Anda di halaman 1dari 59

Rencana Kerja dan Syarat (RKS)

Pekerjaan :
Rehab Masjid

Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Medan


Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas
Kementerian Ketenagakerjaan R.I
Tahun Anggaran 2020
PEKERJAAN
PEKERJAAN REHAB MASJID
BALAI BESAR PENGEMBANGAN LATIHAN KERJA (BBPLK) MEDAN

BAB I .
DATA PROYEK

Pasal 1

Nama proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini : Pekerjaan Rehab Masjid

Pasal 2

Nama pekerjaan dari proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini : Pekerjaan Rehab Masjid

Pasal 3

Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini : Jl. Gatot Subroto Km. 7,8 M
Medan

Pasal 4
Sumber Dana Proyek berasal dari :
BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal 1
Penanggung Jawab Pelaksanaan

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi,
maka Kontraktor Pelaksana untuk proyek disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.

2. Peraturan Menteri pekerjaan umum Nomor 45/PRT/M/2007 Tentang pedoman Teknis


Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang disebutkan dalam Keputusan Menteri
Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002
Tentang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali
ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi pelaksana lapangan proyek kepada
Owner yang didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor Pelaksana

5. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi lapangan proyek yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.

6. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses pelaksanaan pekerjaan harus
diketahui dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.

7. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian tenaga ahli Kontraktor
Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan
dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

8. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor Pelaksana harus mampu
memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di lokasi pekerjaan.

Pasal 2
Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )

1. Kontraktor harus membuat Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang
memerlukannya.

2. Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Konsultan Perencana.

3. Shop Drawing tidak boleh merubah disain, mengurangi kuantitas, dan mengurangi kualitas pekerjaa

Pasal 3
Gambar Hasil Pelaksanaan ( As Built Drawing )

1. Kontraktor harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan (As Built Drawing) yang sesuai dengan
pelaksanaan dilapangan sebelum serah terima tahap pertama.

2. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing yang telah disetujui kepada
Konsultan Supervisi dan Pemilik/Pengguna Bangunan.
4. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang baik pada bangunan
oleh Owner atau pengguna bangunan.

Pasal 4
Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat

1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan dan cacat
pekerjaan.

2. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dikarenakan
kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol terhadap pekerja sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki dengan biaya sendiri.

3. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena lemahnya
pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar perintah tertulis dari
Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya.

4. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain tanpa ada unsur-unsur
kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja.

5. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki
kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat.

6. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

Pasal 5
Rencana Waktu Pelaksanaan

1. Rencana Waktu Plaksanaan Min 120 (Seratus Dua Puluh) Hari Kelender

2. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu (time schedule) kepada Owner sebelum
dimulainya pelaksanaan pekerjaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

3. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan rencana waktu yang telah
disetujui oleh Owner kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

4. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu yang telah disetujui oleh Owner kepada
Konsultan Supervisi.
5. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu mingguan pada tahap pelaksanaan
pekerjaan kepada Konsultan Supervisi.

6. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana waktu mingguan yang diajukan oleh
Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis.

7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena kesalahan dalam


menyusun waktu penyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.

Pasal 6
Tahapan Plaksanaan Pekerjaan
Adapun Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Adalah Seperti Tertuang Dalam Struktur Plaksanaan Pekerjaan
Di Bawah Ini.

MOBILISASI

Pengukuran & Pembersihan Lokasi

Pelaksanaan Pekerjaan
Rehab Masjid

1. Pek. Timbunan Tanah Peninggian Lantai


2. Pek. Bongkaran Dinding
3. Pek. Galian
4. Pek. Struktur Bangunan
5. Pek. Dinding Bata
6. Pek. Lantai
7. Pek. Ornamen
8. Pek. Tangga
9. Pek. Relief Kaki Tiang
10. Pek. Pas. Batu Alam Candi (Hitam)
11. Pek. Logo dan Huruf Stainless
12. Pek. Plafond PVC
13. Pek. Kubah
14. Pek. Partisi Ruang Mihrab
15. Pek. Pintu dan Jendela
16. Pek. Elektrikal
17. Pek. Sanitasi
18. Pek. Landscape

Pek. Demobilisasi dan


Pembersihan Akhir

Pasal 7
Request Material Dan Request Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan material bangunan (request


material) sebelum material bangunan tersebut dipakai.
2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan contoh material dan
disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan Owner.

3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dianggap sah dan diakui
apabila disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh material yang telah
disetujui kepada Konsultan Supervisi.

5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner tidak boleh dipakai
sebagai material bangunan dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

6. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 8
Metode Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap pekerjaan yang akan
dikerjakan.

2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode Pelaksanaan yang
diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 9
Rencana Material Dan Peralatan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan mingguan yang akan
digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.

2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan mingguan yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan peralatan mingguan yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan secara teknis.

Pasal 10
Rencana Tenaga Kerja

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja mingguan yang akan
digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.

2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan tenaga kerja mingguan
yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.

Pasal 11
Pekerjaan Diluar Jam Kerja

1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus atas persetujuan Konsultan Supervisi.

2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk pengawasan pekerjaan
diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang dilakukan diluar
jam kerja normal atau pada malam hari.

Pasal 12
Laporan Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan
kepada Konsultan Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor
pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana
harus diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Supervisi serta diketahui oleh Owner.

4. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung kelapangan akan kebenaran
data yang ada dalam laporan harian, laporan minguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh
Kontraktor Pelaksana.

5. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap 4 (empat). Salah satu
tembusan laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan harus berada pada lokasi
pekerjaan.

Pasal 13
Surat Menyurat Dan Komunikasi

1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan harus melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi kecuali ditentukan lain
oleh Owner.

2. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar proyek tidak perlu
melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi. Kontraktor Pelaksana tetap wajib memberikan
informasi tentang hal tersebut kepada Konsultan Supervisi.
Pasal 14
Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)

1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap bulan, dipimpin oleh
Owner atau Konsultan supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal oleh Supervisor
lapangan.

3. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu,
dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.

Pasal 15
Penanggung Jawab Pengawasan

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa Konsultasi, maka
Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan
seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.

2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan dalam Keputusan Menteri
Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 45/KPTS/M/2007 Tentang Penyedia Jasa Pengawas
Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak
Kerja konsultan Supervisi.

3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan lapangan proyek kepada
Owner dimana didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan Supervisi dengan posisi
minimal seperti berikut :
 Site Engineer
 Inspector
 Tenaga Administrasi Dan Operator Computer

4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi pengawasan lapangan proyek
yang diajukan oleh Konsultan Supervisi harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.

5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan lapangan proyek yang
telah disetujui oleh Owner kepada Kontraktor Pelaksana.

6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses pelaksanaan pekerjaan harus
diketahui dan disetujui oleh Owner.

7. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian tenaga ahli Konsultan
Supervisi yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan
dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

8. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi harus mampu
memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.

9. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan kepada Owner atas
segala hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana.

10. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan supervisi adalah berdasarkan hasil diskusi dan konsultasi
dengan Owner serta Konsultan Manajemen jika ada.

Pasal 16
Instruksi Konsultan Supervisi
1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi atau perintah yang
dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam bentuk tulisan.

3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti oleh Kontraktor
Pelaksana selama disertai oleh alasan-alasan yang jelas dan sesuai dengan Spesifikasi Teknis.

4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti disebutkan dibawah ini :

a. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan bagi konstruksi,
atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari Spesifikasi
Teknis dan Gambar Bestek.

b. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang tidak sesuai dengan Spesifikasi
Teknis.

c. Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode pelaksanaan Kontraktor


Pelaksana yang dianggap tidak tepat sehingga dapat mengurangi kualitas dan memperlambat
proses penyelesaian pekerjaan.

Pasal 17
Perubahan-Perubahan Disain

1. Atas instruksi dan persetujuan Owner Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi berhak
mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis.

2. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis harus disampaikan secara tertulis
kepada Kontraktor Pelaksana untuk dilaksanakan.

3. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang dilakukan oleh Konsultan
Supervisi, Konsultan Perencana, dan Owner secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena melaksanakan Instruksi tidak tertulis
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

4. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak boleh menambah biaya
pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja.

5. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar Bestek dan
Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Konsultan Perencana dan disetujui oleh Owner.

6. Konsultan Perencana dengan persetujuan Owner berhak menentukan acuan mana yang harus
dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan bill of Quantity
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

Pasal 18
Lain-Lain

1. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini ditentukan kemudian oleh Konsultan
Perencana dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu ketentuan yang mengikat dan
wajib diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.

2. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Perencana tersebut tetap mengaju pada Gambar
Bestek dan Kontrak Kerja yang telah ada.
BAB III
PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 1
Papan Nama Proyek

1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat tentang identitas
proyek.

2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 80 cm x 120 cm kecuali ditentukan lain oleh
Owner.

3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas terbaik sehingga sanggup
bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan proyek. Latar papan nama dapat berupa papan kayu
tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material
lain harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali untuk logo atau
simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.

5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana, Instansi Pemilik Bangunan,
Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi.

6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu mulai proyek, dan
waktu penyelesaian proyek.

Pasal 2
Kantor Lapangan ( Direksi Keet )

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Kantor Lapangan untuk keperluan operasional pelaksanaan
pekerjaan.

2. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan satu papan tulis, dua buah meja kerja, dan
empat unit kursi duduk.

3. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Kontraktor Pelaksana dengan
Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi
bangunan yang sedang dikerjakan.

Pasal 3
Kamar Mandi Dan WC

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Kamar Mandi dan WC untuk keperluan Staf Kontraktor
Pelaksana, Staf Konsultan Supervisi, dan para pekerjan dan buruh.

2. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok, kran air, bak tampungan air, dan
saluran pembuangan air kotor.

3. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana dengan
Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi
bangunan yang sedang dikerjakan.

Pasal 4
Gudang Penyimpanan Material
1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Gudang penyimpanan material untuk melindungi material
yang tidak segera dipakai.

2. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang Penyimpanan Material tidak boleh berada terlalu
dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

3. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi pekerjaan kecuali dalam
keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain.

Pasal 5
Barak Pekerja

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Barak Pekerja untuk keperluan pekerja yang menginap
dilokasi pekerjaan.
2. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Kontraktor Pelaksana dengan Konsultan
Supervisi.
3. Barak Pekerja tidak boleh diletakkan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

Pasal 6
Bengkel Kerja

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Bengkel Kerja terutama untuk pekerjaan yang berhubungan
dengan kayu dan baja profil dan baja tulangan.

2. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Supervisi.

Pasal 7
Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara

1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air bersih dan Instalasi listrik
sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan pekerjaan untuk keperluan operasional dan
keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi.

Pasal 8
Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja untuk semua pekerja yang
berada dalam lokasi pekerjaan.

2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :


a. Helm Pelindung Kepala
b. Sepatu untuk melindungi kaki
c. Pemadam Kebakaran
d. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.

Pasal 9
Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tempat/pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan beserta
minimal 2 orang penjaga keamanan yang bekerja selama 24 jam.
2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan dimensinya ditentukan oleh
Kontraktor Pelaksana.

3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh diletakkan dekat dengan posisi
bangunan yang sedang dikerjakan

Pasal 10
Perlindungan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus melindungi lokasi pekerjaan selama berlangsungnya pekerjaan


konstruksi dari ganguan luar.

2. Bentuk perlindungan tersebut dapat berupa Pagar Seng BJLS 0,20 mm dengan rangka kayu setinggi
2 meter dari muka tanah dan dicat dengan rapi.
BAB IV
PEKERJAAN AWAL

Pasal 1
Pekerjaan Bongkaran
1. Umum
Bagian ini mencakup seluruh pekerjaan pembongkaran sebagaimana dituntut oleh gambar dan
Dokumen Kontrak yang berhubungan. Sebelum pekerjaan pembongkaran dimulai Kontraktor
berkewajiban untuk meneliti semua Dokumen Kontrak yang berhubungan, pemeriksaan kebenaran
dari kondisi pekerjaan, meninjau pekerjaan dan kondisi-kondisi yang ada, melakukan
pengukuranpengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan.
i. Sebelum pekerjaan pembongkaran dimulai, Kontraktor harus menyiapkan: lokasi untuk
penimbunan bongkaran, alat-alat bantu dan perangkat alat untuk keselamatan kerja yang
memadai.
ii. Karena tidak menutup kemungkinan lokasi proyek masih digunakan oleh pihak pengguna maka
kontraktor wajib merencanakan sistem/tahap pelaksanaan pekerjaan yang aman sehingga
tidak mengganggu pihak pengguna. Rencana sistem pelaksanaan pembongkaran harus
disetujui oleh Konsultan dan Direksi Teknik.

2. Syarat-syarat Pelaksanaan Pembongkaran Lantai dan Dinding


i. Pembongkaran tegel dan dinding harus dilakukan tanpa menimbulkan polusi udara,sehingga
kontraktor wajib menyiram/membasahi setiap bagian yang akan dibongkar.
ii. Material hasil bongkaran tegel dan dinding tidak boleh digunakan untuk pelaksanaan konstruksi
baru.
iii. Pembersihan dan pembuangan material hasil bongkaran tegel dan dinding menjadi tanggung
jawab kontraktor.
iv.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan Pembongkaran Kusen dan Atap
i. Pembongkaran kusen dan atap harus dilakukan dengan hati-hati, dengan menjaga agar tidak
terjadi kerusakan pada material penyusunnya, terutama untuk material kayu dengan harapan
kayu bekas bongkaran yang masih baik kondisinya nantinya dapat dipergunakan untuk
bagian konstruksi yang lain.
ii. Untuk pembongkaran yang dirasa mempunyai faktor kesulitan tinggi seperti penurunan kuda-
kuda, pembongkaran menara dan lain-lain, maka Kontraktor diharuskan mengajukan
proposal metode pembongkaran yang akan dipakai
iii. Penentuan kondisi kayu masih layak dipakai.

Pasal 2
Pembersihan Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala sesuatu yang dapat
menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti hasil bongkaran bangunan lama, pepohonan, semak
belukar, dan tanah humus.

2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap tanah humus setebal minimal 30 cm
sebelum dilakukan pekerjaan konstruksi.

3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek adalah muka tanah yang telah
bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan tanah humus.

4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak boleh dipakai sebagai material
timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai material bangunan.
5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan lapisan humus harus
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang sejauh mungkin dari lokasi pekerjaan atau ketempat
yang tidak menggangu lingkungan hidup.
Pasal 3
Penentuan Letak Bangunan ( Setting Out )

6. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengukuran kembali akan kebenaran posisi bangunan yang
akan dibangun seperti yang telah ada dalam Lay Out bangunan pada Gambar Bestek.

7. Hasil pekerjaan tidak boleh berbeda dengan Lay Out bangunan yang ada dalam Gambar Bestek
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

8. Perubahan-perubahan posisi bangunan karena alasan keterbatasan lahan atau berubahanya kondisi
existing lahan harus disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.

9. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan dan disetujui oleh Konsultan
Supervisi

Pasal 4
Pemasangan Bouwplank

1. Kontraktor Pelaksana harus mengunakan Bouwplank sebagai acuan tetap pada semua bangunan
yang akan dikerjakan termasuk septictank, Ground Resevoir, dan bak penampung limbah kimia.

2. Jarak pemasangan bouwplank dari bangunan yang akan dibangun min. 1m dan maksimal 2m.

3. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap bangunan yang akan dibangun
dan tidak boleh berubah posisi dan elevasinya sebelum struktur bangunan yang paling rendah
seperti pondasi dan sloof selesai dikerjakan.

4. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.


BAB V
PEKERJAAN GALIAN & TIMBUNAN

Pasal 1
Galian Pondasi

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian pondasi Kontraktor Pelaksana harus memastikan lokasi
disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan tapak pondasi dan ini harus
dibuktikan dengan pekerjaan pengukuran posisi perletakan pondasi dengan alat Theodolit atau cara
manual dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

3. Pekerjaan galian pondasi tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian pondasi.

4. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Pengalian pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun maupun memindahkan
rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk mengadakan pembersihan.

6. Perubahan-perubahan dari gambar Bestek yang diperlukan untuk kemudahan pekerjaan pengalian
pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

7. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang diperlukan, maka
kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

8. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat sehingga
mencapai kepadatan yang cukup.

9. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing bangunan lama
maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali denga pasir urug hingga
mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.

10. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi harus ditempatkan dengan
jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan
konstruksi pondasi.

11. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum pekerjaan konstruksi
pondasi selesai dikerjakan.

12. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah disekitar galian
adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.

13. Pengalian dengan alat berat dibenarkan selama tidak merusak struktur tanah disekitar galian.

14. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 2
Urugan Galian Pondasi
1. Urugan pondasi dikerjakan setelah pekerjaan konstruksi pondasi selesai dikerjakan.

2. Untuk urugan pondasi dapat digunakan tanah hasil galian pondasi atau material lain yang disetujui
oleh Konsultan supervisi.

3. Tanah urugan pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper atau alat lain yang disetujui
oleh Konsultan supervisi

4. Pemadatan dilakukan lapis berlapis dengan ketebalan minimal setiap lapisannya adalah 30 cm.

5. Hasil pekerjaan urugan pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 3
Timbunan Tanah

1. Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan Kontraktor Pelaksana harus memastikan lokasi disekitar
pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak berbungkah-bungkah, bukan tanah liat,
bukan tanah sawah, bukan hasil bongkaran bangunan lama, dan bukan pasir laut.

3. Material timbunan adalah tanah yang mudah dipadatkan.

4. Untuk penimbunan dalam bangunan tidak boleh dilakukan dengan alat berat.

5. Timbunan harus dipadatkan dengan alat Stemper, Mini Tendem Roller atau alat lain yang disetujui
oleh Konsultan supervisi lapis berlapis dengan ketebalan tiap lapis minimal 30 cm.

6. Kepadatan timbunan pada lapisan terbawah harus mencapai 95% dari standar proctor laboratorium
pada kadar air optimum dengan pemeriksaan kepadatan standar.

7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 4
Pasir Urug

1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan dan timbunan serta alas pekerjaan Lantai Kerja Beton
( Line Concrete ).

2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non struktural.

3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.

4. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.


BAB VI
PEKERJAAN PONDASI

Pasal 1
Pondasi Tapak Beton Bertulang

1. Sebelum pondasi tapak dikerjakan Kontraktor Pelaksana harus memastikan galian pondasi
sudah selesai 100%.

2. Kontraktor harus membuang semua air tanah yang ada dalam galian pondasi sebelum
memulai pekerjaan pondasi tapak.

3. Pekerjaan pengecoran pondasi tapak tidak boleh dikerjakan dalam kondisi galian pondasi
tergenang air.

4. Pada bagian paling dasar pondasi dilapisi dengan Batu Kosong dengan ketebalan minimal 10
cm. Lapisan Batu Kosong harus dipadatkan dengan kepadatan yang cukup.

5. Perakitan tulangan pondasi tapak dilakukan langsung diatas lantai kerja atau dapat juga
dilakukan di bengkel kerja Kontraktor pelaksana. Jumlah dan diameter tulangan pondasi
tapak sesuai dengan Gambar Bestek.

6. Bentuk dan dimensi pondasi tapak serta struktur pendukung bawah pondasi sesuai dengan
Gambar Bestek.

7. Hasil pekerjaan pondasi tapak harus benar-benar tegak lurus dalam arah horizontal dan tegak
lurus arah vertikal hal ini dibuktikan dengan pekerjaan theodolit atau pengukuran manual.

8. Semua pondasi tapak beton bertulang dibuat dari beton dengan mutu K-250

9. Hasil pekerjaan pondasi tapak beton bertulang harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

Pasal 4
Pasang Cerocok

1. Cerocok mengunakan Kayu Crucuk diameter 3 inch yang dipotong


sesuai dengan kedalam dalam gambar kerja.

2. Kayu Crucuk adalah jenis Kayu Dolken.

3. Pasangan cerocok adalah Kayu Dolken dengan mutu Baik/Kuat

4. Pasangan cerocok merupakan struktur pendukung yang diletakan pada bagian


bawah pondasi tapak

5. Hasil pekerjaan cerocok Kayu harus disetujui oleh Konsultan supervisi.


BAB VII
PEKERJAAN BETON

Pasal 1
Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium
Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton.

6. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

7. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di
Laboratorium Beton.

8. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Pasal 2
Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari 1% maka kerikil
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium
Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton.

6. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

7. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di
Laboratorium Beton.

8. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural atau beton dengan
mutu dibawah K-125.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Pasal 3
Batu Pecah
1. Hasil produksi mesin pemecah batu (Stone Cruser) bukan hasil pekerjaan manual (manusia).

2. Batu pecah berasal dari batuan kali.

3. Terdiri dari butiran yang keras dan bersifat kekal.

4. Tingkat ketahanan terhadap keausan butiran minimal 95%.

5. Jumlah butiran Lonjong dan Pipih minimal 5%.

6. Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat alkali.

7. Ukuran butiran terkecil minimal 1 cm dan ukuran butiran terbesar maksimal 3 cm.

8. Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus melalui proses pemeriksaan di
Laboratorium beton.

9. Batu pecah dipakai pada campuran beton struktural atau beton dengan mutu K-125 sampai mutu K-
275.

Pasal 4
Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton structural maupun
beton non struktural.

3. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

4. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

5. Untuk pekerjaan beton dan komponen struktur dipakai Semen Portland Type I.

6. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku
juga pada spesifikasi teknis ini.

Pasal 5
Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat merusak beton.

3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari tempat lain kelokasi
pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi sebelum digunakan.

Pasal 6
Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang berhubungan kemudahan
dalam pengerjaan beton atau Workability harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian dan percobaan
dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku secara umum
mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat dibuktikan secara
teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

Pasal 7
Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan oleh Konsultan
Supervisi.

2. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.

3. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000 kg/cm2 atau 300 MPa.

4. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan percobaan pada
Laboratorium Beton.

5. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang dibutuhkan atau sesuai
Gambar Bestek.

6. Baja ulir untuk semua diameter tidak boleh didatangkan kelokasi pekerjaan dalam keadaan
bengkok.

7. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah yang
berlawanan.

8. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari hubungan langsung dengan
tanah dan terlindung dari air hujan.

9. Semua peraturan tentang baja di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi
teknis ini.

Pasal 8
Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain)

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton struktural dengan mutu K-100 sampai mutu K-
250 Kontraktor Pelaksana harus membuat Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain).

2. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur adalah seperti berikut :


a. Kolom K-250.
b. Kolom Praktis & Balok Latai/Praktis K-175
c. Rabat Beton K-100.
d. Semua Balok K-250.
e. Pondasi Tapak K-250
f. Plat Lantai K-250.
g. Plat Dag K-250.

3. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton.

4. Semua beton dengan mutu K-100 sampai K-250 menggunakan batu pecah / kerikil beton.
5. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus mencantumkan :
a. Laporan hasil penelitian Pasir Beton.
b. Laporan hasil penelitian kerikil beton.
c. Laporan hasil penelitian batu pecah.
d. Komposisi pasir beton.
e. Komposisi batu pecah.
f. Komposisi air beton.
g. Komposisi zat additive jika digunakan.
h. Nilai slump rencana.
i. Nilai Faktor air semen.

6. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi
sebelum dilaksanakan.

Pasal 9
Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)

1. Berdasarkan Job Mix Disain Kontraktor Pelaksana membuat Rencana Campuran Lapangan (Job
Mix Formula) beton struktural dengan mutu K-125 sampai mutu K-275.

2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari segi komposisi material
beton.

3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar dilokasi pekerjaan tidak
boleh mengurangi dan berbeda dengan komposisi material beton yang ada dalam Job Mix disain.

5. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan dalam perhitungan Job Mix
Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

Pasal 10
Beton Ready Mix ( Beton Siap Curah )

1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain kepada Konsultan
Supervisi terhadap semua mutu beton structural yang menggunakan Beton Ready Mix.

3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.

4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
Pasal 11
Perakitan Tulangan

1. Perakitan tulangan balok, kolom, dan pondasi dapat dilakukan di bengkel kerja oleh Kontraktor
Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.

2. Dimensi, model, bengkokan, dan panjang penyaluran tulangan harus sesuai dengan Gambar Bestek
atau standar yang ada dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI).
3. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan gambar dan daftar bengkokan, dimensi, model, dan
panjang penyaluran tulangan pada bengkel kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan
perakitan tulangan.

4. Tulangan balok, kolom, dan pondasi yang telah selesai dirakit jika tidak langsung dipasang harus
diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak boleh besentuhan langsung dengan tanah.

5. Untuk tulangan plat lantai dan plat atap dirakit langsung diatas bekisting yang telebih dahulu telah
selesai dikerjakan.

6. Pada tulangan kolom, balok, pondasi tapak, plat atap, dan plat lantai harus diberi balok-balok beton
tahu dengan tebal yang disesuaikan dengan tebal selimut beton. Beton tahu harus ditempatkan pada
semua sisi tulangan yang bersentuhan dengan bekisting. Jarak pemasangan beton tahu minimal 30
cm dan maksimal 60 cm untuk balok dan kolom, sedangkan untuk plat lantai dan plat atap setiap 1
m2 harus ada minimal 4 buah beton tahu. Mutu beton beton tahu minimal sama dengan mutu beton
konstruksi penempatan.

7. Untuk tulangan plat lantai dan plat atap harus diberi support atau penyanga untuk keperluan
menjaga kestabilan jaring tulangan dari besi tulangan dengan diameter yang lebih besar dari
diameter tulangan plat. Setiap 1 m2 plat harus ada minimal 4 buah support atau penyangga.

8. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh sengkang dengan alat ikat
kawat beton.

9. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan alat ikat kawat beton.

10. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan terlalu lama dalam bekisting.

Pasal 12
Acuan / Bekisting

1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh balok-balok kayu penyangga
dari kayu kelas III.

2. Kontraktor pelaksana harus mengajukan gambar-gambar rencana pelaksanaan untuk bekisting


balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi lain yang dianggap perlu oleh Konsultan
supervisi.

3. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

4. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu supaya hasil campuran
beton tidak menempel pada bekisting waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan
beton yang rapi.

5. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.

6. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran beton tidak bocor atau
berubah bentuknya.

7. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi ,kelurusannya terhadap arah
vertikal oleh Kontraktor Pelaksana dengan alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara
manual tidak dibenarkan.

8. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum dilakukan pekerjaan
pengecoran beton.
9. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari terhitung sejak waktu
pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi karena alasan penggunan zat additive
yang dapat mempercepat proses pengerasan beton.

10. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal ini terjadi Kontraktor
Pelaksana harus memperbaikinya.

Pasal 13
Pengecoran Beton ( Casting Concrete )

1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus memastikan Acuan/bekisting


telah selesai 100% dan telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.

2. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian konstruksi sehingga dapat
menghindari sambungan-sambungan beton.

3. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor Pelaksana menjamin
bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak berhubungan langsung dengan air hujan.

4. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak diperbolehkan
melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual kecuali untuk beton-beton dengan mutu
dibawah K-125.

5. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan batu pecah, pasir beton, semen, air, dan zat
additive jika ada. Urutan ini bisa dirubah dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

6. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit kecuali ditentukan lain
oleh Konsultan Supervisi.

7. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh Konsultan Supervisi sudah
cukup langsung dituang dalam wadah yang sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.

8. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong oleh pekerja kelokasi
bekisting untuk dituang.

9. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh dibiarkan lebih dari 10 menit
berada dalam wadah kereta sorong atau bak tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti
Super Plasticizer juga tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan kecuali
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

10. Untuk pengecoran pada daerah tinggi (lantai 2) dapat dipakai media angkut Lift .

11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete Vibrator sampai mencapai
kepadatan optimum.

12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.

13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh menciptakam sangkar
kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu pada saat bekisting dibuka.

14. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian itu dengan
mempergunakan beton campuran zat kimia khusus untuk sambungan (joint) seperti Produk SIKA
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

15. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi yang sama tidak boleh lebih
dari 1 hari.
16. Untuk pengecoran dengan Beton Ready Mix (beton curah) alat-alat untuk pengecoran seperti Mixer
Dump Truck, Concrete Pump, Air Pump, dan Concrete Vibrator harus tersedia dilapangan.

17. Hasil pekerjaan pengecoran dengan Ready Mix sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.

Pasal 14
Perawatan Beton ( Curing )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap beton yang telah
selesai dituang dalam bekisting.

2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni kemudian menyiram air
secara rutin kepermukaan beton sampai beton berumur satu minggu. Penggunaan metode lain untuk
perawatan beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 15
Quality Kontrol

a. Slump Test

1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton dituangkan dari
Concrete Mixer atau minimal setiap 5 m3 pekerjaan beton pada setiap mutu beton.

2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana nilai slump
yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump rencana yang ada pada Job Mix Disain.

b. Benda Uji Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus dan slinder
standar. Ukuran kubus adalah 20 x 20 cm dan ukuran silinder tinggi 30 cm dan diameter 15
cm.

2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton yang berbeda.

3. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai berumur 28 hari.

4. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji dan tanggal
pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.

c. Kuat Tekan Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan beton yang telah
selesai mereka kerjakan.

2. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan minimal 20 benda
uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.

3. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor Pelaksana harus
didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat tekan beton tanpa- didampingi oleh
Konsultan Supervisi hasilnya dianggap tidak sah. Semua biaya untuk pemeriksaan kuat
tekan beton ini harus di tanggung oleh Kontraktor Pelaksana termasuk biaya yang harus
dikeluarkan oleh konsultan Supervisi.
4. Hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus menghasilkan kuat tekan beton karakteristik yang
sesuai dengan yang direncanakan.

5. Kuat tekan beton yang kurang dari 95% dari kuat tekan beton rencana dianggap gagal dan
beton yang telah selesai dikerjakan dilapangan harus dibongkar.

6. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran beton jika


hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang berbeda dengan kuat
tekan beton rencana.

7. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana untuk
beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi
bersama dengan Kontraktor Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan
dalam perencanaan campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.

8. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium beton harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9. Nilai Slump yang diizinkan untuk pelaksanaan pengecoran adalah slump 10 + 2cm

10. Laporan hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 16
Instalasi Dalam Konstruksi Beton

1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik sebaiknya tidak ditanam atau diletakan
dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek atau oleh Konsultan
Supervisi.

2. Pipa-pipa instalasi dari bahan PVC tidak boleh ditanam dalam konstruksi beton.

3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak boleh melebihi 1/3
(sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.

4. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk keperluan instalasi air
bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

5. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta pada posisi tumpuan balok
tidak diperbolehkan untuk alasan apapun.

Pasal 17
Sambungan Antar Beton

1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru sebaiknya dihindari pada
konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom tiap lantai.

2. Jika penyambungan terpaksa dilakukan permukaan beton lama harus dibersihkan, dikasarkan dan
disiram dengan air semen sebelum disambung dengan beton baru.

3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak diperbolehkan.

4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80 cm dari tumpuan
sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi tumpuan kedua (lantai 2).

5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat sedemikian rupa
sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada beton lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3 hari harus dilakukan
dengan Bonding Agent hal ini harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan persetujuan Konsultan
Supervisi.
BAB VIII
PEKERJAAN LANTAI

Pasal 1
Pasir Urug Bawah Lantai

1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam ruangan harus sudah selesai
100%.

2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal minimal 15 cm kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran yang seragam.

4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diinginkan dengan alat
Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.

5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal ini harus dibuktikan
dengan pekerjaan Waterpassing.

6. Untuk lantai 2 (dua) tidak diperlukan lagi pekerjaan lapisan pasir urug.
Pasal 2
Beton Cor Bawah Lantai

1. Pekerjaan beton cor bawah lantai dengan mutu K-100 dilakukan diatas lapisan pasir urug dengan
ketebalan 10 cm.

2. Permukaan hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar rata dan elevasi hal ini
dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
Pasal 3
Keramik Lantai

1. Keramik lantai yang dipakai adalah keramik dari material yang berkualitas baik dengan Merk Royal
atau yang setara dengannya.

2. Ukuran keramik Lantai adalah 60 x 60 dan 40 x 40 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek

3. Keramik lantai mempunyai permukaan yang rata dengan bentuk yang benar-benar siku pada setiap
sisi-sisinya.

4. Ukuran keramik lantai harus mengikuti ukuran yang ditentukan pada Gambar Pola Lantai yang ada
dalam Gambar Bestek.

5. Kontraktor harus memperlihat contoh warna, corak, motif, dan ukuran keramik untuk minimal dua
merk yang berbeda kepada Konsultan Perencana untuk disetujui.

6. Warna, corak, dan motif keramik lantai ditentukan dalam Gambar Bestek atau oleh Konsultan
Perencana pada masa pelaksanaan konstruksi.

7. Motif keramik pada lantai teras, lantai selasar, dan lantai tangga adalah Unpolish (permukaan
kasar). Ukuran berdasarkan ukuran pada Gambar pola lantai.

8. Pada Lantai tangga pada ujung-ujung tangga harus dipasang keramik anti slip ( stepnoshing).
9. Warna keramik lantai dapat diganti oleh Konsultan Perencana dalam tahap pelaksanaan dengan
alasan warna yang telah ditentukan dalam Gambar Bestek sulit didapatkan atau tidak dikeluarkan
lagi oleh pabrik.

10. Warna keramik lantai harus seragam untuk setiap jenis warna yang sama.

11. Tebal keramik minimal 5 mm.

12. Keramik lantai dipasang diatas lapisan beton cor bawah lantai 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr dengan memakai
spesi semen setebal minimal 2,5 cm dari campuran 1 Pc : 2 Ps.

13. Pada lantai 2 keramik dipasang langsung diatas plat lantai dengan spesi semen campuran 1 Pc : Ps
dan tebal minimal 2,5 cm.

14. Pemasangan keramik lantai harus dimulai dari bagian tengah bidang lantai atau sesuai dengan pola
lantai yang ada pada Gambar Bestek.

15. Potongan-potongan keramik yang terpasang dilakukan karena mengikuti pola lantai harus sama
dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan potongan. Potongan-potongan tersebut harus
sama dengan dimensi pada gambar pola lantai.

16. Celah-celah yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan keramik dan sebagai tempat isian
perekat antar keramik dalam bidang tebalnya adalah maksimal 2 mm.

17. Pemasangan lantai keramik harus memperhatikan elevasi lantai antar ruang dan harus mengikuti
elevasi lantai pada Gambar Bestek.

18. Hasil pemasangan keramik lantai harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan tidak
melengkung keatas. Elevasi lantai keramik hasil masangan harus diperiksa kedatarannya dengan
pekerjaan waterpassing.
Pasal 4
Keramik Lantai KM/WC

1. Finishing lantai dengan bahan keramik hanya dilakukan pada lantai KM/WC dan lantai Tempat
Whuduk atau sesuai dengan Gambar Bestek.

2. Keramik yang dipakai adalah dari merk Royal atau merk lain yang setara dengannya.

3. Ukuran keramik lantai adalah 40 x 40 cm atau sesuai dengan gambar pola lantai yang ada pada
Gambar Bestek.

4. Tebal keramik minimal 5 mm.

5. Kontraktor harus memperlihat contoh warna, corak, motif, dan ukuran keramik untuk minimal dua
merk yang berbeda kepada Konsultan Perencana untuk disetujui.

6. Keramik lantai dipasang diatas lapisan beton cor bawah lantai 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr dengan memakai
spesi semen setebal minimal 2,5 cm dari campuran 1 Pc : 2 Ps.

7. Pada lantai 2 keramik dipasang langsung diatas plat lantai dengan spesi semen campuran 1 Pc : Ps
dan tebal minimal 2,5 cm.

8. Pemasangan Keramik lantai harus dimulai dari bagian tengah bidang lantai atau sesuai dengan pola
lantai yang ada pada Gambar Bestek.

9. Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola lantai harus sama
dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan potongan. Potongan-potongan tersebut harus
sama dengan dimensi pada gambar pola lantai.
10. Celah-celah yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan keramik dan sebagai tempat isian
perekat antar keramik dalam bidang tebalnya adalah maksimal 2 mm.

11. Pemasangan keramik harus memperhatikan elevasi lantai antar ruang terutama pada hubungan lantai
KM/WC, lantai Tempat Whuduk dengan lantai ruang lain, sehingga air dari KM/WC dan Tempat
whuduk tidak melimpah ke ruangan lain.

12. Elevasi lantai KM/WC dan Tempat Whuduk harus lebih rendah dari lantai ruang lain.

13. Hasil pemasangan keramik lantai harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan tidak
melengkung keatas. Elevasi lantai keramik hasil pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan
pekerjaan waterpassing.

BAB IX
PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN

Pasal 1
Batu Bata

1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai Peraturan Bahan Bangunan
yang berlaku.

2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm, dan tebal 5 cm kecuali
ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.

3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata dimana kondisinya
tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.

4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya benar-benar rata untuk
semua sisinya.

5. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti dimensi dan ukuran
yang berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

6. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.


Pasal 2
Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua dinding kecuali dinding-
dinding yang langsung berhubungan dengan air.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan ketebalan maksimal 1,5 cm
dan minimal 1 cm.

3. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

4. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak satu garis
sambungan.

5. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah horizontal.

6. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang untuk ketepatan elevasi dan
kedataran permukaan.

7. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus disetujui oleh Konsultan
supervisi.
Pasal 3
Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus disiram
dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .

3. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

4. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.

5. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang diplester.

6. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran
baru yang tidak rata.

7. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan
lain oleh Konsultan Supervisi.

8. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan
pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

9. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.


Pasal 4
Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada dinding-dinding yang
langsung berhubungan dengan air seperti dinding KM/WC, bak air, dan dinding tempat whuduk.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan ketebalan maksimal 1,5 cm
dan minimal 1 cm.

3. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

4. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak satu garis
sambungan.

5. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½ bata dengan
campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.

6. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½ bata dengan campuran
1 Pc : 2 Ps minimal 150 cm.

7. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air (trasram).

8. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah horizontal.

9. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang untuk ketepatan elevasi dan
kedataran permukaan.

10. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus disetujui oleh Konsultan
supervisi.
Pasal 5
Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus disiram
dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

4. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

5. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang diplester.

6. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran
baru yang tidak rata.

7. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan
lain oleh Konsultan Supervisi.

8. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan
pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

9. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi


Pasal 6
Keramik Dinding KM/WC

1. Keramik dinding yang dipasang pada KM/WC atau sesuai dengan Gambar Bestek.

2. Ukuran Keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah 25x40 cm kecuali ditentukan lain
dalam Gambar Bestek.

3. Permukaan keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah polish (halus/licin) kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

4. Tebal keramik minimal 5 mm.

5. Kontraktor harus memperlihat contoh warna, corak, dan ukuran keramik untuk minimal dua merk
yang berbeda kepada Konsultan Perencana untuk disetujui.

6. Keramik dipasang langsung pada dinding pasangan bata atau tembok yang belum diplaster atau
dihaluskan permukaannya dengan perekat spesi beton 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1 cm.

7. Celah-celah antar keramik yang timbul akibat pemasangan dan untuk keperluan perekat dalam arah
tebal minimal 2 mm.

8. Untuk pemasangan keramik pada bak air bersih sudut-sudut harus ditumpulkan dengan memakai
bonbon keramik dengan panjang sesuai dengan panjang keramik bak air.

9. Hasil pemasangan keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan tidak melengkung
keatas. Kedataran pemasangan keramik harus diperiksa dengan pekerjaan waterpassing
BAB X
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA

Pasal 1
PEKERJAAN KUSEN UPVC

1.1 Lingkup Pekerjaan

1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
2. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela, kusen bouvenlicht seperti yang dinyatakan/
ditunjukkan dalam gambar perencanaa Seluruh Kusen untuk pintu yang dipasang engsel dsn scesori
lainya.

1.2 Persyaratan Bahan

UPVC atau Unplasticized Poly Vinyl Chloride memiliki komposisi material 85% PVC dan 15% adalah
stabilizers + Modifier + filler + color pigments + titanium di Oxide, yang akan membuat komposisi
UPVC menjadi kokoh dan tahan terhadap perubahan cuaca. jadi, prosesnya adalah Poly Vinyl Chloride
diperkuat dengan proses yang dinamakan Unplastized, sehingga hasil akhirnya menjadi bahan yang
lebih kuat/rigid daripada PVC. Material UPVC biasanya selalu diperkuat dengan besi (steel
reinforcement), sehingga lebih kokoh. UPVC merupakan turunan dari plastik yang mengalami proses
tertentu sehingga sifat lentur/plastisnya dihilangkan. Hasil akhir material ini menjadi keras dan
kemudian diaplikasikan ke berbagai macam bidang industri, yang salah satunya sebagai building
material khususnya pintu dan jendela.

1.3 Keunggulan Bahan UPVC


Adapun Keunggulan dari bahan UPVC ini adalah :
1. Anti Rayap
2. Anti Bocor
3. Anti Karat
4. Tahan Terhadap Cuaca
5. Kedap Suara
6. Bebas Perawatan
7. Proteksi Terhadap Api
8. Material Ramah Lingkungan
9. Hemat Energi
10. Kokoh dan Kuat

1.3 Tata Cara Penyambungan Dan Bagian UPVC


1. Profil UPVC diperkuat dengan rangka besi lapis yang berguna untuk Menguatkan agar lebih
rigid, berguna untuk instalasi ke tembok, untuk instalasi hardware.
2. Karet yang digunakan oleh Pintu & Jendela UPVC Menggunakan karet berbahan campuran
antara karet dan plastik menjadikan lebih tahan getas.
3. Locking System & Hardware yang digunakan Multipoint locking, rambuncis, casement, engsel
kupu-kupu, support arms, flush bolt, floor hinge.
4. Jendela & Pintu menggunakan teknik penyambungan welding system U-PVC dipanaskan s/d
250° C pada titik penyambungan menjadikan las titik sambungan akan lebih keras dibanding
dengan bagian yang tidak di las.
1.5 Sealant
Sealant untuk kaca pada rangka UPVC harus menggunakan bahan sejenis silicon sealant yaitu “Silicon Glazing
Sealant” produksi DOW CORNING atau yang setara.

1.6 Contoh-contoh
Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas contoh kusen UPVC, beserta brosur lengkap dari
pabrik/produsen. Kontraktor harus membuat shop drawing untuk dikonsultasikan dengan Pengawas.

1.7 Penyimpanan dan Pengiriman


Penyimpanan harus diruang beratap, bersih, kering dan dijaga agar tidak terjadi abrasi atau kerusakan lain serta
tidak dekat dengan tempat pembakaran.

1.8 Bahan Finishing


Finishing untuk permukaan kusen pintu yang bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton, adukan atau
plesteran dan bahan lainnya harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment dengan
insulating varnish seperti asphaltic varnish atau bahan insulation lainnya yang disetujui Pengawas.

1.9 Syarat-Syarat Pelaksanaan

1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor wajib meneliti gambar-gambar dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil
lubang harus diketahui) serta membuat contoh jadi untuk semua detail sambungan dan profil UPVC yang
berhubungan dengan sistem konstruksi bahan lain.
2. Semua frame baik untuk kusen dinding kaca luar dan pintu dikerjakan secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan
ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
3. Pemotongan UPVC hendaknya dijauhkan dari bahan besi untuk menghindarkan penempelan debu besi pada
permukaannya. Disarankan untuk mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaannya.
4. Pada akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet dan harus cocok. Pengelasan
harus rapi untuk memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai dengan gambar.
5. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat/stainless steel, sedemikian rupa
sehingga hari line dari tiap sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat kebutuhan terhadap tekanan air
sebesar 1000 kg/cm2.
6. Celah antara kaca dan sistem kusen UPVC harus ditutup oleh sealant yang sudah disetujui Pengawas.
7. Toleransi pemasangan kusen UPVC di satu sisi dinding adalah 10 - 25 mm yang kemudian diisi dengan beton
ringan/grout.
8. Toleransi Puntiran : Pemasangan semua pintu terhadap kusen yang diijinkan adalah 1 mm, sedangkan terhadap
lentur adalah 3 mm.
9. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant supaya kedap air dan suara.
10. Kaca-kaca dinding luar bangunan dan daun pintu hendaknya dibuat fixed dengan beads. Beads dimaksud harus dari
UPVC extruded shape dan dilengkapi dengan neoprene. Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi
finishing untuk penahan air hujan.
11. Kisi-kisi UPVC yang akan dipasang harus setelah mendapat persetujuan Pengawas.
12. Seluruh kisi-kisi UPVC yang dipasang harus benar-benar tegak lurus terhadap gari horizontal. Jarak pemasangan
kisi-kisi sesuai dengan gambar perencanaan.
13. Kisi-kisi UPVC yang dipasang adalah UPVC yang telah terpilih dan tidak ada bagian yang cacat atau tergores.
14. Dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan spesifikasi dari produsen atau yang disetujui Pengawas.
15. Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan lain. Jika terjadi
kerusakan akibat kelalaian, maka Kontraktor tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan.
16. Pintu jendela harus terpasang rapat, rapi dan kuat pada sistem kosen penggantung.

1.10 Pengujian Mutu Pekerjaan

1. Semua bahan harus sesuai dengan yang dipersyaratkan dan yang telah disetujui Pengawas.
2. Kusen UPVC terpasang dengan kuat, dan setiap hubungan sudut harus 90 . Apabila tidak terpenuhi maka harus
dibongkar atas biaya Kontraktor.
3. Semua sistem dan mekanismenya harus berfungsi dengan sempurna.
4. Setiap engsel daun pintu harus terpasang lengkap, sempurna dan harus sesuai dengan produk pabrik yang
mengeluarkan.
5. Kaca harus diteliti dengan seksama, setelah terpasang tidak boleh timbul getaran ; apabila masih terjadi getaran,
maka profil rubber seal pemegang kaca harus diganti atas biaya Kontraktor.

1.11 Pengamanan Pekerjaan

1. Setelah pemasangan, kotor akibat noda-noda pada permukaan kusen dapat dibersihkan dengan “Volatile Oil”.
2. Semua pintu dan dinding kaca luar bangunan harus dilindungi dengan “Corrugated Card Board” dengan hati-hati
agar terlindung dari benturan alat-alat pada masa pelaksanaan.
3. Bila kusen ternoda oleh semen, adukan dan bahan lainnya, bahan pelindung harus segera digunakan. Bahan UPVC
yang terkena bercak noda tersebut dapat dicuci dengan air bersih, sebelum kering sapukan dengan kain
4. Permukaan kusen UPVC yang bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton, adukan atau plesteran dan bahan
lainnya harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment dengan insulating material
seperti asphaltic varnish atau yang lainnya.
5. Setelah pemasangan instalasi pada pintu dan dinding kaca luar bangunan maka sekeliling kaca yang berhubungan
langsung dengan permukaan dinding perlu diberi lapisan vinyl tape untuk mencegah korosi selama masa
pembangunan.

Pasal 2
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA KACA RANGKA UPVC

2.1 Lingkup Pekerjaan

1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
2. Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu dan jendela panil kaca seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

2.2 Persyaratan Bahan :


2.2.1 Bahan Rangka

1. Dari bahan UPVC framing system, dari produk dalam negeri


2. Bentuk dan ukuran profil disesuaikan gambar perencanaan
3. Warna profil UPVC yang digunakan adalah warna putih atau ditentukan kemudian.
5. Bahan yang diproses pabrikan harus diseleksi terlebih dahulu dengan seksama sesuai dengan bentuk toleransi,
ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang disyaratkan oleh Pengawas.
6. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat dari pekerjaan UPVC serta memenuhi
ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
7. Daun pintu dengan konstruksi panel kaca rangka UPVC, seperti yang ditunjukkan dalam gambar, termasuk bentuk
dan ukurannya.

2.2.2 Penjepit Kaca

Digunakan penjepit kaca dari bahan karet yang bermutu baik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dari
pabrik. Pemasangan disyaratkan hanya 1 (satu) sambungan serta harus kedap air dan bersifat structural seal.

2.2.3 Bahan Panil Kaca Daun Pintu dan Jendela

1. Bahan untuk kaca pintu frameless menggunakan kaca tempered 12 mm.


2. Bahan untuk kaca pintu rangka UPVC menggunakan kaca tempered 6 mm.
3. Bahan untuk kaca jendela mati yang menerus dari lantai sampai balok, menggunakan kaca tempered 10 mm.
4. Bahan untuk kaca jendela hidup dan jendela mati yang menerus dari lantai sampai setinggi 220 cm, menggunakan
kaca tempered 8 mm.
5. Kaca-kaca interior menggunakan tipe clear, sedangkan kaca-kaca eksterior menggunakan tipe Tempered
Panasap Green.
6. Semua bahan kaca yang digunakan harus bebas noda dan cacat, bebas sulfida maupun bercak-bercak lainnya dari
produk Asahimas

2.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi di
lapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk mempelajari bentuk, pola, lay-out/penempatan, cara pemasangan,
mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
2. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu di tempat pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/tempat
dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
3. Harus diperhatikan semua sambungan harus siku untuk rangka UPVC dan penguat lain yang diperlukan hingga
terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/menjaga kerapian terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh
ada cacat penyetelan.
4. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi. Daun Pintu

Pasal 3
PEKERJAAN DAUN PINTU KACA, FRAMELESS
DAN JENDELA KACA MATI

3.1 Lingkup Pekerjaan

1. Bagian ini meliputi penyediaan ke lokasi pekerjaan termasuk pengangkutan serta pemasangan material, angkur,
bobokan dan perapihan kembali terhadap bagian-bagian dengan lantai dan langit-langit yang berkaitan dengan
pekerjaan daun pintu kaca.
2. Pekerjaan Jendela Kaca Mati meliputi seluruh jendela kaca sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.

3.2 Bahan-Bahan

1. Kaca yang digunakan untuk daun pintu ini adalah jenis Tempered produksi Asahimas dengan ketebalan 12 mm
sesuai gambar.
2. Kaca yang digunakan untuk jendela kaca mati menggunakan kaca polos produksi Asahimas, dengan ketebalan 6
mm sesuai gambar.
3. Kaca untuk eksterior menggunakan tipe Tempered Panasap Blue menggunakan tipe yang meredam panas 70%,
sedangkan untuk interior menggunakan tipe Clear.

Shop Drawing dan Contoh


a. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan gambar dokumen kontrak dan
telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
b. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam gambar
kerja/dokumen kontrak.
c. Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produk, cara
pemasangan atau pernyataan khusus yang belum tercakup secara lengkap di dalam gambar kerja/dokumen kontrak
sesuai dengan spesifikasi pabrik.
d. Gambar shop drawing sebelum dilaksanakan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas.
e. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Pengawas sebanyak minimal 2 (dua) produk yang setara
dari berbagai merk pembuatan atau kecuali ditentukan lain oleh Pengawas.
f. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan.
g. Keputusan bahan, warna tekstur dan produk akan diambil alih Pengawas yang kemudian akan diinformasikan
kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan
tersebut.
h. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji, baik pada pembuatan, pengerjaan maupun pelaksanaan
di lapangan oleh Pengawas atas tanggungan Kontraktor tanpa biaya tambahan.
3.3 Pelaksanaan
3.3.1 Persyaratan Pekerjaan

1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat pekerjaan serta ketentuan
teknis yang harus dipenuhi menurut brosur produksi yang nantinya terpilih atau petunjuk Pengawas.
2. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Pengawas.
3. Semua bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi tanda untuk mudah
diketahui.
4. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, bebas dari goresan/gompel (Chipping), diharuskan menggunakan alat-alat
pemotongan kaca khusus, dan harus digosok tepinya dengan “sander” pada tingkat 120 mesh atau lebih.

3.3.2 Pekerjaan Pemasangan

1. Pemasangan kaca ini dilaksanakan pada semua pekerjaan pemasangan kaca yang disebutkan dalam gambar seperti
partisi, pintu, jendela dll.
2. Ukuran, tebal dan jenis kaca yang dipasang sesuai dengan petunjuk gambar uraian dan syarat pekerjaan tertulis
serta petunjuk Pengawas dan Konsultan Perencana.
3. Pemasangan kaca-kaca dalam sponing rangka UPVC sesuai dengan persyaratan dari pabrik.
4. Perhatikan ukuran dan bentuk list profil yang dipakai untuk pemasangan ini apakah telah sesuai dengan petunjuk
gambar dan spesifikasi bahan kusen/kerangka yang terpasang.
5. Dipakai bahan untuk lapisan kedap air pada kaca dengan rangka UPVC yang berhubungan dengan udara luar,
untuk bagian dalam dipakai sealant sesuai dengan persyaratan dari pabrik. Disyaratkan tebal sealant maksimal 5
mm yang tampak dari kaca dan kerangka.
6. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak diperkenankan retak dan pecah pada sealant/tepinya,
bebas dari segala noda dan bekas goresan.
7. Gunakan sealant yang benar-benar elastis dan bermutu baik (polysulfids).
8. Gunakan Back Up material yang memiliki tingkat insulasi panas yang tinggi, seperti neoprene, foam dan
polyethylene.
9. Gunakan 2 buah setting blocks dari neoprene dengan kekerasan 90 derajat atau lebih pada sisi bawah kaca dengan
ukuran :
- Panjang : (25 x luas kaca (m2) mm, max 50 mm
- Lebar : Tebal kaca + 5 mm
- Tebal : 5 mm s/d 12 mm

3.3.3 Pekerjaan Perapihan

1. Adalah pekerjaan merapikan kembali akibat-akibat dari pekerjaan pembobokan, pemasangan, dan lain-lain yang
berkaitan terhadap bagian-bagian dinding, lantai dan langit-langit yang berdekatan dengan tempat pekerjaan
tersebut.
2. Kontraktor wajib memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan lain; jika terjadi
kerusakan akibat kelalaiannya, maka Kontraktor tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan.

3.4 Pengujian Mutu Pekerjaan

1. Mutu bahan memenuhi persyaratan yang tertulis dalam buku ini serta ketentuan teknis dalam brosur produk bahan
tersebut.
2. Semua kaca yang terpasang tidak boleh terjadi retak tepi, akibat pemasangan list.
3. Kaca yang telah terpasang harus terkunci dengan sempurna dan tidak bergeser dari sponing.
4. Pada saat terpasang, semua kaca tidak boleh bergelombang, apabila masih terlihat adanya gelombang, maka kaca
tersebut harus dibongkar atas biaya Kontraktor.

BAB XI
PEKERJAAN PLAFOND
Pasal 1
Pasangan Gypsum Board & PVC Panel

1. Material utama plafond adalah Gypsum Board ukuran standard 1200 mm x 2400 mm, tebal 9 mm
dengan warna dasar putih atau PVC Panel

2. Gypsum Board atau PVC Panel adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan harus
mempunyai Merk Dagang.

3. Gypsum board Atau PVC Panel yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam keadaan
cacat dan rusak.

Pasal 2
Rangka Plafond

1. Rangka plafond adalah rangka Puring dengan rangka pembagi 60/120 cm dari bahan rangka puring.

2 Penggunaan rangka plafond dengan material baja ringan anti karat harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.

3. Cara pemasangan rangka plafond sesuai dengan denah rangka plafond Gambar Bestek atau sesuai
petunjuk Konsultan Supervisi.

3. Rangka plafond harus digantung pada konstruksi kuda-kuda atau pada plat lantai beton bertulang
atau balok lantai dengan alat gantung besi diameter 8 mm yang dijangkarkan dengan baut atau paku
kerangka plafond atau sesuai dengan Gambar Bestek.

4. Setiap 2 m2 luas plafond harus dipasang minimal 4 pengantung plafond.

Pasal 3
Pemasangan Plafond

1. Pemasangan Plafond Gypsum Board atau PVC Panel dilakukan langsung pada rangka puring
plafond dengan alat sambung paku gypsum.

2. Celah-celah yang terjadi akibat pemasangan harus dirapikan dengan dempul Gypsum dan Stiker
Gypsum untuk menghindari penampakan sambungan, untuk pekerjaan Plafon PVC Panel
mengunakan lem silicon untuk mempererat sambungan atau mengunakan Klem PVC panel.

3. Pada posisi tertentu atau sesuai dengan Gambar Bestek dipakai list plafond dari bahan Gypsum Siku
ukuran 10x10x 5 mm.

4. Cara pemasangan harus mengikuti denah rangka plafond yang ada dalam Gambar Bestek.

5. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata dan tidak melendut.

6. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasan tertentu tidak boleh
dipotong sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standardnya pada posisi penjangkaranya
pada rangka plafond dan hal ini harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

7. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan instalasi listrik, instalasi
air bersih, dan instalasi air kotor sehingga plafond yang telah dipasang tidak dibongkar kembali.
BAB XII
PEKERJAAN KAYU

Pasal 1
Referensi
Seluruh Pekerjaan kayu harus sesuai Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) atau NI-5.

Pasal 2
Persyaratan Material

1. Kayu yang dipakai dalam pekerjaan konstruksi ini ditentukan seperti berikut ini :
a. Kayu Rangka Bekisting : Kelas Kuat III

2. Semua kayu yang akan diapakai pada konstruksi atap harus diresidu terlebih dahulu sebelum
material atap dipasang.

3. Kayu-kayu yang akan dipakai harus tanpa cacat dan mata kayu.

4. Kayu mempunyai dimensi dan ukuran yang tetap dan standard sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Semua kayu yang akan difinishing dengan pekerjaan pengecatan kayu harus dicat minie kayu
terlebih dahulu sebelum dipasang dan dicat akhir.

6. Kontraktor harus memberikan contoh material minimal dua jenis kayu dengan kelas kuat yang sama
untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

7. Kadar air maksimum waktu didatangkan kelapangan untuk tebal kayu lebih 7 cm adalah 25% dan
maksimum 19% untuk tebal kurang dari 7 cm.
BAB XIII
PEKERJAAN CAT

Pasal 1
Persyaratan Material

1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari kualitas terbaik.
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk dagang, spesifikasi, dan aturan
pakai.
3. Cat yang dipakai adalah sejenis NIPPONT PAINT atau merk lain yang setara dengannya.
4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat minimal dari dua merk yang
berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.
5. Jenis cat dan warna yang akan dipakai pada semua posisi bangunan kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Bestek adalah seperti dalam table berikut ini :

Tabel. Penempatan dan warna cat.

Konstruksi Merek Cat Type

Dinding Luar Cat Tembok


Wheatershield
Exterior
Permukaan Beton Wheatershield Cat Tembok
Luar Exterior
Dinding Dalam Nippon Paint Cat Tembok
Vinilex Interior
Permukaan Beton Nippon Paint Cat Tembok
Dalam Vinilex Interior

Pasal 2
Pelaksanaan

1. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata dan permukaan beton harus benar-benar
kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.
2. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang ahli.
3. Dinding dan permukaan beton harus didempul atau diplamur terlebih dahulu sebelum dilakukan
pekerjaan cat dasar.
4. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata permukaanya dengan kertas
amplas.
5. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam Bill of Quantity atau
Konsultan Supervisi :
a. Cat Tembok Exterior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat dasar, dan 2 Kali Cat warna.
b. Cat Tembok Interior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat dasar, dan 2 Kali Cat warna.
BAB XIV
PEKERJAAN LISTRIK

A. PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Pasal 1
Umum

1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada klausul lain dari
persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul
yang ada atau menghilangkan klausul-klausul tersebut atau bukan berarti menghilangkan
klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum.

2. Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu kesatuan dan tidak dapat
dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatau bagia pekerjaan atau bahan atau peralatan yang
diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu
gambar perencanaan atau spesifikasi perencanaan saja. Kontraktor Pelaksana harus tetap
melaksanakannya sesuai dengan standard teknis yang berlaku.

Pasal 2
Gambar-Gambar

1. Gambar-gambar perencana tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua accessories dan


fixture secara terpirinci. Semua baguian diatas walaupun tidak digambarkan atau disebutkan
secara spesifik harus disediakan dan dipasang oleh Kontraktor Pelaksana sehingga sistem dapat
bekerja dengan baik.

2. Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan instalalasi.
Sedang pemasangan harus dikerjakan denan memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar-
gambar Arsitektur dan struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk Kontraktor Pelaksana
dan detail ”finishing” dari proyek.

3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan gambar-gambar kerja dan
detail (working drawing) yang harus diajukan kepada Konsultan Supervisi untuk mendapatkan
persetujuan. Setiap shop drawing yang diajukan Kontraktor Pelaksana untuk disetujui
Konsultan Supervisi dianggap bahwa Kontraktor Pelaksana telah mempelajari situasi dan telah
berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya.

4. Kontraktor Pelaksana harus membuat catatan-catatan yang cermat dari penyesuaian-


penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-catatan tersebut harus dituangkan
dalam satu set lengkap gambar (kalkir) dan lima set lengkap blue print sebagai gambar-gambar
sesuai pelaksanaan (as built drawings). As built drawings harus diserahkan kepada Konsulatan
Supervisi segera setelah pekerjaan selesai 100 %.

Pasal 3
Koordinasi

1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus bekerja
sama dengan Kontraktor Pelaksana bidang atau disiplin lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

2. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang satu tidak
menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.
Pasal 4
Daftar Bahan Dan Contoh

1. Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Kontraktor Pelaksana menerima
pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali apabila ditunjuk lain oleh Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan.
Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnyatercantum nama-nama dan alamat
manufacture, katalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsulatan
Supervisi . Persetujuan oleh Konsultan Supervisi akan diberikan atas dasar di atas.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan dipasang kepada
Konsultan Supervisi . Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-
contoh ini adalah menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana .

3. Bahan-bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di dalam spesifikasi teknis ini
dan harus dalam keadaan barn. Pekerjaan haruslah dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli
dibidangnya masing-masing.

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran/ kapasitas peralatan
(equipment) yang akan dipasang. Apabila terdapat keragu-raguan, Kontraktor Pelaksana , harus
segera menghubungi Konsultan Supervisi untuk berkonsultasi.

5. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang sebelumnya tidak dikonsultasikan
dengan Konsultan Supervisi , apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi beban tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana . Untuk itu pemeliharaan equipment dan material harus mendapatkan
persetujuan dari Konsulian Supervisi .

Pasal 5
Commision Dan Testing

1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran-
pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang
dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan persyaratan yang
berlaku.

2. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan testing tersebut merupakan
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana . Hal ini termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan
untuk testing dari sistem ini seperti yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh
Kontraktor Pelaksana .

Pasal 6
Peralatan yang disebut Dengan Merk Dan Penggantinya

1. Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain-lain yang disebut dan dipersyaratkan
dengan nama dan dipersyaratkan ini, maka Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan sesuai dengan
peralatan/merk tersebut diatas.

2. Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan-ketentuan dari Konsultan Supervisi.

Pasal 7
Perlindungan Pemilik

Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemilik dijamin dan dibebaskan
dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.
Pasal 8
Contoh

Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahan-bahan/material yang akan dipasang disini
untuk dimintakan persetujuan Konsultan Supervisi . Semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan
pengambilan contoh-contoh ini menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.

Pasal 9
Pengetesan

Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengetesan seperti yang dipersyaratkan disini dan
mendemonstrasikan cara kerja dari segenap sistem, yang disaksikan oleh Konsultan Supervisi. Semua
tenaga, bahan dan perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut, merupakan tanggungjawab
Kontraktor Pelaksana .

Pasal 10
Pengujian

Jika semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah dikirim dan dipasang dan telah
memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian
secara keseluruhan dari peralatan-peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan temyata memenuhi
fungsi-fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan
peralatannya dapat diserahkan kepada pemilik dengan dilampirkan berita acara test lapangan yang
disetujui Konsultan Supervisi.

Pasal 11
Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan

1. Peralatan-peralatan instalasi harus digaransikan selama satu tahun terhitung dari penyerahan kedua.

2. Selama masa garansi, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini diwajibkan untuk mengatasi
segala kerusakan- kerusakan dari pada instalasi yang dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.

3. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini masih harus
menyediakan tenaga-tenaga yang diperlukan yang dapat dihubungi setiap saat.

4. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi dengan bukti-bukti hasil
pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan baik yang ditandata- ngani bersama oleh instalatur
yang melaksanakan pekerjaan tersebut dan Konsultan Supervisi lapangan serta dilampirkan
sertifikat pengujian yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang berwenang.

5. Jika pada masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi tidak melaksanakan atau
tidak memenuhi teguran-teguran atas perbaikan, penggantian, kekurangan selama masa garansi,
maka Konsultan Supervisi lapangan berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan tersebut
pada pihak lain atas biaya dari Kontraktor Pelaksana yang melaksanakan pekerjaan instalasi
tersebut.

6. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor Pelaksana harus mengadakan semacam
pendidikan dan latihan selama periode tersebut kepada 3 (tiga) orang calon operator untuk setiap
pekerjaan yang ditunjuk oleh pemberi tugas (customer).

6. Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus lengkap dengan 5 (lima) set operating
maintenance and repair manual books, sehingga para petugas/operator dapat mengoperasikan dan
melaksanakan pemeliharaan.

Pasal 12
Penanggung Jawab Pelaksana

1. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang
penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman dan harus selalu berada di
lapangan/site, yang bertindak selaku wakil dari Kontraktor Pelaksana dan mempunyai kemampuan
memberikan keputusan teknis, dan bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi-
instmksi dari Konsultan Supervisi.
2. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama jam kerja dan pada saat
diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada pada saat yang dikehendaki ohh Konsultan Supervisi
petunjuk, dan perintah pengawas di dalam pelaksanaan harus disampaikan langsung kepada pihak
Pembomg melalui penanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

Pasal 13
Perubahan , Penambahan Dan Pengurangan Pekerjaan

1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar rencana yang disesuaikan dengan
kondisi di lapangan harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Konsultan Supervisi.

2. Dalam merubah gambar rencana lersebut, Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan gambar
perubahan yang dimaksud Konsultan Supervisi pengawas lapangan dalam rangkap lima untuk
disetujui.

3. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain sebagainya, harus diajukan oleh
Kontraktor Pelaksana kepada Konsultan Supervisi secara tertulis. Perubahan-perubahan material
dan gambar rencana yang mengakibatkan pekerjaan tambah kurang harus disetujui secara tertulis
oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 14
Pekerjaan Listrik

1. Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah selumh sistem listrik secara lengkap,
sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan sempuma dan aman.

2. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan pertama (serah terima
pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah dapat dipergunakan pemilik.

Pasal 15
Pemeriksaan Routines

1. Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan dan pemeriksaan routine.

2. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus dilaksanakan tidak kurang dari dua
minggu sekali.
B. PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL

Pasal 1
Umum

Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, pemasangan ,
pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan training bagi calon operator, sehingga seluruh
sistem elektrikal dapat beroperasi dengan baik dan benar.

Pasal 2
Lingkup Pekerjaan

1. Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan instalasi kabel utama dari panel distribusi
menuju ke ruang panel disetiap lantai, lengkap dengan seluruh instalasinya termasuk armature,
saklar dan stop kontak.

2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai type dan ukuran kabel tegangan rendah
sesuai dengan gambar rencana.

3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-panel tegangan rendah dan panel kapasitor
sesuai dengan gambar rencana.

4. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi:


a. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan jenis lampu sesuai gambar
rencana.
b. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa, stop kontak daya dan stop
kontak khusus.
c. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch dan saklar tukar.
d. Pengadaan dan pemasangan berbagai cable ladder, cable tray dan cable trunking.
e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung kabel serta berbagai
accessories lainnya seperti : box untuk saklar dan stop kontak, junction box, fleksibel
conduit, bends/elbows, socket dan lain-lain.
f. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi penerangan dan stop kontak.

5. Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)


a. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar lengkap dengan tiang, pondasi,
armature dan accessories lainnya.
b. Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan tiang, pondasi, armature dan
accessories lainnya.
c. Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan tiang armature dan accessories
lainnya.
d. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar lengkap dengan conduit, pelindung
kabel dan accessories lainnya.

6. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan lengkap dengan box kontrol,
elektroda pentanahan dan accessories lainnya.

7. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal petir lengkap dengan


accessories lainnya.
8. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar dapat beroperasi
dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel rack, support equipment dan accessories
lainnya.

Pasal 3
Koordinasi

1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana untuk menggambarkan secara
detail tentang semua masalah dari peralatan-peralatan, dan sambungan-sambungannya. Kontraktor
Pelaksana harus melengkapi dan memasang selumh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan.

2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang posisi dari peralatan-peralatan,
pemipaan, ducting dan lain-lain. Kontraktor Pelaksana harus mengadakan perubahan-perubahan
yang diperlukan yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan tanpa tambahan-tambahan
biaya.

3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan pada gambar atau sebaliknya,
harus dilengkapi dan dipasang.

Pasal 4
Standar-Standar

Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan peraturan yang berlaku :

a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.

b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan Instalasi Listrik (PIL) dan
tentang Syarat-syarat Penyambungan Listrik (SPL).

c. Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia (SNI).

d. Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.

e. Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang standard penerangan buatan.

f. Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan bangunan.

g. Standard negara lain yang berlaku di Indonesia seperti : IEC, VDE, DIN, NEMA, JIS, NFPA, dan
lain-lain.

Pasal 5
Pekerjaan Terkait

Referensi bagi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini adalah :


a. Penerangan dan stop kontak
b. Sistem Pembumian
c. Daftar merk/produk material

Pasal 6
Persyaratan Bahan Dan Material
a. Umum
1. Semua material yang disupply dan dipasang oleh Kontraktor Pelaksana harus baru dan material
tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah tropis.
2. Material-material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan dari produksi yang terbaru.
Untuk material-material yang disebut dibawah ini, maka Pemilik harus menjamin bahwa barang
tersebut adalah baik dan baru dengan jalan menunjukkan surat order pengiriman dari
dealer/agen/pabrik.
a. Peralatan panel : switch, circuit breaker, meter dan kontaktor serta relay protection.
b. Peralatan lampu : Armature, bola lampu, ballast, dan kapasitor.
c. Peralatan instalasi : Stop kontak, saklar, junction box, dan lain-lain.
d. Kabel.

b. Daftar Material
1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor Pelaksana wajib mengisi daftar
material yang menyebutkan : merk, type, kelas lengkap dengan brosur/katalog yang dilampirkan
pada waktu tender.
2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang berupa barang-barang
produksi.

c. Penyebutan Merk/Produk Pabrik


1. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk tertentu atau
kelas mutu (quality performance) dari material atau komponen tertentu terutama untuk material-
material Listrik utama, maka Kontraktor Pelaksana wajib melakukan didalam penawarannya
material yang dalam taraf mutu/pabrik yang disebutkan itu.
2. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang disebutkan pada tabel
material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor Pelaksana, yang diakibatkan oleh sesuatu alasan
yang kuat dan dapat diterima Pemilik, Direksi Lapangan dan Perencana, maka dapat dipikirkan
penggantian merk/type dengan suatu sanksi tertentu kepada Kontraktor Pelaksana.

C. PANEL TEGANGAN RENDAH

Pasal 1
Persyaratan Bahan Dan Material
1. Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan, pengujian dan perbaikan selama
masa pemeliharaan, ijin-ijin, tenaga teknisi dan tenaga ahli.
2. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam gambar dan spesifikasi teknis
ini maupun tambahan-tambahan lainnya.

Pasal 2
Persyaratan Bahan Dan Material
1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang harus ada seperti yang
ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel yang dimaksud untuk beroperasi pada 220/380 V, 3 phase,
4 kawat, 50 Hz dan Solidly Grounded dan harus dibuat mengikuti standard IEC, VDE/DIN, BS,
NEMA dan sebagainya.

2. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (Metal enclosed), free standing untuk
pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua komponen-komponen yang ada :
a. Panel Genset
b. LVMDP
c. LV-SDP

3. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed). Wall mounting untuk
pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua komponen-komponen yang ada :
a. Panel-panel pencahayaan dan stop kontak
b. Panel-panel daya plumbing
c. Panel-panel daya air conditioning
d. Panel-panel lain.

4. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed} untuk pasangan luar
(Outdoor Use) lengkap dengan semua komponen-komponen yang ada :
a. LP-OL (semua yang tercantum dalam gambar rencana).

5. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini, tetapi tercantum dalam
mgambar rencana.

Pasal 3
Karakteristik Panel

a. Tegangan kerja : 400 volt


b. Tegangan uji : 3.000 volt
c. Tegangan uji impulse : 20.000 volt
d. Frekwensi : 50 Hz

Pasal 4
Konstruksi Panel

1. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan dengan aman oleh petugas, misalnya seperti
pengoperasian sakelar daya (MCCB), pemutus tenaga (CB), pemasangan kembali indikator-
indikator, pengecekan tegangan, pengecekan gangguan dan sebagainya.

2. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang digunakan untuk pemasangan peralatan-
peralatan atau penyambungan-penyambungan. Setiap lemari hanya dapat dibuka bila semua
peralatan bertegangan dalam lemari tersebut telah off /mati.

3. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interiock harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga tidak mungkin terjadi kecelakaan akibat kesalahan-kesalahan operasi yang dibuat oleh
petugas.

4. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm dan diberi penguat besi siku
atau besi kanal dengan ukuran standard, sehingga dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah
dan masing-masing terpisah satu sama lain dengan alat pemisah.

5. Tiap kubikel terdiri dari bagian sebagai berikut :


a. Ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan penutup yang dapat dilepaskan dengan baut
setelah switchgear dimatikan.
b. Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka, yang dihubungkan dengan sebuah
handel pembuka peralatan sedemikian rupa, sehingga hanya dapat dibuka bila bagian dalam
ruangan tersebut telah off/mati.
c. Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus disesuaikan ketinggiannya.

6. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut:


a. Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium
b. Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah pengelasan, kemudian secepatnya
harus dilindungi terhadap karat dengan cara galvanisasi atau "Chromium Plating" atau dengan
"Zinc Chromate Primer".
c. Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven wama abu-abu atau wama lain yang
disetujui Direksi.

7. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit Breaker (MCB) dengan
breaking capacity minimal 8 -10 KA simetris.
8. Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case Circuits Breaker (MCCB) atau No Fuse
Breaker (NFB), sesuai dengan yang diberikan pada gambar rencana dengan breaking capacity
seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.
9. Circuit Breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi thermal dan instantaneous
magnetic unit.Main CB dari setiap panel harus dilengkapi dengan shunt trip terminals dan kabel
control harus tahan api.

10. Panel/Cubicle harus dilengkapi dengan Relay pengaman terhadap kesalahan hubungan ketanah
(Earth/GroundFoult Relay), dan kelengkapan Relay pengaman lainnya (Over Current Relay, Over
Voltage Relay dan lain-lain)seperti terdapat pada gambar.
11. Main busbars dalam panel harus dipasang horizontal dibagian bawah/atas dan mempunyai
kemampuan hantar arus kontinu minimal sebesar 1,5 (satu setengah) kali dari rating ampere frame
main pemutus dayanya.
12. Busbars dari bahan tembaga mumi dengan minimum konduktivitas 99,99 .
Busbars harus dicat sesuai code wama dalam PUIL 2000;
a. Phasa : Merah, kuning, hitam
b. Netral : Biru
c. Ground : Hijau - Kuning.

13. Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan kumparan contactor harus
sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50 HZ dan tahan bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus
pula dapat menutup dengan sempuma pada 85 tegangan nominal. Magnetic Contactor harus dari
Telemekanik dan yang setaraf.

14. Pemberian Tanda Pengenal harus dipasang dan menunjukkan hal-hal berikut:
a. Fungsi peralatan dalam panel
b. Posisi terbuka atau tertutup
c. Arah putaran dari handel pengontrol dari switch
d. Dan lain-lain.
Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.

15. Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan sertifikat pengujian yang diakui oleh
PLN (LMK):
a. Test kekuatan tegangan impuls
b. Test kenaikan temperatur
c. Test kekuatan hubung singkat
d. Test untuk alat-alat pengaman
e. Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud
f. Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-handel
g. Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock
h. Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.

D. KABEL DAYA TEGANGAN RENDAH


Pasal 1
Umum

Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam ukuran dan type yang sesuai
dengan gambar rencana (NYM, NYA) kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai dengan standard SII
atau S.P.L.N.

Pasal 2
Instalasi Dan Pemasangan Kabel

a. Bahan

1. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi peraturan PUIL
2000/LMK. Semua kabel/ kawat harus baru dan harus jelas ditandai dengan ukurannya, jenis
kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.

2. Semua kawat dengan panampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat secara disiplin (stranded).
Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan penampang lebih kecil 2,5 mm2 kecuali untuk
pemakaian remote control.

3. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type


a. Untuk instalasi penerangan adalah NYA
b. Untuk instalasi Stop Kontak adalah NYA
c. Untuk Instalasi Stop Kontak AC adalah NYM
.

b. "Splice" / Pencabangan

1. Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan-sambungan baik dalam feeder


maupun cabang-cabang, kecuali pada outlet atau kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai
(accessible).

2. Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan harus teguh secara
electric, dengan cara-cara "Solderless Connector". Jenis kabel tekanan, jenis compression atau
soldered.

3. Dalam membuat "Splice" konector harus dihubungkan pada konductor-konduktor dengan baik,
sehingga semua konductor tersambung, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak
bisa lepas oleh getaran.

4. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun tempat lainnya harus
mempergunakan connector yang terbuat dari temaga yang diisolasi dengan porselen atau
bakelite ataupun PVC, yang diametemya disesuaikan dengan diameter kabel.

c. Bahan Isolasi

1. Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC, asbes, tape
sintetis, resin, splice case, compostion dan lain-lain harus dari type yang disetujui, untuk
penggunaan, lokasi voltage dan lain-lain tertentu itu harus dipasang memakai cara yang
disetujui menurut anjuran perwakilan Pemerintah dan atau Manufacturer.

2. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak penyambung yang khusus
untuk itu (misalnya junction box dan lain-lain). Kontraktor Pelaksana harus memberikan brosur
- brosur mengenai cara- cara penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik kepada Perencana.

3. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan wama-wama atau nama-namanya masing-masing,


dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan.
Hasil pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Supervisi.

4. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-penyambungan tembaga


yang dilapisi dengan timah putih dan kuat. Penyambungan-penyambungan harus dan ukuran
yang sesuai.

5. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC / protolen yang
khusus untuk listrik.

6. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila periu untuk menjaga nilai isolasi tertentu.

7. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal temperatur-temperatur
pengecoran dan semua lobang-lobang udara harus dibuka selama pengecoran.

8. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka harus dilindungi dengan pipa
baja dengan tebal 3 mm atau minimal 2,5 mm.

d. Saluran Penghantar dalam Bangunan

1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling gantung, saluran penghantar
(conduit) ditanam dalam beton.

2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling gantung saluran penghantar
(conduit) dipasang diatas kabel tray dan diletakkan di atas ceiling dengan tidak membebani
ceiling.

3. Untuk instalasi saluran penghantar diuar bangunan, dipergunakan saluaran beton, kecuali untuk
penerangan taman, dipergunakan pipa galvanized dengan diameter sesuai standansasi. Saluran
beton dilengkapi dengan hand-hole untuk belokan-belokan.

4. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit minimum 5/8" diametemya.
Setiap pencabangan ataupun pengambilan keluar harus menggunakan junction box yang sesuai
dan sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan terminal strip di dalam junction box.

5. Junction box yang terlihat dipakai junction box ex. Jerman Eropa, tutup blank plate stainless
steel, type "star point".

6. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi dengan
"Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain,
maka setiap kabel yang berada pada ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m harus
dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa harus diklem ke bangunan pada setiap jarak 50 cm.

e. Pemasangan Kabel dalam Tanah

1. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.

2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan batas merah, dan diberi
pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.

3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi pipa Galvanized.

4. Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa galvanized atau pipa
beton yang dilapisi dengan pipa PVC type AW, kabel harus berjarak tidak kurang dari 30 cm
dari pipa gas, air dan lain-lain.

5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus bersih dari bahan-bahan
yang dapat merusak isolasi kabel, seperti : batu, abu, kotoran bahan kimia dan lain sebagainya.
Alas galian (lubang) dilapisi dengan pasir kali setebal 10 cm. Kemudian kabel diletakkan,
diatasnya diberi bata dan akhimya ditutup dengan tanah urug.

6. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara langsung, harus mempergunakan
peralatan khusus untuk penyambungan kabel dalam tanah.

7. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking yang jelas pada jalur-jalur
penanaman kabelnya. Agar memudahkan didalam pengoperasian, pengurutan kabel dan
menghindari kecelakaan akibat tergali/tercangkul.

Pasal 3
Pengujian Testing

1. Factory Test

a. Pengetesan Individuil

Pengetesan mi dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari pengetesan sebagai berikut:
- Pengetesan ukuran tahanan hantaran
- Pengetesan dielektrik
- Pengukuran loss factor

b. Pengetesan Khusus
Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan dipakai. Pengetesan tersebut terdiri
dari test sebagai berikut:
- Test tegangan impuls
- Mekanikal test
- Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperature
- Pengetesan dielektrik
- Pengetesan perambatan (Creep Test)

2. Site Test

1. Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam, penyambungan-penyambungan


dan pemasangan kotak akhir, maka dilakukan pengetesan dielektrik/insulation test.

2. Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan tidak dapat dihapus.

E. PENERANGAN DAN KOTAK KONTAK

Pasal 1
Lampu Dan Armaturenya

1. Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang dilukiskan dalam
gambar-gambar elektrikal.

a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pentanahan (grounding).

b. Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus dikompensasi dengan "power
factor correction capasitor" yang cukup kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis
dari diffuser itu sendiri.

c. Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai bahan tertentu, sehingga diperoleh
derajat pemantulan yang sangat tinggi.

d. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus cukup besar dan dibuat
sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan
umur teknis komponen lampu itu sendiri.

e. Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempuma. Kabel-kabel dalam box harus diberikan
saluran atau klem-klemn tersendiri, sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor.

f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan karat, kemudian di finish
dengan cat akhir dengan oven wama putih.

g. Box terbuat dari glass - fibre reinforced polyster dengan brass insert harus tahan terhadap bahan
kimia, maupun gas kimia serta cover dari clear polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia,
maupun gas kimia.
h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe Recessed Mounted atau Surface Mounted harus mempunyai
ketebalan minimum 0,7 mm.
i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula dipergunakan single lamp ballast
(satu ballast untuk satu lampu fluorescent).
j. Untuk lampu TL yang di-dimmer, ballast harus dari jenis "High-Frequency Electronic light
regulating ballast", yang dapat men-dimmer lampu-lampu fluorescent TL, dan harus pula
dipergunakan single electronic ballast (satu elektronik ballast untuk satu lampu fluorescent).

k. Tabung Fluorescent harus dari type TLD, untuk area kantor dan lain-lain. Dengan jenis wama
lampu 54 cool day light, sedangkan untuk area kolam ikan dengan jenis wama lampu 33

l. Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana dudukan hrrus dari bahan
aluminium silicon aloy atau dari moulded plastic. Diffuser harus dari bahan gelas susu atau
satin etached opal plastic. Armatur down ligh tersebut harus tahan terhadap bahan kimia
maupun gas kimia.

m. Konstruksi armatur Down Light harus kuat untuk dipasang dengan lampu HPL-N 250 W
maupun PL-9 W/SL-18 W.

n. Lubang-lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon untuk mencegah masuknya
serangga. Diffuser terpasang pada dudukan ulir, tidak boleh dengan memakai paku sekrup.
o. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana dan desain Arsitek.

Pasal 2
Saklar Dinding

Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker, dengan rating 250 Volt 10 ampere dari
tipe single gang, double gangs atau multiple gangs (grid switches), saklar hotel single gang atau double
gangs dipasang dengan ketinggian 1,20 m atau ditentukan lain.

Pasal 3
Box Untuk Saklar Dan Kotak Kontak
1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman tidak kurang dari 35 mm.

2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau Kotak kontak dinding terpasang
pada box harus menggunakan baut, pemasangan dengan cara yang mengembang tidak
diperbolehkan.

Pasal 7
Kabel Instalasi

1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak harus kabel inti tembaga
dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM).

2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode wama insulasi kabel harus
mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut:
a. Fasa R : merah
b. Fasa S : kuning
c. Fasa T : hitam
d. Netral : biru
e. Grounding : hijau/kuning

Pasal 8
Pipa Instalasi Pelindung Kabel
1. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC kelas AW atau GIP. Pipa,
elbow, socket, junction box, clamp dan accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya,
yaitu tidak kurang dari diameter 19 - 25 mm.
2. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung Qunction box) dan
armature lampu.

3. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Kotak kontak dengan pipa PVC khusus untuk power
high impact conduit-heavy gange, minimum diameter 19 - 25 mm.
4. Seluruh instalasi rigid conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar saddle, adaptor female and
male thread, male and female bushe, locknut dan perlengkapan lainnya.
5. Conduite khusus harus harus digunakan type Explosion Proof, Class IP - 65.

Pasal 9
Rak Kabel

Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis cable ladder yang terbuat dari plat
Mild Steel dengan finishing Hot Dip Galvanis dilapisi oleh Zink Eromate harus tahan terhadap bahan
kimia dan gas kimia.
Pasal 10
Testing / Pengujian

Testing dilakukan dengan disaksikan oleh pengawas lapangan yang disahkan oleh lembaga yang
berwenang pengujian meliputi :
a. Test ketahanan isolasi
b. Test kekuatan tegangan impuls
c. Test kenaikan temperatur
d. Continuity test.

F. SISTEM PEMBUMIAN
Pasal 1
Power House Building

1. Seluruh bagian-bagian besi dalam bangunan harus diketanahkan secara baik, dengan cara
menghubungkannya kepada rel/copper plate pembumian yang telah tersedia di power house yaitu
semua frame besi, pintu besi, tangki minyak, panel-panel, housing generator, housing transfbrmator,
housing dari peralatan metal lainnya.

2. Hubungan antara bagian yang tetap dan yang bergerak (pintu-pintu) dilakukan dengan pita tembaga
fleksibel, yang harus dilindungi dari gangguan mekanis.

3. Semua sambungan-sambungan pada sistem pentanahan harus dilakukan dengan baut dari campuran
tembaga. Electroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 1" dan harus ditanam minimal
sedalam 6 m , sehingga dapat dicapai tahanan pembumian maksimal 2 Ohm.
Pasal 2
Gedung – Gedung Lainya

1. Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan metal (panel-panel, housing peralatan, cable rack,
pintu-pintu besi, tangki-tangki dan lain-lain) harus dihubungkan pada elektroda pembumian baik
secara terpadu atau secara terpisah (individual).

2. Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 1" dan harus ditanam minimal sedalam
6 m , sehingga dapat dicapai tahanan pembumian maksimal 2 Ohm.

3. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat hubungan pembumian terpadu,
yaitu dengan mengikuti standard-standard yang berlaku dalam PUIL 2000.

4. Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut:


Penampang Konduktor Penampang Konduktor
daya yang digunakan pembumian
(mm2) (mm2)

< = 10 mm2 6 mm2


16 mm2 10 mm2
35 mm2 16 mm2
70 mm2 50 mm2
120 mm2 70 mm2
> = 150 mm2 95 mm2

G. INSTALASI AIR CONDITIONERS ( AC )

Pasal 1
Material

1. Material utama pada pekerjaan ini adalah :

a. AC Split Wall : Merk Panasonic, atau yang setara dengannya


b. Remote Control
c. Pipa PVC : Ukuran Diameter 2”
d. Material Penunjang : Klem, Penumpu, Dan Lain-lain
e. Out Door Unit

2. Out Door unit dipasang di bagian luar bangunan/ruangan dengan diberi penyangga besi siku yang
mnempel pada dinding luar atau dengan cara diletakan di lantai yang diberi bantalan.

3. Out dipasang pada posisi sesuai dengan Gambar Bestek kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi.

4. Indor dipasang dalam ruangan pada posisi yang dapat menghasilkan pendinginan udara optimal
keseluruh bagian ruang kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

5. Untuk pipa air kondensi, pipa Freon dipasang secara tertanam/menembus pada dinding sesuai
Gambar Bestek.

6. Instalasi AC yang telah dipasang tidak boleh dibongkar kembali kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Supervisi.

H. INSTALASI ANTI PETIR


Pasal 1
Spesifikasi
1. Material yang dipakai adalah Penangkal Petir Konvensional (Tongkat Franklin).

2. Ujung tongkat penangkap petir dipasang dalam jarak minimal 5 m atau sesuai dengan Gambar
Bestek.

3. Dipasang 2 buah spitzen pada atap bangunan dengan saluran turun kebawah (down conductor)
menggunakan kabel BC 50 mm2.

4. Saluran untuk down conductor dipasang pada klem penyangga seperti gambar rancangan
pelaksanaan dengan jarak klem 50 cm antara satu dengan yang lain.

5. Kabel konduktor yang turun melalui ruang dimana terdapat aktifitas manusia harus dilindungi
dengan pembungkus pipa PVC diameter 1” dan diklem sendiri pada pipa pelindung tersebut agar
tidak membebani kabel down konduktor.

6. Pada tempat dimana dipasang pipa pertanahan (ground rod) ditancapkan, harus dibuatkan bak control
dengan ukuran sesuai dengan rancangan Kontraktor Pelaksana, bak control harus dibuat diluar lantai
bangunan.

7. Saluran BC dari bak control ke tepi bangunan harus dilindungi dengan pipa galvanis diameter ¾”,
bak control tersebut harus diberi tutup.

8. Saluran BC yang dipasang vertikal pada tembok bagian tepi luar bangunan harus dilindungi dengan
pipa PVC 1” setinggi 2,50 meter dari lantai.

9. Saluran BC untuk down conductor ditarik sepanjang kolom beton bangunan dengan cara ditanam
pada plesteran beton dengan dilindungi pipa PVC AW 1”, saluran ini tidak boleh ada sambungan
dalam pipa.

10. Saluran BC untuk seluruh system pertanahan ini tidak diperbolehkan ada sambungan pada tempat
yang tidak semestinya.

11. Electroda tanah menggunakan elektroda pipa dengan pipa galvanis 1/1/2” dengan kawat BC 50
mm2 minimal sedalam 6 m atau harus mencapai titik air.

12. Besarnya tahanan sebar elektroda tanah tersebut tidak boleh lebih dari 2 Ohm.

BAB XV
PEKERJAAN MEKANIKAL

A. PEKERJAAN PLUMBING

Pasal 1
Umum

a. Lingkup Pekerjaan

1. Spesifikasi ini melingkupi kebutuhan untuk pelaksanaan pekerjaan , sebagaimana yang


ditunjukan pad Gambar Bestek yang terdiri dari, tetapi tidak terbatas pada :

a. Pengadaan dan pemasangan pompa-pompa air bersih.


b. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih, air kotor, dan air bekas sesuai
Gambar Bestek dan spesifikasi, termasuk penyambungan pipa PDAM dari meter air ke
Ground Water Resevoir.

c. Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi seluruh peralatan Plumbing.

d. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plumbing yang terpasang kecuali sanitary.

e. Mengadakan masa pemeliharaan selama waktu yang ditentukan oleh Owner.

f. Pembuatan Shop Drawing bagi instalasi yang akan dipasang dan pembuatan As Built
Drawing bagi instalasi yang telah terpasang.

b. Kualifikasi Pekerjaan
a. Untuk pemasangan dan pengetesan pekerjaan ini harus dilakukan oleh pekerja dan supervisor
yang benar-benar ahli dan berpengalaman.

b. Konsultan Supervisi dapat menolak atau menunda pelaksanaan suatu pekerjaan, bila dinilai
bahwa Kontraktor Pelaksana tersebut tidak trampil/tidak berpengalaman.

Pasal 2
System

a. Air Bersih

1. Air bersih yang didapatkan dari Jet Pump, PDAM dan Sumur Bor ditampung pada suatu Water
Resevoir .

2. Dari Water Resevoir, air bersih ini dengan menggunakan gravitasi didistribusikan ke tiap-tiap
lantai.

b. Air Bekas/Air Kotor

Pada dasarnya air buangan yang bersal dari toilet seperti floor drain, lavatory (air bekas) dipisah
dengan air kotor yang bersal dari WC dan Urinoir (air kotor). Untuk keperluan ini digunakan 2
(dua) pipa datar dan 2 (dua) untuk air. Air buangan dialirkan ke saluran luar, air kotor dialirkan ke
Septictank.

d. Air Hujan

Air hujan yang berasal dari talang-talang beton dan plat atap beton disalurkan dengan pipa-pipa
PVC melalui saf-saf basah langsung kesaluran disekitar bangunan. Air dari saluran sekeliling
bangunan disalurankan kesaluran-saluran utama yang berada pada pinggir jalan raya.

Pasal 3
Test Commissioning

1. Seluruh sistem plumbing yang telah terpasang harus dilakukan test commissioning sebagaimana
mestinya supaya sistem berjalan sempurna dengan yang diharapkan.

2. Biaya test commissioning oleh Kontraktor Pelaksana.

B. PERKERJAAN PEMIPAAN

Pasal 1
Umum
a. Ruang Lingkup

Spesifikasi ini meruapakan persyaratan minimal untuk seluruh pekerjaan pemipaan pada pekerjaan
mekanikal.

Pasal 2
Persyaratan Material

b. Poly Vinyl Chloride (PVC)

1. Pipa ini digunakan untuk :

a. Pipa air Limbah dari WC

b. Pipa air buangan floor drain, lavatory.

c. Pipa air hujan.

2 standard Ranting yang digunakan.

a. PVC ASTM D2665 kelas 10 kg.

Pasal 3
Persyaratan pemasangan

b. Pipa PVC

1. System sambungan yang dipakai adalah :


a. sambungan lem (perekat)
2. Galian pipa-pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman, kemiringan dan elevasi yang
tepat.
3. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang pipa terletak/tertumpu
dengan baik.
4. Pipa yang ditanam dalam tanah harus diberi lapisan pasir kurang lebih 10 cm disekelilingnya.
Pasir adalah pasir urug yang bebas dari batu.
5. Selama pemasangan berkala, Kontraktor Pelaksana harus menutup (Dop) setiap ujung pipa yang
terbuka untuk mencegah masuknya tanah, debu, kotoran dan lain-lain.
6. Semua sambungan/cabang dari pipa pembuangan air kotor (sanitair) harus dibuat dengan
cabang Y, pipa mendatar untuk air kotor dan air hujan mempunyai kemiringan minimal 1% dan
maksimal 2%.
7. Pipa-pipa pembuangan air hujan dan bangunan disambungkan kesaluran utama diluar bangunan
dengan bak kontrol (junction box) dari beton.
8. Sleeves untuk mempunyai ukuran yang cukup dengan ketebalan minimal 0,2 cm dan
memberikan kelonggaran kira-kira 1 cm masing-masing sisi diluar pipa atau joint.
9. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa baja.
10. Semua pipa harus diikatkan/ditetapkan dengan kuat pada pengantung atau angker yang
dipergunakan harus cukup kokoh (rigid).
11. Pipa-pipa tersebut harus ditumpu untuk menjaga agar tidak berubah tempatnya, inklinasinya
harus tetap, untuk mencegah timbulnya getaran, dan harus sedemikian rupa sehingga masih
memungkinkan konstruksi dan expansi pipa oleh perubahan temperatur.
12. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur (adjustable) dengan
jarak antara tidak lebih dari 3 meter.
13. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Konstruksi dari pengantung untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi. Pegantung terbuat dari kawat, rantai, strap ataupun perforated strip tidak
boleh digunakan.
14. Pengantung atau penumpu pipa harus disekrupkan (terikat) pada konstruksi bangunan dengan
insert yang dipasang pada waktu pengecoran beton atau penembokan, atau dengan baut tembok
(Ramset Bolt).
15. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (Clamp atau Collar) U-Bolt.
16. Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang akan tertutup oeh
tembok atau bagian bangunan lainnya harus dilapisi terlebih dahulu dengan cat menie atau cat
penahan karat.

BAB XVI
PEKERJAAN SANITARY

Pasal 1
Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan sanitary meliputi semua pekerjaan yang berhubungan dengan peralatan :

a. Pemasangan Closet Jongkok.

b. Pemasangan Kran Air.

c. Pemasangan Wastafel

d. Pemasangan Cermin.

e. Pemasangan Floor Drain.

Pasal 2
Material

1. Merk material ditentukan seperti berikut ini atau yang setara denganya :

a. Closet Jongkok : Merk Setara TOTO

b. Kran Air San ei : Merk setara san ei

c. Wastafel Keramik : Merk Setara TOTO

d. Floor Drain Stainles : Merk Perdagangan Lokal

2. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan brosur minimal dua merk yang berbeda untuk
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

BAB XVII
KUBAH

Pasal 1
Rangka Struktur

Monocoque truss system dari GALVANIS finishing cat

Pasal 2
Lapisan Kedap Air

Membran Dipasang agar kubah kedap suara, kedap air dan tahan cuaca panas
Pasal 3
Plat Galvalum

Kubah dipasang plat galvalum, plat ini tahan suhu panas sampai 300 derajat celcius.
Bahan material zincalume:
1. Aluminium 55%
2. Zinc 43,5%
3. Silikon 1,5%

Pasal 4
Panel Enamel

Setelah plat galvalum dipasang dilanjutkan dengan panel enamel, bahan plat steel
finishing enamel-bahan teflon- yang dioven dengan suhu 820 derajat celcius dan penutup atap
dengan enamel steel panel (ESP) atau zincalume powdercoating panel )PZP) atau fiber
reinforced polymer (FRP)

BAB XVIII
LAIN - LAIN

Pasal 1

Semua hal yang tidak ditentukan dalam spesifikasi ini akan ditentukan kemudian oleh Konsultan
Perencana dan Owner dan menjadi suatu ketentuan yang mengikat serta harus dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana.

Anda mungkin juga menyukai