Anda di halaman 1dari 83

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat, Taufiq dan Hidayah-

Nya, Perencanaan Pembangunan Balai Nikah Dan Manasik Haji Kecamatan Sipatana T.A 2023
dapat diselesaikan penyusunannya.

Perencanaan Balai Nikah Dan Manasik Haji Kecamatan Sipatana T.A 2023, ini disajikan

sedemikian rupa, untuk memberikan gambaran singkat sehingga dapat disajikan yang akan
dilaksanakan oleh Kontraktor.

Kami menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran membangun

kami harapkan serta kepada semua Steakholder yang telah membantu di dalam perencanaan ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
memberkati kita.

Hormat Kami,
CV. MUBARAK CONSULTANT

RESKYANTI SYAM, S.T.


Direktur
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I KETENTUAN TEKNIS UMUM PEKERJAAN .................................................. 4
Pasal 1 JENIS KEGIATAN DAN INSTANSI ................................................................................... 4
Pasal 2 LINGKUP PEKERJAAN ......................................................................................................... 5
Pasal 3 RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................... 5
Pasal 4 PEKERJAAN PELAKSANAAN, PERSONIL DAN PERALATAN ................................. 6
Pasal 5 PERATURAN PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN .............................................. 16
Pasal 6 PENJELASAN RKS DAN GAMBAR .................................................................................. 17
Pasal 7 JADWAL PELAKSANAAN ................................................................................................... 19
Pasal 8 KUASA PENYEDIA JASA/KONTRAKTOR DILAPANGAN ........................................ 20
Pasal 9 TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) PENYEDIA JASA/KONTRAKTOR ........................ 21
Pasal 10 KEAMANAN LAPANGAN ................................................................................................ 21
Pasal 11 JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA ..................................................................... 22
Pasal 12 SITUASI .................................................................................................................................. 22
Pasal 13 PERUBAHAN PEKERJAAN ............................................................................................... 22
BAB II SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR .................................................. 24
Pasal 1 PEKERJAAN PERSIAPAN .................................................................................................... 24
Pasal 2 PEKERJAAN TANAH GALIAN DAN URUGAN ............................................................ 29
Pasal 3 PEKERJAAN PONDASI PASANGAN BATU .................................................................. 33
Pasal 4 PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG ............................................................ 36
Pasal 5 PEKERJAAN ACUAN / BEKISTING .................................................................................. 47
BAB III SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR .............................................. 51
Pasal 1 PEKERJAAN FINISHING LANTAI ..................................................................................... 51
Pasal 2 PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN ..................................................................... 54
Pasal 3 PEKERJAAN CAT, DAN FINISHING LAINNYA ............................................................ 56
Pasal 4 PEKERJAAN KUSEN, DAUN PINTU DAN JENDELA .................................................. 58
Pasal 5 PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI ............................................ 59
Pasal 6 PEKERJAAN PLAFOND ....................................................................................................... 60
BAB IV SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL ............................................... 62
Pasal 1 UMUM ...................................................................................................................................... 62
Pasal 2 STANDARD PELAKSANAAN ............................................................................................. 63
Pasal 3 LINGKUP PEKERJAAN ......................................................................................................... 63
Pasal 4 SPESIFIKASI TEKNIS ............................................................................................................. 63
Pasal 5 SPESIFIKASI MATERIAL ...................................................................................................... 65
Pasal 6 LAIN-LAIN ............................................................................................................................... 69

2
BAB V SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PLUMBING / SANITASI ............................. 70
Pasal 1 UMUM ...................................................................................................................................... 70
Pasal 2 LINGKUP PEKERJAAN ......................................................................................................... 70
BAB VI KONSTRUKSI ATAP BAJA RINGAN & PENUTUP ..................................... 77
Pasal 1 Umum ............................................................................................................ 77
BAB VII PEKERJAAN FINISHING LAINNYA ............................................................ 79
Pasal 1 Pekerjaan Pemasangan Aluminium Composite Panel (ACP) PVDF SEVEN 4 mm

..................................................................................................................................................................... 79

BAB VIII PEKERJAAN AKHIR ................................................................................... 82


BAB IX PENUTUP ...................................................................................................... 83

3
BAB I
KETENTUAN TEKNIS UMUM PEKERJAAN
Spesifikasi Teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama dengan

gambar-gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga yang keduanya bersama-sama


menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Istilah pekerjaan mencakup suplai

dan instalasi seluruh peralatan dan material yang harus dipadukan dalam konstruksi-

konstruksi, yang diperlukan menurut dokumen-dokumen kontrak, serta semua tenaga


kerja yang dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan peralatan dan material

tersebut. Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dan material yang harus

dipakai, harus diterapkan baik pada bagian dimana spesifikasi tersebut ditemukan
maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan dimana pekerjaan atau material tersebut

dijumpai.

Pasal 1

JENIS KEGIATAN DAN INSTANSI


1. Pekerjaan yang di maksud adalah Perencanaan Pembangunan Balai Nikah Dan

Manasik Haji Kecamatan Sipatana T.A. 2023, lokasi pekerjaan berada Kec.

Sipatana, Kota Gorontalo Tahun 2023.


2. Instansi pemberi tugas adalah KANTOR WILAYAH KEMENTRIAN AGAMA PROVINSI

GORONTALO.

3. Calon Kontraktor wajib meneliti situasi medan, terutama kondisi tanah, sifat dan

luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang berpengaruh terhadap penawarannya,


disamping ketentuan-ketentuan dalam RKS.

4. Kelalaian dan kurang ketelitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk

mengajukan claim dikemudian hari

4
Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa / Kontraktor meliputi bagian-

bagian pekerjaan yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana Kerja
dan Syarat- syarat Teknis ini.

Pasal 3

RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan.

a. Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan, Pengguna Barang/Jasa bersama-sama dengan

penyedia barang/jasa, perencana, pengawas teknis, dinas terkait dan instansi

terkait lainnya, terlebih dahulu menyusun rencana pelaksanaan pekerjaan sesuai


dengan surat perjanjian /kontrak.

b. Pengguna barang/jasa harus menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan

kontrak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterbitkan SPMK.


c. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan

pekerjaan adalah :

 Organisai kerja.

 Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan.


 Jadwal pelaksanaan pekerjaan.

 Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil.

 Memaparkan Metode lintasan kritis pekerjaan dari penyedia barang dan jasa
yang di uraikan dalam bentuk Critical Path Method atau aliran hal kritis

dalam pelaksanaan pekerjaan menyangkut, waktu, pembiayaan dan mutu

proyek
 Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

 Pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai

rencana kerja.
 Penyusunan program mutu proyek.

5
2. Pengguna Program Mutu.
a. Program mutu pengadaan barang/jasa harus disusun oleh penyedia

barang/jasa dan RMPK (Rencana Mutu Pekerjaan Kontrak) disepakati pengguna

barang/jasa pada rapat persiapan pelaksanaan kontrak dan dapat direvisi sesuai
dengan kondisi di lapangan.

b. Program mutu pengadaan barang/jasa paling tidak berisi:

 Informasi pengadaan barang/jasa;


 Organisasi proyek, pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa;

 Jadwal pelaksanaan;

 Prosedur pelaksanaan pekerjaan;

 Prosedur instruksi kerja;


 Pelaksanaan kerja.

c. Pemeriksaan bersama.

 Tahap awal periode pada pelaksanaan pekerjaan, pengguna barang/jasa


bersamasama dengan penyedia barang/jasa melakukan pemeriksaan

bersama.

 Untuk pemeriksaan bersama ini, pengguna barang/jasa dapat membentuk

panitia peneliti pelaksanaan kontrak.


Pasal 4

PEKERJAAN PELAKSANAAN, PERSONIL DAN PERALATAN

Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor termasuk pula pengadaan tenaga
kerja, bahan-bahan, alat-alat dan segala keperluan yang berhubungan dengan

pekerjaan pembangunan yang dilaksanakan.

1. Kualifikasi Penyedia Jasa disyaratkan sebagai berikut :


a. Memiliki NIB

b. Memiliki Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)

c. Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) dengan kualifikasi usaha KECIL yang
masih berlaku yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang dengan

6
Klasifikasi Bangunan Gedung Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Komersial
(BG004) atau Konstruksi Gedung Perkantoran (BG002) - KBLI 41012

d. Memiliki NPWP dan KSWP Status Valid

e. Memiliki Akta Pendirian dan Akta Perubahan (Apabila Ada)


2. Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan :

a. Pelaksana ahli yang mengerti gambar dan cara-cara pelaksanaan.

b. Pelaksana yang trampil dalam bidang pekerjaan.


c. Pompa air, mesin pemadat tanah, alat-alat pengukur seperti waterpas, penyekat

tegak dan alat-alat bantu lainnya, diperlukan untuk ketelitian, kerapihan

ketepatan pekerjaan.

d. Bahan yang harus sudah ada ditempat menjelang waktu pengerjaan sehingga
tidak akan terjadi kelambatan pelaksanaan dari jadwal yang telah ditentukan.

3. Kebutuhan untuk Personil Manajerial dalam melaksanakan pekerjaan

pembangunan yang dimaksud adalah :

Jabatan /
Pendidikan Jenis Sertifikasi Jumlah
No. Tenaga Ahli & Pengalaman
(minimal) Ahli / Keterampilan (orang)
Terampil

1. Pelaksana S1 2 Tahun SKTK TA022 1

2. Petugas K3 SMA/SMK 0 Tahun Serifikat K3 1

4. Sebagai bukti kepemilikan tenaga di atas, di buktikan dengan melampirkan hasil


pemindaian (scan) berupa :

a. Ijazah dilegalisir.

b. SKA untuk tenaga ahli dan SKT untuk tenaga teknis / terampil yang masih
berlaku (kecuali tenaga logistik dan administrasi).

c. KTP yang masih berlaku

d. NPWP untuk tenaga ahli


e. CV (Curricullum Vitae)

7
5. Daftar Tenaga Tenaga Kerja yang di gunakan untuk pelaksanaan pekerjaan :

No. Tenaga Kerja Keterangan

1. Mandor Pekerja Grade A-Professional

2. Kepala Tukang Pekerja Grade B-Skill &Terampil

3. Tukang Pekerja Grade B -Terampil

4. Pekerja Pekerja Grade C- Terampil

6. Kebutuhan peralatan minimal dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan yang


di maksud :
Kebutuhan
No. Jenis Peralatan Kapasitas Minimal
Minimal

1. Stamper kekuatan 5.5 hp 1 unit

2. Dump Truck 5 m3 1 Unit

3. Tangki air 1100 2 Unit

4. Molen Beton 0,3 M3 3 Unit

5. Genset 10 Kva 1 Unit

6. Vibrator Beton 5 HP 1 Unit

Dilengkapi dengan bukti kepemilikan atau sewa (apabila sewa)

7. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) ditetapkan sebagai berikut :

No Uraian Kegiatan Resiko Identifikasi Bahaya

1 Pek. Rangka Atap Baja Ringan Kecil Cacat permanen, Meninggal

8
8. Bahan-bahan Bangunan
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis

pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.

Daftar Bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan :


Persyaratan Type, Jenis,
No. Nama Bahan Keterangan
atau Merek Bahan

1. Semen Portland Tonasa, Bosowa

Interior ( jotun Majestic

Cat Tembok interior True Beauty )


2.
dan eksterior Eksterior (Jotun Jotashield

Colour Extreme)

9
3. Cat Dasar/Alkali Jotun Jotashield Primer

4. Gypsum Board Indoboard 9 mm

Granit Uk. 60 x 60 Indogress, Sandimas,


5.
Polos Garuda

Sebelum memasang

membran bakar terlebih

6. Waterproofing dahulu menggunakan


bitumen astar

10
Membran bakar

Bituline PP-300 tebal 3 mm

Keramik 40x40
polished, 40x40

Unpolished
7. Roman, Milan, Mulia
Keramik 40x40 Motif
Batu Alam

Aksesories pintu
8. Dekkson, Solid
jendela

9. Sealent alumunium Dextone

11
10. Kuda-Kuda Atap c.75.75 Wija Truss

\\
11. Reng Wija Truss R30

Hollow Plafond
12. Wija Truss
4x4

Hollow Plafond
13. Wija Truss
2x4

Biotrop BP 06 STD 2.145


14. Biotec Septic Tank
Liter

15. Sanitair Toto

16. Pipa Rucika wavin

17. Lampu Philips

Supreme, Eterna
18. Kabel

19. Saklar, stopkontak Panasonic

20. MCCB Scheneider

12
21. Pekerjaan Penutup Atap Sakura Roof

22. Nok Atap Sakura Roof

23. Box Panel Uk. 30 x 40

24. Kusen Inkalum 4 Inchi Putih

25. HPL Taco

Alumunium Composite
26. Seven
Panel (ACP)

27. Kaca Bening 5 mm

fy

28. Besi D. 16, D. 13 mm SNI Sertifikat (Tegangan luluh / leleh)

350 Mpa

fy

29. Besi . Ø8, Ø10, Ø12 mm SNI Sertifikat (Tegangan luluh / leleh)
280 Mpa

30. Wiremesh M 10 Toleransi 0,5 mm

13
Sakura DX Merah Putih 0,75
31. Bondek
mm

Kayu kelas II dan kayu kelas


32. Kayu
III

JMD ( Job Mix Design)

JMF ( Job Mix formula)


Tanggung Jawab Kontraktor
33 Uji Kuat tekan Beton
Pelaksana
Dan

Uji Tarik Besi

34. Listplank GRC lebar 30 cm

fc 21,7 Mpa (K-250)


35 Mutu Beton
fc 14,5 Mpa (K-175)
Sebelum membeli

Penutup Lantai 60 x 60 warna dan motif sesuai


36 Granit / Keramik
motif kayu petunjuk dan
persetujuan dari PPK

9. Bahan Peralatan dan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan


pekerjaan sesuai dalam surat perjanjian/kontrak, adalah disediakan oleh penyedia

barang/jasa.

