Anda di halaman 1dari 321

RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pekerjaan :

REVIEW DED RUMAH SUSUN MBR BINTARO

Lokasi :

Jl. H. Moh. Ruslan, Lingkungan Bintaro Jaya, Kel. Bintaro, Kec. Ampenan, Kota
Mataram

Konsultan Review :

TA. 2020
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB I. PERSYARATAN TEKNIS UMUM

PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN ........................................................................ 1


PASAL 2 MEMULAI KERJA ................................................................................. 1
PASAL 3 MOBILISASI........................................................................................... 1
PASAL 4 PAPAN NAMA PROYEK........................................................................ 2
PASAL 5 KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN .............................................. 2
PASAL 6 RENCANA KERJA ................................................................................. 3
PASAL 7 KANTOR PROYEK, LOS KERJA, GUDANG BAHAN, PAGAR PROYEK
DAN LAIN LAIN .................................................................................... 3
PASAL 8 PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (RK3) ....... 4
PASAL 9 TENAGA DAN SARANA KERJA........................................................... 7
PASAL 10 PERSYARATAN DAN STANDARISASI................................................ 8
PASAL 11 LAPORAN HARIAN, MINGGGUAN DAN BULANAN ........................ 10
PASAL 12 PENJELASAN RKS & GAMBAR........................................................... 10
PASAL 13 TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR ............................................... 13
PASAL 14 KETENTUAN & SYARAT BAHAN-BAHAN......................................... 14
PASAL 15 PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN ........................................................ 16
PASAL 16 SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR....................................................... 17
PASAL 17 PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA ....................................................... 17
PASAL 18 PENYEDIAAN ALAT BERAT SEBAGAI ALAT MOBILISASI ............ 18
PASAL 19 DRAINASE/SALURAN........................................................................... 19
PASAL 20 PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN ................................................. 19

BAB II. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN


STRUKTUR

PASAL 1 PENGGALIAN TANAH DAN PENIMBUNAN ..................................... 22


PASAL 2 LANTAI KERJA...................................................................................... 26
PASAL 3 PEKERJAAN BETON STRUKTUR....................................................... 26
PASAL 4 PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG ........................................ 40
PASAL 5 PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA ...................................................... 73
PASAL 6 PEKERJAAN WATER STOP ................................................................. 89
PASAL 7 PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN .................................... 90

i|P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB III. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN


ARSITEKTUR
PASAL 1 PEKERJAAN DINDING......................................................................... 98
PASAL 2 PEKERJAAN SCREED .......................................................................... 103
PASAL 3 PEKERJAAN WATER PROOFING ....................................................... 106
PASAL 4 PEKERJAAN SEALENT DAN CAULKING.......................................... 111
PASAL 5 PEKERJAAN PELAPIS LANTAI .......................................................... 116
PASAL 6 PEKERJAAN PELAPIS DINDING........................................................ 122
PASAL 7 PEKERJAAN DINDING PARTISI......................................................... 124
PASAL 8 PEKERJAAN PLAFOND ....................................................................... 128
PASAL 9 PEKERJAAN KUSEN, DAUN PINTU DAN JENDELA ALUMUNIUM
132
PASAL 10 PEKERJAAN PINTU TAHAN API ........................................................ 139
PASAL 11 PEKERJAAN KACA ............................................................................... 144
PASAL 12 PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG .......................... 148
PASAL 13 PEKERJAAN PERLENGKAPAN SANITAIR ....................................... 151
PASAL 14 PEKERJAAN PENGECATAN ............................................................... 153
PASAL 15 PEKERJAAN TANGGA.......................................................................... 157
PASAL 16 PEKERJAAN BESI NON - STRUKTUR ............................................... 158
PASAL 17 PEKERJAAN PENUTUP ATAP ............................................................ 164
PASAL 18 PEKERJAAN KANSTEEN..................................................................... 165

BAB IV. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN


MEKANIKAL DALAM GEDUNG
PASAL 1 SYARAT - SYARAT UMUM ................................................................... 166
PASAL 2 PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL............. 176
PASAL 3 PEKERJAAN PENANGKAL PETIR...................................................... 195
PASAL 4 SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN FIRE ALARM........................... 198
PASAL 5 PEKERJAAN SISTEM CCTV ................................................................ 205

BAB V. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN


MEKANIKAL DAN PLUMBING
PASAL 1 PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PLAMBING ......................... 209
PASAL 2 PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PERPIPAAN ........................ 211
PASAL 3 PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN SISTEM AIR BERSIH......... 223

ii | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

PASAL 4 PEKERJAAN TANKI AIR BERSIH....................................................... 231


PASAL 5 PEKERJAAN SUMUR DALAM ............................................................. 235
PASAL 6 PEKERJAAN INSTALASI PEMADAM KEBAKARAN ........................ 240
PASAL 7 PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN AIR LIMBAH ....................... 259
PASAL 8 PEKERJAAN BIOSEPTIK / STP ........................................................... 262
PASAL 9 PEKERJAAN TATA UDARA DAN VENTILASI MEKANIK................ 266

iii | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB I. PERSYARATAN TEKNIS UMUM

PERSIAPAN PELAKSANAAN
Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya
seluruh seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama
seluruh Gambar Kerja serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti yang akan
diuraikan dalam Buku ini.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan atau kesimpangsiuran
informasi di dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan
dengan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)/Konsultan Supervisi dan Direksi
Pelaksana untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi bagian-bagian pekerjaan
yang dinyatakan dalam Gambar Kerja, Rencana Anggaran Biaya (RAB) serta Buku
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini.
Pekerjaan Persiapan meliputi : pembuatan papan nama proyek, pekerjaan pembersihan
proyek, dokumentasi, Shop dan As Built Drawing, pelaporan serta pengadaan listrik
dan air kerja.
PASAL 2
MEMULAI KERJA
Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender setelah penandatanganan Kontrak dan
Perintah Kerja Pelaksanaan Pekerjaan (SPK), Pihak Kontraktor harus sudah memulai
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
Dan apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender Kontraktor yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan
ketentuan didalam Syarat syarat Umum dan Syarat syarat Khusus Kontrak.

PASAL 3
MOBILISASI
Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :
3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi
yang diajukan bersama penawaran atau Peralatan konstruksi yang dibutuhkan
lainya, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

1|P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3.2. Pembuatan kantor Kontraktor, gudang dan lain-lain di lokasi proyek untuk
keperluan pekerjaan.
3.3. Dengan selalu disertai izin Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas, Kontraktor dapat membuat berbagai perubahan, pengurangan dan/
atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya ( Pengambilan
Keputusan harus melalui rapat koordinasi yang mengikut sertakan tim teknis
dinas terkait ).
3.4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor
harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas untuk disetujui.

PASAL 4
PAPAN NAMA PROYEK
Bila diharuskan oleh Pemerintah Daerah setempat maka Kontraktor harus memasang
Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor (
sesuai dengan Angka Jumlah Penawaran Kontraktor Pelaksana ).

PASAL 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
5.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor ‘wajib’ menunjuk seorang Kuasa Kontraktor
atau biasa disebut ‘Pelaksana’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan
pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor, sebagaimana
dipersyaratakan pada dokumen Pengadaan Kontraktor..
5.2. ‘Pelaksana’ merupakan wakil kontraktor dilapangan.
5.3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen
dan Konsultan MK/Konsultan Supervisi, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk
mendapat perasetujuan.
5.4. Bila di kemudian hari menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dan
Konsultan MK/Konsultan Supervisi bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu
atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada
Kontraktor secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.
5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor
harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru yang akan memimpin pelaksanaan
pekerjaan.

2|P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

PASAL 6
RENCANA KERJA

6.1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor ‘wajib’ membuat


Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa Network
Planning, Bar-Chart dan S-Curve juga jadwal pengadan Bahan, Peralatan dan
Tenaga.
6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan MK/Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari
kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor.
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi Tugas/ Pemimpin/
Ketua Proyek.
6.3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada
Pemilik Proyek/PPK dan Perencana.
6.4. Kontraktor harus selalu dalam pelaksanaan pembangunan pekerjaan sesuai
dengan Rencana Kerja tersebut di atas.
6.5. Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas akan menilai prestasi
pekerjaan kontraktor berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

PASAL 7
KANTOR PROYEK, LOS KERJA, GUDANG BAHAN,
PAGAR PROYEK DAN LAIN-LAIN

7.1. Kantor Proyek/Direksi Keet


Kontraktor harus menyediakan Kantor Proyek/Direksi Keet untuk keperluan kerja
Direksi Lapangan/Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas dengan
bahan semi permanen seluas ± 24 m² di setiap lokasi pembangunan dengan
menggunakan bahan-bahan sebagai berikut : lantai diplester, dinding tripleks/
papan/ asbes, rangka bangunan dari bahan kayu kelas III, atap dari bahan
genteng, pintu dari bahan papan kayu kelas III.
Kantor Proyek dilengkapi juga dengan :
 4 unit meja kerja beserta kursi kerja

3|P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 1 meja rapat beserta kursi yang dapat menampung 8 orang


 1 unit AC Split 1 PK
 8 unit Helm , serta alat-alat kantor yang diperlukan. Dalam hal ini
Kontraktor dapat memanfaatkan sementara ruangan pada area bangunan
yang belum akan dibongkar yang akan ditentukan oleh Manajemen
Konstruksi ( MK ) (atau Menyesuaikan dengan Penawaran dari Pihak
Kontraktor Pelaksana Yang Tertuang dalam Rencana Anggaran Biaya).
Direksi Keet dilengkapi dengan 2 set Meja Kursi Kerja, Meja Kursi rapat
minimal untuk 8 orang, papan tulis, lemari contoh bahan dan Air Condition
¾ PK
7.2. Kantor Kontraktor, Los Kerja Dan Gudang Bahan
Kontraktor atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor di lapangan, los kerja
untuk para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan
barang-barang, yang mana tempatnya akan ditentukan oleh Manajemen
Konstruksi ( MK ) Lapangan/Personalia Proyek.
7.3. Kontraktor berkewajiban menjaga kebersihan los Manajemen Konstruksi ( MK )
serta inventarisnya
7.4. Pagar Proyek
Untuk keamanan lapangan kerja, Kontraktor menyiapkan pagar keliling untuk
memagari sekelilingnya sehingga aman. Biaya untuk keperluan ini akan
dimasukan didalam penawaran kontrak. Volume pagar mempertimbangkan jalur
sirkulasi keliling rencana bangunan kiri kanan, depan dan belakang minimal 6 m.
Tinggi Pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari
seng gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat dari rangka kayu Borneo ukuran
5/7, memenuhi persyaratan kekuatan, atau sesuai dengan peraturan Pemerintah
Daerah setempat.
7.5. Kantor Kontraktor, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan
dibiayai oleh Kontraktor, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/ pekerjaan
tersebut, harus segera dibongkar/ dibersihkan oleh pihak Kontraktor, dan bahan-
bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor.

4|P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

PASAL 8
PROGRAM RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (RK3)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2014 tentang


Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (RK3) serta Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2/PRT/M/2018 tentang Pengganti Permen PU No
5/2018. Maka Pelaksana Konstruksi wajib menyelenggarakan Program K3 untuk
pembangunan rumah susun ini dengan ketentuan sebagai berikut :
8.1. Setiap pekerjaan konstruksi harus memiliki petugas K3 yang memiliki lisensi Ahli
K3 Konstruksi sesuai dengan Permenaker R.I Nomor : PER.04/MEN/ 1987 tentang
P2K3 serta Tata cara penunjukan Ahli K3 dan Surat Dirjen Binwasnaker RI No.
Kep. 20/DJPPK/VI/2004 tentang Sertifikat Kompetensi K3 bidang Konstruksi
Bangunan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Proyek dengan tenaga kerja > 100 orang atau pelaksanaan > 6 bulan harus
memiliki 1 Ahli Utama K3, 1 AK3 Muda dan 2 AK3 Muda Konstruksi;
b. Proyek dengan tenaga kerja < 100 orang atau pelaksanaan < 6 bulan harus
memiliki 1 AK3 Madya dan 1 AK3 Muda Konstruksi;
c. Proyek dengan tenaga kerja < 25 orang atau pelaksanaan < 3 bulan harus
memiliki 1 orang AK3 Muda Konstruksi.
8.2. Memastikan Rencana K3 Proyek sudah dibuat sesuai dengan standar dan
dikirimkan kepada pihak yang berkepentingan. Rencana K3 proyek harus
disetujui Pimpinan dan dimutakhirkan setiap ada perubahan;
8.3. Memastikan seluruh alat berat dan peralatan yang digunakan memiliki
sertifikasi yang masih berlaku.
 Harus dilakukan inspeksi pramobilisasi sebelum diizinkan memasuki
lokasi kegiatan;
 Alat harus diinspeksi oleh instansi pemerintah yang berwenang sebelum
digunakan (riksa uji);
 Pastikan umur alat sesuai dengan persyaratan.
8.4. Memastikan perlindungan terhadap pihak ke-3 dan lingkungan sekitar
sudah direncanakan dengan aman. Seluruh area konstruksi harus tertutup
jaring pengaman selama masa konstruksi, dipastikan tidak ada potensi
benda jatuh keluar area.

5|P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

8.5. Memastikan seluruh alat berat dioperasikan oleh operator yang memiliki SIO
(Surat Izin Operasi) dan masih berlak. Hanya operator yang memiliki SIO
(Surat Izin Operasi) yang boleh mengoperasikan alat berat.
8.6. Dalam kondisi berbahaya harus mampu menghentikan pekerjaan. Lapor
kepada penanggung jawab pekerjaan atau departemen terkait dan lakukan
rapat persiapan (TBM) kembali.
8.7. Melaksanakan inspeksi alat berat dan peralatan setiap akan digunakan dan
melaksanakan inspeksi rutin K3.
8.8. Membuat laporan berkala Kinerja K3 dan dilaporkan kepada pihak yang
berwenang dan pihak yang berkepentingan. Laporan ke instansi pemerintah
yang berwenang dan unit K3 setiap minggu, memuat Kinerja K3, daftar alat
berat dan operator, rencana, dan aktual K3.
8.9. Pemakaian alat pelindung diri dalam proyek pembangunan wajib bagi semua
personil yang ada di proyek. Pemakaian alat pelindung diri perorangan merupakan
suatu keharusan dan setiap karyawan diharapkan untuk secara aktif memberikan
saran-saran dalam menyeleksi alat pelindung diri yang digunakan dan membantu
dalam melaksanakan program K3 pada proyek konstruksi ini. Alat-alat pelindung
diri perorangan terdiri dari :
a. Pelindung Kepala f. Pelindung Tangan
b. Pelindung Kaki g. Pelindung Pendengaran
c. Pelindung Badan/Jatuh dari h. Pelindung Pernafasan
ketinggian i. Pakaian Pelindung
d. Pelindung Wajah j. Pakaian Kerja dan Kartu
e. Pelindung Mata Identitas

8.10. Papan Informasi K3


Semua proyek harus membuat papan informasi K3 yang berisi kinerja K3
dan informasi K3 lainnya, papan informasi pekerjaan dan potensi bahaya pada
setiap lokasi kerja, memasang rambu dan banner sesuai dengan potensi bahaya
pada lokasi kerja.
Papan informasi ditempatkan di dua sisi yaitu pada bagian depan proyek dan
bagian belakang proyek. Pada bagian depan proyek dengan rincian sebagai
berikut :
a. Bagian Depan

6|P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Statistik kecelakaan kerja, FR, SR, safe manhour, total manhour, LTI
terakhir;
 Pekerjaan hari ini dan JSA;
 Pekerjaan hari ini, penggunaan alat berat, lisensi dan nama
penanggung jawab;
 Alur proses prosedur kerja aman setiap item pekerjaan;
 Sisa waktu pelaksanaan proyek dan progress;
 Alur proses tanggap darurat dan no. telepon penting;
b. Bagian Belakang
Monitoring izin kerja dan dokumen dan asuransi CAR dan BPJS Proyek.
8.11. Fasilitas Minimal Bahaya Keselamatan Kerja
Proyek konstruksi harus merencanakan, menganggarkan, dan membuat
fasilitas proteksi bahaya nyata yang ada di setiap pekerjaan konstruksi baik
proyek bangunan maupun pekerjaan renovasi. Standar yang dibuat ini
adalah standar minimum, setiap kontraktor dapat melakukan improvisasi
atau menerapkan standar yang lebih tinggi. Pengelola Proyek akan melakukan
inspeksi secara berkala dan mendadak untuk memastikan fasiltas proteksi
bahaya dibuat dan dipelihara hingga memenuhi standar keselamatan kerja.
a. Proteksi Area Galian
Area galian merupakan area yang sangat berbahaya jika tidak diberi
rambu-rambu, sehingga akan mengurangi resiko kecelakaan di daerah
ini.
b. Proteksi Bahaya Jatuh Dari Ketinggian
Untuk bangunan lebih dari 2 lantai, resiko jatuh dari ketinggian
bangunan menjadi perhatian yang sangat serius dalam penerapan K3.
Untuk menghindari hal tersebut, maka harus dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
 Pemasangan Pipa Pagar Tangga Darurat Perancah
 Pemasangan Pipa Pagar Perancah
 Pemasangan Tali Keselamatan
 Pemasangan Pipa Pagar Tangga Darurat Area Gedung
 Pemasangan Pipa Area Bekisting
c. Proteksi Bahaya Benda Jatuh
Material yang digunakan adalah jaring pengaman (polinet). Dipasang di
seluruh perancah yang digunakan sebagai platform (perancah

7|P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

tetap)/kemungkinan ada material yang jatuh atau material yang terbawa


angin dari dalam gedung. Ukuran jaring disesuaikan dengan kebutuhan
lapangan. Pada area-area yang menjadi akses masuk, harus dibuat kanopi
yang melindungi pekerja dari kejatuhan benda dari area perancah.
Pemasangan jaring pengaman ini ditempatkan pada lokasi-lokasi seperti :
 Perancah Eksternal
 Jaring Vertikal pada Bekisting Atas
 Jaring Vertikal pada Area Lift
 Jaring Pengaman di Perimeter Gedung
 Jaring Pengaman di Terminal Material
 Jaring Pengaman Sisi Luar Gedung

PASAL 9
TENAGA DAN SARANA KERJA

Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut
alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan
pengamanan, Manajemen Konstruksi ( MK )an dan pemeliharaan terhadap bahan-
bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung
sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan
diserahterimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.
9.1. Tenaga Kerja /Tenaga Ahli
Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis
dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan
9.2. Peralatan Bekerja
Menyediakan alat-alat bantu, seperti mesin las, alat-alat bor, alat-alat pengangkat
dan pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.
9.3. Bahan-bahan Bangunan
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya ( Bahan Yang
digunakan Harus seusai Dengan RAB penawaran dan Dokumen Rencana Kerja
dan Syarat-Syarat Teknis ).
9.4. Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk Bekerja

8|P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

9.4.1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat
sumur pompa di tapak proyek atau disuply dari luar.
9.4.2. Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan
kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk
dan persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas/Direksi.
9.4.3. Kontraktor harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang
senantiasa terisi penuh ( Minimum Kap.2 m3 ).
9.4.4. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan.
Penggunaan Diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan
untuk penggunaan sementara atas petunjuk Manajemen Konstruksi ( MK
).

PASAL 10
PERSYARATAN DAN STANDARISASI
10.1. Persyaratan Pelaksanaan
Untuk menghindari klaim dari ‘User’ Proyek dikemudian hari maka Kontraktor
harus betul-betul ‘memperhatikan’ pelaksanaan pekerjaan struktur dengan
memperhitungkan ‘ukuran jadi (finished)’ sesuai persyaratan ukuruan pada
gambar kerja dan penjelasan RKS. Kontraktor wajib melaksanakan semua
pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan
persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan
Rencana kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib
memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang
menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal,
Plumbing/Sanitasi dan mendapat izin tertulis dari Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas.
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan calon Kontraktor harus
menyediakan :
 Wakil sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli
dibidangnya selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan
guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.

9|P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Buku harian untuk :


 Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
 Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari
pekerjaan.
 Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :
 1 (satu) kamera/handycam.
 1 (satu) alat ukur schuifmaat.
 1 (satu) buah alat ukur panjang 50 m, 5 m.
 1 (satu) buah mistar waterpass panjang 120 cm.
 1 (satu) unitlaptop/PC lengkap dengan printer.
10.2. Standar yang Dipergunakan
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi
Indonesia, Standard Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada
hubungannya dengan pekerjaan antara lain :
 PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia
 NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
 NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
 NI-10 : Bata Merah sebagai Bahan Bangunan
 PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia
 PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik
 PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia
 SII : Standard Industri Indonesia
 (SNI –2847 - 2013) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 2013
 AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.
Serta :
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 2013
 Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan tentang keselamatan
tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik
Indonesia
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang
penanggulangan bahaya kebakaran. Jika tidak terdapat di dalam
Peraturan/Standard/Normalisasi tersebut di atas, maka berlaku
Peraturan/Standard/Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal
produsen bahan/material/komponen yang bersangkutan.

10 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :


 Dokumen Lelang yang sudah disyahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar Kerja,
RKS, BQ, B.A. Aanwijzing dan Surat Perjanjian Kontrak).
 Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor dan sudah disetujui/disahkan oleh
pemberi tugas dan Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.

PASAL 11
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
11.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai
segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan,
baik teknis maupun Adminstratif.
11.2. Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor harus memberikan data-
data yang diperlukan menurut data dan menurut keadaan sebenarnya.
11.3. Manajemen Konstruksi ( MK ) Lapangan juga harus membuat Laporan
mingguan dan Laporan bulanan secara rutin.
11.4. Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen untuk bahan monitoring.

PASAL 12
PENJELASAN RKS & GAMBAR
12.1. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka
yang mengikat/berlaku adalah RAB.
12.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi gambar dan detail gambar mungkin
akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor harus
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan
tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar
atau dari ketidaksesuaian antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari
karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan sepsifikasi atau gambar kerja
yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya,
akan ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas
dan disahkan secara tertulis.
12.3. Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas akan memberikan
instruksi berkenaan dengan penafsiran yang semestinya untuk memenuhi
ketentuan gambar dan spesifikasinya.

11 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

12.4. Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan


garis, lapisan bagian dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila
ada ketentuan lain dari Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
12.5. Ukuran
12.5.1. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja
dan Gambar Pelengkap meliputi :
 As – as
 Luar – luar
 Dalam – dalam
 Luar – dalam
12.5.2. Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm
(centimeter).
12.5.3. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya
adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai (“finished”).
12.5.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan
secara tertulis kepada Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana
yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.
12.5.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka
pengukuran skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga
akan ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas dan disyahkan secara tertulis.
Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran
yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan
Direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab
Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.
12.6. Perbedaan gambar
12.6.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu
disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar
yang mengikat/berlaku.
12.6.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan
Sipil/Struktur, maka Kontraktor wajib melaporkannya kepada Konsultan

12 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas yang akan memutuskannya


setelah berkonsultasi dengan Perencana.
12.6.3. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi,
Elektrikal/ Listrik dan Mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan
adalah ukuran fungsional dalam gambar kerja Arsitektur.
12.6.4. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian di dalam
pelaksanaan satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian
pekerjaan lainnya, maka di dalam hal terdapat ketidak-jelasan,
kesimpang-siuran, perbedaan-perbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian
dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan
melaporkan kepada Konsultan Pengelola Proyek secara tertulis,
mengadakan pertemuan dengan Konsultan Direksi dan Konsultan
Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan
dijadikan pegangan.
12.6.5. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor
untuk memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.

12.7. Istilah
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah
sebagai berikut.
12.7.1. STR : Struktur,
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan Perhitungan Konstruksi,
Bahan Konstruksi Utama dan Spesifikasinya, Dimensionering kolom,
Balok dan tebal Lantai.
12.7.2. ARS : Arsitektur,
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan
perancangan bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin
kerja yang ada baik teknis maupun estetika.
12.7.3. ELK : Elektrikal,
Segala hal yang ada hubungannya dengan Sistem Penyediaan Daya
Listrik dan Penerangan.
12.7.4. MEK : Mekanikal,
Segala hal yang ada hubungannya dengan Sistem Air Bersih – Air Kotor
– Drainase, Sistem Pemadam Kebakaran, Sistem Instalasi Diesel –
Generator Set, dan Sistem Pengkondisian Udara.

13 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

12.8. Shop drawing


Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus
dibuat oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah
disesuaikan dengan keadaan lapangan.
Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/ Dokumen Kontrak maupun yang
diminta oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan Manajemen Konstruksi ( MK )
dan dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh
dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau
spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum
tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/ Dokumen Kontrak maupun di
dalam Buku ini.
Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan
tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas/ Direksi (
Selambat Lambatnya Adalah Sebelum Proses MC 0% ( Mutual Check 0% )
Dilaksanakan ).
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas untuk diminta
persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari proyek dan harus
digambar pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.
12.9. Perubahan, penambahan, pengurangan pekerjaan dan pembuatan “as-built
drawing”.
12.9.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan
pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
12.9.2. Setelah Pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor
berkewajiban membuat gambar-gambar yang telah dikerjakan/dibangun
oleh kontraktor (As-Built Drawing). Biaya untuk penggambaran “As-
Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.

PASAL 13
TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR
13.1. Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.

14 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

13.2. Kehadiran Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas selaku wakil


Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi, menegur, atau memberi nasehat
tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.
13.3. Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan
tersebut dengan biaya Kontraktor sendiri.
13.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanan pekerjaan,
maka Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada
Pemberi Tugas melalui Konsultan Pnegawas.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan
yang timbul.
13.5. Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
13.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tangung-jawab Kontraktor.
13.7. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan
bahan/material, barang milik Proyek, Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan,
maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang
telah dipasang maupun belum; adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak
akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
13.8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik
yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
13.9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi
keluar lokasi pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.

PASAL 14
KETENTUAN & SYARAT BAHAN-BAHAN
14.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini maupun dalam berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang
akan dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-
syarat yang tercantum dalam A.V. dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan

15 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Indonesia (PUBI th. 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan
termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang
berlaku di Indonesia. Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus
dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang
dimaksudkan.
14.2. Merk pembuatan bahan/ material & komponen jadi
14.2.1. Kecuali bila ditentukan lain dalam kontrak ini, semua merk pembuatan
atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis ini
dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas/setara dan tidak
diartikan sebagai suatu yang mengikat.
Setiap keterangan mengenai peralatan, material, barang atau proses,
dalam bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap
sebagai penentu standard atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan
sebagai upaya membatasi persaingan; dan Kontraktor harus dengan
sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang
atas penilaian Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas
dan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh material patent
itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang
membuatnya.
14.2.2. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar dan RKS, memenuhi standard
spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan
bangunan yang berlaku.
14.2.3. Apabila dianggap perlu, Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga akhli yang ditunjuk oleh
pabrik dan atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana.
Dalam hal ini, Kontraktor tidak berhak mengajukan claim sebagai
pekerjaan tambah.
14.2.4. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam
pekerjaan ini.
14.2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang
dipersyaratkan harus disertai test dari Laboratorium lokal/dalam negeri
baik kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan harus disetujui oleh

16 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas secara tertulis


dan diketahui oleh Konsultan Perencana.
Apabila diperlukan biaya untuk test Laboratorium, maka biaya tersebut
harus ditanggung oleh Kontraktor tanpa dapat mengajukan sebagai
biaya tambah.
14.3. Kontraktor/Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua
bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas /Direksi dan Perencana untuk
mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut
didatangkan/dipakai.
Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi ( MK ) dan Perencana adalah sebanyak minimal (2) buah dari satu
bahan yang ditentukan untuk menetapkan “standar of appearance” dan
disimpan di ruang Direksi. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan
adalah dua (2) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.
14.4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan
diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari tujuh (7) hari
kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut.
14.5. Penyimpanan material
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang
bersangkutan, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
14.5.1. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan
kesesuaiannya untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas
permukaan yang bersih, keras dan bila diminta harus ditutupi.
Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan
pemeriksaan. Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk
penyimpanan tanpa izin tertulis dari Pemiliknya.
14.5.2. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan
(levelling) menurut petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas.
14.5.3. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan
miring kesamping sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan
drainasi/pematusan dari kandungan air/cairan yang berlebihan. Material
harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan
bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan

17 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

menjaga gradasi serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar


harus ditimbun dan diangkat/dibongkar lapis demi lapis dengan tebal
lapisan tidak lebih dari satu meter. Tinggi tempat penyimpanan tidak
lebih dari lima meter.

PASAL 15
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
15.1. Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh-
contoh yang telah disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas seperti yang diatur dalam PASAL 14 di atas.
15.2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang
dinyatakan afkir/ditolak oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan selambat-
lambatnya dalam tempo 3 X 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
15.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Manajemen
Konstruksi MK ) / Direksi/Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh
Pelaksana, maka Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas /
Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada kontraktor
yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut
menjadi tanggungan Kontraktor sepenuhnya disamping pihak kontraktor tetap
dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu permil) dari harga borongan.
15.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas
dari bahan-bahan tersebut, maka Kontraktor harus dan memeriksakannya ke
Laboratorium balai Penelitian Bahan-Bahan Pemerintah untuk diuji dan hasil
pengujian tersebut disampaikan kepada Manajemen Konstruksi ( MK )
/Direksi/Perencana secara tertulis.
Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor.
15.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas tentang baik atau
tidaknya kualitas dari bahan-bahan tersebut. Pelaksana tidak diperkenankan
melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut di
atas.
15.6. Bila diminta oleh Konsultan Manajemen Konstruksi (MK), Kontraktor harus
memberikan penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya
material dan tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.

18 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

PASAL 16
SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR
16.1. Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor Bawahan (Sub-
Kontraktor) didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka
Kontraktor ‘wajib’ memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
16.2. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas di Lapangan untuk pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan
pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.

PASAL 17
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA
17.1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan
tanah permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan
puing-puing di dalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan
harus tetap di tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai dengan
ketentuan PASAL-PASAL yang lain dari spesifikasi ini.
Pekerjaan ini mencakup juga perlindungan/ penjagaan tumbuhan dan benda-
benda yang ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau
cacat.
17.2. Segala obyek yang berada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu
busuk, tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-
rintangan lainnya yang muncul, yang tidak diperuntukan berada di sana, harus
dibersihkan dan/atau dibongkar, dan di buang bila perlu. Pada daerah galian,
segala tunggul dan akar harus di buang dari daerah sampai kedalaman
sekurang-kurangnya 50 cm di bawah elevasi lubang galian sesuai Gambar
Kerja.
Lubang-lubang akibat pembongkaran harus diurug dengan material yang
memadai dan dipadatkan sampai 90% dari kepadatan kering maksimum sesuai
AASHTO T 99.
PASAL 18
PENYEDIAAN ALAT BERAT SEBAGAI ALAT MOBILISASI

18.1. Penyediaan Alat Berat Untuk Kelangsungan Pekerjaan

19 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Kontraktor Harus menyediakan Beberapa Alat Berat Untuk Kelancaran Proses


Pengerjaan Pembangunan Gedung mengingat Proses pengerjaan yang dilakukan
di ketingggian, maka Kontraktor wajib Menyediakan Alat Berat Sebagai Berikut
( Sesuai Dengan Rencana Anggaran Biaya Yang Telah Di sediakan ) :
1. Menyediakan Alat Berat Mobile Crane
a. Penjelasan Umum
Alat Berat Ini Berfungsi Sebagai Mobilisasi Penyaluran Bahan
Bahan/Material Yang Akan Di kerjakan Dalam
Pembangunan,Terutama Jika Menyangkut Pada Pekerjaan Yang
Berada Di ketinggian, Mengingat Proses pengerjaan Yang memiliki
Batas Waktu Yang telah ditentukan, Maka Kontraktor diwajibkan
Untuk Menyediakan Alat Berat Diatas.
b. Lama Penyediaan
Kontraktor Harus Menyediakan Alat Berat Seperti Diatas minimal
Selama Proses Pekerjaan Pembangunan Sedang Berlangsung Sesuai
Dengan Rencana yang telah Disepakati, Sesuai Dengan Anggaran
Yang telah Di Sepakati, Dalam Penyediaan alat berat juga sudah
termasuk pada Jasa Erection dan Demobilisasi, Jasa Operator All in (
2 Orang ), Setting Alat Berat Serta Asuransi Alat Dan Perijinan.
c. ingkup Pekerjaan Yang Harus Dilaksanakan
Selain Menyediakan Alat Berat, Kontraktor juga harus
melaksanakan/membuat beberapa pekerjaan yang berhubungan
dalam penyediaan alat berat yang telah di sepakati.

PASAL 19
DRAINASE/ SALURAN
18.2. Pemeliharaan drainase yang sudah ada
Kontraktor harus memelihara drainase yang memasuki, melintasi atau
mempengaruhi tempat kerja.
Kewajiban ini mencakup, bila diminta oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas pembersihan saluran-saluran, parit dan pipa-
pipa menuju hulu dan hilir sampai sejauh 100 meter di luar batas daerah
konstruksi dan daerah milik jalan (right-of way).
Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.
18.3. Lokasi dan perlindungan utilitas.

20 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

18.3.1. Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, Kontraktor harus melakukan


survey untuk mengetahui detail lokasi segala utilitas yang akan kena
pengaruh oleh pekerjaan. Hasil survey harus dicatat dalam format
rencana sesuai dengan petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas, dan patok permukaan (surface pegs)
pada tempat kerja yang menunjukkan lokasi seluruh utilitas yang berada
di bawah tanah, harus sudah ditancapkan.
Patok-patok itu harus tetap terpancang selama berlakunya kontrak.

PASAL 20
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
21.1. Izin memasuki tempat kerja
Direksi dan Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas atau setiap
petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat
pekerjaan, atau semua bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang
dikerjakan/ dipersiapkan atau dimana bahan/ barang dibuat.

21.2. Pemeriksaan pekerjaan


21.2.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor,
tetapi karena bahan/ material ataupun komponen jadi, maupun mutu
pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Pengawas/Direksi harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu yang
ditetapkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas/
Direksi.
21.2.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat
sebelum mendapatkan persetujuan Manajemen Konstruksi ( MK ) dan
Kontraktor harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada
Manajemen Konstruksi ( MK ) ahli untuk memeriksa dan mengukur
pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.
21.2.3. Kontraktor harus melaporkan kepada Manajemen Konstruksi ( MK )
kapan setiap pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap
diperiksa.
21.2.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam
(dihitung dari jam diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak

21 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

terhitung hari libur/ hari Raya) tidak dipenuhi/ ditanggapi oleh


Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas/Direksi, maka
Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang
seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi (MK) /Direksi.
21.2.5. Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Manajemen Konstruksi
(MK) / Direksi berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian
atau seluruhnya untuk diperbaiki.
21.2.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi
tanggungan Kontraktor, tidak dapat di “klaim” sebagai biaya pekerjaan
tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.
21.3. Kemajuan pekerjaan
21.3.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus
disediakan oleh kontraktor demikian pula metode/cara pelaksanaan
pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima
oleh Manajemen Konstruksi ( MK ).
21.3.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu
waktu menurut penilaian Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu
yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang maka
Manajemen Konstruksi ( MK ) harus memberikan petunjuk secara
tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju
pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah
ditentukan.
21.4. Perintah untuk pelaksanaan (foreman)
Bila Kontraktor atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja di mana
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas bermaksud untuk
memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau perintah itu harus
dituruti dan dilaksanakan oleh semua petugas Pelaksana atau petugas yang
ditunjuk oleh Kontraktor untuk menangani pekerjaan itu.
21.5. Toleransi
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam kontrak ini harus dikerjakan
sesuai dengan toleransi yang diberikan dalam Spesifikasi, dan toleransi lainnya
yang ditetapkan pada bagian lainnya.

22 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB II. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal 01
PENGGALIAN TANAH & PENIMBUNAN

1. Lingkup Pekerjaan
Semua sampah-sampah, bekas-bekas bongkaran dan urugan harus dibuang keluar
lokasi dan tidak mengganggu lingkungan. Penggalian harus dilaksanakan sampai
mencapai kedalaman sebagaimana ditentukan dalam gambar-gambar. Dalam
pelaksanaan galian harus sesuai rencana dan terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas.

2. Perlindungan Hasil Galian


Pemborong akan melaksanakan pekerjaan-pekerjaannya, segera setelah ia
mencapai sesuatu tahap dimana penggalian yang dihasilkannya disetujui oleh
pihak Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas termasuk perlindungan
permukaan-permukaan galian itu secara efektif terhadap kerusakan oleh sebab
apapun. Bila pihak Pemborong tidak memberikan perlindungan yang baik, maka ia
menggali kembali daerah yang bersangkutan sampai ke suatu tahap/tingkat
lanjutan yang disetujui oleh pihak Konsultan MK/Pengawas, dimana untuk
selanjutnya tidak diberikan tambahan oleh pihak Pemberi Tugas.

3. Pelaksanaan Penggalian
3.1. Pemborong dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan dari
Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
3.2. Sebelum penggalian dimulai, Pemborong wajib mengajukan usulan penggalian
yang akan ditempuh minimal menyebutkan :
a. Urut-urutan pekerjaan penggalian.
b. Metode atau schema penggalian.
c. Peralatan yang digunakan.
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
e. Pembuangan galian.
f. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
3.3. Pemborong harus membuat saluran penampung air, didasar galian yang
meliputi areal galian. Air yang terkumpul harus dapat dipompa keluar
ketempat yang aman agar tanah dasar gailan tetap kering, oleh karenanya
23 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pemborong wajib mempersiapkan pompa lengkap dengan perlengkapannya


untuk keperluan penyedotan air tersebut.
3.4. Pemborong wajib membuat jalan penghubung, untuk naik/turun bagi
kegunaan inspeksi.
3.5. Pemborong wajib memperhatikan keselamatan para pekerja, kelalaian dalam
hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.
3.6. Penyangga/Penahan Tanah.
3.6.1. Stabilitas dari permukaan selama galian semata-mata adalah
tanggung jawab dari Pemborong, yang harus memperbaiki semua
kelongsoran-kelongsoran. Pemborong harus membuat penyangga-
penyangga/penahan tanah yang diperlukan selama pekerjaan dan
galian tambahan atau urugan bila diperlukan.
3.6.2. Apabila diperlukan penggalian tegak harus dibuatkan konstruksi turap
yang cukup kuat untuk menahan tekanan tanah dibelakang galian.
Konstruksi-konstruksi turap tersebut harus direncanakan dan dihitung
oleh Pemborong dan disetujui oleh Konsultan MK/Pengawas. Selama
pelaksanaan tanah dibelakang galian tidak boleh longsor. Semua biaya
turap dan perkuatannya sudah termasuk beban biaya bangunan dalam
kontrak.
3.6.3. Pemborong diharuskan untuk melaksanakan dan merawat semua
tebing dan galian yang termasuk dalam kontrak, memperbaiki
longsoran-longsoran tanah selama masa Kontrak dan Masa Perawatan.

4. Penimbunan
4.1. Seluruh bagian site yang direncanakan untuk perletakan bangunan harus
ditimbun sampai mencapai ketinggian yang ditentukan, tanah timbunan
harus cukup baik, bebas dari sisa-sisa (rumput, akar-akar dan lain-lainnya)
dan dapat mencapai CBR minimal 4 % rendam air. Dalam hal ini harus
mengikuti petunjuk-petunjuk pengawas teknik.
4.2. Penimbunan harus dilakukan lapis berlapis setebal maksimal 30 cm
hamparan setiap lapisan. Pemadatan mencapai kepadatan 95 % dari standard
proctor laboratorium pada air yang optimum dengan pemeriksaan standar
PB.0111.76 Manual pemeriksaan bahan jalan No. 01/MN/BM/1976. Untuk
lapisan yang jalan paling atas/akhir ke padatan harus mencapai 98 %.
4.3. Penimbunan Kembali.

24 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

4.3.1. Semua penimbunan kembali di bawah atau disekitar bangunan dan


pengerasan jalan/parkir harus sesuai dengan gambar rencana.
Material untuk penimbunan harus memenuhi spesifikasi ini.
4.3.2. Bila tidak dicantumkan didalam gambar-gambar detail, maka sebelum
pemasangan pondasi beton, dasar galian harus ditimbun dengan pasir
urug 20 cm (setelah disirami, diratakan dan dipadatkan), kemudian
dipasang lantai kerja dengan tebal 5 cm dengan adukan 1 semen : 3
pasir : 5 koral.
4.3.3. Bila tidak dicantumkan didalam gambar-gambar detail, maka sebelum
pemasangan sloof beton, dibawah sloof beton dipasang lantai kerja
dengan tebal 5 cm dengan adukan 1 semen pc 3 pasir 5 kerikil.
4.4. Pengurugan Tanah/Pemadatan Tanah.
4.4.1 Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak-
semak, akar-akar pohon, sampah-puing-puing bangunan dan lain-lain
sampah, sebelum pengurugan tanah dimulai.
4.4.2 Tanah urug untuk mengurug, meratakan dan membuat Tanah, tebing-
tebing harus bersih dari sisa-sisa tanaman, sampah dan lain-lain.
4.4.3 Material yang digunakan untuk timbunan dan subgrade harus
memenuhi standard spesifikasi AASHTO-M 57-64 dan harus diperiksa
terlebih dahulu di laboratorium tanah yang disetujui oleh Konsultan
MK/Pengawas.
4.4.4 Material yang dipakai untuk timbunan harus memenuhi satu dari
persyaratan-persyaratan berikut :
Material yang diklafikasikan dalam kelompok Material yang A-1, A-2-4,
A-2-5, atau A-3 seperti dalam AASHTO M 145 dan harus dipadatkan
sampai 90 5 dari berat jenis kering maximum (= maximum dry density)
menurut AASHTO T. 99 Material-material yang diklasifikasikan
dalam kelompok A-2-6, A-2-7, A-4, A-5, A-6, A-7' boleh digunakan
dengan perhatian khusus diberikan pada waktu pemadatan tanah
untuk mencapai 95% dari berat jennis kering maximum-maximum dry
density) menurut AASHTO T.99.
4.4.5 Material yang dipakai untuk subgrade harus memenuhi salah satu dari
persyaratan-persyaratan berikut :
Material yang diklasifikasikan dalam grup A-1, A,2-4, A,2-5, A-3 seperti
dalam AASHTO M 145 dan bila digunakan harus dipadatkan sampai
100 % dari berat jenis maksimum (= maksimum dry density) menurut
AASHTO T.99. Material-material dalam grup A-2-6, A-2-7, A-4, A-6
25 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

atau A-7 boleh juga dipakai asal dipadatkan sampai minimum 95%
berat jenis kering maksimum (= maximum dry density) dan 95%
optimum moisture content (AASHTO T.99).
4.4.6 Bila tanah galian ternyata tidak baik atau kurang dari jumlah yang
dibutuhkan maka Pemborong harus mendatangkan tanah urug yang
baik dan cukup jumlahnya serta mendapatkan persetujuan dari
Konsultan MK/Pengawas.
Pengurugan tanah harus dibentuk sesuai dencan peil ketinggian
kemiringan dan ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan MK/Pengawas. Tanah
urug harus ditempatkan dalam lapisan-lapisan setebal maksimum 30
cm dan harus dipadatkan sebaik-baiknya dengan penambahan air
secukupnya dan penggilingan. Permukaan dari kemiringan-kemiringan
tanah harus diselesaikan secara rata atau bertangga sebagaimana
diminta oleh Konsultan MK/Pengawas.
4.4.6 Mesin gilas tidak boleh digunakan ditempat-tempat yang oleh
Konsultan MK/Pengawas dianggap berbahaya atau dengan jarak yang
kurang dari 45 cm terhadap saluran, batas-batas atau pekerjaan-
pekerjaan lain yang mungkin menjadi rusak. Untuk hal tersebut mesin
gilas bisa diganti dengan stamper.
4.4.7 Pengurugan kembali dari pondasi harus dilaksanakan dengan
memadatkan tanah urug dalam lapisan-lapisan setebal maksimum 30
cm. Pengurugan ini tidak boleh dilaksanakan sebelum diperiksa dan
disetujui oleh Konsultan MK/Pengawas.
4.4.8 Urugan pada daerah bangunan dan sekeliling luar bangunan dalam
radius 1,5 m dari tepi bangunan harus diberi bahan anti rayap. Jika
ada waterproofing maka bahan anti rayap harus tidak bereaksi dengan
waterproofing.
4.4.9 Pengurugan tanah untuk dasar pondasi plat jalur/setempat, dimana
dasar pondasi harus diurug maka syarat-syarat pengurugan seperti
diatas harus dipenuhi dengan kepadatan 95 % dalam lapisan-lapisan
setiap 20 cm.

26 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pasal 02
LANTAI KERJA

1. Umum
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan lantai kerja, seperti dibawah pekerjaan
pondasi, sloof dan sejenisnya sebagaimana yang tercantum dalam gambar
perencanaan.

2. Persyaratan Bahan
Lantai kerja harus dibuat dari campuran semen, pasir, kerikil bila tidak disebutkan
secara khusus didalam gambar harus dibuat dengan perbandingan semen : pasir :
kerikil = 1 : 3 : 5 atau kualitas setara B – 0.

3. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan

3.1. Sebelum lantai kerja dibuat lapisan tanah dibawahnya harus dipadatkan dan
diratakan dengan alat pemadat serta diurug lapisan pasir.
3.2. Lantai kerja, sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen
Konstruksi/ Konsultan Pengawas tidak boleh ditutup oleh pekerjaan lainnya.
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas berhak membongkar
pekerjaan diatasnya bilamana lantai kerjá tersebut belum disetujui olehnya.
3.3. Tebal dan peil lantai kerja harus sesuai dengan gambar, jika tidak dinyatakan
secara khusus dalam gambar, maka tebal lantai kerja minimal = 5 cm.

Pasal 03
PEKERJAAN BETON STRUKTUR

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Semua pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga
kerja, pengangkutan yang dibutuhkan serta pelaksanaan pekerjaan beton
struktur yang meliputi semua elemen struktur gedung mulai dari pondasi
telapak, poer dan sloof sampai ke atap gedung, sesuai yang ditunjukkan dalam
gambar rencana dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
peraturan dari bagian kerja ini, ditambah dengan bagian-bagian khusus
meliputi :
a. Tangki air dari fibre glass termasuk pelapisan kedap air

27 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

b. Pekerjaan pelubangan, perpipaan dan saluran pipa seperti dijelaskan


dalam gambar
c. Pekerjaan khusus pemasangan kait dan stek
d. Pekerjaan khusus pemasangan lapisan kedap air di atap.
1.2. Pemborong harus mengadakan penyediaan-penyediaan dan persiapan-
persiapan serta melakukan semua pekerjaan yang perlu untuk menerima atau
ikut serta dengan pekerjaan lain.
1.3. Pemborong harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat-alat yang
terpasang, selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam didalam beton.
Syarat-syarat umum pada pekerjaan ini berlaku penuh SNI 2847 : 2013 Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
1.4. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak
termasuk pada gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah
ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula
besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi
beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam
gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan Perencana atau Konsultan MK/Pengawas, guna mendapatkan ukuran
yang sesungguhnya yang disetujui oleh Perencana.
1.5. Apabila didalam pelaksanaan pekerjaan terjadi penyimpangan dari syarat-
syarat yang telah ditentukand alam RKS ini, maka segala akibat yang
ditimbulkan oleh penyimpangan tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong
sepenuhnya.
1.6. Perencanaan, bahan, pelaksanaan, peralatan dan pengujian untuk pekerjaan
struktur beton bagian atas (upper structure) bila ditentukan lain harus
mengikuti syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang diberikan dalam SNI
2847 : 2013 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.

2. Persyaratan Bahan
2.1. Semen Portland
Semen yang digunakan harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membatu
dan dalam zak yang tertutup seperti yang disyaratkan dalam SNI 15-2049-
2004 atau type I menurut ASTM memenuhi S.400 menurut Standar Semen
Portland yang digariskan oleh Asosisasi Semen Indonesia.Merk yang dipilih
tidak ditukar-tukar dalam pelaksanaan kecuali atas pertimbangand an
persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas
Lapangan, yang hanya dapat dilakukan dalam keadaan :
28 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Tidak adanya stock dipasaran dari merk yang tersebut di atas.


b. Pemborong memberikan jaminan data-data teknis bahwa kualitas semen
penggantinya adalah dengan kualitas yang setara dengan mutu semen
yang tersebut di atas.
c. Batas-batas pembetonan dari penggunaan merk semen berlainan jenis
harus diketahui.
2.2. Aggregates
a. Aggregates kasar, kualitas aggregates harus memenuhi syarat-syarat SNI
2847 : 2013. Aggregates berupa koral atau crushed stone yang mempunyai
susunan gradasi baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak
porous). Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah
butir-butir pipih maksimum 20 % bersih, tidak mengandung zat-zat aktif
alkali. Dimensi minimum dari aggregates kasar tidak lebih dari 2,5 cm dan
tidak lebih dari 0,25 dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi
yang bersangkutan.
b. Aggregates halus, pasir butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak
mengandung lumpur dan bahan-bahan organis, kadar lumpur dari pasir
beton tidak boleh melebihi dari 4% berat. Sisa diatas ayakan 4 mm sisa
harus minimum 2 % berat, sisa diatas ayakan 2 mm harus minimum 10 %
berat, sisa ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80 % dan 90 % berat.
2.3. Air dan Beton
a. Air yang dipakai untuk semua beton, spesi/mortar dan spesi injeksi harus
bebas dari lumpur, minyak, asam dan bahan organik basah, garam dan
kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
b. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air yang dipakai, dianjurkan
untuk mengirim contoh air itu ke Lembaga Pemeriksaan bahan-bahan
yang disetujui Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas Lapangan /
Konsultan MK/Pengawas atas biaya Pemborong, untuk diselidiki sampai
seberapa jauh ait itu mengandung zat-zat yang dapat merusak beton /
tulangan.
2.4. Acuan (Bekisting dan Perancah (Scafolding)
Acuan (bekisting) yang digunakan dalah dari plywood tebal 12 mm dengan
rangka kayu pengaku secukupnya, harus dipergunakan untuk pencetakan
semua kolom (kecuali kolom praktis), semua listplank dan semua tangga-
tangga gedung. Perancah (scafolding) dapat dipergunakan dari pipa-pipa besi
yang direncanakan rangkaiannya sedemikian rupa sebagai perancah yang

29 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

memenuhi syarat, atau dapat pula dari kayu dolken/bambu bulat dengan
diameter minimum 8 cm, jarak minimal antar tiang perancang adalah 50 cm.
2.5. Baja Tulangan
Jika tidak ditentukan lain dalam gambar-gambar struktur, jenis dan mutu
besi beton yang dipakai dalam pekerjaan struktur beton ini adalah baja polos
diameter 10 mm sampai 25 mm, mempunyai kekuatan tarik lelah maksimum
3200 kg/cm2 atau U-32, kecuali untuk diameter 8 mm dipakai U-24. Khusus
untuk jenis-jenis baja tulangan yang berdiameter 19 mm ke atas, didatangkan
dalam keadaan lurus (tidak boleh ditekuk) dari pabriknya.
2.6. Mutu Beton
Jika tidak ditentukan lain dalam gambar struktur mutu beton yang
digunakan adalah FC 25 MPA untuk beton struktural dengan tegangan tekan
hancur karakteristiknya untuk kubus beton ukuran 15x15x15 cm3, pada usia
28 hari dengan derajat konfidensi = 0,95 dan K-175 untuk beton non
struktural. Untuk memungkinkan pencapaian kualitas beton ini, Pemborong
diwajibkan menggunakan beton ready mix.
2.7. Admixture (bahan-bahan tambahan dalam adukan beton)
Untuk pembetonan pada umumnya tidak diharuskan menggunakan
admixtures, bila diperlukan dapat diusulkan kepada Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
2.8. Penyimpanan.
a. Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan pada umumnya harus sesuai
dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
b. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah (utuh) sesuai
dengan berat dari apa yang tercantum pada zak (tidak terdapat
kekurangan), setelah diturunkan disimpan pada gudang-gudang yang
kering dan terlindung dari pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan
lantai yang bebas dari tanah. Jika ada semen yang mulai mengeras,
bagian tersebut masih harus dapat ditekan hancur dengan tangan dan
jumlahnya tidak boleh melebihi 5% dari berat semen.
c. Besi beton harus bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan-
bantalan kayu yang bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya
(misalnya : minyak dan lain-lain).
d. Aggregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah dari satu
dan lain jenisnya/gradasinya dan diatas lantai beton ringan untuk
menghindari tercampurnya dengan tanah.

30 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3. Pelaksanaan
3.1. Pemasangan Bekisting (Acuan)
a. Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada
perubahan bentuk yang nyata dan dapat menampung beban-beban
sementara sesuai dengan jalannya kecepatan pembetonan. Semua
bekisting harus diberi penguat datar dan silangan sehingga kemungkinan
bergeraknya bekisting selama pelaksanaan dapat ditiadakan, juga cukup
rapat untuk menghindarkan keluarnya adaukan (mortar leakage).
Susunan bekisting dengan penunjang-penunjang harus teratur hingga
pengawasan atas kekurangannya dapat mudah dilakukan. Penyusunan
bekisting harus sedemikian rupa sehingga pada waktu pembongkarannya
tidak akan rusak.
b. Cukup penyangga dan silangan-silangan adalah menjadi tanggung jawab
pemborong, demikian juga kedudukand an dimensi yang tepat dari
bekisting adalah menjadi tanggung jawabnya.
c. Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari bekisting kolom
atau dinding harus ada bagian yang dibuka untuk inspeksi dan
pembersihan.
d. Kayu bekisting harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum
pengecoran. Adakan tindakan untuk menghindari pengumpulan air
pembasahan tersebut pada sisi bawah.
e. Pemasangan pipa-pipa dalam beton harus tidak boleh sampai merugikan
kekuatan konstruksi, untuk itu lihat Pasal 5,7 ayat 1 dari PBI.

3.2. Penulangan
a. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjan penulangan terlebih dahulu
harus dilakukan test mutu besi di Laboratorium Konstruksi Beton dengan
biaya dari Pemborong. Test mutu besi selanjutnya dilakukan secara
periodik mengikuti ketentuan yang berlaku dalam SNI 2847 : 2013.
b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih,
karat, minyak, gemuk dan pelapisan yang akan merusak atau mengurangi
daya rekatnya. Bilamana ada kemacetan dalam pengecoran beton,
tulangan akan diperiksa kembali dan bila perlu akan dibersihkan. Baja
tulangan beton harus dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan
ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi yang
diberikan kepada Pemborong. Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan
atau dibengkokkan kembali dengan cara yang dapat merusak bahannya.
31 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

c. Pemborong harus melaksanakan supaya besi terpasang adalah sesuai


dengan apa yang tertera pada gambar, baik letak kedudukannya maupun
ukuran-ukurannya.
d. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Pemborong atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan dan perlu penyempurnaan
penulangan yang ada maka ;
 Pemborong dapat menambah ekstra baja tulangan dengan tidak
mengurangi penulangan yang tertera dalam gambar, secepatnya dapat
diinformasikan kepada Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas.
 Jika hal tersebut di atas akan dimintakan Pemborong sebagai kerja lebih
maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
e. Jika diusulkan perubahan dari jalannya penulangan maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas.
f. Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter baja tulangan yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dapat dilakukan
penukaran diameter baja tulangan yang terdekat, dengan catatan :
 Harus ada persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan/ Konsultan
MK/Pengawas.
 Jumlah baja tulangan persatuan panjang atau jumlah besi ditempat
tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (jumlah
luas penampang).
 Penggatian tidak boleh mengakibatkan keruwetan penulangan ditempat
tersebut atau di daerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau penyampaian penggetar.
 Mutu baja tulangan tetap sama.

3.3. Pengecoran
a. Sebagaimana disebutkan dalam point 2.7. pasal ini bahwa kualitas beton
yang harus dicapai dalam pekerjaan struktur beton ini adalah FC 25 MPA.
Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan SNI
2847 : 2013.
b. Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperlihatkan data-data pelaksanaan dilain
tempat dengan mengadakan trial mix.

32 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

c. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-


ketentuan dalam SNI 2847 : 2013, mengingat bahwa 33,2/C faktor yang
sesuai disini adalah sekitar 0,52-0,55 maka pemasukan adukan kedalam
cetakan benda uji dilakukan menurut SNI 2847 : 2013.
d. Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Direksi Lapangan/ Konsultan
MK/Pengawas, laporan tersebut harus dilengkapi dengan harga
karakteristiknya.
e. Jumlah semen minimum 3 340 kg/m3 beton, khusus pada atap, pondasi,
luifel jumlah minimum tersebut dinaikan menjadi 365 kg/m3 beton (atau
adukan standar minimum 1:1,25:2,5 dan 1:2:3).
f. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang
disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas atas biaya
Pemborong. Pengujian kubus selanjutnya secara periodik mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam SNI 2847 : 2013.
g. Jika perlu digunakan juga pembuatan kubus percobaan umur 7 (tujuh)
hari dengan ketentuan hasilnya tidak boleh kurang dari 65% kekuatan
yang diminta pada 28 hari. Jika hasil tekan benda uji tidak memberikan
angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton
ditempat dengan cara-cara seperti ditetapkan dalam SNI 2847 : 2013.
h. Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah yang tidak
tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
i. Pengadukan beton dalam angker tidak boleh kurang dari 75 detik
terhitung setelah seluruh komponen adukan masuk ke dalam mixer.
j. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya degradasi
komponen-komponen beton.
k. Harus menggunakan vibrator untuk pemadatan beton yang memenuhi
ketentuan dalam SNI 2847 : 2013.
l. Penempatan siar-siar pelaksanaan sepanjang tidak ditentukan lain dalam
gambar struktur, harus mengikuti ketentuan dalam SNI 2847 : 2013 dan
sebelum pengecoran beton dilaksanakan Pemborong harus membuat
gambar pelaksanaan (shop drawing) siar-siar tersebut yang telah disetujui
oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
m. Siar-siar tersebut harus dibasahi terlebih dahulu dengan air semen yang
diberi campuran bahan pengikat (calbond atau sejenis) atas persetujuan
Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
33 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

n. Selama pelaksanaan pengecoran beton berlangsung, harus diperhatikan


letak penulangan agar tidak berubah tempatnya. Jika kelalaian akan hal
ini terjadi sehingga menyebabkan perubahan kekuatan konstruksi maka
segala resiko yang timbul akibatnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pemborong.
o. Pengecoran tidak diperkenankan selama hujan turun, air semen atau spesi
tidak boleh dihamparkan pada siar-siar pelaksanaan. Air semen atau spesi
yang hanyut dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan
dilanjutkan. Pengecoran yang sudah dimulai pada suatu bagian tidak
boleh terputus sebelum selesai.
p. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan
beton, pemasangan instalasi-instalasi yang harus ditanam, penyokongan
dan pengikatan serta penyiapan permukaan-permukaan yang
berhubungan dengan pengecoran harus mendapat perseujuan dari Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
q. Sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran
harus bersih dari zat-zat asing yang akan mempengaruhi/emngurangi
kekuatan hasil pengecoran. Beton tidak diperkenankan berhubungan
dengan air yang mengalir sebelum beton tersebut cukup keras.
r. Pemborong harus memasang lantai kerja (blinding course) yang merata di
atas permukaan tanah, yang terdiri dari lapisan beton setebal 5 cm dan
mempunyai sifat menyerap (absorptive), hal ini diperlukan untuk
mempermudah pemasangan tulangan dan pengecoran beton di atas dasar
permukaan tanah.
s. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup
beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang
terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton
yang akan dicor. Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak
dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang
sebanyak minimum 8 buah setiap meter cetakan atau lantai kerja.
Penahan-penahan jarak tersebut adalah bagian pekerjaan itu.
t. Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas akan memeriksa hasil
pekerjaan pembetonan terhadap kemungkinan adanya cacat-cacat. Apabila
terdapat cacat pada pkerjaan pembetonan maka Pemborong harus
memperbaikinya kembali atas biaya Pemborong.

34 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

u. Bentuk atau cara-cara perbaikan cacat pada pekerjaan pembetonan


tersebut adalah menjadi wewenang Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas dan Pemborong wajib melaksanakannya.

3.4. Pengujian Beton


a. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji
kubus beton 15 x 15 x 15 cm sesuai SNI 2847 : 2013.
b. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai
slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam SNI 2847 : 2013,
kecuali ditentukan lain oleh Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas.
c. Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume rata-
rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum (diambil
yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maksimum dari beton
yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3,
kecuali bila ditentukan lain oleh Direksi Lapangan/ Konsultan
MK/Pengawas.
d. Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7,
14 dan 28 hari.
e. Khusus untuk pelepasan perancah dan penarikan beton prategang, benda
uji yang dipergunakan adalah benda uji yang diletakkan didaerah yang
akan diuji tanpa melalui perawatan di laboratorium. Perawatan yang
dilakukan tersebut adalah perawatan yang diberlakukan sama seperti
pada struktur yang sebenarnya. Pengujian terhadap benda uji harus
dilakukan satu hari atau sesaat sebelum tahapan pekerjaan yang
bersangkutan akan dilaksanakan. Diluar ketentuan kegunaan tersebut
diatas, seluruh benda uji dirawat sebagaimana yang dicantumkan dalam
SNI 2847 : 2013, atau bila ditentukan lain oleh Direksi Lapangan/
Konsultan MK/Pengawas.
f. Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan
pelaksanaan akan dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan pelepasan perancah dan penarikan baja prategang.
Sedangkan untuk pengujian diluar ketentuan pekerjaan tersebut harus
diserahkan kepada Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas dalam
jangka waktu tidak lebih dari 3 hari setelah pengujian dilakukan.
g. Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan SNI 2847 : 2013,
dilakukan dilokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi
Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas. Apabila digunakan metoda
35 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka


pengambilan contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus
dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-
pump" pada lokasi yang akan dilaksanakan.

3.5. Perawatan Beton


a. Beton harus dirawat (cured) dengan air, minimum selama 14 (empat belas)
hari secara terus menerus, setelah beton cukup keras untuk mencegah
kerusakan dengan cara pipa-pipa berlubang-lubang, penyiraman mekanis
atau cara-cara yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas. Air yang digunakan pada perawatan harus memenuhi
syarat sesuai dengan spesifikasi air untuk campuran beton.
b. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang
belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan
kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu
yang diperlukan untuk proses hydrasi semen serta pengerasan beton.
c. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai
dilaksanakan dan harus berlangsung terus-menerus selama paling sedikit
dua minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran
harus dipertahankan tidak melebihi 33,2/C.
d. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap
dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum
selesai masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan
perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton
terus menerus dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau
dengan cara lain yang disetujui Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas.

3.6. Pembongkaran Bekisting


Pembongkaran bekisting pada lapisan / tingkat ke N dapat dilakukan setelah
memnuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Umur cor beton pada lapis / tingkat ke N tersebut minimum sudah
mencapai 28 hari.
b. Jika pada lapis / tingkat berikutnya (ke N+1) msih ada pekerjaan
pembetonan lagi, maka umur cor beton pada lapis ke N+1 tersebut harus
sudah mencapai paling sedikit 21 hari.

36 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

4. Beton Ready Mixed


4.1. Bila beton yang digunakan adalah berupa ready mix maka harus didapatkan
dari sumber yang disetujui oleh Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas,
dengan takaran, adukan serta cara pengiriman/pengangkutannya harus
memenuhi persyaratan didalam ASTM C94-78a.
4.2. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai
dengan yang telah diuji di laboratorium, serta secara konsisten harus dikontrol
bersama-sama oleh Pemborong dan Supplier beton ready mixed. Kekuatan
beton minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang
diadakan di laboratorium.
4.3. Batas temperatur beton ready mix sebelum dicor disyaratkan tidak melampaui
32°C.
4.4. Penambahan bahan aditive dalam proses pembuatan beton ready mix harus
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat aditive tersebut. Bila diperlukan dua
atau lebih jenis bahan aditive maka pelaksanaannya harus dikerjakan secara
terpisah.
Dalam pelaksanaannya harus sesuai ACI 212-2R-71 dan ACI 212.IR-63.
4.5. Jumlah pemakaian air untuk campuran harus sudah diperhitungkan benar
sesuai dengan slump yang dibutuhkan dan dimasukan langsung ditempat
pembuatan beton sehingga tidak dibolehkan melakukan penambahan air
dilapangan.
4.6. Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit setelah
semen dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.
4.7. Proses pengeluaran beton ready mix di lapangan proyek dari alat pengaduk
dikendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam jangka waktu 1,5
jam atau sebelum alat pengaduk mencapai 300 putaran. Dalam cuaca panas,
batas waktu tersebut diatas harus diperpendek sesuai petunjuk Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas. Perpanjangan waktu dapat diijinkan
sampai dengan 4 jam bila dipergunakan retarder yang harus disetujui oleh
Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
4.9. Apabila temperatur atau keadaan lainnya yang menyebabkan perubahan
slump beton maka Pemborong harus segera meminta petunjuk atau keputusan
Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas dalam menentukan apakah
adukan beton tersebut masih memenuhi kondisi normal yang disyaratkan.
Tidak dibenarkan untuk menambah air kedalam adukan beton dalam kondisi
tersebut.

37 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

5. Beton Kedap Air


5.1. Beton untuk tangki air dan pekerjaan beton lainnya yang berhubungan dengan
air harus dibuat kedap air dengan menggunakan WCR tidak lebih dari 0,45
serta untuk mencapai slump ditentukan bisa dengan menambahkan aditive,
antara lain dengan menambahkan bahan aditive yang sesuai dan atas
persetujuan Konsultan MK/Pengawas. Penggunaan bahan aditive tersebut
harus sesuai petunjuk dari pabrik pembuat serta adanya jaminan bahwa bahan
aditive tersebut tidak akan mempengaruhi kekuatan maupun ketahanan
beton.
5.2. Pemborong harus mendapatkan persetujuan Konsultan MK/Pengawas dalam
hal cara pengadukan, campuran beton, pengangkutan, pengecoran dan perawat
beton serta pengawasannya untuk mendapatkan sifat-sifat kedap air pada
bagian pekerjaan itu.
5.3. Nilai Slump beton yang diperlukan adalah minimum untuk menjamin
pengecoran dan pemadatan beton yang sesuai untuk dilaksanakan.
5.4. Pemborong bertanggung jawab atas pekerjaan beton tersebut terhadap sifat
kedap airnya. Apabila terjadi kebocoran atau rembesan air maka semua biaya
perbaikannya untuk mengembalikan sifat kedap air tersebut adalah menjadi
tanggung jawab Pemborong.
5.5. Pemborong harus memberikan jaminan untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun terhadap sifat kedap air hasil pekerjaannya terhitung sejak selesainya
masa pelaksanaan pekerjaan.
5.6. Apabila terjadi kebocoran atau kerusakan-kerusakan lain selama jangka waktu
tersebut dalam (5), Pemborong atas biaya sendiri harus segera memperbaiki
bagian yang mengalami kerusakan tersebut sampai permukaan akhir
termasuk juga memperbaiki peralatan-peralatan seperti peralatan listrik,
pengatur udara (A.C) dan instalasi lainnya yang mengalami kerusakan akibat
pengaruh tersebut diatas.

6. Baja Tulangan
6.1. Mutu Baja Kecuali ditentukan lain pada cambar kerja, kekuatan dan
penggunaan baja adalah sebagai berikut :
a. Baja ulir BJTD 40
b. Baja polos BJTP 24
6.2. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak dan karat serta bahan-bahan lain
yang mengurangi daya lekat.

38 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

6.3. Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang lurus atau dibengkokan,


sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang disesuaikan dengan
persyaratan yang tercantum pada SNI 2847 : 2013. Kecuali ada petunjuk yang
lain dari perencana.
6.4. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari
tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun tempat selama pengecoran berlangsung.
6.5. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan SNI 2847 : 2013.

Toleransi baja tulangan :


Diameter, ukuran sisi atau jarak Variasi dalam berat Toleransi
antara dua permukaan yang yang diperbolehkan Diameter
berlawanan
< 10 mm 7% 0.4 mm
10 < d < 16 mm 5% 0.4 mm
16 - 28 mm 5% 0.5 %
29 - 32 mm 4% -

6.6. Batang-batang baja lunak yang bulat harus mempunyai keluluhan bawah
tekan minimum = 2400 kg/cm2 dan batang-batang baja ulir harus mempunyai
keluluhan bawah tekan minimum 4000 kg/cm2 seperti yang disyaratkan
dalam gambar-gambar struktur.
6.7. Sambungan tulangan dan penjangkaran harus dilaksanakan sesuai
persyaratan untuk itu yang tercantum dalam SNI 2847 : 2013.
6.8. Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka
pada saat pemesanan baja tulangan Pemborong harus menyerahkan sertifikat
resmi dari laboratorium khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.
6.9. Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian
periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1
benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan.
Pengambilan contoh baja tulangan, akan ditentukan oleh Konsultan
MK/Pengawas.
6.10. Semua pengujian tersebut diatas meliputi uji tarik dan lengkung, harus
dilakukan di laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas dan minimal sesuai dengan SII-0136-84
salah satu standard yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya
pengetesan tersebut ditanggung oleh Pemborong.

39 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

7. Pekerjaan Khusus Perpipaan dan Pelubangan


7.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan pemasangan pipa-pipa utilitas yang
tertanam kedalam struktur serta lubang-lubang pada struktur.

7.2. Jenis Pekerjaan


a. Perpipaan Elektrikal, penyediaan pipa PVC kelas C dari diameter ¾ pada
kolom-kolom tengah sesuai daftar terlampir.
b. Pelubangan untuk perangkat toilet, pipa AC, floor dan roof drain dan
talang tegak. Penyediaan dan pembentukan lubang ukuran dan lokasi
sesuai kebutuhan perangkat pipa seperti dalam gambar denah arsitektur
dan detailnya akan ditetapkan kemudian oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
Khusus untuk roof drain perlu diadakan penyesuaian bentuk pelat atap
sesuai gambar.

7.3. Pelaksanaan
a. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Pemborong harus berkonsultasi dan
meminta persetujuan dari Direksi Lapangan/Konsultan MK/ Pengawas
mengenai ukuran, lokasi, bahan dan bentuknya sebelum pelaksanaan
pengecoran.
b. Apabila ada pekerjaan pelubangan yang tertinggal, rusak atau tidak
sesuai dengan yang ditetapkan, Pemborong berkewajiban untuk
memperbaikinya dan cara perbaikannya harus mendapat persetujuan dari
Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas sebelum dilaksanakan. Biaya
atas itu ditanggung oleh Pemborong.
c. Khusus untuk memungkinkan pemasangan pipa-pipa di bawah plat lantai
dasar, maka pengecoran pelat lantai dasar dilakukan pada akhir
pelaksanaan kerja, setelah semua pipa-pipa yang perlu sudah dipasang
oleh Pemborong, untuk itu Pemborong harus menyediakan stek-stek sesuai
kebutuhan untuk pembesian lantai dasar, balok-balok dan kolom-kolom
praktis.

