Anda di halaman 1dari 12

KELEMBAGAAN K3 BIDANG KONSTRUKSI

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH HUKUM KESEHATAN DAN


PERUNDANGAN K3

Disusun oleh :

1. DELLA NOVITA SARI (P17451223044)


2. RAYZALDI DWI PUTRA (P17451224055)
3. NURI KHOIRUN NISYA' (P17451224062)
4. ADHIA AZZAHROUN NISA' (P17451224072)

Dosen :

Rizki Mustika Riswari, SST., MPH

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA
JURUSAN KESEHATAN TERAPAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia dan hidayah-
Nya kepada kita semua sehingga tugas makalah dengan judul “Kelembagaan K3 Bidang
Konstruksi” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini tak lupa pula penyusun menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak yang membantu penyusunan makalah dengan baik. Ucapan terima kasih yang tak
terhingga khususnya penyusun sampaikan kepada :
1. Ibu Rizki Mustika Riswari, SST., MPH selaku dosen Mata Kuliah Hukum Kesehatan
dan Perundangan K3.
2. Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan dalam penyusunan makalah ini.
3. Semua teman yang telah berpartisipasi dalam memberikan kritik dan saran terhadap
makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusun makalah ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan,
terutama disebabkan oleh kurangnya sumber informasi yang penyusun dapatkan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diperlukan oleh penulis untuk
perbaikan penulisan makalah ini.

Malang, 15 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Judul ............................................................................................................................ i
Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 2
1.3 Manfaat ............................................................................................................ 2
1.3.1 Manfaat bagi penulis ............................................................................. 2
1.3.2 Manfaat bagi pembaca ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan teori .................................................................................................... 3
2.1.2 Tugas dan Fungsi P2K3.......................................................................... 3
2.2 Dasar hukum K3 Konstruksi .............................................................................. 4
2.3 Tujuan K3 Konstruksi........................................................................................ 5
2.4 Prinsip Kerja K3 Konstruksi .............................................................................. 6
2.5 Fungsi K3 Konstruksi ........................................................................................ 6
2.6 Efek Tidak Adanya K3 Konstruksi .................................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 8


3.2 Saran ................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 9

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural,
sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya,
untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. Kegiatan konstruksi merupakan
unsur penting dalam pembangunan, namun dalam kegiatan konstruksi kecelakaan
konstruksi relatif tinggi dibandingkan dengan kegiatan lainnya.
Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya
dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber daya manusia, keuangan dan
pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti apa adanya tanpa adanya intervensi
dari manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Karena itu ahli K3 sejak awal
tahun 1980an berupaya meyakinkan semua pihak khususnya manajemen organisasi untuk
menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang
mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai manajemen K3. Menurut Kepmenaker 05
tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan/desain, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses, dan sumber daya yang dibutuhkan, bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Seperti yang kita ketahui, berdasarkan data statistik, kasus kecelakaan yang terjadi
di tempat kerja dalam pekerjaan konstruksi sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena masih
banyak pengurus maupun tenaga kerja belum mengenal dan memahami peraturan K3 yang
berkaitan dengan pekerjaan mereka. Dengan demikian perlu adanya upaya pengendalian,
pembinaan, penyuluhan dan pelatihan tentang K3 dalam bidang konstruksi sehingga dapat
dicapai kondisi dan lingkungan kerja yang aman. Melalui topic-topik yang dibahas dalam
modul ini diharapkan dapat membantu para calon ahli K3 dalam pemahaman peraturan K3
di bidang konstruksi.
Kewajiban untuk menyelenggarakaan sistem manajemen K3 pada
perusahaan- perusahaan besar melalui UU Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1%
saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan
system manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebegian besar disebabkan oleh masih
adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan biaya perusahaan.
Padahal jika diperhitungkan, besar dana kompensasi atau santunan untuk korban
kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya sistem manajemen K3, yang besarnya
mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak
selayaknya diabaikan.

1
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas matakuliah
Hukum Kesehatan dan Perundangan K3

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mendapat gambaran tentang aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Sebagai bahan referensi agar dapat mengerti dan memahami segala aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi penulis
Menambah ilmu pengetahuan dalam mata kuliah K3 di berbagai bidang.

1.3.2 Bagi civitas akademik atau pembaca


a. Sebagai bahan referensi kajian lebih lanjut dalam menambah wawasan mata
kuliah Hukum Kesehatan dan Perundangan K3.
b. K3 di berbagai bidang atau landasan pemikiran untuk kerangka
penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teori


K3 Konstruksi merupakan K3 di bidang non yankes, yang berarti K3 konstruksi
merupakan salah satu dari P2K3. P2K3 ialah badan pembantu di tempat kerja yang
merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan
kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja yang susunannya terdiri dari ketua,
sekretaris dan anggota. Sekretaris P2K3 di perusahaan ialah Ahli K3 Umum, dan yang
menjadi ketua adalah pimpinan perusahaan atau salah satu pimpinan yang ditunjuk. Jumlah
dan susunan P2K3 yaitu bagi perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau
lebih, jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 orang terdiri dari 6 orang mewakili
pengusaha/pimpinan dan 6 orang mewakili tenaga kerja. Kalau 50 – 100 orang maka terdiri
dari 6 orang mewakili perusahaan/pengusaha dan 3 orang mewakili pekerja. Dan bagi
perusahaan yang tenaga kerja kurang dari 50 (dengan risiko tinggi) jumlah anggota terdiri
dari 6 orang mewakili perusahaan dan 3 orang mewakili pekerja.

2.1.1 Tugas dan Fungsi P2K3


Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) wajib mempunyai struktur organisasi P2K3. Susunan pengurus P2K3 ini harus
sudah mendapatkan surat pengesahan dari Dinas Tenaga Kerja Provinsi dimana
perusahaan berdomisili. Sebagaimana yang diuraikan dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja (Permennaker) Nomor 4 tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang disingkat P2K3, kriteria bagi perusahaan yang wajib mempunyai
P2K3 adalah:
a. Tempat kerja yang memperkerjakan 100 (seratus) orang atau lebih.
b. Tempat kerja di mana pengusaha / pengurus memperkerjakan kurang dari 100 (seratus)
orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses, dan instalasi yang mempunyai risiko
yang besar akan terjadi peledakan, kebakaran, keracunan, dan penyinaran radioaktif.
P2K3 sendiri mempunyai tugas untuk memberikan saran dan pertimbangan baik
diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan
dan kesehatan kerja.
P2K3 juga memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
1. Menghimpun dan mengolah data tentang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja.
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3
b. Faktor yang dapat mempengaruhi efesiensi dan produktivitas kerja.
c. Alat pelindung diri bagi pekerja yang bersangkutan.
d. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

3
3. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
a. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja.
b. Menentukan tindakan koreksi dengan alternative terbaik.
c. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja.
d. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
e. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja.
f. Hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomic.
g. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan di
perusahaan.
h. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja.
i. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
j. Mengembangkan laboratorium keselamatan dan kesehatan kerja, melaksanakan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan.
k. Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higine perusahaan dan kesehatan
kerja.
4. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan pedoman
kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higine perusahaan,
kesehatan kerja, ergonomic dan gizi tenaga kerja.

2.2 Dasar Hukum K3 Konstruksi


Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 konstruksi merupakan segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.
Dalam upaya mewujudkan tertib dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi,
maka penyelenggara pekerjaan konstruksi harus dan wajib memenuhi berbagai syarat
mengenai keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi.
Berkaitan dengan diberlakukannya K3 dalam lingkungan kerja, ada beberapa
landasan atau dasar hukum yang digunakan, di antaranya adalah:
a. UU No. 01 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
b. UU No. 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung
c. UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
d. UU No. 2 Tahun 2017 tentang jasa konstruksi
e. Peraturan pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi
f. Peraturan pemerintah republik Indonesia No. 36 tahun 2005 tentang bangunan gedung
g. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi republik Indonesia No. 01 tahun 1980
tentang K3 konstruksi bangunan
h. Peraturan menteri tenaga kerja republik Indonesia No. PER.05/MEN/1985 tentang
pesawat angkat dan angkut
i. Peraturan menteri ketenagakerjaan RI No. 9 tahun 2016 tentang keselamatan dan
kesehatan kerja dalam pekerjaan pada ketinggian

4
j. Keputusan direktur jenderal pembinaan pengawasan ketenagakerjaan no KEP-
20/DJPPK/VI/2004 tentang sertifikasi kompetensi keselamatan kesehatan kerja bidang
konstruksi bangunan
k. Keputusan direktur jendela pembinaan pengawasan ketenagakerjaan no KEP-
74/PPK/XII/2013 tentang lisensi keselamatan dan kesehatan kerja bidang supervise
perncah
l. SKB menakertrans dan menPU ke 174/1986 dan no 104/KPTS/1986 tentang K3 pada
tempat kegiatan konstruksi beserta pedoman pelaksanaan K3 pada tempat kerja
kegiatan konstruksi
m. Surat edaran dirjen binwas No. 13/BW/1998 tentang akte pengawasan proyek
konstruksi bangunan
n. Surat dirjen binawas No. 147/BW/KK/IV/1997 tentang wajib lapor pekerjaan proyek
konstruksi.

2.3Tujuan K3 Konstruksi
Dalam undang-undang tahun 1970 dan landasan hukum lainnya terciptanya rambu-
rambu K3 mempunyai peranan yang sangat penting untuk memfokuskan setiap kelancaran
dan keselamatan selama proses pengerjaan proyek berlangsung.
Beberapa aturan dalam UU tersebut juga membahas tentang syarat hingga
kelengkapan lain sebagai komponen dari keselamatan kerja. Begitu pula dengan tujuan dari
K3 konstruksi, di antaranya adalah:
a. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terintegrasi dan terstruktur
b. Untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dan
menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong
produktivitas
c. Untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan bermacam-macam risiko kecelakaan,
kebakaran ataupun ledakan
d. Untuk memberikan petunjuk, arahan dan kesempatan jalan sebagai sarana
penyelamatan diri pada suatu keadaan darurat yang sedang terjadi
e. Mampu menyalurkan pertolongan serta sebagai alat perlindungan saat terjadi suatu
kecelakaan maupun keadaan darurat tertentu
f. Untuk melakukan pengendalian terhadap penyebarluasan kotoran, suhu, suara, angin,
getaran serta berbagai faktor yang mempengaruhi lainnya
g. Untuk melaksanakan pengendalian terhadap timbulnya suatu penyakit karena kerja,
baik fisik maupun psikis
h. Untuk penyelenggara dari aktivitas penyegaran suhu, udara dan kelembaban
i. Untuk memberikan penerangan yang sangat mencukupi pada kondisi darurat
j. Untuk mengatur langkah-langkah pengamanan sekaligus kelancaran pada proses
evakuasi keadaan darurat sekaligus menjadi sarana pemeliharaan bangunan
k. Untuk menghasilkan adanya keserasian antara tenaga kerja dengan lingkungannya
melalui aktivitas pemeliharaan kebersihan lingkungan dan
l. Untuk penyesuaian dan penyempurnaan bermacam-macam pengaman selama bekerja.

5
2.4 Prinsip Kerja K3 Konstruksi
Dalam melaksanakan setiap kegiatan dalam proyek konstruksi, perlu adanya prinsip
kerja K3 dalam mencapai tujuan seluruh pihak, baik atasan maupun untuk pekerja itu
sendiri. Di bawah ini beberapa prinsip kerja yang wajib diterapkan oleh seluruh pihak
dalam K3 konstruksi.
a. Penyesuaian Kelengkapan Administrasi
Masalah surat menyurat atau administrasi wajib Anda lengkapi di awal
pembangunan proyek konstruksi. Dimulai sejak pendaftaran proyek pada departemen
kerja daerah pembangunan, pembayaran asuransi bagi tenaga kerja dan sebagainya.
Untuk bagian surat menyurat umumnya membutuhkan surat izin penggunaan
jalan maupun fasilitas umum yang ada. Lebih dari itu, juga diperlukan surat keterangan
penggunaan alat berat, karena mampu memberikan pengaruh tertentu bagi masyarakat
sekitar.
b. Penyusunan Safety Plan
Salah satu rencana dalam pelaksanaan K3 ini bisa menunjang keberadaan
pembangunan yang lebih lancar. Setiap pekerja tentu membutuhkan jaminan atas
aktivitas maupun kegiatan konstruksi yang aman, nyaman dan terhindar dari adanya
penyakit maupun kecelakaan.
c. Pelaksanaan dan Pelatihan Keamanan K3
Prinsip terakhir ini dilaksanakan melalui kerjasama yang transparan dan saling
mendukung pada safety plan dengan perusahaan tertentu. pelaksanaan bisa terwujud
dalam bentuk pengawasan khusus oleh K3 konstruksi.
Kegiatan pengawasan terdiri dari safety patrol, safety supervisor, serta safety
meeting. Setiap unsurnya mempunyai peranan masing-masing bagi kesuksesan dan
pencapaian tujuan pengawasan.

2.5 Fungsi K3 Konstruksi


Pada pelaksanaannya K3 mempunyai fungsi yang cukup banyak dan bermanfaat,
baik bagi perusahaan maupun bagi pekerja. Di bawah ini beberapa fungsi dari penerapan
K3 konstruksi secara umum, adalah:
Sebagai pedoman untuk melakukan identifikasi dan penilaian akan adanya bahaya
dan risiko bagi keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja. Membantu memberikan
saran dalam perencanaan, proses organisir, desain tempat kerja dan pelaksanaan kerja.
Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan para pekerja di
lingkungan kerja. Memberikan saran mengenai informasi, edukasi dan pelatihan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja.
Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur
dan program. Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan pengendalian bahaya
dan program pengendalian bahaya.

6
2.6 Efek Tidak Adanya K3 Konstruksi
Apabila K3 konstruksi tidak diterapkan ada beberapa efek yang akan terjadi. Dampak
ini akan dirasakan oleh semua pihak baik perusahaan maupun para pekerjanya. Efek
tersebut antara lain adalah:
a. Kerja Tidak Nyaman
Hal pertama yang akan terjadi adalah para pekerja tidak akan merasa nyaman saat
bekerja. Hal tersebut disebabkan tidak diterapkannya prosedur dari K3 tersebut. Pola kerja
pun menjadi lebih buruk dan para pekerja akan mempunyai rasa ragu saat bekerja.
b. Risiko Cedera dan Kematian
Apabila prosedur K3 konstruksi tidak dijalankan maka akan terjadi risiko cedera
bahkan sampai risiko kematian oleh para pekerja. Padahal sebenarnya ada beberapa UU
yang telah mengatur terkait dengan setiap pekerjaan yang mempunyai sifat yang spesifik.
c. Hasil Kerja Kurang Maksimal
Efek selanjutkan dari tidak adanya K3 konstruksi adalah hasil kerja yang kurang
maksimal. Sebab salah satu tujuan diaplikasikannya prosedur K3 adalah untuk memberikan
hasil yang lebih maksimal untuk setiap tindakan pekerjaan yang dilakukan oleh para
pekerja.
d. Merugikan Orang Lain di Area Kerja
Dampak negatif dari tidak diberlakukannya K3 bukan hanya bagi pekerja dan
perusahaan saja, namun juga akan merugikan pihak lain di lingkungan perusahaan. Seperti
kerugian yang disebabkan oleh limbah pabrik bagi masyarakat, baik secara langsung
maupun bertahap. Untuk itu, penting menjalankan K3 dalam perusahaan konstruksi.
e. Kesulitan Menyelamatkan Diri Sendiri
Dampak negatif terakhir tidak adanya K3 adalah para pekerja sulit dalam
menyelamatkan diri dan teman kerjanya saat terjadi hal yang tidak diinginkan. Hal tersebut
tentu saja akan sangat merugikan, baik secara materil maupun nyawa dan pada akhirnya
mengganggu proses operasional dan produksi pada perusahaan.

7
BAB III
PENUTUP

Kecelakaan kerja konstruksi masih merupakan masalah besar yang memerlukan


perhatian lebih oleh para partisipan proyek, karena angka kecelakaan yang masih tinggi.
Teori penyebab kecelakaan kerja kontruksi telah berkembang, tidak hanya memandang dari
aspek pekerja (personal) saja, tetapi juga memandang dari aspek manajemen dan
organisasi. Yang berperan dalam meminimalkan kecelakaan tidak hanya dari pihak
kontraktor saja, tetapi semua pihak (partisipan) proyek harus ikut berperan. Perencanaan
keselamatan kerja konstruksi sebaiknya dilakukan jauh sebelum tahap pelaksanaan,
misalnya pada tahap desain atau bahkan pada tahap konsepsi.

A. KESIMPULAN

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan :

Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain
yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Kergiatan proyek kontruksi
memiliki karakteristik antara lain: bersifat sangat kompleks, multi disiplin ilmu,
melibatkan banyak unsur tenaga kerja kasar dan berpendidikan relatif rendah, msa kerja
terbatas, intensitas kerja yang tinggi, tempat kerja (terbuka, tertutup, lembab, kering,
panas, berdebu, kotor), menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas
dan beragam berpotensi bahaya, mobilisasi yang tinggi, peralatan, tenaga kerja, material
dll. Berbagai peristiwa kegagalan konstruksi, salah satu penyebabnya adalah tidak
mengikuti prosedur teknis konstruksi secara benar. Selama proses pembuatan konstruksi,
kegagalan konstruksi dapat pula dikategorikan sebagai kecelakaaan kerja.

B. SARAN

Pengawasan harus dilakukan dengan ketat tidak hanya oleh departemen dan dinas
tenaga kerja setempat, tapi juga oleh departemen pekerjaan umum selaku oihak ang
memahami aspek teknis konstruksi proyek-proyek bangunan. Prosedur audit sistem
keselamatan, kalibrasi peralatan kerja, hingga sertifikasi keselamatan dan kesehatan kerja
seharusnya dijalankan dengan jauh lebih tegas.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.garudasystrain.co.id/panitia-pembina-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-
p2k3/

https://eticon.co.id/k3-
konstruksi/#:~:text=Dasar%20Hukum%20K3%20Konstruksi&text=UU%20no%2013%2
0Tahun%202003,tahun%202005%20tentang%20bangunan%20gedung

https://www.slideshare.net/JuandaIpan/makalah-k3-bidang-konstruksi-ipan-juanda

Anda mungkin juga menyukai