Anda di halaman 1dari 41

PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN

TB DI TEMPAT KERJA
Dr. dr Sudi Astono, MS
dr Anitasari K

Ditjen Binwasnaker & K3 –


KEMNAKER RI
Apakah TB itu?

• TB=Tuberkulosis

• Penyakit menular yang


disebabkan oleh kuman
Mycobacterium
tuberculosis
PENULARAN TB
• Melalui udara yang
terdapat percikan cairan
pernafasan (droplet) yang
mengandung kuman TB

• Droplet disebarkan melalui


batuk, bersin dan bertahak
Kuman dapat bertahan selama beberapa
jam dalam ruangan yang tidak terkena
sinar matahari dan lembab
I. Kontak TB

Bicara : 0-210 partikel

Batuk : 0-3500 partikel

Bersin : 4500 – 1 juta partikel


5
Penularan TB dipermudah oleh kondisi
tempat/lingkungan kerja :
Organ tubuh yg dapat diserang kuman TB
GEJALA TB

Gejala • Batuk terus menerus 2-3 minggu


Utama • Berdahak, bercampur darah

• Hilang BB secara signifikan


Gejala • Berkeringat malam hari & demam

tambahan •

Badan lemah, nafsu makan kurang
Sesak nafas & sakit di dada
Fakta Tuberkulosis
• TB BUKAN penyakit Kutukan/Keturunan, tetapi
disebabkan oleh Kuman TB.
• TB bisa diobati sampai sembuh, dengan cara menjalani
pengobatan secara teratur selama 6-8 bulan.
• Penderita TIDAK PERLU DIJAUHI tetapi sebaiknya
dianjurkan untuk menerapkan Etika Batuk yang benar.
Beberapa Fakta Penting:

• TB merupakan penyakit yang masih banyak di Indonesia


• Sebagian besar (>80 %) kasus TB pada usia produktif
• TB mudah ditularkan melalui udara
• Kurangnya pemahaman ttg TB akan menyulitkan keberhasilan program
penanggulangan dan rawan diskriminasi
• Penanggulangan TB di tempat kerja berperan penting dalam
penanggulangan TB secara Nasional
DIAGNOSIS TB

Anamnesa (wawancara)

Pemeriksaan klinis oleh dokter


Pemeriksaan penunjang : Laboratorium dahak
mikroskopis, dan pemeriksaan X-ray (Rontgent paru)
Mengapa perlu penanggulangan TB di
tempat kerja?
Tempat kerja merupakan lingkungan spesifik, populasi
terkonsentrasi tempat dan waktu yang sama sehingga
merupakan salah satu lingkungan potensial dalam
penularan TB.
Pekerja sering tinggal di sekitar perusahaan dg perumahan
padat & lingungan tidak sehat
Ply kesehatan kerja di perusahaan melaksanakan upaya
yankes, tp pelayanan TB belum menerapkan strategi DOTS
Sebagian manajemen masih diskriminatif terhadap pasien
TB (PHK atau ditolak waktu melamar pekerjaan)
RISIKO TB DI TEMPAT KERJA

1. Kondisi pekerjaan & lingkungan kerja


 Debu, bahan kimia, kurang ventilasi

2. Risiko mata rantai penularan antar pekerja dan masyarakat


3. Gizi kerja yang tidak sesuai
4. Beban kerja yang berlebihan
5. Diskrimainasi atau PHK pekerja dg TB menimbulkan berbagai masalah baru
6. Sektor dg kerawanan tinggi : pertambangan, perkebunan, petro kimia,
manufaktur, dll.
DAMPAK LUAS TB PADA DUNIA KERJA

 Kehilangan SDM & turn over pekerja meningkat


 Biaya/cost kesehatan meningkat
 Produktivitas menurun (Kualitas & Kuantitas produk)
 Isu Diskriminasi

Pengangguran, kemiskinan,
rendahnya Kualitas SDM

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/HDI &


Daya saing bangsa rendah 14
BAGAIMANA MENCEGAH PENULARAN PENYAKIT TB?

Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, antara lain:


– Membuka jendela dan pintu setiap pagi agar udara dan sinar
matahari masuk. Aliran udara (ventilasi) yang baik dalam ruangan
dapat mengurangi jumlah kuman di udara. Sinar matahari
langsung dapat mematikan kuman.
– Makan makanan bergizi
– Tidak merokok dan minum minuman keras
– Olahraga secara teratur
BAGAIMANA MENCEGAH PENULARAN PENYAKIT TB?

• Minumlah OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)


secara lengkap dan teratur sampai sembuh.
• Pasien TB harus menutup mulutnya pada waktu
bersin dan batuk.
• Tidak membuang dahak di sebarang tempat,
tetapi dibuang pada tempat khusus dan tertutup.

TUTUPLAH MULUT
PADA WAKTU BATUK
ATAU BERSIN
(saputangan, tisu, masker
bedah)
JANGAN MELUDAH
DISEMBARANG
TEMPAT
Program Pengendalian TB
di Indonesia
Kebijakan Nasional

Pengendalian TB dilaksanakan sesuai azas


desentralisasi dalam kerangka otonomi

Program Pengendalian TB sesuai dg Strategi TB


DOTS

Penguatan kebijakan untuk peningkatan


komitmen daerah

Penguatan&pengendalian TB utk peningkatan


mutu layanan,akses penemuan dan mencegah
resistensi obat
Kebijakan Nasional
Penemuan dan pengobatan dlm rangka
pengendalian TB dilaksanakan seluruh fasilitas
kesehatan

Pengobatan tanpa penyulit dilaksanakan di


FKTP

Pengendalian TB dilaksanakan melalui


kerjasama dan kemitraan

Peningkatan kemampuan laboratorium di


berbagai tingkat layanan
Kebijakan Nasional

OAT diberikan secara cuma-cuma

Ketersediaan tenaga yg kompeten

Pengendalian TB diprioritaskan kpd


kelompok miskin dan kelompok rentan
Pasien TB tdk dijauhkan dari keluarga, masy
dan pekerjaannya
Memperhatikan komitmen thdp pencapaian
target strategi global
Penerapan Pengendalian TB
di Tempat Kerja
Program P2 TBC di
Tempat Kerja
Dasar hukum:
 UU No. 1 Tahun 1970 Bab III Syarat-Syarat
Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat (1) huruf (h)
“Dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat-syarat keselamatan kerja untuk mencegah
dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi
dan penularan;
 Perpres No.67 Tahun 2021 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis (TBC)
 Panduan Pengendalian Tuberkulosis di Tempat
Kerja (Panduan Bersama Kemenkes – Kemnaker
Tahun 2015)
Ditjen Binwasnaker dan K3
TB terintegrasi
di Tempat Kerja

Slogan Pengendalian TB Nasional:


TOSS :Temukan Obati Sampai
Sembuh

Slogan Pengendalian TB di Tempat


Kerja : TemPO :Temukan secara cepat,
23

Pisahkan secara aman, Obati secara


tepat
A. Kebijakan dan Strategi Pengendalian TB
di Tempat Kerja
1. Kebijakan Pengendalian TB di Tempat Kerja mengacu pada Kebijakan Nasional
Pengendalian TB;
2. Kebijakan diintegrasikan dengan program K3 di perusahaan;
3. Penyelenggaraan Pengendalian TB (Tim TB DOTS) ditetapkan langsung oleh
pimpinan tertinggi di tempat kerja dan atau pimpinan puskesmas wilayah tempat
kerja ;
4. Memberdayakan unit dan personel K3 di tempat kerja;
5. Pengendalian TB merupakan bagian dari kegiatan surveilans nasional TB;
6. Pengendalian TB di tempat kerja merupakan satu kesatuan pengendalian TB di
wilayah tempat kerja.
B. Komitmen Pimpinan Tempat kerja
• Untuk membangun komitmen perlu dilakukan advokasi oleh Tim/Koordinasi
(Disnaker, Dinkes, Puskesmas, LSM, asosiasi pengusaha, SP/SB)
• Diperlukan komitmen antara lain untuk:
• Menyediakan & mengembangkan sumber daya di tempat kerja
• Memfasilitasi pembentukan Tim TB DOTS, ketersediaan OAT
• Meningkatkan peran serta pekerja dan masyarakat dalam pencegahan, penemuan dini
kasus dan PMO(pengawas menelan obat)
• dll
C. Strategi DOTS di Tempat Kerja
1 Komitmen politis
4 Jaminan
Ketersediaan OAT 2 Diagnosa dengan
Yg bermutu mikroskop

5 Directly Observed
Monitoring dan Treatment Short-course 3 Pengobatan
evaluasi jangka pendek dgn
pengawasan langsung
26
D. Dukungan Sumber Daya
Sumber dana

Sumber daya manusia

Sarana & Prasarana

Kebutuhan logistik
E. Jejaring Pengendalian TB di Tempat Kerja

Keterbatasan sarana& prasarana faskes di tempat kerja


perlu dikembangkan jejaring kerja baik internal maupun
eksternal
Suatu sistem jejaring dapat dikatakan berfungsi secara
baik apabila penemuan pasien dan pengobatan berjalan
baik di tempat kerja
JEJARING DOTS DI TEMPAT KERJA
Dinas Kesehatan Dinas Naker Apindo SP/SB

garis komando

Manajemen
Rumah Sakit P2K3 Unit SP/SB
Perusahaan
Grs koordinasi

TIM DOTS PERUSAHAAN:


• Manager K3 (HSE) Grs rujukan
• Ahli K3 pelayanan dan
mnajemen
• HRD
Puskesmas • Dokter dan paramedis perusahaan
• Unsur SP/SB
• Anggota P2K3 Grs rujukan
pelayanan

Unit Pelaksana
Pelayanan TB DOTS
Perusahaan
Tatalaksana dan Pengendalian
Tb di Tempat Kerja
Tatalaksana Pasien TB di Tempat Kerja
Penemuan kasus TB

Diagnosis TB

Mendiagnosis TB akibat kerja

Pengobatan TB

Pemantauan hasil pengobatan


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB
di Tempat Kerja
1. Manajerial
Dukungan manajemen yang efektif berupa komitmen dan kepemimpinan
2. Administratif
Upaya untuk mencegah /mengurangi pajanan kuman Tb kepada pekerja,
petugas kesehatan dan lingkungan
3. Pengendalian lingkungan Tempat Kerja
4. Alat Pelindung Diri (APD)
Bentuk Program/Kegiatan Penanggulangan TB di Tempat kerja
1. Promotif :
 Pelatihan program DOTS bagi dokter dan paramedis perusahaan
 Sosialisasi workshop/seminar program TB dan P2HIV&AIDS di tempat kerja bagi pekerja
(penyuluhan & KIE) sebagai bagian dari promosi gaya hidup sehat
 Peningkatan gizi kerja, olahraga dan program bebas rokok di tempat kerja/ Penerapan PHBS

2. Preventif :
 Penemuan kasus/suspek TB melalui pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (Awal, Berkala, Khusus)
 Pengendalian lingkungan kerja
 Penggunaan APD
 Imunisasi pada anak2 pekerja
 Petugas pengelola makan bagi tenaga kerja dipersyaratkan tidak mengidap penyakit menular (TB,
Typhoid, Cacingan) dan dideteksi minimal 1 tahun sekali
 Penerapan prosedur K3 Khusus Pencegahan Penyakit di tempat kerja
Bentuk Program/Kegiatan Penanggulangan TB di Tempat

3. Kuratif :
a) Pengobatan dan perawatan bagi pekerja yang mengidap TB dengan penerapan standar
DOTS (Direct Observed Treatment Short Course) dalam Pelayanan kesehatan kerja
disertai :
 Petugas pengawas minum obat (PMO)
 Tenaga kerja dianjurkan untuk istirahat di rumah saat pengobatan awal TB
b) Rujukan pasien ke layanan kesehatan (laboratorium, diagnosis dan pengobatan)
4. Rehabilitasi :
Penyesuaian pekerjaan (jenis pekerjaan, beban kerja, lama kerja dan kondisi lingkungan) pada
pekerja yang sakit/dalam pengobatan TB
AKSES KE LAYANAN TB BERKUALITAS
Puskesmas
Rumah Sakit
Balai Kesehatan Paru Masyarakat
Dokter Praktek Mandiri
Klinik Pratama

OBAT TB
GRATIS…..!!!
Tersedia di seluruh
faskes DOTS.

Pelayanan TB: Preventif, Promotif, dan Kuratif


Contoh Kebijakan Program P2 TB di Tempat
Kerja dalam PP/PKB
Penilaian Status Laik Kerja
(Fit to Work)
 Adalah suatu asesmen medis untuk menentukan apakah seseorang dapat melakukan
pekerjaannya secara efektif, tanpa membahayakan dirinya sendiri atau lingkungannya
 Hasil penilaian:
 Laik Kerja
 Laik kerja dengan catatan
 Tidak laik kerja sementara
 Tidak laik kerja untuk pekerjaan tertentu
 Tidak laik kerja untuk semua pekerjaan
Program Kembali Kerja (Return to Work)
pekerja dengan TB
• Pekerja TB aktif, BTA sputum (+), sangat menular  disarankan untuk diberi cuti
selama 2 minggu pada tahap awal pengobatan s/d klinis membaik dan tidak
menular
• Pekerja TB MDR  tidak diperbolehkan untuk kembali bekerja sampai mereka
telah melakukan pemeriksaan konversi kultur sputum atau dikonfirmasi tidak
memiliki TB resisten  cuti lebih lama
• Pekerja dengan TB diusahakan segera mungkin aktif kembali bekerja, gejala
ikutan dan atau squele ikutan pengobatan memerlukan kajian kelaikan kerja 
dirujuk ke Spesialis Okupasi (SpOk).
Monitoring dan Evaluasi

• Indikator Program TB
(1)Indikator penemuan
(2)Indikator Pengobatan TB
• Analisis data

Anda mungkin juga menyukai