Anda di halaman 1dari 19

PEDOMAN PROGRAM TUBERKULOSIS (TBC)

DI PUSKESMAS PONDOK AREN

PUSKESMAS PONDOK AREN

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN 2021
Disusun Oleh:

Ns. Ike Damayanti, S.Kep


BAB I

PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang


Dengan semakin berkembangnya tantangan yang dihadapi program dibanyak negara. Pada tahun 2005 strategi DOTS
diperluas menjadi “Strategi Stop TB”, yaitu: 
1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS 2. 
2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya
3. Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan
4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta.
5. Memberdayakan pasien dan masyarakat
6.  Melaksanakan dan mengembangkan penelitian

Pada tahun 2013 muncul usulan dari beberapa negara anggota WHO yang mengusulkan adanya strategi baru untuk
mengendalikan TB yang mampu menahan laju infeksi baru, mencegah kematian akibat TB, mengurangi dampak
ekonomi akibat TB dan mampu meletakkan landasan ke arah eliminasi TB. Eliminasi TB akan tercapai bila angka
insidensi TB berhasil diturunkan mencapai 1 kasus TB per 1 juta penduduk, sedangkan kondisi yang memungkinkan
pencapaian eliminasi TB (pra eliminasi) adalah bila angka insidensi mampu dikurangi menjadi 10 per 100.000
penduduk. Dengan angka insidensi global tahun 2012 mencapai 122 per 100.000
 penduduk dan penurunan angka insidensi sebesar 1-2% setahun maka TB akan memasuki kondisi pra eliminasi
pada tahun 2160. Untuk itu perlu ditetapkan strategi baru yang lebih komprehensif bagi pengendalian TB secara
global.

Pada sidang WHA ke 67 tahun 2014 ditetapkan resolusi mengenai strategi pengendalian TB global pasca 2015
yang bertujuan untuk menghentikan epidemi global TB pada tahun 2035 yang ditandai dengan:
1.   Penurunan angka kematian akibat TB sebesar 95% dari angka tahun 2015.
2. Penurunan angka insidensi TB sebesar 90% (menjadi 10/100.000 penduduk)

Strategi tersebut dituangkan dalam 3 pilar strategi utama dan komponen-komponenya yaitu: 1.  Integrasi layanan TB
berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TB
a.   Diagnosis TB sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua dan penapisan TB secara sistematis
bagi kontak dan kelompok populasi beresiko tinggi.
 b.  Pengobatan untuk semua pasien TB, termasuk untuk penderita resistan obat dengan disertai dukungan yang
berpusat pada kebutuhan pasien ( patient-centred support) 
c.  Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tata laksana komorbid TB yang lain.
d.  Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan beresiko tinggi serta pemberian vaksinasi
untuk mencegah TB.
3.   Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas.
a.   Komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan layanan dan
 pencegahan TB.
 b.  Keterlibatan aktif masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan dan pemberi layanan

kesehatan baik pemerintah maupun swasta.


c.  Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverage) dan kerangka kebijakan lain yang
mendukung pengendalian TB seperti wajib lapor, registrasi vital, tata kelola dan penggunaan obat rasional
serta pengendalian infeksi.
d.  Jaminan sosial, pengentasan kemiskinan dan kegiatan lain untuk mengurangi dampak determinan sosial
terhadap TB.
4.   Intensifikasi riset dan inovasi
a.   Penemuan, pengembangan dan penerapan secara cepat alat, metode intervensi dan strategi baru
pengendalian TB.
 b.  Pengembangan riset untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan dan merangsang inovasi- inovasi baru untuk

mempercepat pengembangan program pengendalian TB.

Tangerang Selatan merupakan salah satu yang memiliki status sosial ekonomi rendah, sehingga prevalensi kasus
tuberculosis masih tinggi. Upaya untuk mengendalikan laju prevalensi tersebut dapat dilihat dari Rencana Strategis
Dinas Kesehatan Tangerang selatan, dimana penanggulangan penyakit tuberculosis termasuk di dalam indikator
keberhasilan pembangunan Tangerang selatan di bidang kesehatan.

