Anda di halaman 1dari 16

331

STANDAR KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA


DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

A. Kontrak Pengadaan Jasa Pemborongan dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

PEMERINTAH KOTA SURABAYA


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH........

SURAT PERINTAH KERJA (SPK) PENGADAAN JASA PEMBORONGAN


Nomor : . .

Nama Kegiatan :. .
Nama Pekerjaan :. .
Lokasi :. .
Sumber Dana :. .
Tahun Anggaran :. .
Kode Kegiatan :. .
Kode Rekening :. .

Pejabat Pembuat Komitmen berdasarkan Keputusan Pengguna Anggaran atau


Kuasa Pengguna Anggaran pada Sekretariat Daerah Nomor .............................
tentang Pengangkatan Pejabat Pembuat Komitmen pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah ........................................... Pemerintah Kota Surabaya, selaku PIHAK
PERTAMA

Berdasarkan : 1. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman


Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah ketujuh kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007;
2. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor ....... Tahun ......
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran.......;
3. Peraturan Walikota Surabaya Nomor ........ Tahun ...... tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran ........;
4. Peraturan Walikota Surabaya Nomor ..... Tahun ........ tentang
Pedoman Teknis Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung
dan Pengadaan Barang/Jasa;
332

5. Keputusan Walikota Surabaya Nomor .............. tentang


Penetapan dan Pengangkatan Pengguna Anggaran, Kuasa
Pengguna Anggaran, Bendahara Penerimaan dan Bendahara
Pengeluaran;
6. Surat Perintah Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna
Anggaran pada Sekretariat Daerah Nomor ...... tentang
Penunjukan Pejabat/Panitia Pengadaan dan Pelaksana
Pengawasan Teknis;
7. Keputusan Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna
Anggaran pada Sekretariat Daerah Nomor .......... tentang
Pengangkatan Pejabat Pembuat Komitmen.

MEMERINTAHKAN
Kepada : …………………………………
Nama : …………………………………
Jabatan : Direktur PT / CV ……………..
Alamat : …………………………………
NPWP : …………………………………
Berdasarkan akte pendirian nomor ……… tanggal ….. yang dibuat oleh ……. Notaris
di ……….. dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Perusahaan tersebut di atas,
selanjutnya sebagai PIHAK KEDUA, untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan tersebut dalam pasal – pasal Surat Perintah Kerja ini :

Pasal 1
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
(1) PIHAK PERTAMA dalam kedudukannya seperti tersebut di atas, memberi tugas
kepada PIHAK KEDUA, dan selanjutnya PIHAK KEDUA menerima tugas
tersebut untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut di bawah ini :
a. Nama Kegiatan :………………..
b. Nama Pekerjaan :………………..
c. Lokasi :………………..
d. Lingkup Pekerjaan :………………..
i. ………………..
ii. ………………..
iii. ………………..
iv. dst.
dengan volume pekerjaan sesuai gambar, Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) maupun Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAP) Nomor : ………..
tanggal …….
(2) Surat Perintah Kerja (SPK) ini mengikat kedua belah pihak, dilakukan dengan
cara kontrak harga satuan yaitu bahwa penyelesaian seluruh pekerjaan ini
dilakukan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan
tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan, dengan spesifikasi teknis tertentu,
yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara.
333

(3) Jumlah volume dan nilai kontrak yang dibayarkan, dihitung berdasarkan
pelaksanaan di lapangan (volume terpasang), dan dengan ketentuan bahwa
pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan/terpasang oleh PIHAK KEDUA.

Pasal 2
DASAR PELAKSANAAN PEKERJAAN
(1) Pekerjaan-pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 harus dilaksanakan
oleh PIHAK KEDUA berdasarkan :
a. dokumen pelelangan yang terdiri dari gambar-gambar (termasuk gambar-
gambar detail), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan semua
perubahan sesuai dengan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAP) Nomor:
……… tanggal …………, dan keterangan-keterangan lainnya;
b. terhadap Surat Perintah Kerja (SPK) ini berlaku ketentuan/peraturan
administrasi dan teknis yang berlaku, termasuk :
1) Algemeene Voorwaarden voor de uitvoering bij aanneming van open bare
werken (AV) yang disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Nomor
9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No. 14571;
2) Ketentuan Pemerintah dan/atau Pemerintah Kota Surabaya yang berlaku
untuk pengadaan dan/atau pelaksanaan kegiatan Pemerintah;
c. petunjuk-petunjuk, saran-saran dan peringatan-peringatan lisan maupun
tertulis dari konsultan pengawas/pengawas lapangan, yang berkaitan dengan
persyaratan pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan.
(2) Semua dokumen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu
dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga satu dengan yang lain adalah
sejalan dan saling menunjang.
(3) Apabila terdapat ketidaksesuaian antara dokumen yang satu dengan dokumen
yang lain, maka masing-masing mempunyai kekuatan hukum dengan urutan
sebagai berikut :
a. Surat Perintah Kerja (SPK) Pengadaan Jasa Pemborongan, dan Addendum/
Amandemen;
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) lengkap dengan lampirannya, dan
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAP);
c. Gambar-gambar;
d. Surat Penawaran;
e. Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 3
TENAGA AHLI
(1) PIHAK KEDUA dalam menyelenggarakan pekerjaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 diwajibkan menggunakan tenaga ahli yang mempunyai sertifikat
keahlian sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi pekerjaan dimaksud.
334

(2) Apabila menurut pertimbangan PIHAK PERTAMA, tenaga yang dipergunakan


PIHAK KEDUA tidak memenuhi syarat, maka PIHAK PERTAMA segera
memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA
berkewajiban untuk segera mengganti dengan tenaga ahli yang lain.
(3) PIHAK KEDUA dapat menggantikan tenaga ahlinya dengan tenaga-tenaga ahli
lainnya dengan kualifikasi keahlian yang minimal sama, apabila terjadi hal-hal di
luar kekuasaannya, setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari
PIHAK PERTAMA.

Pasal 4
BIAYA PELAKSANAAN PEKERJAAN
(1) Kedua belah pihak telah sepakat dan setuju bahwa biaya pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ditetapkan sebesar Rp. ................
(.........................................).
(2) Biaya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surabaya, tahun
anggaran ….. kode kegiatan............., dengan rincian sebagai berikut:
a. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
b. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
c. Kode Rekening...................... Rp. .......................
Jumlah Rp. ....................…
(3) Biaya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah
termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 % (sepuluh persen), dan
didasarkan atas harga satuan tetap (fixed unit price) yang rinciannya tercantum
dalam daftar kuantitas dan harga satuan.

Pasal 5
ATURAN PEMBAYARAN
(1) Kedua belah pihak menyetujui pembayaran biaya pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dilakukan secara bertahap dengan
angsuran pembayaran (termin) sebagai berikut :
a. Angsuran Kesatu :
Sebesar .....% dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar .......% X Rp.
.......... = Rp. .................. ( ........................................);
Dibayarkan dari kode rekening :
a. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
b. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
c. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
Jumlah Rp. ....................…
Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah kemajuan fisik pekerjaan
mencapai prestasi ........... % dari biaya pelaksanaan pekerjaan;
b. Angsuran Kedua :
Sebesar .....% dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar …..... % X Rp
...........= Rp. ....................( .........................................);
335

Dibayarkan dari kode rekening :


a. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
b. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
c. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
Jumlah Rp. ....................…
Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah kemajuan fisik pekerjaan
mencapai prestasi ........... % dari biaya pelaksanaan pekerjaan;
c. Angsuran Ketiga :
Sebesar .....% dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar …..... % X
Rp...........= Rp. ....................( ...........................................);
Dibayarkan dari kode rekening:
a. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
b. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
c. Kode Rekening...................... Rp. .......................
Jumlah Rp. ....................…
Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah kemajuan fisik pekerjaan
mencapai prestasi ........... % dari biaya pelaksanaan pekerjaan;
d. Angsuran Keempat :
Sebesar .....% dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar ......... % X
Rp...........= Rp. ....................( ..............................................);
Dibayarkan dari kode rekening:
a. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
b. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
c. Kode Rekening...................... Rp. .......................
Jumlah Rp. ....................…
Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah kemajuan fisik pekerjaan
mencapai prestasi 100 % (seratus persen) atau pekerjaan telah selesai
dikerjakan dan diadakan Serah Terima Pekerjaan Tingkat I (ST T-I).
e. Angsuran Kelima :
Sebesar 5 % (lima persen) dari biaya pelaksanaan pekerjaan, atau sebesar
5% (lima persen) X Rp. .......... = Rp. ......................
(...................................................);
Dibayarkan dari kode rekening :
a. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
b. Kode Rekening ...................... Rp. .......................
c. Kode Rekening...................... Rp. .......................
Jumlah Rp. ....................…
Dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah masa pemeliharaan pekerjaan
berakhir dan dilakukan Serah Terima Pekerjaan Tingkat II (STT-II).
(2) Untuk setiap pengajuan permintaan pembayaran angsuran (termin), PIHAK
KEDUA diwajibkan menyertakan Laporan Rincian Kemajuan Fisik Pekerjaan
yang ditandatangani oleh konsultan pengawas/pengawas lapangan.
(3) Yang diperhitungkan sebagai kemajuan fisik pekerjaan adalah bagian-bagian
pekerjaan yang telah selesai dikerjakan (volume terpasang), memenuhi
persyaratan, disetujui dan diterima baik oleh konsultan pengawas/pengawas
lapangan.
336

(4) Pembayaran-pembayaran angsuran dilakukan setelah bagian pekerjaan yang


bersangkutan (volume terpasang) telah diperiksa/disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Pengawas lapangan, yang dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Fisik Pekerjaan yang dilengkapi bukti hasil uji kualitas material dan
ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
(5) PIHAK PERTAMA wajib melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA paling
lambat 7 (tujuh) hari dari tanggal Berita Acara Pemeriksaan Fisik Pekerjaan yang
ditandatangani oleh Konsultan Pengawas /Pengawas lapangan.
(6) Dari setiap pembayaran angsuran, PIHAK PERTAMA akan memungut Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 6
PENANGGUHAN PEMBAYARAN
(1) PIHAK PERTAMA berhak melakukan penangguhan pembayaran pada setiap
tahap angsuran pembayaran (termin) jika PIHAK KEDUA tidak melaksanakan
kewajiban sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK), dengan surat
pemberitahuan penangguhan pembayaran disertai alasan yang jelas.
(2) PIHAK PERTAMA memberikan kesempatan kepada PIHAK KEDUA untuk
segera memperbaiki kekurangan dan/atau kesalahan dalam pelaksanaan
pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan dimulai paling lambat 3 (tiga) hari sejak
diterimanya surat pemberitahuan penangguhan pembayaran.
(3) PIHAK PERTAMA akan melakukan pembayaran yang ditangguhkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada PIHAK KEDUA, setelah PIHAK
KEDUA memperbaiki kekurangan dan/atau kesalahan dan dituangkan dalam
suatu berita acara yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan konsultan
pengawas.
(4) Penangguhan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berakibat pada perubahan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam Surat Perintah Kerja ini.

Pasal 7
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
(1) Pelaksanaan Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilaksanakan
selama …….. hari kalender terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Surat
Perintah Kerja (SPK) Jasa Pemborongan ini sampai dengan Serah Terima
Pekerjaan Tingkat I (STT-I).
(2) Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, harus sudah selesai
dilaksanakan dan dilakukan Serah Terima Pekerjaan Tingkat I (STT-I), oleh
PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, paling lambat pada tanggal :
......................
(3) Batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diperpanjang dengan
persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA, berdasarkan Berita Acara dari
Konsultan Pengawas/Pengawas lapangan, setelah mempertimbangkan
permintaan secara tertulis dari PIHAK KEDUA dengan mengemukakan alasan
yang kuat, di luar kewenangan dan kekuasaan PIHAK KEDUA antara lain :
a. pembebasan tanah, bangunan dan/atau utilitas dari penguasaan pihak lain,
yang dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA;
b. terjadinya keadaan kahar;
c. perubahan desain;
d. keterlambatan yang disebabkan oleh PIHAK PERTAMA.
337

Pasal 8
JAMINAN PEMELIHARAAN
(1) Dalam masa pemeliharaan setelah Serah Terima Pekerjaan Tingkat I
(STT I) pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) dari
biaya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
(2) Jaminan pemeliharaan berupa retensi 5% (lima persen) dari nilai kontrak,
dengan masa berlaku retensi sesuai jangka waktu masa pemeliharaan.
(3) Dalam hal PIHAK KEDUA mengundurkan diri dan/atau tidak melaksanakan
kewajiban pemeliharaan selama masa pemeliharaan, maka PIHAK KEDUA
dikenakan sanksi dilarang mengikuti pengadaan jasa pemborongan di Instansi
Pemerintah dan retensi 5% (lima persen) tersebut menjadi milik PIHAK
PERTAMA.

Pasal 9
JANGKA WAKTU MASA PEMELIHARAAN
(1) Masa pemeliharaan untuk pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
ditetapkan selama ............. terhitung sejak dilakukan Serah Terima Pekerjaan
Tingkat I (STT-I) antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA.
(2) PIHAK KEDUA dalam masa pemeliharaan tersebut diwajibkan mengadakan
pemeliharaan pekerjaan agar tetap sempurna sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
(3) Segala biaya yang diperlukan untuk pekerjaan pemeliharaan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.
(4) Apabila PIHAK KEDUA tidak mengindahkan kewajiban tersebut, maka
pekerjaan pemeliharaan akan dilaksanakan oleh pihak lain atas perintah PIHAK
PERTAMA dan biaya pemeliharaannya dibebankan kepada PIHAK KEDUA.
(5) Setelah masa pemeliharaan pekerjaan berakhir dan PIHAK KEDUA sudah
memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), maka
diadakan Serah Terima Pekerjaan Tingkat II (STT – II), dan PIHAK KEDUA
dibebaskan dari kewajibannya dalam pemeliharaan.

