Anda di halaman 1dari 15

RUANG LINGKUP HIGIENE INDUSTRI

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PENGANTAR HI

Disusun oleh:

Irsyad aflah alhafiz n


P17451224057

Dosen:

Dr. Suwoyo,S.Kep.,Ns.,M.Kes

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan rahmat
seria karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul "Ruang Lingkup Higiene"

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan medapatan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekuranga
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan senang hati
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah "Ruang Lingkup Higiene "dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Malang, 16 mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents

1KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................5

1.3 Tujuan..................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................5

2.1 Pengertian Higiene industri.................................................................................................6

2.2 Tentang hygiene industri.....................................................................................................6

2.1.1 Tujuan Higiene Industri.......................................................................................................7

2.1.2 Manfaat Higiene Industri.....................................................................................................7

2.3 Rekognisi Sumber Bahaya...................................................................................................8

a. Faktor fisik...........................................................................................................................8

Studi kasus faktor fisik:..........................................................................................................................8

Penyakit yang mungkin dapat terjadi :...................................................................................................9

b. Faktor kimiawi.....................................................................................................................9

c. Faktor biologi......................................................................................................................9

iii
Studi kasus faktor ergonomi:................................................................................................................10

e. Faktor mental dan psikologis.............................................................................................11

Studi kasus faktor psikologis:...............................................................................................................11

2.4 Antisipasi Sumber Bahaya.................................................................................................11

2.5 Evaluasi Sumber Bahaya...................................................................................................11

2.6 Kontrol Sumber Bahaya....................................................................................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau
Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higien Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selain itu Kegiatannya bertujuan agar tenaga
kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja diantaranya melalui
pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan perbaikan yang mungkin dapat
dilakukan. Melihat risiko hagi tenaga kerja yang mungkin dihadapi di lingkungan kerjanya,
maka perlu adanya personil di lingkungan industri yang mengerti tentang hygiene industri dan
menerapkannya di lingkungan kerjanya. Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua
disiplin ilmu yang berbeda yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga
mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Sejarah
hiperkes berkembang setelah abad ke-16. Pada tahun 1556 oleh Agricola dan 1559 oleh
Paracelcus di aderah pertambangan. Benardi Rammazini (1633-1714), dikenal sebagai bapak
Hiperkes, yang membahas hiperkes di industry textile terutama mengenai penyakit akibat kerja
(PAK).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud hygiene industri?


2. Apa saja yang menjadi ruang lingkup dan hygiene industri?

1.3 Tujuan
1. Mampu untuk memahami apa yang dimaksud dengan hygiene industri
2. Mampu untuk memahami ruang lingkup hygiene industri

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Higiene industri

Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi,
rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang
timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan
kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat
juga merupakan Ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian pada pengenalan, evaluasi dan
kontrol faktor lingkungan dan stress yang muncul di tempat kerja yang mungkin
menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau menimbulkan
ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungan.

Thperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang berbeda
yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai tujuan yang sama
yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif, Istilah Hiperkes menurut Undang-
Undang tentang ketentuan pokok mengenai Tenaga Kerja yaitu lapangan kesehatan yang
ditujukan kepada pemeliharaan-pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga
kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit,
mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-norma hiperkes
untuk mencegah penyakit baik sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum serta
menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja.

Hiperkes berkembang setelah abad ke-16. Pada tahun 1556 oleh Agricola dan 1559
oleh Paracelcus di aderah pertambangan. Benardi Rammazini (1633-1714), dikenal sebagai
bapak Hiperkes, yang membahas hiperkes di industry textile terutama mengenai penyakit
akibat kerja (PAK).

2.2 Tentang hygiene industri

Higiene industri merupakan satu ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana
melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan
yang muncul di tempat kerja yang dapat menyebabkan pekerja sakit, mengalami gangguan
vi
kesehatan dan rasa ketidaknyamanan baik diantara para pekerja maupun penduduk dalam suatu
komunitas.

Higiene industri dan kesehatan kerja sebagai suatu kesatuan upaya dengan tujuan
mewujudakan sumber daya manusia yang sehat dan produktif dapat diterjemahkan dalam
bahasa asing sebagai Industrial Hygiene and Occupational Health, yang cendrung diartikan
sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi problematika kesehatan kerja secara menyeluruh.

Konsep dalam higiene industri adalah bagaimana membatasi paparan hazard yang
diterima pekerja di tempat kerja. Pembatasan dilakukan melalui proses antisipasi, rekognisi,
evaluasi dan pengendalian paparan hazard yang ada di tempat kerja. Pendekatannya melalui
usaha preventive untuk melindungi kesehatan pekerja dan mencegah timbulnya efek yang
ditimbulkan oleh bahaya (hazard)..

2.1.1 Tujuan Higiene Industri

a. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi- tingginya,
baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas, dengan
demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.
b. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya
efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi. Oleh karena hakikat
tersebut selalu sesuai dengan maksud dan tujuan pembangunan didalam suatu negara,
maka higiene industri dan kesehatan kerja selalu harus diikut sertakan dalam
pembangunan.

2.1.2 Manfaat Higiene Industri

Beberapa manfaat dari penerapan higiene industri, yaitu :


a. Mencegahan dan memberantaskan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
b. Dapat memelihara dan meningkatan kesehatan tenaga kerja.
c. meningkatan efisiensi dan daya produktifitas manusia.
d. Memeliharaan dan meningkatan higiene dan sanitasi perusahaan pada umumnya seperti
kebersihan ruangan-ruangan, cara pembuangan sampah, atau sisa-sisa pengolahan dan
vi
sebagainya. i
e. Memberikan perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya- bahaya yang
mungkin di timbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan.

2.3 Rekognisi Sumber Bahaya

Rekognisi adalah suatu kegiatan mengindentifikasi dan mengukur bahaya untuk


mengetahui tingkat konsentrasi, jenis, kandungan dan sifat dari bahaya tersebut. Contoh
: merekognisi bahaya bisa dilakukan dengan metode job safety analysis, HIRA,
Preliminary Hazard Analysis dll. Dengan metode ini kita bisa melihat sebuah proses
kerja dan menganalisi seberapa besar tingkat bahaya yang ditimbulkan dari pekerjaan
tersebut secara detail.
Bahaya-bahaya (hazard) yang terkait dalam isu higiene industri diantaranya :

a. Faktor fisik
Faktor fisik yang meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau
volume udara, atau luas lantai kerja maupun hal-hal yang bersiat fisik seperti
penerangan, suhu udara, kelembabab udara, tekanan udara, kecepatan aliran
udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi gelombang elektromagnetis.
Studi kasus faktor fisik:
 Ventilasi
Misalnya pada home industri ini, ventilasi yang ada sudah masuk dalam
kategori cukup. Home industry sudah mengantisipasi tingkat bahaya
yang lebih dengan memasang ventilasi lebar. Namun demikian karena
panas yang dihasilkan oleh proses produksi terlalu tinggi berupa uap,
sehingga suhu dalam ruangan tersebut masih terasa panas, hal ini dapat
membahayakan pekerja.
 Kebisingan
Misalnya pada home industry kebisingan pada tempat kerja tersebut
mencapai 59 dB. Salah satu sumber kebisingan adalah mesin penggiling
kacang kedelai. Sejak berdiri, pabrik ini menggunakan mesin
penggilingan kacang kedelai yang berbahan bakar solar. Namun, sejak
tahun 2016, mereka sudah mulai menggunakan dynamo sebagai sumber
vi
penyalaan mesin penggiling kacang
ii kedelai. Hal ini dilakukan karena
mesin sebelumnya yang berbahan bakar solar

ix
sangat bising. Selain psikologis pekerja terganggu, masyarakat sekitar
home industry pun ikut merasakannya.
Selain itu, pada home industry ini, para pekerja juga menyalakan tape
recorder. Hal ini dapat memperparah tingkat kebisingan. Namun
demikian, hal ini justru dianggap sebagai hiburan untuk mengusir stress
para pegawai tetapi dapat menjadi berbahaya bagi pekerja.
 Getaran
Misalnya pada home industri ini tidak ada getaran. Karena pemilik sudah
mengantisipasinya dengan memasang alat pereda getar (spon yang di
pasang dibawah mesin penggilingan ). Sehingga getaran hanya terjadi
disekitar mesin penggilingan padi. Itupun tidak langsung berhubungan
langsung dengan para pekerja. Pabrik hanya menggunakan 1 mesin yang
diletakkan diatas dan jauh dari aktivitas kebanyakan pekerja.
Penyakit yang mungkin dapat terjadi :
 Terpeleset akibat lantai tempat kerja yang licin oleh aktivitas
produksi.
 Tuli akibat kebisingan yang terjadi pada tempat kerja.
 Kesemutan akibat getaran yang bersumber dari mesin.

b. Faktor kimiawi
Factor kimiawi yaitu semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin
wujud fisiknya merupakan salah satu atau lebih dalam bentuk gas, uap, debu,
kabut, fume (uap logam), asap, cairan, dan atau zat padat.
c. Faktor biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh organisme hidup atau sifat organisme yang
dapat memberikan efek/dampak kesehatan yang terhadap manusia (agen yang
menginfeksi).
d. Faktor ergonomi
Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan
sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera pada
pekerja (OSHA, 2000).

x
Bahaya yang termasuk bahaya ergonomi termasuk adalah design peralatan kerja,
area kerja, prosedur kerja yang tidak memadai/sesuai. Selain itu, bahaya
ergonomi yang berpotensi menyebabkan kecelakaan atau pekerja sakit
diantaranya pengangkatan dan proses ketika menjangkau/ meraih yang tidak
memadai, kondisi visual yang buruk, gerakan monoton dalam postur janggal.
Posisi kerja yang salah dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja.
Studi kasus faktor ergonomi:
 Misalnya pada sebuah pabrik, pekerja dituntut untuk selalu berdiri.
Meskipun mereka tidak selalu berdiri ditempat yang sama. Biasanya
mereka berjalan dan bergerak leluasa. Dilihat secara faktor ergonomik
tentu saja ini tidak memenuhi factor ergonomik yang telah ditetapkan.
 Misalnya pada pekerja bagian pengayakan, pekerja berposisi berdiri
dengan sedikit membungkuk. Selain itu dengan pekerjaan menggoyang-
goyangkan alat untuk menyaring sari kedelai membuat pekerja harus
ekstra hati-hati karena lantai yang licin. Ini dapat menyebabkan
kecelakaan kerja berupa terpeleset, dislokasi tulang, dan kemungkinan
sampai saraf terjepit.
 Misalnya pada bagian fermentasi, posisi pekerja juga tidak jauh berbeda
dari pengayak. Pekerja berdiri dan pada bagian ini pekerja lebih sering
untuk membungkuk lebih lama. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari
pekerjaan ini adalah mengalami lordosis, pengeroposan tulang, dan
dislokasi tulang belakang.
 Misalnya pada bagian pembakaran, pekerja biasanya mengangkat bahan
bakar. Meskipun beban yang diangkut tidak terlalu berat, namun bisa
terjadi kecelakaan kerja. Ketika berada didepan tungku pembakaran,
pekerja akan terkena paparan panas secara langsung. Penyakit yang
mungkin terjadi :
 Kram otot dan Kesemutan akibat bekerja waktu berdiri yang lama
 Lordosis akibat banyak membungkuk
 Skoliosis

xi
e. Faktor mental dan psikologis
Menurut Stephen Covey dalam buku First Thinks First menjelaskan adanya
potensi kemampuan manusia sebagai prasyarat mewujudkan sebuah
komitmen, artinya manusia sebagai makhluk yang dinamis sehingga
mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu perubahan terhadap dirinya
sendiri dan lingkungannya[2]. Faktor mental dan psikologis, yaitu reaksi
mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan
tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja dan lain-
lain.
Studi kasus faktor psikologis:
Misalnya pada industri ada kesenjangan antara pegawai satu terhadap
pegawai lainya ataupun kesenjangan antara atasan dengan bawahan dapat
menjadi pekerja stress.

2.4 Antisipasi Sumber Bahaya

Antisipasi adalah memprediksi potensi bahaya dan risiko yang ada ditempat
kerja. Contoh : Antisipasi bahaya pada perusahaan yang bergerak di bidang oil dan gas,
sebelum memasuki area tersebut pekerja dapat harus memprediksi bahaya yang ada
diperusahaan tersebut, pekerja dapat melihat daftar bahaya yang ada diperusahaan
seperti bahaya :
a) Berdasarkan lokasi atau unit
b) Berdasarkan kelompok pekerja
c) Berdasarkan jenis potensi bahaya
d) Berdasarkan tahapan proses produksi

2.5 Evaluasi Sumber Bahaya


Evaluasi adalah suatu kegiatan sampling dan mengukur bahaya dengan metode
yang lebih spesifik. contohnya : mengukur kebisingan dengan sound level meter,
pengukuran kadar debu/partikel dengan menggunakan digital dust indikator, melakukan
pengukuran pencahayaan dengan menggunakan Lux Meter dan sebagainya, hasil dari

12
pengukuran ini dibandingan dengan peraturan pemerintah yang berlaku, apakah
melibihi nilai ambang batas atau tidak.

2.6 Kontrol Sumber Bahaya


Dari hasil evaluasi kemudian bisa dilakukan pengendalian jika terdapat hasil
pengukuran yang melebihi ambang batas, contohnya pengendalian menggunakan
metode hirarki pengendalian atau piramida terbalik yaitu :
a. Eliminasi
Eliminasi adalah menghilangkan bahaya misalnya, bahaya jatuh, bahaya
ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya kimia.
b. Subtitusi
Mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya
menjadi lebih tidak berbahaya, contohnya mengganti suatu bahan yang
berbahaya dengan yang tidak berhaya tetapi dengan fungsi yang sama.
c. Engineering control
Suatu langkah memodifikasi bahaya, baik memodifikasi lingkungan kerja,
ataupun memodifikasi alat-alat kerja. Meliputi cara pengendalian bahaya baik
berdasarkan spesifikasi saat menentukan desain awal.
d. Administrasi control
Mengatur interaksi antara pekerja dengan alat-alat atau lingkungan kerja,
mengatur shift kerja, mengurangi waktu para pekerja di area yang mengandung
bahaya tinggi dan memberikan kemampuan pekerja untuk mengenali bahaya
supaya dapat bekerja dengan aman.
e. APD ( Alat Pelindung Diri )
Langkah terakhir yang digunakan bila memang cara-cara diatas tidak bisa
dilakukan adalah dengan memakai APD (alat pelindung diri) seperti Topi
keselamatan (Helmet), kacamata keselamatan, Masker, Sarung tangan, earplug,
Pakaian (Uniform) dan Sepatu Keselamatan. Pengendalian ini merupakan
pegendalian terakhir pada hirarki pengendalian bahaya. APD digunakan oleh
pekerja untuk melindungi pekerja dari bahaya (hazard) yang terdapat di
lingkungan kerja.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa :

Higiene Industri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang
melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di
lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada
lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan terhindar dari
bahaya akibat kerja.

Konsep dasar dari higiene industri adalah agar seorang tenaga kerja berada dalam
keserasian sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan
kesehatan dan produktifitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang
positif-konstruktif, antara unsur beban kerja, beban tambahan akibat dari pekerjaan dan
lingkungankerja dan kapasitas kerja

14
DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim.2015.HIGIENE INDUSTRI.http://ranahk3.blogspot.co.id/2015/04/


higiene-industri-merupakan-satuilmu-dan.html. Di akses 22 April 2017
[2] Ayundha, Diani.2014. Laporan Kunjungan Industri Pabrik Tahu.
http://dianiayundha. blogspot.co.id/2014/10/contoh-laporan-kunjungan-
industri.html. Diakses 21 April 2017
[3] Hastu, Tripuspasari.2012.HIGIENE PERUSAHAAN. http://kumpulan-makalahh.
blogspot.co.id/2012/12/higiene-perusahaan.html. Di akses 22 April 2017
[4] Monariza, Sri.2012.Makalah Konsep Dan Program Hygiene Industri.
https://www.scribd.com/doc/88701642/Makalah-Konsep-Dan-Program-
Hygiene-Industri. Diakses 21 April 2017
[5] Tari, Atriasfa.2013. Makalah Higiene Industri. https://www.scribd.com/doc/
147305009/makalah-higiene-industri. Diakses 22 April 2017

Anda mungkin juga menyukai