Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATA KULIAH SANITASI INDUSTRI & K3

“ STANDAR DAN BAKU MUTU SANITASI INDUSTRI DAN K3


YANG DI TEMPAT KERJA”

Dosen Pembimbing :

Demes Nurmayanti, ST.,M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Moch Wahyu Dwi S P27833122019


Zahrah Aurelia Handoko P27833122036
Achmad Achsin A/P27833122038
Nabila Azzahra Manda Putri P27833122062

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA

PROGRAM STUDI SANITASI PROGRAM DIPLOMA TIGA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2024/2025


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “
STANDAR DAN BAKU MUTU SANITASI INDUSTRI DAN K3 YANG DI TEMPAT
KERJA”

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam makalah ini, maka
segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat melengkapi kesempurnaan makalah ini.

Banyak pihak yang telat turut memberikan motivasi dan bantuan serta bimbingan yang penulis
terima selama proses penulisan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan
kekuatan dan melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya atas segala yang telah kita
lakukan.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis
khususnya pembaca pada umumnya, aamiin.

Surabaya, 30 Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................................4
B. TUJUAN................................................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................................................5
ISI...................................................................................................................................................................5
A. STANDAR DAN BAKU MUTU SANITASI INDUSTRI DAN K3.......................................................5
YANG DI TEMPAT KERJA........................................................................................................................5
a. Sanitasi Industri......................................................................................................................................5
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3):..............................................................................................5
B. UPAYA PENGENDALIAN BAHAYA DIDASARKAN PADA HIERARKI.......................................6
1. Penyebab Utama Kecelakaan Kerja.......................................................................................................6
2. Pengendalian Risiko K3 Konstruksi......................................................................................................7
A. Eliminasi..........................................................................................................................................7
B. Substitusi..........................................................................................................................................7
C. Rekayasa Teknik.............................................................................................................................7
D. Pengendalian Administrasi............................................................................................................7
E. Alat Pelindung Diri.........................................................................................................................8
3. Jenis Alat Pelindung Diri K3 dan Fungsinya.........................................................................................8
3. Pelindung Telinga...............................................................................................................................9
4. Pelindung Saluran Peranasan..............................................................................................................9
6. Pelindung Kaki.................................................................................................................................10
7. Pakaian Pelindung.............................................................................................................................11
8. Alat Pengaman di Ketinggian............................................................................................................11
9. Pelampung........................................................................................................................................11
B. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN DI INDUSTRI PERKOTAAN............................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap proses/aktifitas pekerjaan,
baik itu disebabkan perencanaan yang kurang sempurna, pelaksanaan yang kurang cermat,
maupun akibat yang tidak disengajanseperti keadaan cuaca, bencana alam, dll.Salah satu
risiko pekerjaan yang terjadi adalah adanya kecelakaan kerja.Saat kecelakaan kerja (work
accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss), oleh
karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, kecelakaan/potensi kecelakaan kerja harus
dicegah/dihilangkan, atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya.
Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan
secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan
diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan.Urusan K3 bukan hanya
urusan EHS Officer saja, mandor saja atau direktur saja, tetapi harus menjadi bagian dan
urusan semua orang yang ada di lingkungan pekerjaan. Urusan K3 tidak hanya sekedar
pemasangan spanduk, poster dan semboyan, lebih jauh dari itu K3 harus menjadi nafas
setiap pekerja yang berada di tempat kerja. Kuncinya adalah kesadaran akan adanya risiko
bahaya dan perilaku yang merupakan kebiasaan untuk bekerja secara sehat dan selamat.
Seringkali karena alasan efisiensi kerja, terjadi kelalaian terhadap bahaya yang
mengancam, misalnya penggunaan alat yang rusak yang dapat menimbulkan bahaya atau
kecelakaan kerja. Ada juga alat yang sudah kedaluarsa (misal: APAR) tetap digunakan
dengan alasan selama ini aman-aman saja.Upaya optimalisasi memang diperlukan tetapi
harus memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja.Banyak pihak yang kurang
menyadari bahwa biaya yang terjadi akibat adanya suatu kecelakaan kerja jauh lebih besar
dan menimbulkan bukan hanya kepada para pekerja, tetapi juga bagi 2 pengusaha,
masyarakat ,dan lingkungan.Besarnya biaya untukrehabilitasi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja harus ditekan dengan upaya pencegahan.

B. TUJUAN
1. Menciptakan tempat dan lingkungan kerja yang aman, nyaman, serta efisien sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja
BAB II
ISI

A. STANDAR DAN BAKU MUTU SANITASI INDUSTRI DAN K3


YANG DI TEMPAT KERJA

Standar dan baku mutu sanitasi industri serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
tempat kerja adalah kunci untuk menjaga kesehatan pekerja, mencegah kecelakaan, dan
melindungi lingkungan. Berikut adalah beberapa poin yang mencakup standar dan baku mutu
sanitasi industri serta K3 di tempat kerja:

a. Sanitasi Industri
1. Pengelolaan Limbah:
- Standar pengelolaan limbah industri yang mencakup pemisahan, pengelolaan, dan
pembuangan limbah sesuai dengan peraturan setempat.
- Penggunaan teknologi ramah lingkungan untuk mengolah dan mendaur ulang limbah.

2. Kebersihan Lingkungan
- Standar kebersihan di area produksi dan perkantoran.
- Protokol pembersihan dan desinfeksi untuk mencegah penyebaran penyakit.

3. Air dan Kualitas Udara:


- Pemantauan kualitas air dan udara di sekitar fasilitas industri.
- Penggunaan teknologi untuk mengurangi emisi polutan ke udara dan limbah cair.

4. Pencegahan Kontaminasi Produk:


- Proses sanitasi peralatan produksi untuk mencegah kontaminasi produk.
- Standar kebersihan dalam rantai pasokan untuk mencegah kontaminasi bahan baku.

5. Fasilitas Kesehatan:
- Ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai bagi pekerja.
- Protokol kebersihan dan desinfeksi di fasilitas kesehatan.

b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3):


1. Identifikasi Risiko:
- Penilaian risiko dan identifikasi potensi bahaya di tempat kerja.
- Pelaporan dan dokumentasi semua insiden dan kecelakaan kerja.

2. Peralatan Keselamatan:
- Pemakaian peralatan pelindung diri (APD) sesuai dengan standar.
- Perawatan dan penggantian APD secara teratur.
3. **Pelatihan Keselamatan:**
- Program pelatihan keselamatan bagi semua pekerja.
- Pelatihan darurat untuk mengatasi situasi kecelakaan atau kebakaran.

4. Pencegahan Kebakaran:
- Sistem deteksi kebakaran dan pemadam api yang memadai.
- Pelatihan evakuasi dalam situasi darurat kebakaran.

5. Ergonomi:
- Penilaian dan perancangan tempat kerja yang ergonomis.
- Pemantauan dan tindakan pencegahan terhadap cedera muskuloskeletal.

6. Manajemen K3:
- Kebijakan dan prosedur manajemen K3 yang jelas.
- Komite K3 untuk memantau dan meningkatkan praktik keselamatan.

7. Pemantauan Kesehatan Pekerja:


- Program pemantauan kesehatan pekerja yang melibatkan pemeriksaan kesehatan berkala.
- Penanganan dan pelaporan penyakit akibat kerja.

8. Komitmen Pemimpin Organisasi:


- Pemimpin organisasi terlibat secara aktif dalam kebijakan K3.
- Sanksi dan insentif terhadap kepatuhan terhadap protokol K3.

Standar dan baku mutu ini dapat bervariasi berdasarkan industri, lokasi, dan peraturan
setempat. Oleh karena itu, penting untuk terus memperbarui kebijakan sesuai dengan
perkembangan regulasi dan pengetahuan industri terkini.

B. UPAYA PENGENDALIAN BAHAYA DIDASARKAN PADA HIERARKI

1. Penyebab Utama Kecelakaan Kerja


Penyebab utama kecelakaan kerja yaitu rendahnya kesadaran akan pentingnya penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), terutama pada kalangan industri dan masyarakat.
Selama ini, penerapan K3 seringkali dianggap sebagai beban biaya, bukan sebagai investasi
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Sinar Harapan.Co, 2019). Padahal, apabila
penerapan K3 diaplikasikan dengan baik dan benar pada seluruh aspek pembangunan
infrastruktur, maka terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh, tentunya selain mencegah
kecelakaan kerja (Ditjen Bina Konstruksi, 2018), seperti :
 Mengurangi keterlambatan penyelesaian proyek,
 Menurunkan biaya proyek, sehingga secara ekonomi pasti lebih menguntungkan,
 Mencegah kerugian materi dan moril,
 Mencegah kematian,
 Membantu mencegah kerusakan lingkungan,
 Menciptakan rasa aman sehingga meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat,
 Meningkatkan indeks pembangunan manusia dan daya saing nasional,
 Mendorong terwujudnya pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan untuk mendukung
terciptanya zero accident.

2. Pengendalian Risiko K3 Konstruksi


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum, Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi wajib dan bertanggung jawab untuk melakukan
pengendalian risiko K3 Konstruksi. Pengendalian risiko yang dimaksud adalah segala upaya
untuk meniadakan risiko (CSP, 2018). Pengendalian risiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki
Pengendalian (Hierarchy of Control) risiko. Hirarki pengendalian risiko adalah suatu urutan
prioritas dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari
beberapa tingkatan secara berurutan:

A. Eliminasi
Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan harus dicoba untuk
diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi adalah cara untuk menghilangkan sumber
bahaya.
Contoh: seorang pekerja harus menghindari bekerja di ketinggian namun pekerjaan tetap
dilakukan dengan menggunakan alat bantu.

B. Substitusi
Substitusi adalah cara untuk mengganti metode atau alat/mesin/bahan yang lebih aman dan
tingkat bahayanya lebih rendah.
Contoh: penggunaan tangga diganti dengan alat angkat mekanik kecil untuk bekerja di
ketinggian.

C. Rekayasa Teknik
Rekayasa Teknik adalah cara untuk memodifikasi atau perancangan alat/mesin/tempat kerja yang
lebih aman.
Contoh: menggunakan perlengkapan kerja atau peralatan lainnya untuk menghindari terjatuh
pada saat bekerja di ketinggian.

D. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi adalah cara meniadakan risiko dengan membuat prosedur, aturan,
pelatihan, tanda bahaya, rambu, poster, label, atau merubah durasi kerja.
Contoh: pengaturan waktu kerja (rotasi tempat kerja) untuk mengurangi terpaparnya/
tereksposnya pekerja terhadap sumber bahaya, larangan menggunakan telepon seluler di tempat
tertentu, pemasangan rambu-rambu keselamatan.

E. Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri yang dimaksud adalah melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindugan diri
agar meniadakan risiko.
Contoh: Pemakaian kacamata las dan sarung tangan kulit pada pekerjaan pengelasan.

Pengendalian risiko juga dapat dilakukan dengan cara inspeksi. Inspeksi K3 adalah suatu
upaya melakukan pemeriksaan atau mendeteksi berbagai faktor (peralatan, proses kerja, material,
area kerja, prosedur) yang berpotensi menimbulkan cedera, sehingga kecelakaan kerja ataupun
kerugian dapat dicegah atau diminimalkan. Ruang lingkup inspeksi K3 menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 meliputi:
 Tempat kerja,
 Peralatan kerja,
 Cara kerja,
 Alat Pelindung Kerja,
 Alat Pelindung Diri,
 Rambu-rambu, dan
 Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K.
Kecelakaan merupakan risiko yang melekat pada setiap proses atau kegiatan yang berhubungan
dengan pekerjaan. Pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan selalu ada risiko kegagalan (risk of
failures). Saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan
mengakibatkan kerugian (loss). Oleh karena itu, kecelakaan atau potensi kecelakaan kerja harus
dicegah sedini mungkin.

3. Jenis Alat Pelindung Diri K3 dan Fungsinya

1. Pelindung Kepala

Alat pelindung untuk kepala bisa berupa helm pengaman (safety helmet), topi, tudung
kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain sebagainya. Alat ini berfungsi untuk menjaga
kepala dari kemungkinan terjadinya benturan, jatuhnya benda keras atau tajam, dan terpukul
pada bagian kepala. Selain melindungi dengan risiko benturan benda, penutup kepala juga akan
menjaga individu dari radiasi panas, percikan bahan kimia, api, mikroorganisme, dan suhu yang
sedang ekstrem.

2. Pelindung Wajah

APD K3 yang digunakan untuk melindung area wajah termasuk mata yaitu kacamata
pengaman (spectacles), face shield, googles, masker selam, dan tameng muka lengkap dengan
kacamata pengaman yang menjadi satu (full face masker). Alat pelindung wajah ini berfungsi
untuk melindungi organ mata dan muka secara keseluruhan. Terutama dari bahan kimia
berbahaya, partikel kecil yang melayang di udara dan permukaan udara. Termasuk melindungi
wajah dari percikan panas, uap, radiasi gelombang elektromagnetik, pancaran cahaya, benda
kecil. Pelindung tersebut juga akan menjaga wajah dari benturan benda keras atau tajam.

3. Pelindung Telinga

Untuk melindungi organ telinga pekerja perlu menggunakan APD K3 berupa penutup
telinga atau ear muff. Bisa juga menggunakan sumbat telinga atau ear plug. Alat ini efektif
melindungi telinga dari suara bising dan tekanan tinggi. Mengingat kondisi beberapa lokasi
kerja bisa sangat bising. Dikarenakan suara mesin dan alat-alat berat. Pelindung telinga harus
selalu digunakan khususnya oleh pekerja yang sedang mengoperasikan alat atau mesin yang
mengeluarkan suara cukup berisik.
4. Pelindung Saluran Peranasan

APD K3 untuk melindungi organ pernapasan bekerja dengan cara menyalurkan udara
bersih ke dalam saluran pernapasan. Atau menyaring cemara di udara agar jangan sampai masuk
ke dalam paru-paru. Misalnya cemaran dari bahan kimia, debu, mikroorganisme, kabut, uap,
asap, gas, dan sebagainya. Alat pelindung untuk pernapasan terdiri dari banyak jenis. Di
antaranya yang paling umum adalah masker, respirator, dan katiri. Kemudian ada juga
canister, airline respirator, rebreather, tangki selam , Self-Contained Breathing
Apparatus (SCBA), dan juga alat bantu pernapasan darurat .

5. Pelindung Tangan

Pelindung tangan yang umum dikenal adalah sarung tangan. Alat pelindung ini memiliki
fungsi untuk menjaga tangan juga jari-jari tangan dari suhu panas atau dingin. Selain itu, juga
untuk melindungi tangan dari api, radiasi, bahan kimia, arus listrik, goresan, infeksi virus, bakteri
dan jasad renik. Sarung tangan APD K3 bisa terbuat dari beberapa jenis bahan. Ada sarung
tangan yang dibuat dengan bahan kain, kanvas, karet, kulit, dan juga dari logam. Penggunaanya
disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pekerjaan pegawai.

6. Pelindung Kaki

APD K3 untuk melindungi kaki yaitu berupa sepatu keselamatan yang jenisnya
dibedakan sesuai jenis pekerjaan. Ada sepatu keselamatan yang dikenakan untuk pekerjaan
peleburan, pengecoran logam. Ada pula yang dipakai di tempat konstruksi bangunan serta jenis
sepatu khusus untuk lokasi kerja lainnya. Sepatu keselamatan digunakan agar kaki dapat
terlindungi dari tertimpa barang, terbentur benda berat, terkena cairan berbahaya dengan suhu
yang tinggi atau terlalu rendah. Selain itu sepatu juga melindungi kaki dari bahan kimia
berbahaya, jasad renik, dan menjaga agar kaki tidak disayangkan.

7. Pakaian Pelindung

APD K3 dalam bentuk pakaian pelindung bisa berupa romi (vest), jaket,
celemek (Apron/coverall), dan pakaian pelindung lainnya. Baik yang menutupi seluruh bagian
tubuh atau hanya sebagian saja. Pakaian pelindung ini memiliki fungsi melindungi tubuh
sebagian atau seluruhnya, dari bahaya suhu yang ekstrim, bisa panas atau terlalu dingin. APD
tersebut juga dapat menjaga tubuh dari api, percikan bahan kimia berbahaya, cairan, logam
panas, uap panas, radiasi, patogen, dan jenis bahaya lainnya.

8. Alat Pengaman di Ketinggian

Dalam Permen Tenaga Kerja dan Transmigrasi no 8 tahun 2010 alat ini disebut dengan
istilah alat pelindung jatuh perorangan. Artinya yaitu alat yang berfungsi membatasi gerak badan
pekerja agar tidak terjatuh atau menjaga agar pekerja tetap berada pada posisi yang diinginkan
dalam keadaan tergantung. Jenis alat pelindung dari ketinggian terdiri dari tali pengaman (safety
Rope), sabuk pengaman (harness), tali koneksi (lanyard), karabiner. Alat penjepit tali (rope
Clamp), alat penahan jatuh (mobile fall arester), dan alat penurun (descender), juga termasuk ke
dalam alat pelindung jatuh perorangan.
9. Pelampung

Pada beberapa lokasi kerja, pelampung perlu disediakan sebagai standar APD K3. Alat
ini berfungsi menjaga pengguna yang sedang bekerja di atas permukaan air atau di atas udara,
agar tidak tenggelam. Selain itu pelampung juga bisa digunakan untuk mengatur tingkat
keterapungan, agar pengguna bisa berada dalam posisi melayang di udara atau bahkan tenggelam
sesuai dengan kedalaman yang diinginkan.
Jenis pelampung yang biasa digunakan dalam industri di antarannya ada jaket
keselamatan (life jacket), lalu ada juga rompi keselamatan (life vest). Selain itu untuk mengatur
keterapungan ada alat yang disebut perangkat kontrol daya apung.
Itu dia jenis-jenis APD K3 dengan berbagai variasi alat, yang umum digunakan di banyak
industri berbeda. Keberadaan APD di lokasi kerja sangat penting dan harus selalu dipastikan
ketersediaannya. Apabila APD rusak atau kadaluarsa harus segera dihancurkan kemudian diganti
dengan alat yang baru.

B. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN DI INDUSTRI PERKOTAAN

Upaya kesehatan lingkungan di industri perkotaan sangat penting untuk menjaga


keseimbangan ekosistem dan melindungi kesehatan masyarakat. Berikut adalah beberapa upaya
yang dapat dilakukan di industri perkotaan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan:

1. Pengelolaan Limbah:
- Menerapkan sistem pengelolaan limbah yang efisien dan ramah lingkungan.
- Memisahkan limbah padat, cair, dan beracun untuk pengolahan yang tepat.
- Menggunakan teknologi daur ulang untuk mengurangi limbah dan mempromosikan
penggunaan kembali material.

2. Pencegahan Pencemaran Udara:


- Menggunakan teknologi ramah lingkungan di pabrik dan industri untuk mengurangi emisi gas
beracun.
- Menerapkan standar emisi yang ketat dan mengawasi pelaksanaannya secara teratur.
- Menggalakkan penggunaan energi bersih dan terbarukan untuk mengurangi polusi udara.

3. Penghijauan dan Konservasi Lahan:


- Menanam pohon di sekitar pabrik atau industri untuk membantu menyerap polutan udara.
- Menerapkan konsep taman industri untuk menciptakan ruang terbuka hijau di sekitar tempat
kerja.
- Melibatkan komunitas dalam program penanaman pohon dan perawatan lingkungan.
4. Pengelolaan Air:
- Mengoptimalkan penggunaan air dengan teknologi yang efisien dan inovatif.
- Menerapkan sistem daur ulang air untuk mengurangi pemakaian air bersih.
- Memonitor dan mengontrol limbah cair untuk mencegah pencemaran air.

5. Pengurangan Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya:


- Mengganti bahan kimia berbahaya dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
- Melibatkan pekerja dalam pelatihan keamanan kimia untuk mencegah kecelakaan dan bocoran
yang dapat merusak lingkungan.

6. Peningkatan Transportasi Ramah Lingkungan:


- Mendorong penggunaan transportasi umum, sepeda, atau mobil listrik.
- Memberikan fasilitas dan insentif bagi karyawan yang menggunakan transportasi ramah
lingkungan.
- Mengurangi emisi gas rumah kaca dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermesin
pembakaran internal.

7. Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan:


- Mengadakan program pendidikan lingkungan bagi karyawan dan masyarakat sekitar.
- Mendorong partisipasi dalam kegiatan lingkungan, seperti membersihkan pantai atau sungai.
- Menyosialisasikan pentingnya menjaga lingkungan bersih dan sehat.

8. Kerjasama dengan Pemerintah dan LSM:


- Melibatkan pemerintah dalam pengawasan dan penegakan regulasi lingkungan.
- Berkolaborasi dengan LSM lingkungan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

Melakukan langkah-langkah ini tidak hanya dapat meningkatkan kesehatan lingkungan di


industri perkotaan, tetapi juga dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan
berkelanjutan bagi masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Menaker Hanif Canangkan Peringatan


Bulan K3 Nasional 2018. Retrieved from Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
http://www.depkes.go.id/article/view/18012200004/menaker-hanif-canangkan-peringatan-
bulan-k3-nasional-2018.html

Kementerian Ketenagakerjaan RI. (2019). Retrieved from Twitter Kementerian


Ketenagakerjaan: https://twitter.com/kemnakerri/status/1084659933918912512

CSP, I. L. (2018). Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko dan Pengendalian (IBPRP) dalam
RK3K. Retrieved from
http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/55248/mod_resource/content/1/201808-CPD%20Ahli
%20K3%20Konstruksi-14-05-Identifikasi-Bahaya.pdf.pdf

https://mutucertification.com/alat-pelindung-diri-k3/

Anda mungkin juga menyukai