BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih menjadi masalah
kesehatan dunia. Menurut WHO ISPA adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas penyakit menular didunia. Hampir 4 juta orang meninggal akibat ISPA setiap
tahun. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama
di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah. ISPA juga merupakan
salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan
terutama pada bagian perawatan anak.1
Di negara berkembang, ISPA bersama -sama dengan malnutrisi dan diare merupakan
penyebab kesakitan dan kematian utama pada anak balita. Insidens menurut kelompok umur
balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per
anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia
per tahun di mana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak
terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia,
Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13%
kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit.3
Untuk Indonesia sendiri kematian akibat ISPA pada akhir tahun 2000 sekitar 450.000
balita usia 0-5 tahun. Diperkirakan sebanyak 150.000 bayi atau balita meninggal tiap tahun
atau 12.500 korban perbulan atau 416 kasus perhari atau 17 anak perjam atau seorang bayi /
balita tiap lima menit.1 Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali
per tahun. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas
(40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).2
Dari data Puskesmas Kebon Jeruk, ISPA masuk urutan pertama dalam 10 penyakit
terbesar yang terjadi pada tahun 2014 dengan jumlah pasien mencapai 50.555 jiwa dan
sebagian besar diderita oleh balita, sedangkan pada tahun 2017 ISPA di Puskesmas Kebon
Jeruk menurun menempati urutan ke 10 dari 10 penyakit terbesar, namun kendati begitu,
ISPA tetap menjadi masalah utama kunjungan balita datang ke Puskesmas Kebon Jeruk.4
Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti pengetahuan Ibu tentang ISPA di Puskesmas Kebon
Jeruk.
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita di
Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat periode 2018-2019
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang kedokteran terutama tentang
tingkat pengetahuan Ibu tentang ISPA pada balita dan cara melakukan suatu penelitian
disamping sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sarjana kedokteran umum.
Dapat digunakan sebagai informasi bagi pihak puskesmas mengenai tingkat pengetahuan
ibu terhadap ISPA pada balita dan sebagai dasar strategi pencegahan ISPA pada balita.
Dapat dijadikan sebagai salah satu pustaka ilmiah atau contoh untuk penelitian sejenis dan
dapat dijadikan wawasan dan pengetahuan untuk pihak lain serta untuk penelitian lebih
lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Depkes RI,3 Infeksi saluran pernapasan akut mempunyai pengertian sebagai
berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran Pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta adneksnya
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3. Infeksi Akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita, karena sistem
pertahan tubuh balita masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita rata- rata mendapat
serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.1 Sebagian besar dari infeksi saluran
pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumonia bila infeksi paru ini
tidak diobati dengan antibiotik dan dapat mengakibatkan kematian .3
Etiologi ISPA terdiri atas bakteri, virus dan ricketsia. Penyebab ISPA dapat berupa
bakteri maupun virus. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Haemophillus,, Bordotella dan Korinebakterium. Virus penyebabnya antara
lain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, dan
Herpesvirus. Sekitar 90-95% penyakit ISPA disebabkan oleh virus .1 Keanekargaman
penyebab ISPA tergantung dari umur, kondisi tubuh dan kondisi lingkungan. Di Amerika
Serikat anak yang berumur 1 bulan hingga 6 tahun penyebab terbesarya adalah Streptococus
pneumonia dan haemophillus influenza serotype B. Sedangkan khusus anak 4 bulan hingga
2 tahun kejadian ISPA antara 60-70% disebabkan oleh bakteri. Penyakit ISPA masih
merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan balita. Keadaan ini
berkaitan erat dengan berbagai kondisi yang melatar belakanginya seperti malnutrisi juga
kondisi lingkungan baik polusi di dalam rumah berupa asap maupun debu dan sebagainya .3
Penyakit pada saluran pernafasan mempunyai gejala yang berbeda yang pada dasarnya
ditimbulkan oleh iritasi, kegagalan mucociliary transport, sekresi lendir yang berlebihan dan
penyempitan saluran pernafasan. Tidak semua penelitian dan kegiatan program memakai
gejala gangguan pernafasan yang sama. Misalnya untuk menentukan infeksi saluran
pernafasan WHO menganjurkan pengamatan terhadap gejala-gejala seperti kesulitan
bernafas, radang tenggorok, pilek dan penyakit pada telinga dengan atau tanpa disertai
demam. Efek pencemaran terhadap saluran pernafasan dapat menimbulkan gejala-gejala
penyakit pernafasan seperti radang tenggorokan, rinitis, bunyi mengi dan sesak nafas.1
Dalam hal efek debu terhadap saluran pernafasan telah terbukti bahwa kadar debu
berasosiasi dengan insidens gejala penyakit pernafasan terutama gejala batuk. Di dalam
saluran pernafasan, debu yang mengendap menyebabkan oedema mukosa dinding saluran
pernafasan sehingga terjadi penyempitan saluran.
1. Batuk
Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat adalah jika terjadi rangsangan pada
bagian-bagian peka saluran pernafasan, misalnya trakeobronkial, sehingga timbul sekresi
berlebih dalam saluran pernafasan. Batuk timbul sebagai reaksi refleks saluran pernafasan
terhadap iritasi pada mukosa saluran pernafasan dalam bentuk pengeluaran udara dan lendir
secara mendadak disertai bunyi khas.6
2. Dahak
Dahak terbentuk secara berlebihan dari kelenjar lendir (mucus glands) dan sel goblet
oleh adanya stimuli, misalnya yang berasal dari gas, partikulat, alergen dan mikroorganisme
infeksius. 6
3. Sesak nafas
Sesak nafas atau kesulitan bernafas disebabkan oleh aliran udara dalam saluran
pernafasan yang mengalami penyempitan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kesehatan yang
baik, status gizi yang baik, lingkungan yang sehat, serta keluarga (termasuk pengasuh) yang
baik dalam merawat balita.7
Rumah merupakan kebutuhan primer manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal
untuk berlindung dari bahaya lingkungan luar, seperti perubahan iklim dan makhluk hidup
lainnya.9 Rumah yang baik bagi penghuni atau sebuah keluarga dapat dilihat dengan
beberapa kriteria seperti.10
yang mempunyai ventilasi yang tidak berfungsi dengan baik akan menghasilkan 3 akibat
yaitu kekurangan oksigen, bertambahnya konsentrasi CO2 dan adanya bahan organik beracun
yang mengendap dalam rumah.11 Menurut hasil penelitian Lindawaty,2 mengatakan bahwa
terdapat hubungan antara ventilasi terhadap kejadian ISPA pada balita dan resiko balita
mengalami ISPA 3,07 kali lebih besar pada ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat
dibandingkan dengan ventilasi yang memenuhi syarat. Oleh karena itu, memperoleh udara
yang segar menurut Mudehir,6 dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
2.4.1.2.1 Ventilasi Alamiah
Ventilasi alamiah adalah masuknya udara kedalam ruangan melalui jendela, pintu
ataupun lubang angin yang sengaja dibuat untuk masuknya udara kedalam rumah. Ventilasi
yang baik dalam suatu ruangan mempunyai persyaratan yaitu : udara yang masuk melewati
ventilasi adalah udara yang bersih/tidak tercemar oleh asap dapur, pembakaran sampah,
kendaraan bermotor, atau sumber lain disekitar pemukiman. Rumah yang menggunakan lilin,
lampu minyak sebagai penerangan didalam harus memerlukan ventilasi untuk menukar CO2
menjadi O2.6
Ventilasi buatan yaitu sebuah alat yang digunakan didalam rumah untuk
membersihkan udara yang bersifat portable seperti AC, exhauster, kipas angin, air purifing.6
2.4.1.3 Pencahayaan
2.4.1.4 Kelembapan
Kelembapan merupakan presentase kandungan uap air pada atmosfir. Jumlah uap
yang terkandung di udara bervariasi tergantung cuaca dan suhu.15 Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : No.1077/MENKES/PER/V/2011 Persyaratan kesehatan
untuk kelembaban di lingkungan industri adalah berkisar antara 65% - 95%. Bila kelembaban
udara ruang kerja > 95% perlu menggunakan alat dehumidifier dan bila kelembaban udara
ruang kerja < 65% perlu menggunakan humidifier, misalnya mesin pembentuk aerosol.
Persyaratan kesehatan untuk kelembaban di rumah adalah berkisar antara 40 – 60.11
2.4.1.5 Suhu
Suhu sangat berhubungan dengan kenyamanan dalam ruangan. Suhu rumah yang tinggi
menyebabkan tubuh akan kehilangan garam sehingga akan terjadi kejang atau kram dan
terjadinya perubahan metabolisme dan sirkulasi darah. Suhu dapat mempengaruhi
konsentrasi pencemar udara tergantung pada keadaan cuaca tertentu. Suhu udara dalam
rumah dapat berubah jika terjadi beberapa faktor seperti penggunaan bahan bakar, ventilasi
tidak bagus, kepadatan hunian, kondisi topografi/geografis.16
2.4.1.6 Letak dapur
Dapur berfungsi sebagai tempat terjadinya pembakaran bahan bakar untuk memasak dan
timbul panas, asap, atau debu sehingga dapur mempengaruhi kualitas udara dalam rumah.
