Anda di halaman 1dari 43

PROGRAM PENANGGULANGAN

P E N YA K I T T U B E R K U L O S I S
(TBC)

A N D I K A N O V R I A N S YA H (1430713087)
S H O L I K H AT U S S A P U T R I (1610713003)
Q AT R U N N A D A R A M A D A N T Y (1610713021)
B E TA R I N O V E R I K A (1610713081)
A N N N I S A F A U Z I A F I T R I YA N I (1610713095)
N U R U L I N D A H C A H YA N I N G R U M (1610713135)
TINJAUAN
EPIDEMIOLOGI
TBC
PERSPEKTIF EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh


kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis,
M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium
tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas
dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis)
yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan
pengobatan TBC (Kementerian Kesehatan RI 2018).
• Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium
tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada
saat itu. Walaupun setiap orang dapat mengidap TBC, penyakit tersebut
berkembang pesat pada orang yang hidup dalam kemiskinan, kelompok
terpinggirkan, dan populasi rentan lainnya.
• Menurut kelompok umur, kasus baru yang ditemukan paling banyak
pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 21,40% diikuti
kelompok umur 35-44 tahun sebesar 19,41% dan pada kelompok
umur 45-54 tahun sebesar 19,39%.
• Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan yaitu hampir 1,5 kali dibandingkan kasus BTA+ pada
perempuan.
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyebaran kuman tuberkulosis. Kuman tuberkulosis dapat hidup
dalam 1-2 jam sampai beberapa hari tergantung dari ada tidaknya
sinar,ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan hunian
rumah. (Dotulong, Sapulete, and Kandou n.d.). Kepadatan hunian
merupakan hasil bagi antara luas ruangan dengan jumlah penghuni dalam
satu rumah. Luas rumah yang tidak sebanding dengan penghuninya akan
mengakibatkan tingginya kepadatan hunian rumah. (Dotulong, Sapulete,
and Kandou n.d.).
ST RAT EGI
PENG END A L I A N
T B SECA RA
NA S I O NA L
BESARAN MASALAH TB

• Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling


produktif secara ekonomis (15-50 tahun).
• Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan
rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan.
• Berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-30%.
• Pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai
kedaruratan dunia (global emergency)
UPAYA PENGENDALIAN TB
• Tahun 1990-an WHO dan IUATLD mengembangkan strategi
pengendalian TB  strategi DOTS (Directly Observed Treatment
Short-course).
• Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci
1. Komitmen politis, dengan peningkatan dan kesinambungan
pendanaan.
2. Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang
terjamin mutunya.
3. Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan dukungan bagi
pasien.
4. Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif.
5. Sistem monitoring pencatatan dan pelaporan yang mampu
memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan
kinerja program.
FOKUS UTAMA DOTS

1. Penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas


diberikan kepada pasien TB tipe menular.
2. Memutuskan penularan TB sehingga menurunkan
insidens TB di masyarakat
3. Menemukan dan menyembuhkan pasien  cara
terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB
PENGENDALIAN TB DI
INDONESIA
• Tahun 1995, program nasional pengendalian TB mulai menerapkan
strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap
• Tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional di seluruh
Fasyankes terutama Puskesmas yang diintegrasikan dalam pelayanan
kesehatan dasar.
STRATEGI PENGENDALIAN TB
SECARA NASIONAL
• Tujuan
Melindungi kesehatan masyarakat dari penularan TB agar tidak terjadi
kesakitan, kematian dan kecacatan.
• Target
1. Sasaran pada RPJMN (2015-2019)  Target prevalensi TB pada
tahun 2019 menjadi 245 per 100.000 penduduk. Prevalensi pada
tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk.
2. Target program pada Permenkes Nomor 67 tahun 2016 
Eliminasi TB pada tahun 2035 dan Indonesia Bebas TB
tahun 2050.
Eliminasi TB adalah tercapainya cakupan kasus TB 1 per 1.000.000
penduduk. Tahun 2017 jumlah kasus TB saat ini sebesar 254 per
100.000 atau 25,40 per 1.000.000 penduduk.
RINCIAN TARGET PENANGGULANGAN TB
NASIONAL

• Strategi
1. Penguatan kepemimpinan program TB;
2. Peningkatan akses layanan TB yang bermutu;
3. Pengendalian faktor risiko TB;
4. Peningkatan kemitraan TB;
5. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam Penanggulangan
TB; dan
6. Penguatan manajemen program TB.
KEGIATAN PENANGGULANGAN TB
DI INDONESIA
(PMK RI NO 67 TAHUN 2016)

Promosi Pengendalian
Surveilans
Kesehatan Faktor Risiko

Pemberian
Kekebalan dan
Penemuan Kasus Penanganan Kasus
Pengobatan
Pencegahan
PROMOSI KESEHATAN

• Sasaran
1. Pasien, masyarakat, keluarga
2. Tokoh masyarakat, petugas kesehatan, pejabat pemerintahan,
organisasi kemasyarakatan
3. Policy maker

Pemberdayaan
Advokasi Kemitraan
Masyarakat
• Praktek • Komitmen • Kerjasama
• Konseling pemangku antar program
kebijakan
dengan data
yang akurat
SURVEILANS TB

Surveilans berbasis indikator/data


pelaporan

Surveilans berbasis
kejadian/periodik/sentinel

Notifikasi Wajib (Mandatory


Notification)
PENGENDALIAN
FAKTOR RISIKO
• Upaya yang dilakukan adalah (Infodatin Tuberkulosis, 2018):
1. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Membudayakan perilaku etika berbatuk
3. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat
4. Peningkatan daya tahan tubuh
5. Penanganan penyakit penyerta TB
6. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB di fasilitas
pelayanan kesehatan dan diluar fasilitas pelayanan kesehatan
PENEMUAN KASUS

1. Penemuan secara pasif intensif di faskes dengan jejaring


layanan TB
2. Penemuan secara aktif/masif berbasis keluarga dan
masyarakat. Kegiatan berupa:
a. Investigasi kontak pada paling sedikit 10 - 15 orang
kontak erat dengan pasien TB.
b. Penemuan di tempat khusus: Lapas/Rutan, tempat kerja,
asrama, pondok pesantren, sekolah, panti jompo.
c. Penemuan di populasi berisiko: tempat penampungan
pengungsi, daerah kumuh
PENANGANAN KASUS

• Paduan OAT disediakan dalam bentuk paket obat


kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas)
pengobatan sampai selesai. 1 paket untuk 1 pasien untuk 1 masa
pengobatan.

• Pengawasan langsung menelan obat (DOT = Directly


Observed Treatment)
Memastikan pasien menelan seluruh obat sesuai anjuran,
dengan pengawasan langsung oleh seorang PMO (Pengawas
Menelan Obat) untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Yang bisa jadi PMO? petugas kesehatan, kader kesehatan, tokoh
masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
PEMBERIAN KEKEBALAN DAN
PENGOBATAN PENCEGAHAN

• Upaya pencegahan mencegah kesakitan atau sakit yang berat


adalah dengan memberikan :
a. Pemberian Kekebalan (Imunisasi) BCG  bayi 0-2 bulan
b. Pengobatan Pencegahan (profilaksis) :
1. Anak usia dibawah 5 tahun yang kontak erat dengan
pasien TB aktif
2. Orang dengan HIV dan AIDS (ODH) yang tidak
terdiagnosis TB
3. Populasi tertentu lainnya
SDM DALAM PENANGGULANGAN
TB
• Setiap dinas kesehatan provinsi dan
dinas kesehatan kabupaten/kota
harus menetapkan unit kerja
(nakes dan non nakes) yang
bertanggung jawab sebagai pengelola
program Penanggulangan TB.
• Puskesmas harus menetapkan
dokter, perawat, dan analis
laboratorium terlatih yang
bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan program Penanggulangan
TB.
KOORDINASI, JEJARING KERJA DAN KEMITRAAN
• Program Pengendalian TB  Akses universal terhadap layanan TB
yang berkualitas dan merata dengan pelibatan aktif seluruh
penyedia layanan kesehatan melalui pendekatan Public Private
Mix/PPM (bauran layanan pemerintah-swasta).
• Mekanisme PPM :
a. Hubungan kerjasama pemerintah-swasta
b.Hubungan kerjasama pemerintah-pemerintah
c. Hubungan kerjasama swasta-swasta
• Jenis Jejaring Kerja PPM :
a. Jejaring kasus
b.Jejaring mutu lab
c. Jejaring logistik
d.Jejaring pencatatan dan pelaporan TB
e. Jejaring pembinaan
KETERSEDIAAN OBAT DAN PERBEKALAN
KESEHATAN TB
• Menjamin agar logistik Program
Penanggulangan TB tersedia di setiap
layanan pada saat dibutuhkan dengan
jumlah yang cukup dan kualitas yang
baik.
• Logistik OAT dan logistik Non OAT
• Dilakukan di setiap tingkat pelaksana
program Penanggulangan TB, yaitu
mulai dari tingkat Pusat, Dinkes
Provinsi, Dinkes Kab/kota, rumah
sakit, puskesmas maupun fasyankes
lain
PERAN SERTA MASYARAKAT
Penemuan Dukungan
orang terduga pengobatan
TB TB

Pencegahan
TB
STRATEGI
PENGENDALIAN
TB DI DAERAH
Gerakan Terpadu
Nasional (Gerdunas)
- TB Provinsi

Tim Pengarah Tim Teknis


KEBIJAKAN PENGENDALIAN TB DI
DAERAH (DIRJEN P2PL, 2014)
Pengendalian TB dilaksanakan Pengendalian TB dilaksanakan
sesuai dengan azas desentralisasi dengan menggunakan strategi
dalam kerangka otonomi dengan DOTS dan memperhatikan
Kabupaten/kota strategi Global Stop TB partnership

Penguatan kebijakan ditujukan


untuk meningkatkan komitmen Penguatan strategi DOTS dan
daerah terhadap program pengembangannya
pengendalian TB.

Penemuan dan pengobatan


Pengendalian TB dilaksanakan
dalam rangka pengendalian TB
melalui penggalangan kerja sama
dilaksanakan oleh seluruh
dan kemitraan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
KEBIJAKAN PENGENDALIAN TB DI
DAERAH (DIRJEN P2PL, 2014)
Peningkatan kemampuan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk
laboratorium diberbagai tingkat pengendalian TB diberikan secara
pelayanan ditujukan untuk cuma-cuma dan dikelola dengan
peningkatan mutu dan akses layanan. manajemen logistk

Ketersediaan tenaga yang kompeten Pengendalian TB lebih diprioritaskan


dalam jumlah yang memadai untuk kepada kelompok miskin dan
meningkatkan dan mempertahankan kelompok rentan lainnya terhadap
kinerja program. TB.

Pasien TB tidak dijauhkan dari Memperhatikan komitmen


keluarga, masyarakat dan internasional yang termuat dalam
pekerjaannya. MDGs.
STRATEGI PENGENDALIAN TB YANG DAPAT
DILAKUKAN PADA TINGKAT DAERAH
(KEMENKES RI, 2018)

Peningkatan akses pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan layanan kesehatan bagi


seluruh penderita TBC

Meningkatkan pendanaan program TBC yang berkelanjutan dan mandiri untuk


menyediakan Standar Pelayanan Minimal.

Melakukan promosi kesehatan deteksi kasus TBC secara aktif melalui pendekatan
keluarga.

Penguatan sistem surveilans dengan menghubungkan sistem informasi TBC dan


sistem informasi fasilitas pelayanan kesehatan.

Pengembangan respons cepat untuk akses terhadap alat diagnostik dan obat-
obatan.

Meningkatkan secara maksimal manfaat dari Jaminan Kesehatan dengan melakukan


sinkronisasi layanan pengobatan TBC dengan JKN.

Penguatan penelitian dan pengembangan terkait pencegahan dan pengendalian TBC.


ST R AT EG I
P ENGENDA L I A N
T B S ECA R A
GLO B A L
Rencana Strategis Global Pengendalian TB 2006-2015 dan Rencana
Strategis Global Pengendalian TB 2011-2015 Di tingkat global, yaitu
Stop TB Partnership sebagai bentuk kemitraan global,
mendukung negara-negara untuk meningkatkan upaya
pemberantasan TB, mempercepat penurunan angka kematian dan
kesakitan akibat TB serta penyebaran TB di seluruh dunia. Stop TB
Partnership telah mengembangkan rencana global pengendalian TB
Tahun 2011-2015 dan menetapkan target dalam pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium untuk TB.
VISI STOP TB PARTNERSHIP
• Visi Stop TB Partnership adalah dunia bebas
TB, yang akan dicapai melalui empat misi
sebagai berikut:
1. Menjamin akses terhadap diagnosis,
pengobatan yang efektif dan kesembuhan bagi
setiap pasien TB.
2. Menghentikan penularan TB.
3. Mengurangi ketidakadilan dalam beban sosial
dan ekonomi akibat TB.
4. Mengembangkan dan menerapkan berbagai
strategi preventif, upaya diagnosis dan
pengobatan baru lainnya untuk menghentikan
TB.
TARGET YANG
DITETAPKAN STOP TB
PARTNERSHIP
• Pada tahun 2015, beban • Pada tahun 2050 TB bukan
global penyakit TB lagi merupakan masalah kesehatan
(prevalensi dan mortalitas akan masyarakat global. Selain itu, Stop TB
relatif berkurang sebesar 50%
Partnership juga mempunyai
dibandingkan tahun 1990, dan
komitmen untuk menc apai target
setidaknya 70% orang yang
dalam Tujuan Pembangunan Milenium
terinfeksi TB dapat dideteksi
dengan strategi DOTS dan 85%
diantaranya dinyatakan sembuh.
TUJUAN RENCANA GLOBAL
2006-2015
• Tujuan yang ingin dicapai dalam Rencana Global 2006-2015 adalah untuk:
1. Meningkatkan dan memperluas pemanfaatan strategi untuk menghentikan
penularan TB dengan cara meningkatkan akses terhadap diagnosis yang
akurat dan pengobatan yang efektif dengan akselerasi pelaksanaan DOTS
untuk mencapai target global dalam pengendalian TB; dan
2. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas obat anti TB;
3. Menyusun strategi untuk menghadapi berbagai tantangan dengan cara
mengadaptasi DOTS untuk mencegah, menangani TB dengan resistensi
OAT (MDR-TB) dan menurunkan dampak TB/HIV; dan
4. Mempercepat upaya eliminasi TB dengan cara meningkatkan penelitian dan
pengembangan untuk berbagai alat diagnostik, obat dan vaksin baru; serta
meningkatkan penerapan metode baru dan menjamin pemanfaatan, akses
dan keterjangkauannya.
TELAAH KRITIS
PENGENDALIAN
P E N YA K I T T B C
LATAR BELAKANG
PENGENDALIAN TBC
• Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beban
tuberkulosis yang terbesar diantara 5 negara yaitu India, Indonesia,
China, Philippina and Pakistan.
• Meningkatnya kasus Tuberkulosis-MDR, Tuberkulosis-HIV, Tuberkulosis
dengan DM,Tuberkulosis pada anak dan masyarakat rentan lainnya.
• Berdasarkan Global Tuberculosis Report WHO (2017), angka insiden
tuberkulosis Indonesia 391 per 100.000 penduduk dan angka kematian
42 per 100.000 penduduk.
• Berdasarkan data hasil survei prevalensi tuberkulosis tahun 2013-2014
angka prevalensi pada tahun 2017 sebesar 619 per 100.000 penduduk
sedangkan pada tahun 2016 sebesar 628 per 100.000 penduduk.
KETERCAPAIAN PROGRAM
PENGENDALIAN TBC

Gambar 1. Angka keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis di Indonesia


Tahun 2008-2017
Gambar 2. Angka keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Menurut Provinsi
Tahun 2017
STRATEGI DOTS

Dalam melaksanakan pemberian obat pada pasien, pemerintah


menerapkan strategi DOTS (Directly Observe Treatment Shortcourse) untuk
memaksimalkan program pengendalian tuberkulosis. Pada tahun 1995,
program nasional pengendalian TB mulai menerapkan program DOTS
(Directly Observe Treatment Shortcourse) dan dilaksanakan di
Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 program DOTS
dilaksanakan secara Nasional di seluruh Fasyankes terutama Puskesmas
yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PROGRAM PENGENDALIAN
TBC
1. Tenaga Terlatih
2. Anggaran Program TB DOTS
3. Ketersediaan OAT
4. Fasilitas Peralatan
TANTANGAN PELAKSAAN
PROGRAM
• Penyebaran ko-infeksi TB-HIV
• Peningkatan resistensi obat TB
• Jenis penyedia pelayanan TB yang sangat beragam
• Kurangnya pengendalian infeksi TB di fasilitas kesehatan
• Penatalaksanaan TB yang bervariasi.
TERIMAK ASIH
DAFTAR PUSTAKA
• Depkes RI (2003) Perlu keterpaduan untuk Pemberantasan Tuberkulosis, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Available at: http://www.depkes.go.id/article/view/492/perlu-keterpaduan-untuk-pemberantasan-
tuberkulosis.html (Accessed: 12 March 2019).
• Dinkes Depok (2017) Profil Kesehatan Kota Depok 2016. Depok. Available at: http://dinkes.depok.go.id/wp-
content/uploads/profil-tahun-2016.pdf.
• Dirjen P2PL (2014) Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
• Kemenkes RI (2011) Pedoman Nasional Pengendailan Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
• Kemenkes RI (2012) Peran Aktif dan Semangat Kemitraan Semua Pihak adalah Kunci Menuju Indonesia Bebas
TB, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Available at:
http://www.depkes.go.id/article/print/1921/peran-aktif-dan-semangat-kemitraan-semua-pihak-adalah-kunci-
menuju-indonesia-bebas-tb.html (Accessed: 12 March 2019).
• Kemenkes RI (2015) ‘Buku Rencana Aksi Nasional Kolaborasi TBHIV 2015-2019’. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
• Kemenkes RI (2018) Pemerintah Indonesia Akselerasi Eliminasi TBCP, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Available at: http://www.depkes.go.id/article/print/18092800002/pemerintah-indonesia-akselerasi-
eliminasi-tbc.html (Accessed: 12 March 2019).Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehetan Indonesia.
• Kementerian Kesehatan RI. (2011). Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia.
• Chandra, Fifia. (2014). Penilaian Keberhasilan Program TB DOTS Berdasarkan Angka Keberhasilan
Pengobatan dan Angka Konversi di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode Januari 2008 – Desember
2012. JOM Vol.1 No.2.
• Dotulong, Jendra F J, Margareth R Sapulete, and Grace D Kandou. “Kti 2.” Jendra F.J Dotulong * Margareth R.
Sapulete, Grace D. Kandou + Jurnal: 57–65.
• Kementerian Kesehatan RI. 2018. “Infodatin Pusat Data Dan Informasi Tuberkulosis.” InfoDATIN.
file:///C:/Users/ACER/Downloads/InfoDatin-2016-TB(1).pdf.
• Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai