Pekerjaan :
PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI 22D CIPELANG
KABUPATEN INDRAMAYU
(PROVINSI JAWA BARAT)
SYARAT-SYARAT UMUM
Pembangunan Jaringan Irigasi 22D Cipelang Kab. Indramayu
3. Syarat-syarat lain yang belum tercantum didalam RKS ini yang dianggap perlu,
ditentukan pada rapat pemberian penjelasan (aanwijzing).
4. Hal-hal yang belum jelas dalam RKS ini dapat ditanyakan dalam rapat pemberian
penjelasan (aanwijzing).
3. Biaya pekerjaan dibebankan pada DIPA APBN Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Balai
Besar Wilayah Sungai Cimanuk - Cisanggarung tahun anggaran 2020
Hari : .....................................................
Tanggal : .....................................................
Jam : .....................................................
Tempat : .....................................................
3. Setiap peserta lelang wajib menghadiri dan mengikuti rapat pemberian penjelasan
(aanwijzing). Rekanan yang tidak menghadiri rapat tersebut tidak diperkenankan
memasukkan surat penawaran.
4. Hasil rapat pemberian penjelasan pekerjaan dituangkan dalam Berita Acara pemberian
penjelasan yang ditanda-tangani oleh Panitia Lelang serta sekurang-kurangnya 2
(dua) wakil dari rekanan peserta lelang yang hadir pada rapat tersebut.
Penandatanganan Berita Acara pemberian penjelasan oleh wakil rekanan peserta
lelang dilakukan pada :
Hari : .....................................................
Tanggal : .....................................................
Jam : .....................................................
Tempat : .....................................................
5. Berita Acara pemberian penjelasan akan disampaikan kepada rekanan peserta lelang
pada :
Hari : .....................................................
Tanggal : .....................................................
Jam : .....................................................
Tempat : .....................................................
6. Berita Acara pemberian penjelasan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari RKS,
Spesifikasi Teknis, dan Gambar Rencana.
e. Surat penawaran dibuat 1 (satu) asli dan 4 (empat) photo copy yang semuanya
harus ditanda-tangani seperti ketentuan di atas dan dibubuhi stempel perusahaan.
f. Surat penawaran yang asli harus bermeterai Rp. 6.000,00 dan diberi tanggal.
i. Harga penawaran yang diajukan, sudah termasuk semua bea dan pajak, serta
harus ditulis dalam rupiah dengan angka dan huruf.
h. Perbaikan pada surat penawaran dilakukan dengan cara mencoret yang salah,
kemudian menulis penggantinya di atas/di samping/di bawah huruf/angka yang
salah dan dibubuhi paraf di dekatnya oleh penandatangan surat penawaran.
ii. Photo copy Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) yang masih berlaku.
iv. NIB.
ix. Referensi Bank yang ditujukan kepada Panitia Pelelangan (asli dilampirkan
pada surat penawaran).
2. Dokumen Penawaran yang terdiri dari :
i. Rekapitulasi biaya.
ii. Rincian anggaran biaya yang berisi jenis pekerjaan, volume pekerjaan,
harga satuan, dan jumlah harga.
ii. Jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule) yang sesuai dengan metoda
pelaksanaan.
iv. Daftar personil yang dilibatkan dalam pelaksanaan pekerjaan serta struktur
organisasi perusahaan dan struktur organisasi pelaksana di lapangan.
a. Surat-surat asli tersebut pada butir i.1.i., i.1.ii., i.1.iii., i.1.iv., dan i.1.v. harus ditunjukkan
kepada Panitia Pelelangan sebelum memasukkan penawaran.
b. Setiap lembar rincian anggaran biaya tersebut pada butir i.2.ii. harus dibubuhi stempel
perusahaan dan diparaf oleh penandatangan surat penawaran.
1.9.2 Pengajuan Surat Penawaran
Kepada Yth :
Panitia Pelelangan Pembangunan
..............................................................................................................................
Jl......................................................................................................................................
2. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya tidak boleh dikirim lewat pos, harus
diantar dan dimasukkan sendiri kedalam kotak pelelangan yang khusus disediakan
untuk itu oleh Panitia Pelelangan pada :
Hari : .....................................................
Tanggal : .....................................................
Tempat : .....................................................
1. Jaminan penawaran berlaku selama 90 (sembilan puluh) hari kalender dan ditujukan
kepada Panitia Pelelangan.
2. Jaminan penawaran akan disimpan oleh Panitia Pelelangan dan akan dikembalikan
kepada rekanan apabila yang bersangkutan tidak menjadi pemenang.
3. Untuk rekanan yang menjadi pemenang, jaminan penawarannya tetap ditahan sampai
yang bersangkutan menyerahkan jaminan pelaksanaan pekerjaan sebelum
penandatanganan Kontrak.
4. Jaminan penawaran akan menjadi milik Negara apabila rekanan mengundurkan diri
setelah yang bersangkutan memasukkan penawarannya.
1.9.4 Pembukaan Surat Penawaran
1. Apabila waktu penyampaian surat penawaran telah ditutup, maka rekanan yang
terlambat tidak diijinkan lagi memasukkan surat penawaran. Sampul-sampul surat
penawaran akan dibuka oleh Panitia Pelelangan dihadapan para rekanan setelah
waktu penyampaian ditutup.
2. Setelah pemeriksaan dan penetapan sah tidaknya surat penawaran, akan dibuatkan
Berita Acara pembukaan surat penawaran. Berita Acara pembukaan surat penawaran
ditandatangani oleh Panitia Pelelangan yang hadir dan sekurang-kurangnya 2 (dua)
wakil dari rekanan yang hadir.
2. Pemenang peringkat pertama yang ditetapkan, dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari
setelah diterimanya surat penetapan harus membuat surat kesanggupan untuk
melaksanakan dengan waktu sebagaimana yang ditawarkan. Surat pernyataan
kesanggupan tersebut dibuat diatas kertas kop perusahaan, bermaterai Rp. 6.000,00
(enam ribu rupiah) serta dibubuhi tanda-tangan Direktur perusahaan yang
bersangkutan dan diberi stempel perusahaan.
5. Jika pemenang peringkat ketiga yang ditunjuk tersebut tidak bersedia melaksanakan
pekerjaan (mengundurkan diri), maka akan diadakan pelelangan ulang tanpa
menyertakan pemenang peringkat pertama, kedua, dan ketiga.
SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI
Pembangunan Jaringan Irigasi 22D Cipelang Kab. Indramayu
1. Keppres No. 29 Tahun 1984 Jo Keppres No. 6 Tahun 1988, Inpres No. 1 tahun 1988,
Keppres No. 16 Tahun 1994, dan Keppres No. 18 tahun 2000 Keppres RI No. 80 tahun
2003 beserta penjelasan dan lampiran-lampirannya, serta peraturan-peraturan
pelaksanaan.
2. Harga tersebut pada butir 2.4.A. tidak terikat pada perincian Rencana Anggaran Biaya
(RAB) yang merupakan lampiran dari Surat Penawaran harga dalam pelelangan.
1. Pembayaran harga borongan akan dilakukan dengan cara angsuran, yang ditetapkan
sesuai dengan prestasi pekerjaan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan, dengan
ketentuan dalam hal prestasi pekerjaan telah mencapai 100 %, pembayaran harga
borongan ditahan 5 % (lima persen) dan akan dibayarkan apabila masa pemeliharaan
telah selesai. Besarnya tiap angsuran diatur dalam Kontrak Pemborongan.
2. Uang muka ditentukan setinggi-tingginya 20 % (dua puluh persen) dari nilai Kontrak.
Pembayaran uang muka dilakukan setelah Penerima Tugas menyerahkan Surat
Jaminan Uang Muka dari Bank atau Lembaga Keuangan lain yang sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.205/KMK.013/1988 tanggal 24 Pebruari
1988. Nilai Surat Jaminan tersebut sekurang-kurangnya sama dengan uang muka
yang diminta.
