Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


PT. PERTAMINA (Persero) MARKETING OPERATION REGION VII
SULAWESI
INTEGRATED TERMINAL MAKASSAR

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE – 119

DODY MADAO
KELAS A

PENYELENGGARA
PT. INDOTAMA JASA SERTIFIKASI
27 MARET – 8 APRIL 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2


BAB I ............................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 3
1.2 Maksud dan Tujuan ....................................................................................... 4
1.3 Ruang Lingkup ............................................................................................... 5
1.4 Dasar Hukum ................................................................................................. 5
BAB II ......................................................................................................................... 11
KONDISI PERUSAHAAN ........................................................................................... 11
2.1 Gambaran Umum Perusahaan .................................................................... 11
2.2 Temuan ........................................................................................................ 12
BAB III ........................................................................................................................ 13
ANALISA TEMUAN HASIL OBSERVASI .................................................................. 13
3.1 Identifikasi Objek Pengawasan......................................................................... 13
3.1.1 K3 Bejana Tekan dan Tangki Timbun ....................................................... 13
3.1.2 K3 Konstruksi Bangunan ........................................................................... 13
3.1.3 Kesehatan Kerja dan Bahan Kimia berbahaya dan beracun .................... 13
3.1.4 Kelembagaan dan Keahlian K3 Serta Sistem Manajemen K3 .................. 13
3.2 Analisa Temuan Positif ..................................................................................... 15
3.3 Analisa Temuan Negatif .................................................................................. 17
BAB IV ........................................................................................................................ 20
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 20
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 20
4.2 Saran................................................................................................................. 20
BAB V ......................................................................................................................... 21
DAFTAR REFERENSI ............................................................................................... 21

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang
Perkembangan ilmu pengetahuan atau teknologi semakin lama semakin
berkembang pesat. Pesatnya laju perkembangan teknologi akan
menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa untuk dapat berdiri kokoh dan
berpotensi bagi kehidupan dunia. Disisi lain telah menuju keera globalisasi
dimana hampir tidak terdapat lagi batas secara fisik antara Negara dan
mengakibatkan perdagangan eksport dan import produk, yang semula
banyak dibebankan atau dihambat dengan biaya tambahan, kini telah
dihilangkan dan semua Negara menjadikan negaranya sebagai negara
bebas disertai dengan adanya tuntutan pemenuhan standar produk. Nilai
yang diwakili oleh standar tersebut tidak hanya sekedar nilai yang melekat pada
produk yang bermutu. Tetapi juga produk yang dihasilkan melalui proses yang
aman dan tidak merusak lingkungan. Manajemen kualitas tersebut
memadukan totalitas sumber daya untuk memperbaiki mutu agar
memenuhi standar yang terus meningkat.
Globalisasi ekonomi baik nasional dan internasional yang ditandai
dengan adanya persaingan perdagangan, memberikan dampak
menguatnya kecenderungan interpendensi perekonomian antar Negara. Arus
barang dan jasa antar Negara bebas masuk tanpa hambatan. Selain
itu produk barang dan pemenuhan standar global. Arus dan barang dari
Negara lain begitu mudah tanpa hambatan teknis kecuali masalah K3. Dalam
era persaingan bebas dan globalisasi ini, maka sumber daya manusia yang
dibutuhkan bukan hanya yang mempunyai kemampuan untuk menganalisa
yang baik tapi harus memiliki ketrampilan yang memadai. Hal inilah yang
menjadi kebutuhan utama dunia industri dan merupakan tanggung jawab
dunia pendidikan untuk menghasilkan tenaga yang demikian.
Dengan melihat kondisi industri di Indonesia, maka pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 yang menetapkan
bahwa pengurus atau pemimpin perusahaan wajib melaksanakan
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan
pembinaan dan penyuluhan kepada para pekerja (Depnaker RI, 1997).

3
Selain itu, berkaitan juga juga dengan hak warga negara untuk mendapatkan
pekerjaan dan penghidupan yang layak, pemerintah juga mengeluarkan
Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok
mengenai tenaga kerja (Depnaker RI, 1997).
Penerapan K3 dalam suatu perusahaan tentunya tidak mudah, dengan
demikian diperlukan seseorang ahli yang memiliki kompetensi untuk dapat
mengimplementasikan segala aturan mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Ahli K3 bisa diperoleh dengan mengikuti Program Pelatihan Ahli K3
Umum dan jika ingin lebih fokus pada 1 bidang saja, maka bisa mengikuti
pelatihan spesialis bidang yang diharapkan.
Terdapat banyak Lembaga pembinaan di Indonesia yang mengadakan
pelatihan berbasis K3, khususnya di Kota Makassar. Salah satu lembaga
tersebut ialah PT Indotama Jasa Sertifikasi yang merupakan Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) yang bergerak di bidang jasa
konsultan dan pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), bidang
fabrikasi, pemeliharaan, reparasi dan instalasi teknik K3, bidang jasa
pemeriksaan dan pengujian teknik K3, pemeriksaan dan pengujian/pelayanan
kesehatan kerja.
Dengan demikian, berdasarkan uraian tersebut, maka laporan ini akan
menjelaskan analisis hasil temuan positif dan negatif terkait penerapan K3
bidang mekanik, pesawat angkat dan angkut, pesawat uap, bidang bejana
tekan, K3 konstruksi, bangunan, listrik, penganggulangan kebakaran,
Kesehatan kerja, ergonomi, lingkungan kerja, bahan berbahaya, K3
kelembagaan dan keahlian di tempat kerja sesuai dengan perundang-
undangan K3 yang berlaku.

1.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan dilaksanakannya praktek kerja lapangan ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi penerapan K3 bidang mekanik, pesawat angkat dan angkut,
pesawat uap, bidang bejana tekan, K3 konstruksi, bangunan, listrik,
penganggulangan kebakaran, Kesehatan kerja, ergonomi, lingkungan kerja,

4
bahan berbahaya, K3 kelembagaan dan keahlian di tempat kerja sesuai
dengan perundang-undangan K3 yang berlaku.
2. Mengidentifikasi kondisi kerja yang berpotensi mengakibatkan bahaya kerja.
3. Memberikan pembelajaran secara nyata kepada peserta pelatihan ahli K3
Umum untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan yang didapat selama pelatihan
dan menerapkannya pada pelaksanaan SMK3 di lingkungan industri.

1.3 Ruang Lingkup

Berdasarkan tujuan dan manfaat di atas, maka yang menjadi ruang lingkup dari
Praktek Kerja Lapangan ini yakni:
1. Mekanik Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut, Mekanik Pesawat
Tenaga Produksi, K3 Pesawat uap, K3 Bejana Tekanan.
2. K3 kelembagaan dan keahlian.
3. K3 konstruksi, bangunan, listrik, dan penanggulangan kebakaran
4. Kesehatan kerja, ergonomi, lingkungan kerja, bahan berbahaya.

1.4 Dasar Hukum


Dasar hukum yang digunakan dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di PT. Pertamina sesuai dengan topik yang akan dibahas dalam laporan ini
meliputi:
1. Dasar Hukum mengenai K3 Secara Umum
a. Undang - Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
b. Undang - Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
2. Dasar Hukum Mengenai K3 Mekanik
a. Undang - Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja Pasal 2 ayat 1 dan 2 (a, f, g, k) serta Pasal 3
ayat 1 (a, n, p)
b. Undang - Undang UAP Tahun 1930

5
c. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 8
Tahun 2020 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut
d. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 38
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat
Tenaga dan Produksi
e. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 37
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana
Tekan dan Tangki Timbun
f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-452/M/BW 1996
Tentang Pemakaian Pesawat Angkat dan Angkut Jenis Rental
3. Dasar hukum mengenai Sistem Manajemen K3
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen.
4. Dasar hukum terkait Kelembagaan K3
a. Peraturan Menteri tenaga kerja No. 04/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja b. Peraturan Menteri tenaga kerja
No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Petunjukan, Kewajiban, Dan
Wewenang Ahli Keselamatan Dan Kesehatan Kerja .
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/MEN/1995 Tentang.
Perusahaan Jasa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.155/MEN/1984
Tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Nomor KEP.125/MEN/82, Tentang Pembentukan,
Susunan Dan Tata Kerja Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Nasional, Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Wilayah Dan
Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
5. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.
Per01/MEN/1/2007 Tentang Pedoman Pemberian Penghargaan K3
a. Peraturan Menteri tenaga kerja RI No. Per-26/MEN/2014 Tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajement
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

