A. DEFINISI REKRUTMEN
Ada beberapa pengertian rekrutmen menurut para ahli:
1. Menurut Henry Simamora (1997:212) dalam buku koleksi digital Universitas Kristen Petra
menyatakan bahwa:
Rekrutmen adalah serangkaian aktivitas mencari dan memikat pelamar kerja dengan
motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan guna menutupi
kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.
2. Menurut Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson (1997:227) dalam Nanang Nuryanta
(2008)
Rekrutmen antara lain meliputi upaya pencarian sejumlah calon karyawan yang memenuhi
syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka perusahaan dapat menyeleksi orang-orang
yang paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
3.Menurut Schermerhorn, 1997
Rekrutmen (Recruitment) adalah “proses penarikan sekelompok kandidat untuk mengisi
posisi yang lowong. Perekrutan yang efektif akan membawa peluang pekerjaan kepada
perhatian dari orang-orang yang berkemampuan dan keterampilannya memenuhi spesifikasi
pekerjaan.
4. Menurut Faustino Cardoso Gomes (1995:105)
Rekrutmen merupakan proses mencari, menemukan, dan menarik para pelamar untuk
dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi. Rekrutmen merupakan proses komunikasi dua
arah. Pelamar-pelamar menghendaki informasi yang akurat mengenai seperti apakah rasanya
bekerja di dalam organisasi bersangkutan. Organisasi-organisasi sangat menginginkan
informasi yang akurat tentang seperti apakah pelamar-pelamar tersebut jika kelak mereka
diangkat sebagai pegawai.
5. Menurut Noe at. all ( 2000 )
Rekrutmen didefinisikan sebagai “pelaksanaan atau aktifitas organisasi awal dengan tujuan
untuk mengidentifikasi dan mencari tenaga kerja yang potensial.
Jasa Recruitment dan Head Hunter
B. TUJUAN PEREKRUTAN
Menyediakan sekumpulan calon tenaga kerja/karyawan yang memenuhi syarat;
Agar konsisten dengan strategi, wawasan dan nilai perusahaan;
Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang belum lama bekerja;
Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan pelatihan;
Untuk memenuhi tanggungjawab perusahaan dalam upaya menciptakan kesempatan kerja
C. SUMBER PEREKRUTAN
Calon tenaga kerja yang akan direkrut dapat diambil dari internal organisasi maupun
eksternal organisasi. Perekrutan tenaga kerja dari dalam biasanya dilakukan oleh
organisasi/perusahaan yang telah lama berjalan dan memiliki sistem karier yang baik.
Perekrutan tenaga kerja dari dalam memiliki keuntungan, diantaranya adalah tidak mahal,
promosi dari dalam dapat memelihara loyalitas dan dedikasi pegawai, dan tidak diperlukan
masa adaptasi yang terlalu lama, karena sudah terbiasa dengan suasana yang ada. Namun
demikian perekrutan dari dalam juga berarti terjadinya pembatasan terhadap bakat yang
sebenarnya tersedia bagi organisasi dan mengurangi peluang masuknya pemikiran baru.
1. Eksternal
a)Lembagapendidikan
b)Teman/anggotakeluargakaryawan.
c)Lamaranterdahuluyangtelahmasuk
d)Agentenagakerja
e)Karyawanperusahaanlain
f)Asosiasiprofesi
g) Outsourcing
2. Internal
a)Promosi
b)Transfer/rotasi
c)Pengkaryaankaryawankembali
d) Kelompok pekerja sementara / karyawan kontrak ( temporer )
Metode perekrutan karyawan dengan sumber dari luar perusahaan, dapat dilakukan :
1) Melalui iklan di media massa (radio, TV, koran, internet).
2) Melalui iklan atau adventensi diharapkan perusahan dapat merekrut calon tenaga kerja
dengan spesifikasi tertentu dan dengan pengalaman kerja tertentu. Perekrutan melalui iklan
ini biasanya disertai dengan suatu janji yang menarik, misalnya gaji yang besar, masa depan
yang menarik dan sebagainya.
3) Open house, untuk menjaring lebih banyak tenaga potensial secara umum, perusahaan
dapat melakukan open house di sejumlah kalangan yang diprediksikan dapat menarik calon
tenaga kerja potensial, seperti di perguruan tinggi, even-even tertentu.
4) Menyewa konsultan perekrutan. Terkadang untuk mencari dan merekrut tenaga kerja
profesional dibutuhkan konsultan yang mampu mencari tenaga tersebut, dengan demikian ada
jaminan melalui konsultan perekrutan perusahaan tidak perlu membuang waktu untuk
mencari tenaga kerja yang sesuai
D. PROSES REKRUTMEN
Menyediakan sekumpulan calon tenaga kerja/karyawan yang memenuhi syarat;
Agar konsisten dengan strategi, wawasan dan nilai perusahaan;
Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang belum lama bekerja;
Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan pelatihan;
Untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan dalam upaya menciptakan kesempatan kerja
Pentingnya Manajemen SDM untuk Rekrutmen Karyawan
Untuk itulah, setiap perusahaan perlu tahu bagaimana cara kerja manajemen SDM dan
kualifikasi apa yang harus dipenuhi calon karyawan sehingga lolos dalam proses rekrutmen.
Mendapatkan SDM yang berkualitas sangat penting, mengingat mereka inilah nanti yang
akan membantu perusahaan mencapai tujuan.
Untuk mendapatkan SDM yang berkualitas, hal paling utama adalah perusahaan juga telah
memiliki manajemen SDM yang berkualitas pula. Jika tidak, pasti akan sulit sekali
menentukan hal-hal yang harus dipenuhi dalam proses rekrut karyawan. Selain itu, bagian
HR juga sebaiknya telah mendapatkan Certification on Human Resources Management,
sehingga benar-benar tahu bagaimana menjalankan tugas dan kewajibannya terhadap
perusahaan.
Mengapa penting sertifikasi wajib di bidang manajemen SDM bagi yang berada di divisi
HRD? Berdasarkan surat edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 2019, disebutkan
arahan dari pemerintah untuk melakukan sertifikasi wajib di bidang Sumber Daya Manusia.
Tujuan surat edaran ini adalah untuk membangun hubungan industrial yang harmonis di
perusahaan diperlukan pegawai/karyawan yang kompeten pada bagian yang menangani
HRD.
Lalu, apa fungsi penting manajemen SDM dalam proses rekrut karyawan? Berikut ulasannya.
Perencanaan Seleksi
Fungsi pertama dari pentingnya manajemen SDM untuk rekrutmen calon tenaga kerja
baru adalah agar bisa melakukan proses seleksi dan rekrutmen karyawan yang tepat sasaran.
Divisi HR bisa melakukan perencanaan untuk memilih dan memilah calon pegawai yang
sesuai kebutuhan perusahaan, termasuk mencari tahu tipe karyawan, manager atau supervisor
yang dibutuhkan perusahaan. Semakin besar perusahaan, tentu karyawan yang dibutuhkan
makin bertambah dan kinerja HR meningkat.
Jika divisi HR melakukan tugasnya dengan optimal, tentu perusahaan bisa memperoleh
kandidat yang tepat, mengurangi rasio turnover karyawan, atau bisa pula mencari tahu hal
yang membuat karyawan bisa berkomitmen dalam bekerja. Bayangkan kalau tak ada kontrol
SDM dan perusahaan menerima calon pegawai tanpa mempertimbangkan skill dan
pendidikan, tentu malah akan membuat perusahaan kalang kabut dan merugi.
Evaluasi Kemampuan
Setiap calon tenaga kerja tentu memiliki kemampuan yang berbeda. Dengan
melakukan pengontrolan kualitas SDM, perusahaan bisa melakukan evaluasi terhadap
kemampuan calon pegawai. Dalam proses evaluasi ini, bakal terlihat bagaimana konsep kerja
dan kemampuan tiap karyawan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Jika dalam proses rekrutmen karyawan saja, calon karyawan tidak memiliki etos kerja dan
loyalitas tinggi, perusahaan punya hak untuk menolak pengajuan lowongannya. Karena
perusahaan yang punya tujuan pasti, hanya membutuhkan individu-individu terpilih yang
sesuai dengan standar operasional bisnis.
Prosedur Penggajian
Tak ada satu perusahaan pun di dunia ini yang mau merugi dalam menggaji
karyawan. Namun juga, tak ada satu pekerja pun di dunia ini yang ingin dibayar rendah dan
tak sesuai kemampuan. Untuk mengatasi hal ini, jelas diperlukan manajemen SDM yang peka
dan mampu menjembatani kebutuhan tiap individu di dalam perusahaan.
Perusahaan dengan kemampuan manajemen sumber daya yang bagus, jelas akan
menawarkan gaji, bonus hingga aneka tunjangan lain kepada calon karyawan baru secara
berimbang, di mana gaji tak akan menyalahi aturan Upah Minimum Regional (UMR) dan
melihat latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, serta skill pegawai baru.
Tahapan Pelatihan
Dengan pengaturan SDM yang maksimal, tahapan pelatihan dan pengembangan SDM
setelah rekrutmen pegawai baru tentu bisa dijalankan dengan maksimal. Perusahaan akan
tahu sejauh apa kemampuan karyawan baru dan bagaimana cara untuk memberikan pelatihan,
supaya mereka bisa memenuhi standar perusahaan.
Hanya saja dalam pelatihan ini, pastikan memilih narasumber yang benar-benar menguasai
bidangnya dan bekerja penuh tanggung jawab. Anda juga bisa memberikan panduan
operasional standar perusahaan, supaya para pegawai baru ini memperoleh bimbingan terbaik
dan meningkatkan kemampuan diri.
Pencarian Relasi
Hal berikutnya yang menjadi bukti pentingnya pengaturan kualitas SDM calon
pegawai baru adalah untuk menciptakan integrasi dengan perusahaan. Maksudnya,
perusahaan bisa mendorong para pegawai untuk berperilaku proaktif dalam mengambil
tindakan responsif, terhadap dinamika yang muncul dalam perkembangan bisnis perusahaan.
Pengelolaan Risiko
Terakhir, fungsi pentingnya manajemen SDM dalam pencarian pegawai baru adalah untuk
mengelola risiko. Perusahaan mempunyai tanggung jawab memberikan rasa nyaman saat
bekerja. Termasuk bagaimana mengidentifikasi kondisi kesehatan fisik dan mental calon
karyawan, supaya dapat menyusun prosedur bekerja efektif.
Tentunya dengan menerapkan manajemen SDM yang tepat, perusahaan bisa dapat
memperoleh hasil maksimal dalam menjaring calon tenaga kerja. Nanti ketika sudah
memperoleh karyawan yang berkualitas, perusahaan bisa menjalankan bisnis sesuai dengan
tujuan jangka panjang atau jangka pendek.
Prinsip-Prinsip Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan hendaknya diawali dengan mengetahui terlebih dahulu apasebenarnya
yang menjadi prinsip dari pelatihan itu sendiri Manullang (2004 :86) mengemukakan bahwa
prinsip-prinsip pelatihan, yaitu :1.
Individual Difference
Perencanaan dan pelaksanaan suatu pelatihan harus tetap mengingat adanya
perbedaan perseorangan pengikut
training
baik dalam latar belakang pendidikan, pengalaman maupunkeinginan. Sehingga pelatihan
tersebut memberikan hasil yang memuaskan.
2. Relation to Job analysis
Job specification
untuk suatu jabatan tertentu biasanya menjelaskan pendidikan yang harusdimiliki calon
pekerja untuk dapat melaksanakan tugas itu dengan berhasil. Oleh karena
itu bahan yang diajarkan dalam pendidikan harus berhubungan dengan apa yang dinyatakand
alam
job specification
.
3. Motivation
Orang akan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas tertentu bila ada
daya perangsangnya. Kenaikan upah atau kenaikan kedudukan adalah beberapa daya
perangsangyang dapat digunakan untuk merangsang para pengikut pelatihan.
4.Active Participation
.Para pengikut pelatihan harus aktif ambil bagian dalam pembicaraan. Oleh karena
itu pelatihan harus juga dapat memberikan kesempatan untuk bertukar
pikiran dengan pelatih.Dengan demikian pengikut pelatihan turut aktif selama pelatihan
berlangsung.
5.Selection of Trains
Seleksi atau pemilihan calon pengikut pelatihan perlu dilakukan untuk menjaga
agar perbedaan tidak terlalu besar. Pelatihan sebaiknya diberikan kepada mereka
yang berminatdan menunjukkan bakat untuk dapat mengikuti pelatihan dengan berhasil.
Adanya seleksi juga merupakan perangsang.
6.Selection of Trainer
Tidak semua orang dapat menjadi pengajar yang baik. Jabatan pengajar perlu
suatukualifikasi tersendiri, oleh karenanya orang menganggap pula bahwa salah satu
asas penting dari pelatihan adalah tersedianya tenaga pelatih yang berminat dan mempunyaik
esanggupan untuk mengajar.
7.Trainer Training
Para pelatih dalam suatu pelatihan harus sudah mendapat pendidikan secara khusus
untukmenjadi tenaga pelatih. Karena itu tidak semua orang yang menguasai dalam suatu
bidangtertentu dapat mengajarkan kepandaiannya kepada orang lain.
8.Training method
Metode pelatihan harus cocok dengan pelatihan yang diberikan. Misalnya
metodememberikan kuliah tidak tepat untuk para mandor. Karenanya dalam program
pelatihanharus pula diperhatikan metode pendidikan yang bagaimana yang harus dianut
dalammemberikan pelatihan.
9.Principles of Learning
Orang akan lebih mudah menangkap pelajaran apabila didukung oleh pedoman tentangcara-
cara belajar dengan cara efektif bagi para karyawan. Prinsip-prinsip ini adalah
bahwa program bersifat partisipatif, relevan serta memberikan umpan balik mengenai kemaju
an
para peserta pelatihan.”
Menurut Mc Gehee yang dikutip oleh Mangkunegara (2003 : 51) Merumuskan
prinsip- prinsip perencanaan pelatihan dan pengembangan sebagai
berikut:1. Materi harus diberikan secara sistematis dan berdasarkan tahapan-tahapan.2. Tahap
an-tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.3. penatar harus ma
mpu memotivasi dan menyebarkan respon yang berhubungan denganserangkaian materi
pelajaran.4. Adanya penguat (
reinforcement
) guna membangkitkan respon yang positif dari peserta.5.
Menggunakan konsep pembentukan (shaping) perilaku.”
Prinsip-prinsip umum pelaksanaan pelatihan yang efektif menurut Semito (1996 :
115)mengatakan bahwa pelatihan perlu memperhatikan prinsip-prinsip antara lain :-
Sasaran pelatihan-
Latihan-
Bahan-bahan latihan-
Metode-metode latihan
Istilah ‘karir’ ini merujuk ke berbagai peranan atau status seseorang. Kata karir umumnya
digunakan dalam tiga pengertian, yaitu:
1. Karir yang merujuk pada suatu urutan promosi atau peningkatan wilayah lateral ke posisi
atau jabatan dengan tingkat tanggung jawab lebih tinggi dalam hierarki pekerjaan
seseorang.
2. Karir yang merujuk pada suatu pola kemajuan yang sistematik dan jelas (jalur karir).
Contoh perencanaan karir pribadi bagi pegawai untuk profesi pemroses data, jalur
perencanaan karir yang umum adalah dimulai dengan menjadi seorang operator
komputer, kemudian meningkat menjadi pemrogram junior, meningkat lagi jadi
pemrogram senior, kemudian analis dan pemrogram analis sistem, analis senior, lanjut
menjadi pemimpin proyek, kemudian manajer departemen system dan wakil direktur
bidang pelayanan informasi.
3. Karier yang merujuk pada jejak pekerjaan seseorang, atau posisi-posisi yang sudah
dipegangnya selama bekerja. Pada konteks ini, tidak ada pengecualian, semua orang pasti
disebut mempunyai karir.
Berdasarkan buku berjudul Your Job Is Not Your Career!, Rene’ Suhardono menyampaikan
bahwa karir dan pekerjaan punya makna yang jauh berbeda. Sebab, pekerjaan merupakan
sesuatu yang bukan kita miliki, sedangkan karir merupakan hal yang kita miliki.
Jika dijabarkan lebih lanjut, pekerjaan adalah alat atau sarana yang di gunakan untuk
mencapai apa yang kita kehendaki, serta demi mendapatkan uang secara rutin untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan ini merupakan kesempatan yang
diberikan oleh perusahaan agar kita berkembang secara pribadi dan profesional, sehingga
pekerjaan bukanlah milik kita, melainkan milik perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi.
Sementara, karir merupakan cita-cita, ambisi, dan tujuan hidup jangka panjang yang dimiliki
seseorang dengan menekuni suatu bidang. Karir menjadi keseluruhan proses dalam hidup,
sementara pekerjaan hanya menjadi salah satu proses aja.
Langkah awal seseorang dalam menjajakan karir adalah passion. Dengan begitu, individu
tersebut cenderung memiliki keinginan belajar yang tinggi, penuh inisiatif, berani mencoba
hal-hal baru, hingga rutin mengevaluasi kinerjanya demi terus mengembangkan diri, seperti
dengan mencari tempat baru untuk meningkatkan karirnya.
Oleh karena itu, perencanaan karir adalah suatu bentuk perencanaan yang dibuat oleh
individu atau perusahaan mengenai kemungkinan dirinya atau seorang karyawan meniti
proses kenaikan pangkat atau jabatan dengan mempertimbangkan persyaratan dan
kemampuan.
Banyak orang yang menganggap pekerjaan atau posisi mereka sekarang di kantor merupakan
hasil dari rencana yang disusun secara hati-hati. Namun tak jarang sebagian lainnya,
menganggap karir mereka tak lebih dari buah ‘nasib’ yang memang harus semestinya seperti
itu.
Memang perencanaan karir tidak menjamin penuh pada keberhasilan seseorang dalam
pekerjaannya. Terdapat juga variabel atau faktor lain yang mempengaruhi perencanaan karir
pada karyawan, seperti sikap atasan, pengalaman, pendidikan, dan juga ‘nasib’ yang juga
punya andil dalam permasalahan ini. Namun, tetap saja membuat rencana karir diperlukan
bagi para karyawan yang ingin memaksimalkan semua kesempatan karir yang bisa ditempuh.
Umumnya, orang sukses memiliki rencana karir yang kemudian mereka upayakan untuk
terwujud karena karir harus dikelola dengan suatu perancangan yang tepat. Bila tidak, para
karyawan tidak terbiasa untuk siap pada berbagai kesempatan karir yang datang. Di sisi lain,
bagian personalia perusahaan pun akan kesulitan dalam menyusun personalia atau staffing
internal organisasi.
Apa itu perencanaan karir individu? Individual career planning adalah perencanaan karir
yang lebih berfokus pada karier individu daripada kebutuhan organisasional.
Dillard (1985) merangkum beberapa manfaat perencanaan karir bagi individu, berdasarkan
berbagai sumber, yaitu:
Dalam membangun perancangan karir, kepuasan karir adalah tujuan yang harus dimasukkan
secara pribadi. Seseorang akan menghabiskan kehidupannya dengan bekerja, maka tiap
individu harus memilih karir yang memberikan keuntungan tertinggi untuk kepuasan pribadi.
Tujuan perancangan karir lainnya adalah untuk membangun efisiensi dalam pemanfaatan
waktu dan effort. Individu jadi dapat memilih tahapan karir secara lebih sistematis.
Harapannya dengan perancangan karir yang baik, seseorang dapat meminimalisir proses trial-
and-error dan membuatnya lebih dekat dengan arah tujuan yang diinginkan.
Tujuan perancangan karir bagi seorang individu adalah persiapan untuk mendapatkan tempat
atau posisi yang cocok. Tujuan perencanaan karir dalam bekerja perlu berfokus pada apa
karir yang paling cocok bagi individu. Sebagai pekerja, kamu juga perlu membandingkan aset
dan kewajiban dengan persyaratan dan permintaan berbagai jenis karir. Pendekatan tersebut
akan membantu individu menemukan karir serta siap dalam menerima kesempatan karir yang
datang.
Setelah kamu mengetahui semua tujuan tersebut, pekerja diharapkan dapat mengaplikasikan
manajemen karir yang baik pula. Manajemen karir adalah sebuah proses pengelolaan dan
perencanaan kegiatan seorang karyawan untuk meningkatkan perkembangan karir yang lebih
baik di masa depan.
Perencanaan karir yang baik akan mendorong para karyawan untuk memiliki semangat kerja
serta bertumbuh dan berkembang karena mereka memiliki acuan yang jelas, yang mana hal
ini baik untuk perusahaan.
Menaruh perhatian terhadap jenjang karir tiap karyawan dapat memberikan mereka tujuan
yang jelas untuk terus bertahan di perusahaan yang sama. Hal ini membuat perusahaan akan
memiliki individu-individu yang loyal serta terus meningkat secara kualitas karena motivasi
yang mereka jelas ketika bekerja. Dengan loyalitas karyawan yang terjaga, turn over pegawai
di perusahaan juga dapat ditekan.
c. Memberi Kepastian
Perencanaan ini dapat memberikan kepastian yang dibutuhkan para pekerja lewat informasi
atau jalur yang potensial untuk karir mereka di dalam perusahaan.
d. Siap Regenerasi
Perusahaan menjadi lebih siap menghadapi regenerasi, karena tiap individu sudah memiliki
mapping yang baik untuk mengisi posisi-posisi yang akan kosong di masa depan.
Bagi perusahaan yang secara organisasi sudah taraf global, membuat perancangan karir yang
baik dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasikan serta mempersiapkan
penempatan di luar negeri.
Perencanaan karir juga dapat mengembangkan para pegawai yang bisa dipromosikan. Dalam
hal ini penawaran internal atas pegawai yang bisa dipromosikan akan terbangun sehingga
perusahaan dapat dengan mudah mencari pengganti untuk kekosongan pegawai yang
disebabkan oleh masa pensiun, karyawan resign, atau lainnya.
Perencanaan karir juga bisa memberikan jalan untuk karyawan yang potensial. Mereka
menjadi lebih berani untuk melangkah maju dan meningkatkan kemampuan potensial mereka
karena adanya tujuan karir yang spesifik.
Ketika para pekerja diberikan bantuan dalam perancangan karir, walaupun mereka memulai
dari latar belakang yang berbeda namun para pekerja tersebut dapat belajar mengenai
harapan-harapan organisasi untuk pertumbuhan pekerja sebagai individu serta posisi mereka
di masa depan untuk dalam memenuhi kebutuhan pengembangan perusahaan.
Dengan adanya perancangan karir, anggota kelompok atau karyawan akan siap untuk jabatan-
jabatan penting nantinya, sehingga membantu perusahaan dalam mengeksekusi rencana
jangka panjang dengan pencapaian yang baik untuk rencana-rencana kegiatan yang sudah
disetujui tersebut.
Perencanaan karir dapat memberikan gambaran bagi karyawan, manajer serta departemen
sumber daya manusia dalam hal perekrutan pegawai baru. Mereka bisa lebih berhati-hati
terhadap kualifikasi karyawan.
Bagaimana ruang lingkup perencanaan karir dalam sebuah perusahaan atau organisasi?
Ruang lingkup perencanaan karier menurut Martoyo (1996) dan Samsudin (2010:134-135)
mencakup hal-hal sebagai berikut.
Penyusunan perencanaan karier yang baik perlu memperhatikan empat hal pokok, yaitu
abatan pokok dan jabatan penunjang, pola jalur karier bertahap, jabatan struktural, dan
tenggang waktu jabatan.
Di samping itu, ada pula beberapa hal yang patut menjadi pertimbangan dalam pengelolaan
perencanaan karier staf dalam sebuah organisasi, yakni masa jabatan yang singkat, masa
jabatan yang terlalu lama, dan keinginan karyawan dipindahkan dari jabatan tersebut.
Dimulai dengan menilai diri sendiri, pemahaman tentang diri sendiri merupakan aspek utama
dalam perancangan karir. Mengetahui bakat yang dimiliki, kelebihan serta kekurangan akan
mempermudah seseorang dalam mengenali kesempatan-kesempatan, peluang-peluang,
kendala-kendala, pilihan serta posisi yang cocok untuk mereka masukkan ke dalam
perancangan karir yang mereka buat.
Proses ini juga termasuk mengenali pekerjaan atau posisi yang sekarang sedang dijalani.
Dalam membuat perencanaan, ada baiknya kamu menyelami dari posisimu saat ini apa saja
kemungkinan-kemungkinan yang bisa diambil kedepannya. Dengan begitu, kamu bisa lebih
fokus pada kelebihan, mengembangkan kemampuan, dan memperbaiki kelemahan dirimu.
Langkah menyusun visi misi hidup juga dapat dijadikan panduan atau pedoman yang akan
kamu rencanakan dan realisasikan dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun kedepan. Caranya
adalah dengan menentukan apa yang kamu inginkan di masa mendatang serta
membayangkan akan menjadi apa dirimu dalam beberapa tahun ke depan.
Lalu, bagaimana perencanaan karir yang baik dan profesional? Dengan mengacu pada
identifikasi diri dan tujuan akhirmu buatlah perencanaan yang konkrit agar kamu bisa
mencapai tujuan yang kamu inginkan dengan berbekal apapun yang kamu punya saat ini,
baik secara skill dan potensi di kantormu.
Perancangan career path yang dimaksud adalah dengan mulai memetakan cara atau strategi
yang bisa kamu lakukan untuk meraih profesi yang kamu inginkan. Tentunya, akan lebih baik
jika kamu memulai dari langkah-langkah kecil dulu saja. Setelah itu, jangan lupa juga untuk
merealisasikannya secara konsisten.
Meski sudah memiliki pemetaan career path, kamu tetap perlu keep updated terhadap
perkembangan peluang karir yang terus bergerak di masa kini. Tujuannya tentu tidak lain dan
tidak bukan agar kamu bisa terus mendapatkan peluang baru yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
Hal ini juga dapat membantu kamu untuk terus memprediksi serta mempertimbangkan
profesi atau jabatan apa yang sedang ramai dicari dengan prospek karir yang bagus. Kamu
juga bisa mengetahui perkembangan kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan pada masa
kini untuk mendorong kamu mengasah skill dan mengembangkan potensi dirimu. Apalagi,
dengan zaman yang semakin maju, kebutuhan kualitas sumber daya manusia pun akan
semakin meningkat.
Rencana yang paling bagus adalah rencana yang dijalankan. Maka tahap yang paling penting
dalam perencanaan karir adalah mengeksekusinya. Sembari melalukak eksekusi, kamu juga
perlu secara berkala melakukan evaluasi diri.
Evaluasi diri dengan mengingat apa saja yang telah kamu lakukan dapat mendukung
persiapan karir ke depannya yang lebih baik. Misalnya, apabila kamu cenderung malas dan
kurang serius pada hidup di masa lalu, kamu bisa menjadikan pengalaman tersebut sebagai
pelajaran terbaik untuk diperbaiki demi melangkah maju dengan jauh ke depan.
Itulah langkah-langkah dalam perencanaan karir, namun implementasi ini akan jauh lebih
mudah jika didukung oleh iklim organisasi yang mendukung. Maksudnya ketika manajemen
tingkat atas yang mengajak seluruh tingkatan dari manajemennya untuk membantu
peningkatan karir para pekerja di level bawah akan jadi dukungan sangat berharga bagi para
pekerja dalam perencanaan karir mereka.
1. Pendidikan Karir
Pendidikan karir adalah suatu proses bagi karyawan atau individu untuk menerima
pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan atau skill mereka. Tujuannya untuk
mempersiapkan diri dalam perencanaan menaikkan tarif karir mereka.
Pendidikan karir tidak semata diperuntukkan untuk karyawan saja. Sebagai contoh,
perencanaan karir pelajar setelah lulus SMA atau SMK juga diperlukan. Perencanaan
pendidikan karir siswa adalah proses belajar untuk persiapan pemilihan karir masa depan
dengan membina karir dan pendidikan yang sesuai dengan pemahaman diri, minat penjurusan
yang harus ditempuh dalam mempersiapkan diri memasuki dunia karir (pekerjaan dan
jabatan) demi mencapai tujuan-tujuan karir atau cita-cita.
2. Penyediaan Informasi
Salah satu metode lainnya dalam merencanakan karir adalah penyediaan informasi yaitu
proses mengumpulkan berbagai macam informasi sebagai persiapan dalam perencanaan karir.
Selain untuk karyawan, kita bisa mengambil contoh perencanaan karir untuk mahasiswa yang
ingin mencari kerja. Dalam metode ini, mahasiswa yang akan segera lulus dan mau langsung
bekerja perlu mengumpulkan berbagai informasi pendukung untuk career planning-nya.
Misalnya, mengetahui hal apa saja yang disukai, mempelajari kemampuan, mencari program-
program pelatihan dan pendidikan pendukung (seperti sertifikasi), opsi-opsi tempat kerja
pertama yang memiliki peluang penerimaan yang lebih besar, latar belakang perusahaan,
rentang gaji pekerjaan yang sesuai dengan pembelajaran yang didapat, job desc harian, kultur
kerja, hingga job requirement yang sesuai dengan skill dan kemampuan.
3. Bimbingan Karir
Bimbingan karir adalah usaha mencari pengetahuan soal karir pada satu orang yang bisa
menjadi mentor sebagai bekal dalam mempersiapkan proses peningkatan karir. Metode ini
mungkin sifatnya hampir sama dengan pendidikan karir.
Masih membutuhkan gambaran untuk career planning kamu? Berikut Qoala lampirkan dua
contoh tabel career planning, baik untuk individu maupun perusahaan/organisasi.
a. Individu/Pribadi
• Contoh Tabel Perencanaan Karir Masa Depan & Daur Hidup bagi Individu
Berdasarkan Usia dan Peranan Secara Umum
Sumber: Harmein Nasution yang Diterbitkan oleh Dedi Pranata via SlidePlayer
b. Perusahaan/Organisasi
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses seseorang dalam membuat perencanaan
karir mereka, yaitu faktor eksternal dan internal. Kedua faktor ini akan sangat berpengaruh
pada cara seseorang mempertimbangkan sesuatu termasuk karirnya, berikut penjelasan
masing-masing faktor.
1. Faktor Eksternal
Ada dua faktor dari luar yang dapat mempengaruhi seseorang dalam membuat perencanaan
karir, yaitu faktor sosial primer dan sekunder.
Faktor primer mencakup hal-hal yang paling utama dan paling dekat sehingga besar
potensinya dalam mempengaruhi keputusan seseorang. Diantara yang masuk ke faktor primer
adalah penghasilan dan pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, tempat tinggal dan
keadaan lingkungan sekitarnya, jenis pekerjaan yang jadi harapan orang tua dan nilai atau
norma yang berlaku dan lain-lain.
Sedangkan faktor sosial yang masuk ke kelompok sekunder adalah kelompok politik seperti
partai tempat seseorang tergabung, pendapat para ahli, serikat kerja dan lain-lain.
2. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi cara individu merencanakan jalan
karirnya yang berasal dari individu itu sendiri. Beberapa faktor internal yang sangat
mempengaruhi proses perencanaan karir mereka antara lain:
a. Tingkat Intelegensi
Setiap individu pasti memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Orang dengan tingkat
intelegensi yang tinggi mungkin akan lebih cepat dalam mengidentifikasi potensi dan diri
mereka sehingga mempercepat mereka dalam membuat perencanaan karir.
b. Minat
Minat juga adalah hal yang subjektif, selera seseorang tidak bisa disamaratakan dengan orang
lain. Karena minat ini dapat mengarahkan seseorang kepada hal-hal tertentu yang dia
inginkan, maka hal ini akan menyebabkan rencana yang dibuat satu orang untuk karirnya
akan berbeda dengan perencanaan orang lain yang memang memiliki minat berbeda.
c. Bakat
Penting untuk mengetahui dan mengukur bakat yang dimiliki. Jelas hal ini akan
mempengaruhi seseorang dalam membuat perencanaan karir yang sesuai untuknya.
Seseorang harus membuat rencana yang masuk akal dan dapat dicapai, karena itu
memasukkan faktor bakat sebagai variabel yang dipertimbangkan menjadi cukup penting
dalam perencanaan karir.
Bakat memang membuat seorang individu lebih cepat berkembang, jika yang dia kerjakan
selaras dengan bakat yang dimilikinya tersebut. Akan tetapi, bakat bukan satu-satunya faktor
penentu, bukan berarti orang yang tidak memiliki bakat tidak bisa lebih baik dari orang yang
memang berbakat.
d. Kepribadian dan Sikap
Cara seorang individu dalam berinteraksi dan bereaksi terhadap orang lain serta cara mereka
dalam melakukan tindakan tertentu juga mempengaruhi perencanaan karir. Oleh karena itu,
kedua hal ini harus jadi pertimbangan dalam merencanakan posisi atau pekerjaan apa yang
cocok dengan kepribadian dan sikap yang dimiliki seorang individu.
Beberapa orang dengan tegas menerapkan nilai-nilai atau prinsip tertentu untuk hidup
mereka. Tentu saja prinsip seorang individu akan menentukan pemilihan dan perencanaan
karirnya. Perencanaan yang berprinsip tentu saja tidak berlaku bagi pelajar atau karyawan
saja, tapi juga berguna untuk perencanaan usaha yang sukses.
f. Hobi
Hobi adalah kebiasaan atau kegemaran yang dilakukan untuk mendapatkan kesenangan. Hobi
juga bisa dimasukkan dalam bahan pertimbangan ketika seseorang merencanakan karir masa
depan mereka. Tak jarang seseorang memilih posisi atau pekerjaan yang bisa lebih
mendekatkan mereka dengan hobinya.
Orang-orang mungkin akan berganti pekerjaan semasa hidupnya. Pengalaman serta tahap
kehidupan karir yang dilalui seseorang akan berpengaruh pada pandangan mereka pada jenis
karir yang mereka anggap cocok dengan diri mereka.
h. Dasar Karir
Setiap orang mempunyai latar belakang dan pengalaman berbeda, entah itu dihasilkan dari
pendidikan yang pernah ditempuh atau pengalaman kerja mereka di beberapa instansi yang
tak sama. Terdapat perbedaan motif dasar karir yang didasari basic skill yang dimiliki, yaitu
kemampuan manajerial, kemampuan fungsional-teknis, kebutuhan keamanan, tingkat
kreativitas otonomi dan kebebasan.
Nah, itu dia penjelasan Qoala seputar pengertian hingga pertanyaan tentang perencanaan karir
lainnya. Intinya perencanaan karir adalah satu langkah penting bagi suatu individu dalam
menata kehidupan pekerjaan mereka agar sesuai dengan apa yang diinginkan, sedangkan
untuk sisi perusahaan perencanaan karir adalah aspek yang memberikan pengaruh positif bagi
mereka di masa depan. Nah, sambil merencanakan karir, jangan lupa juga untuk mengelola
kondisi finansialmu. Pengelolaan keuangan bisa kamu lakukan dengan memiliki asuransi
terbaik dengan harga yang terjangkau.
Penilaian kinerja adalah Evaluasi sistematis terhadap kinerja karyawan dan untuk memahami
kemampuan karyawan tersebut sehingga dapat merencanakan pengembangan karir lebih
lanjut bagi karyawan yang bersangkutan.
Nah berikut ini pengertian penilaian kerja karyawan menurut para ahli yang diantaranya
yaitu:
2. Menurut Dessler
Definisi penilaian kerja menurut Dessler ialah evaluasi kinerja karyawan secara relatif
pada waktu sekarang ataupun yang telah dilakukan yang disesuaikan dengan standar
prestasi.
Adapun tujuan dari penilaian kinerja karyawan menurut Rivai “2005:52” antara lain yaitu:
1. Relevance
Ada kaitan yang jelas antara standard tampilan kerja dari suatu tugas dan tujuan organisasi,
dan ada kaitan yang jelas antara elemen tugas dan dimensi-dimensi yang dinilai dalam
lembaran penilaian.
2. Sensitivity
Sistem penilaian yang digunakan dapat membedakan antara pegawai yang efektif dan
pegawai yang tidak efektif.
3. Reliability
Hasil penilaian yang diperoleh menunjukkan konsistensi yang tinggi.system yang digunakan
harus dapat diandallkan, dipercaya bahwa mengunakan tolok ukur yang objektif, shaheh,
akurat, konsisten dan stabil;
4. Acceptability
Jenis dan tingkat perilaku kerja yang dinilai dapat diterima oleh kedua belah pihak (atasan
dan bawahan).
5. Practicality
Mudah dimengerti dan digunakan oleh manajer dan pegawai tidak rumit dan tidak terbelit-
belit.
1. Performance Standart
Penilaian kinerja sangat membutuhkan standar yang jelas yang dijadikan tolok ukur atau
patokan terhadap kinerja yang akan diukur. Standar yang dibuat tentu saja harus berhubungan
dengan jenis pekerjaan yang akandiukur dan hasil yang diharapkan akan terlihat dengan
adanya penilaian kinerja ini.
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam menyusun standar penilaian kinerja yang baik
dan benar yaitu validity, agreement, realism, dan objectivity.
Validity adalah keabsahan standar tersebut sesuai dengan jenis pekerjaan yang dinilai.
Keabsahan yang dimaksud di sini adalah standar tersebut memang benar-benar sesuai
atau relevan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai tersebut.
Agreement berarti persetujuan, yaitu standar penilaian tersebut disetujui dan diterima
oleh semua pegawai yang akan mendapat penilaian. Ini berkaitan dengan
prinsip validity di atas.
Realism berarti standar penilaian tersebut bersifat realistis, dapat dicapai oleh para
pegawai dan sesuai dengan kemampuan pegawai.
Objectivity berarti standar tersebut bersifat obyektif, yaitu adil, mampu mencerminkan
keadaan yang sebenarnya tanpa menambah atau mengurangi kenyataan dan sulit
untuk dipengaruhi oleh bias -bias penilai.
Kriteria penilaian kinerja dapat dilihat melalui beberapa dimensi, yaitu kegunaan
fungsional (functional utility), keabsahan (validity), empiris (empirical base),
sensitivitas (sensitivity), pengembangan sistematis (systematic development), dan kelayakan
hukum (legal appropriateness).
1. Kegunaan fungsional bersifat krusial, karena hasil penilaian kinerja dapat digunakan
untuk melakukan seleksi, kompensasi, dan pengembangan pegawai, maka hasil
penilaian kinerja harus valid, adil, dan berguna sehingga dapat diterima oleh
pengambil keputusan.
2. Valid atau mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur dari penilaian kinerja
tersebut.
3. Bersifat empiris, bukan berdasarkan perasaan semata.
4. Sensitivitas kriteria. Kriteria itu menunjukkan hasil yang relevan saja, yaitu kinerja,
bukan hal-hal lainnya yang tidak berhubungan dengan kinerja.
5. Sistematika kriteria. Hal ini tergantung dari kebutuhan organisasi dan lingkungan
organisasi. Kriteria yang sistematis tidak selalu baik. Organisasi yang berada pada
lingkungan yang cepat berubah mungkin justru lebih baik menggunakan kriteria yang
kurang sistematis untuk cepat menyesuaikan diri dan begitu juga sebaliknya.
6. Kelayakan hukum yaitu kriteria itu harus sesuai dengan hukum yang berlaku.
Pengukuran kinerja dapat bersifat subyektif atau obyektif. Obyektif berarti pengukuran
kinerja dapat juga diterima, diukur oleh pihak lain selain yang melakukan penilaian dan
bersifat kuantitatif. Sedangkan pengukuran yang bersifat subyektif berarti pengukuran yang
berdasarkan pendapat pribadi atau standar pribadi orang yang melakukan penilaian dan sulit
untuk diverifikasi oleh orang lai
Dalam menerapkan penilaian kinerja karyawa mempunyai beberapa proses yang harus
dilakukan. Hal itu disebabkan penilaian kinerja ialah suatu proses secara terus-menerus dan
tidak bersifat temporer, proses tersebut antara lain sebagai berikut:
Analisis Pekerjaan
Proses analisis ini dapat diawali dari analisi jabatan/posisi, dengan mengetahui posisi
seseorang karyawan maka akan lebih mudah menjelaskan jenis pekerjaannya, tanggung
jawab yang dipukul, kondisi kerja dan berbagai program dan aktivitas yang dilakukan.
Analisis pekerjaan ini sangat penting dalam penilaian kinerja karena merupakan dasar untuk
penetapan standar dan evaluasi dan juga dalam menganalisis pekerjaan sangat diperlukan
sistem informasi manajemen yang baik.
Standar Kinerja
Penetapan standar kinerja dipakai untuk melakukan komparasi antara hasil kerja standar
dengan standar yang telah ditentukan. Dengan adanya perbandingan ini maka bisa dilakukan
identifikasi apakah kinerja karyawan telah sesuai dengan target yang diinginkan atau tidak.
Dalam hal ini standar kinerja harus ditulis secara spesifik dan mudah dipahami, realistis dan
terukur.
Pada umumnya terdapat empat sistem atau metode penilaian kinerja karyawan. Pertama yaitu
Behavior Appraisal System atau penilaian kinerja yang berdasarkan terharap penilaian
tingkah laku. Kedua Personel/Performer Appraisal System atau penilaian kinerja yang
berdasarkan terhadap dari ciri dan sifat invidu karyawan.
Ketiga ialah Result Oriented Appraisal System atau penilaian kinerja dengan dasar hasil
kerja. Keempat Contingency Appraisal System atau penilaian kinerja terhadap dasar
kombinasi beberapa unsur, ciri, sifat, tingkah laku dan hasil kerja. Contoh penilaian kinerja
karyawan sebenarnya mudah ditemukan pada perusahaan yang telah settle secara manajemen
dan masing-masing perusahaan mempunyai metode penilaian kinerja tersendiri.
Metode penilaian umpan balik 360-derajat adalah metode penilaian kinerja popular yang
melibatkan masukan evaluasi dari banyak level dalam perusahaan sebagaimana pula dari
sumber-sumber eksternal.
Dalam metode ini, orang-orang disekitar karyawan yang dinilai bias ikut serta memberikakan
nilai, antara lain manajer senior, karyawan itu sendiri,atasan,bawahan, anggota tim. Dan
pelanggan internal atau eksternal. Perusahan-perusahan yang menggunakan umpan balik 360
derajat meliputi McDonnell-Douglas, AT&T, Allied Signal, Dupont, Honeywell, Boeing, dan
intel.
Pandangan penting lainnya dengan arah yang berlawanan adalah bahwa masukan dari
rekkan-rekan kerja, yang bias menjadi pesaing untuk kenaikan bayaran dan promosi, bias
dengan sengaja mendistorsi data dan mensabotase rekan kerja. Namun karena banyak
perusahaan menggunakan evaluasi umpan balik 360-derajat, termasuk hamper semua
perusahaan Fortune 100, tampaknya banyak perusahaan yang telah menemukan cara untuk
menghindari sisi-sisi buruk evaluasi tersebut.
Menggunakan pendekatan ini, para evaluator mencatat penilaian mereka mengenai kinerja
pada sebuah skala.Skala tersebut meliputi beberapa kategori, biasanya dalam angka 5 sampai
7, yang didefinisikan dengan kata sifat seperti luar biasa, memenuhi harapan, atau butuh
perbaikan.Meskipun system-sistem seringkali memberikan penilaian keseluruhan, metode ini
secara umum memungkinkan penggunaan lebih dari satu kriteria kinerja.
4. Metode Esai
Metode esai (essay method) adalah metode penilaian kinerja dimana penilai menulis narasi
singkat yang menggambarkan kinerja karyawan.
Metode ini cenderung berfokus pada perilaku ekstrim dalam pekerjaan karyawan dan bukan
kinerja rutin harian.Prnilaian jenis ini sangat bergantung pada kemampuan menulis dari
evaluator.Para atasan dengan ketrampilan menulis yang sangat baik, jika mau, bisa membuat
seseorang karyawan tyang biasa-biasa saja terdengar seperti seorang berprestasi terbaik.
Membandingkan evaluasi-evaluasi esai bias menjadi sulit karena tidak ada kriteria umum.
Namun, beberapa manajer yakin bahwa metode esai bukan hanya yang paling sederhana
tetapi juga pendekatan yang dapat diterima untuk evaluasi karyawan.
Standard-standar mencerminkan output normal dari seorang karyawan rata-rata yang bekerja
dengan kecepatan normal. Perusahan-perusahan bisa menerapkan standard kerja untuk
hampir semua jenis pekerjaan., namun pekerjaan-pekerjaan produksi umumnya mendapat
perhatian lebih besar. Beberapa metode tersedia untuk menentukan standard kerja, termasuk
studi waktu (time study) den pengambilan sampel pekerjaan (work sampling).
Manfaat nyata penggunaan standard sebagai kriteria penilaian adalah objektifitas. Namun,
agar para karyaawan mempersepsikan bahwa standard-standar tersebut objektif, mereka harus
memahami dengan jelas cara standard-standar tersebut ditetapkan. Manajemen juga harus
menjelaskan alas an dari setiap perubahan pada standard-standar.
6. Metode Peringkat
Sebagai contoh, karyawan terbaik dalam kelompok diberikan peringakat tertinggi, dan yang
terburuk diberi peringkat terendah.Anda mengikuti prosedur ini hinggah anda memeringkaat
semua karyawan.Kesulitan timbul ketika semua orang kerja pada tingkat yang sebanding
(sebagaimana dipersepsikan oleh si evaluator).
System distribusi dipaksakan sudah ada sejak beberapa dekade dan perusahan-perusahaan
seperti General Electric, Microsoft, dan JPMorgan menggunakannya saat ini.Disebabkan
adanya peningkat focus pada bayaran untuk kinerja (pay for performance), semakin banyak
perusahan mulai menggunakan disribusi dipaksakan.Para pendukung distribusi dipaksakan
yakin bahwa system tersebut memfasilitasi penganggaran dan mencegah para manajer yang
terlalu ragu-ragu untuk menyingkirkan mereka yang berprestasi buruk.Mereka berpikir
bahwa peringkat yang dipaksakan mengharuskan para manajer bersikap jujur kepada para
karyawan mengenai prestasi mereka
Sistem BARS berbeda dengan skala penilaian karena, alih-alih menggunakan istilah-istilah
seperti tinggi. Menengah, dan rendah pada setiap poin skala, sistem tersebut menggunakan
jangkar-jangkar keperilakuan yang berhubungan dengan standard yang sedang diukur.
Modifikasi ini memperjelas makna dari setiap poin pada skala serta mengurangi bias dan
kesalahan penilai dengan menjangkar nilai tersebut pada contoh-contoh perilaku spesifik
yang didasarkan pada informasi analisis pekerjaan. Alih-alih memberikan ruang untuk
memasukan angka penilai untuk kategori seperti di atas harapan, metode BARS memberikan
contoh-contoh perilaku tersebut
Sebagaimana telah disinggung pada permulaan bab ini,penilaian kinerja terus menerus berada
dibawah gempuran kritik. Metode skala penilaian tampaknya menjadi sasaran paling retan.
Namun sesungguhnya, banyak dari masalah-masalah yang umum dikemukakan tidaklah
melekat pada metode itu sendiri, namun,lebih mencerminkan implementasi yang tidak tepat.
Bagian berikut ini menitikberatkan perhatian pada beberapa bidang permasalahan yang paling
umum.
Melaksanakan penilaian kinerja seringkali menjadi tugas manajemen sumber daya manusia
yang membuat frustasi. Salah satu guru manajemen, Edward Lawler, mencatat dokumentasi
penting yang menunjukkan bahwa sistem penilaian kinerja tidak memotivasi orang-orang dan
tidak pula mengarahkan pengembangan mereka secara efektif.Menurutnya, sistem tersebut
justru menciptakan konflik antara atasan dan bawahan serta menyebabkan perilaku-perilaku
yang merugikan
Peringatan ini penting. Jika sebuah sistem penilaian kinerja memiliki desain yang salah,atau
pelaksanaan yang tidak tepat,par karyawan akan takut mendapatkan peniaian dan para
manajer tidak akan suka melakukannya. Dalam kenyataannya, beberapa manajer selalu
membenci waktu,prosedur,pilihan-pilihan sulit,dan ketidaknyamanan yang sering menyertai
proses penilaian.
Menjalankan prosedur penilaian menyela beban kerja berprioritas tinggi seorang manajer dan
pengalaman tersebut bisa menjadi sangat tidak menyenangkan jika karyawan yang dinilai
tidak bekerja dengan baik.Menurut sumber di Inggris,satu dari delapan manajer akan lebih
suka mengunjungi dokter gigi daripada melaksanakan penilaian kinerja.
2. Ketiadaan Obyektivitas
Kelemahan potensial dari metode-metode penilaian kinerja tradisional adalah tidak adanya
obyektivitas. Dalam metode skala penilaian,misalnya,faktor-faktor yang umum digunakan
seperti sikap, penampilan, dan kepribadian sulit untuk diukur. Disamping itu, faktor-faktor
tersebut mungkin memiliki keterkaitan yang sangat kecil dengan kinerja pekerjaan seorang
karyawan.
Meskipun subjektivitas akan selalu ada dalam metode-metode penilaian, penilaian karyawan
yang didasarkan terutama pada karakteristik-karakteristik pribadi bisa menempatkan
evaluator dan perusahaan dalam posisi yang lemah terhadap karyawan dan ketentuan peluang
kerja setara. Perusahaan bsa mendapat tekanan berat untuk membuktikan bahwa faktor-faktor
tersebut berhubungan dengan pekerjaan ( job related).
3. Halo/Horn Error
Hallo error muncul ketika manajer menggeneralisasikan satu unsur atau insiden
kinerja positif kepada seluruh aspek kinerja karyawan,menghasilkan nilai yang lebih tinggi.
Tentunya, jika Jack tidak rapi, hal yang berlawanan bisa terjadi.Fenomena ini dikenal
sebagai horn error, kesalahan evaluasi yang muncul ketika manajer menggeneralisasikan satu
unsur atau insiden kinerja negatif kepada seluruh aspek kinerja karyawan, menghasilkan nilai
yang lebih rendah.
Memberikan nilai tinggi tanpa alasan yang bisa diterima disebut sikap lunak
(leniency).Perilaku ini seringkali dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari kontroversi
mengenai penilaian.Hal ini paling umum terjadi ketika kriteria yang sangat subjektif (dan
sulit untuk dipertanggungjawabkan) digunakan, dan penilai harus mendiskusikan hasil
evaluasi dengan para karyawan. Sebuah studi riset menemukan bahwa ketika para manajer
mengetahui mereka mengevaluasi para karyawan untuk keperluan administratif, seperti
kenaikan bayaran, mereka akan cenderung melunak dibandingkan ketika mengevaluasi
kinerja untuk mewujudkan pengembangan karyawan.
Terlalu kritis terhadap kinerja karyawan dalam bekerja disebut sebagai sikap keras
(strictness).
Meskipun sikap lunak biasanya lebih umum dibandingkan sikap keras, beberapa manajer atas
inisiatif mereka sendiri, menerapkan evaluasi secara lebih ketat dibandingkan standar
perusahaan.Perilaku ini bisa dikarenakan tidak adanya pemahaman atas berbagai faktor
evaluasi. Situasi terburuk terjadi ketika perusahaan memiliki para manajer lunak dan keras
sekaligus dan tidak melakukan apapun untuk menyamakan ketidaksetaraan.
Di sini, mereka yang berprestasi rendah mendapatkan kenaikan bayaran yang relatif tinggi
dan promosi dari atasan yang lunak, sementara manajer yang keras kurang menghargai para
karyawan yang lebih berprestasi. Hal ini akan memiliki pengaruh merugikan pada semangat
kerja dan motivasi orang-orang berprestasi terbaik.
Central tendency error adalah kesalahan penilaian evaluasi yang muncul ketika para
karyawan secara tidak benar dinilai mendekati rata-rata atau pertengahan skala.
Praktik ini bisa didorong oleh beberapa sistem skala penilaian yang mengharuskan evaluator
untuk memberi alasan penilaian ekstrim tinggi dan ekstrim rendah.Delapan sistem
tersebut,penilai bisa menghindari kemungkinan munculnya kontroversi ataun kritik dengan
hanya memberikan nilai rata-rata. Namun karena penilaian tersebut cenderung mengumpul
dalam rentang benar-benar memuaskan, para karyawan jarang mengeluhkan hal ini.
Bagaimanapun juga, kesalahan tersebut ada dan mempengaruhi ketetapan evaluasi.
Setiap orang yang pernah mengamati perilaku anak-anak kecil beberapa minggu menjelang
Natal bisa langsung mengenai adanya masalah bias perilaku terakhir ( recent behavior bias ).
Tiba-tiba, anak-anak paling nakal di pemukiman mengembangkan kepribadian saleh dalam
anstisipasinya terhadap hadiah yang mereka harap diberikan oleh Old Saint Nick.
7. Bias Peribadi (Stereotyping)
Kekurangan ini muncul ketika para manajer membiarkan perbedaan-perbedaan individual
seperti jender, ras, atau usia mempengaruhi penilaian yang mereka berikan. Masalah ini
bukan saja menghancurkan semangat kerja karyawan, namun juga jelas-jelas ilegal dan dapat
menimbulkan proses hukum yang memakan biaya. Pengaruh Bias Budaya, atau streotyping,
secara pasti bisa mempengaruhi penilaian. Para manejer memunculkan gambaran – gambaran
mental mengenai apa yang dianggap sebagai karyawan ideal dan para karyawan yang tidak
sesuai dengan gambaran tersebut bisa dinilai secara tidak adil.
Diskriminasi dalam penilaian bisa pula didasarkan pada faktor – faktor lain. Sebagai contoh,
karyawan – karyawan yang bergaya tenang bisa dinilai secara lebih baik sewenang – wenang
karena mereka tidak terlalu keberatan dengan hasilnya. Jenis perilaku ini sangat bertolak
belakang dengan karyawan yang lebih terus terang, yang seringkali mempertegas ungkapan :
the squeky wheel gets the grease ( roda yang bergesekan terus harus diberi minyak ).
Dalam contoh lain, sebuah studi menyimpulkan bahwa orang-orang yang di persepsikan
sebagai perokok menerima evaluasi kinerja yang lebih rendah dibandingkan mereka yang
bukan perokok, implikasinya adalah bahwa jika mereka berhenti merokok, mereka akan
mendapatkan nilai lebih tinggi.
8. Manipulasi Evaluasi
Dalam beberapa kasus , para manejer mengendalikan hampir semua aspek proses penilaian
dan dengan demikian berada dalam posisi yang bisa memanipulasi sistem. Sebagai contoh,
seorang atasan mungkin ingin memberikan kenaikan bayaran kepada karyawan tertentu.
Guna membenarkan tindakan tersebut, sang atasan bisa tanpa dasar yang kuat memberikan
nilai yang rendah kepada si karyawan. Dalam kedua kasus tersebut, sistem sistim terdistrosi
dan tujuan penilaian kinerja tidak dapat dicapai. Di samping itu, pada contoh yang terakhir di
pengadilan.Jika organisasi tersebut tidak mampu secara layak mendukung evaluasi tersebut,
organisasi itu bisa menderita kerugian finansial yang signifikan.
9. Kecemasan Karyawan
Proses penilaian juga bisa menciptakan kecemasan bagi karyawan yang dinilai. Peluang-
peluang promosi, penugasan-penugasan kerja yang lebih baik, dan peningkatan kompetensi
bisa bergantung pada hasil penilaian.Hal tersebut menimbulkan bukan hanya kegelisahan,
namun juga penolakan total. Sebuah pendapat menyatakan bahwa jika anda menyurvei para
karyawan pada umumnya, mereka akan mengatakan kepada anda bahwapenilaian kinerja
adalah cara manajemenuntuk mengungkapkan semua hal buruk yang mereka lakukan
sepanjang tahun.
Pengertian kompensasi – Bagi karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan, tentu tidak
asing dengan istilah kompensasi. Lazimnya, pimpinan sebuah perusahaan memberikan
berbagai kebijakan atau pengertian kompensasi kepada para karyawannya.
Kompensasi ini biasanya dilakukan dan diberikan oleh perusahaan kepada karyawan karena
adanya alasan tertentu. Lalu apa sebenarnya kompensasi itu?
Pengertian kompensasi secara umum adalah segala sesuatu yang diterima seseorang, baik
berupa fisik maupun non-fisik dan harus dihitung serta diberikan kepada seseorang.
Pengertian kompensasi umumnya merupakan suatu objek yang diberikan, kecuali dari pajak
pendapatan.
Arti lain juga, kompensasi adalah imbal baik berupa uang atau non-uang yang diberikan
kepada karyawan sebagai pengganti pekerjaan yang telah dilakukan.
Dalam hal ini, pengertian kompensasi merupakan hal yang kompleks dan sulit karena di
dalamnya akan melibatkan berbagai dasar, di antaranya dasar kelayakan, dasar logika, dasar
rasional, dan apakah dapat dipertanggungjawabkan serta menyangkut faktor emosional dari
aspek tenaga kerja.
Oleh sebab itu, apabila kompensasi diberikan secara tepat dan benar, maka para karyawan
dan tenaga kerja yang bekerja lebih puas, termotivasi, dan merasa dihargai kemudian
mereka akan bekerja sesuai atau bahkan mencapai sasaran dan target organisasi.
Akan tetapi, jika kompensasi yang diterima dinilai tidak memadai, maka karyawan bisa
memiliki penurunan efektivitas bekerja.
Pengertian kompensasi yang tidak memadai diberikan kepada karyawan atau tidak sesuai
dengan kepuasan, maka mereka akan mengalami penurunan motivasi dan semangat kerja
secara drastis karena kompensasi bagi karyawan memang sangat penting sebagai individu.
Hal ini karena besaran kompensasi memang diukur melalui nilai ukuran.
Oleh sebab itu, sebuah perusahaan harus benar-benar merancang dan mengadministrasikan
penerapan dari pengertian kompensasi pada karyawan atau tenaga kerja dengan sebaik-
baiknya, melalui Departemen Personalia.
Bahkan ada pula yang menyebut bahwa penerapan dari pengertian kompensasi ini berkaitan
dengan imbalan-imbalan yang sifatnya finansial atau biasa disebut financial reward yang
kemudian diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan sebuah
perusahaan tempat mereka bernaung.
Bentuk kompensasi yang berupa finansial ini diberikan karena pengeluaran moneter yang
dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu, benefit untuk karyawan yakni pengertian
kompensasi ini bisa langsung diberikan kepada karyawan, secara langsung maupun tidak
langsung.
Meski biasanya penerapan dari pengertian kompensasi diberikan dalam bentuk finansia, ada
juga karyawan atau tenaga kerja yang menerima pengertian kompensasi dalam bentuk non-
moneter.
Jika pengertian kompensasi secara umum merupakan penghargaan kepada karyawan atau
tenaga kerja baik secara materi atau non-materi, tentu saja pengertian kompensasi menurut
para ahli juga diungkapkan dengan berbeda-beda. Berikut ini berbagai pendapat ahli
mengenai pengertian kompensasi.
1. Hasibuan (2018)
Menurut Hasibuan, pengertian kompensasi adalah semua bentuk penghasilan baik dalam
bentuk uang, barang langsung, atau barang tidak langsung yang diterima atau didapatkan
oleh karyawan sebagai penghargaan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.
3. Nurcahyo (2015)
Nurcahyo mengatakan bahwa pengertian kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima
para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka yang seimbang dengan pengharapan
karyawan untuk memenuhi kebutuhan akan rasa puas atas prestasi yang telah dicapai dan
selaras dengan tujuan strategis perusahaan.
4. Ariandi (2018)
5. Hamali (2018)
Sedangkan menurut Hamali, pengertian kompensasi adalah salah satu fungsi yang penting
dalam manajemen sumber daya manusia. Kasus yang terjadi di dalam hubungan kerja
mengandung masalah kompensasi dan berbagai segi yang terkait, seperti tunjangan,
kenaikan kompensasi, struktur kompensasi, dan skala kompensasi
6. Handoko (2017)
Handoko mengungkapkan pengertian kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh
karyawan sebagai balas jasa.
7. Dessler (2012)
Sementara itu, Dessler berpendapat bahwa pengertian kompensasi adalah setiap bentuk
penghargaan yang diberikan pada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka
berikan kepada organisasi.
8. Wibowo (2016)
9. Nawawi (2011)
Nawawi berpendapat bahwa pengertian kompensasi adalah penghargaan atau ganjaran pada
para pekerja yang telah memberikan kontribusi di dalam mewujudkan tujuannya, melalui
kegiatan yang disebut bekerja.
Yani mengungkapkan bila pengertian kompensasi adalah bentuk pembayaran dalam bentuk
manfaat dan insentif untuk memotivasi karyawan agar produktivitas kerjanya semakin
meningkat.
Bentuk Kompensasi
Pengertian kompensasi berupa upah atau gaji ini berhubungan dengan tarif gaji per jam.
Dimana semakin lama waktu bekerja, maka semakin besar pula upah yang didapatkan oleh
karyawannya. Upah mereka berbasis pembayaran yang kerap digunakan bagi para pekerja
produksi dan pemeliharaan.
Sementara gaji atau yang disebut salary umumnya bersifat atau berlaku untuk tarif
mingguan, bulanan, atau tahunan, sesuai dengan pekerjaan dan beban pekerjaan yang
dilakukan karyawan.
2. Insentif
Berbeda dengan upah atau gaji, insentif dalam pengertian kompensasi ini diberikan sebagai
tambahan gaji di atas atau di luar uang gaji atau upah yang diterima oleh karyawan dan
diberikan oleh perusahaan.
Ada berbagai program insentif yang diberikan perusahaan, tentunya sesuai dengan
produktivitas karyawan, penjualan, keuntungan perusahaan, dan lainnya.
3. Tunjangan
Pengertian kompensasi dengan bentuk tunjangan ini artinya adalah berbagai fasilitas yang
didapatkan karyawan dari perusahaan.
Contoh bentuk pengertian kompensasi tunjangan ini bisa berupa fasilitas asuransi
kesehatan, asuransi jiwa, liburan-liburan yang ditanggung perusahaan, program pensiun,
dan berbagai tunjangan lainnya yang berhubungan dengan kepegawaian.
4. Fasilitas
Terakhir yakni adanya fasilitas di dalam bentuk kompensasi untuk karyawan. Fasilitas ini
diberikan suatu perusahaan bisa meliputi mobil perusahaan, keanggotaan klub, tempat
parkir khusus, alat kerja, dan lain sebagainya. Fasilitas ini tidak selalu diberikan perusahaan
kepada karyawan, tergantung bagaimana kesanggupan perusahaan tersebut.
Jenis-jenis Kompensasi
1. Kompensasi Langsung
Sementara itu, pengertian kompensasi tidak langsung diberikan secara langsung tetapi bagi
karyawan yang menerima dalam bentuk uang. Kompensasi tidak langsung ini biasanya
disalurkan melalui program proteksi seperti misalnya asuransi, paid leave, fasilitas tempat
parkir, fasilitas kendaraan perusahaan, fasilitas alat kerja, dan lain sebagainya.
3. Kompensasi Non-Finansial
Pengertian kompensasi non-finansial ini sama sekali tidak berhubungan dengan finansial.
Kompensasi non-finansial biasanya berupa pekerjaan atau proyek yang menarik atau
menantang bagi karyawan, mendapat lingkungan kerja yang nyaman, dan lain sebagainya.
Diberikannya kompensasi dalam bekerja oleh perusahaan tentu memiliki tujuan tersendiri
terhadap karyawannya. Apa saja tujuan diberikannya pengertian kompensasi pekerjaan dari
perusahaan oleh karyawan?
1. Adanya Ikatan Kerja
Perusahaan akan memberikan kompensasi pada karyawannya agar karyawan yang bekerja
memiliki hubungan baik, baik secara moral maupun profesionalisme dengan perusahaan
tempatnya bekerja.
2. Kepuasan Kerja
3. Performa Pekerja
Selanjutnya ketika merasa puas dengan penghargaan dari perusahaannya, karyawan akan
memiliki performa kerja yang lebih baik. Adanya kompensasi ternyata mampu membentuk
lingkungan kerja yang kompetitif dan sportif dalam hal bekerja.
4. Motivasi
Saat lingkungan kerjanya kompetitif dan sportif, maka karyawan akan lebih lebih semangat
dan termotivasi untuk bekerja dan berusaha lebih baik lagi daripada hari sebelumnya. Hal
ini juga akan meningkatkan nilai perusahaan di mata masyarakat luas karena pekerjaan
karyawannya dinilai semakin baik.
5. Disiplin Kerja
Saat kompensasi yang diberikan oleh perusahaan sesuai atau bahkan melampaui kepuasan
karyawan, maka tak hanya motivasi yang tumbuh dalam diri karyawan, tetapi rasa disiplin
kerja yang juga semakin meningkat. Karyawan akan terus menunjukkan performa
terbaiknya agar mendapat hak yang semakin layak.
6. Serikat Buruh
Saat perusahaan memberikan kompensasi yang layak dan sesuai kepada karyawannya,
maka karyawan yang bergabung dengan serikat buruh atau pekerja menjadi makin
berkualitas dan juga lebih terbuka. Hal ini karena di dalam serikat buruh atau pekerja,
karyawan lebih terbuka menyampaikan dan berunding mengenai hak dan kewajibannya.
Diberikannya kompensasi terhadap karyawan juga sebagai bentuk penghargaan atas kerja
keras dan etos kerja karyawan di perusahaan tersebut. Hasilnya, sumber daya manusia
(SDM) yang ada akan lebih efisien dan efektif karena banyak karyawan yang memiliki
prestasi dan semangat kerja yang tinggi.
Rasa puas karyawan terhadap pengertian kompensasi yang ia peroleh juga mampu
mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi suatu perusahaan. Secara tidak langsung,
pemberian kompensasi ini terbukti mampu mendorong stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi.
Tak hanya berdampak pada karyawan yang saat ini bekerja di perusahaan tersebut,
pemberian kompensasi juga akan berpengaruh kepada penerimaan karyawan baru yang
berkualitas. Calon pelamar kerja yang berkualitas akan lebih memilih perusahaan yang
memperhatikan dan memberikan kompensasi yang kompetitif.
Perusahaan yang memberi kompensasi terhadap karyawannya juga memiliki legalitas yang
baik, baik di dalam pemerintahan atau sesuai dengan undang-undang. Sehingga secara
administrasi legalitas, perusahaannya memiliki kredibilitas yang baik dan terpercaya.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
kompensasi dan tingkat upah.
1. Harga Pekerjaan
Oleh sebab itu, suatu perusahaan akan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk
memastikan bahwa uang yang mereka keluarkan untuk kompensasi sesuai dengan kerja
keras atau usaha yang diberikan oleh karyawannya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
Sebagai perkiraan berapa harga yang layak diberikan sebagai kompensasi, tentu saja suatu
perusahaan melihat dari tingkat kesulitan, kerumitan, dan keahlian yang dimiliki atau
dibutuhkan karyawan tersebut untuk menyelesaikan pekerjaan.
2. Sistem Kompensasi
Setelah menentukan harga pekerjaan, perusahaan akan membuat sistem kompensasi yang
mendetail dengan dasar yakni prestasi dan waktu. Ukuran prestasi ini digunakan untuk
memberikan motivasi untuk para karyawan agar meningkatkan performa kinerja masing-
masing karyawan.
Sedangkan sistem waktu didapatkan karyawan jika mereka bekerja melebihi jam kerja yang
telah ditentukan, biasanya diberikan dalam bentuk uang lembur.
3. Tingkat Hidup
Tingkat hidup masyarakat sekitar juga jadi faktor penyusun kompensasi dan gaji. Sebuah
perusahaan akan memberikan kompensasi sesuai dengan lingkungan tempat perusahaan
tersebut berada. Biasanya yang menjadi patokan adalah upah minimum regional (UMR).
Besaran UMR di wilayah sekitar tentu sangat menentukan bagaimana perusahaan tersebut
menghitung kompensasi, gaji, dan upah karyawannya.
4. Tingkat Kompensasi di Perusahaan Lain
Selain itu, perusahaan juga bisa membandingkan kompensasi yang diberikan oleh
perusahaan lain untuk tipe kerja yang sama untuk memberikan pengertian kompensasi
kepada karyawannya. Selain gaji, persaingan kompensasi di satu perusahaan dan
perusahaan lain dengan beban kerja yang sama juga menentukan kompensasi.
5. Kemampuan Perusahaan
Tentu saja semua faktor penyusunan tersebut disesuaikan dengan bagaimana kemampuan
suatu perusahaan untuk memberikan kompensasi kepada karyawannya. Hal ini tergantung
pada keuntungan atau profit, pemasukan, dan banyak hal yang didapat perusahaan.
Suatu perusahaan juga akan memberikan kompensasi sesuai dengan aturan perundang-
undangan yang berlaku. Biasanya, mengenai upah, gaji, atau kompensasi, memang sudah
diatur di dalam perundang-undangan yang berlaku dan harus dipatuhi seluruh perusahaan.
Karena akan ada sanksi ketika perusahaan melanggar undang-undang yang berlaku.
a. Pengadaan SDM
b. Pengembangan (Development)
c. Pemeliharaan (maintenance)
Pengadaan SDM
• Analisis pekerjaan → Penentuan kebutuhan tenaga kerja baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. • Penarikan / perekrutan calon tenaga kerja (recruitment) → Menarik sebanyak
mungkin calon-calon tenaga kerja yang memenuhi pernyaratan yang dibutuhkan dari
sumbersumber tenaga kerja yang tersedia.
• Seleksi tenaga kerja (selection) → Merupakan proses pemilihan tenaga kerja dari sejumlah
calon tenaga kerja yang dikumpulkan melalui proses recruitment.
• Penempatan (placement) → Penempatan tenaga kerja yang terpilih pada jabatan yang
ditentukan.
• Pengembangan Karir (Career Development) → Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi
atau perusahaan harus menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.
Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan
ahli di bidangnya masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada.
Pemeliharaan (maintenance)
Bertujuan untuk memelihara keutuhan sumber daya manusia yang dimiliki. Wujudnya
berupa rasa betah dan mempunyai kemauan untuk bekerja dengan sebaik-baiknya pada
organisasi.
• Promosi & pemindahan → Sebuah proses dimana seseorang dapat memiliki kesempatan
untuk menduduki jabatan diatasnya Model perekrutan internal.
• Penilaian Prestasi Kerja → sebuah penilaian kinerja sebuah karyawan atas berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.
• Kompensasi Jabatan (job compensation) → Usaha pemberian balas jasa atas prestasi yang
telah diberikan oleh tenaga kerja.
• Kepuasan kerja / Integrasi (integration) → Menciptakan kondisi integrsi atau persamaan
kepentingan antar tenaga kerja dengan organisasi yang menyangkut masalah motivasi,
kepemimpinan, komunikasi, konflik dan konselling.
• Hubungan Perburuhan / berserikat (Labour Relation) → Pembahasan masalah perjanjian
kerja perjanjian perburuhan,kesempatan kerja bersama, sampai penyelasaian perselisihan
perburuhan
• Pemisahan / Pemutusan Hubungan kerja (Separation) → Menyangkut masalah p
Ruang lingkup MSDM Internasional Secara umum, Dowling dalam Schuler (1994)
membatasi ruang lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional meliputi fungsi
MSDM, tipe pekerja dan negara yang terlibat. Ruang lingkup yang dimaksud secara lebih
terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut: Fungsi MSDM meliputi empat aktivitas yaitu:
a. fungsi akuisisi, meliputi: perencanaan, penarikan dan sosialisasi.
b. fungsi pengembangan, meliputi: pelatihan,pengembangan dan pembinaan
c. fungsi pemeliharaan, meliputi: kesehatan dan keselamatan kerja serta hubungan kerja.
d. Fungsi motivasi, meliputi: evaluasi, penghargaan, kompensasi dan disiplin.
Tipe pekerja atau karyawan dapat dibedakan berdasarkan negara asalnya, yaitu:
• Karyawan yang berasal dari negara tempat perusahaan beroperasi (local national)
• Karyawan yang berasal dari negara asal perusahaan (expatriate)
• Karyawan yang berasal dari negara ketiga (third country national) Sedangkan negara yang
terlibat dalam operasi, yaitu:
• Negara tuan rumah tempat perusahaan beroperasi (host country) • Negara asal perusahaan
(home country)
• Negara-negara yang bukan negara asal dan negara tuan rumah (other countries) Strategi
dalam penerapan MSDM
PENGERTIAN DAN PENTINGNYA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Setiap perusahaan wajib menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam kegiatan
usahanya. K3 memberikan perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kerja,
yaitu dengan cara mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja.
Selain itu, penerapan K3 juga akan memberikan perlindungan pada sumber-sumber produksi
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Dalam Undang-Undang
Ketenagakerjaan Nomor 13/2003 Pasal 87 disebutkan, setiap perusahaan wajib menerapkan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.
Secara umum ada tiga faktor yang mendorong pentingnya penerapan K3 di suatu perusahaan:
Alasan Perikemanusiaan
Perusahaan melakukan berbagai cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
menjamin keselamatan kerja karyawan atas dasar perikemanusiaan. Hal ini untuk mengurangi
rasa sakit atau luka yang timbul akibat pekerjaan, baik yang diderita karyawan atau yang
memengaruhi keluarganya.
Mematuhi Peraturan Perundang-undangan
Negara menetapkan berbagai payung hukum yang mencakup pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam kegiatan usaha, baik dalam undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan menteri, keputusan menteri, instruksi menteri, hingga surat edaran. Perusahaan
yang tidak mematuhi berbagai peraturan tersebut akan mendapatkan sanksi.
Alasan ekonomi
Kecelakaan kerja akan berdampak pada pengeluaran yang cukup besar oleh perusahaan.
Karena itu, perusahaan perlu mempraktikkan K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan
dalam kegiatan usahanya sehingga menghindari terjadinya pengeluaran besar atau bahkan
kerugian.
Berikut penyebab terjadinya kecelakaan kerja secara umum, dikutip dari situs web Prodia
OHI:
Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu kondisi yang tidak aman dari peralatan/media
elektronik, bahan, lingkungan kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan cara kerja.
Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi
antara lain karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana. Termasuk dalam
kategori ini adalah cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect), kelelahan dan kelemahan
daya tahan tubuh, sikap dan perilaku kerja yang tidak baik.
Dalam mewujudkan K3, perusahaan atau pemberi kerja perlu mengikuti sejumlah prinsip
berikut:
Menyediakan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja.
Menyediakan buku petunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya.
Menyediakan peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
Menyediakan tempat kerja yang aman sesuai standar syarat-syarat lingkungan kerja (SSLK).
Contohnya, tempat kerja steril dari debu kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin
dan peralatan, kebisingan; aman dari arus listrik; memiliki penerangan yang memadai;
memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang seimbang; dan memiliki peraturan kerja atau
aturan perilaku di tempat kerja.
Menyediakan penunjang kesehatan jasmani dan rohani di tempat kerja.
Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap di tempat kerja.
Memiliki kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
Peluang Usaha Rumahan yang Layak Dilirik Tahun Ini
Sebagian besar orang memulai karier sebagai pekerja atau karyawan. Setelah
menjalani pekerjaan di suatu perusahaan selama beberapa tahun, tidak sedikit orang yang
kemudian berniat membuka usahanya sendiri. Hadirnya internet memudahkan upaya orang-
orang yang ingin menjalankan bisnis mereka sendiri karena dapat memangkas berbagai biaya
operasional.
Sebelum memulai bisnis, Anda tentu harus mempelajari banyak hal, mulai dari jenis usaha,
modal yang dibutuhkan, keuntungan yang akan didapat, persaingan pasar, dan lain-lain. Apa
pun jenis bisnis yang akan Anda jalankan, pastikan Anda memperhatikan dan mewujudkan
K3 dalam kegiatan bisnis Anda. Berikut contoh peluang usaha rumahan yang menjanjikan
dan dapat Anda coba.
Kursus Online
Apakah Anda memiliki keahlian tertentu? Baik yang berkaitan dengan profesi yang
telah Anda tekuni selama ini, atau keahlian yang Anda pelajari secara otodidak? Bila Anda
merasa keahlian Anda cukup baik dan layak diajarkan ke orang lain, Anda dapat menawarkan
dalam bentuk kursus online. Apalagi bila Anda memiliki portofolio yang menunjukkan Anda
hasil dari keahlian tersebut yang dapat Anda promosikan.
Anda dapat menawarkan kelas kursus melalui media sosial. Untuk pelaksanaannya, Anda
dapat menggunakan platform atau aplikasi web seminar yang kini pilihannya cukup banyak.
Bisnis ini tidak membutuhkan modal besar karena sebagian besar sarananya dapat Anda
persiapkan sendiri dari rumah.
Laundry
Bisnis tempat cuci pakaian atau laundry masih menjanjikan. Banyak rumah tangga
yang tidak memiliki asisten rumah tangga bergantung pada penyedia jasa laundry. Anda
dapat memanfaatkan kondisi ini dengan membuka tempat cuci pakaian. Besarnya modal
tergantung pada seberapa besar skala usaha yang ingin Anda jalankan. Misalnya, berapa
besar tenaga kerja yang ada dan berapa banyak mesin cuci maupun alat setrika yang Anda
miliki. Untuk promosinya, Anda dapat membuat papan informasi jasa laundry di depan
rumah atau menyebar e-flyer melalui media sosial atau aplikasi chat pendek seperti
WhatsApp.
Cuci Sepatu
Banyak orang mengenakan sepatu ke tempat kerja mereka setiap hari. Sudah tentu
sepatu-sepatu itu membutuhkan perawatan dan pencucian yang rutin pula agar awet, bersih,
dan tetap keren saat dikenakan. Ini adalah peluang yang dapat Anda tangkap. Pelajari apa saja
yang dibutuhkan untuk menjalankan jasa mencuci sepatu. Selanjutnya, promosikan bisnis
Anda ke orang-orang di sekitar tempat tinggal Anda. Tawarkan nilai lebih dengan
menawarkan untuk menjemput dan mengantarkan sepatu, sehingga si pemilik tidak repot.
Cara Menjaga Kesehatan saat Bekerja
Agar dapat bekerja dengan baik dan produktif, setiap karyawan perlu menjaga
kesehatan dirinya dengan baik. Terutama bila tuntutan pekerjaan sedang tinggi sehingga
karyawan menjadi sering bekerja melebihi waktu yang seharusnya alias lembur.
Karyawan yang sehat, baik jasmani maupun rohani, akan lebih nyaman dan bersemangat
bekerja, serta menjadi lebih sedikit absen karena sakit. Berikut beberapa langkah menjaga
kesehatan saat bekerja yang dapat dipraktikkan sehari-hari:
Mengonsumsi makanan sehat di kantor
Salah satu caranya adalah dengan membawa makanan yang disiapkan dari rumah. Dengan
begini, Anda mengurangi risiko mengonsumsi makanan yang kurang sehat atau kurang
higienis. Anda dapat menyiapkan menu makan siang di kantor untuk seminggu ke depan,
sehingga tidak perlu membuat perencanaan makan siang setiap hari.
Menurut Agus Sunyoto (2008, h. 109) riset sumber daya manusia adalah penelitian sistematik
sumber daya manusia sebuah perusahaan untuk tujuan memaksimalkan pencapaian tujuan
organisasional dan pribadi
Penerapan riset sumber daya manusia adalah banyak sekali dalam meningkatkan
dengan cepat. Keuntungan riset dari SDM yang sehat juga banyak. Manajemen telah mulai
menyadari signifikan dari komponen SDM terhadap kemampuan subuah organisasi untuk
mencapai tujuan-tujuannya.