(Sumber:Strategi global kesehatan pada HIV 2016-2021 WHO dan target deklarasi UNGASS)
SITUASI PENGOBATAN HIV INDONESIA
60.00%
54.30%
52.27% 51.92% 50.46%
50.00%
40.00%
10.00%
0.00%
2014 2015 2016 2017
On ART 54.30% 52.27% 51.92% 50.46%
LTFU 17.91% 20.52% 21.03% 22.45%
CASCADE PENGOBATAN HIV
PROVINSI DKI JAKARTA S.D JUNI 2018
45,283
109,676 69,304
53,426
39,977
19,534
(Sumber: Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi DKI Jakarta, data SIHA Kemenkes RI 2018)
INISIASI PANDUAN
• Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta bidang dukungan
dan layanan dengan dukungan LINKAGES bekerja sama dengan Jaringan
Indonesia Positif (JIP) mengembangkan panduan kerja tim penelusur ODHA
LTFU.
• Strategi ini akan menyosor sebanyak 400 ODHA LTFU di 5 wilayah DKI Jakarta
dari bulan Oktober hingga Desember 2018.
TUJUAN PANDUAN
• Mendukung kebijakan Kementerian kesehatan dalam melaksanakan
kebijakan 90-90-90 dengan melibatkan CSO atau berbasis komunitas yang
terpadu dari aspek hulu, hilir dan aspek penunjangnya; dan
• Memudahkan dalam pengendalian, monitoring, dan evaluasi sesuai sasaran
yang sudah ditetapkan
SASARAN PANDUAN
• Tersedianya acuan bagi para perencana dan pengambil keputusan di
provinsi, kabupaten dan pemangku kepentingan dalam menyusun
masterplan dan action plan/rencana aksi dengan melibatkan CSO atau
berbasis komunitas;
• Menyediakan informasi bagi pemangku kepentingan lain tentang
masterplan dan action plan/rencana aksi untuk mengurangi jumlah angka
LTFU berbasis CSO atau komunitas sehingga dapat terlaksana koordinasi
dengan baik.
HASIL YANG DIHARAPKAN
• Menurunnya angka pasien ODHA Loss To Follow Up pada ARV.
• Meningkatnya retensi dan kepatuhan ODHA dalam pengobatan ARV guna
terwujudnya program 90-90-90.
DEFINISI - DEFINISI
PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL
• Pengobatan Antiretroviral merupakan bagian dari pengobatan HIV dan
AIDS untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan
infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan
menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi.
(Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral)
PASIEN STABIL
• Pasien yang stabil pada ART didefinisikan sebagai mereka yang menerima
ART selama setidaknya 1 tahun tanpa reaksi obat yang merugikan yang
membutuhkan pemantauan secara teratur; tidak ada penyakit atau
kehamilan saat ini; pemahaman yang baik tentang kepatuhan seumur
hidup; dan bukti keberhasilan pengobatan.
• Menurut pedoman pengobatan Antiretroviral pada orang dewasa di
Indonesia, kondisi stabil didefinisikan sebagai teratasinya infeksi oportunistik,
peningkatan nilai CD4, dan teraturnya penggunaan ARV.
(Sumber ; Stable patients and patients with advanced disease: consensus definitions to support sustained scale up of antiretroviral
therapy. Greer Waldrop, Meg Doherty, Marco Vitoria and Nathan Ford. Department of HIV, World Health Organization, Geneva,
Switzerland)
(Sumber ; Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 87 Tahun 2014, Pedoman Pengobatan Antiretroviral, hal
92)
PASIEN ALPA
• Pasien alpa dapat didefinisikan sebagai
• seorang pasien yang tidak hadir selama satu bulan setelah janji terakhir di
layanan kesehatan sehingga
• ia dianggap lalai dalam menjalankan kewajiban, kurang mengindahkan,
kurang memperhatikan atau lengah pada kepatuhan perawatan dan
pengobatan yang dijalani oleh seorang pasien tersebut.
LOSS TO FOLLOW UP
• Panduan WHO 2017 menyebutkan bahwa seseorang bisa
dikategorikan sebagai Loss To Follow Up (LTFU) adalah
seorang pasien yang belum pernah terlihat di klinik
setidaknya selama 90 hari (tiga bulan) setelah janji terakhir
yang terlewatkan.
• Menurut Kementerian Kesehatan berdasarkan dokumen
monitoring dan evaluasi system informasi HIV AIDS di tahun
2015 menyebutkan Jika pasien stop ART sudah berlangsung
> 3 bulan, maka pasien dianggap sudah gagal follow- up.
DEFINISI LTFU OLEH KOMUNITAS
• Pasien yang telah terapi ARV namun tidak hadir kembali ke
layanan selama 3 bulan berturut-turut dan tidak dapat
dikontak/dihubungi.
• Begitu pun dengan keadaan pasien meninggal tanpa
diketahui oleh layanan
• maupun pasien yang pindah layanan tanpa
memberitahu kepada layanan sebelumnya
FAKTOR-FAKTOR LTFU
FAKTOR FAKTOR LTFU
• JIP melaksanakan FGD faktor LTFU dan enggan terapi di DKI
Jakarta dengan dukungan KPAN di akhir Oktober 2017
• Analisis menggunakan pendekatan pemodelan ekologi-
sosial yang terpisah dari perspektif individu, interpersonal,
masyarakat, layanan kesehatan dan kebijakan
FAKTOR – FAKTOR LTFU (LANJ.)
• Beberapa tantangan yang teridentifikasi antara lain terkait
• Kualitas konseling dan tes HIV;
• Biaya pemeriksaan laboratorium / klinis untuk memulai terapi
Antiretroviral;
• Efek samping dari ARV;
• Isu tata kelola sistem rujukan;
• Dukungan psikososial;
• Hubungan dengan petugas lapangan dan Pendukung Sebaya
ODHA;
• dan lain-lain.
• Kriminalisasi dan persekusi terhadap LGBT
• Ketiadaan perlindungan hukum
• Akses BPJS rumit dan berubah-ubah;
• Biaya cukup tinggi jika tanpa BPJS
• Kompleksitas pembuatan KTP
Kebijakan dan
Perlindungan
Hukum
• Kualitas konseling
• Hubungan dengan petugas lapangan
Layanan
Kesehatan • Petugas layanan tidak menjelaskan tentang ARV
Masyarakat
• Ketakutan diketahui status HIV di tempat kerja;
• Ketakutan diketahui HIV oleh tetangga.
Interpersonal
Mengembangkan rencana
Melakukan kontak dan pengobatan berdasarkan
Menetapkan daftar Odha 1.Merujuk dan
Identifikasi kebutuhan dan keputusan pasien termasuk
LTFU yang akan dilacak dan
dirujuk kembali ke layanan
tantangan pasien LTFU upaya pelibatan keluarga mendampingi pasien
untuk memulai kembali pasien dalam pengelolaan ke layanan kesehatan
kesehatan terdekat
pengobatan ARV dukungan pengobatan dan
perawatan HIV
1.Koordinasi layanan
1.Melakukan evaluasi 1.Melakukan pemantauan
kesehatan dan
terhadap berkelanjutan termasuk
memfasilitasi komunikasi
perkembangan/kemajuan dukungan kepatuhan terapi
dengan layanan lain yang
pasien ARV
dibutuhkan pasien