Anda di halaman 1dari 74

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih menjadi masalah
kesehatan dunia. Menurut WHO ISPA adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas penyakit menular didunia. Hampir 4 juta orang meninggal akibat ISPA setiap
tahun. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama
di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah. ISPA juga merupakan
salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan
terutama pada bagian perawatan anak.1

Di negara berkembang, ISPA bersama -sama dengan malnutrisi dan diare merupakan
penyebab kesakitan dan kematian utama pada anak balita. Insidens menurut kelompok umur
balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per
anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia
per tahun di mana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak
terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia,
Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13%
kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit.3

Untuk Indonesia sendiri kematian akibat ISPA pada akhir tahun 2000 sekitar 450.000
balita usia 0-5 tahun. Diperkirakan sebanyak 150.000 bayi atau balita meninggal tiap tahun
atau 12.500 korban perbulan atau 416 kasus perhari atau 17 anak perjam atau seorang bayi /
balita tiap lima menit.1 Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali
per tahun. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas
(40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).2

Dari data Puskesmas Kebon Jeruk, ISPA masuk urutan pertama dalam 10 penyakit
terbesar yang terjadi pada tahun 2014 dengan jumlah pasien mencapai 50.555 jiwa dan
sebagian besar diderita oleh balita, sedangkan pada tahun 2017 ISPA di Puskesmas Kebon
Jeruk menurun menempati urutan ke 10 dari 10 penyakit terbesar, namun kendati begitu,
ISPA tetap menjadi masalah utama kunjungan balita datang ke Puskesmas Kebon Jeruk.4

Universitas Kristen Krida Wacana


2

Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti pengetahuan Ibu tentang ISPA di Puskesmas Kebon
Jeruk.

1.2 Masalah Penelitian


 Dari data WHO ISPA masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas
penyakit menular didunia Hampir 4 juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun.
Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama
di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah.
 Indonesia menempati urutan ke lima dalam kasus kematian ISPA pada balita di
Negara berkembang dengan jumlah 6 juta episode pertahun.
 Di Indonesia ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di
Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).
 Di Puskesmas Kebon Jeruk ISPA masuk urutan pertama dalam 10 penyakit terbesar
yang terjadi pada tahun 2014 dengan jumlah pasien mencapai 50.555 jiwa.
 Di Puskesmas Kebon Jeruk ISPA menempati urutan ke 10 penyakit terbesar yang
terjadi pada tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum:

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita di
Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat periode 2018-2019

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pengertian ISPA pada balita
2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penyebab dan gejala ISPA pada balita
3. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang cara penularan ISPA pada balita
4. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA pada balita
5. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan ISPA pada balita
6. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita menurut usia ibu
7. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita menurut jumlah anak
8. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita menurut pendidikan
9. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita menurut pekerjaan
Universitas Kristen Krida Wacana
3

1.4 Manfaat Penelitian


 Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang kedokteran terutama tentang
tingkat pengetahuan Ibu tentang ISPA pada balita dan cara melakukan suatu penelitian
disamping sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sarjana kedokteran umum.

 Untuk Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk

Dapat digunakan sebagai informasi bagi pihak puskesmas mengenai tingkat pengetahuan
ibu terhadap ISPA pada balita dan sebagai dasar strategi pencegahan ISPA pada balita.

 Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Dapat dijadikan sebagai salah satu pustaka ilmiah atau contoh untuk penelitian sejenis dan
dapat dijadikan wawasan dan pengetahuan untuk pihak lain serta untuk penelitian lebih
lanjut.

Universitas Kristen Krida Wacana


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ISPA


ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang diadaptasi dari
istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Menurut Depkes RI ISPA
adalah infeksi saluran pernapasan akut akibat masuknya kuman/mikroorganisme kedalam
tubuh yang berlangsung sampai 14 hari dengan keluhan batuk disertai pilek, sesak nafas
dengan atau tanpa demam.5 ISPA dibedakan menjadi dua yaitu infeksi saluran pernafasan
bagian atas seperti rhinitis,pharingitis, dan otitis serta infeksi saluran pernafasan bagian
bawah seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia .5

Menurut Depkes RI,3 Infeksi saluran pernapasan akut mempunyai pengertian sebagai
berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2. Saluran Pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta adneksnya
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

3. Infeksi Akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita, karena sistem
pertahan tubuh balita masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita rata- rata mendapat
serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.1 Sebagian besar dari infeksi saluran
pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumonia bila infeksi paru ini
tidak diobati dengan antibiotik dan dapat mengakibatkan kematian .3

2.2 Etiologi ISPA


Universitas Kristen Krida Wacana
5

Etiologi ISPA terdiri atas bakteri, virus dan ricketsia. Penyebab ISPA dapat berupa
bakteri maupun virus. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Haemophillus,, Bordotella dan Korinebakterium. Virus penyebabnya antara
lain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, dan
Herpesvirus. Sekitar 90-95% penyakit ISPA disebabkan oleh virus .1 Keanekargaman
penyebab ISPA tergantung dari umur, kondisi tubuh dan kondisi lingkungan. Di Amerika
Serikat anak yang berumur 1 bulan hingga 6 tahun penyebab terbesarya adalah Streptococus
pneumonia dan haemophillus influenza serotype B. Sedangkan khusus anak 4 bulan hingga
2 tahun kejadian ISPA antara 60-70% disebabkan oleh bakteri. Penyakit ISPA masih
merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan balita. Keadaan ini
berkaitan erat dengan berbagai kondisi yang melatar belakanginya seperti malnutrisi juga
kondisi lingkungan baik polusi di dalam rumah berupa asap maupun debu dan sebagainya .3

2.3 Gejala ISPA


Penyakit ISPA adalah penyakit yang timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau
daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Bakteri dan virus penyebab ISPA di
udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas, yaitu
tenggorokan dan hidung. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal
dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus
encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan
membengkak. Akhirnya terjadi peradangan yang disertai demam, pembengkakan pada
jaringan tertentu hingga berwarna kemerahan, rasa nyeri dan gangguan fungsi karena bakteri
dan virus di daerah tersebut maka peradangan menjadi semakin parah dan cepat. Infeksi
dapat menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan sesak atau pernafasan terhambat, dan
oksigen yang dihirup berkurang. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan
sumbatan di hidung bertambah, namun bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan
berkurang sesudah 3-5 hari.1

Penyakit pada saluran pernafasan mempunyai gejala yang berbeda yang pada dasarnya
ditimbulkan oleh iritasi, kegagalan mucociliary transport, sekresi lendir yang berlebihan dan
penyempitan saluran pernafasan. Tidak semua penelitian dan kegiatan program memakai

Universitas Kristen Krida Wacana


6

gejala gangguan pernafasan yang sama. Misalnya untuk menentukan infeksi saluran
pernafasan WHO menganjurkan pengamatan terhadap gejala-gejala seperti kesulitan
bernafas, radang tenggorok, pilek dan penyakit pada telinga dengan atau tanpa disertai
demam. Efek pencemaran terhadap saluran pernafasan dapat menimbulkan gejala-gejala
penyakit pernafasan seperti radang tenggorokan, rinitis, bunyi mengi dan sesak nafas.1

Dalam hal efek debu terhadap saluran pernafasan telah terbukti bahwa kadar debu
berasosiasi dengan insidens gejala penyakit pernafasan terutama gejala batuk. Di dalam
saluran pernafasan, debu yang mengendap menyebabkan oedema mukosa dinding saluran
pernafasan sehingga terjadi penyempitan saluran.

Menurut Mudehir,6 faktor yang mendasari timbulnya gejala penyakit pernafasan :

1. Batuk
Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat adalah jika terjadi rangsangan pada
bagian-bagian peka saluran pernafasan, misalnya trakeobronkial, sehingga timbul sekresi
berlebih dalam saluran pernafasan. Batuk timbul sebagai reaksi refleks saluran pernafasan
terhadap iritasi pada mukosa saluran pernafasan dalam bentuk pengeluaran udara dan lendir
secara mendadak disertai bunyi khas.6
2. Dahak
Dahak terbentuk secara berlebihan dari kelenjar lendir (mucus glands) dan sel goblet
oleh adanya stimuli, misalnya yang berasal dari gas, partikulat, alergen dan mikroorganisme
infeksius. 6
3. Sesak nafas
Sesak nafas atau kesulitan bernafas disebabkan oleh aliran udara dalam saluran
pernafasan yang mengalami penyempitan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kesehatan yang
baik, status gizi yang baik, lingkungan yang sehat, serta keluarga (termasuk pengasuh) yang
baik dalam merawat balita.7

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya ISPA


Menurut Depkes RI,8 faktor-faktor terjadinya ISPA secara umum dipengaruhi oleh 4
faktor yaitu :

Universitas Kristen Krida Wacana


7

2.4.1 Faktor lingkungan fisik rumah

Rumah merupakan kebutuhan primer manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal
untuk berlindung dari bahaya lingkungan luar, seperti perubahan iklim dan makhluk hidup
lainnya.9 Rumah yang baik bagi penghuni atau sebuah keluarga dapat dilihat dengan
beberapa kriteria seperti.10

2.4.1.1 Kepadatan Hunian

Penduduk di kota meningkat memicu terjadinya peningkatan pembangunan sebagai


tempat tinggal. Namun terkadang dalam satu rumah yang seharusnya hanya bisa menampung
beberapa orang saja, dipaksakan untuk menampung melebihi kapasitas rumah.9 Hal ini
mengakibatkan terjadinya kepadatan dalam rumah yang dimungkinkan dapat mempengaruhi
kesehatan penghuni rumah.10 Menurut keputusan menteri kesehatan RI
No.1077/MENKES/PER/V/2011 tentang persyaratan rumah, dikatakan padat penghuni
apabila perbandingan luas lantai seluruh ruangan dengan jumlah penghuni lebih kecil dari
10m2/org, sedangkan ukuran untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3m2/org.11

Pencegahan terjadinya penularan penyakit (misalnya penyakit pernafasan) jarak


antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lain minimum 90cm dan sebaiknya kamar
tidur tidak dihuni lebih dari 2 orang.11 Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan secara bermakna antara kepadatan hunian dengan terjadinya ISPA seperti
penelitian Irianto,12 mengatakan bahwa kepadatan hunian berpengaruh pada besarnya
kejadian ISPA, yaitu besarnya anak terkena ISPA adalah 2,27 kali lipat dari rumah yang
padat penghuninya dibandingkan dengan rumah tidak padat penghuninya. Semakin
tingginya kepadatan rumah, maka penularan penyakit khususnya melalui udara akan semakin
cepat.13
2.4.1.2 Ventilasi
Ventilasi dalam rumah berfungsi sebagai sirkulasi udara atau pertukaran udara dalam
rumah karena udara yang segar dalam ruangan sangat dibutuhkan manusia. Ventilasi yang
buruk akan menimbulkan gangguan kesehatan pernapasan pada penghuninya.
Penularan penyakit saluran pernapasan disebabkan karena kuman didalam rumah
mengendap sehingga ventilasi diharuskan memenuhi syarat Menkes RI Nomor RI
No.1077/MENKES/PER/V/2011 yakni luas ventilasi minimal 10% dari luas lantai.11 Rumah
Universitas Kristen Krida Wacana
8

yang mempunyai ventilasi yang tidak berfungsi dengan baik akan menghasilkan 3 akibat
yaitu kekurangan oksigen, bertambahnya konsentrasi CO2 dan adanya bahan organik beracun
yang mengendap dalam rumah.11 Menurut hasil penelitian Lindawaty,2 mengatakan bahwa
terdapat hubungan antara ventilasi terhadap kejadian ISPA pada balita dan resiko balita
mengalami ISPA 3,07 kali lebih besar pada ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat
dibandingkan dengan ventilasi yang memenuhi syarat. Oleh karena itu, memperoleh udara
yang segar menurut Mudehir,6 dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
2.4.1.2.1 Ventilasi Alamiah
Ventilasi alamiah adalah masuknya udara kedalam ruangan melalui jendela, pintu
ataupun lubang angin yang sengaja dibuat untuk masuknya udara kedalam rumah. Ventilasi
yang baik dalam suatu ruangan mempunyai persyaratan yaitu : udara yang masuk melewati
ventilasi adalah udara yang bersih/tidak tercemar oleh asap dapur, pembakaran sampah,
kendaraan bermotor, atau sumber lain disekitar pemukiman. Rumah yang menggunakan lilin,
lampu minyak sebagai penerangan didalam harus memerlukan ventilasi untuk menukar CO2
menjadi O2.6

2.4.1.2.2 Ventilasi Buatan

Ventilasi buatan yaitu sebuah alat yang digunakan didalam rumah untuk
membersihkan udara yang bersifat portable seperti AC, exhauster, kipas angin, air purifing.6
2.4.1.3 Pencahayaan

Pencahayaan matahari sangat penting, karena dapat membunuh bakteri patogen


dalam rumah misalnya bakteri penyebab penyakit ISPA dan TBC. Oleh karena itu, rumah
yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Jalan masuk cahaya (jendela)
luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam
ruangan rumah. Menurut WHO, kebutuhan standar minimun cahaya alami yang memenuhi
syarat kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur yaitu 60-120 lux.14

2.4.1.4 Kelembapan

Kelembapan merupakan presentase kandungan uap air pada atmosfir. Jumlah uap
yang terkandung di udara bervariasi tergantung cuaca dan suhu.15 Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : No.1077/MENKES/PER/V/2011 Persyaratan kesehatan

Universitas Kristen Krida Wacana


9

untuk kelembaban di lingkungan industri adalah berkisar antara 65% - 95%. Bila kelembaban
udara ruang kerja > 95% perlu menggunakan alat dehumidifier dan bila kelembaban udara
ruang kerja < 65% perlu menggunakan humidifier, misalnya mesin pembentuk aerosol.
Persyaratan kesehatan untuk kelembaban di rumah adalah berkisar antara 40 – 60.11
2.4.1.5 Suhu
Suhu sangat berhubungan dengan kenyamanan dalam ruangan. Suhu rumah yang tinggi
menyebabkan tubuh akan kehilangan garam sehingga akan terjadi kejang atau kram dan
terjadinya perubahan metabolisme dan sirkulasi darah. Suhu dapat mempengaruhi
konsentrasi pencemar udara tergantung pada keadaan cuaca tertentu. Suhu udara dalam
rumah dapat berubah jika terjadi beberapa faktor seperti penggunaan bahan bakar, ventilasi
tidak bagus, kepadatan hunian, kondisi topografi/geografis.16
2.4.1.6 Letak dapur
Dapur berfungsi sebagai tempat terjadinya pembakaran bahan bakar untuk memasak dan
timbul panas, asap, atau debu sehingga dapur mempengaruhi kualitas udara dalam rumah.
Penataan ruangan dalam rumah harus memperhatikan letak posisi dapur karena jika letak
dapur berdekatan dengan ruang istirahat anak/ kamar anak akan mempengaruhi kesehatan
anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Citra,17 yang menyatakaan bahwa balita yang tinggal
didalam rumah dengan letak dapur menyatu/berada didalam rumah mempunyai resiko
menderita pneumonia 5,2 kali dibandingkan dengan balita dengan letak dapur terpisah.