10. Bahan material yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, adalah :
a. Sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia.

b. Memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan dalam surat /perjanjian/kontrak,

RKS, gambar dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.

14
c. Sebelum digunakan/dipasang harus diajukan contoh atau brosur setiap bahan
dan peralatan tersebut untuk mendapat persetujuan dari pengguna

barang/jasa.

d. Pengguna barang/jasa berhak melakukan pengujian dan menolak terhadap


bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan

apabila ternyata tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan.

11. Bahan dan peralatan yang ditolak pengguna barang/jasa harus segera disingkirkan
dari lokasi / lapangan proyek, dalam waktu 2 (dua) hari kerja sejak tanggal

penolakan dilakukan.

12. Apabila terdapat bahan dan peralatan yang digunakan/dipasang belum atau telah

mendapat persetujuan, ternyata tidak memenuhi kualifikasi atau spesifikasi teknis


yang dipersyaratkan maka penyedia barang/jasa wajib mengganti/memperbaiki

dengan beban biaya sendiri dan tidak berhak menuntut ganti rugi.

13. Apabila bahan dan peralatan yang akan digunakan ternyata tidak ada lagi
dipasaran, maka penyedia barang/jasa segera mengajukan bahan dan peralatan

pengganti yang setara dan mendapatkan persetujuan tertulis dari pengguna

barang/jasa. Prosedur penggantian harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.


14. Penggantian bahan dan peralatan yang dimaksud pada ayat 5 diatas tidak dapat

dijadikan alasan keterlambatan pekerjaan.

15. Penyediaan dan pengamanan bahan dan peralatan dilokasi / lapangan proyek,
adalah menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa termasuk tempat dan

penyimpanannya harus tertib dan tidak mengganggu mobilisasi kerja dilapangan.

15
Pasal 5
PERATURAN PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

1. Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja

dan Syaratsyarat ini berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini


termasuk segala perubahan dan tambahannya :

a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman

Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.


b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan

Gedung.

c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2 PBI 1971.

d. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5 PKKI.


e. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia NI-3 PUBI 1970.

f. Peraturan Umum Instalasi Listrik (A.V.E)

g. Pedoman Plumbing Indonesia PPI 1979.


h. Persyaratan Cat Indonesia NI-4.

i. Peraturan Semen Portland Indonesia NI-8.

j. Peraturan Bata merah sebagai bahan bangunan NI-10.

k. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.


l. Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1994 tentang Rumah Negara;

2. Untuk melaksanakan pekerjaan ini, berlaku dan mengikat pula :

a. Gambar Kerja yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan disahkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen termasuk pula Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)

yang diselesaikan oleh Penyedia Jasa/ Kontraktor dan sudah disyahkan dan

disetujui oleh Konsultan Pengawas;


b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan BQ;

c. Gambar dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing);

d. Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang Penetapan Penyedia Jasa/


Kontraktor

16
e. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);
f. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang telah disetujui oleh Pengawas

Pasal 6

PENJELASAN RKS DAN GAMBAR


1. Penyedia Jasa/ Kontraktor wajib meneliti semua Gambar Kerja, Rencana Kerja dan

Syarat-syarat (RKS); termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan

dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing ).


2. Ukuran :

a. Satuan Ukur

Semua ukuran tersebut dalam gambar kerja dinyatakan dalam ukuran matrik,

kecuali untuk baut-baut dan sejenisnya dalam inch.


b. Ukuran Penduga.

Ukuran penduga adalah induk ukuran dari mana semua ketinggian dan

kedalaman diambil, berupa balok sepanjang 200 cm berpenampang 5 x 5 cm


dengan semua sisi diketam rata dimeni 2 kali sepanjang tegak lurus pada tanah

bangunan sedalam 100 cm. Ukuran Penduga ini dinyatakan dengan huruf (P)

dibuat oleh Kontraktor dibawah pengawasan Direksi dan dipelihara selama

pelaksanaan.
c. Ukuran pokok lebih kurang + 0.00 adalah tinggi lantai bangunan induk dalam

hal ini peil Selasar Lantai Dasar yang ditentukan + 70 cm dari muka tanah yang

telah dimatangkan. Selanjutnya semua ukuran tinggi dalam gambar diambil


dari tinggi lantai + 0.00 ini.

d. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja meliputi :

 As – As
 Luar - Luar Dalam

 Dalam Luar – Dalam

e. Khusus ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya ukuran yang
tertulis adalah ukuran jadi terpasang atau dalam keadaan selesai/finished.

17
f. Perbedaan Gambar.
 Bila suatu Gambar tidak cocok dengan Gambar yang lain dalam satu disiplin

kerja, maka Gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku /

mengikat.
 Jika terdapat perbedaan ukuran yang ditulis dengan angka dengan ukuran

yang ditulis dengan skala, maka ukuran yang dipakai adalah ukuran yang

ditulis dengan angka.


 Jika merasa ragu-ragu tentang ukuran harus segera meminta petunjuk

Pengawas Teknis atau Perencana.

 Bila ada perbedaan-perbedaan itu, ketidak jelasan, maupun

kesimpangsiuran menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan


dapat menimbulkan kesalahan, maka Penyedia Jasa/ Kontraktor diwajibkan

melaporkan kepada Pengawas Lapangan, dan mengadakan pertemuan

dengan Konsultan Perencana, untuk mendapatkan keputusan dari Konsultan


Perencana.

 Ketentuan diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Penyedia Jasa/

Kontraktor untuk memperpanjang waktu pelaksanaan maupun mengajukan

claim biaya pekerjaan tambah.


3. Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing).

a. Gambar Detail pelaksanaan atau Shop Drawing adalah Gambar Kerja yang wajib

dibuat Penyedia Jasa/ Kontraktor berdasarkan Gambar Kerja Dokumen yang


telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.

b. Penyedia Jasa/ Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing kepada Konsultan

Pengawas dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan tertulis


bagi pelaksanaan sebelum melaksanakan perubahan pekerjaan.

4. Gambar Hasil Pelaksanaan (As Built Drawing)

Penyedia jasa harus menyerahkan kepada pemilik pekerjaan gambar pelaksanaan


(as built drawing) paling lambat pada saat bobot prestasi pekerjaan 100 % (Serah

18
Terima Pertama pekerjaan / BAST I), dan telah disetujui oleh konsultan Pengawas
dan diketahui oleh konsultan Perencana.

5. Penyedia Jasa/ Kontraktor tidak dibenarkan mengubah atau mengganti ukuran-

ukuran yang tercantum dalam Gambar Kerja Dokumen tanpa sepengetahun


Konsultan Pengawas. Segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Penyedia

Jasa/ Kontraktor, baik dari segi biaya maupun waktu pelaksanaan.

Pasal 7

JADWAL PELAKSANAAN

1. Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, Penyedia Jasa/ Kontraktor wajib

membuat rencana kerja pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Critical


Path Method (CPM) atau Metode Lintasan Kritis, Bar Chart, S-Curve Bahan dan

Tenaga dan mengkoordinasikan hasilnya kepada Pengawas Lapangan, sehingga

pelaksanaan pekerjaan terkendali dan tidak menggangu kelancaran proyek secara


keseluruhan dan kelancaran kegiatan disekitar lokasi pekerjaan.

2. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dibuat secara lengkap dan menyeluruh mencakup

seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan, yang dapat menggambarkan

antara rencana dan realisasi.


3. Time Schedule dalam bentuk bar-chart, dilengkapi dengan perhitungan kemajuan

bobot untuk setiap minggunya.

4. Pada Time Schedule dilengkapi pula dengan kurva “S” dan harus di tanda tangani
oleh pihak yang terkait .

5. Rencana Kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari

Pengawas Lapangan, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah
SPMK diterima Penyedia Jasa/ Kontraktor. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh

Konsultan Pengawas, akan disyahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

6. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek melebihi ± 10 %


dari rencana awal maka perlu adanya perubahan schedule (Reschedule) .

19
7. Penyedia Jasa/ Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja 4 (empat)
rangkap kepada Pengawas Lapangan, 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus

ditempel pada bangsal Penyedia Jasa/ Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti

dengan grafik kemajuan pekerjaan/prestasi kerja.


8. Gambar kerja, time schedule, dan grafik cuaca harus dipasang/ditempel diruang

rapat Penyedia Jasa/ Kontraktor di lokasi pekerjaan.

Pasal 8

KUASA PENYEDIA JASA/KOTRAKTOR DILAPANGAN

1. Di lapangan pekerjaan Penyedia Jasa/ Kontraktor wajib menunjuk seorang Site

Manager dan Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan


dilapangan dan mendapat kuasa penuh dari Penyedia Jasa/ Kontraktor,

berpendidikan sesuai dengan yang tercantum dalam pasal 4 butir 2.

2. Dengan adanya Site Manager dan Pelaksana, tidak berarti bahwa Penyedia Jasa/
Kontraktor lepas tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap

kewajibannya.

3. Penyedia Jasa/ Kontraktor wajib memberi tahu kepada Konsultan Pengawas, nama

dan jabatan Site Manager dan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.


4. Bila dikemudian hari menurut pihak Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas,

Pelaksana kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan

diberitahu kepada Penyedia Jasa/ Kontraktor secara tertulis untuk mengganti Site
Manager dan Pelaksana.

5. Dalam waktu 7(tujuh) hari kalender setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan,

Penyedia Jasa/ Kontraktor harus sudah menunjuk Site Manager dan Pelaksana baru
atau Penyedia Jasa/ Kontraktor sendiri (Penanggung jawab/ Direktur Perusahaan)

yang akan memimpin pelaksanaan apabila sesuai dengan kualifikasi yang

disyaratkan.

20
Pasal 9
TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) PENYEDIA JASA/KONTRAKTOR

1. Untuk menjaga kemungkinan kerja diluar jam kerja apabila terjadi hal-hal yang

mendesak, Penyedia Jasa/ Kontraktor, Site Manager dan Pelaksana wajib


memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor telepon di lokasi kepada

Konsultan Pengawas.

2. Penyedia Jasa/ Kontraktor wajib memasukan identifikasi dan alamat Bengkel kerja
(Workshop) dan peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan Kontraktor akan

dilaksanakan.

3. Alamat Penyedia Jasa/ Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah selama

pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat Penyedia Jasa/ Kontraktor, Site Manager
dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.

Pasal 10
KEAMANAN LAPANGAN

1. Penyedia Jasa/ Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap

barangbarang milik Proyek, Pengawas Lapangan dan milik Pihak Ketiga yang ada

dilapangan.
2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui Konsultan

Pengawas, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah tanggung jawab

Penyedia Jasa/ Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan
tambah.

3. Apabila terjadi kebakaran, Penyedia Jasa/ Kontraktor bertanggung jawab atas

akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu
Penyedia Jasa/ Kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran

yang siap dipakai yang ditempatkan di tempat-tempat yang akan ditetapkan

kemudian oleh Konsultan Pengawas.

21
Pasal 11
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Penyedia Jasa/ Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut Syarat-

syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi

semua petugas dan pekerja dilapangan.

2. Penyedia Jasa/ Kontraktor wajib menyediakan air minum dan memenuhi syarat-
syarat kesehatan bagi semua Petugas dan Pekerja yang ada dibawah kekuasaan

Penyedia Jasa/ Kontraktor

3. Penyedia Jasa/ Kontraktor wajib menyediakan air bersih, Kamar Mandi dan WC

yang layak dan bersih bagi semua Petugas dan pekerja.


4. Tidak diperkenankan membuat penginapan didalam lapangan pekerjaan untuk

Pekerja, kecuali untuk Penjaga Keamanan.

5. Semua hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja wajib
diberikan oleh Penyedia Jasa/ Kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku (BPJS KETENAGAKERJAAN).

Pasal 12

SITUASI
1. Apabila lokasi pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana, Penyedia Jasa/

Kontraktor wajib meneliti situasi medan terutama kondisi tanah bangunan, sifat

dan luasnya pekerjaan, dan hal lain yang berpengaruh terhadap pelaksanaan
pekerjaan.

2. Kelalaian dan kekurang telitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk

klaim dikemudian hari.


Pasal 13

PERUBAHAN PEKERJAAN

1. Pada dasarnya seluruh volume dan item pekerjaan yang tercantum dalam kontrak
harus dilaksanakan. Apabila karena sesuatu hal volume dan atau item pekerjaan

22
tidak dapat dikerjakan oleh rekanan dengan pertimbangan yang bisa
dipertanggung jawabkan, maka terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari

Kepala Unit / Satuan Kerja yang bersangkutan, Pengawas Teknis dan Perencana

Teknik.
2. Persetujuan dimaksud dituangkan dalam Berita Acara Perubahan Pekerjaan yang

dibuat oleh Perencana yang didasarkan atas Berita Acara Peninjauan Lapangan

yang dibuat oleh Pengawas Teknis serta Perencana. Adapun Berita Acara
Perubahan tersebut ditanda tangani bersama rekanan, Unit / Satuan Kerja, dan

Pengawas Teknis serta Perencana.

3. Jika dimungkinkan item atau volume pekerjaan yang telah mendapat persetujuan

untuk tidak dilaksanakan dapat dilakukan pengalihan pekerjaan. Item dan volume
pekerjaan baru ditetapkan bersama dan dituangkan dalam Berita Acara tambah

Kurang dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas.

23
BAB II
SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR
Pasal 1

PEKERJAAN PERSIAPAN
1. pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan dilaksanakan sebelum Kontraktor Pelaksana melaksanakan

kegiatan, adapun lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan yaitu:


a. Pembersihan Lokasi/Area Kerja dan Perataan

pada pembersihan ini acuannya adalah gambar existing yang dipadu dengan

gambar rencana (seperti dalam gambar rencana). Jadi apabila terjadi kelebihan
bongkaran, maka menjadi tangung jawab Kontraktor Pelaksana

b. Membuat Papan Nama Proyek 80x120 cm (finish digital printing)

 Pemasangan papan nama proyek sebagaimana diatur pada pasal ini

dipancang dilokasi proyek pada tempat yang mudah dilihat umum;


 Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya

pelaksanaan pekerjaan dan dicabut kembali setelah mendapat persetujuan

Pengguna Anggaran;
 Papan nama proyek dibuat multiplek tebal 6 mm dengan ukuran lebar 80

cm dan tinggi 120 cm;

 Di cetak dalam bentuk baliho atau di sablon dengan

menyebutkan/menuliskan kegiatan, pekerjaan, lokasi, sumber dana, tahun


anggaran, jangka waktu pelaksanaan, besar dana, nama & alamat Kontraktor

Pelaksana;

 Papan nama dipasang pada tiang kaso ukuran 5/7 cm dengan ketinggian
disesuaikan kondisi lapangan;

 Jenis tulisan memakai huruf cetak, tulisan dan garis warna hitam.

24
c. Stelingan dan Perancah
 Perencah yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan;

 Posisi perancah diletakkan pada fondasi yang kuat dan rata. Permukaan

perancah harus mampu menahan berat perancah dan berbagai beban yang
akan diletakkan di atasnya. Pekerja bisa memberikan pendukung tambahan

bila diperlukan;

 Dilarang memasang, membongkar, atau meninggikan perancah kecuali


mendapatkan izin dan diawasi oleh pengawas yang berwenang.

d. Listrik & Air Kerja

 Pengadaan listrik kerja atau segala kebutuhan listrik pada saat pelaksanaan

pekerjaan pembangunan adalah kewajiban penyedia jasa / kontraktor untuk


menciptakan sumber listrik dengan pengajuan ke PLN, penyambungan atau

dari Genset, dan segala biaya atas pengadaan listrik tersebut adalah

kewajiban dan tanggung jawab penyedia jasa / kontraktor.


 Air kerja atau segala kebutuhan air pada saat pelaksanaan pekerjaan

pembangunan adalah kewajiban penyedia jasa / kontraktor untuk

menyediakan atau menciptakan sumber air, atau dengan melakukan

penyambungan, dan segala biaya pengadaan air kerja tersebut adalah


tanggung jawab penyedia jasa / kontraktor.

e. Administrasi & Dokumentasi

Pelaksana Lapangan setiap hari akan membuat laporan mengenai segala hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik teknis

maupun administrative

 Laporan Harian.
 Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan

pekerjaan, seluruh aktifitas kegiatan pekerjaan dilapangan dicatat

didalam buku harian lapangan (BHL) sebagai laporan harian pekerjaan


berupa rencana dan realisasi pekerjaan harian.

25
 Buku Harian Lapangan (BHL) berisi :
 Kuantitas dan macam bahan yang berada dilapangan.

 Penempatan tenaga kerja untuk tiap dan macam tugasnya.

 Jumlah, jenis, dan kondisi peralatan.


 Kuantitas dan kualitas jenis pekerjaan yang dilaksanakan.

 Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya

yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan.


 Catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.

 Buku Harian Lapangan (BHL) disiapkan dan diisi oleh penyedia

barang/jasa, dan diperiksa oleh pengawas teknis dan dilengkapi catatan

instruksi-instruksi dan petunjuk pelaksanaan yang dianggap perlu dan


disetujui oleh pengguna barang/jasa.

 Penyedia barang/jasa harus mentaati dan melaksanakan yang selaku

pelaksana proyek, terhadap instruksi, arahan dan petunjuk yang


diberikan pengawas teknis dalam Buku Harian Lapangan (BHL).

 Jika penyedia barang/jasa tidak dapat menerima / menyetujui

pendapat/perintah pengawas harus mengajukan keberatan-keberatan

secara tertulis dalam jangka waktu 3 x 24 jam.


 Penyedia barang/jasa harus memperbaiki atas beban biaya sendiri

terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, tidak sempurna dalam

pelaksanaannya atas kemauan inisiatif sendiri atau yang diperintah oleh


pengawas teknis maupun Pengguna Anggaran.

 Buku tamu disediakan pihak penyedia barang/jasa untuk merekam setiap

kunjungan tamu yang datang di lokasi pekerjaan, berisi tentang nama


tamu, tujuan kunjungan, hari dan tanggal kunjungan.

 Laporan Mingguan.

26
Laporan mingguan dibuat setiap minggu yang terdiri dari rangkuman
laporan harian dan berisi hal kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu

minggu, serta hal-hal yang penting yang perlu dilaporkan.

 Laporan Bulanan.
Laporan bulanan dibuat setiap bulan yang terdiri dari rangkuman laporan

mingguan dan berisi hal kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan,

serta hal-hal yang penting yang perlu dilaporkan.


 Dalam pembuatan laporan tersebut pihak Kontraktor harus memberikan

data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.

 Laporan tersebut harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan dan Pejabat

Pembuat Komitmen sebagai bahan monitoring.


 Untuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek, Pengguna barang/jasa

dengan menugaskan kepada penyedia barang/jasa, membuat foto – foto

dokumentasi untuk tahapan – tahapan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.


 Dokumetasi berupa Gambar dan Video dengan kualitas 1080 HD.

 Spesifikasi kamera berupa kamera Digital / DSLR / Mirrorles minimal 18

Megapixel, dan tidak di anjurkan untuk menggunakan kamera Handphone.

 Titik sudut pengambilan foto untuk tahap – tahap kegiatan diusahakan dari
posisi yang sama, serta menggunakan drone untuk tangkapan gambar serta

video udara untuk setiap progress pelaksanaan, setiap pekerjaan yang tidak

terlihat harus dibuat dokumentasi berupa video dan di pasang meter/sigmat


(jangka sorong).

 Tiap foto berukuran 3R, untuk video dengan kualitas 1080 HD dan diberi

catatan sebagai berikut :


 Nama dan lokasi Bangunan.

 Tanggal pengambilan

 Tahap pelaksanaan.

27
 Foto proyek dibuat oleh penyedia barang/jasa sesuai petunjuk Pengawas
Teknis, disusun dalam 4 (empat) tahapan disesuaikan dengan tahapan

pembayaran angsuran tetapi tidak termasuk masa pemeliharaan, yaitu

sebagai berikut :

Tahap I Bobot 0 % - 25 % Sesuai Hitungan Progres

Tahap II Bobot 25 % - 50 % Sesuai Hitungan Progres

Tahap III Bobot 50 % - 75 % Sesuai Hitungan Progres

Tahap IV Bobot 75 % - 100 % Sesuai Hitungan Progres

f. Mobilisasi Dan Demobilisasi

 Mobilisasi meliputi :
 Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam

pelaksanaan pekerjaan.

 Mempersiapkan fasilitas seperti kantor, gudang dan sebagainya.


 Mendatangkan personil dan tenaga kerja lapangan.

 Mobilisasi peralatan terkait dan personil penyedia barang/jasa dapat

dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

 Mobilisasi paling lambat harus sudah dimulai dilaksanakan dalam waktu 30


(tiga puluh) hari kalender sejak diterbitkan SPMK.

 Demobilisasi peralatan-peralatan, personil dan tenaga kerja lapangan

dilakuakan setelah semua pekerjaan selesai


2. Perlengkapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam pekerjaan

konstruksi. Pelaksana konstruksi harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip


kerja sesuai ketentuan K3 di lingkungan proyek.

a. Kelengkapan Administrasi K3.

28
Setiap pelaksanaan Item pekerjaan konstruksi wajib memenuhi, mamatuhi,
menggunakan dan memperhatikan kelengkapan administrasi K3, mulai dari

Papan Informasi, Rambu-rambu Peringatan, Topi Pelindung (Safety Helmet),

Sarung Tangan (Safety Gloves), Sepatu Keselamatan (Safety Shoes), Rompi


Keselamatan (Safety Fest), Pelindung Pernafasan dan Mulut (Masker),

Penunjang seluruh tubuh (Full Body Harness), Peralatan P3K (Kotak P3K dan

Obat-Obatan) dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 3kg.


b. Penyusunan Safety Plan.

Safety plan adalah rencana pelaksanaan K3 untuk proyek yang bertujuan agar

dalam pelaksanaan nantinya proyek akan aman dari kecelakaan dan bahaya

penyakit sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.


c. Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan.

Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan, melalui kerja sama

dengan instansi yang terkait K3, yaitu DISNAKER, polisi dan rumah sakit.
Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan :

 Safety patrol

 Safety supervisor (pengawasan)

 Safety meeting (rapat pembahasan)

Pasal 2

PEKERJAAN TANAH GALIAN DAN URUGAN


1. Lingkup Pekerjaan.

a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-

kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang


sesuai dengan Gambar Kerja dan Spesifikasi.

b. Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan tanah,

batubatuan atau material lain yang tidak berguna dari tempat proyek,

29
pembuangan lapisan tanah atas atau humus, pembuangan bekas-bekas
longsoran, yang kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi ini.

c. Pekerjaan pengurugan kembali sesuai lingkup pekerjaan sampai pada elevasi

yang telah ditentukan didalam Gambar Kerja.


2. Persyaratan Pekerjaan.

a. Tata Letak.

Kontraktor bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk


melaksanakan pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor harus menyerahkan

rencana tata letak untuk mendapat persetujuan dari Direksi Bench Mark ( BM )

yang bersifat tetap maupun sementara harus dijaga dari kemungkinan

gangguan atau pemindahan.


b. Pengawasan.

Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor harus diwakili oleh seorang

Pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan


penggalian/pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus

dilaksanakan sesuai kontrak.

c. Pekerjaan Galian.

 Posisi Pekerjaan galian tanah terdapat pada setiap titik Pondasi Telapak dan
Pondasi Jalur.

 Penggalian pondasi tidak boleh dimulai sebelum papan dasar, tanda peil

lantai serta sumbu dinding dan kolom disetujui Konsultan Pengawas dan
Direksi.

 Semua pekerjaan galian tanah pondasi dilaksanakan sesuai dengan gambar

kerja dan tanah kelebihannya harus digunakan untuk urugan kembali atau
untuk mengurug site dan peilnya belum sesuai dengan peil rencana atau

dibuang

 Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tempat-


tempat dimana penggunaan mesin-mesin tersebut dapat merusak benda-

30
benda yang berada didekatnya, bangunan-bangunan ataupun pekerjaan
yang telah selesai. Dalam hal ini metoda pekerjaan dengan tangan yang

harus dilaksanakan.

 Kontraktor harus membuat turap sementara yang cukup kuat untuk


menahan lereng-lereng tanah galian sehingga lereng-lereng galian tersebut

tidak ambruk, dan agar tidak mengganggu pekerjaan.

 Apabila terjadi kerusakan bangunan/konstruksi yang diakibatkan oleh


pekerjaan galian, maka Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap

kerusakan bangunan tersebut dan harus menggantinya atas biaya

Kontraktor.

 Setelah galian disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi, pekerjaan pondasi


segera dapat dimulai.

d. Pekerjaan Urugan Pasir.

 Bahan urugan yang dipakai adalah pasir urug darat yang memenuhi
persyaratan sebagai bahan urugan

 Setiap pekerjaan urugan pasir yang Berada Dibawah Pondasi Telapak

dipadatkan sesuai gambar rencana, Pondasi Jalur, Lantai Rabat dan Plat

Lantai
 Tebal urugan pasir berbeda-beda sesuai gambar rencana

 Pasir urug harus bebas dari kotoran dan biji-bijian yang dapat tumbuh

e. Pekerjaan Urugan Tanah Kembali


 Bahan urugan yang digunakan untuk Pondasi Telapak dan Galian Pondasi

Jalur adalah tanah bekas galian setempat yang memenuhi persyaratan

sebagai bahan urugan dan mendapat persetujuan dari Direksi


 Bahan urugan yang digunakan untuk leveling lantai adalah tanah Sirtu yang

memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan, dan harus didatangkan dari

luar proyek.

31
 Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk
menjamin penyediaan bahan urugan yang bisa mencukupi kebutuhan

seluruh proyek.

 Semua bahan urugan, harus mendapat persetujuan dari Direksi, baik


mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa

atau digunakan didalam lokasi pekerjaan.

 Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran, sampah dan


lain-lain, tidak boleh dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini

harus dipindahkan dan ditempatkan pada daerah pembuangan yang

disetujui atau ditunjuk oleh Direksi.

 Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara
stripping setebal 30 cm.

 Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan dilokasi pengurugan tetapi

tidak memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas
biaya sendiri.

 Pengurugan.

 Urugan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal maksimum lapisan 30

cm dan setiap lapis dipadatkan secara mekanis, dengan menggunakan


Stamper.

 Urugan dengan tenaga manusia hanya dapat dilakukan untuk daerah -

daerah urugan yang tidak akan menerima beban besar. Pemadatan


dilakukan dengan stamper. Pemadatan dilakukan pada setiap lapis yang

tebalnya tidak lebih dari 15 cm

 Setelah seluruh pengurugan selesai, hasil pengurugan harus berada


dalam kondisi baik, padat dan stabil. Apabila hasil urugan belum baik,

maka pengurugan harus diulang sampai mendapat persetujuan

Konsultan Pengawas dan Direksi.

32
 Tidak boleh dilakukan pengurugan selama hujan deras. Jika permukaan
lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor harus

membuat alur-alur pada bagian teratas untuk mengeringkannya sampai

mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan kembali. Ketinggian


pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi sesuai yang

tercantum didalam gambar kerja.

 Pemadatan.
 Lapisan tanah lebih dari 30 cm di bawah permukaan sub grade, harus

mencapai 90% dari kepadatan (kering) maksimum.

 Lapisan tanah kurang dari 30 cm di bawah permukaan sub grade, tanah

dasar tanpa kolusi dan tanah dasar berkolusi dengan indeks plastis
kurang dari 25 cm, harus mencapai 100% kepadatan (kering) maksimum.

 Tanah dasar berkolusi dengan indeks plastis sama dengan atau lebih

besar dari 25 cm, terlebih dahulu harus diturunkan indeks plastisnya.


 Selama pemadatan berlangsung, kadar air harus dijaga agar tidak lebih

besar dari 2% kadar air optimum.

 Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap

lapisan maksimum 30 cm dan dipadatkan sampai mencapai paling


sedikit 90 % (modified proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti

yang ditentukan dalam AASHTO T99.

 Kontraktor harus mengadakan test/pengujian terhadap bahan urugan


dan hasil pemadatan apabila dikehendaki oleh Direksi dan Konsultan

Pengawas. Biaya pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 3
PEKERJAAN PONDASI PASANGAN BATU

1. Spesifikasi Bahan.

a. Batu Belah

33
 Jenis Batu Belah yang digunakan adalah Batu Belah lokal, dengan
pemakaian jenis batu belah menyesuaikan lokasi/BQ/Gambar.

 Ukuran batu belah maksimum 30 cm dan minimum 10 cm.

 Batu Belah harus dari kualitas yang baik, keras, tidak poreous, tidak retak-
retak atau cacat yang dapat mengurangi kekuatan struktur.

 Batu bulat, licin atau pipih tidak boleh digunakan. Permukaan batu pecah

minimal haru mempunyai sisi pecahan dua muka yang kasar.


 Batu Belah yang akan dipasang pada bagian tepi bangunan yang tampak

mata orang memandang (ekspose) harus dengan ukuran dan bentuk yang

mirip (bersisi sama) dan dengan permukaan rata pada sisi yang tampak,

serta harus dipasang dengan rata dan rapi.


b. Pasir Pasang

 Pasir yang digunakan Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%.

 Tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak.


 Susunan besar butiran mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 – 3,8 dan

harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya.

c. Portland Cement (PC) atau Semen

 Semen yang digunakan adalah semen Portland (Bosowa /Tonasa)


 Semen yang digunakan harus PC Standar Nasional Indonesia (SNI) dan

memenuhi persyaratan N.I.8 tipe I menurut ASTM

 Semen yang akan dipakai harus dari satu merek yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam – macam jenis/merek semen untuk

suatu Konstruksi / struktur yang sama ), dalam keadaa baru dan asli , dikirim

dari kantong – kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah .
 Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan, semen

diterimakan dalam zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup

rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan diletakkan
pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai , zak-zak

34
semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 meter
atau maksimum 10 zak, setiap pengiriman baru harus ditandai dan

dipisahkan, dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut

urutan pengirimannya.
 Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah

penyimpanan, dianggap sudah rusak, membatu dan dapat ditolak

penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus
segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam atas

biaya Kontraktor.

d. Air

 Air yang dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah


air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam

alkali), tidak mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak

beton / tulangan, minyak atau lemak dan memenuhi syarat-syarat Peraturan


Beton Indonesia serta diuji terlebih dahulu oleh Laboratorium yang disetujui

oleh Pengawas Teknis.

 Air yang mengandung garam ( air laut ) sama sekali tidak diperkenankan

untuk dipakai

e. Adukan Pengisi digunakan campuran 1 Pc : 4 Psr.

2. Syarat – Syarat Pelaksanaan.


a. Bentuk dan Ukuran Pondasi sesuai yang tercantum dalam gambar rencana atau

sesuai dengan petunjuk Perencana.

b. Pada pasangan batu kali ini dasar maupun celah-celah batu kali harus di isi
adukan/perekat.

c. Bila digunakan batu kali atau batu bulat harus di pecah sekurang-kurangnya

mempunyai muka berbentuk pipih.

35
d. Pasangan pondasi batu kali dikerjakan di atas pasangan batu kosong 10 cm dan
pasir urug setebal 5 cm padat sesuai dengan gambar rencana.

e. Setiap pertemuan pondasi harus dipasang stek dari besi beton diameter 12.

Pasal 4
PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG

1. Pedoman Pekerjaan.

Seluruh pekerjaan strukur beton bertulang harus berpedoman pada peraturan


konstruksi

beton yang berlaku yaitu :

a. Perhitungan gaya gempa dalam SNI 1726-2012.

b. Tata cara perencanaan Struktur Beton untuk bangunan gedung SNI 03-2847-
2002.

c. Tata cara perencanaan Struktur Baja untuk bangunan gedung SNI 03-1929-

2002.
d. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk rumah dan gedung.

Peraturan- peraturan yang diperlukan tersebut di atas harus di sediakan Kontraktor

di “Site” Sehingga memudahkan apa bila hendak digunakan.

2. Syarat Tenaga Kerja.


a. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh Ahli – ahli atau tukang-tukang yang

berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaan.

b. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan
gambar dan Spesifikasi Struktur.

c. Apabila pengawas Teknis memandang perlu, Kontraktor dapat meminta

nasihat.
3. Persyaratan Bahan.

a. Semen.

 Semen yang digunakan adalah semen Portland (Bosowa/Tonasa) Lokal yang


memenuhi Syarat – Syarat dari :

36
 Peraturan–Peraturan Relevan yang tercantum pada Pasal ini ayat 1.
 Mempunyai Sertifikasi uji (Test Sertificate) dari Laboratorium yang

disetujui secara tertulis dari Pengawas Teknis .

 Semen yang akan dipakai harus dari satu merek yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam – macam jenis/merek semen untuk

suatu Konstruksi / struktur yang sama ), dalam keadaa baru dan asli , dikirim

dari kantong – kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah .
 Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan, semen

diterimakan dalam zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup

rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan diletakkan

pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai , zak-zak


semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 meter

atau maksimum 10 zak, setiap pengiriman baru harus ditandai dan

dipisahkan, dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut


urutan pengirimannya.

 Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah

penyimpanan, dianggap sudah rusak, membatu dan dapat ditolak

penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus
segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam atas

biaya Kontraktor

b. Agregat ( Aggregates ).
 Semua pemakaian batu pecah ( Agregat kasar ) dan pasir beton, harus

memenuhi syarat-syarat :

 Peraturan–peraturan relevan yang tercantum dalam pasal ini ( 1 ).


 Bebas dari tanah liat (tidak bercampur dengan tanah liat atau kotoran –

kotoran lainnya).

 Kerikil dan batu pecah ( Agregat Kasar ) yang mempunyai ukuran lebih besar
dari 38 mm, untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan tertulis dari

37
Pengawasa Teknis, Gradasi dan Agregat-agregat tersebut secara
keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang diisyaratkan, padat

dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam Proporsi

campuran yang akan dipakai. Pengawas Teknis harus meminta kepada


Kontraktor untuk mengadakan test kualitas dari agregat-agregat tersebut

dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh Pengawas Teknis, setiap saat di

laboratorium yang disetujui Pengawas Teknis atas biaya Kontraktor.


 Dalam hal ini adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut

disuplai, maka Kontraktor diwajibkan untuk memberitahukan secara tertulis

kepada Pengawas Teknis.

 Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya


dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan tanah dan terkotori.

c. Air.

 Air yang dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah


air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam

alkali), tidak mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak

beton / tulangan, minyak atau lemak dan memenuhi syarat-syarat Peraturan

Beton Indonesia serta diuji terlebih dahulu oleh Laboratorium yang disetujui
oleh Pengawas Teknis.

 Air yang mengandung garam ( air laut ) sama sekali tidak diperkenankan

untuk dipakai.
d. Besi Beton dan Wiremesh.

 Semua beton yang digunakan harus memenuhi Syarat – Syarat :

 Besi Ulir yang digunakan terdiri dari besi Ø 16 mm dan Ø 13 mm


 Besi polos yang digunakan terdiri dari besi Ø 12 mm, besi Ø 10 mm dan

besi Ø 8 mm.

 Wiremesh yang digunakan adalah wiremes M 10 dengan ukuran per


lembar 5,4 m x 2,1 m.

38
 Besi beton dan wiremesh yang digunakan harus baru, bebas dari
kotoran-kotoran, lapisan minyak / karat dan tidak cacat ( retak-retak ),

mengelupas, luka dan sebagainya.

 Dari jenis besi beton dan wiremesh dengan mutu sesuai yang tercantum
dalam gambar dan bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi

ketentuan-ketentuan Peraturan Beton Indonesia.

 Mempunyai penampang yang sama rata.


 Pemakaian besi beton dan wiremes dari jenis yang berlainan dari ketentuan

– ketentuan diatas, harus mendapat persetujuan tertulis Perencana Struktur,

besi beton harus disuplai dari sumber ( Manufacture ) dan tidak dibenarkan

untuk mencampur adukan bermacam sumber besi beton tersebut untuk


pekerjaan Konstruksi.

 Sebelum mengadakan pemesanan Kontraktor harus mengadakan pengujian

mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari
Pengawas Teknis, berjumlah minimal 3 ( tiga ) batang untuk tiap-tiap jenis

percobaan, yang diameternya sama dan panjangnya kurang lebih 100 cm.

Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana

dipandang perlu oleh Pengawas Teknis.


 Contoh besi beton dan wiremesh yang diambil untuk pengujian tanpa

kesaksian Pengawas Teknis tidak diperkenankan sama sekali dan hasil test

yang bersangkutan tidak sah


 Semua biaya – biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung

jawab Kontraktor. Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti Steel

Wiremesh atau yang semacam itu, harus mendapat persetujuan tertulis


Perencana Struktur.

 Besi beton dan wiremesh harus dilengkapi dengan label yang memuat

nomor pengecoran dan tanggal pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat


pabrik yang sesuai untuk besi tersebut.

39
 Besi beton dan wiremesh yang tidak memenuhi syarat – syarat karena
kualitasnya tidak sesuai

dengan spesifikasi Struktur harus dikeluarkan dari site setelah menerima

Instruksi tertulis dari Pengawas Teknis, dalam waktu 2 X 24 jam atas biaya
Kontraktor

e. Kualitas Beton.

 Mutu beton fc 21,7 Mpa (K-250) pada umumnya digunakan pada pondasi
Telapak,, Kolom Pedestal, Kolom utama (K-1), Sloof (SL-1 dan SL-2), Balok

(B-1,B-2 dan B-3), Ring Balok Plat Dak, Plat Lantai, dan Tangga.

 Mutu Beton fc 14,5 Mpa (K-175) digunakan pada Plat lantai, kolom praktis,

Balok Latey.
f. Syarat –syarat pelaksanaan :

 Kontraktor pelaksana harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan

beton sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang disahkan, termasuk


kekuatan, toleransi dan penyelesaian.

 Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang yang terletak langsung di

atas tanah, harus dibuatkan lantai kerja dari beton tak bertulang dengan

campuran semen : pasir : kerikil = 1:3:5 setebal minimal 5 cm atau seperti


tercantum pada gambar pelaksana.

 Adukan beton yang di buat di tempat ( site mixing )

adukan beton harus memenuhi syarat-syarat :


 Semen diukur menurut berat.

 Agregat diukur menurut berat.

 Pasir diukur menurut berat.


 Adukan beton di buat dengan menggunakan alat pengaduk mesin

(concrete mixing).

 Jumlah adukan beton tidak boleh melebuhi kapasitas mesin pengaduk.

40
 Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan
berada dalam mesin pengaduk.

 Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus

dibersihkan lebih dahulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.


g. Pengecoran Beton.

 Sebelum pekerjaan pengecoran, Pelaksana terlebih dahulu melakukan Job

Mix dan Uji Kubus 30 hari sebelum melakukan pengecoran.


 Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian – bagian

struktur dari pekerjaan beton, Kontraktor harus mengajukan permohonan

izin pengecoran tertulis kepada Pengawas Teknis minimum 3 (tiga) hari

sebelum tanggal / hari pengecoran.


 Permohonan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh diajukan apabila

bagian pekerjaan yang akan dicor tersebut sudah “siap” artinya Kontraktor

sudah mempersiapkan bagian pekerjaan tersebut sebaik mungkin sehingga


sesuai dengan gambar dan spesifikasi.

 Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan

besi beton selesai diperiksa dan mendapat persetujuan tertulis dari

Pengawas Teknis.
 Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat – tempat yang akan dicor

terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran – kotoran (potongan

kayu, batu, tanah dan lain – lain). Dan basahi dengan air semen.
 Khusus untuk pengecoran beton pada plat dak lantai 1 dan plat dak talang

lantai 2 yang menggunakan wiremes M10 Dan plat bondek 0,75 mm harus

di lakukan pengecoran sekalian dengan balok dan ring balok.


 Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan

menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian lebih dari

1,5 m yang akan menyebabkab pengendapan / pemisahan aggregat.


Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus (continue / tanpa

41
berhenti). Adukan yang tidak dicor (ditinggikan) dalam waktu lebih dari 15
menit setelah keluar dari mesin adukan beton, dan juga adukan yang

tumpah selama pengangkutan, tidak diperkenan untuk dipakai lagi.

 Selama pelaksanaan pengecoran, mutu beton dan mutu pelaksanaan harus


diperiksa secara berkala dan teratur dari hasil-hasil pemeriksaan kuat tekan

silinder-silender uji ukuran 15 cm x 30 cm.

 untuk setiap 5 M³ adukan beton minimal harus dibuat 1 satu buah silinder
uji.

 Setelah cetakan dilepaskan pada umur 20 - 24 jam, Silinder uji yang dibuat

harus dirawat secara seksama dengan cara direndam dalam air bersih,

sampai tiba saatnya 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari untuk diuji tekan di
laboratorium atas biaya pelaksana.

 Jumlah Silinder uji total minimum 20 dua puluh buah Untuk setiap mutu

beton berbeda.
h. Pemadatan Beton.

 Beton Harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan ukuran

yang sesuai selama pengecoran berlangsung dan tidak merusak acuan

maupun posisi / rangkaian tulangan.


 Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (huney comb), yaitu

memperlihatkan permukaan yang halus bila cetakan dibuka.

 Kontraktor harus menyiapkan vibrator–vibrator untuk menjamin pemadatan


yang baik. Vibrator yang dipakai harus dengan frekuensi tidak kurang dari

3000 rpm (rotasi / menit) dan kemampuan memberikan percepatan pada

beton setelah kontak. Pada umumnya jarum pengetar dimasukan kedalam


adukan kira – kira vertikal, tetapi dalam keadaan – keadaan khusus boleh

miring sampai 45o. Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakan kearah

horizontal karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan – bahan.


