 mm dengan ukuran 120 x 90 cm,
ditopang kayu kaso (5/7) kelas II (borneo) dengan tinggi 250 cm dari
permukaan tanah dan dicat dasar warna biru dan huruf cetak berwarna
putih dan diisi mengenai cakupan kegiatan yang akan dilaksanakan,
antara lain :
a. Nama Kegiatan
b. Pekerjaan yang harus dilaksanakan
c. Biaya pekerjaan / nilai kontrak
d. Sumber dana
e. Jangka waktu
f. Nama penyedia
Papan nama kegiatan ini dipasang ditempat yang strategis dan
mudah dilihat oleh masyarakat. Alat yang digunakan : alat-alat
pertukangan.
2.1.8 Sosialisasi
Sebelum diadakan kegiatan dilapangan agar dilakukan sosialisasi
kepada masyarakat pengguna di sekitar lokasi dan aparat setempat dan
instansi terkait. Dalam rapat sosialisasi ini dijelaskan maksud, tujuan dan
sasaran dari pekerjaan yang akan dilakukan dan mempertimbangkan
masukan-masukan dari masyarakat untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan, kemudian dibuat berita acara sosialisasi.

4. GALIAN TANAH

Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan panjang,


kedalaman,kemiringan dan lingkungan yang diperlukan untuk pelaksanaan
seperti yang dinyatakan dalam gambar, tanah yang dianggap baik oleh
pengawas dapat digunakan lagi. Untuk urugan atau dibuang tergantung
instruksi Pemberi Tugas.

Galian tanah dilaksanakan untuk semua pasangan pondasi dan semua


pasangan lainnya dibawah tanah seperti : rollag atau sloof, semua saluran-
saluran, penanaman pohon dan lain-lain yang dilakukan sesuai dengan
Rencana Gambar.

Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan dan bila itu
terjadi, pengurukan kembali harus dilakukan denagn pemasangan atau beton
tumbuk tanpa biaya tambahan dari pemberi tugas.

Pada bagian-bagian galian yang dianggap sudah langsor, kontraktor harus


mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang papan-papan atau
cara lain. Kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat longsornya tanah dengan
alasan apapun menjadi tanggung jawab kontraktor.
Pengeringan tempat kerja
Untuk melaksanakan, tempat kerja utama galian pondasi harus dalam keadan
bebas air, untuk itu kontraktor harus menyediakan alat-alat pengering dalam
keadaan siap pakai dengan daya dan jumlah yang bisa menjamin kelancaran
pekerjaan.

- Galian Tanah Biasa


Pekerjaan galian dengan tenaga orang dilaksanakan pada lokasi yang
dianggap cukup menggunakan tenaga manual dan lebih efisien. Sebelum
melaksanakan pekerjaan galian maka lokasi yang akan digali harus diberi tanda
berupa profil yang telah sesuai dengan hasil pengukuran awal. Profil tersebut
harus mampu menggambarkan lebar, panjang dan kedalaman galian yang
harus dikerjakan.
Pelaksanaan pekerjaan galian harus diawali oleh mandor yang paham
terhadap gambar kerja dan mengerti terhadap struktur tanah yang digali, hal ini
untuk menghindari kerusakan dari struktur bangunan yang ada.
Hasil dari galian tanah yang bermutu baik dapat dipergunaan sebagai
bahan timbunan kembali, sedangkan tanah yang bermutu jelek harus dibuang
dari areal lokais kerja.
Galian dapat dianggap cukup, jika sudah sesuai dengan gambar rencana.
Bahan yang dipakai : kayu kaso untuk profil, papan bouwplank, kayu dolken
dia. 5 cm, paku, dll.
Peralatan : cangkul, belincung, skop, gerobak, dll.

- Timbunan tanah kembali dipadatkan


Material timbunan tanah kembali menggunakan tanah hasil dari galian
tanah biasa. Material harus bermutu baik, bebas dari kotoran dan sampah, dan
bahan lainnya yang dapat mengurangi mutu dari timbunan tanah.
Tanah yang akan ditimbunkan tidak boleh dalam gumpalan dan tidak boleh
terlalu basah.
Areal yang akan ditimbun pun harus sudah dibersihkan dari material tanah yang
bermutu jelek atau sampah sampah yang ada dan tidak banyak mengandung
air.
Pelaksanan timbunan dilakukan secara manual sebagai berikut :
a. Tanah dasar dibersihkan/dikupas
Bahan timbunan dipilih yang kualitasnya baik, dihampar per lapis kira-kira
15 – 20 cm dan dijaga kadar airnya misalnya dengan cara melakukan
penyiraman.
b. Selanjutnya timbunan dipadatkan/ditrimbis dengan alat timbis/ alat pemadat
mekanis (stamper) lapis demi lapis secara bertahap mencapai bentuk dan
ketinggian sesuai gambar rencana atau sesuai petunjuk direksi, kemudian
dirapihkan.
Kepadatan akan dianggap cukup jika sudah disetujui oleh pihak direksi atau
ditentukan dengan tes yang disetujui.
Peralatan yang dipakai : Stamper, timbres, cangkul, pengki, gerobak, dll.

a. Pembuangan Tanah Bekas Galian

Apabila dianggap perlu, tanah dari pekerjaan penggalian yang telah dikerjakan
supaya dibaung ke tempat yang telah mendapt ijin dari pemerintah setempat
/ Direksi Pekerjaan, yang tidak menggangu jalur lalu lintas, arus sungai
maupun tempat yang dekat dengan pemukiman penduduk.

b. Perlindungan terhadap gangguan air


Selama masa pelaksanaan dan masa pemeliharaan, Pemborong harus
melindungi seluruh site dari gangguan air ataupun erosi. Untuk itu termasuk
pembuatan selokan-selokan sementara, sumur-sumur pompa atau lainnya
yang dapat mencegah kerusakan terhadap hasil pekerjaan ataupun yang
mungkin menghambat jalannya pekerjaan.

c. Perlindungan terhadap sarana utlitas


Semua sarana air buangan, air minum, listrik dan sarana utilitas lainnya yang
masih berjalan harus dilindungi dari perusakan dan bila terjadi kerusakan harus
diperbaiki dan dibetulkan oleh Pemborong atas biaya Pemborong.

5. URUGAN TANAH /TIMBUNAN ( BEKAS GALIAN ) DAN URUGAN PASIR

Urugan Tanah untuk Daerah Bangunan:

1) Pengurugan kembali tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi atau lain-


lain yang dibangun yang bakal ditutup atau tersembunyi oleh tanah urugan
diperiksa dan disetujui oleh Pemberi Tugas/Direksi.
2) Pengurugan sekitar pondasi, septitank dan lain-lain yang dibangun harus
dilaksanakan sekaligus berturut-turut dan tidak boleh melakukannya
terpisah-pisah, kecuali jika ada persetujuan Pemberi Tugas. Hanya bahan
yang telah disetujui boleh dipakai untuk urugan dan ini harus ditaruh lapisan
demi lapisan yang masing-masing tebalnya tidak boleh melebihi 5 cm.
3) Tiap lapisan harus ditibris betul-betul dan dikuatkan, sebaiknya dengan
memakai alat mesin dan tidak boleh dicampur dengan air, kecuali jika
dikehendaki dan disetujui oleh Direksi.
4) Urugan harus dilakukan lapis demi lapis denagn ketebalan tidak melebihi
20 cm, setiap lpis harus diapdatkan dengan hand compactor, tampi roller
atau steel wheels power roller. Roller yang digunakan untuk mencegah
kerusakan struktur yang telah ada atau pada tempat-tempat yang sulit alat
besar.
5) Tanah urugan yang terlalu kering harus dibasahi dulu sebelum sambil
digilas dipadatkan.
6) Setiap tanah harus dibersihkan dari tunas tumbuh-tumbuhan dan segala
macam sampah atau kotoran. Tanah urugan harus dari jenis tanah berbutir
(tanah lading atau tanah berpasir dan tidak terlalu basah).
7) Urugan tanah harus dipadatkan dengan mesin pemadat (compactor) dan
tidak dibenarkan hanya menggunakan timbers.
8) Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah atau disingkarkan.

Urugan pasir / tanah:

1) Urugan pasir harus dilaksanakan dibawah semua lantai setelah 15cm dan
dibawah rabat setebal 10cm, kecuali ditentukan lain dalam gambar.
2) Lapisan pasir harus dipadatkan dengan disiram air (sampai jenuh air) dan
diratakan.

6. PEMADATAN

a. Penjelasan tentang pekerjaan ini tidak terpisahkan dan berhubungan


dengan pekerjaan pengurugan tanah. Selama pemadatan kontraktor harus
memperbaiki pekerjaan pemadatan dengan bahan yang sesuai dengan
persyaratan. Dan pemadatan tersebut supaya dilakukan setiap ketinggian
20 cm sambil disiram air.
b. Pemadatan Tanah yang dilakukan pada daerah tapak bangunan dan titik
titik pondasi dan jalur pondasi serta jalan-jalan / jalan harus mencapai
minimal 98 % kepadatan maksimum,. Untuk daerah luar tapak bangunan
sekurang-kurangnnya 95 % kepadatan maksimum.
c. Standard kepadatan maksimum sesuai dengan standard proktor, kecuali
kalau ditentukan lain oleh Pemberi Tugas.
d. Pemadatan dari urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari
material berada dalam rentang kurang dari 3% sampai lebih dari 1% dari
kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bila tanah dipadatkan
sesuai dengan AASHTO T 99.
e. Seluruh urugan padas harus ditutup dengan satu atau lebih lapisan setebal
20 cm dari bahan bergradasi baik yang tidak mengandung batu yang lebih
besar dari 5 cm dan sanggup mengisi rongga-rongga pada padas bagian
atas urugan. Lapis penutup ini akan dibangun sampai kepadatan yang
diisyaratkan. untuk urugan tanah.
f. Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti
yang ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Direksi Teknik
sebelum lapis berikutnya dipasang.
g. Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut ke arah
sumbu jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima jumlah
usaha pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu lintas alat konstrksi
harus dilewatkan atas urugan dan arahnya terus berubah-ubah untuk
menyebarkan usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
h. Bila bahan urugan akan dipasang pada kedua sisi dari pipa atau saluran
beton atau struktur, maka operasi harus dilakukan agar urugan selalu kira-
kira sama tingginya pada kedua sisi struktur.
i. Bila bahan urugan dapat ditimbun pada satu sisi dari tembok kepala, atau
tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong,
harus diperhatikan agar tempat bersebelahan dengan struktur jangan
dipadatkan sedemikian sehingga menyebabkan bergesernya struktur atau
timbul tekanan yang berlebih pada struktur.
j. Terkecuali disetujui oleh Direksi Teknik, urugan disebelah ujung dari
jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang
sampai struktur jembatan atas telah dipasang.
k. Urugan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas konstruksi, harus dipasang dalam lapisan horizontal yang tidak
lebih 15 cm tebal gembur dan secara menyeluruh dipadatkan dengan
penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) minimum seberat 10 kg.
Harus diperhatikan secara khusus untuk menjamin pemadatan yang
memuaskan dibawah dan ditepi pipa untuk mencegah rongga dan untuk
menjamin pipa betul-betul terdukung.

7. BAHAN URUGAN
Timbunan / Material Pilihan
1. Bahan urugan dapat berupa urugan padat dari campuran pasir dan batu
dengan diameter + 10 cm, tanpa ada campuran tanah. Adapun
perbandingan banyaknya pasir dengan batu tersebut 2:3. pasir yang
digunakan bukan pasir pasang , tapi pasir urug yang berbutir kasar dan
tajam.
2. Didapat dari tanah daerah bangunan setempat atau dari tempat-
tempat/sumber-sumber di luar tanah bangunan yang bebas dari akar-
akaran, bahan organic, sampah dan batu-batuan yang lebih besar dari 10
cm dan telah disetujui oleh Pengawas Lapangan.

3. Bila terdapat bahan urug yang tidak memuaskan untuk pemadatan seperti
diuraikan di atas, maka bahan urug itu harus diganti dengan pasir urug (fill
sand)
4. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas
tinggi yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau
sebagai CH menurut ”Unified Casagranda Soil Clasifiaction System”. Bila
penggunaan tanah berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan
tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau
penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan
geser yang tinggi.
5. Tanah sangat expensiv yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan AASHTO T258 sebagai ”very
high” atau ”extra high” tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan.
Timbunan / Urugan Pilihan Khusus
1. Urugan hanya boleh diklasifikasi sebagai ”Urugan Pilihan Khusus” bila
digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana urugan pilihan khusus
telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Teknik. Seluruh
urugan lain yang digunakan harus dipandang sebagai urugan biasa (atau
drainase porous bila ditentukan atau disetujui dari Spesifikasi ini).
2. Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan pilihan khusus harus terdiri
dari bahan tanah atau padas yang memenuhi persyaratan untuk urugan
pilihan dan sebagai tambahan harus memiliki sifat tertentu tergantung dari
maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi
Teknik. Dalam segala hal, seluruh urugan pilihan harus, bila diuji sesuai
dengan AASHTO T 193, memiliki CBR paling sedikit 20% setelah 4 hari
perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum
sesuai dengan AASHTO T 99 dan mempunyai Indeks Plastisitas
maksimum 6%.
3. Bila digunakan dalam keadaan dimana pemadatan dalam keadaan jenuh
atau banjir tidak dapat dihindari, urugan pilihan khusus haruslah pasir atau
kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya.
4. Bila digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada
situasi lainnya dimana kuat geser penting tetapi dijumpai kondisi
pemadatan normal dan kering, urugan pilihan dapat dari padas atau kerikil
berlempung bergradasi baik atau lempung berpasir atau lempung
berplastisitas rendah. Tipe dari bahan yang dipilih, dan disetujui oleh Direksi
Teknik akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun
atau dibuang, atau pada tekanan yang akan dipikul.

8. PERATAAN TERAKHIR
Semua daerah yang dicakup Proyek termasuk bagian-bagian yang digali dan
diurug, dan daerah-daerah transisi yang berdekatan harus diratakan secara
licin dan sama dan bebas dari permukaan-permukaan yang tidak beraturan.
Harus diusahakan agar permukaan tanah memiliki kemiringan 2% dari arah
bangunan, kecuali bilamana dinyatakan lain dalam gambar.

9. PEMERIKSAAN PEKERJAAN TANAH


a. Pekerjaan pemadatan tanah diperiksa dan ditest oleh Laboratoriun Tanah
yang ditunjuk oleh Direksi.
b. Tugas pekerjaan yang disampaikan pada Laboratorium Tanah ditentukan
oleh pengawas / direksi yang pada umumnya terdiri dari:
 Cara mengurug dan pemadatan
 Test kepadatan untuk semua fill & back fill (compaction test) dan
pemeriksaan bahan urug.
 Mengirimkan laporan-laporan hasil pemadatan kepada Arsitek.

10. PEMBERSIHAN

Pembersihan semua bahan bekas galian yang berlebihan yang tidak dipakai
untuk fill, back fill atau grading dan semua sampah dan bekas bongkaran
bangunan harus dibuang dari tanah bangunan.

II. PEKERJAAN PASANGAN BATU


1. Batukali /batu gunung yang digunakan harus batu kali/ gunung dari hasil
pecahan-pecahan yang berukuran 10-15 cm kecuali > 15 cm hanya untuk
penghamparan batu kosong yang berfungsi sebagai pemecah ombak dan
jenis batu yang digunakan harus yang keras, berwarna hitam keabu-abuan,
sama sekali tidak boleh menggunakan batu-batu bulat berkulit lepas.
Semua pasangan batu kali /gunung dilaksanakan dengan campuran yang
sudah ditentukan dalam kontrak dan disetujui Direksi baik kwalitas material
maupun campurannya.
2. Pasir pasngan yang dipergunakan untuk bahan adukan harus terdiri dari
butir-butir yang bersih dari segala jenis kotoran dan tidak mengandung
lempung, garam atau unsur organis lainnya.
3. Pasir urug atau lapisan dasar pondasi harus memenuhi ketentuan yang
berlaku dan dipadatkan sesuai perintah Direksi.
4. Adukan untuk pekerjaan pasangan terdiri dari 1 semen dan 4 pasir
berdasarkan perbandingan volume. Air yang dipergunakan untuk campuran
harus bersih dari endapan lumpur dan unsur-unsur lain yang dapat
mempengaruhi warna dan baunya. Air yang mengandung garam akibat
pasang surut laut tidak boleh dipakai. Adukan harus dibuat dalam jumlah
terbatas dan hanya untuk penggunaan langsung. Adukan yang dalam 30
menit dibuat belum dipergunakan, harus disingkirkan dan tak boleh dipakai
lagi.
5. Pekerjaan pasangan diharuskan dilaksanakan dalam keadaan kering.
6. Pasangan batu kali dilaksanakan dengan adukan 1 PC : 4 Ps. Pekerjaan
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh hubungan yang
menyatu. Batu-batu disusun sedemikian rupa, sehingga terdapat 3
bidang/muka mendapat perekat/adukan. Pada waktu pemasangan batu
kali, keadaan galian harus kering, dan apabila terdapat genangan air harus
dipompa lebih dulu.
Bongkaran Pasangan Batu
Bongkaran pasangan batu dilaksanakan pada lokasi yang telah ditunjuk
oleh pihak direksi. Pasangan batu yang akan dilakukan pekerjaan bongkar
pasang, seluruh area yang ditunjuk oleh direksi harus dibongkar terlebih dahulu
dan dibersihkan dari sisa-sisa bongkaran ataupun kotoran lain yang dapat
mengurangi mutu pasangan batu. Hasil dari bongkran tersebut harus dibuang
pada lokasi yang telah ditentukan oleh pihak direksi. Batu belah sisa bongkaran
yang dapat dimanfaatkan untuk dipasang kembali harus dipisahkan dari sisa
adukan dan permukaan batunya harus dibersihkan.
Peralatan yang dipakai : Palu besar, Linggis, Pahat, Belincung dll.

