Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) AHLI K3 UMUM

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN, K3 LISTRIK DAN


K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PEMBINAAN CALON AHLI K3 UMUM


KELOMPOK 5
1. ANGGORO SETIAWAN
2. ALMAGRIBI W.R.
3. DEDE ROYANI
4. GUNAWAN
5. KAMALUDIN
6. MANANTI PARULIAN MAMORA
7. MICHAEL LEE

PENYELENGGARA
FRESH CONSULTANT YOGYAKARTA
09 - 24 FEBRUARI 2016

PT. INDOCEMENT TUNGGAL PERKASA Tbk.


DAFTAR ISI
Halaman
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................... 3
B. Maksud dan Tujuan ............................................................................. 5
C. Ruang Lingkup .................................................................................... 5
D. Dasar Hukum ...................................................................................... 6
BAB II KONDISI PERUSAHAAN ............................................................................ 7
A. Gambaran Umum Tempat Kerja ......................................................... 7
B. Temuan ................................................................................................ 14
BAB III ANALISA & PEMECAHAN MASALAH ....................................................... 24
3.1. Analisa Temuan Positif ........................................................................ 24
3.2. Analisa Peluang Perbaikan .................................................................... 35
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 49
4.1. Kesimpulan ........................................................................................... 49
4.2. S a r a n …............................................................................................. 50

SUMBER
DOKUMENTASI

1
2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki oleh siapapun. Setiap
kejadian kecelakaan akan selalu berdampak pada terganggunya proses produksi atau
terhentinya sejumlah aktifitas. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa setiap terjadi
kecelakaan akan selalu diikuti oleh sejumlah kerugian. Kerugian tersebut dapat berupa
kerugian fisik, kerugian mental dan juga kerugian financial.

Data BPJS tahun 2013 mencatat ada sebanyak 129.911 orang telah mengalami
kecelakaan, dimana 3.093 orang meninggal dunia, sebanyak 15.106 orang mengalami
cacat tetap, dan sebanyak 174.266 orang mengalami cedera ringan. Sedangkan biaya
yang dikeluarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk membayar klaim sebagai santunan
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan adalah sebesar Rp. 618,49,- milyar.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa angka kecelakaan yang terjadi di
Indonesia tergolong tinggi. Dan hal ini bukan hanya menimbulkan kerugian yang sangat
besar baik berupa kerugian financial, kerugian yang bersifat mental dan juga kerugian
dalam bentuk fisik. Dengan masih banyaknya kejadian kecelakaan ini, maka
peningkatan produktivitas dikhawatirkan juga akan sulit dicapai. Apabila hal ini terus
menerus terjadi tanpa dilakukan upaya-upaya yang memadai, pada akhirnya Negara
kita akan tertinggal semakin jauh dibanding dengan Negara-negara lainnya.

Peran Pemerintah untuk mencegah dan menanggulangi permasalahan dari


banyaknya kecelakaan ini sesungguhnya sudah banyak dan maksimal. Peraturan
perundangan yang mengatur tentang keselamatan dan kesehatan kerja telah
diterbitkan. Begitupun dengan petunjuk pelaksanaan dari peraturan-peraturan tersebut
juga sudah dibuat. Namun peraturan tinggalah peraturan. Apabila sikap, kemauan dan
kemampuan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam menjalankan peraturan
tersebut tidak ditumbuhkembangkan, maka nihil kecelakaan yang menjadi tujuan akhir
dari dibuatnya peraturan tersebut menjadi sulit diwujudkan.

Selain Pemerintah, pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya mewujudkan


nihil kecelakaan adalah Perusahaan yang diwakili oleh Pengusaha dan Pekerja. Ketiga
unsure yang berperan penting dalam pelaksanaan proses produksi tersebut memiliki
tanggung jawab yang sama, namun dengan peran dan fungsi yang berbeda-beda.
Namun demikian, Pekerja adalah unsure yang paling rentan dan rawan mengalami
kecelakaan karena pekerja adalah sumber daya yang harus menjalankan proses
produksi untuk dapat menghasikan produk. Sebagai pemeran utama, pekerja adalah
orang yang berdiri paling depan dan harus berhadapan langsung dengan sumber
bahaya yang ditimbulkan dalam proses produksi melalui tugas-tugas yang harus

3
dilaksanakannya. Itu sebabnya, melalui peraturan perundangan yang ada, tenaga kerja
wajib mendapatkan perlindungan yang layak dan maksimal sebagaimana tertuang
dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pasal 86, yaitu;

(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

a. Keselamatan dan kesehatan kerja;

b. Moral dan kesusilaan; dan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas


kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja;

Berdasarkan ketentuan sebagaimana tertuang dalam undang-undang tersebut,


maka di suatu tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 100 orang pekerja wajib
memiliki seorang ahli K3 guna mengawasi ditaatinya undang-undang keselamatan
kerja ini. Persyaratan ditetapkannya Ahli K3 sebagaimana dimaksud, tertuang dalam
UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja pasal 1 ayat 6, dan Permenaker No
2 /Men/1992 tentang Tata Cara Penunjukkan, Kewajiban dan Wewenang Ahli K3, pasal
2 ayat 2 huruf a.

Dengan adanya seorang Ahli K3 di tempat kerja, diharapkan segala macam


bahaya di tempat kerja dapat teridentifikasi, dan dapat meminimalisir atau bahkan
menghilangkan risiko kecelakaan. Hal ini dapat terwujud mengingat seorang Ahli K3
diberi kewenangan untuk memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi
dan memberikan persyaratan serta pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam hal keadaan dan fasilitas tenaga kerja, keadaan mesin-mesin, alat kerja,
instalasi, penanganan bahan-bahan, proses produksi, sifat pekerjaan dan juga
lingkungan kerja. Dengan kewenangannya tersebut, seorang Ahli K3 sudah barang
tentu merupakan partner strategis dalam upaya mencapai nihil kecelakaan.

Mengingat begitu pentingnya peran seorang Ahli K3, maka setiap perusahaan
yang peduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, pasti akan tergerak untuk
menyiapkan tenaga kerjanya untuk dididik dan dilatih menjadi seorang Ahli K3.
Pelatihan Ahli K3 Umum yang saat ini tengah kami ikuti adalah sebuah upaya untuk
menjamin diperolehnya perlindungan tenaga kerja di tempat kerja dari kemungkinan
terjadinya risiko yang dapat terjadi. Melalui Ahli K3 yang memiliki pemahaman,
pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya, maka proses produksi dapat berjalan
secara efektif dan efisien, sehingga produktivitas diharapkan dapat ditingkatkan.

4
Sehubungan dengan itu, salah satu tugas yang harus dijalankan oleh setiap
peserta pelatihan Ahli K3 umum ini adalah membuat laporan tertulis dalam bentuk
makalah setelah masing-masing peserta diberi kesempatan untuk meninjau lapangan.
Laporan praktek kerja lapangan ini dibuat oleh kelompok kerja, dan dari kelompok kerja
ini kami akan menyampaikan laporan tentang K3 Konstruksi dan sarana bangunan, K3
listrik, dan K3 penanggulangan kebakaran.

Berikut secara sekilas dipaparkan tentang K3 Konstruksi dan sarana bangunan,


K3 listrik, dan K3 penanggulangan kebakaran.

1. K3 konstruksi bangunan adalah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh


tahapan yang dilakukan di tempat kerja dengan mengedepankan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja. Sedangkan sarana bangunan adalah
instalasi atau pesawat yang digunakan selama proses konstruksi dan atau
yang sudah terpasang pada gedung tempat kerja sebagai hasil produk teknis
proyek.

Ruang lingkup K3 konstruksi dan sarana bangunan meliputi:

a. Pekerjaan penggalian;

b. Pekerjaan pondasi;

c. Pekerjaan konstruksi beton;

d. Pekerjaan konstruksi baja;

e. Pekerjaan pembongkaran.

f. Sedangkan ruang lingkup K3 sarana bangunan meliputi:

g. Perancah bangunan;

h. Plambing;

i. Penanganan bahan;

j. Peralatan bangunan.

2. K3 Listrik adalah segala upaya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya


kecelakaan yang diakibatkan oleh listrik. Listrik itu sendiri adalah salah satu
bentuk sumber daya atau energy potensial yang sanggup untuk melakukan
usaha atau kerja yang dapat memberikan banyak manfaat untuk menunjang
aktifitas di berbagai sector kegiatan. Daya listrik sangat ideal dan praktis dan
dapat dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak baik mekanik, sebagai
pemanas, untuk pencahayaan dan lain-lain. Namun disisi lain, listrik dapat
menimbulkan bahaya atau bahkan bencana yang dapat merugikan apabila
perancangan, pemasangan, pemanfaatan system tenaga listrik tidak

5
mengikuti kaidah-kaidah teknik kelistrikan. Setiap peralatan dan pesawat
yang digerakan dengan tenaga listrik diperlukan pengaman yang memadai
guna melindungi peralatan itu sendiri dan pengamanan bagi operator yang
menggunakannya.

Ruang lingkup K3 Listrik meliputi:

a. Pembangkitan;

b. Jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi (TET);

c. Jaringan transmisi tegangan tinggi (TT);

d. Jaringan tegangan menengah (TM); dan

e. Jaringan distribusi tegangan rendah (TR)

3. K3 penanggulangan kebakaran adalah segala upaya yang dilakukan untuk


mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, kemudian
memberikan kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran, dan mengendalikan penyebaran panas, asap dan gas.

Yang perlu dipahami dengan seksama adalah bahwa tidak ada tempat kerja
dimanapun yang dapat dijamin bebas resiko dari bahaya kebakaran.
Mengingat kebakaran di tempat kerja dapat membawa konsekwensi yang
berdampak merugikan bagi banyak pihak, maka pengawasan K3 untuk
penanggulangan kebakaran menjadi sangat penting karena akibat yang
ditimbulkan dari peristiwa kebakaran di tempat kerja dapat menelan korban
jiwa, kerugian material, hilangnya lapangan kerja dan kerugian baik yang
langsung maupun tidak langsung.

B. Maksud dan tujuan

6
Maksud dan tujuan ditulisnya laporan praktek kerja lapangan ini adalah
dalam rangka:
1. Memahami tentang pengawasan K3 konstruksi bangunan
2. Memahami pengawasan K3 listrik
3. Memahami pengawasan K3 penanggulangan kebakaran
4. Mengetahui dasar hukum dan standar pelaksanaan pengawasan,
pengertian, ruang lingkup penggunaan alat safety yang diwajibkan dan
pemeriksaan & pengujian dari bidang K3 kontruksi bangunan, listrik dan
penanggulangan kebakaran.
.
C. RUANG LINGKUP
Pengawasan bidang K3 meliputi:
a. Pekerjaan perawatan bangunan;
b. Listrik tegangan tinggi.
c. penanggulangan kebakaran: APAR, Hydrant, Alarm, Pintu Darurat
d. APD dan Lingkungan kerja.

D. DASAR HUKUM
 UU no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja
 Permen perburuhan No.07/1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan,
serta penerangan ditempat kerja.
 Permenaker-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri
 Permenaker-01/MEN/1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja
pada konstruksi bangunan
 Permenaker-04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan APAR
 Permenaker No.31/2015 tentang pengawasan instalasi listrik
 Permenaker No.32/2015 tentang Kesehatan dan keselamatan lift untuk
pengankutan orang dan barang
 Permenaker No.33/2015 tentang Kesehatan dan keselamatan kerja listrik
di tempat kerja
 Kep-186/MEN/1999 tentang penanggulangan kebakaran di tempat kerja
 Ins. 11/MB/1997 tentang pengawasan khusus K3 penanggulangan
kebakaran.

7
BAB II
KONDISI DAN FAKTA PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Perusahaan


PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Indocement” atau “Perseroan”)
mengoperasikan pabrik pertamanya secara resmi pada Agustus 1975. Dalam
kurun waktu 39 tahun, Indocement telah menjadi salah satu produsen semen
terbesar di Indonesia.

Perseroan didirikan pada 16 Januari 1985 melalui penggabungan enam


perusahaan semen, yang pada saat itu memiliki delapan pabrik.
Indocement didirikan berdasarkan akta pendirian No. 227 tanggal 16 Januari
1985 yang dibuat di hadapan Notaris Ridwan Suselo, SH. Sesuai dengan
Anggaran Dasarnya, kegiatan usaha utama Perseroan meliputi manufaktur
semen dan bahan bangunan, penambangan, konstruksi dan perdagangan. Saat
ini, Perseroan dan Entitas Anak bergerak dalam beberapa bidang usaha yang
meliputi manufaktur dan penjualan semen (sebagai bisnis inti), memroduksi
beton siap-pakai, agregat dan trass.

Indocement terus menambah jumlah pabriknya. Pada 22 Februari 2013,


Perseroan telah memulai perluasan Kompleks Pabrik Citeureup dengan
penambahan lini produksi yang disebut Pabrik ke-14. Jumlah pabrik Indocement
termasuk Pabrik ke-14 adalah 13 pabrik. Sebagian besar pabrik berada di Pulau
Jawa, 10 diantaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, yang
menjadikannya salah satu kompleks pabrik semen terintegrasi terbesar di dunia.
Sementara dua pabrik lainnya ada di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, dan satu
lagi di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Indocement mencatatkan sahamnya pertama kali di Bursa Efek Indonesia


(BEI) pada 5 Desember 1989 dengan kode saham “INTP”. Sejak 2001,
HeidelbergCement Group, yang berbasis di Jerman, menjadi pemilik mayoritas
saham Perseroan. HeidelbergCement adalah pemimpin pasar global dalam
bisnis agregat dan merupakan pemain terkemuka di bidang semen, beton siap-
pakai (RMC), dan kegiatan hilir lainnya, menjadikannya salah satu produsen
bahan bangunan terbesar di dunia. Grup ini mempekerjakan lebih dari 45.000
orang di 2.300 lokasi di lebih dari 40 negara.

Indocement juga terdaftar dalam Indeks Kompas100, indeks harga saham


yang dikelola BEI bekerjasama dengan harian Kompas. Saham Indeks
Kompas100 merupakan saham perusahaan yang berada pada peringkat 150
tertinggi dalam hal nilai transaksi, frekuensi, dan kapitalisasi pasar di bursa
regular selama 12 bulan terakhir.

8
Dengan merek dagang “Tiga Roda” Indocement menjual sekitar 18,7 juta
ton semen di 2014, yang menjadikannya perusahaan entitas tunggal penjual
semen terbanyak di Indonesia. Produk semen Perseroan adalah Portland
Composite Cement (PCC), Ordinary Portland Cement (OPC Tipe I, II, dan V), Oil
Well Cement (OWC), Semen Putih, and TR-30 Acian Putih. Indocement
merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia.

Selain penjualan semen, Indocement, melalui PT Pionirbeton Industri


yang memroduksi beton siappakai, menjual 3,9 juta m3 RMC dan
menjadikannya pemimpin pasar dalam bisnis RMC di Indonesia.
Dalam bisnis agregat, PT Tarabatuh Manunggal, perusahaan yang 100%
sahamnya dimiliki Indocement, mulai berproduksi sejak 10 September 2014.
Selain itu, Indocement memiliki tambang agregat lainnya melalui PT Mandiri
Sejahtera Sentra.

Pada 31 Desember 2014, Indocement memiliki kapasitas produksi


terpasang mencapai 20,5 juta ton semen, 5,0 juta m3 RMC dengan 41 batching
plant dan 706 truk mixer, serta kapasitas produksi agregat sebesar 2,8 juta ton
per tahun dengan total cadangan agregat mencapai 80 juta ton dari dua
tambang.

Dalam menjalankan usahanya, Indocement terus fokus pada


pembangunan berkelanjutan dengan komitmen mengurangi emisi karbon
dioksida dari proses produksi semen. Indocement adalah perusahaan pertama di
Asia Tenggara yang menerima Emisi Reduksi yang Disertifikasi (Certified
Emission Reductions/CER) dalam kerangka Mekanisme Pembangunan Bersih
(Clean Development Mechanism/CDM). Indocement merupakan perusahaan
pertama di Indonesia yang menggunakan terak pasir tanur (granulated blast
furnace slag), produk ampas leburan baja, beberapa tahun setelah
diluncurkannya proyek semen campuran (blended cement). Bahan cementitious
ini digunakan dalam produksi semen untuk mengurangi kandungan klinker dan
menurunkan emisi CO2.

9
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Gambar 2. Struktur Organisasi Utility – Power 2 Department

10
Tempat Kunjungan : Utility – Power 2
Mesin & Peralatan : Turbin, Generator, Trafo, Boiler
Kelembagaan : P2K3, PKD di tempat kerja;
Penerapan Standar : SMK3, OHSAS 18001, ISO 9001, ISO 14001;
System Proteksi : Hydrant, APAR, Mobil Pemadam Kebakaran;

11
BAB III
ANALISA & PEMECAHAN MASALAH

Berdasasrkan hasil observasi di Lapangan PT. Indocemen Tunggal Prakarsa Tbk. di Utility – Power 2 pada hari, Jum’at
Tanggal 19 Februari 2016 kami mendapatkan temuan sebagai berikut.

A. Analisa Temuan Positif


Lokasi : Utility Power Plant

12
Peraturan Perundangan
No. Lokasi Temuan Positif Foto
K3
1 Lokasi : Lingkungan - Briefing safety - UU No 1/1970
kerja Utility induction diadakan tentang
sebelum pekerja Keselamatan kerja
melakukan BAB V
perkerjaan

- Melakukan
pemeriksaan pada
APD pekerja
sebelum
melakukan
pekerjaan
2 Lokasi : Lingkungan - Adanya label - Permenaker Per.No-
kerja Utility pengujian berkala 04/Men/1980
setiap 6 bulan sekali tentang syarat-
syarat pemasangan
- Adanya APAR pada dan pemeliharaan
lokasi kerja APAR

3 Lokasi : Lingkungan - Adanya poster - UU No 1/1970


kerja Utility penandaan untuk tentang Keselamatan
tidak melupakan kerja BAB V pasal 9
memakai APD, tidak 13
merokok pada area
kerja dan membuang
sampah pada
B. Analisa Temuan Peluang Perbaikan
Lokasi : Utility Power Plant
: KONTRUKSI, PENANGGULANGAN KEBAKARAN, DAN LISTRIK

14
Rekomendasi /
Potensi Peraturan
No Temuan Saran Foto
Bahaya Perundangan K3
Pengendalian
Konstruksi dan Bangunan
1 - Tidak - Susah untuk - Dibuatkan - Permenaker Per.No-
adannya melakukan spingkler untuk 04/Men/1980 tentang
spingkler/A penanggulan menanggulangi syarat-syarat
PAR untuk gan kebakar pada pemasangan dan
menanggul kebakaran ruangan kerja. pemeliharaan APAR.
angi
kebakaran. - Menyediakan
tempat untuk
menyimpan
APAR.

2 - Penempata - Dapat terjadi - Dibuatkan - Peraturan menteri


n kabel kebakaran tempat kotak tenaga kerja
kotak akibat kontak yang transmigrasi
kontak overload baru. PER.01/MEN/1980.
berantakan
dan dapat - Beri ruang - BAB II tentang tempat
menyebabk terbuka pada kerja dan alat-alat
an overload kotak kontak. kerja bangunan,
Pasal 05.

3 - Tempat - Dapat - Memberi ruang - Permen perburuhan


makan dan terserang khusus pada No.07/1964 tentang
WC masih penyakit atau tempat makan syarat kesehatan,
dalam satu kuman yang atau tempat kebersihan, serta
wilayah berbahaya masak dan penerangan ditempat
bagi ruang cuci kerja.
kesehatan piring.
pekerja. - Peraturan menteri
tenaga kerja
transmigrasi 15
PER.01/MEN/1980
BAB II tentang tempat
kerja dan alat-alat
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil tinjauan dan pengamatan di Lapangan, dapat
disimpulkan bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk - Plant Citeureup,
khususnya di Utility – Power 2, telah dilakukan berbagai upaya untuk
dicapainya K3 di tempat kerja. Namun demikian, dalam pelaksanaannya ada
beberapa aspek yang memberikan hasil positif maupun negative sebagai
berikut:

Temuan Positif:
1. Dalam ruang lingkup APD dan lingkungan kerja, seluruh pekerja maupun
kontraktor yang berkerja di dalam lingkungan kerja Indocement telah
memakai APD yang sesuai dengan pekerjaannya dan pemberitahuan
APD yang harus dipakai pada lokasi tertentu, serta melakukan safety
briefing sebelum melakukan pekerjaan.
2. Dalam hal antisipasi penanggulangan kebakaran, ITP telah menyediakan
APAR, Hydrant, Alarm kebakaran otomatis sebagai pertolongan pertama
pada saat terjadi kebakaran. Lalu sebagai kontak dalam keadaan darurat
pun, ITp telah menyediakan nomor kontak darurat di setiap posisi
strategis.
3. Dalam ruang lingkup pekerjaan listrik, seluruh pekerja maupun kontraktor
ITP telah menggunakan APD yang sesuai, pemasangan dan istalasi
listrik yang sesuai peraturan perundangan yang berlaku, maupun
pemberian LOTOTO untuk pekerjaan maintenance di dalam lokasi.
4. Dalam ruang lingkup pekerjaan konstruksi bangunan, kami tidak
menemukan pekerjaan konstruksi yang sedang dalam proses pengerjaan
sehingga tidak ada temuan positif yang dapat kami berikan. Di lain hal,
kami lebih banyak menemukan point-point dalam hal perawatan
bangunan.

- Tersedianya Mobil Pemadam Kebakaran di Lingkungan Perusahaan, Adanya Safety


Sign yang menunjukan kesediaan APAR dan petunjuk penggunaan APAR, Tersedianya
APAR di pos jaga Securty, di lingkungan Produksi, Adanya poster peringatan bahaya
kebakaran, dan telah laporan dan data peralatan penanggulangan kebakaran

Tidak terdapat spingkler/APAR untuk menanggulangi kebakaran, Pabrik dan Kantor,


Penempatan kabel kotak kontak berantakan yang dapat menyebabkan kebakaran akibat
overload, Saat terjadi kebakaran di area tersebut, tidak bisa langsung di tangani. Ada
beberapa tidak tersedianya tabung APAR pada tempatnya serta tidak layak pakai, APAR
yang layak pakai di biarkan tergeletak, Kurangya pemeliharaan terhadap APAR yang layak
pakai, Tidak tersedianya APAR, Hydran pada tempat yang mudah terbakar dan meledak,
dan Belum adanya Tim khusus/ Regu pemadam kebakaran yang di bentuk

16
Temuan Negatif
1. Dalam lingkup konstruksi bangunan – perawatan bangunan, kami
menemukan beberapa temuan negative seperti tempat makan dan WC
terletak berdekatan, tidak terdapat ventilasi dan exhaust fan, kebersihan
bangunan yang tidak terjaga, dan penempatan kabel kontak yang berlebih
sehingga dapat memunculkan potensi bahaya.
2. Dalam lingkup penanggulangan kebakaran, ada beberapa tempat yang
terdapat logo posisi APAR akan tetapi tidak ditemukan APAR; jalur
evakuasi terkunci, terdapat barang yang menghalangi jalur, dan tidak
adanya lampu darurat; ada APAR yang lokasinya tertutup oleh barang
sehingga menyulitkan akses pengambilan.
3. Dalam ruang lingkup listrik, ditemukan adanya instalasi listrik yang terbuka
(tidak diberikan cable protection), panel yang tidak dilengkapi dengan
pemberitahuan tanda bahaya, dan penarikan jalur kabel sementara yang
dapat menyebabkan potensi bahaya.
4. Dalam ruang lingkup penggunaan APD, kesadaran untuk penggunaan
APD belum dilakukan sepenuhnya.

B. SARAN
1. Perlu adanya komitmen dalam pemakaian APD secara baik dan benar
sesuai dengan lokasi pekerjaan / jenis pekerjaan
2. Perlunya pengecekan dan pengujian APAR & Hydrant secara berkala
(satu bulan sekali pengecekan & pengujian satu tahun sekali),
membersihkan jalur evakuasi dalam gedung dan pemasangan
penerangan darurat serta pintu evakuasi darurat tidak boleh dikunci
dari dalam.
3. Perlu adanya perawatan gedung dan sarana peralatan listrik yang baik
serta penarikan untuk kabel sementara jalurnya disesuaikan agar
mencegah bahaya kecelakaan pada pekerja.

17
DAFTAR PUSTAKA

UU No 1/1970 ttg Keselamatan kerja BAB V.

Permenaker Per-01/Men/1980 tentang K3 pada kontruksi bangunan.

Permenaker No.Per-08/Men/VII/2010 tentang APD .

Permen perburuhan No.07/1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan, serta


penerangan ditempat kerja.

Peraturan menteri tenaga kerja transmigrasi PER.01/MEN/1980.

Permenaker no. 33/2015 tentang keselamatan, kesehatan dan kerja listrik di tempat kerja

BAB II tentang tempat kerja dan alat-alat kerja bangunan, Pasal 05.
Permenaker Per.No-04/Men/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan APAR.

Instruksi mentri no.11/1997 petunjuk teknis pengawasan system proteksi kebakaran


bab IV no.07.

Instruksi mentri no.11/1997 petunjuk teknis pengawasan system proteksi kebakaran


bab IV no.06.

PUIL 2000 SNI 04-0225-2000, BAB V, mengenai Pemanas Induksi dan dielectric
SUB tanda peringatan.

KEMENTRIAN TENAGA KERJA RI (2014), Himpunan Peraturan Perundang-


Undangan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai