Anda di halaman 1dari 48

IMPLEMENTASI PELAYANAN PMTCT PADA IBU HAMIL DENGAN ANC

TERPADU PADA MASA PANDEMI COVID 19

DI PUSKESMAS WONOSALAM

PROPOSAL TESIS

DISUSUN OLEH :

SITI WAGHISATUL ASTUTIK

NIM: 25000320410022

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

TAHUN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus atau yang disebut dengan HIV saat ini

merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak

negara di seluruh dunia. HIV adalah virus menginfeksi selsel sistem kekebalan

tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya.1

Berdasarkan data United Nations Programme on HIV and AIDS atau yang

biasa disebut dengan UNAIDS, di dunia pada tahun 2017 terdapat 36,5 juta

kasus HIV, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebesar 37,3

juta penderita, dan pada tahun 2019 terjadi kenaikan kembali sebesar 38 juta

penderita, serta terdapat sebanyak 690.000 jiwa meninggal disebabkan karena

AIDS.3

Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama

dan salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan

anak. Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah ada di Indonesia sejak kasus

pertama ditemukan di Bali tahun 1987. Sampai dengan tahun 2019, kasus

HIV/AIDS telah tersebar di 345 dari 497 (69,4%) kabupaten/kota di seluruh

provinsi Indonesia. Jumlah kasus HIV baru setiap tahunnya telah mencapai

sekitar 20.000 kasus. Pada tahun 2018 tercatat 21.511 kasus baru, yang 57,1

% di antaranya berusia 20-39 tahun. Sumber penularan tertinggi (58,7%)

terjadi melalui hubungan seksual tidak aman pada pasangan heteroseksual.

Pada tahun 2012 tercatat kasus AIDS terbesar pada kelompok ibu rumah

tangga (18,1%) yang apabila hamil berpotensi menularkan infeksi HIV ke

bayinya. Pada tahun 2012 pula, dari 43.624 ibu hamil yang melakukan
konseling dan tes HIV terdapat 1.329 (3,05%) ibu dengan infeksi HIV.

Kementerian Kesehatan memperkirakan, pada tahun 2020 Indonesia akan

mempunyai hampir dua kali jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS

dewasa dan anak (812.798 orang) dibandingkan pada tahun 2008 (411.543

orang), bila upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang dilaksanakan tidak

adekuat sampai kurun waktu tersebut.3

Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin

meningkat, hal ini erat kaitannya dengan perilaku berisiko pasangannya, yang

apabila perempuan tersebut hamil maka bisa menularkan ke bayi yang

dikandungnya. Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi HIV, ditularkan melalui

proses penularan dari ibu ke anak atau Mother To Child Hiv Transmission

(MTCT). Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada

anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan saat menyusui. Terdapat 34

juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% di antaranya adalah

perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di Asia Tenggara,

terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV/AIDS. 2,3

Di negara maju, risiko seorang anak tertular HIV dari ibunya dapat ditekan

hingga kurang dari 2% karena tersedianya layanan optimal intervensi PMTCT.

Namun di negara berkembang atau negara miskin, dengan minimnya akses

intervensi, risiko penularan meningkat menjadi 25%–45%. Di Indonesia

Meskipun berbagai upaya telah dilaksanakan selama beberapa tahun, ternyata

cakupan layanan PMTCT masih rendah, yaitu 10% di tahun 2017, kemudian

meningkat menjadi 35% pada tahun 2018 dan 45% di tahun 2019. Bahkan

pada tahun 2017 cakupan layanan PMTCT di Indonesia hanya sebesar 40%.
Agar penularan HIV dari ibu ke anak dapat ditekan, perlu upaya peningkatan

cakupan layanan sejalan dengan peningkatan pelaksanaan program PMTCT. 4

Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2018 menunjukkan, dari 1.630 bayi

yang lahir dari ibu HIV positif, sebanyak 1.539 bayi (94,4%) berhasil

diselamatkan sehingga tidak sampai tertular HIV. Sedangkan sampai Juni

2019, dari 926 bayi yang lahir dari ibu HIV positif, 872 bayi(94,2%) tidak

tertular.Sebagian besar bayi berhasil diselamatkan karena pengobatan ARV

sejak masa kehamilan. Dan saat ini jumlah fasilitas kesehatan yang

memberikan layanan PMTCT masih sangat terbatas. Sampai tahun 2019, baru

2018 fasyankes yang menyediakan layanan PMTCT, yaitu 93 rumah sakit dan

12 puskesmas sehingga ada 0,84% fasyankes di Indonesia. (Kemenkes RI,

2018).

Kabupaten Demak merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah

dengan penemuan kasus baru HIV yang cukup tinggi setiap tahunnya.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak pada tahun 2016

kasus baru yang ditemukan sebanyak 59 kasus, kemudian mengalami

penurunan pada tahun 2017 yaitu sebanyak 47 kasus, sedangkan pada tahun

2018 penemuan kasus baru meningkat sebanyak 56 kasus, pada tahun 2019

sebanyak 51 kasus, dan pada tahun 2020 mengalami kenaikan yaitu sebanyak

80 kasus, dengan kasus ibu hamil dengan HIV yang terus meningkat dari

tahun ke tahun. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, jumlah

kasus ibu hamil dari tahun 2016 sampai dengan 2020 meningkat secara

signifikan. Pada tahun 2016 terdapat 3 kasus HIV pada ibu hamil, pada tahun

2017 mengalami penurunan sebanyak 2 kasus, kemudian pada tahun 2018


mengalami peningkatan kembali sebanyak 4 kasus, pada tahun 2019

sebanyak 5 kasus, dan pada tahun 2020 meningkat secara signifikan yaitu

sebanyak 13 kasus.7

Dalam Strategi dan Rencana Aksi Nasional 2010-2014 dari Menteri

Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Rencana Aksi Kegiatan Pengendalian

AIDS dari Kementerian Kesehatan, menegaskan Pencegahan Penularan HIV

dari Ibu ke Anak (PMTCT) atau dikenal dengan Prevention of Mother To Child

Transmission (PMTCT) merupakan bagian dari rangkaian upaya pengendalian

HIV- AIDS. Kebijakan umum Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak

sejalan dengan kebijakan umum Kesehatan Ibu dan Anak serta kebijakan

pengendalian HIV-AIDS di Indonesia. Salah satunya adalah tes HIV

merupakan pemeriksaan rutin yang ditawarkan kepada ibu hamil. Layanan

Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak diintegrasikan dengan paket

pelayanan antenatal care serta layanan Keluarga Berencana di tiap jenjang

pelayanan kesehatan. Semua perempuan yang datang ke pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak dan layanan Keluarga Berencana mendapatkan

informasi pencegahan penularan HIV selama masa kehamilan dan menyusui. 3

Penanggulangan HIV dan AIDS diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2013, salah satu upaya pencegahan

penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu dengan layanan tes HIV. Tes HIV

merupakan pintu gerbang utama atau critical gateway dalam rangkaian

penanganan kasus HIV yang dapat dilakukan saat pemeriksaan antenatal

(Kemenkes RI, 2015). Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan

pemeriksaan kesehatan rutin ibu hamil untuk mendiagnosis komplikasi obstetri


serta untuk memberikan informasi tentang gaya hidup, kehamilan dan

persalinan.8 Berbagai penelitian akhirnya sepakat untuk menjadikan VCT

sebagai intervensi awal dari pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi

Panduan untuk mengajak ibu hamil melakukan konseling dan tes saat

kunjungan pertama kali antenatal Care (ANC). Cakupan ibu hamil yang

mengikuti VCT hanya 20 % dari jumlah komulatif orang yang terdeteksi HIV

orang, dan yang terdeteksi AIDS pada saat hamil sampai dengan 2020

sebanyak 2% yang mengikuti tes. Pelayanan VCT diberikan secara gratis dan

dilakukan oleh konselor yang telah dilatih. Tempat pelayanan VCT yang

tersedia sampai saat ini salah satunya Puskesmas Wonosalam Kabupaten

Demak.6

Indikator K1 dan K4 merujuk pada frekuensi dan periode trimester saat

dilakukan ANC menunjukan adanya keberlangsungan pemeriksaan kesehatan

selama hamil. Setiap ibu hamil yang menerima ANC pada trimester I (K1 ideal)

seharusnya mendapatkan pelayanan ibu hamil secara berkelanjutan dari

trimester I (K1 ideal) seharusnya mendapatkan pelayanan ibu hamil secara

berkelanjutan dari trimester I hingga trimester III. Hal ini dapat dilihat dari

indikator ANC K4. Cakupan K1 ideal secara nasional adalah 93,5 persen

dengan cakupan terendah di Papua (56,3%) dan tertinggi di Bali (90,3%).