Puskesmas Pondok Aren sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas harus mendukung upaya Dinas Kesehatan
dalam rangka mengendalikan penyakit tuberculosis dengan menerapkan

strategi DOTS dan Strategi STOP TB. Sebagai pedoman dalam penerapan strategis tersebut, maka Puskesmas Pondok
Aren menetapkan Pedoman Program Pengendalian Penyakit Tuberculosis
Puskesmas Pondok Aren.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup program Program Pengendalian Penyakit Tuberculosis Puskesmas Pondok Aren meliputi :
1.  Tatalaksana Pasien Tuberculosis
2. Tatalaksana TB pada Anak
3. Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberculosis Resistan Obat.
4.  Kegiatan Kolaborasi TB-HIV
5.   Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberculosis
6.  Public –  Private Mix DOTS dalam Pengendalian Tuberculosis

7. Manajemen Laboratorium Tuberculosis

8. Pengelolaan Logistik Program Pengendalian Tuberculosis

9.  Standar Ketenagaan dan Pengembangan Sumber daya manusia Program Pengendalian

Tuberculosis

10. Keterlibatan Masyarakat dan Organisasi kemasyarakatan dalam Pengendalian Tuberculosis


11. Sistem Informasi Strategis Program Pengendalian Tuberculosis 12. Perencanaan dan

Penganggaran Program Pengendalian Tuberculosis

2.   Batasan Operasional

Pedoman ini berlaku untuk unit/kegiatan apa saja


1.   Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis
Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis merupakan salah satu dari enam program
 pokok Puskesmas di Indonesia. Pedoman ini menjadi acuan dan arah dalam kegiatan Program Program
Pengendalian Penyakit Tuberkulosis tersebut di Puskesmas Pondok Aren.
2.   Pelayanan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis Di Rawat Jalan, Rawat Inap dan fasilitas pelayanan
kesehatan jaringan dan jejaring Puskesmas Pondok Aren Puskesmas Pondok Aren sebagai
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pertama (FKTP)
memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan, di mana salah satunya adalah
 pengobatan Tuberkulosis. Tatalaksana pengobatan di dalam pedoman ini sebagai acuan di dalam tata
laksana pengobatan di Puskesmas Pondok Aren, baik pengobatan yang dilakukan di unit rawat jalan,
rawat inap, maupun jaringan dan jejaring Puskesmas Pondok Aren, antara lain: Puskesmas Pembantu,
Ponkesdes dan Dokter Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Pondok Aren.

3.   Landasan Hukum

1.  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat
2.  Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 565/Menkes/Per/III/2011 tentang Strategi
 Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011-2014 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Tahun 169);
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Program Pengendalian Tuberkulosis adalah:

Nomor Nama Kualifikasi Sertifikat/Credentialling


Jabatan Formal/
Pendidika
n
1 Dokter Dokter Pelatihan TB
Umum Umum Pelatihan TB-
MDR
2 Penanggung D3 Pelatihan TB
Jawab Keperawatan, Pelatihan TB-
Program D3 Kebidanan MDR
Pengendalian
Tuberkulosis

3 Pelaksana Program D3 Pelatihan TB


Pengendalian Keperawatan, Pelatihan TB-
Tuberkulosis
D3 Kebidanan MDR
Sanitarian

4 D3 Pelatihan
Sanitasi Sanitasi
Lingkunga
5 Ahli Gizi n Gizi
D3 Pelatihan
Gizi
6 Analis D3 Analis Pelatihan TB
Laboratoriu Kesehata Pelatihan Pemeriksaan TB
m n
7 Penanggung D3 Pelatihan
Jawab Kperawatan, Imunisasi
Imunisasi D3 Kebidanan

B. Peran dan Tugas

Nomor Nama Jabatan Peran Tugas

1 Dokter Umum Bertanggung


1. Melakukan Pemeriksaan TB
 jawab dalam
2. Penegakan Diagnosis TB
pemeriksaan
3. Pengobatan TB
diagnostic TB,
4. Melakukan Upaya Rujukan TB
Pengobatan TB dan
Rujukan TB.
2 Penanggung Bertanggung 1. Membuat perencanaan
Jawab Program  jawab dalam pengendalian TBC

Pengendalian Pengendalian 2. Melaksanakan

Tuberkulosis Penyakit TBC Pengendalian TBC

3. Melaksanakan Monitoring

dan evaluasi pelaksanaan

pengendalian TBC
4. Melaksanakan

pemberdayaan masyarakat

dalam upaya pengendalian

TBC

5. Melaksanakan Koordinasi

dengan Lintas Sektor,

Lintas Program dan Dinas

Kesehatan

6. Melaksanakan Koordinasi

Pengadaan dan
Pemeliharaan Logistik
termasuk Obat Anti

Tuberkulosis dengan

Bagian Farmasi

Puskesmas dan Dinas

Kesehatan

7. Melaksanakan Koordinasi

pengobatan dan perawatan

Pasien TBC dengan

Fasyankes lainnya.
8. Melaksanakan Sistem

Informasi Pengobatan TBC

termasuk Sistem Informasi

Terpadu Pengobatan TBC

(SITT)
3 Pelaksana Melaksanakan 1. Melaksanakan
Program pengendalian Pengendalian TBC
TBC
Pengendalian 2. Melaksanakan
Penyuluhan
Tuberkulosis TBC dan pemberdayaan
masyarakat dalam upaya
pengendalian TBC

3. Melaksanakan
Koordinasi dengan
Lintas Sektor,
Lintas Program dan Dinas
Kesehatan
4 Sanitarian Bertanggung 1. Memberikan konsultasi
 jawab dalam pada pasien TBC untuk
Konsultasi dan menciptakan kondisi
Penyuluhan tempat tinggal yang
Sanitasi Terkait mendukung pengobatan
TBC TBC

2. Memberikan
penyuluhan dan
konsultasi pada
masyarakat untuk
menciptakan kondisi
tempat tinggal yang
mendukung dalam
pencegahan penularan
TBC
5 Ahli Gizi Bertanggung 1. Memberikan konsultasi
 jawab dalam pada pasien TBC untuk

Konsultasi perbaikan gizi yang


dan mendukung
Penyuluhan pengobatan
Gizi
Terkait TBC TBC
2. Memberikan penyuluhan
dan konsultasi pada
masyarakat untuk
meningkatkan gizi yang
dapat mendukung
pencegahan TBC
6 Analis Bertanggung 1. Melaksanakan
Laboratorium  jawab dalam pemeriksaan laboratoris
Pemeriksaan pemeriksaan sputum Basil
Sputum BTA Tahan asam (BTA)
2. Melaksanakan koordinasi
dengan bagian pengadaan

barang Puskesmas
Pondok Aren dalam rangka
pengadaan alat
pemeriksaan sputum Basil
Tahan asam (BTA)
termasuk reagen
3. Melaksanakan koordinasi
dengan bagian pemelihara
barang Puskesmas
Pondok Aren dalam rangka

pemeliharaan alat
pemeriksaan sputum Basil
Tahan asam (BTA)
termasuk reagen
7 Penanggung Mengelola Vaksin 1. Mengelola Vaksin BCG
Jawab Imunisasi BCG dan 2. Mengelola pemberian
Bertanggung imunisasi vaksin BCG
Jawab dalam
Imunisasi Vaksin
BCG
BAB III

STANDAR FASILITAS DAN SARANA

A.   FASILITAS
Di dalam pengendalian penyakit TBC diperlukan upaya pengobatan. Agar pengobatan dapat berjalan optimal,
maka diperlukan standar fasilitas untuk pengobatan. Pengobatan TBC di Puskesmas dilaksanakan di Poli Paru.
Untuk pengobatan pasien dalam kondisi yang membutuhkan rawat inap, pengobatan dilakukan secara rawat
inap untuk sementara di Unit Rawat Inap sampai kondisi stabil untuk rawat jalan.

Berikut fasilitas yang digunakan untuk pengobatan dan perawatan pasien TBC beserta fungsinya dalam
pengobatan TBC:
1.   Poli Umum: Pemeriksaan TBC, Penegakan Diagnosis, memberikan Rujukan untuk
 pemeriksaan lanjutan atau pengobatan lanjutan, Pengobatan pertama kali setelah diagnosis. Unuk
pengobatan selanjutnya, dilaksanakan di Poli Jantung paru. Pembuatan Formulir TB 01 dan 02 dilaksanakan
di Poli Umum atau Poli jantung Paru.
2.   Poli Jantung Paru: Pemeriksaan TBC, Penegakan diagnosis, Pengobatan TBC termasuk Pengobatan kedua
dan seterusnya hingga pengobatan selesai, memberikan rujukan
 pengobatan selanjutnya. Pengisian sistem informasi baik elektronik dan non elektronik dilakukan di Poli jantung
Paru.
3.   Unit Gawat Darurat: Pemeriksaan TBC dan pengobatan TBC untuk pasien TBC yang
 baru datang ke Puskesmas Pondok Aren dalam kondisi vital tidak baik atau emergency.
4.   Unit Rawat Inap: Pengobatan dan perawatan pasien TBC dengan kondisi vital butuh
 perawatan.
5.   Puskesmas Pembantu dan Ponkesdes: Memberikan pengobatan TBC pada pasien yang sulit dijangkau atau
sulit transportasi. Catatan: Pasien TBC tetap diwajibkan untuk

periksa rutin minimal 1 kali dalam sebulan ke Poli Umum Puskesmas Pondok Aren agar dapat

 pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum. Memberikan rujukan ke Poli Umum Puskesmas Pondok Aren
apabila menemui penderita terduga TBC.
6.   Poli Sanitasi: Memberikan konsultasi perbaikan kondisi rumah agar mendukung
 pengobatan TBC dan mencegah penularan TBC.
7.   Poli Gizi: Memberikan konsultasi perbaikan gizi penderita TBC agar mendukung
 pengobatan TBC dan mencegah penularan TBC.
8.   Laboratorium: Melaksanakan pemeriksaan Sputum BTA.
9.   Kamar Obat: Menerima resep pengobatan TBC dari Poli Umum, Poli Jantung Paru, UGD dan Rawat
Inap serta memberikan obat TBC pada pasien TBC.
10.  Poli Imunisasi: Memberikan imunisasi BCG untuk pencegahan penyakit TBC. 11. Ruang
Vaksin: tempat menyimpan vaksin BCG.
12. Ambulance/Kendaraan Puskesmas Keliling: Kendaraan untuk merujuk pasien TBC atau terduga TBC dengan
kondisi vital tidak baik atau emergency.

B.   SARANA
1.   Komputer
2.   Alat Pemeriksaan Laboratorium
BAB IV
LOGISTIK

Standar Obat Program TBC

1. OAT
a. Injeksi 

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

• Streptomycin Injeksi Vial Apabila ada Antibiotik


 pasien
Kategori II

b. Tablet

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. FDC Dewasa (Kategori I) Tablet Buffer Stock Antibiotik


(5 paket)
2 FDC Dewasa (Kategori II) Tablet Apabila Ada Antibiotik
:
 pasien

Kategori II
3. OAT Anak Tablet Apabila Ada Antibiotik
 pasien anak.
Pengadaaan OAT oleh Dinas Kesehatan. Puskesmas Pondok Aren melakukan permintaan Obat kepada
Dinas Kesehatan.
2.   OBAT PENUNJANG

Obat tablet

No Nama Obat SatuanJumlah Jenis Obat

1. Vitamin B Complex Tablet 10000 Roborantia

2. Vitamin B6 Tablet 10000 Roborantia

3 Vitamin B1 Tablet 10000 Roborantia


Penyediaan obat dilakukan melalui Instalasi Farmasi. Kebutuhan OAT dan obat
 penunjang dihitung tiap bulan berdasarkan analisis kebutuhan obat dan bahan habis
 pakai 1 bulan yang lalu dengan cadangan 10 %, diajukan kepada Panitia pengadaan obat untuk mendapat
persetujuan. Pengadaan obat dilakukan oleh panitia pengadaan setelah mendapat persetujuan dari Kepala
Puskesmas.

Standar Formulir Program TBC

Formulir yang digunakan antara lain:


1.  Formulir TB 01, 02, 03, 04, 05, 06, 09, 10. 2. 
Formulir pengobatan TB-MDR.
3.   Formulir Rujukan TB-MDR.
4.   Diagram Alur pemeriksaan dan pengobatan TBC. 5.  Tabel
scoring diagnosa TB Anak.
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

A.  KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN YANG SERING ATAU POTENSIAL

TERJADI
1.   Salah Pemberian Obat (Pasien mendapatkan obat pasien lain)
Salah pemberian obat yang dimaksud adalah Pasien TBC mendapatkan OAT pasien lain. Resiko menjadi
berbahaya apabila terdapat perbedaan dosis dan regimen terapi antara kedua pasien tersebut.

Upaya Pencegahan:
a. Saat pasien masuk ruang pemeriksaan ditanyakan namanya kemudian dicocokkan dengan rekam
medik yang dipegang oleh pemeriksa.

b. Saat resep diserahkan, pastikan resep diterima oleh pada pasien atau keluarga pasien

yang bersangkutan.

c. Saat obat akan diserahkan pada pasien atau keluarga pasien, tanyakan kembali pada

 penerima obat, apakah benar nama pasien sesuai dengan obat yang akan diserahkan.

Cara Penanganan Jika Terjadi:


a.  Segera datangi pasien ke rumahnya dengan membawa obat yang benar, baik obat
 belum diminum atau sudah diminum oleh pasien, segera tukar obat yang salah dengan obat yang benar.
 b.  Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien lainnya
c.  Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24 jam.

2.   Salah Dosis Obat Upaya


Pencegahan:

a.   Timbang berat badan pada awal pengobatan dan secara periodik minimal 1 bulan
sekali
 b.  Tetapkan dosis obat sesuai berat badan dan Kategori Pengobatan pada awal
 pengobatan fase awal dan fase lanjutan
c.  Tuliskan dosis obat yang tepat sesuai berat badan pada formulir TB 01 dan 02.
d.  Saat pemberi pengobatan menuliskan resep, cek kembali Regimen Terapi dan dosis yang tertera pada
formulir TB 01.
Cara Penanganan Jika Terjadi:
a.  Segera ganti resep obat dan obat sesuai dengan dosis
 b.  Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien lainnya
c.  Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24 jam.

3.   Salah Regimen Terapi

Upaya Pencegahan:
a.   Saat pertama kali pemberian pengobatan, cek kembali hasil pemeriksaan lanjutan, antara lain:
Formulir TB 05, hasil pemeriksaan Rongten dan/atau Patologi Anatomi
 jika ada. Cek juga riwayat pengobatan sebelumnya yang tertera pada rekam medis dan tanyakan juga
riwayat pengobatan sebelumnya pada pasien atau keluarga
 pasien.
 b.  Segera tuliskan Regimen Terapi pada formulir TB 01 dan 02 setelah diagnosa ditegakkan, baik oleh
pemeriksaan Sputum BTA atau pemeriksaan lainnya.

Cara Penanganan Jika Terjadi:

a.  Segera ganti regimen terapi dan revisi formulir TB 01 dan 02 dengan regimen terapi yang benar.
 b.  Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien lainnya
c.  Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24 jam.

4.   Salah Pemberian Obat Sesuai Fase Pengobatan (Minum Obat Lebih Dari atau Kurang Dari
Quota sesuai Regimen Terapi)
Upaya Pencegahan:

a.   Saat pasien datang ambil obat, periksa jumlah obat yang sudah diminum pada formulir TB 01 dan
02 dan tanyakan kebenarannya pada pasien.

 b.  Saat penulisan resep, pastikan dicatat juga di dalam rekam medik, formulir TB 01 dan 02. Serta pastikan
keseuaian data antara rekam medik, resep, formulir TB 01
dan 02.

Cara Penanganan Jika Terjadi:


a.  Segera hentikan pengobatan fase awal atau fase lanjutan jika lebih kuota minum obat. Segera tambah
atau lanjutkan pengobatan fase awal atau lanjutan jika kuota obat masih belum habis.
 b.  Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien lainnya
c.  Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24 jam.
 

5.   Salah Cara Minum Obat


Upaya Pencegahan:

a.   Saat pertama kali mendapatkan pengobatan, beri penyuluhan cara minum obat pada
 pasien, keluarga dan PMO serta beri catatan minum obat yang benar agar mudah

diingat oleh pasien.


 b.  Catat cara minum obat pada kolom keterangan di formulir TB 02.
c.  Saat pasien datang ambil obat, tanyakan kembali pada pasien bagaimana cara minum obat.
d.  Tanyakan pada pasien jumlah sisa obat dan kapan obat habis terakhir diminum, kemudian cross check
dengan catatan minum obat pada formulir TB 01.

Cara Penanganan Jika Terjadi:


Segera beritahu cara minum obat yang benar dan beri catatan cara minum obat yang
 benar. Kalau perlu libatkan keluarga pasien dan PMO bagaimana cara minum obat yang

 benar.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

1.   KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN YANG SERING ATAU POTENSIAL TERJADI

1.   Tertular Penyakit TBC


Pasien TBC dapat menularkan penyakitnya bukan hanya pada keluarga atau kontak intensif, tetapi juga
pada pemberi pelayanan kesehatan. Resiko tersebut dapat dikurangi apabila pemberi pelayanan kesehatan
pada pasien TBC menerapkan standar keselamatan kerja.

Upaya Pencegahan:
a.  Gunakan masker saat melayani pasien TBC.
 b.  Gunakan masker N95 untuk pasien TB-MDR.
c.   Beri informasi pada pasien TBC dan keluarganya tentang etika batuk, seperti menutup mulut dan
hidung saat batuk dan memalingkan wajah dengan lawan bicara.
d.   Layani TB-MDR diluar jam kerja, saat pasien lain sudah sepi. Dan layani diluar gedung.
e.   Pastikan pemberi pelayanan kesehatan dalam kondisi sehat jasmani.
f.   Pemberi pelayanan kesehatan pasien TBC harus menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
nutrisi yang adekwat.
g.   Ganti dengan petugas lain yang sedang sehat jasmani dan dalam kondisi daya tahan tubuh baik, apabila
petugas yang biasa memberikan pelayanan penyakit TBC sedang tidak sehat jasmani atau sedang dalam
kondisi daya tahan tubuh menurun.

Cara Penanganan Jika Terjadi: Segera obati sesuai dengan prosedur pengobatan TBC.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di PUSKESMAS PONDOK AREN dalam program TBC
antara lain:
A.   Sudut Pandang Petugas

1.  Penemuan suspect penderita TB: lebih dari 1 banding 10 x (1,07/1000 x jumlah
 penduduk)

2.   Angka keberhasilan pengobatan pasien baru BTA positif: 100%.


3.   Jumlah slide yang terjadi kesalahan dari semua slide yang dirujuk selama triwulan tidak
 boleh lebih dari 3.

B.   Sudut Pandang Sasaran


1.   Angka kepuasan pada pelayanan TBC oleh puskesmas lebih dari 80%.
2.   Jumlah komplain terhadap pelayanan TBC oleh puskesmas kurang dari 5% dari semua
 pasien yang dilayani, baik terduga TBC atau pasien TBC.

Dalam rangka mencapai mutu tersebut, beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh
 puskesmas antara lain:

1.  Menggali Kebutuhan sasaran dan masyarakat melalui survey atau wawancara dengan masayarakat dan

sasaran.
2.  Memberdayakan masyarakat, sasaran, lintas sektor dan lintas program dalam upaya
 pengendalian penyakit TBC.

3.  Menggali Inovasi Pengendalian TBC yang bersumber dari masyarakat.


4.  Penanggung jawab program TBC melaksanakan koordinasi, pengarahan, pembinaan dan konsultasi
dengan para pelaksana.
5.   Susun rencana perbaikan mutu pengendalian penyakit TBC bersama-sama dengan masayarakat dan
lintas sektor terkait.
6.   Penanggung jawab program TBC, pelaksana, Penanggung jawab manajemen mutu dan Kepala
Puskesmas secara rutin dan periodik melakukan penilaian kinerja, monitoring dan evaluasi terhadap
kegiatan pengendalian penyakit TBC.
7.  Beri kesempatan pada sasaran dan masyarakat serta lintas sektor terkait untuk ikut menilai kinerja
pengendalian penyakit TBC oleh Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai