Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STANDAR K3

Panitia Pembina K3

DISUSUN OLEH:

Asifah Baiq Ramadani

K011191130

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya
sehingga Makalah Standar K3 dengan judul “Panitia Pembina K3” ini dapat selesai tepat
pada waktunya.

Makalah ini disusun sebagai pelengkap tugas mata kuliah Standar K3. Penulis sadar
bahwa penyelesaian makalah ini tidak luput dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, yang
telah memberikan masukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah Standar K3 dan semua
pihak yang terlibat.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Makassar, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Definisi P2K3..................................................................................................................3
B. Peran P2K3......................................................................................................................3
C. Struktur P2K3..................................................................................................................5
D. Fungsi dan Tugas P2K3.................................................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................8
A. Kesimpulan.....................................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan merupakan dasar dari kebutuhan setiap manusia
dan menjadi naluri dari setiap makhluk hidup. Keselamatan dan Kesehatan kerja sangat
melekat pada para pekerja sebagai bentuk perlindungan dari kecelakaan maupun
penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Dengan adanya penerapan aturan-aturan tersebut akan sangat membantu tenaga kerja
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat Kesehatan yang tinggi, serta
memberikan kenyamanan terhadap para tenaga kerjanya.
Penerapan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesahatan Kerja atau yang
disingkat dengan istilah P2K3 merupakan wadah bagi suatu perusahaan sebagai saran
dan pertimbangan mengenai keselamatan dan Kesehatan kerja, baik bagi pengusaha dan
pekerjaannya. Untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan mengadakan P2K3
membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia
merupakan aset penting bagi suatu organisasi karena manusia merupakan otak dalam
menjalankan organisasi sehingga keberadannya perlu diperhatikan. Hal tersebut agar
organisasi dapat berjalan dengan optimal. Namun, kenyataannya pada penelitian yang
dilakukan oleh Adiatma, dkk (2014) menyatakan bahwa Kinerja Panitia Pembina
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3) belum optimal yaitu dilihat dari dimensi
produktivitas, kualitas, ketepatan waktu, pengelolaan sumber daya, dan biaya. Adapun
faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi yaitu terbatasnya kemampuan sumber
daya manusia dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta kurangnya
motivasi yang diberikan pemimpin. Oleh karena itu, pentingnya mengetahui lebih
terkait P2K3.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari P2K3?
2. Apa peran dari P2K3?
3. Bagaimana struktur P2K3?
4. Apa fungsi dan tugas P2K3 di tempat kerja?
5. Apa saja syarat-syarat pembentukan P2K3?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari P2K3.
2. Untuk mengetahui peran dari P2K3.
3. Untuk mengetahui struktur P2K3.
4. Untuk mengetahui fungsi dan tugas P2K3 di tempat kerja.
5. Untuk mengetahui syarat-syarat pembentuk P2K3.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi P2K3
Menurut Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 P2K3 ialah badan pembantu
di tempat kerja yang merupakan wadah Kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk
mengembangkan Kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan
Kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3. Menurut
Topobroto (Markkanen, 2004 : 15), Pembentukan Panitia Pembina K3 dimaksudkan
untuk memperbaiki upaya penegakan ketentuan-ketentuan K3 dan pelaksanaannya di
perusahaan-perusahaan. P2K3 merupakan suatu wadah untuk memberikan saran dan
pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha mengenai masalah K3
(berdasarkan pasal 4 Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987).
Setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 50 karyawan diwajibkan
mempunyai komite K3 dan mendaftarkannya pada kantor dinas tenaga kerja setempat.
Namun, pada kenyataannya masih ada banyak perusahaan dengan lebih dari 50 karyawan
yang belum membentuk komite K3, pun jika ada komite tersebut sering kali tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya.

B. Peran P2K3
Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
merupakan langkah mewujudkan budaya kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan,
dimana Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) akan mengurangi,
mengevaluasi dan menemukan solusi agar kecelakaan nihil (zero accident) dapat
terlealisasi. Berikut peran panitia Pembina keselamatan dan Kesehatan kerja (P2K3):
a) Sebagai badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara
pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan
partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
b) Membantu pimpinan perusahaan dalam penerapan keselamatan kerja, higienis
perusahaan dan Kesehatan Kerja. Dalam sebuah perusahaan yang mempekerjakan
tenaga kerja lebih dari 100 orang atau pekerjaan dengan tingkat bahaya resiko besar
(seperti: menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko potensi
besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif) di
tempat kerja perlu adanya pencegahan terjadinya gangguan keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja, perlu penerapan keselamatan kerja, higienis perusahaan dan

3
kesehatan kerja di perusahaan dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktivitas
kerja. Untuk mewujudkan hal tersebut, perusahan perlu memiliki Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
c) Menciptakan kerjasama yang serasi dan partisipasi efektif dari semua unsur yang
terlibat dalam kegiatan perusahaan permasalahan K3
Seperti apa yang tertuang di dalam UU Keselamatan Kerja, Pasal 10 (1)
dinyatakan bahwa “Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk P2K3 guna
memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat kerja untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban bersama dibidang K3, dalam rangka melancarkan usaha
produksi.” Yang dimaksud dengan memperkembangkan kerja sama, saling
pengertian dan partisipasi efektif adalah suatu bentuk keterlibatan (involvement) dari
kedua belah pihak. Sedangkan tugas dan kewajiban dari kedua belah pihak adalah
melancarkan usaha produksi melalui peningkatan kinerja K3. Dalam hal ini, P2K3
mempunyai peran central di dalam menjamin kinerja K3 di tempat kerja.
d) Perubahan kinerja K3 kearah yang lebih baik
Perubahan kinerja k3 ke arah yang lebih baik akan lebih mudah dicapai
apabila antara pengurus atau pihak manajemen dengan tenaga kerja bekerja
sama (melalui forum P2K3), saling berkonsultasi tentang potensi bahaya,
mendiskusikannya dan mencari solusi atas semua masalah K3 yang muncul di
tempat kerja.
e) Sebagai wadah forum rembuk K3 dapat membawa pengurus dan perwakilan
tenaga kerja bersama-sama untuk mempertimbangkan isu-isu umum K3 di
tempat kerja secara luas, merencanakan, melaksanakan dan memantau
program-program K3 yang telah dibuat
f) P2K3 menjamin organisasi yang akan dibentuk merupakan perwakilan seluruh
komponen yang ada di tempat kerja.
Konsultasi antara pihak manajemen dengan pekerja harus terfokus
pada pengembangan struktur P2K3 yang betul-betul sesuai dengan kebutuhan
tempat kerja atau perusahaan. Pada saat memutuskan kebutuhan organisasi
P2K3 yang sesuai dengan tempat kerja atau perusahaan dan dapat memenuhi
tuntutan peraturan perundangan, hal-hal yang harus difikirkan antara lain
adalah:
 Besar kecilnya tempat kerja atau perusahaan
4
 Jenis operasional dan pengaturan tempat kerja
 Potensi bahaya dan tingkat resiko yang ada di tempat kerja
 Calon-calon anggota dari setiap kelompok kerja yang akan mengisi
struktur organisasi
 Ukuran ideal organisasi yanag dapat bekerja secara efektif.

C. Struktur P2K3
Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya
terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota. Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja3 dari perusahaan yang bersangkutan. P2K3 ditetapkan oleh Menteri
atau Pejabat yang ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurus yang
bersangkutan.
1. Tugas Ketua P2K3:
 Memimpin semua rapat pleno P2K3 atau menunjuk pengurus lainnya
untuk memimpin rapat pleno
 Menentukan langkah kebijakan demi tercapainya pelaksanaan
program-program yang telah digariskan organisasi
 Mempertanggung jawabkan pelaksanaan K3 di perusahaannya kepada
pemerintah melalui pimpinan perusahaan
 Mempertanggung jawabkan program-program P2K3 dan
pelaksanaannya kepada direksi perusahaan
 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program-program K3 di
perusahaan, dll.
2. Tugas Wakil Ketua
Melaksanakan tugas-tugas ketua dalam hal ketua berhalangan dan
membantu pelaksanaan tugas ketua sehari-hari;
3. Tugas Sekretaris:
 Membuat undangan rapat dan membuat notulen rapat
 Memberikan bantuan atau saran-saran yang diperlukan olek seksi-seksi
untuk kelancaran program-program K3
 Membuat laporan ke departemen-departemen perusahaan tentang
adanya potensi bahaya di tempat kerja, dll.
3. Tugas Anggota:

5
 Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai dengan
bidang tugas masing-masing
 Melaporkan kepada ketua atas setiap kegiatan yang telah dilaksanakan,
dll.

D. Fungsi dan Tugas P2K3


Berdasarkan Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja, telah dicantumkan fungsi dan tugas P2K3 pada pasal 4.
(1) P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun
tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan
kerja.
(2) Untuk melaksanakan tugas tersebut ayat (1), P2K3 mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan mengelola data tentang keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja;
b. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
1) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran dan peledakan
serta cara penanggulangannya.
2) Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja;
3) Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
4) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya;
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
1) Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
2) Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
3) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja;
4) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan;
5) Mengembangakan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,
hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi;
6) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan
makanan di perusahaan;
7) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;

6
8) Mengembangkan kesehatan tenaga kerja;
9) Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan;
10) Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan dan
kesehatan kerja.
d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Menurut Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 P2K3 ialah badan
pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah Kerjasama antara
pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan Kerjasama antara pengusaha
dan pekerja untuk mengembangkan Kerjasama saling pengertian dan
partisipasi efektif dalam penerapan K3.
 Terdapat beberapa peran P2K3 diantaranya sebagai badan pembantu di tempat
kerja, membantu pimpinan perusahaan dalam penerapan keselamatan kerja,
higienis perusahaan dan Kesehatan Kerja, Menciptakan kerjasama yang serasi
dan partisipasi efektif dari semua unsur yang terlibat dalam kegiatan
perusahaan permasalahan K3, perubahan kinerja K3 kearah yang lebih baik,
dan sebagainya.
 Struktur P2K3 terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan
anggota.
 P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta
maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk melakukan tugas tersebut P2K3
mempunyai fungsi.
B. Saran
Perlunya mengadakan P2K3 pada setiap perusahaan agar ada yang dapat
mengelola dan membantu mengontrol keselamatan dan Kesehatan para pekerja.
Penulis sadar dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk
itu pembaca disarankan lebih banyak membaca referensi selain dari makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. 1997. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor
PER.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja. Jakarta. Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia.
Adiatma, H., Sulandari, S., Nina Widowati. 2014. Studi Tentang Kinerja Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan
Jaringan Kudus.
Rarindo, H. 2018. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Suatu Analisis Studi Kasus
Kecelakaan Kerja di Pabrik, Kebijakan Hukum dan Peraturannya. Jurnal Ilmiah
Teknologi FST Undana Vol.12 No.2
Pambudhi, E. H. 2016. Peran Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja (P2K3)
Terhadap Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
di PT. Metabisulphite Nusantara Indonesia. Tugas Akhir
Wulandari, Y. 2021. Analisis Pelaksanaan Fungsi Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) di PT. Hutama Karya Proyek Tol Indralaya-Prabumulih.

Anda mungkin juga menyukai