Penataan ruangan dalam rumah harus memperhatikan letak posisi dapur karena jika letak
dapur berdekatan dengan ruang istirahat anak/ kamar anak akan mempengaruhi kesehatan
anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Citra,17 yang menyatakaan bahwa balita yang tinggal
didalam rumah dengan letak dapur menyatu/berada didalam rumah mempunyai resiko
menderita pneumonia 5,2 kali dibandingkan dengan balita dengan letak dapur terpisah.
Lantai merupakan media yang sangat baik bagi perkembang biakan bakteri. Lantai
yang baik adalah lantai yang dalam kondisi kering dan tidak lembab dan harus kedap air
sehingga mudah dibersihkan. Jadi lantai seharusnya sudah diplester bahkan lebih baik lagi
jika sudah di beri ubin/keramik. Rumah yang mempunyai lantai yang terbuat dari tanah
cenderung menimbulkan lembab, dan pada musim panas lantai menjadi kering sehingga
dapat menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuni rumah.11
Rumah sehat memiliki lantai yang terbuat dari marmer, ubin, keramik, sudah
diplester semen (Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011)
sehingga indikator lantai rumah yang tidak sehat mempunyai lantai yang berjenis lainya.11
Hasil uji statistik pada penelitian Lindawaty,2 menunjukkan bahwa jenis lantai yang tidak
Universitas Kristen Krida Wacana
10
memenuhi syarat beresiko 2,15 kali lebih besar bagi balita terkena ISPA dibanding dengan
balita yang jenis lantainya memenuhi syarat.
Dinding berfungsi sebagai pelindung rumah yang terbuat dari berbagai bahan seperti
bambu, triplek, batu bata, dan dari berbagai bahan tersebut yang paling baik yaitu yang
terbuat dari batu bata atau tembok. Dinding yang terbuat dari tembok bersifat permanen,
tidak mudah terbakar dan kedap air. Rumah yang menggunakan dinding berlapis kayu,
bambu akan menyebabkan udara masuk lebih mudah yang membawa debu-debu ke dalam
rumah sehingga dapat membahayakan penghuni rumah bila terhirup terus-menerus terutama
balita. Balita yang jenis dindingnya masih terbuat dari bahan yang tidak permanen seperti
triplek, bambu, batu bata beresiko 1,51 kali lebih besar bagi balita terkena ISPA .2
2.4.2 Faktor Sosial-Ekonomi
2.4.2.1 Pendidikan orang tua
Penghasilan orang tua mempengaruhi asupan makanan yang diberikan, dan juga
pemerikasaan balita ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan. Orang tua yang
berpenghasilan rendah cenderung jarang memikirkan mengenai kesehatan karena biaya yang
mahal. Selain itu asupan gizi yang diberikan pada balita tidak sesuai dengan kebutuhan gizi
yang seharusnya didapatkan oleh balita. Hal ini akan berpengaruh terhadap gizi balita yang
cenderung menurun dan menyebabkan balita mudah terkena penyakit salah satunya penyakit
Balita sering terpajan oleh beberapa jenis polutan dan virus dengan mudah terutama
polutan yang berasal dari dalam rumah karena sekitar 80% balita menghabiskan waktu
didalam rumah. Selain itu, ditambah lagi dengan daya tahan tubuh yang berbeda setiap balita
menyebabkan balita lebih rentan terhadap penyakit terutama ISPA. Keterpajanan balita
terhadap bahaya kesehatan lingkungan terjadi di beberapa area yang berbeda yakni didalam
rumah, lingkungan tetangga, dan komunitas dilingkungan yang lebih luas . Menurut WHO,1
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan pada balita yaitu perumahan dan
tempat tinggal (seluruh aspek ketersediaan dan kualitas perumahan, kepadatan hunian,
kondisi rumah yang berbahaya dan tidak aman, kelembapan dan ventilasi yang buruk), dan
polusi udara dalam ruangan ( misalnya asap dari pemanasan dan proses memasak, perabotan
yang mengeluarkan asap, asap rokok di lingkungan sekitar dan zat polutan dari luar ruangan
yang masuk ke dalam ruangan).
2.4.3.2 Status Gizi Balita
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-
organ serta menghasilkan energi. Seorang anak yang kekurangan gizi akan mengakibatkan
terjadinya defisiensi gizi yang merupakan awalan dari gangguan sistem kekebalan tubuh.20
Penilaian status gizi dilakukan menggunakan antropometri yakni : berat badan menurut
Universitas Kristen Krida Wacana
12
umur (weight-for-age), panjang badan menurut umur (height-for-age), berat badan menurut
tinggi badan (weight-for-height), lingkar lengan atas kiri (left mid- upper arm
circumference). Masing-masing indikator itu memberikan penjelasan tentang status gizi bayi
dan anak-anak. Indikator protein-Energy Malnutrition (PEM) yang paling sering dipakai
adalah berat badan menurut umur. Nilai rendah angka indikator berat badan menurut umur
mencerminkan terjadinya adaptasi anak terhadap gangguann gizi jangka panjang dan jangka
pendek. Defisit pertumbuhan linier yang diindikasikan ukuran antropometri tinggi badan
menurut umur baru akan terjelma manakala defisiensi telah berlangsung lama sehingga tidak
termanifestasi semasa bayi .8
Pada keadaan balita mengalami gizi kurang, balita cenderung mengalami ISPA berat
dan seranganya lebih lama.19 Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup
makanan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah sehingga mudah terserang
penyakit.20Imunisasi pada balita diberikan untuk menjaga kesehatan balita dimana
cenderung mudah terkena berbagai macam penyakit. Pemberian imunisasi dimulai sejak
lahir hingga umur 5 tahun.3 Terdapat 2 imunisasi, yaitu imunisasi aktif adalah dimana tubuh
anak sendiri yang membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun. Dan
imunisasi pasif adalah tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti, tetapi didapatkan dari luar
tubuh dengan cara penyuntikan zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan.7 Pemberian
imunisasi bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat beberapa
penyakit yakni TBC, Difteri tetanus, Batuk rejan, Poliomelitis, Tifus, Campak, Hepatitis B
dan demam kuning.
Menurut hasil penelitian Wattimena,21 anak yang imunisasi belum lengkap mempunyai
resiko 1,18 kali lebih besar untuk terkena ISPA dibandingkan dengan anak yang telah di
imunisasi campak atau pernah menderita campak. Dengan imunisasi campak dan imunisasi
pertusis (DPT) yang efektif sekitar 11% dan 6% kematian penumonia balita dapat dicegah.21
Infeksi virus campak pada saluran pernafasan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
mukosa. Pada umumnya komplikasi penyakit campak dapat menyebabkan terjadinya diare
kronis dan pneumonia. Oleh karena itu, berikut beberapa vaksin yang harus dilengkapi bagi
anak untuk menghindari berbagai penyakit yakni :
a) Vaksinasi BCG
Vaksinasi BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan intrakutan
dengan dosis 0,05 ml.3 Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi tuberkulin
konversi pada tempat suntikan. Ada tidaknya tuberkulin konversi tergantung pada potensi
vaksin dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang benar.3 Kelebihan dosis dan
suntikan yang terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya abses ditempat suntikan. Untuk
menjaga potensinya, vaksin BCG harus disimpan pada suhu 20C.3
b) Vaksinasi DPT
Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan pemberian
vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan ditambah
dengan bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan
secara subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali
dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala
biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan
seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan
lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan DT.3
c) Vaksinasi Polio.
Untuk kekebalan terhadap poliomyelitis diberikan 2 tetes vaksin polio oral yang
mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dari suku Sabin. Vaksin yang diberikan melalui mulut
pada bayi umur 2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu.3
d) Vaksinasi Campak
Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam bentuk
bubuk kering atau freeseried yang harus dilarutkan dengan bahan pelarut yang telah tersedia
sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak
umur 9-12 bulan.6 Dinegara berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan lebih awal
dengan maksud memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi virus
campak secara alami. Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti
kebal bawaan yang berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat menghambat
terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulangan masih
diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia vaksin campak diberikan mulai anak
berumur 9 bulan.8
Universitas Kristen Krida Wacana
14
Peran keluarga sangat penting dalam menangani ISPA karena penyakit ISPA termasuk
dalam penyakit yang sering diderita sehari-hari didalam keluarga. Hal ini menjadi fokus
perhatian keluarga karena penyakit ISPA sangat sering diderita oleh balita, sehingga ibu
balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita harus mengetahui
gejala-gejala balita terkena ISPA. Dalam penanganan ISPA tingkat keluarga keseluruhanya
dapat dogolongkan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu perawatan oleh ibu balita, tindakan yang
segera dan pengamatan tentang perkembangan penyakit balita, pencarian pertolongan pada
pelayanan kesehatan. Sebagian besar keluarga tidak mengetahui dari kebiasaan yang sering
dilakukan dapat menimbulkan pencemaran udara dalam rumah dan berpengaruh terhadao
kesehatan balita seperti :21
Asap rokok dari seseorang yang merokok dalam rumah, tidak saja merupakan bahan
pencemaran dalam ruang yang serius melainkan juga akan menyebabkan kesakitan dari
toksik yang lain dan anak-anak yang terpapar asap rokok dapat menimbulkan gangguan
pernapasan terutama memperberat timbulnya Infeksi Saluran Pernapaasan Akut dan
gangguan paru-paru pada waktu dewasa nanti .21 Menurut penelitian Wattimena,21 bahwa
rumah yang penghuninya mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah berpeluang
meningkatkan kejadian ISPA pada balita 7,83 kali dibandingkan dengan rumah balita yang
penghuninya tidak merokok.
2.4.4.2 Bahan bakar memasak
Di zaman yang semakin berkembang , bahan bakar memasak beraneka ragam mulai
dari penggunaan minyak tanah, gas, atau listrik. Saat ini penggunaan kayu sudah sangat
jarang ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Masyarakat yang masih menggunakan
bahan bakar selain gas cenderung takut dikarenakan ledakan gas yang sering terjadi sehingga
memilih bahan bakar yang aman seperti minyak tanah dan kayu bakar bagi pedesaan. Namun
akibat penggunaan bahan bakar tersebut, dapat menyebabkan resiko terjadinya pencemaran
udara hasil pembakaran didalam rumah. Keadaan tersebut diperburuk dengan tidak adanya
ventilasi dalam rumah sehingga asap sisa pembakaran atau debu yang dihasilkan tidak keluar
melainkan mengendap didalam rumah .21Partikel debu yang dihasilkan dari pembakaran
tersebut mengandung unsur-unsur kimia, seperti timbal, besi, mangan, arsen, cadmium
dimana jika terhirup atau masuk langsung ke pernafasan dapat menempel diparu-paru.
Paparan partikel dengan kadar yang tinggi akan menimbulkan edema pada trachea,
bronchus, dan bronchiolus.21
Hasil Penelitian Safwan,24 yang menyatakan bahwa balita yang tingga didalam rumah
yang menggunakan bahan bakar minyak tanah atau kayu berpeluang menderita ISPA
sebanyak 2,235 kali lebih tinggi dibanding dengan balita yang tinggal didalam rumah yang
menggunakan bahan bakar gas. Rumah yang penghuninya mempunyai kebiasaan merokok
dalam rumah berpeluang meningkatkan kejadian ISPA pada balita sebesar kira- kira 7,83
kali dibandingkan dengan rumah balita yang penghuninya tidak merokok didalam rumah.
2.5.1.4 Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-
lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersikan hidung yang berguna untuk
mempercepat kesenambungan dan meng-hindari komplikasi yang lebih parah.Usahakan
lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup, tidak berasap. Apabila
selama perawatan dirumah keadaan anak mem-buruk maka dianjurkan untuk membawa
kedokter atau petugas kesehatan.Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain
tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama
5 hari penuh dan untuk penderita yang mendapat antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari
anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.5
Faktor perilaku
1. Kebiasaan merokok
2. Bahan bakar memasak
3. Penggunaan obat
nyamuk
Faktor perilaku
Pengetahuan
usia
Jumlah anak
pekerjaan
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah tipe deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross secional
Ibu yang mempunyai balita di daerah Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat
tahun 2018. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Besar
sampel dihitung dengan rumus besar sampel untuk proporsi tunggal. Prevalensi kejadian
ISPA pada balita dalam data RISKESDAS,25 adalah 25,8% ( P= 0,258) maka Q= 1-P = 1-
0,258 =0,742. Besarnya ketepatan relatif ditetapkan oleh peneliti sebesar 10% (d=0,1).
Besarnya Zα = 1,96 untuk α = 0,05. Perhitungan besar sampel adalah sebagai berikut:
N= Zα2 x P x Q
d2
0,102
= 73
Berdasarkan perhitungan diatas minimal dibutuhkan 73 orang ibu yang memiliki balita di
Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat.
Bahan penelitian yang akan digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh secara
langsung dari responden.
Alat penelitian yang akan digunakan adalah kuesioner, yang berisi daftar pertanyaan
untuk responden tentang pengetahuan Ibu tentang ISPA yang sebelumnya sudah digunakan
dalam penelitian oleh Yumeina Gagarani dengan judul : Hubungan antara Tingkat
Pengetahuan Ibu dengan Pengelolaan Awal Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak.25
kemudian divalidasi ulang oleh peneliti.
3.4.3 cara
Parameter yang diperiksa adalah pengetahuan Ibu tentang ISPA di Puskesmas Kebon Jeruk
1.Pengelolaan data menggunakan Microsoft Excel 2007, aplikasi SPSS versi 24.0
3.Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian untuk selanjutnya
dipresentasikan.
Skor tertinggi: 22 x 1 = 22
Skor terendah =0
Pengetahuan cukup : 56% x 22= 12-16 ( yang menjawab benar 12-16 pertanyaan)
Skala : Ordinal
2. Umur Ibu
Definisi : Usia Ibu yang dihitung dari tanggal lahir sampai waktu pelaksanaan
penelitian yang dinyatakan dalam tahun.
Cara Ukur : Kuisioner dengan cara diisi oleh responden
skala : Ordinal
20-24 tahun
25-29 tahun
30-34 tahun
35-39 tahun
Universitas Kristen Krida Wacana
24
40-44 tahun
3. Jumlah anak
Definisi : Total keseluruhan anak yang dimiliki responden
Cara Ukur : Kuisioner dengan cara diisi oleh responden
skala : Numerik
4. Pendidikan Ibu
Definisi : Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan
bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran yang terdiri dari pendidikan
dasar, pertama, menengah, dan perguruan tinggi.
Alat ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Skoring, dimana setiap pertanyaan memiliki sistem penilaian tersendiri yang
akan dijabarkan pada setiap nomor pertanyaan kuesioner dibawah ini.
skala : Ordinal
Tinggi : Perguruan tinggi
Sedang : SMA/sederajat
Rendah : ≤SMP/ sederajat
5. Pekerjaan
Definisi : profesi atau kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari agar mendapatkan
imbalan uang.
Alat ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Skoring, dimana setiap pertanyaan memiliki sistem penilaian tersendiri yang
akan dijabarkan pada setiap nomor pertanyaan kuesioner dibawah ini.
skala : Nominal
Dalam hal ini responden digolongkan sebagai:
Ibu rumah tangga
Pegawai negeri sipil
Pegawai swasta
wiraswasta
BAB IV
2. Jumlah anak
1
36 49,3
2
15 20,5
3
17 23,3
4
4 5,5
5
1 1,4
3. Pendidikan
≤SMP/Sederajat 9 12,3
SMA/Sederajat 46 63,0
Perguruan Tinggi 18 24,7
4. Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 56 76,6
Pegawai Negeri 3 4,1
Pegawai Swasta 11 15,1
Wiraswasta 3 4,1
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 73 responden mayoritas pendidikan
ibu adalah SMA sebanyak 46 orang (63,0%), mayoritas pekerjaan ibu adalah ibu rumah
tangga sebanyak 56 orang (76,6%), dan pendapatan mayoritas pada pendapatan cukup yaitu
41 orang (56,2%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu terhadap ISPA
pada Balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode November-
Desember 2018 (n=73)
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 diperoleh bahwa responden terbanyak
berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 42 orang atau 57.5%. dan hanya 11 orang atau 15.1%
saja yang berpengetahuan baik, untuk melihat lebih rinci tentang pengetahuan responden,
maka peneliti mencoba membagi pengetahuan responden berdasarkan pengertian, gejala
dan cara penularan, penyebab, pencegahan serta pengobatan ISPA pada balita.
Kurang 10 13.7
Cukup 56 76.7
Baik 7 9.6
Jumlah 73 100
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang pengertian ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk mayoritas berpengetahuan
cukup 56 orang atau 76.7%, hal tersebut bias dilihat dari rincian masing- masing jawaban
responden pada tabel 4.4
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 diperoleh bahwa pengetahuan responden
terhadap pengertian ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk ternyata mayoritas
menjawab salah pada poin pertanyaan nomor 2 sebanyak 62 orang atau 84.9%.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Penyebab
dan gejala ISPA pada Balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018(n=73)
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang penyebab dan gejala ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk mayoritas cukup
33 orang (45,2%), baik 32 orang (43,8%) dan kurang 8 orang 11,0%).