8. Pekerjaan Khusus Penyiapan Kait dan Stek


8.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan pemasangan kait dan stek dari besi
beton yang sesuai untuk penggantung langit-langit dan perpipaan (ducting).
40 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

8.2. Pelaksanaan
a. Untuk pengait penggantung plafond digunakan besi beton diameter 8 mm
jarak 2 m di kedua arah.
b. Untuk kait perpipaan (ducting) digunakan besi beton diameter 12 mm
pada jarak 2 m sepanjang dan dikedua sisi perpipaan.
c. Penempatan kait dan stek ini harus dikonsultasikan dahulu dengan
Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas sebelum dilaksanakan.

9. Pekerjaan Khusus Pemasangan Lapisan Kedap Air di Atap

9.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan tenaga kerja serta
pemasangan lapisan kedap air pada atap gedung.
9.2. Pelaksanaan
a. Cara-cara pemasangan lapisan ini disesuaikan dengan rekomendasi dari
produsen dan perlu mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan/ MK/Konsultan MK/Pengawas.
b. Pemasangan dilakukan pada tahap paling akhir dari pekerjaan paket ini,
yaitu setelah pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan atap diselesaikan
seperti roof drain, penangkal petir dan lain-lain.
c. Pemasangan lapisan kedap air ini hanya boleh dilakukan setelah
memperoleh persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas.
d. Jenis Material dan cara pemasangan dapat dilihat pada spesifikasi teknis
pekerjaan arsitektur Bab IV RKS ini.

Pasal 04
PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG

1. UMUM

1.1. Lingkup pekerjaan.


Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan pondasi dalam seperti yang
tercantum dalam gambar, termasuk penyediaan tenaga kerja, pengadaan tiang
pancang sesuai gambar, surveying, metoda kerja, gambar kerja dan report
lengkap untuk semua tiang pancang yang sudah dipancang, peralatan dan alat

41 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

bantu untuk menyelesaikan pekerjan ini dengan baik dan pembersihan lokasi dari
sisa-sisa Tiang Pancang dan alat–alat bantu.

1.2. Bahan / Material


a. Mutu beton : K-500 ( mutu pada saat sampai di lokasi)
b. Mutu Besi Beton : BJTD 40
c. Tulangan : -
d. Panjang Tiang Pancang : 6 m - 24 m (mengacu pada hasil soil test)
e. Dimensi Tiang Pancang : 25 x 25 cm
f. Daya Dukung Rencana : 30 ton

Contoh Material
Tiang Pancang

1.3. Pemancangan
Pemancangan dilakukan setelah setting out titik tisng pancang mendapat
persetujuan Pengawas atau sesuai denga gambar rencana. Pemancangan
dilakukan dengan baik, sampai dengan kedalaman yang disyaratkan. Bila terjadi
kegagalan dalam pemancangan, maka pemborong harus mengganti atau bergeser
pada titik sebelahnya denga jarak yang disetujui oleh Konsultan MK/Pengawas.

1.4. Mesin / Alat Pancang.


Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis Hydraulic Jack-in Piling System.
Jack-in pile system merupakan suatu cara pemancangan tiang yang
pelaksanaannya dengan menekan tiang pancang ke dalam tanah dengan
menggunakan dongkrak hydraulic yang diberi beban counter weight agar alat
pancang tidak terangkat dan membantu memancang tiang hingga tercapai daya
dukung desainnya. Pada proyek ini digunakan alat jack-in pile dengan kapasitas
100 ton. Data teknis dan foto alat pancang yang digunakan dapat dilihat pada
gambar berikut :

42 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Gb. 1 - Data teknis alat pancang

Gb. 2 - Alat pancang Jack-in Pile

Pergerakan alat jack-in pile ini ada dua macam, tipe dengan roda crawler dan tipe
‘robot’. Pada project ini menggunakan tipe robot dengan kapasitas maksimum alat
pancang 100 ton. Tipe ini memiliki moving set up antar titik yang lebih lambat
apabila dibandingkan dengan tipe beroda.

43 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Gb. 3 - Alat pancang di lokasi proyek

1.5. Fabrikasi Pengecoran Tiang Pancang


Tiang-tiang Pondasi yang laksanakan secara tidak baik menurut garis vertical dan
dianggap bisa membahayakan atau mengurangi kegunaan tiang pancang, maka
tiang pancang tersebut harus diperbaiki, atau tiang pondasi pancang lain harus
ditambahkan. Tiang-tiang pancang yang rusak / patah pada waktu pemancangan
ataupun pengangkatan sehingga mengurangi kegunaan dari tiang tersebut
nantinya harus diganti dengan tiang pancang yang baru atas biaya pemborong.

1.6. Kedalaman Tiang Pondasi Pancang


Kedalaman tiang Pancang pada proyek ini diperkirakan lebih dari 6,00 meter atau
hingga dicapai lapisan tanah keras pada kedalaman 24,00 m. Hal ini kelak harus
dikonfirmasikan dengan Laporan Penyelidikan Tanah untuk mengkonfirmasi
ulang kedalaman tanah keras.

1.7. Jenis Sambungan


Jenis sambungan tiang pancang beton pracetak dengan tipe struktur monolit
hanya dapat digunakan dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Kedua komponen tiang beton pracetak yang akan disambung mempunyai
bentuk dan ukuran penampang yang sama
2. Ujung-ujung komponen yang akan disambung telah disiapkan pada waktu
pelaksanaan pembuatan tiang pancang, sesuai dengan spesifikasi yang
berlaku

44 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3. Kedua komponen tiang yang akan disambung mempunyai mutu beton dan
baja tulangan yang sama
4. Kedua komponen tiang yang akan disambung harus dalam keadaan lurus dan
tidak bengkok.
Struktur sambungan tiang pancang beton pracetak tipe monolit harus kuat
memikul beban dan gaya-gaya, baik dalam arah vertikal maupun lateral akibat :
1. Beban dan gaya-gaya yang bekerja pada pilar
2. Pemancangan
3. Deformasi lateral dan vertikal
4. Gaya lateral akibat timbunan
5. Gaya gesek negatif.

2. PERSYARATAN BAHAN

2.1. Beton
 Mutu beton yang digunakan untuk tiang pancang beton harus mempunyai
kekuatan minimum fc’ = 40 MPa (σ’bk = 450 kgf/cm²), sesuai SNI 2847 : 2013;
dalam proyek ini menggunakan fc’= 40 MPa (σ’bk = 450 kgf/cm²)
 Setiap pembuatan tiang harus didasarkan kepada rencana campuran dengan
menggunakan komponen bahan yang memenuhi ketentuan yang berlaku dan
selama pelaksanaan pengecoran beton harus diikuti dengan pengendalian
mutu. Untuk perkiraan awal proporsi takaran campuran dapat digunakan
tabel dibawah ini

45 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2.2. Baja
 Baja tulangan untuk sambungan tiang pancang beton pracetak harus

mempunyai tegangan leleh minimum 410 MPa (BJ 55), bebas dari korosi dan
kotoran yang menempel pada baja;
 Selubung untuk sambungan tiang dibuat dari baja yang mempunyai tegangan
leleh minimum 210 MPa (BJ 34);
 Untuk menjamin tercapainya mutu baja yang disyaratkan, sebelum digunakan
baja harus diuji mutunya sesuai dengan SNI 07-2529-1991.
 Mutu baja disesuaikan dengan spesifikasi AASHTO M 270-04 yang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini

46 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Sifat Mekanis Baja Struktural

2.3. Epoksi
Untuk menjamin kuat ikat antara beton dan epoksi serta baja dan epoksi, maka
epoksi yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang berlaku yaitu :
a. Bahan perekat yang digunakan harus mempunyai daya rekat yang sangat
baik dan dapat merekatkan dengan sempurna struktur beton
b. Bahan perekat harus dapat berpenetrasi sampai kedalaman retak yang paling
kecil yang terjadi pada struktur dengan sempurna dan untuk itu harus
mempunyai suatu kekentalan tertentu seperti disyaratkan pada spesifikasi ini
c. Mempunyai sifat fleksibilitas yang dapat menahan vibrasi yang mungkin
terjadi di dalam retakan
d. Tidak boleh menyusut pada waktu mongering
e. Tahan terhadap air hujan, CO2, asam, dan bahan kimia lainnya
f. Persyaratan bahan sesuai dengan AASHTO M 235M sebagai berikut:
 Viskositas minimum 2,0 Pa.s
 Waktu pengikatan awal minimum 30 menit
 Kuat leleh tekan (pada umur 7 hari) minimum 70 MPa
 Modulus elastisitas tekan minimum 1400 MPa
 Tegangan tarik (pada umur 7 hari) minimum 50 MPa
g. Sebelum digunakan harus dilakukan pengujian mutu epoksi sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.

2.4. Las
 Bahan las yang digunakan harus sesuai dengan bahan dasar elemen struktur
baja yang akan disambung (seperti BJ 32, BJ 51 atau BJ 52) untuk memastikan
bahwa sambungan dapat dipertanggungjawabkan dan merupakan kawat las
berselaput hidrogen rendah.

47 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Bahan las (kawat las) harus disimpan dalam keadaan kering di dalam tempat
yang tertutup. Jika kaleng atau tempat telah dibuka, maka kawat las harus
segera digunakan.
 Pada penyambungan tiang pancang dibutuhkan kawat las yang sesuai agar
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Elektroda E 60XX digunakan untuk
mengelas baja karbon yang mengandung unsur karbon hingga 0,3% (yang
termasuk baja ini adalah baja-baja struktur seperti baja-baja profil, baja
batangan dan baja pelat). Elektroda E 70XX aplikasinya lebih luas dari seri E
60XX.

3. PELAKSANAAN

3.1. Persyaratan Teknis


a. Jalan masuk dipersiapkan dengan lebar ±4m
b. Lokasi pemancangan bebas dari puing atau sampah yang dapat mengganggu
pekerjaan pemancangan
c. Lokasi diupayakan padat dan rata untuk mempermudah mobilisasi alat dan
tiang pancang.
d. Pada tiap titik pancang dibuat galian selebar pile group dan kedalaman
sampai permukaan tanah asli.
e. Sesuai dengan data hasil penyelidikan tanah pada daerah lapisan tanah ini
keras belum dijumpai sehingga sisitem pemancangan merupakan gabungan
kekuatan antara Friction sepanjang Pile dan Point Bearing diujung pile.
f. Daya dukung tiang tunggal sesuai hasil perhitungan perencanaan struktur
adalah P = 40 ton dan sesuai hasil baik perhitungan data soil baik sondir
maupun seperti kedalaman pemancangan direkomendasikan adalah 15 m dari
muka tanah existing.
g. Pancangan tiang pancang menggunakan precast persegi 250x250 mm dengan
kedalaman L = 15 m atau sampai dengan tanah keras sesuai hasil sondir
h. Mutu beton K-450.
i. Umur material disyaratkan 18 hari.
j. Penyambungan precast pile menggunakan las listrik full.
k. Bila pada kedalaman kurang dari 15 m sudah mencapai final set ( 2,5x40 ) =
100 ton, pancangan dihentikan.
l. Bila sampai dengan 15 m panjang tiang pancang belum mencapai final set,
pemancangan diteruskan sampaikan dengan Final set.

48 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

m. Oil dan Tekanan Pile

OIL AND PILING PRESSURE

Piling pressure
OIL (tf)
PRESSURE
(Mpa) Chief piling Chief Secondary
cylinder cylinder together
6.0 15.6 31.2
8.0 20.8 41.5
9.0 23.4 46.7
10.0 26.0 51.9
11.0 28.6 57.1
12.0 31.2 62.3
13.0 33.8 67.5
14.0 36.4 72.7
15.0 39.0 77.9
16.0 41.5 83.1
17.0 44.1 88.3
18.0 46.7 93.5
19.0 49.3 98.6
20.0 51.9 103.8
21.0 54.5 109.0
22.0 57.1 114.2
22.5 58.1 116.8
23.0 59.7 119.4
23.2 60.2 120.6

3.2. Toleransi
Toleransi kemiringan pancang 1: 200.
Posisi titik pancang tidak boleh bergeser / menyyimpang lebih dari 7.5 cm, bila
ternyata toleransi tersebut tidak dipenuhi, pemborongan wajib melakukan
pekerjaan perbaikan / penambahan.
Segala biaya tambahan yang terjadi akibat dari penyimpangan pemancangan
seperti pembesaran pilecap, perubahan dimensi tie beam beserta tulangannya dan
penambahan tiang pancang baru ditanggung sepenuhnya oleh pemborong.

3.3. Loading Test

49 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Setelah pelaksanan pemancangan tiang pancang maka akan diadakan percobaan


beban vertical pada tiang pancang yang hasil kalendering (final set) paling
jelek/besar.
Percobaan Loading Test tersebut harus mengikuti ASTM D 1143-81, Cyclic Slow
Maintenained.
Percobaan beban vertical dilakukan sampai mencapai 200% beban rencana (2x40
ton) atau apabila terjadi kerusakan /failure terlebih dahulu. Penurunan
maksimum adalah 25 mm sebagai penurunan kotor (grosssettlement) dikurangi
perpendekan elastis dari tiang.

3.4. Indikator Pile


Sebelum memproduksi tiang pancang secara masal, pemborong wajib
melaksanakan Indikator Pile seperti yang tertera dalam gambar atau diusulkan
oleh pemborong. Hal ini dilakukan untuk memperoleh zoning – zoning panjang –
panjang tiang yang homogen dengan tepat dan baik. Setelah diadaakn evaluasi
yang cermat bersama dengan Pemberi Tugas atau Perencana, maka Pemborong
baru boleh memproduksi tiang pancang secara masal. Hal ini dilakukan supaya
tidak ada pekerjaan penyambungan tiang atau tiang yang di dolly.

3.5. Pelaksanaan Penyambungan Tiang Pancang

3.5.1. Struktur Sambungan Tiang Pancang


 Konstruksi sambungan tiang terdiri dari bagian kepala (atas) dan bagian
bawah, seperti tampak pada Gambar 1.
 Pada bagian kepala dan bagian bawah tiang pancang diberi selubung baja
yang dibuat secara terfabrikasi.
 Ukuran selubung baja didasarkan pada dimensi tiang pancang seperti pada

tabel 1 untuk penampang bundar dan seperti pada tabel 2 untuk penampang
persegi.
 Selubung baja harus tahan terhadap pukulan selama proses pemancangan.
 Selubung tiang bawah dan atas harus dibuat sedemikian rupa sehingga
terdapat alur untuk pengelasan.
 Alur pengelasan harus cukup lebar sehingga lebar dan tebal las mampu
menghasilkan kapasitas sambungan yang sekurang-kurangnya sama dengan
kapasitas tiang.
 Dimensi selubung baja tiang pancang bawah dan atas harus sama.

50 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Tabel 1. Ukuran Selubung Baja Bundar

Tabel 2. Ukuran Selubung Baja Persegi

Gambar 4. Konstruksi Sambungan Tiang Pancang Bundar dan Persegi dengan Las

3.5.2. Penyambungan Tiang


51 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Selubung bagian atas dan bawah harus dibersihkan sebelum penyambungan


dilakukan;
Tiang pancang atas harus terletak dalam satu garis lurus dan sentris dengan
tiang pancang yang disambungnya;
Setelah selubung baja terpasang dengan baik kemudian tiang bagian kepala dan
bagian bawah disatukan menggunakan las;
Sistem pengelasan dilakukan sesuai dengan ASTM A 514.

3.5.3. Pelaksanaan Lapangan Penyambungan


Permukaan baja yang akan dilas harus dibersihkan dari korosi dan lapisan cat
dengan sikat kawat baja dan sikat bulu;
Untuk lapisan pertama digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah (low
hidrogen) dengan Ø 3,25 mm, sedangkan untuk lapisan kedua dan selanjutnya
digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah Ø 4 mm;
Pada setiap tahapan lapisan las, permukaan las harus dibersihkan dari terak
dengan cara digerinda, dibersihkan dengan sikat kawat baja, dan dibersihkan
dengan sikat bulu;
Pengelasan dengan posisi horizontal merupakan posisi yang sulit sehingga kawat
las harus digerakan agak ke atas untuk menahan lelehnya cairan las ke bawah.

3.6. Pemeriksaan Visual


Jenis pemeriksaan secara visual digunakan untuk mendeteksi cacat yang cukup
besar di permukaan. Untuk cacat yang relatif kecil pemeriksaan visual dapat
dilakukan dengan menggunakan alat bantu, misalnya kaca pembesar dan kadang-
kadang memerlukan alat bantu lain, misalnya lampu untuk menyinari bagian-
bagian yang akan diperiksa.
Pemeriksaan visual meliputi :
Las harus bebas dari cacat retak
Permukaan las harus cukup halus
Sambungan las harus terbebas dari kerak

3.7. Persiapan Pemancangan


Secara garis besar siklus kerja alat jack-in pile selama proses pemancangan
adalah sebagai berikut :
o Mengikat tiang pancang pertama.
o Mengangkat tiang pancang pertama.

52 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

o Memutar atau memindahkan tiang pancang pertama (bergerak secara


horizontal) ke titik pancang.
o Memasukkan tiang pancang pertama ke pile clamping box (jepitan tiang kotak)
yang ada pada alat.
o Setting ketegak-lurus an (verticality) tiang pancang terhadap titik pancang.
o Melakukan penetrasi tiang pancang ke dalam tanah dengan cara menekan
tiang pancang tersebut.
o Penekanan tiang pancang hingga sisa tiang +/- 40 cm dari permukaan tanah
untuk kemudian dilakukan penyambungan.
o Pengambilan tiang pancang kedua (sambungan).
o Pengangkatan, memindahkan ke titik pancang, memasukkan ke pile clamping
box, kemudian setting verticality terhadap titik pancang dan tiang pancang
yang sudah terpancang.
o Pengelasan sambungan.
o Menekan tiang pancang sambungan.
o Bila diperlukan dilakukan pengambilan dan pemasangan dolly untuk
membantu menekan tiang pancang.
o pemancangan tiang dilakukan hingga tercapai daya dukung desain tiang atau
hingga kapasitas alat jack-in pile sudah tercapai (biasanya hingga alat
terangkat)
o Bergerak ke titik pancang berikutnya.

3.8. Proses Pemancangan


3.8.1 Persiapan dan Setting Alat Pancang
Persiapan awal adalah penentuan titik pancang berdasarkan gambar teknis yang
diberikan. Penandaan titik pancang bisa dengan menggunakan cat atau dengan
memasang patok dari kayu atau besi.

53 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Gb. 5 - Setting titik pancang

Gb. 6 - Proses pengangkatan tiang pancang

Gb. 7 - Penetrasi tiang pancang


Alat pancang jack-in pile ini memiliki dua posisi jepitan tiang pancang untuk
melakukan tekanan pada saat penetrasi tiang pancang ke dalam tanah. Posisi
tersebut ada di ujung alat dan di tengah alat (disebut grip ujung dan grip
tengah). Pada pelaksanaan proyek ini pada awal pemancangan memakai grip
ujung. Namun karena hasil tekanan yang terbaca pada pressure gauge yang
telah dikonversikan ke dalam daya dukung tiang hasilnya tidak memenuhi daya
dukung desain, maka proses pemancangan tiang selanjutnya dengan
menggunakan grip tengah.

54 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Gb. 8 - Posisi grip jack-in pile (kanan-kiri : grip ujung dan tengah)

Perbedaan dasar dari grip ujung dan grip tengah antara lain posisi pemancangan
dan ruang gerak yang diperlukan oleh alat pancang. dengan menggunakan grip
ujung, maka alat jack-in pile ini akan memerlukan ruang gerak yang lebih
sedikit, cocok untuk pemancangan titik-titik pancang yang sangat berderkatan
dengan bangunan yang sudah ada (existing)kapasitas alat. dengan grip ujung
kapasitas yang dicapai hanya 70% dari kapasitas alat total.
Pemeriksaan verticality (ketegak-lurusan tiang) harus terus dilakukan selama
proses pemancangan. Penyimpangan arah vertical dibatasi tidak lebih dari 1 : 75
dan penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak lebih dari 75 mm. Pengamatan
di lapangan pada saat sebelum menekan tiang pancang dan selama proses
pemancangan dapat dilakukan dengan menggunakan waterpass. Waterpass
ditempelkan ke tiang pancang yang sedang ditekan. Selama proses
pemancangan, operator pancang kami berdiri sangat dekat dengan alat pancang,
bahkan ada yang berada di kolong alat pancang ini. Karena cara kerja jack-in
pile dengan menekan, maka tidak akan ada getaran, ledakan atau cipratan oli
seperti pada diesel hammer sehingga relatif aman.

Gb. 9- Posisi operator pancang selama proses pemancangan

Operator tersebut berada di bawah untuk memastikan tiang pancang ditekan


secara tegak lurus. Cara ini cukup efektif untuk menjaga tiang tetap tegak
selama pemancangan. Namun, karena mereka tidak menggunakan radio untuk
berkomunikasi dengan operator yang menjalankan mesin yang berada di atas,
maka mereka harus berteriak cukup keras agar bisa didengar (suara mesin diesel
dari alat jack-in pile ini cukup berisik juga kalau ada di bawah seperti itu).
Perangkat kecil yang sering terlupa pada saat akan memulai pemancangan
adalah plat baja sebagai alas alat pancang, bila tanah di titik pemancangan
kondisinya lembek. Ketiadaan plat ini bisa berakibat pada mundurnya dan

55 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

makin lamanya durasi pancang karena operator pancang tidak ingin alat
pancangnya amblas apabila dipaksakan memancang tanpa alas.

Gb. 10 - Plat sebagai alas alat pancang

3.8.2 Penyambungan TiangPancang


Sambungan antar tiang pancang dengan menggunakan sambungan las.
Pengelasan antar tiang pancang dilakukan pada pelat baja (bevel) yang sudah
tersedia pada ujung badan tiang. Proses penyambungan tiang pancang harus
dikontrol agar diperoleh hasil sambungan yang baik dan yang terpenting
verticality (ketegak-lurusan) tiang tetap terjaga. Kontrol pada saat proses
pengelasan sambungan tiang pancang antara lain : bahan dan alat las harus
dalam kondisi bagus agar tidak menghambat proses pengelasan dan
pemancangan secara umum.material las (kawat las) sebaiknya sama untuk
setiap penyambungan tiang pancang, agar kualitas pengelasan akan sama tiap
tiang pancang.

Gb. 11 - Kawat las yang digunakan

pengelasan harus dilas keliling di tiap sisi tiang pancang. setelah selesai
pengelasan sisa karbon harus dibersihkan dengan cermat.untuk mempercepat
proses pengelasan, terutama untuk tiang pancang dengan dimensi besar seperti
spun pile diameter diatas 600 menggunakan 2 alat las dan 2 tenaga las.
Beberapa parameter pemeriksaan hasil pengelasan secara visual meliputi :

56 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Hasil las harus padat tidak boleh ada rongga.


 Hasil las harus bebas dari cacat retak.
 Permukaan las harus cukup halus.
 Sambungan las harus terbebas dari kerak.

Gb. 12 - Proses pengelasan sambungan tiang pancang

 Hasil pengelasan tersebut harus ditutup dengan lapisan pelindung agar hasil
pengelasan tidak mengalami korosi.

Gb. 13 - Perlindungan hasil las agar tidak korosi

 Untuk memudahkan proses pengelasan tiang, maka tiang pancang yang


sedang dipancang disisakan +/- 40 cm dari permukaan tanah. Sebagai catatan,
penyelesaian pengelasan pada tiang pancang berukuran 250 x 250 ini sekitar
+/- 15 menit dan tiang sudah siap kembali dipancang.

3.8.3 Penggunaan Dolly


Untuk membantu proses pemancangan apabila tiang pancang sudah sedikit
tenggelam ke dalam tanah dan akan mencapai tanah keras digunakan alat bantu
pemancangan yang disebut Dolly. Tiang pancang yang di-dolly harus merupakan
tiang pancang yang sudah sedikit lagi mencapai tanah keras. Tanda bahwa tiang
pancang sudah mendekati tanah keras dapat diketahui dari panjang tiang yang

57 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

tertanam sudah mendekati kedalaman desain dan bacaan pressure gauge alat
jack-in pile.

Gb. 14 - Penggunaan dolly untuk membantu memancang

3.8.4 Penghentian pemancangan


Parameter yang digunakan sebagai acuan bahwa pemancangan tiang bisa
dihentikan :
 bacaan tekanan pada pressure gauge sudah mencapai tekanan dimana apabila
nilai tersebut dikonversikan ke daya dukung tiang, maka daya dukung desain
tiang telah terpenuhi
 alat jack-in pile terangkat dan bila dilakukan penetrasi lagi sudah tidak
mampu lagi.
 Seletah proses pemancangan dihentikan, selanjutnya dilakukan pencatatan
(record) yang berisi tinggi tiang tertanam dan bacaan tekanan dari pressure
gauge alat pancang.

3.9. Pengukuran dan Pembayaran

3.9.1. Satuan pengukuran untuk pembayaran tiang pancang beton pracetak (bertulang
atau pratekan) harus diukur dalam meter panjang dari tiang pancang yang
disediakan dalam berbagai panjang dari setiap ukuran dan jenisnya. Dalam
segala hal, jenis dan panjang diukur adalah sebagaimana yang diperintahkan
oleh Konsultan manajemen konstruksi, disediakan sesuai dengan ketentuan
bahan dari spesifikasi ini dan disusun dalam kondisi baik dilapangan dan
diterima oleh Konsultan manajemen konstruksi. Kuantitas dalam meter panjang
atau kilogram yang akan dibayar, termasuk panjang tiang uji dan tiang uji tarik
yang diperintahkan oleh Konsultan manajemen konstruksi, tetapi tidak
termasuk panjang yang disediakan menurut pandapat Kontraktor.

58 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3.9.2. Tiang pancang yang disediakan oleh Kontraktor, termasuk tiang uji tidak
diijinkan untuk menggantikan tiang pancang yang telah diterima sebelumnya
oleh Konsultan manajemen konstruksi, yang ternyata kemudian hilang atau
rusak sebelum penyelesaian kontrak selama penumpukkan atau penanganan
atau pemancangan dan akan yang diperintahkan oleh Konsultan manajemen
konstruksi untuk disingkirkan dari tempat pekerjaan atau dibuang dengan cara
lain.

3.9.3. Bilamana kontraktor mengecor tiang pancang beton pracetak lebih panjang dari
yang diperlukan, sebagaimana seluruh panjang baja tulangan untuk
memudahkan pemancangan, maka tidak ada pengukuran untuk bagian beton
yang harus dibongkar supaya agar batang tulangan itu dapat dimasukkan
kedalam struktur yang mengikatnya.

3.9.4. Perhitungan pembayaran pemancangan didasarkan atas dasar panjang tiang


yang tertanam sampai dengan permukaan tanah dasar (cut off level). Bila pile
cap berada di bawah permukaan tanah dasar atau di atas permukaan tanah
dasar, maka perhitungan pembayaran atas dasar tiang terpancang sampai
dengan permukaan tanah dasar (cut off level).

3.10. Test Beban PDA (PDA Test)

3.10.1. Kontraktor akan melakukan test dengan jumlah sebagai berikut :


Test daya dukung vertikal tekan dengan PDA test sebanyak satu tiang untuk
setiap 75 tiang dengan ukuran tertentu, minimal 3 tiang di satu lokasi.

3.10.2. Jika suatu test PDA gagal, maka tambahan 2 test beban lagi harus dilakukan
dan tidak boleh gagal, semuanya atas beban biaya Kontraktor. Kontraktor
harus menyediakan tambahan tiang dalam kelompok tiang yang gagal, tanpa
tambahan pembayaran.

3.10.3. Selama test beban, tidak boleh ada pemancangan tiang yang dikerjakan. Tiang
yang akan ditest, harus dipilih oleh Pengawas/Perencana secara random
berdasarkan data pemancangan.

59 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3.10.4. Kontraktor harus mencatat semua kejadian selama test beban, dan ini semua
harus disetujui oleh Pengawas.

3.10.5. Sekalipun test beban dilakukan hanya atas tiang-tiang tertentu, Kontraktor
harus bertanggung jawab dan menjamin bahwa semua tiang memenuhi syarat
dalam batas toleransinya. Penerimaan beberapa tiang tidak melepas tanggung
jawab Kontraktor atas semua pekerjaan pondasi dan atas akibat penurunan
pada struktur atas bangunan.

3.11. Prosedur PDA Test

3.11.1. Metode test beban harus mencakup:


a. Prosedur PDA test atas tiang tunggal harus sesuai dengan ASTM D-4945-
89 Standard Test Method for High-Strain Dynamic Testing of Piles.
b. Metode test ini digunakan untuk mendapatkan data regangan (strain) atau
gaya (force) dan percepatan (accekeration), kecepatan (velocity) atau
perpindahan (displacement). Data akan digunakan untuk memperkirakan
daya dukung dan keutuhan (integrity) tiang, baik performance tiang,
tegangan tiang, dan sifat dinamis tiang seperti koefisien damping tanah
dan quake value.

3.11.2. Peralatan untuk test terdiri dari:


a. Alat untuk mengerjakan gaya impact (impact force) berupa hammer
pancang konvensional atau alat yang sejenis. Peralatan diletakkan
sedemikian rupa sehingga impact dapat dikerjakan pada as di kepala tiang
dan konsentris dengan tiang.
b. Strain transducer dan accelerometer, yang mampu secara independen
mengukur strain (regangan) dan acceleration (percepatan) versus waktu
pada setiap lokasi tertentu sepanjang as tiang selama terjadinya impact.
Minimum dua dari setiap peralatan ini harus secara mantap ditambatkan
pada sisi tiang yang berlawanan, sehingga tidak slip. Natural frequency-
nya harus melebihi 7500 Hz. Transducer harus diletakkan pada posisi
aksial yang sama, dan harus ditambatkan sedikitnya pada satu dan satu
setengah lebar/diameter tiang dari kepala tiang. Transducer harus
dikalibrasi sampai ketelitian 2 % sepanjang range pengukurannya.

60 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

c. Alat untuk mencatat, mereduksi, dan menampilkan data, yang


memungkinkan penentuan force (gaya) dan velocity (kecepatan) versus
waktu. Dan dapat pula menentukan percepatan (acceleration) dan
perpindahan (displacement) kepala tiang dan energi yang ditransfer ke
tiang. Peralatan harus mempunyai kemampuan membuat kalibrasi
internal yang memeriksa regangan (strain), percepatan (acceleration), dan
skala waktu. Tidak boleh ada kesalahan yang melebihi 2 % dari signal
maksimum yang diharapkan.

3.11.3. Prosedur :
Prosedur berikut ini harus diikuti :
a. Tambatkan transducer pada tiang, lakukan pemeriksaan kalibrasi internal,
dan ambil pengukuran dinamis atas impact selama interval yang dimonitor
bersama dengan observasi rutin atas penetration resistance.
b. Tandai tiang dengan jelas pada interval yang memadai. Tambatkan
transducer secara mantap pada tiang. Set up peralatan untuk mencatat,
mereduksi, dan menampilkan data.
c. Lakukan pengukuran. Catat jumlah tumbukan per menit yang diberikan
oleh hammer, dan tinggi jatuh. Catat dan tampilkan satu seri pengukuran
gaya (force) dan kecepatan (velocity).
d. Untuk konfirmasi kualitas data, secara periodik bandingkan gaya dengan
perkalian antara kecepatan (velocity) dan impedansi tiang, untuk
kesepakatan proporsional dan untuk konsistensi.
e. Analisa pengukuran terdiri dari:
 Gaya (force) dan kecepatan (velocity) dari pembacaan peralatan.
 Catatan gaya impact (impact force) dan gaya (force) maksimum dan
minimum.
 Maksimum percepatan (acceleration).
 Perpindahan (displacement) dari data pemancangan tiang, dan kurva
rebound set, dan dari transducer.
 Energi maksimum yang ditransfer.

Data yang dicatat dapat dianalisa dengan komputer. Hasil analisa berupa:
 Evaluasi resistensi tanah statis dan distribusinya pada tiang pada saat
test.
 Penilaian integritas (keutuhan) tiang.

61 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Performance sistem pemancangan.


 Tegangan pemancangan dinamis maksimum.

3.11.4. Laporan:
Laporan harus mencakup hal sebagai berikut:
a. Umum: identifikasi proyek, lokasi proyek, lokasi site pengujian, pemilik,
kontraktor tiang, boring log terdekat, koordinat dan datum horisontal.
b. Peralatan pemasangan tiang: type hammer, berat ram, tinggi jatuh aktual
dan rate-nya, energi hammer, bantalan tiang, driving cap.
c. Data test tiang
d. Data pemancangan.
e. Data peralatan, termasuk gambar peralatan.
f. Rekaman test dinamis.
g. Hasil analisa dan evaluasi.
h. Catatan atas kejadian khusus.

3.12. Loading Test

3.12.1. Proving Test


Jumlah tiang untuk loading test adalah 10% dari tiang yang terpancang dan
berupa usepile, dengan beban rencana 30 ton (beban proving test 200% x 30 =
60 ton).
Penentuan titik loading test ditentukan berdasarkan monitoring pelaksanaan di
lapangan dan akan ditentukan oleh Pengawas/CM.
Pembebanan maximum loading test adalah 200 % dari beban rencana.
Pembebanan proving test terdiri dari 4 cycle sebagai berikut :
Cycle I = 0 - 25 % - 50 % - 25% - 0 dari beban rencana
Cycle II = 0 - 50% - 75% - 100% - 75% - 50% - 0% dari beban rencana
Cycle III = 0 - 50% - 100% - 125% - 150% - 125% - 100% - 50% - 0% dari
beban rencana.
Cycle IV = 0 - 50% - 100% - 150% - 175% - 200% - 175% - 150% - 125% -
100% - 75% - 50% - 25% - 0% dari beban rencana.

Pembacaan penurunan dilakukan pada saat kenaikan/penurunan beban dengan


interval waktu 10 menit. Pada beban maximum percobaan pada cycle 4,

62 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

pembacaan penurunan dilakukan dengan interval waktu 10 menit untuk 2 jam


pertama, selanjutnya dengan interval waktu 1 jam.

Prosedur pembebanan seperti tertera dalam tabel berikut :

PROSEDUR PEMBEBANAN
SIKLUS PEMBEBANAN MAX. BEBAN TEST = 200 % X BEBAN RENCANA

Siklus Kenaikan Beban Durasi


Test pembebanan

I. 0 0 -
+ 25 25 1 jam 0-10-20-30-40-50-60
+ 25 50 A 0-10-20-30-40-50-60-(70-80-90-100-
110-120)
- 25 25 20 menit 0-10-20
II - 25 0 2 jam 0-10-20-30-40-50-60
+ 50 50 20 menit 0-10-20
+ 25 75 1 jam 0-10-20-30-40-50-60
+ 25 100 A 0-10-20-30-40-50-60-(70-80-90-100-
110-120)
- 25 75 20 menit 0-10-20
- 25 50 20 menit 0-10-20
III - 50 0 1 jam 0-10-20-30-40-50-60
+ 50 50 20 menit 0-10-20
+ 50 100 20 menit 0-10-20
+ 25 125 1 jam 0-10-20-30-40-50-60
+ 25 150 A 0-10-20-30-40-50-60-(70-80-90-100-
110-120)
- 25 125 20 menit 0-10-20
- 25 100 20 menit 0-10-20
- 50 50 20 menit 0-10-20
IV - 50 0 1 jam 0-10-20-30-40-50-60
+ 50 50 20 menit 0-10-20
+ 50 100 20 menit 0-10-20
+ 50 150 20 menit 0-10-20
+ 25 175 A 0-10-20-30-40-50-60-(70-80-90-100-
110-120)
+ 25 200 B 0-10-20-30-40-50-60-(70-80-90-100-
110-120) dan kemudian tiap jam
- 25 175 60 menit 0-10-20-30-40-50-60
- 25 150 60 menit 0-10-20-30-40-50-60
- 50 200 60 menit 010-20-30-40-50--60
- 50 50 60 menit 010-20-30-40-50--60
- 50 0 C 0-10-20-30-40-50-60-(70-80-90-100-
110-120) dan kemudian tiap jam

NOTE :

63 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

A = Penahan beban minimum 1 jam dan sampai penurunan < 0.25 mm per jam
B = atau maksimum 2 jam.
C = Penahan beban selama 12 jam dan sampai penurunan < 0,25 mm perjam
atau maksimum 24 jam
Penahan beban selama 2 jam jika penurunan < 0.25 mm perjam atau
maksimum 12 jam.
 Pada beban 0 pada cycle 4 pembebanan penurunan dilakukan dengan interval
waktu 10 menit untuk 1 jam pertama selanjutnya dengan interval waktu 1 jam.
 Pada saat penurunan maksimum pada cycle 4 haruslah disaksikan oleh
Konsultan Perencanaan . Kontraktor wajib memberitahu kapan terjadinya beban
maksimum pada Konsultan Perencana.
 Beban failure pada pondasi tiang dapat ditentukan berdasarkan kriteria -
kriteria sebagai berikut :
 Maximum total settlement pada beban maximum percobaan sebesar 1 inch (New
York Code).
 Batas penurunan plastis sebesar 0,25 inch (AASHO)
 Perbandingan antara pertambahan penurunan dengan pertambahan beban tidak
melebihi 0,03 inch/ton (OHIO)

Kegagalan test beban pada proving test yang diakibatkan kesalahan dari kwalitas kerja
Kontraktor bertanggung jawab akan biaya penggantian tiang baru. Pile cap beserta
loading testnya , setelah dilakukan redesign oleh Perencana. Kontraktor bertanggung
jawab akan biaya penggantian tiang baru , pile cap beserta loading testnya walaupun
tidak harus pada pengganti tersebut ( keterangan : apabila loading test/proving test
pada tiang yang ternyata terbukti gagal, maka Kontraktor wajib melakukan loading test
kembali. Semua biaya untuk loading test tersebut menjadi beban kontraktor). Dan
bilamana terjadi loading test yang hasilnya meragukan kekuatan tiang/keamanan
struktur bangunan yang mungkin diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan, maka pihak
KMK berhak menginstruksikan diadakannya test tiang atau test lain yang diusulkan
Kontraktor dan disetujui oleh MK dan biaya semua test ini ditanggung oleh Kontraktor.

3.13. Laporan Percobaan

Hasil -hasil percobaan pembebanan direpresentasikan dalam bentuk :


Hasil recording pembebanan, waktu dan penurunan.
Grafik hubungan antara :

64 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Beban dan penurunan


 Beban dan waktu
 Penurunan dan waktu

Menginstruksikan diadakannya test lain seperti PH untuk mengetahui indikasi


adanya kelainan dalam tiang bor atas test lain yang diusulkan Kontraktor dan
disetujui oleh KMK dengan semua biaya test ditanggung oleh Kontraktor.
Kontraktor harus mengajukan proposal pelaksanaan test beban yang dilengkapi
dengan uraian alat-alat yang digunakan beserta sertifikat kaliberasinya. Test
beban belum dapat dilaksanakan sebelum proposal ini disetujui oleh KMK.
Laporan percobaan pembebanan harus dibuat rangkap 6 (enam) dan harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 1 (satu) minggu
setelah pembebanan selesai. Laporan percobaan pembebanan harus mencakup
hal-hal sebagai berikut :

 Nomor, panjang tiang


 Tanggal pelaksanaan tiang dengan tanggal percobaan pembebanan
 Nama proyek, Perencanaan dan Kontraktor pondasi
 Recording pembacaan, beban, waktu dan penurunan
 Catatan mengenai kejadian-kejadian selama pembebanan
 Detail, denah dari percobaan pembebanan, serta alat-alat yang dipergunakan,
sistem pembebanan dan prosedur pengukuran penurunan.
 Grafik : beban - penurunan waktu - penurunan waktu - beban
 Sertifikat kalibarasi dari alat-alat yang digunakan dan berlaku maksimum 3
bulan sebelum percobaan
 Kesimpulan dari hasil percobaan pembebanan

3.14. Kegagalan Percobaan


Kegagalan percobaan pembebanan, percobaan pembebanan dianggap tidak sah
jika :
 Pembebanan tidak dapat dilanjutkan akibat ketidak stabilan dari Kentlege,
terjadi kebocoran pada hydraulic jack
 Pile cap mengalami keretakan pada waktu pembebanan
 Pondasi tiang mengalami keretakan pada waktu pembebanan
 Kalibrasi alat sudah tidak berlaku
 Beban mengalami failure

65 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3.15. Garansi Pelaksanaan

Penyimpangan dari ketentuan dalam spesifikasi ini dan akibat menjadi tanggung
jawab Kontraktor termasuk biaya perbaikan yang diperlukan atas keputusan
Direksi/Direksi lapangan.

4. PONDASI BORE PILE

4.1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan pondasi tiang bor ini antara lain:


a. Pengadaan semua tenaga kerja, material, peralatan dan semua perlengkapan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Termasuk didalamnya
loading test berikut pengadaan peralatan dan bebannya.
b. Pengeboran lubang tiang bor.
c. Pembuangan tanah / lumpur hasil pengeboran keluar site dan pembersihannya.
d. Penyediaan dan pemasangan tulangan tiang bor serta pengecorannya.
e. Dimensi Tiang, berdasarkan hasil penyelidikan tanah kedalaman tiang
disesuaikan dengan gambar dari muka tanah asli, sampai dengan kedalaman
tanah keras. Bangunan menggunakan Bored Pile bila berdasarkan hasil
penyelidikan tanah yang dilaksanakan oleh Kontraktor kedalaman tanah keras
< 6m. Dimensi/diameter pondasi bored pile disesuaikan dengan beban yang
dipikul antara 60-80 cm.

66 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Contoh Pondasi Bore Pile

4.2. Prosedur Umum

1) Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang berpengalaman dan


yang mempunyai pelaksana yang berpengalaman sehingga dapat menghasilkan
mutu pekerjaan sebagaimana disyaratkan dengan daya dukung yang sesuai
dengan yang tercantum dalam spesifikasi dan gambar rencana.
2) Kontraktor harus melampirkan Metode Pelaksanaan serta alat-alat yang akan
digunakan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dengan memperhatikan
kondisi lapisan tanah yang ada, permukaan air, sifat dan jenis tanah, sifat alat
yang akan digunakan serta fasilitas yang diperlukan pada tahap preliminary
maupun tahap selanjutnya.
3) Kontraktor harus mempersiapkan peralatan pendukung yang dibutuhkan
untuk penyelesaian pekerjaan ini walaupun pada gambar struktur tidak
tercantum.
4) Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor harus membuat nomor
referensi dari semua tiang bor berikut urutan rencana pelaksanaannya dan
harus mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
5) Kontraktor bertanggung jawab untuk melaksanakan pembuatan tiang bor
dengan jumlah, ukuran dan letak sebagaimana tertuang dalam gambar
pelaksanaan.
6) Perubahan-perubahan terhadap spesifikasi maupun gambar rencana tanpa
persetujuan tertulis dari Konsultan Perencana sama sekali tidak

67 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

diperkenankan.

4.3. Pengenalan Lapangan Dan Referensi

1) Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus mengenal lapangan sebaik-


baiknya yang meliputi :
a. Peil existing dihubungkan dengan peil yang tercantum dalam gambar.
b. Keadaan/kondisi lapisan tanah dan kedalaman muka air tanah
c. Peralatan dan fasilitas yang diperlukan guna kelancaran pekerjaan
d. Hal-hal lain yang mungkin berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan.

2) Kontraktor harus mengenal kondisi jalan umum, batasan beban jalan dan
ketentuan lain yang mungkin mempengaruhi kelancaran transportasi alat dari
dan ke site.
3) Kontraktor harus bertanggung jawab atas perijinan sehubungan dengan
transportasi alat tersebut.
4) Kontraktor wajib memeriksa penerapan kondisi lapangan dengan gambar
rencana dan wajib melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Perencana
dan Konsultan MK jika ditemui perbedaan agar dapat ditentukan solusinya.
5) Sebelum memulai pekerjaan kontraktor harus melakukan pengukuran dengan
surveyor yang berpengalaman untuk menentukan posisi bangunan
sebagaimana dalam gambar.
6) Jika ditemukan perbedaan elevasi/ukuran lapangan dengan yang tercantum
dalam gambar, maka kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada
Konsultan Perencana dan konsultan MK.
7) Kontraktor tidak diperkenankan mengganggu fasilitas / utilitas umum (PDAM,
PLN, TELKOM) yang masih berfungsi dan berupaya untuk menjaga agar
selama pelaksanaan, fasilitas tersebut masih tetap berfungsi.
8) Segala biaya yang diperlukan untuk melindungi / memelihara / memindahkan
fasilitas/utilitas umum ( PDAM, PLN,TELKOM ) yang ada termasuk
memperbaiki kembali jika mengalami kerusakan sebagai akibat kesalahan
dalam pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
9) Semua pekerjaan dan bahan-bahan harus dilaksanakan sesuai dengan
Persyaratan Teknis dalam spesifikasi ini serta sesuai dengan gambar kerja.
Kontraktor wajib meneliti gambar struktur dan gambar arsitek, jika terdapat
perbedaan/keganjilan harus dilaporkan kepada Konsultan Perencana dan
68 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Konsultan Manajemen Konstruksi.

4.4. Penyerahan Dokumen


Secara umum hal - hal berikut ini diserahkan sesuai dengan persyaratan kontrak.
1) Laporan Pengujian Bahan Beton seperti yang diajukan untuk adukan beton (
design mix).
2) Laporan Tiang Bor yang disahkan, mencatat elevasi dasar dan atas tiang yang
sebenamya, penyimpangan tegaknya tiang, level muka air tanah, setiap
keadaan luar biasa, tanggal dimulainya pengeboran, pengujian dan pengecoran
beton (termasuk setiap keterlambatan dalam pengecoran dan lokasi
construction joint pada tiang).
3) Laporan Design Mix Beton berisi daftar persyaratan dan hasil pengujian
adukan.
4) Laporan Pengujian Beton, mencatat informasi yang perlu dan pengesahan
sesuai persyaratan proyek.

4.5. Pengendalian Mutu


1) Peraturan dan Standard: sesuai dengan ketentuan Pedoman Beton Indonesia
dan American Concrete Institute ACI 336.1. "Standard Specification for the
Construction of End Bearing Drilled Pier".
2) Apabila ketentuan standard di atas bertentangan dengan peraturan bangunan
untuk proyek ini, maka peraturan bangunan akan diikuti, tetapi hanya untuk
mengatur persyaratan minimum.
3) Kualifikasi Pelaksana Tiang Bor : tidak kurang dari tiga kontrak pekerjaan
yang sukses dilaksanakan dengan kondisi tanah, ukuran tiang, kedalaman, dan
volume pekerjaan yang minimal sama dengan proyek ini.
4) Pekerjaan pengukuran harus memperkerjakan tenaga pengukur yang terdaftar
atau profesional engineer yang mempunyai ijin untuk melaksanakan
pengukuran untuk pekerjaan tiang bor. Lakukan pekerjaan menentukan layout
semua tiang bor terhadap as dan level yang disyaratkan sebelum pemboran,
dan pengukuran atas tiang yang sebenamya dalam hal lokasi, diameter tiang,
elevasi dasar dan atas, penyimpangan dari toleransi yang disyaratkan, dan
data yang diperlukan.
5) Catat dan simpan informasi atas setiap tiang dan bekerjasama dengan tenaga
penguji dan inspeksi untuk menyediakan data untuk laporan yang disyaratan.
6) Jasa Pengujian Beton : pekerjaan laboratorium pengujian untuk melakukan
pengujian evaluasi bahan dan untuk merencanakan design mix beton.
69 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

7) Bahan dan pekerjaan terpasang mungkin memerlukan pengujian dan


pengujian ulang setiap saat selama pelaksanaan pekerjaan. Sediakan daerah
bebas terhadap penimbunan bahan dan fasilitas.
8) Pengujian yang tidak secara spesifik dinyatakan sebagai pekerjaan yang
dibiayai oleh Pemberi Tugas, termasuk pengujian kembali atas bahan dan
pekerjaan terpasang yang ditolak, merupakan tanggung jawab Kontraktor.
9) Sertifikat material property, yang menunjukkan kesesuaian terhadap
persyaratan, dapat diserahkan sebagai pengganti pengujian jika disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Sertifikat kesesuaian harus ditandatangani
oleh produsen bahan dan kontraktor.

4.6. Beton Dan Bahan Yang Berhubungan


Beton dan bahan yang berhubungan disyaratkan dalam pasal ini adalah :
1) Mutu beton .
Fc 25 MPa

2) Mutu besi
- U - 24  σau* = 2080 kg/cm2 (fy 240 Mpa)
untuk tulangan baja Polos ≤ Ø12
- U - 40  σau* = 3390 kg/cm2 (fy 400 Mpa)
untuk tulangan baja Ulir > D13

3) Semen
Semua semen yang digunakan adalah semen portland yang harus memenuhi
syarat-syarat berikut :
- SNI 15-2049-1994. Semen Portland
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971)
- Spesifikasi semen blended hidrolis (ASTM C 595)
- Spesifikasi semen hidrolis ekcpansif (ASTM C 845)
- Mempunyai sertifikat uji (test certificate)
- Mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi)

4) Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu persyaratan berikut :
- Spesifikasi agregat untuk beton (ASTM C33)
- SNI 03-2461-1991, Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971)
70 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Ukuran maksimum agregat tidak lebih besar dari:


- 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan
- 1/3 ketebalan pelat lantai
- 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat.

5) Air
- Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih, tidak berwarna
dan tidak mengandung bahan-bahan kimia, oli, asam, garam, organik atau
bahan lain yang dapat merusak beton atau tulangan.
- Air yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton
Indonesia (NI-2, 1971)
- Air pencampur yang digunakan pada beton pratekan yang didalamnya
tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam
agregat, tidak boleh mengandung ion khlorida lebih besar dari 0.06%
terhadap berat semen.
- Untuk beton lainnya max ion khlorida adalah 0.3%.

6) Bahan tambahan
- Bahan tambahan yang digunakan pada beron harus mendapat persetujuan
dari Konsultan MK.
- Bahan tambahan pembentuk gelembung udara harus memenuhi SNI 03-
2496-1991, Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk
beton.
- Bahan tambahan pengurang air, penghambat reaksi hidrasi beton,
pemercepat reaksi hidrasi beton dan gabungan pengurang air dan
pemercepat reaksi hidrasi beton harus memenuhi “Spesifikasi bahan
tambahan kimiawi untuk beton (ASTM C 494) atau “Spesifikasi untuk
bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan beton dengan kelecakan
yang tinggi” (ASTM C 107)
- Abu terbang atau bahan pozzolan lainnya yang digunakan sebagai bahan
tambahan harus memenuhi “Spesifikasi untuk abu terbang dan poozolan
alami murni atau terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan tambahan
mineral pada beton semen portland” (ASTM C 618)

4.7. Campuran Rencana (Mix Design) Beton

71 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

1) Gunakan fasilitas pengujian independent untuk mempersiapkan dan


melaporkan rencana campuran dan metode pengecoran yang diusulkan.
Fasilitas pengujian harus sama dengan yang digunakan untuk pengujian
pengendalian mutu di lapangan.
2) Campuran rencana dibuat untuk menghasilkan beton tiang bor dengan
kekuatan tekan 28 hari minimum sebesar ( K-250 ).
3) Perbandingan adukan baik berdasarkan percobaan pengadukan laboratorium
maupun metode pengalaman lapangan menggunakan bahan dan metode
pengecoran tertentu, akan diterapkan di proyek untuk setiap kelas beton yang
disyaratkan.
4) Serahkan laporan tertulis kepada Konsultan Manajemen Konstruksi berisi
adukan yang diusulkan untuk beton, sedikitnya 15 hari sebelum mulai
pekerjaan. Jangan memulai produksi beton sampai rencana adukan direview
dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
5) Penyesuaian adukan beton boleh diajukan oleh kontraktor jika karakteristik
bahan, keadaan pekerjaan, cuaca, hasil test, dan keadaan lainnya
memerlukannya, dilakukan tanpa tambahan biaya terhadap Pemberi Tugas,
dan dengan persetujuan Konsultan MK. Data pengujian laboratorium untuk
rencana adukan revisi dan hasil kekuatan harus diterima dan disetujui oleh
Konsultan MK sebelum digunakan dalam pekerjaan.
6) Dapat menggunakan admixture dengan banyaknya sesuai rekomendasi
pabrik untuk kondisi iklim yang sesuai pada saat dilakukan pengecoran.
Sesuaikan banyaknya admixture seperti disyaratkan untuk mempertahankan
pengendalian mutu.
7) Perbandingan dan adukan rencana dibuat untuk menghasilkan slump beton
pada saat pengecoran sebesar 14 ± 2 cm, menggunakan plasticizer.

4.8. Pengadukan Beton


Beton Readymix : Sesuai dengan persyaratan ASTM C 94, dan sebagaimana
disyaratkan berikut ini.

1) "Hilangkan kecenderungan untuk membiarkan tambahan air ke dalam


pengaduk untuk bahan yang tidak cukup slumpnya. Penambahan air ke alat
pengaduk tidak diijinkan".
2) Selama cuaca panas, atau dalam keadaan yang menyebabkan beton cepat
mencapai setting, maka disyaratkan waktu pengecoran yang lebih singkat
dari yang disyaratkan dalam ASTM C 94.
72 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3) Jika temperatur udara berada diantara 30°C dan 32°C, kurangi waktu
pengadukan dan pengangkutan dari 1 ½ jam menjadi 75 menit, dan bila
temperatur udara diatas 32°C, kurangi waktu pengadukan dan pengangkutan
menjadi 60 menit.

4.9. Pelaksanaan Pekerjaan

1) Tahapan Pelaksanaan

a. Sebelum pekerjaan pengalian rencana pondasi tiang, kontraktor sudah


harus menyiapkan form record yang bentuk dan isinya sudah disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Saat pengalian tanah untuk pondasi bor, hal-hal yang perlu dicatat di
dalam form record minimal :
- Lokasi dan penomoran titik bor serta ukuran lubang bor. Elevasi atas
dan dasar lobang bor serta elevasi air tanah.
- Jenis tanah, panjang cassing dan schedule pelaksanaan pekerjaan bored
pile secara keseluruhan dan tiap tahapnya.
- Catatan mengenai klasifikasi tanah dari kedalaman yang berbeda serta
kendala yang dijumpai.
c. Sebelum pekerjaan dimulai, konfigurasi alat maupun metode pelaksanaan
harus sudah disetujui oleh Konsultan MK.
d. Alat-alat tersebut harus dapat dipergunakan untuk melakukan pengeboran
menembus air, lapisan keras, batu besar, serpihan-serpihan cadas, tanah
liat yang keras, kerikil dan pasir.
e. Peralatan yang dipergunakan harus sedemikian rupa sehingga dapat
membuat lubang bor tanpa mengalami kelongsoran seperti menggunakan
cassing, atau menggunakan alat pemecah batu bila ternyata dijumpai
lapisan yang mengandung batu-batuan dan sebagainya.
f. Pekerjaan pembuatan tiang bor dapat di laksanakan setelah lokasi tiang
bor yang akan dibuat telah ditentukan dan disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
g. Pengeboran harus dilakukan sampai mencapai lapisan tanah yang
disyaratkan yang ciri-cirinya ditentukan berdasarkan Laporan hasil
Penyelidikan Tanah atau sesuai gambar kerja.
h. Contoh tanah tersebut harus dapat ditunjukkan kepada Konsultan
Perencana & Konsultan MK setiap saat jika diperlukan. Dan kedalaman
73 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

pengeboran yang dicapai harus dicatat.


i. Kontraktor harus menempatkan seorang Ahli Tanah yang sudah
berpengalaman dengan pekerjaan tiang bor.
j. Pengeboran baru dihentikan setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan MK, namun demikian mutu pekerjaan yang dihasilkan
sepenuhnya tanggung jawab Kontraktor.
k. Setelah pengeboran selesai, kontraktor harus melaksanakan pembersihan
dasar lubang bor dari longsoran dan lumpur yang terjadi pada dasar bor,
caranya bergantung pada metoda dan alat yang baru dapat dihentikan
setelah mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Manajemen
Konstruksi.
l. Apabila pada saat penggalian dijumpai air tanah maka Kontraktor harus
menyediakan pompa-pompa penyedot air agar pekerjaan penggalian tanah
dapat diselesaikan sesuai dengan gambar rencana, dengan jumlah dan
kapasitas yang disesuaikan dengan debit air yang ada.
m. Pada saat tahap pembersihan lubang bor, rangkaian tulangan tiang bor
harus sudah siap untuk dimasukkan kedalam lubang bor.
n. Apabila tulangan belum siap, maka pekerjaan pembersihan dasar lubang
bor harus dilakukan kembali sampai tulangan siap dimasukkan dan
apabila diperlukan penyambungan tulangan, maka ditempat pekerjaan
harus disiapkan mesin las yang dapat digunakan setiap saat untuk
mengelas tulangan.
o. Rangkaian tulangan yang dipasang adalah sesuai dengan gambar
pelaksanaan dan harus diletakkan pada pusat lubang bor serta harus
dipasang dengan kuat sehingga tidak terjadi penggeseran/ perpindahan
tempat selama masa pengecoran.

p. Pada sisi luar rangkaian tulangan harus dipasang tahu beton setebal 5 - 7
cm pada beberapa tempat agar diperoleh selimut beton yang tebalnya sama
pada seluruh permukaan.
q. Setelah tulangan tiang bor terpasang, kontraktor dengan sepengetahuan
Konsultan Manajemen Konstruksi harus melakukan kembali pengukuran
kedalaman lubang bor. Apabila terjadi pengurangan kedalaman lubang bor
dibanding pada saat selesai pembersihan, maka tulangan tersebut harus
dikeluarkan dan pekerjaan pembersihan dasar lubang harus dilakukan
kembali.
r. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ke tahap berikutnya
74 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

sebelum tahapan tersebut diatas disetujui secara tertulis oleh Konsultan


Manajemen Konstruksi .
s. Setelah pemasangan tulangan selesai dilakukan dan disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi, maka adukan beton yang akan
digunakan harus sudah siap di tempat pekerjaan sehingga pengecoran bisa
langsung dilakukan. Mutu beton pada proyek ini adalah K-250 dengan
slump antara 14±2cm.
t. Pengecoran harus dilakukan sampai selesai dan tidak diperkenankan
menunda pekerjaan pengecoran ini.
u. Apabila pengecoran ini tidak selesai karena suatu alasan, maka tiang bor
tersebut dianggap tidak memenuhi syarat lagi dan kontraktor harus
mengganti tiang bor tersebut dengan tiang bor baru yang letaknya akan
ditentukan oleh konsultan Perencana. Semua resiko akibat hal ini
sepenuhnya tanggung jawab kontraktor.
v. Kontraktor harus menggunakan pipa tremie yang dipergunakan harus
mempunyai diameter minimum 20 cm serta receiving hopper harus
mempunyai kapasitas sama dengan kapasitas pipa yang disupply dengan
beton. Bagian bawah pipa tremie harus ditutup dengan bola, atau dengan
metode lain yang disetujui oleh Konsultan MK.
w. Posisi dari pipa tremie harus diatur sedemikian hingga dasar dan pipa
tersebut paling tidak berada 1,5 m' dibawah permukaan beton pada setiap
tahap pengecoran yang harus dilaksanakan terus menerus tanpa henti
sampai selesai.
x. Pelaksanaan tiap tahap diatas harus dilakukan berkelanjutan sampai
selesai dan tidak diperkenankan adanya penundaan waktu diantara
tahapan-tahapan tersebut.

Penyiapan Bore Pile

75 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2) Toleransi Posisi Tiang


Deviasi maksimum terhadap posisi dari tiang harus memenuhi syarat berikut
:
a. Toleransi kelurusan vertikal dibatasi maksimum 1 : 200.
b. Toleransi posisi (horisontal) ditentukan sebesar 5 cm segala arah.

3) Pembobokan Kepala Tiang dan As Built Drawing


a. Setelah pekerjaan pembuatan tiang bor selesai, Kontraktor harus
memotong beton bagian atas dari tiang sampai mencapai cut off level yang
disyaratkan dengan memperhatikan panjang stek tulangan untuk
penyambungan dengan pile cap / poer.
b. Segera setelah pekerjaan selesai, Kontraktor harus membuat as built
drawing dari letak tiang bor untuk dibandingkan dengan letak tiang bor
rencana.

Pasal 05
PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA
1. Uraian
Pekerjaan ini meliputi konstruksi baja dan bagian konstruksi baja dari composite
structure, konstruksi harus kokoh dan pantas menurut gambar rencana baik elevasi,
ukuran dan bentuk atau yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas. Pekerjaan ini termasuk penyelesaian, pengolahan dipabrik,
pemasangan dan pengecatan dari konstruksi baja seperti yang ditentukan didalam
spesifikasi ini atau didalam gambar rencana juga termasuk dalam pekerjaan ini,
paku keeling, pengelasan, baja special, dan baja campuran, metallic electrodes, baja
tempaan dan tulangan, dan baja lain yang dibutuhkan menurut spesifikasi ini dan
gambar rencana.

2. Material
Material-material yang dipakai harus mengikuti ketentuan yang ada dibawah ini :
a. Baja konstruksi
Baja konstruksi, batang-batang baja, harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang
ada dibawah ini :
 Syarat-syarat umum untuk menyerahkan plat baja, papan AASHO M60
bendung, batang baja untuk pekerjaan konstruksi baja

76 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Baja untuk jembatan dan gedung AASHO A 36


 Baja bangunan ASTM A 36
 Baja bangunan untuk pekerjaan dengan las AASHO M 165
 Baja bertegangan tinggi untuk bangunan dengan paku ASTM A 440
keeling AASHO M 161
 Baja campuran bertegangan tinggi ASTM A 141
 Besi campuran bertegangan tinggi untuk pekerjaan AASHO M96
dengan las AASHO M97
 Baja nicel ASTM A 233
 Baja paku keeling
 Baja lunak
 Baja pemikul dari tembaga; kadar tembaga 0,2%

b. Baut dan mur


Baut dan mur harus memenuhi syarat-syarat ASTM A 307, dengan kepala
berbentuk segi enam.

c. Baut bertegangan tinggi


Baut, mur dan ring harus memenuhi syarat-syarat AASHO M 614, baut yang
memenuhi syarat-syarat tersebut pada kepalanya diberi tanda 3 garis radial.
 Ukuran baut dan mur harus memenuhi syarat-syarat.
 Ukuran ring
Ring berbentuk bulat, harus rata dan halus dengan tidak boleh kurang dari
angka-angka dalam table berikut.
Tabel 4.1
Baut Ø dalam Ø Luar Tebal
½ 9/16 1 3/8 Gage no. 12
5/8 1 1/16 1¾ Gage no. 10
¾ 1 3/16 2 Gage no. 9
7/8 1 5/16 2¼ Gage no. 8
1 1¼ 2½ Gage no. 8
1 1/8 1½ 2¾ Gage no. 8
1¼ 1 3/8 3 Gage no. 8

d. Besi tempa ( wrought iron)


Besi tempa harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut :

77 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Plat besi tempa AASHO M99


 Besi Profil dan batang AASHO M100
 Pipa besi tempa yang dilas AASHO M101
e. Tempaan
Tempaan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 Baja Karbon Tempa AASHO M102
 Baja campuran tempa AASHO A237
f. Tuang (casting)
Tuangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Baja karbon tuang AASHO M103
 Gray iron casting AASHO M105
g. Perletakan elastrometric
Perletakan erastrometric dapat digunakan apabila beban mati tidak melebihi 35
kg/cm² atau kombinasi beban mati, beban hidup dan kejut tidak melebihi 56
kg/cm². lendutan yang terjadi dibawah kombinasi pembebanan tidak boleh
melebihi 15% dari tebal perletakan elastrometric. Perletakan harus dibuat dari
bahan lempengan elastomer dari logam yang disusun secara berlapis-lapis.
Lempengan logam yang paling luar dan ujung-ujungnya harus dilapisi elastomer
dengan tebal tidak boleh lebih besar dari 3,2 mm. tebal lempengan logam atau
elastomer adalah antara 12,7 mm sampai 3,2 mm.
Perbedaan tebal untuk masing-masing lempengan elastomer tidak boleh melebihi
3,2 mm dan perbedaan tebal susunan lempeng elastomer dari lempengan logam
tidak boleh lebih dari 3,2 mm diukur dari bidang dan lempengan logam tidak
boleh lebih dari 3,2 mm diukur dari bidang datar sejajar kearah permukaan atas
atau bawah.
Tebal perletakan diukur dari permukaan atas ke permukaan bawah tidak boleh
kurang atau tidak boleh lebih besar dari 6,4 mm dari tebal yang ditentukan
dalam gambar perbedaan tebal untuk masing-masing perletakan tidak boleh
lebih besar dari 3,2 mm dengan ukuran yang telah ditentukan dalam gambar.
Ikatan antara lempengan elastomer dan logam harus sedemikian rupa sehingga
apabila diadakan percobaan untuk memisahkan ikatan itu, kerusakan akan
terjadi pada lempengan elastometric itu sendiri.
Sesuai dengan pasal 1.03 perletakan elastomer yang dikeluarkan oleh suatu
pabrik dapat diterima asalkan kontraktor dapat menunjukkan sertifikat
mengenai sifat-sifatnya kepada Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
Dalam hal ini ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam pasal ini harus

78 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

dipenuhi. Sertifikat ini harus diperkuat atau dilampui dengan sertifikat hasil uji
coba mengenai sifat-sifat yang disyaratkan.
h. Perletakan baja
Engsel dan rol berdiameter lebih kecil atau sama dengan 7” harus memenuhi
syarat-syarat AASHO M169 dan kekerasan Rockwell B.80 engsel dan roll
berdiameter lebih dari 7” harus memenuhi syarat-syarat AASHO M102. bahan-
bahan yang tidak memenuhi syarat kekerasan dapat diterima, apabila
mempunyai tegangan tarik 66.000 psi dan batas leleh sebesar 33.000 psi.
i. Cat
Semua cat yang dipakai harus didatangkan dalam kondisi yang baik dan
pengalengan yang kuat, mempunyai label yang jelas tentang nama, berat dan
volume dari cat, begitu juga dengan warna formula dan nama serta alamat dari
pabriknya.
Pemakaian cat menurut tipenya ditentukan pada gambar rencana atau special
spesifikasi.
Kecuali ditentukan lain dari spesifikasi ini, semua cat harus memenuhi
ketentuan-ketentuan dibawah ini :
 Kaleng penuh yang baru dibuka tidak mempunyai amplas yang melebihi
ketentuan, mudah melarutkannya dengan mengaduk sampai lembut dan
merata. Cat tidak melihatkan adanya pembekuan, warna yang tidak rata,
dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan pengerasan atau menjadi selaput
keras pada bagian atas.
 Cat yang dapat diterima harus dikuaskan, mempunyai permukaan yang
bagus dan tidak melekatkan pengaliran atau meleleh jika dikuaskan pada
baja yang permukaannya vertical pada luas permukaan 12 m² untuk 1 liter
cat.
 Cat tidak membentuk selaput keras pada permukaanya selama 48 jam
didalam kaleng tertutup yang berisi tiga perempat penuh.
 Cat tidak melekatkan kekentalan, pembekuan atau pengerasan jika disimpan
untuk selama 6 bulan, sejak dari tanggal didatangkan dalam keadaan dalam
kaleng yang penuh pada temperature 21ºC sampai dengan 32ºC.
Cat harus mengikuti syarat-syarat yang ada pada spesifikasi dibawah ini :
 Red lead ready mixed paint AASHO M72 Type I or II
 White and tinded ready mixed paint AASHO M70 Type I,class B
 Allumunium paint AASHO M69
 Foliage green bridge paint AASHO M67
 Lamblack ASTM D209
79 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Zine dust-sinc oxide paint federal specification TT-P-641 types 2

Red lead iron oxide paint, sebagai berikut :

Pigmen composition Presentase berat


Minimum Maksimum
- True red lead (PB3O4) 62,5 -
- Iron oxide (Fe2 O3) 12,5 -
- Magnesium slilicates - 14,7
- Mica (325 mesh) 4,0 6,0
- Total sliliccous matter - 22,0
- Allumunium stearate 0,03 0,4
Vehicle composition : Minimum Maksimum
- Raw linead oil 49 -
- Alkali tesin solids 16 -
- Volatile thinned and drier - 35

Paint composition : Minimum Maksimum

- Pigmen 68 -
- Nonvolatile vehicle, percent or vehicle 65 -
- Pitthalic anhydride, percent of nonvolatile 3 -
vehicle 78 -
- Oil acids, percent of nonvolatile vehicle - 0,5
- Water, percent of paint - 2,0
- Coarse particle and skins (retained on No. 325
sieve) percent of pigmen 73 86
- Consistency (kerbs-storner), equivalent kerbs 2 -
units
- Weight per liter, kg

3. Pelaksanaan
a. Pemeriksaan
Tukang yang dikerjakan harus dari tenaga yang ahli pada bidangnya dan
melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas, terutama ketelitian diperlukan untuk

80 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

menjamin kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu melakukan pemeriksaan


pekerjaan, dan tidak satu pekerjaanpun dibongkar atau disiapkan untuk dikirim
sebelum diperiksa dan disetujui.
Setiap pekerjaan yang ternyata cacat tidak sesuai dengan gambar rencana atau
spesifikasi ini dapat ditolak, dan bila terjadi demikian, harus segera diperbaiki.
Pekerjaan penyambungan harus dilakukan kecuali ditentukan pekerjaan
pengelasan atau pembautan didalam gambar rencana atau dengan spesifikasi
khusus untuk itu kontraktor harus melakukan pekerjaan dengan persetujuan
Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas dimana ada pekerjaan penggantian
baut dengan mutu tinggi dan harus sesuai dengan mutu hubungan kelling.
Bahan-bahan baja struktur harus disimpan pada tempat penyimpanan dengan
menaruh ganjal terlebih dahulu pada bagian bawah baja yang akan dipakai
sebagai baja struktur sehingga terletak sedemikian rupa diatas permukaan
tanah dan akan bebas terhadap kotoran, gemuk oli atau benda-benda asing
lainnya yang akan mengganggu mutu baja struktur itu dan menjaga agar bebas
terhadap karat. Apabila digunakan baja rol maka sebelumnya akan melakukan
pekerjaan struktur maka baja rol itu harus diluruskan terlebih dahulu dengan
cara sebagai berikut :
 Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada plat, maka semua pelat harus
diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus
bebas dari puntiran, dan kalau perlu diadakan tindakan perbaikan, sehingga
kaku pelat-pelat itu disusun akan terlihat rapat seluruhnya.
Cara-cara yang digunakan untuk pekerjaan seperti tersebut diatas haruslah
sedemikian rupa sehingga tidak merusak atau berbekas pada material.

b. Penyelesaian dan Pembentukan


 Memotong :
Kecuali diisyaratkan lain, pekerjaan baja dapat dipotong dengan
menggunting, menggergaji atau dengan las pemotong. Permukaan yang
diperoleh dari hasil pemotongan semacam itu harus diselesaikan siku
terhadap bidang yang dipotong (kecuali pinggir miring diperlukan), tepat
dan rata menurut ukuran yang diperlukan. Penyelesaian pada permukaan
umumnya dilakukan dengan mesin atau gerinda. Dalam hal memotong
dengan las pemotong, maka hanya permukaan yang kurang rata dapat
digerinda seperlunya dengan syarat bahwa tepi yang telah selesai harus
cukup lurus, tepat, licin dan rata seperti yang dihasilkan pada pemotongan
81 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

dengan mesin gergaji. Tidak diperkenankan untuk menggunting pada plat


utama, plat penguat, plat Koppel utama kecuali pada arah yang tegak lurus
terhadap tegangan utama.
Tepi pelat flens dari batang I tersusun, gelagar pelat, tepi dari pelat Koppel
dan pelat tersusun lainnya, pada arah tegangan utama dapat dipotong
dengan mesin pemotong atau las pemotong. Ujung dari plat penguat harus
dipotong dan diselesaikan agar rapat dengan flens dari gelagar. Ujung dari
batang tekan, dan gelagar batang-batang lain yang disambung dengan pelat
penyambung yang memakai paku keling atau baut, harus diratakan setelah
pabrikasi agar rapat seluruhnya dalam hal sambungan batang tarik
maksimum 0,02 cm dapat diperkanankan pada setiap titik sambungan.
 Pekerjaan mesin perkakas dan gerinda yang diperkenankan
Kalau pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong, kecuali
tertera pada pasal di atas, maka pada pemotongan diperkenankan
terbuangnya metal sebanyak-banyaknya. 3mm pada pelat mempunyai tebal
12 mm atau lebih kecil, dan sebanyak-banyaknya terbuang 6 mm pada pelat
yang tebalnya lebih besar dari 12 mm.
 Memotong dengan las pemotong.
Las pemotong digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah mal
serta bergerak dengan kecepatan tetap. Pinggir yang dihasilkan oleh las
pemotong harus bersih serta lurus untuk menghaluskan tepi yang telah
dipotong itu tidak diperkenankan menggunakan las pemotong.
Bila dikehendaki oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas dapat
digerinda yang bergerak searah dengan arah las pemotong tepi harus
diselesaikan sedemikian sehingga bebas dari seluruh bekas kotoran besi.
 Pekerjaan las dan pengawasan pekerjaan las.
Pekerjaan las harus diselenggarakan oleh tukang las, dibawah pengawasan
langsung seorang yang menurut anggapan Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas sudah detraining dan mempunyai pengalaman yang sesuai
untuk penyelenggaraan pekerjaan semacam itu. Kontrkator harus
menyerahkan kepada Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas untuk
mendapat persetujuannya, contoh las yang hendak dipakai dan setelah
mendapat persetujuan, maka cara itu tidak akan dirubah lagi tanpa
persetujuan tertulis lebi lanjut.
Detail-detail khusus menyangkut cara persiapan sambungan, cara-cara
pengelasan, jenis dan ukuran elektroda, tebalnya bagian-bagian, ukuran dari
las serta kekuatan arus listrik untuk las dan sebagainya, harus diajukan oleh
82 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

kontraktor untuk mendapatkan persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan


MK/Pengawas lebih dahulu, sebelum pekerjaan dengan las listrik dan
kecepatan busur listrik, yang digunakan pada alas listrik harus seperti yang
dinyatakan oleh pabrik las listrik tersebut, dan tidak akan dibuat
penyimpangan tanpa persetujuan tertulis Direksi Lapangan/ Konsultan
MK/Pengawas.
Pelat-pelat dan potongan-potongan yang hendak dilas harus bebas dari
kotoran-kotoran besi, minyak, gemuk, cat, karet atau lapisan lain yang dapat
mempengaruhi mutu las. Las dengan retak susut, retak pada bahan dasar,
berlubang dan kurang tepat letaknya, harus disingkirkan.
 Mengebor
Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila
memungkinkan, maka semua pelat, potongan-potongan dan sebagainya harus
dijepit bersama-sama untuk membuat lubang dan dibor menembus seluruh
tebal sekaligus. Bila menggunakan baut pas pada salah satu lubang, maka
lubang ini dibor lebih kecil dan kemudian baru diperbesar untuk mencapai
ukuran sebenarnya. Cara lain ialah bahwa batang-batang dapat dilubangi
tersendiri dengan menggunakan mal. Setelah mengebor, seluruh kotoran besi
harus disingkirkan, dan pelat-pelat dan sebagainya dapat dilepas bila perlu.
Diameter paku keling pada gambar rencana adalah diameter paku keling
sebelum dipukul diameter lubang untuk paku atau baut kecuali baut pas,
adalah 1,50 mm lebih besar dari pada diameter yang tertera pada gambar
rencana. Dalam hal menggunakan baut pas pada lubang yang tidak dibor
menembus sekaligus untuk seluruh tebal elemen-elemennya maka lubang
dapat dibor dengan ukuran yang lebih kecil dahulu dan diperbesar kemudian
pada saat montase percobaan.
c. Menuang dan Menempa
Semua tuangan harus baik dan bebas dari lubang-lubang, sumbatan-sumbatan
atau cacat lain. Segera setelah tuangan dikeluarkan dari acuan maka Direksi
Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas harus diberitahukan sehingga ia dapat
melakukan pemeriksaan.
Hasil tuangan yang cacat tidak dipernankan untuk diperbaiki dan hasil tuangan
tidak boleh dicat atau diminyaki sebelum pemeriksaan dilakukan.
Seluruh tempaan harus baik, bebas dari sumbatan-sumbatan, lubang-lubang dan
cacat lain. Tuangan dan tempaan harus disempurnakan dengan mesin perkakas
sehingga berbentuk, seperti tertera pada gambar rencana dan seluruh hubungan

83 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

diselesaikan dan dicocokan dengan menggunakan mesin perkakas, yang


menghasilkan pekerjaan dengan mutu tinggi.
Tuangan dan tempaan yang terletak diatas beton, bila menurut pendapat Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas dalam penyelesaian permukaan bawah yang
akan berhubungan dengan beton tidak cukup baik, maka harus diolah dengan
mesin perkakas, dan biaya-biaya untuk pekerjaan tersebut dibebankan atas
resiko kontraktor.
d. Penyelesaian permukaan-permukaan pada bagian-bagian yang dikerjakan
dengan mesin perkakas.
Tingkat penyelesaian umumnya harus dalam mutu yang tinggi dan memuaskan
agar masih memenuhi toleransi atau tingkat yang diinginkan. Mangkok
hemispherical dan ball joint perletakan harus dipasang dengan hati-hati agar
mendapatkan tumpuan yang merata, dengan menggunakan “material tanda”
yang amat halus untuk mengeceknya, dan ruangan bebas diantaranya kurang
dari 0,1 mm. untuk menjamin kebulatannya maka bagian-bagian harus
digerakkan satu sama lain mengitari suatu lingkaran lingkup dan berputar
sekurang-kurangnya 45º kearah kedua jurusan as horizontal. Kemudian puncak
bola akan diratakan sebagian yang tidak melebihi diameter 25 mm.
e. Montase dibengkel (montase percobaan)
Sebelum diangkat, pekerjaan baja termasuk setiap railing yang akan terpasang
langsung pada pekerjaan baja, harus dipasang sementara (montase percobaan)
pada halaman kontraktor, pabrikasi yang terlindung dari cuaca untuk diperiksa
oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas mengenai aligmen serta
tepatnya seluruh bagian dan sambungan.
Kalau terjadi perbedaan kedudukan, maka bentang yang berdampingan harus
dimontase bersama-sama pada kedudukan yang dikehendaki lengkap dengan
perletakan-perletakannya, gelagar melintang dan seluruh batang-batang
penguat.
Sambungan sementara harus berhubungan betul menyeluruh dengan
menggunakan cara yang disetujui seperti watel, jack, baut-baut.
Pemahatan yang dilakukan pada saat hanyalah untuk membawa bagian-bagian
itu pada posisi yang dikehendaki dan bukan untuk memperbesar lubang atau
merusak material.
Sekurang-kurangnya 25% dari lubang dan paku keeling untuk setiap sambungan
harus diisi dengan drift-paralle yang tidak boleh kurang dari 2/5-nya, sedangkan
selebihnya diisi dengan baut. Setiap bagian yang tidak cocok dengan gambar
rencana dan syarat-syarat dapat ditolak. Pemberitahuan harus diberikan kepada
84 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas bila pekerjaan siap untuk diperiksa


dan semua fasilitas yang diperlukan untuk maksud pemeriksaan itu harus
disediakan oleh kontraktor. Montase percobaan tidak akan dilepas dulu sebelum
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
 Memberikan tanda untuk pemasangan akhir
Setiap montase percobaan serta setelah mendapat persetujuan Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas, tetapi belum dilepas, setiap bagian
harus diberi tanda yang jelas (dengan pahatan dan cat). Cat dari warna yang
berbeda digunakan untuk membedakan bagian-bagian yang sama.
Dua copy dari gambar rencana yang menyatakan dengan tepat tanda-tanda
itu, oleh kontraktor pabrikasi diberikan dengan cuma-cuma kepada Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas dan kontraktor montase dari bangunan
itu, pada saat pengiriman pekerjaan baja itu.
f. Pengecatan dibengkel.
Setelah dibongkar, sebagai kelanjutan berhasil baiknya montase percobaan,
maka permukaan dari seluruh pekerjaan baja, kecuali pada bagian yang
dikerjakan dengan mesin perkakas dan pada perletakan, harus dibersihkan
seluruhnya sehingga menjadi logam yang bersih dengan menggunakan
penyemprot pasir (sand blasting) atau dengan cara lain yang disetujui. Setelah
semua permukaan dalam keadaan bersih dan kering, kemudian dicat dasar
dengan satu lapisan menie, atau bahan-bahan pelindung lainnya kalau
diisyaratkan khusus untuk pekerjaan tertentu.
g. Penyerahan untuk pemasangan akhir (montase lapangan)
Penyediaan paku keeling, baut-baut dan sebagainya. Kontraktor pabrikasi akan
menyediakan jumlah sepenuhnya dari paku keeling, mur-mur, baut-baut, cincin
baut dan sebagainya, yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
dilapangan dengan tambahannya sebanyak 10% dari setiap paku keeling dan 5%
untuk setiap ukuran baut mur dan cincin baut. Kontraktor pabrikasi harus juga
menyediakan baut stel lengkap dengan mur serta cincin-cincinya, sebanyak 50%
dari jumlah keseluruhan dari paku keeling dan baut baja keras yang diperlukan
dilapangan untuk satu bentang.
Pada saat pengiriman, kontraktor pabrikasi akan mengajukan/ menyerahkan
dengan Cuma-Cuma, untuk Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas dan
kontraktor montase baru jembatan itu, dua copy daftar paku keeling dan
bautnya yang menyatakan jumlah, ukuran dan kwalitas, serta letaknya dimana
akan dipakai pada pekerjaan, dari seluruh paku keeling, dan baut-baut yang
diserahkan.
85 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Paku keeling.
Ukuran paku keeling yang tertera pada gambar rencana, adalah ukuran
sebelum dipanaskan. Kepala paku keeling haruslah penuh, dibentuk dengan
cermat, konsentris dengan batangnya, dan berhubungan langsung dengan
permukaan batang-batang. Setiap paku keeling haruslah cukup panjang
untuk membentuk kepala dengan ukuran-ukuran standard serta cukup
untuk menutup lubang sepenuhnya. serta menyulitkan pengelasan bagian-
bagian pekerjaan menggunakan drfit secara wajar (moderate) harus
dilaporkan kepada Direksi Lapangan/ Konsultan MK/Pengawas. Permukaan
yang dikerjakan dengan mesin perkakas harus dibersihkan sebelum
dipasang. Koppel dan sambungan lapangan pada umumnya lubang-
lubangnya diisi dengan pen-drift dan baut pembantu sebanyak 5% sebelum
dikeling atau dibaut secara permanen.
Pada pemasangan dan pengepasan ini sekurang-kurangnya dua lubang pada
tiap kelompok diisi dengan parallel-drift bila mungkin, dan sekurang-
kurangnya 40% dari lubang-lubang diisi dengan baut. Selanjutnya sekurang-
kurangnya 10% dari lubang pada sutu kelompok dikeling atau dibaut dengan
permanen sebelum baut montase atau drfit diangkat (disingkirkan).
Apabila sambungan baut yang dipakai merupakan sambungan tipe friction
maka prosedure serta tahapan pengencangannya harus sesuai dengan
petunjuk dari pabrik, dan juga harus sesuai dengan pasal 10.17 AASHTO
standard Spesification for Higway Bridges, Edisi ke 13 baut tersebut harus
diberi pelumas yang disetujui.
Kontraktor harus membersihkan permukaan bidang kontrak pada
sambungan baut dengan tipe friction sebelum dipasang dari cairan oli, gemuk
atau yang semacam dan dengan cara yang harus disetujui dahulu oleh
Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
Segera setelah pengencangan akhir (final). Untuk mencegah terjadinya karat
pada bidang kontak pada bidang sambungan tipe friction harus diberi lapisan
penutup. Cara pemberian lapisan penutup harus disetujui terlebih dahulu
oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
h. Drift paku keeling stel dan sebagainya.
Kontraktor montase harus menyediakan untuk digunakan sendiri, semua
parallel-drift untuk montase yang mungkin diperlukan dan tetap akan menjadi
miliknya dan disingkirkan dari tempat pekerjaan atas biaya sendiri.

86 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Setelah selesai pekerjaan, semua baut stel dan setiap paku keeling, baut dan
sebagainya yang berlebih akan diserahkan kepada Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas atas biaya kontraktor montase.
i. Drift Parallel untuk montase
Batang tak berulir dari drift parallel yang digunakan pada montase, dibuat
sesuai dengan diameter yang diperlukan, dan panjangnya tidak kurang dari
jumlah tebal material yang akan dilalui oleh drift itu ditambah satu diameter
drift itu.
j. Kerangka Baja
Satu bentang kerangka baja dipasang atas tumpuan-tumpuan sedemikian rupa,
sehingga kerangka baja itu dapat membentuk lawan lendut seperti tertera pada
gambar rencana tumpuan-tumpuan itu tidak disingkirkan sebelum seluruh
sambungan (kecuali sambungan pendek pada puncaknya), telah dikeling atau
dibuat dengan permanen. pemasangan permanen paku keeling dan baut tidak
boleh dilakukan tanpa persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas,
dan pada umumnya persetujuan semacam itu tidak akan diberikan sebelum
bentang itu telah terpasang dengan gelagar melintang, batang penguap dan
baut-baut stel seperti yang disyaratkan.
Setelah kerangka baja terpasang, baut sambungan batang atas keeling atau
dibaut permanen dalam keadaan lantai telah selesai, maka lawan lendut pada
beberapa titik yang ditentukan haruslah sesuai dengan apa yang tertera pada
gambar rencana dalam keadaan beban mati.
k. Gelagar Induk
Gelagar induk harus dipasang lengkap dengan gelagar melintang dan
sebagainya. semua sambungan dipasang dengan drift dan baut seperti yang
disyaratkan dan bila telah disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas, akan dikeling atau dibuat secara permanen.
l. Pemasangan Paku Keling
Semua pekerjaan harus dibuat secara wajar sehingga potongan-potongan dapat
dengan rapat menyeluruh sebelum dimulai pemasangan paku keeling, drift
dapat digunakan hanya untuk mendekatkan pekerjaan pada dan tidak akan
digunakan untuk mengganggu lubang-lubang.
Menggunakan drift dengan ukuran yang lebih besar dari diameter nominal
lubang tidak diperkenankan. Dianjurkan paku keeling dipasang dengan
menggunakan mesin, lebih disukai dengan menggunakan alat tekanan dari tipe
yang disetujui. Pemberian tekanan pada paku keeling diteruskan untuk
beberapa waktu setelah selesai dipasang.
87 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Setiap paku keling harus cukup panjang membentuk kepala dengan ukuran
standard, dan harus dipanaskan merah menyeluruh.
Setiap paku keeling setelah dipanaskan dan sebelum dimasukkan pada lubang,
harus bebas dari kotoran-kotoran besi dengan cara menggosokkannya pada
permukaan sepotong lobang paku keeling berada dalam keadaan tetap panas
merah menyeluruh pada saat dimasukkan dan dikerjakan dan mengisi seluruh
lubang selama masih panas.
Semua paku keeling yang longgar serta paku keeling yang retak, berbentuk jelek
atau dengan kepala yang cacat atau dengan kepala yang sangat eksentris
terhadap batangnya, harus dipotong dan diganti dengan paku keeling yang baik.
Membentuk kembali kepala paku keeling tidak diperkenankan. kepala paku
keeling yang agak pipih dapat digunakan pada tempat-tempat tertentu dimana
ruang bebas terbatas.
m. Penggunaan baja keras, baut-baut untuk pemasangan akhir
 Pemasangan
setiap sambungan dibaut bersama-sama dengan baut stel berbagai bagian
serta berbagai plat berhubungan rapat satu sama lain secara menyeluruh.
Sebanyak 50% lubang harus diisi dengan baut stel dan minimal 10%, atau
pada setiap potongan dan pelat minimal 2 lubang diisi dengan drift parallel,
sesuai yang disyaratkan pasal 8 “Parallel-drift untuk montase”.
Baut baja keras harus dipasang dengan cincin baut yag diperlukan, dibawah
kepala baut itu terpasang dengan cekungnya menghadap keluar.
memasukkan dan mengencangkan baut baja keras diatur sedemikian
sehingga selalu rapat dan tidak dapat dimulai sebelum sambungan telah
diperiksa dan disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas atau
wakilnya.
Mur harus dikencangkan hanya terhadap bidang yang tegak lurus terhadap
as lubang. Bidang dibawah kepala baut tidak boleh menyimpang dari bidang
tegak lurus terhadap as baut lebih dari 3,5 memakai cincin baut yang miring
(taperd) dapat dilakukan bila perlu.
Baut menonjol melalui mur tidak kurang dari 1,5 mm dan tidak melebihi 4,5
mm, baut stel yang digunakan untuk membaut permulaan dapat seterusnya
digunakan pada sambungan.
 Mengencangkan baut
Baut baja keras dapat dikencangkan dengan tangan atau dengan kunci-kunci
yang digerakkan dengan mesin. Kunci pas harus dari jenis yang telah
disetujui dan dapat menunjukkan bila tercapai torque yang disyaratkan.
88 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Mesin pas mesin harus dari jenis yang telah disetujui yang akan slip bila
tegangan atau torque yang tertera pada table dibawah ini telah tercapai.
Kunci pas harus sering dicek dan harus disesuaikan untuk mencapai
tegangan atau torque yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
 Tegangan yang perlu pada baut
Tabel berikut memberikan tegangan yang perlu dicapai pada baja keras
dengan berbagai diameter yang digunakan pada pekerjaan.
Nilai-nilai ini diperoleh sebagai berikut :
Kolom (2) menyatakan tegangan yang diperlukan pada masing-masing baut
yang dipasang pada pekerjaan, disyaratkan sebagai 85% dari beban
percobaan patah pada baut-baut.
Kolom (3) dan (4) adalah kolom (2) ditambah 15% dan menyatakan tegangan
yang harus dicapai dengan pemeriksaan kalibrasi dari impact mekanis atau
kunci pas yang lain, speling sebesar 15% untuk teknik yang bermacam-
macam haruslah dengan pemeriksaan Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas.
Kolom (5) adalah angka kira-kira untuk torque yang diperlukan untuk
menggerakkan mur terhadap tegangan pada kolom (2), dikira-kira sebagai
berikut :
Torque = 0,0175 x diameter baut x tegangan baut
(lbs,ft) (inchi) (lbs)
Tabel 8.04.2
Diameter baut 85% dari Beban kalibrasi Torque
percobaan beban
Inch Lbs lbs lbs lbs, ft
¾ 24.00 27.540 12,29 315
7/8 30.000 34.960 25,61 465
1 39.900 35.880 20,48 700
1 1/8 47.650 54.800 24,46 940
Pengecekan hubungan tegangan/ torque dilakukan oleh kontraktor montase,
dan Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas akan melakukan test
pengecekan torque di lapangan. Setiap baut yang kendor harus disesuaikan
menurut kebutuhan.
Perhatian khusus perlu diberikan pada kelompok baut yang telah
dikencangkan semula, yang karena baut-baut berdampingan dikencangkan

89 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

mungkin kendor dan harus dikencangkan kembali sehingga mencapai


tegangan yang diperlukan.

n. Meletakkan perletakan dan sebagainya (bearing)


untuk memperkenankan perpanjangan konstruksi besi dibawah beban mati,
maka kontraktor harus menempatkan dengan teliti perletakan itu, sehingga
jarak horizontal antara as pelat landasan, pada suhu 25C sesuai dengan yang
tertera pada gambar rencana atau seperti diperintahkan oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas secara tertulis.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita baja yang disetujui dan
kontraktor harus menjamin telah dilakukan koreksi yang tepat pada saat
pengukuran dilakukan bila pita baja yang digunaan itu dikalibrasi pada suhu
yang lain dari suhu pengukuran.
o. Pengecatan baja
 Umum
Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dipabrik dengan cat dasar
yang telah disetujui kecuali pada bidang-bidang yang dikerjakan dengan
mesin perkakas misalnya pada perletakan.
Cat lapangan terdiri dari :
- Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang telah
dicat dibengkel,seperti diperintahkan oleh Direksi Lapangan/Konsultan
MK/Pengawas, yang telah rusak pada saat transport atau pemasangan
serta bidang-bidang lain seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas, dimana cat dasarnya telah rusak.
- Pemakaian cat dasar dan bahan sejenis seperti yang disyaratkan dalam
pasal 08. “pengecatan bengkel” pada bidang-bidang yang tertera pada
pont diatas.
- Pemakaian cat akhir seperti disyaratkan pada pekerjaan tertentu, untuk
seluruh bidang terbuka pekerjaan besi itu.
- Pembersihan permukaan.
Seluruh permukaan dari pekerjaan besi bangunan seperti diuraikan
diatas, harus bersih dan dikupas dengan sand blasting atau cara lain yang
disetujui, agar menjadi logam yang bersih, dengan menyingkirkan seluruh
gemuk, olie, karatan, Lumpur atau lain-lain yeng melengket padanya.
Luas bidang permukaan yang dibersihkan haruslah dapat sekaligus
ditutup dengan cat dasar dan dicat segera setelah pembersihan, sebelum

90 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

terjadi oksidasi. bila terjadi oksidasi (karatan), permukaan harus


dibersihkan kembali sebelum pengecatan dasar dilakukan.
- Penggunaan cat :
Cat dapat digunakan dengan kwas tangan yang disetujui atau dengan
cara yang disyaratkan oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK/Pengawas.
Pengecatan tak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab atau
berdebu atau pada cuaca lain yang jelek, kecuali diusahakan tindakan-
tindakan seperlunya yang sesuai dengan pendapat Direksi
Lapangan/Konsultan MK/Pengawas, untuk melawan pengaruh-pengaruh
cuaca tersebut terhadap pekerjaan.
Permukaan yang akan dicat harus kering dan berdebu lapisan berikutnya
tidak dibersihkan sebelum lapisan cat terdahulu telah kering betul.
Lapisan penutup diberikan diatas cat dasar dalam tempo kurang dari 6
bulan, tetapi tidak boleh lebih dari 48 jam setelah pengecatan dasar.
Bila terjadi demikian, maka permukaan baja perlu dibersihkan kembali
atau dicat dasar lagi seperti diuraikan diatas.
Cat (termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh Direksi Lapangan/
Konsultan MK/Pengawas) harus disapu dengan kuat pada permukaan
baja, sekitar paku keeling, baut-baut pada setiap sudut-sudut, sambungan
plat, lekuk-lekuk dan sebagainya, kemudian diratakan dengan baik.
Setiap bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi air, diisi
dengan cat yang tebal, atau bila diperintahkan oleh Direksi Lapangan/
Konsultan MK/Pengawas, dengan menggunakan semen kedap air atau
bagian lain yang disetujui sebelum penyelesaian cat dasar.
Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata,
Pemakaian cat yang rata ialah 12,5 sampai 15 m per liter untuk cat
dasar, dan 15 sampai 20 m per liter untuk lapisan berikutnya.
Apabila lapisan galvanis pada komponen jembatan rusak selama
pengangkutan pemasangan atau bongkar/muat, maka permukaan bagian
luar harus segera dicat dengan cara sebagai berikut :
- Bersihkan sampai ke permukaan baja dan haluskan tepi yang
berbatasan dengan lapisan galvanis. setelah bidang yang akan
diperbaiki dibersihkan dari bekas minyak, diberikan dua lapisan zinc
rich primer dengan ketebalan kering minimum 75 mikron.
- Apabila kerusakan yang terjadi cukup parah, maka Direksi Lapangan/
Konsultan MK/Pengawas dapat memerintahkan untuk penanganan
secara keseluruhan atau diganti.
91 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

4. Dasar Perhitungan
Volume baja bangunan dibayarkan menurut banyak kilogram yang terpasang
dengan komplit pada tempatnya. Dengan maksud perhitungan untuk pembayaran
dari bagian-bagian yang digunakan dibengkel seperti ; besi campuran, besi plat,
angkur baut dan mur, alas, rockers, expansion dams, lubang dan pipa saluran, besi
penyambung, baut angker pada beton, crandles and brackets, post, conduit dan
ducts, steel pile shells, structural shapes and sheet plates for expansion joint.
volume berat besi yang dipakai berdasarkan berat dibawah ini :
- Allumunium 2.800
- bronze, tembaga campuran 8.700
- tembaga lembaran 9.000
- besi tuang 7.200
- besi dapat ditempa 7.600
- besi tempa 7.900
- baja, baja tuang, baja campuran, bearing dan baja murni 7950
- seng 7.300
- Bentuk, pelat, pegangan dan lantai :

Berat dari besi yang berbentuk pelat dihitung berdasarkan berat sebelumnya dari
dimensi dan ukuran yang ditentukan dari work shop drawing yang disetujui
dikurangi dengan pemotongan dan lubang pembukaan diluar paku keeling berat
dari sandaran termasuk sebagai konstruksi baja. Berat dari steel grid flooring
dihitung terpisah.
Lainnya.
Berat dari baut untuk pemasangan, pekerjaan pengecatan dibengkel dan
dilapangan, pengelasan dibengkel dan dilapangan, galvanis, pembungkus dan
lainnya, pengangkutan dan lainnya yang membantu selama pengangkutannya,
paku, baut, baut keras, angker semuanya termasuk didalam pekerjaan ini.

PASAL 06
PEKERJAAN WATER STOP

1. Bahan
Bila tidak ditentukan lain, maka pekerjaan pengecoran beton yang tidak menerus
dan harus kedap air dipakai bahan water stop dari polyvinyl chloride yang tahan

92 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

terhadap bahan kimia, alkali, minyak dan acids. Bahan water stop tersebut dengan
ukuran 200 x 5 x 14 mm, dipakai produksi ex Sika type 0-20L atau setara.

2. Persyaratan Pelaksanaan
2.1. Pemasangan water stop harus mengikuti petunjuk dari pabriknya.
2.2. Water stop dipasang disetiap pemberhentian pekerjaan pengecoran beton
kedap air sesuai dengan gambar usulan dari Pemborong yang sudah disetujui
oleh Konsultan MK/Pengawas. Khusus untuk pengecoran, bak air, dan
sebagainya dimana tempat tersebut tidak boleh bocor, maka ditempat tersebut
dipasang water stop.

PASAL 07
PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN

1. Lingkup Pekerjaan

1.1. Pekerjaan Struktur ATAP Baja Ringan ialah bagian-bagian yang dalam gambar
rencana dinyatakan sebagai Konstruksi struktur baja ringan.
1.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut Kontraktor harus membuat shop drawing
dari pekerjaan baja ringan. Gambar kerja meliputi detail-detail pemasangan,
pemotongan, penyambungan, pengaku, ukuran-ukurn dan lain-lain yang secara
teknis diperlukan, terutama untuk fabrikasi dan pemasangan.
1.3. Sub Kontraktor yang dipakai jika ada harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
1.4. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan konstruksi baja ringan sesuai
ketentuan-ketentuan berikut :
- Mengajukan persetujuan material dan aplikator kepada konsultan MK.
- Mengajukan analisa struktur atap.
- Mengajukan gambar shop drawing.
1.5. Pekerjaan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan pembuatan dan pemasangan
struktur atap berupa rangka batang yang telah dilapisi lapisan anti karat. Rangka
batang berbentuk segitiga,trapesium dan persegi panjang yang terdiri dari :
 Rangka utama atas (top chord)
 Rangka utama bawah (bottom chord)
 Rangka pengisi (web). Seluruh rangka tersebut disambung menggunakan baut
menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah yang cukup.

93 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama
dengan jarak sesuai dengan ukuran jarak genteng.
1.6. Pekerjaan rangka atap baja ringan meliputi:
 Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi
 Pekerjaan pambuatan kuda-kuda dikerjakan di Workshop permanen (Fabrikasi),
 Pengiriman kuda-kuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek
 Penyediaan tenaga kerja beserta alat/bahan lain yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan
 Pekerjaan pemasangan seluruh rangka atap kuda-kuda meliputi struktur rangka
kuda-kuda (truss), balok tembok (top plate/murplat), reng, sekur overhang,
ikatan angin dan bracing (ikatan pengaku)
 Pemasangan jurai dalam (valley gutter)

Pekerjaan rangka atap baja ringan tidak meliputi:


 Pemasangan penutup atap
 Pemasangan kap finishing atap
 Talang selain jurai dalam
 Accesories atap

2. Persyaratan Bahan/Material
Baja ringan yang digunakan dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Base material High Tensile Steel = G 550 (minimum yield strength = 5500
kg/cm2.
- Coating Zincalume A/Z 150 gr/m2.
- Material Thickness minimal 1,00 mm TCT (ukuran profil desuai dengan
kekuatan berdasarkan desain dan analisa struktur).
- Ketebalan reng (roof batten) minimal 0,48 mm TCT.
- Baut/fastener yang dipakai harus memenuhi standar desain.
- Menggunakan software yang sudah mendapat sertifikasi resmi dari Asosiasi
terkait dan ditandatangani oleh Konstruktor yang bersertifikat.
- Garansi struktur dan garansi material.

2.1. Mutu Baja Ringan


Properti mekanikal baja (Steel mechanical properties)
 Baja Mutu Tinggi G 550
 Kekuatan Leleh Minimum 550 Mpa

94 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Tegangan Maksimum 550 Mpa


 Modulus Elastisitas 200.000 Mpa
 Modulus geser 80.000 Mpa

2.2. Lapisan Anti Karat


Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi, dua jenis
lapisan anti karat (coating):
Galvanised (Z220)
 Pelapisan Galvanised
 Jenis Hot-dip zinc
 Kelas Z22
 katebalan pelapisan 220 gr/m2
 komposisi 95% zinc, 5% bahan campuran
Galvalume (AZ150)
 Pelapisan Zinc-Aluminium
 Jenis Hot-dip-allumunium-zinc

 Kelas AZ150
 katebalan pelapisan 150 gr/m2
 komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon.

2.3. Kuda-kuda
Konektor

95 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Konektor antara kuda-kuda baja ringan dengan murplat (top plate) berfungsi untuk
menahan gaya lateral tiga arah, standart teknis sebagai berikut:
 Galvabond Z275
 Yield Strength 250 MPa
 Design Tensile Strength 150 MPa

Brace System (bracing)


 BOTTOM CHORD BRACING, Pengaku/ikatan pada batang tarik bawah (bottom
chord) pada kuda-kuda baja ringan.
 LATERAL TIE BRACING, Pengaku/bracing antara web pada kuda-kuda baja
ringan,sekaligus berfungsi untuk mengurangi tekuk lokal (buckling) pada batang
tekan (web),standar teknis mengacu pada desain struktur kuda-kuda tersebut.
 DIAGONAL WEB BRACING (IKATAN ANGIN), Pengaku/bracing diagonal
antara web pada kuda-kuda baja ringan dengan bentuk yang sama dan letak
berdampingan.
 STRAP BRACE (PITA BAJA), Yaitu pengaku /ikatan pada top chord dan bottom

chord kuda-kuda baja ringan, Untuk kebutuhan strap brace berdasarkan


perhitungan desain struktur.

96 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2.4. Talang Jurai

Talang Jurai Dalam (Valley Gutter), Pertemuan dua bidang atap yang membentuk
sudut tertentu, pada pertemuan sisi dalam harus manggunakan talang dalam
(Valley Gutter) untuk mengalirkan air hujan. Ketebalan material jurai dalam
minimal 0,45 mm dengan detail profil seperti gambar diatas.

2.5. Alat Sambung (Screw)

Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat sambung antar
elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi, spesifikasi screw
sebagai berikut:
 Kelas Ketahanan Korosi Minimum Kelas 2
 Panjang (termasuk kepala baut) 16mm
 Kepadatan Alur 16 alur/inci
 Diameter Bahan dengan alur 4,80 mm
 Diameter Bahan tanpa alur 3,80 mm
Kekuatan Mekanikal
 Gaya geser satu baut 5,10 KN
 Gaya aksial 8,60 KN
 Gaya Torsi 6,90 KN

97 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3. Fabrikasi

3.1. Umum
- Aplikator yang digunakan harus dari tenaga-tenaga ahli pada bidangnya dan
melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk-petunjuk
Konsultan Manajemen Konstruksi/Pengawas dan ketelitian utama diperlukan
untuk menjamin bahwa seluruh bagian dapat cocok satu dengan lainnya pada
waktu pemasangan.
- Konsultan Manajemen Konstruksi mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk
setiap waktu melakukan pemeriksaan pekerjaan.
- Tidak satu pekerjaanpun dibongkar atau disiapkan untuk dikirim sebelum
diperiksa dan disetujui.
- Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan gambar rencana atau
spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera diperbaiki.
- Kontraktor pabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri semua pekerjaan,
alat-alat perancah dan sebagainya yang diperlukan dalam hubungan
pemeriksaan pekerjaan.
- Kontraktor pabrikasi harus memperkenalkan Kontraktor untuk sewaktu-waktu
memeriksa pekerjaan dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara
dan lain-lain yang berhubungan dengan waktu pemasangan di tempat pekerjaan.
- Kontraktor Montase tidak mempunyai wewenang untuk memberikan instruksi-
instruksi mengenai cara penyelenggaraan pabrikasi.

3.2. Pola Pengukuran


Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk
menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor Pabrikasi. Semua
pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah
disetujui. Ukuran-ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana
dianggap ukuran pada suhu ± 25° C.

3.3. Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus diperiksa
kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus bebas dari
puntiran, bila perlu harus diperbaiki sehingga bila pelat-pelat disusun akan terlihat
rapat seluruhnya.

98 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3.4. Pemotongan
Baja ringan harus dipotong dengan alat listrik (cutting wheel) agar permukaan
yang diperoleh dari hasil pemotongan harus diselesaikan siku terhadap bidang yang
dipotong, tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan.

4. Persyaratan Pelaksanaan

4.1. Pra-Konstruksi

a. Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan


pemasangan rangka atap baja ringan, sesuai dengan RKS (Rencana Kerja dan
Syarat) .
b. Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan brosur yang
dilampirkan pada dokumen tender.
c. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail dan
bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam
gambar kerja. Dalam hal ini meliputi dimensi profil, panjang profil dan jumlah
alat sambung pada setiap titik buhul.
d. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana dan Pihak DIreksi untuk mendapatkan
persetujuan secara tertulis.
e. Eleman utama rangka kuda-kuda (truss) dilakukan fabrikasi diworkshop
permanen dengan menggunakan alat bantu mesin JIG yang menjamin
keakurasian hasil perakitan (fabrikasi)
f. Kontraktor wajib menyediakan surat keterangan keahlian tenaga dari Fabrikan
penyedia jasa Rangka Atap Baja ringan,
g. Kontraktor wajib menyertakan hasil uji lab dari bahan baja ringan dari badan
akreditasi nasional (instansi yang berwenang sesuai dengan kompetensinya).

4.2. Konstruksi
a. Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus
dilaksanakan sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi
khusus perhitungan baja ringan sesuai dengan standar perhitungan mengacu
pada standar peraturan yang berkompeten.
b. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
99 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

c. Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan


menggunakan mesin rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan mesin
screw driver yang dilengkapi dengan kontrol torsi.
d. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan
kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain
sistem rangka atap.
e. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang
dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan
ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi
perletakan kuda-kuda.
f. Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah genteng yang
akan dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi baja ringan
dapat memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan penyediaan
genteng tersebut sudah harus ada pada saat kuda-kuda tiba dilokasi proyek.
g. Jaminan Struktural
 Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja
Ringan, meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng.
 Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan

Peraturan Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan-


persyaratan seperti yang tercantum pada “Cold formed code for structural
steel”(Australian Standard/New Zealand Standard 4600:1996) dengan desain
kekuatan strukural berdasarkan ”Dead and live loads Combination
(Australian Standard 1170.1 Part 1) & “Wind load”(Australian Standard
1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan ketentuan “Screws-self
drilling-for the building and construction industries”(Australian Standard
3566).

100 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB III. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN


ARSITEKTUR

PASAL 1
PEKERJAAN DINDING
1.1. Dinding Bata Ringan
1.1.1. Umum
a. Lingkup Pekerjaan
1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam
terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
2) Pekerjaan pasangan bata ringan celkone ini meliputi seluruh detail
yang disebutkan / ditunjukan dalam gambar.
b. Pekerjaan yang berhubungan (Adukan dan Pasangan)
c. Bata ringan yang digunakan bata Hebel, Celcon atau Setara dengan
kualitas terbaik yang disetujui perencana / konsultan Management
Kontruksi, siku dan sama ukuranya 10 x 20 x 60 cm.
1.1.2. Pelaksanaan
a. Pasangan bata ringan dengan menggunakan adukan mortar / semen
instant setara MU-380.
b. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar – siar harus dikerok rata
dan dian ibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
c. Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan bahan setara
MU-100, dan acian MU-200 harus di basahi dengan air terlebih dahulu
dan siar-siar dikerok serta dibersihkan.
d. Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk
langsung diaci atau di pasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah
kelembaban air keluar dalam dinding/berkeringat kering, dapat
dilakukan pekerjaan acian dengan bahan setara MU-200, atau
pemasangan keramik dinding.
e. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 8-10 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
f. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 9,0 m2,
ditambahkan kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan

101 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

ukuran 10 x 10 cm, dengan tulangan pokok 4 diameter 8 mm, beugel


diameter 6 mm jarak 25 cm.
g. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali
tidak diperkenankan.
h. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan
setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek
besi beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam
dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan
lain.
i. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi
dari 2%. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.

1.2. Pekerjaan Plesteran & Acian Dinding Bata Ringan


1.2.1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan acian dinding ini adalah penyediaan
tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan
alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan acian,
sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pekerjaan acian dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian
dalam dan luar serta seluruh detail yang disebutkan I ditunjukkan
dalam shop drawing.
1.2.2. Pekerjaan yang Berhubungan
Pekerjaan plesteran/ Acian dan pekerjaan pengecatan.
1.2.3. Persyaratan Bahan
a. Bahan yang digunakan adalah Mortar/semen instan yang khusus
dipergunakan untuk acian, ex Mortar Utama, Drymix, Prime Mortar.
b. Alat kerja yang digunakan antara lain; roskam, sendok semen,
elektrikal mixer, dan jidar aluminium.
1.2.4. Persiapan
a. Siapkan tempat kerja dan permukaan yang akan diaci.
b. Bersihkan permukaan bidang yang akan diaci dari kotoran, minyak,
karat maupun lumut yang dapat mengurangi rekatan adukan dan
apabila dalam keadaan kering sebaiknya dibasahi dahulu secara
merata sebelum pengacian

102 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

1.2.5. Metode Pelaksanaan


a. Campurkan bahan mortar dengan air, sesuai dengan perbandingan
yang ditentukan spesifikasi.
b. Aduk campuran di atas hingga rata dan diperoleh kelecakan
(consistency) yang sesuai untuk pelaksanaan pengacian (akan lebih
baik dan mudah jika menggunakan drill dengan blade yang telah
didesain khusus sebagai mixer).
c. Pengacian dilakukan secara manual sebagaimana umumnya dengan
menghampar adukan dengan hand towel hingga merata pada bidang
yang akan diaci dan bilamana perlu diratakan dengan jidar aluminium
panjang.
d. Bila tebal acian pada hamparan lapis pertama masih tipis dapat
dilakukan penambahan pada hamparan berikutnya dan untuk tebal
acian yang dianjurkan dalam pengacian adalah 1- 3mm tergantung
kerataan dasar permukaannya.
Catatan : Untuk finishing akhir acian cukup menarik hand towel searah
(horizontal atau vertikal) dan tidak diperkenankan menekan, memutar
atau bahkan menggosok dengan sobekan kertas semen.

1.3. Pekerjaan Adukan, Pasangan, dan Plesteran


1.3.1. Umum
a. Lingkup Pekerjaan
1) Adukan untuk pasangan bata
2) Pasangan bata untuk dinding eksterior dan partisi interior
3) Pasangan untuk arsitektur interior (built in).
b. Pekerjaan yang Berhubungan
1) Batu bata
2) Waterproofing membrane
c. Standar
1) SNI 15-0302-2004, SNI 15-03-2049-2004, Standard untuk PC
2) SNI Standard untuk pasangan bata
3) Standard untuk air agregate SNI
4) ASTM C144, Aggregate for masonry mortar
1.3.2. Bahan/ Produk

103 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Portland Cement : SNI 15-0302-2004, SNI 15-03-2049-2004, jenis


semen dari local, merk Tiga Roda, Holcim, Gresik atau setara.
b. Aggregates : Standard type pasangan, memenuhi ASTM C144, bersih,
kering dan terlindung dari minyak dan noda.
c. Air bersih, bebas dari minyak, alkali organik.
d. Horizontal Joint Reinforcement
e. Kawat fabrikasi tidak kurang dari 3000 mm.
f. Fabrikasi dari kawat baja.
g. Lebar : 25 mm, lebih kecil dari tebal dinding partisi.
h. Kawasan pasangan 4,8 mm dari baja digalvanis.
i. Expanded metal lath : Diamond mesh, galvanis 1,8 kg/m2
j. Angkur pasangan, baut dan sebagainya.
k. Proporsi adukan
Proporsi adukan untuk pasangan, adalah sebagai berikut :
1) Untuk dinding dalam, sampai setinggi 20cm dari lantai dalam -
1pc : 3ps Untuk dinding luar, sampai setinggi 50cm dari lantai -
1pc : 3ps (bila terlindung luifel)
2) Untuk dinding luar yang tidak terlindung oleh luifel, pada
seluruh permukaan - 1pc: 3ps.
3) Untuk dinding kamar mandi, we dan tempat cuci, sampai setinggi
150cm dari lantai - 1pc : 3ps.
4) Untuk dinding-dinding lain - 1pc : 5ps.
5) Untuk sudut-sudut nat dan bagian-bagian yang berada di bagian
pinggir-pinggir - 1pc : 3ps.
6) Tebal plesteran tidak kurang dari 1 cm atau lebih 2,5 cm, kecuali
ditetapkan lain oleh Konsultan Manajemen Konstruksi ( MK ).
Bila tebal plesteran lebih dari 2.5 cm maka perlu dilapisi dengan kawat
ayam sebagai jaringan penguat.
Lapisan "Acian" rata 2.5 mm, dari adukan PC saja, pada bagian-bagian
yang akan difinish dengan cat, wall paper dan bagian-bagian lainnya
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dan mendapat persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi ( MK ).
1.3.3. Persyaratan Bahan
a. Pasir yang digunakan adalah pasir bersih, tidak mengandung tanah
atau tanah liat, lumpur dan kotoran-kotoran lainnya lebih dari 5%

104 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

terhadap berat kering. Pasir yang digunakan mempunyai bentuk yang


sama besarnya (merata).
b. Pasir harus dicuci sebelum dipakai.
c. Untuk pekerjaan pemelesteran dinding-dinding dan lantai yang
membutuhkan ketelitian dan kerapihan pekerjaan, maka pasir-pasir
tersebut harus disaring/diayak sebelum digunakan.
d. Untuk Semua pekerjaan plesteran tidak diperkenankan menggunakan
kapur.
1.3.4. Pelaksanaan
a. Dimana diperlukan, menurut Manajemen Konstruksi ( MK ),
Kontraktor harus membuat shop drawing untuk pelaksanaan
pembuatan adukan dan pasangan.
b. Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang
diperlukan. Adukan dilaksanakan sesuai standard spesifikasi dari
bahan yang digunakan sesuai dengan petunjuk Perencana/ Manajemen
Konstruksi ( MK ) .
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti Semua petunjuk
dalam gambar arsitektur, terutama gambar detail dan gambar
potongan mengenai ukuran tebal/ tinggi/ peil dan bentuk profilnya.
d. Untuk bidang kedap air, pasangan dinding ata ringan yang
berhubungan dengan udara luar dan Semua pasangan batu bata dari
bawah permukaan tanah sampai ketinggian 30 cm dari permukaan
lantai dan 200 cm dari permukaan lantai untuk toilet, ruang
saji/pantry dan daerah basah lainnya dipakai adukan plesteran
(trasraam) setara MU -600.
e. Untuk adukan kedap air harus ditambah Daily bond, dengan
perbandingan 1 pc : 1 Daily Bond.
f. Material untuk adukan harus diukur yang sebenarnya dan
menggunakan kotak (boxes) pengukuran yang akurat.
g. Penggunaan bahan additive harus disetujui oleh Perencana dan
digunakan sesuai dengan ketentuan dari pabrik.
h. Pekerjaan bata yang sudah selesai harus dilindungi dengan lembaran
penutup untuk mencegah adukan menjadi cepat kering.
i. Pasangan dinding bata pada sudut ruangan harus dilindungi dengan
papan untuk melindungi dari kerusakan. Jika ada pekerjaan pasangan

105 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

yang memperlihatkan sambungan yang rusak atau tidak beres maka


pasangan itu harus dibongkar dan diganti yang baru.
j. Berikan angkur sesuai dengan gambar atau jika tidak ditunjukkan
gunakan ukuran/jarak type standard.
k. Tempatkan angkur pada bubungan pasangan dinding dengan struktur
kolom praktis atau balok sesuai petunjuk gambar tapi tidak lebih dari
60 cm pada jarak vertikal dan 90 cm pada jarak horizontal.
Untuk Pekerjaan Plesteran :
a. Pada permukaan dinding beton yang akan diplester harus dibuat
kasar, dan adukan untuk plesterannya dicampur calbond, sedangkan
untuk permukaan dinding bata, siar-siar sebelumnya harus dikerok
sedalam 1cm untuk memberikan pegangan pada plester.
b. Pekerjaan plesteran harus rapih menurut bentuk dan ukuran didalam
gambar. Pekerjaan harus lurus, datar tidak bergelombang,
tajam pada bagian sudut-sudut, tidak kropos (kosong didalam) tidak
retak-retak.
c. Apabila hasil plesteran tidak menunjukkan hasil seperti tersebut di
atas, maka bagian tersebut harus dibongkar untuk diperbaiki. Hal ini
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Akan membuat contoh bidang plesteran terlebih dahulu, kemudian
setelah disetujui oleh Direksi plesteran harus dilanjutkan sesuai
dengan contoh.
e. untuk pekerjaan pemasangan bata maupun plesteran harus dikontrol 3
arah (benang, waterpass, siku-siku).

Pasal 02
PEKERJAAN SCREED
1. Umum
1.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan screed pelindung,
screed permukaan beton, screed untuk leveling dan screed lainnya dimana
ditunjukkan.
1.2. Submittal
Shop drawing, indikasi dimana akan dikerjakan pemasangan screed dan
informasi ketebalan yang akan dikerjakan.

106 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2. Persyaratan Bahan
2.1 Semen PC
Lihat spesifikasi pekerjaan beton

2.2. Pasir
Pasir harus bersih dan bebas dari lumpur, lemak dan kotoran lain, dengan
diameter butiran maksimal 1.8 mm

2.3. Reinforcing Mesh


Mesh kawat ayam, kawat 3 mm dengan lobang mesh 50 mm, digunakan pada
pasangan Screed dengan ketebalan lebih besar dari 50 mm.

2.4. Dust proofer/Curing Compound


Untuk screed tanpa finishing cairan acrylic resin, Febcure clear atau yang
dinyatakan setara dengan pemakaian bahan minimum 5 M2/ liter.

2.5. Control Joint Filler


Untuk screed exposed ; closed cell polyurethane foam, lebar 10 mm dengan
tebal sesuai ketebalan screed setelah dikurangi kebutuhan ruang untuk sealant
dan backer rod.

3. Persyaratan Pelaksanaan
3.1. Persiapan
Bersihkan permukaan bidang kerja yang akan diberikan screed, kasarkan
permukaan beton yang akan diberi screed, segera basahi permukaannya,
kuaskan air semen kemudian pasangkan screed sebelum air semen imenjadi
kering. Tidak diperkenankan memulai pekerjaan screed jika kondisi bidang
kerja belum dipersiapkan dengan benar.

3.2. Level dan Elevasi


a. Buatkan titik-titik pedoman elevasi unttik mendapatkan level yang
dikehendaki, perhatikan level finishing yang direncanakan dan keperluan
pemasangan bahan finishing.

107 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

b. Pasangkan screed dengan kemiringan mengarah pada drainase yang


direncanakan. Hindari adanya cekungan/ lembah yang dapat membuat
genangan air. Buat kemiringan minimal 1% kecuali ditentukan lain dalain
gambar perencanaan.
c. Kerjakan dengan ketebalan screed seperti yang ditentukan dalam gambar
perencanaan, jlka tidak ditentukan maka gunakan ketebalan minimal 25
mm.

3.3 Type Finishing Screed


3.3.1. Finishing Halus (Steel Trowelled)
a. Untuk exterior atau interior screed tanpa finishing, selanjutnya
finishing screed ini harus diberi "sealing" atau "dust proofing" seperti
yang dispesifikasikan disini.
b. Untuk screed yang akan menerima finishing decorative seperti
karpet, resilient flooring atau yang akan dicat, finishing screed ini
harus diberi "sealing" atau "dustproofing" kecuali yaiig akan difinish
cat.
c. Untuk leveling yang menerima fluid applied atau sheet membrane
waterproofing.
d. Untuk screed yang akan menerima "paver" yang dipasang dengan
sistim "thinset methode" (keramik, marmer atau paver lainnya).
e. Kerjakan dustproofing seperti yang disyaratkan pabrik pembuat.

3.3.2. Finishing Kasar (Float Finish)


Untuk screed yang akan menerima adukan pasangan keramik, marble,
granit atau "paver" lainnya yang memerlukan adukan/ spasi (setting bed
method).

3.4. Expansion dan Control Joint


3.4.1. Kerjakan expansion dan control joint pada screed seperti yang
ditentukan dalam gambar perencanaan dan yang ditentukan dalam
spesifikasi ini.
3.4.2. Buatkan kontrol joint pada screed exterior tanpa finishing
pasangan/paver (pada plaza, roof deck dan lain-lain) termasuk screed
untuk leveling waterproofing.

108 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3.4.3. Kerjakan kontrol joint setiap interval 5 m , lebar minimal 9 mm,


pasangkan joint filler, kerjakan control Joint pada pertemuan lantai
dengan bidang vertikal.

3.5. Sealing dan Dlistproofing


Kerjakan seperti yang disyaratkan pembuat bahan, pasang sealing dan
dustproofing pada interior dan exterior screed yang akan diexpose
permukaannya tanpa bahan finishing lainnya. Pasangkan pada tempat-
tempat seperti yang diterangkan pada screed finish halus.

3.6. Divider Strips


Pasangkan allumunium divider strip 50 mm lebar, 6 mm tebal, pasangkan
pada akhiran screed yang berhubungan dengan finishing material berbeda.
Benang pada screed dengan permukaannya rata dengan permukaan finishing
material disekitarnya.

3.7. Perlindungan dan Perbaikan


Lindungi permukaan screed yang akan menerima bahan finishing selanjutnya,
perbaiki pasangan screed jika terjadi kerusakan. Perbaikan screed tidak
diperuntukkan untuk perbaikan kemiringan / slope.

Pasal 03
PEKERJAAN WATER PROOFING

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Meliputi : penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar,
memenuhi uraian syarat-syarat di bawah ini serta memenuhi spesifikasi dari
pabrik yang bersangkutan.
1.2. Pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan dengan waterprofing antara
lain:
a. Semua struktur beton yang dekat/terkena dengan air, seperti toilet, janitor.
b. Dak beton datar/atap/roof tank/roof garden/balkon/overstek.
c. Ground water tank dan STP.
d. Daerah WC, kamar mandi dan daerah basah lainnya.

109 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

e. Bagian lain yang dinyatakan dalam gambar.


1.3. Pekerjaan yang berhubungan :
a. Pekerjaan screed pelindung, seperti disyaratkan dalam spesifikasi
pekerjaan adukan pasangan dan plesteran.
b. Pekerjaan water proof coating yang berhubungan dengan beton bertulang,
lantai, plumbing.

2. Persyaratan Bahan

2.1 Persyaratan Standard Mutu Bahan


Waterprofing yang digunakan harus memenuhi persyaratan standard Jerman
(DIN 53455) dan Standard Amerika (ASTM D412, ASTM 836, ASTM 2240)
Kontraktor tidak dibenarkan merubah standard dengan cara apapun tanpa
izin dari Wakil Pemberi Tugas atau Pengawas Lapangan.
a. Kualifikasi pelaksanaan :
Mempunyai sertifikasi pelaksanaan dari pabrik pembuat laporan kedap
air.
b. Kualifikasi penguji :
Dipilih dan dibayar oleh Pemberi Tugas.
Test ulang di bebankan ke kontraktor.
2.2 Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane
Produk diusulkan waktu penawaran disertai brosur dan spesifikasi teknis.
Digunakan untuk semua struktur beton yang dekat atau berhubungan
langsung dengan air atau tanah. Bahan waterproofing yang dipakai harus
benar-benar tidak dapat tembus air dan tidak retak mengikuti pemuaian dan
penyusutan struktur bangunan.
2.3 Bahan
Waterprofing Liquid Applied Acrylic Membrane
 Jenis : Water Base (Berbasis air)
 Tampilan : Dop (redup) dan tidk lengket setelah kering
 Elastisitas : 20% pada suhu tinggi, dan pada suhu rendah
akan kembali.
 Daya Tahan Air dan Kimia : Mempunyai ketahanan dan kedap terhadap
air, alkohol, air garam, mineral dan larutan
air lainnya.

110 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Kepadatan / Berat Jenis : 0,95 kg / liter.


 Takaran Pemakaian : 2,15 kg per m2
 Campuran pelarut : Air bersih (pada suhu tinggi 15%, pada suhu
sedang 7,5 – 10%)
2.4 Aplikasi Fiber Glass
 Primer : Liquid + 15% air.
 Body Coat : Liquid + 10% air.
 Completed System : DFT ± 700 Micron. s/d ± 900 Microns.
 Coverage : 2,15 Kg/m2
 Coverage (Coating) : 0,55 Kg/m2
 Packing : Liquid 25 kg, 110 kg, 225 kg.
 FRP 200 gr/ m2 : Aplikasi pada bidang kerja atap dak.
Aplikasi pada bidang kerja area kampus dll.
 FRP 300 gr/ m2 : Aplikasi pada bidang kerja area parkir.
Aplikasi pada bidang roof garden.
Aplikasi pada bidang kerja pot taman.
 FRP 450 gr/ m2 : Aplikasi pada bidang kerja kolam renang.
Aplikasi pada bidang kerja landasan heli.

2.5 Penanganan Bahan


a. Pengiriman
 Semua bahan dikirim dan diterima dalam kemasan asli dengan label
pabrik dan segel utuh.
 Kemasan : Liquid 25 kg (ember pail), 110 kg ( drum polyetilin), dan 250
kg (drum plat baja).
 Kemasan harus dalam posisi berdiri selama pengangkutan dan
penyimpanan.
b. Tempat dan lama penyimpanan : Simpan didalam suhu ruangan, hindari
basah dan sengatan langsung cahaya matahari, dengan kondisi ini bahan
layak pakai selama 20 bulan.
c. Lama pengeringan : Pada atap dak 15 menit kering sentuh
(cuaca panas).
Pada atap dak 25 menit kering sentuh (cuaca
medung)
Pada atap dak 8 jam kering keras (cuaca panas)

111 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3. Pelaksanaan Pekerjaan

3.1 Pekerjaan Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane dak atap dengan
lapisan serat fiber glass
a. Persiapan
1) Tahap Pertama pekerjaan pemebersihan lokasi yang akan di
Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane dari serpihan
bangunan dan sisa – sisa adukan / cor
2) Tahap Kedua pekerjaan penghalusan dak beton yang akan di
Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane pakai mesin gerinda
hingga rata dan sisa debu dari mesin gerinda dibersihkan pakai
penyedot debu / vacuum cleaner
3) Tahap Ketiga pekerjaan leveling untuk kemiringan kearah pembuangan
air dengan cara penarikan benang, jika ada bagian yang rendah maka
bangunan yang tinggi di gerinda sampai sama dengan yang rendah,
sehingga permukaan dak rata jika ada dak yang kubangan lekuk dalam
maka lekukan leveling dengan penambahan daging dengan semen
mortar dan lemkra untuk campuaran beton.
4) Pencucian permukaan beton sampe basah sehingga lubang – lubang
pori- pori beton membesar air masuk kelubang pori – pori sehingga tidak
ada udara yang terjebak dalam lubang pori – pori beton.
b. Aplikasi - Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane
1) Tahap Pertama Pekerjaan Primer
Permukaan dak beton dalam keadaan basah langsung di primer coating
Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane satu lapis langsung
dengan horizontal- vertical pakai rol dan kuas untuk bagian susut dan
full drain.
2) Tahap Kedua Coating Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane
Setelah Primer kering lakukan coating Waterproofing Liquid Applied
Acrylic Membrane satu lapis dengan pendahuluan vertical - horizontal
3) Tahap Ketiga pelapisan serat fiberglass 220 gram / m²
Setelah coating kering lakukan pemasangan pelapisan serat fiberglass
dicoating Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane dengan
system wet on wet (dibawah serat basah diatas serat basah) pakai rol

112 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

dan kuas mengikuti dari belakang untuk menekan serat fiberglass agar
tidak ada kantong udara.
4) Tahap Keempat Body coat
Setelah coating pelapisan serat fiberglass kering baru lakukan coating
body coat sebanyak tiga kali lapis dengan perilaku horizontal – vertical
setiap lapis nya pakai rol dan kuas.
5) Tahap Kelima pemeriksaan lubang pori – pori dan kantong udara
Setelah body coat kering lakukan pemeriksaan pori- pori dan kok dan
kantong angin serta penghalusan permukaan Waterproofing Liquid
Applied Acrylic Membrane pakai kertas gos dan kape.
6) Tahap Keenam Pencucian permukaan
Sebelum finishing coat lakukan pencucian permukaan dari kotoran –
kotoran dari debu –debu yang menempel sampai bersih.
7) Tahap Ketujuh Finishing coat
Setelah permukaan dak bersih lakukan coating sebanyak empat kali
coating atau sampai permukaan tebal rata dan tidak ada lubang pori –
pori.
Jika pada coating keempat lapis pada finishing coat ternyata masih
terdapat lubang pori –pori maka pelapisan dilanjutkan sampai betul –
betul permukaan rata dan tidak ada lubang pori – pori .
8) Tahap Kedelapan Tes rendam
Setelah finishing kering lakukan tes rendam 2 x 24 jam

3.2 Perkerjaan Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane pada GWT dan
STP
a. Persiapan
1) Tahap Pertama pekerjaan pemebersihan lokasi GWT yang di water
proofing dari serpihan bangunan dan sisa – sisa adukan / cor
2) Tahap Kedua pekerjaan penghalusan dak beton yang akan di water
proofing pakai mesin gerinda hingga rata dan sisa debu dari mesin
gerinda dibersihkan pakai penyedot debu / vacuum cleaner
3) Pencucian permukaan beton GWT sampe basah sehingga lubang pori –
pori beton membesar air masuk kelubang pori – pori sehingga tidak ada
udara yang terjebak dalam lubang pori – pori.
b. Aplikasi - Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane

113 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

1) Tahap Pertama Pekerjaan Primer


Permukaan dak beton dalam keadaan basah langsung di primer coating
Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane satu lapis langsung
dengan horizontal- vertical pakai rol dan kuas untuk bagian susut dan
full drain.
2) Tahap Kedua Coating Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane
Setelah Primer kering lakukan coating Waterproofing Liquid Applied
Acrylic Membrane satu lapis dengan pendahuluan vertical - horizontal
3) Tahap Ketiga pelapisan serat fiberglass
Setelah coating kering lakukan pemasangan pelapisan serat fiberglass
di coating Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane pada setiap
sudut beton sebagai lapisan pertama selebar 40 cm kanan kiri
4) Tahap Keempat pelapisan serat fiberglass 220 gram / m²
Setelah coating kering lakukan pemasangan pelapisan serat fiberglass
dicoating Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane dengan
system wet on wet (dibawah serat basah diatas serat basah) pakai rol
dan kuas mengikuti dari belakang untuk menekan serat fiberglass agar
tidak ada kantong udara.
5) Tahap Kelima Body coat
Setelah coating pelapisan serat fiberglass kering baru lakukan coating
body coat sebanyak tiga kali lapis dengan perilaku horizontal – vertical
setiap lapisnya pakai rol dan kuas.
6) Tahap Keenam pemeriksaan lubang pori – pori dan kantong udara
Setelah body coat kering lakukan pemeriksaan pori- pori dan kok dan
kantong angin serta penghalusan permukaan Waterproofing Liquid
Applied Acrylic Membrane pakai kertas gos dan kape.

7) Tahap Ketujuh Tes rendam


Setelah finishing kering lakukan tes rendam 2 x 24 jam
8) Pengasaran permukaan dinding GWT
Setelah Tes rendam dan GWT betul-betul sudah tidak bocor, karena
GWT mau dilapisi keramik maka permukaan dinding GWT dikasari
dengan cara di taking pakai semen dengan cara permukaan GWT di
coating ulang dan dalam keadaan basah lalu taking pake semen

114 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3.3 Pekerjaan Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane pada kamar mandi
a. Persiapan
1) Tahap satu pembersihan lokasi kamar mandi dari serpihan dan sisa
adukan
2) Penghalusan permukaan beton pake mesin gerinda
3) Pemotongan pipa full drain hingga rata dengan beton
4) Pencucian permukaan dak beton hingga bersih
b. Aplikasi
1) Primer Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane satu lapis
2) Pelapisan serat fiberglass pada setiap sudut, pipa full drain, pipa closed,
pipa air bersih
3) Coating Waterproofing Liquid Applied Acrylic Membrane lima lapis
dengan sytem vertical dan horizontal.
4) Tes rendam 2 x 24 jam

4. Garansi
Sesudah serah terima pertama, kontraktor wajib menyerahkan sertifikat garansi
minimal 7 Tahun.

PERHATIAN : Hindari coating yang berlebihan yang akan mengakibatkan


keretakan dipermukaan luar tidak berbahaya yang mengakibatkan
bocor atau rembes akan tetapi akan terlihat tidak sempurna.

Pasal 04
PEKERJAAN SEALANT DAN CAULKING

1. Umum
1.1 Lingkup Pekerjaan
Pengadaan dan pemasangan pekerjaan sealant dan caulking secara lengkap,
seperti yang ditentukan dalam dokumen.

1.2 Definisi
a. Sealant : Elastomer weatherproof digunakan sebagai pengisi dan sealant,
mempunyai daya rekat, kohesi, dapat menyambung dibantu tekanan,
mempunyai daya lentur: digunakan untuk desain sambungan yang kedap

115 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

air dan kedap udara; digunakan pada sambungan exterior dan untuk
sambungan yang mempunyai pergerakan.
b. Caulking Compound : bahan yang digunakan untuk mengisi celah
sambungan; mempunyai sifat perekat dan kohesi, digunakan untuk
bahan interior.
c. Caulk : proses pengisian sambungan (tanpa melihat bahan yang
digunakan ).
d. Sambungan dikatakan gagal bila terjadi hal hal sebagi berikut :
 Kebocoran udara atau air
 Berpindah dan bergeser
 Kehilangan daya lekat
 Kehilangan sifat kohesi
 Tidak mengering
 Terjadi perubahan warna
 Mengotori pekerjaan yang ada didekatnya.
 Terjadi gelembung, kantong air atau rongga kosong.

1.3 Quality Assurance


a. Installer : Atas rekomendasi dari perwakilan manufacturer.
b. Mock up : lakukan percobaan pemasangan pada tempat yang tertentu
yang ditentukan kemudian; lakukan pengujian visual dengan cara
memeotong dan menarik keluar sealant yang sudah terpasang, periksa
gelembung, daya lekat, dan keadaan bidang kerja.
c. Testing : lakukan pengujian terhadap kebocoran dan infiltrasi udara atau
air; testing dilakukan oleh badan dan dengan cara yang
direkomendasikan oleh pabrik manufacturer.

1.4 Submittal
a. Produk data : data data produk dan indikasi kesesuaian dengan
kebutuhan spesifikasi serta instruksi pemasangan dari masing masing
type sealant, keterangan persiapan pekerjaan dan primer untuk setiap
kondisi bidang kerja.

b. Contoh Bahan :

116 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Joint sealant system : 30 cm panjang ; terpasang pada jenis bahan


yang akan digunakan.
 Sealant system : 30 cm panjang, terpasang pada salah satu bahan
yang akan digunakan, termasuk Backer Rod.
 Contoh Warna : Ajuakn contoh warna seperti telah ditentukan, untuk
mendapat persetujuan Direksi Lapangan / Konsultan MK dan
Perencana.
c. Sertifikat.
Pernyataan dari manufacturer bahwa bidang kerja yang akan dipasangi
sealantadalah dapat dan sesuai dengan karakteristik type selant serta
dapat memenuhi kriteria yang ditentukan, jelaskan juga persyaratan
permukaan bidang kerja serta primer yang disyaratkan.
d. Garansi.
Berikan garansi selama 10 tahun atas kerusakan bahan, kualitas
pemasangan, daya lekat dan kekedapan terhadap udara dan air serta
persyaratan lainnya; perbaiki kerusakan dan penyimpangan
penyimpangan hasil kerja.

1.5 Persyaratan Pekerjaan


a. Cuaca
Pekerjaan hanya boleh dimulai bila kondisi dalam ambang yang
disyaratkan pembuat bahan.
b. Perlindungan Pekerjaan sekitar.
Lindungi pekerjaan disekitarnya, gunakan alat pelindung atau tape yang
direkomendasikan masing-masing bahan yang akan dilindungi. Segera
singkirkan tape setelah pengerjaan sealant selesai; bersihkan bahan-
bahan yang mengotori atau salah pengerjaan, gunakan bahan pembersih
dan cara yang direkomendasikan pembuat bahan; perbaiki permukaan
yang berubah dari keadaan semula atau berubah penampilan
2. Bahan
2.1 Silicone Sealant
1) Acceptable Manufacturer :
 General Electrik # SSG 4000 dan # SCS 2000
2) Karakteristik Bahan
 Type : Single Component, low modulus silicone rubber.

117 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Warna : sesuai dengan warna material yang diberi sealant untuk


weatherproof.

2.2 Multicomponent Non- Sag Polyuretheane Sealant


1) Acceptable manufacturer :
 Mameco Internasional,Vulkem 227
 Tremco,Dymeric.
2) Karakteristik Bahan
 Type Two-part polyurethane based sealant dengan perwarna yang
terpisah.
 Warna sesuai dengan warna material yang diberi sealant.

2.3 Pourable Polyurethane Sealant


1) Acceptable manufacturer :
 Pecora Corp, Urexpan NR 200
 Mameco Internasional; Vulkem 245
 Sonneborn,Sonolastic
2) Karakteristik Bahan
 Type Two-component,pour grade polyurethane sealant untuk
horizontal, traffic bearing
 Warna sesuai warna pekerjaan yang diberi sealant

2.4 Acrylic Sealant


1) Acceptable manufacturer :
 Pecora corp
 Evode
 Tremco
2) Karakteristik Bahan
 Type HDF-Acrylic sealant,kombinasi dari Acrylic polymers dengan
fleksibilitas yang cukup tinggi.
 Warna sesuai warna pekerjaan yang diberi sealant.

2.5 Bahan Pelengkap


1) Cleaner

118 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Type yang direkomendasi oleh pembuat bahan bidang kerja dan bahan
sealant.
2) Primer/Sealer
Type yang direkomendasikan oleh pembuat bahan bidang kerja dan
bahan sealant.
3) Tape Bond Breaker
Plastic type, digunakan pada permukaan bersinggungan dimana
sambungan harus dikosongkan untuk keperluan penampilan bahan
4) Backer Rod
Compressible Rod polyethylene foam; polyethylene diperkuat dengan
polyurethane foam; butyl rubber foam atau neoprene foam; sebagaimana
yang direkomendasikan pembuat bahan untuk kesesuaian dan kelayakan
terhadap karakteristik bahan;gunakan ukuran dan bentuk untuk
kedalaman, patahan bidang dasar sambungan.
5) Divider Strip
Gunakan untuk memisahkan dua jenis sealant yang berbeda.

3. Pelaksanaan
3.1 Mock-up :
Buatkan contoh terpasang sebagai standard pekerjaan, kerjakan untuk setiap
jenis dan tipe sambungan untuk mendapatkan persetujuan Perencana.

3.2 Persiapan Bidang Kerja


a. Bersihkan permukaan sambungan, buang kotoran, amankan finishing di
sekitarnya, hilangkan kelembaban sesuai yang disyaratkan.
b. Haluskan dan beri pelindung pada permukaan sambungan dari beton dan
pasangan bata untuk mencegah keluarnya bahan bahan alkali; gunakan
bahan muriatic acid kadar 5%; netralisir dengan jenis campuran
ammonia; kemudian bersihkan/bilas dengan air bersih dan biarkan
sampai kering.
c. Kasarkan permukaan bahan-bidang kerja yang tidak porous, kecuali bila
dinyatakan oleh pembuat material bidang kerja dapat memberikan daya
lekat yang baik.

119 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3.3 Pelaksanaan
a. Umum
Kerjakan seperti yang diinstruksikan pembuat bahan, kecuali yang
dispesifikasikan untuk mendapat hasil pekerjaan yanglebih baik.
b. Persiapan:
 Kerjakan primer seperti yang disyaratkan, tidak diperkenankan
mengotori permukaan lainnya yang berdekatan.
 Pasangkan Backer Rod; pasangkan sesuai dengan kebutuhan untuk
menjaga ketebalan sealant yang disyaratkan; pasangkan bond
breaker tape untuk sambungan dengkal.

c. Pemasangan:
 Kerjakan dengan cara cara pemasangan yang dapat menghasilkan
pekerjaan yang baik,padat menerus ,tanpa sambungan dan celah
tidak terdapat gelembung air; pada sambungan horizontal isikan pada
sudut pertemuan bidang horizontal dan vertical dan tekan agar
terdapat gelembung udara atau udara yang terjebak.
 Tidak diperkenkan mengotori permukaan finishing
disekitarnya;buang dan bersihkan bahan yang salah penempatan dan
mengotori pekerjaan disekitarnya;bersihkan tanpa merusak finishing
disekitarnya.
 Pasangkan non-sag sealant dengan haslus dan berbentuk cekung,
merata, rata dengan sudut pinggiran sambungan, perhatikan
perbandingan kedalaman dan lebar sealant seperti disyaratkan
pembuat.
 Biarkan sealant dan caulking compounds mongering sampai
menghasilkan kekuatan maksimal, melekat dengan sempurna dan
mempunyai kekerasan permukaan yang sempurna; lindungi
permukaan yang belum mongering dari kotoran dan sentuhan fisik.

3.4 Pemakaian Caulking


Pasangkan sealant pada celah celah sambungan anatara dua material
berbeda yang dipasang berdampingan, gunakan type sealant atas persetujuan
perencana, kecuali pada tempat yang ditentukan dibawah ini :

120 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Sambungan exterior dan interior antara unit unit beton precast dan GRC:
gunakan silicon sealant atau multi – component non- sag polyurethane.
b. Sambungan exterior dan interior pada pasangan dinding atau finishing
batuan termasuk control joint : gunakan silicon sealant atau multi
component non- sag polyurethane.
c. Sambungan exterior pada sekeliling curtainwall, rangka skylight, dan
storefront: gunakan silicon sealant.
d. Horizontal Traffic Bearing Joint : pourable polyurethane sealant.
e. Sambungan tidak lebih besar dari 10 mm.
f. Sambungan rapat pada sambungan miring dari material sejenis dan
terdapat bahan yang berdekatan : Acrylic Latex caulking compound.

Pasal 05
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI

1. Umum
1.1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan peralatan dan semua pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian lantai sesuai dengan gambar
kerja dan RKS.

1.2. Kontraktor diharuskan memberikan contoh-contoh bahan lantai yang


dipasang, khususnya untuk diseleksi kwalitas, warna, tekstur, bahan lantai
untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan / Konsultan MK.

1.3. Kontraktor harus menyediakan jaminan tertulis dari produsen/Sub-kontrktor


kepada Pemilik Proyek untuk setiap masing-masing penggunkan bahan lantai
dengan jangka jaminan minimum 5 (lima) tahun.

1.4 Pekerjaan lantai yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :


 Pekerjaan Lantai Keramik
 Pekerjaan Lantai Homogeneus Tile

2. Pekerjaan Lantai Homogenius Tile


2.1 Pekerjaan lantai Homogenius Tile ini dinyatakan yang sesuai gambar.
Homogenius Tile yang digunakan setara dengan produk Granito, IKAD,

121 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Sandimas, Nerogranite, Indogress dengan ukuran sesuai gambar.

2.2 Data-data teknis Bahan :


Bahan : Homogenius Tile
Produksi : Granito, IKAD, Sandimas, Nerogranite, Indogress
Type & Ukuran : 60 x 60 cm
Jenis : ditentukan kemudian
Warna : ditentukan kemudian

2.3 Homogenius Tile yang akan dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik,
bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang gompal,
retak maupun cacat.

2.4 Sebelum pemasangan lantai pada masing-masing ruang yang akan dilapis
Homogenius Tile pekerjaan lantai kerja dan spesi harus sudah selesai dengan
hasil rata waterpass, sehingga saat pemasangan Homogenius Tile tidak
bergelombang.

2.5 Pemotongan harus dilakukan oleh tenaga yang ahli, dengan menggunakan
mesin potong, batas potongan harus digerinda sampai basil halus dan rata
benar.

2.6 Setelah pemasangan Homogenius Tile selesai terpasang, jarak antara masing-
masing unit Homogenius Tile harus sama dan membentuk garis lurus, bidang
permukaan lantai harus rata, waterpass dan tidak ada bagian yang
bergelombang, naad diisi dengan semen khusus ex Laticrete, warna sesuai
dengan warna Homogenius Tile

2.7 Sisa-sisa atau bekas kotoran semen yang melekat pada lantai Homogenius Tile
harus segera dibersihkan benar-benar untuk selanjutnya bila sudah bersih
benar lantai Homogenius Tile dan Kontraktor harus memelihara
kebersihannya hingga saat Serah Terima Pekerjaan Kedua.
2.8 Bila terjadi kerusakan atau terdapat cacat maupun retak, bergelombang, maka
Kontraktor wajib menggantikan kerusakan lantai tersebut dengan biaya
perbaikan ditanggung oleh Kontraktor

122 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3. Pekerjaan Lantai Keramik Tile

3.1. Lingkup Pekerjaan :


a. Plesteran kasar untuk dasar pasangan keramik lantai.
b. Pasangan keramik lantai pada area-area kamar mandi atau sesuai dengan
yang ditunjukkan pada gambar.
c. Tile Grout untuk pengisi nut nut keramik / joint filler.

3.2. Pekerjaan yang berhubungan :


a. Pekerjaan Pasang bata
b. Pekerjaan screed lantai.
c. Pekerjaan Waterproofing ( pada area basah ).

3.3. Standard
a. PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia – 1982 (NI-3)
b. ANSI : American National Standard Institute
c. TCA : Tile Council of America, USA
TCA 137.1 – Recommended Standard Spesifikation for Ceramic
Tile
3.4. Persetujuan
3.4.1.Contoh bahan
Guna persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi, Kontraktor harus
menyerahkan contoh-contoh semua bahan yang akan dipakai; keramik,
bahan-bahan additive untuk adukan, dan bahan untuk tile grouts.
3.4.2.Mock-up/contoh pemasangan
Sebelum mulai pemasangan, kontraktor harus membuat contoh pemasangan
yang memperlihatkan dengan jelas pola pemasangan, warna dan groutingnya.
Mock-up yang telah disetujui akan dijadikan standard minimal untuk
pemasangan keramik.
3.4.3.Brosur
Untuk keperluan Konsultan Manajemen Konstruksi, Kontraktor harus
menyediakan brosur bahan guna pemilihan jenis bahan yang akan dipakai.
3.5. Kondisi Lingkungan
Suhu dan ventilasi ruang dimana keramik akan dipasang harus dijaga agar

123 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

sesuai dengan rekomendasi pabrik sehingga tidak mempengaruhi rekatan


keramik.
3.6. Bahan/Produk
Bahan : Keramik Tile produksi Roman, IKAD, Asiatile.
Ukuran : 20x20 untuk lantai kamar mandi
Toleransi ukuran < 1% dan penyerapan air tidak lebih dari 1%.
Jenis : Keramik Single Firing Heavy Duty
Warna : Sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana atau Pemilik proy
Tile Adhesive berbahan dasar semen, filler, aditif dan pasir silica yang
dikemas kualitas baik sebagai pelekat keramik pada lantai atau
menggunakan adukan 1 pc : 2 ps.
Tile grout sebagai pengisi celah-celah / nat antar keramik, memakai merk
berkualitas baik. Warna disesuaikan dengan warna keramik.

3.7. Pemasangan
3.7.1.Umum
a. Sebelum pekerjaan dimulai, lebih dahulu harus dipelajari dengan seksama
lokasi pemasangan keramik, kualitas, bentuk dan ukuran ubinnya dan
kondisi pekerjaan setelah studi diatas dilaksanakan, tentukan metoda
persiapan permukaan pemasangan ubin, joints dan curing, untuk
diusulkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Pemborong harus menyiapkan ‘tiling manual’, yang berisi uraian tentang
bahan, cara instalasi, sistim pengawasan, perbaikan/koreksi, perlindungan,
testing dan lain-lain untuk diperiksa dan disetujui Konsultan Manajemen
Konstruksi.
c. Sebelum instalasi dimulai, siapkan lay out nat-nat, hubungan dengan
finishing lain dan dimensi-dimensi joint, guna persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi.
d. Pemilihan Tile
Tile yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar berkesesuaian dengan
ukuran, bentuk dan warna yang telah ditentukan.
e. Pemotongan Tile
Ujung potongan tile harus dipoles dengan gurinda atau batu
3.7.2.L e v e l.

124 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai karenanya screeding
dasar harus diatur hingga memungkinkan pada tiles dengan ketebalan
yang berbeda permukaan finishnya terpasang rata.
b. Lantai harus benar-benar terpasang rata; baik yang ditentukan datar
maupun yang ditentukan mempunyai kemiringan.
c. Lantai yang ditentukan mempunyai kemiringan, keimiringan tidak boleh
kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet. Sedangkan untuk
area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m. Kemiringan
harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa meninggalkan
genangan.
d. Jika ketebalan screed tidak memungkinkan untuk mendapatkan
kemiringan yang ditentukan, kontraktor harus segera melaporkan kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan jalan keluarnya.
3.7.3.Persiapan Permukaan
a. Kontraktor harus menyiapkan permukaan sehingga memenuhi syarat yang
diperlukan, sebelum memasang ubin/keramik.
b. Secara tertulis, kontraktor harus memberikan laporan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi tiap kondisi yang menurut pendapatnya akan
berpengaruh buruk pada pelaksanaan pekerjaan.
c. Permukaan beton yang akan diplester untuk penempelan ubin/keramik,
harus dikasarkan dan dibersihkan dari debu dan bahan-bahan lepas
lainnya. Sebelum dilaksanakan plesteran, permukaan ini harus
dibebaskan.
d. Penyimpangan kerataan permukaan beton tidak boleh lebih dari 5 mm
untuk jarak 2 mm, pada semua arah, Tonjolan harus dibuang (Chip off)
tekukan kedalaman diisi dengan mortar (1 : 2), sehingga plesteran dasar
(Setting bed) mempunyai ketebalan yang sama
3.7.4.Pemasangan ubin keramik dinding di bagian dalam (internal)
a. Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dasar dan ubin harus dibasahi.
Pakai benang untuk menentukan lay out ubin, yang telah ditentukan dan
pasang sebaris ubin guna jadi patokan untuk pemasangan selanjutnya.
b. Kecuali ditentukan lain pemasangan ubin harus dimulai dari bawah dan
dilanjutkan ke bagian atas.

125 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

c. Pada pemasangan keramik, tempelkan dibagian belakang keramik adukan


dan ratakan, kemudian ubin yang telah diberi adukan ini ditekankan ke
plesteran dasar. Kemudian permukaan ubin dipukul perlahan-lahan
hingga mortar perekat menutupi penuh bagian belakang ubin dan sebagian
adukan tertekan keluar dari tepi ubin.
d. Tiap hari pemasangan, tidak diperkenankan memasang tile dengan
ketinggian lebih dari ketentuan berikut :
- 1,2 m – 1,5 m, untuk tile tinggi 60 mm,
- 0,7 m -0,9 m, untuk tile tinggi 90 – 120 mm,
- Max 1,8 m, untuk semi porcelain tile.
e. Jika tile sudah terpasang, mortar yang berada di nat (joint) harus dibuang /
dikeluarkan dengan sikat atau cara lain yang tidak merusakkan
permukaan tile. Mortar yang mengotori permukaan tile harus dibuang
dengan kain lap basah.
f. Pemasangan tile grant (pengisian nat) harus sesuai dengan ketentuan
pabrik.
3.7.5.Pemasangan Ubin Keramik
a. Tile dipasang pada permukaan yang telah discreed.
Komposisi adukan untuk screeding :
o Area basah : 1 pc : 2 ps
b. Pada pemasangan di area yang luas, harus dilaksanakan secara kontiniu.
Dan harus disediakan ‘Kepalaan’ (guide line course) pada interval 2,0 m –
2,5 m. Pemasangan tile lainnya berpedoman pada guide line ini.
c. Kikis semua mortar yang mempel pada nat dan bersihkan ketika proses
pemasangan tile berlangsung. Pasangan tile tidak boleh diinjak dalam
waktu 24 jam setelah pemasangan.
d. Nat-nat pada pemasangan tile harus diisi dengan bahan tile grout
berwarna dan kondisi pemasangan harus sesuai dengan rekomendasi
pabrik.
3.7.6.Pemeriksaan (Inspection)
a. Rekatan (bond).
Ketika pelaksanaan pemasangan tile, ambil beberapa tile yang telah
terpasang, secara random, untuk memastikan bahwa adukan perekat telah
merekat dengan baik pada bagian belakang tile dan telah terpasang
dengan baik.

126 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

b. Tension Test.
Tension test harus dilakukan pada pasangan ubin di dinding; terutama di
exterior. Test harus dilaksanakan pada area pekerjaan tiap tukang. Test
dilaksanakan tiap hari kerja dan sampel diambil secara random jika umur
pemasangan sample tidak lebih dari 5 hari, kekuatan rekatan harus
minimal 3 kg/cm2.

3.8. Perlindungan dan Pembersihan


3.8.1.Perlindungan
a. Kontraktor harus melindungi ubin yang telah terpasang maupun adukan
perata dan harus mengganti, atas biaya sendiri kerusakan yang terjadi,
Penyerahan pekerjaan dilakukan dalam keadaan bersih.
b. Setelah pemasangan, kontraktor harus melindungi tile lantai yang telah
terpasang. Jika mungkin dengan mengunci area tersebut. Batasi lalu lintas
diatasnya; hanya untuk yang penting saja.
3.8.2.Pembersihan
Secara prinsip, permukaan tile dibersihkan dengan air, menggunakan sikat,
kain lap, dan sebagainya. Tetapi jika area-area yang tidak bisa dibersihkan
hanya dengan air, pembersihan memakai campuran air dengan hidrochloric
acid, perbandingan 30:1. Sebelum pembersihan dengan asam ini, lindungi
semua bagian yang memungkinkan akan berkarat atau rusak oleh asam.
Setelah dibersihkan dengan asam ini, bersihkan area ini dengan air biasa,
hingga tidak ada campuran asam yang tersisa.

Pasal 06
PEKERJAAN PELAPIS DINDING

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, peralatan dan pekerja yang
berhubungan dengan pekerjaan penyelesaian dinding sesuai Gambar Kerja
dan RKS.

1.2. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh bahan pelapis dinding yang akan
dipasang, khususnya untuk menentukan warna tekstur yang akan di tentukan
kemudian oleh Pemberi Tugas.

127 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

1.3. Kontraktor harus memberikan jaminan tertulis dari produsen/ Sub Kontraktor
kepada Pemilik Proyek untuk setiap penggunaan bahan dinding dan jangka
waktu jaminan minimum 5 tahun.

1.4. Pekerjaan dinding keramik pada area kamar mandi dan dapur.

2. Pekerjaan Pelapis Dinding Keramik


2.1. Bahan keramik yang dimaksud untuk digunakan pada dinding ruang toilet
bersama, pantry, janitor atau sesuai dengan gambar. Pemilihan warna
ditentukan kemudian oleh Pemilik Proyek atau oleh Direksi Lapangan /
Konsultan MK.

2.2. Bahan yang digunakan harus sudah dapat persetujuan dari Direksi.
Lapangan, setelah diseleksi mengenai kwaalitas bahan, warna, tekstur, dan
bahan tidak boleh retak, maupun cacat.

2.3. Data teknis bahan :


Bahan : Keramik Tile ex Roman, IKAD, Platinum atau Asia Tile.
Ukuran : 20x25cm
Toleransi ukuran < 1% dan penyerapan air tidak lebih dari 1%.
Jenis : Keramik Single Firing Heavy Duty
Warna : Sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana atau Pemilik proyek.

2.5. Pelaksanaan
a. Persiapan
 Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat shop
drawing mengenai pola keramik.
 Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak
mengandung asam alkali) sampai jenuh.
 Keramik yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, tidak retak,
cacat, ataupun bernoda
 Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong
keramik khusus sesuai persyaratan pabrik.

128 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

b. Pemasangan Dinding Keramik


 Adukan pasangan/pengikat dengan Produk dari AM yaitu AM 40 untuk
area dalam ditambah bahan perekat seperti yang dipersyaratkan.
 Hasil pemasangan dinding keramik harus merupakan bidang
permukaan yang benar-benar rata dan tidak bergelombang.
 Pemasangan keramik untuk dinding ini harus memperhatikan
perletakan features sanitair yang ada seperti diperlihatkan dalam
gambar.
 Pola, arah, dan awal pemasangan dinding keramik harus sesuai gambar
detail atau sesuai petunjuk Pengawas.
 Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar),
harus sama lebarnya, maksimum 5 mm yang berbentuk garis-garis
sejajar dan lurus yang sama lebarnya sama dalamnya untuk siar-siar
yang berpotongan harus berbentuk sudut siku yang saling berpotongan
tegak lurus sesamanya.
 Siar-siar diisi dengan bahan pengisi dengan warna yang hampir sama
dengan warna keramik.
 Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam
noda pada permukaan keramik hingga betul-betul bersih.
 Dinding dengan pengakhiran keramik, minimum 3 mm dan maksimum 6
mm.

c. Perlindungan dan Pemeliharaan


Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban lain
selama 1 x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari
pekerjaan lain.

Pasal 07
PEKERJAAN DINDING PARTISI

1. Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pekerjaan pengadaan bahan dan pembuatan dinding partisi lengkap
dengan rangka dan perlengkapan lainnya.

129 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

1.2. Pekerjaan yang Dispesifikasikan


 Finishing partisi
 Pintu.
sesuai dengan spesifikasi masing-masing pekerjaan

1.3. Contoh Bahan


a. Rangka dari masing-masing bagian dan ukuran dalam keadaan
terpisah/lepas, panjang 60 cm.
b. Bahan insulasi : rock wool 50mm
c. Gypsum Board : tebal 12 mm
d. Flashing untuk sudut dan akhiran bebas 60 cm
e. Contoh terpasang : berikan contoh terpasang tanpa finishing yang
memperlihatkan rangka, insulasi, sistim pengikatan dan sistim
penyambungan panel-panel gypsum dalam ukuran yang cukup.

1.4. Penanganan Bahan


Gypsum dibawa ke lokasi proyek harus dalam kemasan asli dari pabrik yang
memperlihatkan merk, tipe dan ukuran. Lakukan penyimpanan dengan
memberi perlindungan seperti yang disyaratkan pabrik pembuat.

2. Persyaratan Bahan
2.1. Gypsum Board
Menggunakan type "butter edge", tahan api (type "X") kecuali jika
ditentukan lain, gunakan ketebalan sesuai yang direncanakan, produk Jaya
board, Elephant, Knauf, Intan Board.

2.2. Insulasi
Insulasi digunakan adalah Rockwool (mineral) produk adalah bahan insulasi
termal ringan yang dikenal sebagai salah satu bahan terbaik untuk tujuan termal
dan isolasi dibuat dari campuran batuan alam (basal dan dolomit) meleleh pada
suhu tinggi untuk membentuk matriks cair, yang kemudian melewati aliran udara
yang mendinginkan material dan membentuk untai berserat panjang. Untaian ini
terikat bersama untuk membentuk lembaran, blok, selimut, penutup pipa dan
granulates (tidak terikat). Bahan ini secara kimia dan biologis inert dan bebas dari
patogen tanaman dengan spesifikasi sebagai berikut :

130 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

- Kepadatan : 40 kg/m3

- Panjang : 3000-7000 mm

- Lebar : 600-1200 mm

- Tebal : 25-150 mm

2.3. Rangka Partisi


Hollow profil 40 x 40 dengan tebal 1,6 mm.

2.4. Kawat Pengikat Insulasi


Gunakan kawat galvanis 3mm untuk memastikan kedudukan dari pasangan
insulasi.

2.5. Reinforcing Tape


Pada penyambungan gypsum, setelah diberi seal maka harus ditutup oleh
tape untuk menjaga agar seal tidak mudah terkelupas (runtuh). Gunakan tipe
tape berlubang-lubang (perforated) dan tahan api dari produk yang
direkomendasikan pembuat gypsum board.

2.6 Sealant (Joint Compound)


Gunakan bahan "siap pakai" buatan pabrik dengan formula yang tidak
mengandung bahan asbes, pakai produk yang direkomendasikan pembuat
gypsum board.

2.7. Perekat
Gunakan perekat jenis tahan air dari produk yang direkomendasi pabrik
pembuat partisi.

3. Persyaratan Pelaksanaan
3.1. Pemasangan
3.1.1. Rangka Partisi
a Rangka Utama/Struktural
Pasangkan rangka utama struktural arah vertikal setiap jarak 60
cm menerus dari bawah sampai atas setinggi partisi dan berikan
pengikat struktural pada bagian dasar (plat lantai bawah) dan

131 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

puncak (plat lantai atas) untuk mengangkurkan partisi pada


lantai dan langit-langit.
b Rangka Pembagi/Sekunder
Pasangkan rangka pembagi/sekunder setiap jarak 60 cm arah
horizontal dan vertikal mengisi bidang rangka utama.
c Pengikatan Rangka
Angkurkan rangka utama sisi tepi pada dinding atau kolom dan
pengikat bawah (bottom runner) pada lantai. Untuk pengikat atas
(top runner) diperlakukan sebagai balok ang dijepit pada tumpuan
di kedua ujung dari bentangan bidang partisi.
d Kualitas Pemasangan
Pasangkan rangka secara baik, rata permukaan, kokoh dan
sesuai dengan perencanaan. Kualitas pemasangan ini harus
mendapatkan persetujuan dari Pengawas.

3.1.2. Insulasi
a Material
Pasangkan bahan insulasi menutup/mengisi rongga-rongga dari
rangka. Isikan dengan penuh, ujung/sisi tepi direkatkan dengan
bahan perekat yang direkomendaasi oleh pembuat bahan insulasi.
Pasangkan insulasi ini pada type partisi yang ditunjuk oleh
Perancang.
b Penggunaan Kawat Penguat
Pasangkan kawat galvanis secara diagonal untuk setiap bidang
rongga dari rangka, pasangkan untuk mengapit pada kedua
permukaan bahan insulasi.

3.1.3. Gypsum Board


Gunakan type dan ketebalan yang disetujui oleh Perancang/Pengawas.
Pasangkan dengan "Screw" galvanish kepala pipih setiap jarak 30
cm pada rangka utama/struktural dan pada setiap
penyambungan/pertemuan 2 panel serta pada akhiran/tepi dari bidang
partisi.
Berikan bahan perekat untuk mengakibatkan bidang panel gypsum
pada tempat-tempat selain tersebut diatas. Pemasangan panel

132 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

gypsum board ini dimulai setelah pemasangan rangka dinyatakan


baik, rata permukaan dan kokoh.

3.1.4. Joint Compound


Pada sambungan/pertemuan panel dengan panel harus diberikan
seal/joint compound mengisi celah sambungan. Isikan secara padat
sampai rata permukaan dengan permukaan panel gypsum board.
Compound harus dari produk yang direkomendasikan oleh produsen
gypsum board yang bersangkutan

3.1.5. Reinforcing Tape


Pasangkan "perforated tape" dari tipe yang lebarnya sesuai dengan
lebar bidang jointing compound. Lakukan pemasangan pada saat
jointing compound belum kering benar. Tempelkan secara hati-hati,
tekan secara perlahan sampai mendapatkan permukaan "perforated
tape" rata dengan permukaan gypsum board.
Kemudian lakukan perataan kembali dengan bahan compound
encer yang disapukan dengan kuas.

3.2. Pembersihan dan Perlindungan


Segera lakukan pembersihan terhadap bagian-bagian/permukaan-permukaan
yang terkena bahan compound, tetapi tidak dikehendaki atau diperkirakan
akan menimbulkan tonjolan-tonjolan pada pekerjaan finishing. Sebelum
finishing dilaksanakan maka permukaan partisi harus dijaga terhadap
benturan-benturan benda keras.

Pasal 08
PEKERJAAN PLAFOND

1. PLAFOND GRC BOARD


1.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan langit-langit GRC board dan konstruksi
penggantungnya, penyiapan tempat serta pemasangan pada tempat-tempat
yang tercantum pada gambar untuk itu.

133 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

1.2. Pekerjaan yang berhubungan :


 Pekerjaan Pengecatan
 Pekerjaan Logam non Struktur
 Pekerjaan Mekanikal
 Pekerjaan Elektrikal

1.3. Standard
ANSI : A 42.4 - Interior Lathing and Furring

1.4. Persetujuan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh
jenis langit-langit yang dipakai, lengkap dengan brosur dan syarat
pelaksanaan dari pabrik.
b. Kontraktor harus menyediakan shop drawing yang memperlihatkan
dengan jelas hubungan langit-langit satu dengan lainnya tanpa naad dan
hubungannya dengan lampu, AC dan lain-lain.

1.5. Bahan / Produk


a. GRC Board tebal 6 mm, water resistant. Rangka hollow 40x40 dan 20x40.
b. List plafond: gypsum ukuran 5x5 cm.

1.6. Pelaksanaan
a. Rangka hollow disusun sejajar dengan bidang GRC Board yang akan
dipasang, dengan jarak mak. 60 cm, dipasang menerus, tidak terputus.
b. Rangka hollow pada arah tegak lurus disusun sejajar, jarak max. 60 cm.
c. Suspension road clamp dipasang pada hollow, jarak min. 60 cm.
d. Seluruh sisi bagian bawah rangka langit-langit harus diratakan, pola
pemasangan rangka/penggantung harus disesuaikan dengan detail gambar
serta hasil pemasangan harus rata/tidak melendut.
e. Semua ukuran dalam gambar adalah ukuran jadi (finish).
f. Pada Pekerjaan langit-langit ini perlu diperhatikan pekerjaan elektrikal
dan perlengkapan instalasi lain yang teletak di atas langit-langit. Untuk
detail pemasangan harus konsultasi dengan Konsultan Manajemen
Konstruksi.
g. Bidang pemasangan langit-langit harus rata/waterpass, jarak pemasangan

134 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

naad dibuat 0,5 cm atau sesuai dengan detail gambar. Naad harus lurus
dan sama lebar, pada pertemuan harus saling berpotongan tegak lurus
satu sama lain.

2. PLAFOND GYPSUM BOARD

2.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan, tenaga kerja, peralatan bantu dan
pemasangan papan Gypsum dan aksesori pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2.2. Standar/Rujukan
1) Australian Standard (AS)
2) American Standard for Testing and Materials (ASTM).

2.3. Prosedur Umum


a. Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan.
Contoh dan data teknis/brosur bahan yang akan diguanakan harus
diserahkan terlebih dahulu kepada Konsultan MK untuk disetujui sebelum
dikirimkan ke lokasi proyek.
b. Gambar Detail Pelaksanaan.
Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan seabelum
pekerjaan dimulai, untuk disetujui oleh Konsultan MK. Gambar Detail
Pelaksanaan harus mencakup penjelasan mengenai jenis/data bahan,
dimensi bahan, ukuran-ukuran, jumlah bahan, cara penyambungan, cara
febrikasi, cara pemasangan dan detail lain yang diperlukan.
c. Pengiriman dan Penyimpanan.
1) Papan Gypsum dan aksesori harus didatangkan kelokasi sesaat sebelum
pemasangan untukmengurangi resiko kerusakan.
2) Papan Gypsum, GRC harus ditumpuk dengan rapi dan kuat diatas
penumpu yang ditempatkan pada setiap jarak 450mm, dengan penumpu
bagian ujung berjarak tidak lebih dari 150mm terhadap ujung
tumpukan.

135 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3) Papan Gypsum, GRC dan aksesori harus disimpan ditempat terlindung,


lepas dari muka tanah, diatas permukaan yang rata dan dihindarkan
dari pengaruh cuaca.
d. Ketidaksesuaian.
1) Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap
kemungkinan kesalahan/ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi jumlah
maupun pemasangan dan lainnya.
2) Bila bahan-bahn yang didatangkan atau difabrikasi ternyata
menyimpang atau tidak sesuai yang telah disetujui, maka akan ditolak
dan Kontraktor wajib menggantinya dengan yang sesuai.
3) Biaya yang ditimbulkan karena hal diatas menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya dan tanpa tambahan waktu.

2.4. Bahan-Bahan
1) Papan Gypsum.
- Papan Gypsum harus dari produk yang memiliki teknologi yang sesuai
untuk daerah tropis dan memliki ketebalan minimal 9 mm dan ukuran
modul sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, dari produk Jayaboard,
elephant, Knauff, Intan Board.
- Papan Gypsum harus dari tipe standar yang memenuhi ketentuan AS
2588, BS 1230 atau ASTM C 36.
2) Semen Penyambung.
Semen penyambung papan Gypsum harus sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik pembuat papan Gypsum.
3) Rangka.
Rangka untuk pemasangan dan penumpu papan Gypsum harus dibuat dari
bahan baja ringan lapis seng dan alumunium dalam bentuk dan ukuran
yang dibuat khusus untuk pemasangan papan Gypsum, seperti buatan Jof
Metal, Buman, Jayabord.
4) Alat Pengencang.
Alat pengencang berupa sekrup dengan tipe sesuai jenis pemasangan harus
sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat papan Gypsum yang memenuhi
ketentuan AS 2589.
5) Perlengkapan Lainnya.

136 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Perlengkapan lainnya untuk pemasangan papan Gypsum, antara lain


seperti tersebut berikut, harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat
papan Gypsum:
- Perekat
- Pita kertas berperforasi,
- Cat dasar khusus untuk permukaan papan Gypsum.
- Dan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan agar papan Gypsum
terpasang dengan baik.

2.5. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Umum.
1) Sebelum papan Gypsum dipasang, Kontraktor harus memeriksa
kesesuaian tinggi/kerataan permukaan, pembagian bidang, ukuran
dan konstruksi pemasangan terhadap ketentuan Gambar Kerja, serta
lurus dan waterpas pada tempat yang sama.
2) Pemasangan papan Gypsum dan kelengkapannya harus sesuai dengan
petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatnya.
3) Jenis/bentuk tepi papan Gypsum harus dipilih berdasarkan jenis
pemasangan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

b. Pemasangan.
1) Rangka papan Gypsum untuk pemasangan di langit-langit, partis atau
tempat-tempat lainnya, yang terdiri dari bahan baja yang sesuai dari
standar pabrik pembuatnya yang dibuat khusus untuk pemasangan
papan Gypsum, seperti disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini.
2) Papan Gypsum, dipasang kerangkanya dengan sekrup atau dengan
alat pengencangan yang direkomendasikan, dengan diameter dan
panjang yang sesuai.
3) Sambungan antara papan Gypsum harus menggunakan pita
penyambung dan perekat serta dikerjakan sesuai petunjuk
pelaksanaan dari pabrik pembuat papan Gypsum.

c. Pengecatan.

137 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

1) Permukaan papan Gypsum harus kering, bebas dari debu, oli atau
gemuk dan permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan
dimulai.
2) Kemudian permukaan papan Gypsum tersebut harus dilapisi dengan
cat dasar khusus untuk papan Gypsum untuk menutupi permukaan
yang berpori.
Setelah cat dasar papan Gypsum kering kemudian dilanjutkan dengan
pengaplikasian cat dasar dan atau cat akhir sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis dalam warna akhir sesuai ketentuan Skema yang akan diterbitkan
kemudian.

Pasal 09
PEKERJAAN KUSEN, DAUN PINTU DAN JENDELA ALUMUNIUM

1. Kusen Pintu dan Jendela Alumunium


1.1 Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan kusen alumunium, penyetelan kusen alumunium sesuai
dengan gambar rencana pemasangan, kaca pada kusen alumunium, serta
pemasangan kusen alumunium pada dinding-dinding atau tempat yang sesuai
dengan gambar rencana dan meliputi pembuatan shop drawing.

1.2 Bahan-bahan
Alumunium
 Extruder : Alexindo, Alco, Aluprima, Elephant, YKK, ALCAN
dan sesuai SII extrusi 0695-82
 Kadar Campuran : Alloy- 6063 T5 / Billet yang digunakan harus
aslinya, tidak terbuat dari bahan-bahan scrap / sisa
 Anodizing : Ketebalan lapisan diseluruh permukaan
alumunium coating
 Jenis extrusi Profil : Depth 70 mm
 Profil : Standard produksi Alexindo, Alco, Aluprima,
Elephant, YKK, ALCAN.
 Sistim Profil : Alexindo, Alco, Aluprima, Elephant, YKK, ALCAN.

138 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

1.3. Caulking dan Sealant


Bahan yang digunakan adalah :

a. Silicone Sealant
1) Acceptable Manufacturer :
 General Electrik # SSG 4000 dan # SCS 2000
2) Karakteristik Bahan
 Type : Single Component, low modulus silicone rubber.
 Warna : sesuai dengan warna material yang diberi sealant untuk
weatherproof.

b. Multicomponent Non- Sag Polyuretheane Sealant


1) Acceptable manufacturer :
 Mameco Internasional,Vulkem 227
 Tremco,Dymeric.
2) Karakteristik Bahan
 Type Two-part polyurethane based sealant dengan perwarna yang
terpisah.
 Warna sesuai dengan warna material yang diberi sealant.

c. Pourable Polyurethane Sealant


1) Acceptable manufacturer :
 Pecora Corp, Urexpan NR 200
 Mameco Internasional; Vulkem 245
 Sonneborn,Sonolastic
2) Karakteristik Bahan
 Type Two-component,pour grade polyurethane sealant untuk
horizontal, traffic bearing
 Warna sesuai warna pekerjaan yang diberi sealant

d. Acrylic Sealant
1) Acceptable manufacturer :
 Pecora corp
 Evode
 Tremco

139 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2) Karakteristik Bahan
 Type HDF-Acrylic sealant,kombinasi dari Acrylic polymers dengan
fleksibilitas yang cukup tinggi.
 Warna sesuai warna pekerjaan yang diberi sealant.

e. Bahan Pelengkap
1) Cleaner
Type yang direkomendasi oleh pembuat bahan bidang kerja dan bahan
sealant.
2) Primer/Sealer
Type yang direkomendasikan oleh pembuat bahan bidang kerja dan
bahan sealant.
3) Tape Bond Breaker
Plastic type, digunakan pada permukaan bersinggungan dimana
sambungan harus dikosongkan untuk keperluan penampilan bahan

4) Backer Rod
Compressible Rod polyethylene foam; polyethylene diperkuat dengan
polyurethane foam; butyl rubber foam atau neoprene foam; sebagaimana
yang direkomendasikan pembuat bahan untuk kesesuaian dan kelayakan
terhadap karakteristik bahan;gunakan ukuran dan bentuk untuk
kedalaman, patahan bidang dasar sambungan.
5) Divider Strip
Gunakan untuk memisahkan dua jenis sealant yang berbeda.

1.4. Gambar Rencana Pembuatan


a. Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan gambar kerja dengan
ukuran-ukuran yang disesuaikan dilapangan.
b. Kontraktor diharuskan untuk merencanakan sistim pemasangan dengan
memperhitungkan keamanan terhadap defleksi yang bisa terjadi akibat
bentangan, tekanan angin dan sebagainya, dengan rekomendasi pabrik
pembuatnya dan peraturan-peraturan muatan yang berlaku.

1.5 Pekerjaan Fabrikasi


Bahan yang dipakai sebelum diproses fabrikasi harus diseleksi dahulu sesuai

140 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

dengan bentuk, toleransi, ukuran, ketebalan yang dipersyaratkan, kesikuan,


kelengkungan dan pewarnaan yang dipersyaratkan, kemudian dikerjakan
secara maksimal dengan mesin potong, mesin punch, edrill, sehingga hasil
yang telah dirangkai mempunyai toleransi ukuran.

1.6. Pemasangan
a. Pekerjaan pembuatan / penyetelan dan pemasangan kusen aluminium
beserta kaca harus dilaksanakan oleh sub Kontraktor aluminium ahli
yang mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan / Konsultan MK.
b. Ketika dibawa ke lapangan, samoa aluminium harus dilindungi dengan
"eacquer Film" atau bahan.lain yang disetujui oleh Direksi Lapangan /
Konsultan MK.
c. Ketika plesteran dilaksanakan, tepi-tepi kusen harus dilindungi dengan
plastic tape atau zinc chromate frimer (pemis-transparant). Bagian-bagian
lain dapat tetap dilindungi dengan "Lacquer Film" sampai pekerjaan
selesai.
d. Penggunaan pcmis pada permukaan yang caulking atau sealant tidak
dibenarkan diberikan
e. Pemasangan kusen harus dilengkapi dengan weather seal" (backing strip),
didalam dan diluar sebagai lapisan pengisi, sebelum sealant dipasang.
f. Untuk mendapatkan ukuran-ukuran yang tepat, sub Kontraktor
aluminium harus datang kelapangan dan. melakukan pengukuran-
pengukuran.
g. Pemasangan kusen aluminium ke tembok / kolom / balok harus
menggunakan anker yang kuat.
h. Antara tembok / kolom / kolom dan kusen harus diisi dengan"seal" yang
elastis, untuk jendela-jendela luar.
i. Pemasangan kaca-kaca terhadap kusen aluminium juga harus
menggunakan "seal" yang berupa, alur karet.
j. Sambungan-sambungan vertikal maupun, horizontal sambungan sudut
maupun silang demikian juga pengkombinasian profil-profil alumunium
harus dipasang sempurna, dengan sekrup-sekrup pengaku. Sekrup-sekrup
tidak boleh kelihatan.
k. Dalam keadaan ditutup atau dibuka, kaca-kaca tidak boleh bergetar yang
menandakan kurang sempurnanya pemasangan seal keliling.

141 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

l. Selain tidak, bergetar, pemasangan seal harus menjamin bahwa tidak


akan terjadi kebocoran yang diakibatkan oleh air hujan maupun udara
basah dari luar.
m. Pemasangan kaca I panel kaca harus dilakukan dari arah dalam
bangunan untuk memudahkan penggantian.
n. Kontraktor wajib menjaga kusen-kusen aluminium dan bidang-bidang
kaca yang sudah terpasang dari kotoran-kotoran seperti air semen, cat
plesteran dan lain-lain serta mengamankannya dari benturan-benturan.

2. Pekerjaan Daun Pintu dan Jendela Kaca Rangka Alumunium

2.1. Lingkup Pekerjaan


a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu dan jendela panil kaca
seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

2.2. Persyaratan Bahan


2.2.1. Bahan Rangka
a. Dari bahan alumunium framing system dari produk dalam negeri
Alexindo, Alco, Aluprima, Elephant, YKK, ALCAN, disetujui oleh
Direksi /Konsultan MK.
b. Bentuk dan ukuran profil disesuaikan terhadap shop drawing yang
telah disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK.
c. Warna profil alumunium framing colour anodized (contoh warna
diajukan oleh Kontraktor untuk disetujui Konsultan Perencana).
d. Warna powder coating ditentukan kemudian, tebal bahan minimal
1,8 mm.
e. Nilai batas deformasi yang diijinkan adalah 2 mm. Bahan yang
diproses pabrikan harus diseleksi terlebih dahulu dengan seksama
sesuai dengan bentuk toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan,
kelengkungan, pewarnaan yang disyaratkan oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK.
f. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan

142 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

syarat-syarat dari pekerjaan alumunium serta memenuhi ketentuan-


ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
g. Daun pintu dengan konstruksi panel kaca rangka alumunium,
seperti yang ditunjukkan dalam gambar termasuk bentuk dan
ukurannya.
2.2.2. Penjepit kaca digunakan penjepit kaca dari bahan karet yang bermutu
baik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dari pabrik,
pemasangan disyaratkan hanya 1 (satu) sambungan serta harus kedap
air dan bersifat structural seal.
2.2.3. Bahan panil kaca daun pintu, jendela, partisi menggunakan jenis kaca
sesuai dengan tercantum dalam pasal 15 spesifikasi ini (Pekerjaan
Kaca). Semua bahan kaca yang digunakan harus bebas dari noda dan
cacat, bebas sulfida maupun bercak-bercak lainnya dari produksi
Asahimas atau setara.

2.3. Persyaratan Pelaksanaan


2.3.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk
meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi dilapangan (ukuran dan
lubang-lubang), termasuk mempelajari bentuk, pola, layout
penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai
gambar.
2.3.2. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat
pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi
udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari
kerusakan dan kelembaban.
2.3.3. Harus diperhatikan sema sambungan siku untuk rangka alumunium
dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang
tampak tidak boleh ada cacat bekas penyetelan.
2.3.4. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
2.3.5. Daun pintu, jika diperkukan harus menggunakan sekrup galvanized
atas persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan MK tanpa meninggalkan
bekas cacat pada permukaan yang tampak. Untuk daun pintu panel
kaca setelah dipasang harus rata dan tidak bergelombang dan tidak
melintir.

143 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2.3.6. Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan yang terkoordinasi


antara bagian-bagian yang terkait dengan pekerjaan kusen tersebut,
seperti : pekerjaan dinding, plafond dan variasinya, lantai dan plint,
dan lain sebagainya untuk memperoleh hasil yang baik. Untuk itu
kontraktor harus mampu mengkoordinasikan dengan baik semua
pekerjaan yang terkait tersebut. Kesalahan, cacat, kurang memenuhi
persyaratan pekerjaan yang timbul sebagia akibat tidak adanya atau
kurangnya koordinasi, harus diperbaiki/diganti dan seluruh biayanya
ditanggun oleh kontraktor.

3. Pekerjaan Daun Pintu Kayu Solid Engineering Door Honey Comb

3.1 Lingkup Pekerjaan


Meliputi pekerjaan ini adalah merupakan penyediaan bahan peralatan, tenaga
dan pemasangan daun pintu pada semua ruangan-ruangan dalam bangunan.
3.2 Bahan-bahan
a. Rangka Kayu Nyatoh Kiln Dried dengan ketebalan 50 mm dengan finger
joint
b. Pelapis daun pintu/Kulit daun pintu menggunakan plywood tebal 9 mm
atau PVC atau HDF Flat 3,2 mm
c. Isian menggunakan solid wood honey comb
d. Model ditentukan kemudian
e. Perekat tahan air dan Jenis Herferin atau yang setara Presto Conta.ck-AD.
f. Pengikat berupa paku mur, baut, sekrup dan lain-lain harus digalvanis
sesuai dengn NI – 5.

144 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3.3 Pelaksanaan
a. Harus dilakukan pengukuran ditempat pemasangan, bila terdapat kelainan-
kelainan agar segera dilaporkan kepada Direksi Lapangan / Konsultan MK
untuk mendapat persetujuan perubahan-perubahannya.
b. Kontraktor harus membuat gambar rencana pembuatan untuk dimintakan
persetujuannya lebih dahulu dari Direksi Lapangan / Konsultan MK.
c. Di atas kusen pintu dan jendela untuk yang lebih lebar dari 1.00 m harus
dipasang balok kolom bertulang (latei). Untuk yang lebih kecil dari 1.00 m
harus dipasang diatas rollag dengan adukan 1 pc : 3 ps.

Pasal 10
PEKERJAAN KACA

1. Umum
1.1 Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan kaca yang lengkap dan sesuai
dengan yang dipersyaratkan dalam Dokumen Kontrak.
b. Pekerjaan lain yang terkait :
 Pekerjaan komponen pintu/ jendela.

145 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Pekerjaan sanitair untuk kaca cermin.


 Pekerjaan lain yang mengikuti spesifikasi ini

1.2 Standar dan Persyaratan Bahan


a. ANSI (American National Standard Institute). 297.1-1975-Safety Material
Used in Building
b. ASTM (American Society for Testing and Materials). E6-P3 Proposed
Specification for Sealed Insulating Glass Units.

1.3 Persyaratan Bahan


a. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya
memiliki ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat
diperoleh dari proses tarik tembus cahaya, gilas, dan pengembangan (Float
Glass)
b. Toleransi lebar dan panjang; ukuran panjang dan lebar tidak boleh
melampaui toleransi seperti yang ditentukan oleh pabrik.
c. Kesikuan; kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai
sudut serta tepi potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan
maksimum yang diperkenankan adalah 1,5 mm per meter.
d. Cacat-cacat,
 Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai
ketentuan dari pabrik
 Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang yang terisi
gas yang terdapat pada kaca)
 Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat
mengganggu pandangan
 Kaca harus bebas dari keretakan (garis pecah pada kaca baik sebagian
atau seluruh tebal kaca)
 Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (benjolan pada sisi panjang dan
lebar ke arah luar/masuk)
 Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave). Benang
adalah cacat garis timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah
permukaan kaca yang berubah dan mengganggu pandangan
 Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud), dan goresan
(scratch)

146 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2. Submittals
2.1 Shop Drawing
a. Gambar kerja yang lengkap dan jelas menunjukkan :
Detail dalam skala besar untuk setiap jenis profile sistem sambungan,
sistem pemasangan setiap jenis kaca dan komponen lain yang diperlukan
untuk terlaksananya pekerjaan yang sempurna. Perubahan dimungkinkan
hanya karena hasil review dan evaluasi atas test mock-up yang harus
diadakan, perubahan harus disetujui Pengawas lapangan.
b. Sistem pemasangan.
Gambar kerja dan pelaksanaan yang menunjukkan :
 Sistem konstruksi penyangga kaca dan penempatannya terhadap
kusen ataupun panel pintu.
 Jenis kaca dan tebal kaca.

2.2 Data Produk


Spesifikasi teknis dan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.

2.3 Contoh Bahan


3 (tiga) buah untuk setiap jenis dan tipe yang dipersyaratkan ukuran 30 x 30
cm2.

2.4 Petunjuk Pemeliharaan


Memuat petunjuk terinci mengenai :
a. Pemeriksaan berkala
b. Perawatan seluruh bagian dinding kaca.

2.5 Garansi dan Jaminan


Bahwa pekerjaan tersebut telah watertight (kedap air) dan bebas dari cacat
bahan dan kerusakan akibat pengerjaan dimana jaminan berlaku selama 5
(lima) tahun.

2.6 Penanganan Bahan


a. Pengiriman.
Hasil fabrikasi dan komponennya dikirim ke site dalam keadaan sudah
diberi pengenal/identifikasi sesuai dengan identifikasi gambar Shop

147 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Drawing/Erection Drawing. Bahan dikirim tanpa cacat dan harus


diperiksa, disetujui, dan diterima oleh Direksi Lapangan / Konsultan MK
Lapangan.
b. Penyimpanan.
Tidak diperkenankan disimpan dalam site.
c. Perlindungan.
Bahan dilindungi selama pengiriman pemasangan dari pengaruh cuaca.
Bahan/hasil pekerjaan yang rusak/cacat tidak dapat diterima.

2.7 Penjadwalan
Koordinasi pekerjaan dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait dengan
pekerjaan dinding kaca untuk pekerjaan yang sempurna, dan tidak
menghambat jadwal pekerjaan lain. Beri tanda pada bidang/ tempat kerja dari
setiap pekerjaan yang terkait (bila perlu)
a. Pekerjaan Mock-up
b. Pekerjaan Komponen dinding kaca

3. Bahan
3.1 Spesifikasi Bahan.
a. Bahan kaca & cermin harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI 1982
b. Bahan harus bebas cacat dan noda, bebas sulfida, maupun bercak lainnya
c. Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah terpasang harus
mendapat persetujuan dari Pengawas.
d. Sisi kaca yang tampak maupun tidak tampak akibat pemotongan harus
digerinda/dihaluskan hingga tidak tajam dan berbahaya.

Bahan 1
a. Jenis : Kaca
b. Type finishing permukaan : On Line
c. Produksi : Asahimas atau setara
d. Ketebalan : 5 mm/ditentukan lain
e. Bahan pengisi siar : disesuaikan
f. Warna : Clear
g. Ukuran : gambar Shop Drawing
h. Posisi : Jendela (Bovenlicth).

148 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Bahan 2
a. Jenis : Kaca
b. Type finishing permukaan : On Line
c. Produksi : Asahimas atau setara
d. Ketebalan : 8 mm/ditentukan lain
e. Bahan pengisi siar : disesuaikan
f. Warna : Clear
g. Ukuran : gambar Shop Drawing
h. Posisi : Pintu dan Jendela

Bahan 3
a. Jenis : Kaca Tempered
b. Type finishing permukaan : On Line
c. Produksi : Asahimas atau setara
d. Ketebalan : 12 mm/ditentukan lain
e. Bahan pengisi siar : disesuaikan
f. Warna : Clear
g. Ukuran : gambar Shop Drawing
h. Posisi : Pintu Utama, Pintu Koridor

Bahan 4
a. Jenis : Kaca
b. Type finishing permukaan : -
c. Produksi : Asahimas atau setara
d. Ketebalan : 6 mm/ditentukan lain
e. Bahan pengisi siar : -
f. Type : Clear
g. Ukuran : gambar Shop Drawing
h. Posisi : Cermin toilet

3.2 Fabrikasi

149 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Kaca.
Dimensi dalam gambar rencana harus diperiksa dan disesuaikan pada
Shop Drawing berdasarkan hasil pengukuran di lapangan.
b. Cutting/Pemotongan.
Sesuai dengan peraturan pabrik pembuat dan tidak dilakukan di lapangan.

4. Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian,
dan syarat pekerjaan dalam buku ini
b. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian
c. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Pengawas
d. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan,
dan diberi tanda untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh
menggunakan kapur namun menggunakan potongan kertas yang direkatkan
dengan menggunakan lem aci
e. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat
pemotong kaca khusus
f. Pemotongan kaca harus disesuaikan dengan rangka/kusen, minimal 10 mm
masuk ke dalam alur kaca pada kusen
g. Pembersih akhir kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca setara merk Windex
h. Cermin dan kaca harus terpasang dengan rapi serta sisi tepi harus lurus dan
rata, bebas dari noda, dan bekas goresan.

Pasal 11
PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan
daun pintu / daun jendela seperti kunci, engsel dan alat-alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik
dan sempurna.

1.2. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh


pemasangan pada daun pintu kaca, daun pintu kayu, daun pintu aluminium

150 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

dan dan daun jendela aluminium seperti yang ditunjukkan / disyaratkan


dalam detail gambar.

2. Persyaratan Bahan
2.1. Semua “hardware” yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam buku Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau
penggantian “hardware” akibat dari pemilihan merek, Kontraktor wajib
melaporkan hal tersebut kepada Direksi Lapangan / Konsultan MK untuk
mendapatkan persetujuan.

2.2. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal dari pelat
aluminium berrukuran 3x6cm dengan tebal 1mm. Tanda pengenal ini
dihubungkan degan cincin nikel kesetiap anak kunci.

2.3. Harus disediakan lemari penyimpanan anak kunci dengan “Backed Enamel
Finish” yang delengkapi dengan kait-kaitan untuk anak kunci lengkap dengan
nomor pengenalnya. Lemari berukuran lebar x tinggi adalan 40x50cm, dengan
tebal 15cm berdaun pintu tunggal memekai engsel piano dan handle
aluminium.

3. Perlengkapan Pintu Dan Daun Jendela


3.1. Pekerjaan Kunci dan Pegagan Pintu
a. Semua pintu menggunakan peralatan kunci sebagai berikut:
Lockcase : HAMPTON, SOLID, DEKSON
Cylinder : HAMPTON, SOLID, DEKSON (BULAT)
Handle : HAMPTON, SOLID, DEKSON
Back Plat : HAMPTON, SOLID, DEKSON
Engsel (Butt Hinges) : HAMPTON, SOLID, DEKSON
Engsel Lantai (Floor Hinges) : HAMPTON, SOLID, DEKSON
b. Untuk pintu-pintu aluminium dan pintu-pintu besi yang dipakai adalah
kunci “mortice cylinder dead lock” merk, dua kali putar, warna Silver. Pada
pintu masuk utama yang terdiri dari pintu otomatis dipasangi kunci
tersebut. Untuk pintu sorong yang dipakai merk.

151 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

e. Seluruh rangkaian kunci-kunci yang disebutkan dalam butir (a) dan (b)
diatas harus tercakup dalam satu sistim general Masterkey, begitu pula
untuk butir (c) dan (d) juga satu sistim Masterkey tersendiri.
f. Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu.
Dipasang sentinggi 90cm dari lantai, atau sesuai petunjuk Direksi
Lapangan / Konsultan MK.
g. Untuk pintu-pintu pagar besi digunakan general besi dengan kunci gembok
merk Kend yang tercakup dalam sistim Masterkey.

3.2. Pekerjaan Engsel


a. Untuk pintu-pintu aluminium serta pintu panil menggunakan engsel
lantai (floor hinge) double action, dipasang dengan baik pada lantai
sehingga terjamin kekuatan dan kerapihannya, dipasang sesuai dengan
gambar untuk itu. Untuk jendela digunakan engsel setara HAMPTON,
SOLID, DEKSON.
b. Untuk pintu-pintu aluminium menggunakan engsel merk HAMPTON,
SOLID, DEKSON disetel pada posisi single action.
c. Untuk pintu-pintu besi dipakai engsel kupu-kupu dibuat khusus untuk
keperluan masing-masing pintu.
d. Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan
persetujuan Perancang.

4. Persyaratan Pelaksanaan
a. Engsel atas dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan atas pintu. Engsel
bawah dipasang ± 32cm (as) dari permukaan bawah pintu. Engsel tengah
dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
b. Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang ± 28 cm dari
permukaan pintu, engsel tengeh dipasang ditengah-tengah antara kedua
engsel tersebut.
c. Penarik pintu (door pull) dipasang 90 cm (as) dari permukaan lantai.
d. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus
dilakukan pengujian secara kasar dan halus.
e. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
f. Kontarktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan

152 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

keadaan di lapangan. Di dalam shop drawing harus jelas dicantumkan


semua data yang diperlukan termasuk keterangan produk, cara
pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup secara lengkap
didalam Gambar Dokumen Kontrak, sesuai dengan Standar Spesifikasi
pabrik.
g. Shop drawing sebelum dilaksanakan harus desetujui dahulu oleh Direksi
Lapangan / Konsultan MK / Perancang.

Pasal 12
PEKERJAAN PERLENGKAPAN SANITAIR

a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga, peralatan, bahan
untuk pemasangan semua fixtures pada ruang dapur dan toilet. Termasuk dalam
pekerjaan peralatan dan perlengkapan daerah basah ini adalah penyediaan tenaga
kerja, pengadaan dan pemasangan, bahan-bahan, peralatan untuk melaksanakan
pekerjaan ini termasuk alat bantunya dan alat angkut bila diperlukan untuk
pekerjaan peralatan dan perlengkapan saniter ini sesuai dengan yang dinyatakan
dalam gambar-gambar, uraian dan syarat-syarat di bawah ini.

b. Data Teknis Bahan


2.1 Toilet dan Kamar Mandi
 Kloset + Jet Shower : TOTO, AMERICAN STANDARD, KOHLER
 Wastafel + meja : TOTO, AMERICAN STANDARD, KOHLER
 Floor Drain : TOTO, SAN EI, AMERICAN STANDARD
 Kran : TOTO, SAN EI, AMERICAN STANDARD

2.2 Pantry
 Sink (Stainless Steel) : MODENA, BLANCO, ROYAL
 Kran air : TOTO, SAN EI, AMERICAN STANDARD

2.3 Submittal.
a. Contoh Bahan.

153 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Tunjukkan contoh bahan kepada Pengawas. Bahan yang dipilih adalah


bahan yang telah mendapat persetujuan dari Pemilik/ Perencana/Direksi
Lapangan / Konsultan MK.
b. Shop Drawing.
 Buatkan Shop Drawing secara lengkap, jelas, dan terinci yang dapat
menjelaskan :
- Type dan tampak setiap jenis sanitair.
- Posisi penempatan setiap titik pemipaan.
- Posisi penempatan fixture sanitair.
- Detail sambungan.
- Detail fitting dan plumbing.
- Detail pertemuan saniter dengan komponen bangunan lainnya
yang berhubungan, misal dengan pola keramik lantai maupun
dinding.
 Ukuran harus lengkap dan jelas, lakukan pembuatan detail dalam
skala yang jelas (1:1, 1:2, 1:5, atau 1:10).
Tidak diperkenankan memulai pekerjaan sebelum ada persetujuan
dari Shop Drawing.

c. Data produksi material.


 Ajukan data produksi seperti : spesifikasi teknis, cara pengerjaan dan
pemasangan dan saran-saran teknis lainnya yang mungkin akan
diperlukan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi perencana
maupun pengawas.
 Petunjuk Perawatan.
 Jelaskan dan tuliskan secara mendetail serta sistematis cara-cara
perawatan dan perbaikan dari setiap komponen pekerjaan ini.
d. Sertifikat.
Pernyataan bahwa pelaksanaan dan penggunaan baik material, bahan
maupun metode pekerjaan sudah sesuai dengan yang dipersyaratkan.
e. Jaminan/Garansi.
 Umum: berikan jaminan bahwa hasil pekerjaan baik dan tidak
terdapat bagian yang rusak atau cacat baik karena bahan maupun
pengerjaannya.
 Jaminan diterbitkan untuk kepentingan Pemilik/ Pemberi Tugas

154 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

terhitung sejak tanggal penyerahan pertama pekerjaan.

c. Pelaksanaan
3.1 Persiapan.
a. Sebelum pemasangan dimulai, kontraktor harus meneliti gambar yang ada
dan kondisi lapangan termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan dan
cara pemasangan juga detail yang sesuai gambar .
b. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dengan gambar,
gambar dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera
melaporkan kepada Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan.
c. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada
kelainan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.

3.2 Pemasangan
a. Kontraktor harus memastikan bahwa seluruh sistem plumbing bersih dari
segala kotoran, puing, ataupun cairan sebelum tes dilaksanakan.
b. Pekerjaan harus sesuai dengan Shop Drawing yang telah disetujui.
c. Bila terjadi perbedaan antara gambar dengan di lapangan pada saat
pelaksanaan Kontraktor wajib memberitahukan kepada Pengawas
Lapangan secepat mungkin.
d. Peralatan sanitair harus terlindung dari goresan, benturan, ataupun
cipratan agregat oleh pekerjaan terkait lainnya yang mengakibatkan cacat
unit sanitair.

3.3 Testing
a. Seluruh sistem sanitair harus dites secara keseluruhan untuk
mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
b. Kontraktor wajib memperbaiki/mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya sendiri selama
kerusakan bukan disebabkan Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan.
c. Kontraktor harus membersihkan kembali seluruh sistem plumbing dan
sanitair setelah pengujian selesai dan harus mendapat persetujuan
Pengawas Lapangan.

155 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pasal 13
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Meliputi pekerja, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan pengecatan sesuai dengan RKS serta Gambar Kerja.

1.2. Dinding yang tidak dilapisi dengan bahan pelapis apapun, penyelesaiannya
dengan menggunakan cat tembok.

1.3. Jika sesuatu bagian atau permukaan tidak disebutkan dalam spesifikasi ini
pelapis catnya sama dengan pelapis yang dipakai untuk area dinding plafond
dengan material yang sejenis dan atau menyerupai, atau sesuai petunjuk dari
Perancang / Direksi Lapangan / Konsultan MK.

1.4. Pekerjaan ini meliputi pemeliharaan setelah pekerjaan pengecatan selesai.


Barang atau bagian pekerjaan lain yang rusak atau kotor diakibatkan oleh
pekerjaan pengecatan menjadi tanggung jawab Kontraktor untuk member-
sihkannya maupun penggantian kerusakan jika diperlukan.

2. Persyaratan Bahan
2.1. Bahan cat, berkualitas baik yaitu setara dengan produksi ICI Dulux, Mowilex
atau Propan, warna sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana atau
Pemilik Proyek

2.2. Sifat Umum


 Tahan terhadap pengaruh cuaca
 Mengurangi pori-pori
 Daya tutup tinggi

2.3. Aplikasi dengan rol atau kuas (untuk bidang kecil).


 Pengencer : gunakan air bersih setara air minum
 Jumlah :0-5%

156 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2.4. Cat yang digunakan berada dalam kaleng yang masih disegel dalam kemasan,
tidak pecah atau bocor dan mendapat persetujuan Pemilik Proyek dan Direksi
Lapangan / Konsultan MK.

2.5. Pengiriman cat, harus disertakan sertifikat dari agen / distributor yang
dinyatakan bahwa cat yang dikirim dijamin keasliannya. Kontraktor
bertanggungjawab, bahwa warna dan bahan cat adalah tidak palsu dan sesuai
dengan RKS.

2.6. Warna
a. Selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan pengecatan,
Kontraktor harus mengajukan daftar bahan pengecatan kepada Direksi
Lapangan / Konsultan MK.
b. Perancang / Direksi Lapangan / Konsultan MK menentukan warna pili-
hannya, Kontraktor menyiapkan bahan dan bidang pengecatan untuk
dijadikan contoh, atas biaya Kontraktor.

3. Pekerjaan Persiapan
3.1. Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan, pekerjaan langit-langit dan
lantai telah selesai dikerjakan.
3.2. Selanjutnya diadakan persiapan sebagai berikut :
a. Dinding atau bagian yang akan dicat selesai dan telah disetujui oleh
Direksi Lapangan / Konsultan MK untuk dimulai pelaksanaannya.
b. Bagian yang retak-retak, pecah atau kotoran-kotoran yang menempel
harus dibersihkan.
c. Menunggu keringnya dinding atau bagian yang akan dicat karena masih
basah dan lembab.
d. Menyiapkan dan mengadakan pengecatan untuk contoh warna.
3.4. Kontraktor harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga terdapat
urutan-urutan yang tepat mulai dari pekerjaan dasar sampai dengan
pengecatan akhir.
3.5. Semua pekerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat
cat tersebut.

4. Pekerjaan Pengecatan Dasar Plesteran (Cat Tembok)

157 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

4.1. Cat Tembok Dalam


a. Tembok yang akan dicat harus mempunyai cukup waktu untuk mengering.
Setelah permukaan tembok kering, maka persiapan dilakukan dengan
membersihkan permukaan tembok tersebut terhadap pengkristalan /
pengapuran (efflorescene) yang biasanya terdapat pada tembok baru,
dengan amplas kemudian dengan lap sampai benar-benar bersih.
b. Selanjutnya dilapis tipis dengan plamir.
c. Pada bagian-bagian dinding yang bisa bereaksi dengan alkali dan rembesan
air harus diberi lapisan wall sealer.
d. Setelah kering permukaan tersebut diamplas lagi sampai halus.
e. Kemudian dicat dengan lapisan pertama (cat dasar) yang terdiri dari 1(satu)
lapis Alkali Resistance sealer yang dilanjutkan dengan 3 (tiga) lapis Acrilic
Emulsion dengan ketentuan cat sebagai berikut :
 Lapis I encer (tambahkan 20 % air)
 lapis II kental
 Lapis III kental
f. Bagian-bagian yang masih kurang baik, diberi plamur lagi dan diamplas
halus setelah kering.
4.2. Cat Tembok Luar
a. Seperti halnya cat dalam luar sama pelaksanaannya dengan cat tembok
dalam butir 4.1. bahan yang digunakan adalah weater shield ex. ICI Dulux,
Mowilex, Propan.
b. Pekerjaan pengecatan dilakukan dengan "Roller" atau semprot pada bagian
yang sulit dijangkau.

5. Pekerjaan Pengecatan Baja & Logam


a. Bersihkan debu, minyak, gemuk dan kotoran lainnya dengan white spiritus atau
solvent.
b. Untuk baja galvanis, amplas dengan kertas amplas duco/ besi ukuran 360
sebelum diprimer.
c. Oleskan 1 (satu) lapis Metal Primer Chromate.
d. Setelah primer kering (kurang lebih 6 jam), bersihkan dari debu dan kotoran
lainnya, kemudian dimulai dengan cat dasar.
e. Setelah cat dasar kering (± 6 jam), teruskan dengan cat akhir.

158 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

f. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan compressor 3 (tiga)


lapis.
g. Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada
gelembung-gelembung dan dijaga terhadap kemungkinan pengotoran-
pengotoran.
h. Bahan-bahan logam yang tertanam di dalam pasangan atau beton tidak
diizinkan untuk dimeni.

6. Pekerjaan Cat Upox (Epoxy)


a. Untuk cat Upox (Epoxy) digunakan cat epoxy setara produk ex. ICI Dulux,
Mowilex, Propan. Penggunaan jenis cat sesuai dengan bahan permukaan yang
akan dicat. Pengerjaan pengecatan harus sesuai dengan petunjuk pengerjaan
dari pabrik. Harus diperhatikan jenis cat yang boleh dipergunakan untuk bagian
yang akan digunakan sebagai tempat air minum.
b. Sebelum dilakukan pelapisan epoxy, dinding harus sudah ada dalam keadaan
bersih, rata, tidak kropos serta kering sempurna untuk dinding beton minimal
28 hari sejak pengecoran.
c. Pelapisan Upox Clear dengan 25 % - 50 %, thiner, sebagai pelapis dasar atau
primer.
d. Pelapisan akhir dengan 2 lapis Upox Enamel.

7. Pekerjaan Cat Melamic


a. Persiapan dilakukan dengan membersihkan dan mengamplas permukaannya.
Kemudian membersihkan dengan lap kering, tidak boleh ada minyak dan
kotoran lain yang menempel.
b. Setelah bersih permukaan dicat melamic dengan menggunakan bahan terbuat
dari katun yang lembut dan bersih dari kotoran dan minyak.
c. Pekerjaan tersebut diulang sampai mencapai ketebalan warna transparan yang
merata.
d. Cat melamic yang dipergunakan bermutu tinggi, dipergunakan untuk
penyelesaian furniture atau pada tempat-tempat lain sesuai yang ditunjuk
dalam gambar.

159 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pasal 14
PEKERJAAN BESI NON- STRUKTUR

1. Umum
1.1 Lingkup Pekerjaan
Meliputi pekerjaan penyediaan dan pemasangan besi galvanize ataupun
stainless steel lengkap terpasang, termsauk pekerjaan lainnya seperti angkur,
struktur penguat, pengikat dan komponen-komponen lainnya yang dianggap
perlu untuk menyelesaikan pekerjaan ini.
Pekejaan ini dikhususkan untuk daerah dalam dan luar, railing, pintu pintu,
rangka plafon, profil-profil, dan sesuai dengan gambar rencana.

1.2 Submittal
a. Mock up
a.1 Buatkan 1 (satu) buah mock up dengan modul 4 x 4 M2 pada tempat
yang akan disepakati konstruksinya baik dilapangan atau dipabrik.
a.2 Mock up meliputi pekerjaan terkait, antara lain
 Kaca Dinding
 Granit/Marmer
 Angkur,baut,dan perlengkapannya
 Sealant
 Stainless Steel
a.3 Mock up adalah untuk
 Memperlihatkan system penyambungan, pengelasan,
pengganjalan, dan lain lain detail yang disyaratkan
 Memperlihatkan pemakaian bahan bahan yang terkait
 Sehingga memenuhi criteria rancangan dalam spesifikasi teknis
setiap pekerjaan terkait.
 Pelaksanaan tidak diperkenankan melakukan kegiatan sebelum
mock up terakhir dapat persetujuan dari pemberi tugas

b. Shop Drawing
b.1. Buatkan shop drawing secara lengkap, jelas dan terperinci yang
dapat menjelaskan :
 Type dan tampak

160 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Detail detail sambungan


 Detail angkur dan gasket
 Detail pertemuan logam dengan komponen bangunan lainnya
yang berhubungan
b.2 Ukuran ukuran harus kengkap dan jelas. Lakukan pembuatan detail
dalam skala yang jelas/cukup ( 1:1,1:2,1:5 atau 1:10 ).
b.3 Tidak diperkenankan melalui pekerjaan sebelum ada peretujuan
(approval) dari Shop drawing ini.

c. Data Produksi Material


c.1 Umum
Ajukan data produksi seperti : spesifikasi teknis, cara-cara
pengerjaan/pemasangan dan saran saran teknis lainnya yang
mungkin akan diperlukan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi
perencana maupun pengawasan.
c.2 Bersama dengan pengajuan shop drawing maka dilampirkan juga
data data mengenai bahan bahan yang terkait berkenaan dengan
perhitungan konstruksi, garansi, ketebalan.

1.3. Sertifikat
Pernyataan bahwa pelaksanaan dan penggunaan baik material/bahan adalah
asli, baru, maupun metode pengerjaan sudah sesuai dengan yang disyaratkan
oleh pihak manufacturer.

1.4 Petunjuk Perawatan


Jelaskan dan tuliskan secara mendetail serta sistematis cara cara perawatan
dan perbaikan dari setiap komponen pekerjaan ini.

1.5 Jaminan/Garansi
a. Umum : Berikan jaminan bahwa hasil pekerjaan baik dan tidak terdapat
bagian bagian yang rusak atau cacat baik karena bahan maupun karena
pengerjaan.
b. jaminan/garansi diterbitkan untuk kepentingan pemilik/pemberi tugas
pada dan terhitung sejak tanggal penyerahan pertama pekerjaan.

161 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

1.6 Quality Control/Pengujian


a. Pengujian dimaksud adalah untuk mengetahui apakah pekerjaan besi
dalam hal system pemasangan materialbesi,anchor dan perlengkapan
lainnya yang disyaratkan dalam dokumen kontrak ssudah tepat dan baik
sehingga tidak pergoyangan atau sambungan sambungan yang terbuka
pada seluruh bagian dan system dari pekerjaan ini. Pengujian ini
dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai dan pekerjaan pengujian ini
bukan dimaksud untuk meniadakan jaminan/ garansi yang wajib di
keluarkan oleh Kontraktor
b. Badan penguji ditentukan oleh pemberi tugas dan pengujiannya,
termasuk bila diperlukan uji ulang adalah beban kontraktor.

2. Bahan
2.1 Type Bahan
a. Galvanize Steel
1. Pipa besi digunakan adalah GIP dengan bentuk O dan ukuran sesuai
yang tertera pada gambar.
2. Baja porfil yang digunakan adalah baja ST 37 dengan bentuk dan
ukuran sesuai yang tertera pada gambar.
3. Pipa besi yang digunakan adalah carbon steel ST 37 dengan ukuran
sesuai yang tertera pada gambar.
b. Stainless Steel
a. Baja mengadung nikel ( NI ) dan chrome ( Cr ) lebih dari 12%, harus
memenuhi standard AISI 304.
b. Harus tahan karat ( dengan perllindungan PVC Coating)
c. ype Hairline atau sesuai dengan gambar.
d. Celah antar plat stainless steel minimum 1 cm
2.2 Fabrikasi/Assembling
a. Fabrikasi
1. Semua jenis pekerjaan besi ( Galvanize & Stainless ) harus
dipabrikasikan di worksop/pabrik atau disesuaikan dengan lapangan.
2. Untuk jenis yang dapat dirakit, harus dilaksanakan worksop dan siap
dipasang dilapangan. Jika tidak dapat dipra-kit, akan tetapi sudah
siap dirakit dilapangan atau dipasang pada bangunan ( Struktur
yang ada )

162 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3. Semua sambungan harus dikerjakan dengan mesin, lurus,rata tidak


goyang atau bergerak, dan bentuk sambungan sesuai dengan
standard toleransi untuk sambungan yang tahan korosi
4. Pengelasan, penghalusan sambungan dan pekerjaan khusus lainnya
harus dikerjakan dengan metode dan prosedur prosedu sesuai dengan
standard yang berlaku. Tidak diperkenankan adanya pengelasan titik
5. Finising anti karat pada daerah sambungan dan joint yang masih
terbuka.
6. Reinforcement : berikan kekuatan pada tempat/titik angkur,
sambungan, dan titik titik yang terbebani, berikan non corrosive
angkur untuk penguat.

b. Toleransi Fabrikasi
1. Pengelasan, tidsk terlihat pada bagian yang akan terlihat mata
langsung. Tidak diperkenankan menggunakan las titik
2. Semua toleransi ini harus saling disesuaikan dengan persyaratan
toleransi yang ditetapkan dalam spesifikasi pekerjaan besi.

3. Pelaksanaan
3.1 Persiapan pelaksanaan
Lakukan pengukuran pada tempat dimana akan dipasang sesuai dengan jenis
dan type yang direncanakan. Berikan catatan jika ternyata ada penyimpangan
ukuran. Siapkan peralatan peralatan/perlengkapan perlengkapan pembantu
untuk memudahkan pemahaman sehingga siap melaksanakan pekerjaan.

3.2 Pemasangan
a. Persiapan
 Koordinasikan pemasangan material, bersama sama pihak terkait
paling lambat 10 hari sebelum pemasangan
 Distribusikan hasil koordinasi pada semua pihak terkait.
 Buat shop drawing,diagram dan panduan panduan pemasangan yang
terpadu antara semua bagian curtain wall dan meliputi semua alat
Bantu dan material.
 Rakit semaksimal mungkin bagian pekerjaan besi tersebut dibengkel
kerja tanpa menyulitkan pengakutan, untuk mengurangi sebanyak

163 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

mungkin deviasi rangkaian dan untuk membatasi perakitan disitus


kerja.

b. Pekerjaan Galvanize Steel


 Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar
gambar dan kondisi dilapangan. Untuk mendapatkan profil yang
tepat, bentuk, ukuran, berat dan detail detail konstruksi yang
ditunjukkan pada gambar rencana.
 Bahan bahan pelengkap lainnya seperti sekrup,baut,mur, paku metal
fitting yang akan berhubungan dengan udara luar dibuat dari besi
yang digalvanisasi.
 Perhatikan semua ukuran, sambungan dan hubungannya dengan
material lain dengan mengikuti semua petunjuk gambar rencana
seksama.
 Kontraktor diminta untuk menyiapkan shop drawing/ gambar kerja
untuk pekerjaan pekerjaan tertentu dengan petunjuk pemberi
tugas/pengawas lapangan.
 Pemotongan dengan membakar dibengkel harus dilakukan dengan
mesin potong pembakar yang standard. Pembakaran dibengkel atau
dilapangan harus disetujui pengawas lapangan.
 Semua pekerjaan metal yang terpotong harus disetujui pengawas
lapangan.
 Berkas berkas pekerjaan harus dikikir sampai rata permukaan.
 Untuk unit yang dipasang harus diberi tanda tanda agar tidak terjadi
kesalahan pemasangan.
 Pekerjaan sambungan dilakukan dengan baut dan las sesuai gambar.
Pekerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan toleransi ketebalan
terhadap permukaan tidak lebih dari 0.5 mm, tanpa menimbulkan
kerusakan kerusakan pada bahan bajanya. Pengelasan harus
menjamin pengakiran yang rata dari cairan elektroda tersebut.
Permukaan dari daerah yang akan dilas harus dibersihkan dengan
sikat serta dicuci sehingga bebas dari kotoran,
 Pemberhentian pengelasan harus pada tempat yang ditentukan dan
dijamin tidak akan berputar atau membengkok. Setelah pengelasan,
sisa sisa/kerak las harus dibersihkan dengan baik

164 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

(wire,brush,ampelas). Cacat pada pengelasan harus dipotong dan dilas


kembali atas tanggung jawab kontraktor.
 Memberikan tambahan angkur yang perlu harus digunakan walupun
tidak termasuk dalam gambar.

c. Pekerjaan Stainless Steel


 Pekerjaan stainless steel harus dilaksanakan oleh spesialis yang ahli
dalam bidang pekerjaan stainless steel, dibuktikan dengan CV,
tenaga ahli.
 Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor diwajibkan meneliti gambar
gambar dan kondisi dilapangan. Untuk mendapatkan profil yang
tepat,bentuk,ukuran,berat dan detaildetail konstruksi yang
ditunjukan pada gambar rencana.
 Pemasangan steinless steel diusahakan sedemikian rupa sehingga
tidak terdapat sambungan, jika terpaksa harus disambung maka
harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak merusak segi
estetikanya.
 Penyambungan dengan menggunakan TIG welding berikut argon Gas
Shielding, permukaan yang dilas harus sama rata dan hasil akhir
pengelasannnya sesuai dengan toleransi pemasangan yang
disyaratkan, bekas las lasnya harus dikikir hingga mencapai toleransi
pemasangan yang disyaratkan tanpa mengurangi kekuatan las. Hasil
pekerjaan yang cacat harus dipotong dan dilas ulang hingga berhsil
baik dan disetujui MK. Biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
 Pembengkokan stainless steel harus dilakukan dengan alat
pembengkok(Binder).hasil pembengkokkan harus halus tidak ada
bekas pukulan atau cacat lainnya.
 Permukaan stainless steel dipoles dengan mesin poles, kemudian
digosok dengan compound memakai kain halus hingga mengkilat.
 Selesai pemasangan,stainless steel harus dilindungi sehingga tidak
terkena air semen atau kotorannya.

165 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3. Toleransi Pemasangan Rangka


a. Perbedaan tinggi : 3 mm setiap jarak 3000 mm atau vertical 3 mm per 6000
mm horizontal, tetapi tidak melebihi 6 mm per 12000 mm dalam segala arah.
b. Kerataan bidang : 1,5 mm perbedaan terhadap bidang dinding yang
bersebelahan.
c. Kerataan Garis : Kelurusan/kerataan garis memanjang baik horizontal
maupun vertical terhadap bidang bangunan maksimal 5 mm untuk setiap
lantai ke lantai dan kolom kekolom.

4. Pembersihan Dan Perlindungan


a. Setelah pekerjaan selesai lakukan pembersihan. Tidak diperkenankan
mempergunakan bahan alkaline atau cairan yang bersifat abrasive atau
merusak permukaan. Kontraktor bertanggung jawab untuk melindungi/
menjaga hasil pekerjaan sampai menyerahan pertama pekerjaan.
b. Biaya pekerjaan ini atas beban kontraktor.

Pasal 15
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan bantu yang menunjang
untuk pelaksanaan konstruksi atap bangunan dan dipasang pada bagian-bagian
atap sesuai dengan yang tertera dalam gambar.

2. Persyaratan Bahan
a. Bahan yang digunakan adalah Metal Zincalum dengan ketebalan minimal 0,35
mm setara Lysag Bluescope, Maharoof, Sakura Roof, Intiroof.
b. Bahan atap yang digunakan tidak boleh cacat atau pecah, untuk Kontraktor
harus menjaga dengan baik terhadap bahan sebelum atau sesudah pemasangan.

3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus meneliti kembali ukuran
dan peil dilapangan untuk menyesuaikan dengan gambar rencana.
b. Pemasangan genteng ini tidak jauh beda dengan genteng dari tanah liat.
Lebarnya genteng ini mempercepat waktu pengerjaan sebuah rumah. Genteng

166 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

metal terbuat dari pelat baja galvanis, yaitu bahan baja yang dilapisi metal
zincalume dan aspal berpasir.
c. Untuk menjaga mutu / kwalitas pemasangan atap sebaiknya dilaksanakan oleh
tenaga ahli dalam pemasangan atap
d. Kontraktor harus menunjukan contoh bahan yang akan digunakan kepada
Konsultan MK untuk mendapat persetujuan.
e. Metode pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti system dan ketentuan yang
berlaku menurut produsen bahan atap metal yang digunakan.

Pasal 16
PEKERJAAN KANSTEEN

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja bahan-bahan, peralatan,
pengangkutan dan pelaksanaan pekerjaan kanstin pada bagian pinggir perkerasan
pada lokasi-lokasi sebagaimana terlihat pada gambar yang terbuat dari adukan
beton.

2. Bahan-Bahan
Terbuat dari block beton pracetak dengan ukuran 15 x 60 x 30 cm atau sesuai
gambar, kekuatan tekan karakteristik dari beton antara 225 kg/cm2, produksi
setara PT. Conbloc Indonesia, Celcon Block, Dusaspun.

3. Pelaksanaan
a. Daerah yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus dibersihkan dan digali
sampai bentuk dan kedalaman yang diperlukan dan pondasi dimana kerb
tersebut akan ditempatkan sampai suatu permukaan yang rata. Semua bahan
yang lunak dan tidak sesuai harus dikeluarkan dan diganti yang sesuai dan
dipadatkan secara menyeluruh.
b. Kerb dibuat dengan teliti sesuai dengan gambar detail, garis-garis dari
ketinggian sebagaimana terlihat pada gambar atau petunjuk Direksi. Semua
kerb yang harus dibuat dengan menggunakan cetakan-cetakan lengkung atau
unit-unit pracetak yang melengkung.
c. Block-block kerb harus diletakkan dengan sambungan-sambungan yang serapat
mungkin.

167 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

d. Setelah suatu pekerjaan beton dicor ditempatkan mengeras dan block-block kerb
telah dipasang menurut persyaratan, maka daerah galian yang tersisa harus
diurug dengan bahan yang disetujui. Bahan ini harus ditempatkan dan
dipadatkan.

168 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB IV
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL
DALAM GEDUNG

PASAL 1
SYARAT-SYARAT UMUM
1. Umum
Persyaratan ini rnerupakan bagian dari persyaratan umum. Apabila ada klausal
dari persyaratan ini yang dituliskan kernbali dalarn persyaratan umum ini, berarti
menuntut perhatian khusus pada klausal-klausal tersebut dan bukan berarti
menghilangkan klausul-klausal tersebut atau bukan berarti rnenghilangkan
klausal­klausal lainnya dari syarat-syarat umurn.
Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini rnerupakan satu kesatuan dan
tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatu bagian pekerjaan atau bahan
atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja dengan baik dan
hanya dinyatakan dalarn salah satu.

2. Peraturan dan Acuan


Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus rnernenuhi atau rnengacu kepada
Peraturan Nasional, Internasional, Standar Nasional dan Peraturan Lokal
seternpat. Pelaksana pekerjaan dianggap sudah rnengenal dengan baik standar dan
acuan nasional rnaupun internasional dalam spesifikasi ini. Adapun standar atau
acuan yang dipakai tetapi tidak terbatas antara lain yaitu :
2.1. Listrik Arus Kuat (LAK)
1) SNI 04-0227-1994 tentang Tegangan Standar.
2) SNI 04-0255-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik..
3) SNI 03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan
4) SNI 03-6197-2000 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan.
5) SNI 03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan
Pada Bangunan.
6) SNI-03-6574-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan
Darurat, Tanda Arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan.
169 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

7) SNI 03-7018-2004 tentang Sistem Pasokan Daya Darurat.


2.2. Listrik Arus Lemah (LAL)
1) SNI 03-3985-2004 tentang Deteksi dan Alarm Kebakaran
2) KepMen PU 10/KPTS/2000 tg. 1-03-2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
3) UU No. 32/1999 tentang Telekomunikasi dgn PP No. 52/2000 tentang
Telekomunikasi Indonesia.
4) Wisi, CATV System Reference.
5) Sony, CATV Equipment.
6) National, Cable Master Antenna System.
7) AVE, VOE, PI, UIL.
2.3. Plambing
1) Peraturan Daerah (PERDA) setempat.
2) Peraturan-peraturan Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.
3) Perencanaan & Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan Nurbambang
& Morimura.
4) Pedoman Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 atau edisi terakhir.
5) SNI 03-5481-2000 atau edisi terakhir tentang Sistem Plambing.
2.4. Pemadam Kebakaran
1) SNI 03-1745-2000 tentang Pipa Tegak dan Slang.
2) SNI 03-3989-2000 tentang Sprinkler Otomatik.
3) Peraturan Daerah (PERDA) setempat.
4) Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam Wilayah setempat.
5) Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No.
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
6) Literature dan/atau reference.
7) National Fire Codes :
a) NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher.
b) NFPA-13, Standard for The Installation Sprinkler Systems.
c) NFPA-14, Standard for The Installation Standpipe and Hose
Systems.
d) NFPA-20, Standard for The Installation Centrifugal Fire Pumps.
e) Mc. Guiness, Stein & Reynolds.

170 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

f) Mechanical & Electrical for Buildings.


2.5. Tata Udara Gedung
1) SNI 03-6390-2000 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara.
2) SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.
3) SNI 03-6571-2001 tentang Pengendalian Asap pada Bangunan Gedung.
4) SNI-03-7012-2004 tentang Sistem Manajemen Asap di dalam MAL,
Atrium dan Ruangan Bervolume Besar.
5) ASHRAE 62-2001Standard of Ventilation for Acceptable IAQ.
6) CARRIER, Hand Book of Air Conditioning System Design.
7) ASHRAE Handbook Series.
2.6. Transportasi dalam Gedung
1) SNI-03-2190-1999 tentang Konstruksi Lift Penumpang dengan Motor
Traksi.
2) Peraturan Depnaker tentang Lift Listrik, Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
3) Strakosch, Vertical Transportation.
4) Gina Barney, Elevator Traffic.
5) Luonir Janovsky, Elevator Mechanical Design.
3. Gambar-Gambar
a. Gambar-gambar perencanaan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua
perlengkapan aksesoris secara terperinci. Semua bagian di atas walaupun
tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disediakan dan
dipasang oleh Kontraktor, sehingga sistem dapat bekerja dengan baik dan
benar.
b. Gambar-gambar instalasi Elektrikal menunjukkan secara umum tata letak
dari peralatan instalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar-gambar arsitektur dan
struktur/sipil serta interior harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan
dan detail "finishing" dari proyek.
c. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar-gambar
kerja dan detail (blue print,shop drawing) sebanyak 4 (empat) set yang harus
diajukan kepada Manajemen Konstruksi ( MK ) (Manajemen Konstruksi)
untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop drawing yang diajukan
Kontraktor untuk disetujui Direksi dianggap bahwa Kontraktor telah

171 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

mempelajari situasi dan telah berkoordinasi dengan pekerjaan instalasi


lainnya.
d. Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang cermat dari
penyesuaian­penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-catatan
tersebut harus dituangkan dalam 2 (dua) set lengkap dan 3 (tiga) set lengkap
gambar blue print (cetak biru) sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan (as
built drawings). As built drawings harus diserahkan kepada Manajemen
Konstruksi ( MK )/MK segera setelah selesai pekerjaan.
4. Koordinasi
a. Kontraktor pekerjaan instalasi Elektrikal dalam melaksanakan pekerjaan ini,
harus bekerja sama dengan Kontraktor bidang atau disiplin lainnya, agar
seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal waktu
yang telah ditentukan.
b. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang
satu tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.
5. Daftar Bahan dan Contoh
a. Dalam waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari setelah Kontraktor menerima
pemberitahuan meneruskan SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja), kecuali
apabila ditunjuk lain oleh Pemberi Tugas, Kontraktor diharuskan
menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan.
Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum
data-data teknis, tipe/ jenis yang diusulkan, nama-nama dan alamat
manufacture, katalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu
oleh Manajemen Konstruksi ( MK ). Persetujuan oleh Manajemen Konstruksi
( MK ) akan diberikan atas dasar diatas.
b. Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan dipasang
kepada Manajemen Konstruksi ( MK ), untuk persetujuannya. Semua biaya
yang berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini
adalah menjadi tanggungan Kontraktor.
c. Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di dalam
spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan baru. Pekerjaan haruslah
dilakukan oleh orang­ orang yang ahli. Kontraktor diwajibkan untuk mengecek
kembali atas segala ukuran kapasitas peralatan (equipment) yang akan
dipasang. Apabila terdapat keragu-raguan, Kontraktor harus segera
menghubungi Manajemen Konstruksi ( MK ) untuk berkonsultasi.

172 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

d. Pengarnbilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang tidak sesuai


dengan spesifikasi teknis harus dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas,
Manajemen Konstruksi ( MK ) dan Perencana, apabila terjadi kekeliruan maka
hal tersebut menjadi beban tanggung jawab Kontraktor. Untuk itu pemilihan
equipment dan material tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Pemberi
Tugas.
6. Testing Dan Commisioning
a. Kontraktor pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan
memeriksa/ mengetahui apakah seluruh instalasi dan peralatan yang
dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan-
persyaratan yang berlaku.
b. Semua sumber daya, bahan dan perlengkapan (listrik dan lain-lain) yang
diperlukan dalam kegiatan testing dan commisioning tersebut merupakan
tanggung jawab Kontraktor. Hal ini terrnasuk pula peralatan khusus yang
diperlukan untuk testing dan commisioning dari sistem ini seperti yang
dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh Kontraktor.
7. Peralatan yang Disebut Dengan Merk dan Penggantinya
Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, aksesoris dan lain-lain yang disebut dan
dipersyaratkan dalam persyaratan ini, maka Kontraktor wajib menyediakan
sesuai dengan peralatan/merk tersebut di atas.
Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan-ketentuan dari
Pemberi Tugas.
8. Perlindungan Pemberi Tugas
Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemberi
Tugas dijamin dan dibebaskan dari segala klaim ataupun tuntutan yuridis lainnya.
9. Pengetesan
Kontraktor harus melakukan semua pengetesan seperti yang dipersyaratkan disini
dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap sistem, yang disaksikan oleh
Pemberi Tugas, Manajemen Konstruksi ( MK ) dan Perencana. Semua tenaga kerja,
bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk percobaan tersebut, merupakan
tanggung jawab Kontraktor.

10. Pengujian dan Penerimaan


Jika semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah dikirim
dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan dengan

173 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian secara keseluruhan dari


peralatan-peralatan yang terpasang bersama-sama Manajemen Konstruksi ( MK
). Dan jika sudah dites dan ternyata memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan
peralatannya dapat diserahkan kepada Pemberi Tugas.

11. Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan


a. Peralatan-peralatan utama dan peralatan penunjang seluruh instalasi
Elektronik harus digaransikan selama 1(satu) tahun terhitung dari penyerahan
kedua.
b. Selama masa garansi, Kontraktor diwajibkan untuk mengatasi segala
kerusakan­kerusakan daripada peralatan utama dan peralatan penunjang yang
dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.
c. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor pekerjaan instalasi ini masih harus
menyediakan tenaga-tenaga yang diperlukan yang dapat dihubungi setiap saat.
d. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi dengan
bukti-bukti hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan baik yang
ditandatangani bersama oleh instalatur yang melaksanakan pekerjaan tersebut
dan Manajemen Konstruksi ( MK ) serta dilampirkan sertifikat pengujian yang
sudah disahkan oleh Badan Instansi yang berwenang.
e. Jika pada masa pelaksanaan atau pemeliharaan tersebut, Kontraktor tidak
melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran atas perbaikan,
penggantian, kekurangan selama masa garansi, maka Pemberi Tugas berhak
menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan tersebut pada pihak lain atas
biaya dari Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut.
f. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor harus mengadakan
semacam pendidikan dan latihan selama periode tersebut kepada 5 (lima)
orang calon operator untuk setiap item pekerjaan yang ditunjuk oleh Pemberi
Tugas. Training tentang mengoperasikan dan perawatan tersebut harus
lengkap dengan 5 (lima) set operating maintenance dan repair manual books,
sehingga para petugas/operator dapat mengoperasikan dan melaksanakan
pemeliharaan.
12. Laporan
a. Laporan Harian

174 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Kontraktor wajib membuat "Laporan Harian" dan "Laporan Mingguan" yang


memberikan gambaran dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan
secara jelas. Laporan tersebut dibuat dalam rangka 3 (tiga) rangkap meliputi :
1) Kegiatan Fisik
2) Catatan dan perintah Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi ( MK )
yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis.
3) Hal-hal yang menyangkut masalah :
a) Material (diterima/ ditolak)
b) Jumlah tenaga kerja
c) Keadaan cuaca
d) Pekerjaan tambah/kurang.
Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan
tersebut berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu dan
rencana pekerjaan minggu depan. Laporan ini harus ditandatangani oleh
Manager Proyek dan diserahkan pada Manajemen Konstruksi ( MK ) untuk
diketahui/disetujui.
b. Laporan Pengetesan
Kontraktor harus menyerahkan kepada Pemberi Tugas dan Manajemen
Konstruksi ( MK ) dalam rangkap 5 (lima) mengenai hal-hal sebagai berikut :
1) Hasil pengetesan kabel-kabel instalasi Elektronik (merger tes dan
pemberian tegangan dan grouping).
2) Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.
3) Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.
Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh
Manajemen Konstruksi ( MK ).
13. Penanggung Jawab Pelaksana
a. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus menempatkan
seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman dan
harus selalu berada di lapangan/site, yang bertindak selaku wakil dari
Kontraktor dan mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis
dan bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi-instruksi dari
Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi ( MK ).
b. Penanggung jawab tersebut harus berada di tempat pekerjaan selama jam
kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada saat yang
dikehendaki oleh Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi ( MK ).

175 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

c. Petunjuk, dan perintah Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi ( MK )


dalam pelaksanaan akan disampaikan langsung kepada pihak Kontraktor
melalui penanggung jawab Kontraktor.
14. Perubahan, Penambahan dan Pengurangan Pekerjaan
a. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar rencana yang
disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan Manajemen Konstruksi ( MK ) dan Perencana.
b. Dalam merubah gambar rencana tersebut, Kontraktor harus menyerahkan
gambar perubahan yang dimaksud kepada Perencana dan Manajemen
Konstruksi ( MK ) dalam rangkap 4 (empat) untuk disetujui.
c. Penggantian dan perubahan material, dan lain sebagainya, harus diajukan oleh
Kontraktor kepada Pemberi Tugas secara tertulis. Perubahan-perubahan
material dan gambar rencana yang mengakibatkan pekerjaan tambah kurang
harus disetujui secara tertulis oleh Pemberi Tugas.

15. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


a. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan dalam
rangka pemasangan instalasi ini maupun pengembaliannya seperti keadaan
semula adalah termasuk pekerjaan Kontraktor instalasi ini.
b. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis dari
Manajemen Konstruksi ( MK ).
c. Pengelasan, pengeboran dan sebagainya pada konstruksi bangunan hanya
dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan tertulis dari
Manajemen Konstruksi ( MK ). Pada saat pengelasan Kontraktor harus
menyediakan Pemadam Api Ringan (Portable Extinguisher) di tempat
pengelasan, dengan kapasitas yang memadai.
16. Pemeriksaan Rutin
a. Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan dan
pemeriksaan rutin.
b. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan rutin tersebut, harus dilaksanakan
tidak kurang dari dua minggu sekali.
17. Kantor Kontraktor, Los Kerja dan Gudang
a. Kontraktor diperbolehkan untuk membuat keet, kantor, gudang dan los kerja di
halaman tempat pekerjaan, untuk keperluan pelaksanaan tugas administrasi
lapangan, penyimpanan barang bahan serta peralatan kerja dan sebagai

176 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

area/tempat kerja (peralatan pekerjaan kasar), dimana pelaksanaan tugas


instalasi berlangsung.
b. Pembuatan keet kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan, bila
terlebih dahulu mendapatkan izin dari Manajemen Konstruksi ( MK ).
18. Penjagaan
a. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus
selama berlangsungnya pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat-alat
kerja yang disimpan di tempat kerja (gudang lapangan).
b. Segala kehilangan dan kerusakan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan
atas barang-barang tersebut di atas, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
19. Penerangan dan Sumber Daya
a. Pada kantor, los kerja, gudang dan tempat-ternpat pelaksanaan pekerjaan
yang dianggap perlu, harus diberi penerangan yang cukup.
b. Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber
tenaga/daya kerja menjadi tanggung jawab Kontraktor.
20. Kebersihan dan Ketertiban
a. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan
tempat pekerjaan dilaksanakan dalam bangunan, harus selalu dalam keadaan
bersih.
b. Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik di dalam gudang
maupun di luar (halaman), harus diatur sedemikian rupa agar mernudahkan
jalannya pemeriksaan dan tidak mengganggu pekerjaan dari bagian lain.
c. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh
Manajemen Konstruksi ( MK ) pada waktu pelaksanaan.
21. Kecelakaan dan Kotak PPPK
a. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini,
maka Kontraktor diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna
kepentingan si korban atau para korban, serta melaporkan kejadian tersebut
kepada instansi dan departemen yang bersangkutan/berwenang (dalam hal ini
kebijakan Kementerian Tenaga Kerja) dan mempertanggungjawabkan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
b. Kotak PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, harus selalu ada di tempat
pekerjaan, guna keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan.

22. Pegawai Penyelenggara dari Kontraktor

177 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Pimpinan harian pada pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor harus


diserahkan kepada Site Manager dengan kualifikasi ahli, berpengalaman dan
mempunyai wewenang penuh untuk mengambil keputusan.
b. Site Manager harus berada di tempat pekerjaan selama jam-jam kerja dan
setiap saat yang diperlukan pemberi tugas.
c. Site Manager mewakili Kontraktor di tempat pekerjaan dapat bertanggung
jawab penuh kepada Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi ( MK ).
d. Petunjuk dan perintah Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi ( MK ) di
dalam pelaksanaan, disampaikan langsung kepada Kontraktor atau melalui
Site Manager, sebagai penanggung jawab di lapangan.
e. Kontraktor diwajibkan untuk menjalankan disiplin yang ketat terhadap semua
pekerja (buruh) dan pegawainya, kepada mereka yang melanggar terhadap
peraturan umum mengganggu ataupun merusak ketertiban, berlaku tidak
wajar, melakukan perbuatan yang merugikan terhadap pelaksanaan pekerjaan,
harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas perintah Manajemen
Konstruksi ( MK ). Bila Kontraktor lalai, maka akan dikenakan tindakan
sesuai dengan yang dimaksud dalam pasal denda.
23. Manajemen Konstruksi ( MK )
a. Manajemen Konstruksi ( MK ) setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan
adalah dilakukan oleh Manajemen Konstruksi ( MK ).
b. Pada setiap saat Manajemen Konstruksi ( MK ) atau petugas-petugas harus
dapat mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan
peralatan. Kontraktor harus menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
c. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan, tetapi luput dari
pengamatan Manajemen Konstruksi ( MK ) adalah menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
d. Di tempat pekerjaan, Manajemen Konstruksi menempatkan petugas-petugas
Manajemen Konstruksiyang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan.
24. Lisensi
a. Kontraktor harus mempunyai lisensi instalasi Telepon dari Telkom setempat,
dan lisensi lainnya untuk pekerjaan yang disyaratkan oleh instalasi yang
tekait.
b. Kontraktor harus berpengalaman dalam pemasangan instalasi ini, dibuktikan
dengan memberikan daftar proyek-proyek yang sudah pernah dikerjakan.
25. lzin- lzin

178 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Seluruh izin-izin yang diperlukan dalam pekerjaan ini harus diurus oleh
Kontraktor.
b. Seluruh berkas izin-izin asli yang diperoleh harus diserahkan kepada Pemberi
Tugas.
26. Pemakaian Ukuran
a. Kontraktor Pelaksana Pekerjaan bertanggung jawab dalam menepati semua
ukuran yang tercantum dalam spesifikasi teknis.
b. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan
maupun bagian-bagiannya dan memberitahukan kepada Manajemen
Konstruksi ( MK ) tentang setiap perbedaan yang ditemukan dalam spesifikasi
teknis dan gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan. Kontraktor wajib
menyesuaikan gambar-gambar dan spesifikasi teknis yang pelaksanaannya
setelah ada persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas.
c. Pengambilan ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, di dalam hal apapun
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Oleh karena itu sebelumnya kepada
Kontraktor diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua
gambar-gambar, spesifikasi teknis, dan keadaan lapangan yang ada di bawah
koordinasi Manajemen Konstruksi ( MK ).

PASAL 2
PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL

1. Umum
Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan
tenaga kerja, pemasangan, pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan
training bagi calon operator, sehingga seluruh sistem elektrikal dapat beroperasi
dengan baik.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Transformator
 Perlengkapan transformator terdiri dari:
- Termometer
- Off Circuit Tap Changer
- Proteksi Temperatur
- Bushing
- Grounding
179 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Karakteristik transformator yang digunakan:


- Type : Trafo Minyak
- Kapasitas rating : 1x315 kVA
- Jumlah : 1 (satu) unit
- Frekwensi : 50 Hz
- Jumlah phasa : 3 phasa
- Bahan kumparan : Tembaga
- Pendinginan : Udara Natural (AN)
- Tegangan primer : 20 kV (delta)
- Tegangan sekunder : 400 V / 230 V (WYE)
- Tapping voltage : ± 2 x 2,5 %
- Vektor group : Dyn 5

a. Pemasangan Panel Tegangan Rendah (TR), Kontraktor elektrikal bekerja sama


dengan user dan PLN.
b. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel utama tegangan rendah
380V/220V (SDP).
c. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel daya tegangan rendah
lengkap dengan kabel fitting lainnya :
1) Dari Panel TR disambung ke SDP menggunakan kabel jenis NYFGBY.
2) Dari SDP menuju ke Panel Sub Sub Distribusi, menggunakan kabel NYY.
d. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai tipe dan ukuran kabel
tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.
e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-panel tegangan rendah.
f. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi :
1) Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan jenis lampu
sesuai gambar rencana.
2) Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak .
3) Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch dan saklar
tukar.
4) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung
kabel serta berbagai aksesoris lainnya seperti : box untuk saklar dan stop
kontak, junction box, fleksibel conduit, bends/elbows, socket dan lain-lain.

180 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

5) Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi penerangan


dan stop kontak.
g. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan lengkap
dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan aksesoris lainnya.
h. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal petir lengkap
dengan aksesoris lainnya.
i. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar
dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel rack, kabel
ladder, kabel tranking, support equipment dan aksesoris lainnya.
3. Panel Tegangan Rendah
3.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan, pengujian dan
perbaikan selama masa pemeliharaan, izin-izin, tenaga teknisi dan tenaga ahli.
Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam gambar dan
spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan lainnya.
3.2. Tipe dan Macam Panel
Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang harus
ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel yang dimaksud untuk
beroperasi pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat, 50 Hz dan Solidly Grounded dan
harus dibuat mengikuti standar IEC, VDE/DIN, BS, NEMA dan sebagainya.
Panel-panel yang disebut di bawah ini adalah tipe tertutup (metal enclosed), untuk
pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua komponen-komponen yang
ada :
a. SDP
b. Panel Power (PP)
c. Panel AC
d. Panel Fire Alarm
Panel-panel yang disebut di bawah ini adalah tipe tertutup (metal
enclosed), wall mounting untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap
dengan semua komponen­komponen yang ada :
1) Panel-panel penerangan
2) Individual panel
Panel-panel yang disebut di bawah ini adalah tipe tertutup (metal
enclosed) untuk pasangan luar (outdoor use) lengkap dengan semua

181 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

komponen-komponen yang ada : LP-OL (semua yang tercantum dalam


gambar rencana).
Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini,
tetapi tercantum dalam gambar rencana.
Karakteristik Panel :
1) Tegangan kerja : 400 V
2) Tegangan uji : 3.000 V
3) Tegangan uji impulse : 20.000 V
4) Frekuensi : 50Hz
5) Persyaratan-persyaratan Kerja Starter Motor Y – D :
Kerja starter motor Y-D adalah automatic starter motor Y-D dan
harus dapat dihidupkan secara manual atau remote. Masing-
masing starter motor Y-D terdiri dari :
a) 3 buah kontaktor daya
b) 1 thermal overload relay
c) 1 motor timer
d) 1 tombol start stop
e) 1 selector switch 3 posisi (local, stop, remote)
f) 3 indicator lamp :
- Merah : Fault
- Hijau : Stop
- Orange : Start
a. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang digunakan untuk
pemasangan peralatan-peralatan atau penyambungan-penyambungan. Setiap
lemari hanya dapat dibuka bila semua peralatan bertegangan dalam lemari
tersebut telah off/mati.
b. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interlock harus
dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi kecelakaan akibat
kesalahan ­ kesalahan operasi yang dibuat oleh petugas.
c. Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka, yang
dihubungkan dengan sebuah handel pembuka peralatan sedemikian rupa,
sehingga hanya dapat dibuka bila bagian dalam ruangan tersebut telah
off/mati. Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus disesuaikan
ketinggiannya.
d. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut :

182 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

1) Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium.


2) Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah pengelasan,
kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap karat dengan cara
galvanisasi atau Chromium Plating atau dengan Zinc Chromate Primer. •

Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven warna abu-abu
atau warna lain yang disetujui Direksi.
e. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit Breaker
(MCB) dengan kapasitas minirnal 2 - 10 A ( Ex.Clipsal, Hager, ABB,
Scheineder, Seimens ). Circuit Breaker lainnya harus dari tipe Moulded Case
Circuits Breaker (MCCB), sesuai dengan yang diberikan pada gambar rencana
dengan breaking capacity seperti ditunjukkan dalam gambar rencana. Circuit
Breaker harus dari tipe automatic trip dengan kombinasi thermal dan
instantaneous magnetic unit. Main CB dari setiap panel harus dilengkapi
dengan shunt trip terminals dan kabel control harus tahan api.
f. Magnetic Connector harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan
kumparan kontaktor harus sesuai untuk tegangan 220 V, 50 Hz dan tahan
bekerja kontinu pada 10% tegangan lebih dan harus pula dapat menutup
dengan sempurna pada 85% tegangan nominal. Magnetic Contactor harus dari
Telemekanik dan yang setaraf.
1) Ampere meter
a) Class : 1,5
b) Over load cap : 1,2 x In continue
c) Ukuran : 6 x 6 mm
d) Skala : 0-2500 Amp
e) Tipe : Moving iron, untuk pengukuran AC
f) Ketelitian : ±1,5% untuk pengukuran AC
2) Voltmeter
a) Class : 1,5
b) Over load cap : 1,2 x In continue
c) Ukuran : 6 x 6 mm
d) Skala : 0- 500 Amp
e) Tipe : Moving iron, untuk pengukuran AC
f) Ketelitian : ± 1,5% untuk pengukuran AC
3) KWH Meter
a) Rated voltage : 3 x 300 Volt

183 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

b) Rated current output transformer : 30 (120) Amp


c) Acuracy class :2
d) Base plate of moulded plastic
e) The Subcontractor register : 6 (six) cipher rollers
single pengukuran tarif
4) Lampu indicator
a) Tubular lamp, pijar 5 watt, diameter 54 mm
b) Warna : merah, kuning, biru
5) Push button
Panel mounting, double on -1, off - 0 semua push-button dilengkapi
dengan lampu indikator untuk menyatakan sistem dalam on atau
off.
6) Relay-relay
Untuk panel LVMDP, circuit breaker untuk feeder PLN,
dilengkapi dengan relay proteksi OL (Over Load), SC (Short
Circuit) dan UV (Under Voltage). Sedangkan untuk generator,
dilengkapi dengan relay OL, SC, UV, EF (Earth Fault) dan RP
(Reverse Power).
7) Selector Switch.
g. Pemberian Tanda Pengenal
Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal-hal berikut :
1) Fungsi peralatan dalam panel
2) Posisi terbuka atau tertutup
3) Arah putaran dari handel pengontrol dari switch, dan lain-lain
Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.
h. Sistem Pembumian
Semua bagian metal yang dalam keadaan normal tidak bertegangan harus
dihubungkan dengan baik secara elektris kepada Rel Pentanahan. Hubungan
antara bagian yang tetap dan yang bergerak dilakukan dengan pita tembaga
fleksibel yang harus dilindungi dari gangguan mekanis.
i. Garansi
Suatu sertifikat pengujian harus diserahkan oleh pabrik. Bila peralatan
mengalami kegagalan pengujian-pengujian yang disyaratkan di atas, maka
pabrik bertanggung jawab terhadap peralatan yang diserahkan, sampai

184 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

peralatan tersebut memenuhi syarat-syarat setelah mengalami pengujian


ulang, dan sertifikat pengujian telah diterima dan disetujui oleh direksi.
j. Pengujian
Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan sertifikat
pengujian yang diakui oleh SNI :
1) Test kekuatan tegangan impuls
2) Test kenaikan temperature
3) Test kekuatan hubung singkat
4) Test untuk alat-alat pengaman
5) Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang
dimaksud
6) Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-handel
7) Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock
8) Pemeriksaan kontinuitas rangkaian
k. Pendidikan dan Latihan
Kepada 5 (lima) orang yang ditunjuk oleh pemberi tugas tentang operasi dan
perawatan lengkap dengan 5 Copy Operating/Mainterance dan repair manual,
segala sesuatunya atas biaya Kontraktor.
l. Pembuatan Panel
Bahwa panel yang disebut di bawah ini harus dibuat oleh Panel Maker yang
bersertifikat.
4. Kabel Daya Tegangan Rendah
4.1. Umum
Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam ukuran
dan tipe yang sesuai dengan gambar rencana (NYY, NYFGbY, FRC, NYM,
NYA, 0,6/1 KV) kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai dengan
standard SII atau S.P.L.N.
Instalasi dan Pemasangan Kabel
a. Bahan
Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
peraturan PUlL 2000 dan SNI 04-0255-2000. Semua kabel/kawat harus
baru dan harus jelas ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya, nomor
dan jenis pintalannya. Semua kawat dengan penampang 6 mm 2 ke atas
haruslah terbuat secara disiplin (stranded). Instalasi ini tidak boleh
memakai kabel dengan penampang lebih kecil dari 2,5 mm2 kecuali

185 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

untuk pemakaian remote control. Kecuali dipersyaratkan lain,


konduktor yang dipakai ialah dari tipe :
1) Untuk instalasi penerangan adalah NYM dengan conduit UPVC
High Impact ( Ex.Clipsal,Ega,Double H ).
2) Untuk kabel distribusi menggunakan kabel NYY, FRC dan NYFGbY
( Ex. Kabelindo, Kabel Metal, Supreme, Tranka Cable).
b. “Splice”I Pencabangan
Tidak diperkenankan adanya splice ataupun sambungan-sambungan
baik dalam feeder, dalam tanah (tertanam) maupun cabang-cabang,
kecuali pada outlet atau kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai
(accessible).
Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan
harus teguh secara elektrik, dengan cara-cara solderless connector. Jenis
kabel tekanan, jenis compression atau soldered. Dalam membuat splice,
konektor harus dihubungkan pada konduktor-konduktor dengan baik,
sehingga semua konduktor tersambung, tidak ada kabel-kabel telanjang
yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.
Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun
tiang lampu harus mempergunakan connector yang terbuat dari
tembaga yang diisolasi dengan porselen atau Bakelite ataupun PVC,
yang diameternya disesuaikan dengan diameter kabel.
c. Bahan Isolasi
Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet,
PVC, asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan lain-lain
harus dari tipe yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi voltage dan
lain-lain tertentu itu harus dipasang memakai cara yang disetujui
menurut Peraturan dan Code/Standard berlaku atau Manufacturer.
d. Ketentuan Penyambungan
1) Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-
lain).
2) Kontraktor harus memberikan brosur-brosur mengenai cara-cara
penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik kepada
MK/Manajemen Konstruksi ( MK ).

186 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3) Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna fasa atau


nomor kabel masing-masing, dan harus diadakan pengetesan
tahanan isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan.
Hasil pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh Manajemen
Konstruksi ( MK ).
4) Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan
penyambungan-penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah
putih dan kuat. Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran
yang sesuai.
5) Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan
pipa PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
6) Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila perlu untuk
menjaga nilai isolasi tertentu.
7) Bila kabel dipasang tegak lurus di permukaan yang terbuka, maka
harus dilindungi dengan pipa galvanis dengan tebal minimal 2,5
mm.
e. Saluran Penghantar dalam Bangunan
1) Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling
gantung, saluran penghantar (conduit) dipasang menempel pada
plat beton.
2) Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling
gantung saluran penghantar (conduit) dipasang di atas kabel
trunking dan diletakkan di atas ceiling dengan tidak membebani
ceiling.
3) Untuk instalasi saluran penghantar di luar bangunan,
dipergunakan saluran beton, kecuali untuk penerangan taman,
dipergunakan pipa galvanized dengan diameter sesuai standarisasi.
Saluran beton dilengkapi dengan hand hole untuk belokan-belokan.
4) Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit
minimum 5/8" diameternya. Setiap pencabangan ataupun
pengambilan keluar harus menggunakan junction box yang sesuai
dan sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan terminal
strip di dalam junction box. Junction box yang terlihat dipakai
junction box dengan tutup blank plate galvanized.

187 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

5) Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus
dilengkapi dengan "Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah
tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel
yang berada pada ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m, harus
dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa harus diklem ke bangunan
pada setiap jarak 50 cm.
f. Pemasangan Kabel dalam Tanah
1) Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.
2) Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan
batas merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.
3) Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan diberi
pelindung pipa galvanis.
4) Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan
pipa galvanis atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC tipe
AW, kabel harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa gas, air
dan lain-lain.
5) Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah
harus bersih dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel,
seperti : batu, abu, kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas
galian (lubang) dilapisi dengan pasir kali setebal 10 cm. Kemudian
kabel diletakkan, di atasnya diberi bata dan akhimya ditutup
dengan tanah urug.
6) Penanaman kabel harus diberikan marking yang jelas pada jalur-
jalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan di dalam
pengoperasian, pengurutan kabel dan menghindari kecelakaan
akibat tergali/tercangkul.
g. Pengujian & Testing
1) Factory Test
2) Pengetesan Individual
Pengetesan ini dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari
pengetesan sebagai berikut.
a) Pengetesan ukuran tahanan hantaran
b) Pengetesan dielektrik
c) Pengukuran loss factor
3) Pengetesan Khusus

188 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan


dipakai. Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut :
a) Test tegangan impuls
b) Mekanikal I
c) Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperature
d) Pengetesan dielektrik
e) Pengetesan perambatan (Creep Test)
4) Site Test
Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam,
penyambungan­ penyambungan dan pemasangan kotak akhir, maka
dilakukan pengetesan dielektrik/insulation test. Marking kabel
untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan tidak
dapat dihapus.
h. Garansi
Sertifikat pengetesan dari pabrik pembuat kabel harus disertakan pada
penyerahan kabel. Bila kabel yang bersangkutan mengalami kegagalan
dalam pengetesan, maka pabrik pembuat kabel dan Kontraktor
bertanggung jawab atas kabel tersebut, sampai kabel tersebut dapat
berhasil dalam pengetesan ulang dan diterima baik oleh MK/
Manajemen Konstruksi ( MK ).
5. Penerangan Dan Stop Kontak
5.1. Lampu dan Armaturnya
Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti
yang digambarkan dalam gambar-gambar elektrikal.
a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pentanahan
(grounding).
b. Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus
dikompensasi dengan power factor correction dan kapasitor yang cukup
kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu
sendiri.

c. Reflector terutama untuk ruangan kantor harus memakai bahan


tertentu, sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat tinggi.
d. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang

189 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis


komponen lampu itu sendiri.
e. Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel-kabel
dalam box harus diberikan saluran atau klem-klem tersendiri, sehingga
tidak menempel pada ballast atau kapasitor.
f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian difinish dengan cat akhir dengan oven warna putih.
g. Box terbuat dari glass-fibre reinforced polyster dengan brass insert
harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta cover dari
clear polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas
kimia.
h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe TKI atau TKO harus mempunyai
ketebalan minimum 0,7 mm.
i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula dipergunakan
single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu fluorescent).
j. Tabung Fluorescent harus dari tipe TL-D, tipe Daylite w/54.
k. Armatur Down light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana dudukan
harus dari bahan aluminium silicon aloy atau dari moulded plastic.
Diffuser harus dari bahan gelas susu atau satin etached opal plastic.
Armatur down light tersebut harus tahan terhadap bahan kimia
maupun gas kimia. Konstruksi armatur down light harus kuat untuk
dipasang dengan lampu PLC-18 W disesuaikan dengan gambar rencana.
Lubang-lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon
untuk mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang pada dudukan
ulir, tidak boleh dengan memakai paku sekrup.
l. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana dan
desain Arsitek.
5.2. Stop Kontak Biasa
a. Stop kontak dinding yang dipakai adalah stop kontak satu fasa, rating
250 V,13 Ampere, untuk pemasangan di dinding.
b. Stop kontak 1 (satu) fasa dilengkapi dengan saklar dan pilot lamp untuk
pemasangan rata dengan dinding dengan rating 250 V, 13 Ampere.
c. Bahan dari Polyvinyl Cloride (PVC).
d. Stop kontak yang dipakai adalah stop kontak satu fasa untuk
pemasangan rata dinding dengan ketinggian 30 s/d 120 cm di atas lantai

190 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

dan harus mempunyai terminal fasa, netral dan pentanahan. Harus


dipasang mengikuti item e.
5.3. Saklar Tunggal/Double Dinding
a. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker, dengan
rating 250 V, 10 Ampere dari tipe single gang, double gangs atau
multiple gangs (grid switches), saklar hotel single gang atau double
gangs dipasang dengan ketinggian 1,20 m atau ditentukan lain.
b. Saklar harus dipasang pada box mengikuti item a dan khusus ruang
pemeliharaan harus digunakan tipe Industrial, Class IP-65.
5.4. Isolating Switches
a. Isolating switches harus dipasang pada dinding dan dilengkapi dengan
indicating lamp. Rating isolating switch harus lebih tinggi dari rating
MCB/MCCB pada feeder di panelnya. Rating tegangan adalah untuk 1
fasa 250 V dan untuk 3 fasa 415 V.
b. Switches harus dipasang pada box mengikuti item a.
5.5. Box untuk Saklar dan Stop Kontak
Box harus dari bahan moulded plastic dengan kedalaman tidak kurang dari
35mm. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau
stop kontak dinding terpasang pada box harus menggunakan baut,
pemasangan dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.
5.6. Kabel Instalasi
Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi stop kontak harus
kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYM, NYA).
Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm2 kode warna insulasi
kabel harus mengikuti ketentuan PUlL 2000 dan SNI 04.0255-2000 sebagai
berikut.
a. Fasa R : merah
b. Fasa S : kuning
c. Fasa T : hitam
d. Netral : biru
e. Grounding : kuning-hijau
5.7. Pipa Instalasi Pelindung Kabel
a. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC
kelas AW atau GIP. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan

191 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

aksesoris lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya, yaitu tidak
kurang dari diameter 19-25 mm.
b. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak
sambung junction box yang menempel pada plat beton dan armatur
lampu.
c. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan stop kontak dengan
pipa PVC, khusus untuk power high impact conduit-heavy gauge,
minimum diameter 19-25 mm.
d. Seluruh instalasi PVC conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar
saddle, adaptor female and male thread, male and female bushe, locknut
dan perlengkapan lainnya.
5.8. Testing/ Pengujian
Testing dilakukan dengan disaksikan oleh MK / Manajemen Konstruksi (
MK ) Lapangan yang disahkan oleh lembaga yang berwenang pengujian
meliputi :
a. Test ketahanan isolasi
b. Test kekuatan tegangan impuls
c. Test kenaikan temperature
d. Continuity test

6. Rak Kabel dan Cable Trunking


Rak kabel/kabel ladder yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis
kabel ladder yang terbuat dari Plat Hot Rolled Steel Sheet SPHC dengan ketebalan
minimum 2,0 mm dan standar panjang 3,0 meter dengan finishing Hot Dip
Galvanis dengan ketebalan coating minimum 80 micron.
Cable Trunking dengan ukuran lebar dan tinggi sesuai pada gambar dan standar
panjang 3,0 meter digunakan untuk kabel penerangan, kabel stop kontak dan kabel
daya atau lainnya, terbuat dari Steel Sheet SPCC dengan tebal minimum 1,2 mm
dan difinish secara Hot Dipped Galvanized, dan diberi penutup. Seluruh Cable
Ladder dan Cable Trunking harus dilengkapi dengan peralatan aksesoris dan
penggantung.
7. Sistem Pembumian
Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan metal (panel-panel, housing
peralatan, cable rack, pintu-pintu besi, tangki-tangki dan lain-lain) harus
dihubungkan pada elektroda pembumian baik secara terpadu.

192 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 50 mm2 dan harus
ditanam minimal sedalam 6 m, sehingga dapat dicapai tahanan pembumian
maksimal 2 Ohm. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat
dibuat hubungan pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standar-standar
yang berlaku dalam PUlL 2000 dan SNI 04-0255-2000.

Ketentuan-ketentuan yang harus diikuti antara lain sebagai berikut :


Penampang Konduktor daya Penampang Konduktor
yang pembumian (mm2)
digunakan (mm
< = 10mm 2 2)
6mm2
16mm2 10mm2
35mm2 16mm2
70mm2 50mm2
120mm2 70mm2
150mm2 95mm2

8. Persyaratan Teknis Pemasangan


8.1. Panel-panel
a. Sebelum pemesanan / pembuatan panel, harus mengajukan gambar
kerja untuk mendapatkan persetujuan perencana dan MK / Konsultan
Manajemen Konstruksi ( MK ).
b. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik
permbuat dan harus rata (horizontal).
c. Letak panel seperti yang ditunjukkan dalam gambar, dapat disesuaikan
dengan kondisi setempat.
d. Untuk panel yang dipasang tertanam (inbow), kabel-kabel dari/ke
terminal panel harus dilindungi pipa PVC High Impact yang tertanam
dalam tembok secara kuat dan teratur rapi. Sedangkan untuk panel
yang dipasang menempel tembok (outbow), kabel-kabel dari/ke terminal
panel harus melalui tangga kabel.
e. Penyambungan kabel ke terminal harus menggunakan sepatu kabel
(cable lug) yang sesuai.
f. Ketinggian panel yang dipasang pada dinding (wall mounted) =1600 mm
dari lantai terhadap as panel.

193 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

g. Setiap kabel yang masuk/keluar dari panel harus dilengkapi dengan


gland dari karet atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan
yang tajam.
h. Semua panel harus ditanahkan (grounding).
8.2. Kabel-kabel
a. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark
yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengidentifikasikan arah
beban.
b. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan fasanya sesuai dengan ketentuan PUIL.
c. Kabel daya yang dipasang horizontal/vertikal harus dipasang pada
tangga kabel, diklem, dan disusun rapi.
d. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali
pada T-doos untuk instalasi penerangan.
e. Untuk kabel dengan diameter 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi
dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
f. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm2 atau lebih harus
mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian disolder dengan
timah pateri.
g. Kabel yang ditanam dan menyebrangi selokan atau jalan atau instalasi
lainnya harus ditanam lebih dalam dari 50 cm dan diberikan pelindung
pipa galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali penampang kabel.
h. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus
dibuatkan sleeve dari pipa galvanis dengan penampang minimum 2 ½
kali penampang kabel.
i. Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada
suatu rak kabel.
j. Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam
konduit.
k. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kontak-kontak harus di
dalam konrak terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan
bahan konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana
tebal kotak terminal tadi minimum 4 cm. Penyambungan kabel
menggunakan las doop.

194 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

l. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1


m di setiap ujungnya.
m. Penyusunan konduit di atas rak kabel harus rapi dan tidak saling
menyilang.
n. Kabel tegangan rendah yang akan dipasang harus mempunyai sertifikat
lulus uji dari PLN yang terutama menjamin bahan isolasi kabel sudah
memenuhi persyaratan.
o. Pengujian dengan megger harus tetap dilaksanakan dengan nilai
tahanan isolasi minimum 500 kilo ohm.
p. Instalasi kabel bawah tanah
1) Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman 100 cm
minimum, dimana sebelum kabel ditanam ditempatkan lapisan
pasir setebal 15 cm dan di atasnya diamankan dengan batu bata
press sebagai pelindungnya. Lebar galian minimum adalah 40 cm
yang disesuaikan dengan jumlah kabel.
2) Kabel yang ditanam dan menyebrangi selokan atau jalan atau
instalasi lainnya harus ditanam lebih dari 50 cm dan diberikan
pelindung pipa galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali
penampang kabel. Pada route kabel setiap 25 m dan di setiap
belokan harus ada tanda arah jalannya kabel.
3) Penanaman kabel harus memenuhi peraturan yang berlaku dan
persyaratan yang ditunjukkan dalam gambar / RKS.
4) Kabel tidak boleh terpuntir dan diberi label yang menunjukkan arah
di setiap jarak 1 meter.
5) Tidak diperkenankan melakukan pengurugan sebelum Konsultan
Manajemen Konstruksi ( MK ) memeriksa dan menyetujui
perletakan kabel tersebut.
6) Setelah pengurugan selesai setiap 15 meter harus dipasang patok
beton 20 x 20 x 60 cm dan bertuliskan “KABEL TANAH”. Patok-
patok ini dicat kuning dan bertulisan merah.
7) Kabel-kabel yang menembus dinding atau lantai harus
menggunakan pipa sleeve, pipa ini minimal dari metal (Pipa GIP).
8) Penyambungan kabel feeder tidak diperbolehkan.
9) Kabel harus utuh menerus tanpa sambungan.

195 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

10) Kabel tidak boleh dibelokkan dengan radius kurang dari 15 kali
diameternya. Di atas belokan tersebut diletakkan patok bertuliskan
“KABEL TANAH” dan arah belok.
11) Penanaman tidak boleh dilakukan di malam hari.
q. Instalasi kabel tenaga
1) Letak pasti dari peralatan atau mesin-mesin disesuaikan dengan
gambar dan kondisi setempat apabila terjadi kesukaran dalam
menentukan letak tersebut dapat meminta petunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi ( MK ).
2) Pelaksana Pekerjaan wajib memasang kabel sampai dengan
peralatan tersebut, kecuali dinyatakan lain dalam gambar.
3) Tarikan kabel yang melalui trench harus diatur dengan baik/rapi
sehingga tidak saling tindih dan membelit.
4) Tarikan kabel yang menuju peralatan yang tidak melalui trench
atau yang menelusuri dinding (outbow) harus dilindungi dengan
pipa pelindung.
5) Agar diusahakan pipa pelindung tidak bergoyang maka harus
dilengkapi dengan klem-klem dan perlengkapan penahan lainnya,
sehingga nampak rapi.
6) Pada setiap sambungan ke peralatan harus menggunakan pipa
fleksibel.
7) Pada setiap belokan pipa pelinfung yang lebih dari 1 inchi harus
menggunakan pipa fleksibel, belokan harus dengan radius minimal
15 kali diameter kabel.
8) Kabel yang ada di atas harus diletakkan pada rak kabel dan warna
kabel harus disesuaikan dengan fasanya.
9) Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel
mark yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengidentifikasikan
arah beban.
10) Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna
untuk mengidentifikasikan fasanya sesuai dengan PUIL.
11) Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga
kabel (cable ladder), diklem, dan disusun rapi.
12) Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan.

196 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

13) Untuk kabel dengan diameter 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi
dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
14) Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm2 atau lebih harus
mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian disolder
dengan timah pateri.
15) Untuk kabel feeder yang dipasang di dalam trench harus
mempergunakan kabel support minimum setiap 50 cm.
16) Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang
lebih 1 m di setiap ujungnya.
8.3. Kontak-kontak dan Sakelar
b. Kontak-kontak dan sakelar yang akan dipakai adalah tipe pemasangan
masuk dan dipasang pada ketinggian 300 mm dari level lantai untuk
kontak-kontak dan 1500 mm untuk sakelar atau sesuai dengan gambar.
c. Kontak-kontak dan sakelar yang dipasang pada tempat yang
lembab/basah harus dari tipe water dicht (bila ada).
d. Kontak-kontak yang khusus dipasang pada kolom beton harus terlebih
dahulu dipersiapkan sparing untuk pengkabelannya di samping metal
doos tang harus terpasang pada saat pengecoran kolom tersebut.
8.4. Pentanahan (Grounding)
a. Sistem pentanahan harus memenuhi peraturan yang berlaku dan
persyaratan yang ditunjukkan dalam gambar / RKS.
b. Seluruh panel dan peralatan harus ditanahkan. Penghantar pentanahan
pada panel-panel menggunakan SC dengan ukuran minima l 6 mm2 dan
maksima l 95 mm2, penyambungan ke panel harus menggunakan
sepatu kabel (cable lug).
c. Dalamnya pentanahan minimal 12 meter dan ujung elektroda
pentanahan harus mencapai permukaan air tanah, agar dicapai harga
tanahan tanah (ground resistance) di bawah 2 (dua) ohm, yang diukur
setelah tidak hujan selama 2 (tiga) hari berturut-turut.
d. Pengukuran pentanahan dilaksanakan oleh Pelaksana Pekerjaan
setelah mendapat persetujuan dari MK/Manajemen Konstruksi ( MK ).
Pengukuran ini harus disaksikan MK/Manajemen Konstruksi ( MK ).
e. Seluruh bagian-bagian besi dalam bangunan harus dibumikan
(grounded) secara baik, dengan cars menghubungkannya kepada bare
copper conductor pembumian yang telah tersedia, yaitu semua frame

197 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

konstruksi bangunan baja dan peralatan logam lainnya. Hubungan


antara bagian yang tetap dan yang bergerak (pintu-pintu) dilakukan
dengan pita tembaga fleksibel (braided copper wire), yang harus
dilindungi dari gangguan mekanis. Semua sambungan-sambungan pada
sistem pembumian harus dilakukan dengan baut dari campuran
tembaga. Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter
5/8" dan harus ditanam sekurang-kurangnya sedalam 6 m, sehingga
dapat diperoleh tahanan pembumian setinggi-tingginya 2 Ohm.
f. Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan logam (panel-panel,
housing peralatan, rak kabel, pintu-pintu besi, tangki-tangki logam dan
lain-lain) harus dihubungkan pada elektroda pembumian baik secara
terpadu atau secara terpisah (individual). Elektroda pembumian terbuat
dari batang tembaga diameter 5/8" dan harus ditanam sekurang-
kurangnya sedalam 6 m, sehingga dapat diperoleh tahanan pembumian
setinggi-tingginya 2 Ohm.
g. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat
hubungan pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standar-standar
yang berlaku dalam PUIL 2000.
Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut :
Penampang Konduktor daya Penampang Konduktor
yang digunakan (mm2) pembumian (mm2)

<= 10 6 mm2

16 mm2 10 mm2

35 mm2 16 mm2

70 mm2 50 mm2

120 mm2
70 mm2

95 m
> = 150 mm2

9. Pengujian
a. Sebelum semua peralatan utama dari sistem dipasangm harus diadakan
pengujian secara individual. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah
dilengkapi dengan sertifikat pengujian yang baik dari pabrik pembuat dan

198 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

LMMK/PLN serta instansi lainnya yang berwenang untuk itu. Setelah


peralatan tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara menyeluruh dari
sistem untuk menjamin bahwa sistem berfungsi dengan baik.
Semua biaya yang timbul dari pelaksanan pengujian menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan.
b. Test meliputi tes beban kosong (no load test) dan test beban penuh (full load
test).
1) No Load Test
Test ini dilakukan tanpa beban artinya peralatan ditest satu per satu seperti
misal pengujian instalasi 0,6/1 kV (kabel tegangan rendah) :
a. Pengukuran tahanan isolasi dengan megger 1000 V.
b. Pengukuran tahanan instalasi dengan megger 1000 V.
c. Pengukuran tanahan pentanahan.
Dan harus diberikan hasil test berupa Laporan Pengetesan/hasil pengujian
pemeriksaan. Apabila hasil pengujian dinyatakan baik, maka test
berikutnya harus dilaksanakan secara keseluruhan (full load test).
2) Full Load Test (Test Beban Penuh)
Test beban penuh ini harusdilaksanakan Pelaksana Pekerjaan sebelum
penyerahan pertama pekerjaan. Test ini meliputi :
a. Test nyala lampu-lampu dengan nyala semuanya.
b. Test pompa-pompa seluruhnya, yang dilaksanakan bersama-sama sub
pekerjaan pompa-pompa.
c. Test peralatan (beban) lainnya).
Lama test ini harus dilakukan 3 x 24 jam non stop dengan beban penuh, dan
semua biaya dan tanggung jawab teknik sepenuhnya menjadi beban
pelaksana Pelaksana Pekerjaan, dengan skedul / pengaturan waktu oleh
MK/Manajemen Konstruksi ( MK ).
Hasil test harus mendapat pengesahan dari Perencana dan MK/Manajemen
Konstruksi ( MK ). Selesai test 3 x 24 jam harus dibuatkan Berita Acara test
jam untuk lampiran penyerahan pertama pekerjaan.

10. Persyaratan Bahan dan Material


3.1. Umum
Semua material yang disuplai dan dipasang oleh Kontraktor harus baru dan
material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah tropis. Material-

199 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan dari produksi yang
terbaru. Untuk material-material yang disebut di bawah ini, maka
Kontraktor harus menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan baru
dengan jalan menunjukkan surat order pengiriman dari dealer/agen/pabrik.
a. Peralatan panel : switch, circuit breaker, meter meter dan kontaktor
serta relay protection.
b. Peralatan lampu : armatur, bola lampu, ballast, dan kapasitor.
c. Peralatan instalasi : stop kontak, saklar, junction box, dan lain-
lain.
d. Kabel
3.2. Daftar Material
Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor wajib mengisi
daftar material yang menyebutkan merk, tipe, kelas lengkap dengan
brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender. Tabel daftar material
ini diutamakan untuk komponen-komponen yang berupa barang-barang
produksi.
3.3. Penyebutan Merk/Produk Pabrik
Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa
merk tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari material atau
komponen tertentu terutama untuk material-material listrik utama, maka
Kontraktor wajib melakukan di dalam penawarannya material yang dalam
taraf mutu/pabrik yang disebutkan itu.
Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang
disebutkan pada tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor, yang
diakibatkan oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima Pemilik,
Direksi Lapangan dan Perencana, maka dapat dipikirkan penggantian merk/
tipe dengan suatu sanksi tertentu kepada Kontraktor.

PASAL 3
DIESEL GENERATOR SET (GENSET)

1. Informasi Umum
1.1. Informasi Sistem

200 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Sistem genset yang akan dipasang terdiri dari 1 unit genset masing-masing dengan
kapasitas 250 kVA . Kapasitas tesebut memback-up 100 % seluruh kebutuhan daya
gedung, apabila catu daya dari PLN mengalami gangguan pada malam hari.
1.2. Material
Dalam memasukkan penawaran, Pemborong wajib melampirkan hal-hal
berikut ini dengan jelas :
a. Melampirkan brosure, minimum 1 (satu) set asli dari setiap item unit yang
ditawarkan.
b. Pada brosure tersebut spesifikasi teknis yang terkait terhadap peralatan
terpilih harus diberi tanda dengan stabilo, misalnya, kapasitas daya, konsumsi
BBM, dimensi, berat operasi, dan lainnya, sehingga dapat diketahui secara
jelas/detail kondisi unit terpilih.
1.3. Pas Instalatir
Seluruh pekerjaan Genset yang dilaksanakan harus dikerjakan oleh instalatur
yang dapat dipercaya, mempunyai reputasi yang baik dan mempunyai pekerja-
pekerja yang cakap dan berpengalaman dalam bidangnya serta perusahaan
tersebut terdaftar sebagai instalatur resmi PLN dengan memegang pas instalatur
kelas C atau yang setara yang masih berlaku untuk tahun takwin yang berjalan.
1.4. Standard, Pedoman dan Acuan
Referensi dan standard material serta pengerjaannya harus mengikuti beberapa
ketentuan namun tidak terbatas pada yang tersebut dibawah ini :
- SNI 04-0225-2000 : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
- Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pihak PLN (SPLN) yang
menyangkut di dalam lingkup pekerjaan ini.
- Current Edition of the IEE Wiring Regulations.
- International Electrotechnical Committee (IEC)
- National Electrical Manufactured Association (NEMA)
- SK. DEPNAKER No. 17 dan No. PER 02/DP/1983 : Keselamatan pekerja
bangunan
- Ketentuan-ketentuan/aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pihak Pemilik,
khusus mengenai adanya pembangunan gedung maupun lainnya yang
berkaitan dengan pekerjaan ini.
- Ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di dalam negara Republik Indonesia
seperti ketentuan Pemda Setempat.

201 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

- Ketentuan-ketentuan internasional/negara-negara lain sejauh tidak


bertentangan dengan spesifikasi dan aturan-aturan yang ada antara lain :
VDE, DIN, BS, , ANSI, VTE & EDF.
- Panduan dan syarat-syarat tentang pemasangan, testing dan operasional yang
dikeluarkan oleh pabrik pembuat genset.

2. Persyaratan Teknis Khusus

2.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan instalasi diesel genset adalah sebagai berikut :
a. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian 1 (satu) unit genset dengan kapasitas
250 kVA , jenis Open Type, prime Power, 1500 rpm dengan sistem 380-400V/
3Ph/50 Hz
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian panel listrik genset.
c. Pengadaan, pemasangan dan pengujian panel kontrol genset lengkap dengan
auto load sharing,
d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian pipa BBM serta instalasi pemipaan dan
tangki utama genset lengkap dengan pompa-pompa dan valve-valve kontrolnya.
e. Pengadaan, pemasangan dan pengujian instalasi grounding system.
f. Pengadaan dan pemasangan critical residential silencer dan pipa gas buang
serta peralatan bantu sesuai dengan gambar spesifikasi.
g. Pengadaan dan pemasangan anti vibration mounting tipe spring lengkap
dengan peralatan bantunya yang dapat meredam getaran lebih dari 90 (
Vibration insulation efficiency minimum 90 % )
h. Pengadaan dan pemasangan isolasi suara di ruang genset, peredam suara air
intake dan air exhaust seperti tertera dalam gambar spesifikasi.
i. Pembuatan buku operation, maintenance manual dan as built drawing.
j. Pengujian diesel genset dengan load bank sampai dapat bekerja dengan baik
dan diterima oleh pemberi tugas. Beban listrik untuk pengujian disediakan oleh
kontraktor genset.
k. Membuat trunking dengan ukuran seperti tertera dalam gambar dan
pengadaan serta pemasangan kabel tray dari ruang genset ke ruang control
panel genset.
l. Pengadaan dan pemasangan seluruh spare part selama masa pemeliharaan.
m. Mengadakan training operator.

202 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

n. Pengadaan, pemasangan dan pengujian fan-fan di ruang genset.

2.2. Uraian Sistem


Dalam keadaan sumber daya listrik utama (PLN) mati, khususnya pada hari dan
jam kerja, sumber listrik akan dicatu oleh sumber listrik cadangan genset 250 kVA,
1500 rpm, 50 Hz yang dapat bekerja secara auto start melalui AMF. Semua
instrument dan control yang dipasang harus mengikuti standard operasi pabrik
yang dipersyaratkan dan sesuai gambar spesifikasi.

Genset ini harus didesain untuk bias beroperasi sampai suhu 40 0 C , ventilasi ruang
genset harus baik sedemikian rupa sehingga genset dapat berfungsi dan beroperasi
dengan baik. Shut down dan emergency start up harus dapat dioperasikan secara
otomatis tergantung dari model control yang diseleksi. Start up dan start down
diesel genset akan tercapai secara otomatis melalui sensing signal dari system
control genset. Generator excitation dari AVR control akan secara otomatis switvh
on pada kondisi diesel engine putarannya 1500 rpm.

2.3. Lokasi
Lokasi seperti ditunjukkan pada gambar-gambar spesifikasi.

2.4. Suplai Daya Listrik


Suplai daya listrik yang dihasilkan genset ini harus mempunyai tegangan
380/400V, 3 phase, 4 wires, 50 Hz dengan deviasi/fluktuasi sesuai rekomendasi
PLN.

2.5. Tingkat Kebisingan


Tingkat kebisingan suara dalam berbagai ruang dalam gedung harus tidak boleh
melebihi kriteria kebisingan seperti yang diberikan dalam tabel berikut.
Jika terjadi ketidaksesuaian dalam menentukan tingkat kebisingan dalam semua
ruang pada tabel berikut, maka keputusan pemberi tugas terhadap ruangan, jenis
dan fungsi ruangan seperti yang tercantum dibawah ini akan menjadi keputusan
akhir dan mengikat terhadap kontraktor.

203 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Fungsi Ruangan Kriteria Kebisingan Perkiraan Tingkat


(NC) Kebisingan
(dBA)
Ruang Parkir 60 68
Ruang Kantor 45 53
Ruang Rapat 35 43
Ruang Auditorium 35 43

Batas kriteria kebisingan yang di spesifikasikan ditetapkan pada setiap titik dari 1
meter sampai 2 meter dari lantai dengan jarak tidak lebih dekat dari 1.5 meter dari
setiap lubang udara atau peralatan lainnya. Kontraktor harus memastikan bahwa
kebisingan yang timbul dari suatu peralatan yang disuplai sesuai kontraknya,
harus dibatasi secara efektif sedemikian rupa sehingga tingkat kebisingan berada
pada batas yang sesuai dengan persyaratan peraturan praktis kesehatan
lingkungan.
Kontraktor harus memeriksa semua gambar dan spesifikasi termasuk gambar kerja
arsitektur dan struktur, sebelum memulai segala pekerjaan dan harus memberi
saran-saran ke arsitek mengenai karakteristik atau sifat gedung atau faktor
lainnya sehingga dapat menghasilkan tingkat kebisingan yang rendah atau yang di
inginkan.
Kontraktor harus bertanggung jawab atas perbaiakan yang diperlukan baik selama
pelaksanaan ataupun penyelesaian pekerjaan untuk mencapai hasil sesuai tingkat
kebisingan yang dipersyaratkan.

2.6. Diesel Engine Dan Auxiliaries


a. Umum
Diesel generator yang dimaksud disini digunakan untuk mengatasi sekiranya
terjadi gangguan sumber tenaga listrik dimana pengoperasiannya berlangsung
secara otomatis.
Spesifikasi yang dilengkapi gambar-gambar menjelaskan tata cara pemasangan
dan pengetesan dari diesel generator lengkap dengan kapasitas, letak
pemasangan sebagaimana dijelaskan pada spesifikasi beserta gambar-gambar
terkait. Seluruh instalasi genset hendaknya dilaksanakan sesuai peraturan
internasional maupun lokal yang sah dan berlaku saat ini.
b. Pengoperasian

204 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Gangguan suplai daya listrik dari PLN secara sebagian ataupun gangguan
penuh (Penurunan tegangan sebesar 80% pada salah satu fasanya pada kabel
feeder transformator harus bisa dideteksi oleh sensing relays pada genset.
Kemudian kotak utama (Mains contacts) dari ATS harus terbuka dan mesin
serta alat-alat bantu lainnya ( Fan, radiator dan lain sebagainya) harus mulai
jalan dalam waktu sesingkat mungkin. Segera setelah kecepatan, frekwensi
dan tegangan dari genset mencapai angka yang dipersyaratkan, maka “stand
by contact” dari ATS hendaknya menutup dan pengaturan harus dilagsungkan
untuk mentransfer beban kepada genset.
Pengalihan (transfer) dari seluruh beban yang dimaksud harus terlaksana
secara keseluruhan dalam waktu 15 detik terhitung mulai terjadinya gangguan
PLN.
Pada saat sumber PLN sudah pulih kembali, seluruh proses pengalihan
kembali harus dapat berlangsung, yaitu stand by contact dari ATS hendaknya
terbuka yang disusul dengan tertutupnya mains contact dari ATS. Sebuah
rangkaian time delay (time delay circuit) harus ada didalam kontrol sirkit dari
genset. Hal ini dimaksudkan agar pemindahan daya dari genset ke PLN baru
dapat dilangsungkan setelah genset telah berjalan selama 10 menit setelah
start up atau sumber PLN telah hidup kembali selama minimal 10 menit. Hal
tersebut agar genset tidak berulang-ulang start dan stop dalam sbuah kejadian
dimana sumber PLN berturut-turut mati hisup dalam waktu singkat.
Operasi sinkronisasi genset hendaknya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas
sehingga dapat berjalan secara serempak sebagaimana ditunjukkan dalam
spesifikasi ini. Sistem sinkron dari genset harus mampu melakukan fungsi
tersebut di bawah ini :
 Start/stop dari tiap-tiap genset.
 Sinkronisasi secara lengkap
 Mampu mengatur beban aktif dan reaktif.
 Set selection untuk start / stop pada duty cycle operation.
 Supervisi atau membatasi beban aktif dan reaktif.
 Pengaturan tegangan dan frekwensi output secara manual tiap unit genset.
 Dilengkapi sinchroscope atau synchronizing lamp untuk sinkronisasi
manual.
 Dilengkapi dengan meter-meter seperti : voltmeter, ammeter, frekwensi
meter, kilowatt meter, kilo VAR meter, power factor, field current ammeter

205 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

untuk tiap genset.


 Dilengkapi dengan Over current relay, Short Circuit Relay, Reverse power
relay, Under Voltage Relay
Genset harus dapat disinkronisasi untuk dioperasikan secara pararel
dilengkapi dengan sistem governor yang sesuai dan cocok untuk menghasilkan
“speed drop characteristic” yang serupa. Seluruh sistem hendaknya
memastikan/menjamin active dan reaktif load sharing yang sama untuk genset-
genset ang ratingnya serupa.
c. Mesin Diesel
Mesin diesel hendaknya berjenis multi cylinder, empat langkah, turbo charger,
direct injection, type compressor ignition untuk beropersi pada kecepatan 1500
rpm.
Mesin hendaknya mengikuti standard BS 5514 atau peraturan internasional
lainnya dan harus dapat menghasilkan kapasitas ‘ maksimum continuos
output” sebagaimana yang dinyatakan dalam gambar antara lain adalah
derating temperatur dan kelembaban dan seteah dikurangi power take off
untuk alat-alat bantu mesin. Mesin genset harus berkemampuan memikul
beban lebih sebesar 10% selama 1 jam penuh dalam periode manapun selama
12 jam bekerja tanpa henti.
Tiap genset harus dilengkapi dengan radiator, fan, change air cooled, pompa
minyak pelumas dan pompa sirkulasi air, filter minyak pelumas, fileter bahan
bakar minyak, pengukur tekanan minyak pelumas, tachometer, pencatat jam
pemakaian integrasi, filter pemasukan udara, thermometer pengukur exhaust
untuk tiap bank cylinder yang dimugkinkan dipasang pada oil lubricating
sump, thermometer untuk inlet dan outlet minyak pelumas serta juga air
pendingin mesin. Peralatan lainnya yang harus dipasang adalah governor dari
jenis electronic, high temperature water, low pressure shutdown dan semua
peralatan pengaman dan alat bantu lainnya yang diperlukan.
d. Dudukan Genset (Generator Mounting)
Tiap Genset hendaknya didudukkan pada alas bawah kaku dimana dapat
meluncur (Rigid skid base) dengan bantalan penumpu yang dihaluskan
(machined pads) pada permukaan atasnya untuk menghasilkan pelurusan
(aligment) yang tepat untuk mesin dan alternatornya.
Tiap unit genset harus dipasang “anti vibration mounting” yang hendaknya
terdiri dari unhoused, free standing, laterally stable steel springs, terangkai

206 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

dalam series dengan dua lapisan neoprene water pads setebal 8 mm dengan
defleksi statis minimum 50 mm (Diperlukan paling sedikit 10 isolator) pada
keadaan operasional tak biasa. Semua pegas hendaknya masih memiliki
peluang untuk digerakkan/ditekan sebesar 50% lebih banyak, dimana keadaan
ini merupakan batas elastisitas yang belum terlampaui oleh berat genset.
Semua pegas hendaknya terpasang dengan clearence yang cukup (minimal 25
mm) dari peralatan dan hendaknya terlihat dengan jelas agar dapat diperiksa.
Isolator-isolator vibrasi hendaknya ekivalen dengan kinetic FDS, korfund WSC,
Mason SLF atau VWC AWH.
Kontraktor harus menyerahkan data atau informasi yang menunjukkan
distribusi beban dari setiap genset, detail-detail bantalan pegas, defleksi pegas
pada bahan-bahan yang bersangkutan, merk, tipe, ukuran dan jumlah bantalan
pegas yang diperlukan setiap genset.
e. Governors
Governor yang akan digunakan harus mengacu pada standard BD 5514 dan
memiliki standard electronik. Genset hendaknya mampu menahan stressing
tegangan yang terjadi pada saat interval atau external short circuit atau earth
fault ataupun perubahan beban secara tiba-tiba.
Tiap genset hendaknya berkemampuan menerima/melayani 60% dari rated load
dari keadaan tanpa beban dengan perubahan kecepatan sementara(terpasang)
tidak melebihi 10% dari rate speednya.
f. Alat-alat Proteksi
Tiap mesin hendaknya dilengkapi peralatan pengaman termasuk discrimating
circuit for fault warning. Alat pengaman tersebut antara lain :
 Low Lubricating Oil Pressure Trip : Alarm & shutdown
Peralatan ini akan bekerja bilamana tekanan minya pelumas turun,
memutuskan aliran BBM, mematikan start relay dan memberikan alarm
yang dapat dilihat maupun didengar.
 High
Sebuah thermostat harus dipasang untuk mengawasi kemungkinan adanya
temperatur air pendinginan yang tinggi.
 Overspeed trip
Peralatan ini dapat bekerja atas dasar mekanis maupun electronic yang
cara kerjanya terpisah atau tidak ada hubungannya dengan governor. Bila

207 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

mesing mengalami kecepatan putaran lebih atau sama dengan 20%, maka
peralatan ini dapat memutuskan aliran BBM.
 Kegagalan untuk start
Control circuit (rangkaian sistem pengaturan) harus membiarkan
prosedure urutan start (start sequence) dapat terwujud ulang bilamana
terjadi kegagalan start pada percobaan pertama.
g. Perencanaan Instrumentasi
Peralatan dan instalasi yang digambarkan disini adalah peralatan yang
sederhana namun dipilih secara komprehensif sehingga menunjukkan
kerjasama antar peralatan yang menyeluruh dan bekerja/memberikan respon
output yang baik untuk mendapatkan operasi yang efisien dan aman.
Beberapa peralatan yang wajib dipasang pada setiap unti genset yaitu :
 Manometer pengukur tekanan minyak pelumas.
 Tachometer
 Thermometer inlet dan outlet dari air pendinginan.
 Emergency stop push button
 Hour running dari masing-masing genset
 Exhaust thermometer
 Dan peralatan-peralatan lainnya yang dianggap perlu.
Panel juga harus mempunyai fasilitas yang memberi indikasi dalam kondisi
abnormal dan indikasi lampu dalam posisi mati. Semua indikasi alarm harus
bisa berkomunikasi dengan sistem Building Automation System (BAS).
h. Sistem Pemasukan Udara (Air Intake System)
Udara segar untuk keperluan mesin hendaknya ditarik dari luar gedung /
ruaang genset, melalui louvre di dinding dan kalau perlu dialirkan melalui
saluran ducting.
i. Sistem Minyak Pelumas
Tiap mesin harus dilengkapi dengan “forced feed lubricator oil system” lengkap
dengan pompa minyak (Digunakan untuk mesin sendiri), radiator, flow filters,
thermostat, thermometer/temeperature gauge dan pressure gauge (terpasang
sebelum dan sesudah semua filter)
j. Susunan Instalasi Exhaust
 Silencer
Tiap mesin harus dilengkapi dengan exhaust silencer dari tipe yang tepat
sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, Pada proyek ini, silecer

208 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

terbuat dari jenis Residensial Type” dan ditempatkan didalam ruang genset
serta dipasang sedekat mungkin dengan discharge manifold mesin genset.
Spesifikasi dari silencer sebagai berikut :
- Silencer harus terbuat dari multiple chamber reactive type yang
dirancang untuk dapat menghasilkan low frequency dan exhausted
pulsation control.
- Silencer harus terbuat dari konstruksi welded sheet steel dengan dua
dinding (Double wall).
- Silencer harus di finish dengan cat bakar yang tahan sampai dengan
temperatur permukaan sebesar 550°C.
- Semua silencer harus dilengkapi dengan thermal insulation untuk
meminimumkan heat losses.

 Pipa Gas Exhaust


Pipa exhaust yang menembus dinding hendaknya diberi sleeve. Pipa yang
sebelah luar dilengkapi dengan split circular flange yang dipasang dengan
baik pada setiap sisi dinding (sebelah dalam maupun luar). Disebelah
dalam dari sleeve diberi ceramic wool untuk membentuk suatu sound fire
barrier dan kedua sisinya dirapatkan dengan approved non hardening
resilent sealant.
Pipa gas exhaust harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Menggunakan Carbon steel dengan diameter sesuai dengan gambar.
- Dilapisi insulation dari ceramic wool dengan densitas 100 kg/m³ dengan
ambient temperature minimal 800°C, kemudian dibungkus aluminium
foil sepanjang pipa serta dilapisi galvanized sheet steel 0.7 mm
- Harus dilengkapi dengan flexible pipe.
k. Sistem Start
Sistem instalasi untuk menstart genset harus terdiri dari battery 24 volt dan
alat pengisinya, starting motor dan semua alat bantu lainnya, termasuk juga
wiring dan alat proteksi lainnya.
l. Pipa Bahan Bakar
 Jenis pipa yang dipakai adalah black steel pipe schedulle 40.
 Jenis fitting yang dipakai adalah black maleable iron, screwed end 150 psi.
 Kontraktor harus menyiapkan conector pipa untuk penyambungan ke mobil
tangki dengan ukuran yang sama.

209 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2.7. Generator Ac
a. Pengoperasian Generator
Generator harus sesuai dengan IEC 34-1, BS 5000, SNI 04-0225-2000 atau
standard internasional lainnya yang berkaitan dengan Generator, dengan
sistem operasi sebagai berikut :
 Kapasitas : 250 kVA
 Tegangan antar phasa : 380 Volt
 Jumlah Phasa : 3 (Tiga)
 Frekwensi : 50 Hertz
 Rated Power Factor : 0.85
 Indeks Proteksi : IP 23 Class H
Generator harus mampu beroperasi pada Maximum Continuos Rating (MCR),
pada frekwensi 50Hz pada sebuah tegangan antara 95% - 100 % dari tegangan
nominal 380V. Generator harus menyesuaikan setiap respect untuk operasi
kontinue beban dasar dan atau beban harian ataupun tanpa beban. Tempeartur
pada sisi luar stator frame tidal lebih dari 80 derajat celcius pada generator
MCR.
b. Sistem Exciation
Sistem Excitation untuk generator harus memungkinkan mesin untuk
beroperasi pada faktor daya yang telah ditetapkan denganinterval tegangan
sebesar 95% - 100% dari nilai rating, baik secara individual maupun secara
pararel pada MCR yang sesuai untuk rating dari continuos movers.
Hal ini dimaksudkan untuk mengatur tegangan terminal generator untuk
beberapa nilai anatar 80% - 100% dari nilai rating dari mesin pada circuit
terbuka pada rated speed dengan exciation di AVR control. Artinya, untuk
pengefektifan lokal maupun pengontrolan jarak jauh dari set point AVR harus
disediakan.
c. Regulator Tegangan Otomatis (AVR)
Automatic Voltage Regulator (AVR) harus dari tipe continuos, bukan dari tipe
tetap (konstan), menggunakan static solid state. Setiap AVR dan peralatan
bantu harus dipasang dalam sebuah kubikal kontrol.
Setiap AVR harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
 Penyediaan untuk kontrol tegangan generator dengan range berdasarkan
pasal 2.7b
 Batasan operasi dari exiter harus bisa tercapai tegangan kontrolnya ± 1%

210 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

dari nilai setting, tanpa loncatan. Kenaikan temperatur generator setelah


penolakan dari regangan MCR, pada faktor daya nominal tidak boleh lebih
dari 20%.
 Kompensasi pararel running dan koreksi untuk menyakinkan bahwa
operasi load sharing dapat bekerja dengan sempurna.
 AVR harus dalam limit automatic dengan alarm dan over excitation dalam
batasan steady state dengan alarm. Waktu tunda yang diperlukan features
tidak termasuk, dan waktu tunda untuk over exciation tercakup dalam
karakteristik thermal generator dimana akan melonjak. Batasan untuk
over exciation adalah 110% beban mesin pada 0.85 faktor daya pada
diagram generator.
 Fasilitas-fasilitas yang ada harus disesuaikan dengan karakteristik drop
AVR seperti penggantian MVAR loading.
Peralatan pada AVR harus mencakup indikasi tegangan, referensi unit
tegangan, amplifying device, pengatur stabil dan perlengkapan lainnya yang
dianggap perlu.
d. Field Supression Switch
Field supression switch harus cocok untuk dioperasikan secara lokal ataupun
remote dengan sebuah kontrol selection switch dan disusun untuk locking off
dan tripping dari sistem proteksi genset. Indikasi lampu harus dipasang dalam
field supression switch guna menunjukkan posisi switch. Peralatan ini harus
juga dapat memutuskan arus hubung singkat dalam sistem eksitasi.
Interlock elektrikal harus dipasang guna untuk memastikan bahwa generator
tidak dapat bekerja secara pararel dengan sumber utama (PLN) kecuali mains
tersebut energized dan menghambat tripping dari saklar jika generator bekerja
secara sinkron.
e. Pengukur Temperature
Indikasi temperatur harus tersedia minimum di tiap-tiap mesin :
 9 Thermo couple, 3 setiap phasa an diletakkan di celah stator
 1 Thermo couple ditiap exciter udara yang masuk dan keluar
 1 Thermo couple ditiap dalam generator udara yang masuk dan keluar
Indikasi lokasi dari bearing temperatur juga harus dipasang dengan kontak
untuk indikasi dari sebuah remote alarm artinya dalam kondisi temperatur
status tinggi harus terjadi alarm.
 Jenis fitting yang dipakai adalah black maleable iron, screwed end 150 psi.

211 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Kontraktor harus menyiapkan conector pipa untuk penyambungan ke mobil


tangki dengan ukuran yang sama.

3. Spesifikasi Peralatan
3.1. Diesel Generating Set
 Kapasitas : 250 kVA
 Tegangan antar phasa : 380 Volt
 Jumlah Phasa : 3 (Tiga)
 Frekwensi : 50 Hertz
 Rated Power Factor : 0.85
 Indeks Proteksi : IP 23 Class H
3.2 Remote Control Panel
Panel kontrol genset merupakan panel yang tidak berhubungan secara langsung
dengan Panel listrik genset. Panel kontrol terdiri dari :
 Automatic start/AMF
 Automatic Synchronizing
 Auto load sharing
 Auto load depend start/stop
 Control Selection Genset
 Inteligent control system yang berbasis Programmable Logic Control (PLC) atau
sistem lainnya sehingga dapat berfungsi dengan baik.
 Speed Adjuster Potensimeter
 Emergency Stop Rotor lock
 Voltage Adjuster Potentiometer
 Engine auto indication.
 Selector Switch Synchro manual
 Engine Running Indication
 Push Button & Pilot Lamp CB “Open”
 Push Button & Pilot Lamp CB “Close”
 Push Button & Pilot Lamp CB “Trip”
 Selector Switch Manual - Auto
 Module Control Generator
 Module Control Mains
 Double Volt meter
 Synchronouscope

212 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Frequency meter
 Battery Charger Lead Acid 10A 380Vac/24Vdc
 Instalasi kontrol dari Remote Control Panel ke Panel Listrik Genset

Remote control panel pada sistem genset ini harus dapat memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Remote control panel dapat mengenali beban yang akan ditanggung oleh
genset.
b. Sistem schedulle waktu dapat dilakukan secara otomatis. Genset 1 dan 2
dengan kapasitas masing-masing 600 kVA akan beroperasi bila terjadi
gangguan pada sistem tenaga PLN pada jam 07.00 sampai dengan jam 19.59.
Setelah jam 20.00, genset 3 dengan kapasitas 135 kVA akan beroperasi secara
otomatis sedangkan genset 1 dan 2 berhenti beroperasi.
c. Sistem schedulle hari dapat dilakukan secara otomatis. Genset 1 dan 2 akan
beroperasi hanya saat hari kerja (Senin s/d jum’at), sedangkan genset 3 akan
beroperasi pada hari libur ( Sabtu, minggu dan hari besar nasional ataupun
libur bersama yang ditetapkan oleh pemerintah).
d. Waktu sinkron genset 1 dan 2 harus tidak lebih dari 10 detik setelah PLN
mengalami gangguan.
e. Apabila pada hari kerja, beban terpakai kurang dari 60 % dari kapasitas
langganan terpasang, maka hanya genset 1 yang akan beroperasi.
f. Remote Control Panel harus dapat bekerja secara otomatis maupun manual.
Hal ini dimaksudkan apabila Remote Control Panel terjadi masalah atau
gangguan, genset dapat di setting secara manual.
Pihak pembuat Remote control harus menjamin selama 5 tahun terhadap
sistemnya, Apabila terjadi kerusakan atau masalah, maka pihak pemberi tugas
dapat meng-claim dengan tanpa biaya tambahan kecuali transportasi ke
lokasi/proyek.

3.3. Sistem Pengaturan Tegangan


Pengaturan tegangan harus + 2% dari keadaan tanpa beban penuh. Daerah
pengaturan adalah + 5% tegangan nominal. Modul pengaturan adalah solid state.

3.4. Sistem Bahan Bakar

213 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Plat tanki harus dicat UPOX-EPOXY (Danapaint atau ICI) dan pada lapisan
akhirnya dengan cat alluminium (bronze), perihal warna cat akan ditentukan
kemudian (termasuk tanki utama kap. 10.000 liter)
b. Motor Pompa Minyak/Gear Pump untuk Motor Pompa Pengisian tangki bahan
bakar diesel genset.
c. Motor :
- Daya : ± 400 Watt, 3 phase
- Putaran : + 1.500 rpm
- Tegangan : 380 Volt
- Frekwensi : 50 Hz.
- Jumlah : 2 (dua) unit
d. Pompa Minyak :
- Kapasitas : min. 20 Liter/menit
- Total head : ± 15 m.
- Jumlah : masing-masing 1 unit

4. Syarat-Syarat Pemasangan
4.1. Diesel Generating Set ( Lihat schedul Peralatan )
a. Diesel Generator Set harus terpasang lengkap dengan peralatan penunjangnya
- Sistem supply bahan bakar
- Sistem pembuangan gas dan peredam suara
- Sistem listrik dan proteksinya
- Sistem starting
- Sistem pendinginannya, dan lain-lain.
Sehingga diesel generator set dapat beroperasi dengan memuaskan dan
memenuhi standard yang ditentukan.
b. Diesel generator set dipasang di atas bantalan skid, baut pengikat dilengkapi
dengan bantalan (spring/karet) minimal 12 buah untuk 1 (satu) unit genset
atau sesuai dengan manufacture, untuk meredam getaran.
c. Bantalan skid dipasang di atas pondasi beton, secara presisi sesuai standard
manufacture.
4.2. Sistem Bahan Bakar
a. Umum
 Pekerjaan-pekerjaan yang tercakup dalam bagian ini meliputi : menyediakan
seluruh pekerja, material, perlengkapan, peralatan dan melaksanakan

214 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

seluruh pekerjaan sistem penyimpanan dan pemipaan bahan bakar sehingga


dapat beroperasi secara benar dan sempurna.
 Melaksanakan pengujian/testing untuk mengetahui sistem bekerja secara
sempurna.
 Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling
melengkapi dan sesuatu yang tercantum di dalam gambar dan spesifikasi
bersifat mengikat.
 Jenis pipa terbuat dari bahan baja dan harus mengacu pada standard ASTM
A53
b. Teknis Instalasi
 Seluruh pipa yang menyambung pada tangki harian harus melalui socket
yang berulir dan dilas dengan sempurna pada dinding tangki.
 Penyambungan socket dengan pipa harus diseal tape dengan sempurna
tanpa adanya kebocoran sedikitpun.
 Pipa-pipa penghubung tangki harian/utama yang ditanam harus dibersihkan
dengan amplas besi, kemudian diflincode dan dibungkus memakai karung.
 Sedangkan pipa-pipa yang dipasang di atas permukaan, harus dibersihkan
dahulu dengan amplas besi, lalu dicat dengan cat Upox-Epoxy, Danapaint,
kemudian dicat lagi dengan cat alluminium (bronze) atau ditentukan
kemudian.
 Semua bak kontrol atau kontrol box pengisian bahan bakar harus dibuat
lengkap dengan penutup yang dapat dibuka guna pengontrolan.
 Tanki harus dilengkapi dengan pipa ventilasi, pipa drain dan man-
hole/handhole.
 Tanki bahan bakar harian terbuat dari besi plat tebal 6 mm bahan mild
steel, yang diberi penulangan secara presisi dibuat celynder type.
Antara besi penulangan dengan besi plat tanki dilas secara penetrasi penuh
sebanyak dua kali (but welded/pengisian dan full welded).
Pengelasan tanki dilakukan dari luar dan dalam tangki.
 Tanki mingguan terbuat dari besi plat tebal 8 mm bahan mild steel.
 Tanki harian harus dipasang perangkat kontrol khusus minyak, yang akan
/mengontrol kapasitas/ volume pengisian bahan bakar.
 Untuk tanki harian harus di buatkan penyangga (support) setinggi + 250
mm dari pipa black steel dia. 75 mm dan diberi penguat memakai pipa
diameter 32 mm dan dicat sesuai dengan warna tanki.

215 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Untuk tanki harian harus diberi pipa penguras (drain).


 Semua instalasi pipa bahan bakar harus ditest dengan 2 (dua) kali daya
kerjanya.
 Tanki BBM harus ditest dengan jaminan dari Pemborong, lampiran hasil
pengujian dimasukkan pada MK/Perencana sebelum dilaksanakan
pemasangan tanki.

4.3. Pentanahan/Grounding
a. Hantaran Pentanahan/Ground Cable
 Hantaran pentanahan harus menerus (continuous) dan dalam setiap
bangunan harus membentuk rangkaian tertutup (loop) dengan junction pada
panel.
 Penghantar harus terlindungi dari gangguan mekanis.
 Pada setiap panel harus disediakan rel hantaran tanah, dan frame/penutup
metal tidak boleh dipergunakan sebagai penghantar.

b. Grounding
 Setiap panel harus diketanahkan dengan elektroda pentanahan.
 Apabila ada beberapa panel yang terletak berdekatan maka elektroda
pentanahan dapat digabung, jarak antar panel maximum adalah 5 meter.
 Elektroda pentanahan harus dilengkapi kontrol box dan terminal pengujian.
 Elektroda pentanahan dipasang di luar bangunan.
 Tahanan pentanahan maximum adalah 2 ohm.
 Pengetanahan titik netral generator harus terpisah dari sistem
pengetanahan yang lain.

4.4. Peredam Suara Ruang Genset


a. Noise level ± 70 dB pada jarak tiga meter dari ruang genset.
b. Semua bagian dalam ruangan genset di lapisi dengan Rock Wool Density ± 100
kg/m³ dan dibungkus dengan glass cloth.
c. Pekerjaan harus rapi sesuai persyaratan ruang genset (lihat gambar)
d. Opening Intake Air dan Opening Discharge Air ke dan dari ruang genset
dilengkapi dengan sound attennuator dengan drop tekanan ± 30 pa, ukuran di
sesuaikan dengan opening / design yang ada.

216 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

5. Syarat-Syarat Penerimaan
5.1. Persyaratan Bahan/material
Semua material yang disuplay dan dipasang oleh Pemborong harus baru dan
material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah beriklim tropis. Material-
material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan produksi terbaru. Untuk
material-material yang disebut di bawah ini maka Pemborong harus menjamin
bahwa barang tersebut adalah baik dan baru dengan jalan menunjukan Surat
Order Pengiriman dari Dealer/ Agen/Pabrik apabila dimungkinkan :
- Peralatan Panel : Switch, circuit breaker dan kontaktor.
- kabel
- Bahan-bahan peredam suara (rockwool, glasscloth, dll.).

5.2. Perapihan / Perbaikan Sisa Pekerjaan


Semua akibat dari pekerjaan Genset, berupa kerusakan atau sisa-sisa Pekerjaan
harus dirapihkan kembali.
Sisa-sisa bahan atau bekas bongkaran harus dibuang di tempat yang ditentukan
oleh Pengawas.
5.3. Pengecatan
Di mana perlengkapan-perlengkapan yang sudah di-"finish" di pabrik dan
pengecatan tambahan di lapangan tidak dipersyaratkan, maka untuk semua
permukaan yang cacat harus difinish kembali untuk memperoleh "finish" yang
sama/merata. Di mana tidak ada atau tidak ditentukan "finish" pabrik dan
dipersyaratkan adanya "finish" di lapangan maka pengecatan di lapangan harus
sesuai dengan persyaratan yang berlaku, baik terhadap mutu cat maupun teknis
pelaksanaannya.

5.4. Pengujian Instalasi dan Uji Coba


Pengujian instalasi dan uji coba harus dilakukan Pemborong pada Paket ini, antara
lain :
a. Pengujian terhadap instalasi harus dilakukan sesuai aturan dan prosedur yang
berlaku atas biaya Pemborong.
b. Uji coba dari seluruh instalasi yang terpasang di mana pelaksanaannya
menjadi tanggung jawab Pemborong, termasuk pengadaan bahan
bakar/pelumas.
c. Pengujian ini dilakukan dengan jalan dibebani secara bertahap 0% - 25%- 50% -

217 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

75% - 100% selama masing-masing satu jam dan 110% dari penuh kapasitas
genset dengan menggunakan beban bangunan.
d. Sarana uji coba terhadap beban listrik tersebut diadakan oleh Pemborong.
e. Test Automatic Main Failure dan Test Load Sharing.

5.5. Manual dan Instruksi


Sebelum dilakukan Serah Terima Pertama, Pemborong harus memberikan kepada
Pemilik manual dan instruksi mengenai operasi dan pemeliharaan dari peralatan-
peralatan serta instruksi lisan kalau dipersyaratkan di sini.
a. M a n u a l
Manual mengenai operasi dan pemeliharaan dari peralatan-peralatan harus
disampaikan kepada Pemilik dalam waktu segera setelah dimulainya
pengoperasian dari peralatan. Manual ini harus lengkap dengan petunjuk-
petunjuk yang mendetail untuk pemeliharaan dan operasi dari peralatan-
peralatan serta sistem secara lengkap meliputi informasi yang perlu untuk
memulai menyetel, menjalankan/operasi yang continue untuk jangka panjang,
pembongkaran dan pemasangan kembali dari unit-unit lengkap dan komponen
sub-assemble yaitu 2 (dua) set asli dan 3 (tiga) foto copy. Manual ini harus
menjelaskan model/type peralatan dan ukuran dari perlengkapan serta sistem
yang dipakai.
Manual yang menjelaskan perlengkapan yang serupa, tapi dari model/type dan
ukuran yang lain tidak akan diterima.
Manual ini harus diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap asli untuk digunakan
pada operasional peralatan dalam bentuk bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Petunjuk cara Pengoperasian berupa display edisi lux ditempatkan di ruang
genset.
b. Instruksi
Pemborong harus menyediakan wakil-wakil dari Manufacturer yang ahli dan
terlatih untuk memberikan instruksi yang mendetail kepada personil-personil
yang ditunjuk oleh Pemilik untuk menjalankan serta memelihara
perlengkapan-perlengkapan tersebut.
Pemberian instruksi ini harus diatur menurut jadwal Pemilik dan dilakukan
dalam jam kerja biasa.
Biaya latihan dan jumlah personil yang ditunjuk pemilik proyek termasuk dlam
penawaran Pemborong.

218 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

6. Syarat-Syarat Operasi Sistem


6.1. Sistem Operasi Genset
Sistem operasional dilengkapi dengan unit AMF (Automatic Main Failure), yaitu
peralatan yang dapat mendeteksi sistem listrik dari panel utama dan
memerintahkan diesel start.
Unit diesel yang dilengkapi AMF akan start (ON) dan langsung dapat mensuplai
beban listrik dengan waktu yang dibutuhkan 10 - 20 detik.
Sistem operasi secara otomatis seperti uraian di atas harus dapat dilakukan pula
secara manual.
Bila sumber PLN hidup kembali maka supply daya dari diesel terputus dan
pelayanan kembali dari sumber PLN, Gensetpun akan mati (off), tapi exhaust fan
masih bekerja sampai mesin dingin.

6.2. Sistem Pengaturan Putaran Mesin


Sistem Pengaturan Putaran mesin harus bisa dijaga tidak lebih dari 3% (1,8 Hz)
dari keadaan tanpa beban sampai beban penuh, menggeser turunnya beban dapat
diatur dari 0 s/d 3%.
Governor harus adjustable, electronic type, dengan centrifugal speed sensing atau
electric sensing dengan kemampuan yang sama servo motor 24 Volt.

7. Syarat-Syarat Pemeliharaan
7.1. Prosedur Pemeliharaan
Masa pemeliharaan atas seluruh material dan pengerjaan yang sesuai ketentuan
ditetapkan selama 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari kalender setelah instalasi
terpasang dan dioperasikan.
Garansi peralatan yang diberlakukan pada Pemborong ini harus sesuai dengan
ketentuan garansi pabrik mesin diesel/generator, yakni selama 12 (dua belas) bulan
terhitung sejak start pertama dilaksanakan atau selama 8000 jam kerja.
Pemborong harus melaksanakan Pemeliharaan sebagai berikut :
a. Setiap 60 jam
- Memeriksa dan menambah bak minyak pelumas pompa penyemprotan
bahan bakar.
- Memeriksa dan menambah minyak pelumas pada governor (Mekanikal).

219 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

- Memeriksa dan menambah minyak pelumas pada saringan udara (jenis


minyak).
- Membuang bahan bakar, kotoran dan air pada saringan bahan bakar.
- Pemeriksaan dan menguras bahan bakar, membuang dan membersihkan
tangki bahan bakar
- Membongkar dan membersihkan, mencuci elemen saringan udara (jenis
minyak).
- Membersihkan rumah dan elemen pada saringan udara (jenis kertas) /
dalam keadaan sangat kotor.
- Membersihkan sirip-sirip pendingin pada radiator.
- Memelihara dan menyetel tegangan kipas utama sistem pendingin.
- Memeriksa jumlah air pada batteray.
- Mengukur berat jenis air batteray.
b. Setiap 120 jam
- Mengganti minyak pelumas pada bak minyak pelumas.
- Mengganti minyak pelumas pada bak minyak pelumas pada pompa
penyemprotan bahan bakar.
- Melumasi Diafragma Governor.
- Mengganti minyak pelumas Governor (Mekanikal)
- Mengganti minyak pelumas dan cuci bak minyak pada saringan udara
(jenis minyak)
- Memberikan gemuk pada bantalannya puli penarik tali kipas.
- Mengganti elemen saringan pada minyak pelumas
- Mencuci rumah saringan pada saringan minyak pelumas.
- Membersihkan saringan pompa pengisi bahan bakar.
- Memeriksa kotoran dan air tangki bahan bakar
- Membersihkan rumah dan elemen saringan udara (jenis kertas)
c. Setiap 250 Jam
- Memeriksa tekanan penyemprotan dan kondisi pencabutannya penyemprot
bahan bakar.
- Membersihkan kerak karbon dan kotoran penyemprot bahan bakar.
- Memeriksa dan menyetel celah besar katup pada sistem udara.
- Mengganti air pendingin dan cuci radiator pada radiator.

220 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pemborong harus memberikan kepada Pemilik manual dan instruksi


mengenai operasi dan pemeliharaan dari peralatan-peralatan serta instruksi
lisan kalau dipersyaratkan di sini.

7.2. Petunjuk Pemeliharaan


a. Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan, Pemborong harus menyerahkan
Buku Petunjuk Pemeliharaan terhadap seluruh peralatan utama dan Instalasi
serta daftar material/komponen yang memerlukan penggantian secara berkala.
Buku yang diserahkan harus dalam bentuk edisi lux dan dijilid dengan rapih
dan bagus.
Petunjuk pemeliharaan harus mencantumkan ringkasan dari pengujian
berkala yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat dan standard/aturan yang
berlaku secara umum.

b. Di dalam buku pentunjuk pemeliharaan tersebut harus diuraikan secara jelas


dan ringkas mengenai tatacara/prosedur pemeliharaan, contoh data logbook
pencatatan (harian, mingguan, bulanan dan tahunan).

c. Jumlah buku yang harus disediakan oleh Pemborong sebanyak 5 (lima) set,
masing-masing 3 set untuk Pemilik Proyek, 1 set untuk Pengawas/MK dan 1
set untuk Perencana. Seluruh biaya yang diakibatkan oleh pembuatan dan
pengadaan buku tersebut ditanggung oleh Pemborong.

PASAL 4
PEKERJAAN PENANGKAL PETIR

1. Umum
Pekerjaan sistem proteksi petir meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan
tenaga kerja, pemasangan instalasi, pengujian perbaikan selama masa
pemeliharaan dan pelatihan bagi calon operator. Sehingga seluruh sistem proteksi
petir dapat beroperasi dengan baik dan benar.
2. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi penyediaan, pengujian dan perbaikan selama masa
pemeliharaan dari sistem proteksi petir yang lengkap sesuai dengan spesifikasi

221 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

teknik ini, serta pengurusan ijin dari badan yang berwenang (Departemen Tenaga
Kerja).
3. Referensi
Pekerjaan harus dilakukan mengikuti standar dan peraturan yang berlaku dari
Jawatan Keselamatan Kerja atau standar/peraturan yang dikeluarkan dari pabrik.
4. Material
Material yang digunakan dalam sistem proteksi petir harus dalam keadaan baik
dan sesuai dengan yang dimaksudkan serta disetujui oleh Konsultan Konsultan
MK/MK.
Daftar material, katalog dan shop drawing harus diserahkan kepada Konsultan
Konsultan MK/MK sebelum dilakukan pemasangan. Material atau alat-alat yang
tidak sesuai dengan spesifikasi teknik ini akan ditolak. Sistem proteksi petir yang
dipakai adalah Sistem non radio aktif atau elektrostatik.
Komponen - komponen yang dipakai adalah sebagai berikut :
a. Terminasi Udara :
Terminal udara khusus untuk sistem proteksi petir eksternal, yang
dimaksudkan untuk menetralisir awan bermuatan disekitar bangunan gedung
dan menangkap sambaran petir bila terjadi petir.
b. Penghantar / konduktor penyalur :
Terdiri dari dua macam, yaitu penghantar horizontal yang menghubungkan
secara listrik antara terminal udara dan penghantar / konduktor penyalur
vertikal (down conductor) yang menghubungkan secara listrik antara terminal
udara dan elektroda pembumian.
Proteksi petir ini harus menjamin dapat mentransfer dengan aman energi kilat
dari "terminal udara" ke bumi. Untuk sistem tersebut digunakan jenis kabel
yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat terminal udara.

c. Sistem Pembumian
Terminal pembumian, terletak di dalam bak kontrol yang dilengkapi dengan
elektroda pembumian, bak kontrol diperlukan untuk pengujian tahanan
pembumian secara berkala. Elektroda pembumian, terbuat dari Copper Rod
pejal dengan diameter tidak kurang dari 20 mm dan panjang sekurang –
kurangnya 6.000 mm dan harus dimasukan ke dalam tanah secara vertikal dan
harus diperoleh tahanan pembumian setinggi – tingginya 5 Ohm.

222 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

5. Pemasangan dan Pelaksanaan


Cara-cara pemasangan penangkal petir sistem ini harus sesuai dengan petunjuk-
petunjuk dan spesifikasi pabrik.
a. Batang proteksi dipasang pada atap bangunan dengan memakai baut angker
atau klem. Pemasangan harus cukup kuat untuk menahan gaya-gaya mekanis
pada saat timbulnya sambaran petir.
b. Pemegang konduktor/klem harus terbuat dari bahan yang sama dengan
konduktor untuk mencegah terjadinya elektrolisa jika terkena air.
c. Sambungan - sambungan :
Sambungan yang diperlukan haruslah menjamin kontak yang baik dan tidak
mudah terlepas.
Sambungan sedapat mungkin mengurangi kerugian-kerugian tipis akibat
adanya sambungan .
d. Pelindung mekanis
Penghantar pembumian harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan
pipa uPVC tipe high impact.
6. Pengujian
Untuk mengetahui baik atau tidaknya sistem proteksi petir yang dipasang, maka
harus diadakan pengujian terhadap instalasi sistem maupun pembumiannya.
Pengujian yang harus dilakukan :
a. Pengujian tahanan pembumian.
Ukuran tahanan dari pembumian dengan menggunakan metoda standar.
b. Pengujian kontinyuitas.
7. Contoh
Kontraktor harus menyerahkan contoh dari bahan-bahan yang akan
digunakan/dipasang, yaitu paling tidak penghantar dan elektroda pembumian yang
diminta dalam persyaratan. Semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan
pengembalian contoh-contoh bahan ini adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.

8. Pemeriksaan
Sistem proteksi petir akan diperiksa oleh Konsultan Konsultan MK/MK untuk
memastikan dipenuhinya spesifikasi teknis ini. Semua bagian dari instalasi ini
harus diperiksa oleh Konsultan Konsultan MK/MK terlebih dahulu sebelum ditutup
atau tersembunyi. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan syarat - syarat

223 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

spesifikasi teknis dan gambar-gambar harus seaera diganti, tanpa biaya tambahan
pada Pemilik Proyek.
9. Surat ljin
a. Kontraktor harus mempunyai SPJT — Surat Penanggung Jawab Teknik
golongan C yang dikeluarkan oleh Assosiasi Kontraktor AKLI (Asosiasi
Kontraktor Listrik Indonesia).
b. Kontraktor harus sudah berpengalaman di dalam pemasangan proteksi petir
ini, dibuktikan dengan memberikan daftar proyek-proyek yang sudah pernah
dikerjakan.
10. Daftar Bahan/Material
Untuk semua bahan/material yang ditawarkan, maka Kontraktor wajib mengisi
daftar bahan/material yang menyebutkan merk, tipe, kelas lengkap dengan
brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender.
Tabel daftar bahan/material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang
berupa barang-barang produksi.
Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk
tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari bahan / material
ataukomponen tertentu terutama untuk bahan-bahan/material-material listrik
utama, maka Kontraktor wajib melakukan didalam penawarannya material yang
dalam taraf mutu/pabrik yang disebutkan itu.
Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang disebutkan pada
tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor, yang diakibatkan oleh
sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima Pemilik, Konsultan Konsultan
MK/MK dan Konsultan Perancang, maka dapat dipertimbangkan penggantian
merk/tipe dengan suatu sangksi tertentu kepada Kontraktor.

PASAL 5
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN FIRE ALARM

1. Umum
Pengertian sistem fire alarm disini adalah sistem deteksi awal terjadinya
kebakaran yang akan memberikan indikasi secara audio maupun visuil, dari
mana kebakaran itu berasal, sehingga dapat diambil tindakan pengamanan sedini
mungkin untuk memadamkan kebakaran. Fire alarm merupakan suatu kesatuan
sistem yang dikontrol dari peralatan sistem kontrol.

224 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan, pengujian
dan perbaikan selama masa pemeliharaan, izin-izin tenaga teknis dan tenaga
ahli. Dalam lingkup termasuk seluruh pekerjaan yang tertera didalam gambar
dan spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan lainnya, sehingga sistem
siap dioperasikan dan dapat beroperasi secara baik. Pekerjaan tersebut terdiri
dari pengadaan dan pemasangan :
a. Pengadaan dan pemasangan 1 (satu) sistem master control fire alarm lengkap
dengan Battery and Charger, Rectifier, Grounding dan Accessories.
b. Pengadaan dan pemasangan central announciator aktif lengkap
dengan indikasi lokasi, display, LED, tombol set dan reset, alarm bell.
c. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kontrol untuk lift automatic
on dan fire hydrant automatic on.
d. Pengadaan dan pemasangan sub announciator panel lengkap dengan indikasi
lokasi, LED, dan alarm bell serta flesing alarm dan lampu tanda.
e. Pengadaan dan pemasangan termination box fire alarm.
f. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai jenis detector, manual
break glass, LED indicating lamp, auxiliaria contact and relay.
g. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai jenis kabel utama dan
kabel distribusi.
h. Pengadaan dan pemasangan kabel dari MCFA (Master Control Fire Alarm)
ke central announciator dan kabel lainnya sehingga sistem dapat beroperasi
dengan baik.
i. Pekerjaan-pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar dapat
beroperasi dengan baik.

3. Standard dan Peraturan Instalasi


a. Peraturan umum dinas pemadam kebakaran.
b. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh departemen atau lembaga
Pemerintah yang berwenang dan sudah diakui penggunaannya Standard
NFPA, JLS.
c. Instalasi kabel peraturan umum instalasi listrik PUIL 2000.
e. Spesifikasi teknis, dari peralatan yang dipergunakan.

225 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

4. Sistem Operasi
a. Master control panel dan central announciator panel yang terpasang floor
mounted diruang security dimana setiap kejadian kebakaran pada setiap
bangunan / lantai dapat diketahui melaui tanda lampu pada lokasi yang
bersangkutan dan bunyi bell pada control panel lampu dapat
dipadamkan setelah menekan reset dan set kembali.
b. Disamping itu pengecekan zone dapat dilakukan dari control panel secara
manual juga berusaha pada line dapat diketahui langsung dari control panel
dengan tanda lampu dan bell dimana lampu baru dapat dimatikan bilamana
kerusakan telah diperbaiki.
c. Bangunan akan dilengkapi dengan FACP dimana prinsip kerja sub
announciator panel sama dengan prinsip kerja central announciator panel.
d. Tiap area dilengkapi dengan manual break glass push button yang
dikerjakan secara manual bilamana ditekan dan dilaksanakan apabila
detector belum bekerja dengan menekan tombol glass push button, akan
membunyikan bell alarm baik untuk lantai tersebut maupun bell dicontrol
panel (apabila pada lantai yang bersangkutan terdapat bell alarm), dan
manual push button harus dilengkapi dengan Jack Telephone.
5. Karakteristik Peralatan
a. Alarm bell :
• Vibration type
• Pemasangan outbow
• Ukuran diameter 6"
• Minimum 90 dB pada jarak 1 m.
b. Photoelectric smoke detector :
• Standby voltage : 18 - 40 Vdc
• Operating temperatur : 0°C - 38°C
• Humadity : 20 - 95%
• Sensitivity : 5 - 15%/ m
• Coverage area : 150 m²
• Sensitiv terhadap black smoke.
c. Ionization smoke detector
 Standby voltage : 18 - 40 VDC
 Operaling temperatur : 0°C - 38°C
 Humidity : 20 - 95 %

226 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Dual chamber
 Two wire low current design
 Adjustable sensilivity
 Sensilivity test points
 Flashing LED for visual supervision
 Furctional test switch
 Optional auxiliary relay
 Coverage area : 60 m² 100 m².
d. Rate of rise heat detector
 Operating voltage : 30 Vdc
 Operating temperature : - 10°C - + 50°C
 Type operasi : Normally open
 Coverage area : 70 m² - 90 m²
 Kenaikan temperatur yang dideteksi 20°C/menit
e. Fixed temperatur heat detector
 Operating voltage : 30 Vdc
 Operating temperature : 60°C - 80°C
 Type operasi : Normally open
 Coverage area : 60 m² - 70 m²
f. Base Detector
 Dilengkapi dengan LED Indicator
 Pemasangan outbow
 Harus dapat dipakai semua jenis type detector
g. Combiration rate of rise and fixed temperature heat detector :
 Kenaikan temperature yang dideteksi 15° F/menit
 Batas temperature yang dideteksi adalah 135° F
 Humidity > 90 %
 Coverage area : 60 m²
 Pemasangan outbow
h. Manual break glass push button
 Responsive and Reliable
 Easy to operate
 Simple to reset
 Modern, contoured design
 Flush or surface mounting

227 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Complete with Jack Telephone


i. Master control fire alarm / fire alarm control panel
Panel kontrol ini terdiri dari power module, control module, alarm signal
module zone module.
Panel kontrol harus dilengkapi dengan fasilitas general alarm yang
dioperasikan secara manual.
Panel kontrol dilengkapi dengan low voltage operation dan perlengkapan
antara lain :
⇒ Tombol-tombol/Switch :
 Main sounder berbunyi bila terjadi kebakaran
 Pre-signal Zone sounder Power failure alarm
 Disconnection alarm
 General alarm
 Alarm silencing or alarm disable
 System test
 System reset berfungsi untuk mengembalikan panel kontrol dalam
kondisi normal
 Fire report
 Battery check berfungsi untuk mengetahui kondisi battery back-up
 Disconnection check
 Auto-reset Detector reset Accumulation function
 Transfer berfungsi untuk memindahkan sinyal operasi ke peralatan lain
 Fire hydrant control and
 Circuit selection rotary switches berfungsi u/ memilih zone yang
akan dioperasikan.
⇒ Lampu-lampu :
Power ON yang menyatakaistem mendapatkan supply daya listrik yang
sesuai battery power.
Telepon menyala bila ada panggilan emergency melalui jack telepon
di push button accumulation function set.
Fire hydrant berkedip-kedip bila pompa fire hydrant aktif ditekan,
disconnection menyala bila terdapat jalur instalasi yang terputus, dan
caution.

⇒ Sounders :

228 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pre-signal buzzer Buzzer dan Telephone buzzer.


⇒ Accesories : Voltmeter dan Handset telephone.
j. Battery dan Automatic Battery Charger untuk MCFA :
⇒ Battery dari jenis maintenance free (battery nicad) untuk beroperasi
selama 8 jam stand by, 1 jam general alarm.
⇒ Battery charger bekerja secara automatic maupun manual.
⇒ Rectifier system.
k. Sub announciator panel
⇒ Modular construction
⇒ Dilengkapi dengan indicating lamp (LED) dengan nama lokasinya.
⇒ Tombol reset dan tombol disconnect zone
⇒ Bell.
⇒ Emergency Telepon
l. Bahan instalasi
⇒ Pipa conduit PCV kelas haigh Impact.
⇒ Doos penyambungan elbow dan socher
⇒ Klem
⇒ Cable rack tahan terhadap bahan kimia maupun gas kim.
6. Syarat-syarat Fisik
a. Bahan atau paralatan dari klasifikasi atau type yang sama diminta merk atau
dibuat oleh pabrik yang sama.
b. Setiap bagian dari peralatan yang jumlahnya jelas, maka jumlah
harus merupakan suatu unit yang lengkap.
c. Semua peralatan utama sistem ini disarankan produksi AS atau Eropa.
d. Semua bahan atau peralatan harus baru, dalam arti bukan barang bekas atau
hasil perbaikan.
e. Bahan atau peralatan harus mempunyai kapasitas atau rating yang cukup.
7. Sistem Instalasi
a. Melaksanakan instalasi perkabelan untuk seluruh bangunan secara rapi dan
sempurna serta menyediakan dan memasang perlengkapan deteksi kebakaran
berupa :
 Master control fire alarm panel
 Smoke Detector
 Combination rate of rise and fixed temperature heat detector
 Glass push button, auxilliary contact dan relay

229 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Alarm bell, indicating lamp (LED)


 Announciator aktif.
 Electrinic relay for water pump interconnection, pressuration fan.
 Instalasi yang terpasang pada daerah langit-langit tanpa plafon dicor
dalam plat betton lengkap doos-doos penyambungan menggunakan
pelindung pipa conduit.
b. Pada daerah langit-langit dengan plafon instalasi terpasang / diklem setiap
60 cm menggunakan pelindung pipa conduit PVC type haigh Impact.
c. Dibawah plafon terpasang wall mounted ke dinding batu bata
memakai pelindung pipa conduit diameter 5/8".
d. Dalam shaff diklem ke dinding shaff memakai pelindung pipa 5/8".
e. Control panel terpasang floor mounted ke dinding batu bata lantai dasar
menurut rencana setinggi 150 cm diatas ubin beton.
f. Detector terpasang outbow menghadap ke arah bawah plafon atau
digantung pada pelat beton.
g. Glass push button terpasang inbow di kolom atau dinding batu bata setinggi
150 cm diatas ubin lantai.
h. Bell alarm terpasang opbouw pada dinding batu bata atau kolom setinggi
200 cm diatas lantai.
i. Battery dan charger terpasang dalam kotak kabinet control
station.
j. Instalasi kabel harus mengikuti persyaratan didalam PUIL 2000.
8. Pengetesan Semua Sistem yang Terpasang
a. Pada waktu yang disesuaikannya pemasangan dari seluruh
perlengkapan instalasi Fire Alarm harus dalam kondisi baik dan bebas cacat.
Bagian-bagian yang rusak harus diganti oleh Pemborong atas biaya
Pemborong. b. Mengadakan perbaikan lain terhadap kerusakan-
kerusakan yang diakibatkan
kecerobohan para pekerja.
b. Pengetesan dan pemeriksaan instalasi Fire Alarm yang terpasang.
c. Setelah terpasang sistem yang baik, wiring yang telah sesuai, maka
pemeriksaan dan pengetesan harus dilakukan apakah sistem sudah bekerja
dengan baik.
d. Pengetesan

230 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pemborong harus melakukan semua pengetesan seperti yang dipersyaratkan


disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap sistem, yang
disaksikan oleh C.M (Manajemen Konstruksi ( MK ) Lapangan). Semua
tenaga, bahan dan perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut,
merupakan tanggung jawab Pemborong. Peralatan, bahan dan pengerjaan
yang tidak baik harus diganti dan diperbaiki oleh Pemborong untuk dicoba
dan didemonstrasikan kembali

9. Daftar Material

No. Uraian Spesifikasi Teknis Merk/Produk


1. Main Equipment Hooseki, Siemens, Esser,
Nohmi

2. Detector, Alarm Hooseki, Siemens, Esser,


Bell,Break Glass Nohmi.
Switch
3. Kabel Kabelindo, Supreme,
Kabel metal.

4. Terminal Box Fire Plat Baja Dengan


Alarm Ketebalan 1, mm
Finishing Cat Merah

5. Conduit EGA, Clipsal, Legrand.


6. Pipa Instalasi Air Black Stell Spindo, PPI, Bakrie.
Hydrant dan PipaDia.2”, 3”, 4”, 6”
Splingkler ( Disesuaikan
Dengan Gambar
Kerja Yang telah Di
design )
7. Pompa Hydrant dan Fairbank, ITT, Arthur,
Splingkler : Bombas Ideal.
1.Electric Fire Pump -Type : End Suction
pump ( NKF System
)
-Debit Aliran Air :
500 USGPM
-Daya : 18.5 kW/380-
415 V/3 Ph/50 Hz
-Kecepatan Nominal
:
2950 rpm
231 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

No. Uraian Spesifikasi Teknis Merk/Produk


2.Diesel Fire Pump -Max Head : 110 m Fairbank, ITT, Arthur,
Bombas Ideal.
-Type : End Suction
pump ( NKF System
)
-Debit Aliran Air :
500 USGPM
-Daya : 19 kW/380-
415 V/3 Ph/50 Hz
-Kecepatan Nominal Fairbank, ITT, Arthur,
3.Jockey Pump : Bombas Ideal.
2950 rpm
-Max Head : 110 m

-Type : CR Pumps
-Debit Aliran Air :
79.2 USGPM
-Daya : 4 kW/380-
415 V/3 Ph/50 Hz
-Kecepatan Nominal
:
2900 rpm
-Max Head : 110 m

PASAL 6
PEKERJAAN SISTEM CCTV

1. Umum
Persyaratan umum, persyaratan teknis, gambar-gambar yang disertakan juga
instruksi, informasi resmi yang disampaikan kepada peserta lelang paket ini adalah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Dokumen Lelang secara
keseluruhan serta prosedur pelelangan paket pekerjaan ini.
Dokumen pelelangan ini merangkum seluruh informasi dan spesifikasi baik
administratif maupun teknis yang diberikan oleh Pihak Pemberi Tugas, Perencana
dan Konsultan MK, di dalam proses pelelangan.
Secara umum paket pekerjaan elektrikal ini meliputi pengadaan, pemasangan, uji
coba, testing dan pemeliharaan peralatan serta instalasi Sistem Tata Suara
khususnya peralatan utama ( digital multiplexer DVR, Personal computer,
Keyboard controller, monitor LCD full screen dan multi screen ), kamera , serta

232 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Instalasi/Sistem pengkabelan, sehingga sistem dapat beroperasi secara baik dan


sempurna.

2. Standard Dan Persyaratan


Referensi dan standard material serta pengerjaannya yang berkaitan dengan
pekerjaan ini harus mengikuti ketentuan namun tidak terbatas kepada antara lain
:
- Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL-2000).
- Memenuhi standard FCC Part 15, Class B, EMC directive 89/336/EEC,
EN61000-3-2, UL6500 2nd edition, EN60950: 2000
- Peraturan yang dibuat oleh pemberi tugas

3. Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Digital video recorder lengkap dengan
instalasi dimasing-masing gedung.
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Keyboard controller disetiap gedung.
c. Pengadaan, pemasangan dan pengujian monitor LCD multi screen dan Full
screen lengkap dengan instalasi di setiap gedung.
d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Personal Computer (PC) lengkap
dengan software dimasing-masing gedung.
e. Pengadaan, pemasangan dan pengujian UPS dengan kapasitas sesuai gambar
lengkap dengan instalasi.
f. Pengadaan, pemasangan dan pengujian switch hub dan transceiver fiber optic
lengkap dengan konektor di masing-masing gedung.
g. Pengadaan dan pemasangan rak penyimpan peralatan lengkap dengan surge
arrester di masing-masing gedung.
h. Pengadaan dan pemasangan serta pengujian instalasi kamera dengan
menggunakan kabel coaxial RG 6 dan kabel UTP RG 45 Cat 5e untuk kamera
khusus dimasing-masing gedung.
i. Pengadaan, pemasangan serta pengujian instalasi power dengan menggunakan
kabel NYM 3 x 2.5 mm² lengkap pelindung uPVC HI, klem, sock serta aksesoris
lainnya dimasing-masing gedung.

233 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

j. Pengadaan, pemasangan serta pengujian kabel transmisi dengan menggunakan


kabel fiber optic multi mode 4 core lengkap dengan pelindung uPC HI serta
aksesoris lainnya.
k. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pentanahan pada sistem CCTV
dengan tegangan maksimal sebesar 1 Volt di masing-masing gedung.
l. Mengadakan testing dan trial run serta penyetelan secara menyeluruh untuk
CCTV sehingga sistem menghasilkan performance terbaik serta berfungsi
dengan tepat dan benar.
m. Mengadakan Training dan Asistensi kepada operator/owner berikut penyediaan
buku training.
n. Mengadakan pemeliharaan dan servis terhadap seluruh sistem selama masa
pemeliharaan.
o. Seluruh pekerjaan spesialis ini harus dikerjakan oleh instalatir atau sub
kontraktor yang berkompeten dan merupakan Agen Tunggal Pemegang Merk
(ATPM) atau dealer yang sudah ditunjuk oleh ATPM.

4. Syarat-syarat Pemasangan
4.1. Pemasangan Peralatan Utama
Perlengkapan CCTV harus terpasang pada tempat yang aman dan diketahui oleh
sebagian personal.
4.2. Instalasi Kabel Distribusi
a. Semua conduit yang masuk ke panel dan junction box harus diberi ulir dan
diikat dengan "locknut” yang terbuat dari braso atau nickel plated termasuk
pipa conduit dan fleksible pipa yang ke kamera. Sedangkan conduit yang keluar
dari DVR, pada permukaan harus dilengkapi dengan brass/nikel-plated
compression gland. Seluruh pengadaan dan pemasangan conduit dan junction
box serta peralatan untuk enggantungkan ceiling speaker dilaksanakan oleh
Kontraktor/Sub Kontraktor dengan dikoordinasikan bersama pihak lainnya
yang terlibat dalam pelaksanaan. Penentuan warna conduit pipe untuk
sistem instalasi CCTVmenggunakan warna biru.
b. Kabel distribusi yang melalui tanah harus dimasukkan kedalam konduit atau
menggunakan kabel bawah tanah yang khusus dengan cara pemasangan yang
sesuai dengan spesifikasi pemasangan.
5. Syarat-syarat Operasional System
6.1. Perihal Iklim

234 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Seluruh peralatan juga harus tahan terhadap iklim tropis dan lembab atau diberi
suatu sistem proteksi tertentu yang memadai.
6.2. Pengetesan
Pemborong harus melakukan seluruh pengetesan seperti disebutkan pada
penjelasan sebelumnya dan harus melakukan percobaan seperti operasi
sesungguhnya secara tepat dari seluruh sistem untuk peralatan, material dan cara
bekerjanya peralatan yang mengalami kerusakan/cacat /salah harus
diganti/dibetulkan dan percobaan diulangi untuk operasi yang sebenarnya/normal/
dan benar pada seluruh pengkabelan, instalasi "keur",

6. Syarat-Syarat Pemeliharaan
6.1. Pemeliharaan Dan Garansi
Untuk peralatan sistem ini Pemborong harus mengadakan pemeliharaan selama 6
(enam) bulan, sejak pemasangan dan bekerja dengan baik setelah serah terima
pertama, yang dinyatakan dengan suatu Berita Acara yang ditanda tangani oleh
Pemilik sesuai prosedur yang telah ditetapkan dan dibuat oleh Konsultan MK.
Untuk hal tersebut maka dalam masa pemeliharaan Pemborong wajib menyediakan
peralatan khusus terpakai dan menjamin tersedianya suku cadang serta tenaga
kerja terampil minimum 2 orang yang selalu berada di lokasi selama 24 jam dengan
catatan tenaga kerja yang berkwalitas.
6.2. Asistensi Dan Training
Selama masa pemeliharaan adalah kewajiban bagi Pemborong untuk :
a. Asistensi/membantu Pemilik di dalam menyiapkan dan menyusun 'user-
data'/'user-program' untuk menentukan dan mendapatkan 'classes of service',
features tertentu serta operasi lain-lain.
b. Melakukan training bagi Pemilik/Operator-operator untuk : mengenal,
mengoperasi, memprogram, trouble shooting, dan lain-lain sedemikian rupa
sehingga pihak Pemilik dapat menggunakan peralatan dengan sebaik-baiknya.
c. Pemborong harus menyusun program training ini, Peserta training dari pihak
Pemilik ditentukan sebanyak 6 orang, dan akan ditentukan kemudian
tambahannya
6.3. Petunjuk Pemeliharaan
a. Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan, Pemborong harus menyerahkan
Buku Petunjuk Pemeliharaan terhadap seluruh peralatan utama (conference
delegate, sistem integrasi,sistem proyektor dan spesialist sound system) dan

235 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Instalasi/fixtures serta daftar material/komponen yang memerlukan


penggantian secara berkala. Buku yang diserahkan harus dalam bentuk edisi
lux dan dijilid dengan rapih dan bagus. Petunjuk pemeliharaan harus
mencantumkan ringkasan dari pemeliharaan berkala yang direkomendasikan
oleh pabrik pembuat dan standard/aturan yang berlaku secara umum.
b. Di dalam buku pentunjuk pemeliharaan tersebut harus diuraikan secara jelas
dan ringkas mengenai tatacara/prosedur pemeliharaan, contoh data logbook
pencatatan (harian, mingguan, bulanan dan tahunan).
c. Jumlah buku yang harus disediakan oleh Pemborong sebanyak 5 (lima) set,
masing-masing 3 set untuk Pemilik Proyek, 1 set untuk Konsultan MK/MK dan
1 set untuk Perencana. Seluruh biaya yang diakibatkan oleh pembuatan dan
pengadaan buku tersebut ditanggung oleh Pemborong.

236 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB V
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL DAN
PLUMBING

PASAL 1

PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PLAMBING

1. Umum
Spesifikasi ini melingkupi kebutuhan untuk pelaksanaan pekerjaan plambing,
sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar rencana yang terdiri dari :
a. Pengadaan dan pemasangan pompa distribusi dalam.
b. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih dan air kotor, dan air
bekas, Pembuangan Air Hujan dari Roof Top, sesuai gambar rencana dan
spesifikasi, termasuk penyambungan pipa saluran air dari meter air ke
ground water reservoir.
c. Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi seluruh
peralatan plambing.
d. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plambing yang terpasang
termasuk sanitary.
e. Mengadakan masa pemeliharaan selama waktu yang ditentukan oleh
Pemberi Tugas.
f. Pembuatan shop drawing bagi instalasi yang akan dipasang dan pembuatan
as built drawing bagi instalasi yang telah terpasang.

2. Kualifikasi Pekerja
a. Untuk pemasangan dan pengetesan pekerjaan-pekerjaan ini harus dilakukan
oleh pekerja-pekerja dan supervisor yang benar-benar ahli dan
berpengalaman. Tukang las harus mempunyai Sertifikat.
b. MK/Manajemen Konstruksi ( MK ) dapat menolak atau menunda
pelaksanaan suatu pekerjaan, bila dinilai bahwa pelaksana tersebut tidak
terampil/tidak berpengalaman.

3. Pengajuan-pengajuan
Pada saat pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan :

237 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Material list dari seluruh item peralatan yang akan dipasang.


b. Shop drawing yang menunjukkan secara detail pekerjaan-
pekerjaan/pemasangan peralatan dan perpipaan, penyambungan dengan
pekerjaan-pekerjaan lain atau pekerjaan-pekerjaan yang sulit dilaksanakan
ataupun perubahan-perubahan atau modifikasi yang diusulkan terhadap
gambar rencana.
c. Prosedur pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik jika ada dari
peralatan­peralatan yang akan dipasang.
d. Contoh-contoh material (brosur-brosur untuk peralatan-peralatan yang besar)
dari material/peralatan yang akan dipasang.

4. Review
MK/Manajemen Konstruksi ( MK ) akan memeriksa (mereview) pengajuan-
pengajuan dari kontraktor dan memberi komentar atas hal tersebut. Kontraktor
harus merevisi pengajuannya sampai memperoleh persetujuan MK/Manajemen
Konstruksi ( MK ).

5. Standard and Code


Kecuali ditentukan lain dalam gambar rencana, maka pada pekerjaan ini berlaku
peraturan-peraturan sebagai berikut :
a. Peraturan Jawatan Pemda (Dinas Pemadam Kebakaran) Indonesia.
b. Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan
Gedung (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008).
c. National Fire Protection Association (NFPA) 13, 14, dan 20 untuk Peralatan
Pompa dan Kontrol Pompa Kebakaran.
d. Pedoman Plambing Indonesia.

6. Gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasi


a. Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan telah dilakukan serah
terima pertama, Kontraktor wajib menyerahkan gambar-gambar instalasi
terpasang sebanyak 3 set cetak biru dan 1 set transparan.
b. Kontraktor juga berkewajiban untuk menyerahkan 3 set petunjuk operasi dan
pemeliharaan sistem yang dipasang.

7. Bagian yang Berhubungan


Bagian yang berhubungan dengan pekerjaan ini adalah :

238 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Perpipaan
b. Instalasi Pengkabelan Pompa
c. lsolasi dan Pengecatan
d. Pompa

8. Garansi
a. Kontraktor Plambing bertanggung jawab atas pencegahan bahan/peralatan
untuk instalasi ini dari pencurian atau kerusakan. Bahan/peralatan yang
hilang atau rusak harus diganti oleh Kontraktor tanpa biaya tambahan.
b. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya
(skilled labour) agar dapat memberikan hasil kerja terbaik dan rapi. Sebelum
suatu pipa tertutup (oleh dinding, langit-langit, dan lain-lain) harus diuji dan
disetujui oleh MK/Manajemen Konstruksi ( MK ) atau wakil yang ditunjuk.
c. Kontraktor pekerjaan ini harus memberikan garansi tertulis kepada MK/
Manajemen Konstruksi ( MK ), bahwa seluruh instalasi penyediaan dan
distribusi air bersih, instalasi pemadam kebakaran, instalasi pembuangan air
kotor bekerja dengan memuaskan, dan kontraktor menanggung semua biaya
atas kerusakan-kerusakan penggantian yang perlu selama jangka waktu
pemeliharaan.
d. Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh barang yang akan dipasang
dan atau brosur-brosur sebelum pemasangan instalasi plambing, fixture-
fixture dan peralatan lain, untuk mendapat persetujuan dari MK /
Manajemen Konstruksi ( MK ).

9. Training
Kontraktor harus menyiapkan dan menyelenggarakan latihan bagi calon operator
yang akan mengoperasikan dan memelihara sistem air bersih, air kotor dan air
hujan. Latihan dapat dimulai sejak pelaksanaan pemasangan instalasinya, atas
petunjuk dan persetujuan MK/Manajemen Konstruksi ( MK ).

10. Buku Petunjuk


Kontraktor wajib membuat dan menyerahkan buku petunjuk (manual) yang
meliputi cara pengoperasian maupun cara pemeliharaan kepada MK/Manajemen
Konstruksi ( MK ). Buku petunjuk (manual) tersebut dibuat sebanyak 4 (empat)
buku.

239 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

PASAL 2

PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PERPIPAAN

1. Umum
4.1. Ruang Lingkup
Spesifikasi ini merupakan persyaratan minimal untuk seluruh pekerjaan
perpipaan pada pekerjaan mekanikal ( Fire Alarm ).

4.2. Standar dan Kode


Standar dan peraturan yang berlaku dalam pekerjaan ini antara lain :
a. ASTM : American Society of Testing Material
b. ANSI : American National Standard Institute
c. BS : Birmingham Standard
d. JIS : Japan Industrial Standard
e. SII : Standard Industri Indonesia

4.3. Bagian yang Berhubungan


Referensi yang harus diperhatikan adalah pekerjaan-pekerjaan yang
terkait yaitu :
a. Plambing
b. Tata Udara dan Ventilasi
c. Pemadam Kebakaran
d. lsolasi dan Pengecatan

2. Spesifikasi Perpipaan
a. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter minimal dari pipa dan letak
serta arah dari masing-masing sistem pipa.
b. Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan atau spesifikasi dipasang
terintegrasi dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan
bagian lainnya.
c. Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat
dan stress sebelum, selama dan sesudah pemasangan. Untuk pipa baja di
bawah tanah diberi lapisan anti karat densotape dengan ketebalan 2-3 mm.
d. Khusus pipa dan perlengkapan dari bahan plastik, selain disebut di atas
harus juga terlindung dari cahaya matagari.

240 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

e. Semua barang yang dipergunakan harus jelas menunjukkan identitas pabrik


pembuat.

3. Spesifikasi Bahan Perpipaan


4.1. Daftar Spesifikasi Bahan Perpipaan
Tek. Tek. Std. Spesifikasi
SISTEM Kode Sistem Tek. Uji
Kerja Bahan Pipa Isolasi
Air Dingin
AB 10 12.50 15 PN-10 IA
dalam Gedung
Air Dingin di
AB 10 12.50 15 PN-10 IA
Luar Gedung
Air Panas
AP 20 PN-20 IA
dalam Gedung
Hidran di Luar
IH/OH 10 15 20 BS-40 IA
Gedung
Air Limbah
Pengaliran ABK 5 10 15 PVC-10 IA
Gravitasi
Air Hujan AH 5 10 15 PVC-10 IA
Air Limbah
Gravitasi AK 5 10 15 PVC-10 IA
Toilet
Vent VT - - Rendam PVC-5 IA
Pipa Header
Pompa dan
HD/ABK/AK 10 10 15 GIP IA
Pipa Air
Limbah Luar
Keterangan :
IA = Tidak diisolasi
IB = Diisolasi
GRV = Gravitasi
Tekanan uji tidak terbatas pada tabel ini namun juga harus mengacu pada tekanan
aktual pompa.

4.2. Spesifikasi Pipa PVC 10


Penggunaan : Air limbah pengaliran gravitasi. Tekanan standar 10 bar.
Uraian Keterangan
Pipa Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar
Elbow dan PVC injection moulded sanitary fitting large
Junction radius, solvent cement joint type
PVC injection moulded sanitary fitting
Reducer
concentric, solvent cement joint type
Solvent Cement Sesuai rekomendasi pabrik pembuat

241 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

4.3. Spesifikasi Pipa PVC 10


Penggunaan : Air hujan. Tekanan standar 10 bar.
Uraian Keterangan
Pipa Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar
PVC injection moulded sanitary fitting large
Elbow dan
radius atau made fabricated fitting, solvent
Junction
cement joint atau rubber ring type
Reducer Seperti diatas, model concentric
Solvent Cement Sesuai rekomendasi pabrik pembuat

4.4. Spesifikasi Pipa PVC 10


Penggunaan : Air limbah gravitasi toilet. Tekanan standar 10 bar.
Uraian Keterangan
Pipa Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar
PVC injection moulded sanitary fitting large
Elbow dan
radius atau made fabricated fitting, solvent
Junction
cement joint atau rubber ring type
Reducer Seperti diatas, model concentric
Solvent Cement Sesuai rekomendasi pabrik pembuat

4.5. Spesifikasi Pipa PVC 10


Penggunaan : Pipa Vent. Tekanan standar 5 bar (klas AW).
Uraian Keterangan
Pipa Polyvinyl chloride (PVC) klas 5 bar
PVC injection moulded pressure fitting, solvent
Fitting
joint type
Reducer Seperti diatas, model concentric
Solvent Cement Sesuai rekomendasi pabrik pembuat

4.6. Spesifikasi Pipa GIP


Penggunaan : Header pada pompa dan pipa air limbah. Tekanan standar
10 bar.
Uraian Keterangan
Galvanized Steel pipe BS 1387/1967 class
Pipa
medium
- Dia. 40 mm ke bawah malleable iron ANSI B
16.3 class 150 lb, screwed end
Sambungan/Fitting - Dia. 50 mm keatas, wrought steel butt weld
fitting
- ANSI B 16.9, Sch 40
- Dia. 40 mm ke bawah galvanized malleable
Flange
cast iron RF class 150 lb, screwed

242 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

- Dia. 50 mm ke atas Forged steel, RF class 150


lb, welding joint.
- Dia. 40 mm ke bawah, bronze atau A – metal
body class 150 lb dengan sambungan ulir, BS
Valve & Strainer 21/ ANSI B 2.1
- Dia 50 mm ke atas, cast iron body class 150 lb
dengan sambungan flanges

4.7. Schedule Katup


Katup Isolasi Katup Pengatur Katup Searah
Dia. 50 Dia. 50 Dia. 50
Pemakaian Dia. < Dia. < 40 Dia. < 40
mm ke mm ke mm ke
40 mm mm mm
atas atas atas
Air bersih di
Guided
dalam Gate Butterfly Globe Butterfly Swing
Membrane
gedung
Air bersih di Guided
Gate Butterfly Globe Butterfly Swing
luar gedung Membrane
Air panas di
Guided
dalam Gate Butterfly Globe Butterfly Swing
Membrane
gedung
Guided
Hydrant Gate Gate Globe Gate Swing
Membrane
Double
Drain Gate Butterfly Globe Butterfly Swing
Disc

Persyaratan Jenis Peralatan


Jenis peralatan yang boleh dipergunakan di sini adalah sebagai berikut :
Fungsi Peralatan Ukuran dan Joint W.O. & G Steam
Ball
s/d 40 mm Butterfly
Globe
Katup Penutup screwed Gate
(Stop Valve) Diaphargm
50 mm ke atas Butterfly
Globe
flanged Gate
Globe
s/d 40 mm
Butterfly Globe
Katup Pengatur screwed
Diaphargm
(Regulating Valve)
50 mm ke atas Butterfly
Globe
flanged Globe
s/d 40 mm Swing Check
screwed Globe Check
Double
Non Return Valve
50 mm ke atas Swing
flanged Check
Disk Check
243 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

“Y” type
Strainer
“Bucket” type
Pressure Reducer Die and Flow type
Pressure Indicator
Dial type
Dial Dia. 100 mm
Note : W = water, O = Oil, G = Gas

4. Persyaratan Pemasangan
4.1. Umum
a. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin
kebersihan, kerapian, ketinggian yang benar minimum 250 mm dari
lantai, serta memperkecil banyaknya penyilangan.
b. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak
kurang dari 50 mm di antara pipa-pipa atau dengan bangunan dan
peralatan.
c. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti
sebelum dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/
runcing serta penghalang lainnya.
d. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup
yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan
sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan dalam
gambar.
e. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus
dilengkapi dengan water mur atau flens.
f. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-
sambungan cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan
fitting buatan pabrik.
g. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus
seperti berikut, kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar.
1) Di bagian dalam toilet
Garis tengah 50 mm – 100 mm atau lebih kecil : 1 % - 2 %
2) Di bagian dalam bangunan
Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 %
3) Di bagian luar bangunan
Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 %
Garis tengah 200 mm atau lebih besar : 1 %

244 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

h. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun ke arah


titik buangan. Pipa pembuangan dan vent harus disediakan guna
mempermudah pengisian maupun pengurasan. Untuk pembuatan vent
pembuangan hendaknya dicari titik terendah dan dibuat cekung.
i. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk
pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak
boleh menukik.
j. Sambungan-sambungan fleksibel pada sistem pemipaan harus
dipasang sedemikian rupa dan angkur pipa secukupnya harus
disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat-alat yang
dihubungkan oleh gaya yang bekerja ke arah memanjang.
k. Pekerjaan pipa ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah
pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan.
Katup-katup dan fitting pada pemipaan demikian harus ukuran jalur
penuh.
l. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan
pengarah-pengarah pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian
serta perenggangan terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai dengan
permintaan dan persyaratan pabrik.
m. Selubung pipa harus disediakan dimana pipa-pipa menembus dinding,
lantai, balok, kolom atau langit-langit. Dimana pipa-pipa melalui
dinding tahan api, celah kosong di antara selubung dan pipa-pipa
harus dipakai dengan bahan rock-wool atau bahan tahan api yang lain,
kemudian harus ditambahkan sealant agar kedap air.
n. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka
dalam pekerjaan perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan,
harus ditutup dengan menggunakan caps atau plugs untuk mencegah
masuknya benda-benda lain.
o. Untuk setiap pipa yang menembus dinding harus menggunakan pipa
fleksibel untuk melindungi dari vibrasi akibat terjadinya penurunan
struktur gedung.
p. Semua galian, harus juga termasuk pengurugan serta pemadatan
kembali sehingga kembali seperti kondisi semula.
1) Kedalaman pipa air minum minimum 60 cm di bawah permukaan
tanah.
245 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2) Semua pipa diberi lapisan pasir yang telah dipadatkan setelah 15-
30 cm untuk bagian atas dan bagian bawah pipa dan baru diurug
dengan tanah tanpa batu-batuan atau benda keras yang lain.
3) Untuk pipa di dalam tanah dan tanah yang labil, harus dibuat
dudukan beton pada jarak 2-2,5 m dan pada belokan-belokan atau
fitting-fitting.
q. Instalasi pekerjaan pipa jaringan luar diletakkan pada struktur
bangunan.
r. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.
s. Setiap perubahan arah aliran untuk perpipaan air kotor membentuk
sudut 90°, harus digunakan 2 buah elbow 45° dan dilengkapi dengan
clean out serta arah dan jalur aliran agar diberi tanda.
4.2. Penggantung dan Penumpu Pipa
a. Pemipaan harus ditumpu atau digantung dengan hanger, brackets
atau sadel dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-
gerakan pemuaian atau perenggangan pada jarak yang tidak boleh
melebihi jarak yang diberikan dalam tabel berikut ini :
Batas Maksimum Ruang
Ukuran Pipa Interval
Jenis Pipa Interval
(mm) Mendatar
Tegak (m)
(m)
Sampai 20 1,8 2
25 s.d. 40 2,0 3
Pipa GIP 50 s.d. 80 3,0 4
100 s.d. 150 4,0 4
200 atau lebih 5,0 4
50 0,6 0,9
80 0,9 1,2
Pipa PVC
100 1,2 1.5
150 1,8 2,1

Catatan :
Bila dalam suatu kelompok pipa yang terdiri dari bermacam-macam ukuran,
maka jarak interval yang dipergunakan harus berdasarkan jarak interval
pipa ukuran terkecil yang ada.
b. Penunjang atau Penggantung tambahan harus disediakan pada pipa
berikut ini :
1) Perubahan perubahan arah Titik percabangan.

246 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2) Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain


yang sejenis.
c. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai
berikut :
1) Diameter Batang
Ukuran Pipa Batang
Sampai 20 mm 6 mm
25 mm s.d. 50 mm 9 mm
65 mm s.d. 150 mm 13 mm
200 mm s.d. 300 mm 15 mm
300 mm atau lebih besar Dihitung dengan faktor keamanan 5
Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel di atas
Penunjang pipa lebih Dihitung dengan faktor keamanan 5
dari 2 terhadap kekuatan puncak

2) Bentuk gantungan.
Untuk air dingin : Split ring type atau Clevis type.
d. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa
tegak.
e. Semua pipa dan gantungan, penumpu sebelum dicat, harus memakai
dasar zinchromat dan pengecatan sesuai dengan peraturan-peraturan
yang berlaku.

No. Jenis Cairan Warna


Pipa
1. Air Bersih Biru
2. Air Kotor Hitam
3. Air Bekas Coklat
4. Air Pemadam Merah
Kebakaran
5. Pipa Gas Kuning

4.3. Cara Pemasangan Pipa dalam Tanah


a. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.
b. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda
keras/tajam.
c. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar
galian dengan adukan semen.
d. Urugan pasir sekeliling dasar pipa dan dipadatkan.
e. Pipa yang telah tersambung diletakkan di atas dasar pipa.
247 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

f. Dibuat blok beton setiap interval 2 meter.


g. Pipa yang melintasi jalan kendaraan, pada urugan pipa bagian atas
harus dilindungi plat beton bertulang setebal 10 cm yang dipasang
sedemikian rupa sehingga plat beton tidak bertumpu pada pipa dan
tidak menganggu konstruksi jalan, kemudian baru ditimbun dengan
baik sampai padat.

4.4. Pemasangan Katup-katup


Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar,
spesifikasi dan untuk bagian-bagian berikut ini :
a. Sambungan masuk dan keluar peralatan.
b. Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.
1) Di ruang mesin
Ukuran Pipa Ukuran
Katup
Sampai 75 mm 20 mm
100 mm s.d. 200 mm 40 mm
250 mm atau lebih besar 50 mm
2) Katup by pass

4.5. Pemasangan Katup-katup Pengaman


Katup-katup pengaman harus disediakan di tempat-tempat yang dekat
dengan sumber tekanan.

4.6. Pemasangan Sambungan Fleksibel


Sambungan fleksibel harus disediakan untuk menghilangkan getaran dan
menghindari terjadinya retak/patah pipa akibat penurunan tanah dan
struktur bangunan.

4.7. Pemasangan Pengukur Tekanan


Pengukur tekanan harus disediakan dan di tempatkan pada lokasi dimana
tekanan yang ada perlu diketahui :
a. Katup-katup pengurang tekanan
b. Katup-katup pengontrol
c. Setiap pompa
d. Setiap bejana tekan

248 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Diameter pengukur tekanan minimum diameter 75 mm dengan pembagian


skala ukur maksimum 2 kali tekanan kerja.

4.8. Sambungan Ulir


a. Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan
ulir berlaku untuk ukuran sampai dengan 40 mm.
b. Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk
pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir.
c. Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat Henep dan zink
white dengan campuran minyak.
d. Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau
roda.
e. Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter
dengan reamer.
f. Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.

4.9. Sambungan Las


a. Sistem sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan air minum.
b. Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fittinglas. Kawat las
atau elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang dilas.
c. Sebelum pekerjaan las dimulai pemborong harus mengajukan kepada
Konsultan MK contoh hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
d. Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja
sesudah mempunyai surat izin tertulis dari Konsultan MK.
e. Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus
untuk itu.
f. Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang
berkondisi baik menurut penilaian Konsultan MK.

4.10. Sambungan Lem


a. Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem
yang sesuai dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
b. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk ini harus
dipergunakan alat press khusus. Selain itu pemotongan pipa harus
menggunakan alat pemotong khusus agar pemotongan pipa dapat
tegak lurus terhadap batang pipa.
249 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

c. Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti


spesifikasi dari pabrik pipa.

4.11. Sambungan Yang Mudah Dibuka


Sambungan ini dipergunakan pada alat- alat saniter sebagai berikut :
a. Antara lavatory faucet dan supply valve.
b. Pada waste fitting dan siphon.
Pada sambungan ini kerapatan diperoleh dengan adanya paking dan
bukan seal threat.

4.12. Pemasangan Katup-katup Pelepasan Tekanan


Katup-katup Pelepasan Tekanan harus disediakan di tempat-tempat yang
mungkin timbul kelebihan tekanan.

4.13. Pemasangan Vent Udara Otomatis


Vent udara otomatis harus disediakan di tempat- tempat tertinggi dan
kantong udara, serta ditempatkan yang bebas untuk melepaskan udara
dari dalam.

4.14. Pemasangan Sambungan Ekspansi


Sambungan ekspansi harus disediakan pada penyambungan antara pipa
dari luar bangunan dengan pipa dari dalam bangunan untuk menghindari
terjadinya patah ataupun bengkok akibat terjadinya penurunan tanah
ataupun struktur bangunan.

4.15. Selubung Pipa


a. Selubung untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa
tersebut menembus konstruksi beton.
b. Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan
kelonggaran di luar pipa ataupun isolasi.
c. Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja.
Untuk yang mempunyai kedap air harus digunakan sayap.
d. Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang
mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis
“Flushing Sleeves”.
e. Rongga antara pipa dan selubung harus dibuat kedap air dengan

250 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

rubber sealed atau “Caulk”.

4.16. Katup Label (Valve Tag)


a. Tags untuk katup harus disediakan di tempat-tempat penting guna
operasi dan pemeliharaan.
b. Fungsi-fungsi seperti “Normally Open” atau “Normally Close” harus
ditunjukkan di tags katup.
c. Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan
rantai atau kawat.

4.17. Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan,
pemipaan di service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan
cara- cara/ metoda-metoda yang disetujui sampai semua benda- benda
asing disingkirkan.
Desinfeksi :
Dari 50 mg/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas atau dari 200 mg/l
chlor selama 1 jam setelah itu dibilas.
Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 mg/l chlor selama 1 jam dan
setelah itu dibilas.

5. Pengujian/ Pengetesan
a. Sebelum dilakukan testing dilakukan dahulu :
1) Pemeriksaan sebagian- sebagian.
2) Pemeriksaan setelah pemasangan.
b. Tujuannya untuk mengetahui apa konstruksi dan fungsinya serta sistem
sudah memenuhi dan sesuai dengan rencana.
1) Pemborong harus melakukan pengujian terhadap setiap jenis alat.
2) Pipa yang akan ditanam atau dipasang di luar dites terlebih dahulu
sebelum diurug, dengan bagian per bagian, dengan tekanan 1 ½ x
tekanan kerja selama 1 jam tanpa ada penurunan tekanan (antara 10
kg/cm2) dan dilanjutkan pengujian per sistem.
3) Setelah alat plambing dipasang, dites selama ± 2 menit tanpa penurunan
tekanan, berlaku untuk umum kecuali untuk monoblock dan faucet dan
ditentukan oleh Manajemen Konstruksi ( MK ).
4) Tangki air setelah dibersihkan harus diuji selama 24 jam tanpa ada

251 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

penurunan tinggi air.


5) Setelah pipa dan tangki diuji, dibersihkan dan dilakukan desinfeksi sesuai
PPI dengan sisa kadar chloor 0,2 ppm atau lebih baik, baik yang dipa
atau di tangki.
6) Setelah itu dibersihkan (dibilas) dengan air bersih.
7) Pengisian pipa dengan air dilakukan sedikit demi sedikit dengan pompa
untuk pengetesan.
8) Untuk mengetahui setiap alat berfungsi sesuai perencanaan, dilakukan
pengujian sistem aliran sampai tercapai pengukuran yang diminta dalam
perencanan seperti kapasitas pompa, kebisingan pompa (± 60 dB),
tekanan air keluar kran dia. 0,3 kg/cm2) dan lain-lain.
9) Semua pengetesan disaksikan oleh Pemberi Tugas dan akan dikeluarkan
sertifikat oleh Pemberi Tugas.

6. Testing dan Commisioning


a. Kontraktor pekerjaan instalasi akan melakukan semua testing pengukuran
secara parsial dan secara sistem, untuk mengetahui apakah seluruh instalasi
yang sudah dilaksanakaan berfungsi dengan baik dan memenuhi persyaratan
yang ditentukan.
b. Semua tenaga, bahan, perlengkapan yang perlu untuk testing merupakan
tanggung jawab Kontraktor, sehingga semua persyaratan test yang
dianjurkan oleh pabrik hingga dapat dilakukan dan diketahui hasil test
sesuai persyaratan yang ditentukan.

PASAL 3

PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN SISTEM AIR BERSIH

1. Lingkup Pekerjaan
Uraian singkat lingkup pekerjaan sistem air bersih adalah sebagai berikut :
a. Tangki persediaan air bersih,
b. Pompa suplai,
c. Perpipaan,
d. Pengkabelan,
e. Panel listrik,

252 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

f. Peralatan instrumen dan pengendalian,


g. Penyambungan ke peralatan penunjang, dan
h. Penyambungan ke peralatan plambing.

2. Peraturan dan Referensi


Peraturan dan referensi yang dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini
antara lain adalah :
a. Pedoman Plambing Indonesia tahun 1975.
b. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing (Soufyan dan Moimura).
c. National Plumbing Code Handbook, 1975.
d. PU.
e. Depnaker.
f. Depkes.

3. Peralatan Utama
3.1. Tangki Persediaan Air Bersih
a. Tangki persediaan air bersih terletak di area service basement (ground
water tank). Tangki air bawah berfungsi untuk menyediakan air untuk
kebutuhan cadangan selama 2 (dua) hari, dengan kualitas sesuai
standar Depkes RI tahun 1990.
b. Tangki harus dibuat dari konstruksi higienis dengan ketentuan
sebagai berikut.
1) Membuat kemiringan pada lantai, sehingga terjadi aliran
minimum selama 20 menit.
2) Tanpa sudut tajam.
3) Mempunyai bak pengurasan pada dasar tangki.
4) Permukaan dinding licin dan bersih.
c. Sumur hisap, untuk memperkecil volume air mati pada pipa isap
pompa, maka harus dibuat sumur hisap pada tangki air.
d. Tangki air bawah dapat dibuat dari Fiberglass Reinforced Plastic
berbentuk kubikel (siap pakai).
e. Tangki air harus mempunyai perlengkapan sebagai berikut :
1) Manhole
2) Tangga
3) Pipa vent penghubung maupun vent ke udara luar
253 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

4) Pipa peluap dan pipa penguras


5) Indikator muka air
6) Selubung untuk laluan pipa masuk, pipa isap, pipa penguras,
kabel, dan sebagainya
f. Sistem Pengendalian
1) Muka air dalam tangki atas mengendalikan pompa pemindah.
2) Pompa akan hidup pada saat air turun mencapai muka air
tertentu.
3) Pompa akan mati bila muka air sudah mendekati tepi pipa peluap.

3.2. Pompa Transfer


a. Pompa pemindah berfungsi untuk memindahkan air dari tangki air
bawah ke tangki air atas.
b. Sistem pompa pemindah sekurang-kurangnya terdiri dari 2 ( dua )
pompa.
c. Pompa pemindah akan bekerja otomatis oleh level switch yang
dipasang di tangki bawah maupun tangki atas.
d. Setiap pompa pemindah antara lain terdiri dari :
1) Pompa centrifugal end suction lengkap dengan motor.
2) Inlet dan outlet headers.
3) Katup-katup inlet dan outlet.
4) Check valve anti pukulan air.
5) Inlet strainers.
6) Panel daya dan pengendalian.
7) Level switch untuk ON/OFF,
8) Level switch untuk proteksi pompa.
9) Pengkabelan.
10) Penunjuk tekanan pada inlet dan outlet pompa.
11) Dudukan pompa.
e. Pengaturan pompa adalah sebagai berikut.
1) Pompa akan bekerja apabila muka air di tangki atas turun
mencapai level L dan akan stop apabila muka air naik sampai
level H.
2) Semua pompa akan tiba-tiba berhenti apabila muka air di tangki
bawah turun sampai level LL.

254 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3.3. Pompa Booster/Distribusi


a. Pompa Booster berfungsi untuk mengalirkan air ke alat- alat plambing
pada lantai-lantai yang membutuhkan, dan harus mampu menjaga
tekanan air di dalam pipa pada setiap lantai merata.
b. Pompa Booster harus mampu memasok kebutuhan air kepada
pemakai setiap variasi laju aliran pada setiap saat secara otomatis.
c. Setiap boster pump harus mempunyai sekurang-kurangnya terdiri dari
2 pompa dan paling banyak 4 pompa yang bekerja pararel sedangkan
laju aliran masing-masing pompa dalam berdasarkan standard pabrik
perakit booster pump.
d. Peralatan kendali, untuk laju aliran sampai dengan 40 m3/jam boleh
mempergunakan Pressure Control System.
e. Setiap booster pump antara lain terdiri dari peralatan sebagai berikut.
1) Pompa centrifugal end suction lengkap dengan motor.
2) Tangki tekan dengan tipe membran.
3) Inlet dan outlet header.
4) Katup-katup inlet dan outlet.
5) Check valve anti pukulan air.
6) Inlet strainers per pompa.
7) Panel daya dan pengendalian.
8) Pressure switch/flow monitor switch.
9) Pressure gauges pada inlet dan oulet pompa.
10) Pengkabelan.
11) Dudukan pompa.
f. Pengaturan pompa pada sistem pressure control.
1) Pompa pertama bekerja apabila tekanan air di jaringan turun
sampai ambang batas L pada pressure switch (PS 1).
2) Pompa kedua bekerja apabila tekanan air di jaringan masih turun
sampai ambang batas L pada pressure switch (PS 2) dan
seterusnya.
3) Pompa pertama, kedua, dan seterusnya berhenti apabila tekanan
air di jaringan pemakai naik sampai ambang batas H di PS1, PS2,
dan seterusnya.
4) Penentuan daerah kerja pompa juga ditentukan oleh kurva
pemilihan pompa yang akan dipakai.
255 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

5) Pompa yang sedang bekerja dapat tiba-tiba berhenti apabila muka


air di tangki hisap turun sampai batas LL, dan akan kembali
normal apabila muka air naik sampai batas “L”.

4. Pompa Suplai (Deep Well)


4.1. Lingkup Pekerjaan
Uraian singkat lingkup pekerjaan deep well adalah sebagai berikut.
a. Mengurus semua izin terkait yang diperlukan.
b. Pembuatan sumur dalam dan pengujiannya.
c. Pengadaan, pemasangan dan pengujian pompa sumur dalam.
d. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian pengkabelan.
e. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian panel listrik.
f. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian peralatan instrumen dan
kontrol.
g. Penyambungan ke semua peralatan penunjang.
h. Penyambungan ke semua peralatan pemakai.
i. Pembuatan shop drawings.
j. Pembuatan as built drawings.

4.2. Peraturan dan Referensi


Peraturan yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini antara lain
:
a. Peraturan dan persyaratan yang dikeluarkan oleh PAM maupun
Direktorat Geologi.
b. Peraturan dan persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan
Kerja.
c. Peraturan dan persyaratan teknis yang terkait sebagaimana
ditentukan di RKS untuk Pekerjaan Sistem Plambing.

4.3. Perizinan
a. Izin Usaha
Kontraktor sumur bor harus mempunyai surat izin perusahaan
pengeboran air tanah yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Tata
Lingkungan Departemen Pertambangan dan Energi, SIPP di wilayah
setempat dan izin-izin lainnya yang diwajibkan.
b. Izin Pengeboran

256 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Kontraktor harus mengurus semua perizinan pengeboran air tanah.


Biaya pengurusan dan biaya perizinan dibebankan kepada Kontraktor.

4.4. Peralatan Utama


a. Peralatan Pengeboran
Peralatan pengeboran yang dipergunakan untuk melaksanakan
pekerjaan pengeboran harus mempergunakan mesin bor yang
memadahi dan sesuai dengan rekayasa, konstruksi, dan keadaan
tanah.
b. Sumur Dalam
1) Sebelum memulai pengeboran, pemborong harus menyampaikan
gambar kerja kepada Manajemen Konstruksi ( MK ) untuk
mendapat persetujuan yang menunjukkan letak sumur maupun
konstruksi pengeboran.
2) Setiap sumur harus mampu mengeluarkan air sebanyak 12
m3/jam dan 240 m3/hari.
3) Kedalaman sumur diperkirakan 150 meter.
4) Konstruksi sumur dibuat sekurang-kurangnya sebagai berikut.
a) Pipa jambang 150 mm sedalam 60 meter, 10 meter bagian luar
atas dicor beton, agar air kedalaman ini tidak masuk ke
sumur.
b) Pipa naik 100 mm sedalam 90 meter dari ujung jambang, di
sebelah luarnya diisi koral/pasir cuci.
5) Bahan pipa dan saringan sebagai berikut.
a) Pipa jambang dan pipa naik menggunakan galvanized steel
pipe (GSP) BS 1387 class medium.
b) Jumlah pipa saringan yang menggunakan stainless steel 304,
ukuran pipa 100 mm, ditetapkan oleh Direktorat Geologi Tata
Lingkungan (minimal 3 buah).
6) Batu karang
a) Bila pengeboran menembus batu karang di daerah pipa naik
maka di luar pipa naik setebal batu karang harus dicor beton
agar sumber air yang melalui batu karang tidak diambil.
b) Bila pengeboran menembus batu karang pada bagian ujung
sumur, maka lubang pada batu karang harus ditutup kembali

257 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

dengan beton cor, dan ujung sumur akan berhenti di atas batu
karang.

4.5. Testing dan Commisioning


a. Kontraktor harus melakukan pengujian lengkap antara lain :
1) Pengujian debit dan penurunan muka air (drawdown test).
2) Pengujian pemulihan kedalaman muka air (recovery test).
3) Pengujian terus menerus 3 kali dalam 24 jam.
4) Pengujian kualitas air oleh laboratorium.
5) Pengujian yang diwajibkan oleh instansi Pemerintah yang
berwenang.
Selain pengujian di atas, Kontraktor harus melakukan pengujian yang
diwajibkan oleh instansi Pemerintah yang berwenang. Semua
peralatan uji, sumber daya dan biaya uji dibebankan kepada
Kontraktor.
b. Peralatan Uji
Peralatan uji yang digunakan harus dapat diandalkan, sudah ditera
dan mudah dibaca secara terus menerus, peralatan uji tersebut antara
lain :
1) Pengukur debit, dengan meter air putar dan meter air Venturi/
2) Penduga permukaan air, dengan membran tekan atau sistem
elektroda lampu listrik arus lemah.

c. Rekayasa
Serah terima pekerjaan harus disertai rekayasa sebagai berikut.
1) Gambar sumur terpasang secara detail.
2) Seluruh laporan hasil pengujian.
d. Perlengkapan Sumur Dalam
Sumur dalam harus mempunyai kelengkapan antara lain :
1) Vent sumur
2) Katup pengatur
3) Katup penahan aliran balik
4) Manometer
5) Katup pelepas udara otomatis

258 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

5. Spesifikasi Perpipaan
Lihat “Spesifikasi Perpipaan”

6. Sand Filter
a. Sand filter berfungsi meningkatkan mutu air.
b. Backwash (pencucian filter) harus dilakukan setiap hari selama 5 menit
sampai 10 menit, pada saat beban pemakaian air surut.
c. Filter yang dipergunakan adalah dari jenis pressure tyoe, multi media
automatic/manual backwash.
d. Laju aliran maksimum adalah 10 m2/m2/jam.
e. Bahan tangki terbuat dari wound polyester sedangkan screen terbuat dari
bronze atau stainless steel.
f. Filter terdiri dari :
1) Tangki termasuk screen
2) Filter media
3) Valves
4) Interconnecting piping
5) Instruments
6) Life indicator
g. Kapasitas sand filter 0,3 m3/menit.
h. Perpipaan

7. Carbon Filter
a. Carbon filter berfungsi menghilangkan bau yang terdapat di dalam air.
b. Backwash (pencucian filter) harus dilakukan setiap hari selama 5 – 10 menit,
pada saat beban pemakaian air surut.
c. Filter yang dipergunakan adalah dari jenis pressure type, multi media
automatic/manual backwash.
d. Laju aliran maksimum adalah 10 m2/m2/jam.
e. Bahan tangki terbuat dari wound polyester sedangkan screen terbuat dari
bronze atau stainless steel.
f. Filter terdiri dari :
1) Tangki termasuk screen
2) Filter media
3) Valves
4) Interconnecting piping
259 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

5) Instruments
6) Life indicator
g. Kapasitas sand filter 0,3 m3/menit.
h. Perpipaan

8. Skedul Peralatan Air Bersih


a. Pompa Transfer ( CR-5-11 )
Speed For Pump Data : 2900 rpm
Rated Flow : 50 liter/menit
Rated Head : 36 m
Rated Power –P2 : 0.7 KW
Mains Frequency : 50 Hz
Rated Voltage : 380V/3 Ph/50 Hz

b. Roof Tank
Tipe : Cubicle tank
Kapasitas : 5 m3
Tekanan :-
Material : GRP

PASAL 4
PEKERJAAN TANKI AIR BERSIH

1. Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Tanki Air Bersih yang dimaksudkan disini adalah pengadaaan
dan pemasangan Tanki yang dipakai untuk penampungan air bersih yaitu
Tanki bawah (Ground Tank) dan Tanki Atas (Tower Tank) beserta peralatan
dan alat-alat bantu pendukung instalasi.
b. Pekerjaan Tanki Air Bersih yang dimaksudkan disini hanya berlaku pada
tanki fiber. Sedang spesifikasi detail pekerjaan instalasi tanki beton
(concrete) dijelaskan dalam bab pekerjaan structure.
1.2. Pekerjaan yang Berhubungan
a. Didalam melaksanakan Pekerjaan Instalasi Tanki Air Bersih, Konsultan

260 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

MK/Pemborong harus juga memperhatikan pekerjaan mekanikal yang


berhunbungan dengan instalasi plumbing dan sistemair bersih.
b. Selain itu Konsultan MK/Pemborong juga harus memperhatikan pekerjaan
lain yang terkait diluar Pekerjaan Mekanikal, yaitu :
 Pekerjaan Elektrikal.
 Pekerjaan Structure.
 Pekerjaan Arsitek dan Interior.
 Pekerjaan Sipil dan Landscape.

1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan tanki air bersih mengacu pada
standart-standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi. :
– SNI : Standart Nasional Indonesia
– Petunjuk pemasangan unit dari pabrikan.

2. Persyaratan Teknis
2.1. Persyaratan Teknis Sistem
a. Tanki Bawah (Ground Tank) dipakai tanki penampung air bersih dari air
baku yang berasal dari air PDAM dan atau air sumur dangkal dan atau air
sumur dalam diletakkan di bawah/samping gedung di atas tanah. Sedang
Tanki Atas dipakai sebagai tanki penampung air bersih sebelum
didistribusikan ke pemakai, diletakkan diatas Roof dan atau Tower.
b. Berkaitan dengan fungsi tersebut, selain pipa inlet dan pipaoutlet, maka
tanki di fasilitasi dengan pipa by pass, pipa overflow, pipa drain, pipa
ventilasi, ladder (internal dan external) dan peralatan bantu lainnya untuk
mempermudah operasi dan maintenance tanki
c. Selain fungsi tanki sebagai tanki penampungan air bersih, juga di
pergunakan sebagai perletakan fungsi kontrol operasi pompa berkaitan
dengan penempatan floating valve untuk penutupan aliran air masuk dan
atau elektrode yang terendam dalam air
2.2. Persyaratan Material
a. Material Tanki Ground Tank
Spesifikasi pekerjaan ini disyaratkan dalam pekerjaan structure. Beberapa
hal yang berkaitan dengan pekerjaan mekanikal adalah sebagai berikut.

261 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Material: Concrete , underground.


 Kapasitas: sesuai schedule
 Service: Manhole, Ladder, pipe outlet, pipe inlet, bypass pipe, and venting
pipe.
b. Material Tanki Roof Tank atau Tower Tank
– Roof/Tower Tank
 Bahan baku : dari Polyethylene (HDPE-High Density Poly
Ethylene) berkualitas tinggi
 Thickness : sesuai ketentuan pabrikan
 Kapasitas : sesuai schedule
 Pipe Connection : Flange connection
 Service : Manhole, Ladder, pipe outlet, pipe inlet,drain
pipe, overflow pipe, bypass pipe, and venting
pipe.
 Structure Support : sesuai ketentuan pabrikan
 Base Frame : Concrete Structure
 Foundation : Concrete Structure
 Standart SNI, ISO, FDA
 Diakui oleh FDA ( Food and Drugs Administration), tidak berbau, tidak
beracun dan tidak mengubah rasa makanan maupun minuman.

2.3. Persyaratan Pelaksanaan


a. Pelaksana/Pemborong pekerjaan instalasi tanki air bersih harus memenuhi
persyaratan yang telah diisyaratkan dalam persyaratan pelaksanaan
pekerjaan mekanikal dan sudah berpengalaman dalam pekerjaan instalasi
tanki air bersih sejenis. Selain itu Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan
prosedure pelaksanaan sebagaimana Rencana Kerja, Pengajuan Material,
Gambar Kerja, Prosedure Kerja, dan Ijin- ijin pelakasanaan, As-built drawing
dan K3 dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal.
b. Pemasangan Tanki Air Bersih
– Pemasangan Tanki mengikuti prosedur pemasangan dari pabrikan.
Konsultan MK/Pemborong mengajukan prosedur untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan MK atau Management Kontruksi sebagai
pedoman pelaksanaan di lapangan.
– Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan tanki adalah
262 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

sebagai berikut :
 Tanki Fiber duduk pada base frame dan atau pondasi tanki dalam
posisi rata dan pada level yang sama.
 Pipa terpasang di tanki.dengan posisi disesuaikan dengan gambar
rencana. Untuk ground tank terbuat dari Concrete, posisi pipa harus
di tetapkan secara pasti, untuk pemasangan sleeve pipa saat
pembuatan tanki.
 Pipa ventilasi dipasang pada bagian atap tanki. Ukuran dan
jumlah pipa ventilasi disesuaikan dengan kapasitas tanki.
 Untuk tanki FRP (Fiberglass Reinforced Panel), tangga (ladder) terdiri
dari tangga internal dan external. Kedua tangga (Ladder) dipasang
mendekati manhole. Hal ini untuk memudahkan pelaksanaan
operasional dan monitoring tanki.
 Kabel Elektrode dipasang di dalam konduit atau ladder tertutup,
untuk menjaga keamanan dan keselamatan operator diletakkan pada
tanki tanpa menggangu operasional diletakan tanki. Sedang elektode
dipasang dekat ladder untuk memudahkan setting dan operasional
elektrode.
 Pelaksana/Kontraktor bertanggung-jawab atas pelaksanaan teknis di
lapangan terhadap semua penyambungan (tapping) peralatan
pendukung diatas dan pemasangan material yang melekat di tanki
terhadap resiko kebocoran.
c. Test dan Cominisioning
– Pelaksanan Test dan Cominisioning dilakukan pada setiap tanki tanki
air bersih secara individual.
– Pipa outlet, pipa by pass, pipa drain dan pipa overflow terlebih
dahulu ditutup rapat dengan menggunakan blind flange atau dop.
– Test dan Cominisioning dilakukan pada mengisi air bersih ke dalam
tanki sampai penuh (kapasitas maximal tanki) dan air tergenang selama
24 jam tanpa terjadi penurunan level air dalam tanki.
– Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan disinfeksi dan pembilasan
terhadap tanki air bersih dengan larutan chlorine yaitu :
 Diisi larutan chlorine yang mengandung 50 ppm, dan dibiarkan
selama 24 jam sebelum dibilas dan digunakan atau dipakai kembali.
 Diisi larutan chlorine yang mengandung 200 ppm, dan dibiarkan
263 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

selama 1 jam sebelum dibilas dan digunakan kembali.


 Setelah 24 jam seluruh pipa tersebut harus dibilas dengan air bersih
sehingga chlorine tidak lebih dari 0,2 ppm.
3. Jaminan dan Garansi
3.1. Jaminan Pekerjaan
a. Jaminan Pekerjaan berlaku untuk Material yang terpasang dalam pekerjaan.
Material harus berasal oleh Pabrik untuk merek material atau agen resmi
yang dtunjuk oleh pabrik tersebut. Pabrik dan atau agen resmi tersebut
harus berdomisili di Indonesia.
b. Pelaksana/Pemborong harus menjamin keseluruhan pekerjaan instalasi
tanki mekanik beserta peralatan pendukungnya. Jaminan ini tertuang dalam
Berita Acara Jaminan Pekerjaan yang disetujui oleh Konsultan MK.
c. Pelaksana/Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan maintenance
terhadap peralatan utama dan peralatan pembantu sisteminstalasi tanki
setelah serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan atau selama kurun
waktu yang telah disepakati bersama berdasarkan peraturan pekerjaan
proyek:
3.2. Garansi dan Spare Part
a. Pelaksana/Pemborong harus menyerahkan Garansi Tanki Air Bersih dan
peralatan bantu selama 1 tahun yang diberikan oleh penyedia/supplier
material pendukung lainnya kelengkapan dokumen serah terima pekerjaan.
b. Pelaksana harus menyerahkan Surat Jaminan "After Sales Service" dari agen
tunggal atau dari distributor yang berdomisili di Indonesia yang ditunjuk oleh
pabrik.
3.3. Serah Terima Pekerjaan
a. Serah Terima Pekerjaan instalasi Tanki Air Bersih merupakan bagian dari
Serah Terima Pekerjaan Mekanikal secara keseluruhan di pekerjaan/proyek
ini. Prosedur Serah Terima Pekerjaan Mekanikal harus menyesuaikan
dengan peraturan yang berlaku di pekerjaan/proyek ini.
b. Pelaksana/Pemborong harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
Tanki Air Bersih dengan persetujuan Konsultan MK..

264 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

PASAL 5
PEKERJAAN SUMUR DALAM

1. Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Sumur Dalam yang dimaksudkan disini pekerjaan pembuatan
sumur dalam (deep well) meliputi pekerjaaan survey, persiapan, pengeboran,
pemasangan pipa jambang, dan konstruksi sumur.
b. Pekerjaan sumur merupakan pekerjaan kontrak air. Pemborong/ Kontraktor
berkewajiban melaksanakan pekerjaan sehingga didapatkan sumber air yang
dapat memenuhi kebutuhan pemakaian air. Akibat kesalahan pengambilan
titik pengeboran sehingga tidak diketemukan kapasitas air yang diinginkan
menjadi tanggung jawab Pelaksana/Kontraktor. Selain itu kapasitas air yang
diambil harus menyesuaikan ketetuan dalam perijinan dari Dinas
Pertambangan setempat.
c. Melaksanakan proses perizinan pengeboran sumur dan pemakaian air tanah
ke Departemen Pertambangan setempat.
d. Selain itu sumur dilengkapi dengan bak atau rumah pompa yang berfungsi
sebagai tempat kontrol operasi dan melindungi pompa dan panel control
terhadap air hujan, air banjir, panas dan pengaruh iklim sekitar. Pekerjaaan
ini juga termasuk dalam lingkup pekerjaan sumur dengan memperhatikan
persyaratan pekerjaan structure den landscape.
1.2. Pekerjaan yang Berhubungan
a. Didalam melaksanakan Pekerjaan Sumur Dalam, Pengawas /Pemborong
harus juga memperhatikan pekerjaan mekanikal yang berhubungan dengan
instalasi plumbing pekerjaaan pompa sumur dalam dan intalasi sistem air
bersih.
b. Selain itu Pengawas/Pemborong juga harus memperhatikan pekerjaan lain
yang terkait diluar Pekerjaan Mekanikal, yaitu :
 Pekerjaan Elektrikal.
 Pekerjaan Structure.
 Pekerjaan Landscape.
1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan sumur mengacu pada standart- -
standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi. :
265 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 SNI : Standart Nasional Indonesia


 SNI 19-6768-2002, Tata cara pemasangan perpipaan besi daktil dan
perlengkapannya.
 Kep. Men. Kesehatan 907/Menkes/SKNII/2002.
 Peraturan Dinas Pertambangan setempat.
 AMDAL : Analisa Mengenai Dampak Lingkungan.
 Petunjuk pemasangan unit dari pabrikan.

2. Persyaratan Teknis
2.1. Persyaratan Teknis Sistem
a. Sumur Dalam (Deep Well) sebagai penyedia air bersih yang merupakan air
tanah diambil pada kedalaman lebih dari 50 meter. Kedalaman air tanah
yang berdasarkan perletakan pipa saringan sumur di aquifer atau zona
jenuh.
b. Sumur berfungsi sebagai penyedia air baku yang berasal dari air tanah. Air
baku diharapkan memenuhi standart air bersih yang dipakai untuk
memenuhi kebutuhan air bersih pengguna gedung. Berkaitan dengan hal
tersebut Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan test analisa air sumur
ke instansi yang berwenang untuk menentukan kelayakan sebagai air bersih.
2.2. Persyaratan Material
a. Pipa Jambang
 Pipa Jambang : Galvanized Steel Pipe, Medium Class, 10 kg/cm2.
Standard : SNI 0039-87/BS, 1387-67.
 Fittings : Flange connection, Steel Butt-Weld, 16 kg/cm2.
 Standard : SNI, ANSI.
b. Saringan Pipa Sumur (Well Screen pipes)
 Material : Rod and warp contruction. Rod : wire, Triangular
wire or wedge wire.
 Wire : triangular wire or wedge wire.
 Length : 3 meter.
 Lobang : slot  1 mm x 45 mm.
 Jumlah : 3 buah / menyesuaikan panjang aquifer.
 Ukuran wire & warp : sesuai standart pabrikan.
c. Material Pendukung
266 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Gravel : dia 2 - 3 mm.


 Semen, Pasir, dan material pendukung lainnya disesuaikan dengan
kontruksi sumur terhadap daerah setempat.
 Kawat Las, Cat, dan material pendukung Iainnya yang disyaratkan dalam
Pekerjaan Plumbing.
2.3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pelaksana/Pemborong pekerjaan instalasi sumur dalam harus memenuhi
persyaratan yang telah diisyaratkan dalam persyaratan pelaksanaan
pekerjaan mekanikal dan sudah berpengalaman dalam pekerjaan instalasi
sumur dalam sejenis. Selain itu Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan
prosedure pelaksanaan sebagaimana Rencana Kerja, Pengajuan Material,
Gambar Kerja, Prosedure Kerja, dan Ijin- ijin pelakasanaan, As-built drawing
dan K3 dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal.
b. Pekerjaan Survey
 Sebelum menentukan lokasi pengeboran, Pengawas/Pemborong harus
melakukan survey di lapangan untuk menentuakan titik pengeboran.
Hasil survey dilaporkan kepada Pengawas atau Management Kontruksi
untuk persetujuan titik pengeboran.
 Penentuan titik pengeboran untuk sumur dalam ditentukan berdasarkan
data hasil geoelectric test. Test ini merupakan test survey penyelidikan
terhadap lapisan tanah dengan menggunakan metode pengukuran
hambatan listrik (electrical resistivity).
 Titik pemboran harus berjarak minimum 10 meter dengan bidang tangki
septik, atau resapan air buangan, resapan air tanah atau lubang galian
untuk sampah, atau unit-unit penampung dan atau pengolah terbuka
yang dapat mencemari kondisi air tanah yang akan diambil.
c. Pekerjaan Persiapan
 Pelaksanaan pekerjaaan persiapan dengan pebuatan kolam
penampung/sirkulasi air dan kolam pemeriksaan lumpur dan lapisan
tanah. Pembuatan kolam ini harus memperhatikan kondisi sekitar
sehingga tidak mengganggu Iingkungan sekitar.
 Mobilisasi Alat dilanjutkan pemasangan peralatan utama dan peralatan
pendukung untuk pengeboran.
 Pelaksana/pemborong pekerjaan sumur bertanggung jawab atas

267 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

kebersihan dan pengembalian kondisi tanah/lanscape dikarenakan


pekerjaan kolam, mobilisasi dan demobilisasi alat.
d. Pekerjaan Pengeboran
 Kedalaman Pengeboran adalah berkisar 150 meter sampai dengan 200
meter.
 Diameter lubang pengeboran disesuaikan dengan penempatan pipa
jambang yang akan dipasang.Untuk penempatan pipa jambang/Upper
casing Ø 6", pipa penahan tanah Ø 8", maka lubang pengeboran adalah Ø
10" dengan kedalaman sesuai dengan gambar. Untuk menempatkan pipa
riser Ø 4", pipa penahan tanah Ø 6", maka lubang pengeboran adalah Ø 8"
dengan kedalaman sesuai dengan gambar rencana.
 Pelaksana/Kontraktor mengajukan metode pelaksanan pengeboran :
drilling dan reaining untuk diinintakan persetujuan Pengawas atau
Management Kontruksi.
 Pelaksana pengeboran harus membuat sample tanah pada setiap 1 meter
dalam pengeboran, dan selalu mencatat jenis lapisan tanah.
 Pemompaan diteruskan untuk membersihkan lubang sumur sampai air
kurasan yang keluar tidak mengandung lumpur lagi
e. Pekerjaan Instalasi Sumur
 Ukuran pipa jambang yang akan dipasang untuk kontruksi sumur
disesuaikan dengan gambar rencana dan memperhatikan diameter pompa
yang akan dipasang.
 Pemasangan pipa jambang harus center terhadap lubang
pengeboran.Pelaksana /Pemborong harus membuat penyenter (centralizer)
untuk menjaga posisi pipa jambang pada posisi center dengan
mempehatikan rongga antara pipa jambang dan sisi dalam pengobaran
bisa dilakukan pengisian material bantu : pasir dan gravel. Sambungan
pipa antara pipa Ø 6" dan Ø4", dengan menggunakan reducer 6" x 4".
Ujung pipa jambang ditutup dengan dop atau penutup baja..
 Pada setiap lapisan Aquifer dipasang saringan dari bahan stainless steel Ø
4" dengan panjang setiap saringan sumur 3 meter dan banyak saringan
minimal 3 buah yang dirangkai dengan pipa jambang. Untuk pengamanan
saat pemasangan dan operasional filter perlu dipasang penyenter dan
batang pengaman yang dipasang memanjang terhadap saringan dan dilas

268 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

pada pipa jambang atas filter dan pipa jambang bawah filter.
 Pada setiap penempatan saringan di lapisan aquifer, antara saringan dan
lubang bor disetor kerikil/gravel halus (Ø 2-3 cm) yang telah dicuci bersih
disekitar saringan sampai seluruh lapisan terisi kerikil. Sedang untuk
daerah lainnya, antara pipa dan lubang bor diisi dengan pasir.
f. Pekerjaan Bak Kontrol dan atau Rumah Pompa
 Pekerjaan Bak Kontrol dan atau Rumah Pompa dilaksanakan oleh
Pemborong/Kontraktor pekerjaaan instalasi sumur dengan memenuhi
persyaratan yang di telah diisyaratkan dalam pekerjaan structur dan
lanscape.
 Bak Kontrol mempunyai ukuran tertentu yang dapat dipergunakan
untuk meletakan peralatan instalasi pipa dan memudahkan operasional.
Bak ini terbuat dari beton bertulang dan tutup dari caquerplate steel.
Detail bak seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.
 Rumah Pompa diartikan disini sebagai area lokasi deepwell yang
terbatasi oleh pagar dan atau rumah pompa yang tertutup. Pembuatan
Rumah Pompa ini dimaksudkan untuk mempermudah operasi dan
maintenace instalasi sumur dan pompa.
g. Test dan Cominisioning
 Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan test dan cominisioning
terhadap instalasi sumur. Hasil test dan cominisioning dipakai acuaan
untuk menentukan posisi saringan sumur dan kedalaman/posisi pompa.
 Logging test dilaksanakan untuk melihat kondisi area jenuh (saturated
zone) dalam lobang pengeboran dengan menggunakan metode
pengukuran hambatan listrik (electrical resistivity). Grafik hasil test ini
disejajarkan dengan perimetri lapisan tanah yang telah tercatat saat
pengeboran.
 Pumping Test dan Draw Down Test dilaksanakan untuk mengetahuhi
kapasitas sumber air sumur. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Test
ini adalah :
 Pengujian kapasitas air (min 150 ltr/menit) yang dihasilkan selama 3
x 24 jam secara terus menerus. Pengukuran kapasitas air dilakukan
dengan metode V-notch weir, atau metode yang telah disetujui oleh
Pengawas atau SUPERVISI.

269 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Pencatatan Static Water Level, Dynainic Water Level dan Drawn


Down Water Level.
 Periode pencatatan (recording) seluruh test ini di mintakan
persetujuan oleh Pengawas atau SUPERVISI.
 Pengujian terhadap kwalitas air tanah perlu dilaksanakan
Pelaksana/Pemborong. Hasil Analisa Air di keluarkan oleh Instansi yang
berwenang atau badan yang telah disetujui Pengawas atau
SUPERVISIsebagai parameter untuk menentukan kelayakan air tanah
dipakai sebagai air bersih.
 Pelaksana/Pemborong harus membuat Laporan Pengeboran dan Instalasi
Sumur dengan melampirkan Hasil test dan cominisioning.

3. Jaminan dan Garansi


3.1. Jaminan Pekerjaan
a. Jaminan Pekerjaan berlaku untuk Material yang terpasang dalam pekerjaan.
Material harus berasal oleh Pabrik untuk merek material atau agen resmi
yang dtunjuk oleh pabrik tersebut. Pabrik dan atau agen resmi tersebut
harus berdomisili di Indonesia.
b. Pelaksana/Pemborong harus menjamin keseluruhan pekerjaan instalasi
sumur dalam beserta peralatan pendukungnya. Jaminan ini tertuang dalam
Berita Acara Jaminan Pekerjaan yang disetujui oleh Pengawas Mekanikal
atau Konsultan MK.
c. Pelaksana/Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan maintenance
terhadap peralatan utama dan peralatan pembantu instalasi sumur dalam
setelah serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan atau selama kurun
waktu yang telah disepakati bersama berdasarkan peraturan pekerjaan
proyek.
3.2. Garansi dan Spare Part
a. Pelaksana/Pemborong harus menyerahkan Garansi kapasitas sumber air
dalam sumur dan konstruksi sumur selama 1 tahun sesuai yang disyaratkan
(min 150 liter/menit).
b. Pelaksana harus menyerahkan Surat Jaminan "After Sales Service" dari
pelaksana pekerjaan sumur.
3.3. Serah Terima Pekerjaan
a. Serah Terima Pekerjaan Instalasi Sumur merupakan bagian dari Serah
270 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Terima Pekerjaan Mekanikal secara keseluruhan di pekerjaan/proyek ini.


Prosedur Serah Terima Pekerjaan Mekanikal harus menyesuaikan dengan
peraturan yang berlaku di pekerjaan/proyek ini.
b. Pelaksana/Pemborong harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
Instalasi Sumur dengan persetujuan Pengawas Mekanikal atau SUPERVISI.

PASAL 6
PEKERJAAN INSTALASI PEMADAM KEBAKARAN

1. Persyaratan Umum

1.1. Material
Dalam memasukkan penawaran, Pemborong wajib melampirkan hal-hal
berikut ini dengan jelas :
a. Melampirkan keterangan dari merk, type, data-data teknis yang penting
dari item-item peralatan seluruhnya dari yang ditawarkan pada lembar
kertas tersendiri, pada dokumen penawaran.
b. Melampirkan brosure, minimum 1 (satu) set asli dari setiap item unit yang
ditawarkan.
c. Pada brosure tersebut spesifikasi teknis yang terkait terhadap peralatan
terpilih harus diberi tanda dengan stabilo, misalnya, kapasitas, pemakaian
daya, kurva performansi, part load, performansi, kondisi, performansi
kebisingan dan vibrasi, berat operasi, dimensi dan lainnya, sehingga dapat
diketahui secara jelas/detail kondisi unit terpilih.
d. Mengisi Daftar Isian material yang ditawarkan sesuai dengan Form Daftar
Isian yang disertakan pada buku RKS yang tersebut di bawah.
Setiap kekurangan dari butir-butir a s/d d di atas akan mengurangi penilaian
evaluasi atas Penawaran Pemborong di mana bobot penilaian akan hal-hal
tersebut di atas sangat menentukan dalam evaluasi penawaran.
Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan adalah
baru dan bebas dari defective material, improper material dan menjamin terhadap
kualitas atau mutu barang sesuai dengan tujuan spesifikasi.
Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus diganti
dengan yang sesuai dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 (satu) minggu setelah
ditanda-tangani berita acara penerimaan barang.
271 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian atau penolakan material/peralatan


menjadi tanggungan /beban Kontraktor.
1.2. Gambar-gambar dan Spesifikasi
Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan-perencanaan ini merupakan satu
kesatuan dan tidak dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatu bagian pekerjaan atau
peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja dengan baik, dimana
hal tersebut tidak dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan atau
spesifikasi perencanaan ini, tetapi bagian pekerjaan atau peralatan tersebut
merupakan satu kesatuan sistem maka Kontraktor harus tetap melaksanakan
dan pengadakan peralatan/material/bahan dari bagian pekerjaan atau peralatan
tersebut tanpa ada biaya tambahan.
1.3. Gambar-gambar Perencanaan
- Gambar-gambar rencana yang termasuk lingkup pekerjaan fire fighting
dalam Dokumen Tender ini adalah gambar-gambar dengan nomor kode
gambar FF.
- Pemborong wajib memeriksa design terhadap kemungkinan kesalahan/
ketidakcocokan baik dari segi besaran-besaran diameter pipa maupun
pemasangan dan lain-lain. Hal-hal diatas harus disampaikan dalam bentuk
tertulis atau gambar pada waktu penjelasan tender/aanwijzing. Di dalam
gambar-gambar perencanaan ini tidak dimaksudkan untuk menunjukan
semua pipa-pipa, fitting-fitting, katup-katup dan fixture secara terperinci.
Semua bagian-bagian tersebut diatas walaupun tidak digambarkan atau
disebutkan secara spesifik tetapi merupakan kelengkapan sistem atau
instalasi maka pekerjaan tersebut harus disesuaikan dan dipasang oleh
Kontraktor agar instalasi ini lengkap dan dapat bekerja dengan baik sesuai
dengan pelaksanaan yang wajar.
1.4. Gambar-gambar Kerja
Gambar-gambar kerja untuk seluruh pekerjaan harus selalu berada di lapangan
(site). Termasuk perubahan-perubahan atau usulan-usulan dan lain sebagai-nya.
Selama pelaksanaan instalasi ini berjalan, Kontraktor harus memberikan tanda-
tanda dengan pensil/tinta merah pada set gambar atas segala perubahannya,
penghapusan atau penambahan pada instalasi tersebut, gambar kerja harus
dibuatkan pemborong sejumlah 1(satu) set kalkir 3(tiga) set blue print.
1.5. Gambar Pelaksanaan

272 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Sebelum kontraktor melakukan pemasangan instalasi, kontraktor harus membuat


gambar instalasi secara mendetail (shop drawing) untuk disetujui oleh Direksi,
juga harus menyerahkan Gambar Pelaksanaan (As Built Drawing) yang meliputi
denah, instalasi yang terpasang, detail pemasangan, detail peralatan dari seluruh
instalasi diatas/ digambar di kertas kalkir. Pelaksanaan pemasangan harus
memenuhi syarat-syarat yang umum berlaku baik standard nasional maupun
standard internasional. As built drawing dibuatkan sejumlah 1 (satu) set kalkir 3
(tiga) set blue print.
1.6. Contoh-contoh Barang
Pemborong wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan, kepada MK atau brosur-brosur dari alat-alat tersebut dan
menunggu persetujuan dari MK sebelum alat-alat tersebut dipasang.
Bila bahan-bahan tersebut diragukan kualitasnya akan dikirimkan ke kantor
penyelidikan bahan-bahan atas biaya Pemborong/ Kontraktor.
Bila ternyata terdapat bahan-bahan yang telah dinyatakan tidak baik/tidak bisa
dipakai oleh MK, maka Pemborong harus mengangkut bahan-bahan tersebut ke
luar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari, harus sudah tidak ada
dilapangan
1.7. Tenaga Pelaksanaan
Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh orang/tenaga-tenaga ahli
dalam bidangnya (Skilled Labour), agar dapat memberikan hasil kerja yang
terbaik dan rapi.Untuk pelaksanaan khusus, Pemborong harus memberikan surat
pernyataan yang membuktikan bahwa tukang-tukangnya yang melaksanakan
pekerjaan tersebut memang mempunyai pengalaman dan kecakapan.
1.8. Pengamanan
Kontraktor bertanggung jawab atas pencegahan bahan/peralatan-peralatan untuk
instalasi ini dari pencurian atau kerusakan. Bahan-bahan/peralatan-peralatan
yang hilang atau rusak harus diganti oleh Kontraktor tersebut tanpa tambahan
biaya.
1.9. Koordinasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Pemborong diwajibkan mengadakan koordinasi
dengan Pemborong lain yang mengerjakan pekerjaan AC, Plumbing, struktur,
elektrikal, interior dan sebagainya, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan-
kesalahan dalam pemasangan dapat diperkecil/dihilangkan.
1.10. I z i n
273 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk


melaksanakan instalasi ini harus dilakukan oleh Pemborong atas tanggungan
dan biaya Pemborong.
b. Semua pemeriksaan, pengujian laik pakai dari Dinas Pemadam Kebakaran
(DPK) dan lain-lain beserta keterangan-keterangan resminya yang mungkin
diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini harus dilakukan oleh Pemborong
atas tanggungan dan biaya Pemborong.
c. Pemborong harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang
dipatentkan, kemungkinan tuntutan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlu-
kan untuk ini. Pemborong wajib menyerahkan surat pernyataan mengenai hal
ini.
d. Pemborong harus menyerahkan izin atau keterangan resmi dari pihak yang
berwajib yang diperolehnya mengenai instalasi proyek ini kepada MK,
Konsultan atau pihak yang ditunjuk untuk ini.
1.11. Korelasi Pekerjaan
a. Semua pekerjaan galian dan penimbunan yang akan dilakukan oleh pihak
lain Pemborong harus memberikan data-data, ukuran-ukuran dan gambar-
gambar pekerjaan ini bilamana ada kepada pihak yang melaksanakannya.
b. Semua pekerjaan pembuatan dudukan untuk mesin dilakukan oleh
Pemborong. Pemborong harus memberikan data-data, ukuran-ukuran,
gambar-gambar dan peralatan yang diperlukan kepada pihak lain yang
memerlukannya.
c. Semua penarikan kabel-kabel listrik sampai ke panel peralatan dilakukan
oleh pihak lain. Pemborong wajib memberikan data-data dan gambar- gambar
yang diperlukan kepada pihak lain yang mengerjakannya.
d. Semua penarikan pipa air termasuk pipa air bersih, pipa dan ducting AC, rak
kabel, dll. yang tidak tercantum dalam gambar-gambar dan spesifikasi yang
dilakukan oleh pihak lain, Pemborong harus berkoordinasi dan memberikan
data-data, ukuran dan gambar-gambar kepada pihak lainnya yang
mengerjakannya.
e. Semua fasilitas listrik, air, saniter darurat hendaknya diusahakan oleh
Pemborong. Pemborong harus berkoordinasi dengan pihak lainnya untuk
menanggulangi persoalan ini.
1.12. Sub Kontraktor

274 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Apabila diperlukan tenaga-tenaga ahli khusus atau tenaga-tenaga pelaksana


yang ada tidak mampu melaksanakan pemasangan, penyetelan, pengujian
dan lain-lain maka Pemborong dapat menyerahkan sebagian instalasinya
kepada Sub Kontraktor lain setelah mendapatkan persetujuan MK.
b. Pemborong wajib bertanggung jawab penuh atas segala lingkup pekerjaan-
nya, baik yang dilaksanakannya sendiri maupun yang telah di sub-
kontrakkan.
c. Pemberi Tugas dan MK tidak dapat dituntut bila ada gugatan sub Kontraktor
karena tidak lancarnya pembayaran yang harus diberikan oleh Kontraktor.
1.13. Pengawas Lapangan
a. Seluruh pekerjaan yang dicakup dalam instalasi ini harus diawasi oleh
seorang yang cukup berpengalaman. Ia bertanggung jawab penuh atas segala
pekerjaan instalasi pada proyek ini.
b. Nama, perincian pengalaman kerja, struktur organisasi Pengawas Lapangan
hendaknya diberikan oleh Pemborong kepada MK untuk dimintakan
persetujuannya.
c. Bilamana ternyata menurut pendapat pihak MK, Konsultan atau pihak yang
berwenang Pengawas Lapangan yang ditunjuk itu kurang cakap memimpin
maka Pemborong harus menggantinya dengan orang lain.
1.14. Laporan Instalasi
a. Pemborong harus memberikan contoh semua bahan-bahan yang akan
dipergunakannya kepada MK, Konsultan atau pihak yang ditunjuk untuk
dimintakan persetujuan tertulis pemasangannya.
b. Dengan mencantumkan secara lengkap merk, type, spesifikasi dari semua
contoh bahan yang diajukan.
c. Pemborong harus membuat jadwal/ schedule waktu yang terperinci untuk
setiap pekerjaannya dan diserahkan kepada MK, Konsultan atau pihak yang
ditunjuk untuk mendapatkan persetujuannya.
d. Pemborong harus mengadakan :
1. Buku Laporan Harian
2. Buku Laporan Mingguan
3. Buku Laporan Bulanan
1.15. Hasil Pekerjaan
a. Pemborong harus melaporkan hasil kemajuan pekerjaannya setiap minggu
serta perbandingannya dengan jadwal yang telah tersusun.
275 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

b. Bilamana terjadi perbedaan, harus disertakan juga alasan-alasan serta cara-


cara penanggulangannya.
c. Bagi setiap tahap-tahap instalasi yang telah selesai dikerjakannya,
Pemborong harus mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak MK,
Konsultan dan pihak yang ditunjuk bahwa tahap instalasi ini telah selesai
dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang ada.
d. Tahap-tahap instalasi ini ditentukan kemudian berdasarkan jadwal perincian
waktu yang diserahkan oleh Pemborong.
e. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian, balancing dan "trial run" sistem
instalasi ini haruslah pula dihadiri pihak MK, Konsultan, Ahli dan wakil
pemberi tugas, serta pihak-pihak lain yang bersangkutan. Untuk ini
hendaklah diberikan pula sertifikat pernyataan hasil pengujian oleh yang
berwenang memberikannya.
1.16. Pembersihan Lapangan
a. Lapangan/ruangan yang dipergunakan harus setiap hari setelah selesai
bekerja dibersihkan oleh Pemborong. Pemborong hendaknya menghubungi
pihak- pihak lain untuk koordinasi pembersihan lapangan.
b. Segera setelah Kontrak selesai maka Pemborong harus memindahkan semua
sisa bahan pekerjaannya dan peralatannya kecuali yang masih diperlukan
selama pemeliharaan.
1.17. Petunjuk Operasi
a. Pada saat penyerahan untuk pertama kalinya Pemborong harus
menyerahkan gambar-gambar, data-data peralatan petunjuk operasi dan
cara-cara perawatan dari mesin-mesin terpasang di bawah Kontrak ini dalam
bahasa Indonesia.
b. Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada Pemilik sebanyak 3 (tiga) set
dan kepada Konsultan 1 (satu) set.
c. Pada saat penyerahan pertama harus diserahkan antara lain : Instruction
Manual, Instalation Manual, Maintenance Guide, Operating Instruction,
Traoble Shooting Instruction dan brosur-brosur harus asli.
d. Pemborong harus memberikan 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi dan
perawatan kepada Pemilik, hendaknya dipasang dalam suatu kaca berbingkai
dan ditempelkan di dinding dalam ruang mesin utama atau tempat lain yang
ditunjuk oleh MK.

276 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

e. Pemborong harus memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan


perawatannya kepada petugas-petugas teknik yang ditunjuk oleh Pemilik/
MK secara cuma-cuma sampai cakap menjalankan tugasnya.
f. Kontrator harus memberikan surat garansi atas peralatan-peralatan utama
kepada Pemberi Tugas.
1.18. Surat Keterangan
Kontraktor harus memberikan Surat Keterangan/ sertifikat dari Dinas Pemadam
Kebakaran daerah yang menunjukkan bahwa unit tersebut dapat dipergunakan
terutama pada pekerjaan sistem instalasi pemadam kebakaran.

1.19. Data Suku Cadang


Kontraktor harus menjamin dengan Surat Jaminan adanya suku cadang yang
mudah diperoleh pada peralatan-peralatan yang sekiranya akan mengalami
gangguan atau kerusakan dalam waktu yang pendek, baik peralatan utama
maupun peralatan penunjang.

2. Informasi Sistem
2.1. Sistem yang diterapkan
System pemadaman kebakaran Gedung Rumah Susun pada dasarnya terbagi
menjadi 2 bagian/sistem :
a. Fire Hydrant & Fire Sprinkler System
b. Fire Suppression System.
System hydrant dan sprinkler yang akan diterapkan menggunakan system
kombinasi (Combined System) dimana sistem hydrant dan sistem sprinkler
keduanya dicatu oleh satu sistem pompa.
Sistem Fire Pumps tersebut terdiri dari 3 set pompa kebakaran :
a. Pompa kebakaran listrik (Electric Fire Pump)
b. Pompa kebakaran diesel (Diesel Fire Pump)
c. Pompa pacu listrik (Jockey Pump).
Fire extinguisher (Alat Pemadam Api Ringan – APAR) bila tidak dinyatakan lain
dalam gambar, pada dasarnya ditempatkan untuk setiap area seluas 200 m
minimal 1(satu) buah APAR .

277 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2.2. Uraian Singkat Sistem

2.2.1.Fire Hydrant dan Sprinkler


a. Uraian Umum
Gambar instalasi fire hydrant menunjukkan letak dari fire hose dan instalasi
pipingnya secara garis besar, 1 (satu) titik indoor hydrant dapat memproteksi
area maksimal untuk setiap ±800 m (ruang terbuka tanpa sekat) dan 2 (dua)
titik indoor hydrant untuk setiap ±800 m² (ruang dengan sekat). Sprinkler
System Type Wet Pipe Riser dengan Alarm Check Valve yang melayani setiap
500 kepala Sprinkler.
b. Sistem Pompa
a). Pompa Hydrant/Sprinkler electric dari jenis Centrifugal Split Cassing
dengan performance curve yang landai sehingga pada 65 % Head nominal,
tidak kurang dari 150 % terjadi penambahan debit, dan shut off Head
adalah tidak lebih dari 140 % Rated Head.
Motor listrik mempunyai putaran yang sama dengan putaran pompa
(direct driver) dengan daya poros nominal, sesuai dengan daya poros yang
dibutuhkan pompa.
Tiap-tiap Pompa kebakaran harus lengkap dengan Fire Control Panel,
base plate dan peredam getar.
b). Jockey pump dari jenis Vertical Multistage dengan kapasitas nominal
sebagaimana ditunjukkan oleh gambar.
Pompa harus disupply lengkap dengan Fire Control Panel, base plate dan
peredam getar.
c). Pompa diesel adalah pompa dengan penggerak diesel Engine. Data dan
spesifikasi pompa sama dengan Spesifikasi Pompa Fire Electric. Diesel
engine yang digunakan dari jenis “Stationary Four Stroke Water Cooled
(Radiator) lengkap dengan Fly wheel, Tube Oil Filter, Tube Oil Cookle
dan lain-lain, Battery Charger dilengkapi dengan AMF.
Daya yang dimiliki oleh engine harus paling kurang 20 % lebih besar dari
daya maksimum yang dibutuhkan untuk menggerakan pompa
kebakarannya pada rating putaran pompa.
d). Kelengkapan pompa adalah sebagai berikut :
- Fire Control Panel
- Pressure Gauge & Pressure Switch
278 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

- Safety Valve & Flow Meter


- Anti Water Hammer Check Valve
- Flexible Joint (Standard Pressure Rating 450 psi)
- Gate (OS&Y) Valve, Strainer, Inlet Vortex
- Dan kelengkapan lain yang diperlukan sesuai dengan sistem yang
digunakan.

2.3. Lingkup Pekerjaan


Lingkup Pekerjaan Fire Fighting terdiri dari pengadaan & pemasangan Sistem
Fire Hydrant dan Fire Sprinkler . Bagian-bagian pekerjaan yang menjadi
Lingkup tugas dan pelaksanaan kerja dilapangan pada paket pekerjaan Fire
Fighting antara lain adalah :
2.3.1.Pengadaan dan pemasangan peralatan utama sistem Fire Hydrant dan Sprinkler
yang meliputi : Electric Fire Pumps, Diesel Fire Pumps tipe Centrifugal Split
Cassing dan Jockey Fire Pumps lengkap dengan Panel Kontrol, yang seluruhnya
harus NFPA.20 STANDARD. Untuk Diesel Pump, harus lengkap dengan tanki
BBM dan pemipaannya.
2.3.2.Pengadaan dan pemasangan peralatan dari sistem dan instalasi/pemipaan, riser,
vertikal dan horizontal pipe dari seluruh pemipaan Hydrant maupun pemipaan
Sprinkler, didalam bangunan dan diluar bangunan. Seluruh pemipaan harus
Schedule 40.
2.3.3.Pengadaan dan pemasangan fixtures kebakaran seperti Fire Hydrant Box (HB),
Hydrant Pillar (HP), Seamese Connection (SC) dan unit peralatan Sprinkler.
2.3.4.Pengadaan dan pemasangan Valve-valve kebakaran seperti Main Alarm Valve,
Pressure Reducing Valve , Savety Valve , Air Realise Valve, Branch Control Valve
dan peralatan instalasi lainnya .
2.3.5.Mengurus proses perijinan serta persyaratan lain yang diperlukan untuk
mendapatkan persetujuan bahwa Instalasi sistem Fire Hydrant dan Sprinkler
dapat dinyatakan baik dan layak pakai dari instansi PMK Pemda setempat.
2.3.6.Membuat Standard Operation and Prosedure (SOP) dari pekerjaan Hydrant &
Sprinkler dan Fire Suppression System tersebut. Mengadakan Training
Operasional kepada Team Engineering Pemilik proyek dan untuk waktu serta
kesiapannya akan ditentukan kemudian bersama Pemilik proyek/Konsultan MK.
2.3.7.Testing dan Commisioning

279 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Mengadakan testing dan commisioning semua sistem pekerjaan yang terpasang


agar memperoleh sistem yang baik sesuai dengan syarat undang-undang dan
peraturan-peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia. Serta tidak bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan dari Jawatan Keselamatan Kerja.

3. Persyaratan Teknis Khusus Pekerjaan Fire Fighting

3.1. Peraturan-peraturan/ Persyaratan


Tata cara pelaksanaan dan lain-lain petunjuk yang berhubungan dengan
peraturan-peraturan Pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia.
Selama pelaksanaan Kontrak ini harus betul-betul ditaati. Pada umumnya
peraturan-peraturan berikut ini berkenan dengan pasal sebagai berikut :
a. SNI 03-1745-2000 : Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak
dan selang pencegah bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
b. SNI 03-1735-2000 : Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses
lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
c. SNI 03-3989-2000 : Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem sprinkler
otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
d. SNI 03-6570-2001 : Instalasi pompa yang dipasang tetap untuk proteksi
kebakaran.
e. NFPA-13 : Standard for the Installation of Sprinkler System.
f. NFPA-14 : Standard for the Installation of Standpipe, Private Hydrant and
Hose System.
g. NFPA-20 : Standard for the Installation of Stationary Pumps for Fire
Protection.
h. NFPA-2001 : Standard on Clean Agent Fire Extinguishing System.
i. Satandar, acuan dan Perda dari Pemerintah dan Instansi setempat.

3.2. Material/ Bahan-bahan yang dipakai :


Fire fighting ( fire hydrant an Fire Srinkler ) BSP Sch 40, ASTM A 53.

3.3. Sistem Pemipaan


1). Sistem Penyambungan Pipa
Pipa fire fighting :

280 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Sambungan/fitting : Pipa  40 mm ke bawah malleable iron ANSI B. 16.3


class 300 lb Screwed end, Pipa  50 mm ke atas , wrought steel Butt weld
fitting ANSI B 16.9 SCH 40. Flange:Dia. 40 mm kebawah Black malleable
cast iron RF class 300 lb, scewed,Dia. 50 mm keatas, Forged steel RF class
300 lb, welding joint
Untuk memperkuat terhadap kebocoran, penyambungan pipa dengan ulir
harus terlebih dahulu diberi lapisan Primatone epoxy adhesive & sealants.
Sedangkan untuk sambungan flanged harus dilengkapi ring dari karet
secara homogen.
2). Pemasangan Fixtures, Fitting dan sebagainya
a. Semua fixtures harus dipasang dengan baik dan di dalamnya bebas
dari kotoran yang akan mengganggu aliran atau kebersihan air, dan
harus terpasang dengan kokoh (rigit) ditempatnya dengan tumpuan
yang mantap.
b. Semua fixtures, fitting, pipa-pipa air harus dilaksanakan dengan rapi
tidak mengganggu waktu pemasangan-pemasangan/ dinding keramik
dan sebagainya. Disamping pemasangan fixtures yang baik dan serasi,
juga harus kuat dalam kedudukannya untuk komponen, misalnya
fixture, fitting dan sebagainya. Kontraktor bertanggung jawab untuk
melengkapi komponen tersebut di dalam kelengkapan jaringan instalasi
tersebut.
c. Untuk pipa-pipa yang tekanan airnya tinggi/pipa induk, dipasang balok-
balok dari beton dengan campuran yang kuat dan dipasang setiap ada
sambungan pipa, tee, elbow, valve dan sebagainya.
3). Penggantung / Penumpu Pipa
a. Semua pipa harus diikat/ditetapkan dengan kuat dengan penggantung
atau angker yang kokoh (rigit), agar inklinasinya tetap, untuk mencegah
timbulnya getaran.
b. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur
dengan jarak antara tidak lebih dari 2,5 m.
c. Semua pipa yang melewati daerah dilokasi bangunan, dipergunakan
flexible joint untuk mencegah patahnya pipa dari pergeseran bangunan.
d. Penggantung atau penumpu pipa harus disekrup/ terikat pada kontruksi
bangunan dengan insert/ angker yang dipasang pada waktu pengecoran
beton dengan Ramset.
281 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

e. Pipa-pipa vertikal harus ditumpu dengan clem-clam dan dibuat dengan


jarak tidak lebih dari 3 m.

3.4. Valve - valve


a. Valve sampai dengan 50 adalah jenis "screwed bronze body dengan external
spendle ".
b. Valve  65 -  80 adalah jenis "bronze flanged body dengan internal screwed
spendle ".
c. Valve lebih besar 80 adalah jenis "flanged steel body dengan external spendle
yoke ".
d. Tekanan kerja dari valve-valve harus disesuaikan dengan fungsinya, untuk
pekerjaan fire fighting digunakan valve dengan tekanan kerja minimum 450
psia (30 bar).

3.5. Pipa Dalam Tanah


a. Galian pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman 60 cm untuk pipa
100 ke bawah dan 80-100 cm untuk pipa 125 keatas. Dasar lubang galian
harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang pipa terletak tertumpu
dengan baik. Untuk pipa-pipa air bersih dan pipa-pipa air buangan tidak
boleh diletakkan pada lubang-lubang yang sama.
b. Galian tanah harus dibersihkan dari kotoran-kotoran/puing-puing. Setelah
bersih diurug dengan pasir urug setebal  5 cm kemudian pipa dipasang
dalam lubang galian dan diperiksa oleh MK, ditimbun kembali dengan pasir
urug dan tanah bekas galian yang bebas dari puing-puing.
c. Patokan/ pedoman yang dipakai untuk dalamnya galian adalah diukur dari
garis tengah pipa (as pipa) sampai ke permukaan jalan/ tanah asli atau bila
tidak supaya disesuaikan gambar rencana.
d. Syarat penyeberangan pipa yang melintasi jalan atau drainase setempat
harus sesai dengan standard pemasangan seperti yang tercantum pada
gambar perencanaan.
e. Khusus untuk pipa fire hydrant diluar bangunan (site plan) harus di coating
terlebih dahulu dengan bahan flinkote kemudian dilapis dengan jacketing
yang terbuat dari bahan karung goni.

282 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

3.6. Pengecatan
Semua pipa dari besi/baja dalam tanah harus dilapisi dengan Tar (Tor corted)
atau coating untuk penahan Korosi. Sedangkan untuk pipa-pipa terlihat (exposed)
harus diberi tanda dengan warna atau cat yang warnanya akan ditentukan
kemudian oleh MK. Untuk pipa-pipa dalam ceiling agar mudah dikenali diberikan
tanda warna/ cat pada setiap jarak  4 m pada pipa-pipa induk begitu pula pipa-
pipa pada shaft dimana terletak pintu pemeriksaan. Sebagai patokan dipakai
warna cat untuk jaringan Pipa Hydrant dan Sprinkler berwarna Merah.

4. Spesifikasi Teknis Peralatan Utama


Pompa fire fighting merupakan unit yang terdiri dari pompa pembantu, pompa
utama penggerak electric lengkap dengan Control Panel dan harus sesuai dengan
standard NFPA 20 Standard. ( lihat schedul pompa )

5. Spesifikasi Teknis Instalasi


5.1. Panel Kontrol.
Panel kontrol merupakan kelengkapan unit sistem fire fighting yang dapat
mengatur kerja pompa secara automatic baik jockey pump sebagai pompa
pembantu, pompa utama penggerak electric maupun pompa penggerak diesel.
Tiap-tiap unit pompa harus mempunyai panel kontrol sendiri-sendiri. Sistem
tersebut diatur oleh panel khusus untuk pompa pemadam kebakaran yang sesuai
dengan NFPA 20 standard.
5.2. Pengaturan Fire Pump Set adalah sebagai berikut :
a. Pada jalur pemipaan utama dari setiap sistem, dipasang 3 (tiga) buah
Pressure Switch. Switch pertama akan mendeteksi penurunan tekanan air
dalam pipa dan memberikan signal ke panel kontrol pompa Jockey bila
tekanan menurun mencapai tingkat yang lebih rendah dari batas bawah pada
Pressure Switch, panel kontrol pompa Jockey akan menghidupkan pompa
Jockey sampai tekanan kembali mencapai batas atas dari Pressure Switch
tersebut dan secara otomatis panel kontrol akan mematikan pompa tersebut.
b. Bila tekanan menurun terus sampai mencapai pada switch kedua, maka panel
kontrol pompa utama akan menghidupkan pompa utama secara otomatis.
Cara mematikan pompa utama harus dilakukan secara manual.

283 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

c. Bila sumber daya dari PLN terputus, pompa kebakaran penggerak Engine
akan bekerja secara otomatis dengan triger tekanan di bawah tekanan pompa
utama penggerak listrik.
d. Daya listrik untuk pompa-pompa kebakaran disediakan melalui panel khusus
yang mendapat daya listrik dari sumber PLN dan Genset. Masing-masing
dihubungkan ke panel kontrol pompa Jockey dan panel kontrol pompa utama.
5.3. Electric Driven Fire Pumps
a. Fire Pump set harus mampu mencatu kebutuhan air pemadam kebakaran
sampai batas maksimum kemampuan pompa pada setiap saat secara
otomatis.
b. Fire Pump Set harus terdiri dari satu atau lebih pompa utama dan Jockey
Pump.
c. Motor Pompa harus mendapat sumber daya dari listrik ( PLN dan Genset
secara otomatis).
d. Sumber daya dari PLN harus diambil dari Switch khusus sebelum main
switch.
e. Fire pump set antara lain harus terdiri dari peralatan sebagai berikut:
- Jockey pump c/w Motor, Main pump c/w motor.
- Outlet Header, Inlet and Outlet Valve ,
- Check valve against water hamer, Inlet Strainer.
- Power and controle panel , Pressure switch, pressure gauge.
- Flexible connection, Hydraulic connections.
- Electric connections, Base frame.
- Flow meter untuk keperluan testing reguler.
- Safety valve
- Inlet strainer c/w screen filter.
f. Announciating Pump Status:
- Jockey Pump On , indicating lamp
- Main Pump with motor, Water level drop, Alarm horn & indicating lamp,
Water level too low , Alarm horn & indicating lamp.

5.4. Engine Driven Fire Pumps


a. Engine driven fire pump berfungsi untuk memasok kebutuhan air pemadam
kebakaran pada saat pompa listrik gagal atau diperlukan lebih banyak air
untuk pemadaman.
284 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

b. Engine driven fire pump harus diuji coba minimal sekali seminggu selama
satu jam dalam masa pemeliharaan.
c. Engine driven fire pump harus merupakan satu paket yang dirancang khusus
untuk keperluan pemadam kebakaran terdiri dari :
- Vertical Turbine fire pump, Diesel Engine.
- Staring device with pully or motor starter.
- Battery starter and outside battery charger
- Engine speed controle, Fuel oil tank.
- Hydraulic Connentions, Electric connections.
- Controle board, Instrumentations.
d. Perlengkapan Engine :
- Flexible coupling, Coupling guard, Heat exchanger loop
- Batteries, Battery rack, Battery cable, Battery charger
- Silencer, Flexible ex hose connector
- Cooling water heater + thermostat.
e. Perlengkapan pemipaan :
- Compound suction gauge, Discharge pressure gauge
- Automatic air release valve, Main relief valve
- Enclosed waste cone, ± 165 gallon fuel tank
- Fuel system accessories, Fitting package
- dan lain-lain.

5.5. Wet Sprinkler Control Valve


Sprinkler control valve set terdiri dari 2 keperluan , yaitu main control valve set
dan branch control valve set.
1). Main control valve set (Main Alarm Valve).
a. Main control valve set harus dipasang setiap pipa riser splinkler.
b. Main control valve set harus mampu memberikan signal listrik kepada
controle alarm system maupun dengan mechanical alarm gong apabila
terjadi suatu aliran air sebesar satu kepala sprinkler.
c. Main control valve set antara lain harus terdiri dari peralatan sebagai
berikut:
 Main stop valve lockable, Test valve set.
 Wet alarm valve , Pressure indicators.
 Alarm gong set, Flow switch.
285 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2). Branch control valve set (BCV).


a. Branch control valve set harus dipasang seperti tertera dalam
gambar perencanaan.
b. Branch control valve set harus mampu memberikan signal listrik
kepada kontrol fire alarm system apabila terjadi aliran air sebesar
satu kepala sprinkler.
c. Branch control valve set antara lain harus terdiri dari peralatan
sebagai berikut:
 Branch stop valve Lockable, Flow switch, calibrated
 Terst valve lockable , Drain valve lockable.
3). Flow Detector
- Tipe : Vane
- Service pressure : sampai dengan 450 psi (31,0 bar).
- Minimum flow rate : 38 Lpm (10 gpm)
- Flow detector dipasang pada setiap zone pelayanan Sprinkler
4). Sprinkler Flushing.
- Sprinkler flushing harus dipasang dibagian ujung dari branch main pipe
atau branch sub main pipe.
- Sprinkler flushing dimaksud untuk membuang air mati dalam jaringan
pipa sprinkler.
- Sprinkler flushing terdiri dari pipa drain diameter 25 mm yang di
Tapping dari ujung branch main pipe atau submain ke sprinkler drain
riser melalui valve.
5). Sprinkler Head.
Sprinkler head yang dipergunakan disini dari jenis Glass bulb dengan
temperatur pecah 68 deg. C, dibuat dari Chromium plate brass yang
dilengkapi dengan flushing flange.
6). Sprinkler Test valve & drain (STV & D)
a. STV & D harus dipasang seperti yang tertera dalam gambar
perencanaan.
b. Test Valve harus diset pada laju aliran sebesar satu kepala sprinkler
terkait.
c. Drain valve harus dapat mengalirkan air mati dalam jaringan pipa
sprinkler.
d. STV & D terdiri dari lockable test valve dan lockable drain valve.
286 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

5.6. Fire Hydrant Box


Box tersebut terbuat dari plat baja dengan tebal ± 2 mm. Dimensi box : lihat
gambar perencana. Tinggi pemasangan dari lantai ± 20 cm. Perletakan engsel
disesuaikan dengan keadaan setempat sehingga mudah untuk dibuka.
 Seluruh box dan pintu dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints dan
diberi tulisan Hydrant dengan warna putih.
 Panjang fire house tidak kurang dari 30 m, mudah dilipat dilengkapi hose
rack, tahan terhadap tekanan dan penyambungannya dengan sistem coupling.
Nozzle variable (set spray)  40 dan landing valve  65 semua dalam keadaan
baru dan fabricated, minimal class 225 psi, material bronze.

5.7. Hydrant Pillar


a. Jenis two-way, terbuat dari baja tuang diberi penguat pondasi beton
secukupnya.
b. Pillar dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints.
c. Disediakan fire house lengkap dengan nozzlenya, coupling disesuaikan
dengan standar penggunaan coupling PMK setempat, panjang house tidak
kurang dari 30 m dengan ukuran 100x65x65 dan dilengkapi dengan gate
valve dalam bak kontrol.

5.8. Seamese Connection


a. Digunakan seamese connection jenis two way type Y terbuat dari baja tuang.
b. Dalam pemasangan unit seamese connection harus diberikan pondasi penguat
sebagai dudukan.
c. Lokasi seamese connection mudah dilihat dan dekat dengan lalu lalang mobil
agar mudah untuk dipakai bila diperlukan (lihat gambar perencanaan).
d. Di lengkapi Chek valve dalam bak kontrol

5.9. Fire Hose Cabinet


Jenis : Semi-recessed wall mounted indoor hydrant box
Kabinet / Box : Pelat Baja tebal 2,0 mm dengan konstruksi rangka,
sambungan dengan di las dicat warna merah terang.
Pintu : Pintu berengsel, institutional (heavy duty)
Hose Rack : One piece 16 US gauge steel.

287 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Accessories : 40 mm hose rack dilengkapi ; 40 mm nipple 40 mm


cast brass valve 40 mm rubber lined hose, panjang 30
meter.
Nozzle : 40 mm x 250 mm smooth bore, straight type, 400 psi test
pressure.
Standart : ANSI.

5.10. Hydrant Check Valve


Jenis : Hydrant underground check valve cast iron,
Ukuran : 150 mm
Standart/ kelas : ANSI, 300 psi WOG .

5.11. Hydrant Main Valve


Jenis : Hydrant underground Gate valve cast-iron,
Ukuran : 150 mm
Standart/ kelas : ANSI, 300 psi WOG

5.12. Landing Valve


Jenis : Oblique cast-iron landing valve dicat merah terang,
Ukuran : 65 mm
Kelengkapan : Cap and chain, hose coupling, handwheel
operated, cadmium plated escutcheon.
Standard/ kelas : ANSI. 300 psi WOG.

5.13. Air Realese Valve


Dipasang pada setiap ujung akhir dari pipa tegak hydrant dalam bangunan,
Jenis : Cast-iron floating Ball
Ukuran : 0.75 inch connection, 1.625 inch valve
Standard / kelas : ANSI / 300 psi WOG

5.14. Pressure Reducing Valve Assy


Harus terdiri dari kelengkapan yang mengikuti ketentuan sebagai berikut: Valve
fitting, Strainer, pilot reducer dan coloum control valve, Maximun pressure
reducing ratio 10 : 1, Body dan case dari cast-iron, Disc dan diagram dari
288 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Synthetic Rubber, end connection dari flange.Tekanan sisi masuk dan tekanan sisi
keluar yang diperlukan harus sesuai dengan yang tercantum pada gambar.Harus
dilengkapi peralatan untuk By-pass.

5.15. Orifice Plate


- Harus dipasang pada setiap katup pengatur cabang pemipaan sprinkler dan
katup pengeluaran selang hydrant untuk mengatur tekanan air pada keadaan
operasi sehingga sesuai dengan kriteria tekanan yang ditentukan oleh standard
yang diikuti.
- Orifice plate boleh tidak dipasang bila ternyata dalam pemeriksaan ulang
terhadap tekanan air menunjukkan besar tekanan yang memenuhi kriteria
tekanan yang ditentukan oleh standard yang diikuti.

5.16. Peralatan Bantu Pompa (Accessories)


a. Jika tidak ditentukan lain maka pemakaian accessories pemipaan harus
menggunakan :
* Dia. 15 s/d 50 mm type ulir
* Dia. 65 keatas type Flens
* Standard / kelas : ANSI / 450 PSI
b. Gate Valve
* Ukuran dia. 15 s/d 50 mm : Valve body, steam disc bronze material,
female thread.
* Ukuran dia. 65 keatas : Non Rising Stem, cast iron body, Henged end
c. Check Valve
* Ukuran dia. 15 s/d 50 mm : Valve body, steam disc bronze material,
female thread.
* Ukuran dia. 65 keatas : Cast iron body, flanged end, cast steel disc.
d. Strainer
* Ukuran dia. 15 s/d 50 mm : Valve body, steam disc bronze material,
female thread, Y type
* Ukuran dia. 65 keatas : Cast iron body, stainless steel screen, flanged end,
Y type.
e. Flexible Connection
* Ukuran dia. 50 s/d 200 mm : Synthetic rubber material flanged end
f. Pressure Gauge
289 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

* Dial type 4"


* Pressure Range 0 s/d 10 kg/cm2
g. Floater Valve, Bronze body, plastic ball, male thread
h. Water Level Control 3 electroda
i. Foot Valve ; Bronze body

6. Masa Jaminan, Pemeliharaan Dan Serah Terima


a. Pekerjaan tersebut harus selesai seluruhnya dan diserahkan untuk pertama
kalinya pada waktu seperti tersebut diatas.
b. Pemberitahuan penyerahan pekerjaan, harus dinyatakan secara tertulis oleh
Pemborong dengan menyebutkan secara tertulis tanggal penyerahan yang
dikehendaki, dalam waktu 1 minggu sebelum penyerahan yang dikehendaki
kepada Manajemen Konstruksi.
c. Jika pekerjaan telah memenuhi syarat, maka Manajemen Konstruksi akan
menerima pekerjaan tersebut untuk yang pertama kali, dinyatakan secara
tertulis dalam Berita Acara Penyerahan Pertama.

7. Persyaratan Bahan / Material


a. Semua material yang disuplai dan dipasang oleh Pemborong harus baru dan
material tersebut cocok untuk dipasang di daerah tropis.
b. Material-material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan produksi
terbaru. Untuk material-material yang disebut dibawah ini maka Pemborong
harus menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan baru dengan jalan
menunjukkan surat order pengiriman dari dealer/ agen/pabrik.
c. Pemborong harus bersedia mengganti material yang tidak disetujui karena
menyimpang dari spesifikasi atau hal lainnya, dimana penggantian tersebut
tanpa biaya extra.

8. Daftar Material
Untuk semua material yang ditawarkan maka Pemborong wajib mengisi daftar
material yang menyebutkan merk, type, kelas lengkap dengan brosur/katalog
yang turut dilampirkan pada waktu tender. Tabel daftar material ini diutamakan
untuk komponen-komponen yang berupa barang-barang produksi pabrik.

290 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Material yang menyangkut peralatan utama / pompa harus di lengkapi dengan


“Certificate of Origin “ dan di sahkan oleh Chamber Of Commerce, dan Bill Of
Lading atau Air Way Lading.

9. Penyebutan Merk / Produk Pabrik


a. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa
merk tertentu atau kelas mutu (quality preformance) dari material atau
komponen tertentu terutama untuk material yang dalam taraf mutu/pabrik
yang disebutkan itu.
b. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi bahwa material yang disebutkan
pada tabel material tak dapat diadakan oleh Pemborong yang diakibatkan
oleh sesuatu alasan kuat yang dapat diterima Pemilik, MK, maka dapat
dipikirkan penggantian merk/type dengan suatu sanksi tertentu kepada
Pemborong.

PASAL 7
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN SISTEM AIR LIMBAH

1. Lingkup Pekerjaan
Uraian singkat lingkup pekerjaan dalam sistem air limbah disini antara lain
adalah sebagai berikut.
a. Perpipaan
b. Penyambungan dengan Peralatan plambing
c. Floor drain
d. Clean out
e. Roof drain
f. Drainase

2. Perpipaan
a. Umum
1) Macam perpipaan air limbah adalah air hujan, air limbah saniter, dan
limbah dapur.
2) Jenis pipa lihat “Spesifikasi Perpipaan”.
b. Limbah Saniter

291 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Perpipaan limbah saniter mulai dari alat saniter antara lain kloset, urinal,
lavatory, dan floor drain, sampai saluran halaman melalui septictank.
c. Limbah Air Hujan
Perpipaan air hujan mulai dari roof drain dari kanopi drain di atap dialirkan
ke dalam sumur resapan sebelum dialirkan ke saluran kota. Khusus fitting
air hujan mempergunakan cast iron.

3. Bak Sewage / Sump Pit


a. Apabila ditentukan dalam gambar perencanaan, maka harus dibuat bak
Sump Pit seperti diuraikan disini.
b. Bak Sump Pit harus dibuat dari konstruksi beton bertulang, badan rapat air
sedangkan tutup harus rapat udara.
c. Setiap bagian Sump Pit harus dapat dipompa, maka dasar bak harus miring 1
: 10 ke arah pompa sedangkan semua ujung sudut dibuat 135°.
d. Bak Sump Pit harus dilengkapi sebagai berikut.
1) Sleeve untuk pipa sewage masuk dan keluar.
2) Sleeve untuk pipa vent.
3) Sleeve untuk kabel-kabel.
4) Level switches untuk kendali pompa.
5) Level switches untuk alarm banjir.
6) Tangga monyet.
7) Manhole untuk laluan pompa.

4. Sumur Periksa (Control Box)


a. Sumur periksa harus dipasang pada setiap perubahan arah maupun setiap
jarak maksimum 20 meter pada pipa air limbah utama dalam tanah.
b. Sumur periksa harus dibuat dari konstruksi beton.
c. Dasar sumur bagian dalam berukuran minimal 500 x 1000 mm serta harus
dibuay beralur sesuai fungsi saliran yaitu lurus, cabang, atau belokan.
d. Sumur periksa harus dilengkapi dengan tangga monyet, manhole, dan pipa
vent.
e. Tutup sumur periksa dapat terbuat dari stainless steel atau baja yang dilapisi
anti karat.

292 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

5. Manhole
a. Manhole terdiri dari rangka dan tutup dibuat dari besi tuang serta dilapis cat
bitumen.
b. Rangka dan tutup harus membentuk perangkap, sehingga setelah diisi grease
akan terbentuk penahan bau.
c. Diameter lubang untuk laluan orang sebesar minimum 500 mm sedangkan
untuk laluan peralatan harus sesuai dengan besaran peralatan tersebut.
d. Finishing permukaan manhole harus disesuaikan dengan peruntukan lokasi.
e. Tutup untuk manhole terbuat dari baja tahan karat atau stainless steel.

6. Sumur Resapan
a. Rembesan yang dimaksud disini adalah untuk memasukkan air hujan yang
berasal dari pipa reser sebelum dialirkan over flownya ke selokan kota.
b. Air yang akan dimasukkan dalam rembesan adalah air hujan.
c. Jenis rembesan yang dimaksud disini adalah sumur rembesan, pekerjaan
sumur rembesan akan merupakan pekerjaan divisi sipil/konstruksi.
d. Konstruksi sumur rembesan antara lain sebagai berikut.
1) Dasar sumur berupa batu kerikil.
2) Dinding sumur berupa dinding berlubang yang dibuat dari beton atau
beton blok berlubang.
3) Tutup dibuat dari plat beton/plat baja.
4) Di antara tanah dan dinding luar harus diisi koral dan ijuk sesuai
gambar.
e. Rembesan hanya dapat berfungsi dengan baik di daerah yang mempunyai
lapisan pasir kasar, maka bidang rembesan harus berada di lapisan pasir
kasar.

7. Floor Drain
a. Floor drain yang dipergunakan disini harus jenis bucket trap, water prooved
type dengan 50 mm water seal dan dilengkapi dengan U trap.
b. Floor drain terdiri dari :
1) Chromium plated bronze cover and ring.
2) PVC neck.
3) Bitumen coated cast iron body screw outlet connection and with flange for
water proofing
293 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

c. Floor drain harus mempunyai ukuran utama sebagai berikut:


Outlet Diameter Cover Diameter
2” 4”
3” 6”
4” 8”

8. Floor Clean Out


a. Floor clean out yang dipergunakan disini adalah surface opening waterproofed
type.
b. Floor clean out terdiri dari :
1) Chromium plated bronze cover and ring heavy duty type.
2) PVC neck.
3) Bitumen coated cast iron body, screw outlet connection with flange for
waterproofing.
c. Cover and ring harus dengan sambungan ulir dilengkapi perapat karet
sehingga mudah dibuka dan ditutup.
9. Roof Drain
a. Roof drain yang dipergunakan harus dibuat dari cast iron dengan konstruksi
waterproof.
b. Luas laluan air pada tutup roof drain ialah sebesar dua kali luas penampang
pipa bangunan.
c. Roof drain harus terdiri dari atas 3 bagian sebagai berikut.
1) Bitumen coated cast iron body dengan water proofed flange.
2) Bitumen coated neck for adjustable fixing.
3) Bitumen coated cover dome type.

Pasal 08
PEKERJAAN BIOSEPTIK / STP

1. Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Bioseptic yang dimaksudkan disini adalah pengadaaan dan
pemasangan tanki pengolah air limbah gedung berupa air kotor dan atau air
bekas. Lingkup pekerjaan ini juga beserta pengadaaan dan pemasangan
peralatan dan alat-alat bantu pendukung instalasi.
294 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

b. Pekerjaan Bioseptic merupakan pekerjaan kontrak sistem, dimana


keandalan sistem dan hasil yang diolah oleh sistem menjadi Jaminan dalam
pekerjaan ini. Jika terjadi kesalahan dan kerusakan sistemsehingga air
hasil proses pengolahan tidak sesuai yang diinginkan, Pelaksana/Pemborong
harus mengganti sebagian atau kesuluruhan material dan peralatan dengan
yang baru. Sehinggga didapatkan hasil proses pengolahan yang
disyaratkan.
c. Pekerjaan dudukan/pondasi dan atau penutup beton yang melindungi tanki
pengolah air limbah merupakan pekerjaan structure spesifikasi detail
pekerjaan disyaratkan dalam bab pekerjaan structure.
1.2. Pekerjaan yang Berhubungan
a. Didalam melaksanakan Pekerjaan Instalasi Bioseptic, Konsultan
MK/Pemborong harus juga memperhatikan pekerjaan mekanikal yang
berhubungan dengan instalasi plumbing dan instalasi sistem air bekas dan
air kotor.
b. Selain itu Konsultan MK/Pemborong juga harus memperhatikan pekerjaan
lain yang terkait diluar Pekerjaan Mekanikal, yaitu :
 Pekerjaan Elektrikal.
 Pekerjaan Structure.
 Pekerjaan Arsitek.
 Pekerjaan Sipil dan Landscape
1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bioseptic mengacu pada standart-
standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi. :
 SNI : Standart Nasional Indonesia
 Kep. Men. Lingkungan Hidup No.111 Th 2003, ttg Pedoman Mengenai Syarat
dan Tata Cara Perijinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke
Air atau Sumber Air.
 Kep. Men. Lingkungan Hidup No.112 Th 2003, ttg Baku Mutu Air Limbah
Domestik
 AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
 Petunjuk pemasangan unit dari pabrikan.

295 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2. Persyaratan Teknis
2.1. Persyaratan Teknis Sistem
a. Sistem pengolahan air kotor atau sewage treatment plant yang direncanakan
adalah sistem Bio Media Anaerob-Aerob. Air Kotor diproses ini dalam tanki
pengolah secara anaerob dan aerob dengan dipergunakan oxygen untuk
mempercepat bacteria dalam menguraikan zat-zat organik menjadi
anorganik. Selain itu dipergunakan Bio Media yang berfungsi juga sebagai
sarana mempercepat proses pengolahan. Air hasil pengolahan kemudian
disalurkan ke saluran gedung/lingkungan/kota yang telah memenuhi syarat-
syarat baku air limbah.
b. Setelah melalui proses pengolahan selama 24 jam, hasil air pengolahan
mempunyai parameter analisa air sebagai berikut :
 BOD 5 hari : 20 ppm (mg/l)
 Suspended solid : 10 ppm (mg/l).
c. Proses Pengolahan secara umum dapat disyaratkan sebagaimana terlihat
pada diagram di bawah ini. Untuk proses Biomedia dan Aerobdilakukan
bertingkat : 2 kali untuk unit pengolahan yang berkapasitaskecil, dan 3 kali
atau lebih untuk unit pengolahan berkapasitas besar.
2.2. Persyaratan Material
a. Material Tanki Pengolah Limbah
Tanki An Aerobic dan Bio Filter bisa dalam satu tanki, namun dibagi dalam
beberapa kompartemen. Atau bisa terpisah satu dengan yang lain.
 Material : Fibre Glass (kotak atau kapsul)
 Buffle : Fibre Glass.
 Kap. Total pengolahan : sesuai schedule
 Kap. An Aerob : sesuai ketentuan pabrikan
 Kap. Bio Media & Aerob : sesuai ketentuan pabrikan
b. Material Media Filtation
- Media filtrasi : Enviroball
- Material : Polypropylene
- Surface area : ± 86,15 m2/m3
c. Blower
 Type : Root Blower.
 Material : Cast Iron Casing, Brass Root Blower.

296 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Kapasitas : Sesuai ketentuan pabrikan disesuaikan dengan


 kapasitas : pengolahan dan operasi backwash.
 Static Pressure : sesuai ketentuan pabrikan
 Kelengkapan : Blower dilengkapi instalasi pipa, check valve, gate
valve (pengatur distribusi udara) overload protection
d. Panel Kontrol
 Type : Outdoor Panel
 Material : Fabricated Steel Panel, Powder Coating
 System : Dalam control panel, telah dirangkai secara lengkap
dan berisi antara lain : circuit breakers, program timer,
contactor, relays, control switches, indicating light
alarm, relays, terminal block dan sebagai terintgarasi
dalam suatu circuit yang secara khusus dikendalikan
melalui suatu program PLC. Untuk itu proses berjalan
secara otomatis dan bisa termonitor dengan baik. Pada
kondisi tertentu : critical function, malfunction, dan
overload system. Program control dapat memberikan
sinyal alarm dan menghentikan proses treatment.
2.3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pelaksana/Pemborong pekerjaan instalasi bioseptic harus memenuhi
persyaratan yang telah diisyaratkan dalam persyaratan pelaksanaan
pekerjaan mekanikal dan sudah berpengalaman dalam pekerjaan instalasi
biosepticsejenis. Selain itu Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan
prosedure pelaksanaan sebagaimana Rencana Kerja, Pengajuan Material,
Gambar Kerja, Prosedure Kerja, dan Ijin- ijin pelakasanaan, As-built drawing
dan K3 dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal.
b. Pemasangan Unit Pengolah Limbah
c. Testing dan Cominisioning

3. Jaminan dan Garansi


3.1. Jaminan Pekerjaan
a. Jaminan Pekerjaan berlaku untuk Material yang terpasang dalam
Pekerjaan Bioseptic . Material harus berasal oleh Pabrik untuk merek
material atau agen resmi yang dtunjuk oleh pabrik tersebut. Pabrik dan

297 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

atau agen resmi tersebut harus berdomisili di Indonesia.


b. Pelaksana/Pemborong harus menjamin keseluruhan Pekerjaan Bioseptic
beserta peralatan pendukungnya. Jaminan ini tertuang dalam Berita Acara
Jaminan Pekerjaan yang disetujui oleh Konsultan MK.
c. Pelaksana/Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan maintenance
terhadap peralatan utama dan peralatan pembantu sisteminstalasi Bioseptic
setelah serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan atau selama kurun
waktu yang telah disepakati bersama berdasarkan peraturan pekerjaan
proyek.
3.2. Garansi dan Spare Part
a. Pelaksana/Pemborong harus menyerahkan Garansi Unit Bioseptic dan
peralatan bantu selama 1 tahun yang diberikan oleh penyedia/supplier
material pendukung lainnya kelengkapan dokumen serah terima pekerjaan.
b. Pelaksana harus menyerahkan Surat Jaminan "After Sales Service" dari
agen tunggal atau dari distributor yang berdomisili di Indonesia yang
ditunjuk oleh pabrik.
3.3. Serah Terima Pekerjaan
a. Serah Terima Pekerjaan Bioseptic merupakan bagian dari Serah Terima
Pekerjaan Mekanikal secara keseluruhan di pekerjaan/proyek ini. Prosedur
Serah Terima Pekerjaan Mekanikal harus menyesuaikan dengan peraturan
yang berlaku di pekerjaan/proyek ini.
b. Pelaksana/Pemborong harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
Bioseptic dengan persetujuan Konsultan MK.

Pasal 09
PEKERJAAN TATA UDARA DAN VENTILASI MEKANIK

2. Standard Dan Persyaratan


Referensi dan standard material serta pengerjaannya yang berkaitan dengan
pekerjaan ini harus mengikuti beberapa ketentuan namun tidak terbatas kepada
apa yang tertulis dibawah ini, antara lain :
 ASHRAE Standard
 Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL-2000).
 Peraturan mengenai keselamatan kerja (Depnaker).

298 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Ketentuan-ketentuan/aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pihak Pemilik,


khusus mengenai adanya pembangunan gedung maupun lainnya yang
berkaitan dengan pekerjaan ini
 Ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di dalam negara Republik Indonesia
seperti ketentuan Pemda Setempat.
 Referensi/acuan Instalasi dari Unit Manufacturer.

3. Kondisi Ruangan
Temperatur Ruangan
Secara umum, kondisi udara ruangan yang dikondisikan harus dapat dicapai
pada : 22 - 24°C / 50 - 60% RH (RH mengikuti nilai temperatur), yang diukur
pada bidang kerja dan harus merata diseluruh ruangan yang dibuktikan dengan
hasil pengukuran.
Tingkat Kebisingan
Tingkat kebisingan pada bidang kerja tidak boleh melebihi kriteria NC-40 dan
dibuktikan dengan hasil pengukuran.

4. Lingkup Pekerjaan
Pemborong harus melaksanakan pekerjaan pengadaan, pemasangan dan
pengujian (testing & balancing) dari seluruh unit ac yang akan dipasang dalam
proyek ini dengan lengkap dan berfungsi dengan baik sehingga seluruhan sistem
dapat memberi kan performansi yang diinginkan.
Lingkup pekerjaan yang dicakup dalam instalasi ini di antaranya adalah :
Pengadaan dan pemasangan Unit-unit AC Split Cassette dan Wall Mounted dan
Split Duct, lengkap dengan Evaporator Unit, Condensing Unit, Temp. Control,
dan accessories lainnya beserta pengaturan dan pengujiannya, pada lokasi dan
tipe serta kapasitas yang sesuai dengan gambar prencanaan.
a. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian Unit-unit AC Split
dengan tipe dan kapasitas sesuai dengan Gambar Skedul Peralatan lengkap
dengan instalasi sistem pipa refrigerant dan pipa drain.
b. Pengadaan dan pemasangan Sistem Ducting berikut isolasi, Difuser, Grille,
Volume Damper, lengkap dengan penggantung.

299 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

c. Pengadaan dan pemasangan pipa drainase dari evaporator blower unit


sampai ketempat pembuangan yang terdekat yang diperkenankan lengkap
dengan isolasi.
d. Pengadaan, pemasangan, pengaturan instalasi listrik. Untuk sistem ini
termasuk penarikan kabel dari panel AC kesemua unit peralatan.
e. Pengadaan peralatan temperatur control yang meliputi pengoperasian
on/off dan pengaturan temperatur .
f. Pengadaan dan pemasangan fondasi dan rangka/rak condensing unit,
penggantung Evaporating Unit, dan peredam getaran untuk masing-masing
unit yang dipasang dalam instalasi ini.
g. Pembobokan, penutup serta finishing kembali dinding, atap lantai dan lain-
lain akibat pemasangan pipa kabel, mesin-mesin AC dan lain-lainnya.
h. Pengadaan dan pemasangan unit-unit Exhaust & Intake Fan lengkap dengan
ducting system dan dengan dudukan, penyangga dan lain-lain pada lokasi
yang sesuai dengan gambar perencanaan (dokumen lelang).
i. Pengadaan dan pemasangan instalasi listrik dari Panel Daya ke unit-unit
AC dan Exhaust Fan (catatan : daya listrik Exhaust Fan mengambil dari
Stop Kontak yang disediakan oleh Bagian Sistem Listrik) , lengkap dengan
klem, konduit, dll.
j. Memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan perawatan sistem
instalasinya kepada petugas yang ditunjuk sampai cakap menjalankan
tugasnya.Memberikan garansi terhadap perawatan atau mesin yang
dipasangnya atau yang dipasang untuk instalasi sistem ini.
5. Spesifikasi Teknis Unit Ac Split Dan Exhaust Fan

5.1. AC SPLIT

5.1.1.Condensing Unit
Pemborong harus memasang "Condensing Unit" untuk "Split System”
dengan jenis, ukuran dan kapasitas lengkap sesuai dengan spesifikasi dan
gambar. Unit ini harus factory built" dan telah diuji pabriknya.
Tipe : lihat skedul peralatan
Kapasitas : lihat skedul peralatan
a. Kompressor

300 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Tipe : "Fully Hermetic, Reciprocating/scroll"


Pendinginan : gas refrigerant
b. Koil Kondenser
Material : tembaga dengan "fin" dari almunium yang
direkatkan secara mekanis.
Koil ini harus telah diuji terhadap kebocoran, telah di "dehidrated" dan diisi
gas refrigerant secukupnya dari pabrik.
c. Fan Kondenser
Tipe : propeller, direct drive
d. Fan Motor
Tipe : permanent split capicator dilindungi secara "inherent" serta
mempunyai bantalan peluru yang dilumasi secara tetap.
e. Casing
Casing dan rangka hendaknya telah dicat anti karat dan sesuai untuk
pemasangan di luar
f. Peredam Getaran
Hendaknya pada semua kaki mesin ini dipasang peredam getaran yang
sesuai dengan persyaratan pabriknya.
5.1.2.Evaporator Blower Unit
Pemborong harus memasang "Evaporator Blower Unit" untuk "Spilit System"
dengan jenis, ukuran dan kapasitas lengkap sesuai dengan spesifikasi dan
gambar. Unit ini hendaknya "factory built" & telah diuji oleh pabriknya.
Khusus untuk Unit Tipe Cassette, pada bagian casing box fan & evaporator harus
dilengkapi dengan lubang untuk fresh air.
Tipe dan Kapasitas : lihat skedul peralatan

a. Fan
Tipe : forward curved
Fan hendaknya telah ditimbang dan dibalans secara statis maupun dinamis
di dalam rumah fan oleh pabriknya.
b. Casing
Casing unit minimal dari plat besi ukuran "20 gauge"
Semua panel atau lubang-lubang berpintu harus dapat dengan mudah dan
cepat dibuka.

301 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

c. Koil Pendingin
Material : tembaga dengan "fin" dari aluminium yang
direkatkan secara mekanis.
Koil ini telah diuji terhadap kebocoran dipabriknya.
d. Isolator
Dinding unit ini harus diisolasi mulai dari masuknya sampai pada
keluarnya udara pada unit. Isolator harus cukup kuat, tebal serta berat
jenisnya harus cukup untuk menghalangi terjadinya pengembunan. Isolasi
harus tahan terhadap aliran udara dan tahan api. Tempat penampungan air
pengembunan harus diisolasi untuk menghindari terjadinya pengembunan
dibagian luarnya.
5.1.3.Peredam Getaran
a. Semua mesin/peralatan yang menghasilkan getaran harus diberi landasan
atau penggantung peredam getaran (vibration eliminator) yang sesuai.
b. Peralatan yang digantung harus dipasang peredam getaran jenis spring
yang diletakkan diberi landasan peredam getaran jenis Kinetic neoprene
isolator.

5.2. EXHAUST & INTAKE FAN


a. Tipe : lihat skedul unit
b. Bahan : Galvanized steel sheet
c. Kapasitas : lihat skedul unit

6. Syarat-syarat Pemasangan

6.1. Shop Drawing


Untuk semua macam pekerjaan baik material/komponen maupun
pekerjaannya/maka Pemborong wajib membuat "Shop Drawing" sebelum
dilakukan pemasangan/instalasi dan diserahkan kepada pemilik
proyek/Konsultan MK untuk diperiksa bersama Perencana.
"Shop Drawing" adalah merupakan penggambaran yang lebih detail daripada
setiap pemasangan dimana penempatan peralatan telah dikoordinasikan dengan
peralatan pekerjaan disiplin lainnya, serta spesifikasi yang lebih teliti daripada
setiap komponen dan telah disesuaikan ukuran/kapasitas /serta detail dari
peralatan/instalasi yang akan dipasang.
302 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Shop drawing harus disiapkan sebanyak 4 (empat) set dan disampaikan untuk
diperiksa dengan rentang waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender
terhitung setelah dikeluarkannya Surat Perintah Kerja atau akan ditentukan oleh
Konsultan MK. Shop drawing bukanlah (tidak boleh) merupakan penjiplakan dari
gambar perencanaan (gambar lelang).

6.2. Pemasangan Unit Ac Split


a. Condensing Unit
1) Condensing Unit harus diletakkan pada dudukan/fondasi dengan diberi
peredam getaran untuk menjamin tidak terjadinya vibrasi/getaran.
2) Tata cara instalasi unit condensing harus mengikuti dan sesuai dengan
rekomendasi pabrik, baik dalam hal jarak antar unit dan unit dengan
dinding, maupun jarak pemipaan antara unit condensing dengan unit
evaporating.
3) Condensing Unit harus diletakkan sedemikian rupa sehingga udara
discharge dari fan condenser lepas langsung ke udara lingkungan dan
tidak terjadi aliran balik.
b. Evaporating Unit
1) Tiap-tiap Evaporating Unit (Indoor Unit) harus di pasang pada tempat-
tempat yang sesuai dengan gambar perencanaan.
2) Sebelum melakukan pemasangan indoor unit, Pemborong diharuskan
melakukan koordinasi dengan pihak Interior dan pihak-pihak terkait dan
dimintakan persetujuannya dari Konsultan MK, agar unit tersebut secara
teknis dan estetika interior dapat bersesuaian.

3) Indoor Unit harus dipasang secara kokoh pada dudukan sehingga tidak
menimbulkan getaran/vibrasi.
c. Pipa Refrigerant.
1) Hendaknya semua pipa refrigerant dikerjakan secara hati-hati dan
sebaik mungkin. Semua bagian-bagian pipa ini harus bersih, kering dan
bebas dari debu dan kotoran. Hendaknya dipakai pipa tembaga jenis L
atau K yang "dihydrated" & "sealed". Ukuran (diameter) dan panjang pipa
harus sesuai dengan rekomendasi pabrik.
2) Sambungan

303 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Pipa jenis "hard drawn tubing" harus disambung dengan


perantaraan "wrought copper fitting" atau "non purous brass
fitting". Dianjurkan dipakai solder perak dengan ditiupkan gas
mupia seperti Nitrogen kering kedalam pipa yang sedang disambung
untuk menghindarkan terbentuknya kerak oksida di dalam pipa.
 Solder lunak semacam "50-50" tidak boleh digunakan. Solder "95-95"
dapat dipergunakan kecuali pada pipa "discharge" gas panas.
 Pipa jenis "soft drawn tubing" dapat disambung dengan solder,
nyala api atau lainnya yang sesuai untuk pipa refrigerant. Bilamana
"precharged refrigerant lines" disediakan oleh pabrik, hendaknya
diperhatikan benar-benar instruksi pabrik.
 Bila terjadi kelebihan pipa "precharged" hendaknya dibentuk
gulungan dan disangga pada bidang mendatar.
3) Instalasi
Pemipaan Refrigerant hendaknya disangga baik-baik untuk mencegah
melentur. Pipa refrigerant yang direncanakan dan dipasang dilapangan
harus dilaksanakan sesuai dengan "ASHRAE GUIDE BOOK" atau
rekomendasi pabrik.Pengering refrigerant (filter drier) dengan kapasitas
yang cukup serta "sight glass moisture indicator" hendaknya dipasang
pada bagian "liguid line" setiap pipa yang terpasang di
lapangan.Perbedaan tinggi dan jarak antara condensing unit dengan
evaporator blower unit hendaknya masih memenuhi persyaratan
pabrik.Setelah selesai pekerjaan instalasi pipa maka seluruh rangkaian
harus diuji terhadap kebocoran.
4) Isolasi Pipa
Pipa suction/discharge line refrigerant harus diisolasi dengan isolasi
panas seperti armaflex/aeroflex atau yang setara.

DIAMETER PIPA 5/8" - 1" 1«" - 2"


----------------------------------------------------------
Tebal Isolator 1" 1"
Isolasi hendaknya ditutup dengan lapisan isolasi uap air jenis metal
jacktet. Pipa harus disanggah pada setiap 2 meter & pada setiap
belokan dan percabangan.

304 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

d. Pengisian Refrigerant
1) Sistem dipasang dengan precharged dan sistem yang dipasang di
lapangan harus dihampakan. Sama sekali dilarang memakai
kompressor dari sistem sebagai vacuum pump.
2) Penghampaan harus dilakukan dengan suatu pompa
penghampa tinggi dengan pengukur tekanan mutlak yang baik.
Diharuskan penghampaan dilakukan sampai tekanan dibawah 300
mikron selama 1,5 jam.
3) Tekanan sistem setelah pengisian freon tidak boleh lebih dari yang
disyaratkan oleh pabriknya.
4) Persyaratan pabrik tentang jumlah pengisian freon hendaknya
dipatuhi dan dipergunakan suatu Charging Cylinder untuk
memastikan jumlah dan jenis refrigerant yang diisikan adalah
sesuai.
6.3. Pemipaan Drain
Pemborong harus memasang pipa pembuangan air (drain) dari mesin-mesin AIR
CONDITIONING sampai ketempat pembuangan yang terdekat dalam saluran
yang tersembunyi atau tidak mengganggu.
a. Bahan
Untuk air buangan (drain) dipergunakan pipa PVC, jenis AW lengkap
dengan isolasi thermal merk Armaflex/aeroflex atau setara dengan ketebalan
20 mm.
b. Peralatan
Pipa kondensasi drain harus diperlengkapi dengan bak kontrol, leher angsa
(U-trap) serta peralatan lain yang perlu. Harus diberikan lapisan isolasi
sampai sepanjang kira-kira 3 meter atau sampai daerah dimana tidak
terjadi pengembunan bagian luar pipa.
c. Penembusan Dinding
Bilamana menembus dinding, lantai dan lain-lain pipa ini harus diberi
lapisan peredam getaran dan dilindungi dengan pipa yang lebih besar
ukurannya.
d. Kemiringan Pipa
Kemiringan (slope) pipa horizontal minimal sebesar 2%.
6.4. Pengecatan
305 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

a. Pemborong harus mengecat semua rangka penggantung, rangka penyangga,


semua unit-unit yang dirakit dilapangan dan bahan-bahan yang mudah
berkarat dengan lapisan cat dasar (prime coating) dan cat akhir sesuai
dengan persyaratan pengecatan yang sesuai untuk bahan masing-masing dan
disetujui oleh Konsultan Konsultan MK, Perencana atau Pihak lain yang
ditunjuk untuk ini.
b. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat dari pabriknya atau
dinyatakan lain dari dalam spesifikasinya. Tetapi bila cacat akibat
pemasangan Pemborong wajib mencat kembali khusus ditempat yang cacat
tadi dengan warna yang disetujui oleh Konsultan Konsultan MK, Perencana.
c. Untuk peralatan-peralatan yang tampak maka bahan-bahan tersebut harus
dicat akhir (spray) dengan warna yang disetujui oleh Konsultan Konsultan
MK, Perencana.
d. Pengecatan harus dilakukan sebelum peralatan-peralatan tersebut dipasang.
e. Pemborong harus memberikan tanda-tanda huruf atau nomor identifikasi
bagi peralatannya. Sebelumnya Pemborong wajib memberitahukan mengenai
tanda-tanda yang hendaknya dipasang pada peralatan-peralatan itu.

6.5. Syarat-syarat Penerimaan

6.5.1.Unit-unit Utama
a. Setiap unit AC dan Exhaust Fan yang akan dipasang, harus sesuai dengan
spesifikasi teknis yang diminta, baik kapasitas, tipe maupun konsumsi daya
listrik.
b. Tidak dibenarkan dengan alasan tidak ada dipasaran, pemborong mengganti
merk, kapasitas, dan tipe dari unit yang akan dipasang. Apabila ternyata
terjadi kasu yang demikian maka harus ada surat pernyataan yang
mendukung bahwa unit-unit tersebut memang tidak ada dipasaran. Untuk
keperluan tersebut, pemborong harus minta persetujuan dari Konsultan MK
dan Perencana.
6.5.2.Pengiriman Material
Material yang dikirim ke tapak haruslah dilakukan dengan baik dan hati-hati,
material dilengkapi dengan hasil test dan sesuai brosure yang ditawarkan dan
telah disetujui Pemilik proyek/perencana.

306 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pengiriman terutama untuk peralatan Unit AC Split, Unit Fan, panel listrik dan
lain-lain haruslah dibungkus, dipak atau di dalam koli dan sangat dicegah
terhadap kemungkinan material tersebut kena hujan, debu dan lain-lain.
Penempatannyapun setelah tiba di tapak harus ditempatkan ditempat yang telah
ditentukan oleh Pemilik/Konsultan MK dan dijaga dengan baik (terlindung).
6.5.3.Contoh Material
Pemborong wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan
dalam pelaksanaan kepada pemilik proyek/Perencana/Konsultan MK atau Brosur-
brosur dari alat-alat tersebut dan menunggu persetujuan dari pemilik
proyek/Perencana/ Konsultan MK sebelum alat-alat tersebut dipasang. Contoh-
contoh barang yang sudah disetujui oleh pemilik proyek/Perencana/Konsultan
MK harus disimpan di Direksi Keet guna dijadikan Referensi bagi
pemasangan lapangan. Bila bahan-bahan tersebut diragukan kualitasnya
akan dikirimkan ke kantor penyelidikan bahan-bahan bangunan atas biaya
Pemborong/Kontraktor. Bila ternyata terdapat bahan-bahan yang telah di
nyatakan tidak baik/tidak bisa dipakai oleh pemilik proyek/Konsultan
MK/Perencana Pemborong harus mengangkut bahan-bahan tersebut ke luar
lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari harus sudah tidak ada di lapangan
(site).

6.5.4.Instalasi
a. Pemborong harus melaporkan hasil kemajuan pekerjaannya setiap minggu
serta perbandingannya dengan jadwal yang telah tersusun. Bilamana
terjadi perbedaan harus disertakan juga alasan-alasan serta cara-cara
penanggulangannya.
b. Bagi setiap tahap-tahap instalasi yang telah selesai dikerjakannya
Pemborong harus mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak pemilik
proyek/Konsultan MK/ Perencana dan pihak yang ditunjuk bahwa tahap
instalasi ini telah selesai dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang ada.
Tahap-tahap instalasi ini ditentukan kemudian berdasarkan jadwal
perincian wakta yang diserah kan oleh Pemborong.
c. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian, balancing dan trial run sistem
instalasi ini haruslah pula dihadiri pihak pemilik proyek/Konsultan
MK/Perencana dan Ahli serta pihak-pihak lain yang bersangkutan.

307 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Untuk ini hendaklah diberikan pula sertifikat pernyataan hasil pengujian


oleh yang berwenang memberikannya.
d. Pemborong wajib melaporkan kepada pemilik proyek/Konsultan
MK/Perencana atau Ahli yang ditugaskan bilamana sekiranya terjadi
kesulitan atau gangguan-gangguan yang mungkin ada.
e. Segera setelah Kontrak selesai maka Pemborong harus memindahkan
semua sisa bahan pekerjaannya dan peralatannya kecuali yang masih
diperlukan selama pemeliharaan.

6.5.5.Perbaikan
Semua akibat dari pekerjaan instalasi ini, berupa kerusakan atau sisa-sisa bahan
harus dirapihkan kembali antara lain : bobokan dinding harus dilakukan
perbaikan sesuai dengan kwalitas dan warna yang sama dan merupakan
tanggung jawab Pemborong.

6.5.6.Pengetesan
Pemborong harus melakukan seluruh pengetesan seperti disebutkan pada
penjelasan sebelumnya dan harus melakukan percobaan seperti operasi
sesungguhnya secara tepat dari seluruh sistem untuk peralatan, material dan
cara bekerjanya peralatan yang mengalami kerusakan/cacat /salah harus
diganti/dibetulkan dan percobaan diulangi untuk operasi yang
sebenarnya/normal/ dan benar pada seluruh instalasi Unit AC Split, thermostat
dan lain-lain.
Selama melakukan pengetesan, Pemborong wajib melakukan pengamatan
maupun pencatatan terhadap hasil kondisi dari operasi sistem mencakup
minimum dan tidak terbatas pada item-item berikut :
- Temperatur ruang.
- Kondisi operasi Unit AC Split
- Temperatur dan tekanan suction/discharge refrigerant
- Kerja Thermostat

6.6. Syarat-syarat Operasional


6.6.1.UNIT AC
a. Setiap Condensing Unit harus mampu beroperasi pada kondisi udara tropis,
dengan temperatur 28 - 35 der.C/50 - 90 % RH.
308 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

b. Sistem AC harus mampu menyerap beban pendinginan puncak ruangan


sehingga temperatur ruangan dapat mencapai 20 - 24 °C.
c. Sebelum dilakukan serah terima pertama, Pemborong harus melaksanakan
testing running seluruh unit AC selama minimal 3 x 24 jam terus menerus.
Dimana pada selama rentang waktu tersebut Pemborong harus melakukan
pengukuran dan pencatatan terhadap besaran-besaran fisis dan listrik sistem,
anatara lain : temperatur dan RH Ruangan, arus running compressor dan
motor evaporator, tekanan suction dan discharge refrigerant dan lain-lain
yang dianggap perlu. Pemborong harus membuat berita acara hasil test yang
diserahkan kepada Konsultan MK & Perencana untuk mendapatkan
persetujuan.
d. Seluruh sistem kontrol dan proteksi sistem AC harus dapat bekerja dengan
baik dan sempurna, yang meluputi : kontrol temperatur, proteksi over
current, proteksi over pressure, dan lain-lain.

6.6.2.Unit Exhaust Fan


a. Pada saat operasi, tiap-tiap unit Exhaust harus mampu menghisap udara
buangan dari dalam ruangan dengan kapasitas exhaust yang sesuai dengan
skedul unit dan dibuktikan dengan hasil pengukuran.
b. Pada waktu operasi, tiap unit exhaust tidak menimbulkan getaran dan bising
yang mengganggu, maksimum berada pada NC-50 pada jarak 1 meter dari
unit dan dibuktikan dengan hasil pengukuran.

6.7. Syarat-syarat Pemeliharaan

6.7.1.Masa Pemeliharaan Dan Garansi


Untuk peralatan Sistem AC dan Exhaust ini Pemborong harus mengadakan
pemeliharaan selama 6 (enam) bulan setelah serah terima pertama, dan
menjamin sistem dapat bekerja dengan baik dan sempurna, yang dinyatakan
dengan suatu Berita Acara yang ditanda tangani oleh Pemilik sesuai prosedur
yang telah ditetapkan dan dibuat oleh Konsultan MK.
Untuk hal tersebut maka dalam masa pemeliharaan Pemborong wajib
menyediakan peralatan khusus terpakai dan menjamin tersedianya suku cadang
serta tenaga kerja terampil minimum 2 orang yang selalu berada di lokasi selama
24 jam dengan catatan tenaga kerja yang berkwalitas.
309 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

6.7.2.Asistensi dan Training


Selama masa pemeliharaan dan sebelum serah terima kedua, Pemborong
diwajibkan untuk melaksanakan asistensi dan training terhadap personil-personil
dari Pemilik yang jumlahnya akan ditentukan kemudian.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah kewajiban bagi Pemborong untuk :
Asistensi/membantu Pemilik di dalam menyiapkan, menyusun dan melakukan
training bagi Pemilik/Operator-operator untuk : mengenal, mengoperasi,
memprogram, trouble shooting, dan lain-lain sedemikian rupa sehingga pihak
Pemilik dapat menggunakan peralatan dengan sebaik-baiknya.
Pemborong harus menyusun program training sesuai jadwal yang diberikan
Pemberi Tugas dan melaksanakan training operasional. Peserta training dari
pihak Pemilik akan ditentukan kemudian.
Materi training adalah teori (40%) dan praktek lapangan (60%) meliputi antara
lain :
a. Dasar-dasar teori tentang sistem tata udara dan refrigerasi, control system
dan semua hal yang berkaitan dengan sistem yang terpasang.
b. Tata cara pengoperasian dan perawatan dari seluruh komponen sistem serta
perbaikan-perbaikan kecil.
Pemborong wajib menyediakan diktat training yang disusun dalam bahasa
Indonesia dan dalam edisi lux. Seluruh biaya yang diakibatkan oleh perihal
training hingga pembuatan diktat merupakan tanggung jawab Pemborong.

6.7.3.Pemeliharaan Unit/Peralatan
a. Selama masa pemeliharaan, Pemborong harus melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan terhadap seluruh unit AC dan Exhaust Fan dengan metode
yang baku dan sistematis.
b. Apabila dalam masa pemeliharaan tersebut terdapat komponen/bagian dari
unit dan sistem yang mengalami kerusakan dan atau tidak berfungsi, maka
Pemborong harus mengganti komponen/bagian unit/sistem tersebut dengan
beban biaya yang ditanggung oleh Pemborong.
c. Komponen/bagian unit dan sistem yang membutuhkan pemeliharaan secara
berkala antara lain, dan tidak terbatas pada item-item berikut :
 Pembersihan koil-koil kondenser dan evaporator
 Pembersihan Filter
 Pengecekan dan pengukuran besaran-besaran fisis dan listrik sistem.
310 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

 Dan lain-lain yang dianggap perlu.

6.7.4.Petunjuk Pemeliharaan
a. Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan, Pemborong harus menyerahkan
Buku Petunjuk Pemeliharaan terhadap seluruh peralatan utama (Condensing
Unit, Evaporating Unit, Exhaust Fan, Unit Control, dll.) dan Instalasi serta
daftar material/komponen yang memerlukan penggantian secara berkala.
Buku yang diserahkan harus dalam bentuk edisi lux dan dijilid dengan rapih
dan bagus. Petunjuk pemeliharaan harus mencantumkan ringkasan dari
pemeliharaan berkala yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat dan
standard/aturan yang berlaku secara umum.
b. Di dalam buku pentunjuk pemeliharaan tersebut harus diuraikan secara jelas
dan ringkas mengenai tatacara/prosedur pemeliharaan, contoh data logbook
pencatatan (harian, mingguan, bulanan dan tahunan).
c. Jumlah buku yang harus disediakan oleh Pemborong sebanyak 5 (empat) set,
masing-masing 3 set untuk Pemilik Proyek, 1 set untuk Konsultan MK dan 1
set untuk Perencana. Seluruh biaya yang diakibatkan oleh pembuatan dan
pengadaan buku tersebut ditanggung oleh Pemborong.

311 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB VI
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN SIPIL, ARSITEKTUR, & MEP

NO ITEM URAIAN MEREK


PEKERJAAN
1. Pekerjaan Pondasi - Pc. Square Pile Mutu Beton Fc' 41,5 Mpa
(K450), Baja Ulir Fy 400 Mpa (Bjts 40)
- Pc. Spun Pile Mutu Beton Fc' 41,5 Mpa
(K500), Baja Ulir Fy 400 Mpa (Bjts 40)
- Bor Pile : Mutu beton fc' 29,05 Mpa (K350)
beton slump 18±2cm, Baja ulir fy 400 Mpa
(BjTS 40)

Pekerjaan Struktur
2 Beton Readymix Spesifikasi : - Holcim Beton
- Readymix K-300 (Fc’24,9 Mpa) - Pionir Beton
- Beton Slump 12±2cm Untuk Pek. Struktur - Jayamix SCG
(Pondasi, Plat, Kolom, Balok, Tangga, - Adhimix
Canopy)
- Mutu Beton Fc' 29,05 Mpa (K350) Beton
Slump 18±2cm Untuk Pondasi Bore Pile

3 Beton Instan - Mutu Beton Fc' 24,9 Mpa (K300) Untuk - SCG Beton Instan
Pek. Struktur (Pondasi, Plat, Kolom, - Decon Beton
Balok, Tangga, Canopy) Instan
- Mutu Beton Fc' 29,05 Mpa (K350) Untuk - Starmortar Beton
Pondasi Bore Pile Instan
- Mutu Beton Fc' 14,53 Mpa (K175) Untuk
Non Struktur (Kolom Pratis, Balok
Praktis)
4 - OPC (Ordinary Portland Cement) - Semen Holcim
SNI 15-2049-2004 - Semen Tiga Roda
Semen Portland
- PCC (Portland Composite Cement) - Semen Gresik
SNI 15-7064-2004 - Semen Padang
5 Besi Beton - Krakatau Steel (KS)
Besi Beton Yang Berstandard SNI Baja Ulir
- Cakra Steel (CS)
Fy 400 Mpa (Bjts 40) Diameter 13 Mm Ke
- Master Steel (MS)
Atas
- Delco Prima (DP)
Besi Polos Bjtp 24 ≤ Ø 10 Mm
- Interworld Steel
Standart SNI 07-2052-2002
(IS)
Pekerjaan Arsitektur

312 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

1 Dinding Bata Ringan - Jaya Celcon


Tebal Minimal 10 Cm - Power Block
Indonesia
- Grand Elephant
- Delta Brick

2 Perekat Bata Ringan MU 382, MU-380M, AM 48thinbed - Mortar Utama


- AM
- Starmortar
- Power Bond

3. Plesteran - Plesteran Bata Ringan MU 302 Daya - Mortar Utama


Sebar 20m2/Sak 50kg/10mm2 - AM
- Plester Premium Menggunakan Jenis Ex.
MU-100, Dengan Tebal Aplikasi 10 Mm, - Starmortar
Daya Sebar 2.4 M2/ Sak 40kg/10mm.
- Perekat Dinding Keramik Menggunakan
Jenis Ex.MU-400, Dengan Tebal Aplikasi
3 Mm, Daya Sebar ± 5 M²/25 Kg Dan
Grouting Menggunakan MU-408.
Perekat Dinding Keramik Khusus Daerah
Basah (Toilet, Dll) Menggunakan Jenis
MU-460, Dengan Daya Sebar ± 5 M2 / Sak
25 Kg.
4 Acian Acian Diatas Plester Dan Beton - Mortar Utama
Menggunakan Jenis MU-200 Dengan Tebal - AM
Aplikasi 1,5 Mm Dan Daya Sebar ± 20 M²/40 - Starmortar
Kg.

5 Scimcoat Tebal 1-3mm - Mortar Utama


- Aka Mortar
- Starmortar

6 Perekat Keramik MU-450, MU-460 Untuk Daerah Basah - Mortar Utama


MU-480 - Delcon
- AM

7 Pek. Lantai Keremik Lantai : - Granito


- Homogeneous Ukuran 60x60 Cm Polish - Roman
- Homogeneous Ukuran 60x60 Cm
Unpolish
- Vinyl (Roll)
- Karpet (Tile)
8 Pengecatan Dinding Jenis : - Dulux AEP /
- Acrylic Emulsion Fungus Resistant & Jotun

313 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Anti Bacterial / Waterbase Paint Untuk - Dulux


Interior Weathershield /
- Weathershield Untuk Exterior Jotun Jotashield
Lapisan : Satu Kali Primer, 2 Kali Finishing Glotex / Mowilex
Minimal Sampai Kondisi Warna Diterima
Oleh Perencana
Item Pekerjaan Pengecatan :
- Pengecatan Tembok
- Pengecatan Plafond
- Pengecatan Listplank

9. Pek. Kusen Pintu - Kuzen Pintul : Kayu Solid - Kayu Kamper


Dan Jendela - Finishing : Teakwood/Melamito Samarinda
- Kusen Pintu Aluminium : 4 Inch - Aleksindo
- Kusen Jendela Aluminium : 3 Inch
- Pintu Kaca Frameless : Tempered

- Handle Pintu Kaca :Steinless Steel

- Handle Pintu Kunci : Hing


- Engsel Pintu Kaca : Flooring
- Engsel Pintu Double Teakwood : Hing
- Sliding : Rel
- Kaca Jendela : Bening 6 Mm Asahi
- Rel Pintu Geser

10 Pek. Penggantung - Deckson / Yale


Dan Pengunci - Dows

11 Pekerjaan Kaca & - Kaca Polos 5 Mm - Asahimas


Cermin

12 Pek. Plafond - Plafond Gypsum 9 Mm, Jarak Paku - Jayaboard


Skrup 20 Cm - Gyproc
- Rangka Hollow Galvalum 40 X 40 X 0,35 - Knauf
Mm, Modul 60 X 60 Cm
- List Plafond Kayu Profil
- Listplank Panel GRC 3/30 Motif Betawi

13 ACP SEVEN

14 Floorhardener Semen Floorhardener Warna Sesuai Sika


Gambar Kerja

15 Waterproofing Tipe Membrane Untuk Toilet, Dak Water - Fosroc


Tank, GWT - Sika
- Awazel

314 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

16 Anti Rayap Dipilih Yang Tidak Membahayakan - Bayer Basileum 505


Manusia Dan Sudah Disetujui Oleh Ditjen - Lantrex 400 EC
POM Depkes RI, Digunakan Pada Seluruh - Bayer Premis 200
Lantai Bangunan Termasuk Area Lansekap SL

Pekerjaan MEP
1 Cctv Fix Dome - Samsung

2 Solar Cell On Grid System Solar Panel - Deltamas Solusindo


Degradation Output 1%/Year ( Solar Quest )

3 Sdp/Load Panel Panel Tegangan Rendah - Industria


- Duta Panel
- Simetri

4 Kwh Meter 23 KVA – 41.5 KVA PLN


- MG / ABB /
Perlengkapan Panel 6 – 80 Amper SCHNEIDER
- Mcb/ Mccb - SEG / MG /
- Shot Circuit/ Eath SCHNEIDER
Foult O/U Voltage -OBO/
Protecyion SCHNEIDER
- Fuse - Socomec/
-Arrester Telemecanique/
- Selector Switch A- SCHNEIDER
O-M - K & N / SALZER /
- Lampu Panel TAB
- Pilot Indicator - Fuji/ Siemen /
- Amper/ Volt/ Frek/ SCHNEIDER
Watt Meter - Telemecanique /
Trafo Arus VOKSEL /
KMIWIRE
- GAE/ ABB /
SCHNEIDER
5 Air Conditioner 2 PK, 1 PK Dan 1½ PK (Perhitungan - DAIKIN
Kebutuhan Besaran AC Disesuaikan - PANASONIC
Dengan Luas Ruangan Dan Peruntukan)
6 Exhaust Fan - Panasonic
KDK

7 Hydrant Hidrant & Springkler - Spindo - Bakri


Pipa BS SCH 40

8 Pompa Air Jet Pump - Sanyo


Daya Hisap 30 Meter, Daya Dorong 60 - Simizu
Meter Hitachi
30 Liter/Menit Pada Total Head 24 Meter / 8

315 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Liter/Menit Pada Total Head 42 Meter


- Boster Pump
Pompa Boster PS -103 33/20 Mtr
9 Pemadam Kebakaran - Newto
- Yamato
- Viking
10 Sanitair Instalasi Air Bersih :
- Pipa PVC Class AW - Rucika, Wavin
- Pipa Diameter ½ Inch S/D 6 Inch Vinilion
- Fitting
- Velve, Kelas 12 Psi
Instalasi Air Kotor Dan Air Buangan : - Kitz, Toyo,
- Pipa PVC Class AW Honeywell
- Pipa Ukuran 1½ Inch S/D 6 Inch
- Fitting - Rucika, Wavin,
- Velve, Kelas 12 Psi Vinilon

Sanitair :
- Wastafel Type LW 529 V1 - Kitz, Toyo,
- Closet Jongkok Type CE7 Honeywell
- Closet Duduk CW 702 J - Toto, American
- Kran Air ½” Standard
- Floordrain 4” Type TX 1 BN
11 Water Lever Control - Penguin
Switch

12 STP BIOTECH +
Blower (Perhitungan Menggunakan Pendekatan - Biotech
Population Equivalent) International
- Biotech Asahi
Fibreglass
- Biomaster
13 Kabel Power/Instalasi - Kabel NYY/NYM/NYFGBY (Lengkap - SUPREME
Pipa Conduit) - KEBELINDO
- KABEL METAL

14 Saklar Tunggal, - Schneider


Saklar Ganda, Saklar - Panasonic
Hotel, Grid Switch, - Clipsal
Stop Kontak,
15 Armatur + Lampu + - Phillips
Photocell - Artolite
- Interlite,Skylite
16 Lain - Lain Spesifikasi Sesuai Gambar Kerja, RAB Dan -
Mendapat Persetujuan Dari Pengawas.

316 | P a g e
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB VII

PENUTUP

Pelaksana harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan

pada Dokumen Perencanaan Pembangunan Rumah Susun MBR Bintaro yaitu rencana

kerja dan syarat-syarat ketentuan teknis, rencana anggaran biaya dan gambar

perencanaan, yang saling mendukung dan melengkapi. Kekurangan dan permasalahan-

permasalahan pada dokumen tersebut, baik yang terjadi didalamnya maupun ketidak

cocokan antara dokumen atau dengan peraturan-peraturan yang terkait, harus

diselesaikan pada rapat monitoring yang dihadiri oleh Pemberi Tugas, Perencana,

Pengawas Teknis dan Pelaksana (Pemborong Fisik) yang bertempat di Direksi Keet

dengan saling mendukung untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Mataram, Desember 2020


Dibuat oleh;
CV. KARYA JASA

ARIF HIDAYAT, SE
Direktur

317 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai