Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Berdasarkan kenyataan yang ada, permasalahan ketenagakerjaan semakin


lama semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Pada
kondisi yang demikian, jumlah pegawai fungsional pengawas yang menangani
masalah ketenagakerjaan dirasakan masih kurang.
Salah satu langkah untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang
profesional, antara lain dengan memberikan pendidikan dan pelatihan
pengawasan ketenagakerjaan bagi para calon pegawai pengawas
ketenagakerjaan. Berkaitan dengan hal tersebut agar Program Diklat
Pengawasan Ketenagakerjaan dapat berdayaguna dan berhasilguna, maka
dalam persiapan diklat ini telah diupayakan penulisan dan penyempurnaan
modul yang merujuk pada kurikulum berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki
seorang pegawai pengawas ketenagakerjaan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka disusun modul pengawasan
ketenagakerjaan yang dibuat dengan tujuan untuk mempermudah peserta diklat
dalam proses belajar mengajar. Diharapkan dengan membaca modul ini
sebelumnya, peserta diklat mendapatkan wawasan dan pemikiran sebagai
bahan diskusi dalam proses pembelajaran dengan pengajar/widyaiswara.
Modul ini berisi substansi dasar dan teknis yang seyogyanya dapat
dikuasai oleh calon pengawas ketenagakerjaan. Untuk memperluas wawasan,
diharapkan peserta diklat membaca buku-buku referensi atau daftar pustaka
dan sumber-sumber lainnya.
Diharapkan dengan berpedoman pada modul ini, para peserta dan
pengajar Diklat Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai kesamaan
pemahaman terhadap seluruh kompetensi. Akhirnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan modul ini, disampaikan terima kasih dan
semoga bermanfaat dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

Jakarta, Januari 2022


Kepala PPSDM Ketenagakerjaan

Helmiaty Basri, S.Sos., M.A.P


NIP. 19650705 198601 2 002

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar----------------------------------------------------------------------------------i

Daftar Isi -------------------------------------------------------------------------------------------ii

BAB I PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------------1

A. Latar Belakang --------------------------------------------------------------------------------1

B. Pengertian -------------------------------------------------------------------------------------3

C. Dasar Hukum ---------------------------------------------------------------------------------4

D. Ruang Lingkup--------------------------------------------------------------------------------5

E. Tujuan Pembelajaran------------------------------------------------------------------------6

1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ----------------------------------------------6

2. Tujuan Pembelajara Khusus (TPK) ----------------------------------------------6

F. Metode Pembelajaran -----------------------------------------------------------------------6

BAB II PRINSIP PENGUPAHAN DAN UPAH MINIMUM --------------------------- 7

A. Prinsip Pengupahan ------------------------------------------------------------------------7

B. Upah Minimum -------------------------------------------------------------------------------7

BAB III PENGUPAHAN --------------------------------------------------------------------- 15

A. Sistem dan cara pembayaran upah--------------------------------------------------- 15

B. Komponen Upah dan Pendapatan Non Upah -------------------------------------- 16

C. Cara Pembayaran Upah----------------------------------------------------------------- 17

D. Peninjauan Upah -------------------------------------------------------------------------- 17

E. Upah Bagi Pekerja/Buruh Yang Tidak Masuk Kerja ------------------------------- 17

F. Upah Sebagai Dasar Perhitungan Pesangon ---------------------------------------20

G. Upah Selama Pekerja/Buruh Dalam Proses PHK, Skorsing, Ditahan

Pihak Yang Berwajib Dan Mogok Yang Sah ---------------------------------------- 21


H. Upah Kerja Lembur ------------------------------------------------------------------------ 21

BAB IV TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN DAN STRUKTUR

SKALA UPAH--------------------------------------------------------------------- 25

A. Tunjangan Hari Raya Keagamaan ---------------------------------------------------- 25

B. Struktur dan Skala Upah----------------------------------------------------------------- 26

ii

BAB V HAL-HAL YANG DAPAT DIPERHITUNGKAN DENGAN UPAH ----- 28

BAB VI PENUTUP --------------------------------------------------------------------------- 33

DAFTAR PUSTAKA -------------------------------------------------------------------------- 35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan nasional di bidang ketenagakerjaan mengacu
kepada Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang mengatur "Setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan". Ketentuan tersebut mengarahkan pada penentuan
kebijakan nasional dan pengaturan di bidang ketenagakerjaan di
Indonesia yang dilakukan secara terencana dan bertahap.
Kebijakan tersebut didukung dengan diberlakukannya Undang-
undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
menekankan pentingnya pemerintah memenuhi hak-hak pekerja serta
melindungi keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril serta
perlakuan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya yang
dalam penerapan kebijakan dan pengawasannya mengacu kepada norma
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
Perlindungan tersebut dimaksudkan untuk menjamin hak-hak
dasar tenaga kerja dan menjamin kesamaan kesempatan serta
perlakuan tanpa diskriminasi untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja
dan keluarganya dalam rangka terciptanya hubungan industrial yang
berasas keadilan guna menciptakan ketenangan berkerja dan berusaha.
Salah satu bentuk perlindungan bagi tenaga kerja adalah melalui
penetapan kebijakan pengupahan nasional yang secara yuridis formil
diatur dalam Pasal 88 sampai dengan Pasal 98 Undang-Undang Nomor
13 tahun 2003 dan peraturan pelaksananya serta peraturan -peraturan
lainnya yang terkait.
Penetapan kebijakan pengupahan harus didasarkan pada upaya
untuk dapat menjamin standar kehidupan yang layak bagi pekerja dan
keluarganya, meningkatkan produktivitas dan meningkatkan daya beli
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan moneter, perluasan
kesempatan kerja serta mampu menahan laju inflasi. Sehingga
dalam penetapan system pengupahan harus mampu mencerminkan

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 1


keadilan dengan memberikan imbalan yang sesuai dengan kontribusi jasa
kerja dan mendorong peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya
dan secara bersamaan mampu mendorong peningkatan produktivitas
kerja serta pertumbuhan dan pengembangan perusahaan.

Kebijakan pengupahan nasional sebagaimana tertuang dalam


pasal 88 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, meliputi :
a. upah minimum
b. upah kerja lembur
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya
e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya
f. bentuk dan cara pembayaran upah
g. denda dan potongan upah
h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah
i. istruktur dan skala pengupahan yang proporsional
j. upah untuk pembayaran pesangon, dan
k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

Pengawasan ketenagakerjaan merupakan institusi atau lembaga


yang penting dalam penyelenggaraan administrasi Negara bidang
ketenagakerjaan (penjelasan UU No.3 Tahun 1951). Institusi pengawasan
dituntut memiliki kemandirian dalam membuat keputusan atas
pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang ketenagakerjaan
secara efektif dan efisien. Oleh karenanya untuk dapat menjamin
ditaatinya peraturan perundang-undangan bidang ketenagakerjaan
khususnya Norma Pengupahan, maka diperlukan pendekatan tehnis dan
yuridis sebagai Pengawas Ketenagakerjaan dalam melaksanakan
tugasnya dilapangan. Pendekatan tehnis bukan hanya bagaimana cara
menghitung dan membuat penetapan saja tetapi lebih kepada bagaimana
menganalisa dan mengkaji suatu permasalahan sehingga timbul suatu
pemahaman yang sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 2


B. Pengertian

1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam


bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut
suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerjajburuh dan keluarganya,
atas suatu pekerjaan danjatau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Pasal 1 angka 30 UU Nomor 13 Tahun 2003.
2. Buku upah ialah buku catatan yang mudah dimengerti oleh semua
pihak tentang pembayaran sejumlah upah tenaga kerja yang
diterima dari perusahaan.
3. Upah pokok adalah upah yang dibayarkan oleh pengusaha kepada
pekerja yang besarnya disepakati dalam perjanjian/kesepakatan
kerja. (SE. Menaker No.07/Men/1990)
4. Tunjangan tetap adalah suatu tunjangan yang diberikan oleh
pengusaha kepada pekerja secara tetap dan teratur, dan dibayarkan
bersamaan dengan upah pokok. (SE. Menaker No.07/Men/1990).
5. Tunjangan tidak tetap adalah suatu tunjangan yang diberikan
oleh pengusaha kepada pekerja berdasarkan hari kehadiran pekerja,
yang dibayarkan bersamaan dengan upah pokok. (SE. Menaker
No.07/Men/1990)
6. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan
kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah,
baik dalam maupun diluar hubungan kerja, yang secara
langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas
kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.
7. Upah Minimum adalah Upah bulanan terendah yang terdiri dari upah
pokok termasuk tunjangan tetap. (Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor Per-01/MEN/1999).
8. Bonus adalah bukan merupakan bagian dari upah, melainkan suatu
pembayaran yang diterima pekerja dari hasil keuntungan perusahaan
atau karena kelebihan dari pencapaian target produksi yang besarnya
pembagian bonus tersebut diatur berdasarkan kesepakatan antara
pengusaha dengan pekerja.
Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 3
9. Fasilitas adalah suatu kenikmatan yang diberikan oleh pengusaha
kepada pekerja dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja seperti
fasilitas kenderaan antar jemput, pemberian makan secara cuma-cuma,
perumahan, sarana ibadah, tempat penitipan bayi dan lain-lain.
10. Struktur Upah adalah susunan tingkah upah dari yang terendah
sampai yang tertinggi atau dari yang tertinggi sampai yang
terendah.
11. Skala Upah adalah Kisaran nilai nominal upah untuk setiap
kelompok jabatan.
12. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah Standar kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk hidup layak baik
secara fisik, non fisik dan sosial untuk kebutuhan 1 (satu) bulan.
13. Penghidupan yang layak adalah jumlah pendapatan pekerja/buruh dari
hasil pekerjaannya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup
pekerja/buruh dan keluarganya secara wajar, yang meliputi makanan
dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi
dan jaminan hari tua.
14. Yang termasuk dalam golongan jabatan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah mereka yang memiliki tanggung jawab sebagai
pemikir, perencana, pelaksana dan pengendali jalannya perusahaan
yang waktu kerjanya tidak dapat dibatasi menurut waktu kerja yang
ditetapkan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang•undangan
yang berlaku.

C. Dasar Hukum

1. Undang-Undang RI Nomor 80 Tahun 1957 tentang Persetujuan


Konvensi ILO No.100 Mengenai Pengupahan Yang Sama Bagi Buruh
Laki-Iaki dan Wanita Untuk Pekerjaan Yang Sama Nilainya.
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. Putusan MK 100/PUU-X/2012
4. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan
5. Kepmenakertrans RI. No.Kep-102/MEN/2004 ttg Waktu Kerja Lembur
dan Upah Kerja Lembur.
6. Permenakertrans RI, No. Per-03/MEN/2005 ttg Tata Cara Pengusulan
Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 4
Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional.
7. Permenakertrans No. 15 tahun 2018 tentang Upah Minimum.
8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-
102/Men/VI/2004 tentang Waktu kerja Lembur dan Upah Kerja
Lembur.
9. Permenakertrans 01 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Pasal
3Kepmenakertrans RI, No. Kep. 231/MEN/2003 ttg Tata Cara
Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum.
10. Permenakertrans RI, No. Per-03/MEN/2005 ttg Tata Cara Pengusulan
Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional.
11. Kepmenakertrans RI, No. Kep. 231/MEN/2003 ttg Tata Cara
Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum.
12. Permenaker nomor 6 tahun 2016 tentang Tunjangn Hari Raya
Keagamaan bagi pekerja / buruh di Perusahaan.
13. Permenaker nomor 7 tahun 2016 tentang Uang Servis Pada Usaha
Hotel Dan Usaha Restoran Di Hotel.
14. Permenaker nomor 1 tahun 2017 tentang Struktur dan Skala Upah.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup modul pengawasan norma pengupahan meliputi:
a. Prinsip Pengupahan
b. Upah Minimum
c. Upah tidak masuk bekerja
d. Bentuk dan cara pembayaran upah
e. Denda, potongan upah, dan hal-hal yang dapat diperhitungkan
dengan upah
f. Struktur dan skala upah
g. Upah untuk pembayaran pesangon dan perhitungan dengan pajak
h. Upah Lembur
i. Tunjangan hari raya keagamaan
j. Struktur dan skala Upah

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 5


E. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu
memahami tentang peraturan pengupahan dan ketentuan yang
terkait dengan norma pengupahan.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu
memahami mengenai:
a. Prinsip-prinsip Pengupahan
b. Upah minimum
c. Sistem pengupahan
d. cara pembayaran upah
e. Komponen upah dan pendapatan non upah
f. Cara perhitungan upah dan upah lembur
g. Tunjangan hari raya keagamaan
h. Struktur dan skala Upah

F. METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran yang akan diterapkan meliputi:


a. Belajar mandiri
b. Tutorial
c. Diskusi

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 6


BAB II
PRINSIP PENGUPAHAN DAN UPAH MINIMUM

Setelah mempelajari Bab ini, peserta diharapkan dapat memahami prinsip-


prinsip pengupahan dan upah minimum.

A. Prinsip Pengupahan
1. Hak Pekerja/Buruh atas Upah timbul pada saat terjadi Hubungan Kerja
antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha dan berakhir pada saat
putusnya Hubungan Kerja.
2. Pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh mengadakan
diskriminasi antara buruh taki-lakl dan buruh wanita untuk
pekerjaan yang sama nilainya. (Konvensi ILO No.100).
3. Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan
antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/senkat
buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan
yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(pasal 91 UU No.13 Tahun 2003)
4. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan
(No Work No Pay –pasal 93 ayat 1 UU No.13 Tahun 2003).
5. Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap
maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima
persen) dari jumlah upah pokok da tunjangan tetap. (pasal 94 UU
No.13 Tahun 2003).
6. Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran
yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah
melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya hak.
7. Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka
upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang
didahulukan pembayarannya.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 7


B. Upah Minimum

1. Ketentuan Upah Minimum


a. Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah
pokok termasuk tunjangan tetap.
b. Upah minimum dapat terdiri atas: upah minimum berdasarkan
wilayah provinsi atau kota/kabupaten, upah minimum berdasarkan
sector pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.
c. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah
minimum.
d. Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai
masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun.
e. Bagi pekerja/buruh yang berstatus tetap, tidak tetap, dan dalam
masa percobaan upah yang diberikan oleh pengusaha serendah•
rendahnya sebesar upah minimum.
f. Bagi pekerja/buruh dengan system kerja borongan atau
berdasarkan satuan hasil yang dilaksanakan 1 (satu) bulan atau
lebih, upah rata• rata sebulan serendah-rendahnya sebesar upah
minimum diperusahaan tersebut.
g. Upah pekerja/buruh harian lepas, ditetapkan secara bulanan
dibayarkan berdasarkan jumlah hari kehadiran dengan
perhitungan upah sehari:
1. Bagi perusahaan dengan sitem waktu kerja 6 (enam) hari kerja,
upah bulanan dibagi 25 (dua puluh lima) hari kerja.
2. Bagi perusahaan dengan sistem waktu kerja 5 (lima) hari
kerja, upah bulanan dibagi 21 (dua puluh satu)
h. Upah minimum wajib dibayar dengan upah bulanan kepada pekerja
i. Berdasarkan kesepakatan antara pekerja serikat dengan
pengusaha upah dapat dibayarkan mingguan atau 2 mingguan
dengan ketentuan perhitungan upah didasarkan pada upah bulanan.
j. Peninjauan besarnya upah pekerja dengan masa kerja lebih dari 1
(satu) tahun, dilakukan atas kesepakatan tertulis antara
pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha.
k. Upah minimum diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup
layak.
Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 8
l. Perusahaan yang telah memberikan upah lebih dari upah minimum
yang berlaku, pengusaha dilarang mengurangi atau menurunkan
upah.

2. Penetapan Upah Minimum


a. Gubernur menetapkan besarnya upah minimum provinsi, atau upah
minimum Kabupaten/Kota dengan memperhatikan rekomendasi dari
Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota.
b. Gubernur dalam menetapkan upah minimum Kabupaten/Kota
harus lebih besar dari upah minimum Provinsi.
c. Gubernur menetapkan upah minimum sektoral provinsi (UMSP) dan
upah minimum Sektoral provinsi Kabupaten/Kota (UMSK) atas
kesepakatan Organisasi Pengusaha dan Serikat Pekerja/Serikat
Buruh.
d. Upah minimum ditetapkan dengan mempertimbangkan:
1. Kebutuhan
2. Indeks Harga Konsumen (IHK)
3. Kemampuan perkembangan dan kelangsungan perusahaan
4. Upah pada Umumnya yang berlaku di daerah tertentu dan antar
daerah
5. Kondisi pasar kerja
6. Tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan per
kapita
e. Upah minimum sektoral ditetapkan berdasarkan pertimbangan
sebagaimana huruf diatas dan mempertimbangkan kemampuan
perusahaan secara sektoral
3. Penetapan Upah Minimum berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 78
tahun 2015 tentang Pengupahan.
Penetapan Upah minimum dilakukan setiap tahun berdasarkan
kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi. Kebutuhan hidup layak merupakan standar
kebutuhan seorang Pekerja/Buruh lajang untuk dapat hidup layak
secara fisik untuk kebutuhan 1 (satu) bulan.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 9


Kebutuhan hidup layak terdiri atas beberapa komponen yang
terdiri atas beberapa jenis kebutuhan hidup yang ditinjau dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun. Peninjauan komponen dan jenis
kebutuhan hidup dilakukan oleh Menteri dengan
mempertimbangkan hasil kajian yang dilaksanakan oleh Dewan
Pengupahan Nasional.
Kajian yang dilaksanakan oleh Dewan Pengupahan Nasional
menggunakan data dan informasi yang bersumber dari lembaga
yang berwenang di bidang statistik. Hasil peninjauan komponen
dan jenis kebutuhan hidup menjadi dasar perhitungan Upah
minimum selanjutnya dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi. Penetapan Upah minimum dihitung
dengan menggunakan formula
UMn = UMt + {UMt x (Inflasit + % ∆ PDBt)} Keterangan
UMn : Upah minimum yang akan ditetapkan. UMt : Upah
minimum tahun berjalan.
Inflasit : Inflasi yang dihitung dari periode September tahun yang
lalu sampai dengan periode September tahun berjalan.
∆ PDBt : Pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang dihitung dari
pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang mencakup
periode kwartal III dan IV tahun sebelumnya dan periode
kwartal I dan II tahun berjalan.
Formula perhitungan Upah minimum adalah Upah minimum
tahun berjalan ditambah dengan hasil perkalian antara Upah
minimum tahun berjalan dengan penjumlahan tingkat inflasi
nasional tahun berjalan dan tingkat pertumbuhan Produk
Domestik Bruto tahun berjalan.

Contoh
UMt : Rp. 2.000.000,00
Inflasit : 5%
∆ PDBt : 6%
UMn = UMt + {UMt x (Inflasit + % ∆ PDBt)}
UMn = Rp. 2.000.000,00 + {Rp. 2.000.000,00 x (5% + 6%)}

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 10


= Rp. 2.000.000,00 + {Rp. 2.000.000,00 x 11%}
= Rp. 2.000.000,00 + Rp. 220.000,00
= Rp. 2.220.000,00

Gubernur wajib menetapkan Upah minimum provinsi berdasarkan


formula perhitungan Upah minimum sebagaimana dimaksud diatas
yang telah dilakukan peninjauan kebutuhan hidup layak. gubernur
menetapkan Upah minimum provinsi dengan memperhatikan
rekomendasi dewan pengupahan provinsi. Rekomendasi dewan
pengupahan provinsi didasarkan pada hasil peninjauan kebutuhan
hidup layak yang komponen dan jenisnya ditetapkan oleh Menteri dan
dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Gubernur dapat menetapkan Upah minimum kabupaten/kota,
Upah minimum kabupaten/kota harus lebih besar dari Upah minimum
provinsi di provinsi yang bersangkutan. Dalam hal telah dilakukan
peninjauan kebutuhan hidup layak gubernur menetapkan Upah
minimum kabupaten/kota dengan memperhatikan rekomendasi
bupati/walikota serta saran dan pertimbangan dewan pengupahan
provinsi. Rekomendasi bupati/walikota sebagaimana dimaksud
pberdasarkan saran dan pertimbangan dewan pengupahan
kabupaten/kota.
Gubernur dapat menetapkan Upah minimum sektoral provinsi
dan/atau kabupaten/kota berdasarkan hasil kesepakatan asosiasi
pengusaha dengan serikat pekerja/serikat buruh pada sektor yang
bersangkutan.

4. Penangguhan Upah Minimum


Pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat
mengajukan penagguhan upah minimum. Prosedur penagguhan upah
minimum dilaksanakan berdasarkan keputusan Menakertrans Nomor
Kep.231/Men/2003 tentang Tata Cara Penagguhan Upah Minimum
sebagai berikut:
a. Pengusaha mengajukan permohonan penagguhan
pelaksanaan upah minimum secara tertulis kepada Gubernur,
melalui instansi yang bertanggung jawab di bidang
Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 11
ketenagakerjaan paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum
tanggal berlakunya upah minimum yang baru.
b. Permohonan penangguhan didasarkan atas kesepakatan
tertulis antara pengusaha dengan pekerja/serikat buruh atau
serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat.
c. Tim Perunding dari Pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh dalam kesepakatan penangguhan
pelaksanaan upah minimum:
1. dalam hal diperusahaan terdapat satu serikat pekerja/serikat
buruh yang memiliki anggota lebih 50% dari seluruh pekerja
diperusahaan, serikat pekerja/serikat buruh tersebut dapat
mewakili pekerja/burun dalam perundingan untuk
menyepakati penagguhan upah minimum.
2. dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari
satu serikat pekerja/serikat buruh, yang berhak mewakili
pekerja/buruh untuk melakukan perundingan, adalah
serikat pekerja/serikat buruh yang memiliki anggota lebih
dari 50% dari jumlah pekerja/buruh diperusahaan.
3. dalam hal ketentuan angka 2 diatas tidak terpenuhi,
maka serikat pekerja/serlkat buruh dapat melakukan
konsiliasi sehungga tercapai lebih dari 50% dari jumlah
pekerja/buruh diperusahaan, untuk mewakili perundingan
penangguhan upah minimum.
4. dalam hal ketentuan angka 3 diatas tidak terpenuhi. Maka
pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh membentuk
tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara
proporsional berdasarkan jumlah pekerja/buruh dan anggota
masing-masing serikat buruh.
5. dalam hal ini diperusahaan belum terbentuk serikat
pekerja/ serikat buruh, maka perundingan dilakukan oleh
wakil pekerja/buruh yang mendapat mandate lebih dari 50%
pekerja/buruh penerima upah minimum.
6. kesepakatan untuk mewakili pekerja/buruh, untuk melakukan
perundingan penagguhan upah minimum dibuat secara
tertulis melalui perundingan secara mendalam, jujur dan
Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 12
terbuka.

d. Syarat permohonan penangguhan:


1. Pengusaha mengajukan permohonan penangguhan
pelaksanaan upah minimum dengan melampirkan:
a. Naskah asli kesepakatan tertulis antara pengusaha
dengan serikat pekerja/serikat buruh atau pekerja/buruh
perusahaan yang bersangkutan.
b. Laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan
rugi/laba beserta penjelasan-penjelasan untuk 2 (dua)
tahun terakhir.
c. Salinan akte pendirian perusahaan.
d. Data upah menurut jabatan pekerja/buruh.

e. Jumlah pekerja/buruh seluruhnya dan jumlah


pekerja/buruh yang dimohonkan penangguhan
pelaksanaan upah minimum.
f. Perkembangan produksi dan pemasaran untuk 2 (dua)
tahun terakhir, serta rencana produksi dan pemasaran
untuk 2 (dua) tahun terakhir, serta rencana produksi dan
pemasaran untuk 2 (dua) tahun yang akan datang.
g. Dalam hal perusahaan berbadan hukum, laporan
keuangan perusahaan harus sudah diaudit oleh akuntan
publik.
2. berdasarkan permohonan dan lampirannya, bila diperlukan
Gubernur dapat meminta akuntan public untuk memeriksa
keadaan keuangan guna membuktikan ketidakmampuan
perusahaan.
3. berdasarkan permohonan diatas, Gubernur menetapkan
penolakan atau persetujuan penangguhan pelaksanaan upah
minimum setelah menerima saran dan pertimbangan
dewan pengupahan provinsi.
4. Mekanisme penolakan persetujuan atau persetujuan
penangguhan:

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 13


a. Penolakan atau persetujuan pelaksanaan upah minimum,
diberikan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan
terhitung sejak diterimanya permohonan penangguhan
secara lengkap oleh Gubernur.
b. Dalam hal jangka waktu 1 (satu) bulan sudah berakhir
dan belum ada keputusan dari gubernur, permohonan
penangguhan yang telah memenuhi persyaratan
dianggap telah disetujui.
c. Selama permohonan penangguhan masih dalam proses
penyelesaian, pengusaha yang bersangkutan tetap
membayar upah sebesar upah yang bisa diterima
pekerja/buruh.
d. Dalam hal permohonan penangguhan ditolak oleh
Gubernur, maka upah yang diberikan oleh pengusaha
kepada pekerja/buruh. Sekurang-kurangnya sama
dengan upah minimum yang berlaku terhitung mulai
tanggal berlakunya ketentuan upah minimum yang baru.
e. Persetujuan penangguhan ditetapkan oleh Gubernur
untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan.
f. Penangguhan diberikan dengan:
1. Membayar upah minimum selesai upah minimum
yang lama, atau
2. Membayar upah minimum lebih tinggi dari upah
minimum lama tetapi rendah dari upah minimum
baru, atau
3. Menaikan upah minimum secara bertahap.
g. berakhirnya izin penangguhan, pengusaha wajib
melaksanakan ketentuan upah minimum yang baru.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 14


BAB III
PENGUPAHAN

Setelah mempelajari Bab ini, peserta diharapkan dapat memahami Sistem


Pengupahan, cara pembayaran upah, Komponen upah dan pendapatan
non upah dan tata cara perhitungan upah dan upah lembur.

A. Sistem dan cara pembayaran upah

Setiap Pekerja/Buruh berhak memperoleh Upah yang sama untuk


pekerjaan yang sama nilainya.Upah ditetapkan berdasarkan:
a) satuan waktu
Upah berdasarkan satuan waktu ditetapkan secara harian,
mingguan, atau bulanan. Dalam hal Upah ditetapkan secara harian,
perhitungan Upah sehari sebagai berikut:
1) bagi Perusahaan dengan sistem waktu kerja 6 (enam) hari
dalam seminggu, Upah sebulan dibagi 25 (dua puluh lima); atau
2) bagi Perusahaan dengan sistem waktu kerja 5 (lima) hari dalam
seminggu, Upah sebulan dibagi 21 (dua puluh satu).
Penetapan besarnya Upah berdasarkan satuan waktu dilakukan
dengan berpedoman pada struktur dan skala Upah yang wajib
disusun oleh Pengusaha dengan memperhatikan golongan, jabatan,
masa kerja, pendidikan, dan kompetensi. Struktur dan skala Upah
wajib diberitahukan kepada seluruh Pekerja/Buruh dan harus
dilampirkan oleh Perusahaan pada saat permohonan:
1) pengesahan dan pembaruan Peraturan Perusahaan; atau
2) pendaftaran, perpanjangan, dan pembaruan Perjanjian Kerja
Bersama.

b) satuan hasil.
Upah berdasarkan satuan hasil ditetapkan sesuai dengan hasil
pekerjaan yang telah disepakati. Penetapan besarnya Upah

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 15


dilakukan oleh Pengusaha berdasarkan hasil kesepakatan antara
Pekerja/Buruh dengan Pengusaha.
Penetapan Upah sebulan berdasarkan satuan hasil untuk
pemenuhan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan
ditetapkan berdasarkan Upah ratarata 3 (tiga) bulan terakhir yang
diterima oleh Pekerja/Buruh.

B. Komponen Upah dan Pendapatan Non Upah


Dengan membagi komponen upah dan pendapatan non upah,
pemerintah berharap agar nilai upah pokok sebagai imbalan dasar yang di
bayarkan kepada pekerja lebih besar dari nilai tunjangan yang dimaksudkan
sebagai factor pendorong kompetensi dan produktivitas kerja. Sehingga
dapat sejalan dengan prinsip pengupahan dimana upah pokok sekurang
kurangnya 75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Adapun
pengelompokan komponen tersebut sebagai mana Surat Edaran Menteri
Tenaga Kerja RI Nomor: SE-07/MEN/1990adalah sebagai berikut :
1. Komponen upah
a. Upah Pokok adalah upah yang di bayarkan oleh pengusaha kepada
pekerja yang besarnya di sepakati dalam perjanjian/kesepakatan
kerja.
b. Tunjangan tetap adalah suatu tunjangan yang di berikan oleh
pengusaha kepada pekerja secara tetap dan teratur, dan dibayarkan
bersamaan dengan upah pokok.
2. Pendapatan non upah
a. Fasilitas adalah suatu kenikmatan yang di berikan oleh pengusaha
kepada pekerja dalam meningkatankan kesejahteraan pekerja
seperti fasilitas kendaraan antar jemput, pemberian makan secara
cuma-cuma, perumahan, sarana ibadah, tempat penitipan bayi dan
lain-lain.
Bonus adalah bukan merupakan bagian dari upah, melainkan suatu
pembayaran yang di terima pekerja dari hasil keuntungan perusahaan atau
karena kelebihan dari pencapaian target produksi yang besarnya pembagian
bonus tersebut diatur berdasarkan kesepakatan antara pengusaha dengan
pekerja.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 16


C. Cara Pembayaran Upah
Upah wajib dibayarkan kepada Pekerja/Buruh yang bersangkutan dan
memberikan bukti pembayaran Upah yang memuat rincian Upah yang
diterima oleh Pekerja/Buruh pada saat Upah dibayarkan. Upah dapat
dibayarkan kepada pihak ketiga dengan surat kuasa dari Pekerja/Buruh yang
bersangkutan dan hanya berlaku untuk 1 (satu) kali pembayaran Upah.
Pengusaha wajib membayar Upah pada waktu yang telah diperjanjikan
antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh. Dalam hal hari atau tanggal yang
telah disepakati jatuh pada hari libur atau hari yang diliburkan, atau hari
istirahat mingguan, pelaksanaan pembayaran Upah diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
Pembayaran Upah oleh Pengusaha dilakukan dalam jangka waktu
paling cepat seminggu 1 (satu) kali atau paling lambat sebulan 1 (satu) kali
kecuali bila Perjanjian Kerja untuk waktu kurang dari satu minggu.
Upah Pekerja/Buruh harus dibayarkan seluruhnya pada setiap periode
dan per tanggal pembayaran Upah dan dilakukan dengan mata uang rupiah
Negara Republik Indonesia. Pembayaran Upah dilakukan pada tempat yang
diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama. Dalam hal tempat pembayaran Upah tidak diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama, maka
pembayaran Upah dilakukan di tempat Pekerja/Buruh biasanya bekerja.
Upah dapat dibayarkan secara langsung atau melalui bank. Dalam hal
Upah dibayarkan melalui bank, maka Upah harus sudah dapat diuangkan
oleh Pekerja/Buruh pada tanggal pembayaran Upah yang disepakati kedua
belah pihak.

D. Peninjauan Upah
Pengusaha melakukan peninjauan Upah secara berkala untuk
penyesuaian harga kebutuhan hidup dan/atau peningkatan produktivitas
kerja dengan mempertimbangkan kemampuan Perusahaan. Peninjauan
Upah diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian
Kerja Bersama.

E. Upah Bagi Pekerja/Buruh Yang Tidak Masuk Bekerja


Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 17
Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan
dikecualikan dari ketentuan tersebut dan pengusaha wajib membayar upah
apabila :
1. Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
2. Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua
masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
3. Pekerja/buruh tidak masuk karena pekerja/buruh menikah,
menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri
melahirkan atau gugur kandungan, suami dan istri atau anak atau
menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam
satu rumah meninggal dunia.
4. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang
menjalankan kewajiban terhadap Negara;
5. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaan karena
menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
6. Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan
tetapi pengusaha tidak memperkerjakannya, baik karena kesalahan
sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari
pengusaha;
7. Pekerja/buruh melaksanakan istirahat;
8. Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh
atas persetujuan pengusaha; dan
9. Pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

Upah yang harus dibayar oleh pengusaha untuk pekerja/buruh yang


tidak masuk sebagaimana dimaksud di atas adalah:
1. Pekerja/Buruh tidak masuk bekerja karena sakit sebagai berikut:
a. untuk 4 bulan pertama dibayar 100% dari upah;
b. untuk 4 bulan kedua dibayar 75% dari upah;
c. untuk 4 ketiga dibayar ketiga dibayar 50% dari upah;
d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% dari upah sebelum pemutusan
hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.

2. Pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena berhalangan:


Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang tidak masuk bekerja
Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 18
karena berhalangan sebagai berikut:
a. pekerja/buruh menikah dibayar untuk 3 hari;
b. menikahkan anaknya dibayar untuk 3 hari;
c. menghitankan anaknya dibayar untuk 2 hari;
d. membaptiskan anaknya dibayar untuk 2 hari;
e. istri melahirkan atau keguguran kandungan dibayar untuk 2
hari;
f. suami istri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal
dunia dinayar untuk 2 hari; dan
g. anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia dibayar
untuk 1 hari.
3. Pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena menjalankan kewajiban
terhadap Negara:
a. Pengusaha wajib membayar upah yang biasa dibayarkan kepada
buruh yang tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang
menjalankan kewajiban Negara, jika dalam menjalankan kewajiban
Negara tersebut buruh tidak mendapatkan upah atau tunjangan
lainnyadari pemerintah tetapi tidak melebihi 1 (satu) tahun.
b. Pengusaha wajib membayar atas upah yang biasa dibayarkannya
kepada buruh yang dalam menjalankan kewajiban Negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bilamana jumlah upah yang
diperolehnya kurang dari upah yang biasa diterima dari pengusaha
yang bersangkutan tetapi tidak melebihi 1 (SATU) tahun.
c. Pengusaha tidak diwajibkan untuk membayar upah bilamana buruh
yang dalam menjalankan kewajiban tersebut telah memperoleh
upah serta tunjangan lainnya yang besarnya sama atau lebih dari
upah yang biasa diterima dari perusahaan yang bersangkutan.
4. Pekerja/Buruh tidak masuk bekerja karena menjalankan kewajiban
Agamanya:
Pengusaha wajib untuk tetap membayar upah kepada buruh yang tidak
dapat menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban ibadah
menurut agamanya selama waktu yang diperlukan tetapi tidak melebihi
3 (tiga) bulan.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 19


5. Pekerja/buruh tidak masuk berkerja karena menjalankan hak
istirahatnya. Upah harus tetap dibayar pada saat pekerja/buruh
menjalankan hak istirahat dan cuti sesuai ketentuan meliputi:
a. Istirahat mingguan
b. Cuti panjang
c. Istirahat panjang
d. Tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua masa haid.
e. Istirahat sebelum melahirkan hamil selama 1,5 bulan.
f. Istirahat setelah melahirkan selama 1,5 bulan
g. Istirahat setelah keguguran kandungan selama 1,5 bulan

F. Upah Sebagai Dasar Perhitungan Pesangon

Komponen upah yang di gunakan sebagai dasar perhitungan uang


pesangon,uang penghargaan masa kerja, dan penganti hak yang seharusnya
diterima yang tertunda, terdiri atas :
1. Upah pokok
2. Segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap yang di
berikan kepada pekerja/buruh dan keluarganya, termasuk harga
pembelian dari satu yang di berikan kepada pekerja/buruh secara
cuma-cuma, yang apabila satu harus dibayar/buruh dengan
subsidi, maka sebagai upah dianggap selisih antara harga dengan
subsidi, maka sebagai upah dianggap selisih antara harga
pembelian dengan harga yang harus dibayar oleh pekerja/buruh.

Dalam hal penghasilan pekerja/buruh dibayarkan atas dasar perhitungan


harian, maka penghasilan sebulan sama dengan 30 kali penghasilan sehari.
Jika upah pekerja/buruh dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil,
potongan/borongan atau komisi, maka penghasilan sehari adalah sama
dengan pendapatan rata-rata per hari selama 12 (dua belas) bulan
terakhir, dengan ketentuan tidak boleh kurang dari ketentuan upah minimum
provinsi atau kabupaten/kota dan apabila pekerjaan tergantung pada
keadaan cuaca dan upahnya didasarkan pada upah borongan, maka
perhitungan upah sebulan dihitung dari upah rata-rata 12 (dua belas) bulan
terakhir.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 20


G. Upah Selama Pekerja/Buruh Dalam Proses PHK, Skorsing, Ditahan
Pihak Yang Berwajib Dan Mogok Yang Sah
1. Upah selama dalam proses PHK :
Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial belum di tetapkan, baik pengusaha maupun pekerja/buruh
tetap melaksanakan segala kewajibanya.
2. Upah selama dalam masa skorsing : Pengusaha dapat melakukan
penyimpangan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat
(2) berupa tindakan skorsing kepada pekerja/buruh yang sedang
dalam proses PHK dengan tetap wajib membayar upah beserta
hak- hak lainnya yang biasa diterima pekerja/buruh.
3. Upah Selama Pekerja/Buruh Ditahan Pihak Berwajib:
Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak berwajib karena diduga
melakukan tindak pidana bukan atas pengaduan pengusaha, maka
pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi wajib memberikan
bantuan kepada keluarga pekerja/buruh yang menjadi tanggungannya
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk 1 orang tanggungan 25 % dari upah sebulan.
b. Untuk 2 orang tanggungan 35 % dari upah.
c. Untuk 3 orang tanggungan 45 % dari upah.
d. Untuk 4 orang tanggungan 50 % dari upah.
Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk
paling lama 6 bulan takwin terhitung sejak hari pertama
pekerja/buruh ditahan oleh pihak yang berwajib.
4. Upah selama pekerja/buruh mogok secara sah:
Dalam hal pekerja/buruh yang melakukan mogok kerja secara sah
dalam melakukan tuntutan normative yang sungguh-sungguh
dilanggar oleh pengusaha, pekerja/buruh berhak mendapatkan upah.

H. Upah Kerja Lembur

Karena dalam hal-hal tertentu terdapat kebutuhan yang mendesak


yang harus diselesaikan segera dan pekerjaan yang bertimbun-timbun
tidak dapat dihindari sehingga pekerja/buruh harus bekerja melebihi waktu
Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 21
kerja. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi Waktu
Kerja harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Persyaratan:
a. Harus ada persetujuan pekerja/buruh.
1. a perintah tertulis dari pengusaha dan persetujuan tertulis
dari pekerja/buruh yang bersangkutan.
2. Persetujuan tertulis dapat dibuat dalam bentuk daftar
pekerja/buruh yang bersedia bekerja lembur yang ditandatangani
oleh pekerja/buruh yang bersangkutan dan pengusaha.
Persetujuan dapat dibuat sendiri-sendiri dan dapat pula
dibuat secara kolektif dan ditandatangani oleh para
pekerja/buruh.
3. Pengusaha harus membuat daftar pelaksanaan kerja
lembur yang memuat nama pekerja/buruh yang bekerja
lembur dan lamanya waktu kerja lembur.
b. Waktu lembur tidak boleh lebih dari 3 jam sehari dan 14 jam
dalam satu minggu.
(Kepmenkertrans No: KEP.102/MEN/VI/2004 Pasal 2 ayat (2)
Ketentuan waktu kerja lembut diatas tidak termasuk kerja lembur
yang dilakukan pada waktu istirahat mingguan atau hari raya
resmi).

2. Kewajiban
a. membayar upah lembur
b. memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya;
c. memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400
kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih.
(Pemberian makan dan minum tidak boleh diganti dengan
uang).
d. pekerja/buruh yang termasuk dalam golongan jabatan tertentu tidak
berhak atas upah kerja lembur dengan ketentuan
mendapatkan upah lebih tinggi.
Yang termasuk dalam golongan jabatan tertentu adalah mereka
yang memiliki tanggung jawab sebaga: Pemikir, Perencana,
Pelaksana, dan Pengendali jalannya Perusahaan, yang semuanya
Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 22
itu waktu kerjanya tidak dapat dibatasi menurut waktu kerja yang
ditetapkan perusahaan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Bagi sector usaha atau pekerjaan tertentu diatur dengan keputusan
menteri.
4. Dasar Perhitungan Upah Kerja Lembur
a. Upah kerja lembur didasarkan pada upah bulanan
b. Cara menghitung upah sejam adalah 1/173 upah sebulan
c. Upah dibayar secara harian
Dalam hal upah pekerja dibayar secara maka upah sebulan adalah:
1. 6 hari kerja dalam satu minggu adalah upah sehari dikali 25
2. 5 hari kerja dalam satu minggu adalah upah sehari dikali 21
d. Upah dibayar berdasarkan satuan hasil.
Apabila upah pekerja dibayar berdasarkan satuan hasil,
maka upah sebulan adalah upah rata-rata 12 bulan terakhir. Tetapi
apabila lamanya bekerja kurang dari 12 bulan maka upah sebulan
adalah upah rata-rata selama bekerja dengan ketentuan tidak
boleh lebih rendah dari upah minimum setempat.
5. Cara perhitungan Upah Kerja Lembur
a. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja.
Untuk kerja lembur jam petama harus dibayar upah sebesar 1,5 kali
upah sejam, untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar
sebesar 2 kali upah sejam.
b. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan
dan/atau hari libur resmi:
1. Untuk 6 hari kerja dan 40 jam seminggu, maka:
a. Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja biasa atau 7
jam per hari perhitungan upah kerja lembur untuk 7 jam
pertama dibayar 2 kali upah sejam dan jam kedelapan
dibayar 3 kali upah sejam, jam kesembilan dan jam
kesepuluh 4 kali upah sejam.
b. Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek
perhitungan upah lembur 5 jam pertama 2 kali upah
sejam.
2. Untuk waktu kerja 5 hari kerja dan 40 jam seminggu, maka
Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 23
pehitungan upah kerja lembur 8 jam pertama dibayar 2 kali upah
sejam, jam kesembilan dibayar 2 kali upah sejam, jam
kesembllan dibayar 3 kali upah sejam dan jam kesepuluh dan
kesebelas 4 kali upah sejam.
c. Bagi perusahaan yang telah melaksanakan dasar perhitungan
upah lembur yang nilainya lebih baik dari kepuusan menteri,maka
perhitungan upah lembur tersebut tetap berlaku.

6. Mekanisme penetapan Upah Kerja Lembur

a. Dalam hal terjadi perbedaan pendapat tentang besarnya upah


lembur maka yang berwenang menetapkan upah lembur adalah
pengawas ketenaga kerjaan Provinsi.
b. Apabila salah satu pihak tidak bisa menerima penetapan
pengawasketenagakerjaan maka dapat meminta penetapan ulang
kepada pengawas ketenagakerjaan pusat di Kementerian Tenaga
Kerja dan transmigrasi.
c. Apabila wilayah kerja perusahaan meliputi lebih dari satu
propinsi maka penetapan Pengawas Ketenagakerjaan dilakukan
oleh Pegawai pengawas Ketenagakerjaan Kementerian Tenaga
Kerja dan transmigrasi.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 24


BAB IV
TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN DAN STRUKTUR SKALA
UPAH

Setelah mempelajari Bab ini, peserta diharapkan dapat memahami


tunjangan hari raya keagamaan dan struktur skala upah.

A. Tunjangan hari raya keagamaan

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tidak mengatur tentang


tunjangan hari raya raya keagamaan, dan ketentuan yang mengatur
tentang tunjangan hari raya keagamaan bagi pekerja di perusahaan adalah
Permenaker nomor 6 tahun 2016 tentang Tunjangn Hari Raya
Keagamaan bagi pekerja / buruh di Perusahaan.
Pengusaha wajib memberikan THR Keagamaan kepada pekerja
yang telah mempunyai masa kerja 1 bulan secara terus menurus atau
lebih. THR Keagamaan diberikan kepada pekerja/buruh yang mempunyai
hubungan kerja dengan pengusaha berdasarkan perjanjian kerja waktu
tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu.
THR diberikan satu kali dalam satu tahun kecuali terjadi lebih dari 1
kali dalam 1 tahun, dengan besaran THR sebagai berikut :
a) Pekerja yang telah rnernpunyai masa kerja 12 bulan secara
terus menerus atau lebih sebesar 1 (satu) bulan upah.
b) Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara
terus menerus tetapi kurang 12 bulan diberikan secara
proposional dengan masa kerja dengan perhitungan
masa kerja x 1 (satu) bulan
upah 12.

Upah satu bulan terdiri atas komponen upah:


a) Upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih
b) Upah pokok termasuk tunjangan tetap

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 25


Bagi pekerja/buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian
lepas, upah 1 bulan dihitung sebagai berikut:
a) Pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan atau
lebih, upah 1 bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah
yang diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya
keagamaan.
b) Pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja kurang dari 12
bulan, upah 1 bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang
diterima tiap bulan selama masa kerja.
Dalam hal penetapan besaran nilai THR Kegamaan menurut
Perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanian kerja bersama atau
kebiasaan yang telah dilakukan lebih besar dari nilai THR Kegamaan
berdasarkan ketentuan tersebut, maka yang dibayarkan adalah sesuai
dengan PK atau PP atau PKB atau kebiasaan yang telah dilakukan.
Pemberian THR disesuaikan dengan Hari Raya Keagamaan
masing- masing pekerjaan kecuali kesepakatan pengusaha dan pekerja
yang dituangkan dalam Perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
perjanian kerja bersama.
Pembayaran THR wajib dibayarkan oleh pengusaha selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum hari raya keagamaan. Pekerja yang
putus hubungan kerjanya terhitung sejak waktu 30 (tiga puluh) hari
sebelum jatuh tempo Hari Raya keagamaan, berhak atas THR
Keagamaan. THR Keagamaan berlaku untuk tahun berjalan pada saat
terjadinya pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha. Ketentuan ini
tidak berlaku bagi pekerja yang hubungan kerjanya berdasarkan
perjanjian kerja waktu tertentu yang hubungan kerjanya berakhir sebelum
Hari Raya keagaman.
Pekerja/buruh yang dipindahkan keperusahaan lain dengan masa
kerja berlanjut, berhak atas THR Keagamaan pada perusahaan yang baru,
apabila dari perusahaan yang lama pekerja/buruh yang bersangkutan
belum mendapatkan THR Keagamaan.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 26


B. Struktur dan Skala Upah
Struktur dan skala upah wajib disusun oleh pengusaha dengan
memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan dan
kompetensi. Upah yang tercantum dalam struktur dan skala upah
merupakan upah pokok. Upah pokok yang dimaksud adalah imbalan
dasar yang dibayarkan kepada pekerja/buruh menurut tingkat atau jenis
pekerjaan yang besarannya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
Penyusunan struktur dan skala upah dapat menggunakan tahapan:
a) Analisi jabatan
b) Evaluasi jabatan
c) Penentuan struktur dan skala upah

Penentuan struktur dan skala upah dilakukan oleh Pengusaha


berdasarkan kemampuan perusahaan dan harus memperhatikan upah
minimum yang berlaku. Struktur dan skala upah ditetapkan oleh pimpinan
perusahaan dalam bentuk surat keputusan dan berlaku bagi setiap
pekerja/buruh yang mempunyai hubungan kerja dengan pengusaha
diperusahaan yang bersangkutan.
Struktur dan skala upah wajib diberitahukan kepada seluruh
pekerja/buruh oleh pengusaha. Struktur dan skala upah yang diberitahukan
sekurang-kurangnya struktur dan skala upah upah pada golongan jabatan
sesuai dengan jabatan pekerja/buruh yang bersangkutan.

Struktur dan skala upah yang ditetapkan harus dilampirkan oleh


perusahaan pada saat mengajukan permohonan:
a) Pengesahan dan pembaharuan peraturan perusahaan.
b) Pendaftaran, perpanjangan dan pembaruan perjanjian kerja
bersama.
Struktur dan skala Upah yang dilampirkan, diperlihatkan kepada pejabat
yang berwenang pada kementerian atau dinas provinsi atau dinas
kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusahan pemerintah bidang
ketenagakerjaan. Setelah dokumen Struktur dan skala upah diperlihatkan,
pejabat yang berwenang harus mengembalikan dokumen Struktur dan skala
upah kepada pihak perusahaan pada saat itu juga.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 27


Selain melampirkan Struktur dan skala upah, pimpinan perusahaan
melampirkan surat pernyataan telah ditetapkannya Struktur dan skala upah di
Perusahaan untuk kemudian didokumentasikan oleh pejabat yang
berwenang dan merupakan bukti telah dilakukan penyusunan Struktur dan
skala upah.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 28


BAB V
HAL-HAL YANG DAPAT DIPERHITUNGKAN DENGAN UPAH

Setelah mempelajari Bab ini, peserta diharapkan dapat memahami hal-hal yang
dapat diperhitungkan dengan upah

Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah terdiri atas:


a. denda;
b. ganti rugi;
c. pemotongan Upah untuk pihak ketiga;
d. uang muka Upah;
e. sewa rumah dan/atau sewa barang-barang milik Perusahaan yang
disewakan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh;
f. hutang atau cicilan hutang Pekerja/Buruh kepada Pengusaha; dan/atau
g. kelebihan pembayaran Upah.

Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah sebagaimana dimaksud pada


huruf a, huruf b, dan huruf d, dilaksanakan sesuai dengan Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, hal-hal yang dapat
diperhitungkan dengan Upah menjadi kewajiban Pekerja/Buruh yang belum dipenuhi
dan/atau piutang Pekerja/Buruh yang menjadi hak Pekerja/Buruh yang belum terpenuhi
dapat diperhitungkan dengan semua hak yang diterima sebagai akibat Pemutusan
Hubungan Kerja.

a) Pengenaan denda
Pengusaha atau Pekerja/Buruh yang melanggar ketentuan dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama karena kesengajaan
atau kelalaiannya dikenakan denda apabila diatur secara tegas dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 29


Denda kepada Pengusaha atau Pekerja/Buruh dipergunakan hanya untuk
kepentingan Pekerja/Buruh. Jenis-jenis pelanggaran yang dapat dikenakan
denda, besaran denda dan penggunaan uang denda diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
Pengusaha yang terlambat membayar dan/atau tidak membayar Upah sdikenai
denda, dengan ketentuan:

1) mulai dari hari keempat sampai hari kedelapan terhitung tanggal


seharusnya Upah dibayar, dikenakan denda sebesar 5% (lima persen) untuk
setiap hari keterlambatan dari Upah yang seharusnya dibayarkan;
2) sesudah hari kedelapan, apabila Upah masih belum dibayar, dikenakan denda
keterlambatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a ditambah 1% (satu
persen) untuk setiap hari keterlambatan dengan ketentuan 1 (satu) bulan
tidak boleh melebihi 50% (lima puluh persen) dari Upah yang seharusnya
dibayarkan; dan
3) sesudah sebulan, apabila Upah masih belum dibayar, dikenakan denda
keterlambatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b ditambah
bunga sebesar suku bunga yang berlaku pada bank pemerintah.

Pengenaan denda pada tidak menghilangkan kewajiban Pengusaha untuk


tetap membayar Upah kepada Pekerja/Buruh. Pengusaha yang terlambat
membayar tunjangan hari raya keagamaan kepada Pekerja/Buruh dikenai denda
sebesar 5% (lima persen) dari total tunjangan hari raya keagamaan yang harus
dibayar sejak berakhirnya batas waktu kewajiban Pengusaha untuk membayar.
Pengenaan denda tidak menghilangkan kewajiban Pengusaha untuk tetap
membayar tunjangan hari raya keagamaan kepada Pekerja/Buruh.

b) Pemotongan Upah
Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk:
1) denda;
2) ganti rugi; dan/atau
3) uang muka Upah,
dilakukan sesuai dengan Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Peraturan Kerja Bersama.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 30


Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk pihak ketiga hanya dapat dilakukan
apabila ada surat kuasa dari Pekerja/Buruh. Surat kuasa setiap saat dapat
ditarik kembali, namun dikecualikan untuk semua kewajiban pembayaran oleh
Pekerja/Buruh terhadap negara atau iuran sebagai peserta pada suatu dana yang
menyelenggarakan jaminan sosial yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk:


1) pembayaran hutang atau cicilan hutang Pekerja/Buruh; dan/atau
2) sewa rumah dan/atau sewa barang-barang milik Perusahaan yang
disewakan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh, harus dilakukan
berdasarkan kesepakatan tertulis atau perjanjian tertulis dan Pemotongan
Upah oleh Pengusaha untuk kelebihan pembayaran Upah kepada
Pekerja/Buruh dilakukan tanpa persetujuan Pekerja/Buruh.

c) Upah untuk perhitungan pajak penghasilan


Upah untuk perhitungan pajak penghasilan yang dibayarkan untuk pajak
penghasilan dihitung dari seluruh penghasilan yang diterima oleh Pekerja/Buruh.
Pajak penghasilan dapat dibebankan kepada Pengusaha atau Pekerja/Buruh yang
diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

d) Pembayaran Upah dalam Keadaan Kepailitan


Pengusaha yang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pernyataan pailit oleh
pengadilan maka Upah dan hak-hak lainnya dari Pekerja/Buruh merupakan
hutang yang didahulukan pembayarannya.Upah Pekerja/Buruh didahulukan
pembayarannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Hak-
hak lainnya dari Pekerja/Buruh didahulukan pembayarannya setelah pembayaran
para kreditur pemegang hak jaminan kebendaan.
Apabila Pekerja/Buruh jatuh pailit, Upah dan segala pembayaran yang timbul
dari Hubungan Kerja tidak termasuk dalam kepailitan kecuali ditetapkan lain oleh
hakim dengan ketentuan tidak melebihi 25% (dua puluh lima persen) dari Upah
dan segala pembayaran yang timbul dari Hubungan Kerja yang harus dibayarkan.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 31


e) Penyitaan Upah Berdasarkan Perintah Pengadilan
Apabila uang yang disediakan oleh Pengusaha untuk membayar Upah disita
oleh juru sita berdasarkan perintah pengadilan maka penyitaan tersebut tidak
boleh melebihi 20% (dua puluh persen) dari jumlah Upah yang harus dibayarkan.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 32


Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 33
BAB VI
PENUTUP

Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi


penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk hidup secara layak sesuai
dengan harkat dan martabat manusia tersebut maka pekerja/buruh harus
melakukan pekerjaan atau bekerja.
Bahwa di dalam hubungan kerja yang didasari oleh perjanjian kerja antara
pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah, posisi pekerja/buruh sering berada pada
posisi yang lemah. Untuk itu pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan
yang melindungi pekerja/buruh meliputi: upah minimum, upah kerja lembur, upah
tidak masuk kerja karena berhalangan, upah tidak masuk kerja karena
melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya, upah karena menjalankan hak
waktu istirahat kerjanya, bentuk dan cara pembayaran upah, denda dan
potongan upah, hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah, struktur dan
skala pengupahan yang proporsional, upah untuk pembayaran pesangon, dan
upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah
pokok termasuk tunjangan yang bersifat tetap untuk pekerja lajang dengan masa
kerja kurang dari satu tahun. Upah minimum berfungsi sebagai jarring pengaman
sosial. Peninjauan upah pekerja/buruh dengan masa kerja lebih dari satu tahun
dilakukan atas kesepakatan tertulis antara pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh dengan pengusaha.
Upah minimum sebagai jaring pengaman social tidak ditujukan sebagai
standar pengupahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan pekerja/buruh dan
keluarga serta pengingkatan kesejahteraan pekerja/buruh, untuk itu peraturan
perundangan mewajibkan pengusaha menyusun struktur dan skala upah
dengan memperhatikan masa kerja, pangkat, jabatan dan kompetensi. Salah
satu prinsip pengupahan adalah upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak
berkerja, namun prinsip dimaksud dikecualikan bagi pekerja/buruh yang tidak
dapat melakukan pekerjaan karena sebab yang diijinkan oleh peraturan
perundangan.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 34


Pekerja buruh berhak atas upah kerja lembur apabila dipekerjakan
melebihi jam kerja normal, dipekerjakan pada hari-hari istirahat pekerja/buruh,
dipekerjakan pada hari-hari libur resmi dengan persyaratan ada kesepakatan dari
pekerja/buruh yang bersangkutan.
Kepada pekerja/buruh dapat dikenakan denda atau ganti rugi apabila
pekerja/buruh melakukan kesalahan atau kelalaian yang dapat menyebabkan
kerugian pihak lain dengan ketentuan kepada buruh yang telah mendapatkan
dengan tidak boleh diminta ganti rugi atau sebaliknya.
Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah antara lain: denda,
potongan, ganti rugi, sewa rumah yang disewakan oleh pengusaha kepada
buruh dengan perjanjian tertulis, uang muka atas upah, kelebihan upah yang
telah dibayarkan dan cicilan hutang buruh kepada pengusaha dengan
ketentuan harus ada bukti tertulis.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan Pengawas Ketenagakerjaan dapat
menjalankan tugasnya untuk mengawasi ditaatinya peraturan perundang•
undangan khususnya Norma Pengupahan sehingga terciptanya perlindungan
terhadap pekerja/buruh dan keluarganya serta kelangsungan perusahaan di
dalam berusaha.
Akhirnya dengan penuh harap semoga materi dalam modul ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan khususnya bagi pengawas ketenagakerjaan
dalam rangka menegakkan ketentuan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis,
dan berkeadilan.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 35


DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang RI Nomor 80 Tahun 1957 tentang Persetujuan Konvensi ILO


No.100 Mengenai Pengupahan Yang Sama Bagi Buruh Laki-Iaki dan
Wanita Untuk Pekerjaan Yang Sama Nilainya.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Putusan MK 100/PUU-X/2012
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan
Kepmenakertrans RI. No.Kep-102/MEN/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan
Upah Kerja Lembur.

Permenakertrans RI, No.Per-03/MEN/2005 tentang Tata Cara Pengusulan


Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional.
Permenakertrans No. 7 tahun 2013 tentang Upah Minimum.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-102/Men/VI/2004


tentang Waktu kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur.
Permenakertrans RI, No. Per-03/MEN/2005 tentang Tata Cara Pengusulan
Keanggotaan Dewan Pengupahan Nasional.
Kepmenakertrans RI, No. Kep. 231/MEN/2003 tentang Tata Cara Penangguhan
Pelaksanaan Upah Minimum.
Permenaker nomor 6 tahun 2016 tentang Tunjangn Hari Raya Keagamaan bagi
pekerja / buruh di Perusahaan.
Permenaker nomor 7 tahun 2016 tentang Uang Servis Pada Usaha Hotel Dan
Usaha Restoran Di Hotel.
Permenaker nomor 1 tahun 2017 tentang Struktur dan Skala Upah.

Modul Pengawasan Norma Perlindungan Upah 36

Anda mungkin juga menyukai