Anda di halaman 1dari 142

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PEKERJAAN
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DPMPTSP ACEH
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

BAB I DATA PROYEK........................................................................... 1

BAB II KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN.................................. 2

BAB III PEKERJAAN PERSIAPAN......................................................... 1

BAB IV PEKERJAAN AWAL................................................................... 24

BAB V PEKERJAAN QUALITY KONTROL......................................... 27

BAB VI PEKERJAAN TANAH & PASIR................................................ 28

BAB VII PEKERJAAN PONDASI.............................................................. 31

BAB VIII PEKERJAAN BETON.................................................................. 41

BAB IX PEKERJAAN LANTAI................................................................ 57

BAB X PEKERJAAN DINDING & PASANGAN................................... 62

BAB XI PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA DAN VENTILASI

67

BAB XII PEKERJAAN PLAFOND ............................................................ 69

BAB XIII PEKERJAAN ATAP..................................................................... 72

BAB XIV PEKERJAAN CAT....................................................................... 76

BAB XV PEKERJAAN LISTRIK................................................................ 79

BAB XVI PEKERJAAN MEKANIKAL....................................................... 106

BAB XVII PEKERJAAN SANITARY.......................................................... 132

BAB XVIII PEKERJAAN ALLUCUBOND COMPOSITE PANEL............. 134

BAB XIX PEKERJAAN METAL................................................................. 135

BAB XX PEKERJAAN LIFT....................................................................... 137

BAB XXI ATURAN KHUSUS..................................................................... 140

Page i
BAB I DATA PROYEK

Nama Pekerjaan :
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DPMPTSP ACEH

Lokasi :
Banda Aceh

Tahun Anggaran :
2019
BAB II KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal 1 : Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Kontraktor Pelaksana )

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia


Jasa Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana untuk proyek
seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti
yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara seluruhnya


sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam Dokumen Kontrak.

3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang disebutkan


dalam Keputusan Menteri Permukiman Umum Nomor : 45/TRT/M/2007
Tentang pedoman teknis Pembangunan Bangunan Gedung Pemerintah

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi pelaksana


lapangan proyek kepada Owner yang didalamnya tercantum beberapa
tenaga ahli Kontraktor Pelaksana dengan posisi minimal seperti berikut
atau sesuai yang diajukan:
1. Project manager
2. Site Manager
3. Tenaga Ahli Arsitektur
4. Tenaga Ahli Iluminasi
5. Tenaga Ahli struktur
6. Quality Engineer
7. Quantity Engineer
8. Supervisor Lapangan
9. Pelaksana Pengawas Mutu Bangunan
10. Surveyor
11. Drafman
12. Administrasi Proyek

5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan
bobot pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Supervis dan
Owner.

6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi


lapangan proyek yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada
dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.

7. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses


pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan
Supervis.

8. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan


diketahui oleh Konsultan Supervis serta tim Teknis jika hendak
meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.

9. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian


tenaga ahli Kontraktor Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika
tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.
10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor
Pelaksana harus mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan
administratif di lokasi pekerjaan.

Pasal 2 : Sub Pelaksana Pekerjaan / Sub Kontraktor

1. Penunjukan Sub Pelaksana pekerjaan / Sub Kontraktor hanyalah dapat


dilakukan dengan sepengatahuan dan rekomendasi tertulis dari Konsultan
Supervis serta mendapat persetujuan dari Owner.

2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua


persyaratan di dalam kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi target
prestasi yang harus dicapai pada suatu tahap pekerjaan, maka Konsultan
Supervisi berhak menginstruksikan kepada Kontraktor Pelaksana untuk
menganti Sub Pelaksana pekerjaan tersebut dengan yang lain, dan yang
disetujui oleh Konsultan Supervis dan Kontraktor Pelaksana harus
menjalankan instruksi tersebut.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan untuk meninggalkan kewajibannya


dengan cara menyerahkan Kontrak Kerja sebagian atau seluruhnya
kepada pihak lain (Sub Pelaksana Pekerjaan) tanpa seijin atau
persetujuan Owner.

4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Kontraktor Pelaksana


tidak dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian pekerjaan yang menjadi
kewajibanya tanpa persetujuan Owner dan Konsultan Supervisi.

5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Owner dan Konsultan Supervisi,


maka Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab penuh atas segala
kelalaian dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh Sub Kontraktor,
sehingga kesalahan dan kelalaian tersebut merupakan kesalahan dan
kelalaian Kontraktor Pelaksana sendiri.

6. Sub Kontraktor adalah pihak-pihak yang mempunyai Kontrak Kerja


langsung dengan Kontraktor Pelaksana, yaitu dalam menyediakan dan
mengerjakan bagian-bagian pekerjaan khusus sesuai dengan
keahliannya.

7. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil


pekerjaan Sub Kontraktor.

Pasal 3 : Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )

1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Pelaksanaan


(Shop Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukannya,
terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang Gambar Detailnya tidak
dijelaskan dalam Gambar Bestek.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan oleh


Konsultan Supervisi dalam masa konstruksi.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum


Shop Drawing yang menjadi kewajibannya di setujui oleh Konsultan
Supervisi.
4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Bestek kecuali atas
persetujuan Konsultan Perencana.

5. Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan memperkecil


kuantitas maupun kualitas pekerjaan.

Pasal 4 : Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek


/Gambar Revisi dalam format kertas A2, kertas A3 (sementara), satu set
Shop Drawing, satu set Spesifikasi Teknis dan satu set Bill of Quantity
dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan.

2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan


Bill of Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan
yang rapi.

Pasal 5 : Buku Instruksi Dan Buku Tamu

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksi dan


Buku Tamu dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan
ditempatkan pada tempat yang baik.

2. Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang


dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi dan Owner untuk dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi,


nama dan jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang
memberi instruksi.

4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku


Instruksi harus diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor Pelaksana
minimal Supervisor Lapangan untuk dilaksanakan.

5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di kantor


lapangan yang diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang
berkunjung ke lokasi pekerjaan harus terdata dan mengisi buku tamu ang
telah disediakan oleh Kontraktor Pelaksana.

Pasal 6 : Gambar Hasil Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing )

1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil


Pelaksanaan (Asbuilt Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan
pekerjaan dilapangan sebelum serah terima tahap pertama dilakukan.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah pekerjaan


Mekanikal, Elektrikal, Site Plan, Landscaping dan pekerjaan –pekerjaan
lain yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui


oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.
4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing
yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi, Owner dan Konsultan
Perencana kepada Owner.

5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat
yang baik pada bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.

Pasal 7 : Rencana Waktu Pelaksanaan

1. Jangka waktu pelaksanaan selama 265 ( dua ratus enam puluh


lima) hari kalender dengan sistim kerja disarankan dibuat 3 ship, dengan
tenaga kerja yang berbeda dan dengan waktu kerja masing-masing ship
selama 8 jam.

2. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian


pekerjaan (time schedule) keseluruhan kepada Konsultan Supervisi dan
Owner sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja.

3. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan


rencana waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui
oleh Konsultan Supervisi dan Owner kecuali ditentukan lain dalam Kontrak
Kerja.

4. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian


pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisdan
Owner kepada Konsultan Supervisi.

5. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu


penyelesaian pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan pekerjaan
kepada Konsultan Supervisdan diketahui oleh Konsultan Supervisi.

6. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian


pekerjaan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis.

7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan


karena kesalahan dalam menyusun waktu penyelesaian pekerjaan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan


karena factor cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari kerja dan
dibuktikan dengan catatan cuaca dalam Laporan Harian yang disetujui
oleh Konsultan Supervisi harus diperhitungkan untuk penambahan waktu
pelaksanaan pekerjaan.

9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan


karena factor-factor non teknis yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui
oleh Konsultan Supervisi seperti permasalahan dengan tanah/lahan
pekerjaan sehingga Kontraktor pelaksanan tidak bisa memasuki dan
memulai pekerjaan, ganguan keamanan dari masyarakat setempat harus
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan
karena permasalahan yang berhubungan dengan Spesifikasi Teknis,
Gambar Disain, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja dimana tidak ada
keputusan yang pasti dari Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan
Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner lebih dari 3 hari kerja harus
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

11. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan


yang disebabkan oleh hal-hal selain seperti yang disebutkan dalam point
6, point 7 dan point 8 tidak boleh diperhitungkan untuk penambahan waktu
pelaksanaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan
persetujuan Konsultan Manajemen dan Owner.

12. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang
diberikan kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan seperti yang
disebutkan pada point 6, point 7 dan point 8 adalah menurut keputusan
Konsultan Supervisdan Owner.

Pasal 8 : Request Material Dan Request Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan


semua material bangunan (request material) sebelum material bangunan
tersebut dipakai dan dimasukan kelokasi pekerjaan.

2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai


dengan contoh material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Owner.

3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana


dianggap sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan
Supervisi.

4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set


contoh material yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi.

5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi,


Konsultan Perencana, dan Owner tidak boleh dipakai sebagai material
bangunan dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request


pekerjaan) untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.

7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus


disetujui oleh Konsultan Supervisi.

8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa


Request Material atau jika Request Pekerjaan yang diajukan belum
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh


Konsultan Supervisi.
Pasal 9 : Metode Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap


pekerjaan Pembesian Plat Lantai, Pengecoran Plat Lantai, Eriction
Konstruksi Baja dan Eriction Konstruksi Kuda-Kuda serta pekerjaan-
pekerjaan lain yang memerlukanya.

2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus


disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode


Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan


oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 10 : Rencana Material Dan Peralatan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan


mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap
minggu kepada Konsultan Supervisi.

2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan


peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan


peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis.

Pasal 11 : Rencana Tenaga Kerja

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja


mingguan untuk masing-masing ship yang akan digunakan untuk
penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana harus menggunakan tenaga kerja yang berbeda


untuk setiap ship kerja.

3. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.

4. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan


tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis.

Pasal 12 : Pekerjaan Diluar Jam Kerja

1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh


Kontraktor Pelaksana dengan alasan mempercepat proses penyelesaian
pekerjaan harus diketahui oleh Konsultan Supervisi.
2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi
untuk pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas


pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.

Pasal 13 : Laporan Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan


mingguan, dan laporan bulanan kepada Konsultan Supervis dan diketahui
serta diperiksa oleh Konsultan Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan
pekerjaan.

2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang


dibuat oleh Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung


kelapangan akan kebenaran data yang ada dalam laporan harian, laporan
minnguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.

4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam


rangkap 4 (empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan
mingguan, dan laporan bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan.
Masing-masing Laporan harian, laporan mingguan dan bulanan harus
diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi
dan Owner.

Pasal 14 : Surat Menyurat Dan Komunikasi

1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang


berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif
harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan Supervis juga diketahui
oleh Konsultan Supervisi serta Owner.

2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang


berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus
melalui dan ditujukan kepada Konsultan Supervisi juga diketahui oleh
Konsultan Supervisserta Owner.

3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di


luar proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi. Kontraktor Pelaksana tetap wajib memberikan informasi
tentang hal tersebut kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.

Pasal 15 : Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)

1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap


minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili


minimal oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.
3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana
kecuali ditentukan lain oleh Owner.

4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1


(satu) kali setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.

5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili


minimal oleh Supervisor lapangan.

6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana


kecuali ditentukan lain oleh Owner.

Pasal 16 : Wewenang Owner (Pemberi Tugas) Memasuki Lokasi Pekerjaan

1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk


memasuki lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-tempat lain
dimana Kontraktor Pelaksana melaksanakan pekerjaan untuk Kontrak.

2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh


Sub Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan,
maka Kontraktor Pelaksana harus memberikan jaminan agar supaya
Owner dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki
bengkel kerja dan tempat-tempat lain kepunyaan Sub Pelaksana
pekerjaan.

3. Owner atau Staf Ahli ( Engineer ) berhak memberikan instruksi langsung


dilapangan kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi untuk
suatu perbaikan atau perubahan jika dalam proses pelaksanaan
pekerjaan ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek,
Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.

4. Owner atau Staf Ahli ( Engineer ) berhak memerintahkan Konsultan


Supervisi secara tertulis untuk menghentikan proses pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sementara waktu jika
ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.

5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab penuh akan


keselamatan Owner dan para wakilnya selama berada dilokasi pekerjaan.

Pasal 17 : Progress Payment

1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Hasil Pekerjaan
Kontraktor Pelaksana di bayar berdasarkan metode Progress Payment.
Artinya Tagihan Kontraktor Pelaksana dibayar berdasarkan Progress
Realisasi Pekerjaan yang telah diselesaikan dilapangan.

2. Progress Payment Kontraktor Pelaksana diajukan kepada Konsultan


Supervis dan diperiksa kebenaran realisasi pekerjaan dilapangannya oleh
Konsultan Supervisi.

3. Konsultan Supervis dapat menunda atau membatalkan Progress Payment


Kontraktor Pelaksana jika berdasarkan pengamatan sendiri atau
laporan/rekomendasi Konsultan Supervisi tentang adanya pekerjaan-
pekerjaan yang tidak sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of
Quantity.

4. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh Owner


jika telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 18 : Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat

1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua


kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap pelaksanaan
maupun pada saat sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan
pekerjaan dinyatakan selesai 100%.

2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan


bersama antara Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner
sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan
selesai 100%.

3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh


Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner dicantumkan dalam sebuah
Daftar Pekerjaan Cacat yang ditandatangani oleh ketiga pihak tersebut.

4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara Hasil


Pemeriksaan Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana,
Konsultan Supervisi dan Owner.

5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar
Pekerjaan Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana
memperbaikinya dengan biaya sendiri.

6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor


Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol
terhadap pekerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaiki dengan biaya sendiri.

7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana


karena lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan
bukan atas dasar perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya.

8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab


lain tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam
masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan
lain dalam Kontrak Kerja.

9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor


Pelaksana untuk memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat
pada masa pelaksanaan.

10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 19 : Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan ( Operation Hand-Book )

1. Kontraktor Pelaksana bersama dengan Konsultan Perencana harus


membuat Buku Petunjuk Penggunaan atau system operasi (Operation
Hand-Biook) sebelum masa Serah Terima Pertama untuk semua
peralatan yang ada dalam bangunan seperti :
a. Instalasi Listrik;
b. Instalasi Air Bersih dan Air Kotor; dan
c. Instalasi Pemadam Kebakaran (jika ada).

2. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Owner dan pengguna


bangunan dengan memberikan penjelasan yang diperlukan.

3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam bangunan pada


tempat yang ditentukan oleh Owner atau pengguna bangunan.

Pasal 20 : Petunjuk Bangunan Dan Nama Ruangan

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan


Perencana, Konsultan Supervisi, Owner dan Pemilik
Bangunan/Pengguna Bangunan harus membuat petunjuk dan Nama
semua ruangan berdasarkan fungsinya masing-masing sebelum masa
Serah Terima Pertama (PHO).

2. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan


Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner juga harus membuat Petunjuk
Pintu Masuk Utama dan Pintu Keluar Utama untuk semua bangunan dari
material yang dapat dilihat dengan mudah pada siang hari maupun malam
hari.

3. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan


Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner harus membuat Duplikat
Denah Bangunan ukuran 40 x 50 cm untuk masing-masing lantai dan
ditempatkan pada daerah sekitar tangga atau ruang tunggu.

Pasal 21 : Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan

1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan Progress


100% yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan telah disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi dan Owner , maka
pihak Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi, Kontraktor
Pelaksana dan Owner bersama-sama menandatangani Berita Acara
Serah Terima Pertama ( PHO ) kecuali ditentukan lain oleh Owner.

2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani berdasarkan


klaim progress 100% yang diajukan Kontraktor Pelaksana, maka
Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner bersama-sama
melakukan Pemeriksaan Lapangan.

3. Pekerjaan-pekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai kualitas


maupun kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan yang ditemukan
dalam Pemeriksaan Lapangan adalah menjadi kewajiban Kontraktor
Pelaksana memperbaikinya sebelum Serah Terima Pertama
ditandatangani dan hal ini harus dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan dalam bentuk Daftar Pekerjaan Cacat.

4. Kontraktor pelaksana juga harus menyerahkan Asbuilt Drawing dan Buku


Petunjuk Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang telah disetujui oleh
Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Berita
Acara Serah Terima Pertama ditandatangani.

5. Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis akan


realisasi perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan Cacat dan
Asbuilt Drawing yang telah selesai dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana untuk keperluan penandatanganan Berita Acara Serah Terima
Pertama (PHO).

6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikan-


perbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan Supervisi akan
mengeluarkan rekomendasi tertulis mengenai selesainya pekerjaan dan
perbaikan yang berarti Serah Terima Kedua ( FHO ) kedua dari pihak
Kontraktor Pelaksana kepada Owner.

Pasal 22 : Pemanfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan


1. Pemanfaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan hanya
boleh dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara Owner
(Pemberi Tugas) dengan Pemilik/Bangunan ditanda tangani.

2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan bangunan dan


memanfaatkan semua fasilitas yang ada dalam bangunan selama
bangunan masih dalam proses Serah Terima antara Kontraktor Pelaksana
dengan Owner.

3. Pemanfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima antara


Owner dan Pemilik Bangunan ditandatangani harus dengan persetujuan
Owner dan Kontraktor Pelaksana.

4. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap perbaikan


dengan biaya sendiri semua cacat dan kerusakan yang timbul akibat
penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan yang telah disetujuinya
bersama dengan Owner.

Pasal 23 : Penanggung Jawab Pengawasan

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia


Jasa Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang
disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang
disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.

2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan


dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa
Pengawas Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali
ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja konsultan Supervisi.

3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan


lapangan proyek kepada Konsultan Supervisdan Owner dimana
didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan Supervisi dengan
posisi minimal seperti berikut atau seperti yang diajukan :
1. Site Enggineer/Leader;
2. Tenaga Ahli Struktur
3. Tenaga Ahli Arsitektur
4. Tenaga Ahli ME
5. Inspector;
6. Tenaga Administrasi; dan
7. Operator Computer.

4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum


dalam struktur organisasi pengawasan lapangan proyek yang diajukan
oleh Konsultan Supervisi harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama
jam kerja.

5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan


lapangan proyek yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisdan Owner
kepada Kontraktor Pelaksana.

6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses


pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan
Supervisdan Owner.

7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh
Konsultan Supervisjika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam
jangka waktu lebih dari 3 hari.

8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Konsultan Supervisdan


Owner untuk pengantian tenaga ahli Konsultan Supervisi yang berada
dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan
dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi


harus mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi
pekerjaan.

10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan


bulanan kepada Konsultan Supervisdan diketahui oleh Owner atas segala
hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana.

11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah berdasarkan
hasil diskusi dan konsultasi dengan Konsultan Supervisdan Owner.

Pasal 24 : Instruksi Konsultan Supervisi

1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi


atau perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam


bentuk tulisan.

3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus


diikuti oleh Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh alasan-alasan yang
jelas dan sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti disebutkan
dibawah ini :

a) Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga


membahayakan bagi konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang
baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan
Gambar Bestek.

b) Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang tidak


sesuai dengan Spesifikasi Teknis.

c) Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor


Pelaksana yang dianggap kurang mampu.

d) Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan


untuk mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.

e) Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode


pelaksanaan Kontraktor Pelaksana yang dianggap tidak tepat
sehingga dapat mengurangi kualitas dan memperlambat proses
penyelesaian pekerjaan.

Pasal 25 : Perubahan-Perubahan Disain Dan Perbedaan-Perbedaan

1. Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan persetujuan


Konsultan Supervis serta Owner berhak mengadakan perubahan-
perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity
yang wajib dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh melakukan


perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity
tanpa persetujuan Konsultan Supervisi atau Konsultan Perencana.

3. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis harus


disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor Pelaksana untuk
dilaksanakan.

4. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang


dilakukan oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan Owner
secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana. Resiko karena melaksanakan Instruksi tidak tertulis
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

5. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak


boleh menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari
biaya pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja atau oleh Owner.

6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan


Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Konsultan
Perencana diketahui oleh Konsultan Supervisi dan disetujui oleh Owner.

7. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume


pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.
8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian antara
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity Konsultan
Supervisi tidak dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak tetapi
harus melaporkannya kepada Konsultan Supervisi untuk tindakan
selanjutnya.

9. Konsultan Supervisi dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Owner


berhak menentukan acuan mana yang harus dipegang bila terjadi
perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan
Supervisi, jika terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis dan Bill of Quantity maka urutan acuan yang harus dipegang
ditentukan seperti berikut :
a) Kontrak Kerja;
b) Bill of Quantity;
c) Gambar Bestek dan Gambar Revisi; dan
d) Spesifikasi Teknis.

Pasal 26 : Struktur Organisasi Proyek

1. Struktur Organisasi Proyek dibuat oleh Konsultan Supervisi dengan


persetujuan Owner.

2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara umum


hubungan antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.

3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang harus


diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.

4. Perubahan-perubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus segera


diberitahukan secara tertulis kepada semua pihak yang terlibat dalam
proyek.

5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan diletakan


pada posisi yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi Keet ( Kantor
Konsultan Supervisi ) dan Kantor Kontraktor Pelaksana.

Pasal 27 : Ketentuan Lain

1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi Kontraktor


Pelaksana dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja yang harus dipatuhi
dan dilaksanakan.

2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis


harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana walaupun hal
tersebut tidak disebutkan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Supervisi
dengan Persetujuan Owner.

3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam Spesifikasi


Teknis dan aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan yang menjadi acuan
adalah aturan yang terdapat dalam Kontrak Kerja.
4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan
ditentukan kemudian oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Konsultan
Perencana dengan persetujuan Owner dalam proses pelaksanaan
pekerjaan dan menjadi satu ketentuan yang mengikat serta wajib diikuti
oleh Kontraktor Pelaksana.

5. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Supervisi tersebut


harus tetap mengacu pada Kontrak Kerja yang telah ada.

6. Konsultan Supervisi bersama Konsultan Perencana dengan persetujuan


Owner dapat mengubah sebagian besar atau sebagian kecil aturan yang
terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan Kontraktor Pelaksana wajib
mengikuti aturan perubahan tersebut.
BAB III PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 1 : Papan Nama Proyek

1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang


memuat tentang identitas proyek dan memasangnya di awal pelaksanaan
proyek.

2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250 cm


kecuali ditentukan lain oleh Owner.

3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas
terbaik sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya
pengerjaan proyek. Latar papan nama dapat berupa papan kayu tebal
minimal 2 cm atau multiplek dengan tebal minimal 12 mm. Penggunaan
bahan dan material lain harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam,
kecuali untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.

5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana,


Instansi Pemilik Bangunan, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana
dan Konsultan Supervisi.

6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek,


waktu mulai proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

Pasal 2 : Kantor Lapangan Konsultan Supervisi ( Direksi Keet )

1. Kontraktor Pelaksana sesuai dengan RAB dalam kontrak harus


menyediakan kantor konsultan Supervisi (Direksi Keet) untuk keperluan
operasional supervisi.

2. Direksi Keet mempunyai ukuran minimal 16 m2.

3. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.

4. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu
dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.

5. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1


Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.

6. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Direksi Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak
balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas
II.
7. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka
dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat
dari bahan multiplek tebal 6 mm.

8. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah


disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

10. Direksi Keet harus dilengkapi minimal dengan :


a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum

11. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh
berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.

Pasal 3 : Kantor Lapangan Kontraktor Pelaksana

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kantor


Lapangan untuk keperluan operasional pelaksanaan pekerjaan.

2. Kantor Lapangan mempunyai ukuran minimal 16 m2.

3. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran


bangunan lama.

4. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu
dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.

5. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan campuran


1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.

6. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung


maka lantai Kantor Lapangan harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu
dengan kelas II.

7. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka


dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

8. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah


disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
10. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan :
a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum

11. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak
boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.

Pasal 4 : Toilet / WC Dan Kamar Mandi Lapangan


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kamar Mandi
dan WC untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan
Supervisi, dan para pekerjan dan buruh.

2. Pemanfaatan Bangunan Lama atau Kamar Mandi dan WC lama yang


telah ada dilokasi pekerjaan harus disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Owner.

3. Kamar Mandi dan WC mempunyai ukuran minimal 12 m2.

4. Toilet/WC staf Kontraktor Pelaksana dan staf Konsultan Supervisi harus


dibuat terpisah dengan Toilet/WC serta Kamar Mandi pekerja.

5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.

6. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton dengan


campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus
dengan acian beton.

7. Dinding Kamar Mandi dan WC 1 meter dari lantai dibuat dari pasangan
batu bata dan diplaster sedangkan bagia atasnya boleh dibuat dari dinding
papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari
kayu kelas II.

8. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah


disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

10. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok, kran air,
bak tampungan air, dan saluran pembuangan air kotor. Kamar Mandi dan
WC juga harus dilengkapi dengan Septictank dan saluran resapan.

11. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan
tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang
sedang dikerjakan.

Pasal 5 : Gudang Penyimpanan Material

1. Kontraktor Pelaksana sesuai dengan biaya kontrak harus menyediakan


Gudang penyimpanan material untuk melindungi material yang tidak
segera dipakai.
2. Pemanfaatan bangunan lama dilokasi pekerjaan untuk keperluan Gudang
Penyimpanan Material harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan
Owner.

3. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 32 m2.

4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil


bongkaran bangunan lama.

5. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan beton


dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.

6. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat benar-


benar terlindung dari rembesan air.

7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan


panggung maka lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan
ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal
50 cm dari kayu dengan kelas II.

8. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran 2/20 cm


dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding
dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.

9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah
disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama


antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang
Penyimpanan Material tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan
posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam


lokasi pekerjaan kecuali dalam keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi
lain.

Pasal 6 : Barak Pekerja

1. Kontraktor Pelaksana sesuai dengan biaya proyek harus menyediakan


Barak Pekerja untuk keperluan pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.

2. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang menginap


dilokasi pekerjaan atau minimal berukuran 32 m2.

3. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan


konsumsi sehari-hari para pekerja.

4. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
5. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1
Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.

6. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu
dengan kelas II.

7. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka


dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat
dari bahan multiplek tebal 6 mm.

8. Atap Barak Pekerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah


disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

10. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi.

11. Barak Pekerja tidak boleh diletakkan didalam lokasi pekerjaan.

Pasal 7 : Bengkel Kerja / Pabrikasi

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel Kerja


atau tempat Pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang berhubungan
dengan kayu dan baja profil dan baja tulangan.

2. Pemanfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan untuk


keperluan Bengkel Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi
dan Owner.

3. Ukuran minimal Bengkel Kerja pekerjaan untuk masing-masing pekerjaan


pabrikasi adalah 40 m2.

4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.

5. Bangunan Bengkel Kerja dapat dibuat dari konstruksi kayu.

6. Atap Bengkel Kerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

7. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali


ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 8 : Mushalla Dan Tempat Whuduk Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Mushalla dan Tempat Whuduk


untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan Supervisi, dan
para pekerjan dan buruh.

2. Mushalla dan Tempat Whuduk mempunyai ukuran minimal 16 m2.


3. Mushalla dan Tempat Whuduk tidak boleh dibuat dari material hasil
bongkaran bangunan lama.

4. Mushalla harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung dengan lantai


papan ukuran 2,5/25 cm yang diperkuat dengan balok lantai kayu ukuran
5/10 dengan jarak minimal 50 cm dari kayu kelas II.

5. Dinding Mushalla dari papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding


kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

6. Lantai Mushalla dan Tempat Whuduk dari perkerasan beton dengan


campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus
dengan acian beton.

7. Atap Mushalla dan Tempat Whuduk dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

8. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah


disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

9. Tempat Wudhuk harus dilengkapi dengan kran air minimal 3 unit dan 1
unit saluran pembuangan air kotor.

10. Posisi dan letak Mushalla dan Tempat Whuduk ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan
tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang
sedang dikerjakan.

Pasal 9 : Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Instalasi air bersih dan Instalasi


listrik sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan pekerjaan
untuk keperluan operasional dan keperluan pekerjaan-pekerjaan
konstruksi.

2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalsi Listrik dan Instalsi Air


Bersih dan Sumber Air Bersih yang telah ada dilokasi pekerjaan tanpa
persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 10 : Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja


untuk semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan dan tamu yang
berkunjung kelokasi pekerjaan.

2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :


1. Helm Pelindung Kepala;
2. Sepatu untuk melindungi kaki;
3. Jaring Pengaman
4. Sabuk pengaman
5. Pemadam Kebakaran; dan
6. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.

3. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan


dengan pelaksanaan pekerjaan maka Kontraktor Pelaksana diwajibkan
mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban.
4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban
kecelakaan dilokasi pekerjaan menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.

5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi tanggung


jawab Kontraktor pelaksana adalah :
a. Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;
b. Personil Konsultan Manajemen Konstruksi;
c. Personil Konsultan Perencana;
d. Personil Konsultan Supervisi.;
e. Owner dan para wakilnya;
f. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
g. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan
sepengetahuan Kontraktor Pelaksana.

Pasal 11 : Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus menyediakan


tempat/pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan beserta minimal 2 orang
penjaga keamanan yang bekerja selama 24 jam.

2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan


dimensinya ditentukan oleh Kontraktor Pelaksana.

3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh berada di


dalam lokasi pekerjaan.
BAB IV PEKERJAAN AWAL

Pasal 1 : Pembersihan Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala


sesuatu yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti bangunan
lama, hasil bongkaran bangunan lama, pepohonan, semak belukar, dan
tanah humus.

2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap tanah


humus setebal minimal 30 cm sebelum dilakukan pekerjaan konstruksi.

3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek adalah
muka tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan
lapisan tanah humus atau muka tanah timbun yang telah dipadatkan
kecuali diitentukan lain dalam Gambar Bestek.

4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak


boleh dipakai sebagai material timbunan atau diolah kembali untuk dipakai
sebagai material bangunan.

7. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan


lapisan humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang
sejauh mungkin dari lokasi pekerjaan atau ketempat yang tidak
menggangu lingkungan hidup.

8. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus tidak


boleh berada dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.

Pasal 2 : Pembongkaran Konstruksi Bangunan Lama

1. Kontraktor Pelaksana harus membongkar Konstruksi Bangunan Lama


atau sisa bangunan lama sesuai dengan Gambar Bestek atau Bill of
Quantity seperti dinding , lantai, atap, plafond, perkerasan lama dan
pondasi yang ada didalam lokasi pekerjaan.

2. Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran Kontraktor Pelaksana


harus membuat permohonan tertulis kepada Konsultan Supervis dan
diketahui Konsultan Supervisi serta Owner.

3. Dalam melakukan pembongkaran bangunan lama Kontraktor Pelaksana


harus menjamin untuk tidak merusak bangunan disekitar lokasi pekerjaan
dan bangunan-bangunan yang oleh Owner tidak diijinkan untuk dibongkar.

4. Kerusakan-kerusakan bangunan lama dan bangunan disekitar lokasi


pekerjaan akibat aktifitas pembongkaran bangunan oleh Kontraktor
Pelaksana menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana apabila ada
tuntutan ganti rugi oleh pemilik bangunan.

5. Hasil Bongkaran bangunan lama adalah milik Owner atau pemilik


bangunan. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap
keamanan, kehilangan dan Pemanfaatan hasil bongkaran bangunan lama
oleh pihak-pihak ketiga tanpa seizin Owner atau pemilik bangunan.
6. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh dimanfaatkan kembali oleh
Kontraktor Pelaksana untuk material bangunan didalam lokasi maupun
diluar lokasi proyek tanpa seizin Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 3 : Penentuan Letak Bangunan ( Setting Out )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan Setting Out atau pengukuran


kembali akan kebenaran posisi bangunan yang akan dibangun seperti
yang telah ada dalam Lay Out bangunan pada Gambar Bestek.

2. Pekerjaan Setting Out yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus


diketahui dan didampingi oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana,
Owner dan Pemilik Bangunan.

3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus
menggunakan alat ukur seperti Theodolit dan Waterpas.

4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan bersama


yang pasti akan elevasi tanah, elevasi bangunan, posisi penempatan
bangunan dan batas-batas lahan kerja. Ketetapan akan elevasi dan posisi
bangunan harus direalisasikan dilapangan dengan memasang patok-
patok sementara dari kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam minimal 30 cm
dalam tanah dan ujungnya ditandai dengan cat minyak.

5. Hasil pekerjaan Setting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out
bangunan yang ada dalam Gambar Bestek kecuali dengan alasan-alasan
kondisi lahan existing yang berubah dan alasan-alasan teknis yang
disetujui oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.

6. Perubahan-perubahan posisi bangunan karena alasan keterbatasan lahan


atau berubahanya kondisi existing lahan harus disetujui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.

7. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan Setting Out


dan disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 4 : Pagar Pelindungan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus melindungi lokasi pekerjaan selama


berlangsungnya pekerjaan konstruksi dari ganguan luar.

2. Bentuk perlindungan tersebut dapat berupa Pagar Seng BJLS 0,20 mm


dengan rangka kayu setinggi 2 meter dari muka tanah dan dicat dengan
rapi.

3. Pagar Pelindung lokasi pekerjaan harus segera dibuat setelah hasil


pekerjaan Setting Out disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan
Perencana dan Owner.

Pasal 5 : Pemasangan Bouwplank

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan Bouwplank sebagai


acuan tetap pada semua bangunan yang akan dikerjakan termasuk
septictank dan Ground Resevoir.
2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang akan
dibangun minimal 1 m dan maksimal 2 m.

3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam


dalam tanah minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang
adalah 2 meter. Untuk keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu 2,5/25
cm atau kayu ukuran 2,5/7 cm yang dipaku pada tiang-tiang kayu 5/7 cm.

4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap


bangunan yang akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan
elevasinya sebelum struktur bangunan yang paling rendah seperti pondasi
dan sloof selesai dikerjakan.

5. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan


Setting Out.

6. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh Konsultan


Supervisi.
BAB V PEKERJAAN QUALITY KONTROL

Pasal 1 : Ruang Lingkup

1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi semua


percobaan-percobaan dan pengujian-pengujian terhadap material
bangunan serta pemeriksaan-pemeriksaan terhadap hasil kerja Kontraktor
Pelaksana.

2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan


Kualitas dalam Proyek ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana berikut ini :
a. Pemeriksaan dan Pembuatan Job Mix Disain Beton;
b. Pemeriksaan Kualitas Material Beton;
c. Pemeriksaan Mutu Beton;
d. Pemeriksaan Kuat Tarik Baja Tulangan;
e. Pemeriksaan Kualitas Material Baja Profil;
f. Pemeriksaan Kuat Tarik/Tekan Sambungan Las Listrik;
h. Pemeriksaan Kuat Tarik/Tekan Sambungan Baut;
j. Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Material Timbunan; dan
k. Pemeriksaaan-Pemeriksaan Lain yang disyaratkan dan diminta oleh
Konsultan Perencana, Kosultan Supervisi dan Owner.

3. Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya


dengan biaya sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan cara-cara yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor


Pelaksana harus diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Konsultan Perencana serta Owner.

Pasal 2 : Biaya Quality Kontrol

1. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality Kontrol


seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 adalah menjadi tanggungan dan
dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana walaupun tidak disebutkan
dalam Bill of Quantity.

2. Biaya Penginapan, Transportasi dan Kosumsi Konsultan Supervisi,


Konsultan Perencana dan Owner yang turut hadir dalam Pekerjaan
Quality Kontrol menjadi tanggungan dan dibebankan kepada Kontraktor
Pelaksana.
BAB VI PEKERJAAN TANAH DAN PASIR

Pasal 1 : Tanah Timbun

1. Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan tanah atau perbaikan tanah


Kontraktor Pelaksana harus memastikan pekerjaan galian tanah pondasi
telah selesai 100% dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.

2. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak berbungkah-


bungkah, bukan tanah liat, bukan tanah sawah, bukan hasil bongkaran
bangunan lama, bukan pasir laut, bukan pasir urug dan bukan pasir beton.

3. Material timbunan adalah tanah yang mudah dipadatkan.

4. Material Timbunan harus melalui proses pemeriksaan di Laboratorium


yang disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.

5. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Request Material timbunan


tanah kepada Konsultan Supervisi sebelum material tersebut didatangkan
ke lokasi pekerjaan.

6. Material timbunan tanah harus dipadatkan lapisan demi lapisan dengan


Alat Stamper. Tebal minimal tiap lapisan adalah 30 cm.

7. Kepadatan timbunan pada lapisan terbawah harus mencapai 95% dari


standar proctor laboratorium pada kadar air optimum dengan pemeriksaan
kepadatan standar.

8. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9. Tidak dibenarkan mengerjakan pekerjaan lain diatas permukaan tanah


timbunan sebelum pekerjaan timbunan dan pemadatan tanah selesai
100% serta disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 2 : Pasir Urug

1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan,


timbunan, pasir alas pondasi batu gunung serta alas pekerjaan lantai kerja
beton ( Line Concrete ) Pondasi Plat, Lantai Beton.

2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan
beton non struktural.

3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.

4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.

5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.

6. Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga


mencapai kepadatan yang disetujui oleh Konsultan Supervisi atau jenuh
air sebelum dilakukan pekerjaan lain diatasnya.

7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.


Pasal 3 : Galian Pondasi

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian pondasi Kontraktor Pelaksana harus


memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak
belukar, dan tanah humus.

2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan


bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi
yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Pekerjaan galian pondasi tidak boleh merusak struktur tanah disekitar


galian pondasi.

4. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan Gambar


Bestek.

5. Pengalian pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun


maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk
mengadakan pembersihan.

6. Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing untuk


pekerjaan galian pondasi ini untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.

7. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman


yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali
dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

8. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan
alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut
Konsultan Supervisi.

9. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-
puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta
diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman
yang diperlukan.

10. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi
harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali
kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi
pondasi.

11. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah
sebelum pekerjaan konstruksi pondasi plat lantai selesai dikerjakan.

12. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara


jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh
sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.

13. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 4 : Urugan Galian Pondasi

1. Urugan galian pondasi dikerjakan setelah pekerjaan konstruksi pondasi


selesai dikerjakan 100%.
2. Untuk urugan pondasi dapat digunakan tanah hasil galian pondasi atau
material lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.

3. Jika untuk urugan pondasi dipakai tanah lain dan bukan tanah hasil galian
pondasi maka tanah tersebut harus melalui proses pemeriksaan di
Laboratorium Tanah sebelum dipakai sebagai material urugan pondasi
dan hal ini harus diketahui serta disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan material tanah dan
proses pemeriksaan di Laboratorium Tanah dibebankan kepada
Kontraktor Pelaksana.

4. Tanah Humus atau tanah hasil pembersihan lapangan setebal 30 cm dari


muka tanah dasar tidak boleh digunakan sebagai urugan pondasi.

5. Tanah urugan pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper


atau alat lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.

6. Pemadatan dilakukan lapis berlapis dengan ketebalan minimal setiap


lapisanya adalah 30 cm.

7. Hasil pekerjaan urugan pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 5 : Lapisan Pasir Alas Bawah Pondasi.

1. Sebelum pekerjaan pondasi dilakukan pekerjaan lapisan pasir alas bawah


lantai setebal minimal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

2. Pasir urugan harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar kayu, serta
sampah lainnya.

3. Lapisan pasir alas harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang


diinginkan dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak
dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.

Pasal 15 : Lantai Kerja Beton bawah pondasi

1. Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan


tanah atau pasir urug, pada lapisan dasarnya harus memakai Lantai Kerja
Beton ( Line Concrete ) dengan tebal minimal 7 cm.

2. Lantai Kerja Beton dibuat dari Campuran 1 Semen Portland : 3 Pasir


Beton : 6 Kerikil Beton.

3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi, hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
BAB VII
PEKERJAAN PONDASI

PEKERJAAN TIANG PANCANG


UMUM
1.1. Persyaratan Umum
a. Kecuali ditentukan lain, semua pekerjaan pada spesifikasi ini seperti terlihat
atau terperinci harus sesuai dengan persyaratan dari seluruh bagian dari kontrak
dokumen.
b. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting out ( penentuan titik posisi tiang dilapangan
sesuai dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan
pemancangan tiang pancang beton bertulang termasuk percobaan pengetesan
pada tiang, penggalian setempat dan pemotongan kepala tiang. Panjang tiang yang
dicantumkan pada gambar adalah sebagai petunjuk untuk konraktor, tetapi konraktor
harus memutuskan panjang tiang yang sebenarnya yang diperlukan untuk mencapai
persyaratan pemancangan. Laporan penyelidikan tanah dan percobaan
pemancangan tiang pendahuluan akan diberikan pada Kontraktor Pekerjaan Pondasi.

1.2. Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan yang berhubungan : Kontraktor bertanggung jawab atas fasilitas-
fasilitas yang berkepentingan untuk pekerjaan ini seperti jalan-jalan di proyek, tempat
penumpukan tiang, galian pada setiap titik, perlindungan terhadap fasilitas-fasilitas
yang telah ada seperti pipa air, kabel telepon, kabel listrik, pipagas, saluran-saluran
umum dan fasilitas-fasilitas lainnya baik yang berada dilokasi proyek maupun di
lokasi yang bersebelahan dengan proyek.
b. Pekerjaan yang termasuk :
c. Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang ini harus terdiri dari hal-hal berikut :
1 Penyediaan tiang pondasi dari beton precast
2 Pengadaan perlengkapan termasuk tenaga kerja
3 Pemancangan tiang pondasi
4 Penyerahan semua data seperti ditentukan dalam spesifikasi dan seperti yang
diminta oleh owner

1.3. Jaminan Mutu


a. Standar-standar Semua bahan-bahan dan pengerjaan harus sesuai dengan
standar- standar berikut :
1. PBI 1971 : Peraturan Beton Indonesia
2. SK SNI 03-2847-2002 : Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung
3. SII 0192-83 : Mutu dan Cara Uji Elektroda Las Terbungkus Baja Karbon Rendah.
4. ASTM A-416 : Standard Specification for Uncoated Seven Wire Stress
Relieved Steel Strand For Prestressed Concrete.
5. ASTM A-82 : Standard Specification for Cold Drawn Steel Wire For
Concrete Reinforcement.
6. ASTM D-1143.81 : Standard Test Method for Piles (Reapproved 1987) Under
Static Axial Compressive Load.
7. ASTM D-3966.90 : Standard Test Method For Piles Under Lateral
Loads.
8. ASTM D-3689.90 : Standard Test Method For Individual Piles Under Static Axial
Tensile Load.
b. Jaminan Pabrik :
Produksi harus secara teratur dan terus menerus serta pengiriman bahan-bahan
harus dari jenis yang sesuai seperti disyaratkan.
c. Jaminan Pekerja :
1 Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja
dan pengawas yang berpengalaman dalam pemancangan tiang dari jenis yang
diusulkan, sedemikian sehingga mampu untuk mencapai kapasitas tiang seperti
yang disyaratkan pada berbagai macam kondisi tanah yang akan dijumpai.

2 Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Engineer


untuk menunjukkan bahwa pekerja yang akan terlibat dalam pekerjaan ini
berpengalaman untuk pekerjaan demikian.

d. Persyaratan lapangan
1. Kontraktor bertanggung jawab untuk memancang tiang dengan ukuran dan
jumlah seperti disyaratkan pada posisi seperti dinyatakan pada gambar denah
lokasi tiang, seperti yang telah disetujui oleh Engineer. Kontraktor harus
didukung oleh team supervisi yang dapat dipertanggungjawabkan yang
dilengkapi dengan peralatan yang presisi dan sedikitnya dua orang memeriksa
kelurusan dari setiap tiang selama pemancangan.
2. Tiang-tiang pondasi harus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras atau
sesuai dengan petunjuk “pengawas yang ditunjuk”.
3. Urutan pemancangan tiang dalam satu kelompok harus sesuai dengan
petunjuk “pengawas yang ditunjuk”.
4. Tiang-tiang yang rusak akibat kelalain kontraktor atau ditolak, menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan harus dikeluarkan dari proyek, dan semua
biaya akibat ini dibebankan ke kontraktor.

1.4. Perubahan dan Penambahan


a. Panjang tiang yang sebenarnya boleh dimodifikasi oleh Engineer setelah
pelaksanaan PDA test pada Tiang dan bilamana kondisi lapangan
mensyaratkan perubahan demikian.
b. Setiap perintah perubahan harus mendapat persetujuan tertulis dari Engineer/ owner.

1.5. Penyerahan
Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor harus menyerahkan
hal-hal berikut kepada Engineer.
a. Data Pabrik :
Data produk dari pabrik tentang tiang harus diserahkan oleh Kontraktor
untuk disetujui oleh Engineer.
b. Gambar kerja.
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar kerja metoda
konstruksi, jadwal kerja, dan daftar perlengkapan kepada Engineer untuk mendapat
persetujuan.

1.6. Kondisi Kerja :


a. Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk
mencegah kerusakan dari tiang pancang pada waktu pengangkutan,
penyimpanan dan pemancangan.
b. Tiang pancang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa sehinga tidak
terjadi tegangan-tegangan yang melebihi rencana.
c. Tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai sehingga tidak
terjadi kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan.
Tumpukan harus ditempatkan pada posisi sesuai dengan petunjuk (gambar)
atau telah disetujui oleh pengawas yang ditunjuk atau dalam posisi dimana
kemungkinan terjadi tekanan dan deformasi sekecil mungkin.
d. Pemberian tanda pada tiang pancang dicantumkan dengan cat pada tiap
interval/jarak
e. 0.5 m. Panjang keseluruhan tiang harus dicantumkan dengan cat atau bahan
lain yang disetujui. Penunjuk panjang harus diberikan pada interval setiap 1.0 m.

MATERIAL
1. Bahan-bahan tiang.
Bahan-bahan tiang yang akan dipakai pada pekerjaan ini harus sesuai dengan
persyaratan-persyaratan berikut :
A. Dimensi/Ukuran-ukuran :
1. Jenis tiang yang dipakai adalah tiang beton precast prestress dengan ukuran
Diameter 300 mm, seperti ditunjukkan pada gambar-gambar struktur.
B. Beton Mutu beton minimum yang dipakai adalah K-600 Kg/cm2 , yang harus sudah
dicapai pada waktu pemancangan.
C. Penulangan :
1. Mutu Baja tulangan utama dan Spiral nail wire sesuai dengan standar Pabrik.
D. Peralatan Pemancangan.
1. Jenis peralatan pancang yang dipakai adalah Drop Hammer System dengan
spesifikasi sebagai berikut : Hammer 2,5 ton, Crane 2 ton, Engine 48 HP 4
Cylinder, Electric TIG Weld, Hammer Wire dia. ¾ dan Crane Wire dia, 5/8.
Overal Dimension : Height 10 mtr, Width 6 mtr dan Length 3,5 mtr.
2. Sebelum pekerjaan dimulai, Konraktor harus mengajukan data lengkap dari
peralatan yang akan dipergunakan, jadwal pemancangan dan prosedur kerjanya
termasuk mesin pancang dan peralatan yang akan digunakan dilapangan
3. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada
bentuknya. Hamer (pemukul) harus dipilih yang sesuai untuk tipe tiang dan sifat dari
kekuatan tiang pancang tersebut.
4. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan apakah memungkinkan untuk
penempatan peralatan pemancangan, pelaksanaan pemancangan dan percobaan
beban.

3. Bahan-bahan lain yang harus disediakan.


Penggunaan bahan-bahan khusus : Konraktor harus menyediakan bahan khusus
seperti bahan tambahan, perlengkapan las, pencegah karat dan semua bahan lain yang
tidak disyaratkan disini. Percobaan-percobaan ataupun biaya tambah lainnya
sehubungan dengan pemakaian dari bahan-bahan tersebut diatas adalah sepenuhnya
tanggung jawa Kontraktor.

PELAKSANAAN
1. Persiapan
A. Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usulan
mengenai urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak akan saling mengganggu.

B. Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus mendapat


persetujuan dari Engineer/owner. Persetujuan demikian tidak membebaskan Kontraktor
dari tanggung jawabnya untuk pemancangan tiang yang lancar dan bermutu
tinggi. Semua kerusakan, keterlambatan dan tambahan biaya yang disebabkan karena
pemilihan metode harus ditanggung oleh Kontraktor.
C. Pengawas yang ditunjuk dapat meminta perubahan urutan pemancangan dari waktu
ke waktu apabila diaggap perlu.
D. Pemancangan tiang harus dilakukan dalam suatu operasi yang menerus dan tidak
terganggu.
E. Kontraktor harus memancang tiap tiang pancang tepat pada ordinat/titik yang telah
ditentukan pada dokumen pelaksanaan, setiap koordinat/titik tiang harus mendapat
persetujuan dari pengawas yang ditunjuk sebelum mulai pemancangan.
F. Kontraktor harus berusaha agar semua perlengkapan siap pakai untuk menjamin
pemancangan tiang tepat pada lokasinya selama pemancangan.
G. Kontraktor harus mencegah pergeseran/pergerakan dari tiang yang sudah
terpancang selama tiang-tiang selanjutnya dipancang ataupun karena fasilitas-fasilitas
lainnya.
H. Kontraktor tidak diijinkan mendongkrak, atau mencoba untuk memindahkan atau
membentuk tiang-tiang yang terpancang diluar posisi sebenarnya baik pada waktu
maupun setelah pemancangan.

2. Pemancangan Tiang
A. Alat pukul (Hammer) dan penghentian pemancangan tiang.
1. Untuk memancang tiang harus dipakai suatu alat pukul dari jenis diesel (a
diesel hammer type). Dalam pemilihan “driving diesel hammer” haruslah dari
berat yang memadai agar tidak merusak tiang. “Hammer” harus mempunya
persyaratan minimum : berat ram
2. Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang ditunjukkan dalam
gambar struktur atau dengan final set yang disetujui.
3. Tiang-tiang harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang tepat; pada garis
yang benar baik secara lateral maupun longitudinal seperti ditunjukkan dalam gambar.
4. Toleransi yang diijinkan tidak boleh melebihi yang dipersyaratkan dan tiang-tiang
harus diarahkan selama pemancangan dan bila perlu harus dibantu/ diganjal untuk
dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada tiang yang berubah bentuk atau
bengkok, maka tidak boleh dipaksa untuk meluruskannya kembali kecuali dengan
persetujuan tertulis dari pengawas yang ditunjuk.
5. Kontraktor harus melakukan indicator pemancangan sebanyak 8 titik, untuk megetahui
kedalaman tanah keras diareal lokasi pemancangan. Penentuan titik indicator
piling dilakukan oleh engineer/ pengawas lapangan/ owner.

B. Test untuk mutu tiang.


Apabila pada waktu pemancangan suatu tiang, jumlah pukulan sangat tinggi (
lebih dari 2000 ) atau apabila tiang dicurigai retak atau patah, P. I. T ( Pile Integrated
Test ) atau test sejenis yang disetujui oleh Engineer harus dilakukan.

C. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangan tiang didekatnya ( heave
check ). Lakukan suatu heave check pada pemancangan kelompok tiang yang pertama,
dan pada kelompok tiang yang dipilih seperti ditunjukkan pada gambar.
1. Periksa “heave” dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada
masing- masing tiang segera setelah pemancangan selesai.
2. Periksa ulang elvasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu
kelompok selesai dipancang.
3. Bila ujung ( tip ) tiang mengalami “heave” lebih dari 6 mm dari posisi asli, tiang
tersebut harus dipukul kembali.

D. Penilaian dari kapasitas daya dukung.


Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai final set yang diijinkan oleh
pengawas yang ditunjuk. Pengukuran langsung dari set dan rebound harus memberikan
kapasitas tiang yang ekivalen dengan beban kerja yang disyaratkan. Set harus
ditentukan dilapangan. Set haruslah dibuktikan dengan dua percobaan. Nilai konstanta
yang akan dipakai untuk memodifikasi rumus akan ditaksir oleh Engineer setelah tiang
pertama selesai dipancang dan setelah grafik rebound/set diperoleh.

E. Tiang-tiang yang rusak atau salah tempat. Apabila suatu tiang rusak pada waktu
pemancangan, percobaan atau oleh sebab lain atau salah letak atau gagal karena
kelalaian kontraktor, Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan penambahan tiang
pada posisi yang ditentukan oleh Engineer sedemikian sehingga akhirnya dihasilkan
daya dukung yang disyaratkan.

F. Pendataan Pemancangan Tiang Kontraktor harus mengambil data dari setiap tiang yang
dipancang dan dilengkapi dengan paraf pengawas yang ditunjuk pada masing-
masing data, setiap hari. Pemancangan, set dan rebound dari setiap tiang harus
mengikuti persetujuan Engineer. Data pemancangan setiap tiang harus diserahkan
kepada pengawas yang ditunjuk dan tembusan ( copy )-nya harus disimpan oleh
Kontraktor. Data laporan harus meliputi hal-hal berikut :
1. Nama Proyek
2. Nomor tiang
3. Tanggal pemancangan
4. Cuaca
5 Set, rebound dan tinggi jatuh (ram height) pada pukulan terakhir (last ten blow )
6 Dalamnya pemancangan dari level tanah
7 Level tanah
8 panjang tiang
9 Jenis alat pukul ( Hammer type )
10 Sambungan yang dipakai, jumlah dan jenisnya ( kalau ada sambungan )
11 Waktu / saat mulai dan waktu selesai pemancangan
12 Jumlah pukulan dan rata-rata set tiap 0.5 meter
13 Tinggi jatuh yang sebenarnya ( actual ram stroke )
14 Semua informasi lain seperti yang disyaratkan Engineer.
15 Metoda pengukuran set dan rebound harus disetujui oleh Engineer.
Record di atas harus menunjukkan satu seri pengukuran set selama seluruh proses
pemancangan. Apabila pemancangan suatu tiang dimulai, maka harus dilakukan
sampai selesai dan mencapai set yang disyaratkan ( kecuali waktu penyambungan ).

I. Sambungan tiang dan pengelasan :


1. Kontraktor atau pabrik pembuat tiang pancang harus menyerahkan system
sambungan tiang untuk disetujui Engineer sebelum pemasangan di lapangan.
2. Detail dari sambungan harus terdiri dari :
a. Sistem sambungan yang akan dipakai.
b. Detail pengelasan dan mutu dari bahan pengelasan
c. Prosedur pengelasan

J. Laporan dan pemeriksaan pekerjaan pondasi tiang.


Pada waktu selesainya pekerjaan pondasi tiang, sebuah laporan yang tepat harus segera
dibuat dan diserahkan dalam rangkap 3 (tiga ) kepada pengawas yang ditunjuk. Hal-hal
berikut harus termasuk juga di dalam laporan :
1. Ringkasan pekerjaan ( sketsa, metoda, tanggal waktu mengerjakan , dan lain-lainnya )
2. Laporan tentang pukulan (blows )
3. Laporan harian pekerjaan untuk pemancangan :
a. Waktu yang disyaratkan untuk pemancangan
b. Jumlah pukulan
c. kedalaman pemancangan
d. Nilai pemancangan akhir e. Nilai rebound
e. Daya dukung akhir yang diijinkan
4. Laporan test Tiang Pancang ( PDA Test ).
5. Denah ( lay out ) tiang dan toleransinya.

3. PENGUJIAN PONDASI TIANG PANCANG ( PDA TEST ).


A. Umum:
1. Pelaksanaan pengujian tiang pondasi dilakukan setelah tiang yang dipilih
telah dipancang selama 14 hari untuk memberikan kesempatan tanah mencapai
pemulihan dari kondisi pemancangan. Pekerjaan tiang disekitar lokasi pengujian
harus dihentikan selama proses pengujian.
2. Kontraktor wajib menyediakan semua pekerja dam material/peralatan yang
diperlukan untuk persiapan, pelaksanaan, dan pengukuran hasil pengujian.
3. Selama proses dan operasional pengujian pondasi tiang pancang, Kontraktor wajib
menyediakan dan menempatkan tenaga kerja yang ahli untuk mengoperasikan,
mengamati dan mencatat pengujian.
4. Pengujian pondasi tiang harus dilakukan pada tiang-tiang pondasi yang dipilih oleh
Perencana/ Pengawas/ owner.
5. Pondasi tiang yang akan diuji harus mempunyai bahan dan ukuran yang sama
dengan pondasi-pondasi tiang yang digunakan sebagai pondasi tiang di proyek
tersebut dan harus dipancang dengan alat pancang,metoda dan prosedur yang
sama.

B. Beban Uji Standar Terhadap Tiang Pancang.


Beban aksial tekan penuh terhadap tiang uji harus minimal 2 ( dua) kali dari
beban rencana ( = 2x 70 ton = 140 ton ) sesuai dengan ASTM D 1143-81, atau sesuai
petunjuk Pengawas/Perencana.

C. Peralatan dan Perangkat Pembebanan


Pembebanan tiang dilakukan dengan menggunakan metoda PDA ( Pile
Dynamic Analisys ) dengan beban jumlah beban equivalent dengan minimum 1.1 kali
beban uji.

D. Prosedur Pembebanan :
Beban uji vertikal harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi pembebanan dinamik
yang dilakukan oleh Pelaksana PDA.

E. Standar Kegagalan Uji beban Tiang Pondasi :


1. Kegagalan pada tiang uji dianggap terjadi bila dalam proses pengujian dihasilkan
nilai-
2. nilai analisa dinamis tiang pancang yang mengindikasikan kemampuan daya dukung
yang tidak sesuai dengan daya dukung rencana.
3. Uji beban tidak mungkin diselesaiakan karena ketidakstabilan sistem
pembebanan
4. ,kerusakan pilecap, alat ukur atau kesalahan lainnya yang dilakukan oleh kontraktor.
5. Ada bagian tiang yang ditemukan retak, hancur atau berubah bentuk dari bentuk
asalnya atau arahnya, melengkung dari posisi awal atau kondisi lainnya yang
dianggap membahayakan.

1. PILECAPE
1. Persyaratan Bahan
1.1.1 Semen
1. Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI – 8 tahun 1972 dan
memenuhi S – 400 menurut Standar Cement Portland yang digariskan
oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahin 1972).
2. Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu
zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan
campuran.
3. Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat
yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan
semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. setiap
semen baru yang masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada
agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.

1.1.2 Pasir Beton


Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi. Butir
serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam SK
SNI T-15.1919.30.

1.1.3 Kerikil
 Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta
mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam SK
SNI T-15.1919.03.
 Penimbunan kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis
material tersebut tidak tercampur untuk menjamin adukan beton
dengan komposisi material yang tepat.

1.1.4 Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum.

1.1.5 Besi Beton


Baja Tulangan Deform ( ulir ) adalah dari jenis BJTD 40 dengan Kuat Tarik
minimal 4000 kg/cm2 atau 400 Mpa, Baja Tulangan Polos adalah dari jenis
BJTP 30 dengan Kuat Tarik minimal 3000 kg/cm2 atau 300 Mpa dan hanya
dipakai untuk Begel atau Sengkang dengan diameter minimal 8 mm dan
maksimal 10 mm, kecuali ditentukan lain dalam gambar bestek.
Baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan
bahan lainnya.
Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan diudara terbuka dalam jangka waktu panjang.
Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan
batang dingin. Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar
dan harus diminta persetujuan Direksi terlebih dahulu.
Jika pemborong tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan
yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan
diameter yang terdekat dengan catatan :
Harus ada persetujuan Direksi
Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud
adalah jumlah luas). Biaya tambahan yang diakibatkan oleh penukaran
diameter besi menjadi tanggung jawab pemborong.

1.1.6 Cetakan dan Acuan


Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik
sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas
yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian
pekerjaan.
Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-ketentuan
didalam SK SNI T-15.1919.03.

2. Pedoman Pelaksanaan
1.2.1 Kecuali ditentukan lain dalam Rencana kerja dan syarat-syarat ini, maka
sebagai pedoman tetap dipakai SK SNI T-15.1919.03

1.2.2 Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila ada
perbedaan yang didapat didalam gambar konstruksi dan gambar arsitektur.

1.2.3 Adukan beton


Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi,
yaitu :
 Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan
 Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton
yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk berbagai
pekerjaan beton harus memenuhi SK SNI T-15.1919.03.

1.2.4 Pengecoran
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis
Direksi. Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan
berjalan-jalan diatas penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat
yang sulit dicapai harus digunakan papan-papan berkaki yang tidak
membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut harus sudah dapat dicabut pada
saat beton dicor.
Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya
harus disetujui oleh Direksi. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang
diputus tersebut, bagian permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan
dibuat kasar kemudian diberi additive yang memperlambat proses
pengerasan. Kecuali pada pengecoran, adukan tidak boleh dicurahkan dari
ketinggian yang lebih tinggi 1,5 m.

1.2.5 Perawatan Beton


Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan lembaban
paling sedikit selama 14 (empat belas) hari. Untuk keperluan tersebut
ditetapkan cara sebagai berikut :
 Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai
penutup beton.
 Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan
tidak mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya pembesian pada
permukaan beton, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat, harus
dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya menurut perintah Direksi.
Untuk selanjutnya diganti atau diperbaiki segera atas resiko
pemborong.

3. Pembayaran
1.3.1 Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak
yang ditawarkan oleh Kontraktor.

1.3.2 Harga ini sudah mencakup harga bahan, upah, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Segala akibat
yang timbul atas kesalahan Kontraktor sehingga mengakibatkan
penambahan volumen dan biaya pekerjaan tidak dipehitungkan sebagai
pembayaran tambahan dari Pengendali Kegiatan.

2. PONDASI BATU GUNUNG


1. Persyaratan Bahan
2.1.1 Semen
1. Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI – 8 tahun 1972 dan
memenuhi S – 400 menurut Standar Cement Portland yang digariskan
oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahin 1972).
2. Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu
zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan
campuran.
3. Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat
yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan
semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. setiap
semen baru yang masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada
agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.

2.1.2 Pasir Pasang / Pasir Halus


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan
tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak
digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang dipakai untuk keperluan
Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan
Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari
5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan
keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan
bukan Pasir yang berasal dari laut.
7. Jika untuk menghilangkan kadar lumpur pasir harus dicuci maka
Kontraktor Pelaksana harus megajukan Metode Pencucian yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi atau mengikuti Metode Pencucian
yang disarankan oleh Konsultan Perencana.

2.1.3 Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali,
garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang
dapat diminum.

2.1.4 Batu Gunung / Batu Kali


1. Batu Gunung/Batu Kali yang dipergunakan harus berkualitas baik dari
jenis yang keras, tidak berlubang dan forius.
2. Batu Gunung/Batu Kali harus bersih dan tidak boleh mengadung atau
menempel tanah dan lumut pada permukaannya.
3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu
kosong, pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.
4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung/batu kali
adalah 25 cm.
5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal
batu gunung/batu kali adalah 7 cm.
6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal
Batu Gunung/Batu kali adalah 7 cm.
7. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk keperluan pondasi,
pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.

2. Pedoman Pelaksanaan

2.2.1 Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar
Bestek dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.
2.2.2 Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
2.2.3 Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu
harus diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan
langsung tanpa spesi), dan rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai
dengan besarnya serta spesi secukupnya.
2.2.4 Permukaan bagian atas Pondasi Batu Kali/Batu Gunung harus rata (Water
Pass), diberi spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada tempat-
tempat yang akan dipasang kolom praktis harus diberi stick besi beton.
3. Pembayaran

2.3.1 Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak


yang ditawarkan oleh Kontraktor.

2.3.2 Harga ini sudah mencakup harga bahan, upah, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Segala akibat
yang timbul atas kesalahan Kontraktor sehingga mengakibatkan
penambahan volumen dan biaya pekerjaan tidak dipehitungkan sebagai
pembayaran tambahan dari Pengendali Kegiatan.
BAB VIII
PEKERJAAN BETON

Pasal 1 : Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan


penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

3. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.

4. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir


beton adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat
merusak beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Jika Dalam Job Mix Disain disebutkan bahwa Pasir Beton harus dicuci
untuk menghilangkan kadar lumpur maka Kontraktor Pelaksana harus
mengajukan Metode Pencucian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi
atau mengikuti Metode Pencucian yang disarankan oleh Konsultan
Perencana.

10. Metode Pencucian Pasir Beton yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
harus menjamin bahwa kadar lumpur dalam Pasir Beton akan berkurang
setelah pencucian sampai dibawah toleransi yang diijinkan.

4. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Pasal 2 : Kerikil Beton

1. Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai
gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam SK SNI T-
15.1919.03.

2. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan


penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 31 mm dan ukuran minimal pasir


beton adalah 6 mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Jika Dalam Job Mix Disain disebutkan bahwa Kerikil harus dicuci untuk
menghilangkan kadar lumpur maka Kontraktor Pelaksana harus
mengajukan Metode Pencucian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi
atau mengikuti Metode Pencucian yang disarankan oleh Konsultan
Perencana.

10. Metode Pencucian Kerikil yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
menjamin bahwa kadar lumpur dalam Kerikil akan berkurang setelah
pencucian sampai dibawah toleransi yang diijinkan.

11. Pengunaan batu pecah sebagai penganti kerikil beton diperbolehkan


dengan syarat ukuran butiran batu pecah adalah antara 30 mm sampai 10
mm.

12. Persyaratan yang berlaku pada kerikil beton juga berlaku pada material
batu pecah.

13. Jumlah batuan pipih dalam setiap meter kubik batu pecah tidak boleh
lebih dari 5%.

14. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Pasal 4 : Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua


pekerjaan beton structural maupun beton non struktural.

3. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

4. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah


Portland Cement jenis I menurut NI – 8 tahun 1972 dan memenuhi S –
400 menurut Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi
Semen Indonesia (NI 8 tahin 1972)..

6. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk


bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
7. Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu
zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran.

8. Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang


lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan semen
harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. setiap semen
baru yang masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar
pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.

Pasal 5 : Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak
berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang
dapat merusak beton atau baja tulangan.

3. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. Air
setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari
tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan
Supervisi sebelum digunakan.

Pasal 6 : Zat Aditif

1. Pemakaian zat aditif pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

2. Penggunaan zat aditif dalam campuran beton harus melalui proses


penelitian dan percobaan di laboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.

3. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang


dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.

4. Zat aditif untuk mempercepat proses pengerasan dan pengeringan beton


dapat dipakai Sikamen LN, produk dari SIKA.

5. Cairan Sikamen LN yang dicampurkan langsung di molen ketika


mencampur beton. Aditif ini dicampurkan terakhir kali, ketika beton akan
dikeluarkan dari molen. Warnanya merah gelap seperti darah yang
mengering.

6. Air yang dipakai untuk campuran beton bahkan bisa dikurangi sampai 15
– 20%

7. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang


berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

8. Kesalahan yang terjadi adalah menuangkan volume aditif yang tidak


sesuai takaran yang mengakibatkan beton lebih dulu mengeras sebelum
dituang.
Pasal 7 : Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan


ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja


polos.

4. Baja Tulangan Deform ( ulir ) adalah dari jenis BJTD 30 dengan Kuat Tarik
minimal 3000 kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Baja Tulangan Polos adalah dari jenis BJTP 30 dengan Kuat Tarik
minimal 3000 kg/cm2 atau 300 Mpa dan hanya dipakai untuk Begel atau
Sengkang dengan diameter minimal 8 mm dan maksimal 8 mm.

6. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan


dengan percobaan Uji Tarik pada Laboratorium Beton dengan minimal 3
sampel tulangan untuk masing-masing diameter.

7. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan


yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi
dalam arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari


hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan


gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pasal 8 : Selimut Beton

1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dalam Bill of Quantiti


dan Gambar Bestek maka aturan ketebalan selimut beton adalah seperti
berikut ini :

Beton yang Tidak


Beton yang
Komponen Langsung Berhubungan
Berhubungan Dengan
Struktur Dengan Tanah Atau
Tanah Atau Cuaca
Cuaca

Lantai ØD 36 Dan Lebih Kecil : ØD 16 Dan Lebih Kecil :


20 mm 40 mm

Lantai > ØD 36 : > ØD 36 :


40 mm 50

Dinding ØD 36 Dan Lebih Kecil : ØD 16 Dan Lebih Kecil :


20 mm 40 mm
Dinding > ØD 36 : > ØD 36 :
40 mm 50

Balok Seluruh Diameter : ØD 16 Dan Lebih Kecil :


40 mm 40 mm

Balok > ØD 16 :
50 mm

Kolom Seluruh Diameter : ØD 16 Dan Lebih Kecil :


40 mm 40 mm

Kolom > ØD 16 :
50 mm

2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu
berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton minimal
yang umum sebesar 70 mm.

Pasal 9 : Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain)

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton struktural dengan


mutu K-200 sampai mutu K-250 dan lainya sebagaimana disyaratkan
Kontraktor Pelaksana harus membuat Rancangan Campuran Beton (Job
Mix Disain).

2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik


yang diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal
dengan 20 benda uji.

3. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur kecuali ditentukan


lain dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity adalah seperti berikut :
1. Lantai Kerja Pondasi K -125
2. Tapak / Poor Pondasi K-300
3. Kolom Pedenstal K-300
4. Sloof K-300
5. Kolom Praktis K-200
6. Balok Latai K-200
7. Kolom K-300
8. Balok / Balok Lantai K-300
9. Ring Balk K-300
10. Plat Lantai / Dack K-300
11. Plat Dack Teras Beton K-300
12. Plat Tangga K-300
4. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton
yang diakui oleh Pemerintah.

5. Material Pasir dan Kerikil Beton yang dipakai untuk Job Mix Disain
haruslah material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan
dilapangan dan material tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup
dilokasi pekerjaan sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.

6. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job


Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.

7. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job


Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan
Kontraktor Pelaksana untuk membuat Job Mix Disain baru.

8. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mencantumkan :
1. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
2. Laporan hasil penelitian Kerikil Beton;
3. Komposisi Pasir Beton;
4. Komposisi Kerikil Beton;.
5. Komposisi Air Beton;
6. Komposisi Zat Additive jika digunakan;
7. Nilai Slump Rencana; dan
8. Nilai Faktor Air semen.

9. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi sebelum dilaksanakan.

10. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui
oleh Konsultan Supervisi harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana.

Pasal 10 : Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)

1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana membuat Rencana Campuran Lapangan (Job Mix
Formula) beton struktural dengan mutu K-200 sampai mutu K-300 dan
seterusnya.

2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari
segi komposisi material beton.

3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan


Supervisi.

4. Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak dari


kayu atau timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi
material berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.

5. Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar


dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan komposisi
material beton yang ada dalam Job Mix Disain.
6. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan
dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.

7. Pada pelaksanaan proyek ini untuk pengecoran di atas 1M3 harus


menggunakan Beton Ready-mix

Pasal 11 : Perakitan Tulangan

1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh
Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.

2. Khusus untuk Pondasi, Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus


dilakukan langsung lokasi konstruksi.

3. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus


sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing atau standar yang ada
dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI).

4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar


bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada
bengkel kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan
tulangan.

8. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh besentuhan langsung dengan tanah.

9. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting
yang telebih dahulu telah selesai dikerjakan.

7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.

8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain
dengan alat ikat kawat beton.

9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.

Pasal 12 : Sambungan Antar Tulangan

1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang


penyaluran tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban
tekan, jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai
dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

2. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat
pada posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling atau
zig-zag antara batang yang disambung dengan batang yang tidak
disambung.
3. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar
Bestek, Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03 harus
diambil minimal 40 kali diameter batang yang disambung.

4. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama.


Tidak dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra
(tulangan tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan
tulangan utama lain kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

5. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika


tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan
SK SNI T-15-1991-03.

6. Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada


komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan harus
dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

10. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi diluar Sendi
Plastis atau pada posisi tengah bentang kolom, balok serta plat lantai.
Penyambungan pada posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan
apapun tidak dibenarkan.

11. Sambungan-sambungan lewatan tidak boleh berada pada daerah Sendi


Plastis atau pada daerah 2 kali tinggi efektif balok dari muka kolom untuk
balok serta pada daerah 2 kali tinggi efektif kolom dari muka sloof/plat
lantai.

12. Semua sambungan lewatan harus diperhitungkan menerima beban tarik


sehingga ujung-ujungnya harus diberi kait (hook).

Pasal 13 : Support Dan Beton Tahu

1. Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak dalam arah


vertikal antara jaring atas dan jaring bawah pada pembesian plat lantai
dan plat dack hingga sesuai dengan Gambar Bestek maka pada setiap 1
m2 luas plat lantai harus diberikan support/dukungan dari besi tulangan
ulir dengan diameter 13 mm atau minimal sebesar diameter tulangan plat
lantai /plat dack.

2. Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas diameter luas plat lantai atau


plat dack adalah 5 buah.

3. Bentuk support/dukungan harus sesuai dengan Gambar Bestek atau Shop


Drawing yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Bentuk support/dukungan harus sedemikian rupa sehingga dapat


mempertahankan jarak vertikal antara lapis tulangan ketika dibebani oleh
beban pekerja perakitan tulangan atau pekerja pengecoran.

5. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai


dengan yang disyaratkan maka harus diberi penyangga dari beton atau
Beton Tahu antara tulangan dengan bekisting.
6. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan
selimut beton pada masing-masing komponen struktur.

7. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm


dan dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi
kolom.

8. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2 x 4
x 5 cm dan dipasang minimal 5 buah setiap jarak 1 m2 plat lantai atau plat
dack.

Pasal 14 : Acuan / Bekisting

1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh balok-


balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.

2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak


diperbolehkan.

3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan


pada point 1 harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk


konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta
konstruksi lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.

5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus


disetujui oleh Konsultan Supervisi.

6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu


atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada
bekisting waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan
beton yang rapi.

7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.

8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.

9. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi


,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana dengan
alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak
dibenarkan.

10. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi


sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran beton.

11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang dapat
mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang
dapat dipertanggung jawabkan .
12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika
hal ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan
pekerjaan acian beton.

13. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan


bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 15 : Lantai Kerja Beton ( Line Concrete )

1. Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan


tanah atau pasir urug, pada lapisan dasarnya harus memakai Lantai Kerja
Beton ( Line Concrete ) dengan tebal minimal 7 cm.

2. Lantai Kerja Beton dibuat dari Campuran 1 Semen Portland : 3 Pasir


Beton : 6 Kerikil Beton.
3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

Pasal 16 : Pengecoran Beton ( Casting Concrete )

1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus


memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

2. Pengecoran beton structural mutu K-200 sampai K-250 hanya boleh


dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula,
Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang
diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian


konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.

4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali


Kontraktor Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran
tidak berhubungan langsung dengan air hujan.

5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Beton Ready-Mix dan tidak


diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau
nonstruktural.

6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Kerikil Beton, Pasir


Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

7. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta


dorong oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.

8. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.

10. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.

11. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak
boleh menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi
tententu pada saat bekisting dibuka.

12. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki


bagian itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu
untuk sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.

13. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr
sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang
beton sesuai dengan yang direncanakan.

14. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi


yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.

15. Hasil pekerjaan pengecoran dengan Ready Mix sepenuhnya menjadi


tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

Pasal 17 : Pemadatan Beton

1. Beton Segar yang telah berada dalam Acuan/Bekisting harus dipadatkan


dengan cara mekanik menggunkan alat Concrete Vibrator.

2. Pemadatan harus dilakukan dengan sehati-hati mungkin sehingga ujung


Conctere Vibrator tidak bersentuhan dengan besi tulangan dan
acuan/bekisting.

3. Pemadatanharus dilakukan secara merata untuk semua beton segar yang


ada dalam acuan/bekisting sampai mencapai kepadatan optimum.

4. Cukup tidaknya dan lamanya pemadatan dengan Concrete Voibrator


adalah bedasarkan petunjuk Konsultan Supervisi.

5. Pemadatan tidak boleh dilakukan secara berlebihan karena akan


berakibat terjadinya Bleeding (pendarahan) dimana air semen akan naik
kepermukaan beton.

Pasal 18 : Perawatan Beton ( Curing )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan


terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.

2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni


kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton
berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 19 : Quality Control

a. Slump Test

1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton


dituangkan dari Concrete Mixer atau Beton ready Mix minimal setiap 3 m3
pekerjaan beton pada setiap mutu beton.

2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test


dimana nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump
rencana yang ada pada Job Mix Disain.

b. Benda Uji Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk


kubus dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 15 x 15 cm dan ukuran
silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.

2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu
beton yang berbeda.

3. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai
berumur 28 hari.

4. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,
dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.

c. Kuat Tekan Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan


beton yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan
pengecoran melebihi 50% dari total pekerjaan pengecoran.

2. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan


minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.

3. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor


Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat
tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya dianggap
tidak sah.

4. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan


beton ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.

5. Hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus menghasilkan kuat tekan beton
karakteristik yang sesuai dengan yang direncanakan dalam Job Mix
Disain.

7. Kuat tekan beton yang kurang dari 95% dari kuat tekan beton rencana
dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan dilapangan harus
dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Perencana dengan
disertakan Rekomendasi Ahli beton.

8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan


pengecoran beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan
kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton rencana.
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam
pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor
Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam
perencanaan campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap
pelaksanaan.

10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium
beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

11. Laporan hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain

1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton
hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana,
Konsultan Supervisi atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton
dengan uji langsung pada konstruksi beton harus dilakukan.

2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika


tidak ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan
dengan salah satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.

3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan


dipakai untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi
beton.

4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen struktur


ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.

5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana,


maka harus diambil minimal 10 titk untuk masing-masing komponen
struktur dan masing-masing mutu beton.

6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada
konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk
memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).

7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke


konstruksi beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.

Pasal 20 : Instalasi Dalam Konstruksi Beton

1. Instalsi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak
ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain
dalam Gambar Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.

2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam


konstruksi beton untuk alasan apapun.

3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya
tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam
dalam komponen balok beton.

5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton


untuk keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik
harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta
pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik
tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan
Rekomendasi Ahli Beton.

Pasal 21 : Sambungan Antar Beton

1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru


sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom
tiap lantai.

2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus


dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.

3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak
diperbolehkan.

4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi
80 cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi
tumpuan kedua (lantai 2).
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus
dibuat sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan
menumpu pada beton lama.

6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3
hari harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.

7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan


persetujuan Konsultan Supervisi.

Pasal 22 : Plat Lantai Beton Dan Finishing Permukaan Beton

1. Hasil pekerjaan Plat Lantai Beton bagian atas harus benar-benar elevasi
dan hal ini harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

2. Pada posisi-posisi selasar permukaan Plat Lantai Beton harus dimiringkan


sebesar 1 % dari lebar terkecil selasar.

3. Permukaan samping Plat Lantai Beton harus benar-benar rata dan hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

4. Permukaan atas Plat Lantai Beton harus diperhalus/finishing dengan alat


Trowel sebelum mortal beton hasil pengecoran mengeras.

5. Permukaan samping Plat lantai Beton yang tidak rata harus


diperhalus/finishing dengan pekerjaan acian beton.
6. Permukaan-permukaan komponen beton lain yang rusak akibat
pembongkaran bekisting juga harus diperbaiki dengan pekerjaan acian
beton.

Pasal 23 : Bongkaran Konstruksi Beton Bertulang Lama

1. Pembongkaran konstruksi beton lama tidak boleh menggangu atau


merusak konstruksi beton lain yang berhubungan atau bersambung
secara monolit dengannya.

2. Kontraktor Pelaksana harus memastikan secara teknis bahwa pekerjaan


pembongkaran yang dilakukan tidak akan merusak dan menyebabkan
kegagalan struktur secara keseluruhan.

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kegagalan


struktur konstruksi secara sebagian atau secara keseluruhan yang
diakibatkan pembongkaran konstruksi beton lama.

4. Pekerjaan pembongkaran konstruksi beton lama tidak boleh dilakukan


bersamaan dengan pekerjaan konstruksi lain.

5. Pembongkaran beton lama tidak boleh dilakukan langsung didaerah


sekitar joint antara balok dan kolom tetapi harus dimulai didaerah tengah-
tengah bentang konstruksi.

6. Hasil pembongkaran tidak boleh menghilangkan penjangkaran-


penjangkaran tulangan balok dan kolom.
7. Penggunaan perancah kerja pembongkaran sebagai perkuatan pada
bagian joint dan tumpuan balok dan kolom diharuskan untuk keamanan
pekerjaan pembongkaran.

8. Penggunaan perancah kerja pembongkaran dan peralatan pembongkaran


harus disetujui oleh Konsultan Supervisi baik dari segi material dan
struktur konstruksinya.

9. Penggunaan zat-zat kimia untuk tujuan memperlemah struktur yang akan


dibongkar harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

10. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus merapikan cacat-cacat


pada permukaan beton yang diakibatkan oleh pekerjaan pembongkaran.

Pasal 24 : Perbaikan Dan Perkuatan Konstruksi Beton Lama

1. Perbaikan kerusakan dan perkuatan konstruksi beton lama harus


menngunakan teknologi dan cara perbaikan yang sudah lazim dan sering
dilakukan pada konstruksi beton dan harus disetujui oleh Konsultan
Perencana.

2. Perbaikan kerusakan dan perkuatan konstruksi beton harus menggunakan


produk-produk, zat-zat additive dan cara perbaikan yang dikeluarkan oleh
SIKA atau produk perusahaan Kimia Konstruksi lain yang setara
denganya.
3. Pelaksanaan perbaikan kerusakan dan perkuatan konstruksi yang
menggunkanan zat additive harus dilaksanakan oleh Perusahaan atau
Jasa Konstruksi yang mempunyai lisensi dari Perusahaan Kimia
Konstruksi SIKA atau Perusahaan Kimia Konstruksi lain yang setara
denganya.

4. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab penuh akan hasil


pekerjaan perbaikan dan perkuatan konstruksi beton yang dilaksanakan
oleh Perusahaan atau Jasa Konstruksi lain yang dipergunakannya dalam
penyelesaian pekerjaan perbaikan dan perkuatan konstruksi beton.

5. Kontraktor Pelaksana dan Jasa Konstruksi yang melaksanakan perbaikan


beton harus memberikan jaminan teknis dan garansi bahwa hasil
pekerjaan tersebut dapat mengembalikan kekuatan konstruksi seperti
semula atau mnimal 95% dari kekuatan awalnya sebelum mengalami
kerusakan.

Pasal 25 : Lain - Lain

1. Persyaratan pekerjaan beton dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 25


berlaku untuk semua item pekerjaan beton yang ada dalam Proyek ini.

2. Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam


proses pelaksanaan pekerjaan ditentukan kemudian oleh Konsultan
Perencana bersama dengan Konsultan Supervisi dalam proses
pelaksanaan pekerjaan dengan persetujuan Owner.

3. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan yang


mengikat dan wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
BAB IX
PEKERJAAN LANTAI

Pasal 1 : Pasir Alas Bawah Lantai.

1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam


ruangan harus sudah selesai 100%.

2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir alas setebal


minimal 15 cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

3. Pasir alas yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran


yang seragam.

4. Lapisan pasir alas harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang


diinginkan dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak
dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.

5. Hasil pekerjaan lapisan pasir alas harus benar-benar rata dan elevasi hal
ini harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

Pasal 2 : Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan
tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang dipakai untuk keperluan


Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan
Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%
maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan
bukan Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 2 : Beton Cor Bawah Lantai

1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton mutu K-125
dengan ketebalan minimal 7 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.

2. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal
ini harus dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.

3. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh


Konsultan Supervisi.

Pasal 3 : Lantai Granit Toilet Dan Kamar Mandi


1. Lantai Toilet dan Kamar Mandi dipakai granit ukuran 60 x 60 cm dengan
permukaan kasar /unpolished dari Merk Roman atau merk lain yang
setara dengannya dari segi harga dan kualitas.

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif,


ukuran dan Brosur granit untuk minimal dua merk yang berbeda kepada
Konsultan Supervisi untuk disetujui.

3. Granit lantai Toilet dan Kamar Mandi dipasang langsung diatas beton cor
bawah lantai dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal
minimal 2,5 cm.

4. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

5. Pemasangan granit harus mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada dalam
Gambar Bestek.

6. Warna Granit Toilet dan Kamar Mandi dapat diganti oleh Konsultan
Perencana dalam tahap pelaksanaan dengan alasan warna yang telah
ditentukan dalam Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan
tidak dikeluarkan lagi oleh pabrik.

7. Warna granit lantai Toilet dan Kamar Mandi harus seragam untuk setiap
jenis warna yang sama.

8. Granit lantai harus mempunyai tebal minimal 5 mm.

9. Bentuk dan dimensi granit lantai Toilet dan Kamar Mandi harus benar-
benar siku dan standar untuk semua ukuran yang sama.

10. Potongan-potongan granit yang terpaksa dilakukan karena mengikuti pola


lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan
potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada
gambar pola lantai.

11. Celah-celah/Nat yang terbentuk antar granit akibat pemasangan granit


dan sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya
adalah maksimal 3 mm.

12. Pemasangan lantai granit harus memperhatikan elevasi lantai antar ruang
dan harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.

13. Elevasi hasil pemasangan granit lantai Toilet dan Kamar Mandi harus
lebih rendah dari lantai ruang lain kecuali ditentukan lain dalam Gambar
Bestek.

14. Hasil pemasangan granit lantai harus benar-benar rata, tidak


bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik hasil
pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan
waterpassing.
Pasal 4 : Granit Lantai Ruangan

1. Granit lantai ruangan adalah ukuran 80 x 80 cm untuk lantai Basement


dengan permukaan motif polished dari Merk Roman atau merk lain yang
setara dengannya dari segi harga dan kualitas.

2. Granit lantai ruangan adalah ukuran 80 x 80 cm untuk lantai 1 s/d lantai 3


dengan permukaan motif Unpolished sesuai dengan gambar bestek,
Granit setara Merk indogress atau merk lain yang setara dengannya dari
segi harga dan kualitas.

3. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif,


ukuran dan Brosur Granit untuk minimal dua merk yang berbeda kepada
Konsultan Supervisi dan owner untuk disetujui.

4. Granit lantai dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai dengan
memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.

5. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

6. Pemasangan Granit Lantai harus mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada
dalam Gambar Bestek.

7. Warna Granit lantai dapat diganti oleh Konsultan Perencana dalam tahap
pelaksanaan dengan alasan warna yang telah ditentukan dalam Gambar
Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan tidak dikeluarkan lagi oleh
pabrik.

8. Warna Granit lantai harus seragam untuk setiap jenis warna yang sama.

9. Granit lantai harus mempunyai tebal minimal 5 mm.

10. Bentuk dan dimensi Granit lantai harus benar-benar siku dan standar
untuk semua ukuran yang sama.

11. Potongan-potongan Granit yang terpasak dilakukan karena mengikuti


pola lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang
memerlukan potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan
dimensi pada gambar pola lantai.

12. Celah-celah/Nat yang terbentuk antar Granit akibat pemasangan granit


dan sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya
adalah maksimal 3 mm.

13. Pemasangan lantai Granit harus memperhatikan elevasi lantai antar


ruang dan harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.
14. Hasil pemasangan Granit lantai harus benar-benar rata, tidak
bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi lantai Granit hasil
pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan
waterpassing.

Pasal 5 : Lantai Bordes, Injakan dan Tanjakan Tangga


1. Lantai Bordes, Injakan dan Tanjakan
Tangga menggunakan Granit ukuran mengikuti gambar rencana dengan
permukaan motif polished/halus setara Merk indogress atau merk lain
yang setara dengannya dari segi harga dan kualitas.

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat


contoh warna, corak, motif, ukuran dan Brosur Granit untuk minimal dua
merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

3. Granit lantai dipasang langsung diatas


beton cor bawah lantai dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps
setebal minimal 2,5 cm.

4. Pasir yang dipakai adalah Pasir


Pasang/Pasir Halus.

5. Pemasangan Granit Lantai harus


mengikuti Gambar Pola Lantai tangga yang ada dalam Gambar Bestek.

6. Warna Granit lantai dapat diganti oleh


Konsultan Perencana dalam tahap pelaksanaan dengan alasan warna
yang telah ditentukan dalam Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit
didapatkan dan tidak dikeluarkan lagi oleh pabrik.

7. Bentuk dan dimensi Granit lantai harus


benar-benar siku dan standar untuk semua ukuran yang sama.

8. Potongan-potongan Granit yang


terpasak dilakukan karena mengikuti pola lantai harus sama dimensinya
sepanjang bidang lantai yang memerlukan potongan. Potongan-potongan
tersebut harus sama dengan dimensi pada gambar pola lantai.

9. Celah-celah/Nat yang terbentuk antar


Granit akibat pemasangan granit dan sebagai tempat isian perekat antar
granit dalam bidang tebalnya adalah maksimal 3 mm.

10. Hasil pemasangan Granit lantai harus


benar-benar rata, tidak bergelombang, dan tidak melengkung keatas.
Elevasi lantai Granit hasil pemasangan harus diperiksa kedatarannya
dengan pekerjaan waterpassing.

Pasal 6 : Meja Wastafel

1. Lantai meja Wastafel dipakai granit mengikuti gambar rencana dengan


permukaan halus /polished setara Merk indogress atau merk lain yang
setara dengannya dari segi harga dan kualitas.

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif,


ukuran dan Brosur granit untuk minimal dua merk yang berbeda kepada
Konsultan Supervisi untuk disetujui.

3. Granit pada meja wastafel dipasang diatas beton cor dengan memakai
spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.
4. Pemasangan granit harus mengikuti Gambar Pola dinding yang ada
dalam Gambar Bestek.

5. Warna Granit meja wastafel dapat diganti oleh Konsultan Perencana


dalam tahap pelaksanaan dengan alasan warna yang telah ditentukan
dalam Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan tidak
dikeluarkan lagi oleh pabrik.

6. Hasil pemasangan granit meja wastafel harus benar-benar rata, tidak


bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi granit hasil
pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan
waterpassing.
BAB X PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN

Pasal 1 : Batu Bata

1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.

2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,
dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.

3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu
bata dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika
diangkut dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.

4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan


permukaanya benar-benar rata untuk semua sisinya.

5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.

6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena


mengikuti dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus
disetujui oleh Konsultan supervise.

7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.

Pasal 2 : Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan
tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan


Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan
Plasteran Dinding.

2. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%
maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

5. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan
bukan Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 3 : Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 3 Ps

1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 3 Ps dikerjakan hanya pada


dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti dinding
Toilet dan Kamar Mandi serta bak air.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 3 Ps dengan
ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling
bersilangan dan tidak satu garis sambungan.

6. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan
batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 3 Ps minimal 40 cm.

6. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata
½ bata dengan campuran 1 Pc : 3 Ps minimal 180 cm.

7. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 3 Ps harus kedap air


(trasram).

8. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan
dalam arah horizontal.

9. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang


untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

10. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 3 Ps harus


disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 4 : Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua


dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan


ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

5. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling
bersilangan dan tidak satu garis sambungan.

6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan
dalam arah horizontal.

7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang


untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

8. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus


disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 5 : Plesteran Campuran 1 Pc : 3 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil


pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 3 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

5. Plesteran campuran 1 Pc : 3 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata


dengan campuran 1 Pc : 3 Ps.

6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang


dinding yang diplester.

7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara


plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari
satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya


sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan
bekas.

10. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

Pasal 6 : Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil


pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

5. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata


dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.

6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang


dinding yang diplester.

7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara


plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari
satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
8. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya
sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan
bekas.

9. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 7 : Dinding Granit Toilet Dan Kamar Mandi

1. Dinding Toilet dan Kamar Mandi dipakai granit mengikuti gambar rencana
dengan permukaan kasar /unpolished setara merk indogress atau merk
lain yang setara dengannya dari segi harga dan kualitas.

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif,


ukuran dan Brosur granit untuk minimal dua merk yang berbeda kepada
Konsultan Supervisi untuk disetujui.

3. Granit pada dinding Toilet dan Kamar Mandi langsung pada dinding
pasangan bata atau tembok yang belum diplaster atau dihaluskan
permukaannya dengan perekat spesi beton 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1
cm.

4. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

5. Pemasangan granit harus mengikuti Gambar Pola dinding yang ada


dalam Gambar Bestek.

6. Warna Granit Dinding Toilet dan Kamar Mandi dapat diganti oleh
Konsultan Perencana dalam tahap pelaksanaan dengan alasan warna
yang telah ditentukan dalam Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit
didapatkan dan tidak dikeluarkan lagi oleh pabrik.

7. Warna granit Dinding Toilet dan Kamar Mandi harus seragam untuk setiap
jenis warna yang sama.

8. Granit dinding harus mempunyai tebal minimal 5 mm.

9. Bentuk dan dimensi granit dinding Toilet dan Kamar Mandi harus benar-
benar siku dan standar untuk semua ukuran yang sama.

10. Potongan-potongan granit yang terpaksa dilakukan karena mengikuti pola


lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang dinding yang
memerlukan potongan.

11. Celah-celah/Nat yang terbentuk antar granit akibat pemasangan granit


dan sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya
adalah maksimal 3 mm.

12. Hasil pemasangan granit dinding harus benar-benar rata, tidak


bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi granit hasil
pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan
waterpassing.
Pasal 8 : Dinding Partisi Board

1. Untuk partisi antar ruang adalah Partisi Gysum dengan Rangka Canal C
100.

2. Material partisi dinding antar ruangan adalah material buatan pabrik,


mempunyai merk dagang harus dicantumkan ukuran/dimensi serta
ketebalan lapisan.

3. Material Gypsum yang didatangkan kelapangan harus dalam keadaan


baik, tidak cacat, tidak melengkung dan tidak rusak permukaannya.

4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh material Kenari Partisi


dan Brosur kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

5. Alat sambung/perekat yang dipakai untuk merekatkan lembaran Gypsum


Partisi ke rangka dinding haruslah alat sambung yang dianjurkan pabrik
serta tidak mudah berkarat atau tergalvanisasi.

7. Teknik dan cara pemasangan Gypsum Board harus


mengikuti petunjuk-petunjuk pemasangan yang dikeluarkan pabrik.

8. Hasil pemasangan Gypsum Board harus benar-benar rata


permukaannya dan tidak bergelombang.

9. Pemasangan Gypsum Board harus sesuai dengan Pola


Pemasangan seperti yang dianjurkan dalam Gambar Bestek.

10. Perubahan-perubahan pada pola pemasangan seperti


dalam Gambar bestek harus dengan persetujuan Konsultan Perencana.
BAB XI PEKERJAAN KUZEN, PINTU, JENDELA DAN VENTILASI

Pasal 1 : Referensi

1. Seluruh pekerjaan menggunakan Kuzen, Pintu, Jendela dan Ventilasi


Alumunium sesuai dengan Gambar Bestek dan Bill Of Quantity.

2. Konstruksi terbuat dari bahan ALUMUNIUM sehingga daya tahannya dan


tidak berpengaruh terhadap cuaca yang ekstrim, kedap akan suara bising,
daya kuat atau kokoh materialnya, bebas rayap tidak mudah bocor karena
di lapisi dengan karet yang bagus, lebih hemat karena perawatan yang
mudah, serta lebih aman karena memiliki multi lock system, serta desain
yang bervariatif.

3. Kunci dan pegantung pintu, jendela dan ventilasi pada pemasangan Pintu,
Jendela dan Ventilasi ALUMUNIUM termasuk dalam item pekerjaan
Kuzen, Pintu, Jendela dan Ventilasi ALUMUNIUM.

Pasal 2 : Persyaratan Material

1. Peraturan yang dipedomani adalah standard pabrik dan peraturan umum


yang berlaku

2. Bahan-bahan tersebut diatas dipesan pada tempat penjualan khusus


Kuzen, Pintu, Jendela dan Ventilasi ALUMUNIUM dengan bentuk sesuai
gambar.

3. Kosen ALUMUNIUM dipasang pada pasangan batu bata dengan


menggunakan Mor/Fiser

4. Kuzen, Pintu, Jendela dan Ventilasi ALUMUNIUM semua yang dirakit


sedemikian rupa sesuai gambar rencana dan tata letak dengan ukuran
disesuaikan pada posisi yang akan di pasangi.

5. Ukuran Kuzen, Pintu, Jendela dan Ventilasi ALUMUNIUM adalah sesuai


gambar bestek dan tata letaknya.

Pasal 3 : Cara Pemasangan

1. Tentukan posisi letak kusen, misalnya pasang di As dinding atau 2 cm


dari tepi luar dinding. Lepaskan penjepit kaca dengan alat pahat kayu 2
cm dan lepas kacanya dari kusen untuk jendela mati,sedangkan untuk
jendela hidup jungkit atau swing lepas daun dari kusennya dengan cara
melepas screw pada engsel kupu-kupu atau casement yangmenempel ke
kusen dengan mesin bor.

2. Tegakkan posisi kusen dan timbang dengan memperhatikan celah untuk


sealep atau celah samping kanan dan kiri harus sama. Khusus kusen
untuk jendela maupun pintu sliding, posisi kusen yang ada aluminium trck
(rel sliding) dipasang di bawah dan untuk kusen pintu ditanam di lantai
(lakukan pembobokan lantai sebelum memasangkusen sesuai dengan
lebar kusen sebasar 6 cm dengan kedalama 5 cm.
3. Lakukan pengeboran dinding pada lubang yang tersedia pada kusen.

4. Masukkan screw fisher dengan mesin bor , perhatikan keelotan sisi


dalam tepi kusen.

5. Tutup lubang screw fisher pada kusen dengan pu Wei (penutup lubang)

6. Cara memasang daun pintu/jendela jungkit atau swing yaitu dengan


menscrew kembali engsel atau casement pada daun sesuai lubang
screw yang sebelunnya terpasang pada kusen.

7. Cara memasang daun sliding yaitu dengan memasukkan sisi atas daun
(tidak ada roda) ke kusen atas terlebih dahulu kemudian tegakkan
dengan sisi bawah daun yang ada rodanya ke sisi bawah kusen. Posisi
daun sliding masuk ke kusen +1cm di pertemuan antara daun dengan
kusen dan pertemuan antar daun harus dalam satu garis lurus vertikal.

8. Memasang aksesoris : aksesoris yang dipasang dilapangan yaitu


memasang handle pintu/ jendela sesuai dengan lubang transmisi
handlenya yaitu dengan menscrew ke lubang yang telah tersedia.

9. Khusus untuk handle pintu yang tipe multi point lock, jika akan mengunci
pintu, handle pintu harus diangkat keatas ketika sedang memutar
kuncinya.

10. Finishing : pelepasan stiker profil, pembersihan bekas lem stiker.


Dilakukan dengan cara memberrika krim atau minyak pembersih seperti
compound, thinner dan sejenisnya, kemudian digosok dengan lap bersih.

11. Pemasangan kosen, pintu harus baik tegak lurus, siku-siku diambil
ukuran atas dan bawah sama, setelah dipasang pintu/jendela harus
dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.

12. Semua kuncl, engsel harus dilindungi dan dibungkus plastik atau tempat
aslinya setelah dicoba.

13. Sekrup-sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang, jangan


memukul sekrup, cara. pengokohan hanya diputar sampai ujung. Sekrup
yang rusak waktu dipasang harus dicabut kembali dan diganti.

14. Engsel untuk pintu kayu dipasang 30 cm dari tepi atas dan bawah,
sedangkan engsel ketiga dipasang di tengah-tengah.

15. Semua kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun
pintu dipasang setinggi 90 cm dari lantal atau sesuai gambar.
BAB XII
PEKERJAAN PLAFOND

Pasal 1 : Material Plafond

1. Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik


dan harus mempunyai Merk Dagang yang diakui setara Jaya Board.

1. Plafond GRC adalah jenis plafond yang terbuat dari bahan


GRC Board & GRC Panel Cetak.

2. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk


disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak


boleh dalam keadaan ca dan rusak. Material yang dinyatakan ca/rusak
oleh Konsultan Supervisi dalam waktu 24 jam harus dikeluarkan dari
lokasi pekerjaan.

Pasal2 : Bahan dan Peralatan

1. Peralatan yang diperlukan cukup sederhana antara lain


cutter, impact drill (bor) ukuran 10 mm, mata bor untuk sekrup, angel
grinder, siku, meteran ukur, palu, kabel daya dan stop kontak..

2. Secara umum bahan yang diperlukan antara lain rangka


plafon, plafon Gypsum , paku (jika menggunakan rangka kayu), paku
beton, sekrup (jika menggunakan rangka hollow) dan lainnya.

3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk


disetujui oleh Konsultan Supervisi

Pasal 3 : Pengantung Rangka Plafond

1. Penggantung rangka plafond adalah


dari rangka Furring dengan ketebalan minimum 0.35 mm.

2. Pengantung rangka plafond adalah


dari rangka furring juga.

3. Pegantung rangka plafond dijangkarkan lansung pada rangka plafond


dengan tumpuan pegantung adalah balok-balok bint kuda-kuda dan
Plat Lantai. Alat sambung adalah paku skrup.

4. Pegantung rangka plafond dijangkarkan lansung pada plat lantai


dengan perkuatan paku ramset.

5. Setiap 1 m2 luas rangka plafond harus terdapat minimal 4 buah


pengantung plafond atau dalam setiap 1 m’ panjang balok bint kuda-
kuda harus ditempatkan minimal 2 pengantung plafond.
6. Pengantung plafond harus menjamin kebenaran akan
elevasi/kedataran permukaan rangka plafond.

Pasal 4 :Pemasangan Plafond

1. Menyiapkan alat yang diperlukan untuk memudahkan pemasangan


Gypsum. Peralatan yang diperlukan cukup sederhana antara lain
cutter, impact drill (bor) ukuran 10 mm, mata bor untuk sekrup, angel
grinder, siku, meteran ukur, palu, kabel daya dan stop kontak.

2. Menyiapkan bahan. Secara umum bahan yang diperlukan antara lain


rangka plafon (bisa menggunakan kayu atau besi hollow), Gypsum
9mm, paku (jika menggunakan rangka kayu), paku beton, sekrup (jika
menggunakan rangka hollow) dan lainnya.

3. Ukur rencana tinggi plafon. Sebaiknya tidak melebihi ring balok.


Gunakan selang air untuk mengatur ketinggian agar sama tinggi
(waterpas).

4. Rangka plafon papan gypsum dari metal furing atau hollow umumnya
menggunakan sistem suspended ceiling. Sistem ini menghasilkan
kisi-kisi dari metal yang digantung dibawah atap atau dak beton
dengan menggunakan rangkaian kawat. Kisi-kisi ini kemudian ditutup
dengan menggunakan papan gypsum. Sistem suspended ceiling
terbagi menjadi dua yaitu sistem ekspos (exposed grid) yang
menonjolkan kisi-kisi rangka plafon dan sistem tanpa sambungan
(concealed grid) yang menghasilkan penampilan yang mulus dan
bersih.

5. Pasang rangka hollow atau rangka kayu, sesuaikan dengan ukuran


ruangan. Jika ruangan kecil, sebaiknya rangka tidak bertingkat.
Namun jika ruangan cukup besar dan tinggi  lebih dari 3 meter, maka
rangka plafon boleh bertingkat.

6. Tahap selanjutnya adalah pemasangan lis dan finishing, yaitu


melakukan pemeriksaan dan perapian pada setiap bagian plafon
yang masih terlihat belum rapi.

7. Sebelum pekerjaan rangka plafon dilakukan, terlebih dahulu seluruh


item pekerjan di atas plafon harus sudah diselesaikan.

8. Pemasangan plafon sesuai urutan.Cara pemasangan harus mengikuti


denah plafond yang ada dalam Gambar Bestek.

9. Langkah pertama dan terpenting dari pemasangan rangka adalah


mengukur garis ketinggian plafon sekeliling ruangan yang hendak
dipasang rangka. Anda dapat menggunakan pengukur waterpas pada
beberapa titik di sekeliling ruangan. Gambar garis untuk menyatukan
titik-titik tersebut.

10. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir


yang rata dan tidak melendut.
11. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan
pekerjaan instalasi listrik, instalsi AC, Speaker Celling, sehingga
plafond yang telah dipasang tidak dibongkar kembali.

12. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Listrik, instalsi AC, dan


Speaker Celling, setelah pekerjaan pemasangan plafond selesai
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
BAB XIII
PEKERJAAN ATAP

1. Persyaratan Bahan (Material Specifications)

Material struktur rangka atap


a. Properti mekanikal baja (Steel mechanical properties):
- Baja Mutu Tinggi G550, dibuktikan dengan sertifikat bahan pabrik (mill certificate)
- Tegangan Leleh Minimum (Minimum yield strength) : 550 MPa
- Modulus Elastisitas (Modulus of elasticity) : 2,1 x 105 MPa
- Modulus Geser (Shear Modulus) : 8 x 104 MPa

b. Lapisan pelindung terhadap karat (Protective Coating):


Rangka batang harus mempunyai lapisan tahan karat seng dan
aluminium (Zincalume/AZ), dengan komposisi sebagai berikut:
- 55 % Aluminium (Al)
- 43,5 % Seng (Zinc)
- 1,5 % Silicon (Si)
- Ketebalan Pelapisan : 100 gr/m2 (AZ 100)

c. Profil Material :
1) Rangka Atap
Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil lip channel. (Using a lip-
channel profile).
a) C75.100 (tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja 1,00 mm)
b) C75.75 (tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja 0,75 mm)
c) C75.70 (tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja 0,70 mm)
d) C75.60 (tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja 0,60 mm)

b. Reng
Profil yang digunakan untuk reng adalah profil top hat ( U terbalik).
a) TS. 35.045 (tinggi profil 35 mm dan ketebalan dasar baja 0,45 mm)
b) TS. 40.045 (tinggi profil 40 mm dan ketebalan dasar baja 0,45 mm)
c) TS. 61.075 (tinggi profil 61 mm dan ketebalan dasar baja 0.75 mm)
3) Talang (Valley Gutter)
Talang yang dimaksud disini adalah talang jurai dalam dengan mutu baja
yang digunakan minimum setara G550 dengan pelapisan (coating) AZ 100
atau lebih tinggi dan memiliki ketebalan dasar baja 0.35 - 0.45mm.

4) Strap Barcing
Strap bracing merupakan tali pengikat untuk menahan beban lateral /
horizontal Tarik seperti angina atau gempa dan berfungsi membuat struktur
secara keseluruhan menjadi lebih kaku / rigid. Material strap bracing yang
digunakan dalam Smartruss® ini harus menggunakan G550 dengan pelapisan
(coating) minimum AZ100 dengan pilihan alternative dimensi, yaitu:
a) Lebar 25mm tebal 1mm; atau
b) Lebar 35mm tebal 0.75mm
2. Persyaratan Design

a. Design rangka atap harus didukung oleh analisis perhitungan yang akurat
serta memenuhi kaidah-kaidah teknik yang benar dalam perancangan standard
batas desain struktur baja cetak dingin (Limit State Cold Formed Steel Structure
Design)

b. Standard desain yang digunakan adalah dengan mengacu Australian Limit – State
code:
 (AS/NZ 4600: 2005)
 (AS/NZ 1170: 2002)

c. Perhitungan beban mengacu kepada peraturan lokal setempat di Indonesia, yaitu:


 PPPURG 1987 atau PPIUG 1983
 SNI 1727 - 2013
a. Kontraktor wajib menyerahkan mill certificate (sertifikat pabrik) dari
material baja yang akan digunakan guna menjamin, material sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan.
b. Analisis dan desain struktur dilakukan dengan software khusus untuk cold
form design SUPRACAD® dan telah disertifikasi oleh HAKI (Himpunan Ahli
Konstruksi Indonesia)

3. Persyaratan Pra-Konstruksi

a. Kontraktor wajib memberikan approval terhadap dimensi, spesifikasi, dan desain


struktur guna menjamin kesesuaian antara desain dan lapangan.
b. Perubahan bahan/detail karena alasan tertentu harus diajukan ke
KONSULTAN PENGAWAS dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan
secara tertulis.

4. Persyaratan Konstruksi
a. Instalasi dan ereksi dilakukan oleh installer yang terlatih dan berpengalaman
serta sudah mendapat sertifikat pemasang dari PT NS BlueScope Lysaght
Indonesia.

b. Sambungan
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi
dan instalasi adalah baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan
spesifikasi sebagai berikut :
1) Kelas Ketahanan Korosi : Class 2, mengikuti standard AS 3566.1-2 : 2002

2) Ukuran baut untuk elemen struktur rangka atap adalah 12-14x20. Dengan
Ketentuan sebagai berikut:
a) Diameter kepala (Diameter of head screw) : 12 mm
b) Jumlah ulir per inch (Threads per inch/TPI) : 14
c) Panjang (Length) : 20 mm
d) Bahan (Material) : AISI 1022
Heat treated carbon steel
e) Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 8.8 kN
f) Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 15.3 kN
g) Kuat torsi minimum (Torque, min) : 13.2 kNm

3) Ukuran baut untuk elemen struktur lainnya adalah 10 16x16, dengan


ketentuan sebagai berikut:
a) Diameter kepala (Diameter of headscrew) : 10 mm
b) Jumlah ulir per inchi (Threads per inch/TPI) : 16
1) Panjang (Length) : 16 mm
2) Bahan (Material) steel : AISI 1022 Heat treated
carbon

3) Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 6.8 kN

4) Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 11.9 kN


5) Kuat torsi minimum (Torque, min) : 8.4 kNm

4) Pemasangan baut harus sesuai dengan detail sambungan pada gambar


kerja, dengan memperhatikan jumlah baut dan letak-letak / jarak-jarak baut.

5) Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik 560 watt dengan
kemampuan putaran alat minimal 2000 rpm.

Selain screw (self drilling screw) dibutuhkan juga Anchor bolt /Dynabolt yaitu alat
untuk mengikatkan antara struktrur kuda-kuda dengan beton yang digunakan
sebagai landasan/tempat berdirinya kuda-kuda tersebut dan berfungsi sebagai
penahan beban tarik/cabut /pullout/ withdraw. Spesifikasi minimum Anchor
bolt /Dynabolt yang digunakan dalam sistem Smartruss, yaitu :
1) Diameter : 12 mm (M10)

2) Bahan (Material) : Steel Galvanised min 5 microns

3) Kuat geser (Shear) : 5.2 kN *

4) Kuat tarik (Tensile) : 2.0 kN *

* Kondisi dimana karakteristik kuat tekan beton fc' >=20 N/mm2 (K-225)

c. Pemotongan material
1) Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan
yang sesuai, alat potong listrik dan gunting, dan telah ditentukan oleh pabrik.
2) Alat potong harus dalam kondisi baik.
3) Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
4) Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.

Pasal 5 : Penutup Atap

1. Material Penutup Atap adalah berupa atap Seng Bluescope Ketebalan


0,35 dan rabung seng spandek.

2. Material Penutup Atap terbuat dari baja berkekuatan tinggi Zinc Aluminium
(High Tensile Steel) yang dilapisi Aluminium 55%, sehingga sangat tahan
karat, mudah ditekuk, dan sangat kuat..

3. Memiliki ukuran yang panjang serta sistem tumpangan sisi kedap air,
dapat dipakai untuk atap dengan sudut kemiringan s/d 2.50 untuk bentang
atap max. 15 m.

4. Kontraktor Pelaksana harus memberikan contoh material untuk disetujui


oleh Konsultan Supervisi dan owner.
5. Peletakan lembaran atap yang pertama harus dipasang berlawanan
dengan arah angin dalam arti kata gelombang yang mempunyai kaki atap
harus dipasang berlawanan arah angin, baru ditimpa dengan tepi
gelombang yang tanpa kaki atap dan seterusnya diikuti oleh lembaran-
lembaran berikutnya.

6. Apabila dalam 1 (satu) hari span terdapat 2 (dua) lembar atap atau lebih
tata peletakan/penyusunan atap selalu harus dipasang mulai dari
pemasangan pada lajur bawah sehingga selesai baru dilanjutkan ke lajur
atas.

7. Pelubangan atap untuk penguncian hexagon Head (self Drilling Crew)


atau paku ulir, harus dibor dengan bor listrik atau bor tangan dan tidak
diperkenankan menggunakan drip atau sejenisnya.

8. Pemasangan Hexagon Head (self Drilling Crew) atau paku ulir pada atap
harus selalu pada puncak gelombangnya untuk dikunci/dipaku hingga
puncak gelembung tersebut tidak dapat bergerak dan tidak peot.
9. Sewaktu pemasangan atap, dianjurkan agar tukang yang sedang bekerja
harus beralaskan papan yang dibuat seperti tangga, diletakkan diatas
gording untuk menghindari atap diinjak langsung yang dapat
mengakibatkan atap tersebut peot-peot/rusak.
BAB XIV PEKERJAAN CAT

Pasal 1 : Referensi

1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai


berikut :
a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.
b. NI-3 1970
c. NI-4

Pasal 2 : Persyaratan Material

1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari
kualitas terbaik.

2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk
dagang, spesifikasi, dan aturan pakai.

3. Cat yang dipakai adalah dari Merk Jotun Standar ICI atau merk lain yang
setara dengannya dengan standar yang sama.

4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat minimal


dari dua merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Owner.

5. Jenis cat, warna dan type yang akan dipakai pada semua posisi bangunan
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dan Owner dalam masa
pelaksanaan atau dalam Gambar Bestek.

6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Supervisi dengan
persetujuan Owner dalam masa pelaksanaan.

7. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang
ada dalam Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam
Gambar Bestek maka acuan yang dipakai adalah menurut keputusan
Konsultan Perencana.

8. Perubahan-perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam


tabel point 5 yang dilakukan oleh Owner harus disertai keterangan tertulis
dan diketahui oleh Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.

9. Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis


adalah kesalahan Kontraktor Pelaksana dan dengan biaya sendiri
Kontraktor Pelaksana harus mengantinya dengan warna cat seperti yang
telah ditentukan dalam tabel point 5, termasuk biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengelupasan dan pembersihan apabila pekerjaan
pengecatan telah terlanjur selesai dikerjakan.

10. Pengecatan seluruh pekerjaan sesuai dengan NI 3 dan NI 4 atau sesuai


dengan spesifikasi dan anjuran dari pabrik.

11. Cat merupakan produksi dari pabrik terkenal dan bermutu baik.
12. Cat yang akan digunakan harus berada dalam kaleng yang masih disegel,
tidak pecah dan bocor serta mendapat persetujuan konsultan Supervisi.
Seluruh permukaan harus dibersihkan dengan sikat baja untuk
menghilangkan karat, sisa - sisa serpihan las sebelum dimulai
pengecatan.

Pasal 3 : Pelaksanaan

1. Pekerjaan Persiapan
Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan, pekerjaan langit-langit dan
lantai telah selesai dikerjakan.
Selanjutnya diadakan persiapan sebagai berikut
- Dinding atau bagian yang akan dicat telah selesai dan disetujui oleh
Manager Konstruksi
- Bagian yang retak-retak, pecah atau kotoran-kotoran yang menempel
dibersihkan
- Menunggu keringnya dinding atau baglan yang akan dicat karena
masih basah dan lembab
- Menyiapkan dan mengadakan pengecatan untuk contoh warna
Pemborong harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga. terdapat
urutan-urutan yang tepat mulai dari pekerjaan dasar sampai dengan
pengecatan akhir.

Semua pekerjaan pengecatan harus menglkuti petunjuk dari pabrik


pembuat cat tersebut.

2. Pekerjaan Pengecatan
 Pengecatan tembok luar atau tembok dalam
 Tembok yang akan dicat harus
mempunyal cukup waktu untuk mengering, setelah permukaan
tembok kering maka persiapan dilakukan dengan membersihkan
permukaan tembok tersebut terhadap pengkristalan/pengapuran
(efflorescene) yang biasanya terdapat pada tembok baru, dengan
amplas kemudian dengan lap sampai benar-benar bersih.
 Selanjutnya dilapis tipis dengan plamur
 Pada bagian-bagian dimana banyak reaksi
dengan alkali dan rembesan air harus diberi lapisan wall sealer
 Setelah kering permukaan tersebut
diamplas lagi sampai halus
 Kemudlan dicat dengan lapisan pertama
 Bagian-bagian yang masih kurang baik,
diberi plamur lagi dan diamplas halus setelah kering

 Pengecatan logam dan baja


 Bersihkan debu, minyak, gemuk dan
kotoran lainnya dengan white spirit atau solvent
 Untuk baja galvanise, amplas dengan
kertas amplas ukuran 360 sebelum diprimer
 Oleskan 1 (satu) lapis Metal Primer
Chromate A540 -49020 produksi Vinilex atau setaraf
 Setelah primer kering (kurang lebih 6 jam),
bersihkan dari debu dan kotoran lainnya, kemudian dimulal dengan
cat dasar A543 -101 produksi Vinilex atau setaraf
 Setelah cat dasar kering (kurang lebih 6
jam), teruskan dengan cat akhir A 365 produksl Vinilex atau setaraf
 Bahan-bahan logam yang tertanam di
dalam pasangan atau beton tidak diijinkan untuk dimeni.

 Pengecatan kayu
 Semua permukaan kayu yang
berhubungan dengan plesteran diberi dasar meni
 Permukaan kayu yang akan dicat harus
diamplas kemudian diplamur bila. terdapat retak, celah atau lobang.
Kemudian permukaan kayu yang telah diplamur diratakan
 Permukaan kayu yang kecII harus diberi 2
lapisan plamur yang tIpIs
 Pekerjaan pengecatan dengan kwas untuk
bidang kecil dan semprot untuk bidang luas
 Hasil pengecatan harus mulus, tidak
menggelembung atau cacat-cacat lainnya
BAB XV PEKERJAAN LISTRIK

A. PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Pasal 1 : Umum

1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada
klausul lain dari persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti menuntut
perhatian khusus pada klausul-klausul yang ada atau menghilangkan
klausul-klausul tersebut atau bukan berarti menghilangkan klausul-klausul
lainnya dari syarat-syarat umum.

2. Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu


kesatuan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatau bagia
pekerjaan atau bahan atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini
dapat bekerja dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu
gambar perencanaan atau spesifikasi perencanaan saja. Kontraktor
Pelaksana harus tetap melaksanakannya sesuai dengan standard teknis
yang berlaku.

Pasal 2 : Gambar-Gambar

1. Gambar-gambar perencana tidak dimaksudkan untuk menunjukkan


semua accessories dan fixture secara terpirinci. Semua baguian diatas
walaupun tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus
disediakan dan dipasang oleh Kontraktor Pelaksana sehingga sistem
dapat bekerja dengan baik.

2. Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari


peralatan instalalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan denan
memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar-gambar Arsitektur dan
struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk Kontraktor Pelaksana
dan detail ”finishing” dari proyek.

3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan


gambar-gambar kerja dan detail (Shop drawing) yang harus diajukan
kepada Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop
drawing yang diajukan Kontraktor Pelaksana untuk disetujui Konsultan
Supervisi dianggap bahwa Kontraktor Pelaksana telah mempelajari situasi
dan telah berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya.

4. Kontraktor Pelaksana harus membuat catatan-catatan yang cermat dari


penyesuaian-penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-
catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir)
dan lima set lengkap blue print sebagai gambar-gambar sesuai
pelaksanaan (as built drawings). As built drawings harus diserahkan
kepada Konsulatan Supervisi segera setelah pekerjaan selesai 100 %.

Pasal 3 : Koordinasi

1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan


ini, harus bekerja sama dengan Kontraktor Pelaksana bidang atau disiplin
lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.

2. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan


yang satu tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.

Pasal 4 : Daftar Bahan Dan Contoh

1. Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Kontraktor
Pelaksana menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali
apabila ditunjuk lain oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana
diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan
digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang
didalamnyatercantum nama-nama dan alamat manufacture, katalog dan
keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsulatan
Supervisi . Persetujuan oleh Konsultan Supervisi akan diberikan atas
dasar di atas.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan


dipasang kepada Konsultan Supervisi . Semua biaya yang berkenaan
dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi
tanggungan Kontraktor Pelaksana .

3. Bahan-bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di


dalam spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan barn. Pekerjaan
haruslah dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya masing-
masing.

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala


ukuran/ kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila
terdapat keragu-raguan, Kontraktor Pelaksana , harus segera
menghubungi Konsultan Supervisi untuk berkonsultasi.

5. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang


sebelumnya tidak dikonsultasikan dengan Konsultan Supervisi , apabila
terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi beban tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana . Untuk itu pemeliharaan equipment dan material
harus mendapatkan persetujuan dari Konsulian Supervisi .

Pasal 5 : Commision Dan Testing

1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua


testing dan pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk
memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat
berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan persyaratan yang
berlaku.

2. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan


testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana . Hal ini
termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari sistem
ini seperti yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh
Kontraktor Pelaksana .
Pasal 6 : Peralatan yang disebut Dengan Merk Dan Penggantinya

1. Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain-lain yang


disebut dan dipersyaratkan dengan nama dan dipersyaratkan ini, maka
Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan sesuai dengan peralatan/merk
tersebut diatas.

2. Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan-


ketentuan dari Konsultan Supervisi.

Pasal 7 : Perlindungan Pemilik

1. Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor,


Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis
lainnya.

Pasal 8 : Contoh

1. Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahan-bahan/material


yang akan dipasang disini untuk dimintakan persetujuan Konsultan
Supervisi . Semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan
contoh-contoh ini menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.

Pasal 9 : Pengetesan

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengetesan seperti yang


dipersyaratkan disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap
sistem, yang disaksikan oleh Konsultan Supervisi. Semua tenaga, bahan
dan perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut, merupakan
tanggungjawab Kontraktor Pelaksana .

Pasal 10 : Pengetesan

1. Jika semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah


dikirim dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan
pengetesan dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian
secara keseluruhan dari peralatan-peralatan yang terpasang, dan jika
sudah ditest dan temyata memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan
peralatannya dapat diserahkan kepada pemilik dengan dilampirkan berita
acara test lapangan yang disetujui Konsultan Supervisi.

Pasal 11 : Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan

1. Peralatan-peralatan instalasi harus digaransikan selama satu tahun


terhitung dari penyerahan kedua.

2. Selama masa garansi, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini


diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakan- kerusakan dari pada
instalasi yang dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.
3. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi
ini masih harus menyediakan tenaga-tenaga yang diperlukan yang dapat
dihubungi setiap saat.

4. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi


dengan bukti-bukti hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan
baik yang ditandata- ngani bersama oleh instalatur yang melaksanakan
pekerjaan tersebut dan Konsultan Supervisi lapangan serta dilampirkan
sertifikat pengujian yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang
berwenang.

5. Jika pada masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan


instalasi tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran atas
perbaikan, penggantian, kekurangan selama masa garansi, maka
Konsultan Supervisi lapangan berhak menyerahkan pekerjaan
perbaikan/kekurangan tersebut pada pihak lain atas biaya dari Kontraktor
Pelaksana yang melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut.

6. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor Pelaksana


harus mengadakan semacam pendidikan dan latihan selama periode
tersebut kepada 3 (tiga) orang calon operator untuk setiap pekerjaan yang
ditunjuk oleh pemberi tugas (customer).

7. Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus lengkap dengan 5


(lima) set operating maintenance and repair manual books, sehingga para
petugas/operator dapat mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan

Pasal 12 : Laporan
b. Laporan Harian

Kontraktor Pelaksana wajib membuat "Laporan Harian" dan "Laporan


Mingguan" yang memberikan gambaran dari kegiatan- kegiatan yang
dilakukan di lapangan secara jelas. Laporan tersebut dibuat dalam
rangka 3 (tiga) meliputi:

1. Kegiatan Fisik.
2. Catalan dan perintah Konsultan Supervisi yang disampaikan baik
secara lisan maupun tertulis.
3. Hal-hal yang menyangkut masalah :
- Material (masuk/ditolak)
- Jumlah tenaga kerja
- Keadaan cuaca
- Pekerjaan tambah / kurang.

Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan


tersebut berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu
dan rencana pekerjaan minggu depan. Laporan ini harus
ditandatangani oleh Manager Proyek dan diserahkan pada Konsultan
Supervisi untuk diketahui/disetujui.

c. Laporan Pengetesan

Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Supervisi dalam


rangkap 5 (lima) mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Hasil pengetesan kabel-kabel (meger dan pemberian tegangan).


2. Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.
3. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.

Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan


oleh Konsultan Supervisi pekerjaan ini.

Pasal 13 : Penanggung Jawab Pelaksana

1. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana


harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang
ahli dan berpengalaman dan harus selalu berada di lapangan/site,
yang bertindak selaku wakil dari Kontraktor Pelaksana dan
mempunyai kemampuan memberikan keputusan teknis, dan
bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi-instmksi
dari Konsultan Supervisi.

2. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama


jam kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada
pada saat yang dikehendaki ohh Konsultan Supervisi petunjuk, dan
perintah pengawas di dalam pelaksanaan harus disampaikan
langsung kepada pihak Pembomg melalui penanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.

Pasal 14 : Perubahan , Penambahan Dan Pengurangan Pekerjaan

1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar


rencana yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Konsultan Supervisi.

2. Dalam merubah gambar rencana lersebut, Kontraktor Pelaksana


harus menyerahkan gambar perubahan yang dimaksud Konsultan
Supervisi pengawas lapangan dalam rangkap lima untuk disetujui.

3. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain


sebagainya, harus diajukan oleh Kontraktor Pelaksana kepada
Konsultan Supervisi secara tertulis. Perubahan-perubahan material
dan gambar rencana yang mengakibatkan pekerjaan tambah kurang
harus disetujui secara tertulis oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 15 : Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran

1. Kontraktor Pelaksana tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang


dilakukan dalam rangka pemasangan instalasi ini maupun
pengembaliannya seperti keadaan semula adalah termasuk pekerjaan
Kontraktor Pelaksana instalasi ini.

2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis


dari Konsultan Supervisi.

3. Pengelasan, pemgeboran dan sebagainya pada konstmksi bangunan


hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan
tertulis dari Konsultan Supervisi.
Pasal 16 : Pekerjaan Listrik

1. Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh


sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja
dengan sempuma dan aman.

2. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat


penyerahan pertama (serah terima pekerjaan pertama), instalasi
pekerjaan tersebut sudah dapat dipergunakan pemilik.

Pasal 17 : Pemeriksaan Routines

1. Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan


pemeliharaan dan pemeriksaan routine.

2. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus


dilaksanakan tidak kurang dari dua minggu sekali.

B. PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL

Pasal 1 : Umum

1. Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan,


peralatan dan tenaga kerja, pemasangan , pengujian perbaikan
selama masa pemeliharaan dan training bagi calon operator, sehingga
seluruh sistem elektrikal dapat beroperasi dengan baik dan benar.

Pasal 2 : Lingkup Pekerjaan

a. Lingkup pekerjaan sistem elektrikal :

1. Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan instalasi kabel


utama dari panel distribusi menuju ke ruang panel disetiap lantai,
lengkap dengan seluruh instalasinya termasuk armature, saklar
dan stop kontak.

2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai type dan


ukuran kabel tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.

3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-panel


tegangan rendah dan panel kapasitor sesuai dengan gambar
rencana.

4. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi:


a. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu
dan jenis lampu sesuai gambar rencana.
b. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa,
stop kontak daya dan stop kontak khusus.
c. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch
dan saklar tukar.
d. Pengadaan dan pemasangan berbagai cable ladder, cable tray
dan cable trunking.
e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi
pelindung kabel serta berbagai accessories lainnya seperti :
box untuk saklar dan stop kontak, junction box, fleksibel
conduit, bends/elbows, socket dan lain-lain.
f. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi
penerangan dan stop kontak.

5. Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)


a. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar lengkap
dengan tiang, pondasi, armature dan accessories lainnya.
b. Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan
tiang, pondasi, armature dan accessories lainnya.
c. Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan
tiang armature dan accessories lainnya.
d. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar
lengkap dengan conduit, pelindung kabel dan accessories
lainnya.

6. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan


lengkap dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan
accessories lainnya.

7. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal


petir lengkap dengan accessories lainnya.

8. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang


sistem ini agar dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan
bak kontrol, kabel rack, support equipment dan accessories
lainnya.

Pasal 2 : Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana
untuk menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari
peralatan-peralatan, dan sambungan-sambungannya. Kontraktor
Pelaksana harus melengkapi dan memasang selumh peralatan-
peralatan bantu yang dibutuhkan.
2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang
posisi dari peralatan-peralatan, pemipaan, ducting dan lain-lain.
Kontraktor Pelaksana harus mengadakan perubahan-perubahan yang
diperlukan yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan tanpa
tambahan-tambahan biaya.
3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan
pada gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.

Pasal 3 : Standar-Standar
Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan peraturan yang
berlaku :
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan
Instalasi Listrik (PIL) dan tentang Syarat-syarat Penyambungan Listrik
(SPL).
c. Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia
(SNI).
d. Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.
e. Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang standard
penerangan buatan.
f. Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan bangunan.
g. Standard negara lain yang berlaku di Indonesia seperti : IEC, VDE,
DIN, NEMA, JIS, NFPA, dan lain-lain
Pasal 4 : Pekerjaan Terkait
Referensi bagi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini
adalah :
a. Penerangan dan stop kontak
b. Sistem Pembumian
c. Daftar merk/produk material

Pasal 5 : Gambar-Gambar Kerja Dan Petunjuk Instalasi


a. Kontraktor Pelaksana harus mengirimkan, sebelum instalasi di pasang
hal-hal sebagai berikut :
1. Gambar kerja (Shop Drawing) yang menunjukkan secara detail
tentang pemasangan (instalasi) peralatan-peralatan serta
hubungan-hubungannya dengan pekerjaan lain.
2. Gambar-gambar kerja yang menunjukkan posisi-posisi elevasi,
pengkabelan serta detail-detail pemasangan peralatan pada
posisinya atau pada mangannya.
3. Prosedur pemasangan yang disarankan oleh pabrik pembuat
peralatan.
4. Brosur-brosur/katalog yang lengkap tentang ukuran-ukuran
peralatan (mesin-mesin) berat, cara-cara pemasangan dan
persyaratannya, serta wiring diagram dari peralatan-peralatan
utama.
b. Kontraktor Pelaksana juga diharuskan membuat gambar kerja pada
bagian-bagian tertentu yang dianggap perlu dan ditunjukkan oleh
Konsultan Supervisi.

Pasal 6 : Gambar Instalasi Terpasang Dan Petunjuk Operasi


1. Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat dan menyerahkan
gambar- gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) yang telah
disetujui Konsultan Supervisi, kepada Pemberi tugas sebanyak 3 set
yang terdiri dari 1 set transparent dan 2 set cetak bim. Bila pekerjaan
telah selesai dan paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima
pertama.

2. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan 3 set buku yang berisi


petunjuk operasi dan perawatan dari selumh instalasi, dan peralatan
kepada Pemberi tugas paling lambat 30 hari kalender setelah serah
terima pertama.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab untuk mendidik operator
yang ditunjuk Pemberi tugas, sampai yang bersangkutan terbukti
sanggup menjalankan/ mengoperasikan seluruh sistem dengan baik.

Pasal 7 : Masa Pemeliharaan Dan Garansi


1. Setelah serah terima kedua Kontraktor Pelaksana/Supplier harus
memberikan garansi terhadap peralatan-peralatan yang dipasang
serta mengadakan service / pemeliharaan selama masa yang
ditentukan yaitu:
a. Garansi selama 1 tahun
b. Pemeliharaan selama 6 bulan.
2. Selama masa pemeliharaan Kontraktor Pelaksana diwajibkan :
a. Menyelesaikan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan
pekerjaan.
b. Memelihara dan merawat peralatan yang dipasang secara berkala
sesuai dengan persyaratan pabrik.
c. Melatih operator yang ditugaskan oleh Pemberi Tugas, sehingga
petugas tersebut mahir dalam menjalankan dan merawat
peralatan-peralatan yang dipasang.

Pasal 8 : Pendidikan Dan Latihan


1. Kepada tiga orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi
dan perawatan lengkap dengan 3 copy operating/maintenance dan
repair manual, segala sesuatunya atas biaya Kontraktor Pelaksana.

Pasal 9 : Persyaratan Bahan Dan Material


a. Umum
1. Semua material yang disupply dan dipasang oleh Kontraktor
Pelaksana harus baru dan material tersebut harus cocok untuk
dipasang di daerah tropis.
2. Material-material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan
dari produksi yang terbaru. Untuk material-material yang disebut
dibawah ini, maka Pemilik harus menjamin bahwa barang tersebut
adalah baik dan baru dengan jalan menunjukkan surat order
pengiriman dari dealer/agen/pabrik.
a. Peralatan panel : switch, circuit breaker, meter dan
kontaktor serta relay protection.
b. Peralatan lampu : Armature, bola lampu, ballast, dan
kapasitor.
c. Peralatan instalasi : Stop kontak, saklar, junction box, dan
lain-lain.
d. Kabel.

b. Daftar Material
1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor
Pelaksana wajib mengisi daftar material yang menyebutkan : merk,
type, kelas lengkap dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada
waktu tender.
2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen
yang berupa barang-barang produksi.

c. Penyebutan Merk/Produk Pabrik


1. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan
beberapa merk tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari
material atau komponen tertentu terutama untuk material-material
Listrik utama, maka Kontraktor Pelaksana wajib melakukan
didalam penawarannya material yang dalam taraf mutu/pabrik
yang disebutkan itu.
2. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang
disebutkan pada tabel material tidak dapat diadakan oleh
Kontraktor Pelaksana, yang diakibatkan oleh sesuatu alasan yang
kuat dan dapat diterima Owner, Konsultan Supervisi dan
Perencana, maka dapat dipikirkan penggantian merk/type dengan
suatu sanksi tertentu kepada Kontraktor Pelaksana.

d. Daftar Merk/Produk Material


1. Panel TR : EGA, TSA, Simetri, Sier, Guna Era, Altrak.
2. -Kabel TR : Kabel indo, Kabel Metal, Supreme, IKI
Sumindo.
-Kabel TR-FRC : Radox, Kabel Metal Eicuflamex, Pyrotenax,
Sumitomo, Fuji, Nelson, Pirelli.
3. Capasitor Bank : Nokia, Merlin Gerin, ABB, Siemens, AEG,
Lifasa.
4. Komponen Panel Tegangan Rendah :
a. ACB, MCCB, MCB : ABB, Siemens, Merlin Gerin, AEG,
itsubishi.
b. Diazed Fuse : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
c. Trafo Arus : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, SEG,
MG.
d. Peralatan Meter :
- Volmeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi,
MG.
- Ampermeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi,
MG.
- CosQ-meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi,
MG.
- Frekwensi Meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi,
MG.
- Relay-relay pengaman : Telemecanique, Omron,
Siemens, AEG, SEG.
e. Timer switch dilengkapi back-up power battery atau spring
kapasitas min. 72 hours : Legrand, Siemens, Theben.
f. Peralatan Accessories : Ex Eropa, Japan.
g. Surge arrester/Lightning Arrester : OBO Better-man, Dehn.
5. Komponen Lampu :
a. Tube lamp : Phillips, General Electric (GE), Osram,
National.
b. Lampu Taman : Phillips, General Electric (GE), Osram,
National.
c. Lampu Mercury : Phillips, General Electric (GE), Osram,
National
d. Capacitor : Phillips, Notocon, National, Siemens,
Bosch.
e. Ballast Type Low Loss : Phillips, ATCO (Low Loss).
f. Fitting : Phillips, BJB, Vosloh.
g. Starter : Phillips, BJB, Vosloh.
6. Stop Kontak/Switch : MK,Clipsal, Legrand, ABB, Berker,
National.
7. Saklar : Nasional
8. Conduit Instalasi : EGA, Clipsal.
9. Armature Lampu TL : Phillips, Artolite, Spectra,
Siemens, Lucolite.
10. Armature Lampu Down Light : Artolite, Lucolite, Siemens,
Spectra.
11. Lampu Exit Battery : Menvier, PNE, Maxspid.
12. Lampu Emergency + Battery : Menvier, PNE, Maxspid.
13. Rak Kabel : Nobi, Dhemar, Three stars,
Interack, Metosu.
14. Grounding System : Cadweld, Poly Phase, Term
oweld, Ex-Local dengan
conductivity Cu > 99,9.
15. Fire Resistance kabel : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji,
Pirelli.

C. PANEL TEGANGAN RENDAH


Pasal 1 : Persyaratan Bahan Dan Material
1. Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan,
pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, ijin-ijin, tenaga
teknisi dan tenaga ahli.
2. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam
gambar dan spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan
lainnya.

Pasal 2 : Persyaratan Bahan Dan Material


1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen
yang harus ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel
yang dimaksud untuk beroperasi pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat,
50 Hz dan Solidly Grounded dan harus dibuat mengikuti standard IEC,
VDE/DIN, BS, NEMA dan sebagainya.
2. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (Metal
enclosed), free standing untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap
dengan semua komponen-komponen yang ada :
a. Panel Genset
b. LVMDP
c. LV-SDP
3. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal
enclosed). Wall mounting untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap
dengan semua komponen-komponen yang ada :
a. Panel-panel pencahayaan dan stop kontak
b. Panel-panel daya plumbing
c. Panel-panel daya air conditioning
d. Panel-panel lain.
4. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal
enclosed} untuk pasangan luar (Outdoor Use) lengkap dengan semua
komponen-komponen yang ada :
a. LP-OL (semua yang tercantum dalam gambar rencana).
5. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini,
tetapi tercantum dalam mgambar rencana.

Pasal 3 : Karakteristik Panel

a. Tegangan kerja : 400 volt


b. Tegangan uji : 3.000 volt
c. Tegangan uji impulse : 20.000 volt
d. Frekwensi : 50 Hz

Pasal 4 : Konstruksi Panel


1. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan dengan aman
oleh petugas, misalnya seperti pengoperasian sakelar daya (MCCB),
pemutus tenaga (CB), pemasangan kembali indikator-indikator,
pengecekan tegangan, pengecekan gangguan dan sebagainya.
2. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang digunakan
untuk pemasangan peralatan-peralatan atau penyambungan-
penyambungan. Setiap lemari hanya dapat dibuka bila semua
peralatan bertegangan dalam lemari tersebut telah off /mati.
3. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interiock
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi
kecelakaan akibat kesalahan-kesalahan operasi yang dibuat oleh
petugas.
4. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm
dan diberi penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standard,
sehingga dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan
masing-masing terpisah satu sama lain dengan alat pemisah.
5. Tiap kubikel terdiri dari bagian sebagai berikut :
a. Ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan penutup yang
dapat dilepaskan dengan baut setelah switchgear dimatikan.
b. Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka, yang
dihubungkan dengan sebuah handel pembuka peralatan
sedemikian rupa, sehingga hanya dapat dibuka bila bagian dalam
ruangan tersebut telah off/mati.
c. Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus
disesuaikan ketinggiannya.
6. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut:
a. Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium
b. Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah
pengelasan, kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap
karat dengan cara galvanisasi atau "Chromium Plating" atau
dengan "Zinc Chromate Primer".
c. Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven wama
abu-abu atau wama lain yang disetujui Direksi.
7. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit
Breaker (MCB) dengan breaking capacity minimal 8 -10 KA simetris.
8. Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case Circuits Breaker
(MCCB) atau No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang diberikan
pada gambar rencana dengan breaking capacity seperti ditunjukkan
dalam gambar rencana.
9. Circuit Breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi
thermal dan instantaneous magnetic unit.Main CB dari setiap panel
harus dilengkapi dengan shunt trip terminals dan kabel control harus
tahan api.
10. Panel/Cubicle harus dilengkapi dengan Relay pengaman terhadap
kesalahan hubungan ketanah (Earth/GroundFoult Relay), dan
kelengkapan Relay pengaman lainnya (Over Current Relay, Over
Voltage Relay dan lain-lain)seperti terdapat pada gambar.
11. Main busbars dalam panel harus dipasang horizontal dibagian
bawah/atas dan mempunyai kemampuan hantar arus kontinu minimal
sebesar 1,5 (satu setengah) kali dari rating ampere frame main
pemutus dayanya.
12. Busbars dari bahan tembaga mumi dengan minimum konduktivitas
99,99 .
Busbars harus dicat sesuai code wama dalam PUIL 2000;
a. Phasa : Merah, kuning, hitam
b. Netral : Biru
c. Ground : Hijau - Kuning.
13. Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun
dengan kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50
HZ dan tahan bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus pula
dapat menutup dengan sempuma pada 85 tegangan nominal.
Magnetic Contactor harus dari Telemekanik dan yang setaraf.
14. Pemberian Tanda Pengenal
Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal-hal berikut:
a. Fungsi peralatan dalam panel
b. Posisi terbuka atau tertutup
c. Arah putaran dari handel pengontrol dari switch
d. Dan lain-lain.
Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.
15. Pengujian
Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan sertifikat
pengujian yang diakui oleh PLN (LMK):
a. Test kekuatan tegangan impuls
b. Test kenaikan temperatur
c. Test kekuatan hubung singkat
d. Test untuk alat-alat pengaman
e. Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang
dimaksud
f. Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-handel
g. Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock
h. Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.

D. KABEL DAYA TEGANGAN RENDAH

Pasal 1 : Umum
1. Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam
ukuran dan type yang sesuai dengan gambar rencana
(NYY,NYFGBY,FRC,NYM,NYA,06/1 KV) kabel daya tegangan rendah
ini harus sesuai dengan standard SII atau S.P.L.N.

Pasal 2 : Instalasi Dan Pemasangan Kabel


a. Bahan
1. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi peraturan PUIL 2000/LMK. Semua kabel/ kawat harus baru
dan harus jelas ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan
jenis pintalannya.
2. Semua kawat dengan panampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat
secara disiplin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel
dengan penampang lebih kecil 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian
remote control.
3. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type :
a. Untuk instalasi penerangan adalah NYM/NYA dengan conduit
Hight Impact PCV.
b. Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, FRC dan penerangan taman
dengan menggunakan kabel NYFGbY.
c. Untuk kabel-kabel dari diesel genset menuju ke LVMDP
menggunakan kabel jenis NYY.
d. Untuk kabel-kabel dari LVMDP menuju ke panel-panel hydrant,
pressurization fan, panel lift menggunakan kabel jenis FRC.
e. Untuk FRC digunakan merk : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji,
Pirelli.Pyrotenax.
4. Semua kabel NYY yang ditanam didalam perkerasan (tembok, jalan,
beton, ail) harus berada di dalam conduit Galvanis yang disesuaikan
dengan ukurannya.

b. "Splice" / Pencabangan
1. Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan-
sambungan baik dalam feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada
outlet atau kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai (accessible).
2. Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis
dan harus teguh secara electric, dengan cara-cara "Solderless
Connector". Jenis kabel tekanan, jenis compression atau soldered.
3. Dalam membuat "Splice" konector harus dihubungkan pada
konductor-konduktor dengan baik, sehingga semua konductor
tersambung, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak
bisa lepas oleh getaran.
4. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
temaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelite ataupun PVC,
yang diametemya disesuaikan dengan diameter kabel.

c. Bahan Isolasi
1. Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti
karet, PVC, asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan
lain-lain harus dari type yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi
voltage dan lain-lain tertentu itu harus dipasang memakai cara yang
disetujui menurut anjuran perwakilan Pemerintah dan atau
Manufacturer.
2. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-
lain). Kontraktor Pelaksana harus memberikan brosur - brosur
mengenai cara- cara penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik
kepada Perencana.
3. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan wama-wama atau nama-
namanya masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan
isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil
pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Supervisi.
4. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan
penyambungan-penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah
putih dan kuat. Penyambungan-penyambungan harus dan ukuran
yang sesuai.
5. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa
PVC / protolen yang khusus untuk listrik.
6. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila periu untuk
menjaga nilai isolasi tertentu.
7. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal
temperatur-temperatur pengecoran dan semua lobang-lobang udara
harus dibuka selama pengecoran.
8. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka
harus dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm ..... minimal 2,5
mm.

d. Saluran Penghantar dalam Bangunan


1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling
gantung, saluran penghantar (conduit) ditanam dalam beton.
2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling
gantung saluran penghantar (conduit) dipasang diatas kabel tray dan
diletakkan di atas ceiling dengan tidak membebani ceiling.
3. Untuk instalasi saluran penghantar diuar bangunan, dipergunakan
saluaran beton, kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa
galvanized dengan diameter sesuai standansasi. Saluran beton
dilengkapi dengan hand-hole untuk belokan-belokan.
4. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit
minimum 5/8" diametemya. Setiap pencabangan ataupun
pengambilan keluar harus menggunakan junction box yang sesuai dan
sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan terminal strip di
dalam junction box.
5. Junction box yang terlihat dipakai junction box ex. Jerman Eropa, tutup
blank plate stainless steel, type "star point".
6. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus
dilengkapi dengan "Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah
tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang
berada pada ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m harus
dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa harus diklem ke bangunan
pada setiap jarak 50 cm.

e. Pemasangan Kabel dalam Tanah


1. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.
2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan
batas merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.
3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi pipa
Galvanized.
4. Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa
galvanized atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC type AW,
kabel harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan
lain-lain.
5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus
bersih dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti :
batu, abu, kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas galian
(lubang) dilapisi dengan pasir kali setebal 10 cm. Kemudian kabel
diletakkan, diatasnya diberi bata dan akhimya ditutup dengan tanah
urug.
6. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara
langsung, harus mempergunakan peralatan khusus untuk
penyambungan kabel dalam tanah.
7. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking yang
jelas pada jalur-jalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan
didalam pengoperasian, pengurutan kabel dan menghindari
kecelakaan akibat tergali/tercangkul.

Pasal 3 : Pengujian Testing


1. Factory Test
a. Pengetesan Individuil
Pengetesan mi dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari
pengetesan sebagai berikut:
- Pengetesan ukuran tahanan hantaran
- Pengetesan dielektrik
- Pengukuran loss factor
b. Pengetesan Khusus
Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan
dipakai. Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut:
- Test tegangan impuls
- Mekanikal test
- Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperature
- Pengetesan dielektrik
- Pengetesan perambatan (Creep Test)

2. Site Test
1. Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam,
penyambungan-penyambungan dan pemasangan kotak akhir,
maka dilakukan pengetesan dielektrik/insulation test.
2. Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas
dan tidak dapat dihapus.

E. PENERANGAN DAN KOTAK KONTAK


Pasal 1 : Lampu Dan Armaturenya
1. Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang dimaksudkan,
seperti yang dilukiskan dalam gambar-gambar elektrikal.
a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pentanahan
(grounding).
b. Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus
dikompensasi dengan "power factor correction capasitor" yang
cukup kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari
diffuser itu sendiri.
c. Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai bahan
tertentu, sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat
tinggi.
d. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block
harus cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas
yang ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur
teknis komponen lampu itu sendiri.
e. Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempuma. Kabel-kabel
dalam box harus diberikan saluran atau klem-klemn tersendiri,
sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor.

f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar
tahan karat, kemudian di finish dengan cat akhir dengan oven
wama putih.
g. Box terbuat dari glass - fibre reinforced polyster dengan brass
insert harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta
cover dari clear polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia,
maupun gas kimia.
h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe Recessed Mounted atau Surface
Mounted harus mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm.
i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula
dipergunakan single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu
fluorescent).
j. Untuk lampu TL yang di-dimmer, ballast harus dari jenis "High-
Frequency Electronic light regulating ballast", yang dapat men-
dimmer lampu-lampu fluorescent TL, dan harus pula dipergunakan
single electronic ballast (satu elektronik ballast untuk satu lampu
fluorescent).
k. Tabung Fluorescent harus dari type TLD, untuk area kantor dan
lain-lain. Dengan jenis wama lampu 54 cool day light, sedangkan
untuk area kolam ikan dengan jenis wama lampu 33
l. Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana
dudukan hrrus dari bahan aluminium silicon aloy atau dari moulded
plastic. Diffuser harus dari bahan gelas susu atau satin etached
opal plastic. Armatur down ligh tersebut harus tahan terhadap
bahan kimia maupun gas kimia.
m. Konstruksi armatur Down Light harus kuat untuk dipasang dengan
lampu HPL-N 250 W maupun PL-9 W/SL-18 W.
n. Lubang-lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon
untuk mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang pada
dudukan ulir, tidak boleh dengan memakai paku sekrup.
o. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana
dan desain Arsitek.

Pasal 2 : Kotak Kontak Biasa


1. Kotak kontak dinding yangdipakai adalah Kotak kontak satu phasa,
Rating 250 Volt, 13 Ampere, untuk pemasangan di dinding.
2. Kotak kontak 1 (satu) phasa dilengkapi dengan saklar dan pilot lamp
untuk pemasangan rata dengan dinding dengan rating 250 volt, 13
Ampere.
3. Bahan dari Cover Plate.
4. Kotak kontak yang dipakai adalah Kotak kontak satu phasa untuk
pemasangan rata dinding dengan ketinggian 30 cm/80 cm di atas
lantai dan harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan.
Harus di pasang mengikuti item e.

Pasal 3 : Kotak Kontak Khusus

1. Kotak kontak khusus yang dipakai adalah Kotak kontak tiga phasa dan
harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan . Rating 3
Phasa, 415 Volt, 16 A, 32 A dan 63 A yang dilengkapi MCB dan
switch.

Pasal 4 : Saklar Dinding


1. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker, dengan
rating 250 Volt 10 ampere dari tipe single gang, double gangs atau
multiple gangs (grid switches), saklar hotel single gang atau double gangs
dipasang dengan ketinggian 1,20 m atau ditentukan lain.

Pasal 5 : Isolating Switches

1. Isolating switches harus dipasang pada dinding dan dilengkapi dengan


indicating lamp. Rating isolating switch harus lebih tinggi dari rating
MCB / MCCB pada feeder di panelnya. Rating tegangan adalah untuk
1 fasa 250 Volt, fasa 415 Volt.
2. Switches harus dipasang pada box mengikuti item g.

Pasal 6 : Box Untuk Saklar Dan Kotak Kontak

1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman
tidak kurang dari 35 mm.
2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau
Kotak kontak dinding terpasang pada box harus menggunakan baut,
pemasangan dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.

Pasal 7 : Kabel Instalasi

1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak


harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih
(NYA, NYM, NYY).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode
wama insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai
berikut:
a. Fasa R : merah
b. Fasa S : kuning
c. Fasa T : hitam
d. Netral : biru
e. Grounding : hijau/kuning

Pasal 8 : Pipa Instalasi Pelindung Kabel


a. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC
kelas AW atau GIP. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan
accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya, yaitu
tidak kurang dari diameter 19 - 25 mm.
b. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak
sambung Qunction box) dan armature lampu.
c. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Kotak kontak dengan
pipa PVC khusus untuk power high impact conduit-heavy gange,
minimum diameter 19 - 25 mm.
d. Seluruh instalasi rigid conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar
saddle, adaptor female and male thread, male and female bushe,
locknut dan perlengkapan lainnya.
e. Conduite khusus harus harus digunakan type Explosion Proof, Class
IP - 65.

Pasal 9 : Rak Kabel

1. Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis
cable ladder yang terbuat dari plat Mild Steel dengan finishing Hot Dip
Galvanis dilapisi oleh Zink Eromate harus tahan terhadap bahan kimia
dan gas kimia.

Pasal 10 : Testing / Pengujian

1. Testing dilakukan dengan disaksikan oleh pengawas lapangan yang


disahkan oleh lembaga yang berwenang pengujian meliputi :
a. Test ketahanan isolasi
b. Test kekuatan tegangan impuls
c. Test kenaikan temperatur
d. Continuity test.

F. SISTEM PEMBUMIAN

Pasal 1 : Power House Building


1. Seluruh bagian-bagian besi dalam bangunan harus diketanahkan
secara baik, dengan cara menghubungkannya kepada rel/copper plate
pembumian yang telah tersedia di power house yaitu semua frame
besi, pintu besi, tangki minyak, panel-panel, housing generator,
housing transfbrmator, housing dari peralatan metal lainnya.
2. Hubungan antara bagian yang tetap dan yang bergerak (pintu-pintu)
dilakukan dengan pita tembaga fleksibel, yang harus dilindungi dari
gangguan mekanis.
3. Semua sambungan-sambungan pada sistem pentanahan harus
dilakukan dengan baut dari campuran tembaga. Electroda pembumian
terbuat dari batang tembaga diameter 1" dan harus ditanam minimal
sedalam 6 m , sehingga dapat dicapai tahanan pembumian maksimal
2 Ohm.

Pasal 2 : Gedung – Gedung Lainya


1. Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan metal (panel-panel,
housing peralatan, cable rack, pintu-pintu besi, tangki-tangki dan lain-
lain) harus dihubungkan pada elektroda pembumian baik secara
terpadu atau secara terpisah (individual).
2. Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 1" dan
harus ditanam minimal sedalam 6 m , sehingga dapat dicapai tahanan
pembumian maksimal 2 Ohm.
3. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat
hubungan pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standard-
standard yang berlaku dalam PUIL 2000.
4. Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut:

Penampang Konduktor Penampang Konduktor


daya yang digunakan pembumian
(mm2) (mm2)

< = 10 mm2 6 mm2


16 mm2 10 mm2
35 mm2 16 mm2
70 mm2 50 mm2
120 mm2 70 mm2
> = 150 mm2 95 mm2

B. SISTEM TATA SUARA


1. UMUM
Pemborong adalah Kontrakor / Sub Kontraktor Pekerjaan Instalasi Tata Suara harus
menawarkan seluruh lingkup pekerjaa yang dijelaskan baik dalam spesifikasi ini
ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan peralatan
yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini. Bila
ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan maka hal tersebut merupakan
kewajiban Pemborong untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut.

Pada prinsipnya Pemborong M&E wajib melengkapi seluruh bagian dari sistem
secara keseluruhan merupakan sistem yang lengkap dan dapat berfungsi dengan
baik.

2. LINGKUP PEKERJAAN SISTEM TATA SUARA


1. Sistem Tata Suara yang merupakan lingkup pekerjaan ini adalah suatu sistem
tata suara yang sempurna dari sumber tata suara sampai titik speaker
2. Sistem tata suara yang dikehendaki adalah Sistem Tata Suara Program Umum
dan
3. Car Call.

3. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN TATA SUARA


1. Setiap bagian dari bahan dan peralatan yang akan dipakai harus dapat
dioperasikan secara normal pada temperature keliling tidak kuarang dari 40 C dan
kelembaban relatif tidak kurang 80 %.

2. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang sesuai
dengan catu daya di Indonesia.

3. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listruk, harus dipilih yang dapat
bekerja secara normal dengan besaran faktor tidak kurangdari 0,9 atau Pemborong
wajib menambahkan kapasitor.
4. Apabila ternyata peralatan yang diajukan Pemborong mempunyai kapasitas
yang lebih besar dari yang direncanakan, Pemborong wajib menyesuaikan semua
perubahan kompomen yang berhubungan dengan perubahan kapasitas.
5. Kontraktor M&E wajib melengkapi seluruh peralatan yang dipergunakan
dalam paket pekerjaan ini terhadap interferensi gelombang radio (RF) dan
kejutan tegangan (SURGE ARRESTER).

4. KETENTUAN TEKNIS PERALATAN UTAMA UMUM


1. Semua peralatan utama pekerjaan ini harus dari bahan plat baja diproses anti
karat dan dicat dengan cat bakar. Konstruksi dari rak peralatan ini harus kokoh
tidak mudah goyah dilengkapi dengan roda. Apabila dipergunakan lebih dari 1 rak
peralatan, maka dimensi rak hendaknya dipilih yang sama

2. PREAMPLIFIER yang dipergunakan harus sesuai dengan tipe peralatan yang


terhubung. Frekuensi kerja alat ini tidak kurang dari 30 Hz sampai dengan 20 KHz
pada perbedaan signal 1 dB, dimana cacat signal 0,3% pada gelombang 1 KHz.
Alat ini harus dolengkapi dengan pengatur kuat suara, penyaring signal dan lampu
indikator yang akan menyala pada saat dipakai serta dioperasikan dengan sistem
MUTING.

3. POWER AMPLIFIER yang dipergunakan harus dapat mengoperasikan


semua SPEAKER yang terpasang, pada lebar bidang frekuensi kerja antara 40 Hz
sampai dengan 16 KHz dimana distorsi yang dihasilkan tidak melebihi 1% dan nilai
perbandingan S/N tidak kurang dari 80 dB serta dilengkapi dengan operasi secara
prioritas.

4. JUCTION PANEL harus mampu menampung semua hubungan kabel yang


akan keluar dan masuk ke rak peralatan utama.

5. MAIN SWITCH PANEL harus dapat dipergunakan untuk mengoperasikan semua


peralatan secara serentak.

6. BLOWER/FAN yang dipergunakan harus mampu menjaga temperatur


kerja peralatan utama agar supaya tidak melebihi batas 40 C secara otomatis.

7. PERFORATED PANEL harus dipergunakan untuk mengisi bagian pada rak


peralatan utama yang tidak dipergunakan oleh peralatan.

8. MONITOR PANEL yang dipergunakan harus dilengkapi dengan dpeaker, pengatur


kuat suara, alat ukur kuat suara dan saklar pemilih. Alat ini harus mapu memonitor
saluran keluar dari semua Amplifier.

9. SPEAKER SELECTOR yang dipakai harus mempunyai saluran keluar tidak kurang
dari jumlah pengelompokan SPEAKER yang direncanakan dan mempunyai
sebuah saklar operasi secara serentak untuk semua saluran dimana secara
keseluryhan mampu menyalurkan daya 1000 Watt atau lebih.

10. CEILING SPEAKER harus mempunyai kemampuan untuk menampung daya


sebesar 3 Watt RMS dengan lebar bidang frekuensi kerja tidak kurang dari 100 Hz
sampai 10 KHz dan kuat suara yang dihasilkan tidak kurang dari 94 dB pada catu
daya sebesar 1 W diukur pada jarak 1 meter. SPEAKER yang dipergunakan
berdianeter tidak kurang dari 18 cm tipe CONE dan dilengkapi dengan penutup
yang terbuat dari bahan aluminium berlubang dan dengan rangka aluminium
11. BOX SPEAKER harus mempunyai kemampuan untuk menampung daya sebesar
3 Watt RMS dengan lebar bidang frekuensi kerja tidak kurang dari 100 Hz sampai
10 KHz dan kuat suara yang dihasilkan tidak kurang dari 90 dB pada catu daya
sebesar 1 W diukur pada jarak 1 meter. SPEAKER yang dipergunakan
berdianeter tidak kurang dari 18 cm tipe CONE dan dilengkapi dengan kotak kayu
berlapis bahan Vinyl
12. HORN SPEAKER type indoor dipasang di dalam bangunan, harus
memenuhi spesifikasi tertentu yaitu sebagai berikut:
o Input impedance : 1 K Ohms/10 W
o Frequency response : 250 – 10000 Hz
o Sound pressure level : 95 dB/1 m/1 W
o Input power rate : 10 W max 15 W

13. ATTENUATOR yang dipergunakan hendaknya mempunyai kemampuan untuk


mengatur kuat suara dari SPEAKER yang terhubung dalam 3 tahap.

14. MICROPHONE yang dipergunakan adalah Remote Micropone tipe dinamik


yang mampu menerima suara secara UNIDIRECTIONAL yang dilengkapi dengan
saklar operasi, bagian penyaring suara, dudukan peralatan, 2 macam tone dan
PREAMPLIFIER MICROPHONE ini harus mempunyai lebar bidang frekuensi
kerjatidak kurang dari 50 Hz sampai 15 KHz dimana kepekaannya tidak kurang
dari 74 dB dan distorsi maksimum 2 %.

5. KETENTUAN TEKNIS KABEL PENGHANTAR


1. Kabel yang dipergunakan sebagai penghantar utama yaitu kabel berinti banyak
atau berinti tunggal dari bahan tembaga dengan luas penampang inti tidak kurang
dari yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana, dimana setiap intinya diisolasi
dengan bahan PVC dan secara keseluruhan diisolasi dengan bahan PVC sebanyak
2 lapis. Setiap inti kabel harus mempunyai nomor.

2. Khusus untuk kabel penghantar Microphone, pemborong harus


mempergunakan kabel tipe Coaxial khusus untuk kebutuhan tersebut dan diameter
intinya harus dipilih sedemikian rupa sehingga tegangan jatuh yang terjadi masih
berada di dalam kemampuan kerja peralatan.

6. KETENTUAN TEKNIS PIPA PELINDUNG KABEL


1. Sub contractor M&E wajib mempergunakan pipa pelindung kabel bagi semua
kabel yang diameternya berukuran lebih kecil dari 20 mm, dimana diameter dalam
dari pipa pelindung kabel tidak kurang dari 150% diameter luar kabel.

2. Apabila dipergunakan kabel berinti tunggal, maka Sub Contractor M&E


wajib memakai pipa pelindung harus tidak kurang dari 250 % jumlah luas penampang
kabel yang akan dipasang.

3. Apabila tidak ditentukan lain, maka Pemborong wajib memakai pipa


pelindung kabel yang terbuat dari bahan PVC khusus SUPER HIGH IMPACT HEAVY
GAUGE untuk semua area.

4. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan harus tidak mempunyai sifat


sebagai berikut:
- Tidak mudah terbakar
- Tidak merambatkan api
- Dapat memadamkan api dengan sendirinya
- Tidak mengeluarkan gas beracun bila terbakar
- Dan ketentuan-ketentuan lainnya sesuai dengan persyaratan International.

5. Contractor M&E wajib mempergunakan kotak percabangan yang sesuai


dengan kebutuhan dan tipe pemasangnya serta disetujui oleh Wakil Pemberi
Tugas/Direksi Pengawas.

6. Contractor M&E wajib mempergunakan alat bantu pemipaan yang sesuai


dengan kegunaannya dan disetujui oleh Wakil Pemberi Tugas/Direksi Pengawas.
7. Peralatan bantu untuk pipa pelindung diatur sebagai berikut:
- Pada setiap jarak 6 meter harus diberikan sambungan tipe
EXPANSION COUPLING,
- Tipe klem pipa harus sesuai untuk pemakaian jenis sambungan yang
dimaksud, dimana pipa tidak berhubungan langsung dengan tempat
kedudukannya,
- Lem yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik pembuat
pipa dan bersifat FIRE RETRANDT
- Pada setiap 4 belokan arah jalur kabel, harus diberikan kotak percabangan.

8. Dalam pemasangan kabel ke peralatan utama, Pemborong wajib


mempergunakan pelindung yang bersifat fleksibel dilengkapi dengan semua
peralatan.

7. KETENTUAN TEKNIS PERALATAN LAINNYA


1. Kotak Hubung yang dipergunakan dalam pekerjaan ini terbuat dari bahan plat baja
setebal 1,20 mm dan 2 diproses anti karat kemudian dicat dengan Powder
Coating atau cat Bakar anti gores [BAKE ENAMELLED PAINT]. Warna kotak
hubung akan ditentukan kemudian. Kotak Hubung hendaknya dilengkapi dengan
kunci yang sama dan Pemborong wajib menyediakan satu kunci untuk setiap
kotak hubung.
2. Peralatan terminasi yang akan dipasangkan dalam kotal hubunh harus tipe Screw
dan untuk terminasi ke perlatan harus tipe jack/socket, kecuali ditentukan lain oleh
Wakil Pemberi Tugas/Direksi Pengawas.

3. Contractor M&E wajib mempergunakan rak kabel untuk semua kabel yang
ditempatkan di dalam pipa pelindung kabel atupun tidak, bila dipasangkansecara
mendatar dan atau tegak dengan jalur kabel lebih ri empat jalur.

4. Rak dan tangga kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses dalam pabrik
serta difinishing melalui proses cat Hot Dip Galvanized pelaksanaan /
pembuatannya harus dibuatkan Gambar Kerja yang terlebih dahulu diajukan ke
Wakil Pemberi Tugas/Direksi Pengawas untuk diminta persetujuannya. Ukuran
dari bahan besi harus sedemikian rupa sehingga dapat menampung beban
dari kabel yang ditempatkan pada tangga kabel yang bersangkutan.

5. Konstruksi rak kabel yang dipergunakan harus sedemikian rupa sehingga


memungkinkan dibentuk dalam arah lengkung sesuai dengan keperluan
di lapangan.

6. Penggantung rak kabel harus ditempatkan pada setiap jarak yang tidak lebih dari
100 cm.

7. Contractor M&E wajib membuat rak kabel selebar kebutuhan dengan


memperhitungkan cara pemasangan kabel yang baik.

8. Pada sambungan sesama kabel control, Pemborong harus memakai LASDOOP


merk 3 m

8. KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Setiap bahan dan peralatan hendaknya dipasang sesuai dengan gambar rencana
dan atau gambar revisi serta harus disetujui oleh Wakil Pemberi Tugas/Direksi
Pengawas

2. Kotak Hubung hendaknya dipasang secara mendatar dengan dudukan dari


bahan baja siku 40x40x4 mm atau UNP 5
3. Apabila tidak ada ketentuan lain, maka Kotak Hubung harus ditempatkan pada
ketinggian 150 cm dari permukaan lantai ruangan yang bersangkutan.

4. Lokasi yang tepat dari semua bahan dan peralatan akan ditentukan kemudian di
lapangan oleh Wakil Pemberi Tugas/Direksi Pengawas.

5. Pemborong wajib mempergunakan setiap peralatan bantu pipa pelindung kabel


sesuai dengan fungsinya dengan tidak mengadakan perubahan.

6. Pipa pelindung kabel hendaknya ditempatkan di bagian bawah plat lantai di atas
lantai yang bersangkutan dan diklem pada setiap jarak yang tidak lebih dari 100
cm. Pemborong wajib memberikan klem di setiap belokan arah di kotak
percabangan dan di tempat lain yang akan ditentukan oleh Wakil Pemberi
Tugas/Direksi Pengawas.

7. Pemotongan pipa pada pipa pelindung kabel harus dilakukan dengan memakai
alat potong khusus pipa, dimana pada bagian bekas dilakukan pemotongan harus
dibersihkan .

8. Bagian persambungan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cairan


pembersih yang dianjurkan pabrik pipa sebelum diadakan penyambungan.

9. Dalam hal pemasangan pipa, penempatan yang diperkenankan adalah yang


sejajar dengan diding bangunan baik untuk pemasangan yang mendatar
maupun yang tegak terhadap bidang mendatar. Sudut belokan yang
diperkenankan adalah tegak lurus atau 45 derajat.

10. Dalam hal pemasangan pipa yang tidak dapat dilaksanakan secara sekaligus,
maka bagian ujung pipa harus ditutup sementara sesuai petunjuk Wakil Pemberi
Tugas/Direksi Pengawas.

11. Kotak percabangan dari pipa pelindung kabel apabila diperlukan harus
ditempatkan pada plat lantai di atas lantai yang bersangkutan. Kotak percabangan
harus dipasang dengan menggunakan FISHER 5 sebanyak 2 buah ke plat lantai
yang bersangkutan.

12. Contractor M&E tidak diperkenankan mengadakan penyambungan kabel


penghantar kecuali pada terminal peralatan.

13. Dalam pemasangan kabel penghantar yang ditanam, maka ketentuan penanaman
kabel yang berlaku harus ditaati.

14. Setiap bagian dalam pekerjaan yang terbuat dari bahan baja yang tidak terlindung
harus diberikan lapisan anti karat dengan ZINCHROMATE buatan ICI sebanyak 2
lapis.

15. Apabila terdapat pemasangan pipa pelindung kabel yang dipasang pada tembok
sejumlah 6 jalur atau lebih Pemborong wajib memberikan penutup seperti diminta
oleh Wakil Pemberi Tugas/Direksi Pengawas

16. Hal-hal lain engenai pemasangan bahan dan peralatan akan ditentukan oleh
Wakil Pemberi Tugas/Direksi Pengawas selama periode pelaksanaan pekerjaan.

9. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN PEKERJAAN TATA SUARA


1. Contractor M&E wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari sistim
maupun untuk sistim secara keseluruhan sesuai dengan permintaan Wakil
Pemberi Tugas/Direksi Pengawas.

2. Contractor M&E wajib memberitahukan rencana pengujian kepada Wakil Pemberi


Tugas/Direksi Pengawas. Pengujian yang tidak dihadiri oleh Wakil Pemberi
Tugas/Direksi Pengawas dan Wakil dari Pemberi Tugas dinilai tidak syah dan
harus diulang.

3. Pengujian hasil pelaksanaan terutama ditunjukkan untuk memeriksa hal-hal sebagai


berikut:
- Pengukuran tahanan isolasi kebel penghantar,
- Kuat suara setiap speaker,
- Operasi peralatan secara keseluruhan,
- Dan lainnya yang akan ditentukan oleh wakil Pemberi Tugas/Direksi
Pengawas.
4. Apabila ditemukan adanya ketidakberesan dalam pemasangan, maka Wakil
Pemberi Tugas/Direksi Pengawas berhak untuk menolak adanya penyerahan
pekerjaan kepada Pemberi Tugas.

5. Penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas hanya dapat dilaksanakan setelah


hasil pengujian dinyatakan dapat diterima baik oleh Wakil Pemberi Tugas/Direksi
Pengawas maupun oleh Pemberi Tugas, dimana semua kewajiban Pemborong
telah diselesaikan secara keseluruhan.
b. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN
1. Ketentuan Bahan dan Peralatan

No. Komponen Manufacturer


Recommended

TATA SUARA / SOUND SYSTEM

1.0 PERALATAN UTAMA


POWER AMPLIFIER untuk Public addres /Emergency TOA, BOSCH
Paging.
Kapasitas : 120 W
Frequency response : 20 – 2000 Hz ± 3 dB

Power Output : As required

Line Voltage : 50 Volt, 70 Volt, 100


Volt
Noise Level : 70 dB

Input Sensitivity : 0 dBs / 775 mVolt


Mixer
Mixer dengan selector switch (all call & zone call) TOA, BOSCH

Kapasitas : 400 Watt

SPEAKER SELECTOR TOA, BOSCH


Input : 4 inputs

Output : 1 balanced output/ 1 unbalanced


output

Swtches : 4 sector button/ 1 reset button


Muting : Current
Consumption : 4 mA (24VDC)
CEILING SPEAKER TOA, BOSCH
Sound pressure level : 89 dB / 1m/ 1 W

Frequency response : 100 – 12000 Hz

Input Impedance : 3.3 K Ohm/ 3 W 10 K Ohm/1

W
Input power rate : 3 Watt

Speaker component : 16 cm dynamic., 8

1.5 ohm TOA, BOSCH


HORN SPEAKER
Input Impedance : 1 K Ohm/ 10 W

2 K Ohm/5 W

4 K Ohm/ 2,5 W

Frequency response : 250 – 10.000 Hz

Sound pressure level : 95 dB / 1m/ 1 W

Input power rate : 10 Wmax 15


TOA, BOSCH
MICROPHONE

Type : Dynamic microphone

Directivity : undirectional (cardiod)

Output Impedancy at 1 Khz : 600 ohm unbalanced

Frequency range : 50 – 15.000 Hz

Accessories: CLIPSAL, GILFLEX, EGA,

ATTENUATOR TOA,
MAIN SWITCH PANEL BOSCH
BLOWER/FAN TOA,
COS (Changer Over Sitch) BOSCH

Lokal Kualitas Baik


Rak Peralatan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

KABEL INSTALASI

Indoor Cable : FRC, NYY KABELINDO, KABEL


Outdoor Cable : NYY METAL

1.9 KABEL KONDUIT : UPVC High Impact Fire SUPREME, TRANKA, IKI
Retardant

1.10 MDF
Box from steel sheet, finishing Powder coating
IDF 2mm Thickness

1.11 IDF / TBSS Lokal Kualitas Baik

Box from steel sheet, finishing Powder coating

1.12 IDF 1,5 mm thikcness Lokal Kualitas Baik


GROUNDING SYSTEM

Conductor : BC 25 mm2 (sesuai gambar


rencana)

Copper rod as Earthing Electrode KABELINDO, KABEL


METAL

SUPREME, TRANKA, IKI

Page 105
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

BAB XVI
PEKERJAAN MEKANIKAL

A. PEKERJAAN PLUMBING

Pasal 1 : Umum

a. Lingkup Pekerjaan

1. Spesifikasi ini melingkupi kebutuhan untuk pelaksanaan


pekerjaan , sebagaimana yang ditunjukan pad Gambar Bestek
yang terdiri dari, tetapi tidak terbatas pada :

2. Pengadaan dan pemasangan pompa-pompa air bersih.

3. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih, air


kotor, limbah kimia, dan air bekas sesuai Gambar Bestek dan
spesifikasi, termasuk penyambungan pipa PDAM dari meter air ke
Ground Water Resevoir.

4. Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi


seluruh peralatan Plumbing.

5. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plumbing yang


terpasang kecuali sanitary.

6. Mengadakan masa pemeliharaan selama waktu yang ditentukan


oleh Owner.

7. Pembuatan Shop Drawing bagi instalasi yang akan dipasang dan


pembuatan As Built Drawing bagi instalasi yang telah terpasang.

b. Koordinasi

1. Adalah bukan tujuan dari spesifikasi ini, ataupun gambar rencana


untuk menunjukan secara detail berbagai item pekerjaan dari
peralatan-peralatan dan penyambungan-penyambungan.

1. Gambar-gambar rencana menunjukan tata letak secara umum


dari peralatan, pemipaan cabinet dan lain-lain.

3. Kontraktor Pelaksana harus memodifikasi tata letak tersebut


sebagaimana yang dibutuhkan untuk mendapatkan pemasangan-
pemasangan yang sempurna sesuai dengan rencana pekerjaan
Arsitek dari peralatanp-peralatan tersebut. Modifikasi yang dibuat
oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

Page 106
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

4. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tapi tidak


ditunjukan dalam Gambar Bestek atau sebaliknya, harus
dilengkapi dan dipasang seperti pekerjaan lain yang disebut oleh
spesifikasi teknis dan ditunjukan dalam Gambar Bestek.

c. Kualifikasi Pekerjaan

1. Untuk pemasangan dan pengetesan pekerjaan ini harus


dilakukan oleh pekerja dan supervisor yang benar-benar ahli dan
berpengalaman.

2. Konsultan Supervisi dapat menolak atau menunda pelaksanaan


suatu pekerjaan, bila dinilai bahwa Kontraktor Pelaksana tersebut
tidak trampil/tidak berpengalaman.

d. Pengajuan -Pengajuan

Pada saat pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus


mengajukan :

1. Material list dari seluruh item peralatan yang akan dipasang.

2. Shop Drawing yang menunjukan secara detail pekerjaan-


pekerjaan/pemasangan peralatan dan pemipaan, penyambungan
dengan pekerjaan-pekerjaan lain atau pekerjaan-pekerjaan yang
sulit dilaksanakan. Ataupun perubahan-perubahan atau modifikasi
yang diusulkan terhadap Gambar Bestek.

3. Prosedur pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik (jika ada)


dari peralatan-peralatan yang akan dipasang.

4. Contoh-contoh material (brosur-brosur untuk peralatan-peralatan


yang besar) dari material/peralatan yang akan dipasang.

e. Review

1. Konsultan supervisi akan


memeriksa (mereview) pengajuan-pengajuan dari pemborong dan
memberi komentar atas hal itu.

2. Kontraktor Pelaksana harus


memodifikasi/merevisi pengajuan sesuai dengan komentar,
sampai didapat persetujuan dari Konsultan Supervisi.

f. Standard dan Code

Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek, maka pada pekerjaan


ini berlaku peraturan-peraturan sebagaio berikut :

Page 107
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

1. Peraturan pemadam kebakaran.

2. Ketentuan Pencegahan dan Penangulangan


kebakaran pada Bangunan Gedung DPMPTSP Aceh.

3. National Fire Protection association (NFPA) 13 dan


14

4. Pedoman Plumbing Indonesia.

h. Gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasi

1. Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan setelah serah


terima pertama Kontraktor Pelaksana wajib menyerahkan
gambar-gambar instalasi terpasang sebanyak 3 set cetak biru dan
1 set transparent, serta 1 set CD.

2. Pemborong juga berkewajiban untuk menyerahkan 3 set petunjuk


operasi dan maintenance dari system yang dipasang dalam
bentuk buku dan CD.

i. Bagian Yang berhubungan

Bagian yang berhubungan dengan pekerjaan ini adalah Pemipaan.

Pasal 2 : System

a. Air Bersih

1. Air bersih yang didapatkan dari PDAM, Sumur Bor atau Sumur
Dangkal disedot dengan Pompa Air dan ditampung pada suatu
Resevoir Atas dari bahan Fiber Glass Kapsitas 1000 – 2000 Liter
pada Water Tower.

2. Dari Resevoir Atas, air bersih ini dengan menggunakan gaya


Gravitasi didistribusikan langsung ke Kran dan Bak Tampungan
Air yang ada di Toilet dan kamar mandi.

b. Air Bekas/Air Kotor

1. Pada dasarnya air buangan yang bersal dari toilet seperti floor
drain, lavatory (air bekas) dipisah dengan air kotor yang berasal
dari WC dan Urinoir (air kotor). Untuk keperluan ini digunakan 2
(dua) pipa datar dan 2 (dua) untuk air. Air buangan dialirkan ke
saluran luar, air kotor padat dialirkan ke Septictank.

Page 108
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

d. Air Untuk Fire Hydrant (Jika Ada)

1. Lingkup pekerjaan
Pengadaan dan pemasangan secara sempurna unit-unit
peralatan utama yang dilakukan dalam system fire fighting
berupa satu set pompa fire hydrant yang berupa Pompa Jockey,
Pompa Elektrik Utama, Pompa Diesel beserta panel-panel
control dengan standard NFPA 20 beserta perlengkapannya.
Pengadaan dan pemasangan system pemipaan beserta
perlengkapannya meliputi pemipaan reservoir, pemipaan pada
instalasi pompa dan pemipaan distribusi pada setiap titik
pengeluaran.
Pengadaan dan pemasangan unit-unit perlengkapan system
pemadam kebkaran berupa fire hydrant pillar, fire hydrant
box, fire sprinkler, Siamese connection beserta peralatan
valve-valve control dan lain-lain.
Mengadakan testing dan commissioning semua system
pekerjaan yang terpasang. Pemborong atau bebannya harus
melengkapi dan memasang seluruh peralatan yang
dibutuhkan untuk melengkapi pekerjaan sehingga system dapat
bekerja dengan baik. Gambar-gambar rencana menunjukkan tata
letak secara umum dari peralatan dan instalasi system. Lokasi
yang ditunjukkan adalah merupakan posisi-posisi perkiraan.
Pemborong atau bebanya harus memodifikasi tata letak tersebut
sebagaimana dibutuhkan untuk mendapatkan pemasangan
pemasangan yang sempurna baik dari peralatan-peralatan
system
2. Penjelasan persyaratan teknis umum
a. Waktu Pelaksanaan
Lamanya waktu pelaksanaan pengadaan, pemasangan dan
pemeliharaan disesuaikan dengan tahap-tahap
pembangunan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
b. Material
Kontrkator harus menjamin seluruh unit peralatan yang
didatangkan adlah baru bebas dari deferive material,
improper material dan menjamin terhadap kwalitas atau
mutu barang sesuai dengan tujuan spesifikasi.
Setiap material harus diganti dengan yang sesuai dalam
jangka waktu tidak lebih dari 1 bulan setelah ditanda tangani
berita acara penerimaan barang. Seluruh biaya yang timbul
akibat penggantian material /peralatan menjadi
tanggungan /beban Pemborong.
c. Gambar-gambar
Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan-perencanaan
ini merupakan suatu kesatuan dan tidak dipisahkan. Apabila
ada sesuatu bagian pekerjaan atau peralatan yang
diperlukan agar instlasi ini dapat bekerja dengan baik, dan
hanya dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan

Page 109
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

atau spesifikasi perencanaan saja. Pemborong harus tetap


melaksanakannya tanpa ada biaya tambahan.
d. Gambar-gambar Perencanaan
Didalam gambar-gambar perencanaan ini tidak dimaksudkan
untuk menunjukkan semua pipa-pipa, fitting-fitting, katup-
katup dan fixture terperinci.
Semua bagian-bagian tersebut diatas walaupun tidak
digambarkan atau disebutkan secara spesifikasi harus
disesuaikan dan dipasanga ini lengkap dan dapat
bekerja dengan baik sesuai dengan pelaksanaan yang
wajar.
e. Gambar-gambar Kerja
Gambar-gambar kerja untuk seluruh pekerjaan harus selalu
berada dilapangan (site). Termasuk perubahan-perubahan
atau usulan-usulan dan lain sebagainya selama
pelaksanaan instalasi ini berjalan, Pemborong harus
memberikan tanda-tanda dengan pensil/tinta merah pada set
gambar atas segala perubbahannya, penghapusan atau
penambahan pada instalasi tersebut.
f. Gambar Pelaksanaan
Pemborong harus membuat gambar indtalasi secara
mendetail (shop drawing) untuk disetujui oleh Direksi.
Pelaksanaan pemasangan harus memenuhi syarat-syarata
yang umum berlaku dan emgnikuti pedoman Plumbing
Indonesia tahun 1979
g. Contoh-contoh Barang
Pemborong wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang
akan digunakan dalam palaksanaan, kepada Direksi
Lapangan atau brosur-brosur dari alat-alat tersebut dan
menunggu persetujuan dari Direksi Lapangan sebelum alat-
76
alat tersebut dipasang. Bila bahan-bahan tersebut diragukan
kwalitasnya akan dikirimkan kekantor penyelidikan bahan-
bahan atas biaya Pemborong. Bila ternyata terdapat bahan-
bahan yang telah dinyatakan tidak baik /tidak bisa dipakai
oleh Direksi Lapangan, Pemborong harus mengangkut
bahan-bahan tersebut keluar lapangan dalam jangka waktu
3 (tiga) hari, harus sudah tidak ada di lapangan (site).
h. Tenaga Pelaksana
Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh
orang /tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya (Skilled Labor),
agar dapat memberikan hasil kerja yang terbaik dan rapi.
Untuk Pelaksanaan khusus Pemborong harus memberikan
surat pernyataan yang membuktikan bahwa tukang-
tukangnya yang melaksanakan pekerjaan tersebut memang
mempunyai pengalaman dan kecakapan. Pemborong wajib
mempunyai PAS INSTALATUR yang dikeluarkan oleh
PDAM setempat sesuai dengan domisili Pemborong
tersebut.
i. Pengamanan

Page 110
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

Pemborong bertanggung jawab atas pencegahan


bahan/peralatan-peralatan untuk instalasi ini dari
pencurian atau kerusakan. Bahan-bahan/peralatan-
peralatan yang hilang atau rusak diganti oleh Pemborong
tersebut tanpa tambahan biaya.
j. Koordinasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan
untuk mengadakan koordinasi dengan Pemborong lain yang
mengerjakan pekerjaan struktur, elektrikal, interior dan
sebagainya sehingga kemungkinan terjadinya kesalahn-
kesalahan dalam pemasangan dapat diperkecil /dihilangkan.
Semua biaya sparing termasuk Kontraktor ME.
3. Penjelasan persyaratan teknis khusus.
a. Peraturan-peraturan /Persyaratan.
Tata cara pelaksanaan dan lain-lain petunjuk yang
berhubungan dengan peraturan- peraturan. Pembangunan
yang sah berlaku di Republik Indonesia. Selama
palaksanaan Kontrak ini harus betul-betul ditaati.
Pada umumnya peraturan-peraturan berikut ini
berkenaan dengan pasal sebagai berikut :
 SNI-03-3989-2000 tentng Sprinkler Otomatik
 SNI 03-6382-2000 tentang Spesifikasi Hidran Kebakaran
tabung Basah
 NPFA 10, NPFA 13, NPFA 14, NPFA 20,
Material/Bahan-bahan yang dipakai Untuk pipa-pipa
jaringan Fire Hydrant dan Fire Sprinkler yaitu pipa-pipa
Black Steel pipa sechedule memenuhi persyaratan ASTM –
A120 yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Pemberi
Tugas. Atau bis daja dipilih salah satu merk peroduksi
Dalam Negeri.
b. Pengujian Sistem Distribusi
Sebelum dipasang fixtures-fixtures seluruh system air
harus diuji dengan tekanan hidrostatik sebesar dua kali
tekanan kerjanya (working pressure) dan tanpa
mengalami kebocoran dan dalam waktu minimum 3 jam
tekanan tersebut tidak turun /berubah. Pada prinsipnya
pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian
dari panjang pipa maximum 100 meter. Biaya
pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah
menjadi tanggung jawab Pemborong. Pengetesan pipa
harus dilaksanakan dengan disaksikan oleh Pengawas
atau Direksi Lapangan, selanjutnya apabila telah
diterima/memenuhi syarat akan dibuatkan berita
acaranya.
4. Sistem Pemipaan.
a. SistemPenyambungan Pipa
Sambungan pipa air bersih pada umumnya dipakai
sambungan ulir/screwed dari pipa diameter 21/2” kebawah
dan untuk diameter 3” keatas selalu dipakai sambungan
flanged dan dipakai dari bahan yang sesuai dengan

Page 111
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

jenis bahan pipanya. Untuk katup/valve yang mempunyai


Dis 2 ½” kebawah menggunakan katup penutup dari
Brons. Untuk katup valve yang mempunyai Dia 2 ½”
kebawah menggunakan katup penutup dari cast Iron,
dengan penyambungan pakai ulir/screwed. Untuk katup
diameter 3/4” kebawah dipakai katup typr bola (Globe
valve). Untuk katup yang lebih besar dari Dia ¾” diapakai
katup [intu (Gate Valve).

b. Pemasangan Penyambungan Pipa-pipa.


Semua Fixtures harus dipasang dengan baik dan
didalamnya bebas dari kotoran yang akan mengganggu
aliran atau kebersihan air, dan harus terpasang dengan
kokoh (Rigit) ditempatnya dengan tumuan yang mantap.
Semua Fixtures, Fitting, pipa-pipa air dilaksanakan harus
rapi tidak mengganggu pemasangan-pemasangan/dinding
porselent dan sebagainya. Dengan pemasangan fixtures
yang baik dan serasi juga kuat dalam kedudukannya untuk
komponen misalnya fixtures, fitting dan sebagainya.
Pemborong bertanggung jawab untuk melengkapi
komponen tersebut didalamkelengkapan jaringan instalasi
tersebut. 78
Untuk pipa-pipa yang tekanan airnya tinggi/pipa induk
dipasang blok-blok dari beton dengan campuran yang kuat
dan dipasang setiap sambungan pipa, tee, elbow, valve dan
sebagainya.
c. Penggantung penumpu Pipa
Semua pipa harus diikat/ditetapkan dengan kuat dengan
penggantung atau angker yang kokoh (rigit), agar
inklinasinya tetap, untuk mencegah timbulnya getaran.
Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang
dapat diatur dengan jarak antara tidak lebih dari 3 m
Penggantung atau penumpu pipa harus disekrup/terikat
pada konstruksi bangunan dengan insert/angker yang
dipasang pada waktu pengecoran beton atau dengan
Ranset dan Fisher.
Pipa-pipa vertical harus ditumpu dengan clem/clam dan
dibaut dengan jarak tidak lebih dari 3 m
d. Valve-valve
Semua valve-valve adalah merk : Kitzazaa, Socla dan
bilamana mungkin seluruh valve yang terpasang adalah dari
satu pabrik dengan class 125
Water valve sampai dengan Ø 2” adalah jenis “screwed
bronze body” dengan “external spindle”
Water valve Ø2 ½” – Ø 3” adalah bronze flanged body
dengan “Internal screwed spinle”
Water valve lebih besar dari Ø 3” adalah “ flanged steel
body” dengan “external pindle yoke”
Check valve sampai dengan Ø 2” adalah jenis “Screwed
Bronze Body”

Page 112
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

Check valve Ø 2 1/2” – Ø 3” adalah jenis “Flanged Bronze


Body” Check valve Ø 3” keatas adalah jenis “Flanged Steel
body”
e. Pipa-pipa dalam tanah
Galian pipa dalam tanah harus dibuat degan kedalaman dan
kemiringan yang tepat.
Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga
seluruh panjanga pipa terletak tertumpu dengan baik. Untuk
pipa-pipa air bersih dan pipa-pipa air buangan tidak boleh
diletakkan pada lubang-lubang yang sama.
Setelah pipa dipasang pada lubang galian dan setelah
diperiksa oleh Pengawas yangditunjuk, semua kotoran
dibuang dari lubang galian ditimbun kembali dengan baik
dengan pasir urug atau tanah bekas galian atau dengan
bahan yang ditentukan Direksi Lapangan dengan izin yang
disetujui.
Patokan /pedoman yang dipakai untuk dalamnya galian
adalah diukur dari garis tengah pipa (as pipa) sampai
kepermukaan jalan /tanah asli atau bila tidak akan diguakan
ketentuan-ketentuan persyaratan minimal menurut buku
petunjuk untuk dalamnya galian
Jaringa-jaringan pipa yang tertanam dalam tanah
dipasang pada kedalaman minimal 60 cm untuk Ø 4” dan
keatas, dan pada kedalaman minimum 40 cm untuk Ø 3”
dan kebawah. Pipa-pipa tersebut diberi pondasi untuk
tumpuan, terbuat dari pasangan pondasi (1pc, 3ps, 5kpr)
secukupnya setiap jarak 3 m dan pada sambungan-
sambungan maupun pada belokan.
Untuk pipa GIP/Blacksteel yang dipendam dalam tanah
harus dicat dengan Flincoat setebal 3 (tiga) kali dan
dibungkus dengan karung dengan sekelilingnya diberi
lapisan pasir setebal 200 cm serta diberi pasangan pondasi
setiap 3 m.
f. Water Level Controller
Jenis : Electrode water level controller dengan
tegangan operasi 24 V, DC. Operasi : Mengatur kerja
pompa-pompa transfer pada tiap-tiap tower tank yang
dipasang pada setiap tower tank dan ground tank (pada
tower tank) low level dan hight level.
g. Pembersihan
Semua bagian logam yang tidak terlindung dinding harus
bebas dari lemak dan kotoran-kotoran lainnya. Untuk bagian
yang dilapisi Chromium atau Nikel harus digosok bersih
atau mengkilap, setelah pemasangan instalasi selesai
seluruhnya. Apabila terjadi kemacetan, pengotoran
atas bagian bangunan atau finish Arsitektural atau
timbulnya kerusakan-kerusakan lainnya, yang semua
atas kelalaian Pemborong, karena tidak membersihkannnya
system pemipaan dengan baik, maka semua perbaikannya
adalah menjadi tanggungan Pemborong.

Page 113
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

Penggantung/Penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam


lainya yang akan tertutup oleh tembok atau bagain lainnya,
misalnya pipa didalam galiam tanah, pipa menembus
tembok dan sebagainya harus dilapisi dengan cat Menie
atau cat penahan karat.
h. Pengecatan
Semua pipa dari besi /baja yang dilapisi dengan TAR (Tar
Coated) harus dicat dua kali “Shellac” dan dilapisi dengan
Chromium atau Nikel harus dapat dikenal dengan warna-
warna cata yang warnanya akan ditentukan kemudian oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi & Perencana. Sebagai
patokan warna jaringan pipa kaebakaran (fire hydrant)
dipakai warna merah.
D. Penjelasan spesifikasi teknis peralatan utama
Pompa fire hydrant merupakan packet unit yang terdiri dari pompa pembantu dan
pompa utama penggerak elektrik
Jockey Pump
Type pompa : Sentrifugal
Kapasitas : 500 gpm
Head : 100 meter
Putaran pompa :-
Daya pompa : 5,5 kW
Karakteristik Listrik : 220/380 V, 3 phase, 50 Hz
Jumlah : 1 (satu) unit
Merk :-
Merk Motor :
Panel control Automatic yang dipergunakan adalah NFPA-20 sistem yang
merupaan satu paket pompanya.
Main Electric Fire Hydrant Pump
Type pompa : Centrifugal end Suction
Kapasitas : 500 gpm
Head : 100 meter
Putaran pompa :-
Daya pompa : 5,5 kW
Karakteristik Listrik : 220/380 V, 3 phase, 50 Hz
Jumlah : 1 (satu) unit
Merk :
Merk Motor :
Assesories : Pompa sudah lengkap terkopel dengan motor diatas
Baseplate dan lengkap dengan 1 (satu) set panel control Automatic
Diesel Pump
Type pompa : Centrifugal end Suction
Kapasitas : 500 gpm
Head : 100 meter
Putaran pompa : - rpm
Daya pompa : 5,5 kW
Diesel : Izusu, silinder inline
Kopling : tetap
Karakteristik Listrik : 220/380 V, 3 phase, 50 Hz
Jumlah : 1 (satu) unit

Page 114
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

Merk :
Merk Motor :
Pemipaan dari Ground Tank ke pompa, pengkabelan Fire Resistance, valve-
valve, pressure gauge, pressure switch, panel control, pondasi pompa dan lain-lain.
Panelcontrol yang dipergunakan adlah NFPA-20 sistem yang merupakan satu paket
dari pompanya.

Panel Kontrol
Panel control merupakan kelengakapan unit system fire hydrant pump yang dapat
mengatur kerja pompa secara automatic baik jockey pump sebagai pompa pembant,
pompa penggerak electric maupun pompa penggerakengine. Khsus pompa
penggerak engine akan bekerja secara automatic bila saluran daya listrik
terputus pada saat terjadi kebakaran. Sistem tersebut diatur oleh panel khusus
untuk pompa pemadam kebakaran yang mengikuti peraturan-peraturan NFPA 20

Fire Hydrant Box


Box terbuat dari plat baja dengan tebal ± 2mm dimensi box, sesuai dengan gambar
untuk itu tinggi pemasangan dari lantai ssuai dengan gambar, untuk itu. Perletakkan
engsel disesuaikan dengan keadaan setempat sehingga mudah dibuka.
Seluruh Box dan pintu dicat dengan cat Duco Ex. Dana paint dan diberi tulisan
hydrant. Warna dan type/warna tulisan akan ditentukan kemudian oleh Perencana
Panjang fire hose tidak kurang dari 30 mm, mudah dilipat, tahan terhadap tekanan
dan penyambungan dengan system coupling. Nozzle Variable (je spray) Dia 1 ½“
semua dalam keadaan baru dan fabricated.
Valve outlet yang tersedia harus mempunyai 2 buah ukuran dia 2 ½ dan
1 ½” Hydran

Pillar
Jenis two-way, terbuat dari baja tuang diberi penguat pondasi beton secukupnya.
Pillar dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paint
Disediakan fire hose lengkap dengan nozzlenya, coupling disesuaikan dengan
standard penggunaan coupling PMK Pemda setempat, panjang hose tidak terpakai
perlengkapan hydrant pillar tersebut disimpan.

Siamese Connection
Digunakan seamese connection jenis two-way type Y terbuat dari baja tuang dan di
chrome.

Dalam Pemasangan unit siamese connection harus diberikan pondasi penguat


sebagai duudukan.
Lokasi seamese connection sudah dilihat dan dekat dengan jalan laluan mobil agar
mudah untuk dipakai bila diperlukan.
Merk : Ozeki, Carters, Appron
Kelengkapan : check valve, cap and chain dilengkapi dengan
Cadmium plated escuchean (4 X 2,5 X 2,5) inchi.
Siamese Connection
Dipasang pada ujung akhir dan pipa tegak hudrant dalam bangunan
Jenis : Cast Iron Floating ball
Ukuran : 0,75 inch connection, 1,625 inch valve

Page 115
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

Klass : 150 psi WOG

Sistem Sprinkler
 Sprinkler head jenisnya tipe Pendant, Up right, Side Wall dan akan
o o
menyemprot automatis pada suhu 57 C s/d 93 C
 Tekanan minimal pada katup kendali 1 kg/cm2, debit minimal 225 lpm,
penyedia air minimal 9 m3, maksimal luas pengaman per titik sprinkler 21
m2, minimal jumlah titik sprinkler terbuka 4 titik, dan maksimal jarak antara
head sprinkler 4 m
 Diameter pipa berdasarkan laju aliran, kerugian gesek, batas
kecepatan menurut rumus Hazen Williams dan pengalaman
perancang/pelaksana misal ¾’’=1 head sprinkler(hs), 1’’=2,1 ¼’’=3, 1
½’’=5, 2’’=10, 2 ½’’=20, 3’’=40, 4’’= 100, 5’’=160 dan 6’’ =275 h.sprinkler
 Instalasi pompa bisa terpisah atau digabung dengan hidran untuk
menghemat ruang, pengaturan tekanan instalasi pipa sprinkler dengan PRV
(pressure reducing valve)

Testing & Commisioning


Setelah semua pemipaan selesai dipasang, maka perlu diadakan pengujian
kebocoran atas seluruh bagian dari instalasi ini, sehingga system dapat berfungsi
dengan baik. Kebocoran kerusakan yang timbul harus diperbaiki oleh
Pemborong tanpa tambahan biaya.

Pengujian tekanan Hydrrostatic


Semua sistim pemipaan harus diuji dengan tekanan Hydrostatic minimal 1,5 kali
tekanan kerja selama 24 jam terus menerus dengan penurunan maksimal
sebesar 5% dari harga tersebut. Pembilasan Pipa setelah pengujian selesai
maka diperlukan pembilasan terhadap seluruh jaringan pipa dengan cara
menjalankan sistim distribusi dan mengeluarkan air yang sudah diberikan
bahan disinfectan dari tiap titik masing-masing.
Disinfectan dilakukan dengan memasukkan Chlorine kedalam system dengan
cara injeksi. Dosis Chlorine adalah 50 ppm.
Setelah 16 jam seluruh system pipa harus dibilas dengan air bersih sehigga
kadar Chlor tidak melebihi 0,2 ppm.

Alat Pemadam Api Ringan


 Bahan pemadam api ringan antara lain gas CO2, gas hartindo , dry powder
adalah bahan yang efektif digunakan untuk pemadam kebakaran kelas C dan
D.
 Tabung –tabung CO2 yang bertekanan bisa dipasang terpisah dengan berat
yang sudah ditentukan , juga dapat disususun sentral beberapa tabung yang
dilengkapi dengan nozzle atau sprikler dipasang detector sebagai penyemprot
gas .
 Gas Hartindo AF tidak mengandung CFC atau Halon dan ramah lingkungan
terutama terhadad ozon dan efek rumah kaca .
 Penempatan APAR
Jarak maksimum untuk mencapai PAR sejauh 20 meter untuk ruang kantor

Page 116
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

dan 15 meter untuk ruang produksi.


Jumlah APAR Minimal Perlantai sebanyak 2 buah dan 1 buah setiap
penambahan 150 m2 - 200 m2 untuk ruang kantor atau ruang lainnya

Daftar Material
No ITEM MERK
1 Pompa Ground Fos, Ebara,KSB,Mitsubhisi
2 Motor-motor Pompa Elektim, ABB,Teco,Mitsubhisi
3 Valve-valve
Gate valve Shilla, Kitz,Toyo
Butterfly valve Shilla, Kitz
Check valve Shilla, Kitz
Strainer Shilla, Kitz
Float valve Shilla, Kitz
Safety valve Yoshitake, Shilla, Socla
Air realse valve Yoshitake, Shilla, Socla
4 GIP med A, Sch 40 PPI, Bakrie, Shilla,
Yoshitake, Spindo,Socla
Rajin
5 Perlengkapan hydrant Box Appron, Ozeki,Ebara
6 Hydrant Box Appron, Ozeki,Ebara
7 Flow Swith Viking, Porter
8 Sprinkler Viking, Prortector,Taiko
9 Fire Extinguisher Hartindo AF11,Notifier.

e. Air Hujan

1. Air hujan yang berasal dari talang-talang gantung disalurkan


dengan pipa-pipa PVC diameter 3” ke Ground Resevoir . Air
hujan yang ke saluran sekeliling bangunan disalurankan
kesaluran-saluran utama yang berada pada pinggir Site atau jalan
raya.

Pasal 3 : Garansi

1. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas pencegahan


bahan/peralatan untuk instalasi ini dari pencurian atau kerusakan.
Bahan/peralatan yang hilang atau rusak harus diganti oleh
pemborong tanpa biaya tambahan.

2. Kontraktor Pelaksana harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli


dalam bidangnya (skill Labour) agar dapat memberikan hasil kerja
terbaik dan rapi. Sebelum suatu pipa tertutup (oleh dinding, langit-

Page 117
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

langit dan lain-lain) harus diuji dan disetujui oleh Konsultan Supervisi
dan wakilnya yang ditunjuk.

3. Kontraktor Pelaksana harus memnberikan garansi tertulis kepada


Konsultan supervisi, bahwa seluruh instalasi penyedian dan distribusi
air bersih, instalasi pemadam kebakaran, instalasi buangan air kotor
dan instalasi limbah kimia akan bekerja dengan memuaskan, dan
bahwa Kontraktor Pelaksana akan menaggung semua biaya atas
kerusakan-kerusakan/pengantian yang perlu selama Jangka Waktu
1 Tahun.

4. Sebelum pemasangan instalasi plumbing, fixture-fixture dan


peralatan lain, Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh
barang-barang yang akan dipasang dan atau brosur-brosurya untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Supervisi.

Pasal 4 : Training

1. Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan dan menyelenggarakan


latihan bagi calon operator yang akan mengoperasikan dan
memelihara system air bersih, aitr kotor dan air hujan. Latihan dapat
dimulai sejak pelaksanaan pemasangan instalasinya, atas petunjuk
dan persetujuan Konsultan Supervisi.

Pasal 5 : Buku Petunjuk

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat dan menyerahkan buku


petunjuk (manual), yang meliputi cara pengeoperasian maupun cara
pemeliharaan. Sistem manual tersebut dibuat sebanyak 4 buku + 1
CD.

Pasal 6 : Test Commissioning

1. Seluruh sistem plumbing yang telah terpasang harus dilakukan test


commissioning sebagaimana mestinya supaya sistem berjalan
sempurna dengan yang diharapkan.

2. Biaya test commissioning oleh Kontraktor Pelaksana.

B. PERKERJAAN PEMIPAAN

Pasal 1 : Umum

a. Ruang Lingkup

1. Spesifikasi ini meruapakan persyaratan minimal untuk seluruh


pekerjaan pemipaan pada pekerjaan mekanikal.

b. Standard dan Code

Page 118
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

1. Standard dan peraturan yang berlaku dalam pekerjaan ini antara lain
adalah :
- ASTM : American Society of Testing Material.
- ANSI : American National Standard Institute.
- BS : Birmingham Standard.
- JIS : Japan Industrial Standard.
- SII : Standard Industri Indonesia.

Pasal 2 : Persyaratan Material

a. Galvanized Iron Pipe (GIP)

1. Pipa yang dilapisi seng besi ini digunakan untuk :


a. Pipa supply air bersih dan buangan limbah kimia pada
pekerjaan Plumbing

2. Standard ranting yang digunakan adalah :


a. BS 1387 tahun 1967 kelas medium.

b. Poly Vinyl Chloride (PVC)

1. Pipa ini digunakan untuk :


a. Pipa air kotor dari WC dan Urinoir.
b. Pipa air buangan floor drain, lavatory.
c. Pipa drain dari system tata udara.
d. Pipa vent pada plumbing system.
e. Pipa air hujan.

2. standard Ranting yang digunakan.


a. PVC ASTM D2665 kelas 10 kg.

Pasal 3 : Persyaratan pemasangan


a. Pipa GIP
1. Untuk pipa diameter 50 mm (2”) kebawah digunakan sambungan
ulir, sedang pipa dengan diameter 65 mm (2.1/2”) ke atas
digunakan sambungan las atau flauge.

2. Pada penyambungan pipa dengan menngunakan flens perlu


dilengkapi dengan ring type gasket untuk manjamin kekuatan
sambungan dan terhadap kebocoran.

3. Semua pipa baik yang tampak atau yang ditanam diharuskan


diberi lapisan pelindung cat menie. Pipa yang ditanam ditanah
diharuskan dilapisi lagi dengan Bituminuos sheet 2 mm.

Page 119
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

4. Khusus untuk pipa yang ditanam dalam tanah perlu


memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Pipa ditanam sedalam 60 cm dari permukaan tanah dan pada


sambungan pipa diberi dudukan dari beton untuk
menghindari lendutan bila terkena beban mekanis.
b. Disekeliling pipa harus diisi dengan pasir dengan ketebalan
15 cm kemudian diurug dengan tanah & dipadatkan.

5. Untuk pipa yang tidak berada dalam tanah baik yang terikat
maupun tidak, harus diberi lapisan finishing cat dengan warna .

6. Pipa-pipa diharuskan di test terhadap kebocoran. Pengetesan


wajib diketahui dan disetujui Konsultan Supervisi.

7. Pengetesan yang gagal harus diulang dan biaya pengetesan


serta peralatan yang diperlukan di tanggung Kontraktor
Pelaksana.

8. Instalasi pipa harus dilengkapi dengan pengantung pipa, support


dengan jarak tertentu dan memenuhi syarat, sebagaimana yang
ditunjukan dalam Gambar Bestek.

9. Kedalaman pipa yang ditanam didalam tanah harus


diperhitungkan terhdap jalur yang memotong jalan. Pipa yang
memotong jalan harus ditanam sampai suatu kedalaman minimla
1,20 m dari permukaan jalan.

b. Pipa PVC

1. System sambungan yang dipakai adalah :


a. Sambungan lem (perekat) untuk 80 mm (3”) ke bawah.
b. Digunakan sambungan las PVC atau rubber ring joint (dengan
ring dari karet).
c. Galian pipa-pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman,
kemiringan dan elevasi yang tepat.
d. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga
seluruh panjang pipa terletak/tertumpu dengan baik.

e. Pipa yang ditanam dalam tanah harus diberi lapisan pasir


kurang lebih 10 cm disekelilingnya. Pasir adalah pasir urug
yang bebas dari batu.
c. Selama pemasangan berkala, Kontraktor Pelaksana harus
menutup (Dop) setiap ujung pipa yang terbuka untuk mencegah
masuknya tanah, debu, kotoran dan lain-lain.
d. Semua sambungan/cabang dari pipa pembuangan air kotor
(sanitair) harus dibuat dengan cabang Y, pipa mendatar untuk
air kotor dan air hujan mempunyai kemiringan minimal 1% dan
maksimal 2%.

Page 120
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

e. Pipa-pipa pembuangan air hujan dan bangunan disambungkan


kesaluran utama diluar bangunan dengan bak kontrol (junction
box) dari beton.
f. Sleeves untuk mempunyai ukuran yang cukup dengan
ketebalan minimal 0,2 cm dan memberikan kelonggaran kira-
kira 1 cm masing-masing sisi diluar pipa atau joint.
g. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa baja.
h. Semua pipa harus diikatkan/ditetapkan dengan kuat pada
pengantung atau angker yang dipergunakan harus cukup kokoh
(rigid).
i. Pipa-pipa tersebut harus ditumpu untuk menjaga agar tidak
berubah tempatnya, inklinasinya harus tetap, untuk mencegah
timbulnya getaran, dan harus sedemikian rupa sehingga masih
memungkinkan konstruksi dan expansi pipa oleh perubahan
temperatur.
j. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang
dapat diatur (adjustable) dengan jarak antara tidak lebih dari 3
meter.
k. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Konstruksi dari
pengantung untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pegantung terbuat dari kawat, rantai, strap ataupun perforated
strip tidak boleh digunakan.
l. Pengantung atau penumpu pipa harus disekrupkan (terikat)
pada konstruksi bangunan dengan insert yang dipasang pada
waktu pengecoran beton atau penembokan, atau dengan baut
tembok (Ramset Bolt).
m. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (Clamp atau Collar) U-
Bolt.
n. Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam
lainnya yang akan tertutup oeh tembok atau bagian bangunan
lainnya harus dilapisi terlebih dahulu dengan cat menie atau cat
penahan karat.

Pasal 4 : Pengujian/Pengetesan

a. Pengujian Pipa GIP


1. Pipa GIP diuji dengan tekanan sebesar 1,5 kali tekanan kerja dan
dibiarkan dalam kondisi ini selama paling kurang 12 jam tanpa
mengalami penurunan tekanan. Segala kerusakan akibat
pengetesan ini menjadi beban Kontraktor Pelaksana.

b. Pengujian Pipa PVC


1. Seluruh system pembuangan air harus mempunyai lubang-lubang
yang dapat ditutup (plugged) agar seluruh system tersebut dapat
diisi dengan air sampai lubang “vent” tertinggi.

Page 121
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

2. Sistem tersebut harus dapat menahan air yang diisikan seperti


tersebut diatas, minimal selama 1 (satu) jam dan penurunan air
selama waktu tersebut tidak lebih dari 10 cm.

3. Apabila dan pada waktu Konsultan Supervisi menginginkan


pengujian lain disamping pengujian diatas, Kontraktor Pelaksana
harus melakukan dan menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.

c. Pipa Copper (tembaga)


1. Pipa tembaga harus di uji dengan gas Nitrogen dengan tekanan
1.1/2 kali tekanan kerja selama 2 jam dan selama itu tidak
diperkenankan terjadi kebocoran.

Pasal 5 : Merk Yang Digunakan

1. GIP & Black Steel : Bakrie, Teso, PPI


2. PVC : Pralon, Rucika, Polyunggul, Vinilon/Sinar
Lucky, Awe

C. POMPA AIR

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi pompa di sini adalah merupakan persyaratan minimal bagi


pompa-pompa yang digunakan dlam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Standard Dan Code

Standard yang berlaku bagi pekerjaan ini adalah :


a. ASTM : American of Society of Testing Material
b. NFPA : Nasional Fire Protection Association

Pasal 3 : Bagian Yang Berhubungan

Referensi yang harus diperhatikan adalah pekerjaan-pekerjaan yang


terkait yaitu :
a. Bagian : Plumbing
b. Bagian : Pemadam Kebakaran
c. Bagian : Tata Udara Dan Ventilasi

Pasal 4 : Persyaratan Peralatan

a. Pompa Air Bersih


Jika tidak ditentukan lain dalam Bill of Quantity dan Gambar Bestek
maka pompa air pompa air yang dipakai adalah seperti yang
ditentukan dalam syarat-syarat dibawah ini :

Page 122
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

1. Pompa yang dimaksud, untuk system penyedian air bersih, harus


dari jenis centrifugal atau Jet Pump (multi stage) dimana motor-
motor pengerak harus dikopel langsung dengan poros pompa
dengan menggunakan kopling flexible yang dipasang secara baik
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.

2. Pompa-pompa dan masing-masing motornya harus diletakkan


pada satu alas (single bed plate) dan dipasang sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik.

3. Setiap pompa (group pompa) harus dilengkapi dengan :


a. Katup satu arah/non return valve/check valve
b. Gate valve
c. Stariner
d. Sambungan-sambungan flexible
e. Peredam Getaran
f. Sambungan untuk priming
g. Pengukuran tekanan (pressure gauge) untuk sisi
hisap/suction dan discharge
h. Perlengkapan satandar lain

4. Semua pompa harus difinish/dicat secara khusus dan


dilaksanakan/dilakukan oleh pabrik pembuatnya.

5. Pompa harus mempunyai :


a. Poros dari stainless stell
b. Impeller dari kuningan (brass)
c. Body dari cat iron
d. Mechanical seal

6. Motor pompa mempunyai putaran yang sama dengan pompanya,


dengan daya nominal tidak kurang dari 125% daya poros
nominal. Motor adalah dari jenis Squarel Cage, TEFC dan khusus
untuk penggunaan diluar, dan dipasang lengkap dengan elastic
coupling. Motor harus bekerja pada tegangan 380 volt, 3 phase
dan Star Delta Starter.

7. Motor dan Pompa harus dilengkapi dengan peredam getar type


pegas.

8. Kapasitas dan performance dari pompa yang digunakan harus


sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Bestek.

9. Kontraktor harus mengajukan contoh brosur dan spesifikasi


pompa minimal untuk dua merk berbeda untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

Page 123
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

b. Pompa Tangan (manual) Sumur Dangkal


1. Pompa Tangan (manual) sumur dangkal adalah dari bahan
galvanisasi pabrik.

2. Pompa adalah dari Merk India Mark II atau merk lain yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.

3. Model, dimensi dan ukuran pompa harus sesuai dengan Gambar


Bestek atau menurut petunjuk Konsultan Supervisi dan Owner.

E. SUMUR DANGKAL

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi sumur dangkal ini adalah merupakan persyaratan minimal


bagi sumur yang digunakan dlam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

1. Kedalam Sumur dangkal adalah minimal delapan cicin sumur ukuran


tinggi 50 cm, tebal 10 cm, sedalam 4 meter dari muka tanah atau
sampai ditemukan air yang layak untuk dikosumsi sebagai air bersih
kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.

5. Air hasil galian sumur dangkal harus mempunyai syarat-syarat seperti


berikut ini :

a. Jernih dan tidak berwarna.


b. Tidak berbau.
c. Tidak mengandung lumpur.
d. Tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya.
e. Tidak berasa (tawar).

6. Cincin sumur dibuat dari coran mortal beton dengan mutu beton K-
250 beton. Cincin sumur dangkal adalah hasil pabrikasi dan tidak
dikerjakan langsung (pengecoran) didalam galian sumur.

7. Ukuran, dimensi dan pengunaan material pelindung pada sumur lapis


demi lapisnya harus sesuai dengan Gambar Bestek

5. Posisi galian sumur harus sesuai dengan Lay Out Instalasi Air Bersih
yang ada dalam Gambar Bestek kecuali ditentukan lain dalam masa
pelaksanaan oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan
Owner.

6. Jika dalam pengalian sumur tidak ditemukan sumber air Kontraktor


Pelaksana harus melakukan pengalian kembali pada minimal dua titik
lain yang berbeda sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana,
Konsultan Supervisi dan Owner.

Page 124
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

7. Jika pengalian pada dua titik yang berbeda tetap tidak ditemukaan
sumber air maka keputusan akan pekerjaan galian sumur adalah
berdasarkan kesepakatan baru antara Kontraktor Pelaksana dengan
Owner. Artinya Owner harus menyediakan biaya tambahan jika
Kontraktor Pelaksana melakukan pekerjaan galian sumur lebih dari
tiga titik galian dengan syarat pekerjaan tersebut dilakukan
berdasarkan ketentuan-ketentuan diatas.

8. Kontarktor Pelaksana harus membuat gambar Shop Drawing akan


Lay Out Instalasi Air Bersih jika pengalian sumur mengharuskan
Kontraktor Pelaksana bekerja lebih dari satu titik galian atau jika titik
sumur galian dengan alasan-alasan tertentu dipindahkan oleh
Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.

9. Pemanfaatan dan perbaikan sumur lama atau yang telah ada dilokasi
pekerjaan menjadi sumur baru tidak dibenarkan dan bukan pekerjaan
yang diakui dalam Bill of Quantity kecuali ditentukan lain oleh Owner.

F. SUMUR BOR ( Jika Ada )

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi sumur bor ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi


sumur yang digunakan dlam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

1. Kedalam Sumur Bor adalah sampai ditemukan air yang layak untuk
dikosumsi sebagai air bersih kecuali ditentukan lain dalam Gambar
Bestek dan Bill of Quantity.

2. Air hasil galian sumur bor harus mempunyai syarat-syarat seperti


berikut ini :

a. Jernih dan tidak berwarna.


b. Tidak berbau.
c. Tidak mengandung lumpur.
d. Tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya.
e. Tidak berasa (tawar).

3. Ukuran Pipa cashing pertama adalah diameter 100 mm dengan


kedalam pemasangan minimal 10 m sedangkan ukuran pipa cashing
kedua adalah diameter 50 mm sampai kepermukaan tanah.

4. Pipa yang dipakai untuk chasing adalah pipa PVC Merk AWE
UNITED atau merk lain yang setara dengannya.

Page 125
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

8. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengeboran sampai


ditemukan jenis air seperti disebutkan pada point 1 dengan kapasitas
yang cukup dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9. Sumur bor harus dapat mengeluarkan air secara kontinyu dengan


kapasitas yang sama seperti awal dilakukan pengeboran selama
minimal 1 tahun terhitung sejak awal ditemukan air bersih.

7. Posisi galian sumur harus sesuai dengan Lay Out Instalasi Air Bersih
yang ada dalam Gambar Bestek kecuali ditentukan lain dalam masa
pelaksanaan oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan
Owner.

8. Jika dalam pengalian sumur bor tidak ditemukan sumber air


Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengalian kembali pada
minimal dua titik lain yang berbeda sesuai dengan petunjuk
Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.

9. Jika pengalian pada dua titik yang berbeda tetap tidak ditemukaan
sumber air maka keputusan akan pekerjaan galian sumur adalah
berdasarkan kesepakatan baru antara Kontraktor Pelaksana dengan
Owner. Artinya Owner harus menyediakan biaya tambahan jika
Kontraktor Pelaksana melakukan pekerjaan galian sumur lebih dari
tiga titik galian dengan syarat pekerjaan tersebut dilakukan
berdasarkan ketentuan-ketentuan diatas.

2. Kontarktor Pelaksana harus membuat gambar Shop Drawing akan


Lay Out Instalasi Air Bersih jika pengalian sumur mengharuskan
Kontraktor Pelaksana bekerja lebih dari satu titik galian atau jika titik
sumur galian dengan alasan-alasan tertentu dipindahkan oleh
Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.

3. Pemanfaatan dan perbaikan sumur lama atau yang telah ada dilokasi
pekerjaan menjadi sumur baru tidak dibenarkan dan bukan pekerjaan
yang diakui dalam Bill of Quantity kecuali ditentukan lain oleh Owner.

G. GROUND RESEVOIR
Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi Ground Resevoir ini adalah merupakan persyaratan minimal


bagi Ground Resevoir yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal
proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

Page 126
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

1. Ground Resevoir atau bak tampungan air bawah hanya diperuntukan


untuk menapung air bersih yang bersal dari sumur bor, PDAM, sumur
Dangkal dan Air Hujan.

2. Konstruksi utama Ground Resevoir adalah dilapisi Fiber 6 mm Kap.


16 M3.

3. Kedalaman, dimensi dan posisi Ground Resevoir sesuai dengan


Gambar Bestek kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi
dengan persetujuan Konsultan Perencana karena alasan seperti
keterbatasan lahan penempatan dan alasan teknis lainnya.

4. Tidak boleh mendirikan dan membangunan bangunan lain diatas


Ground Resevoir tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan
Konsultan Perencana.

5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa bangunan Ground


Resevoir benar-benar kedap air dan hal ini harus dibuktikan dengan
Test Rendam Air selama 24 jam.

6. Jika air dalam Ground Resevoir berkurang setelah 24 jam maka


dipastikan bahwa ada kebocoran pada bangunan tersebut dan
Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri berkewajiban untuk
memperbaikinya.

H. RESEVOIR ATAS (Jika Ada)

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi Resevoir Atas ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi


Resevoir Atas yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

1. Resevoir Atas dibuat dari material Fiber Glass dengan kapasitas


tampungan air dalam masing-masing Resevoir minimal 3000 Liter
atau sesuai Bill of Quantity dan Gambar Bestek.

2. Resevoir Atas adalah hasil produksi pabrik dan mempunyai masa


garansi produk dari pelapukan material serta kebocoran minimal 10
tahun pemakaian atau sesuai surat rekomendasi/garansi pabrik yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.

3. Warna material Resevoir Atas adalah BIRU atau sesuai petunjuk


Owner.

Page 127
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

I. WATER TOWER (JiKa Ada)

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi Water Tower adalah merupakan persyaratan minimal bagi


Water Tower yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

1. Water Tower dibuat dari konstruksi rangka baja tergalvanisasi.

2. Dimensi, ukuran dan ketinggian water tower sesuai dengan Gambar


Bestek.

3. Water Tower didirikan diatas pondasi umpak setempat beton cor


mutu K-250 dengan perkuatan sloof beton bertulang mutu K-250.
Dimensi dan ukuran pondasi umpak setempat serta sloof sesuai
dengan Gambar Bestek.

4. Semua tulangan beton yang dipakai pada pekerjaan pondasi umpak


dan sloof adalah dari baja ulir dan sengkang (begel) dipakai baja
polos kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

5. Sambungan-sambungan rangka water tower dilakukan dengan alat


sambung baut dan las listrik atau sesuai dengan Gambar Bestek.

6. Bagian atas water tower dilengkapi dengan sandaran dan rangka


atap serta atap.

7. Bahan penutup atap adalah dari Baja Lapis Aluminium Seng Merk
PRIMADEX dari Type CLEAN COLORBOND dari jenis BJTTASW.D-
35 dan Model SPAN RIB Produksi PT. BHP STEEL INDONESIA.

8. Ketebalan material atap Baja Lapis Aluminium Seng Merk


PRIMADEX, Type CLEAN COLORBOND DAN Model SPAN RIB
adalah 0,35 mm.

9. Material Rabung/Bubungan atap adalah dari Baja Lapis Aluminium


Seng Merk PRIMADEX dari Type CLEAN COLORBOND dari jenis
BJTTASW.D-40 Produksi PT. BHP STEEL INDONESIA.

10. Ketebalan material rabung/bubungan atap Baja Lapis Aluminium


Seng Merk PRIMADEX Type CLEAN COLORBOND adalah 0,40 mm.

Page 128
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

11. Pada setiap lembar material rabung/bubungan dan penutup atap


harus dicantumkan Merk Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan
Ketebalan Material.
12. Alat sambung adalah paku sekrup tergalvanisasi dengan panjang
minimal paku adalah 2” (inchi).

13. Posisi water tower harus sesuai dengan Gambar Lay Out Instalasi air
Bersih kecuali ditentukan lain dalam masa pelaksanaan oleh
Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.

14. Tinggi water tower dari muka tanah untuk alasan apapun tidak boleh
berbeda dengan ketinggian yang ditentukan dalam Gambar Bestek.

15. Jika perubahan dan perlakuan berbeda dengan Gambar Bestek pada
pekerjaan pondasi umpak dilapangan harus dilakukan dengan alasan
kondisi tanah maka perubahan-perubahan tersebut tetap tidak boleh
menurunkan ketinggian water tower dari muka tanah.

J. SEPTICTANK

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi Septictank ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi


Septictank yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

1. Septictank hanya diperuntukan untuk tampungan limbah padat yang


berasal dari Kloset Jongkok pada bangunan KM/WC.

2. Dipakai septictank dalam pekerjaan ini Penempatan septictank


sesuai dengan Lay Out Instalasi Air Kotor.

3. Konstruksi utama Septictank adalah pasangan batu bata 1 bata


campuran 1 Pc : 2 Ps sebagai dinding utama dan pasangan batu
bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps sebagai dinding pembagi ruangan.
Sudut-sudut dinding harus diperkuat dengan kolom paraktis ukuran
23/23 cm dari beton mutu K-200.

4. Dinding pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps sebagai


pembagi ruangan septictank dipasang diatas balok ring ukuran 23/23
cm dari mutu beto K-200 yang bertumpu pada dinding pasangan batu
bata 1 bata campuran 1 Pc : 2 Ps.

5. Plat dasar septictank terbuat dari beton cor K-200 dengan ketebalan
minimal 20 cm.

Page 129
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

6. Plat atas septictank terbuat dari plat beton bertulang dengan 1 lapis
tulangan diameter 10 mm dengan jarak minimal 100 mm dan tebal
100 mm.

7. Pada bagian atas permukaan septictank harus diberi lubang control


ukuran 30 x 30 cm untuk keperluan penyedotan limbah dan pipa
pelepas hawa dari besi diameter 2” yang dicat dengan baik agar tidak
berkarat.

8. Posisi permukaan septictank harus sejajar dengan posisi permukaan


plat lantai beton bertulang pada lantai 1 kecuali lubang control dan
pipa hawa yang harus muncul kepermukaan dan disembunyikan
sedemikian rupa dibawah plat meja jualan sehingga tidak menggangu
mobilitas pedagang dan pembeli.

9. Kedalaman, dimensi dan posisi posisi septictank sesuai dengan


Gambar Bestek kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi
dengan persetujuan Konsultan Perencana karena alasan seperti
keterbatasan lahan penempatan dan alasan teknis lainnya.

10. Tidak boleh mendirikan dan membangunan bangunan lain diatas


Ground Resevoir tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan
Konsultan Perencana.

11. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa bangunan septictank


benar-benar kedap air dan hal ini harus dibuktikan dengan Test
Rendam Air selama 24 jam.

12. Jika air dalam septictank berkurang setelah 24 jam maka dipastikan
bahwa ada kebocoran pada bangunan tersebut dan Kontraktor
Pelaksana dengan biaya sendiri berkewajiban untuk memperbaikinya

K. SUMUR RESAPAN
Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi Saluran Resapan ini adalah merupakan persyaratan minimal


bagi Saluran Resapan yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal
proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

1. Bangunan sumur resapan dipergunakan sebagai media serapan air


kotor cair yang berasal dari septictank.

2. Kedalaman, dimensi dan posisi posisi saluran resapan sesuai dengan


Gambar Bestek kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi
dengan persetujuan Konsultan Perencana karena alasan seperti
keterbatasan lahan penempatan dan alasan teknis lainnya.

Page 130
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

3. Tidak boleh mendirikan dan membangunan bangunan lain diatas


saluran resapan tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan
Konsultan Perencana.

4. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bahwa bangunan saluran


resapan dapat bekerja dengan baik ketika dialiri air dan air dapat
meresap dengan sempurna kedalam tanah.

5. Hal ini harus dibuktikan dengan cara mengisi septictank dengan air
melebihi kapasitas tampungannya dan selama 24 jam diamati apakah
volume air yang tidak tertampung dalam septictank dapat diserap
oleh saluran resapan atau tidak.

6. Jika setelah 24 jam air diisi kembali kedalam kloset jongkok dan air
tidak dapat mengalir dengan sempurna dalam kloset jongkok maka
dipastikan saluran resapan tidak bekerja dengan baik (tidak dapat
menyerap air). Untuk itu Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri
berkewajiban untuk memperbaikinya.

10. Kontraktor Pelaksana dibolehkan mengajukan metode pembuktian


lain yang dapat dipercaya secara teknis untuk membuktikan bahwa
Saluran Resapan bekerja dengan baik.

Page 131
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

BAB XVII PEKERJAAN SANITARY

Pasal 1 : Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan


dan alat-alat bantu lainnya uyang diperlukan dalam pelaksanaan,
hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
Pekerjaan sanitary ini dipasang pada ruang toilet / kamar mandi / WC
serta seluruh detail yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.

Pasal 2 : Persyaratan Bahan

1. Material ditentukan seperti berikut ini atau yang setara denganya :


a. Wastafel : Setara Toto
b. Closet Jongkok : Setara Toto
c. Kran Air : Setara Toto
d. Floor Drain : Stainless Steel TX 1 BN Lengkap
e. Urinoir : Setara Toto
f. Partisi Urinoir : A 100 Lengkap

2. Warna akan ditentukan kemudian dan pemasangan harus dengan


persetujuan Direksi Pengawas

3. Semua material harus memenuhi ukuran, standard dan mudah


didapatkan di pasaran, kecuali bila ditentukan lain.

4. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala


perlengkapannya, sesuai dengan yang telah disediakan oleh pabrik.

5. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disyaratkan


dalam uraian dan syarat-syarat dalam buku ini.

6. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan brosur minimal


dua merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 3 : Syarat – Syarat Pelaksanaan

1. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Direksi


Pengawas beserta persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan
persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya
tambahan.

2. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan


pengganti harus disetujui Direksi Pengawas berdasarkan contoh yang
diajukan Kontraktor.

Page 132
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

3. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-


gambar yang ada dan kondisi di lapangan, termasuk mempelajari
bentuk, pola, penempatan, cara pemasangan dan detail-detail sesuai
gambar.

4. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dengan gambar,
gambar dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus
segera melaporkannya kepada Direksi Pengawas.

5. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada


kelainan/perbedaan ditempat itu sebelum kelainan tersebut
diselesaikan.

6. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan


untuk kesempurnaan hasil pekerjaan.

7. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada


kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi,
atas biaya Kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan oleh
tindakan Pemberi Tugas.

8. Pelaksanaan pemasangan harus menghasilkan pekerjaan yang


sempurna, rapi dan lancar dipergunakannya/air tidak macet.

Page 133
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

BAB XVIII
PEKERJAAN ALLUCUBOND COMPOSITE PANEL

Pasal 1 : Lingkup Pekerjaan

1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat


bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan Allucubond sehingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna

2. Pekerjaan alucubond meliputi pekerjaan Finising Dinding/Kolom atau


sesuai dengan ada di gambar bestek

Pasal 2 : Persyaratan Bahan /Material

1. Material Rangka yang digunakan mengikuti seperti yang


tersebutkan di gambar bestek.

2. Alucubond harus dari pabrik dengan warna dan tebal seperti yang
disebutkan di Gambar atau BoQ atau dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan Pemasangan dan Pelaksanaan


alucubond harus mengikuti petunjuk dari pabrik/brosur tersebut.

4. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan brosur untuk


disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 3 : Cara pemasangan


Cara pemasangan alucubond senantiasa harus selalu memperhatikan /
mengikuti gambar dan spesifikasi yang sudah ditentukan dan sesuai
dengan petunjuk cara pemasangan yang dikeluarkan dari pabrik produksi
alucubond kecuali dalam keadaan tertentu yang menghendaki lain, yang
sudah mendapat petunjuk atau persetujuan perencana dan pengawas.

Page 134
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

BAB XIX PEKERJAAN METAL

Pasal 1 : Lingkup Pekerjaan

1. Pada bagian ini meliputi pengadaan dan. pemasangan bahan dan


logam-logam arsitektur seperti yang dijelaskan dalam gambar dan
atas petunjuk Direksi

Pasal 2 : Pengendalian Pekerjaan

Seluruh pekerjaan ini harus mengikuti dan sesuai dengan standar


sebagai berikut :

 NI - 3 - 1970
 SH - 0161 - 77
 SIl - 0193 - 78
 BS - 1387 - Steel tubes

Pasal 3 : Bahan-bahan

Pemborong harus menyerahkan contoh-contoh bahan yang akan


digunakan, untuk mendapat persetujuan dari Direksi.

Pasal 4 : Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Sampel
Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Direksi
Pengawas beserta persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan
persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya
tambahan.

2. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan


pengganti harus disetujui Direksi Pengawas berdasarkan contoh yang
diajukan Kontraktor.

3. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor


harus meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan,
termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, cara pemasangan
dan detail-detail sesuai gambar.

4. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dengan gambar,
gambar dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus
segera melaporkannya kepada Direksi Pengawas.

Page 135
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

5. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada


kelainan/perbedaan ditempat itu sebelum kelainan tersebut
diselesaikan.

6. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan


untuk kesempurnaan hasil pekerjaan.

7. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada


kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi,
atas biaya Kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan oleh
tindakan Pemberi Tugas.

8. Pelaksanaan pemasangan harus menghasilkan pekerjaan yang


sempurna, rapi dan lancar dipergunakannya/air tidak macet.

Pasal 5 : Syarat-syarat Penyimpanan

Material harus disimpan di tempat tersendiri dan jauh dari lokasi kerja,
dimana ruang simpan harus memiliki tingkat kelembaban udara yang
tidak menyebabkan korosi.

Page 136
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

BAB XX
PEKERJAAN LIFT
A. LIFT PASENGGER
1. Lift Pasengger (Penumpang)
Pengadaan dan Pemasangan Lift Setara Merk Mitsubishi Type PL-17 (1150
Kg) Extrance 1000 mm Counter weight Position Rear Minimum Hoistway Plan
2200 x 2110 mm, Minimum Machine room Dimension 2200 x 2150 mm.

2. Mesin
Pengadaan dan Pemasangan Mesin Lift Setara Merk SC400M Liftequip/Mitsubhisi
Electric.
.
B. LIFT BED ELEVATOR (LIFT PASIEN)
2. Mesin
Pengadaan dan Pemasangan Mesin Lift Setara Merk SC400M Liftequip/Mitsubhisi
Electric.

C. Commision Dan Testing

Pasal 1. : Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan


semua testing dan pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu
untuk memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang
dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan telah memenuhi
persyaratan persyaratan yang berlaku.

Pasal 2. : Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan


dalam kegiatan testing tersebut merupakan tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana . Hal ini termasuk pula peralatan khusus
yang diperlukan untuk testing dari sistem ini seperti yang
dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh Kontraktor
Pelaksana

Pasal 3 : Peralatan yang disebut Dengan Merk Dan Penggantinya

1. Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain-


lain yang disebut dan dipersyaratkan dengan nama dan
dipersyaratkan ini, maka Kontraktor Pelaksana wajib
menyediakan sesuai dengan peralatan/merk tersebut diatas.

2. Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan-


ketentuan dari Konsultan Supervisi.

Pasal 4 : Perlindungan Pemilik


1. Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh
Kontraktor, Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim
ataupun tuntutan yuridis lainnya.

Page 137
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

Pasal 5 : Contoh
1. Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahan-
bahan/material yang akan dipasang disini untuk dimintakan
persetujuan Konsultan Supervisi . Semua biaya berkenaan
dengan penyerahan dan pengambilan contoh-contoh ini
menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.

Pasal 6 : Pengetesan
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengetesan
seperti yang dipersyaratkan disini dan mendemonstrasikan cara
kerja dari segenap sistem, yang disaksikan oleh Konsultan
Supervisi. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang perlu
untuk percobaan tersebut, merupakan tanggungjawab Kontraktor
Pelaksana .

2. Jika semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini


sudah dikirim dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan-
ketentuan pengetesan dengan baik, Kontraktor harus
melaksanakan pengujian secara keseluruhan dari peralatan-
peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan temyata
memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan peralatannya
dapat diserahkan kepada pemilik dengan dilampirkan berita acara
test lapangan yang disetujui Konsultan Supervisi.

Pasal 7 : Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan


1. Peralatan-peralatan instalasi harus digaransikan selama satu
tahun terhitung dari penyerahan kedua.
2. Selama masa garansi, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi
ini diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakan- kerusakan dari
pada instalasi yang dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.
3. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan
instalasi ini masih harus menyediakan tenaga-tenaga yang
diperlukan yang dapat dihubungi setiap saat.
4. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah
dilengkapi dengan bukti-bukti hasil pemeriksaan atas instalasi,
dengan pemyataan baik yang ditandata- ngani bersama oleh
instalatur yang melaksanakan pekerjaan tersebut dan Konsultan
Supervisi lapangan serta dilampirkan sertifikat pengujian yang
sudah disahkan oleh Badan Instansi yang berwenang.
5. Jika pada masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana
pekerjaan
instalasi tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-
teguran atas perbaikan, penggantian, kekurangan selama masa
garansi, maka Konsultan Supervisi lapangan berhak
menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan tersebut pada
pihak lain atas biaya dari Kontraktor Pelaksana yang
melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut.

Page 138
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

9. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance),


Kontraktor
Pelaksana harus mengadakan semacam pendidikan dan
latihan
selama periode tersebut kepada 3 (tiga) orang calon operator
untuk setiap pekerjaan yang ditunjuk oleh pemberi tugas
(customer).
10. Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus
lengkap dengan 5 (lima) set operating maintenance and repair
manual books, sehingga para petugas/operator dapat
mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan.

Page 139
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT 2019

BAB XXI ATURAN KHUSUS

Pasal 1 : Semua hal yang tidak ditentukan dalam spesifikasi ini akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Perencana bersama Konsultan Supervisdalam
masa pelaksanaan konstruksi dengan persetujuan Owner dan menjadi
suatu ketentuan yang mengikat serta harus dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut harus didasarkan
pada Kontrak Kerja.

Pasal 2 : Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam
Gambar Bestek, Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan
teknis terhadap item pekerjaan tersebut adalah berdasarkan keputusan
Konsultan Supervisdengan persetujuan Konsultan Perencana dan
Owner.

Pasal 3 : Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis ini adalah
menurut penjelasan Konsultan Supervisdengan persetujuan Konsultan
Perencana dan Owner.

Banda Aceh, Januari 2019


Dibuat Oleh :
Kuasa Pengguna Anggaran
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Aceh

( Mustafa, S.T., M.Si )


NIP. 197204082002121004

Page 140

Anda mungkin juga menyukai