i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar----------------------------------------------------------------------------------i
B. Pengertian -------------------------------------------------------------------------------------3
D. Ruang Lingkup--------------------------------------------------------------------------------5
E. Tujuan Pembelajaran------------------------------------------------------------------------6
SKALA UPAH--------------------------------------------------------------------- 25
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional di bidang ketenagakerjaan mengacu
kepada Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang mengatur "Setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan". Ketentuan tersebut mengarahkan pada penentuan
kebijakan nasional dan pengaturan di bidang ketenagakerjaan di
Indonesia yang dilakukan secara terencana dan bertahap.
Kebijakan tersebut didukung dengan diberlakukannya Undang-
undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
menekankan pentingnya pemerintah memenuhi hak-hak pekerja serta
melindungi keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril serta
perlakuan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya yang
dalam penerapan kebijakan dan pengawasannya mengacu kepada norma
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
Perlindungan tersebut dimaksudkan untuk menjamin hak-hak
dasar tenaga kerja dan menjamin kesamaan kesempatan serta
perlakuan tanpa diskriminasi untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja
dan keluarganya dalam rangka terciptanya hubungan industrial yang
berasas keadilan guna menciptakan ketenangan berkerja dan berusaha.
Salah satu bentuk perlindungan bagi tenaga kerja adalah melalui
penetapan kebijakan pengupahan nasional yang secara yuridis formil
diatur dalam Pasal 88 sampai dengan Pasal 98 Undang-Undang Nomor
13 tahun 2003 dan peraturan pelaksananya serta peraturan -peraturan
lainnya yang terkait.
Penetapan kebijakan pengupahan harus didasarkan pada upaya
untuk dapat menjamin standar kehidupan yang layak bagi pekerja dan
keluarganya, meningkatkan produktivitas dan meningkatkan daya beli
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan moneter, perluasan
kesempatan kerja serta mampu menahan laju inflasi. Sehingga
dalam penetapan system pengupahan harus mampu mencerminkan
C. Dasar Hukum
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup modul pengawasan norma pengupahan meliputi:
a. Prinsip Pengupahan
b. Upah Minimum
c. Upah tidak masuk bekerja
d. Bentuk dan cara pembayaran upah
e. Denda, potongan upah, dan hal-hal yang dapat diperhitungkan
dengan upah
f. Struktur dan skala upah
g. Upah untuk pembayaran pesangon dan perhitungan dengan pajak
h. Upah Lembur
i. Tunjangan hari raya keagamaan
j. Struktur dan skala Upah
F. METODE PEMBELAJARAN
A. Prinsip Pengupahan
1. Hak Pekerja/Buruh atas Upah timbul pada saat terjadi Hubungan Kerja
antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha dan berakhir pada saat
putusnya Hubungan Kerja.
2. Pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh mengadakan
diskriminasi antara buruh taki-lakl dan buruh wanita untuk
pekerjaan yang sama nilainya. (Konvensi ILO No.100).
3. Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan
antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/senkat
buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan
yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(pasal 91 UU No.13 Tahun 2003)
4. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan
(No Work No Pay –pasal 93 ayat 1 UU No.13 Tahun 2003).
5. Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap
maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima
persen) dari jumlah upah pokok da tunjangan tetap. (pasal 94 UU
No.13 Tahun 2003).
6. Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran
yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah
melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya hak.
7. Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka
upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang
didahulukan pembayarannya.
Contoh
UMt : Rp. 2.000.000,00
Inflasit : 5%
∆ PDBt : 6%
UMn = UMt + {UMt x (Inflasit + % ∆ PDBt)}
UMn = Rp. 2.000.000,00 + {Rp. 2.000.000,00 x (5% + 6%)}
b) satuan hasil.
Upah berdasarkan satuan hasil ditetapkan sesuai dengan hasil
pekerjaan yang telah disepakati. Penetapan besarnya Upah
D. Peninjauan Upah
Pengusaha melakukan peninjauan Upah secara berkala untuk
penyesuaian harga kebutuhan hidup dan/atau peningkatan produktivitas
kerja dengan mempertimbangkan kemampuan Perusahaan. Peninjauan
Upah diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian
Kerja Bersama.
2. Kewajiban
a. membayar upah lembur
b. memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya;
c. memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400
kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih.
(Pemberian makan dan minum tidak boleh diganti dengan
uang).
d. pekerja/buruh yang termasuk dalam golongan jabatan tertentu tidak
berhak atas upah kerja lembur dengan ketentuan
mendapatkan upah lebih tinggi.
Yang termasuk dalam golongan jabatan tertentu adalah mereka
yang memiliki tanggung jawab sebaga: Pemikir, Perencana,
Pelaksana, dan Pengendali jalannya Perusahaan, yang semuanya
Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 22
itu waktu kerjanya tidak dapat dibatasi menurut waktu kerja yang
ditetapkan perusahaan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Bagi sector usaha atau pekerjaan tertentu diatur dengan keputusan
menteri.
4. Dasar Perhitungan Upah Kerja Lembur
a. Upah kerja lembur didasarkan pada upah bulanan
b. Cara menghitung upah sejam adalah 1/173 upah sebulan
c. Upah dibayar secara harian
Dalam hal upah pekerja dibayar secara maka upah sebulan adalah:
1. 6 hari kerja dalam satu minggu adalah upah sehari dikali 25
2. 5 hari kerja dalam satu minggu adalah upah sehari dikali 21
d. Upah dibayar berdasarkan satuan hasil.
Apabila upah pekerja dibayar berdasarkan satuan hasil,
maka upah sebulan adalah upah rata-rata 12 bulan terakhir. Tetapi
apabila lamanya bekerja kurang dari 12 bulan maka upah sebulan
adalah upah rata-rata selama bekerja dengan ketentuan tidak
boleh lebih rendah dari upah minimum setempat.
5. Cara perhitungan Upah Kerja Lembur
a. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja.
Untuk kerja lembur jam petama harus dibayar upah sebesar 1,5 kali
upah sejam, untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar
sebesar 2 kali upah sejam.
b. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan
dan/atau hari libur resmi:
1. Untuk 6 hari kerja dan 40 jam seminggu, maka:
a. Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja biasa atau 7
jam per hari perhitungan upah kerja lembur untuk 7 jam
pertama dibayar 2 kali upah sejam dan jam kedelapan
dibayar 3 kali upah sejam, jam kesembilan dan jam
kesepuluh 4 kali upah sejam.
b. Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek
perhitungan upah lembur 5 jam pertama 2 kali upah
sejam.
2. Untuk waktu kerja 5 hari kerja dan 40 jam seminggu, maka
Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 23
pehitungan upah kerja lembur 8 jam pertama dibayar 2 kali upah
sejam, jam kesembilan dibayar 2 kali upah sejam, jam
kesembllan dibayar 3 kali upah sejam dan jam kesepuluh dan
kesebelas 4 kali upah sejam.
c. Bagi perusahaan yang telah melaksanakan dasar perhitungan
upah lembur yang nilainya lebih baik dari kepuusan menteri,maka
perhitungan upah lembur tersebut tetap berlaku.
Setelah mempelajari Bab ini, peserta diharapkan dapat memahami hal-hal yang
dapat diperhitungkan dengan upah
a) Pengenaan denda
Pengusaha atau Pekerja/Buruh yang melanggar ketentuan dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama karena kesengajaan
atau kelalaiannya dikenakan denda apabila diatur secara tegas dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama
b) Pemotongan Upah
Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk:
1) denda;
2) ganti rugi; dan/atau
3) uang muka Upah,
dilakukan sesuai dengan Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Peraturan Kerja Bersama.