(RKS)
KEGIATAN:
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN SIKHPK TERITIP
PEKERJAAN:
PEMBANGUNAN JALAN SIKHPK TERITIP - PAKET I
BAB I
SYARAT - SYARAT TEKNIS
PASAL 1
41.1Pekerjaan yang dimaksud dalam uraian ini adalah meliputi:
A. PERINTISAN JALAN
I. UMUM
II. PEKERJAAN DRAINASE
III. PEKERJAAN TANAH
IV. PEKERJAAN PERKERASAN SIRTU
V. PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI/GUNUNG
B. PEKERJAAN PLAT DUICKER (2 UNIT)
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
II. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
III. PEKERJAAN BETON PLAT DUICKER
41.2Sertifikasi Badan Usaha :
A. Klasifikasi Bidang Usaha : Bangunan Sipil
B. Sub Kuaifikasi : SI 003 Jasa Pelaksanaan Konstruksi Jalan Raya ( Kecuali
jalan layang ), jalan, rel kereta api dan landas pacu bandara
C. Kualifikasi Usaha : Perusahaan Kecil
PASAL 2
PENYEDIAAN TENAGA KERJA
2.1 Selama masa pelaksanaan KONTRAKTOR harus menyediakan tenaga inti yang
cukup memadai untuk pekerjaan ini
2.2 Pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi, KONTRAKTOR harus menyediakan
pelaksana lapangan,tenaga mandor, tukang dan pekerja yang cukup trampil serta
cukup jumlahnya.
2.3 Jadwal Hasil Pekerjaan dan Alur Pekerjaan
Kontraktor harus mulai melaksanakan pekerjaan di lapangan selambatlambatnya
dalam tujuh (7) hari kalender setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
dari Owner dan harus menyelesaikan pekerjaan selama 3 (Tiga) bulan atau 90
(Sembilan puluh) hari kalender
Kerja
Ahli Madya
Manajemen
1 Proyek S1 Teknik Sipil Project Manager 10 Tahun
Pasal 3
MEMULAI KERJA
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan perintah kerja
pelaksanaan pekerjaan (SPK), pihak Kontraktor / Pemborong harus sudah memulai
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
Apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor / Pemborong yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan
ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia / Pengguna Jasa
Pasal 4
MOBILISASI
Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :
3
Pasal 5
PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor / Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor / Pemborong.
Pasal 6
RENCANA KERJA
6.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor / Pemborong
wajib membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa
bar chart dan S-curve bahan dan tenaga.
6.2 Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender
setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima oleh Kontraktor /
Pemborong. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan
disahkan oleh Pemberi Tugas / Pemimpin / Ketua Proyek.
6.3 Kontraktor / Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2
(dua) kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan
Perencana. 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal
Kontraktor /Pemborong di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan/
prestasi kerja.
6.4 Kontraktor / Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan penbangunan pekerjaan
sesuai dengan Rencana Kerja tersebut.
6.5 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor /Pemborong
berdasarkan Rencana Kerja tersebut
Pasal 7
PELAKSANAAN PENYEDIA BARANG/JASA/KONTRAKTOR
4
Pasal 8
KENAIKAN HARGA
8.1 Kenaikan harga bahan-bahan, alat-alat dan upah selama pelaksanaan pekerjaan
berlangsung ditanggung sepenuhnya oleh Penyedia Barang/Jasa/Kontraktor.
8.2 Kontraktor / Pemborong tidak dapat mengajukan tuntutan kecuali apabila
terjadi tindakan moneter yang di umumkan secara resmi dan diatur dalam
Peraturan Pemerintah untuk pekerjaan Penyedia Barang/Jasa/Kontraktor.
Pasal 9
PEKERJAAN TAMBAH KURANG
9.1 Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksaan dengan gambar dan spesifikasi yang dituangkan dalam dokumen
kontrak, maka Pengguna Barang/Jasa/Pemberi Kerja bersama Kontraktor /
Pemborong dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi antara lain :
a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak.
b. Mengurangi atau menambah jenis pekerjaan.
c. Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan.
d. Melaksanakan pekerjaan tambahan yang belum tercantum dalam kontrak
yang di perlukan untuk menyelesaikan sebagian atau seluruh pekerjaan
barang / jasa.
9.2 Pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% ( sepuluh persen) dari harga yang
tercantum dalam perjanjian/kontrak awal.
9.3 Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh Pengguna Barang/Jasa/Pemberi Kerja
secara tertulis kepada Penyedia Barang/Jasa/Kontraktor, lalu ditindak lanjuti
dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu kepada ketentuan yang
tercantum dalam perjanjian/kontrak awal.
9.4 Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam berita acara sebagai dasar penyusunan
addendum kontrak.
5
9.5 Adanya pekerjaan tambah kurang tidak dapat dijadiakan alasan untuk mengubah
waktu penyelesaian, kecuali atas persetujuan tertulis Pengguna
Barang/Jasa/Pemberi Kerja.
Pasal 10
GUDANG BAHAN
10.1 Gudang Bahan Material, Pemborong / Kontraktor berkewajiban membuat
gudang yang dapat dikunci untuk menyimpan material dan alat kerja, yang
mana tempatnya / lokasinya akan ditentukan oleh Pengguna Jasa dan Konsultan
Pengawas
10.2 Gudang bahan material dibuat dan dibiayai oleh Kontraktor / Pemborong,
setelah selesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut, harus segera
dibongkar/dibersihkan oleh Kontraktor / Pemborong, dan bahan-bahan
bekasnya menjadi milik Kontraktor / Pemborong.
10.3 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menjaga keamanan dan kebersihan area
pekerjaan.
Pasal 11
KEBERSIHAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
11.1 Selama masa pekerjaan, Kontraktor / Pemborong harus senantiasa memelihara
kebersihan lokasi pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu
diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat yang telah ditentukan.
11.2 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih,
sehat dan cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang
terlibat dalam proyek.
11.3 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK (P3K) di
tempat pekerjaan.
11.4 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan
pekerja, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi
Tugas. Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Kontraktor /
Pemborong harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
11.5 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor / Pemborong secepat mungkin
memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang
perlu untuk keselamatan korban kecelakaan tersebut.
11.6 Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor / Pemborong wajib menyediakan
helm proyek, sepatu both dan sarung tangan di sesuaikan dengan jumlah
pekerja dilapangan.
11.7 Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Tenaga Kerja Nomor 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari
6
Pasal 12
SARANA DAN PERALATAN KERJA
Kontraktor / Pemborong harus menyediakan, peralatan kerja berikut alat bantu
lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil
pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai
dengan sempurna sampai dengan diserah-terimakannya pekerjaan tersebut kepada
Pengguna Jasa.
12.1 PERALATAN KERJA
Menyediakan alat-alat kerja seperti
a. Bulldozer 100 – 150 Hp – 1 Unit
b. Exavator 80 – 140 - 1 Unit c
c. Tandem Roller 6 – 8 T - 1 Unit
d. Dump Truck - 3 Unit
Pasal 13
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
13.1 Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala
hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik
bersifat teknis maupun administratif.
13.2 Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus
memberikan data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
13.3 Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Kontraktor dan
Konsultan Pengawas (rangkap 3)
13.4 Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan
kepada Pejabat Pelaksan Teknis Kegiatan untuk bahan monitoring.
Pasal 14
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
14.1 Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah RKS.
14.2 Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian)
dan detail gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja.
Kontraktor / Pemborong harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud
gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan
atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidak-sesuaian antara gambar dan
spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar
dan spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan
darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas
dan disahkan secara tertulis.
14.3 Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran
yang semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.
Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis,
lapisan bagian dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada
ketentuan lain dari Konsultan Pengawas.
14.4 UKURAN.
14.2.1. Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam
Centi meter ( cm ) untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, Khusus
ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada dasarnya adalah
ukuran jadi seperti dalam keadaan jadi / selesai ( “finished”).
14.2.2. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor / Pemborong wajib
melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang
selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan
dipakai dan dijadikan pegangan.
8
14.2.3. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka
pengukuran skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Setiap deviasi dari gambar karena
kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas dan disahkan secara tertulis. Kontraktor / Pemborong tidak
dibenarkan merubah atau mengganti ukuran ukuran yang tercantum di
dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan
Pengawas / Pimpinan Proyek, dan segala akibat yang terjadi adalah
tanggung jawab Kontraktor / Pemborong baik dari segi biaya maupun
waktu.
14.5 PERBEDAAN GAMBAR.
14.2.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu
disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar
yang mengikat (berlaku).
14.2.2. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam
pelaksanaan satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian
pekerjaan lainnya, maka didalam hal terdapat ketidakjelasan,
kesimpang siuran, perbedaan perbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian
dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor /
Pemborong diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas secara
tertulis dan selanjutnya diadakan pertemuan dengan Konsultan
Pengawas / Pimpinan Proyek dan Konsultan Perencana, untuk
mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
14.2.3. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh
Kontraktor/Pemborong untuk memperpanjang / meng-“klaim” biaya
maupun waktu pelaksanaan.
14.6 PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN DAN PEMBUATAN “AS
BUILT DRAWING“.
14.2.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan
pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
14.2.2. Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor /
Pemborong berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat
seluruh perubahan, dan sesuai dengan kenyataan yang telah
dikerjakan / dibangun oleh Kontraktor / Pemborong ( As Built Drawing
). Biaya untuk penggambaran “As Built Drawing”, sepenuhnya menjadi
tanggungan Kontraktor / Pemborong.
9
Pasal 15
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG
15.1. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas
pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
15.2. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat,
mengawasi, menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab
penuh tersebut di atas.
15.3. Kontraktor / Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang
timbul akibat pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong berkewajiban
memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor / Pemborong sendiri.
15.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan,
maka Kontraktor / Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan
kepada Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak
dilakukan, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas segala kerusakan
yang timbul.
15.5. Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja
yang dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
15.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor / Pemborong dalam
melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.
15.7. Selama pembangunan belangsung, Kontraktor / Pemborong harus menjaga
keamanan bahan / material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas
dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan sampai tahap serah terima. Bila
terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah
dipasang maupun yang belum, adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong
dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya Pekerjaan Tambah.
15.8. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor / Pemborong harus segera
mengangkut bahan bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak
dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi
tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.
Pasal 16
RESIKO
16.1. Jika hasil pekerjaan Kontraktor / Pemborong musnah/rusak sebagian atau
keseluruhan akibat kelalaian Kontraktor / Pemborong sebelum diserahkan
kepada Pengguna Barang/Jasa/Pemberi Kerja, maka Penyedia Kontraktor /
Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerugian termasuk
biaya yang timbul akibat keadaan tersebut.
16.2. Jika hasil pekerjaan Kontraktor / Pemborong sebagian atau seluruhnya
musnah/rusak diluar kesalahan kedua belah pihak akibat keadaan memaksa
10
atau force majeur maka segala kerugian yang timbul akibat keadaan ini akan
ditanggung oleh kedua belah pihak.
Pasal 17
DENDA DAN GANTI RUGI
17.1. Besarnya denda kepada Kontraktor / Pemborong atas keterlambatan
penyelesaian adalah 1/1000 (satu per seribu) dari harga kontrak atau bagian
kontrak untuk setiap hari keterlambatan.
17.2. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh Pengguna Barang/Jasa/Pemberi Kerja
atas keterlambatan pembayaran adalah sebesar nilai tagihan yang terlambat
dibayar berdasar tingkat suku bunga yang berlaku atau dapat diberikan
kompensasi sesuai ketentuan dalam dokumen kontrak.
17.3. Tata cara pembayaran denda dan/atau ganti rugi diatur dalam dokumen
kontrak.
17.4. Jika Kontraktor / Pemborong setelah mendapatkan peringatan tertulis 2 (dua)
kali berturut-turut tidak mengindahkan kewajibanya sebagaimana tercantum
dalam dokumen kontrak, maka Pengguna Barang/Jasa/Pemberi
Kerjaberhak/dapat memutuskan hubungan kerja / kontrak secara sepihak.
Pasal 18
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN – BAHAN
Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini
maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang
tercantum dalam A.V. 1941 dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI
Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta
ketentuanketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti
material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas
terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.
Pasal 19
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
19.1. Bahan-bahan yang didatangkan / dipakai harus sesuai dengan contoh contoh
yang telah disetujui Konsultan Pengawas
19.2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang
ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek
selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
19.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan
Pengawas dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan
11
Pasal 20
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA
20.1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan
tanah permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh tumbuhan dan
puing-puing didalam area kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan
harus tetap di tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan
Pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan ini mencakup pula
perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus
tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
20.2. Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan menentukan
semua pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang harus tetap berada
di tempatnya. Kontraktor / Pemborong harus menjaga semua jenis benda yang
telah ditentukan harus tetap di tempatnya.
20.3. Segala obyek yang ada di permukaan tanah dan semua pohon, tonggak, kayu
lapuk, tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan
rintangan lainnya yang muncul, yang tidak diperuntukan berada disana; harus
dibersihkan dan atau dibongkar serta dibuang. Pada daerah galian, segala
tunggul dan akar harus dibuang dari daerah galian.
Pasal 21
PENGUKURAN KONDISI AWAL DAN PENENTUAN STA + 0.00
21.1. PEKERJAAN PENGUKURAN KONDISI TAPAK.
21.1.1 Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan
pengukuran kondisi “existing” lokasi terhadap posisi rencana pekerjaan.
Hasil pengukuran harus diserahkan kepada Pimpinan Proyek / Konsultan
Pengawas.
21.2.1 Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang
sebenarnya di lapangan, harus segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas
21.3.1 Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat
alat waterpass & theodolit.
12
21.4.1 Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas
segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil
yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
21.5.1 Sebagai keharusan dari Kontrak ini dan tanpa biaya tambahan,
Kontraktor / Pemborong harus menyediakan khusus untuk digunakan
oleh Konsultan Pengawas segala peralatan, instrumen, personil dan
tenaga survey, dan lain-lain material yang mungkin dibutuhkan dalam
memeriksa pekerjaanpekerjaan lain yang terkait
Pasal 22
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
22.1 IJIN MEMASUKI TEMPAT KERJA.
22.1.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor /
Pemborong, tetapi karena bahan / material ataupun komponen jadi
maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas /
Direksi, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya
Kontraktor / Pemborong dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan
Pengawas / Direksi.
22.1.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat
sebelum mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, dan
Kontraktor / Pemborong harus memberikan kesempatan sepenuhnya
kepada Petugas / Ahli dari Konsultan Pengawas untuk memeriksa dan
mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.
22.1.3. Kontraktor / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas
kapan setiap pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa
dan Konsultan Pengawas tidak boleh menunda waktu pemeriksaan,
kecuali apabila Konsultan Pengawas memberikan petunjuk tertulis
kepada Kontraktor / Pemborong apa yang harus dilakukan.
22.1.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam
(dihitung dari waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak
terhitung hari libur / hari raya) tidak dipenuhi / ditanggapi oleh
Konsultan Pengawas, maka Kontraktor / Pemborong dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas / Pimpinan Proyek.
22.1.5. Bila Kontraktor / Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas /
Pimpinan Proyek berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan
sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
13
Pasal 23
KESEDIAAN PENYEDIA JASA
Jika dalam proses pembangunan fisik sedang berjalan, terjadi pemotongan anggaran
dari pemerintah pusat maka, Kontraktor/Pemborong bersedia mengikuti ketentuan
yang ada dan tidak diperkenankan mengajukan tuntutan atau gugatan dalam bentuk
apapun
14
BAB II
SYARAT - SYARAT TEKNIS
PERINTISAN JALAN
Pasal 1
UMUM
1.1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan
dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan di bawah
ini, yaitu:
A. PERINTISAN JALAN
I. UMUM
a. Papan Nama Proyek
II. PEKERJAAN DRAINASE
a. Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
b. Pasangan Batu dengan Mortar
c. Pekerjaan Pipa PVC 6”
III. PEKERJAAN TANAH
a. Timbunan Pilihan dari Sumber Galian
b. Pembersihan Lapangan dan Perataan Tanah Dasar
IV. PEKERJAAN PERKERASAN SIRTU
a. Urugan Sirtu (Agregat Kelas C)
V. PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI/GUNUNG
a. Pekerjaan Pasangan Batu 1:4, untuk Dinding Penahan Jalan
B. PEKERJAAN PLAT DUICKER (2 UNIT)
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Pekerjaan Pemasangan Bowplank
II. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
a. Galian Tanah Sedalam 1,00 meter untuk Plat Duicker
b. Urugan Pasir Bawah Pondasi
c. Urugan Kembali Tanah Hasil Galian
d. Pasangan Batu Kali/Gunung untuk Pondasi Plat Duicker 1:4
e. Plesteran Lantai dan Dinding Dalam Duicker Plat, 1:3 t = 15 mm
III. PEKERJAAN BETON PLAT DUICKER
a. Pekerjaan Bekesting
b. Pekerjaan Penulangan Plat dengan Besi Polos
c. Pekerjaan Beton Struktur K-300
15
Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan Persiapan adalah suatu pekerjaan awal yang merupakan satu
kesatuan pekerjaan yang tidak terpisahkan dari pekerjaan utama yang diatur
dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) dan Surat Perjanjian/Kontrak, pekerjaan
pendahuluan pada kegiatan ini yaitu pembuatan papan nama proyek, membuat
gudang kerja/sewa gudang yang dilengkapi meja, kursi, dan dapat digunakan
untuk menyimpan material di lapangan, mempersiapkan/pembersihan lokasi
yang akan dibangun, serta pemasangan bouwplank.
Pasal 3
PEKERJAAN GALIAN
Perkerjaan Galian ini meliputi:
1. Pekerjaan Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
2. Galian Tanah Biasa Sedalam 1.00 meter untuk Plat Duicker
Pekerjaan Galian Tanah
- Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian harus dilaksanakan
menurut ukuran ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar, atau
menurut ukuran dan ketinggian lain, yang mungkin akan diperintahkan
oleh Direksi. Ukuran yang berdasarkan atau berhubungan dengan
ketinggian tanah, atau jarak terusan harus ditunjukkan kepada Direksi
lebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan tanah pada setiap tempat.
Yang dimaksud dengan “ketinggian tanah” dalam spesifikasi adalah tinggi
“permukaan tanah” sesudah pembersihan lapangan dan sebelum
pekerjaan tanah dimulai.
- Seluruh galian dikerjakan sesuai dengan garis-garis dan bidang-bidang
yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan yang ditunjukkan
dalam gambar kerja atau sesuai dengan yang diarahkan/ditunjukkan oleh
Direksi.
- Bila ada galian yang perlu disempurnakan seharusnya diinformasikan ke
Direksi untuk ditinjau.
- Tidak ada galian yang langsung/ditutupi dengan tanah/beton tanpa
diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi. Seluruh proses pekerjaan menjadi
tanggung-jawab Penyedia Jasa.
- Kemiringan yang rusak atau berubah, karena kesalahan pelaksanaan
harus diperbaiki oleh dan atas biaya Penyedia Jasa.
- Apabila pada saat pelaksanaan penggalian terdapat batu-batu besar
dengan diameter lebih besar dari 1.00 m yang tidak dapat disingkirkan
dengan alat Excavator, maka pembayaran volume ini akan termasuk
16
Pasal 3
PEKERJAAN GALIAN
2.
Pasal 4
PEKERJAAN JALAN LEBAR 6 M
1. Pancang Kayu Galam diameter 10 – 4 M menggunakan metode cerucuk
pada setiap badan jalan sebelum dilakukan pengurugan
2. Pekerjaan Urugan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus
sudah bersih dari humus, akar tanaman, benda-benda organis, sisa-sisa
bongkaran dan bahan lain yang dapat mengurangi kualitas pekerjaan ini.
Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis dan langsung
dipadatkan sampai mencapai permukaan / peil yang diinginkan. Ketebalan
perlapis setelah dipadatkan tidak boleh melebihi 50 cm. Setiap kali
penghamparan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas yang
menyatakan bahwa lapisan di bawahnya telah memenuhi kepadatan yang
disyaratkan, dan seluruh prosedur pemadatan ini harus ditulis dalam
Berita Acara yang disetujui Konsultan Pengawas.
a. Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan
dikeruk, sebelum pekerjaan pengurugan dimulai.
Pada saat pengerukan dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan.
b. Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel
yang bersangkutan
c. Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan
deras. Jika permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh
19
BAB III
PEKERJAAN LAIN – LAIN DAN PENUTUP
Pasal 1
MASA PELAKSANAAN, MASA PEMELIHARAAN
DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN
1. 1. Masa Pelaksanaan pekerjaan akan ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama
dengan peserta pelelangan dalam AANWIJZING.
1. 2. Masa pemeliharaan adalah terhitung sejak saat penyerahan pertama yang akan
ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dengan peserta pelelangan dalam
AANWIJZING.
1. 3. Selama masa pemeliharaan ini pemborong diwajibkan untuk mengatasi segala
kerusakan-kerusakan yang terjadi tanpa ada tambahan biaya.
1. 4. Selama masa pemeliharaan tersebut pemborong masih harus menyediakan
tenaga-tenaga yang diperlukan.
1. 5. Dalam masa ini pemborong masih bertanggung jawab penuh seluruh pekerjaan
yang telah dilaksanakan.
.
Pasal 2
PEKERJAAN PEMBERSIHAN
2.1. Semua daerah disekitar lokasi yang perlu dibersihkan seperti yang ditentukan
oleh pengawas, harus dibersihkan dari segala bongkaran, sampah dan bahan –
bahan lain yang mengganggu
2.2. Semua kerusakan milik umum atau perseorangan yang diakibatkan pekerjaan
pembersihan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa harus diperbaiki atau diganti
oleh Penyedia Jasa
2.3. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan
akan dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Pengawas, dengan dibuat Berita
Acara yang disyahkan oleh Pengguna Jasa
Pasal 3
FOTO DOKUMENTASI
3.1. Pembuatan foto dokumentasi harus dilakukan pada waktu :
• Permulaan pekerjaan ( 0% )
• Setiap proses dan berakhirnya setiap item kerja ( 50% )
• Setelah selesainya pekerjaan secara keseluruhan ( 100% )
3.2. Pengambilan foto harus berwarna
22
Pasal 4
PENUTUP
4. 1. Apabila dalam Spesifikasi teknis ini untuk uraian bahan – bahan, pekerjaan –
pekerjaan yang tidak disebut perkataan atau kalimat “diselenggarakan oleh
Kontraktor” maka hal ini harus dianggap seperti disebutkan.
4. 2. Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian – bagian yang nyata
termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau disebut kata demi
kata dalam RKS ini, haruslah diselenggarakan oleh Kontraktor dan diterima
sebagai “hal” yang disebutkan.
4. 3. Sebelum melakukan penawaran atas pekerjaan dimaksud agar dilakukan survey
lapangan dengan maksud mengetahui lokasi dan letak lahan, dan sebelum
melakukan kegiatan pekerjaan dimulai juga terlebih dahulu mensosialisasikan
secara tertulis kepada pihak – pihak yang bersinggungan langsung terutama
masyarakat di sekitarnya
HAMDANI MANSUR, ST
SUPARTO. ST, MSi Direktur
NIP. 1968 0727 1997 03 1 003
Balikpapan, Juni 2017
Diketahui :
KEPALA DINAS KOPERASI UMKM DAN PERINDUSTRIAN
KOTA BALIKPAPAN