Harus dijaga jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah

42
mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat dari 5
cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus

diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak

terlepas dari betonnya dan getaran – gataran tidak merambat kebagian –


bagian lain dimana betonnya sudah mulai mengeras. Lapisan yang

digetarkan tidak boleh tebal dari panjang jarum dan pada umumnya tidak

boleh lebih tebal dari 30-50 cm. Berhubung dengan itu maka pengecoran
bagian – bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi

lapis, sehingga tiap – tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik. Jarum

penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai sampai

mengkilap sekitar jarum ( air semen mulai memisahkan diri dari aggregat )
yang pada umumnya tercapai setelah maksimum 30 detik. Penarikan jarum

ini dilakukan secara perlahan-lahan, agar rongga bekas jarum dapat diisi

penuh lagi dengan adukan.


 Kontraktor harus menyediakan paling sedikit 2 vibrator ekstra / cadangan

untuk masing -masing ukuran yang digunakan, untuk digunakan pada saat

yang lain rusak, sehingga kontinuitas pengecoran beton tetap terjamin.

i. Pembengkokan dan Penyetelan Besi Beton dan wiremes.


 Pembengkokan besi beton harus dilakukan dengan hati – hati dan teliti /

tepat pada posisi pembengkokan sesuai gambar dan tidak menyimpang dari

Peraturan Beton Indonesia.


Pembengkokan tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli, dengan

menggunakan alat–alat (bar bender) sedemikian rupa sehingga tidak

menimbulkan cacat patah, retak–retak dan sebagainya. Semua


pembengkokan tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin dan

pemotongan harus dengan bar Cutter, tidak boleh dengan api.

 Sebelum penyetelan dan pemasangan besi beton dan wiremes dimulai


Kontraktor diwajibkan membuat gambar kerja (Shop Drawing) berupa

43
penjabaran gambar rencana Pembesian Struktur, rencana kerja pemotongan
dan Pembengkokan besi beton (Bending schedule) yang diserahkan kepada

Pengawas Teknis untuk mendapatkan persetujuan tertulis.

 Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil – peil, sesuai dengan gambar


dan harus sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya.

 Pasangan selimut beton (beton decking) harus sesuai dengan gambar detail

standar.
Sebagai catatan, pemasangan tulangan utama tarik – tekan penampang,

sehingga pemakaian selimut beton yang melebihi ketentuan tersebut diatas

harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawasan Teknis dan Perencana.

 Sebelum besi beton dan wiremesh dipasang besi beton dan wiremesh harus
bebas dari kulit besi karat, lemak, kotoran serta bahan – bahan lain yang

dapat mengurangi daya lekat.

 Pemasangan Rangkain Tulangan yaitu kait – kait, panjang penjangkaran,


overlap, letak sambungan dan lain – lain harus sesuai dengan gambar.

Apabila ada keraguan tentang rangkaian tulangan maka Kontraktor harus

memberitahukan kepada Pengawas Teknis/Perencana Struktur untuk

klasifikasi. Untuk hal itu sebelumnya Kontraktor membuat gambar


pembengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan kepada

Pengawas Teknis untuk mendapat persetujuannya.

 Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada


kedudukan yang teguh untuk menghindari pemindahan tempat dengan

menggunakan kawat yang berukuran tidak kurang dari 16 gauge atau klip

yang sesuai pada setiap tiga pertemuan. Pembesian harus ditunjang dengan
beton atau penunjang besi, spacers atau besi penggantung seperti yang

ditunjuk pada gambar atau dicantumkan pada spesifikasi ini. Penunjang –

penunjang metal tidak boleh diletakkan berhubungan dengan bekisting.

44
 Penyetelan wiremesh harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada
kedudukan yang teguh untuk menghindari pemindahan tempat dengan

menggunakan pengelasan pada setiap pertemuan wiremesh dengan besi

beton. Pembesian harus ditunjang dengan tahu beton atau penunjang besi,
spacers atau besi penggantung seperti yang ditunjuk pada gambar atau

dicantumkan pada spesifikasi ini. Penunjang – penunjang metal tidak boleh

diletakkan berhubungan dengan bekisting.


 Ikatan kawat harus dimasukan dalam penampungan beton, sehingga tidak

menonjol kepermukaan beton.

 Sengkang – sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus

sesuai dengan gambar.


 Precast Mortal Spacing Block (tahu beton) harus digunakan untuk menahan

jarak dan yang tapat pada tulangan dan minimum mempunyai kekuatan

beton yang sama dengan beton yang dicor.


 Sebelum pengecoran semua penulangan harus betul – betul bersih dari

semua kotoran – kotoran.

j. Pengganti Besi.

 Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai


dengan apa yang tertera pada gambar.

 Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau

pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu


penyempurnaan pembesian yang ada maka.

 Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi

pembesian yang tersedia dalam gambar. Usulan pengganti tersebut


harus segera dikonfirmasikan pada perencana.

 Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Kontraktor sebagai

pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan


setelah ada persetujuan tertulis dari perencanaan Konstruksi.

45
 Jika disusulkan perubahan dari rangkaian pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari

perencana Konstruksi.

 Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga


keharusan dari Kontraktor.

 Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai

dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran


diameter besi dengan yang terdekat dengan catatan :

 Harus ada persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis.

 Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak

boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksud adalah jumlah luas). Khusus untuk balok induk, jumlah luas

penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh beda jauh dari

pembesian aslinya.
 Pengganti tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian

ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan

pembetonan atau penyampaian penggetar.

 Tidak ada pekerjaan tambahan dan tambahan waktu pelaksanaan.


 Pemasangan Alat – alat di Dalam Beton.

 Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau

memotong konstruksi beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan


ijin tertulis dari Perencana Struktur.

 Ukuran dan pembuatan lubang, pemasangan alat di dalam beton,

pemasangan sparing dan sebagainya, harus sesuai gambar atau menurut


petunjuk – petunjuk Pengawas Teknis.

 Perkuatan pada lubang beton untuk keperluan pekerjaan Mekanikal dan

Elektrikal yang akan dibuat kemudian oleh Perencana Struktur tetap


menjadi beban Kontraktor.

46
a. Tanggung jawab kontraktor.
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan

ketentuan di atas, sesuai dengan gambar konstruksi yang diberikan. Hadir atau

tidaknya Pengawas Teknis selaku wakil Perencana, yang sejauh mungkin tidak
melihat / mengawas / menegur, maka kontraktor tetap bertanggung jawab

penuh terhadap hasil kualitas pekerjaan.

Pasal 5
PEKERJAAN ACUAN / BEKISTING

1. Lingkup pekerjaan.

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan peralatan, pengangkutan

dan pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan


gambar-gambar konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan

tambahan dari perencana dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaannya.

2. Persyaratan bahan.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan bekisting/mall yaitu Multipleks 9 mm

agar hasil pengecoran lebih baik dan rapi, tidak diperbolehkan menggunakan

Papan atau sejenisnya

3. Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Khusus untuk Pengecoran pondasi Telapak dan balok, pembuatan atau

Pabrikasi bekisting/mall dilakukan satu kali ( satu kali pakai ) sehingga

Pengecoran bisa dilakukan bersamaan agar memaksimalkan waktu yang ada.


b. Perancangan konstruksinya harus direncanakan untuk dapat menahan beban-

beban, tekanan lateral dan tekanan yang di izinkan seperti tercantum pada “

Recommended Practice For Concrete Formwork “ ( ACI.347-68 ) dan peninjauan


terhadap beban angin dll, peraturan harus dikontrol terhadap Peraturan

Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.

47
c. Semua ukuran-ukuran penampang Struktur beton yang tercantum dalam
gambar struktur adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk

plesteran / finishing.

d. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus memberikan gambar-gambar


dan perhitungan acuan serta sample bahan yang akan dipakai, untuk disetujui

oleh Pengawas Teknis. Pada dasarnya tiap-tiap bagian bekisting harus

mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis, sebelum bekisting di buat


pada bagian itu.

e. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan

bentuk dan cukup kuat menampung beban-beban sementara maupun tetap

sesuai dengan jalannya pengecoran beton.


f. Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa

sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Pengawas

Teknis. Penyusunan harus sedemikian rupa sehingga pada pembongkarannya


tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.

g. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat seperti

potonganpotongan kayu, kawat, tahi gergaji, tanah dan sebagainya.

h. Acuan harus menghasilkan sebagian konstruksi yang ukuran,


kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar

konstruksi.

i. Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran,
harus dihindarkan dari kumpulnya air pada sisi bawah.

j. Cetakkan beton harus dibikin supaya tidak terjadi kebocoran atau hilangnya air

semen selama pengecoran, tetap lurus dan tidak bergoyang.


k. Sebelumnya dengan mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis baut-

baut dan tie rod yang dpergunakan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus

diatur sedemikian rupa sehingga bila bekisting di bongkar kembali, maka


semua besi tulangan harus berada dalam permukaan beton.

48
l. Pada bagian terendah dari bekisting kolom atau dinding harus ada bagian yang
di buka untuk inspeksi dan pembersihan.

m. Setelah pekerjaan di atas selesai Kontraktor harus meminta persetujuan dari

Pengawas Teknis dan minimum 3 (tiga) hari sebelum pengecoran kepada


Pengawas Teknis.

4. Pembongkaran.

a. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan peraturan beton Indonesia, dimana


bagian konstruksi yang di bongkar cetakannya harus dapat memikul berat

sendiri dan beban-beban pelaksanaannya.

b. Cetakan bagian konstruksi di bawah in boleh dilepas dalam waktu sebagai

berikut :
 sisi-sisi balok dan kolom yang tidak dibebani minimal 7 hari .

 sisi-sisi balok dan kolom yang dibebani minimal 21 hari.

c. Setiap rencana pembongkaran bekisting harus diajukan terlebih dahulu secara


tertulis untuk disetujui oleh Pengawas Teknis.

d. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan di buka, tidak

bergelombang, berlubang atau retak-retak dan tidak menunjukan gejala

keropos.
e. Apabila setelah cetakan di bongkar ternyata terdapat bagian beton yang

keropos atau cacat, mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka

Kontraktor harus segera memberitahukan kepada Pengawas Teknis meminta


persetujuan tertulis cara perbaikan pengisian atau pembongkarannya,

Kontraktor tidak diperbolehkan menutupi atau mengisi bagian beton yang

keropos tanpa mendapat persetujuan secara tertulis dari Pengawas Teknis.


Semua resiko yang terjadi akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya perbaikan,

pembongkaran atau pengisian atau penutupan bagian tersebut menjadi

tanggung jawab Kontraktor.

49
f. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas Teknis
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi yang cacat seperti berikut :

 konstruksi yang keropos dapat mengurangi kekuatan konstruksi.

 Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan ukuran dan bentuk yang
direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar rencana.

 Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang telah

direncanakan.
 Dan cacat-cacat lainnya yang menurut pendapat Perencana/Pengawas

Teknis dapat mengurangi kekuatan konstruksi.

50
BAB III
SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal 1

PEKERJAAN FINISHING LANTAI


1. Bahan.

a. Membran bakar denagan Bahan Bituline Astar 17 Kg, Water proofing Bituline

PP-300 tebal 3 mm untuk lantai toilet dan plat dak lantai 2;


b. Granit homogeneous tile ukuran 60 x 60 cm untuk lantai ruangan dan bordes

tangga kualitas Merk Indogress, Sandimas, Dan Garuda

c. Keramik ukuran 40 x 40 cm anti slip untuk lantai KM/WC kualitas merk roman,
Milan dan Mulia

d. Plint Keramik ukuran 10 x 60 cm kualitas Merk Indogress, Sandimas, Dan

Garuda

e. Keramik ukuran 40 x 40 cm untuk dinding KM/WC dan anak tangga kualitas


merk roman, Milan dan Mulia

f. Step Nosing 10 x 60 cm

g. Dinding Keramik 40 x 40 Motif Batu Alam merk roman, Milan dan Mulia
h. Plesteran atau Screed tebal 3-5cm. Harus mempunyai bahan dasar PC, pasir dan

air sesuai dengan syarat-syarat pada pasal di muka. Untuk area fasilitas umum

terbuka pada lantai dasar.

i. P a s i r.
Dasar untuk lantai (termasuk juga lantai beton) harus terdiri dari pasir urug

yang dipadatkan merata.

j. Spesi atau perekat lantai


Harus mempunyai bahan dasar PC, pasir dan air sesuai dengan syarat-syarat

pada pasal di muka. Atau menggunakan setara Semen Instan MU 450.

51
2. Macam dan lingkup pekerjaan.
a. Pekerjaan lantai meliputi pemasangan ubin dan pekerjaan lain yang

berhubungan dengan pekerjaan ini seperti : Pekerjaan Lantai Kerja dan Rabat

Beton. Sebelumnya harus mendapat persetujuan dari Pengawas/Perencana.


b. Pemasangan lantai keramik di seluruh ruangan, kecuali yang ruangan-ruangan

yang disebutkan sesuai dengan gambar.

3. Cara pelaksanaan.
a. Membran bakar

 Area pemasangan harus bersih , rata dan telah dibersihkan dahulu dari

kotoran

 Pemasangan primer / bituline astar sebagai perekat khusus agar pori pori
pada beton tertutup. Bituline astar dikuaskan/ di rollkan ke permukaan

beton yang akan dipasang membrane dan dibiarkan hingga kering.

 Pemasangan dengan torching harus dikerjakan oleh tenaga yang handal


dan harus terkontrol sehingga hanya lapisan tipis PE Film yang meleleh dan

membrane sudah cukup lunak untuk merekat. Seluruh luas penampang

harus dipastikan lengket merata dengan menggunakan sendok semen.