3. Pembayaran angsuran harga borongan tersebut pada butir 2.5.A. di atas dapat
ditangguhkan jika :
4. Pembayaran oleh Pemberi Tugas kepada Penerima Tugas dilakukan melalui Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
1. Pelaksanaan Pekerjaan
iii. Pada saat pemeriksaan maupun penyerahan pekerjaan, akan dibuat Berita Acara
Pemeriksaan Pekerjaan untuk Penyerahan Pertama atau Kedua.
1. Masa pemeliharaan pekerjaan ditetapkan selama 1 (satu) tahun untuk bangunan air
dan 3 (tiga) bulan untuk bangunan darat, terhitung sejak Penyerahan Pertama
Pekerjaan.
4. Sub Kontraktor dibayar oleh Penerima Tugas untuk bagian-bagian pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya, dengan ketentuan :
III. Jika terjadi sesuatu hal mengenai pembayaran yang mengakibatkan pelaksanaan
pekerjaan terganggu, Pengawas Lapangan mempunyai hak untuk turut mengatur
pembayaran ini.
2.10 Perijinan
1. Semua perijinan dan persyaratan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan diurus
oleh Penerima Tugas atas tanggungan dan biaya Pemberi Tugas.
2. Penerima Tugas harus menyerahkan surat ijin yang disyaratkan yang menyangkut
pekerjaan ini kepada Pemberi Tugas.
iv. Pemeriksaan, pengujian dan lain-lain beserta keterangan resminya (certificate) yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus diurus oleh Penerima Tugas atas
tanggungan dan biaya Penerima Tugas.
1. Spesifikasi Teknis, RKS, dan Gambar Rencana berlaku sebagai dasar pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan.
2. Apabila terdapat perbedaan antara Spesifikasi Teknis dan Gambar Rencana, maka hal
ini akan diputuskan oleh rapat koordinasi (saat pelaksanaan berlangsung).
3. Penerima Tugas harus menyediakan sedikitnya 1 (satu) set copy Gambar Rencana
dan Spesifikasi Teknis ditempat pekerjaan dalam keadaan tetap rapi dan bersih yang
dapat dilihat setiap saat oleh Pemberi Tugas atau Pengawas Lapangan.
2.12 Bagan Rencana Pekerjaan
2. Penerima Tugas harus menyusun secara terpisah Bagan Pengerahan Tenaga, Bagan
Penyediaan Bahan-bahan, dan Peralatan yang diperlukan.
3. Bagan-bagan tersebut pada butir 2.12.A dan 2.12.B harus mendapat persetujuan
tertulis dan pengesahan dari Pengawas Lapangan.
4. Penerima Tugas wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan dan disetujui pada waktu penyusunan Bagan Rencana Kerja. Apabila
terjadi penyimpangan harus segera dilaporkan kepada Pengawas Lapangan.
1. Penerima Tugas harus membuat Gambar Kerja (shop drawing) untuk pelaksanaan
pekerjaan ini. Gambar-gambar tersebut sebelum dilaksanakan harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Lapangan.
3. Penerima Tugas wajib mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain, dan segera
memberitahukan kepada Pengawas Lapangan apabila terdapat perbedaan ukuran
antara Gambar Rencana dengan kondisi di lapangan.
1. Pimpinan harian pelaksanaan pekerjaan Penerima Tugas harus seorang yang ahli,
berpengalaman, dan memiliki wewenang penuh untuk memutuskan semua persoalan
dalam pekerjaan ini.
2. Penerima Tugas harus membuat bagan organisasi pekerjaan lengkap dengan nama-
nama petugasnya.
4. Penanggungjawab lapangan wajib berada di tempat pekerjaan selama jam kerja dan
setiap saat yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan atau pada setiap waktu
yang dianggap perlu oleh Pengawas Lapangan.
6. Setiap petugas atau pekerja harus memakai tanda pengenal. Petugas atau pekerja
yang tidak memakai tanda pengenal tidak diperkenankan masuk ke lokasi pekerjaan.
1. Site Manager
Berpendidikan minimal S1 Teknik Sipil lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
yang telah disamakan, Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun. Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli Sumber Daya Air
Utama dan Ahli Sistem Manajemen Mutu Madya.
2. Pada setiap saat, Pengawas Lapangan maupun petugas-petugas yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas harus dengan mudah dapat mengawasi/memeriksa dan menguji
bahan serta peralatan yang digunakan. Penerima Tugas harus mengadakan segala
fasilitas yang diperlukan untuk hal tersebut.
1. Penerima Tugas harus minta kepada Pengawas Lapangan untuk menilai pekerjaan
yang telah diselesaikan (prestasi pekerjaan), apabila ini merupakan syarat untuk
melanjutkan pekerjaan.
1. Membuat laporan-laporan
a. Penerima Tugas harus membuat catatan harian yang dapat memberikan gambaran
singkat dan jelas mengenai :
iii. Catatan, perintah, peringatan dari Pengawas Lapangan yang telah disampaikan.
iv. Hal-hal mengenai bahan dan peralatan yang masuk, yang dipakai, maupun yang
ditolak.
c. Salah satu tembusan Laporan Mingguan yang telah disetujui Pengawas Lapangan
harus selalu berada ditempat pekerjaan agar dapat diteliti kembali setiap saat
diperlukan.
b. Waktu dan cara pengambilan diusahakan sedemikian rupa agar foto-foto tersebut
dapat memberikan gambaran tentang tahapan kemajuan pekerjaan.
c. Foto-foto tersebut dibuat dalam rangkap 3 (tiga), dengan ukuran kartu pos dan
berwarna, serta dimasukkan dalam album secara terpisah dan diserahkan kepada
Pengawas Lapangan setelah pekerjaan selesai. Segala biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan ini ditanggung sepenuhnya oleh Penerima Tugas.
6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Penerima Tugas dalam melaksanakan
pekerjaan, menjadi tanggung-jawab Penerima Tugas.
7. Apabila pekerjaan telah selesai, Penerima Tugas harus segera mengangkut bekas
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar
lokasi pekerjaan. Segala pembayarannya menjadi tanggungan Penerima Tugas.
2. Penerima Tugas harus melaporkan secara tertulis segala kejadian dan akibat dari
keadaan memaksa (force majeure) tersebut kepada Pengawas Lapangan atau
Pemberi Tugas paling lambat 2 x 24 jam sejak terjadinya keadaan memaksa tersebut.
3. Jika waktu pelaporan sebagaimana dinyatakan pada butir 2.19.B. dilampaui, maka
Penerima Tugas kehilangan haknya untuk mengajukan tuntutan/klaim dan lain
sebagainya, sehubungan dengan terjadinya keadaan memaksa tersebut.
2.22 Denda-denda
1. Bilamana jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dilampaui maka Penerima Tugas akan
dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu permil) dari harga borongan untuk setiap hari
kelambatan sampai jumlah maksimal 5 % (lima persen) dari harga borongan.
2. Bilamana Penerima Tugas melakukan kelalaian, maka kepada Penerima Tugas akan
dikenakan denda kelalaian sebesar 1 o/oo (satu permil) untuk setiap kelalaian sampai
jumlah maksimal 5 % (lima persen) dari harga borongan.
2. Keterlambatan akibat dari tindakan Pemberi Tugas dan keadaan memaksa, dapat
dipertimbangkan untuk mendapatkan perpanjangan waktu setelah dinilai dengan
seksama atas permintaan dari Penerima Tugas.
3. Permohonan perpanjangan waktu tersebut harus diajukan oleh Penerima Tugas
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender setelah terjadinya peristiwa-peristiwa
dimaksud. Jika tidak diajukan dalam jangka waktu tersebut maka dianggap tidak ada
permohonan perpanjangan waktu.
4. Apabila satu bagian atau keseluruhan pekerjaan dihentikan oleh Pemberi Tugas
sebagai akibat kesalahan Penerima Tugas, maka dapat diadakan perpanjangan
waktu.
2. Perhitungan biaya pekerjaan tambah kurang didasarkan atas daftar harga satuan
pekerjaan, harga satuan upah serta harga satuan bahan peralatan yang dilampirkan
Penerima Tugas dalam Surat Penawarannya.
4. Adanya pekerjaan tambah kurang tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk
menambah waktu penyelesaian pekerjaan kecuali atas persetujuan tertulis Pemberi
Tugas.
2.26 Penyelesaian Perselisihan
1. Alternatif I
a. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, Pemberi dan Penerima Tugas,
maka pada dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah.
b. Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka akan
diselesaikan oleh Panitia Pendamai yang dibentuk dan diangkat oleh kedua pihak,
yang terdiri dari :
- Satu orang dari Pihak Ketiga sebagai ketua yang telah disetujui oleh kedua
belah pihak yang berselisih.
c. Keputusan Panitia Pendamai ini mengikat kedua belah pihak dan biaya
penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul secara bersama oleh
kedua belah pihak.
d. Jika keputusan Panitia Pendamai tidak dapat diterima oleh salah satu atau kedua
pihak, maka perselisihan akan diteruskan melalui Pengadilan Negeri.
2. Alternatif II
a. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, Pemberi dan Penerima Tugas,
maka pada dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah.
b. Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka akan
diselesaikan oleh Panitia Arbitrase yang beranggotakan 3 orang yaitu 1 orang wakil
Pemberi Tugas, 1 orang wakil Penerima Tugas, dan 1 orang yang diangkat dan
disetujui wakil kedua belah pihak dan bertindak sebagai ketua.
c. Keputusan Panitia Arbitrase mengikat kedua belah pihak secara mutlak untuk
tingkat pertama dan terakhir, serta tidak dapat diajukan banding.
d. Biaya penyelesaian untuk Panitia Arbitrase ditanggung secara bersama oleh kedua
belah pihak.
3. Alternatif III
a. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, Pemberi dan Penerima Tugas,
maka pada dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah.
b. Jika perselisihan ini tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka
perselisihan ini akan diputuskan melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI), dimana putusan yang diambil adalah mengikat secara mutlak untuk tingkat
pertama dan terakhir.
c. Biaya penyelesaian untuk BANI ditanggung secara bersama oleh kedua belah
pihak.
1. Pada prinsipnya Penerima Tugas harus mengijinkan pihak-pihak lain yang ditugaskan
oleh Pemberi Tugas dan Pengawas Lapangan untuk bekerja pada waktu dan tempat
yang sama.
2. Jam kerja adalah mulai jam 07.00 pagi sampai dengan jam 17.00 petang untuk setiap
harinya, kecuali hari Minggu dan hari libur resmi, jika Penerima Tugas menghendaki
lain, maka Penerima Tugas harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan.
3. Bahan-bahan sisa pekerjaan yang tidak dipakai dan akan dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan harus dimintakan ijin kepada Pengawas Lapangan.
4. Untuk kelancaran surat-menyurat, maka surat-surat dari Penerima Tugas yang ditujukan
kepada Pemberi Tugas atau siapa saja yang ada kaitannya dengan pekerjaan ini,
diserahkan melalui Pengawas Lapangan.
Bab 3
SYARAT-SYARAT TEKNIS
Pembangunan Jaringan Irigasi 22D Cipelang Kab. Indramayu
1. PENGUKURAN
Survey Lokasi
a. Survay Lokasi Bangunan / Tapak Bangunan
Kontraktor wajib meneliti situasi dan kondisi yang berhubungan atau kira-kira
akan berhubungan dengan pekerjaan seperti tata letak objek / bangunan,
tapak, terutama keadaan tanah bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan dan
hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
Ketelitian
Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan tuntutan.
Penentuan Ukuran
Dalam pengukuran supaya benar-benar akurat dan disesuaikan dengan gambar
rencana sebelum direalisasikan pekerjaan fisik dan sebaiknya supaya
dikonsultasikan dengan Direksi Lapangan / Pengawas Lapangan dan Konsultan
Supervisi, maka pembongkaran menjadi tanggung jawab pihak kontraktor
pelaksana berikut biaya yang dikeluarkan untuk hal seperti itu.
Duga lantai
Duga lantai (permukaan atas lantai) ditentukan sesuai dengan gambar
perencanaan.
1. BUKU HARIAN
2. LAPORAN
4. DIREKSI KEET
Bila direksi keet belum ada, maka dapat digunakan bangunan yang lama, dan
setelah kegunaannya selesai, bangunan tersebut adalah milik Proyek/Pemberi
Tugas tidak dibongkar jikalau tidak ada perintah dari Pemberi Tugas.
Semua gudang dan perlengkapan Pemborong dan sebagainya pada waktu
penyelesaian pekerjaan harus dibongkar dan disingkirkan dari tapak, juga segala
pekerjaan yang terganggu harus diperbaiki.
5. JALAN MASUK KE TEMPAT PEKERJAAN
Jalan masuk ke tempat pekerjaan harus dinyatakan dan dibuat atas biaya
pemborong, sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan, dengan seizin Direksi.
6. AIR KERJA
Kebersihan / kesehatan
Milik Umum
Pemborong harus menjaga agar perjalanan umum bersih dari alat-alat, mesin,
bahan-bahan bangunan dan sebagainya serta memelihara kelancaran lalu-lintas,
baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki.
Keamanan
Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan termasuk
bahan-bahan bangunan dan perlengkapan instalasi di tapak, hingga kontrak
selesai dan diterima baik oleh Pemberi Tugas. Ia harus menjaga perlengkapan
dan bahan-bahan dari segala kemungkinan kerusakan untuk seluruh pekerjaan
termasuk bagian-bagian yang dilaksanakan oleh Sub Pemborong dan menjaga
agar pekerjaan bebas dari air kalau hujan lebat dan banjir, memompa, menimba,
atau seperti apa yang dikehendaki atau diinstruksikan.
Kesejahteraan, keselamatan kerja dan pertolongan pertama
Pemborong harus mengadakan dan memelihara fasilitas kesejahteraan dan
tindakan pengamanan yang layak untuk dilindungi para pekerja dan tamu yang
berkunjung ke tempat pekerjaan. Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti ini
selain untuk memuaskan Pemberi
5. P E N G A W A S A N
1. Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan
oleh Konsultant Pengawas dibantu dengan Direksi Lapangan.
2. Pada setiap saat Konsultant Pengawas dan Direksi atau petugas-petugasnya
harus dapat mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan,
bahan dan peralatan. Kotraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan.
3. Bagain-bagian yang telah dikerjakan tetapi luput dari pengamatan Konsultan
Pengawas adalh menjadi tanggung Jawab Kontraktor.
4. Ditempat pekerjaan, Konsultan Pengawas menempatkan petugas-petugas
pengawas yang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan.
6. GAMBAR PELAKSANAAN DI LAPANGAN
Gambar-gambar pelaksanaan untuk seluruh pekerjaan harus selalu ada
dilapangan dalam setiap waktu.
Gambar-gambar tersebut harus dalam keadaan jelas dapat dibaca dan
menunjukkan perubahan-perubahan terakhir.
i. UKURAN
Ukuran yang harus diikuti adalah ukuran dengan angka dan tidak daripada
ukuran skala dari gambar-gambar. Jika merasa ragu-ragu tentang suatu ukuran,
Pemborong harus segera meminta nasihat Pemberi Tugas atau wakilnya di
pekejaan.
Penjelasan tambahan:
Kontrak Lumpsum berarti gambar dan RKS mengikat.
Kontrak unit price berarti volume dan harga satuan mengikat.
Bangunan vertikal umumnya mempunyai sifat kontrak lumpsum.
Dan bangunan horisontal umumnya mempunyai sifat kontrak unit price.
iii. CONTOH
Contoh bahan yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya harus segera
disediakan tanpa kelambatan atas biaya Pemborong, dan contoh-contoh tersebut
harus sesuai dengan standard contoh yang telah disetujui.
Contoh-contoh tersebut diambil dengan jalan atau cara begitu pula hingga dapat
dianggap bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam
pelaksanaan pekerjaan nanti.
Standard contoh yang telah disetujui disimpan oleh Pemberi Tugas atau wakilnya
untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan-bahan atau cara
mengerjakan yang dipakai tidak sesuai dengan standard contoh, baik kualitas
maupun sifat-sifatnya.
8. SYSTEM PEMBAYARAN
System pembayaran diatur dalam kontrak lain diluar dari RKS ini.
10. GAMBAR REVISI DAN GAMBAR YANG DILAKSANAKAN (AS BUILT DRAWING)
Untuk semua penyimpangan pekerjaan yang belum terdapat dalam gamabr-
gamabr, baik penyimpanan Itu atas perintah Pemberi Tugas atau tidak,
Pemborong harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang
dilaksanakan (gambar revisi), yang memperlihatkan dengan jelas perbedaan
antara gambar-gambar kontrak dengan pekerjaan yang dilaksanakan dan dalam
waktu tidak lebih dari 4 (empat) setelah pelaksanaan perubahan gambar tersebut
harus sudah selesai dilaksanakan.
Pemborong harus menyerahkan gambar-gambar yang sesuai dengan kenyataan
pelaksanaan (as built dwaing) dakam bentuk buku pada waktu penyerahan
pertama dalam rangkap 3 (tiga) dan semua pembuatannya ditanggung oleh 3
(tiga) dan semua biaya pembuatannya ditanggung oeh pemborong
Olah data dan pelaoran harus segera dibuat secepatnya setelah dilakukan
pengetesan / tes, dibuat beberapa rangkap dan segera disampaikan kepad
direksi atau pengawas.
a. METODE PELAKSANAAN
I. Pendahuluan
Adapun lingkup pekerjaan meliputi :
A. Pekerjaan Persiapan :
1. Mobilisasi dan Demobilisasi;
2. Pengadaan Air Kerja;
3. Pengukuran Kembali/Uitzet;
4. Foto Dokumentasi;
5. Direksi Keet;
6. Papan Nama Kegiatan
2.1.5 Dokumentasi
Pada setiap pelaksanaan pekerjaan dilakukan dokumentasi atau
pemotretan dengan kondisi sebagai berikut :
a. Kondisi sebelum pelaksanaan atau 0%;
b. Kondisi sedang pelaksanaan atau 50%;
c. Kondisi selesai pelaksanaan atau 100%
Posisi pada saat pengambilan pemotretan akan diusahakan difoto
dari posisi yang sama pada ketiga kondisi tersebut diatas agar tampak
perbedaannya.
Sebelum pengambilan gambar-gambar, maka dibuat rencana/denah
yang menunjukkan lokasi, posisi dari kamera, juga arah bidikan yang
kemudian diserahkan kepada Direksi untuk disetujui.
Tiap foto diberi catatan sebagai berikut :
- Nama Daerah Irigasi
- Detail kontrak
- Nama Bangunan dan Lokasi Saluran
- Tanggal Pengambilan
- Tahap Pelaksanaan
Penyerahan dilakukan sebanyak 3 (tiga) ganda bersama 1 (satu)
ganda album negatifnya. Tiap album dan juga yang berisi negatif harus
diberikan keterangan atau tanda yang sama untuk memudahkan
mengidentifikasi negati dan cetakannya.
Waktu yang dibutuhkan :
a. Kondisi 0% = 1 (satu) hari
b. Kondisi 50% = sesuai kebutuhan
c. Kondisi 100% = sesuai kebutuhan
Alat : kamera
4. GALIAN TANAH
Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan dan bila itu
terjadi, pengurukan kembali harus dilakukan denagn pemasangan atau beton
tumbuk tanpa biaya tambahan dari pemberi tugas.
Apabila dianggap perlu, tanah dari pekerjaan penggalian yang telah dikerjakan
supaya dibaung ke tempat yang telah mendapt ijin dari pemerintah setempat
/ Direksi Pekerjaan, yang tidak menggangu jalur lalu lintas, arus sungai
maupun tempat yang dekat dengan pemukiman penduduk.
1) Urugan pasir harus dilaksanakan dibawah semua lantai setelah 15cm dan
dibawah rabat setebal 10cm, kecuali ditentukan lain dalam gambar.
2) Lapisan pasir harus dipadatkan dengan disiram air (sampai jenuh air) dan
diratakan.
6. PEMADATAN
7. BAHAN URUGAN
Timbunan / Material Pilihan
1. Bahan urugan dapat berupa urugan padat dari campuran pasir dan batu
dengan diameter + 10 cm, tanpa ada campuran tanah. Adapun
perbandingan banyaknya pasir dengan batu tersebut 2:3. pasir yang
digunakan bukan pasir pasang , tapi pasir urug yang berbutir kasar dan
tajam.
2. Didapat dari tanah daerah bangunan setempat atau dari tempat-
tempat/sumber-sumber di luar tanah bangunan yang bebas dari akar-
akaran, bahan organic, sampah dan batu-batuan yang lebih besar dari 10
cm dan telah disetujui oleh Pengawas Lapangan.
3. Bila terdapat bahan urug yang tidak memuaskan untuk pemadatan seperti
diuraikan di atas, maka bahan urug itu harus diganti dengan pasir urug (fill
sand)
4. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas
tinggi yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau
sebagai CH menurut ”Unified Casagranda Soil Clasifiaction System”. Bila
penggunaan tanah berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan
tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau
penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan
geser yang tinggi.
5. Tanah sangat expensiv yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan AASHTO T258 sebagai ”very
high” atau ”extra high” tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan.
Timbunan / Urugan Pilihan Khusus
1. Urugan hanya boleh diklasifikasi sebagai ”Urugan Pilihan Khusus” bila
digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana urugan pilihan khusus
telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Teknik. Seluruh
urugan lain yang digunakan harus dipandang sebagai urugan biasa (atau
drainase porous bila ditentukan atau disetujui dari Spesifikasi ini).
2. Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan pilihan khusus harus terdiri
dari bahan tanah atau padas yang memenuhi persyaratan untuk urugan
pilihan dan sebagai tambahan harus memiliki sifat tertentu tergantung dari
maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi
Teknik. Dalam segala hal, seluruh urugan pilihan harus, bila diuji sesuai
dengan AASHTO T 193, memiliki CBR paling sedikit 20% setelah 4 hari
perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum
sesuai dengan AASHTO T 99 dan mempunyai Indeks Plastisitas
maksimum 6%.
3. Bila digunakan dalam keadaan dimana pemadatan dalam keadaan jenuh
atau banjir tidak dapat dihindari, urugan pilihan khusus haruslah pasir atau
kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya.
4. Bila digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada
situasi lainnya dimana kuat geser penting tetapi dijumpai kondisi
pemadatan normal dan kering, urugan pilihan dapat dari padas atau kerikil
berlempung bergradasi baik atau lempung berpasir atau lempung
berplastisitas rendah. Tipe dari bahan yang dipilih, dan disetujui oleh Direksi
Teknik akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun
atau dibuang, atau pada tekanan yang akan dipikul.
8. PERATAAN TERAKHIR
Semua daerah yang dicakup Proyek termasuk bagian-bagian yang digali dan
diurug, dan daerah-daerah transisi yang berdekatan harus diratakan secara
licin dan sama dan bebas dari permukaan-permukaan yang tidak beraturan.
Harus diusahakan agar permukaan tanah memiliki kemiringan 2% dari arah
bangunan, kecuali bilamana dinyatakan lain dalam gambar.
10. PEMBERSIHAN
Pembersihan semua bahan bekas galian yang berlebihan yang tidak dipakai
untuk fill, back fill atau grading dan semua sampah dan bekas bongkaran
bangunan harus dibuang dari tanah bangunan.