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Penyebab
dan gejala ISPA pada Balita dalam Rincian Soal Kuisioner di Puskesmas Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode November- Desember 2018(n=73)
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 diperoleh bahwa pengetahuan responden
terhadap penyebab dan gejala ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk mayoritas salah
pada poin pertanyaan nomor 8 sampai nomor 10.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Cara
Penularan ISPA pada Balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018 (n=73)
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang cara penularan ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk masih kurang sebanyak
31 orang atau 42.5%.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Cara
Penularan ISPA pada Balita dalam Rincian Soal Kuisioner di Puskesmas Kecamatan Kebon
Jeruk, Jakarta Barat Periode November- Desember 2018 (n=73)
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 diperoleh bahwa pengetahuan responden
terhadap cara penularan ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk tentang apakah ISPA
adalah penyakit menular 45,2% menjawab benar, 28,8% masih menjawab salah dan 26,0
menjawab tidak tahu. Kemudian untuk pertanyaan penularan ISPA dapat melalui udara dan
percikan ludah mayoritas menjawab benar (67,1%), namun untuk cara penularan ISPA
melalui kontaminasi tangan responden mayoritas menjawab salah sebanyak 47%.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang pencegahan ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk antara pengetahuan baik
dan kurang sama besar sebanyak 26 orang atau 35.6%.
Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.10 diperoleh bahwa pengetahuan responden
terhadap pencegahan ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk masih salah pada poin
pertanyaan nomor 1 dan 2 mengenai hubungan ASI dan status imunisasi dengan kejadian
ISPA pada balita.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.11 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang penanganan ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk sudah baik dengan 53
orang atau 72.6% menjawab benar pertanyaan tentang penanganan ISPA.
Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.12 diperoleh bahwa pengetahuan responden
terhadap pencegahan ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk sudah baik dengan 53
orang atau 72.6% menjawab benar pertanyaan tentang penanganan ISPA.
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada Balita
Berdasarkan Usia di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode November-
Usia ibu
Tingkat 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44
pengetahuan tahun tahun tahun tahun tahun
(6 org) (25org) (22org) (14org) (6 org)
n (%)
n (%) n (%) n (%) n (%)
Kurang 4 (66.7) 9 (36.0) 5 (22.7) 2 (14.3) 0(0.0)
Cukup 1 (16.7) 15 (60.0) 15(68.2) 8 (57.1) 3 (50.5)
Baik 1 (16.7) 1 (4.0) 2 (9.1) 4 (28.6) 3 (50.5)
Total 6(100.0) 25(100.0) 22(100.0) 14(100.0) 6(100.0)
Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.13 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA berdasarkan usia ibu di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan umur
dibagi menjadi 5 kategori. Dapat dilihat dari tabel 4.13 semakin tinggi umur responden
semakin baik pula pengetahuan responden.
4.1.2.7 Pengetahuan Responden Mengenai ISPA pada Balita berdasarkan Jumlah anak
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada Balita
Berdasarkan Jumlah anak di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018 (n=73)
Jumlah anak
1 anak 2 anak 3 anak 4 anak 5 anak
Tingkat pengetahuan (36 org) (15 org) (17 org) (4 org) (1 org)
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)
Kurang 14(38.9) 3(20.0) 2 (11.8) 1 (25,0) 0 (0,0)
Cukup 21(58.3) 9(60.0) 11(65.7) 1 (25,0) 0 (0,0)
Baik 1 (2.8) 3 (20.0) 4 (23.5) 2 (50,0) 1(100.0)
Total 36(100.0) 15(100.0) 17(100.0) 4(100.0) 1(100.0)
Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.14 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan jumlah anak dapat dilihat
pada tabel bahwa semakin banyak anak yang dimiliki responden maka pengetahuan ibu
semakin baik
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada Balita
Berdasarkan Pendidikan Ibu di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018 (n=73)
Pendidikan
Tingkat pengetahuan ≤smp/sederajat Sma/sederajat Perguruan tinggi
(9 orang) (46 orang) (18 orang)
n (%) n (%) n (%)
Kurang 4 (44,4) 13 (28.3) 3 (16.7)
Cukup 5 (55.6) 30 (65.2) 7 (38.9)
Baik 0 (0.0) 3 (6.5) 8 (44.4)
Total 9(100.0) 46(100.0) 18(100.0)
Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.15 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan pendidikan dibagi menjadi
3 kategori, semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan akan semakin baik.
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada Balita
Berdasarkan Pendidikan Ibu di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat Periode
November- Desember 2018 (n=73)
Pekerjaan
Tingkat Ibu rumah tangga Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta
pengetahuan ( 56 org) (6 org) (11 org) (3 org)
n (%) n (%) n (%) n (%)
Kurang 17 (30.4)) 1 (33.3) 2 (18.2) 0 (0.0)
Cukup 36 (64.3) (0.0) 4 (36.4) 2 (66.7)
Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.16 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan pekerjaan ibu dibagi
menjadi 4 kategori, dan didapatkan ibu rumah tangga mayoritas berpengetahuan cukup,
untuk pengetahuan baik mayoritas ibu dengan pekerjaan pegawai negeri.
4.2 Pembahasan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia
yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Monks FJ, pengetahuan dapat
dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, pemberian informasi dan sosial budaya.
Tingkat pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh factor pendidikan, pengalaman,
pemberian informasi, dan sosial budaya. Tingkat pendidikan sangat erat sekali
hubungannya dengan pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula
tingkat pengetahuan seseorang.28,29
Hasil yang didapatkan mengenai pengetahuan ibu terhadap ISPA pada balita di
Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat 42 orang (57,5%) responden memiliki
pengetahuan cukup, 20 orang (27,4%) responden memiliki pengetahuan baik dan 11 orang
(15,1%) responden memiliki pengetahuan kurang. Dimana usia ibu mayoritas 25-29 tahun
(34,2%), jumlah anak mayoritas 1 sebanyak 36 orang (49,3%), pendidikan mayoritas
SMA/sederajat 46 orang (63,0%) , dan pekerjaan mayoritas Ibu rumah tangga sebanyak 56
orang (76,6%). Pada penelitian ini peneliti tentang tingkat pengetahuan ibu terhadap ISPA
pada balita yang meliputi pengertian, penyebab dan gejala, cara penularan, pencegahan
dan penatalaksanaan.
Hasil yang didapatkan dari tabel 4.3 mengenai pengetahuan ibu tentang pengertian
ISPA pada balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat mayoritas cukup 56
orang ( 76,7%), kurang 10 orang (13,7%) dan baik 7 orang (9,6%). Dimana sebagian besar
ibu tidak mengetahui singkatan dari ISPA itu sendiri. Tingkat pengetahuan ibu balita disini
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman, dan informasi.
Hasil yang didapatkan dari tabel 4.5 mengenai pengetahuan ibu tentang penyebab
dan gejala ISPA pada balita di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat mayoritas cukup 37
orang (50,7%), kurang 21 orang (28,8%) dan baik 15 orang (20,5%). Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian Suryono yang berjudul Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada
Balita di Puskesmas Adan-adan Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri tahun 2014.33 dalam
penelitian ini sebagian besar ibu salah memahami penyebab ISPA dengan poin pertanyaan
apakah ISPA dapat disebabkan oleh alergi dan debu, ISPA sendiri tidak berhubungan dengan
alergi dan debu karena ISPA merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan
riketsia, Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Haemophilus, Bordotella dan Korinebakterium. Virus penyebabnya antara
lain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, dan
Herpesvirus. Sekitar 90-95% penyakit ISPA disebabkan oleh virus .1
Hasil yang didapatkan dari tabel 4.7 mengenai pengetahuan ibu tentang cara
penularan ISPA pada balita di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat mayoritas kurang 31
orang (42,5%), cukup 27 orang (37%), dan baik 15 orang (20,5%). Dimana mayoritas
menjawab salah pada poin pertanyaan kontaminasi ISPA melalui tangan 35 orang (47,9%).
Tingkat pengetahuan ibu balita disini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman,
informasi.
Hasil yang didapatkan dari tabel 4.9 mengenai pengetahuan ibu tentang pencegahan
ISPA pada balita di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat pengetahuan baik dan kurang
sama besar 26 orang (35,6%) dan cukup 21 orang (28,8%). Dimana mayoritas menjawab
salah dalam poin pertanyaan mengenai pencegahan ISPA dengan pemberian ASI ekskusif
44 orang (60,3%) dan dengan menjaga kebersihan 34 orang (46,6%). Dan banyak ibu yang
belum mengetahui pentingnya status imunisasi untuk mencegah ISPA 42 orang (57,5%).
Hasil yang didapatkan dari tabel 4.11 mengenai pengetahuan ibu tentang penanganan
ISPA pada balita di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat mayoritas baik 45 orang (61,6%),
cukup 18 orang (24,7%) dan kurang 9 orang (12,3%). Dimana tentang pengobatan ISPA
yang disebabkan bakteri diberikan obat antibiotik sama banyak responden menjawab
jawaban salah dan tidak tahu sebanyak 28 orang (38,4%) pengetahuan ini bisa didapatkan
dari pengalaman dan informasi yang dapat ditanyakan kepada tenaga medis tentang obat
antibiotik pada penyakit ISPA.
Hasil yang didapatkan dari tabel 4.13 mengenai pengetahuan responden tentang ISPA
berdasarkan usia ibu di Puskesmas Kematan Kebon jeruk berdasarkan umur dibagi menjadi
5 kategori, untuk usia 20-24 tahun pengetahuan ibu mayoritas kurang 4 orang (66,7%) cukup
dan baik 1 orang (16,7%), usia 25-29 mayoritas cukup 15 orang (60%), kurang 9 orang (36%)
dan baik 1 orang (4%). Usia 30-34 mayoritas cukup 15 orang (68,2%) , kurang 5 orang
(22,7%), dan baik 2 orang (9,1%). Usia 35-39 mayoritas cukup 8 orang (57,1%), baik 4 orang
(28,6%) dan kurang 2 orang (14,3%). Untuk usia 40-44 tahun cukup dan baik sama besar 3
orang (50%). Hasil penelian tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang baik
mengenai ISPA, paling banyak terdapat pada kelompok usia 40-44 tahun. Semakin tua usia
seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada
usia tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun.32
Hasil yang didapatkan dari tabel 4.14 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan jumlah anak dimulai dari
ibu dengan jumlah anak 1 mayoritas cukup 21 orang (58,3%), kurang 14 orang (38,9%), dan
baik 1 orang (2,8%). Ibu dengan jumlah anak 2 mayoritas cukup 9 orang (60%), baik dan
kurang sama besar 3 orang (20%). Ibu dengan jumlah anak 3 mayoritas cukup 11 orang
(64,7%), baik 4 orang (23,5%), dan kurang 2 orang (11,8%). Ibu dengan jumlah anak 4
mayoritas baik 2 orang (50,0), kurang dan cukup sama besar 1 orang (25,0%), dan ibu
dengan jumlah anak 5 baik 1 orang (100%).Dari data yang didapatkan, pengetahuan kurang
paling banyak pada ibu yang memliliki 1 orang anak dan pengetahuan baik paling banyak
didapatkan dari ibu yang memiliki 3 anak. Menurut Monks FJ, pengetahuan dapat
dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, pemberian informasi dan sosial budaya.
Dalam hal ini ibu yang mempunyai anak lebih banyak memiliki pengalaman yang lebih baik
daripada ibu yg hanya memiliki 1 anak.
Hasil yang didapatkan dari tabel 4.15 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan pendidikan dibagi menjadi
3 kategori, ≤SMP/sederajat pengetahuan mayoritas cukup 5 orang (55,6%) sedangkan kurang
4 orang (44,4%). SMA/sederajat mayoritas cukup 30 orang (65,2%), kurang 13 orang
(28,3%) dan baik 3 orang (6,5%). Untuk pendidikan perguruan tinggi mayoritas baik 8
orang (44,4%), cukup 7 orang (38,9%) dan kurang 3 orang (16,7%). Berdasarkan hasil
penelitian, bahwa responden sebagian besar berpengetahuan cukup pada pendidikan SMA.
Universitas Kristen Krida Wacana
39
Hasil yang didapatkan dari tabel 4.16 diperoleh bahwa pengetahuan responden
tentang ISPA di Puskesmas Kecamatan Kebon jeruk berdasarkan pekerjaan ibu dibagi
menjadi 4 kategori, ibu rumah tangga mayoritas pengetahuan cukup 36 orang (64,3%),
kurang 17 orang (30,4%), dan kurang 11 orang (19,6%). Pegawai negeri mayoritas menjawab
baik 2 orang (66,7%), dan kurang 1orang (33,3%). Pegawai swasta mayoritas baik 5 orang
(45,5%), cukup 4 orang (36,4 %), dan kurang 2 orang (18,2%). Kemudian wiraswasta
mayoritas menjawab cukup 2 orang (66,7%) dan baik 1 orang (33,3%). Dari penelitian diatas
mayoritas responden yang tidak bekerja/ Ibu rumah tangga cukup, sedangkan yang bekerja
baik itu pegawai negeri, pegawai swasta maupun wiraswasta rata-rata memiliki pengetahuan
yang baik. pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor pemberian informasi, ibu yang tidak
bekerja kurang mendapatkan informasi atau kurang mencari tahu tentang ISPA, sedangkan
bu yang bekerja lebih mendapatkan banyak informasi baik dari media sosial atau teman
kerja.29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 73 responden, mayoritas pendidikan
responden adalah SMA sebanyak 46 orang (63,0%), mayoritas pekerjaan responden adalah
ibu rumah tangga sebanyak 56 orang (76,6%). Responden memiliki pengetahuan cukup
sebanyak 42 orang (57,5%), pengetahuan kurang sebanyak 20 orang (27,4%), sedangkan
responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 11 orang (15,1%). Responden memiliki
pengetahuan tentang pengertian ISPA mayoritas cukup 56 orang (76,7%), responden
memiliki pengetahuan tentang penyebab dan gejala ISPA mayoritas cukup 37 orang (50.7%),
responden memiliki pengetahuan tentang cara penularan ISPA mayoritas kurang 31 orang
(42,5%), responden memiliki pengetahuan tentang pencegahan ISPA mayoritas baik 26 orang
(35,6%), responden memiliki pengetahuan tentang penanganan mayoritas baik 53 orang
(72,6%).
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
24. Safwan. Lingkungan Fisik Rumah dan Sumber Pencemar dalam Rumah sebagai
faktor resiko kejadian ISPA pada anak Balita (Tesis). Depok: FKM UI. 2003
25. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasae 2013. Jakarta. 2013
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
1. Saya berhak, seluruh hasil dan jawaban saya dalam kuesioner dan pengambilan data
ini dirahasiakan dari pihak manapun selain peneliti.
2. Saya berhak, memutuskan untuk melanjutkan atau berhenti menjadi responden jika
terjadi sesuatu pada diri saya selama proses pengambilan data dilakukan.
3. Saya berkewajiban untuk mengisi dan memberikan data yang diperlukan sesuai
dengan kondisi saya yang sebenar-benarnya.
Pernyataan ini saya buat dalam kondisi sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Sekian
dan terima kasih. Jakarta, 2018
Peneliti Responden
Tidak(1)
Tidak tahu (0)
LAMPIRAN 5
CORRELATIONS
/VARIABLES=no_1 no_2 no_3 no_4 no_5 no_6 no_7 no_8 no_9 no_10 no_11 no_12
no_13 no_14 no_15 no_16 no_17 no_18 no_19 no_20 no_21 no_22 no_23 no_24 no_25
skor_total
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
[DataSet0]
R hitung > R table = Valid
R table = 0.444
n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n sko
o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o r_to
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ tal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
Pea - -
- - - - - - - - - - - - - -
rson .2 .2 . .0 . .1 .0 .3 .1 .2
.0 .1 .0 .1 .1 .3 .1 .2 .0 .2 .1 .0 .1 .1 .51
Corr 1 7 8 1 0 2 1 8 6 6 3
3 5 2 7 6 0 8 2 8 0 1 7 3 5 8
elati 2 7 0 0 0 1 7 4 1 6
4 6 1 8 1 2 6 5 5 1 1 6 4 6
on 9 1
no_
Sig. . 1. .
1 .8 .5 .9 .2 .2 .6 .7 .1 .4 .4 .4 .1 .4 .3 .3 .7 .3 .6 .7 .5 .5
(2- 6 0 3 .94
8 1 3 4 2 4 1 1 9 5 9 9 3 1 4 2 9 4 4 7 1
taile 4 0 9 0
8 1 1 6 0 1 4 4 9 2 9 6 1 7 1 0 5 1 9 4 1
d) 8 0 5
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- - - - -
rson .4 .4 .2 . .2 . .3 .1 .4 .2 .3 .3 .0 .2 .1 .0 .2 .0 .4
.0 .0 .3 .0 .0 .47
Corr 1 2 9 7 1 0 2 7 1 8 2 1 1 0 0 6 9 0 4 2
3 6 0 2 3 4
elati 4 2* 2 6 3 1 8 0 4* 8 3 8 0 3 7 1 8 0 4
4 9 2 1 4
on 4 2
no_
Sig. . . 1.
2 .8 .0 .7 .0 .2 .3 .1 .1 .6 .9 .0 .3 .1 .1 .3 .4 .7 .8 .3 .8 .0
(2- 4 3 0 .10
8 6 7 2 4 9 9 0 4 3 3 3 7 7 9 8 0 8 8 6 6
taile 9 6 0 4
8 3 4 7 6 0 6 1 5 1 1 3 9 1 0 1 3 8 0 6 3
d) 0 9 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- - .6 .5
rson .4 .1 .3 .4 . .2 . .0 .1 .1 .3 .4 .3 .3 .1 .0 .2 .5 .3 .3
.1 .0 0 6 .57
Corr 2 1 6 8 0 2 1 1 6 2 1 4 1 6 2 1 0 8 4 6 9
5 9 9* 4* 5
elati 4 5 3 4 5 1 6 9 3 8 6 9 1 0 0 0 0 2* 4 0
* *
6 8
on 5 5
no_
Sig. . . 1.
3 .5 .0 .4 .0 .0 .3 .7 .6 .6 .6 .1 .0 .1 .1 .6 .2 .0 .1 .0 .0 .0
(2- 2 4 0 .00
1 6 8 9 7 7 7 0 8 1 3 6 1 6 4 3 1 1 0 1 8
taile 7 8 0 8
1 3 7 6 8 3 1 6 2 9 5 6 8 9 3 2 4 4 4 0 9
d) 9 7 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- - - . - - - - -
rson .1 .2 . .2 .2 .6 .2 .1 .1 .2 .4 .5 .3 .2 .0
.0 .0 .0 1 .2 .2 .2 .0 .0 .59
Corr 6 1 4 3 9 9 1 0 5 5 6 6 0 3 7 7
2 6 3 5 5 4 4 2 2 8
elati 5 5 0 3 7 1* 1 7 8 4 1* 1* 7 1 5
1 9 4 0 5 4 4 1 9
*
on 4
no_
Sig. . .
4 .9 .7 .4 .8 .2 .2 .2 .2 .0 .3 .5 .3 .3 .5 .2 .0 .0 .1 .9 .2 .7 .9
(2- 1 5 .20
3 7 8 8 9 1 0 7 0 9 0 0 0 0 6 4 2 4 3 4 5 0
taile 9 2 2
1 4 7 7 8 0 4 8 4 5 9 0 1 5 1 1 4 6 1 8 4 3
d) 3 8
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- .6 - - .6 .5
rson .2 .4 .3 .5 . . .4 .2 .3 .4 .4 .2 .1 .1 .2 .5 .2 .4
.0 4 .3 .2 4 8 .65
Corr 7 9 8 1 5 1 2 9 7 2 5 8 7 2 8 7 0 1 8
3 2* 4 0 5* 1* 9
elati 2 2* 3 3* 7 2 9* 6 8 7* 1* 5 2 5 2 0* 9 9*
* * *
4 8 6
on 8 6
no_
Sig. . .
5 .2 .0 .0 .8 .0 .0 .1 .0 .2 .3 .0 .0 .1 .0 .0 .2 .6 .4 .2 .0 .3 .0
(2- 4 3 .00
4 2 9 8 1 0 3 2 3 8 0 0 5 4 3 4 0 3 4 2 5 2
taile 5 3 2
6 7 6 7 1 2 3 5 8 3 2 7 8 3 2 0 8 6 6 5 4 9
d) 4 9
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- .6
rson .2 .2 .4 .2 .5 . .4 . .1 .3 .1 .4 .4 .0 .2 .2 .2 .0 .2 .3 .3 .2
no_ .0 9 .63
Corr 8 7 0 4 5 1 1 9 4 2 0 3 1 5 9 1 4 9 5 8 3 9 1
6 6 6* 5
elati 7 2 4 5 3* 6 8* 0 3 8 6 4 8* 9 4 9 9 6 7 9 5 1
*
5
on 1 8
Sig. . .
.2 .2 .0 .2 .0 .0 .6 .7 .1 .5 .0 .0 .6 .3 .0 .2 .2 .8 .2 .1 .0 .3
(2- 4 0 .00
2 4 7 9 1 2 0 8 8 6 6 4 7 6 0 9 0 1 2 4 8 7
taile 9 7 3
0 6 8 8 1 5 5 7 7 9 9 2 8 5 1 0 0 6 0 4 4 1
d) 9 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea
- - - - - - - . - - - - - - - - -
rson .1 .0 .1 .2 .0 .1 .0
.1 .1 .2 .3 .1 .1 .3 2 .1 .4 .0 .0 .1 .1 .1 .2 .0 .55
Corr 1 8 8 5 0 9 0 2
0 6 5 0 7 6 9 9 5 2 3 2 3 2 9 2 5 3
elati 1 5 3 2 2 9 6
9 4 5 4 8 1 6 5 7 4 3 0 2 5 7 4 1
on
no_
Sig. .
7 .6 .4 .2 .1 .4 .4 .0 .4 .7 .5 .5 .0 .3 .8 .9 .6 .5 .5 .4 .6 .3 .9 .8
(2- 2 .82
4 9 7 9 5 9 8 4 2 2 0 6 9 9 3 9 7 9 0 4 4 1 3
taile 0 5
8 0 9 3 4 9 4 5 0 0 8 2 3 1 2 9 9 9 6 8 1 3 1
d) 7
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
.6 . - .6
rson .0 .2 .2 .2 .4 . .0 .2 .1 .3 .2 .5 .4 .5 .4 .4 .2 .4 .1 .2
4 1 .1 7 .69
Corr 0 0 1 9 9 3 1 0 9 0 2 0 4 7 4 3 0 2 6 6 1
2* 0 3 0* 1
elati 0 3 1 3 8* 9 0 5 5 5 3 5* 7* 5* 2 7 5 4* 2 1
* *
2 9
on 6
no_
Sig. 1. . . 1.
8 .3 .3 .2 .0 .0 .2 .6 .5 .0 .1 .3 .0 .0 .0 .0 .0 .3 .0 .4 .3
(2- 0 0 6 0 .00
9 7 1 0 2 0 5 5 0 6 9 1 3 1 5 7 4 3 9 7
taile 0 8 7 0 1
0 3 0 2 5 7 9 8 1 2 0 3 4 3 7 5 1 9 4 3
d) 0 4 0 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea
- - - - - . - - - - - - - - - -
rson .1 .1 .3 .2 .0 .1 .1 .3
.2 .2 .1 .2 .4 2 .2 .1 .2 .2 .0 .1 .2 .1 .2 .0 .51
Corr 5 0 1 6 9 3 0 3 1
0 1 6 2 0 9 8 2 0 9 9 0 0 3 4 4 8
elati 0 2 9 0 7 2 5 8
1 2 5 6 8 5 3 5 8 1 1 7 1 8 2 7
on
no_
Sig. .
9 .3 .3 .4 .5 .3 .0 .6 .1 .2 .2 .6 .3 .2 .7 .8 .6 .6 .5 .1 .3 .5 .3 .8
(2- 2 .93
9 6 8 2 3 7 7 1 1 2 0 8 1 0 7 5 7 7 7 9 6 0 4
taile 0 9
5 9 7 8 9 4 0 0 5 7 1 0 4 3 5 5 0 0 2 5 1 4 4
d) 7
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea
- - . . - - - - - - -
rson .1 .0 .2 .1 .0 .0 .3 .1 .0 .2 .0 .1 .2
.3 .3 1 3 .1 .3 .0 .1 .0 .1 .1 .52
Corr 1 6 9 2 0 1 6 7 1 7 2 3 1 2
0 4 8 6 8 3 6 4 7 7 0 5
elati 1 9 7 3 0 9 5 7 9 8 4 1 3
2 8 1 9 4 1 9 5 5 8 4
on
no_
Sig. . 1. .
10 .6 .1 .7 .2 .1 .6 .4 .7 .1 .1 .7 .5 .6 .7 .7 .3 .8 .6 .4 .3 .6
(2- 4 0 1 .38
4 9 7 0 3 0 3 7 0 5 7 4 2 4 5 3 8 4 5 4 6
taile 4 0 1 6
1 6 1 4 3 5 6 1 3 4 3 1 2 2 4 4 8 1 2 4 2
d) 5 0 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea
- - . . - - - - - - .6
rson .0 .3 .1 .4 .2 .1 .2 .2 .0 .3 .0 .1 .2
.2 .0 0 2 .1 .3 .1 .2 .1 .2 6 .58
Corr 8 7 2 9 9 1 2 0 4 6 6 0 7 9
5 6 8 9 8 0 0 0 4 4 9* 5
elati 7 8 3 9* 5 3 7 7 1 4 0 7 0
*
5 5 5 0 4 7 1 4 0 6
on
no_
Sig. . . 1.
11 .7 .1 .6 .2 .0 .7 .2 .4 .6 .1 .3 .2 .7 .1 .4 .6 .2 .3 .5 .2 .0
(2- 7 2 0 .22
1 0 0 7 2 8 0 3 0 8 8 9 9 1 5 7 1 8 5 9 0
taile 2 1 0 3
4 1 6 8 5 7 7 6 6 8 1 5 7 5 6 3 5 9 5 7 1
d) 0 5 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- . - - - - - -
rson .3 .1 .6 .2 .3 .1 . .0 .1 .2 .3 .3 .2 .3 .3 .3
.0 1 .0 .2 .1 .2 .1 .0 .62
Corr 6 1 1 7 0 0 2 6 2 1 2 1 6 2 3 6 1
9 5 1 1 2 8 0 9 7
elati 4 0 1* 6 8 5 8 9 3 6 2 1 3 1 4 4
8 3 2 1 0 3 7 8
*
on 3
no_
Sig. . .
12 .1 .6 .6 .0 .2 .1 .6 .7 .6 .3 .9 .1 .1 .3 .1 .3 .6 .2 .1 .6 .1 .6
(2- 5 2 .33
1 4 8 0 3 8 5 7 0 3 6 8 1 4 5 7 1 2 1 5 7 8
taile 2 2 5
4 5 2 4 8 7 9 1 6 8 0 1 8 4 4 3 4 7 4 2 8 2
d) 0 7
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- - - - - - -
rson .1 .1 .2 .1 . . .3 .2 .0 .0 .1 .1 .1 .0 .3 .1 .4
no_ .0 .2 .1 .3 .1 .1 .2 .53
Corr 6 1 0 3 1 1 7 2 1 4 9 4 9 3 7 9 1 1
13 2 0 3 0 0 2 0 0
elati 1 8 1 6 5 2 5 6 7 0 1 5 9 9 0 1 5
1 6 9 7 0 5 4
on 7 5
Sig. . .
.4 .9 .6 .3 .3 .5 .5 .1 .1 .3 .8 .6 .7 .5 .4 .5 .7 .6 .0 .6 .0 .3
(2- 5 6 .32
9 3 1 9 8 6 5 0 8 3 4 7 0 5 1 5 4 0 8 4 6 8
taile 0 0 9
9 1 9 5 3 9 8 3 8 8 3 6 6 3 1 8 0 1 9 3 9 8
d) 8 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- .6 .6 - - .5
rson .4 .3 .1 .4 . . .2 .0 .4 .3 .3 .2 .3 .0 .2 .3 .2 .3
.1 4 7 .3 .0 7 .64
Corr 8 4 5 1 4 2 0 4 1 2 6 1 1 6 1 5 3 7 4
7 5* 0* 3 1 9* 8
elati 4* 6 7 4 2 0 7 7 6 1 8 6 1 0 4 1 6 6
* * *
8 1 2
on 4 8
no_
Sig. . .
14 .4 .0 .1 .5 .0 .0 .0 .1 .3 .9 .8 .0 .1 .1 .3 .1 .9 .2 .1 .0 .2 .1
(2- 0 3 .01
5 3 3 0 0 6 0 5 8 6 4 6 1 7 6 1 6 8 5 0 3 3
taile 6 8 2
2 1 5 9 2 9 1 4 1 0 3 1 8 1 0 8 7 1 4 7 8 5
d) 2 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- - .5 . - - .5 -
rson .2 .4 .4 .3 . .2 .3 .4 .3 .3 .2 .1 .5 .3 .5 .5
.1 .2 8 2 .0 .1 8 .0 .62
Corr 2 1 5 2 2 4 1 2 1 9 8 3 2 2 6 2 2
6 4 1* 0 6 0 6* 7 4
elati 8 9 8* 5 9 7 2 6 4 9 2 5 8* 3 5* 7*
* *
1 4 2 9 0 9
on 1
no_
Sig. . .
15 .4 .3 .0 .3 .0 .0 .1 .7 .2 .1 .6 .0 .0 .0 .0 .3 .7 .6 .0 .1 .0 .0
(2- 3 2 .00
9 3 6 0 0 4 6 7 9 8 7 6 8 0 9 2 4 0 1 1 1 1
taile 9 1 3
9 3 6 0 7 2 2 3 5 1 6 1 5 7 0 5 0 1 7 5 7 7
d) 3 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- - - - .7 .6
rson .3 .3 .3 .0 . .2 . .0 .3 .0 .3 .3 .3 .2 .0 .3 .4 .0
.3 .2 .1 .0 0 8 .48
Corr 1 6 2 9 0 0 0 6 6 9 6 9 1 6 8 9 6 8 4
0 4 4 6 4* 6* 0
elati 3 1 8 9 3 3 9 1 1 0 1 4 8 4 0 4 4* 7
* *
2 4 5 8
on 3 1
no_
Sig. . .
16 .1 .1 .1 .3 .1 .6 .3 .5 .7 .1 .7 .1 .0 .1 .2 .7 .7 .1 .0 .0 .0 .8
(2- 8 7 .03
9 7 1 0 5 7 9 4 9 1 0 1 8 1 2 7 0 1 0 3 0 4
taile 9 0 2
6 9 8 1 8 8 0 1 7 8 6 8 5 0 4 7 6 5 1 1 1 4
d) 1 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- . .5 .6
rson .3 .3 .1 .4 .2 . .5 .1 .3 .2 .1 .3 .3 .4 .3 .3 .4 .2 .4 .4
.1 0 8 2 .77
Corr 1 2 5 5 1 0 4 1 6 2 4 1 6 1 3 7 1 3 9 2 1
8 3 6* 8* 4
elati 8 0 8 7* 4 2 5* 7 4 3 1 8 8 9 4 8 5 9 4 7
* *
6 7
on 0
no_
Sig. . .
17 .4 .1 .1 .5 .0 .3 .0 .6 .1 .3 .5 .1 .0 .1 .0 .0 .1 .1 .0 .2 .0 .0
(2- 9 8 .00
3 7 6 0 4 6 1 2 1 4 5 7 0 1 5 0 0 7 5 0 6 6
taile 3 7 0
1 1 9 5 3 5 3 2 5 4 3 1 7 0 3 3 4 1 5 0 2 7
d) 2 5
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
.6 .
rson .2 .0 .1 .2 .4 .4 . .0 .0 .3 .1 .2 .3 .2 .4 .4 .2 .1 .4 .3 .4 .1
9 0 .68
Corr 3 0 1 6 8 7 1 7 0 3 9 1 8 8 3 1 7 7 0 7 2 5 1
6* 9 6
elati 6 0 0 4 1* 7* 0 9 0 1 5 6 9 4 9 7* 2 7 1* 4 4* 0
* 2
on 7
no_
Sig. 1. . . 1.
18 .3 .6 .2 .0 .0 .0 .7 .1 .4 .3 .0 .2 .0 .0 .2 .6 .0 .1 .0 .6
(2- 0 6 6 0 .00
1 4 6 3 0 3 4 5 1 6 9 2 5 3 4 5 3 6 4 4
taile 0 9 5 0 1
7 3 1 2 1 4 2 4 1 0 0 4 3 4 7 5 6 3 4 3
d) 0 9 5 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- . - - - .6 -
rson .2 .0 .4 .2 .2 . .5 .1 .1 .3 .2 .4 .4 .1 .0 .1 .3
.2 1 .0 .2 .0 2 .0 .50
Corr 0 0 6 7 4 1 4 7 3 6 3 7 1 3 0 0 5 1
2 0 7 1 6 8* 5 9
elati 3 0 1* 5 9 3 5* 7 9 1 2 7* 2 2 0 5 6
*
5 2 5 1 8 4
on 2
no_
Sig. 1. . . 1.
19 .3 .3 .0 .2 .2 .0 .7 .4 .3 .5 .1 .3 .7 .0 .0 .0 .6 .5 .8 .1
(2- 0 5 6 0 .02
4 9 4 4 9 1 5 5 7 5 1 2 7 0 3 5 7 1 2 7
taile 0 7 7 0 2
1 0 1 0 0 3 4 6 3 8 8 5 7 3 4 7 0 5 1 5
d) 0 9 0 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- . - - - -
rson .1 .2 .5 .1 .2 . .4 .2 .0 .0 .0 .3 .2 .4 .4 .1 .3 .1
no_ .0 1 .1 .1 .0 .2 .46
Corr 6 8 0 2 9 1 3 2 7 1 9 7 7 3 1 2 2 8 5
20 8 3 0 2 7 2 9
elati 7 0 1* 2 9 2 2 8 9 0 0 4 2 2 5 8 2 4
5 5 1 0 9 0
on 5
Sig. . .
.7 .4 .2 .0 .6 .2 .0 .3 .6 .6 .7 .9 .7 .7 .1 .2 .0 .0 .5 .0 .5 .3
(2- 5 5 .03
2 8 3 2 0 0 5 3 7 1 4 6 4 0 0 4 5 6 9 9 1 5
taile 9 7 7
0 1 2 4 8 0 7 4 3 4 0 7 0 6 4 7 7 2 1 7 6 1
d) 9 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- . - -
rson .0 .5 .3 .1 .0 . .4 .0 .2 .2 .1 .3 .3 .1 .1 .4 .3 .5 .3 .0
.2 3 .2 .1 .48
Corr 9 4 3 8 5 1 0 3 9 5 2 6 1 0 0 2 1 0 5 6 7
0 1 8 2 6
elati 1 2* 7 5 6 9 7 4 0 4 5 4 8 7 2 5 2 3* 3 1
1 8 3 5
on 7
no_
Sig. . .
21 .3 .7 .0 .1 .4 .8 .0 .8 .2 .2 .6 .2 .6 .1 .1 .6 .6 .0 .1 .0 .1 .7
(2- 4 1 .03
9 0 1 4 3 1 7 8 1 2 0 8 0 1 7 5 7 6 9 1 1 6
taile 0 7 0
5 3 4 6 6 6 5 8 5 7 1 1 1 5 1 5 0 2 6 1 5 7
d) 6 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- - - . - .7 .6 .9 -
rson .3 .2 .2 .2 . .1 .3 .3 .3 .5 .4 .4 .0 .1 .3
.1 .0 .0 1 .2 0 8 3 .1 .61
Corr 6 7 8 2 2 1 6 9 3 2 3 7 0 2 0 1
1 3 2 0 0 4* 8* 7* 5 1
elati 4 2 7 5 0 1 4 0 1 8* 5 1* 0 8 2
* * *
1 4 1 9 4 6
on 1
no_
Sig. . . 1.
22 .6 .8 .1 .9 .2 .2 .3 .6 .3 .1 .0 .1 .0 .0 .0 .0 .5 .1 .0 .0 .5
(2- 6 3 0 .00
4 8 1 3 4 2 4 4 8 1 8 5 1 0 5 3 9 9 0 0 1
taile 4 9 0 4
1 8 4 1 6 0 1 1 9 4 9 4 7 1 5 6 1 6 1 0 1
d) 8 5 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- .6 - - - .5 .6 .6 -
rson .2 .2 .5 .3 . .4 . .1 .3 .4 .2 .3 .1 .3 .5
.0 0 .1 .1 .1 7 8 4 .1 .60
Corr 0 7 0 3 2 6 1 1 6 8 9 2 5 8 5 1
7 9* 7 4 0 9* 8* 5* 0 6
elati 8 1 0* 9 2 4* 3 1 3 4* 9 4 5 2 3*
* * * *
6 8 0 7 7
on 4 8
no_
Sig. . .
23 .7 .3 .0 .2 .0 .1 .0 .4 .5 .6 .6 .0 .1 .0 .2 .1 .5 .0 .0 .0 .0 .6
(2- 3 5 .00
4 8 0 4 2 4 3 5 5 5 4 0 1 3 0 6 1 9 1 0 0 5
taile 4 6 5
9 0 4 8 5 4 9 2 5 2 3 7 5 1 0 3 5 7 1 1 2 2
d) 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- .5 . - .6 - .9 .6 -
rson .0 .0 .2 .3 .1 . .2 .3 .4 .2 .5 .4 .4 .1 .3
.1 6 0 .2 8 .0 3 4 .0 .63
Corr 4 7 1 9 6 2 2 1 1 7 2 2 5 5 6 1
3 4* 2 4 6* 5 7* 5* 6 9
elati 0 5 9 5 2 4 3 4 5 6 5* 4 4* 4 3
* * * *
4 6 6 4 3
on 2
no_
Sig. . .
24 .5 .8 .0 .7 .3 .0 .4 .3 .2 .1 .0 .2 .0 .0 .0 .0 .8 .5 .1 .0 .0 .7
(2- 9 3 .00
7 6 1 5 5 8 9 4 9 7 6 3 1 0 6 4 2 1 1 0 0 9
taile 1 0 2
4 6 0 4 4 4 4 4 7 8 9 8 7 1 2 4 1 6 5 0 2 3
d) 3 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea - -
- - - .6 - - - - - -
rson .4 .3 .4 .2 . .2 . .3 .5 .0 .4 .1 .3 .0
.1 .0 .1 6 .0 .2 .2 .1 .1 .0 .66
Corr 2 9 8 1 0 1 0 4 2 4 1 1 1 7 1
5 2 0 9* 9 0 2 5 0 6 4
elati 4 0 9* 1 5 1 4 6 7* 7 7 0 6 1
*
6 9 4 8 4 0 6 7 3
on 1 7
no_
Sig. . .
25 .5 .0 .0 .9 .0 .3 .3 .6 .0 .6 .3 .1 .0 .8 .0 .6 .1 .3 .7 .5 .6 .7
(2- 8 8 .11
1 6 8 0 2 7 7 6 0 8 8 3 1 4 6 4 7 5 6 1 5 9
taile 3 4 4
1 3 9 3 9 1 3 2 1 2 8 5 7 4 7 3 5 1 7 1 2 3
d) 1 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pea -
- .5 .6 .6 .6 . .6 .7 .6 .6 .6 .6
rson .3 .2 . .2 .2 .2 .2 .5 .4 .5 .4 .4 .3
.0 7 5 3 9 0 2 7 8 1 0 3
Corr 7 9 0 0 8 2 3 4 8 0 6 8 6 1
1 5* 9* 5* 1* 1 4* 4* 6* 1* 6* 9*
elati 4 8 5 5 5 7 0 8* 0* 9* 9* 6* 4
* * * * * * * * * *
8 8
sko on 3
r_to Sig. . .
.9 .1 .0 .2 .0 .0 .0 .3 .2 .3 .3 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .1
tal (2- 8 9
4 0 0 0 0 0 0 8 2 3 2 1 0 3 0 0 2 3 3 0 0 0 1
taile 2 3
0 4 8 2 2 3 1 6 3 5 9 2 3 2 0 1 2 7 0 4 5 2 4
d) 5 9
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
N 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RELIABILITY
/VARIABLES=no_1 no_2 no_3 no_4 no_5 no_6 no_7 no_8 no_9 no_10 no_11 no_12
no_13 no_14 no_15 no_16 no_17 no_18 no_19 no_20 no_21 no_22 no_23 no_24 no_25
skor_total
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
[DataSet0]
N %
Valid 20 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.725 26
Item-Total Statistics
Frequencies
Statistics
Usia jumlah anak pendidikan pekerjaan
N Valid 73 73 73 73
Missing 0 0 0 0
Usia reponden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-24 6 8.2 8.2 8.2
25-29 25 34.2 34.2 42.5
30-34 22 30.1 30.1 72.6
35-39 14 19.2 19.2 91.8
40-44 6 8.2 8.2 100.0
Total 73 100.0 100.0
Pendidikan responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ≤ SMP/ sederajat 9 12.3 12.3 12.3
SMA/sederajat 46 63.0 63.0 75.3
perguruan tinggi 18 24.7 24.7 100.0
Total 73 100.0 100.0
Pekerjaan responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ibu rumah tangga 56 76.7 76.7 76.7
pegawai negeri 3 4.1 4.1 80.8
pegawai swasta 11 15.1 15.1 95.9
wiraswasta 3 4.1 4.1 100.0
Total 73 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
pengetahuan
N Valid 73
Missing 0
pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 20 27.4 27.4 27.4
cukup 42 57.5 57.5 84.9
baik 11 15.1 15.1 100.0
Total 73 100.0 100.0
pengetahuan umur 20 - 24
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 4 66.7 66.7 66.7
cukup 1 16.7 16.7 83.3
baik 1 16.7 16.7 100.0
Total 6 100.0 100.0
pengetahuan umur 25 - 29
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 9 36.0 36.0 36.0
cukup 15 60.0 60.0 96.0
baik 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
pengetahuan umur 30 - 34
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 5 22.7 22.7 22.7
cukup 15 68.2 68.2 90.9
baik 2 9.1 9.1 100.0
Total 22 100.0 100.0
pengetahuan umur 35 - 39
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 2 14.3 14.3 14.3
cukup 8 57.1 57.1 71.4
baik 4 28.6 28.6 100.0
Total 14 100.0 100.0
pengetahuan umur 40 - 44
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 3 50.0 50.0 50.0
jumlah anak 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 14 38.9 38.9 38.9
cukup 21 58.3 58.3 97.2
baik 1 2.8 2.8 100.0
Total 36 100.0 100.0
jmlah anak 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 3 20.0 20.0 20.0
cukup 9 60.0 60.0 80.0
baik 3 20.0 20.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
jumlah anak 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 2 11.8 11.8 11.8
cukup 11 64.7 64.7 76.5
baik 4 23.5 23.5 100.0
Total 17 100.0 100.0
jumlah anak 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 1 25.0 25.0 25.0
cukup 1 25.0 25.0 50.0
baik 2 50.0 50.0 100.0
Total 4 100.0 100.0
jumlah anak 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 1 100.0 100.0 100.0
≤ SMP/sederajat = 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 4 44.4 44.4 44.4
cukup 5 55.6 55.6 100.0
Total 9 100.0 100.0
Sma/ sederajat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 13 28.3 28.3 28.3
cukup 30 65.2 65.2 93.5
baik 3 6.5 6.5 100.0
Total 46 100.0 100.0
perguruan tinggi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 3 16.7 16.7 16.7
cukup 7 38.9 38.9 55.6
kurang 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0
pegawai negeri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 1 33.3 33.3 33.3
baik 2 66.7 66.7 100.0
Total 3 100.0 100.0
pegawai swasta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 2 18.2 18.2 18.2
cukup 4 36.4 36.4 54.5
baik 5 45.5 45.5 100.0
Total 11 100.0 100.0
wiraswasta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 2 66.7 66.7 66.7
baik 1 33.3 33.3 100.0
Total 3 100.0 100.0