Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

“KONSEP BERPIKIR DAN PERUBAHAN MINDSET”

DOSEN PENGAMPU : AGUNG SUBONO SE. M.Si

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. Angelyn Bellenda Kristiyanto (202111503)

2. Rensy Nafita Putri (202111252)

3. Dika Erlina Rosa (202111475)

4. M. Alvin Ardriyansah (202111449)

5. M. Qosim Nurseha (202111439)

PROGAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikankesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengansebaik-baiknya. Makalah tentang Analisis Data Penelitian Kuantitatif ini
disusun sebagai salahsatu syarat dalam menyelesaikan tugas Mata Kuliah Statistik Pendidikan.

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih
banyakkekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun, kami
tetapberharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik
dansaran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan
dalamperbaikan dan penyempurnaan pada makalah kami berikutnya. Untuk itu kami ucapkan
terimakasih

Kudus, 11 Maret 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia akan mengalami fase perubahan. Perubahan adalah kejadian yang membuat
sesuatu beralih menjadi berbeda dari keadaan sebelumnya. Perubahan ini pasti mempengaruhi
manusia untuk melakukan kebiasaan baru. Kebiasaan baru inilah yang membuat manusia
beradaptasi dengan segala hal, kebiasaan baru juga akan mengubah pola pikir manusia dalam
mengambil keputusan. Manusia pasti akan berpikir apakah kepurusan yang diambil akan
mendatangkan keuntungan di masa mendatang atau akan menjadi hambatan.

Pola pikir (Mindset) disebut sebagai cara seseorang dalam memandang sesuatu atau meyakini
sesuatu. Setiap individu memiliki pola pikir yang berbeda - beda. Bagi seorang penguasaha
mereka harus menjaga pola pikirnya. Pola pikir wirausahawan yang tepat harus bersifat
produktif, inovatif, kreatif, dan positif. Seorang wirausaha tidak akan bisa berkembang apabila
tidak memiliki sifat inovatif dan kreatif di dalam diri mereka. Wirausahawan juga harus menjaga
pola pikirnya dan juga memahami dirinya sendiri agar tidak mudah terpengaruh hal yang negatif

Pola pikir yang baik akan membawa perubahan yang baik bagi para wirausaha. Maka dari itu
kita harus engenal kemampuan kita terlebih dahulu dan kita harus yakin kepada kemampuan
diri kita sendiri, karena banyak sekali orang yang ragu akan kemampuan dirirya yarg
dapat mengurunglkan niat mereka untuk mewujudkan mimpinya dalam merjadi wirausaha,
dalam hal ini kita harus mengubah pola pikir kita dengan cara mengetahui/mempelajari
pengetahuan baru tentang bagaimana kita harus memiliki pola pikir yang inovatif, karena
dapat menciptakan hal yang baru dalam berwirausaha.

Entrepreneur (pengusaha) merupakan seseorang yang melakukan kegiatan wirausaha yang


mampu memasarkan, mengembangkan serta mampu mengatur jalannya usaha itu agar dapat
bertahan lama dan dapat terus mengeluarkan ide-ide serta inovasi terbaru melalui perkembangan
zaman. Menurut para ahli, arti dari entrepreneur adalah: pertama, menurut Thomas W. Zimmerer
pengertian entrepreneur adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan
permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.
Kedua, Peter F.

Drucker mendefinisikan pengertian entrepreneur adalah kemampuan untuk menciptakan


sesuatu yang baru dan berbeda, bahasa kerennya ability to create the new and different. Ketiga,
menurut Kasmir pengertian entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko
untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan dan terakhir, menurut Soeparman
Spemahamidjaja pengertian entrepreneur adalah suatu kemampuan (ability) dalam berfikir
kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan,
siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

Seorang entrepreneur harus dapat mengatur pola pikirnya atau yang biasa disebut dengan
mindset. Mindset disini merupakan pola pemikiran seorang entrepreneur terhadap sikap yang
harus dimilikinya dalam berinovasi dan menghasilkan suatu tindakan. Mindset merupakan salah
satu hal penting bagi seorang entrepreneur yang harus ditanamkan sejak awal agar dapat
membuatnya sukses.

Mindset entrepreneur merupakan salah satu ukuran kekuatan seorang pengusaha dalam
memegang kendali bisnis yang dijalaninya.Sejauh mana seorang pengusaha mampu
mengembangkan bisnisnya, semua tergantung pada mindset yang dimilikinya.Seorang wirausaha
memiliki pola pikir yang berbeda dari orang-orang biasanya. Wirausahawan adalah sosok yang
independen, tidak bergantung dengan perusahaan atau pemerintah, mereka berdiri sendiri dan
berani berinovasi dengan hal yang baru. Selain itu mereka juga mengambil keputusannya sendiri
tanpa berunding dengan orang lain.

Tantangan bangsa Indonesia untuk menjadi negara maju masih sangat berat, salah satu
pekerjaan terbesar adalah menambah persentase jumlah wirausahawan. Berdasarkan data
Kementerian Perindustrian pada tahun 2018, rasio wirausaha di dalam negeri masih sekitar 3.1%
dari jumlah populasi. Dengan rasio ini, Indonesia masih tertinggal jauh dengan Negara-negara
tetangga sekitarnya yaitu Malaysia dengan jumlah wirausaha 5% dan Singapura mencapai 7%.
Persentase ini masih sangat kurang karena untuk menjadi sebuah Negara maju, Negara memiliki
sedikitnya 7% wirausaha dari jumlah populasi. Rasio 3.1% di atas berarti dari total jumlah
penduduk sekitar 270 juta jiwa, Indonesia hanya memiliki 8.3 juta jiwa yang menjadi pengusaha.
Untuk mencapai angka 14%, Indonesia membutuhkan sekitar 37.8 juta jiwa yang menjadi
entrepreneur.Jika dicari defisitnya, maka untuk menjadi negara maju, Indonesia masih
kekurangan 29.43 juta jiwa
pengusaha. Harapan terbesar pengisi pos ini adalah pemuda sebagai generasi penerus bangsa.
Anak muda yang terkenal dengan kedinamisan dan semangat yang tinggi memiliki semua atribut
untuk memulai usaha baru. Lebih lanjut, teknologi yang berkembang pesat saat ini akan semakin
mempermudah pemuda untuk menjadi entrepreneur. Namun sangat di sayangkan, sebagian besar
pemuda Indonesia tidak memiliki bayangan sama sekali tentang entrepreneur. Kebanyakan dari
mereka bercita-cita bekerja di perusahaan, menjadi Aparatur Sipil Negara, dan lain sebagainya.

Padahal peluang untuk menjadi entrepreneur sangatlah besar saat ini. Kondisi ini memerlukan
perhatian dan solusi yang serius agar keadaan tidak semakin parah. Pengenalan, pemahaman dan
pengetahuan tentang entrepreneur harus segera dimiliki oleh pemuda. Salah satunya adalah
pengenalan entrepreneur melalui institusi pendidikan baik dari jenjang SD, SMP,SMA hingga
Perguruan Tinggi. Pengenalan entrepreneurship diyakini mampu mengubah pola pikir pemuda
yang konvensional menjadi pola pikir entrepreneur. Seperti apakah pola pikir entrepreneur itu?
Pada makalah ini, pemahaman tentang pentingnya perubahan dan peranan mindset akan dibahas
secara detil merujuk pada pandangan para ahli. Juga penjabaran perubahan mindset, mindset
entrepreneur, beserta teori kecerdasan financial.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas, adapun permasalahan yang
dibahas dalam makalah ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. Bagaimana pemahaman tentang pentingnya perubahan dan peranan mindset?


b. Bagaimana penjabaran perubahan mindset?
c. Apa yang dimaksud dengan mindset entrepreneur?
d. Apa yang dimaksud dengan Teori Kecerdasan Finansial?

1.3 Tujuan

Berdasarkan uraian pada latar belakang serta rumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya , maka tujuan penyusunan makalah ini yaitu:

a. Memahami tentang pentingnya perubahan dan peranan mindset


b. Mengetahui tentang perubahan mindset
c. Memahami tentang mindset entrepreneur
d. Memahami tentang teori kecerdasan finansial

1.4 Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Dari aspek keilmuan atau Secara Teoritis, hasil dari makalah ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengembangan ilmu tentang konsep berfikir perubahan mindset
terutama di bidang kewirausahaan.
b. Dari aspek praktik, makalah ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa dan
mahasiswi dalam memahami Konsep Berfikir Perubahan Pola Pikir (Mindset) terutama di
bidang Kewirausahaan dan juga dapat membantu cara menentukan, mengarahkan Konsep
Berfikir sebagai Wirausaha.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pemahaman Pentingnya Perubahan dan Peranan Mindset

a. Definisi Perubahan

Perubahan diartikan sebagai kejadian atau bentuk peralihan yang membuat


keadaan menjadi berbeda dari semula. Perubahan ini diakibatkan karena adanya
kebiasaan baru dan perkembangan baru. Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di
muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang
dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan dapat
diketahui apabila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu
masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan
masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti
bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan.
Setiap perubahan akan membawa sesuatu yang baru dan berbeda dari sebelumnya.
Sesuatu yang baru ini akan menimbulkan pola pikir baru yang menjadi tantangan bagi
manusia di kehidupan. Pola pikir yang baru ini harus dikembangkan agar masyarakat
bisa bertahan di masa yang sekarang.

b. Definisi Mindset

Menurut Merriem Webster, mindset adalah “sikap mental atau kecenderungan.”


Mindset adalah pola pikir, sikap mental, kecenderungan, kebiasaan dan disposisi yang
menginformasikan kepada individu untuk menafsirkan dan bereaksi pada kondisi
eksternal, lingkungan dan situasi. Menurut Carol Dwek seorah ahli Psikologi
Stanford, mindset terbagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Fixed Mindset. Fixed mindset
adalah mindsetyang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Menghindari tantangan,
Mudah menyerah saat menemukan kesulitan, Memandang bahwa usaha adalah hal
yang sia-sia, Mengabaikan kritik yang membangun, Merasa Terancam dengan
kesuksesan orang lain. b. Growth Mindset. Growth mindset adalah mindset yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Berani menghadapi tantangan, Bertahan saat sulit,
Memandang usaha sebagai sebuah jalan, Belajar dari kritikan, Belajar dan terinspirasi
dari kesuksesan orang lain (Dewi & Rohma, 2018).
Penjelasan diatas sama dengan yang disampaikan oleh (putu eka yudi prastiwi,
ningsih, & Suardika, 2019) bahwa Mindset adalah posisi atau pandangan mental
seseorang yang mempengaruhi pendekatan orang tersebut dalam menghadapi suatu
fenomena. Mindset terdiri dari seperangkat asumsi, metode, atau catatan yang
dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang tertanam dengan sangat
kuat.meningkatkan keterampilan, belajar dari kesalahan, dan mengambil tindakan
atas ide-ide.
Ada empat komponen utama Entrepreneurial mindset, yaitu: 1. Gaya Intuitif
Kognitif Kecenderungan untuk mengambil perspektif luas tentang masalah dan
mengambil kesimpulan dan tindakan dengan cepat meski hanya sedikit informasi. 2.
Entrepreneurial Alertness Entrepreneurial alertness berarti: Kemampuan mencari dan
mengidentifikasi informasi baru, Kemampuan untuk terhubung dengan informasi
sebelumnya, Kemampuan untuk mengevaluasi apakah informasi merepresentasikan
sebuah peluang. 3. Metakognisi Entrepreneur Hal ini berarti bahwa melihat sesuatu
dengan berbagai sudut pandang dan holistic. Berorientasi pada tujuan, Pengetahuan
metakognitif, Pengalaman Metakognitif , Pilihan Metakognitif, Self-monitoring 4.
Resource, Pemerolehan sumber daya, Pemeliharaan sumber daya, Pengembangan
sumber daya (Doye, N.C. & Bwisa, M, 2015).
Pendapat diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan (suaidy & ramli, 2019)
bahwa mahasiswa yang mempunyai pola pikir (Mindset) kewirausahaan dan melatih
kepercayaan diri mahasiswa diharapkan akan mengubah pendapat bahwa menjadi
wirausaha akan dapat menjanjikan kehidupan yang lebih baik mendorong minat
mahasiswa berwirausaha. Untuk menjadi wirausaha tergantung dari pengalaman. Sisi
lainnya karena sebagian besar mahasiswa kurang menyukai tantangan dan kurang
berani mengambil risiko
Mindset (Pola pikir) dikatakan sebagai hasil pemikiran setiap individu yang dapat
mempengaruhi perilaku, cara memandang sesuatu dan cara pengambilan keputusan.
Mindset atau pola pikir setiap manusia dapat berubah. Karena pola pikir merupakan
hasil dari sebuah proses pembelajaran (learning), maka pola pikir bisa juga diubah
(unlearning), dan dibentuk ulang (relearning). Tentu saja ada pikiran-pikiran yang
muda dan ada yang sulit untuk diubah. Ada yang cepat, ada yang memerlukan waktu
yang lama. Ada bisa kita ubah dengan kesadaran sendiri, dan ada yang baru berubah
setelah mengalami peristiwa tertentu. Dengan berkembangnya zaman dengan
perubahan-perubahan yang baru kita harus dapat menjaga pola pikir kita.

c. Perubahan dan Peranan Mindset

Mindset/pola pikir pada seseorang dalam mewujudkan mimpinya dalam


melakukan wirausaha kadang sering berubah, karena banyak sekali orang yang takut
akan hal–hal yang belum pernah mereka coba, Menurut Dweck menerjemahkan
mindset sebagai kepercayaan mengenai siapa kita dan apa kemampuan kita, maka
dari itu kita terlebih dahulu harus mengenal kemampuan kita dan kita harus
yakin/percaya kepada kemampuan diri kita sendiri, karena banyak sekali orang yang
ragu akan kemampuan dirinya yang dapat mengurungkan niat mereka untuk
mewujudkan mimpinya dalam menjadi wirausaha, dalam hal ini kita harus mengubah
mindset kita dengan cara mengetahui/mempelajari pengetahuan baru tentang
bagaimana kita harus mempunyai pola pikir yang inovatif, karena dengan berpikiran
inovatif kita dapat menciptakan hal yang baru dalam berwirausaha.