6
b. Peraturan Menteri tenaga kerja RI No. Per-18/MEN/2016 Tentang
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c. Peraturan Menteri tenaga kerja RI Kep-1135/MEN/1987 Tentang
BendaharaKesehatan dan Keselamatan Kerja
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-245/MEN/1990 Tentang
Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
e. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.
Per239/MEN/2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sertifikasi 9
Kompetensi Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum
f. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.
Per372/MEN/XI/2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional Tahun 2010-2014
g. Surat Edaran Menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.
SE.02/MEN/DJPPK/I/2011 Tentang Pelaksanaan Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja Seabagaimana Dimaksud Dalam Undang Undang
No. 1 Tahun 1970 Yg Selanjutnya Disebut Ahli K3
h. Keputusan Dirjen Penmbinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No.
Kep- 37/DJPPK/XI/2004 Tentang Kelengkapan dan Identitas Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja i. Keputusan Dirjen Penmbinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 No. Kep- 69/PPK dan
K3/XII/2015 Tentang Pedoman Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
6. Dasar hukum K3 Kesehatan Kerja dan Ergonomi

a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1969 tentang persetujuan konvensi


organisasi perburuhan internasional Nomor 120 mengenai Hygiene
dalam perniagaan dan kantor-kantor
b. Perturan Menteri tenaga kerja, transmigrasi dan koperasi no. per
no01/Men/1976 tentang kewajiban Latihan hygie perusahaan,
kesehatan keselamatan dan kerja bagi tenaga para medis perusahaan.
c. Peraturan presiden No. 7 tahun 2019 tentang penyakit akibat kerja.
d. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi No. Per
02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan kerja dalam
penyeleggaraan keselamatan kerja
e. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi No. Per
01/Men/1981 tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja.

7
f. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi No. Per. 03/Men 1982
tentang pelayanan kesehatan .
g. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi No. Per. 15/Men
/VII/2008 tentang pertologan pertama pada kecelakaan di tempat kerja
h. Peraturan Menteri tenaga kerja ann transmigrasi No. Per.25/Me/2008
tentang pertolongan pertama pada keelakaan di tempat kerja.
i. Peraturan Menteri tenaga kerjaan RI No. 5 tahun 2018 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan kerja.
j. Keputusan Menteri tenaga kerja nomor 333 tahun 1989 tentang
diagnosa dan pelaporan penyakit akibat kerja.
k. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.08/Men/2010 tentang Alat Pelindung Diri

7. Dasar Hukum Lingkungan Kerja Adapun dasar hukum mengenai


pengawasan K3 Bahan Kimia Berbahaya adalah sebagai berikut.
a. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.05 Tahun 2018 tentang
Kesahatan dan Keselamatan Kerja Lingkungan Kerja.
b. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.SE.01/Men/PPK/IV/2012 tentang Pemenuhan Kewajiban Syarat-
syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas/Confined
Space.
c. Keputusan Dirjen Binawas Ketenagakerjaan
No.Kep.113/DJPPK/2006 tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis
Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas (Confined
space).

8. Dasar Hukum K3 Bahan Kimia Berbahaya


Adapun dasar hukum mengenai K3 Bahan Kimia Berbahaya adalah
sebagai berikut.
a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.03/Men/1986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian Pestisida.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.03/Men/1986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian Asbes.
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.187/Men/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
d. Keputusan Dirjen PNK No.Kep.001/PPK-PNK/V/2014 tentang
Petunjuk Teknis Potensi Bahaya Instalasi/Fasilitas di Perusahaan.

8
e. Keputusan Dirjen PPK No.Kep.84/PPK/X/2012 tentang Tata Cara
penyusunan Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar dan
Menengah.
f. Surat Edaran Mennakertrans No.SE.140/Men/PPK-KK/II/2004 tentang
Pemenuhan Kewajiban Syarat-Syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Industri Kimia Dengan Potensi Bahaya Besar (Major Hazard
Instalation).
g. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.01 Tahun 1997 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor-faktor Kimia di Lingkungan Kerja.

9. Dasar Hukum K3 Konstruksi Bangunan


a. Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang Jasa Konstruksi
b. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tenntang Bangunan Gedung
c. Permenakertrans No. PER.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
d. Kep. Dirjen Panwasnaker No. KEP.20/DJPPK/VI/2004 tentang
Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang
Konstruksi Bangunan
e. Permenaker RI No.9 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam pekerjaan pada ketinggian

10. Dasar Hukum K3 Instalasi Listrik


a. Permenaker No. 12 tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Listrik di Tempat Kerja
b. Undang – Undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
c. Permenaker RI No. 31 tahun 2015 dan Permenaker RI No.
PER.02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
d. Permenaker RI No. 6 tahun 2017 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Elevator dan Eskalator
e. Kep. Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
f. Ketenagakerjaan No. KEP.407/BW/1999 tentang Persyaratan,
Penunjukan, Hak dan Kewajiban Teknisi Lift

9
g.Kep. Dirjen Panwasnaker dan K3 No. KEP.48/PPK&K3/VIII/2015
tentang Pembinaan Teknisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Listrik
h. Kep. Dirjen Panwasnaker dan K3 No. KEP.47/PPK&K3/VIII/2015
tentang Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Bidang Listrik

11. Dasar Hukum K3 Penanggulangan Kebakaran


a. Kep. Dirjen Panwasnaker No. KEP.89/PPK/XII/2012 tentang
Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Spesialis
Listrik Dasar Hukum K3 Penanggulangan Kebakaran Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 186 Tahun 1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
b. Permenakertrans RI No. PER.04/MEN/1980 tentang syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
c. Instruksi Menaker RI No. INS 11/M/BW/1997 tentang pengawasan
khusus K3 penanggulangan kebakaran.
d.Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008
tentangpersyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan.
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 2 tahun 1983 tentang instalasi
alarm kebakaran automatic.

10
BAB II

KONDISI PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan


PT. Pertamina Integrated Terminal Makassar bertempat di kompleks
pelabuhan Soekarno Hatta Jl. Hatta No. 1 merupakan bangunan yang berdiri
pada tahun 1925 yang dibangun oleh Belanda melalui beberapa kajian dimana
pembangunan dilakukan jauh dari tempat tinggal warga sekitar dan berlokasi
di sekitar dermaga. Area dari PT. Pertamina merupakan area dengan sistem
sewa pada PT. Pelindo IV Makassar dengan luas daratan 67.799 m2 dan luas
perairan 21.099 m2. PT. Pertamina mendapat supply dari kilang Balikpapan
dan Cilacap. Pengiriman bahan bakar minyak dan LPG dilakukan dengan
menggunakan kapal. Fame di supply dari perusahaan Sinarmas. Selain disini,
PT. Pertamina juga mensupply 132 SPBU di sekitar wilayah Makassar, 24
TNI/POLRI, 31 SPBE, 170 industri,108 agen LPG, dll.
PT. Pertamina memiliki 3 dermaga penerimaan. Selain itu, perusahaan ini
juga memiliki 27 tanki timbun. 23 Tanki timbun untuk BBM dan 4 untuk LPG.
Kapasitas terbesar ada pada jenis BBM Pertalite dikarenakan penjualan dan
konsumsi untuk area Makassar dan sekitarnya adalah jenis BBM Pertalite
selanjutnya diikuti oleh solar, pertamax, avtur, dll. Untuk prosedur penyaluran
digunakan sistem pengisian dari tanki timbun ke mobil tanki menggunakan
filling set yang sudah automatic untuk menghindari error. Sedangkan untuk
proses pengisian LPG masih menggunakan sistem manual. Perusahaan ini
sudah tersertifikasi dan terakreditasi contohnya POSE yakni audit internal
terkait operation service excellent dengan predikat gold.

11
2.2 Temuan

Adapun temuan yang kami temukan pada PT. Pertamina Integrated Terminal
Makassar baik temuan negatif maupun positif adalah sebagai berikut:

2.2.1 Temuan Positif


1. Tangki Timbun telah dilakukan riksa uji 5 tahun sekali.
2. Tersedianya penyalur petir yang terpasang pada setiap
gedung dan konstruksi bangunan.
3. Perusahan memiliki dokter dan perawat perusahan yang telah
memiliki sertifikat kesehatan kerja atau hygiene perusahan
(Hiperkes).
4. Perusahaan telah memiliki Kebijakan K3.