Pekerjaan harus lengket sempurna. Upstands dan flashing harus dipasang


sekitar 1 meter , memotong memanjang dari sisi setiap roll. Sambungan

overlap yang bertumpuk 10 cm dari sisi samping.

 Periksa dan mengecek kembali Waterproofing membrane yang sudah


dipasang.

b. Lantai keramik

 Lantai keramik dipasang di atas pasangan semen M1 (floor). Bila


pemasangan keramik dilakukan di atas dinding, maka dinding tersebut

harus diplester dahulu dengan plesteran kasar, agar diperoleh dinding yang

lurus dan vertikal.

52
 Pemasangan keramik harus dengan adukan M1 setebal minimum 1,5 cm,
Dalam pemasangan bagian bawah dari ubin harus terisi padat dengan

semen.

 Pola pemasangan harus disesuaikan dengan pola yang dibuat pada gambar.
 Jarak antara lantai (naat) 2 mm atau bila ditentukan lain pada gambar. Untuk

mengisi naat digunakan pasta semen (semen campur dengan air sampai

diperoleh bahan plastis). Untuk keperluan khusus dapat dipergunakan


bahan kimia tertentu sebagai isian naat, misalnya agar naat tahan asam,

tahan air dan sebagainya.

 Pengisian/pengecoran naat dilakukan paling cepat 24 jam setelah

lantaidipasang, sewaktu mengecor naat, lantai sudah benar-benar melekat


dengan kuat pada dinding/lantai, celah-celah antara lantai yang satu

dengan yang lain harus bersih dari debu dan kotoran lain sebelum dicor.

 Kotoran semen dan lainnya yang menempel pada permukaan lantai, khusus
pada waktu pengecoran naat harus dibersihkan sebelum menjadi keras /

kering.

 Bila pada keseluruhannya pemasangan tegel telah selesai, maka dinding /

lantai tersebut harus dilap / disapu bersih, kemudian dilakukan penelitian,


apakah seluruh lantai tersebut telah terpasang dengan rapih dan baik (tidak

miring, tidak lepas dan lain-lain).

 Bila pekerjaan pemasangan rapih dan teliti, begitu selesai saat pemasangan
tidak perlu lagi dibersihkan, tetapi bila masih diperlukan lantai dapat

dibersihkan dengan lap basah atau bahan-bahan pembersih lunak yang ada

di pasaran. (misalnya: air dicampur dengan 15 % cuka). Bila sangat terpaksa,


untuk menghilangkan kotoran yang sukar terlepas, dapat digunakan sikat

baja (untuk menyikatnya) atau bahan pembersih spesial disesuaikan dengan

jenis kotorannya.

53
 Pasangan lantai diberi kemiringan untuk daerah service (kamar mandi),
selasar.

Pasal 2

PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN


1. Bahan.

a. Semen Portland / PC.

Semen untuk pekerjaan batu dan plesteran sama dengan yang digunakan untuk
pekerjaan beton.

b. Pasir.

Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras. Kadar lumpur

yang
terkandung dalam pasir tidak boleh lebih besar dari 5%. Pasir harus memenuhi

persyaratan PUBB 1970 atau NI-3.

c. Air.
Air yang digunakan untuk adukan dan plesteran sama dengan di pekerjaan

beton (lihat pasal sebelumnya).

d. Batu Bata.

Batu bata harus memenuhi NI-10. Batu bata marah yang digunakan batu bata
merah ex. lokal dengan kualitas terbaik yang disetujui Perencana/Konsultan

Management Konstruksi, siku dan sama ukuranya 5 x 11 x 23 cm.

2. Macam Pekerjaan.
a. Batu Bata Merah.

 Pasangan batu bata/batu merah, dengan menggunakan aduk campuran 1

PC : 5 pasir pasang.
 Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum

hingga jenuh.

 Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1


cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.

54
 Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan
air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.

 Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri

maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.


 Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2

ditambahkan kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran

15 x 15 cm, dengan tulangan pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 8


mm jarak 15 cm.

 Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak

diperkenankan.

 Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan


setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek

besi beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam

dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam
dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.

 Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari

5 %. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.

 Pasangan batu bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan


dinding finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25

cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

b. Plesteran dinding dan skonengan / plester sudut.


Semua dinding yang diplester harus bersih dari kotoran dan disiram dengan air.

Sebelumnya dibuat kepala plesteran dengan ketebalan plester yang

direncanakan. Tebal plesteran paling sedikit 1,5 cm dan paling tebal 2 cm,
plesteran yang baru saja selesai tidak boleh langsung diselesaikan. Penyelesaian

plesteran menggunakan pasta semen yang sejenis / acian. Selama proses

pengeringan plesteran harus disiram dengan air agar tidak terjadi retak-retak
rambut akibat proses pengeringan yang terlalu cepat. Penyampuran adukan

55
hanya boleh menggunakan mesin pengaduk. Pengadukan harus di atas aas dari
papan dan lain-lain. Dinding yang akan dicat tembok harus digosok dengan

amplas bekas pakai atau kertas zak semen. Semua beton yang akan diplester

harus dibuat kasar dulu agar plesteran dapat merekat. Untuk semen skonengan
harus digunakan campuran MU200, rata, siku dan tajam pada sudutnya.

c. Mengorek sambungan.

Semua sambungan harus dikorek paling sedikit 0,5 cm agar penyelesaian


dinding dapat melekat dengan baik.

d. Perlindungan.

Pada waktu hujan dinding yang tidak terlindung harus diberi perlindungan

dengan menutupi bagian atas temboknya supaya pasangan yang belum kering
tidak rusak kena air.

Pasal 3

PEKERJAAN CAT, DAN FINISHING LAINNYA


1. Bahan.

a. Pengertian cat disini meliputi emulsi, sealer sement-emulsion filler dan

pelapispelapis lain yang dipakai sebagai cat dasar, cat perantara dan cat akhir.

b. Cat pigmen harus dimasukkan dalam kaleng dimana tertera nama perusahaan
pembuat, petunjuk pemakaian, formula, warna nomor seri dan tanggal

pembuatannya.

c. Semua cat yang akan dipakai harus mendapat persetujuan Pengawas. Untuk cat
tembok dipilih kualitas setara produksi Jotun, warna disesuaikan.

d. Plamur dan dempul untuk pekerjaan cat tembok dan cat kayu digunakan

kualitas setara produksi yang sama dengan kualitas setara produksi cat jadi
yang dipilih.

e. Cat dinding eksterior dengan kualitas Jotun.

f. Cat dinding interior dengan kualitas Jotun.

56
g. Bahan pengencer digunakan dari produksi pabrik yang sama dengan bahan
yang diencerkan.

2. Macam dan lingkup pekerjaan.

a. Mengecat dengan cat tembok pada bidang dinding eksterior dan interior,
khusus untuk ruang kelas dibedakan warnanya antara dinding depan dengan

samping dan belakang seperti dinyatakan pada gambar.

b. Finishing dengan cat minyak untuk bidang permukaan kayu seperti panil-panil
daun pintu, kosen, papan lisplang, usuk dan sebagainya seperti tertera di

gambar.

c. Mengecat semua tembok bidang langit-langit, dengan warna ditentukan

kemudian.
3. Syarat-syarat pelaksanaan.

Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecatan harus mendapat persetujuan dari

Konsultan Perencana.
a. Cat tembok.

Bidang yang akan dicat sebelumnya harus dibersihkan dengan cara menggosok

memakai kain yang dibasahi air, setelah kering didempul pada tempat yang

berlubang sehingga permukaannya rata dan licin untuk kemudian dicat paling
sedikit 3 kali dengan roller 20 cm sampai baik atau dengan cara yang telah

ditentukan oleh pabrik.

b. Rencana pengecatan.

JENIS INTERIOR EXTERIOR

Cat dasar alkali + 3 kali Cat dasar alkali + 3 kali


Plesteran
cat emulsi cat emulsi

Langit-langit 3 kali cat emulsi 3 kali cat emulsi

57
Pasal 4
PEKERJAAN KUSEN, DAUN PINTU DAN JENDELA

1. Bahan.

a. Bahan Aluminium framing system ex Inkalum.


b. Bentuk profil : Sesuai shop drawing yang disetujui Perencana/Konsultan.

c. Warna Profil : Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan Kontraktor).

d. Lebar Profil : Tebal 4” (pemakaian lebar bahan sesuai yang ditunjukkan dalam
gambar.

2. Macam dan lingkup pekerjaan.

a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya

untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang


baik dan sempurna.

b. Pekerjaan ini meliputi pembuatan kosen, daun pintu dan daun jendela seperti

yang dinyatakan/ditunjukan dalam gambar.


e. Kusen Pintu dan Jendela.

f. Daun pintu panel.

g. Daun jendela kaca.

3. Syarat-syarat pelaksanaan.
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti

gambar-gambar yang ada kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang),

termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, cara pemasangan,


mekanisme dan detail sesuai dengan gambar detail dari perencana.

b. Seluruh pekerjaan kusen dan daun pintu/ jendela harus dikerjakan diworkshop,

penyimpanan kusen, pintu/ jendela di workshop atau ditempat pekerjaan harus


ditempatkan pada ruang/ tempat dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena

suaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.

c. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka allumunium


dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan

58
memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak
tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.

d. Apabila terjadi cacat atau kerusakan-kerusakan baik yang terlihat maupun yang

tersembunyi, Kontraktor wajib memperbaiki ataupun mengganti dengan yang


baru sampai dengan disetujui oleh Perencana atau Pengawas dengan seluruh

biaya ditanggung oleh Kontraktor.

e. Sebelum pemasangan kusen openingan dilapisi dengan multipleks agar


meghindari kerusakan pada permukaan kusen

f. Untuk satu daun pintu menggunakan sekrup fisher 6 buah dan 18 buah sekrup

tapping pab moon lion 6x3/4 , dan untuk satu daun jendela menggunakan 4

buah sekrup fisher dan 6 buah sekrup tapping pab moon lion ukuran 6x3/4.

Pasal 5

PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi :

a. pengadaan dan pemasangan semua bahan perlengkapan pintu dan jendela

seperti Kunci, Engsel, Sloot dan hardware lainnya yang dipergunakan didalam
pekerjaan ini Dan lain-lain seperti yang tercantum dalam Gambar Kerja
2. Persyaratan Bahan.

a. Semua hardware yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang

tercantum dalam Buku Spesifikasi ini.


b. Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan

dari Konsultan Pengawas.

c. Pemilihan hardware pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.
d. Seluruh perangkat perlengkapan : pintu dan jendela ini harus bekerja dengan

baik sebelum dan sesudah pemasangan. untuk itu, harus dilakukan pengujian

secara kasar dan halus.

59
3. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan.
a. Pemasangan kunci dan alat gantungan agar dipisahkan menurut jenis

kebutuhan, fungsi dan kedudukan sesuai dengan Gambar Rencana dan

spesifikasi ini dan mendapat persetujuan dari Pengawas.


b. Sebelum dilakukan pemasangan, Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu

contoh dari bahan yang akan dipasang tersebut untuk mendapatkan

persetujuan dari Pengawas.


c. Pemasangan harus rapih sehingga pintu-pintu, jendela-jendela dan lain-lainnya

dapat ditutup dan di buka dengan mudah/lancar tanpa menimbulkan suara.

d. Sekrup-sekrup yang dipakai dalam pemasangan harus cocok dengan barang

besi yang dipasang. Tidak diperbolehkan memukul sekrup pada barang-barang


besi, pengokohan/pemasangan sekrup harus dengan cara memutar.

e. Sekrup yang rusak pada waktu dipasang harus diganti dengan sekrup yang

baru.
f. Semua kunci-kunci, pegangan-pegangan, engsel-engsel dan lainnya harus

terpasang dengan baik, persis dan tidak ada cacat.

Pasal 6

PEKERJAAN PLAFOND
1. Lingkup Pekerjaan.

a. Pekerjaan plafond gypsum Indoboard tebal 9 mm dan finishing cat tembok

dengan rangka Metal Furing zincalum.


b. Dengan dimensi dan ukuran sesuai gambar bestek/ perencana.

2. Persyaratan Bahan.

a. GYPSUM BOARD (Indoboard) ukuran 240 x 120 x 0.9 cm.


b. Motif /potongan gypsum dan GRC disesuaikan dengan gambar rencana.

c. Bahan-bahan penutup langit langit yang akan dipakai harus dalam keadaan

terbaik, mulus, tidak retak dan cacat.

60
d. Untuk rangka plafond gypsum menggunakan Metal Furing berkualitas baik,
utuh, mulus, lurus dan kuat serta dimeni anti karat dengan ukuran sesuai

gambar rencana.

e. Sebelum dipasang, bahan-bahan yang akan dipakai harus diserahkan contoh-


contohnya untuk terlebih dahulu mendapatkan persetujuan pengawas.

3. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan.

a. Untuk plafond gypsum rangka Metal Furing.


 Rangka langit-langit dipasang pada ketinggian dari lantai menurut gambar

dan berkotak-kotak sesuai ukuran serta persyaratan untuk bahan

penutupnya. Jarak antara penggantung langit-langit sesuai dengan

persyaratan sehingga menjamin bidang penutup plafond rata dan datar.


Rangka langit-langit dari Metal Furing harus dicat zinchromet anti karat

sebelum penutup langit-langit dipasang. Rangka Plafond Metal Furing

terpasang dengan module 60 x 60 (disesuaikan gambar) sambungan antar


rangka menggunakan keling/ramp set yang cukup kuat. Rangka plafond

Metal Furing harus diberi gantungan kawat diameter + 3 mm tiap jarak 120

cm dikaitkan pada bidang atasnya (plat lantai, balok, kuda-kuda /gording).

 Permukaan seluruh bidang langit-langit harus datar air /waterpass. Celah


yang belum rapi atau tiap sambungan papan gipsum harus ditutup dengan

plamur khusus gipsum yang halus dan rata dengan papan gipsum sehingga

tidak terlihat sambungannya. List plafond /langit-langit ukuran dan cara


pemasangannya harus sesuai dengan gambar rencana. Setiap sambungan

atau pertemuan sudut harus rapi dan rapat sehingga membentuk garis

lurus.

61
BAB IV
SYARAT TEKNIS

PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Pasal 1

UMUM

1. Maksud dan tujuan dari spesifikasi ini adalah merupakan pedoman pelaksanaan

pekerjaan instalasi penerangan listrik yang lengkap dan siap pakai, termasuk
penyedian material, pemasangan, testing, dan pemeliharaan selama masa

pemeliharaan.

2. Keterangan kecil yang tidak diterangkan dalam spesifikasi ini maupun dalam
gambar akan tetapi perlu untuk dilaksanakan untuk kesempurnaan pekerjaan

secara menyeluruh berdasarkan peraturan yang berlaku, maka hal ini dianggap

sudah termasuk dalam spesifikasi ini.

3. Kontraktor harus memiliki Surat Pengesahan Instalasi (SPI) dan Surat Izin Kerja
(SIKA) yang dikeluarkan oleh PT. PLN masih berlaku, minimal kelas A.

4. Kontraktor harus menyediakan seluruh material dan perlengkapan lainnya yang

diperlukan sesuai standard sehingga seluruh instalasi dapat beroprasi dengan


sempurna.

5. Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli di lapangan yang setiap saat dapat

dihubungi oleh Pengawas Proyek.


6. Kontraktor harus mengganti material yang rusak atau yang tidak disetujui oleh

pemberi tugas/pengawas proyek, selama proyek belum diserahkan terimakan.

7. Kontraktor harus dapat bekerja sama dengan Kontraktor lainnya yang bekerja

pada proyek ini.


8. Kontraktor harus mengganti atau memperbaiki bangunan yang rusak akibat

pekerjaan instalasi.

62
9. Segala sesuatu yang meragukan harus ditanyakan kepada pemberi tugas atau
pengawas lapangan.

Pasal 2

STANDARD PELAKSANAAN
Standard dan referensi yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah :

1. Peraturan Umum Instalasi Listrik 1977 (PUIL).

2. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 02/P/M/Pertamben/1983, tanggal


3 Nopember 1983; tetang Standard Listrik Indonesia.

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No. 023/PRT/1978; tentang

Syarat-syarat Penyambungan Listrik (SPL).

4. Juga dijadikan Standard pegangan antara lain adalah :


a. AVE Belanda.

b. VDE Jerman.

c. British Standard Associates.


d. USA Standard

e. JIS

f. SNI

Pasal 3
LINGKUP PEKERJAAN

Pengadaan dan pemasangan serta pengujian seluruh material listrik sesuai dengan

gambar dan spesifikasi ini.


Pasal 4

SPESIFIKASI TEKNIS

1. Intalasi kabel power.


a. Kabel power adalah kabel antar panel yang dipasang di bawah tanah atau

dibawah lantai atau di atas plafon.

b. Untuk pemasangan dibawah tanah harus ditanam dengan kedalaman minimal


80 cm dengan konstruksi lebar galian paling bawah minimal 30 cm dan di atas

63
kabel harus ditimbun pasir setebal 15 cm dan dilanjutkan pelapisan dengan
batu bata dan tanah timbunan. Pemasangan batu bata melintang atau 10 buah

permeter lari.

c. Pada rute tertentu harus diberi tanda AWAS KABEL untuk keamanan.
d. Untuk pemasangan di bawah lantai atau jalan, kabel harus dimasukkan kedalam

pipa sparing yang sesuai, sedangkan untuk diatas plafon dapat diklem pada

rangka plafon atau rak.


e. Jika terjadi persilangan dengan pipa air atau parit atau kabel lainnya, maka

kabel juga harus dimasukkan ke dalam pipa sparing yang sesuai.

f. Jari-jari belokan pada kabel minimal 10 kali diameter terluar dari kabel dan

koneksi dibuat sekokoh mungkin.


2. Panel Dan Komponennya.

a. Panel dipasang menempel pada dinding dengan tower dengan tinggi

maksimum bagian atas panel adalah 200 cm dari lantai.


b. Out put panel pada tower dari atas dan input dari bawah panel.

c. Penyusunan breaker dan konponen lainnya di dalam panel harus mudah

dioperasikan dan mudah dalam pemeriksaan serta semua komponen dapat

diganti dari arah depan panel.


d. Setiap breaker harus diberi tanda nomor atau group untuk memudahkan dalam

pengoperasian.

e. Pada setiap panel ditempelkan wiring diagram panel serta wiring diagram yang
berhubungan dengan input power.

3. Pentanahan (Grounding).

a. Setiap peralatan yang terbuat dari bahan metal atau yang bersifat konduktor
harus dihubungkan sistem-sistem pentanahan, begitu juga konstruksi baja

tower harus ditanahkan yang disatukan dengan pentanahan penangkal petir.

b. Armor kabel harus dihubungkan dengan sistem pentanahan.


c. Tahanan tanah untuk sistem pentanahan instalasi listrik maksimal 5 ohm.

64
d. Seluruh sistem pentanahan harus terhubung satu sama lainnya.
e. Elektroda pentanahan ditanam minimal sampai kedalaman 6 M.

Pasal 5

SPESIFIKASI MATERIAL
1. Lampu dan Armature.

a. Spesifikasi dan jenis lampu yang digunakan seperti tertera dalam gambar.

b. Lampu dan Ballast menggunakan merk Phillips.


c. Saklar, stop kontak menggunakan merek Clipsal jenis inbow.

d. Saklar dipasang pada ketinggian 150 cm dari lantai. Sedangkan stop kontak

dipasang pada ketinggain 150 cm dari lantai.

2. Kabel Dan Kabel Tray.


a. Kabel lampu jenis NYM ukuran sesuai dengan gambar atau minimum luas

penampang 2x2,5 mm2 untuk lampu warning light dan 3x4 mm2 untuk lampu

sorot, standard SII merk Suprime atau Kabelindo atau Tranka atau Jembo atau
setaranya.

b. Kabel pentanahan yang terpisah dari untaian kabel power harus berwarna hijau

dari jenis NYA.

c. Kabel tray menggunakan type heavy duty lengkap dengan support dan asesoris
pendukung lainnya.

d. Kabel power jenis NYFGbY 4x50 mm2, standard SII merk suprime atau

Kabelindo atau Tranka atau setaranya.


3. Panel Dan Komponennya.

a. Panel jenis otdoor dan outbow yang dilengkapi dengan kunci serta papan

nama.
b. Breaker jenis 1 phasa 1 pole dan 3 phasa 3 pole setara GAE, AEG, BBC,

Mitsubishi.

c. Peralatan Pengaman / Pemutus Daya.


 Circuit Breaker (CB).

65
Untuk pemutus daya cabang dengan arus lebih besar dari 63 A dan lebih
kecil dari 800 A digunakan jenis rumah tuangan (moulded case circuit

breaker - MCCB) yang memenuhi standar B.S. 4752 Part 1 1977 atau IEC

157.1 dan sesuai untuk temperatur operasi 40 oC (fully tropical ized) dan
mampu beroperasi untuk tegangan 660 VAC dengan rating 1000 VAC.

Sedangkan MCB digunakan rangkaian cabang dengan arus sampai 63 A,

harus memenuhi persyaratan B.S. 4752 /Part 1 1977 atau IEC157.1 (fully
tropicalized), mampu beroperasi untuk tegangan sampai 660 VAC dengan

rating 1000 VAC.

 MCCB/MCB harus dapat dioperasikan secara "reverse feed" baik pada

posisi horizontal maupun vertikal tanpa mengurangi performance.


 Kontak utama yang harus meneruskan arus beban harus terbuat dari

bahan silver/tungsten dan mekanisme operasinya dirancang untuk

menutup dan membuka kontak-kontak utamanya secara menyapu


(wiping action).

 Mekanisme operasi harus dari jenis "quick make" dan "quick break"

secara simultan pada ketiga/keempat kutubnya sewaktu opening, closing

maupun trip. Mekanisme ini harus trip-free untuk mencegah kontak


utama menutup kembali tanpa sengaja.

 MCCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung pada masing-masing

kutubnya yang dapat disetel (adjustable) untuk arus beban lebih


(overload-inverse time) secara mekanis dengan bimetal, pengatur arus

hubung-singkat (overcurent-instantaneous) secara mekanis dengan

solenoid (magnetis). Untuk motor protection, hanya dipasang magnetic


overcurrent protection.

 Pada MCCB dengan rating 250 A - 630 A thermal-magnetic trip unit

harus dari jenis interchangeable trip unit, sedangkan untuk MCCB di atas
630 A menggunakan solid-state relay yang dienergize oleh CT yang

66
terpasang di dalam MCCB sehingga tidak memerlukan catu daya dari
luar MCCB.

 Setiap MCCB harus mempunyai tiga posisi operasi, yaitu ON, OFF dan

TRIP.
 Kapasitas pemutusan arus kesalahan (interrupting/breaking capacity)

MCCB tidak kurang dari 50 kA.

 MCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung arus beban lebih (overload-


inverse time) secara mekanis dengan bimetal dan arus hubung-singkat

(overcurent-instantaneous) secara mekanis dengan solenoid (magnetis).

 Arus nominal dari MCCB dan MCB harus sesuai dengan gambar, dengan

kapasitas pemutusan (breaking capacity) disesuaikan dengan letak pemutus


daya tersebut.

 Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa besarnya arus hubung-singkat 3 fasa

simetris yang mungkin terjadi pada titik-titik beban dan menganjurkan jenis
MCCB serta MCB yang sesuai. Hasil perhitungan dan katalog pemutus daya

yang disarankan untuk digunakan harus disertakan pada saat penawaran

pekerjaan.

4. Pemasangan.
a. Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus dipasang oleh tukang

yang berpengalaman dan ahli, dengan cara-cara yang disetujui Direksi/

Pengawas.
b. Harus disediakan pengikat, penyangga, penggantung dan bahan-bahan lain

yang perlu agar diperoleh hasil pemasangan yang baik.

c. Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian rupa, sehingga


betul-betul lurus.

d. Armatur yang dipasang merata terhadap permukaan (surface mounted) tidak

boleh mempunyai sela-sela di antara bagian-bagian fixture dan permukaan-


permukaan di sebelahnya.

67
e. Setiap badan (rumah) lampu harus ditanahkan (grounded).
f. Pada waktu diselesaikannya pemasangan armature penerangan, peralatan

tersebut harus siap untuk bekerja dengan baik dan berada dalam kondisi

sempurna serta bebas dari semua cacat/kekurangan.


g. Pada waktu pemeriksaan akhir, semua armatur dan perlengkapannya harus

menyala secara lengkap.

h. Setiap hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam hal pendinginan tersebut,
harus diberitahukan dengan jelas kepada Direksi/Pengawas.

5. Material pendukung lainnya.

a. Junction box minimal mempunyai diameter outlet 0,5 inch dan dilengkapi

dengan tutup.
b. Isolasi memakai jenis PVC setara 3M.

c. Material consumable lainnya disesuaikan dengan standard dalam spesifikasi ini.

6. Pengujian Dan Pemeriksaan.


Kotraktor harus mengadakan pengujian dan pemeriksaan terhadap seluruh

pekerjaan dan menjamin akan bekerja dengan sempurna yang disaksikan oleh

pengawas proyek yang ditunjuk. Pengujian dan pemeriksaan meliputi :

a. Pengujian Tahanan Isolasi


Pengujian tahanan isolasi terhadap kabel instalasi minimal 2 Mega ohm dengan

menggunakan magger 500 volt.

b. Continuty Test.
Dilakukan setelah pengujian tahanan isolasi, hal ini dimaksud untuk meyakinkan

dan memastikan bahwa koneksi kabel sudah benar.

c. Power Receiving Test.


Dilakukan untuk memastikan tidak ada kelainan pada peralatan yang telah

dipasang sehingga siap untuk dioperasikan.

d. Pemeriksaan.

68
Pemeriksaan dilakukan sebelum pelaksanaan, sedang pelaksanaan dan setelah
pelaksanaan dilakukan.

7. Material Pendukung Lainnya.

a. Juction box minimal mempunyai diameter outlet 0,5 inci dan dilengkapi dengan
tutup.

b. Isolasi memakai jenis PVC setara dengan 3M

c. Material consumable lainnya disesuaikan dengan standard dalam spesifikasi ini.


8. Kualitas Material.

No. ITEM MATERIAL SETARA

1 Kabel Eterna. Supreme

2 Conduit Clipsal

3 Saklar stop kontak Panasonic

4 Armatur Interlite, Artolite

5 Lampu & acsesoris Philips, Panasonic

6 Fitting E27 Broco

7 MCCB Schneider, M G

Pasal 6

LAIN-LAIN
Kontraktor harus berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaan guna menghindari

terjadinya kecelakaan baik terhadap orang, peralatan maupun material. Jika pada

suatu saat peralatan atau material ditempatkan pada suatu tempat yang bersifat

sementara, maka tempatnya harus jauh dari lalu lintas, jauh dari sumber-sumber yang
dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan dan cacat pada peralatan maupun material

tersebut.

69
BAB V
SYARAT TEKNIS

PEKERJAAN PLUMBING / SANITASI


Pasal 1

UMUM

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah

persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis

Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi

plumbing (pembuangan air kotor, air bekas dan penyediaan air bersih) di dalam dan di

luar bangunan sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti


yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.

Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material, instalasi

dan testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12
bulan. Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada

spesifikasi/syarat- syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi

secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini. Secara umum
pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah:

Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material,

peralatan dan perlengkapan sistem plumbing/sanitasi sesuai dengan peraturan/standar

yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang
bekerjanya sistem/ peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik

Khusus atau gambar dokumen.

Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut :

70
1. Instalasi Air Bersih.
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar

bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana

dan spesifikasi tekniknya.


b. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi

plumbing serta peralatan-peralatannya.

c. Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan


oleh pompa yang disediakan oleh Kontraktor.

d. Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial

dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai

sistem bekerja dengan baik dan aman.


e. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

2. Material.

a. Pipa di Dalam Bangunan.


Pipa dengan ukuran 1 1/2" - 6" baik pipa utama maupun pipa cabang

menggunakan PVC class AW, Pipa PVC ex RUCIKA.

b. Pipa di Luar Bangunan.

Dari ujung pipa di dalam bangunan menuju ke saluran drainase menggunakan


pipa PVC class AW, Pipa PVC ex RUCIKA.

c. Accessories.

 Fitting dari pipa PVC harus dari bahan yang sama (PVC) yang dibuat dengan
cara injection moulding.

 Floor drain dan clean out dari bahan stainless.

3. Cara Pemasangan Pipa.


a. Pengadaan dan pemasangan pipa air bersih dari sumber air bersih ke dalam

bangunan

b. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.

71
c. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang
diperlukan.

4. Pipa di Dalam Bangunan.

a. Pipa Tegak.
 Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam tembok/lantai.

 Kontraktor harus membuat alur-alur dan lubang-lubang yang diperlukan

pada tembok sesuai pada kebutuhan pipa. Setelah pipa dipasang, diklem
dan diuji harus ditutup kembali sehingga tidak kelihatan dari luar.

 Cara penutupan kembali harus seperti semula dan finish yang rapi sehingga

tidak terlihat bekas-bekas dari bobokan.

b. Pipa Mendatar.
 Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah lantai, pipa harus

dipasang dengan penyangga (support) atau penggantung (hanger). Jarak

antara pipa dengan dinding penggantungan bisa disesuaikan dengan


keadaan lapangan.

c. Penanaman pipa.

 Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap

sambungan pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 mm.


 Untuk mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas

(vertikal) harus diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar

perencanaan.
 Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1 - 2 % dari titik

mula di dalam gedung sampai ke saluran drainage.

5. Penyambungan Pipa Dengan Lem.


a. Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan lem yang sesuai

dengan jenis pipa dan menurut rekomendasi pabrik. Pipa harus masuk

sepenuhnya pada fitting, dan hal ini dapat dilakukan dengan alat press khusus.
b. Pemotongan pipa harus tegak lurus terhadap pipa.

72
6. Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran.
a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan

tekanan hidrolis sebesar 15 kg/cm2 selama 24 jam tanpa terjadi

perubahan/penurunan tekanan.
b. Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh Kontraktor.

c. Pengujian harus disaksikan oleh Direksi/Pengawas atau yang kuasakan untuk

itu.
d. Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian Kontraktor harus memperbaiki

bagian-bagian yang rusak dan melakukan pengujian kembali sampai berhasil

dengan baik.

e. Dalam hal ini semua biaya ditanggung oleh Kontraktor, termasuk biaya
pemakaian air dan listrik.

7. Pengujian Sistim Kerja (Trial Run).

Setelah semua instalasi air bersih lengkap, termasuk penyambungan ke pipa


distribusi, Kontraktor diharuskan melakukan pengujian terhadap sistim kerja

(trial run) dari seluruh instalasi air bersih, yang disaksikan oleh

Direksi/Pengawas atau yang ditunjuk untuk itu sampai sistim bisa bekerja

dengan baik.
8. Instalasi Air Kotor / Air Buangan.

a. Material.

 Pipa di Dalam Bangunan.


 Pipa dengan ukuran 1 1/2" - 6" baik pipa utama maupun pipa cabang

menggunakan PVC class AW.

 Pipa PVC ex RUCIKA.


 Pipa di Luar Bangunan.

 Dari ujung pipa di dalam bangunan menuju ke saluran drainase

menggunakan pipa PVC class AW.


 Pipa PVC ex RUCIKA.

73
 Accessories.
 Fitting dari pipa PVC harus dari bahan yang sama (PVC) yang dibuat

dengan cara injection moulding.

 Floor drain dan clean out dari bahan Stainless


 Cara Pemasangan Pipa.

 Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan lengkap dengan

peralatannya yang berada di dalam bangunan, antara lain WC, urinoir,


wastafel, floor drain, clean out dan lain sebagainya.

 Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan dari dalam

bangunan menuju saluran drainase.

 Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.


 Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan

hidrolis.

 Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang


diperlukan.

9. Pipa di Dalam Bangunan (termasuk pipa vent).

a. Pipa Mendatar.

Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1 - 2 %. Perletakan pipa harus


diusahakan berada pada tempat yang tersembunyi baik di dinding/tembok

maupun pada ruang yang berada di bawah lantai. Setiap pencabangan atau

penyambungan yang merubah arah harus menggunakan fitting dengan sudut


45o (misalnya Y branch dan sebagainya) jenis long radius.

b. Pipa di Dalam Tanah.

 Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah/jalan dengan


tebal/tinggi timbunan minimal 80 cm diukur dari atas pipa sampai

permukaan tanah/lantai. Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus

diurug dahulu dengan pasir padat setebal 10 cm.

74
 Selanjutnya setelah pipa diletakkan, di sekeliling dan di atas pipa kemudian
diurug dengan tanah sampai padat. Konstruksi permukaan tanah/lantai

bekas galian harus dikembalikan seperti semula.

c. Penanaman pipa.
 Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap

sambungan pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 mm.

 Untuk mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas


(vertikal) harus diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar

perencanaan.

 Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1 - 2 % dari titik

mula di dalam gedung sampai ke saluran drainage.


d. Pipa Saluran Luapan Septic Tank.

 Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah/jalan dengan

kemiringan 1 - 2 % dari titik permulaan shaft ke STP.


 Untuk perletakan pipa yang melintasi jalan kendaraan dengan kedalaman

kurang dari 80 cm, pada bagian atas pipa harus dilindungi pelat beton

bertulang dengan tebal 10 cm, pelat beton tersebut tidak tertumpu pada

pipa.
e. Penyambungan Pipa.

f. Pipa PVC dengan diameter 4" ke atas yang dipasang di bawah pelat lantai dasar

harus disambung dengan rubber ring joint (RRJ).


g. Sedangkan pemipaan lainnya disambung dengan solvent cement.

h. Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus dibersihkan terlebih

dahulu sehingga bebas dari kotoran dan lemak.


i. Pembersihan tersebut dilakukan terhadap bagian permukaan dan dalam dari

pipa yang akan saling melekat.

75
j. Pada waktu pelaksanaan penyambungan, bagian dalam dari pipa yang akan
disambung harus bebas dari benda-benda/kotoran yang dapat mengganggu

kelancaran air di dalam pipa.

76
BAB VI
KONSTRUKSI ATAP BAJA RINGAN & PENUTUP

Pasal 1

Umum
1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan pembuatan dan

pemasangan struktur atap berupa rangka batang yang telah dilapisi lapisan anti
karat. Rangka batang berbentuk segitiga, trapesium dan persegi panjang yang

terdiri dari :

a. Rangka utama atas (top chord)

b. Rangka utama bawah (bottom chord)


c. Rangka pengisi (web). Seluruh rangka tersebut disambung menggunakan baut

menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah yang cukup.

d. Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama
dengan jarak sesuai dengan ukuran jarak genteng.

2. Persyaratan Material Rangka Atap

Material struktur rangka atap Properti mekanikal baja (Steel mechanical properties)
a. Persyaratan Bahan

 Bahan Yang digunakan untuk rangka atap adalah WIJA TRUSS

 Bahan baja yang digunakan untuk rangka kuda-kuda, struktur pengaku dan

reng adalah baja high tensile strength G550, coating mass (g/m2)
AZ70/AZ100.

b. Spesifikasi bahan

 Type C75
 AZ 70/100

 Lebar Kaki 35 mm dan 33,3 mm

 Lebar kupingan 75 mm dan 8 mm

77
 Tinggi 75 mm
 Tebal 1 mm

 Berat/Batang ± 7 Kg

3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan

menggunakan mesin rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan

mesin screw driver yang dilengkapi dengan kontrol torsi.


b. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan

kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan

desain sistem rangka atap.

c. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang
dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan

ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi

perletakan kuda-kuda.
d. Khusus pekerjaan atap di fasad, metode pemasangan atapnya dimasukkan

kedalam dinding agar menghindari kebocoran.

78
BAB VII
PEKERJAAN FINISHING LAINNYA

Pasal 1

Pekerjaan Pemasangan Aluminium Composite Panel (ACP) PVDF SEVEN 4 mm


1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan yang dipergunakan

untuk melaksanakan pekerjaan pemasangan / perbaikan alumunium composite


panel Cover ex Videotron - Pekerjaan ini dilaksanakan sebagaiman disebutkan/

ditunjukkan dalam petunjuk Direksi

2. Ketentuan

a. Semua pekerjaan yang disebutkan dalam bab ini harus dikerjakan sesuai
dengan standar dan spesifikasi dari pabrik

b. Bahan-bahan yang harus memenuhi standar-standar antara lain

 AA The Alumunium Association


 AAMA Architectural Alumunium Manufacts Associations

 ASTM E.84 American Standard for The Testing Materials

 DIN 4019 Isolasi Udara


 DIN 52212 Penyerapan suara

 DIN 53440 Pengurangan getaran

 DIN 17611 / BS 1651 Proses Anoda

 DIN 476 Panel Kerangka


 AS. 1530 Hasil Indikatif

3. Komponen bahan

a. Bracket/angkur dari materials besi fin galvanish atau material alumunium


ekstrussion

b. Rangka vertikal dan horizontal dari material alumunium ekstrussion

79
c. Rangka tepi panel alumunium composite da reinforce dari alumunium
ekstrussion

d. dari alumunium ekstrussion finish powder coating warna ditentukan kemudian

e. Sealant (antara panel alumunium dengan komponen lain)


4. Persyaratan bahan

a. Bahan Alumunium Composite Tebal 4 mm

b. Tebal 4 mm
c. Berat 5-6 Kg / 5 mm

d. Bending strength 45-50 Kg / 5 mm

e. Heat Deformation 200 C

f. Sound insulation 24-29 dB


g. Finished Flourocarbond factory finished / PVdf Coating

h. Bahan composite panel harus dalam keadaan rata, warna akan ditentukan

kemudian.
i. Contoh-contoh harus diserahkan kontraktor kepada direksi lapangan untuk

mendapatkan persetujuan pemberi tugas.

j. Toleransi dimensi mill finish :

 Stove dipernish : + 0,2 mm


 Dianode: 0.4 / + 0,2 mm

 Lebar: - 0/+ 4 mm

 Panjang s/d 4 meter : - 0/+ 6 mm


5. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam pekerjaan ini

dengan menunjukkan surat keterangan referensi pekerjaan-pekerjaan yang


pernah dilakukan kepada direksi lapangan untuk mendapatkan persetujuan.

b. Alumunium composite panel yang digunakan untuk seluruh proyek harus satu

macam saja.

80
c. Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan peralatan bantu untuk
mempermudah serta mempercepat pemasangan dengan hasdil pemasangan

akurat, teliti dan tepat pada posisinya.

d. Rangka-rangaka pemegang transom dan mullion harus dipersiapkan dengan


teliti , tegak lurus dan tepat pada posisinya.

e. Metode pemasangan antara lain : 1). Dijepit diantara bagian-bagian sungkup

puncak ganda. 2). Panel-panel baki menggantung pada pin-pin dan dipasang
dengan sekrup. 3). Dinding pelapis yang dijadikan satu unit, sistem ikatan

pinggir.

f. Frekuensi pembersihan dan perawatan serta pemilihan bahan pembersih yang

cocok sangat bergantung pada gedung dan kondisi permukaan. Pembersihan


dapat dilaksanakan denagn air dan spons atau sikat lembut.

g. Apa bila pengotoran lebih berat bisa ditambahkan deterjen netral.

h. Setelah pemasangan dilakukan penutupan celah antara panel dengan bahan


caulking dan sealant hingga rapat dan tidak bocor sesuai dengan uraian bab

sealant dalam persyaratan ini.

i. Kontraktor harus melindungi pekerjaan yang telah selesai dari hal-hal yang

dapat menimbulkan kerusakan. Bila halini terjadi kontraktor harus memperbaiki


tanpa biaya tambahan.

j. Hasil pemasangan pekerjaan aluminium composite panel harus merupakn

hasil pekerjaan yang rapi dan tidak bergelombang.


k. Kontraktor harus dapat menyertakan jaminan mutu selama 10 tahun

terhadap sinar matahari dan pabrik pembuatnya berupa serifikat jaminan.

81
BAB VIII
PEKERJAAN AKHIR

1. Pada akhir pekerjaan, seluruh ruangan termasuk dinding, plafond, lantai dan

sebagainya harus bersih dari sisa-sisa semen, cat dan kotoran lainnya.
2. Halaman bangunan harus dibersihkan dari sisa-sisa bahan-bahan bangunan,

kotoran-kotoran dan gundukan-gundukan tanah bekas galian harus diratakan serta

bahan-bahan yang tidak terpakai lagi harus diangkut keluar lokasi pekerjaan.

82
BAB IX
PENUTUP

1. Pekerjaan-pekerjaan yang belum/tidak tercantum/dijelaskan dalam RKS ini dapat

dilihat pada gambar atau ditanyakan pada saat rapat pelaksanaan pekerjaan.
2. Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap RKS ini pada saat rapat penjelasan

pekerjaan akan dibuat suatu berita acara penjelasan pekerjaan yang mengikat, dan

merupakan satu kesatuan dengan RKS ini.


Demikian rencana kerja dan syarat – syarat ini di buat, untuk di pakai dalam

Pembangunan ini.

Hormat Kami,
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN CV. MUBARAK CONSULTANT
(PPK)

H. MAHMUD Y. BOBIHU, S.Ag, M.M. RESKYANTI SYAM, S.T.


NIP : 19701002 199303 1 004 Direktur

KUASA PENGGUNA ANGGARAN


(KPA)

Dr. H. M. MUFLIH B. FATTAH, M.M.


NIP : 19670421 199203 1 001

83

Anda mungkin juga menyukai