Anda di halaman 1dari 39

UPDATE LAYANAN TES HIV

Orientasi Mentoring
Program HIV AIDS dan PIMS
Di 514 KAB/KOTA
POKOK BAHASAN
• Optimasi ART
• Layanan Tes HIV
1. Partner Notifikasi,
2. Algoritma Tes HIV
3. Community-Based Screening/Skrining Berbasis Komunitas dan HIV Self-
testing/Tes HIV Mandiri
S.T.O.P HIV
SULUH

Masyarakat mendapat
informasi benar mengenai
HIV AIDS
TEMUKAN

90% ODHA mengetahui


statusnya

OBATI

90% ODHA yang tahu


statusnya mendapatkan
terapi ARV
PERTAHANKAN

90% ODHA dalam terapi


ARV mengalami
penekanan jumlah virus
TARGET RPJMN
2024

Indikator Indikator
Outcome Program Outcome Program

Indikator
Indikator Outcome Program
Outcome Program
Optimasi ART
• Optimasi ART artinya mengoptimalkan
penggunaan ART, seefektif dan seefisien
mungkin.

• ARV yang optimal adalah jenis ARV yang:


o Poten dan cepat menurunkan VL
o Efek samping dapat ditoleransi baik
o Mudah dikonsumsi (diminum sekali
sehari dan tersedia dalam bentuk KDT)
o Interaksi obat tidak banyak,
o Memiliki ambang resistensi yang
tinggi,
o Dapat digunakan untuk semua pasien
o Harga terjangkau program.
Sosialisasi dan Distribusi
• Sudah berjalan di DKI Jakarta sejak Juli 2020
• Untuk Propinsi selain DKI di Pulau Jawa dan Bali telah
disosialisasikan dan di distribusikan di bulan November 2020

TLD dan DTG


• Untuk Propinsi di Sumatera telah disosialisasikan dan
didistribusikan di bulan Februari 2021
Tahapan

• Untuk Propinsi di Pulau Kalimantan dilaksanakan sosialisasi


dan distribusi di tanggal 9-10 Maret 2021
• Untuk Propinsi di Pulau Sulawesi dilaksanakan sosialisasi dan
distribusi di tanggal 16-17 Maret 2021
• Propinsi Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Papua Barat dan
Papua sosialisasi tanggal 22-23 Maret 2021
ARV untuk Anak di Indonesia
• Pengobatan Anak HIV merujuk kepada Pedoman
Pengobatan Antiretroviral, rekomendasi Panel Ahli;
• Pedoman Pengobatan Antiretroviral terakhir
tercantum dalam Permenkes 87/2014, saat ini
sedang dalam proses revisi untuk memasukkan jenis
obat ARV baru
• Rekomendasi Panel Ahli : 20 Juli 2020
• Jumlah anak dalam pengobatan sampai dengan bulan
Desember 2020 sebanyak 4.132 anak
No Tahun Pasien On Dewasa Anak % Anak
Treatment
1. 2016 76.296 73.575 2.721 3,57 %
2. 2017 93.184 89.931 3.253 3,49 %
3. 2018 109.044 105.486 3.558 3,26 %
4. 2019 130.116 126.202 3.919 3,1 %
5. 2020 144.875 140.743 4.132 2,85 %
Treatment
• Penggunaan Rejimen ARV yang lebih poten dan less
toxicity (Tenofovir/Lamivudine/Dolutegravir)
• Multi Month Dispancing, dengan tetap
memperhatikan ketersediaan stok
• Full access to TPT
• Implementasi project PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis)
untuk dasar pengambilan kebijakan, saat ini sedang
dilakukan penyusunan protokol pelaksanaan
• Triple Eliminasi: HIV, Syphillis, Hepatitis
Akses Tes VL (Viral
Load)
• Menambah dan memperluas
akses VL, dengan kolaborasi
Lintas Program, bahkan dengan
Komunitas
• Akselerasi Tes VL dengan Bulan
Tes VL
• Penggunaan DBS untuk akses
Early Infant Diagnosis
• Pemanfaatan Mesin VL dalam
pengendalian pandemi Covid-19
Layanan ARV di pandemic Covid-19
• Standar Kewaspadaan Umum
• Prioritas pasien dengan gejala batuk, demam,
dengan gejala flu lain
• Pertimbangan pengalihan layanan ARV dan
PTRM jika menjadi Layanan Rujukan Covid-19
• BAST dan kelengkapan dokumen merujuk ke
peraturan yang berlaku (Narkotika: Methadone)
• Pencatatan dan Pelaporan
• Pemberian ARV untuk 2-3 bulan
mempertimbangkan pada ODHA yang stabil,
secara selektif, dan hanya dilakukan jika
ketersediaan ARV mencukupi. Diprioritaskan
bagi ODHA yang tinggal di wilayah epicentrum
Covid-19
Layanan ARV di pandemi
Covid-19

(2)
ODHA dengan IO, Infeksi HIV lanjut, pertama
kali minum ARV tetap control tiap bulan
• Kerjasama dengan komunitas/pendukung
ODHA
• Penekanan informasi tentang PHBS
berkelanjutan
• Pengobatan mengikuti pedoman yang
berlaku
• Dinkesprop memantau dan memastikan
keberlangsungan layanan dan menjaga agar
tidak ada peningkatan LFU
• Memastikan agar alat pencegahan HIV dan
IMS tersedia di Fasyankes
PrEP : WHO RECOMMENDATION

Oral PrEP containing tenofovir be 3 Universal Eligibility Criteria:


offered as an additional 1. Confirmed HIV -negative status and
prevention choice for people at 2. No signs and symptoms of acute HIV
substantial risk of HIV infection as infection and
part of combination HIV 3. Determined to be at substantial risk
prevention approaches. for HIV as defined by national guidelines
(countries may define this differently).

strong recommendation,high quality evidence


PrEP di Indonesia…?
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 76 TAHUN 2012
TENTANG PELAKSANAAN PATEN OLEH
PEMERINTAH TERHADAP OBATANTIVIRAL DAN
ANTIRETROVIRAL:
Pasal 1
• Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah terhadap
obat Antiviral dan Antiretroviral dimaksudkan
untuk memenuhi ketersediaan dan kebutuhan
yang sangat mendesak obat Antiviral dan
Antiretroviral untuk pengobatan penyakit
Human Immunodeficiency Virus-Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) dan
Hepatitis B.
LAYANAN TES HIV
Latar Belakang
• Tes HIV merupakan pintu masuk ke layanan
pencegahan, pengobatan HIV, perawatan dan
dukungan lainnya
• Menggunakan prinsip 5C dalam
pelaksanaannya
• informed consent;
• confidentiality;
• counseling;
• correct test results;
• connections to care, treatment and
prevention service
• Diperlukan kajian lebih mendalam untuk
mengetahui feasibilitas dan efektivitas dari
model layanan skrining yang dikembangkan
1. Notifikasi Pasangan
LATAR BELAKANG

Indonesia baru menemukan 35% ODHA ditemukan pada populasi kunci


65,5% (377.565) dari total dan
65% ODHA merupakan populasi umum
estimasi ODHA 2016 640.443

Menurut penelitian, notifikasi


Berdasarkan hasil uji implementasi,
pasangan merupakan metode
positivity rate notifikasi pasangan
yang efektif untuk menemukan
mencapai 20-40% di Indonesia, 40%
kasus HIV dengan positivity
di Vietnam, 7,5% di kamboja
rate 20-70%

Notifikasi Pasangan (NP) merupakan strategi yang efektif untuk menentukan kasus HIV
DEFINISI OPERASIONAL
Notifikasi pasangan: suatu proses yang dilakukan secara
sukarela dimana petugas kesehatan menggali mengenai
suami/istri, pasangan seks, teman berbagi jarum suntik, dan/atau
anak biologis dari ODHA, lalu atas persetujuannya, meminta
suami/istri, pasangan seks, teman berbagi jarum suntik, dan/atau
anak biologisnya untuk tes HIV.

Pasien indeks: seorang individu yang baru didiagnosis positif HIV


dan/atau individu positif HIV yang terdaftar dalam layanan
pengobatan HIV.

Tes indeks: daftar nama pasangan seksual dan/atau teman berbagi


jarum suntik dalam satu tahun terakhir termasuk anak biologis yang
diperoleh melalui proses sukarela saat tenaga kesehatan meminta
informasi dari pasien indeks.
Strategi Notifikasi Pasangan dan Anak

Pasien indeks mengajak Petugas kesehatan atau Pasien indeks bersama Pasien indeks mengajak tes indeks
petugas dengan/tanpa untuk tes HIV dalam jangka waktu
teks indeks untuk tes HIV petugas komunitas yang disepakati dan jika tidak
mengajak teks indeks petugas komunitas berhasil setelah batas waktu
untuk tes HIV mengajak tes indeks tersebut, petugas kesehatan yang
untuk tes HIV akan mengontak tes indeks
Di mana dan kapan dapat ditawarkan?

Di layanan Di komunitas
kesehatan

Tidak hanya
Ditawarkan
ditawakan sekali,
ulang setiap
tetapi ditawarkan
ada perubahan
ulang apabila
status
pasien belum
hubungan
menerima
Siapa yang menyediakan layanan notifikasi pasangan dan anak
di layanan kesehatan?

Keterangan:
Petugas pelaksana
telah menerima
orientasi atau
lokakarya terkait
notifikasi pasangan

Petugas kesehatan: dokter, Petugas LSM: Petugas Lapangan atau/dan


perawat, konselor atau petugas petugas pendamping yang berasal dari LSM/
kesehatan lain yang bertugas di Organisasi Berbasis Komunitas (OBK) yang
layanan PDP memiliki kerjasama (MoU) dengan fasyankes
setempat
7 Langkah
Prosedur Operasi
Standar Notifikasi
Pasangan dan Anak
2. Algoritma Tes HIV
Latar Belakang
• Perubahan algoritma testing dan diagnosis HIV berdasarkan bukti terbaru
untuk menerapkan layanan tes HIV yang efektif dan efisien sesuai dengan
pendekatan kesehatan masyarakat berdasarkan WHO Consolidated Guidelines
on HIV Prevention, Testing, Treatment, Service Delivery and Monitoring:
Recommendations for a Public Health Approach, Juli 2021
https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/1357089/retrieve
• Permenkes terakhir terkait algoritma testing tertuang pada Permenkes 15
Tahun 2015.
• Update algoritma testing surat edaran test and treat tahun 2018, Nomor
HK.02.02/1/ l564 / 2018 tanggal 10 Juli 2018.
• Makin berkembangnya jenis tes HIV serta pendekatan yang digunakan untuk
meningkatkan cakupan tes.
Peraturan yang ada saat ini
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
15 TAHUN 2015 – 25 Maret 2015 SE HK.02.02/I/1564/2018 – 10 Juli 2018
Penggunaan Dual Rapid Tes HIV & Sifilis

Lakukan Pemeriksaan R1
• R1 : Dual Rapid tes HIV
(HIV&TP) dan Sifilis
• R2 dan R3 : HIV Rapid test
HIV – TP – HIV- TP+
HIV+ TP- HIV+ TP+ atau EIA
Laporkan HIV Negatif dan
Laporkan HIV Negatif
dan Syphilis Positif
Lanjut ke
R2 HIV TP+ Laporkan Sifilis • Ketika ada hasil yang
Syphilis Negatif
R2 HIV + R2 HIV -
Positif
berbeda dan semua hasil
Lanjut ke R3 Ulangi R1
TP Reaktif harus segera
R1 HIV + TP + atau
(HIV&TP)
diobati sesuai dengan
R1 HIV + TP-, R2 +, R3 R1 HIV+ TP-, R2 +, R3 -
HIV + TP- R1 HIV – TP –atau HIV – TP + pedoman nasional sifilis.
Laporkan
HIV Positif &
Laporkan
HIV Inkonklusif
Laporkan
Syphilis Negatif
Laporkan
HIV inkonklusif
TP – Laporkan Sifilis
Negatif Laporkan HIV TP – Laporkan Sifilis
Negatif
• Ketika ada hasil yang
Syphilis Negatif dan ulang
pemeriksaan 14
dan ulang
pemeriksaan 14 hari
TP+ Laporkan Sifilis
Positif
Negatif
TP+ Laporkan Sifilis
Positif
berbeda dan semua hasil
hari lagi lagi
TP Non Reaktif dilaporkan
“Sifilis Negatif”

Petunjuk Teknis Sentinel Surveilans Senitinel HIV, Sifilis, Hepatitis B pada Ibu Hamil, Kementerian Kesehatan, 2021
Strategi Tes Diagnosis HIV untuk usia ≥ 18 tahun
Lakukan Pemeriksaan R1
• R1:Reagen 1 (Pemeriksaan 1);
R1 (+) Reaktif R1 (-) Non Reaktif R2: Reagen 2 (Pemeriksaan 2);
(LAPORKAN HIV • R3: Reagen 3 (Pemeriksaan 3)
Lakukan Pemeriksaan NEGATIF) • Reagen HIV Rapid atau EIA
R2 • Reagensia yang digunakan
• Nilai prediksi positif 99 %
R1 + R2 + R1 + R2 - • Sensitivitas 99%
• Spesifisitas 98%.
Lakukan R3 Ulangi R1 • Reagen 1 harus memiliki
sensitivitas tertinggi, diikuti
R1+, R2+, R3- R1 – oleh Reagen kedua dan
R1+, R2+, R3+ R1 +
(LAPORKAN HIV ketiga dengan spesifisitas
INKONKLUSIF, (LAPORKAN (LAPORKAN HIV (LAPORKAN HIV tertinggi.
pemeriksaan ulang 14 HIV POSITIF) INKONKLUSIF, NEGATIF)
hari) pemeriksaan ulang 14
hari)
3. Community-Based Screening/Skrining
Berbasis Komunitas dan HIV Self-
testing/Tes HIV Mandiri
Latar Belakang
• Hingga tahun 2020, 66% ODHIV hidup, mengetahui status HIV nya
• Hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada tahun 2018-19 mengindikasikan proporsi populasi kunci yang
melakukan tes HIV berkisar antara 15% pada klien Wanita Pekerja Seks (WPS), 72% pada waria (transpuan), LSL
(59%), Penasun (67%), WPS (42%).
• Di sisi lain, saat ini pandemi COVID-19 dapat mempengaruhi cakupan tes HIV, baik karena kekhawatiran dari pasien
untuk tertular COVID-19 jika datang ke layanan, maupun karena banyak petugas kesehatan yang menangani HIV kini
juga harus membantu menangani COVID-19 di fasyankesnya.
• Hasil penelitian tes HIV berbasis cairan oral (OFT/Oral Fluid Test) yang dilakukan pada LSL di Bali menunjukkan
peningkatan cakupan testing di Denpasar Bali dari 98 tes per bulan menjadi 152 tes per bulan. Studi menunjukkan
81% (813) orang yang ditawarkan OFT menerima tes, 10% (83) hasil tes reaktif, 63% (52) dari orang dengan hasil
reaktif datang ke klinik untuk tes konfirmasi. Sebanyak 5.78% (47) dari total skrining terkonfirmasi positif, 83% (39)
dari mereka mulai ARV.
• Hasil Penelitian pada klien pekerja seks di 7 lokalisasi di Bali, 65% (188) pria yang berpartisipasi dalam tes itu
menerima tes HIV mandiri, hanya 13,3% di antaranya sudah pernah melakukan tes HIV. Hampir semua pria (98.9%)
yang menerima tes HIV mandiri memilih tes HIV mandiri dengan pendampingan. Sebagian besar pria menyatakan
mereka menyukai tes HIV mandiri karena mereka dapat melakukan tes pada diri mereka sendiri (89.8%), mudah
digunakan (99%) dan mereka dapat mengulang tes (89%), melakukan tes pada pasangan mereka (63.5%), dan
merekomendasikannya pada pria lain (91%).
Definisi
• Skrining HIV berbasis komunitas adalah deteksi dini HIV yang dilakukan di luar fasyankes atau di
komunitas/masyarakat, misalnya saat melakukan penjangkauan, di LSM, di tempat kerja, di klub malam, atau
bar atau posyandu yang dilakukan oleh kader. Skrining berbasis komunitas dapat dilakukan oleh petugas
kesehatan dan atau non-petugas kesehatan yang terlatih. Termasuk di dalam non-petugas kesehatan adalah
kader, petugas penjangkau dari LSM, pendidik sebaya, petugas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau
petugas di tempat kerja. Untuk selanjutnya, non-petugas kesehatan disebut sebagai pendamping.
• Skrining HIV Mandiri dapat ditawarkan pada klien, atau pasangannya, dengan cara melakukan sendiri dan
menginterpretasi hasilnya dalam situasi personal. Untuk konfirmasi hasil tetap harus dilakukan di layanan
kesehatan.
• Skrining HIV mandiri dapat dilakukan dengan atau tanpa pendampingan:
• Skrining HIV mandiri dengan pendampingan dilakukan oleh klien dengan disaksikan oleh pendamping. Pendamping
sebelumnya melakukan demo dan memberikan petunjuk cara melakukan skrining HIV mandiri dan interpretasi hasilnya.
Pendampingan ini dapat dilakukan secara tatap muka atau dengan cara daring (dalam jaringan/online) atau lewat panggilan
video.
• Skrining HIV Mandiri tanpa pendampingan yaitu skrining yang dilakukan tanpa adanya bantuan (langkah-langkah cara
melakukan skrining HIV mandiri dan interpretasi hasil) atau pemantauan dari pendamping.
Pertimbangan memilih OFT
• Tidak invasive, tidak ada darah yang dikeluarkan
• Tidak berbahaya, hanya melibatkan cairan air liur di
permukaan gusi dan bibir
• Dapat dilakukan secara mandiri dan mudah
• Penerimaan di berbagai negara cukup bagus
• Skrining berbasis komunitas dikembangkan menjadi bagian
dari tugas para penjangkau (outreach worker) dalam upaya
meningkatkan layanan pencegahan, tes dan pengobatan
HIV, perawatan dan dukungan lainnya
Tes untuk triage, termasuk self testing
• Tes HIV mandiri (self testing) adalah tes untuk triase
Lakukan Self testing (R0) dan tidak memberikan diagnosis konfirmasi HIV-
positif
• Semua hasil tes HIV mandiri reaktif perlu diikuti
dengan tes lebih lanjut oleh layanan kesehatan
untuk untuk memastikan status HIV.
• Hasil tes HIV mandiri non reaktif, artinya HIV-negatif,
tanpa perlu dites ulang.
R0 Reaktif (+) R0 Non Reaktif (-)
• Untuk hasil yang INVALID harus diulang dengan
reagensia yang baru.
• Tes HIV mandiri tidak dianjurkan untuk ODHIV yang
sudah ART, karena hasil tes HIV negatif palsu dapat
terjadi.
HIV Negatif • Tes ulang pada hasil Negatif hanya untuk individu
Rujuk ke layanan kesehatan rujuk ke layanan pencegahan yang berpotensi terpajanan HIV dalam 12 minggu
untuk konfirmasi status HIV HIV Tes ulang bila tetap
sebelumnya.
berisiko HIV atau pajanan baru
PrEP : WHO RECOMMENDATION

Oral PrEP containing tenofovir be 3 Universal Eligibility Criteria:


offered as an additional 1. Confirmed HIV -negative status and
prevention choice for people at 2. No signs and symptoms of acute HIV
substantial risk of HIV infection as infection and
part of combination HIV 3. Determined to be at substantial risk
prevention approaches. for HIV as defined by national guidelines
(countries may define this differently).

strong recommendation,high quality evidence


PrEP di Indonesia…?
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 76 TAHUN 2012
TENTANG PELAKSANAAN PATEN OLEH
PEMERINTAH TERHADAP OBATANTIVIRAL DAN
ANTIRETROVIRAL:
Pasal 1
• Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah terhadap
obat Antiviral dan Antiretroviral dimaksudkan
untuk memenuhi ketersediaan dan kebutuhan
yang sangat mendesak obat Antiviral dan
Antiretroviral untuk pengobatan penyakit
Human Immunodeficiency Virus-Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) dan
Hepatitis B.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai