Pembinaan hubungan kerja yang harmonis antara pekerja dan pengusaha, serta
pemasyarakatan Hubungan Industrial harus dilakukan secara terpadu oleh aparat yang
membidangi hubungan industrial dan syarat-syarat kerja di Pusat dan Daerah. Dalam
memerantarai hubungan industrial dan syarat-syarat kerja maka diperlukan pegawai
Perantara Hubungan Industrial yang handal dan profesional.
Salah satu langkah untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang professional,
antara lain dengan memberikan pendidikan dan pelatihan mediator hubungan industrial
bagi para calon pegawai mediator hubungan industrial. Berkaitan dengan hal tersebut
agar Program Diklat Mediator Hubungan Industrial dapat berdayaguna dan berhasilguna,
maka dalam persiapan diklat ini telah diupayakan penulisan dan penyempurnaan modul
yang merujuk pada kurikulum berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
pegawai mediator hubungan industrial.
Modul ini berisi substansi dasar dan teknis yang seyogyanya dapat dikuasai oleh
calon mediator hubungan industrial. Untuk memperluas wawasan, diharapkan peserta
diklat membaca buku-buku referensi atau daftar pustaka dan sumber-sumber lainnya.
Diharapkan dengan berpedoman pada modul ini, para peserta dan pengajar/
widyaiswara Diklat Mediator Hubungan Industrial mempunyai kesamaan pemahaman
terhadap seluruh kompetensi.
i
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan modul ini,
disampaikan terima kasih dan semoga bermanfaat dalam mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ----------------------------------------------------------------------------------- 1
B. Pengertian ----------------------------------------------------------------------------------------- 1
C. Dasar Hukum -------------------------------------------------------------------------------------- 2
D. Ruang Lingkup ------------------------------------------------------------------------------------ 2
E. Tujuan Instruksional Umum (TIU) ----------------------------------------------------------- 2
F. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) ----------------------------------------------------------- 2
G. Metode Pembelajaran --------------------------------------------------------------------------- 3
H. Komponen Jam Pelajaran ---------------------------------------------------------------------- 3
iii
SUMMARY
Program dan fasilitas kesejahteraan pekerja merupakan program dan fasilitas yang
disediakan oleh Pengusaha dengan atau tanpa dukungan Pemerintah, dimaksudkan
untuk secara langsung atau tidak langsung meningkatkan kesejahteraan pekerja dan
keluarganya.
Program dan fasilitas kesejahteraan tersebut dapat berbentuk uang tunai seperti
uang makan dan tunjangan transport, bentuk natura seperti pakaian kerja dan unit bus
antar jemput pekerja, serta sarana dan fasilitas seperti kantin murah dan klinik
perusahaan.
Jenis dan bentuk program dan fasilitas kesejahteraan pekerja tersebut sangat
bervariasi seperti kantin, sarana transportasi, klinik perusahaan dengan dukungan dokter
perusahaan, ruang menyusui, sarana olah raga, sarana ibadah, tempat istirahat,
perumahan pekerja, pakaian kerja, koperasi pekerja, dan pelayanan keluarga berencana.
Masing-masing program atau fasilitas tersebut secara langsung atau tidak langsung
mempunyai dampak terhadap peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Disamping itu, program dan fasilitas tersebut dalam beberapa tahun kedepan
secara langsung dan tidak langsung, terutama dalam jangka menengah dan jangka
panjang, dapat mendorong peningkatan produktifitas dan daya saing perusahaan.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingkat upah dan jaminan sosial di Indonesia pada umumnya rendah,
sehingga kesejahteraan pekerja juga pada umumnya menjadi rendah, terutama
para pekerja yang mengandalkan pendapatannya pada upah tersebut. Sebagian
besar perusahaan di Indonesia, terutama usaha-usaha mikro, kecil dan menengah
mempunyai produktivitas rendah, sehingga tidak mampu membayar upah tinggi
dan menyediakan jaminan sosial yang memadai. Akibatnya kesejahteraan dan
kualitas hidup pekerja dan keluarganya di Indonesia pada umumnya rendah.
Tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup pekerja yang rendah mempunyai
dampak negatif terhadap pertumbuhan dan keberlangsungan perekonomian
nasional. Pertama, kualitas sumberdaya manusia yang rendah pada umumnya
mempunyai produktivitas rendah, tidak mampu mendongkrak pertumbuhan.
Kedua, kesejahteraan pekerja yang rendah mengindikasikan daya beli masyarakat
yang rendah sehingga tidak mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut diatas, Pemerintah dan
pengusaha perlu memfasilitasi berdirinya program-program yang melibatkan
pekerja dan anggotanya untuk secara langsung atau tidak langsung dapat
meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya, seperti kantin perusahaan,
sarana transportasi, koperasi karyawan, dan lain-lain.
B. Pengertian
a. Kesejahteraan pekerja menurut Kuzutaka Kogi dan Gabriele Trah (ILO-
ROAP, Bangkok) : mencakup berbagai fasilitas yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pekerja dan keluarganya (Welfare Includes
fasillities and services aimed at improving the living environment benefit not only
the worker but also his/her family members).
b. Menurut Hasibuan (2001: 182) kesejahteraan pekerja/buruh adalah balas jasa
pelengkap (material dan Non material) yang diberikan berdasarkan
kebijaksanaan, tujuannya untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik
dan mental karyawan agar produktivitas kerjanya meningkat.
c. Menurut UU No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, kesejahteraan
pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/ atau keperluan yang
bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja
C. Dasar Hukum
1. Undang- Undang Dasar Tahun 1945
2. Undang- undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/ Serikat
Buruh
3. Undang- undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1958 tentang Penyerahan
Kekuasaan Tugas dan Kewajiban Kesejahteraan Buruh, kesejahteraan
Penganggur dan Pemberian Kerja kepada Penganggur.
5. Rekomendasi ILO No.102 tahun1956 tentang Fasilitas Kesejahteraan.
6. Kesepakatan Bersama antara Menteri Tenaga Kerja, Menteri Perindustrian,
Menteri Negara Kependudukan/ Kepala BKKBN. Ketua Umum DPP APINDO
dan Ketua Umum DPP SPSI Nomor Kep. 389/MEN/1994 Nomor
286/M/SK/12/1992 No. 457/HK.104/E3/1994, Nomor 2760/DPP/07/XII/1994,
Nomor 135/DPPSPSI/XII/1994 tentang Penyelenggaraan Garakan
Pembangunan Keluarga Pekerja Sejahtera di Lingkungan Perusahaan.
7. Kesepakatan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Koperasi,
Pengusaha Kecil dan Menengah Nomor 01/KB/M/I/1977 dan Kep. Nomor
05/MEN/1977 tentang Pemantapan dan Pengembangan Koperasi Karyawan
atau Koperasi Pekerja.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari modul kesejahteraan mencakup kesejahteraan
pekerja/buruh yang berada di perusahaan
G. Metoda Pembelajaran
Menggunakan metode klasikal, yaitu pemberian teori oleh narasumber, tanya
jawab serta simulasi dan diskusi kelompok.
Program dan fasilitas kesejahteraan pekerja adalah program dan fasilitas yang
disediakan oleh pengusaha dan atau Pemerintah dengan atau tanpa pelibatan pekerja
secara aktif, dimaksudkan untuk secara langsung dan tidak langsung meningkatkan
kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Program dan fasilitas kesejahteraan pekerja dalam hal ini tidak lagi mencakup
program jaminan sosial yang telah diwajibkan atau diatur oleh peraturan perundangan
seperti : pemberian tunjangan keagamaan minimum satu bulan gaji, program jaminan
sosial tenaga kerja Jamsostek (jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
kematian dan jaminan pemeliharaan kesehatan), penyediaan antar jemput pekerja wanita
pada malam hari, hak cuti minimum 12 hari kerja dalam setahun, dan lain-lain.
Program dan fasilitas kesejahteraan pekerja ini dapat disediakan dalam banyak
ragam atau bentuk, antara lain dalam bentuk :
1. Uang tunai seperti : uang makan, tunjangan transport, bea siswa bagi anak pekerja,
uang duka bila anggota keluarga pekerja meninggal, dan lain-lain;
2. Natura seperti pemberian : beras, pakaian kerja, transportasi antar jemput karyawan,
perumahan atau asrama karyawan, sarana olah raga dan lain-lain;
3. Sarana dan Fasilitas seperti : kantin murah atau bersubsidi, klinik perusahaan,
keluarga berencana, koperasi pekerja, dan lain-lain.
a. Kantin Perusahaan
Penyediaan kantin murah atau bersubsidi di lingkungan perusahaan dapat
menghemat biaya dan waktu pekerja/buruh mencari makanan di tempat lain.
Penyediaan kantin di lingkungan perusahaan akan memudahkan manajemen atau
wakil pekerja mengawasi kebersihan dan kualitas yang disediakan, sehingga
kesehatan pekerja lebih terjamin.
b. Penyediaan Transportasi
Penyediaan sarana transportasi untuk antar jemput pekerja bermanfaat bukan
saja lebih menjamin kehadiran pekerja, akan tetapi juga untuk menghemat biaya
transportasi serta menjamin keamanan dan kenyamanan pekerja. Penghematan
biaya dan rasa aman tersebut dapat mendorong semangat kerja dan komitmen
untuk bekerja produktif.
d. Ruang Menyusui
Dalam upaya meningkatkan pemberian ASI bagi ibu-ibu yang bekerja di
Indonesia, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan bekerjasama dengan
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kementerian Kesehatan pada
tanggal 22 Desember 2008 yang lalu telah menerbitkan Peraturan Bersama untuk
mendukung pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja. Tujuan Peraturan
Bersama ini adalah:
1. Memberi kesempatan kepada pekerja perempuan untuk memberikan atau
memerah ASI selama waktu kerja dan menyimpan ASI perah untuk diberikan
kepada anaknya;
f. Sarana Ibadah
Ibadah merupakan perbuatan atau pernyataan bakti terhadap Tuhan Allah
didasari oleh iman dan dogma Agama. Penyediaan sarana ibadah di lingkungan
perusahaan akan memudahkan pekerja menjalankan ibadah dengan waktu tempuh
yang tidak lama menuju tempat ibadah.
h. Perumahan Pekerja
Penyediaan perumahan dan atau asrama pekerja oleh perusahaan sangat
meringankan biaya hidup pekerja, dan pada umumnya akan menciptakan ketenangan
dan kenyamanan hidup pekerja dan keluarganya. Perbaikan kesejahteraan pekerja
akan lebih dirasakan bila perumahan tersebut disediakan dekat dengan lokasi
perusahaan tempat kerja, atau dengan menyediakan fasilitas transport antar jemput
pekerja.
i. Pakaian Kerja
Pakaian kerja menggantikan pakaian sehari-hari waktu kerja. Dengan kata lain,
dengan penyediaan pakaian kerja, pekerja dapat menghemat pembelian pakaian.
Penyediaan pakaian kerja, terutama di perusahaan dengan kondisi kerja yang relatif
baik, dapat memberikan rasa bangga bagi pekerja.
j. Koperasi Pekerja
Dengan fasilitasi Pengusaha dan dukungan Pemerintah para pekerja dapat
mendirikan koperasi pekerja terutama Koperasi Konsumsi atau Koperasi Jasa dan
Simpan Pinjam dengan lokasi di tempat kerja atau di sekitar perusahaan.
Melalui Koperasi Konsumsi, pekerja diupayakan untuk dapat membeli barang
konsumsi yang relatif murah seperti barang keperluan sehari-hari dan alat-alat dapur.
Berbelanja di Koperasi di sekitar perusahaan menjadi sangat praktis, dapat dilakukan
pada saat istirahat atau mau pulang ke rumah tanpa perlu mengeluarkan waktu dan
biaya tambahan untuk transport.
Melalui Koperasi Simpan Pinjam, pekerja dapat meminjam uang dengan tingkat
bunga yang rendah misalnya untuk keperluan kontrak rumah atau hajatan keluarga.
Sebaliknya para pekerja dapat menyimpan sisa penghasilan yang tidak dibelanjakan
dengan bunga yang dapat diusahakan lebih besar dari bunga deposito bank. Bila
Koperasi dikelola secara professional tentu setiap akhir tahun akan memperoleh sisa
hasil usaha atau keuntungan yang dapat dibagikan kepada semua pekerja sebagai
anggota koperasi.
A. STUDI KASUS 1
Satu perusahaan tekstil di KBN Pulo Gadung, Jakarta menyediakan 12 unit
bus besar antar jemput bagi 1000 orang karyawannya. Ternyata hanya sekitar 500
orang yang terdaftar aktif menggunakan bus antar jemput tersebut, walaupun ke 12
bus itu sudah diatur melayani 12 arah yang berbeda di Jakarta. Sekitar 100 orang
mereka masih harus naik angkot atau ojek ke dan dari titik halte pemberhentian.
Untuk menyenangkan hati karyawan, bus besar itu sering keluar masuk jalan kecil
dan macet mengentarkan karyawan ke dekat atau ke depan rumah karyawan.
Akibatnya, pertama, masyarakat sekitar merasa terganggu dan menggerutu. Waktu
perjalanan menjadi lama, terutama yang pertama dijemput dan terakhir diantar.
Dengan angkutan umum sudah cukup sekitar satu jam, akan tetapi dengan bus
antar jemput menjadi 1,5 – 2 jam. Kelompok ini berjumlah 100 orang, mereka
sebenarnya lebih menginginkan diberikan uang tunai pengganti transport.
Diantara 500 orang pekerja yang tidak menggunakan fasilitas transport
tersebut, 200 orang memilih naik motor, walaupun rumah mereka dekat kepada
jalur bus antar jemput; 200 orang naik motor karena mereka jauh dari jalur bus
antar jemput, dan 100 orang naik angkutan umum. Mereka semuanya
menginginkan diberikan uang tunai pengganti transport. Dengan kemacetan yang
terus bertambah di Jakarta, Gubernur menghimbau kantor- kantor dan perusahaan
mengurangi bus-bus antar jemput dan mendorong para karyawan menggunakan
fasilitas angkutan umum.
Penyediaan 12 unit bus antar jemput karyawan tersebut ternyata tidak
mampu memberikan rasa kepuasan dan keadilan bagi 1000 orang pekerja
perusahaan tekstil tersebut. Alternatif apa yang harus dilakukan ?
B. STUDI KASUS 2
Satu perusahaan otomatif dengan kondisi kerja yang relatif baik
mempekerjakan 800 orang karyawan. Perusahaan memberikan upah, tunjangan
transpor dan uang makan relatif baik, sehingga pekerja menerima upah yang paling
rendah Rp. 6.000.000,- hingga yang tertinggi Rp. 20.000. 000,- per bulan. Semua
pekerja dan keluarganya dipertanggungkan pada program Jamsostek lengkap.
C. STUDI KASUS 3
Sekitar 600 orang pekerja di kantor pusat satu bank nasional mendirikan dua
jenis koperasi, yaitu koperasi konsumsi dan koperasi simpan pinjam. Kedua
Koperasi Pekerja tersebut dikelola langsung oleh Pengurus Serikat Pekerjabank
setempat. Karena keterbatasan waktu, Koperasi hanya dibuka waktu istirahat
makan siang jam 12.00 – 13.30 dan menjelang waktu pulang jam 16.30 – 17.30.
Atas permintaan pekerja, direncanakan membuka Kantin Karyawan.
Demikian juga bisnis foto copy sudah menjadi kebutuhan mendesak, tetapi harus
terbuka sepanjang hari. Manajemen menawarkan kedua kegiatan tersebut dikelola
oleh Koperasi Pekerja. Pengurus Koperasi tertarik mengambil peluang tersebut,
akan tetapi mempunyai keterbatasan waktu untuk mengelolanya. Apa yang harus
disarankan kepada Pengurus Serikat Pekerja dan Pengurus/Pengelola Koperasi?
Program dan fasilitas kesejahteraan pekerja yang dibahas dalam modul ini ternyata
bukan hanya bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya,
akan tetapi juga terutama dalam jangka menengah dan jangka panjang bermanfaat untuk
meningkatkan produktivitas dan daya saing perusahaan.
Program dan fasilitas kesejahteraan pekerja yang dibahas dalam modul ini terdiri
dari kantin pekerja, sarana transportasi, klinik perusahaan dan kunjungan dokter periodik,
ruang menyusui, sarana olah raga, sarana ibadah, tempat istirahat, perumahan pekerja,
pakaian kerja, koperasi pekerja dan pelayanan keluarga berencana. Tentu masih banyak
bentuk atau variasi program peningkatan kesejahteraan pekerja yang dapat disediakan
oleh manajemen perusahaan. Beberapa program tersebut memang membutuhkan
dukungan pekerja dan serikat pekerja serta dukungan pemerintah.
Melihat manfaat seperti itu bagi pekerja dan bagi manajemen sangat baik bila
manajemen sendiri yang pro aktif merancang dan menyediakan program kesejahteraan
tersebut. Demikian juga Pemerintah perlu secara pro aktif mendukung program
kesejahteraan pekerja dimaksud.