PEKERJAAN
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DPMPTSP ACEH
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
DAFTAR ISI
67
Page i
BAB I DATA PROYEK
Nama Pekerjaan :
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DPMPTSP ACEH
Lokasi :
Banda Aceh
Tahun Anggaran :
2019
BAB II KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan
bobot pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Supervis dan
Owner.
5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat
yang baik pada bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.
12. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang
diberikan kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan seperti yang
disebutkan pada point 6, point 7 dan point 8 adalah menurut keputusan
Konsultan Supervisdan Owner.
3. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Hasil Pekerjaan
Kontraktor Pelaksana di bayar berdasarkan metode Progress Payment.
Artinya Tagihan Kontraktor Pelaksana dibayar berdasarkan Progress
Realisasi Pekerjaan yang telah diselesaikan dilapangan.
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar
Pekerjaan Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana
memperbaikinya dengan biaya sendiri.
10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 19 : Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan ( Operation Hand-Book )
7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh
Konsultan Supervisjika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam
jangka waktu lebih dari 3 hari.
11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah berdasarkan
hasil diskusi dan konsultasi dengan Konsultan Supervisdan Owner.
10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan
Supervisi, jika terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis dan Bill of Quantity maka urutan acuan yang harus dipegang
ditentukan seperti berikut :
a) Kontrak Kerja;
b) Bill of Quantity;
c) Gambar Bestek dan Gambar Revisi; dan
d) Spesifikasi Teknis.
3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas
terbaik sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya
pengerjaan proyek. Latar papan nama dapat berupa papan kayu tebal
minimal 2 cm atau multiplek dengan tebal minimal 12 mm. Penggunaan
bahan dan material lain harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam,
kecuali untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.
3. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
4. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu
dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
6. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Direksi Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak
balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas
II.
7. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka
dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat
dari bahan multiplek tebal 6 mm.
11. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh
berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.
4. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu
dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
11. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak
boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.
5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.
7. Dinding Kamar Mandi dan WC 1 meter dari lantai dibuat dari pasangan
batu bata dan diplaster sedangkan bagia atasnya boleh dibuat dari dinding
papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari
kayu kelas II.
8. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok, kran air,
bak tampungan air, dan saluran pembuangan air kotor. Kamar Mandi dan
WC juga harus dilengkapi dengan Septictank dan saluran resapan.
11. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan
tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang
sedang dikerjakan.
9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah
disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
4. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
5. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1
Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.
6. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu
dengan kelas II.
10. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi.
4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
7. Atap Mushalla dan Tempat Whuduk dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
9. Tempat Wudhuk harus dilengkapi dengan kran air minimal 3 unit dan 1
unit saluran pembuangan air kotor.
10. Posisi dan letak Mushalla dan Tempat Whuduk ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan
tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang
sedang dikerjakan.
3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek adalah
muka tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan
lapisan tanah humus atau muka tanah timbun yang telah dipadatkan
kecuali diitentukan lain dalam Gambar Bestek.
3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus
menggunakan alat ukur seperti Theodolit dan Waterpas.
5. Hasil pekerjaan Setting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out
bangunan yang ada dalam Gambar Bestek kecuali dengan alasan-alasan
kondisi lahan existing yang berubah dan alasan-alasan teknis yang
disetujui oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan
beton non struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
8. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan
alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut
Konsultan Supervisi.
9. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-
puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta
diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman
yang diperlukan.
10. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi
harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali
kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi
pondasi.
11. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah
sebelum pekerjaan konstruksi pondasi plat lantai selesai dikerjakan.
13. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Jika untuk urugan pondasi dipakai tanah lain dan bukan tanah hasil galian
pondasi maka tanah tersebut harus melalui proses pemeriksaan di
Laboratorium Tanah sebelum dipakai sebagai material urugan pondasi
dan hal ini harus diketahui serta disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan material tanah dan
proses pemeriksaan di Laboratorium Tanah dibebankan kepada
Kontraktor Pelaksana.
2. Pasir urugan harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar kayu, serta
sampah lainnya.
3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi, hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
BAB VII
PEKERJAAN PONDASI
d. Persyaratan lapangan
1. Kontraktor bertanggung jawab untuk memancang tiang dengan ukuran dan
jumlah seperti disyaratkan pada posisi seperti dinyatakan pada gambar denah
lokasi tiang, seperti yang telah disetujui oleh Engineer. Kontraktor harus
didukung oleh team supervisi yang dapat dipertanggungjawabkan yang
dilengkapi dengan peralatan yang presisi dan sedikitnya dua orang memeriksa
kelurusan dari setiap tiang selama pemancangan.
2. Tiang-tiang pondasi harus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras atau
sesuai dengan petunjuk “pengawas yang ditunjuk”.
3. Urutan pemancangan tiang dalam satu kelompok harus sesuai dengan
petunjuk “pengawas yang ditunjuk”.
4. Tiang-tiang yang rusak akibat kelalain kontraktor atau ditolak, menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan harus dikeluarkan dari proyek, dan semua
biaya akibat ini dibebankan ke kontraktor.
1.5. Penyerahan
Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor harus menyerahkan
hal-hal berikut kepada Engineer.
a. Data Pabrik :
Data produk dari pabrik tentang tiang harus diserahkan oleh Kontraktor
untuk disetujui oleh Engineer.
b. Gambar kerja.
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar kerja metoda
konstruksi, jadwal kerja, dan daftar perlengkapan kepada Engineer untuk mendapat
persetujuan.
MATERIAL
1. Bahan-bahan tiang.
Bahan-bahan tiang yang akan dipakai pada pekerjaan ini harus sesuai dengan
persyaratan-persyaratan berikut :
A. Dimensi/Ukuran-ukuran :
1. Jenis tiang yang dipakai adalah tiang beton precast prestress dengan ukuran
Diameter 300 mm, seperti ditunjukkan pada gambar-gambar struktur.
B. Beton Mutu beton minimum yang dipakai adalah K-600 Kg/cm2 , yang harus sudah
dicapai pada waktu pemancangan.
C. Penulangan :
1. Mutu Baja tulangan utama dan Spiral nail wire sesuai dengan standar Pabrik.
D. Peralatan Pemancangan.
1. Jenis peralatan pancang yang dipakai adalah Drop Hammer System dengan
spesifikasi sebagai berikut : Hammer 2,5 ton, Crane 2 ton, Engine 48 HP 4
Cylinder, Electric TIG Weld, Hammer Wire dia. ¾ dan Crane Wire dia, 5/8.
Overal Dimension : Height 10 mtr, Width 6 mtr dan Length 3,5 mtr.
2. Sebelum pekerjaan dimulai, Konraktor harus mengajukan data lengkap dari
peralatan yang akan dipergunakan, jadwal pemancangan dan prosedur kerjanya
termasuk mesin pancang dan peralatan yang akan digunakan dilapangan
3. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada
bentuknya. Hamer (pemukul) harus dipilih yang sesuai untuk tipe tiang dan sifat dari
kekuatan tiang pancang tersebut.
4. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan apakah memungkinkan untuk
penempatan peralatan pemancangan, pelaksanaan pemancangan dan percobaan
beban.
PELAKSANAAN
1. Persiapan
A. Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usulan
mengenai urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak akan saling mengganggu.
2. Pemancangan Tiang
A. Alat pukul (Hammer) dan penghentian pemancangan tiang.
1. Untuk memancang tiang harus dipakai suatu alat pukul dari jenis diesel (a
diesel hammer type). Dalam pemilihan “driving diesel hammer” haruslah dari
berat yang memadai agar tidak merusak tiang. “Hammer” harus mempunya
persyaratan minimum : berat ram
2. Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang ditunjukkan dalam
gambar struktur atau dengan final set yang disetujui.
3. Tiang-tiang harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang tepat; pada garis
yang benar baik secara lateral maupun longitudinal seperti ditunjukkan dalam gambar.
4. Toleransi yang diijinkan tidak boleh melebihi yang dipersyaratkan dan tiang-tiang
harus diarahkan selama pemancangan dan bila perlu harus dibantu/ diganjal untuk
dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada tiang yang berubah bentuk atau
bengkok, maka tidak boleh dipaksa untuk meluruskannya kembali kecuali dengan
persetujuan tertulis dari pengawas yang ditunjuk.
5. Kontraktor harus melakukan indicator pemancangan sebanyak 8 titik, untuk megetahui
kedalaman tanah keras diareal lokasi pemancangan. Penentuan titik indicator
piling dilakukan oleh engineer/ pengawas lapangan/ owner.
C. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangan tiang didekatnya ( heave
check ). Lakukan suatu heave check pada pemancangan kelompok tiang yang pertama,
dan pada kelompok tiang yang dipilih seperti ditunjukkan pada gambar.
1. Periksa “heave” dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada
masing- masing tiang segera setelah pemancangan selesai.
2. Periksa ulang elvasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu
kelompok selesai dipancang.
3. Bila ujung ( tip ) tiang mengalami “heave” lebih dari 6 mm dari posisi asli, tiang
tersebut harus dipukul kembali.
E. Tiang-tiang yang rusak atau salah tempat. Apabila suatu tiang rusak pada waktu
pemancangan, percobaan atau oleh sebab lain atau salah letak atau gagal karena
kelalaian kontraktor, Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan penambahan tiang
pada posisi yang ditentukan oleh Engineer sedemikian sehingga akhirnya dihasilkan
daya dukung yang disyaratkan.
F. Pendataan Pemancangan Tiang Kontraktor harus mengambil data dari setiap tiang yang
dipancang dan dilengkapi dengan paraf pengawas yang ditunjuk pada masing-
masing data, setiap hari. Pemancangan, set dan rebound dari setiap tiang harus
mengikuti persetujuan Engineer. Data pemancangan setiap tiang harus diserahkan
kepada pengawas yang ditunjuk dan tembusan ( copy )-nya harus disimpan oleh
Kontraktor. Data laporan harus meliputi hal-hal berikut :
1. Nama Proyek
2. Nomor tiang
3. Tanggal pemancangan
4. Cuaca
5 Set, rebound dan tinggi jatuh (ram height) pada pukulan terakhir (last ten blow )
6 Dalamnya pemancangan dari level tanah
7 Level tanah
8 panjang tiang
9 Jenis alat pukul ( Hammer type )
10 Sambungan yang dipakai, jumlah dan jenisnya ( kalau ada sambungan )
11 Waktu / saat mulai dan waktu selesai pemancangan
12 Jumlah pukulan dan rata-rata set tiap 0.5 meter
13 Tinggi jatuh yang sebenarnya ( actual ram stroke )
14 Semua informasi lain seperti yang disyaratkan Engineer.
15 Metoda pengukuran set dan rebound harus disetujui oleh Engineer.
Record di atas harus menunjukkan satu seri pengukuran set selama seluruh proses
pemancangan. Apabila pemancangan suatu tiang dimulai, maka harus dilakukan
sampai selesai dan mencapai set yang disyaratkan ( kecuali waktu penyambungan ).
D. Prosedur Pembebanan :
Beban uji vertikal harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi pembebanan dinamik
yang dilakukan oleh Pelaksana PDA.
1. PILECAPE
1. Persyaratan Bahan
1.1.1 Semen
1. Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI – 8 tahun 1972 dan
memenuhi S – 400 menurut Standar Cement Portland yang digariskan
oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahin 1972).
2. Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu
zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan
campuran.
3. Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat
yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan
semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. setiap
semen baru yang masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada
agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
1.1.3 Kerikil
Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta
mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam SK
SNI T-15.1919.03.
Penimbunan kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis
material tersebut tidak tercampur untuk menjamin adukan beton
dengan komposisi material yang tepat.
1.1.4 Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum.
2. Pedoman Pelaksanaan
1.2.1 Kecuali ditentukan lain dalam Rencana kerja dan syarat-syarat ini, maka
sebagai pedoman tetap dipakai SK SNI T-15.1919.03
1.2.2 Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila ada
perbedaan yang didapat didalam gambar konstruksi dan gambar arsitektur.
1.2.4 Pengecoran
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis
Direksi. Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan
berjalan-jalan diatas penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat
yang sulit dicapai harus digunakan papan-papan berkaki yang tidak
membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut harus sudah dapat dicabut pada
saat beton dicor.
Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya
harus disetujui oleh Direksi. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang
diputus tersebut, bagian permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan
dibuat kasar kemudian diberi additive yang memperlambat proses
pengerasan. Kecuali pada pengecoran, adukan tidak boleh dicurahkan dari
ketinggian yang lebih tinggi 1,5 m.
3. Pembayaran
1.3.1 Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak
yang ditawarkan oleh Kontraktor.
1.3.2 Harga ini sudah mencakup harga bahan, upah, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Segala akibat
yang timbul atas kesalahan Kontraktor sehingga mengakibatkan
penambahan volumen dan biaya pekerjaan tidak dipehitungkan sebagai
pembayaran tambahan dari Pengendali Kegiatan.
2.1.3 Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali,
garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang
dapat diminum.
2. Pedoman Pelaksanaan
2.2.1 Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar
Bestek dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.
2.2.2 Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
2.2.3 Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu
harus diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan
langsung tanpa spesi), dan rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai
dengan besarnya serta spesi secukupnya.
2.2.4 Permukaan bagian atas Pondasi Batu Kali/Batu Gunung harus rata (Water
Pass), diberi spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada tempat-
tempat yang akan dipasang kolom praktis harus diberi stick besi beton.
3. Pembayaran
2.3.2 Harga ini sudah mencakup harga bahan, upah, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Segala akibat
yang timbul atas kesalahan Kontraktor sehingga mengakibatkan
penambahan volumen dan biaya pekerjaan tidak dipehitungkan sebagai
pembayaran tambahan dari Pengendali Kegiatan.
BAB VIII
PEKERJAAN BETON
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
3. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat
merusak beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Jika Dalam Job Mix Disain disebutkan bahwa Pasir Beton harus dicuci
untuk menghilangkan kadar lumpur maka Kontraktor Pelaksana harus
mengajukan Metode Pencucian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi
atau mengikuti Metode Pencucian yang disarankan oleh Konsultan
Perencana.
10. Metode Pencucian Pasir Beton yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
harus menjamin bahwa kadar lumpur dalam Pasir Beton akan berkurang
setelah pencucian sampai dibawah toleransi yang diijinkan.
4. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
1. Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai
gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam SK SNI T-
15.1919.03.
2. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Jika Dalam Job Mix Disain disebutkan bahwa Kerikil harus dicuci untuk
menghilangkan kadar lumpur maka Kontraktor Pelaksana harus
mengajukan Metode Pencucian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi
atau mengikuti Metode Pencucian yang disarankan oleh Konsultan
Perencana.
10. Metode Pencucian Kerikil yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
menjamin bahwa kadar lumpur dalam Kerikil akan berkurang setelah
pencucian sampai dibawah toleransi yang diijinkan.
12. Persyaratan yang berlaku pada kerikil beton juga berlaku pada material
batu pecah.
13. Jumlah batuan pipih dalam setiap meter kubik batu pecah tidak boleh
lebih dari 5%.
14. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
Pasal 5 : Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak
berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang
dapat merusak beton atau baja tulangan.
3. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. Air
setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari
tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan
Supervisi sebelum digunakan.
1. Pemakaian zat aditif pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
6. Air yang dipakai untuk campuran beton bahkan bisa dikurangi sampai 15
– 20%
4. Baja Tulangan Deform ( ulir ) adalah dari jenis BJTD 30 dengan Kuat Tarik
minimal 3000 kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Baja Tulangan Polos adalah dari jenis BJTP 30 dengan Kuat Tarik
minimal 3000 kg/cm2 atau 300 Mpa dan hanya dipakai untuk Begel atau
Sengkang dengan diameter minimal 8 mm dan maksimal 8 mm.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi
dalam arah yang berlawanan.
Balok > ØD 16 :
50 mm
Kolom > ØD 16 :
50 mm
2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu
berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton minimal
yang umum sebesar 70 mm.
5. Material Pasir dan Kerikil Beton yang dipakai untuk Job Mix Disain
haruslah material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan
dilapangan dan material tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup
dilokasi pekerjaan sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.
8. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mencantumkan :
1. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
2. Laporan hasil penelitian Kerikil Beton;
3. Komposisi Pasir Beton;
4. Komposisi Kerikil Beton;.
5. Komposisi Air Beton;
6. Komposisi Zat Additive jika digunakan;
7. Nilai Slump Rencana; dan
8. Nilai Faktor Air semen.
9. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi sebelum dilaksanakan.
10. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui
oleh Konsultan Supervisi harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana.
1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana membuat Rencana Campuran Lapangan (Job Mix
Formula) beton struktural dengan mutu K-200 sampai mutu K-300 dan
seterusnya.
2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari
segi komposisi material beton.
1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh
Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
8. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh besentuhan langsung dengan tanah.
9. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting
yang telebih dahulu telah selesai dikerjakan.
7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain
dengan alat ikat kawat beton.
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.
2. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat
pada posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling atau
zig-zag antara batang yang disambung dengan batang yang tidak
disambung.
3. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar
Bestek, Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03 harus
diambil minimal 40 kali diameter batang yang disambung.
10. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi diluar Sendi
Plastis atau pada posisi tengah bentang kolom, balok serta plat lantai.
Penyambungan pada posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan
apapun tidak dibenarkan.
8. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2 x 4
x 5 cm dan dipasang minimal 5 buah setiap jarak 1 m2 plat lantai atau plat
dack.
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang dapat
mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang
dapat dipertanggung jawabkan .
12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika
hal ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan
pekerjaan acian beton.
8. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.
10. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
11. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak
boleh menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi
tententu pada saat bekisting dibuka.
13. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr
sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang
beton sesuai dengan yang direncanakan.
a. Slump Test
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu
beton yang berbeda.
3. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai
berumur 28 hari.
4. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,
dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
5. Hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus menghasilkan kuat tekan beton
karakteristik yang sesuai dengan yang direncanakan dalam Job Mix
Disain.
7. Kuat tekan beton yang kurang dari 95% dari kuat tekan beton rencana
dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan dilapangan harus
dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Perencana dengan
disertakan Rekomendasi Ahli beton.
10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium
beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Laporan hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton
hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana,
Konsultan Supervisi atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton
dengan uji langsung pada konstruksi beton harus dilakukan.
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada
konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk
memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).
1. Instalsi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak
ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain
dalam Gambar Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.
3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya
tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam
dalam komponen balok beton.
6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta
pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik
tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan
Rekomendasi Ahli Beton.
3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak
diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi
80 cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi
tumpuan kedua (lantai 2).
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus
dibuat sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan
menumpu pada beton lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3
hari harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
1. Hasil pekerjaan Plat Lantai Beton bagian atas harus benar-benar elevasi
dan hal ini harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
3. Permukaan samping Plat Lantai Beton harus benar-benar rata dan hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
5. Hasil pekerjaan lapisan pasir alas harus benar-benar rata dan elevasi hal
ini harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan
tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%
maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan
bukan Pasir yang berasal dari laut.
1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton mutu K-125
dengan ketebalan minimal 7 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal
ini harus dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.
3. Granit lantai Toilet dan Kamar Mandi dipasang langsung diatas beton cor
bawah lantai dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal
minimal 2,5 cm.
5. Pemasangan granit harus mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada dalam
Gambar Bestek.
6. Warna Granit Toilet dan Kamar Mandi dapat diganti oleh Konsultan
Perencana dalam tahap pelaksanaan dengan alasan warna yang telah
ditentukan dalam Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan
tidak dikeluarkan lagi oleh pabrik.
7. Warna granit lantai Toilet dan Kamar Mandi harus seragam untuk setiap
jenis warna yang sama.
9. Bentuk dan dimensi granit lantai Toilet dan Kamar Mandi harus benar-
benar siku dan standar untuk semua ukuran yang sama.
12. Pemasangan lantai granit harus memperhatikan elevasi lantai antar ruang
dan harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.
13. Elevasi hasil pemasangan granit lantai Toilet dan Kamar Mandi harus
lebih rendah dari lantai ruang lain kecuali ditentukan lain dalam Gambar
Bestek.
4. Granit lantai dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai dengan
memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.
6. Pemasangan Granit Lantai harus mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada
dalam Gambar Bestek.
7. Warna Granit lantai dapat diganti oleh Konsultan Perencana dalam tahap
pelaksanaan dengan alasan warna yang telah ditentukan dalam Gambar
Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan tidak dikeluarkan lagi oleh
pabrik.
8. Warna Granit lantai harus seragam untuk setiap jenis warna yang sama.
10. Bentuk dan dimensi Granit lantai harus benar-benar siku dan standar
untuk semua ukuran yang sama.
3. Granit pada meja wastafel dipasang diatas beton cor dengan memakai
spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.
4. Pemasangan granit harus mengikuti Gambar Pola dinding yang ada
dalam Gambar Bestek.
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,
dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu
bata dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika
diangkut dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan
tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%
maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
5. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan
bukan Pasir yang berasal dari laut.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling
bersilangan dan tidak satu garis sambungan.
6. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan
batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 3 Ps minimal 40 cm.
6. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata
½ bata dengan campuran 1 Pc : 3 Ps minimal 180 cm.
8. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan
dalam arah horizontal.
5. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling
bersilangan dan tidak satu garis sambungan.
6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan
dalam arah horizontal.
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari
satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari
satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
8. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya
sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan
bekas.
1. Dinding Toilet dan Kamar Mandi dipakai granit mengikuti gambar rencana
dengan permukaan kasar /unpolished setara merk indogress atau merk
lain yang setara dengannya dari segi harga dan kualitas.
3. Granit pada dinding Toilet dan Kamar Mandi langsung pada dinding
pasangan bata atau tembok yang belum diplaster atau dihaluskan
permukaannya dengan perekat spesi beton 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1
cm.
6. Warna Granit Dinding Toilet dan Kamar Mandi dapat diganti oleh
Konsultan Perencana dalam tahap pelaksanaan dengan alasan warna
yang telah ditentukan dalam Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit
didapatkan dan tidak dikeluarkan lagi oleh pabrik.
7. Warna granit Dinding Toilet dan Kamar Mandi harus seragam untuk setiap
jenis warna yang sama.
9. Bentuk dan dimensi granit dinding Toilet dan Kamar Mandi harus benar-
benar siku dan standar untuk semua ukuran yang sama.
1. Untuk partisi antar ruang adalah Partisi Gysum dengan Rangka Canal C
100.
Pasal 1 : Referensi
3. Kunci dan pegantung pintu, jendela dan ventilasi pada pemasangan Pintu,
Jendela dan Ventilasi ALUMUNIUM termasuk dalam item pekerjaan
Kuzen, Pintu, Jendela dan Ventilasi ALUMUNIUM.
5. Tutup lubang screw fisher pada kusen dengan pu Wei (penutup lubang)
7. Cara memasang daun sliding yaitu dengan memasukkan sisi atas daun
(tidak ada roda) ke kusen atas terlebih dahulu kemudian tegakkan
dengan sisi bawah daun yang ada rodanya ke sisi bawah kusen. Posisi
daun sliding masuk ke kusen +1cm di pertemuan antara daun dengan
kusen dan pertemuan antar daun harus dalam satu garis lurus vertikal.
9. Khusus untuk handle pintu yang tipe multi point lock, jika akan mengunci
pintu, handle pintu harus diangkat keatas ketika sedang memutar
kuncinya.
11. Pemasangan kosen, pintu harus baik tegak lurus, siku-siku diambil
ukuran atas dan bawah sama, setelah dipasang pintu/jendela harus
dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
12. Semua kuncl, engsel harus dilindungi dan dibungkus plastik atau tempat
aslinya setelah dicoba.
14. Engsel untuk pintu kayu dipasang 30 cm dari tepi atas dan bawah,
sedangkan engsel ketiga dipasang di tengah-tengah.
15. Semua kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun
pintu dipasang setinggi 90 cm dari lantal atau sesuai gambar.
BAB XII
PEKERJAAN PLAFOND
4. Rangka plafon papan gypsum dari metal furing atau hollow umumnya
menggunakan sistem suspended ceiling. Sistem ini menghasilkan
kisi-kisi dari metal yang digantung dibawah atap atau dak beton
dengan menggunakan rangkaian kawat. Kisi-kisi ini kemudian ditutup
dengan menggunakan papan gypsum. Sistem suspended ceiling
terbagi menjadi dua yaitu sistem ekspos (exposed grid) yang
menonjolkan kisi-kisi rangka plafon dan sistem tanpa sambungan
(concealed grid) yang menghasilkan penampilan yang mulus dan
bersih.
c. Profil Material :
1) Rangka Atap
Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil lip channel. (Using a lip-
channel profile).
a) C75.100 (tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja 1,00 mm)
b) C75.75 (tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja 0,75 mm)
c) C75.70 (tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja 0,70 mm)
d) C75.60 (tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja 0,60 mm)
b. Reng
Profil yang digunakan untuk reng adalah profil top hat ( U terbalik).
a) TS. 35.045 (tinggi profil 35 mm dan ketebalan dasar baja 0,45 mm)
b) TS. 40.045 (tinggi profil 40 mm dan ketebalan dasar baja 0,45 mm)
c) TS. 61.075 (tinggi profil 61 mm dan ketebalan dasar baja 0.75 mm)
3) Talang (Valley Gutter)
Talang yang dimaksud disini adalah talang jurai dalam dengan mutu baja
yang digunakan minimum setara G550 dengan pelapisan (coating) AZ 100
atau lebih tinggi dan memiliki ketebalan dasar baja 0.35 - 0.45mm.
4) Strap Barcing
Strap bracing merupakan tali pengikat untuk menahan beban lateral /
horizontal Tarik seperti angina atau gempa dan berfungsi membuat struktur
secara keseluruhan menjadi lebih kaku / rigid. Material strap bracing yang
digunakan dalam Smartruss® ini harus menggunakan G550 dengan pelapisan
(coating) minimum AZ100 dengan pilihan alternative dimensi, yaitu:
a) Lebar 25mm tebal 1mm; atau
b) Lebar 35mm tebal 0.75mm
2. Persyaratan Design
a. Design rangka atap harus didukung oleh analisis perhitungan yang akurat
serta memenuhi kaidah-kaidah teknik yang benar dalam perancangan standard
batas desain struktur baja cetak dingin (Limit State Cold Formed Steel Structure
Design)
b. Standard desain yang digunakan adalah dengan mengacu Australian Limit – State
code:
(AS/NZ 4600: 2005)
(AS/NZ 1170: 2002)
3. Persyaratan Pra-Konstruksi
4. Persyaratan Konstruksi
a. Instalasi dan ereksi dilakukan oleh installer yang terlatih dan berpengalaman
serta sudah mendapat sertifikat pemasang dari PT NS BlueScope Lysaght
Indonesia.
b. Sambungan
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi
dan instalasi adalah baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan
spesifikasi sebagai berikut :
1) Kelas Ketahanan Korosi : Class 2, mengikuti standard AS 3566.1-2 : 2002
2) Ukuran baut untuk elemen struktur rangka atap adalah 12-14x20. Dengan
Ketentuan sebagai berikut:
a) Diameter kepala (Diameter of head screw) : 12 mm
b) Jumlah ulir per inch (Threads per inch/TPI) : 14
c) Panjang (Length) : 20 mm
d) Bahan (Material) : AISI 1022
Heat treated carbon steel
e) Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 8.8 kN
f) Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 15.3 kN
g) Kuat torsi minimum (Torque, min) : 13.2 kNm
5) Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik 560 watt dengan
kemampuan putaran alat minimal 2000 rpm.
Selain screw (self drilling screw) dibutuhkan juga Anchor bolt /Dynabolt yaitu alat
untuk mengikatkan antara struktrur kuda-kuda dengan beton yang digunakan
sebagai landasan/tempat berdirinya kuda-kuda tersebut dan berfungsi sebagai
penahan beban tarik/cabut /pullout/ withdraw. Spesifikasi minimum Anchor
bolt /Dynabolt yang digunakan dalam sistem Smartruss, yaitu :
1) Diameter : 12 mm (M10)
* Kondisi dimana karakteristik kuat tekan beton fc' >=20 N/mm2 (K-225)
c. Pemotongan material
1) Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan
yang sesuai, alat potong listrik dan gunting, dan telah ditentukan oleh pabrik.
2) Alat potong harus dalam kondisi baik.
3) Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
4) Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.
2. Material Penutup Atap terbuat dari baja berkekuatan tinggi Zinc Aluminium
(High Tensile Steel) yang dilapisi Aluminium 55%, sehingga sangat tahan
karat, mudah ditekuk, dan sangat kuat..
3. Memiliki ukuran yang panjang serta sistem tumpangan sisi kedap air,
dapat dipakai untuk atap dengan sudut kemiringan s/d 2.50 untuk bentang
atap max. 15 m.
6. Apabila dalam 1 (satu) hari span terdapat 2 (dua) lembar atap atau lebih
tata peletakan/penyusunan atap selalu harus dipasang mulai dari
pemasangan pada lajur bawah sehingga selesai baru dilanjutkan ke lajur
atas.
8. Pemasangan Hexagon Head (self Drilling Crew) atau paku ulir pada atap
harus selalu pada puncak gelombangnya untuk dikunci/dipaku hingga
puncak gelembung tersebut tidak dapat bergerak dan tidak peot.
9. Sewaktu pemasangan atap, dianjurkan agar tukang yang sedang bekerja
harus beralaskan papan yang dibuat seperti tangga, diletakkan diatas
gording untuk menghindari atap diinjak langsung yang dapat
mengakibatkan atap tersebut peot-peot/rusak.
BAB XIV PEKERJAAN CAT
Pasal 1 : Referensi
1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari
kualitas terbaik.
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk
dagang, spesifikasi, dan aturan pakai.
3. Cat yang dipakai adalah dari Merk Jotun Standar ICI atau merk lain yang
setara dengannya dengan standar yang sama.
5. Jenis cat, warna dan type yang akan dipakai pada semua posisi bangunan
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dan Owner dalam masa
pelaksanaan atau dalam Gambar Bestek.
6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Supervisi dengan
persetujuan Owner dalam masa pelaksanaan.
7. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang
ada dalam Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam
Gambar Bestek maka acuan yang dipakai adalah menurut keputusan
Konsultan Perencana.
11. Cat merupakan produksi dari pabrik terkenal dan bermutu baik.
12. Cat yang akan digunakan harus berada dalam kaleng yang masih disegel,
tidak pecah dan bocor serta mendapat persetujuan konsultan Supervisi.
Seluruh permukaan harus dibersihkan dengan sikat baja untuk
menghilangkan karat, sisa - sisa serpihan las sebelum dimulai
pengecatan.
Pasal 3 : Pelaksanaan
1. Pekerjaan Persiapan
Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan, pekerjaan langit-langit dan
lantai telah selesai dikerjakan.
Selanjutnya diadakan persiapan sebagai berikut
- Dinding atau bagian yang akan dicat telah selesai dan disetujui oleh
Manager Konstruksi
- Bagian yang retak-retak, pecah atau kotoran-kotoran yang menempel
dibersihkan
- Menunggu keringnya dinding atau baglan yang akan dicat karena
masih basah dan lembab
- Menyiapkan dan mengadakan pengecatan untuk contoh warna
Pemborong harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga. terdapat
urutan-urutan yang tepat mulai dari pekerjaan dasar sampai dengan
pengecatan akhir.
2. Pekerjaan Pengecatan
Pengecatan tembok luar atau tembok dalam
Tembok yang akan dicat harus
mempunyal cukup waktu untuk mengering, setelah permukaan
tembok kering maka persiapan dilakukan dengan membersihkan
permukaan tembok tersebut terhadap pengkristalan/pengapuran
(efflorescene) yang biasanya terdapat pada tembok baru, dengan
amplas kemudian dengan lap sampai benar-benar bersih.
Selanjutnya dilapis tipis dengan plamur
Pada bagian-bagian dimana banyak reaksi
dengan alkali dan rembesan air harus diberi lapisan wall sealer
Setelah kering permukaan tersebut
diamplas lagi sampai halus
Kemudlan dicat dengan lapisan pertama
Bagian-bagian yang masih kurang baik,
diberi plamur lagi dan diamplas halus setelah kering
Pengecatan kayu
Semua permukaan kayu yang
berhubungan dengan plesteran diberi dasar meni
Permukaan kayu yang akan dicat harus
diamplas kemudian diplamur bila. terdapat retak, celah atau lobang.
Kemudian permukaan kayu yang telah diplamur diratakan
Permukaan kayu yang kecII harus diberi 2
lapisan plamur yang tIpIs
Pekerjaan pengecatan dengan kwas untuk
bidang kecil dan semprot untuk bidang luas
Hasil pengecatan harus mulus, tidak
menggelembung atau cacat-cacat lainnya
BAB XV PEKERJAAN LISTRIK
A. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Pasal 1 : Umum
1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada
klausul lain dari persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti menuntut
perhatian khusus pada klausul-klausul yang ada atau menghilangkan
klausul-klausul tersebut atau bukan berarti menghilangkan klausul-klausul
lainnya dari syarat-syarat umum.
Pasal 2 : Gambar-Gambar
Pasal 3 : Koordinasi
1. Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Kontraktor
Pelaksana menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali
apabila ditunjuk lain oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana
diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan
digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang
didalamnyatercantum nama-nama dan alamat manufacture, katalog dan
keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsulatan
Supervisi . Persetujuan oleh Konsultan Supervisi akan diberikan atas
dasar di atas.
Pasal 8 : Contoh
Pasal 9 : Pengetesan
Pasal 10 : Pengetesan
Pasal 12 : Laporan
b. Laporan Harian
1. Kegiatan Fisik.
2. Catalan dan perintah Konsultan Supervisi yang disampaikan baik
secara lisan maupun tertulis.
3. Hal-hal yang menyangkut masalah :
- Material (masuk/ditolak)
- Jumlah tenaga kerja
- Keadaan cuaca
- Pekerjaan tambah / kurang.
c. Laporan Pengetesan
Pasal 1 : Umum
Pasal 2 : Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana
untuk menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari
peralatan-peralatan, dan sambungan-sambungannya. Kontraktor
Pelaksana harus melengkapi dan memasang selumh peralatan-
peralatan bantu yang dibutuhkan.
2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang
posisi dari peralatan-peralatan, pemipaan, ducting dan lain-lain.
Kontraktor Pelaksana harus mengadakan perubahan-perubahan yang
diperlukan yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan tanpa
tambahan-tambahan biaya.
3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan
pada gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.
Pasal 3 : Standar-Standar
Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan peraturan yang
berlaku :
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan
Instalasi Listrik (PIL) dan tentang Syarat-syarat Penyambungan Listrik
(SPL).
c. Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia
(SNI).
d. Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.
e. Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang standard
penerangan buatan.
f. Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan bangunan.
g. Standard negara lain yang berlaku di Indonesia seperti : IEC, VDE,
DIN, NEMA, JIS, NFPA, dan lain-lain
Pasal 4 : Pekerjaan Terkait
Referensi bagi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini
adalah :
a. Penerangan dan stop kontak
b. Sistem Pembumian
c. Daftar merk/produk material
b. Daftar Material
1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor
Pelaksana wajib mengisi daftar material yang menyebutkan : merk,
type, kelas lengkap dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada
waktu tender.
2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen
yang berupa barang-barang produksi.
Pasal 1 : Umum
1. Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam
ukuran dan type yang sesuai dengan gambar rencana
(NYY,NYFGBY,FRC,NYM,NYA,06/1 KV) kabel daya tegangan rendah
ini harus sesuai dengan standard SII atau S.P.L.N.
b. "Splice" / Pencabangan
1. Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan-
sambungan baik dalam feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada
outlet atau kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai (accessible).
2. Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis
dan harus teguh secara electric, dengan cara-cara "Solderless
Connector". Jenis kabel tekanan, jenis compression atau soldered.
3. Dalam membuat "Splice" konector harus dihubungkan pada
konductor-konduktor dengan baik, sehingga semua konductor
tersambung, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak
bisa lepas oleh getaran.
4. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
temaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelite ataupun PVC,
yang diametemya disesuaikan dengan diameter kabel.
c. Bahan Isolasi
1. Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti
karet, PVC, asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan
lain-lain harus dari type yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi
voltage dan lain-lain tertentu itu harus dipasang memakai cara yang
disetujui menurut anjuran perwakilan Pemerintah dan atau
Manufacturer.
2. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-
lain). Kontraktor Pelaksana harus memberikan brosur - brosur
mengenai cara- cara penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik
kepada Perencana.
3. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan wama-wama atau nama-
namanya masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan
isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil
pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Supervisi.
4. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan
penyambungan-penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah
putih dan kuat. Penyambungan-penyambungan harus dan ukuran
yang sesuai.
5. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa
PVC / protolen yang khusus untuk listrik.
6. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila periu untuk
menjaga nilai isolasi tertentu.
7. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal
temperatur-temperatur pengecoran dan semua lobang-lobang udara
harus dibuka selama pengecoran.
8. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka
harus dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm ..... minimal 2,5
mm.
2. Site Test
1. Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam,
penyambungan-penyambungan dan pemasangan kotak akhir,
maka dilakukan pengetesan dielektrik/insulation test.
2. Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas
dan tidak dapat dihapus.
f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar
tahan karat, kemudian di finish dengan cat akhir dengan oven
wama putih.
g. Box terbuat dari glass - fibre reinforced polyster dengan brass
insert harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta
cover dari clear polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia,
maupun gas kimia.
h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe Recessed Mounted atau Surface
Mounted harus mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm.
i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula
dipergunakan single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu
fluorescent).
j. Untuk lampu TL yang di-dimmer, ballast harus dari jenis "High-
Frequency Electronic light regulating ballast", yang dapat men-
dimmer lampu-lampu fluorescent TL, dan harus pula dipergunakan
single electronic ballast (satu elektronik ballast untuk satu lampu
fluorescent).
k. Tabung Fluorescent harus dari type TLD, untuk area kantor dan
lain-lain. Dengan jenis wama lampu 54 cool day light, sedangkan
untuk area kolam ikan dengan jenis wama lampu 33
l. Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana
dudukan hrrus dari bahan aluminium silicon aloy atau dari moulded
plastic. Diffuser harus dari bahan gelas susu atau satin etached
opal plastic. Armatur down ligh tersebut harus tahan terhadap
bahan kimia maupun gas kimia.
m. Konstruksi armatur Down Light harus kuat untuk dipasang dengan
lampu HPL-N 250 W maupun PL-9 W/SL-18 W.
n. Lubang-lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon
untuk mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang pada
dudukan ulir, tidak boleh dengan memakai paku sekrup.
o. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana
dan desain Arsitek.
1. Kotak kontak khusus yang dipakai adalah Kotak kontak tiga phasa dan
harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan . Rating 3
Phasa, 415 Volt, 16 A, 32 A dan 63 A yang dilengkapi MCB dan
switch.
1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman
tidak kurang dari 35 mm.
2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau
Kotak kontak dinding terpasang pada box harus menggunakan baut,
pemasangan dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.
1. Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis
cable ladder yang terbuat dari plat Mild Steel dengan finishing Hot Dip
Galvanis dilapisi oleh Zink Eromate harus tahan terhadap bahan kimia
dan gas kimia.
F. SISTEM PEMBUMIAN
Pada prinsipnya Pemborong M&E wajib melengkapi seluruh bagian dari sistem
secara keseluruhan merupakan sistem yang lengkap dan dapat berfungsi dengan
baik.
2. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang sesuai
dengan catu daya di Indonesia.
3. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listruk, harus dipilih yang dapat
bekerja secara normal dengan besaran faktor tidak kurangdari 0,9 atau Pemborong
wajib menambahkan kapasitor.
4. Apabila ternyata peralatan yang diajukan Pemborong mempunyai kapasitas
yang lebih besar dari yang direncanakan, Pemborong wajib menyesuaikan semua
perubahan kompomen yang berhubungan dengan perubahan kapasitas.
5. Kontraktor M&E wajib melengkapi seluruh peralatan yang dipergunakan
dalam paket pekerjaan ini terhadap interferensi gelombang radio (RF) dan
kejutan tegangan (SURGE ARRESTER).
9. SPEAKER SELECTOR yang dipakai harus mempunyai saluran keluar tidak kurang
dari jumlah pengelompokan SPEAKER yang direncanakan dan mempunyai
sebuah saklar operasi secara serentak untuk semua saluran dimana secara
keseluryhan mampu menyalurkan daya 1000 Watt atau lebih.
3. Contractor M&E wajib mempergunakan rak kabel untuk semua kabel yang
ditempatkan di dalam pipa pelindung kabel atupun tidak, bila dipasangkansecara
mendatar dan atau tegak dengan jalur kabel lebih ri empat jalur.
4. Rak dan tangga kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses dalam pabrik
serta difinishing melalui proses cat Hot Dip Galvanized pelaksanaan /
pembuatannya harus dibuatkan Gambar Kerja yang terlebih dahulu diajukan ke
Wakil Pemberi Tugas/Direksi Pengawas untuk diminta persetujuannya. Ukuran
dari bahan besi harus sedemikian rupa sehingga dapat menampung beban
dari kabel yang ditempatkan pada tangga kabel yang bersangkutan.
6. Penggantung rak kabel harus ditempatkan pada setiap jarak yang tidak lebih dari
100 cm.
1. Setiap bahan dan peralatan hendaknya dipasang sesuai dengan gambar rencana
dan atau gambar revisi serta harus disetujui oleh Wakil Pemberi Tugas/Direksi
Pengawas
4. Lokasi yang tepat dari semua bahan dan peralatan akan ditentukan kemudian di
lapangan oleh Wakil Pemberi Tugas/Direksi Pengawas.
6. Pipa pelindung kabel hendaknya ditempatkan di bagian bawah plat lantai di atas
lantai yang bersangkutan dan diklem pada setiap jarak yang tidak lebih dari 100
cm. Pemborong wajib memberikan klem di setiap belokan arah di kotak
percabangan dan di tempat lain yang akan ditentukan oleh Wakil Pemberi
Tugas/Direksi Pengawas.
7. Pemotongan pipa pada pipa pelindung kabel harus dilakukan dengan memakai
alat potong khusus pipa, dimana pada bagian bekas dilakukan pemotongan harus
dibersihkan .
10. Dalam hal pemasangan pipa yang tidak dapat dilaksanakan secara sekaligus,
maka bagian ujung pipa harus ditutup sementara sesuai petunjuk Wakil Pemberi
Tugas/Direksi Pengawas.
11. Kotak percabangan dari pipa pelindung kabel apabila diperlukan harus
ditempatkan pada plat lantai di atas lantai yang bersangkutan. Kotak percabangan
harus dipasang dengan menggunakan FISHER 5 sebanyak 2 buah ke plat lantai
yang bersangkutan.
13. Dalam pemasangan kabel penghantar yang ditanam, maka ketentuan penanaman
kabel yang berlaku harus ditaati.
14. Setiap bagian dalam pekerjaan yang terbuat dari bahan baja yang tidak terlindung
harus diberikan lapisan anti karat dengan ZINCHROMATE buatan ICI sebanyak 2
lapis.
15. Apabila terdapat pemasangan pipa pelindung kabel yang dipasang pada tembok
sejumlah 6 jalur atau lebih Pemborong wajib memberikan penutup seperti diminta
oleh Wakil Pemberi Tugas/Direksi Pengawas
16. Hal-hal lain engenai pemasangan bahan dan peralatan akan ditentukan oleh
Wakil Pemberi Tugas/Direksi Pengawas selama periode pelaksanaan pekerjaan.
W
Input power rate : 3 Watt
2 K Ohm/5 W
4 K Ohm/ 2,5 W
ATTENUATOR TOA,
MAIN SWITCH PANEL BOSCH
BLOWER/FAN TOA,
COS (Changer Over Sitch) BOSCH
KABEL INSTALASI
1.9 KABEL KONDUIT : UPVC High Impact Fire SUPREME, TRANKA, IKI
Retardant
1.10 MDF
Box from steel sheet, finishing Powder coating
IDF 2mm Thickness
Page 105
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
BAB XVI
PEKERJAAN MEKANIKAL
A. PEKERJAAN PLUMBING
Pasal 1 : Umum
a. Lingkup Pekerjaan
b. Koordinasi
Page 106
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
c. Kualifikasi Pekerjaan
d. Pengajuan -Pengajuan
e. Review
Page 107
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Pasal 2 : System
a. Air Bersih
1. Air bersih yang didapatkan dari PDAM, Sumur Bor atau Sumur
Dangkal disedot dengan Pompa Air dan ditampung pada suatu
Resevoir Atas dari bahan Fiber Glass Kapsitas 1000 – 2000 Liter
pada Water Tower.
1. Pada dasarnya air buangan yang bersal dari toilet seperti floor
drain, lavatory (air bekas) dipisah dengan air kotor yang berasal
dari WC dan Urinoir (air kotor). Untuk keperluan ini digunakan 2
(dua) pipa datar dan 2 (dua) untuk air. Air buangan dialirkan ke
saluran luar, air kotor padat dialirkan ke Septictank.
Page 108
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
1. Lingkup pekerjaan
Pengadaan dan pemasangan secara sempurna unit-unit
peralatan utama yang dilakukan dalam system fire fighting
berupa satu set pompa fire hydrant yang berupa Pompa Jockey,
Pompa Elektrik Utama, Pompa Diesel beserta panel-panel
control dengan standard NFPA 20 beserta perlengkapannya.
Pengadaan dan pemasangan system pemipaan beserta
perlengkapannya meliputi pemipaan reservoir, pemipaan pada
instalasi pompa dan pemipaan distribusi pada setiap titik
pengeluaran.
Pengadaan dan pemasangan unit-unit perlengkapan system
pemadam kebkaran berupa fire hydrant pillar, fire hydrant
box, fire sprinkler, Siamese connection beserta peralatan
valve-valve control dan lain-lain.
Mengadakan testing dan commissioning semua system
pekerjaan yang terpasang. Pemborong atau bebannya harus
melengkapi dan memasang seluruh peralatan yang
dibutuhkan untuk melengkapi pekerjaan sehingga system dapat
bekerja dengan baik. Gambar-gambar rencana menunjukkan tata
letak secara umum dari peralatan dan instalasi system. Lokasi
yang ditunjukkan adalah merupakan posisi-posisi perkiraan.
Pemborong atau bebanya harus memodifikasi tata letak tersebut
sebagaimana dibutuhkan untuk mendapatkan pemasangan
pemasangan yang sempurna baik dari peralatan-peralatan
system
2. Penjelasan persyaratan teknis umum
a. Waktu Pelaksanaan
Lamanya waktu pelaksanaan pengadaan, pemasangan dan
pemeliharaan disesuaikan dengan tahap-tahap
pembangunan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
b. Material
Kontrkator harus menjamin seluruh unit peralatan yang
didatangkan adlah baru bebas dari deferive material,
improper material dan menjamin terhadap kwalitas atau
mutu barang sesuai dengan tujuan spesifikasi.
Setiap material harus diganti dengan yang sesuai dalam
jangka waktu tidak lebih dari 1 bulan setelah ditanda tangani
berita acara penerimaan barang. Seluruh biaya yang timbul
akibat penggantian material /peralatan menjadi
tanggungan /beban Pemborong.
c. Gambar-gambar
Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan-perencanaan
ini merupakan suatu kesatuan dan tidak dipisahkan. Apabila
ada sesuatu bagian pekerjaan atau peralatan yang
diperlukan agar instlasi ini dapat bekerja dengan baik, dan
hanya dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan
Page 109
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Page 110
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Page 111
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Page 112
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Page 113
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Page 114
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Merk :
Merk Motor :
Pemipaan dari Ground Tank ke pompa, pengkabelan Fire Resistance, valve-
valve, pressure gauge, pressure switch, panel control, pondasi pompa dan lain-lain.
Panelcontrol yang dipergunakan adlah NFPA-20 sistem yang merupakan satu paket
dari pompanya.
Panel Kontrol
Panel control merupakan kelengakapan unit system fire hydrant pump yang dapat
mengatur kerja pompa secara automatic baik jockey pump sebagai pompa pembant,
pompa penggerak electric maupun pompa penggerakengine. Khsus pompa
penggerak engine akan bekerja secara automatic bila saluran daya listrik
terputus pada saat terjadi kebakaran. Sistem tersebut diatur oleh panel khusus
untuk pompa pemadam kebakaran yang mengikuti peraturan-peraturan NFPA 20
Pillar
Jenis two-way, terbuat dari baja tuang diberi penguat pondasi beton secukupnya.
Pillar dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paint
Disediakan fire hose lengkap dengan nozzlenya, coupling disesuaikan dengan
standard penggunaan coupling PMK Pemda setempat, panjang hose tidak terpakai
perlengkapan hydrant pillar tersebut disimpan.
Siamese Connection
Digunakan seamese connection jenis two-way type Y terbuat dari baja tuang dan di
chrome.
Page 115
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Sistem Sprinkler
Sprinkler head jenisnya tipe Pendant, Up right, Side Wall dan akan
o o
menyemprot automatis pada suhu 57 C s/d 93 C
Tekanan minimal pada katup kendali 1 kg/cm2, debit minimal 225 lpm,
penyedia air minimal 9 m3, maksimal luas pengaman per titik sprinkler 21
m2, minimal jumlah titik sprinkler terbuka 4 titik, dan maksimal jarak antara
head sprinkler 4 m
Diameter pipa berdasarkan laju aliran, kerugian gesek, batas
kecepatan menurut rumus Hazen Williams dan pengalaman
perancang/pelaksana misal ¾’’=1 head sprinkler(hs), 1’’=2,1 ¼’’=3, 1
½’’=5, 2’’=10, 2 ½’’=20, 3’’=40, 4’’= 100, 5’’=160 dan 6’’ =275 h.sprinkler
Instalasi pompa bisa terpisah atau digabung dengan hidran untuk
menghemat ruang, pengaturan tekanan instalasi pipa sprinkler dengan PRV
(pressure reducing valve)
Page 116
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Daftar Material
No ITEM MERK
1 Pompa Ground Fos, Ebara,KSB,Mitsubhisi
2 Motor-motor Pompa Elektim, ABB,Teco,Mitsubhisi
3 Valve-valve
Gate valve Shilla, Kitz,Toyo
Butterfly valve Shilla, Kitz
Check valve Shilla, Kitz
Strainer Shilla, Kitz
Float valve Shilla, Kitz
Safety valve Yoshitake, Shilla, Socla
Air realse valve Yoshitake, Shilla, Socla
4 GIP med A, Sch 40 PPI, Bakrie, Shilla,
Yoshitake, Spindo,Socla
Rajin
5 Perlengkapan hydrant Box Appron, Ozeki,Ebara
6 Hydrant Box Appron, Ozeki,Ebara
7 Flow Swith Viking, Porter
8 Sprinkler Viking, Prortector,Taiko
9 Fire Extinguisher Hartindo AF11,Notifier.
e. Air Hujan
Pasal 3 : Garansi
Page 117
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
langit dan lain-lain) harus diuji dan disetujui oleh Konsultan Supervisi
dan wakilnya yang ditunjuk.
Pasal 4 : Training
B. PERKERJAAN PEMIPAAN
Pasal 1 : Umum
a. Ruang Lingkup
Page 118
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
1. Standard dan peraturan yang berlaku dalam pekerjaan ini antara lain
adalah :
- ASTM : American Society of Testing Material.
- ANSI : American National Standard Institute.
- BS : Birmingham Standard.
- JIS : Japan Industrial Standard.
- SII : Standard Industri Indonesia.
Page 119
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
5. Untuk pipa yang tidak berada dalam tanah baik yang terikat
maupun tidak, harus diberi lapisan finishing cat dengan warna .
b. Pipa PVC
Page 120
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Pasal 4 : Pengujian/Pengetesan
Page 121
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
C. POMPA AIR
Page 122
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Page 123
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
2. Pompa adalah dari Merk India Mark II atau merk lain yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
E. SUMUR DANGKAL
Pasal 2 : Persyaratan
6. Cincin sumur dibuat dari coran mortal beton dengan mutu beton K-
250 beton. Cincin sumur dangkal adalah hasil pabrikasi dan tidak
dikerjakan langsung (pengecoran) didalam galian sumur.
5. Posisi galian sumur harus sesuai dengan Lay Out Instalasi Air Bersih
yang ada dalam Gambar Bestek kecuali ditentukan lain dalam masa
pelaksanaan oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan
Owner.
Page 124
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
7. Jika pengalian pada dua titik yang berbeda tetap tidak ditemukaan
sumber air maka keputusan akan pekerjaan galian sumur adalah
berdasarkan kesepakatan baru antara Kontraktor Pelaksana dengan
Owner. Artinya Owner harus menyediakan biaya tambahan jika
Kontraktor Pelaksana melakukan pekerjaan galian sumur lebih dari
tiga titik galian dengan syarat pekerjaan tersebut dilakukan
berdasarkan ketentuan-ketentuan diatas.
9. Pemanfaatan dan perbaikan sumur lama atau yang telah ada dilokasi
pekerjaan menjadi sumur baru tidak dibenarkan dan bukan pekerjaan
yang diakui dalam Bill of Quantity kecuali ditentukan lain oleh Owner.
Pasal 2 : Persyaratan
1. Kedalam Sumur Bor adalah sampai ditemukan air yang layak untuk
dikosumsi sebagai air bersih kecuali ditentukan lain dalam Gambar
Bestek dan Bill of Quantity.
4. Pipa yang dipakai untuk chasing adalah pipa PVC Merk AWE
UNITED atau merk lain yang setara dengannya.
Page 125
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
7. Posisi galian sumur harus sesuai dengan Lay Out Instalasi Air Bersih
yang ada dalam Gambar Bestek kecuali ditentukan lain dalam masa
pelaksanaan oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan
Owner.
9. Jika pengalian pada dua titik yang berbeda tetap tidak ditemukaan
sumber air maka keputusan akan pekerjaan galian sumur adalah
berdasarkan kesepakatan baru antara Kontraktor Pelaksana dengan
Owner. Artinya Owner harus menyediakan biaya tambahan jika
Kontraktor Pelaksana melakukan pekerjaan galian sumur lebih dari
tiga titik galian dengan syarat pekerjaan tersebut dilakukan
berdasarkan ketentuan-ketentuan diatas.
3. Pemanfaatan dan perbaikan sumur lama atau yang telah ada dilokasi
pekerjaan menjadi sumur baru tidak dibenarkan dan bukan pekerjaan
yang diakui dalam Bill of Quantity kecuali ditentukan lain oleh Owner.
G. GROUND RESEVOIR
Pasal 1 : Ruang Lingkup
Pasal 2 : Persyaratan
Page 126
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Pasal 2 : Persyaratan
Page 127
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Pasal 2 : Persyaratan
7. Bahan penutup atap adalah dari Baja Lapis Aluminium Seng Merk
PRIMADEX dari Type CLEAN COLORBOND dari jenis BJTTASW.D-
35 dan Model SPAN RIB Produksi PT. BHP STEEL INDONESIA.
Page 128
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
13. Posisi water tower harus sesuai dengan Gambar Lay Out Instalasi air
Bersih kecuali ditentukan lain dalam masa pelaksanaan oleh
Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.
14. Tinggi water tower dari muka tanah untuk alasan apapun tidak boleh
berbeda dengan ketinggian yang ditentukan dalam Gambar Bestek.
15. Jika perubahan dan perlakuan berbeda dengan Gambar Bestek pada
pekerjaan pondasi umpak dilapangan harus dilakukan dengan alasan
kondisi tanah maka perubahan-perubahan tersebut tetap tidak boleh
menurunkan ketinggian water tower dari muka tanah.
J. SEPTICTANK
Pasal 2 : Persyaratan
5. Plat dasar septictank terbuat dari beton cor K-200 dengan ketebalan
minimal 20 cm.
Page 129
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
6. Plat atas septictank terbuat dari plat beton bertulang dengan 1 lapis
tulangan diameter 10 mm dengan jarak minimal 100 mm dan tebal
100 mm.
12. Jika air dalam septictank berkurang setelah 24 jam maka dipastikan
bahwa ada kebocoran pada bangunan tersebut dan Kontraktor
Pelaksana dengan biaya sendiri berkewajiban untuk memperbaikinya
K. SUMUR RESAPAN
Pasal 1 : Ruang Lingkup
Pasal 2 : Persyaratan
Page 130
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
5. Hal ini harus dibuktikan dengan cara mengisi septictank dengan air
melebihi kapasitas tampungannya dan selama 24 jam diamati apakah
volume air yang tidak tertampung dalam septictank dapat diserap
oleh saluran resapan atau tidak.
6. Jika setelah 24 jam air diisi kembali kedalam kloset jongkok dan air
tidak dapat mengalir dengan sempurna dalam kloset jongkok maka
dipastikan saluran resapan tidak bekerja dengan baik (tidak dapat
menyerap air). Untuk itu Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri
berkewajiban untuk memperbaikinya.
Page 131
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Page 132
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
4. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dengan gambar,
gambar dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus
segera melaporkannya kepada Direksi Pengawas.
Page 133
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
BAB XVIII
PEKERJAAN ALLUCUBOND COMPOSITE PANEL
2. Alucubond harus dari pabrik dengan warna dan tebal seperti yang
disebutkan di Gambar atau BoQ atau dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.
Page 134
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
NI - 3 - 1970
SH - 0161 - 77
SIl - 0193 - 78
BS - 1387 - Steel tubes
Pasal 3 : Bahan-bahan
1. Sampel
Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Direksi
Pengawas beserta persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan
persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya
tambahan.
4. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dengan gambar,
gambar dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus
segera melaporkannya kepada Direksi Pengawas.
Page 135
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Material harus disimpan di tempat tersendiri dan jauh dari lokasi kerja,
dimana ruang simpan harus memiliki tingkat kelembaban udara yang
tidak menyebabkan korosi.
Page 136
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
BAB XX
PEKERJAAN LIFT
A. LIFT PASENGGER
1. Lift Pasengger (Penumpang)
Pengadaan dan Pemasangan Lift Setara Merk Mitsubishi Type PL-17 (1150
Kg) Extrance 1000 mm Counter weight Position Rear Minimum Hoistway Plan
2200 x 2110 mm, Minimum Machine room Dimension 2200 x 2150 mm.
2. Mesin
Pengadaan dan Pemasangan Mesin Lift Setara Merk SC400M Liftequip/Mitsubhisi
Electric.
.
B. LIFT BED ELEVATOR (LIFT PASIEN)
2. Mesin
Pengadaan dan Pemasangan Mesin Lift Setara Merk SC400M Liftequip/Mitsubhisi
Electric.
Page 137
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Pasal 5 : Contoh
1. Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahan-
bahan/material yang akan dipasang disini untuk dimintakan
persetujuan Konsultan Supervisi . Semua biaya berkenaan
dengan penyerahan dan pengambilan contoh-contoh ini
menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
Pasal 6 : Pengetesan
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengetesan
seperti yang dipersyaratkan disini dan mendemonstrasikan cara
kerja dari segenap sistem, yang disaksikan oleh Konsultan
Supervisi. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang perlu
untuk percobaan tersebut, merupakan tanggungjawab Kontraktor
Pelaksana .
Page 138
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Page 139
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019
Pasal 1 : Semua hal yang tidak ditentukan dalam spesifikasi ini akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Perencana bersama Konsultan Supervisdalam
masa pelaksanaan konstruksi dengan persetujuan Owner dan menjadi
suatu ketentuan yang mengikat serta harus dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut harus didasarkan
pada Kontrak Kerja.
Pasal 2 : Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam
Gambar Bestek, Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan
teknis terhadap item pekerjaan tersebut adalah berdasarkan keputusan
Konsultan Supervisdengan persetujuan Konsultan Perencana dan
Owner.
Pasal 3 : Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis ini adalah
menurut penjelasan Konsultan Supervisdengan persetujuan Konsultan
Perencana dan Owner.
Page 140