Pasal 10
PAJAK DAN BIAYA
Seluruh beban pajak dan biaya-biaya lain yang timbul akibat dari Surat
Perintah Kerja (SPK) Pengadaan Jasa Pemborongan ini menjadi tanggungan
dan harus dibayarkan oleh PIHAK KEDUA sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 11
ASURANSI
(1) Selama masa pelaksanaan pekerjaan sampai dengan berakhirnya masa
pemeliharaan, PIHAK KEDUA wajib mengasuransikan pada Perusahaan
Asuransi yang disepakati kedua belah pihak atas pelaksanaan pekerjaan ini,
dan terhadap kemungkinan tuntutan ganti rugi sebagai akibat dari pelaksanaan
pekerjaan yang salah oleh PIHAK KEDUA, serta semua kemungkinan kerugian
lain dalam polis Contractor’s All Risk (CAR), dengan nilai pertanggungan
sebesar nilai riil pekerjaan tersebut sebelum PPN sebesar 10 % (sepuluh
persen), paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak dimulainya
pelaksanaan pekerjaan dimaksud.
338

(2) Semua polis asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuat untuk dan
atas nama PIHAK PERTAMA, dan polis asli serta bukti pembayaran premi asli
yang telah dibayarkan oleh PIHAK KEDUA harus diserahkan kepada PIHAK
PERTAMA paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah premi
dibayarkan.
(3) Apabila terjadi resiko atas pekerjaan yang diasuransikan tersebut, maka hak
klaim asuransi sepenuhnya berada pada PIHAK PERTAMA, dan uang
pertanggungan yang diperoleh dari perusahaan asuransi digunakan untuk
perbaikan kembali pekerjaan yang mengalami resiko oleh PIHAK KEDUA.
(4) PIHAK KEDUA wajib mengasuransikan tenaga kerja pada perusahaan asuransi
tenaga kerja yang telah ditetapkan Pemerintah sesuai ketentuan yang berlaku,
paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dimulainya pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.

Pasal 12
PERUBAHAN, PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN PEKERJAAN
(1) Kontrak yang dilakukan dengan sistem Kontrak Harga Satuan (Fixed Unit Price
Contract) ini, dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang (Contract
Variation Order), berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan:
a. pada saat pekerjaan fisik akan mulai dilaksanakan, harus dibuat perhitungan
menyeluruh atas hasil pengukuran, dan jika terjadi perbedaan maka dibuat
perhitungan menyeluruh atas semua contract variation order (CVO)/mutual
chek untuk dipakai sebagai dasar pembuatan Addendum/Amandemen Surat
Perintah Kerja sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan, yang selanjutnya
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Perintah Kerja (SPK)
ini;
b. yang dimaksud dengan pekerjaan tambah/kurang adalah suatu pekerjaan
yang terjadi karena kondisi lapangan dan pelaksanaan pekerjaan yang tidak
diperhitungkan (tak terduga) akan terjadi dan tidak dapat dihindari, dalam
rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan, sehingga mengakibatkan
bertambah/ berkurangnya volume dan jenis pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak;
c. apabila berdasarkan penelitian yang dilakukan memang benar
mengakibatkan bertambah/berkurangnya volume dan jenis pekerjaan
tertentu, maka PIHAK KEDUA dapat melaksanakan pekerjaan
tambah/kurang tersebut setelah menerima Surat Perintah pekerjaan
tambah/kurang dari PIHAK PERTAMA;
d. Surat perintah pekerjaan tambah/kurang tersebut harus memenuhi :
1. uraian pekerjaan tambah/kurang yang bersangkutan;
2. perkiraan biaya pekerjaan tambah/kurang;
3. persetujuan PIHAK KEDUA untuk melaksanakan pekerjaan
tambah/kurang tersebut;
e. pekerjaan tambah disepakati kedua belah pihak, tidak melebihi 10%
(sepuluh persen) dari nilai kontrak awal pekerjaan ini dan tidak termasuk
pekerjaan yang belum direncanakan.
(2) PIHAK PERTAMA dapat melakukan perubahan mengenai mutu atau volume
pekerjaan atas suatu bagian pekerjaan yang dianggap perlu atau dianggap
lebih, dan PIHAK PERTAMA mempunyai wewenang menetapkan bahwa PIHAK
KEDUA harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
339

a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam


dokumen Kontrak;
b. menghapus bagian pekerjaan;
c. mengubah mutu atau macam pekerjaan;
d. mengubah elevasi, kedudukan, dan dimensi dari bagian-bagian pekerjaan;
e. melaksanakan pekerjaan tambahan yang diperlukan untuk menyelesaikan
seluruh pekerjaan, dan pekerjaan tambahan tersebut tidak akan
mempengaruhi berlakunya Surat Perintah Kerja (SPK).
(3) Perubahan-perubahan pekerjaan tidak diperkenankan dilaksanakan oleh PIHAK
KEDUA tanpa suatu izin/perintah perubahan. Perintah perubahan tersebut
diberikan secara tertulis oleh PIHAK PERTAMA dan disetujui oleh PIHAK
KEDUA.
(4) Dalam keadaan mendesak, konsultan pengawas/pengawas lapangan dapat
memberikan perintah perubahan yang harus diikuti dengan perintah tertulis dari
PIHAK PERTAMA. Baik sebelum maupun sesudah perintah tertulis dari PIHAK
PERTAMA, perintah konsultan pengawas/pengawas lapangan tersebut
merupakan perintah untuk melakukan perubahan pekerjaan.
(5) PIHAK KEDUA wajib melaksanakan setiap perubahan dari volume pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan berhak mengajukan perubahan
biaya yang dihitung berdasarkan harga satuan yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga satuan.
(6) Perhitungan penambahan atau pengurangan pekerjaan yang disebabkan
adanya perintah perubahan, dilakukan atas dasar persetujuan kedua belah
pihak, dihitung berdasarkan daftar harga satuan pekerjaan dan/atau
perhitungan analisa pekerjaan berdasarkan daftar kuantitas dan harga satuan.
(7) Apabila terjadi perubahan persyaratan pekerjaan yang harus dilaksanakan
sehingga mengakibatkan penambahan dan/atau pengurangan pekerjaan, atas
persetujuan bersama oleh kedua belah pihak akan dituangkan dalam suatu
Addendum, yang selanjutnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Surat Perintah Kerja (SPK) ini.

Pasal 13
PELAKSANA, BAHAN DAN PERLENGKAPAN/PERALATAN PEKERJAAN
(1) Di tempat pekerjaan harus selalu ada wakil PIHAK KEDUA yang cakap,
memadai dan profesional serta bersertifikat sesuai yang dipersyaratkan, yang
ditunjuk sebagai pelaksana dan mempunyai wewenang/kuasa penuh untuk
mewakili PIHAK KEDUA, yang dapat menerima dan menyelesaikan segala
perintah serta petunjuk-petunjuk dari konsultan pengawas/pengawas lapangan.
(2) Bahan-bahan dan Perlengkapan/Peralatan Pekerjaan :
a. apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) tidak ada ketentuan
lain, maka semua kebutuhan bahan dan perlengkapan/peralatan untuk
pekerjaan harus diusahakan dan menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA;
b. semua bahan, barang dan perlengkapan/peralatan untuk pekerjaan serta
tahapan pelaksanaan pekerjaan, harus diketahui dan disetujui oleh PIHAK
PERTAMA, selanjutnya berlaku ketentuan-ketentuan dalam AV Pasal 23
sampai Pasal 27.
340

(3) Buku Harian Lapangan (BHL) dan laporan :


a. PIHAK KEDUA wajib menyediakan, mengisi dan membuat catatan dalam
Buku Harian di tempat pekerjaan;
b. semua perintah dan peringatan dari PIHAK PERTAMA, rekaman kondisi
cuaca dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan dicatat dalam Buku Harian oleh PIHAK KEDUA;
c. PIHAK KEDUA wajib membuat laporan berkala dan berkesinambungan
mengenai kemajuan pekerjaan, tenaga kerja, perubahan pekerjaan dan lain-
lain yang berhubungan dengan dengan kelancaran serta hambatan/kesulitan
pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 14
KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA
(1) PIHAK KEDUA harus menjaga keselamatan para pekerja dan petugas proyek
lainnya ketika melaksanakan pekerjaan/tugas dan/atau ketika berada di dalam
lokasi pekerjaan.
(2) PIHAK KEDUA wajib menghindarkan segala kemungkinan bahaya yang dapat
timbul atas para pekerja dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Apabila
terjadi kecelakaan, maka segala akibatnya menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUA.
(3) Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan dan perlengkapan/peralatan kerja
yang dibutuhkan untuk pekerjaan, maka PIHAK KEDUA harus membuat
gudang/tempat khusus yang baik. Untuk menghindarkan kehilangan bahan
bangunan, perlengkapan/peralatan kerja, perlu dilakukan penjagaan yang
cukup memadai oleh PIHAK KEDUA.

Pasal 15
JASA DAN PRODUKSI DALAM NEGERI
(1) Kecuali ditentukan lain dalam Surat Perintah Kerja (SPK) ini, maka untuk
pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan, PIHAK KEDUA wajib
mengutamakan jasa dan produksi Dalam Negeri sebagaimana ditentukan
dalam RKS, dengan tetap mengutamakan syarat-syarat mutu bahan dan jasa
yang bersangkutan, sesuai dengan petunjuk dan persetujuan PIHAK
PERTAMA.
(2) Penggunaan jasa dan produksi Dalam Negeri, hasil pekerjaannya tetap harus
memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan, dan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab PIHAK KEDUA.
(3) PIHAK KEDUA wajib melaporkan secara periodik kepada konsultan pengawas
tentang pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2).
341

Pasal 16
KEIKUTSERTAAN GOLONGAN USAHA KECIL *
*(untuk non kecil)
(1) PIHAK KEDUA wajib mengikutsertakan Golongan Usaha Kecil, dalam
pelaksanaan bagian pekerjaan, sebagai sub kontraktor atau sebagai pemasok
bahan sesuai spesialisasi/keahlian yang diperlukan, dengan tetap
memperhatikan bonafiditas yang bersangkutan, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan disetujui oleh PIHAK PERTAMA.
(2) PIHAK KEDUA bertanggung jawab penuh atas hasil kerja yang dilaksanakan
baik yang dikerjakan sendiri ataupun yang dikerjakan oleh PIHAK KETIGA atas
persetujuan PIHAK PERTAMA.
(3) PIHAK KEDUA wajib melaporkan secara berkala dan berkesinambungan
kepada PIHAK PERTAMA, tentang pelaksanaan Surat Perintah Kerja ini.
(4) Dalam hal PIHAK KEDUA ternyata melalaikan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (2), dan setelah
diawali teguran tertulis dari PIHAK PERTAMA tidak juga dilaksanakan oleh
PIHAK KEDUA, maka dapat dikenakan sanksi dan/atau denda berdasarkan
Surat Perintah Kerja ini.

Pasal 17
HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
(1). PIHAK KEDUA dengan ini menjamin atas keabsahan setiap jenis hak atas
kekayaan intelektual yang digunakan dan/atau diterapkan dalam pekerjaan
sebagaimana diatur dalam Surat Perintah Kerja (SPK) ini dan PIHAK KEDUA
membebaskan pihak pertama dari segala tuntutan atau gugatan dari pihak lain
yang terkait dengan penggunaan dan/atau penerapan hak atas kekayaan
intelektual dalam pekerjaan ini.
(2). Hak atas kekayaan intelektual yang lahir atau tercipta sebagai akibat dari
pelaksanaan Surat Perintah Kerja (SPK) ini menjadi hak PIHAK PERTAMA.

Pasal 18
PENGALIHAN PEKERJAAN
(1) Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, baik sebagian maupun
seluruhnya dilarang dialihkan oleh PIHAK KEDUA kepada pihak lain, tanpa
persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA.
(2) Jika ternyata PIHAK KEDUA menyerahkan sebagian pekerjaan atau seluruhnya
kepada pihak lain, dan peringatan-peringatan tertulis dari PIHAK PERTAMA
tidak dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA, maka setelah mengadakan
perhitungan, PIHAK PERTAMA berhak membatalkan Surat Perintah Kerja
(SPK) ini secara sepihak dan menetapkan PIHAK KEDUA dalam daftar hitam.

Pasal 19
KERJA LEMBUR
(1) Kerja lembur di luar ketentuan jam-jam kerja, PIHAK KEDUA wajib minta izin
secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA.
(2) Sebelum mendapatkan izin tertulis dari PIHAK PERTAMA, yang dalam hal ini
dapat diwakili konsultan pengawas/pengawas lapangan, maka PIHAK KEDUA
tidak diperkenankan melakukan kerja lembur.
342

Pasal 20
PENGAWASAN PEKERJAAN
Pengawasan pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
dilakukan oleh Pengawas Lapangan/Konsultan Pengawas.

Pasal 21
CIDERA JANJI
PIHAK KEDUA dinyatakan melakukan cidera janji apabila tidak memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a. tidak menyelesaikan pekerjaan;
b. pekerjaan tidak memenuhi mutu pekerjaan sebagaimana spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan;
c. hasil pekerjaan tidak memenuhi kuantitas yang telah ditetapkan;
d. waktu penyelesaian pekerjaan melebihi batas waktu dalam Surat Penawaran
Harga (SPH) dan/atau Rencana Kerja Syarat-syarat (RKS).

Pasal 22
SANKSI DAN DENDA
(1) Apabila penyerahan pekerjaan tingkat pertama (STT – I) dilakukan melampaui
batas waktu yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, maka
PIHAK KEDUA dikenakan denda keterlambatan untuk setiap satu hari
keterlambatan sebesar 1‰ (satu permil) dari biaya pelaksanaan pekerjaan atau
sebesar Rp........... (..................).
(2) Apabila PIHAK KEDUA melalaikan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati
dan/atau ketentuan serta syarat-syarat teknis, dan ternyata tidak segera
memperbaiki kelalaian tersebut setelah menerima 2 (dua) kali surat peringatan
dari PIHAK PERTAMA, maka untuk tiap kelalaian yang telah diperingatkan,
PIHAK KEDUA dikenakan sanksi denda setiap kali kelalaian sebesar
Rp. .........................(...............................).
(3) Apabila jadwal waktu penyerahan pekerjaan tingkat I (STT-I) yang telah
disepakati ternyata dilampaui, sedangkan pekerjaan secara keseluruhan belum
selesai, dan karena sesuatu hal terjadi pemutusan Surat Perintah Kerja (SPK),
maka PIHAK KEDUA tetap dikenakan denda sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), dengan mempertimbangkan nilai fisik (volume terpasang)
yang telah dilaksanakan dan yang dapat disetujui PIHAK PERTAMA.
(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dapat
dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA melalui pemotongan terhadap
pembayaran angsuran (termin) yang diterimakan kepada PIHAK KEDUA.
(5) Besarnya denda yang dibayar oleh PIHAK PERTAMA atas keterlambatan
pembayaran tagihan PIHAK KEDUA sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang
terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu
menurut ketetapan Bank Indonesia, atau dapat diberikan kompensasi sesuai
ketentuan dalam dokumen Surat Perintah Kerja (SPK).
343

Pasal 23
PENGHENTIAN DAN PEMUTUSAN SURAT PERINTAH KERJA
(1) Penghentian perintah kerja dilakukan apabila terjadi hal-hal di luar kekuasaan
para pihak untuk melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam Surat
Perintah Kerja (SPK), yang disebabkan oleh timbulnya perang,
pemberontakan, perang saudara, sepanjang kejadian-kejadian tersebut
berkaitan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, kekacauan dan huru-
hara serta bencana alam yang dinyatakan resmi oleh pemerintah, atau
keadaan yang ditetapkan dalam Surat Perintah Kerja (SPK).
(2) Pemutusan Surat Perintah Kerja (SPK) dapat dilakukan apabila para pihak
cidera janji dan/atau tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya
sebagaimana diatur dalam Surat Perintah Kerja (SPK).
(3) Pemutusan Surat Perintah Kerja (SPK) yang disebabkan oleh kelalaian PIHAK
KEDUA dikenakan sanksi sesuai yang ditetapkan dalam Surat Perintah Kerja
(SPK) berupa:
a. sisa uang harus dilunasi oleh PIHAK KEDUA;
b. membayar denda dan ganti rugi kepada negara;
c. pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tertentu.
(4) Surat Perintah Kerja (SPK) batal demi hukum apabila isi Surat Perintah Kerja
(SPK) melanggar perundang-undangan yang berlaku.
(5) Surat Perintah Kerja (SPK) dibatalkan apabila para pihak terbukti melakukan
korupsi, kolusi, nepotisme, kecurangan, dan pemalsuan dalam proses
pengadaan maupun pelaksanaan Surat Perintah Kerja (SPK).

Pasal 24
KEADAAN KAHAR
(1) PIHAK KEDUA dibebaskan dari denda-denda dan sanksi apabila keterlambatan
penyelesaian pekerjaan disebabkan oleh terjadinya peristiwa-peristiwa di luar
kekuasaan atau kemampuan PIHAK KEDUA yang dianggap sebagai keadaan
kahar yang disetujui oleh PIHAK PERTAMA, misalnya :
a. bencana alam atau peperangan;
b. kejadian-kejadian akibat kebijakan Pemerintah dalam bidang moneter dan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah bahwa akibat kebijakan tersebut
dapat digolongkan sebagai keadaan kahar.
(2) Apabila terjadi peristiwa-peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PIHAK
KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA dalam
waktu paling lambat 14(empat belas) hari setelah terjadinya keadaan kahar
dengan menyertakan pernyataan keadaan kahar dari instansi yang berwenang.
(3). Atas persetujuan PIHAK PERTAMA, dibuatkan Berita Acara dan selanjutnya
batas waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
dapat diperpanjang, yang dituangkan dalam Addendum/Amandemen Surat
Perintah Kerja (SPK) ini.
344

Pasal 25
KEGAGALAN BANGUNAN
(1). Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan setelah diserahterimakan
oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA, baik secara keseluruhan
maupun sebagian menjadi tidak berfungsi dan/atau tidak sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Surat Perintah Kerja (SPK) konstruksi atau
pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan PIHAK KEDUA
dan/atau PIHAK PERTAMA.
(2). PIHAK KEDUA wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang
terjadi pada pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Surat Perintah Kerja
(SPK) ini.
(3). Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan
akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.
(4). Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan PIHAK
KEDUA, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka
PIHAK KEDUA wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan
dikenakan ganti rugi.
(5). Apabila PIHAK KEDUA melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah
ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan
bangunan, diancam pidana penjara atau denda sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang jasa konstruksi.
(6). Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
pihak ketiga selaku penilai ahli.

Pasal 26
PENILAIAN KEGAGALAN BANGUNAN
(1). Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih penilai ahli
yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen
dan mampu memberikan penilaian secara obyektif, yang harus dibentuk dalam
waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai
terjadinya kegagalan bangunan.
(2). Penilai ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih dan disepakati
bersama oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

Pasal 27
TANGGUNG GUGAT AKIBAT KEGAGALAN BANGUNAN
PIHAK KEDUA bertanggung gugat atas setiap kerugian yang timbul yang terjadi
akibat kegagalan bangunan.
345

Pasal 28
PENEMUAN BENDA/BARANG BERNILAI SEJARAH
Penemuan-penemuan benda/barang yang mempunyai nilai sejarah atau penemuan-
penemuan menurut Undang-undang yang dikuasai oleh negara di lokasi pekerjaan
pada masa pelaksanaan kontrak, PIHAK KEDUA wajib memberitahukan kepada
PIHAK PERTAMA dan pihak berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Pasal 29
PEMBATALAN SURAT PERINTAH KERJA
(1) PIHAK PERTAMA berhak membatalkan Surat Perintah Kerja (SPK) ini secara
sepihak apabila PIHAK KEDUA:
a. dalam jangka waktu satu bulan berturut-turut terhitung dari tanggal
ditandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) ini, tidak atau belum memulai
tugas pekerjaannya;
b. dalam waktu 1 (satu) bulan berturut-turut tidak melanjutkan pekerjaannya;
c. secara langsung atau tidak langsung dengan sengaja memperlambat
penyelesaian pekerjaan;
d. memberikan keterangan-keterangan yang tidak benar, yang merugikan
kepentingan PIHAK PERTAMA.
(2) Para pihak sepakat untuk menyimpangi ketentuan dalam Pasal 1266 jo 1267
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pasal 30
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan kontrak ini, PIHAK PERTAMA
dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikan secara musyawarah untuk
mufakat.
(2) Jika penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, maka
kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan di Pengadilan
Negeri Surabaya sesuai dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku.

Pasal 31
DOMISILI
Mengenai pelaksanaan Surat Perintah Kerja (SPK) ini dan segala akibatnya, kedua
belah pihak memilih kedudukan yang tidak dapat diubah di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri di Surabaya.

Pasal 32
PENUTUP
(1) Lampiran Surat Perintah Kerja (SPK) Pengadaan Jasa Pemborongan ini terdiri :
a. Berita Acara Hasil Prakualifikasi Nomor. ……………. Tanggal …………;
b. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (BAP) Nomor. ........ Tanggal ...........;
346

c. Surat Penawaran Harga (SPH) Nomor ........... Tanggal .............., berikut


lampirannya;
d. Berita Acara Pembukaan Sampul Surat Penawaran (BAPP) Nomor .....
Tanggal….;
e. Berita Acara Hasil Evaluasi Administrasi Nomor. ……… Tanggal……..;
f. Berita Acara Hasil Evaluasi Teknis Nomor. ……… Tanggal……..;
g. Berita Acara Hasil Evaluasi Kewajaran Harga Nomor. ……… Tanggal……..;
h. Berita Acara Hasil Evaluasi Kualifikasi Nomor. ……… Tanggal……..;
i. Berita Acara Penilaian Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor............ Tanggal
..........;
j. Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa (SKPPBJ) Nomor.......
Tanggal................;
k. Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) Nomor........ Tanggal
........................;
l. Dokumen Pelelangan (RKS, gambar-gambar, KAK/TOR, dan lainnya);
yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Surat Perintah Kerja
(SPK) ini, dan merupakan satu kesatuan utuh.
(2) Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam Surat Perintah Kerja (SPK) ini,
dan/atau perubahan yang dianggap perlu oleh kedua belah pihak, akan diatur
lebih lanjut dalam Surat Perintah Kerja (SPK) Tambahan
(Addendum/Amandemen), dan selanjutnya merupakan bagian yang saling
menunjang, yang tidak terpisahkan dari Surat Perintah Kerja (SPK) ini.
(3) Surat Perintah Kerja (SPK) Pengadaan Jasa Pemborongan ini dibuat dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak di Surabaya, pada hari, tanggal, bulan
dan tahun tersebut di atas yang aslinya dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-
masing dibubuhi meterai secukupnya, yang keduanya mempunyai kekuatan
hukum yang sama, dan untuk keperluan administrasi dibuat salinan dalam
rangkap ........ (................).
Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal
Setelah membaca dengan seksama, Pejabat Pembuat Komitmen
menyatakan menerima dan melaksanakan Kegiatan
Surat Perintah Kerja ini ............................................................
PT/CV ......................................................
Selaku PIHAK KEDUA Selaku PIHAK PERTAMA

Meterai
Stempel Perusahaan

Direktur (Nama Lengkap)


Pangkat
NIP
Tembusan :
Yth. 1.Sdr. Kepala Badan Pengawas Kota Surabaya
2.Sdr. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya
3.Sdr. Kepala Bagian Bina Program Sekretariat Daerah Kota Surabaya
4.Sdr. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah ..........................
5.Sdr. Ketua Pengawas Lapangan
6.Sdr. Bendahara Pengeluaran

Anda mungkin juga menyukai