Anda di halaman 1dari 16

451

L. Kontrak Pengadaan Jasa Pemborongan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,-


(lima puluh juta rupiah)

KONTRAK PENGADAAN JASA PEMBORONGAN


Nomor : . .

Nama Kegiatan :. .
Nama Pekerjaan :. .
Lokasi :. .
Sumber Dana :. .
Tahun Anggaran :. .
Kode Kegiatan :. .
Kode Rekening :. .

Pada hari ini ................... tanggal ....................... bulan ................ tahun. ............ kami
yang bertanda tangan di bawah ini :

1. .................................. : Selaku Pejabat Pembuat Komitmen, berdasarkan


Keputusan Pengguna Anggaran atau Kuasa
Pengguna Anggaran pada Sekretariat Daerah
Nomor..... tentang Pengangkatan Pejabat Pembuat
Komitmen, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
Pengguna Anggaran, selanjutnya disebut PIHAK
PERTAMA.
DAN
2. .................................. : Selaku Direktur............, beralamat di.............NPWP
Pribadi……, NPWP Perusahaan............., berdasarkan
akta pendirian nomor....... tanggal.......... yang dibuat
oleh.......... Notaris di ..........., dan akta perubahan
Nomor.......…. tanggal.............. yang dibuat
oleh......................Notaris di ..............dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama PT/CV/Pribadi ….
tersebut, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Bahwa berdasarkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) Nomor...........


tanggal ............, kedua belah pihak telah bersepakat untuk mengikatkan diri ke dalam
suatu kontrak pengadaan jasa pemborongan dengan syarat-syarat dan ketentuan
sebagai berikut:
452

Pasal 1
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
(1) PIHAK PERTAMA dalam kedudukannya seperti tersebut, memberi tugas kepada
PIHAK KEDUA, dan selanjutnya PIHAK KEDUA menerima tugas tersebut untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut di bawah ini :
a. Nama Kegiatan :………………..
b. Nama Pekerjaan :………………..
c. Lokasi :………………..
d. Lingkup Pekerjaan :………………..
1) ………………..
2) ………………..
3) ………………..
4) dst.
dengan volume pekerjaan sesuai gambar, Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) maupun Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAP) Nomor : ………..
tanggal …….
(2) Kontrak pekerjaan ini mengikat kedua belah pihak, dilakukan dengan cara
kontrak harga satuan yaitu bahwa penyelesaian seluruh pekerjaan ini dilakukan
dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap
untuk setiap satuan/unsur pekerjaan, dengan spesifikasi teknis tertentu, yang
volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara.
(3) Jumlah volume dan nilai kontrak yang dibayarkan, dihitung berdasarkan
pelaksanaan di lapangan (volume terpasang), dan dengan ketentuan bahwa
pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan/terpasang oleh PIHAK KEDUA.

Pasal 2
DASAR PELAKSANAAN PEKERJAAN
(1) Pekerjaan-pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 harus dilaksanakan
oleh PIHAK KEDUA berdasarkan :
a. dokumen pelelangan yang terdiri dari gambar-gambar (termasuk gambar-
gambar detail), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan semua
perubahan sesuai dengan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAP) Nomor:
……… tanggal …………, dan keterangan-keterangan lainnya;
b. terhadap kontrak ini berlaku ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan
administrasi dan teknis yang berlaku, termasuk :
1) Algemeene Voorwaarden voor de uitvoering bij aanneming van open bare
werken (AV) yang disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Nomor
9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 14571;
2) Ketentuan Pemerintah dan/atau Pemerintah Kota Surabaya yang berlaku
untuk pengadaan dan/atau pelaksanaan kegiatan Pemerintah;
453

c. petunjuk-petunjuk, saran-saran dan peringatan-peringatan lisan maupun


tertulis dari konsultan pengawas/pengawas lapangan, yang ada kaitannya
dengan persyaratan pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan.
(2) Semua dokumen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu
dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga satu dengan yang lain adalah
sejalan dan saling menunjang.
(3) Apabila terdapat ketidaksesuaian antara dokumen yang satu dengan dokumen
yang lain, maka masing-masing mempunyai kekuatan hukum dengan urutan
sebagai berikut :
a. Kontrak Pengadaan Jasa Pemborongan, dan Adendum/ Amandemen;
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) lengkap dengan lampirannya, dan
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAP);
c. Gambar-gambar;
d. Surat Penawaran;
e. Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 3
TENAGA AHLI
(1) PIHAK KEDUA dalam menyelenggarakan pekerjaan ini diwajibkan
menggunakan tenaga ahli yang mempunyai sertifikat keahlian sesuai dengan
kebutuhan dan spesifikasi pekerjaan ini.
(2) Apabila menurut pertimbangan PIHAK PERTAMA, tenaga yang dipergunakan
PIHAK KEDUA tidak memenuhi syarat, maka PIHAK PERTAMA segera
memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA
berkewajiban untuk segera mengganti dengan tenaga ahli yang lain.
(3) PIHAK KEDUA dapat menggantikan tenaga ahlinya dengan tenaga-tenaga ahli
lainnya dengan kualifikasi keahlian yang minimal sama, apabila terjadi hal-hal di
luar kekuasaannya, setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari
PIHAK PERTAMA.

Pasal 4
BIAYA PELAKSANAAN PEKERJAAN
(1) Kedua belah pihak telah sepakat dan setuju bahwa biaya pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ditetapkan sebesar Rp. ................
(.........................................).
(2) Biaya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surabaya, tahun
anggaran ….. kode kegiatan............., dengan rincian sebagai berikut:
a. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
b. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
c. Kode Rekening...................... Rp. .......................
Jumlah Rp. ....................…
(3) Biaya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah
termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 % (sepuluh persen), dan
didasarkan atas harga satuan tetap (fixed unit price) yang rinciannya tercantum
dalam daftar kuantitas dan harga satuan.
454

Pasal 5
ATURAN PEMBAYARAN
(1) Kedua belah pihak menyetujui pembayaran biaya pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dilakukan secara bertahap dengan
angsuran pembayaran (termin) sebagai berikut :
a. Angsuran Kesatu :
Sebesar .....% dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar .......% X Rp.
.......... = Rp. .................. ( ........................................);
Dibayarkan dari kode rekening :
a. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
b. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
c. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
Jumlah Rp. ....................…
Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah kemajuan fisik pekerjaan mencapai
prestasi ........... % dari biaya pelaksanaan pekerjaan;
b. Angsuran Kedua :
Sebesar .....% dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar …..... % X Rp
...........= Rp. ....................( .........................................);
Dibayarkan dari kode rekening :
a. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
b. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
c. Kode Rekening...................... Rp. .......................
Jumlah Rp. ....................…
Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah kemajuan fisik pekerjaan mencapai
prestasi ........... % dari biaya pelaksanaan pekerjaan;
c. Angsuran Ketiga :
Sebesar .....% dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar …..... % X
Rp...........= Rp. ....................( ...........................................);
Dibayarkan dari kode rekening:
a. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
b. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
c. Kode Rekening...................... Rp. .......................
Jumlah Rp. ....................…
Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah kemajuan fisik pekerjaan mencapai
prestasi ........... % dari biaya pelaksanaan pekerjaan;
d. Angsuran Keempat :
Sebesar .....% dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar ..... % X
Rp...........= Rp. ....................( ..............................................);
Dibayarkan dari kode rekening:
a. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
b. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
c. Kode Rekening...................... Rp. .......................
Jumlah Rp. ....................…
455

Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah kemajuan fisik pekerjaan mencapai


prestasi 100 % (seratus persen) atau pekerjaan telah selesai dikerjakan dan
diadakan Serah Terima Pekerjaan Tingkat I (ST T-I).
e. Angsuran Kelima :
Sebesar 5 % (lima persen) dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar 5%
(lima persen) X Rp. .......... = Rp. ......................
(...................................................);

Dibayarkan dari kode rekening :


a. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
b. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
c. Kode Rekening...................... Rp. .......................
Jumlah Rp. ....................…
Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah masa pemeliharaan pekerjaan
berakhir dan dilakukan Serah Terima Pekerjaan Tingkat II (STT-II):
(2) Untuk setiap pengajuan permintaan pembayaran angsuran (termin), PIHAK KEDUA
diwajibkan menyertakan Laporan Rincian Kemajuan Fisik Pekerjaan yang
ditandatangani oleh konsultan pengawas/pengawas lapangan:
(3) Yang diperhitungkan sebagai kemajuan fisik pekerjaan adalah bagian-bagian
pekerjaan yang telah selesai dikerjakan (volume terpasang), memenuhi persyaratan,
disetujui dan diterima baik oleh Konsultan Pengawas/Pengawas lapangan.
(4) Pembayaran-pembayaran angsuran dilakukan setelah bagian pekerjaan yang
bersangkutan (volume terpasang) telah diperiksa/disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Pengawas lapangan, yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan
Fisik Pekerjaan yang dilengkapi bukti hasil uji kualitas material dan ditandatangani
oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
(5) PIHAK PERTAMA wajib melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA paling
lambat 7 (tujuh) hari dari tanggal Berita Acara Pemeriksaan Fisik Pekerjaan yang
ditandatangani oleh Konsultan Pengawas /Pengawas lapangan.
(6) Dari setiap pembayaran angsuran, PIHAK PERTAMA akan memungut Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 6
PENANGGUHAN PEMBAYARAN
(1) PIHAK PERTAMA berhak melakukan penangguhan pembayaran pada setiap tahap
angsuran pembayaran (termin) jika PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajiban
sesuai dengan kontrak, dengan surat pemberitahuan penangguhan pembayaran
disertai alasan yang jelas.
(2) PIHAK PERTAMA memberikan kesempatan kepada PIHAK KEDUA untuk segera
memperbaiki kekurangan dan/atau kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan yang
dimulai paling lambat 3 (tiga) hari sejak diterimanya surat pemberitahuan
penangguhan pembayaran.
(3) PIHAK PERTAMA akan melakukan pembayaran yang ditangguhkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada PIHAK KEDUA, setelah PIHAK KEDUA
memperbaiki kekurangan dan/atau kesalahan dan dituangkan dalam suatu berita
acara yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan konsultan pengawas.
(4) Penangguhan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berakibat
pada perubahan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud
dalam kontrak pengadaan jasa pemborongan ini.
456

Pasal 7
JAMINAN PELAKSANAAN

(1) Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, ditetapkan dengan Jaminan


Pelaksanaan Pekerjaan sebesar 5 % (lima persen) dari nilai kontrak, yaitu
sebesar Rp. ............... berupa surat Jaminan Pelaksanaan dari Bank
Pemerintah, Bank Umum/Bank Jatim.
(2) Jaminan pelaksanaan berlaku sejak penandatanganan kontrak sampai dengan
14 (empat belas) hari setelah tanggal masa pemeliharaan berakhir berdasarkan
kontrak atau selama …….(….) hari sejak ditandatangani kontrak.
(3) Dalam hal PIHAK KEDUA mengundurkan diri dan/atau tidak melaksanakan
kewajiban kontraktual tanpa alasan yang sah setelah menandatangani kontrak
ini, maka PIHAK PERTAMA berhak mencairkan dan memiliki uang jaminan
pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Jaminan Pelaksanaan tersebut akan menjadi milik PIHAK PERTAMA apabila
terjadi penghentian dan pemutusan kontrak.

Pasal 8
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
(1) Pelaksanaan Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilaksanakan
selama …….. hari kalender terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Kontrak
Jasa Pemborongan ini sampai dengan Serah Terima Pekerjaan Tingkat I
(STT-I).
(2) Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, harus sudah selesai
dilaksanakan dan dilakukan Serah Terima Pekerjaan Tingkat I (STT-I), oleh
PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, paling lambat pada tanggal :
.................................
(3) Batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diperpanjang dengan
persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA, berdasarkan Berita Acara dari
Konsultan Pengawas /Pengawas lapangan, setelah mempertimbangkan
permintaan secara tertulis dari PIHAK KEDUA dengan mengemukakan alasan-
alasan yang cukup kuat, di luar kewenangan dan kekuasaan PIHAK KEDUA
antara lain :
a. pembebasan tanah, bangunan dan/atau utilitas dari penguasaan pihak lain,
yang dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA;
b. terjadinya keadaan kahar;
c. perubahan desain;
d. keterlambatan yang disebabkan oleh PIHAK PERTAMA.

Pasal 9
JAMINAN PEMELIHARAAN
(1) Dalam masa pemeliharaan setelah Serah Terima Pekerjaan Tingkat I
(STT I), pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) dari
biaya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 kontrak
ini.
(2) Jaminan pemeliharaan berupa retensi 5% (lima persen) dari nilai kontrak,
dengan masa berlaku retensi sesuai jangka waktu masa pemeliharaan.
457

(3) Dalam hal PIHAK KEDUA mengundurkan diri dan/atau tidak melaksanakan
kewajiban pemeliharaan selama masa pemeliharaan, maka PIHAK KEDUA
dikenakan sanksi larangan mengikuti pengadaan jasa pemborongan di instansi
Pemerintah dan retensi 5% tersebut menjadi milik PIHAK PERTAMA.

Pasal 10
JANGKA WAKTU MASA PEMELIHARAAN
(1) Masa pemeliharaan untuk pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
ditetapkan selama ............. terhitung sejak dilakukan Serah Terima Pekerjaan
Tingkat I (STT-I) antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA.
(2) PIHAK KEDUA dalam masa pemeliharaan tersebut diwajibkan mengadakan
pemeliharaan pekerjaan agar tetap sempurna sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
(3) Segala biaya yang diperlukan untuk pekerjaan pemeliharaan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.
(4) Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajiban tersebut, maka
pekerjaan pemeliharaan akan dilaksanakan oleh Pihak Lain atas perintah
PIHAK PERTAMA dan biaya pemeliharaannya dibebankan kepada PIHAK
KEDUA.
(5) Setelah masa pemeliharaan pekerjaan berakhir dan PIHAK KEDUA sudah
memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), maka
diadakan Serah Terima Pekerjaan Tingkat II (STT – II), dan PIHAK KEDUA
dibebaskan dari kewajibannya dalam pemeliharaan.

Pasal 11
PAJAK DAN BIAYA
Seluruh beban pajak dan biaya-biaya lain yang timbul akibat dari Kontrak
Pengadaan Jasa Pemborongan ini menjadi tanggungan dan harus dibayarkan oleh
PIHAK KEDUA sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 12
ASURANSI
(1) Selama masa pelaksanaan pekerjaan sampai dengan berakhirnya masa
pemeliharaan, PIHAK KEDUA wajib mengasuransikan pada Perusahaan
Asuransi yang disepakati kedua belah pihak atas pelaksanaan pekerjaan ini,
dan terhadap kemungkinan tuntutan ganti rugi sebagai akibat dari pelaksanaan
pekerjaan yang salah oleh PIHAK KEDUA, serta semua kemungkinan kerugian
lain dalam polis Contractor’s All Risk (CAR), dengan nilai pertanggungan
sebesar nilai riil pekerjaan tersebut sebelum PPN sebesar 10 % (sepuluh
persen), paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak dimulainya
pelaksanaan pekerjaan dimaksud.
(2) Semua polis asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibuat untuk dan
atas nama PIHAK PERTAMA, dan polis asli serta bukti pembayaran premi asli
yang telah dibayarkan oleh PIHAK KEDUA harus diserahkan kepada PIHAK
PERTAMA paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah premi
dibayarkan.
458

(3) Apabila terjadi resiko atas pekerjaan yang diasuransikan tersebut, maka hak
klaim asuransi sepenuhnya berada pada PIHAK PERTAMA, dan uang
pertanggungan yang diperoleh dari perusahaan asuransi digunakan untuk
perbaikan kembali bangunan yang mengalami resiko oleh PIHAK KEDUA.
(4) PIHAK KEDUA wajib mengasuransikan tenaga kerja (Jamsostek) pada
perusahaan asuransi tenaga kerja yang telah ditetapkan Pemerintah sesuai
ketentuan yang berlaku, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah
dimulainya pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Pasal 13
PERUBAHAN, PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN PEKERJAAN
(1) Kontrak yang dilakukan dengan sistem Kontrak Harga Satuan (Fixed Unit Price
Contract) ini, dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang (Contract
Variation Order), berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan :
a. pada saat pekerjaan fisik akan mulai dilaksanakan, harus dibuat perhitungan
menyeluruh atas hasil pengukuran, dan jika terjadi perbedaan maka dibuat
perhitungan menyeluruh atas semua contract variation order (CVO)/mutual
chek untuk dipakai sebagai dasar pembuatan Addendum/Amandemen
Kontrak sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan, yang selanjutnya merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Kontrak ini;
b. yang dimaksud dengan pekerjaan tambah/kurang adalah suatu pekerjaan
yang terjadi karena kondisi lapangan dan pelaksanaan pekerjaan yang tidak
diperhitungkan (tak terduga) akan terjadi dan tidak dapat dihindari, dalam
rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan, sehingga mengakibatkan
bertambah/ berkurangnya volume dan jenis pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak;
c. apabila berdasarkan penelitian yang dilakukan memang benar
mengakibatkan bertambah/berkurangnya volume dan jenis pekerjaan
tertentu, maka PIHAK KEDUA dapat melaksanakan pekerjaan
tambah/kurang tersebut setelah menerima Surat Perintah pekerjaan
tambah/kurang dari PIHAK PERTAMA;
d. surat perintah pekerjaan tambah/kurang tersebut harus memenuhi :
1. uraian pekerjaan tambah/kurang yang bersangkutan;
2. perkiraan biaya pekerjaan tambah/kurang;
3. persetujuan PIHAK KEDUA untuk melaksanakan pekerjaan
tambah/kurang tersebut;
e. pekerjaan tambah disepakati kedua belah pihak, tidak melebihi 10%
(sepuluh persen) dari nilai kontrak awal pekerjaan ini dan tidak termasuk
pekerjaan yang belum direncanakan.
(2) PIHAK PERTAMA dapat melakukan perubahan mengenai mutu atau volume
pekerjaan atas suatu bagian pekerjaan yang dianggap perlu atau dianggap
lebih, dan PIHAK PERTAMA mempunyai wewenang menetapkan bahwa PIHAK
KEDUA harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam
dokumen Kontrak;
b. menghapus bagian pekerjaan;
c. mengubah mutu atau macam pekerjaan;
d. mengubah elevasi, kedudukan, dan dimensi dari bagian-bagian pekerjaan;
459

e. melaksanakan pekerjaan tambahan yang diperlukan untuk menyelesaikan


seluruh pekerjaan, dan pekerjaan tambahan tersebut tidak akan
mempengaruhi berlakunya Kontrak.
(3) Perubahan-perubahan pekerjaan dilarang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA
tanpa suatu izin/perintah perubahan, yang diberikan secara tertulis oleh PIHAK
PERTAMA dan disetujui oleh PIHAK KEDUA.
(4) Dalam keadaan mendesak, konsultan pengawas/pengawas lapangan dapat
memberikan perintah perubahan yang harus diikuti dengan perintah tertulis dari
PIHAK PERTAMA, baik sebelum maupun sesudah perintah tertulis dari PIHAK
PERTAMA, perintah konsultan pengawas/pengawas lapangan tersebut
merupakan perintah untuk melakukan perubahan pekerjaan.
(5) PIHAK KEDUA wajib melaksanakan setiap perubahan dari volume pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan berhak mengajukan perubahan
biaya yang dihitung berdasarkan harga satuan yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga satuan.
(6) Perhitungan penambahan atau pengurangan pekerjaan yang disebabkan
adanya perintah perubahan, dilakukan atas dasar yang disetujui oleh kedua
belah pihak, dihitung berdasarkan daftar harga satuan pekerjaan, dan/atau
perhitungan analisa pekerjaan berdasarkan yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga satuan.
(7) Apabila terjadi perubahan persyaratan pekerjaan yang harus dilaksanakan
sehingga mengakibatkan penambahan dan/atau pengurangan pekerjaan, atas
persetujuan bersama oleh kedua belah pihak akan dituangkan dalam suatu
Addendum, yang selanjutnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
Kontrak ini.

Pasal 14
PELAKSANA, BAHAN & PERLENGKAPAN/PERALATAN PEKERJAAN
(1) Di tempat pekerjaan harus selalu ada wakil PIHAK KEDUA yang cakap,
memadai dan profesional serta bersertifikat sesuai yang dipersyaratkan, yang
ditunjuk sebagai pelaksana dan mempunyai wewenang/kuasa penuh untuk
mewakili PIHAK KEDUA, yang dapat menerima dan menyelesaikan segala
perintah serta petunjuk-petunjuk dari konsultan pengawas/pengawas lapangan.
(2) Bahan-bahan dan Perlengkapan/Peralatan Pekerjaan :
a. apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) tidak ada ketentuan
lain, maka semua kebutuhan bahan dan perlengkapan/ peralatan untuk
pekerjaan harus diusahakan dan menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA;
b. semua bahan, barang dan perlengkapan/peralatan untuk pekerjaan serta
tahapan pelaksanaan pekerjaan, harus diketahui dan disetujui oleh PIHAK
PERTAMA, selanjutnya berlaku ketentuan-ketentuan dalam AV Pasal 23
sampai Pasal 27.
(3) Buku Harian Lapangan (BHL) dan Laporan :
a. PIHAK KEDUA wajib menyediakan, mengisi dan membuat catatan dalam
Buku Harian di tempat pekerjaan;
b. semua perintah dan peringatan dari PIHAK PERTAMA, rekaman kondisi
cuaca dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan dicatat dalam Buku Harian oleh PIHAK KEDUA;
460

c. PIHAK KEDUA wajib membuat laporan berkala dan berkesinambungan


mengenai kemajuan pekerjaan, tenaga kerja, perubahan pekerjaan dan lain-
lain yang berhubungan dengan kelancaran serta hambatan/ kesulitan
pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 15
KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA
(1) PIHAK KEDUA harus menjaga keselamatan para pekerja, dan petugas proyek
lainnya ketika melaksanakan pekerjaan/tugas, dan/atau ketika berada di dalam
lokasi pekerjaan.
(2) PIHAK KEDUA wajib menghindarkan segala kemungkinan bahaya yang dapat
timbul atas para pekerja dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Apabila
terjadi kecelakaan, maka segala akibatnya menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUA.
(3) Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan dan perlengkapan/peralatan kerja
yang dibutuhkan untuk pekerjaan, maka PIHAK KEDUA harus membuat
gudang/tempat khusus yang baik.
(4) Untuk menghindarkan kehilangan bahan bangunan, perlengkapan/peralatan
kerja, perlu dilakukan penjagaan yang cukup memadai oleh PIHAK KEDUA.

Pasal 16
JASA DAN PRODUKSI DALAM NEGERI
(1) Kecuali ditentukan lain dalam kontrak ini, maka untuk pelaksanaan,
penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan, PIHAK KEDUA wajib
mengutamakan jasa dan produksi Dalam Negeri sebagaimana ditentukan
dalam RKS, dengan tetap mengutamakan syarat-syarat mutu bahan dan jasa
yang bersangkutan, sesuai dengan petunjuk dan persetujuan PIHAK
PERTAMA.
(2) Penggunaan jasa dan produksi Dalam Negeri, hasil pekerjaannya tetap harus
memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan, dan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab PIHAK KEDUA.
(3) PIHAK KEDUA wajib melaporkan secara periodik kepada konsultan pengawas
tentang pelaksanaan ketentuan ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 17
KEIKUTSERTAAN GOLONGAN USAHA KECIL *
*(untuk non kecil)
(1) PIHAK KEDUA wajib mengikutsertakan Golongan Usaha Kecil, dalam
pelaksanaan bagian pekerjaan, sebagai sub kontraktor atau sebagai pemasok
bahan sesuai spesialisasi/keahlian yang diperlukan, dengan tetap
memperhatikan bonafiditas yang bersangkutan, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan disetujui oleh PIHAK PERTAMA.
(2) PIHAK KEDUA bertanggung jawab penuh atas hasil kerja yang dilaksanakan
baik yang dikerjakan sendiri ataupun yang dikerjakan oleh PIHAK KETIGA atas
persetujuan PIHAK PERTAMA.
(3) PIHAK KEDUA wajib melaporkan secara berkala dan berkesinambungan
kepada PIHAK PERTAMA, tentang pelaksanaan ketentuan ayat (1) dan ayat
(2).
461

(4) Dalam hal PIHAK KEDUA ternyata melalaikan kewajiban sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 14, Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dan setelah diawali
teguran tertulis dari PIHAK PERTAMA tidak juga dilaksanakan oleh PIHAK
KEDUA, maka dapat dikenakan sanksi dan/atau denda berdasarkan kontrak ini.

Pasal 18
HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
(1). PIHAK KEDUA dengan ini menjamin atas keabsahan setiap jenis hak atas
kekayaan intelektual yang digunakan dan/atau diterapkan dalam pekerjaan
sebagaimana diatur dalam kontrak ini dan PIHAK KEDUA membebaskan
PIHAK PERTAMA dari segala tuntutan atau gugatan dari pihak lain yang terkait
dengan penggunaan dan/atau penerapan hak atas kekayaan intelektual dalam
pekerjaan ini.
(2). Hak atas kekayaan intelektual yang lahir atau tercipta sebagai akibat dari
pelaksanaan kontrak ini menjadi hak PIHAK PERTAMA.

Pasal 19
PENGALIHAN PEKERJAAN
(1) Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, baik sebagian maupun
seluruhnya dilarang dialihkan oleh PIHAK KEDUA kepada pihak lain, tanpa
persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA.
(2) Jika ternyata PIHAK KEDUA menyerahkan sebagian pekerjaan atau seluruhnya
kepada pihak lain, dan peringatan-peringatan tertulis dari PIHAK PERTAMA
tidak dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA, maka setelah mengadakan
perhitungan, PIHAK PERTAMA berhak membatalkan Kontrak ini secara
sepihak dan menetapkan PIHAK KEDUA dalam daftar hitam.

Pasal 20
KERJA LEMBUR
(1) Kerja lembur di luar ketentuan waktu kerja, PIHAK KEDUA wajib minta izin
secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA.
(2) Sebelum mendapatkan izin tertulis dari PIHAK PERTAMA, yang dalam hal ini
dapat diwakili konsultan pengawas/pengawas lapangan, maka PIHAK KEDUA
dilarang melakukan kerja lembur.

Pasal 21
PENGAWASAN PEKERJAAN
Pengawasan pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1,
dilakukan oleh Pengawas Lapangan/Konsultan Pengawas.
462

Pasal 22
CIDERA JANJI
PIHAK KEDUA dinyatakan melakukan cidera janji apabila tidak memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a. tidak menyelesaikan pekerjaan;
b. pekerjaan tidak memenuhi mutu pekerjaan sebagaimana spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan;
c. hasil pekerjaan tidak memenuhi kuantitas yang telah ditetapkan;
d. waktu penyelesaian pekerjaan melebihi batas waktu dalam Surat Penawaran
Harga (SPH) dan/atau Rencana Kerja Syarat-syarat (RKS).

Pasal 23
SANKSI DAN DENDA
(1) Apabila penyerahan pekerjaan tingkat pertama (STT – I), dilakukan melampaui
batas waktu yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, maka
PIHAK KEDUA dikenakan denda keterlambatan untuk setiap satu hari
keterlambatan sebesar 1‰ (satu permil) dari biaya pelaksanaan pekerjaan atau
sebesar Rp........... (..................).
(2) Apabila PIHAK KEDUA melalaikan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati
dan/atau ketentuan serta syarat-syarat teknis, dan ternyata tidak segera
memperbaiki kelalaian tersebut setelah menerima 2 (dua) kali surat peringatan
dari PIHAK PERTAMA, maka untuk tiap kelalaian yang telah diperingatkan,
PIHAK KEDUA dikenakan sanksi denda setiap kali kelalaian sebesar Rp.
.........................(...............................).
(3) Apabila jadwal waktu penyerahan pekerjaan tingkat I (STT-I) yang telah
disepakati ternyata dilampaui, sedangkan pekerjaan secara keseluruhan belum
selesai, dan karena sesuatu hal terjadi pemutusan kontrak, maka PIHAK
KEDUA tetap dikenakan denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), dengan mempertimbangkan nilai fisik (volume terpasang) yang telah
dilaksanakan dan yang dapat disetujui PIHAK PERTAMA.
(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), dapat
dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA melalui pemotongan terhadap
pembayaran angsuran (termin) yang diterimakan kepada PIHAK KEDUA.
(5) Besarnya denda yang dibayar oleh PIHAK PERTAMA atas keterlambatan
pembayaran tagihan PIHAK KEDUA sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang
terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu
menurut ketetapan Bank Indonesia, atau dapat diberikan kompensasi sesuai
ketentuan dalam dokumen kontrak.

Pasal 24
PENGHENTIAN DAN PEMUTUSAN KONTRAK
(1) Penghentian kontrak dilakukan apabila terjadi hal-hal di luar kekuasaan para
pihak untuk melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam kontrak, yang
disebabkan oleh timbulnya perang, pemberontakan, perang saudara,
sepanjang kejadian-kejadian tersebut berkaitan dengan negara kesatuan
Republik Indonesia, kekacauan dan huru-hara serta bencana alam yang
dinyatakan resmi oleh pemerintah, atau keadaan yang ditetapkan dalam
kontrak.
463

(2) Pemutusan kontrak dapat dilakukan apabila para pihak cidera janji dan/atau
tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur di
dalam kontrak.
(3) Pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kelalaian PIHAK KEDUA dikenakan
sanksi sesuai yang ditetapkan dalam kontrak berupa:
a. jaminan pelaksanaan menjadi milik Daerah;
b. sisa uang harus dilunasi oleh PIHAK KEDUA;
c. membayar denda dan ganti rugi kepada Daerah;
d. pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tertentu.
(4) PIHAK PERTAMA dapat memutuskan kontrak secara sepihak apabila denda
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan PIHAK KEDUA sudah
melampaui besarnya jaminan pelaksanaan.
(5) Kontrak batal demi hukum apabila isi kontrak melanggar peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(6) Kontrak dibatalkan apabila para pihak terbukti melakukan korupsi, kolusi,
nepotisme, kecurangan, dan/atau pemalsuan dalam proses pengadaan
maupun pelaksanaan kontrak.

Pasal 25
KEADAAN KAHAR
(1) Dikecualikan dari ketentuan dalam Pasal 10, PIHAK KEDUA dibebaskan dari
denda-denda dan sanksi apabila keterlambatan penyelesaian pekerjaan
disebabkan oleh terjadinya peristiwa-peristiwa di luar kekuasaan atau
kemampuan PIHAK KEDUA yang dianggap sebagai keadaan kahar yang
disetujui oleh PIHAK PERTAMA, misalnya:
a. bencana alam atau peperangan;
b. kejadian-kejadian akibat kebijakan Pemerintah dalam bidang moneter dan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah bahwa akibat kebijakan tersebut
dapat digolongkan sebagai keadaan kahar.
(2) Apabila terjadi peristiwa-peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PIHAK
KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA dalam
waktu paling lambat 14(empat belas) hari setelah terjadinya keadaan kahar
dengan menyertakan pernyataan keadaan kahar dari instansi yang berwenang.
(3). Atas persetujuan PIHAK PERTAMA, dibuatkan Berita Acara dan selanjutnya
batas waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
dapat diperpanjang, yang dituangkan dalam Addendum/Amandemen Kontrak
ini.

Pasal 26
KEGAGALAN BANGUNAN
(1). Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan setelah diserahterimakan
oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, baik secara keseluruhan
maupun sebagian menjadi tidak berfungsi dan/atau tidak sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau
pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan PIHAK KEDUA
dan/atau PIHAK PERTAMA.
464

(2). PIHAK KEDUA wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang
terjadi pada pekerjaan sebagaimana dimaksud oleh kontrak ini.
(3). Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan
akhir pekerjaan kontruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.
(4). Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan PIHAK
KEDUA, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka
PIHAK KEDUA wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan
dikenakan ganti rugi.
(5). Apabila PIHAK KEDUA melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah
ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan
bangunan, dikenakan pidana penjara atau denda berdasarkan Undang-Undang
tentang Jasa Konstruksi.
(6). Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
pihak ketiga selaku penilai ahli.

Pasal 27
PENILAIAN KEGAGALAN BANGUNAN
(1). Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih penilai ahli
yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen
dan mampu memberikan penilaian secara obyektif, yang harus dibentuk dalam
waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai
terjadinya kegagalan bangunan.
(2). Penilai ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilh dan disepakati
bersama oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

Pasal 28
TANGGUNG GUGAT AKIBAT KEGAGALAN BANGUNAN
PIHAK KEDUA bertanggung gugat atas setiap kerugian yang timbul yang terjadi
akibat kegagalan bangunan.

Pasal 29
PENEMUAN BENDA/BARANG BERNILAI SEJARAH
Penemuan-penemuan benda/barang yang mempunyai nilai sejarah atau penemuan-
penemuan menurut Undang-Undang yang dikuasai oleh negara di lokasi pekerjaan
pada masa pelaksanaan kontrak, PIHAK KEDUA wajib memberitahukan kepada
PIHAK PERTAMA dan Pihak berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Pasal 30
PEMBATALAN KONTRAK
(1) PIHAK PERTAMA berhak membatalkan Kontrak ini secara sepihak apabila
PIHAK KEDUA:
a. dalam jangka waktu satu bulan berturut-turut terhitung dari tanggal
ditandatangani Kontrak ini, tidak atau belum memulai tugas pekerjaannya;
b. dalam waktu 1 (satu) bulan berturut-turut tidak melanjutkan pekerjaannya;
465

c. secara langsung atau tidak langsung dengan sengaja memperlambat


penyelesaian pekerjaan;
d. memberikan keterangan-keterangan yang tidak benar, yang merugikan
kepentingan PIHAK PERTAMA.
(2) Para pihak sepakat untuk menyimpangi ketentuan dalam Pasal 1266 jo 1267
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pasal 31
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan kontrak ini, PIHAK PERTAMA
dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikan secara musyawarah untuk
mufakat;
(2) Jika penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, maka
kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan di Pengadilan
Negeri Surabaya sesuai dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku.

Pasal 32
DOMISILI
Mengenai pelaksanaan Kontrak ini dan segala akibatnya, kedua belah pihak memilih
kedudukan yang tidak dapat diubah di Kepaniteraan Pengadilan Negeri di Surabaya.

Pasal 33
PENUTUP
(1) Lampiran Kontrak Pengadaan Jasa Pemborongan ini terdiri :
a. Berita Acara Hasil Prakualifikasi Nomor. ……………. Tanggal …………
b. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAP) Nomor ........ Tanggal ...........;
c. Surat Penawaran Harga (SPH) Nomor........... Tanggal .............., berikut
lampirannya;
d. Berita Acara Pembukaan Sampul Surat Penawaran (BAPP) Nomor .....
Tanggal….;
e. Berita Acara Hasil Evaluasi Administrasi Nomor ……… Tanggal……..;
f. Berita Acara Hasil Evaluasi Teknis Nomor ……… Tanggal……..;
g. Berita Acara Hasil Evaluasi Kewajaran Harga Nomor. ……… Tanggal……..;
h. Berita Acara Hasil Evaluasi Kualifikasi Nomor ……… Tanggal……..;
i. Berita Acara Penilaian Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor............ Tanggal
........... ;
j. Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa (SKPPBJ) Nomor.......
Tanggal................;
k. Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) Nomor.....Tanggal
........................;
466

l. Dokumen Pelelangan (RKS, gambar-gambar, KAK/TOR, dan lainnya);


yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Kontrak ini, dan
merupakan satu kesatuan utuh;
(2) Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam Kontrak ini, dan/atau
perubahan yang dianggap perlu oleh kedua belah pihak, akan diatur lebih lanjut
dalam Kontrak Tambahan (Addendum/Amandemen), dan selanjutnya
merupakan bagian yang saling menunjang, yang tidak terpisahkan dari Kontrak
ini.
(3) Kontrak Pengadaan Jasa Pemborongan ini dibuat dan ditandatangani oleh
kedua belah pihak di Surabaya, pada hari, tanggal, bulan dan tahun tersebut di
atas yang aslinya dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing dibubuhi
meterai secukupnya, yang keduanya mempunyai kekuatan hukum yang sama,
dan untuk keperluan administrasi dibuat salinan dalam rangkap ........
(................).

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


Direktur PT/CV ...... Pejabat Pembuat Komitmen,

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)


Pangkat
NIP

WALIKOTA SURABAYA,

BAMBANG DWI HARTONO

Anda mungkin juga menyukai