- Pasangan Batu ad. 1 pc : 4 ps dengan Batu Bekas Bongkaran


Pasangan batu dengan batu bekas bongkaran adalah merehabilitasi
pasangan batu lama yang telah rusak dengan sebagian menggunakan batu
belah sisa bongkaran yang masih dapat digunakan kembali. Batu belah yang
akan dipergunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dari sisa kotoran yang
menempel.
Adukan yang dipergunakan dalam pasangan ini adalah menggunakan
campuran 1 bagian portland cement berbanding 4 bagian pasir pasang.
Material semen dan pasir pasang yang dipergunakan harus sesuai dengan
spesifikasi teknis yang telah ditentukan oleh pihak direksi.
Sebelum dilaksanakan pekerjaan pemasangan batu bekas bongkaran, lokasi
yang akan dipasang harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang ada
dan selanjutnya dipasang profil sesuai dengan rencana atau atas petunjuk
direksi.
Pelaksanaan pekerjaan pasangan batu dapat dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan dari pihak direksi.
Pada intinya, proses pelaksanaan pekerjaan pasangan batu dengan
material bekas bongkaran adalah sama dengan pekerjaan pasangan batu yang
baru. Batu belah yang digunakan harus ditempatkan sedemikian rupa agar
memiliki ruang kosong yang akan diisi dengan adukan semen pasir agar terjadi
satu ikatan kuat antara batu tersebut. Pada bagian muka yang terekspos harus
dipasang batu muka yang memiliki permukaan rata dan relative sama. Antara
batu muka tersebut harus diberi celah lebar sekitar 2 cm sebagai tempat siaran.
Sedangkan pasangan batu yang terekspos, tidak tertimbun dan tidak disiar,
harus ditutup menggunakan plesteran yang diaci.
Bahan yang dipakai : Portland cement / PC, batu belah, pasir pasang, kayu
papan untuk dolak adukan dan takaran.
Peralatan : Concrete mixer, cangkul, peralatan tukang, gerobak dan sekop.

- Pasangan batu ad. 1Pc : 4Ps


Pekerjaan pasangan batu 1 pc : 4 ps dikerjakan setelah pekerjaan galian
untuk pondasi selesai. Pekerjaan dimulai dari pondasi secara bertahap naik ke
atas sesuai dengan elevasi dan dimensi gambar rencana. Untuk bagian
miring/talud dari pasangan batu akan dipasang pada tanah asli dan dihindari
pada tanah timbunan. Setiap jarak 6 m, dibuat counter port/ penyangga sesuai
gambar rencana.
Pasangan batu dapat dilaksanakan setelah pekerjaan galian tanah pondasi
selesai dilaksanakan dan dimensi galian sudah mendapat persetujuan dari
pihak direksi. Lokasi yang akan dipasang harus dalam kondisi air kering, profil
harus terpasang sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan dalam gambar
rencana.
Campuran adukan yang dipergunakan adalah campuran 1 bagian Portland
cement berbanding 4 bagian pasir pasang (1 Pc : 4 Ps).
Teknis pencampuran adukan peekat harus menggunakan alat pengaduk
mekanis (concrete mixer) sesuai dengan spesifikasi dan petunjuk dari pihak
direksi. Untuk takaran adukan menggunakan kotak kayu (dolak) dengan ukuran
yang telah ditentukan oleh pihak direksi. Hasil adukan harus benar-benar
homogen.
Batu yang dipergunakan adalah batu belah yang keras, tidak rapuh, tidak
keropos tidak berpori. Ukuran batu berkisar 20 – 30 cm.
Pasir yang dipergunakan adalah pasir pasang yang bermutu baik, bergradasi
baik, tajam, keras, bebas Lumpur, bebas kimia, bebas kotoran dan sampah.
Portland Cement yang dipergunakan harus memenuhi standar SNI dan dalam
kondisi baik, tidak membantu dan dalam kondisi ering.
Air yang dipergunakan harus air bersih, tidak mengandung bahan alkali
maupun bahan kimia lain yang dapat mengurangi mutu adukan.
Teknik pemasangan batu :
- Lokasi yang akan dipasang pasangan batu harus sudah tergali dan
terpasang profil sesuai dengan gambar rencana.
- Batu yang akan dipasang harus dalam kondisi bersih (tidak terdapat lumpur
atau tanah yang melekat) serta dibasahi terlebih dahulu dengan air, dan
terbelah (memiliki permukaan) sesuai ukuran yang telah ditentukan.
- Rongga antara batu telah harus diisi dengan adukan hingga penuh.
- Pada bagian permukaan yang tampak, maka perlu dipasang batu muka
agar permukaan menjadi rapih. Batu muka dipilih dari batu belah yang
memiliki permukaan yang rata maupun dari batu kali dengan ketebalan
minimal adalah 15 cm. Antara batu muka tersebut nantinya harus disiar,
sedangkan pada permukaan tertentu atas perintah direksi (gambar rencana)
harus diplester.
- Pemasangan batu dilakukan dengan tidak bersinggungan, ada ruang antara
batu dengan batu (siar pita) dan selanjutnya ruang tersebut diisi dengan
mortar/adukan/spesi 1 pc : 4 ps.
- Antara batu muka harus diberi nat untuk acian dengan lebar 2 – 3 cm.
Penyusunan batu muka harus dipasang sedemikian rupa agar nat tidak
dalam satu garis lurus.
- Jika diperlukan atau sesuai dengan gambar rencana perlu dipasang suling-
suling melintang pasangan, dengan bagian dalam harus diberi ijuk sebagai
saringannya, sedangkan bagian luar harus menonjol keluar. Perletakan
suling-suling harus sesuai perintah direksi atau gambar rencana.
- Jika pada saat pelaksanan terjadi hujan, maka pasangan batu yang baru
terpasang harus ditutup agar tidak rusak.
Untuk memenuhi perbandingan volume 1 Pc : 4 Ps, akan dibuat takaran
adukan/dolak dari boks kayu (untuk 1 zak pc 50 kg, tinggi 25 cm lebar 40
cm). Alat pengadukan akan menggunakan alat (concrete mixer).
- Apabila diperkirakan akan hujan, maka sebelum kegiatan ditinggalkan,
pasangan batu akan ditutup dengan kertas semen atau penutup lainnya
agar pasangan batu tidak tertimpa langsung oleh air hujan yang dapat
merusak pasangan batu tersebut.
- Pasangan batu yang terletak langsung diatas tanah, terlebih dahulu akan
diberi alas dengan lantai kerja/lapisan spesi setebal 2 cm dengan campuran
spesi 1 Pc : 4 Ps.
Peralatan : concrete mixer, cangkul, peralatan tukang, gerobakm dan sekop,
dolak adukan dan takaran.
- Plesteran ad. 1 Pc : 3 Ps
Pada bagian pasangan batu yang tidak disiar atau bagian yang telah
ditentukan dalam gambar rencana dan pekerjaan siaran telah selesai semua,
kemudian pada bagian atas dari pasangan ditutupi oleh plesteran. Pasir untuk
spesi plesteran akan disaring terlebih dahulu dan pasir yang dipakai adalah
pasir yang lolos dari saringan berdiameter lubang 2.5 mm. Sebelum plesteran
dilakukan, bagian bidang yang telah berlumut akan digosok dibersihkan dahulu
dengan sikat baja. Setelah bersih disiram dengan air selanjutnya kegiatan
plesteran dapat dilaksanakan.
Material yang dipergunakan adalah PC dan pasir pasang yang memiliki
spesifikasi yang telah ditentukan oleh pihak direksi.
Adukan campuran yang digunakan adalah 1 bagian Portland cement
berbanding 3 bagian pasir pasang.
Material semen dan pasir pasang yang digunakan harus sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan oleh pihak direksi.
Teknis pelaksanaan pekerjaan plesteran :
- Lebar dari plesteran harus sesuai dengan design yang telah direncanakan.
- Lokasi yang akan diplester harus dibersihkan dahulu dengan cara dikerok/
dikorek sedalam 1 – 2 cm, lalu disiram menggunakan air bersih.
- Tebal plesteran adalah 2 – 3 cm dan harus rata (waterpass).
- Plesteran yang telah relatif kering harus difinishing menggunakan acian
agar terlihat rapih.
Jika pada saat pekerjaan terjadi hujan, maka plesteran yang masih baru
tersebut harus ditutup agar permukaannya tidak rusak oleh air.
Plesteran pada saat kegiatan diserahkan, akan diupayakan mulus dan rata air
(water pass), tanpa goresan, bintik-bintik serta bilamana diketok tidak terdengar
suara kosong disemua tempat.
Peralatan yang dipakai : concrete mixer, sendok semen, dll.
- Siaran ad. 1 Pc : 2 Ps
Pekerjaan siaran dilaksanakan setelah pekerjaan pasangan batu selesai
dilaksanakan pekerjaan siaran dilaksanakan pada bagian pasangan batu yang
tempak dan tidak di plester atau sesuai dengan gambar rencana.
Pekerjaan siaran adalah pekerjaan menutup celah antara batu muka dengan
menggunakan adukan 1 bagian portland cement berbanding 2 bagian pasir
pasang yang disaring.
Material semen PC dan pasir pasang harus sesuai spesifikasi yang telah
ditentukan oleh pihak direksi.
Teknis pelaksanaan pekerjaan siaran :
- Siaran dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk dari
direksi.
- Adukan yang digunakan adalah 1 pc : 2 ps.
- Lebar bagian siaran antara batu muka adalah sekitar 2 – 3 cm.
- Celah antara batu muka yang akan disiar harus dikorek sedalam 1 – 2 cm
dan dibersihkan dengan disiram air bersih.
- Pada bagian siar tegak maupun datar tidak boleh terjadi siar lurus lebih dari
2 (dua) batu.
- Selanjutnya celah yang sudah bersih tersebut ditutup dengan rapat dan
dirapihkan dengan menggunakan adukan siaran.
Jika pada saat pekerjaan terjadi hujan, maka siaran yang masih baru tersebut
harus ditutup agar permukaannya tidak rusak oleh air.
Bahan yang digunakan : Portland cement, pasir pasang
Peralatan : sorok, gladah/sugu dan kawat ayakan halus.
P E N U T U P

1. Selain Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, semua ketentuan


administrasi, pemeriksaan bahan/mutu pekerjaan serta ketentua lain dari
pemeriksaan yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan ini, termasuk pula
sebagai syarat-syarat yang harus dipenuhi/ditaati.
2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini adalah merupakan susunan dari
beberapa bab dan sub bab yang menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dan saling melengkapi satu sama lain
3. Bilamana ada ketikjelasan atau dianggap tidak jelas / meragukan dalam
penjelasan / keterangan di dalam RKS atau gambar rencana / detail dll,
maka hendaknya segera ditanyakan atau diperjelas ke pihak direksi atau
pengawas untuk selanjutnya dikonsultasikan kepada pihak perencana.
4. Hal-hal yang belum jelas atau belum tercantum di dalam RKS dan gambar
rencana tetapi pada kenyataannya harus dikerjakaan, maka harus terlebih
dahulu dibuatkan gambar shop drawing dan RKS oleh pelaksana, dan
disetujui oleh pengawas dan direksi dan diketahui oleh konsultan
perencana.
5. Semua bahan-bahan yang akan digunakan harus melalui persetujuan
Direksi Pekerjaan dengan menggunakan surat keterangan persetujuan
terutama bahan-bahan produksi industri yang mempunyai banyak jenis
merek.
6. Semua akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan yang keliru,
menjadi tanggung jawab kontraktor

Cirebon, ..... Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai