PEKERJAAN
PEMBANGUNAN LABORATORIUM SMPN 14
KOTA BANDA ACEH
LOKASI :
PANTE RIEK – KOTA BANDA ACEH
TAHUN ANGGARAN :
2017
BAGIAN I
DATA PROYEK
Pasal 2 : Nama pekerjaan dari proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini :
Pembangunan Laboratorium SMPN 14 Kota Banda Aceh
Pasal 3 : Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini : Komplek
Perumahan Budha Suchi – Kota Banda Aceh
Pasal 4 : Item-Item Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana
ditentukan oleh Owner dalam :
Kontrak Kerja Dan Bill of Quantity
1
Page
BAGIAN II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa
Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana untuk proyek seperti yang
disebutkan dalam Bag I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam
Kontrak Kerja Fisik.
3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pelaksana
Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh
Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.
5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan bobot
pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
Owner.
6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi lapangan
proyek yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan
minimal selama jam kerja.
8. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi serta Konsultan Supervisi jika hendak
meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.
10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor Pelaksana harus
Page
2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua persyaratan di dalam
kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi target prestasi yang harus dicapai pada
suatu tahap pekerjaan, maka Konsultan Supervisi berhak menginstruksikan kepada
Kontraktor Pelaksana untuk menganti Sub Pelaksana pekerjaan tersebut dengan
yang lain, dan yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
Kontraktor Pelaksana harus menjalankan instruksi tersebut.
4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Kontraktor Pelaksana tidak
dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian pekerjaan yang menjadi kewajibanya
tanpa persetujuan Owner dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek /Gambar Revisi
dalam format kertas A2, kertas A3 (sementara), satu set Shop Drawing, satu set
Spesifikasi Teknis dan satu set Bill of Quantity dilokasi pekerjaan pada setiap
kantor lapangan.
2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan Bill of
Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang rapi.
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksi dan Buku
Tamu dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan ditempatkan pada tempat
yang baik.
3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi, nama dan
jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang memberi instruksi.
4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku Instruksi harus
diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor Pelaksana minimal Supervisor
Lapangan untuk dilaksanakan.
5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di kantor lapangan yang
diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang berkunjung ke lokasi pekerjaan
harus terdata dan mengisi buku tamu ang telah disediakan oleh Kontraktor
Pelaksana.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.
5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang baik
pada bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.
4
Page
11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan
kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan seperti yang disebutkan pada
5
2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan contoh
material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
Konsultan Supervisi.
Page
2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi
pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-
alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.
2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang diajukan
oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh
Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap 4
(empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan mingguan, dan laporan
bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan. Masing-masing Laporan harian,
7
3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar
proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Kontraktor Pelaksana tetap wajib memberikan informasi tentang hal tersebut
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal
oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.
5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal
oleh Supervisor lapangan.
2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub
Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka
Kontraktor Pelaksana harus memberikan jaminan agar supaya Owner dan para
wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat-tempat
lain kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.
perbaikan atau perubahan jika dalam proses pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal-
Page
hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity
dan Kontrak Kerja.
1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Hasil Pekerjaan Kontraktor
Pelaksana di bayar berdasarkan metode Progress Payment. Artinya Tagihan
Kontraktor Pelaksana dibayar berdasarkan Progress Realisasi Pekerjaan yang telah
diselesaikan dilapangan.
4. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh Owner jika telah
disetujui secara tertulis oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Pekerjaan yang dinyatakan telah
selesai 100% harus memenuhi beberapa persyaratan berikut ini :
1. Item Pekerjaan 100% adalah item pekerjaan yang telah diperiksa dan disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan bersama antara
Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Serah Terima
Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh Pelaksana,
Konsultan Supervisi dan Owner dicantumkan dalam sebuah Daftar Pekerjaan
Cacat yang ditandatangani oleh ketiga pihak tersebut.
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar Pekerjaan
Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana memperbaikinya dengan
biaya sendiri.
7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena
lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar
perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain tanpa
ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan
bangunan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk
memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
pelaksanaan.
Page
10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam bangunan pada tempat
yang ditentukan oleh Owner atau pengguna bangunan.
Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Berita Acara Serah Terima
Pertama ditandatangani.
3. Pemamfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima antara Owner dan
Pemilik Bangunan ditandatangani harus dengan persetujuan Owner dan
Kontraktor Pelaksana.
1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa
Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang disebutkan dalam
BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja
Konsultan Supervisi.
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pengawas
Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh
Owner dalam Kontrak Kerja konsultan Supervisi.
3. Inspector;
4. Quantity Surveyor;
5. Quality Engineer;
6. Tenaga Administrasi; dan
7. Operator Computer.
4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi pengawasan
lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan Supervisi harus berada dilokasi
pekerjaan minimal selama jam kerja.
7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka
waktu lebih dari 3 hari.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.
10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan diketahui oleh Owner atas segala
hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana.
11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah berdasarkan hasil
diskusi dan konsultasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner.
2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam bentuk
tulisan.
3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti oleh
Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh alasan-alasan yang jelas dan sesuai
dengan Spesifikasi Teknis.
4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti disebutkan dibawah
ini :
5. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan bagi
13
konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang
menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan Gambar Bestek.
Page
10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi, jika terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan
Bill of Quantity maka urutan acuan yang harus dipegang ditentukan seperti berikut
:
1. Kontrak Kerja;
2. Bill of Quantity;
3. Gambar Bestek serta Gambar Revisi; dan
4. Spesifikasi Teknis.
3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang harus diikuti oleh
semua pihak yang terlibat dalam proyek.
5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan diletakan pada posisi
yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi Keet ( Kantor Konsultan Supervisi )
dan Kantor Kontraktor Pelaksana.
1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi Kontraktor Pelaksana
dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.
2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana walaupun hal tersebut tidak
disebutkan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dengan
Persetujuan Owner.
3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan
aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan yang menjadi acuan adalah aturan yang
terdapat dalam Kontrak Kerja.
4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan ditentukan
15
menjadi satu ketentuan yang mengikat serta wajib diikuti oleh Kontraktor
Pelaksana.
16
Page
BAGIAN III
PEKERJAAN MOBILISASI & DEMOBILISASI
Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan tergantung pada
jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di
bagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak, dan secara umum harus memenuhi
ketentuan berikut :
1. Penyewaan dan pembelian sebidang tanah yang diperlukan untuk Base Camp
Kontraktor Pelaksana.
1. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Pekerjaan Mobilisasi harus sudah selesai
dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.
Pasal 3 : Demobilisasi
1. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah Pembongkaran Tempat Kerja termasuk
pemindahan semua Instalasi, Peralatan dan Perlengkapan Kontraktor Pelaksana
dari Tanah Milik Pemerintah serta pengembalian kondisi tempat kerja menjadi
kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.
17
Page
BAB IV
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat
tentang identitas proyek.
3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas terbaik
sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan proyek. Latar
papan nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan
tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material lain harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
5. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali
untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.
7. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu mulai
proyek, dan waktu penyelesaian proyek.
4. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
7. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan
penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
9. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai
Direksi Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok
lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
10. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding
18
kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan
multiplek tebal 6 mm.
Page
11. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
12. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
14. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh berada terlalu dengan
dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
4. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu
dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
8. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai
Kantor Lapangan harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-
balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
10. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
11. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
g. Air Minum
Page
13. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu
dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kamar Mandi dan WC
untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan Supervisi, dan para
pekerjan dan buruh.
2. Pemamfaatan Bangunan Lama atau Kamar Mandi dan WC lama yang telah ada
dilokasi pekerjaan harus disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
4. Toilet/WC staf Kontraktor Pelaksana dan staf Konsultan Supervisi harus dibuat
terpisah dengan Toilet/WC serta Kamar Mandi pekerja.
5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
6. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1
Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
15. Dinding Kamar Mandi dan WC 1 meter dari lantai dibuat dari pasangan batu bata
dan diplaster sedangkan bagian atasnya boleh dibuat dari dinding papan ukuran
2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
16. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
17. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
18. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok, kran air, bak
tampungan air, dan saluran pembuangan air kotor. Kamar Mandi dan WC juga
harus dilengkapi dengan Septictank dan saluran resapan.
19. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada
terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.
Page
9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang Penyimpanan
Material tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang
sedang dikerjakan.
12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi pekerjaan
kecuali dalam keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain.
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Barak Pekerja untuk
keperluan pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.
2. Pemamfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan Barak
Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang menginap dilokasi
pekerjaan atau minimal berukuran 50 m2.
4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan kosumsi sehari-
hari para pekerja.
5. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
8. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding
kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan
21
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi.
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel Kerja atau
tempat Pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kayu dan
baja profil dan baja tulangan.
2. Pemamfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan
Bengkel Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
7. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali ditentukan
lain oleh Konsultan Supervisi.
3. Mushalla dan Tempat Whuduk tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.
4. Mushalla harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung dengan lantai papan
ukuran 2,5/25 cm yang diperkuat dengan balok lantai kayu ukuran 5/10 dengan
jarak minimal 50 cm dari kayu kelas II.
5. Dinding Mushalla dari papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu
ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
6. Lantai Mushalla dan Tempat Whuduk dari perkerasan beton dengan campuran 1
Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
7. Atap Mushalla dan Tempat Whuduk dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
22
8. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
Page
9. Tempat Wudhuk harus dilengkapi dengan kran air minimal 3 unit dan 1 unit
saluran pembuangan air kotor.
10. Posisi dan letak Mushalla dan Tempat Whuduk ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak
boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air bersih dan
Instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan pekerjaan
untuk keperluan operasional dan keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi.
2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalsi Listrik dan Instalsi Air Bersih
dan Sumber Air Bersih yang telah ada dilokasi pekerjaan tanpa persetujuan
Konsultan Supervisi dan Owner.
4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban kecelakaan
dilokasi pekerjaan menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
Kontraktor pelaksana adalah :
a. Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;
b. Personil Konsultan Manajemen Konstruksi;
c. Personil Konsultan Perencana;
d. Personil Konsultan Supervisi.;
e. Owner dan para wakilnya;
f. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
g. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan sepengetahuan
Kontraktor Pelaksana.
3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh berada di dalam
lokasi pekerjaan. Pos penjaga harus berada diluar pagar pengaman lokasi pekerjaan.
BAGIAN V
PEKERJAAN AWAL
3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek adalah muka
tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan tanah humus
atau muka tanah timbun yang telah dipadatkan kecuali diitentukan lain dalam
Gambar Bestek.
4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak boleh dipakai
sebagai material timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai material
bangunan.
5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan lapisan
humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang sejauh mungkin dari
lokasi pekerjaan atau ketempat yang tidak menggangu lingkungan hidup.
6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus tidak boleh
berada dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.
5. Hasil Bongkaran bangunan lama adalah milik Owner atau pemilik bangunan.
Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap keamanan, kehilangan
dan pemamfaatan hasil bongkaran bangunan lama oleh pihak-pihak ketiga tanpa
seizin Owner atau pemilik bangunan.
2. Pekerjaan Setting Out yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus diketahui
dan didampinggi oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, Owner dan
Pemilik Bangunan.
3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus
menggunakan alat ukur seperti Theodolit dan Waterpas.
4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan bersama yang pasti
akan elevasi tanah, elevasi bangunan, posisi penempatan bangunan dan batas-batas
lahan kerja. Ketetapan akan elevasi dan posisi bangunan harus direalisasikan
dilapangan dengan memasang patok-patok sementara dari kayu ukuran 5/7 cm
yang ditanam minimal 30 cm dalam tanah dan ujungnya ditandai dengan cat
minyak.
5. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out bangunan yang
ada dalam Gambar Bestek kecuali dengan alasan-alasan kondisi lahan existing yang
berubah dan alasan-alasan teknis yang disetujui oleh Konsultan Perencana atau
Konsultan Supervisi.
8. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan Seeting Out dan
disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.
2. Bentuk perlindungan tersebut dapat berupa Pagar Seng BJLS 0,20 mm dengan
rangka kayu setinggi 2 meter dari muka tanah dan dicat dengan rapi.
3. Pagar Pelindung lokasi pekerjaan harus segera dibuat setelah hasil pekerjaan Setting
Out disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.
25
Page
2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang akan dibangun
minimal 1 m dan maksimal 2 m.
3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam dalam tanah
minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang adalah 2 meter. Untuk
keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu 2,5/25 cm atau kayu ukuran 2,5/7 cm
yang dipaku pada tiang-tiang kayu 5/7 cm.
4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap bangunan
yang akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan elevasinya sebelum
struktur bangunan yang paling rendah seperti pondasi dan sloof selesai dikerjakan.
5. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan Seeting Out.
1. Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam keadaan
bersih dan siap untuk dipakai Pemilik.
26
Page
BAB VI
ISU – ISU LINGKUNGAN
Pasal 1 : Sanitasi
2. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi kerja dan sekitarnya dari bahan
buangan yang ditinggalkan selama proses konstruksi, termasuk membersihkan
kertas plastic, kertas bekas semen, plastic pengikat dan kayu bekas pelindung
barang, minimal sekali dalam 2 minggu dan sebelum serah terima ke pemilik rumah
ke lokasi pembuangan resmi yang terdekat.
3. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi kerja dan sekitarnya dari bahan
buangan lain yang ditinggalkan oleh staf Kontraktor selama proses konstruksi.
konstruksi.
3. Kontraktor Pelaksana harus bertangung jawab untuk menjamin bahwa aliran air
dari lokasi pekerjaan konstruksi tidak mencemari lingkungan sekitar.
1. Kontraktor Pelaksana harus mengatur jam kerja sehingga kemungkinan bising yang
ditimbulkan tidak menggangu masyarakat setempat, antara jam 5 sore s/d 8 pagi.
28
Page
BAGIAN VII
PEKERJAAN QUALITY KONTROL
2.5 Pemeriksaan Dan Pengujian Kuat Tarik Material Kayu Kelas I Dan Kayu Kelas
II
29
2.8 Pemeriksaan Pemeriksaan Lain Terhadap Material Dan Hasil Pekerjaan Yang
Diminta Oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Manajemen Konstruksi,
Konsultan Perencana Dan Owner
3 Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya dengan biaya
sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan cara-cara yang disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
4 Semua material atau barang jadi yang diproduksi oleh pabrik, Kontraktor Pelaksana
harus memberikan/menyerahkan Garansi Resmi Pabrik dimana jangka
waktu/masa garansi ditentukan oleh pabrik.
5. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana
serta Owner.
1. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality Kontrol seperti yang
disebutkan dalam Pasal 1 adalah menjadi tanggungan dan dibebankan kepada
Kontraktor Pelaksana walaupun tidak disebutkan dalam Bill of Quantity.
30
Page
BAB VIII
KETENTUAN TAMBAHAN
Pasal 1 : Semua hal yang tidak ditentukan dalam Spesifikasi Teknis akan ditentukan kemudian
oleh Konsultan Perencana bersama Konsultan Manajemen Konstruksi dalam masa
pelaksanaan konstruksi dengan persetujuan Owner dan menjadi suatu ketentuan yang
mengikat serta harus dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Hal-hal yang ditentukan
kemudian tersebut harus tetap didasarkan pada Kontrak Kerja.
Pasal 2 : Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam Gambar Bestek, Bill of
Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan teknis terhadap item pekerjaan
tersebut adalah berdasarkan keputusan Konsultan Manajemen Konstruksi dengan
persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.
Pasal 3 : Item – Item pekerjaan pada bangunan yang berbeda tetapi item pekerjaannya sama dan
konstruksinya sama dan tidak lagi dijelaskan khusus dalam Spesifikasi Teknis tersendiri
maka Spesifikasi Teknis yang berlaku pada item pekerjaan tersebut adalah Spesifikasi
Teknis pada bangunan yang sama dengannya dimana penjelasan secara khususnya
diberikan oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 4 : Spesifikasi Teknis Arsitektur, Spesifikasi Teknis Struktur, Spesifikasi Teknis Mekanikal
& Spesifikasi Teknis Electrikal ini tidak hanya berlaku pada Bangunan Gedung Utama
saja, melainkan juga berlaku pada semua Bangunan Lain yang disebutkan dalam Bill of
Quantity, Gambar Bestek dan Kontrak Kerja Proyek ini.
Pasal 6 : Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja Penggantian Material dan Komponen
Bangunan dari yang telah disyaratkan dalam Bill of Quantity, Gambar Bestek dan
Spesifikasi Teknis harus melalui Perhitungkan Pengurangan Biaya Pelaksanaan
(Kontrak Addendum).
Pasal 7 : Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis adalah menurut penjelasan
Konsultan Supervisi, Konsultan Manajemen Konstruksi dengan persetujuan Konsultan
Perencana dan Owner.
Pasal 8 : Aturan Tambahan ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Spesifikasi Teknis
secara keseluruhan, berlaku dan mengikat untuk semua Spesifikasi Teknis yang ada
dalam Proyek ini.
31
Page
BAGIAN I
PEKERJAAN TANAH DAN PASIR
Pasal 1 : Tanah Timbun
5. Material timbunan yang akan dipakai harus melalui proses pemeriksaan dan
penelitian di Laboratorium Mekanika Tanah.
6. Tanah timbun harus mempunyai sifat-sifat fisik dan daya dukung yang minimal
sama atau lebih baik dari lapisan tanah dibawahnya setelah dipadatkan.
8. Material timbunan tanah harus dipadatkan lapisan demi lapisan dengan Alat
Stamper. Tebal minimal tiap lapisan adalah 30 cm.
10. Tidak dibenarkan mengerjakan pekerjaan lain diatas permukaan tanah timbunan
sebelum pekerjaan timbunan dan pemadatan tanah selesai 100% serta disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan, pasir alas
pondasi dan alas pekerjaan lantai kerja beton Pondasi Tapak.
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non
struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
6. Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga mencapai
kepadatan yang disetujui oleh Konsultan Supervisi atau jenuh air sebelum dilakukan
1
1. Pekerjaan Galian harus dimulai dari elevasi paling atas atau elevasi akhir dari
timbunan tanah yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut
hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi yang ada dalam Gambar
Bestek.
3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah di sekitar galian pondasi.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Pengalian pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun maupun
memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk mengadakan
pembersihan.
7. Pengalian pondasi dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para
pekerja.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat
sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
10. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing
bangunan lama maka akar dan puing-puing tersebut harus diangkat serta diurug
kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
11. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi harus
ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang
galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi pondasi.
12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum
pekerjaan konstruksi pondasi plat lantai selesai dikerjakan.
13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah
disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
14. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
1. Pekerjaan Galian harus dimulai dari elevasi paling atas atau elevasi akhir dari
timbunan tanah yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
1. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut
2
hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi yang ada dalam Gambar
Page
Bestek.
2. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat
sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
6. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing
bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali
dengan pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
8. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi harus
ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang
galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi pondasi.
9. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum
pekerjaan konstruksi pondasi plat lantai selesai dikerjakan.
10. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah
disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
11. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Untuk urugan pondasi dapat digunakan tanah hasil galian pondasi atau material lain
yang disetujui oleh Konsultan supervisi.
3. Jika untuk urugan pondasi dipakai tanah lain dan bukan tanah hasil galian pondasi
maka tanah tersebut harus melalui proses pemeriksaan di Laboratorium Tanah
sebelum dipakai sebagai material urugan pondasi dan hal ini harus diketahui serta
disetujui oleh Konsultan Supervisi. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan
material tanah dan proses pemeriksaan di Laboratorium Tanah dibebankan kepada
Kontraktor Pelaksana.
4. Tanah Humus atau tanah hasil pembersihan lapangan setebal 30 cm dari muka
tanah dasar tidak boleh digunakan sebagai urugan pondasi.
5. Tanah urugan pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper atau alat lain
yang disetujui oleh Konsultan supervisi.
BAGIAN II
PEKERJAAN PONDASI
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi
memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu
Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir
yang berasal dari laut.
1. Batu Gunung/Batu Kali yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis yang
keras, tidak berlubang.
2. Batu Gunung/Batu Kali harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel
tanah dan lumut pada permukaannya.
4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung/batu kali adalah 25 cm.
6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal Batu
Gunung/Batu kali adalah 10 cm.
7. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk keperluan pondasi, pasangan
batu kosong dan saluran air kotor harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
8. Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek
dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.
10. Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus diberi
4
spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung tanpa spesi), dan
Page
rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai dengan besarnya serta spesi
secukupnya.
11. Permukaan bagian atas Pondasi Batu Kali/Batu Gunung harus rata (Water Pass),
diberi spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada tempat-tempat yang akan
dipasang kolom praktis harus diberi stick besi beton.
1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan
langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan mutu K-125 atau sesuai Gambar Bestek.
4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang
air.
3. Dimensi dan ukuran pondasi tapak adalah sesuai dengan Gambar Bestek.
4. Kedalaman galian pondasi tapak dihitung dari elevasi akhir muka tanah timbun atau
sesuai Gambar Bestek.
5. Pekerjaan pengecoran plat pondasi dengan alasan apapun tidak boleh dilakukan
dalam kondisi galian pondasi tergenang air.
6. Elevasi lantai kerja K-125 harus sama untuk semua luas penempatan tapak pondasi.
7. Tidak boleh ada perbedaan elevasi lantai kerja mutu K-125 untuk dudukan tapak
pondasi yang melebihi 1 cm.
8. Hasil pekerjaan pengecoran tapak pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
5
Page
BAGIAN III
PEKERJAAN BETON
1. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari
5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di
Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton adalah
butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan
di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari
1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di
Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
1. Batu pecah adalah hasil produksi mesin pemecah batu (Stone Cruser) dan bukan
hasil pekerjaan manual (manusia).
6. Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak `beton seperti zat
alkali.
7. Ukuran butiran terkecil minimal 1 cm dan ukuran butiran terbesar maksimal 3 cm.
8. Butiran batu pecah dalam setiap meter kubiknya tidak boleh seragam tetapi
merupakan campuran antara butiran 1 cm sampai butiran 3 cm.
9. Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus melalui proses
pemeriksaan di Laboratorium beton.
10. Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural atau beton
dengan mutu K-250 sampai mutu K-300.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton
structural maupun beton non struktural.
5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen Portland
Type I.
Pasal 5 : Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
7
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat merusak
Page
beton.
3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari
tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi
sebelum digunakan.
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian dan
percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku
secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan oleh
Konsultan Supervisi.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 4000 kg/cm2
atau 400 MPa.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah
yang berlawanan.
8. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari hubungan
langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10. Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuran sesuai dengan
dokumen lelang.
11. Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dan pabrik mengenai kekuatan dan
ukuran baja tulangan.
8
Page
12. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium
baik pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum masing-mosing 2
(dua) contoh percobaan (stress strain) dan pelengkung untuk setiap 20 ton besi.
Pengetesan dilakukon pada laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh direksi
teknik.
14. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan
apa yang tertera pada (Gambar Rencana).
15. Semua baja tulangan yang didesain sebagai tulangan praktis dan tidak termasuk pada
gambar rencana tetapi diperlukan/dibutuhkan untuk memlengkapi pekerjaan harus
diadakan pelaksanaannya.
16. Pemasangan dan pengikatan dari baja yang tertanam dalam beton dilakukan pada
keadaan normal, tidak diselesaikan pada saat pengecoran berlangsung. Pada
tulangan harus ditempatkan pada posisinya seakurat mungkin sesuai dengan
Gambar Rencana dan diikat kuat agar tidak bergeser saat pengecoran.
17. Kontraktor harus membuat detail shop drawing dengan skala, untuk disetujui oleh
Direksi Teknik dalam pelaksanaanya.
18. Semua baja pada pekerjaan ini permukaannya harus bersih dari larutan-larutan,
bahan-bahan atau material yang dapat memberi akibat pengurangan lekatan antara
beton dan baja.
19. Semua baja tulangan harus dipasang sesuai dengan panjang maksimumnya. Tidak
diperbolehkan adanya sambungan splice pada baja tulangan, kecuali tertera pada
Gambar Rencana atau disetujui dari Direksi Teknik.
20. Jarak antara dua buah sambungan spilce harus dibuat sejauh mungkin, dengan jarak
minimum sejauh 40 kali diameter baja tulangan yang disambungkan.
21. Panjang penyaluran baja tulangan pada sambungan splice, kecuali tertera pada
Gambar Rencana, harus dipasang sepanjang minimum seperti tertera pada sandard.
22. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya terdapat
kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada.
23. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang
tertera dalam gambar.
24. Secepatnyn hal ini diberitahukan pada perencana konstruksi untuk sekedar
informasi.
a. Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh kontraktor sebagai pekerjaan lebih,
maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan Direksi
dan Perencana konstruksi.
b. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut
hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.
c. Mengajukan usul dalam rangka tersebut di atas adalah merupakan juga keharusan
dari Kontraktor.
25. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang
9
ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan
Page
b. Jumah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak boleh
kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah
jumlah luas).
c. Penggantian tersebut tidak boeh mengakibatkan keruwetan pembesian ditempat
tersebut atau di daerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau
penyampaian penggetar
1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dalam Bill of Quantiti dan
Gambar Bestek maka aturan ketebalan selimut beton adalah seperti berikut ini :
Balok > ØD 16 : 50 mm
Kolom > ØD 16 : 50 mm
2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu
berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton minimal yang umum
sebesar 70 mm.
2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal 20 benda uji.
3. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur adalah seperti yang dijelaskan
dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
10
4. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton yang
Page
5. Material Pasir dan Batu Pecah yang dipakai untuk Job Mix Disain haruslah material
yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan dilapangan dan material tersebut
tersedia dalam jumlah yang cukup dilokasi pekerjaan sampai volume pekerjaan
beton selesai dikerjakan.
6. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix Disain
pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.
7. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix Disain
pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan Kontraktor Pelaksana
untuk membuat Job Mix Disain baru.
8. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mencantumkan :
1. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
2. Laporan hasil penelitian Batu Pecah;
3. Komposisi Pasir Beton;
4. Komposisi Batu Pecah;.
5. Komposisi Air Beton;
6. Komposisi Zat Additive jika digunakan;
7. Nilai Slump Rencana; dan
8. Nilai Faktor Air semen.
9. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi sebelum dilaksanakan.
10. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana harus membuat Rencana Campuran Lapangan (Job Mix
Formula) beton struktural dengan mutu K-250 sampai mutu K-300.
2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari segi
komposisi material beton.
3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak dari kayu atau
timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi material berdasarkan
perhitungan Job Mix Formula.
11. Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar dilokasi
pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan komposisi material beton
yang ada dalam Job Mix Disain.
12. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian hasil perhitungan Job Mix
Formula dengan media benda uji kubus beton ukuran 20x20x20 cm minimal 10
benda uji.
13. Hasil pengujian Job Mix Formula di Laboratorium Beton yang menghasilkan mutu
11
beton yang tidak sesuai dengan mutu beton pada Job Mix Disain mengharuskan
Kontraktor Pelaksana melakukan perhitungan ulang akan Job Mix formula atau
Page
14. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan dalam
perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh
Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus dilakukan
langsung lokasi konstruksi atau Bekisting.
3. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus sesuai
dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
5. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung dipasang
harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak boleh besentuhan
langsung dengan tanah.
6. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting yang
telebih dahulu telah selesai dikerjakan.
7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh sengkang
dengan alat ikat kawat beton.
8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan alat ikat
kawat beton.
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari dalam
bekisting.
2. Sambungan antara tulangan harus sesuai dengan detail prinsip penyambungan yang
diberikan dalam Gambar Bestek.
3. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat pada
posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling atau zig-zag antara
batang yang disambung dengan batang yang tidak disambung.
4. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek,
12
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03 harus diambil minimal
40 kali diameter batang yang disambung.
Page
tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain kecuali
ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
6. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika tidak
ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
8. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan plat
lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada posisi selain
pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.
a. Support
3. Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton sesuai
dengan disyaratkan maka pada setiap 1 m2 luas plat lantai dan plat dack harus
diberikan support/dukungan dari besi tulangan ulir dengan diameter lebih besar
dari diameter tulangan plat lantai atau 13 mm.
4. Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas plat lantai, plat dack dan plat pondasi
adalah minimal 5 buah.
5. Bentuk support/dukungan harus sesuai dengan Gambar Bestek atau Shop Drawing
yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
b. Beton Dacking
1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan yang
disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom harus diberi
penyangga dari beton atau Beton Tahu sehingga mempunyai jarak yang tetap
dengan bekisting.
2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut beton
pada masing-masing komponen struktur.
4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan
dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.
5. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2 x 4 x 5 cm
13
dan dipasang minimal 5 buah setiap 1 m2 plat lantai, plat dack dan plat pondasi.
Page
3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada point 1
harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu atau
cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting waktu akan
dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang rapi.
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran beton
tidak bocor atau berubah bentuknya.
10. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari terhitung
sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi karena
alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat proses pengerasan beton
atau alasan-alasan teknis yang dapat dipertanggung jawabkan .
12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal ini
terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan acian beton.
13. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan bekisting atau
sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
1. Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan tanah atau
pasir urug, pada lapisan dasarnya harus memakai Lantai Kerja Beton ( Line
Concrete ) dengan tebal minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.
3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini harus
Page
2. Pengecoran beton structural mutu K-250 sampai K-300 hanya boleh dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula, Perakitan Tulangan,
Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang diperlukan dan berhubungan
dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual kecuali
untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir Beton,
Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh Konsultan
supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang sebelumnya telah
disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong oleh
pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh dibiarkan lebih
dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak tampungan beton.
Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga tidak membolehkan beton
segar terlalu lama dalam wadah tampungan kecuali disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete Vibrator
sampai mencapai kepadatan optimum.
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu pada
saat bekisting dibuka.
14. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian itu
dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan (joint)
seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
15
15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Page
16. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi yang sama
tidak boleh lebih dari 1 hari.
1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain kepada
Konsultan Supervisi terhadap semua mutu beton structural yang menggunakan
Beton Ready Mix.
3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.
4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam bekisting
belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton tetap tidak
boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 21 hari.
2. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 21 hari karena alasan
adanya pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan beton harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni kemudian
menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton berumur 28 hari.
Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28 hari
atau sampai beton siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan Supervisi.
a. Slump Test
1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton dituangkan
dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton pada setiap mutu
beton.
16
2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana nilai
Page
slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump rencana yang ada pada Job
Mix Disain.
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton yang
berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali pengecoran.
3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara satu
campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.
4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai berumur
28 hari.
5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan tanggal
pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu Beton hasil
pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.
3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x 20 cm
umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.
5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor Pelaksana
harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat tekan beton tanpa
didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya dianggap tidak sah.
6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan beton ini
dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari 95%
dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan
dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Perencana
dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan oleh
Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana kegagalan kuat tekan
disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan campuran dan bukan karena
17
10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium beton
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton hasilnya
meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi atau
Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung pada konstruksi
beton harus dilakukan.
2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak
ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan salah
satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.
3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan dipakai untuk
pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi beton.
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada konstruksi
beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk memperoleh Kuat
Tekan karakteristik Beton (mutu beton).
7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi beto
adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana dan Owner.
1. Instalsi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak ditanam atau
diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek atau
oleh Konsultan Supervisi.
2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam konstruksi
beton untuk alasan apapun.
3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak boleh
melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam dalam
komponen balok beton.
6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta pada
posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik tidak
Page
3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak
diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80 cm dari
tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi tumpuan kedua
(lantai 2).
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada beton
lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3 hari harus
dilakukan dengan perkuatan kimia ( Epoxy ) dan hal ini harus dengan persetujuan
Konsultan supervisi.
1. Persyaratan pekerjaan beton dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 22 berlaku untuk
semua item pekerjaan beton structural dan nonstructural yang ada dalam Proyek ini.
2. Semua pekerjaan beton untuk proyek ini sekurang-kurangnya harus sesuai dan
mengikuti semua aturan yang ditentukan oleh Peraturan Beton Indonesi ( PBI ).
3. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan yang mengikat
dan wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
4. Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan dan perancah kepada
Direksi Teknik untuk memperoleh persetujuannya. Pelaksanaan pembuatan
Bangunan acuan dan perancah tidak diperkenankan sebelum gambar rencana
bangunan pembentuk disetujui Direksi Teknik.
5. Acuan adalah konstruksi cetakan yang dilapisi tegofilm dan hanya boleh digunakan
2 kali yang digunakan untuk membentuk beton muda yaitu sebelum beton
mencapai kekuatan yang disyaratkan dan sebelum mendapat bentuknya yang
permanen, agar apabila telah mengeras struktur beton mencapai dimensi dan
kedudukan seperti yang tercantum pada gambar perencanaan. Sedangkan perencah
adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton muda yang digunakan sampai
19
6. Konstruksi acuan harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup
yang bekerja, tekanan beton dalam keadaan basah dan getaran-getaran, tanpa
mengalami distorsi. Perancah harus direncanakan dan dibuat dari material padat
seperti kayu terentang, baja atau beton cetak yang bermutu baik dan tidak mudah
lapuk yang ditopang dan diberi pengaku dan ikatan secukupnya agar posisi dan
bentuknya tidak mengolami perubahan baik sebelum maupun setelah pengecoran.
Spesiflkasi kayu acuan harus sesuai dengan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia
(SKBI) 1.4.53.1989-UDC: 693.5.
7. Pemakaian bahan bambu tidak diperbolehkan. Perancah harus dibuat diatas pondasi
yang kuat dan kokoh sehingga terhindar dari bahaya penggerusan dan penurunan.
8. Cetakan dari Multyplex 9 - 12 mm harus datar dan tegak lurus, cetakan tidak
bergetar, bocor, harus kokoh, sehingga kedudukan dan bentuknya tetap tidak
bergetanr maupun bergeser pada waktu beton dicor dan setelah selesai pengecoran
tidak mudah dibongkar. Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua cetakan beton
harus bersih dari segala material yang bisa mengurangi mutu dan kekuatan beton.
Cetakan yang sudah pernah dipakai harus dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu.
Sebelum dicor harus dilapisi dengan Form Oil”. Pekerjaan ini harus dilaksanakan
setiap kali sebelum pengecoran dilakukan.
9. Semua sambungan pada acuan harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan dan
terbentuknya bekas sambungan dan sarang-sarang agregat pada permukaan beton.
6. Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap, cara-cara
dan persiapan pengecoran mendapat persetujuan Direksi Teknik .
10. Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang diminta
dan angka perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan
isi yang dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus
dibuat dengan baik, kuat dan harus mendapatkan persetujuan Direksi Teknik
terlebih dahulu.
11. Pengadukan bahan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk sekurang-
kurangnya 1,5 menit setelah semua bahan beton sesuai persyaratan mulai diaduk.
12. Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan
dengan air dimulai.
13. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut bisa diperpanjang
satu jam. Adukan beton tersebut harus dcorkan sedekat-dekatnya ke tujuan secara
kontinyu sampai mencapai syarat-syart pelaksanaan yang disetujui Direksi Teknik.
14. Supaya dalam beton tidak terjadi rongga kosong/udara masuk selama pengecoran
harus digunakan concrete vibrator. Concrete vibrator harus ditanam tegak Iuns,
tidak boleh lebih dari 30 detik setiap penanaman untuk tebal lapisan 8 cm dan tidak
boleh kena langsung baik pada baja tulangan maupun cetakan.
15. Harus dihindari terjadinya pemisahan material (segregation) pada saat pengecoran
dan perubahan letak tulangan.
16. Alat-alat penuangan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih
dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh
dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1.00 meter.
20
17. Pengacoran harus diakukan secaa teliti dan harus selalu diperiksa sehingga bisa
menghasikan bentuk permukaan, ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan
Page
18. Pangecoran yang Terhenti, Apabila pengecoran beton terhenti pada daerah yang
tidak direncanakan sebagai pemberhentian pengecoran, misalkan akibat terjadinya
kerusakan pada peralatan pengecoran. Maka pengecoran selanjutnya hanya dapat
dilakukan dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut:
- Pengecoran selanjutnya dapat langsung dilakukan jika tidak melebihi 2 jam dari
saat penghentian pengecoran.
- Apabila pengecoran selanjutnya ternyata dilaksanakan pada waktu melebihi 2 jam
dan saat penghentian pengecoran, maka daerah pengecoran yang terhenti tersebut
harus diperlakukan sebagai siar dilatasi. Permukaan beton pada daerah pengecoran
yang terhenti harus dibobok minima 5 cm sehingga membentuk bidang yang kasar.
Permukaan beton tersebut kemudian diberi bahan bonding agent seperti EMAGG
atau yang setara dan yang dapat menjamin kontinuitas adukan Beton lama dengan
beton baru.
19. Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan peralatan pemadat
(vibrators) mekanis. Kontraktor harus menyediakan peralatan yang cukup untuk
mengangkut dan menuangkan beton dengan konsistensi yang cukup sehingga dapat
diperoleh beton padat tanpa perlu menggetarkan/memadatkan secara berlebihan.
Ketelitian dalam proses pemadatan harus benar-benar diperhatikan agar tidak
terjadi rongga-rongga dan pengantongan udara pada beton yang sedang dipadatkan
dan jangan sampai terjadi perubahan posisi tulangan baja selama pemadatan.
Pemadatan/penggetaran dilakukan dalam waktu tidak terlalu lama sehingga tidak
terjadi pemisahan bahan (segregation) beton. Pelaksanaan pemadatan/penggetaran
ini harus dilaksanakan oleh pekerja-pekerja yang telah berpengalaman dan
dilaksanakan sesuai dengan pengarahan dan petunjuk Direksi Teknik.
20. Pemadatan dilakukan dengan internal vibrator yang harus dapat memberikan 6000
getaran/menit bila dimasukkan kedalam adukan beton dengan slump 6 cm dan
akan memberikan daerah yang kelihatan bergetar dalam radius tidak kurang dari 46
cm. Alat penggetar harus dimasukkan searah dengan as memanjangnya. Tidak
diperkenankan untuk menggetarkan beton yang telah mengalami initial set dan
jangan sampai alat penggetar menumpu pada tulangan baja Tidak diperkenankan
pula melakukan penggetaran untuk maksud mengalirkan adukan beton.
21. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak tampak bagian-
bagian yang keropos, melendut atau bagian-bagian yang membekas pada
permukaannya. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.
pada sisi yang sama secara berurutan hingga terlihat jelas sisi tersebut dari
permulaan sampai akhir pekerjaan.
6. Pembayaran pekerjaan lain-lain ini didasarkan pada unit taksiran penawaran
Kontraktor. Harga taksiran ini sudah termasuk semua kebutuhan kontraktor
sehingga bagian pekerjaan ini berjalan dengan baik dan sempurna.
7. Apabila ada pekerjaan yang tidak tersebutkan dalam uraian ini, yang ternyata
pekerjaan tersebut harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna, maka
pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh kontraktor atas perintah tertulis
Pengendali Kegiatan.
8. Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh
kontraktor dan Pengendali Kegiatan dalam melaksanakan pekerjaan ini.
22
Page
BAGIAN I
PEKERJAAN LANTAI
1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam ruangan harus
sudah selesai 100%.
2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal minimal 10
cm atau sesuai Gambar Bestek.
3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran yang
seragam.
4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diinginkan
dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak dibenarkan melakukan
pemadatan secara manual.
5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal ini harus
dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi
memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu
Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir
yang berasal dari laut.
1. Beton cor bawah lantai dibuat dari beton mutu K-175 dengan ketebalan minimal 7
cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Toleransi perbedaan elevasi muka plat beton hasil pengecoraan adalah ± 5 mm.
5. Hasil pekerjaan pengecoran beton cor bawah lantai harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
1
Page
1. Semua Keramik yang dipakai pada lantai adalah setara Garuda/ Roman.
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran dan
Brosur Keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Supervisi untuk disetujui.
4. Untuk Lantai 1 Keramik dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai dengan
memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2 cm.
5. Untuk lantai 2 dan lantai yang dibawanya ada komponen plat beton bertulang
lantai Granit dipasang langsung diatas plat beton bertulang dengan spesi beton 2
cm.
6. Pasir yang dipakai untuk pasangan Keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
7. Pemasangan Keramik harus sesuai dan mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada
dalam Gambar Bestek.
8. Warna dan Motif Keramik dapat diganti dan dirubah pada masa pelaksanaan
konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.
10.Bentuk dan dimensi Keramik harus benar-benar siku serta standar untuk semua
ukuran yang sama.
11. Potongan-potongan Keramik yang terpaksa dilakukan karena mengikuti pola lantai
harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan potongan.
Potongan-potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada gambar pola lantai.
13.Hasil pemasangan Keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan tidak
melengkung ke atas. Elevasi lantai hasil pemasangan harus diperiksa kedatarannya
dengan pekerjaan waterpassing. 2
Page
BAGIAN II
PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai Peraturan
Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 10 cm, panjang 20 cm, dan
tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata
dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan
diturunkan pada lokasi pekerjaan.
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya benar-
benar rata untuk semua sisinya.
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi
memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu
Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir
yang berasal dari laut.
1. Keramik yang dipakai untuk semua lapisan dinding adalah setara Garuda / Roman.
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran dan
3
Brosur Keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Page
3. Ukuran Keramik dinding adalah sesuai dengan Gambar Bestek dan Bill of
Quantity.
4. Keramik dinding dipasang langsung pada permukaan dinding batu bata dengan
memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1,5 cm.
5. Pasir yang dipakai untuk pasangan Keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
6. Warna dan Motif Keramik dinding dapat diganti dan diubah pada masa
pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.
9. Celah-celah antar Keramik yang timbul akibat pemasangan dan untuk keperluan
perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.
10. Untuk pemasangan Keramik pada bak air bersih sudut-sudut harus ditumpulkan
dengan memakai potongan-potongan Keramik yang dibentuk sedemikian rupa
hingga membentuk sudut 30 – 45 derajat.
11. Hasil pemasangan Keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan tidak
melengkung keatas. Kedataran pemasangan Keramik harus diperiksa dengan
pekerjaan waterpassing.
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran dan
Brosur Keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Supervisi untuk disetujui.
3. Ukuran Plint Keramik sesuai dengan Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
5. Pasir yang dipakai untuk pasangan Plint Keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
6. Warna dan Motif Plint Keramik dapat diganti dan diubah pada masa pelaksanaan
konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.
7. Permukaan Plint Keramik untuk semua lokasi pemasangan adalah motif ukiran
sesuai Gambar Bestek atau sesuai dengan dua motif yang dipilih oleh Konsultan
Supervisi.
9. Celah-celah antar Plint Keramik atau Nat yang timbul akibat pemasangan dan
untuk keperluan perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.
4
Page
10. Hasil pemasangan Plint Keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan
tidak melengkung ke atas. Kedataran pemasangan Plint Keramik harus diperiksa
dengan pekerjaan waterpassing.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan ketebalan
maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak
satu garis sambungan.
6. Pasangan batu bata 1 bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air (trasram).
7. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah
horizontal.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan ketebalan
maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
5. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak
satu garis sambungan.
6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah
horizontal.
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding
yang diplester.
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika
dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
6
3. Hasil acian kualitas permukaannya harus dapat melekatnya lapisan Plamur tembok
dan lapisan cat dinding.
4. Hasil pekerjaan acian harus menghasilkan permukaan yang halus dan rata.
7
Page
BAGIAN III
PEKERJAAN KOZEN, PINTU, JENDELA DAN
VENTILASI
Pasal 1 : Referensi
1. Seluruh pekerjaan Kozen, Pintu , Jendela dan Ventilasi kayu harus sesuai dengan
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) atau NI-5.
1. Semua Material Kayu yang dipakai pada semua pekerjaan yang memerlukan
material kayu adalah kayu Legal menurut Hukum Setempat yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan dari Instansi Yang Berwenang dan bukan kayu yang Ilegal.
2. Jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity maka kayu
yang dipakai dalam pekerjaan konstruksi ini ditentukan kelas kuatnya seperti
berikut ini :
3. Khusus untuk kayu kelas kuat I dan kelas kuat II harus melalui proses uji kekuatan
tarik di Laboratorium Kayu.
4. Kayu tidak boleh dimeni, diresidu dan didempul terlebih dahulu sebelum diperiksa
dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.
6. Material kayu yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh berbeda dengan
material kayu yang contohnya telah diajukan pada Konsultan Supervisi, telah
diperiksa kekuatan tariknya diLaboratorium Kayu dan telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
7. Kayu-kayu yang akan dipakai harus tanpa cacat dan mata kayu.
8. Semua kayu untuk pekerjaan konstruksi ini harus mempunyai dimensi dan ukuran
yang sesuai dengan Gambar Bestek setelah diketam.
9. Kayu yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi harus segera dikeluarkan dari
lokasi pekerjaan dan tidak boleh lebih dari 2 hari berada dilokasi pekerjaan.
1. Kayu yang dipergunakan untuk kozen pintu, jendela dan ventilasi haruslah kayu
Page
yang permukaannya telah diketam sehingga tidak terdapat serat-serat kasar lagi,
adapun ukuran bersih penampang kozen setelah diketam adalah 6 x 13 cm, kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
2. Kayu kozen adalah dari kayu kelas I dari jenis Seumantok, Ulin dan jenis lain
dengan kelas kuat yang sama.
3. Kozen yang didatangkan ke lokasi pekerjaan harus sudah dicat menie kayu dan
sudah dilakukan pekerjaan anti rayap sebelum dipasang pada konstruksi.
4. Kozen yang didatangkan kelapangan harus dalam kondisi yang baik tidak cacat,
tidak melengkung, tidak bermata kayu, tidak retak permukaan, tidak bercelah
permukaan lebih dari 0,5 mm dan tidak dalam kondisi basah.
5. Kozen ketika dipasang pada konstruksi harus dalam kondisi kering udara dan tidak
basah.
9. Khusus untuk kozen pintu pada bagian bawah harus diberi tumpuan exstra
sehingga kozen tidak langsung berhubungan dengan permukaan lantai. Tumpuan
exstra ini berupa beton cor dengan ukuran tebal 10 cm dan tinggi 10 cm dari
permukaan lantai.
10. Penggunaan perancah kerja atau perkuatan dengan alasan untuk memperkuat
kedudukan hasil pemasangan kozen yang dijangkarkan dengan cara dipaku
langsung pada kayu kozen harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
1 Lingkup Pekerjaan
No Bahan Jenis
1. Kosen Aluminium Type I Finish Coating Tebal = 2,8 mm.
Arodized 2 miccron Tinggi = 8 Cm
2. Kaca Riben 5 mm
9
Page
1. Peraturan yang dipedomani adalah standard pabrik dan peraturan umum yang
berlaku.
3. Pemasangan kosen, pintu harus baik tegak lurus, siku-siku diambil ukuran atas
dan bawah sama, setelah dipasang pintu dapat dibuka dan ditutup dengan
mudah.
5. Agar kaca tidak longgar antara panel aluminium dan kaca harus dipasang karet.
1. Kosen dan pintu aluminium semua yang dirakit sedemikian rupa sesuai gambar
rencana dan tata letak dengan ukuran disesuaikan pada posisi yang akan di
pasangi.
2. Setelah seluruhnya selesai baru dipasang dilapangan sesuai dengan tempat dan
model menurut gambar rencana.
3. Setelah kosen siap dipasang seluruhnya baru diadakan pemasangan kaca dan
pintu serta alat penggantung lainnya.
1. Kaca adalah dari product ASAHIMA atau product lain yang setara dengannya baik
dari segi kualitas dan harga.
2. Ketebalan terkecil lembaran kaca adalah minimal 5 mm atau sesuai Gambar Bestek.
3. Warna dan type kaca adalah seperti yang ditentukan dalam Gambar Bestek.
1. Frame dan Daun Pintu dibuat dari kayu kelas II dari jenis Meuranti, Kruing dan
jenis lain dengan kelas kuat yang sama.
3. Ukuran ketebalan frame dan daun pintu minimal 40 mm atau sesuai Gambar
Bestek.
4. Alat sambung yang dipakai adalah pasak kayu dengan bantuan paku.
10
5. Daun pintu yang didatangkan ke lokasi pekerjaan harus sudah dicat menie kayu dan
sudah dilakukan pekerjaan anti rayap sebelum dipasang pada konstruksi.
Page
6. Daun pintu yang didatangkan kelapangan harus dalam kondisi yang baik tidak
cacat, tidak melengkung, tidak bermata kayu, tidak retak permukaan, tidak bercelah
permukaan lebih dari 0,5 mm dan tidak dalam kondisi basah.
7. Pemasangan daun pintu harus benar-benar vertical dan horizontal hal ini harus
dibuktikan bahwa ketika pintu dibuka benar-benar rapat dengan sponing kusen
dengan tetap mempertimbangkan factor kembang susut ( pemuaian ) dan tidak
menimbulkan bunyi ketika ditutup dan dibuka baik pada saat cuaca panas maupun
dingin.
8. Daun Pintu ketika dipasang pada konstruksi harus dalam kondisi kering udara dan
tidak basah.
9. Daun pintu dijangkarkan ke kozen dengan mamakai minimal 3 unit engsel pintu
ukuran 4”.
10.Pada Daun Pintu juga harus diberikan satu buah Kunci Pintu 2 Slaag (dua kali
putar).
11. Daun pintu juga harus dilengkapi dengan pegangan pintu ( handle ).
12.Khusus untuk daun pintu Kamar Mandi / Toilet bagian dalamnya harus dilapisi
dengan lembaran Aluminium Tebal 0,30 mm untuk keperluan kedap air dan
keawetan.
11
Page
BAGIAN IV
PEKERJAAN KUNCI DAN PENGANTUNG
Pekerjaan Kunci dan Pengantung ini meliputi semua pekerjaan pintu, jendela dan
ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup.
1. Kunci, Engsel, Pegangan, Grendel dan Hak Angin adalah dari Material setara
CISSA berbahan STAINLESS STEEL.
2. Jika tidak ditentukan dalam Gambar Bestek maka Kunci, Engsel, Pegangan,
Grendel dan Hak Angin adalah dari material sekurang-kurangnya seperti
disebutkan dibawah ini :
2. Material atau bahan Stainless Steel adalah material atau bahan yang tidak berkarat
serta tidak bisa berinteraksi dengan Medan Magnet.
5. Kunci dan pegantung pintu dan jendela harus dipasang menurut aturan
pemasangan yang diajurkan oleh pabrik pembuat yang tercantum pada brosur yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana.
6. Kunci 1 X putar dan 2 x putar untuk pintu aluminium dan panel kayu dipasang
dengan ketinggian 100 cm dari permukaan lantai atau sesuai Gambar Bestek.
7. Pegangan pintu dipasang dengan ketinggian 110 cm dari permukaan lantai atau 10
cm diatas posisi pemasangan kunci.
8. Engsel pintu harus dipasang minimal 3 engsel untuk satu daun pintu dengan jarak
pemasangan engsel pertama setinggi 40 cm dari muka lantai dan jarak pemasangan
engsel ke tiga sejarak 40 cm turun dari permukaan kozen teratas sedangkan engsel
12
kedua adalah pada posisi pertengahan antara engsel pertama dan ketiga.
Page
9. Grendel jendela harus dipasang minimal 2 grendel untuk satu daun jendela serta
ventilasi. Grendel dipasang pada rangka jendela dan ventilasi bagian bawah.
10.Pengangan jendela dipasang pada posisi tengah dari rangka daun jendela yaitu di
rangka bagian bawah jendela diantara dua grendel.
13
Page
BAB V
PEKERJAAN PLAFOND
1. Material utama plafond adalah Triplek 3.6 mm setara Lumba-lumba dengan ukuran
panel standard adalah 1220 mm x 2440 mm.
4. Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan harus
mempunyai Merk Dagang.
5. Pada setiap lembaran Triplek harus dicantumkan merk dagang, ukuran lembar dan
ketebalan lembaran.
8. Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam keadaan
cacat dan rusak.
1. Alat Sambung Plafond untuk rangka plafond dari Kayu adalah Paku / Sekrup Anti
Karat / Galvanis.
2. Jarak maksimum antara Paku Sekrup tidak boleh lebih dari 200 mm pada sisi papan
dan tidak lebih dari 300 mm pada bagian tengah papan.
4. Jarak As Paku Sekrup dengan sisi pinggir terluar Triplek minimal 10 mm.
2. Ukuran dan dimensi rangka plafond adalah sesuai dengan yang ditentukan dalam
Gambar Bestek.
14
3. Bentuk Profil material rangka Plafond adalah sesuai dengan bentuk dalam Gambar
Page
Bestek.
5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan GARANSI Resmi dari Pabrik yang
minimal menjelaskan tentang daya tahan dan kekuatan material.
8. Pemasangan rangka plafond harus sesuai dengan Gambar Pola pemasangan rangka
plafond dalam Gambar Bestek.
9. Rangka plafond harus dijangkarkan dengan baik pada dinding, ring balok dan
konstruksi kuda-kuda.
10. Hasil pemasangan rangka plafond harus benar-benar rata dan elevasi dengan
permukaan lantai.
11. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerja pemasangan rangka plafond dengan
pekerja Instalasi Mekanikal dan Electrikal.
2. Model dan bentuk List Profil Plafond harus sesuai dengan model dan bentuk yang
ada dalam Gambar Bestek.
3. List Profil dicat dengan rapi dengan material cat yang sama seperti material cat
plafond.
1. Pengantung rangka plafond adalah dari material baja ringan Kayu 5/5 – 5/7.
1. Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka plafond sudah
mencapai 100 %.
2. Pemasangan Plafond Triplek dilakukan langsung pada rangka plafond dengan alat
sambung paku Sekrup.
5. Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar Bestek.
6. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata dan
tidak melendut.
6. Antara lembaran plafond yang satu dengan lembaran plafond lainnya harus tedapat
celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan susut.
7. Posisi penempatan paku sekrup dari pinggir terluar lembaran plafond adalah
maksimal 10 mm terhitung dari as paku kepinggir lembaran plafond.
9. Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond dengan balok lantai, ring balok
dan dinding harus tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan
susut karena suhu.
10. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan
Instalasi Mekanikal dan Electrikal sehingga plafond yang telah dipasang tidak
dibongkar kembali.
11. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Mekanikal dan Electrikal setelah pekerjaan
pemasangan plafond selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
12. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasan-alasan
tertentu atau atas dasar perintah Konsultan Supervisi tidak boleh dibongkar
sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada posisi
penjangkaranya pada rangka plafond.
13. Lembaran Plafond yang dibongkar karena alasan tertentu atau diperintahkan oleh
Konsultan Supervisi tidak boleh dipasang kembali kecuali atas ijin Konsultan
Supervisi.
16
Page
BAGIAN VI
PEKERJAAN CAT
Pasal 1 : Referensi
1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari kualitas terbaik.
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk dagang,
spesifikasi, dan aturan pakai.
3. Cat yang dipakai adalah dari Merk NIPPON PAINT & AVIAN PAINT atau yang
setara.
4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat minimal dari dua
merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.
5. Jenis cat, warna dan type yang akan dipakai pada semua posisi bangunan kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Owner dalam masa pelaksanaan
atau dalam Gambar Bestek adalah seperti dalam tabel berikut ini :
6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana dengan
persetujuan Owner dalam masa pelaksanaan.
9. Perubahan-perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam tabel
point 5 yang dilakukan oleh Owner harus disertai keterangan tertulis dan diketahui
oleh Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.
10. Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis adalah
kesalahan Kontraktor Pelaksana dan dengan biaya sendiri Kontraktor Pelaksana
harus mengantinya dengan warna cat seperti yang telah ditentukan dalam tabel
point 5, termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelupasan dan
pembersihan apabila pekerjaan pengecatan telah terlanjur selesai dikerjakan.
Pasal 3 : Pelaksanaan
17
3. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang ahli.
Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan persetujuan Konsultan
Supervisi tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan
4. Dinding dan permukaan beton serta GRC Board harus didempul atau diplamur
terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.
5. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata permukaanya
dengan kertas amplas.
2. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam Bill of
Quantity atau Konsultan Supervisi :
a. Cat Tembok Exterior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2
Kali Cat Warna.
b. Cat Tembok Interior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2
Kali Cat Warna.
c. Cat Plafond Dalam : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat
Warna.
d. Cat Permukaan Kayu : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Menie Kayu, 1 Kali
Cat Dasar dan 2 Kali Cat Warna.
e. Cat Permukaan Besi : 1 Kali Cat Minie Besi, 1 Kali Cat Dasar dan 2
Kali Cat Warna.
18
Page
BAB VII
PEKERJAAN UKIRAN & RELIEF BETON
1. Relief Profil Beton harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ada dalam
Gambar bestek.
2. Relief Profil Beton dibuat dari Campuran Pasta Beton dengan perbandingan 1
SM : 2 PS.
3. Jika Relief Profil harus dibaut dengan bantuan coran beton, maka mutu coran
beton harus minimal K-175.
4. Coran beton mutu K-175 bantuan tersebut harus diberi tulangan minimal
diameter 6 mm dan dijangkarkan dengan baik ke konstruksi induk hingga tidak
terlepas.
5. Relief Profil Beton dengan ketebalan lebih besar dari 100 mm dan dalam posisi
tergantung tanpa tumpuan harus dibuat dengan bantuan coran beton dengan
perkuatan tulangan minimal diameter 6 mm.
6. Relief profil Beton yang dibuat dengan coran beton permukaan akhirnya harus
difinishing dengan pasta semen.
1. Ukiran Beton harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ada dalam Gambar
bestek.
4. Jika Ukiran Beton harus dibaut dengan bantuan coran beton, maka mutu coran
beton harus minimal K-175.
5. Coran beton mutu K-175 bantuan tersebut harus diberi tulangan minimal
diameter 6 mm dan dijangkarkan dengan baik ke konstruksi induk hingga tidak
terlepas.
6. Ukiran Beton dengan ketebalan lebih besar dari 25 mm dan dalam posisi
tergantung tanpa tumpuan harus dibuat dengan bantuan coran beton dengan
perkuatan tulangan minimal diameter 6 mm.
7. Ukiran Beton yang dibuat dengan coran beton permukaan akhirnya harus
19
8. Ukiran beton khusus untuk kepala tiang harus dicetak khusus dengan cetakan
pasta beton atau coran beton.
BAGIAN I
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Pasal 1 : Umum
1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada klausul
lain dari persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti menuntut perhatian
khusus pada klausul-klausul yang ada atau menghilangkan klausul-klausul
tersebut atau bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-
syarat umum.
Pasal 2 : Gambar-Gambar
Pasal 3 : Koordinasi
Page
2. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang satu
tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.
1. Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Kontraktor
Pelaksana menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali apabila
ditunjuk lain oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana diharuskan
menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini
harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnyatercantum nama-nama dan
alamat manufacture, katalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap
perlu oleh Konsulatan Supervisi . Persetujuan oleh Konsultan Supervisi akan
diberikan atas dasar di atas.
1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan
pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa/mengetahui
apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan
telah memenuhi persyaratan persyaratan yang berlaku.
2. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan testing
tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana . Hal ini termasuk
pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari sistem ini seperti yang
dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana .
2
Page
1. Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemilik
dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.
Pasal 8 : Contoh
Pasal 9 : Pengetesan
Pasal 10 : Pengetesan
Pasal 12 : Laporan
1. Laporan Harian
2. Laporan Pengetesan
1. Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh sistem
listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan sempuma
dan aman.
Pasal 1 : Umum
Pasal 2 : Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana untuk
menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari peralatan-
peralatan, dan sambungan-sambungannya. Kontraktor Pelaksana harus
melengkapi dan memasang selumh peralatan-peralatan bantu yang
dibutuhkan.
2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang posisi
dari peralatan-peralatan, pemipaan, ducting dan lain-lain. Kontraktor
Pelaksana harus mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan yang
disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan tanpa tambahan-tambahan
biaya.
3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan pada
gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.
Pasal 3 : Standar-Standar
7
Pemberi tugas paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.
Page
1. Kepada tiga orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi dan
perawatan lengkap dengan 3 copy operating/maintenance dan repair
manual, segala sesuatunya atas biaya Kontraktor Pelaksana.
a. Umum
1. Semua material yang disupply dan dipasang oleh Kontraktor Pelaksana
harus baru dan material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah
tropis.
2. Material-material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan dari
produksi yang terbaru. Untuk material-material yang disebut dibawah
ini, maka Pemilik harus menjamin bahwa barang tersebut adalah baik
dan baru dengan jalan menunjukkan surat order pengiriman dari
dealer/agen/pabrik.
a. Peralatan panel : Switch, circuit breaker, meter dan
kontaktor serta relay protection.
b. Peralatan lampu : Armature, bola lampu, ballast, dan
kapasitor.
c. Peralatan instalasi : Stop kontak, saklar, junction box, dan
lain-lain.
d. Kabel : Kabel yang digunakan Tipe NYY
b. Daftar Material
1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor Pelaksana
wajib mengisi daftar material yang menyebutkan : merk, type, kelas
lengkap dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender.
2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang
9
3. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed).
Wall mounting untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua
komponen-komponen yang ada :
a. Panel-panel pencahayaan dan stop kontak
b. Panel-panel daya plumbing
c. Panel-panel daya air conditioning
d. Panel-panel lain.
4. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed}
untuk pasangan luar (Outdoor Use) lengkap dengan semua komponen-
komponen yang ada :
a. LP-OL (semua yang tercantum dalam gambar rencana).
5. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini, tetapi
tercantum dalam mgambar rencana.
4. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm dan
diberi penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standard, sehingga
dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan masing-masing
terpisah satu sama lain dengan alat pemisah.
11
13. Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan
kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50 HZ dan
tahan bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus pula dapat
menutup dengan sempuma pada 85 tegangan nominal. Magnetic Contactor
harus dari Telemekanik dan yang setaraf.
14. Pemberian Tanda Pengenal
Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal-hal berikut:
12
Pasal 1 : Umum
Pirelli.Pyrotenax.
Page
4. Semua kabel NYY yang ditanam didalam perkerasan (tembok, jalan, beton,
ail) harus berada di dalam conduit Galvanis yang disesuaikan dengan
ukurannya.
2. Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan
harus teguh secara electric, dengan cara-cara "Solderless Connector". Jenis
kabel tekanan, jenis compression atau soldered.
4. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun tempat
lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari temaga yang
diisolasi dengan porselen atau bakelite ataupun PVC, yang diametemya
disesuaikan dengan diameter kabel.
c. Bahan Isolasi
1. Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet,
PVC, asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan lain-lain harus
dari type yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi voltage dan lain-lain
tertentu itu harus dipasang memakai cara yang disetujui menurut anjuran
perwakilan Pemerintah dan atau Manufacturer.
2. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-lain).
Kontraktor Pelaksana harus memberikan brosur - brosur mengenai cara-
cara penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik kepada Perencana.
5. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC
/ protolen yang khusus untuk listrik.
8. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka harus
14
dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm atau minimal 2,5 mm.
Page
6. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus
dilengkapi dengan "Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah tercabut
dari panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada
ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m harus dimasukkan dalam pipa
PVC dan pipa harus diklem ke bangunan pada setiap jarak 50 cm.
e. Pemasangan Kabel dalam Tanah
2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan batas
merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.
3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi pipa
Galvanized.
5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus bersih
dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti : batu, abu,
kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas galian (lubang) dilapisi
dengan pasir kali setebal 10 cm. Kemudian kabel diletakkan, diatasnya
diberi bata dan akhimya ditutup dengan tanah urug.
1. Factory Test
a. Pengetesan Individuil
b. Pengetesan Khusus
Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan dipakai.
Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut:
- Test tegangan impuls
- Mekanikal test
- Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperature
- Pengetesan dielektrik
- Pengetesan perambatan (Creep Test)
2. Site Test
2. Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan
tidak dapat dihapus.
f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian di finish dengan cat akhir dengan oven wama putih.
g. Box terbuat dari glass - fibre reinforced polyster dengan brass insert
1. Kotak kontak khusus yang dipakai adalah Kotak kontak tiga phasa dan
Page
1. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker, dengan
rating 250 Volt 10 ampere dari tipe single gang, double gangs atau multiple
gangs (grid switches), saklar hotel single gang atau double gangs dipasang
dengan ketinggian 1,20 m atau ditentukan lain.
1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman tidak
kurang dari 35 mm.
2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau Kotak
kontak dinding terpasang pada box harus menggunakan baut, pemasangan
dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.
1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak harus
kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM,
NYY).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode wama
insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut:
a. Fasa R : merah
b. Fasa S : kuning
c. Fasa T : hitam
d. Netral : biru
e. Grounding : hijau/kuning
c. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Kotak kontak dengan pipa
PVC khusus untuk power high impact conduit-heavy gange, minimum
diameter 19 - 25 mm.
1. Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis cable
ladder yang terbuat dari plat Mild Steel dengan finishing Hot Dip Galvanis
dilapisi oleh Zink Eromate harus tahan terhadap bahan kimia dan gas
kimia.
F. SISTEM PEMBUMIAN
20
Page
BAGIAN I
PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH LAHAN
Pasal 1 : Uraian
3. Pekerjaan timbunan ini harus dilakukan untuk seluruh areal dan yang sesuai
dengan elevasi akhir yang disebutkan dalam Gambar Bestek.
4. Pekerjaan timbunan perbagian tertentu dengan elevasi tertentu yang tidak sesuai
dengan Gambar Bestek dan maksud Konsultan Perencana yang bertujuan
untuk penghematan biaya dan efektifitas kerja tidak diperbolehkan, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Perencana.
1. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau
lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan dalam Gambar bestek.
2. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus
memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang
bebas.
3. Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.
4. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20
cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
/ AASHTO T 89–90 ).
6. Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Alat Konus Pasir ( SNI 03-
2828-1992 / AASHTO T 191–86 ).
b. Standar AASHTO
Pasal 4 : Material
4. Material timbunan yang akan dipakai harus melalui proses pemeriksaan dan
penelitian di Laboratorium Mekanika Tanah.
5. Tanah timbun harus mempunyai sifat-sifat fisik dan daya dukung yang minimal
sama atau lebih baik dari lapisan tanah dibawahnya setelah dipadatkan.
7. Material tanah yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastis
tinggi, yang diklasifikasika sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 .
8. Tanah sangat Expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T 258 sebagai “
very high” atau “ extra high” , tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan.
Dimana nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas/PI-(SNI 03-
2
3. Pemadatan timbunan tanah harus dilakukan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1% diatas kadar
air optimum.
6. Setiap lapisan timbunan harus dipadatkan seperti yang disyaratkan dan diuji
kualitas pemadatan lapangannya serta harus diterima oleh Konsultan Supervisi.
7. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama.
8. Elevasi akhir permukaan tanah timbun hasil dari pekerjaan penimbunan tanah
adalah elevasi dalam kondisi kepadatan tanah lapangan seperti yang disyaratkan.
9. Dikarenakan tidak adanya pekerjaan retaining wall atau dinding penahan tanah
maka Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat pinggir-pinggir timbunan
tanah sedemikian rupa atau sesuai Gambar Bestek sehingga tidak terjadi
3
1. Jumlah, banyak dan lokasi pengambilan data yang diperlukan untuk pengujian
kepadatan timbunan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Penggunaan material dari lokasi yang berbeda mengharuskan Kontraktor
Pelaksana untuk melakukan kembali pengujian mutu kepadatan yang berbeda
pula.
3. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus
dipadatkan dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-
1742-1989.
4. Tanah yang mengandung lebih dari 10% bahan yang tertahan pada ayakan ¾”
kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan
yang berukuran lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan Supervisi.
5. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapisan timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil pengujian
menunjukan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor
Pelaksana harus memperbaiki pekerjaan tersebut.
6. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang
diperintahkan oleh Konsultan Supervisi.
7. Pengujian harus diambil minimal setiap selang panjang 200 meter.
8. Pengujian timbunan paling sedikit harus dilakukan untuk setiap 1000 meter
kubik bahan timbunan yang dihampar atau sesuai dengan perintah Konsultan
Supervisi.
9. Kontraktor harus bertanggung jawab dalam hal memilih metode dan peralatan
untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan.
10. Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan
pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga
dapat diterima oleh Konsultan supervisi.
11. Pengujian kepadatan tanah lapangan yang harus dilakukan adalah minimal
seperti berikut ini:
b. Sand Cone Test ( CBR Lapangan 8% - 9% )
c. Pembebanan Bolak Balik Permukaan Tanah Dengan Dump Truck Kapasitas
6 M3 Bermuatan Penuh Minimal 3 Kali Bolak Balik Untuk Semua Areal
Timbunan.
12. CBR Lapangan minimal adalah 8% - 9% kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Perencana.
BAGIAN II
PEKERJAAN GALIAN TANAH LAHAN
Pasal 1 : Uraian
2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan,
untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorng-gorong, pembuangan atau
struktur lainnya, untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah
humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran,
untuk galian bahan kontruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk
pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan
lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang sesuai
dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang
melintang yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Konsultan Supervisi.
3. Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini berlaku untuk
semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan
pekerjaan galian dapat berupa:
i) Galian Biasa
ii) Galian Batu
iii) Galian Struktur
iv) Galian Perkerasan Beraspal
4. Galian biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai
galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian
perkerasan beraspal.
5. Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter
kubik atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya yang menurut Konsultan
Supervisi tidak praktis menggali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau
pemboran, dan peledakan. Galian ini tidak termasuk galian yang menurut
Konsultan Supervisi dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal yang
ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda netto
maksimum sebesar 180 PK (Tenaga Kuda).
6. Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas
pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap
galian yang didefenisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu tidak dapat
dimasukkan dalam Galian Struktur.
7. Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok beton
penahan tanah, dan struktur pemikul beban lainnya selain yang disebut dalam
Spesifikasi ini.
5
10. Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu oleh Konsultan Supervisi sebelum bahan ini dipandang cocok untuk
proses daur ulang.
1. Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan
beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm dari yang ditentukan dalam
Gambar atau yang diperintahkan oleg Direksi Pekerjaan pada setiap titik,
sedangkan untuk galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 1
cm dari yang disyaratkan.
2. Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap
aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan
untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi
genangan.
1. Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Seksi ini, sebelum
memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan
Supervisi, gambar detil penampang melintang yang menunjukkan elevasi tanah
asli sebelum operasi pembersihan dan pembongkaran, atau penggalian
dilaksanakan.
4. Arsip tentang rencana peledakan dan semua bahan peledak yang digunakan,
yang menunjukkan lokasi serta jumlahnya, harus disimpan oleh Kontraktor
untuk diperiksa Konsultan Supervisi.
2. Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan
mampu menahan pekerjaan, Struktur atau mesin sekitarnya, harus
dipertahankan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing)
yang memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin
tidak stabil. Bilamana diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau
mendukung struktur disekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi
tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.
Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian
tanah yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1
meter atau sebagaimana yang diperintahkan Konsultan Supervisi.
4. Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara lainnya untuk
mengalihkan air didaerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan
cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat
membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.
5. Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi
galian, dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja,
berada dibawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan
seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau
keamanan dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian
cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada
tempat kerja galian.
6. Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani,
dan digunakan dengan hati-hati dan dibawah pengendalian yang ekstra ketat
sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor
harus bertanggung jawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan yang
tidak tepat atas setiap bahan peledak dan harus menjamin bahwa penanganan
7
bertanggung jawab.
1. Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan
dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang mulus
(sound), dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan, perendaman
akibat hujan dan gangguan dari operasi pekerjaan berikutnya.
2. Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan harus dilakukan
dengan pelaksanaan setengah badan jalan sehingga jalan tetap terbuka untuk
lalu lintas pada setiap saat.
3. Bilamana lalu lintas pada jalan terganggu karena peledakan atau operasi-
operasi pekerjaan lainnya, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu atas jadwal gangguan tersebut dari pihak berwenang dan juga dari
Konsultan Supervisi.
1. Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk
pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan drainase
sementara, dinding penahan rembesan (cut-off wall) dan cofferdam. Pompa siap
pakai dilapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin
bahwa tak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.
2. Bilamana Pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain
dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari, maka
Kontraktor harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan memasok air
bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci, bersama-sama
dengan sabun dan desinfektan yang memadai.
Pasal 7 : Perbaikan Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
1. Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan dalam Pasal
3.1.1.(3) di atas sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus
diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut:
8
i) Lokasi galian dan garis ketinggian akhir yang melebihi garis dan
Page
ii) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan Supervisi, atau lokasi yang mengalami kerusakan atau
menjadi lembek, harus ditimbun kembali dengan bahan timbunan
pilihan atau lapis pondasi agregat sebagaimana yang diperintahkan
Konsultan Supervisi.
iii) Lokasi galian perkerasan beraspal dengan dimensi dan kedalaman yang
melebihi yang telah ditetapkan oleh Konsultan Supervisi, harus
diperbaiki dengan menggunakan bahan-bahan yang sesuai dengan
kondisi perkerasan lama sampai mencapai elevasi rancangan.
Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat, agregat untuk
campuran aspal atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber bahan
di luar daerah milik jalan, Kontraktor harus melakukan pengaturan yang
diperlukan dan membayar konsesi dan retribusi kepada pemilik tanah maupun
pihak yang berwenang untuk ijin menggali dan mengangkut bahan-bahan
tersebut.
1. Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-
batas dan lingkup proyek bilamana memungkinkan harus digunakan secara
efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.
2. Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut
(peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah
kompresif yang menurut pendapat Konsultan Supervisi akan menyulitkan
pemadatan bahan diatasnya atau yang mengkibatkan setiap kegagalan atau
penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai
bahan yang tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai timbunan dalam
pekerjaan permanen.
9
3. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian
Page
yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi untuk digunakan sebagai bahan
timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Kontraktor di luar Daerah Milik
Jalan (DMJ) seperti yang diperintahkan Konsultan Supervisi.
2. Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik
Kontraktor atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh Konsultan Supervisi,
dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen dan dibayar menurut Mata
Pembayaran yang relevan sesuai dengan yang terdapat dalam Daftar
Penawaran.
3. Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam
saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.
4. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh
Kontraktor harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan
tepid an lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai.
3. Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat
Konsultan Supervisi tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus
seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang
10
4. Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada
garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk
perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi
struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm harus dalam sampai
permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan
batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian
yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan
bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan dipadatkan.
1. Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk
pondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga
memungkinkan pemasangan bahan dengan benar, pengawasan dan
pemadatan penimbunan kembali di bawah dan disekeliling pekerjaan.
2. Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk
mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka
acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan. Cofferdam atau
penyokong atau pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping selama
pekerjaan galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk
menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.
4. Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan
baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan
dengan jarak masing-masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar
galian parit tersebut, selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisi-
11
6. Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak
boleh dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor.
1. Sumber bahan (borrow pits), apakah didalam Daerah Milik Jalan atau ditempat
lain, harus digali sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
3. Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk
pelebaran jalan mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak
diperkenankan.
4. Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini
dapat mengganggu drainase alam atau yang dirancang.
5. Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus
diratakan sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke
gorong-gorong berikutnya tanpa genangan.
6. Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari
kaki setiap timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian.
1. Sebagian besar pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur dan dibayar
menurut Seksi ini, pekerjaan tersebut dipandang telah dimasukkan kedalam
harga penawaran untuk berbagai macam bahan konstruksi yang dihampar di
atas galian akhir, seperti pasangan batu (stone masonry) dan gorng-gorong pipa.
Jenis galian yang secara spesifik tidak dimasukkan untuk pengukuran dalam
Seksi ini adalah:
2. Galian di luar garis yang ditujukkan dalam profil dan penampang melintang
yang disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur untuk
pembayaran kecuali bilamana:
i) Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak
memenuhi syarat seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.2.(1).(c) di atas,
atau untuk membuang batu atau bahan keras lainnya seperti yang disyaratkan
dalam Pasal 3.1.2.(1).(d) di atas;
ii) Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng atau struktur
sementara penahan tanah atau air (seperti penyokong, pengaku, atau cofferdam)
yang sebelumnya telah diterima oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis.
12
3. Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk galian
Page
batu, tidak akan diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini. Pengukuran dan
Pembayaran harus dilaksanakan menurut Seksi 2.1 dari Spesifikasi ini.
7. Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin tidak akan
diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah termasuk
dalam harga penawaran dalam lump sum untuk berbagai operasi pemeliharaan
rutin yang tercakup dalam Seksi 10.1 dari Spesifikasi ini.
9. Pekerjaan galian dan pembuangan yang diuraikan dalam Pasal 3.1.2.(1).(a) selain
untuk tanah, batu dan bahan perkerasan lama, tidak akan diukur untuk
pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai
harga satuan penawaran yang untuk masing-masing operasi pembongkaran
struktur lama sesuai dengan Seksi 7.15 dari Spesifikasi ini.
2. Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah asli
sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir dengan
garis, kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima. Metode
perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan penampang
melintang pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter.
3. Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran
13
menurut Seksi ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya bilamana bahan
galian tersebut tidak digunakan dan dibayar dalam Seksi lain dari Spesifikasi
Page
ini.
5. Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi
oleh bidang-bidang sebagai berikut:
Bidang atas adalah bidang horizontal seluas bidang dasar pondasi yang
melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horizontal ini
galian tanah diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai
dengan sifatnya.
Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi
Bidang tegak adalah bidang vertical keliling pondasi
BAGIAN II
PEKERJAAN TANAMAN
2. Tanah untuk media tanam adalah tanah subur yang berasal dari tanah sawah,
kebun dan gunung yang telah diolah dan beri zat-zat yang dibutuhkan tanaman.
3. Tanah media tanam adalah tanah yang mengandung zat yang dibutuhkan oleh
tanaman yang akan ditanam sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik
minimal selama 6 bulan perawatan.
4. Tanah media tanam tidak boleh dicampur atau bercampur dengan tanah timbun
atau tanah urug, melainkan harus ditempatkan dalam suatu media tanam
tertentu yang telah disiapkan.
5. Jumlah atau volume tanah media tanam adalah sesuai Gambar Bestek dan Bill
of Quantity atau sekurang-kurangnya cukup untuk tanaman untuk tumbuh
dengan baik sesuai dengan yang disyaratkan ( 6 bulan ).
1. Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan seperti berikut ini kecuali ditentukan lain
dalam Bill of Quantity :
a. Penanaman Pohon Pelindung;
b. Penanaman Teh-Tehan / Perdu; dan
c. Rumput Tanam
2. Jenis pohon, Teh-Tehan dan Rumput yang dipakai pada pekerjaan ini dijelaskan
dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
4. Bibitnya Pohon, Teh-Tehan dan Rumput bukanlah hasil pekerjaan stek batang,
cangkok batang tetapi adalah bibit asli yang berasal dari pembibitan buah.
5. Bibit Pohon, Teh-Tehan dan Rumput adalah bibit tanaman yang sebelum
didatangkan kelokasi pekerjaan telah menjalani proses pembibitan dan
perawatan yang standard.
15
9. Pohon, Teh-Tehan dan Rumput harus dirawat dengan baik, disiram dan diberi
pupuk hingga tumbuh dengan baik sampai berumur minimal 6 bulan terhitung
sejak waktu mulai ditanam.
10.Pohon harus dilindungi dalam pagar-pagar pelindung dari kayu berbentuk kotak
dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 1 meter sehingga tidak mudah dijangkau
dan dirusak oleh binatang.
11.Jika dalam masa pemeliharaan seperti disebut diatas pohon, teh-tehan dan
rumput mati, Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus mengantinya
dengan yang baru.
16
Page
BAGIAN III
PEKERJAAN REALING TANGGA
1. Pagar adalah dari bahan Pasangan bata & ornamen besi Pipa Galvanis atau
sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Pagar Besi pipa galvanis Ø 2 Inchi yang diperkuat pada pasangan bata tangga.
3. Pada dinding bangunan dipasang Besi pipa galvanis Ø 2 Inchi yang diperkuat
dengan menggunakan klam besi ini sebagai realing pada dinding bangunan.
4. Klam penyangga dipasang setiap jarak 200 cm (sesuaikan Gambar) & diberi
angkur kedalam pasngan bata/beton atau sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Semua besi pipa galvanis harus disetujui oleh Konsultan Supervisi terlebih
dahulu sebelum digunakan atau dipasang.
Konsultan Perencana
CV. MEMBRANE ENGINEERING
Conultant
SUWARNO, ST
Direktur
17
Page
BAGIAN I
PERSYARATAN UMUM MEKANIKAL
3. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih, air kotor, limbah kimia,
dan air bekas sesuai Gambar Bestek dan spesifikasi, termasuk penyambungan
pipa dari Sumur Bor ke Ground Water Resevoir.
5. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plumbing yang terpasang kecuali
sanitary.
7. Pembuatan Shop Drawing bagi instalasi yang akan dipasang dan pembuatan As
Built Drawing bagi instalasi yang telah terpasang.
Pasal 2 : Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan dari spesifikasi ini, ataupun gambar rencana untuk
menunjukan secara detail berbagai item pekerjaan dari peralatan-peralatan dan
penyambungan-penyambungan.
4. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tapi tidak ditunjukan
dalam Gambar Bestek atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang seperti
pekerjaan lain yang disebut oleh spesifikasi teknis dan ditunjukan dalam
Gambar Bestek.
1
Page
1. Untuk pemasangan dan pengetesan pekerjaan ini harus dilakukan oleh pekerja
dan supervisor yang benar-benar ahli dan berpengalaman.
2. Konsultan Supervisi dapat menolak atau menunda pelaksanaan suatu pekerjaan,
bila dinilai bahwa Kontraktor Pelaksana tersebut tidak trampil/tidak
berpengalaman.
Pasal 4 : Pengujian
3. Prosedur pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik (jika ada) dari peralatan-
peralatan yang akan dipasang.
Pasal 5 : Review
Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek, maka pada pekerjaan ini berlaku
peraturan-peraturan sebagaio berikut :
1. Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan setelah serah terima pertama
Kontraktor Pelaksana wajib menyerahkan gambar-gambar instalasi terpasang
sebanyak 3 set cetak biru dan 1 set transparent, serta 1 set CD.
a. Air Bersih
1. Air bersih yang didapatkan dari Sumur Bor disedot dengan Pompa Air dan
ditampung pada suatu Ground Resevoir.
3. Sistem suplay dan distribusi air bersih harus sesuai dengan Gambar Bestek.
1. Air kotor padat yang berasal dari toilet dan air kotor cair yang berasal dari
urinoir dibuang ke Septictank.
2. Air kotor cair yang berasal dari Wastafel, Kran Tempat Whuduk dan Floor
Drain dibuang langsung ke saluran pinggir bangunan atau saluran
disekitarnya
c. Air Hujan
1. Air hujan yang berasal dari plat talang disalurkan dengan pipa-pipa PVC
dack atap dan talang gantung beton disalurankan kesaluran-saluran di
pinggir bangunan.
3
Page
2. Sistem Instalasi Buangan Air Hujan harus sesuai dengan Gambar Bestek.
Pasal 10 : Garansi
Pasal 11 : Training
1. Standard dan peraturan yang berlaku dalam pekerjaan ini antara lain adalah :
- ASTM : American Society of Testing Material.
- ANSI : American National Standard Institute.
- BS : Birmingham Standard.
- JIS : Japan Industrial Standard.
- SII : Standard Industri Indonesia.
a. Pipa supply air bersih dan buangan limbah kimia pada pekerjaan
Plumbing
c. Gate Valve
5
1. Digunakan tipe bronze body, non rising stem, screwed bonnet, solid
Page
wedge disk, screwed end untuk valve sampai dengan diameter 50 mm atau
bisa digunakan tipe Butterfly untuk diameter 65 mm s/d diameter 200
mm.
d. Check Valve
e. Strainer :
1. Digunakan tipe bronze body screwed cap, stainless steel mesh screwed end
untuk strainer sampai dengan diameter 50 mm.
f. Flexible Connection
Air Release Valve yang digunakan adalah jenis peralatan untuk mengeluarkan
kandungan udara pada jalur pemipaan secara automatic. Besarnya diameter yang
digunakan adalah 40 mm. Material body dan cover dari Cast Iron (besi tuang)
yang memenuhi standard ASTM A 126, class B. Material floating dari bahan
stainless steel. Tekanan kerja peralatan yang digunakan mencapai 150 psi (± 10
kg/cm²) pada temperatur air sampai dengan 80°C.
h. Meter Air
Meter air yang akan digunakan harus mudah dibaca, mempunyai ketelitian yang
tinggi, mampu mengukur pada jumlah kapasitas yang besar.
1. Untuk diameter pipa ½" (15 mm) sampai dengan 1½" (40 mm) digunakan
tipe fan-wheel dry-dial water meter.
6
3. Untuk diameter lebih besar dari 1½" (40 mm) atau dari diameter 2" (50
mm) sampai dengan 8" (200 mm) digunakan tipe horizontal Helix
i. Pressure Gauge
j. Roof Drain
Material roof drain yang digunakan harus dari tipe dome grate, bahan cast iron
dengan total besaran inlet yang ada luasannya harus sama dengan luasan
penampang pipa talang. Unit roof drain harus mudah dipasang dan mudah
dapat diganti bila terjadi kerusakan. Roof drain ini dipasang hanya pada lantai
atap beton (dak beton).
k. Float Valve
a. Pipa GIP
terhadap kebocoran.
Page
4. Khusus untuk pipa yang ditanam dalam tanah perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
5. Untuk pipa yang tidak berada dalam tanah baik yang terikat maupun tidak,
harus diberi lapisan finishing cat dengan warna .
7. Pengetesan yang gagal harus diulang dan biaya pengetesan serta peralatan
yang diperlukan di tanggung Kontraktor Pelaksana.
b.Pipa PVC
3. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang pipa
terletak/tertumpu dengan baik.
4. Pipa yang ditanam dalam tanah harus diberi lapisan pasir kurang lebih 10 cm
disekelilingnya. Pasir adalah pasir urug yang bebas dari batu.
8. Sleeves untuk mempunyai ukuran yang cukup dengan ketebalan minimal 0,2
cm dan memberikan kelonggaran kira-kira 1 cm masing-masing sisi diluar
pipa atau joint.
9. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa baja.
10. Semua pipa harus diikatkan/ditetapkan dengan kuat pada pengantung atau
angker yang dipergunakan harus cukup kokoh (rigid).
11. Pipa-pipa tersebut harus ditumpu untuk menjaga agar tidak berubah
tempatnya, inklinasinya harus tetap, untuk mencegah timbulnya getaran, dan
harus sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan konstruksi dan expansi
pipa oleh perubahan temperatur.
12. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur
(adjustable) dengan jarak antara tidak lebih dari 3 meter.
14. Pengantung atau penumpu pipa harus disekrupkan (terikat) pada konstruksi
bangunan dengan insert yang dipasang pada waktu pengecoran beton atau
penembokan, atau dengan baut tembok (Ramset Bolt).
15. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (Clamp atau Collar) U-Bolt.
1. Semua pipa harus diikat/ditetapkan dan dibout dengan kuat lengkap dengan
penggantung atau angker yang kokoh (rigid), agar inklinasinya tetap, untuk
mencegah timbulnya getaran. Standard yang dipersyaratkan harus buatan pabrik
(lokal standard) dengan ketelitian tinggi sesuai gambar rencana.
2. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur dengan
jarak maksimum tidak lebih dari 250 cm.
4. Rongga pipa karena adanya sleeve harus diberi bahan khusus rubber seal yang
elastis, atau fire stop dari bahan Mortar yang memenuhi standard BS 476 Part 4.
5. Pemasangan pipa harus rata dan rapih, serta rigid baik untuk pipa horizontal
9
6. Untuk mencegah getaran pada penggantung harus dipakai dudukan terbuat dari
karet getas.
8. Pipa-pipa vertikal harus ditumpu dengan bahan kayu jati serta klem/ clamp dan
dibuat dengan jarak tidak lebih dari 250 cm untuk setiap clamp.
1. Semua fixtures harus dipasang dengan baik dan di dalamnya bebas dari kotoran
yang akan mengganggu aliran atau kebersihan air, dan harus terpasang dengan
kokoh (Rigid) ditempatnya dengan tumpuan yang mantap.
2. Semua fixtures, fitting, pipa-pipa air dilaksanakan harus rapi tidak mengganggu
waktu pemasangan-pemasangan/dinding porselent dan sebagainya.
1. Galian pipa dalam tanah harus dibuat dengan ke dalaman 60 cm diukur dari
garis tengah pipa untuk pipa diameter 100 mm ke bawah dan 80 - 100 cm untuk
pipa diameter 125 mm ke atas sampai ke permukaan tanah.
2. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang pipa
terletak tertumpu dengan baik.
4. Untuk pipa-pipa air bersih dan pipa-pipa air buangan tidak boleh diletakkan
pada lubang-lubang yang sama.
5. Setelah pipa dipasang pada lubang galian dan setelah diperiksa oleh Konsultan
Pengawas/Konsultan Perencana yang ditunjuk, semua kotoran dibuang dari
lubang galian ditimbun kembali dengan baik, pasir urug atau tanah bekas galian
atau dengan bahan yang ditentukan Konsultan Pengawas/Konsultan Perencana
dengan mendapatkan izin tertulis.
6. Patokan/pedoman yang dipakai untuk dalamnya galian adalah diukur dari garis
10
tengah pipa (as pipa) sampai kepermukaan jalan/tanah asli atau bila tidak akan
digunakan ketentuan-ketentuan persyaratan minimal menurut buku petunjuk
Page
8. Pada jalur pipa harus dibuat tanda-tanda dari balok beton di atas tanah untuk
memudahkan Indentifikasi pipa di dalam tanah.
Pasal 9 : Pengujian/Pengetesan
1. Pipa GIP diuji dengan tekanan sebesar 1,5 kali tekanan kerja dan dibiarkan
dalam kondisi ini selama paling kurang 12 jam tanpa mengalami penurunan
tekanan. Segala kerusakan akibat pengetesan ini menjadi beban Kontraktor
Pelaksana.
2. Sistem tersebut harus dapat menahan air yang diisikan seperti tersebut
diatas, minimal selama 1 (satu) jam dan penurunan air selama waktu
tersebut tidak lebih dari 10 cm.
11
Page
BAGIAN III
PEKERJAAN SANITARY
a. Wastafel;
b. Urinoir;
c. Pemasangan Kran Air;
d. Pemasangan Floor Drain; dan
e. Lain-Lain.
Pasal 2 : Material
1. Merk material ditentukan seperti berikut ini atau yang setara denganya :
2. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan brosur minimal dua merk
yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
12
Page