2
DAFTAR REFERENSI ...............................................................................................
21
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Perkembangan ilmu pengetahuan atau teknologi semakin lama semakin
berkembang pesat. Pesatnya laju perkembangan teknologi akan
menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa untuk dapat berdiri kokoh dan
berpotensi bagi kehidupan dunia. Disisi lain telah menuju keera globalisasi
dimana hampir tidak terdapat lagi batas secara fisik antara Negara dan
mengakibatkan perdagangan eksport dan import produk, yang semula
banyak dibebankan atau dihambat dengan biaya tambahan, kini telah
dihilangkan dan semua Negara menjadikan negaranya sebagai negara
bebas disertai dengan adanya tuntutan pemenuhan standar produk.
Nilai yang diwakili oleh standar tersebut tidak hanya sekedar nilai yang
melekat pada produk yang bermutu. Tetapi juga produk yang dihasilkan
melalui proses yang aman dan tidak merusak lingkungan. Manajemen
kualitas tersebut memadukan totalitas sumber daya untuk
memperbaiki mutu agar memenuhi standar yang terus meningkat.
Globalisasi ekonomi baik nasional dan internasional yang ditandai
dengan adanya persaingan perdagangan, memberikan dampak
menguatnya kecenderungan interpendensi perekonomian antar Negara. Arus
barang dan jasa antar Negara bebas masuk tanpa hambatan. Selain
itu produk barang dan pemenuhan standar global. Arus dan barang dari
Negara lain begitu mudah tanpa hambatan teknis kecuali masalah K3. Dalam
era persaingan bebas dan globalisasi ini, maka sumber daya manusia yang
dibutuhkan bukan hanya yang mempunyai kemampuan untuk menganalisa
yang baik tapi harus memiliki ketrampilan yang memadai. Hal inilah yang
menjadi kebutuhan utama dunia industri dan merupakan tanggung
jawab dunia pendidikan untuk menghasilkan tenaga yang demikian.
Dengan melihat kondisi industri di Indonesia, maka pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 yang menetapkan
bahwa pengurus atau pemimpin perusahaan wajib melaksanakan
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan
pembinaan dan penyuluhan kepada para pekerja (Depnaker RI, 1997).
3
Selain itu, berkaitan juga juga dengan hak warga negara untuk mendapatkan
pekerjaan dan penghidupan yang layak, pemerintah juga mengeluarkan
Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok
mengenai tenaga kerja (Depnaker RI, 1997).
Penerapan K3 dalam suatu perusahaan tentunya tidak mudah, dengan
demikian diperlukan seseorang ahli yang memiliki kompetensi untuk dapat
mengimplementasikan segala aturan mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Ahli K3 bisa diperoleh dengan mengikuti Program Pelatihan Ahli K3
Umum dan jika ingin lebih fokus pada 1 bidang saja, maka bisa mengikuti
pelatihan spesialis bidang yang diharapkan.
Terdapat banyak Lembaga pembinaan di Indonesia yang mengadakan
pelatihan berbasis K3, khususnya di Kota Makassar. Salah satu lembaga
tersebut ialah PT Indotama Jasa Sertifikasi yang merupakan Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) yang bergerak di bidang jasa
konsultan dan pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), bidang
fabrikasi, pemeliharaan, reparasi dan instalasi teknik K3, bidang jasa
pemeriksaan dan pengujian teknik K3, pemeriksaan dan pengujian/pelayanan
kesehatan kerja.
Dengan demikian, berdasarkan uraian tersebut, maka laporan ini akan
menjelaskan analisis hasil temuan positif dan negatif terkait penerapan K3
bidang mekanik, pesawat angkat dan angkut, pesawat uap, bidang bejana
tekan, K3 konstruksi, bangunan, listrik, penganggulangan kebakaran,
Kesehatan kerja, ergonomi, lingkungan kerja, bahan berbahaya, K3
kelembagaan dan keahlian di tempat kerja sesuai dengan
perundangundangan K3 yang berlaku.
4
bahan berbahaya, K3 kelembagaan dan keahlian di tempat kerja sesuai
dengan perundang-undangan K3 yang berlaku.
2. Mengidentifikasi kondisi kerja yang berpotensi mengakibatkan bahaya kerja.
3. Memberikan pembelajaran secara nyata kepada peserta pelatihan ahli K3
Umum untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan yang didapat selama pelatihan
dan menerapkannya pada pelaksanaan SMK3 di lingkungan industri.
Berdasarkan tujuan dan manfaat di atas, maka yang menjadi ruang lingkup
dari Praktek Kerja Lapangan ini yakni:
1. Mekanik Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut, Mekanik Pesawat
Tenaga Produksi, K3 Pesawat uap, K3 Bejana Tekanan.
2. K3 kelembagaan dan keahlian.
3. K3 konstruksi, bangunan, listrik, dan penanggulangan kebakaran
4. Kesehatan kerja, ergonomi, lingkungan kerja, bahan berbahaya.
5
d. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 38
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pesawat
Tenaga dan Produksi
e. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 37
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana
Tekan dan Tangki Timbun
f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-452/M/BW 1996
Tentang Pemakaian Pesawat Angkat dan Angkut Jenis Rental 3.
Dasar hukum mengenai Sistem Manajemen K3
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen.
4. Dasar hukum terkait Kelembagaan K3
a. Peraturan Menteri tenaga kerja No. 04/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja b. Peraturan Menteri tenaga kerja
No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Petunjukan, Kewajiban, Dan
Wewenang Ahli Keselamatan Dan Kesehatan Kerja .
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/MEN/1995 Tentang.
Perusahaan Jasa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.155/MEN/1984
Tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Nomor KEP.125/MEN/82, Tentang Pembentukan,
Susunan Dan Tata Kerja Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Nasional, Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Wilayah Dan
Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
5. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.
Per01/MEN/1/2007 Tentang Pedoman Pemberian Penghargaan K3
a. Peraturan Menteri tenaga kerja RI No. Per-26/MEN/2014 Tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajement
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Peraturan Menteri tenaga kerja RI No. Per-18/MEN/2016 Tentang
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c. Peraturan Menteri tenaga kerja RI Kep-1135/MEN/1987 Tentang
BendaharaKesehatan dan Keselamatan Kerja
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-245/MEN/1990
Tentang
6
Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
e. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.
Per239/MEN/2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sertifikasi 9
Kompetensi Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum
f. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.
Per372/MEN/XI/2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional Tahun 2010-2014
g. Surat Edaran Menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.
SE.02/MEN/DJPPK/I/2011 Tentang Pelaksanaan Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja Seabagaimana Dimaksud Dalam Undang
Undang
No. 1 Tahun 1970 Yg Selanjutnya Disebut Ahli K3
h. Keputusan Dirjen Penmbinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No.
Kep- 37/DJPPK/XI/2004 Tentang Kelengkapan dan Identitas Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja i. Keputusan Dirjen Penmbinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 No. Kep- 69/PPK dan
K3/XII/2015 Tentang Pedoman Pembinaan Calon Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
6. Dasar hukum K3 Kesehatan Kerja dan Ergonomi
7
j. Keputusan Menteri tenaga kerja nomor 333 tahun 1989 tentang
diagnosa dan pelaporan penyakit akibat kerja.
k. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
No.Per.08/Men/2010 tentang Alat Pelindung Diri
9
Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 186 Tahun 1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
b. Permenakertrans RI No. PER.04/MEN/1980 tentang syarat-
syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
c. Instruksi Menaker RI No. INS 11/M/BW/1997 tentang
pengawasan khusus K3 penanggulangan kebakaran.
d.Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008
tentangpersyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan.
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 2 tahun 1983 tentang instalasi
alarm kebakaran automatic.
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN
10
2.2 Temuan
Adapun temuan yang kami temukan pada PT. Pertamina Integrated Terminal
Makassar baik temuan negatif maupun positif adalah sebagai berikut:
11
BAB III
Pada saat kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) kami mengidentifikasi dari
awal mengenai keberadaan P2K3 di PT. Pertamina, namun yang kami dapatkan dari
narasumber bahwasanya keberadaan lembaga P2K3 hanya lampiran nama-nama 4
Ahli K3 Migas dan untuk Ketua dan Sekretaris itu berada di tingkatan Manager
Regional VII Sulsel. Sesuai dengan permenaker Nomor : Per-04/MEN/1987 tentang
Panitia Pembina Keselamtan dan Kesehatan Kerja Serta Tata cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja, pada pasal 2 ayat (1) setiap tempat kerja dengan kriteri tertentu
pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3. Ayat (2) tempat kerja dimaksud
ayat (1) ialah : a. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan
100 orang atau lebih ; b. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus
mempekerjakan kurang dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses,
dan instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan,
12
kebakaran, keracunan dan penyinaran radio aktif. Untuk struktur P2K3 dijelaskan
pada pasal 3 ayat (1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja
yang susunannya terdiri dari Ketua, ayat (2) Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan
Kerja dari Perusahaan yang berasangkutan, dan ayat (3) P2K3 ditetapkan oleh
Menteri atau pejabat yang ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurusyang
bersangkutan. Mengenai jumlah Ahli yang ada di PT. Pertamina Integrated Terminal
Makassar itu berjumlah 4 orang Ahli K3 Migas yang diharuskan mengikuti
Pembinaan dan Pelatihan K3 Migas yang diwajibkan oleh Menteri ESDM dan
Menteri BUMN.
Untuk Penerapan SMK3 di PT. Pertamina Integrated Terminal Makassar,
sudah diterapkan dengan mengikut Managerial Regional VII sulsel dan sudah
membuat Kebijakan K3 yang Terintegrated dengan Managerial Regional VII Sulsel,
kebijakan tersebut di perpaharuhi setiap 1 tahun sekali dengan melihat kondisi
setiap tahunnya dan apabila kebijakan tersebut masih relevan dengan kondisi saat
ini perusahan tersebut tidak akan merubahnya. Dalam pelaporan yang dilakukan
oleh PT. Pertamina Integrated Terminal Makassar selalu menyampaikan laporanya
ke Managerial Regional VII Sulsel sehingga proses audit dilakukan di tingkat
Managerial Regional VII Sulsel.
13
3.2 Analisa Temuan Positif
14
dengan mempergunakan tangga’’
3. Dokumen PT. Perusahan memiliki Dengan adanya dokter Dokter dan perawat Peraturan Menteri tenaga kerja,
PERTAMINA dokter dan perawat dan perawat di telah melaksanan Transkop No: PER/01/MEN/1976
MAKASSAR perusahan yang perusahan dapat pelayanan Tentang kewajiban latihan hyperkes
telah memiliki membantu perusahan kesehatan kerja di bagi dokter perusahan menteri
sertifikat kesehatan dalam melaksanakan perusahan dengan tenaga kerja transmigrasi dan
kerja atau hygiene pelayanan kesehatan baik koperasi.
perusahan kerja (PKK). Pasal 1, yaitu: “setiap perusahan
(Hiperkes)
diwajibkan untuk mengirimkan
setiap dokter perusahannya untuk
mendapatkan latihan dalam bidang
hygiene perusahan. Kesehatan dan
keselamatan kerja.”
4. Memperlihatkan Kebijakan K3 Upaya dalam Peraturan Pemerintah No 50 Tahun
Secara Virtual meningkatkan kepuasan 2021 Tentang Penerapan SMK3
pelanggang dan pasal 5:
menyediakan lingkungan 1) Setiap Perusahaan wajib
kerja yang aman dan menerapkan SMK3 di perusahaan
bebas dari kecelakaan
kerja. 2) Kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 berlaku bagi
perusahaan : (a) mempekerjakan
pekerja/buruh paling sedikit 100
orang atau (b) mempunyai tingkat
potensi bahaya tinggi
15
3.3 Analisa Temuan Negatif
16
3. PT. Perusahaan tidak PT. PERTAMINA PT. PERTAMINA Keputusan menteri tenaga kerja
PERTAMINA memiliki ahli K3 (persero) instalasi (persero) instalasi RI NO.KEP.187/MEN/1999
MAKASSAR Kimia dan petugas Makassar tidak Makassar harus
K3 kimia memiliki ahli K3 kimia memiliki ahli dan Tentang Pengendalian Bahan
dan petugas K3 kimia petugas K3 Kimia Kimia Berbahaya Di Tempat
hanya memiliki 4 ahli, di perusahan, Kerja Pasal 3 yaitu pengendalian
sehingga tidak dikarenakan PT. bahan kimia berbahaya
melaksanakan upaya PERTAMINA sebgaimana dimaksud pasal 2
promotive dan merupakan bagian (b) meliputi “Penunjukkan
preventif di bagian perusahan dengan petugas K3 kimia dan Ahli K3
bahan kima berbahaya kriteria potensi kimia” dan.
dan beracun. bahaya besar.
Pasal 16 ayat (1) perusahaan
yang di kategorikan mempunyai
potensi bahaya besar
sebagaimana dimaksud pada
pasal 15 ayat (1) wajib
a. Mempekerjakan petugas
K3 kimia dengan ketentuan
apabila di pekerjakan dengan
sitstem kerja non shift
sekurangkurangnya 2 orang dan
apabila dipekerjakan dengan
sistem kerja shif sekurang-
kurangnya 5 orang
b. Mempekerjakan ahli K3
kimoa sekurang-kurangnya 1
orang.
17
4. PT. Pertamina Terdapatnya kabel Dengan posisi Sebaiknya menata
yang berserakan kabel yang tidak kembali kabel Peraturan Menteri
(Persero)
di lantai, sehingga listrik yang Ketenagakerjaan RI No. Per-
Integrated rawan bahaya tertata rapi dapat berserakan agar
memicu terjadinya dapat mencegah 12/MEN/2015 tentang
Terminal
timbulnya Keselamatan dan Kesehatan
Makassar potensi bahaya,
kecelakaan kerja
misalnya Kerja Listrik di Tempat Kerja pada
18
BAB IV
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
20
BAB V
DAFTAR REFERENSI
Seluruh data dalam laporan ini diambil berdasarkan data Primer dan Sekunder serta
undang – undang yang berlaku.
21