Anda di halaman 1dari 29

HIV/AIDS DALAM KEHAMILAN

Elizabeth Chikita Putri


112018070

Pembimbing:
dr. Achmad Djaenudin, Sp.OG
PENDAHULUAN
Jumlah wanita penderita AIDS di dunia terus bertambah,
khususnya pada usia reproduksi.
Sekitar 80% penderita AIDS anak-anak mengalami infeksi
perinatal dari ibunya.
Laporan CDC (Central for Disease Control) Amerika
memaparkan bahwa seroprevalensi HIV pada ibu prenatal adalah
0,0% - 1,7%, pada saat persalinan 0,4% - 2,3% dan 9,4 – 29,6%
pada ibu hamil yang biasa menggunakan narkotika intravena.
Transmisi vertikal merupakan penyebab tersering infeksi HIV
pada bayi dan anak-anak di Amerika Serikat. Transmisi HIV dari
ibu kepada janin dapat terjadi intrauterin (5-10%), saat persalinan
(10-20%) dan pasca persalinan (5-20%).
PENDAHULUAN

Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dikurangi


sampai kurang dari 5% melalui kombinasi langkah-
langkah pencegahan penularan dari ibu ke anak /
PMTCT (Prevention Mother to Child Transmission),
termasuk terapi ARV (antiretroviral) untuk ibu hamil dan
anak yang baru lahir.
ETIOLOGI
• Penyebab dari virus ini adalah dari retrovirus
golongan retroviridae. HIV terdiri dari HIV-1
dan HIV-2
• Secara morfologik, virus ini berbentuk bulat,
terdiri dari bagian inti (core) yang berbentuk
silindris dan selubung (envelope) yang
berstruktur lipid bilayer yang membungkus
bagian core, dimana didalam core ini terdapat
RNA virus ini
EPIDEMIOLOGI
• Di banyak negara berkembang, HIV merupakan penyebab utama
kematian perempuan usia reproduksi.
• Pada tahun 2010 diperkirakan terdapat 57.000 ibu hamil terinfeksi
HIV di regional Asia Tenggara.
• Data estimasi UNAIDS/WHO (2009) juga memperkirakan 22.000
anak di wilayah Asia-Pasifik terinfeksi HIV dan tanpa pengobatan,
setengah dari anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum
ulang tahun kedua.
• Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan
utama dan salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi
kematian ibu dan anak.
• . Sampai saat ini kasus HIV-AIDS telah dilaporkan oleh 341 dari 497
kabupaten/kota di 33 provinsi.

EPIDEMIOLOGI
• Di Indonesia, infeksi HIV merupakan
salah satu masalah kesehatan utama
dan salah satu penyakit menular
yang dapat mempengaruhi kematian
ibu dan anak. kasus HIV-AIDS telah
dilaporkan oleh 341 dari 497
kabupaten/kota di 33 provinsi.
• Indonesia adalah salah satu negara di
Asia dengan epidemi HIV/AIDS yang
berkembang paling cepat (UNAIDS,
2008)
• Tanah Papua (Provinsi Papua dan
Papua Barat), Jakarta dan Bali
menduduki tempat teratas untuk
tingkat kasus HIV baru/ 100.000
penduduk
DEFINISI
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah
suatu penyakit retrovirus epidemic menular yang
disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency
Virus, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai
depresi berat imunitas selular.
MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala Konstitusi 2. Gejala Neurologis
• Demam terus menerus >37,5°C • kelemahan otot
• Kehilangan berat badan 10% atau lebih • kesulitan berbicara
• Radang kelenjar getah bening yang meliputi 2
• gangguan keseimbangan
atau lebih kelenjar getah bening di luar
daerah inguinal • Disorientasi
• Diare yang tidak dapat dijelaskan sebabnya • Halusinasi
• Berkeringat banyak pada malam hari yang • mudah lupa, psikosis, dan sampai koma
terus menerus (gejala radang otak)

4. Gejala tumor
3. Gejala infeksi oportunistik Sarcoma kaposis dan Limfoma maligna non-
• Pneumocystic carinii pneumonia (PCP) Hodgkin, dimana ditemukan bercak merah
• Tuberkulosis coklat, ungu atau biru yang awalnya beberapa
• Toksoplasmosis millimeter menjadi beberapa sentimeter
• Infeksi mukokutan, seperti herpes (pada Sarkoma kaposis) dan ditemukan massa
simpleks, herpes zoster dan kandidiasi yang membesar dan menyebar secara
adalah yang paling sering ditemukan progresif dan melibatkan ektranodal disertai
demam dan penurunan berat badan.
Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4
Asimptomatik, Simptomatik, aktivitas Pada umumnya lemah, Pada umumnya sangat lemah,
aktivitas normal: aktivitas di tempat tidur aktivitas di tempat tidur lebih dari
normal: a. Berat badan menurun < kurang dari 50%: 50%:
a. Asimptoatik 10% a. Berat badan menurun > 10 % a. HIV wasting syndrome seperti
b. Limfadenopati b. Kelainan kulit dan mukosa b. Diare kronis yang yang didefinisikan oleh CDC.
generalisata yang ringan seperti, berlangsung lebih dari 1 b. Pneumonia Pneumocystis
dermatitis seboroik, bulan carinii.
prurigo, onikomikosis, c. Damam berkepanjangan c. Toksoplasmosis otak.
ulkus oral yang rekuren, lebih dari 1 bulan d. Diare kriptosporidiosis lebih
dan kheilitis angularis. d. Kandidiasis orofaringeal dari 1 bulan.
c. Herpes zoster dalam 5 e. Oral hairy leukoplakia. e. Kriptokokosis ekstrapulmonal
tahun terakhir. f. TB paru dalam tahun f. Retinitis virus sitomegalo
d. Infeksi saluran nafas terakhir. g. Herpes simplek mukokutan > 1
bagian atas, seperti g. Infeksi bacterial yang berat bulan
sinusitis bakterialis. seperti pneumonia dan h. Leukoensefalopati multifocal
piomiositish progesif
i. Mikosis diseminata seperti
histoplaosis
j. Kandidiasis di esophagus,
trakea, bronkus, dan paru
k. Mikobakteriosis atipikal
diseminata
l. Septismia salmonellosis
nontifoid
m. Tuberculosis di luar paru
n. Limfoma
PATOFISIOLOGI
Virus HIV menempel pada
permukaan sel inang.
enzim reverse transcriptase

RNA HIV memasuki sel inang,


terbentuklah DNA pro virus.

DNA provirus memasuki inti sel dan


akan berikatan dgn DNA sel

Sel inang m= RNA HIV dan protein


HIV

RNA virus baru dan protein pindah ke


permukaan sel yang baru dan masih
imatur

terbentuklah virus HIV baru.


(Virus matang oleh enzim protease
HIV)
PENULARAN HIV

1. SEKSUAL 2. PARENTERAL 3. PERINATAL


Hubungan seksual yg Melalui darah/cairan Transmisi vertikal dari
tidak aman, tubuh/semen/ organ ibu yang terinfeksi
Heteroseksual/Homos donor yang HIV ke Janin
eksual ditransplantasi
PENULARAN HIV PADA KEHAMILAN

Pasca
intrauterin intrapartum
persalinan

 Faktor virus : makin tinggi titer virus , makin infeksius.


 Faktor Host (ibu hamil) : sistim kekebalan tubuh, nutrisi, anemia.
 Faktor Obstetrik : lama dan cara persalinan.
 Faktor bayi : Menyusui
Cara Penularan

1. Melalui hubungan seksual


2. Transmisi horizontal (kontak langsung dengan
darah/produk darah/jarum suntik)
a.Tranfusi darah/produk darah yang tercemar HIV
b.Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama
jarum suntik pada para pecandu narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada
petugas kesehatan.
3. Penularan dari Ibu ke Bayi
a. Faktor virus
Karakteristik virus.
Infektivitas virus

b. Faktor Bayi
Prematuritas
Nutrisi Fetus
Fungsi Pencernaan
Respon imun neonatus
c. Faktor ibu, kehamilan dan proses persalinan.
 Antepartum:
• Viral load dari ibu
• Beratnya keadaan infeksi pada ibu
• Ibu yang menderita penyakit infeksi lain
• Ibu yang mempunyai kebiasaan yang tidak baik

 Intrapartum:
• Kadar maternal HIV-1 cerviko vaginal
• Proses persalinan bayi
• Ibu yang menderita penyakit infeksi lain
Post partum melalui menyusui:
• air susu ibu degan infeksi HIV mengandung
proviral HIV dan virus bebas lainnya
• Bayi yang diberikan ASI

Kehamilan dan cara melahirkan.


• Resiko penularan terjadi pada kondisi
korioamnionitis dan penyakit menular seksual
TAHAPAN INFEKSI
Gejala ARS, ditandai dengan
demam, limfadenopati,
faringitis, ruam kulit, Infeksi
mialgia/arthralgia, dan gejala Orang bisa menularkan
lainnya 3-6 bulan tetapi hasil tes negatif
dalam masa jendela ini

Masa laten
Masa laten bisa
berkisar antara 4
bulan sampai lebih
dari 10 tahun
infeksi HIV tanpa gejala

AIDS
DIAGNOSTIK
• Enzyme-Linked Immunosorbent Assay/Enzyme
Immunoassay (ELISA/EIA)
• Polymerase Chain Reaction (PCR)
• Western Blot Confirmatory test
Penanganan Pasien Hamil Dengan HIV
Penanganan pasien hamil dengan HIV dapat dilakukan dengan
penatalaksanaan program PMTCT (Prevention of Mother To
Child Transmission of HIV). PMTCT adalah suatu program
intervensi untuk mencegah penularan dari ibu penderita
HIV/AIDS kepada bayinya dan mencegah infeksi HIV pada
perempuan.
Penatalaksanaan obtetrik

Perinatal HIV Guidelines Working Group di Amerika Serikat


mengajukan rekomendasi penatalaksanaan obstetrik untuk
mengurangi transmisi HIV vertikal. Rekomendasi yang
dianjurkan adalah :
1. Cara Persalinan : Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS yang
datang padakehamilan di atas 36 minggu, belum mendapat
antiretrovirus, dan sedang menunggu hasil pemeriksaan
kadar HIV dan CD4 yang diperkirakan adasebelum
persalinan.
 Rekomendasi : Ada beberapa regimen yang harus
didiskusikan dengan jelas.
2. Cara Persalinan : Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS yang
datang pada kehamilan awal, sedang mendapat kombinasi
antiretrovirus, dan kadar HIV tetap di atas 1000 kopi/mL pada
minggu ke 36 kehamilan.
 Rekomendasi : Regimen antiretrovirus yang digunakan tetap
diteruskan.
3. Cara Persalinan : Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS yang
sedang mendapat kombinasi antiretrovirus, dan kadar HIV tidak
terdeteksi pada minggu ke 36 kehamilan.
 Rekomendasi : Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS diberikan
konseling
4. Cara Persalinan : Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS yang
sudah direncanakan seksio sesarea elektif, namun datang pada
awal persalinan atau setelah ketuban pecah.
 Rekomendasi : Zidovudin intravena segera diberikan. Jika
kemajuan persalinan cepat, wanita hamil yang terinfeksi HIV-
AIDS ditawarkan untuk menjalani persalinan pervaginam.
Penatalaksanaan Pasca Persalinan

• Pemberian Air Susu Ibu


Penularan HIV melalui air susu ibu diketahui
merupakan faktor penting transmisi pasca persalinan
dan meningkatkan resiko transmisi dua kali lipat. Miotti,
dkk pada penelitian di Malawi membuktikan air susu
ibu meningkatkan insidens transmisi HIV 0,7% per bulan
pada usia 0 sampai 5 bulan; 0,6% pada usia 6-11 bulan;
0,3% per bulan pada usia 12-17 tahun.
Penggunaan obat Antiretroviral (ARV)

• Antiretrovirus direkomendasikan untuk semua


wanita yang terinfeksi HIV-AIDS yang sedang
hamil untuk mengurangi resiko transmisi
perinatal.
• Tujuan utama pemberian antiretrovirus pada
kehamilan adalah menekan perkembangan
virus, memperbaiki fungsi imunologis,
memperbaiki kualitas hidup, mengurangi
morbiditas dan mortalitas penyakit yang
menyertai HIV.
1. Monoterapi Zidovudine
• Antepartum : Zidovudine oral dari kehamilan 14-34 minggu
5x100mg/hari
• Intrapartum : Zidovudine intravena, dosis awal
2mg/kgBB/jam, dilanjutkan infus 1mg/kgBB sampai 1 hari
setelahmelahirkan
• Postpartum : Zidovudine sirup, 2 mg/kgBB, dimulai 8-12 jam
postpartum dan diteruskan sampai 6 minggu
2. Nevirapin
Dapat diberikan dosis tunggal 200 mg bagi ibu pada saat
melahirkan disertai pemberian nevirapin 2 mg/kgBB dosis
tunggal bagi bayi pada usia 2 atau 3 hari.
Syarat Pemberian ARV
menurut PMTCT 2010
Stadium Klinik WHO Tidak Tersedia Tes CD4 Tersedia Tes CD4

1 Tidak diobati

Diobati jika jumlah sel CD4 <200/mm3


2 Tidak diobati

3 Diobati Diobati jika jumlah sel CD4 < 350/mm3

4 Diobati Diobati tanpa memandang jumlah sel CD4


Pemberian ARV berdasarkan pedoman WHO 2010, terdapat 2 opsi yang ditawarkan
WHO untuk tindakan profilaksis:3,21,25
 Profilaksis Opsi A
 Ibu
• Antepartum : AZT saat 14 minggu kehamilan
• Intrapartum : AZT/3TC + NVP 2 kali sehari
• Postpartum : AZT/3TC + NVP x 7 hari
 Bayi
• Bila diberikan ASI: NVP hingga 1 minggu lepas ASI
• Tanpa pemberian ASI: AZT atau NVP x 6 minggu
 Profilaksis Opsi B
• Ibu:Triple ARV mulai 14 minggu hingga 1 minggu lepas ASI
• Bayi:VP/AZT setiap hari sejak lahir hingga umur 4-6 minggu tanpa memandang
pemberian ASI atau tidak.
KESIMPULAN

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang


menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu
yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Penyebab infeksi adalah
golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV).
Cara penularan HIVmelakukan penetrasi seks, melalui darah yang
terinfeksi, dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius
dengan seseorang yang telah terinfeksi, wanita hamil. Penularan secara
perinatal terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu
terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus
dari ibu dapat menular pada bayi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai