Anda di halaman 1dari 154

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA


Jalan Dr. Rajiman No. 6A, Bandung

R E N C A N A K E R J A DA N S YA R A T
(RKS)
TEKNIS

untuk
Pengadaan

PEMBANGUNAN LANJUTAN GEDUNG LAGA SATRIA

KEGIATAN
PEMBANGUNAN LANJUTAN SENTRA PEMBINAAN
OLAHRAGA TERPADU
(SPOrT) JABAR ARCAMANIK

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Provinsi Jawa Barat

DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA PROVINSI JAWA BARAT

Tahun Anggaran: 2015


Daftar Isi

BAB VI. SYARAT – SYARAT UMUM PEKERJAAN

Pasal 1 Lingkup Pekerjaan


Pasal 2 Memulai Kerja
Pasal 3 Mobilisasi
Pasal 4 Papan Nama Proyek
Pasal 5 Kuasa Kontraktor dilapangan
Pasal 6 Rencana Kerja
Pasal 7 Los Pengawas, Los Kerja, Gudang Bahan & lain-lain
Pasal 8 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja
Pasal 9 Tenaga dan Sarana Kerja
Pasal 10 Persyaratan dan Standarisasi
Pasal 11 Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan
Pasal 12 Penjelasan RKS dan Gambar
Pasal 13 Tanggung Jawab Kontraktor
Pasal 14 Ketentuan dan Syarat – Syarat Bahan
Pasal 15 Pemeriksaan Bahan - Bahan
Pasal 16 Supplier dan Sub Kontraktor
Pasal 17 Pembersihan Tempat Kerja
Pasal 18 Drainase / Saluran
Pasal 19 Pengukuran Kondisi Tapak dan Penentuan Peil
Pasal 20 Pemasangan Patok Ukur dan Papan Bangunan (Bouwplank)
Pasal 21 Pemeriksaan Hasil Pekerjaan

BAB VII. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN

Pasal 1 Umum
Pasal 2 Pembersihan Lokasi Pekerjaan
Pasal 3 Pelindungan Instalasi Eksisting
Pasal 4 Pekerjaan Tanah
Pasal 5 Pekerjaan Pondasi dan Beton Strukur
Pasal 6 Pekerjaan Beton Strukur ( SIPIL )
Pasal 7 Pekerjaan Beton Non Struktural
Pasal 8 Pekerjaan Pasangan
Pasal 9 Pekerjaan Adukan dan Campuran
Pasal 10 Pekerjaan Plesteran
Pasal 11 Pekerjaan Pasangan Keramik
Pasal 12 Pekerjaan Kusen Pintu Jendela
Pasal 13 Pekerjaan Daun Pintu dan Jendela
Pasal 14 Pekerjaan Perlengkapan Pintu & jendela
Pasal 15 Pekerjaan Kaca
Pasal 16 Pekerjaan Saniter
Pasal 17 Pekerjaan Langit – langit
Pasal 18 Pekerjaan Pengecatan
Pasal 19 Pekerjaan Atap dan Penutup atap
Pasal 20 Pekerjaan Ground Reservoar
Pasal 21 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Plambing/Sanitasi
Pasal 22 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Elektrikal
Pasal 23 Pekerjaan Spesifikasi Instalasi Listrik
Pasal 24 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Penangkal Petir
Pasal 25 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Tata Suara
Pasal 26 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Fire Alarm
Pasal 27 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Telepon dan Data
Pasal 28 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Tata Udara
Pasal 29 Pekerjaan Pembersihan,Pembongkaran dan pengamanan Setelah
Pembangunan

BAB III. KESELAMATAN DAN KESESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI

Pasal.1 Pemahaman K3
Pasal.2 Lingkup Pekerjaan
Pasal.3 Potensi Bahaya
Pasal.4 Identifikasi Bahaya & Risiko
Pasal.5 Smk3
Pasal.6 Peralatan K3
Pasal.7 Evaluasi
Pasal.8 Kebutuhan K3
Lampiran : Form dan tabel-tabel
BAB.I
SYARAT-SYARAT UMUM PEKERJAAN

PERSIAPAN PELAKSANAAN

Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya


seluruh seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara
seksama seluruh Gambar Kerja serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
seperti yang akan diuraikan dalam dokumen ini.
Apabila terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan atau kesimpangsiuran
informasi di dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan
dengan Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi bagian-bagian pekerjaan


yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta dokumen Rencana Kerja dan Syarat-
syarat Teknis ini.

1.1. LINGKUP PEKERJAAN :


Pekerjaan Peningkatan Fasilitas Gedung Laga Tangkas, yang akan
dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam gambar dokumen perencanaan
dan gambar kerja, antara lain :
 Pekerjaan peningkatan fungsi fasilitas bangunan gedung
 Pekerjaan peningkatan Infrastruktur (Elektrikal Mekanikal Plumbing)
 Pekerjaan Lain - lain

Pekerjaan yang tidak tercantum dalam Lingkup diatas sudah termasuk dalam
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai gambar rencana kerja.gunan
Tata LaksanaBanan Asramangunan PercekatercantGambar Kerja.
1.2. PEKERJAAN PERSIAPAN
Meliputi : Pengukuran, Bongkaran , mobilisasi peralatan, bahan/material,
pengadaan air dan listrik untuk bekerja dan tenaga kerja.

Pasal 2
MEMULAI KERJA
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal Penunjukan dan Perintah
Kerja Pelaksanaan Pekerjaan (SPK), Pihak Kontraktor harus sudah memulai
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.

1
Dan apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor/Pemborong yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan
diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia Lelang.

Pasal 3
MOBILISASI

Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :


3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat
konstruksi yang diajukan bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya
ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
Pembuatan kantor Kontraktor, gudang dan lain-lain di lokasi proyek untuk
keperluan pekerjaan.

3.3. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor/Pemborong dapat


membuat berbagai perubahan, pengurangan dan/atau penambahan terhadap
alat-alat konstruksi dan instalasinya.

3.4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja,
Kontraktor/Pemborong harus menyerahkan program mobilisasi kepada
Konsultan Pengawas untuk disetujui.

Pasal 4
PAPAN NAMA KEGIATAN

Kontraktor/Pemborong harus memasang Papan Nama kegiatan sesuai dengan


ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor/Pemborong.

Pasal 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

5.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Pemborong ‘wajib’ menunjuk seorang


Kuasa Kontraktor atau biasa disebut ‘Pelaksana’ yang cakap dan ahli untuk
memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh
dari Kontraktor/Pemborong, berpendidikan minimal Sipil/Arsitek Ahli Madya
dengan pengalaman minimum 6 (enam) tahun.Sesuai dengan Dokumen
Pengadaan.

5.2. Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas


tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

5.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pejabat


Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’
untuk mendapat persetujuan.

2
5.4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dan
Konsultan Pengawas bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak
cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada
Kontraktor/Pemborong secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.

5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan,


Kontraktor/Pemborong harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau
Kontraktor/Pemborong sendiri (penanggung jawab/Direktur Perusahaan)
yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 6
RENCANA KERJA

6.1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor/Pemborong


‘wajib’ membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan
berupa Bar-Chart dan S-Curve Bahan dan Tenaga.

6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender
setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor/Pemborong.
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

6.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4


(empat) kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen dan Perencana.

6.4. Kontraktor/Pemborong harus melaksanakan pekerjaan pembangunan sesuai


dengan Rencana Kerja tersebut di atas.

6.5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor/Pemborong


berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

Pasal 7
LOS PENGAWAS, LOS KERJA, GUDANG BAHAN,
DAN LAIN-LAIN

7.1.1. Direksikeet (los pengawas).


Kepada Kontraktor/Pemborong harus menyediakan DireksiKeet (Los
Pengawas) untuk keperluan Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dari
bahan semipermanen atau sesuai dengan Kebutuhan rencana Pekerjaan.
untuk tiap lokasi dengan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut: lantai
diplester, dinding tripleks/papan/asbes, rangka bangunan dari bahan kayu

3
kelas III, atap dari bahan penutup Atap, pintu dari bahan papan kayu kelas III,
dilengkapi dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan. Apabila
diijinkan oleh pemilik pekerjaan, Kontraktor dapat memanfaatkan sementara
ruangan pada area bangunan yang tidak digunakan bila ada , yang akan
ditentukan oleh Pengawas.

7.2. Kantor Kontraktor, los kerja dan gudang bahan.


Kontraktor/Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor
Kontraktor di lapangan, los kerja untuk para pekerja dan gudang bahan yang
dapat dikunci untuk menyimpan barang-barang, pada tempat yang akan
ditentukan oleh Pengawas Lapangan/Personalia Proyek.
7.3. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menjaga kebersihan los pengawas serta
inventarisnya.
7.4. Pagar Proyek.
Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi/Pemilik dapat
memerintahkan kepada Kontraktor, untuk memagari sekelilingnya sehingga
aman. Biaya untuk keperluan ini akan dimasukan didalam penawaran
Kontraktor/Pemborong.

Kontraktor wajib menjamin keamanan bagi pekerja dan orang yang berada
disekitar lokasi pekerjaan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan.

a. Untuk pekerjaan bangunan di luar ruangan:


Tinggi Pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan
dari seng gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat dari rangka kayu
Borneo ukuran 5/7, memenuhi persyaratan kekuatan, atau sesuai dengan
peraturan Pemerintah Daerah setempat.

b. Bila pekerjaan yang dilakukan di ketinggian, misalnya atap, talang dan


sebagainya, maka perlu dipasang jaring pengaman.

c. Untuk pekerjaan di dalam ruangan


Area pekerjaan wajib ditutup dan dipagari dengan bahan yang menutupi dari
terpaparnya kotoran /debu juga pandangan ke arah kegiatan lokasi
pekerjaan. Tinggi minimal 2 m dari permukaan lantai kerja, atau dengan
bahan yang menutupi dari lantai hingga permukaan plafon.

Untuk semua kondisi pemagaran juga wajib dipasang peringatan yang


sesuai.

7.5. Kantor Kontraktor, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat
dan dibiayai oleh Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan

4
pembangunan/pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh
pihak Kontraktor, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor.
7.6. Direksikeet dan pagar Pengaman (butir 1 & 4 di atas) yang dibuat oleh
Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan
pembangunan/pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh
pihak Kontraktor, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor.
Pasal 8
KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN PEKERJA
8.1. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih,
sehat dan cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja.
8.2. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK ditempat
pekerjaan.
8.3. Berkwajiban menyediakan alat K3 dan Melaksanakan manajemen
K3,Keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) serta asuransi
- Setiap Pembangunan Bangunan Gedung Negara harus memenuhi
persyaratan K3 sesuai yang di tetapkan dalam surat keputusan bersama
menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum nomor :
Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan
kesehatan kerja pada tempat satuan kerja Konstruksi, dan atau peraturan
penggantinya.
- Ketentuan asuransi Pembangunan Bangunan Gedung Negara sesuai
dengan peraturan perundang – undangan.
8.4. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa
pemeliharaan, kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan dan
keamanan pekerjaan SM K3, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi
yang diserahkan Pejabat Pembuat Komitmen, Apabila terjadi kerusakan-
kerusakan, maka kontraktor harus bertanggung jawab untuk
memperbaikinya.
8.5. Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor/Pemborong segera memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk
keselamatan korban kecelakaan itu.
8.6. Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran :
Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor apabila diperlukan wajib
menyediakan tabung alat pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap
dengan isinya, dengan jumlah sekurang-kurangnya 4 (empat) buah tabung.
Masing-masing tabung berkapasitas 15 Kg.
8.7. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan
Menteri Tenaga Kerja No. 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27
Januari 1984 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk
maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan Proyek-proyek Departemen
Pekerjaan Umum, pihak Kontraktor/Pemborong yang sedang melaksanakan

5
pembangunan/pekerjaan agar ikut serta dalam program ASTEK dan
memberitahukan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Pasal 9
TENAGA DAN SARANA KERJA
Kontraktor/Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan,
peralatan berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan
serta mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-
bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan
diserahterimakannya pekerjaan tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
9.1. Menyediakan Sarana Jalan Masuk Proyek

Akses yang berhubungan dengan kegiatan pekerjaan tidak boleh


mengganggu secara total atau secara langsung kegiatan di sekitar bangunan,
ataupun di dalam bangunan bila kondisi gedung sudah beroperasi dan ada
kegiatan di dalamnya, dikarenakan agar:
a. terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang
layak,aman dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di
dalamnya.
b. terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau
luka saat evakuasi pada keadaan darurat
c. tersedianya aksesbilitasi bagi penyandang cacat, khusus untuk
bangunan fasilitas umum dan sosial.

9.2. Tenaga kerja /tenaga ahli


Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan
jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
9.3. Peralatan bekerja.
Menyediakan alat-alat bantu, seperti mesin las, alat-alat bor, alat-alat
pengangkat dan pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
9.4. Bahan-bahan bangunan
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta pengiriman material harus
tepat waktu sesuai pekerjaan yang akan dilaksanakan.
9.5. Penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja.

a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat sumur
pompa di area pekerjaan atau disuplay dari luar.
b. Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan
kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi.
c. Kontraktor harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang
senantiasa terisi penuh dengan kapasitas 3,5 M3.

6
d. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan.
Penggunaan Diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan
untuk penggunaan sementara atas petunjuk pengawas.

Pasal 10
PERSYARATAN DAN STANDARISASI

10.1. Persyaratan pelaksanaan.


Untuk menghindari klaim dari ‘User’/Proyek dikemudian hari maka
Kontraktor harus betul-betul ‘memperhatikan’ semua pelaksanaan pekerjaan
dengan memperhitungkan ‘ukuran jadi (finished)’ sesuai persyaratan ukuran
pada gambar kerja dan penjelasan RKS. Kontraktor wajib melaksanakan
semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan
persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan
Rencana kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan petunjuk yang diberikan oleh
Konsultan Pengawas.

Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib


memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang
menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal,
Plumbing/Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan Kontraktor harus
menyediakan :
- Site manager/Pelaksana sebagai penanggung jawab lapangan yang
terampil dan ahli dibidangnya selama pelaksanaan pekerjaan dan selama
masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.
- Buku harian untuk :
 Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan
proyek.
 Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan
dan detail dari pekerjaan.
- Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :
 1 (satu) kamera.
 1 (satu) alat ukur schuifmat.
 1 (satu) alat ukur panjang 50 m, 5 m.
 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.
10.2. Standard yang dipergunakan.

7
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi
Indonesia, Standard Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada
hubungannya dengan pekerjaan antara lain :

 PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia


 NI-3 PMI PUBB 1970
: Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
 NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
 NI-10 : Bata Merah sebagai Bahan Bangunan
 PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia
 PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik
 PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia
 SII : Standard Industri Indonesia
 SK SNI T-15-1991-03 (PBI – 1991)
: Peraturan Beton Bertulang Indonesia
 AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.
Serta :
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1981
 Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan tentang
keselamatan tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga
Kerja Republik Indonesia
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang
penanggulangan bahaya kebakaran.

Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standard/Normalisasi tersebut di atas,


maka berlaku Peraturan/Standard/Normalisasi Internasional ataupun dari
negara asal produsen bahan/material/komponen yang bersangkutan.

Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :


 Dokumen Lelang yang sudah disyahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(Gambar Kerja, RKS, BQ, Aanwijzing dan Surat Perjanjian Kontrak).
 Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor dan sudah disetujui/disahkan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas.

Pasal 11
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN

11.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai
segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan,
baik teknis maupun Administrasi.

8
11.2. Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor/Pemborong harus
memberikan data-data yang diperlukan menurut data keadaan sebenarnya.

11.3. Pengawas Lapangan juga harus membuat Laporan mingguan dan Laporan
bulanan secara rutin.

11.4. Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada Kuasa Pengguna


Anggaran untuk bahan monitoring.

Pasal 12
PENJELASAN RKS & GAMBAR

12.1. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS),
maka yang mengikat/berlaku adalah RKS.

12.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignment, loksasi, seksi
(bagian) dan detail gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu
pelaksanaan kerja. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari
kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidaksesuaian antara
gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan
dalam gambar dan sepsifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan
oleh keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh
Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis.

12.3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan


penafsiran yang semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan
spesifikasinya.

12.4. Ukuran

12.4.1. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar
Kerja dan Gambar Pelengkap meliputi ukuran dari :

As – as
Luar – luar
Dalam – dalam
Luar – dalam

12.4.2. Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam


mm (milimeter).

9
12.4.3. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada
dasarnya adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai
(“finished”).

12.4.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan


secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan
memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan
dijadikan pegangan.
12.4.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka
pengukuran skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah
disetujui Konsultan Pengawas.
Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak
terduga akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disyahkan
secara tertulis.
Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-
ukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa
sepengetahuan konsultan pengawas/Direksi teknis, dan apabila
terjadi kesalahan akibat kelalaian kontraktor dalam berkoordinasi
dengan konsultan pengawas/Direksi teknis maka menjadi tanggung
jawab Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.

12.5. Perbedaan gambar

12.5.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam
satu disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih
besar yang mengikat/berlaku.

12.5.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan


Sipil/Struktur, maka Kontraktor wajib melaporkannya kepada
Konsultan Pengawas yang akan memutuskannya setelah
berkonsultasi dengan Perencana.

12.5.3. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan


Sanitasi, Elektrikal/ Listrik dan Mekanikal, maka yang dipakai
sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam gambar kerja
Arsitektur.

12.5.4. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian di dalam


pelaksanaan satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi
bagian pekerjaan lainnya, maka di dalam hal terdapat ketidak-
jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-perbedaan dan ataupun
ketidak-sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja,
Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas
dan Direksi teknis secara tertulis, dan mengadakan pertemuan

10
dengan Konsultan Pengawas/Direksi teknis dan Konsultan
Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan
dijadikan pegangan.

12.5.5. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh


Kontraktor untuk memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun
waktu pelaksanaan.

12.6. Istilah - Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin


adalah sebagai berikut
ST : Struktur, Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
Perhitungan Konstruksi, Bahan Konstruksi Utama dan
Spesifikasinya, Dimensionering kolom, Balok dan tebal Lantai.

AR : Arsitektur,Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan


perencanaan dan perancangan bangunan secara menyeluruh
dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik teknis maupun
estetika.
EL : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan Sistem Penyediaan
Daya Listrik dan Penerangan.

MEP : Mekanikal,yang ada hubungannya dengan Sistem Air Bersih


Air Kotor – Drainase, Sistem Pemadam Kebakaran, Sistem
Instalasi Diesel – Generator Set, dan Sistem Pengkondisian
Udara.

12.7. Shop drawing


Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang
harus dibuat oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang
telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.

Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang
diminta oleh Konsultan Pengawas.

dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan,
keterangan produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan
khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara
lengkap di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku
ini.

Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan


Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis.

11
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada
Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan
format standar dari proyek dan harus digambar pada kertas kalkir yang
dapat direproduksi.

12.8. Perubahan, penambahan, pengurangan pekerjaan dan pembuatan “as-built


drawing”.

12.8.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan


pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.

12.8.2. Setelah Pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor


berkewajiban membuat gambar-gambar yang telah
dikerjakan/dibangun oleh kontraktor (As-Built Drawing). Biaya untuk
penggambaran “As-Built Drawing”, sepenuhnya menjadi
tanggungan kontraktor.

Pasal 13
TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR

13.1. Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai


dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.

13.2. Kehadiran Tim Teknis ( Bantuan Teknis dari Dinas Tata Ruang dan Cipta
Karya Kabupaten Kuningan ) Konsultan Pengawas selaku wakil Pejabat
Pembuat Komitmen untuk melihat, mengawasi, menegur, atau memberi
instruksi tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.

13.3. Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat


pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan
tersebut dengan biaya Kontraktor sendiri.

13.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanan pekerjaan,


maka Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada
Pejabat Pembuat Komitmen melalui Konsultan Pengawas.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan
yang timbul.

13.5. Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang


dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.

13.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tangung-jawab Kontraktor.

12
13.7. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan
bahan/material, barang milik Proyek, Konsultan Pengawas dan milik Pihak
Ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya
sampai tahap serah terima.
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang
telah dipasang maupun belum; adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak
akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.

13.8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik


yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.

13.9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan
lagi keluar lokasi pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.

Pasal 14
KETENTUAN & SYARAT BAHAN-BAHAN

14.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini maupun dalam berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan
yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus
memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. dan Persyaratan
Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th. 1982), Standar Industri
Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan
syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia. Seluruh barang
material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material,
peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas
terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.

14.2. Merk pembuatan bahan/material & komponen jadi.


14.2.1. Kecuali bila ditentukan lain dalam kontrak ini, semua merk
pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan
kualitas/setara dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat.
Setiap keterangan mengenai peralatan, material, barang atau
proses, dalam bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog
harus dianggap sebagai penentu standard atau kualitas dan tidak
boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan; dan
Kontraktor harus dengan sendirinya menggunakan peralatan,
material, barang atau proses, yang atas penilaian Konsultan
Pengawas dan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh

13
material patent itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi
pabrik yang membuatnya.

14.2.2. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus


sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar dan RKS,
memenuhi standard spesifikasi bahan tersebut, mengikuti
peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.

14.2.3. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk


menunjuk tenaga ahli yang ditunjuk oleh pabrik dan atau Supplier
yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana.
Dalam hal ini, Kontraktor tidak berhak mengajukan claim sebagai
pekerjaan tambah.

14.2.4. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam
pekerjaan ini.

14.2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang
dipersyaratkan harus disertai test dari Laboratorium lokal/dalam
negeri baik kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui
oleh Konsultan Perencana.
Apabila diperlukan biaya untuk test Laboratorium, maka biaya
tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor tanpa dapat mengajukan
sebagai biaya tambah.

14.3. Kontraktor/Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh


semua bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada
Konsultan Pengawas/Direksi dan Perencana untuk mendapatkan
persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut
didatangkan/dipakai.

Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan


Pengawas dan Perencana adalah sebanyak empat (4) buah dari satu
bahan yang ditentukan untuk menetapkan “standard of appearance” dan
disimpan di ruang Direksi. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan
adalah dua (2) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.

14.4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan
diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari tujuh (7) hari
kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut.

14.5. Penyimpanan material

14
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik
yang bersangkutan, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.

14.5.1. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas


dan kesesuaiannya untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di
atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta harus ditutupi.
Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan
pemeriksaan.

14.5.2. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan


diratakan (levelling) menurut petunjuk Konsultan Pengawas.

14.5.3. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan


miring kesamping sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan
drainasi/pematusan dari kandungan air/cairan yang berlebihan.
Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan pemisahan bahan (segregation), agar timbunan
tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi serta mengatur
kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan
diangkat/dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih
dari satu meter. Tinggi tempat penyimpanan tidak lebih dari lima
meter.

Pasal 15
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN

15.1. Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh-


contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam
Pasal 14 di atas.

15.2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang
dinyatakan afkir/ditolak oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan
dari lapangan bangunan selambat-lambatnya dalam tempo 3 X 24 jam dan
tidak boleh dipergunakan.

15.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh


Pengawas/Direksi/Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh
Pelaksana, maka Konsultan Pengawas/Perencana berhak memerintahkan
pembongkaran kembali kepada kontraktor yang mana segala kerugian yang
diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor

15
sepenuhnya disamping pihak kontraktor tetap dikenakan denda sebesar 1
o/oo (satu permil) dari harga borongan.

15.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas


dari bahan-bahan tersebut, maka Kontraktor harus dan memeriksakannya
ke Laboratorium balai Penelitian Bahan-Bahan Pemerintah untuk diuji dan
hasil pengujian tersebut disampaikan kepada Pengawas/Direksi/Perencana
secara tertulis.Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor.
15.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas tentang baik atau
tidaknya kualitas dari bahan-bahan tersebut. Pelaksana tidak
diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan
bahan-bahan tersebut di atas.

15.6. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus memberikan


penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan
tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Pasal 16
SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR

16.1. Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor Bawahan (Sub-
Kontraktor) didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka
Kontraktor ‘wajib’ memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan
Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.

16.2. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di Lapangan untuk


pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut
perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.

Pasal 17
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA

17.1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan


lapisan tanah permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-
tumbuhan dan puing-puing di dalam daerah kerja, kecuali benda-benda
yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus
dipindahkan sesuai dengan ketentuan pasal-pasal yang lain dari spesifikasi
ini.
Pekerjaan ini mencakup juga perlindungan/penjagaan tumbuhan dan
benda-benda yang ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari
kerusakan atau cacat.

17.2. Segala obyek yang berada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu
busuk, tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-

16
rintangan lainnya yang muncul, yang tidak diperuntukan berada di sana,
harus dibersihkan dan/atau dibongkar, dan di buang bila perlu. Pada daerah
galian, segala tunggul dan akar harus di buang dari daerah sampai
kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm di bawah elevasi lubang galian
sesuai Gambar Kerja.
Lubang-lubang akibat pembongkaran harus diurug dengan material yang
memadai dan dipadatkan sampai 90% dari kepadatan kering maksimum
sesuai AASHTO T 99.

Pasal 18
DRAINASE / SALURAN

18.1. Pembuatan drainase / saluran tapak sementara.


Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada di
tapak, Kontraktor wajib membuat saluran air sementara yang berfungsi
untuk pembuangan air yang ada untuk menjaga agar lahan konstruksi tetap
kering.

Arah aliran ditujukan ke daerah permukaan yang terendah yang ada di


tapak atau ke saluran yang sudah ada di lingkungan daerah pembangunan.
Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.

18.2. Pemeliharaan drainase yang sudah ada (bilamana di area kerjanya terdapat
saluran drainase yang terkena dampak/pengaruh oleh pekerjaan)
Kontraktor harus memelihara drainase yang memasuki, melintasi atau
berhhubungan dengan tempat kerja.
Kewajiban ini mencakup, bila diminta oleh Konsultan Pengawas
pembersihan saluran-saluran, parit dan pipa-pipa menuju hulu dan hilir
sampai sejauh 100 meter di luar batas daerah konstruksi dan daerah milik
jalan (right-of way).
Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.

18.3. Lokasi dan perlindungan utilitas.

18.3.1. Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, Kontraktor/Pemborong


harus melakukan survey untuk mengetahui detail lokasi segala
utilitas yang akan kena pengaruh oleh pekerjaan. Hasil survey
harus dicatat dalam format rencana sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas, dan patok permukaan (surface pegs) pada
tempat kerja yang menunjukkan lokasi seluruh utilitas yang berada
di bawah tanah, harus sudah ditancapkan.Patok-patok itu harus
tetap terpancang selama berlakunya kontrak.

17
18.3.2. Bila Kontraktor akan melaksanakan pekerjaan sementara atau
permanen pada daerah sekitar utilitas itu, Kontraktor harus
mempergunakan metoda konstruksi yang memadai, menyediakan
peralatan perlindungan yang semestinya, tanpa ada pembayaran
tambahan, dalam rangka mencegah kerusakan pada utilitas itu.
Segala kerusakan pada utilitas yang disebabkan langsung atau
tidak langsung oleh pekerjaan Kontraktor dianggap sebagai
tanggung jawab dari Kontraktor.

Pasal 19
PENGUKURAN KONDISI TAPAK
DAN PENENTUAN PEIL

19.1. Pekerjaan pengukuran kondisi tapak

19.1.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan


pengukuran kondisi “existing” tapak terhadap posisi rencana
bangunan. Hasil pengukuran harus diserahkan kepada Direksi /
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

19.1.2. Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan


yang sebenarnya di lapangan, harus segera dilaporkan ke
Konsultan Pengawas dan Perencana untuk diminta keputusannya.

19.1.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan


alat-alat waterpass/theodolit.

19.1.4. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara


azas segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-
bagian kecil yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan
Perencana.

19.1.5. Personil dan peralatan survey harus meliputi dan tidak hanya
terbatas pada :
a. Personil :
 1 orang surveyor ahli
 1 orang pekerja surveyor
b. Peralatan Pengukuran (Survey) :
 Wild ROS Theodolite (360 derajat);
 Wild TO Theodolite (360 derajat);
 Wild NAK levels;
 Pita meteran baja dengan panjang 50 m;
 Steel measuring rod (4 m);

18
 Patok-patok survey, dan macam-macam alat yang diperlukan
dalam survey.
Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap (bila
diminta) termasuk tripod, dll. Atas tanggungan biaya sendiri,
Kontraktor harus mengadakan survey dan pengukuran tambahan
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, seperti patok
kemiringan (slopes stakes), temporang grade stakes, dan lain-lain.
Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh
Kontraktor harus dijaga baik-baik, bila terganggu atau rusak harus
segera diperbaiki oleh Kontraktor atas tanggungan biaya sendiri.
Setiap jenis pekerjaan, dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan
sebelum persiapannya (setting out) disetujui oleh Pengawas.
19.1.6. Kontraktor harus mengajukan tiga salinan (copy) penampang
melintang (cross section) kepada Konsultan Pengawas yang akan
mengesahkan salah satu salinan atau merevisinya, kemudian
mengembalikan kepada Kontraktor.
Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan/revisi,
Kontraktor harus mengajukan lagi salinan cross section untuk
persetujuan di atas.
Cross section dari Kontraktor harus digambar di atas kertas kalkir
untuk memungkinkan reporduksi. bila cross section itu akhirnya
disetujui, maka kontraktor harus menyerahkan gambar kalkir asli
dan tiga lembar hasil reproduksinya kepada Pejabat Pembuat
Komitmen.

19.2. Pekerjaan penentuan peil


Pekerjaan penentuan peil + 0.00 (finishing Arsitektur) adalah permukaan
lantai finshing ruangan lantai dasar (Hall) bangunan seperti tertera dalam
gambar kerja yaitu + 0.00 cm pada lantai dasar Bangunan .
Selanjutnya peil + 0.00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan di
lapangan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Diambil dari muka tanah setinggi 60 cm untuk bangunan Kantor .

Pasal 20
PEMASANGAN PATOK UKUR
DAN PAPAN BANGUNAN (‘BOUWPLANK’)

20.1. Patok ukur


20.1.1. Kontraktor harus membuat patok-patok untuk membentuk garis-
garis sesuai dengan gambar, dan harus memperoleh persetujuan
Konsultan Pengawas sebelum memulai pekerjaan. Bila dianggap
perlu Konsultan Pengawas dapat merevisi garis-garis / kemiringan
dan meminta Kontraktor untuk membetulkan patok-patok.

19
Kontraktor harus mengajukan pemberitahuan mengenai rencana
pematokan atau penentuan permukaan (level) dari bagian
pekerjaan tertentu, tidak kurang dari 48 (empat puluh delapan) jam,
agar susunan patok itu dapat diperiksa.
20.1.2. Patok ukur dibuat dari bahan beton bertulang secukupnya,
berpenampang 15x15 cm, tertancap kuat ke dalam tanah sedalam
100 cm dengan bagian yang muncul di atas muka tanah cukup
untuk memberikan indikasi peil + 0.00 sesuai Gambar Kerja, dan di
atasnya ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan
ketinggian di atas peil + 0.00.
20.1.3. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2
(dua) buah, dan lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan
persetujuan Konsultan Pengawas; sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan
berlangsung.
20.1.4. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi
tanda yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan
pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan Pengawas
untuk dibongkar.
20.2. Bowplank Papan bangunan
20.2.1. Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan
ukuran tebal 3 cm dan lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada
sisi sebelah atasnya.
20.2.2. Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu
sama lain adalah 1.50 m; tertancap di tanah sehingga tidak dapat
digerak-gerakkan atau diubah.
20.2.3. Papan bangunan dipasang sejarak 2.00 m dari as pondasi terluar
atau sesuai dengan keadaan setempat.
20.2.4. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan lainnya dan
atau rata waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan
Pengawas.
20.2.5. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus
melaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.

20.2.6. Kontraktor harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan


letak papan bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.

Pasal 21
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN

21.1. Ijin memasuki tempat kerja


Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa
olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua

20
bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang
dikerjakan/dipersiapkan atau dimana bahan/barang dibuat.

21.2. Pemeriksaan Pekerjaan


21.2.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan
Kontraktor, tetapi karena bahan/material ataupun komponen jadi,
maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan
Pengawas/Direksi harus segera dihentikan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas/Direksi.

21.2.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat
sebelum mendapatkan persetujuan pengawas dan Kontraktor
harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada pengawas ahli
untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan
tidak terlihat.

21.2.3. Kontraktor harus melaporkan kepada pengawas kapan setiap


pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa.

21.2.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24


jam (dihitung dari jam diterimanya surat permohonan pemeriksaan,
tidak terhitung hari libur/hari Raya) tidak dipenuhi/ditanggapi oleh
Konsultan Pengawas/Direksi, maka Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap
telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

21.2.5. Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi


berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau
seluruhnya untuk diperbaiki.
21.2.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi
tanggungan Kontraktor, tidak dapat di “klaim” sebagai biaya
pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu
pelaksanaan.

21.3. Kemajuan Pekerjaan


21.3.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus
disediakan oleh kontraktor demikian pula metode/cara pelaksanaan
pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga
diterima oleh konsultan Pengawas.
21.3.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu
waktu menurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat,
untuk menjamin penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan
atau pada waktu yang diperpanjang maka pengawas harus

21
memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu
diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.

21.4. Perintah untuk pelaksanaan (foreman).


Bila Kontraktor atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja di
mana Konsultan Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk atau
perintah, maka petunjuk atau perintah itu harus dituruti dan dilaksanakan
oleh semua petugas Pelaksana atau petugas yang ditunjuk oleh Kontraktor
untuk menangani pekerjaan itu.

21.5. Toleransi
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam kontrak ini harus dikerjakan
sesuai dengan toleransi yang diberikan dalam Spesifikasi, dan toleransi
lainnya yang ditetapkan pada bagian lainnya.

22
BAB.II
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

Pasal 1
UMUM

1.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan Tenaga, bahan-bahan,
peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan renovasi yang meliputi :

PEKERJAAN Pembangunan Gedung Graha Gymnasium :


1.1.1 Pekerjaan Pembangunan Gedung Graha Gymnasium
I.Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
I. Pekerjaan Persiapan dan Sarana Kerja
II. Pekerjaan Galian,Urugan dan Lantai Kerja
III. Pekerjaan Struktur
- Pekerjaan Pondasi Setempat,kolom Sloof
- Pekerjaan Podasi Batu belah
- Pekerjaan Struktur tangga tribun
- Pekerjaan Struktur Balok & Kolom Kolam Busa
- Pekerjaan Struktur dinding beton Kolam Busa
IV.Pekerjaan Arsitektur
- Pekerjaan Pasangan dan Plesteran Lantai I
- Pekerjaan Lantai Parket dan Plint Lantai Arena
- Pekerjaan Panel penutup Kolam busa
- Pekerjaan Kusen Pintu,Jendela dan BV
- Pekerjaan dinding partisi
- Pekerjaan Plafond
- Pekerjaan Sanitair
- Pekerjaan Pengecatan
- Pekerjaan pagar tribun
V.Pekerjaan Elektrikal dan Mekanikal
-Pekerjaan Perapihan Kabel di area tribun barat
Dan Kabel Tray tambahan
-Pekerjaan Instalasi Penerangan tambahan
- Pekerjaan Instalasi AC
- Pekerjaan sistem Audio

Semua penjelasan mengenai Pekerjaan tersebut diatas akan


dijelaskan dalam point – point penjelasan termasuk segala jenis
peralatan, bahan dan teknis pekerjaan .

23
Semua pekerjaan yang termasuk dalam ruang lingkup Pekerjaan yang tidak
dijelaskan dalam RKS akan dijelaskan kemudian dalam Risalah aanwitzing
dan pihak Kontraktor harus melaksanakannya sesuai gambar kerja.
Penjelasan mengenai Pekerjaan tersebut diatas akan dijelaskan dalam
point – point penjelasan termasuk segala jenis peralatan , bahan dan teknis
pekerjaan .

1.2. PERSIAPAN PELAKSANAAN

1.2.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan , Kontraktor harus mempelajari dengan


seksama Gambar Kerja. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala
kondisi di lapangan yang meliputi semua bangunan dan tidak terbatas pada
bangunan existing.

1.2.2. Kontraktor harus mengamankan/melindungi hasil paket pekerjaan


sebelumnya maupun yang sedang berjalan, bahan/komponen/instalasi
existing yang dipertahankan; agar tidak rusak atau cacat.

1.2.3. Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang, atau konstruksi


khusus sebagai penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar,
harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas terlebih dahulu untuk
mendapat persetujuan.

Pasal 2
PEMBERSIHAN LOKASI PEKERJAAN

2.1. Sebelum pekerjaan dimulai lokasi yang akan dilaksanakan harus terlebih
dahulu dibersihkan dari berbagai macam kotoran , sampah, puing – puing
dan segala sesuatu yang akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan .

2.2. Barang yang tidak digunakan lagi harus dikeluarkan dari lokasi Tapak/Site
konstruksi dan dikumpulkan di tempat/lokasi tertentu yang ditunjukkan
Konsultan Pengawas/ Direksi.

Pasal 3
PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING

3.1. Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang
berada di dalam Tapak/Site konstruksi dan dinyatakan oleh Konsultan
Perencana/Pengawas masih berfungsi dan akan digunakan lagi. Untuk
instalasi existing tersebut di atas, kontraktor harus menjaga dan
memeliharanya dari gangguan/cacat.

24
3.2. Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang
masih berfungsi harus dipindah, maka Kontraktor harus melakukan
pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas/Direksi.

Pasal 4
PEKERJAAN TANAH

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan Tenaga, peralatan dan alat
bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang
meliputi :

- Pekerjaan galian tanah Poer,Sloof ,pondasi batu belah dan diding


masiv
-Pekerjaan galian tanah pondasi batu belah dan pondasi tangga
- Pekerjaan Urugan Pasir t=5 cm bawah poer
- Pekerjaan Urugan Pasir t=5 cm bawah sloof
- Pekerjaan Urugan Pasir t=5 cm bawah pond batu belah
- Pekerjaan Urugan Pasir t=5 cm bawah lantai I dan II
- Pekerjaan Urugan Pasir t=1 cm dinding masiv
- Pekerjaan Urugan Pasir t=5cm rabat beton
- Pekerjaan Urugan tanah bekas galian

Apabila ada Pekerjaan tanah yang tidak tercantum dalam lingkup pekerjaan
diatas kontraktor dapat melihat penjelasan yang lebih detail pada gambar
kerja.

2 PERSIAPAN PELAKSANAAN

Sebelum pekerjaan dimulai lokasi yang akan dilaksanakan harus


terlebih dahulu diteliti, diukur kembali dan bersihkan dari berbagai
macam kotoran , sampah, puing – puing dan segala sesuatu yang
akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan .

Barang yang tidak digunakan lagi harus dikeluarkan dari lokasi


Tapak/Site konstruksi dan dikumpulkan di tempat/lokasi tertentu
yang ditunjukkan Konsultan Pengawas/ Direksi.

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN

3.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan


posisi , bentuk dan ukuran pokok dari pekerjaan galian dan Urugan,
agar didapat hasil kerja yang efektif dan efisien maka kepada pihak
Kontraktor diharuskan untuk melaksanakannya sesuai dengan

25
yang tercantum dalam Gambar Kerja.dan terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari pengawas lapangan.

3.2. Untuk Pekerjaan Galian tanah pondasi Poer dilaksanakan dengan


tinggi 80 cm dari tanah asal. Pekerjaan ini dilaksanakan agar
didapat kondisi dan permukaan tanah yang rata, baik, bersih dari
kotoran dan sampah.

3.3. Tanah sisa dari Galian harus dibawa keluar lokasi pekerjaan dan
disimpan ditempat yang telah ditentukan oleh konsultan pengawas.

3.4. Pada pekerjaan Galian Ukuran tinggi, panjang dan lebar galian
harus sesuai dengan gambar kerja, karena setiap Pekerjaan galian
akan berbeda – beda pada setiap Pekerjaan.

3.5. Tanah bekas galian dapat dipergunakan kembali untuk urugan


pada galian yang sudah dilaksanakan tersebut diatas apabila
sudah disetujui oleh konsultan pengawas.

3.6. Urugan pasir dibawah lantai dilaksanakan dengan tinggi urugan 5


cm.dari permukaan tanah yang sudah dilaksanakan urugan tanah
untuk peninggian lantai.

3.7. Semua pekerjaan galian dan urugan harus sesuai dengan gambar
kerja dan disetujui terlebih dahulu oleh pengawas lapangan.

PEKERJAAN BETON STRUKTUR ( SIPIL )

1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk Lingkup pekerjaan ini meliputi :
pekerjaan beton lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja.
1.Ukuran dan Mutu Beton
Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus
mempunyai ukuran dan mutu karateristik sebagai berikut :
a.Pekerjaan Pondasi Poer,Plat Setempat,Sloof dan Dinding Masiv
 Pondasi Poer P1 ( 1.4x08x0,5 ), mutu beton K – 300
 Pondasi Poer P2 ( 1.4x08x0,5 ), mutu beton K – 300
 Pondasi Poer P3 ( 1.4x08x0,5 ), mutu beton K – 300
 Pondasi Poer P4 ( 1.4x08x0,5 ), mutu beton K – 300
 Pondasi Plat Setempat untuk Tangga mutu beton K – 300
 Sloof Beton S1 20/30 , mutu beton K – 300
 Sloof Beton S1’ 25/50 , mutu beton K – 300

26
 Sloof Beton S2 15/30 , mutu beton K – 225
 Kolom Stump P4 70/70,mutu beton K - 300
 Kolom Beton K1 dia 50 cm, mutu beton K – 300
 Kolom Beton K2 HB 300.300.10.12
 Kolom Beton K3 dia 60 cm, mutu beton K – 300
 Kolom Beton K4 dia 50 cm, mutu beton K – 300
 Selimut beton Kolom HB dia.50 cm K2 K – 225
 Segment WF 600.300.12.20
 Mur baud dia.19 mm
 Balok B5 25/30 , mutu beton K – 300
 Balok B6 20/30 , mutu beton K – 300
PEKERJAAN PLAT BETON
b.Pekerjaan lantai I
 Besi Tulangan dia.10 mm 1 Layer untuk plat lantai area latihan
 Cor beton t=12 cm,Readymix, mutu beton K–225 untuk plat lantai
area latihan
 Plat tangga dan bordes t=15 cm , mutu beton K – 300
 Plat canopi beton atas kusen t=10 cmlebar 30 cm K–225
c.Pekerjaan lantai II
 Plat lantai t=15 cm untuk tribun K – 300 konvensional
 Plat lantai t=12 cm untuk km/wc K – 300 konvensional
 Kolom Beton K4 35/35, mutu beton K – 300
 Kolom Beton K7 15/40, mutu beton K – 300
 Pekerjaan Plat Lantai 2 t=12 cm , mutu beton K – 300
 Pekerjaan Plat Lantai 1 t=12 cm , mutu beton K – 300
 Plat lantai Bondex t=0,75 sek.Flexideck

Pekerjaan lainnya yang termasuk dalam lingkup pekerjaan beton struktur


seperti tercantum dalam gambar kerja.

1.2 Adukan Beton


- Adukan beton yang dipergunakan untuk pekerjaan beton struktur
menggunakan mutu beton K – 175 , K –225 dan K – 300 ready mix.
Pekerjaan struktur ini.

1.3 Tulangan
Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini
adalah sebagai berikut :

 Mutu baja tulangan s/d diameter 10 mm adalah BJTP U-24


 Mutu baja tulangan s/d diameter 19 mm adalah BJTP U-32

27
1.4 Cetakan (Bekisting)

Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai Multipleks 9 mm


pada rencana plat lantai menggunakan Plat Bondek T=0,75 lebar 1 m,
kecuali Pekerjaan plat lantai km/wc menggunakan pengecoran
convensional. Pada pekerjaan Bekisting dari multiplex harus diperkuat
dengan rangka kayu, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang
sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
1.5 Bonding Agent

Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan/dicor


secara terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai
dengan desain dan perhitungannya.
Bonding Agent yang digunakan adalah produk lokal berkwalitas baik atau
yang setaraf Lemkra TG 301 dicampur dengan air dan semen. Cara
pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik.
1.6 Admixture

Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat


pengerasan beton. Bahan admixture yang dipakai adalah produk lokal
berkwalitas baik atau yang setaraf, dengan takaran 0,8% dari berat semen.
Takaran yang lain dapat digunakan untuk mendapatkan kekuatan maksimal
dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

2 Persyaratan Bahan Beton

2.1 Bahan Semen


a. Persyaratan Umum.
1) Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan
persyaratan dalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8
atau ASTM C-150 Type 1 atau standard Inggris BS 12.

2) Mutu semen yang memenuhi syarat & dapat dipakai adalah yang
memenuhi persyaratan NI-8.
Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai
untuk seluruh pekerjaan.

3) Penyimpanan semen sebelum digunakan harus terlindung dari


pengaruh cuaca sepanjang waktu dan peletakannya harus
terangkat dari lantai untuk menghindari kelembaban.

b. Pemeriksaan

28
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam
gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus
bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan
Pengawas untuk pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen yang
tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas,
harus tidak dipergunakan atau diafkir.

Jika semen yang dinyatakan tidak memenuhi syarat tersebut telah


dipergunakan untuk beton, maka Konsultan Pengawas dapat
memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan
memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor
harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan
untuk pemeriksaan atas biaya kontraktor.
c. Tempat Penyimpanan
Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk
semen, dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap
kelembaban udara.

2.2 Bahan Pasir

a. Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan beton ini adalah Pasir alam
yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat
dengan persetujuan konsultan Pengawas/Direksi teknis.

b. Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan
lunak dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan substansi yang
merusak, jumlah prosentase dari segala macam substansi yang
merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.

c. Pasir harus mempunyai ‘modulus kehalusan butir’ antara 2 sampai 3


atau jika diselidiki dengan saringan standard harus sesuai dengan
standard Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut
:
Persentase satuan timbangan
Saringan No.
tertinggal disaringan
4 0 – 15
8 6 – 15
16 10 – 25
30 10 – 30
50 15 – 35
100 12 – 20
PAN 3–7

2.3 Bahan Agregat Kasar (Kerikil)

29
a. Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui.
Ini dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

b. Gradasi
1) Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada
antara 5 mm, sampai 25 mm dan harus memenuhi syarat-syarat
berikut :

 Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6% berat


 Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98%
berat
 Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang
berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat
harus menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan yang
terdapat di NI-2 PBI-1971.
2) Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa
oleh Konsultan Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan
gradasi, maka Kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah
kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk menghasilkan
agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.

2.4 Bahan Air

Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/mortar dan spesi
injeksi harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah,
garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas untuk menetapkan sesuai tidaknya dengan ketentuan-
ketentuan yang ada dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.

3 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton


3.1 Kelas dan Mutu Beton
a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan standar Beton
Indonesia NI-2 PBI-1971. Bilamana tidak ditentukan kuat tekan dari
beton adalah selalu kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang
bersisi 15 (1 0,06) cm diuji pada umur 28 hari.

b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil


pengujian benda-benda uji harus memberikan ‘bk’ (kekuatan tekan
beton karakteristik) yang lebih besar dari yang ditentukan di dalam
tabel 4.2.1 PBI. 1971.

30
3.2 Komposisi Campuran Beton.
a. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil, dan air
seperti yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam
perbandingan yang sesuai dan diaduk dengan baik sampai pada
kekentalan yang tepat.

b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan


dalam spesifikasi ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan”
(designed mix).

c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-


bagian dari pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan
dalam persyaratan bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis
mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.

d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai


untuk berbagai mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama
berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat
dan beton yang dihasilkan.

e. Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian


konstruksi beton, harus disesuaikan dengan jenis konstruksi yang
bersangkutan, cara pengangkutan adukan beton dan cara
pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh
faktor air semen.
f. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang
direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :

 Faktor air semen untuk pondasi sloof, poer, maksimum 0,60.


 Faktor air semen untuk kolom balok, plat lantai, tangga, dinding
beton dan listplank maksimum 0,60.
 Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap Canopy, dan
tempat-tempat basah lainnya maksimum 0,55.

g. Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton, dan dapat


dihasilkan suatu mutu sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk
konstruksi beton dengan faktor air semen maksimum 0,55 harus
memakai Plasticizer sebagai bahan additive. Pemakaian merk dari
bahan additive tersebut harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas/Direksi.

h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya


Kontraktor. Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu
untuk tujuan penghematan yang dikehendaki, workability, kepadatan,

31
kekedapan, awet atau kekuatan dan kontraktor tidak berhak atas
claim yang disebabkan perubahan yang demikian.

3.3 Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton.

Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan


Pengawas berhak untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal
tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan beton berkualitas lebih
tinggi atau alasan penghematan.

Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas


melalui pengujian biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm dibuat dan diuji
sesuai dengan NI-2 PBI-1971.

Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai NI-2 PBI-
1971.
Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan
contoh-contoh pemeriksaan yang representatif.

3.4 Baja Tulangan

a.Baja beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana.
Untuk menempatkan tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus
diikat kuat dengan kawat beton (bendraat) dengan bantalan blok-blok beton
cetak (beton decking) atau kursi-kursi besi/cakar ayam perenggang.

b. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak


ditentukan dalam gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar
dari agregat kasar dan harus memberikan kesempatan masuknya alat
penggetar beton.

3.5 Selimut Beton.

Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding


atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-
bagian konstruksi.
Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut
beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai
berikut :

a. Kolom = 3 cm

3.6 Sambungan Besi Tulangan

32
Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari
yang ditunjukan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-sambungan
tulangan harus minimal 1/4 panjang bentangan , kecuali jika ditetapkan
secara pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.

3.7 Mengaduk
Bahan-bahan untuk adukan beton site mix mutu beton K-175 harus
dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu ‘batch mixer’.
Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil
adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam
dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila
diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsisitensi. Air harus
dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.

3.8 Suhu
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh dari 320 C dan tidak kurang dari
4,50 C.
Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 270 C dan 320 C, beton
harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.

3.9 Rencana Cetakan


Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam
gambar rencana.
Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi
persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab
Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya
perbaikan kerusakan-kerusakan, yang mungkin dapat timbul waktu
pemakaian.
Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari
bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus
dengan segera mengambil bentuk yang diafkir dan menggantinya atas
bebannya sendiri.

3.10 Konstruksi Cetakan


a. Semua cetakan harus betul-betul diteliti, kuat dan aman pada
kedudukannya sehingga dapat dicegah pengembangan atau terjadi
perubahan bentuk selama dan sesudah pengecoran beton.

b. Semua cetakan beton harus kokoh.

33
Alat-alat dan teknis pelaksanaan yang digunakan harus sesuai dan tepat
untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan beton yang
telah selesai dicor dan memenuhi usia beton untuk dibongkar.

Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus dilaburi


minyak yang biasa dipergunakan untuk pekerjaan itu, yang mencegah
secara efektif lekatnya beton pada cetakan dan akan memudahkan
melepas cetakan beton.
Minyak tersebut dipakai hanya setelah disetujui Konsultan Pengawas.
Penggunaan minyak cetakan harus hati-hati untuk mencegah kontak
dengan besi beton dan mengakibatkan kurangnya daya lekat.

c. Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi yang baik


dan kuat sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan
selama pelaksanaan.

3.11 Pengecoran

a. Sebelum dilaksanakan pengecoran pihak kontraktor harus terlebih


dahulu mengajukan surat permohonan pengecoran kepada Konsultan
Pengawas 3 hari sebelum dilaksanakan pengecoran.

b. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan
letak baja tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan,
pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lain-
lainnya selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan-
permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

c. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu, dimana


akan dicor beton baru, harus bersih dan lembab ketika dicor dengan
beton baru.

Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang


disetujui oleh Konsultan Pengawas. Pembersihan harus berupa
pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton yang
mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya.
Semua genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama
tersebut sebelum beton baru dicor.

d. Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian


pengecoran yang akan masih berlanjut, terhadap sistem
struktur/penulangan yang ada.

34
e. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter,
semua penuangan beton harus selalu lapis-perlapis horizontal dan
tebalnya tidak lebih dari dimensi yang sudah ditentukan .
Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut
apabila pengecoran tidak memenuhi spesifikasi ini yang sudah
ditentukan.

f. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin,


sehingga bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat
semua permukaan dari cetakan dan material yang diletakkan.

g. Pengecoran dapat dilaksanakan apabila Konsultan Pengawas serta


Pihak Kontraktor ada di tempat kerja dan telah menyetujui pelaksanaan
pengecoran serta persiapan pengecoran betul-betul telah memadai.

h. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar


(vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton
pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Lamanya
penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton
dengan airnya. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar
type immerson yang dioprasikan dengan kecepatan paling sedikit 3.000
putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton.

i. Konsultan Pengawas berhak menolak persiapan/mobilisasi alat berat


yang telah ada dilapangan apabila pekerjaan pengecoran belum
disetujui dan segala biaya yang telah dikeluarkan menjadi tanggungan
pihak kontraktor.

3.12 Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan

a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti


petunjuk Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan
hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih
muda/lunak tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan-
cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan
permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai
disetujui Konsultan Pengawas.
b. Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan-
cetakan dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan
cetakan-cetakan samping lainnya, tujuh hari untuk dinding-dinding
pemikul dan saluran-saluran, 28 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat
atap, tangga dan kolom.

35
Walaupun demikian sebagai pedoman dalam keadaan cuaca normal
adalah sebagai berikut :

Struktur
Pengerasan Normal :
Pelat lantai atau dak atap 28 hari
Balok 28 hari

3.13 Perawatan (Curing)

a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di


bawah ini atau disemprot dengan Curing Agent ANTISOLS merek SIKA
bila dimungkinkan . Konsultan Pengawas berhak menentukan cara
perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian
pekerjaan.

b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari


yang langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran.
Perlindungan semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan
beton dengan deklit atau karung bekas yang dibasahi dan harus
dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan.

c. Perawatan beton setelah tiga hari, yaitu dengan melakukan


penggenangan dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama
14 hari terus menerus. Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan
penyiraman secara mekanis atau dengan pipa yang berlubang-lubang
atau dengancara lain yang disetujui Konsultan Pengawas sehingga
selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan basah.
Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi
persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.

3.14 Perlindungan (Protection)

Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-


kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.

3.15 Perbaikan Permukaan Beton

a. Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak


sesuai dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar
atau diluar garis permukaan, atau ternyata ada permukaan yang rusak,
hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus
dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila
Konsultan Pengawas memberikan izinnya untuk menambal tempat yang

36
rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah
tercantum dalam pasal-pasal berikut.

b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang


terdiri dari sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobang-
lobang karena keropos, tidak rata dan bengkak harus dibuang dengan
pemahatan atau dengan batu gerinda.

c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna


pada bagian bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja
akan menghasilkan sebidang dinding, yang tidak memuaskan
kelihatannya, kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding
(dengan spesi plesteran 1pc : 3ps) dengan ketebalan yang tidak
melebihi 1 cm demikian juga pada dinding yang berbatasan, (yang
bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas.

Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar batas toleransi


kelurusan (pencekungan atau pencembungan) bidang tidak boleh
melebihi dari L/1000 untuk semua komponen.

3.16. Tenaga kerja


Menyediakan tenaga kerja, material, peralatan dan transportasi yang
diperlukan untuk menyelesaikan semua beton dan semua pekerjaan pada
lingkup ini seperti yang tercantum pada gambar rencana, atau yang disebut
dalam spesifikasi, maupun pada keduanya.

3.17 Persyaratan Umum

- Bekisting/cetakan harus dipasang dengan kuat dan pada posisi sesuai


dengan gambar pelaksanaan untuk pondasi.

- Pada balok sloof harus dipasang stek-stek untuk kolom-kolom praktis


yang letaknya sesuai dengan gambar pelaksanaan (dokumen lelang).

- Pelaksanaan pekerjaan beton selengkapnya harus mengikuti uraian


pasal 1 di atas (Persyaratan Pengerjaan Beton).

- Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu


pemasangan yang diakibatkan oleh kekurang telitian dan kelalaian
Kontraktor, harus dilaksanakan atas biaya Kontraktor.

- Kekurang tepatan pemasangan karena kesalahan pelaksanaan harus


diperbaiki/ dibetulkan atau diganti dengan yang baru atas biaya
Kontraktor.

37
- Pekerjaan perbaikan yang rusak atau tidak sempurna akibat
pengangkutan di site atau sebab lain, harus segera dilaksanakan.

Pasal 7
PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang meliputi :
 Kolom praktis K6 15/15,20 x 30, mutu beton K – 175
 Penebalan beton Kolom K2 37,5/45 dua sisi K-175
 Penebalan beton Kolom K3 40/50 K-175
 Plat canopy beton 12/45 cm + 12/60 cm K-225
 Angker dan decking besi dia.10 mm,untuk pengikat tulangan wiremash
 Balok lintel atas kusen 12/12,K-175
 Pekerjaan beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

2. PERSYARATAN BAHAN

 Besi Beton.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.3.1

 Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.

 Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.
Pasir yang dipakai harus pasir beton.

 Koral Beton/Split.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.4

 Air.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

 Acuan/Bekisting & Perancah


Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.1.3.
4 PERSYARATAN PELAKSANAAN

a. Campuran & Mutu Beton.


Cor Beton menggunakan mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan
beton bertulang non struktural ini adalah K-175 dan K-225

38
b. Pembesian
Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan, kait-kait, dan sengkang (ring); persyaratannya harus sesuai
dengan NI-2 (PBI-1971).
c. Pekerjaan Acuan/Bekisting
Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah ditetapkan dalam Gambar Kerja.
Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran
tahi gergaji, potongan kayu, tanah, lumpur, dan sebagainya.
d. Pengecoran Beton.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, Kontraktor diwajibkan melaksanakan
pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-
cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian,
pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
Direksi/Konsultan Pengawas.

e. Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting


Pekerjaan pembongkaran acuan/bekisting hanya boleh dilakukan dengan
ijin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun
pada permukaan beton tanpa persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
f. Pekerjaan Pembuatan Kolom Praktis

Pemasangan kolom praktis untuk :


- Setiap pertemuan dinding pasangan batu bata.
- Dinding pasangan batu bata 1/2 batu pada bagian dalam bangunan
setiap luas 9 m2.
- Dinding pasangan batu bata 1/2 batu pada bagian
luar/tepi luar bangunan setiap luas dinding 9 m2.
- Dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

g. Pekerjaan Pembuatan Balok / Lintel & Ring Balok.

Pemasangan balok / lintel dan ring balok :


- di tepi atas/akhir dari dinding pasangan batu bata yang bebas
sebagai ringbalok.
- setiap luas 9 m2 pasangan dinding bata yang tinggi
- dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

h. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai gambar kerja dan atau
seperti terurai dalam pekerjaan beton di bab lain dalam buku ini.

39
i. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis/lintel seperti tercantum dalam
butir 6.3.1.5 dan 6.3.1.6. di atas, terlepas adalah pekerjaan tersebut
tergambar atau tidak dalam Gambar Kerja.

j. Pada setiap pertemuan dinding pasangan bata dengan kolom praktis, ring
balok beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja
harus diperkuat angker diameter 8 mm tiap jarak 50 cm, yang terlebih
dahulu telah ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan kolom dan balok
praktis ini.
Pasal 8
PEKERJAAN PASANGAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
Pemasangan Dinding bata merah dengan Spesifikasi :
- Pasangan dinding biasa
- Pasangan dinding coustic Panel t=14 cm terpasang finish
acian
1 PERSYARATAN BAHAN
a. Bata merah.
Bata merah yang dipakai harus bebas dari cacat, retak, cat atau
adukan, mempunyai sudut siku dan ukuran yang seragam dan
langsung didatangkan dari pabrik atau Distributor.

Sebelum pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan


contoh disertai data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada
Direksi/Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

2 PERSYARATAN PELAKSANAAN

a. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail


bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan
melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.

b. Dalam pekerjaan pasangan dinding bata merah Sebelum dilaksanakan


pemasangan,Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas
permukaan tersebut.

c. Aduk Perekat/Spesi.

d. Adukan perekat/spesi untuk pasangan bata merah kedap air adalah


campuran 1 PC : 3 PS untuk :

- Plesteran acian beton

40
- Dinding pasangan daerah basah.
- Dinding pasangan bata merah yang langsung berhubungan
dengan luar.
- Saluran.

e. Untuk semua pasangan bata merah terhitung dari P + 0.20 ke atas,


dipakai aduk perekat/spesi campuran 1 PC : 5 PSR terkecuali yang
disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

f. Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan pasal 1 dalam Bab


ini.

j. Pekerjaan pemasangan bata merah harus benar-benar vertikal dan


horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur tepat.
Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau
pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200
cm vertikal dan horizontal.

Pasal 9
PEKERJAAN PASANGAN, ADUKAN DAN CAMPURAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Pasangan lantai dan dinding keramik
 Pasangan Dinding bata 1/2 bata.

 Pasangan batu andesit.


 Pekerjaan pasangan lainnya seperti tercantum dalam Gambar
Kerja.

1. PERSYARATAN BAHAN

a. Batu Bata.
Batu bata yang dipakai harus bebas dari cacat, retak, cat atau adukan,
mempunyai sudut siku dan ukuran yang seragam dan langsung
didatangkan dari pabrik atau penjual.
Sebelum pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh
disertai data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada
Direksi/Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

b. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 Butir 1.2.1.

41
c. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 Butir 1.2.2.

d. Air.
Sesuai dengan Pasal 1 Butir 1.2.3.

2. PERSYARATAN PELAKSANAAN
a. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail
bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan
melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.

b. Dalam pekerjaan pasangan dinding bata Sebelum dilaksanakan


pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga
jenuh air . Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas
permukaan batu bata tersebut.

c. Aduk Perekat/Spesi.
a. Adukan perekat/spesi untuk pasangan batu bata kedap air adalah
campuran 1 PC : 3 PS untuk :
- Plesteran acian beton
- Dinding pasangan bata daerah basah.
- Dinding pasangan bata yang langsung berhubungan dengan luar.
- Gravel / Saluran.

b. Untuk semua pasangan batu bata terhitung dari P + 0.20 ke atas,


dipakai aduk perekat/spesi campuran 1 PC : 5 PSR terkecuali yang
disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

c. Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan pasal 1 dalam


Bab ini.

d. Pekerjaan pemasangan batu bata harus benar-benar vertikal dan


horizontal.Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur
tepat.Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau
pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200
cm vertikal dan horizontal.

e. Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk
kasar sampai setinggi permukaan tanah

f. Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air


terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.

42
g. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi
5%.
Bata yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh digunakan.
h. Ketebalan jadi (setelah di-finish dengan plester aci halus) :
 Dinding bata 1/2 batu harus setebal 15 cm.
 Dinding bata 1 bata harus setebal 25 cm.

1.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Pekerjaan adukan pasangan bata adukan 1 : 3 ( trasraam )
 Pekerjaan adukan pasangan bata adukan 1 : 5
 Plesteran adukan pondasi batu kali
 Pekerjaan adukan pasangan keramik
 Pekerjaan adukan lain seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

1.2. PERSYARATAN BAHAN


1.2.1. Semen
Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat Teknis Struktur.
1.2.2. Pasir
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang
tajam, keras, bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-
bahan organis.

1.2.3. Air
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik,
basa, garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.

1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN


1.3.1. Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran seperti
dibawah ini :

1.3.2. Jenis Adukan


a. Adukan biasa adalah campuran 1 PC : 5 PS
Adukan ini untuk pasangan batu bata, pondasi setempat biasa dan
batu tempel serta untuk menutup semua permukaan dinding
pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air
seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

b. Adukan kedap air adalah campuran 1 PC : 3 PS.


Adukan plesteran ini untuk :
Semua pasangan bata, Pas. Dinding Keramik k. mandi, adukan
pondasi batu kali traasraam dan plesteran beton di bawah

43
permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20 cm dari permukaan
lantai, kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja.

Pasal 10
PEKERJAAN PLESTERAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Plesteran acian halus untuk dinding pasangan bata dan permukaan beton.
 Plesteran kedap air.
 Plesteran biasa.
 Plesteran Beton
 Plesteran kasar untuk dinding pasangan bata yang tertanam dalam tanah.
 Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam Gambar Kerja.

2. PERSYARATAN BAHAN
2.1. Semen.
Sesuai dengan Pasal butir 1.2.1.

2.2. Pasir.
Sesuai dengan Pasal butir 1.2.2.

2.3. Air
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
3.1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding
pasangan bata atau bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh
Konsultan Pengawas

3.2. Jenis Plesteran.


a. Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dihaluskan.
Campuran plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air, yaitu
1 PC : 3 PS. Dipakai untuk :

- Menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah


hingga ke permukaan tanah dan atau lantai.
b. Plesteran biasa adalah campuran 1 PC : 5 PS.
c. Plesteran kedap air adalah campuran 1 PC : 3 PS.
Aduk plesteran ini untuk :
- Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian
sampai 30 cm dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam
gambar kerja.

44
- Semua bagian permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus
kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian
150 cm ( untuk k. Mandi ) dari permukaan lantai.

d. Plesteran halus/aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat


sedemikian rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen.
Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari
dinding pasangan.

3.3. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih
dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus
dibersihkan dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”).
Tebal Plesteran adalah minimal 1,5 cm dan maximal 2,5 cm.Jika ketebalan
melebihi 2,5 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang
diikatkan/dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang bersangkutan,
untuk memperkuat daya lekat plesteran.

3.4. Pemeliharaan.
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
dengan wajar.
Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindunginya dari terik panas matahari langsung dengan
bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat.
Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian
selesai.
Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya 2 (dua) kali
sehari sampai jenuh.

Pasal 11
PEKERJAAN PASANGAN KERAMIK DAN GRANITILE

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Pekerjaan lantai Granit Tile + tangga,40 x 40 sek.Niro ( solfen matt S04 )
 Pekerjaan Plint lantai keramik , 10 x 40 sek.Niro
 Pekerjaan Stair Nozing tangga Kramik , 10 x 40 sek.Roman
 Pekerjaan Stair Nozing tangga granite , 10 x 60 sek.Niro Granite Tile
 Pekerjaan Dinding Granite t=2 cm untuk dinding Lift
 Pekerjaan Lantai Kramik, 40 x 40 untuk KM/WC sek. Roman
 Pekerjaan Lantai Kramik, 20 x 20 untuk KM/WC sek. Roman
 Pekerjaan Lantai Kramik, 20 x 25 untuk KM/WC sek. Roman

45
 Pekerjaan Border Kramik, 5 x 20 untuk KM/WC sek. Roman ( pabrikasi )
 kamar mandi/toilet dan tempat lain yang ditunjukkan pada Gambar Kerja.

2. PERSYARATAN BAHAN
2.1. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 Butir 1.2.1.
2.2. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 Butir 1.2.2.
2.3. Air.
Sesuai dengan Pasal 1 Butir 1.2.3.
2.4. Granit Tile Lantai
Jenis : Standard
Permukaan : Rata untuk lantai .
Ketebalan : 6 mm.
Warna : Ditentukan kemudian.
Ukuran : Granit Tile 40 x 40 cm untuk Lantai
Kualitas : kelas I, heavy duty, single firing.
Produk : setara Niro

2.5. Keramik K. Mandi/ WC ( Ceramic Tile )


Jenis : Standard
Permukaan : Non slip/Unglazed untuk lantai KM/WC.Glazed untuk dinding
KM/WC.
Ketebalan : 6 mm.
Warna : Ditentukan kemudian.
Ukuran : Keramik 20 x 20 cm untuk Lantai K. Mandi
dan 20 x 25 Polish untuk dinding KM/Toilet
Kualitas : kelas I, heavy duty, single firing.
Produk : setaraf Roman
Produk perekat : Flexicoat setaraf Lemkra.

2.6. Keramik Lantai ( Ceramic Tile )


Jenis : Standard
Permukaan : Rata untuk lantai
Ketebalan : 6 mm.
Warna : Ditentukan kemudian.
Ukuran : Keramik 40 x 40 cm
Kualitas : kelas I, heavy duty, single firing.
Produk : setara Roman

2.7. Border Keramik


Jenis : Standard ( Pabrikasi )
Permukaan : disesuaikan
Ketebalan : 6 mm.
46
Warna : Ditentukan kemudian.
Ukuran : Keramik 5 x 20 cm
Kualitas : kelas I, heavy duty, single firing.
Produk : setara Roman

2.8. Adukan Pengisi Siar

Aduk pengisi siar dan nat yaitu dengan menggunakan cairan Flexicoat,
sistem pelaksanaan pengisian nat dengan koas kecil.

2.9. Kontraktor harus mengajukan contoh bahan keramik sebanyak 3 (tiga) set
kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk mendapatkan persetujuan
(Tekstur dan warna), selanjutnya dipakai sebagai standard dalam
memeriksa/menerima bahan yang dikirim ke lapangan.

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN

3.1. Pada saat pemasangan keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak,
cacat atau ternoda dan warna sesuai dengan yang disyaratkan.
3.2. Sebelum pemasangan keramik, harus dilakukan pengukuran dengan
waterpas (selang atau alat lain) agar permukaannya merata.
3.3. ukuran/dimensi dan keramik harus presisi agar dihasilkan pemasangan
yang rapi.
3.4. Seluruh pemasangan keramik tidak boleh terkena air, karena menggunakan
sistem Flexicoat.
3.5. Pemasangan keramik dengan menggunakan cairan Flexicoat, sebelum
keramik dipasang harus diamplas terlebih dahulu pada kedua permukaan
adukan keramik yang akan disatukan. Permukaan/bidang yang akan
direkatkan dengan Flexicoat harus bersih, bebas dari debu dan kotoran
yang mengganggu, selanjutnya kedua permukaan tersebut diolesi dengan
cairan Flexicoat dengan ketebalan masing-masing 1 - 2 mm dan tunggu
sekitar ± 10 menit, kemudian keramik direkatkan.

3.6. Pemotongan keramik harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai


dengan petunjuk pabrik.
3.7. Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, keramik harus dihindarkan dari
injakan atau pemberian beban.

3.8. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, semua pipa sparing dan atau jaringan
pipa sudah harus terpasang pada tempatnya.
Kontraktor harus mempelajari gambar kerja dan berkoordinasi dengan
pekerjaan Plumbing dan Mekanikal di bawah pengarahan Konsultan
Pengawas/Direksi.

47
Pasal 12
PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA ALUMUNIUM

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Pekerjaan Rangka Kusen :
 Kusen pintu, jendela dan bouvenlight
 Pekerjaan lain yang tercantum dalam Gambar Kerja.

2. PERSYARATAN BAHAN
2.1. Ukuran kusen adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

2.2. Rangka Kusen alumunium


Alumunium Warna Coklat 4 ‘’ lengkap acesories sekualitas Alexindo.
Referensi bahan sesuai dengan SII , mutu kelas A untuk keawetan dan
kekuatan material.

2.3. Mutu dan kualitas bahan yang dipakai sesuai persyaratan seperti diuraikan
butir berikut ini.Semua bahan yang dipakai harus kuat, lurus, tidak mudah
bengkok , tanpa cacat Ukuran bahan adalah ukuran jadi seperti tercantum
dalam Gambar Kerja.

2.4. Bahan & Alat Bantu.


Bahan yang dipakai adalah tipe A dengan referensi SII .
Bahan perekat adalah lem silent untuk karet, produk kualitas baik atau
setaraf Fox.Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabolt, kawat
dan lain-lain harus digalvanisasi.

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan untuk :
Mempelajari bentuk, pola penempatan, cara pemasangan dan detail sesuai
Gambar Kerja agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan yang
mengakibatkan pembongkaran.
Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat penggantung,
angker, dynabolt, sekrup, paku & lem perekat harus rapi dan sempurna
serta tidak diperkenankan mengotori bidang-bidang tampak.

Khusus untuk bahan sambungan/pengikat dari besi seperti angker,


sengkang, pelat dan sebagainya; sebelum terpasang harus sudah diberi
lapisan anti karat yang memenuhi persyaratan dalam Pasal Pekerjaan
Pengecatan di buku ini.

48
Khusus pada permukaan bidang tampak/exposed tidak diperkenankan
pemasangan paku tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas.

Apabila pada sistem perkuatan yang tertera dalam gambar dianggap kurang
kuat oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan tanggungan Kontraktor
untuk menambahkannya setelah disetujui Konsultan Pengawas.

Pasal 13
PEKERJAAN DAUN PINTU, DAUN JENDELA,
BOVENLIGHT ALUMUNIUM DAN PARTISI.

1.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Pekerjaan daun Pintu Alumunium 4 inc Warna sek. Alexindo.
 Pekerjaan Partisi
 Rangka daun Jendela dan Bovenlight alumunium lengkap acesories

1.2. Persyaratan Bahan


1.2.1. Daun Pintu, Daun Jendela,Bovenlicht Alumunium & Partisi.
Bahan Rangka daun jendela dan
bovenlight : Alumunium Silver 4’’
Panel daun pintu : Multiplek 6 mm lapis Mega teak 3 mm
Ukuran : sesuai Gambar Kerja
Persyaratan :liat Bab Pekerjaan kusen alumunium

Bahan Rangka Dinding Partisi


Rangka : Besi Hollo 4.4.1.2
Panel daun pintu : Multiplek 6 mm lapis Mega teak 3 mm
Ukuran : sesuai Gambar Kerja

1.2.2. Kaca
Sesuai dengan persyaratan bahan kaca dalam bab Pekerjaan Kaca.

1.3. Persyaratan Umum.

1.3.1. Tipe pintu, jendela, yang terpasang harus sesuai dengan Daftar Tipe yang
tertera dalam Gambar kerja dengan memperhatikan ukuran-ukuran,
material, detail, arah bukaan, dan lain-lain.

1.3.2. Semua daun pintu dan daun jendela, bovenlight dibuat baru baik rangka
maupun lapisan penutupnya .

1.4. Persyaratan Pelaksanaan.

49
1.4.1. Untuk Pekerjaan daun pintu harus memenuhi persyaratan pelaksanaan
Pekerjaan alumunium.
1.4.2. Semua ukuran daun pintu dan daun jendela yang tertera dalam Gambar
Kerja adalah ukuran jadi dan harus lurus, tanpa cacat, melenting, cacat
akibat benturan, cacat paku, ataupun retak-retak yang dapat menurunkan
mutu pekerjaan.
Jika hal-hal tersebut ditemui, maka Kontraktor harus mengganti dengan
biaya ditanggung Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai biaya kerja
tambah.

1.4.3. Disyaratkan :
Dibuat alur air pada sisi sebelah luar kusen baik secara vertikal maupun
horisontal.

1.4.4. Pelaksanaan Pemasangan :


Pemasangan daun pintu dan jendela harus terpasang sejajar tidak timpang
dalam pemasangan tidak goyah tidak macet / seret apabila dibuka dan
ditutup celah tidak terlalu besar dan diberikan teloransi untuk pemuaian.
Prinsip pelaksanaan ini perlu diperhatikan dan dijaga agar tidak terjadi
pembongkaran kembali pekerjaan dikemudian hari.

1.4.5. Daun Pintu alumunium.


Pelaksanaan harus memenuhi persyaratan pelaksanaan Pekerjaan pintu
alumunium sesuai persyaratan Pekerjaan alumunium.

Pasal 14
PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU & JENDELA
(ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI)

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi :
 Pekerjaan pemasangan engsel pintu dengan engsel baru
 Pekerjaan pemasangan kunci baru termasuk pintu KM/WC
 Pekerjaan pemasangan selot baru untuk daun pintu dobel
 Pekerjaan pemasangan hak angin dan engsel jendela baru
 Pekerjaan perlengkapan pintu & jendela lainnya seperti tercantum dalam
gambar kerja.

2. PERSYARATAN BAHAN
Semua alat penggantung & pengunci (“hardware”) yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam buku spesifikasi ini.

50
Apabila terjadi perubahan atau penggantian, harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu secara tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen.

2.1. Perlengkapan Pintu Ayun

a. Engsel.
1. Mekanisme: Ayun satu arah (“single swing”).
Spesifikasi : Tipe standard, memenuhi standard SII.
Pemakaian : Pintu tunggal dan pintu ganda
Ukuran : Standard produk
Jumlah : 2 (dua) set per daun pintu./ sesuai standard
fabrikasi
Produk : Ex Lokal mutu terbaik.
Warna : disesuaikan kusen dan pintu.

b. Kotak Kunci (“Lockcase”).


1. Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”).
Pemakaian : Pintu tunggal
Spesifikasi : Lockcase
Produk : lokal.
Warna : disesuaikan .

c. Pegangan (“Handle”).
1. Spesifikasi : Handle untuk membuka lidah penahan
(“Latch Bolt”) secara mekanis yg menyatu
dengan silinder kunci.
Pemakaian : Untuk semua pintu selain KM/WC.
Produk : lokal. mutu terbaik
Warna : Ditentukan kemudian.

2. Spesifikasi : Pegangan dg tombol putar, kunci pd bagian


dalam
Pemakaian : Pintu R. KM/WC.
Produk : lokal. mutu terbaik
Warna : Ditentukan kemudian.

2.2. Perlengkapan Daun Jendela


a. Engsel Jendela.
Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”).
Spesifikasi : Tipe sesuai fabrikasi, memenuhi standard
SII.
Pemakaian : semua daun jendela
Ukuran : Standard produk
Jumlah : 2 (dua) set per daun jendela.sesuai

51
standard fabrikasi
Produk : Ex Lokal mutu terbaik.
Warna : ditentukan kemudian.
b. Selot Jendela.
Mekanisme : ditarik ke atas (dengan per)
Pemakaian : semua daun jendela
Spesifikasi : standard
Jumlah : 1 (satu) set per daun pintu.
Produk : lokal mutu terbaik.
Warna : disesuaikan.

c. Hak Angin Jendela.


Mekanisme : geser
Pemakaian : semua daun jendela
Spesifikasi : Ramskar geser dengan baut pengunci
Jumlah : 1 (satu) set per daun pintu.
Produk : lokal mutu terbaik.
Warna : ditentukan kemudian.

2.3. Kehandalan Kerja.


Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan
baik sebelum dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan
keadaan di lapangan.
Engsel atas, dipasang + 28 cm (as) dari permukaan atas dan permukaan
bawah pintu pada pintu-pintu umum biasa.
Engsel pintu toilet/peturasan adalah + 32 cm (as) dari permukaan bawah
pintu.

Pasal 15
PEKERJAAN KACA

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Pekerjaan kaca daun jendela dan lubang cahaya (bovenlicht).
 Pekerjaan kaca seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
 Dinding kaca pemisah, kaca cermin di ruang latihan

52
2. PERSYARATAN BAHAN
Semua kaca yang dipakai dari standard produk dengan SII 0189/78. Produk
ASAHIMAS FLAT GLASS , ASAHIMAS MIRROR GLASS

2.1. Tipe Bahan.


 Kaca :
a.Kaca bening (clear float glass).
Tebal : 5 dan 12 mm.
Warna : bening (clear).
Pemakaian : semua daun jendela dan bouvenlicht
ruangan dalam dan arah keluar
bangunan.
Tipe/Produk : lokal. mutu terbaik
b. Kaca CERMIN (MIRROR COATED glass).
Tebal : 6 mm.
Warna : MUKA bening (clear)
DAN BELAKANG LAPISAN PERAK/CERMIN
Pemakaian : Dinding ruangan latihan,dengan
rangka dan bingkai utk pelindung.
Tipe/Produk : lokal. mutu terbaik

Semua kaca harus bebas dari noda dan cacat, bebas sulfida maupun
bercak-bercak lain. Semua bahan kaca yang dipakai harus mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
2.2. Toleransi tebal :
Ketebalan kaca dan cermin lembaran tidak boleh melebihi toleransi tebal
sebagai berikut :

JENIS TEBAL TOLERANSI


(mm) (mm) (mm)

5 5 + 0,3
6 6 + 0,3
12 12 + 0,3

2.3. Kesikuan.
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut siku
serta tepi potongan yang rata dan lurus.
Toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah 1,5 mm per
meter.

53
2.4. Cacat-cacat.
Kaca lembaran yang dipakai harus bebas dari cacat dan noda apapun.
Lapisan perak (“Chemical Deposited Silver”) pada kaca cermin yang dipakai
harus terlihat merata. Apabila terjadi bercak-bercak hitam, maka kaca
cermin harus diganti atas biaya Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai
biaya pekerjaan tambah.

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN

3.1. Pekerjaan Pemasangan Kaca Jendela.


Sebelum pemasangan kaca, kusen telah terpasang kokoh dan telah selesai
sesuai dengan Gambar Kerja dan memenuhi persyaratan pekerjaan
kusen/logam yang diuraikan pada bab lain dalam buku ini.
3.2. Pekerjaan Pemasangan Kaca Cermin.
Bidang rangka tinggi 2,4 M lebar sesuai bidang dinging yang
ada, terbuat dari kayu 5/7 dibuat dengan sambungan takik
dipaku dan di fischer sedalam 7cm ke dinding, papan multi 9mm
di skrup ke rangka dengan jarak maksimal setiap 60cm.
Cermin di rekatkan dengan perekat ke papan multipleks, dan di
tepi bidang di beri penjepit kaca. Untuk bingkai dibuat dari multi
dengan ketebalan sesuai dengan ketebalan jadi dari susunan
rangka-papan dan cermin.

Pasal 16
PEKERJAAN SANITER

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pengadaan dan pemasangan :
 Pasangan kloset Duduk sek. Toto
 Pasangan Urinoir sek.Toto
 Pasangan Shower hand sek.Toto
 Pasangan Floor Drain stainless 3’’
 Pasangan Zet Washer
 Pasangan Wastafel Gantung lengkap kaca cermin sek.Toto
 Pekerjaan Pemasangan Kran dinding ½ “ sek. San – Ei

2. PERSYARATAN BAHAN
Jenis, ukuran, warna sesuai petunjuk Gambar serta RKS ini dan yang telah
disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/Direksi

2.1. KLOSET DUDUK


Produk : mutu terbaik setara toto
Bahan : Keramik

54
Tipe : Duduk.
Warna : Ditentukan kemudian.

2.2. URINOIR
Produk : mutu terbaik setara toto
Bahan : Keramik
Tipe : Duduk.
Warna : Ditentukan kemudian.

2.3. WASTAFEL GANTUNG LENGKAP KACA CERMIN


Produk : lokal. mutu terbaik
Bahan : Keramik
Tipe : standard

2.4. ZET WASHER


Produk : mutu terbaik setara toto
Bahan : Stainles
Tipe : Standard.

2.5. FLOOR DRAIN


Produk : lokal. mutu terbaik
Bahan : Stainless
Ukuran : 3”

2.6. KRAN
Produk : mutu terbaik Sek. San-ei
Ukuran :½“
Type : kran dinding

Perlengkapan (“accessories”) untuk unit-unit saniter tersebut di atas harus


lengkap dari kran sampai pipa pembuangan (“drain”).
Semua “accessories” yang terpasang harus utuh, tidak cacat, dan lengkap.

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
Sambungan pipa dengan “accessories” unit saniter pada umumnya
menggunakan sambungan ulir.
Penyambungan dengan ulir ini terlebih dahulu harus dilapisi dengan “Red
Lead Cement” dan memakai pintalan atau serat halus.Pada tempat-tempat
khusus digunakan sambungan “flanged”.
Pada penyambungan dengan “flanged” perlu dilengkapi dengan “ring type
gasket” untuk lebih menjamin kekuatan sambungan.

55
Pasal 17
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT/PLAFOND

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Pasangan Plafond Gypsum t = 9 mm sek.Jayabord
 Pasangan Plafond GRC t = 6 mm
 Pasangan Plafond GRC t = 4 mm
 Pasangan Plafond Linier warna t = 0.4 mm sek.Luxalon
 Pasangan List Profil Gypsum C 7
 Pekerjaan Rangka Hollo 4 x 4 dan 4 x 2

2. PERSYARATAN BAHAN
2.1. Gypsum lembar
Tebal : 9 mm
Ukuran Panel : 120 x 240 cm
Produk : lokal, mutu terbaik ( setara Jayaboard)

2.2. GRC lembar


Tebal : 6 mm
Ukuran Panel : 120 x 240 cm
Produk : lokal, mutu terbaik

2.3. GRC lembar


Tebal : 4 mm
Ukuran Panel : 120 x 240 cm
Produk : lokal, mutu terbaik

2.4. Rangka Langit-langit.


Bahan : Hollo
Ukuran : 20.40 dan 40.40
Bahan harus memenuhi persyaratan bahan.

2.5. Lis Profil Gypsum


Ukuran lis profil : C. 7
Produk : lokal, mutu terbaik

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
3.1. Ketinggian kerangka langit-langit setelah terpasang dan disetel harus sesuai
dengan ketinggian langit-langit jadi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

3.2. Bahan yang digunakan untuk rangka plafond adalah hollo 20.40 dan 40.40
untuk rangka induk . ukuran rangka plafond adalah 50 x 50 cm .

56
3.3. Pemasangan rangka plafond harus selalu melakukan koordinasi dengan tim
yang akan memasang titik lampu apabila pemasangan lampu yang
digunakan adalah type inbow

3.4. Lembaran-lembaran Gypsum harus dipasang pada rangka yg sdh terpasang


dengan skrup pada setiap jarak 20 cm (1,5 cm dari tepi).
Di bagian tengah lembaran dipaku dengan skrup secukupnya pada rangka
agar permukaan bidang tidak melendut. Bahan plafond gypsum digunakan
untuk semua ruangan yang tercantum pada gambar kerja

3.5. Setelah penutup plafond terpasang, pada bagian sambungan dan kepala
paku ditutup dengan kain kassa dan dirapihkan dengan menggunakan
calsibond hingga permukaanya menjadi rata.

3.6. Rangka plafond yang baru harus dalam kondisi baik dan memenuhi syarat
untuk dipergunakan

3.7. “Finishing” adalah cat acrylic (cat tembok).


Pelaksanaan pengecatan harus memenuhi persyaratan pekerjaan pengecatan
seperti diuraikan dalam bab Pekerjaan Cat & Laburan dalam RKS ini. Warna
ditentukan kemudian.

Pasal 18
PEKERJAAN PENGECATAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Pekerjaan pengecatan permukaan dinding, beton yang ditampakkan, dan
langit-langit dengan cat tembok.
 Pengecatan kayu lisplank, list plafond
 Pekerjaan pengecatan Plint dengan cat plincoat.
 Pekerjaan Plitur panel daun pintu.

1.1. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Plesteran Dinding, Beton dan Langit-


Langit.
Semua permukaan plesteran dinding, permukaan beton yang tampak/
exposed dan langit-langit seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

1.2. Pekerjaan Pengecatan Kayu.


 Cat akhir (“finish”) untuk permukaan kayu yang ditampakkan, seperti :
lisplank atau tempat lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

57
 Cat dasar/meni besi untuk pekerjaan pengecatan kayu seperti tercantum
dalam Gambar Kerja.

2. PERSYARATAN BAHAN
2.1. Cat Tembok.
Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas utama, sek. Premio Extera tahan
terhadap Cuaca dan garam, produk lokal. mutu terbaik .

2.2. Cat Plafond.


Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas utama, sek. Premio Extera tahan
terhadap Cuaca dan garam, produk lokal. mutu terbaik .

2.3. Cat Logam .


Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss sek. Avian atau Produk lokal.
mutu terbaik.

2.4. Plamur.
Bahan dari kualitas utama, produk ex Lokal mutu terbaik.

2.5. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di mengenai
kemurnian cat yang akan dipergunakan, Pembuktian berupa :
 segel kaleng
 test BD
 test laboratorium
 hasil akhir pengecatan

2.6. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat
pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2.
Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula
cat, jumlah lapisan, dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan
akhir

2.7. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas, untuk


kemudian akan diteruskan ke Pejabat Pembuat Komitmen, minimal 5 Galon
tiap warna dan jenis cat yang dipakai.
Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan
jelas identitas cat yang ada di dalamnya.Cat ini akan dipakai sebagai
cadangan oleh Pejabat Pembuat Komitmen untuk Perawatan.

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
3.1. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas
yang menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.

58
3.2. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecatan, permukaan dinding kering
dan bersih, diamplas/dibersihkan terlebih dahulu hingga permukaan bidang
yang akan dicat terlihat bersih.dan kering

3.3. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun
atau membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus
menyediakan peralatan pelindung misalnya : masker, sarung tangan dan
sebagainya yang harus dipakai waktu pelaksanaan pekerjaan.

3.4. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan roll cat.

3.5. Standard Pengerjaan (“Mock-Up”).


Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada
satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang
tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara
pengerjaan.
Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini akan ditentukan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. Jika masing-masing bidang tersebut telah
disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan Perencana, maka bidang-
bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan Pekerjaan
Pengecatan.

3.6. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Direksi/Konsultan Pengawas harus


diulang dan diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada
cat dasar atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana
ditunjukkan oleh Direksi/ Konsultan Pengawas.
Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding, Beton dan Langit-Langit :
a. Sebelum pelaksanaan :
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak, kotoran atau
noda lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang
pernah dicat dan dalam kondisi kering.

b. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.


Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak memungkinkan
untuk menggunakan roller.

c. Permukaan Interior.
Lapisan Pertama :
Cat jenis Acrylic Wall Filler.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kape.
Ketebalan lapisan adalah 25 – 150 micron atau daya sebar per liter
adalah 10 m2.
Tunggu selama minimum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.

59
Lapisan kedua dan Ketiga :
Cat jenis Vynil Acrylic Emulsion.
Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.Ketebalan lapisan adalah 25–40
micron atau daya sebar per liter adalah 11–17 m2. Tenggang waktu
antara pelapisan minimum 12 jam. Warna ditentukan kemudian.

d. Permukaan Exterior.
Lapisan Pertama :
Cat jenis Acrylic Wall Filler.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kape.

Ketebalan lapisan adalah 25 – 150 micron atau daya sebar per liter
adalah 10 m2.
Tunggu selama minimum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.

Lapisan kedua dan Ketiga :


Cat jenis Watershield.
Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Ketebalan lapisan adalah 25–40 micron atau daya sebar per liter adalah
11–17 m2. Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam. Warna
ditentukan kemudian.

3.7. Pekerjaan Pengecatan logam Yang Ditampakkan.


Bersihkan seluruh permukaan besi dari bahan yang mengotori atau bahan
lain yang sekiranya akan mengganggu jalannya pekerjaan finishing.

3.8. Pekerjaan Pengecatan logam yang Tidak Ditampakkan.


Untuk semua permukaan logam yang tidak ditampakkan hanya cat
dasar/menie besi warna hijau 1 lapis Pelaksnaan dengan kuas.

PEKERJAAN LOGAM

Pekerjaan Pagar Tribun

Lingkup Pekerjaan
Persyaratan Bahan
Persyaratan Pelaksanaan.
PEKERJAAN PANEL PAPAN

60
Lingkup Pekerjaan
Persyaratan Bahan
Persyaratan Pelaksanaan.

PEKERJAAN LANTAI PARKET

Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Pekerjaan pembongkaran penutup lantai eksisting berupa laminate flooring
beserta lapisan underlayer nya apabila dinilai kondisinya juga tidak sesuai
spesifikasi
 Pekerjaan Plint lantai keramik warna, 10 x 40 sek.Niro
 Pekerjaan parquette kayu jati ketebalan 15 – 18 mm, ukuran 5 x 20
 Pekerjaan underlayer parquette : lapisan anti lembab
(sheet/coat), lapisan rubber mat dampfer, lapisan multipleks 2x12
mm
 Pekerjaan joint antara paket dengan lantai keramik
 Pekerjaan finishing akhir permukaan parket
 Perawatan hingga serahterima.

Persyaratan Bahan

Bahan pelapis anti lembab


Bahan underlayer multipleks
Lem dan perekat parket
Joint sealer
Top coating parquete

Persyaratan Pelaksanaan.

PEKERJAAN PENUTUP CELAH ATAP UTAMA dan CELAH ATAP TRIBUN

Lingkup Pekerjaan
Persyaratan Bahan
Persyaratan Pelaksanaan.

61
PASAL 21
PEKERJAAN PLAMBING/SANITASI

1.0. UMUM

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plambing / Sanitasi yang diuraikan di sini


adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal
pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam
hal ini Syarat-syarat Umum teknis pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah
bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

2.0. LINGKUP PEKERJAAN

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi


plumbing (pembuangan air kotor, air bekas dan penyediaan air bersih) di
dalam dan di luar bangunan sampai suatu sistem keseluruhan maupun
bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun
yang dispesiflkasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material,
instalasi dan testing terhadap seluruh material, serah terima dan
pemeliharaan selama 6 (enam ) bulan. Ketentuan-ketentuan yang baik
tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat
teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara
keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pokerjaan yang harus dilaksanakan pada provek ini ada!ah
:Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan,
material, peralatan dan perlengkapan sistem plambing / sanitasi sesuai
dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada
syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem / peralatan,
walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknis Khusus atau gambar
dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plambing dan sanitasi ini adalah
sebagai berikut :

2.1. Instalasi Air Bersih


Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam
dan di luar bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai
dengan gambar rencana dan spesifikasi tekniknya.

Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani


instalasi plambing serta peralatan-peralatannya.

Pembersihan pipa (plushing) dengan menggunakan aliran air yang


bertekanan oleh pompa yang disediakan oleh Kontraktor.

Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis


secara parsial dan untuk seluruh sistem pemipaan serta
mengadakan pengamatan sampai sistem bekerja dengan baik dan
aman.

72
Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta
pembersih site.

2.2. Instalasi Air Kotor / Air Buangan

2.2.1. Pengadaan dan Pemasangan pipa air kotor / air buangan


Iengkap dengan peralatan dan berada di dalam bangunan,
antara lain WC, urinoir, wastafel, floor drain, clean out dan
lain sebagainya.
2.2.2. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan
dari dalam bangunan menuju saluran drainnase dan
septictank.
2.2.3. Pembuatan septic tank lengkap dengan pemipaan vent-out
dan filternya.
2.2.4. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.
2.2.5. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan
tekanan hidrolis.
2.2.6. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat
kerja yang diperlukan.

3.0. UMUM

3.1. Pengecatan.

3.1.1. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka


penggantung, rangka penyangga, semua unit yang dirakit di
lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat dengan
lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan
persyaratan pengecetan yang sesuai dengan bahan masing-
masing.

3.1.2. Pengecetan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di


pabriknya atau dinyatakan lain dalarn spesifikasinya atau
untuk bahan aluminium.

3.1.3. Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor


identifikasi bagi peralatannya dengan cat.
Sebelumnya Kontraktor wajib memberitahukan mengenai
tanda-tanda yang hendak dipasang pada peralatan-perlatan
itu kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.( Pengawas)

3.2. Peralatan.

3.2.1. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul


kotoran pada tempat-tempat rendah tertutup.

3.2.2. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tipe fitting


untuk penempatan alat ukur yang tidak dipasang tetap pada
tempat-tempat yang penting.

73
3.2.3. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur
yang baik dan ketelitian tinggi serta simetris.

3.2.4. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah


pada pipa ditempat tempat tertentu untuk menunjukkan
arah aliran dengan cat.

3.3. Ukuran (Dimensi)

Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail terdapat pada


gambar harus ditaati oleh Kontraktor.

Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan


bila terjadi perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera
dibicarakan dengan Konsultan Manajemen Konstruksi.( Pengawas)

Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran


dan penggambaran yang diperlukan guna memudahkan
pelaksanaan.

4.0. INSTALASI AIR BERSIH

4.1. Pipa
Pipa dengan dia 1" s/d 3", baik pipa utama maupun pipa cabang,
termasuk yang menuju fixtures menggunakan pipa PVC AW sek
WAVIN.

4.2. Fitting.
Fitting-fitting harus terbuat dari material yang sama dengan bahan
pipa.

4.3. Valves.
Valve dengan diameter lebih kecil dari 3" diperkenankan
menggunakan sambungan ulir (screwed) kitz,Toyo dan Nagano.

Valve pada fixture dari brass metal atau bahan yang tidak berkarat,
khusus dibuat untuk fixture tersebut, harus mengkilat tanpa cacat.

Semua valve harus mempunyai diameter yang sama besar dengan


pipanya.

Semua valve dari merek kitz,Toyo dan Nagano atau yang setara.
Setiap penawaran harus dilengkapi dengan brosur / katalog dari
pabrik pembuat.
Kelas valve yang digunakan adalah pn 150 (150 psi).

74
4.5. Pemasangan Pipa.

4.5.1. Pipa Tegak


Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam
tembok / lantai. Kontraktor harus membuat alur-alur dan
lubang-lubang yang diperlukan pada tembok sesuai pada
kebutuhan pipa. Setelah pipa dipasang, diklem dan diuji
harus ditutup kembali sehingga tidak keliharan dari luar.
Cara penutupan kembali harus seperti semula dan finish
yang rapi sehingga tidak terlihat bekas-bekas dari bobokan.

4.5.2. Pipa Mendatar.


Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah lantai,
pipa harus dipasang dengan penyangga (support) atau
penggantung (hangger). Jarak antara pipa dengan dinding
penggantungan bisa disesuaikan dengan keadaan lapangan.

4.5.3. Penyambung Pipa.


a. Sambungan Ulir.
Penyambung an ulir antara pipa derigan fitting dilakukan
untuk pipa dengan diameter sampai 40 mm (11/2").
Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga fitting dapat masuk pada pipa dengan diputar
tangan sebanyak 3 uiir. Semua sambungan ulir harus
nenggunakan perapatan henep dan zinkwite dengan
campuran minyak.
Semua pemotongan pipa menggunakan pipe cutter
dengan pisau roda. Tiap ujung pipa bagian dalam harus
dibersihkan dari bekas pemotongan dengan reamer.
Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat
sambungan.

b. Sambungan Lem.
Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC
menggunakan lem yang sesuai dengan jenis pipa dan
menurut rekomendasi pabrik.
Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, dan hal ini
dapat dilakukan dengan alat press khusus.
Pemotongan pipa harus tegak lurus terhadap pipa.

c. Sambungan Las.
Sambungan las hanya diijinkan untuk pipa selain pipa air
minum. Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan
fitting las, dengan kawat las / elektrode yang sesuai.
Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh
bekerja sesudah mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan
Manajemen Konstruksi.

75
Setiap bekas sambungan las harus segera di cat dengan
cat khusus untuk itu.

d. Sleeves.
Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik
setiap kali pipa tersebut menembus beton.
Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk
memberikan ruang longgar di luar pipa maupun isolasi.
Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang atau
baja.
Untuk yang diinginkan kedap air harus di lengkapi
dengan sayap / flens / water stop.
Untuk pipa-pipa harus menembus kontruksi bangunan
yang mempunyai lapisan kedap air (water proofing)
harus dari jenis flushing sleeves. Rongga antara pipa dan
sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber seal atau
caulk.

4.5.4. Penanaman Pipa di Dalam Tanah.

a. Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan.


b. Diberi pasir urug padat setebal 10 cm
c. Pada setiap sambungan pipa harus dibuat lubang galian
yang dalamnya 50 mm untuk penempatan pipa
sambungan pipa.
d. Pengadaan testing terhadap tekanan dan kebocoran.
e. Setelah hasilnya baik, ditimbun kemhali dengan pasir
urug padat setebal 15 cm dihitung dari alas pipa.
f. Di sekitar fitting dari pipa ha[-us dipasang halok /
penguat dari beton agar fitting-fitting tidak bergerak jika
beban tekan diberikan..
g. Kemudian diurug dengan tanah bekas galian sampai
seperti keadaan semula

4.5.5. Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran.

a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang,


harus diuji dengan tekanan hidrolis Kg/Cm2 selama 24
jam tanpa teijadi perubahan / penurunan tekanan.
b. Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh kontraktor.
c. Pengujian harus disaksikan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi ( Pengawas ) atau yang kuasakan untuk itu.
d. Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian Kontraktor
harus memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan
melakukan pengujian kembali sampai berhasil dengan
baik.
e. Dalam, hal ini semua biaya ditanggung oleh Kontraktor,
termasuk biaya pemakaian air dan listrik.

76
4.5.6. Pengujian Sistem Kerja (Trial Run)
Setelah semua instalasi air bersih lengkap, temasuk
penyambungan ke pipa distribusi, Kontraktor diharuskan
melakukan pengujian terhadap sistem-sistem kerja (trial
run) dari seluruh instalasi air bersih, yang disaksikan oleh

Konsultan Manajemen Konstruksi ( Pengawas ) atau yang


ditunjuk untuk itu sampai sistem bisa bekerja dengan baik.

4.5.7. Pekerjaan Lain-Lain

Termasuk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh


Kontraktor adalah pembobokan dinding / selokan,
penggalian dan pengangkutan tanah dari hasil dan lain-lain
yang ditemui di site, serta memperbaiki kembali seperti
semula.

5.0. INSTALASI AIR KOTOR / AIR BUANGAN

5.1. Material

5.1.1. Pipa di Dalam Bangunan.


Pipa dengan ukuran 1'/2"-4" baik pipa utama maupun pipa
cabang mengunakan PVC class AW.
Pipa PVC sek.WAVIN atau sctara.

5.1.2. Pipa di luar Bangunan


Dari ujung pipa di dalam bangunan menuju ke saluran
drainase menggunakan pipa PVC class AW.
Pipa PVC sek.WAVIN atau setara.

5.1.3. Accessories.
a. Fitting dari pipa PCV harus dari hahan yang sarna (PVC)
yang dibuat dengan cara injection moulding.
b. Floor drain dan clean out dari bahan stainless-steel.
c. Saringan air hujan / roof drain terbuat dari besi tulang
atau fiber class.
d. yang mempunyai benfuk badan cembung yang berflungsi
sebagai sediment bowl.

5.2. Cara Pemasangan Pipa.

5.2.1. Pipa di Dalam Bangunan (trmasuk pipa vent).

a. Pipa Mendatar.
Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1-2 %.
Perletakan pipa harus diusahakan berada pada tempat
yang tersembunyi baik di dinding / tembok maupun pada
ruang yang berada di bawah lantai.

77
Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah
arah harus menggunakan fitting dengan sudut 45°
(misalnya Y branch dan sebagainya) jenis long radius.

b. Pipa di Dalam Tanah.


Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah /
jalan dengan tebal / tinggi timbunan minimal 80 cm
diukur dari atas pipa sampai permukaan tanah / lantai.

Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug


dahulu dengan pasir padat setebal 10 cm.

Selanjutnya setelah pipa diletakkan, di sekeliling dan di


atas pipa kemudian diurug dengan tanah sampai padat.
Kontruksi permukaan tanah / lantai bekas galian harus
dikembalikan seperti semula.

c. Penanaman Pipa.
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan.
Pada tiap-tiap sambungan pipa harus dibuat galian yang
dalamnya 50 mm. Untuk mendapatkan sambungan pipa
pada bagian yang membelok ke atas (vertikal) harus
diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar
perencanaan.
Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan
memiringan 1-2% dari titik mula di dalam gedung sampai
ke saluran drainage.

5.2.2. Pipa Saldran Luapan Septic Tank.

Pipa dipasang dan ditanam di hawah permukaan tanah /


jalan kemiringan 1-2% dari titik permulaan septic tank ke
drainage kota.
Untuk perletakan pipa yang melintasi jalan kendaraan
dengan kedalaman kurang dari 90cm, pada bagian atas pipa
harus dilindungi pelat beton bertulang dengan tebal 10 cm,
pelat beton tersebut tidak tertumpu pada pipa.

5.2.3. Penyambungan Pipa

a. Pipa PVC dengan diameter 3" ke atas yang dipasang di


bawah pelat lantai dasar harus disambung dengan
rubber ring joint
b. Sedangkan pemipaan lainnya disambung dengan solvent
cement
c. Pipa yang harus disambung dengan solvent cement
harus dibersihkan terlebih dahulu sehingga bebas dari
kotoran dan lemak.

78
d. Pembersihan tersebut dilakukan terhadap bagian
permukaan dan dalam dari pipa yang akan saline
mclekat.
e. Pada waktu pelaksanaan penyambungan, bagian dalam
dari pipa yang akan disambung harus bebas dari benda-
bcnda / kotoran yang dapat mengganggu kelancaran air
di dalam pipa.

5.3. Cara Pemasangan Floor Drain dan Clean Out

Floor drain dan clean out harus dipasang sesuai dengan gambar
perencanaan. Penyambungan dengan pipa harus dilakukan secara
ulir (screw) dan membentuk sudut 450 dengan pipa utamanya.

5.4. Pengujian

5.4.1. Seluruh sistem air kotor / buangan harus diuji terhadap


kebocoran sebelum disambung ke peralatan. Tekanan kerja
maksimum adalah 8 kg/cm2 dan tekanan pengujian adalah
12,5 Kg/Cm2

5.4.2. Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa


ke peralatan ditutup rapat.

Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan, pengujian


dilakukan sebelum pemipaan disambungkan ke peralatan
sanitasi, dengan jalan mengisi pemipaan dengan air.
Pemeriksaan dilakukan setelah 24 jam kemudian dan harus
tidak terjadi pengurangan volume air.

5.4.3. Peralatan dan bahan untuk bahan pengujian disediakan oleh


kontraktor. 5.4.4. Kontraktor harus memperbaiki seqala
cacat dan kekurangan-kekurangannya.

5.4.5. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak meminta


pengulangan pengujian bila hal ini dianggap perlu.
5.4.6. Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan balk atau
kurang memuaskan, maka biaya pengujian/pengulangan
pengujian adalah termasuk tanggung jawab kontraktor.

5.4.7. Peralatan toilet dapat dipasang setelah hasil pengujian


dinyatakan balk oleh Konsultan Manajemen Konstruksi (
Pengawas )

79
6.0. PERSYARATAN KONSTRUKSI UMUM MOTOR-POMPA

6.1. Pompa Air Bersih.

6.1.1. Pompa-pompa dari jenis non-self priming denqan efisiensi


minimum 70% pada sekitar + 10 % dari titik kerjanya.

6.1.2. Pompa dan motor khusus dirancang untuk mentransfer air


minum.

6.1.3. Seal menggunakan jenis maintenance free-mechanical seal

6.1.4. Badan pompa menggunakan besi cor (cast iron) kualitas


ductile yang khusus untuk air minum.

6.1.5. Sudu (impeller) dan guide vane menggunakan stainless-steel


atau sejenisnya yang khusus untuk air minum.

6.1.6. Poros menggunakan baja tahan karat (stainless-steel), shaft


seal faces terbuat dari tungsten carbide.

6.1.7. Bantalan menggunakan bantalan luncur tanpa pelumasan


khusus selain air.

6.1.8. Pompa, poros dan kopling harus terbalans secara baik.

6.1.9. Pompa dikonstrusikan menyatu dengan motornya pada


landasan baja yang tunggal (base plate).

6.1.10.Setiap pompa harus dibuatkan saluran pembuangan


(drainage) bocoran air ke saluran buangan terdekat .

6.1.11.Secara utuh pompa dan motor tidak boleh menimbulkan


getaran dan suara di atas normal (50 dB A).

6.1.12.Pompa dan motor dihubungkan secara langsung (direct


driven) dengan kopling fleksibel.

6.1.13.Pompa dilengkapi dengan pipa priming yang diambil dari


priming tank.

6.1.14.Setiap pompa harus dilengkapi dengan automatic stop


stwich yang mendapat sinyal dari water level control yang
diletakan di dalam ground reservoir.

6.2. Motor untuk pompa air bersih.

6.2.1. Motor adalah jenis motor induksi rotor sangkar.

80
6.2.2. Motor sesuai untuk bekerja pada jaringan listrik 220/380 V,
3 fasa, 50 Hz.

6.2.3. Motor diatas 2.0 kW mengunakan starter star-delta otomatis,


sedangkan untuk motor dengan daya kuranq dari 2,0 kW
menggunakan starter direct-on-line (DOL).

Perintah start otomatis berasal dari pressure switch yang


diletakan d pemipaan header.

6.2.4. Belitan motor menggunakaii isolasi kelas F.

6.2.5. Motor setidaknya dilindungi dengan :

- automatic short-circuit / over curren protector


- automatic thermal protection relay
- automatic under voltage dan phase failure cut off relay

6.2.6. Rotor, poros dan koplinq harus terbalans secara balk.

7.0. SPESIFIKASI POMPA AIR

7.1 Pompa Distribusi (Transfer )


Jenis : Centrifugal end section
Jumlah : 2 (dua) buah
Head nominal : 25 meter
Kapasitas nominal : 35 USPGM
Daya pompa : 2,2 kW
Putaran : 2900 rpm
Tegangan kerja : 380 V, 3 fasa, 50 Hz
Starter : star-delta started controlled by WLC

Pompa dan motor sek. EBARA , GROUNDFOOS atau setara

81
PASAL 28
PEKERJAAN TATA UDARA

1.0. UMUM
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Tata Udara yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal
pengertian instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal
ini Syarat-Syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah
bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

2.0. Lingkup Pekerjaan


Yang dicakup dalam pekerjaan instalasi ini adalah pengertian bekerjanya
sistem tata udara secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya seperti
yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.

Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang-barang /


material, instalasi (termasuk pembobokan dan perapihan kembali), testing
& commissioning dan pemeliharaan.

Keterangan-keterangan yang tidak diterangkan dalam spesifikasi maupun


gambar tetapi perlu untuk pelaksanaan dari pekerjaan secara keseluruhan
harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.

Secara garis besar, pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan


peralatan sebagai berikut :

2.1. Split System air conditoner, terdiri dari :

2.1.1. Out door condensing unit


2.1.2. Indoor Fan Coil Unit
2.1.3. Sistem pemipaan refrigerant beserta isolasinya dan alat-alat
bantu yang diperlukan.
2.1.4. Sistem pemipaan drainase (pengembunan) beserta
isolasinya dan alat-alat bantu yang diperlukan.
2.1.5. Instalasi listrik daya dan kontrol atau out door condensing
unit dan fan coil unit lengkap dengan konduit yang
diperlukan.

2.2. Pekerjaan Exhaust Fan Toilet dan Ruang-ruang arsip, terdiri atas

2.2.1. Exhaust Fan beserta rangka dan starter switch


2.2.2. Instalasi Ducting

2.3. Integrasi dan pengujian sistem / instalasi sampai berfungsi dengan


baik dan dapat diterima.
Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang
jelas, Kontraktor dapat menanyakan lebih lanjut kepada Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana atau pihak lain yang ditunjuk
untuk ini.

139
Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus
bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.
Dalam hal ini, Kontraktor harus memperhitungkan di dalam harga
air conditioner system segala biaya pengetesan di lapangan serta
pengadaan listrik kerja. Sistem / tata cara pengetesan harus
disampaikan secara tertulis dua minggu sebelum jadwal
pengetesan.
3.0. Lingkup Pekerjaan

3.1. Pengecatan
Kontraktor harus mengecat semua rangka penggantung, rangka
penyangga, semua unit yang dirakit di lapangan dan unit-unit yang
diperlukan serta bahan-bahan yang mudah berkara dengan lapisan
cat dasar sesuah itu dicat lagi dengan persyaratan pengecatan
yang harus sesuai untuk bahan masing-masing. Cat yang
digunakan adalah AVIAN / SEIV atau setara.

3.2. Peredam Getaran


Kontraktor harus menyediakan dan memasang peredam getaran
(vibration damper) pada seluruh peralatan yang menimbulkan
getaran.

Type disesualkan dengan mesin yang bersangkutan berdasarkan


rekomendasi pabrik.

3.3. Pipa Pembuangan (Drain)


3.3.1. Kontraktor harus memasang saluran-saluran pipa
pembuangan (drainage pipe di semua indoor fan coil unit
(FCU) yang kemudian dihubungkan ke saluran pembuangan,
sesuai dengan gambar rencana atau sesuai dengan kondisi
lapangan atas petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi (
Pengawas )

3.3.2. Pipa drain dan fitting-fittingnya harus dari jenis PVC


(polyvinyl chloride) kelas AW dengan metode
penyambungan antar pipa atau antara pipa dengan fitting
menggunakan solvent cement (SO-Solvent Cement Joint).
Merek pipa dan fitting WAVIN atau setara.

3.3.3. Untuk mencegah pengembunan, pipa pembuangan harus


diisolasi dengan bahan isolasi yang sesuai.

Untuk pipa drain yang terbuka (tidak tertanam di dalam


dinding) elastromeric tubing insulation ex Armstrong
(Armaflex) atau setara.

Sedangkan pipa drain yang tertanam di dalam dinding harus


diisolasi dengan self adhesive insulating tape ex Armstrong
(Armaflex) atau setara.

140
3.3.4. Metode pemasangan pipa drain ke unit FCU harus sesuai
dengan rekomendasi pabrik, sesual dengan gambar rencana.

3.3.5. Pemasangan pipa drain harus rapi dan kokoh. Untuk pipa
drain yang dipasang di antara plafon dengan pelat lantai
diatasnya, pipa diletakkan di atas rak kabel / rak pipa atau
digantung dengan penggantung pipa.

Untuk pemasangan pipa drain yang digantung, jarak antar


penggantung tidak lebih dari 2 meter.

Penggantung pipa harus terbuat dari pelat baja strip 30 mm


x 3 mm, dilengkapi dengan batang baja 0 1/2" yang ujung-
ujungnya berulir untuk levelling. Pemasangan
penggantungan ke pelat baja dilakukan dengan ramse4c /
dynabolt.

Penggantung harus dicat dengan lapisan cat dasar (primer)


dan dicat akhir dengan cat besi ex ICI hitam (R 404-40009).

3.4. Pemipaan Refrigerant


3.4.1. Kekebalan pipa tembaga / pipa refrigerant tersebut paling
tidak sebagai berikut :

Tebal
Diameter
Dinding
(inchi) (mm) (mm)
¼ 6,4 0,762
3/8 9,5 0,889
½ 12,7 1,016
5/8 15,9 1,067
¾ 19,1 1,143
1 25,5 1,27
1¼ 31,8 1,27

merek pipa tembaga adalah CRANE ENFIELD atau setara.

3.4.2. Pemipaan dilengkapi dengan accerosis yang diperlukan,


antara lain isolasi, elbow dan lain sebagainya sesuai dengan
standar pabrik sehingga diperoleh instalasi pemipaan yang
memuaskan.

3.4.3. Dimensi () pipa tembaga yang digunakan untuk masing-


masing peralatan (out door condensing unit dan fan coil
unit), baik liquid maupun gas side harus sesuai dengan
standar pabrik sehingga diperoleh sistem operasi serta
performance yang memuaskan.

141
3.4.4. Seluruh pemipaan refigerant sisi gas (gas side), harus
diisolasi dengan thermaflex, sedangkan pemipaan sisi cairan
(liquid side) tidak diisolasi.

3.4.5. Untuk satu jalur pemipaan, dari outdoor condensing unit


menuju fan coil unit, pipa refrigerant gas dan liquid diikat
bersama dengan cable dan diberi label untuk penandaan
yang mempermudah perawatan.

3.4.6. Metode pemasangan pipa refigerant ke unit-unit outdoor


condensing unit adalah flare connection (liquid side) dan
brazing connection (gas side) atau dengan cara sesuai
rekomendasi pabrik.
Sedangkan untuk unit fan coil unit, metode penyambungan
untuk kedua sisi adalah flare connection.

3.4.7. Penyambungan pipa refrigerant dengan fitting menggunakan


metode solder, dengan bahan pengisi tanpa flux jenis hard
solder yang memenuhi standar AS Bcup-2 (phosphor copper
solder).

3.4.8. Harus diusahakan penggunaan panjang pipa yang maksimal


untuk mengurangi titik penambungan / titik antar pipa.

3.4.9. Semua pipa refrigerant harus dipasanq secara rapi dan


sejajar, diletakkan di posisi sesuai dengan gambar rencana.

3.4.10 Bila diperlukan penyangga, ukuran penyangga / klem


disesualkan dengan ukuran pipa dan isolasinya sedemikian
rupa, sehingga tidak merusak isolasinya serta memudahkan
pemeliharaan / perbaikan di kemudian hari.

3.5. Pemasangan Fan Coil Unit & Outdoor Condensing Unit


3.5.1. Pemasangan unit Fan Coil Unit dan Outdoor Condensing Unit
harus sedemikian rupa, sehingga pembersihan maupun
perbaikkannya dapat dilakukan dengan mudah.

Kontraktor harus memberitahukan kepada Konsultan


Manajemen Konstruksi tentang cara dan urutan pembersih /
perbaikan peralatan tersebut.

3.5.2. Semua Fan Coil Unit dipasang benar-benar mendatar dan


harus ditumpu dengan balk. Gantungan harus dipasang
pada konstruksi dengan kuat menggunakan dynabolt,
dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.

Hasil akhir pemasangan Fan Coil Unit terhadap plafon harus


benar-benar rapi dan rapi, tanpa celah antara panel dengan

142
plafon.
3.5.3. Posisi pemasangan unit-unit outdoor direncanakan di lantai
tambahan (balkon) khusus untuk Outdoor Condensing Unit
di atas kanal CNP 10 cm.

Dalam hal ini Kontraktor untuk memeriksa kembali posisi


penempatan Outdoor Condensing Unit dan menyarankan
posisi yang terbaik untuk mencapai operasi yang
memuaskan.

Untuk meredam getaran, di antara unit Outdoor Condensing


Unit dengan kanal C sebagai penumpu diselipkan vibration
damper jenis neophrene rubber pad dengan ketebalan
minimum 5 cm atau sesuai dengan rekomendasi pabrik.

3.6. Persyaratan Peralatan Air Conditiong (AC)


3.6.1. Umum

Kontraktor harus rnemasang unit-unit outdoor (out door


condesing unit) dan unit-unit indoor (indoor fan coil unit)
jenis air cooled split system, controler, pemipaan, drain dan
lain sebagainya secara lengkap sesuai dengan gambar
dokumen, skedul, spesifikasi serta sesuai persyaratan
pabriknya.

3.6.2. AC harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut


a. AC harus mempunyni kapasitas pendingin dan volume
udara seperti yang ditunjukkan dalam skedul / gambar
rencana.
b. Seluruh FCU harus dilengkapi dengan rangka isolasi
(installation casing), haik air kondensasi (drain pan),
saringan pembersih udara (cleanable filter), pipa drain
yang diisolasi, motor effisiensi tinggi, fan (kipas) jenis
direct fan dan motor.
c. Fan FCU harus mempunyai tiga pilihan putaran
kecepatan, yaitu high, mediurn, dan low serta off.
Putaran pada kecepatan medium tidak boleh melebihi
800 rpm.
d. Seluruh A/C harus dilengkapi dengan thermostat,
expansion valve, compressor, condensor dan
periengkapan Ialnnya, sehingga sistem dapat bekerja
dengan sempurna.
e. Putaran fan motor FCU pada kecepatan tinggi (high
speed) tidak bole
f. melebihi Noise Criteria (NC) 40. Seluruh bagian yang
bergerak harus
g. diseimbangkan terlebih dahulu (balanced) oleh pabrik.
h. Seluruh motor fan indoor; motor fan condenser dan
compresor harus

143
i. dilengkapi dengan pengaman arus lebih.
j. Pengontrolan unit-unit FCU dilakukan secara elektronik
terhadap start-
k. stop, temperature setting, air flow rate dan lain
sebagainya melalui infrated remote controller (wireless).
l. Controller dilengkapi dengan LCD display yang akan
menampilkan seluruh kemampuan pengontrolan dan
inspeksi.
m. Merk yang digunakan sek. LG

4.0. Pengujian
4.1. Sebelum dilakukan pengujian (testing & commissioning), kontraktor
diwajibkan menyerahkan prosedur untuk disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi paling lambat 2 (dua) minggu sebelum
jadwal pengujian dilakukan.

4.2. Semua pengujian dilakukan setelah sistem berjalan dengan baik


secara kontinyu selama 12 jam.

4.3. Pengukuran dan pengujian terakhir harus dilakukan setelah sistem


sesuai atau mendekati persyaratan teknis yang direncanakan.
4.4. Semua peralatan pengujian dan pengukuran harus tertera sebelum
dan setelah dipergunakan.
Alat uji dan ukur harus disediakan secara lengkap oleh Kontraktor.

4.5. Pengukuran dan pengujian harus dilakukan pada saat suhu udara
luar mencapai 29°C - 35°C.

144
PASAL 22
SYARAT-SYARAT UMUM TEKNIS
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

1.0. UMUM

Syarat-syarat instalasi Elektrikal ini berisi perincian yang memperjelas /


menambahkan hal-hal yang tercantum dalam Buku Syarat-syarat
Administrasi. Dalam hal ini Buku Syarat-syarat Administratif saling
melengkapi dengan Syarat-syarat Umum Teknis Elektrikal.

2.0. PERSYARATAN PELAKSANAAN

2.1. Instalasi yang dinyatakan di dalam spesifikasi ini harus


dilaksanakan sesuai dengan undang-undang dan peraturan-
peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia serta tidak
bertentangan dengan ketentuan dari Jawatan Keselamatan Kerja.
2.2. Cara dan teknik pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang
tercantum dan telah ditetapkan sebagai peraturan pemasangan
instalasi ini oleh Badan yang berwenang dalam hal ini, bila tidak
ada petuniuk dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
2.3. Pelaksanaan pekerjaan harus ditangani oleh tenaga-tenaga ahli
dalam instalasi Elektrikal, untuk dapat dipertanggung jawabkan.
2.4. Tenaga ahli harus ditempatkan di lapangan oleh Kontraktor
sehingga dapat berdiskusi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi
pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
2.5. Kontraktor diharuskan melaksanakan pekerjaan test penuh di
bawah persyaratan operasionil. Testing harus dilaksanakan di
hadapan Konsultan Manajemen Konstruksi.
2.6. Penggantian material yang kurang baik atas kesalahan pemasangan
adalah tanggungjawab Kontraktor dan Kontraktor harus mengganti
/ memperbaiki hal tersebut diatas.
2.7. Semua biaya dan pengurusan perijinan, lisensi, pengujian adalah
tanggung jawab kontraktor.
2.8. Semua syarat-syarat penerimaan bahan, peralatan, cara-cara
pemasangan kualitas pekerjaan dan lain-lain, untuk sistim instalasi
Elektrikal ini harus sesuai dengan standar-standar sebagai berikut :

2.8.1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik th. 2000


2.8.2. Peraturan yang telah ditentukan PLN lainnya.
2.8.3. Penanggulangan Bahaya Kebakaran, Peraturan DKI No. 3
tahun 1975.
2.8.4. Pedoman Pengawasan Instalasi Listrik, Departemen Tenaga
Kerja & Transmigrasi No. 59/DP/1980.
2.8.5. Pedoman dan Petunjuk Keselamatan Kerja PLN No. 48.

82
2.8.6. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP).
2.8.7. International Electrotechnical Commission (IEC)
2.8.8. British Standard (BS)
2.8.9. Verband Deutscher Electrotechniker (VDE)
2.8.10. N.F.P.A dan F.O.C sebagai pelengkap.
2.8.11. Peraturan Telekomunikasi 1989.
2.8.12. Peraturan-peraturan lain yang berlaku setempat.

Semua peralatan dan mesin yang dipasang untuk sistim Elektrikal


ini selain dari persyaratan-persyaratan tersebut diatas, juga tidak
boleh menyimpang dari persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya.

2.9. Pekerjaan dianggap selesai apabila


2.9.1. Telah mendapat surat pernyataan bahwa instalasi baik dari
Konsultan Manajemen Konstruksi.
2.9.2. Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah
dipenuhi, sehingga Pemilik dapat membenarkannya.
2.9.3. Seluruh instalasi terpasang telah ditest, bersama-sama
dengan Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan
Perencana dan Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan
spesifikasi teknis.

2.10. Kontraktor
2.10.1 Hanya Kontraktor yang diundang yang berhak mengikuti
pelalangan ini.
2.10.2 Yang dimaksud dengan Kontraktor di dalam spesifikasi ini
adalah badan pelaksana yang telah terpilih dan memperoleh
kontrak kerja untuk penyediaan dan pemasangan instalasi
Elektrikal ini sampai selesai.

Kontraktor bertanggungjawab atas pelaksanaan instalasi


Elektrikal dalam proyek ini dan menempatkan paling tidak
seorang tenaga ahli yang setiap saat dapat berdiskusi dan
dapat memutuskan setiap persoalan teknis dan administrasi
di lapangan.

2.10.3 Kontraktor harus bersedia mengikuti peraturan-peraturan di


lapangan yang di tentukan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.

2.10.4 Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua


undang-undang, peraturan-peraturan, persyaratan umum,
maupun suplementernya, persyaratan standar internasional,
persyaratan pabrik pembuat unit-unit peralatan, buku-buku

83
dokumen pelelangan, bundel gambar-gambar serta segala
petunjuk tertulis yang telah dikeluarkan.

2.10.5 Kontraktor dapat meminta penjelasan kepada Konsultan


Manajemen Konstruksi atau pihak lain yang ditunjuk,
bilamana menurut pendapatnya pada dokumen-dokumen
pelelangan, gambar-gambar atau lainnya terdapat hal-hal
yang kurang jelas.

2.10.6 Kontraktor wajib mempelajari dan memeriksa juga


pekerjaan-pekerjaan pelaksanaan dari pihak-pihak
Kontraktor lain yang ikut mengerjakan proyek ini apabila
pekerjaan pihak lain dapat mempengaruhi kelancaran
pekerjaannya.

Bilamana sampai terjadi gangguan, maka Kontraktor wajib


mengerjakan saran-saran perbaikan untuk segenap pihak.

Apabila hal ini dilakukan, kontraktor tetap bertanggung


jawab atas segala kerugian-kerugian yang ditimbulkan.

2.11. Koordinasi Dengan Pihak Lain.


2.11.1 Untuk kelancaran pekerjaan, Kontraktor harus mengadakan
koordinasi / penyesuaian pelaksanaan pekerjaannya dengan
seluruh disiplin pekerjaan lainnya atas petunjuk ahli sebelum
mengerjakan dimulai pada waktu pelaksanaan.

Gangguan dan konflik di antara Kontraktor harus dihindari.

Keterlambatan pekerjaan akibat tidak adanya koordinasi


menjadi tanggung jawab kontraktor.

2.11.2 Kontraktor wajib bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya


demi kelancaran pelaksanaan proyek ini, terutama
koordinasi dengan pihak Kontraktor sipil maupun arsitektur.

2.11.3 Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak-pihak lainnya,


agar sejauh / sependapat mungkin digunakan peralatan-
peralatan yang seragam dan merk yang sama untuk seluruh
proyek ini agar mudah memeliharanya.

2.11.4 Untuk semua peralatan clan mesin yang disediakan, atau


diselesaikan oleh pihak lain atau yang diberi dari pihak lain
yang termasuk dalam lingkup instalasi sistem ini, Kontraktor

84
bertanggung jawab penuh atas segala peralatan dan
pekerjaan ini.

2.11.5 Kontraktor harus mengijinkan, mengawasi, dan rnemberikan


petunjuk kepada Kontraktor lainnya untuk melakukan
penyambungan kabel-kabel, pemasangan sensor-sensor,
perletakan peralatan / instalasi, pembuatan sparing dan lain-
lain pada dan untuk peralatan Elektrikal agar sistim
Elektrikal keseluruhan dapat berjalan dengan sempurna.

Dalam hal ini Kontraktor masih tetap bertanggung jawab


penuh atas peralatan-peralatan tersebut.

2.11.6 Penolakan Pekerjaan Sistem Elektrikal.


Apabila sistem pekerjaan ini tidak lengkap atau ada bagian
yang cacat, gagal atau tidak memenuhi persyaratan dalam
spesifikasi dan gambar, ternyata Kontraktor gagal untuk
melaksanakan perbaikan ini dalam waktu yang cukup
menurut Konsultan Manajemen Konstruksi serta pihak yang
berwenang, maka keseluruhan atau sebagian dari sistem ini
sebagaimana kenyataannnya, dapat ditolak dan diganti.
Dalam hal ini pemilik dapat menunjuk pihak ketiga untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut di atas dengan baik atas
biaya dan tanggung jawab Kontraktor.

2.12. Pengawasan Instalasi


2.12.1 Shop Drawing.
Sebelum nelaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus
rnembuat gambar kerja / shop drawing. Gambar kerja
tersebut haruslah gambar yang telah dikoordinasikan
dengan semua disiplin pekerjaan pada proyek ini dan
disesuaikan dengan koordinasi lapangan yang ada.
Pekerjaan baru dapat dimulai bila gambar kerja telah
di.periksa dan disetujui oleh Konsultan Manajernen
Konstruksi.

2.12.2 Kontraktor harus memberikan contoh semua bahan yang


akan digunakannya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi
atau pihak yang ditunjuk untuk dimintakan persetujuannya
secara tertulis untuk dapat dipasang.

Seluruh contoh harus sudah diserahkan di dalam jangka


waktu 1 (satu) bulan sesudah Kontraktor memperoleh SPK.

85
2.12.3 Kontraktor harus membuat jadwal / skedul waktu
pelaksanaan, skedul tenaga kerja, skedul pengadaan
peralatan dan net-work planning yang terinci untuk setiap
pekerjaannya dan diserahkan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi atau pihak lain yang ditunjuk untuk mendapatkan
persetujuannya.

Skedul dan net-work planing harus diserahkan dalam waktu


15 (lima belas) hari kalender sesudah menerima SPK.

2.12.4 Kontraktor harus mendapakan


a. Laporan Keglaton pekerjaan harian.
b. Laporan prestasi pekerjaan dan pengadaan material
mingguan.
c. Laporan prestasi pekerjaan bulanan beserta foto-foto
dokumentasi.

2.12.5 Untuk setiap tahap pekerjaan sistem Elektrikal yang telah


selesai dikerjakan, Kontraktor harus mendapatkan
pernyataan tertulis dari pihak Konsultan Manajemen
Konstruksi atau pihak yang ditunjuk yang menerangkan
bahwa setiap pekerjaan sistem Elektrikal telah selesai
dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang ada.

Tahap-tahap pekerjaan sistem ini ditentukan kemudian,


berdasarkan pada jadwal perincian waktu yang diserahkan
oleh kontraktor.

2.12.6 Di dalam setiap pelaksanaan pengujian dan trial-run


pekerjaan sistim Elektrikal ini harus dihadiri pihak Konsultan
Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana, ahli atau
pihak-pihak lain yang ditunjuk. Untuk ini harus dibuatkan
berita acaranya bersama pemegang merk peralatan yang
diuji dan dari Kontraktor yang bersangkutan peralatan unutk
pengujian harus berkualitas baik dan sudah tertera.

Semua biaya pada waktu pengetesan sepenuhnya menjadi


tanggung jawab Kontraktor.

2.12.7 Kontraktor wajib melaporkan kepada Konsultan Manajemen


Konstruksi atau ahli yang ditugaskan apabila sekiranya
terjadi kesulitan atau gangguan-gangguan yang mungkin
terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan.

86
2.12.8 Untuk pekerjaan di luar jam I:erja, biaya yang dikeluarkan
Konsultan Manajemen Konstruksi untuk pengarahan dan
pengawasannya ditanggung oleh Kontraktor.

2.13. Pembersihan Lapangan


2.13.1 Setiap hari setelah selesai bekerja, Kontraktor harus
membersihkan lapangan yang digunakan.
Kontraktor hendaknya menghubungi pihak-pihak lain untuk
koordinasi pembersihan lapangan tersebut.

2.13.2 Setelah kontraktor selesai, Kontraktor harus memindahkan


semua sisa bahan pekerjaan dan peralatannya, kecuali yang
masih diperlukan selama masa pemeliharaan.

2.14. Petunjuk Operasi, Pemeliharaan dan Pendidikan.


2.14.1 Pada saat penyerahan untuk pertama kali, Kontraktor harus
menyerahkan :
a. gambar-gambar jadi (as-built drawing), dalam bentuk
gambar cetak yang disesuaikan dengan gambar Arsitek,
Struktur, dll.
b. katalog spare-parts.
c. Buku petunjuk operasi dalam bahasa Indonesia.
d. Buku petuniuk perawatan atas peralatan yang terpasang
dalam kontrak ini juga dalam bahasa Indonesia.

Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada pemilik


sebanyak 3 (tiga) set dan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi 2 (dua) set. Bila gambar dandata-data tersebut
belum lengkap diserahkan maka pekerjaan Kontraktor belum
diprestasikan 100 %.

2.14.2 Kontraktor harus memberikan pendidikan teori dan praktek


mengenai operasi dan perawatannya kepada petugas-
petugas teknik yang ditunjuk oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi secara cuma-cuma sampai cakap menjalankan
tugasnya, minimal 3 orang selama 3 bulan sesudah
penyerahan pertama proyek dilakukan.

Kontraktor harus mengajukan rencana sistim pendidikan ini


terlabih dahulu kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pendidikan ini dan segala biaya pelaksanannya menjadi
tanggungjawab Kontraktor.

2.14.3 Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set ringkasan


petunjuk operasi dan perawatan yang dibuat dalam bahasa

87
Indonesia kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan
sebuah lagi hendaknya dipasang dalam suatu kaca
berbingkai dan ditempatkan pada dinding dalam ruang
mesin utama lain yang ditunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi.

2.15. Service dan Garansi.


Keseluruhan instalasi Elektrikal harus memiliki garansi 1 (satu)
tahun sesudah tanggal saat sistem diterima oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi secara balk (setelah masa pereliharaan).

2.15.1 Kontraktor harus bertanggung jawab atas seluruh peralatan


yang rusak selama masa garansi, termasuk penyediaan suku
cadang.

2.15.2 Kontraktor wajib mengganti biaya sendiri setiap kelompok


barang-barang atau sistim yang tidak sesuai dengan
persyaratan spesifikasi, akibat kesalahan pabrik atau
pengerjaan yang salah selama jangka waktu 180 (seratus
delapan puluh) hari setelah proyek ini diserah terimakah
untuk pertama kalinya.

2.15.3 Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap


hari kerja untuk mengoperasikan / merawat peralatan
Elektrikal dan mendatangkan 1 (satu) orang supervisor
sekali seminggu untuk memeriksa atau melakukan
penyetelan peralatan selama masa pemeliharaan.

2.16. Izin.
2.16.1 Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin
diperlukan untuk melaksanakan Instalasi ini harus dilakukan
oleh Kontraktor atas tanggungan dan biaya Kontraktor.

2.16.2 Semua pemeriksaan, pengujian dan lain-lain, beserta


keterangan resminya yang mungkin diperlukan untuk
pelaksanaan instalasi ini haruslah dilakukan oleh Kontraktor
atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direksi / Pengawas
dengan semua biaya atas beban Kontraktor.

2.16.3 Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-


alat yang dipatenkan serta kemungkinan tuntutan ganti rugi
dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini. Untuk hal ini
kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai
hal tersebut diatas.

88
2.16.4 Kontraktor harus menyerahkan semua izin atau keterangan
resmi yang diperolehnya mengenai instalasi proyek kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi atau pihak yang ditunjuk,
sebelum penyerahan kedua dilakukan.

2.16.5 Kontraktor harus memperoleh izin terlebih dahulu dari


Konsultan Manajemen Konstruksi setiap akan memulai suatu
tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan melaksanakan
pekerjaan diluar jam kerja (kerja lembur).

2.16.6 Kontraktor harus mendapatkan izin-izin yang berhubungan


dengan pajak, pemerintahan setempat, badan yang
berwenang terhadap instalasi yang dikerjakan.

Dalam hal ini, biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan


permintaan izin tersebut harus dibayar oleh Kontraktor,
termasuk biaya memperbanyak gambar yang diperlukan
untuk pengurusan IMB.

2.17. Kolerasi Pekerjaan


2.17.1 Pekerjaan galian dan penimbunan tanah untuk keperluan
instalasi Elektrikal, dilaksanakan oleh Kontraktor. Kontraktor
harus sudah memperhitungkan pengangkutan tanah bekas
galian / pembersihan.

2.17.2 Semua pekerjaan pembuatan lubang-lubang dan penutupan


kembali pada dinding, lantai, langit-langit untuk jalannya
pipa dan kabel, di laksanakan oleh Kontraktor berikut
perapihan / finishing-nya kembali.

2.17.3 Kontraktor harus menyediakan dan menyambung kabel-


kabel listrik dari peralatan-peralatan ke panel yang di
sediakan oleh Kontraktor listrik sesuai dengan gambar
dokumen tender.

Untuk itu Kontraktor wajib memeriksa terlebih dahulu panel


tersebut apakan sudah sesuai dengan peralatan yang akan
di sambungkan. Segala akibat yang timbul akibat
penyambungan ini menjadi tanggung-jawab Kontraktor.

2.17.4 Semua pekerjaan pembuatan pondasi untuk mesin di


lakukan oleh Kontraktor. Kontraktor harus memberikan data-
data, ukuran-ukuran, gambar-gambar dan peralatan yang
diperlukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
mendapat persetujuan.

89
2.17.5 Semua fasilitas yang di perlukan pada saat proyek berjalan,
yaitu air, listrik, saniter darurat harus di sediakan oleh
Kontraktor, dengan terlebih dahulu membuat gambar untuk
mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

2.17.6 Untuk pipa yang menembus dinding, lantai, langit-langit dan


lain-lain, harus di beri lapisan isolasi peredam getaran dan
pipa selubung (sleeve) untuk memudahkan perbaikan dan
pemeliharaan dari segi teknis.

Untuk itu Kontraktor di haruskan menyerahkan gambar kerja


Konsultan Manajemen Konstruksi untuk di minta
persetujuannya. Segala akibat pekerjaan tersebut harus
sudah di perhitungkan dalam penawaran oleh Kontraktor.

2.17.7 Akibat pekerjaan tersebut diatas (pembobokan,


pembongkaran dsb.) harus di tutup kembali seperti semula
dan dirapikan / difinish yang rapi sehingga tidak terlihat lagi
bekas-bekas pembobokan.

2.17.8 Selambat-lambatnya 1 ( satu ) bulan sesudah di tunjuk,


Kontraktor harus menyerahkan gambar / data teknis listrik
sesuai dengan keperluan peralatan yang akan di pasang,
agar peralatan tersebut dapat beroperasi dengan balk
berikut pengamanannya.

Jika hal ini tidak di laksanakan, segala akibatnya menjadi


tanggung-jawab Kontraktor.

2.18. Bahan
2.18.1 Kontraktor harus menyerahkan pada waktu tender, brosur
teknis asli peralatan utama Elektrikal juga brosur asli, kabel,
pipa konduit, detektor, sensor dan lainnya beserta data-data
teknis dan mengisi daftar skedul dari peralatan tersebut.
Pada bosur-brosur peralatan / bahan yang ditawarkan harus
diberi tanda dengan warna yang jelas.

2.18.2 Apabila ada tanda-tanda serta bahan yang diajukan


menyimpang dari yang disebutkan di dalam gambar-gambar
dan spesifikasirlya, maka nilai evaluasi penawaran
Kontraktor tersebut akan dikurangi dan Kontraktor tetap
harus mengantinya sesuai dengan gambar dan
spesifikasinya.

90
2.18.3 Semua Pelaksanaan instalasi yang berbeda dengan
spesifikasi dan gambar, tanpa persetujuan tertulis dari pihak
yang berwenang harus diperbaiki dan diubah sesuai dengan
spesifikasi dan gambar yang telah disepakati bersama, atas
tanggungan biaya Kontraktor.

2.18.4 Semua bahan yang digunakan dalam instalasi ini harus baru,
dalam keadaan baik, tidak bercacat, sesuai dengan
spesifikasi dan gambar. Kontraktor harus menjaga
kebersihan serta melindungi semua bahan-bahan yang
digunakan dalam instalasi ini sebelum dipasang.

2.18.5 Bilamana ternyata dipakai / digunakan bahan / peralatan


sama, bekas dipergunakan bercacat atau rusak, Kontraktor
harus menggantinya dengan bahan-bahan atau peralatan
yang baru dan tetap sesuai dengan spesifikasi dan gambar,
atas biaya tanggungan Kontraktor.

2.18.6 Tidak diperkenankan mendatangkan bahan / peralatan


masuk ke site sebelum contoh atau brosur disejujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Semua bahan yang telah
masuk di site dan menyimpang dari ketentuan dalam
spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disejutui,
maka bahan / peralatan tersebut harus dikeluarkan dari site
dalam waktu 3 x 24 jam sejak diketahuinya penyimpangan
itu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

3.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan instalasi sistim ini meliputi seluruh pengangkutan dan
pengadaan bahan-bahan serta peralatan-peralatan utama, beralatan
bantu, peralatan untuk instalasi, tenaga keija, pembuatan slat-alat
pemasangan, termasuk pengadaan listrik dan air untuk keperluan
pengujian dan keperluan keija. Keterangan-keterangan yang tidak
dicantumkan di dalam spesifikasi maupun dalam gambar tetapi perlu
untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga
dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Perincian umum pekerjaan instalasi ini adalah sebagai berikut (perincian
lebih lanjut dapat dilihat pada syarat-syarat Khusus Teknik)

3.1. Sistim Elektrikal


3.1.1. Instalasi sistim distribusi listrik berikut panel-panel daya.
3.1.2. Instalasi penerangan dan stop kontak.
3.1.3. Instalasi penangkal petir.
3.1.4. Instalasi fire alarm.

91
3.1.5. Instalasi telepon.
3.1.6. Instalasi tata suara
3.1.7. Instalasi data (LAN computer)

3.2. Penyetelan seluruh sistim agar lengkap dan dapat bekerja dengan
baik sesuai dengan persyaratan dokumen pelelangan dan gambar-
gambar yang ada.

3.4. Pengadaan pemasangan seluruh sistim instalasi Elektrikal sesuai


gambar dokumen, spesifikasi dan lainnya sesuai dengan kontrak.

3.5. Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang
jelas, kontraktor dapat menanyakan lebih lanjut kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi, Konsultan atau pihak lain yang ditunjuk
untuk ini.

3.6. Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus


bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.

3.7. Semua pengadaan, pemasangan dan pengujian pekerjaan instalasi


Elektrikal harus berdasarkan gambar dokumen lengkap dan sesuai
dengan spesifikasi teknik, serta adendum lainnya.

3.8. Bila ada spesifikasi ini terdapat klausul-klausul / butir-butir yang


ditulis / disebutkan kembali, hal ini bukan berarti klausalnya
dihilangkan, akan tetapi malah mempertegas spesifikasinya.

92
PASAL 23
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1.0 UMUM
Syarat-syarat Khusus Teknis yang diuraikan disini adalah persyaratan yang
harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan untuk seluruh pekerjaan listrik
di dalam maupun diluar bangunan gedung. Dalam hal ini Syarat-syarat
Teknis Umum Pekerjaan Elektrikal adalah bagian dari Syarat-syarat
Khusus Teknis ini.

2.0 PRINSIP PENYEDIAAN DAYA LISTRIK


Sumber daya listrik bagi-gedung diperoleh dari jaringan tegangan rendah
PLN eksisting dengan menambah daya sebesar 23 kVA.'
Daya dari PLN tersebut disalurkan sampai dengan panel ukur (kwh
meter). Selanjutnya didistribusikan ke panel-panel utama (LVMDP), sub-
distribusi dan panel daya / penerangan gedung secara radial.
Sistim distribusi tegangan rendah yang digunakan adalah distribusi tiga
fase - empat kawat 220/380 V mengikuti sistim PP (Pentanahan
Pengaman).
Sebagai sumber daya cadangan digunakan 1 (satu) unit diesel-generator
eksisting, antara sumber daya PLN dengan diesel-genset yang bekerja
secara manual.

3.0 LINGKUP PEKERJAAN


Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistem
listrik sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya,
seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi,
testing / pengujian, pengesahan terhadap seluruh material berikut
pemasangan / instalasinya oleh badan resmi PLN, LMK dan / atau Badan
Keselamatan Kerja, serta serah terima dan pemeliharaan / garansi selama
12 bulan. Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum dalam gambar
maupun pada spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk
pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga
dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan,
material, peralatan dan perlengkapan sistem listrik sesuai dengan
peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat
umum untuk menunjang bekerjanya sistem / peralatan, walaupun tidak
tercantum pada syarat-syarat Khusus Teknik atau gambar dokumen.

93
Pekerjaan inl meliputi :

3.1. Pekerjaan di Ruang Genset

3.1.1 Pengadaan dan pemasangan seluruh kabel daya tegangan


rendah jenis NYY dan NYFGbY yang menghubungkan
a. Dari KWH Meter ke panel daya / penerangan bangunan
b. Dan kabel daya lainnya.
Kabel penghubung tersebut lengkap dengan terminasi
(sepatu kebel) yang diperlukan.

3.1.2 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan


dan daya (stop kontak), lengkap dengan armatur, power
receptacle outlet, panel-penel daya / penerangan dan alat-
alat bantu yang diperlukan.

3.1.3 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi pentanahan,


balk pentanahan sistim listrik maupun badan (body)
peralatan listrik.

3.2. Pekerjaan di dalam Gedung

3.2.1 Pengadaan dan pemasangan serta penyetelan panel-panel


daya / penerangan termasuk di dalam pekerjaan ini adalah
penarikan kebel / konduktor pentanahan netral / badan
panel.

3.2.2 Pengadaan dan pemasangan kebel-kabel jenis NYY, untuk


penghubung antar panel daya / penerangan dan kabel-kabel
daya menuju peralatan (mesin AC, pompa-pompa dll).

3.2.3 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan


dan stop kontak. Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan
dan pemasangan armatur penerangan, baik penerangan
normal maupun darurat.

3.2.4 Pengadaan dan pemasangan instalasi cable tray Iengkap


dengan material bantu yang dibutuhkan

3.2.5 Pengadaan dan pemasangan instalasi underfloor duct


lengkap dengan material bantu yang dibutuhkan.

3.3. Pekerjaan di luar Gedung

94
3.3.1 Pengadaan dan pemasangan instalasi pentanahan untuk
instalasi daya.
3.3.2 Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar /
taman, termasuk lampu sorot bangunan.

4.0 GAMBAR-GAMBAR

Gambar-gambar elektrikal menunjukkan secara khusus teknik pekerjaan


listrik yang di dalamnya dicantumkan besaran-besaran listrik dan mekanis
serta spesifikasi tertentu.Iainnya. pengerjaan dan pemasangan peralatan-
peralatan harus disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Gambar-gambar arsitektur, struktur, elektrikal dan kontrak lainnya
haruslah menjadi referensi untuk koordinasi dalam pekerjaan secara
keseluruhan.
Kontraktor harus menyesuaikan peralatan terhadap perencanaan dan
memeriksanya kembali. Setiap kekurangan / kesalahan perencanaan harus
disampaikan kepada Konsultan Manajemen Konstruksian atau pihak lain
yang ditunjuk untuk itu.

5.0 KETENTUAN-KETENTUAN INSTALASI

5.1. Peralatan Instalasi Tegangan Rendah


Meliputi pengadaan dan pemasangan power receptacle outlet (stop
kontak), saklar, kontak-kontak tarik (pull box), cabinet / penel
daya, kebel, alai-alai bantu dan semua peralatan lain yang
diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian yang memuaskan dari
sistern instalasi daya tegangan rendah 220 / 380 V dan
penerangan.

5.1.1. Kotak-kotak(doos) Outlet.


a. Jenis
Kotak-kotak outlet harus sesuai dengan persyaratan VDE,
PULL, AVE atau standar lain. Kotak-kotak ini bisa
berbentuk single / multi gang box empat persegi atau
segi delapan.
Ceiling box dan kotak-kotak lainnya yang tertutup rapi
harus dipasang dengan balk dan benar.

b. Ukuran
Setiap kotak outlet harus diberi bukaan untuk kondulit
hanya di tempat yang diperlukan.
Setiap kotak harus cukup besar unutk menampung
jumlah dan ukuran condulit, sesuai dengan persyarata,
tetapi kurang dad ukuran yang ditunjuk atau
dipersyaratkan.

95
c. Tipe Tahan Cuaca (Weatherproof Type)
Kotak-kotak outlet di tempat-tempat tersebut dibawah ini
harus dari tipe yang diberi gasket tahan cuaca :
 tempat-tempat yang kena matahari,
 tempat-tempat yang kena hujan,
 tempat-tempat yang kena minyak,
 tempat-tempat yang kena udara lembab,
 tempat-tempat yang ditunjuk di dalam gambar.

d. Outlet Pada Permukaan Khusus.


Kotak outlet untuk stop kontak dan saklar-saklar yang
dipasang pada partisi, blok beton, mamer, frame besi,
bata atau dinding kayu harus berbentuk persegi dan
harus mempunyai sudut dan sisi-sisi tegak.

5.1.2. Saklar dan Stop Kontak.

a. Bahan Doos.
Kecuali tercatat atau disya atkan lain, maka kotak-kotak outlet
untuk saklar dinding dan receptaI les outlet harus (alvani stee
dan tidak boleh berukuran lebih dari 10,1 cm x 10,1 cm un uk
peralatan tunggal dan 11,9 cm x 11,9 cm untuk dua peralatan
dan kotak-kotak multi gang untuk lebih dari dua peralatan.

b. Cara Pemasangan.
Saklar-saklar harus dari jenis rocker mechanis dengan rating
minimum 10A / 250 V. Saklar pada umumnya dipasang rata
terhadap permukaan tembok, kecuali ditentukan lain pada
gambar. Jika tidak ditentukan lain, bingkai saklar harus
dipasang pada ketinggian 140 cm di atas lantai yang sudah
selesai. Saklar-saklar tersebut harus di pasang doos (kotak)
yang sesuai. Sambungan hanya diperbolehkan antara kotak
yang berdekatan. Stop kontak harus dipasang rata terhadap
permukaan dinding dengan ketinggian 110 cm atau 30 cm dari
permukaan lantai yang sudah selesai sesuai petunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi. Saklar dan stop kontak sek BROCCO,
Clipsal atau setara.

c. Jumlah Kutub.
Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral
dan pentanahan) dengan ranting minimum 10 A / 220 V. Cara
pemasangan harus disesuaikan dengan peraturan PUIL dan
diberi saluran pentanahan.

96
d. Pendukung dan Pengikat.
Kotak-kotak pelat baja didukung atau diikat dengan cukup
supaya mempunyai bentuk yang tetap.

5.1.3. Kabel-Kabel
Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah
meliputi kabel tegangan rendah, kabel kontrol, accessories,
peralatan-peralatan dan barang-barang lain yang diperlukan untuk
melengkapi dan menyempurnakan pemasangan serta operasi dari
semua sistem dan peralatan.

a. Syarat Kabel Instalasi Tegangan Rendah (sampai 600 V)


Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi
persyaratan PUIL, IEC, VDE, SPLN dan LMK untuk pengganguan
sebagai kabel instalasi dan peralatan (mesin), kecuali untuk
peralatan khusus seperti disyaratkan atau dianjurkan oleh
pebrik pembuatnya.

Ukuran kabel daya / instalasi terkecil yang diizinkan adalah 2,5


mm2 kecuali untuk pemakaian kontrol pada sistem remote
control yang kurang dari 30 meter panjangnya bisa
menggunakan kabel dengan ukuran 1,5
mm2.

Kecuali disyaratkan lain, kabel tanah harus jenis NYFGbY dan


kabel instalasi di dalam bangunan dari jenis NYY,NYM dan
NYMHY (untuk kebel kontrol).
Semua kabel instalasi di dalam bangunan harus berada didalam
konduit atau dipasang di atas cable tray / cable rack dan diklem
/ diikat dengan pengikat kabel (cable tie) sesuai dengan
kebutuhannya.

Semua konduit, kabel-kabel dan sambungan elektrikal untuk


instalasi di dalam bangunan harus diadakan secara lengkap.

Faktor pengisian konduit oleh kabel-kabel maksimum adalah 40


%. Kabel merek SUPREME, KABELINDO, KABELMETAL &
TRANKA.

b. Kabel Tanah Tegangan Rendah


Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi
persyaratan PUIL, IEC, VDE, SPLN, dan LMK untuk penggunaan
sebagai kabel instalasi yang ditanah langsung di dalam tanah.

97
Semua kabel dengan luas penampang 16 mm2 keatas harus
berurat banyak dan dipilin (stranded)
Ukuran kabel daya / instalasi terkecil adalah 2,5 mm2, kecuali
untuk pemakaian kontrol pada sistem yang perakaian kontrol
pada sistem remote yang kurang dari 30 meter panjangnya
(bisa-menggunakan kabel dengan ukuran 1,5 mm2).

Cara penanaman kabel secara langsung didalam tanah (direct


burial) harus sesuai dengan gambar rencana, termasuk cara
persilangan dengan pipa air dan kabel telekomunikasi dan kebel
tegangan menengah 20 kV. Apabila diperlukan penyambungan
kabel dalam tanah, harus dilakukan dengan alat penyambung
khusus (jointing kit) tegangan rendah jenis epoxy resin-cold
pour system.

Penyambungan kabel di dalam tanah harus dilakukan oleh


tenaga yang benar-benar ahli dengan cara dan metode
penyambungan mengikuti anjuran.

Pabrik pembuat jointing kit yang digunakan sehingga diperoleh


hasil penyambungan yang andal, tahan terhadap lembab,
mempunyai sifat isolasi yang tinggi dan mempunyai kekuatan
mekanis yang tinggi. Kabel merek SUPREME atau setara (4
besar), jointing kit ex RAYCHEM atau setara.

c. Instalasi Kabel Penerangan dan Stop Kontak.


Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk
extension dan daya harus diadakan dan dipasang lengkap,
mulai dari sambungan panel daya ke sakiar dan titik cahaya
serta stop kontak, sebagaimana ditunjukkan di dalam gambar.

Kabel yang digunakan sebagai kabel instalasi penerangan dan


stop kontak harus dari jenis NYY dan diletakkan di dalam PVC
high-impact heavy gauge.

Luas penampang kabel NYY yang digunakan minimum 2,5


mm2, kecuali tercatat lain.

d. Splice/ Pencabangan
Tidak diperkenankan adanya pencabangan (splice) ataupun
sambungan-sambungan di dalam pipa konduit.
Sambungan atau pencabangan harus dilakukan didalam kotak-
kotak cabang atau kotak sambung yang mudah dicapai serta
kotak saklar dan stop kontak.

98
Sambungan pada kabel harus di buat secara mekanis dan harus
kuat secara elaktris dengan solderless connector jenis tekan,
jenis compression atau soldered. Dalam membuat pencabangan
atau sambungan, koncktor harus dihubungkan pada konduktor-
konduktor dengan balk sedemikian rupa, sehingga semua
konduktor tersambung dan tidak ada konduktor telanjang yang
kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.

e. Kabel Kontrol
Di tempat-tempat yang ditunjuk pada garnbar atau disyaratkan,
kabel kontrol motor, starter dan peralatan-peralatan lain harus
terbuat dari tembaga jenis standed annealed copper yang
fleksibel.
Isolasi harus dari PVC, tanah lembab dan ozon dengan rating
teganyan sampai 600 V.
Ukuran konduktor harus sesuai dengan yang diperlukan
(minimum 2,5 sqmm untuk panjang lebih dari 30 m) untuk
mendapatkan operasi yang mernuaskan dari peralatan yang di
kontrol, dengan pertimbangan-pertimbangan mengenai panjang
circuit dan sebagainya. Kabel merek SUPREME, Kabelindo, Kabel
Metal dan Tranka.

f. Bahan Isolasi
Semua bahan isolasi untuk splin, conection dan lain-lain seperti
karet, PVC, vernished carnbric, asbes, gelas, tape sintetis, splice
case, composition dan lain-lain harus dari tipe yang disetujui
untuk penggunaan, lokasi, tegangan kerja dan lain-lain yang
tertentu dan harus dipasang dengan cara yang disetujui,
menurut anjuran perwakilan pemerintah atau pabrik
pembuatnya.

g. Pemasangan Kabel

g.1. Pemasangan di Permukaan


g.1.1. Kabel Instalasi Daya dan Penerangan di dalam
Bangunan Semua kabel harus dipasang didalam
konduit PVC high - impact heavy gauge, dipasang di
permukaan plat beton langit-langit dengan klem
pendukung yang sesuai. Pendukung-pendukung
tersebut harus di cat dengan cat anti karat.

Semua kabel harus dipasang lurus / sejajrl2-dengan


rapi dan teratur. Pembelokan kabel harus dilakukan
dcnqan jari-jari lengkungan tidak boleh kurang dari
syarat-syarat pabrik (minimum 15 kali ø kabel)

99
Konduit ex EGA, CLIPSAL atau setara

g.1.2. Kabel Daya Penghubung Antar Panel


Kabel-kabel daya diletakkan diatas cable trey, di
klem pada cable trey dengan cable ties (pita plastik
pengikat kabel). Pemasangan cable trey harus
mengikuti jalur yang direncanakan secara rapi dan
digantunq atau disangga secara kokoh dengan
penggantung / penyangga besi yang di klem ke plat
beton.

Untuk keperluan pemasangan kabel, Kontraktor


harus menyediakan sendiri peralatan penunjang
seperti trey, klem, besi penunjang, penggantung
dan peralatan lainnya, baik untuk kabel yang
dipasang horisontal maupun vertikal.
Peralatan penunjang tersebut harus sudah
diperhitungkan pada biaya pemasangan kabel
tersebut.

g.1.3. Kabel daya dari Panel Daya Motor ke Motor-motor


Pompa.
Jenis Kabel yang digunakan adalah NYY yang
ditempatkan di dalam konduit metal tahan karat
(galvanized / white metal conduit) yang diletakkan
diatas pelat lantai.
Setiap pipa konduit berisi hanya satu jalur kabel
menuju motor dengan faktor pengisian 40 %. Dari
pipa konduit yang dipasang horizontal menuju
motor, kabel ditarik ke terminal motor flexible metal
konduit yang juga tahan karat.
Ukuran konduit fleksible ini harus sesuai dengan
ukuran pipa konduit dan disambung dengan cara
sedemikian rupa, sehingga benar-benar kedap air.
Demikian juga penyambungan pipe fleksibel
terhadap box terminal motor.

Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan untuk


menyerahkan contoh konduit fleksibel serta cara
penyambungannya terlebih dahulu kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui.

g.2. Pemasangan di Permukaan


Kabel instalasi penerangan dan stop kontak yang dipasang
didalam dinding harus diletakkan didalam konduit PVC hign

100
impact heavy gauge dengan ukuran minimum 3/a".
Penarikan kabel menuju titik saklar atau stop kontak harus
dilakukan setelah pipa selesai ditanam.

g.3. Pemasangan Menembus Dinding


Setiap penembusan kabel pada dinding harus melalui
sparing kabel yang terbuat dari pipa PVC dengan ukuran
yang cukup terhadap penampang kabel.

h. Penggunaan Warna Kabel


Penggunaan warna kabel NYY dan NYFGby untuk tegangan
netral dan non harus mengikuti peraturan yang disebutkan oleh
2000, yaitu :

h.1. Sistem Tegangan 220 V, 1 fasa


hitam : Fasa
biru : Netral
kuning/hijau : Pentanahan

h.2. Sistem Tegangan 220/380 V, 3 fasa


merah : fasa R
kuning : fasa S
hitam : fasa T
biru : netral (N)
kuning/hijau : pentanahan (G)

i. Pendukung Kabel
Setiap kotak tarik (pull box) termusuk kotak-kotak yang ada
diatas daya dan panel daya motor, harus diberi cukup banyak
klem dan peralatan pendukung Iain-lainnya .
Kabel dipasang dengan cara yang rapi dan teratur yang
memungkinkan pengenalan, sehingga tidak ada kabel yang
membentang tanpa pendukung.

j. Konduit Tertanam
Pull box yang dihubungkan pada konduit tertanam /
tersembunyi harus juga dipasang secara tertanam dan
penutupnya rata terhadap dinding atau langit-langit.

5.1.4. Kabinet Panel Daya


Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan Ketebalan
rninimum 1,7 mm untuk panel yang dipasang menempel di dinding
dan minimum 2 mm untuk jenis floor standing, kecuali yang sering
kena basah / hujan, harus dibuat dari jenis besi tuang yang tahan
kelembaban atau konstruksi khusus. Kabinet untuk panel daya /

101
kontrol harus mempunyai ukuran yang proporsional seperti
dipersyaratkan untuk panel daya yang besarnya menurut
kebutuhan, sehingga untuk frame / rangka panel harus ditanahkan.
Pada kabinet harus ada cara-cara yang baik untuk memasang,
mendukung dan menyetel panel daya serta penutupnya. Kabinet
dengan kawat-kawat through feeder harus diatur dengan balk, rapi
dan benar.

a. Finishing
Semua rangka, penutup, copper plate dan pintu panel listrik
seluruhnya harus dibuat tahan karat dengan cat dasar atau
prime coating dan diberi pelapis cat akhir (finishing paint).
Penentuan warna dan merek cat sebelumnya harus dimintakan
persetujuan ke Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pengecatan harus tahan karat, dikerjakan dengan cara
galvanized cadmium plating ataa-crengan zinc chromate dan di
cat dengan cat akhir sistem bakar (oven)

b. Kunci
Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci "flat lock" jenis
kunci untuk setiap kabinet hares dari tipe "common key",
sehingga kunci untuk setiap kabinetnya adalah sama. Pada
masing-masing kabinet harus disediakan dua anak kunci.

c. Tinggi Pemasangan Panel


Pemasangan panel sedemikian rupa, sehingga setiap peralatan
di dalam panel dengan mudah masih dapat dijangkau,
tergantung pada tipe / macam panel, bila dibutuhkan alas /
pondasi / penumpu / penggantung, Kontraktor harus
menyediakan dan memasang, sekalipun tidak tertera pada
gambar.

d. Label
Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch, fuse unit,
isolator switch group, pemutus daya (CB) dan peralatan-
peralatan lainnya harus diberi label sesuai dengan fungsinya
untuk mengindahkan/mengidentifikasikan penggunaan alat
tersebut.
Label ini terbuat dari bahan logam anti karat dengan huruf-
huruf hitam.

5.1.5. Sistem "Race Way"

102
Yang dimaksud dengan race way adalah tubing conduit dan flexible
conduit beserta perlengkapannya dan semua barang yang
diperlukan untuk melengkapi instalasi kabel.

a. Ukuran
Semua Race Way harus mempunyai ukuran yang cukup untuk
bisa melayani dengan baik jumlah dan jenis kabel sesuai
dengan VDE, PULL dan lain-lain.
ø minimum konduit adalah 3/4" menurut ukuran pasaran
dengan faktor pengisian kabel maksimurn 40 %.

b. Bahan
Konduit PVC untuk instalasi daya dan penerangan harus dari
bahan PVC high impact heavy gauge yang memenuhi standar
BS4607 dan BS6099. Konduit metal untuk instalasi daya pompa
yang digunakan harus dan jenis heavy gauge galvanized walded
steel yang memenuhi persyaratan BS 4568 : part I & II class 4.

c. Pamasangan

c.1. Race Way yang ditanam di Dinding.


Penanaman konduit di dalam dinding yang sudah jadi
dilakukan dengan jalan membobok beton dengan pahat.
Kedalaman dan lebar pembobokan harus dilakukan
secukupnya, sesuai dengan ukuran dan jumlah konduit
yang akan dipasang. Kontraktor diwajibkan untuk
mengembalikan kondisi dinding dengan kondisi semula.

Selama dilakukan pengerjaan plesteran ulang, ujung-ujung


konduit hares ditutup untuk mencegah masuknya air atau
kotoran-kotoran lainnya.

c.2. Race Way yang dipasang di Permukaan


Race way yang dipasang di permukaan beton (exposed)
harus dipasang sejajar atau tegak lurus dengan dinding
bagian struktur atau permukaan bidang-hidann vertikal
dengan langit-langit.

Apabila beberapa pipa berjalan sejajar pada dinding atau


langit-langit, harus digunakan klem-klem khusus untuk
pipa sejajar.

Ujunq-ujung pipa pada peralatan dipasang dengan sekrup


dengan kuat. Sernua ujunq pipa yang bebas harus ditutup
/ dilengkapi dengan plat kuningan yang sesuai.

103
Untuk daerah yang lembab; semua peralatan pembantu,
fitting-fitting, klem dan lain-lain harus di galvanisir atau di
cat tahan karat dan harus digunakan pendukung supaya
pipa bebas dari permukaan korosif.

Pipa-pipa yang dipasang pada permukaan dalam bangunan


harus di cat satu jalan sebelum dipasang dan sekali lagi
sesudah dipasang dengan warna yang ditentukan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.
Untuk mempermudah pengenalan, maka ujung permukaan
pipa harus dicat dengan warna sebagai berikut :

c.2.1. klem Pipa penerangan dan daya - putih


c.2.2. klem Pipa telepon - hijau
c.2.3. klem Pipa fire alarm - merah
c.2.4. klem Pipa tata suara - kuning
c.2.5. klem Pipa data - biru
c.2.5. klem MATV - orange
c.2.5. klem CCTV - coklat

c.3. Race Way yang di pasang di Dalam Tanah


Race way yang dipasang di dalam tanah atau menembus
kerikil, harus mempunyai dua lapis cat aspal pada
permukaan sebelah luar sebelum dipasangkan diatas race
way tersebut diberi patok petunjuk. Pipa / race way yang
digunakan adalah GIP kelas medium yang memenuhi
standar SIIL

c.4. Race Way Melintas / Menembus Dinding


Bila pipa melintas tembok, penyekat ruangan, lantai,
langit-langit dan lain-lain, maka lubang harus ditutup
dengan baik sehingga tidak mungkin dapat dilalui oleh
debu, lembab (uap air) api dan asap.

c.5. Cable Trench.


Kedalaman parit kabel (cable tranch) untuk penanaman di
bawah tanah mionimal 80 cm dari permukaan. Bila
bersilangan dengan saluran lain, misalnya saluran air,
cable trench dapat dan harus ditanam setelah pengerasan
tanah.

Untuk cable trench yang melintasi jalan, penanaman


dilakukan setelah pengerasan badan jalan atau bila

104
sehelumnya harus lebih dari 110 cm atau atas persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi.

c.6. Konduit Logam Flexibel Tahan Air


Konduit logam flexible yang tahan air harus dipakai pada
kondisi di mana ada kemungkinan pengerasan, getaran
atau penempatan dalam atmosfir yang korosif, lembab
atau berupa minyak, termasuk dalam hal ini adalah
pemakaian pada kabel masuk terminal motor pompa.

Suatu bungkus (shealth) yang tahan cairan dari polivinyl


chlorida (PVC) harus menonjol pada inti baja yang flexibel.
Sambungan konduktor yang dapat digunakan untuk
meneruskan pentanahan (earth continuity) harus pula
dimiliki oleh race way / konduit ini.

c.7. Pengakhiran dan Sambungan.


Race way harus diakhiri pada outlet persimpangan, pull
box cabinet dan lain-lain, dengan dua lock nut dan sebuah
insulating insert yang harus terbuat dari thermoplastic atau
"fire minded" yang dimatikan untuk mencegah rusaknya
kawat dan kabel dan tidak mengurangi kontinuitas dari
sistem grounding dari race way.
Sambungan untuk race way / pipa logam elektrikal harus
dari jenis yang tahan hujan atau fitting dengan konsentrasi
tinggi dengan sistem penguncian interlock compressed.

c.8. Pentanahan
Setiap peralatan yang beroperasi dengan tegangan lebih
besar dari tegangan ekstra rendah (50 VAC) harus
ditanahkan secara efektif)

Bahan-bahan logam / metal dari peralatan-peralatan listrik


yang terbuka, termasuk pelindung kabel (sheath / armour),
konduit, saluran metal, rack, tray, doos, stop kontak,
armatur, saklar dengan metal harus dihubungkan dengan
konduktor kontinyu untuk pentanahan.

Penggunaan konduit metal sebagai satu-satunya konduktor


pentanahan tidak diperbolehkan.

Dalam hal ini harus digunakan konduktor pentanahan


tersediri yang trerbuat dari tembaga dengan daya hantar
yang tinggi.

105
Luas penampang minimum konduktor pentanahan antara 6
sqmm dan dimasukkan ke dalam konduit. Penyambungan
konduktor pentanahan harus menggunakan penyambung
mekanis yang disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.

Tahanan pentanahan yang disyaratkan adalah sebagai


berikut
c.8.1. Pentanahan netral trafo maksimum 1 ohm.
c.8.2. Pentanahan netral bus-bar dan panel maksimum 2
ohm.
c.8.3. Pentanahan netral generator maksimum 2 ohm.

5.1.6. Cable Tray


a. Bahan
Cable tray yang digunakan harus dari jenis berlubang
(perforated) dari bahan besi lunak dengan sisi-sisi di tekuk ke
dalam dengan ketebalan pelat tidak kurang dari 2,0 mm.
Keseluruhan permukaan cable tray harus digalvanisir.
Cable tray Three Star, Tri Abadi & Elpro.

b. Penggantung / penyangga
Untuk cable tray yang dipasang penggantung cable tray harus
dibuat dari besi lunak yang digalvanisir dengan ø minimum 6
mm ujung penggantung di ulir untuk memungkinkan
pengaturan levelling cable tray. Ukuran penyangga dan
penumpu (bracket) hartis dipilih agar menghasilkan
penyangga/penumpuan yang kokoh.

5.1.7. Panel Utama Tegangan Rendah dan Perlengkapannya.


a. Umum
Penel daya bertegangan rendah meliputi switch, tombol, circuit
breaker, indikator, magnetic connector, accessories, peralatan
dan barang-barang lain yang diperlukan untuk pemasangan dan
operasi yang sempurna dari segenap sistem dan peralatan-
peralatannya.

Kontraktor harus dapat membuktikan bahwa telah memiliki


pengalaman yang luas di bidang manufacturing dan
perencanaan panel-panel tersebut telah beroperasi dengan baik
selama paling sedikit 3 tahun.
Penawaran harus rneliputi reference list sebagai suatu-bukti.

b. Panel-panel

106
Panel harus seperti ditunjukkan di dalam gambar rencana,
kocuali ditentukan lain.
Seluruh asembly termasuk housing, bus-bar, alat-alat pelindung
harus direncanakan, dibuat, dicoba dan bila perlu diperbaiki
sesuai dengan persyaratan minimum dengan penyesuaian dan /
atau penambahan seperti disyaratkan di bawah ini :

b.1. Umum
Setiap panel daya utama harus dari jenis inbouw, dead-
front, terbuat dari plat baja (metal cled).

Konstruksi panel harus terbuat dari rangka baja struktur


baja struktur atau rangka profil baja yang diperkuat dan
dilas, sehingga kokoh dan tidak rusak dalam pengiriman
atau pemasangan.
Struktur panel harus tahan terhadap gaya elektromekanis
serta termal akibat hubung-singkat (sampai 60 kA dalam
waktu 1 detik) Rangka ini harus secara lengkap ditutup
pada bagian bawah, atas dan sisi-sisinya dengan pelat-
pelat penutup yang bisa dilepas. Panel harus bisa dicapai
dari depan maupun belakang.
Semua alat ukur atau tombol pemilih yang dipersyaratkan
harus dikelompokkan pada sisi depan yang berengsel.

Tutup yang berengsel tersebut harus mempunyai engsel


yang tersembunyi dan gerendel / kunci. Semua sumber
yang perlu untuk rangkaian kontrol, daya dan lain-lain
harus dipasang pada sisi belakang dari penutup yang
berengsel tersebut.

Panel harus mempunyai bukaan dalam bentuk grille


(louvres) ventilasi untuk membatasi kenaikan suhu dari
bagian-bagian yang mengalirkan arus pada nilai-nilai yang
dipersyaratkan dalarn standar VDE/IEC untuk peralatan
yang tertutup. Penutup panel bagian belakang yang bisa
dilepas harus mempunyai konstruksi sekrup (screwed on /
bolted on) Material-material yang bertegangan harus
dicegah dengan sempurna terhadap kemungkinan terkena
percikan air. Tebal pilar baja yang digunakan minimum 2
mm.

Semua panel harus buatan Graha Panel, Simetri dan


mempunyai sertifikat dari Asosiasi Produsen Panel
Indonesia.

107
b.2. Pull Box
Bila ditunjuk dalam gambar atau bila diperlukan oleh
kondisi pemasangan, harus dipasang sebuah pull box pada
ketinggian yang cukup dari jenis konstruksi yang sama
dengan switch board pada bagian atas dari switch board.

Bagian sisi atas dan camping clan pull box harus dari
bagian-bagian yang bisa dibuka lepas. Dasar dari pull box
harus terdiri atas papan asbestos atau bahan tanah api
yang sempurna. Kabel manuju individual breaker harus
tegak lurus melalui lubang-Iubang yang terpisah-pisah
pada dasar pull box ini.

Penutup atas yang ditempatkan di bagian belakang


struktur harus bisa dilepas dengan mudah supaya
memungkinkan pembuatan lubang-lubang untuk konduit
kabel yang diperlukan.

Penunjang-penunjang untuk kabel harus diatur sedemikian


rupa, sehingga terhindar kemungkinan terjadinya loncatan
bunga api (arc proofing).

Pull box harus mempunyai ukuran yang layak guna


memungkinkan ventilasi dan pemasangan peralatan circuit
breaker yang bisa dipindah-pindahkan bilamana perlu.

b.3. Konstruksi
Panel-panel harus seperti yang disyaratkan di sini dan
seperti di tunjuk dalam gambar untuk melaksanakan fungsi
yang diperlukan. Lokasi yang tepat dan jenis pertengkapan
yang diperlihatkan boleh berbeda menurut keperluan
penyesuaian material pabrik, sejauh bahwa fungsi dan
operasi yang dimaksud dapat dicapai.

Akan tetapi, identifikasi gambar, tata letak, skedul dan


lain-lain harus diikuti dalam urutan yang tepat untuk
mempermudah pemeriksaan bangunan (konstruksi)

Tempat struktur bus-bar dan hubungan-hubungannya


harus dibangun dan ditunjang untuk dapat menahan arus
hubung-singkat yang terjadi pada lokasi tertentu tersebut.

Hubungan-hubungan harus dibaut, dilas atau diklem serta


diatur untuk menjamin daerah kontrak yang baik.

108
b.4. Ventilasi
Lubang-lubang ventilasi harus dibuat secara rapi dengan
punch machine. Untuk menjaga benda-henda asing rnasuk
melalui lubang tersebut. Pada bagian dalam harus diberi
lapisan yang juga dilubangi (di-punch).

b.5. Papan Nama


Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi
dengan papan nama yang dipasang pada pintu panel dekat
dengan pemutus daya dan dapat dilihat dengan mudah.
Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan dengan
jelas rangkaian dari pemutus daya atau alat-alat yang
tersambung padanya. Keterangan mengenai hal ini harus
diajukan dalam gambar kerja.
Mimic diagram berwarna biru harus dipasang pada pintu,
lengkap dengan komponen-komponen dan tanda-tanda
untuk komponen tersebut.

b.6. Cadangan Sambungan di Kemudian Hari


Bila di dalam gambar dinyatakan adanya cadangan, maka
ruangan- ruangan tersebut harus dilengkapi dengan
pemutus daya cadangan, terminal, klem-klem
pemasangan, pendukung dan sebagainya, untuk peralatan
yang dipasang di kemudian hari.
Kemungkinan penyambungan dikemudian hari dapat
berupa peralatan baru, misalnya saklar, pemutus daya,
kontraktor dan lain-lain.

b.7. Bus-Bar / Rel Daya


Bus-bar harus diatur sedemikian rupa, sehingga tersusun
secara mendatar dengan rapih sepanjang panel di dalam
ruang yang berventilasi.
Jarak antar rel daya harys memenuhi ketentuan
pemasangan rel daya di dalam PUIL 2000.

Bus-Bar harus terbuat dari bahan tembaga jenis "hard


drawn high conductivity" yang memenuhi standar B.S.
1433, dilapisi perak pada bagian luarnya secara
menyeluruh dengan ukuran sesuai dengan kemampuan
150 % dari arus beban terpasang. Ukuran Bus-Bar harus
disesualkan dengan peraturan PUIL 2000. Sernua Bus-Bar
harus dipegang dengan kokoh oleh bahan isolator yang
terbuat dari bahan yang tidak menyerap air (non-
hygroscopic) misalnya perselain atau moulded isulator,
sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya mekanis

109
yang terjadi akibat hubung singkat. Rel daya dicat dengan
warna yang sesuai dengan penandaan fasa menurut PUIL
2000.

Cat tersebut harus tahan terhadap temperatur sampai


70°C
Setiap panel harus mempunyai bus-bar netral dengan
kapasitas penuh (full netral) yang diisolir terhadap
pentanahan dan sebuah bus pentanahan yang telanjang,
diklem dengan kuat pada kerangka dan dilengkapi dengan
klem untuk pengaman dari peralatan yang perlu
ditanahkan. Dalam hal ini, konfigurasi bus-bar adalah 3
fasa - 4 kawat - 5 bus.

Semua hubungan dari bus-bar menuju pemutus daya atau


saklar dengan arus Iebih besar dari 63 A harus dilakukan
melalui batang-batang tembaga dari jenis yang sama
dengan bus-bar. Untuk arus yang Iebih kecil, diizinkan
menggunakan kabel herisolasi PVC (NYY atau NYA).
Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan gambar kerja
yang menunjukkan ukuran-ukuran clan bus-bar dan
susunannya.
Ukuran dari bus-bar harus merupakan ukuran sepanjang
panel dan disediakan cara-cara untuk penyambungan di
kamudian hari.

Apabila saluran keluar (out going feeder) yang menuju ke


satu terminal terdiri atas beberapa buah kabel, tidak
diperkenankan menumpuk lebih dari 2 (dua) buah sepatu
kabel pada satu terminal atau bus-bar.
Bila terjadi hal demikian, harus dilakukan dengan cara
memasangkan batang tembaga tambahan untuk
menyatukan sepatu kabel tersebut pada satu terminal yang
berlainan.

b.8. Alat-alat Ukur


Setiap panel harus dilenqkapi dengan alat-alat ukur dan
trafo ukur seperti yang ditunjukkan di dalam gambar
rencana.
Bila digunakan amper meter selector switch (saklar pinch),
pada saat pemindahan pengukuran arus, saklar untuk
ampere meter harus dalam keadaan terhubung singkat.
Meter-meter harus dari type besi putar (moving iron)
khusus untuk dipasang secara tegak lurus di pintu panel.
Kelas alat ukur yang paling tinggi 1,5 dengan penunjukan

110
melingkar (minimum 90°), skala linier, dipasang secara
flush dalam kotak tahan getaran, dengan ukuran 96 mm x
96 mm.
Posisi dari saklar putar untuk volt meter dan amperemeter
harus ditandai dengan jelas.

b.8.1Amperemeter (A-m)
Semua amperemeter harus mempunyai kemampuan
beban lebih sebesar 120 % dari batas atas
penunjukkannya selama 2 jam dan dilengkapi dengan
penunjuk berwarna merah (index pointer) untuk
menandai besarnya arus beban-penuh. Ampere meter
harus dipasangkan untuk beban motor sebesar 5,5
kW atau lebih pada salah satu fasenya.
Amperemeter harus mampu menahan pergerakan
yang timbull akibat arus start motor dan mempunyai
skala overload yang rapat (compressed) untuk
keperluan pembacaan arus start tersebut.

Pada amperemeter harus terdapat mekanisme


pengatur penunjukan nol (zero adjusment) berupa
sekrup pemutar dibagian depan.

b.8.2Voltmeter (V-m)
Voltmeter harus mempunyai ketepatan kelas 1,5 dan
mempunyai skala penunjukan yang lebar. Voltmeter
dipasang di sisi daya masuk melalui sikring pengaman
jenis HRC dengan arus nominal 3 A.
Pada voltmeter harus terdapat mekanisme pengatur
penunjukkan nol (zero adjustment) berupa sekrup
pemutar di bagian depan.

b.9. Trafo Arus


Trafo arus harus dari tipe kering untuk pemakaian di dalam
ruangan (indoor type), jenis jendela dengan perbandingan
kumparan yang sesuai dengan standar-standar VDE untuk
keperluan pengukuran. Pemasangan harus dilakukan
secara kuat agar mampu menahan gaya-gaya mekanis
yang timbul pada waktu terjadinya hubungan singkat 3
fasa simetris.
Trafo arus untuk amperemeter juga boleh digunakan
bersamaan dengan kWh meter dengan syarat tidak
menguranqi ketelitiannya.
Bila ternyata ketelitian terganggu, harus digunakan trafo
arus khusus (terpisah).

111
b.10 Kabel-kabel Kontrol
Kabel kontrol (control wiring) dari panel-panel harus sudah
dipasang di pabrik / bengkel secara lengkap dan dibundel
serta dilindungi terhadap kerusakan mekanis.

Ukuran kabel kontrol minimum 1,5 mm2 dari jenis NYMHY


dengan tegangan nominal 600 volt.

Pada setiap ujung kabel kontrol ataupun pengukuran harus


dipasangkan sepatu kabel dengan ukuran kabclnya clan
clikencangkan
dengan alat penekan (press-tang / kraft-tang) secara baik,
sehingga
dapat dicegah terjadinya hubung longgar (lost contact).
Setiap pemasangan ujung kawat kontrol atau pengukuran
pada terminal peralatan harus cukup kencang dan kokoh.

b.11 Merk Pabrik


Semua peralatan pengamanan harus diusahakan buatan
satu pabrik. Peralatan-peralatan sejenis harus dapat saling
dipindahkan atau dipertukarkan tempatnya pada rangka
panel.

b.12 Peralatan Pengaman / Pemutus Daya

b.12.1 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)


Untuk pemutus daya cabang dengan arus lebih kecil
dari 800 A digunakan jenis rumah tuangan (moulded
case circuit breaker - MCCB) yang memenuhi standar
B.S. 4752 Part 1 1977 atau IEC 157.1 dan sesuai
untuk temperatur operasi 400C (fully tripicalized) dan
mampu beroperasi untuk tegangan 660 VAC dengan
rating 1.000 VAC.

MCCB harus dapat dioperasikan secara "reverse feed"


baik pada posisi horizontal maupun vertikal tanpa
mengurangi performance.

Kontak utama yang harus meneruskan arus beban


harus terbuat dari bahan silver / tungsten dan
mekanisme operasinya dirancang untuk menutup dan
membuka kontak-kontak utamanya secara menyapu
(wiping action).

112
Mekanisme operasi harus dari jenis "quick make" dan
"quick break" secara simultan pada ketiga / keempat
kutubnya sewaktu opening, closing maupun trip.

Mekanisme ini harus trip-free untuk m_ encegah


kontak utama menutup kembali tanpa sengaja.

Handle togel MCCB harus dapat membuka semua


kutub (kontak utama) secara bersamaan (simultan).
Suatu arus kesalahan mengalir pada salah satu kutup
harus menyebabkan ketiga kutub membuka secara
bersamaan.

MCCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung pada


masing-masing kutubnya yang dapat disetel
(adjustable) untuk arus beban lebih (overload -
inverse time) secara mekanis dengan bimetal,
pengatus arus hubung - singkat (overcurent -
instantaneous) secara mekanis dcngan solenoid
(magnetis).

Untuk motor protector, hanya dipasang magnetic


overcurrent protection.

Setiap MCCB harus mempunyai tiga posisi opcrasi,


yaitu ON, OFF dan TRIP.

Kapasitas pemutus arus kesalahan (interrupting /


breaking capacity) tidak kurang dari 50 kA.

b.12.2 Miniature Circuit Breaker (MCB)


MCB yang digunakan harus memenuhi persyaratan
B.S. 4752 / part 1 1977 atau IEC 157.1 (fully
tropicalized), mampu heroperasi untuk tegangan
sampai 660 VAC dengan rating 1.000 VAC.

MCB harus dapat dioperasikan secara "reverse feed",


baik pada posisi horizontal maupun vertikal tanpa
mengurangi performance.

Kontak utama yang meneruskan arus beban harus


terbuat dari bahan silver / tungsten dan mekanisme
operasinya dirancang untuk menutup dan membuka
kontak-kontak utamanya secara menyapu (wiping
action).

113
Mekanisme operasi harus dari jenis trip-free untuk
mencegah kontak utama menutup kembali tanpa
sengaja.
RKS Teknis
Handel togel MCB tiga fasa harus dapat membuka
semua kutub (kontak utama) secara bersamaan
(simultan).

Suatu arus kesalahan mengalir pada salah satu kutub


harus menyebabkan ketiga kutub membuka secara
bersarnaan.

MCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung arus beban


lebih (overload inverse time) secara mekanis dengan
bimetal dan arus hubung singkat (overcurent
instantaneous) secara mekanis dengan solenoid
(magnetis).

Arus nominal dari draw out MCCB dan MCB harus


sesuai dengan gambar, dengan kapasitas pemutusan
(breaking capacity) disesuaikan dengan letak pemutus
daya tersebut.

Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa besarnya


arus hubung singkat 3 fasa simetris yang mungkin
terjadi pada titik-titik beban dan menganjurkan jenis
MCCB serta MCB yang sesuai.
Hasil perhitungan dan katalog pemutus daya yang
disarankan untuk digunakan harus disertakan pada
saat penawaran pekerjaan.

5.1.9. Peralatan Penerangan

a. Umum
Peralatan penerangan meliputi armatur, lampu-lampu,
accessories, peralatan serta alat-alat lain yang diperlukan untuk
operasi yang lengkap dan sempurna dari semua peralatan
penerangan. Fixture harus seperti yang disyaratkan dan
ditunjuk pada gambar-gambar.

b. Kualitas dan Pengerjaan


Semua rnaterial dan accessories, balk yang disebut secara
maupun khusus harus dari kualitas terbaik.

114
Pengerjaan harus kelas satu dan menghasilkan armature setara
dengan standar komersil yang utama. Armatur harus sesuai
dengan gambar dan skedul, atau seperti yang disyaratkan di
sini.
Semua armatur harus buatan LOMM, Artholite dan Philips.

c. Jenis armature
c.1. Lampu-lampu Ressense Mounted ( RM )
Lampu dengan warna standar white deluxe.
Untuk twin lamp atau double TL 2x18 watt harus dirangkai
secara lead-lag untuk meniadikan efek stroboskopis.
Semua fixture harus dilengkapi dengan kapasitor untuk
perbaikan faktor kerja sehingga mencapai minimum 0,96.
Balast harus dari tipe low losses.
Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang lampu
harus memenuhi standar PLN / SII / LMK.

c.2. Lampu Down Light.


Lampu down light yang dipasangkan di ruang-ruang
tertentu rnenggunakan jenis lampu sesuai dengan gambar
rencana

c.3. Lampu Baret


Lampu baret yang digunakan harus berbentuk persegi,
terbuat dari kaca susu dengan lampu pijar (incandescent)
atau lampu TL circle 20 W sesuai dengan kebutuhan.

c.4. Lampu Taman


Bentuk lampu taman sesuai dengan gambar rencana
Iengkap dengan tiang diperlukan. Di bagian bawah tiang
dipasang box berisi fuse 2 A dan terminal penyambung
kabel.
Jenis kabel di dalam pipa menuju lampu taman adalah NYY
3 x 2,5 mm2 dengan salah satu inti kabel dipasang ke
badan metal lampu untuk pentanahan.

c.5. Lampu Sorot (Flood Lighting)


Armatur lampu sorot dari jenis outdoor type yang tahan
panas, tahan cuaca (tahan korosi), balk untuk badan
maupun kaca pelindung armatur.
Badan armatur (armature housing) dan penutup belakang
(rear cover) terbuat dari high pressure die cast allumunium
dengan kandungan tembaga yang rendah.
Reflektor terbuat dari allumunium yang dipoles mengkilat,
kaca tanah panas setebal 5 mm dari jenis thoughened

115
glass plate dengan gasket karet silikon schingga
keseluruhan armatur mempunyai-derajat perlindungan IP
55. Jenis lampu yang digunakan adalah HPI-T 400 W.
Pemasangan armatur lengkap dengan pondasi dan rangka
/ sangkar pelindung armatur dari besi beton  6 mm yang
dicat hitam dilengkapi dengan engsel dan padlock
(gembok)

c.6. Lampu Darurat/Lampu Exit


Untuk armatur darurat digunakan emergency kit dengan
kapasitas penyalaan batere minimum 2 jam. Jenis batere
yang digunakan batere NiCd, yang diletakkan di dalarn
armatur bersama dengan emergency kit board.
Untuk jenis armatur dengan lampu TL ganda emergency
kit hanya diberikan untuk 2x 18 watt.
Mode operasi lampu darurat adalah maintained.
Tegangan kerja armatur adalah 220 V, 50 Hz.
Lampu exit menggunakan Neonbox max 10 watt
d. Pemasangan
Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus
dipasang oleh tukang yang berpengalaman dan ahli, dengan
cara-cara yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.
Harus disediakan pengikat, penyangga, penggantung dan
bahan-bahan yang perlu agar di peroleh hasil pemasangan yang
baik.
Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian rupa,
sehingga betul-betul lurus.
Armature yang dipasang merata terhadap permukaan (surface
mounted) tidak boleh mempunyai sela-sela di antara bagian-
bagian fixture dan permukaan-perrnukaan di sebelahnya. Setiap
badan (rumah) lampu harus ditanahkan (grounded). Pada
waktu diselesaikannya pemasangan armature penerangan,
peralatan
tersebut harus slap untuk bekerja dengan balk dan berada
dalarn kondisi sempurna serta bebas dari semua cacat /
kekurangan.
Pada waktu pemeriksaan akhir, semua armatur dan
perlengkapannya harus menyala secara lengkap.

6.0 PENGUJIAN / PENYETELAN PERALATAN DAN SISTEM

6.1. Pekerjaan ini meliputi ketentuan-ketentuan dasar untuk


mengadakan pengujian (testing) penyetelan serta commissioning
dari seluruh peralatan listrik yang dipasang.

116
6.2. Semua tersting, kalibrasi dan penyetelan dari peralatan-peralatan
dan kontrol yang tergabung dalam pekerjaan renovasi sistem listrik
ini serta penyediaan semua instrumentasi dan tenaga kerja harus
dilaksanakan oleh kontraktor. Kontraktor harus menempatkan
seorang ahli listrik yang berkompeten dan berpengalaman untuk
melaksanakan pengujian dan commisioning.

6.3. Pengujian-pengujian yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor di


bawah pengawasan Konsultan Manajemen Konstruksi antara lain :
* pengujian tahanan isolasi kabel baru yang dipasang, baik
perbagian (section) maupun keseluruhan (overall)
* pengujian pentanahan panel
* pengujian kontinuitas konduktor
* pengujian fungsi kontrol manual dan otomatis pada panel-panel
daya
* pengujian keseimbangan pembebanan (phasing-out)
* load testing
* penyetelan semua peralatan pengaman (overcurrent dan
overload) dan mencatat data setelah yang dilakukan.
* semua instalasi Iistrik yang baru harus mendapat pengesahan
dari PLN atau badan resmi yang ditunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi.

6.4. Hasil-hasil pengujian harus sesuai dengan syarat-syarat teknis yang


telah diuraikan di atas atau standar-standar yang berlaku dan
dicatat serta dibuatkan berita acara pengujiannya.

117
PASAL 26
PEKERJAAN FIRE ALARM
1.0. UMUM
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Fire Alarm yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal
pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal
ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah
bagian dari syarat-syarat Teknis ini.

2.0. PRINSIP PERENCANAAN


Jenis fire alarm yang digunakan adalah presignal system yang hanya akan
mengaktifkan alarm pada zone yang mendeteksi adanya kebakaran.
Sistem pengkabelan unit-unit deteksi mengikuti kelas A-4 kawat (dengan
kawat balik dari detektor zona terakhir menuju zona module) untuk
memungkinkan pengalirannya arus rupervisi pengkabelan.

Kemampuan deteksi dari smoke detector yang digunakan adalah sekitar 70


m2, sedangkan kemampuan heat detector inempunyai daerah deteksi
sekitar 40 m2.
Perlengkapan detektor rnenggunakan kabel NYA ukuran 1,5 mm2 yang
diletakkan di dalam konduit PVC high-impact heavy gauge.

Untuk memungkinkan sistem tetap beroperasi pada saat terjadinya


pemadaman sumber daya utama, FACP dilengkapi dengan charger dan
stand-by battery yang mampu digunakan minimal 20 jam.
Untuk menghasilkan sinyal alarm secara audio, digunakan vibrating bell
berukuran min 90 db pada tiap zone, sedangkan sinyal visual dihasilkan
oleh alarm berwarna merah. Manual station dipasang untuk
memungkinkan diaktipkannya sistem secara manual apabila seseorang
melihat adanya kebakaran sebelum detektor-detektor beraksi.

3.0. LINGKUP PEKERJAAN


3.1. Pengadaan pemasangan serta penyetelah unit pengontrol (fire alarm
control panel - FACP / master control fire alarm - MCFA) berbasis
mikroprosesor, kapasitas 10 zone.

3.2. Pengadaan serta pemasangan unit deteksi (detection unit detector).

3.3. Pengadaan serta pemasangan kabel terminal box

3.4. Pengkabelan sistem fire alarm dari FACP sampai unit deteksi /
detector

3.5. Mengadakan pengujian menyeluruh sehingga sistem tersebut dapat


berfungsi baik dan benar.

126
4.0. KOMPONEN - KOMPONEN

Komponen-komponen yang termasuk dalam unit-unit deteksi adalah


manual station serta fire detector.
Jenis fire detector yang digunakan adalah :
* Heat Detector (Rise Of Rate & Fixed Rate)
* Smoke Detector
Kedua jenis ini mempunyai berbagai tipe yang dirancang sesuai dengan
keperluan. Dipilih detector yang sesuai dengan masing-masing ruangan
tersebut yaitu untuk bagian perkantoran digunakan heat detector dan
untuk ruangan dengan kemungkinan pengumpulan asap digunakan
detector yang lehih peka, yaitu smoke detector.

4.1. Combination ROR & Fixed Temperature Heat Detector.

* Operating voltage : 16 - 32 VDC


* Stand-by current : 100 uA max.
* Alarm current : 47 mA max. Operating temperature
135 of
* Relative humidity : 20 % - 85 0Jo
* Temperature rise : 15 of / menit

4.2. Fixed Temperature Heat Detector.


* Operating voltage : 16 - 32 VDC
* Stand-by current : 100 uA max.
* Alarm current : 47 mAmax.
* Operating temperature : 135 of
* Relative humidity : 2 % - 85

4.3. Smoke Detector.


* Detector ini harus dapat bekerja dengan adanya asap ataupun
dideteksi.
* Operating voltage : 16 - 32 VDC
* Stand-by current : 100 uA max.
* Alarm current : 47 mA max.
* Operating temperature : 0 - 28 oC
* Relative humidity : 20%-85%
* Sensitivity : 0,55 - 1,17 %/feet
* Kecepatan kerja detektor : 3 detik
* Kecepatan asap yang dapat di deteksi : max 300 feet

4.4. Manual Call Point.


Manual call point yang digunakan adalah dari jenis surface mounted,
dilengkapi dengan kaca penutup (break glass), sistem kerja pull
down dan tetap berada dalam posisi on sebelum di reset kembali.

Untuk tujuan testing, alarm dapat dibunyikan tanpa harus


memecahkan kaca, dilakukan dengan menusukkan kunci khusus.
Semua manual call point harus dilengkapi dengan kaca cadangan

127
untuk menjamin operasi yang lama, alarm contact harus dilapisi
emas (gold plated).

4.5. Alarm Bell.


Alarm bell harus tipe vibrating, seluruh bell harus bekerja pada 24
VDC polarized dengan 6 gong, kecuali disebut lain dalam gambar.
Pemasangan pada ketinggian 75 cm di bawah langit - langit dengan
cara "semi flush", minimum output suara adalah 90 dB atau lebih
besar pada jarak 10 ft.

4.6. Alarm Horn.


Alarm horn harus cocok untuk pemakaian di dalam gedung maupun
di luar gedung. Semua alarm horn bekerja pada 24 VDC polarized
dengan level suara minimum 95 dB pada jarak 10 ft. Type
pemasangan adalah semi flush mounted.

4.7. Fire Alarm Control Panel (FACP)


Unit ini terdiri atas power module, control module, alarm signal
module clan zone module dengan kapasitas 10 zone.

Keseluruhan module harus disusun sedemikian rupa, sehingga


penggantian module yang rusak dapat dilakukan dengan mudah
tanpa menganggu fungsi module lainnya. Semua indikator harus
dapat dilihat dengan mudah dan jelas melalui jendela kaca pada
pintu panel.

Sebagai kontrol bekerja pada tegangan 24 VDC yang dilengkapi


dengan peralatan-peralatan sebagai berikut

4.7.1. Lampu Indikator


- Lampu "alarm" (merah) dan lampu gangguan / "trouble"
(kuning) untuk setiap zone pada zone module atau
common trouble lamp dengan trouble selector.
- Lampu "power on" (hijau) yang menyatakan sumber daya
tersedia dan sistern sedang dalam keadaan fungsi.
- Lampu "AC power failure", yang menyatakan adanya
gangguan pada rangkaian instalasi (short circuit rangkaian
pada ground).
- Lampu "bell circuit trouble" yang menyatakan adanya
gangguan pada rangkaian bell / horn.
- Lampu "common alarm" yang menyatakan terjadinya
alarm di sistem akibat detektor bekerja.
- Lampu "common trouble" yang menyatakan terjadinya
trouble di sistem tersebut.

4.7.2. Tombol - Tombol / switch.


- "reset switch" yang berfungsi untuk mengembalikan ke
kondisi normal setelah terjadi trouble atau alarm.

128
- "silence switch" yang berfungsi untuk mematikan buzzer
atau bel bila alat tersehut berbunyi.
- "alarm lamp test switch" yang berfungsi untuk memeriksa
apakah lampu - lampu alarm masih berfungsi dengan
balk.

4.7.3. Catu Daya.


Sistem fire alarm bekerja dengan tegangan 24 volt DC dan
dapat dikombinasikan dengan alat-alat dengan tegangan AC,
misalnya AC bell dan lamp, dan harus mempunyai catuan
ganda, yaitu :
- Primary supply 220 VAC
- Secondary supply 24 VDC

Agar tetap beroperasi selama cater primer 220 V terputus,


digunakan catu daya cadf~ngan berbentuk stand-by battery
yang rnampu beroperasi selama minimum 20 jam (termasuk
operasi bell dan alarm). Catu daya cadangan diletakan di
dalam FACP. Jenis battery yang digunakan adalah NI-Cad.
Alat pengisi battery diletakan di daam FACP yang dilengkapi
dengan booster power supply untuk memperbesar kapasistas
arus bagi keperluan bell dan lain sebagainya.

4.8. Cara Kerja Sistem.

4.8.1. Keadaan Normal.


Bilamana tidak terjadi gangguan / trouble atau deteksi
kebakaran (alarm), maka sistem dalam keadaan normal yang
ditandai dengan menyalanya lampu indikator hijau (AC pilot
lamp). Dalam hal ini sistem mendapat catuan daya sumher
daya utama 220 VAC dan batere.

4.8.2. Keadaan Darurat.


Apabila sumber daya utama padam maka sistem pendapatan
catu dari stand - by battery.

Hal - hal yang terjadi pada FACP :


Lampu kuning menyala (trouble lamp) disertai tanda - tanda
yang dapat didengar (buzzer).

4.8.3. Keadaan Alarm.


Keadaan alarm akan terjadi apabila mendeteksi adanya asap
/ panas / api atau manual call point diaktifkan.

Dalam keadaan tersebut alarm bell harus dapat bekerja


secara otomatis.

Lampu merah (lampu merah) clan lampu kuning pada FACP


akan menyala, menunjukkan zone yang terjadi alarm.

129
Dengan demikian daerah / ruangan yang dalam keadaan
bahaya akan segera diketahui.

4.8.4. Keadaan-Gangguan (Trouble).


Bila terjadi gangguan pada sistem (pada detector circuit atau
panel kontrol), maka :
- Lampu kuning yang terdapat pada FACP harus menyala
dengan diiringi suara buzzer yang bisa didengar jelas.
- Lampu kuning yang terdapat pada zone module dari zone
yang terganggu harus menyala.

5.0. TEKNIS PELAKSANAAN


5.1. Pemasangan fire alarm harus dilakukan oleh tenaga yang
herpengalaman di bidang pekerjaan ini dan pengerjaannya harus
teratur.

5.2. Tidak diperkenankan adanya sambungan - sambungan pada


hantaran, sambungan hanya terdapat pada box terminal.
Pengawatan harus menggunakan konduit PVC high impact heavy
gauge dengan ukuran disesuaikan dengan jumlah kawatnya. Masing
- masing wiring diberi tanda untuk daerah mana kawat tersebut,
supaya dalam perbaikannya apabila ada kerusakan.

5.3. Kabel dari FACP ke CTB setiap zone masing - masing 2 pairs.
Kabel yang digunakan :

5.3.1. Kabel detektor : NYY max 2x 2,5 mm2+ Conduit 20


mm2

5.3.2. Kabel bell : NYY max 2x2,5 mm2+ Conduit 20 mm2

5.3.2. Kabel Intercom/Jack phone: ITC 2x2X0,6mm2+ Conduit 20


mm2

5.3.2. Kabel MCFA - TB : NYMHY max 2x2,5 mm2+ Conduit 20


mm2

5.4. Dari hasil pengerjaan tersebut diserahkan diagram pengawatan


lengkap (as built drawing) bekerja petunjuk - petunjuk operasional
lainnya.

5.5. Setiap selesai satu tahapan pekerjaa, harus dilakukan pemeriksaan


ulang sebelum dilakukan pengetesan secara keseluruhan.

5.6. Kontraktor harus dapat bekerja sama atau dapat dikoordinasikan


dengan bagian pekerjaan lain, sehingga apabila ada pekerjaan
tambahan karena kurang koordinasi, menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

130
6.0. TRAINING
Kontraktor harus secara lengkap menyediakan operator instruction manual
dan memberikan minimum 7 hari training di lapangan kepada operator dari
pihak Pemberi Tugas dapat diterima kecakapannya.

7.0. KETENTUAN LAIN


Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memasukan shop
drawing kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk memperoleh
persetujuan, mengenai

7.1. Connection diagram.

7.2. Skedul yang menunjukkan lokasi dan fungsi dari setiap peralatan.

7.3. Data - data spesifikasi.

7.4. Konflgurasi FACP.


Pengetesan terakhir (commissioning test) sesudah pemeriksaan
akhir (final inspection), kalibrasi dan lain-lain harus dilakukan pihak
Kontraktor dengan di hadiri oleh pihak Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Konsultan Perencana.

8.0. MERK
Seluruh komponen sistem fire alarm harus diusahakan sedapat mungkin
dari satu merk untuk menjamin service setelah sistem terpasang.

- Komponen utama fire alarm sek. Fine Bank,Amstrong.


- Kabel instalasi sek Kabel Metal, Kabelindo
- Cable conduit sek EGA, Clipsal

131
132
PASAL 25
PEKERJAAN TATA SUARA

1.0. UMUM
Syarat-Syarat Teknis Pekerjaan Tata-Suara yang diuraikan disini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal
pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam
hal ini Syarat-Syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah
bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

2.0. LINGKUP PEKERJAAN


2.1. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi sistem suara lengkap
dengan peralatan-peralatan yang diperlukan seperti yang ditunjuk
pada gambar rencana untuk mendapatkan sistem tata suara yang
baik, stahil, free of distorsion serta mencapai frekuensi response
yang direncanakan.

2.2. Melaksanakan pengujian terhadap instalasi dengan disaksikan oleh


Konsultan Manajemen Konstruksi yang akan menyatakan bahwa
instalasi berfungsi dengan baik dan dapat diterima.

2.3. Melaksanakan pemeliharaan sistem sekurang-kurangnya selama 2


bulan termasuk penyediaan suku cadangnya.

3.0. PRINSIP PERENCANAAN


Tata Suara Back Ground / Allert System.

Sistim tata suara ini berfungsi sebagai back-ground music dan emergency
paging.
Sinyal suara dari sumber suara (tape deck/ AM-FM tuner/ allert signal
module) diterima oleh mixer preamplifier dan disalurkan ke power
amplifier untuk diperkuat. Dari power amplifer sinyal suara diteruskan ke
seluruh ceiling speaker. Untuk keperluan paging disediakan sebuah
microphone yang juga dihubungkan dengan mixer-preamplifier, digunakan
untuk melakukan panggilah / pemberitahuan (all call) walaupun
attenuator dalam keadaan off.

4.0. SYARAT-SYARAT TEKNIS


Peralatan-peralatan sistem tata suara harus baru, tidak cacat, belum
pernah dipakai, telah diuji, dan telah mendapat persetujuan dari
Konsultan Manajemen Konstruksi. Peralatan tata-suara ini harus dapat
menerima supply tegangan 220 volt ± 10% pada 50 Hz.

121
4.1. Gambar Detail Pelaksanaan.

4.1.1. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail


Pelaksanaan sistem tata suara kepada Pengawas Lapangan
untuk disetujui.
Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan sebelum
pengadaan bahan sehingga diper-oleh cukup waktu untuk
memeriksa dan tidak ada tambahan waktu bagi Kontraktor
bila mengabaikan hal ini.
Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisi detail-
detail yang diperlukan serta mencakup data-data berikut :
 Nama perangkat tata suara,
 Jumlah unit,
 Tata letak/susunan peralatan tata suara,
 Dimensi,
 Detail pemasangan dan detail lain yang diperlukan.

4.1.2. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan
Gambar Kerja yang lain atau antara Gambar Kerja dengan
Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus menyam-paikannya
kepada Pengawas Lapangan untuk dicarikan jalan ke
luarnya.

4.1.3. Gambar Kerja Elektrikal hanya menunjukkan tata letak


bahan dan peralatan, jalur kabel dan sambungan-
sambungan.
Gambar Kerja ini harus diikuti dengan seseksama mungkin.
Dalam mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan, dimensi
dan ruang gerak yang digam-barkan dalam Gambar Kerja
Arsitektur, Struktur dan Gambar Kerja lainnya yang
berkaitan, harus diperiksa.

4.1.4. Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan


ruangan dengan Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada
lokasi yang sama untuk memastikan bahwa semua peralatan
dapat dipasang pada tempat yang telah ditentukan.

4.2. Pengiriman dan Penyimpanan.

4.2.1. Semua bahan dan peralatan yang didatangkan harus dalam


keadaan baik, baru, bebas dari segala cacat, dan dilengkapi
dengan label, data teknis dan data lain yang diperlukan.
4.2.2. Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam
kemasannya pada tempat yang aman dan terlindung dari
kerusakan.

122
4.3. Ketidaksesuaian.
Pengawas Lapangan berhak menolak setiap bahan yang
didatangkan atau dipasang yang tidak memenuhi ketentuan
Gambar Kerja dan/atau Spesifikasi Teknis.
Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap
pekerjaan yang dinilai tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari
Pemilik Proyek.

5.0. BAHAN-BAHAN.
5.1. Umum.

5.1.1. Semua perangkat sistem tata suara harus dalam keadaan


baru, dilengkapi sertifikat lulus uji pabrik dan petunjuk
pemasangan serta penggunaan dari pabrik pembuatnya.

5.1.2. Semua perangkat sistem tata suara harus dilengkapi dengan


data-data berikut :

 Merek dan nama pabrik,


 Tipe,
 Tegangan kerja dan frekwensi,
 Distribusi daya,
 Impedansi,
 Tanggapan frekwensi,
 Dimensi,
 Kabel menggunakan NYY max 2 x 2,5 mm2
 Dan data lainnya yang diperlukan.

5.2. Peralatan Tata Suara.

5.2.1.Horn speaker harus memiliki kapasitas max 10 Watt ,


ditempatkan pada tempat sesuai petunjuk dalam Gambar
Kerja, merek Philips,TOA.

5.2.2. Ceiling speaker harus memiliki kapasitas 3 Watt , merek


Philips, TOA.

5.2.3. Mixing amplifier harus memiliki kapasitas sesuai ketentuan


Gambar Kerja, dan berasal dari merek Philips, TOA.

5.2.4. Selektor Pengeras Suara harus dari merek Philips, TOA..

5.2.5.Power Amplifier harus dari merek Philips, TOA, dengan


kapasitas sesuai ketentuan Gambar Kerja.

123
5.2.6.Pengeras suara langit-langit, memiliki kapasitas sesuai
ketentuan dalam Gambar Kerja, merek Philips, TOA.

5.2.7. Mikrofon harus sesuai berasal dari merek Philips, TOA .

5.2.8. Radio AM/FM harus dari merek Philips, TOA.

5.2.9. Antena AM/FM harus dari merek Philips, TOA.

5.2.10 Peralatan pita kaset, digunakan merek Philips, TOA.

5.2.11.Unit lonceng (chime unit), digunakan merek Philips, TOA.

5.2.12.Rak standar, produksi lokal kualitas terbaik, yang disetujui


Konsultan Manajemen Konstruksi.

6.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.


6.1. Umum.

6.1.1. Semua perangkat sistem tata suara harus dipasang sesuai


petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatnya dan Gambar
Detail Pelaksanaan serta diagram pengkabelan yang telah
disetujui, dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan
dalam Spesi-fikasi Teknis ini.

6.1.2. Pengkabelan dan penempatan kabel harus memenuhi


persyaratan Spesifikasi Teknis.

6.2. Pemasangan.

6.2.1. Semua perangkat utama yang yang saling berhubungan satu


sama lain harus ditempatkan pada ruang khusus seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

6.2.2. Pengeras suara langit-langit, corong pengeras harus


dipasang menyebar pada seluruh bangunan seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

6.3. Pengkabelan.

Kabel harus dipasang dalam konduit atau rak kabel sesuai


ketentuan dalam Spesifi-kasi Teknis.
Pengkabelan untuk mikrofon, pembumian, pengeras suara dan
kabel daya harus dipi-sahkan satu sama lain dengan isolasi dan

124
pelindung metal.
Pelindung harus diterminasi hanya pada salah satu ujungnya.

6.4. Pembumian.

Semua pembumian harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.


Antena harus dibumikan secara terpisah.

6.5. Pengujian dan Uji Penampilan.

6.5.1. Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan


pengukuran yang dianggap perlu oleh Pengawas Lapangan
untuk memeriksa bahwa seluruh instalasi dapat ber-fungsi
dengan baik dan memenuhi semua persyaratan dan seluruh
peralatan harus lulus uji fungsional.

6.5.2. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan fasilitas untuk


pengukuran, pengujian dan uji penampilan.

6.5.3. Waktu pelaksanaan pengujian dan uji penampilan akan


ditentukan oleh Pengawas Lapangan.

6.5.4. Kabel-kabel feeder sebelum dan sesudah diinstalasikan harus


lulus uji kesi-nambungan.

6.6. Uji Penerimaan.

Setelah pemasangan selesai, Kontraktor harus mengadakan ujii


penerimaan/acceptance test, dengan prosedur pengujian yang
disetujui, untuk menunjukkan bahwa semua perangkat bekerja dan
beropeasi dengan baik sesuai ketentuan. Kontraktor harus
memberitahukan Pemilik Proyek 15 hari sebelum pelaksanaan uji
penampilan.
Uji penerimaan akan meliputi memperoleh dan menerima berita
pada stasiun tertentu, pada tingkat volume yang baik, tanpa
campuran suara dari sumber lain atau unit lain.

6.7. Pemeliharaan dan Pengoperasian Peralatan.

6.7.1. Masa pemeliharaan pekerjaan sistem tata suara sesuai


persyaratan dalam Kontrak. Selama masa pemeliharaan ini,
Kontraktor diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakan-
kerusakan serta kekurangan-kekurangan.
6.7.2. Kontraktor wajib menyerahkan kepada Pemilik Proyek, 3
(tiga) bulan sebelum serah terima, sebanyak 4 (empat) set

125
manual pengoperasian dan pemeliharaan semua peralatan.

126
PASAL 27
PEKERJAAN TELEPON DAN DATA

1.0. UMUM
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Telepon yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan
instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-
Syarat Umum Teknis Pekerjaan Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat
Teknis ini.

2.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan instalasi telepon ini meliputi :

2.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan semua


peralatan serta bekerjanya semua sistem komunikasi (yang
meliputi sistem telekomunikasi, sistem komputer) di seluruh
bangunan pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja atau Spesifikasi Teknis ini.
Tercakup dalam lingkup pekerjaan sistem komunikasi ini meliputi
tetapi tidak terbatas pada :
 PABX dan panel distribusi utama.
 Kabel telepon dan conduit ITC 2x2,0,6 mm2 + PVC 20mm
Conduit type AW.
 Stop kontak dan pesawat telepon.
 Kabel, Outlet data dan HUB.
 Perlengkapan dan aksesori pelengkap pemasangan.
 Pengujian seluruh sistem komunikasi dan Data.

2.2. Menyelesaikan seluruh perijinan yang diperlukan sehingga dapat


menjamin kelancaran pekerjaan hingga dilakukan serah terima
pekerjaan.

2.3. Melaksanakan pengujian terhadap instalasi sesuai dengan standar


PT. TELKOM dengan disaksikan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi yang akan menyatakan bahwa instalasi berfungsi
dengan baik dan dapat diterima.

2.4. Melaksanakan pemeliharaan sistem (garansi) sekurang-kurangnya


selama 12 (dua betas) bulan, termasuk penyediaan suku
cadangannya.

2.5. Standar/Rujukan

2.5.1 Standar PT Telkom.


2.5.2 Standar Industri Indonesia (SII)/Standar Nasional Indonesia
(SNI).
2.5.3 Verband Deutscher Electrotechniker (VDE).
2.5.4 Spesifikasi Teknis :
- 02315 - Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.

132
- 09900 - Pengecatan.
- 16400 - Distribusi Tegangan Rendah.

3.0. PRINSIP PERENCANAAN

Yang dimaksud dengan intalasi telepon adalah instalasi PABX dengan


saluran terbagi menjadi dua bagian yaitu
* TRUNK, adalah saluran yang berhubungan langsung ke saluran
jaringan telepon PT. TELKOM atau saluran yang digunakan untuk
interkoneksi antara PABX.
* EXTENSION, adalah saluran cabang dari PABX yang dihubungkan ke
pesawat telepon intern.

Mode operasi yang dapat diprogramkan sesuai dengan kebutuhan pada


setiap pesawat telepon adalah sebagai berikut :

* Direct Access, yang memungkinkan hubungan antara pesawat telepon


extension dengan pesawat luar (saluran PT. TELKOM) secara otomatis
tanpa bantuan operator.
* Indirect Access, diperlukan bantuan operator agar saluran extension
dapat berhubungan dengan saluran PT. TELKOM.
* No Access, mencegah sama sekali hubungan suatu saluran extension
dengan saluran PT. TELKOM.
* Toll Access, yang memungkinkan hubungan interlokal secara langsung
dari suatu saluran extension tanpa bantuan operator.

Pada gambar rencana dapat dilihat titik outlet saluran extension. Status
mode yang diinginkan akanditentukan kemudian.

Setiap titik outlet di dalam gambar rencana tersebut merupakan titik


outlet lengkap dengan had set (pesawat telepon).

Selanjutnya operasi yang diinginkan dapat diuraikan seperti di bawah ini :

4.0. PROSEDUR
4.1. Contoh Bahan, Data Teknis dan Daftar Bahan.

4.1.1. Contoh bahan berikut brosur/data teknis semua bahan sistem


komunikasi dan perlengkapannya harus diserahkan kepada
Pengawas Lapangan untuk disetujui, sebelum pengadaan
bahan.
Diperlukan Kabel UTP Cat5e + PVC conduit type AW 20 mm2
4.1.2. Kontraktor wajib menyerahkan daftar bahan yang akan
digunakan, seperti disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini,
kepada Pengawas Lapangan untuk diperiksa dan disetujui.
Daftar bahan meliputi tipe, model, nama pabrik pembuat,
jumlah, ukuran dan data lain yang diperlukan.

133
4.2. Gambar Detail Pelaksanaan.

4.2.1. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail


Pelaksanaan sistem elektrikal kepada Pengawas Lapangan
untuk disetujui.
Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan sebelum
pengadaan bahan sehingga diperoleh cukup waktu untuk
memeriksa dan tidak ada tambahan waktu bagi Kontraktor
bila mengabaikan hal ini.
Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisi detail-
detail yang diperlukan.

4.2.2. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan
Gambar Kerja yang lain atau antara Gambar Kerja dengan
Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus menyampaikannya
kepada Pengawas Lapangan untuk dicarikan jalan ke luarnya.

4.2.3. Gambar Kerja Elektrikal hanya menunjukkan tata letak bahan


dan peralatan, jalur kabel dan sambungan-sambungan.
Gambar Kerja ini harus diikuti dengan seseksama mungkin.
Dalam mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan, dimensi
dan ruang gerak yang digambarkan dalam Gambar Kerja
Arsitektur, Struktur dan Gambar Kerja lainnya yang berkaitan,
harus diperiksa.

4.2.4. Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan


dengan Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi
yang sama untuk memastikan bahwa semua peralatan dapat
dipasang pada tempat yang telah ditentukan.

4.3. Pengiriman dan Penyimpanan.

4.3.1. Semua bahan dan peralatan yang didatangkan harus dalam


keadaan baik, baru, bebas dari segala cacat, dan dilengkapi
dengan label, data teknis dan data lain yang diperlukan.

4.3.2. Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam


kemasannya pada tempat yang aman dan terlindung dari
kerusakan.

4.4. Ketidaksesuaian.
4.4.1. Pengawas Lapangan berhak menolak setiap bahan yang
didatangkan atau dipasang yang tidak memenuhi ketentuan
Gambar Kerja dan/atau Spesifikasi Teknis.
Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti
setiap pekerjaan yang dinilai tidak sesuai, tanpa tambahan
biaya dari Pemilik Proyek.

134
4.4.2. Bila bahan-bahan yang didatangkan ternyata menyimpang
atau berbeda dari yang ditentukan, Kontraktor harus
membuat pernyataan tertulis yang menjelaskan usulan
penggantian berikut alasan penggantian, dengan maksud bila
diterima, akan segera diadakan penyesuaian. Bila Kontraktor
mengabaikan hal di atas, Kontraktor bertanggung jawab
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Gambar Kerja.

5.0. BAHAN-BAHAN.
5.1. Umum.

Semua bahan yang didatangkan dan akan dipasang harus baru,


bebas dari segala cacat/kerusakan, kualitas terbaik dari produk yang
dikenal dan sesuai untuk daerah tropis.

5.2. Bahan Sistem Telekomunikasi.


5.2.1. PABX harus memiliki kapasitas sambungan langsung dan
sambungan perluasan sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja,
seperti dari Philips dan Alcatel.

5.2.2. Kotak terminal harus memiliki kapasitas/ukuran sesuai


Gambar Kerja, merupakan produksi lokal yang setara dengan
produk Siemens atau Harris.

5.2.3. Soket Outlet telepon harus dari MK, Clipsal atau setara.

5.2.4. Kabel yang keluar dari kotak telepon sampai ke pesawat


harus dari jenis kabel berisolasi PVC dengan pita pelindung
statis, seperti tipe R-V (Pe) V, yang memenuhi ketentuan
SII.0710-83/SNI.04-2077-1990, produksi Kabelmetal,
Supreme, atau yang setara, dengan ukuran kabel sesuai
ketentuan Gambar Kerja.

5.2.5. Rangka distribusi utama (MDF) dengan tipe dan dimensi


sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, merupakan produksi
lokal.

5.3. Bahan Sistem Komputer

5.3.1. Kabel data harus dari tipe category- 5 dengan dimensi sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja, produk AMP, Belden atau yang
setara.

5.3.2. Soket Outlet untuk data/komputer harus dari tipe sesuai


petunjuk Gambar Kerja, dari produk MK, Clipsal atau yang
setara.

135
5.3.3. HUB mempunyai kapasitas 6 port, 16 port dan 24 port sesuai
yang ditentukan dalam Gambar Kerja dari produk AMP atau
yang setara.

5.4. Pipa konduit untuk kabel telepon harus sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis. Diameter pipa konduit harus sesuai dengan ketentuan dalam
Gambar Kerja atau disesuaikan dengan jumlah kabel yang akan
ditempatkan di dalamnya.

5.5. Alat penyambung kabel dan aksesori harus dari 3M atau yang
setara.

6.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.


6.1. Umum.

6.1.1. Kontraktor harus memeriksa kebutuhan ruang dengan


Kontraktor lain untuk memastikan semua peralatan dan
perlengkapannya dapat dipasang pada tempat yang telah
ditentukan.

6.1.2. Kontraktor harus segera memperbaiki setiap pekerjaan yang


dinilai tidak sesuai oleh Pengawas Lapangan.

6.1.3. Kontraktor secara teratur harus membuang kotoran dan


bahan tak terpakai agar dapat bekerja dengan aman.

6.1.4. Kontraktor harus menyediakan semua alat kerja, peralatan


pemasangan, peralatan pengujian dan melaksanakan
pengujian serta mencatatnya.

6.2. Pemasangan.

6.2.1. Setiap kotak terminal harus memiliki cadangan sekurang-


kurangnya 20% .

6.2.2. Seluruh kabel harus diberi tanda dengan tanda kabel.

6.2.3. Kabel dengan 5 (lima) warna yang berbeda (misalnya


kuning/putih, putih/hitam, putih/hijau, putih/merah,
putih/biru) harus digunakan untuk kode warna pekerjaan
marshalling.

6.2.4. Kontraktor harus menyiapkan diagram pemasangan kotak


terminal.

6.2.5. Semua kabel komunikasi harus ditempatkan di dalam konduit.

6.2.7. Tinggi maksimal pemasangan kotak terminal sambung


± 160cm dan tinggi minimal ± 40cm.

136
6.2.8. Semua stop kontak harus dipasang dan ditempatkan sesuai
petunjuk dalam Gambar kerja atau sesuai petunjuk Pengawas
Lapangan.

6.3. Pemasangan Kabel Tanah.

6.3.1. Kabel tanah harus ditanam pada kedalaman minimal 80cm


dan diberi penutup lapisan pasir halus (bebas batuan) tebal
minimal 10cm, dan di atasnya ditutup dengan batu bata.

6.3.2. Kabel-kabel yang ditanam melintang jalan harus ditempatkan


dalam konduit.

6.3.3. Inti kabel harus disambung dengan cara las.

6.3.4. Semua penyambungan kabel tanah harus dilakukan dengan


alat penyambung yang disetujui seperti 3M, Raychem atau
yang setara, dengan tipe dan ukuran yang sesuai dengan
jenis kabel yang akan disambung.

6.3.5. Kontraktor harus membuat diagram jalur kabel.

6.3.6. Setiap jalur kabel harus diberi tanda kabel yang jelas, sedang
untuk setiap sambungan harus diberi tanda khusus.

6.3.7. Pekerjaan galian dan urukan untuk penanaman kabel harus


dilaksanakan sesuai Spesifikasi Teknis.

6.3.8. Sebelum dan setelah peletakan kabel, Kontraktor harus


mengukur data kualitas kabel yakni isolasi antar kawat, kawat
pembumian, tahanan/loop, atenuasi pada 800 Hz, hubungan
menerus dan tahanan pelindung kabel.

6.4. Lapisan Pelindung.

6.4.1. Semua bahan yang dipasang harus sudah memiliki lapisan


pelindung.

6.4.2. Konduit kabel telepon harus diberi cat dalam warna sesuai
Skema Warna yang akan diberikan kemudian.
Bahan cat dan cara pengerjaannya harus sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis.

6.5. Pengujian dan Uji Penampilan.

6.5.1. Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan


pengukuran yang dianggap perlu oleh Pengawas Lapangan
untuk memeriksa bahwa seluruh instalasi dapat berfungsi
dengan baik dan memenuhi semua persyaratan.

137
6.5.2. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan tenaga kerja
untuk pengujian dan perawatan peralatan pengujian dan
perlengkapannya agar tetap dalam kondisi baik selama waktu
pengujian.

6.5.3. Hasil pengujian harus dicatat oleh Kontraktor dan diserahkan


secara resmi kepada Pengawas Lapangan sebelum serah
terima pekerjaan.

6.5.4. Waktu pelaksanaan pengujian dan uji penampilan akan


ditentukan oleh Pengawas Lapangan.

7.0. PEKERJAAN CCTV DAN MATV


7.1 UMUM
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan CCTV MATV yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan
instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-
Syarat Umum Teknis Pekerjaan Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat
Teknis ini.

7.2 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan instalasi CCTV dan MATV ini meliputi :

2.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan semua


peralatan serta bekerjanya semua sistem CCTV dan MATV di titik
bangunan tertentu seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau
Spesifikasi Teknis ini.
Tercakup dalam lingkup pekerjaan sistem komunikasi ini meliputi
tetapi tidak terbatas pada :

 Kabel COAXIAL 5C- 2v – 75 Ohm+ PVC 20mm Conduit type AW.

 Perlengkapan dan aksesori pelengkap pemasangan.


 Pengujian seluruh sistem CCTV dan MATV.

138
PASAL 24
PEKERJAAN PENANGKAL PETIR

1.0 UMUM
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Instalasi Penangkal Petir yang diuraikan di
sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dan hal
pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam
hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah
bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
Dimana sistem penangkal petir yang digunakan pada gedung ini adalah
dari type KONVENSIONAL

2.0 LINGKUP PEKERJAAN


Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah semua pengadaan dan
pemasangan instalasi penangkal petir jenis non-conventional non-
radioactive, termasuk batang penerima (air terminal), down conductor,
pertanahan dan baik kontrolnya serta peralatan lainnya yang berkaitan
dengannya, sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian -bagianya,
seperti yang tertera pada garnbar-garnbar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material,
instalasi dan testing terhadap selurruh material, serah terima dan
pemeliharaan selama 12 bulan.
Ketentuan-ketentuan yang baik tercantum di dalam gambar maupun pada
spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan
instalasi secara keseluruhan tanpa juga termasuk ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan,
material, peralatan dan perlengkapan sistem penangkal petir sesuai
dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada
syarat-syarat umum untuk menunjang beberapa sistem / peralatan,
walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknis Khusus atau gambar
dokumen.

3.0 PERSYARATAN PELAKSANAAN DAN MATERIAL


3.1. Air Terminal.
3.1.1. Bentuk split terminal harus sedemikian rupa, sehingga mampu
mengurangi kemungkinan terjadinya pelepasan ion korona pada
ujung runcingnya saat terjadi kondisi statis dari guruh.
3.1.2. Split terminal harus tidak mengalami korosi pada atmosfir normal.
3.1.3. Secara keseluruhan system penegkap petirl harus terisolasi dari
bangunan yang dilindunginya pada seluruh kondisi operasi.
3.2. Down Conductor.
3.2.1. Konduktor/penghantar arus petir menuju pertanahan (down
conductor) harus dari jenis triaxial cable yang dibuat khusus untuk

118
pemakaian penyaluran arus petir yang mampu mencegah
terjadinya slide flashing.

3.2.2. Ukuran sesuai dengan anjuran pabirk pembuat air terminal (luas
penampang konduktor tembaga inti minimum 70 mm2 dan telah
lulus pengujian dari LMK.
3.2.3. Konduktor harus mampu menahan gaya tarik ke atas sebesar 200
kg.
3.2.4. Pada ketinggian 3 meter di atas tanah dan tempat-tempat dimana
memungkinkan tersentuhnya konduktor oleh manusia, konduktor
harus dilindungi oleh pipa PVC kelas AW dengan  minimum 2".
3.2.5. Cara pemasangan konduktor harus sesuai anjuran pabrik, dengan
radius belokan minimurn 0,5 m dan diklem setiap jarak 2 meter.
3.2.6. Hubungan antara konduktor dengan air terminal dan elektroda
pertanahan harus dilakukan melalui sepatu kabel yang dipasang
secara tekan dengan crimping tolls.
3.2.7. Rating tegangan impuls antara konduktor inti dengan konduktor
luar dan antara konduktor luar dengan lapisan konduktif min. 250
kV pada kondisi bentuk gelombang 1/50 us.

3.3. Integral Terminating Resistor.


Intergral terminating resistor harus sanggup menyerap komponen-
kompoonen frekuensi tinggi dari suatu sambaran petir. Di samping itu,
harus dapat mengurangi kenaikan tegangan tanah sampai 50%.

3.4. Elektroda Pentanahan.


Konstruksi elektroda pentanahan hat-us sesuai dengan gambar rencana.
Besarnya tahapan pentanahan harus tidak lebih dari 2  (dalam hal ini
bila diperlukan untuk mencapai nilai tersebut, elektroda pentanahan dapat
d pprarel). Lokasi pentanahan dapat dilihat pada gambar rencana,
dilengk-a engan baik kontrol pasangan bata untuk memungkinkan
pemeriksaan secara berkala terhadap besarnya tahanan pentanahan.

3.5. Lightning Stroke Counter.


Di sisi bagian bawah down conductor, di dalam bak kontrol pertanahan,
dipasangkan alat pencatat jumlah sambaran kilat (lightning stroke
counter) dari jenis tanah air, kokoh dan mudah dipasang.
Alat ini harus bekerja secara elektronis dan akan mencatat setiap
sambaran kilat dan arus Iebih besar dari 1.500 A. Alat ini harus
mempunyai power sendiri (self powered) dan dapat menghitung
sambaran kilat sampai 9999 kali.

3.6. Teknis Pelaksanaan


3.6.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat
gambar kerja / shop drawing dan gambar detail sebanyak 5

119
rangkap untuk disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pekerjaan baru dapat dimulai bila gambar kerja telah mendapat
persetujuan.

3.6.2 Jarak titik pentanahan penangkal petir dengan titik pentanahan


lainnya (sistem listrik dan PABX) minimum 3 meter.

3.6.3 Semua pelaksanaan pemasangan komponen atau peralatan harus


sesuai dengan rekomendasi pabrik.

3.6.4 Box Control ukuran 60x60x50,ternasuk Reinforce Concrete


Contrucion. Semua pelaksanaan pemasangan komponen atau
peralatan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik.

120
PROYEK : GRAHA LAGA SATRIA
LOKASI : BANDUNG
PEKERJANN : SFESIFIKASI MEKANIKAL / ELEKTRIKAL

YANG DIPAKAI ACUAN


No. URAIAN PEKERJAAN MERK BUATAN KETERANGAN
PRODUK

A. PEKERJAAN PLUMBING
A.1 PEMIPAAN AIR BERSIH
1 Pompa Distribusi Air Bersih Ebara,Groundfos Indonesia PT. Indobara Bahana- Jkt
2 Pompa Booster Ebara Indonesia PT. Indobara Bahana- Jkt
3 Pipa air bersih (GIP) PPI Indonesia PT. PPI - Jkt
4 Gate valve ONDA Indonesia PT. Anggun Permai Sempurna - Jkt
5 Strainer ONDA Indonesia PT. Anggun Permai Sempurna - Jkt
6 Float valve ONDA Indonesia PT. Anggun Permai Sempurna - Jkt
7 Check valve ONDA Indonesia PT. Anggun Permai Sempurna - Jkt
8 Tangki air (Roof Tank) Excel Indonesia PT. Graha Excel Plastindo - Jkt
9 Bio septic Biotech Indonesia PT.Bioseptic Waterindo Abadi- Jkt

A.2 PEMIPAAN AIR KOTOR


1 Pipa Air Kotor + fitting WAVIN Indonesia PT. Wavin Duta Jaya - Jkt
2 Pipa Air Bekas + fitting WAVIN Indonesia PT. Wavin Duta Jaya - Jkt
3 Pipa Vent + fitting WAVIN Indonesia PT. Wavin Duta Jaya - Jkt

A.3 SANITARY FIXTURE


1 Floor Drain (FD) ONDA Indonesia
2 Clean Out (CO) ONDA Indonesia

B AIR CONDITIONING & VENTILASI


B.1 TATA UDARA (AC)
1 AC Split LG Indonesia

B.2 SISTEM VENTILASI


1 Exhaust Fan Panasonic Indonesia

C KABEL Feeder dan Distribusi Supreme Indonesia


Kabelindo Indonesia

D LAMPU Artholite Indonesia


Philips Indonesia

E SAKLAR,STOP KONTAK Brocco Indonesia


Clipsal Indonesia

F FIRE ALARM GENT Indonesia


Simplex Indonesia

G SOUND SYSTEM TOA Indonesia


PHILIPS Indonesia

H KABEL DATA BELDEN Indonesia

I KONDUIT EGA Indonesia


CLPISAL Indonesia
J FIRE ESTINGUISER YAMATO Indonesia
BAB.III

KESELAMATAN DAN KESESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI


(PAKET PENINGKATAN LAGA SATRIA)

1.Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi adalah segala kegiatan


untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
pekerjaan konstruksi.

2.Pekerjaan Paket Peningkatan Gedung Laga Satria terdiri dari:


a. Pekerjaan Perapihan dan Pengecatan
b. Pekerjaan laminate Flooring Excercise
c. Pekerjaan Pasang lantai interior
d. Pekerjaan Raiiling Stainless Steel
e. Pekerjaan Ramp Ases bangunan
f.Pekerjaan Pintu dan Gerbang
g. Pekerjaan Saniter dan asesoris
h. Pekerjaan Ramp Rakses
i. Pekerjaan pintu dan jendela
j. Pekerjaan Flooring Arena Utama
k. Pekerjaan insulasi atap

3.Potensi Bahaya:
Potensi bahaya untuk pekerjaan konstruksi dari tingkat keparahan rendah
sampai dengan tingkat keparahan tinggi seperti:
a. Terpeleset;
b. Terkilir;
c. Terbentur benda keras;
d. Tergores besi;
e. Tertusuk paku/besi;
f.Terkena palu;
g. Kaki dan tangan terjepit;
h. Tertimpa alat berat;
i. Kejatuhan material;
j. Tertimbun longsoran;
k. Tersengat aliran listrik;
l. Menghirup gas beracun; dan
m. Tersengat listrik, tertimpa alat berat, kejatuhan material, menghirup racun
yang menyebabkan luka berat dan Kematian.

4.Identifikasi Bahaya/risiko K3 Konstruksi


a. Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap
keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang

62
dapat timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan
konstruksi;
b. Penyedia Jasa diwajibkan membuat penilaian Tingkat Risiko K3 Konstruksi
dengan memadukan nilai kekerapan/frekuensi terjadinya peristiwa bahaya
K3 dengan keparahan/kerugian/dampak kerusakan yang ditimbulkannya.
Langkah-langkah penilaian Tingkat Resiko K3 dapat dilakukan dengan:
1) Mengidentifikasi dan menentukan Nilai Keparahan/ Kerugian/Dampak
terjadinya Risiko K3 Konstruksi ( contoh terdapat pada Lampiran 1,
tabel 1.1.).
2) Menentukan Nilai Tingkat Resiko K3 Konstruksi (contoh terdapat pada
Lampiran 1, tabel 1.2.).
Tingkat Risiko K3 Konstruksi (TR) adalah hasil perkalian antara nilai
kekerapan terjadinya Risiko K3 Konstruksi (K) dengan nilai
keparahan yang ditimbulkan (A).

TR= K X A

Nilai Kekerapan (K) terdiri dari :


1= Jarang terjadi dalam kegiatan konstruksi
2= Kadang-kadang terjadi dalam kegiatan konstruksi
3= Sering terjadi dalam kegiatan konstruksi
Nilai Keparahan/ Kerugian/ Dampak (A) terdiri dari:
1= ringan
2= sedang
3= berat
Hasil Perhitungan Tingkat Risiko K3 Konstruksi dapat dijelaskan
dengan Tabel dibawah ini.
Tabel Tingkat Resiko K3 Kontruksi
TINGKAT RISIKO K3 KEPARAHAN (AKIBAT)
KONSTRUKSI 1 2 3
KEKERAPAN 1 1 2 3
2 2 4 6
3 3 6 9
Keterangan:
: Tingkat Risiko K3 Rendah
: Tingkat Risiko K3 Sedang,
: Tingkat Risiko K3 Tinggi.

5.Pada penyelenggaraan Kontruksi wajib menerapkan SMK3 (Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
a. SMK3 Konstruksi meliputi:
 Kebijakan K3;
 Perencanaan K3;
 Pengendalian Operasional;
 Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3; dan
 Tinjauan Ulang Kinerja K3.

63
b. Penyedia Jasa diwajibkan membuat RK3K sebagai bagian dari dokumen
usulan teknis (Format RK3K terdapat pada lampiran 2).

6.Biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi dialokasikan dalam biaya umum


yang mencakup:
a. Penyiapan RK3K;
b. Sosialisasi dan Promosi K3;
c. Alat pelindung kerja;
d. Alat pelindung diri;
e. Asuransi dan Perijinan;
f.Personil K3;
g. Fasilitas sarana kesehatan;
h. Rambu-rambu; dan
i. Lain-lain terkait dengan risiko K3

7.Peralatan standar K3 di proyek antara lain :


a. Pakaian kerja;
b. Sepatu kerja;
c. Kacamata kerja;
d. Sarung Tangan;
e. Helm;
f.Masker;
g. Jas hujan;
h. Sabuk pengaman;
i. Tangga; dan
j. P3K.

8.Evaluasi Teknis untuk menilai pemenuhan persyarakatan K3 yang tertuang


dalam RK3K, dilakukan terhadap sasaran dan program K3.

9.Mensyarakatkan Ahli K3 Konstruksi untuk pekerjaan yang mempunyai potensi


bahaya K3 tinggi.

10. Melibatkan Petugas K3 Konstruksi untuk Pekerjaan yang mempunyai potensi


bahaya K3 rendah.

64
LAMPIRAN 1
Tabel 1.1. IDENTIFIKASI TINGKAT KEPARAHAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANJUTAN SPOrT JABAR ARCAMANIK T.A. 2015
PAKET PENINGKATAN GEDUNG LAGA SATRIA
Contoh:
KEPARAHAN/ KERUGIAN/ DAMPAK
TINGKAT
NO JENIS PEKERJAAN KESELAMAT
KEPARAHAN ORANG HARTA/ BENDA LINGKUNGAN
AN UMUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pekerjaan Insulasi atap Ringan (1) Tergores, terpeleset. Gangguan pada Gangguan suara
peralatan
Sedang (2) Terkilir, terjatuh yang Kerusakan peralatan
menyebabkan luka
ringan
Berat (3) Terjatuh dari Gangguan jaringan
ketinggian yang utilitas
menyebabkan patah
kaki dan gegar otak,
keracunan gas
beracun yang
menyebabkan
kematian
3 2 1 0
dst
Keterangan:
Tingkat keparahan dihitung berdasarkan rata-rata tingkat keparahan pada orang, harta benda, lingkungan, dan keselamatan umum. Untuk tingkat keparahan
pada orang yang mengakibatkan kematian maka nilai tingkat keparahan adalah 3 (berat) tanpa harus memperhitungkan nilai rata-rata.

65
TABEL 1.2. TABEL PENETAPAN RESIKO K3 KONSTRUKSI PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANJUTAN SPOrT JABAR ARCAMANIK T.A. 2015
PAKET PENINGKATAN GEDUNG LAGA SATRIA
Contoh:
KESELAMATAN
PEKERJAAN IDENTIFIKASI ORANG HARTA BENDA LINGKUNGAN UMUM
NO
BERESIKO BAHAYA
K A TR=(KxA) K A TR=(KxA) K A TR=(KxA) K A TR=(KxA)
1 Pekerjaan insulasi atap Tergores, terpeleset, 3 2 6 3 2 6 3 1 3 0 0 0
terkilir, Terjatuh,
Tersengat aliran listrik,
terjatuh dari ketinggian
yang menyebabkan
patah kaki dan gegar
otak, keracunan gas
beracun yang
menyebabkan kematian,
Gangguan pada alat
berat, Kerusakan pada
alat berat,
2

dst

Nilai Rata-rata Sub Total

Nilai rata-Rata Total

Kesimpulan Tingkat
Risiko
(tinggi/sedang/kecil)
Keterangan:
1. Tingkat Risiko K3 Konstruksi (TR) adalah hasil perkalian antara nilai keparahan yang 3. Nilai Kekerapan (A) terdiri dari :
ditimbulkan(A) dengan nilai kekerapan terjadinya risiko K3 Konstruksi (K), jadi - Jarang terjadi dalam kegiatan konstruksi= 1
TR=AxK. - Kadang-kadang terjadi dalam kegiatan Konstruksi=2
2. Nilai Keparahan/ Kerugian/ Dampak(A) terdiri dari: - Sering terjadi dalam kegiatan konstruksi=3
- Ringan=1 4. Nilai Tingkat Resiko K3 Konstruksi:
- Sedang=2 - Tingkat Resiko K3 rendah = 1-2
- Berat=3 - Tingkat Resiko K3 sedang=3-4
- Tingkat Resiko K3 Tinggi=6-9

66
LAMPIRAN 2
Format Rencana K3 Kontrak (RK3K)
(mengacu pada Permen PU No: 05/PRT/M/2014)

FORMAT RENCANA K3 KONTRAK (RK3K)


RK3K Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dibuat oleh Penyedia jasa untuk
pelaksanaan kontrak, dibahas dan ditetapkan oleh PPK pada saat rapat persiapan
pelaksanaan.
............................ RENCANA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K)
(Logo & Nama
Perusahaan)
(digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan)

DAFTAR ISI
A. KEBIJAKAN K3
B. ORGANISASI K3
C. PERENCANAAN K3
D. PENGENDALIAN OPERASI K3
E. PEMERIKSAAN DAN EVALUASI KERJA K3
F. TINJAUAN ULANG KINERJA K3

A. KEBIJAKAN K3
(Berupa pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk menerapkan K3
berdasarkan skala risiko dan peraturan perundangan K3 yang dilaksanakan
secara konsisten dan harus ditandatangani oleh Manajer atau Kepala Proyek)
A.1. Perusahaan Penyedia jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan
konstruksi yang dilaksanakan.
A.2. Kepala Proyek/Project manager harus mengesahkan Kebijakan K3.
A.3. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3;
2. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan
dan persyaratan lain yang terkait dengan K3;
3. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.

- 67 -
B. ORGANISASI K3
Contoh:

C. PERENCANAAN K3
Penyedia jasa wajib membuat Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala
Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan Penanggung Jawab untuk diserahkan,
dibahas, dan disetujui PPK pada saat Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak
sesuai lingkup pekerjaan yang dilaksanakan.
C.1. Identifikasi Bahaya, Penilaian risiko, Skala Prioritas, Pengendalian
Risiko K3, dan Penanggung Jawab
Penyusunan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian
Risiko K3, dan Penanggung Jawab sesuai dengan format pada Tabel 1.
Tabel 1. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian
Risiko K3, dan Penanggung Jawab
Contoh:
Nama Perusahaan:................................
Kegiatan :................................
Lokasi :................................
Tanggal Dibuat :................................
N Uraian Identif Penilaian Risiko Skala Pengend Penang-
o Pekerja i-kasi Kekera Kepara Ting Priori ali-an gung
-an bahay p-an h-an -kat -tas Risiko Jawab
a Resi K3 (Nama
-ko Petugas
)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Pekerjaan Tertimbu 3 3 9 1 1.1.Penggun Pengawas
Galian n (Tinggi aan Lapangan/
pada ) Turap quality
basement 1.2.Menggun engineer
bangunan akan
gedung metode
dengan peranca-
kondisi ngan

- 68 -
N Uraian Identif Penilaian Risiko Skala Pengend Penang-
o Pekerja i-kasi Kekera Kepara Ting Priori ali-an gung
-an bahay p-an h-an -kat -tas Risiko Jawab
a Resi K3 (Nama
-ko Petugas
)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
tanah labil 1.3.Menyu-
sun
instruksi
kerja
pekerja-
an
galian
1.4.Menggun
akan
rambu
peringat-
an dan
barikade
1.5.Melaku-
kan
pelatiha
n
kepada
pekerja
1.6.Penggun
aan APD
yang
sesuai
Ds
t
Ketentuan Pengisian Tabel 1 :
Kolom : Nomor urut uraian pekerjaan.
(1)
Kolom : Diisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3 yang
(2) tertuang di dalam dokumen pelelangan.
Kolom : Disi dengan identifikasi bahaya yang akan timbul dari seluruh item
(3) pekerjaan yang mempunyai risiko K3
Kolom : Diisi dengan nilai (angka) kekerapan terjadinya kecelakaan.
(4)
Kolom : Diisi dengan nilai (angka) keparahan.
(5)
Kolom : Perhitungan tingkat risiko K3 adalah nilai kekerapan x keparahan
(6)
Kolom : Penerapan skala prioritas di terapkan berdasarkan item pekerjaan
(7) yang mempunyai tingkat risiko K3 tinggi, sedang dan kecil, dengan
penjelasan:prioritas 1 (risiko tinggi), prioritas 2 (risiko sedang), dan
prioritas 3 (risiko kecil). Apabila tingkat risiko dinyatakan tinggi,
maka item pekerjaan tersebut menjadi prioritas utama (peringkat 1)
dalam upaya pengendalian.
Kolom : Diisi bentuk pengendalian risiko K3. Bentuk pengendalian risiko
(8) menggunakan hirarki pengendalian risiko (Eliminasi, substitusi,
rekayasa, administrasi, APD), diisi oleh penyedia jasa pada saat
penawaran (belum memperhitungkan penilaian risiko dan skala

- 69 -
prioritas.
Keterangan:
1. Eliminasi adalah mendesain ulang pekerjaan atau mengganti
material/ bahan sehingga bahaya dapat dihilangkan atau
dieliminasi.
2. Substitusi adalah mengganti dengan metode yang lebih
aman dan/ atau material yang tingkat bahayanya lebih
rendah.
3. Rekayasa teknik adalah melakukan modifikasi teknologi atau
peralatan guna menghindari kecelakaan
4. Administrasi adalah pengendalian melalui pelaksanaan
prosedur untuk bekerja secara aman.
5. APD adalah alat pelindung diri yang memenuhi standard dan
harus dipakai oleh pekerja pada semua pekerjaan sesuai
dengan jenis pekerjaannya.
Kolom : Diisi penanggung jawab (nama petugas) pengendali risiko.
(9)

C2. Pemenuhan Perundang-Undangan dan Persyaratan lainnya


Daftar Peraturan Perundang-Undangan dan Persyaratan K3 yang digunakan
sebagi acuan dalam melaksanakan SMK3 Konstruksi antara lain sebagai
berikut:
1. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi bidang Pekerjaan Umum.
C.3. Sasaran dan Program K3
C.3.1. Sasaran
1. Sasaran Umum:
Nihil Kecelakaan Kerja yang fatal (Zero Fatal Accidents) pada
pekerjaan konstruksi.
2. Sasaran Khusus:
Sasaran khusus adalah sasaran rinci dari setiap pengendalian risiko
yang disusun guna tercapainya sasaran umum.
C.3.2. Program K3

- 70 -
Program K3 meliputi : sumber daya, jangka waktu, indikator pencapaian,
monitoring, dan penanggung jawab. Penyusunan Sasaran dan Program K3
seperti contoh dalam tabel 2.

Tabel 2. Penyusunan Sasaran dan Program K3


Nama Perusahaan:................................
Kegiatan :................................
Lokasi :................................
Tanggal Dibuat :................................

Sasaran
Program
Khusus
Uraian Pengenda
N Urai- Tolok Sum- Jang- Indikator Moni Penang- Biaya
Pekerjaa lian
o an Ukur ber ka Pencapa to- gung (Rp)
n Risiko
Daya Wak- i-an ring jawab
tu
(1 (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
)
1 Pekerjaa 1.1. Pengg Selu- Peng -bahan Sebe- Turap Chec Pengawa Rp
n galian unaan ruh guna (turap, lum terpasan klist s atau 800rb
pada turap peker- an peralat bekerj g sesuai petugas /m2
basemen jaan turap an a dengan terkait
t galian me- kerja, harus gambar
banguna dipas- me- dll sudah dan
n tikan nuhi yang leng- spesifika
gedung meme spesif terkait) kap si
dengan nuhi ikasi -SDM
kondisi prin- sesuai
tanah sip denga
labil kesela n
matan kebutu
han
1.2. Meng- Terse- Sesu Doku- Sesua Tertib Chec Quality Rp
guna- dianya ai de- men i melaksan klist engineer 500rb
kan meto- ngan (manu denga akan /m lari
meto- de meto- -al n sesuai
de de instruc jadwal dengan
peman yang -tion/ pelak- metode
canga telah petun- sanaa
n dite- juk n
tap- kerja)
kan

1.3. Menyu Terse- Sesu Doku- Sesua Tertib Chec Quality


sun dianya ai de- men i melaksan klist engineer
instruk instruk ngan petun- jadwal akan
si si ins- juk pelak- petunjuk
kerja kerja truksi kerja sanaa kerja
pekerj kerja n
aan
galian
1.4. Meng- Selu- Ram- -Ram- Sebe- 100% Chec Petugas
guna- ruh bu bu & lum sesuai klist K3
kan lokasi dan barika- bekerj standar

- 71 -
Sasaran
Program
Khusus
Uraian Pengenda
N Urai- Tolok Sum- Jang- Indikator Moni Penang- Biaya
Pekerjaa lian
o an Ukur ber ka Pencapa to- gung (Rp)
n Risiko
Daya Wak- i-an ring jawab
tu
(1 (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
)
rambu galian barik de a
peri- diberi- ade - SDM harus
ngatan kan stan- sesuai sudah
barika- rambu dar denga leng-
de dan (dicar n kap
bari- i con- kebutu
kade toh han
stan- dari
dar jasa
mar-
ga)
1.5. Melak Selu- Lulus
ukan ruh tes &
pelatih peker- pa-
an ja ham
kepad terkait me-
a telah nge-
pekerj mengi nai
a kuti siste
pelatih m
an & kesel
penyu amat
-luhan an
galian
dst

Ketentuan Pengisian Tabel 2:


Kolom (1) : No urut kegiatan.
Kolom (2) : Diisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3 yang tertuang di
dalam dokumen pelelangan.
Kolom (3) : Diisi pengendalian risiko.
Kolom (4) : Diisi uraian dari sasaran khusus yang ingin dicapai terhadap
pengendalian risiko pada kolom 3.
Kolom (5) : Tolak ukur merupakan ukuran yang bersifat kualitatif ataupun kuantitatif
Kolom (6) : Diisi sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan program kerja
atas sasaran yang hendak dicapai.
Kolom (7) : Diisi jangka waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan program kerja
atas sasaran khusus yang hendak dicapai.
Kolom (8) : Indikator pencapaian adalah ukuran keberhasilan pelaksanaan
program.
Kolom (9) : Diisi bentuk-bentuk monitoring yang dilaksanakan dalam rangka
memastikan bahwa pencapaian sasaran dipenuhi
Kolom(10) : Penanggung jawab pelaksana program
Kolom(11) : Diisi biaya kebutuhan pelaksanaan program

- 72 -
D. PENGENDALIAN OPERASIONAL
Pengendalian operasional berupa prosedur kerja, yang harus mencakup seluruh
upaya pengendalian pada tabel 2, diantaranya:
1. Menunjuk Penanggung Jawab Kegiatan SMK3 yang dituangkan dalam
Struktur Organisasi K3 beserta Uraian Tugas.
2. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai pada contoh Tabel
2;
3. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja;
4. Program-program detail pelatihan sesuai pengendalian risiko pada contoh
Tabel 2;
5. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan;
6. Disesuaikan kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3 seperti yang tertera
pada contoh tabel 1. Identifikasi bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas,
Pengendalian Risiko K3, dan Penanggung Jawab.

E.PEMERIKSAAN DAN EVALUASI KINERJA K3


Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu pada kegiatan
yang dilaksanakan pada bagian D. (Pengendalian Operasional) berdasarkan
upaya pengendalian pada bagian C (Perencanaan K3) sesuai dengan uraian
tabel 2 (Sasaran dan Program K3).

F.TINJAUAN ULANG K3
Hasil pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 pada bagian E diklasifikasikan
dengan katagori sesuai dan tidak sesuai tolok ukur sebagaimana ditetapkan
pada tabel 2. Sasaran dan Program K3.
Hal-hal yang tidak sesuai, termasuk bilamana kecelakaan kerja dilakukan
peninjauan ulang untuk diambil tindakan perbaikan.

Dibuat oleh,

(Penanggung Jawab Lapangan/Team Leader)

( ............................... )
Penyedia jasa

- 73 -
- 74 -

Anda mungkin juga menyukai