Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI BAHAYA (HAZID) PADA PROSES KERJA INDUSTRI

ANGGOTA KELOMPOK:
ARDY HERMAWAN
ASTRI OKTAVIA
AULIA DWI HADYANTI
ENDI PRASETIO
WILDAN M.Y
MANAJEMEN RESIKO II
DOSEN: JOKO PITOYO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas segala
limpahan rahmat dan karunia Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Identifikasi Bahaya (Hazid) Pada Proses Kerja Industri. Ucapan terima kasih tak lupa kami
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini.

Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Manajemen Resiko II
untuk semester ini . Penyusun menyadari bahwa pembuatan makalah ini, masih banyak
kesalahan - kesalahan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat kami harapkan demi penyusunan makalah kami mendatang. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Balikpapan, 23 Oktober 2015

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................. 4
C. Tujuan................................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja.................................................................. 6


B. Sebab – sebab Kecelakaan Kerja....................................................................................... 7
C. Definisi Bahaya................................................................................................................. 8
D. Identifikasi Bahaya (HAZID)............................................................................................ 9
E. Pengertian Batubara dan Kecelakaan pada Tambang Batubara........................................ 9
F. HAZID pada Tambang Batubara...................................................................................
.......................................................................................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................................ 22
B. Saran.................................................................................................................................. 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis
sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya
fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang salah satunya yaitu
pertambangan. Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan
nasional. Pertambangan memberikan peran yang sangat signifikan dalam perekonomian
nasional, baik dalam sektor fiscal, moneter, maupun sektor riil. Peran pertambangan
terlihat jelas dimana pertambangan menjadi salah satu sumber penerimaan negara;
berkontribusi dalam pembangaunan daerah, baik dalam bentuk dana bagi hasil maupun
program community development atau coorporate social responsibility; memberikan nilai
surplus dalam neraca perdagangan; meningkatkan investasi; memberikan efek berantai
yang positif terhadap ketenagakerjaan; menjadi salah satu faktor dominan dalam
menentukan Indeks Harga Saham Gabungan; dan menjadi salah satu sumber energy dan
bahan baku domestik.
Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari
risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu
melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3,
diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang
produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan.
Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas
perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia. Oleh karena itu, kami membahas
tentang Identifikasi Bahaya (HAZID) Kesehatan dan Keselamatan Kerja di salah satu
industri yaitu industri pertambangan batubara yang merupakan industri besar diwilayah
Indonesia.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengidentifikasi bahaya pada tambang batubara?
2. Bagaimana cara melakukan penilaian tentang resiko dan penilaian kerugian yang
disebebakan?
3. Bagaimana cara melakukan controlling apabila telah terjadinya suatu insiden?
4. Bagaimana cara mmbuat HAZID (Hazard Identification)?

C. Tujuan
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini:
1. Pembaca dapat mengidentifikasi bahaya pada tambang batubara
2. Pembaca dapat melakukan penilaian tentang resiko dan penilaian kerugian yang
disebabkan.
3. Pembaca dapat melakukan controlling apabila terjadinya suatu insiden.
4. Pembaca dapat dan mampu membuat HAZID (Hazard Identification).

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan
adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang
mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Hal
tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya.
Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut
maka disusunlah
UU No.14 tahun 1969
tentang pokok-pokok
mengenai tenaga kerja
yang selanjutnya
mengalami perubahan
menjadi UU No.12 tahun
2003 tentang ketenaga kerjaan. Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan
bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi
permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di
6
bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya
yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak
memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di 
darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di
dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga
mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan,
pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil
pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih
diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di
masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna
membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.

B. Sebab – sebab kecelakaan


Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang
salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan
nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan
yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh
diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk
menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan
setiap karyawan pabrik.

Penyebab dasar kecelakaan kerja :

 Faktor Personil
 Kelemahan Pengetahuan dan Skill
 Kurang Motivasi

7
 Problem Fisik
 Faktor Pekerjaan
- Standar kerja tidak cukup Memadai
- Pemeliharaan tidak memadai
- Pemakaian alat tidak benar
- Kontrol pembelian tidak ketat

Penyebab Langsung kecelakaan kerja:

 Tindakan Tidak Aman


 Mengoperasikan alat bukan wewenangnya
 Mengoperasikan alat dg kecepatan tinggi
 Posisi kerja yang salah
 Perbaikan alat, pada saat alat beroperasi
 Kondisi Tidak Aman
- Tidak cukup pengaman alat
- Tidak cukup tanda peringatan bahaya
- Kebisingan/debu/gas di atas NAB
- Housekeeping tidak baik

Penyebab Kecelakaan Kerja (Heinrich Mathematical Ratio) dibagi atas 3 bagian


Berdasarkan Prosentasenya:
a. Tindakan tidak aman oleh pekerja (88%)
b. Kondisi tidak aman dalam areal kerja (10%)
c. Diluar kemampuan manusia (2%)

C. Definisi Bahaya
Suardi R. (2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi
penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau aspek
lainnya dari lingkungan kerja. Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam artikelnya
“hazards” yang sering disebut potensi bahaya merupakan sumber resiko yang
8
potensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan maupun manusia. Safety
Engineer Career Engineer Career Workshop (2003) mendefinisikan Hazard sebagai
kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian / kecelakaan bagi manusia atau
lingkungan. Ketika hazard timbul, maka peluang terjadinya efek-efek yang buruk
tersebut akan muncul.

 Kategori Hazards
Suardi R. (2005) Hazards primer adalah hazards yang bisa secara langsung dan
segera menyebabkan : (1) injury atau kematian; (2) kerusakan peralatan,
kendaraan, struktur atau fasilitas; (3) degradasi kapabilitas fungsional (terhentinya
operasi dalam pabrik); (4) kerugian material. Berikut ini beberapa jenis / kategori
hazards dalam industri :

1. Bahaya Fisik : kebisingan, radiasi, pencahayaan, suhu panas, suhu dingin.


2. Bahan Kimia : bahan–bahan berbahaya dan beracun, uap dan larutan kimia.
1. Bahaya Biologi : virus, bakteri, jamur.
2. Bahaya Mekanis : permesinan, peralatan.
3. Bahaya Ergonomi : ruang sempit dan terbatas, pengangkutan barang,
mendorong, menarik, pencahayaan tidak memadai, gerakan tubuh terbatas.
4. Bahaya Psikososial : pola gilir kerja, pengorganisasian kerja, long shift,
trauma.
5. Bahaya Tingkah Laku : ketidak patuhan terhadap standar, kurang keahlian,
tugas baru atau tidak rutin.
6. Bahaya Lingkungan Sekitar : gelap, permukaan tidak rata, kemiringan,
kondisi permukaan berlumpur dan basah, cuaca, kebakaran.

D. Identifikasi Bahaya (HAZID)


Hazid adalah analisa pencegahan terjadinya bahaya pada instalansi industri/pabrik
yang dilakkan dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada di dalamnya.
Parameter Hazid dalam memperhitungkan efek bahaya adalah sebagai berikut :

9
E. Pengertian Batubara dan Kecelakaan Pada Tambang
1. Pengertian Batubara
Batubara adalah batuan yang berasal dari tumbuhan yang mati dan tertimbun
endapan lumpur, pasir,
dan lempung sselama
berjuta-juta tahun
lamanya. Adanya tekanan
lapisan tanah bersuhu
tinggi serta terjadinya
gerak tektonik mengakibatkan terjadinya kebakaran atau oksidasi yang mengubah
zat kayu pada bangkai tumbuh-tumbuhan menjadi tumbuhan yang mudah terbakar
yang bernama batubara.
Batubara merupakan salah satu sumberdaya energi yang banyak terdapat
di dunia, selain minyak bumi dan gas alam. Batubara sudah sejak lama digunakan,

10
terutama untuk kegiatan produksi pada industri semen dan pembangkit listrik.
Batubara sebagai energi alternatif mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi
sehingga dapat menggantikan peran bahan bakar minyak (BBM) dalam kegiatan
produksi untuk industri tersebut. Apalagi beberapa tahun terakhir ini harga BBM
terus mengalami kenaikan dan hal ini sangat dirasakan dampaknya terutama
dalam hal kebutuhanya sebagai sumber nergi bagi berbagai aktivitas
perekonomian dunia.
Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah
bentuk yang awalnya berakumulasi dirawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau
dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran  kerak bumi (dikenal sebagai
pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke
kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan
tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi
tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan
kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu
bara.
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode
Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama –
yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari
setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut
berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu bara coklat)’ –
Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari
hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang
terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda
menjadi batu bara ‘sub-bitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk
‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

11
Setiap tempat pekerjaan yang bertujuan atau berhubungan langsung
dengan pekerjaan penyelidikan umum, eksplorasi, study kelayakan, konstruksi,
operasi produksi, pengolahan/ pemurnian dan pengangkutan bahan galian
golongan a, b, c, termasuk sarana dan fasilitas penunjang yang ada di atas atau di
bawah tanah/air, baik berada dalam satu wilayah atau tempat yang terpisah atau
wilayah proyek.

Yang dimaksud kecelakaan tambang yaitu :


 Kecelakaan Benar Terjadi
 Membuat Cidera Pekerja Tambang atau orang yang diizinkan di tambang
oleh KTT
 Akibat Kegiatan Pertambangan
 Pada Jam Kerja Tambang
 Pada Wilayah Pertambangan

Penggolongan Kecelakaan Tambang

7. Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan)


Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan
kurang dari 3 minggu.

8. Cidera Berat (Kecelakaan Berat)


Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3 minggu.

Berdasarkan cedera korban, yaitu :


 Retak Tengkorak kepala, tulang punggung pinggul, lengan bawah/atas,
paha/kaki
 Pendarahan di dalam atau pingsan kurang oksigen
 Luka berat, terkoyak
 Persendian lepas

Berdasarkan penelitian heinrich:

12
Perbuatan membahayakan oleh pekerja mencapai 96% antara lain berasal dari:
 Alat pelindung diri (12%)
 Posisi kerja (30%)
 Perbuatan seseorang (14%)
 Perkakas (equipment) (20%)
 Alat-alat berat (8%)
 Tata cara kerja (11%)
 Ketertiban kerja (1%)
 Sumber lainnya diluar kemampuan dan kendali manusia.

13
Tabel identifikasi bahaya pada proses pengolahan minyak

SKENARIO YANG DAMPAK /


No LOKASI HAZARD P A P E R KONTROL
MUNGKIN TERJADI KERUGIAN

1. Adanya Pekerja tambang Pekerja dapat M L L L L 1. Menyesuaikan waktu


kebisingan dari selalu terpapar suara menderita pekerjaan sesuai
Alat Berat yang bising yang selalu gangguan dengan NAB yang
ditetapkan
digunakan melebihi NAB yang pendengaran
2. Penggunaan ear plug,
telah ditentukan dalam jangka ear muff dan
waktu yang lama sebagainya
Temperatur Saat melakukan Pekerja dapat M L L L L 1. Penggunaan pakaian
udara tidak pekerjaan, pekerja terkena kanker yang tertutup
normal (Radiasi terpapar oleh radiasi kulit (dalam 2. Penggunaan cream
anti sinar UV
UV) sinar ultraviolet oleh jangka waktu
matahari yang lama)
Debu pada Saat melakukan Pekerja dapat M L L L L 1.
tambang proses pengambilan menderita ISPA
batubara batubara, pekerja dan penyakit
selalu terpapar oleh pernafasan
debu batubara secara lainnya
terus menerus

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

14
Hazid adalah analisa pencegahan terjadinya bahaya pada instalansi industri/pabrik
yang dilakkan dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada di dalamnya. Hazid
banyak digunakan pada perusahaan untuk proses identifikasi bahaya.
Untuk itu pembuatan Hazid harus berdasarkan prosedur yang ada dan kenyataan yang
ada dilapangan

B. Saran
Dalam pembuatan Hazid harus sesuai dengan hasil identifikasi bahaya yang ada
dilapangan. Untuk itu kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan pada makalah kami.
Semoga berguna bagi pembaca. Terimakasih.

15

Anda mungkin juga menyukai