Anda di halaman 1dari 80

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

PEKERJAAN ARSITEKTURAL, STRUKTURAL DAN


MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PLUMBING

PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN TOKO RETAIL


RESTAURANT BRAND “MIE GACOAN”
TAHUN ANGGARAN 2022

STORE DEVELOPMENT GROUP DIVISION


PT. PESTA PORA ABADI
2022

1
DAFTAR ISI
Hal.
BAB I. SYARAT-SYARAT UMUM
I. Lingkup Kerja …………………………………………………………. 5
I.1 Lingkup Pekerjaan ….………………………………………………….. 5
I.2 Jadwal dan Rencana Kerja ……………………………………………. 6
I.3 Pembuatan Gambar Detail dan Gambar Akhir ……………………… 6
II. Persyaratan Kerja ……………………………………………………... 7
II.1 Persyaratan Regulasi ………………………………………………….. 7
II.2 Situasi ……………………………………………………………………. 8
II.3 Ukuran …………………………………………………………………… 8
II.4 Personel, Peralatan, dan Bahan Kerja ………………………………. 8
II.5 Keselamatan Kerja …………………………………………………….. 9
II.6 Keamanan dan Ketertiban Kerja ……………………………………… 9
II.7 Kesehatan dan Kebersihan Area Kerja ………………………………. 10

BAB II. SYARAT-SYARAT TEKNIS


I. Syarat Teknis Bahan Bangunan ……………………………………. 12
II Syarat Teknis Pelaksanaan Pekerjaan …………………………….. 15
II.1 Pekerjaan Persiapan ……………………………………………………
II.1.1 Uitset/Pengukuran dan Pasangan Bouwplank ………………………. 15
II.1.2 Mobilisasi Peralatan dan Material …………………………………….. 15
II.1.3 Pembersihan Lahan (Land Clearing) …………………………………. 16
II.2 Pekerjaan Pavingstone …………………………………………………
II.2.1 Perataan dan Pematangan Lahan (Cut and Fill) ……………………. 17
II.2.2 Pemadatan Tanah ……………………………………………………… 19
II.2.3 Pekerjaan Tanah dan Lapisan Bangunan, Area Parkir dan Loading 20
II.2.4 Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki ………………………………. 21
II.3 Pekerjaan Pagar Keliling (Precast dan Non-Precast) ……………….
II.3.1-2 Lingkup Pekerjaan, Bahan dan Peralatan …………………………… 22
II.3.3 Pelaksanaan Pemasangan Pagar Keliling …………………………… 23-24
II.4 Pekerjaan Konstruksi Beton ……………………………………………
II.4.1-2 Lingkup Pekerjaan, Bahan dan Peralatan …………………………… 25
II.4.3 Pelaksanaan Pembuatan, Pemeriksaan, Perawatan dan perbaikan 28
II.4.4 Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki ………………………………. 34

2
Hal.
II.5 Pekerjaan Penutup Lantai ……………………………………………….
II.5.1-2 Lingkup Pekerjaan, Bahan dan Peralatan ……………………………. 35
II.5.3-4 Pelaksanaan dan Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki …............. 36
II.6 Pekerjaan Dinding dan Plesteran ………………………………………
II.6.1-2 Lingkup Pekerjaan, Bahan dan Peralatan ……………………………. 37
II.6.3-4 Pelaksanaan dan Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki …............. 38-40
II.7 Pekerjaan Rangka dan Penutup Atap ………………………………….
II.7.1-2 Lingkup Pekerjaan, Bahan dan Peralatan ……………………………. 41-42
II.7.3 Pelaksanaan Pemasangan Rangka dan Penutup Atap …………….. 43-45
II.7.4 Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki ……………………………….. 46
II.8 Pekerjaan Plafond ………………………………………………………..
II.8.1-2 Lingkup Pekerjaan, Bahan dan Peralatan …………………………….. 47
II.8.3 Pelaksanaan Pekerjaan Plafond ……………………………………….. 48
A. Rangka dan Penutup Plafond Gypsum ……………………………….. 48
B. Rangka dan Penutup Daun Rambat Artifisial ………………………… 49
II.9 Pekerjaan Besi dan Kusen Pintu Jendela ……………………………..
II.9.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ………… 50-54
II.10 Pekerjaan Pengecatan …………………………………………………..
II.10.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ………… 55-58
II.11 Pekerjaan Kaca …………………………………………………………..
II.11.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ………… 59-61
II.12 Pekerjaan Waterproofing ………………………………………………..
II.12.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ………… 62-64
II.13 Pekerjaan Meja Kursi Beton ……………………………………………
II.13.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ………… 65
II.14 Pekerjaan Mural ………………………………………………………….
II.14.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ..……….. 66-67
II.15 Pekerjaan Elektrikal ……………………………………………………...
II.15.1-4 Lingkup, Bahan dan Peralatan, Pelaksanaan dan Kualitas ..……….. 68-75
II.16 Pekerjaan Mekanikal Plumbing …………………………………………
II.16.1-2 Lingkup Pekerjaan, Bahan dan Peralatan ……………………………. 76
II.16.3 Pelaksanaan Pekerjaan Mekanikal Plumbing ………………………… 77-80
II.16.4 Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki ……………………………….. 80

3
BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM

4
I. LINGKUP KERJA

I.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan yang akan dikerjakan dalam pekerjaan ini melingkupi :
A. Pekerjaan Persiapan
B. Pekerjaan Pagar Keliling (Pagar Precast & Non Precast)
C. Pekerjaan Landscape
1. Pekerjaan Landscape dan Pavingstone
2. Pekerjaan Dumster
3. Pekerjaan Rumah Genset & Rumah Mesin Pompa CS
4. Pekerjaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
5. Pekerjaan Ground Water Tank (GWT)
D. Pekerjaan Tanah
(Dine-in Indoor, Kitchen, Dine-in Semi Outdoor, Outdoor, Penunjang)
E. Pekerjaan Beton
(Dine-in Indoor, Kitchen, Dine-in Semi Outdoor, Outdoor, Penunjang)
F. Pekerjaan Pasangan & Plasteran
(Dine-in Indoor, Kitchen, Dine-in Semi Outdoor, Outdoor, Penunjang)
G. Pekerjaan Beton
(Dine-in Indoor, Kitchen, Dine-in Semi Outdoor, Outdoor, Penunjang)
H. Pekerjaan Lantai, Dinding & Plafond
(Dine-in Indoor, Kitchen, Dine-in Semi Outdoor, dan Penunjang)
I. Pekerjaan Lantai, Dinding & Plafond
(Dine-in Indoor, Kitchen, Dine-in Semi Outdoor, Penunjang)
J. Pekerjaan Dinding Partisi (Kitchen & Area Loading)
K. Pekerjaan Besi & Kusen Pintu Jendela
(Dine-in Indoor, Kitchen, Dine-in Semi Outdoor, dan Penunjang)
L. Pekerjaan Konstruksi Atap
(Dine-in Indoor, Kitchen, Semi Outdoor, dan Penunjang)
M. Pekerjaan Instalasi MEP
(Dine-in Indoor, Kitchen, Dine-in Semi Outdoor, Outdoor dan Penunjang)
N. Pekerjaan Pengecatan
(Dine-in Indoor, Kitchen, Dine-in Semi Outdoor, Outdoor dan Penunjang)
O. Pekerjaan Meja Kursi Custom Beton
(Dine-in Indoor, Dine-in Semi Outdoor, Outdoor)
P. Pekerjaan Mural (Kitchen, Dine-in Outdoor, Area Parkir)

5
I.2. JADWAL DAN RENCANA KERJA

Rencana kerja yang dibuat oleh pelaksana jasa setidaknya memberi gambaran
mengenai ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan, ketepatan biaya pekerjaan, dan
ketepatan mutu pekerjaan. Adapun jadwal dan rencana kerja yang harus dibuat
tersebut secara umum dijelasakan sebagai berikut:

1. Pelaksana jasa/ kontraktor diwajibkan untuk membuat jadwal waktu


pelaksanaan pekerjaan secara rinci dan harus menggambarkan tahapan-
tahapan pekerjaan yang akan dikerjakan secara jelas.
2. Jadwal dan rencana kerja yang dibuat oleh pelaksana jasa/ kontraktor mengacu
pada alokasi waktu yang ditetapkan oleh pemberi jasa dan jadwal waktu
pelaksanaan pekerjaan yang telah dibuat pada saat pemasukan dokumen
penawaran.
3. Rencana kerja yang dibuat oleh pelaksana jasa/kontraktor harus dilengkapi
dengan tabel /matriks /diagram / grafik sehingga memudahkan direksi
teknis/ lapangan dan atau pengawas dari pihak pemberi jasa, dalam mengevaluasi
pencapaian pekerjaan yang akan dikerjakan. Direksi teknis/lapangan yang
dimaksud adalah site manager/project manager/construction manager.
4. Rencana kerja yang dibuat harus diketahui dan disetujui oleh direksi
teknis/lapagan dan atau pengawas.
5. Jadwal dan rencana kerja yang telah diketahui serta disetujui tersebut
dipublikasikan pada papan informasi proyek di bangsal kerja agar diketahui
dan dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan
dimaksud.

I.3. PEMBUATAN GAMBAR DETAIL DAN GAMBAR AKHIR

Pembuatan gambar detail (shop drawing) dan pembuatan gambar akhir (as built
drawing) harus dibuat oleh pelaksana jasa/kontraktor apabila :
1. Gambar Detail ( Shop Drawing)
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan atau setelah melakukan tinjauan lokasi
pekerjaan, jika terdapat perbedaan tafsir antara pelaksana jasa/ kontraktor
dengan direksi teknis/lapangan dan atau pengawas maka pelaksana jasa/
kontraktor dapat membuat gambar detail, disesuaikan kondisi lapangan,
mengacu pada gambar kerja yang terdapat dalam dokumen kontrak.

6
b. Pelaksana jasa/kontraktor membuat gambar detail, secara jelas dan mudah
dimengerti ketika akan diajukan kepada direksi teknis/ lapangan dan
pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

2. Gambar Akhir ( As Built Drawing)


a. Setelah pekerjaan selesai dikerjakan dan sebelum proses serah terima
dilakukan, pelaksana jasa/kontraktor wajib membuat gambar akhir yang
menerangkan perubahan-perubahan yang terjadi selama pelaksanaan
pekerjaan terhadap gambar kerja yang terdapat pada dokumen kontrak.
b. Perubahan-perubahan sebagaimana yang dimaksudkan pada huruf (a)
gambar akhir ini yaitu ketika ada pekerjaan tambah yang ditambah dan
dikurangi dalam pekerjaan ini serta perubahan-perubahan lainnya yang
telah dikerjakan oleh pelaksana jasa/ kontraktor.

II. PERSYARATAN KERJA

II.1. PERSYARATAN UMUM


Yang dimaksud dengan persyaratan umum dalam pekerjaan ini yakni:

1. Persyaratan Regulasi
Pekerjaan yang akan dikerjakan dalam pembangunan toko brand “Mie Gacoan”
dan atau toko-toko brand lain yang berada di bawah naungan PT. Pesta Pora
Abadi, harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan
teknik yang tertera dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar Industri
Indonesia (SSI) maupun peraturan yang relevan dan berlaku pada daerah
pekerjaan tersebut dikerjakan. Persyaratan regulasi yang dimaksudkan yaitu:
a. Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia ( PUBI) 1982
b. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBB) NI-3.1970
c. Peraturan Semen Portland Indonesia ( PMI) NI-8
d. Standar Nasional Indonesia (SNI)
e. Pedoman Plumbing Indonesia (PPI)
f. Peraturan Umum Instalasi Listrik ( PUIL) 1977
g. Standar Industri Indonesia (SII)
h. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) SK SNI T-1991
i. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)

7
2. Situasi
a. Sebelum memulai pekerjaan, pelaksana jasa/kontraktor diwajibkan untuk
mengecek keadaan/situasi lokasi kaitannya dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
b. Hal sebagaimana yang dimaksudkan pada huruf (a) situasi ini, adalah
untuk memastikan bahwa situasi lokasi pekerjaan yang ada sesuai dan
tidak mempengaruhi harga penawaran sebagaimana ketentuan dalam
kontrak, namun lebih memperhatikan kesesuaian antara rencana kerja
dengan situasi aktual di lapangan maupun lingkungan sekitar.
c. Kelalaian dan ketidaktelitian pelaksana jasa/kontraktor dalam hal ini tidak
dapat dijadikan alasan oleh pelaksana jasa/ kontraktor untuk mengajukan
tuntutan ganti rugi kepada pemberi jasa.

3. Ukuran
a. Semua ukuran yang digunakan dalam pekerjaan ini disesuaikan dengan
gambar kerja.
b. Setiap ukuran/ satuan yang digunakan pada pekerjaan ini dinyatakan dalam
matriks, kecuali untuk pekerjaan/ bahan-bahan tertentu yang dinyatakan
sesuai dengan kebutuhan.
c. Apabila terdapat ketidakcocokan antara ukuran gambar dengan lokasi
pekerjaan maka pelaksana jasa/kontraktor diharuskan berkoordinasi dengan
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas untuk mendapat persetujuan
jika akan dilakukan perubahan.
d. Pelaksana jasa/kontraktor tidak diperkenankan memperbaiki kesalahan
ukuran/gambar yang dianggap keliru oleh pelaksana jasa/kontraktor
sebelum berkonsultasi dengan direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.
e. Bila dipandang perlu, maka akan dilakukan pengukuran secara bersama
antara pelaksana jasa/kontraktor, direksi teknis/lapangan, dan atau
pengawas untuk mendapatkan ukuran yang pasti dan hasil pengukuran
tersebut yang dijadikan sebagai rujukan.

4. Personel, Peralatan, dan Bahan Kerja


a. Personel (tenaga teknis), peralatan, dan bahan/material kerja harus
disediakan oleh pelaksana jasa/kontraktor untuk melaksakan pekerjaan.

8
b. Pelaksana jasa/kontraktor harus menyediakan semua personel dan
peralatan sebelum pekerjaan mulai dikerjakan, atau semuanya harus
dimobilisasi secara bersamaan pada saat mobilisasi dilakukan.
c. Peralatan yang diadakan harus dalam kondisi baik dan laik pakai.
d. Bahan/material yang diadakan oleh pelaksana, disesuaikan berdasarkan
tingkat kebutuhan dan spesifikasi yang ada didalam gambar kerja dan
rencana biaya.
e. Personel dan peralatan kerja yang disediakan tersebut harus sesuai dengan
rencana kerja dan jadwal yang sudah diajukan dan disetujui pemberi jasa.
f. Dalam proses pengadaannya, bahan/material kerja yang akan disediakan
oleh pelaksana jasa/kontraktor harus berpedoman pada gambar kerja,
rencana biaya, spesifikasi teknis material arsitektural, struktural dan
mekanikal elektrikal plumbing, serta rencana kerja & syarat (RKS).
Pelaksana jasa/kontraktor dapat mengusulkan jenis dan merek
bahan/material yang lain dengan kualitas yang setara untuk mendapatkan
persetujuan pemberi jasa.

5. Keselamatan Kerja
a. Selama waktu pelaksanaan pekerjaan, pelaksana jasa/kontraktor
berkewajiban untuk menjaga dan menjamin keselamatan para personel
yang bertugas di lokasi kerja.
b. Pelaksana jasa/kontraktor harus menjamin atas ketersediaan obat-obatan
yang secara dibutuhkan termasuk menyediakan obat-obatan yang
digunakan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).
c. Pelaksana kerja/ kontraktor wajib menyiapkan peralatan alat pelindung diri
(APD) bagi para pekerja di lapangan yang meliputi helm (safety helmet),
safety shoes, sarung tangan, masker, kacamata las, full body harness (untuk
pekerjaan area ketinggian minimal 2 meter).

6. Keamanan dan Ketertiban Kerja


a. Pelaksana jasa/kontraktor harus bertanggung jawab atas segala gangguan
yang terjadi akibat kegiatan proyek pada lingkungan di mana pekerjaan
tersebut dilakasanakan. Sebelum melakukan pekerjaan di lapangan,
pelaksana jasa/ kontraktor harus melakukan koordinasi ke pemangku
kepentingan di lingkungan sekitar dan pihak-pihak lain yang terkait selama
pekerjaan di lapangan berlangsung.

9
b. Gangguan sebagaimana yang dimaksud pada huruf (a) di atas yaitu
gangguan yang diakibatkan oleh gangguan peralatan kerja, gangguan
bahan/material, dan gangguan personel.
c. Pelaksana jasa/ kontraktor berkewajiban untuk menjaga dan mengamankan
semua jenis barang/peralatan/material terutama barang/peralatan/material
milik pemberi jasa dan atau pengawas selama pelaksanaan pekerjaan
berlangsung atau sebelum pelaksana jasa/kontraktor melakukan kegiatan
demobilisasi.

7. Kesehatan dan Kebersihan Area Kerja


a. Pelaksana jasa/kontraktor secara rutin harus membersihkan lokasi kerja/
area direksi keet untuk mengantisipasi dan meminimalkan potensi terjadinya
wabah/epidemi yang dapat menggangu kesehatan pekerja.
b. Pelaksana jasa/ kontraktor diharuskan menyediakan air bersih yang laik
digunakan untuk kegiatan makan minun maupun untuk kegiatan mandi
cuci kakus (MCK) bagi pekerja selama masa pelaksanaan pekerjaan.

10
BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIS

11
I. SYARAT TEKNIS BAHAN BANGUNAN

Syarat teknis bahan bangunan meliputi:


1. Air
Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air tawar bersih yang tidak
mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-
bahan lain yang dapat merusak bahan/material bangunan.
2. Pasir Urug
Pasir untuk pengurugan, peninggian dan lain-lain tujuan, harus bersih dan keras
3. Pasir Pasang
- Butiran-butiran harus halus dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari.
- Kadar lumpur harus kurang dari 5%.
- Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan persegi ukuran 3mm x 3mm.
4. Pasir Beton
- Butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis,lumpur dsb.
- Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari.
- Kadar lumpur harus kurang dari 5%.
5. Portland Cement (PC/Semen)
- Tipe semen yang digunakan adalah tipe kemasan 1 (kemasan 1 zak berisi 50
kg atau kemasan 1 zak berisi 40 kg). Merk yang digunakan mengacu pada
rencana biaya (RAB) dan atau spesifikasi teknis. Dinding menggunakan semen
mortar.
- Dalam pengangkutan semen ke lokasi pekerjaan, harus dijaga agar tidak
menjadi lembab dan tidak kena air. Penempatan/penyimpanannya harus di
tempat yang terlindung, kering dan pada ketinggian minimum 25 cm dari lantai.
- Semen yang sudah membatu menjadi keras, maka idak boleh dipakai.
6. Batu Kerikil/Split
- Digunakan batu kerikil atau batu pecah/split ukuran 2/3 yang bersih dan
bermutu baik, serta tidak berpori.
- Butiran-butiran split harus dapat melalui ayakan berlubang persegi dia.40m.
- Tidak boleh mengandung lumpur melebihi 1%
7. Batu Kali/Batu belah
- Digunakan batu kali/batu belah yang bermutu baik.
- Ukuran batu kali/batu belah yang digunakan yaitu antara 20 cm sampai 30 cm
berdasarkan panjang sisi.

12
8. Kayu
- Umumnya kayu harus berkualitas baik, dengan minimal mutu kayu kelas II.
- Yang dimaksud dengan mutu kayu kelas II adalah kayu yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Kadar lengas kayu 30%
2. Besar mata kayu tidak melebihi 1/4 dari lebar balok dan atau tidak boleh
lebih dari 5 cm.
3. Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar 1/10
dari tinggi balok.
4. Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan retak-retak
menurut lingkaran tidak melebihi 1/4 tebal kayu.
5. Miring arah serat tangenial tidak melebihi 1/7.
- Kayu untuk keperluan struktural seperti kuda-kuda, rangka atap, tiang
cantilever minimal menggunakan kayu kelas II.
- Kayu untuk keperluan non struktural seperti perancah dan bekisting minimal
menggunakan kayu kelas III.
- Kusen pintu/ jendela, panel pintu dan jendela maupun jalusi minimal
menggunakan kayu kelas II.
- Furniture/Meubelair minimal menggunakan bahan kayu kelas II. Permukaan
kayu harus halus dan rata, finishing akhir minimal politur atau cat kayu.
9. Beton Non Struktural
- Pekerjaan ini meliputi kolom praktis, balok dinding dan lantai kerja.
- Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang minimal K-125.
- Perbandingan campuran yang digunakan yaitu 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr.
10. Beton Struktural
- Pekerjaan ini meliputi pondasi, sloof, kolom utama, ring balk.
- Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang minimal K-250.
- Menggunakan ready mix concrete dari Jayamix/ AdhiMix/ Indocement/ Holcim/
Pioner beton, dengan test slump dan test mutu beton sesuai yang
dipersyaratkan.
11. Besi Beton
- Besi beton yang digunakan adalah besi beton mutu U-42 ≥ D10, U-28 ≤ Ø10
- Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak/lemak, asam alkali dan
bebas dari cacat seperti serpih-serpih serta tidak berkarat.
- Pembengkokan besi yang terjadi diijinkan yaitu maksimal 4 kali pada titik
pembengkokan yang sama.

13
12. Dinding
- Pasangan dinding harus satu ukuran, satu warna dan satu kualitas (Batu Bata,
Batako, Bata ber-aerasi ringan, Roster dan/atau conblock).
- Warna satu sama lain harus sama dan apabila dipatahkan warna penampang
harus sama rata.
- Bidang-bidangnya harus rata atau sudut-sudut harus siku atau bersudut 90
derajat dan tidak boleh retak-retak.
13. Cat
- Cat dinding/cat plafon : Tahan terhadap perubahan cuaca dan tidak mudah
retak/terkelupas setelah kering.
- Cat kayu/cat besi : Tahan terhadap perubahan cuaca dan tidak mudah
retak/terkelupas setelah kering.

14
II. SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

II.1. PEKERJAAN PERSIAPAN

II.1.1. Uitset/Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank

- Ukuran - ukuran pokok dan ukuran tinggi (elevasi) mengacu pada gambar
kerja.
- Jika terdapat perbedaan antara gambar-gambar utama dengan gambar-
gambar perincian maka yang mengikat adalah ukuran-ukuran pada gambar
utama atau dapat ditanyakan pada direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.
- Sebagai ukuran pokok titik 0,00 disesuaikan dengan ukuran gambar rencana.
- Dengan ketentuan tersebut pelaksana jasa/kontraktor, perencana, direksi
teknis/lapangan dan atau pengawas akan menetapkan patok duga titik 0,00
tersebut di lapangan dan dibuat dari patok beton yang sifatnya permanen yang
dipelihara selama pelaksanaan pembangunan atau tanda lainnya yang bersifat
permanen selama pelaksanaan pekerjaan.
- Penetapan ukuran dan sudut siku-siku tetap dijaga dan antara lain dengan
mempergunakan alat - alat waterpass dan theodolith atau berpedoman pada
bangunan yang telah ada.
- Setelah ukuran ditetapkan, dilanjutkan dengan pemasangan papan bouwplank.
Kayu papan yang digunakan minimal dari kelas kuat II dengan ukuran lebih
kurang 2/20 cm dan usuk 4/6. Bouwplank dipasang dari titik luar bangunan
dengan jarak kurang lebih 2 meter atau sesuai kondisi lapangan.
- Perlengkapan peralatan perancah kerja agar dipersiapkan lebih awal sebelum
memulai proses pekerjaan.

II.1.2. Mobilisasi Peralatan dan Material

- Semua peralatan kerja yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus sudah
dipersiapkan oleh pelaksana jasa/kontraktor. Peralatan tersebut harus dalam
kondisi baik dan layak pakai. Jika dalam masa pelaksanaan pekerjaan,
peralatan mengalami kerusakan atau tidak bisa dipergunakan, pelaksana
jasa/kontraktor harus segera menyiapkan peralatan pengganti baru yang layak
pakai. Penempatan material di areal site harus dikonsultasikan dengan direksi

15
teknis/lapangan,dan atau pengawas agar tidak mengganggu selama proses
pekerjaan.

II.1.3. Pembesihan Lahan (Land Clearing)


- Semua lahan yang diperlukan untuk pekerjaan permanen, tempat pengambilan
bahan timbunan/ borrow area, quarry dan penimbunan sementara/stockpile
harus dibersihkan seperti ditunjukkan dalam gambar dan atau sesuai dengan
perintah direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.
- Pembersihan lahan/ clearing dan grubbing meliputi pekerjaan mencungkil
pangkal pohon, akar, batang pohon dan reruntuhan bangunan, rumpun bambu
dan batu (ukuran lebih 30 cm), dan membersihkan serta membuang semua
material tersebut sesuai persyaratan teknis. Pekerjaan pembersihan lahan
termasuk juga pembongkaran dan pemindahan bangunan yang menghalangi,
kecuali jika ditentukan lain atau sesuai dengan perintah direksi teknis/lapangan.

16
II.2. PEKERJAAN PAVINGSTONE

II.2.1. Perataan & Pematangan Tanah (Cut & Fill)

A. Lingkup Pekerjaan

- Pekerjaan tanah disini adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan perataan
tanah, pematangan tanah, pengolahan tanah yang ada kaitannya dengan
galian biasa, galian batu, galian struktur bangunan antara lain mencakup
pembersihan tanah, galian tanah, urugan tanah/ perataan, ataupun
pembuangan tanah, galian perkerasan jalan. Termasuk dalam pekerjaan ini
adalah mulai dengan mobilisasi alat, pengadaan tenaga, konstruksi penyangga
hingga pemompaan air tanah/penggalian (de-watering).

B. Persiapan Pekerjaan Tanah

- Pekerjaan ini meliputi pembersihan/ perataan lapangan, pengecekan keadaan


kontur, pengukuran di bagian pekerjaan pembangunan yang akan
dilaksanakan, seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar dan sesuai
dengan yang ditunjukkan oleh direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.
- Sebelum memulai pekerjaan galian/urugan, pelaksana jasa/kontraktor harus
memastikan bahwa semua permukaan tanah yang ada maupun garis-garis
transit yang tertera dalam gambar rencana adalah benar/sesuai.
- Apabila pelaksana jasa/kontraktor tidak bias memastikan ketelitian permukaan
tanah, maka pelaksana jasa/kontraktor harus memberitahukan secara tertulis
kepada direksi teknis/lapangan dan atau pengawas, jika tidak maka tuntutan
mengenai ketidakseksamaan permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.

C. Bahan dan Peralatan

- Bahan atau material yang digunakan secara bertahap dari bawah adalah
limestone pecah 5-7cm, sirtu pecah mesin 2-3cm, abu batu/pasir, pavingstone
ukuran 10x20 cm tebal 6 cm untuk area parkir dan ukuran 10x20 cm tebal 6 cm
untuk area loading zone, dan atau material lain yang dipersyaratkan sesuai
gambar kerja (DED) dan rencana biaya (RAB).

17
- Peralatan yang diperlukan meliputi mesin stamper, alat berat dan peralatan lain
sesuai dengan kebutuhan dan tipe tanah yang akan diratakan/dipadatkan serta
peralatan lain terkait. Adapun tipe alat berat dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :

No. Tipe Alat Berat Kegunaan Keterangan


1. Stamper Stamper kuda : mesin
(Kuda/Kodok) untuk melakukan
pemadatan tanah

Stamper kodok : mesin


untuk perataan tanah
(area dine-in, kitchen,
Tipe Kuda Tipe Kodok
loading dock, penunjang)
2. Bulldozer Alat berat untuk
mendorong, meratakan,
dan menghancurkan
gumpalan tanah.

3. Excavator/ Alat berat untuk


Mini Excavator memindahkan material,
menggali tanah, perataan
tanah, dll.
4. Tamping Roller Alat berat untuk
memadatkan tanah
lempung, bukan butir
kasar seperti pasir dan
kerikil.
5. Vibration Roller Alat berat untuk
memadatkan tanah pasir
atau tanah kerikil berpasir

6. Smooth-Wheel Alat berat untuk


Roller/Tandem memadatkan tanah asli
Roller. Kap.8-14 padat atau material butir
ton+pemberat 6 ton kasar.

18
II.2.2. Pekerjaan Perataan dan Pemadatan Tanah

A. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan galian tanah baik kedalamannya ataupun lebarnya dilaksanakan


sesuai dengan penampang galian yang terdapat pada gambar kerja/rencana.
Pekerjaan lanjutan (tahapan pekerjaan pondasi, atau konstruksi lain di atasnya)
dapat dilaksanakan bila galian tersebut sudah mendapat persetujuan dari
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.
2. Bagian dasar dari semua galian harus di-waterpas. Apabila pada dasar galian
masih terdapat akar tanaman atau bagian tanah gembur, maka harus digali
keluar, dan diisi kembali dengan tanah urugan/pasir, dan dipadatkan kembali
sehingga mendapatkan bagian dasar tanah yang waterpass.
3. Terhadap kemungkinan adanya air pada dasar galian, baik pada waktu
penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disiapkan pompa air
atau pompa lumpur, jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk
menghindari tergenangnya air pada dasar galian.
4. Pelaksana jasa/kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding
tepi galian maupun bangunan lain yang berada dekat lubang galian, agar tidak
longsor dengan memberikan dinding penahan atau penunjang sementara atau
lereng yang cukup. Hal ini terkait juga dengan pekerjaan pagar keliling berupa
pagar precast maupun non-precast.
5. Tanah hasil galian yang memenuhi persyaratan atas persetujuan direksi
teknis/lapangan atau pengawas lapangan, dapat dipergunakan sebagai bahan
urugan, sedangkan kelebihan tanah hasil galian tersebut harus
dikeluarkan/dibuang ke luar lokasi.
6. Bagian-bagian pekerjaan yang diurug kembali harus diurug dengan tanah yang
memenuhi persyaratan sebagai tanah urug. Pelaksanaannya dengan metode
urugan dan pemadatan tanah secara berlapis.
7. Pelaksana jasa/kontraktor bertanggung jawab untuk mendapatkan lokasi
pembuangan tanah termasuk biaya lain yang diperlukan.
8. Apabila galian yang telah dilaksanakan kedalamannya melebihi yang
direncanakaan, maka pelaksana jasa/kontraktor harus mengisi galian selisih
tersebut dengan bahan yang sama seperti yang ditentukan untuk tanpa ada
penambahan biaya.

19
II.2.3. Pekerjaan Tanah dan Lapisan Bangunan, Area Parkir dan Loading Zone

A. Pekerjaan Tanah Dalam Bangunan


1. Jika diperlukan leveling lapisan bawah bangunan, maka bagian tersebut dapat
dilakukan pengurugan tanah, diratakan, disiram air serta dipadatkan setiap
ketebalan per 20 cm, menggunakan mesin stamper tipe kuda dan kodok.
2. Setelah leveling urugan tanah mencapai kepadatan yang direncanakan, maka
selanjutnya dilakukan penambahan lapisan sesuai urutan lapisan, spesifikasi
dan ketebalan, mengacu pada gambar kerja (DED) dan rencana biaya (RAB).

B. Pekerjaan Tanah Pavingstone Area Parkir


1. Kepadatan tanah asli di lapangan harus dipastikan mencapai tingkat kepadatan
tertentu. Tingkat kepadatan tanah asli yang dipersyaratkan adalah dengan test
CBR minimal 5%. Jika hasil test CBR < 5%, maka lapisan tanah asli harus
dikeluarkan, dilakukan pengurugan tanah merah baru dan dipadatkan setiap
ketebalan 20 cm dengan alat berat.
2. Untuk tanah asli yang padat dapat dilakukan pemadatan menggunakan alat
berat Smooth-Wheel Roller/Tandem Roller kapasitas pemberat 6 ton
(spesifikasi berat alat tanpa pemberat 8-14 ton), atau jenis alat berat lain sesuai
tipe tanah (padat, lempung, pasir atau kerikil berpasir). Jenis alat berat yang
digunakan dapat dilihat pada tabel II.2 ayat 1.3 tentang bahan dan peralatan.
3. Selanjutnya abu batu/pasir dihampar dan dipadatkan sampai mencapai
ketebalan 7 cm, dan disiram air secukupnya sehingga makin padat.
4. Tahap akhir dilakukan pemasangan lapisan surface course berupa pavingstone
ukuran 10x20cm tebal 6 cm, mutu beton K-225, dengan pola pemasangan
mengacu pada gambar kerja (DED). Dilakukan hamparan abu batu/pasir untuk
menutup penuh nat pavingstone, dan dipadatkan dengan stamper kodok
minimal 2x lintasan sehingga pavingstone menjadi lebih stabil.

C. Pekerjaan Tanah Pavingstone Area Loading Zone


1. Tahap awal sebelum mulai pemasangan lapisan Sub Base Class, Base Course
Class, Surface Course pasir/abu batu, dan pavingstone, maka perlu dipasang
patok kayu yang dilengkapi keterangan ketinggian sesuai lapisan, di beberapa
titik badan jalan loading zone yang ditentukan oleh direksi teknis/lapangan atau
pengawas, sebagai acuan pelaksanaan dan pengawasan di lapangan.

20
2. Dipastikan tanah asli di lapangan (Lapisan Sub Grade Compaction) mencapai
tingkat kepadatan tertentu. Tingkat kepadatan tanah asli yang dipersyaratkan
adalah dengan test CBR minimal 5%. Jika hasil test CBR < 5%, maka lapisan
tanah asli tersebut harus dikeluarkan, kemudian dilakukan pengurugan tanah
merah baru kualitas baik, dipadatkan setiap ketebalan 20 cm dengan alat berat.
3. Untuk tanah asli yang padat dapat dilakukan pemadatan menggunakan alat
berat Smooth-Wheel Roller/Tandem Roller kapasitas pemberat 6 ton
(spesifikasi berat alat tanpa pemberat 8-14 ton), atau jenis alat berat lain sesuai
tipe tanah (padat, lempung, pasir atau kerikil berpasir). Jenis alat berat yang
digunakan dapat dilihat pada tabel II.2 ayat 1.3 tentang bahan dan peralatan.
4. Tahap selanjutnya dihampar/digelar lapisan Sub Base Class berupa material
limestone dan dilakukan pemadatan setiap 20 cm dengan alat berat Smooth-
Wheel Roller/Tandem Roller sampai mencapai ketebalan padat 40 cm dan atau
mengacu pada gambar kerja (DED) dan rencana biaya (RAB).
5. Lapisan Base Course Class berupa urugan sirtu dihampar/digelar setelah
lapisan limestone dan dipadatkan dengan alat berat Smooth-Wheel
Roller/Tandem Roller sampai mencapai ketebalan padat 10 cm.
6. Dilakukan test ke-2 metode test CBR minimal 50%, setelah Base Course Class
berupa sirtu dipastikan padat, Hal ini untuk mencapai daya dukung tanah dan
lapisan jalan sesuai kapasitas beban tonase 8 ton (kelas jalan III).
7. Selanjutnya abu batu/pasir dihampar dan dipadatkan sampai mencapai
ketebalan 5 cm, dan disiram air secukupnya sehingga makin padat.
8. Tahap akhir dilakukan pemasangan lapisan surface course berupa pavingstone
ukuran 10x20cm tebal 6 cm, mutu beton K-225, dengan pola pemasangan
mengacu pada gambar kerja (DED). Dilakukan hamparan abu batu/pasir untuk
menutup penuh nat pavingstone, dan dipadatkan dengan stamper kodok
minimal 2x lintasan sehingga pavingstone menjadi lebih stabil.

II.2.4. Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki


1. Tidak ada penurunan leveling pavingstone (amblas) dan pecah/retak.
2. Jarak antar nat pavingstone antara 3-5mm tergantung pola kotak/bulat.
3. Nat antar pavingstone harus terisi penuh abu batu/pasir.
4. Pola, dimensi ukuran, warna, merk pavingstone sesuai dengan gambar kerja
(DED), spesifikasi teknis dan rencana biaya (RAB).
5. Kerataan dan kemiringan (sloping) pavingstone sesuai dengan gambar kerja.

21
II.3. PEKERJAAN PAGAR KELILING (PRECAST & NON-PRECAST)

II.3.1. Lingkup Pekerjaan


Pemasangan Pagar Keliling yang terdiri dari beberapa tahapan :
1. Galian Tanah
2. Pasir Urug dan Aanstamping Batu Kali
3. Pondasi Batu Belah
4. Pemasangan Kolom Beton Precast
5. Pemasangan Panel Beton Precast
6. Pemasangan kolom, sloof dan ring praktis untuk pagar non-precast.
7. Pemasangan dinding bata ringan/hebel dan roster 20x20.

II.3.2. Bahan dan Peralatan


A. Bahan yang digunakan meliputi :
1. Pagar Precast
- Pasir Urug yang memenuhi standar material berkualitas baik,
- Beton Pondasi Siklop menggunakan Beton Ready Mix Ex.Pioneer Beton,
Adhimix, Jayamix, atau Indocement dengan mutu K-225, tanpa pembesian.
Jika dilakukan sitemix, maka campuran 1 pc : 2 psr : 3 koral, dengan mutu
beton K-225 dilakukan/dibuktikan dengan test mutu beton.
- Batu Belah/Batu Kali
- Kolom Beton Precast, berukuran 17x17 cm tinggi disesuaikan kebutuhan.
- Panel Beton Precast, 40x240 cm tebal 5 cm.
2. Pagar Non-Precast
- Bata Ringan/Hebel, berukuran 10x20x60 cm (Non-Precast).
- Roster, berukuran 20x20 dengan motif/model dan warna sesuai ketentuan.
- Kolom, Sloof, Ring Praktis, sitemix komposisi campuran 1 pc: 3 psr: 5
koral, dengan mutu beton K-175.

B. Peralatan yang digunakan meliputi :


- Tower crane, untuk pemasangan precast (dinding) bangunan tinggi.
- Tripod/Tekel, untuk pemasangan pagar keliling dengan ketinggian kolom
precast yaitu 2–2.8 meter.
- Chain block, adjustable dan peralatan lain terkait yang diperlukan.
- Molen/Concrete Mixer, pengaduk campuran beton sitemix, kap.0,8 m3.

22
II.3.3. Pelaksanaan Pemasangan Pagar

1. Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian tanah bisa dilakukan dengan alat berat atau manual dengan
tenaga manusia (tergantung banyaknya volume pekerja).

2. Pekerjaan Pasir Urug dan Aanstamping Batu Kali


- Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur, kotoran, sampah dan
sebagainya.
- Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis, dipadatkan sampai
mencapai kepadatan maksimum dengan alat pemadat/stamper sehingga
mencapai peil permukaan yang direncanakan.
- Kemudian batu belah/batu kali yang berukuran 15/20 cm disusun di atas
pasir urug tersebut. Susunan batu belah/batu kali sebaiknya setinggi 20 cm
- 25 cm tanpa diberi campuaran adukan semen dan pasir.
- Perlu diperhatikan dalam pemasangan aanstamping adalah dipastikan
kedalaman galian pondasi cukup untuk pembuatan batu kosong ini.

3. Pekerjaan Batu Belah/Batu Kali


Setelah galian tanah pondasi pagar terlaksana selanjutnya memasang pondasi
batu belah/batu kali, dengan uraian seperti berikut :
- Tahap awal adalah membuat dan memasang bouwplank untuk pasangan
batu belah/batu kali sesuai dengan gambar kerja (DED).
- Membuat adukan beton/mortar menggunakan mesin molen sesuai dengan
spesifikasi teknis. Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan
menghamparkan adukan setebal 3 – 5 cm, kemudian menyusun batu diatas
hamparan dengan jarak 2 – 3 cm (tidak bersinggungan) pukul atau ketok-
ketok batu tersebut agar terikat kuat dengan adukan.
- Isi rongga diantara batu-batu dengan adukan sampai penuh/mampat dengan
menggunakan sendok adukan. Pada saat mengerjakan pasangan pondasi
batu belah/batu kali harus disediakan lubang/sparing berukuran 40x40x80
cm untuk tempat pemasangan kolom precast.
- Apabila terjadi hujan, pasangan batu belah/batu kali diitutup plastik atau
terpal agar pasangan yang masih baru tersebut tidak rusak karena air hujan.

23
4. Pekerjaan Kolom Beton Precast
- Kolom beton precast dipasang setelah lubang/sparing 40x40x80 cm pada
pondasi batu belah/batu kali disiapkan.
- Kolom beton precast diangkat dengan menggunakan tripod/tekel, kemudian
dimasukkan kedalam lubang/sparing yang telah disiapkan.
- Dilakukan pengecekan kelurusan horizontal dan vertikal kolom beton
sehingga posisi kolom beton lurus dan presisi terhadap kolom lainnya.
- Setelah kolom beton precast terpasang/berdiri lurus dan presisi, maka
lubang/sparing akan ditutup dengan cor beton cyclop mutu beton K-225
(Ready Mix/Sitemix) tanpa pembesian, sesuai dengan gambar kerja. Untuk
menjaga kelurusan dan presisi horizontal dan vertikal kolom, maka harus
diberikan penyangga kayu/bambu sesuai ketinggian kolom.

5. Pekerjaan Panel Beton Precast


- Setelah kolom beton precast dan sloof terpasang (jika ada pekerjaan sloof),
selanjutnya adalah melaksanakan pemasangan panel beton precast pagar.
- Panel beton precast diangkat dengan menggunakan tripod/tekel, untuk
kemudian dimasukkan kedalam celah yang telah tersedia pada kolom beton
precast.
- Pemasangan panel beton precast harus rapat terhadap panel lainnya,
sehingga tidak ada celah antar bidang panel.

24
II.4. PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON

II.4.1. Lingkup Pekerjaan


1. Beton adalah campuran antara semen, pasir, agregat (split/batu pecah) dan air
secukupnya dimana akan didapatkan pemakaian semen yang sedikit mungkin
pada penyelesaian pekerjaan. Beton yang dihasilkan haruslah bermutu baik,
padat, tahan lama serta mempunyai kekuatan sesuai dengan ketentuan dan
mempunyai ciri-ciri khusus lain seperti yang disyaratkan.
2. Perbandingan antara pasir dan agregat (split/batu pecah) tergantung dari
gradasi (tingkatan) bahan itu sendiri, tetapi hasil akhir yang harus dicapai
adalah bahwa pasir harus selalu dalam jumlah sesedikit mungkin sehingga
apabila dicampur atau diaduk dengan semen akan menghasilkan adukan yang
cukup untuk mengisi kekosongan yang terdapat dan ada di antara agregat
(kerikil/batu pecah), serta masih ada sedikit kelebihan untuk penyelesaian akhir
daripada beton tersebut.
3. Untuk menjaga agar supaya didapatkan kekuatan dan ketahanan beton yang
optimal, maka jumlah pemakaian air yang dipakai di dalam adukan beton
tersebut dalam jumlah yang sesuai sehingga akan memberikan hasil yang baik.
4. Semua bahan-bahan, pemeriksaan beton dan lain-lain yang termasuk di dalam
spesifikasi ini didasarkan pada Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-2847-2002).
5. Campuran beton dengan mutu tertentu harus menggunakan job mix yang
disyaratkan atau campuran beton yang dihasilkan oleh perusahaan pencampur
beton (ready mixed) yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan
spesifikasi ini dapat pula diterima dengan adanya persetujuan terlebih dahulu
dari direksi teknis/lapangan dan pengawas.

II.4.2. Bahan dan Peralatan


A. Umum
1. Semua bahan beton yang akan dipergunakan harus bahan-bahan yang
mempunyai mutu baik, serta harus selalu memenuhi persyaratan Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
2. Sebelum memulai pekerjaan beton, pelaksana jasa/kontraktor terlebih dahulu
memberikan contoh dari bahan-bahan beton yang akan dipakai untuk
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari direksi teknis/lapangan dan atau
pengawas lapangan.

25
3. Pelaksana tidak diperbolehkan melakukan pemesanan bahan-bahan beton
atau mendatangkan bahan-bahan beton dalam jumlah besar sebelum
mendapatkan persetujuan direksi teknis/lapangan dan atau pengawas
lapangan untuk setiap macam atau jenis bahan yang akan dipakai.
4. Direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan akan menyimpan contoh-
contoh bahan beton yang telah disetujui sebagai standar (patokan), dimana
contoh tersebut akan digunakan sebagai bahan pemeriksa pada saat adanya
penerimaan bahan-bahan beton.
5. Setiap macam bahan beton yang tidak disetujui dan tidak diterima oleh
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan, pelaksana
jasa/kontraktor harus segera mengeluarkan atau memindahkan bahan beton
tersebut dari lokasi proyek atas beban atau biaya pelaksana jasa/kontraktor.

B. Bahan dan Peralatan


1. Semen
- Yang dimaksud dari semen adalah portland cement seperti yang disebutkan
pada Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-
2002).
- Semen yang akan dipergunakan harus diperoleh dari pabrik yang telah
disetujui oleh direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.
- Semen harus disimpan di dalam tempat yang tertutup bebas dari
kemungkinan kebocoran air, dan mempunyai ventilasi yang baik, dilindungi
dari kelembaban sampai waktu penggunaan. Lantai dari gudang
penyimpanan semen paling sedikit harus 30 cm diatas tanah, atau setidak-
tidaknya diatas genangan air yang mungkin akan terjadi diatas tanah
tersebut. Pengangkutan semen ke lokasi proyek dengan lori atau kendaraan
lainnya harus benar-benar dilindungi dengan terpal atau bahan penutup
yang tahan air lainnya.
- Segala sesuatu yang menyebabkan rusaknya semen seperti menjadi padat
atau menggumpal atau rusaknya kantong semen, maka semen tersebut
tidak bisa diterima dan tidak boleh dipergunakan lagi.
- Setiap waktu pelaksana jasa/kontraktor harus menjaga persediaan semen di
lokasi kerja, atau dengan kata lain persediaan semen harus selalu cukup
sesuai dengan kebutuhan dan mengijinkan untuk diadakan pemeriksaan
pada saat diperlukan.

26
2. Agregat
2.1. Agregat Halus/Pasir
- Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat dalam
SNI 03-4804-1998.
- Mutu pasir : butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung lumpur
dan bahan-bahan organis
2.2. Agregat Kasar (Batu Pecah)
- Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat dalam
SNI 03-4804-1998.
- Koral tidak diperkenankan dipakai.
- Mutu batu pecah : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-
butir pipih maksimal 20% berat; tidak pecah/ hancur serta tidak mengandung
zat-zat reaktif alkali.
- Untuk struktur atas atau pembetonan yang mempunyai volume besar, split
dan batu pecah yang dipakai harus memiliki ukuran 5mm sampai dengan 30
mm. Penggunaan batuan lain yang sifatnya campuran tidak diperkenankan.

3. Air
- Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak,
asam, alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan lain yang dapat
merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Dalam hal ini
sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

4. Pembesian/ Penulangan
- Mutu besi tulangan beton untuk diamater batang polos ≤ Ø10 adalah BJTP
28, sedangkan mutu besi beton yang diprofil (Deform/ Ulir) ≥ D10 adalah
minimal BJTD 42, untuk tulangan baja jaring (wire mesh) BJTD 50 (fy=500
Mpa/ 5000 kg/ cm2) dan ukuran sesuai ketentuan dalam gambar. Simbol “Ø”
(menunjukkan baja tulangan polos), Simbol “D” (menunjukan baja tulangan
deform/ulir). Simbol “M” tulangan baja jaring (wire mesh).

5. Kawat Pengikat
- Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang
disyaratkan dalam SNI 2847-2002, atau kawat yang lazim dipakai, sehingga
dapat mengikat besi beton pada tempatnya.

27
6. Bahan Additive
- Penggunaan bahan additive tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari
pengawas.
- Bila diperlukan untuk mempercepat pengerasan beton atau bila slump yang
disyaratkan tinggi, beton dapat digunakan bahan additive yang disetujui
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.

7. Cetakan Beton atau Bekisting


- Bekisting dibuat dari kayu atau plywood 9mm kelas III atau kayu yang tahan
cuaca.
- Cetakan untuk beton finishing kasar, harus terbuat dari papan terentang
atau dari bahan sejenis setelah mendapat persetujuan direksi
teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.
- Bahan steger (tiang penyangga) harus terbuat dari besi/ baja/ kayu bermutu
baik berupa usuk ukuran 4/6, yang disesuaikan kebutuhan dan beban
tumpuan beton. Bambu tidak dibenarkan dipakai untuk steger.

II.4.3. Pelaksanaan Pembuatan dan Perawatan Beton

A. Pembuatan Beton Struktural/ Non-Struktural


1. Tahap Pembesian/ Penulangan
- Semua besi yang dipakai harus mempunyai sertifikat dari produsen atau
pabrik. Ketentuan toleransi ukuran besi disesuaikan dengan standar SII atau
SNI. Merk besi yang digunakan KS, CS, WS dan HIJ, atau mengacu pada
merk dalam spesifikasi teknis.
- Besi beton harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat dan kotoran lain
yang dapat mengurangi daya lekat semen atau menurunkan mutu beton.
- Jika besi yang didatangkan ke lokasi tidak sesuai dengan yang tercantum
dalam sertifikat atau diragukan, direksi teknis/lapangan dan atau pengawas
lapangan berhak memerintahkan pelaksana jasa/ kontraktor untuk
melakukan pengujian terhadap besi tersebut. Semua biaya hasil pengujian
menjadi tanggungan pelaksana jasa/ kontraktor. Bila hasil pengujian tidak
sesuai dengan yang tercantum dalam sertifikat, maka direksi
teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan berhak menolak semua besi
tersebut.

28
- Besi beton harus disimpan di tempat yang tidak menyentuh tanah dan tidak
boleh disimpan di ruang terbuka dalam jangka waktu panjang.
- Semua besi beton yang akan dipakai harus ditekuk atau dibentuk sesuai
dengan bentuk dan ukuran yang tertera pada gambar kerja, serta diletakkan
dan diikat dengan tepat pada posisi yang ditunjukkan pada gambar kerja,
sehingga selimut beton yang telah ditetapkan pada spesifikasi atau yang
telah ditunjukkan dalam gambar kerja tetap terpenuhi.
- Besi beton dapat ditekuk dengan mesin/alat penekuk yang telah disetujui
oleh direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan. Besi beton tidak
boleh ditekuk atau diluruskan kembali untuk kedua kalinya, karena akan
mengakibatkan rusaknya besi beton tersebut. Besi beton yang sudah terbelit
atau ditekuk tidak sesuai gambar, maka tidak diperbolehkan dipakai kembali.
- Pembentukan besi beton dengan beberapa tekukan, maka jumlah panjang
yang dibutuhkan setelah dilakukan penekukan harus benar-benar tepat
sesuai seperti yang tertera pada gambar kerja.
- Tulangan beton harus diikat dengan kawat beton (bendrat) untuk menjaga
ketebalan selimut beton maka antara tulangan pokok dan bekisting perlu
dipasang beton bahu (deking) setebal kurang lebih 20 mm.
- Besi-besi tulangan beton yang sebagian ada di bagian luar atau keluar dari
permukaan beton, yang dimaksudkan sebagai besi stek atau sambungan
konstruksi tidak diperkenankan untuk ditekuk atau diubah posisinya pada
saat pengecoran beton sedang berlangsung, kecuali sudah ada ijin dari
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.

KONDISI MINIMAL (mm)


1. Seluruh beton yang berhubungan langsung dengan tanah 50
2. Balok pondasi, pelat, pondasi, poer 50
3. Balok, kolom yang berhubungan atau terkena langsung 50
dengan cuaca 40
4. Balok, kolom yang tidak berhubungan atau tidak
terkena langsung dengan cuaca 40
5. Pelat, dinding beton/wall yang berhubungan/terkena
langsung dengan cuaca 25
6. Pelat, dinding beton/wall yang tidak berhubungan atau
tidak terkena langsung dengan cuaca 25

Tabel : Syarat ketebalan minimum selimut beton


29
- Setiap sambungan konstruksi (stek) yang direncanakan untuk dilanjutkan,
maka pembesian harus dilebihkan minimal 40 X d (diameter).
- Sebelum melakukan pengecoran, maka pelaksana jasa/ kontraktor wajib
memberitahukan kepada direksi teknis/lapangan dan atau pengawas
lapangan untuk mengadakan pemeriksaan pembesian. Tidak diperkenankan
melakukan pengecoran beton, sebelum besi yang terpasang telah diperiksa
dan atau disetujui oleh direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.

2. Tahap Cetakan Beton atau Bekisting

2.1. Pembuatan Bekisting


- Semua bagian dari bekisting, atau cetakan pembentuk beton harus kuat dan
kokoh, serta harus dilengkapi dengan ikatan-ikatan silang dan penguat
lainnya. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perubahan bentuk pada
saat dilakukan pekerjaan pengecoran, pemadatan dan penggetaran beton.
- Untuk mempermudah membuka bekisting beton, maka dapat digunakan
pelapis cetakan dari bahan plastik atau dari bahan yang disetujui direksi
teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan, yang dipasang sedemikian
rupa di bagian dalam cetakan sehingga bekisting mudah dilepaskan dan
hasil cetakan rapi.
- Penggunaan minyak pelumas bekas maupun baru yang dilapisi tipis, untuk
menghindari melekatnya beton pada bekisting, harus dengan persetujuan
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.
- Semua sambungan harus terikat dan rapat untuk menghindari adanya
kebocoran beton.

2.2. Pembongkaran Bekisting


- Pembongkaran bekisting bisa dilakukan jika tidak akan mengakibatkan/
menimbulkan kerusakan pada beton.
- Paling sedikit dibutuhkan waktu 3 (tiga) hari setelah pengecoran untuk dapat
dilakukan pembongkaran bekisting, namun ini tergantung dari posisi
pengecoran beton. Pelaksana jasa/kontraktor dapat melakukan penundaan
pembongkaran bekisting sampai mencapai kekuatan beton yang mencukupi.
Dalam hal ini pelaksana jasa/ kontraktor harus bertanggung jawab penuh
jika sampai terjadi adanya kerusakan atau cacat beton yang disebabkan

30
oleh adanya pembongkaran bekisting sewaktu beton masih belum cukup
umur, ataupun pembongkaran bekisting terlalu cepat sebelum waktunya.
- Bekisting atau cetakan pembentuk beton yang dipakai pada lantai beton
menggantung harus ditahan/ditopang oleh steger/scafolding dan dibiarkan
pada tempatnya paling sedikit dalam waktu 14 hari setelah waktu
pengecoran.
- Setelah terselesaikannya semua pekerjaan struktur, maka semua bekisting
atau cetakan pembentuk beton serta penyangga-penyangga lainnya harus
dibongkar keseluruhan dengan mengingat semua persyaratan yang telah
ditentukan sebelumnya.

3. Tahap Pembuatan Beton Struktural

- Sebelum adukan beton dicorkan, semua cetakan harus bersih dari kotoran
seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan kotoran lainnya. Kemudian
cetakan tersebut dibasahi dengan air secukupnya, namun tidak boleh ada
genangan air pada cetakan tersebut.
- Pengecoran dimulai setelah mendapat persetujuan direksi teknis/lapangan
dan atau pengawas lapangan. Apabila pengecoran beton dilakukan tanpa
adanya persetujuan direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan,
maka kerugian akibat pembongkaran, sepenuhnya menjadi tanggungan
pelaksana jasa/ kontraktor.
- Pengecoran beton harus dilakukan siang hari, dan pengecoran sebagian
pekerjaan tidak boleh dimulai apabila secara waktu tidak dapat diselesaikan
pada waktu siang hari terkecuali pengecoran malam (lembur) telah diijinkan
oleh direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan. Dan ijin seperti
itu tidak akan diberikan jika pelaksana jasa/ kontraktok tidak atau belum
menyediakan sistem penerangan yang mencukupi dan telah disetujui oleh
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.
- Catatan lengkap yang terperinci mengenai tanggal, jam, kondisi cuaca dan
keadaan saat pengecoran setiap bagian pekerjaan harus dibuat dan
ditandatangani oleh direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan
dan selanjutnya disimpan jika sewaktu-waktu ada pemeriksaan.
- Adukan harus homogen atau dengan warna yang merata dan harus sudah
dilakukan pengecoran dalam waktu 1 (satu) jam setelah pencampuran
dengan air dimulai.

31
- Pengecoran suatu unit pekerjaan beton harus dilaksanakan terus menerus
sampai selesai dengan tanpa berhenti, kecuali mendapat persetujuan direksi
teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.
- Tidak dibenarkan melakukan pengecoran beton disaat hujan, kecuali ada
tindakan pengamanan dari pelaksana jasa/ kontraktor, terutama untuk
meneruskan pengecoran suatu unit pekerjaan, yang mendapat persetujuan
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan. Dalam hal ini
pelaksana jasa/ kontraktor harus berupaya agar beton yang baru dicor tidak
rusak oleh air.
- Setelah dilakukan pengecoran pada cetakan, maka adukan harus
dipadatkan dengan alat penggetar (vibrator beton) yang berfrekuensi adukan
paling sedikit 3000 putaran setiap menit. Penggetaran dilakukan selama 20
detik setiap satu adukan yang dicorkan, mulai pada saat adukan dicorkan
dalam cetakan dan dilanjutkan dengan adukan selanjutnya.
- Pengadukan beton struktural sebaiknya menggunakan mesin molen dengan
ajuan job mix design dibuatkan secara resmi dari dinas PU atau batching
plant terdekat. Untuk ready mix dilampirkan surat jalan material beton
dengan mutu yang telah ditentukan.
- Apabila terjadi pemberhentian pengecoran pada balok dan lantai maka
harus berhenti pada jarak 1/5 bentang dan sebelum dilanjutkan pengecoran
harus diberikan pasta semen (air semen) terlebih dahulu pada permukaan
yang akan dilanjutkan.
- Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian-
bagian struktur beton bila tidak ditunjukkan secara detail dalam gambar
kerja. Dalam beton perlu dipasang selongsong pada tempat-tempat yang
dilewati pipa.
- Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-
angkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan
beton, harus sudah di pasang sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
- Bagian-bagian atau peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada
posisinya dan diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran beton
dilakukan.
- Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong dan
tidak terisi beton, maka bagian tersebut harus ditutupi bahan lain yang
mudah dilepas setelah pelaksanaan pengecoran beton.

32
4. Tahap Pembuatan Beton Non-Struktural
- Untuk beton bukan struktural dapat menggunakan manual.
- Bila diaduk secara manual, pengadukan harus dilakukan dalam wadah
pengadukan, tidak boleh dilakukan langsung di atas tanah.
- Ukuran tempat pengadukan beton yaitu 2 m x 2,5 m, tinggi tanggulan 20 cm.
Bila menggunakan mesin molen, tempat ini bisa juga digunakan sebagai
tempat penuangan adukan beton dari mesin molen.

B. Pemeriksaan Kualitas Beton Struktural


- Untuk umur dan kekentalan beton harus diperiksa dengan "slump test".
Slump test atau pemeriksaan beton tersebut harus dilakukan setiap unit
pengecoran baik itu readymix maupun sitemix serta beberapa tambahan
percobaan pengecoran yang harus dilakukan apabila ini dianggap perlu oleh
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas lapangan.
- Kubus beton harus disediakan dan dipelihara sesuai dengan ketentuan
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
- Enam buah kubus yang dipakai untuk bahan pemeriksaan, dapat diambil
dari pengecoran manapun yang ditentukan. Tiga kubus diperiksa pada umur
beton 7 (tujuh) hari kalender dan selebihnya pada umur 14, atau 21 atau 28
hari kalender, sesuai dengan petunjuk dari direksi teknis/lapangan dan atau
pengawas lapangan.

C. Perawatan (Curing) Beton Struktural dan Non-Struktural


- Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam SNI 4810-2013, SNI
Beton 2012, SNI Beton 2010, SNI Beton 2008, SNI Beton 2002.
- Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang
belum saatnya, dengan cara mempertahankan kondisi kelembaban beton
dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk proses
hidrasi semen serta pengerasan beton.
- Perawatan beton harus dimulai setelah pengecoran beton selesai
dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 1
(satu) minggu atau jika tidak dapat ditentukan lain. Suhu beton pada awal
pengecoran harus dipertahankan supaya tidak melebihi 30°C.
- Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap
dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum
selesai masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan

33
perawatan tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus
menerus dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan
cara lain yang disetujui direksi teknis/pengawas dan atau pengawas.
- Cara pelaksanaan perawatan serta alat yang dipergunakan harus mendapat
persetujuan terlebih dulu dari direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.

D. Perbaikan Permukaan Beton


- Penambahan pada area permukaan beton yang tidak sempurna berupa
keropos dengan cara di-grouting setelah pembukaan bekisting, hanya boleh
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari direksi teknis/lapangan dan
atau konsultan pengawas. Bahan grouting yang akan dipergunakan harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi teknis/lapangan dan atau
konsultan pengawas.
- Jika ketidaksempurnaan tersebut tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan
permukaan yang diharapkan dan diterima oleh direksi teknis/lapangan dan
atau konsultan pengawas, maka harus dibongkar dan diganti dengan
pembetonan kembali atas beban biaya pelaksana jasa/ kontraktor.
- Ketidaksempurnaan yang dimaksud adalah susunan beton yang tidak
teratur, pecah atau retak, ada gelembung udara, keropos, berlubang,
tonjolan dan lainnya, yang tidak sesuai dengan bentuk yang diharapkan atau
diinginkan.

II.4.4. Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki


1. Besi tulangan terpasang sesuai dalam hal jumlah, panjang, pengakhiran,
penyambungan, selimut beton, dan pengikatnya (bendrat) sesuai dengan
gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
2. Bekisting terpasang sesuai dimensi, kuat, dan kokoh
3. Umur pembongkaran bekisting seusai rencana atau spesifikasi teknis
4. Bentuk dan dimensi beton sesuai toleransi spesifikasi teknis
5. Beton tidak pecah atau retak tidak wajar.
6. Beton tidak ada gelembung udara, tidak keropos, atau tidak berlubang.
7. Kualitas mutu beton sesuai dengan gambar kerja, rencana biaya dan
spesifikasi teknis.
8. Permukaan beton sesuai kualitas yang direncanakan (expose, semi-expose,
atau non-expose).

34
II.5. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI

II.5.1. Lingkup Pekerjaan


a.1. Area Dine-in Indoor
- Granit Tile uk.600x600mm, Merk, tipe dan warna mengacu pada gambar
kerja (DED), spesifikasi teknis dan rencana biaya (RAB).
a.2. Area Kitchen & Loading Dock
- Keramik uk.300x300mm, Merk, tipe dan warna mengacu pada gambar kerja
(DED), spesifikasi teknis dan rencana biaya (RAB).
a.3. Area Dine-in Semi Outdoor
- Granit Tile uk.600x600mm, Merk, tipe dan warna mengacu pada gambar
kerja (DED), spesifikasi teknis dan rencana biaya (RAB).
a.4. Area Dine-in Outdoor
Merk, tipe dan warna mengacu pada gambar kerja (DED), spesifikasi teknis
dan rencana biaya (RAB).
- Keramik uk.400x400mm, Keramik uk.300x300mm
- Rumput Sintetis.
- Batu Kerikil/ Split
a.5. Area Bangunan Penunjang
Merk, tipe dan warna mengacu pada gambar kerja (DED), spesifikasi teknis
dan rencana biaya (RAB).
a.5.1. Selasar Bangunan Penunjang
- Granit Tile uk.600x600mm
a.5.2. Toilet & Janitor
- Keramik uk.300x300
a.5.3. Mushalla
- Granit Tile uk.600x600mm, Bagian T.Wudhu : stepping menggunakan
Keramik uk.400x400mm, Tanggulan menggunakan, Keramik uk.300x300,
Batu Kerikil/ Split 3x3cm, Rumput Sintetis.

II.5.2. Bahan dan Peralatan


a. Granit Tile uk.600x600mm,Keramik uk.300x300mm,Keramik uk.400x400mm,
Batu Kerikil/ Split 3x3cm,
b. Pasangan keramik secara penempatan, merk, tipe dan warna mengacu pada
gambar kerja.

35
II.5.3. Pelaksanaan Pemasangan Lantai
a. Susunan lapisan berturut – turut sebagai berikut:
1. Urugan tanah dipadatkan min. 90% dari kepadatan kering max atau setiap
level 20cm dilakukan pemadatan dengan mesin stamper (tipe
kuda/kodok).
2. Lapisan pasir setebal 5 cm dipadatkan dan disiram air.
3. Leveling concrete atau rabat beton tebal 5 cm adukan 1pc : 3ps : 5kr
untuk lantai biasa dan rabat beton spesi 1pc : 2ps : 3kr untuk lantai toilet.
4. Adukan 1pc : 3ps untuk lantai biasa dan 1pc : 2ps untuk lantai toilet
5. Keramik, atau bahan lain sesuai penempatan dalam gambar kerja.
b. Lantai yang akan dipasang keramik harus dipersiapkan dengan teliti terlebih
dahulu mengenai kepadatan, kerataan, maupun elevasi setiap lantainya.
c. Pola pemasangan keramik harus ditentukan terlebih dahulu, dengan
memasang keramik kepala dan memilih keramik yang warna dan ukuran
yang sama dan dibuat contoh pemasangan minimal 1 m2
d. Siar/nat diisi dengan adukan 1pc : 2ps halus sesuai dengan warna keramik
ditambah bahan aditive yang disetujui oleh direksi teknis/lapangan sampai
mengisi penuh celah siar, tetapi tidak berlebihan.
Siar/nat antar keramik yang diijinkan maksimal 2 mm.
e. Bekas-bekas semen harus segera dibersihkan dari permukaan keramik/
penutup lainnya sampai bersih. Pemakaian pembersih kimia tidak
diperkenankan tanpa persetujuan direksi teknis/lapangan.
f. Keramik yang baru dikerjakan minimal selama tiga hari tidak boleh diinjak
atau diberi beban lainnya.

II.5.4. Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki


1. Lantai tidak bergelombang.
2. Kerataan atau kemiringan harus sesuai dengan gambar rencana.
3. Air harus dapat mengalir dengan lancar ke floor drain.
4. Lantai harus bersih dari sisa – sisa adukan semen, cat atau kotoran lainnya.
5. Dibawah keramik tidak ada rongga sehingga keramik tidak kosong/kopong.

36
II.6. PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN

II.6.1. Lingkup Pekerjaan


Material yang dipakai adalah:
a.1. Area Dine-in Indoor
- Roster Lokal
a.2. Area Kitchen & Loading Dock
- Bata ringan/hebel tebal 10 mm, partisi GRC Board
a.3. Area Dine-in Semi Outdoor & Outdoor
- Bata ringan/hebel tebal 10 mm, roster
a.4. Area Bangunan Penunjang
- Bata ringan/hebel tebal 10 mm

II.6.2. Bahan dan Peralatan


a. Batu Bata : berukuran 20x10x5cm harus matang pembakarannya, bila direndam
dalam air akan tetap utuh, tidak pecah atau hancur.
Bata Ringan : 30x60x10cm, roster Ex.Lokal,
Bata Roster : motif, warna, ukuran dan tipe mengacu pada spesifikasi teknis.
Partisi : kombinasi GRC Board 6 mm + Woodplank Polos lebar 30 cm, GRC
Board 4 mm.
b. Portland Cement (PC) : Dinding bata ringan/ roster menggunakan pc mortar, batu
bata menggunakan portlant cement (PC) dengan merk ditentukan dalam
spesifikasi teknis. Supplier/ pedagang yang mengirimkan semen untuk pekerjaan
ini hendaknya dapat menunjukan sertifikasi dari pabriknya. Semen yang sudah
lembab atau menunjukkan gejala membatu akan ditolak. Secepatnya semen yang
ditolak harus dikeluarkan dari lokasi pembangunan untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan
c. Pasir Pasang : Bahan yang digunakan sama dengan pasir yang digunakan untuk
konstruksi beton. Pasir yang dimaksud harus bersih, kadar lumpur tidak melebihi
persentase yang diijinkan, serta pasir asli yang bebas dari segala macam kotoran
dan bahan-bahan kimia.
d. Rangka partisi menggunakan bahan : (1). Rangka hollow besi 4x4 tebal 1.4mm,
(2). Rangka hollow besi 2x4 tebal 1.2 mm.
e. Bata Roster, bata ringan/hebel dan partisi secara penempatan, finishing dan
warna mengacu pada gambar kerja, rencana biaya dan spesifikasi teknis.

37
II.6.3. Pelaksanaan Pemasangan Dinding dan Plesteran

A. Dinding Bata Merah dan Bata Ringan


- Untuk pasangan dinding dipakai spesi 1 PC : 4 Ps. Untuk trasraam dipakai
spesi 1 PC : 3 Ps.
- Ketinggian trasraam dari permukaan sloof minimal adalah 30 cm. Kecuali kamar
mandi termasuk daerah kondisi rawa atau mengandung air, maka ketinggian
trasraam adalah 1.5 meter.
- Ketinggian per-hari dalam pemasangan dinding batu bata/bata ringan untuk
menjaga kekuatan dinding batu bata/batako adalah 1.5 meter, atau
pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari
(maksimal) 24 lapis setiap hari, diikuti dengan cor kolom praktis.
- Bidang dinding yang luas lebih besar 12 m² harus ditambahkan kolom praktis
berukuran minimal 13 x 13 cm, dengan tulangan besi pokok minimal 4 Ø 12
mm, beugel Ø6 dengan jarak 15 cm dan atau ditentukan dalam gambar kerja.
- Bagian pasangan batu bata/ bata ringan yang berhubungan dengan setiap
bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stekØ 10 mm, jarak
50 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton
dan bagian yang ditanam dalampasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm,
kecuali ditentukan lain.

B. Dinding Roster
- mencampur semen mortar dengan air secukupnya. Perbandingan air dengan
bubuk semen mortar perekat ini adalah 1 banding 3. Setelah perekat jadi,
diamkan perekat selama kurang lebih 5 menit kemudian baru oleskan perekat
pada sisi yang akan ditempel roster tersebut.
- Roster ditekan sehingga melekat sempurna antar bidang roster yang lain.
- Membersihkan sisa perekat yang menempel pada bagian roster.
- Pemasangan dinding roster semen seperti pada pemasangan dinding bata
merah/ bata ringan dan perletakannya sesuai dengan gambar kerja dan atau
atas petunjuk direksi teknis dan atau pengawas lapangan. Sedangkan untuk
motifnya akan ditentukan kemudian atau sesuai dengan spesifikasi teknis.

C. Dinding Partisi
- Semua partisi atau dinding pembatas ruangan harus dibuat/didirikan tegak lurus
dengan lantai.

38
- Rangka-rangka partisi diusahakan dipasang pada bagian-bagian struktur
gedung, disekrup dan lain-lain, agar tidak mudah roboh bila kena benturan.
- Panel GRC Board 6mm/4mm dipasang rata di kedua sisi tanpa ada sambungan
horizontal ditengahnya. Semua sambungan antar panel gypsum harus di
tengah dengan paper tape dan ditutup dengan joint compound dan diamplas
halus dengan permukaan yang rata. Panel gypsum harus ditempel pada
rangka-rangkanya dengan sekrup khusus (standart) dengan jarak ke arah
horizontal maximal 60 cm arah vertikal 40 cm, kecuali bagian tepinya.
- Pemasangan kanal pegangan dibawah (lantai) digunakan skrup fiser S6 atau
jika kondisi lapangan memaksa boleh menggunakan paku beton 1,5 cm s/d 2
cm, setiap jarak 30 cm.
- Pemasangan kanal pegangan ke plafond menngunakan paku full drat S6
dengan jarak skrup maximal 30 cm dengan skrup lainnya.

D. Plesteran
- Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit.
- Beraben adalah plesteran kasar dengan campuran adukan kedap air yaitu 1 PC
: 2 Pasir. Dipakai untuk menutup permukaan dinding pasangan batu bata yang
tertanam dalam tanah hingga ke permukaan tanah dan/atau lantai.
- Plesteran biasa adalah campuran 1 PC : 4 Pasir. Adukan plesteran ini untuk
menutup semua permukaan dinding pasangan batu bata bagian dalam
bangunan terkecuali dinyatakan kedap air seperti tercantum dalam gambar
kerja.
- Plesteran kedap air adalah campuran 1 PC : 2 Pasir. Adukan plesteran ini
untuk menutup semua permukaan dinding pasangan batu bata bagian luar/ tepi
bangunan, semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan batu
bata seperti tercantum dalam gambar kerja.
- Plesteran halus/ aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat
sedemikian rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen. Plesteran
halus ini adalah pekerjaan finishing yang dilaksanakan setelah adukan
plesteran sebagai lapisan dasar berumur 7 (tujuh) hari/sudah kering benar.
- Semua jenis adukan plesteran tersebut di atas, harus disiapkan baik sehingga
selalu segar, belum mengering pada pelaksanaan pemasangan.
- Terkecuali untuk beraben, permukaan semua aduk plesteran harus diratakan.
Permukaan plesteran tersebut, khususnya plesteran halus, harus rata, tidak

39
bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga serta berlubang, tidak
mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.
- Sebelum pelaksanaan plesteran pada permukaan pasangan batu bata dan
beton, permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian
diketrek/ scratched. Semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau
formtie harus tertutup adukan plesteran.
- Pekerjaan plesteran halus adalah untuk semua permukaan pasangan batu bata
dan beton yang akan di-finishing dengan cat.
- Semua permukaan yang akan menerima bahan finishing, misalnya ubin
keramik dan lainnya, maka permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis
horizontal untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan/material
finishing tersebut. Pekerjaan ini tidak berlaku apabila bahan finishing cat.
- Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/ kolom/
lantai yang dinyatakan dalam gambar kerja dan atau sesuai peil-peil yang
diminta dalam gambar kerja. Tebal plesteran minimal 10 mm, maksimal 25 mm.
Jika ketebalan melebihi 30 mm, maka diharuskan menggunakan kawat strimin
yang diikatkan ke pemukaan pasangan batu bata atau beton yang
bersangkutan untuk memperkuat daya lekat plesteran.
- Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar, tidak secara tiba-tiba. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi
permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik
matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan
air secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah
pengacian selesai, Pelaksana jasa/ kontraktor harus selalu menyiram dengan
air sekurang- kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh. Jika terjadi
keretakan, maka harus dibongkar dan diperbaiki sampai hasilnya dinyatakan
diterima direksi teknis dan atau pengawas lapangan.
- Tidak dibenarkan melakukan pekerjaan finishing permukaan plesteran sebelum
plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

II.6.4. Kualitas hasil akhir yang dikehendaki


1. Bidang-bidangnya harus rata, tidak bergelombang atau sudut-sudut harus siku
atau bersudut 90 derajat dan tidak boleh retak-retak.
2. Dinding harus bersih dari sisa – sisa paku/ baut dan kotoran lainnya.
3. Tidak ada rongga antara lantai dengan dinding.
4. Posisi dan kelurusan harus sesuai dengan gambar rencana.

40
II.7. PEKERJAAN RANGKA & PENUTUP ATAP

II.7.1. Lingkup Pekerjaan


Material yang dipakai adalah:
a.1. Area Dine-in Indoor
Rangka Atap
- Kolom Kuda-Kuda IWF 200.100.5,5.8 mm.
- Rafter Kuda-kuda IWF 150.75.5.7 mm..
- Bracing Balok IWF 150.75.5.7 mm.
- Gording CNP 125.50.20.2.3 mm (Standar SNI)
- Ikatan Angin dia.12 mm, - Trekstang 10 mm
- Plat Simpul & Stiffner 6mm, Baut Anchor 4Ø16mm, Baut HTB Ø12mm+Mur
50mm
Penutup Atap
- Galvalum/Spandek, ketebalan 0.3 mm, Insulasi aluminium foil bubble.
a.2. Area Kanopi Depan
Rangka Atap
- Rangka Cremona Hollow Besi 4x6 tebal 1.6 mm + Zincrhomate.
- Rangka Cremona Hollow Besi 4x4 tebal 1.4 mm + Zincrhomate.
- Reng Hollow Besi 4/4 tebal 1.4 mm + zinchromate.
Penutup Atap
- Kaca Tempered 10 mm Clear.
a.3. Area Kitchen & Loading Dock
Rangka Atap
- Kuda-kuda CNP double 150.50.20.2,3 mm.
- Gording CNP 125.50.20.2.3 mm.
- Siku 50.50.5 tumpuan gording, Trekstang 10 mm
Penutup Atap
- Galvalum/Spandek, ketebalan 0.3 mm.
a.4. Area Dine-in Semi Outdoor
Rangka Atap
- Kolom Double CNP 150.50.20.2,3 mm.
- Kuda-kuda Double CNP 125.50.20.2,3 mm
- Gording Hollow 40 x 60 x 1,4 mm
Penutup Atap
- Galvalum/Spandek, ketebalan 0.3 mm, Insulasi aluminium foil bubble.

41
a.5. Area Bangunan Penunjang
Rangka Atap
- Kuda-kuda Atap Baja ringan C- 0.75 mm.
- Besi Hollow 40x60x1,4 + 40x40x1,4
Penutup Atap
- Galvalum/Spandek, ketebalan 0.3 mm.

II.7.2. Bahan dan Peralatan


a. Seluruh bahan baja harus baru, lurus, dan tidak berkarat. Serta tidak menyimpang
dari gambar rencana, ketentuan standar dan batas toleransi.
b. Seluruh bahan baja harus mendapat persetujuan dari direksi tenis/lapangan atau
konsultan pengawas terlebih dahulu sebelum melaksanakan pekerjaan. Serta
harus melampirkan sertifikat mill dari pabrik pembuat profil baja tersebut.
c. Baja tidak boleh terletak bersinggungan langsung dengan tanah. Melainkan harus
tersimpan pada tempat yang terlindung, tertutup, tidak berdebu dan tidak lembab.
d. Kontraktor memastikan penyimpanan bahan tidak bercampur dengan material
proyek lain, untuk memudahkan pemeriksaan serta menghindari kemungkinan
bahan tertukar.
e. Kontraktor bertanggungjawab memperbaiki atau mengganti dengan yang baru,
bila ada komponen/rangka baja yang rusak selama proses pengiriman maupun
penyimpanan.
f. Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM, yaitu mempuyai kepala
baut dan mur berbentuk segi enam (Hexagonal).
g. Material bantu untuk keperluan pengelasan baja harus menyesuaikan jenis-jenis
pengelasan, yang mendapat persetujuan dari direksi teknis/lapangan atau
konsultan pengawas.
h. Pengadaan semua peralatan, perlengkapan alat bantu, tenaga kerja serta bahan-
bahan antara lain pelat baja, baja profil, mur baut, angkur baja, cat dasar maupun
finishing cat besi.
i. Pembuatan seluruh bagian-bagian komponen/rangka baja, termasuk pekerjaan
sambungan baut maupun pengelasan baja.
j. Melaksanakan pabrikasi baja, mengirim komponen/rangka baja ke lokasi proyek
dan melaksanakan perakitan dan pemasangan (erection) konstruksi baja.
k. Batas usia pakai alat tidak lebih dari 10 tahun, berfungsi dengan baik dan sesuai
standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

42
l. Alat harus aman terhadap segala kemungkinan terjadinya resiko, baik saat
pabrikasi baja maupun pada saat erection.
m. Penggunaan alat tidak boleh bersamaan dengan pengerjaan untuk proyek lain.
Atau saling meminjam dengan subkontraktor lain.
n. Direksi teknis/lapangan atau konsultan pengawas akan menolak alat kerja inti
maupun alat bantu kerja yang tidak memenuhi persyaratan

II.7.3. Pelaksanaan Pemasangan Rangka & Penutup Atap

A. Konstruksi Rangka Atap

1. Metode Kerja
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum pengangkatan (erection) dimulai,
pelaksana jasa/ kontraktor harus mengajukan secara tertulis permohonan untuk
metode dan jadwal pengangkatan tersebut dan harus disetujui oleh direksi teknis/
lapangan dan atau konsultan pengawas. Metode pengangkatan harus mencakup
antara lain :
1. Rencana pengiriman baja dari bengkel/pabrik.
2. Lokasi penyimpanan elemen baja yang akan dipasang.
3. Perlengkapan/ alat bantu sebelum dan selama pengangkatan.
4. Jadwal dan urut tahapan pengangkatan.
5. Langkah pengamanan dan pengaku sementara selama pengangkatan.

2. Lokasi penempatan baja di lapangan


Penempatan elemen baja di lapangan harus pada tempat yang kering/ terlindung
sehingga elemen-elemen tersebut tetap dalam kondisi baik sampai dengan
terpasang. Direksi teknis/ lapangan dan atau konsultan pengawas berhak untuk
menolak elemen-elemen baja yang rusak karena salah penempatan atau rusak
akibat proses apapun.

3. Fabrikasi
- Selama proses fabrikasi, direksi teknis/lapangan dan atau konsultan pengawas
harus melakukan pengawasan penuh dan atau berkala saat pelaksanaan
fabrikasi di bengkel kerja pelaksana jasa/kontraktor atau di lapangan.

43
- Fabrikasi dari elemen-elemen konstruksi baja harus dilaksanakan oleh tukang-
tukang yang berpengalaman dan diawasi oleh mandor pelaksana jasa/kontraktor
yang ahli dalam konstruksi baja.
- Semua elemen-elemen harus difabrikasi sesuai dengan ukuran-ukuran dan/atau
bentuk yang diinginkan tanpa menimbulkan distorsi-distorsi atau kerusakan-
kerusakan lainnya dengan memperhatikan persyaratan untuk penanganan
sambungan-sambungan serta las di lapangan dan sebagainya.
- Pemotongan-pemotongan elemen-elemen harus dilaksanakan dengan rapi dan
pemotongan besi harus dilakukan dengan alat pemotong (brender) atau gergaji
besi. Pemotongan dengan mesin las sama sekali tidak diperbolehkan.

4. Waktu pengangkatan/ erection


Pengangkatan/ erection elemen baja hanya boleh dilaksanakan setelah metode
dan jadwal pengangkatan disetujui oleh direksi teknis/ lapangan dan atau
konsultan pengawas.

5. Posisi angkur dll


Sebelum pengangkatan/erection dimulai, pelaksana jasa/ kontraktor harus
memeriksa kembali dudukan dan posisi angkur-angkur baja untuk memastikan
bahwa semuanya dalam kondisi baik dan tidak mengalami kerusakan, termasuk
jarak dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja, untuk mencegah ketidakcocokan
dalam erection. Untuk ini harus dijaga agar selama pengecoran angkur-angkur
tidak terjadi pergeseran.

6. Kegagalan pengangkatan
Pelaksana jasa/ kontraktor harus merencanakan pengangkatan/erection ini
dengan baik dan mempersiapkan segala alat penunjang agar proses
pengangkatan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan menghindari kegagalan
pengangkatan/erection.

7. Pengelasan
1. Pengelasan harus dilakukan dengan las listrik, bukan dengan las karbit.
2. Ukuran kawat las disesuaikan dengan tebal pengelasan.
3. Mempersiapkan tukang las yang berpengalaman dengan hasil pengalaman
yang baik dalam melaksanakan konstruksi baja sejenis. Hal ini harus dibuktikan
dengan sertifikat keahlian khusus yang masih berlaku.

44
4. Pelaksana jasa/ kontraktor harus mempunyai alat untuk mengukur ketebalan
las sehingga dengan mudah dapat diketahui apakah ketebalan las sudah
sesuai standar.
5. Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak, karat
dan bekas-bekas potongan api yang kasar dengan menggunakan mechanical
wire brush dan untuk daerah-daerah yang sulit dapat digunakan sikat baja.
Bekas potongan api harus dihaluskan dengan menggunakan gurinda agar
permukaan baja menjadi baik. Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan
disikat.

8. Keselamatan di lapangan
Pelaksana jasa/ kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerja-
pekerjanya di lapangan. Untuk itu pelaksana jasa/kontraktor harus menyediakan
alat pelindung diri (APD) yang diperlukan seperti ikat pinggang pengaman (body
harness), topi pengaman (safety helmet), sarung tangan (gloves) dan alat lain
yang diperlukan selama pekerjaan berlangsung.

9. Lain-Lain
Pengerjaan baja ringan (truss), maka baja yang digunakan harus berasal dan
dilaksanakan oleh pabrikan (aplikator) yang telah memiliki lisensi dan garansi yang
jelas.

B. Penutup Atap
- Pemasangan penutup atap disusun rapi dengan bertumpu pada gording.
- Penutup atap galvalume tipe spandek atau bahan metal lainnya, dipasang pada
reng atau gording dengan menggunakan baut khusus bahan metal, sehingga
lebih kaku dan tidak mudah bergeser.
- Tiap sambungan diberi overlap sesuai dengan spesifikasi pabrik. Minimal
overlap antara satu lembaran dengan lembaran lainnya 2,5 alur. Alur harus
dipasang merata (tidak bolak balik), sehingga hasil akhir pasangan akan rapi.
- Bubungan ditutup dengan bahan yang sama. Overlap antara satu lembaran
bubungan dengan lembaran bubungan lainnya harus sesuai dengan
persyaratan pabrik.
- Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak berakibat
bocor. Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya, maka bagian yang
bocor tersebut harus dibongkar dan dipasang baru.

45
II.7.4. Kualitas hasil akhir yang dikehendaki

A. Konstruksi Rangka Atap


1. Sambungan las tebal, menerus (bukan las titik) dan rapih.
2. Semua mur baut/angkur terpasang kuat dan kencang.
3. Kolom, kuda-kuda dan elemen lain baja terpasang lurus vertikal/tidak miring.
4. Kuda-kuda baja, kantilever baja tidak ada lendutan signifikan/toleransi
maksimal lendutan yaitu 1/350 kali bentang.
5. Bidang kuda-kuda atap dan elemen rangka atap lainnya sesuai kemiringan
yang direncanakan.

B. Penutup Atap
1. Bidang permukaan atap disusun rapi, lurus, tidak bergelombang sesuai dengan
kemiringan atap yang direncanakan.
2. Atap harus bersih dari sisa – sisa paku/baut dan kotoran lainnya.
3. Tidak ada rongga/lubang bekas paku/baut pada atap.
4. Tidak ada kebocoran pada atap.

46
II.8. PEKERJAAN PLAFOND

II.8.1. Lingkup Pekerjaan


1. Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat
bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan plafond untuk mendapatkan
hasil yang baik.
2. Bagian ini meliputi seluruh detail pekerjaan plafond seperti yang disebutkan/
ditunjukkan dalam gambar kerja (DED) atau sesuai petunjuk direksi teknis/ lapangan
dan atau pengawas lapangan.

II.8.2. Bahan dan Peralatan


1. Spesifikasi Bahan
- Rangka Plafond : Besi Hollow dan kayu bulat dia 3-4 cm 1/2 Lingkaran.
- Penutup Plafond : Gypsum Board 9 mm+Alat Bantu dan Daun Rambat Artificial.
- Ukuran : 1220 x 2440 mm (Gypsum Board).
- List Plafond : Model dan bentuk list plafond yang dipakai sesuai dengan item
pekerjaan dalam gambar kerja, rencana biaya dan spesifikasi teknis.
2. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan direksi teknis dan atau pengawas
lapangan.
3. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh direksi teknis dan atau pengawas lapangan
akan digunakan sebagai standard/ pedoman untuk memeriksa/ menerima bahan
yang dikirim oleh pelaksana jasa/ kontraktor ke lapangan.
4. Pada setiap lembaran gypsum board harus tercantum merk dagang, ukuran lembar
dan ketebalan lembaran.
5. Alat sambung plafond untuk rangka plafond
dari besi hollow atau baja ringan adalah
paku sekrup dengan lapisan anti karat atau
galvanis.
6. Pengantung rangka plafond berupa besi
polos dia.10 mm dengan ujung mempunyai
kait dari plat (wall angle) tebal 5 mm dan
baut jangkar/suspension rod 3/8” atau berupa hollow minimal uk. 40x40 mm.
7. Bahan lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi diperlukan dalam
penyelesaian/penggantian pekerjaan, maka harus disetujui direksi teknis dan atau
pengawas lapangan.

47
II.8.3. Pelaksanaan Pekerjaan Plafond

A. Rangka dan Penutup Gypsum


- Pemasangan pengantung berupa besi tulangan polos diameter 10 mm, ke plat
lantai beton bertulang, harus sudah dikerjakan saat pengecoran plat lantai.
- Pemasangan pengantung dengan bahan sebagaimana di atas ke plat lantai
beton bertulang setelah pengecoran plat lantai beton selesai dikerjakan dengan
alasan apapun tidak dibenarkan dan tidak dapat diterima.
- Setiap 1 m2 luas rangka plafond harus terdapat minimal 4 buah pengantung.
- Modulasi rangka plafond berukuran 600 x 600 mm, dan atau mengacu pada
gambar kerja dan rencana biaya.
- Antara lembaran plafond gypsum board yang satu dengan lembaran plafond
gypsum board lainnya, termasuk pertemuan gypsum board dengan balok lantai,
ring balok dan dinding, harus tedapat celah sebesar 3 mm untuk menghindari
pemuaian dan susut bahan tersebut, yang dapat mengakibatkan pecah/retak
bahan atau sambungan.
- Apabila dalam rencana biaya dan atau spesifikasi teknis, pemilihan bahan
mensyaratkan pabrikan bahan tertentu, maka pabrikan melalui pelaksana jasa/
kontraktor harus menempatkan tenaga ahli khusus di lokasi pekerjaan untuk
mengawasi pekerjaan pemasangan rangka plafond yang dilakukan oleh
pelaksana jasa/ kontraktor. Cara pemasangan harus mengikuti petunjuk-
petunjuk yang dianjurkan oleh pabrikan.
- Sambungan antar gypsum menggunakan paper tape dan compound yang
diamplas sehalus, serapih dan serata mungkin dengan permukaan gypsum.
- Sebelum pekerjaan pemasangan rangka dan penutup plafond dimulai, maka
harus dilakukan pengecekan/ pemeriksaan kembali terhadap penyelesaian
pekerjaan yang erat hubungannya dengan pekerjaan plafond antara lain
instalasi kabel listrik penerangan dan armature, plumbing air bersih dan air
kotor/ air hujan, kitchen equipment berupa instalasi hood blower, instalasi air
conditioner (AC), pemasangan atap dan sebagainya.
- Pada pertemuan bidang plafond dengan dinding harus diperhatikan dan
pelaksanaannya harus sesuai dengan gambar kerja.
- Pelaksana jasa/ kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan
yang berhubungan dengan pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat
kelalaiannya, maka pelaksana jasa/ kontraktor tersebut harus mengganti tanpa
biaya tambahan.

48
B. Rangka dan Penutup Daun Rambat Artificial
- Pemasangan rangka kayu bulat dia 3-4 cm, 1/2 lingkaran yang sudah di-
finishing, dilakukan dengan mengacu pada elevasi/ ketinggian yang ditentukan
dalam gambar kerja, termasuk ukuran dan jarak antar kayu.
- Penutup daun rambut artificial dipasang per jalur rangka kayu dengan density
(kerapatan) daun rambat sekitar 70% - 80%. Dibuat juntaian rambat dan daun
turun sekitar 10 cm - 20 cm (foto terlampir).
- Foto jalur dan density (kerapatan) daun rambat yang dikehendaki adalah
sebagaimana di bawah ini :

II.8.4. Kualitas Hasil Pekerjaan Yang Dikehendaki


A. Rangka dan Penutup Gypsum
1. Permukaan plafond harus halus, lurus, tidak bergelombang, rapih dan sesuai
dengan elevasi ketinggian plafond yang direncanakan.
2. Sambungan compound antar gypsum harus rapih, halus dan rata dengan
permukaan gypsum.
3. Elevasi ketinggian plafond sesuai dengan elevasi yang direncanakan dalam
gambar kerja
B. Rangka dan Penutup Daun Rambat Artificial
1. Jalur, warna, density (kerapatan), dan juntaian daun rambat artificial sesuai
dengan gambar kerja, rencana biaya, spesifikasi teknis dan foto ditentukan.

49
II.9. PEKERJAAN BESI DAN KUSEN PINTU JENDELA

II.9.1. Lingkup Pekerjaan


- Meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan bahan, penyetelan dan pemasangan
kusen alumunium pada posisi sesuai dengan gambar kerja antara lain : seluruh
kusen aluminium, kaca, engsel, daun pintu aluminium, jendela aluminium, bovenlight,
daun pintu kayu (dengan finishing), handle pintu, assesories jendela dan pintu serta
assesories lain yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini.
- Mengatur pekerjaan aluminium dengan pekerjaan-pekerjaan bidang lain yang
bersangkutan, terutama pada pekerjaan kaca.
- Mengatur pekerjaan yang berkaitan dengan material besi yaitu pekerjaan railing besi
antrian.

II.9.2. Bahan dan Peralatan


A. Bahan Kusen Alumunium Pintu Jendela
A.1. Kusen Alumunium Pintu dan Jendela
- Tipe P3 : Frame Pintu Hollow 4x6 t= 1,2 mm, Isian hollow 2x4, tebal 1,2 mm
(Sincromate + Cat Finish Hitam), Kusen Hollow 4x6 tebal 1,2 mm (Sincromate
+ Cat Finish Black).
- Tipe P4, P5 : Kusen Almini 3" Warna Coklat, Frame Pintu Almini, Isian Almini
Kombinasi Kaca Bening 6mm.
- Alloy /Billet menggunakan bahan asli, tidak terbuat dari bahan-bahan scrap/
sisa, Standard bahan 6063.
- Sekrup dari bahan stainless steel.
- Semua kunci daun pintu menggunakan merk DEXSON mengunci 2 x slaag.
- Engsel pintu menggunakan engsel DEXSON, untuk 3 (tiga) buah setiap daun.
- Untuk semua alat penggantung dan pengunci, pelaksana jasa/ kontraktor wajib
mengajukan contoh-contoh terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan
dari direksi teknis dan atau pengawas lapangan.
- Sealent setaraf Dow Corning atau GE Sealent yang dipakai harus sesuai
dengan persyaratan fungsinya, untuk structural glazing, curtain wall, atau fungsi
lain menurut rekomendasi dari pabrik.
- Ukuran profil minimal 45mm x 100mm.
- Tebal profil minimal 2mm.
- Warna Coklat.

50
B. Bahan Kusen Alumunium Pintu Jendela
B.1. Pintu Lipat tipe industrial kode P1, P2, PG1, PG2 dan R1
- Frame pipa besi dia.2" + kawat jilumesh expanded metal.
B.2. Railing
- Frame pipa besi dia.2" + kawat jilumesh expanded metal.
C. Peralatan
C.1. Alat potong blender (Cutting torch), atau mesin gerinda potong.
C.2. Mesin pon (punch drill), atau mesin bor magnet/ bor duduk.
C.3. Mesin las busur listrik (Shielded Metal Arc Welding/ SMAW), atau mesin las Gas
Metal Arc Welding/ GMAW.
C.4. Alat bantu berupa, skrup kusen, sealant, sikat besi, amplas besi, rivet dll.

II.9.3. Pelaksanaan Pekerjaan Besi dan Kusen Pintu Jendela

A. Kusen Aluminium Pintu dan Jendela


- Sebelum memulai pelaksanaan Pelaksana lapangan diwajibkan meneliti
gambar-gambar dan kondisi dilapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat
contoh jadi untuk semua detail sambungan dan profil aluminium yang
berhubungan dengan sistem konstruksi bahan lain).
- Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai, dengan
membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk direksi teknis dan atau
pengawas lapangan, meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk dan
ukuran.
- Semua frame/ kusen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
- Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Didasarkan untuk
mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaannya.
- Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup,
rivet, stap dan harus cocok. Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas
dan bentuk yang sesuai dengan gambar.
- Angkur-angkur untuk rangka/kusen alluminium terbuat dari steel plate setebal 2
- 3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.

51
- Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan
harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1000
kg/m2. Celah antara kaca dan sistem kusen alluminium harus ditutup oleh
sealant.
- Untuk fitting hard ware dan reinforcing materials yang mana kusen alluminium
akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang
bersangkutan harus diberi lapisan chormium untuk menghindari kontak korosi.
- Toleransi pemasangan kusen alluminium disatu sisi dinding adalah 10 - 25 mm
yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
- Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi
sealant supaya kedap air dan kedap udara.
- Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air
hujan.

B. Pekerjaan Besi
B.1. Pemotongan (Cutting)
- Pemotongan bahan dengan sudut 90º, memastikan bahwa permukaan bidang
potong bahan datar dan tegak lurus terhadap sumbu aksis bahan, yang hendak
terpotong.
- Pemotongan bahan dengan sudut/kemiringan tertentu dengan mal, yaitu alat
bantu kerja yang terbuat dari bahan besi profil siku atau strip plat.
- Pelaksana jasa/ kontraktor wajib memastikan seluruh hasil pemotongan telah
sesuai dengan gambar kerja. Menghasilkan bekas irisan yang halus/rata, tidak
bergelombang atau kasar.
- Pemotongan harus menggunakan alat potong blender (Cutting torch) atau
mesin gerinda potong, yaitu dengan ketentuan, untuk tebal bahan (t) ≤5 mm
memakai alat potong mesin gerinda, sementara untuk (t) ≥5 mm harus
menggunakan alat potong blender.
- Pelaksanaan pemotongan dengan blender harus memperhatikan standar
kecepatan potong, yaitu antara 30-60 cm/menit.

B.2. Membuat Lubang (Drilling)


- Pada titik-titik lubang akan dibuat, harus diberi tanda dengan menggunakan
penitik drip, dan hasil penitikan dilingkari dengan memakai kapur besi.

52
- Pembuatan lubang baut pada baja yang memiliki tebal (t) ≤3 mm dapat
dilakukan dengan mesin pon (punch drill). Untuk bahan yang memiliki tebal (t)
≥3 mm harus menggunakan mesin bor magnet atau bor duduk.
- Lubang harus berbentuk silindris dan tegak lurus terhadap permukaan besi.
- Permukaan lubang harus bersihkan dengan mesin gerinda tangan dari
tonjolan/bekas pengeboran yang masih menempel pada bahan.
- Semua pelaksanaan pembuatan lubang baut untuk konstruksi yang bersifat
struktural harus saat pabrikasi.
- Pelaksana jasa/ kontraktor wajib memeriksa ketepatan dan kebenaran diameter
lubang serta posisi/ jarak lubang sebelum melakukan pengeboran.

B.3. Perakitan (Assembling)


- Pelaksana jasa/ kontraktor harus memastikan permukaan-permukaan bahan
telah rata, tidak kasar atau bergelombang.
- Perakitan bagian-bagian bahan harus dilakukan di workshop melalui petunjuk/
pengawasan seorang engineer baja yang berpengalaman.
- Penyatuan bagian-bagian bahan harus secara akurat dan dengan
menggunakan las titik (tack weld) dan alat bantu/tambahan jig.
- Perakitan harus memperhatikan sudut yang benar antara bagian bahan yang
satu dengan yang lain. Utamanya untuk pemasangan pelat baja yang berfungsi
sebagai landasan, pelat sambung, stiffners dan seterusnya.
- Komponen besi yang telah menyatu harus cek kembali, untuk memastikan
kebenaran bentuk dan ukuran apakah telah sesuai dengan gambar kerja.

B.4. Pengelasan (Welding)


- Pengelasan dapat dilakukan apabila permukaan baja telah bersih dari debu,
gumpalan logam, air, minyak, cat atau bahan-bahan lain.
- Pengelasan komponen/rangka besi harus dilakukan di workshop dan dibawah
pengawasan seorang ahli yang menguasai bidang pengelasan besi.
- Menyusun urutan pengelasan besi agar meminimalkan terjadinya regangan
maupun pengerutan. Sekaligus sebagai alat kontrol apakah ada bagian pada
komponen/ rangka yang belum dilas.
- Pengelasan harus dengan jenis las busur listrik (Shielded Metal Arc Welding/
SMAW), dan pengelasan dengan gas (Gas Metal Arc Welding/ GMAW) atau
CO2 Welding.

53
- Kawat las untuk SMAW menggunakan jenis kawat berselaput (memiliki fluks)
dengan kode E 6010, E 6011, E 6012 atau E 6013. Kawat las untuk GMAW
memakai jenis kawat polos (tanpa selaput) dengan ukuran Ø1,2-2,0 mm.
- Saat pengelasan besi, dilakukan pengelasan keseluruhan bidang sambungan
dengan jenis ayunan/ gerak kawat las yang diterapkan adalah ayunan
melingkar dan ayunan zig-zag.
- Kekuatan sambungan las harus minimal sama kuat dengan batang yang
disambung, yakni tegangan las ≥ 1.400 Kg/m².
- Tukang las yang ditunjuk untuk melakukan pengelasan penuh harus memiliki
sertifikat kualifikasi, serta pengalaman minimal 5 tahun menggunakan SMAW
dan GMAW.
- Kemungkinan terjadinya cacat las menjadi tanggung jawab pelaksana jasa/
kontraktor, apabila dianggap terlalu fatal maka bagian-bagian bahan yang rusak
akibat cacat las harus diganti baru.

B.5. Pembersihan dan Perapihan


- Alat bantu/ tambahan jig atau End-tabs harus dilepaskan dari komponen/
rangka besi dengan menggunakan alat potong blender atau dengan mesin
gerinda tangan. Melepaskan jig dan End-tabs dilakukan tanpa merusak
permukaan komponen/ rangka besi.
- Sisa/ bekas las titik harus dibersihkan dan dihaluskan agar tidak terdapat
tonjolan-tonjolan pada permukaan bahan. Seluruh terak las (Slag) yang timbul
akibat pengelasan dengan SMAW dibersihkan dari permukaan komponen/
rangka besi.

II.9.4. Kualitas Hasil Pekerjaan Yang Dikehendaki


A. Kusen Pintu Jendela
1. Kusen, sambungan besi pintu jendela rapih, halus dan tidak bergelombang.
2. Kusen terpasang kuat, tidak goyah sesuai dengan gambar kerja.
3. Sambungan antar kusen terpasang rapih, adu manis, dan rata.
B. Pekerjaan Besi
1. Sambungan antar besi di-las keseluruhan, bukan las titik (tack weld).
2. Kekuatan sambungan harus minimal sama kuat dengan batang yang
disambung.
3. Permukaan sambungan komponen/ rangka besi harus rata, halus, tidak ada
tonjolan bekas terak las (slag).

54
II.10. PEKERJAAN PENGECATAN

II.10.1. Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan cat, peralatan, dan perlengkapan
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan pengecatan pada seluruh detail yang
disebutkan dalam gambar dan sesuai petunjuk direksi teknis dan atau pengawas.

II.10.2. Bahan dan Peralatan


A. Pekerjaan Cat Dinding
1. Bahan cat yang digunakan adalah merk ICI atau yang setara dan sesuai
spesifikasi teknis dan atau petunjuk direksi teknis dan atau pengawas.
2. Pemakaian cat untuk dinding bagian luar menggunakan cat ICI dengan type
“Weather Shield”, sedangkan untuk bagian lainnya harus disesuaikan dengan
gambar kerja, rencana biaya dan spesifikasi teknis.
3. Pemakaian cat untuk dinding bagian dalam area kitchen menggunakan cat ICI
dengan type Spotless/Easy Clean, merujuk pada posisi sesuai gambar kerja.
4. Peralatan dan alat bantu yang digunakan meliputi : scaffolding (jika diperlukan
untuk pengecatan di ketinggian), roller kuas, spray gun, roller tray, kuas cat, dll.

B. Pekerjaan Cat Baja, Besi dan Metal


1. Bahan cat yang digunakan adalah cat besi synthetic enamel black doff sesuai
gambar kerja, rencana biaya, spesifikasi teknis dan petunjuk direksi teknis dan
atau pengawas.
2. Peralatan dan alat bantu yang digunakan : scaffolding (jika diperlukan untuk
pengecatan di ketinggian), spray gun+kompressor (semprot), kuas cat, dll.

II.10.3. Pelaksanaan Pekerjaan Pengecatan


A. Pekerjaan Cat Dinding
1. Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan dinding tersebut, maka harus
diperhatikan permukaan plesterannya dari :
- Profil yang diminta sesuai dengan gambar sudah dilakukan, berdasarkan peil-
peil yang ditentukan.
- Permukaan plesteran harus datar dan sempurna sesuai dengan pola.
- Permukaan plesteran telah diberi lapisan aci dengan hasil yang rata dan halus
atau ditentukan sesuai dengan gambar kerja.
- Seluruh bidang pengecatan sudah bersih dari segala noda atau kotoran/debu.

55
2. Bila pengecatan dilakukan di atas permukaan dinding tidak diplester, maka
pelaksana jasa/ kontraktor harus memeriksa apakah permukaan dinding sudah
bersih dari noda, seperti yang disyaratkan.
3. Pengecatan permukaan dinding bata merah, bata ringan dan permukaan beton
yang memiliki bidang luas maka harus menggunakan roller, kecuali bagian
permukaan yang sempit, sulit dijangkau dengan roller atau tidak mungkin
menggunakan roller, dapat menggunakan kuas cat. Pengecatan permukaan
roster dapat diijinkan menggunakan kuas cat.
4. Ukuran roller dan kuas harus disesuaikan dengan bidang permukaan dinding
yang akan dilakukan pengecatan.
5. Sebelum melakukan pengecatan dinding, bahan cat harus diaduk sampai rata,
jika diperlukan campuran dengan air bersih antara 5-10%. Begitu juga untuk
mengaplikasikan bahan cat kayu atau besi cat, maka harus diaduk dahulu
sampai rata dan dapat dicampur dengan bahan cair thinner antara 1-5%.
6. Penggunaan spray gun untuk mengecat dinding, kayu atau besi cat juga harus
diaduk sampai rata sebelum digunakan. Perbedaannya adalah pada komposisi
atau perbandingan antara cat dan campurannya. Pada aplikasi cat dinding
biasanya cat dicampur air bersih dengan komposisi hingga 20%, dan untuk
aplikasi cat kayu dan besi biasanya cat dicampur dengan 20% thinner.
7. Urutan pengaplikasian bahan cat dinding yaitu sebagai berikut :
a. Lapisan Pertama
- Alkalli siller acrylic ex ICI Dulux/Setara.
- Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas/roller.
- Ketebalan lapisan 25 – 150 micron atau daya sebar 10 m2/liter.
- Tunggu minimal 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.

b. Lapisan berikutnya (lapisan kedua dan ketiga)/ sampai muka cat rata
- Cat jenis Vinyl Acrylic Emulsion untuk interior, sedangkan exterior dari jenis
weathershield dengan merk Dulux/Setara.
- Pelaksanaan pekerjaan dengan roller dan atau mengacu pada II.10.3, point
A nomor 3 sebagaimana di atas.
- Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar 11–17 m2/liter per lapis.
- Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
8. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan, maka harus dihindarkan terjadinya
sentuhan-sentuhan selama 1 sampai 1,5 jam.

56
B. Pekerjaan Cat Baja, Besi dan Metal
1. Pekerjaan Persiapan Baja/ Besi/ Metal Sebelum Pengecatan
1.1. Bersihkan permukaan dari kulit giling (kerak/mill), karat, minyak, lemak serta
kotoran lain secara teliti dan menyeluruh, sehingga permukaan yang
dimaksud menampilkan tampak metal yang halus dan mengkilap.
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sikat kawat mekanik. Akhirnya
permukaan dibersihkan dengan vacuum cleaner atau sikat yang bersih.
1.2. Semua metal seperti yang tercantum dalam gambar kerja dengan ketentuan
sebagai berikut :
- Semua bagian/ permukaan yang tampak/ expose dicat sampai cat finish.
- Semua bagian/ permukaan yang tidak ditampakkan/ un-exposed,
menempel pada material lain, tertutup oleh material lain, dicat hanya
sampai dengan cat anti karat atau cat dasar primer.
1.3. Pekerjaan ini tidak berlaku untuk baja stainless steel.

2. Urutan pengaplikasian bahan cat baja, besi dan metal yaitu sebagai berikut :

2.1. Lapisan Pertama


- Cat primer jenis sinkromate atau QD Metal Primer Red Lead setara ICI
Dulux.
- Pelaksanaan pekerjaan disarankan dengan sistem semprot (spray paint)
sehingga didapatkan hasil yang rata, halus dan rapih. Ketebalan rata-rata
45 micron atau daya sebar 9 - 12 m2/liter.
- Tunggu lapisan pertama melalui proses pengeringan dan pelekatan ke
bahan baja, besi atau metal selama minimal 6 jam sebelum pelaksanaan
pelapisan berikutnya atau sesuai dengan waktu dan cara pengaplikasian
dari pabrik cat.
2.2. Lapisan Kedua
- Cat dasar jenis undercoat setara ICI Dulux undercoat.
- Pelaksanaan pekerjaan disarankan dengan sistem semprot (spray paint)
sehingga didapatkan hasil yang rata, halus dan rapih. Ketebalan 35
micron atau daya sebar 17 m2/liter.
- Tunggu lapisan pertama melalui proses pengeringan dan pelekatan ke
bahan cat lapisan pertama selama minimal 6 jam sebelum pelaksanaan
pelapisan berikutnya atau sesuai dengan waktu dan cara pengaplikasian
dari pabrik cat.

57
2.3. Lapisan Ketiga
- Cat akhir/finish jenis Synthetic Enamel Black Doff Ex.Envi Alkyd.
- Pelaksanaan pekerjaan disarankan dengan sistem semprot (spray paint)
sehingga didapatkan hasil yang rata, halus dan rapih. Ketebalan 30
micron atau daya sebar 11–14 m2/liter.
- Tunggu lapisan pertama melalui proses pengeringan dan pelekatan ke
bahan cat lapisan kedua selama minimal 16 jam. Warna ditentukan
kemudian.

II.10.4. Kualitas Hasil Pekerjaan Yang Dikehendaki


1. Permukaan cat tidak belang warnanya.
2. Warna permukaan cat tidak luntur.
3. Permukaan cat rata, halus, rapih, tidak bergelembung dan tidak bergelombang.
4. Tidak ada noda bekas cat pada permukaan bidang bahan lain.
5. Untuk spesifikasi cat easy clean, maka permukaan bidang harus dilakukan test anti
noda.
6. Cat permukaan bidang sudah kering/ tidak lembab.
7. Tidak ada keretakan pada permukaan cat.
8. Permukaan cat tidak mengelupas.

58
II.11. PEKERJAAN KACA

II.11.1. Lingkup Pekerjaan


1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan kaca dan cermin meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan
dalam detail gambar.

II.11.2. Bahan dan Peralatan


A. Bahan
1. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya
mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik, gilas
dan pengambangan (float glass).
2. Toleransi lebar dan panjang ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui
toleransi seperti yang ditentukan oleh pabrik.
3. Kesikuan kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut
serta tepi potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maximum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm per meter.
4. Cacat-cacat:
- Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai ketentuan
pabrik
- Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang
berisi gas yang terdapat pada kaca).
- Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat
mengganggu pandangan.
- Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah kaca baik sebagian
atau seluruh tebal kaca).
- Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar
kearah luar/masuk).
- Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave) benang adalah
cacat garis timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah permukaan
kaca yang berubah dan mengganggu pandangan.
- Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan goresan (scratch).
- Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).
- Mutu kaca lembaran yang digunakan mutu AA.

59
- Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui toleransi
yang ditentukan oleh pabrik. Untuk ketebalan kaca 5 mm kira-kira 0,3 mm.
5. Bahan kaca
- Bahan kaca dan cermin, harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI 1982.
Digunakan produk Ex. Mulia Tempered 10 mm Clear pada penutup atap
kanopi entrance, produk Ex. Asahi Mas 5 mm – 6 mm Clear pada
pekerjaan pintu jendela, dan kaca bevel tempered 8 mm pada dinding
kaca area dine-in indoor.
- Bahan untuk cermin menggunakan: Clear Float Glass, tebal 6mm disatu
permukaannya dilapisi (Chemical Deposite Silver). Permukaan harus
bebas noda dan cacat, bebas sulfida maupun bercak-bercak lainnya.
6. Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah terpasang harus
mendapatkan persetujuan direksi teknis dan atau pengawas.
7. Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan, harus
digurinda/ dihaluskan, hingga membentuk tembereng.

B. Peralatan
1. Semua peralatan pelengkap untuk pemasangan kaca harus sesuai dengan
rangka tempat kedudukannya, tepat ukuran serta dari mutu terbaik serta harus
mendapat persetujuan dari direksi teknis/ lapangan.
2. Pemotongan, pengangkatan dan penyetelan kaca harus menggunakan
peralatan yang khusus digunakan untuk maksud itu, antara lain peralatan
potong khusus kaca, kop untuk alat pengangkat lembaran kaca dan peralatan
lain yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut.

II.11.3. Pelaksanaan Pekerjaan Kaca


1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan
syarat pekerjaan dalam manual ini.
2. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan
diberi tanda untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan
kapur. Tanda-tanda harus dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan
menggunakan lem aci.
3. Pemotongan kaca harus lurus, rapi dan halus, tepat ukuran, dan diharuskan
menggunakan alat-alat pemotong kaca khusus. Selanjutnya dipasang pada
lokasinya dengan jepitan yang sesuai, terpasang kuat serta tepat dalam

60
posisinya, baik dalam hal ketegakan ataupun kemiringan sesuai dengan
gambar kerja.
4. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 mm kedalam
alur kaca pada rangka/ kusen.
5. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca.
6. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui
rangka/ kusen, harus diisi dengan lem silikon, warna transparent, cara
pemasangan dan persiapan-persiapan pemasangan harus mengikuti petunjuk
yang dikeluarkan pabrik/ applicator.
7. Cermin dan kaca harus terpasang rapi, sisi harus lurus dan rata, tidak
diperkenankan retak dan pecah pada sealant/ tepinya, bebas dari segala noda
dan bekas goresan.
8. Cermin yang terpasang sesuai dengan contoh yang diserahkan dan semua
yang terpasang harus disetujui direksi teknis/ lapangan, dimana jenis cermin
sesuai dengan yang telah disebutkan dalam gambar kerja, rencana biaya,
spesifikasi teknis dan atau syarat pemakaian bahan material.

II.11.4. Kualitas Hasil Pekerjaan Yang Dikehendaki


1. Kaca terpasang rapih, lurus, rata sesuai penempatan dan kemiringan dalam
gambar kerja.
2. Kaca tidak retak dan atau pecah.
3. Pertemuan kaca dengan kaca atau bidang material lain, harus diisi dengan
sealant kaca, dimana pemasangan yang dikehendaki harus rapih, lurus, rata
dan tidak menimbulkan bekas/ noda pada pekerjaan lain.
4. Kaca bersih dari debu, noda, bekas semen, atau bercak kotoran lainnya.
5. Tepi potongan kaca harus halus, tidak berbahaya, dan dipotong dengan alat
khusus pemotong kaca.

61
II.12. PEKERJAAN WATERPROOFING

II.12.1. Lingkup Pekerjaan


1. Yang termasuk kedalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan
dalam gambar, memenuhi uraian syarat-syarat di bawah ini serta memenuhi
spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan.

2. Bagian-bagian yang harus di-waterproofing ini mencakup seluruh bagian plat


atap dan daerah-daerah basah lainnya, kecuali daerah basah pada plat lantai.

II.12.2. Bahan dan Peralatan


A. Bahan
1. Untuk Kamar Mandi / WC
- Menggunakan BRUSHBOND merk sesuai rencana biaya dan atau spesifikasi
teknis, merupakan bahan pelapis kedap air pada beton dengan bahan dasar
semen dan acrylic (2 komponen). Pemakaiannya dengan cara pelaburan
(coating). Takarannya adalah 2 kg/cm2 (2 kali pelaburan) tebal 1,2 mm.
2. Untuk Plat Atap/ Ground Water Tank (GWT)/ Kolam Gas/ IPAL
- Menggunakan BRUSHBOND merk sesuai rencana biaya dan atau spesifikasi
teknis, merupakan bahan pelapis kedap air pada beton dengan bahan dasar
semen dan acrylic (2 komponen). Pemakaiannya dengan cara pelaburan
(coating). Takarannya adalah 2 kg/cm2 (2 kali pelaburan) tebal 1,2 mm.

B. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk bahan waterproofing jenis brushbond, berupa
kuas biasa atau roll kuas, ember kuas dan alat bantu lainnya.

II.12.3. Pelaksanaan Pekerjaan Waterproofing


A. Bahan
1. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan baik dan tidak
bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih tersegel dan berlabel
pabriknya.
2. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering
dan bersih, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
3. Tempat penyimpanan harus cukup ditempatkan dan dilindungi sesuai jenisnya.

62
4. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan terlebih dahulu kepada
direksi teknis/ lapangan dan atau pengawas untuk mendapatkan persetujuan,
lengkap dengan ketentuan/persyaratan pabrik yang bersangkutan. Bahan yang
tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.

B. Pelaksanaan
1. Sebelum pekerjaan ini dimulai, permukaan dari bagian yang akan diberi lapisan
ini harus dibersihkan sampai keadaan yang dapat disetujui oleh direksi
teknis/lapangan dan atau pengawas, dengan cara-cara yang telah disetujui
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.
2. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari
pabrik yang bersangkutan, dan atas petunjuk direksi teknis/lapangan dan atau
pengawas lapangan.
3. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya,
maka pelaksana jasa/ kontraktor harus segera melaporkan kepada direksi
teknis/lapangan dan atau pengawas, sebelum pekerjaan dimulai. Pelaksana
jasa/ kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat dalam hal
ada perbedaan di tempat itu, sebelum perbedaan tersebut diselesaikan.
4. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman
(ahli dari pihak pemberi jaminan pemasangan) dan terlebih dahulu harus
mengajukan metode pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi pabrik untuk
mendapat persetujuan dari direksi teknis/pengawas dan atau pengawas
lapangan.
5. Khusus untuk bahan waterproofing yang dipasang pada tempat-tempat yang
terkena langsung oleh sinar matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung
terhadap ultra violet atau apabila disyaratkan dalam gambar pelaksanaan atau
spesifikasi Arsitektur, maka di bagian atas dari lembaran waterproofing ini
harus diberi lapisan pelindung sesuai dengan gambar pelaksanaan, dimana
lapisan ini dapat berupa screed ataupun material finishing.
6. Waterproofing untuk atap, tebal 3 mm. lengkap dengan primer, screed lapisan
pertama dan screed lapisan kedua, kawat ayam dan pengaturan kemiringan
harus sesuai dengan yang dibutuhkan.
7. Pelaksana jasa/ kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan
pekerjaannya sampai dengan saat-saat berakhirnya masa garansi kebocoran
pekerjaan waterproofing.

63
C. Pengujian
1. Pelaksana jasa/ kontraktor diwajibkan untuk melakukan percobaan
/pengetesan terhadap hasil pekerjaan atas biaya sendiri, seperti dengan cara
memberi siraman atau rendaman di atas permukaan yang telah diberi lapisan
kedap air/ waterproofing.
2. Pekerjaan percobaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
direksi teknis/lapangan dan atau pengawas.
3. Pada waktu penyerahan maka pelaksana jasa/ kontraktor harus memberikan
jaminan atas semua pekerjaan perlindungan terhadap kemungkinan bocor,
pecah dan cacat lainnya, akibat kegagalan dari bahan maupun hasil pekerjaan.
4. Jaminan pekerjaan ini berlaku selama 12 (dua belas) bulan termasuk
mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi.

D. Pengamanan
1. Pelaksana jasa/ kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap
pemasangan yang telah dilakukan terhadap kemungkinan pergeseran, lecet
permukaan atau kerusakan lainnya.
2. Apabila terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemberi jasa
atau pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan/ dilaksanakan, maka
pelaksana jasa/ kontraktor harus memperbaiki/ mengganti sampai dinyatakan
dapat diterima oleh direksi teknis dan atau pengawas lapangan.
3. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab
pelaksana jasa/ kontraktor.

II.12.4. Kualitas Hasil Pekerjaan Yang Dikehendaki


1. Tidak ada kebocoran, retak, pecah atau cacat-cacat lainnya pada lapisan
waterproofing dan atau pada lapisan di bawah waterproofing.
2. Lapisan waterproofing harus kedap air.
3. Lapisan waterproofing harus mengisi sampai pada celah-celah terkecil dari
sumber kebocoran.

64
II.13. PEKERJAAN MEJA KURSI BETON

II.13.1. Lingkup Pekerjaan


1. Yang termasuk kedalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pembuatannya yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan
dalam gambar, memenuhi uraian syarat-syarat di bawah ini.
2. Bagian-bagian yang harus dilakukan pembuatan ini mencakup pada area-area
yang ditunjukkan dalam gambar kerja.

II.13.2. Bahan dan Peralatan


A. Bahan
1. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan baik dan tidak
bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih tersegel dan berlabel.
2. Bahan utama yang diperlukan meliputi : bata merah/ bata ringan, semen, pasir,
agregat kerikil/ split, cat, batu kali. Untuk meja beton : meja beton secara terinci
adalah frame rangka holllow 50.50.5 tinggi 66.5 cm + jilumesh utk kolom meja.
B. Peralatan
1. Peralatan yang digunakan meliputi pekerjaan dinding bata ringan, pekerjaan
plesteran dan acian, pekerjaan beton, pekerjaan pengecatan dll.

II.13.3. Pelaksanaan Pekerjaan Meja Kursi Beton


1. Sebelum pekerjaan ini dimulai, harus di-marking posisi masing-masing meja
kursi beton sesuai dengan gambar kerja.
2. Dipastikan bentuk, sudutan lengkungan, kemiringan, dan ukuran meja kursi
beton sesuai dengan gambar kerja.
3. Dipastikan jarak antar meja kursi diukur dan disesuaikan dengan gambar kerja.
4. Untuk detail pelaksanaan meja kursi beton mengacu pada pekerjaan dinding
bata merah/ bata ringan, plesteran dan acian, pekerjaan beton dan pekerjaan
pengecatan, dan pekerjaan lainnya yang terkait.

II.13.4. Kualitas Hasil Pekerjaan Yang Dikehendaki


1. Finishing acian meja kursi beton rapih, halus, rata, tidak retak dan pecah.
2. Permukaan lapisan coating dan cat harus dalam keadaan kering, tidak lembab,
tidak mengelupas atau tidak retak cat.
3. Lapisan coating dan cat tidak ada bekas noda, bekas semen atau kotoran lain
yang menempel pada permukaan lapisan finishing.

65
II.14. PEKERJAAN MURAL

II.14.1. Lingkup Pekerjaan


1. Yang termasuk kedalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pembuatannya yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan
dalam gambar, memenuhi uraian syarat-syarat di bawah ini.
2. Bagian-bagian yang harus dilakukan pembuatan ini mencakup pada area-area
yang ditunjukkan dalam gambar kerja.

II.14.2. Bahan dan Peralatan


A. Bahan
1. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan baik dan tidak
bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih tersegel dan berlabel.
2. Bahan utama yang diperlukan adalah cat dasar jenis undercoat/wheathershield
dengan merk yang ditentukan dalam rencana biaya dan atau spesifikasi teknis.
B. Peralatan
1. Peralatan dan alat bantu yang digunakan meliputi : scaffolding (jika diperlukan
untuk pengecatan di ketinggian), roller kuas, spray gun, roller tray, kuas cat, dll.

II.14.3. Pelaksanaan Pekerjaan Mural


1. Sebelum melakukan pekerjaan pengecatan mural, dipastikan dasar permukaan
yang akan dilakukan pekerjaan mural memenuhi persyaratan :
- Permukaan dasar tidak lembab, kering, rata, tidak pecah, tidak retak.
- Seluruh bidang pengecatan sudah bersih dari segala noda atau kotoran/debu.
2. Bila pengecatan dilakukan di atas permukaan dinding tidak diplester, maka
pelaksana jasa/ kontraktor harus memeriksa apakah permukaan dinding sudah
bersih dari noda, seperti yang disyaratkan.
3. Pengecatan permukaan dinding bata merah, bata ringan dan permukaan beton
yang memiliki bidang luas maka harus menggunakan roller, kecuali bagian
permukaan yang sempit, sulit dijangkau dengan roller atau tidak mungkin
menggunakan roller, dapat menggunakan kuas cat. Pengecatan permukaan
roster dapat diijinkan menggunakan kuas cat.
4. Ukuran roller dan kuas harus disesuaikan dengan bidang permukaan dinding
yang akan dilakukan pengecatan.
5. Sebelum melakukan pengecatan dinding, bahan cat harus diaduk sampai rata,
jika diperlukan campuran dengan air bersih antara 5-10%.

66
6. Penggunaan spray gun untuk mengecat dinding, kayu atau besi cat juga harus
diaduk sampai rata sebelum digunakan. Perbedaannya adalah pada komposisi
atau perbandingan antara cat dan campurannya. Pada aplikasi cat dinding
biasanya cat dicampur air bersih dengan komposisi hingga 20%, dan untuk
aplikasi cat kayu dan besi biasanya cat dicampur dengan 20% thinner.
7. Urutan pengaplikasian bahan cat dinding yaitu sebagai berikut :
7.1. Lapisan Pertama
- Alkalli siller acrylic ex ICI Dulux/NipponSetara.
- Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas/roller.
- Ketebalan lapisan 25 – 150 micron atau daya sebar 10 m2/liter.
- Tunggu minimal 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
7.2. Lapisan berikutnya (lapisan kedua dan ketiga)
- Cat jenis exterior dari jenis weathershield dengan merk sesuai yang
ditentukan dalam rencana biaya dan atau spesifikasi teknis.
- Pelaksanaan pekerjaan dengan roller cat, atau kuas cat dan atau mengacu
pada II.10.3, point A nomor 3 sebagaimana di atas.
- Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar 11–17 m2/liter per lapis.
- Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
8. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan, maka harus dihindarkan terjadinya
sentuhan-sentuhan selama 1 sampai 1,5 jam.

II.11.4. Kualitas Hasil Pekerjaan Yang Dikehendaki


1. Motif daun-daun tidak terlalu jarang dan tidak terlalu rapat, namun proporsional
terhadap keseluruhan bidang.
2. Warna mural tidak pudar dan warna cerah.
3. Warna permukaan cat mural tidak luntur.
4. Permukaan cat mural rata, halus, rapih, tidak bergelembung dan atau tidak
bergelombang.
5. Permukaan cat mural tidak ada bekas semen atau kotoran lainnya.
6. Cat mural sudah kering/ tidak lembab.
7. Tidak ada keretakan pada permukaan cat mural.
8. Permukaan cat mural tidak mengelupas.
.

67
II.15. PEKERJAAN ELEKTRIKAL

II.15.1. Lingkup Pekerjaan


1. Maksud dan tujuan dari spesifikasi ini adalah merupakan pedoman
pelaksanaan pekerjaan instalasi penerangan listrik yang lengkap dan siap
pakai, termasuk penyedian material, pemasangan, testing, dan pemeliharaan
selama masa pemeliharaan.
2. Keterangan kecil yang tidak diterangkan dalam spesifikasi ini maupun dalam
gambar akan tetapi perlu untuk dilaksanakan untuk kesempurnaan pekerjaan
secara menyeluruh berdasarkan peraturan yang berlaku, maka hal ini dianggap
sudah termasuk dalam spesifikasi ini.
3. Pelaksana jasa/kontraktor harus memiliki Surat Pengesahan Instalasi (SPI) dan
Surat Izin Kerja (SIKA) yang dikeluarkan oleh PT. PLN masih berlaku, minimal
kelas A.
4. Pelaksana jasa/kontraktor harus menyediakan seluruh material/ bahan dan
perlengkapan lainnya yang diperlukan sesuai standar sehingga seluruh
instalasi dapat beroperasi dengan sempurna.
5. Pelaksana jasa/kontraktor harus menyediakan dan menempatkan tenaga ahli
bersertifikasi kelistrikan SKTTK (Sertifikat Kompetensi Tenaga Teknik
Ketenagalistrikan) atau Lisensi K3 Tenaga Listrik di lapangan yang setiap saat
dapat dihubungi oleh direksi teknis/lapangan dan atau pengawas proyek.
6. Pelaksana jasa/kontraktor harus mengganti material yang rusak atau yang
tidak disetujui oleh direksi teknis/lapangan dan atau pengawas proyek, selama
proyek belum diserahkanterimakan.
7. Pelaksana jasa/kontraktor harus mengganti atau memperbaiki bangunan yang
rusak akibat pekerjaan instalasi.
8. Bagian-bagian yang harus dilakukan pembuatan ini mencakup pada area-area
yang ditunjukkan dalam gambar kerja.

II.15.2. Bahan dan Peralatan


A. Bahan
Kabel daya tegangan rendah, stop kontak, saklar, lampu dan armature,
junction box dan bahan isolasi.
1. Kabel daya tegangan yang dipakai adalah bermacam-macam ukuran dan type
yang sesuai dengan gambar rencana (NYA, NYM, NYY), kabel daya tegangan
rendah ini harus sesuai dengan standard SNI atau SPLN. Sebelum dan

68
sesudah dipasang, kabel TR harus dites dengan pengujian-pengujian sebagai
berikut:
- Test isolasi.
- Test kontinuitas.
2. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
peraturan PUIL/LMK. Semua kabel/ kawat harus baru dan harus jelas ditandai
dengan ukuran, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.
3. Semua armature lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal
pentanahan (grounding).
4. Semua lampu flourescent dan lampu tabung gas harus dilengkapi dengan
kapasitor sehingga diperoleh faktor daya 0,8.
5. Boks tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus cukup
besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak
mengganggu kelangsungan kerja dan unsur komponen lampu itu sendiri.
6. Ventilasi di dalam boks harus dibuat dengan sempurna. Kabel-kabel dalam
boks harus diberikan saluran atau klem-klem tersendiri, sehingga tidak
menempel pada ballast atau kapasitor.
7. Boks terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan karat,
kemudian difinish dengan cat akhir oven warna putih.
8. Ballast harus jenis “Low Loss Ballast” dan harus juga digunakan single lamp
ballast (satu ballast untuk satu lampu flourescent).

B. Peralatan
1. Tespen (Testpen)
Tespen merupakan suatu alat kerja yang wajib dibawa
dimanapun teknisi listrik bekerja. Testpen berfungsi
sebagai alat kerja untuk mendeteksi atau memeriksa
apakah suatu peralatan listrik dialiri tegangan atau tidak.
2. Tang (Plier)
Tang merupakan suatu alat kerja sejenis tuas, yang terbuat dari bahan
logam dengan dilapisi karet (Isolasi) dibagian pegangan (gagang). Khusus
untuk teknisi listrik, tang yang digunakan harus yang didisain khusus untuk
kerja listrik, memiliki bahan isolasi/ karet pada pegangan (gagang) dengan
kemampuan bahan isolatornya mencapai 1000Volt (tegangan tembus
isolator), sehingga aman untuk digunakan pada pekerjaan yang
berhubungan dengan tegangan listrik.

69
Tang yang biasa digunakan sebagai alat kerja teknisi listrik (electrician),
terdapat berbagai macam, sesuai dengan bentuk dan kegunaannya yaitu :

No. Nama Peralatan Fungsi Gambar


1. Tang Kombinasi Digunakan untuk memegang kabel,
memotong kabel, memuntir kabel,
menyambung kabel, membuka
baut/ sekrup kecil yang sulit dibuka
dngan obeng, dan fungsi lainnya.
2. Tang Potong Berfungsi untuk memotong kabel
listrik.

3. Tang Lancip Berfungsi untuk memegang benda


kerja yang berukuran kecil,
memuntir kabel, membuat bulatan
di ujung kabel, dan dapat juga
digunakan untuk memotong kabel.
4. Tang Skun berfungsi untuk menjepit skun kabel
(cable scone) pada ujung kabel
listrik agar terpasang dengan baik.
Selain itu tang skun (crimping
pliers) juga dapat digunakan untuk
mengupas, dan memotong kabel
yang berdiameter kecil.

3. Obeng (Screw-Drivers)
Obeng merupakan suatu alat kerja yang berbentuk bulat memanjang
berbahan logam dengan dilapisi bahan karet/ isolator di bagian pegangan.
Obeng yang digunakan untuk teknisi listrik (electrician) memiliki desain
khusus, terbungkus bahan karet atau Isolator pada hampir seluruh bagian
dari obeng tersebut kecuali bagian ujung (mata obeng), dengan ketahanan
tegangan tembus isolasi sebesar 1000Volt, sehingga aman digunakan
untuk berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan tegangan Listrik.

70
4. Solder (Solder Patri)
Solder merupakan suatu alat kerja listrik yang berfungsi untuk mencairkan
timah solder, untuk keperluan sambungan kabel berukuran kecil, maupun
pemasangan berbagai komponen listrik pada papan rangkaian (PCB).
Sambungan kabel (wire) dengan cara di-solder termasuk cara
penyambungan yang baik dan aman, karena sambungan terhubung
dengan kuat (tidak mudah longgar).

5. Isolasi (Insulation Tape)


Isolasi kabel (selasiban) berfungsi untuk membalut/ membungkus bagian
sambungan-sambungan kabel agar tegangan listriknya dapat ter-isolasi
dan tidak membahayakan.

6. Multitester (Multimeter/AVO)
Multitester/multimeter berguna untuk melakukan berbagai pengukuran yang
menyangkut dengan kelistrikan, seperti untuk mengukur besar tegangan
listrik (volt), untuk mengukur arus listrik DC, mengukur nilai resistor
(tahanan), dan lain sebagainya.

Multitester yang digunakan oleh seorang teknisi listrik ada 2 macam, yaitu :
- Multitester Analog
- Multitester Digital

No. Nama Peralatan Gambar


1. Multi Tester Analog

2. Multi Tester Digital

71
7. Tang Ampere (Clamp Meter)
Tang Ampere (Clamp-meter) merupakan suatu alat
kerja listrik yang berfungsi untuk mengukur besaran
arus listrik AC. Cara mengukur arus listrik dengan
menggunakan tang ampere sangat praktis dan
mudah, hanya dengan menjepit (melingkarkan)
bagian tang ampere yang menyerupai tang
(penjepit), maka besar arus yang mengalir pada suatu kabel dapat
diketahui, tanpa harus membuka atau memutuskan kabel tersebut.
Jika Multitester dapat digunakan untuk mengukur arus (ampere) listrik
searah (DC), maka tang ampere (clamp meter) dapat digunakan untuk
mengukur besar arus listrik AC (arus bolak-balik).

8. ELCB Tester
ELCB tester adalah suatu alat kerja listrik yang berfungsi untuk mengetahui
kondisi atau kehandalan dari suatu alat
pengaman anti kontak (ELCB) yang sudah
terpasang pada suatu instalasi listrik.
ELCB tester dapat mengetahui apakah ELCB
(anti kontak listrik) yang terpasang masih dalam
kondisi bagus dan dapat memberikan perlindungan pada saat terjadi
kebocoran listrik (kesetrum).

9. Insulation Tester
Insulation tester atau disebut juga dengan
Megger (Mega-Ohm Meter) merupakan
suatu alat kerja listrik yang berfungsi untuk
mengukur kondisi isolasi dari suatu kabel
penghantar listrik.

10. Temperature Infrared


Alat ukur Temperature Infrared ini dapat mengukur suhu
suatu benda tanpa harus bersentuhan langsung dengan
benda yang diukurnya. Alat ini digunakan untuk
mengetahui kondisi berbagai peralatan listrik, seperti
kondisi suhu kabel, suhu transformer, suhu sambungan-

72
sambungan kabel, suhu terminal-terminal kabel, suhu kapasitor, suhu
motor listrik dan berbagai peralatan listrik lainnya.

11. Grounding Tester


Grounding tester merupakan suatu alat
kerja listrik yang berfungsi untuk melakukan
pengukuran terhadap kondisi grounding
atau pentanahan yang sudah terpasang.
Grounding (pentanahan) diukur untuk
mengetahui berapa nilai tahanan
groundingnya, nilai tahanan grounding sebaiknya dibawah 2 ohm (<2 ohm).

II.15.3. Pelaksanaan Pekerjaan Elektrikal


1. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah dari tipe:
a. Untuk instalasi penerangan adalah NYA/NYM dengan conduit pipa PVC.
b. Untuk kabel distribusi digunakan NYY, untuk penerangan taman dan
pompa air digunakan kabel NYFGBY.
2. Semua kabel NYY yang ditanam di dalam perkerasaan (tembok, jalan,
beton dll) harus berada di dalam conduit PVC class AW yang disesuaikan
dengan ukurannya.
3. Tidak diperkenankan adanya “splice” pencabangan ataupun sambungan-
sambungan baik dalam feeder maupun cabang-cabang kecuali pada outlet
atau pada kotak-kotak penghubung yang biasa dipakai (acceptable).
4. Dalam membuat pencabangan connector harus dihubungkan pada
konduktor-konduktor dengan baik, sehingga semua konduktor tersambung,
tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh
getaran.
5. Semua sambungan kabel, baik di dalam junction box, panel ataupun tempat
lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari tembaga yang
diisolasi dengan porselin atau bakelit ataupun PVC, yang diamaternya
disesuaikan dengan diameter kabel.
6. Semua bahan isolasi untuk percabangan, connector dan lain-lain seperti
karet, PVC asbes tipe sintetis, resin, splice case, composition dan lain-lain
harus dari tipe yang disetujui untuk penggunaan, lokasi voltage dan lain-lain
tertentu itu harus dipasang memakai cara yang disetujui menurut anjuran
atau manufacturer.

73
7. Stop kontak biasa yang dipakai adalah stop kontak satu phasa, rating
250volt, 13 ampere, untuk pemasangan rata dinding. Stop kontak yang
dipasang di dekat kran air harus dilengkapi dengan tutup. Stop kontak
dinding dipasang dengan ketinggian dari permukaan lantai sesuai gambar
kerja.
8. Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe rocker dengan
rating 250volt, 10 ampere, single gang, double gangs atau saklar hotel.
Saklar ditempatkan di dekat pintu dan dipasang 120 cm di atas permukaan
lantai dan atau sesuai dengan ketinggian dalam gambar kerja.
9. Junction box harus terbuat dari bahan metal dengan kedalaman tidak
kurang dari 35 mm. Kotak dari metal harus mempunyai terminal
pentanahan.
10. Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada junction box dengan
menggunakan baut atau ditanamkan dalam dinding.
11. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi stop kontak harus
kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYM). Kabel
harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm².
12. Kode warna instalasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai
berikut:
- Fasa 1 : Merah
- Fasa 2 : Kuning
- Fasa 3 : Hitam
- Netral : Biru
- Tanda (ground) : Hijau – Kuning
13. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC klas
AW atau GIP.
14. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan accessories lainnya harus
sesuai satu dengan yang lainnya, yaitu tidak kurang dari Φ ¾”.
15. Pipa fleksibel harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak
sambungan (junction box) dan armature lampu.
16. Penyempurnaan kabel
- Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan.
- Kabel-kabel disambungkan sesuai dengan warna-warna atau nama-
nama masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi
sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan.

74
- Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-
penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.
Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran yang sesuai.
- Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa
PVC/ protolen yang khusus untuk listrik.
17. Proteksi dari kejut listrik
Proteksi dari kejut listrik harus diberikan dengan cara mentanahkan semua
bagian konduktif terbuka peralatan dan instalasi listrik. Pentanahan
dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh tahanan pentanahan kurang
dari 5 ohm.
18. Testing/Pengujian dan Pemeriksaan.
Pelaksana jasa/ kontraktor harus mengadakan pengujian dan pemeriksaan
terhadap seluruh pekerjaan dan menjamin bahwa akan bekerja dengan
sempurna, yang disaksikan oleh direksi teknis dan atau pengawas proyek
yang ditunjuk. Pengujian dan pemeriksaan meliputi:
- Test ketahanan isolasi.
Pengujian tahanan isolasi terhadap kabel instalasi minimal 2 Mega ohm
dengan menggunakan magger 500 volt.
- Test kontinuitas.
Dilakukan setelah pengujian tahanan isolasi, hal ini dimaksud untuk
meyakinkan dan memastikan bahwa koneksi kabel sudah benar.
- Power Receiving Test.
Dilakukan untuk memastikan tidak ada kelainan pada peralatan yang
telah dipasang sehingga siap untuk dioperasikan.

II.15.4. Kualitas Hasil Akhir Yang Dikehendaki


1. Jarak antar titik lampu sesuai dengan gambar kerja.
2. Tipe kap/armature lampu, merk, tipe dan daya watt lampu terpasang sesuai
dengan spesifikasi teknis.
3. Semua kabel terpasang sesuai dengan jenis, tipe, penempatan, dan diproteksi
dengan pipa conduit jenis PVC dan atau sesuai spesifikasi teknis.
4. Tidak ada kelainan pada peralatan yang dipasang dan siap untuk dioperasikan.
5. Tidak ada kabel-kabel telanjang yang keliatan dan tidak diproteksi connector
dan atau isolator kabel, sehingga dapat mengakibatkan kebocoran listrik.
6. Titik stop kontak dan saklar terpasang sesuai penempatan di gambar kerja.

75
II.16. PEKERJAAN MEKANIKAL PLUMBING

II.16.1. Lingkup Pekerjaan


1. Yang mencakup dalam pekerjaan ini adalah dalam pengertian bekerjanya
instalasi plumbing (pembuangan air kotor, air bekas dan penyediaan air bersih)
di dalam dan di luar bangunan sampai suatu sistem keseluruhan maupun
bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang
dispesifikasikan.

2. Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah:
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material,
peralatan dan perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan
peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat
umum untuk menunjang bekerjanya sistem/ peralatan, walaupun tidak
tercantum pada syarat-syarat teknis khusus atau gambar dokumen.

II.16.2. Bahan dan Peralatan


1. Instalasi Air Bersih
- Pipa dengan diameter 1” s/d. 3”, baik pipa utama maupun pipa cabang,
termasuk yang menuju fixtures menggunakan pipa PVC tipe AW. Pipa ex
WAVIN atau sesuai dengan spesifikasi teknis.
- Fitting-fitting harus terbuat dari material yang sama dengan bahan pipa.
- Valve dengan diameter lebih kecil dari 3” diperkenankan menggunakan
sambungan ulir (screwed) valve pada fixture dari brass metal atau bahan
yang tidak berkarat, khusus dibuat untuk fixture tersebut, harus mengkilat
tanpa cacat. Semua valve harus mempunyai diameter yang sama besar
dengan pipanya.
- Bak kontrol untuk pipa penyambung dari jaringan utama sistem distribusi
air bersih, terbuat dari beton tulangan yang lengkap dengan tutup beton
yang dapat dengan mudah dibuka / diangkat serta dikunci.
- Peralatan yang digunakan meliputi kunci pipa, waterpas, siku (besar/kecil),
palu, cutting torch (blander), gerinda, meteran dll.
2. Instalasi Air Kotor/ Air Buangan Material
- Pipa dengan ukuran dia.1½” – dia.4” baik pipa utama maupun pipa cabang
menggunakan PVC kelas AW. Pipa ex WAVIN atau sesuai dengan
spesifikasi teknis.

76
- Fitting dari PVC harus dari bahan yang sama (PVC) yang dibuat dengan
cara injection moulding.
- Floor drain dan clean out dari bahan stainless-steel.
- Saringan air hujan /roof drain terbuat dari besi tulang atau fiber glass, yang
berbentuk badan cembung yang berfungsi sebagai sediment bowl.
- Peralatan yang digunakan meliputi kunci pipa, waterpas, siku (besar/kecil),
palu, cutting torch (blander), gerinda, meteran dll.

II.16.3. Pelaksanaan Pekerjaan Mekanikal Plumbing


1. Instalasi Air Bersih
- Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam tembok /lantai.
Pelaksana jasa/ kontraktor harus membuat alur-alur dan lubang-lubang yang
diperlukan pada tembok sesuai pada kebutuhan pipa. Setelah pipa dipasang,
diklem dan diuji; harus ditutup kembali sehingga tidak kelihatan dari luar. Cara
penutupan kembali harus seperti semula dan di-finish yang rapi sehingga
tidak terlihat bekas-bekas dari bobokan.
- Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah plat lantai, pipa harus
dipasang dengan penyangga (support) atau penggantung (hanger). Jarak
antara pipa dengan dinding penggantungan bisa disesuaikan dengan
keadaan lapangan.
- Penyambungan ulir antara pipa dengan fitting dilakukan untuk pipa dengan
diameter sampai 40 mm (1½”). Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga fitting dapat masuk pada pipa dengan diputar
tangan sebanyak 3 ulir.
- Semua pemotongan pipa menggunakan pipe cutter dengan pisau roda. Tiap
ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas pemotongan dengan
reamer. Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
- Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan lem yang
sesuai dengan jenis pipa dan menurut rekomendasi pabrik. Pipa harus masuk
sepenuhnya pada fitting, dan hal ini dapat dilakukan dengan alat press
khusus. Pemotongan pipa harus tegak lurus terhadap pipa.
- Sambungan las hanya diijinkan untuk pipa selain pipa air minum. Sambungan
las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las, dengan kawat las /elektrode
yang sesuai. Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja
sesudah mendapatkan ijin tertulis dari direksi teknis dan atau pengawas
lapangan. Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat
khusus.

77
- Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus beton. Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk
memberikan ruang longgar di luar pipa maupun isolasi. Sleeves untuk dinding
dibuat dari pipa besi tuang atau baja. Untuk yang diinginkan kedap air, harus
dilengkapi dengan sayap /flens /waterstop. Untuk pipa-pipa yang menembus
konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap air (water proofing)
harus dari jenis flushing sleeves. Rongga antara pipa dan sleeves harus
dibuat kedap air dengan rubber seal atau caulk.
- Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran.
a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan
tekanan hidrolis 15 Kg /Cm2.
b. Pengujian harus disaksikan oleh direksi teknis dan atau pengawas
lapangan atau yang dikuasakan untuk itu.
c. Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, pelaksana jasa/ kontraktor
harus memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan melakukan pengujian
kembali sampai berhasil dengan baik.
d. Dalam hal ini, semua biaya ditanggung oleh pelaksana jasa/ kontraktor,
termasuk biaya pemakaian air dan listrik.
- Pengujian Instalasi Air Bersih.
a. Setelah semua instalasi air bersih lengkap terpasang, termasuk
penyambungan ke pipa distribusi, pelaksana jasa/ kontraktor diharuskan
melakukan pengujian terhadap sistem kerja (trial run) dari seluruh instalasi
air bersih yang disaksikan oleh direksi teknis dan atau pengawas lapangan
atau yang ditunjuk untuk itu, sampai sistem instalasi air bersih bisa bekerja
dengan baik.
b. Termasuk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh pelaksana
jasa/ kontraktor adalah pembobokan dinding /selokan, penggalian dan
pengangkutan tanah dari hasil galian dan lain-lain yang ditemui di site,
serta memperbaiki kembali seperti semula.

2. Instalasi Air Kotor/ Air Buangan Material


- Pipa di dalam bangunan.
a. Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1 – 2 %. Perletakan pipa harus
diusahakan berada pada tempat yang tersembunyi baik di dinding /tembok
maupun pada ruang yang berada di bawah lantai.

78
b. Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah harus
menggunakan fitting dengan sudut 45° (misalnya Y branch dan
sebagainya) jenis long radius.
- Pipa di dalam tanah.
Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah /jalan dengan tebal
/tinggi timbunan minimal 80 cm, diukur dari atas pipa sampai permukaan
tanah /lantai. Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug dahulu
dengan pasir urug dipadatkan setebal 10 cm. Selanjutnya setelah pipa
diletakkan, di sekeliling dan di atas pipa kemudian diurug dengan tanah
sampai padat. Konstruksi permukaan tanah /lantai bekas galian harus
dikembalikan seperti semula.
- Penanaman pipa.
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap
sambungan pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 mm. Untuk
mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas (vertikal)
harus diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar perencanaan.
Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1 – 2 % dari titik
mula di dalam gedung sampai ke saluran drainase.
- Penyambungan pipa
a. Pipa PVC dengan diameter 3” ke atas yang dipasang di bawah pelat lantai
dasar harus disambungkan dengan rubber ring joint (RRJ). Sedangkan
pemipaan lainnya disambung dengan solvent cement.
b. Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus dibersihkan
terlebih dahulu sehingga bebas dari kotoran dan lemak.
c. Pembersihan tersebut dilakukan terhadap bagian permukaan dan dalam
dari pipa yang akan saling melekat.
- Cara Pemasangan Floor Drain Dan Clean Out.
Floor drain dan clean out harus dipasang sesuai dengan gambar
perencanaan. Penyambungan dengan pipa harus dilakukan secara ulir
(screw) dan membentuk sudut 45° dengan pipa utamanya.
- Pengujian.
a. Seluruh sistem air kotor /buangan harus diuji terhadap kebocoran sebelum
disambung ke peralatan. Tekanan kerja maksimum adalah 8 kg/cm2 dan
tekanan pengujian adalah 15 kg/cm2.
b. Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa ke peralatan
ditutup rapat.

79
c. Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan, pengujian dilakukan
sebelum pemipaan disambungkan ke peralatan sanitasi, dengan jalan
mengisi pemipaan dengan air.
d. Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan baik atau kurang
memuaskan, maka biaya pengujian /pengulangan pengujian adalah
termasuk tanggung jawab pelaksana jasa/ kontraktor.

80

Anda mungkin juga menyukai