WANGIWANGI
Pengadialan Negeri Wangiwangi
DAFTAR ISI
BAB I
SYARAT-SYARAT TEKNIS DAN BAHAN
PASAL 1
URAIAN PEKERJAAN
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Lanjutan Pembangunan Gedung dan Sarana
Lingkungan Pengadilan Negeri Wangiwangi yang terdiri dari pekerjaan Persiapan,
arsitektur, Interior, mekanikal, elektrikal, landscape, Sarana Lingkungan dan Taman.
Pekerjaan dimaksud berlokasi di JL. Kihajar Dewantara Kel. Mandalajati III Kec.
Wangiwangi Selatan Kab. Wakatobi - Sulawesi Tenggara
1. Lingkup dan detail pekerjaan selengkapnya ada pada Gambar Rencana dan Bill of
Quantity (BoQ).
2. Sarana Kerja
a. Tenaga Kerja Ahli dan Terampil yang sudah memadai dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b. Alat-alat bantu seperti beton molen (mixer concrete), vibrator, pompa air, alat-alat
penarik – pengangkat - pengangkut horizontal dan vertical, scafolding, mesin
giling / gilas, alat-alat gali, bor tanah, alat penyipat datar (theodolite, waterpas
dan lain-lain), alat-alat bongkar, dump truck, serta peralatan lainnya yang benar-
benar diperlukan dan dipakai dalam pekerjaan pembangunan ini.
c. Bahan-bahan (material) bangunan dalam jumlah yang cukup, memadai, dan
memenuhi spesifikasi/persyaratan untuk setiap jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan, paling lambat telah tersedia di lapangan pekerjaan 4 (empat) hari
sebelum pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud dimulai.
3. Cara Pelaksanaan
Setiap jenis pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian dan ketrampilan,
sesuai dengan ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat, Gambar
Rencana, Berita Acara Aanwijzing (Penjelasan Pekerjaan), petunjuk-petunjuk
pelaksanaan (rekomendasi) dari produsen untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu serta
petunjuk dari Konsultan Pengawas.
a. Pembongkaran atau perubahan yang berkaitan dengan kondisi lahan/tapak
exsisting, harus dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Konsultan Pengawas
dan harus mendapat ijin tertulis dari Pemberi Tugas.
b. Pada dasarnya pembangunan yang dikerjakan adalah membangun gedung baru
yang harus dilaksanakan sesuai Gambar Rencana, Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat (RKS), dan Bill of Quantity (BoQ) yang telah ditetapkan dan disetujui oleh
Pemberi Tugas.
c. Bahan-bahan finishing khusus, seperti epoxy dinding dan lantai, peralatan MEP
dan hal-hal khusus lainnya, harus dilaksanakan sesuai spesifikasi dan
petunjuk/rekomendasi pabrik yang bersangkutan.
d. Semua pertemuan atau sambungan antara dua jenis bahan yang berlainan harus
tertutup rapat dan rapih, misalnya dengan menggunakan sealent pada
pertemuan dinding/partisi dengan kusen pintu/jendela.
5. Perubahan Pekerjaan
Apabila ada perubahan-perubahan yang merupakan penambahan atau
pengurangan pekerjaan untuk menyelesaikan proyek dan tidak dapat dihindari, atau
diadakannya prosedur MC-0 (Mutual Check – Nol), maka dapat dilakukan pekerjaan
tambah-kurang atau CCO (Contract Change Order) dengan mengacu dan
berpedoman pada peraturan yang berlaku.
PASAL 2
SITUASI DAN UKURAN
1. Situasi
a. Lahan untuk pembangunan adalah lahan kosong milik Mahkamah Agung
Republik Indonesia. Apabila ada pohon-pohon keras yang terkena lokasi
pembangunan harus ditebang oleh Kontraktor sebelum pekerjaan pematangan
tanah, biaya penebangan pohon sudah termasuk dalam penawaran Kontraktor.
b. Kontraktor wajib meneliti kondisi lahan/tapak exsisting secara seksama terhadap
batas-batas lahan/tapak, kontur tanah, arah buangan air alami pada lahan/tapak
serta dampak pembangunan pada lingkungan sekitar. Apabila pada lahan/tapak
terdapat jaringan instalasi air (seperti gorong-gorong) dan jaringan listrik (seperti
kabel-kebel tanah) yang ada di bawah tanah dan masih berfungsi, maka sebelum
pelaksanaan pembangunan, Kontraktor harus memindahkan instalasi tersebut
ketempat yang tidak mengganggu pembangunan atas ijin pemilik instalasi. Biaya
pemindahan sudah termasuk dalam penawaran Kontraktor.
c. Kelalaian atau kekurangtelitian Kontraktor terhadap penelitian lahan/tapak ini,
tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan klaim.
d. Pengukuran Lahan/Tapak dan Penyelidikan Tanah (Soil Test) telah dilaksanakan
oleh Konsultan Perencana (data-data dapat disimak dan dipelajari oleh
Kontraktor). Apabila data-data tersebut diragukan oleh pihak Kontraktor, maka
Kontraktor dapat melaksanakan ulang Pengukuran Lahan/Tapak dan
Penyelidikan Tanah (Soil Test) dengan biaya merupakan tanggung jawab
Kontraktor.
2. Ukuran
a. Ukuran-ukuran dalam Gambar Rencana dimaksudkan untuk pedoman garis
besar pelaksanaan bagi Kontraktor.
b. Ukuran-ukuran yang digunakan di sini semuanya dinyatakan dalam centimeter
(cm), kecuali ukuran-ukuran untuk baja atau alumunium yang dinyatakan dalam
inchi atau millimeter (mm).
c. Pedoman untuk titik duga lantai akan ditentukan pada saat ‘vizet’ lapangan (bisa
berpatokan pada elevasi Jalan Raya ataupun elevasi permukaan tanah di
lapangan). Posisi ± 0.00 untuk lantai satu bangunan yang ditentukan tertera pada
Gambar Rencana.
d. Di bawah pengamatan Pengawas, Kontraktor diwajibkan membuat titik duga di
atas tanah bangunan dengan tiang-tiang dari kayu mutu klas II yang panjangnya
200 cm, berpenampang 5x5 cm, semua sisinya diketam rata dan dikarbolinir dua
kali. Titik duga ini harus dijaga kedudukannya agar tidak terganggu selama
pelaksanaan pekerjaan dan tidak boleh dibongkar sebelum pekerjaan selesai
atau mendapat ijin dari Konsultan Pengawas.
e. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama satu dengan lainnya (waterpas),
kecuali dikehendaki lain dan atas ijin Pengawas. Papan bangunan dipasang
sejauh 100 cm dari sisi luar galian tanah pondasi lajur atau sloof.
f. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkannya
kepada Pengawas
g. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan papan bangunan termasuk
tanggungan Kontraktor
PASAL 3
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pembersihan Lahan
Kontraktor harus membersihkan/membereskan lahan dari segala sesuatu yang
dapat mengganggu kelancaran pekerjaan sesuai petunjuk atau persetujuan
Pengawas.
PASAL 4
PEKERJAAN TANAH MEDAN / LEVELING TANAH UNTUK SARANA
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan sehubungan dengan
pekerjaan tanah medan sesuai dengan Gambar Rencana dan persyaratan.
b. Menyiapkan dan meratakan lahan di mana akan didirikan bangunan, jalan,
drainage, pengerasan, struktur site lainnya dan pertamanan.
c. Mengerjakan penjaluran / pengaliran (drainage) sementara untuk menjaga erosi
(bila perlu), membentuk permukaan tanah (granding) menurut garis-garis
kedalaman, ketinggian dan kemiringan sesuai dengan gambar rencana.
d. Mengadakan koordinasi kerja sebaik-baiknya dengan pekerjaan lain, yaitu :
Pekerjaan Galian Tanah untuk struktur.
Galian dan urugan tanah untuk prasarana.
c. Tanah urug yang berasal dari luar site/lokasi harus lebih berbutir, tidak expansive
(Low Clay Content), bebas sampah, tidak ada batu yang lebih besar dari 10 cm,
akar-akaran dan bahan organic lainnya. Pasir sebagai urugan dapat diterima.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Melengkapi dan menyediakan tenaga kerja yang terlatih serta peralatan yang
diperlukan untuk kelancaran pekerjaan.
b. Menyusun rencana kerja secara grafis, disertai penjelasan-penjelasan tentang
jenis, kualitas, equipment yang akan dipergunakan, metode kerja, cara
pengangkatan dan distribusi tanah, tempat-tempat penimbunan dan
penyimpanan bahan, lokasi gudang-gudang, los kerja dan sebagainya serta
jumlah tenaga kerja yang digolongkan dalam tingkatan keterampilan.
c. Sisa-sisa bongkaran, batu-batuan dan unsur pengganggu yang lain harus
disungkur dan dikeluarkan sebelum dilakukan pembentukan muka tanah dan
penggalian.
4. Penyelidikan Tanah
a. Hasil penyelidikan tanah pada titik-titik yang diperlukan (tertera dalam peta) dapat
dilihat pada hasil laporan penyelidikan tanah (soil test) untuk diteliti. Apabila hasil
penyelidikan ini dianggap masih belum cukup untuk menentukan kondisi tanah,
Kontraktor dapat melakukan penyelidikan atas biaya sendiri.
b. Titik duga atau rambu-rambu penunjuk tidak boleh dibongkar sebelum
mendapatkan ijin tertulis dari Pengawas, sedang rambu-rambu yang tidak
terpakai harus diperiksa dan disimpan di tempat-tempat yang disediakan
Kontraktor.
9. Pengujian
a. Pengukuran ketinggian / kedalaman muka tanah dan pencetakan tanah harus
dilakukan oleh juru ukur ahli yang disetujui oleh Pengawas.
b. Pemeriksaan tanah dan kontrol kepadatan di Laboratorium harus atas
persetujuan Pengawas. Biaya pengujian sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
PASAL 5
PEKERJAAN GALIAN TANAH
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan untuk pekerjaan galian
tanah untuk struktur dan urugan kembali sesuai dengan Gambar Rencana.
b. Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan pekerjaan lain, yaitu :
Pekerjaan Tanah Medan / Urugan Tanah untuk Sarana
Pekerjaan Galian dan Urugan Tanah untuk Sarana
2. Persyaratan Pekerjaan
a. Kontraktor harus mempelajari gambar, letak titik-titik pondasi, jarak dan
dimensinya, dimana pengukuran dimulai dan hal-hal lain yang menyangkut
ketepatan letak galian tanah untuk struktur.
b. Setelah titik-titik ditentukan dan diberi tanda, kemudian dilakukan pengecekan
kembali bersama Pengawas, apakah rencana galian sudah benar. Kesalahan
menentukan titik-titik sehingga galian harus diulang menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
c. Dasar dari semua galian harus rata waterpas, bilamana pada dasar setiap galian
masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian yang gembur, maka harus
digali keluar, kemudian lubang-lubang tersebut diisi kembali dengan pasir,
disiram dan dipadatkan, hingga dasar galian menjadi rata waterpas, kecuali
ditentukan lain dalam gambar struktur.
d. Kontraktor harus menyediakan pompa air atau pompa lumpur, yang dapat
bekerja terus menerus untuk menghindari tergenangnya air di dasar galian, baik
pada saat penggalian maupun saat pekerjaan pondasi.
e. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar
tidak longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang
sementara pada lereng yang cukup kuat.
f. Kontraktor berkewajiban mengambil langkah-langkah pengamanan terhadap
bangunan lain yang berada dekat dengan lubang galian, dengan memberikan
penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga dapat dijamin bangunan
tersebut tidak akan mengalami kerusakan.
g. Seluruh kelebihan tanah hasil pekerjaan galian harus segera disingkirkan dari
halaman pekerjaan setelah mencapai jumlah tertentu pada setiap saat yang
dianggap perlu dan atas petunjuk Pengawas.
h. Bagian-bagian yang perlu diurug harus diurug dengan tanah yang memenuhi
syarat-syarat sebagai tanah urug. Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan
penimbrisan lubang-lubang galian yang terletak di dalam garis bangunan harus
diisi lagi dengan pasir urug yang diratakan dan diairi serta dipadatkan sampai
mencapai 90% kepadatan kering maksimum yang dibuktikan dengan test
laboratorium (proctor test).
i. Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah / berharga, kecuali ditentukan
untuk dipindahkan, yang mungkin ditemui di lapangan harus dilindungi dari
kerusakan, dan bila terjadi kerusakan, maka harus diperbaiki / diganti oleh
Kontraktor atas tanggungannya sendiri. Bila suatu alat atau pelayanan dinas
yang sedang bekerja di temui di lapangan dan hal tersebut tidak tertera pada
gambar atau dengan cara lain yang dapat diketahui oleh Kontraktor dan ternyata
diperlukan perlindungan atau pemindahan, maka Kontraktor harus bertanggung
jawab untuk mengambil setiap langkah apapun untuk menjamin bahwa pekerjaan
yang sedang berlangsung tersebut tidak terganggu. Bila pekerjaan pelayanan
umum terganggu sebagai akibat pekerjaan Kontraktor, Kontraktor harus segera
mengganti kerugian yang terjadi yang dapat berupa perbaikan dari barang yang
rusak akibat pekerjaan Kontraktor. Sarana yang sudah tidak bekerja lagi yang
mungkin ditemukan di bawah tanah dan terletak di dalam lapangan pekerjaan
harus dipindahkan keluar lapangan ke tempat yang disetujui oleh Pengawas atas
tanggung jawab Kontraktor.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan galian tanah untuk struktur, maka pekerjaan
persiapan, tanah medan, pengurugan lahan hingga finish granding harus sudah
diselesaikan terlebih dahulu. Seluruh pekerjaan galian, urugan dan pemadatan
harus memenuhi seluruh persyaratan.
b. Terkecuali untuk pondasi sumuran, maka bidang vertikal galian tanah untuk
struktur harus mempunyai jarak yang cukup dari kolom dan/atau balok yang
memungkinkan untuk pemasangan dan pembongkaran cetakan, penopangan
dan pekerjaan lainnya. Dasar galian harus sesuai dengan kedalaman dan bentuk
yang direncanakan.
c. Galian tanah untuk struktur dilaksanakan untuk semua pekerjaan pasangan di
bawah tanah, seperti pondasi setempat, rollaag atau sloof, semua saluran,
septictank dan bidang rembesan penanaman pohon dan lain-lain yang harus
dilakukan sesuai Gambar Rencana.
d. Bahan/material yang terlepas atau runtuh dari tebing galian tanah, harus
secepatnya diangkat dari lubang galian.
e. Galian tanah untuk struktur pada pekerjaan yang tidak memerlukan cetakan
harus cukup lebar pada masing-masing sisinya, untuk memungkinkan
membentuk permukaan bidang pasangan sesuai Gambar Rencana.
f. Apabila galian dibuat lebih dalam dari semestinya tanpa persetujuan Pengawas,
maka kelebihan galian itu tidak boleh diurug, namun harus diisi dengan beton
tumbuk atau bahan yang sama dengan bahan pondasi tanpa biaya tambahan
dari Pemberi Tugas.
g. Pada bagian-bagian yang mudah longsor harus dilakukan tindakan pencegahan
dengan memasang papan-papan penahan atau cara lain yang disetujui
Pengawas. Kerusakan yang terjadi akibat gangguan tanah dengan alasan
apapun menjadi tanggung jawab Kontraktor.
h. Lubang galian harus selalu terbebas dari genangan air, baik air hujan maupun air
tanah dan harus diperiksa oleh Pengawas sesaat sebelum pekerjaan pondasi
(batu kali atau beton) dilaksanakan. Kontraktor harus menyediakan pompa
penyedot air atau pompa lumpur atau alat pengering lainnya yang siap pakai
dalam jumlah kapasitas yang memadai untuk menjamin kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.
i. Urugan kembali lubang galian tanah harus memenuhi seluruh persyaratan, harus
dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan setiap lapis tidak melebihi 15 cm
dan setiap lapis harus dipadatkan dengan “portable power compactors”.
Penyiraman air secara berlebihan tidak diperbolehkan.
j. Sebelum pengurugan, semua bahan yang tidak berguna dan sampah-sampah
atau kotoran lainnya harus dikeluarkan dari lubang galian. Urugan kembali baru
boleh dilaksanakan setelah pondasi mencapai kekuatan penuh, telah diperiksa
dan disetujui oleh Pengawas.
5. Pengujian
a. Pengukuran ketinggian / kedalaman muka tanah dan pencetakan tanah harus
dilakukan oleh juru ukur ahli yang disetujui oleh Pengawas.
b. Pemeriksaan tanah dan kontrol kepadatan di Laboratorium harus atas
persetujuan Pengawas. Biaya pengujian sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
PASAL 6
PEKERJAAN URUGAN PASIR
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan sehubungan dengan
pekerjaan urugan pasir sesuai dengan gambar dan persyaratan.
b. Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan pekerjaan lain, seperti:
Pekerjaan pasangan pondasi, sloof, rollaag bata, slab beton.
Pekerjaan pasangan lantai, rabat beton, gravel, jalan, pengerasan lain dan
lain-lain pekerjaan urugan pasir seperti ditunjukan dalam gambar.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Urugan pasir harus dikerjakan sebelum pasangan di atasnya dikerjakan.
b. Urugan pasir harus dipadatkan lapis demi lapis sampai mencapai ketebalan
sesuai gambar rencana. Tebal setiap lapisan padat minimal 5 cm dengan diairi
secukupnya.
PASAL 7
PEKERJAAN PASANGAN BATU BELAH
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga, peralatan dan bahan sehubungan dengan pekerjaan
pasangan batu belah pada pekerjaan pondasi, retaining wall dan pekerjaan lain
sesuai dengan ketentuan di dalam gambar.
b. Mengadakan koordinasi yang baik dengan pekerjaan lain, yaitu Pekerjaan Galian
Tanah untuk Struktur, Pekerjaan Pasangan, Pekerjaan Beton, Pekerjaan
Tulangan, Pekerjaan Plumbing, Saluran Air, Listrik dan Telepon.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Apabila lubang galian tergenang air, maka sebelum pekerjaan pasang batu belah
dilaksanakan, air harus dipompa keluar terlebih dahulu dan dasar lubang galian
harus kering.
b. Pekerjaan pasangan batu belah baru boleh dilaksanakan setelah kedalaman dan
lebar galian diperiksa oleh Pengawas dan sesuai ketentuan dalam Gambar
Rencana.
c. Seluruh pekerjaan pasangan pondasi batu belah harus didahului dengan urugan
pasir yang dipadatkan dan pasangan batu kosong dengan ketebalan masing-
masing sesuai dengan Gambar Rencana. Pemasangan batu belah untuk
pasangan pondasi harus berdiri.
d. Jika pasangan batu belah terpaksa dihentikan, maka permukaan penghentian
harus bergerigi agar pada penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh
dan sempurna. Di dalam pasangan batu belah tidak boleh ada rongga-rongga
udara atau celah-celah yang kosong.
e. Penggunaan terlalu banyak adukan untuk menutup rongga atau celah tidak
dibenarkan. Rongga atau celah harus diisi dengan batu yang lebih kecil.
f. Daya dukung minimum (bearing capacity) yang diijinkan dari pasangan batu
belah yang sudah selesai dikerjakan adalah 50 kg/cm².
PASAL 8
PEKERJAAN PASANGAN BATA
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi pengadaan semua tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan untuk
pemasangan semua dinding bata dan pasangan lainnya, sesuai dengan Gambar
Rencana dan persyaratan.
b. Mengadakan koordinasi yang baik dengan pekerjaan lainnya, yaitu pekerjaan
pasangan batu belah, tembokan dan plesteran, pemipaan air dan lain-lain
pekerjaan yang berkaitan erat dengan pekerjaan pasangan bata.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Semua pekerjaan pasangan bata harus diatur sebelumnya agar hubungan-
hubungan vertikal dan horizontal dapat bertepatan dengan pembukaan dan
dimensi yang dikehendaki dan dipersyaratkan dalam Gambar Rencana.
b. Pasangan dinding bata harus lurus, tegak dan rata dalam lapisan-lapisan sejajar
dan water pas yang teratur rapi, dipasang dalam “running bond”. Tidak satupun
bata yang berukuran kurang dari 10 cm boleh dipakai, kecuali pada pembukaan-
pembukaan atau sudut-sudut yang memang dikehendaki ukuran yang lebih
pendek.
PASAL 9
PEKERJAAN BETON
1. Lingkup Pekerjaan
a. Semua pekerjaan beton bertulang struktural yang menurut sifat konstruksinya
merupakan struktur utama, seperti pondasi, pile cap, kolom, balok, sloof,
dinding geser, dan lain-lain.
b. Semua pekerjaan beton tidak bertulang, seperti pengisi lubang, lantai kerja, dan
lain-lain.
c. Semua pekerjaan beton bertulang non struktural atau bukan merupakan
struktur utama.
d. Semua pekerjaan yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah
pengecoran termasuk pembuatan cetakan, perangkaian penulangan,
pembuatan dan pemasangan specer, pengecoran, pembongkaran cetakan,
pembuatan benda uji serta pengetesan mutu beton, persiapan dan
pemasangan tulang-tulang stek untuk penyambungan.
2. Persyaratan Pekerjaan
a. Kualitas beton yang digunakan adalah f’c = 30 MPa atau K-300 kg/cm2 untuk
balok, pelat sloof dan dinding basement, kualitas beton f’c = 35 MPa atau K-300
kg/mc2 untuk kolom, shear wall dan pile cap, terkecuali ditentukan lain dalam
Gambar Rencana.
b. Campuran beton struktural disyaratkan menggunakan ready mixed (siap
pakai).
Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos yang Dilas untuk Tulang Beton
(SNI 03-6812-2002)
Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan Beton (SNI 03-6883-
2002)
Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton (SNI 03-3976-1995)
Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI 03-2834-
2000)
Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton (SNI 03-6816-2002)
Metoda Pengujian Slump Beton (SNI 03-1972-1990)
Metoda Pengujian Kuat Tekan Beton (SNI 03-1974-1990)
Metoda Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton Segar (SNI 03-2458-
1991)
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan (SNI 03-
4810-1998)
Metoda Pengujian Mutu Air untuk Digunakan Dalam Beton (SNI 03-6817-
2002)
Standard Practice For Selecting Proportions For Normal, Heavyweight,
And Mass Concrete (ACI 211.1-98)
Standard Practice For Portland Cement (ASTM C-150)
Standard Practice For Blended Hydraulic Cements (ASTM C-595)
Standard Practice For Concrete Aggregates (ASTM C-33)
Standard Practice For Deformed and Palin Carbon-Steel Bars For
Concrete Reinforcement (ASTM A 615)
Standard Practice For Low-Alloy Steel Deformed and Palin Bars For
Concrete Reinforcement (ASTM A 706)
Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 318-05).
Peraturan-peraturan yang diperlukan supaya disediakan Kontraktor di lokasi proyek.
Peraturan-peraturan lain luar negeri seperti ASTM (American Society for Testing
and Materials), ACI (American Concrete Institute), BS (British Standard), AS
(Australian Standartd) dan lain-lain dapat digunakan sepanjang hal-hal yang diatur
tidak terdapat di dalam peraturan Indonesia dan peraturan-peraturan yang disebut
di atas.
dalam jumlah yang sama dengan catatan bahwa kualitas beton yang diminta
harus tetap terjamin.
vii. Jika ada bagian yang mulai mengeras dan tidak dapat ditekan hancur oleh
tangan bebas, serta tidak melebihi 5% berat, maka kepada campuran
tersebut diberi tambahan semen pengganti yang baik dalam jumlah yang
sama, dengan catatan bahwa kualitas beton yang diminta harus tetap
terjamin.
viii. Semen harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari pengaruh
cuaca, kelembaban dan air, berventilasi secukupnya, lantai yang bebas dari
tanah serta dijaga agar semen tidak terkontaminasi. Penyimpanan semen
harus mengikuti ketentuan-ketentuan SNI-03-2487-2002 Pasal 5.7.
ix. Umur semen pada waktu pengiriman di lapangan tidak boleh lebih dari 2 (dua)
bulan dan harus digunakan dalam waktu tidak lebih dari 3 (tiga) bulan setelah
tiba di lapangan. Pengiriman semen di lapangan harus dalam kendaraan
tertutup / terlindungi dengan baik terhadap cuaca dan harus disimpan dengan
baik di dalam gudang-gudang yang mempunyai cukup lubang udara
(ventilasi), tahan terhadap cuaca dan air untuk pencegahan kerusakan
karena kelembaban udara. Semen harus dijaga agar tidak terjadi proses
pelembaban pada semen yang sedang dalam pengangkutan.
g. Agregat
i. Agregat yang digunakan dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau
buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, tetapi agregat tersebut
harus memenuhi persyaratan ASTM C-33. Agregat kasar harus mempunyai
susunan gradasi yang baik, kekerasan yang memadai dan padat (tidak
keropos/berpori).
ii. Agregat beton yang digunakan harus memenuhi persyaratan NI. 3 PUBB
1970, SNI 03-2487-2002 Pasal 5.3 dan ASTM C-33, seperti:
Agregat halus memenuhi persyaratan :
Modulus kehalusan = 2.3 3.1
Kotoran organic no. 3
Kadar lumpur < 5%
Kekekalan (Na2 SO4)< 12%
Peresapan (Absorpsi) < 5%
Tidak bersifat reaktif terhadap alkalin.
Agregat kasar harus memenuhi persyaratan :
Kadar lumpur < 1%
Kandungan butir pipih < 20%
Abrasi Los Angeles < 40%
Kekekalan (Na2 SO4) < 12%
Peresapan (Absorpsi) < 5%
Tidak bersifat reaktif terhadap alkalin.
Dimensi maksimum harus memenuhi persyaratan dimensi
berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 3.3.2
iii. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-
bahan organis, tanah lempung dan sebagainya
iv. Sumber pengambilan agregat (quarry) harus mendapatkan persetujuan dari
Pengawas. Kontraktor harus menyediakan sample agregat sebanyak 25 kg
untuk setiap ukuran dari sumber pengambilan agregat yang akan digunakan
untuk disetujui Pengawas. Jika Pengawas memandang perlu untuk
mengadakan pemeriksaan di laboratorium, maka biaya pemeriksaan tersebut
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
h. Air
i. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali, zat-zat organik atau anorganik yang larut atau mengambang
ataupun bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan, kekuatan
dan keawetan beton dan atau baja tulang, sesuai dengan Pasal 5.4. SNI 03-
2487-2002.
ii. Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air
yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah
atas biaya Kontraktor.
i. Baja Tulangan Beton
i. Harus bebas dari karat, sisik, oli, gemuk dan kotoran-kotoran lain yang dapat
mengurangi lekatannya pada beton.
ii. Harus memenuhi persyaratan dalam SNI 03-2487-2002 Pasal 5.5 dan Pasal
23.2.5, menggunakan baja tulangan Deform/Ulir, BJTD, mutu fy 420MPa dan
baja Tulangan Polos, BJTP, mutu fy 280Mpa, kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Rencana.
iii. Baja tulangan harus mempunyai tanda SNI, dengan ukuran yang sesuai
dengan yang tertera dalam gambar rencana.
iv. Kontraktor harus memberi copy mill sertifikat dari pabrik mengenai
karakteristik mekanik dan ukuran baja tulangan.
v. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas baja tulangan yang diminta, maka
disamping adanya mill sertifikat dari pabrik, juga harus ada sertifikat dari
laboratorium independen, baik pada saat pemesanan maupun secara
periodik minimum masing-masing 2 (dua) contoh percobaan stress strain dan
pelengkung untuk setiap 20 ton baja. Pengetesan dilakukan pada
laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh Pengawas.
vi. Berat minimum baja tulangan per meter panjang harus mengacu pada tabel
berikut :
Diameter Nominal (mm) Berat (kg/m)
8 0.395
10 0.617
13 1.042
16 1.578
19 2.226
22 2.984
25 3.853
j. Admixture
i. Admixture yang dimaksud disini adalah suatu bahan tambahan yang dapat
berupa zat cair, bubuk atau padat yang dapat membuat bahan utama
berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Admixture yang digunakan harus
memenuhi SNI 03-2847-2002 Pasal 5.6.
ii. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat,
tidak diperlukan penggunaan admixture.
iii. Kontraktor wajib mendapatkan persetujuan dari pengawas dan bertanggung
jawab selama proses percampurannya, jika penggunaan admixture masih
dianggap perlu.
iv. Kontraktor harus memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut
dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi,
jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan
keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu kepada Pengawas.
5. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pelaksanaan Beton Ready Mix
i. Kecuali disetujui oleh Pengawas, semua pekerjaan beton struktur harus
beton ready-mixed yang didapatkan dari sumber yang disetujui Pengawas,
dengan takaran, adukan serta cara pengiriman/pengangkutannya harus
memenuhi persyaratan di dalam ASTM C94-78a, ACI 304-73, ACI
Committee 304.
ii. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang
telah diuji di laboratorium, serta secara konsisten harus dikontrol bersama-
sama oleh kontraktor dan supplier beton ready-mixed. Kekuatan beton
minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang
diadakan di laboratorium
iii. Pemeriksaan
Disiapkan jalan masuk ke proyek dan ke tempat pengantaran contoh atau
pemeriksaan yang dapat dilalui oleh Pengawas setiap waktu. Denah dan
semua peralatan untuk pengukuran, adukan dan pengantaran beton harus
diperiksa oleh Pengawas sebelum pengadukan beton.
iv. Persetujuan
Kontraktor tidak dapat memulai pekerjaan beton sampai hasil percobaan,
adukan beton, contoh-contoh benda uji, dan semua penyerahan, disetujui
oleh Pengawas.
v. Adukan Beton dan Kekuatan.
Adukan beton harus didesain untuk dapat memenuhi kekuatan beton
minimal yang disyaratkan dalam gambar rencana. Sebagai mana telah
dipersyaratkan, adukan harus diperiksa sample nya secara teratur di
laboratorium oleh kedua pihak, kontraktor dan pemasok beton ready-mix.
vi. Temperatur Beton Ready-Mix.
Batas temperatur untuk beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan tidak
melampaui 38oC.
vii. Bahan Campuran Tambahan
Penambahan bahan additive dalam proses pembuatan beton ready-mix
harus sesuai dengan petunjuk pabrik additive tersebut. Bila diperlukan dua
atau lebih bahan additive maka pelaksanaannya harus dilaksanakan secara
terpisah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai ACI 212-2R-71 dan ACI
212.IR-63 dilakukan hanya oleh teknisi in-charge dengan persetujuan
Pengawas sebelumnya.
viii. Kendaraan Pengangkut
Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan peralatan
pengukur air yang tepat.
ix. Pelaksanaan Pengadukan
Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit
setelah semen dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.
x. Penuangan Beton
Proses pengeluaran beton ready-mix di lapangan proyek dari alat pengaduk
ii. Kontraktor harus bertnggung jawab dan menjamin bahwa baja tulangan yang
dipasang adalah sesuai dengan yang tertera pada Gambar rencana.
iii. Semua baja tulangan yang didesain sebagai tulangan praktis dan tidak
termasuk pada Gambar Rencana, tetapi diperlukan / dibutuhkan untuk
melengkapi pekerjaan ini, harus tetap diadakan pelaksanaanya.
iv. Pemasangan dan pengikatan baja tulangan yang tertanam di dalam beton
harus dilakukan sebelum pengecoran berlangsung. Baja tulangan harus
ditempatkan pada posisinya seakurat mungkin sesuai dengan Gambar
Rencana dan diikat kuat agar tidak bergeser saat pengecoran.
v. Kontraktor harus membuat detail shop drawing dengan skala, untuk disetujui
oleh Pengawas dalam pelaksanaanya.
vi. Semua baja tulangan pada pekerjaan ini permukaannya harus bersih dari
larutan-larutan, bahan-bahan atau material yang dapat menyebabkan reduksi
lekatan antara baja tulangan dan beton.
vii. Apabila baja tulangan harus dibengkokkan sesuai Gambar Rencana, maka
pembengkokan harus dilakukan saat dingin, dengan alat bantu pin
berdiameter tertentu seperti yang tertera pada tabel berikut :
viii. Semua baja tulangan harus dipasang sesuai dengan panjang maksimumnya.
Tidak diperbolehkan adanya sambungan splice pada baja tulangan, kecuali
tertera pada Gambar Rencana atau disetujui oleh Pengawas.
ix. Jarak antara dua buah sambungan splice harus dibuat sejauh mungkin,
dengan jarak minimum sejauh 40 kali diameter baja tulangan yang
disambungkan.
x. Panjang penyaluran baja tulangan pada sambungan splice, kecuali tertera
pada Gambar Rencana, harus dipasang sepasang minimum seperti tertera
pada standar drawing.
xi. Dalam hal di mana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan dari
penulangan yang ada, maka Kontraktor dapat menambah ekstra baja
tulangan dengan tidak mengurangi penulangan yang tertera dalam Gambar
Rencana. Secepatnya hal ini diberitahukan kepada perencana konstruksi
untuk sekedar informasi.
xii. Jika hal tersebut (point xi) akan dimintakan oleh Kontraktor sebagai
pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah
ada persetujuan Direksi dan Konsultan Perencana.
xiii. Jika diusulkan perubahan dari jalannya penulangan maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Perencana. Mengajukan usul dalam rangka tersebut di atas adalah
merupakan keharusan dari Kontraktor.
xiv. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter baja tulangan yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam Gambar rencana, maka dapat
dilakukan penggantian diameter baja tulangan dengan diameter yang
terdekat dengan catatan :
Harus ada persetujuan dari direksi dan Konsultan Perencana.
Jumlah luas penampang baja tulangan persatuan panjang penampang
beton tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar.
Penggantian tersebut tidak boleh menyebabkan keruwetan penulangan
di tempat tersebut atau di daerah overlapping yang dapat menyulitkan
pengecoran atau penggetaran beton.
g. Pelaksanaan Pemasangan Acuan / Cetakan
i. Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan (cetakan) dan
perancah kepada Pengawas untuk memperoleh persetujuannya.
Pelaksanaan pembuatan bangunan acuan dan perancah tidak
diperkenankan sebelum gambar bangunan pembentuk disetujui Pengawas.
Konstruksi cetakan harus mengacu pada SNI 03-2847-2002 Pasal 8.
ii. Acuan adalah konstruksi cetakan yang dilapisi Tegofilm dan hanya boleh
dipakai maksimum dua kali, yang digunakan untuk membentuk beton muda
yaitu sebelum beton mencapai kekuatan yang disyaratkan dan sebelum
mendapat bentuknya yang permanen, agar apabila telah mengeras struktur
beton mencapai dimensi dan kedudukan seperti yang tercantum pada
gambar rencana. Sedangkan perancah adalah konstruksi yang mendukung
acuan dan beton muda yang digunakan sampai beton mencapai kekuatan
yang disyaratkan. Segala biaya yang diperlukan sehubungan dengan
perencanaan bangunan dan acuan perancah dan pelaksanaannya
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
iii. Konstruksi acuan harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban
hidup yang bekerja, tekanan beton segar dan getaran-getaran tanpa
mengalami distorsi. Perancah harus direncanakan dan dibuat dari material
padat seperti kayu terentang, baja atau beton cetak yang bermutu baik dan
tidak mudah lapuk yang ditopang dan diberi pengaku dan ikatannya
secukupnya agar posisi dan bentuknya tidak mengalami perubahan baik
sebelum maupun setelah pengecoran. Spesifikasi kayu acuan harus sesuai
dengan SNI yang berlaku. Pemakaian bahan bambu tidak diperbolehkan.
Perancah harus dibuat di atas pondasi yang kuat dan kokoh sehingga
terhindar dari bahaya penggerusan dan penurunan.
iv. Cetakan dari multiplex 12 mm harus datar dan tegak lurus, cetakan tidak
bergetar, bocor, harus kokoh, sehingga kedudukan dan bentuknya tetap,
tidak bergetar maupun bergeser pada waktu beton dicor dan setelah selesai
pengecoran, cetakan tetap mudah dibongkar. Sebelum pengecoran
dilaksanakan, semua cetakan beton harus bersih dari segala material yang
bisa mengurangi mutu dan kekuatan beton. Cetakan yang sudah pernah
dipakai harus dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu. Sebelum dicor harus
dilapisi dengan “Form Oil”. Pekerjaan ini harus dilaksanakan setiap kali
sebelum pengecoran dilakukan.
v. Semua sambungan pada acuan harus rapat untuk mencegah kebocoran
adukan dan terbentuknya bekas sambungan dan sarang-sarang agregat
pada permukaan beton.
vi. Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap,
cara-cara dan persiapan pengecoran mendapat persetujuan dari Pengawas.
h. Pelaksanaan Pengecoran Beton
i. Perbandingan adukan harus sesuai dengan mix design dan persyaratan yang
diminta. Angka perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran
dalam satuan isi yang dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan.
Alat penakaran harus dibuat dengan baik, kuat dan harus mendapatkan
persetujuan Pengawas terlebih dahulu.
ii. Pengaduk bahan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk, sekurang-
kurangnya selama 1,5 menit setelah semua bahan beton sesuai persyaratan
mulai diaduk.
iii. Adukan beton tersebut harus sudah terpakai dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik,
jangka waktu tersebut bisa diperpanjang satu jam. Adukan beton tersebut
harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan secara kontinyu sampai
mencapai syarat-syarat pelaksanaan yang disetujui Pengawas.
iv. Agar di dalam beton tidak terjadi rongga kosong / udara masuk, maka selama
pengecoran harus digunakan concrete vibrator.
v. Harus dihindari terjadinya perubahan letak tulangan dan pemisahan material
(segregation) pada saat pengecoran.
vi. Alat-alat penuangan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu
bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton
tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,00 meter.
vii. Pengecoran harus dilakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa hingga
menghasilkan bentuk permukaan, ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan
Gambar Rencana.
viii. Pengecoran yang Terhenti.
Apabila pengecoran beton terpaksa berhenti pada daerah yang tidak
direncanakan sebagai tempat pemberhentian pengecoran, misalkan
terjadinya kerusakan pada peralatan pengecoran, maka pengecoran
selanjutnya hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan persyaratan
sebagai berikut :
Pengecoran selanjutnya dapat langsung dilaksanakan jika tidak melebihi
2 jam dari saat penghentian pengecoran.
Apabila pengecoran selanjutnya ternyata dilaksanakan pada waktu
melebihi 2 jam dari saat penghentian pengecoran, maka daerah
pengecoran yang terhenti tersebut, harus diperlakukan sebagai siar
pelaksanaan. Permukaan beton pada daerah pengecoran yang terhenti
harus dibobok minimal 5 cm sehingga membentuk bidang yang kasar
iv.Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan
yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton setempat dengan cara-
cara seperti yang ditetapkan dalam pasal 7.6.5. SNI 03-2847-2002 mengenai
penyelidikan hasil uji dengan kekuatan rendah
v. Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu hasil
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan pada
Pasal 7 SNI 03-2487-2002.
vi. Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan dalam spesifikasi teknik dan Gambar Rencana telah dipenuhi
seluruhnya dan umur beton telah mencapai 28 hari. Kriteria penerimaan hasil
pekerjaan beton ditentukan berdasarkan Pasal 7.6.3.3. SNI 03-2487-2002.
vii. Penyimpangan hasil pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis, Gambar
Rencana atau petunjuk Pengawas dapat menyebabkan hasil pekerjaan
tersebut dibongkar dan diperbaharui kembali sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan-ketentuan dalam persyaratan dalam dokumen kontrak.
m. Pelaksanaan Perawatan dan Perlindungan Beton
i. Beton harus dilindungi dari panas yang berlebihan atau pengeringan yang
terlalu dini akibat penguapan air yang berlebihan. Untuk daerah yang
berangin kencang, harus dibuat pelindung angin sesuai dengan pengarahan
dari Pengawas, sehingga kehilangan kadar air dalam beton selama masa
perawatan seminimal mungkin.
ii. Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan, panas
matahari serta kerusakan-kerusakan lain yang disebabkan gaya-gaya
sentuhan sampai beton mencapai kekerasan dan kekuatan sebagaimana
disyaratkan.
iii. Permukaan beton harus dilindungi terus menerus setelah pengecoran,
dengan cara menutupnya dengan karung-karung basah, pasir basah atau
digenangi dengan air selama kurang lebih 7 hari setelah pengecoran.
iv. Cara lain untuk melindungi dan merawat beton harus mendapat persetujuan
Pengawas dan sesuai dengan Pasal 7 SNI 03-2487-2002.
n. Pelaksanaan Perbaikan Permukaan Beton
i. Penambahan pada daerah yang tidak sempurna, keropos dengan campuran
adukan semen (cement mortar) setelah pembukaan acuan, hanya boleh
dilakukan setelah mendapat persetujuan Pengawas. Apabila telah disetujui
Pengawas, maka diperbaiki dengan bahan semen mortar khusus atas beban
biaya Kontraktor.
ii. Jika ketidaksempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan
permukaan yang diharapkan dan tidak diterima oleh Pengawas, maka harus
dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali atas beban biaya
Kontraktor.
iii. Ketidaksempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur,
pecah / retak, ada gelembung udara, keropos, berlubang, tonjolan yang lain
yang tidak sesuai dengan bentuk yang diharapkan / diinginkan.
o. Pelaksanaan Pembersihan
Puing-puing dan atau sampah harus segera dibersihkan, dan dilakukan secara
baik dan teratur agar tidak sampai tertimbun/menumpuk di lokasi proyek.
p. Toleransi Ukuran.
Toleransi penyimpangan pada hasil akhir pekerjaan beton tidak boleh lebih dari
ketentuan di bawah ini:
Lot dan Kedataran Permukaan Kolom, Dinding, Sudut Kolom, Pertemuan
Bidang dan Eksentritas :
- Setiap 3 meter panjang 6 mm
- Pada keseluruhan bagian 15 mm
Pada Dimensi Kolom, Balok, Dinding dan Plat Beton
- Minus 6 mm
- Plus 15 mm
Pada Pondasi Footing
- Minus 15 mm
- Plus 50 mm
q. Pelaksanaan Pekerjaan Pengupasan dan Pembongkaran Beton.
Beton-beton yang rusak harus dikupas (chipping) sampai dengan batas beton
yang baik. Permukaan beton yang telah dikupas sesuai dengan persyaratan
harus bersih dari debu, pasir, kotoran dan material luar yang mempengaruhi
mutu beton terpasang. Pembersihan dilakukan dengan Water Jet yang
berkekuatan 200 Bar.
PASAL 10
PEKERJAAN ADUKAN DAN PLESTERAN
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan untuk pekerjaan adukan
dan plesteran sesuai dengan Gambar Rencana
b. Mengadakan koordinasi dengan disiplin pekerjaan lain yang ada hubungannya
dengan pekerjaan adukan dan plesteran yaitu, seperti :
Pekerjaan batu belah, batu bata, pekerjaan ubin dan pelapis dinding.
Pekerjaan beton, pemipaan listrik, plumbing dan lain-lain.
2. Persyaratan Pekerjaan
Proporsi adukan, plesteran harus mengikuti NI 2-1970, NI 8-1964 atau dengan
proposi campuran seperti tersebut di bawah ini:
PERBANDINGAN PENGGUNAAN
1. Untuk pemasangan batu belah, dinding batu bata, batako dan
pasangan lain yang kedap air.
1 PC : 2 PS 2. Untuk plesteran pekerjaan tersebut pada No. 1 dan plesteran
beton yang kedap air.
3. Untuk pekerjaan pasangan ubin plint dan bata expose
1 PC : 3 PS 1. Untuk plesteran beton bertulang yang tidak kedap air.
2. Untuk rolaagh pasangan batu bata dan bata expose.
1. Untuk pasangan pondasi batu gunung / belah.
1 PC : 4 PS 2. Untuk adukan ubin dibawah lantai.
3. Untuk plesteran linggir
4. Untuk pasangan ubin yang menempel pada pasangan beton.
1. Untuk pasangan batu bata yang tidak kedap air.
1 PC : 5 PS 2. Untuk semua plesteran dinding batu bata tidak kedap air, baik
bagian dalam maupun luar.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pekerjaan adukan dan plesteran ini harus dilaksanakan dengan penuh keahlian
dan ketelitian.
b. Bahan adukan harus dicampur dalam keadaan kering dan diaduk dengan alat /
mesin pengaduk sehingga campuran benar-benar rata, baru kemudian dicampur
dengan air hingga merata dalam warna dan konsisten. Adukan yang telah mulai
mengeras harus dibuang. Melunakkan adukan yang telah mengeras tidak
diperbolehkan.
c. Sebelum pasangan plesteran dimulai, semua bidang dinding yang akan diplester,
harus dibersihkan dan disiram air terlebih dahulu. Siar-siarnya harus dikeruk
sedalam 1 cm. Bidang-bidang plesteran yang tidak rata, berombak atau retak-
retak harus diulangi dan diperbaiki. Untuk kemudahan pekerjaan plesteran dapat
dibuat alur-alur duga / kepala plesteran atau kelabang terlebih dahulu, dengan
ketebalan yang sama dengan tebal plesteran yang direncanakan.
d. Plesteran yang baru selesai tidak boleh langsung difinishing, dan selama proses
pengeringan, plesteran harus disiram air agar tidak terjadi retak-retak rambut
akibat pengeringan yang terlalu cepat, selama 7 hari terus menerus.
e. Bidang-bidang beton yang tampak dan akan diplester, harus dipahat kasar
terlebih dahulu, kemudian disiram / dibasahi air semen agar plesteran dapat
melekat dengan baik.
f. Plesteran untuk bidang / dinding yang akan dicat dengan cat tembok acrylic
emulsion atau dilabur dengan bahan lain sebelumnya harus diratakan dengan
acian dan digosok hingga halus dengan ampelas bekas atau kertas pembungkus
zak semen.
g. Tebal plesteran bila ditunjukan lain dalam persyaratan dan gambar, adalah:
Untuk dinding bata, tebal minimal 15 mm.
Untuk bidang konstruksi beton, tebal minimum 5 mm.
Untuk semua sponning proporsi campuran harus 1 pc : 4 ps
Sponning harus benar-benar rata, siku dan tajam pada sudut-sudutnya.
PASAL 11
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI DAN DINDING
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan untuk pekerjaan pelapis
lantai dan dinding sesuai dengan Gambar Rencana.
b. Pelaksanaan pekerjaan pelapis lantai dan dinding meliputi:
i. Pekerjaan penutup lantai
ii. Pekerjaan penutup dinding, baik untuk kamar mandi, toilet atau ditentukan
pada Gambar Rencana.
iii. Pekerjaan urugan pasir di bawah pasangan lantai.
j. Siar-siar marmer / granit alam harus diisi dengan bahan khusus. Pengisian siar-
siar dilakukan setelah pasangan dinding marmer / granit alam telah cukup kuat,
minimum 10 (sepuluh) hari setelah selesai pemasangan.
k. Sesudah pemasangan selesai, permukaan marmer / granit alam harus
dibersihkan dan dipolish dengan mesin wool. Pinggulan marmer / granit alam bila
dipergunakan harus dipolish kembali sampai licin dan mengkilap.
l. Dinding marmer / granit alam yang telah terpasang harus dihindari dari sentuhan
/ beban selama 3 X 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari
pekerjaan lain.
q. Apabila menggunakan mortal (perekat instan) di syaratkan untuk dinding dan
bidang vertikal lainnya menggunakan setara SIKA TILEFIX 250 EXTRA.
m.Finshing dinding / kolom granit alam adalah dipolish
n. Bila terjadi kerusakan, cacat atau hasil pekerjaannya tidak sempurna,
Kontraktor diwajibkan untuk memperbaiki kembali dengan tidak mengurangi
mutu pekerjaan sampai mencapai hasil terbaik. Hal ini merupakan tanggung
jawab Kontraktor sepenuhnya, dan tidak merupakan klaim pekerjaan tambahan.
PASAL 12
PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA, DAN PARTISI
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi penyediaan dan pemasangan, pengerjaan, penyediaan tenaga kerja,
peralatan dan bahan-bahan sehubungan dengan penyelesaiaan pekerjaan pintu,
jendela, sesuai persyaratan dan ketentuan dalam gambar.
b. Mengadakan koordinasi dan hubungan kerja dengan pekerjaan lain, seperti
pekerjaan kayu, logam, alumunium, hardware, pengecatan dan pekerjaan lainnya
yang masih berkaitan dengan pekerjaan pintu, jendela dan partisi.
xiv. Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan
air hujan.
xv. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi
sealant supaya kedap air dan suara.
b. Daun Pintu
i. Untuk daun pintu kayu, pemasangan engsel pada kusen alumunium harus
diberi landasan klos kayu solid yang ditempatkan di dalam profil alumunium
pada posisi di mana engsel akan ditempatkan, agar engsel mendapat
dudukan yang kuat. Kayu menggunakan Kayu Kamper.
ii. Pintu-pintu harus mempunyai kerenggangan pada bagian samping, atas dan
bawah sebesar maksimal 1,58 mm. Sisi kunci lock edge harus mempunyai
kerataan selebar 3 mm pada 30 mm untuk pintu tunggal dan 1,58 mm pada
50 mm untuk pintu ganda.
iii. Sisi atas dan bawah dari semua daun pintu kayu harus dilapis dengan dua
lapis dan vernish water resistant dan semua daun pintu eksterior harus
diusahakan tahan air (water reppellent presservative treatment).
iv. Pintu kaca tempered tanpa bingkai, dengan ketebalan kaca minimum 12mm.
Pintu kaca ini harus dipesan khusus, termasuk pemasangannya dengan data-
data lapangan yang diukur sendiri oleh aplikator bersangkutan.
v. Daun pintu untuk ruangan-ruangan termasuk ruang toilet dan shaft, terdiri dari:
Rangka pintu menggunakan lembaran multiplex 18+18mm, yang dipotong
sesuai dengan ukuran panjang x lebar pintu yang direncanakan (dikurangi
ketebalan edging HPL).
Penutup pintu (dua sisi) menggunakan HPL (High Pressured Laminated),
setara produk TACO atau GRASS MERINO.
Sisi dari daun pintu (empat sisi) menggunakan Edging HPL, dengan tipe /
warna dari produk HPL yang sama (bukan/tidak menggunakan lembaran
HPL yang dipotong setebal daun pintu).
Daun pintu yang berkombinasi dengan kaca, list kacanya menggunakan
kayu solid yang dilapis HPL dengan tipe / warna HPL yang sama.
Macam / tipe daun pintu pada bangunan selengkapnya tertera pada
Gambar Rencana.
Daun jendela menggunakan frame profil alumunium.
c. Partisi
i. Langkah awal adalah marking yaitu penentuan letak partisi dengan
perpedoman pada Gambar Rencana yang di sesuaikan terhadap ruang di
lapangan. Lebar serta tinggi partisi yang di inginkan, diukur berpedoman pada
as bangunan. Tahap pekerjaan marking ini dilaksanakan setelah pekerjaan
finishing lantai dan plafond selesai dikerjakan.
ii. Setelah posisi lebar dan tinggi partisi disetujui oleh Pengawas, dilanjutkan
fabrikasi rangka di tempat pekerjaan sesuai type-type dan ukuran yang
dikehendaki, kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan besi CNP
yang berada di pertemuan dua bidang dinding (inter section). Rangka metal
runner dipasang dengan cara difiser atau dipaku ke concrete atau dinding,
PASAL 13
PEKERJAAN LOGAM NON STRUKTUR
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi semua logam yang mengandung besi (ferrous metal), kecuali
baja tak berkarat (stainless steel) harus mengikuti NI. 3 PUBB 1970, antara lain :
a. Plat seng datar yang dipakai harus BJLS 32 dengan ketebalan minimum 0,46
mm.
b. Kusen / rangka pintu dan jendela aluminium setara produk, YKK ALUMINDO
INDONESIA atau INDEX dengan ketebalan minimum 1,8 mm yang difinish
dengan powder coating (Broken White). Profil pada gambar tidak mengikat,
profil disesuaikan dari produk yang digunakan, untuk itu shop drawing
diwajibkan, (sebelum pemesanan, macam dan susunan profil yang tertera
dalam gambar harus dikonfirmasikan dulu kebenarannya dengan pabrik
pembuatannya).
c. Mastic harus dipakai dalam hubungan logam dengan logam. Semua logam lain
kecuali stainless steel yang mengenai alumunium ini haru dicat dengan alkali
resistant bituminous paint, kecuali kalau bidang kontak ini dilapis dengan mastic
caulking compound atau non absorbtive gasket.
d. Untuk menjempit kaca harus dipakai Extruded alumunium snap in glass stop
dengan vinyl insert atau mohair (atau sesuai rekomendsi pabrik).
dalam beton. Dalam hal ini dimana bahan-bahan logam lain tersebut atau
dimana alumunium, permukaannya berhubungan dengan beton, atau dimana
pasangan bata, kayu yang basah atau diproses secara “pressure treated” atau
bahan-bahan lain yang bersifat menghisap air atau akan basah, permukaan
harus dilindungi dengan cat bitumen (bituminous paint).
3. Jenis Pekerjaan
a. Membuat konstruksi kuda-kuda rangka atap baja yang harus rata dan kaku
dalam satu bidang terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk seperti gambar, serta
memasang penutup atap dari bahan campuran alumunium.
b. Menyediakan batang angker, beugel, pelat penjempit dan penyambung beserta
baut-baut dan ring lainnya yang dibuat dibengkel, menurut bentuk, ukuran dan
keterangan yang tertera dalam gambar, serta sarana penyangga, alat-alat untuk
pasang memasang dan penyambung.
c. Pekerjaan yang berhubungan dengan plumbing, sanitasi dan perlengkapan
drainage.
d. Memasang kusen-kusen pintu / jendela alumunium, dan kusen serta
mengerjakan pagar / pintu pagar besi.
e. Membuat gril-gril untuk dipasang diatas saluran / selokan, membuat pintu /
teralis dan sebagainya seperti ditunjukan dalam gambar.
f. Membuat panil-panil / zekeringkast dengan rangka dari besi, ukuran, bentuk
dan konstruksi seperti pada gambar detail.
g. Pemasangan besi penahan / peninggi instalasi petir, handarail tangga, tiang
bendera, tangga besi dan lain-lain pekerjaan logam yang nyata-nyata ada yang
harus dikerjakan dengan ukuran, bentuk dan konstruksi seperti pada gambar
rencana dengan rapi.
h. Membuat dan memasang railing tangga dan railing di void dari pipa stainless
steel dengan ukuran diameter seperti dinyatakan dalam gambar.
PASAL 14
PEKERJAAN STRUKTUR BAJA
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan material baja struktur, tenaga kerja dan peralatan seperti yang
tercantum atau yang dijelaskan dalam gambar pelaksanaan dan Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS) ini, atau hal-hal lain yang dibutuhkan untuk
penyelesaian pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan.
b. Penyelesaian, fabrikasi, erection, pengujian dan inspeksi dari baja struktur.
c. Persedian di bengkel dan pengecetan dasar dari bagian-bagian baja struktur.
d. Konstruksi baja sementara.
e. Pengecatan di lapangan, sentuhan akhir, pemakaian cat pelindung dasar kedua
untuk semua bagian baja dan persiapan pengecatan akhir termasuk dalam
bagian pengecatan.
2. Referensi
1. PPBBI (Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia).
2. PUBI-1982.
3. SII.
4. JASS.
5. JIS- (Japanese Industrial Standarts).
6. AISC Code of Standard Practice for Stell Building and Bridges, Lates Edition.
7. AISC Specification for The Design, Fabrication, and Erection of Structural
Steel for Building, Including the Supplements Thereto as Issued.
8. AISC Specification of Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolt
Approved by The Research Council in Structural Connections.
9. AWS D1.1 Structural Welding Code.
10. AWS A5.1 Specification for Mild Steel Covered Arc-Welding Electrodes.
11. AWS A5 17 Specification for bare Carbon Steel Electrodes and Fluxes for
Submerged Arc-Welding.
12. AWS A5.2 Specification for Mild Steel Electrodes for Fluxcored ARC-Welding.
13. AWS A5.5 Specification for low Alloy Steel Covered Arc Welding Electrodes.
14. SSPC Steel Structures Painting Manual.
15. ASTM A36-Standard Specification for Structural Steel.
16. ASTM A307-Standard Specification for Carbon Steel Externally and Internally
Theaded Standard Fasteners.
17. ASTM A307-Standard Specification for High-Strengh Bolts for Structural
Steel Bolts Joinst, Including Suitable Nuts and Plain Hardened Washers.
18. ASTM A490-Standard Specification for Quenched and Temered Alloy Steel
Bolt For Structural Steel Joints.
19. ASTM A500-Standard Specification for Cold-Formed Welded and Seamless
Carbon Steel Tubing in Rounds and Shapes.
20. ASTM A501-Standard Specification for Hot-Formed Welded and Seamless
Carbon Steel Structural Tubing.
21. ASTM A563- Standard Specification for Carbon and Alloy Steel Nuts.
22. ASTM A572- Standard Specification for High-Strength Low Alloy
Columbiumvanadium.
23. Steels of Structural Quality. ASTM F436- Standard Specification for Hardend
Steel Washers.
h. Lampirkan urutan dan prosedur erection yang digunakan oleh erector baja.
i. Lampirkan daftar material yang lengkap untuk semua item yang dibutuhkan,
termasuk produk, katalog manufactur dan data teknis, spesifikasi dan intruksi
pemasangan.
7. Koordinasi Pelaksanaan
Koordinasikan pengangkutan dan erection dari baja struktur dan bahan-bahan
yang terkait dalam suatu fungsi waktu sehingga proyek ini dapat diselesaikan
dengan baik.
d. Baut Angkur.
Sediakan baut-baut angkur dengan mutu ASTM 307, grade A (kekuatan tarik
minimum harus 4200 kg/cm2) atau batang besi yang diulir sesuai ASTM A-36
dengan heavy hexagonal nut dilaskan pada dasar dari ulir batang tersebut.
Termasuk dua hexagonal nut dan dua palin washers di setiap bautnya.
Sediakan washer dengan ukuran yang sesuai di atas base plate dengan
ukuran lubang yang lebih besar.
e. Baut yang tidak difinish, washers dan Nut.
Sediakan baut mutu tinggi A-325 yang tidak difinish sesuai dengan ASTM
A325 Grade A dengan nut segi enam, sediakan nut segi enam yang sesuai
dengan plain washernya.
f. Pengencang kekuatan tinggi (High-Strength Fasteners)
i. Sediakan baut-baut yang diameternya sesuai dengan gambar kerja dan
sesuai dengan JIS B1186 (tipe 2B) dan atau ASTM A325 atau ASTM
A490 sebagaimana dicantumkan pada gambar.
ii. Baut yang dapat dikontrol tegangan tariknya seperti spline type, dengan
mur dan ring yang sesuai dapat diterima sebagai alternative dari
sambungan dengan baut.
iii. Tidak boleh menggunakan ring yang rusak.
g. Elektroda Las
i. Sediakan seri E70, elektroda hydrogen rendah sesuai dengan JIS
23212 dan AWS 5.1, A5.5, A5.17, atau A5.20, sesuai gambar.
ii. Sediakan saran penyimpanannya yang memadai agar elektroda-
elektroda tersebut terjaga kualitas fluksnya.
h. Cat.
i. Gunakan oksida primer kecuali diindikasikan lain sesuai spesifikasi
AISC dan Code of Standard Practice dan SSPC Steel Structure Painting
manual.
ii. Koordinasikan agar cat primer sesuai dengan cat finishnya.
9. Pelaksanaan pekerjaan
a. Umum
i. Gambar fabrikasi (dengan skala yang cukup atau skala penuh) dari
berbagai komponen harus disiapkan berdasarkan pada gambar dan
dokumen desain dan diberikan untuk memperoleh persetujuan dari
Pengawas. Bila ada gambar yang merupakan bagian kontrak yang
dipakai untuk gambar fabrikasi harus dilakukan seijin dari Pengawas.
ii. Pelaksanaan fabrikasi harus dimulai setelah memperoleh persetujuan
dari gambar fabrikasi.
iii. Gambar fabrikasi ini akan digunakan untuk fabrikasi baja struktur dan
materialnya, serta akan digunakan pula di lapangan. Oleh sebab itu
diperlukan sejumlah salinan dari gambar tersebut.
iv. Gambar dengan 1/1000 dari bentang harus disediakan bila ada balok
dengan bentang melebihi 8 m (bila tidak dispesifikasikan).
iii. Bobot berat dari elemen baja yang berat harus diperlihatkan. Demikian
juga perhatian untuk titik berat dan trusses dan elemen-elemen baja
lainnya, bila tandanya sulit untuk ditempatkan, titik pusatnya harus
ditandai dengan cat pada bagian yang tidak akan berpengaruh pada
pekerjaan konstruksi.
iv. Kontraktor harus mempersiapkan daftar elemen-elemen baja,
memeriksa tanda-tanda pemasangan dan kualitas dari elemen-elemen
konstruksi baja sejalan dengan pelaksanaannya.
ii. Tepi-tepi dipotong dengan gas otomatis atau dengan proses mesin.
Untuk bidang tepi dimana persisnya kurang baik atau apabila tepi-tepi
itu mempunyai permukaan yang tidak halus maka perlu diperbaiki.
iii. Bidang tepi harus dibuat sesuai dengan yang terdapat pada gambar-
gambar dan spesifikasi dalam instruksi fabrikasi yang telah disetujui
Pengawas, sesuai dengan metode pengelasannya. Pada cara dengan
menggunakan manual gas cutting, ijin dari Direksi Lapangan diperlukan.
iv. Material yang digunakan dalam proses pengelasan harus disimpan
pada tempat yang kering sehingga material tidak kotor dan terkorosi.
Kualitas arus dari elektroda-elektroda harus terjamin.
v. Material untuk pengelasan harus ditangani secara hati-hati. Apabila ada
bagian elektroda las yang terkelupas atau sangat kotor, atau
kualitasnya berubah karena lembab atau berkarat, maka tidak boleh
digunakan. Elektroda-elektroda yang menyelimuti tidak boleh menjadi
lembab. Batang las yang lembab sebaiknya tidak digunakan.
c. Perakitan Material
i. Semua komponen harus dirakit secara akurat, contohnya dengan
menggunakan jig yang tepat. Las sudut harus di las dengan kedekatan
jarak yang benar. Bentuk bagian tepi pada bagian butt welding harus
sesuai dengan spesifikasi dalam gambar dan dilas dengan baik agar
tidak menyimpang dari spesifikasi terutama sudut, root gap, dan
potongannya.
ii. Backing strip harus dekat dan dilas secara hati-hati dengan base
metalnya. Kesalahan pada kerakitan harus diperbaiki sesuai dengan
ketentuan fabrikasi dan jika ditemui kesulitan, tindakan langsung harus
diambil atas instruksi Pengawas.
iii. Pada perakitan yang terdiri dari potongan-potongan material, suatu
percobaan harus dilakukan untuk mengurangi hambatan sebanyak
mungkin bila digabungkan dengan strukturnya. Pengukuran yang perlu
harus diambil dan disesuaikan dengan pola pengelasan dengan
mempertimbangkan regangan dan kekangan yang mungkin terjadi agar
bentuk tetap terjaga sampai pada akhir pengelasan.
iv. Perakitan elemen-elemen baja harus dilakukan sesuai hal-hal berikut:
Saat perakitan, posisi yang benar dan sudut dari setiap potongan
harus terjaga, dapat dilakukan dengan baik dengan menggunakan
pelat dasar dan beberapa jig yang tersedia untuk pekerjaan.
Apabila tidak dihindari pengelasan jig ke elemen metal,
kecermatan harus dijaga agar tidak berpengaruh kepada metal
dasarnya, akibat panas. Setelah pengelasan selesai, jig secara
hati-hati dilepas dan permukaan kembali dihaluskan.
Jika diperlukan penggunaan lubang baut sementara, metoda yang
dipakai harus ditentukan sebelumnya dan disetujui oleh Pengawas.
dimulai dari end-tab tack welded dan berakhir pada end-tabs bagian
lainnya. Setelah pengelasan selesai, end-tabs dapat dilepas apabila
perlu dan tahap pengelasan selesai dilakukan.
viii. Pada kasus las tumpul atau las sudut dengan penetrasian parsial,
panjang yang cukup dari end-tabs harus di tack welded pada kedua
ujung lasnya. Bagaimanapun. Dengan seijin Pengawas tidak ada end-
tabs yang akan digunakan apabila hal tersebut mudah ditangani
sehingga dari segi kekuatan dan R (jarak bukaan) memungkinkan untuk
menghindari bagian las menjadi rusak akibat las cantum atau proses-
proses lain.
ix. End-tabs yang nantinya tidak kelihatan akan dibuang disisakan 3 mm
sampai 5 mm.
x. End-tabs yang kelihatan akan dibuang, dan pemotongan pada bagian
ini diselesaikan dengan tidak membahayakan penampangnya.
h. Pembersihan dan Perbaikan.
i. Setelah pekerjaan pengelasan selesai, gumpalan benda padat dan
serpihan-serpihan dibuang, Kontraktor harus menguji pekerjaan ini dan
melapor kepada Pengawas, menjelaskan hasil uji yang didapat dan
memperoleh persetujuan dari Pengawas.
ii. Jika ada bagian las yang mengalami ganguan cacat / seperti penyatuan
yang tidak lengkap, tidak sempurna penetrasinya, inklus, pit dan blow
hole, bagian-bagian tersebut harus dibuang dan dilas kembali.
iii. Jika bagian las retak, seluruh panjang dari endapan las harus dibuang
dan di las kembali, dan bagian ini harus dicatat. Sekalipun jika batas
dari retak tersebut sudah jelas melalui pengujian yang tepat, bagian
tersebut harus dibuang sampai 50 mm dari akhir batas retakan dan
dilakukan pengelasan kembali.
iv. Jika metal dasar retak akibat pengelasan maka metal dasar itu harus
diganti.
v. Elektroda yang berdiameter kurang dari 4 mm harus digunakan untuk
memperbaiki bagian las yang jelek.
i. Perlindungan Terhadap Cuaca.
i. Pekerjaan pengelasan tidak boleh dilakukan jika metal dasar (base
metal) basah karena hujan atau saat angin bertiup kencang.
Bagaimanapun, walaupun pencegahan yang diambil cukup tetap, ada
faktor-faktor yang tidak diharapkan, pekerjaan pengelasan tetap boleh
dilakukan, tetapi Kontraktor harus mendapatkan persetujuan dari
Pengawas.
ii. Jika kelembaban di lapangan cenderung tinggi, dan metal dasar
menjadi basah, pekerjaan pengelasan sebaiknya tidak dilakukan.
Betapapun, jika perawatan yang diambil cukup untuk menjamin tidak
timbulnya efek pada pengelasan, Kontraktor boleh melakukan
pekerjaan, tetap harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
iii. Jika bangunan adalah struktur komposit, baja struktur tidak boleh
dilapisi cat.
iv. Pengecatan yang dilakukan di bengkel kerja harus mempertimbangkan
bagian-bagian yang dilas dilapangan.
v. Bagian yang diharapkan untuk dilas di lapangan, daerah sekitar
pengecatan kurang lebih 200 mm dari bagian yang akan di las tidak
dilakukan, karena akan mengganggu pengujian ultrasonic flaw-detecting.
Kontraktor tidak boleh melakukan pengecatan pada bagian tersebut
walaupun menggunakan cat yang tidak berpengaruh terhadap
pengujian tersebut.
vi. Jika bagian-bagian yang direncanakan dilas di lapangan dikhawatirkan
akan timbul karat maka harus dilakukan tindakan yang tepat untuk
mencegah hal tersebut.
j. Tindakan Pencegahan Terhadap Kecelakaan.
Peralatan las harus aman terhadap resiko seperti bunga api listrik atau arus
pendek dan harus dilengkapi dengan peralatan pencegahan kebakaran untuk
melindungi alat-alat tersebut dari api akibat lelehan metal dan percikan bunga
api. Misalnya pada saat Kontraktor melakukan pengelasan pada area yang
sempit atau ruangan yang ventilasinya kurang memadai maka harus
menyediakan peralatan untuk mencegah arus pendek dan penyejuk ruangan
(kipas angin)
i. Produk yang sudah siap harus disimpan dengan hati-hati dan dijaga
agar terhindar dari timbulnya kerusakan pada bagian berulir, karat,
adhesi dengan material lain, kontaminasi, dan lain sebagainya.
ii. Produk yang sudah siap harus dibawa ke lapangan dalam kotak
penyimpanan dan baru boleh dibuka segera sebelum digunakan.
iii. Baut yang digunakan pada pengujian dan penyetelan / pengencangan
tidak boleh digunakan pada pengujian maupun untuk konstruksi
sambungan.
f. Perawatan Dari Permukaan Friksi
i. Mill scalec pada permukaan friksi harus dieliminasi dengan blasting atau
dengan menggunakan alat gurinda (Uflat Grinda) dan permukaan
seluruhnya harus bersih dari karat. Permukaan ini harus bersih dari
cacat, deformasi atau cekungan yang diakibatkan oleh pemakaian alat
gurinda.
ii. Pelat pengisi (Filler Plate) harus ditangani seperti dijelaskan diatas.
Terutama ketika pelat pengisi dipasang pada elemen dengan las, hal ini
sangat diperlukan untuk memastikan terjadinya oksidasi.
iii. Jika ada ledakan (Burs), deformasi dan sebagainya ditemukan pada
bagian dari baja struktur yang berhubungan dengan baut dan pelat ring,
permukaan harus diratakan dengan alat gurinda atau lainnya.
g. Erection
i. Perhatian khusus harus diberikan untuk perlindungan pada permukaan
friksi.
ii. Pada kasus munculnya pengelupasan karat, minyak cat, debu, dan lain-
lain yang akan mengurangi friksi, maka hal-hal tersebut harus dibuang
terlebih dulu sebelum proses erection.
iii. Jika ada perbedaan 1 mm atau lebih pada ketebalan material di
sambungan kompensasi harus dilakukan dengan menggunakan pelat
pengisi.
iv. Jika inklinasi 1/20 atau lebih pada permukaan dari sambungan yang
berhubungan dengan kepala baut atau mur, maka ring miring (tapered
washer) harus digunakan.
v. Jika bagian lubang baut tidak lurus setelah erection sementara, hal ini
harus dikoreksi dengan menggunakan reamer. Pada kasus ini, cek
kembali untuk memindahkan reaming chips dari sambungan. Kontraktor
jangan menggunakan drift pins untuk memperbaiki letak dari tengah
lubang, karena hal ini akan menyebabkan deformasi dari lubang
ketidakcocokan baja struktur.
h. Peralatan untuk Pengencangan dan Inspeksi.
i. Peralatan yang digunakan untuk mengencangkan dan inspeksi harus
sesuai dengan baut-baut yang dibicarakan, dan harus diserahkan pada
saat inspeksi.
ii. Peralatan seperti alat pangaturan torsi (Torque Control Impact
Wrenches), yang mudah mengukur fluktuasi torsi, harus distel gaya
Pembagian tugas dan tanggung jawab dari orang-orang yang bertugas harus
dinyatakan sebelumnya dan administrasi yang sistematis harus dilaksanakan.
n. Metode Untuk dan Cara Pengelasan
Di lapangan secara prinsip dilakukan pengelasan secara manual atau
pengelasan semi otomatis. Berhubungan dengan cara pengelasan
dilapangan, harus ditentukan dengan mempertimbangkan regangan yang
terjadi sebagai hasil dari pengelasan pada ketepatan saat erection, mungkin
melebihi batas yang diijinkan. Perhatian harus diberikan agar tidak
menghasilkan tegangan yang melebihi batas. Perhatikan suhu sebelum
memulai pengelasan.
o. Kondisi Pengelasan
Mesin las dan material-material harus diseleksi dengan mempertimbangkan
fakta bahwa mereka adalah bagian dari metode pengelasan yang tidak
terpisahkan dan tukang las harus tahu benar-benar aturan-aturan pengguna
mesin. Untuk hal tersebut, syarat dalam butir 10.9 “Perlindungan Terhadap
Cuaca” harus digunakan dengan tepat.
p. Tukang Las
Tukang las yang bertugas melaksanakan pengelasan di lapangan harus
mempunyai kualifikasi yang tercantum dalam butir 10.1.4. beberapa tukang
las mempunyai kualifikasi tersebut dapat diminta untuk menempuh beberapa
ujian tambahan dengan kondisi yang sama dengan yang ada di lapangan bila
diperlukan.
q. Inspeksi dan Koreksi
Infeksi dan koreksi yang dilaksanakan di lapangan harus sesuai dengan butir
11.2 dan 9.13.
r. Sambungan Dengan Baut Pekerjaan sambungan harus dilaksanakan sesuai
dengan butir 11 “Sambungan Dengan Baut”
s. Sambungan dengan Baut / Las
Apabila baut geser mutu tinggi dan las digunakan bersama, baut geser
tersebut harus dipasang dan kencangkan terlebihdahulu, apabila tidak
disebutkan lain pada desain dan gambar dan pengelasan dilaksanakan
sesudahnya.
t. Bracing dengan Turnbuckles
Apabila bracing dengan tumbuckles digunakan, hentakan awal harus
terdistribusi pada segala bagian dari bracing.
Pasal 15
Pekerjaan Penutup Atap
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi pengadaan, pengerjaan, dan pemasangan semua jenis bahan penutup
atap atau seperti yang tertera atau disebut dalam gambar rencana, penyediaan
tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan dalam gambar
PASAL 16
PEKERJAAN KACA
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi pengadaan, pemasangan, pengerjaan, penyediaan tenaga kerja,
peralatan dan bahan-bahan sehubungan dengan penyelesaiaan pekerjaan kaca,
sesuai persyaratan dan ketentuan dalam gambar.
b. Mengadakan hubungan dan koordinasi kerja dengan bagian pekerjaan pintu,
jendela, partisi, atap dan pekerjaan kaca lainnya.
iv. Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah baik sebagian atau
seluruh tebal kaca).
v. Bebas dari bintik-bintik (spot), awan (cloud) dan goresan (scratch)
vi. Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave) benang adalah
cacat garis timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah
permukaan kaca yang berubah dan mengganggu pandangan
vii. Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).
viii. Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui toleransi
yang ditentukan oleh pabrik. Untuk ketebalan kaca 5 mm kira-kira 0,3 mm.
dan ketebalan kaca 8 mm kira-kira 0,4 mm.
j. Semua kaca, kecuali cermin adalah jenis tinted heat absorbing glass dengan
warna grey dan mempunyai visible ray transmission factor sebesar +61 -72%.
k. Dempul dan karet yang dipergunakan untuk memasang kaca pada kusen atau
frame kayu / alumunium / logam daun jendela dan pintu agar tidak menimbulkan
suara pada waktu menerima getaran, harus dari kualitas baik, produksi Pabrik
yang disetujui Pengawas.
l. Dempul untuk memasang kaca pada waktu diterima dan akan digunakan di
dalam kaleng, tidak boleh dalam keadaan kering dan sudah keras.
m.Bahan pembersih kaca harus diajukan, dan mendapat persetujuan Pengawas.
n. Cermin yang digunakan harus terbuat dari flat glass, satu permukaan dengan
ukuran dan bentuk seperti dalam Gambar Rencana dengan lapisan sebagai
berikut:
i. Lapisan perak harus terdiri dari chemically deposited silver. Permukaan yang
mencermin harus tidak mengandung cacat, bebas dari sulfide atau noda-
noda lain.
ii. Cover backing harus terbuat dari lapisan film cover electrilytically disposted
setebal 0,040 mm (40 micron) langsung diatas permukaan perak.
iii. Dua lapis varnish bening untuk melindungi lapisan-lapisan tersebut diatas
atau cat setebal 40 micron.
iv. Bisa dipakai ASAHI SUN MIRROR atau setara.
e. Untuk pemasangan kaca pada rangka alumunium, harus face badded dengan
poly isothylene sealent dan back bedded dengan rubber based elastometric
sealent serta mempunyai jarak minimum 3,17 mm (1/8 inch) dengan permukaan
alumunium.
f. Setelah selesai dipasang, semua kaca harus dibersihkan dengan bahan-bahan
yang disetujui Pengawas, kemudian kaca harus dilindungi dari kerusakan dan
benturan, dan diberi tanda agar mudah diketahui (terlihat) kaca-kaca yang retak,
pecah atau ada goresan-goresan harus diganti.
g. Pada pekerjaan pemasangan daun pintu kaca frameless:
i. Sebelum pekerjaan dilakukan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti dengan
seksama gambar-gambar untuk itu dan keadaan lapangan yang ada
(ukuran serta lubang-lubang yang ada hubungannya dengan pekerjaan
tersebut) termasuk mempelajari bentuk, pola layout / penempatan, cara
pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar yang ada.
ii. Letak rel dan lock harus diukur dengan teliti dan seksama sehingga pintu
dapat berfungsi dengan baik dan sempurna.
iii. Hasil pemasangan daun pintu harus rata dengan permukaan rangka kusen /
frame, siku, tidak membentur permukaan lantai dan semua peralatan yang
dipasang dapat berfungsi dengan baik dan sempurna.
iv. Semua bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus dengan
persetujuan Direksi / Pengawas.
v. Semua sisi kaca bekas pemotongan dan sisi-sisi yang lain, harus digurinda
sampai licin, rata dan halus.
vi. Pekerjaan ini harus dikerjakan oleh tenaga-tenaga yang khusus dan telah
berpengalaman dalam bidang pemasangan pintu frameless dan hasil
pemasangan harus baik, sempurna dan seluruh peralatannya dapat
berfungsi dengan baik.
vii. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan akibat
pekerjaan yang lain dan terlindung dari segala benturan serta diberi tanda
pengaman yang dapa mudah dikenal.
PASAL 17
PEKERJAAN KAYU
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi pengadaan, pemasangan dan pengerjaan, penyediaan tenaga kerja,
peralatan dan bahan-bahan sehubungan dengan pekerjaan kayu kasar, kayu
halus dan mill work sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam gambar.
b. Melaksanakan pekerjaan kayu kasar, yaitu pengadaan dan pemasangan rangka
langit-langit, kelos-kelos dan pekerjaan kayu lain yang tidak disyaratkan secara
khusus dalam persyaratan ini.
c. Melaksanakan kayu halus, yaitu pengadaan dan pemasangan, lemari-lemari
built-in, meja-meja counter lambrisering dan pekerjaan-pekerjaan kayu halus
lain termasuk rangka daun pintu kaca, atau pun panil, partisi dan lain-lain
seperti ditunjukan dalam gambar interior, bila pekerjaan ini tidak diganti dengan
alumunium.
d. Mengadakan hubungan dan koordinasi kerja dengan bidang-bidang lain seperti:
perkerjaan pintu, jendela, hardwew, dan pekerjaan kaca, pekerjaan langit-langit
dsb.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, periksalah pekerjaan ini terhadap
semua bagian yang berhubungan dengan pekerjaan kayu lainnya.
PASAL 18
PEKERJAAN PLAFOND
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi pengadaan, pemasangan dan pengerjaan, penyediaan tenaga kerja,
peralatan dan bahan-bahan sehubungan dengan pekerjaan langit langit gypsum,
kayu lapis, bahan lain dan langit-langit akustik sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan dalam gambar.
b. Mengadakan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang erat kaitannya
dengan pekerjaan langit-langit seperti :
Pekerjaan penggantung.
Pekerjaan listrik dan telepon.
Pekerjaan list dan pekerjaan kayu halus.
Pekerjaan partisi/interior.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Langit-Langit Gypsumboard / GRC / Lambersering
i. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti
gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil),
termasuk mempelajari bentuk, pola layout/penempatan, cara pemasangan
dan detail-detail sesuai gambar, meneliti apakah rangka langit-langit telah
sesuai dengan gambar tentang letak, pola dan ukuran-ukurannya.
ii. Kontraktor diwajibkan untuk membuat shop drawing sesuai dengan ukuran/
bentuk/cara pemasangan, seperti yang telah ditentukan. Bilamana diinginkan,
Kontraktor wajib membuat mock-up sebelum pekerjaan dimulai atau di
pasang.
iii. Seluruh struktur rangka harus kuat hubungannya dan rangka ini ditahan oleh
dinding-dinding dan gantungan besi pada bagian atas menempel pada
batang tarik atau beton lantai dengan stek/gantungan yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
iv. Rangka harus rata pada sisinya yang akan dipasangi lembaran langit-langit,
Rangka harus datar waterpass ke semua arah dan tidak melengkung atau
melendut, kecuali langit-langit yang harus dipasang miring.
v. Lembaran langit-langit harus sama ukurannya dan keempat sisi nya harus
siiku. Untuk itu Kontraktor harus membuat satu lembar sebagian mal, dan
mengecek lembaran-lembaran lainnya satu persatu. Sisi-sisi yang tidak sama
diserut halus dan rata.
vi. Lembaran-lembaran langit-langit dipasang pada rangka dengan skrup pada
setiap 20 cm dan jarak ke pinggir / tepi lembar 1,5 cm. Di bagian tengah
lembaran di skrup secukupnya ke rangka, agar bidang-bidang langit-langit
melendut.
vii. Supaya diperhatikan pola pemasangan list langit-langit sesuai gambar-
gambar detail.
viii. Untuk langit-langit gypsumboard dan GRC, setelah pemasangan keseluruhan,
harus diteliti kerapihannya kemudian dicat dengan tekturo EBRO warna
broken white, sebelum list-list yang telah diplitur / pinotek warna kopi
dipasang. Apabila langit-langit multiplek dibuat satu bidang menerus (tanpa
naad), maka pada setiap sisi sambungan multiplek lapisan multiplek dibuang
satu lapis, masing-masing selebar 2,5 cm. Setelah lembaran multiplek
terpasang rapat, maka akan terjadi aluran-aluran sambungan, alur-alur ini di
tutup dengan plester board jointing tape merek VIDAFLEX atau setara agar
sambungan tidak pecah setelah jointing tape ini kering alur diplamur hingga
rata dengan bidang.
ix. Pemasangan harus lurus, tepi-tepinya harus rata dan tidak timbul retak-retak.
Langit-langit yang retak-retak, tidak rata atau cacat harus diganti. Perbaikan,
pembongkaran dan penggantian pekerjaan yang telah dipasang karena
ketidaksempurnaan pekerjaan sebelumnya, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
x. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos-klos, baut,
angker-angker dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin
kekuatannya dengan memperhatikan/menjaga kerapian terutama bidang-
bidang tampak tidak boleh ada kerusakan atau cacat bekas penyetelan.
xi. Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut-sudut pertemuan
dengan bidang lain. Bila mana tidak ada kejelasan dalam gambar, kontraktor
wajib menanyakan pada Pengawas. Semua ukuran model yang dianut
berkaitan dengan modul pemasangan pekerjaan lain yang berdekatan.
xii. Urutan dan cara kerja harus harus mengikuti persyaratan dari pabrik.
xiii. Peil pemasangan disesuaikan dengan gambar, toleransi hanya diijinkan pada
batas-batas kewajaran, kemiringan pemasangan hanya disyaratkan pada
bagian-bagian yang telah ditentukan.
b. Langit-langit Exposed Beton
i. Langkah awal, kontraktor harus memeriksa permukaan-permukaan bidang
bawah plat beton. Keropos, retak-retak, bekas paku harus diperbaiki dengan
grouting khusus terlebih dahulu.
ii. Langit - langit (bidang bawah plat beton) diplester dengan komposisi adukan
1 pc : 2 pc untuk kemudian dihaluskan/diaci.
iii. Dalam hal hasil cetakan sudah rapih, rata dan sempurna dengan ijin dari
pengawas, maka beton dapat langsung diaci.
iv. Hasil permukaan acian harus benar-benar halus, rata, licin, dan tidak retak-
retak, setelah acian bidang langit-langit harus di coumpoun sebelum di cat.
v. Hasil akhir dari bidang langit-langit ekposed beton adalah menggunakan cat
emulsion untuk ruang dalam dan cat weathershield untuk di luar ruangan.
PASAL 19
PEKERJAAN CAT, MENI DAN MELAMIC
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengadaan, pengerjaan, finishing, penyediaan tenaga kerja, peralatan dan
bahan-bahan sehubungan dengan pekerjaan cat, meni dan melamic pada semua
permukaan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam gambar.
3. Persyaratan Pekerjaan
i.Pekerjaan persiapan
i. Sebelum pekerjaan pengecetan dilaksanakan, pekerjaan langit-langit dan
lantai telah selesai dikerjakan.
ii. Dinding atau bagian yang akan dicat telah selesai dan disetujui oleh
Pengawas.
iii. Bagian yang retak-retak, pecah atau kotoran-kotoran yang menempelkan
dibersihkan.
iv. Menunggu keringnya dinding atau bagian yang akan dicat karena masih
basah dan lembab.
v. Menyiapkan dan mengadakan pengecatan untuk contoh warna.
vi. Kontraktor harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga terdapat
urutan-urutan yang tepat mulai dari pengerjaan dasar sampai dengan
pengecatan akhir.
vii. Semua pekerjan pengecatan harus mengikuti petunjuk dari pabrik
pembuat cat tersebut.
c. Pengecatan tembok (tembok luar dan dalam)
i. Tembok yang akan dicat harus mempunyai cukup waktu untuk mengering,
setelah permukaan tembok kering maka persiapan dilakukan dengan
membersihkan permukaan permukaan tembok tersebut terhadap
pengkristalan/pengapuran (efflorescene) yang biasanya terdapat pada
tembok baru dengan amplas kemudian dengan lap sampai benar-benar
bersih.
ii. Selanjutnya dilapis tipis dengan plamur.
iii. Pada bagian-bagian di mana banyak reaksi dengan alkali dan rembesan
air harus diberi lapisan wall sealer.
iv. Setelah kering permukaan tersebut diampelas lagi sampai halus.
v. Kemudian dicat dengan lapisan perta.
vi. Bagian-bagian yang masih kurang baik, diberi plamur lagi dan di ampelas
halus setelah kering.
d. Pengecatan logam dan baja.
i. Debu, minyak gemuk, dan kotoran lainnya harus dibersihkan dengan white
spirit atau solven.
ii. Untuk baja galvanise, amplas dengan kertas amplas ukuran 360 sebelum
diplamir.
iii. Oleskan 1 (satu) lapis metal primer chromate produksi, JOTUN, atau
setara.
iv. Setelah primer kering (kurang lebih 6 jam), bersihkan dari debu dan
kotoran lainnya, kemudian dimulai dengan cat dasar produksi JOTUN,
atau setara.
v. Setelah cat dasar kering (kurang lebih 6 jam), teruskan dengan cat akhir
produk JOTUN, atau setara.
vi. Bahan-bahan logam yang tertanam di dalam pasangan atau beton tidak
diijinkan intuk dimeni.
c. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan pengecatan, semua hardware, accesories, fixtures
dan sejenisnya harus disingkirkan dulu dan baru dikembalikan lagi setelah
pekerjaan selesai. Seluruh pelaksanaan pekerjaan cat harus sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam PTI (Peraturan Cat Indonesia) 1961.
b. Pelaksanaan pekerjaan cat dinding luar/exterior :
i. Plamer : 1 lapis plamer, interval 2 jam.
ii. Cat dasar : 1 lapis cat dasar interval 2 jam.
iii. Cat akhir : 2 lapis cat akhir setebal 2x30 micron, interval 2 jam, semua
lapis sehingga dicapai permukaan yang merata & sama
tebal.
c. Cat Tembok
Permukaan bidang dinding dengan plesteran, sebelumnya harus dibersihkan
dengan cara menggosokkannya dengan kain yang dibasahi dengan air, setelah
kering diberi dempul / filter coat pada tempat-tempat yang berlubang hingga
tertutup, kemudian dilapis plamur hingga permukaannya rata. Sesudah kering
dan keras kemudian lapisan ini digosok dengan ampelas supaya halus, licin
kemudian dicat paling sedikit dua kali dengan roller 20 cm sampai baik atau
dengan cara yang ditentukan oleh pabrik. Selewat minimum 12 jam lapisan cat
berikutnya dapat dilakukan setelah lapisan pertama. Lapisan terahir adalah
lapisan anti kotor.
d. Cat Kayu
Pengecatan dilakukan dengan cara sesuai petunjuk pabrik. Sebelum pekerjaan
pengecatan dimulai, permukaan kayu harus diampelas dengan kertas ampelas
atau digosok dengan batu kembang kemudian dibersihkan dari semua kotoran.
Setelah diberi cat dasar, lubang-lubang bekas paku, retak-retak dan cacat lain
harus didempul dengan warna dempul yang sesuai dengan warna cat sehingga
permukaannya menjadi rata dan halus/licin, baru kemudian dicat minimum 2 (dua)
kali. Pengecatan dilakukan di tempat yang bebas dari panas matahari langsung,
lapis demi lapis dengan jarak waktu minimum 12 jam setelah pengecatan
pertama dilakukan.
e. Cat Melamik
Berikan lapisan wood filler pada permukaan kayu dengan warna sesuai yang
dikehendaki, kemudian diampelas dengan ampelas kayu no.2. Warna yang
dikehendaki diberikan dengan cara dikuaskan dan dilap dengan kaos hingga rata
dan setelah kering diratakan dengan ampelas halus supaya warnanya merata.
Semprotkan sanding seater yang telah dicampur thinner dengan spray gun, lalu
diampelas setelah kering sampai permukaan kayu terlihat rata. Ulangi sampai 3
kali. Terakhir kali, semprotkan melamik yang telah diencerkan dengan thinner.
f. Cat Ebro
Pengecatan ebro dengan jalan disemprotkan harus dilakukan oleh profesional
khusus yang mempunyai spesifikasi di bidang ini. Untuk itu, harus mengajukan
contoh-contoh texture ebro untuk dimintakan persetujuan pengawas.
g. Cat Besi
Permukaan logam yang akan dicat harus mendapat solvent treatment untuk
menghilangkan lemak dan kotoran lain. Kemudian dilapis dengan cat meni besi
atau vinyl typee wash coat, kecuali besi yang memakai zine chromate promer.
Pengecatan yang dilakukan di luar ketika keadaan mendung atau hujan tidak
diperkenankan.
h. Cat Meni atau Cat Dasar.
i. Meni Besi
Segera setelah logam / besi / baja dibersihkan sampai kulit giling, dan
permukaan korosi terbuang dan warna metalic, pengecatan meni besi
dengan metalprimer dengan ketebalan sampai sekitar 25 milicron.
ii. Meni Kayu
Bidang-bidang kayu yang akan dicat dasar / meni (dipakai wood primer),
harus bersih dan dalam keadaan kering. Pengecatan harus merata dan tidak
terlihat lagi serat serat kayunya.
iii. Cat Dasar Tembok
Dimana lapisan plesteran mengandung kapur, harus dipakai cat dasar alkali
resisting primer.
i. Rencana Pengecatan/Painting Scedule.
Apabila tidak ditentukan lain, dan penyelesaian sampai rata dengan minimum
schedule seperti anjuran pabrik pembuatannya, atau sebagai berikut:
EXTERIOR
Concrete /concrete block
Lapisan pertama : Clear Sealer (silicon) / sejenis
Lapis kedua : Clear Sealer (silicon) / sejenis
Plesteran atau asbes semen
Lapisan pertama : Pigmen alkyd sealer
Lapisan kedua : Wheathershield / polyurithane.
Lapisan ketiga : sda
Lapisan keempat : Cat tahan kotor.
Forrous metal
Lapisan pertama : Red head primer
Lapisan kedua : Alkyd / oil paintgloss
Lapisan ketiga : sda
Galvanized Metal
Lapisan pertama : Zinc Dust / oil primer
Lapisan kedua : Alkyd / oil paintgloss
ii. INTERIOR
Plesteran dan asbes semen
Lapisan pertama : Pigmen alkyd sealer
Lapisan kedua : Vinyl Acrylic Emulsion Paint
Lapisan ketiga : sda
Lambrisering / partisi / lemari buit in / counter desk
Lapisan pertama : Teak oil/plitur/wood filler dan Warna
Lapisan kedua : Teak oil/plitur/sanding sealer
Lapisan ketiga : Teak oil/plitur/melamic
Kayu lapis/ ceiling
Lapis pertama : Pigmen alkyd sealer
Lapis kedua : Vinyl acrylic emulsion difinising texture EBRO.
Forrous Metal
Lapis pertama : Red Head Primer
Lapisan kedua : alkyd enamel
Lapisan ketiga : teak oil/plitur/melamic
d. Pintu / jendela kayu/list langit-langit
Lapisan pertama : Taek oil / plitur/wood filter dan Warna
Lapisan kedua : Taek oil / plitur / sanding sealer
Lapisan ketiga : Taek oil / plitur / melamic
e. Kayu lapis finish Duco
Lapisan pertama : Grey primer under coat
Lapisan kedua : Cellulosa / duco paint
Lapisan ketiga : Cellulosa / duco paint
Pasal 20
Pekerjaan Aluminium Composite Panel (ACP)
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Persyaratan pekerjaan
a. Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam pekerjaan ini
dengan menunjukkan surat keterangan referensi pekerjaan yang pernah
dilakukan kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
b. Alumunium composite panel yang digunakan untuk seluruh proyek harus dari
satu macam / jenis saja.
c. Performance Requirements :
Bebas dari distorsi dan deflection
Tidak pecah (cracking) dan patah (breaking)
Dapat dipotong (cutting), bending dan routing
4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pembuatan dan pengajuan gambar ‘shop drawing’ pekerjaan Alumunium
Composite Panel (ACP).
b. Persetujuan material dan warna yang akan digunakan.
c. Persiapan lahan kerja.
d. Persiapan material kerja antara lain: material ACP, rangka alumunium atau
galvanise, baut dynabolt, sekrup, sealant dan lain-lain.
e. Persiapan alat bantu kerja antara lain : theodolith, waterpass, meteran, benang,
selang air, cutting well, gerinda, bor, gun sealent, steiger/perancah dan lain-lain.
f. Lakukan pengecekan dan pengukuran di lapangan (marking area) untuk
bidang/dudukan yang akan dipasang ACP.
g. Aluminium frame dibuat sesuai dengan perhitungan kekuatan dan kekakuan.
h. Fabrikasi rangka dan ACP sesuai ukuran ‘shop drawing’ yang disetujui
Pengawas.
a. Pasang dudukan rangka pada bidang yang akan dipasang ACP, dengan
perkuatan baut dynabolt.
b. Pasang rangka alumunium / galvanis pada dudukan rangka.
c. Periksa dengan seksama dan teliti kerataan dan kesikuan rangka alumunium /
galvanis terpasang.
d. Alumunium reinforce mill finish dipasang ke steel frame dengan penyambung
hot dip galvanized steel sesuai dengan perhitungan.
e. Selanjutnya alumunium composite panel dipasang ke alumunium reinforce mill
finish,
f. Periksa dengan seksama dan teliti kerataan dan kesikuan pemasangan ACP.
g. Setelah pemasangan, terutama pada sambungan-sambungan, serta
sambungan diisi dengan silicone sealant dan backer rod hingga rapat dan tidak
bocor
PASAL 21
PEKERJAAN PENGECATAN MARKA JALAN
b. Persyaratan Bahan
i. Bahan yang diterima harus diperiksa oleh Pengawas dengan memeriksa
bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima
harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan
ii. Konfigurasi, ukuran dan warna marka jalan
Marka jalan harus mempunyai konfigurasi, ukuran dan warna yang
memenuhi Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61 Tahun 1993 dan
Pedoman Konstruksi Bangunan No. Pd. T12-2004-B.
iii. Penyimpanan Cat
Semua cat harus disimpan menurut petunjuk pabrik pembuatnya
Semua cat harus digunakan sesuai umur kemasan untuk menjamin
bahwa hanya produk yang masih baru digunakan dalam batas waktu
yang disyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
iv. Cat untuk Marka Jalan
Pada pasal ini kata “cat” sering dikonotasikan sebagai bahan marka jalan
jenis termoplastik sebagai cat. Cat haruslah bewarna putih atau kuning
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana dan memenuhi spesifikasi
berikut ini :
Marka Jalan “bukan” Termoplastik : SNI 06-4825.
Marka Jalan Termoplastik : SNI 06-4826.
v. Butiran Kaca (Glass Bead)
Butiran Kaca (glass bead) harus mememuhi Spesifikasi menurut SNI 05-
4839.
3. Persyaratan Kerja
a. Setiap jenis pengecatan marka jalan yang tidak memenuhi ketentuan dari
Spesifikasi atau menurut pendapat Pengawas dalam segala hal tidak dapat
diterima, maka harus diperbaiki atau diganti oleh Kontraktor dengan biaya sendiri
atas petunjuk Pengawas
b. Satu liter contoh cat untuk setiap warna dan jenis cat bersama dengan data
pendukung untuk setiap jenis cat berikut ini harus diserahkan kepada Pengawas:
i. Komposisi (analisa dengan berat)
ii. Jenis penerapan (panas atau dingin)
iii. Jenis dan jumlah maksimum bahan pengencer.
iv. Waktu pengeringan (untuk pengecatan ulang)
v. Pelapisan yang disarankan
vi. Ketahanan terhadap panas
vii. Detil cat dasar atau lapis perekat yang diperlukan
viii. Umur kemasan (umur dari produk)
ix. Batas waktu kadaluwarsa
4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Penyiapan Permukaan Perkerasan
Sebelum penandaan marka jalan atau pengecatan dilaksanakan, Kontraktor
harus menjamin bahwa permukaan perkerasan jalan yang akan diberi marka
jalan harus bersih, kering dan bebas dari bahan yang bergemuk dan debu.
Kontraktor harus menghilangkan setiap marka jalan lama (bila ada), baik
termoplastis maupun bukan, yang akan menghalangi kelekatan lapisan cat baru.
Untuk kegiatan ini kontraktor harus melakukan grit blasting (pengausan dengan
bahan berbutir halus).
b. Pelaksanaan Pengecatan Marka Jalan
Semua bahan cat yang digunakan tanpa pemanasan (bukan termoplastik)
harus dicampur terlebih dahulu menurut petunjuk pabrik pembuatnya
sebelum digunakan agar suspensi pigmen merata di dalam cat.
Kontraktor harus mengatur dan menandai semua marka jalan pada
permukaan perkerasan dengan dimensi dan penempatan yang presisi
sebelum pelaksanaan pengecatan marka jalan.
Pengecatan marka jalan dilaksanakan pada garis sumbu, garis lajur, garis
tepi dan zebra cross dengan bantuan sebuah mesin penyemprotan atau
penghamparan otomatis dengan katup mekanis yang mampu membuat garis
putus-putus dalam pengoperasian yang menerus. Mesin yang digunakan
tersebut harus menghasilkan suatu lapisan yang rata dan seragam dengan
tebal basah minimum 0,38 milimeter untuk “cat bukan termoplastik” dan tebal
minimum 1,50 mm untuk “cat termoplastik” (belum termasuk butiran kaca
glass bead). Marka harus memiliki garis tepi yang bersih (tidak bergerigi)
sesuai lebar rancangan. Bilamana tidak disyaratkan oleh pabrik pembuatnya,
maka cat termoplastik harus dilaksanakan pada temperatur 204 - 218°C.
Bilamana penggunaan mesin tak memungkinkan, maka Pengawas dapat
mengijinkan pengecatan marka jalan dengan cara manual, dikuas, disemprot
dan dicetak dengan sesuai dengan konfigurasi marka jalan dan jenis cat
yang disetujui untuk penggunaannya.
Butiran kaca (glass bead) harus ditaburkan secara mekanis di atas
permukaan cat segera setelah pelaksanaan penyemprotan atau
penghamparan cat. Butiran kaca (glass bead) harus ditaburkan dengan kadar
450 gram/m2 untuk semua jenis cat, baik untuk “bukan termoplastik” maupun
“termoplastik”.
Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas sampai marka jalan ini
dapat dilalui oleh lalu lintas tanpa meninggalkan bintik-bintik atau bekas jejak
roda atau kerusakannya lainnya.
Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang merata dan
memenuhi ketentuan baik siang maupun malam hari harus diperbaiki oleh
Kontraktor atas biayanya sendiri.
Ketentuan Pemeliharaan Lalu Lintas harus diikuti sedemikian sehingga rupa
harus menjamin keselamatan umum ketika pengecatan marka jalan sedang
dilaksanakan.
Semua pemakaian cat secara dingin harus diaduk di lapangan menurut
ketentuan pabrik pembuat sesaat sebelum dipakai agar menjaga bahan
pewarna tercampur merata di dalam suspensi.
PASAL 22
PEKERJAAN FLOOR HARDENER
1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pekerjaan
pelaksanaan ini, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna.
b. Sebagai finishing lantai, serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Alas dari lantai Floor Hardener merupakan lapisan beton yang telah dibuat rata
permukaanya. Dalam melakukan pekerjaan pembetonan, supaya ditambahkan
bahan HONCURE atau setara ke permukaan beton, untuk mempertinggi mutu
beton dan ikatan terhadap lapisan pekerjaan finishing. Untuk pekerjaan di area
basement, pemasangan bahan Floor Hardener dilakukan sekaligus pada waktu
pekerjaan pengecoran beton.
b. Setelah pekerjaan lantai beton mengeras, seluruh permukaan dilapis dahan
curing compound sesuai dengan standar dari pabrik yang bersangkutan.
c. Permukaan harus dalam keadaan bersih dari debu dan kotoran-kotoran lainnya
yang dapat mengurangi efektifitas perekatan.
d. Direkomendasikan lantai diberi tanda sampai batas yang diinginkan.
e. Kecukupan material harus dipenuhi untuk mendapatkan daya sebar yang
direkomendasikan.
f. Aplikasi floor hardener harus dimulai tanpa henti pada saat dasar beton yang
sudah mengeras tepat pada saat jejak kaki tertanam 2-6 mm, pengeluaran air
sudah menguap, namun beton terlihat basah.
g. Untuk permukaan lantai yang luas perlu pengerjaan yang berkesinambungan
untuk memastikan aplikasi waktu yang tepat.
PASAL 23
PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT GANTUNGAN
1. Lingkup Pekejaan
3. Persyaratan Pekerjaan
a. Mengadakan, memasang kunci tanam pada semua pintu sesuai rencana pada
gambar.
b. Memasang 3 buah engsel pada setiap daun pintu dan 2 buah engsel pada setiap
daun jendela sesuai persyaratan dalam gambar, kecuali daun pintu utama dan
pintu kluis.
c. Memasang grendel tanam pada daun pintu dan jendela tunggal pada bagian atas
dan bawah, atau grandel khusus jendela geser alumunium (kalau ada).
4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Semua pemasangan harus dikerjakan dengan peralatan yang sesuai serta
secara baik, rapi dan memenuhi syarat teknik dari pabrik, sehingga pintu-pintu
dan jendela dapat dibuka dan ditutup dengan mudah, lancar dan ringan.
b. Selama pekerjaan berlangsung dijaga agar peralatan kunci dan penutup-
penutup pegas terlindung dari goresan, kerusakan dan cacat-cacat lain.
c. Selama masa pelaksanaan, harus diusahakan agar anak-anak kunci asli tidak
dipergunakan dan semuanya harus disimpan dalam lemari penyimpan anak
kunci, demi keamanan. Untuk itu sebaiknya ada “construction key” sesuai
kebutuhan.
d. Sebelum penyerahan pekerjaan, semua pekerjaan kunci dan alat gantung
(hardware) harus diminyaki sehingga bisa bekerja dengan baik dan sekrup CK
(Construction Key) yang ada pada setiap cylinder harus dikendurkan dan
dicopot agar anak kunci CK tidak berfungsi dan tidak dapat digunakan lagi.
PASAL 24
PEKERJAAN WATER PROOFING
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pengerjaan meliputi pengadaan dan pelaksanaan seluruh bahan-bahan teknis
bangunan, untuk pekerjaan water proofing dan pencegahan pelembaban atau
rembesan uap air yang bermutu baik sesuai persyaratan untuk bidang-bidang
dalam pekerjaan toilet dan reservior seperti ditunjukan dalam gambar kerja.
Pasal 25
Pekerjaan Sanitair
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pengerjaan meliputi pengadaan dan pelaksanaan seluruh bahan bangunan,
untuk pekerjaan sanitair yang bermutu baik sesuai persyaratan untuk bidang-
bidang dalam pekerjaan sanitair seperti ditunjukan dalam gambar kerja.
b. Kontraktor menata pekerjaan-pekerjaan lain yang erat hubungannya dengan
pekerjaan sanitair.
d. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan spesifikasi dan
sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkannya kepada Pengawas.
e. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada kelainan
/ perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
f. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian / pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.
g. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor.
4. Peralatan Sanitair
a. Peralatan sanitair yang digunakan adalah lengkap dengan segala perlengkapan
dan accesorisnya seperti tercantum dalam brosurnya.
b. Peralatan sanitair, perlengkapan dan asesorisnya yang dipasang telah
diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat
lainnya dan telah disetujui oleh Pengawas.
c. Ketinggian dan konstruksi pemasangan harus disesuaikan dengan gambar untuk
itu serta petunjuk-petunjuk dari produsen dalam brosur. Pemasangan harus baik,
rapi, waterpass dan dibersihkan dari kotoran, noda dan penyambungan instalasi
plumbingnya tidak boleh ada yang bocor.
Peralatan dan perlengkapan sanitair yang disyaratkan adalah setara produk
TOTO (termasuk fitting dan acesorisnya).
LAVATORY LAVATORY
PASAL 26
PEKERJAAN LAPIS PONDASI BAWAH DAN LAPIS PONDASI ATAS
1. Lingkup Pekerjaan
a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelaksanaan
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan lapis pondasi bawah dan
atas. Ada beberapa hal yang terkait dalam pekerjaan ini yaitu: Pembersihan
lahan, perataan / leveling tanah dasar bawah lapisan pasir, persiapan tanah
2. Umum
a. Lapis pondasi bawah adalah lapisan konstruksi yang meneruskan beban dari
lapis pondasi atas kepada tanah dasar yang berupa bahan berbutir diletakkan
di atas lapis tanah dasar yang telah dibentuk dan dipadatkan, serta langsung
berada di bawah lapis pondasi atas perkerasan.
b. Suatu lapisan pondasi bawah tidak diperlukan bilamana CBR lapis tanah
dasar adalah 24% atau lebih
c. Lapis pondasi atas merupakan lapisan struktur utama diatas lapis pondasi
bawah (atau di atas lapis tanah dasar dimana tidak dipasang lapis pondasi
bawah).
iv. Bahan untuk pekerjaan lapis subbase harus bebas dari debu, zat organic,
serta bahan-bahan lain yang harus dibuang, dan harus memiliki kualitas
bila bahan tersebut telah di tempatkan akan siap saling mengikat
membentuk satu permukaan yang stabil dan mantap.
v. Bila perlu dan sesuai dengan perintah Pengawas, bahan-bahan dari
berbagai sumber atau pemasokan dapat disatukan (dicampur) dalam
perbandingan yang diminta oleh Pengawas atau seperti yang ditunjukkan
dengan pengujian-pengujian, untuk dapat memenuhi persyaratan
spesifikasi bahan lapis subbase.
vi. Bahan-bahan yang digunakan untuk lapis subbase harus memenuhi
syarat-syarat yang diberikan pada tabel berikut.
dan 62,5 mm dan agregat halus dan kerikil pasir alami, disaring dan
digradasi serta semuanya lolos saringan 9.5 mm.
ii. Bahan lapis base kelas B – macadam ikat basah juga meliputi:
Agregat kasar yang tertahan pada saringan 4,75 mm, bilamana
dihasilkan kerikil tidak kurang dari 50% terhadap berat, merupakan
pertikel-partikel yang memiliki paling sedikit satu bidang pecah.
Agregat halus lolos saringan 4,75 mm terdiri dari kerikil halus dan pasir
alami atau debu crusher.
Prosentase berat agregat tipis/pipih (perbandingan tebal dengan
panjang lebih dari 1:5) maksimum 5%.
iii. Lapis base harus memenuhi persyaratan spesifikasi dan gambar rencana.
iv. Bahan lapis base terdiri dari potongan batu bersudut tajam yang keras,
awet dan bersih tanpa potongan-potongan yang terlalu tipis atau
memanjang dan bebas dari batu-batu yang lunak, tidak merupakan satuan
batu bata pecah atau bercerai berai, kotor, mengandung zat organik atau
zat-zat lain yang harus dibuang. Bahan yang bercerai berai bila secara
alternative dibasahi dan dikeringkan, tidak boleh digunakan.
v.
vi. Gradasi agregat lapis base kelas A:
Ukuran Saringan (mm) Lolos atas Berat (%)
37,5 100
19,0 64 – 81
9,5 42 – 60
4,75 27 – 45
2,36 18 – 33
1,18 11 – 25
0,60 -
0,425 6 – 16
0,075 0–8
vii. Gradasi agregat kasar dan halus lapis base kelas B – Macadam ikat
basah:
Ukuran Saringan (mm) Lolos atas Berat (%)
Aggr. Kasar / pokok
75,0 100
62,5 95 – 100
50,0 35 – 70
37,5 0 – 15
25,0 0–5
19,0 -
Aggr. Halus / pengisi
9.5 100
4.75 70-95
2.36 45-65
1.18 33-60
0.425 22-45
0.15 -
0.075 10-28
PASAL 27
PEKERJAAN PAVING BLOCK DAN KANSTIN BETON
1. Lingkup Pekerjaan
a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelaksanaan
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan paving block, grass block dan
kanstin beton. Ada beberapa hal yang terkait dalam pekerjaan ini yaitu :
Pembersihan lahan, perataan / leveling tanah dasar bawah lapisan pasir,
persiapan tanah untuk timbunan, pekerjaan pemadatan, pembuatan lapis pasir,
pemasangan paving block, penyediaan alat bantu, bahan, tenaga kerja dan uji
laboratorium bila dipandang perlu untuk mengetahui mutu kuat tekan (kelas
paving block)
b. Berkoordinasi dengan pekerjaan lainnya yang berkaitan seperti urugan tanah,
urugan pasir, pasangan bata.
iv. Plastik digunakan untuk penutup paving block yang sudah terpasang tetapi
belum sempat terisi dengan pasir pengisi.
dapat juga digunakan sebagai stop car pada lahan parkir ataupun di basement
area parkiran. Fungsi lain dari kanstin adalah memperindah penampilan /
tampak dari jalan.
i. Pemasangan kanstin pada perkerasan flexible (perkerasan yang
menggunakan aspal), yaitu :
Pada lokasi kanstin berada harus dipotong dan digali terlebih dahulu,
agar dasar kanstin berada di bawah permukaan perkerasan, selain
berfungsi sebagai anti guling, juga berfungsi sebagai penahan /
retraining pada konstruksi trotoar, konstruksi jalan. Tinggi kanstin yang
berada di atas permukaan perkerasan berkisar 15 cm sampai dengan
20 cm, untuk menghindari kerusakan pada bagian depan atau pun
bagian belakang dari kendaraan.
Dilanjutkan dengan pekerjaan lantai kerja pada dasar galian dengan
tebal minimal 7 cm, tujuannya supaya level dudukan kanstin sama tinggi
dan rata. Mutu beton lantai kerja minimum fc’ 17,5 Mpa
Kanstin ditempatkan di atas permukaan lantai kerja
Sisi samping antara kanstin diisi dengan adukan plester, difungsikan
sebagai pengisi nat dari kanstin.
ii. Pemasangan pada perkerasan rigid atau kaku (perkerasaan terbuat dari
beton bertulang) yaitu :
6 Untuk pekerjaan pemasangan kanstin pada perkerasan jalan rigid baru
yang akan dilakukan pekerjaan pembetonan, stek besi kanstin di tanam
ke dalam batu kali (sebagai retraining wall badan jalan ataupun dapat
dirakitkan langsung pada tulangan perkerasan jalan
7 Setelah pekerjaan pembetonan pada perkerasan jalan, langkah
berikutnya adalah mulai dari tahapan pekerjaan pembesian untuk
kanstin dan pemasangan bekisting dan pembetonan kanstin.
8 Apabila diperlukan pekerjaan finishing untuk merapikan kanstin, maka
tahapan berikutnya adalah pekerjaan plesteran dan aci permukaan
kanstin yang telah dilakukan pekerjaan pembetonan.
iii. Kanstin untuk pekerjaan stop cor pada lokasi lantai beton menggunakan
kanstin yang memiliki lubang dynabolt (kanstin pada waktu proses
produksi digunakan block dari pipa untuk dapat ditembusi dynabolt).
Metoda Pemasangan Kanstin pada lantai beton dengan cara melakukan
pengeboran lantai sebesar diameter dynabolt, dan dilanjutkan
pemasangan kanstin diletakkan pada lokasi dan dipasang dynabolt.
iv. Metoda pemasangan kanstin pada perkerasan paving block, mirip dengan
pekerjaan pemasangan kanstin pada perkerasan flexible yaitu sebagain
badan kanstin berada di atas pasir urug tebal 5 cm, material pasir urug
yang ditebarkan ketinggian 5 cm dijadikan level dasar penempatan produk
paving block. Kanstin dijepit dengan produk paving block.
v. Beton kanstin sering dikombinasikan dengan tali air dan mulut air sebagai
saluran untuk membuang air hujan; apabila pertemuan antara beton
kanstin dan lapisan blok tidak diberi tali air biasanya beton kanstin mudah
terkena gesekan roda kendaraan.
h. Pengawas berhak untuk menolak pekerjaan paving block, grass block, dan atau
kanstin yang telah terpasang, apabila ada yang tidak memenuhi persyaratan
teknis dan pembongkaran, perbaikan, dan/atau penggantian menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
PASAL 28
PEKERJAAN SALURAN DRAINASE
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi pengadaan, pengerjaan, dan pemasangan semua jenis bahan drainase
atau seperti yang tertera atau disebut dalam gambar rencana, penyediaan
tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan dalam Gambar Rencana.
b. Pekerjaan drainase yang dimaksud adalah pemasangan instalasi drainase luar
bangunan dan perlengkapannya yang meliputi penyediaan dan pemasangan
berupa:
i. Saluran Drainase Hujan (Jalan)
Saluran drainase disesuaikan dengan ketinggian dan luasan permukaan
jalan/tanah supaya air hujan mengalir secara gravitasi dengan baik.
Penampang drainase yang digunakan adalah berbentuk U, terbuat dari
pasangan batu kali diperkuat sloof beton bertulang ataupun menggunakan
U ditch dan diberi penutup beton decker dengan desain dan ukuran sesuai
gambar rencana. Type lain saluran drainase dibuat dari gravel, buis beton
fabrikasi pabrik dengan ukuran lebar dasar bersih dan tinggi bervariasi
sesuai kebutuhan yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
ii. Curb Inlet Dan Catch Pit It
Curb inlet untuk menangkap air hujan dari jalan ke saluran drainase
sedangkan catch pit untuk menangkap pasir dan kotoran lain yang terikut
air hujan dari jalan ke drainase.
iii. Bak control
Bak kontrol untuk menjaga benturan aliran air hujan dari berbagai arah
sehingga arus air setelah bak kontrol kembali normal.
iv. Gorong-gorong
Gorong-gorong di bawah jalan untuk menghindari lapisan-lapisan jalan.
Gorong-gorong menggunakan pipa beton, baik bertulang atau tanpa tulang,
baik buis beton ataupun u-ditch, fabrikasi pabrik yang harus memenuhi
persyaratan teknis dan sesuai dengan gambar rencana.
v. Lain-lain
Yang dimaksud adalah lain-lain pekerjaan yang berkaitan sehubungan
dengan pekerjaan drainase, maupun berkaitan dengan keadaan di
lapangan.
3. Persyaratan Pekerjaan
a. Pekerjaan Penentuan Titik Pengukuran / Pematokan
i. Pengukuran meliputi pengukuran panjang (longitudinal) pekerjaan dan
elevasi (cross section). Elevasi yang tertera pada gambar rencana diterapkan
di lapangan dengan memasang patok-patok dan bouwplank untuk
menyimpan elevasi
ii. Pengukuran dan pemasangan bouwplank titik duga (0 peil) ditentukan
bersama-sama Kontraktor dan Pengawas. Patok-patok berukuran minimal
5/7 cm dan papan bouwplank 3/20 dengan panjang kurang lebih 4 m dan
terbuat dari kayu. Papan patok harus keras dan tidak berubah posisinya,
tanda-tanda dan sumbu harus teliti dan jelas, dicat dengan cat meni.
iii. Kontraktor harus memasang dan mengukur secara teliti patok benchmark
(BM) pada lokasi tertentu sepanjang proyek sebagai patokan dan melakukan
Sebaiknya dengan 2 benang dimana yang satu pada as saluran sedang lainnya
pada sisi luar precast untuk kelurusan pamasangan saluran.
f. Jaminan kualitas untuk semua bahan yang digunakan
4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pekerjaan galian dan yang berhubungan dengannya
i. Selain mempersiapkan lahan galian, perlu diperhatikan juga tata letak
material, peralatan, ruang istirahat pekerja serta direksi keet. Kebutuhan
ruang-ruang tersebut dapat menghabiskan ruang jalan, sehingga perlu
dilakukan pengaturan jalur lalu lintas jalan raya agar tidak mengganggu
pekerjaan pemasangan saluran air serta untuk keamanan pekerja. Area
pekerjaan dibatasi dengan cone dengan perhitungan panjang area yang
dibatasi mempertimbangkan area transisi, area stabilisasi, area kerja serta
area terminasi. Pada area stabilisasi dapat diletakkan bahan material dan
peletakan peralatan termasuk alat berat yang digunakan. Area jalan satunya
harus bersih dari semua pekerjaan, alat dan bahan sehingga tidak sampai
menutup jalur lalu lintas secara keseluruhan.
ii. Penggalian dilakukan setelah dilakukan pengukuran dan dibuatkan bowplank
sesuai dengan gambar rencana. Untuk pekerjaan penggalian harus sesuai
dengan elevasi cross section yang telah dibuat agar kemiringan lahan sesuai
dengan yang dipersyaratkan. Kesalahan penggalian yang tidak meyesuaikan
elevasi lahan akan menimbulkan adanya penampungan air pada saluran
karena air tidak dapat mengalir dengan baik. Apabila terdapat sampah yang
jatuh pada saluran secara terus menerus maka akan mengakibatkan
tumpukan sampah yang mengganggu aliran air, dan pada akhirnya terjadi
penyumbatan saluran air.
iii. Penggalian tanah dilakukan secara bertahap, dan disesuaikan dengan
kemampuan panjang pemasangan saluran perhari. Hal ini penting guna
menghindari kerusakan tanah dasar galian apabila turun hujan.
iv. Galian harus dibuat sedemikian sehingga buis beton dapat diletakkan pada
lintasan dan di kedalaman yang dikehendaki, dan penggalian hanya
dilakukan pada saluran yang akan dipasang seperti pada yang diperbolehkan
oleh pengawas. Galian harus dikeringkan dan dijaga selama pelaksanaan
pekerjaan sehingga pekerja dapat bekerja didalamnya dengan aman dan
efisien.
v. Penggalian awal harus mempertimbangkan pengurugan pasir di bawah
saluran terlebih dahulu, dimana pasir berguna sebagai penstabil tanah di
bawah saluran. Setelah dilakukan proses penggalian, dilakukan pembuatan
lining agar tanah tidak longsor dan menutup kembali area galian sehingga
elevasi sesuai dengan perencanaan.
vi. Ukuran galian yang dibuat dengan harus menambahkan ketebalan beton
pracetak.
vii. Lebar galian harus cukup untuk dapat meletakkan buis beton dan
menyambungkannya dengan baik, dan bedding maupun timbunan harus
ditempatkan dan dipadatkan seperti tertera dalam gambar atau sesuai
instruksi pengawas. Galian harus dibuat dengan lebar extra, bila diperlukan
memasukan penyangga-penyangga galian dan peralatan-peralatan yang
diperlukan.
viii. Jika dasar galian ternyata tidak stabil atau mengandung bahan-bahan tidak
stabil seperti debu-debu, sampah dan sebagainya dan dalam pandangan
pengawas harus disingkirkan, maka kontraktor harus mengadakan
penggalian dan menyingkirkan bahan-bahan yang tidak stabil tersebut. Jika
menurut pendapat pengawas diperlukan pondasi khusus, seperti
penggantian tanah atau penimbunan dengan bahan yang sesuai, Kontraktor
harus mengerjakannya sesuai petunjuk pengawas, tidak ada biaya tambahan
yang diberikan untuk pekerjaan ini.
ix. Galian harus diberi perkuatan jika perlu sehingga tidak runtuh, menjaga para
pekerja untuk bekerja dengan aman dan mengamankan permukaan jalan
dan bangunan–bangunan lainnya seperti yang ditunjukkan oleh pengawas.
x. Kontraktor bertanggung jawab atas pengangkutan, penebaran dan perapihan
material buangan pada lokasi pembuangan.
xi. Kontraktor bertanggung jawab penuh dan agar membuat drainase sementara
pada area konstruksi untuk menjaga agar daerah konstruksi selalu dalam
keadaan kering. Pengalihan aliran air dan semua tindakan teknis lainya agar
dilaksanakan untuk melindungi area kerja tetap dalam keadaan kering.
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kerusakan-kerusakan yang
ditimbulkan dalam melaksanakan hal tersebut, serta harus memperbaikinya.
Tidak ada biaya tambahan dalam hal ini.
b. Pemasangan buis beton / gravel
i. Buis beton / gravel dipasang berjajar dan saling disambungkan antara satu
dengan lainnya.
ii. Pipa beton harus dipasang dengan hati hati, lidah sambungan harus
diletakkan di bagian hilir, lidah sambungan harus dimasukkan sepenuhnya
kedalam alur sambungan dan sesuai dengan arah serta kelandaiannya.
iii. Semua buis beton / gravel harus diperiksa dengan teliti terhadap retak-retak
dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika buis beton / gravel berada di atas
lantai kerja, jika terjadi kerusakan, buis beton / gravel segera diganti sebelum
pemasanganya pada posisi terakhir. Buis beton / gravel harus diletakkan
dekat galian untuk diperiksa oleh pengawas, yang akan menentukan
perbaikan atau dibuang.
iv. Seluruh kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan. Tiap buis beton
/ gravel harus dibersihkan, kering dan bebas dari lemak, minyak sebelum
dipasang.
v. Harus dijaga agar bahan-bahan lain tidak masuk ke dalam buis beton ketika
buis beton diletakkan. Selama pekerjaan berlangsung tidak boleh ada bahan-
5. Pemeliharaan
Setelah beberapa minggu saluran digunakan, pemeliharaan baru dilakukan
terutama pada kebocoran-kebocoran. Bila terjadi penurunan setempat harus
diperbaiki dengan cara mengangkat buis beton di tempat tersebut dan meneliti
sebab-sebabnya. Bila kerusakan tersebut akibat penurunan lapis dasar buis beton,
maka diperbaiki sesuai dengan petunjuk Pengawas.
6. Pengujian
a. Semua penguiian harus disaksikan oleh Pengawas dengan memberitahukan
paling lambat 5 (lima) hari dimuka, secara tertulis.
b. Semua peralatan, tenaga ahli, tenaga terlatih harus disediakan oleh kontraktor
untuk keperluan pengujian.
c. Pengujian harus dilakukan pada semua sistem drainase dan saluran apakah
aliran secara gravitasi berjalan baik.
d. Saluran / pipa yang akan terpasang tersembunyi / di dalam tanah harus diuji
sebelum ditutup.
e. Semua sistem kontrol harus diuji keberhasilan kerjanya.
f. Semua hasil pengujian harus diserahkan untuk disetujui oleh Pengawas
PASAL 29
PEKERJAAN LANDSCAPE
1. Pekerjaan hardscape
a. Lingkup pekerjaan
Lingkup pekerjaan adalah pengadaan dan pemasangan area hardscape pada
tampak pembangunan.
Yang pertama-tama dilakukan agar dapat cepat memahami Gambar Rencana
adalah dengan membuat sketsa denah secara keseluruhan dengan skala yang
menggambarkan: posisi dinding yang akan dilapisi keramik, tebal finish dinding,
letak sparing-sparing, jarak dinding as ke as.
Melengkapi sketsa di atas dengan data dari spesifikasi / risalah lelang mengenai:
Spesifikasi jenis material, ukuran dan warna.
Spesifikasi bahan perekat, campuran, jenis, dan tebal spesi, jenis/dosis
additive, serta jenis pengisi Nat.
b. Pekerjaan Kayu untuk Ruang Luar.
i. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan finishing kayu untuk bangku,
meja kayu, pergola dan elemen furniture ruang luar lainnya.
ii. Persyaratan Jenis dan Mutu Bahan
Kontraktor wajib mengajukan sample kayu dan finishing yang digunakan
kepada Pengawas.
Bahan yang digunakan adalah kayu khusus untuk ruang luar seperti kayu
ulin, kayu bengkirai atau sejenisnya dengan ukuran dan dimensi sesuai
dengan yang tertera di Gambar Rencana.
Bahan finishing yang digunakan adalah ULTRAN LASUR.
Penyimpanan bahan harus kering dan terangkat dari tanah.
iii. Persyaratan Pekerjaan
Kontraktor wajib mengajukan shop drawing untuk arah pemasangan
kayu terutama untuk area-area yang organik yang melengkung.
2. Pekerjaan Softscape
2.1. Umum
a. Lingkup kerja
a.1. Melaksanakan penanaman pada area lensekap yang ditunjukan pada
gambar dengan menggunakan tanaman dalam kondisi sehat dan
mempunyai kemampuan tumbuh dengan baik. Semua pekerjaan yang
tercantum pada gambar harus dilaksanakan walaupun tidak tercantum
dalam spesifikasi teknis ini. Semua pekerjaan yang tidak tergambarkan
pada gambar kerja ataupun tertuliskan dalam spesifikasi ini, namun
pada umumnya dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan lansekap
dengan baik dianggap termasuk dalam pekerjaan. Pengawas berhak
untuk melakukan perbaikan di lapangan dan penggantian-penggantian
yang masuk akal untuk mencapai implementasi konsep lansekap dalam
hubungannya dengan kondisi di lapangan.
a.2. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk dalam bagian termasuk namun
tidak terbatas pada :
i. Pengadaan tanaman.
ii. Penanganan erosi.
iii. Pembersihan dan pembongkaran.
iv. Persiapan tanah di luar site dan pengurugan.
v. Penanganan hama sebelum penanaman.
vi. Persiapan dan pembentukan tanah.
vii. Pelaksanaan penanaman.
viii. Pengawasan perawatan lansekap.
ix. Garansi.
a.3. Jenis tanaman yang akan ditanam:
i. Semak
Rumput Gajah
Rumput Gajah Besar
ii. Pohon
Syzygium Paniculatum (Pucuk Merah)
Dypsis Lutescens (Palem Putri)
Casuarinaceae (Cemara)
Terminalia Mantaly (Ketapang Kencana)
b. Persyaratan pelaksanaan
b.1. Tujuan utama dari spesifikasi teknis ini adalah untuk menjamin
pengadaan dan penanaman taman dengan kualitas terbaik yang
diinginkan di proyek ini.
b.2. Pekerjaan pengadaan tanaman, mencari, membeli dan memindahkan
tanaman sesuai dengan spesifikasi ke lokasi proyek.
b.3. Subtitusi
i. Apabila tanaman yang sesuai spesifikasi tidak dapat diperoleh,
memasukan permohonan subtitusi kepada Pengawas dalam
jangka waktu maksimum 1 bulan setelah kontrak, permohonan ini
dapat berupa tanaman dengan ukuran yang berbeda dari spesies
yang sama atau spesies tanaman yang serupa dengan pengajuan
penyesuaian harga dari harga kontrak untuk setiap itemnya.
ii. Subtitusi jenis tanaman tidak dapat diijinkan kecuali dengan ijin
tertulis dari Pengawas.
b.4. Jadwal kontruksi
Kontraktor memasukan jadwal penanaman kepada Pengawas yang
menunjukan waktu kerja, perkiraan selesai, jumlah hari selesai, dan
kebutuhan-kebutuhan koordinasi khusus.
b.5. Pemilihan, Penandaan dan Pemesanan Material Tanaman
i. Kontraktor memasukan permohonan inveksi dan dokumentasi
kepada Pengawas.
ii. Inspeksi tanaman akan dilakukan oleh Pengawas sebelum
dan/atau setelah pengiriman untuk kesesuaian dengan spesifikasi,
tanaman yang tidak sesuai spesifikasi akan ditolak.
b.6. Tanah
i. Kontraktor mengajukan sumber dari tanah kepada Pengawas.
ii. Kontraktor memasukan sample tanah yang mewakili dari sumber
yang diajukan beserta bukti kesesuain keasaman, kadar garam
dan lain-lain yang dibutuhkan untuk penanaman berupa tes
laboratorium terpercaya.
iii. Jenis dan jadwal pemupukan dapat dirubah sesuai dengan hasil
test laboratorium tersebut.
Sumber air dan pipa / selang dari sumber air untuk penyiraman disediakan
oleh Kontraktor.
g. Material-material lainnya.
g.1. Kontraktor harus memperhitungkan biaya dari material sebagai berikut
dalam Bill Of Quantity.
- Kayu penyangga ukuran 5 cm x 5 cm x 2.5 m kayu dolken bersih
tanpa sisa cat atau noda. Hanya kayu baru yang bersih yang
dapat digunakan.
- Selang dan pengikat besi.
- Kawat tambat besi galvanis no 12 untuk area-area publik.
- Pita penanda surveyor dengan warna cerah minimum 50 cm,
dengan warna yang sama untuk keseluruhan proyek.
- Cat pohon : cabot tree seal atau setara.
g.2. Bagian dasar dari planter box, box tanaman dan area roof garden harus
diberi drainage lengkap dengan water retention cells yang diusulkan
dari supplier roof garden dengan bahan dasar high density polyethylene.
Kontraktor dapat mengusulkan produk yang terkait kepada Pengawas.
g.3. Material filtrasi menggunakan geotextile 150 gra.
2.6. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pembersihan
a.1. Membersihkan lokasi proyek dari tanaman eksisting yang tidak diindikasikan
untuk dipertahankan, sampah, brangkal atau material asing yang dapat
mengganggu pada pelaksanaan penanaman dan atau menimbulkan
pemandangan yang buruk.
a.2. Bentuk lahan yang sudah dibentuk harus dipertahankan.
a.3. Kontraktor bertanggung jawab untuk membersihkan bak tanaman sebelum
ditanami.
a.4. Mengatur agar semua material buangan dibuang di tempat yang telah
ditentukan oleh Kontraktor. Biaya untuk melaksanakan hal ini harus telah
dipertimbangkan pada penawaran Kontraktor.
b. Penanganan Gulma Pra-penanaman.
b.1. Memberikan herbisida untuk membersihkan semua gulma yang terlihat
sebelum dan sesudah penanaman.
b.2. Melindungi semua tanaman eksisting dari kerusakan.
c. Campuran tanah subur pada penanaman langsung di tanah.
Kontraktor harus menyediakan tanah subur dengan kedalaman minimum sebagai
berikut :
Pohon : 100 cm
Semak : 45 cm
Penutup tanah dan rumput : 15 cm
d. Pengolahan lahan
d.1. Mengolah lahan sampai dengan level yang tercantum pada gambar.
Kemiringan dan lereng lahan harus mulus dan tidak bergelombang tanpa
lubang-lubang atau perubahan level yang tiba-tiba, dan semuanya dengan
Apabila ada akar yang tercangkul atau cacat, segera potong dan diberikan
perawatan dengan perangsang akar. Bungkus akar dengan kain goni dan
ikat dengan baik menggunakan tali rafia.
k.5. Angkat pohon dengan bola akar terbungkus baik, dan pindahkan hati-hati
ke lokasi baru.
k.6. Tanam sesuai dengan standar penanaman pembibitan.
k.7. Gunakan campuran media tanam sesuai dengan persyaratan diatas untuk
mengisi lubang tanam.
k.8. Isi kembali setiap lubang berlapis-lapis dengan menggunakan media
tanam pengisi yang sudah disediakan. Hati-hati dalam memadatkan setiap
lapisan untuk menghindari luka pada akar dan merubah posisi pohon.
k.9. Pada lapisan tengah, berikan 6 buah tablet pupuk dengan jarak yang
sama pada setiap pohon.
k.10. Setelah 2/3 bagian dari media ditanam, sirami dan padatkan tanah, selesai
pengurugan.
k.11. Sangga setiap pohon dengan perancah agar pohon tidak tergoyangkan
minimal gunakan 3 buah perancah pada setiap pohon.
l. Pelaksanaan pemangkasan
l.1. Pemangkasan dan pembuangan dari bagian manapun tanaman harus
menggunakan peralatan yang tajam dan sesuai dengan peruntukannya.
BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIS DAN BAHAN
INTERIOR
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan interior yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga kerja, pengadaan,
pembuatan, pemasangan treatment dinding, backdrop, nad, treatment kolom, stage,
dan lainnya, serta pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan peralatan kerja, bahan-
bahan utama dan pembantu, sehingga diperoleh interior yang baik dan sempurna,
sesuai dengan spesifikasi, gambar rencana dan bill of quantity.
PASAL 2
PERSYARATAN UMUM
1. Gambar Rencana
a. Dalam hal terjadi perbedaan atau pertentangan dalam gambar-gambar yang
ada dalam rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan ini maupun perbedaan
yang terjadi akibat keadaan di lapangan, maka kontraktor wajib melaporkannya
kepada Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan keputusan pelaksanaan
di lapangan setelah terlebih dahulu pengawas berunding dengan direksi dan
perencana.
b. Semua ukuran yang tertera dalam gambar rencana adalah ukuran jadi, dalam
keadaan selesai/terpasang.
c. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor wajib memperhatikan dan meneliti
semua ukuran yang tercantum dalam gambar rencana seperti peil-peil,
ketinggian, lebar, ketebalan, luas penampang dan detail lainnya terlebih dahulu
dan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
2. Shop Drawing
a. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum
tercakup lengkap di dalam gambar rencana / dokumen kontrak maupun yang
diminta oleh Direksi/Perencana.
b. Dalam shop drawing harus secara jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan, keterangan produk,
cara pemasangan dan spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi
pabrik.
3. Koordinasi
a. Penunjukan supplier harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
b. Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk Pengawas
dengan supplier bahan.
c. Supplier wajib hadir mendampingi Pengawas di lapangan untuk pekerjaan
tertentu atau khusus sesuai dengan instruksi pabrik.
PASAL 3
PEKERJAAN FURNITURE
1. Umum
a. Semua pekerjaan kayu finishing harus dilaksanakan di pabrik/workshop yang
memenuhi standard dan dikerjakan secara maksimal, pekerjaan perbaikan
kecil-kecilan serta penyetelan boleh dilakukan di site.
b. Jangan mengukur dengan skala-skala gambar yang ada, gunakanlah ukuran
yang sudah tercantum di gambar detail, semua ukuran harus dicek di
lapangan oleh Kontraktor. Apabila terdapat perbedaan terhadap layout dengan
gambar detail dan kondisi lapangan, maka Kontraktor wajib memberitahukan
kepada Perencana/Pengawas untuk dapat dipecahkan bersama.
c. Kontraktor wajib membuat mock up untuk setiap satu model furniture dan
harus dilihat dan disetujui oleh Perencana/Pengawas sebelum melanjutkan
pekerjaan.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga kerja, barang-
barang, perabotan, perlengkapan pengiriman, pelaksanaan pekerjaan furniture,
serta instaasinya di site sesuai layout, serta pengamanan, pengawasan dan
pemeliharaan peralatan kerja, bahan-bahan utama dan pembantu, sehingga
diperoleh hasil furniture yang baik dan sempurna, sesuai dengan spesifikasi,
gambar rencana dan bill of quantity.
b. Pengadaan furniture sesuai jenis yang diterangkan di gambar rencana dan Bill
of Quantity
c. Pengiriman, penyimpanan, serta pengamanan satuan furniture harus
dilakukan sehingga tidak mengakibatkan kerusakan.
d. Produk jadi harus disimpan hingga pekerjaan fisik sudah siap untuk
menerimanya.
e. Lindungi semua permukaan produk jadi untuk mencegah kotoran, goresan,
serta panas matahari dan hujan selama pengiriman.
f. Simpan di tempat yang kering dan bersih hingga tidak merusak produk jadi.
3. Persyaratan Bahan
a. Bestwood tebal 3 mm, bermutu baik dan tidak cacat.
b. Multiplek tebal min 12 mm sebagai base panel Bestwood
c. Multiplek tebal min 12 mm dan 15 mm sebagai rangka furniture sesuai gambar
rencana.
d. Multiplek yang akan digunakan harus berkualitas baik (tidak cacat), tidak
terdapat pecahan pinggiran, menggelembung dan atau kerusakan lain.
Kontraktor harus dapat menunjukkan contoh kepada Pengawas sebelum
melaksanakan tugas.
e. Lembaran Bestwood, HPL atau multiplek yang cacat dan retak-retak tidak
boleh digunakan dan harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
f. HPL yang dipakai sebagai pelapis multiplek menggunakan merk WINSTON/
GRASMERINO/AICA/TACO atau setara
g. Kaca type tempered clear glass yang digunakan harus memenuhi persyaratan
bahan sebagaimana disyaratkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini.
h. Bahan perekat yang digunakan harus disetujui dan tidak berpengaruh bagi
kesehatan. Penggunaan perekat ini harus menunjang konstruksi furniture agar
kuat dan kokoh, permukaan kayu harus tampak rapi dan tidak meninggalkan
noda (terutama bila dispesifikasikan bahwa permukaan kayu diberi “clear /
transparent finish”).
i. Bahan perekat khusus untuk merekatkan material finishing yang digunakan
harus memenuhi persyaratan / instruksi petunjuk pabrikan.
j. Bahan perekat adalah lem kuning setara Aibon atau Fox
k. Alat-alat pengikat kayu yang diperlukan seperti angkur, paku, sekrup, baut dan
jenis lain yang telah disetujui Pengawas. Penggunaan pengikat ini harus
tampak rapi, tidak menimbulkan keretakan dan harus menunjang konstruksi
furniture agar kuat dan kokoh. Bila perlu kayu harus dibor agar permukaannya
tidak retak.
l. Pembuatan, persiapan dan pemasangan alat-alat pengikat yang terbuat dari
logam / “iron mongery” pada kayu harus dikerjakan dengan mesin kayu
sehingga tercapai kerapian dan ketepatan yang setinggi-tingginya.
m.Untuk stage, ukuran, dimensi dan bentuk sesuai gambar rencana, finishing hpl,
rangka multipleks 15 mm, top multiplek 15 mm finished lantai vynil 3 mm.
n. Untuk meja sidang, ukuran, dimensi dan bentuk sesuai gambar rencana,
finishing HPL dan Bestwood 3 mm.
o. Untuk meja pada ruang ptsp, ukuran, dimensi dan bentuk sesuai gambar
rencana finishing Bestwood 3 mm.
p. Partisi pada meja di ruang ptsp menggunakan tempered glass 10 mm dilapis
sticker sandblast sesuai gambar rencana
q. Rel laci dari besi tipe double sock dengan ball bearing rollers yang tidak akan
menimbulkan bunyi bilamana laci-laci keyboard dan mobile drawer, rel laci
yang direkomendasikan ex. Hafele atau setara.
r. Kayu yang dipakai harus bebas dari cacat retak dan pecah.
s. Ukuran laci file harus mengikuti standar. Apabila terdapat perbedaan ukuran
standar dengan gambar detail rancangan, Kontraktor wajib memberitahukan
Pengawas/konsultan perencana.
t. Pengecatan, sekrup, lem haverin, Aica Aibon atau sejenis yang telah disetujui.
u. Kunci central lock “Havele” untuk laci atau setara yang telah disetujui.
v. Plywood / multiplek untuk samping-samping laci
w. Plywood / multiplek untuk dasar laci.
x. Rel laci: double sock “Havele” atau sejenis yang telah disetujui.
y. Tarikan laci atau pintu “U” type, chrome finish, atau yang lain sesuai dengan
spesifikasi.
z. Engsel, 168 derajat, 360 derajat Havele Scharniere, Ferari atau sejenisnya
yang telah disetujui.
aa. Flap bracket: Havele atau yang telah disetujui.
ab. Persyaratan bahan kayu:
i. Mutu dan kualitas kayu adalah kayu lokal sesuai dengan persyaratan
bahan yang berlaku di Indonesia.
ii. Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar kering (oven), lurus,
tanpa cacat mata kayu, putih dan retak. Ukuran kayu adalah ukuran jadi
seperti tertera pada gambar kerja.
iii. Sebelum pelaksanaan semua pekerjaan kayu, material yang digunakan
harus sesuai contoh yang disetujui Pengawas dari setiap jenis-jenis kayu
yang dipilih.
iv. Jenis kayu yang dipergunakan :
Edging Menggunakan kayu jati solid berkualitas baik.
Plywood/multiplex dari produk lokal yang berkualitas baik. Setiap
lembar plywood yang dipakai harus mempunyai tanda/cap dari
pabrik pembuat.
Bahan kayu lapisan yang bersifat dekoratif (decorative veneers) dari
mega sungkay dengan pola serat lurus dengan kualitas super.
Kayu kamper oven solid untuk rangka (unfinished), kusen dan ruang
lingkup sesuai gambar rencana.
v. Harus dihindarkan adanya cacat-cacat kayu baik yang merupakan cacat
bawaan seperti terlalu banyaknya mata kayu, putih kayu, pecah-pecah
atau cacat yang terjadi karena kesalahan proses penebangan,
pemotongan dan penyimpanan seperti melenting, menggeliat dan
kebiruan (blue stain) serta cacat lain yang tidak dapat memenuhi standar
untuk pekerjaan ini.
vi. Untuk pekerjaan kayu yang bersifat dekoratif (decorative wood working),
digunakan :
Kayu sungkay berkualitas baik.
Ketebalan veneer yang dipersyaratkan adalah 1 (satu) mm yang
dihasilkan dengan sistem “quarter cut slicing” (bukan rotary slicing).
yang sesuai dengan gambar kerja dan kondisi lapangan. Shop drawing
tersebut harus diajukan kepada Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
iv. Kontraktor harus menyediakan manhole untuk pemeliharaan/perawatan
instalasi disiplin lain tersebut yang tersembunyi di balik permukaan kayu
yang luas.
v. Semua proses pemotongan dan pembuatan bentuk kayu dikerjakan
dengan menggunakan mesin, kecuali untuk detail tertentu atas
persetujuan Pengawas. Tidak diperkenankan proses pengerjaan
dilakukan di tempat pemasangan.
vi. Bentuk, ukuran, profil, nat dan peil yang tercantum dalam gambar
rencana adalah hasil jadi / finish. Bila ada penyimpangan tanpa
persetujuan Pengawas/Perencana, maka kontraktor harus membongkar
dan memperbaiki kembali tanpa mengurangi mutu yang disyaratkan.
vii. Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat
penggantung, anker, dynabolt, sekrup, paku dan lem perekat harus rapi
serta sempurna, tidak diperkenankan mengotori bidang-bidang tampak.
Khusus pada permukaan bidang tampak (exposed) tidak diperkenankan
pemasangan paku tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui
Pengawas/Perencana. Ukuran bahan/material sambungan adalah baut
“3/8” untuk balok kayu dengan dinding pasangan batu bata dan
permukaan beton. Paku dan sekrup sesuai keperluan, klem dari plat baja
strip tebal 3 mm, lebar 4 mm.
viii. Bilamana pada sistem perkuatan yang tertera dalam gambar dianggap
kurang kuat oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan tanggungan
Kontraktor untuk menambahkannya setelah disetujui oleh
Pengawas/Perencana. Dalam hal ini Kontraktor tidak dapat mengklaim
sebagai pekerjaan tambah.
ix. Semua pekerjaan pendempulan harus rapi, rata dan halus setelah
dempul kering digosok ampelas halus.
x. Untuk bahan material yang melekat pada kayu, bahan/material tersebut
harus diberi lapisan pelindung atau lapisan cat yang sesuai seperti yang
disyaratkan.
xi. Rangka kayu yang akan dipasang bahan penyelesaian lain harus
diperhalus, rata, dan waterpas.
xii. Hasil akhir dari pemasangan harus rata, lurus dan tidak melampaui
toleransi kerataan 2.5 mm setiap 2 m2.
xiii. Permukaan kayu yang terlihat atau yang akan dilapisi dengan bahan
material lain harus diserut sedemikian rupa dan harus memenuhi
persyaratan yang diinstruksikan oleh pabrikan material tersebut,
sehingga siap menerima bahan/material tersebut. Penggunaan meni
PASAL 4
PEKERJAAN SOFA
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pembuatan sofa sesuai dengan yang ditunjukkan dalam
gambar rencana dan sesuai petunjuk Pengawas.
2. Persyaratan Bahan
a. HPL bermutu baik dan tidak cacat
b. Multiplek tebal min 12 mm sebagai base panel HPL
c. Multiplek tebal min 12 mm sebagai rangka sofa.
d. Upholstery kain jok, Nylon wool ex. Ateja atau setara, serta harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
Polyester 1600 Denier / komposisi dan bahan dasar wool viscose / evalon.
Bersifat resistant dan non flameble,
Ketahanan zat warna terhadap sinar Xenon 5, daya tahan dan stabilitas
warna lebih dari 1 tahun,
Mempunyai ketahanan terhadap gesekan sebanyak 60.000 kali tanpa
kerusakan pada struktur benang,
Struktur tenun plain wave.
Pelapis kain back coated untuk mempertahankan struktur tenunan dan
tahan rentangan, sehingga ketahanan tekstil tersebut mempunyai umur
panjang.
e. Busa foam ex. Vita foam, Sigma foam atau setara, serta harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
Ketebalan busa minimal 8 cm atau sesuai gambar rencana.
Sebelum di bungkus, busa harus dilapisi terlebih dahulu dengan Cover.
Garansi produk selama 3 bulan masa pemeliharaan
f. Lembaran HPL dan multiplek yang cacat dan retak-retak tidak boleh digunakan
dan harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
g. Rangka multiplek sebagai base panel untuk penebal dan pengaku
h. Bahan perekat khusus untuk merekatkan material finishing yang digunakan
harus memenuhi persyaratan / instruksi petunjuk pabrikan.
i. Bahan perekat adalah lem kuning setara Aibon atau Fox
terpasang rapi, rata, sama rekat dan tidak bergelembung ataupun kerutan dan
pola yang ada harus baik dan sempurna
j. Bagian-bagian sofa yang telah difinish tidak boleh menampakkan adanya paku,
sekrup bekas paku maupun dempulan
PASAL 5
PEKERJAAN TREATMENT DINDING DAN KOLOM
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan multiplek finishing bestwood pada
kolom dan dinding ruangan yang ditreatment sesuai dengan yang ditunjukkan
dalam gambar rencana dan sesuai petunjuk Pengawas.
2. Persyaratan Bahan
a. Bestwood tebal 3 mm bermutu baik dan tidak cacat
b. Multiplek tebal min 9 mm sebagai backing atau base panel dari bestwood
c. Lembaran bestwood dan multiplek yang cacat dan retak-retak tidak boleh
digunakan dan harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
d. Rangka multiplek sebagai base panel untuk penebal dan pengaku
e. Bahan perekat khusus untuk merekatkan material finishing yang digunakan
harus memenuhi persyaratan / instruksi petunjuk pabrikan.
f. Bahan perekat adalah lem kuning setara Aibon atau Fox
j. Awal pemasangan dan sisa buangan harus dikoordinasikan dan disetujui oleh
Pengawas.
k. Setelah selesai dipasang, list dan treatment dinding / kolom harus diberi
perlindungan agar tidak rusak / cacat oleh pekerjaan lainnya.
l. Semua sambungan vertikal dan atau horisontal antar list harus terpasang rapi,
rata, sama rekat dan tidak bergelombang.
m. Bagian-bagian treatment dinding yang telah difinish tidak boleh menampakkan
adanya paku, sekrup bekas paku maupun dempulan
PASAL 6
PEKERJAAN BACKDROP
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pemasangan backdrop pada dinding ruangan sesuai dengan
yang ditunjukkan dalam gambar rencana dan sesuai petunjuk Pengawas.
2. Persyaratan Bahan
a. HPL bermutu baik dan tidak cacat, setara WINSTON/GRASMERINO/AICA
b. Bestwood tebal 3 mm, bermutu baik dan tidak cacat.
c. Lantai vinyl tebal minimal 3 mm, bermutu baik dan tidak cacat, setara Golden
Crown, Hachiko
d. Multiplek tebal min 12 mm sebagai base panel HPL ataupun Bestwood
e. Multiplek tebal min 15 mm sebagai rangka stage.
f. Lembaran HPL, Bestwood, atau multiplek yang cacat dan retak-retak tidak
boleh digunakan dan harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
g. Rangka multiplek sebagai base panel untuk penebal dan pengaku
h. Bahan perekat khusus untuk merekatkan material finishing yang digunakan
harus memenuhi persyaratan / instruksi petunjuk pabrikan.
i. Bahan perekat adalah lem kuning setara Aibon atau Fox
PASAL 7
PEKERJAAN CAT DUCO
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga kerja, pelaksanaan
pekerjaan cat duko pada permukaan logam dan kayu, serta pengamanan,
pengawasan dan pemeliharaan peralatan kerja, bahan-bahan utama dan
pembantu, sehingga diperoleh hasil pengecatan yang baik dan sempurna, sesuai
dengan spesifikasi, gambar rencana dan bill of quantity.
c. Warna cat ditentukan oleh perencana berdasarkan contoh dan katalog yang
diajukan oleh Kontraktor atau sesuai standar yang dimiliki oleh bagian Pemberi
Tugas.
d. Kontraktor harus menggunakan peralatan yang memenuhi ketentuan atau
rekomendasi yang dikeluarkan oleh pabriknya.
e. Pengecatan harus menggunakan alat semprot yang dilengkapi dengan
kompresor.
f. Sebelum mulai pelaksanaan, Kontraktor harus menyerahkan:
Contoh dan katalog, data teknis dari bahan cat dan bahan-bahan lain yang
diperlukan guna pelaksanaan pekerjaan antara lain contoh bahan-bahan
secara lengkap, kartu warna, aturan, prosedur, peralatan yang harus
dipakai serta data teknis yang berisi keterangan sifat dan ketahanan bahan
cat serta jaminan ramah lingkungan dan ramah manusia.
Contoh pelaksanaan pekerjaan pengecatan dalam komposisi lengkap.
Keseluruhan ini diperlukan guna pemeriksaan dan persetujuan
pelaksanaannya.
Surat garansi kualitas cat dan kualitas hasil pengecatan.
g. Edging coat menggunakan PVC bening dengan prosedur tertentu sesuai
dengan aturan aplikasi.
h. Bahan dempul yang dipakai adalah jenis Polyester lengkap dengan bahan
campuran untuk pengenceran dari merk Sampolac, Danagloss, Impra atau
merk lain yang setara dan disetujui. Dempul tidak boleh mengandung bahan
beracun/berbahaya seperti timah, air raksa, dan sebagainya.
n. Tunggu kira-kira satu jam hingga kering. Setelah kering, kemudian amplas
ringan dan ulangi langkah terakhir ini agar hasilnya maksimal.
o. Agar mengering sempurna, matarial harus didiamkan dalam ruangan
berventilasi baik selama minimal 24 jam.
PASAL 8
PEKERJAAN FINISHING HPL
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pemasangan HPL pada base panel sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar rencana.
2. Persyaratan Bahan
a. HPL bermutu baik dan tidak cacat, setara TACO / WINSTON / GRASMERINO /
AICA
b. Multiplek sebagai backing / base panel HPL tebal minimal 12 mm atau sesuai
dengan gambar rencana
c. Lembaran HPL dan multiplek yang cacat dan retak-retak tidak boleh digunakan
dan harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
d. Rangka multiplek sebagai base panel untuk penebal dan pengaku
e. Adhesive yang cocok untuk pemasangan HPL adalah adhesive yang bisa
merekatkan media dengan porositas besar (kayu olahan) dengan media yang
porositasnya sangat kecil (HPL). Formulasi terbaik lem berjenis ini ditawarkan
lem ethylene vinyl acetate atau EVA atau sesuai dengan instruksi petunjuk
pabrikan. Contoh lem dengan formulasi EVA adalah Eva Phaethon.
PASAL 9
PEKERJAAN FINISHING BESTWOOD
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pemasangan Bestwood pada base panel sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar rencana.
2. Persyaratan Bahan
a. Bestwood tebal 3 mm bermutu baik dan tidak cacat
b. Multiplek sebagai backing / base panel Bestwood tebal minimal 9 mm atau
sesuai dengan gambar rencana
c. Lembaran Bestwood dan multiplek yang cacat dan retak-retak tidak boleh
digunakan dan harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
d. Rangka multiplek sebagai base panel untuk penebal dan pengaku
e. Bahan perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan / instruksi
petunjuk pabrikan.
3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Permukaan bahan dasar (multiplek) harus dalam kondisi kering dan bersih
bebas debu / kotoran lainnya.
b. Harus memenuhi persyaratan / instruksi pabrik dalam mencampur dan
menggunakan bahan pelapis dan perekat.
c. Sebelum pemotongan bahan, pola dan warna harus diperiksa dan dicocokkan
dengan contoh yang telah disetujui oleh Pengawas.
PASAL 10
PEKERJAAN STAINLESS STEEL
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan bahan, alat bantu yang diperlukan
untuk melakukan pekerjaan ini secara lengkap meliputi pekerjaan interior melekat,
pekerjaan furniture dan pekerjaan lainnya seperti yang tercantum dalam gambar
rencana.
PASAL 11
PEKERJAAN TANDA-TANDA (SIGNAGE)
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-
alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanda-tanda/
simbol pada dinding dalam dan luar bangunan, logo, dan lain sebagainya sesuai
pada gambar rencana
2. Persyaratan Bahan
a. Bahan : Stainless steel 0,5 mm, acrylic 10 mm, acrylic 3 mm,
kaca 8 mm, sticker printing,
b. Disain, Warna : sesuai gambar rencana
c. Ukuran, font, dimensi : sesuai gambar rencana
3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-
gambar dan melihat kondisi di lapangan yang ada (ukuran dan lubang-lubang)
termasuk mempelajari bentuk/pola dan cara pemasangan.
b. Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing sesuai bentuk kondisi di
lapangan.
c. Kontraktor wajib membuat komponen jadi (mock-up) yang harus diperlihatkan
kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuan tertulis sebagai
acuan untuk pelaksanaan.
d. Khusus untuk tanda-tanda yang dipasang pada dinding granit/marmer,
pemasangan harus menggunakan sistem angkur/galvanis/
e. Pemasangan acrylic / kaca dengan bolt pengunci stainless
f. Pemasangan logo dan huruf penamaan pada backdrop menggunakan
stainless hairiness, tebal 2 cm, tinggi 10 cm dan 7 cm dengan base kaca 8
mm sesuai gambar rencana
g. Pemasangan penamaan pada setiap meja pelayanan di ruang ptsp
menggunakan sticker printing dengan base acrylic 3 mm sesuai gambar
rencana.
h. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan angkur-angkur,
klos-klos dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya.
i. Semua tanda-tanda/huruf harus terpasang siku, tegak lurus, rata serta tidak
melebihi batas toleransi kemiringan yang diijinkan.
j. Desain produk dan pemasangan harus mendapat persetujuan dari Perencana.
k. Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap
benturan benturan dari benda lain dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan
adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
PASAL 12
PEKERJAAN VERTIKAL BLIND
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-
alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan Veretikal Blind
dan lain sebagainya sesuai pada gambar rencana
2. Persyaratan Bahan
a. Bahan : Kain dengan tekstur kaki, Disain, Warna
sesuai gambar rencana
b. Ukuran, font, dimensi : sesuai gambar rencana
c. Merk : Onna/sharp point
4. Persyaratan Pelaksanaan
l. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-
gambar dan melihat kondisi di lapangan yang ada (ukuran dan Openingan)
termasuk mempelajari bentuk/pola dan cara pemasangan.
m. Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing sesuai bentuk kondisi di
lapangan.
n. Kontraktor wajib membuat komponen jadi (mock-up) yang harus diperlihatkan
kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuan tertulis sebagai
acuan untuk pelaksanaan.
o. Pemasangan penamaan pada setiap dinding mengunakan baut fisher sesuai
gambar rencana.
p. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan angkur-angkur,
klos-klos dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya.
q. Semua vertical blind harus terpasang siku, tegak lurus, rata serta tidak
melebihi batas toleransi kemiringan yang diijinkan.
r. Desain produk dan pemasangan harus mendapat persetujuan dari Perencana.
s. Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap
benturan benturan dari benda lain dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan
adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
BAB III
SYARAT-SYARAT TEKNIS DAN BAHAN
MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
PASAL 1
PERSYARATAN TEKNIS UMUM
1. Umum
Persyaratan ini merupakan bagian dari Persyaratan Teknis. Apabila ada klausul dari
persyaratan ini yang dituliskan kembali dalam persyaratan teknis ini, berarti
menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut dan bukan berarti
menghilangkan klausul klausul lainnya dari syarat-syarat umum.
3. Gambar-gambar
a. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu
kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya.
b. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari
peralatan, sedangkan pemasangannya harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada, petunjuk instalasi dari pabrik
pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan pengoperasian serta
pemeliharaannya jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
c. Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialis lainnya (bila ada)
harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing
instalasi.
d. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan
detail, “Shop Drawing” kepada Pengawas untuk dapat diperiksa dan disetujui
terlebih dahulu sebanyak 3 (tiga) set. Dengan mengajukan gambar-gambar
tersebut, Kontraktor dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang
berhubungan dengan instalasi ini. Persetujuan tersebut tidak berarti
membebaskan Kontraktor dari kesalahan yang mungkin terjadi dan dari
tanggung jawab atas pemenuhan kontrak.
e. Kontraktor harus membuat gambar-gambar terinstalasi, “As-built Drawings”
disertai dengan Operating Instruction, Technical and Maintenance Manual,
harus diserahkan kepada Pengawas pada saat penyerahan pertama
pekerjaan dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari atas 1 (satu) asli kalkir berikut
diskettenya dan 4 (empat) cetak biru dan dijilid serta dilengkapi dengan daftar
isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A0 atau A1 atau disebutkan
lain dalam proyek ini. As-built Drawing ini harus benar-benar menunjukkan
secara detail seluruh instalasi MEP yang ada termasuk dimensi perletakan
dan lokasi peralatan, gambar kerja bengkel, nomor seri, tipe peralatan dan
informasi lainnya sehingga jelas.
f. Operating Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan asli
(original) berikut terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebanyak 5 (lima)
set dan dijilid dan dilengkapi dengan daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya,
dalam ukuran A4.
4. Koordinasi
a. Koordinasi yang baik perlu dilakukan agar instalasi yang satu tidak
menghalangi kemajuan instalasi lain.
b. Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari
Pengawas, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibat
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
penggantinya harus dari jenis setara atau lebih baik (equal or better) yang
disetujui.
i. Bila Pengawas membuktikan bahwa penggantinya itu betul setara atau lebih
baik, maka biaya yang menyangkut pembuktian tersebut harus ditanggung
oleh Kontraktor.
j. Khusus peralatan utama, harus ditest dahulu oleh Pemilik dan didampingi
Konsultan Perencana di pabrik masing-masing yang sebelumnya sudah ditest
oleh pabrik yang bersangkutan dan disetujui untuk dikirim ke lapangan.
k. Semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini dikirim dan
dipasang dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan dengan baik,
Kontraktor harus melaksanakan pengujian secara keseluruhan dari peralatan -
peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan memenuhi fungsi-
fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit
lengkap dengan peralatannya dapat diserahkan berdasarkan Berita Acara oleh
Pengawas.
l. Atas penggunaan bahan / material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor,
Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis
lainnya.
PASAL 2
PEKERJAAN PLUMBING
1. Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan instalasi plumbing secara keseluruhan adalah
pengadaan, transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan-peralatan, bahan-
bahan utama dan pembantu, serta pengujian, sehingga diperoleh instalasi yang
lengkap dan baik sesuai dengan spesifikasi, gambar dan bill of quantity. Lingkup
pekerjaan secara garis besar adalah : Instalasi Sistem Air Bersih, Instalasi Sistem
Air Kotor/Limbah, dan Instalasi Sistem Pengolahan Air Limbah
3. Sistem Perpipaan
a. Lingkup pekerjaan sistem perpipaan meliputi :
Pipa, Valve, strainer
Sambungan, Sambungan fleksibel
Penggantung dan penumpu
Sleeve
Lubang pembersihan
Galian, pengecatan, pengakhiran
Pengujian
Peralatan Bantu
b. Persyaratan, Jenis dan Spesifikasi Bahan
Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter minimal dari pipa dan
letak serta arah dari masing-masing sistem pipa.
Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan atau spesifikasi dipasang
terintegrasi dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan
dengan bagian lainnya.
Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat
dan stress sebelum, selama dan sesudah pemasangan. Untuk pipa baja
di bawah tanah diberi lapisan anti karat densotape dengan ketebalan 2-3
mm.
Untuk jaringan air bersih digunakan pipa jenis PoliProphilyn PPr-PN10
dan harus memenuhi persyaratan atau standard-standard lainnya yang
disetujui oleh Pengawas
Untuk jaringan air kotor, air bangunan dan pipa vent, dipakai pipa
Polyvinyl Cloride-PVC. Pipa PVC yang dipakai berkatagori class AW (10
kg /cm2) JIS K 6742.
Pipa dan fitting yang digunakan dalam sistem pemipaan ini harus dari
jenis PVC dan berasal dari satu merk pembuat dan mengikuti standard
SII. Fitting dapat juga dari merk lain selama ada jaminan dari pabrik
pembuat pipa bahwa pipa yang diproduksi oleh pabrik itu menggunakan
fitting standard yang diproduksi oleh pabrik lain yang ditentukan oleh
pabrik pembuat pipa tersebut.
Semua pipa diberi lapisan pasir yang telah dipadatkan setebal 15-30
cm untuk bagian atas dan bagian bawah pipa dan baru diurug
dengan tanah tanpa batu-batuan atau benda keras yang lain.
Untuk pipa di dalam tanah yang labil, harus dibuat dudukan beton
pada jarak 2 - 2,5 m dan pada belokan-belokan atau fitting-fitting.
Instalasi pekerjaan pipa jaringan luar diletakkan pada struktur bangunan.
Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.
Setiap perubahan arah aliran untuk perpipaan air kotor yang membentuk
sudut 90°, harus digunakan 2 buah elbow 45° dan dilengkapi dengan
clean out serta arah dan jalur aliran agar diberi tanda.
Pemipaan harus ditumpu atau digantung dengan hanger, brackets atau
sadel dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan
pemuaian atau perenggangan.
Semua pipa harus diikat / ditetapkan dengan kuat dengan penggantung
atau angker yang kokoh (ringit), agar inklinasinya tetap, untuk mencegah
timbulnya getaran.
Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur
dengan jarak antara tidak lebih dari 2,5 m.
Penggantung atau penumpu pipa harus disekrup / terikat pada konstruksi
bangunan dengan insert / angker yang dipasang pada waktu
pengecoran beton atau dengan Ramset.
Pipa-pipa vertikal harus ditumpu dengan clem / clam dan dibuat dengan
jarak tidak lebih dari 3 m'.
Fitting harus dari jenis ‘injection moulded‘ sedangkan ‘welded
fitting‘ sama sekali tidak diperkenankan untuk dipergunakan dalam
sistem pemipaan.
Setiap sambungan berubah arah dibuat dengan WYE-45, TEE Sanitair
atau Combination WYE-45 atau long radius bend dengan Clean out.
Pipa vent service harus dipasang tidak kurang 15 cm diatas muka banjir
alat sanitair tertinggi dan dibuat dengan kemiringan minimum sebesar 1%
Kemiringan pipa dibuat sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar
dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pipa Vent yang menembus atap harus dipasang sekurang-kurangnya 15
cm diatas atap dan tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
Untuk pipa vent mendatar, jarak tumpuan sama dengan jarak tumpuan
pada pipa air kotor.
Pemasangan dan penempatan pipa-pipa ini disesuaikan dengan gambar
pelaksanaan dan dimensi dari masing-masing pipa tercakup pula dalam
gambar tersebut.
Disetiap Floor drain dilengkapi dengan U-Trap, untuk mencegah
masuknya gas yang berbau dalam ruangan.
Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan
ulir berlaku untuk ukuran sampai dengan 40 mm.
Semua sambungan ulir sampai dengan 2” harus menggunakan Seal
tape
Semua sambungan ulir 2 ½” ke atas boleh memakai Henep dan
zinkwite dengan campuran minyak cat.
Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk
pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir.
Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat Henep dan zink
white dengan campuran minyak.
Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau
roda, kemudian Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari
bekas cutter dengan reamer.
Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
Setiap pipa sesudah valve harus dipasang union untuk pipa sampai
dengan 2” dan menggunakan flens untuk pipa 2 ½” keatas.
Pada jaringan pipa harus dipasang union atau flens pada jarak
minimal 60 cm untuk memudahkan pemasangan dan perbaikan.
Sambungan Las
Sistem sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan air minum.
Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fittinglas. Kawat las
atau elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang
dilas.
Sebelum pekerjaan las dimulai Kontraktor harus mengajukan kepada
Pengawas contoh hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja
sesudah mempunyai surat ijin tertulis dari Pengawas.
Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus
untuk itu.
Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang
berkondisi baik menurut penilaian Pengawas.
Sambungan lem
Untuk pipa dengan dia. 2 inch atau lebih kecil menggunakan lem /
solvent cement.
Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem
yang sesuai dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk ini harus
dipergunakan alat press khusus. Selain itu pemotongan pipa harus
menggunakan alat pemotong khusus agar pemotongan pipa dapat
tegak lurus terhadap batang pipa.
Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti
spesifikasi dari pabrik pipa.
Dari 50 mg/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas atau dari 200 mg/l
chlor selama 1 jam setelah itudibilas.
Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 mg/l chlor selama 1 jam dan
setelah itu dibilas.
d. Pengujian
Sebelum dilakukan testing dilakukan dahulu :
Pemeriksaan sebagian-sebagian
Pemeriksaan setelah pemasangan
Tujuannya untuk mengetahui apakah konstruksi, fungsi, dan sistemnya
sudah memenuhi syarat dan sesuai dengan rencana.
Kontraktor harus melakukan pengujian terhadap setiap jenis alat.
Pipa yang akan ditanam atau dipasang di luar harus dites terlebih
dahulu sebelum diurug, dengan bagian perbagian, dengan tekanan
1,5 x tekanan kerja selama 1 jam tanpa ada penurunan tekanan
(antara 10 kg/cm2) dan dilanjutkan pengujian per sistem.
Setelah alat plumbing dipasang, dites selama ± 2 menit tanpa
penurunan tekanan, berlaku untuk umum kecuali untuk monoblock
dan faucet dan ditentukan oleh Pengawas.
Tangki air setelah dibersihkan harus diuji selama 24 jam tanpa ada
penurunan tinggi air.
Setelah pipa dan tangki diuji, dibersihkan dan dilakukan desinfeksi
sesuai PPI dengan sisa kadar chloor 0,2 ppm atau lebih, baik yang
di pipa atau di tangki.
Setelah itu dibersihkan (dibilas) dengan air bersih.
Pengisian pipa dengan air dilakukan sedikit demi sedikit dengan
pompa khusus untuk pengetesan.
Untuk mengetahui setiap alat berfungsi sesuai perencanaan,
dilakukan pengujian sistem aliran sampai tercapai pengukuran
yang diminta dalam perencanaan seperti kapasitas pompa,
kebisingan pompa (± 60 d ), tekanan air keluar kran 0,3 kg/ cm2 dan
lain-lain.
Semua pengetesan disaksikan oleh Pengawas dan akan dikeluarkan
sertifikat oleh Pengawas.
e. Pengecatan
Barang-barang yang harus dicat antara lain:
Pipa servis
Support pipa dan peralatan konstruksi besi
Flens
Peralatan yang belum dicat dari pabrik
Peralatan yang catnya harus diperbarui
Pengecatan pada pipa air bersih dan air panas hanya diberi tanda arah
panah jalur pipa tersebut.
Untuk pipa-pipa terlihat (exposed) harus diberi tanda dengan warna atau
cat yang warnanya akan ditentukan kemudian oleh Pengawas.
Untuk pipa-pipa dalam ceiling agar mudah dikenali diberikan tanda
warna/cat pada setiap jarak 4 m pada pipa-pipa induk begitu pula pipa-
pipa pada shaft dimana terletak pintu pemeriksaan
Untuk pipa air pemadam, pengecatan harus berwarna merah dan harus
dapat memberi indikasi adanya Instalasi Pemadam Kebakaran.
f. Testing dan Commissioning
Kontraktor akan melakukan semua testing pengukuran secara parsial
dan secara system, untuk mengetahui apakah seluruh instalasi yang
sudah dilaksanakaan berfungsi dengan baik dan memenuhi persyaratan
yang ditentukan.
Semua tenaga, bahan, perlengkapan yang diperlukan untuk
pelaksanaan testing adalah tanggung jawab Kontraktor. Prosedur dan
persyaratan pelaksanaan testing dan hasil test harus memenuhi semua
persyaratan yang dianjurkan oleh pabrik dan persyaratan lain yang telah
ditentukan.
PASAL 3
PEKERJAAN INSTALASI SISTEM AIR BERSIH
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi seluruh pekerjaan instalasi sistem air bersih yaitu penyediaan tenaga kerja,
pengadaan, pembuatan, pemasangan : tanki persediaan air bersih, pompa suplai,
pemipaan, pengkabelan, panel listrik, peralatan instrumen dan pengendalian,
peralatan penunjang dan plumbing, bahan-bahan utama dan pembantu, sehingga
diperoleh instalasi sistem air bersih yang lengkap dan baik, sesuai dengan
spesifikasi, gambar rencana dan bill of quantity.
Life Indicator
Perpipaan
Spesifikasi Filter:
Type : Vertical Cylinder Tank
Kapasitas : 0,4 m3/menit
Tekanan : 37 m
Material : Mild Steel with epoxy coating
vi. Water Level Controller
Jenis : Floatless, electrode water level
controller
Tegangan operasi : 24 volt , DC,
Lokasi : Roof Tank dan Ground Tank
Type : Electric dengan sitem relay ex Jerman.
Dipasang electrode pada roof tank dan ground tank untuk mengatur kerja
pompa transfer dan juga dipasang electrode untuk mengatur kerja pompa
deep well.
vii. Panel Kontrol Start – Stop dan Monitor
Konstruksi Panel
Panel harus terbuat dari pelat baja dengan ketebalan minimum 2
mm, rangka pelat baja konstruksi las dicat meni tahan karat dan
cat finish (cat bakar) warna abu-abu.
Tekukan-tekukan dan sambungan-sambungan antara pelat satu
dan yang lainnya harus dibuat rapi sehingga tidak terdapat
tonjolan-tonjolan bekas las.
Panel dilengkapi dengan pintu luar, pintu dalam, kunci dan handle
sehingga aman tetapi mudah pemeliharaan.
Komponen-komponen panel harus satu merk.
Motor-motor listrik yang mempunyai rating 5,5 HP keatas harus
dilengkapi dengan wye-delta starting unit.
Hal tersebut diatas tidak berlaku bagi mesin-mesin yang telah
memiliki bult-in starting device.
Pemasangan komponen-komponen panel harus diatur rapi dan
diperkuat sehingga tahan oleh ganguan mekanis.
Kabel yang digunakan dari jenis NYAF dan harus mempunyai
kemampuan hantar arus setingkat lebih besar dari rating
pengaman rangkaian dimana kabel digunakan.
Pemasangan kabel instalasiharus menggunakan sepatu kabel.
Komponen-komponen switching pada panel seperti magnetic
contactor, timer switch, disconnecting switch dan lain-lain harus
mempunyai rating setingkat lebih tinggi dari rating pengaman
rangkaian komponen-komponen tersebut.
Untuk pemasangan kabel instalasi didalam panel harus
disediakan terminal penyambung yang disusun rapi dan
ditempatkan pada lokasi yang tepat dalam arti kata pada bagian
panel dimana kabel instalasi tersebut masuk dan keluar dari
terminal penyambungan.
Pada setiap komponen panel, sepatu kabel, kabel instalasi serta
terminal penyambungan kabel harus diberi indikasi/lebel/sign
plates mengenai nama terminal / peralatan yang diatur instalasi
listriknya, label itu harus terbuat dari pelat alluminium atau sesuai
standard DIN 4070.
Kemampuan Operasi
Panel kontrol Start-stop dan Monitor pompa air bersih
Panel kontrol pompa harus dapat beroperasi untuk:
Menjalankan dan mematikan pompa.
Mengatur pengoperasian sitem pompa distribusi air bersih secara
bergantian
Mengatur seperti tersebut diatas harus dapat dilakukan baik
secara otomatis maupun secara manual.
Pemilihan tersebut harus dapat dilakukan melalui saklar pilih
/selektor switch.
Panel kontrol harus dilengkapi dengan alat peraga visual (wiring
diagram yang dilengkapi denagn indicator lamp, sehingga dari
panel kontrol tersebut dapat dimonitor operasi sistem pompa
distribusi air bersih.
Dari panel kontrol harus dapat diketahui bila kondisi air didalam
ground reservoir telah mencapai level yang paling rendah.
Operasi otomatis dengan menggunakan sensor tekanan
(pressure switch) yang dipasang pada pressure tank dan pressure
switch yang dipasang didalam pipa instalasi air bersih, sehingga
bila tekanan menurun pada nilai tertentu (nilai setting pressure
switch yang paling kecil), maka salah satu pompa akan
beroperasi, sebaliknya bila tekanan telah mencapai harga tertentu
(nilai setting yang besar), maka pompa yang sedang beroperasi
akan berhenti.
Operasi sistem pompa distribusi air bersih seperti tersebut diatas
akan terus berlangsung selama persediaan air didalam ground
reservoir berada pada batas-batas tertentu (maximum level),
sedangkan apabila level air didalam ground reservoir telah
mencapai batas-batas tertentu (minimum level) maka pompa akan
berhenti secara otomatis.
PASAL 4
PEKERJAAN INSTALASI SISTEM AIR KOTOR / LIMBAH
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi seluruh pekerjaan instalasi sistem air kotor/limbah yaitu penyediaan tenaga
kerja, pengadaan, pembuatan, pemasangan : bak sewage / sump pit, sewage
treatment plant, pompa sump pit, control box, manhole, sumur resapan, grease
interceptor, floor drain, roof drain, canopy drain, floor clean out, bahan-bahan utama
dan pembantu, sehingga diperoleh instalasi sistem air limbah yang lengkap dan
baik, sesuai dengan spesifikasi, gambar rencana dan bill of quantity.
Kemudian diteruskan oleh pipa induk ventilasi yang berada pada shaf dimana
perlepasan akhir pada lantai atap dilengkapi dengan vent-cup
Gelang karet / rubber ring untuk perapat sambungan pipa harus disimpan
secara baik pada tempat kering dan sejuk sehingga tidak terjadi perunahan
sifat fisika dan kimia karet tersebut.
Pipa harus dipasang secara sentris pada sambungannya .
Gelang karet tidak boleh terpuntir pada saat pemasangan dan pipa harus
ditekan dengan alat khusus untuk mendapatkan tekanan yang merata pada
setiap sambungan.
Persyaratan Pelaksanaan Pemipaan :
Pipa Tegak,
- Pipa harus dipasang dengan dudukan baja dan klem dari baja.
- Jarak maximum antara klem adalah 300 cm atau pada setiap jarak
sejauh jarak lantai ke lantai.
- Pipa tegak terpasang didalam shaft sesuai dengan gambar.
Pipa datar,
- Pipa harus dipasang dengan penggantung dari baja seperti
penggantung pipa air bersih
- Jarak antara penggantung harus mengikuti ketentuan berikut :
dia. 2 inch atau lebih kecil, setiap 200 cm
dia. 2 inch atau lebih besar, setiap 300 cm
dengan kemiringan minimum sebesar 1 %.
Pipa yang ditanam dalam tanah,
- Pada sisi bawah dari pipa tegak yang dihubungkan dengan pipa
datar harus diberi dudukan dari blok beton.
- Kedalaman pipa dari titik awal penanaman bervariasi sampai ke
bak titik sambung dengan saluran drainase tapak dengan kemiringan
minimum 0.5 %.
Semua pipa yang berada di dalam bangunan harus dipasang didalam
dinding/bagian dari bangunan pada arah vertikal maupun horizontal.
Sudut belokan yang diperbolehkan adalah 90 dan 45 derajad
Sebelum pipa dipasang, support harus dipasang dahulu dalam keadaan
sempurna.
Sebelum support dipasang harus dicat dengan zinchomate primer pintu.
Semua pemasangan harus rapih dan sebaik mungkin.
Saat pemasangan, ujung pipa yang belum akan disambungkan harus
ditutup dengan plug atau dop.
Semua pipa harus bertumpu dengan baik pada support.
Pipa dan fitting harus bebas dari tegangan dalam yang diakibatkan dari
bahan yang dipaksakan.
Start dan stop diatur secara otomatis oleh level switches yang berada di
bak sewage.
Pompa bekerja secara bergantian dan bersamaan.
Apabila beban aliran kecil, maka satu pompa bekerja secara bergantian.
Apabila beban aliran besar, maka pompa bekerja bersamaan.
Pengaturan kerja pompa dilakukan dari panel kontrol pompa.
d. Sumur Periksa (Control Box)
Sumur periksa harus dipasang pada setiap perubahan arah maupun setiap
jarak maksimum 20 meter pada pipa air limbah utama dalam tanah.
Sumur periksa harus dibuat dari konstruksi beton.
Dasar sumur bagian dalam berukuran minimal 500 x 1000 mm, serta harus
dibuat beralur sesuai fungsi saluran yaitu, lurus, cabang atau belokan.
Sumur periksa harus dilengkapi dengan tangga monyet, manhole dan pipa
vent.
Tutup sumur periksa dapat terbuat dari Stainless steel atau baja yang dilapisi
anti karat.
e. Manhole
Manhole terdiri dari rangka dan tutup dibuat dari besi tuang serta dilapis cat
bitumen.
Rangka dan tutup harus membentuk perangkap, sehingga setelah diisi
grease akan terbentuk penahan bau.
Diameter lubang untuk laluan orang sebesar minimum 500 mm sedangkan
untuk laluan peralatan harus sesuai dengan besaran peralatan tersebut.
Finishing permukaan manhole harus disesuaikan dengan peruntukan lokasi.
Tutup untuk manhole terbuat dari baja tahan karat atau stainless steel.
f. Drainase
Lingkup pekerjaan terdiri dari pengadaan dan pemasangan talang air hujan,
pembuatan saluran air hujan gedung ke saluran drainase luar bangunan,
sesuai dengan gambar rencana.
Pekerjaan Talang Air Hujan
Persyaratan bahan dan peralatan bantu:
Bahan pipa talang
Jenis : pipa PVC
Kelas : AW
Tekanan : 10 kg/cm2
Roof Drain
Jenis : Cast Iron cor
Konstruksi : sesuai gambar rencana
Persyaratan Pelaksanaan Pemipaan :
Pipa Tegak,
- Pipa harus dipasang dengan dudukan baja dan klem dari baja.
- Jarak maximum antara klem adalah 300 cm atau pada setiap jarak
sejauh jarak lantai ke lantai.
- Pipa tegak terpasang didalam shaft sesuai dengan gambar.
Pipa datar,
- Pipa harus dipasang dengan penggantung dari baja seperti
penggantung pipa air bersih
- Jarak antara penggantung harus mengikuti ketentuan berikut ini :
dia. 2 inch atau lebih kecil, setiap 200 cm
dia. 2 inch atau lebih besar, setiap 300 cm
dengan kemiringan minimum sebesar 1 %.
Pipa yang ditanam dalam tanah,
- Pada sisi bawah dari pipa tegak yang dihubungkan dengan pipa
datar harus diberi dudukan dari blok beton.
- Kedalaman pipa dari titik awal penanaman bervariasi sampai
ke bak titik sambung dengan saluran drainase tapak dengan
kemiringan minimum 0.5 %.
Sambungan,
- Sambungan untuk pipa dengan diameter lebih kecil dari 2 inch
menggunakan Solvent Cement.
- Sambungan untuk pipa dengan diameter lebih besar dari 2 inch
menggunakan sambungan Rubber-Ring.
g. Sumur Resapan
Rembesan yang dimaksud disini adalah untuk memasukkan air hujan yang
berasal dari pipa riser sebelum dialirkan over flow nya ke selokan kota.
Air yang akan dimasukkan dalam rembesan adalah air hujan.
Jenis rembesan yang dimaksud disini adalah sumur rembesan, pekerjaan
sumur rembesan akan merupakan pekerjaan divisi sipil / konstruksi.
Konstruksi sumur rembesan antara lain sbb :
Dasar sumur berupa batu kerikil
Dinding sumur berupa dinding berlubang yang dibuat dari beton atau
beton blok berlubang.
Tutup dibuat dari plat beton/ plat baja
Diantara tanah dan dinding luar harus diisi koral dan ijuk sesuai gambar.
Rembesan hanya dapat berfungsi dengan baik di daerah yang mempunyai
lapisan pasir kasar, maka bidang rembesan harus berada di lapisan pasir
kasar.
h. Floor Clean Out
Floor Clean Out yang dipergunakan disini adalah Surface Opening
Waterprooved Type
Floor Clean Out terdiri dari:
▪ Chromium plated bronze cover and ring heavy duty type
▪ PVC neck
▪ Bitumen coated cast iron body, screw outlet connection with flange for
waterprooving.
Cover dan ring harus dengan sambungan ulir dilengkapi perapat karet
sehingga mudah dibuka dan ditutup.
i. Roof Drain
Roof Drain yang dipergunakan harus dibuat dari Cast Iron dengan konstruksi
waterproof.
Luas laluan air pada tutup roof drain ialah sebesar dua kali luas penampang
pipa bangunan.
Roof Drain harus terdiri atas 3 bagian sebagai berikut :
▪ Bitumen Coated Cast Iron Body dengan water prooved flange.
▪ Bitumen Coated Neck for adjustable fixing.
▪ Bitumen Coated cover dome type
j. Canopy Drain
Canopy Drain yang dipergunakan adalah Floor Drain Bucket Trap Type.
k. P" TRAP
P" TRAP yang digunakan disini harus jenis single inlet.
Tinggi air minimum pada Trap 8 cm.
P" TRAP yang digunakan disini harus dibuat dari PVC class 5 kg/cm2.
Pemasangan P” TRAP pada setiap FD kamar mandi dan pada jalur utama
pipa buangan air limbah yang menuju bak sewage.
l. Sewage Treatment Plant
Sawage Treatment Plan menggunakan sistem pengolahan dengan
menggunakan bakteri pengurai.
Bahan Sawage Treat Plan dapat terbuat dari fiber glass.
Sistem kerja Sawage Treat Pland yaitu air limbah yang masuk harus dapat
diurai dengan menggunakan bakteri pengurai sehingga air yang dihasilkan
dari dalam Sawge Treatment Plan tersebut layak untuk dibuang ke saluran
kota (tidak berbau)
Sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar rencana dan spesifikasi ini
yang antara lain, tetap tidak terbatas pada :
Sawage Treatment Plan STP / Instalasi Pengolahan Limbah type Pakage
yaitu pengolahan Limbah dengan system gabungan.
Pengadaan dan Pemasangan seluruh peralatan sewage treatment
sampai sistem berjalan sebagaimana yang diinginkan.
Pembuatan gambar ”shop drawing” lengkap dengan sambungan-
sambungan yang dibutuhkan pada pihak lain.
Mengadakan pemeliharaan pada masa pemeliharaan yang ditentukan
selama 12 bulan.
Menyerahkan 3 set buku petunjuk dan perawatan kepada pemberi tugas.
Mengadakan analisa / memeriksakan hasil air buangan ke laboratorium.
Mengurus segala izin-izin yang diperlukan bagi pemasangan instalasi ini.
3. Bahan dan peralatan yang dipasang untuk pekerjaan plumbing, sistem air bersih
dan sistem air kotor / limbah harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan
untuk mengajukan alternatif lain yang setara dengan yang dispesifikasi ke
Pengawas. Kontraktor baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis
dari Pengawas. Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut
PASAL 5
PEKERJAAN INSTALASI SISTEM TATA UDARA
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi seluruh pekerjaan instalasi tata udara yaitu penyediaan tenaga kerja,
pengadaan, pembuatan, pemasangan Instalasi Tata Udara (Air Conditioning),
ARI
AMCA
CTI
ASTM
NEC
ASME
b. Kondisi Perancangan
Kondisi udara luar
- Temperatur 35 ° C
- Relative Humidity 65 %
Kondisi dalam ruangan yang dikondisikan
- Temperatur 20 ° C ± 2 ° C
- Relative Humidity 55 % ± 5 % RH
Noise Criteria
- Ruang Rapat 30 - 40 NC
- Ruang Kerja 35 - 45 NC
m.Instalasi
Semua instalasi, peralatan dan alat-alat bantu harus dipasang sesuai dengan
cara-cara pemasangan yang secara teknis praktis, baik dan dapat
dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan peraturan yang berlaku,
petunjuk dan instruksi pada brosur atau publikasi yang dikeluarkan pabrik
dari peralatan ataupun alat-alat bantu tersebut.
Semua landasan untuk peralatan dan motor, ukurannya sedemikian
rupa sehingga tidak ada bagian- bagian peralatan maupun motor yang
berada diluar landasan. Berat peralatan diartikan berat dalam operasinya.
Untuk peralatan seperti fan dan sejenis yang menggantung dan duduk
pada suatu platform, maka platform harus diperkuat dengan suatu frame
besi kanal (siku) yang dilas atau dibautkan, atau dikeling ke frame
sehingga cukup kuat, kaku dan tidak bergetar dalam operasinya.
Semua bagian instalasi yang menembus atap seperti duct, pipa, venting;
harus dilengkapi dengan pinggiran beton (curb) di sekeliling bagian instalasi
tersebut sehingga konstruksinya betul–betul kedap air.
n. Semua peralatan ataupun peralatan bantu dalam prinsip pemasangannya
harus mudah untuk bisa diamati, diservice dan mudah dicapai dalam perbaikan,
termasuk juga accessories duct seperti damper, filter dll. Untuk itu, Kontraktor
e. Condensing Unit
Sebelum melakukan start-up harus sudah memasang menjadi satu bagian
Condensing unit lengkap menjadi 1 (satu) kompresor dan motor, sistem
pelumasan, cooler / pendingin condenser, isolasi, sistem microprocessor
control dan dokumen petunjuk
Baik unit indoor maupun outdoor harus dirakit dan ditest di pabrik. Outdoor
unit harus terisi R410A dari pabrik, instalasi harus sesuai dengan standard
BS EN378: 2999 bagian 1 – 4.
Casing outdoor haruslah wheatherproof terbuat dari baja anti karat dilapisi
dengan Baked Enamel.
Outdoor dengan ukuran 5 HP dan 8 HP memiliki 1 kompressor SCROLL
Indoor yang terkoneksi ke outdoor mempunyai kapasitas dari 0.8 HP sampai
10 HP.
Noise level outdoor tidak boleh melebihi 68 DB(A) pada saat operasi normal,
terukur 1 meter secara horizontal dan 1.5 meter diatas pondasi.
Seluruh koneksi shut off valve di dalam outdoor unit harus di brazed untuk
mencegah kebocoran refrigerant
Peralatan kerja untuk instalasi refrigerasi sistem harus dipakai. Dry Nitrogen
(OFN) harus dialirkan kedalam sistem pemipaan selama dilakukan brazing
sehingga tidak terbentuk karbon didalam pipa yang nantinya bisa merusak
compressor.
Insulasi pipa refrigerant yang dipakai adalah tipe close cell XLPE dengan fire
rated Class “O” dengan ketebalan minimal 10 mm untuk Suction lines dan 10
mm untuk Liquid lines dan mesti dilindungi dengan penutup pada bagian
yang terexpose dengan sinar matahari, lebih disukai insulation yang 1 merk
dengan pipa refrigerant yang disupply
Insulation yang digunakan Armaflex, INABA DENKO atau setara.
Refrigerant yang dipakai Dupont, Honeywell atau setara
Pekerjaan brazing harus dilakukan oleh kontraktor pemasang dengan
diawasi oleh perwakilan dari pabrik.
g. Fan Coil Unit
Indoor unit harus dari jenis dan kapasitas yang sesuai dengan yang ada
pada BQ sesuai dengan design condition
Terdiri dari komponen dasar: Fan, Evaporator koil dan electronic
proportional expansion valve. Electronic proportional expansion valve harus
bisa mengontrol aliran refrigerant kedalam unit indoor sesuai dengan beban
pendinginan yang dibutuhkan oleh ruangan. Control response harus
memakai tipe Proportional Integral Derivative (PID)
Fan haruslah direct drive centrifugal. Dengan tegangan operasi 220–240 volt
AC, 1 phase dan 50 Hz.
Indoor type ducted haruslah mempunyai static pressure external yang sesuai
dengan spesifikasi di gambar dan di BQ
Filter udara untuk type ducted harus disupply oleh kontraktor pemasang.
Filter udara untuk model ductless harus disupply dari pabrik
Koil evaporator haruslah type DX yang terbuat dari icopper tubes yang
dipasangkan ke alumunium fin secara mekanis.
Fasilitas Auto swing untuk tipe wall, cassette dan under ceiling haruslah
standard dari pabrik. Pipa 25 mm yang terinsulasi haruslah dipasangkan
sebagai pipa drain dari setiap indoor unit menuju ke daerah pembuangan air
drain.
h. Kontrol
Sistem kontrol harus memakai 2 kabel dengan diameter inti 0.75mm2-
1.25mm2 tipe PVC non screened CY flexible control cabling dari indoor unit
ke outdoor unit. Sistem kontrol juga harus dilengkapi dengan automatic
address setting function yang merupakan standard
Remote control untuk indoor unit harus bisa melakukan fungsi: on/off
switching, fan speed selector, thermostat setting dan merupakan tipe liquid
crystal display yang menampilkan temperature setting, operational mode,
PT. Alocita Mandiri
III - 47
RKS TEKNIS – LANJUTAN PEMBANGUNAN GEDUNG DAN SARANA LINGKUNGAN PENGADILAN NEGERI
WANGIWANGI
Pengadialan Negeri Wangiwangi
Pada prinsipnya exhaust fan yang dipasang adalah exhaust fan dari type
yang umum digunakan, dimana :
- Kapasitas : sesuai gambar rencana
- Type : sesuai gambar rencana
- Static Pressure : 0,2 - 0,5 in WG
- Warna : ditentukan kemudian
Pemasangan fan termasuk instalasi kabel dari panel, remote, on off switch
dan pilot lamp.
Bagian fan yang berhubungan dengan udara luar, di daerah outletnya harus
diberi kawat nyamuk Stainless Steel yang bisa dibuka untuk dibersihkan.
Axial Fan
- Impeller fan dari type airfoil blade, adjustable pitch dan harus digerakan
langsung.
- Material fan :
Casing : mild steel hot dipped galvanized
Impeller : alluminium die- cast
Shaft : carbon steel
Pelumasan : grease ball bearing
- Bisa dilakukan speed kontrol motor fan.
- Motor dari jenis TEFC, IP 54, isolasi kelas F.
- Untuk fan diameter 500 ke atas, Casing fan harus dilengkapi dengan
acces panel.
- Fan lengkap dengan counter flens untuk peyambungan ke ducting.
- Dilengkapi dengan accessories bell mouth (inlet cone) bila inlet suction
tidak disambungkan ke duct (seperti ditunjukkan dalam gambar).
Propeller Fan (wall atau ceiling fan)
- Fan dari tipe propeller untuk dinding maupun ceiling, kecuali bila
dinyatakan ceiling fan dari type centrifugal seperti ditunjukkan dalam
gambar.
- Fan harus digerakan langsung.
- Untuk fan dinding yang berhubungan dengan luar lengkap dengan
automatic shutter dari jenis alluminium (bila ditunjukkan dalam gambar
rencana).
- Untuk fan dinding dengan kapasitas besar dan static pressure tinggi
(high pressure fan), rangka fan dari baja yang dicat anti karat
dengan impeller dari alluminium die-cast.
In-line Centrifugal Fan
- Blade fan harus dirancang aerodinamis, bacward curve dari plate
allumunium dan digerakan langsung.
- Casing terbuat dari heavy gauge (1,4 mm minimum) mild steel lengkap
dengan flange di kedua sisinya untuk menyambung ke ducting dan dicat
akhir dengan epoxy powder.
7. Peredam Getaran
a. Meliputi pengadaan dan pemasangan alat peredam getaran (Vibration
Isolation/ Eliminator) untuk semua mesin yang bergetar seperti Indoor Unit,
Out Door Unit, Split System Unit, Fan dan kalau dirasa perlu juga untuk duct dll.
b. Alat peredam getaran (Vibration Isolator) ini harus dapat meredam getaran
mesin dengan effisiensi 90%. Jenis peredam getaran yang dipilih harus sesuai
dengan kebutuhan mesin/unit yang akan diredam getarannya. Peredam getaran
yang terpasang harus sesuai dengan persyaratan/ rekomindasi pabrik pembuat
alat/mesin. Peredam getaran dapat berupa Neoprene Pad, Neoprene Mounts,
Spring Isolators, Restrain Isolators, Pipe Hanger dll.
8. Pekerjaan Ducting
a. Lingkup pekerjaan ducting adalah penyediaan tenaga kerja, pengadaan,
pembuatan, pemasangan dan fabrikasi duct lengkap dengan isolasi/tanpa
isolasi, spliter damper, volume damper, diffuser, grilles, register, dan
attenuator dlsb., berikut peralatan bantu yang menunjang pekerjaan, sehingga
diperoleh suatu instalasi ducting yang lengkap dan baik, serta diuji dengan
seksama agar siap dipergunakan dan sesuai dengan spesifikasi, gambar
rencana dan bill of quantity.
c. Umum
Jika tidak diterangkan secara khusus, maka istilah ducting secara umum
berarti pekerjaan duct, fitting, damper, support dan lain-lain
komponen/accessories yang diperlukan untuk melengkapi instalasi ini.
Jalur-jalur ducting yang terlihat pada gambar rencana adalah gambar dasar
yang menunjukkan route dan ukuran ducting. Kontraktor wajib menyesuaikan
dengan keadaan setempat (shop drawing) dan dengan jalur-jalur instalasi
lainnya, berikut detail atau potongan-potongan yang diperlukan dan
mendapatkan persetujuan dari Pengawas sebelum dilaksanakan.
Ukuran seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana adalah ukuran bersih
dan penampang laluan udara. Jika diperlukan internal lining untuk ukuran
duct tersebut, berarti penampang harus diperbesar sesuai ketebalan lining.
Bahan duct dari pipa PVC.
10. Plenum
a. Plenum sesuai dengan dimensinya harus menggunakan material sesuai
dengan ketentuan yang tersebut terdahulu.
b. Seluruh sisi plenum harus diperkuat dengan besi siku 40 x 40 x 3 dan kalau
perlu memakai bracing pada sisi yang paling panjang.
Solder lunak "tintead 50-50" tidak boleh dipergunakan, solder tintead 95-5"
dapat dipergunakan kecuali pada pipa discharge gas panas.
Pipa jenis "soft drawn tubing" dapat disambung dengan solder, nyala api atau
lainnya yang sesuai untuk pipa refrigerant. Pada pipa "precharged refrigerant
lines" yang disediakan oleh pabriknya maka harus dipasang sesuai dengan
persyaratan pabrik.
Pipa refrigerant harus disangga dan digantung dengan baik untuk mencegah
melentur dan meneruskan getaran mesin kepada bangunan.
Pipa refrigerant harus dipasang sesuai dengan persyaratan "Ashrae Guide
Book" dan atau persyaratan pabrik.
Fitting untuk flare points menggunakan jenis standar SAE forged brass flare
menurut ARI standard 720 dengan unit short shank flare.
Strainer dipasang dalam jaringan refrigerant sebelum masuk ke thermostatic
expansion valve.
12. Thermometer
a. Dipasang seperti ditunjukkan dalam gambar.
b. Thermometer yang dipasang cocok untuk batas-batas temperatur yang
diperlukan dari media ini.
c. Mempunyai dua bacaan dalam F dan C
d. Type thermometer adalah Industrial tipe dengan posisi sudut pembacaan yang
dapat dirubah-rubah kedudukannya.
e. Sumur dari thermometer harus betul-betul tercelup kedalam media yang diukur
terutama bila ada isolasi pipa.
f. Thermometer harus dikalibrasi dulu sebelum dipasang.
PASAL 6
PEKERJAAN LISTRIK ARUS KUAT
1. Umum
a. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik
dalam spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-
2. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi seluruh pekerjaan instalasi elektrikal yaitu penyediaan tenaga kerja,
pengadaan, pembuatan, pemasangan Instalasi Sistem elektrikal, bahan-bahan
utama dan pembantu, sehingga diperoleh suatu instalasi elektrikal yang
lengkap dan baik, serta diuji dengan seksama agar siap dipergunakan dan
sesuai dengan spesifikasi, gambar rencana dan bill of quantity.
b. Pengadaan, pemasangan dan pengaturan dari perlengkapan dan bahan yang
disebutkan dalam gambar atau Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, antara
lain:
Sistim penerangan secara lengkap termasuk di dalamnya pengkawatan dan
konduit, titik nyala lampu, armature, saklar dan seluruh stop-kontak.
Kabel feeder untuk panel penerangan dan panel-panel tenaga
Panel-panel penerangan, Panel-panel tenaga, Panel Distribusi Utama (PDTR)
secara lengkap.
Pengadaan dan pemasangan peralatan kontrol berikut panelnya.
Pekerjaan pentanahan / grounding
c. Pengadaan, pemasangan dan mengecek ulang atas design, baik yang telah
disebutkan dalam gambar / Rencana Kerja dan Syarat-syarat maupun yang
tidak disebutkan namun secara umum/teknis diperlukan untuk memperoleh
suatu sistim yang sempurna, aman, siap pakai dan handal.
d. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengujian, dan pengesahan seluruh instalasi
listrik yang terpasang.
1 Cubicle Incoming G1
1 Cubicle Outgoing G1
Instalasi
Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya dan harus rata (horizontal).
Setiap kabel yang masuk / keluar dari panel harus dilengkapi dengan
gland dari karet atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang
tajam. Semua panel harus ditanahkan.
Ketentuan Teknis Bahan dan peralatan
Panel Kontrol Generator (PK), AMF, Automatic load sharing
Type : Free standing, front operated
Tegangan : 380 – 415 V
Protection device : Circuit breaker minimum 24 kA dengan over
current Short circuit, under voltage dan over voltage
relay, earth fault relay dan reserve power relay.
Protection : IP 23
Measuring Device :
Ammeter c/w current transformator
Voltmeter c/w 7 step selector switch
Frequency meter
Power factor meter
KWH meter
KW meter
Hours meter
DC Volt meter
DC Ampere meter
Signal Lamps :
Main CB “ON”
Main Failure
Genset Running
Genset on Load
Alarm Enable
Battery On
Low Oil Pressure
Over Temperatur
Engine Over Speed
Start Failure
Under Voltage
Charge Failure
Reverse Power
Emergency Stop
CB Tripped
Push Button :
Signal Lamp Test
Signal Reset
Emergency Stop
CB “ Closed”
CB “ Open”
h. Kabel Tegangan Rendah
Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas.
Spesifikasi ini menjelaskan persyaratan bagi kabel tegangan rendah yang
harus memenuhi persyaratan kemampuan melakukan arus pada temperatur
35°C, temperatur maximum kabel dalam keadaan berbeban tidak boleh
melebihi 70°C dan temperatur maksimum kabel untuk arus hubung singkat
tidak boleh lebih 250°C.
Pada prinsipnya kabel-kabel yang dipergunakan adalah jenis NYY, NYM,
NYA, NYFGbY, FRC, NYMHY, BCC. Untuk kabel feeder / power dari jenis
NYY, kabel penerangan dipergunakan kabel NYM sedangkan untuk kabel
grounding dari jenis BCC
Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan min. 0,6
KV dan 0,5 KV untuk kabel NYM
Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm²
Kabel harus terdiri atas :
Dua atau empat penghantar yang terbuat dari kawat tembaga pilin
atau tembaga "compacted" yang dipilin.
Lapisan isolasi bahan PVC pada setiap penghantar phasa maupun
penghantar netral.
Lapisan pengendap yang tahan air dikelilingi urat-urat penghantar
phasa dan pengisi ruangan diantara kawat phasa.
Lapisan pengendap kedua diluar lapisan pengendap diatas.
Pelindung dari pita bahan diatas lapisan pengendap kedua sesuai
dengan persyaratan IEC (NYFGbY).
Diluar lapisan pelindung pipa baja diberi lapisan plastik sebagai pelindung
Kabel FRC (kabel tahan api) harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Fire Resistance
Fire Retardant
Low Smoke
Halogen Free
Low toxicity
Low corrosivity
Ambient Temperature : 20 – 60ºC
i. Fixtures dan Armature
Fixture penerangan harus dari jenis yang tertera dalam gambar. Harus dibuat
dari bahan yang sesuai dan bentuknya harus menarik dan pekerjaannya
harus rapih dan baik, tebal plat baja yang dipakai untuk housing fixture
minimum 0,7 mm. Kontraktor harus menyediakan contoh-contoh dari semua
fixture yang akan dipasang kepada Pengawas untuk disetujui.
Kecuali ditunjuk atau dipersyaratkan lain, kabel-kabel untuk "fixture" harus
ditutup asbestos dan tahan panas. Tidak boleh ada kabel yang lebih kecil
dari 2,5 mm², kawat-kawat harus dilindungi dengan "tape" atau "tubing"
disemua tempat dimana mungkin ada abrasi.
Semua kabel-kabel harus disembunyikan dalam konstruksi armature kecuali
dimana diperlukan penggantungan rantai atau kalau pemasangan /
perencanaan fixture menunjuk lain. Tidak boleh ada sambungan kabel dalam
suatu armature dan penggantungan dan harus terus menerus utuh mulai dari
kotak sambung ke terminal-terminal khusus pada armature-armature lampu.
Saluran-saluran kabel harus tidak tajam dan dilindungi sehingga tidak
merusak kabel.
Semua fixture harus dilengkapi dengan lampu-lampu dan dipasang sesuai
dengan persyaratan dan gambar. Untuk lampu pijar memakai lamp holder
dan base type edison screw, untuk lamp holder type edison screw kabel
netral tidak boleh dihubungkan ke centre control, kecuali dipersyaratkan lain.
Lampu fluorescent haruslah dari jenis cool white.
Semua lampu fluorescent atau lampu lainnya yang memerlukan perbaikan
factor daya harus dilengkapi dengan capacitor. Dalam spesifikasi ini
besarnya "microfarad" dari kapasitor untuk setiap lampu tidak terlalu
ditekankan karena yang dibutuhkan adalah hasil akhir dari power factor
menjadi sekurang-kurangnya 0,95.
1. Reccessed Mounted (RM)
Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.5 mm dengan
cat powder coating warna putih.
Reflector dibuat dari alumunium mirror tebal 0.45 mm.
Louver dibuat dari alaumunium anodized double mirror (M4)
Daya yang dipakai adalah sesuai dengan Gambar Rencana.
Tabung lampu yang dapat dipakai adalah Seri 84 (Natural White) TL-D
atau sesuai dengan persetujuan Pengawas.
2. Lampu TL-LED
Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.3 mm dengan
cat powder coating warna putih
Tabung lampu yang dipakai adalah TL-LED 18 watt atau sesuai dengan
persetujuan Pengawas.
Lampu Fluorescent/TL ESS 18 Watt Standar
- Lampu Fluorescent gas discharge tube type, standar, warna putih.
convex yang polos (clear), high impact glass dan waterproof, lengkap
dengan dudukan.
Daya : HID 150 Watt/220 v, 50 Hz
Type : IA3 - N, Colour Natural.
Under Ground
Fitting lampu : standar E-27
9. Lampu Taman Lingkungan (Landscape ligthing)
Housing bahan cast allumunium dan stainless steel, lensa penutup
trosted lexan: clear molded glass. Lampu dilengkapi tiang ø 82/76 mm
dengan anchor rods dan mounting plate dan socket bi-pin pash in. Tiang
bahan galvanized steel tinggi 30 Cm / 10 Cm, standart warna tiang
lengkap accessories.
Daya : 1 x PLC 13 W / 220 V, 50 Hz
Type : DB 14-H / DB 30-H
Fitting lampu : standar E-27
10. Ballast
Ballast harus leak proof, mempunyai temperature kerja rendah, noise-
less, ballast dengan rumahan dari bahan polyester. Untuk lampu TL
dengan 2 (dua) lampu disusun/digunakan "twin lamp ballast"/2 (dua)
ballast (anti stroboscopic).
Rated tegangan 220 Volt. Rugi-rugi/losses ballast tidak lebih besar dari :
TL 15 Watt, losses max. 7,5 Watt
TL 20 Watt, losses max. 9,0 Watt
TL 28 Watt, losses max. 9,5 Watt
Ballast harus dilengkapi dengan connection terminal.
11. Lamp Holder dan Starter Holder (Sochets)
Lamp holder dan starter holder dari material white plastic, unobtrusive
dan touchproof. Lamp holder dan starter holder antri vibration contact.
Rating lock lamp holder type, dengan atau tanpa starter socket yang
disesuaikan dengan rumahan yang digunakan. Untuk lamp TL led 2 x 28
Watt continue row, tanpa atau pakai air troffer harus memakai twin lamp
holder (merupakan 2 lamp holder menjadi satu unit).
12. Starter
Starter untuk lamp fluorescent mempunyai reliability. Terbuat dari high
quality white polycarbonate. Rating starter disesuaikan dengan rating
lampu TL.
13. Kabel
Kabel instalasi penerangan dan general outlet jenis NYM,
penampang 2,5 mm² dipasang dalam konduit jenis 3/4" standar
lengkap accessories.
Kabel yang digunakan harus memenuhi persyaratan SII dan SPLN.
Kabel tahan api: seperti dalam daftar material
4. Perlengkapan Instalasi
a. Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk
melengkapi instalasi agar diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan, handal
dan mudah perawatan.
b. Seluruh klem kabel yang digunakan harus buatan pabrik.
c. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam junction box/doos, warna
kabel harus sama.
d. Juction box/doos yang digunakan harus cukup besar dan dilengkapi tutup
pengaman.
Panel distribusi utama harus seperti tertera pada gambar, kecuali ditunjuk
lain. Seluruh assembly termasuk housing, busbar, alat-alat pelindung harus
direncanakan, dibuat, dicoba dan dimana perlu diperbaiki sesuai dengan
persyaratan. Panel distribusi utama harus dari jenis in door type terbuat dari
plat baja tebal minimum 2 mm.
Konstruksi harus terbuat dari rangka baja struktur yang kaku, yang bisa
mempertahankan strukturnya oleh strees mekanis pada waktu hubung
singkat Rangka ini secara lengkap dibungkus pada bagian bawah, atas dan
sisi dengan plat-plat penutup (metal clad) harus cukup louvers untuk ventilasi
dimana perlu untuk mengatasi kenaikan suhu dari bagian-bagian yang
mengalirkan arus dan bagian-bagian yang bertegangan sesuai dengan
persyaratan PUIL-1987LMK/ VDE untuk peralatan yang tertutup. Material-
material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna terhadap
kemungkinan percikan air. Semua meteran dan tombol transfer yang
dipersyaratkan harus dikelompokkan pada satu papan panel yang berengsel
yang tersembunyi.
Seluruh kabinet, panel kontrol, panel listrik, pemutus daya (CB), saklar, dan
bagian-bagian lainnya dari peralatan, jika tidak disebutkan dalam hal-hal lain,
harus dibuatkan papan nama untuk mengindentifikasi/ penggunaan nama
alat tersebut. Papan nama harus terbuat dari back plat stainless steel dengan
huruf digravier timbul.
Untuk keseluruhan, papan nama harus berukuran 1,5 inches (3,81 cm) tinggi
dengan lebar seperlunya dengan tinggi huruf 1,0 inches (2,54 cm), untuk
ukuran yang lebih kecil dimana penutupnya terbatas gunakan 1,5 inches
(3,81 cm) tinggi dari plat. Dan ketebalan plat minimum 3 mm.
Semua terminal cabang harus diberi lapisan tembaga (ver-tin) dan disekrup
dengan menggunakan mur-baut ring dari bahan tembaga atau mur-baut yang
diberi nikel (atau stainless) dengan ring tembaga.
Bila dalam gambar dinyatakan adanya cadangan maka ruangan-ruangan
tersebut harus dilengkapi dengan bus, klem-klem pemasangan, pendukung
dan sebagainya, untuk peralatan yang dipasang dikemudian hari dapat
berupa equipment busbar, panel baru, switch, circuit breaker dan lain-lain.
Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur seperti pada gambar.
Meter-meter adalah dari type "moving iron vane type" khusus untuk panel,
dengan scale sirkular, flush atau semi flush, dalam kotak tahan getaran,
dengan ukuran 144 x 144 mm atau 96 x 96 mm, dengan skala linier dan
ketelitian 1,5%. Posisi dari saklar putar untuk voltmeter (Voltmeter Selector
Switch) harus ditandai dengan jelas.
Trafo arus adalah dari type kering, dalam ruangan type jendela dengan
perbandingan kumparan yang sesuai dengan ketelitian 0,3 dengan burden
sesuai dengan standar-standar VDE. Pemasangan harus kuat dan dapat
menahan gaya-gaya dan mekanis pada waktu terjadinya hubungan singkat.
PASAL 7
PEKERJAAN SISTEM PENANGKAL PETIR
1. Umum
a. Yang dimaksud dengan sistem penangkal petir dalam pekerjaan ini ialah
semua penyediaan dan pemasangan sistem penangkal petir, termasuk disini
2. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah pengadaan dan pemasangan
instalasi penangkal petir jenis non radioaktif, termasuk protector head
(terminal/batang penerima), down conductor pentanahan/grounding dan bak
kontrolnya serta peralatan lain yang berkaitan dengannya sebagai suatu sistem
keseluruhan maupun bagian-bagiannya seperti yang tertera pada gambar-
gambar maupun yang dispesifikasikan.
b. Termasuk didalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material, instalasi
dan testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama
12 bulan.
c. Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum didalam gambar maupun pada
spesifikasi/syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan
instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan kedalam pekerjaan ini.
d. Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah
pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material,
peralatan dan perlengkapan sistem penangkal petir sesuai dengan
peraturan/standar yang berlaku seperti yang ditunjukkan pada syarat-syarat
umum untuk menunjang bekerjanya sistem/peralatan, walaupun tidak
tercantum pada syarat-syarat teknis khusus atau gambar dokumen.
b. Batang Peninggi
Sistem penangkal petir dipasang setinggi 5 (satu) meter dari atap bangunan,
sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya, dan harus di sesuaikan
dengan gambar rencana.
c. Konduktor
Konduktor / penghantar haruslah memenuhi test standard IEC 60 – 1: 1989
dari kabel high voltage shielded BC 50 mm². Konduktor ini harus mampu
mencegah terjadinya side flashing dan electrification building. Konduktor dari
batang peninggi / tiang ke bak kontrol pentanahan seperti gambar rencana.
Seluruh konduktor, harus tidak ada sambungan baik yang horizontal maupun
yang vertical / jalur menara, dengan kata lain kabel tersebut harus menerus
dan utuh tanpa sambungan.
Sebelum sampai pada bak control, Konduktor harus diberi pelindung dari
PVC 1,5” setinggi + 2 meter dari permukaan tanah.
d. Sambungan pada bak kontrol
Sambungan pada bak kontrol harus menjamin suatu kontak yang baik antar
penghantar yang disambung dan tidak mudah lepas. Sambungan harus dapat
dibuka untuk keperluan pemeriksaan atau pengetesan tahanan tanah (ground
resistance).
e. Penambat / Klem
Kabel yang turun kebawah vertikal harus diklem agar kuat, lurus dan rapi dan
ditambatkan pada rangka/dinding bangunan.
f. Pentanahan
Tahanan tanah harus lebih kecil dari 2 Ohm. Ground rod harus terbuat dari
tembaga seperti gambar rencana, ditanamkan ke dalam tanah secara vertikal
sedalam minimal 12 (dua belas) meter dan harus mencapai air tanah.
g. Bak Kontrol
Pada setiap ground road harus dibuatkan bak pemeriksaan (bak kontrol).
Sambungan dari Down Conductor ke elektroda pentanahan harus dapat dibuka
untuk keperluan pemeriksaan tahanan tanah. Sambungan/klem penyambungan
harus dari bahan tembaga.
Bak control terbuat dari pasangan batu bata dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm
dan diberi tutup beton yang dapat dibuka untuk pemeriksaan.
h. Pemasangan Head Protector / Penangkal Petir
Pemasangan head protector dipasang sesuai gambar rencana.
i. Surat Ijin
Kontraktor harus mempunyai ijin khusus dan berpengalaman dalam
pemasangan penangkal petir dan dibuktikan dengan memberikan daftar
proyek-proyek yang sudah pernah dikerjakan.
PASAL 8
PEKERJAAN SISTEM TELEKOMUNIKASI (TELEPON / PABX)
1. Lingkup Pekerjaan
a. Mengurus perijinan, penyambungan minimal 3 line telepon, key telepon dengan
kapasitas ekstension sesuai gambar rencana, lengkap dengan MDF.
b. Mempersiapkan dan memasang jaringan dalam (indoor wiring system), meliputi
penyediaan dan pemasangan kabel dan pipa instalasi telepon, kabel feeder
telepon, kotak kontak telepon dan kelengkapan lainnya.
c. Mengadakan dan memasang pesawat telepon standard dan eksekutif yang
dilengkapi dengan display dan hands free atau sesuai gambar rencana.
d. Mengadakan dan memasang terminal box telepon.
mengadakan dan memasang sistem pengetanahan untuk PABX ini terlepas dari
sistem pengetanahan listrik yang ada, dengan tahanan maksimal 1 . Termasuk
disini 'earthing wire', 'grounding elektrode', pencapaian tahanan pengetanahan
sesuai yang direkomendasi oleh pabrik/manufacturer dan instalasinya.
k. Sumber Tenaga Listrik/Power Supply
PABX bekerja dengan sistem arus searah 48 Volt DC. Sistem power supply
tercakup: rectifier, battery dan panel dengan proteksi baik pada sisi AC/220 Volt
maupun pada sisi DC/48 Volt.
Rectifier / Penyearah
Rectifier haruslah: solid state, electronically controlled type dan dapat bekerja
paralel rectifier meliputi dan memenuhi :
Kebutuhan tegangan dan ampere
Switched floating and charging mode
Increased level mode
Mains fluctuation + 10 % / - 15 %
Voltage stabilization + 0,5 % of value set
Ripple voltage 1 mV
Under and over voltage protection
Failure alarm
Explosion proof DC fused
Rectifier harus mampu untuk melakukan 'rechaging' lengkap ke battery
selama waktu 24 jam.
Battery
Telecomunication type lead-acid batteries
Sistem battery harus mampu melayani bekerjanya seluruh sistem
telepon selama tidak kurang dari 10 (sepuluh) jam waktu sibuk 'busy
hour' dimana dianggap seluruh pesawat sedang bekerja.
Siap / dilengkapi untuk tetap melayani/hidupnya 'memory' untuk
tambahan waktu selama 72 (tujuh puluh dua) jam untuk menjaga
apabila battery gagal terisi kembali atau sumber daya listrik utama (AC
power) mengalami gangguan selama beberapa hari.
Battery haruslah 'gas-free', terisi, di dalam 'transparent containers'.
Termasuk 'floor stand' / rangka kayu, 'connecting materials' dan
'maintenance accessories'.
Kapasitas sistem battery :
Tegangan kerja 48 Volt DC
Ampere hours; mampu melayani seluruh sistem bekerja selama 10
jam operasi. Untuk itu Kontraktor harus menghitung sesuai data
pemakaian daya listrik daripada pemakaian untuk setiap pesawat.
Dihitung untuk pemakaian 'ultimate' seluruh pesawat cabang sedang
bekerja. Battery harus diterima di dalam keadaan terisi, siap untuk
dioperasikan.
PT. Alocita Mandiri
III - 90
RKS TEKNIS – LANJUTAN PEMBANGUNAN GEDUNG DAN SARANA LINGKUNGAN PENGADILAN NEGERI
WANGIWANGI
Pengadialan Negeri Wangiwangi
PASAL 9
PEKERJAAN SISTEM TATA SUARA
1. Umum
Ketentuan-ketentuan umum seperti standar gambar koordinasi pekerjaan built in
insert daftar bahan contoh bahan nama pabrik/ merk yang ditentukan klausal yang
disebutkan kembali shop drawing dan lain-lain disesuaikan dengan pekerjaan
instalasi ini dan yang dispesifikasikan serta menunjuk gambar-gambar rencana.
2. Informasi Sistem
a. Sistem tata suara dengan fungsi umum "publik addres" maupun emergency call
untuk di dalam bangunan dan Car Calling.
b. Pemasangan instalasi tata suara adalah secara master di dalam ruang operator
dimana terletak pre-amplifier / mixing pre-amplifier power amplifier program-
program input serta switching control. Selain itu ada pula penanganan terpisah
secara fungsi tata suara misalnya untuk pemaggilan per-group lantai demikian
pula untuk pemanggilan kendaraan yang diparkir di halaman parkir. Untuk
menjamin bahwa program-program yang diperdengarkan ataupun
pengumuman yang disampaikan sesuai dengan yang dikehendaki maka
diperlukan master Monitoring yang terletak pada meja monitoring di ruang
operator.
Sedangkan pada keadaan darurat (emergency) semua program dapat
diputuskan dan kemudian dapat disiarkan pengumuman melalui operator di
"Auxiliary Monitoring dengan "First Channel Priority" di meja monitoring ruang
monitor.
c. Sistem pre-amplifier dan power amplifier program input sampai pada loud
speaker dibuat sedemikian rupa sehingga dimungkinkan penggunaan fasilitas
tata suara secara terpisah-pisah untuk kepentingan publik addres dan back
ground musik melalui operator dari master operator secara serentak atau
terpisah.
d. Master tata suara harus mampu melayani seluruh group speaker untuk
keseluruhan bangunan.
e. Setiap interupsi harus didahului dengan suatu nada interupsi tertentu (chime
signal yang dibangkitkan dengan chime generator yang terpasang pada master
sistem tata suara ataupun pada monitor desk.
f. Bila terjadi keadaam darurat misalnya terjadi kebakaran ataupun bencana
lainnya seluruh ceiling speaker harus dapat membunyikan suara alarm yang
dibangkitkan oleh signal alarm generator kendatipun ceiling speaker tersebut
sedang menyiarkan program tertentu ataupun telah di "off" kan melalui
attenuator Signal alarm generator sudah terpasang pada master sistem tata
suara dan juga dapat dijalankan melalui meja monitor pada ruang monitor.
3. Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan pemasangan instalasi sound system dari pre-amplifier/mixing
pre-amplifier power amplifier program input monitor desk power amplifier table
top dan lain-lain accessories.
b. Pengadaan dan pemasangan instalasi kabel sistem tata suara dan attenuator
serta accessories-accessories lainnya.
c. Mengadakan testing dan trial run serta balancing secara menyeluruh semua
sistem sehingga diperoleh sistem performance yang berfungsi dengan tepat,
baik dan benar.
5. Pemasangan Instalasi
a. Instalasi ke semua kabel yang terpasang di bawah plat beton adalah out bow
menggunakan pipa High Impact dia.20 mm; dengan kabel NYMHY 2 x 1,5 mm2.
Instalasi ini diklem setiap jarak 60 cm. Klem yang dipakai ke plat beton,
menggunakan ramset, dynabolt. Jalur seluruh kabel diatur sejajar dan dekat
jalur kabel listrik.
b. Semua kabel yang melalui shaft adalah outbow, menggunakan pipa High
Impact dia. 20 mm dengan kabel NYMHY 2 x 1,5 mm2. Instalasi ini diklem ke
rak besi siku atau tangga kabel, dan klem setiap 100 cm.
c. Penyambungan-penyambungan harus dilakukan dalam kotak penyambungan
dengan menggunakan Electrical Spring Connector, Durados atau Cable
Connection.
d. Semua kabel yang terpasang dalam tembok adalah inbow, menggunakan pipa
high Impact dia. 20 mm dengan menggunakan kabel NYMHY 2 x 1,5 mm2.
e. Semua ceiling loud speaker di dalam bangunan dilindungi dari cacat, dipasang
sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika ruang. Begitu juga
pemasangan column speaker harus disesuaikan dengan sudut pancaran
speakernya.
f. Rack Cabinet terpasang free standing di ruang monitor, sesuai gambar rencana.
g. Semua equipment harus di ketanahkan (grounding) yang dihubungkan dengan
kawat BCC dari sistem pentanahan dengan baik dan benar.
h. Perlengkapan sistem tata suara switching unit master monitor (control serta
distribution frame di tempatkan di ruang operator. Sedangkan auxiliary monitor
control diinstalasi pada meja monitor di ruang monitor yang fungsinya apabila
dalam keadaan darurat (emergency) dapat menyampaikan pemberitahuan
dengan menyetop semua program-program yang sedang berlangsung.
i. Kabel-kabel speaker dan relay pagging di instalasi ke tiap Terminal Box yang
ada pada setiap lantai melalui shaft. Kabel distribusi dimasukkan di dalam pipa
konduit dari terminal box ke speaker di tiap-tiap lantai saluran kabel melalui
conduit PVC baik yang ditanam dalam beton maupun yang terletak pada langit-
langit.
j. Setiap penyambungan ataupun pembelokkan harus dilengkapi junction box
yang terbuat dari metal.
k. Semua conduit PVC yang masuk ke panel dan junction box harus diberi ulir dan
diikat denga "Lock-nut" yang terbuat dari brass atau nickel plated. Sedangkan
conduit PVC yang keluar dari terminal box pada permukaan atau terminal box
harus dilengkapi dengan brass atau nickel plated compression gland. Seluruh
pengadaan dan pemasangan conduit PVC dan junction box serta peralatan
untuk penggantungan ceiling speaker dilaksanakan oleh kontraktor /sub-
kontraktor dengan koordinasi bersama pihak lain yang terlibat pada
pelaksanaan proyek ini.
l. Untuk menghubungkan antara amplifier pemanggil kendaraan (Car Call dengan
out door speaker diparking area dipergunakan kabel yang didalam tanah
dengan bahan pipa Galvanized Steel Pipa (GSP Medium Class BS 138-196
sebagai conduit yang dipersyaratkan.
PASAL 10
PEKERJAAN INSTALASI SISTEM JARINGAN KABEL DATA
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan mencakup pengadaan dan instalasi, namun tidak terbatas pada
apa yang tertulis secara umum di bawah ini, adalah sebagai berikut:
a. Memasang Sistem jaringan kabel data sesuai gambar rencana
b. Pengadaan dan Instalasi kabel Unshielded Twisted Pair indoor Cable (UTP)
dari ruang Hub ke Face plate, (modular jack) pada setiap lantai sesuai gambar
rencana.
c. Pengadaan dan Instalasi patch panel.
ANSI/TIA-EIA-568-B.1.
Memiliki 8 core (4 pair) kabel
b. Spesifikasi Minimum Patch Panel UTP Cat.6
Terdapat 24 port UTP Cat.6.
Dapat dipasangkan Wiring Management
Harus dapat ditempatkan pada rak 19” standar.
Harus dilengkapi dengan Modular Jack / konektor adapter RJ 45 Cat.6 yang
berkualitas tinggi.
c. Spesifikasi Minimum Face Plate dan Jack Modular Cat. 6.
Modular Jack: Khusus untuk penggunaan UTP Cat. 6.
Face Plate: 1(two) holes inbow
d. Spesifikasi Konduit dan Flexible
Konduit harus terbuat dari pipa uPVC tipe high impact
Memenuhi standar BS 6099
Diameter minimum 20 mm
Faktor pengisian kabel 40 %
Flexible harus terbuat dari pipa lentur uPVC
Memenuhi standar BS 4607
e. Kabel Tegangan Rendah
Spesifikasi ini menjelaskan persyaratan bagi kabel tegangan rendah jika
diperlukan pada pekerjaan ini. Kabel tegangan rendah ini harus memenuhi
persyaratan dan standar:
Sifat umum listrik yang akan dilayani adalah:
Tegangan kerja : 400 Volt
Tegangan Nominal : 600 Volt
Tegangan uji tipe : 3000 Volt
Tegangan uji test rutin : 2500 Volt
Frekuensi pengenal : 50 Hz
Titik Netral : dibumikan langsung
Temperatur Max : 70 o C
Jenis kabel : NYA dan NYM
Kabel yang dimaksud adalah kabel 3 inti atau 4 inti (3 fasa + 1 netral) terbuat
dari tembaga yang di-anneal.
Penghantar kabel harus terbuat dari tembaga pilin atau tembaga “compacted”
yang dipilin. Lapisan isolasi bahan PVC yang dicross linked pada setiap
penghantar fasa maupun penghantar netral dan harus dapat dengan mudah
dikupas.
f. Seluruh material kabel dan peralatan harus tahan terhadap pengoperasian
secara terus manerus (kontinu) pada temperatur maksimum 450 C serta dengan
temperatur rata-rata 24 – 270 C.
material dan instalasi yang terpasang dan disesuaikan dengan as/poros kolom
bangunan maupun terhadap site/tapak untuk jaringan yang dipasang dalam
bangunan (site). As Built Drawing disampaikan dalam bentuk file pada CD ROM
dan print out kertas. Jenis dan ukuran kertas untuk gambar “as built drawing” ini
akan ditentukan kemudian.
k. Untuk segala ketentuan terhadap penggunaan bahan/material, sistem dan lain-
lain termasuk dalam pelaksanaan Pekerjaan ini seperti hak paten, sub-
Kontraktor, supplier dan lain-lain Pemberi Tugas proyek, dan Konsultan
Manajemen Konstruksi selalu bebas terhadap hal tersebut dan ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
l. Untuk semua Pekerjaan ataupun komponen yang termasuk dalam paket
Pekerjaan ini, Kontraktor wajib untuk melaksanakan Garansi selama 15 tahun
dihitung sejak serah terima kedua untuk kerja komponen kabel/peralatan
tersebut di atas. Dimaksudkan di sini bahwa setelah dilakukan pengadaan dan
pengujian apabila terjadi kegagalan operasi atau kerusakan yang bukan
5. Testing / Commissioning
Setelah instalasi seluruh kabel telah diselesaikan dan siap untuk dioperasikan,
harus diadakan pengetesan yang dilaksanakan oleh Kontraktor disaksikan
bersama-sama Pemberi Tugas, Pengawas dan Konsultan Manajemen Konstruksi
Testing dan Commissioning jaringan kabel dilakukan tahap demi tahap dari tiap
outlet ke masing-masing ruangan yang dilaksanakan sebagai berikut;
a. Jaringan kabel terpasang sebelum disambung ke peralatan utama. Harus ditest
terlebih dahulu dengan continuity test
b. Setelah selesai terpasang dan tersambung dengan peralatan utama dan
peralatan pembantu lainnya, instalasi harus diuji coba (trial run test).
c. Alat-alat yang digunakan dalam pengetesan kabel UTP
LAN cable tester, alat ukur yang mempunyai kemampuan untuk mengukur
empat pair kabel, pengukuran meliputi panjang kabel dan koneksi kabel. Juga
mampu mengukur NEC (Near End Crosstalk), atenuasi, dan kategori kabel.
d. Metode Pengetesan kabel UTP.
Hubungkan ujung kabel yang satu yang sudah di crimping dengan RJ 45
ke dalam LAN Cable tester, kemudian hubungkan juga ujung kabel yang
satunya yang sudah di crimping dengan RJ 45 ke dalam LAN Cable tester
pasangannya. Lihat apakah koneksi kabel telah berjalan dengan benar.
Pengukuran Next dan atenuasi dilakukan pada satu sistem koneksi dari
panel terminasi kabel sampai ke outlet.
Pengukuran panjang kabel dilakukan untuk mengecek apakah ada kabel
yang terputus atau tidak
Pengukuran koneksi harus dilakukan untuk mengecek apakah ada kabel
yang salah koneksinya atau markingnya.
Semua hasil pengukuran dicatat dan hasilnya tidak boleh melebihi nilai
yang tercantum pada spesifikasi teknis.
e. Semua test tersebut harus dicatat dan dilaporkan kepada Direksi, pengawas,
sedangkan untuk trial run test harus dibuat Berita Acaranya, untuk keperluan
serah terima pekerjaan.
PASAL 11
PEKERJAAN SISTEM ALARM KEBAKARAN
DAN ALAT PEMADAM API RINGAN
1. Lingkup Pekerjaan
a. Kontraktor harus melaksanakan pengadaan, pemasangan & pengujian serta
menyerahkan dalam keadaan beroperasi dengan baik dan siap untuk dipakai.
Bahan- bahan dan peralatan- peralatan pembantu instalasi fire alarm system
harus sesuai dengan persyaratan- persyaratan pekerjaan dan gambar instalasi
fire alarm system.
b. Lingkup pekerjaan Instalasi Fire Alarm adalah sebagai berikut:
Pengadaan, pemasangan dan pengetesan Panel Kontrol MCFA dan sistem
yang sudah terpasang.
Pengadaan, pemasangan dan pengetesan instalasi kabel dari MCFA ke
Anounciator.
Pengadaan, pemasangan semua jenis Detektor, Manual Station, Indicator
Lamp, Alarm Bell, dan sistem Fire Intercom (master & slave).
Pengadaan, pemasangan Junction Box di setiap lantai.
Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel-kabel untuk keperluan
interface dengan:
· Sistem Tata Suara
· Sistem Listrik.
· Sistem Air Conditioning dan Fan.
· Sistem Lift.
Membantu Pemberi Tugas dalam mengurus dan menyelesaikan perijinan
Instalasi Fire Alarm dari instansi yang berwenang.
Melakukan testing dan commissioning.
Melaksanakan training (on Site & Class Room) dan menyerahkan buku
technical manual.
EOL : ± 100 KΩ
d. Output Module (Control Module)
Output Module adalah alat untuk mengaktifkan peralatan external menurut
ungkapan logika yang telah ditetapkan lebih dulu dan juga diharapkan
menerima konfirmasi aktifasi tersebut.
Alamat / zone dapat diset lewat Dip-Swtich.
Dapat mengaktifkan peralatan eksternal oleh logika yang telah ditetapkan
lebih dulu, output dapat berupa denyut atau signal menurut set-up Dip-Switch.
Input dimonitor untuk sirkuit terbuka.
Tidak direkomendasikan penggunaan modul ini untuk memadamkan
kendali/kontrol secara langsung.
Kesalahan / fault akan secara otomatis dimonitor dan ditunjukkan dengan
pengontrol.
Operating Voltage : ± 16 – 32 VDC
Quiescent Current : ± 0.7 mA
Activation Current : ± 2.5 mA
Relay Rating : 30V/2.0A , 125VAC/1.0A
Confirmation Led : Steady output
Steady on : Pulse Output ; flashing
Working Temperature : -10 ~ +50ºC
Relative Humidity : ≤ 95% ( 40±2ºC)
Wiring Capacity : 1.0 – 1.5 mm²
e. Collective Input Module (Monitor Module)
Collective input module (monitor module) ini dapat menghubungkan detector
conventional/collective ke peralatan utama fire alarm.
Alamat / zone dapat diset lewat Dip-Swtich.
Dapat memancarkan alarm, fault, batas signal bahaya normal kepada unit
MCFA, juga mempunyai indikasi pada modul.
Indikator alarm dapat dihubungkan dengan L+, L-
Kesalahan / fault akan secara otomatis dimonitor dan ditunjukkan dengan
pengontrol.
Operating Voltage : ± 16 – 32 VDC
Quiescent Current : ± 4.0 mA
Alarm Current : ± 16.0 mA
Alarm Voltage : 3.7V – 16.4 V DC
Fault Voltage (short) : 0 V - 3.7 V DC
Fault voltage (open) : > 22.1 VDC
Working Temperature : -10 ~ +50ºC
Relative Humidity : ≤ 95% ( 40±2ºC)
Visible/Audible Alarm
Visible/Audible Fault Alarm
Test Signal (Visible)
Optical Signal “Zone Off”
History Log
l. Annunciator Panel
Annunciator Panel suatu alat yang dipakai untuk memberikan indikasi lokasi
sumber kebakaran (zone area) dan indikasi adanya sistem sprinkler yang
bekerja, indikasi gangguan dari instalasi dengan indikator Audio berupa buzzer
dan indicator visual berupa colour graphic atau dalam bentuk LCD-display.
Pada panel juga dilengkapi fasilitas button yang berfungsi sebagai silence/
acknowledge alarm dan reset button. Unit ini dilengkapi dengan tombol test
untuk lampu (lamp test) dan tombol test untuk buzzer test.
m.Terminal Box
Terminal Box terbuat dari plat baja tebal 1,2 mm ukuran 400 x 600 x 150 mm
untuk ukuran besar dan 300 x 500 x 150 mm untuk ukuran kecil dengan
finishing cat warna merah atau sesuai dengan persetujuan Pengawas.
n. Pipa Konduit
Semua kabel harus dipasang di dalam pipa konduit PVC High impact dia. 20
mm baik yang di atas plafond (horizontal) maupun yang di dinding/tembok/
beton (vertikal). Pemasangan pipa konduit vertikal harus inbow.
Seluruh kotak sambungan, persimpangan, dan lain- lain harus dipasang tertutup
sehingga tidak akan masuk benda-benda lain ke dalam kotak tersebut. Seluruh
saluran ini harus terpisah dengan sistem saluran lainnya yang terdapat pada
bangunan ini.
o. Kabel
Jenis kabel yang digunakan untuk instalasi fire alarm adalah sebagai berikut:
NYM 3 x 1,5 mm2 : kabel power dari MCFA ke Detector di terminal box
NYM 2 X 1,5 mm2 : kabel power horn & strobe & PAC
NYA 2 x 1,5 mm2 : instalasi antar detector dan manual break glass
Instalasi pengkabelan lainnya seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
3. Persyaratan Pelaksanaan Pemasangan
a. Denah setiap lantai menunjukan lokasi perkiraan letak detector dan
peralatan- peralatan lain dari system ini, dimana letak yang pasti dijelaskan
pada gambar.
b. Untuk manual push button/manual call point, alarm bell, red lamp dipasang
pada ketinggian 1,5 m dari lantai.
c. Disekitar detector harus ada ruangan bebas sekurang kurangnya pada jarak 0,6
m dari detector tanpa ada timbunan barang atau alat- alat lainnya.
d. Semua kabel harus dipasang di dalam conduit, baik yang di atas plafond
(horizontal) maupun yang di dinding/tembok/beton (vertical), ukuran conduit dan
kabel harus sesuai gambar rencana.
MCFA , dilengkapi :
- Sealed Acid Battery Tipe : Konvensional
1
- Power supply Kap. : 2 loops Esser,
- Battery charger Edward,
Siemens
2 Alarm Bell Sound press level bell ± 90 dB
Chubb,
3 Manual Break Glass Standard model
Gent
Rating AC/DC 2V, 21mA
4 Local lamp
Colour : Red
5 Detector Coventional Smoke, ROR , Fixed / Head
6 Jack Telephone
NYA, NYM,ITC Kabelindo, Supreme,
7 Kabel-kabel Kabel Metal, Voksel,
STP AWG 18
Tranka
8 Konduit PVC high impact Ega, Clipsal
PASAL 12
PEKERJAAN PENGADAAN GENSET
1. Umum
Lingkup pekerjaan ini akan meliputi pengadaan, pemasangan, pengujian, garansi,
sertifikasi, service, pemeliharaan, penyediaan gambar terinstalasi (As-built Drawing),
petunjuk operasi dan pemeliharaan serta latihan petugas instalasi ini dari pihak Pemilik
bangunan.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengenali dengan baik semua persyaratan
yang diminta didalam spesifikasi ini, termasuk gambar-gambar, perincian penawaran (Bills
of Quantity), standard dan peraturan yang terkait, petunjuk dari pabrik pembuat, peraturan
setempat dan perintah dari Konsultan Manajemen Konstruksi selama masa pelaksanaan
pekerjaan.
Klaim yang terjadi atas pengabaian hal-hal di atas tidak akan diterima. Bila ternyata
terdapat perbedaan antara spesifikasi peralatan dan material yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan, merupakan kewajiban kontraktor untuk penggantinya tanpa
ada penggantian biaya.
3. INSTALASI
a. Diesel Genset harus didudukan di atas pondasi dengan mempergunakan spring atau
rubber mounting yang direkomendasikan oleh pabik pembuat.
b. Spring anti vibration mounting harus mempunyai effisiensi tidak kurang dari 95%.
c. Posisi Diesel Genset harus lurus baik secara vertical maupun horizontal.
d. Anchor dari Diesel Genset harus benar-benar tepat pada lubang pondasi yang
telah ditetapkan dan dicek dengan baik dan kuat.
e. Pipa exhaust dan Silencer harus diisolasi dengan Rockwool 2” density 60 kg/m³ dan
dibungkus dengan galvanized sheet di sepanjang pipa (jacketing).
f. Sambungan pipa ke mesin harus mempergunakan flexible joint.
PASAL 13
PEKERJAAN INSTALASI SISTEM JARINGAN CCTV
1. Umum
a. Sistem Closed Circuit Television System dipergunakan untuk membantu
pengawasan dengan cara mengamati kegiatan operasi suatu gedung melalui
video camera.
b. Hasil gambar dapat diamati melalui TV Monitor.
c. Sistem CCTV ini terdiri dari Camera, Monitor, Digital Video Recorder (DVR), alat
penggerak Scanner, UPS dan Pan Tilt.
d. Sistem CCTV yang direncanakan adalah berwarna (colour).
e. Kontraktor harus melengkapi dan merakit sistem CCTV sesuai dengan gambar
rencana dan BOQ. Apabila harus dilengkapi dengan peralatan tambahan, maka
harus sesuai persyaratan pabrik manufakturnya.
WDR : Ya
Tilt Angle : 18 degree above horizon
Pan Range : 360 degree continuous
Pre-position speed : Pan ( 400degree/s ) , Tilt ( 300degree/s)
Frame Rate : 1 to 30 fps
Backlight Compensation : On/Off Switch Selectable / BLC / HLC / WDR
Exposure : Automatic Control with DC Iris Meter (1/60 –
1/100.000)
Lens Mount : CS – Mount
Zoom Ratio : 4,3 x
Relative Aperture : (F) 1,4~360
Iris Mode : AES
Video Motion Detection : On / Off
AGC : Auto
Focus : Manual
Zoom : Manual
Angle of View:
Horizontal : 24.1° ~ 103°
Vertical : 17° ~ 72.5°
Diagonal : 36° ~ 122°
Power Source : AC 220 - 240 V, 50 Hz / DC 12V 1A
Power Consumption : 2,4 W
Date Rate : 9,6kbps to 6 Mbps
Overall IP Delay : 240ms
Ethernet : 10Base-T/100Base-TX, auto sensing, RJ45
Encryption : TLS 1.0, SSL, DES, 3DES, AES
Ingress Protection : IP66 rated water & dust resistant for weather-
proof apllication, NEMA 4X
Create Metadata for Forensic Searching
Support Motion+
Support Forensic Search Software di NVR existing
Support Intelligent Tracking
Support and can be integrated to Existing Video Management Software /
Server
Network communication protocol IPv4,UDP,TCP, HTTP, RTP, ICMP,
DHCP, DNS, DDNS, UPnP, Dropbox, CHAP, SOAP, Telnet, FTP
ii. Monitor
Merupakan alat yang mentranslasi isyarat elektronik yang dikirim oleh camera
menjadi gambar pada sebuah layar televisi.
Spesifikasi teknis monitor adalah:
Screen size : 32" diagonal
Resolution : 1280 x 1024 (SXGA)
-
Multiple Display for Live Viewing or Playback while Recording
-
Compression Technology
-
Local and Remote Software Upgrade Capabilities
-
User-Friendly and Highly Intuitive Graphical User Interface
-
Export Video and Still Images in Multiple Formats
-
Server to server capability
-
Network Bandwidth Throttling
-
Dynamically Adjustable Frame Rate and Image Quality for Motion and
Alarm Recording and Pre-Alarm Recording
- Monitor System Changes Using Activity Logs
- Automatic Image Watermarking
- Print Still Images from Video
- Export Video and Still Images in Multiple Formats, Including Native,
AVI, ASF, BMP, TIFF, and JPEG
- API Facilitates Development and Integration of Third-Party
Applications
- Scheduled Backup
iv. Network Video Recorder 8 Channel
Termasuk HDD 2 x 8 TB, NVR dengan spesifikasi sebagai berikut :
Quad-core embedded processor
HDMI1 or VGA1 interface provided
HDMI1 support up to 4K (3840 x 2160) resolution
Connectable with third-party network camera
Support live view, video saving and playback the video up to 12 MP
resolution
Support digital zoom for playback function
Provide 2 ports USB, 1 ports for PC communication and keyboard, 1 ports
for PTZ Controller for interfacing with the camera
Support 2 SATA III Ports, up to 8 TB capacity for each HDD
Provide 1 Channel Input, 1 Channel Output and RCA for Audio and Video
H.265/H.264/MJPEG/MPEG4 video compression format
Record rate up to 320 Mbps
Support manual, schedule (regular or continous, MD, alarm), stop for
record mode
Support RJ-45 port (10/100/1000 Mbps) for network interfacing
Support 1 Independent 1000 Mbps Ethernet port
Support ONVIF 2.4, CGI Conformant protocol
Layer 3
800 MHz ARM CPU memory 256MB
32MB Flash
Supported SFP/SFP+ Modules
Spanning Tree Protocol
Standard 802.1d Spanning Tree Support
Fast convergence using 802.1w (Rapid Spanning Tree [RSTP]), enabled
by default
Multiple spanning tree instances using 802.1s (MSTP). 16 instances are
supported
Hardware stack Up to 8 units in a stack. Up to 416 ports managed as a
single system with hardware failover.
Switching Capacity (28.8 Gbps)
IPv4 & IPv6 All Service/Feature
MIB Support
Head-of-line (HOL) blocking
Flow control
Port mirrorin
Link aggregation
Broadcast storm
Rate limiting
DHCP client
IGMP snooping
VLANs 4096
Networking Standars
IEEE 802.1D, IEEE 802.1Q,IEEE 802.1s,IEEE 802.1w,IEEE
802.1x,IEEE
802.3, IEEE 802.3ab, IEEE 802.3ad,IEEE 802.3u,IEEE 802.3x,IEEE
802.3z
Embedded RMON software agent supports 4 RMON groups (history,
statistics, alarms, and events) for enhanced traffic management,
monitoring, and analysis
Condition New (Warranty)
Firmware upgrade
Web browser upgrade (HTTP/HTTPS) and TFTP and SCP
Upgrade can be initiated through console port as well
Dual images for resilient firmware upgrades
Storage temperature -4°to 158°F (-20°to 70°C)
Power Consumption/ Energy Detect:
110V/0.226A/13.7W
220V/0.160A/14.8W
vi. POE (Power Over Ethernet) Adapter
3. Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan Instalasi Network dan Integrated System lengkap dengan Aksesoriesnya
a. Instalasi Network adalah pekerjaan Penyambungan dari Kabel Fiber Optik ke
Switch dengan SFP module
b. Mengintegrasikan masing masing switch dengan baik agar saling terhubung
c. Memastikan semua VLAN existing sudah terkonfigurasi pada switch terpasang
d. Melakukan konfigurasi pada masing-masing switch agar terhubung dengan
switch dan core yang sudah terpasang
e. Melakukan pemasangan label nama standar kabel dan perangkat yang
terpasang.
f. Menggambar wiring diagram dari jaringan terpasang sesuai kondisi di lapangan
g. Melampirkan program konfigurasi pada masing-masing switch terpasang
4. Pengujian
Semua peralatan dalam Sistem CCTV ini harus diuji oleh perusahaan
pemegang keagenan peralatan tersebut.
Perusahaan tersebut harus memberikan surat jaminan atas bekerjanya sistem
setelah hasil pengujian adalah baik.
Pengukuran kabel instalasi dilakukan dengan Impedance Meter.
5. Produk
Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan untuk
mengajukan alternatif lain yang setaraf dengan yang dispesifikasikan. Kontraktor
baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis.
Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah seperti outline specification
terlampir.
I MECHANICAL WORK
PLUMBING
A WATER SUPPLY
1. Transfer Pump Kapasitas : Sesuai Gambar Ebara, Grundfos, Arthur
Head : Sesuai Gambar Meter
Putaran : 1500 RPM
Shaft Sealing : Gland Packing
Matrial Pompa
- Casing : Cast Iron
- Impeller : Bronze
- Shaft : 403 Stainless Steel
Motor Output : 380 Volt,50Hz,
3 Phase
Jenis : Centrifigal Multi Stage
Lengkap Panel Kontrol
2. Pakage Booster Pump Kapasitas : Sesuai Gambar
Head : Sesuai Gambar Meter Ebara, Grundfos,
Putaran : 1500 RPM Arthur
Shaft Sealing : Gland Packing
Matrial Pompa
- Casing : Cast Iron
- Impeller : Bronze
- Shaft : 403 Stainless Steel
Motor Output : 380 Volt,50Hz,3
Phase
Jenis : Vertical In Line Multistage
with VSD
Lengkap Panel Kontrol
3. Shallow Well Pump Kapasitas : Sesuai Gambar lpm Ebara, Grundfos, Arthur
Head : Sesuai Gambar Meter
Putaran : 1500 RPM
Shaft Sealing : Gland Packing
Matrial Pompa
- Casing : Cast Iron
- Impeller : Bronze
- Shaft : 403 Stainless Steel
Motor Output : 380 Volt,50Hz,
3 Phase
Jenis : Submersible pump
B SEWAGE SYSTEM
1. Pipa PVC Pipe Class AW (10 kg/mm2) Rucika, Pralon, Wavin
Mizzu, Ebara, Mico,
2. Valve (Class 10 K) Class 10 K
Connex
Pengolahan gabungan Anaeropbik Biofresh, Aerfresh, Daiki
3. STP / IPAL
dan Aerobik Axis
D AIR CONDITIONING
Kembla
4. Drain Pipe PVC Class AW (10 kg/mm2) Rucika , Pralon, Wavin
Armaflex, Insuflex
5. Isolasi Refrigerant Pipe
Thermaflex
Kabel Metal, Kabelindo,
6. Cable Power & Control
Supreme
II ELECTRICAL WORK
1. PANEL
Oni Panel, Perniagaan
Panel Maker
Utama, Prastiwahyu
Componen Panel Schneider, ABB, LS
2. CABLE
Kabel Metal, Kabelindo,
Cable Low Voltage
Supreme
Cable FRC Draka, Pyrotec
Oni Tray, Tree Star,
Cabel Tray and Ladder
Tree Abadi
3. LIGHTING
Housing Armature Pabrikan Phillips, Osram
Lampu LED 4000K Phillips, Osram
Fitting Phillips, Osram
Battery Phillips, Osram
4. POWER OUTLET
Saklar / Socket Schneider, Legrand
5. Conduit Pipe EGA, Legrand
Perkin FG Wilson,
6. Generator Silent Type
Mitsubishi
7. Transformator Oil Type Schneider, Trafindo,
B FIRE ALARM
1. Equipment Fire Alarm Semi Addressible Nohmi, Onfire
2. TB-FA Crone
Photo Electric Smoke
3. Nohmi, Onfire
Detector
4. Manual Push Button c/w Nohmi, Onfire
Jack Phone
5. Indicator Lamp Nohmi, Onfire
6. Alarm Bell Nohmi, Onfire
Kabel Metal, Kabelindo,
7. Cable Power
Supreme
8. Conduit Pipe & Fitting EGA, Legrand
C SOUND SYSTEM
1. Equipment Sound System Toa, Bosch
Kabel Metal, Kabelindo,
2. Cable Power
Supreme
3. Conduit Pipe & Fitting EGA, Legrand
4. Ceilling Speaker Toa, Bosch
5. Attenuator Toa, Bosch
D CCTV
Bosch, Panasonic,
1. Equipment CCTV IP Camera
Samsung
2. Instalasi Cable
Kabel Metal, Kabelindo,
3. Cable Power
Supreme
4. Conduit Pipe EGA, Legrand
E PENANGKAL PETIR
1. Penangkal Petir Jenis Electro Static LPI, Guardian
BAB IV
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
PADA SAAT PELAKSANAAN KONSTRUKSI
PASAL 1
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1. Buruknya angka keselamatan dan kesehatan kerja, serta kecelakaan kerja pada
industri konstruksi membuktikan bahwa proyek konstruksi merupakan kegiatan yang
banyak mengandung unsur bahaya dan lokasi proyek merupakan salah satu
lingkungan kerja yang mengandung resiko cukup besar.
2. Kontraktor sebagai pihak yang bertanggung jawab selama proses pembangunan
berlangsung harus mendukung dan mengupayakan program serta tindakan-
tindakan pencegahan yang dapat menjamin agar tidak terjadi / meminimalkan
kecelakaan kerja.
3. Kewajiban Kontraktor dan rekan kerjanya adalah mengasuransikan pekerjanya
selama masa pembangunan berlangsung.
4. Pada rentang waktu pelaksanaan pembangunan, Kontraktor utama maupun
Subkontraktor sudah selayaknya tidak mengizinkan pekerjanya untuk beraktivitas,
bila terjadi hal-hal:
Tidak mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja;
Tidak menggunakan peralatan pelindung diri selama bekerja;
Mengizinkan pekerja menggunakan peralatan yang tidak aman.
5. Setiap pekerja konstruksi harus mematuhi dan menggunakan peralatan dan
pelindung dalam bekerja sesuai peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.
6. Kontraktor utama maupun Subkontraktor harus menambahkan klausul tentang
keselamatan dan kesehatan kerja dalam setiap kontrak kerja yang dibuat.
7. K3 dibuat terutama untuk kelancaran berjalannya proyek, baik bagi pekerja maupun
lingkungan sekitarnya, yang tujuannya meliputi:
Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
Mencegah, mengurangi dan memandamkan kebakaran.
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
Memberi pertolongan pada kecelakaan.
Memberi alat-alat perlindungan diri kepada para pekerja.
Mencegah dan mengendalikan timbul atau meyebarluasnya suhu, kelembapan,
debu, kotoran, asap, gas, uap, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi,
suara dan getaran.
PASAL 2
PERATURAN PERUNDANGAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang terkait pelaksanaan K3, yaitu:
UU No. 14 Tahun 1969 tentang Perlindungan terhadap Tenaga Kerja dan
Pembinaan Norma Keselamatan Kerja.
UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Permenaker No. 01/Men/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja No. Kep.174/Men/1986 dan Menteri
Pekerjaan Umum No. Kep/104/Men/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Kegiatan Konstruksi Bangunan
PP No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Konstruksi jo. PP
No. 04 TAhun 2010 dan PP No. 92 TAhun 2010
PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi jo PP No. 59
Tahun 2010
PP No. 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
Perpres No. 54 Tahun 2010 jo Perpres No. 70 TAhun 2012 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3)
PASAL 3
TENAGA AHLI K3
1. Setiap pekerjaan konstruksi harus memiliki petugas K3 yang memiliki lisensi Ahli K3
Konstruksi sesuai dengan Permenaker R.I Nomor : PER.04/MEN/1987 tentang
P2K3 serta Tata cara penunjukan Ahli K3 dan Surat Dirjen Binwasnaker RI No. Kep.
20/DJPPK/VI/2004 tentang Sertifikat Kompetensi K3 bidang Konstruksi Bangunan.
i. Proyek dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang atau pelaksanaan lebih dari
6 bulan harus memiliki 1 Ahli Utama K3 Konstruksi, 1 Ahli Muda K3 Konstruksi
dan 2 Ahli Muda K3 Konstruksi;
ii. Proyek dengan tenaga kerja kurang dari 100 orang atau pelaksanaan kurang
dari 6 bulan harus memiliki 1 Ahli Madya K3 Konstruksi dan 1 Ahli Muda K3
Konstruksi;
iii. Proyek dengan tenaga kerja kurang dari 25 orang atau pelaksanaan kurang
dari 3 bulan harus memiliki 1 orang Ahli Muda K3 Konstruksi.
2. Petugas K3 harus memiliki sertifikat Ahli K3 Konstruksi yang masih berlaku dan
tempat kerja selain konstruksi harus memiliki Ahli K3 Umum
3. Memastikan Rencana K3 Proyek sudah dibuat sesuai dengan standar dan
dikirimkan kepada pihak yang berkepentingan. Rencana K3 proyek harus disetujui
Pengawas dan dimutakhirkan setiap ada perubahan.
4. Memastikan seluruh alat berat dan peralatan yang digunakan memiliki sertifikasi
yang masih berlaku.
i. Harus dilakukan inspeksi pramobilisasi sebelum diizinkan memasuki lokasi
kegiatan;
ii. Alat harus diinspeksi oleh instansi pemerintah yang berwenang sebelum
digunakan (riksa uji);
iii. Umur alat harus memenuhi persyaratan
5. Memastikan perlindungan terhadap pihak ke-3 dan lingkungan sekitar sudah
direncanakan dengan aman. Seluruh area konstruksi di ketinggian harus tertutup
jaring pengaman selama masa konstruksi, dipastikan tidak ada potensi benda jatuh
keluar area.
6. Memastikan seluruh alat berat dioperasikan oleh operator yang memiliki SIO (Surat
Izin Operasi) dan masih berlaku.
7. Dalam kondisi berbahaya harus mampu menghentikan pekerjaan.
8. Melaksanakan inspeksi alat berat dan peralatan setiap akan digunakan dan
melaksanakan inspeksi rutin K3.
9. Membuat laporan berkala Kinerja K3 dan dilaporkan kepada Pengawas dan pihak
yang berkepentingan. Laporan ke instansi pemerintah yang berwenang dan unit K3
setiap minggu, memuat Kinerja K3, daftar alat berat dan operator, rencana, dan
aktual K3.
10. Proyek konstruksi harus memiliki Ahli K3 Konstruksi sesuai dengan persyaratan
kecuali ada keterbatasan pemenuhan kompetensi Ahli K3 Konstruksi oleh instansi
pemerintah yang berwenang
PASAL 4
STRATEGI PENERAPAN K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI
Lakukan identifikasi polusi bahaya atau kegiatan konstruksi yang akan dilaksanakan.
Buat mapping potensi bahaya menurut area atau bidang kegiatan masing-masing.
2. Evaluation
Dari hasil identifikasi dilakukan evaluasi tentang potensi bahaya untuk menentukan
skala prioritas berdasarkan hazards rating.
4. Implementasi
Rencana kerja yang telah disusun untuk mengimplementasikan konsep
pengendalian dengan baik. Untuk mencapai kegiatan yang optimal sediakan
sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan program K3. Buatlah kebijakan K3
terpadu.
5. Monitoring
Buat program untuk memonitor pelaksanaan K3, untuk mengetahui apakah
program-program tersebut telah terlaksana dengan baik atau tidak. Susun lalu audit
internal serta inspeksi yang baik sesuai dengan kondisi setempat.
PASAL 5
ELEMEN PROGRAM K3 PROYEK KONSTRUKSI
3. Identifikasi bahaya
a. Sebelum memulai sesuatu pekerjaan, Kontraktor harus melakukan identifikasi
bahaya, guna mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan.
b. Identifikasi bahaya dilakukan bersama pengadaan pekerjaan dan safety
departemen atau P2P3.
c. Identifikasi bahaya menggunakan teknik yang sudah baru seperti check list,
what if, hazards dan sebagainya.
d. Semua hasil identifikasi bahaya harus didokumentasikan dengan baik dan
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
e. Identifikasi bahaya harus dilakukan pada setiap tahapan proyek yang meliputi :
Design phase
Pracurement
Konstruksi
Commissioning dan start up
Penyerahan kepada pemilik.
7. Safety Promotion
a. Selama kegiatan proyek berlangsung, diselenggarakan program-program
promosi K3, yang bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkan awareness
kepada para karyawan proyek.
b. Kegiatan promosi berupa poster, spanduk, bulletin, lomba K3 dan sebagainya
yang sebanyak mungkin melibatkan tenaga kerja.
18. Audit K3
Proyek konstruksi secara berkala harus diaudit disesuaikan dengan jangka waktu
kegiatan proyek. Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan proyek berikutnya.
Hasil audit juga dapat sebagai masukan dalam memberikan penghargaan K3.
PASAL 6
JENIS BAHAYA KONSTRUKSI
7. Ergonomic, gangguan yang bersifat faal karena beban kerja yang terlalu berat,
peralatan kerja yang tidak sesuai dan tidak serasi dengan tenaga kerja, kecepatan
ban berjalan yang tidak sesuai dengan operator yang melayani.
PASAL 7
ALAT PELINDUNG DIRI DAN ALAT PENGAMAN KERJA
PASAL 8
PERSYARATAN ALAT PELINDUNG DIRI
1. Pelindung Kepala
a. Helm proyek harus standar ANSI Z.89.1-2014 atau minimal standar SNI atau
MSA Import.
b. Model helm adalah V-Guard dan dilengkapi dengan tali dagu karet serta model
otomatis untuk mengencangkan suspensi helm.
c. Helm dilarang untuk dicat (karena akan bersenyawa dengan cat) dan dilarang
ditulis dengan spidol.
d. Catat tanggal pembelian pada bagian dalam helm dan di buku catatan.
e. Masa pakai helm paling lama adalah 5 tahun setelah itu harus diganti baru.
f. Helm yang rusak atau terkena dampak (kejatuhan benda) harus diganti.
g. Cek kondisi helm maksimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila cacat atau rusak.
2. Pelindung Kaki
a. Sepatu keselamatan harus standar ANSI Z.41-1999 atau minimal standar SNI
7079-2009 dan SNI 0111-2009.
b. Sepatu untuk pekerjaan galian dan pengecoran dapat digunakan sepatu karet
biasa (Gambar 2b)
c. Sepatu untuk pekerjaan konstruksi lain harus menggunakan sepatu dengan
pelindung jari yang terbuat dari baja, dan anti tergelincir (Gambar 2c)
d. Catat tanggal pembelian pada buku catatan.
e. Masa pakai sepatu paling lama adalah 3 tahun, setelah itu harus diganti baru.
f. Cek kondisi sepatu maksimal setiap 2 minggu sekali, ganti bila cacat atau rusak.
Gambar 2b Gambar 2c
3. Pelindung Mata
a. Semua pekerja dan orang yang memasuki proyek harus menggunakan
pelindung mata.
b. Pelindung standar adalah kacamata pengaman Kings KY1151 sesuai standar
ANSI Z.87.1-2010 (Gambar 3b)
c. Pekerjaan yang berbahaya terhadap mata, seperti pengelasan, pemotongan, dan
gerinda harus menggunakan pelindung mata / wajah yang sesuai.
d. Pekerjaan pemotongan tiang pancang harus menggunakan pelindung mata jenis
goggle (Gambar 3d)
Gambar 3b Gambar 3d
4. Pelindung Wajah
a. Pekerjaan yang spesifik membahayakan muka pekerja (pekerjaan pengelasan,
pemotongan, gerinda, dll.) harus menggunakan pelindung muka sesuai standar
ANSI Z.87.1-2010.
b. Pekerjaan pengelasan dan pemotongan baik dengan trafo las maupun las
potong harus menggunakan masker pengelasan (Gambar 4b)
c. Pekerjaan gerinda dan alat portabel yang berputar lainnya (mesin senai, sekop,
dll) pada area terbuka harus menggunakan tameng wajah yang dikombinasikan
dengan helm (Gambar 4c).
d. Sedangkan pekerjaan di bengkel kerja dapat menggunakan tameng wajah biasa
(Gambar 4d)
e. Cek APD sebelum digunakan, jangan menggunakan APD yang rusak.
b. Kait yang digunakan untuk sabuk pengaman tubuh atau sabuk keselamatan
harus menggunakan kait yang besar.
c. Penggunaan sabuk pengaman tubuh dan sabuk keselamatan
g. Bila menggunakan tali bantu angkat, 1 tali bantu angkat dilarang digunakan
untuk 2 sabuk pengaman tubuh
h. Tali keselamatan vertikal untuk operator kran menara atau gondola atau
pekerjaan struktur baja, sabuk pengaman tubuh harus dikaitkan menggunakan
kelengkapan untuk turun dari ketinggian dengan tali yang terdiri dari karmantel
statis diameter minimum 8 mm, karabiner dan pemberhentian otomatis.
6. Pelindung Tangan
a. Semua pekerja harus menggunakan sarung tangan sesuai standar SNI-06-0652-
2015.
b. Pekerja pada umumnya harus menggunakan sarung tangan katun min. 8 benang
(Gambar 6b)
c. Pekerjaan yang lebih kasar, seperti tukang besi, baja, bekisting, penanganan tali
baja, kawat, dll, harus menggunakan sarung tangan kombinasi (Gambar 6c)
d. Pekerjaan pengelasan, pemotongan, dan gerinda harus menggunakan sarung
tangan kulit (gambar 6d)
e. Pekerjaan dengan bahan kimia dan beracun harus menggunakan sarung tangan
tahan kimia (bahan vynil, PVC, nitril, dll (Gambar 6e)
f. Teknisi listrik harus menggunakan sarung tangan tahan listrik minimal 5 KV
(Gambar 6f)
g. Cek kondisi sarung tangan setiap akan digunakan, ganti bila cacat atau rusak.
7. Pelindung Pendengaran
a. Jika bekerja pada level bising di atas 85 dB untuk pemajanan selama 8 jam
harus menggunakan pelindung telinga (sumbat telinga atau penutup telinga).
b. Sumbat telinga adalah sumbat yang dimasukkan ke liang telinga (Gambar 7b)
c. Sumbat telinga harus terbuat dari bahan karet atau plastik lunak dan harus dapat
mereduksi bising X-85 dB (X adalah intensitas bising yang diterima pekerja).
d. Penutup telinga adalah penutup seluruh telinga yang dapat mereduksi bising
sebesar 35-45 dB (Gambar 7d)
e. Periksa sumbat telinga atau penutup telinga sebelum digunakan, pastikan dalam
kondisi bersih dan simpan kembali ke dalam kotak setelah digunakan setelah
dibersihkan.
8. Pelindung Pernafasan
a. Pekerjaan yang berpotensi terpajan debu, asap, uap atau gas harus
menggunakan pelindung pernapasan.
b. Masker dan respirator harus digunakan disesuaikan dengan pekerjaan dan
potensi kontaminasi atau gangguan pernapasan.
c. Untuk pelindung debu dapat digunakan masker sekali pakai yang terbuat dari
katun, kertas atau kasa (Gambar 8c)
d. Untuk pelindung gas, uap dan asap harus menggunakan respirator dengan
penyaring yang sesuai (Gambar 8d)
e. Pada pekerjaan di ruang terbatas atau area yang terkontaminasi gas harus
menggunakan SCBA (alat bantu pernapasan – Gambar 8e)
9. Pakaian Pelindung
a. Semua pekerja dan orang yang memasuki proyek harus menggunakan baju
lengan panjang dan celana panjang yang baik, tidak robek atau bolong-bolong
b. Pelindung lengan dari kulit atau pakaian pelindung
tahan api harus dipakai pada pekerjaan pengelasan, pemotongan atau gerinda
bila diperlukan
c. Pada saat hujan, pekerja harus menggunakan jas hujan
Gambar 9a Gambar 9b
PASAL 9
PAPAN INFORMASI, RAMBU, dan BANNER K3
1. Semua proyek harus membuat papan informasi K3 yang berisi kinerja K3 dan
informasi K3 lainnya, papan informasi pekerjaan dan potensi bahaya pada setiap
lokasi kerja, memasang rambu dan banner sesuai dengan potensi bahaya pada
lokasi kerja.
2. Papan Informasi K3
Keterangan:
No.1 adalah statistik kecelakaan yang terjadi di dalam lokasi kegiatan dan dampak pada pihak ke-3
(tamu dan lingkungan proyek). Total jam kerja, jam kerja aman, tingkat keparahan, tingkat frekuensi
dimutakhirkan setiap minggu atau setelah terjadi LTI 2 (kecelakaan > 2 x 24 jam).
No. 2 hanya diisi pekerjaan mayor atau yang memiliki risiko tinggi
No. 3 menjelaskan semua alat berat yang digunakan, lisensi operator dan sertifikat alat serta nama
penanggung jawab
No. 4 alur proses bisa dimasukkan ke dalam kantong plastik bila cukup banyak hal yang mayor
atau berbahaya.
No. 5 sisa waktu pelaksanaan dimutakhirkan setiap hari.
No. 6 dimutakhirkan setiap ada perubahan
Bagian belakang papan berisi izin kerja yang dimutakhirkan setiap hari dan dokumen asuransi yang
dimutakhirkan bila ada perubahan
4. Rambu
Memberikan informasi berupa tanda-tanda pada area yang mengandung risiko
tinggi merupakan kewajiban Kontraktor dengan tujuan untuk menghindari
kemungkinan terjadinya kecelakaan pada pekerja. Rambu-rambu peringatan, antara
lain dengan fungsi:
peringatan bahaya dari atas
peringatan bahaya benturan kepala
peringatan bahaya longsoran
5. Bendera
a. Harus dipasang bendera merah putih, K3 dan bendera perusahaan pada lokasi
strategis di proyek.
b. Tinggi bendera merah putih harus lebih tinggi minimal 30 cm dibanding bendera
lainnya, dan tinggi tiang bendera merah putih minimal 3,5 m.
PASAL 10
PENERAPAN KONSEP 5R DI DALAM AREA KERJA
1. Semua tempat kerja dan proyek harus menerapkan konsep 5R (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat dan Rajin).
2. 5R adalah langkah awal untuk pencegahan kecelakaan kerja.
3. Seluruh personel harus berkomitmen untuk menerapkan konsep 5R.
4. Ringkas adalah memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan menyingkirkan
yang tidak diperlukan dari tempat kerja. Mengetahui benda mana yang tidak
digunakan, mana yang akan disimpan, serta bagaimana cara menyimpan supaya
dapat mudah diakses terbukti sangat berguna bagi sebuah perusahaan. Cara yang
dapat dilakukan adalah dengan mendata berbagai jenis barang yang dimiliki,
menggolongkan sesuai dengan jenis dan kegunaannya, memberi tanda untuk
barang-barang tertentu, kemudian menempatkan barang pada tempat yang
semestinya.
5. Rapi adalah menempatkan barang pada tempatnya sehingga tidak terlihat
berserakan pada tempat kerja yang mampu membahayakan keamanan pekerjanya.
Rapi adalah menerapkan prinsip kaizen yang merupakan perbaikan yang
berkelanjutan.
6. Resik adalah melakukan pembersihan tempat, peralatan maupun pakaian kerja
yang digunakan. Dengan prinsip ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan
kerja yang bersih dan nyaman.
7. Rawat adalah melakukan perawatan agar apa yang diperoleh pada tiga tahapan
sebelumnya dicapai dapat dipertahankan. Perawatan tidak terbatas pada produk
yang dihasilkan melainkan perawatan pada peralatan yang digunakan dalam
menjalankan proses produksi.
8. Rajin adalah terciptanya kebiasaan pribadi karyawan untuk menjaga dan
meningkatkan apa yang sudah dicapai. Rajin adalah terkait dengan ketepatan
waktu kerja, ketepatan memenuhi permintaan pelanggan, ketepatan mencapai
target yang hendak dicapai. Setelah tercapai kemudian dipertahankan agar kondisi
kerja yang kondusif dapat dipertahankan
9. Jangan bawa peralatan dan material yang tidak dipakai di area kerja.
10.Pastikan akses kerja dan jalan keluar (akses lalu-lalang, tangga, pintu keluar
masuk, pintu keadaan darurat, dll) bebas dari material dan alat.
11.Jangan meletakkan material di depan panel listrik, panel distribusi listrik, APAR,
P3K, dan kotak hidran. Buat marka di depan alat-alat tersebut.
12.Cek rencana lokasi penempatan material, metode penempatan, dan ketinggian
penumpukan material terhadap stabilitas, ketinggian, kemungkinan runtuh, rambu
yang diperlukan, penguatan yang dibutuhkan, dll.
13.Buang sampah domestik di dalam kantong plastik, kepingan, dan sampah kayu
sesuai tempatnya. Pisahkan sesuai jenis sampah, sampah domestik harus
dikeluarkan dari area kerja setiap hari.
PASAL 11
AKSES AREA KONSTRUKSI
1. Tersedia pintu masuk dan pintu keluar, baik untuk rutin dan darurat di kantor proyek
serta terjaga dengan baik. Akses keluar masuk kendaraan di area proyek konstruksi
harus dibuat terpisah.
2. Semua kendaraan dan alat berat yang memasuki proyek harus menerima induksi
singkat dari sekuriti mengenai peraturan berkendara di dalam area proyek.
3. Kecepatan semua kendaraan dan alat berat yang melewati akses di dalam area
proyek maksimum adalah 10 km/jam.
4. Saat melewati tikungan atau akses orang, kendaraan harus membunyikan klakson.
5. Prioritas adalah pejalan kaki, pastikan akses pejalan kaki/ akses pekerja selalu
dibuat.
6. Di dalam dan diluar bangunan, buat akses pekerja pada sisi kiri, lengkapi dengan
rambu petunjuk.
7. Dilarang berlari di dalam area kerja.
8. Berjalanlah pada akses yang sudah ditentukan dan menyeberanglah pada akses
penyeberangan yang sudah ditandai dengan marka.
9. Dilarang menyeberang di/melalui depan kendaraan atau alat atau menyilang
10. Selalu perhatikan kiri dan kanan ketika akan menyeberang akses jalan kendaraan.
11. Pengemudi dan operator harus memberi jalan kepada pejalan kaki.
12. Lubang yang terbuka diberi tutup sementara dan ada tanda peringatan agar pekerja
berhati-hati dan tidak terperosok
13. Akses keluar masuk proyek harus terpasang lampu rotary, rambu peringatan keluar
masuk kendaraan proyek.
14. Ada batas atau tanda peringatan atau pagar yang memberi tanda area kerja kantor
proyek, pabrikasi area kerja lapangan dan jalur/akses penghubung terhadap area
umum masyarakat
15. Jalan dan jalur lintas pekerja diberi batas dan pengaman serta tanda peringatan
yang jelas, terutama yang bersinggungan dengan pengguna jalan raya dan atau
masyarakat umum
16. Penerangan yang cukup, baik siang (jika gelap) maupun malam pada jalur lintas
pekerja, lampu pembatas antara area kerja proyek dan jalur jalan raya yang sedang
dimanfaatkan pengguna jalan.
17. Rambu keluar masuk harus terbuat dari neon box.
18. Semua akses pekerja harus bebas dari penempatan material dan peralatan.
Material dan peralatan yang berada di jalur lintas pekerja harus dipindahkan (harus
bebas, bersih dan tidak licin)
19. Tangga kerja yang memadai dan aman untuk akses dan jalur pekerja pada kondisi
area kerja yang curam/terjal dan tinggi
20. Buat lokasi parkir kendaraan dan alat berat
21. Pastikan kendaraan parkir telah direm tangan dan diganjal (terutama pada lahan
miring)
22. Pengemudi dan operator harus mendapatkan induksi singkat mengenai aturan
berkendara di dalam area proyek.
23. Dapat diberikan vehicle pass yang berisi info mengenai akses dan aturan
berkendara.
24. Kendaraan dan alat berat yang beroperasi di lokasi proyek, harus dilengkapi
dengan alat pemadam api, alarm mundur, sabuk pengaman, kotak P3K, dll.
25. Dilarang menggunakan alat komunikasi saat mengemudi, bekerja, mengoperasikan
alat berat, dan sambil berjalan.
PASAL 12
KESELAMATAN KERJA DAN
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus
dibuat sebelumnya yang meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada
kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur transportasi,
dimana :
1. Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya.
a. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali
(pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan pada
kesehatan fisik dan kesehatan individu),
b. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut.
2. Tenaga kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan kesehatan
khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur.
3. Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk
referensi.
4. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus
dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K).
5. Alat-alat P3K atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat
kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.
6. Alat-alat P3K atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk
kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan ular.
7. Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain selain alat-
alat P3K yang diperlukan dalam keadaan darurat.
PASAL 13
KETENTUAN TEKNIS K3
iii.Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang
berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk
mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.
d. Kebersihan
i. Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus
dipindahkan ke tempat yang aman.
ii. Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
iii. Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-
benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang
jatuh atau tersandung (terantuk).
iv. Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di
tempat kerja.
v. Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain
harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
vi. Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.
c. Pada bangunan, sisa-sisa oli harus disimpan dalam kaleng yang mempunyai
alat penutup.
d. Dilarang merokok, menyalakan api, dekat dengan bahan yang mudah terbakar.
e. Cairan yang mudah terbakar harus disimpan, diangkut, dan digunakan
sedemikian rupa sehingga kebakaran dapat dihindarkan.
f. Bahan bakar/bensin untuk alat pemanas tidak boleh disimpan di gedung atau
sesuatu tempat, kecuali di dalam kaleng atau alat yang tahan api yang dibuat
untuk maksud tersebut.
g. Bahan bakar tidak boleh disimpan di dekat pintu-pintu.
9. Utilitas umum
Utilitas umum seperti jaringan listrik, pipa gas, air, telepon dan lainnya yang akan
terganggu terkait dengan rencana kontruksi, sebelumnya harus dilakukan
koordinasi dengan instansi terkait dan untuk kepastian tentang letak dan posisi
utilitas tersebut, maka harus dilakukan pemeriksaan, pengecekan serta peninjauan
lapangan bersama dengan instansi terkait tersebut.
PASAL 14
CHECK LIST KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
b. Apakah telah terpasang pagar pengaman pada ruang terbuka, scaffolding, alat
penggrrak untuk mencapai elevasi tertentu, bangunan, jalan sempit, galian, dan
lain sebagainya untuk mencegah terjatuhnya pekerja?
c. Apakah semua lubang galian telah diberikan pagar pengaman atau sejenisnya,
tanda-tanda yang jelas umencegah terperosoknya pekerja?
d. Apakah semua struktur sementara dalam keadaan stabil, batang-batang
penguat dalam jumlah yang cukup dan tidak menahan beban yang berlebih?
e. Apakah tempat kerja bebas dari barang-barang berbahaya, tumpukan material,
dan barang-barang buangan?
f. Apakah tempat kerja teratur dan rapi, material telah tersimpan dengan aman?
g. Apakah pengumpulan dan pemindahan sisa material telah direncanakan
dengan matang?
h. Apakah tempat kerja mendapatkan cukup penerangan? Apakah penerangan
telah disiapkan dalam jumlah yang cukup apabila harus bekerja pada malam
hari?
2. Scaffolding.
a. Apakah scaffolding dipasang dan dibongkar oleh tenaga yang telah
berpengalaman?
b. Apakah tangga atau sejenisnya telah tersedia untuk mencapai tempat kerja
pada scaffolding?
c. Apakah alas (kayu) pada peletakan scaffolding telah tersedia untuk mencegah
terjadinya penurunan?
d. Apakah scaffolding memberikan keamanan/kekuatan yang cukup bagi
bagngunan? Atau, cukup kuatkah strukturnya untuk mencegah terjadinya
kegagalan bangunan?
e. Apakah telah tersedia pengaman di area kerja pada scaffolding untuk
mencegah terjatuhnya pekerja?
3. Mesin Perangkat.
a. Apakah peralatan dipasang oleh tenaga yang berpengalaman?
b. Apakah peralatan telah terpasang erat pada struktur
c. Apakah area kerja telah diberikan pagar pengaman untuk mencegah
terjatuhnya pekerja, material atau peralatan yang diangkut?
d. Apakah tindakan pencegahan telah diberikan untuk mencegah terjatuhnya
pekerja, material atau peralatan saat mesin bergerak dan turun?
e. Apakah operator telah mendapatkan pelatihan sehingga cukup ahli untuk
mengoperasikan peralatan dengan baik?
f. Apakah generator cukup kuat untuk bekerja sampai akhir jam kerja?
4. Tangga.
a. Apakah tersedia peralatan untuk memanjat hingga mencapai elevasi tertentu?
b. Apakah peralatan untuk memanjat yang tersedia cukup baik kondisinya?
c. Apakah peralatan memanjat yang tersedia cukup aman, baik akibat tergelincir
atau penurunan?
d. Apakah pada ujung atas peralatan memanjat tersedia tempat untuk menapakan
kaki dengan aman? Jika tidak, apakah ada pegangan cukup kuat dan aman?
e. Apakah posisi peralatan memanjat cukukp rata? Apakah pekerja mengalami
hambatan dalam memanjat?
f. Apakah material peralatan memanjat cukup baik atau tidak mudah rusak?
5. Pekerjaan Atap.
a. Apakah telah tesedia cukup pagar pengaman pada tempat tertentu, misalnya di
sekeliling plat lantai untuk mencegah terjadinya pekerja terjatuh atau material
jatuh?
b. Apakah penggunaannya memungkinkan para pekerja?
c. Apakah untuk penutup atap telah dipikirkan masalah keamanannya?
6. Galian.
a. Material pendukung apa yang akan digunakan untuk membentuk struktur
sementara sebelum penggalian dilakukan?
b. Apakah material cukup kuat menahan sisi-sisi galian?
c. Apakah metoda yang digunakan sesuai/aman dengan menambahkan struktur
sementara atau bahkan pekerja dapat bekerja dengan aman tanpa struktur
tambahan?
d. Apabila kelandaian yang ada memenuhi persyaratan keamanan untuk
mencegah terjadi kelongsoran?
e. Apakah telah tersedia fasilitas untuk menuju lokasi galian dengan aman?
f. Apakah telah tersedia pagar pengaman untuk mencegah pekerja atau orang
lain terjatuh dalam galian ?
g. Apakah galian memengaruhi stabilitas bangunan di dekatnya?
h. Apakah terdapat timbunan material di sekitar galian yang dapat memengaruhi
stabilitas galian?
i. Apakah galian telah dikontrol oleh tenaga yang berpengalaman pada saat
terjadi pengantrian pekerja, pada saat telah terjadinya kelongsoran, atau saat
terjadi ketidakstabilan galian?
7. Manual Handling.
a. Apakah terdapat risiko saat memindahkan alat atau material?
b. Apakah tersedia peralatan untuk memindahkan atau mengangkat barang-
barang yang cukup berat?
c. Apakah berat material misalnya semen yang digunakan melebihi 25 kg?
d. Mungkin tim pekerja menghindari handling barang-barang yang cukup berat?
8. Hoist.
a. Apakah hoist dilengkapi dengan pagar untuk melindungi seseorang dari
kemungkinan terjadinya kerusakan atau jatuhnya hoist?
b. Apakah hoist dimungkinkan untuk berhenti di setiap lantai, bergerak, kecuali
pada saat berhenti?
c. Apakah semua pintu keluar dari hoist akan terkunci saat bergerak, kecuali pada
saat berhenti?
d. Apakah pengendali di atur sehingga hoist hanya dioperasikan pada satu kondisi
tertentu saja?
e. Apakah operator hoist telah berpengalaman dan cukup kompeten di bidangnya?
f. Apakah hoist hanya digunakan untuk material saja? Apabial terjadi hal-hal
membahayakan, apakah diberikan tanda-tanda untuk mencegah seseorang
menaikinya?
g. Apakah hoist diperiksa secara rutin, misalnya setiap minggu, atau setiap
periode tertentu (misalnya 6 bulan) diuji oleh orang yang berkompenten?
h. Apakah semua berkas pemeriksaan disimpan dengan baik?
9. Tower Crane dan Alat Pengangkat Lainnya.
a. Apakah jenis tower crane yang digunakan bergerak atau tetap?
b. Apakah terdapat informasi beban maksimum dan diketahui oleh pengguna
sebelum tower crane mulai bekerja?
c. Apakah operator tower crane cukup berpengalaman dan cukup kompeten di
bidangnya?
d. Apakah petugas yang memasang sling pada beban cukup berpengalaman dan
telah dilatih untuk memberikan tanda-tanda dengan benar?
e. Apakah tower crane diperiksa secara rutin, misalnya setiap minggu, dan diuji
oleh orang yang berpengalaman setiap periode waktu tertentu (misalnya 12
bulan)?
f. Apakah tower crane mempunyai sertifikat pengujian?
10. Peralatan dan Mesin.
a. Apakah pemilihan alat dan mesin sesuai dengan pekerjaan?
b. Apakah semua bagian dari peralatan yang berbahaya telah terlindungi?
c. Apakah semua mesin telah dirawat dengan baik dan dalam keadaan aman bila
dioperasikan?
d. Apakah semua operator cukup berpengalaman?
11. Jalur Kendaraan.
a. Apakah jalur pejalan kaki terpisah dengan jalur sepeda?
b. Apakah jalur searah dan tempat untuk berbalik telah disiapkan untuk
menghindari jalur dua arah?
c. Apakah tempat untuk berbalik kendaraan pengangkut dipandu oleh petugas
yang cukup pengalaman?
d. Apakah semua kendaraan pengangkut cukup aman untuk dimuati?
e. Apakah penumpang dilarang untuk naik apabila kendaraan dalam posisi yang
berbahaya?
12. Umum
a. Apakah prosedur untuk keadaan bahaya telah disiapkan, misalnya untuk
evaluasi dari lokasi proyek?
b. Apakah semua pekerja menaruh perhatian untuk itu?
c. Apakah telah dipasang alarm pemberi tanda bahaya dan telah dipastikan akan
bekerja?
d. Apakah terdapat jalur-jalur penyelamatan yang cukup?
13. Kebakaran
a. Apakah jumlah material yang mudah terbakar dibatasi?
b. Apakah telah disiapkan tempat area penyimpanan yang cukup untuk barang
yang mudah terbakar berupa gas, cairan, atau yang lainnya?
c. Apakah semua tempat/wadah bekas barang yang mudah terbakar
dikembalikan ke area penyimpanan?
d. Jika barang yang mudah terbakar berupa cairan akan dipindahkan dalam
wadah lain, apakah wadah tersebut cukup aman?
e. Apakah ada larangan merokok pada area yang penyimpanan?
f. Apakah wadah penyimpanan dan perlengkapan dalam keadaan yang baik?
g. Kapan wadah tersebut tidak dimanfaatkan lagi?
h. Apakah disediakan wadah untuk menyimpan sisa-sisanya?
i. Apakah sisa-sisa barang yang mudah terbakar dipindahkan secara kontinu?
j. Apakah telah disediakan alat jenis pemadam kebakaran yang tepat serta
jumlahnya mencukupi?
14. Barang-Barang Berbahaya
a. Apakah barang-barang yang berbahaya telah mendapatkan tanda-tanda yang
cukup?
b. Apakah pekerja mengetahui risiko yang mungkin terjadi akibat barangibarang
ini?
15. Suara
a. Apakah terdapat fasilitas peredam suara di lokasi proyek?
b. Apakah tersedia alat pelindung telinga?
16. Keselamatan dan Kesehatan
a. Apakah tersedia kamar mandi dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang
baik?
b. Apakah tersedia pakaian kerja yang dapat melindungi saat hujan atau kondisi
lainnya?
c. Apakah tersedia ruang untuk berganti pakaian?
d. Apakah tersedia air minum yang cukup?
e. Apakah tersedia dapur sehingga pekerja dapat beristirahat, membuat teh atau
menyiapkan makanan?
f. Apakah tersedia obat-obatan untuk pertolongan pertama apabila terjadi
kecelakaan?
17. Pakaian/Peralatan Kerja
a. Apakah tersedia pakaian kerja, helm, sepatu boots, sarung tangan, masker?
b. Apakah semua peralatan tersebut dalam kondisi baik?
18. Listrik
a. Apakah voltage sesuai untuk peralatan yang akan digunakan?
b. Apakah kabel di bawah tanah telah dilindungi dan ditandai?
c. Apakah semua sambungan telah dipastikan aman?
d. Apakah semua kabel telah dilindungi dengan baik?
19. Perlindungan Terhadap Publik
PASAL 15
PROTOKOL KESEHATAN
PENCEGAHAN COVID-19 DI PROYEK KONSTRUKSI
1. Pengantar
a. Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19 di Proyek Konstruksi ini
merupakan Instruksi Menteri PUPR No C2 /1N/M/2020 tentang pencegahan
penyebaran dan dampak Covid-19 dalam penyelenggaraan jasa konstruksi.
b. Protokol ini dimaksudkan sebagai panduan umum bagi Pemilik/ Pengguna/
Penyelenggara bersama Konsultan, Kontraktor, Subkontraktor, Vendor/
Supplier dan Fabricator, Mandor serta para Pekerja dalam mencegah wabah
Covid-19 di proyek konstruksi.
c. Protokol ini merupakan bagian dari keseluruhan kebijakan untuk mewujudkan
keselamatan konstruksi. Keselamatan konstruksi adalah keselamatan dan
kesehatan kerja; keselamatan publik; dan keselamatan lingkungan dalam setiap
tahapan penyefenggaraan konstruksi (cycle of building and infrastructure
development).
d. Protokol ini berlaku di proyek konstruksi yang diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah dan/atau BUMN, maupun investasi swasta dan/
atau gabungan. Masing-masing pihak pemangku amanah di proyek konstruksi
dapat menindaklanjuti implementasi dari protokol ini sesuai dengan kebijakan
perusahaan masing-masing.
10). Melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang positif
dan/atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan merekomendasikan
dilakukan penghentian kegiatan sementara