2.2.2 Temuan Negatif


1. Alat Ukur manual pada tanki timbun berkarat.
2. Tidak menerapkan P2K3 tetapi mengikut sama P2K3 Regional
dan tidak dapat menunjukkan Surat keputusan struktur P2K3 .
3. Perusahaan tidak memiliki ruang P3K dan tenaga P3K.
4. Terdapatnya kabel yang berserakan di lantai, sehingga rawan
bahaya.

12
BAB III

ANALISA TEMUAN HASIL OBSERVASI

3.1 Identifikasi Objek Pengawasan


Identifikasi objek pengawasan didapatkan berdasarkan penjabaran hasil
diskusi bersama dengan pendamping dari pihak perusahaan, antara lain:

3.1.1 K3 Bejana Tekan dan Tangki Timbun


Untuk bejana tekan dan tangki timbun, operatornya sudah memiliki surat ijin
operasional atau yang biasa disingkat dengan SIO. Bejana tekan yang terdapat di PT.
Pertamina juga sudah dilakukan riksa uji terutama pada bejana transportnya. Selain itu, pada
tangki timbun juga telah dilakukan riksa uji. Namun, beberapa alat ukur manual yang terdapat
di tangki timbun mengalami korosif atau berkarat.

3.1.2 K3 Konstruksi Bangunan


Pada saat melakukan observasi di perusahaan, terdapat proyek konstruksi yang
diawasi langsung oleh Safety man yang bertugas untuk memonitor segala kegiatan dan
memastikan tiap tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri saat bekerja.

3.1.3 Kesehatan Kerja dan Bahan Kimia berbahaya dan beracun


Pada saat dilakukan observasi, perusahaan sudah melaksanakan pemeriksaaan Kesehatan
sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus serta pemeriksaan harian
sebelum bekerja bagi tenaga kerja. Pemeriksaan harian seperti pemeriksaan tekanan darah
dan suhu tubuh. Perusahan tetap rutin melakukan antigen setiap bulan bagi tenaga kerja,
meskipun angka COVID-19 telah menurun. Dokter yang bekerja di perusahan sudah memiliki
sertifikat HIPERKES. Mengenai bahan kimia berbahaya dan beracun, ketika diobservasi,
perusahan tidak memilki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia dan hanya memilki 4 ahli K3
minyak dan gas.

3.1.4 Kelembagaan dan Keahlian K3 Serta Sistem Manajemen K3

Pada saat kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) kami mengidentifikasi dari
awal mengenai keberadaan P2K3 di PT. Pertamina, namun yang kami dapatkan dari
narasumber bahwasanya keberadaan lembaga P2K3 hanya lampiran nama-nama 4
Ahli K3 Migas dan untuk Ketua dan Sekretaris itu berada di tingkatan Manager
Regional VII Sulsel. Sesuai dengan permenaker Nomor : Per-04/MEN/1987 tentang
Panitia Pembina Keselamtan dan Kesehatan Kerja Serta Tata cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja, pada pasal 2 ayat (1) setiap tempat kerja dengan kriteri tertentu
pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3. Ayat (2) tempat kerja dimaksud
ayat (1) ialah : a. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan
100 orang atau lebih ; b. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus
mempekerjakan kurang dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses, dan
instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,

13
keracunan dan penyinaran radio aktif. Untuk struktur P2K3 dijelaskan pada pasal 3
ayat (1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang
susunannya terdiri dari Ketua, ayat (2) Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan Kerja
dari Perusahaan yang berasangkutan, dan ayat (3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurusyang bersangkutan.
Mengenai jumlah Ahli yang ada di PT. Pertamina Integrated Terminal Makassar itu
berjumlah 4 orang Ahli K3 Migas yang diharuskan mengikuti Pembinaan dan
Pelatihan K3 Migas yang diwajibkan oleh Menteri ESDM dan Menteri BUMN.
Untuk Penerapan SMK3 di PT. Pertamina Integrated Terminal Makassar,
sudah diterapkan dengan mengikut Managerial Regional VII sulsel dan sudah
membuat Kebijakan K3 yang Terintegrated dengan Managerial Regional VII Sulsel,
kebijakan tersebut di perpaharuhi setiap 1 tahun sekali dengan melihat kondisi setiap
tahunnya dan apabila kebijakan tersebut masih relevan dengan kondisi saat ini
perusahan tersebut tidak akan merubahnya. Dalam pelaporan yang dilakukan oleh
PT. Pertamina Integrated Terminal Makassar selalu menyampaikan laporanya ke
Managerial Regional VII Sulsel sehingga proses audit dilakukan di tingkat Managerial
Regional VII Sulsel.

14
3.2 Analisa Temuan Positif

Berikut merupakan temuan positif pada perusahaan:

No. Foto Lokasi Temuan Analisis Rekomendasi Dasar Hukum

1. Tangki timbun 30 meter dari Riksa Uji Bejana Tekan telah Walaupun secara PERMENAKER 37 Tahun 2016
berkarat. filling shed dilakukan riksa uji 5 UU riksa uji pasal 75 ayat (8) Pemeriksaan
tahun sekali. dilakukan secara 2 secara berkala untuk tangki timbun
tahun tetapi harus dilakukan paling lambat 2 (dua)
dilakukan tahun dan pengujian dilakukan
maintenance paling lambat 5 tahun
minimal setiap 1
tahun sekali

2.. PT. Pertamina Tersedianya Dengan Penggunaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
(Persero) penyalur petir tersedianya perancah yang dan Transmigrasi RI No. Per-
Integrated yang terpasang perancah yang sesuai dan aman 01/MEN/1980 Tentang
Terminal pada setiap sesuai dan aman perlu Keselamatan dan Kesehatan
Makassar gedung dan maka dapat dipertahankan Kerja pada Konstruksi Bangunan,
konstruksi mengurangi resiko dan juga Pasal 12 “Perancah yang sesuai
bangunan. terjadinya ditingkatkan dan aman harus disediakan untuk
kecelakaan kerja semua pekerjaan yang tidak dapat
dilakukan dengan aman oleh
seseorang yang berdiri diatas
konstruksi yang kuat permanen,
kecuali apabila pekerjaan tersebut
dapat dilakukan dengan aman

15
dengan mempergunakan tangga’’

3. Dokumen PT. Perusahan memiliki Dengan adanya dokter Dokter dan perawat Peraturan Menteri tenaga kerja,
PERTAMINA dokter dan perawat dan perawat di telah melaksanan Transkop No: PER/01/MEN/1976
MAKASSAR perusahan yang perusahan dapat pelayanan Tentang kewajiban latihan
telah memiliki membantu perusahan kesehatan kerja di hyperkes bagi dokter perusahan
sertifikat kesehatan dalam melaksanakan perusahan dengan menteri tenaga kerja transmigrasi
kerja atau hygiene pelayanan kesehatan baik dan koperasi.
perusahan kerja (PKK).
Pasal 1, yaitu: “setiap perusahan
(Hiperkes)
diwajibkan untuk mengirimkan
setiap dokter perusahannya untuk
mendapatkan latihan dalam bidang
hygiene perusahan. Kesehatan
dan keselamatan kerja.”

4. Memperlihatkan Kebijakan K3 Upaya dalam Peraturan Pemerintah No 50


Secara Virtual meningkatkan kepuasan Tahun 2021 Tentang Penerapan
pelanggang dan SMK3 pasal 5:
menyediakan
1) Setiap Perusahaan wajib
lingkungan kerja yang
menerapkan SMK3 di perusahaan
aman dan bebas dari
kecelakaan kerja. 2) Kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 berlaku bagi
perusahaan : (a) mempekerjakan
pekerja/buruh paling sedikit 100
orang atau (b) mempunyai tingkat
potensi bahaya tinggi

16
3.3 Analisa Temuan Negatif

Berikut merupakan temuan negatif pada perusahaan :

1. Bejana timbun Alat Ukur Manual PERMENAKER 37 Tahun2016


gas 30 meter Tanki Timbun pasal 30 Pembersihan dan
dari filling shed Berkarat pengecekan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 29 ayat
(1) (A) Dilakukan untuk
memastikan tidak boleh ada
Karatan dan retak

2. Tidak ditemukannya Adanya SK Sebaiknya UU No. 1 Tahun 1970 tentang


organisasi P2K3 pengesahan P2K3 membentuk Keselamtan Kerja Pasal 10, yaitu
yang dapat tetapi berada pada lembaga p2k3 di : “Susunan panitia pembina
diperlihatkan tingkatan Regional VII setiap depo keselamtan dan kesehatan kerja,
Sulsel pertamina tugas dan lain –
lainnyaditetapkan oleh menteri
tenaga kerja”

17
3. PT. Perusahaan tidak PT. PERTAMINA PT. PERTAMINA Keputusan menteri tenaga
PERTAMINA memiliki ahli K3 (persero) instalasi (persero) instalasi
kerja RI NO.KEP.187/MEN/1999
MAKASSAR Kimia dan petugas Makassar tidak Makassar harus
Tentang Pengendalian Bahan
K3 kimia memiliki ahli K3 kimia memiliki ahli dan
Kimia Berbahaya Di Tempat
dan petugas K3 kimia petugas K3 Kimia
Kerja Pasal 3 yaitu pengendalian
hanya memiliki 4 ahli, di perusahan,
bahan kimia berbahaya
sehingga tidak dikarenakan PT.
sebgaimana dimaksud pasal 2
melaksanakan upaya PERTAMINA
bagian (b) meliputi “Penunjukkan
promotive dan merupakan
petugas K3 kimia dan Ahli K3
preventif di bagian perusahan dengan
kimia” dan.
bahan kima berbahaya kriteria potensi
dan beracun. bahaya besar. Pasal 16 ayat (1) perusahaan
yang di kategorikan mempunyai
potensi bahaya besar
sebagaimana dimaksud pada
pasal 15 ayat (1) wajib
a. Mempekerjakan petugas K3
kimia dengan ketentuan apabila
di pekerjakan dengan sitstem
kerja non shift sekurang-
kurangnya 2 orang dan apabila
dipekerjakan dengan sistem
kerja shif sekurang-kurangnya 5
orang
b. Mempekerjakan ahli K3 kimoa
sekurang-kurangnya 1 orang.

18
4. PT. Pertamina Terdapatnya Dengan posisi Sebaiknya menata Peraturan Menteri
(Persero) kabel yang kabel yang tidak kembali kabel Ketenagakerjaan RI No. Per-
Integrated berserakan di tertata rapi dapat listrik yang 12/MEN/2015 tentang
Terminal lantai, sehingga memicu terjadinya berserakan agar Keselamatan dan Kesehatan
Makassar rawan bahaya potensi bahaya, dapat mencegah Kerja Listrik di Tempat Kerja
pada
misalnya timbulnya
Pasal 3 b. menciptakan instalasi
tersandung bahkan kecelakaan kerja
listrik yang aman, handal dan
terserngat arus
memberikan keselamatan
listrik
bangunan beserta isinya

19
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Sesuai dengan hasil observasi langsung pada perusahaan PT. Pertamina, didapatkan
temuan bahwa terdapat beberapa temuan negative dan positif yang mana temuan
positif ini seperti sudah dilakukannya riksa uji pada tangki timbun, terdapat penyalur
petir pada setiap gedung dan konstruksi, terdapat dokter dan perawat perusahaan
yang memiliki sertifikat Kesehatan dan perusahaan telah memiliki kebijakan K3.
Sedangkan untuk temuan negative juga masih didapatkan yaitu seperti alat ukur
manual tanki timbun berkarat, tidak ditemukannya organisasi P2K3 yang dapat
diperlihatkan, tidak memiliki ahli K3 Kimia dan petugas K3 kimia dan ditemukan kabel
yang berserakan di lantai, sehingga rawan bahaya.

4.2 Saran

Untuk temuan positif, sebaiknya dipertahankan sedangkan untuk temuan negatif,


sebaiknya diperbaiki dan ditinjau kembali agar kedepannya perusahaan bisa lebih
baik lagi.

20
BAB V

DAFTAR REFERENSI

Seluruh data dalam laporan ini diambil berdasarkan data Primer dan Sekunder serta
undang – undang yang berlaku.

21

Anda mungkin juga menyukai