Disusun Oleh :
Tim DOTS Puskesmas Puring
i
LEMBAR PENGESAHAN
Ditetapkan di : Puring
ii
PEDOMAN
PELAYANAN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS PURING
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis (TB) paru merupakan salah satu dari 3 penyakit dengan
angka kematian terbanyak di Indonesia. Pengobatan TB yang
membutuhkan waktu lama, terbatasnya informasi mengenai TB, dan
masih adanya persepsi yang salah tentang TB di masyarakat dan efek
samping obat sehingga ada kemungkinan pasien tidak patuh dalam
meminum obat yang ahirnya membuat keadaan penderita TB
semakin memburuk hingga menimbulkan kematian.
Tuberculosis (TB) paru sebenarnya bisa disembuhkan dengan minum
obat secara teratur selama 6-9 bulan sesuai petunjuk petugas
kesehatan ataupun dokter. Untuk itu di puskesmas ini dibentuk
program penanggulangan TB.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum :
Pedoman Program TB Paru bertujuan untuk Menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan penemuan suspek TB
b. Meningkatkan penemuan kasus TB
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TB
d. Tercapainya angka kesembuhan TB
e. Tercapainya terapy pencegahan TB
1
f. Meningkatkan pengawasan minum obat oleh PMO
g. Pasien DO (Drop Out) / LTFU (Lost To Follow Up) dan mangkir
tidak ada
C. Sasaran Pedoman
Semua orang yang memiliki gejala TB yaitu batuk 2 minggu atau
lebih tidak sembuh-sembuh, demam meriang berkepanjangan,
kadang dahak bercampur darah, nyeri dada, sesak nafas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari
tanpa aktivitas. Dengan target sebagai berikut :
1. Penemuan suspek (spm) 770 terduga TB
2. Estimasi insiden 143 kasus
3. Penemuan kasus / CDR (Case Detecsion Rate) mencapai 95 %
4. Keberhasilan pengobatan kasus baru TB Paru (BTA Positif)
mencapai 90%
5. Kasus TB yang mengetahui status HIV mencapai 80 %
6. Prosentase Laboratorium yang mengikuti uji silang mencapai 80 %
7. Cakupan penemuan kasus TB anak mencapai 90 %
8. Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis
Penemuan Terduga TB
Penemuan Kasus TB
Kunjungan Rumah untuk terapi pencegahan
Investigasi Kontak
Pelacakan kasus mangkir
Pemantauan Minum Obat
2
Sosisalisasi/Penyuluhan TB
E. Batasan Operasional
Batasan operasional pelayanan Tuberkulosis di puskesmas
adalah :
1. TB 01 : Kartu pengobatan pasien TB
2. TB 02 : Kartu identitas pasien TB
3. TB 03 : Register TB Fasilitas Kesehatan
4. TB 04 : Register laboratorium TB untuk laboratorium rujukan
biakan dan uji kepekaan
5. TB 05 : Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan
dahak
6. TB 06 : Daftar terduga TB
7. TB 09 : Formulir rujukan / pindah pasien TB
8. TB 10 : Formulir hasil akhir pengobatan pasien TB Pindahan
9. TB 16 : Formulir pendataan Investigasi Kontak
10. Laporan SITB ( Sistem Informasi Tuberkulosis ) secara online
11. Laporan INM ( Indikator Nasional Mutu ) secara online
F. Landasan Hukum
Yang menjadi dasar pedoman pelaksanaan TB Paru Strategi DOTS
di Puskesmas Puring adalah :
1. Undang undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273)
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4431)
3
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5063)
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5607)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia 3447)
6. Peraturan Menteri Kesehatan No 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1755)
7. Peraturan Menteri Kesehatan No 67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberculosis. (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 122)
8. Peraturan Daerah No 2 Tahun 2021 tentang penanggulangan
Tuberkulosis
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan
1. Jadwal Poli Pelayanan Tuberkulosis (Poli DOTS) buka setiap Hari
Selasa dan Jum’at.
5
2. Jadwal pemeriksaan TCM (Tes Cepat Molekuler) buka setiap hari
kerja.
3. Jadwal pelaksanaan kegiatan pelayanan Tuberkulosis luar gedung
sesuai anggaran BOK disepakati dan disusun bersama.
4. Pengaturan kegiatan upaya kesehatan dilakukan bersama oleh
para pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan
maupun triwulanan/ lintas sektor dengan persetujuan Kepala
Puskesmas.
5. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk jangka waktu
satu tahun, dan di break down dalam jadwal kegiatan bulanan
dan dikoordinasikan pada awal bulan sebelum pelaksanaan
jadwal.
6. Secara keseluruhan jadwal dan rencana kegiatan upaya
kesehatan dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas Puring.
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan pelayanan Tuberkulosis
dilakukan oleh Penanggung jawab UKM Pelayanan Tuberkulosis yang
dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar gedung pada wilayah
kerja Puskesmas Puring. Adapun pelaksanaan rapat koordinasi
pelayanan Tuberkulosis dilakukan di Ruang Rapat Puskesmas Puring
Kebumen.
7
Gambaran 3.1 Denah dalam Gedung Puskesmas Puring
Sedang kegiatan luar gedung petugas dapat mengunjungi sasaran
dengan ikut kegiatan terutama di posyandu, sekolah, dan kegiatan lain
yang bersifat dan berhubungan dengan pelayanan Tuberkulosis yang
mencakup wilayah kerja Puskesmas Puring.
8
d. Alat Transportasi
Kendaraan berfungsi untuk menunjang kegiatan TB Paru untuk
melakukan Kunjungan Rumah kepada pasien mangkir, maka
petugas TB Paru dapat dengan cepat sampai ke wilayah atau tempat
kejadian.
e. Alat Komunikasi
Alat komunikasi berperan penting dalam menunjang komunikasi
dengan lintas sektor bila terjadi penemuan penderita TB Paru ,dan
untuk menghubungi PMO (Pengawas Minum Obat) jika lalai dalam
pengawasan minum Obat.
f. Alat Pencatatan dan Pelaporan
Laptop atau komputer dapat digunakan sebagai sarana mencatat
laporan dan mengirimkan laporan, form pelaporan, ATK.
9
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
10
Makan makanan yang bergizi dan seimbang
Olah raga ringan seperti: jalan santai
Mengkonsumsi multivitamin setiap harinya.
Kebutuhan rekreasi
11
4. Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang
memiliki gejala:
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-
3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu batuk bercampur darah, demam/mriyang,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa aktivitas fisik.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit
paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronchitis kronis, asma,
kanker paru, dll. Mengingat prevalansi TB di Indonesia saat ini
masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke fasyankes
dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang
terduga (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung / TCM.
Suspek TB MDR adalah semua orang yang mempunyai gejara
TB dengan salah satu atau lebih criteria suspek dibawah ini:
a. Pasien TB yg gagal mengobatan kategori 1
b. Pasien TB tidak konversi pada pengobatan kategori 1
c. Pasien TB dg riwayat pengobatan TB di fasyankes NON
DOTS
d. Pasien TB kambuh
e. Pasien TB yg kembali berobat setalah lalai/default
f. Pasien TB dengan riwayat kontak erat pasien TB MDR
g. ODHA dengan gejala TB HIV.
12
Operasional Kesehatan) pada kegiatan yang bersumber dana
APBN.
b. Penggerakan Pelaksanaan (P2)
Pada kegiatan P-2 petugas melakukan:
● Membuat jadwal kegiatan
● Mengkoordinasikan dengan bendahara pengeluaran atau
bendahara BOK
● Mengkoordinasikan dengan lintas program tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan
● Melaksanakan kegiatan
13
BAB V
LOGISTIK
14
(tuberculin),
Barang cetakan antara lain buku pedoman, formulir pencatatan
dan pelaporan, booklet, brosur, poster, lembar balik, kertas,
tinta printer, map, odner stiker dll.
15
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
16
dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang mungkin
terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh
kegiatan yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan
kegiatan sedang berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah kegiatan sudah berjalan sesuai dengan perencanaan, apakah
ada kesenjangan atau ketidaksesuaian pelaksanaan dengan
perencanaan. sehingga dengan segera dapat direncanakan tindak
lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan evaluasi kegiatan.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.
17
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
18
Tenaga kesehatan yang setiap hari melaksanakan pelayanan yang
beresiko besar terhadap paparan penyakit akibat kerja, maka dalam setiap
pelayanan seharusnya kita menggunakan alat pelindung diri guna
mengantisipasi dampak negative yang mungkin terjadi dilingkungan kerja
akibat bahaya factor kimia, maka perlu dilakukan pengendalian lingkungan
kerja secara teknis.
1. Sarung Tangan
Sarung tangan merupakan solusi untuk melindungi tangan dari
bahaya terpapar cairan tubuh seperti darah,
3. Barakshort
Selain untuk menghindari dari percikan air juga berfungsi sebagai
pelindung dari paparan cairan tubuh,
19
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
20
BAB IX
PENUTUP
21