Cakupan K4 secara nasional adalah 90 % dengan cakupan terendah adalah

Maluku (41,4%) dan tertinggi di Yogyakarta (85,5%) Di Indonesia dari cakupan

kunjungan (K1 pada tahun 2017 sebanyak 92,7% dari target 93,5% dan

cakupan kunjungan K4 sebesar 79,6% , tahun 2018 meningkat menjadi 80,3%,

tahun 2019 mencapai 82%, menurun di tahun 2020 mencapai 50,1% .


sedangkan data di Puskesmas Wonosalam Demak didapatkan data cakupan

K1 tahun 2019 87% cakupan K4 85%. Tahun 2020 mengalami penurunan

selama masa pandemic COVID 19 menjad cakupan K1 45 % dan cakupan K4

43%.

Dalam situasi pandemi ini banyak ibu hamil enggan memeriksakan

kehamilan di puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya seperti di

Puskesmas karena takut tertular virus Corona, adanya anjuran menunda

pemeriksaan kehamilan dan kelas ibu hamil, padahal pemeriksaan kehamilan

tetap perlu dilakukan secara rutin Karena sangat pentingnya ANC ibu hamil,

Puskesmas Wonosalam Demak dalam memberikan pelayanan PMTCT yang

terintegrasi dengan Antenatal care dengan melaksanakan Jemput bola ibu

hamil. Dalam kegiatannya, bidan bersama petugas laboratorium mendatangi

rumah ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan ibu hamil, konseling, dan

pemeriksaan VCT ibu hamil. Dalam pemeriksaan VCT, petugas laboratorium

akan mengambil sampel darah, kemudian darah diperiksa di laboratorium

Puskesmas. Kegiatan ini sudah berjalan selama 1 tahun, selama masa

pandemic Covid 19. Dengan adanya pelayanan jemput bola ibu hamil,

diharapkan cakupan ANC dapat tercapai. Dan program PMTCT tidak terhenti,

sehingga angka kasus ibu hamil dengan HIV AIDS dapat dicegah dengan 4

prong PMTCT.

Implementasi pelaksanaan PMTCT dengan antenatal terpadu di

Puskesmas Wonosalam yang menggunakan strategi 4 prong yaitu

pencegahan penularan usia produktif, pencegahan kehamilan pada ibu dengan

HIV, pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV ke bayi, dan dukungan
pada ibu dengan HIV. Keberhasilan implementasi pelayanan PMTCT dapat

dilihat dengan pendekatan sistem yaitu input, proses dan out put. Banyak

factor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program PMTCT salah

satunya pandemic covid 19 yang mempersulit akses pelayanan PMTCT,

kurangnya informasi ibu hamil akan pentingnya pendeteksian HIV dengan tes

HIV sukarela dan penggunaan ARV, ketersediaan reagen pemeriksaan HIV

dan IMS yang kurang memadahi. Serta factor dari sumberdaya manusianya

sendiri.

Tenaga kesehatan merupakan komponen penting dalam pendekatan

berbagai pelayanan kesehatan karena masih banyak orang dengan HIV/AIDS

memerlukan pelayanan medis dan bahkan belum mengetahui status HIV nya.

Bidan dalam memberikan layanan kesatan ibu dan anak memiliki wewenang

antara lain dapat memberikan pelayanan kesehatan melaksanakan deteksi

dini, melakukan rujukan dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual

(IMS). Pentingnya tenaga kesehatan dalam mendeteksi dini risiko HIV/AIDS

pada ibu hamil yang berkunjung pada pelayanan antenatal care, sebagai

upaya dalam penentuan status HIV sehingga akan memudahkan,

mempercepat diagnosis dan menentukan penatalaksanaan kasus HIV

selanjutnya. Oleh karena itu tenaga kesehatan harus memiliki kemampuan

dalam menganalisis suatu persoalan dan merumuskan formulasi tindakan

perencanaan yang efektif.

Penelitian Sariningsih (2015) bahwa pengetahuan bidan tentang deteksi

dini HIV/AIDS pada ibu hamil mempunyai hubungan yang signifikan dengan

implementasi bidan dalam melakukan asuhan kebidanan. Namun pada


kenyataannya petugas kesehatan di Puskesmas Wonosalam sering

melewatkan kesempatan untuk deteksi dini ataupun pemberian konseling HIV.

Pelaksanaan PMTCT di Puskesmas Wonosalam juga belum berjalan

optimal, banyak bidan yang belum diberi pelatihan tentang PMTCT, dan

persepsi bidan merasa tidak dilibatkan dalam pelayanan PMTCT sehingga

mereka tidak ikut aktif dalam PMTCT. Hal ini senada dengan Penelitian

Widyasari (2014) menyebutkan bahwa sampai dengan saat ini pelaksanaan

PMTCT oleh bidan di wilayah Surabaya masih belum optimal disebabkan

karena kurangnya tenaga, kurang tersedianya sarana dan prasarana,

kurangnya dana dan kurangnya dukungan pimpinan.

Kegiatan sudah berjalan selama satu tahun namun cakupan K1 dan K4

masih belum tercapai, hal ini disebabkan karena bidan belum secara maksimal

melaksanakan PMTCT, kurangnya monitoring dan evalusai dari Puskesmas

atas pelayanan pmtct dengan inovasi jemput bola. Selain itu, kurangnya waktu,

tenaga yang berangkat ke desa karena adanya kegiatan vaksinasi Covid 19

serta dari ibu hamil sendiri kurangnya dukungan keluarga pasien dalam

pendampingan pada ibu hamil.

B. Rumusan Masalah

Semakin meningkatnya kejadian penularan HIV dari ibu ke anak

diperlukan strategi dalam upaya pengendaliannya antara lain dengan

melaksanakan 4 program pokok PMTCT yaitu pencegahan penularan usia

produktif, pencegahan kehamilan pada ibu dengan HIV, pencegahan


penularan HIV dari ibu hamil HIV ke bayi, dan dukungan pada ibu dengan HIV.

Maka dengan pendekatan system penelitian ini disusun.

Sumber daya Manusia meliputi usia, masa kerja, pengetahuan, sikap

pleaksana, pelatihan dan ketersediaan tenaga yang seharusnya sudah

menguasai dan mendapatkan pelatihan tentang pengelolaan PMTCT, namun

pada kenyataannya di Puskesmas Wonosalam, tenaga kesehatan yang

terlibat dalam PMTCT tidak semuanya mendapatkan pelatihan. Terbatasnya

tenaga yang dimasa pandemic ini lebih berfokus pada kegiatan vaksinasi

Covid 19 serta tracking kasus covid 19.

Sumber Dana Puskesmas untuk kegiatan PMTCT masih terbatas pada

dana BOK yang teralokasi untuk penyediaan reagen tes HIV dan kegiatan

sosialisasi saja.

Sarana dan prasarana pendukung kegiatan PMTCT dipukesmas

kurang antara lain lembar balik PMTCT belum tersebar secara merata di

masing – masing desa, selain itu Puskesmas Wonosalam juga belum memiliki

ruang konseling, terbatasnya reagen untuk pemeriksaan HIV.

Pada proses pelayanan PMTCT kegiatan sosialisasi masih belum

optimal. Sebagian kecil tenaga kesehatan melakukan penyuluhan HIV tidak

selalu pada kunjungan awal kehamilan dan materi penyuluhan tidak selalu

terfokus tentang HIV, namun selalu disisipkan penyuluhan tentang PHBS

ataupun kebidanan.

Dari rumusan masalah diatas peneliti tertarik untuk meneliti

implementasi pelayanan program PMTCT dengan Antenatalcare dimasa

pandemic covid 19 di Puskesmas Wonosalam Demak.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis implementasi pelaksanaan pelayanan PMTCT pada ibu hamil

dengan Antenatal care terpadu pada masa pandemic covid 19 di

Puskesmas Wonosalam Demak

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis variable input yaitu sumberdaya manusia (man) meliputi

usia, masa kerja, pengetahuan, sikap, riwayat pelatihan, dan

ketersediaan tenaga, sumber dana, sarana dan prasarana, sasaran

pelayanan pada pelayanan PMTCT pada ibu hamil dengan Antenatal

care terpadu pada masa pandemic covid 19 di Puskesmas Wonosalam

Demak

b. Menganalisis variable proses yang meliputi pelaksanaan dalam

program PMTCT pada ibu hamil dengan Antenatal care terpadu pada

masa pandemic covid 19 di Puskesmas Wonosalam Demak

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak

dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan strategi dan kebijakan

kesehatan, khususnya program PMTCT bagi ibu hamil di Puskesmas

Wonosalam Demak pada masa Pandemi Covid 19

2. Bagi Peneliti
Peneliti dapat meningkatkan pengalaman dan mengembangkan

wawasan dalam melakukan penelitian ilmiah mengenai evaluasi Pelayanan

PMTCT dan Antenatal care di Puskesmas Wonosalam pada masa Pandemi

Covid 19

3. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Sebagai tambahan kepustakaan bagi perkembangan ilmu kesehatan

masyarakat terkait evaluasi Pelayanan PMTCT dan Antenatal care di

Puskesmas Wonosalam pada masa Pandemi Covid 19

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Keilmuan

Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam Ilmu Kesehatan

Masyarakat khususnya di bidang Promosi Kesehatan

2. Ruang Lingkup Masalah

Penelitian ini menggambarkan evaluasi Pelayanan PMTCT dan

Antenatal care di Puskesmas Wonosalam pada masa Pandemi Covid 19

3. Ruang Lingkup Sasaran

Sasaran yang diambil dalam penelitian adalah petugas kesehatan

yang melaksanakan Pelayanan PMTCT dan Antenatal care di Puskesmas

Wonosalam pada masa Pandemi Covid 19

4. Ruang Lingkup Lokasi dan Waktu

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Demak

pada bulan Juni 2021

5. Ruang Lingkup Metode


Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data

yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan dengan melakukan

wawancara mendalam dan data sekunder dari sumber, jurnal kesehatan,

dan sumber lain dari institusi yang terkait dengan penelitian.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian berjudul evaluasi pelaksanaan pelayanan PMTCT pada ibu hamil

dengan Antenatal care terpadu pada masa pandemic covid 19 di Puskesmas

Wonosalam Demak. Berdasarkan penelusuran kepustakaan terdapat peneliti

yang hamper serupa tetapi tidak sama telah dilakukan oleh beberapa peneliti,

antara lain:

N Judul Peneliti Metode Hasil

1 Implementasi Widyasari Jenis penelitian Hasil Hasil penelitian

Integrasi (2014) kualitatif menunjukkan bahwa

Program dengan metode kegiatan

PMTCT dengan eksploratif


sosialisasi belum berjalan
layanan
dengan baik.
antenatal care
Kegiatan penjaringan
di Puskesmas
belum berjalan dengan
Wilayah Kota

Surabaya baik. Kegiatan rujukan

belum berjalan

dengan baik. Pengetahuan


bidan tentang

pelaksanaan, tujuan dan

pilar integrasi

program PMTCT baik.

Sikap bidan dalam

kegiatan sosialisasi,

penjaringan dan rujukan

belum baik. Sosialisasi atau

pelatihan masih kurang,

Ketersediaan fasilitas

sarana,

prasarana dan dana masih

kurang.

Ketersediaan petugas

kesehatan masih kurang.

Dukungan pimpinan masih

kurang, tidak ada SOP dan

sosialisasi regulasi.

2 Perilaku Bidan Syarah Penelitian Hasil penelitian

KIA/KB dalam Deskriptif menunjukkan pengetahuan

dengan bidan masih rendah


Pelaksanaan
pendekatan tentang program PMTCT
Program
Prevention of kualitatif (Pencegahan Penularan

Mother to Child dari Ibu ke Anak). Sikap

bidan positif pandangan


Transmission
dimana bidantidak
(PMTCT) Di
membedabedakan pasien.
Rumah Sakit
Aksi bidan dihadapi pasien
Haji Kota
tidak sesuai dengan buku
Medan
panduan program PMTCT

Tahun 2013

3 Analisis Mira Kualitatif aspek komunikasi berupa

Implementasi Miranti dengan teknik sosialisasi pedoman

Integrasi Puspitasari pengambilan pelaksanaan kebijakan

Layanan PPIA data WM, FGD belum optimal terutama

HIV ke Layanan dan telaah untuk layanan swasta. Dari

Antenatal di dokumen. sisi dana tidak

kota Depok dilakukannya alokasi

2017 anggaran spesifik program

PPIA mempengaruhi

implementasi, kewenangan

petugas pelaksana sudah

optimal, belum tersedianya

struktur birokrasi yaitu SOP

dan fragmentasi untuk

layanan terintegrasi,
lingkungan sosial berupa

dukungan masyarakat,

layanan kesehatan swasta

yang belum optimal dan

masih adanya stigma

negatif. Kesimpulan

didapatkan bahwa

implementasi integrasi

layanan PPIA ke layanan

antenatal belum optimal hal

ini didukung konseling pra-

tes dan pasca tes belum

efektif, cakupan skrining

HIV bumil masih rendah,

mekanisme rujukan yang

belum berjalan dengan baik

dan proses pencatatan dan

pelaporan serta monitoring

evaluasi yang belum

terintegrasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT)

1. Pengertian PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV Transmission)

Merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan

HIV dari ibu ke bayi.6

2. Strategi PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV Transmission) 5

Ada 4 Prong (strategi) dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi :

a. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif Dengan

konseling pranikah, mendapatkan informasi HIV dan AIDS, dan seks

bebas.

b. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif.

Dengan mendapatkan layanan konseling dan tes HIV sukarela dan

Pemakaian kontrasepsi yang aman dan efektif

c. Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke janin yang

dikandungnya.

1) Ibu mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang terpadu

2) Pemberian obat anti retroviral (ARV) untuk mengoptimalkan

kesehatan ibu dan mengurangi risiko penularan HIV ke bayi

dengan cara menurunkan kadar virus HIV serendah mungkin.

3) Ibu menjalani persalinan dengan cara seksio Caesar

4) Ibu memberikan susu formula kepada banyinya.

d. Pemberian dukungan psikologis, social dan perawatan kepada ibu HIV

positif beserta bayi dan keluarganya yang meliputi :

1) Pemberian ARV jangka panjang


2) Merujuk ke fasilitas pelayanan

3) Pengobatan dan perawatan

4) Dukungan operasi Caesar

5) Dukungan pemberian susu formula

6) Dukungan dari suami dan keluarga

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PMTCT (Prevention of Mother to Child

HIV Transmission)

Faktor-faktor yang mempengaruhi PMTCT yaitu :

a. Faktor bayi

1) Prematuritas

Beberapa pusat penelitian telah memaparkan tentang

hubungan prematuritas terhadap infeksi HIV. Sebagai contoh status

HIV maternal menjembatani prematuritas kehamilan. Ryder dan

teman-teman pada tahun 1989 di Zaire, menggaris bawahi tentang

prematuritas sebesar 13% pada wanita + HIV dan 3% pada

kelompok control. Pengamatan tersebut tidak konsisten pada

Negara berkembang, bayi yang lahir premature lebih beresiko

terinfeksi HIV dibanding bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV.

2) Nutrisi Fetus

Terlepas dari status infeksi HIV, nutrisi prenatal yang buruk

dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan janin dalam rahim atau

intrauterine growth retandation (IUGR) dengan perbandingan

pertumbuhan yang tidak sesuai dengan umur kehamilan. Semua

akan menyebabkan menurunnya imunitas selular dengan jumlah sel


T yang rendah, respon proliferatif yang buruk, pertumbuhan thymus

yang terganggu, meningkatkan kecenderungan terserang infeksi,

dan menetap selama 5 tahun masa pertumbuhan yang akan

terganggu. Direkomendasikan untuk asupan vitamin A, untuk

mencegah perburukan gejala diare yang ada baik pada ibu maupun

bayinya.

3) Fungsi Pencernaan

Fungsi pencernaan pada neonatus memegang peranan

penting dalam penularan HIV. Sejak infeksi HIV diperkirakan masuk

melalui pencernaan saat kelahiran, oleh karena terpapar darahyang

terinfeksi, sekresi vagina, cairan amnion dan air susu ibu. Pada

system pencernaan bayi memiliki keasaman lambung yang rendah,

aktifitas enzyme pencernaan yang rendah, produksi cairan mukosa

yang rendah dan sedikit sekresi dari immunoglobulin A (Ig A) yang

merupakan system kekebalan pada pencernaan untuk melawan

kuman yang masuk. Pada infeksi sekunder akan terjadi diare,

pertumbuhan yang terganggu, dan menunjukkan perkembangan

perjalanan penyakitnya.11

4) Respon Imun Neonatus

Sistem kekebalan tubuh bayi yang baru lahir secara anatomi

memiliki defisiensi fungsional, belum terpapar oleh antigen dari luar

dan sering mengalami ketidakmampuan dalam mengkopi agen

mayor infeksi. Merupakan perkembangan immunologi termasuk

dalam menghadapi berbagai virus seperti cytomegalovirus, hepatitis


B dan virus herpes simplek. Ketiga infeksi tersebut bersifat kronik,

menjadi karier dalam tubuh dan dapat menyebabkan penyakit

neonates yang fatal. Pada saat system kekebalan tubuh neonatus

tidak matang, menyebabkan system sel T tidak berfungsi dengan

baik terutama terhadap infeksi HIV, peranan antibody dan system

makrofag rendah. Sistem antibody pada janin bersifat dorman,

digantikan oleh systemkekebalan tubuh dari Ig G ibu melalui

transplasenta dan sekresi IgA dari air susu ibu. Rendahnya kadar

IgG dan IgA dari ibu dengan kehamilan cenderung melahirkan

premature dan juga antibody neutralizing yang rendah. Yang paling

utama adalah defek selT sehingga berpengaruh pada fungsinya

sebagai produksi sitokin, respon sel T sitotoksik, lambatnya sistem

penolakan terhadap se lasing dan tropism terhadap replikasi virus

intraselular. T-helper-1 (TH-1) berperan terhadap respon imun

selular, bila terjadi defisiensi akan terjadi pula defisiensi dari

interferon (IFN-y). terjadi pula defisiensi respon segala tipe sitotoksik

termasuk CDS CTL.

b. Faktor Ibu

1) Antepartum

Viral load dari ibu, apakah sudah mendapat terapi anti retroviral,

jumlah CD4+, defisiensi vitamin A, co-reseptor mutasi dari HIV,

malnutrisi, sedang dalam terapi pelepasan ketergantungan obat,

perokok, korionik villus sampling CVS), amniosintesis, berat badan


ibu.

2) Intrapartum

Kadar maternal HIV-1 cerviko vaginal, proses persalinan, pecah

ketuban kasep, persalinan prematur, penggunaan fetal scalp

electrode, penyakit ulkus genitalia aktif, laserasi vagina,

korioamnionitis, dan episiotomi.

3) Air Susu Ibu

Telah diketahui air susu ibu dengan infeksi HIV mengandung

proviral HIV dan virus bebas lainnya, sebagai faktor pertahanan

seperti antibody terhadap HIV dan glikoprotein yang menghambat

ikatan HIV dengan CD4+. Kebanyakan kasus penularan terjadi pada

wanita yang diketahui negatif terhadap HIV akan tetapi penularan

terjadi saat pemberian air susu ibu. Sebetulnya pada ibu dengan

infeksi HIV, pemberian air susu ibu beresiko kecil untuk terjadi

penularan oleh karena terdapatnya antibodi terhadap HIV,

bagaimanapun juga di Negara berkembang, makanan formula

menjadikan bayi memiliki resiko tinggi terkena infeksi yang lain, air

susu ibu merupakan pilihan terbaik (Kurniawan, 2011).

4. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayinya (PMTCT)4

a. Standar

Semua ibu hamil mendapatkan informasi tentang HIV/ AIDS,

akses untuk mendapatkan layanan VCT (Voluntery Counseling and

Test), profilaksis ARV, dan layanan rujukan.


b. Tujuan

Mencegah penularan HIV dari ibu yang HIV ke bayi dan

mengurangi dampak epidemik HIV terhadap ibu dan bayi.

c. Persyaratan

Menurut Pratiajati, 2009 persyaratan ANC Integrasi yaitu

1) Tersedia kebijakan nasional maupun lokal tentang HIV/ AIDS dan

PMTCT , termasuk buku pedoman (manual) pelayanan HIV pada ibu

hamil

2) Adanya kebijakan dan dukungan dari pemerintah daerah dan

institusi pelayanan kesehatan untuk mendukung dan memberikan

pelayanan HIV pada ibu hamil

3) Terdapat pemberi pelayanan kesehatan yang kompeten serta

mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk memberikan

dorongan pada ibu dan suaminya untuk mengetahui status HIV

dengan dating ke klinik VCT terdekat.

4) Semua ibu hamil dengan faktor risiko HIV mempunyai akses untuk

mendapatkan pelayanan VCT

5) Adanya informasi fasilitas VCT dan Rumah sakit rujukan HIV

terdekat dari tempat pelayanan asuhan antenatal

6) Terdapat informasi tentang sistem dan tempat rujukan untuk ibu

hamil dengan HIV.

d. Pelaksanaan

Menurut Pratiajati, 2009 pelaksanaan ANC Integrasi yaitu :

1) Semua ibu hamil mendapatkan informasi serta faktor risiko HIV, cara
pemeriksaan atau tes HIV, risiko penularan ke bayi pada ibu hamil

dengan HIV

2) Pada daerah yang prevelansi HIV tinggi dan pada populasi yang

berperilaku risiko tinggi dilakukan full-coverage untuk VCT

3) Pada kunjungan anenatal pertama (K1) pemberi pelayanan

melakukan penapisan tanda dan gejala HIV serta penapisan apakah

ibu hamil termasuk kelompok berisiko tinggi HIV.

4) VCT dilakukan dengan prinsip 3C: Counselling, Confidential, dan

Consen

5) Ibu hamil dengan status HIV -, beri dukungan untuk tetap negatif dan

melakukan aktivitas seksual yang sehat

6) Ibu hamil dengan HIV mengetahui upaya yang dilakukan untuk

menurunkan risiko penularan ke bayi dan mempunyai akses untuk

profilaksis ARV, pilihan persalinan (melalui konseling) dan PASI

(Pengganti Air Susu Ibu) (melalui penyuluhan dan konseling)

7) ibu hamil dengan status HIV + , diberikan profilaksis ARV (untuk

mencegah penularan dari ibu ke bayi)dan kemudian dilakukan

pemeriksaan CD4 nya untuk menentukan indikasi pemberian ARV

8) Ibu hamil dengan HIV +, mempunyai pilihan untuk menentukan cara

persalinan (melalui konseling) apakah memilih melahirkan melalui

partus normal atau SC dan berharap ibu dengan HIV tidak

memberikan ASI kepada bayinya

9) Ibu dengan HIV +, setalah melahirkan mendapatkan ARV dengan

indikasi (karena pemberian ARV adalah semur hidup)


10) Bayi yang lahir dari ibu dengan HIV mendapatkan profilaksis ARV

dan dilakukan pemeriksaan status HIVnya pada umur 18 bulan


B. Antenatal Care12

1. Pengertian Antenatal Care

Antenatal Care adalah perawatan yang diberikan pada ibu selama masa

kehamilan, dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil

normal adalah 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono,

2008,

2. Tujuan ANC1 411

Tujuan ANC antara lain :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi

b. Meninggkatkan dan mempertahankan keadaan fisik, mental dan sosial

ibu dan bayi

c. Menemukan secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

3. Manfaat ANC

Menurut Sarwono, Manfaat antenatal care antara lain:

a. Membangun rasa saling percaya diri atara klien dan petugas kesehatan

b. Mengupayakkan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang

dikandungnya

c. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya


d. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi

e. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga

kualitas kehamilan dan merawat bayi. 13

C. Antenatal Care Integrasi dengan PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV

Transmission)14

1. Pengertian Antenatal Care Integrasi

Integrasi pelayanan asuhan antenatal rutin dengan beberapa program

tambahan lain sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan

guna peningkatan kualitas asuhan antenatal (Pratiajati, 2009)

2. Tujuan Antenatal Care15

a. Deteksi dan antisipasi dini kelainan/ penyakit/ gangguan yang mungkin

terjadi dalam kehamilan. Intervensi dan pencegahan kelainan/ penyakit/

gangguan yang mungkin dapat megancam ibu dan janin.

b. Standarisasi kegiatan pelayanan asuhan antenatal terintegrasi,

meliputi : tujuan, persyaratan, implementasi serta pemantauan dan

penillaian.

c. Mengintegrasikan asuhan antenatal rutin dengan pelayanan tambahan

dalam praktik asuhan antenatal.

3. Manfaat Antenatal care terintegrasi16

a. Menjadi pedoman umum bagi penentu kebijakan di daerah

dalam melaksanakan program pelayanan asuhan antenatal yang

terintegrasi.

b. Meningkatkan efektivitas pola kerjasama antar unit atau program yang


akan diintegrasikan dalam model pelayanan asuhan antenatal

terintegrasi di masa mendatang.

c. Meningkatkan efek sinergi dalam rangka mencapai target penurunan

angka kematian ibu dan perinatal melalui berbagai kegiatan

intervensi yang ada dalam model pelayanan asuhan antenatal

terintegrasi sesuai dengan karakteristik kebutuhan dan potensi yang

tersedia di daerah atau fasilitas kesehatan.

d. Menjadi panduan/ pedoman bagi pemberi pelayanan dalam

melaksanakan asuhan antenatal terintegrasi

4. Program antenatal care terintegrasi

Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal

terintegrasi meliputi :

a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)

b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)

c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)

d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia

e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)

f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)

g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta

h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)

5. Pelayanan PMTCT Ibu hamil dengan jemput bola17

a. Sistem pelayanan jemput bola

Sistem pelayanan jemput bola merupakan sistem diamana petugas


kesehatan mendatangi ibu hamil secara langsung ke rumah. Strage

jemput bola dilakukan oleh Puskesmas Wonosalam Demak

dikarenakan dianggap efektif untuk mencapai target atau cakupan di

masa pandemi COVID 19 ini. Karena banyak ibu hamil yang merasa

enggan untuk datang melakukan abtenatal care. Penggunaan sistem

jemput bola tidak hanya untuk memeriksa kehamilan saja melainkan

konseling dan VCT ibu hamil. Ujung tombak pelayanan jemput bola

di Puskesmas Wono salam adalah tenaga kesehatan yang meliputi

bidan, petugas laboratorium, petugas Gizi, petugas P2.

b. Kelebihan jemput Bola16

Strategi pelayanan menggunakan sistem jemput bola memberi

kelebihan antara lain:

1. Petugas kesehatan langsung bertemu dan bertatap muka

dengan ibu hamil, sehingga petugas kesehatan bisa secara

langsung memberikan perawatan dan konseling bagi ibu hamil

dan keluarga

2. Petugas kesehatan mendapatkan informasi secara langsung

dari anggota keluarga tentang kondisi atau perilaku ibu hamil

3. Ada ikatan batin yang kuat antara petugas dan ibu hamil

sehingga ibu hamil akan merasa aman dan percaya kepada

petugas kesehatan.16

1. Pengelolaan Program PMTCT di Tingkat Puskesmas


Pengelolaan Program PPIA dalam Pedoman Manajemen

Program Pencegahan Penularan HIV Dan Sifilis Dari Ibu Ke Anak meliputi proses

pengorganisasian, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta

pencatatan dan pelaporan program (Kemenkes RI, 2015). Adapun proses yang

dilakukan di tingkatan puskesmas sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan PMTCT ditingkat layanan primer yaitu Puskesmas

anatara lain:

1) Merencanakan pengembangan layanan PPIA di Puskesmas dan

jaringannya (Pustu, bidan di desa dan Puskesmas keliling) untuk

menjangkau ibu hamil yang belum terjangkau.

2) Merencanakan pembahasan PPIA dalam mini lokakarya Puskesmas serta

anggaran BOK dan sumber lainnya untuk kegiatan PPIA.

3) Merencanakan kebutuhan logistik, antara lain: alat, reagen HIV, reagen

sifilis, ARV, obat sifilis dan bahan habis pakai.

4) Merencanakan jejaring dengan LSM/KDS/kader terkait PPIA.

5) Merencanakan jejaring rujukan antara puskesmas dengan fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya dalam LKB.

6) Merencanakan kegiatan pemantauan dan evaluasi upaya PPIA di

Puskesmas dan jaringannya

b. Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan PMTCT di tingkat layanan Primer Puskesmas yaitu

antara lain:
1) Menghitung/memperkirakan jumlah sasaran ibu hamil yang akan dites HIV

dan sifilis yaitu perempuan usia reproduksi (1549 tahun), remaja,

Pasangan Usia Subur (PUS) dan populasi kunci.

2) Menginventarisasi kader kesehatan yang terlatih HIV, KDS ODHA, LSM,

kelompok masyarakat peduli HIV dan AIDS lainnya.

3) Menghitung kebutuhan reagen HIV dan sifilis untuk ibu hamil serta

mengajukan permintaan reagen tersebut kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

4) Melaksanakan kerjasama dengan kader peduli HIV, KDS ODHA, LSM

terkait PPIA dalam jejaring LKB.

5) Melaksanakan rujukan kasus ke RS dan antar Puskesmas, serta

melakukan kerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di

wilayah kerja. Bagi Puskesmas yang petugas kesehatannya belum

mampu melakukan tes HIV dan sifilis perlu merujuk ibu hamil untuk

menjalani tes HIV dan sifilis ke layanan yang telah mampu.

6) Memasukkan pembahasan tentang PPIA dalam kegiatan mini lokakarya

Puskesmas.

7) Melakukan peningkatan kapasitas staf (orientasi, sosialisasi, pelatihan di

Puskesmas) tentang PPIA antara lain Petugas terkait di Puskesmas

(petugas KIA, KB, BP, konselor, konseling remaja dan Promkes), Petugas

kesehatan di Pustu/Polindes/Poskesdes/BPM, Kader kesehatan, PLKB

dan pihak terkait lainnya.

8) Memberikan pelayanan konseling:


a) KB dalam konteks PPIA, di samping pelayanan KB rutin tes HIV dan

sifilis pada ibu hamil pada layanan antenatal

b) Menyusui dan persalinan aman pada ibu hamil dengan HIV

c) Pengobatan bagi ibu hamil dengan HIV bagi puskesmas yang memiliki

layanan ARV dan rujukan ke RS bila layanan pengobatan ARV tidak

tersedia

d) Pengobatan bagi ibu hamil dengan sifilis

e) Persalinan pervaginam pada ibu hamil dengan HIV yang telah

mendapatkan pengobatan ARV sesuai dengan standar

f) Pemeriksaan HIV dan pemberian ARV profilaksis pada bayi dari ibu

HIV atau merujuk jika layanan tidak tersedia

g) Pemantauan pengobatan bagi bayi, serta tumbuh kembang bayi dan

balita yang lahir dari ibu dengan HIV

h) Rujukan balik ke puskesmas atau Pustu/Polindes/Poskesdes/BPM

c. Pemantauan dan Evaluasi

1) Melakukan pemantauan melalui PWS KIA.

2) Melakukan penyeliaan fasilitatif kepada jaringan dan jejaringnya dengan

menggunakan pedoman Penyeliaan Fasilitatif Kesehatan Ibu dan Anak

(PFKIA).

3) Menggunakan hasil pemantauan dan evaluasi untuk melakukan asistensi

dan fasilitasi kepada jaringan PPIA dan FKTP lain di wilayah dan untuk

advokasi kepada penentu kebijakan.


4) Pertemuan secara berkala untuk membahas capaian hasil kegiatan

dibandingkan dengan target yang direncanakan dan menyusun rencana

tindak lanjut dalam mini lokakarya

a) Puskesmas dan jaringannya tiap bulan

b) Puskesmas dengan lintas sector tiap triwulan

5) Pencatatan Puskesmas

a) Hasil pelayanan antenatal terpadu, termasuk layanan terkait dengan

HIV dan sifilis, dicatat di Kartu Ibu, Kohort dan Buku KIA.

b) Formulir Registrasi Layanan TIPK dan Formulir Registrasi Layanan

IMS diisi oleh pemberi layanan.

c) Formulir Registrasi Layanan PPIA hanya diisi bila ibu hamil positif HIV.

Pengelola IMS/petugas yang ditunjuk mengisi formulir dengan

memindahkan data hasil pelayanan dari Kartu Ibu. Data layanan bayi

yang lahir dari ibu dengan HIV diisi oleh petugas pemberi layanan di

Puskesmas.

d) Pemantauan tumbuh kembang bayi/balita lahir dari ibu dengan HIV

dicatat di Kohort Bayi/Balita

6) Pelaporan

a) Bidan/petugas KIA di polindes/poskesdes, pustu/kelurahan dan bidan

praktek mandiri/klinik swasta akan melaporkan hasil pelayanan

antenatal terpadu ke bidan koordinator Puskesmas. Selanjutnya, bidan

koordinator Puskesmas merekapitulasi data dan melaporkan hasil

pelayanan antenatal terpadu melalui format yang tersedia (F1F6).


Bidan koordinator akan berbagi data dengan pengelola program

IMS/P2/petugas yang ditunjuk.

b) Pengelola program IMS/P2/petugas yang ditunjuk merekapitulasi data

layanan HIV dan sifilis pada ibu hamil yang berasal dari Formulir

Registrasi Layanan IMS, Formulir Registrasi Layanan TIPK, formulir

registrasi layanan PPIA dan melaporkan dengan menggunakan format

pelaporan yang sudah tersedia/aplikasi SIHA (Sistem Informasi HIV

dan AIDS).

D. Implementasi Pelayanan Program PMTCT pada Pencegahan HIV/AIDS 13

1. Implementasi Program PMTCT

Nuryadi dalam Farkhanani (2016) menyebutkan bahwa implementasi ialah

proses untuk mewujudkan terlaksananya suatu kebijakan atau tercapainya

kebijakan tersebut. Implementasi merupakan kegiatan yang dilakukan guna

mewujudkan perencanaan yang selesai dikerjakan dengan menggerakkan

semua sumberdaya yang memiliki organisasi melalui aktivitas koordinasi dan

supervisi.

Model Implementasi kebijakan Implemantasi Program PMTCT

(Prevention of Mother to Child HIV Transmission) dalam Layanan ANC di

Wilayah Kerja Puskesmas Wonosalam Kabupaten Demak didasarkan pada

Teori Pendekatan Sistem (Sistem Approach) yang merupakan suatu

pendekatan analisis organisasi dengan menggunakan unsurunsur sistem

sebagai titik tolak analisis. Pelayanan yang diselenggarakan oleh institusi


pelayanan kesehatan adalah sebuah sistem. Komponen suatu sistem terdiri

dari masukan (Input), proses (Process), keluaran (Output), dampak (Impact),

mekanisme umpan balik (Feedback) (Azwar, 2010). Keterikatan antara

komponenkomponen sistem tersebut berlangsung secara aktif dalam suatu

tatanan lingkungan (Environment) (Muninjaya, 2011). Dalam penelitian

implementasi Program PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV

Transmission) pada layanan ANC di PuskesmasWonosalam Kabupaten

Demak didasarkan pada modifikasi teori pendekatan sistem.

2. Pengertian Konsep Implementasi

Berdasarkan tahapan dalam pelaksanaan kegiatan menurut Communicable

Disease Control (CDC) tahun 2004 antara lain:

a) input adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam

suatu proses tertentu untuk menghasilkan output. Input tersebut dapat

berupa bahan baku untuk proses, orang (tenaga, keahlian dan

keterampilan), infrastruktur seperti gedung dan peralatan teknologi. Input

dibagi menjadi dua yaitu input primer dan input sekunder; b) proses adalah

rangkaian dari pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir

tindakan/kegiatan; c) output adalah hasil langsung dari suatu proses.

Pengukuran output adalah pengukuran keluaran langsung oleh suatu proses.

Ukuran output menunjukkan hasil implementasi program atau aktifitas. Konsep

yang dikembangkan CDC meliputi 5 tahapan, yaitu; input, process, output,

outcome dan impact (CDC, 2004).5


E. KERANGKA TEORI

Kejadian Penularan HIV dari Ibu ke anak semakin meningkat

Strategi PMTCT

Pencegahan Pencegahan Pencegahan Penularan


Dukungan pada ibu
Penularan HIV Usia Kehamilan pada ibu HIV dari ibu hamil HIV
dengan HIV
Produktif HIV + ke bayi

Input Proses Output

1. SDM 1. Perencanaan 1. Peningkatan cakupan


a. Usia 2. Pelaksanaan PMTCT ibu hamil melakukan tes
b. Masa kerja dalam layanan ANC HIV
c. Pengetahuan a. Sosialisasi HIV pada 2. Penemuan secara dini
d. Sikap pelaksana ibu hamil kasus HIV pada ibu
e. Pelatihan b. Melakukan deteksi hamil
f. Ketersediaan tenaga dini HIV pada ibu
2. Sumber Dana hamil di layanan
3. Sarana dan Prasarana ANC
4. Bentuk Pelayanan c. Penatalaksanaan
(Metode) rujukan
5. Sasaran Pelayanan d. Memberikan
dukungan pada ibu Impact
hamil dengan HIV 1. Menurunnya presentase
3. Pengawasan dukungan bayi terinfeksi HIV dari
pimpinan ibu
2. Mengurangi stigma HIV
pada masyarakat

Feedback

Kejadian Penularan HIV dari ibu ke anak semakin menurun


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Kejadian Penularan HIV dari Ibu ke anak semakin meningkat

Strategi PMTCT

Pencegahan Pencegahan Pencegahan Penularan


Dukungan pada ibu
Penularan HIV Usia Kehamilan pada ibu HIV dari ibu hamil HIV
dengan HIV
Produktif HIV + ke bayi

Input Proses Output

1. SDM 1. Perencanaan 1. Peningkatan cakupan


a. Usia 2. Pelaksanaan PMTCT ibu hamil melakukan tes
b. Masa kerja dalam layanan ANC HIV
c. Pengetahuan a. Sosialisasi HIV pada 2. Penemuan secara dini
d. Sikap pelaksana ibu hamil kasus HIV pada ibu
e. Pelatihan b. Melakukan deteksi hamil
f. Ketersediaan tenaga dini HIV pada ibu
2. Sumber Dana hamil di layanan
3. Sarana dan Prasarana ANC
4. Bentuk Pelayanan c. Penatalaksanaan
(Metode) rujukan
5. Sasaran Pelayanan d. Memberikan
dukungan pada ibu Impact
hamil dengan HIV 1. Menurunnya presentase
3. Pengawasan dukungan bayi terinfeksi HIV dari
pimpinan ibu
2. Mengurangi stigma HIV
pada masyarakat

Feedback

Kejadian Penularan HIV dari ibu ke anak semakin menurun


B. Variabel Penelitian

Adapun variable dalam penelitian adalah

1. SDM

2. Sumber Dana

3. Sarana dan prasarana

4. Sasaran

5. Implementasi

6. Pengawasan berupa dukungan pimpinan

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional Informan Utama Informan Cara


Triangulasi Pengumpulan Data
Sumberdaya Manusia Tenaga kesehatan Kepala Puskesmas wawancara
Ciri utama yang dimiliki
informan sebagai bagian dari
identitasnya, meliputi:
a. Usia yaitu batas usia sampai
dengan dilaksanakannya
penelitian
b. Masa keraja yaitu waktu
pertama kerja tenaga
kesehatan sampai waktu
dilakukannya penelitian
c. Pengetahuan yaitu hal yang
diketahui tenaga kesehatan
tentang definisi, kegiatan,
program PMTCT, sasaran
kegiatan, dan peranan bidan
dalam PMTCT
d. Sikap informan yaitu respon
tertutup informan tentang
adanya program PMTCT
dalam layanan ANC.
e. Riwayat pelatihan yaitu
pelatihan atau bentuk
sosialisasi mengenai
PMTCT yang pernah diikuti
informan sampai dengan
saat ini.
f. Ketersediaan tenaga yaitu
ketersediaan petugas
kesehatan yang mempunyai
peranan dalam
implementasi program
PMTCT ditinjau dari jumlah
dan kompetensinya.
Dana (Money) yaitu Petugas kesehatan Kepala Puskesmas wawancara
ketersediaan anggaran untuk
pengelolaan kegiatan PMTCT di
Puskesmas yang ditinjau dari
sumber dan pengalokasiannya

Sarana dan Prasarana yaitu Bidan Desa Kepala Puskesmas wawancara


fasilitas yang dimanfaatkan
dalam pelaksanaan program
PMTCT di Puskesmas
Sasaran (Market) merupakan Bidan desa, Ibu Hamil Wawancara
penilaian informan terhadap
perilaku ibu hamil dalam
melaksanakan kegiatan PMTCT
yang ditunjukkan dengan
kesediaannya atau tidak
melakukan tes HIV.
Implementasi Petugas kesehatan Ibu hamil Data
Segala sesuatu yang dilakukan
petugas kesehatan terkait
program PMTCT dalam layanan
ANC yang meliputi:
a. Kegiatan sosialisasi
merupakan kegiatan
penyampaian informasi
terkait PMTCT pada ibu
hamil
b. Kegiatan deteksi dini HIV
pada layanan ANC
merupakan penilaian HIV
pada ibu hamil pada
pemeriksaan kehamilan.
c. Pelaksanaan rujukan adalah
upaya pelimpahan pasien
dari unit kecil ke unit yang
lebih mampu dalam
pelaksanaan program
PMTCT
d. Pemberian dukungan pada
ibu hamil dengan HIV
adalah upaya memberikan
motivasi atau semangat dan
nasihat kepada ibu hamil
dengan HIV.
Pengawasan berupa dukungan Kepala Puskesmas Bidan wawancara
pimpinanan

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan Juni 2021- Agustus 2021

E. Desain Penelitian

Metode Penelitian Kualitatif sering disebut sebagai penelitian enggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode studs di wilayah Puskesmas Wonosalam

Demak.

F. Populasi dan sampel

Dalam penelitian ini tidak menggunakan istilah populasi. Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.Purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel dari sumber data dengan suatu pertimbangan

tertentu.40 sampling pada penelitian kualitatif lebih mendasarkan pada kualitas

daripada kuantitas, dimana peneliti mencari partisipan yang dapat memberikan

deskripsi yang lengkap dan kaya fenomena yang diteliti. 41 Subyek penelitian terdiri

dari:

1. Informan Utama:

Bidan

2. Informan Triangulasi:
Kepala Puskesmas

Ibu Hamil

Penelitian kualitatif berkonsentrasi hanya pada sampling yang dapat

memperkaya pemahaman peneliti tentang munculnya teori. Mengacu pada 16

kriteria sampling menurut Miles dan Huberman maka penelitian ini menggunakan

teknik sampling criterion, dimana sampel dipilih dengan serangkaian kriteria yang

sesuai dengan fenomena yang diteliti.39

Adapun kriteria inklusi:

1. Bertugas di Puskesmas Wonosalam Demak

2. Terlibat dalam pelayanan PMTCT dan ANC

3. Bersedia menjadi partisipan

Sedangkan kriteria eksklusi:

1. Tenaga kesehatan yang tidak bersedia untuk dilakukan wawancara.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 5 tenaga kesehatan, 1 kepala

puskesmas dan 2 ibu hamil yang dikunjungi dirumah karena saturasi data dicapai

pada partisipan ke-8. Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari Dukes (1984) bahwa

untuk penelitian fenomenologi, penelitian dilakukan terhadap 3 – 10 orang.

G. RANCANGAN PENELITIAN

1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

metode kualitatif. Alasan penelitian ini memakai desain deskriptif kualitatif karena
sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin memperoleh dan bukan

menguji hipotesis, namun untuk mendapatkan hasil evaluasi pelaksanaan

PMTCT Ibu hamil melalui ANC terpadu dengan system jemput bola. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian cross sectional, yaitu

semua varibel dalam penelitian diukur dan dikumpulkan dalam waktu

bersamaan.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Data Primer

Pengumpulan data primer didapatkan dari hasil wawancara mendalam

(indepth interview) kepada subjek penelitian atau informan tentang faktor apa

saja yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dengan HIV dalam melakukan

pengobatan ARV pada masa pandemi COVID – 19 yang dilakukan dengan

menggunakan pedoman pertanyaan yang telah disusun. Wawancara

mendalam ini digunakan untuk menggali informasi lebih dalam terhadap

informan sehingga informasi yang didapat akan semakin lengkap.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan berupa sumber data tertulis yang

didapatkan dari sumber buku, jurnal kesehatan, dan sumber lain dari institusi

yang terkait dengan penelitian.

H. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa alat bantu yang

mampu mendukung jalannya penelitian yang dilakukan, yaitu:

1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara hanya untuk

memudahkan dalam melakukan wawancara, penggalian data dan informasi, dan

selanjutnya tergantung improvisasi di lapangan.

2. Alat Perekam

Penelitian dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu alat perekam

untuk merekam seluruh pembicaraan hasil wawancara. Kegunaan alat ini yaitu

untuk melakukan analisis ulang peneliti, memberikan dasar untuk pengecekan

kesahihan dan keandalan, memberikan dasar yang kuat tentang apakah yang

dikatakan oleh peneliti benar – benar terjadi dan dapat dicek kembali dengan

mudah.

3. Kamera

Kamera digunakan oleh peneliti sebagai alat bantu untuk

mendokumentasikan selama proses penelitian berlangsung.

I. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif

dengan pelacakan dan pengaturan secara sistematis. Analisis deskriptif merupakan

bentuk pemaparan dari hasil temuan penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan

cara deskriptif isi selanjutnya dilaporkan dan diasjikan dalam gambaran deskriptif

yang terdiri dari beberapa tahap yaitu:

1. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Data dikumpulkan dengan

wawancara mendalam pada informan utama dan triangulasi, dokumentasi serta


melalui studi pustaka. Hasil wawancara direkam dan dicatat. Hal ini dilakukan

untuk menggali lebih dalam variabel – variabel yang diteliti sesuai dengan tujuan

penelitian.

2. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan secara terus menerus guna memilih data yang

tidak beraturan menjadi potongan – potongan yang lebih teratur sehingga

menghasilkan uraian singkat, mengode, kemudian menyusunnya menjadi

kategori dan merangkum menjadi pola dan susunan yang sederhana.

3. Penyajian Data

Data yang disajikan dalam bentuk uraian singkat (naratif) sesuai dengan

variabel penelitian. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi

terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan yang baik sehingga mudah

dipahami.

4. Verifikasi Data

Verifikasi data digunakan untuk menguji kebenaran, pada tahap ini akan

ditarik kesimpulan dari penelitian. Penarikan kesimpulan adalah gambaran

secara menyeluruh yang telah dikonfirmasi sesuai dengan tujuan penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

1. Pujana, W. & Indriani, C. Evaluasi Kegiatan Antenatal Terpadu Pada Program


Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak ( PPIA ) di Kota Denpasar Tahun
2014 Evaluation of PMTCT Program into Antenatal Care at Community Health
Centre in Denpasar City 2014. 1–15 (2015).
2. Nurjasmi, E. Situasi Pelayanan Kebidanan pada Masa Pandemi COVID-19.
Ibi.or.Id 1–32 (2020).
3. Kemenkes RI. Pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan bayi baru
lahir di Era Adaptasi Baru. (2020).
4. Puspitasari, M. M. & Junadi, P. Analisis implementasi integrasi layanan ppia hiv
ke layanan antenatal di kota depok 2017. J. Kebijak. Kesehat. Indones. 07, 79–87
(2018).
5. Erliana, N., Suryoputro, A. & Mustofa, S. B. Gambaran Pelaksanaan Prevention
Mother to Child Transmission di RSUD Kelas B Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
Kabupaten Bojonegoro. J. Promosi Kesehat. Indones. 11, 1 (2016).
6. Ningsih, I. K. Kajian Pencegahan Penularan HIVdari Ibu ke Anakpada Antenatal
Care Oleh Bidan Praktik Mandiri di Yogyakarta. J. Adm. Kesehat. Indones. 6, 61
(2018).
7. Antenatal, P., Oleh, C., Desa, B. & Aids, H. I. V. PELAKSANAAN PROGRAM
INTEGRASI PPIA DENGAN PELAYANAN Penyakit Acquired Immune Deficiency
Syndrome ( AIDS ) merupakan isu penting di dunia mengenai kesehatan
penyebabnya adalah Human Immunodeficiency Virus . Saat ini HIV / AIDS
menjadi pandemi global dengan. 53–62 (2015).
8. Asmalia, R., Maulana, E. & Permatasari, L. Perbandingan Jumlah Tes Hiv/Aids
Ibu Hamil Pada Pemeriksaan K1 Dan K4. J. ’Aisyiyah Med. 5, (2020).
9. Pratiwi, A. S. Peran Bidan Puskesmas dalam PMTCT. (2013).
10. LT-Dampak-COVID-19-Terhadap-Pelayanan-KIA-di-bandung.
11. Susilowati, Y. A. Kajian situasi pelaksanaan prevention of mother-to child
transmission (pmtct) di rsud kota C jawa barat. Ejournal - Stikesborromeus 8–14
(2012).
12. Administrasi, B. & Masyarakat, F. K. Perbandingan Kualitas Input Dan Proses
Pelayanan Antenatal Yang Berkualitas Oleh Bidan Di Puskesmas Kota Semarang
Berdasarkan Status Akreditasi. J. Kesehat. Masy. 6, 28–37 (2018).
13. Norma, E., Febriani, I., Zahro, F. & Utari, R. Cakupan Kunjungan Pertama Ibu
Hamil Pada Pelayanan Antenatal Care. J. Ilm. Mhs. Fak. Kesehat. Masy. Univ.
Diponegoro 2, 97181 (2012).
14. Widiyasari, E., Shaluhiyah, Z. & Margawati, A. Implememntation of Integration
between Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT) and Antenatal
Services at Primary Healthcare Centers of Surabaya. J. Manaj. Kesehat. Indones.
2, (2014).
15. Anugerah, A. & Tanjungpinang, B. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
PREVENTIONOf MOTHER TO CHILD TRANSMISSION ( PMTCT ) PADA IBU
HAMIL DI KOTA TANJUNGPINANG. Public Heal. Perspect. J. 1, 29–34 (2016).
16. iNDAH nOVIYAYAH hARIANI. INOVASI PELAYANAN KESEHATAN (PROSES
INOVASI. Inov. Pelayanan Kesehat. (Proses Inov. Jemput Bola Di Puskesmas
Punggelan Kabupaten Banjarnegara 53, 1689–1699 (2018).
17. Anggraini., Mita, D.M., & Anastasia, W. Inovasi Pelayanan SAKINA di Puskesmas
Sempu Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi ( SAKINA Service Innovation
at Sempu Public Health Center , Sempu Sub-Regency , Banyuwangi Regency ).
E-Sospol IV, 75–81 (2017).
18. C. Faktor-faktor yang mempengaruhl ibu hamil mengikuti PMTCT ..13. (2019).
19. ARININGTYAS, N. Evaluasi Pelayanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak Pada Antenatal Care (Studi Kualitatif Di Puskesmas Kota Yogyakarta).
(2015).
Kementerian Kesehatan RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2019.
Jakarta; 2020.

19. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Seamarang 2018.
Semarang; 2019.

20. AIDSinfo. The HIV Life Cycle {Internet}. 2019 {cited 2020 Jun 21}. Available
from: https://aidsinfo.nih.gov/understanding-hiv-aids/fact-sheets/19/73/the-hiv-
life-cycle

21. AIDSinfo. The Stages of HIV Infection [Internet]. 2019 [cited 2020 Mar 10].
Available from: https://aidsinfo.nih.gov/understanding-hiv-aids/fact-
sheets/19/46/the-stages-of-hiv-infection

22. HIV.gov. Opportunistic Infections [Internet]. 2019 [cited 2021 Mar 10]. Available
from: https://www.hiv.gov/hiv-basics/staying-in-hiv-care/other-related-health-
issues/opportunistic-infections

23. AIDSinfo. HIV Testing [Internet]. 2020 [cited 2021 Mar 10]. Available from:
https://aidsinfo.nih.gov/understanding-hiv-aids/fact-sheets/19/47/hiv-testing
24. AIDSinfo. HIV Treatment: The Basics [Internet].2020 {cited 2020 Jun 25].
Available from: https://aidsinfo.nih.gov/understanding-hiv-aids/fact-
sheet/21/51/hiv-treatment--the-basics#

25. AIDSinfo. FDA-Approved HIV Medicines [Internet]. 2020 [cited 2020 Jun 24].
Available from; https://aidsinfo.nih.gov/understanding-hiv-aids/fact-
sheets/20/48/the-basics-of-hiv-prevention
26. The basics of HIV Prevention [Internet]. 2020 [cited 2020 Jun 24]. Available
from: https;//aidsinfo.nih.gov/understanding-hiv-aids/fact-sheets/20/48/the-
basics-of-hiv-prevention

27. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. 2008

28. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC, 2008

29. Gabbe, S.G., Niebyl, J. R., Simpson. Maternal and Perinatal Infection. Obstetric
Normal and Problem Pregnancies, 2002.

30. LowBeer, Naomi. Management of HIV in Pregnancy: Royal College of


Obstetricians and Gynecologist. 2010

31. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak. Jakarta: Kemenkes RI. 2012

32. Djoerban, Z. Membidik AIDS Ikhtiar Memahami HIV dan ODHA. Yogyakarta: Galang
Press bekerjasama dengan Yayasan Memajukan Ilmu Penyakit Dalam; 2000
.
33. Astro H. Djauzi S. D Joerban z Projosudjadi W. Kualitas Hidup Penderita HIV
dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003

34. Nursalam, Kurniawati DN. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi


HIV/AIDS. Jakarta, 2007.

35. Ardhiyanti Y, Lusiana N, Megasari K. Bahan Ajar AIDS Pasa Asuhan Kebidanan.
Jakarta : deepublish, 2015.

36. FS 126 The AIDS Infonet 4 Februari 2014

37. WHO. Adherence to long-tem therapies. WHO.2003. 1-194 p.

38. Epilepsy Foundation. Medication Adherence. 2016. Available from:


http://www.epilepsy.com/get-help/managing-your-epilepsy/managing-
triggers/medication-adherence
39. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Jakarta; 2014.

40. Gochman DS. Health Behavior Emerging Research Perspectived. New York :
Plenum Publishing Corporation; 1989.

41. Siti NFL. Kepatuhan Pasien Yang Menderita Penyakit Kronis Dalam
Mengkonsumsi Obat Harian. Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana.
Yogyakarta. 2009.
42. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Masa. Prosiding Seminar Nasional: Eight
Star Performance Pharmacist. In Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada; 2011.
43. Timreck. Epidemiology Suatu Pengantar. Jakarta: EGC;2005.
44. Notoadmojo S. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rineka Cipta; 2003.

45. Naidoo P. Peltzer K, Louw J, Matseke G, Mchunu G, Tutshana B. Predictors of


tuberculosis (TB) and antiretroviral (ARV) medication non-adherence in public
primary care patients in South Africa : a cross sectional study. 2013

46. Release E, Solomon SL, Daniel KL, Casey CG, Davis SF, Rutledge TF, et al.
Morbidity and Mortality Weekly Report Guidelines for Prevention and Treatment
of Opportunistic Infection in HIV-Infected Adults and Adolescents
Recommendations from CDC. The National Institutes of Health and the HIV
Medicine Association of the Infection. HIV Mediccation. 2009;58

47. Tadesse T, Demissie M, Berhane Y, Kebede Y, Abebe M. Long distance


travelling and financial burdens discourage tuberculosis DOTs traement
initiation and compliance in Ethiopia: a qualitative study. BMC Public Health
[Internet]. 2013;13;424. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=364423&tool=pmcentrez&rendertype=abstract

48. Green L, Kreuter M. Health Promotion Planning an Educational and


Environment Approach. 2nd ed. United States of America : Mayfield Publishing
Company, 1991.

49. Notoatmodjo, Soekidjo. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka CIpta;


2005

50. Kusumawardani, Nunik dkk. Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan.


(Kasnodihardjo, ed). Yogyakarta: PT Kanisius; 2015

51. Moleong LJ. Metode Penelitian Kualitatif. Revisi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya; 2013

Anda mungkin juga menyukai