2.2 Perubahan Mindset

Pola pikir (mindset) merupakan cara memandang terhadap sesuatu yang


tertangkap pancaindera yang menimbulkan sikap dan perilaku. Pola pikir dari manusia
dapat diubah dari pola pikir negatif ke positif, dari pecundang ke pemenang, dan dari
karyawan  menjadi wirausaha.
Dalam lingkungan disrupsi dan perubahan tentu akan menimbulkan peluang-
peluang baru dan ancaman-ancaman baru. Seorang wirausaha harus fokus pada peluang-
peluang baru, bukan pada ancaman-ancaman baru. Fokus pada ancaman akan membuat
sikap pesimis dan takut untuk mencoba. Dalam memahami makna perubahan, sebaiknya
kita  memahami pengertian, tujuan, manfaat, serta peran pentingnya berpikir perubahan.
Sejatinya berpikir merupakan proses memanipulasi data, fakta dan informasi untuk
menentukan keputusan. Berpikir perubahan adalah berpikir inovasi dan mencoba hal
baru, untuk berpindah dari posisi awal ke posisi yang lebih baik. Contoh berpikir
perubahan, seorang karyawan yang dulu sering disuruh-suruh kini menjadi seorang
wirausaha yang sukses. Karena ada upaya untuk merubah pola pikir yang bisa
membuatnya lebih baik.
Dalam berpikir perubahan, seseorang diharapkan memiliki pola pikir yang produktif.
Pola pikir seperti inilah yang akan menciptakan ide-ide baru sekaligus dapat membuat
seseorang bisa melangkah lebih jauh lagi dalam mengeksplorasi kemampuannya. Seorang
wirausaha diharapkan tidak terpaku pada apa yang sudah ada sekarang yang mungkin
dapat membuatnya semakin stagnan. Untuk membangun kebiasaan produktif menjadi
kenyataan, seorang wirausaha harus mengasah kemampuan berpikir. Kebiasaan baru
(habit) harus diasah secara berkelanjutan.
Manfaat yang bisa didapatkan dari berpikir perubahan antara lain meningkatkan
kemampuan berkreasi dalam diri, merubah kebiasaan yang mungkin dahulunya tidak
baik, menjadi lebih baik,  memotivasi untuk mencoba hal baru yang lebih bermanfaat,
membuat orang semakin percaya diri dalam menjalani kehidupan, meningkatkan
kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah, meningkatkan penghasilan.
Pola pikir (Mindset) adalah keyakinan dan sudut pandang dalam menilai sesuatu. Pola
pikir setiap individu berbeda dan selalu berubah. Pola pikir seseorang berubah
dikarenakan adanya kebiasaan baru. Bagi para pengusaha, perubahan pola pikir ini bisa
menemukan peluang dan juga ancaman. Dalam perubahan pola pikir kita harus
memahami apakah perubahan pola pikir kita dapat menghasilkan ide atau inovasi baru
yang memiliki peluang besar untuk melangkah lebih jauh atau akan menimbulkan
hambatan. Sebagai pengusaha, kita perlu mengembangkan diri dengan beradaptasi pada
lingkungan baru, mencari ide, konsep, bahkan identitas baru yang mungkin bisa
membawa kita pada pencapaian-pencapaian baru di dalam berwirausaha. Dengan adanya
lingkungan baru dan juga persaingan yang semakin ketat, perubahan pola pikir juga harus
seimbang agar tetap bertahan.

2.3 Mindset Entrepreneu

Pengusaha berpikir secara berbeda dari bukan pengusaha. Apalagi seorang pengusaha di
situasi tertentu mungkin berpikir secara berbeda dari ketika dihadapkan dengan beberapa tugas
atau keputusan lain lingkungan. Pengusaha harus sering membuat keputusan dalam lingkungan
yang sangat tidak pasti di mana taruhannya tinggi, tekanan waktu sangat besar, dan ada emosi
yang cukup besar investasi. Kita semua berpikir secara berbeda di lingkungan yang tegang ini
daripada yang kita lakukan di alam masalah dipahami dengan baik dan kami memiliki waktu dan
prosedur rasional untuk menyelesaikannya.Mengingat sifat lingkungan pengambilan keputusan
seorang pengusaha, dia terkadang harus (1) berpikir secara struktural, (2) terlibat dalam
bricolage, (3) melaksanakan, dan (4) beradaptasi secara kognitif.

Konsep entrepreneurship diperkenalkan pertama kali oleh ahli Ekonomi Perancis yang
bernama Richard Cantillon pada abad ke 18 atau tahun 1950an. Entrepreneurship didefinisikan
sebagai pekerjaan itu sendiri (wirausaha). Selain Cantillon. Ricardo (1817), Smith (1776), juga
merupakan ahli yang mengusung konsep yang sama. Mereka mengaitkan entrepreneur dengan
aktifitas menanggung resiko dalam perekonomian. Namun jauh sebelum itu, entrepreneurship
sebenarnya telah berkembang sejak abad ke 11 sebelum Masehi di Phoenicia Kuno. Dimana
pada saat itu telah terjadi arus perdagangan dari Syria sampai Spanyol yang dilakukan oleh
orang-orang yang telah berani mengambil resiko, menghadapi ketidakpastian, dan
mengeksplorasi sesuatu yang belum diketahui. Banyak ahli yang telah mengemukakan definisi
dari entrepreneurship (Respati, 2017).
Hisrich mendefinisikan entrepreneurship sebagai proses menciptakan sesuatu yang baru,
yang bernilai, dengan memanfaatkan usaha dan waktu, dengan memperhatikan resiko sosial,
fisik, dan keuangan. Bird mendefinisikan entrepreneurship sebagai penciptaan nilai melalui
penciptaan organisasi. Stevenson et al., mendefinisikan entrepreneurship sebagai pengejaran
peluang tanpa memperhatikan sumber daya yang dikendalikan saat ini. Schraam
mendefinisikan entrepreneurship sebagai proses seseorang atau sekelompok orang yang
memikul resiko ekonomi untuk menciptakan organisasi baru yang akan mengeksploitasi
teknologi baru atau proses inovasi yang menghasilkan nilai untuk orang lain. Dari beberapa
definisi tersebut, maka entrepreneurship dapat diartikan sebagai aktifitas untuk menciptakan
peluang dalam menghasilkan sesuatu yang baru (Andriyanto .R & Rovi, 2014).
Meskipun beberapa orang mungkin merasa bahwa wirausahawan kurang berpendidikan
dibandingkan populasi umum,temuan penelitian menunjukkan bahwa ini jelas bukan
masalahnya. Pendidikan merupakan hal penting dalam didikan pengusaha. Pentingnya
tercermin tidak hanya pada tingkat pendidikan diperoleh tetapi juga dalam kenyataan bahwa itu
terus memainkan peran utama dalam membantu pengusaha mengatasi masalah yang mereka
hadapi. Meskipun pendidikan formal tidak diperlukan untuk memulai bisnis baru—
sebagaimana tercermin dalam kesuksesan anak-anak putus sekolah seperti Andrew Carnegie,
William Durant, Henry Ford, dan William Lear—itu memberikan hasil yang baik latar
belakang, terutama bila berkaitan dengan bidang usaha. Misalnya, pengusaha- preneur telah
mengutip kebutuhan pendidikan di bidang keuangan, perencanaan strategis, pasar ing
(khususnya distribusi), dan manajemen. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas kata-
kata tertulis dan lisan juga penting dalam setiap kegiatan kewirausahaan. Bahkan pendidikan
umum berharga karena memfasilitasi integrasi dan akumulasi tion pengetahuan baru,
memberikan individu dengan set kesempatan yang lebih besar (yaitu, lebih luas dasar
pengetahuan melemparkan jaring yang lebih luas untuk penemuan atau generasi peluang
potensial ikatan), dan membantu pengusaha dalam beradaptasi dengan situasi baru.27
Pendidikan umum (dan pengalaman) seorang entrepreneur dapat memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan ikatan yang dapat dialihkan di banyak situasi yang berbeda.
Memang, telah ditemukan bahwa sementara pendidikan memiliki pengaruh positif pada
kemungkinan seseorang akan menemukan hal baru peluang, itu tidak serta merta menentukan
apakah dia akan menciptakan bisnis baru mengeksploitasi kesempatan yang ditemukan.28
Sejauh individu percaya bahwa pendidikan mereka tion telah membuat tindakan kewirausahaan
lebih layak, mereka lebih mungkin untuk menjadi pengusaha
McGrath dan Mac Millan mengidentifikasi lima karakteristik mindset entrepreneur yang
memiliki kemiripan dengan kebiasaan entrepreneur, yaitu: 1. Mereka sangat tertarik mencari
peluang baru 2. Mereka mencari peluang dengan disiplin yang tinggi 3. Mereka mengejar
peluang terbaik dan tidak menghabiskan energy untuk setiap pilihan 4. Mereka fokus pada
tindakan 5. Mereka melibatkan energy semua orang dalam domain mereka. Seperti yang
dikemukakan di atas, mindset entrepreneur memiliki kemiripan dengan kebiasaan seorang
entrepreneur. Oleh karena itu untuk membangun dan mengembangkan entrepreneurial mindset
dapat dilakukan melalui tiga cara pengembangan habit/kebiasaan, yaitu: 1. Mengembangkan
kebiasaan kepemimpinan diri Self-leadership adalah proses individu mempengaruhi sikap,
tindakan dan pikiran untuk mencapai self-direction dan self motivation. Ada tiga strategi untuk
menerapkan self-leadership habit, yaitu: A. Strategi berfokus pada perilaku, Self-observation,
yaitu untuk meningkatkan kesadaran tentang bagaimana, kapan dan mengapa kita berperilaku.
Hal ini dapat dilakukan dengan menulis diari yang mendokumentasikan perasaan dan respon
terhadap situasi, Self-Goal setting yaitu menuliskan tujuan, menempel atau memajang diruang
kerja dengan tujuan dapat membantu kita membuat jangka pendek, serta mempermudah
monitoring kemajuan, Self-reward adalah menghadiahi diri atas pencapaian yang diperoleh. 2.
Develop Habits of creativity Creativity adalah kemampuan untuk memproduksi ide baru,
wawasan, penemuan, produk atau objek artistic, yang dianggap sebagai keunikan, bermanfaat
dan bernilai bagi lainnya. Ada beberapa poin yang menghalangi seseorang menjadi kreatif,
yaitu: ketakutan, tidak suka kekacauan, lebih suka menilai daripada menghasilkan ide,
menerima sedikit tantangan, sulit membedakan antara khayalan dan kenyataan 3. Develop
Habits of Improvisation. Improvisasi adalah seni yang secara spontan muncul tanpa ada
persiapan. Ada beberapa pertanyaan yang dapat diajukan kepada diri sendiri untuk menilai
apakah kita orang yang sering improvisasi. Pertanyaannya adalah sebagai berikut: Apakah saya
suka mengambil tindakan yang berani?, Apakah saya bersedia menginvestasikan waktu dan
uang untuk hasil yang memiliki dampak besar?, Apakah saya berani bertindak pada situasi
yang memiliki resiko yang tinggi. Penelitian ini terbatas pada pembahasan pola pikir
kewirausahaan (Kirkley, 2016).
Penjelasan diatas sama dengan hasil pembahasan yang dilakukan (Maulidian, Sumiasih,
Puspitasari, & Seftiono, 2022) bahwa pola pikir juga menjadi faktor dari penggerak
entrepreneur. Entrepreneurial mindset yaitu cara berfikir seseorang yang berorientasikan
wirausaha seperti lebih memilih mengambil risiko dan ketidakpastian daripada
menghindarinya. Penggerak wirausaha tidak hanya sebatas pada pola pikir wirausaha, tetapi
ada faktor lainnya yaitu lingkungan yang positif dalam berwirausaha. Beberapa contoh pola
pikir entrepreneur yaitu: lebih produktif dan tidak konsumtif serta berkreatifitas untuk mencari
cara baru untuk memanfaatkan sumber daya dengan lebih efisien, dan job creator bukan job
seaker. Beberapa faktor determinan yang diduga mempengaruhi sikap ber-wirausaha yaitu
motivasi belajar, proses pembelajaran, dan lingkungan sosisal. Pola pikir wirausaha akan
merubah pola perilakunya dalam bertindak. Sehingga hal tersebutlah yang akan membuat
perubahan besar dalam diri seseorang untuk memulai usaha
Mindset entrepreneur merupakan salah satu ukuran kekuatan seorang pengusaha dalam
memegang kendali bisnis yang dijalaninya.Sejauh mana seorang pengusaha mampu
mengembangkan bisnisnya, semua tergantung pada mindset yang dimilikinya.
Dalam memulai sebuah usaha dibutuhkan 2 faktor penting yang pertama skill, yang kedua
adalah Mindset Entreprenur. Mengapa adanya Mindset Entrepreneur sangat penting dalam
menjalankan bisnis. Sebab dengan Mindset Entrepreneur seseorang akan termotivasi untuk
selalu produktif, dan akan berinovasi mencoba hal hal yang baru juga menciptakan peluang
usaha yang menguntungkan.
Seorang Wirausaha memiliki pikiran yang berbeda dari orang-orang biasa atau yang tidak
memiliki usaha. Seorang Wirausaha memiliki pikiran tertentu apabila mereka mengalami
situasi yang cukup rumit, seperti dihadapkan dengan suatu masalah yang memerlukan
keputusan yang pasti. Di situasi seperti ini, seorang pengusaha harus memberikan kepastian
dalam lingkungan yang tidak pasti sengan memperhatikan kestabilan emosi, tekanan waktu,
dan juga taruhan yang cukup tinggi.
Sebagai seorang Wirausaha, ada beberapa pola pikir yang harus diterapkan saat
melakukan pengambilan keputusan
A. Berpikir secara Struktural
Tindakan ini dilakukan apabila seorang pengusaha ingin mengenali adanya peluang,
kesempatan dengan mencocokan structural similarities, yaitu mencocokkan antara
teknologi baru yang dapat menguntungkan pasar sesuai dengan target pasarnya
B. Bricolage
Kata Bricolage berasal dari Bahasa Prancis yang memiliki arti melakukan dengan
sendiri. Teori bricolage digagas oleh Claude Lévi-Strauss tentang upaya tukang
(bricoleur) yang berani melakukan sendiri sembari bereksperimen atau mencoba-coba
secara radikal daripada merencanakan ke depan. Seorang Pengusaha pasti mengalami
kekurangan sumber daya yang berakibat mereka harus mencari sumber daya dari
orang lain untuk memberikan kelonggaran waktu mencari kesempatan dalam
berkesperimen, membuat kombinasi yang baru dengan sumber daya dan
menghasilkan peluang kewirausahaan.
C. Effectuation Process
Sebagai Pengusaha, mereka dilatih untuk berpikir rasional. Jika seseorang ingin
mencapai tujuannya mereka pasti akan menargetkan hasil akhirnya. Namun seorang
wirausaha akan mengutamakan proses efektuasi yang dimulai dengan apa yang dia
miliki (siapa mereka, apa yang mereka ketahui, siapa yang mereka ketahui) lalu
memilih antara hasil yang akan dicapai.
D. Cognitive Adaptibility
Pengusaha harus mampu beradaptasi dengan baik dan cepat sesuai dengan situasi
yang dihadapinya, dan juga mampu mengambil keputusan. Adaptasi Kognitif
memberikan gambaran sejauh mana seorang pengusaha itu dinamis, fleksibel, dapat
mengatur dirinya sendiri, dan terlibat dengan proses menghasilkan kerangka
keputusan. Kemampuan beradaptasi kognitif tercermin dalam kesadaran metakognitif
seorang pengusaha, yaitu kemampuan untuk merenungkan, memahami, dan
mengendalikan pemikiran dan pembelajaran seseorang. Secara khusus, metakognisi
menjelaskan proses kognitif tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengatur apa yang
diketahui dan dikenali individu tentang diri mereka sendiri, tugas, situasi, dan
lingkungan mereka untuk mempromosikan efektif dan fungsi kognitif yang adaptif
dalam menghadapi umpan balik yang kompleks.

2.4 Teori Kecerdasan Finansial

Kecerdasan finansial adalah kemampuan seseorang dalam memahami pentingnya


perencanaan dan penerapan tata kelola keuangan yang baik yang pada akhirnya
membawa dia mampu mewujudkan impian dan harapannya. Tolok ukurnya bisa
bermacam-macam, mulai dari tingkat penghasilan, kemampuan seseorang dalam
menyisihkan penghasilannya untuk diinvestasikan, sampai dengan kemampuan seseorang
dalam memilih investasi yang tepat yang memberikan passive income yang besar
baginya.
Semakin tinggi penghasilan yang disisihkan, semakin tinggi tingkat penghasilannya,
semakin tinggi penghasilan yang dia dapat dari investasinya maka boleh dikatakan
semakin tinggi pula tingkat kecerdasan finansial seseorang. Kalau diukur dari hasil
akhirnya, semakin tinggi seseorang mampu memenuhi standard/gaya hidupnya tanpa
harus menukarkan waktu dan tenaganya dengan bekerja secara fisik (passive income)
maka semakin tinggi pula tingkat kecerdasan finansialnya. Bahkan itulah end goal (tujuan
akhir) dari kecerdasan finansial, menghasilkan passive income yang bisa memenuhi
kebutuhan bahkan gaya hidupnya tanpa harus bekerja secara fisik, yang disebut
sebagai financial freedom (kebebasan finansial). 
Kecerdasan Finansial adalah kemampuan setiap orang untuk mengelola,
mengatur, dan memahami perencanaan dan cara pengelolaan keuangan. Kecerdasan
finansial berfokus pada pola fikir manusia, jika seorang memiliki pola pikir dan dapat
mengelola keuangan dengan baik maka mampu mengatur kondisi finansialnya.
Kecerdasan finansial yang dikuasai seseorang dapat mengatur dan membua
perencanaan keuangan dengan bijaksana. Artinya kita menjadikan diri sendiri sebagai
perencana keuangan. Sama halnya ketika belajar tentang kesehatan, kita dapat mengatur
pola hidup sehat. Dan untuk sementara belum diperlukan jasa dokter sampai kita
memerlukannya. Tentunya dengan pengetahuan yang kita miliki dapat diatur keuangan
sesuai dengan kemampuan dan keinginan kita sendiri. Namun ketika kita sudah tidak
mampu, mungkin saja salah mengatur atau terlibat masalah keuangane:, maka diperlukan
jasa konsultan keuangan (financial planner). Namun bukan berarti ketika memakai jasa
konsultan keuangan kita terlibat masalah keuangan ! Belum tentu, mungkin kita hanya
berkonsultasi agar bisa lebih bijaksana dalam mengelola keuangan atau bisa dicegah
terjadinya masalah besar dalam keuangan. Jadi sebenarnya profesi konsultan keuangan
hampir sama dengan profesi seorang dokter. Kalau dokter mencegah dan menyembuhkan
penyakit fisik manusia. Kalau konsultan keuangan adalah dokter keuangan anda, yang
siap mengatasi masalah keuangan anda.
Kecerdasan finansial dapat dimulai dengan mengajukan dua
pertanyaan:keputusan-keputusan keuangan apa saja yang selalu dilakukan dan mengapa
keputusan tersebut penting. Dua pertanyaan tersebut berkaitan dengan tugas pengelola
keuangan dalam hal menemukan cara untuk mendanai kegiatan bisnis atau investasi, dan
menemukan kegiatan bisnis atau investasi yang akan menghasilkan keuntungan bagi
dirinya atau perusahaan. Kegiatan pertama melibatkan pendanaan aktif/mendapatkan
uang/dana (active financial/raising money) dan kegiatan kedua melibatkan pendanaan
pasif/mengeluarkan atau pengeluaran uang/dana (passive financing/spending money).
Dalam konteks kecerdasan finansial, istilah uang atau dana sama dengan kas (cash).
Kecerdasan finansial dapat merupakan aktivitas memutar kas agar menghasilkan nilai
(value).
Semejak kas merupakan sumber daya langka yang menjadi darah bagi kegiatan
bisnis, maka setiap keputusan keuangan harus ditujukan untuk meningkatkan nilai.
Rahasia kesuksesan seorang pengelola keuangan adalah meningkatkan nilai, yang pada
akhirnya meningkatkam kemakmuran. Dalam kecerdasan finansial, harus selalu disadari
bahwa tingkat inflasi akan selalu menggerogoti nilai uang. Agar uang tidak berkurang
nilainya, maka harus diputar sedemikian rupa sehingga daya belinya tetap dapat menutupi
peluang berkurangnya nilai uang oleh inflasi. Salah satu cara untuk menjaga daya beli
adalah dengan menerapkan prinsip “belah kue”.
Prinsip ini berkaitan erat konsep nilai waktu dari uang dan prinsip penambahan
nilai. Pada kenyataannya, seluruh prinsip, konsep, atau metode pengelolaan keuangan
ditujukan untuk menegakkan prinsip penambahan nilai uang (the principle of value
additivity). Prinsip ini menyatakan bahwa nilai keseluruhan adalah sama dengan totalitas
nilai setiap bagian,atau nilai sistem adalah nilai total penambahan sub-sub sistem. Prinsip
ini adakalanya disebut sebagai hukum perlindungan nilai (the law of the conservation of
value). Nilai uang dilindungi dari inflasi. Prinsip ini memandu untuk selalu berpikir
positif tentang peluang selalu munculnya nilai positif arus kas atau keuntungan dari masa
depan atas suatu aktivitas bisnis yang dilakukan. Dengan kata lain, selalu diasumsikan
bahwa nilai yang mungkin muncul selalu bertambah
Kunci Kesuksesan dalam berwirausaha salah satunya memiliki kecerdasan
finansial yang baik. Dengan hal ini mereka tidak akan takut untuk melangkah lebih jauh
meskipun baru memulai berwirausaha.
Dalam berwirausaha, seorang pengusaha harus memiliki sifat produktif dan
kecerdasan finansial yang baik. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah mengontrol
pengeluaran uang dengan baik agar pengeluaran tidak lebih besar daripada pemasukan.
Semua pengeluaran dan pemasukan dicatat dengan baik agar dapat mengetahui
perkembangan usaha. Semakin tinggi kecerdasan finansial semakin tinggi juga motivasi
untuk berwirausaha.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Perubahan adalah kejadian yang membuat sesuatu beralih menjadi berbeda dari keadaan
sebelumnya. Dan Pola pikir (Mindset) disebut sebagai cara seseorang dalam memandang sesuatu
atau meyakini sesuatu. Setiap individu memiliki pola pikir yang berbeda - beda. Entrepreneur
(pengusaha) merupakan seseorang yang melakukan kegiatan wirausaha yang mampu
memasarkan, mengembangkan serta mampu mengatur jalannya usaha itu agar dapat bertahan
lama dan dapat terus mengeluarkan ide-ide serta inovasi terbaru melalui perkembangan zaman.
Seorang entrepreneur harus dapat mengatur pola pikirnya dan mempunyai mindset dalam
memegang kendali bisnis yang dijalaninya.

3.2 SARAN

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata
dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang
tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan
kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://belajarpsikologi.com/pengertian-perubahan/
2. https://prezi.com/glhy6br5_5sr/mindset-wirausahawan/?fallback=1
Andriyanto .R, & Rovi. (2014). Perbedaan Pola Pikir Kewirausahaan dan Adversity
Quotient pada Mahasiswa

Psikologi Universitas Negeri Malang yang Berorientasi terhadap Pencipta Lapangan


Kerja dan Pencari Kerja. Universitas Negeri Malang.
Basuki. (2007). Analisis Hubungan Antara Motivasi, Pengetahuan Kewirausahaan, dan
Kemandirian Usaha Terhadap Kinerja Pengusaha pada Kawasan Industri Kecil di Daerah
Pulogadung. Jurnal usahawan, 2(10), 1-8.
Dantes, & Nyoman. (2012). Metode penelitian. Yogyakarta: andi.
Greene. (2012). Entrepreneurship. Usa: South-Western Cengage Learning
Besley, Scott and Eugene F Brigham, Essentials of Managerial Finance, Thirteenth

Edition, United States of America: Thomson, 2005


Burkett, Larry, Keuangan Anda Dalam Perubahan Zaman, Jakarta: Nafiri Gabriel,
2003
Chan. Yance, Apa Itu Financial Intelligence? http://yancechan.com/2008/02/22/
apa_itu_financial_ intelligence/ (diakses 1 April 2008).

Anda mungkin juga menyukai