Anda di halaman 1dari 12

PEDOMAN PELAKSANAAN RUJUKAN TB DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Jalan Prof Dr.H.Hadari Nawawi Pontianak 78214

Telepon (0561) 576242 Fax (0561) 576251


PEDOMAN PELAKSANAAN RUJUKAN TB DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan salah satu organisasi pemberi jasa pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang semakin

dituntut untuk bekerja secara profesional sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan.

Mengacu pada visi dan misi dari Millenium development goal’s, maka perlu disusun suatu rencana kerja, sehingga

kegiatan dari bagian ini menjadi lebih sistematis dan terorganisir. Pedoman kerja akan menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan

pelayanan tb dengan strategi dots yang komprehensif.

1
Intervensi dengan strategi dots di institusi rumah sakit baru dilakukan sejak tahun 2000. Hasil survey prevalensi tb tahun

2004 menunjukan pola pencarian pengobatan tb cukup tinggi yaitu sekitar 60%.

Pelaksanan dots di rumah sakit mempunyai daya ungkit dalam penemuan kasus (case detection rate), angka keberhasilan

pengobatan (cure rate), dan angka keberhasilan rujukan (success referral rate).

B. TUJUAN

1. Sebagai pedoman bagi para pelaksana kesehatan di rumah sakit.

2. Menjalankan program pemerintah dalam pelaksanaan pelayanan rujukan pasien TB

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN

Rumah sakit Universitas Tanjungpura Pontianak merupakan rumah sakit rujukan faskes tingkat 1 di Kalimantan Barat.

Selain itu rumah sakit Universitas Tanjungpura Pontianak juga memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien umum, maupun peserta

jaminan kesehatan. Pelayanan rujukan yang dilakukan yaitu tata laksana merujuk pasien keluar.

D. BATASAN OPERASIONAL

Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman tb (mycobacterium tuberculosis). Sebagaian

besar kuman tb menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ lain

E. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 5063);

2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan

LembaranNegara Nomor 5072);

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan

LembaranNegara Nomor 4431);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

LembaranNegara Nomor 4437);

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar

Pelayanan Minimal ;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/ Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XII/2007;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis;

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar Pelayanan Minimal Di Rumah

Sakit;

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan

Minimal;

11. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 884/Menkes/VII/2007 tentang Ekspansi TB Strategi DOTS di Rumah Sakit dan Balai

Kesehatan/pengobatan Penyakit Paru;

2
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Dokter yang telah mendapatkan pelatihan TB Dots

2. Perawat yang telah mendapatkan pelatihan TBDots

B. Distribusi Ketenagaan

1. Instalasi Rawat Inap

2. Poliklinik Dots

C. Pengaturan Jaga

Pengaturan jadwal jaga dilakukan berdasarkan hari kerja

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

Poliklinik DOTS terletak di belakang ruangan ICU

B. Standar Fasilitas

1. Kriteria umum ruangan

a. Struktur fisik

Lantai porselen dan dinding dicat atau dilapisi keramik agar mudah dicuci

b. Kebersihan

Cat dan lantai berwarna terang dan sehingga kotoran terlihat dengan mudah. Ruangan bersih bebas dari debu dan kotoran

sampah atau limbah rumah sakit.Hal ini berlaku pula untuk mebel, perlengkapan, instrumen, pintu, jendela, steker listrik,

dan langit-langit

c. Pencahayaan

Listrik berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua lampu berfungsi baik dan kokoh. Pencahayaan

terang dari cahaya alami atau listrik

d. Ventilasi

Suhu ruangan dijaga 24-26 °c . Ventilasi ruangan berfungsi dengan baik

e. Pencucian tangan

Wastafel dilengkapi dengan dispenser sabun, serta tissu untuk mengeringkan tangan

BAB IV

PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN STRATEGI DOTS

DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

3
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Universitas

Tanjungpura Pontianak mendukung Program pengendalian TB untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dengan

menyelenggarakan program pengendalian TB.

A. Kebijakan dan Strategi


1. Kebijakan

a. Pengendalian TB di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak dilaksanakan mengacu pada kebijakan Kementerian

Kesehatan RI;

b. Komitmen rumah sakit dalam program pengendalian TB dengan strategi DOTS dapat dilaksanakan secara terus menerus, sesuai

kemampuan dan sumber daya yang dimiliki oleh Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontaianak;

c. Pengendalian TB dilaksanakan oleh seluruh rumah sakit tingkat pusat dan wilayah dengan melibatkan peran keluarga serta

masyarakat umum secara paripurna dan terpadu;

d. Dalam rangka mensukseskan pelaksanaan pengendalian TB, prioritas ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan,

penggunaan obat yang rasional yang sesuai dengan Pedoman Nasional Praktik Kedokteran - Tatalaksana TB (PNPK TB);

e. Penemuan Kasus TB di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak memanfaatkan sarana laboratorium yang terjamin

kualitasnya melalui Pemantapan Mutu Eksternal (PME) secara rutin;

f. OAT di Rumah Universitas Tanjungpura Pontianak diberikan ke pada pasien secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaan nya oleh

Kemenkes melalui Dinas Kesehatan setempat sesuai dengan perjanjian kerja sama.

g. Menggalang kerja sama dan kemitraan program terkait dengan sector pemerintah dan swasta;

h. Peningkatan kualitas pelaksanaan pengendalian TB, diperlukan system pencatatan, pelaporan, pemantauan, supervisi dan evaluasi

program.

2. Strategi

Strategi penangulangan TB di Faskes merujuk pada strategi nasional dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melaksanakan komitmen strategi DOTS;


b. Mendukung pelaksanaan tujuh strategi utama Pengendalian TB Nasional, yaitu :
1) Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu;

2) Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya;

3) Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela), perusahaan dan swasta melalui pendekatan

Pelayanan TB Terpadu Pemerintah dan Swasta (Public-Private Mix) dan menjamin kepatuhan terhadap Standar Internasional

Penatalaksanaan TB (International Standards for TB Care);

4) Memberdayakan masyarakat dan pasien TB;

4
5) Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program pengendalian TB;

6) Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB;

7) Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategis.

c. Mengoptimalkan sistem jejaring kerja dan menjalin kemitraan dengan instansi dan organisasi kemasyarakatan

B. Pengorganisasian
Gambar 1. Tata Kelola Organisasi Program Pengendalian TB

Tata Kelola Organisasi


Program Pengendalian TB
Kementrian Kesehatan RI

DINAS KESEHATAN PROVINSI

DINAS KESEHATAN KOTA

RS UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK SISTEM INFORMASI TB

Pengendalian TB dengan strategi DOTS di tingkat pusat dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan RI sesuai dengan tugas dan

fungsi masing-masing, Pengendalian TB dengan strategi DOTS di tingkat daerah dilaksanakan oleh Rumah Sakit Universitas

Tanjungpura Pontianak bekerjasama dengan dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan fungsi masing-

masing.

C. Pelaksana
Panduan ini dilaksanakan oleh:

1. Kementrian Kesehatan Ri

2. Dinas Kesehatan Provinsi


5
3. Dinas Kesehatan Kota

4. Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak.

5. Faskes tingkat 1

D. Kegiatan
Kegiatan pengendalian TB dengan strategi DOTS di Faskes tingkat 1 mengacu pada Pedoman Nasional Pengendalian TB sesuai

dengan tugas dan fungsi yang mendukung program nasional.

E. Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak


Untuk pelaksanaan strategi DOTS perlu dilakukan pengembangan jejaring TB di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak.

Sasaran utama pengembangan jejaring tersebut adalah terbentuknya jejaringpenangan kasus TB baik melalui optimalisasi jejaring internal,

dan eksternal. Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak terdiri dari :

1. Faskes Tingkat Pertama (Klinik Pratama);

2. Faskes Tingkat Lanjutan adalah Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak.

F. Kemapuan dan Batas Kemampuan.


Kemampuan Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak dalam pengendalian TB menggunakan strategi DOTS adalah sebagai berikut:

1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama mampu memberikan layanan TB secara menyeluruh mulai dari promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitative, sebagai berikut:

a. Tatalaksana Kasus TB tanpa komplikasi dengan cara menjaring terduga TB, diagnosis dan mengobati sampai tuntas;

b. Promotif dan Pendidikan Kesehatan;

c. Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TB;

d. Menjaring terduga TB-HIV dengan kolaborasi TB-HIV;

e. Menjaring terduga TB Resistan OAT dan merujuk ke Faskes;

f. Layanan TB MDR;

g. Merujuk pasien TB dengan komplikasi ke Faskes Tingkat Lanjutan sesuai dengan format TB. 09;

h. Merujuk pasien TB yang pindah berobat sesuai dengan format TB.09;

i. Menerima pasien TB pindahan dari Faskes lain dengan mengembalikan Format bagian bawah TB. 09;

j. Mengirimkan Format TB.10 untuk pasien pindahan yang telah selesai pengobatannya;

k. Menerima rujuk balik pasien berobat jalan untuk menyelesaikan pengobatan TB dari Faskes Lanjutan;

l. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan;

6
m. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi;

n. Membuat Rencana Tindak Lanjut.

Dalam layanan tatalaksana TB, fasilitas kesehatan yang mampu melakukanpemeriksaan mikroskopis disebut FKTP-Rujukan Mikroskopis

(FKTP-RM).FKTP-RM menerima rujukan pemeriksaan mikroskopis dari FKTP yang tidak mepunyai fasilitas pemeriksaan mikroskopis yang

disebut FKTP Satelit.

2. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).’

Melaksanakan semua kegiatan di Faskes Tingkat Pertama dengan kegiatan tambahan sebagai berikut:

a. Layanan TB Paliatif untuk kasus-kasus TB dengan penyulit dan kasus TB yang tidak bisa ditegakkan diagnosisnya di FKTP;

b. Tatalaksana kasus TB dengan atau tanpa komplikasi;

c. Tatalaksana kasus TB dengan HIV dan penyakit penyerta (komorbid) lainnya;

d. Menjaring terduga TB Resistan obat dan merujuk ke Faskes Layanan TB MDR;

e. Merujuk balik pasien yang sudah dapat dilanjutkan pengobatannya di FKTP.

G. Sistem jejaring.
Dalam pelaksanaan strategi DOTS perlu dilakukan penguatan jejaring TB. Tujuan utama pengembangan jejaring tersebut adalah

terbentuknya jejaring penanganan semua kasus TB, baik meliputi jejaring internal, dan eksternal. Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan

pelayanan TB di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak diperlukan juga jejaring logistik, pencatatan dan pelaporan, jaga mutu,

serta pembinaan seperti: supervisi, pelatihan yang dikoordinir oleh Dinas kesehatan kabupaten/Kota/ Provinsi.

Pada prinsipnya Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak dapat melaksanakan tatalaksana kasus TB non komplikasi sampai

tuntas. Namun apabila tidak bisa dituntaskan, dapat membangun jejaring.

Gambar 2. Jejaring Penanganan Kasus

APOTIK
RUMAH SAKIT PUBLIK
LABORATORIUM

RSUD
PUSKESMAS

KLINIK PRATAMA

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK
Pelayanan Primer Pelayanan Tingkat Lanjutan

7
1. Area Jejaring Pelayanan.

a. Jejaring internal.

Di setiap faskes, Program TB dilaksanakan oleh Tim yang melibatkan semua bagian terkait dan kegiatannya dipusatkan dalam

sebuah unit DOTS;

Gambar 3. Jejaring Internal Di Faskes Tingkat Lanjutan

PIMPINAN RS
KOMITE MEDIK

TIM DOTS
UNIT DOTS

Laboratorium
Poli Umum
Radiologi
Poli Spesialis Farmasi
UGD
Rawat Inap
Rekam Medis

Gambar 4. Alur pelayanan Jejaring Internal di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak

laboratorium
Poli spesialis radiologi

Loket pendaftaran Ugd Rawat Inap


Patologi anatomi / patologi

klinik
UNIT DOTS
RUJUK RUMAH SAKIT
Farmasi
Rekam Medis LAIN

PKMRS

b. Jejaring eksternal.

Merupakan jejaring antar instalasi pelayanan kesehatan didalam jajaran dinas kesehatan setempat yang bersifat timbal

balik dalam pengendalian TB menggunakan strategi DOTS. Hubungan timbal balik ini meliputi; pelayanan pasien dan paket OAT,

jaga mutu laboratorium TB, pencatatan/pelaporan serta pembinaan;

8
Catatan: Kasus rujukan (pindah) dari Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak ke rumah sakit provinsi/kab/kota lain berkoordinasi dengan

pengelola program di tingkat dinas kesehatan setempat. Pada prinsipnya kegiatan rujukan lintas batas provinsi untuk menjaga kesinambungan

pengobatan pasien TB yang dalam pengobatan agar tidak putus berobat. Hal ini sama halnya dengan pasien TB yang pindah antar rumah sakit

dalam satu kabupaten/kota.

2.Kegiatan Jejaring

Untuk instalasi kesehatan yang lain disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan batas kemampuan.

H. Pindah berobat

Pindah berobat adalah pasien yang pindah berobat antar rumah sakit yang menjalankan strategi DOTS, dengan maksud mendekatkan

pelayanan kesehatan agar pasien terjamin dalam menyelesaikan pengobatan.

I. Pelacakan Pasien Putus Berobat (Loss to Follow up)

Setiap Pasien TB yang diobati harus dipastikan dapat menyelesaikan pengobatan sampai tuntas. Bila terjadi pasien putus berobat

maka petugas di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak melakukan upaya pelacakan secepatnya baik secara langsung (pasien

anggota keluarga) atau berkoordinasi dengan Petugas TB di Puskesmas terdekat rumah pasien dan Dinas Kesehatan setempat.

J. Logistik program

Dala\m hal pemenuhan logistik program Pengendalian TB, instalasi pelayanan kesehatan Rumah Sakit Universitas Tanjungpura

Pontianak berkoordinasi dengan jajaran Dinas Kesehatan setempat yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pendistribusian

logistik TB.

K. Pencatatan dan pelaporan

Instalasi Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak berkewajiban untuk mencatat semua kasus TB yang ditangani dengan

menggunakan Formulir baku dari Program Nasional Pengendalian TB. Hasil pencatatan tersebut disampaikan kepada Dinas Kesehatan

setempat secara berjenjang sesuai dengan sistem yang sudah berjalan.

L. Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) TB

Semua petugas Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak wajib menerapkan upaya PPI TB untuk memastikan berlangsungnya

deteksi segera, tindakan pencegahan dan pengobatan seseorang yang dicurigai atau dipastikan menderita TB. Upaya tersebut berupa

pengendalian infeksi dengan 4 pilar yaitu

1. Manajerial

Pihak manajerial adalah pimpinan Faskes, Kaurkes, Karumkit dan Kapuskesad. Komitmen, kepemimipinan dan dukungan manajemen

yang efektif berupa penguatan dari upaya manajerial bagi program PPI TB;

9
2. Pengendalian administrative

Pengendalian Administratif adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah/mengurangi pajanan M.TB kepada petugas kesehatan,

pasien, pengunjung dan lingkungan dengan menyediakan, mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan standar prosedur dan alur

pelayanan. Upaya ini antara lain mencakup “Strategi Tempo” (temukan pasien secepatnya, Pisahkan secara aman, Obati secara tepat);

3. Pengendalian lingkungan

Pengendalian Lingkungan adalah upaya peningkatan dan pengaturan aliran udara/ventilasi dengan menggunakan teknologi untuk

mencegah penyebaran dan mengurangi/menurunkan kadar percik renik di udara. Upaya pengendalian dilakukan dengan menyalurkan

percik renik kearah tertentu (directional airflow) dan atau ditambah dengan radiasi ultraviolet sebagai germisida;

4. Pengendalian dengan alat perlindungan diri

Penggunaan alat pelindung diri pernapasan oleh petugas kesehatan di tempat pelayanan sangat penting untuk menurunkan risiko

terpajan, sebab kadar percik renik tidak dapat dihilangkan dengan upaya administratif dan lingkungan.

Petugas kesehatan perlu menggunakan respirator particulat (respirator) pada saat melakukan prosedur yang berisiko tinggi, misalnya

bronkoskopi, intubasi, induksi sputum, aspirasi sekret saluran napas, dan pembedahan paru. Selain itu, respirator ini juga perlu

digunakan saat memberikan perawatan kepada pasien atau saat menghadapi/melayani pasien terduga MDR-TB dan XDR-TB di

poliklinik.

Petugas kesehatan dan pengunjung perlu mengenakan respirator jika berada bersama pasien TB di ruangan tertutup. Pasien atau

terduga TB tidak perlu menggunakan respirator tetapi cukup menggunakan masker bedah untuk melindungi lingkungan sekitarnya dari

percik renik/droplet.

M. Jaga Mutu Laboratorium TB


Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak belum memiliki sarana pemeriksaan laboratorium mikroskopis, maka saat ada pasien

dicurigai TB sampel dahak akan dikirim ke faskes rujukan.

N. Supervisi program
Supervisi program dilakukan oleh Kemenkes bersama jajaran baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota secara berkala.

BAB V
LOGISTIK

1. Pelayanan administrasi dipusatkan di infokes Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak.

2. Pelayanan ambulans dipusatkan di bagian kendaraan Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak.

3. Pelayanan keuangan pasien umum dan petugas dipusatkan di bendahara Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak.

10
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Mengacu pada sasaran keselamatan pasien di rumah sakit yaitu :

1. Ketepatan identifikasi pasien

2. Peningkatan komunikasi yang efektif

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi

5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

6. Pengurangan resiko pasien cedera jatuh

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Agar tidak terjadi infeksi silang maka dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi melalui komponen kewaspadaan standar

meliputi :

1. Cuci tangan

2. APD (sarung tangan, masker)

3. Peralatan perawatan pasien

4. Pengendalian lingkungan

5. Penanganan linen

6. Penanganan limbah

7. Kesehatan karyawan

8. Penempatan pasien

9. Penyuntikan yang aman

10. Etika batuk

11
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Ada pertemuan khusus secara formal antara pimpinan dan staf pelaksana di lapangan. Mengenai rencana kegiatan, dan evaluasi, yang

dilakukan setiap satu bulan. Mutu dinilai dari jumlah kasus pelayanan merujuk ke luar.

12

Anda mungkin juga menyukai