Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HUKUM KESEHATAN DAN PERUNDANGAN K3

“KELEMBAGAAN K3 PERKAPALAN”

Disusun oleh:
1. MAYTANISA MARSYA A (P17451223025)
2. MUHAMMAD ESYA YUNAN PRASETYA (P17451223028)
3. MIFTAH HAYATI RU (P17451223033)
4. AHMAD INDRA RIZA FATA (P17451223036)

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN KESEHATAN TERAPAN
POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan, dan hidayah-
Nya sehingga Makalah Mata Kuliah Kewarganegaraan ini dapat terselesaikan. Shalawat serta
salam semoga dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sebagai tunjangan belajar. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Ibu Rizki Mustika Riswari, S.ST., M.PH. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Hukum Kesehatan dan Perundangan K3 yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk berusaha menuangkan pemikirannya dalam Makalah ini
2. Teman-teman satu kelompok penulis yang telah meluangkan waktunya untuk menyusun
makalah Hukum Kesehatan dan Perundangan K3 ini.

Penulis berharap semoga penulisan Makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi
semuanya

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Malang, 15 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
2.1 Pengertian K3 Industri Perkapalan...............................................................................................3
2.2 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)..........................................................3
2.3 Struktur Organisasi P2K3..............................................................................................................4
2.3.1 Fungsi P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) antara lain :.......................................4
2.3.2 Peran, tanggungjawab dan wewenang P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) :.......5
2.3.3 Jumlah dan susunan P2K3 antara lain sebagai berikut :..............................................................................6
2.4 Dasar Hukum K3 Perkapalan........................................................................................................6
2.5 Standart Operasional Prosedur K3 Perkapalan.............................................................................7
2.5.1 Jalur Evakuasi..............................................................................................................................................7
2.5.2 Stiker K3 dan Tanda Bahaya........................................................................................................................8
2.5.3 Alat Pelindung Diri......................................................................................................................................9
2.5.4 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)..........................................................................................................10
2.5.5 Poster K3....................................................................................................................................................10

BAB III...................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................12
3.2 Saran..........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia tidak sedikit industri-industri kecil dan menengah yang diantaranya adalah
industri logam. Industri-industri kecil dan menengah di bidang logam cukup banyak
jumlahnya, tetapi cara pengelolaan industri ini umumnya masih dikerjakan secara tradisional
dengan keterbatasan kemampuan di bidang teknik pengecoran logam. Hal tersebut
memerlukan pengerahan tenaga secara intensif dari para pekerja. Kurangnya keterampilan
dan perilaku para pekerja yang kurang perhatian akan bahaya pekerjaan merupakan akibat
dari sebab terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan dan
keselamatan kerja.
Upaya perlindungan pekerjanya bahkan untuk kriteria perusahaan tertentu
(mempekerjakan lebih dari 100 tenaga kerja atau jika jumlah tenaga kerjanya kurang dari 100
tetapi mempunyai potensi bahaya tinggi – PP No. 50 Tahun 2012) harus terintegrasi dalam
system managemen perusahaan yang disebut dengan system managemen K3 (SMK3).
K3 adalah sebuah upaya penanggulangan bahaya dan resiko yang berkaitan dengan K3
agar terjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, orang-orang disekitarnya, lingkungan
kerja dan hasil kerjanya. Hasil akhir yang didapatkan dari upaya ini adalah kemakmuran dan
kesejahteraan.
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang baik dan teratur memberikan
pengaruh pada perusahaan baik pengaruh positif dengan peningkatan kinerja karyawan atau
sebaliknya. Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan.
Di Indonesia disadari bahwa pelanggaran tentang norma K3 masih sering ditemukan di
lapangan. Data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun
2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat
kecelakaan kerja.
Industri perkapalan merupakaan industri yang bergerak di bidang jasa pembuatan
kapal dan jasa perbaikan kapal. Salah satu risiko tinggi dalam kegiatan reparasi kapal
yaitu pada aspek Keselamatan dan Kesehatan kerjanya (K3) yang secara umum

1
pengendaliannya dilakukan dengan menajemen risiko. Hasil dari proses identifikasi
risiko serta penilaian dengan matriks risiko dari 4 pekerjaan yang sudah diamati pada
kegiatan reparasi kapal, 1 pekerjaan memiliki level risiko sedang dan 3 pekerjaan
memiliki level risiko tinggi. Dari tiga pekerjaan yang memiliki level risiko tinggi
tersebut terdapat 6 risiko ekstrim

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan K3 Industri Perkapalan?
2. Apa dasar hukum K3 Perkapalan?
3. Bagaimana standart operasional prosedur dari K3 Perkapalan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah
“untuk mengatahui kelembagaan K3 di Industri Perkapalan”.

1.4 Manfaat
Dengan penulisan makalah ini diperoleh manfaat tentang informasi kelembagaan K3
Perkapalan, dasar hukum K3 perkapalan, serta standart operasional dari K3 perkapalan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian K3 Industri Perkapalan


Industri galangan kapal merupakannindustri yang bergerak pada jasa pembuatan kapal
baru dan pelayanan jasa reparasi kapal. Setiap kapal yang berlayar harus senantiasa dalam
keadaan yang memenuhi standar klasifikasi, maka dari itu untuk menjaga performa setiap
kapal tetap baik maka diperlukan kegiatan reparasi secara berkala. Kegiatan reparasi kapal
secara berkala dapat dilakukan setiap 2 tahun sekali.
Setiap perusahaan selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan masing-masing.
Besarnya risiko terjadinya tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian
risiko yang dilakukan. Kecelakaan akibat kerja merupakaan kecelakaan yang umunya
disebabkan oleh pekerja saat melaksanakan pekerjaan di perusahaan. Secara garis besar
kejadian kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor, yaitu akibat tindakan manusia yang tidak
memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman
(unsafe condition).
Proses identifikasi bahaya merupakan salah satu bagian dari manajemen risiko. Penilaian
risiko merupakan proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat
kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Proses identifikasi bahaya bisa dimulai berdasarkan
kelompok, seperti : kegiatan, lokasi. Aturan-aturan, dan fungsi atau proses produksi. Ada
berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifkasi bahaya di lingkungan kerja,
misalnya melalui inspeksi, informasi mengenai data kecelakaan kerja, penyakit dan absensi,
laporan dari tim K3, P2K3, supervisor dan keluhan pekerja, pengetahuan tentang industri,
lembar data keselamatan bahan dan lain-lain.

2.2 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)


Dasar hukum pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
ialah Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja. Disebutkan pada pasal
2 (dua) bahwa tempat kerja dimana pengusaha/pengurus memperkerjakan 100 (seratus) orang
atau lebih, atau tempat kerja dimana pengusaha/pengurus memperkerjakan kurang dari 100

3
(seratus) tenaga kerja namun menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko
besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif
pengusaha/pengurus wajib membentuk P2K3.
Pada pasal 3 (tiga) disebutkan bahwa unsur keanggotaan P2K3 terdiri dari pengusaha dan
pekerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota serta sekretaris P2K3 ialah
ahli keselamatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut
Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 ialah badan pembantu di tempat kerja yang
merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan
kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3.

2.3 Struktur Organisasi P2K3


Tugas P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) ialah memberikan
saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha mengenai masalah K3
(berdasarkan pasal 4 (empat) Permenaker RI Nomor PER 04/MEN/1987).

2.3.1 Fungsi P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) antara lain :
1. Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
tempat kerja.
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja mengenai :
a) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3
termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara menanggulanginya.
b) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
c) Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Membantu Pengusaha/Pengurus dalam :
a) Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.
b) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
c) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja (PAK) serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

4
d) Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, higiene
perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.
e) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan di
perusahaan.
f) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja.
g) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
h) Mengembangkan laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan.
i) Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan dan
kesehatan kerja.
j) Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higiene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja. (berdasarkan pasal 4
(empat) Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987).

2.3.2 Peran, tanggungjawab dan wewenang P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) :
1. Wewenang Ketua:
a) Memimpin semua rapat pleno P2K3 ataupun menunjuk anggota untuk memimpin
rapat pleno.
b) Menentukan langkah dan kebijakan demi tercapainya pelaksanaan program-
program P2K3.
c) Mempertanggung-jawabkan pelaksanaan K3 di Perusahaan ke Disnakertrans
Kabupaten/Kota setempat melalui Pimpinan Perusahaan.
d) Mempertanggung-jawabkan program-program P2K3 dan pelaksanaannya kepada
Direksi.
e) Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaannya program-program K3 di Perusahaan
2. Wewenang Sekretaris:
a) Membuat undangan rapat dan notulen.
b) Mengelola administrasi surat-surat P2K3.
c) Mencatat data-data yang berhubungan dengan K3.

5
d) Memberikan bantuan/saran-saran yang diperlukan oleh seksi-seksi demi suksesnya
program-program K3.
e) Membuat laporan ke Disnakertrans setempat maupun instansi lain yang
bersangkutan dengan kondisi dan tindakanbahaya di tempat kerja.
3. Wewenang Anggota
a) Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai dengan seksi masing-
masing.
b) Melaporkan kepada Ketua atas kegiatan yang telah dilaksanakan.

2.3.3 Jumlah dan susunan P2K3 antara lain sebagai berikut :


1. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih, maka jumlah
anggota sekurang-kurangnya ialah 12 (dua belas) orang yang terdiri dari 6 (enam)
orang mewakili pengusaha/pimpinan Perusahaan dan 6 (enam) orang mewakili tenaga
kerja.
2. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 50 (lima puluh) orang sampai dengan 100
(seratus) orang, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya ialah 6 (enam) orang yang
terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan Perusahaan dan 3 (tiga)
orang mewakili tenaga kerja.
3. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh) orang dengan
tingkat resiko bahaya sangat besar, maka jumlah anggota sesuai dengan ketentuan
nomor 2 (dua) di atas.
4. Kelompok Perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh) orang
untuk anggota kelompok, maka jumlah anggota sesuai dengan ketentuan nomor 2
(dua) di atas dimana masing-masing anggota mewakili Perusahaannya.

2.4 Dasar Hukum K3 Perkapalan


Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di kapal antara
lain sebagai berikut ini :
1. Amandemen Manila 201 O,STCW 78 Amandemen Manila 2010 Section A.1 /9 dabn
B.1 /9 tentang stander pengujian kesehatan dan sertifikasi kesehatan pelaut

6
2. ILO Guidelines For Conducting Presea & Periodic Medical Fitness Examination for
seafarers No. lLO/WHO/D.2/97. Pemeriksaaan kesehatan pelaut harus dilakukan oleh
dokter yang berpengalaman dibidang kesehatan maritime.
3. ISM REG.62. Diantaranya menetapkan bahwa setiap perusahaan pelayaran harus
memastikan kapalnya diawaki oleh awak kapal yang sehat dan bersertifikat sesuai
dengan peraturan nasional dan internasional.
4. MLC 2006 Reg. 4. Setiap Pelaut berhak untuk mendapat perlindungan kesehatan,
pemeliharaan kesehatan , kesejahteraan dan perlindungan social.
5. Undang • Undang No.15 Tahun 2016 Tentang Pengesahaan Maritime Labour
Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan Maritim 2006).
6. International Code of Practice mengenai petunjuk – petunjuk tentang prosedur /
keselamatan kerja pada suatu peralatan, pengoperasian kapal dan
7. UU No. 36/2009 Tentang Kesehatan
8. UU No.17/I/2008 Tentang Pelayaran
9. UU No.29/2004 Tentang Praktik Kedokteran
10. UU No.13/2003 Tentang Ketenagakerjaan
11. UU No.1/1970 Tentang Keselamatan Kerja
12. PP No.7/I/2000 Tentang Kepelautan
13. PM No. 70/2013 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Sertifikasi Serta Dinas Jaga
14. KEMENHUB No. 30/I/2008 Tentang Dokumen ldentitas Pelaut
15. KEMENHUB No. 66/I/2002 Tentang Organisai dan Tata Kerja BKKP
16. PM No. 40 Tahun 2019 tentang pemeriksaan kesehatan pelaut, tenaga penunjang
keselamatan pelayaran dan lingkungan kerja pelayaran

2.5 Standart Operasional Prosedur K3 Perkapalan


2.5.1 Jalur Evakuasi
      Dalam kondisi yang darurat, seluruh crew dan awak mengetahui jalur evakuasi yang
telah disiapkan oleh pihak manajemen K3. Salah satu faktor penting untuk menghindari
terjadinya korban jiwa pada suatu kecelakaan kapal adalah desain jalur evakuasi yang
aman. Sejumlah lokasi yang dapat memperlambat proses evakuasi, seperti pintu-pintu,
tangga, dan koridor penting untuk dianalisis. Makalah ini membahas sejumlah lokasi

7
kritis yang berpotensi terjadinya kegagalan evakuasi, khususnya pada kapal
penyeberangan antarpulau. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi lokasi kritis
atau lokasi tempat terjadinya kepadatan penumpang selama proses evakuasi adalah
Metode Pergerakan Simultan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa total waktu evakuasi
yang diperlukan penumpang adalah 870 detik atau 14,50 menit. Waktu tersebut lebih
kecil daripada waktu yang disyaratkan Organisasi Maritim Internasional (60 menit).
Potensi kepadatan penumpang atau jalur kritis dimulai pada pintu 1 ketika jalur tersebut
dilalui oleh semua penumpang kelas ekonomi sebelum memasuki koridor 1 dan koridor.

2.5.2 Stiker K3 dan Tanda Bahaya


      Stiker K3 dan tanda bahaya dibuat dengan tujuan mengingatkan semua penumpang
dan crew kapal untuk selalu tertib K3 guna menghindarkan kecelakaan kerja di
lingkungan teknik industri perkapalan. Para ahli K3 menyadari bahwa perusahaan harus
menyampaikan komunikasi K3 secara efektif untuk menciptakan lingkungan kerja yang
aman. 
      Rambu K3 memainkan peranan penting untuk mencapai tujuan tersebut. Media visual
tersebut berguna untuk mengingatkan pekerja dari potensi bahaya dan bagaimana
menghindari bahaya yang terdapat di area kerja, memberi petunjuk ke lokasi tempat
penyimpanan peralatan darurat, membantu pekerja atau penghuni gedung lainnya saat
proses evakuasi dalam keadaan darurat, serta poin plus saat audit K3, membantu
perusahaan untuk mendapatkan sertifikasi ISO, OHSAS, dll. Warna Rambu K3 adalah
warna dapat membantu pekerja menentukan klasifikasi bahaya di area kerja. Warna
rambu K3 juga akan membantu mengarahkan pekerja terkait tindakan yang harus mereka
lakukan sesuai warna rambu yang mereka lihat. Berikut ragam warna yang terdapat
dalam rambu K3 berdasarkan standar internasional:
1. Warna merah, mengidentifikasi danger/ bahaya, fire/ kebakaran, dan stop. Paling
sering digunakan untuk identifikasi bahan kimia cair mudah terbakar, emergency
stop, dan alat pemadam kebakaran. Sedangkan warna merah yang
mengindikasikan bahaya digunakan untuk menunjukkan adanya situasi bahaya
yang dapat menyebabkan kematian atau cedera serius.
2. Warna oranye, menunjukkan warning/ peringatan/ awas. digunakan untuk
menunjukkan situasi bahaya yang bisa menyebabkan kematian atau cedera serius.

8
biasanya sering dipasang di dekat peralatan kerja berbahaya, seperti benda tajam,
pisau berputar, mesin gerinda, dll.
3. Warna kuning, menunjukkan caution/ waspada. digunakan untuk menunjukkan
situasi bahaya (seperti tersandung, terpeleset, terjatuh, atau di area penyimpanan
bahan yang mudah terbakar) yang bisa menyebabkan luka ringan atau sedang.
4. Warna hijau, menunjukkan emergency/ safety. digunakan untuk menunjukkan
lokasi penyimpanan peralatan keselamatan, material safety data sheet (msds), dan
peralatan P3K. serta, instruksi-instruksi umum yang berhubungan dengan praktik
kerja yang aman.
5. Warna biru, menunjukkan notice/ perhatian. digunakan untuk menunjukkan
instruksi tindakan/ informasi keselamatan (bukan bahaya), seperti penggunaan
apd atau kebijakan perusahaan.

2.5.3 Alat Pelindung Diri 


      Dalam pasal 13 disebutkan juga bahwa barang siapa yang akan memasuki tempat
kerja, diwajibkan untuk mentaati semua petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja dan
wajib menggunakan alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. Dalam pasal 14 juga
disebutkan bahwa perusahaan diwajibkan secara cuma-cuma menyediakan semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah dan bagi
setiap orang yang memasuki tempat kerja tersebut. Ada 2 macam alat-alat pelindung
keselamatan yaitu terdiri dari :
a) Alat pelindung untuk mesin-mesin dan alat-alat tenaga. alat pelindung ini
disediakan oleh pabrik pembuat mesin dan alat tenaga misalnya kap-kap
pelindung dari motor listrik, katup-katup pengaman dari ketel uap, pompa- pompa
dan sebagainya.
b) Alat pelindung untuk para pekerja (Personal Safety Equipment). Alat pelindung
untuk para pekerja adalah gunanya untuk melindungi pekerja dari bahaya-bahaya
yang mungkin menimpanya sewaktu-waktu dalam menjalankan tugasnya seperti :
1. Helm pelindung batok kepala.
2. Alat pelindung muka dan mata.
3. Alat pelindung anggota badan.
4. Alat pelindung pernapasan.
5. Alat pelindung pendengaran.

9
2.5.4 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
      Ketika berada di laut banyak hal yang perlu dipersiapkan, tidak hanya bekal logistik
namun juga kebutuhan proteksi akan kebakaran. Dengan kebutuhan proteksi yang tidak
bisa ditawar, maka penyediaan alat pemadam api untuk kapal harus dipersiapkan dengan
serius.
      Jenis media APAR-pun harus disesuaikan juga dengan ruangan dalam kapal yang
akan diproteksi. Maka dari itu, sangat penting bagi Anda untuk mengetahui media APAR
yang cocok untuk digunakan di atas kapal. Kelas kebakaran yang terjadi juga harus
diidentifikasi dengan seksama. Alat pemadam api untuk kepala menurut medianya, di
bawah ini merupakan jenis APAR yang digunakan di atas kapal:
 Media soda asam. Media ini berasal dari reaksi antara natrium bikarbonat (soda
kue) dan asam sulfat yang menghasilkan CO2. Senyawa CO2 yang dihasilkan
APAR ini bisa memadamkan api dari kelas kebakaran A yang berasal dari benda
padat mudah terbakar. Namun, sekarang media ini sudah tidak dipakai karena
beracun.
 Media air. Media air ini adalah pengganti dari APAR yang menggunakan media
soda asam. Media air ini dianggap mampu memadamkan api dari kelas kebakaran
A. Namun dalam penggunaannya harus hati-hati, karena harus memperhatikan alat-
alat elektronik yang ada di sekitar area kebakaran.
 Media foam. Media ini sangat cocok digunakan untuk kelas kebakaran B yang
disebabkan benda cair mudah terbakar. APAR ini biasanya ditempatkan di ruangan
mesin atau penyimpanan bahan bakar kapal. APAR dengan media foam tersedia
dalam dua sistem yaitu mekanik dan kimia.
 Media CO2. APAR dengan media ini sangat cocok digunakan untuk ruangan dalam
kapal dengan banyak barang elektronik seperti control room, karena sifat media ini
yang non-konduktor. Media ini dirancang untuk memadamkan api dari kelas
kebakaran B dan C.

2.5.5 Poster K3
      Poster K3 di industri perkapalan ini dibuat agar para pekerja memahami pesan K3
yang ingin disampaikan. Kadang kala ada sebagian orang yang lebih mengena jika pesan-
pesan tersebut disampaikan dalam bentuk gambar bukan ceramah. Tentunya penempatan

10
poster tersebut harus sesuai dengan bahaya dan risiko yang ada di area kerja. Penempelan
poster merupakan salah satu bentuk pengendalian bahaya pada hirarki Administratif.
Walaupun tidak seefektif eliminasi, substitusi dan engineering control, tetapi program ini
juga dapat dikatakan efektif jika kita mampu mengkonsep desainnya dengan baik. Desain
yang baik artinya yang mampu memberikan pemahaman kepada pekerja betapa
pentingnya menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja selamat bekerja.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kecelakaan kerja di industri perkapalan biasanya disebabkan oleh desain kapal
yang tidak sesuai dengan standar. Ada pula maintenance dari para awak kapal yang
dilakukan tidak terjadwal secara rutin, sehingga ketika kapal berlayar menyebabkan
mesin panas sehingga menyebabkan kapal mudah mengalami kerusakan hingga terbakar
dan meledak. kurang pahamannya para awak kapal akan rambu-rambu yang ada pada
rute perjalanan, kelalaian petugas pelabuhan dalam melakukan pengawasan terhadap
kapal-kapal yangberlayar. Atau pun kelalaian awak kapal dalammelakukan maintanence
terhadap mesin-mesin yang ada pada kapal.Selain itu Permasalahan yang biasanya
dialami adalah badai, gelombangyang tinggi, arus yang besar, kabut yang
mengakibatkan jarak pandangyang terbatas, ini semua yang dipengaruhi oleh musim.
3.2 Saran
Di setiap industri perkapalan wajib memiliki tim K3 untuk mengidentifikasi
resiko keselamatan dan Kesehatan kerja, misalnya dengan cara melalui inspeksi,
informasi mengenai data kecelakaan kerja, penyakit dan absensi, laporan dari tim K3,
P2K3, supervisor dan keluhan pekerja, pengetahuan tentang industri, lembar data
keselamatan bahan dan lain-lain

12
DAFTAR PUSTAKA

Rio, K, et al. “PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA PT. INDUSTRI KAPAL INDONESIA KOTA MAKASSAR
Penerbit :Pusat Kajian Dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI
250.” Window of Public Health Journal, vol. 01, no. 03, 2020, pp. 250–260,
media.neliti.com/media/publications/340526-penerapan-program-keselamatan-dan-
keseha-7e83f666.pdf. Accessed 16 Sept. 2022.
‌ MENERAPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI ATAS KAPAL -
SMK Negeri 2 Ketapang. SMK Negeri 2 Ketapang. Published October 9, 2021. Accessed
September 16, 2022. https://www.smkn2ketapang.sch.id/menerapkan-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja-di-atas-kapal/

Program Studi Teknik Perkapalan. Unhas.ac.id. Published 2017. Accessed


September 16, 2022. https://eng.unhas.ac.id/perkapalan/id/news/13-K3-dan-Budaya-
K3.html
PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP
KINERJA KARYAWAN PADA PT. INDUSTRI KAPAL INDONESIA ( IKI ) MAKASSAR.;
2018. Accessed September 16, 2022. https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/4444-
Full_Text.pdf
Faizah, Nurul (2021) ANALISIS RISIKO K3 PADA KEGIATAN REPARASI
KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIRADC DAN METODE JSA
(STUDI KASUS : PT. ADILUHUNG SARANASEGARA
INDONESIA). Undergraduate thesis, UPN Veteran Jatim.
‌ Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) | Teknik Perkapalan. Undip.ac.id. Published
2022. Accessed September 16, 2022. https://perkapalan.ft.undip.ac.id/kesehatan-dan-
keselamatan-kerja-k3/
home. Mengenal Lebih Dalam Tentang Rambu K3, Penting Dipahami HSE
Officer • Safety Sign Indonesia - Rambu K3, Lalu Lintas, Exit & Emegency , Label B3.
safetysign.co.id. Published 2016. Accessed September 16, 2022.
https://www.safetysign.co.id/news/201/Mengenal-Lebih-Dalam-Tentang-Rambu-K3-
Penting-Dipahami-HSE-Officer
Mario. Apa Saja Alat Pemadam Api untuk Kapal? PEMADAMAPI.CO.ID.
Published July 2, 2018. Accessed September 16, 2022.
https://www.pemadamapi.co.id/alat-pemadam-api-untuk-kapal/
‌ https://www.facebook.com/noviajijoko. Contoh Poster K3 di tempat Kerja - HSEpedia
Indonesia. HSEpedia. Published 2021. Accessed September 16, 2022.
https://hsepedia.com/poster-k3/
Hebbie Ilma Adzim. Struktur Susunan dan Tugas Organisasi Tim P2K3 (Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Manajemen K3 Umum. Published online

13
September 6, 2013.
doi:https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/struktur-susunan-
tugas-p2k3-panitia.html
Balai Kesehatan Kerja Pelayaran. Dephub.go.id. Published 2016. Accessed
September 16, 2022. https://bkkp.dephub.go.id/index.php/article/dasar-hukum.html

14

Anda mungkin juga menyukai