Disusun oleh:
Yuliana Munawir
C20522019
Dosen Pengampu:
Wisra, SKM.,MM
- Pengertian MSDM
MSDM adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia
dalam organisasi perusahaan.
Manajemen SDM merupakan hal-hal yang mencakup tentang pembinaan, penggunaan dan
perlindungan sumber daya manusia baik yang berada dalam hubungan kerja maupun yang berusaha
sendiri.
Peran pentingnya Sumber Daya Manusia dalam organisasi adalah bahwa segala potensi sumber
daya yang dimiliki manusia yang dapat dimanfaatkan sebagai usaha untuk meraih keberhasilan
dalam mencapai tujuan baik secara pribadi individu maupun di dalam organisasi.
-Fungi dan tujuan MSDM
Adapun fungsi MSDM yaitu:
•pengelolaan staf
• Evaluasi performa
•Kompensasi
•Pelatihan dan pengembangan
•Hubungan antar karyawan
•Keamanan dan kesehatan
•Bimbingan konseling
Ada beberapa tujuan manajemen SDM yang perlu kita ketahui yaitu:
Kerangka kerja seperti digambarkan dalam skema tersebut di atas dinilai sebagai basis teori MSDM
dengan mendasarkan diri pada dukungan sejumlah teori lintas ilmu. MSDM bersifat multidisipliner.
Oleh karena itu dibelakang MSDM dapat dijumpai disiplin ilmu ekonomi manajemen, psikologi,
hukum, sosial, sejarah, serta hubungan industrial.
-Kebijakan dan Kegiatan MSDM
Untuk dapat memahami kebijakan dan kegiatan MSDM dapat dilihat dari suatu pendekatan yang
spesifik. Pendekatan tersebut penggunaan MSDM sebagai sebuah cara untuk melakukan
rekonseptualisasi dan pengorganisasian kembali peran SDM dan penjelasan ulang tentang tugas
dan fungsi departemen personalia dalam organisasi.
Berdasarkan pendekatan tersebut, Guest menyatakan ada 4 kebijakan utama dalam MSDM yaitu:
• Employee Influence
• Human resource flow
• Rewards systems
• Work systems
Etika dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) sangat penting untuk menciptakan
lingkungan kerja yang adil, bertanggung jawab, dan berkelanjutan. Etika MSDM membantu
memastikan bahwa kebijakan dan praktik manajemen sumber daya manusia dijalankan dengan
integritas dan memperhatikan hak serta kepentingan karyawan. Ini juga membantu mencegah
diskriminasi, pelanggaran hak asasi manusia, dan perilaku tidak etis dalam hubungan kerja. Selain
itu, praktik MSDM yang etis dapat meningkatkan moral karyawan, membangun kepercayaan, dan
menciptakan budaya perusahaan yang positif.
a)Keadilan Karyawan: Memastikan perlakuan yang adil terhadap semua karyawan dalam hal
rekrutmen, promosi, dan kompensasi.
b)Hak Asasi Manusia: Memastikan kepatuhan terhadap hak-hak asasi manusia dan menghindari
diskriminasi berbasis ras, gender, agama, atau faktor lainnya.
c)Integritas dan Kehormatan: Mendorong integritas dalam semua interaksi, termasuk komunikasi,
dan mencegah korupsi atau praktek-praktek tidak etis lainnya.
e)Transparansi dan Komunikasi: Mendorong komunikasi terbuka dan jujur antara manajemen dan
karyawan mengenai kebijakan, perubahan, dan isu-isu yang mempengaruhi mereka.
f)Pelatihan Etika: Memberikan pelatihan etika kepada karyawan dan manajemen untuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran terhadap pertimbangan etis.
Kerangka kerja etika MSDM membantu menciptakan lingkungan kerja yang adil, menghormati,
dan berkelanjutan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kepuasan karyawan dan kinerja
organisasi secara keseluruhan.
