Anda di halaman 1dari 19

PERUBAHAN BERPIKIR

Mata Kuliah Kewirausahaan

DOSEN PENGAMPU :
Widayani Wahyuningtyas, SE.,MM.

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3:

Sholikhatus Saputri (1610713003)

Intan Marsha Rahmawati (1610713056)

Annisa Lifiyana (1610713077)

Shalzaviera Azniatinesa (1610713129)

Nurul Indah Cahyaningrum (1610713135)

S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat ridha dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Perubahan Berpikir’ sebagai
salah satu bentuk tugas dari dosen mata kuliah Kewirausahaan

Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
makalah yang telah disusun ini tentunya masih banyak kekurangan dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami meminta maaf jika ada kesalahan didalamnya. Dan
kami akan menerima segala saran dan kritik dari pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
makalah ini, sekaligus menjadi bekal kami dalam menyusun dan membuat laporan yang lebih
baik lagi.

Semoga tugas kami dapat bermanfaat bagi para mahasiswa, umum khususnya pada diri
kami sendiri dan semua yang membaca tugas kami ini, dan mudah-mudahan juga dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Jakarta, September 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Mindset .......................................................................................................... 3
2.2 Perubahan Pola Pikir ....................................................................................................... 3
2.3 Tanda-Tanda Perubahan Pola Pikir .................................................................................. 4
2.4 Teori Berpikir Perubahan ................................................................................................. 7
2.5 Hambatan persepsi mulai usaha ..................................................................................... 11
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berpikir adalah proses memanipulasi data,fakta dan informasi untuk membuat
Keputusan berperilaku. Lalu perubahan adalah esensi dari kemajuan yang berarti harus
berpindah posisi semakin ke depan dari posisi semula. Sehingga dari pengertian berpikir
dan perubahan di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir perubahan adalah berpikir untuk
berubah, mencoba hal yang baru untuk berpindah dari posisi awal ke posisi yang lebih
maju ke depan.
Salah satu contoh dari berpikir perubahan yaitu ada seorang pegawai kantoran yang
dulunya sering disuruh! suruh bisa saja menjadi seorang entrepreneur yang sukses dengan
adanya upaya untuk berpikir berubah yang bisa membuatnya dapat mengubah
nasibnyamenjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam berpikir perubahan, seseorang
diharapkan memiliki pola pikir yang produktif karena pola pikir seperti inilah yang akan
menciptakan ide-ide baru sekaligus dapat membuat seseorang bisa melangkah lebih jauh
lagi dalam mengeksplorasi kemampuan yang dia miliki sehingga diharapkan seseorang
tidak hanya terpaku pada apa yang sudah ada sekarang yang mungkin saja dapat
membuatnya hancur melainkan pada perubahan apa yang bisa dia perbuat. untuk dapat
membangun kebiasaan yang produktif menjadi suatu kenyataan diperlukan adanya
kemampuan berpikir untuk mewujudkan kebiasaan yang harus diasah secara berkelanjutan
dengan pengusaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan keinginan hati yang akan menuntun
kekuatan!kekuatan bersikap dan berperilaku yang terpola. Beralih ke manfaat berpikir
perubahan,

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Mindset?
2. Apa perubahan pola pikir?
3. Bagaimana tanda-tanda perubahan pola pikir?
4. Apa saja teori berfikir perubahan?
5. Bagaimana mengidentifikasi hambatan persepsi mulai usaha?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari Mindset
2. Mengetahui perubahan pola pikir
3. Mengetahui tanda-tanda perubahan pola pikir
4. Mengetahui macam-macam teori berfikir perubahan
5. Mengetahui bagaimana mengidentifikasi hambatan persepsi mulai usaha

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mindset


Mindset merupakan posisi atau pandangan mental individu yang mempengaruhi
pendekatan orang tersebut dalam menghadapi suatu kejadian, fenomena, atau peristiwa.
Mindset terdiri dari seperangkat asumsi, metode atau catatan yang dimiliki oleh seseorang atau
kelompok yang tertanam dengan sangat kuat.

Pengertian lain dari mindset menurut beberapa ahli adalah:

1. Mulyadi (2007)

Pengertian mindset menurut Mulyadi adalah sikap mental mapan yang dibentuk melalui
pendidikan, pengalaman dan prasangka.

2. Gunawan (2007)

Pengertian mindset menurut Gunawan adalah beliefs that affect somebody’s attitude; a set of
beliefs a way of thinking that determine sombebody’s behavior and outlook. Kepercayaan-
kepercayaan yang mempengaruhi sikap seseorang atau sekumpulan kepercayaan atau suatu
cara berpikir yang menentukan perilaku dan pandangan, sikap dan masa depan seseorang.

3. Adi W Gunawan dalam Rachmat Soegiharto (2013)

Pengertian mindset menurut Adi W Gunawan adalah sekumpulan kepercayaan (belief) atau
cara berpikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang, yang akhirnya akan
menentukan level keberhasilan hidupnya.

2.2 Perubahan Pola Pikir


Ada dua arah perubahan mind-set yaitu reformatif (baik) dan deformatif (buruk).
Perubahan yang reformatif adalah perubahan mind-set yang menunjukkan tren reformatif,
semakin lama semakin terlihat buah-buah yang baik dari kehidupan seseorang. Misalnya, orang
yang sebelumnya mudah tersinggung sekarang tidak mudah tersinggung, yang sebelumnya
suka marah, sekarang tidak sering marah, atau yang sebelumnya banyak bicara tanpa tindakan
sekarang ada keseimbangan antara ucapan dan tindakan.

3
Sebaliknya, perubahan deformatif adalah perubahan yang menuju hal buruk. Tren
perubahan menuju keburukan baik dalam pemikiran, ucapan dan tindakan. Misalnya, orang
yang sebelumnya suka bicara sekarang makin suka bicara tanpa tindakan, yang sebelumnya
senang berdebat sekarang cenderung berdebat dengan emosi berlebihan, atau yang sebelumnya
semangat kerja sekarang motivasi berkurang dan sering mengeluh. Fenoma perubahan yang
deformatif ini juga bisa mengambil bentuk seperti suka membantah, sulit menerima nasihat,
sulit mendengar orang lain, sulit berkomunikasi, memilih sikap ingin menang sendiri, selalu
menyalahkan orang lain, tidak tahan mendengar kritik dan lain-lain.

Tahapan perubahan pola pikir yang pertama adalah, tahu. Ada beberapa tahap dalam
proses perubahan ini. Pada tahap pertama seseorang mengetahui informasi bagus. Dengan kata
lain, seseorang mendengar kebenaran sebagai salah satu pra-syarat menuju perubahan yang
positif. Tanpa informasi yang bagus ini tidak mungkin terjadi perubahan pola pikir yang
reformatif. Bila seseorang dibiarkan tidak mendapatkan pendidikan baik, sudah dapat
diprediksi bahwa pola pikirnya akan berubah ke arah negatif.

Kedua yakni paham. Pada tahap kedua, memahami prinsip atau kebenaran tersebut.
Ada perbedaan antara tahu dan paham atau mengerti. Orang bisa mendengar sesuatu, tapi tidak
mengerti apa yang didengar. Bagaimana orang mengerti, faktor X berperan di sini, yaitu faktor
yang tidak dapat dikontrol oleh manusia. Misalnya ketika mendengar suatu informasi yang
positif orang tersebut sedang kesulitan berkonsentrasi karena ruangan yang gaduh sehingga ia
tidak bisa mengolah informasi yang diketahuinya dan menimbulkan kegagalan dalam
memahami informasi. Jadi dalam tahap kedua banyak dipengaruhi faktor yang tidak dapat
dikendalikan seperti hal tersebut.

Tahap ketiga adalah melakukan. Pada tahap ini, seseorang mampu melakukan apa yang
didengar. Ia dapat menjabarkan prinsip yang didengar ke dalam kehidupannya sehari-hari.
Prinsip bukan lagi sekedar teori; prinsip itu bukan lagi sekedar pengetahuan kognitif, tetapi
dapat dilakukan. Orang yang sama-sama mendengar tidak akan selalu memberikan respons
yang sama terhadap informasi-informasi yang diterima.

2.3 Tanda-Tanda Perubahan Pola Pikir


Pola pikir yang berubah tidak mengubah situasi dan lingkungan dimana kita hidup,
melainkan mengubah pikiran diri kita sendiri dalam memahami situasi dan lingkungan.
Perubahan pola pikir berarti juga berubah dari satu pola pikir kepada pola pikir yang lain.
Perubahan dari pola pikir negatif ke pola pikir yang lebih positif, dari pecundang menjadi

4
pemenang, dari pola pikir statis menjadi kreatif, dari konsumtif menjadi produktif, dan berubah
dari pola pikir pekerja menjadi entrepreneur (Sushardi, 2018).
Kita bisa mengetahuinya dengan mendeteksi hal-hal seperti berikut ini (Jamil,
2017):
1. Mungkin kita mulai memahami suatu hal yang selama ini kita ketahui dengan
pengertian yang berbeda.
2. Apa yang semula kita benci ternyata menyadarkan kita bahwa seharusnya kita kasihi.
3. Kita tiba-tiba sadar bahwa apa yang tadinya kita yakini benar ternyata sangatlah
keliru.
4. Kita melihat diri dan pekerjaan kita dengan cara yag berbeda dari yang sebelumnya.
5. Melihat dunia yang sama dengan kaca mata yang benar-benar baru.
6. Pola pikir yang berubah tidak mengubah situasi dan lingkungan dimana kia hidup,
melainkan mengubah pikiran diri kita sendiri dalam memahami situasi dan
lingkungan.
Perubahan pola pikir berarti juga berubah dari satu pola pikir kepada pola pikir
yang lain. Dari pola pikir negatif ke pola pikir yang lebih positif, dari pecundang menjadi
pemenang, dari pola pikir statis menjadi kreatif, dari konsumtif menjadi produktif, dan
berubah dari pola pikir pekerja menjadi entrepeneur.
Langkah-langkah mengubah pola pikir (Jamil, 2017):
1. Memilih pola pikir yang baru.
2. Buatlah pola pikir senyata, sekonkret dan sekomprehensif mungkin.
Itu berarti menuliskannya dengan tepat sebagaimana yang diinginkan.
a. Keyakinan baru apa yang ingin dijalani?
b. Sikap atau pendapat baru apa yang ingin di terapkan?
c. Kebiasaan mental dan pola baru apa yang akan bermanfaat untuk dimasukkan ke
dalam hidup Anda?
d. Harapan-harapan apa yang akan membawa Anda kepada keberhasilan?
e. Ingin menjadi siapakah Anda?
f. Ketika Anda membaca pola pikir Anda yang baru dan gambar kehidupan yang
Anda inginkan, bagaimana rupa gambar itu?
g. Di mana diri Anda?
h. Bagaimana perasaan Anda?
i. Apa yang Anda lihat?
j. Siapa yang ada di dekat Anda?
5
k. Akan seperti apakah suatu hari yang Anda jalani jika Anda menjalani hidup dengan
sikap, keyakinan, dan pikiran baru itu?
Kemudian lanjutkan untuk menggambarkan keyakinan, sikap, pendapat, kebiasaan
mental, nilai-nilai, dan harapan-harapan Anda tepat seperti yang Anda inginkan.
3. Berpikirlah secara tidak terbatas.
Biarkan diri membayangkan masa depan dan sikap terhadap diri sendiri, orang lain, dan
bagaimana dunia bekerja tepat seperti yang di inginkan. Jangan hanya berusaha untuk
mendapatkan apa yang kita pikir dapat mudah peroleh.
4. Pastikan untuk menuliskannya dalam kalimat seolah-olah sudah memilikinya.
Tidak boleh berpikir dalam bentuk “suatu hari,” atau menulis “Aku akan.” Tulislah dan
alamilah, seolah-olah hal itu terjadi saat ini, sekalipun hasilnya belum terwujud.
Berikan pikiran bawah sadar menerima pesan bahwa realitas ini sudah nyata dalam
hidup. Ingatlah, pikiran bawah sadar menerima segala sesuatu yang diberikan
kepadanya, tanpa menyunting, menyensor, atau menilai. Jika menuliskan bahwa itu
akan terjadi nanti, hal itu memberitahukan pikiran bawah sadar bahwa saat ini tidak
memiliki apa yang diinginkan, dan belum menjadi orang yang diinginkan. Ketika Anda
mengatakan, “Aku akan,” Anda sedang mengatakan kepada pikiran bawah sadar Anda
bahwa Anda tidak demikian.
5. Buatlah pola pikir bersifat emosional.
Selain menuliskan dalam bentuk sekarang, sertakan kata-kata emosional dan terlibatlah
secara emosional dengan apa yang sedang ditulis. Ingatlah, perasaan adalah pintu
gerbang menuju pikiran bawah sadar, dan pikiran bawah sadar adalah kekuatan yang
sesungguhnya di balik keberhasilan. Emosi menciptakan motivasi. Anda harus menjadi
bersemangat. Jika tidak bersemangat dengan pola pikir yang baru, jika tidak benar-
benar jatuh cinta dengan pola pikir yang baru, pola pikir yang baru itu tidak akan
terbentuk dalam bentuk fisik.
6. Berhati-hatilah saat menyatakan apa yang benar-benar diinginkan. Bukan menyatakan
apa yang tidak diinginkan. Pikiran kita tidak dapat memproses kata tidak.
7. Ciptakan sebuah gambar tentang pola pikir dan berada dalam gambar tersebut, bukan
sekadar menjadi pengamat yang melihat ke gambar.
Ketika Anda benar- benar berada dalam gambar itu, Anda sedang merasakan emosi dan
hasil yang telah Anda peroleh dalam hidup baru Anda. Anda mengatakan pada pikiran
bawah sadar Anda, “Ini nyata!” Pikiran bawah sadar segera mulai menciptakan realitas
itu. Lihatlah apa yang terlihat dalam gambar itu. Ketika mulai menjalani kehidupan
6
berdasarkan pola pikir yang baru, mungkin kiata akan mulai berhubungan dengan
berbagai jenis orang, dan akan bertemu lingkungan yang berbeda. Semakin sering dan
bersemangat Anda memasukkan pola pikir Anda ke dalam pikiran Anda, semakin cepat
pola pikir itu akan bermanifestasi.

2.4 Teori Berpikir Perubahan


HIVOS (Humanist Institute for Co-operation with Developing Countries) membedakan
antara teori perubahan sebagai cara berpikir (pendekatan keseluruhan), proses (melakukan teori
analisis perubahan/penyelidikan) dan produk (hasil dari teori proses perubahan).
• Teori perubahan adalah pendekatan pemikiran dan tindakan untuk mengarahkan
kompleksitas perubahan sosial. Ini adalah cara memandang dunia yang menyerukan dan
mendorong kemampuan orang untuk ditanyai secara kritis, tidak menerima begitu saja,
berurusan dengan ketidakpastian, dan mengakui keniscayaan dari beragam perspektif.
• Teori perubahan adalah suatu proses. Jika digunakan dengan baik, teori penyelidikan
perubahan adalah proses analisis dan refleksi yang berkelanjutan. Ini bukan latihan satu
kali dalam fase desain program, tetapi lebih melibatkan siklus pembelajaran tindakan
yang sedang berlangsung.
• Teori perubahan juga merupakan produk karena teori penyelidikan perubahan
menghasilkan hasil spesifik - dalam bentuk naratif dan / atau visual - yang mewakili teori
perubahan organisasi, tim, atau proyek program. Ini adalah produk 'hidup' karena akan
berubah seiring waktu. Sebuah teori perubahan adalah gambaran sementara, sebuah
refleksi dari pemikiran pada saat tertentu, yang tidak akan dan tidak perlu lengkap.
Sebagai sebuah produk, teori perubahan menawarkan kerangka kerja untuk membuat
akal yang perlu digunakan, ditinjau kembali dan diadaptasi saat proyek atau program
berjalan, aktor-aktor lain masuk, perubahan dalam konteks terjadi dan pembelajaran
terjadi.
❖ Mindset Entrepreneur
Seorang entrepreneur berkarakter produktif, bukan konsumtif. Seorang entrepreneur
akan selalu berusaha “mencari cara baru” untuk meningkatkan utilitas sumber daya secara
efisien, mencari alternatif lain bila sumber daya yang ada terbatas. Seorang entrepreneur
cenderung menjadi job creator daripada sekedar job seeker. Semua karakter tersebut
disebabkan oleh jumlah total pola pikir positif, kreatif, keuangan, dan pola pikir produktif
yang dimilikinya.

7
Pola pikir produktif bisa ditumbuhkan apabila kita menghargai dan memahami
kelimpahan maupun keterbatasan yang ada. Dengan pola pikir produktif, semua hambatan
akan diubah menjadi peluang untuk meminimalisasi ancaman, dan semua kekuatan akan
menjadi suatu kesempatan untuk lebih dikembangkan kesempatannya.
Perbedaan Pola Pikir Entrepreneur vs Non Entrepreneur:
• Produktif versus Konsumtif
Konsumtif adalah kata sifat, berasal dari kata dasar “konsumsi” maka dengan
demikian kata konsumtif berarti sifat mengkonsumsi, memakai, menggunakan,
menghabiskan sesuatu. Sementara produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda
produksi. Arti produktif adalah “banyak hasilnya”, atau bisa kita artikan “terus
menerus menghasilkan”. Bila konsumtif dan produktif kita kaitkan dengan
kewirausahaan, pertama-tama yang harus diperhatikan adalah bahwa disadari atau
tidak, selama ini ada saja perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari, yang bersifat
konsumtif. Perilaku semacam itu harus dihilangkan, atau paling tidak dikurangi
sampai batas seminimal mungkin. Pada situasi kehidupan yang normal, dibidang
apapun kita berkarir, sebenarnya pola konsumtif memang harus ditekan, apalagi pada
masa krisis ekonomi. Terlebih lagi bila kita ingin memulai kehidupan sebagai
wirausahawan.
• Resources Utilization versus Resources Disposal (Pemanfaatan Sumber Daya vs
Pembuangan Sumber Daya)
Enterpreneur berpikir bahwa ada kesempatan yang dapat dimanfaatkan dari
ketersediaan sumber daya di sekitarnya. Orang biasa mungkin berpikir bahwa sesuatu
yang sudah digunakan atau yang tidak penting lebih baik dibuang, tetapi beberapa
orang yang berpikir sudut pandang lain, berpikir untuk memanfaatkannya, dan
dijadikan sesuatu yang bida dijadikan uang. Itulah orang yang memiliki jiwa
kewirausahaan.

❖ Kecerdasan Finansial
Kecerdasan finansial yang dimaksudkan disini lebih ditekankan pada konsep ekonomis.
Untuk mencapai kecerdasan finansial ala covey maupun kiyosaki, kita harus melakukan
kreativitas finansial. Kreativitas finansial berusaha mengubah mindset yang ada pada diri
kita masing-masing mengikuti pola pikir manusia sejahtera yang efisien dan sesuai konsep
ekonomis. Kreativitas secara finansial dalam kenyataannya merupakan kesediaan untuk
berpindah dari zona yang dianggap nyaman sebelumnya menuju ke zona baru yang penuh

8
tantangan. Seorang yang kreatif akan mampu melakukan perpindahan tersebut dengan
perhitungan yang matang sehingga menghasilkan zona baru yang lebih nyaman pada masa
depan dengan mengobarkan kenyamanan hari ini.

❖ Tips Praktis dalam Kaitannya dengan Berpikir Perubahan


Setiap orang bertanggung jawab terhadap masa depannya sendiri. Kalau setiap saat
anda menyangkal realita baru atau berpikir negatif artinya anda hidup dalam belenggu.
Jelas anda memerlukan teknik-teknik mental baru untuk berubah sebelum memulai usaha.
Banyak orang sukses memprogram otak bawah sadarnya. Teknik ini dipakai untuk
mensugesti pikiran (plus tindakan). Bila otak bawah sadar telah terprogram, maka kerja
otak sadarpun akan selalu mengikuti kemauan dari apa yang telah diprogramkan.
Ada 2 (dua) cara memprogram otak bawah sadar untuk melakukan perubahan, yaitu
dengan teknik visualisasi dan teknik afirmasi. Teknik visualisasi berhubungan dengan
memotivasi pikiran melalui “gambaran sukses” yang dituju. Sedangkan teknik afirmasi
adalah penguatan motivasi pikiran melalui pemilihan kata-kata yang “mendukung” tujuan
sukses. Kedua teknik ini membutuhkan kondisi relaks (gelombang alpha otak) sehingga
proses penyimpanan oleh otak bawah sadar kita dapat berlangsung dengan baik. Bila
berjalan dengan baik, maka memori tersebut akan menjadi “driver” (pendorong) bagi kita
saat bekerja aktif dengan otak sadar.
1. Teknik Visualisasi
Teknik ini merupakan khayalan sebagai cara untuk membangun visualisasi positif.
Ketika anda membayangkan sesuatu melalui pikiran, kira-kira apa yang terpancar
dalam benak anda. Sebuah pencapaian, apresiasi, dan kemenangan, atau sebaliknya.
Sejumlah riset menunjukan visualisasi memberikan pengaruh kuat terhadap
perubahan. Ketika imajinasi dihantam oleh bayangan keterpurukan dan pesimisme,
maka jaringan otak akan mendorong perilaku yang benar-benar menuju keterpurukan.
Sebaliknya, jika kita selalu membangun bayangan positif (+), maka otak kita akan
memulai dan memperkuat “cara kerja yang sempurna”. Pada gilirannya, jaringan sel
dalam otak akan mendorong kita untuk meraih kesempurnaan dalam kinerja nyata.
Lalu bagaimana melakukan visualisasi positif yang baik? Berikut langkah langkah
praktis yang dapat dilakukan :

Pertama tetapkanlah tujuan yang jelas, menantang, dan spesifik. Misalnya, anda
membayangkan ingin memiliki jaringan toko buku khusus untuk anak-anak.
Kemudian mulailah melakukan visualisasi dengan tahapan:

9
a. Relaks. Ciptakan momen-mome yang santai, yang membuat otak anda lebih
terbuka untuk memulai dan memperkuat “cara kerja yang benar”
b. Fokuskan perhatian pada langkah nyata yang mesti dilakukan untuk membuka
jaringan toko buku anak-anak itu. Apa saja yang diperlukan, tahapannya,
bagaimana mengelola toko itu, melakukan promosi, mengelola karyawan, dan
membesarkannya menjadi toko buku pilihan anak-anak
c. Bayangkan tujuan anda sedetail mungkin. Bayangkan segalanya : lokasi persisnya,
desain interior, kombinasi warna meja dan kursi, tata letak buku. Kemudian
bayangkan pula keramaian dan keriangan anak-anak yang memenuhi setiap sudut
toko anda.
d. Libatkan emosi. Rasakan bagaimana nikmatnya mampu meraih tujuan itu dengan
sempurna ? bagaimana rasanya memiliki jaringan kios buku anak-anak yang tiap
hari ramai dikunjungi anak-anak dan orangtuanya. Menyertakan perasaan dan
emosi akan memperkuat sistem “cara kerja yang benar” dalam otak anda.
e. Lakukanlah hal yang sama berulang-ulang. Untuk mendapat hasil yang optimal,
lakukanlah visualisasi positif setiap kali anda mempunyai waktu luang,
sekurangnya sehari sekali. Misalnya saat anda akan pergi tidur dan tengah benar-
benar rileks.
Namun segera sebutkan bahwa “beautiful dream” itu harus diikuti penyusunan
strategi dan aksi nyata berupa perencanaan karir ataupun personal scorecard pribadi.
Perlahan-lahan muncul tekad untuk mengeksekusi strategi yang disusun melalui
serangkaian aksi nyata yang konkrit dan sistematis. Nah, dalam proses implementasi
itu, kita harus terus menerus secara rutin melakukan visualisasi positif.

2. Teknik Afirmasi
Teknik ini merupakan teknik yang memberikan penghargaan diri sendiri dengan
kalimat-kalimat yang memotivasi untuk berubah menjadi lebih baik. Misalkan dengan
mengucapkan kalimat-kalimat positif untuk diri sendiri. Contohnya saya memutuskan
untuk menjadi seorang mahasiswa yang lulus dengan prestasi cumlaude. Saat ini saya
dalam proses mencapai cumlaude.

❖ Kaitan antara Kewirausahaan dan Berpikir Perubahan


Wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat dalam mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

10
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. Dalam Ensiklopedia Ekonomi,
Keuangan, dan Perdagangan, Entrepreneur (pengusaha) ialah seseorang yang mengambil
bagian dalam, atau yang mengusahakan sesuatu. Dalam teori ekonomi, ialah seseorang
yang berusaha, mengambil inisiatif, dan mengusahakan suatu perusahaan. Orang-orang
yang bertanggung jawab karena mengambil inisiatif untuk mengembangkan atau
menjalankan dan mengendalikan suatu organisasi perdagangan.
Mereka menanggung resiko dan ketidaktentuan. Jika berhasil, mereka akan
mendapatkan keuntungan, dan jika tidak berhasil, mereka akan memikul kerugian. Jika
demikian halnya jelaslah bahwa kewirausahaan memiliki kaitan erat dengan apa yang kita
sebut berpikir perubahan. Seorang entrepreneur jika ingin maju haruslah menyikapi segala
perubahan yang ada dengan pola pikir kreatif dan inovatif. Adanya berbagai perubahan
yang ada akan menjadi hal utama yang memicu keberhasilan seorang entrepreneur dalam
mengolah dan memaksimalisasi kesempatan yang ada demi kemajuan kinerja usahanya.

2.5 Hambatan Persepsi Mulai Usaha

Hambatan Dalam Memulai Sebuah bisnis adalah kesulitan, rintangan dan permasalahan
yang dihadapi oleh pengusaha dalam memulai sebuah usaha. Leon menyatakan permasalahan
prinsip seorang pengusaha adalah masalah finansial dan kebijakan atau birokratis suatu negara
yang menyulitkan. Semakin besar aktivitas dan ukuran suatu bisnis maka pengusaha
membutuhkan dana yang lebih besar dan terkadang pengusaha tidak dapat memenuhi sumber
daya yang diperlukan untuk berwirausaha (Leon, Palaci and Dominguez, 2007).

Terdapat banyak hambatan untuk kita dalam membuka usaha yang sukses. Oleh karena
itu, kita harus mengetahui apa saja yang menjadi penghalang dalam membuka usaha yang
sukses untuk menghilangkan masalah tersebut. Banyak faktor yang dapat melatarbelakangi
kesuksesan seseorang dan banyak juga faktor yang dapat menghalangi kesuksesan tersebut.
Beberapa faktor tersebut berasal dari dalam diri kita sendiri dan beberapa lainnya berada dari
faktor luar. Untuk menjadi sukses kita harus mampu menghilangkan berbagai hambatan
tersebut. Untuk menjadi sukses kita harus mau dengan senang hati menghadapi dan
menyelesaikan segala macam permasalahan yang menghalangi kita dalam mencapai tujuan.
Tanpa adanya kemauan yang kuat pada diri kita, maka tidak mungkin kita dapat mengatasi
berbagai hambatan untuk memulai usaha. Faktor – faktor yang menjadi penghambat dalam
memulai usaha berasal dari internal maupun eksternal (Latief, 2017) :

1. Faktor Internal Hambatan Memulai Usaha

11
Hambatan yang menghalangi kita dalam memulai sebuah usaha pertama datang dari diri
kita sendiri. Hambatan atau rintangan tersebut lebih kepada kualitas kepribadian kita
yang tidak mendukung untuk memulai sebuah usaha. Hambatan ini lebih kepada
kemampuan mental dan keterampilan yang kita yang akan kita gunakan. Beberapa faktor
internal yang dapat menjadi penghalang terciptanya usaha mandiri antara lain sebagai
berikut :

a. Perasaan takut gagal dan tidak mau mengambil risiko


b. Rendahnya kemampuan dan pengalaman dalam mengelola usaha
c. Tidak memiliki modal yang cukup

Perasaan atau emosi adalah hal paling mendasar yang harus kita taklukkan terlebih dahulu
jika kita ingin memulai sebuah bisnis. Disini kita harus menghilangkan berbagai perasaan
atau emosi negatif yang menghalangi usaha kita dalam membangun sebuah bisnis yang
diinginkan. Beberapa perasaan yang mengganggu bahkan merusak yaitu perasaan takut
gagal ketika hendak memulai sebuah usaha, rasa takut untuk mengambil resiko dan hanya
ingin berada pada posisi yang aman, rasa malas dan lain sebagainya.

Untuk dapat sukses dalam membuka usaha maka kita harus menjadi pribadi yang tangguh
dengan menghilangkan berbagai perasaan atau emosi negatif yang akan menghalangi kita
dalam melakukan sebuah usaha. Kita bisa berlatih dan belajar tentang manajemen diri atau
bagaimana mengelola emosi negatif.

Kemampuan atau skill juga merupakan salah satu hal yang sering kali menjadi hambatan
dalam memulai usaha. Sering kali kita harus menelan pil pahit kegagalan hanya karena
kemampuan kita yang terbatas. Memang letak sukses seseorang banyak dipengaruhi oleh
kemampuan. Jika tidak mampu maka kita akan lebih rentan dengan kegagalan. Sebelum
memulai sebuah bisnis maka sangat dianjurkanuntuk mengukur seberapa jauh kemampuan
yang kita miliki untuk menjalankan usaha yang di pilih. Kita harus tahu keterampilan apa
yang dibutuhkan dan apakah kita mampu atau tidak melakukannya.Ini merupakan salah
satu alasan banyak pakar menyarankan kepada kita untuk memulai sebuah bisnis yang kita
kuasai, membangun bisnis berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki.Untuk menutupi apa
yang tidak kita miliki maka kita harus berani belajar dan mengambil contoh dan
pengalaman dari orang lain.

Selanjutnya, hambatan yang paling banyak dikeluhkan oleh para pelaku usaha adalah
modal. Benar memang, kekurangan modal merupakan hal yang sangat sering dialami oleh

12
kita yang baru ingin memulai sebuah bisnis. Dapat dikatakan bahwa modal merupakan
harga mati, namun perlu kita ingat bahwa modal yang sedang kita bicarakan ini adalah
uang. Namun bukan berarti kita tidak bisa memulai usaha. Kesempatan yang bagus,
peluang yang menjanjikan dan kemampuan yang memadai bisa kita jadikan senjata untuk
mengatasi hambatan permodalan. Caranya adalah dengan menggunakan modal usaha dari
pihak lain, meminjam, menyewa dan sebagainya. Kita bisa mulai mengatasi hambatan
permodalan ini dengan cara tersebut.

2. Faktor Eksternal Hambatan Memulai Usaha


Terdapat beberapa faktor dari luar yang dapat menjadi kendala dan hambatan saat kita
memutuskan untuk membuka sebuah usaha. Faktor tersebut menjadi penghalang
terutama karena kita memiliki keterbatasan dalam menangani hal tersebut. Ini berarti
bahwa seiring berjalannya waktu faktor eksternal tersebut tidak akan menjadi masalah
yang serius. Hambatan dari luar tersebut secara garis besar terdiri dari dua hal sebagai
berikut :
a. Persaingan pasar yang ketat
b. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung
Setidaknya dua hal di atas umumnya akan menjadi kendala yang cukup berarti saat kita
hendak memulai membuka sebuah usaha. Meski bukan satu-satunya masalah namun
penting bagi kita untuk mengetahui lebih jauh mengenai hal tersebut dan merumuskan
berbagai upaya dan rencana penanganan.

Berikut ulasan mengenai berbagai hambatan dan kendala dalam berwirausaha serta
cara mengatasinya (Latief, 2017) :

1. Kesulitan Modal : selain meminjam kepada bank, kita juga bisa mendapatkan
modal dengan cara mencari pemasok.
2. Takut Gagal dan Enggan Mengambil Risiko : semua bisnis pasti memiliki
risiko, kita harus melawan dan menghadapi risiko tersebut dengan cara
menumbuhkan jiwa semangat, keberanian yang pantang takut gagal, serta berani
keluar dari zona aman untuk menggapai kesuksesan yang bebas.
3. Salah Perencanaan dan Analisis : perencanaan dan analisis dari segi
keuangan/modal. Hitung dengan benar dan pastikan berapa modal sebenarnya yang
anda butuh kan hingga usaha anda benar-benar dapat menghasilkan laba.
4. Terlalu Awal untuk Merasa Nyaman : pengusaha pemula seringkali merasa puas
dengan laba yang sudah didapatkan dan menggunakannya untuk bersenang-

13
senang. Akan lebih baik jika laba ini digunakan untuk mengembangkan bisnis yang
akan bermanfaat kedepannya.
5. Bisnis yang Tidak Sesuai dengan Diri Sendiri : jika ingin merintis usaha yang
tidak sesuai dengan kemampuan, maka kita harus merekrut karyawan atau bekerja
sama dengan pihak lain, tapi tetap kita setidaknya harus memiliki keahlian dalam
manajemen sehingga kita dapat mengelola bisnis tersebut.
6. Rasa Malas, Kurang Semangat dan Kurang Percaya Diri : ada kalanya bisnis yang
kita jalankan tidak sesuai dengan keinginan kita, selalu mengalami kegagalan dan kita
langsung patah semangat, malas dan kurang percaya diri dalam berinovasi. Ketika kita
mengalami kegagalan, disitulah sudah mendapatkan pengalaman yang sangat
berharga, dan pengalaman tersebut jelas dapat kita manfaatkan sebagai bahan pelajaran
untuk memperbaiki strategi-strategi kita.

14
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

• Mindset merupakan posisi atau pandangan mental individu yang mempengaruhi


pendekatan orang tersebut dalam menghadapi suatu kejadian, fenomena, atau
peristiwa. Mindset terdiri dari seperangkat asumsi, metode atau catatan yang dimiliki
oleh seseorang atau kelompok yang tertanam dengan sangat kuat.
• Ada dua arah perubahan mind-set yaitu reformatif (baik) dan deformatif (buruk).
Perubahan yang reformatif adalah perubahan mind-set yang menunjukkan tren
reformatif, semakin lama semakin terlihat buah-buah yang baik dari kehidupan
seseorang Sedangkan, perubahan deformatif adalah perubahan yang menuju hal
buruk. Tren perubahan menuju keburukan baik dalam pemikiran, ucapan dan tindakan.
• HIVOS (Humanist Institute for Co-operation with Developing Countries)
membedakan antara teori perubahan sebagai cara berpikir (pendekatan keseluruhan),
proses (melakukan teori analisis perubahan/penyelidikan) dan produk (hasil dari teori
proses perubahan).
• Faktor – faktor yang menjadi penghambat dalam memulai usaha berasal dari internal
maupun eksternal (Latief, 2017) : Faktor Internal Hambatan Memulai Usaha ialah
Hambatan yang menghalangi kita dalam memulai sebuah usaha pertama datang dari
diri kita sendiri. Sedangkan Faktor Eksternal Hambatan Memulai Usaha Terdapat
beberapa faktor dari luar yang dapat menjadi kendala dan hambatan saat kita
memutuskan untuk membuka sebuah usaha.

3.2 Saran

• Jika kita ingin melakukan perubahan kecil maka perilaku kita yang harus diubah, tetapi
jika kita ingin perubahan yang besar maka pola pikir kita lah yang harus diubah.
• Untuk menjadi seseorang yang sukses kita harus jeli dalam melihat perubahan yang
ada, jika kita ingin menjadi entrepreneur yang sukses maka hal yang pertama yang
harus kita lakukan adalah merubah mindset kita sebagai seorang entrepreneur.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adi W. Gunawan. 2007. The Secret of Mindset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Menejemen. Salemba Empat. Jakarta.

Carol Draeck. (2006). Change Your Mindset Chane Your Life. Serambi. Jakarta.

Latief, Jamil. (2017). Kewirausahaan; Kiat Sukses Menjadi Wirausaha. Available at:
https://bahanajar.uhamka.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/2.-BUKU-AJAR-
KEWIRAUSAHAAN.pdf (Diakses pada 15 September 2019).

Marjan van Es. (2015). Theory of Change Thinking in Practice. www.hivos.org (Diakses
tanggal 15 September 2019, pukul 19.00 WIB).

Murphi. (2002). Membangkitkan Kekuatan Bawah Sadar. Pioner Jaya. Jakarta.

Yoh Sandriano N. Hitang. (2012). Berpikir Perubahan Kewirausahaan.


https://www.academia. edu/7014919/Berpikir_Perubahan_Kewirausahaan (Diakses tanggal
15 September 2019, pukul 13.40 WIB).

Djadja. (2012). Berpikir Perubahan. http://djadja.wordpress.com/2012/09/15/kewirausahaan


pembebas-berpikir-perubahan-resiko-karet-pengikat-rambut-dan-kolaborasi-gun-n-
rosesdengan-oma-irama/ (Diakses tanggal 15 September 2019, pukul 13.50 WIB).

Leon, J. A. M., Palaci, F. J. and Dominguez, J. F. M. (2007) ‘The Psychosocial Profile of the
University Entrepreneur’, Psychology in Spain, 11(1), pp. 72–84.

16

Anda mungkin juga menyukai