2.4.1.7 Jenis Lantai

Lantai merupakan media yang sangat baik bagi perkembang biakan bakteri. Lantai
yang baik adalah lantai yang dalam kondisi kering dan tidak lembab dan harus kedap air
sehingga mudah dibersihkan. Jadi lantai seharusnya sudah diplester bahkan lebih baik lagi
jika sudah di beri ubin/keramik. Rumah yang mempunyai lantai yang terbuat dari tanah
cenderung menimbulkan lembab, dan pada musim panas lantai menjadi kering sehingga
dapat menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuni rumah.11

Rumah sehat memiliki lantai yang terbuat dari marmer, ubin, keramik, sudah
diplester semen (Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011)
sehingga indikator lantai rumah yang tidak sehat mempunyai lantai yang berjenis lainya.11
Hasil uji statistik pada penelitian Lindawaty,2 menunjukkan bahwa jenis lantai yang tidak
Universitas Kristen Krida Wacana
10

memenuhi syarat beresiko 2,15 kali lebih besar bagi balita terkena ISPA dibanding dengan
balita yang jenis lantainya memenuhi syarat.

2.4.1.8 Jenis Dinding

Dinding berfungsi sebagai pelindung rumah yang terbuat dari berbagai bahan seperti
bambu, triplek, batu bata, dan dari berbagai bahan tersebut yang paling baik yaitu yang
terbuat dari batu bata atau tembok. Dinding yang terbuat dari tembok bersifat permanen,
tidak mudah terbakar dan kedap air. Rumah yang menggunakan dinding berlapis kayu,
bambu akan menyebabkan udara masuk lebih mudah yang membawa debu-debu ke dalam
rumah sehingga dapat membahayakan penghuni rumah bila terhirup terus-menerus terutama
balita. Balita yang jenis dindingnya masih terbuat dari bahan yang tidak permanen seperti
triplek, bambu, batu bata beresiko 1,51 kali lebih besar bagi balita terkena ISPA .2
2.4.2 Faktor Sosial-Ekonomi
2.4.2.1 Pendidikan orang tua

Pendidikan ibu berpengaruh terhadap informasi yang diterima mengenai kesehatan


anak. Ibu dengan pendidikan tinggi akan menerima segala informasi yang menyebabkan
balita mudah terkena penyakit salah satunya penyakit saluran pernafasan atau ISPA.1 3Selain
perilaku seseorang, peran pendidikan juga berpengaruh terhadap lingkungan, pelayanan
kesehatan dan juga heriditas .13

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Citra,17 dan Suptiaptini,18 menyatakan


bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu terhadap ISPA pada balita.
Ibu yang berpendidikan rendah (<SMA) cenderung tidak mengetahui gejala-gejala ISPA
yang dialami oleh balita dan menganggap hal tersebut tidak terlalu berbahaya.18

2.4.2.2 Penghasilan orang tua

Penghasilan orang tua mempengaruhi asupan makanan yang diberikan, dan juga
pemerikasaan balita ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan. Orang tua yang
berpenghasilan rendah cenderung jarang memikirkan mengenai kesehatan karena biaya yang
mahal. Selain itu asupan gizi yang diberikan pada balita tidak sesuai dengan kebutuhan gizi
yang seharusnya didapatkan oleh balita. Hal ini akan berpengaruh terhadap gizi balita yang
cenderung menurun dan menyebabkan balita mudah terkena penyakit salah satunya penyakit

Universitas Kristen Krida Wacana


11

saluran pernafasan atau ISPA.18

2.4.3 Faktor Individu/Balita

2.4.3.1 Umur Balita


Balita adalah anak berusia dibawah umur lima tahun yang sedang mengalami masa
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pertumbuhan dan perkembangan balita
dipengaruhi oleh kesehatan yang baik, status gizi yang baik, lingkungan yang sehat, serta
keluarga (termasuk pengasuh) yang baik dalam merawat balita .7 Pada masa itu anak mudah
sakit. Umur bayi kurang dari 1 tahun lebih cenderung mudah terkena ISPA dibanding dengan
balita umur lebih dari 1 tahun.11 Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan
pembagian umur menurut tingkat kedewasaan, interval lima tahun dan untuk mempelajari
penyakit anak .19

Balita sering terpajan oleh beberapa jenis polutan dan virus dengan mudah terutama
polutan yang berasal dari dalam rumah karena sekitar 80% balita menghabiskan waktu
didalam rumah. Selain itu, ditambah lagi dengan daya tahan tubuh yang berbeda setiap balita
menyebabkan balita lebih rentan terhadap penyakit terutama ISPA. Keterpajanan balita
terhadap bahaya kesehatan lingkungan terjadi di beberapa area yang berbeda yakni didalam
rumah, lingkungan tetangga, dan komunitas dilingkungan yang lebih luas . Menurut WHO,1
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan pada balita yaitu perumahan dan
tempat tinggal (seluruh aspek ketersediaan dan kualitas perumahan, kepadatan hunian,
kondisi rumah yang berbahaya dan tidak aman, kelembapan dan ventilasi yang buruk), dan
polusi udara dalam ruangan ( misalnya asap dari pemanasan dan proses memasak, perabotan
yang mengeluarkan asap, asap rokok di lingkungan sekitar dan zat polutan dari luar ruangan
yang masuk ke dalam ruangan).
2.4.3.2 Status Gizi Balita
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-
organ serta menghasilkan energi. Seorang anak yang kekurangan gizi akan mengakibatkan
terjadinya defisiensi gizi yang merupakan awalan dari gangguan sistem kekebalan tubuh.20

Penilaian status gizi dilakukan menggunakan antropometri yakni : berat badan menurut
Universitas Kristen Krida Wacana
12

umur (weight-for-age), panjang badan menurut umur (height-for-age), berat badan menurut
tinggi badan (weight-for-height), lingkar lengan atas kiri (left mid- upper arm
circumference). Masing-masing indikator itu memberikan penjelasan tentang status gizi bayi
dan anak-anak. Indikator protein-Energy Malnutrition (PEM) yang paling sering dipakai
adalah berat badan menurut umur. Nilai rendah angka indikator berat badan menurut umur
mencerminkan terjadinya adaptasi anak terhadap gangguann gizi jangka panjang dan jangka
pendek. Defisit pertumbuhan linier yang diindikasikan ukuran antropometri tinggi badan
menurut umur baru akan terjelma manakala defisiensi telah berlangsung lama sehingga tidak
termanifestasi semasa bayi .8

Pada keadaan balita mengalami gizi kurang, balita cenderung mengalami ISPA berat
dan seranganya lebih lama.19 Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup
makanan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah sehingga mudah terserang
penyakit.20Imunisasi pada balita diberikan untuk menjaga kesehatan balita dimana
cenderung mudah terkena berbagai macam penyakit. Pemberian imunisasi dimulai sejak
lahir hingga umur 5 tahun.3 Terdapat 2 imunisasi, yaitu imunisasi aktif adalah dimana tubuh
anak sendiri yang membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun. Dan
imunisasi pasif adalah tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti, tetapi didapatkan dari luar
tubuh dengan cara penyuntikan zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan.7 Pemberian
imunisasi bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat beberapa
penyakit yakni TBC, Difteri tetanus, Batuk rejan, Poliomelitis, Tifus, Campak, Hepatitis B
dan demam kuning.

Menurut hasil penelitian Wattimena,21 anak yang imunisasi belum lengkap mempunyai
resiko 1,18 kali lebih besar untuk terkena ISPA dibandingkan dengan anak yang telah di
imunisasi campak atau pernah menderita campak. Dengan imunisasi campak dan imunisasi
pertusis (DPT) yang efektif sekitar 11% dan 6% kematian penumonia balita dapat dicegah.21
Infeksi virus campak pada saluran pernafasan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
mukosa. Pada umumnya komplikasi penyakit campak dapat menyebabkan terjadinya diare
kronis dan pneumonia. Oleh karena itu, berikut beberapa vaksin yang harus dilengkapi bagi
anak untuk menghindari berbagai penyakit yakni :

Universitas Kristen Krida Wacana


13

a) Vaksinasi BCG
Vaksinasi BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan intrakutan
dengan dosis 0,05 ml.3 Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi tuberkulin
konversi pada tempat suntikan. Ada tidaknya tuberkulin konversi tergantung pada potensi
vaksin dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang benar.3 Kelebihan dosis dan
suntikan yang terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya abses ditempat suntikan. Untuk
menjaga potensinya, vaksin BCG harus disimpan pada suhu 20C.3
b) Vaksinasi DPT

Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan pemberian
vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan ditambah
dengan bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan
secara subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali
dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala
biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan
seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan
lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan DT.3

c) Vaksinasi Polio.
Untuk kekebalan terhadap poliomyelitis diberikan 2 tetes vaksin polio oral yang
mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dari suku Sabin. Vaksin yang diberikan melalui mulut
pada bayi umur 2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu.3
d) Vaksinasi Campak
Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam bentuk
bubuk kering atau freeseried yang harus dilarutkan dengan bahan pelarut yang telah tersedia
sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak
umur 9-12 bulan.6 Dinegara berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan lebih awal
dengan maksud memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi virus
campak secara alami. Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti
kebal bawaan yang berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat menghambat
terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulangan masih
diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia vaksin campak diberikan mulai anak
berumur 9 bulan.8
Universitas Kristen Krida Wacana
14

Berdasarkan beberapa penelitian yang dillakukan oleh Lindawaty,2 menunjukkan


adanya hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian ISPA pada Balita dimana
balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko 2,5 kali untuk mengalami kejadian ISPA
dibanding dengan status gizi baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Mudehir,6 Wattimena,21 dan Kristina,22 bahwa ada hubungan status gizi terhadap ISPA pada
balita. Balita yang mempunyai status gizi yang kurang mudah terserang oleh bakteri, virus
yang masuk melalui saluran pernafasan dan menyebabkan gangguan pernafasan pada balita
salah satunya ISPA.

2.4.4 Faktor Perilaku


Pencemaran udara dalam rumah terjadi akibat adanya polutan dalam rumah yang
konsentrasinya dapat beresiko menimbulkan gangguan kesehatan penghuni rumah.11
Pencemaran udara dalam rumah terjadi akibat prilaku penghuni rumah yang tidak sehat.
Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita
lebih efektif dilakukan oleh keluarga baik yang dilakukan oleh ibu atau keluarga yang tinggal
dalam satu rumah.11 Keluarga sangat mempengaruhi munculnya penyakit didalam rumah.
Bila salah satu keluarga mengalami gangguan kesehatan yang bersifat menular maka akan
mempengaruhi anggota keluarga lainya.11

Peran keluarga sangat penting dalam menangani ISPA karena penyakit ISPA termasuk
dalam penyakit yang sering diderita sehari-hari didalam keluarga. Hal ini menjadi fokus
perhatian keluarga karena penyakit ISPA sangat sering diderita oleh balita, sehingga ibu
balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita harus mengetahui
gejala-gejala balita terkena ISPA. Dalam penanganan ISPA tingkat keluarga keseluruhanya
dapat dogolongkan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu perawatan oleh ibu balita, tindakan yang
segera dan pengamatan tentang perkembangan penyakit balita, pencarian pertolongan pada
pelayanan kesehatan. Sebagian besar keluarga tidak mengetahui dari kebiasaan yang sering
dilakukan dapat menimbulkan pencemaran udara dalam rumah dan berpengaruh terhadao
kesehatan balita seperti :21

Universitas Kristen Krida Wacana


15

2.4.4.1 Kebiasaan merokok


Merokok merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh penghuni rumah terutama
oleh bapak-bapak. Cenderung bapak-bapak merokok didalam rumah sambil istirahat seperti
menonton tv, membaca koran dan sebagainya. Asap rokok yang dikeluarkan adalah gas
beracun dari hasil pembakaran produk tembakau yang biasa mengandung Poliyclinic
Aromatic Hydrocarbons (PAHs) yang berbahaya bagi kesehatan.15.

Asap rokok dari seseorang yang merokok dalam rumah, tidak saja merupakan bahan
pencemaran dalam ruang yang serius melainkan juga akan menyebabkan kesakitan dari
toksik yang lain dan anak-anak yang terpapar asap rokok dapat menimbulkan gangguan
pernapasan terutama memperberat timbulnya Infeksi Saluran Pernapaasan Akut dan
gangguan paru-paru pada waktu dewasa nanti .21 Menurut penelitian Wattimena,21 bahwa
rumah yang penghuninya mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah berpeluang
meningkatkan kejadian ISPA pada balita 7,83 kali dibandingkan dengan rumah balita yang
penghuninya tidak merokok.
2.4.4.2 Bahan bakar memasak

Di zaman yang semakin berkembang , bahan bakar memasak beraneka ragam mulai
dari penggunaan minyak tanah, gas, atau listrik. Saat ini penggunaan kayu sudah sangat
jarang ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Masyarakat yang masih menggunakan
bahan bakar selain gas cenderung takut dikarenakan ledakan gas yang sering terjadi sehingga
memilih bahan bakar yang aman seperti minyak tanah dan kayu bakar bagi pedesaan. Namun
akibat penggunaan bahan bakar tersebut, dapat menyebabkan resiko terjadinya pencemaran
udara hasil pembakaran didalam rumah. Keadaan tersebut diperburuk dengan tidak adanya
ventilasi dalam rumah sehingga asap sisa pembakaran atau debu yang dihasilkan tidak keluar
melainkan mengendap didalam rumah .21Partikel debu yang dihasilkan dari pembakaran
tersebut mengandung unsur-unsur kimia, seperti timbal, besi, mangan, arsen, cadmium
dimana jika terhirup atau masuk langsung ke pernafasan dapat menempel diparu-paru.
Paparan partikel dengan kadar yang tinggi akan menimbulkan edema pada trachea,
bronchus, dan bronchiolus.21

Universitas Kristen Krida Wacana


16

2.4.4.3 Penggunaan obat nyamuk

Pengendalian dan pemberantasan nyamuk dalam rumah sebagaian masyarakat


cenderung menggunakan obat nyamuk yang terbuat dari bahan insektisida yang disemprot
dan obat nyamuk bakar. Semakin maraknya merk-merk obat penghilang nyamuk didalam
rumah untuk mengusir vektor nyamuk. Terpengaruhnya masyarakat dengan berbagai merk
obat nyamuk membuat konsumsi akan obat nyamuk hampir disetiap rumah warga.
Walaupun tujuan dari obat nyamuk tersebut baik, namun terdapat dampak yang harus
diperhatikan oleh penguni rumah. Obat nyamuk mengandung bahan-bahan kimia yang sulit
terurai dalam waktu cepat. Jika obat nyamuk itu mengendap setiap hari di bantal-atau tempat
tidur manusia dan terhirup akan berdampak pada gangguan kesehatan baik bersifat kronik
ataupun akut. Sehingga perlu diperhatikan intensitas penggunaan obat nyamuk tersebut.22

Hasil Penelitian Safwan,24 yang menyatakan bahwa balita yang tingga didalam rumah
yang menggunakan bahan bakar minyak tanah atau kayu berpeluang menderita ISPA
sebanyak 2,235 kali lebih tinggi dibanding dengan balita yang tinggal didalam rumah yang
menggunakan bahan bakar gas. Rumah yang penghuninya mempunyai kebiasaan merokok
dalam rumah berpeluang meningkatkan kejadian ISPA pada balita sebesar kira- kira 7,83
kali dibandingkan dengan rumah balita yang penghuninya tidak merokok didalam rumah.

2.5 Cara Pencegahan ISPA


Menurut Depkes RI,7 Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit ISPA Diantaranya:

1. Menghindarkan diri dari penderita ISPA


2. Hindari asap, debu dan bahan lain yang menganggu pernafasan
3. Imunisasi lengkap pada balita di Posyandu.
4. Membersihkan rumah dan lingkungan tempat tinggal.
5. Rumah harus mendapatkan udara bersih dan sinar matahari yang cukup serta
menutup mulut dan hidung saat batuk.
6. Tidak meludah sembarangan.

Universitas Kristen Krida Wacana


17

2.5 Berikut beberapa cara penanganan ISPA:

2.5.1 Perawatan ISPA di rumah


Menurut Depkes RI untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa hal yang perlu
dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA yang antara lainnya.

2.5.1.1 panas ( demam )


Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 bulan demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk.

2.5.1.2 Mengatasi batuk


Dianjurkan memberi obat yang aman yaitu dengan ramuan tradisional yaitu jeruk nipis
½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari.

2.5.1.3 Pemberian makanan


Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih
sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap
diteruskan.

2.5.1.4 Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-
lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersikan hidung yang berguna untuk
mempercepat kesenambungan dan meng-hindari komplikasi yang lebih parah.Usahakan
lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup, tidak berasap. Apabila
selama perawatan dirumah keadaan anak mem-buruk maka dianjurkan untuk membawa
kedokter atau petugas kesehatan.Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain
tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama
5 hari penuh dan untuk penderita yang mendapat antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari
anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.5

Universitas Kristen Krida Wacana


18

2.5.2 Pengobatan ISPA di sarana kesehatan :


 ISPA yang tergolong berat : dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur
infus, diberikan oksigen dan sebagainya.
 ISPA yang tergolong sedang : diberi obat antibiotik melalui mulut. Pilihan obatnya
Kontrimoksasol, jika terjadi alergi/ tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin,
Ampisilin.
 ISPA yang tergolong ringan : tanpa pemberian obat antobiotik. Diberikan perawatan
dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat tadisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan.
Bila demam, berikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala
batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai
pembesaran kelenjar getah bening di leher, dianggab sebagai radang tenggorokan oleh
kuman streptococcus dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.5

Universitas Kristen Krida Wacana


19

2.6 Kerangka Teori

Faktor lingkungan fisik


1. Kepadatan hunian
2. Ventilasi
3. Kelembaban
4. Suhu
5. Letak dapur
6. Jenis lantai
7. Jenis dinding

Faktor sosial ekonomi


1. Pendidikam orang tua
2. Penghasilan orang tua

Kejadian ISPA pada balita

Faktor perilaku
1. Kebiasaan merokok
2. Bahan bakar memasak
3. Penggunaan obat
nyamuk

Faktor Individu balita


1. Umur
2. Status gizi

Universitas Kristen Krida Wacana


20

2.7 Kerangka konsep

Faktor lingkungan fisik

Faktor Individu (balita)

ISPA PADA BALITA


Faktor sosial-ekonomi

Faktor perilaku

Pengetahuan

pendidikan pengalaman informasi

usia

Jumlah anak
pekerjaan

Universitas Kristen Krida Wacana


21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah tipe deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross secional

3.2 Tempat dan Waktu penelitian

Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat Desember tahun 2018

3.3 Subjek Penelitian

Ibu yang mempunyai balita di daerah Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat
tahun 2018. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Besar
sampel dihitung dengan rumus besar sampel untuk proporsi tunggal. Prevalensi kejadian
ISPA pada balita dalam data RISKESDAS,25 adalah 25,8% ( P= 0,258) maka Q= 1-P = 1-
0,258 =0,742. Besarnya ketepatan relatif ditetapkan oleh peneliti sebesar 10% (d=0,1).
Besarnya Zα = 1,96 untuk α = 0,05. Perhitungan besar sampel adalah sebagai berikut:

N= Zα2 x P x Q

d2

= (1,96)2 x 0,258 x 0,742

0,102

= 73
Berdasarkan perhitungan diatas minimal dibutuhkan 73 orang ibu yang memiliki balita di
Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat.

3.4 Bahan, alat dan cara pengambilan data

3.4.1 Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang akan digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh secara
langsung dari responden.

Universitas Kristen Krida Wacana


22

3.4.2 Alat Penelitian

Alat penelitian yang akan digunakan adalah kuesioner, yang berisi daftar pertanyaan
untuk responden tentang pengetahuan Ibu tentang ISPA yang sebelumnya sudah digunakan
dalam penelitian oleh Yumeina Gagarani dengan judul : Hubungan antara Tingkat
Pengetahuan Ibu dengan Pengelolaan Awal Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak.25
kemudian divalidasi ulang oleh peneliti.

3.4.3 cara

Pertama, peneliti akan menyiapkan kuisioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan


yang dibutuhkan untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti melakukan validasi
kuisioner. Kedua, peneliti akan membagikan kuisioner kepada sampel yang telah ditentukan
jumlahnya dan sampel akan mengisi semua pertanyaan di dalam kuisioner dengan lengkap
dan benar. Ketiga, kuisioner dikembalikan kepada peneliti setelah semua pertanyaan yang
diajukan telah dijawab dengan lengkap dan benar. Keempat, peneliti akan mengumpulkan
data yang tertera pada kuisioner dan akan dilakukan uji statistik.

3.5 Parameter yang diperiksa

Parameter yang diperiksa adalah pengetahuan Ibu tentang ISPA di Puskesmas Kebon Jeruk

3.6 Dana Penelitian

Perkiraan dana penelitian Rp 500.000

3.7 Analisis Data

1.Pengelolaan data menggunakan Microsoft Excel 2007, aplikasi SPSS versi 24.0

2.Interpretasi data dilakukan secara deskriptif

3.Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian untuk selanjutnya
dipresentasikan.

Universitas Kristen Krida Wacana


23

3.8 Definisi Operasional


Variabel
1. Pengetahuan Ibu tentang ISPA
Menurut Arikunto hasil ukur pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori
yaitu: baik (76%-100%), cukup ( 56%-75%), kurang (<= 55%).27
 Definisi : Pengetahuan ibu tentang ISPA yang meliputi pengertian, gejala, penyebab,
cara penularan, pencegahan, serta penanganan ISPA.
 Alat ukur : Kuesioner
 Cara Ukur : Skoring, dimana setiap pertanyaan memiliki sistem penilaian tersendiri yang
akan dijabarkan pada setiap nomor pertanyaan kuesioner dibawah ini. Variabel
Pengetahuan ibu terdapat 22 pertanyaan, maka :
Skor menjawab benar diberi nilai 1

Skor menjawab salah diberi nilai 0

Skor tertinggi: 22 x 1 = 22

Skor terendah =0

Pengetahuan baik : 76% x 22 = 17-22 (yang menjawab benar 17-22 pertanyaan)

Pengetahuan cukup : 56% x 22= 12-16 ( yang menjawab benar 12-16 pertanyaan)

Pengetahuan kurang : < 55 = <12 ( yang menjawab benar <12 pertanyaan)

 Skala : Ordinal
2. Umur Ibu
 Definisi : Usia Ibu yang dihitung dari tanggal lahir sampai waktu pelaksanaan
penelitian yang dinyatakan dalam tahun.
 Cara Ukur : Kuisioner dengan cara diisi oleh responden
 skala : Ordinal
20-24 tahun
25-29 tahun
30-34 tahun
35-39 tahun
Universitas Kristen Krida Wacana
24

40-44 tahun
3. Jumlah anak
 Definisi : Total keseluruhan anak yang dimiliki responden
 Cara Ukur : Kuisioner dengan cara diisi oleh responden
 skala : Numerik
4. Pendidikan Ibu
 Definisi : Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan
bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran yang terdiri dari pendidikan
dasar, pertama, menengah, dan perguruan tinggi.
 Alat ukur : Kuesioner
 Cara Ukur : Skoring, dimana setiap pertanyaan memiliki sistem penilaian tersendiri yang
akan dijabarkan pada setiap nomor pertanyaan kuesioner dibawah ini.
 skala : Ordinal
Tinggi : Perguruan tinggi
Sedang : SMA/sederajat
Rendah : ≤SMP/ sederajat
5. Pekerjaan
 Definisi : profesi atau kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari agar mendapatkan
imbalan uang.
 Alat ukur : Kuesioner
 Cara Ukur : Skoring, dimana setiap pertanyaan memiliki sistem penilaian tersendiri yang
akan dijabarkan pada setiap nomor pertanyaan kuesioner dibawah ini.
 skala : Nominal
Dalam hal ini responden digolongkan sebagai:
Ibu rumah tangga
Pegawai negeri sipil
Pegawai swasta
wiraswasta

Universitas Kristen Krida Wacana


25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018 di Puskesmas Kecamatan Kebon


Jeruk, Jakarta Barat dengan jumlah responden sebanyak 73 orang. Setelah data-data yang
dikumpulkan lengkap, maka selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan program SPSS 24.

4.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan,


Pekerjaan, dan Penghasilan di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat
Periode November – Desember 2018 (n=73)

No. Karakteristik Frekuensi Presentase


(%)
1. Usia ibu
20-24 6 8,2
25-29 25 34,2
30-34 22 30,1
35-39 14 19,2
40-44 6 8,2

2. Jumlah anak
1
36 49,3
2
15 20,5
3
17 23,3
4
4 5,5
5
1 1,4
3. Pendidikan
≤SMP/Sederajat 9 12,3
SMA/Sederajat 46 63,0
Perguruan Tinggi 18 24,7

Universitas Kristen Krida Wacana


26

4. Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 56 76,6
Pegawai Negeri 3 4,1
Pegawai Swasta 11 15,1
Wiraswasta 3 4,1

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 73 responden mayoritas pendidikan
ibu adalah SMA sebanyak 46 orang (63,0%), mayoritas pekerjaan ibu adalah ibu rumah
tangga sebanyak 56 orang (76,6%), dan pendapatan mayoritas pada pendapatan cukup yaitu
41 orang (56,2%).

4.1.2 Pengetahuan Responden

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu terhadap ISPA
pada Balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode November-
Desember 2018 (n=73)

Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)


Kurang 20 27.4
Cukup 42 57.5
Baik 11 15.1
Jumlah 73 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 diperoleh bahwa responden terbanyak
berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 42 orang atau 57.5%. dan hanya 11 orang atau 15.1%
saja yang berpengetahuan baik, untuk melihat lebih rinci tentang pengetahuan responden,
maka peneliti mencoba membagi pengetahuan responden berdasarkan pengertian, gejala
dan cara penularan, penyebab, pencegahan serta pengobatan ISPA pada balita.

Universitas Kristen Krida Wacana


27

4.1.2.1 Pengetahuan Responden tentang Pengertian ISPA

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang


Pengertian ISPA pada Balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018 (n=73)

Pengetahuan tentang Pengertian ISPA Frekuensi Presentase (%)

Kurang 10 13.7
Cukup 56 76.7
Baik 7 9.6
Jumlah 73 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang pengertian ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk mayoritas berpengetahuan
cukup 56 orang atau 76.7%, hal tersebut bias dilihat dari rincian masing- masing jawaban
responden pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang


Pengertian ISPA pada Balita dalam Rincian Soal Kuisioner di Puskesmas Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode November- Desember 2018 (n=73)

no Pertanyaan Benar Salah Jumlah


n(%) n(%) n(%)
1 Apakah ISPA merupakan infeksi yang 59 (80.8) 14 (19.2) 73 (100.0)
menyerang saluran pernapasan?
2 Apakah ISPA adalah kepanjangan dari 11 (15.1) 62 (84.9) 73 (100.0)
Infeksi Saluran Pernapasan Atas?

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 diperoleh bahwa pengetahuan responden
terhadap pengertian ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk ternyata mayoritas
menjawab salah pada poin pertanyaan nomor 2 sebanyak 62 orang atau 84.9%.

Universitas Kristen Krida Wacana


28

4.1.2.2 Pengetahuan Responden tentang Penyebab dan gejala ISPA

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Penyebab
dan gejala ISPA pada Balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018(n=73)

Pengetahuan tentang penyebab dan gejala ISPA Frekuensi Presentase (%)


Kurang 21 28.8
Cukup 37 50.7
Baik 15 20.5
Jumlah 73 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang penyebab dan gejala ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk mayoritas cukup
33 orang (45,2%), baik 32 orang (43,8%) dan kurang 8 orang 11,0%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Penyebab
dan gejala ISPA pada Balita dalam Rincian Soal Kuisioner di Puskesmas Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode November- Desember 2018(n=73)

No Pertanyaan Benar Salah Jumlah


n (%) n (%) n (%)
1 Apakah ISPA dapat disebabkan oleh selain 59(80.8) 14(19.2) 73 (100.0)
kuman?
2 Apakah ISPA sering terjadi pada anak-anak ? 39(53.4) 34(46.6) 73 (100.0)

3 Apakah ISPA dapat berlangsung hingga 14 61(83.6) 12(16.4) 73 (100.0)


hari?
4 Apakah batuk merupakan salah satu gejala dari 39(53.4) 34(46.6) 73 (100.0)
ISPA?
5 Apakah demam selalu terjadi ketika anak anda 44(60.3) 29(39.7) 73 (100.0)
terkena ISPA?

Universitas Kristen Krida Wacana


29

6 Pada suhu berapakah anak dapat dikatakan 59(80.8) 14(19.2) 73 (100.0)


mengalami demam?
7 Apakah pilek merupakan salah satu gejala 60(82.2) 13(17.8) 73 (100,0)
ISPA?
8 Apakah debu berhubungan dengan kejadian 31(42.5) 42(57.5) 73 (100.0)
ISPA pada anak?

9 Apakah alergi berhubungan dengan kejadian 24(32.9) 49(67.1) 73 (100.0)


ISPA pada anak?

10 Apakah keturunan berhubungan dengan 35(47.9) 38(52.1) 73 (100.0)


kejadian ISPA pada anak?

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 diperoleh bahwa pengetahuan responden
terhadap penyebab dan gejala ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk mayoritas salah
pada poin pertanyaan nomor 8 sampai nomor 10.

4.1.2.3 Pengetahuan Responden tentang Cara Penularan ISPA

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Cara
Penularan ISPA pada Balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018 (n=73)

Pengetahuan tentang cara penularan ISPA Frekuensi Presentase (%)


Kurang 31 42.5
Cukup 27 37.0
Baik 15 20.5
Jumlah 73 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang cara penularan ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk masih kurang sebanyak
31 orang atau 42.5%.

Universitas Kristen Krida Wacana


30

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Cara
Penularan ISPA pada Balita dalam Rincian Soal Kuisioner di Puskesmas Kecamatan Kebon
Jeruk, Jakarta Barat Periode November- Desember 2018 (n=73)

No Pertanyaan Benar Salah Jumlah


n (%) n (%) n (%)
1 Apakah ISPA merupakan salah satu penyakit 34(46.6) 39(53.4) 73(100.0)
menular?
2 Apakah penularan ISPA dapat melalui udara 47(64.4) 26(35.6) 73(100.0)
dan percikan ludah?
3 Apakah kontaminasi tangan dapat menularkan 33(45.2) 40(54.8) 73(100.0)
ISPA?

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 diperoleh bahwa pengetahuan responden
terhadap cara penularan ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk tentang apakah ISPA
adalah penyakit menular 45,2% menjawab benar, 28,8% masih menjawab salah dan 26,0
menjawab tidak tahu. Kemudian untuk pertanyaan penularan ISPA dapat melalui udara dan
percikan ludah mayoritas menjawab benar (67,1%), namun untuk cara penularan ISPA
melalui kontaminasi tangan responden mayoritas menjawab salah sebanyak 47%.

4.1.2.4 Pengetahuan Responden tentang Pencegahan ISPA

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang


pencegahan ISPA pada Balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018 (n=73)

Pengetahuan tentang pencegahan ISPA Frekuensi Presentase (%)


Kurang 26 35.6
Cukup 21 28.8
Baik 26 35.6
Jumlah 73 100

Universitas Kristen Krida Wacana


31

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang pencegahan ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk antara pengetahuan baik
dan kurang sama besar sebanyak 26 orang atau 35.6%.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang


pencegahan ISPA pada Balita dalam Rincian Soal Kuisioner di Puskesmas Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode November- Desember 2018 (n=73)

no Pertanyaan Benar Salah Jumlah


n (%) n (%) n (%)
1 Apakah ASI Eksklusif berhubungan dengan 21(28.8) 52(71.2) 73(100.0)
kejadian ISPA pada anak?
2 Apakah status imunisasi berhubungan dengan 31(42.5) 42(57.5) 73(100.0)
kejadian ISPA pada anak?
3 Apakah dengan minum obat peningkat 42(57.5) 31(42.5) 73(100.0)
kekebalan tubuh ISPA dapat dicegah?
4 Apakah dengan menjaga kebersihan diri ISPA 61(83.6) 12(16.4) 73(100.0)
dapat dicegah?
5 Apakah dengan menghindari sumber 58(79.5) 15(20.5) 73(100.0)
penularan ISPA dapat dicegah?
6 Apakah dengan menggunakan masker ISPA 58(79.5) 15(20.5) 73(100.0)
dapat dicegah?

Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.10 diperoleh bahwa pengetahuan responden
terhadap pencegahan ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk masih salah pada poin
pertanyaan nomor 1 dan 2 mengenai hubungan ASI dan status imunisasi dengan kejadian
ISPA pada balita.

Universitas Kristen Krida Wacana


32

4.1.2.5 Pengetahuan Responden tentang Penanganan

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang


penanganan ISPA pada Balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018 (n=73)

Pengetahuan tentang penananan ISPA Frekuensi Presentase (%)


Kurang 20 27.4
Cukup 0 0
Baik 53 72.6
Jumlah 73 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.11 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang penanganan ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk sudah baik dengan 53
orang atau 72.6% menjawab benar pertanyaan tentang penanganan ISPA.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang


penanganan ISPA pada Balita dalam Rincian Soal Kuisioner di Puskesmas Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode November- Desember 2018 (n=73)

No Pertanyaan Benar Salah Jumlah


n (%) n (%) n (%)
1. Apakah anak yang terkena ISPA selalu diberi 53(72.6) 20(27.4) 73(100,0)
obat pengurang gejala?

Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.12 diperoleh bahwa pengetahuan responden
terhadap pencegahan ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk sudah baik dengan 53
orang atau 72.6% menjawab benar pertanyaan tentang penanganan ISPA.

Universitas Kristen Krida Wacana


33

4.1.2.6 Pengetahuan Responden Mengenai ISPA pada Balita berdasarkan Usia

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada Balita
Berdasarkan Usia di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode November-

Desember 2018 (n=73)

Usia ibu
Tingkat 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44
pengetahuan tahun tahun tahun tahun tahun
(6 org) (25org) (22org) (14org) (6 org)
n (%)
n (%) n (%) n (%) n (%)
Kurang 4 (66.7) 9 (36.0) 5 (22.7) 2 (14.3) 0(0.0)
Cukup 1 (16.7) 15 (60.0) 15(68.2) 8 (57.1) 3 (50.5)
Baik 1 (16.7) 1 (4.0) 2 (9.1) 4 (28.6) 3 (50.5)
Total 6(100.0) 25(100.0) 22(100.0) 14(100.0) 6(100.0)

Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.13 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA berdasarkan usia ibu di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan umur
dibagi menjadi 5 kategori. Dapat dilihat dari tabel 4.13 semakin tinggi umur responden
semakin baik pula pengetahuan responden.

4.1.2.7 Pengetahuan Responden Mengenai ISPA pada Balita berdasarkan Jumlah anak

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada Balita
Berdasarkan Jumlah anak di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018 (n=73)

Jumlah anak
1 anak 2 anak 3 anak 4 anak 5 anak
Tingkat pengetahuan (36 org) (15 org) (17 org) (4 org) (1 org)
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)
Kurang 14(38.9) 3(20.0) 2 (11.8) 1 (25,0) 0 (0,0)
Cukup 21(58.3) 9(60.0) 11(65.7) 1 (25,0) 0 (0,0)
Baik 1 (2.8) 3 (20.0) 4 (23.5) 2 (50,0) 1(100.0)
Total 36(100.0) 15(100.0) 17(100.0) 4(100.0) 1(100.0)

Universitas Kristen Krida Wacana


34

Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.14 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan jumlah anak dapat dilihat
pada tabel bahwa semakin banyak anak yang dimiliki responden maka pengetahuan ibu
semakin baik

4.1.2.8 Pengetahuan Responden Mengenai ISPA pada Balita berdasarkan Pendidikan


Ibu

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada Balita
Berdasarkan Pendidikan Ibu di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018 (n=73)

Pendidikan
Tingkat pengetahuan ≤smp/sederajat Sma/sederajat Perguruan tinggi
(9 orang) (46 orang) (18 orang)
n (%) n (%) n (%)
Kurang 4 (44,4) 13 (28.3) 3 (16.7)
Cukup 5 (55.6) 30 (65.2) 7 (38.9)
Baik 0 (0.0) 3 (6.5) 8 (44.4)
Total 9(100.0) 46(100.0) 18(100.0)

Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.15 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan pendidikan dibagi menjadi
3 kategori, semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan akan semakin baik.

Universitas Kristen Krida Wacana


35

4.1.2.9 Pengetahuan Responden Mengenai ISPA pada Balita berdasarkan Pekerjaan


Ibu

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada Balita
Berdasarkan Pendidikan Ibu di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018 (n=73)

Pekerjaan
Tingkat Ibu rumah tangga Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta
pengetahuan ( 56 org) (6 org) (11 org) (3 org)
n (%) n (%) n (%) n (%)
Kurang 17 (30.4)) 1 (33.3) 2 (18.2) 0 (0.0)
Cukup 36 (64.3) (0.0) 4 (36.4) 2 (66.7)

Baik 3 (5.4) 2 (66.7) 5 (45.5) 1 (33.3)


Total 56(100.0) 6(100.0) 11(100.0) 3(100.0)

Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.16 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan pekerjaan ibu dibagi
menjadi 4 kategori, dan didapatkan ibu rumah tangga mayoritas berpengetahuan cukup,
untuk pengetahuan baik mayoritas ibu dengan pekerjaan pegawai negeri.

4.2 Pembahasan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia
yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Monks FJ, pengetahuan dapat
dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, pemberian informasi dan sosial budaya.
Tingkat pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh factor pendidikan, pengalaman,
pemberian informasi, dan sosial budaya. Tingkat pendidikan sangat erat sekali
hubungannya dengan pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula
tingkat pengetahuan seseorang.28,29

Pada penelitian Setyaningsih yang berjudul Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan


Ibu Dengan Penanganan Pertama Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Rumah Pada Balita
Universitas Kristen Krida Wacana
36

Di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta didapatkan tingkat pengetahuan Ibu pada tingkat


sedang, kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dimana rata-rata tingkat
pendidikan responden SMA/sederajat dan rata-rata responden bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga, jumlah responden yang bekerja sejumlah 26 responden, tingkat pendidikan
diatas SMA yaitu D3 dan S1 sejumlah 20 responden sehingga kemungkinan ada
hubungan bermakna dengan tingkat pengetahuan responden namun pada hasilnya
tingkat pendidikan SMA atau di bawahnya lebih besar sehingga hasilnya berpengaruh dan
mungkin ini pula yang memberikan hasil tidak bermakna antara tingkat pengetahuan
ibu dengan penanganan pertama ISPA di rumah pada responden di Puskesmas Umbul harjo
I Yogyakarta.30

Kemudian pada penelitian Ermayanti dkk yang berjudul Gambaran Tingkat


Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada Balita di Puskesmas 1 Ngaglik Sleman Yogyakarta
Tahun 2011 dimana dari hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA
pada balita sebagian besar adalah cukup sebanyak 62 orang (77,5%).31 Dalam penelitian
Ermayanti, dkk jumlah responden yang bekerja sebanyak 18 responden, yang tidak
bekerja 62 responden untuk tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA dan perguruan
tinggi sebanyak 42 orang, hal tersebut mempengaruhi tingkat pengetahuan responden.31

Hasil yang didapatkan mengenai pengetahuan ibu terhadap ISPA pada balita di
Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat 42 orang (57,5%) responden memiliki
pengetahuan cukup, 20 orang (27,4%) responden memiliki pengetahuan baik dan 11 orang
(15,1%) responden memiliki pengetahuan kurang. Dimana usia ibu mayoritas 25-29 tahun
(34,2%), jumlah anak mayoritas 1 sebanyak 36 orang (49,3%), pendidikan mayoritas
SMA/sederajat 46 orang (63,0%) , dan pekerjaan mayoritas Ibu rumah tangga sebanyak 56
orang (76,6%). Pada penelitian ini peneliti tentang tingkat pengetahuan ibu terhadap ISPA
pada balita yang meliputi pengertian, penyebab dan gejala, cara penularan, pencegahan
dan penatalaksanaan.

Hasil yang didapatkan dari tabel 4.3 mengenai pengetahuan ibu tentang pengertian
ISPA pada balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat mayoritas cukup 56
orang ( 76,7%), kurang 10 orang (13,7%) dan baik 7 orang (9,6%). Dimana sebagian besar
ibu tidak mengetahui singkatan dari ISPA itu sendiri. Tingkat pengetahuan ibu balita disini
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman, dan informasi.

Universitas Kristen Krida Wacana


37

Hasil yang didapatkan dari tabel 4.5 mengenai pengetahuan ibu tentang penyebab
dan gejala ISPA pada balita di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat mayoritas cukup 37
orang (50,7%), kurang 21 orang (28,8%) dan baik 15 orang (20,5%). Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian Suryono yang berjudul Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada
Balita di Puskesmas Adan-adan Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri tahun 2014.33 dalam
penelitian ini sebagian besar ibu salah memahami penyebab ISPA dengan poin pertanyaan
apakah ISPA dapat disebabkan oleh alergi dan debu, ISPA sendiri tidak berhubungan dengan
alergi dan debu karena ISPA merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan
riketsia, Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Haemophilus, Bordotella dan Korinebakterium. Virus penyebabnya antara
lain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, dan
Herpesvirus. Sekitar 90-95% penyakit ISPA disebabkan oleh virus .1

Hasil yang didapatkan dari tabel 4.7 mengenai pengetahuan ibu tentang cara
penularan ISPA pada balita di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat mayoritas kurang 31
orang (42,5%), cukup 27 orang (37%), dan baik 15 orang (20,5%). Dimana mayoritas
menjawab salah pada poin pertanyaan kontaminasi ISPA melalui tangan 35 orang (47,9%).
Tingkat pengetahuan ibu balita disini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman,
informasi.

Hasil yang didapatkan dari tabel 4.9 mengenai pengetahuan ibu tentang pencegahan
ISPA pada balita di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat pengetahuan baik dan kurang
sama besar 26 orang (35,6%) dan cukup 21 orang (28,8%). Dimana mayoritas menjawab
salah dalam poin pertanyaan mengenai pencegahan ISPA dengan pemberian ASI ekskusif
44 orang (60,3%) dan dengan menjaga kebersihan 34 orang (46,6%). Dan banyak ibu yang
belum mengetahui pentingnya status imunisasi untuk mencegah ISPA 42 orang (57,5%).

Hasil yang didapatkan dari tabel 4.11 mengenai pengetahuan ibu tentang penanganan
ISPA pada balita di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat mayoritas baik 45 orang (61,6%),
cukup 18 orang (24,7%) dan kurang 9 orang (12,3%). Dimana tentang pengobatan ISPA
yang disebabkan bakteri diberikan obat antibiotik sama banyak responden menjawab
jawaban salah dan tidak tahu sebanyak 28 orang (38,4%) pengetahuan ini bisa didapatkan
dari pengalaman dan informasi yang dapat ditanyakan kepada tenaga medis tentang obat
antibiotik pada penyakit ISPA.

Universitas Kristen Krida Wacana


38

Hasil yang didapatkan dari tabel 4.13 mengenai pengetahuan responden tentang ISPA
berdasarkan usia ibu di Puskesmas Kematan Kebon jeruk berdasarkan umur dibagi menjadi
5 kategori, untuk usia 20-24 tahun pengetahuan ibu mayoritas kurang 4 orang (66,7%) cukup
dan baik 1 orang (16,7%), usia 25-29 mayoritas cukup 15 orang (60%), kurang 9 orang (36%)
dan baik 1 orang (4%). Usia 30-34 mayoritas cukup 15 orang (68,2%) , kurang 5 orang
(22,7%), dan baik 2 orang (9,1%). Usia 35-39 mayoritas cukup 8 orang (57,1%), baik 4 orang
(28,6%) dan kurang 2 orang (14,3%). Untuk usia 40-44 tahun cukup dan baik sama besar 3
orang (50%). Hasil penelian tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang baik
mengenai ISPA, paling banyak terdapat pada kelompok usia 40-44 tahun. Semakin tua usia
seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada
usia tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun.32

Hasil yang didapatkan dari tabel 4.14 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan jumlah anak dimulai dari
ibu dengan jumlah anak 1 mayoritas cukup 21 orang (58,3%), kurang 14 orang (38,9%), dan
baik 1 orang (2,8%). Ibu dengan jumlah anak 2 mayoritas cukup 9 orang (60%), baik dan
kurang sama besar 3 orang (20%). Ibu dengan jumlah anak 3 mayoritas cukup 11 orang
(64,7%), baik 4 orang (23,5%), dan kurang 2 orang (11,8%). Ibu dengan jumlah anak 4
mayoritas baik 2 orang (50,0), kurang dan cukup sama besar 1 orang (25,0%), dan ibu
dengan jumlah anak 5 baik 1 orang (100%).Dari data yang didapatkan, pengetahuan kurang
paling banyak pada ibu yang memliliki 1 orang anak dan pengetahuan baik paling banyak
didapatkan dari ibu yang memiliki 3 anak. Menurut Monks FJ, pengetahuan dapat
dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, pemberian informasi dan sosial budaya.
Dalam hal ini ibu yang mempunyai anak lebih banyak memiliki pengalaman yang lebih baik
daripada ibu yg hanya memiliki 1 anak.

Hasil yang didapatkan dari tabel 4.15 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan pendidikan dibagi menjadi
3 kategori, ≤SMP/sederajat pengetahuan mayoritas cukup 5 orang (55,6%) sedangkan kurang
4 orang (44,4%). SMA/sederajat mayoritas cukup 30 orang (65,2%), kurang 13 orang
(28,3%) dan baik 3 orang (6,5%). Untuk pendidikan perguruan tinggi mayoritas baik 8
orang (44,4%), cukup 7 orang (38,9%) dan kurang 3 orang (16,7%). Berdasarkan hasil
penelitian, bahwa responden sebagian besar berpengetahuan cukup pada pendidikan SMA.
Universitas Kristen Krida Wacana
39

Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan. Semakin


tinggi pendidikan semakin baik pengetahuan yang dimilikinya. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Perry dan Potter yang menyatakan bahwa responden
dengan pendidikan SMA sudah dianggap dapat menerima berbagai informasi pengetahuan
tentang masalah ISPA pada balita, termasuk bagaimana tindakan yang harus dilakukan
seorang ibu pada saat balita mengalami ISPA melalui media pendidikan kesehatan seperti
saat mengikuti kegiatan posyandu, mengikuti penyuluhan, membaca buku kesehatan ataupun
petugas kesehatandari puskesmas saat pemeriksaan kesehatan baik ibu maupun balita.33
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi
dapat diperoleh melalui pendidikan nonformal.28

Hasil yang didapatkan dari tabel 4.16 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan pekerjaan ibu dibagi
menjadi 4 kategori, ibu rumah tangga mayoritas pengetahuan cukup 36 orang (64,3%),
kurang 17 orang (30,4%), dan kurang 11 orang (19,6%). Pegawai negeri mayoritas menjawab
baik 2 orang (66,7%), dan kurang 1orang (33,3%). Pegawai swasta mayoritas baik 5 orang
(45,5%), cukup 4 orang (36,4 %), dan kurang 2 orang (18,2%). Kemudian wiraswasta
mayoritas menjawab cukup 2 orang (66,7%) dan baik 1 orang (33,3%). Dari penelitian diatas
mayoritas responden yang tidak bekerja/ Ibu rumah tangga cukup, sedangkan yang bekerja
baik itu pegawai negeri, pegawai swasta maupun wiraswasta rata-rata memiliki pengetahuan
yang baik. pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor pemberian informasi, ibu yang tidak
bekerja kurang mendapatkan informasi atau kurang mencari tahu tentang ISPA, sedangkan
bu yang bekerja lebih mendapatkan banyak informasi baik dari media sosial atau teman
kerja.29

Universitas Kristen Krida Wacana


40

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 73 responden, mayoritas pendidikan
responden adalah SMA sebanyak 46 orang (63,0%), mayoritas pekerjaan responden adalah
ibu rumah tangga sebanyak 56 orang (76,6%). Responden memiliki pengetahuan cukup
sebanyak 42 orang (57,5%), pengetahuan kurang sebanyak 20 orang (27,4%), sedangkan
responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 11 orang (15,1%). Responden memiliki
pengetahuan tentang pengertian ISPA mayoritas cukup 56 orang (76,7%), responden
memiliki pengetahuan tentang penyebab dan gejala ISPA mayoritas cukup 37 orang (50.7%),
responden memiliki pengetahuan tentang cara penularan ISPA mayoritas kurang 31 orang
(42,5%), responden memiliki pengetahuan tentang pencegahan ISPA mayoritas baik 26 orang
(35,6%), responden memiliki pengetahuan tentang penanganan mayoritas baik 53 orang
(72,6%).

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita hendaknya meningkatkan


pengetahuan tentang penyakit ISPA. Misalnya dengan meningkatkan kunjungan dengan
petugas kesehatan dan mencari informasi melalui media massa sehingga dapat memberikan
gambaran dan petunjuk guna memperbaiki perilaku yang masih salah.

5.3.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan informasi


yang lebih mendalam mengenai ISPA pada balita dengan jenis penelitian, jumlah sampel, dan
metode berbeda misalnya gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap ISPA serta
meneliti faktor-faktor lain penyebab ISPA seperti lingkungan fisik, individu(umur /status gizi
balita) sehingga hasil penelitian dapat lebih berkembang.

Universitas Kristen Krida Wacana


41

5.3.2 Bagi Tenaga Medis di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk

Penelitian ini diharapkan dapat mendukung tenaga medis di Puskesmas dalam


pencegahan, deteksi dini dan penanganan ISPA hendaknya memberikan konseling kepada
ibu yang memiliki balita.

Universitas Kristen Krida Wacana


42

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang


Cendeerung Menjadi Epidemik dan Endemik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2007. Diperoleh tanggal 5 april 2018. http://www.who.or.id
2. Lindawaty. Udara Rumah Tinggal Yang Memepengaruhi Kejadian ISPA pada
Balita di Kecamatan Mampang Prapatan Jakarata Selatan tahun 2009-2010 (Tesis).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2010.
3. Depkes RI. Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional Penanggulangan
Pneumonia Balita Tahun 2005-2009. 2009.
4. BLUD PUSKESMAS Kecamatan Kecamatan Kebon Jeruk.. detail data kesehatan.
Jakarta. 2017.
5. Depkes RI. Pengertian ISPA. 2008, diperoleh dari http. www.Google.Com, 15
September 2018.
6. Mudehir. Hubungan faktor-faktor lingkungan rumah dengan kejadian penyakit
ISPA pada Anak balita di Kecamatan Jambi Selatan tahun 2002 (Tesis). Depok :
FKM UI. 2002
7. Depkes RI. Surveilans Penyakit dan Masalah Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2008.
8. Depkes. RI. Pedoman pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan akut
untuk penanggulangan pneumonia pada balita . Jakarta. 2004
9. Depkes RI. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut. Direktorat PPM & PL. Jakarta. 2009
10. Safitri, Aprinda Dwi dan Ismail,Sofyan. Hubungan Tingkat Kesehatan Rumah
Dengan Kejadian ISPA Anak Balita DI Desa Labuhan Kecamatan Labuhan Badas
Kabupaten Sumbawa ( Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.3,No.2). 2010

Universitas Kristen Krida Wacana


43

11. KepMen No.1077/MENKES/PER/V/2011. Persyaratan Rumah Sehat. Jakarta.


2011
12. Irianto, Bambang. Hubungan Faktor Lingkungan Rumah Dan Karakteristik Balita
Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita Di Wilayah Kecamatan
Lemahwungkuk Kota Cirebon. Depok: FKM UI. 2006.
13. Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah.Universitas
Indonesia Press. Jakarta. 2008
14. WHO. Pencegahan dan Pengendalian ISPA di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2008
15. Gertrudis T. Hubungan Antara Kadar Udara Rumah Tinggal Dengan Kejadian
ISPA Pada Balita Di Sekitar Pabrik Semen PT Indocement, Citeurep tahun 2010
(Tesis). Depok :Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. 2010
16. Aprinda D.S,Soedjajadi K. Hubungan Tingkat Kesehatan Rumah dengan Kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut .Jurnal Kesehatan Lingkungan, VOL.3, NO.2,
Januari 2007.
17. Citra,Putri. Hubungan Lingkungan Dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Atang Jungket Kecamatan Bies Kabupaten
Aceh Tengah Tahun 2012 (Skripsi) Depok: FKM UI. 2012
18. Supriaptini. Faktor-Faktor pencemaran udara dalam rumah yang berhubungan
dengan kejadian ispa pada balita di indonesia.Dalam jurnal ekologi
kesehatan,vol.9,2 Juni 2018.
19. Notoatmodjo,S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:PT.Rineka Cipta. 2003
20. Depkes RI. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Jakarta. 2006
21. Wattimena,C.S. Faktor Lingkungan Rumah yang Mempengaruhi Hubungan Kadar
PM10 dengan kejadian ISPA pada Balita di wilayah Puskesmas Curug Kabupaten
Tangerang tahun 2004 (Tesis) Depok: FKM UI. 2004
22. Kristina. Hubungan Faktor Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada
Balita Di Wilayah Puskesmas Pabuaran Tumpeng Kota Tangerang tahun
2011(Skripsi). Depok: FKM UI. 2011
23. Depkes RI .Kualitas Udara dalam Rumah terhadap ISPA pada Balita. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011

Universitas Kristen Krida Wacana


44

24. Safwan. Lingkungan Fisik Rumah dan Sumber Pencemar dalam Rumah sebagai
faktor resiko kejadian ISPA pada anak Balita (Tesis). Depok: FKM UI. 2003
25. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasae 2013. Jakarta. 2013

26. Gagarani, Yumeina. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan


Pengelolaan Awal Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak (Skripsi) .
Semarang: FK UNDIP. 2015
27. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta;2010
28. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : Rineka
Cipta;2010
29. Monk, Fj dan Haditono, Siti Rahayu. Psikologi Perkembangan.Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada;2002
30. Setyaningsih Emi. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan
Penanganan Pertama Infesi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Di Rumah Pada Balita
Di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta (skripsi) . Yogyakarta:Perpustakaan
Kedokteran Ugm Yogyakarta;2008
31. Ermayanti. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada Balita di
Puskesmas Ngaglik 1 Seman Yogyakarta Tahun 2011 (skripsi). Yogyakarta:
STIKES A. Yani; 2011
32. Hendra, AW. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2009
33. Perry and Potter, 2005. Fundamental of Nursing Edisi 4. Jakarta : EGC

Universitas Kristen Krida Wacana


45

LAMPIRAN 1

SURAT KETERANGAN LULUS KAJI ETIK

Universitas Kristen Krida Wacana


46

LAMPIRAN 2

SURAT IZIN MELAKUKAN PENELITIAN

Universitas Kristen Krida Wacana


47

LAMPIRAN 3

SURAT BEBAS LABORATORIUM

Universitas Kristen Krida Wacana


48

Universitas Kristen Krida Wacana


49

Universitas Kristen Krida Wacana


50

LAMPIRAN 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran


Pernapasan Akut pada Balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk
Jakarta Barat Periode 2018-2019

Peneliti / NIM : Elizabeth Chikita Putri / 102013106

Mahasiswa : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Pembimbing 1 : dr. Deviana .Sp.THT

Pembimbing 2 : dr. Harpini Endang Sardewi .Sp.Ok

Bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat


Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Balita di Puskesmas
Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat Periode 2018-2019” yang dilakukan oleh saudari :
Elizabeth Chikita Putri. Oleh peneliti, saya diminta menjawab kuesioner peneliti. Peneliti
telah menjelaskan tentang penelitian yang akan dilaksanakan dan tujuan penelitian. Adapun
hak dan kewajiban saya adalah :

1. Saya berhak, seluruh hasil dan jawaban saya dalam kuesioner dan pengambilan data
ini dirahasiakan dari pihak manapun selain peneliti.
2. Saya berhak, memutuskan untuk melanjutkan atau berhenti menjadi responden jika
terjadi sesuatu pada diri saya selama proses pengambilan data dilakukan.
3. Saya berkewajiban untuk mengisi dan memberikan data yang diperlukan sesuai
dengan kondisi saya yang sebenar-benarnya.

Pernyataan ini saya buat dalam kondisi sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Sekian
dan terima kasih. Jakarta, 2018

Universitas Kristen Krida Wacana


51

Peneliti Responden

Elizabeth Chikita Putri (…………………………….)

1. Pengetahuan tentang ISPA


Berilah tanda check list (  ) pada salah satu kolom dibawah ini
1. Apakah ISPA merupakan Infeksi yang  Ya (1)
menyerang saluran pernapasan?  Tidak (0)
 Tidak tahu (0)

2. Apakah ISPA adalah singkatan dari Infeksi  Ya (0)
Saluran Pernapasan Atas?  Tidak (1)
 Tidak tahu (0)

3. Apakah ISPA sering terjadi pada anak-anak?  Ya (1)
 Tidak (0)
 Tidak tahu(0)

4. Apakah ISPA dapat berlangsung hingga 14  Ya (1)
hari?  Tidak (0)
 Tidak tahu(0)

5. Apakah batuk merupakan salah satu gejala dari  Ya (1)


ISPA?  Tidak (0)
 Tidak tahu(0)

6. Apakah demam selalu terjadi ketika anak anda  Ya (0)
terkena ISPA? 
Universitas Kristen Krida Wacana
52

Tidak(1)

Tidak tahu (0)

7. Apakah ISPA dapat disebabkan oleh selain  Ya (1)


kuman?  Tidak(0)
 Tidak tahu(0)

8. Apakah ISPA merupakan salah satu penyakit  Ya (1)
menular?  Tidak(0)
 Tidak tahu (0)

9. Pada suhu berapakah anak dapat dikatakan  <38▫C (0)
mengalami demam?  ≥38▫C (1)
 Tidak tahu (0)

10. Apakah penularan ISPA dapat melalui udara dan  Ya (1)
percikan ludah?  Tidak(0)
 Tidak tahu (0)

11.Apakah kontaminasi tangan dapat menularkan  Ya (1)
ISPA?  Tidak (0)
 Tidak tahu (0)

12. Apakah pilek merupakan salah satu gejala  Ya (1)
ISPA?  Tidak (0)
 Tidak tahu (0)

13. Apakah ASI Eksklusif berhubungan dengan  Ya (1)
kejadian ISPA pada anak?  Tidak (0)
 Tidak tahu (0)

Universitas Kristen Krida Wacana


53

14. Apakah debu berhubungan dengan kejadian  Ya (1)


ISPA pada anak?  Tidak (0)
 Tidak tahu (0)

15. Apakah status imunisasi berhubungan dengan  Ya (1)
kejadian ISPA pada anak?  Tidak (0)
 Tidak tahu (0)

16. Apakah alergi berhubungan dengan kejadian ISPA  Ya (0)
pada anak?  Tidak (1)
 Tidak tahu (0)

17. Apakah keturunan berhubungan dengan  Ya (0)
kejadian ISPA pada anak?  Tidak (1)
 Tidak tahu (0)

18. Apakah dengan minum obat peningkat  Ya (1)
kekebalan tubuh ISPA dapat dicegah?  Tidak (0)
 Tidak tahu (0)

19. Apakah dengan menjaga kebersihan diri ISPA  Ya (1)
dapat dicegah?  Tidak (0)
 Tidak tahu (0)

20. Apakah dengan menghindari sumber penularan  Ya (1)
ISPA dapat dicegah?  Tidak (0)
 Tidak tahu (0)

21. Apakah dengan menggunakan masker ISPA  Ya (1)
dapat dicegah?  Tidak (0)
 Tidak tahu (0)

Universitas Kristen Krida Wacana


54

22. Apakah anak yang terkena ISPA selalu diberi  Ya (1)


obat pengurang gejala?  Tidak (0)
 Tidak tahu(0)

Universitas Kristen Krida Wacana


55

LAMPIRAN 5
CORRELATIONS
/VARIABLES=no_1 no_2 no_3 no_4 no_5 no_6 no_7 no_8 no_9 no_10 no_11 no_12
no_13 no_14 no_15 no_16 no_17 no_18 no_19 no_20 no_21 no_22 no_23 no_24 no_25
skor_total
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations
[DataSet0]
R hitung > R table = Valid
R table = 0.444

n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n sko
o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o r_to
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ tal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5

Pea - -
- - - - - - - - - - - - - -
rson .2 .2 . .0 . .1 .0 .3 .1 .2
.0 .1 .0 .1 .1 .3 .1 .2 .0 .2 .1 .0 .1 .1 .51
Corr 1 7 8 1 0 2 1 8 6 6 3
3 5 2 7 6 0 8 2 8 0 1 7 3 5 8
elati 2 7 0 0 0 1 7 4 1 6
4 6 1 8 1 2 6 5 5 1 1 6 4 6
on 9 1
no_
Sig. . 1. .
1 .8 .5 .9 .2 .2 .6 .7 .1 .4 .4 .4 .1 .4 .3 .3 .7 .3 .6 .7 .5 .5
(2- 6 0 3 .94
8 1 3 4 2 4 1 1 9 5 9 9 3 1 4 2 9 4 4 7 1
taile 4 0 9 0
8 1 1 6 0 1 4 4 9 2 9 6 1 7 1 0 5 1 9 4 1
d) 8 0 5

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- - - - -
rson .4 .4 .2 . .2 . .3 .1 .4 .2 .3 .3 .0 .2 .1 .0 .2 .0 .4
.0 .0 .3 .0 .0 .47
Corr 1 2 9 7 1 0 2 7 1 8 2 1 1 0 0 6 9 0 4 2
3 6 0 2 3 4
elati 4 2* 2 6 3 1 8 0 4* 8 3 8 0 3 7 1 8 0 4
4 9 2 1 4
on 4 2
no_
Sig. . . 1.
2 .8 .0 .7 .0 .2 .3 .1 .1 .6 .9 .0 .3 .1 .1 .3 .4 .7 .8 .3 .8 .0
(2- 4 3 0 .10
8 6 7 2 4 9 9 0 4 3 3 3 7 7 9 8 0 8 8 6 6
taile 9 6 0 4
8 3 4 7 6 0 6 1 5 1 1 3 9 1 0 1 3 8 0 6 3
d) 0 9 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Universitas Kristen Krida Wacana


56

Pea - -
- - .6 .5
rson .4 .1 .3 .4 . .2 . .0 .1 .1 .3 .4 .3 .3 .1 .0 .2 .5 .3 .3
.1 .0 0 6 .57
Corr 2 1 6 8 0 2 1 1 6 2 1 4 1 6 2 1 0 8 4 6 9
5 9 9* 4* 5
elati 4 5 3 4 5 1 6 9 3 8 6 9 1 0 0 0 0 2* 4 0
* *
6 8
on 5 5
no_
Sig. . . 1.
3 .5 .0 .4 .0 .0 .3 .7 .6 .6 .6 .1 .0 .1 .1 .6 .2 .0 .1 .0 .0 .0
(2- 2 4 0 .00
1 6 8 9 7 7 7 0 8 1 3 6 1 6 4 3 1 1 0 1 8
taile 7 8 0 8
1 3 7 6 8 3 1 6 2 9 5 6 8 9 3 2 4 4 4 0 9
d) 9 7 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- - - . - - - - -
rson .1 .2 . .2 .2 .6 .2 .1 .1 .2 .4 .5 .3 .2 .0
.0 .0 .0 1 .2 .2 .2 .0 .0 .59
Corr 6 1 4 3 9 9 1 0 5 5 6 6 0 3 7 7
2 6 3 5 5 4 4 2 2 8
elati 5 5 0 3 7 1* 1 7 8 4 1* 1* 7 1 5
1 9 4 0 5 4 4 1 9
*
on 4
no_
Sig. . .
4 .9 .7 .4 .8 .2 .2 .2 .2 .0 .3 .5 .3 .3 .5 .2 .0 .0 .1 .9 .2 .7 .9
(2- 1 5 .20
3 7 8 8 9 1 0 7 0 9 0 0 0 0 6 4 2 4 3 4 5 0
taile 9 2 2
1 4 7 7 8 0 4 8 4 5 9 0 1 5 1 1 4 6 1 8 4 3
d) 3 8
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- .6 - - .6 .5
rson .2 .4 .3 .5 . . .4 .2 .3 .4 .4 .2 .1 .1 .2 .5 .2 .4
.0 4 .3 .2 4 8 .65
Corr 7 9 8 1 5 1 2 9 7 2 5 8 7 2 8 7 0 1 8
3 2* 4 0 5* 1* 9
elati 2 2* 3 3* 7 2 9* 6 8 7* 1* 5 2 5 2 0* 9 9*
* * *
4 8 6
on 8 6
no_
Sig. . .
5 .2 .0 .0 .8 .0 .0 .1 .0 .2 .3 .0 .0 .1 .0 .0 .2 .6 .4 .2 .0 .3 .0
(2- 4 3 .00
4 2 9 8 1 0 3 2 3 8 0 0 5 4 3 4 0 3 4 2 5 2
taile 5 3 2
6 7 6 7 1 2 3 5 8 3 2 7 8 3 2 0 8 6 6 5 4 9
d) 4 9
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- .6
rson .2 .2 .4 .2 .5 . .4 . .1 .3 .1 .4 .4 .0 .2 .2 .2 .0 .2 .3 .3 .2
no_ .0 9 .63
Corr 8 7 0 4 5 1 1 9 4 2 0 3 1 5 9 1 4 9 5 8 3 9 1
6 6 6* 5
elati 7 2 4 5 3* 6 8* 0 3 8 6 4 8* 9 4 9 9 6 7 9 5 1
*
5
on 1 8

Universitas Kristen Krida Wacana


57

Sig. . .
.2 .2 .0 .2 .0 .0 .6 .7 .1 .5 .0 .0 .6 .3 .0 .2 .2 .8 .2 .1 .0 .3
(2- 4 0 .00
2 4 7 9 1 2 0 8 8 6 6 4 7 6 0 9 0 1 2 4 8 7
taile 9 7 3
0 6 8 8 1 5 5 7 7 9 9 2 8 5 1 0 0 6 0 4 4 1
d) 9 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea
- - - - - - - . - - - - - - - - -
rson .1 .0 .1 .2 .0 .1 .0
.1 .1 .2 .3 .1 .1 .3 2 .1 .4 .0 .0 .1 .1 .1 .2 .0 .55
Corr 1 8 8 5 0 9 0 2
0 6 5 0 7 6 9 9 5 2 3 2 3 2 9 2 5 3
elati 1 5 3 2 2 9 6
9 4 5 4 8 1 6 5 7 4 3 0 2 5 7 4 1
on
no_
Sig. .
7 .6 .4 .2 .1 .4 .4 .0 .4 .7 .5 .5 .0 .3 .8 .9 .6 .5 .5 .4 .6 .3 .9 .8
(2- 2 .82
4 9 7 9 5 9 8 4 2 2 0 6 9 9 3 9 7 9 0 4 4 1 3
taile 0 5
8 0 9 3 4 9 4 5 0 0 8 2 3 1 2 9 9 9 6 8 1 3 1
d) 7
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
.6 . - .6
rson .0 .2 .2 .2 .4 . .0 .2 .1 .3 .2 .5 .4 .5 .4 .4 .2 .4 .1 .2
4 1 .1 7 .69
Corr 0 0 1 9 9 3 1 0 9 0 2 0 4 7 4 3 0 2 6 6 1
2* 0 3 0* 1
elati 0 3 1 3 8* 9 0 5 5 5 3 5* 7* 5* 2 7 5 4* 2 1
* *
2 9
on 6
no_
Sig. 1. . . 1.
8 .3 .3 .2 .0 .0 .2 .6 .5 .0 .1 .3 .0 .0 .0 .0 .0 .3 .0 .4 .3
(2- 0 0 6 0 .00
9 7 1 0 2 0 5 5 0 6 9 1 3 1 5 7 4 3 9 7
taile 0 8 7 0 1
0 3 0 2 5 7 9 8 1 2 0 3 4 3 7 5 1 9 4 3
d) 0 4 0 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea
- - - - - . - - - - - - - - - -
rson .1 .1 .3 .2 .0 .1 .1 .3
.2 .2 .1 .2 .4 2 .2 .1 .2 .2 .0 .1 .2 .1 .2 .0 .51
Corr 5 0 1 6 9 3 0 3 1
0 1 6 2 0 9 8 2 0 9 9 0 0 3 4 4 8
elati 0 2 9 0 7 2 5 8
1 2 5 6 8 5 3 5 8 1 1 7 1 8 2 7
on
no_
Sig. .
9 .3 .3 .4 .5 .3 .0 .6 .1 .2 .2 .6 .3 .2 .7 .8 .6 .6 .5 .1 .3 .5 .3 .8
(2- 2 .93
9 6 8 2 3 7 7 1 1 2 0 8 1 0 7 5 7 7 7 9 6 0 4
taile 0 9
5 9 7 8 9 4 0 0 5 7 1 0 4 3 5 5 0 0 2 5 1 4 4
d) 7
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Universitas Kristen Krida Wacana


58

Pea
- - . . - - - - - - -
rson .1 .0 .2 .1 .0 .0 .3 .1 .0 .2 .0 .1 .2
.3 .3 1 3 .1 .3 .0 .1 .0 .1 .1 .52
Corr 1 6 9 2 0 1 6 7 1 7 2 3 1 2
0 4 8 6 8 3 6 4 7 7 0 5
elati 1 9 7 3 0 9 5 7 9 8 4 1 3
2 8 1 9 4 1 9 5 5 8 4
on
no_
Sig. . 1. .
10 .6 .1 .7 .2 .1 .6 .4 .7 .1 .1 .7 .5 .6 .7 .7 .3 .8 .6 .4 .3 .6
(2- 4 0 1 .38
4 9 7 0 3 0 3 7 0 5 7 4 2 4 5 3 8 4 5 4 6
taile 4 0 1 6
1 6 1 4 3 5 6 1 3 4 3 1 2 2 4 4 8 1 2 4 2
d) 5 0 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea
- - . . - - - - - - .6
rson .0 .3 .1 .4 .2 .1 .2 .2 .0 .3 .0 .1 .2
.2 .0 0 2 .1 .3 .1 .2 .1 .2 6 .58
Corr 8 7 2 9 9 1 2 0 4 6 6 0 7 9
5 6 8 9 8 0 0 0 4 4 9* 5
elati 7 8 3 9* 5 3 7 7 1 4 0 7 0
*
5 5 5 0 4 7 1 4 0 6
on
no_
Sig. . . 1.
11 .7 .1 .6 .2 .0 .7 .2 .4 .6 .1 .3 .2 .7 .1 .4 .6 .2 .3 .5 .2 .0
(2- 7 2 0 .22
1 0 0 7 2 8 0 3 0 8 8 9 9 1 5 7 1 8 5 9 0
taile 2 1 0 3
4 1 6 8 5 7 7 6 6 8 1 5 7 5 6 3 5 9 5 7 1
d) 0 5 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- . - - - - - -
rson .3 .1 .6 .2 .3 .1 . .0 .1 .2 .3 .3 .2 .3 .3 .3
.0 1 .0 .2 .1 .2 .1 .0 .62
Corr 6 1 1 7 0 0 2 6 2 1 2 1 6 2 3 6 1
9 5 1 1 2 8 0 9 7
elati 4 0 1* 6 8 5 8 9 3 6 2 1 3 1 4 4
8 3 2 1 0 3 7 8
*
on 3
no_
Sig. . .
12 .1 .6 .6 .0 .2 .1 .6 .7 .6 .3 .9 .1 .1 .3 .1 .3 .6 .2 .1 .6 .1 .6
(2- 5 2 .33
1 4 8 0 3 8 5 7 0 3 6 8 1 4 5 7 1 2 1 5 7 8
taile 2 2 5
4 5 2 4 8 7 9 1 6 8 0 1 8 4 4 3 4 7 4 2 8 2
d) 0 7
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- - - - - - -
rson .1 .1 .2 .1 . . .3 .2 .0 .0 .1 .1 .1 .0 .3 .1 .4
no_ .0 .2 .1 .3 .1 .1 .2 .53
Corr 6 1 0 3 1 1 7 2 1 4 9 4 9 3 7 9 1 1
13 2 0 3 0 0 2 0 0
elati 1 8 1 6 5 2 5 6 7 0 1 5 9 9 0 1 5
1 6 9 7 0 5 4
on 7 5

Universitas Kristen Krida Wacana


59

Sig. . .
.4 .9 .6 .3 .3 .5 .5 .1 .1 .3 .8 .6 .7 .5 .4 .5 .7 .6 .0 .6 .0 .3
(2- 5 6 .32
9 3 1 9 8 6 5 0 8 3 4 7 0 5 1 5 4 0 8 4 6 8
taile 0 0 9
9 1 9 5 3 9 8 3 8 8 3 6 6 3 1 8 0 1 9 3 9 8
d) 8 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- .6 .6 - - .5
rson .4 .3 .1 .4 . . .2 .0 .4 .3 .3 .2 .3 .0 .2 .3 .2 .3
.1 4 7 .3 .0 7 .64
Corr 8 4 5 1 4 2 0 4 1 2 6 1 1 6 1 5 3 7 4
7 5* 0* 3 1 9* 8
elati 4* 6 7 4 2 0 7 7 6 1 8 6 1 0 4 1 6 6
* * *
8 1 2
on 4 8
no_
Sig. . .
14 .4 .0 .1 .5 .0 .0 .0 .1 .3 .9 .8 .0 .1 .1 .3 .1 .9 .2 .1 .0 .2 .1
(2- 0 3 .01
5 3 3 0 0 6 0 5 8 6 4 6 1 7 6 1 6 8 5 0 3 3
taile 6 8 2
2 1 5 9 2 9 1 4 1 0 3 1 8 1 0 8 7 1 4 7 8 5
d) 2 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- - .5 . - - .5 -
rson .2 .4 .4 .3 . .2 .3 .4 .3 .3 .2 .1 .5 .3 .5 .5
.1 .2 8 2 .0 .1 8 .0 .62
Corr 2 1 5 2 2 4 1 2 1 9 8 3 2 2 6 2 2
6 4 1* 0 6 0 6* 7 4
elati 8 9 8* 5 9 7 2 6 4 9 2 5 8* 3 5* 7*
* *
1 4 2 9 0 9
on 1
no_
Sig. . .
15 .4 .3 .0 .3 .0 .0 .1 .7 .2 .1 .6 .0 .0 .0 .0 .3 .7 .6 .0 .1 .0 .0
(2- 3 2 .00
9 3 6 0 0 4 6 7 9 8 7 6 8 0 9 2 4 0 1 1 1 1
taile 9 1 3
9 3 6 0 7 2 2 3 5 1 6 1 5 7 0 5 0 1 7 5 7 7
d) 3 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- - - - .7 .6
rson .3 .3 .3 .0 . .2 . .0 .3 .0 .3 .3 .3 .2 .0 .3 .4 .0
.3 .2 .1 .0 0 8 .48
Corr 1 6 2 9 0 0 0 6 6 9 6 9 1 6 8 9 6 8 4
0 4 4 6 4* 6* 0
elati 3 1 8 9 3 3 9 1 1 0 1 4 8 4 0 4 4* 7
* *
2 4 5 8
on 3 1
no_
Sig. . .
16 .1 .1 .1 .3 .1 .6 .3 .5 .7 .1 .7 .1 .0 .1 .2 .7 .7 .1 .0 .0 .0 .8
(2- 8 7 .03
9 7 1 0 5 7 9 4 9 1 0 1 8 1 2 7 0 1 0 3 0 4
taile 9 0 2
6 9 8 1 8 8 0 1 7 8 6 8 5 0 4 7 6 5 1 1 1 4
d) 1 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Universitas Kristen Krida Wacana


60

Pea -
- . .5 .6
rson .3 .3 .1 .4 .2 . .5 .1 .3 .2 .1 .3 .3 .4 .3 .3 .4 .2 .4 .4
.1 0 8 2 .77
Corr 1 2 5 5 1 0 4 1 6 2 4 1 6 1 3 7 1 3 9 2 1
8 3 6* 8* 4
elati 8 0 8 7* 4 2 5* 7 4 3 1 8 8 9 4 8 5 9 4 7
* *
6 7
on 0
no_
Sig. . .
17 .4 .1 .1 .5 .0 .3 .0 .6 .1 .3 .5 .1 .0 .1 .0 .0 .1 .1 .0 .2 .0 .0
(2- 9 8 .00
3 7 6 0 4 6 1 2 1 4 5 7 0 1 5 0 0 7 5 0 6 6
taile 3 7 0
1 1 9 5 3 5 3 2 5 4 3 1 7 0 3 3 4 1 5 0 2 7
d) 2 5
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
.6 .
rson .2 .0 .1 .2 .4 .4 . .0 .0 .3 .1 .2 .3 .2 .4 .4 .2 .1 .4 .3 .4 .1
9 0 .68
Corr 3 0 1 6 8 7 1 7 0 3 9 1 8 8 3 1 7 7 0 7 2 5 1
6* 9 6
elati 6 0 0 4 1* 7* 0 9 0 1 5 6 9 4 9 7* 2 7 1* 4 4* 0
* 2
on 7
no_
Sig. 1. . . 1.
18 .3 .6 .2 .0 .0 .0 .7 .1 .4 .3 .0 .2 .0 .0 .2 .6 .0 .1 .0 .6
(2- 0 6 6 0 .00
1 4 6 3 0 3 4 5 1 6 9 2 5 3 4 5 3 6 4 4
taile 0 9 5 0 1
7 3 1 2 1 4 2 4 1 0 0 4 3 4 7 5 6 3 4 3
d) 0 9 5 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- . - - - .6 -
rson .2 .0 .4 .2 .2 . .5 .1 .1 .3 .2 .4 .4 .1 .0 .1 .3
.2 1 .0 .2 .0 2 .0 .50
Corr 0 0 6 7 4 1 4 7 3 6 3 7 1 3 0 0 5 1
2 0 7 1 6 8* 5 9
elati 3 0 1* 5 9 3 5* 7 9 1 2 7* 2 2 0 5 6
*
5 2 5 1 8 4
on 2
no_
Sig. 1. . . 1.
19 .3 .3 .0 .2 .2 .0 .7 .4 .3 .5 .1 .3 .7 .0 .0 .0 .6 .5 .8 .1
(2- 0 5 6 0 .02
4 9 4 4 9 1 5 5 7 5 1 2 7 0 3 5 7 1 2 7
taile 0 7 7 0 2
1 0 1 0 0 3 4 6 3 8 8 5 7 3 4 7 0 5 1 5
d) 0 9 0 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- . - - - -
rson .1 .2 .5 .1 .2 . .4 .2 .0 .0 .0 .3 .2 .4 .4 .1 .3 .1
no_ .0 1 .1 .1 .0 .2 .46
Corr 6 8 0 2 9 1 3 2 7 1 9 7 7 3 1 2 2 8 5
20 8 3 0 2 7 2 9
elati 7 0 1* 2 9 2 2 8 9 0 0 4 2 2 5 8 2 4
5 5 1 0 9 0
on 5

Universitas Kristen Krida Wacana


61

Sig. . .
.7 .4 .2 .0 .6 .2 .0 .3 .6 .6 .7 .9 .7 .7 .1 .2 .0 .0 .5 .0 .5 .3
(2- 5 5 .03
2 8 3 2 0 0 5 3 7 1 4 6 4 0 0 4 5 6 9 9 1 5
taile 9 7 7
0 1 2 4 8 0 7 4 3 4 0 7 0 6 4 7 7 2 1 7 6 1
d) 9 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- . - -
rson .0 .5 .3 .1 .0 . .4 .0 .2 .2 .1 .3 .3 .1 .1 .4 .3 .5 .3 .0
.2 3 .2 .1 .48
Corr 9 4 3 8 5 1 0 3 9 5 2 6 1 0 0 2 1 0 5 6 7
0 1 8 2 6
elati 1 2* 7 5 6 9 7 4 0 4 5 4 8 7 2 5 2 3* 3 1
1 8 3 5
on 7
no_
Sig. . .
21 .3 .7 .0 .1 .4 .8 .0 .8 .2 .2 .6 .2 .6 .1 .1 .6 .6 .0 .1 .0 .1 .7
(2- 4 1 .03
9 0 1 4 3 1 7 8 1 2 0 8 0 1 7 5 7 6 9 1 1 6
taile 0 7 0
5 3 4 6 6 6 5 8 5 7 1 1 1 5 1 5 0 2 6 1 5 7
d) 6 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- - - . - .7 .6 .9 -
rson .3 .2 .2 .2 . .1 .3 .3 .3 .5 .4 .4 .0 .1 .3
.1 .0 .0 1 .2 0 8 3 .1 .61
Corr 6 7 8 2 2 1 6 9 3 2 3 7 0 2 0 1
1 3 2 0 0 4* 8* 7* 5 1
elati 4 2 7 5 0 1 4 0 1 8* 5 1* 0 8 2
* * *
1 4 1 9 4 6
on 1
no_
Sig. . . 1.
22 .6 .8 .1 .9 .2 .2 .3 .6 .3 .1 .0 .1 .0 .0 .0 .0 .5 .1 .0 .0 .5
(2- 6 3 0 .00
4 8 1 3 4 2 4 4 8 1 8 5 1 0 5 3 9 9 0 0 1
taile 4 9 0 4
1 8 4 1 6 0 1 1 9 4 9 4 7 1 5 6 1 6 1 0 1
d) 8 5 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- .6 - - - .5 .6 .6 -
rson .2 .2 .5 .3 . .4 . .1 .3 .4 .2 .3 .1 .3 .5
.0 0 .1 .1 .1 7 8 4 .1 .60
Corr 0 7 0 3 2 6 1 1 6 8 9 2 5 8 5 1
7 9* 7 4 0 9* 8* 5* 0 6
elati 8 1 0* 9 2 4* 3 1 3 4* 9 4 5 2 3*
* * * *
6 8 0 7 7
on 4 8
no_
Sig. . .
23 .7 .3 .0 .2 .0 .1 .0 .4 .5 .6 .6 .0 .1 .0 .2 .1 .5 .0 .0 .0 .0 .6
(2- 3 5 .00
4 8 0 4 2 4 3 5 5 5 4 0 1 3 0 6 1 9 1 0 0 5
taile 4 6 5
9 0 4 8 5 4 9 2 5 2 3 7 5 1 0 3 5 7 1 1 2 2
d) 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Universitas Kristen Krida Wacana


62

Pea -
- .5 . - .6 - .9 .6 -
rson .0 .0 .2 .3 .1 . .2 .3 .4 .2 .5 .4 .4 .1 .3
.1 6 0 .2 8 .0 3 4 .0 .63
Corr 4 7 1 9 6 2 2 1 1 7 2 2 5 5 6 1
3 4* 2 4 6* 5 7* 5* 6 9
elati 0 5 9 5 2 4 3 4 5 6 5* 4 4* 4 3
* * * *
4 6 6 4 3
on 2
no_
Sig. . .
24 .5 .8 .0 .7 .3 .0 .4 .3 .2 .1 .0 .2 .0 .0 .0 .0 .8 .5 .1 .0 .0 .7
(2- 9 3 .00
7 6 1 5 5 8 9 4 9 7 6 3 1 0 6 4 2 1 1 0 0 9
taile 1 0 2
4 6 0 4 4 4 4 4 7 8 9 8 7 1 2 4 1 6 5 0 2 3
d) 3 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- - - .6 - - - - - -
rson .4 .3 .4 .2 . .2 . .3 .5 .0 .4 .1 .3 .0
.1 .0 .1 6 .0 .2 .2 .1 .1 .0 .66
Corr 2 9 8 1 0 1 0 4 2 4 1 1 1 7 1
5 2 0 9* 9 0 2 5 0 6 4
elati 4 0 9* 1 5 1 4 6 7* 7 7 0 6 1
*
6 9 4 8 4 0 6 7 3
on 1 7
no_
Sig. . .
25 .5 .0 .0 .9 .0 .3 .3 .6 .0 .6 .3 .1 .0 .8 .0 .6 .1 .3 .7 .5 .6 .7
(2- 8 8 .11
1 6 8 0 2 7 7 6 0 8 8 3 1 4 6 4 7 5 6 1 5 9
taile 3 4 4
1 3 9 3 9 1 3 2 1 2 8 5 7 4 7 3 5 1 7 1 2 3
d) 1 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- .5 .6 .6 .6 . .6 .7 .6 .6 .6 .6
rson .3 .2 . .2 .2 .2 .2 .5 .4 .5 .4 .4 .3
.0 7 5 3 9 0 2 7 8 1 0 3
Corr 7 9 0 0 8 2 3 4 8 0 6 8 6 1
1 5* 9* 5* 1* 1 4* 4* 6* 1* 6* 9*
elati 4 8 5 5 5 7 0 8* 0* 9* 9* 6* 4
* * * * * * * * * *
8 8
sko on 3

r_to Sig. . .
.9 .1 .0 .2 .0 .0 .0 .3 .2 .3 .3 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .1
tal (2- 8 9
4 0 0 0 0 0 0 8 2 3 2 1 0 3 0 0 2 3 3 0 0 0 1
taile 2 3
0 4 8 2 2 3 1 6 3 5 9 2 3 2 0 1 2 7 0 4 5 2 4
d) 5 9

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Universitas Kristen Krida Wacana


63

RELIABILITY
/VARIABLES=no_1 no_2 no_3 no_4 no_5 no_6 no_7 no_8 no_9 no_10 no_11 no_12
no_13 no_14 no_15 no_16 no_17 no_18 no_19 no_20 no_21 no_22 no_23 no_24 no_25
skor_total
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.

alpha > R table = Konsisten


0.725 > 0.444 = Konsisten

Reliability
[DataSet0]

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Valid 20 100.0

Cases Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha
.725 26

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted

no_1 120.30 232.011 .438 .727


no_2 120.75 226.197 .345 .720
no_3 120.50 220.684 .545 .713
no_4 121.25 224.934 .248 .720
no_5 120.60 217.200 .629 .708

Universitas Kristen Krida Wacana


64

no_6 121.00 216.316 .601 .707


no_7 120.95 233.629 .514 .732
no_8 120.70 216.326 .663 .707
no_9 120.60 231.832 .526 .729
no_10 120.90 226.832 .146 .724
no_11 120.55 226.997 .249 .722
no_12 120.50 227.632 .186 .723
no_13 120.85 227.082 .183 .723
no_14 120.55 220.997 .516 .713
no_15 121.05 218.155 .592 .710
no_16 121.15 224.555 .453 .718
no_17 121.15 212.976 .751 .702
no_18 121.20 217.116 .660 .708
no_19 120.70 220.537 .470 .713
no_20 120.90 220.937 .427 .714
no_21 120.60 222.147 .450 .715
no_22 120.40 220.674 .585 .713
no_23 120.30 223.695 .587 .716
no_24 120.45 219.734 .613 .711
no_25 120.50 224.895 .326 .719
skor_total 61.60 57.937 1.000 .823

Universitas Kristen Krida Wacana


65

LAMPIRAN 6. DATA RESPONDEN

No Nama umur Jumlah Pendidikan Pekerjaan


anak
1 D 25-29 1 Perguruan tinggi Ibu rumah tangga
2 RB 30-34 2 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
3 N 30-34 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
4 D 30-34 2 Perguruan tinggi Ibu rumah tangga
5 J 25-29 1 ≤SMP/sederajat Ibu rumah tangga
6 A 25-29 1 ≤SMP/sederajat Ibu rumah tangga
7 R 35-39 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
8 IM 35-39 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
9 IS 25-29 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
10 SN 20-24 2 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
11 ERS 35-39 1 Perguruan tinggi Pegawai negeri
12 DB 25-29 2 Perguruan tinggi Pegawai swasta
13 A 35-39 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
14 IY 30-34 2 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
15 TR 30-34 1 Perguruan tinggi Ibu rumah tangga
16 N 35-39 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
17 PNH 25-29 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
18 SR 25-29 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
19 ER 25-29 1 SMA/sederajat Wiraswasta
20 YSEO 20-24 1 Perguruan tinggi Ibu rumah tangga
21 ND 40-44 5 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
22 F 30-34 1 SMA/sederajat Wiraswasta
23 RR 20-24 1 Perguruan tinggi Ibu rumah tangga
24 D 20-24 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
25 N 30-34 1 SMA/sederajat Pegawai swasta
26 DAA 30-34 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
27 RK 35-39 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
28 K 30-34 1 ≤SMP/sederajat Ibu rumah tangga

Universitas Kristen Krida Wacana


66

29 Y 25-29 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga


30 A 30-34 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
31 FW 25-29 1 SMA/sederajat Pegawai swasta
32 S 40-44 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
33 DM 30-34 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
34 SS 30-34 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
35 KR 25-29 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
36 AS 35-39 4 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
37 E 40-44 4 Perguruan tinggi Pegawai swasta
38 Y 25-29 2 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
39 RI 25-29 2 ≤SMP/sederajat Ibu rumah tangga
40 I 25-29 2 ≤SMP/sederajat Ibu rumah tangga
41 R 30-34 1 Perguruan tinggi Ibu rumah tangga
42 T 25-29 1 Perguruan tinggi Pegawai swasta
43 RU 20-24 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
44 ESL 25-29 1 Perguruan tinggi Pegawai swasta
45 DP 30-34 2 Perguruan tinggi Ibu rumah tangga
46 E 30-34 2 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
47 AY 25-29 4 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
48 M 35-39 1 Perguruan tinggi Pegawai negeri
49 AR 35-39 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
50 AN 25-29 1 SMA/sederajat Pegawai swasta
51 MG 25-29 2 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
52 D 25-29 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
53 R 30-34 2 Perguruan tinggi Pegaawai swasta
54 N 25-29 2 ≤SMP/sederajat Wiraswasta
55 NU 30-34 1 Perguruan tinggi Ibu rumah tangga
56 D 35-39 2 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
57 AS 40-44 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
58 HY 35-39 3 Perguruan tinggi Ibu rumah tangga

Universitas Kristen Krida Wacana


67

59 K 35-39 1 Perguruan tinggi Pegawai swasta


60 MW 40-44 4 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
61 DP 25-29 1 ≤SMP/sederajat Ibu rumah tangga
62 ER 30-34 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
63 DAC 25-29 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
64 NUR 40-44 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
65 Z 35-39 2 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
66 DS 30-34 3 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
67 SP 30-34 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
68 D 30-34 1 SMA/sederajat Ibu rumah tangga
69 RI 20-24 1 Perguruan tinggi Pegawai negeri
70 JU 30-34 1 SMA/sederajat Pegawai swasta
71 SI 25-29 3 ≤SMP/sederajat Ibu rumah tangga
72 EV 35-39 3 ≤SMP/sederajat Ibu rumah tangga
73 ER 25-29 1 SMA/sederajat Pegawai swasta

Universitas Kristen Krida Wacana


68

LAMPIRAN 6. DATA SPSS

Frequencies

Statistics
Usia jumlah anak pendidikan pekerjaan
N Valid 73 73 73 73
Missing 0 0 0 0

Usia reponden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-24 6 8.2 8.2 8.2
25-29 25 34.2 34.2 42.5
30-34 22 30.1 30.1 72.6
35-39 14 19.2 19.2 91.8
40-44 6 8.2 8.2 100.0
Total 73 100.0 100.0

jumlah anak responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 36 49.3 49.3 49.3
2 15 20.5 20.5 69.9
3 17 23.3 23.3 93.2
4 4 5.5 5.5 98.6
5 1 1.4 1.4 100.0
Total 73 100.0 100.0

Pendidikan responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ≤ SMP/ sederajat 9 12.3 12.3 12.3
SMA/sederajat 46 63.0 63.0 75.3
perguruan tinggi 18 24.7 24.7 100.0
Total 73 100.0 100.0

Universitas Kristen Krida Wacana


69

Pekerjaan responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ibu rumah tangga 56 76.7 76.7 76.7
pegawai negeri 3 4.1 4.1 80.8
pegawai swasta 11 15.1 15.1 95.9
wiraswasta 3 4.1 4.1 100.0
Total 73 100.0 100.0

Frequencies
Statistics
pengetahuan
N Valid 73
Missing 0

pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 20 27.4 27.4 27.4
cukup 42 57.5 57.5 84.9
baik 11 15.1 15.1 100.0
Total 73 100.0 100.0

pengetahuan tentang pengertian


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 10 13.7 13.7 13.7
cukup 56 76.7 76.7 90.4
baik 7 9.6 9.6 100.0
Total 73 100.0 100.0

Universitas Kristen Krida Wacana


70

pengetahuan tentang penyebab dan gejala


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 21 28.8 28.8 28.8
cukup 37 50.7 50.7 79.5
baik 15 20.5 20.5 100.0
Total 73 100.0 100.0

pengetahuan tentang cara penularan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 31 42.5 42.5 42.5
cukup 27 37.0 37.0 79.5
baik 15 20.5 20.5 100.0
Total 73 100.0 100.0

pengetahuan tentang pencegahan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 26 35.6 35.6 35.6
cukup 21 28.8 28.8 64.4
baik 26 35.6 35.6 100.0
Total 73 100.0 100.0

pengetahuan tentang penanganan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 20 27.4 27.4 27.4
baik 53 72.6 72.6 100.0
Total 73 100.0 100.0

Universitas Kristen Krida Wacana


71

pengetahuan umur 20 - 24
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 4 66.7 66.7 66.7
cukup 1 16.7 16.7 83.3
baik 1 16.7 16.7 100.0
Total 6 100.0 100.0

pengetahuan umur 25 - 29
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 9 36.0 36.0 36.0
cukup 15 60.0 60.0 96.0
baik 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

pengetahuan umur 30 - 34
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 5 22.7 22.7 22.7
cukup 15 68.2 68.2 90.9
baik 2 9.1 9.1 100.0
Total 22 100.0 100.0

pengetahuan umur 35 - 39
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 2 14.3 14.3 14.3
cukup 8 57.1 57.1 71.4
baik 4 28.6 28.6 100.0
Total 14 100.0 100.0

pengetahuan umur 40 - 44
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 3 50.0 50.0 50.0

Universitas Kristen Krida Wacana


72

baik 3 50.0 50.0 100.0


Total 6 100.0 100.0

jumlah anak 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 14 38.9 38.9 38.9
cukup 21 58.3 58.3 97.2
baik 1 2.8 2.8 100.0
Total 36 100.0 100.0

jmlah anak 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 3 20.0 20.0 20.0
cukup 9 60.0 60.0 80.0
baik 3 20.0 20.0 100.0
Total 15 100.0 100.0

jumlah anak 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 2 11.8 11.8 11.8
cukup 11 64.7 64.7 76.5
baik 4 23.5 23.5 100.0
Total 17 100.0 100.0

jumlah anak 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 1 25.0 25.0 25.0
cukup 1 25.0 25.0 50.0
baik 2 50.0 50.0 100.0
Total 4 100.0 100.0

Universitas Kristen Krida Wacana


73

jumlah anak 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 1 100.0 100.0 100.0

≤ SMP/sederajat = 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 4 44.4 44.4 44.4
cukup 5 55.6 55.6 100.0
Total 9 100.0 100.0

Sma/ sederajat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 13 28.3 28.3 28.3
cukup 30 65.2 65.2 93.5
baik 3 6.5 6.5 100.0
Total 46 100.0 100.0

perguruan tinggi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 3 16.7 16.7 16.7
cukup 7 38.9 38.9 55.6
kurang 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0

ibu rumah tangga


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 17 30.4 30.4 30.4
cukup 36 64.3 64.3 94.6

Universitas Kristen Krida Wacana


74

baik 3 5.4 5.4 100.0


Total 56 100.0 100.0

pegawai negeri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 1 33.3 33.3 33.3
baik 2 66.7 66.7 100.0
Total 3 100.0 100.0

pegawai swasta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 2 18.2 18.2 18.2
cukup 4 36.4 36.4 54.5
baik 5 45.5 45.5 100.0
Total 11 100.0 100.0

wiraswasta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 2 66.7 66.7 66.7
baik 1 33.3 33.3 100.0
Total 3 100.0 100.0

Universitas Kristen Krida Wacana

Anda mungkin juga menyukai