Integritas: SDM yang beretika memiliki integritas tinggi dalam tindakan dan keputusan mereka,
menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran.
Konsistensi: Mereka konsisten dalam menerapkan prinsip-prinsip etika dalam semua aspek
pekerjaan dan interaksi mereka.
Tanggung Jawab: SDM yang beretika bertanggung jawab terhadap tindakan dan keputusan mereka,
serta menerima konsekuensi dari pilihan yang diambil.
Hormat: Mereka menghormati hak, kebutuhan, dan pandangan orang lain, menciptakan lingkungan
kerja yang inklusif dan menghargai keberagaman.
Keadilan: Menunjukkan sikap adil dalam perlakuan terhadap semua karyawan, tanpa memandang
perbedaan atau preferensi pribadi.
Pertimbangan Terhadap Dampak Sosial: SDM yang beretika mempertimbangkan dampak sosial
dari keputusan dan tindakan mereka, baik terhadap karyawan maupun masyarakat lebih luas.
Profesionalisme: Menunjukkan tingkah laku profesional dalam setiap aspek pekerjaan, termasuk
etika berbicara dan berpakaian.
Transparansi: Bersikap terbuka dan transparan dalam komunikasi, memberikan informasi yang
jelas dan jujur kepada semua pihak terkait.
Pengembangan Pribadi: Selalu mencari peluang untuk pengembangan pribadi dan profesional,
menunjukkan dedikasi terhadap pertumbuhan diri.
Sumber Daya Manusia yang memadukan karakteristik ini dapat menciptakan budaya kerja yang
positif dan beretika, memberikan kontribusi positif pada organisasi dan masyarakat tempat mereka
beroperasi.
4. Desain Kerja
-Sejarah Desain Kerja
Desain kerja dalam manajemen sumber daya manusia (MSDM) telah mengalami perkembangan
sepanjang sejarah. Pada awalnya, pendekatan desain kerja lebih bersifat mekanistik dengan fokus
pada efisiensi produksi. Namun, seiring waktu, paradigma ini berkembang menuju pendekatan
humanistik yang lebih memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan karyawan.
Pada awal abad ke-20, Frederick Taylor memperkenalkan konsep manajemen ilmiah yang
menekankan pada standarisasi tugas untuk meningkatkan produktivitas. Kemudian, Elton Mayo
dan eksperimen Hawthorne di tahun 1920-an mengubah pandangan terhadap desain kerja dengan
menyoroti pentingnya aspek sosial dan psikologis di tempat kerja.
Selanjutnya, teori-teori motivasi seperti hierarki kebutuhan Maslow dan teori X dan Y Douglas
McGregor mempengaruhi desain kerja dengan menekankan pentingnya memahami dan memotivasi
kebutuhan karyawan.
Pada era modern, konsep desain kerja terus berkembang dengan penerapan teknologi informasi,
penekanan pada keseimbangan kerja-hidup, dan pendekatan partisipatif yang melibatkan karyawan
dalam proses pengambilan keputusan terkait pekerjaan mereka.
Dengan begitu, sejarah desain kerja dalam MSDM mencerminkan evolusi dari pendekatan
mekanistik menuju pendekatan yang lebih manusiawi dan berorientasi pada motivasi dan
kesejahteraan karyawan.
Job Enlargement: Memperluas tanggung jawab pekerjaan untuk memberikan variasi dan tantangan
lebih besar kepada karyawan.
Job Enrichment: Memperkaya pekerjaan dengan menambahkan elemen tanggung jawab, otonomi,
dan pengembangan keterampilan.
Job Rotation: Memindahkan karyawan antar posisi atau departemen untuk memberikan
pengalaman yang beragam dan mengembangkan keterampilan lintas-fungsional.
Flextime: Menyediakan fleksibilitas pada jam kerja untuk memungkinkan karyawan lebih banyak
kontrol atas waktu mereka.
Telecommuting: Mengizinkan karyawan untuk bekerja dari lokasi yang berbeda, seringkali dari
rumah, dengan dukungan teknologi informasi.
Partisipasi Karyawan: Melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan terkait desain kerja
untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan.
Ergonomi: Memastikan bahwa lingkungan kerja dan peralatan dirancang agar sesuai dengan
kebutuhan fisik dan psikologis karyawan.
Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi, memberikan
pengembangan karir, dan meningkatkan kesejahteraan karyawan, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
5. Perencanaan SDM
-Arti dan Pentingnya Perencanaan SDM
Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) merujuk pada proses meramalkan kebutuhan tenaga
kerja, mengidentifikasi keterampilan yang diperlukan, dan mengembangkan strategi untuk
memastikan perusahaan memiliki SDM yang memadai. Pentingnya perencanaan SDM mencakup
beberapa aspek:
Efisiensi Operasional: Dengan merencanakan SDM secara efektif, perusahaan dapat menghindari
kekurangan atau kelebihan karyawan, mengoptimalkan produktivitas, dan mengurangi biaya yang
terkait dengan ketidakseimbangan tenaga kerja.
Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja: Dengan merencanakan rekruitmen dan seleksi dengan cermat,
perusahaan dapat memastikan bahwa mereka mendapatkan tenaga kerja berkualitas tinggi yang
sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi.
Peramalan SDM:
•Metode Kuantitatif: Menggunakan data historis dan teknik statistik untuk meramalkan kebutuhan
SDM berdasarkan tren.
•Metode Kualitatif: Melibatkan wawancara, diskusi kelompok, atau pemikiran ahli untuk
mendapatkan pandangan dan penilaian subjektif.
•Model Peramalan: Menggunakan model matematika atau perangkat lunak khusus untuk
menghasilkan perkiraan berdasarkan berbagai variabel.
•Skenario Perencanaan: Mempertimbangkan berbagai skenario yang mungkin terjadi, seperti
pertumbuhan pesat atau perlambatan ekonomi.
•Evaluasi dan Revisi Berkala: Melakukan pemantauan terus-menerus dan menyesuaikan
perencanaan berdasarkan perubahan dalam organisasi atau lingkungan eksternal.
Dengan menggunakan metode ini dan mengumpulkan informasi yang relevan, perusahaan dapat
merancang strategi perencanaan SDM yang efektif untuk mendukung tujuan dan pertumbuhan
jangka panjang mereka.
-Perencanaan dan prosedur rencana SDM
Perencanaan SDM:
Identifikasi Kebutuhan SDM:
Tinjau rencana bisnis dan tujuan jangka panjang perusahaan.
Analisis jabatan dan identifikasi keterampilan yang diperlukan.
Analisis Karyawan Saat Ini:
Tinjau keterampilan, pengalaman, dan kinerja karyawan saat ini.
Identifikasi karyawan berpotensi untuk pengembangan atau promosi.
Peramalan Bisnis:
Analisis tren bisnis dan proyeksi pertumbuhan untuk menentukan kebutuhan SDM di masa depan.
Analisis Pasar Kerja:
Tinjau ketersediaan keterampilan di pasar kerja.
Identifikasi tren rekrutmen industri.
Perencanaan Suksesi:
Identifikasi peran kunci dan potensi penerus.
Pengembangan rencana untuk mengisi posisi kritis.
-Kompetensi perilaku
Kompetensi perilaku mencakup keterampilan interpersonal, kepemimpinan, komunikasi,
kerjasama tim, dan etika kerja. Pengembangan kompetensi perilaku penting untuk menciptakan
lingkungan kerja yang produktif dan sehat.
-Kompetensi teknis
Kompetensi teknis melibatkan keterampilan spesifik dan pengetahuan yang diperlukan untuk
mengeksekusi tugas tertentu dalam suatu pekerjaan. Ini mencakup keahlian dalam penggunaan alat,
teknologi, atau metodologi yang relevan.