KEGIATAN:
BELANJA MODAL BANGUNAN GEDUNG
PERTOKOAN/KOPERASI/PASAR
PEKERJAAN:
KONSTRUKSI BANGUNAN - KEGIATAN
PEMBANGUNAN KIOS REST AREA PUNCAK
KONSULTAN PERENCANA :
PT. BONA CIPTA KONSULTANT
ENGINEERING CONSULTANT & ARCHITECT
JL. TOLE ISKANDAR NO.66 RUKO MUTIARA DEPOK NO. 1A LT. II KEL. SUKMA JAYA
KEC. SUKMAJAYA KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT
Email : ptbonaciptaconsultant@gmail.com
Tlp : 021-27616890
DAFTAR ISI
SYARAT - SYARAT TEKNIS
ii
BAB I
SYARAT - SYARAT UMUM DAN TEKNIS
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor / Pemborong meliputi bagian-bagian pekerjaan
yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini.
1.1. PEKERJAAN PEMBANGUNAN BANGUNAN LAJUTAN
Pembangunan Meliputi :
• Bangunan Kios
• Pembongkaran Bangunan Existing. Sesuai dengan Gambar Kerja dan RKS.
Termasuk dalam pekerjaan ini perataan / pembersihan dan melaksanakan pekerjaan site
development sesuai Gambar Kerja dan RKS.
Pasal 2
MEMULAI KERJA
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan perintah kerja pelaksanaan
pekerjaan (SPK), pihak Kontraktor / Pemborong harus sudah memulai melaksanakan
pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
Apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor / Pemborong yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan
yang telah dibuat oleh Panitia / Owner.
Pasal 3 :
MOBILISASI
Pasal 4
PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor / Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atas biaya Kontraktor / Pemborong.
Pasal 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
5.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor / Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor
atau biasa disebut ‘Site Manajer’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan
di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor / Pemborong, berpendidikan minimal
Sarjana Muda Teknik Sipil / Arsitektur atau sederajat dengan pengalaman minimum 6 (enam)
tahun.
5.2. Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor / Pemborong lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
5.3. Kontraktor / Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemimpin / Ketua Proyek dan
Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan.
5.4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas
bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan,
maka akan diberitahukan kepada Kontraktor / Pemborong secara tertulis untuk mengganti
‘Pelaksana’.
5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor / Pemborong
harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor / Pemborong sendiri
(Penanggung Jawab / Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 6
RENCANA KERJA
6.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor / Pemborong wajib membuat
Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa bar chart dan S-curve bahan
dan tenaga.
6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan
2
Penunjukan (SPK) diterima oleh Kontraktor / Pemborong.
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi
Tugas / Pemimpin / Ketua Proyek.
6.3. Kontraktor / Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua) kepada
Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana.
1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor / Pemborong di
lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan / prestasi kerja.
6.4. Kontraktor / Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan penbangunan pekerjaan sesuai
dengan Rencana Kerja tersebut.
6.5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor / Pemborong berdasarkan
Rencana Kerja tersebut.
Pasal 7
DIREKSI KEET, LOS KERJA DAN GUDANG BAHAN, PAGAR PROYEK
Kontraktor / Pemborong harus menyediakan Direksi Keet (Los Pengawas) untuk keperluan
Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dengan bahan semi permanen seluas 24 m2 ( Ruang
Konsultan Pengawas dan Ruang Rapat ), lantai diplester, dinding tripleks / papan / asbes,
diperlengkapi dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan. Dalam hal ini
Kontraktor / Pemborong dapat memanfaatkan sementara ruangan/lokasi pada area bangunan yang
belum/tidak dibongkar yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
7.3. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menjaga keamanan dan kebersihan los Pemborong,
los Pengawas beserta inventarisnya.
7.5. Kantor Pemborong, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai oleh
Kontraktor / Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut, harus
segera dibongkar/dibersihkan oleh Kontraktor / Pemborong, dan bahan-bahan bekasnya menjadi
milik Kontraktor / Pemborong.
7.6. Direksi Keet dan Pagar pengaman proyek (butir 7.1. dan 7.4.) yang dibuat oleh Kontraktor /
Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut akan ditentukan
pemanfaatannya oleh Proyek, namun apabila dianggap perlu Direksi dapat memerintahkan
3
kepada Kontraktor / Pemborong untuk segera membongkarnya dan membersihkannya,
dan bahan-bahan bekasnya diserahkan kepada Proyek.
Pasal 8
KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA
8.1. Selama masa pekerjaan, Kontraktor / Pemborong harus senantiasa memelihara kebersihan
lokasi pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu diangkut dan dikumpulkan di
suati tempat yang telah ditentukan.
8.2. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di
tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam proyek.
8.6. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor / Pemborong wajib menyediakan tabung alat
pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dan siap pakai, dengan jumlah sekurang-
kurangnya 4 (empat) buah tabung. Masing-masing tabung berkapasitas 12 kg.
8.7. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada
Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek-proyek Departemen
Pekerjaan Umum, Pihak Kontraktor Pemborong yang sedang melaksanakan pembangunan /
pekerjaan agar ikut serta dalam program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis
kepada Pemimpin Proyek.
Pasal 9
TENAGA DAN SARANA KERJA
Kontraktor / Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat
bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama
masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan
diserah-terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.
9.1. TENAGA KERJA / TENAGA AHLI
Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
4
9.2. PERALATAN BEKERJA
Menyediakan alat-alat bantu seperti mesin las, alat bor, alat-alat pengangkat dan pengangkut
serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
9.4.2. Air harus bersih, bebas dari : bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan
Pengawas / Direksi.
9.4.3. Kontraktor / Pemborong harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang
senantiasa terisi penuh dengan kapasitas minimum 3,5 m3.
9.4.4. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor / Pemborong dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan Genset
untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara
apabila sambungan sementara PLN tidak memungkinkan dan harus atas petunjuk
Konsultan Pengawas.
Pasal 10 :
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
Untuk menghindari klaim dari ‘User’ / Proyek dikemudian hari, maka Kontraktor / Pemborong
harus betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan struktur dengan memperhitungkan
“ukuran jadi (finished)” sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan RKS.
Kontraktor / Pemborong wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk
dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan
sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh
Konsultan Pengawas.
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, pemborong harus menyediakan :
1. Penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama pelaksanaan
pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut
kontrak.
2. Buku komunikasi untuk kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
3. Buku Tamu untuk kunjungan tamu-tamu yang tidak ada hubungannya dengan proyek.
4. Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari pekerjaan.
5. Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :
• 1 (satu) kamera.
• 1 (satu) alat ukur schuifmat.
5
• 2 (dua) alat ukur optik ( theodolit & waterpass).
• 1 (satu) mesin tik standar 18” atau 1 (satu) unit komputer dan printer.
• 1 (satu) alat ukur panjang 5 m & 50 m.
• 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.
Jika tidak terdapat di dalam Peraturan / Standar / Normalisasi tersebut di atas, maka berlaku
Peraturan / Standar / Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal produsen bahan /
material / komponen yang bersangkutan.
Pasal 11 :
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
11.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.
11.2. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus
memberikan data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
6
11.3. Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas Lapangan
dari Konsultan Pengawas.
11.4. Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada
Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.
Pasal 12 :
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
12.1. Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah RKS.
12.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dan detail
gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor /
Pemborong harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan
tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidak-
sesuaian antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan
dalam gambar dan spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat
konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara
tertulis.
12.3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang semestinya
untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya. Permukaan-permukaan pekerjaan
yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian dan ukuran yang tercantum dalam
gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas.
12.4. UKURAN.
12.4.1. Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar Pelengkap
meliputi :
• As - as
• Luar - luar
• Dalam - dalam
• Luar - dalam.
12.4.2. Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Centi
meter ( cm ) untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, dan ukuran Milimeter (mm)
untuk pekerjaan Baja dan Mekanikal / Elektrikal.
12.4.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran
skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan
oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis. Kontraktor / Pemborong
tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuranukuran yang tercantum di dalam
Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas / Direksi, dan segala
7
akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong baik dari segi
biaya maupun waktu.
12.5.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil / Struktur, maka
Kontraktor / Pemborong wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang
akan memutuskannya setelah berkonsultasi dengan Konsultan Perencana.
12.5.3. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan satu bagian
pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka didalam hal
terdapat ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-perbedaan dan ataupun ketidak-
sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor / Pemborong
diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis dan selanjutnya
diadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas / Direksi dan Konsultan
Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
12.5.4. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor / Pemborong
untuk memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.
12.6. ISTILAH.
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai berikut :
SD : Site Development, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan dinding beton,
batu kali penahan tanah, pengerasan di luar bangunan, penanaman rumput, pohon
peneduh, perdu dan lain-lainnya.
M: Mekanikal, yang ada hubungannya dengan sistim air bersih, air kotor, drainase,
sistim pemadam kebakaran, sistim instalasi diesel-generator set dan sistim
pengkondisian udara (AC).
EL : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan sistim penyediaan daya listrik dan
penerangan.
12.7.1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat
oleh Kontraktor / Pemborong berdasarkan gambar Dokumen Kontrak yang telah
disesuaikan dengan keadaan lapangan.
12.7.2. Kontraktor / Pemborong wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang
belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun yang
diminta oleh Konsultan Pengawas.
8
12.7.3. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk,
cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan
spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja /
Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku ini.
12.7.4. Kontraktor / Pemborong wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas / Direksi.
12.7.5. Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor / Pemborong dan diajukan
kepada Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuain dengan
format standar dari proyek dan harus digambar pada kertas kalkir yang dapat
direproduksi.
12.8.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan
pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
12.8.2. Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor / Pemborong
berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan, dan sesuai
dengan kenyataan yang telah dikerjakan / dibangun oleh Kontraktor / Pemborong
( As Built Drawing ).
Biaya untuk penggambaran “As Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan
Kontraktor / Pemborong.
Pasal 13 :
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG
13.1. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
13.2. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi,
menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.
13.3. Kontraktor / Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut
dengan biaya Kontraktor / Pemborong sendiri.
13.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka Kontraktor /
Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas melalui
Konsultan Pengawas.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas segala
kerusakan yang timbul.
13.5. Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
13.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor / Pemborong dalam
melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.
13.8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas akibatnya,
baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
13.9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor / Pemborong harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi
pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.
Pasal 14 :
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN - BAHAN
14.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini
maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan
maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam
A.V. 1941 dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI Tahun 1982),
Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan
syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material,
peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan
yang dimaksudkan.
10
tertulis dan diketahui oleh Konsultan Perencana.
Apabila diperlukan biaya untuk test laboratorium, maka biaya tersebut harus
ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong tanpa dapat mengajukan sebagai biaya
pekerjaan tambah.
14.3. Kontraktor / Pemborong terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-
bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas / Direksi dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-
bahan tersebut didatangkan / dipakai.
Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas / Direksi dan
Konsultan Perencana adalah sebanyak 4 (empat) buah dari satu bahan yang ditentukan untuk
menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang Direksi. Paling lambat waktu
penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.
14.4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan di informasikan
kepada Kontraktor / Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah
penyerahan contoh bahan tersebut.
14.5.2. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian
untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan
bila diminta harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar
memudahkan pemeriksaan. Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan
untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari pemiliknya.
14.5.3. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling)
menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
14.5.4. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping
sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase / pemasukan dari
kandungan air / cairan yang berlebihan.
Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan
bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi serta
mengatur kadar air.
Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat / dibongkar lapis demi lapis
dengan tebal lapisan tidak lebih dari 1 (satu) meter. Tinggi tempat penyimpanan
tidak lebih dari 5 (lima) meter.
11
Pasal 15 :
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
15.1. Bahan-bahan yang didatangkan / dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh yang
telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.
15.2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir /
ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi bangunan / proyek
selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
15.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas /
Konsultan Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan
Pengawas / Konsultan Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada
Kontraktor / Pemborong, yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh
pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong sepenuhnya.
Disamping itu pihak Kontraktor / Pemborong tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu per
mil) dari harga borongan.
15.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-
bahan tersebut, maka Kontraktor / Pemborong harus menguji dan memeriksakannya ke
laboratorium Balai Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut
disampaikan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas / Direksi / Konsultan Perencana.
Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong.
15.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari
bahan-bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang
menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.
15.6. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memberikan penjelasan
lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Pasal 16 :
SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR
16.1. Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub Kontraktor)
didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/ Pemborong “wajib”
memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas / Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
16.2. Kontraktor / Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub Kontraktor
dan Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
16.3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan
khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai
instruksi pabrik.
12
Pasal 17 :
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA
17.1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah permukaan,
dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing didalam daerah kerja,
kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus
dipindahkan sesuai dengan ketentuan Pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini.
Pekerjaan ini mencakup pula perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang
ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
17.2. Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan menentukan semua
pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang harus tetap berada di tempatnya.
Kontraktor / Pemborong harus menjaga semua jenis benda yang telah ditentukan harus tetap di
tempatnya.
17.3. Segala obyek yang ada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu lapuk, tunggul,
akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya yang muncul, yang
tidak diperuntukan berada disana; harus dibersihkan dan atau dibongkar serta dibuang bila
perlu.
Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus dibuang dari daerah galian sampai
kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm. di bawah elevasi lubang galian sesuai Gambar
Kerja.
Lubang-lubang akibat pembongkaran harus di-urug dengan material yang memadai dan
dipadatkan sampai 90 % dari kepadatan kering maksimum sesuai AASHTO T 99.
Pasal 18 :
DRAINASE / SALURAN
13
18.3.2. Bila Kontraktor / Pemborong akan melaksanakan pekerjaan sementara atau permanen
pada daerah sekitar utilitas itu, Kontraktor / Pemborong harus mempergunakan
metoda konstruksi yang memadai, menyediakan peralatan perlindungan yang
semestinya, dalam rangka mencegah kerusakan pada utilitas itu; tanpa ada
pembayaran tembahan.
Segala kerusakan pada utilitas yang disebabkan oleh pekerjaan Kontraktor / Pemborong
baik langsung maupun tidak langsung, dianggap sebagai tanggung jawab dari
Kontraktor / Pemborong.
Pasal 19 :
PENGUKURAN KONDISI TAPAK & PENENTUAN PEIL + 0.00
14
Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh Kontraktor
harus dijaga baik-baik. Bila terganggu atau rusak, harus segera diperbaiki oleh
Kontraktor atas tanggungan biaya sendiri.
Setiap jenis pekerjaan dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum persiapannya
(setting out) disetujui oleh Konsultan Pengawas.
19.1.6.Kontraktor / Pemborong harus mengajukan 3 (tiga) salinan / copy penampang
melintang (cross section) kepada Konsultan Pengawas yang akan mengesahkan
salah satu salinan atau merevisinya, kemudian mengembalikannya kepada
Kontraktor / Pemborong.
Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan / revisi, Kontraktor /
Pemborong harus mengajukan lagi salinan cross section untuk persetujuan tersebut di
atas.
Cross section dari Kontraktor / Pemborong harus digambar di atas kertas kalkir agar
memungkinkan direproduksi. Bila cross section ini akhirnya disetujui, maka
Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan gambar kalkir asli dan 3 (tiga) lembar
hasil reproduksinya kepada Pemimpin Proyek.
Gambar cross section harus memakai judul dan ukuran sesuai dengan yang ditentukan
oleh Konsultan Pengawas.
Pasal 20 :
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN ( BOUWPLANK )
20.1.4. Pada dasarnya, patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian atau peil
permukaan yang ada dantercantum dalam Gambar Kerja.
15
20.1.5. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan
lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan
berlangsung.
20.1.6. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan
dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi
dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar.
20.2.2. Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 dengan jarak satu sama lain adalah 1,50
m. tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.
20.2.3. Papan bangunan dipasang sejarak 2,00 m. dari as pondasi terluar atau sesuai
dengan keadaan setempat.
20.2.4. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan antara satu dengan lainnya atau
rata waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
20.2.6. Kontraktor / Pemborong harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan
letak papan bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.
Pasal 21 :
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
21.1.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor / Pemborong,
tetapi karena bahan / material ataupun komponen jadi maupun mutu pekerjaannya
sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas / Direksi, harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor / Pemborong dalam waktu yang
ditetapkan oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
21.2.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor / Pemborong harus
memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Petugas / Ahli dari Konsultan
Pengawas untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak
terlihat.
21.2.3. Kontraktor / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas kapan setiap
pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Konsultan Pengawas
tidak boleh menunda waktu pemeriksaan, kecuali apabila Konsultan Pengawas
memberikan petunjuk tertulis kepada Kontraktor / Pemborong apa yang harus
dilakukan.
16
21.2.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari
waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur / hari
raya) tidak dipenuhi / ditanggapi oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor /
Pemborong dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa
dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
21.2.5. Bila Kontraktor / Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas / Direksi
berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
diperbaiki.
21.3.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut
penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada
waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang, maka Konsultan
Pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu
diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada
waktu yang telah ditentukan.
21.5. TOLERANSI.
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan
toleransi yang diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada
bagian lainnya.
BAB II
SYARAT - SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PEKERJAAN TANAH
Pasal 1
UMUM
17
• Pekerjaan pembongkaran bangunan existing dan pembersihan sebelum pelaksanaan.
• Pekerjaan perlindungan instalasi “existing”.
• Pekerjaan galian, pengurugan, pemadatan dan perataan tanah.
• Pekerjaan perbaikan / urugan kembali
Pasal 2
PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN
2.2. Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk dapat dilaksanakan
pemasangan baru sesuai dengan Gambar Kerja.
2.3. Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak / site konstruksi
dan dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu yang ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.
Pada dasarnya, barang-barang bongkaran tersebut tidak dapat dipakai lagi dalam pekerjaan,
kecuali apabila dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas.
Pasal 3
PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING
3.1. Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang berada di dalam tapak
/ site konstruksi dan dinyatakan oleh Konsultan Perencana / Konsultan Pengawas masih berfungsi
dan akan digunakan lagi.
Untuk instalasi existing tersebut di atas, Kontraktor / Pemborong harus menjaga dan
memeliharanya dari gangguan / cacat.
3.2. Kabel dan pipa existing yang masih berfungsi harus dilindungi memakai buis beton 1/2 30 ∅
cm. Khusus pada bagian yang diperkirakan akan mendapat beban, maka pada dasar atau
18
pipa yang bersangkutan harus diberi alas dasar terbuat dari pasangan batu bata minimal 1
(satu) lapis, lebar 30 cm. sepanjang pembebanan tersebut.
3.3. Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih berfungsi
harus dipindah, maka Kontraktor / Pemborong harus melakukan pekerjaan ini sesuai
dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas.
Pasal 4
PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang / galian di tanah dan termasuk pengurugan /
pemadatan tanah kembali yang diperlukan untuk :
• Pondasi Bored Pile, Poer dan Sloof
• Perataan (cut / fill )
• Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan atau Konsultan Pengawas.
4.2. Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang lengkap
dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa seta disetujui Konsultan
Pengawas.
4.3. Galian untuk konstruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah urug bekas
serta sisa bahan bangunan.
4.4. Urutan penggalian harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti petunjukpetunjuk
Konsultan Pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan tapak / site
atau menyebabkan timbulnya genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam.
19
4.5. Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau longgar,
maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang tejadi harus ditutup
urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm. lapis demi lapis
sampai penuh sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan.
Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan tidak dapat di-klaim
sebagai pekerjaan tambah.
4.6. Bila pada galian terdapat instalasi existing, Kontraktor / Pemborong harus mengikuti
prosedur seperti terurai dalam butir 3.1. s/d. 3.3.
4.7. Bila Kontraktor / Pemborong melakukan penggalian yang melebihi kedalaman yang ditentukan
dalam Gambar Kerja, maka Kontraktor / Pemborong wajib untuk menutupi kelebihan
galian tersebut dengan urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5
cm. lapis demi lapis sampai penuh sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan.
Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan tidak dapat di-klaim
sebagai pekerjaan tambah.
4.8. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar / rata sesuai dengan Gambar Kerja dan harus
dibersihkan dari segala macam kotoran.
4.9. Galian pondasi harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi atau seperti tercantum
dalam Gambar Kerja, dengan penampang lereng galian kiri dan kanan dimiringkan 10o kearah
luar pondasi dari As, ketinggian serta bentuk selesai sesuai Gambar Kerja, diperiksa serta
disetujui Konsultan Pengawas.
4.10. Kelebihan tanah galian harus dibuang keluar dari dalam tapak / site konstruksi.
Area antara papan Patok Ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah.
4.11. Untuk menjaga lereng-lereng lubang galian agar tidak longsor / runtuh, maka apabila
dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memasang konstruksi
penahan (casing) sementara dari bahan seng gelombang BJLS 50 atau setara, atau dari papan-
papan tebal 3 cm. diperkuat dengan kayu-kayu dolken minimal diameter 8 cm. sehingga
konstruksi tersebut dapat menjamin kestabilan lereng galian.
4.12. Apabila dan atau karena permukaan air tanah tinggi, Kontraktor / Pemborong harus menyediakan
pompa air secukupnya untuk menyedot air yang menggenangi galian. Disyaratkan bahwa seluruh
permukaan galian terutama lantai galian, harus kering untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya,
khususnya untuk pekerjaan :
• Pondasi beton setempat dan Sloof beton
• Pondasi Batu Kali.
• Pengurugan dan pemadatan.
4.13. Biaya untuk lingkup yang terurai pada butir 4.11. dan 4.12. di atas ditanggung oleh
Kontraktor / Pemborong, serta tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Pasal 5
GALIAN STRUKTUR
20
5.1.2. Galian struktur disini tidak dibatasi hanya pada galian / pengeboran struktur pondasi, tapi
termasuk pekerjaan galian untuk poer, sloof dan batu kali.
5.1.3. Pekerjaan galian ini mencakup pengurugan kembali dengan material yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas, berikut pembuangan bahan-bahan sisa, dan semua bahan serta
peralatan lainnnya untuk menghindarkan galian dari genangan air tanah dan air permukaan.
5.2.2. Pengawasan.
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor / Pemborong harus diwakili oleh
seorang pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan
penggalian / pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus
dilaksanakan sesuai kontrak.
5.3. PENGGALIAN.
5.3.1. Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor / Pemborong harus :
• Dengan inisiatif sendiri mengambil tindakan untuk mengatur drainase alamiah dari
air yang mengalir pada permukaan tanah, untuk mencegah galian tergenang air.
• Memeriksa segala pembongkaran dan pembersihan di tempat itu sudah dilaksanakan
sesuai dengan spesifikasi ini.
• Memberitahu Konsultan Pengawas sebelum memulai suatu galian apapun, agar
elevasi penampang melintang dan pengukuran dapat diketahui dan dilakukan
pada tanah yang belum terganggu. Tanah yang berdekatan dengan struktur tidak
boleh diganggu tanpa ijin Konsultan Pengawas.
5.3.2. Parit-parit atau galian pondasi untuk struktur atau alas struktur, harus mempunyai
ukuran yang cukup sehingga memungkinkan perletakan atau alas pondasi sesuai
dengan ukurannya. Bagian-bagian dinding / sisi parit harus selalu ditopang.
Elevasi dasar alas sebagaimana tampak pada gambar merupakan perkiraan, sehingga
secara tertulis Konsultan Pengawas dapat memerintahkan perubahan ukuran dan
elevasi jika diperlukan untuk menjamin pondasi yang kokoh.
5.3.5. Apabila terjadi kerusakan bangunan (roboh) yang diakibatkan oleh pekerjaan
galian, maka Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab terhadap kerusakan
bangunan tersebut dan harus menggantinya / memperbaikinya atas biaya Kontraktor /
Pemborong.
22
5.3.6. Kontraktor / Pemborong harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup
untuk bagian-bagian pekerjaan di atas maupun di bawah tanah, drainase, saluran-
saluran pembuang dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan.
Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
5.3.7. Kemiringan galian harus dibuat maksimal dengan perbandingan 1 (satu) horizontal
dan 1 (satu) vertikal, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar.
5.3.8. Batu-batu, kayu-kayu dan bahan-bahan lain dalam lubang galian yang tak
berguna harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pengurugan.
5.3.9. Setiap kali galian selesai dikerjakan, Kontraktor / Pemborong harus memberitahu
Konsultan Pengawas mengenai hal itu dan pembuatan Lapisan Sirtu, Lantai Kerja atau
penempatan material apapun tidak boleh dilakukan sebelum Konsultan Pengawas
menyetujui kedalaman pondasi dan karakter tanah dasar pondasi.
5.3.10. Bila tanah dasar pondasi lembek, berlumpur atau tidak memenuhi syarat, maka bila
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus
menggantinya dengan material berbutir atau kerikil sebagaimana disyaratkan pada
RKS ini.
Material penggganti tersebut harus diurugkan dan dipadatkan lapis demi lapis dengan
tebal tiap lapis 15 cm, sampai mencapai elevasi dasar pondasi dengan kepadatan sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas.
5.3.11. Kepadatan tanah dasar harus mencapai CBR 3%. Bila menurut Konsultan Pengawas
tanah dasar pondasi tidak memenuhi syarat semata-mata karena kesalahan Kontraktor /
Pemborong dalam mengerjakan kewajibannya, maka Kontraktor / Pemborong harus
membuang dan mengganti tanah dasar pondasi atas tanggungan biaya sendiri, atau
menangguhkan pekerjaan galian itu sampai kondisi tanah dasar pondasi tersebut
memenuhi syarat.
5.3.12. Semua material hasil galian bila memenuhi syarat, harus dimanfaatkan sebagai
material urugan atau timbunan, dan bila ternyata berlebihan maka harus dibuang.
Pasal 6
URUGAN DAN PEMADATAN
6.3. PENGURUGAN.
6.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah bersih dari
humus, akar tanaman, benda-benda organis, sisa-sisa bongkaran dan bahan lain yang
dapat mengurangi kualitas pekerjaan ini.
6.3.2. Urugan harus bebas dari segala macam bahan yang dapat membusuk, sisa bongkaran,
dan atau yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah urugan dapat diambil dari
bekas galian atau tanah yang didatangkan dari luar yang tidak mengandung bahan-
bahan seperti tersebut di atas dan atau telah disetujui Konsultan Pengawas.
6.3.3. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis dan langsung dipadatkan
sampai mencapai permukaan / peil yang diinginkan.
Ketebalan perlapis setelah dipadatkan tidak boleh melebihi 20 cm. Setiap kali
penghamparan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas yang menyatakan
bahwa lapisan di bawahnya telah memenuhi kepadatan yang disyaratkan, dan seluruh
prosedur pemadatan ini harus ditulis dalam Berita Acara yang disetujui Konsultan
Pengawas.
a. Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk,
sebelum pekerjaan pengurugan dimulai.
Pada saat pengerukan dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan.
b. Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel yang bersangkutan
di bawah ini dalam bab ini.
c. Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras. Jika
permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor /
Pemborong harus membuat alur-alur pada bagian teratas untuk mengeringkannya
sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan kembali.
d. Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasisesuai yang
tercantum dalam Gambar Kerja.
25
6.3.4. Pengurugan untuk halaman yang tidak dibangun, jalan dan perkerasan, tidak perlu
dipadatkan dengan mesin pemadat, cukup ditimbris dengan tangan.
6.4. PEMADATAN.
6.4.1. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus dikeringkan
terlebih dahulu.
6.4.3. Kontraktor / Pemborong harus menetukan jenis ukuran dan berat dari alat yang paling
sesuai untuk pemadatan bahan urugan yang ada. Alat-alat pemadatan ini harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
6.4.4. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan
maksimum 30 cm. dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 90% (modified
proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan dlam AASHTO T
99.
6.4.5. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari hujan,
pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak
lebih besar dari 2 % kadar air optimum.
6.4.6. Kontraktor / Pemborong diwajibkan melakukan tes kepadatan tanah apabila diminta oleh
Direksi / Konsultan Pengawas, sebanyak titik yang ditentukan oleh Konsultan
Pengawas, yang harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas dan dibuatkan laporan
tertulis untuk tiap titik meliputi area 150 m2.
BAB III
SYARAT - SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN STRUKTUR
Pasal 1
PEKERJAAN STRUKTUR BETON
26
Readymix, kecuali ada pertimbangan lain pada bagianbagian tertentu dapat
menggunakan beton konvensional yang sebelumnya sudah mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas / Konsultan Pengawas.
c. L antai Kerja
Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1pc : 3ps :
5kr.
1.2.1. Semen.
a. Semua semen harus Semen Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam
Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standar
Inggris BS 12.
b. Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK, TIGA
RODA dan HOLCIM serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu
merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.
c. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi
bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh-
contoh tersebut.
Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas,
harus tidak dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak
memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Konsultan Pengawas
dapat memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan
memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor.
Kontraktor harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan
untuk pemeriksaan atas biaya Kontraktor.
d. Tempat Penyimpanan
• Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan
setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara.
Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan
waktu pengambilan.
• Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30
cm. dari tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah
cukup besar sehingga kelambatan atau kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah
dan harus mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan tiap muatan
truk semen secara terpisahpisah dan menyediakan jalan yang mudah untuk
mengambil contoh, menghitung zak-zak dan memindahkannya.
Semen dalam zak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.
27
• Untuk mencegah semen didalam zak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan,
Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut urutan kronologis yang
diterima di tempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian
rupa sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya. Semua zak kosong harus
disimpan dengan rapih dan diberi tanda yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
• Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh Kontraktor
untuk menimbang semen didalam gudang dan di lokasi serta harus dilengkapi
segala timbangan untuk untuk keperluan penyelidikan.
b. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus membersihkan bahkan memperbaiki
saluran buangan disemua tempat penimbunan dan harus mengatur semua pekerjaan
penimbunan pasir dan kerikil sedemikian rupa sehingga timbulnya pemisahan dan
pencampuran antara pasir dan kerikil akan dapat dihindari dan bahan yang
ditimbun tidak akan tercampur tanah atau bahan lain pada waktu ada banjir atau air
rembesan.
Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala biaya untuk pengolahan
kembali pasir dan kerikil yang kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan lalai
dalam pencegahan yang cukup. Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindah dari
timbunan, kecuali bila diperlukan untuk meratakan pengiriman berikutnya.
c. P a s i r
• Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah pasir alam yaitu
pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
• Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai
persetujuan dasar ( pokok ) untuk semua bahan yang diambil dari sumber
tersebut. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis dari
semua bahan yang dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan
pada Konsultan Pengawas sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan
persetujuan, contoh yang cukup, seberat 15 kg. dari pasir alam yang diusulkan
untuk dipakai, sedikitnya 14 hari sebelum diperlukan.
• Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan dari
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Segala macam tanah pasir dan kerikil
yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus diatur dan
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kegunaan dari
timbunan.
• Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari
28
tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merusak, jumlah
prosentase dari segala macam subsansi yang merugikan, beratnya tidak boleh
lebih dari 5% berat pasir.
• Pasir harus mempunyai “modulus kehalusan butir“ antara 2 sampai 32, atau jika
diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan standar Indonesia untuk
beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :
0- 15
8 6- 15
16 10 - 25
30 10 - 30
50 15 - 35
100 12 - 20
PAN 3 - 7
Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah 15% atau
kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8
dapat naik sampai 20%.
29
1.2.3. A i r
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan spesi injeksi harus bebas
dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya
dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang
ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk menetap-kan sesuai tidaknya dengan
ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.
1.2.8. Admixture
a. Admixture / hardener dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat
pengerasan beton.
Bahan Admixture yang dipakai adalah SIKAMENT 520 merk SIKA dengan
30
takaran 0,8% dari berat semen. Takaran yang lain dapat digunakan untuk
mendapatkan kekuatan maksimal dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas /
Perencana.
b. Retarder digunakan untuk memperlambat waktu setting beton (initial set), dimana bila
waktu pengiriman beton dari Batching Plant ke proyek dan sampai dengan waktu
penuangan beton memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) jam. Bahan retarder yang
dipergunakan adalah CONPLAST RP264M2 dengan takaran 0,20 – 0,60 liter per
100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di Batching Plant.
a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia NI-2 PBI-
1971. Bilamana tidak ditentukan lain, kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan
tekan hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 cm. (0,003375 m3) diuji pada umur 7 hari,
14 hari dan 28 hari.
b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian
benda-benda uji harus memberikan hasil ó’bk ( kekuatan tekan beton karakteristik ) yang
lebih besar dari yang ditentukan di dalam tabel 4.2.1. PBI-1971.
c. Umur benda uji pada saat pengujian harus dilaksanakan pada umur 7, 14, atau 28 hari
sesuai dengan kesepakatan dengan Konsultan Pengawas yang tertuang dalam risalah
rapat.
b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam
spesifikasi ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan (design mix)“.
Campuran yang direncanakan ini dihasilkan dari percobaan-percobaan campuran yang
memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan dan dilakukan oleh laboratorium
dari instansi pemerintah atau Badan yang sudah terbukti akreditasinya.
c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari pekerjaan
tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton,
ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat
dan memuaskan.
d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai mutu,
harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga
pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
e. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar
beton yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, keawetan dan
kekuatan yang dikehendaki.
31
f. Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton harus
disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan adukan beton
dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh faktor air
semen.
g. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan,
maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :
• Faktor air semen untuk pondasi, sloof, maksimum 0,60.
• Faktor air semen untuk kolom, balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan listplank /
parapet, maksimum 0,60.
• Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah lainnnya,
maksimum 0,55.
h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor.
Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan
yang dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan
Kontraktor tidak berhak atas klaim yang disebabkan perubahan yang demikian.
Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari 8 cm. dan
tidak melampaui 12 cm. untuk segala beton yang dipergunakan. Semua pengujian
harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak untuk menuntut
nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan
menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.
b. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui
pengujian biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm. dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2
PBI-1971. Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai dengan
NI-2 PBI-1971, Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk
mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang representatif.
32
tepat, sehingga tidak akan ada batang yang turun.
c. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam gambar
rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan harus memberikan
kesempatan masuknya alat penggetar beton.
d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan perhitungan.
Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang
menentukan adalah luas tulangan.
Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas.
a. Pondasi Pelat, untuk sisi bawah 8 cm, untuk sisi lainnya 4 cm.
b. Balok sloof = 4,0 cm.
c. Kolom = 4,0 cm.
d. Balok = 3,0 cm.
e. Pelat beton = 2,0 cm.
33
waktu dan menghitung jumlah adukan.
1.3.9. S u h u
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32oC dan tidak kurang dari 4,5oC. Bila
suhu dari beton yang dituang berada antara 27oC - 32oC, beton
harus diaduk di tempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa sehingga suhu dari beton melebihi 32oC
sebagai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor harus mengambil
langlah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat, mencampur dengan
es dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu, untuk mempertahankan suhu beton
waktu dicor pada suhu dibawah 32o C.
j. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas
dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan
dan material yang diletakan.
Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus
dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang
terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan
beton dengan airnya.
Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type IMMERSON, beroperasi
dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit ketika dibenamkan ke
35
dalam beton.
36
batu gerinda. Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat, lubang-lubang
pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor sedemikian sehingga
pengisian akan terikat ( terkunci ) di tempatnya. Semua lubang harus terus menerus
dibasahi selama 24 jam sebelum dicor, dan seterusnya disempurnakan.
c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna pada bagian
bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan
sebidang dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor diwajibkan
untuk menutupi seluruh dinding ( dengan spesi plesteran 1pc : 3ps ) dengan
ketebalan yang tidak melebihi 1 cm, demikian juga pada dinding yang berbatasan
(yang bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas.
Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar, batas toleransi kelurusan
(pencekungan atau Pencembungan) bidang tidak boleh melebihi dari L / 1000
untuk semua komponen.
Pasal 2
PENYEKAT-PENYEKAT AIR
2.1. Penyekat-penyekat air (waterstop) dari PVC harus ditempatkan pada sambungansambungan
bangunan seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar. Kontraktor harus menyiapkan semua
penyekat-penyekat air termasuk lem PVC, semen, pasak, mur-mur dan bahan penyambung
lainnya.
2.2. Kontraktor harus membuat semua sambungan-sambungan (splices), penyatuan dan lengkungan-
lengkungan (joints and bends), pasak-pasak untuk penyekat air, pertemuan perpotongan-
perpotongan yang dibuat secara khusus sesuai dengan gambar-gambar atau seperti ditunjukkan
oleh Konsultan Perencana.
2.3. Semua penyatuan-penyatuan harus diletakan persis dengan petunjuk-petunjuk pabrik pembuat dan
penggunaan material yang disyahkan oleh pabrik dan harus dibentuk sedemikian rupa agar
menghasilkan sambungan yang kuat dan kedap air.
Bahan waterstop yang dipakai adalah SUPERCAST SW 20, tipe disesuaikan dengan posisi joint
dengan lebar minimum 20 cm.
Pasal 3
PEKERJAAN SPARING
3.1. Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai dengan gambar kerja
dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.
3.2. Tempat-tempat dimana sparing dilaksanakan, bila tidak ada dalam gambar, maka
Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan Pengawas.
3.3. Bilamana sparing-sparing (pipa dan lain-lain) berpotongan dengan baja tulangan, maka baja
tulangan tersebut tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
3.4. Semua sparing-sparing (pipa) harus dipasang sebelum pengecoran dan harus diperkuat
sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.
3.5. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran.
37
Pasal 4
PEKERJAAN WATERPROOFING
4.2.2. Bahan.
a. Untuk Kamar Mandi / WC
Menggunakan BRUSHBOND merk Fosroc, merupakan bahan pelapis kedap air pada
beton dengan bahan dasar semen dan acrylic (2komponen). Pemakaiannya dengan cara
pelaburan ( coating ). Takarannya adalah 2 kg/cm2 ( 2 kali pelaburan ) tebal 1,2
mm.
b. Untuk waterproofing atap Dak.
Menggunakan BRUSHBOND merk Fosroc, merupakan bahan pelapis kedap air pada
beton dengan bahan dasar semen dan acrylic (2komponen). Pemakaiannya dengan cara
pelaburan ( coating ). Takarannya adalah 2 kg/cm2 ( 2 kali pelaburan ) tebal 1,2
mm.
4.3. PENGUJIAN.
4.3.1. Bila diperlukan, wajib mengadakan tes bahan tersebut pada laboratorium yang independen,
baik mengenai komposisi, konsentrasi dan hasil yang ditimbulkannya. Untuk ini
Kontraktor / Supplier harus menunjuk syarat rekomendasi dari lembaga resmi yang
ditunjuk tersebut sebelum memulai pekerjaan.
4.3.2. Pada waktu penyerahan, Kontraktor memberikan jaminan atas produk yang digunakan
terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya selama minimal 10 (sepuluh)
tahun termasuk kesanggupan mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan
yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk kualitas
material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk kualitas pemasangan.
4.3.3. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan-percobaan dengan cara memberi air di atas
permukaan yang diberi lapisan kedap air, pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
39
4.4. TANGGUNG JAWAB
4.4.1. Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya sampai dengan saat-
saat berakhirnya masa garansi.
4.4.2. Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian Rencana Kerja
dan Syarat-syarat maupun yang tercantum dalam gambargambar atau peraturan-peraturan
yang berlaku.
4.4.3. Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli di lapangan yang setiap saat diperlukan bisa
berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan di lapangan, baik teknis mapun
administratif.
4.7. CONTOH.
4.7.1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap dan jaminan dari
pabrik, kecuali bahan yan disediakan oleh proyek.
4.7.2. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas minimal
sebanyak 2 (dua) produk yang setara dari berbagai merk pembuatan, kecuali ditentukan lain
oleh Konsultan Pengawas.
4.7.3. Keputusan jenis bahan, warna, tekstur dan merk yang memenuhi spesifikasi akan diambil
oleh Konsultan Pengawas dan akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih
dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut.
4.9.2. Apabila terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik atau Pemakai pada
waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaksanakan, maka Kontraktor harus
memperbaiki/mengganti sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas.
Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab Kontraktor.
Pasal 5
PEKERJAAN STRUKTUR BAJA
5.3.2. Elektroda las yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas / Perencana, harus disimpan pada tempat terlindung yang
menjamin komposisi dan sifat-sifat lain dari bahan elektroda tersebut tidak berubah.
Bahan las yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu dalam
keadaan baik dan kering.
5.3.3. Semua bahan konstruksi baja yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan Peraturan
Umum Bahan Bangunan (PUBB 1982) dan harus memenuhi standar ASTM A-36.
5.3.4. Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan baja harus diperoleh dari Supplier /
Distributor yang dikenal dan disetujui Konsultan Perencana / Konsultan Pengawas.
5.3.5. Semua bahan-bahan harus lurus, tidak cacat dan tidak ada karatnya. Penampang-
penampang (profil) yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-detail konstruksi yang
ditunjukkan pada gambar harus disediakan.
5.4.2. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk melengkapi gambar detail / sambungan
dari bagian-bagian konstruksi baja yang tidak / belum tercantum dalam gambar kerja,
untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai pekerjaan tersebut.
5.4.3. Perubahan bahan atau detail karena alasan-alasan tertentu, harus diajukan dan diusulkan
pada Konsultan Pengawas / Perencana untuk mendapat persetujuan.
5.4.4. Semua perubahan-perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada biaya
41
tambahan yang mempengaruhi kontrak.
5.4.7. Semua rivet dan baut baik yang dikerjakan di workshop maupun di lapangan harus selalu
memberikan kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang rivet atau baut
tersebut.
5.4.8. Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu pemasangan
yang diakibatkan oleh kekurang-telitian atau kelalaian Kontraktor, harus diganti dan
dilaksanakan atas biaya Kontraktor.
5.4.10. Kontraktor dapat diminta untuk memberikan surat keterangan tentang pengujian oleh
pabrik (laboratorium) untuk bahan konstruksi baja yang digunakan.
5.4.11. Setelah pengujian bahan dilakukan, maka hasil testing tersebut harus diberikan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan terhadap bahan tersebut.
5.4.12. Pekerjaan baja harus dilaksanakan sesuai dengan keterangan-keterangan yang tertera dalam
gambar, lengkap dengan penyangga-penyangga, alat untuk memasang dan
menyambungnya, pelat-pelat siku peralatan penunjang untuk presisi dari komponen
maupun pekerjaannya sendiri.
5.4.13. Pekerjaan harus berkualitas kelas I, semua pekerjaan ini harus diselesaikan bebas dari
puntiran, tekanan dan harus dikerjakan dengan teliti untuk menghasilkan tampak yang
rapi sekali.
5.4.14. Semua perlengkapan atau barang-barang / pekerjaan lain yang diperlukan demi
kesempurnaan pemasangan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam
gambar atau dipersyaratkan disini, harus diadakan / disediakan, kecuali jika
dipersyaratkan lain.
5.4.15. Konstruksi baja yang telah dikerjakan tetapi belum dilakukan pengecatan, harus segera
dilindungi terhadap pengaruh-pengaruh udara, hujan dan lain-lain dengan cara yang
memenuhi syarat.
5.4.16. Sebelum bagian-bagian dari konstruksi dipasangkan dimana semua bagian yang perlu
sudah diberi lubang dan sudah dibersihkan dari karat, maka bagian-bagian itu harus
diperiksa dalam keadaan tidak cacat.
5.5.1. Pengelasan.
a. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman. Kontraktor
42
wajib menyerahkan sertifikat keakhlian dari masing-masing tukang lasnya. Sertifikat
kelas A untuk tenaga ahli yang mengerjakan bagian-bagian sekunder konstruksi.
b. Kekuatan bahan las yang dipakai minimal harus sama dengan kekuatan baja yang
dipakai.
Bahan las yang dipergunakan dari tipe E 6010 untuk posisi pengelasan plat
horizontal dan overhead, serta tipe E 6012 dan E 6013 untuk posisi pengelasan plat,
dan harus dijaga agar supaya selalu dalam keadaan baik dan kering.
Ukuran las harus sesuai dengan gambar kerja dan atau :
• Tebal las minimum : 3,5 mm.
• Panjang las minimum : 13 x tebal las.
• Panjang las maksimum : 43 x tebal las.
c. Pekerjaan las harus dilakukan di bengkel (pabrik) atau bebas angin dan dalam keadaan
kering. Baja yang sedang dikerjakan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga
pekerjaan las dapat dilakukan dengan baik dan teliti.
d. Pemberhentian las, harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak akan
berputar atau membengkok.
e. Setelah pengelasan, maka sisa-sisa / kerak-kerak las harus dibuang dan dibersihkan
dengan baik.
f. Semua pengerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi dan tanpa menimbulkan
kerusakan-kerusakan pada bahan bajanya.
g. Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan elektroda tersebut.
h. Teknik cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan kualitas
dari las yang dikerjakan.
i. Permukaan dari bagian yang akan di-las harus bebas dari kotoran, cat, minyak, karat
dan kotoran dalam ukuran kecilpun harus dibersihkan, bahan yang akan di-las juga
harus bersih dari aspal.
j. Peralatan yang dipergunakan untuk mengelas harus memakai tipe yang sesuai dengan
yang dibutuhkan, sehingga penyambungan dengan las dapat memuaskan. Mesin las
tersebut harus mencapai kapasitas 24 – 40 Volt dan 200 – 400 Ampere.
k. Perbaikan las.
Bila pekerjaan las ternyata memerlukan perbaikan, maka hal ini harus dilakukan
sebagaiamana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas. Biaya perbaikan las ini menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
b. Lubang baud harus lebih besar 0,5 mm daripada diameter luar baud. Jika baud
dikerjakan di workshop, maka cara melubangi boleh langsung dengan alat pengerat.
Semua pelubangan / pengeboran untuk baud harus dapat dikerjakan sesudah bagian-
bagian / profil-profil yang akan berhubungan tersebut dikerjakan.
c. Daerah-daerah yang berbatasan antara profil dengan lubang baud dan baud itu sendiri
harus dapat memikul gaya-gaya dan dapat dengan cepat meneruskan gaya tersebut.
d. Pengujian pekerjaan sambungan baud dan las.
43
Untuk sambungan baud dan las dilakukan pemeriksaan visual kecuali pengelasan
dengan Full Penetration harus dilakukan dengan X-ray test, sebanyak 2 (dua) titik
pengetesan. Pemeriksaan dilakukan dengan random testing.
Untuk pekerjaan las dan pengujian yang tidak memenuhi syarat harus diulangi
kembali hingga memenuhi persyaratan. Biaya X-ray test ditanggung oleh
Kontraktor.
5.6. PEMASANGAN.
5.6.1. Pemasangan rangka-rangka baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm. dari Asnya.
Kemudian juga elemen-elemen vertikal harus tegak lurus dengan bidang permukaan
lantai.
5.6.2. Kontraktor diwajibkan untuk menjaga supaya bagian-bagian konstruksi yang tertumpuk di
lapangan tetap dalam keadaan baik seperti pada saat pelaksanaan pembuatan
konstruksi tersebut.
5.6.3. Kontraktor harus menjaga konstruksi yang tertumpuk di lapangan, agar jangan rusak
karena perubahan cuaca.
c. Bila bekas pemotongan dengan mesin diperoleh pinggiran-pinggiran bekas irisan, maka
bagian tersebut harus dibuang sekurang-kurangnya setebal 2,5 mm, kecuali kalau
keadaannya sebelum dibuang setebal 2,5 mm sudah tidak tampak lagi jalur-jalur.
d. Bagian konstruksi yang berfungsi sebagai pengisi juga perlu dibuang bekas-bekas
potongan atau kotoran-kotoran lainnya.
BAB IV
SYARAT - SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal 1
PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN
1.3.3. Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam
keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.
1.3.4. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran
adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk adukan kedap air.
Pasal 2
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
2.2.2. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1.
2.2.3. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2.
2.2.4. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3.
2.3.4. Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian dari
pondasi yang berongga atau tidak padat khususnya pada bagian tengah.
2.3.5. Setiap jarak 50 cm. As-as harus ditanam stek 10 mm. untuk sloof dan dinding
∅
Pasal 3
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA DAN BATAKO PRESS
3.3.2. Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga
jenuh. Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan batu bata
tersebut.
3.3.4. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat / spesi harus sama
setebal 1 cm.
Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan penuh.
3.3.5. Pemasangan dinding pasangan batako dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 5 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom dan balok praktis.
Persyaratan pelaksanaan kolom dan balok praktis, mengacu pada persyaratan pelaksanaan
pekerjaan beton di Bab lain dalam buku ini.
3.3.6. Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi, sama tebal, lurus, tegak dan pola ikatan
harus terjaga baik di seluruh pekerjaan.
Pertemuan sudut antara dua dinding harus rapi dan siku seperti tercantum dalam Gambar
Kerja.
3.3.7. Pekerjaan pemasangan batako press harus benar-benar vertikal dan horizontal.
Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur dengan tepat.
Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan
bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm. vertikal dan horizontal. Jika
melebihi, Kontraktor harus membongkar / memperbaiki dan biaya untuk perkaan ini
ditanggung oleh Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
3.3.8. Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar sampai
setinggi permukaan tanah.
3.3.9. Setelah batako terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok dengan kedalaman 1
cm. dengan rapi dan dibersihkan dengan sapu lidi, kemudian disiram air dan siap
menerima plesteran.
3.3.10. Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air terlebih dahulu
dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.
3.3.11. Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali tidak
diperkenankan.
3.3.12. Tidak diperkenankan memasang batako merah yang patah dua melebihi dari 5%. Batu
bata yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh digunakan.
3.3.13. Ketebalan jadi (setelah di-finish dengan plester aci) harus :
• Dinding bata 1/2 batu, harus setebal 15 cm.
• Dinding bata 1 batu, harus setebal 25 cm.
3.3.14. Pemeliharaan :
Selama pasangan dinding bata belum di-finish, Kontraktor wajib untuk memelihara dan
menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada saat di-finish
terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor harus memperbaiki
sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas.
Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan
tambah.
48
Pasal 4
PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL
mm.
b. Besi harus bersih dari lapisan minyak, lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih.
c. Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2.
d. Diameter besi beton yang dipasang harus sesuai dengan Gambar Kerja.
e. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja
dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan Pengawas.
f. Kawat pengikat besi beton adalah dari baja lunak dan tidak disepuh / dilapis seng.
Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton
harus memenuhi syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1971)
4.2.2. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.
4.2.3. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2. Pasir yang
dipakai harus Pasir Beton.
4.2.5. A i r.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.
4.2.6. Acuan / bekisting dan perancah.
a. Papan acuan / bekisting dibuat dari multiplex tebal 9 mm.
49
b. Balok-balok pengaku dan pengikat papan acuan dari kaso 5/7.
c. Perancah disyaratkan memakai perancah besi, tidak diperkenankan
mempergunakan balok kaso 5/7 atau bambu.
c. Acuan / bekisting.
• Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan dalam Gambar Kerja.
• Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga
cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama
pengecoran berlangsung.
• Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari
kotoran tahi gergaji, potongan kayu, tanah, lumpur dan sebagainya.
d. Cara pengadukan.
• Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
• Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh
Konsultan Pengawas.
• Beton harus dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga tidak terjadi
penguapan terlalu cepat.
• Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
e. Pengecoran Beton.
• Sebelum pelaksanaan pengecoran, Kontraktor diwajibkan melaksanakan
pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai
jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan
penempatan penahan jarak.
• Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan
Pengawas.
• Pengecoran harus dilakukan dengan menggunakan alat penggetar beton untuk
menjamin beton cukup padat, dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton
seperti keropos dan sarang-sarang koral / spleet yang dapat memperlemah
konstruksi.
• Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya,
maka tempat perhentian tersebut harus disetujui Konsultan Pengawas.
50
• Penyambungan beton lama dengan beton baru harus memakai Bonding Agent
NITOBOND PVA merk FOSROC.
• Permukaan beton lama yang akan diteruskan pengecorannya harus dikasarkan,
dilapis dengan Bonding Agent NITOBOND PVA yang pelaksanaannya sesuai
persyaratan pabrik pembuat, selanjutnya langsung dilakukan pengecoran beton
baru.
h. Pekerjaan pembuatan balok praktis / lintel dan ring balok. Pemasangan balok praktis /
lintel dan ring balok :
• Di tepi atas / akhir dari dinding pasangan batu bata yang bebas sebagai ring balok
setiap luas 9 m2 pasangan dinding bata yang tinggi.
• Ukuran balok pratis adalah 13 x 13 cm, 13 x 20 cm, atau sesuai Gambar Kerja.
•Dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
i. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai Gambar Kerja dan atau seperti terurai
dalam pekerjaan beton di Bab lain dalam Buku ini.
j. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis / lintel seperti tercantum dalam Butir
5.3.1.g. dan 5.3.1.h. di atas, terlepas apakah pekerjaan tersebut tergambar atau tidak
dalam Gambar Kerja.
k. Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis, ring balok
beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja harus diperkuat
angker 8 mm. setiap jarak 50 cm. yang terlebih dahulu telah ditanam dengan baik
∅
pada bagian pekerjaan kolom dan balok praktis ini. Bagian yang tertanam dalam
pasangan bata minimal sedalam 30 cm. kecuali ditentukan lain.
5.3.3. Pelaksanaan.
a. Adukan semua jenis plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan
pemasangan.
d. Terkecuali untuk plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran harus diratakan.
Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus / aci harus rata, tidak
bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak mengandung
kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.
e. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu
dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus dibersihkan
dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”). Semua lubang - lubang
bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk plesteran.
d. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat / wallpaper dipakai
plesteran aci halus di atas permukaan plesterannya.
Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan bahan / material akhir lain,
permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan
ikatan yang lebih baik terhadap bahan / material yang akan digunakan tersebut.
e. Untuk setiap pertemuan bahan / material yang berbeda jenisnya pada satu bidang datar,
harus diberi naat / celah dengan ukuran lebar 7 mm. dan dalam 5 mm.
5.3.4. Pemeliharaan.
a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar.
Hal ini dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan
melindunginya dari sinar matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat
mencegah penguapan secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh)
53
hari setelah pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram dengan air
sekurangkurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.
b. Selama permukaan plesteran belum dilapis dengan bahan / material akhir, Kontraktor
wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakankerusakan dan pengotoran
dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan
tambah.
d. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Konsultan
Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Biaya untuk perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat
dijadikan sebagai pekerjaan tambah.
Pasal 6
PEKERJAAN KAYU
6.2.4. kelembaban.
• Untuk ketebalan kayu lebih dari 3 cm. disyaratkan kelembaban kayu tidak lebih dari 14 %
terpasang.
• Untuk ketebalan kayu lebih dari 7 cm. diijinkan kelembaban kayu 25 % maksimum.
• Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 7 - 3 cm. diijinkan kelembaban kayu 18%
maksimum.
Kelembaban kayu atau kadar air kayu (moisture content) tersebut di atas diperiksa
dengan alat pemeriksa kelembaban kayu.
6.2.5. Pengawetan kayu.
Semua kayu (terkecuali kayu lembaran) yang dipergunakan harus sudah melalui proses
pengeringan (dry kiln) dan harus sudah diberi bahan anti rayap sebelum pelaksanaan
finishing.
Persyaratan pelaksanaan pekerjaan anti rayap sesuai dengan yang tercantum pada
pekerjaan perlindungan.
Penimbunan kayu di tempat pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan ini harus
diletakkan di satu tempat, di dalam ruangan yang kering dengan sirkulasi udara yang
baik, tidak terkena cuaca langsung dan harus dilindungi dari kerusakan. Timbunan kayu
tersebut harus diberi alas sehingga tidak langsung terhampar di lantai.
Pasal 7
PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU BESI
56
Rangka daun pintu memakai hollow scuare tube. Kusen memakai besi kanal.
Ukuran : Sesuai Gambar Kerja.
Pembuatan kusen dan daun pintu besi lengkap harus dilaksanakan di workshop, tiba di lapangan
siap untuk pemasangan / penyetelan.
Kusen pintu besi harus sudah terpasang pada dinding lubang pintu saat pelaksanaan pekerjaan
dinding termaksud.
Jumlah engsel adalah 3 (tiga) buah tiap daun pintu.
Pasal 8
PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA
( ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI )
• Pekerjaan perlengkapan pintu Besi dan Rolling Door seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
57
2. Mekanisme : Ayun dua arah (“double swing”).
Spesifikasi : Khusus untuk pintu kaca tanpa rangka (“frameless”)
dipasang pada sisi bawah / tertanam di lantai dan sisi atas daun
pintu, sekaligus berfungsi sebagai door closer dengan
pengaturan kecepatan menutup dari 115o ke 12o dan 12o ke 0o.
Dilengkapi engsel penjepit bagian bawah (bottom pivot patch)
dan atas (top pivot patch).
Pemakaian : Pintu masuk utama lantai dasar.
Jumlah : 2 (dua) set lengkap per daun pintu.
Produk : SES, CISA atau setara.
Warna : Ditentukan kemudian.
c. Kunci (“Cylinder”).
1. Pemakaian : Semua pintu Rolling Door
Spesifikasi : Mempunyai lubang kunci di kedua ujungnya
(Double Cylinder).
Produk : SES, CISA atau setara
Warna : Ditentukan kemudian.
d. Pegangan (“Handle”).
1. Pemakaian : Untuk semua pintu kecuali pintu frameless.
Spesifikasi : Handle untuk membuka lidah penahan (Latch Bolt)
secara mekanis. Pemasangan menyatu dengan silinder kunci.
Dilengkapi dengan penutup lubang kunci.
Produk : SES, CISA atau setara.
58
Warna : Silver.
2. Pemakaian : Pintu kaca ganda tanpa kaca (frameless) pada pintu
masuk utama lantai dasar.
Spesifikasi : Pegangan (Handle) khusus untuk pintu kaca tanpa
rangka (frameless).
Produk : SES, CISA atau setara.
8.3.3. Engsel, dipasang + 28 cm. (as) dari permukaan atas dan permukaan bawah pintu pada
pintu-pintu umum biasa.
Engsel pintu toilet / peturasan dan janitor adalah + 32 cm.(as) dari permukaan
bawah pintu.
Khusus pintu frameless mengikuti persyaratan pabrik.
8.3.4. Door stopper untuk pintu toilet / peturasan, dipasang pada dinding dengan minimum
ketinggian 155 cm.dan 6 cm. dari tepi daun pintu. Untuk pintu lain, dipasang pada
lantai.
Letaknya diatur agar daun pintu dan kunci tidak membentur dinding pada saat pintu
terbuka.
Pemasangan door pull 100 cm. (as) dari permukaan lantai. Pelaksanaan harus sesuai
dengan spesifikasi pabrik pembuat.
Pasal 9
Khusus untuk bahan / material stainless steel, semua baut atau sekrup yang dipakai dan
kepalanya keluar dari permukaan bahan / material tersebut harus ditutup dengan penutup
yang di-verchroom.
9.2.4. Elektroda las yang digunakan harus memenuhi persyaratan Normalisasi Indonesia, dan
sebelum digunakan harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Bahan disimpan di tempat terlindung yang menjamin komposisi dan sifat
karakteristik lainnya dari elektroda las tersebut tidak berubah.
Bahan las yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu dalam
keadaan baik dan kering.
9.3.2. Sebelum pelaksanaan dan pemasangan, Kontraktor harus melakukan pengukuran yang
cermat di tempat kerja guna mendapatkan ukuran yang tepat.
9.3.3. Bahan / material berbentuk unit yang akan dipasang harus diberi tanda agar tidak terjadi
kesalahan pemasangan.
9.3.4. Pekerjaan harus bertaraf kelas satu, terutama untukpermukaan logam yang diperlihatkan
(exposed) harus benar-benar rapi dan halus.
9.3.6. Semua bagian yang dilubangi sesuai dengan Gambar Kerja dan sudah dibersihkan dari
karat, harus diperiksa dan berada dalam keadaan tidak cacat sebelum pemasangan.
9.3.8. Tambatan, angker, stek, dynabolt dan ramset untuk beton dan pasangan batu bata dimana
diperlukan harus digunakan walaupun tidak ditunjukkan dalam gambar, sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas.
Kontraktor bertanggung jawab terhadap keamanan, kerusakan barang sampai ke tempat tujuan.
Segala kerusakan dan atau kehilangan adalah tanggung jawab Kontraktor.
61
9.4.1. Plat Baja dan Stainless Steel.
Penempatan plat harus rapi dan semua lubang baut harus terletak tepat pada jarak masing-
masing baut.
Pemasangan plat baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm. dari asnya. Angker, stek
ataupun elemen vertikal lainnya harus tegak lurus terhadap permukaan bidang tempatnya
tertanam.
Semua bagian pekerjaan yang berbentuk unit harus dirakit (assembling) sebelum
pemasangan.
Kontraktor harus mengajukan contoh model (mock-up) yang akan dipasang kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Sebaiknya semua pekerjaan ini difabrikasi di workshop.
Kontraktor bertanggung jawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi maupun
ketidak-tepatan penyetelan / pemasangan.
Kekurang-tepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki dan
atau diganti dengan yang baru, dan semua ini atas biaya Kontraktor serta tidak dapat di-
klaim sebagai pekerjaan tambah.
Semua permukaan logam, terutama yang melekat dengan bahan / material lain sebelum
pemasangan harus sudah diberi lapisan pelindung atau cat dasar.
Pekerjaan ini tidak berlaku untuk baja stainless steel dan atau seperti ditunjukkan
Konsultan Pengawas.
9.4.2. Pengelasan.
Pengelasan harus dilakukan dengan hati-hati atau cermat.
Logam yang akan dilas harus bebas dari retak dan cacat lain yang dapat mengurangi
kekuatan sambungan, dan permukaannya harus halus.
Juga permukaan yang dilas harus sama, rata dan kelihatan teratur.
Pekerjaan las sedapat mungkin dilakukan di workshop dan atau dalam ruangan yang
beratap, bebas dari angin dan dalam keadaan kering.
Benda pekerjaan ditempatkan sedemikian rupa sehingga pekerjaan las dapat dilakukan
dengan baik dan teliti.
Ukuran las harus sesuai dengan Gambar Kerja dan atau tebal las untuk konstruksi
minimum 1/2 V t 2, dimana t adalah tebal bahan terkecil.
Panjang las minimum : 8 kali tebal bahan atau 40 mm. Panjang las maksimum : 40 kali
tebal bahan.
Kekuatan dari bahan las yang dipakai minimum sama dengan kekuatan baja yang dipakai.
9.4.5. Pengelasan permukaan yang ditampakan (exposed).
Sebelum pengelasan, permukaan dari daerah yang akan dilas harus bersih dan bebas
62
dari kotoran, noda, cat, minyak dan karat.
Pengelasan harus rapi tanpa menimbulkan kerusakan dan cacat pada bahan yang dilas.
Pengakhiran dari cairan elektroda harus rata.
Setelah pengelasan, sisa-sisa / kerak las harus dibersihkan dengan baik.
Pemberhentian pengelasan harus pada tempat yang ditentukan dalam Gambar Kerja
dan atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas dan harus dijamin tidak akan berputar
atau membengkok.
Melengkungkan plat dalam keadaan dingin menurut suatu jari-jari tidak boleh lebih
kecil dari 3 (tiga) kali tebal plat. Hal ini berlaku pula untuk batang-batang di bidang
plat badannya.
Melengkungkan batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam keadaan panas
segera setelah bahan yang dipanaskan tersebut menjadi merah tua.
Tidak diperkenankan melengkungkan dan memukul dengan martil bilamana bahan tersebut
tidak dalam kondisi menyala merah tua lagi.
9.4.10. Menembus, mengebor dan meluaskan lubang.
Semua lubang harus dibor.
Pada keadaan akhir, diameter lubang untuk baut dan sebuah baut yang tepat boleh
berbeda masing-masing 1 mm. dari diameter batang baut tersebut.
Untuk lubang pada bagian konstruksi yang disambung dan yang harus dijadikan satu
dengan alat / komponen penyambung, harus dibor sekaligus sampai diameter sepenuhnya.
Apabila ternyata tidak sesuai, maka lubang tersebut harus diubah dengan dibor atau
diluaskan, dan penyimpangannya tidak melebihi 0,5 mm.
Semua lubang harus bulat sempurna, berdiri siku pada bidang dan bagian konstruksi
63
yang akan disambung.
Semua lubang harus dibersihkan sebelum pemasangan. Pembersihan tersebut tidak
diperkenankan memakai besi penggaruk.
Pada beton bertulang, beton tumbuk dan adukan pasangan bata, semua celah yang
terjadi antara lubang dan bagian logam yang tertanam di dalamnya harus diisi
dengan adukan isi kering (grouting) hingga padat tanpa ada rongga dan rata
permukaan.
Setiap bagian dari pekerjaan ini yang buruk, tidak memenuhi persyaratan seperti yang
tertulis dalam Buku ini maupun tidak sesuai dengan Gambar Kerja,
Ketidak-cocokan, kesalahan maupun kekurangan lain akibat Kontraktor lalai, tidak
teliti dalam Gambar Pelengkap dan atau perbaikan finish yang tidak memuaskan
akan ditolak dan harus diganti hingga disetujui Konsultan Pengawas.
Perbaikan, perubahan dan penggantian harus dilaksanakan atas biaya Kontraktor dan
tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Perubahan bahan / detail karena alasan tertentu harus diajukan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis.
Semua pekerjaan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan yang
mempengaurhi kontrak, kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan pekerjaan
kurang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan kurang.
Semua pekerjaan yang telah dikerjakan atau telah terpasang harus segera dilindungi
terhadap pengaruh cuaca dengan cara yang memenuhi syarat.
Pasal 10
PEKERJAAN PERLINDUNGAN
• Pekerjaan sealant.
• Pekerjaan grouting.
• Pekerjaan floor hardener.
• Pekerjaan waterproofing. 10.1.1.
Pekerjaan Sealant.
Semua celah pada sambungan unit saniter dan “accessories”nya terhadap dinding, lantai
maupun antara pipa.
Semua celah pada kaca dengan rangka dan dinding.
Semua celah pada kusen aluminium.
64
10.2. PERSYARATAN BAHAN.
10.2.1. Pekerjaan Sealant.
Bahan sealant harus sesuai dengan kegunaan, fungsi dan bahan / material,
tahan cuaca, kedap air, tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastis
untuk menghadapi perubahan temperatur, tahan benturan dan berdaya lekat tinggi dan
bahann dasar dari Poly Urethan.
Produk : FOSROC
Nama bahan : NITOSEAL 118
Bahan grouting untuk penutup / pengisi keretakan beton dari jenis epoxy dengan
pemakaian diinjeksikan kedalam retakan. Pekerjaan harus dilaksanakan oleh
aplicator dengan garansi.
Produk : FOSROC
Nama bahan : CONBEXTRA EP
10.2.5. Penyerahan bahan / material di tempat pekerjaan harus dalam keadaan masih utuh, tertutup
baik dan tersegel dalam kemasannya serta berlabel seperti waktu diterima dari
Distributor / Pabrik.
Jika dalam keadaan cacat atau rusak, maka bahan / material tersebut tidak diperkenankan
untuk dipakai.
noda maupun kotoran lainnya. Peil atau elevasi permukaan tersebut sudah disetujui
65
Konsultan Pengawas.
Apabila dari bahan / material yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar yang
beracun atau membahayakan kesehatan & keselamatan manusia, maka Kontraktor harus
menyediakan peralatan pelindung misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainya yang
harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh Tenaga Ahli / Supervisi dari
pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di-
klaim sebagai pekerjaan tambah.
Prosedur pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus benar-benar kering, bersih dan
bebas dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partikel bahan / material
yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya. Permukaan material harus sudah di-
finish.
Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini di dalam ruangan tertutup karena sealant
memerlukan kelembaban atmosfir untuk mengeras.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan cara pemasangan
dan jenis sealant yang dibedakan berdasarkan macam / jenis material yaitu :
• Material keramik / kaca.
• Material metal.
• Material kayu.
• Material beton.
• Permukaan aduk plesteran dan lain-lain.
Kontraktor harus mengikuti semua persyaratan / spesifikasi pabrik.
66
10.3.4. Pekerjaan Floor Hardener.
a. Persiapan Permukaan.
Bidang permukaan lantai harus rata, tidak terdapat retak-retak, tidak ada lubang dan
celah-celah.
Jika ada retak, lubang atau celah, harus ditutup dengan adukan kedap air (trasraam)
sampai rata terhadap permukaan sekelilingnya.
b. Pel ak sanaa n.
Pekerjaan lapisan floor hardener dilaksanakan setelah ada persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan lapisan floor hardener dengan mengikuti
persyaratan dari pabrik pembuat.
c. Pemeliharaan.
Lapisan floor hardener yang telah selesai terpasang harus dihhindarkan dari
terjadinya kerusakan dan cacat akibat adanya pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
lain.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukaan lapisan floor hardener harus
diperbaiki oleh Kontraktor hingga mencapai mutu pekerjaan seperti yang
disyaratkan dalam spesifikasi ini tanpa adanya biaya tambahan.
Pasal 11
PEKERJAAN PENGECATAN
11.2.5. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di atas mengenai
kemurnian cat yang akan dipergunakan.
Pembuktian berupa :
• Segel kaleng
• Test BD
• Test laboratorium
• Hasil akhir pengecatan
Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor.
Hasil tes kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen dan
diserahkan ke Konsultan Pengawas untuk persetujuan pelaksanaan.
11.2.6. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-
bidang transparan ukuran 30 x 30 cm.
Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat,
jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan akhir).
11.2.7. Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas. Jika
contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Perencana dan Konsultan
Pengawas, barulah Kontraktor melanjutkan dengan pembuatan “mock-up”.
11.2.8. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, untuk kemudian akan
diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai.
Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas
cat yang ada di dalamnya.
Cat ini akan dipakai sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.
11.3.2. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau
membahayakan kesehatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan
peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus
dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
11.3.3. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang lembab
atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk pelaksanaan di
dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau membahayakan manusia,
maka ruangan tersebut harus mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udara
berlangsung lancar.
69
Di dalam keadaan tertentu misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus
memakai kipas angin ( fan ) untuk memperlancar pergantian / aliran udara.
11.3.4. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan (vacuum
cleaner), semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas / mutu terbaik dan
jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
11.3.5. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan hanya boleh
dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.
11.3.6. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain kering
terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas,
terkecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.
11.3.7. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen bahan /
material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.
11.3.9. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan diganti.
Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish yang
kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.
Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.
11.3.10. Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplikator yang direkomendasikan
oleh pihak pabrik untuk mendapatkan garansi bahan dan pekerjaan dari pabrik.
11.3.11. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata dan Beton
a. Sebelum Pelaksanaan.
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, minyak, lemak, kotoran atau noda
lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan dalam
kondisi kering.
b. Pelaksanaan Pekerjaan dengan Roller
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan
roller.
c. Permukaan Interior.
f Lapisan Pertama :
d. Permukaan Exterior.
f Lapisan Pertama :
f Lapisan Pertama :
f Lapisan Kedua :
Cat dasar jenis Undercoat.
Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
Pasal 12
PEKERJAAN DINDING PARTISI
a. Partisi dalam : GRC, 2 (dua) sisi, tebal masing-masing 6 mm, produk ex lokal
mutu terbaik.
Pemakaian : Untuk dinding bagian dalam (penyekat ruangan kios).
12.2.3. Asesori.
12.3.1. Pada dasarnya, pelaksanaan harus memenuhi persyaratan pelaksanaan dalam Pasal
Pekerjaan Pintu dan Jendela dan spesifikasi pabrik.
12.3.3. Semua rangka dinding partisi harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam
Gambar Kerja dan lurus (tidak melampaui batas toleransi kemiringan yang diijinkan dari
masing-masing bahan yang digunakan).
12.3.4. Semua ukuran modul yang dianut berkaitan dengan modul lantai dan langitlangit.
72
12.3.5. Semua partisi yang terpasang harus sesuai dengan Gambar Kerja, dalam hal tipe dan
“lay-out”.
Pasal 13
PEKERJAAN ATAP METAL
Pekerjaan pemasangan atap metal zincalume / aluzinc, lengkap dengan asesori penutup
bubungan, akhiran bubungan, penutup jurai dan ampig dan atau sesuai Gambar Kerja.
73
13.2.7. Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan plat kait.
Jarak perletakan pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap ujung / tepi lembaran
harus memenuhi persyaratan pabrik.
13.2.8. Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk mencegah
pergeseran. Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat disetel 2 mm. dengan
menarik plat kait menjauhi atau menekan ke arah lembaran pada saat mengikatkan plat
kait tersebut.
Untuk mencegah plat kait bergeser ke bawah, harus dipergunakan pengikat positif yaitu
sekrup atau baut pada plat kait tersebut.
13.2.9. Pada lembaran akhir di bagian atas, sisi tepi atas lembaran tersebut harus ditekuk ke
bawah. Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk pekerjaan
tersebut. Penekukan ini untuk mencegah masuknya air kedalam bangunan.
Penekukan dapat dilaksanakan sebelum ataupun sesudah lembaran dipasang.
13.2.10. Pada lembaran akhis di bagian bawah, sisi tepi lembaran tersebut harus ditekuk ke
bawah untuk mencegah air mengalir melalui sisi bawah lembaran kedalam
bangunan.
Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk pekerjaan tersebut.
13.2.11. Arah pemasangan lembaran dari bawah ke atas kemudian dilanjutkan pemasangan ke
samping dengan arah tetap dari bawah ke atas dan seterusnya.
Pada tumpangan akhir, sebaiknya gunakanlah 2 (dua) lembar atau lebih dengan
ukuran yang lebih pendek. Tumpangan / overlap akhir harus memenuhi persyaratan
pabrik.
13.2.12. Khusus untuk penutup bubungan (capping), Kontraktor harus sudah menyediakan
lubang pada ujung atas penutup bubungan (capping) untuk tiang penangkal petir,
lengkap dengan karet.
Diameter lubang harus tepat sama dengan diameter tiang penangkal petir.
13.2.13. Kedua sisi tepi arah memanjang penutup bubungan (capping) harus ditakik sesuai dengan
bentuk dan jarak rusuk lembaran setelah penutup bubungan terpasang. Penakikan
dilakukan dengan alat yang disediakan oleh pabrik khusus untuk pekerjaan tersebut.
Setelah ditakik, barulah kedua sisi tepi penutup bubungan (capping) ditekuk ke
bawah dengan alat penekuk yang disediakan pabrik untuk pekerjaan tersebut hingga
menutup sampai lembah antara 2 (dua) rusuk lembaran.
Penutup bubungan (capping) disekrupkan pada setiap rusuk lembaran.
13.2.14. Pemasangan flashing, capping, fixing strip dan lain-lainnya harus dilakukan oleh
Kontraktor sesuai dengan persyaratan teknis dari pabrik pembuat walaupun belum
ataupun tidak tercantum dalam Gambar Kerja maupun Gambar Pelengkap sehingga
didapat hasil yang baik, terhindar dari kemungkinan kebocoran.
Dalam kasus ini, Kontraktor tidak dapat menuntut sebagai pekerjaan tambah.
13.2.15. Kontraktor harus teliti dan rapi sehingga lembaran setelah terpasang rapi dan lurus,
garis-garis rusuk lembaran sejajar, lurus, tidak bergelombang ke arah horizontal
maupun vertikal, menghasilkan penampilan yang baik.
13.2.16. Bagian lembaran setelah terpasang, yang boleh diinjak hanyalah pada rusuk tepat di atas
gording.
74
Pasal 14
PEKERJAAN TALANG VERTIKAL
Pekerjaan talang vertikal pada keseluruhan bangunan dan atau seperti tercantum dalam Gambar
Kerja.
14.3.2. Semua pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi bahan yang disyaratkan pabrik
khususnya pada sambungan.
14.3.3. Khusus untuk sambungan antara pipa sparing dengan pipa talang memakai sistim ulir
yaitu pipa talang di-ulir pada bagian / sisi dalam sesuai dengan ulir pada bagian / sisi
luar pipa sparing seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
Seluruh pipa sparing untuk talang vertikal harus dilengkapi dengan waterstop,
dibuat dari plat besi yang dilas ke pipa sparing sehingga berbentuk piringan dengan
titik pusat sama dengan titik pusat pipa sparing, radius piringan waterstop adalah 3 kali
radius pipa sparing.
14.3.4. Pemasangan dan penyetelan talang harus tegak lurus terhadap permukaan plat beton.
Bagian talang yang miring dengan sudut tertentu harus sesuai dengan Gambar Kerja.
14.3.5. Semua talang pada saat terpasang harus rapi, tidak boleh ada retak, pecah, goresan, cacat
lain, kotor maupun noda.
Apabila terlihat adanya cacat tersebut di atas, maka talang tersebut harus
dibongkar dan diperbaiki / diganti hingga disetujui Konsultan Pengawas.
Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai
pekerjaan tambah.
75
14.3.6. Saringan talang harus tepat masuk pada lubang sparing sehingga tidak ada celah.
Sebelum pembuatan saringan talang, Kontraktor harus meneliti dan dianjurkan mengukur
diameter pipa sparing yang terpasang.
Pasal 15
PEKERJAAN DINDING GRC
Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan pemasangan dinding bagian luar sesuai dengan
Gambar Kerja.
15.2.2. Accessories (baut pengikat, plat kait, lengkap dengan ring karet), sealant
dan lain-lain harus mengikuti spesifikasi yang ditentukan pabrik.
15.2.3. Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk disetujui dengan disertai keterangan
tertulis mengenai spesifikasi bahan, detail bentuk, ukuran serta petunjuk cara
pemasangan.
15.2.4. Bila Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas menganggap perlu, maka Pemberi Tugas
berhak meminta kepada Kontraktor agar dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus diawasi
oleh tenaga ahli / supervisi khusus dari pabrik pembuat dengan dan atas biaya
tanggungan Kontraktor.
15.2.5. Lembaran aluminium diangkut ke atas rangka baja menara hanya apabila akan
dipasang.
15.2.6. Kontraktor harus memeriksa dengan teliti dan seksama serta memastikan bahwa
permukaan atas semua bagian sudah satu bidang.
Hal ini harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh Kontraktor karena penyetelan dan
pengganjalan tidak tepat akan mengakibatkan gangguan pengikatan, terutama jika jarak
penyangga kecil.
15.2.7. Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan plat kait,
jarak perletakan pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap ujung / tepi lembaran
harus memenuhi persyaratan pabrik.
15.2.8. Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk mencegah
pergeseran. Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat distel 2 mm. dengan
menarik plat kait menjauhi atau menekan ke arah lembaran pada saat mengikatkan
plat kait tersebut. Untuk mencegah plat kait menggeser ke bawah, harus
dipergunakan pengikat positif yaitu sekrup atau baut pada plat kait tersebut.
15.2.9. Arah pemasangan lembaran dari bawah ke atas kemudian dilanjutkan pemasangan
ke samping dengan arah tetap dari bawah ke atas dan seterusnya.
76
15.2.10. Kontraktor harus teliti dan rapi sehingga lembaran setelah terpasang rapi dan lurus,
garis-garis rusuk lembaran sejajar, lurus, tidak bergelombang ke arah horizontal maupun
vertikal, menghasilkan penampilan yang baik.
Pasal 16
PEKERJAAN PEMBERSIHAN, PEMBONGKARAN DAN
PENGAMANAN SETELAH PEMBANGUNAN
Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam lingkup pekerjaan
seperti tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam Buku ini dari semua barang atau bahan bangunan
lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi setelah pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor
bersangkutan selesai.
Semua bekas bongkaran bangunan existing dan sebagainya harus dikeluarkan dari tapak konstruksi.
Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan / material, barang
maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap Serah Terima Kedua.
BAB V
SYARAT - SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN PEMASANGAN TAPAK
DAN SARANA LUAR
Pasal 1
PEKERJAAN PERKERASAN JALAN DAN PARKIR
1.2.1. Sub-base.
Sistem sub base dibuat menggunakan sistim Telford, yaitu terdiri dari batu belah yang
disusun secara kuat / stabil.
Batu belah dari jenis batu kali atau batu gunung yang mempunyai kekerasan cukup kuat dan
bukan dari jenis batu muda atau cadas. Batu harus berbentuk runcing / kasar yang
terbentuk karena batu dibelah. Batu bulat yang mempunyai permukaan halus (sejenis
batu kali / boulder) tidak boleh dipakai. Ukuran batu diameter 15 cm.
Dibawah batu belah harus diberi alas pasir urug dengan ketebalan seperti tercantum dalam
gambar kerja dan dipadatkan.
Ketebalan batu belah seperti yang tercantum dalam gambar kerja.
Bahan yang dipakai harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
1.3.1. Sub-grade.
Yang dimaksud dengan Sub-Grade adalah permukaan tanah asli dimana perkerasan jalan
dibuat. Sub-grade harus dipadatkan sampai 90% dari maksimum kepadatan (kering)
77
yang didapat dari percobaan AASTHO T99 sampai kedalaman 30 cm. di bawah permukaan
tanah asli
Harus digunakan alat pemadat yang sesuai dengan jenis tanah dan mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas, kemudian permukaan Sub-Grade diratakan
dengan Tandem Roller. Setelah permukaan Sub-Grade diratakan dan
Pasal 2
PEKERJAAN PERLENGKAPAN LUAR DAN PERTAMANAN
2.2.3. A i r.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam dan
kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
`Pasal 3
PEKERJAAN SALURAN DRAINASE
Syarat-syarat teknis pekerjaan saluran drainase yang diuraikan disini adalah persyaratan yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan maupun pengadaan material dan peralatan. Dalam hal
ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Struktur dan Arsitektur adalah bagian dari Syarat-syarat Teknis
ini.
Semua ketentuan material yang harus disediakan oleh Kontraktor didasarkan atas Standar
Normalisasi Indonesia (SNI) dan Pemeliharaan Umum Bahan-Bahan (PUBB).
Kontraktor atas biaya sendiri wajib mengirimkan contoh-contoh material yang akan digunakan
untuk pembuatan saluran drainase kepada Konsultan Pengawas.
Untuk pekerjaan pemipaan dan peralatan lain yang termasuk didalam lingkup pekerjaan ini,
Kontraktor wajib menyerahkan brosur pipa / peralatan lain yang akan digunakan.
Apabila ternyata terdapat material yang dinyatakan tidak bisa diterima / digunakan, maka
Kontraktor wajib untuk mengeluarkannya dari Proyek dalam waktu tidak lebih dari 1 (satu) hari.
79
peraturan pembangunan yang sah berlaku di Indonesia selama pelaksanaan pekerjaan ini
harus betul-betul ditaati, kecuali bila dibatalkan oleh uraian dan syarat-syarat ini.
Peraturan-peraturan yang termaksud antara lain :
• Pemeriksaan Umum untuk Pemeriksaan Bahan-Bahan Bangunan (PUBBI) tahun 1982.
• Peraturan Beton Indonesia (PBI-NI2 / 1971 ).
• Peraturan Perburuhan Indonesia.
3.2.2. Semen Portland. Sesuai dengan Bab III.
3.2.3. Pasir / Agregat.
Sesuai dengan Bab III.
3.2.4. A i r.
Sesuai dengan Bab III.
3.2.5. Baja Tulangan.
Sesuai dengan Bab III.
3.2.6. Batu Bata.
Sesuai dengan Bab III.
3.3.1. Ukuran.
Semua ukuran yang tertunjuk pada gambar saluran drainase merupakan ukuran jadi /
penyelesaian / finishing, kecuali jika terdapat ketentuan-ketentuan lain, maka ukuran
pada gambar tersebut harus ditambah 1 cm.
b. Pekerjaan Urugan.
80
Pengurugan lubang bekas galian dilakukan setelah semua yang diperlukan selesai terpasang.
Bahan urugan yang boleh dipakai adalah bahan urugan yang didatangkan dari luar proyek.
Tanah bekas galian pada lokasi setempat boleh digunakan kembali sepanjang
memenuhi persyaratan bahan urugan.
Urugan yang boleh digunakan adalah tanah lempung (clay) berwarna merah / coklat
atau pasir bercampur kerikil yang bersih.
Bahan urugan tidak boleh bercampur dengan sampah, rumput, akar pohon dan bahan-
bahan organis lainnya.
81
3.3.11. Pengujian.
Pengujian harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
Pengujian dilakukan dengan cara melakukan penggelontoran air, terutama pada daerah
saluran tertutup di bawah parkir dan jalan masuk, sampai dapat dipastikan / dijamin tidak
terjadi penyumbatan-penyumbatan.
Apabila terjadi penyumbatan, Kontraktor harus secepatnya mengadakan perbaikan,
seluruh biaya perbaikan menjadi tanggungan Kontraktor.
BAB VI
SYARAT – SYARAT UMUM TEKNIS
PEKERJAAN MEKANIKAL / ELEKTRIKAL
Pasal 1
UMUM
Syarat-syarat Instalasi Mekanikal / Elektrikal ini berisi perincian yang memperjelas / menambahkan
hal-hal yang tercantum dalam Buku Syarat-Syarat Administrasi. Dalam hal ini Buku Syarat-syarat
Administratif saling melengkapi dengan Syarat-syarat Umum Teknis Mekanikal / Elektrikal.
Pasal 2
PERSYARATAN PELAKSANAAN
2.1. Instalasi yang dinyatakan di dalam spesifikasi harus dilaksanakan sesuai dengan Undang-undang
dan Peraturan-peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia serta tidak bertentangan dengan ketentuan
dari Jawatan Keselamatan Kerja.
2.2. Cara dan teknik pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dan telah ditetapkan
sebagai peraturan pemasangan instalasi ini oleh Badan yang berwenang dalam hal ini, bila tidak
ada petunjuk dari Konsultan Pengawas.
2.3. Pelaksanaan pekerjaan harus ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam instalasi Mekanikal /
Elektrikal, untuk dapat dipertanggung-jawabkan.
2.4. Tenaga ahli harus ditempatkan di lapangan oleh Kontraktor sehingga dapat berdiskusi dengan
Konsultan Pengawas pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
2.5. Kontraktor diharuskan melaksanakan pekerjaan test penuh di bawah persyaratan operasional.
Testing harus dilaksanakan di hadapan Konsultan Pengawas.
2.6. Penggantian material yang kurang baik atas kesalahan pemasangan adalah tanggung jawab
Kontraktor dan Kontraktor harus mengganti / memperbaiki hal tersebut di atas.
2.7. Semua biaya dan pengurusan perijinan, lisensi, pengujian adalah tanggung jawab Kontraktor.
2.8. Semua syarat-syarat penerimaan bahan, peralatan, cara-cara pemasangan, kualitas pekerjaan dan
lain-lain, untuk sistim instalasi Mekanikal / Elektrikal ini harus sesuai dengan standar-standar
sebagai berikut :
Semua peralatan dan mesin yang dipasang untuk sistim Mekanikal / Elektrikal ini selain dari
persyaratan tersebut di atas, juga tidak boleh menyimpang dari persyaratan yang dikeluarkan oleh
pabrik pembuatnya.
2.9.1. Telah mendapat Surat Pernyataan bahwa instalasi baik dari Konsultan Pengawas.
2.9.2. Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah dipenuhi, sehingga Pemilik
dapat membenarkannya.
2.9.3. Seluruh instalasi terpasang telah ditest bersama-sama dengan Konsultan Pengawas,
Konsultan Perencana dan Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan spesifikasi teknis.
2.10. Kontraktor.
2.10.1. Hanya Kontraktor yang diundang yang berhak mengikuti pelelangan ini.
2.10.2. Yang dimaksud dengan Kontraktor di dalam spesifikasi ini adalah Badan Pelaksana yang
telah terpilih dan memperoleh Kontrak Kerja untuk penyediaan dan pemasangan
instalasi Mekanikal / Elektrikal ini sampai selesai.
2.10.3. Kontraktor harus memiliki tenaga ahli yang mempunyai PAS / SIKA PLN kelas C untuk
pekerjaan instalasi listrik, PAS PAM kelas III (C) untuk pekerjaan plumbing dan
pemadam kebakaran (pemipaan) sebagai penanggung jawab di bidangnya masing-
masing.
Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan instalasi Mekanikal / Elektrikal dalam
proyek ini dan menempatkan paling tidak seorang tenaga ahli yang setiap saat dapat
berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan teknis dan administrasi di lapangan.
83
2.10.4. Kontraktor harus bersedia mengikuti peraturan-peraturan di lapangan yang ditentukan oleh
Konsultan Pengawas.
2.10.6. Kontraktor dapat meminta penjelasan kepada Konsultan Pengawas atau pihak lain yang
ditunjuk, bilamana menurut pendapatnya terdapat hal-hal yang kurang jelas pada
dokumen-dokumen pelelangan, gambar-gambar atau lainnya.
2.11.2. Kontraktor wajib bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya demi kelancaran pelaksanaan
proyek ini, terutama koordinasi dengan pihak Kontraktor Sipil maupun Arsitektur.
2.11.3. Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak-pihak lainnya, agar sejauh / sedapat
mungkin digunakan peralatan-peralatan yang seragam dan merk yang sama untuk
seluruh proyek ini agar mudah memeliharanya.
2.11.4. Untuk semua peralatan dan mesin yang disediakan, atau diselesaikan oleh pihak lain
atau yang dibeli dari pihak lain yang termasuk dalam lingkup instalasi sistim ini,
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala peralatan dan pekerjaan ini.
2.12.2. Kontraktor harus memberikan contoh semua bahan yang akan digunakannya kepada
Konsultan Pengawas atau pihak yang ditunjuk untuk dimintakan persetujuannya secara
tertulis untuk dapat dipasang.
Seluruh contoh harus sudah diserahkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sesudah
Kontraktor memperoleh SPK.
2.12.3. Kontraktor harus membuat jadwal / skedul waktu pelaksanaan, skedul tenaga kerja,
skedul pengadaan peralatan dan network planning yang terinci untuk setiap
pekerjaannya dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk
untuk mendapatkan persetujuannya.
Skedul dan network planning harus diserahkan dalam waktu 15 (lima belas) hari kalender
sesudah menerima SPK.
2.12.5. Untuk setiap tahap pekerjaan sistim Mekanikal dan Elektrikal yang telah selesai
dikerjakan, Kontraktor harus mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak Konsultan
Pengawas atau pihak yang ditunjuk yang menerangkan bahwa setiap pekerjaan sistim
Mekanikal dan Elektrikal telah selesai dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang ada.
Tahap-tahap pekerjaan sistim ini ditentukan kemudian, berdasarkan pada jadwal
perincian waktu yang diserahkan oleh Kontraktor.
2.12.6. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian dan trial-run pekerjaan sistim Mekanikal dan
Elektrikal ini harus dihadiri pihak Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana, ahli atau
pihak-pihak lain yang ditunjuk. Untuk ini harus dibuatkan berita acaranya bersama
pemegang merk peralatan yang diuji dan dari Kontraktor yang bersangkutan.
Peralatan untuk pengujian harus berkualitas baik dan sudah tertera.
Semua biaya pada waktu pengetesan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2.12.7. Kontraktor wajib melaporkan kepada Konsultan Pengawas atau ahli yang ditugaskan
apabila sekiranya terjadi kesulitan atau gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada saat
melaksanakan pekerjaan.
2.12.8. Untuk pekerjaan di luar jam kerja, biaya yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas
untuk pengarahan dan pengawasannya ditanggung oleh Kontraktor.
2.14.2. Kontraktor harus memberikan pendidikan teori dan praktek mengenai operasi dan
perawatannya kepada petugas-petugas teknik yang ditunjuk oleh Konsultan Pengawas
secara cuma-cuma sampai cakap menjalankan tugasnya, minimal 3 (tiga) orang selama
3 (tiga) bulan sesudah penyerahan pertama proyek dilakukan.
Kontraktor harus mengajukan rencana sistim pendidikan ini terlebih dahulu kepada
Konsultan Pengawas.
Pendidikan ini dan segala biaya pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2.14.3. Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set ringkasan petunjuk operasi dan
perawatan yang harus dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Konsultan Pengawas dan
sebuah lagi hendaknya dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempatkan pada
dinding dalam ruang mesin utama lain yang ditunjuk Konsultan Pengawas.
2.15.2. Kontraktor wajib mengganti biaya sendiri setiap kelompok barang-barang atau sistim
yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat kesalahan pabrik atau
pengerjaan yang salah selama jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender
setelah proyek ini diserah-terimakan untuk pertama kalinya.
2.15.3. Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja untuk
mengoperasikan / merawat peralatan Mekanikal dan Elektrikal serta mendatangkan
seorang supervisor sekali seminggu untuk memeriksa atau melakukan penyetelan
peralatan selama masa pemeliharaan.
2.15.4. Kontraktor harus memberikan service cuma-cuma untuk seluruh sistim Mekanikal /
Elektrikal selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender setelah proyek ini diserah-
terimakan pertama kali dan garansi 1 (satu) tahun kalender setelah serah terima kedua.
86
2.16. Izin.
2.16.2. Semua pemeriksaan, pengujian dan lain-lain, beserta keterangan resminya yang mungkin
diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini haruslah dilakukan oleh Kontraktor atau pihak
lain yang ditunjuk oleh Direksi / Konsultan Pengawas dengan semua biaya atas beban
Kontraktor.
2.16.3. Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang dipaten-kan serta
kemungkinan tuntutan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini.
Untuk hal ini Kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal tersebut di atas.
2.16.4. Kontraktor harus menyerahkan semua izin atau keterangan resmi yang diperolehnya
mengenai instalasi proyek kepada Konsultan Pengawas atau pihak yang ditunjuk,
sebelum penyerahan kedua dilakukan.
2.16.5. Kontraktor harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas setiap akan
memulai suatu tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan melaksanakan pekerjaan
diluar jam kerja (kerja lembur).
2.16.6. Kontraktor harus mendapatkan izin-izin yang berhubungan dengan pajak, pemerintahan
setempat, badan yang berwenang terhadap instalasi yang dikerjakan.
Dalam hal ini, biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan permintaan izin tersebut harus
dibayar oleh Kontraktor, termasuk biaya memperbanyak gambar yang diperlukan untuk
pengurusan IMB.
2.17.2. Semua pekerjaan pembuatan lubang-lubang dan penutupan kembali pada dinding, lantai,
langit-langit untuk jalannya pipa dan kabel, dilaksanakan oleh Kontraktor berikut
perapihan / finishing-nya kembali.
2.17.3. Kontraktor harus menyediakan dan menyambung kabel-kabel listrik dari peralatan-
peralatan ke panel yang disediakan oleh Kontraktor Listrik sesuai dengan gambar
dokumen tender.
Untuk itu Kontraktor wajib memeriksa terlebih dahulu panel tersebut, apakah sudah
sesuai dengan peralatan yang akan disambungkan. Segala akibat yang timbul akibat
penyambungan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2.17.4. Semua pekerjaan pembuatan pondasi untuk mesin dilakukan ol eh Kontraktor.
Kontraktor harus memberikan data-data, ukuran-ukuran, gambar-gambar dan
peralatan yang diperlukan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
2.17.5. Semua fasilitas yang diperlukan pada saat proyek berjalan yaitu air, listrik, saniter darurat
harus disediakan oleh Kontraktor, dengan terlebih dahulu membuat gambar untuk
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
87
2.17.6. Untuk pipa yang menembus dinding, lantai, langit-langit dan lain-lain, harus diberi lapisan
isolasi peredam getaran dan pipa selubung (sleeve) untuk memudahkan perbaikan dan
pemeliharaan dari segi teknis.
Untuk itu Kontraktor diharuskan menyerahkan gambar kerja kepada Konsultan
Pengawas untuk diminta persetujuannya. Segala akibat pekerjaan tersebut harus sudah
diperhitungkan dalam penawaran oleh Kontraktor.
2.17.7. Akibat pekerjaan tersebut di atas (pembobokan, pembongkaran dsb.) harus ditutup
kembali seperti semula dan dirapikan / di-finish yang rapi sehingga tidak terlihat lagi
bekas-bekas pembobokan.
2.17.8. Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah ditunjuk, Kontraktor harus menyerahkan
gambar / data teknis listrik sesuai dengan keperluan peralatan yang akan dipasang, agar
peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik berikut pengamanannya.
Jika hal ini tidak dilaksanakan, segala akibatnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Ia bertanggung jawab sepenuhnya atas segala pekerjaan instalasi pada proyek ini
dan selalu berada di lapangan (on site). Bila ia akan meninggalkan site harus
ada orang lain yang secara tertulis diberikan wewenang untuk mewakilinya.
2.19.2. Nama, perincian pengalaman kerja Site Manager harus disertakan oleh Kontraktor pada
saat penawaran dilakukan.
2.19.3. Bilamana menurut pendapat pihak Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana atau
pihak yang berwenang, Site Manager yang ditunjuk kurang cakap menjalankan tugasnya,
Kontraktor harus menggantinya dengan orang lain.
2.19.4. Selama Site Manager belum ditunjuk, penanda-tangan kontrak yang harus bertindak
sebagai Site Manager.
2.20. Bahan.
2.20.1. Kontraktor harus menyerahkan pada waktu tender, brosur teknis asli peralatan utama
Mekanikal / Elektrikal, juga brosur asli pipa, kabel, pipa konduit, katup-katup, detektor,
sensor dan lainnya beserta data-data teknis dan mengisi daftar skedul dari peralatan
tersebut. Pada brosur-brosur peralatan / bahan yang ditawarkan harus diberi tanda
dengan warna yang jelas.
88
2.20.2. Apabila ada tanda-tanda serta bahan yang diajukan menyimpang dari yang disebutkan
didalam gambar dan spesifikasinya, maka nilai evaluasi penawaran Kontraktor
tersebut akan dikurangi dan Kontraktor tetap harus menggantinya sesuai dengan gambar
dan spesifikasinya.
2.20.3. Semua pelaksanaan instalasi yang berbeda dengan spesifikasi dan gambar, tanpa
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang harus diperbaiki dan dirubah sesuai
dengan spesifikasi dan gambar yang telah disepakati bersama, atas tanggungan biaya
Kontraktor.
2.20.4. Semua bahan yang digunakan dalam instalasi ini harus baru, dalam keadaan baik, tidak
bercacat, sesuai dengan spesifikasi dan gambar. Kontraktor harus menjaga kebersihan serta
melindungi semua bahan-bahan yang digunakan dalam instalasi ini sebelum dipasang.
2.20.5. Bilamana ternyata dipakai / digunakan bahan / peralatan sama, bekas dipergunakan
bercacat atau rusak, Kontraktor harus menggantinya dengan bahan-bahan atau peralatan
yang baru dan tetap sesuai dengan spesifikasi dan gambar, atas biaya tanggungan
Kontraktor.
2.20.6. Tidak diperkenankan mendatangkan bahan / peralatan masuk ke site sebelum contoh
atau brosur disetujui oleh Konsultan Pengawas. Semua bahan yang telah masuk di site
dan menyimpang dari ketentuan dalam spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah
disetujui, maka bahan / peralatan tersebut harus dikeluarkan dari site dalam waktu 3
x 24 jam sejak diketahuinya penyimpangan itu oleh Konsultan Pengawas.
Bila hal ini belum dilakukan maka bahan tersebut segera akan dimusnahkan.
Pasal 3
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan instalasi sistim ini meliputi seluruh pengangkutan dan pengadaan bahan-bahan serta
peralatan-peralatan utama, peralatan bantu, peralatan untuk instalasi, tenaga kerja, pembuatan alat-alat
pemasangan, termasuk pengadaan listrik dan air untuk keperluan pengujian dan keperluan kerja.
Keterangan-keterangan yang tidak dicantumkan di dalam spesifikasi maupun dalam gambar tetapi perlu
untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Perincian umum pekerjaan instalasi ini adalah sebagai berikut (perincian lebih lanjut dapat dilihat pada
Syarat-syarat Khusus Teknis) :
3.3. Penyetelan seluruh sistim agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan persyaratan
dokumen pelelangan dan gambar-gambar yang ada.
3.4. Pengadaan pemasangan seluruh sistim instalasi Mekanikal / Elektrikal sesuai dengan gambar
dokumen, spesifikasi dan lainnya sesuai dengan kontrak.
89
3.5. Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor dapat
menanyakan lebih lanjut kepada Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana atau pihak lain
yang ditunjuk untuk ini.
3.6. Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung jawab atas
kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.
3.7. Semua pengadaan, pemasangan dan pengujian pekerjaan instalasi Mekanikal / Elektrikal harus
berdasarkan gambar dokumen lengkap dan sesuai dengan spesifikasi teknis serta addendum lainnya.
3.8. Bila pada spesifikasi ini terdapat klausul-klausul / butir-butir yang ditulis atau disebutkan
kembali, hal ini bukan berarti klausulnya dihilangkan, akan tetapi malah mempertegas
spesifikasinya.
BAB VII
SYARAT – SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
Pasal 1
UMUM
Syarat-syarat Khusus Teknis yang diuraikan disini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan
oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan untuk
seluruh pekerjaan listrik di dalam maupun di luar bangunan gedung. Dalam hal ini Syarat-syarat Umum
Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-syarat Khusus Teknis ini.
Pasal 2
PRINSIP PENYEDIAAN DAYA LISTRIK
Sumber daya listrik bagi gedung diperoleh dari jaringan tegangan rendah PLN dengan daya terpasang
sebesar 197 kVA.
Dari jaringan tegangan menengah 20 kV PLN, daya dari PLN tersebut disalurkan ke trafo distribusi 20 kV
/ 400 V berkapasitas 250 kVA untuk dirubah menjadi daya bertegangan rendah LVMDP sampai dengan
panel ukur (KWH meter).
Selanjutnya didistribusikan ke panel-panel sub-distribusi dan panel daya / penerangan gedung secara
radial.
Sistim distribusi tegangan rendah yang digunakan adalah distribusi 3 (tiga) fase – empat kawat 220 /
380 V mengikuti sistim PP (Pentanahan Pengaman).
Pasal 3
LINGKUP PEKERJAAN
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistim listrik sebagai suatu sistim
keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang
dispesifikasikan.
Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi, testing / pengujian, pengesahan
terhadap seluruh material berikut pemasangan / instalasinya oleh badan resmi PLN, LMK dan atau
Badan Keselamatan Kerja, serta serah terima dan pemeliharaan / garansi selama 12 bulan. Ketentuan-
ketentuan yang tidak tercantum dalam gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi
perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam
90
pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan perlengkapan
sistim listrik sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjukkan pada Syarat-syarat
Umum untuk menunjang bekerjanya sistim / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat
Khusus Teknis atau gambar dokumen.
3.1.2. Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel jenis NYY untuk penghubung antar panel daya /
penerangan dan kabel-kabel daya menuju peralatan (mesin AC, pompa-pompa dan lain-
lain).
3.1.3. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dan stop kontak. Termasuk
pekerjaan ini adalah pengadaan dan pemasangan armatur penerangan, baik
penerangan normal maupun darurat.
3.1.4. Pengadaan dan pemasangan instalasi cable tray lengkap dengan material bantu yang
dibutuhkan.
3.1.5. Pengadaan dan pemasangan instalasi under floor duct lengkap dengan material bantu yang
dibutuhkan.
Pasal 4
GAMBAR-GAMBAR
Gambar-gambar Elektrikal menunjukan secara khusus teknis pekerjaan listrik yang didalamnya
dicantumkan besaran-besaran listrik dan mekanis serta spesifikasi tertentu lainnya.
Pengerjaan dan pemasangan peralatan-peralatan harus disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Gambar-gambar Arsitektur, Struktur, Mekanikal / Elektrikal dan kontrak lainnya haruslah menjadi
referensi untuk koordinasi dalam pekerjaan secara keseluruhan.
Kontraktor harus menyesuaikan peralatan terhadap perencanaan dan memeriksanya kembali. Setiap
kekurangan / kesalahan perencanaan harus disampaikan kepada Ahli, Konsultan Pengawas dan atau
pihak lain yang ditunjuk untuk itu.
Pasal 5
KETENTUAN-KETENTUAN INSTALASI
a. Bahan Doos.
Kecuali tercatat atau disyaratkan lain, maka kotak-kotak outlet untuk saklar
dinding dan receptables outlet harus galvanized steel dan tidak boleh berukuran
lebih dari 10,1 x 10,1 cm. untuk peralatan tunggal dan 11,9 x 11,9 cm. untuk dua
peralatan dan kotak-kotak multi gang untuk lebih dari dua peralatan.
b. Cara Pemasangan.
Saklar-saklar harus dari jenis rocker mechanic dengan rating minimum 10A / 250V.
Saklar pada umumnya dipasang terhadap permukaan tembok, kecuali bila ditentukan lain
pada gambar.
Jika tidak ditentukan lain, bingkai saklar harus dipasang pada ketinggian 140 cm. di
atas lantai yang sudah selesai.
Saklar-saklar tersebut harus dipasang doos (kotak) yang sesuai. Sambungan hanya
diperbolehkan antara kotak yang berdekatan.
Stop kontak harus dipasang rata terhadap permukaan dinding dengan ketinggian 110
cm. (di ruang basah dan pantry) dan 30 cm. (selain di ruang basah dan pantry) dari
permukaan lantai yang sudah selesai (finished) sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
Saklar dan stop kontak ex MK.
92
c. Jumlah Kutub.
Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral dan pentanahan)
dengan rating minimum 10A / 220V.
Cara pemasangan harus disesuaikan dengan peraturan PUIL dan diberi saluran
pentanahan.
5.1.3. Kabel-Kabel.
Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah meliputi:
kabel tegangan rendah, kabel kontrol, accessories, peralatan-peralatan dan barang-barang
lain yang diperlukan untuk melengkapi dan menyempurnakan pemasangan serta operasi dari
semua sistim dan peralatan.
a. Syarat Kabel Instalasi Tegangan Rendah (sampai 600V).
Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC,
VDE, SPLN, LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi dan peralatan (mesin),
kecuali untuk peralatan khusus seperti disyaratkan atau dianjurkan oleh pabrik
pembuatnya.
Semua kabel dengan luas penampang 16 mm2 ke atas harus berurat banyak dan dipilin
(stranded).
Ukuran kabel daya / instalasi terkecil yang diizinkan adalah 2,5 mm2, kecuali untuk
pemakaian kontrol pada sistim remote control yang panjangnya kurang dari 30
meter bisa menggunakan kabel dengan ukuran 1,5 mm2.
Kecuali disyaratkan lain, kabel tanah harus jenis NYFGbY dan kabel instalasi di
dalam bangunan dari jenis NYY, NYM dan NYMHY (untuk kabel kontrol).
Semua kabel instalasi di dalam bangunan harus berada di dalam konduit atau dipasang
di atas cable tray / cable rack dan di-klem / diikat dengan pengikat kabel (cable tie)
sesuai dengan kebutuhannya.
d. Splice / Pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya pencabangan (splice) ataupun sambungan- sambungan di
dalam pipa konduit.
Sambungan atau pencabangan harus dilakukan di dalam kotak-kotak cabang atau
kotak sambung yang mudah dicapai serta kotak saklar dan stop kontak.
Sambungan pada kabel harus dibuat secara mekanis dan harus kuat secara elektris dengan
solderless connector jenis tekan, jenis compression atau soldered.
e. Kabel kontrol.
Di tempat – tempat yang ditunjuk pada gambar atau disyaratkan, kabel kontrol motor,
starter dan peralatan - peralatan lain harus terbuat dari tembaga jenis standed annealed
copper yang fleksibel.
Isolasi harus dari PVC, tanah lembab dan ozon dengan rating tegangan sampai 600 V.
Ukuran konduktor harus sesuai dengan yang diperlukan (minimum 2,5 sqmm. Untuk
panjang lebih dari 30 m.) untuk mendapatkan operasi yang memuaskan dari peralatan
yang dikontrol, dengan pertimbanganpertimbangan mengenai panjang circuit dan
sebagainya.
Kabel merk SUPREME / KABELINDO atau setara.
f. Bahan Isolasi.
Semua bahan isolasi untuk splin, connection dan lain-lain seperti karet, PVC,
vernished cambric, asbes, gelas, tape syntetic, splice case, composition dan lain-
lain harus dari tipe yang disetujui untuk penggunaan, lokasi, tegangan kerja dan lain-
lain yang tertentu dan harus dipasang dengan cara yang disetujui, menurut anjuran
perwakilan pemerintah atau pabrik pembuatnya.
g. Pemasangan Kabel.
95
Hitam : Fasa
Biru : Netral
Kuning / Hijau : Pentanahan (G).
i. Pendukung Kabel.
Setiap kotak tarik (pull box) termasuk kotak-kotak yang ada di atas daya dan panel
daya motor, harus diberi cukup banyak klem dan peralatan pendukung lain-lainnya.
Kabel dipasang dengan cara yang rapi dan teratur yang memungkinkan pengenalan,
sehingga tidak ada kabel yang membentang tanpa pendukung.
j. Konduit Tertanam.
Pull box yang dihubungkan pada konduit tertanam / tersembunyi harus juga dipasang
secara tertanam dan penutupnya rata terhadap dinding atau langit-langit.
Diameter minimum konduit adalah 3/4” menurut ukuran pasaran dengan faktor
pengisian kabel maksimum 40 %.
b. Baha n.
Konduit PVC untuk instalasi daya dan penerangan harus dari bahan PVC high impact
heavy gauge yang memenuhi standar BS4607 dan BS6099. Konduit metal untuk
instalasi daya pompa yang digunakan harus dari jenis heavy gauge galvanized walded
steel yang memenuhi persyaratan BS4568: part I & II class 4.
c. Pemasangan.
c.1. Race Way yang ditanam di dinding.
Pananaman konduit di dalam dinding yang sudah jadi dilakukan dengan jalan
membobok beton dengan pahat.
Kedalaman dan lebar pembobokan harus dilakukan secukupnya, sesuai dengan
ukuran dan jumlah konduit yang akan dipasang. Kontraktor diwajibkan untuk
mengembalikan kondisi dinding dengan kondisi semula.
Selama dilakukan pengerjaan plesteran ulang, ujung-ujung konduit harus ditutup
untuk mencegah masuknya air atau kotoran-kotoran lainnya.
c.8. Pentanahan.
Setiap peralatan yang beroperasi dengan tegangan lebih besar dari tegangan ekstra
rendah (50 VAC) harus ditanahkan secara efektif. Bahan-bahan logam / metal
dari peralatan-peralatan listrik yang terbuka, termasuk pelindung kabel ( shealth
/ armour ), konduit, saluran metal, rack, tray, doos, stop kontak, armatur, saklar
dengan metal harus dihubungkan dengan konduktor kontinyu untuk
pentanahan.
Penggunaan conduit metal sebagai satu-satunya konduktor pentanahan
tidak diperbolehkan.
Dalam hal ini harus digunakan konduktor tersendiri yang terbuat dari tembaga
dengan daya hantar yang tinggi.
Luas penampang minimum konduktor pentanahan antara 6 sqmm. dan
dimasukkan ke dalam konduit. Penyambungan konduktor pentanahan harus
menggunakan penyambung mekanis yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Tahanan pentanahan yang disyaratkan adalah sebagai berikut :
98
• Pentanahan netral bus-bar dan panel, maksimum 2 ohm.
• Pentanahan netral generator, maksimum 2 ohm.
a. Bahan.
Underfloor cable duct yang digunakan harus dari bahan pregalvanized steel terdiri
atas dua kanal, lebar 120 mm + 70 mm. (total lebar 190 mm.) dan tinggi 28 mm.
Tebal plat tidak kurang dari 1,5 mm. Keseluruhan cable duct harus digalvanisir.
Satu kanal akan digunakan untuk kabel daya jenis NYM 3 x 2,5 mm2 (kanal selebar
120 mm.) dan kanal lainnya (kanal selebar 70 mm.) akan digunakan untuk kabel data
komputer jenis UTP-Cat6E (Gigabit Ethernet) bersama dengan kabel telepon jenis ITC 2
x 2 x 0,6 mm2 (2 pairs).
Pemasangan duct harus dilengkapi dengan alat bantu yang diperlukan, antara lain U-
bracket, duct connector dan end cover serta pentanahan.
Keseluruhan alat bantu tersebut harus dari bahan pre-galvanized steel. Cable duct ex
THREE STAR atau setara.
b. Intersection Box.
Box base dari intersection box yang digunakan harus dari bahan pre-galvanized steel
dengan ukuran bukaan 4 (empat) arah yang sesuai dengan pemasangan underfloor duct
yang digunakan (lebar 2 x 70 mm. dan tinggi 28 mm.).
Tebal plat tidak kurang dari 1,5 mm, ukuran box base 270 x 170 mm. Frame dari
intersection box harus dari bahan die-cast aluminium dengan ukuran 200 mm. x 110
mm.
Setiap intersection box harus dilengkapi dengan base plate untuk pemasangan 2
(dua) buah stop kontak, 2 (dua) buah female socket RJ-45 untuk saluran data komputer
dan 2(dua) buah female socket RJ-11 untuk saluran telepon.
Cover dari intersection box harus dari bahan die-cast aluminium yang dilengkapi
dengan engsel. Ketebalan cover harus cukup menahan beban pada saat ditutup.
Intersection box ex THREE STAR atau setara.
b.1. Umum.
Setiap panel daya utama harus dari jenis inbouw, dead front, terbuat dari plat baja
(metal cled).
Konstruksi panel harus terbuat dari rangka baja struktur atau rangka profil baja
yang diperkuat dan dilas, sehingga kokoh dan tidak rusak dalam pengiriman atau
pemasangan.
Struktur panel harus tahan terhadap gaya elektromagnetis serta thermal akibat
hubung-singkat (sampai 60 kA dalam waktu 1 detik). Rangka ini harus secara
lengkap ditutup pada bagian bawah, atas dan sisi-sisinya dengan plat-plat penutup
yang bisa dilepas.
100
b.3 Konstruksi.
Panel-panel harus seperti yang disyaratkan disini dan seperti ditunjukkan
dalam gambar rencana, untuk melaksanakan fungsi yang diperlukan.
Lokasi yang tepat dan jenis perlengkapan yang diperlihatkan boleh berbeda
menurut keperluan penyesuaian material pabrik, sejauh bahwa fungsi dan
operasi yang dimaksud dapat dicapai.
Akan tetapi identifikasi gambar, tata letak, skedul dan lain-lain harus diikuti dalam
urutan yang tepat, untuk mempermudah pemeriksaan bangunan (konstruksi).
Tempat struktur bus-bar dan hubungan-hubungannya harus dibangun dan ditunjang
untuk dapat menahan arus hubung-singkat yang terjadi pada lokasi tertentu
tersebut.
Hubungan-hubungan harus dibaut, dilas atau diklem serta diatur untuk
menjamin daerah kontak yang baik.
b.4. Ventilasi.
Lubang-lubang ventilasi harus dibuat secara rapi dengan punch machine, untuk
menjaga benda-benda asing masuk melalui lubang tersebut.
Pada bagian dalam harus diberi lapisan yang juga dilubangi (di-punch).
b . 5 . Pa p a n N a m a .
Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama yang
dipasang pada pintu panel dekat dengan pemutus daya dan dapat dilihat dengan
mudah.
Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas rangkaian
dari pemutus daya atau alat-alat yang tersambung padanya. Keterangan
mengenai hal ini harus diajukan dalam gambar kerja.
Mini diagram berwarna biru harus dipasang pada pintu, lengkap dengan
komponen-komponen dan tanda-tanda untuk komponen tersebut.
Semua bus-bar harus dipegang dengan kokoh oleh bahan isolator yang terbuat
dari bahan yang tidak menyerap air (non-hygroscopic) misalnya porselain atau
moulded isulator, sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya mekanis yang
101
terjadi akibat hubung-singkat.
Bus-bar dicat dengan warna yang sesuai dengan penandaan fasa menurut PUIL
2000.
Cat tersebut harus tahan terhadap temperatur sampai 70oC.
Setiap panel harus mempunyai bus-bar netral dengan kapasitas penuh (full
netral) yang diisolir terhadap pentanahan dan sebuah bus pentanahan yang
telanjang, diklem dengan kuat pada kerangka dan dilengkapi dengan klem untuk
pengaman dari peralatan yang perlu ditanahkan. Dalam hal ini konfigurasi
bus-bar adalah 3 fasa – 4 kawat – 5 bus.
Semua hubungan dari bus-bar menuju pemutus daya atau saklar dengan arus
lebih besar dari 63 A harus dilakukan melalui batang-batang tembaga dari jenis
yang sama dengan bus-bar.
Untuk arus yang lebih kecil, diizinkan menggunakan kabel berisolasi PVC (NYY
atau NYA).
Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan gambar kerja yang menunjukkan
ukuran-ukuran dari bus-bar dan susunannya.
Ukuran dari bus-bar harus merupakan ukuran sepanjang panel dan disediakan
cara-cara untuk penyambungan di kemudian hari.
Apabila saluran keluar (outgoing feeder) yang menuju ke satu terminal
terdiri atas beberapa buah kabel, tidak diperkenankan menumpuk lebih dari 2
(dua) buah sepatu kabel (cable shoes) pada satu terminal atau bus-bar. Bila terjadi
hal demikian, harus dilakukan dengan cara memasangkan batang tembaga
tambahan untuk menyatukan sepatu kabel (cable shoes) tersebut pada terminal
yang berlainan.
b.8. Alat-alat Ukur.
Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur dan trafo ukur seperti yang
ditunjukkan di dalam gambar rencana.
Bila digunakan Ampere meter selector switch (saklar pindah), pada saat
pemindahan pengukuran arus, saklar untuk Ampere meter harus dalam keadaan
terhubung singkat.
Meter-meter harus dari tipe besi putar (moving iron) khusus untuk dipasang
secara tegak lurus di pintu panel. Kelas alat ukur yang paling tinggi 1,5 dengan
penunjukkan melingkar (minimum 90o), skala linier, dipasang secara flush dalam
kotak tahan getaran, dengan ukuran 96 mm. x 96 mm.
Posisi dari saklar putar untuk Volt meter dan Ampere meter harus ditandai dengan
jelas.
b.8.1. Ampere meter (A-m).
ƒ Semua Ampere meter harus mempunyai kemampuan beban lebih sebesar
120% dari batas atas penunjukannya selama 2 jam dan dilengkapi
dengan penunjuk berwarna merah (index pointer) untuk menandai
besarnya arus beban penuh.
102
b.8.2. Volt meter (V-m).
• Volt meter harus mempunyai ketepatan kelas 1,5 dan mempunyai
skala penunjukan yang lebar.
• Volt meter dipasang di sisi daya masuk melalui sikring pengaman
jenis HRC dengan arus nominal 3 A.
• Pada volt meter harus terdapat mekanisme pengatur penunjukan
nol (zero adjusment) berupa sekrup pemutar di bagian depan.
b . 9 . T r a f o A r u s.
Trafo arus harus dari tipe kering untuk pemakaian di dalam ruangan (indoor type),
jenis jendela dengan perbandingan kumparan yang sesuai dengan standar-
standar VDE untuk keperluan pengukuran. Pemasangan harus dilakukan secara
kuat agar mampu menahan gaya-gaya mekanis yang timbul pada waktu
terjadinya hubungan singkat 3 fasa simetris.
Trafo arus untuk Ampere meter tidak boleh digunakan bersamaan dengan kWh
meter. Trafo arus harus terpisah dengan trafo kWh meter.
b . 1 0 . Kabel-Kabel kontrol.
Kabel kontrol (controlling wiring) dari panel-panel harus sudah dipasang di
pabrik / bengkel secara lengkap dan dibundel serta dilindungi terhadap
kerusakan mekanis.
Ukuran kabel kontrol minimum 1,5 mm2 dari jenis NYMHY dengan tegangan
nominal 600 Volt.
Pada setiap ujung kabel kontrol ataupun pengukuran harus dipasangkan
sepatu kabel sesuai dengan ukuran kabelnya dan dikencangkan dengan alat
penekan (press tang / kraft tang) secara baik, sehingga dapat dicegah
terjadinya hubung longgar (lost contact). Setiap pemasangan ujung kawat
kontrol atau pengukuran pada terminal peralatan harus cukup kencang dan kokoh.
b . 1 1 . Me r k Pa b r i k .
Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik. Peralatan-
peralatan sejenis harus dapat saling dipindahkan atau dipertukarkan tempatnya
pada rangka panel.
103
Mekanisme ini harus trip-free untuk mencegah kontak utama menutup
kembali tanpa sengaja.
Handle toggle MCCB harus dapat membuka semua kutub (kontak
utama) secara bersamaan (simultan). Bila suatu arus kesalahan mengalir
pada salah satu kutub harus menyebabkan ketiga kutub membuka secara
bersamaan.
MCCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung pada masing-masing
kutubnya yang dapat disetel (adjustable) untuk arus beban lebih (overload
– inverse time ) secara mekanis dengan bimetal, dan arus hubung –
singkat (overcurrent – instaneous) secara mekanis dengan solenoid
(magnetis).
Untuk motor protector, hanya dipasang magnetic overcurrent protection.
Setiap MCCB harus mempunyai tiga posisi operasi, yaitu : ON, OFF
dan TRIP.
Kapasitas pemutus arus kesalahan (interrupting / breaking capacity)
tidak kurang dari 50 kA.
• Kontak utama yang meneruskan arus beban harus terbuat dari bahan silver /
tungsten dan mekanisme operasinya dirancang untuk menutup dan
membuka kontak - kontak utamanya secara menyapu (wiping action).
• Mekanisme operasi harus dari jenis trip-free untuk mencegah kontak utama
menutup kembali tanpa sengaja.
• Handle toggle MCB tiga fasa harus dapat membuka semua kutub (kontak
utama) secara bersamaan (simultan).
• Suatu arus kesalahan mengalir pada salah satu kutub harus menyebabkan
ketiga kutub membuka secara bersamaan.
• MCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung arus beban lebih (overload
inverse time) secara mekanis dengan bimetal dan arus hubung singkat
(overcurrent instaneous) secara mekanis dengan solenoid (magnetis).
• Arus nominal dari draw out ACB, MCCB dan MCB harus sesuai
dengan gambar, dengan kapasitas pemutusan (breaking capacity)
disesuaikan dengan letak pemutus daya tersebut.
• Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa besarnya arus hubung
singkat 3 fasa simetris yang mungkin terjadi pada titik - titik beban dan
menganjurkan jenis ACB, MCCB serta MCB yang sesuai.
• Hasil perhitungan dan katalog pemutus daya yang disarankan untuk
digunakan harus disertakan pada saat penawaran pekerjaan.
b.13. Terminal Pembantu.
Apabila untuk menuju suatu terminal pada panel tersebut digunakan beberapa
kabel yang disatukan pada terminal tersebut, Kontraktor harus juga
104
menyediakan terminal pembantu yang diperlukan. Terminal pembantu tersebut
harus terbuat dari bahan yang sama dengan terminal utama dengan kapasitas
hantar arus yang sesuai dan dilubangi sesuai dengan ukuran sepatu kabel yang
digunakan.
Setiap mur baut yang digunakan harus dikencangkan dengan baik agar terhindar
dari kemungkinan hubungan longgar (lost contact).
Pengerjaan harus dari kelas satu dan menghasilkan armature setara dengan standar
komersil yang utama. Armatur harus sesuai dengan gambar dan skedul, atau seperti
yang disyaratkan disini.
Semua fixture TL harus dilengkapi dengan kapasitor untuk perbaikan faktor kerja
sehingga mencapai minimum 0,96. Ballast harus dari tipe low losses. Armatur ex
ASAHI.
c. Jenis Armature.
c.1. Lampu-Lampu Fluorescent (TL).
Lampu (bulb) harus dengan warna standar white deluxe.
Untuk twin lamp atau double TL harus dirangkai secara lead-lag untuk
meniadakan efek stroboskopis.
Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang lampu harus memenuhi
standar PLN / SII / LMK.
c.2. Lampu Down Light.
Lampu down light yang dipasangkan di ruang - ruang tertentu menggunakan
jenis lampu sesuai dengan gambar rencana.
c.3. Lampu Baret.
Lampu baret yang digunakan harus berbentuk persegi, terbuat dari kaca susu
dengan lampu pijar ( incandescent ) atau lampu TL circle 32 W sesuai dengan
kebutuhan.
c.4. Lampu Taman dan Lampu PJU.
Bentuk lampu taman dan lampu PJU sesuai dengan gambar rencana lengkap
dengan tiang diperlukan. Di bagian bawah tiang dipasang box berisi fuse 2 A
dan terminal penyambung kabel.
Jenis kabel di dalam pipa menuju lampu tanam adalah NYM 3 x 2,5 mm2 dengan
salah satu inti kabel dipasang ke badan metal lampu untuk pentanahan.
d. Pemasangan.
• Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus dipasang oleh orang yang
berpengalaman dan ahli, dengan cara-cara yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
• Harus disediakan pengikat, penyangga, penggantung dan bahan-bahan yang perlu
agar diperoleh hasil pemasangan yang baik.
105
• Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian rupa sehingga betul-betul
lurus.
• Armatur yang dipasang merata terhadap permukaan (surface mounted) tidak boleh
mempunyai sela-sela diantara bagian-bagian fixture dan permukaan-permukaan di
sebelahnya.
• Setiap badan (rumah) lampu harus ditanahkan (grounded).
• Pada waktu diselesaikannya pemasangan armatur penerangan, peralatan tersebut harus
siap untuk bekerja dengan baik dan berada dalam kondisi sempurna serta bebas
dari semua cacat / kekurangan.
• Pada waktu pemeriksaan akhir, semua armatur dan perlengkapannya harus menyala
secara lengkap.
Pasal 6
PENGUJIAN / PENYETELAN PERALATAN DAN SISTIM
6.1. Pekerjaan ini meliputi ketentuan-ketentuan dasar untuk mengadakan pengujian (testing)
penyetelan serta commissioning dari seluruh peralatan listrik yang dipasang.
6.2. Semua testing, kalibrasi dan penyetelan dari peralatan-peralatan dan kontrol yang tergabung
dalam pekerjaan renovasi sistim listrik ini serta penyediaan semua instrumentasi dan tenaga
kerja harus dilaksanakan oleh Kontraktor.
Kontraktor harus menempatkan seorang ahli listrik yang berkompeten dan berpengalaman
untuk melaksanakan pengujian dan commissioning.
6.3. Pengujian-pengujian yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah pengawasan Konsultan
Pengawas, antara lain :
• Pengujian tahanan isolasi kabel baru yang dipasang, baik perbagian ( section ) maupun
keseluruhan ( overall ).
• Pengujian pentanahan panel.
• Pengujian kontinuitas konduktor.
• Pengujian fungsi kontrol manual dan otomatis pada panel-panel daya.
• Pengujian keseimbangan pembebanan (phasing-out).
• Load testing.
• Penyetelan semua peralatan pengaman ( overcurrent dan overload ) dan mencatat data setelan
yang dilakukan.
• Semua instalasi listrik yang baru harus mendapat pengesahan dari PLN atau badan resmi yang
ditunjuk Konsultan Pengawas.
6.4. Hasil-hasil pengujian harus sesuai dengan syarat-syarat teknis yang telah diuraikan di atas atau
standar-standar yang berlaku dan dicatat serta dibuatkan berita acara pengujiannya.
BAB VIII
SYARAT – SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN PLUMBING / SANITASI
Pasal 1
UMUM
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan disini adalah persyaratan
yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material
dan peralatan.
Dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-
syarat Teknis ini.
106
Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi plumbing (pembuangan
air kotor, air bekas dan penyediaan air bersih) di dalam dan di luar bangunan sampai suatu sistem
keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang
dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan testing terhadap
seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua belas) bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi
perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan, juga termasuk ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan perlengkapan
sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada
syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum
pada syarat-syarat teknis khusus atau gambar dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut :
Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar bangunan,
lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi tekniknya.
Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi plumbing serta
peralatan-peralatannya.
Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh pompa yang
disediakan oleh Kontraktor.
Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial dan untuk seluruh
sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem bekerja dengan baik dan aman.
Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.
2.2.1. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan lengkap dengan peralatan dan
berada di dalam bangunan, antara lain WC, urinoir, wastafel, floor drain, clean out dan
lain sebagainya.
2.2.2. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan dari dalam bangunan menuju
saluran drainase dan septic tank.
2.2.3. Pembuatan septic tank lengkap dengan pemipaan vent-out dan filternya.
107
Pasal 3
TEKNIS UMUM PELAKSANAAN
3.1. Pengecatan.
3.1.1. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung, rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat dengan lapisan
cat dasar (prime coating).
Bahan cat yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan pengecatan yang sesuai dengan
bahan masing-masing.
3.1.2. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat / bahan-bahan sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan aluminium.
3.1.3. Untuk peralatan / bahan-bahan yang tampak, maka peralatan / bahan-bahan tersebut harus
dicat akhir dengan cat besi merk ICI, sebagai berikut :
Pipa air bersih : Biru ( ICI R 404-41001 )
Pipa drain / waste : Hitam ( ICI R 404-40009 )
Gantungan / support : Hitam ( ICI R 404-40009 )
Pipa hydrant : Merah ( ICI R 404-40005 )
Panah pengarah : Putih ( ICI R 404-101 )
3.1.4. Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor identifikasi bagi peralatannya
dengan cat.
Sebelum mengerjakannya, Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda
yang hendak dipasang pada peralatan-peralatan itu kepada Konsultan Pengawas.
3.2. Peralatan.
3.2.1. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat-tempat
rendah tertutup.
3.2.2. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tipe fitting untuk penempatan
alat ukur yang tidak dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
3.2.3. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi serta simetris.
3.2.4. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat-
tempat tertentu untuk menunjukkan arah aliran dengan cat.
3.2.5. Kontraktor harus menyediakan dan memasang automatic air release valve serta
penampungannya pada tempat yang memungkinkan terjadinya pengumpulan udara.
108
Pasal 4
INSTALASI AIR BERSIH
4.1. P i p a
Pipa dengan diameter 1” s/d. 3”, baik pipa utama maupun pipa cabang, termasuk yang menuju
fixtures menggunakan pipa PVC tipe AW.
Pipa ex WAVIN.
4.2. Fitting
Fitting-fitting harus terbuat dari material yang sama dengan bahan pipa.
4.3. Valves
Valve dengan diameter lebih kecil dari 3” diperkenankan menggunakan sambungan ulir
(screwed)
Valve pada fixture dari brass metal atau bahan yang tidak berkarat, khusus dibuat untuk fixture
tersebut, harus mengkilat tanpa cacat.
Semua valve harus mempunyai diameter yang sama besar dengan pipanya.
Semua valve dari merk KITAZAWA atau yang setara. Setiap penawaran harus dilengkapi
dengan brosur / katalog dari pabrik pembuat.
Kelas valve yang digunakan adalah pn 150 ( 150 psi ).
c. Sambungan Las.
Sambungan las hanya diijinkan untuk pipa selain pipa air minum. Sambungan las ini
berlaku antara pipa baja dan fitting las, dengan kawat las / elektrode yang sesuai.
Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah mendapatkan
ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk itu
d. Sleeves.
Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus beton.
Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan ruang longgar di luar
pipa maupun isolasi.
Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang atau baja.
Untuk yang diinginkan kedap air, harus dilengkapi dengan sayap / flens / waterstop.
Untuk pipa-pipa yang menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap
air (water proofing) harus dari jenis flushing sleeves. Rongga antara pipa dan sleeve
harus dibuat kedap air dengan rubber seal atau caulk.
110
e. Dalam hal ini, semua biaya ditanggung oleh Kontraktor, termasuk biaya pemakaian air
dan listrik.
4.5.6. Pengujian sistem kerja (Trial Run).
Setelah semua instalasi air bersih lengkap terpasang, termasuk penyambungan ke pipa
distribusi, Kontraktor diharuskan melakukan pengujian terhadap sistem kerja (trial run)
dari seluruh instalasi air bersih yang disaksikan oleh Konsultan Pengawas atau yang
ditunjuk untuk itu sampai sistem bisa bekerja dengan baik.
Pasal 5
INSTALASI AIR KOTOR / AIR BUANGAN
5.1. Material
5.1.1. Pipa di Dalam Bangunan.
Pipa dengan ukuran 11/2” - 4” baik pipa utama maupun pipa cabang menggunakan
∅ ∅
Dari ujung pipa di dalam bangunan menuju ke saluran drainase menggunakan pipa PVC
kelas AW.
Pipa PVC ex WAVIN.
5.1.3. Accessories.
a. Fitting dari PVC harus dari bahan yang sama (PVC) yang dibuat dengan cara
injection moulding.
b. Floor drain dan clean out dari bahan stainless-steel.
c. Saringan air hujan / roof drain terbuat dari besi tulang atau fiber glass, yang
mempunyai bentuk badan cembung yang berfungsi sebagai sediment bowl.
5.2. Cara Pemasangan Pipa
5.2.1. Pipa Di Dalam Bangunan ( Termasuk Pipa Vent ).
a. Pipa Mendatar.
Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1 – 2 %. Perletakan pipa harus diusahakan
berada pada tempat yang tersembunyi baik di dinding / tembok maupun pada ruang yang
berada di bawah lantai.
Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah harus
menggunakan fitting dengan sudut 45 o ( misalnya Y branch dan sebagainya)
jenis long radius.
b. Pipa Di Dalam Tanah.
Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah / jalan dengan tebal / tinggi
timbunan minimal 80 cm. diukur dari atas pipa sampai permukaan tanah / lantai.
Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug dahulu dengan pasir urug
dipadatkan setebal 10 cm. Selanjutnya setelah pipa diletakkan, di sekeliling dan di atas
pipa kemudian diurug dengan tanah sampai padat. Konstruksi permukaan tanah /
111
lantai bekas galian harus dikembalikan seperti semula.
c. Penanaman pipa.
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap sambungan
pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 mm.
Untuk mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas (vertikal)
harus diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar perencanaan.
Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1 – 2 % dari titik mula di
dalam gedung sampai ke saluran drainase.
5.2.2. Pipa Saluran Luapan Septic Tank.
Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah / jalan, dengan kemiringan 1
– 2 % dari titik permulaan septic tank ke drainase kota.
Untuk perletakan pipa yang melintasi jalan kendaraan dengan kedalaman kurang dari
90 cm, pada bagian atas pipa harus dilindungi pelat beton bertulang dengan tebal 10
cm. Pelat beton tersebut tidak tertumpu pada pipa.
5.4. Pengujian.
5.4.1. Seluruh sistem air kotor / buangan harus diuji terhadap kebocoran sebelum disambung ke
peralatan. Tekanan kerja maksimum adalah 8 kg/cm2 dan tekanan pengujian adalah 15
kg/cm2.
5.4.2. Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa ke peralatan ditutup rapat.
Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan, pengujian dilakukan sebelum pemipaan
disambungkan ke peralatan sanitasi, dengan jalan mengisi pemipaan dengan air.
Pemeriksaan dilakukan setelah 24 jam kemudian dan harus tidak terjadi pengurangan
volume air.
5.4.5. Konsultan Pengawas berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini dianggap perlu.
112
5.4.6. Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan baik atau kurang memuaskan,
maka biaya pengujian / pengulangan pengujian adalah termasuk tenggung jawab
Kontraktor.
5.4.7. Peralatan toilet dapat dipasang setelah hasil pengujian dinyatakan baik oleh Konsultan
Pengawas.
Pasal 6
PERSYARATAN KONSTRUKSI UMUM MOTOR – POMPA
1.1.1. Pompa-pompa dari jenis non-self priming dengan efisiensi minimum 70% pada sekitar
+ 10 % dari titik kerjanya.
6.1.2. Pompa dan motor khusus dirancang untuk mentransfer air minum.
6.1.3. Seal menggunakan jenis maintenance free-mechanical seal.
6.1.4. Badan pompa menggunakan besi cor (cast iron) kualitas ductile yang khusus untuk air
minum.
6.1.5. Sudu (impeller) dan guide vane menggunakan stainless-steel atau sejenisnya yang
khusus untuk air minum.
6.1.6. Poros menggunakan baja tahan karat (stainless-steel), shaft seal faces terbuat dari
tungsteen carbide.
6.1.7. Bantalan menggunakan bantalan luncur tanpa pelumasan khusus selain air.
6.1.8. Pompa, poros dan kopling harus terbalans secara baik.
6.1.9. Pompa dikonstruksikan menyatu dengan motornya pada landasan baja tunggal (base
plate).
6.1.10. Setiap pompa harus dibuatkan saluran pembuangan (drainase) bocoran air ke saluran
buangan terdekat (lihat gambar rencana).
6.1.11. Secara utuh, pompa dan motor tidak boleh menimbulkan getaran dan suara di atas normal
(50 dB A ).
6.1.12. Pompa dan motor dihubungkan secara langsung (direct driven) dengan kopling
fleksibel.
6.1.13. Pompa dilengkapi dengan pipa priming yang diambil dari priming tank.
6.1.14. Setiap pompa harus dilengkapi dengan automatic stop switch yang mendapat sinyal dari water
level control yang diletakan di dalam ground reservoir.
113