1
DAFTAR ISI
Hal.
BAB I. SYARAT-SYARAT UMUM
I. Lingkup Kerja …………………………………………………………. 5
I.1 Lingkup Pekerjaan ….………………………………………………….. 5
I.2 Jadwal dan Rencana Kerja ……………………………………………. 6
I.3 Pembuatan Gambar Detail dan Gambar Akhir ……………………… 6
II. Persyaratan Kerja ……………………………………………………... 7
II.1 Persyaratan Regulasi ………………………………………………….. 7
II.2 Situasi ……………………………………………………………………. 8
II.3 Ukuran …………………………………………………………………… 8
II.4 Personel, Peralatan, dan Bahan Kerja ………………………………. 8
II.5 Keselamatan Kerja …………………………………………………….. 9
II.6 Keamanan dan Ketertiban Kerja ……………………………………… 9
II.7 Kesehatan dan Kebersihan Area Kerja ………………………………. 10
2
Hal.
II.5 Pekerjaan Penutup Lantai ……………………………………………….
II.5.1-2 Lingkup Pekerjaan, Bahan dan Peralatan ……………………………. 35
II.5.3-4 Pelaksanaan dan Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki …............. 36
II.6 Pekerjaan Dinding dan Plesteran ………………………………………
II.6.1-2 Lingkup Pekerjaan, Bahan dan Peralatan ……………………………. 37
II.6.3-4 Pelaksanaan dan Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki …............. 38-40
II.7 Pekerjaan Rangka dan Penutup Atap ………………………………….
II.7.1-2 Lingkup Pekerjaan, Bahan dan Peralatan ……………………………. 41-42
II.7.3 Pelaksanaan Pemasangan Rangka dan Penutup Atap …………….. 43-45
II.7.4 Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki ……………………………….. 46
II.8 Pekerjaan Plafond ………………………………………………………..
II.8.1-2 Lingkup Pekerjaan, Bahan dan Peralatan …………………………….. 47
II.8.3 Pelaksanaan Pekerjaan Plafond ……………………………………….. 48
A. Rangka dan Penutup Plafond Gypsum ……………………………….. 48
B. Rangka dan Penutup Daun Rambat Artifisial ………………………… 49
II.9 Pekerjaan Besi dan Kusen Pintu Jendela ……………………………..
II.9.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ………… 50-54
II.10 Pekerjaan Pengecatan …………………………………………………..
II.10.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ………… 55-58
II.11 Pekerjaan Kaca …………………………………………………………..
II.11.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ………… 59-61
II.12 Pekerjaan Waterproofing ………………………………………………..
II.12.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ………… 62-64
II.13 Pekerjaan Meja Kursi Beton ……………………………………………
II.13.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ………… 65
II.14 Pekerjaan Mural ………………………………………………………….
II.14.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ..……….. 66-67
II.15 Pekerjaan Elektrikal ……………………………………………………...
II.15.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ..……….. 68-75
II.16 Pekerjaan Mekanikal Plumbing …………………………………………
II.16.1-2 Lingkup Pekerjaan, Bahan dan Peralatan ……………………………. 76
II.16.3 Pelaksanaan Pekerjaan Mekanikal Plumbing ………………………… 77-80
II.16.4 Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki ……………………………….. 80
3
BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM
4
I. LINGKUP KERJA
5
I.2. JADWAL DAN RENCANA KERJA
Rencana kerja yang dibuat oleh pelaksana jasa setidaknya memberi gambaran
mengenai ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan, ketepatan biaya pekerjaan, dan
ketepatan mutu pekerjaan. Adapun jadwal dan rencana kerja yang harus dibuat
tersebut secara umum dijelasakan sebagai berikut:
Pembuatan gambar detail (shop drawing) dan pembuatan gambar akhir (as built
drawing) harus dibuat oleh pelaksana jasa/kontraktor apabila :
1. Gambar Detail ( Shop Drawing)
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan atau setelah melakukan tinjauan lokasi
pekerjaan, jika terdapat perbedaan tafsir antara pelaksana jasa/ kontraktor
dengan direksi teknis/lapangan dan atau pengawas maka pelaksana jasa/
kontraktor dapat membuat gambar detail, disesuaikan kondisi lapangan,
mengacu pada gambar kerja yang terdapat dalam dokumen kontrak.
6
b. Pelaksana jasa/kontraktor membuat gambar detail, secara jelas dan mudah
dimengerti ketika akan diajukan kepada direksi teknis/ lapangan dan
pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
1. Persyaratan Regulasi
Pekerjaan yang akan dikerjakan dalam pembangunan toko brand “Mie Gacoan”
dan atau toko-toko brand lain yang berada di bawah naungan PT. Pesta Pora
Abadi, harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan
teknik yang tertera dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar Industri
Indonesia (SSI) maupun peraturan yang relevan dan berlaku pada daerah
pekerjaan tersebut dikerjakan. Persyaratan regulasi yang dimaksudkan yaitu:
a. Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia ( PUBI) 1982
b. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBB) NI-3.1970
c. Peraturan Semen Portland Indonesia ( PMI) NI-8
d. Standar Nasional Indonesia (SNI)
e. Pedoman Plumbing Indonesia (PPI)
f. Peraturan Umum Instalasi Listrik ( PUIL) 1977
g. Standar Industri Indonesia (SII)
h. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) SK SNI T-1991
i. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
7
2. Situasi
a. Sebelum memulai pekerjaan, pelaksana jasa/kontraktor diwajibkan untuk
mengecek keadaan/situasi lokasi kaitannya dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
b. Hal sebagaimana yang dimaksudkan pada huruf (a) situasi ini, adalah
untuk memastikan bahwa situasi lokasi pekerjaan yang ada sesuai dan
tidak mempengaruhi harga penawaran sebagaimana ketentuan dalam
kontrak, namun lebih memperhatikan kesesuaian antara rencana kerja
dengan situasi aktual di lapangan maupun lingkungan sekitar.
c. Kelalaian dan ketidaktelitian pelaksana jasa/kontraktor dalam hal ini tidak
dapat dijadikan alasan oleh pelaksana jasa/ kontraktor untuk mengajukan
tuntutan ganti rugi kepada pemberi jasa.
3. Ukuran
a. Semua ukuran yang digunakan dalam pekerjaan ini disesuaikan dengan
gambar kerja.
b. Setiap ukuran/ satuan yang digunakan pada pekerjaan ini dinyatakan dalam
matriks, kecuali untuk pekerjaan/ bahan-bahan tertentu yang dinyatakan
sesuai dengan kebutuhan.
c. Apabila terdapat ketidakcocokan antara ukuran gambar dengan lokasi
pekerjaan maka pelaksana jasa/kontraktor diharuskan berkoordinasi dengan
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas untuk mendapat persetujuan
jika akan dilakukan perubahan.
d. Pelaksana jasa/kontraktor tidak diperkenankan memperbaiki kesalahan
ukuran/gambar yang dianggap keliru oleh pelaksana jasa/kontraktor
sebelum berkonsultasi dengan direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.
e. Bila dipandang perlu, maka akan dilakukan pengukuran secara bersama
antara pelaksana jasa/kontraktor, direksi teknis/lapangan, dan atau
pengawas untuk mendapatkan ukuran yang pasti dan hasil pengukuran
tersebut yang dijadikan sebagai rujukan.
8
b. Pelaksana jasa/kontraktor harus menyediakan semua personel dan
peralatan sebelum pekerjaan mulai dikerjakan, atau semuanya harus
dimobilisasi secara bersamaan pada saat mobilisasi dilakukan.
c. Peralatan yang diadakan harus dalam kondisi baik dan laik pakai.
d. Bahan/material yang diadakan oleh pelaksana, disesuaikan berdasarkan
tingkat kebutuhan dan spesifikasi yang ada didalam gambar kerja dan
rencana biaya.
e. Personel dan peralatan kerja yang disediakan tersebut harus sesuai dengan
rencana kerja dan jadwal yang sudah diajukan dan disetujui pemberi jasa.
f. Dalam proses pengadaannya, bahan/material kerja yang akan disediakan
oleh pelaksana jasa/kontraktor harus berpedoman pada gambar kerja,
rencana biaya, spesifikasi teknis material arsitektural, struktural dan
mekanikal elektrikal plumbing, serta rencana kerja & syarat (RKS).
Pelaksana jasa/kontraktor dapat mengusulkan jenis dan merek
bahan/material yang lain dengan kualitas yang setara untuk mendapatkan
persetujuan pemberi jasa.
5. Keselamatan Kerja
a. Selama waktu pelaksanaan pekerjaan, pelaksana jasa/kontraktor
berkewajiban untuk menjaga dan menjamin keselamatan para personel
yang bertugas di lokasi kerja.
b. Pelaksana jasa/kontraktor harus menjamin atas ketersediaan obat-obatan
yang secara dibutuhkan termasuk menyediakan obat-obatan yang
digunakan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).
c. Pelaksana kerja/ kontraktor wajib menyiapkan peralatan alat pelindung diri
(APD) bagi para pekerja di lapangan yang meliputi helm (safety helmet),
safety shoes, sarung tangan, masker, kacamata las, full body harness (untuk
pekerjaan area ketinggian minimal 2 meter).
9
b. Gangguan sebagaimana yang dimaksud pada huruf (a) di atas yaitu
gangguan yang diakibatkan oleh gangguan peralatan kerja, gangguan
bahan/material, dan gangguan personel.
c. Pelaksana jasa/ kontraktor berkewajiban untuk menjaga dan mengamankan
semua jenis barang/peralatan/material terutama barang/peralatan/material
milik pemberi jasa dan atau pengawas selama pelaksanaan pekerjaan
berlangsung atau sebelum pelaksana jasa/kontraktor melakukan kegiatan
demobilisasi.
10
BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIS
11
I. SYARAT TEKNIS BAHAN BANGUNAN
12
8. Kayu
- Umumnya kayu harus berkualitas baik, dengan minimal mutu kayu kelas II.
- Yang dimaksud dengan mutu kayu kelas II adalah kayu yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Kadar lengas kayu 30%
2. Besar mata kayu tidak melebihi 1/4 dari lebar balok dan atau tidak boleh
lebih dari 5 cm.
3. Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar 1/10
dari tinggi balok.
4. Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan retak-retak
menurut lingkaran tidak melebihi 1/4 tebal kayu.
5. Miring arah serat tangenial tidak melebihi 1/7.
- Kayu untuk keperluan struktural seperti kuda-kuda, rangka atap, tiang
cantilever minimal menggunakan kayu kelas II.
- Kayu untuk keperluan non struktural seperti perancah dan bekisting minimal
menggunakan kayu kelas III.
- Kusen pintu/ jendela, panel pintu dan jendela maupun jalusi minimal
menggunakan kayu kelas II.
- Furniture/Meubelair minimal menggunakan bahan kayu kelas II. Permukaan
kayu harus halus dan rata, finishing akhir minimal politur atau cat kayu.
9. Beton Non Struktural
- Pekerjaan ini meliputi kolom praktis, balok dinding dan lantai kerja.
- Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang minimal K-125.
- Perbandingan campuran yang digunakan yaitu 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr.
10. Beton Struktural
- Pekerjaan ini meliputi pondasi, sloof, kolom utama, ring balk.
- Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang minimal K-250.
- Menggunakan ready mix concrete dari Jayamix/ AdhiMix/ Indocement/ Holcim/
Pioner beton, dengan test slump dan test mutu beton sesuai yang
dipersyaratkan.
11. Besi Beton
- Besi beton yang digunakan adalah besi beton mutu U-42 ≥ D10, U-28 ≤ Ø10
- Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak/lemak, asam alkali dan
bebas dari cacat seperti serpih-serpih serta tidak berkarat.
- Pembengkokan besi yang terjadi diijinkan yaitu maksimal 4 kali pada titik
pembengkokan yang sama.
13
12. Dinding
- Pasangan dinding harus satu ukuran, satu warna dan satu kualitas (Batu Bata,
Batako, Bata ber-aerasi ringan, Roster dan/atau conblock).
- Warna satu sama lain harus sama dan apabila dipatahkan warna penampang
harus sama rata.
- Bidang-bidangnya harus rata atau sudut-sudut harus siku atau bersudut 90
derajat dan tidak boleh retak-retak.
13. Cat
- Cat dinding/cat plafon : Tahan terhadap perubahan cuaca dan tidak mudah
retak/terkelupas setelah kering.
- Cat kayu/cat besi : Tahan terhadap perubahan cuaca dan tidak mudah
retak/terkelupas setelah kering.
14
II. SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN
- Ukuran - ukuran pokok dan ukuran tinggi (elevasi) mengacu pada gambar
kerja.
- Jika terdapat perbedaan antara gambar-gambar utama dengan gambar-
gambar perincian maka yang mengikat adalah ukuran-ukuran pada gambar
utama atau dapat ditanyakan pada direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.
- Sebagai ukuran pokok titik 0,00 disesuaikan dengan ukuran gambar rencana.
- Dengan ketentuan tersebut pelaksana jasa/kontraktor, perencana, direksi
teknis/lapangan dan atau pengawas akan menetapkan patok duga titik 0,00
tersebut di lapangan dan dibuat dari patok beton yang sifatnya permanen yang
dipelihara selama pelaksanaan pembangunan atau tanda lainnya yang bersifat
permanen selama pelaksanaan pekerjaan.
- Penetapan ukuran dan sudut siku-siku tetap dijaga dan antara lain dengan
mempergunakan alat - alat waterpass dan theodolith atau berpedoman pada
bangunan yang telah ada.
- Setelah ukuran ditetapkan, dilanjutkan dengan pemasangan papan bouwplank.
Kayu papan yang digunakan minimal dari kelas kuat II dengan ukuran lebih
kurang 2/20 cm dan usuk 4/6. Bouwplank dipasang dari titik luar bangunan
dengan jarak kurang lebih 2 meter atau sesuai kondisi lapangan.
- Perlengkapan peralatan perancah kerja agar dipersiapkan lebih awal sebelum
memulai proses pekerjaan.
- Semua peralatan kerja yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus sudah
dipersiapkan oleh pelaksana jasa/kontraktor. Peralatan tersebut harus dalam
kondisi baik dan layak pakai. Jika dalam masa pelaksanaan pekerjaan,
peralatan mengalami kerusakan atau tidak bisa dipergunakan, pelaksana
jasa/kontraktor harus segera menyiapkan peralatan pengganti baru yang layak
pakai. Penempatan material di areal site harus dikonsultasikan dengan direksi
15
teknis/lapangan,dan atau pengawas agar tidak mengganggu selama proses
pekerjaan.
16
II.2. PEKERJAAN PAVINGSTONE
A. Lingkup Pekerjaan
- Pekerjaan tanah disini adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan perataan
tanah, pematangan tanah, pengolahan tanah yang ada kaitannya dengan
galian biasa, galian batu, galian struktur bangunan antara lain mencakup
pembersihan tanah, galian tanah, urugan tanah/ perataan, ataupun
pembuangan tanah, galian perkerasan jalan. Termasuk dalam pekerjaan ini
adalah mulai dengan mobilisasi alat, pengadaan tenaga, konstruksi penyangga
hingga pemompaan air tanah/penggalian (de-watering).
- Bahan atau material yang digunakan secara bertahap dari bawah adalah
limestone pecah 5-7cm, sirtu pecah mesin 2-3cm, abu batu/pasir, pavingstone
ukuran 10x20 cm tebal 6 cm untuk area parkir dan ukuran 10x20 cm tebal 6 cm
untuk area loading zone, dan atau material lain yang dipersyaratkan sesuai
gambar kerja (DED) dan rencana biaya (RAB).
17
- Peralatan yang diperlukan meliputi mesin stamper, alat berat dan peralatan lain
sesuai dengan kebutuhan dan tipe tanah yang akan diratakan/dipadatkan serta
peralatan lain terkait. Adapun tipe alat berat dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
18
II.2.2. Pekerjaan Perataan dan Pemadatan Tanah
A. Lingkup Pekerjaan
19
II.2.3. Pekerjaan Tanah dan Lapisan Bangunan, Area Parkir dan Loading Zone
20
2. Dipastikan tanah asli di lapangan (Lapisan Sub Grade Compaction) mencapai
tingkat kepadatan tertentu. Tingkat kepadatan tanah asli yang dipersyaratkan
adalah dengan test CBR minimal 5%. Jika hasil test CBR < 5%, maka lapisan
tanah asli tersebut harus dikeluarkan, kemudian dilakukan pengurugan tanah
merah baru kualitas baik, dipadatkan setiap ketebalan 20 cm dengan alat berat.
3. Untuk tanah asli yang padat dapat dilakukan pemadatan menggunakan alat
berat Smooth-Wheel Roller/Tandem Roller kapasitas pemberat 6 ton
(spesifikasi berat alat tanpa pemberat 8-14 ton), atau jenis alat berat lain sesuai
tipe tanah (padat, lempung, pasir atau kerikil berpasir). Jenis alat berat yang
digunakan dapat dilihat pada tabel II.2 ayat 1.3 tentang bahan dan peralatan.
4. Tahap selanjutnya dihampar/digelar lapisan Sub Base Class berupa material
limestone dan dilakukan pemadatan setiap 20 cm dengan alat berat Smooth-
Wheel Roller/Tandem Roller sampai mencapai ketebalan padat 40 cm dan atau
mengacu pada gambar kerja (DED) dan rencana biaya (RAB).
5. Lapisan Base Course Class berupa urugan sirtu dihampar/digelar setelah
lapisan limestone dan dipadatkan dengan alat berat Smooth-Wheel
Roller/Tandem Roller sampai mencapai ketebalan padat 10 cm.
6. Dilakukan test ke-2 metode test CBR minimal 50%, setelah Base Course Class
berupa sirtu dipastikan padat, Hal ini untuk mencapai daya dukung tanah dan
lapisan jalan sesuai kapasitas beban tonase 8 ton (kelas jalan III).
7. Selanjutnya abu batu/pasir dihampar dan dipadatkan sampai mencapai
ketebalan 5 cm, dan disiram air secukupnya sehingga makin padat.
8. Tahap akhir dilakukan pemasangan lapisan surface course berupa pavingstone
ukuran 10x20cm tebal 6 cm, mutu beton K-225, dengan pola pemasangan
mengacu pada gambar kerja (DED). Dilakukan hamparan abu batu/pasir untuk
menutup penuh nat pavingstone, dan dipadatkan dengan stamper kodok
minimal 2x lintasan sehingga pavingstone menjadi lebih stabil.
21
II.3. PEKERJAAN PAGAR KELILING (PRECAST & NON-PRECAST)
22
II.3.3. Pelaksanaan Pemasangan Pagar
1. Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian tanah bisa dilakukan dengan alat berat atau manual dengan
tenaga manusia (tergantung banyaknya volume pekerja).
23
4. Pekerjaan Kolom Beton Precast
- Kolom beton precast dipasang setelah lubang/sparing 40x40x80 cm pada
pondasi batu belah/batu kali disiapkan.
- Kolom beton precast diangkat dengan menggunakan tripod/tekel, kemudian
dimasukkan kedalam lubang/sparing yang telah disiapkan.
- Dilakukan pengecekan kelurusan horizontal dan vertikal kolom beton
sehingga posisi kolom beton lurus dan presisi terhadap kolom lainnya.
- Setelah kolom beton precast terpasang/berdiri lurus dan presisi, maka
lubang/sparing akan ditutup dengan cor beton cyclop mutu beton K-225
(Ready Mix/Sitemix) tanpa pembesian, sesuai dengan gambar kerja. Untuk
menjaga kelurusan dan presisi horizontal dan vertikal kolom, maka harus
diberikan penyangga kayu/bambu sesuai ketinggian kolom.
24
II.4. PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON
25
3. Pelaksana tidak diperbolehkan melakukan pemesanan bahan-bahan beton
atau mendatangkan bahan-bahan beton dalam jumlah besar sebelum
mendapatkan persetujuan direksi teknis/lapangan dan atau pengawas
lapangan untuk setiap macam atau jenis bahan yang akan dipakai.
4. Direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan akan menyimpan contoh-
contoh bahan beton yang telah disetujui sebagai standar (patokan), dimana
contoh tersebut akan digunakan sebagai bahan pemeriksa pada saat adanya
penerimaan bahan-bahan beton.
5. Setiap macam bahan beton yang tidak disetujui dan tidak diterima oleh
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan, pelaksana
jasa/kontraktor harus segera mengeluarkan atau memindahkan bahan beton
tersebut dari lokasi proyek atas beban atau biaya pelaksana jasa/kontraktor.
26
2. Agregat
2.1. Agregat Halus/Pasir
- Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat dalam
SNI 03-4804-1998.
- Mutu pasir : butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung lumpur
dan bahan-bahan organis
2.2. Agregat Kasar (Batu Pecah)
- Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat dalam
SNI 03-4804-1998.
- Koral tidak diperkenankan dipakai.
- Mutu batu pecah : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-
butir pipih maksimal 20% berat; tidak pecah/ hancur serta tidak mengandung
zat-zat reaktif alkali.
- Untuk struktur atas atau pembetonan yang mempunyai volume besar, split
dan batu pecah yang dipakai harus memiliki ukuran 5mm sampai dengan 30
mm. Penggunaan batuan lain yang sifatnya campuran tidak diperkenankan.
3. Air
- Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak,
asam, alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan lain yang dapat
merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Dalam hal ini
sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
4. Pembesian/ Penulangan
- Mutu besi tulangan beton untuk diamater batang polos ≤ Ø10 adalah BJTP
28, sedangkan mutu besi beton yang diprofil (Deform/ Ulir) ≥ D10 adalah
minimal BJTD 42, untuk tulangan baja jaring (wire mesh) BJTD 50 (fy=500
Mpa/ 5000 kg/ cm2) dan ukuran sesuai ketentuan dalam gambar. Simbol “Ø”
(menunjukkan baja tulangan polos), Simbol “D” (menunjukan baja tulangan
deform/ulir). Simbol “M” tulangan baja jaring (wire mesh).
5. Kawat Pengikat
- Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang
disyaratkan dalam SNI 2847-2002, atau kawat yang lazim dipakai, sehingga
dapat mengikat besi beton pada tempatnya.
27
6. Bahan Additive
- Penggunaan bahan additive tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari
pengawas.
- Bila diperlukan untuk mempercepat pengerasan beton atau bila slump yang
disyaratkan tinggi, beton dapat digunakan bahan additive yang disetujui
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.
28
- Besi beton harus disimpan di tempat yang tidak menyentuh tanah dan tidak
boleh disimpan di ruang terbuka dalam jangka waktu panjang.
- Semua besi beton yang akan dipakai harus ditekuk atau dibentuk sesuai
dengan bentuk dan ukuran yang tertera pada gambar kerja, serta diletakkan
dan diikat dengan tepat pada posisi yang ditunjukkan pada gambar kerja,
sehingga selimut beton yang telah ditetapkan pada spesifikasi atau yang
telah ditunjukkan dalam gambar kerja tetap terpenuhi.
- Besi beton dapat ditekuk dengan mesin/alat penekuk yang telah disetujui
oleh direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan. Besi beton tidak
boleh ditekuk atau diluruskan kembali untuk kedua kalinya, karena akan
mengakibatkan rusaknya besi beton tersebut. Besi beton yang sudah terbelit
atau ditekuk tidak sesuai gambar, maka tidak diperbolehkan dipakai kembali.
- Pembentukan besi beton dengan beberapa tekukan, maka jumlah panjang
yang dibutuhkan setelah dilakukan penekukan harus benar-benar tepat
sesuai seperti yang tertera pada gambar kerja.
- Tulangan beton harus diikat dengan kawat beton (bendrat) untuk menjaga
ketebalan selimut beton maka antara tulangan pokok dan bekisting perlu
dipasang beton bahu (deking) setebal kurang lebih 20 mm.
- Besi-besi tulangan beton yang sebagian ada di bagian luar atau keluar dari
permukaan beton, yang dimaksudkan sebagai besi stek atau sambungan
konstruksi tidak diperkenankan untuk ditekuk atau diubah posisinya pada
saat pengecoran beton sedang berlangsung, kecuali sudah ada ijin dari
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.
30
oleh adanya pembongkaran bekisting sewaktu beton masih belum cukup
umur, ataupun pembongkaran bekisting terlalu cepat sebelum waktunya.
- Bekisting atau cetakan pembentuk beton yang dipakai pada lantai beton
menggantung harus ditahan/ditopang oleh steger/scafolding dan dibiarkan
pada tempatnya paling sedikit dalam waktu 14 hari setelah waktu
pengecoran.
- Setelah terselesaikannya semua pekerjaan struktur, maka semua bekisting
atau cetakan pembentuk beton serta penyangga-penyangga lainnya harus
dibongkar keseluruhan dengan mengingat semua persyaratan yang telah
ditentukan sebelumnya.
- Sebelum adukan beton dicorkan, semua cetakan harus bersih dari kotoran
seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan kotoran lainnya. Kemudian
cetakan tersebut dibasahi dengan air secukupnya, namun tidak boleh ada
genangan air pada cetakan tersebut.
- Pengecoran dimulai setelah mendapat persetujuan direksi teknis/lapangan
dan atau pengawas lapangan. Apabila pengecoran beton dilakukan tanpa
adanya persetujuan direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan,
maka kerugian akibat pembongkaran, sepenuhnya menjadi tanggungan
pelaksana jasa/ kontraktor.
- Pengecoran beton harus dilakukan siang hari, dan pengecoran sebagian
pekerjaan tidak boleh dimulai apabila secara waktu tidak dapat diselesaikan
pada waktu siang hari terkecuali pengecoran malam (lembur) telah diijinkan
oleh direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan. Dan ijin seperti
itu tidak akan diberikan jika pelaksana jasa/ kontraktok tidak atau belum
menyediakan sistem penerangan yang mencukupi dan telah disetujui oleh
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.
- Catatan lengkap yang terperinci mengenai tanggal, jam, kondisi cuaca dan
keadaan saat pengecoran setiap bagian pekerjaan harus dibuat dan
ditandatangani oleh direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan
dan selanjutnya disimpan jika sewaktu-waktu ada pemeriksaan.
- Adukan harus homogen atau dengan warna yang merata dan harus sudah
dilakukan pengecoran dalam waktu 1 (satu) jam setelah pencampuran
dengan air dimulai.
31
- Pengecoran suatu unit pekerjaan beton harus dilaksanakan terus menerus
sampai selesai dengan tanpa berhenti, kecuali mendapat persetujuan direksi
teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.
- Tidak dibenarkan melakukan pengecoran beton disaat hujan, kecuali ada
tindakan pengamanan dari pelaksana jasa/ kontraktor, terutama untuk
meneruskan pengecoran suatu unit pekerjaan, yang mendapat persetujuan
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan. Dalam hal ini
pelaksana jasa/ kontraktor harus berupaya agar beton yang baru dicor tidak
rusak oleh air.
- Setelah dilakukan pengecoran pada cetakan, maka adukan harus
dipadatkan dengan alat penggetar (vibrator beton) yang berfrekuensi adukan
paling sedikit 3000 putaran setiap menit. Penggetaran dilakukan selama 20
detik setiap satu adukan yang dicorkan, mulai pada saat adukan dicorkan
dalam cetakan dan dilanjutkan dengan adukan selanjutnya.
- Pengadukan beton struktural sebaiknya menggunakan mesin molen dengan
ajuan job mix design dibuatkan secara resmi dari dinas PU atau batching
plant terdekat. Untuk ready mix dilampirkan surat jalan material beton
dengan mutu yang telah ditentukan.
- Apabila terjadi pemberhentian pengecoran pada balok dan lantai maka
harus berhenti pada jarak 1/5 bentang dan sebelum dilanjutkan pengecoran
harus diberikan pasta semen (air semen) terlebih dahulu pada permukaan
yang akan dilanjutkan.
- Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian-
bagian struktur beton bila tidak ditunjukkan secara detail dalam gambar
kerja. Dalam beton perlu dipasang selongsong pada tempat-tempat yang
dilewati pipa.
- Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-
angkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan
beton, harus sudah di pasang sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
- Bagian-bagian atau peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada
posisinya dan diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran beton
dilakukan.
- Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong dan
tidak terisi beton, maka bagian tersebut harus ditutupi bahan lain yang
mudah dilepas setelah pelaksanaan pengecoran beton.
32
4. Tahap Pembuatan Beton Non-Struktural
- Untuk beton bukan struktural dapat menggunakan manual.
- Bila diaduk secara manual, pengadukan harus dilakukan dalam wadah
pengadukan, tidak boleh dilakukan langsung di atas tanah.
- Ukuran tempat pengadukan beton yaitu 2 m x 2,5 m, tinggi tanggulan 20 cm.
Bila menggunakan mesin molen, tempat ini bisa juga digunakan sebagai
tempat penuangan adukan beton dari mesin molen.
33
perawatan tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus
menerus dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan
cara lain yang disetujui direksi teknis/pengawas dan atau pengawas.
- Cara pelaksanaan perawatan serta alat yang dipergunakan harus mendapat
persetujuan terlebih dulu dari direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.
34
II.5. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI
35
II.5.3. Pelaksanaan Pemasangan Lantai
a. Susunan lapisan berturut – turut sebagai berikut:
1. Urugan tanah dipadatkan min. 90% dari kepadatan kering max atau setiap
level 20cm dilakukan pemadatan dengan mesin stamper (tipe
kuda/kodok).
2. Lapisan pasir setebal 5 cm dipadatkan dan disiram air.
3. Leveling concrete atau rabat beton tebal 5 cm adukan 1pc : 3ps : 5kr
untuk lantai biasa dan rabat beton spesi 1pc : 2ps : 3kr untuk lantai toilet.
4. Adukan 1pc : 3ps untuk lantai biasa dan 1pc : 2ps untuk lantai toilet
5. Keramik, atau bahan lain sesuai penempatan dalam gambar kerja.
b. Lantai yang akan dipasang keramik harus dipersiapkan dengan teliti terlebih
dahulu mengenai kepadatan, kerataan, maupun elevasi setiap lantainya.
c. Pola pemasangan keramik harus ditentukan terlebih dahulu, dengan
memasang keramik kepala dan memilih keramik yang warna dan ukuran
yang sama dan dibuat contoh pemasangan minimal 1 m2
d. Siar/nat diisi dengan adukan 1pc : 2ps halus sesuai dengan warna keramik
ditambah bahan aditive yang disetujui oleh direksi teknis/lapangan sampai
mengisi penuh celah siar, tetapi tidak berlebihan.
Siar/nat antar keramik yang diijinkan maksimal 2 mm.
e. Bekas-bekas semen harus segera dibersihkan dari permukaan keramik/
penutup lainnya sampai bersih. Pemakaian pembersih kimia tidak
diperkenankan tanpa persetujuan direksi teknis/lapangan.
f. Keramik yang baru dikerjakan minimal selama tiga hari tidak boleh diinjak
atau diberi beban lainnya.
36
II.6. PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN
37
II.6.3. Pelaksanaan Pemasangan Dinding dan Plesteran
B. Dinding Roster
- mencampur semen mortar dengan air secukupnya. Perbandingan air dengan
bubuk semen mortar perekat ini adalah 1 banding 3. Setelah perekat jadi,
diamkan perekat selama kurang lebih 5 menit kemudian baru oleskan perekat
pada sisi yang akan ditempel roster tersebut.
- Roster ditekan sehingga melekat sempurna antar bidang roster yang lain.
- Membersihkan sisa perekat yang menempel pada bagian roster.
- Pemasangan dinding roster semen seperti pada pemasangan dinding bata
merah/ bata ringan dan perletakannya sesuai dengan gambar kerja dan atau
atas petunjuk direksi teknis dan atau pengawas lapangan. Sedangkan untuk
motifnya akan ditentukan kemudian atau sesuai dengan spesifikasi teknis.
C. Dinding Partisi
- Semua partisi atau dinding pembatas ruangan harus dibuat/didirikan tegak lurus
dengan lantai.
38
- Rangka-rangka partisi diusahakan dipasang pada bagian-bagian struktur
gedung, disekrup dan lain-lain, agar tidak mudah roboh bila kena benturan.
- Panel GRC Board 6mm/4mm dipasang rata di kedua sisi tanpa ada sambungan
horizontal ditengahnya. Semua sambungan antar panel gypsum harus di
tengah dengan paper tape dan ditutup dengan joint compound dan diamplas
halus dengan permukaan yang rata. Panel gypsum harus ditempel pada
rangka-rangkanya dengan sekrup khusus (standart) dengan jarak ke arah
horizontal maximal 60 cm arah vertikal 40 cm, kecuali bagian tepinya.
- Pemasangan kanal pegangan dibawah (lantai) digunakan skrup fiser S6 atau
jika kondisi lapangan memaksa boleh menggunakan paku beton 1,5 cm s/d 2
cm, setiap jarak 30 cm.
- Pemasangan kanal pegangan ke plafond menngunakan paku full drat S6
dengan jarak skrup maximal 30 cm dengan skrup lainnya.
D. Plesteran
- Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit.
- Beraben adalah plesteran kasar dengan campuran adukan kedap air yaitu 1 PC
: 2 Pasir. Dipakai untuk menutup permukaan dinding pasangan batu bata yang
tertanam dalam tanah hingga ke permukaan tanah dan/atau lantai.
- Plesteran biasa adalah campuran 1 PC : 4 Pasir. Adukan plesteran ini untuk
menutup semua permukaan dinding pasangan batu bata bagian dalam
bangunan terkecuali dinyatakan kedap air seperti tercantum dalam gambar
kerja.
- Plesteran kedap air adalah campuran 1 PC : 2 Pasir. Adukan plesteran ini
untuk menutup semua permukaan dinding pasangan batu bata bagian luar/ tepi
bangunan, semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan batu
bata seperti tercantum dalam gambar kerja.
- Plesteran halus/ aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat
sedemikian rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen. Plesteran
halus ini adalah pekerjaan finishing yang dilaksanakan setelah adukan
plesteran sebagai lapisan dasar berumur 7 (tujuh) hari/sudah kering benar.
- Semua jenis adukan plesteran tersebut di atas, harus disiapkan baik sehingga
selalu segar, belum mengering pada pelaksanaan pemasangan.
- Terkecuali untuk beraben, permukaan semua aduk plesteran harus diratakan.
Permukaan plesteran tersebut, khususnya plesteran halus, harus rata, tidak
39
bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga serta berlubang, tidak
mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.
- Sebelum pelaksanaan plesteran pada permukaan pasangan batu bata dan
beton, permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian
diketrek/ scratched. Semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau
formtie harus tertutup adukan plesteran.
- Pekerjaan plesteran halus adalah untuk semua permukaan pasangan batu bata
dan beton yang akan di-finishing dengan cat.
- Semua permukaan yang akan menerima bahan finishing, misalnya ubin
keramik dan lainnya, maka permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis
horizontal untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan/material
finishing tersebut. Pekerjaan ini tidak berlaku apabila bahan finishing cat.
- Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/ kolom/
lantai yang dinyatakan dalam gambar kerja dan atau sesuai peil-peil yang
diminta dalam gambar kerja. Tebal plesteran minimal 10 mm, maksimal 25 mm.
Jika ketebalan melebihi 30 mm, maka diharuskan menggunakan kawat strimin
yang diikatkan ke pemukaan pasangan batu bata atau beton yang
bersangkutan untuk memperkuat daya lekat plesteran.
- Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar, tidak secara tiba-tiba. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi
permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik
matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan
air secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah
pengacian selesai, Pelaksana jasa/ kontraktor harus selalu menyiram dengan
air sekurang- kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh. Jika terjadi
keretakan, maka harus dibongkar dan diperbaiki sampai hasilnya dinyatakan
diterima direksi teknis dan atau pengawas lapangan.
- Tidak dibenarkan melakukan pekerjaan finishing permukaan plesteran sebelum
plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.
40
II.7. PEKERJAAN RANGKA & PENUTUP ATAP
41
a.5. Area Bangunan Penunjang
Rangka Atap
- Kuda-kuda Atap Baja ringan C- 0.75 mm.
- Besi Hollow 40x60x1,4 + 40x40x1,4
Penutup Atap
- Galvalum/Spandek, ketebalan 0.3 mm.
42
l. Alat harus aman terhadap segala kemungkinan terjadinya resiko, baik saat
pabrikasi baja maupun pada saat erection.
m. Penggunaan alat tidak boleh bersamaan dengan pengerjaan untuk proyek lain.
Atau saling meminjam dengan subkontraktor lain.
n. Direksi teknis/lapangan atau konsultan pengawas akan menolak alat kerja inti
maupun alat bantu kerja yang tidak memenuhi persyaratan
1. Metode Kerja
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum pengangkatan (erection) dimulai,
pelaksana jasa/ kontraktor harus mengajukan secara tertulis permohonan untuk
metode dan jadwal pengangkatan tersebut dan harus disetujui oleh direksi teknis/
lapangan dan atau konsultan pengawas. Metode pengangkatan harus mencakup
antara lain :
1. Rencana pengiriman baja dari bengkel/pabrik.
2. Lokasi penyimpanan elemen baja yang akan dipasang.
3. Perlengkapan/ alat bantu sebelum dan selama pengangkatan.
4. Jadwal dan urut tahapan pengangkatan.
5. Langkah pengamanan dan pengaku sementara selama pengangkatan.
3. Fabrikasi
- Selama proses fabrikasi, direksi teknis/lapangan dan atau konsultan pengawas
harus melakukan pengawasan penuh dan atau berkala saat pelaksanaan
fabrikasi di bengkel kerja pelaksana jasa/kontraktor atau di lapangan.
43
- Fabrikasi dari elemen-elemen konstruksi baja harus dilaksanakan oleh tukang-
tukang yang berpengalaman dan diawasi oleh mandor pelaksana jasa/kontraktor
yang ahli dalam konstruksi baja.
- Semua elemen-elemen harus difabrikasi sesuai dengan ukuran-ukuran dan/atau
bentuk yang diinginkan tanpa menimbulkan distorsi-distorsi atau kerusakan-
kerusakan lainnya dengan memperhatikan persyaratan untuk penanganan
sambungan-sambungan serta las di lapangan dan sebagainya.
- Pemotongan-pemotongan elemen-elemen harus dilaksanakan dengan rapi dan
pemotongan besi harus dilakukan dengan alat pemotong (brender) atau gergaji
besi. Pemotongan dengan mesin las sama sekali tidak diperbolehkan.
6. Kegagalan pengangkatan
Pelaksana jasa/ kontraktor harus merencanakan pengangkatan/erection ini
dengan baik dan mempersiapkan segala alat penunjang agar proses
pengangkatan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan menghindari kegagalan
pengangkatan/erection.
7. Pengelasan
1. Pengelasan harus dilakukan dengan las listrik, bukan dengan las karbit.
2. Ukuran kawat las disesuaikan dengan tebal pengelasan.
3. Mempersiapkan tukang las yang berpengalaman dengan hasil pengalaman
yang baik dalam melaksanakan konstruksi baja sejenis. Hal ini harus dibuktikan
dengan sertifikat keahlian khusus yang masih berlaku.
44
4. Pelaksana jasa/ kontraktor harus mempunyai alat untuk mengukur ketebalan
las sehingga dengan mudah dapat diketahui apakah ketebalan las sudah
sesuai standar.
5. Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak, karat
dan bekas-bekas potongan api yang kasar dengan menggunakan mechanical
wire brush dan untuk daerah-daerah yang sulit dapat digunakan sikat baja.
Bekas potongan api harus dihaluskan dengan menggunakan gurinda agar
permukaan baja menjadi baik. Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan
disikat.
8. Keselamatan di lapangan
Pelaksana jasa/ kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerja-
pekerjanya di lapangan. Untuk itu pelaksana jasa/kontraktor harus menyediakan
alat pelindung diri (APD) yang diperlukan seperti ikat pinggang pengaman (body
harness), topi pengaman (safety helmet), sarung tangan (gloves) dan alat lain
yang diperlukan selama pekerjaan berlangsung.
9. Lain-Lain
Pengerjaan baja ringan (truss), maka baja yang digunakan harus berasal dan
dilaksanakan oleh pabrikan (aplikator) yang telah memiliki lisensi dan garansi yang
jelas.
B. Penutup Atap
- Pemasangan penutup atap disusun rapi dengan bertumpu pada gording.
- Penutup atap galvalume tipe spandek atau bahan metal lainnya, dipasang pada
reng atau gording dengan menggunakan baut khusus bahan metal, sehingga
lebih kaku dan tidak mudah bergeser.
- Tiap sambungan diberi overlap sesuai dengan spesifikasi pabrik. Minimal
overlap antara satu lembaran dengan lembaran lainnya 2,5 alur. Alur harus
dipasang merata (tidak bolak balik), sehingga hasil akhir pasangan akan rapi.
- Bubungan ditutup dengan bahan yang sama. Overlap antara satu lembaran
bubungan dengan lembaran bubungan lainnya harus sesuai dengan
persyaratan pabrik.
- Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak berakibat
bocor. Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya, maka bagian yang
bocor tersebut harus dibongkar dan dipasang baru.
45
II.7.4. Kualitas hasil akhir yang dikehendaki
B. Penutup Atap
1. Bidang permukaan atap disusun rapi, lurus, tidak bergelombang sesuai dengan
kemiringan atap yang direncanakan.
2. Atap harus bersih dari sisa – sisa paku/baut dan kotoran lainnya.
3. Tidak ada rongga/lubang bekas paku/baut pada atap.
4. Tidak ada kebocoran pada atap.
46
II.8. PEKERJAAN PLAFOND
47
II.8.3. Pelaksanaan Pekerjaan Plafond
48
B. Rangka dan Penutup Daun Rambat Artificial
- Pemasangan rangka kayu bulat dia 3-4 cm, 1/2 lingkaran yang sudah di-
finishing, dilakukan dengan mengacu pada elevasi/ ketinggian yang ditentukan
dalam gambar kerja, termasuk ukuran dan jarak antar kayu.
- Penutup daun rambut artificial dipasang per jalur rangka kayu dengan density
(kerapatan) daun rambat sekitar 70% - 80%. Dibuat juntaian rambat dan daun
turun sekitar 10 cm - 20 cm (foto terlampir).
- Foto jalur dan density (kerapatan) daun rambat yang dikehendaki adalah
sebagaimana di bawah ini :
49
II.9. PEKERJAAN BESI DAN KUSEN PINTU JENDELA
50
B. Bahan Kusen Alumunium Pintu Jendela
B.1. Pintu Lipat tipe industrial kode P1, P2, PG1, PG2 dan R1
- Frame pipa besi dia.2" + kawat jilumesh expanded metal.
B.2. Railing
- Frame pipa besi dia.2" + kawat jilumesh expanded metal.
C. Peralatan
C.1. Alat potong blender (Cutting torch), atau mesin gerinda potong.
C.2. Mesin pon (punch drill), atau mesin bor magnet/ bor duduk.
C.3. Mesin las busur listrik (Shielded Metal Arc Welding/ SMAW), atau mesin las Gas
Metal Arc Welding/ GMAW.
C.4. Alat bantu berupa, skrup kusen, sealant, sikat besi, amplas besi, rivet dll.
51
- Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan
harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1000
kg/m2. Celah antara kaca dan sistem kusen alluminium harus ditutup oleh
sealant.
- Untuk fitting hard ware dan reinforcing materials yang mana kusen alluminium
akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang
bersangkutan harus diberi lapisan chormium untuk menghindari kontak korosi.
- Toleransi pemasangan kusen alluminium disatu sisi dinding adalah 10 - 25 mm
yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
- Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi
sealant supaya kedap air dan kedap udara.
- Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air
hujan.
B. Pekerjaan Besi
B.1. Pemotongan (Cutting)
- Pemotongan bahan dengan sudut 90º, memastikan bahwa permukaan bidang
potong bahan datar dan tegak lurus terhadap sumbu aksis bahan, yang hendak
terpotong.
- Pemotongan bahan dengan sudut/kemiringan tertentu dengan mal, yaitu alat
bantu kerja yang terbuat dari bahan besi profil siku atau strip plat.
- Pelaksana jasa/ kontraktor wajib memastikan seluruh hasil pemotongan telah
sesuai dengan gambar kerja. Menghasilkan bekas irisan yang halus/rata, tidak
bergelombang atau kasar.
- Pemotongan harus menggunakan alat potong blender (Cutting torch) atau
mesin gerinda potong, yaitu dengan ketentuan, untuk tebal bahan (t) ≤5 mm
memakai alat potong mesin gerinda, sementara untuk (t) ≥5 mm harus
menggunakan alat potong blender.
- Pelaksanaan pemotongan dengan blender harus memperhatikan standar
kecepatan potong, yaitu antara 30-60 cm/menit.
52
- Pembuatan lubang baut pada baja yang memiliki tebal (t) ≤3 mm dapat
dilakukan dengan mesin pon (punch drill). Untuk bahan yang memiliki tebal (t)
≥3 mm harus menggunakan mesin bor magnet atau bor duduk.
- Lubang harus berbentuk silindris dan tegak lurus terhadap permukaan besi.
- Permukaan lubang harus bersihkan dengan mesin gerinda tangan dari
tonjolan/bekas pengeboran yang masih menempel pada bahan.
- Semua pelaksanaan pembuatan lubang baut untuk konstruksi yang bersifat
struktural harus saat pabrikasi.
- Pelaksana jasa/ kontraktor wajib memeriksa ketepatan dan kebenaran diameter
lubang serta posisi/ jarak lubang sebelum melakukan pengeboran.
53
- Kawat las untuk SMAW menggunakan jenis kawat berselaput (memiliki fluks)
dengan kode E 6010, E 6011, E 6012 atau E 6013. Kawat las untuk GMAW
memakai jenis kawat polos (tanpa selaput) dengan ukuran Ø1,2-2,0 mm.
- Saat pengelasan besi, dilakukan pengelasan keseluruhan bidang sambungan
dengan jenis ayunan/ gerak kawat las yang diterapkan adalah ayunan
melingkar dan ayunan zig-zag.
- Kekuatan sambungan las harus minimal sama kuat dengan batang yang
disambung, yakni tegangan las ≥ 1.400 Kg/m².
- Tukang las yang ditunjuk untuk melakukan pengelasan penuh harus memiliki
sertifikat kualifikasi, serta pengalaman minimal 5 tahun menggunakan SMAW
dan GMAW.
- Kemungkinan terjadinya cacat las menjadi tanggung jawab pelaksana jasa/
kontraktor, apabila dianggap terlalu fatal maka bagian-bagian bahan yang rusak
akibat cacat las harus diganti baru.
54
II.10. PEKERJAAN PENGECATAN
55
2. Bila pengecatan dilakukan di atas permukaan dinding tidak diplester, maka
pelaksana jasa/ kontraktor harus memeriksa apakah permukaan dinding sudah
bersih dari noda, seperti yang disyaratkan.
3. Pengecatan permukaan dinding bata merah, bata ringan dan permukaan beton
yang memiliki bidang luas maka harus menggunakan roller, kecuali bagian
permukaan yang sempit, sulit dijangkau dengan roller atau tidak mungkin
menggunakan roller, dapat menggunakan kuas cat. Pengecatan permukaan
roster dapat diijinkan menggunakan kuas cat.
4. Ukuran roller dan kuas harus disesuaikan dengan bidang permukaan dinding
yang akan dilakukan pengecatan.
5. Sebelum melakukan pengecatan dinding, bahan cat harus diaduk sampai rata,
jika diperlukan campuran dengan air bersih antara 5-10%. Begitu juga untuk
mengaplikasikan bahan cat kayu atau besi cat, maka harus diaduk dahulu
sampai rata dan dapat dicampur dengan bahan cair thinner antara 1-5%.
6. Penggunaan spray gun untuk mengecat dinding, kayu atau besi cat juga harus
diaduk sampai rata sebelum digunakan. Perbedaannya adalah pada komposisi
atau perbandingan antara cat dan campurannya. Pada aplikasi cat dinding
biasanya cat dicampur air bersih dengan komposisi hingga 20%, dan untuk
aplikasi cat kayu dan besi biasanya cat dicampur dengan 20% thinner.
7. Urutan pengaplikasian bahan cat dinding yaitu sebagai berikut :
a. Lapisan Pertama
- Alkalli siller acrylic ex ICI Dulux/Setara.
- Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas/roller.
- Ketebalan lapisan 25 – 150 micron atau daya sebar 10 m2/liter.
- Tunggu minimal 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
b. Lapisan berikutnya (lapisan kedua dan ketiga)/ sampai muka cat rata
- Cat jenis Vinyl Acrylic Emulsion untuk interior, sedangkan exterior dari jenis
weathershield dengan merk Dulux/Setara.
- Pelaksanaan pekerjaan dengan roller dan atau mengacu pada II.10.3, point
A nomor 3 sebagaimana di atas.
- Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar 11–17 m2/liter per lapis.
- Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
8. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan, maka harus dihindarkan terjadinya
sentuhan-sentuhan selama 1 sampai 1,5 jam.
56
B. Pekerjaan Cat Baja, Besi dan Metal
1. Pekerjaan Persiapan Baja/ Besi/ Metal Sebelum Pengecatan
1.1. Bersihkan permukaan dari kulit giling (kerak/mill), karat, minyak, lemak serta
kotoran lain secara teliti dan menyeluruh, sehingga permukaan yang
dimaksud menampilkan tampak metal yang halus dan mengkilap.
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sikat kawat mekanik. Akhirnya
permukaan dibersihkan dengan vacuum cleaner atau sikat yang bersih.
1.2. Semua metal seperti yang tercantum dalam gambar kerja dengan ketentuan
sebagai berikut :
- Semua bagian/ permukaan yang tampak/ expose dicat sampai cat finish.
- Semua bagian/ permukaan yang tidak ditampakkan/ un-exposed,
menempel pada material lain, tertutup oleh material lain, dicat hanya
sampai dengan cat anti karat atau cat dasar primer.
1.3. Pekerjaan ini tidak berlaku untuk baja stainless steel.
2. Urutan pengaplikasian bahan cat baja, besi dan metal yaitu sebagai berikut :
57
2.3. Lapisan Ketiga
- Cat akhir/finish jenis Synthetic Enamel Black Doff Ex.Envi Alkyd.
- Pelaksanaan pekerjaan disarankan dengan sistem semprot (spray paint)
sehingga didapatkan hasil yang rata, halus dan rapih. Ketebalan 30
micron atau daya sebar 11–14 m2/liter.
- Tunggu lapisan pertama melalui proses pengeringan dan pelekatan ke
bahan cat lapisan kedua selama minimal 16 jam. Warna ditentukan
kemudian.
58
II.11. PEKERJAAN KACA
59
- Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui toleransi
yang ditentukan oleh pabrik. Untuk ketebalan kaca 5 mm kira-kira 0,3 mm.
5. Bahan kaca
- Bahan kaca dan cermin, harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI 1982.
Digunakan produk Ex. Mulia Tempered 10 mm Clear pada penutup atap
kanopi entrance, produk Ex. Asahi Mas 5 mm – 6 mm Clear pada
pekerjaan pintu jendela, dan kaca bevel tempered 8 mm pada dinding
kaca area dine-in indoor.
- Bahan untuk cermin menggunakan: Clear Float Glass, tebal 6mm disatu
permukaannya dilapisi (Chemical Deposite Silver). Permukaan harus
bebas noda dan cacat, bebas sulfida maupun bercak-bercak lainnya.
6. Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah terpasang harus
mendapatkan persetujuan direksi teknis dan atau pengawas.
7. Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan, harus
digurinda/ dihaluskan, hingga membentuk tembereng.
B. Peralatan
1. Semua peralatan pelengkap untuk pemasangan kaca harus sesuai dengan
rangka tempat kedudukannya, tepat ukuran serta dari mutu terbaik serta harus
mendapat persetujuan dari direksi teknis/ lapangan.
2. Pemotongan, pengangkatan dan penyetelan kaca harus menggunakan
peralatan yang khusus digunakan untuk maksud itu, antara lain peralatan
potong khusus kaca, kop untuk alat pengangkat lembaran kaca dan peralatan
lain yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut.
60
posisinya, baik dalam hal ketegakan ataupun kemiringan sesuai dengan
gambar kerja.
4. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 mm kedalam
alur kaca pada rangka/ kusen.
5. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca.
6. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui
rangka/ kusen, harus diisi dengan lem silikon, warna transparent, cara
pemasangan dan persiapan-persiapan pemasangan harus mengikuti petunjuk
yang dikeluarkan pabrik/ applicator.
7. Cermin dan kaca harus terpasang rapi, sisi harus lurus dan rata, tidak
diperkenankan retak dan pecah pada sealant/ tepinya, bebas dari segala noda
dan bekas goresan.
8. Cermin yang terpasang sesuai dengan contoh yang diserahkan dan semua
yang terpasang harus disetujui direksi teknis/ lapangan, dimana jenis cermin
sesuai dengan yang telah disebutkan dalam gambar kerja, rencana biaya,
spesifikasi teknis dan atau syarat pemakaian bahan material.
61
II.12. PEKERJAAN WATERPROOFING
B. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk bahan waterproofing jenis brushbond, berupa
kuas biasa atau roll kuas, ember kuas dan alat bantu lainnya.
62
4. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan terlebih dahulu kepada
direksi teknis/ lapangan dan atau pengawas untuk mendapatkan persetujuan,
lengkap dengan ketentuan/persyaratan pabrik yang bersangkutan. Bahan yang
tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
B. Pelaksanaan
1. Sebelum pekerjaan ini dimulai, permukaan dari bagian yang akan diberi lapisan
ini harus dibersihkan sampai keadaan yang dapat disetujui oleh direksi
teknis/lapangan dan atau pengawas, dengan cara-cara yang telah disetujui
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.
2. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari
pabrik yang bersangkutan, dan atas petunjuk direksi teknis/lapangan dan atau
pengawas lapangan.
3. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya,
maka pelaksana jasa/ kontraktor harus segera melaporkan kepada direksi
teknis/lapangan dan atau pengawas, sebelum pekerjaan dimulai. Pelaksana
jasa/ kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat dalam hal
ada perbedaan di tempat itu, sebelum perbedaan tersebut diselesaikan.
4. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman
(ahli dari pihak pemberi jaminan pemasangan) dan terlebih dahulu harus
mengajukan metode pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi pabrik untuk
mendapat persetujuan dari direksi teknis/pengawas dan atau pengawas
lapangan.
5. Khusus untuk bahan waterproofing yang dipasang pada tempat-tempat yang
terkena langsung oleh sinar matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung
terhadap ultra violet atau apabila disyaratkan dalam gambar pelaksanaan atau
spesifikasi Arsitektur, maka di bagian atas dari lembaran waterproofing ini
harus diberi lapisan pelindung sesuai dengan gambar pelaksanaan, dimana
lapisan ini dapat berupa screed ataupun material finishing.
6. Waterproofing untuk atap, tebal 3 mm. lengkap dengan primer, screed lapisan
pertama dan screed lapisan kedua, kawat ayam dan pengaturan kemiringan
harus sesuai dengan yang dibutuhkan.
7. Pelaksana jasa/ kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan
pekerjaannya sampai dengan saat-saat berakhirnya masa garansi kebocoran
pekerjaan waterproofing.
63
C. Pengujian
1. Pelaksana jasa/ kontraktor diwajibkan untuk melakukan percobaan
/pengetesan terhadap hasil pekerjaan atas biaya sendiri, seperti dengan cara
memberi siraman atau rendaman di atas permukaan yang telah diberi lapisan
kedap air/ waterproofing.
2. Pekerjaan percobaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.
3. Pada waktu penyerahan maka pelaksana jasa/ kontraktor harus memberikan
jaminan atas semua pekerjaan perlindungan terhadap kemungkinan bocor,
pecah dan cacat lainnya, akibat kegagalan dari bahan maupun hasil pekerjaan.
4. Jaminan pekerjaan ini berlaku selama 12 (dua belas) bulan termasuk
mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi.
D. Pengamanan
1. Pelaksana jasa/ kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap
pemasangan yang telah dilakukan terhadap kemungkinan pergeseran, lecet
permukaan atau kerusakan lainnya.
2. Apabila terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemberi jasa
atau pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan/ dilaksanakan, maka
pelaksana jasa/ kontraktor harus memperbaiki/ mengganti sampai dinyatakan
dapat diterima oleh direksi teknis dan atau pengawas lapangan.
3. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab
pelaksana jasa/ kontraktor.
64
II.13. PEKERJAAN MEJA KURSI BETON
65
II.14. PEKERJAAN MURAL
66
6. Penggunaan spray gun untuk mengecat dinding, kayu atau besi cat juga harus
diaduk sampai rata sebelum digunakan. Perbedaannya adalah pada komposisi
atau perbandingan antara cat dan campurannya. Pada aplikasi cat dinding
biasanya cat dicampur air bersih dengan komposisi hingga 20%, dan untuk
aplikasi cat kayu dan besi biasanya cat dicampur dengan 20% thinner.
7. Urutan pengaplikasian bahan cat dinding yaitu sebagai berikut :
7.1. Lapisan Pertama
- Alkalli siller acrylic ex ICI Dulux/NipponSetara.
- Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas/roller.
- Ketebalan lapisan 25 – 150 micron atau daya sebar 10 m2/liter.
- Tunggu minimal 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
7.2. Lapisan berikutnya (lapisan kedua dan ketiga)
- Cat jenis exterior dari jenis weathershield dengan merk sesuai yang
ditentukan dalam rencana biaya dan atau spesifikasi teknis.
- Pelaksanaan pekerjaan dengan roller cat, atau kuas cat dan atau mengacu
pada II.10.3, point A nomor 3 sebagaimana di atas.
- Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar 11–17 m2/liter per lapis.
- Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
8. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan, maka harus dihindarkan terjadinya
sentuhan-sentuhan selama 1 sampai 1,5 jam.
67
II.15. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
68
sesudah dipasang, kabel TR harus dites dengan pengujian-pengujian sebagai
berikut:
- Test isolasi.
- Test kontinuitas.
2. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
peraturan PUIL/LMK. Semua kabel/ kawat harus baru dan harus jelas ditandai
dengan ukuran, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.
3. Semua armature lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal
pentanahan (grounding).
4. Semua lampu flourescent dan lampu tabung gas harus dilengkapi dengan
kapasitor sehingga diperoleh faktor daya 0,8.
5. Boks tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus cukup
besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak
mengganggu kelangsungan kerja dan unsur komponen lampu itu sendiri.
6. Ventilasi di dalam boks harus dibuat dengan sempurna. Kabel-kabel dalam
boks harus diberikan saluran atau klem-klem tersendiri, sehingga tidak
menempel pada ballast atau kapasitor.
7. Boks terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan karat,
kemudian difinish dengan cat akhir oven warna putih.
8. Ballast harus jenis “Low Loss Ballast” dan harus juga digunakan single lamp
ballast (satu ballast untuk satu lampu flourescent).
B. Peralatan
1. Tespen (Testpen)
Tespen merupakan suatu alat kerja yang wajib dibawa
dimanapun teknisi listrik bekerja. Testpen berfungsi
sebagai alat kerja untuk mendeteksi atau memeriksa
apakah suatu peralatan listrik dialiri tegangan atau tidak.
2. Tang (Plier)
Tang merupakan suatu alat kerja sejenis tuas, yang terbuat dari bahan
logam dengan dilapisi karet (Isolasi) dibagian pegangan (gagang). Khusus
untuk teknisi listrik, tang yang digunakan harus yang didisain khusus untuk
kerja listrik, memiliki bahan isolasi/ karet pada pegangan (gagang) dengan
kemampuan bahan isolatornya mencapai 1000Volt (tegangan tembus
isolator), sehingga aman untuk digunakan pada pekerjaan yang
berhubungan dengan tegangan listrik.
69
Tang yang biasa digunakan sebagai alat kerja teknisi listrik (electrician),
terdapat berbagai macam, sesuai dengan bentuk dan kegunaannya yaitu :
3. Obeng (Screw-Drivers)
Obeng merupakan suatu alat kerja yang berbentuk bulat memanjang
berbahan logam dengan dilapisi bahan karet/ isolator di bagian pegangan.
Obeng yang digunakan untuk teknisi listrik (electrician) memiliki desain
khusus, terbungkus bahan karet atau Isolator pada hampir seluruh bagian
dari obeng tersebut kecuali bagian ujung (mata obeng), dengan ketahanan
tegangan tembus isolasi sebesar 1000Volt, sehingga aman digunakan
untuk berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan tegangan Listrik.
70
4. Solder (Solder Patri)
Solder merupakan suatu alat kerja listrik yang berfungsi untuk mencairkan
timah solder, untuk keperluan sambungan kabel berukuran kecil, maupun
pemasangan berbagai komponen listrik pada papan rangkaian (PCB).
Sambungan kabel (wire) dengan cara di-solder termasuk cara
penyambungan yang baik dan aman, karena sambungan terhubung
dengan kuat (tidak mudah longgar).
6. Multitester (Multimeter/AVO)
Multitester/multimeter berguna untuk melakukan berbagai pengukuran yang
menyangkut dengan kelistrikan, seperti untuk mengukur besar tegangan
listrik (volt), untuk mengukur arus listrik DC, mengukur nilai resistor
(tahanan), dan lain sebagainya.
Multitester yang digunakan oleh seorang teknisi listrik ada 2 macam, yaitu :
- Multitester Analog
- Multitester Digital
71
7. Tang Ampere (Clamp Meter)
Tang Ampere (Clamp-meter) merupakan suatu alat
kerja listrik yang berfungsi untuk mengukur besaran
arus listrik AC. Cara mengukur arus listrik dengan
menggunakan tang ampere sangat praktis dan
mudah, hanya dengan menjepit (melingkarkan)
bagian tang ampere yang menyerupai tang
(penjepit), maka besar arus yang mengalir pada suatu kabel dapat
diketahui, tanpa harus membuka atau memutuskan kabel tersebut.
Jika Multitester dapat digunakan untuk mengukur arus (ampere) listrik
searah (DC), maka tang ampere (clamp meter) dapat digunakan untuk
mengukur besar arus listrik AC (arus bolak-balik).
8. ELCB Tester
ELCB tester adalah suatu alat kerja listrik yang berfungsi untuk mengetahui
kondisi atau kehandalan dari suatu alat
pengaman anti kontak (ELCB) yang sudah
terpasang pada suatu instalasi listrik.
ELCB tester dapat mengetahui apakah ELCB
(anti kontak listrik) yang terpasang masih dalam
kondisi bagus dan dapat memberikan perlindungan pada saat terjadi
kebocoran listrik (kesetrum).
9. Insulation Tester
Insulation tester atau disebut juga dengan
Megger (Mega-Ohm Meter) merupakan
suatu alat kerja listrik yang berfungsi untuk
mengukur kondisi isolasi dari suatu kabel
penghantar listrik.
72
sambungan kabel, suhu terminal-terminal kabel, suhu kapasitor, suhu
motor listrik dan berbagai peralatan listrik lainnya.
73
7. Stop kontak biasa yang dipakai adalah stop kontak satu phasa, rating
250volt, 13 ampere, untuk pemasangan rata dinding. Stop kontak yang
dipasang di dekat kran air harus dilengkapi dengan tutup. Stop kontak
dinding dipasang dengan ketinggian dari permukaan lantai sesuai gambar
kerja.
8. Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe rocker dengan
rating 250volt, 10 ampere, single gang, double gangs atau saklar hotel.
Saklar ditempatkan di dekat pintu dan dipasang 120 cm di atas permukaan
lantai dan atau sesuai dengan ketinggian dalam gambar kerja.
9. Junction box harus terbuat dari bahan metal dengan kedalaman tidak
kurang dari 35 mm. Kotak dari metal harus mempunyai terminal
pentanahan.
10. Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada junction box dengan
menggunakan baut atau ditanamkan dalam dinding.
11. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi stop kontak harus
kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYM). Kabel
harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm².
12. Kode warna instalasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai
berikut:
- Fasa 1 : Merah
- Fasa 2 : Kuning
- Fasa 3 : Hitam
- Netral : Biru
- Tanda (ground) : Hijau – Kuning
13. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC klas
AW atau GIP.
14. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan accessories lainnya harus
sesuai satu dengan yang lainnya, yaitu tidak kurang dari Φ ¾”.
15. Pipa fleksibel harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak
sambungan (junction box) dan armature lampu.
16. Penyempurnaan kabel
- Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan.
- Kabel-kabel disambungkan sesuai dengan warna-warna atau nama-
nama masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi
sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan.
74
- Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-
penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.
Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran yang sesuai.
- Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa
PVC/ protolen yang khusus untuk listrik.
17. Proteksi dari kejut listrik
Proteksi dari kejut listrik harus diberikan dengan cara mentanahkan semua
bagian konduktif terbuka peralatan dan instalasi listrik. Pentanahan
dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh tahanan pentanahan kurang
dari 5 ohm.
18. Testing/Pengujian dan Pemeriksaan.
Pelaksana jasa/ kontraktor harus mengadakan pengujian dan pemeriksaan
terhadap seluruh pekerjaan dan menjamin bahwa akan bekerja dengan
sempurna, yang disaksikan oleh direksi teknis dan atau pengawas proyek
yang ditunjuk. Pengujian dan pemeriksaan meliputi:
- Test ketahanan isolasi.
Pengujian tahanan isolasi terhadap kabel instalasi minimal 2 Mega ohm
dengan menggunakan magger 500 volt.
- Test kontinuitas.
Dilakukan setelah pengujian tahanan isolasi, hal ini dimaksud untuk
meyakinkan dan memastikan bahwa koneksi kabel sudah benar.
- Power Receiving Test.
Dilakukan untuk memastikan tidak ada kelainan pada peralatan yang
telah dipasang sehingga siap untuk dioperasikan.
75
II.16. PEKERJAAN MEKANIKAL PLUMBING
2. Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah:
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material,
peralatan dan perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan
peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat
umum untuk menunjang bekerjanya sistem/ peralatan, walaupun tidak
tercantum pada syarat-syarat teknis khusus atau gambar dokumen.
76
- Fitting dari PVC harus dari bahan yang sama (PVC) yang dibuat dengan
cara injection moulding.
- Floor drain dan clean out dari bahan stainless-steel.
- Saringan air hujan /roof drain terbuat dari besi tulang atau fiber glass, yang
berbentuk badan cembung yang berfungsi sebagai sediment bowl.
- Peralatan yang digunakan meliputi kunci pipa, waterpas, siku (besar/kecil),
palu, cutting torch (blander), gerinda, meteran dll.
77
- Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus beton. Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk
memberikan ruang longgar di luar pipa maupun isolasi. Sleeves untuk dinding
dibuat dari pipa besi tuang atau baja. Untuk yang diinginkan kedap air, harus
dilengkapi dengan sayap /flens /waterstop. Untuk pipa-pipa yang menembus
konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap air (water proofing)
harus dari jenis flushing sleeves. Rongga antara pipa dan sleeves harus
dibuat kedap air dengan rubber seal atau caulk.
- Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran.
a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan
tekanan hidrolis 15 Kg /Cm2.
b. Pengujian harus disaksikan oleh direksi teknis dan atau pengawas
lapangan atau yang dikuasakan untuk itu.
c. Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, pelaksana jasa/ kontraktor
harus memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan melakukan pengujian
kembali sampai berhasil dengan baik.
d. Dalam hal ini, semua biaya ditanggung oleh pelaksana jasa/ kontraktor,
termasuk biaya pemakaian air dan listrik.
- Pengujian Instalasi Air Bersih.
a. Setelah semua instalasi air bersih lengkap terpasang, termasuk
penyambungan ke pipa distribusi, pelaksana jasa/ kontraktor diharuskan
melakukan pengujian terhadap sistem kerja (trial run) dari seluruh instalasi
air bersih yang disaksikan oleh direksi teknis dan atau pengawas lapangan
atau yang ditunjuk untuk itu, sampai sistem instalasi air bersih bisa bekerja
dengan baik.
b. Termasuk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh pelaksana
jasa/ kontraktor adalah pembobokan dinding /selokan, penggalian dan
pengangkutan tanah dari hasil galian dan lain-lain yang ditemui di site,
serta memperbaiki kembali seperti semula.
78
b. Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah harus
menggunakan fitting dengan sudut 45° (misalnya Y branch dan
sebagainya) jenis long radius.
- Pipa di dalam tanah.
Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah /jalan dengan tebal
/tinggi timbunan minimal 80 cm, diukur dari atas pipa sampai permukaan
tanah /lantai. Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug dahulu
dengan pasir urug dipadatkan setebal 10 cm. Selanjutnya setelah pipa
diletakkan, di sekeliling dan di atas pipa kemudian diurug dengan tanah
sampai padat. Konstruksi permukaan tanah /lantai bekas galian harus
dikembalikan seperti semula.
- Penanaman pipa.
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap
sambungan pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 mm. Untuk
mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas (vertikal)
harus diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar perencanaan.
Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1 – 2 % dari titik
mula di dalam gedung sampai ke saluran drainase.
- Penyambungan pipa
a. Pipa PVC dengan diameter 3” ke atas yang dipasang di bawah pelat lantai
dasar harus disambungkan dengan rubber ring joint (RRJ). Sedangkan
pemipaan lainnya disambung dengan solvent cement.
b. Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus dibersihkan
terlebih dahulu sehingga bebas dari kotoran dan lemak.
c. Pembersihan tersebut dilakukan terhadap bagian permukaan dan dalam
dari pipa yang akan saling melekat.
- Cara Pemasangan Floor Drain Dan Clean Out.
Floor drain dan clean out harus dipasang sesuai dengan gambar
perencanaan. Penyambungan dengan pipa harus dilakukan secara ulir
(screw) dan membentuk sudut 45° dengan pipa utamanya.
- Pengujian.
a. Seluruh sistem air kotor /buangan harus diuji terhadap kebocoran sebelum
disambung ke peralatan. Tekanan kerja maksimum adalah 8 kg/cm2 dan
tekanan pengujian adalah 15 kg/cm2.
b. Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa ke peralatan
ditutup rapat.
79
c. Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan, pengujian dilakukan
sebelum pemipaan disambungkan ke peralatan sanitasi, dengan jalan
mengisi pemipaan dengan air.
d. Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan baik atau kurang
memuaskan, maka biaya pengujian /pengulangan pengujian adalah
termasuk tanggung jawab pelaksana jasa/ kontraktor.
80