BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan salah satu organisasi pemberi jasa pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang semakin
dituntut untuk bekerja secara profesional sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan.
Mengacu pada visi dan misi dari Millenium development goal’s, maka perlu disusun suatu rencana kerja, sehingga
kegiatan dari bagian ini menjadi lebih sistematis dan terorganisir. Pedoman kerja akan menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan
1
Intervensi dengan strategi dots di institusi rumah sakit baru dilakukan sejak tahun 2000. Hasil survey prevalensi tb tahun
2004 menunjukan pola pencarian pengobatan tb cukup tinggi yaitu sekitar 60%.
Pelaksanan dots di rumah sakit mempunyai daya ungkit dalam penemuan kasus (case detection rate), angka keberhasilan
pengobatan (cure rate), dan angka keberhasilan rujukan (success referral rate).
B. TUJUAN
Rumah sakit Universitas Tanjungpura Pontianak merupakan rumah sakit rujukan faskes tingkat 1 di Kalimantan Barat.
Selain itu rumah sakit Universitas Tanjungpura Pontianak juga memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien umum, maupun peserta
jaminan kesehatan. Pelayanan rujukan yang dilakukan yaitu tata laksana merujuk pasien keluar.
D. BATASAN OPERASIONAL
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman tb (mycobacterium tuberculosis). Sebagaian
besar kuman tb menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ lain
E. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal ;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/ Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar Pelayanan Minimal Di Rumah
Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan
Minimal;
11. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 884/Menkes/VII/2007 tentang Ekspansi TB Strategi DOTS di Rumah Sakit dan Balai
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
2. Poliklinik Dots
C. Pengaturan Jaga
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
a. Struktur fisik
Lantai porselen dan dinding dicat atau dilapisi keramik agar mudah dicuci
b. Kebersihan
Cat dan lantai berwarna terang dan sehingga kotoran terlihat dengan mudah. Ruangan bersih bebas dari debu dan kotoran
sampah atau limbah rumah sakit.Hal ini berlaku pula untuk mebel, perlengkapan, instrumen, pintu, jendela, steker listrik,
dan langit-langit
c. Pencahayaan
Listrik berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua lampu berfungsi baik dan kokoh. Pencahayaan
d. Ventilasi
e. Pencucian tangan
Wastafel dilengkapi dengan dispenser sabun, serta tissu untuk mengeringkan tangan
BAB IV
3
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Universitas
Tanjungpura Pontianak mendukung Program pengendalian TB untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dengan
a. Pengendalian TB di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak dilaksanakan mengacu pada kebijakan Kementerian
Kesehatan RI;
b. Komitmen rumah sakit dalam program pengendalian TB dengan strategi DOTS dapat dilaksanakan secara terus menerus, sesuai
kemampuan dan sumber daya yang dimiliki oleh Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontaianak;
c. Pengendalian TB dilaksanakan oleh seluruh rumah sakit tingkat pusat dan wilayah dengan melibatkan peran keluarga serta
d. Dalam rangka mensukseskan pelaksanaan pengendalian TB, prioritas ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan,
penggunaan obat yang rasional yang sesuai dengan Pedoman Nasional Praktik Kedokteran - Tatalaksana TB (PNPK TB);
e. Penemuan Kasus TB di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak memanfaatkan sarana laboratorium yang terjamin
f. OAT di Rumah Universitas Tanjungpura Pontianak diberikan ke pada pasien secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaan nya oleh
Kemenkes melalui Dinas Kesehatan setempat sesuai dengan perjanjian kerja sama.
g. Menggalang kerja sama dan kemitraan program terkait dengan sector pemerintah dan swasta;
h. Peningkatan kualitas pelaksanaan pengendalian TB, diperlukan system pencatatan, pelaporan, pemantauan, supervisi dan evaluasi
program.
2. Strategi
Strategi penangulangan TB di Faskes merujuk pada strategi nasional dengan langkah-langkah sebagai berikut :
2) Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya;
3) Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela), perusahaan dan swasta melalui pendekatan
Pelayanan TB Terpadu Pemerintah dan Swasta (Public-Private Mix) dan menjamin kepatuhan terhadap Standar Internasional
4
5) Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program pengendalian TB;
c. Mengoptimalkan sistem jejaring kerja dan menjalin kemitraan dengan instansi dan organisasi kemasyarakatan
B. Pengorganisasian
Gambar 1. Tata Kelola Organisasi Program Pengendalian TB
Pengendalian TB dengan strategi DOTS di tingkat pusat dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan RI sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing, Pengendalian TB dengan strategi DOTS di tingkat daerah dilaksanakan oleh Rumah Sakit Universitas
Tanjungpura Pontianak bekerjasama dengan dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing.
C. Pelaksana
Panduan ini dilaksanakan oleh:
1. Kementrian Kesehatan Ri
5. Faskes tingkat 1
D. Kegiatan
Kegiatan pengendalian TB dengan strategi DOTS di Faskes tingkat 1 mengacu pada Pedoman Nasional Pengendalian TB sesuai
Sasaran utama pengembangan jejaring tersebut adalah terbentuknya jejaringpenangan kasus TB baik melalui optimalisasi jejaring internal,
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama mampu memberikan layanan TB secara menyeluruh mulai dari promotif, preventif, kuratif dan
a. Tatalaksana Kasus TB tanpa komplikasi dengan cara menjaring terduga TB, diagnosis dan mengobati sampai tuntas;
f. Layanan TB MDR;
g. Merujuk pasien TB dengan komplikasi ke Faskes Tingkat Lanjutan sesuai dengan format TB. 09;
i. Menerima pasien TB pindahan dari Faskes lain dengan mengembalikan Format bagian bawah TB. 09;
j. Mengirimkan Format TB.10 untuk pasien pindahan yang telah selesai pengobatannya;
k. Menerima rujuk balik pasien berobat jalan untuk menyelesaikan pengobatan TB dari Faskes Lanjutan;
6
m. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi;
Dalam layanan tatalaksana TB, fasilitas kesehatan yang mampu melakukanpemeriksaan mikroskopis disebut FKTP-Rujukan Mikroskopis
(FKTP-RM).FKTP-RM menerima rujukan pemeriksaan mikroskopis dari FKTP yang tidak mepunyai fasilitas pemeriksaan mikroskopis yang
Melaksanakan semua kegiatan di Faskes Tingkat Pertama dengan kegiatan tambahan sebagai berikut:
a. Layanan TB Paliatif untuk kasus-kasus TB dengan penyulit dan kasus TB yang tidak bisa ditegakkan diagnosisnya di FKTP;
G. Sistem jejaring.
Dalam pelaksanaan strategi DOTS perlu dilakukan penguatan jejaring TB. Tujuan utama pengembangan jejaring tersebut adalah
terbentuknya jejaring penanganan semua kasus TB, baik meliputi jejaring internal, dan eksternal. Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan
pelayanan TB di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak diperlukan juga jejaring logistik, pencatatan dan pelaporan, jaga mutu,
serta pembinaan seperti: supervisi, pelatihan yang dikoordinir oleh Dinas kesehatan kabupaten/Kota/ Provinsi.
Pada prinsipnya Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak dapat melaksanakan tatalaksana kasus TB non komplikasi sampai
APOTIK
RUMAH SAKIT PUBLIK
LABORATORIUM
RSUD
PUSKESMAS
KLINIK PRATAMA
PONTIANAK
Pelayanan Primer Pelayanan Tingkat Lanjutan
7
1. Area Jejaring Pelayanan.
a. Jejaring internal.
Di setiap faskes, Program TB dilaksanakan oleh Tim yang melibatkan semua bagian terkait dan kegiatannya dipusatkan dalam
PIMPINAN RS
KOMITE MEDIK
TIM DOTS
UNIT DOTS
Laboratorium
Poli Umum
Radiologi
Poli Spesialis Farmasi
UGD
Rawat Inap
Rekam Medis
Gambar 4. Alur pelayanan Jejaring Internal di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak
laboratorium
Poli spesialis radiologi
klinik
UNIT DOTS
RUJUK RUMAH SAKIT
Farmasi
Rekam Medis LAIN
PKMRS
b. Jejaring eksternal.
Merupakan jejaring antar instalasi pelayanan kesehatan didalam jajaran dinas kesehatan setempat yang bersifat timbal
balik dalam pengendalian TB menggunakan strategi DOTS. Hubungan timbal balik ini meliputi; pelayanan pasien dan paket OAT,
8
Catatan: Kasus rujukan (pindah) dari Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak ke rumah sakit provinsi/kab/kota lain berkoordinasi dengan
pengelola program di tingkat dinas kesehatan setempat. Pada prinsipnya kegiatan rujukan lintas batas provinsi untuk menjaga kesinambungan
pengobatan pasien TB yang dalam pengobatan agar tidak putus berobat. Hal ini sama halnya dengan pasien TB yang pindah antar rumah sakit
2.Kegiatan Jejaring
Untuk instalasi kesehatan yang lain disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan batas kemampuan.
H. Pindah berobat
Pindah berobat adalah pasien yang pindah berobat antar rumah sakit yang menjalankan strategi DOTS, dengan maksud mendekatkan
Setiap Pasien TB yang diobati harus dipastikan dapat menyelesaikan pengobatan sampai tuntas. Bila terjadi pasien putus berobat
maka petugas di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak melakukan upaya pelacakan secepatnya baik secara langsung (pasien
anggota keluarga) atau berkoordinasi dengan Petugas TB di Puskesmas terdekat rumah pasien dan Dinas Kesehatan setempat.
J. Logistik program
Dala\m hal pemenuhan logistik program Pengendalian TB, instalasi pelayanan kesehatan Rumah Sakit Universitas Tanjungpura
Pontianak berkoordinasi dengan jajaran Dinas Kesehatan setempat yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pendistribusian
logistik TB.
Instalasi Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak berkewajiban untuk mencatat semua kasus TB yang ditangani dengan
menggunakan Formulir baku dari Program Nasional Pengendalian TB. Hasil pencatatan tersebut disampaikan kepada Dinas Kesehatan
Semua petugas Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak wajib menerapkan upaya PPI TB untuk memastikan berlangsungnya
deteksi segera, tindakan pencegahan dan pengobatan seseorang yang dicurigai atau dipastikan menderita TB. Upaya tersebut berupa
1. Manajerial
Pihak manajerial adalah pimpinan Faskes, Kaurkes, Karumkit dan Kapuskesad. Komitmen, kepemimipinan dan dukungan manajemen
yang efektif berupa penguatan dari upaya manajerial bagi program PPI TB;
9
2. Pengendalian administrative
Pengendalian Administratif adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah/mengurangi pajanan M.TB kepada petugas kesehatan,
pasien, pengunjung dan lingkungan dengan menyediakan, mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan standar prosedur dan alur
pelayanan. Upaya ini antara lain mencakup “Strategi Tempo” (temukan pasien secepatnya, Pisahkan secara aman, Obati secara tepat);
3. Pengendalian lingkungan
Pengendalian Lingkungan adalah upaya peningkatan dan pengaturan aliran udara/ventilasi dengan menggunakan teknologi untuk
mencegah penyebaran dan mengurangi/menurunkan kadar percik renik di udara. Upaya pengendalian dilakukan dengan menyalurkan
percik renik kearah tertentu (directional airflow) dan atau ditambah dengan radiasi ultraviolet sebagai germisida;
Penggunaan alat pelindung diri pernapasan oleh petugas kesehatan di tempat pelayanan sangat penting untuk menurunkan risiko
terpajan, sebab kadar percik renik tidak dapat dihilangkan dengan upaya administratif dan lingkungan.
Petugas kesehatan perlu menggunakan respirator particulat (respirator) pada saat melakukan prosedur yang berisiko tinggi, misalnya
bronkoskopi, intubasi, induksi sputum, aspirasi sekret saluran napas, dan pembedahan paru. Selain itu, respirator ini juga perlu
digunakan saat memberikan perawatan kepada pasien atau saat menghadapi/melayani pasien terduga MDR-TB dan XDR-TB di
poliklinik.
Petugas kesehatan dan pengunjung perlu mengenakan respirator jika berada bersama pasien TB di ruangan tertutup. Pasien atau
terduga TB tidak perlu menggunakan respirator tetapi cukup menggunakan masker bedah untuk melindungi lingkungan sekitarnya dari
percik renik/droplet.
N. Supervisi program
Supervisi program dilakukan oleh Kemenkes bersama jajaran baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota secara berkala.
BAB V
LOGISTIK
2. Pelayanan ambulans dipusatkan di bagian kendaraan Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak.
3. Pelayanan keuangan pasien umum dan petugas dipusatkan di bendahara Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak.
10
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Agar tidak terjadi infeksi silang maka dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi melalui komponen kewaspadaan standar
meliputi :
1. Cuci tangan
4. Pengendalian lingkungan
5. Penanganan linen
6. Penanganan limbah
7. Kesehatan karyawan
8. Penempatan pasien
11
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Ada pertemuan khusus secara formal antara pimpinan dan staf pelaksana di lapangan. Mengenai rencana kegiatan, dan evaluasi, yang
dilakukan setiap satu bulan. Mutu dinilai dari jumlah kasus pelayanan merujuk ke luar.
12