Anda di halaman 1dari 28

Penelitian Epidemiologi Analitik

Kelompok 11
1

Anggota Kelompok

Dekha
Yatmi
Nabila
Suci Apsari
Revi Metia Hartati

1311211113
1311211118
131121112
1411212032

1411212060

Pengertian Epidemiologi Analitik

epidemiologi yang menekankan


pada pencarian jawaban
terhadap penyebab terjadinya
frekuensi, penyebaran serta
munculnya suatu masalah
kesehatan.Studi analitik
digunakan untuk menguji
hubungan sebab akibat dan
berpegangan pada
pengembangan data baru.
3

Metode-Metode Penelitian Epidemiologi


Analitik

1. Studi Observasional
a. Studi Cross Sectional

Penelitian ini dilakukan tanpa mengikuti


perjalanan penyakit tetapi hanya
dilakukan pengamatan sesaat atau dalam
suatu periode tertentu dan setiap subjek
studinya hanya dilakukan satu kali
pengamatan selama penelitian.
Studi ini lebih dikenal sebagai studi
prevalensi
5

Ciri-Ciri Penelitian Cross Sectional


Sesuai dengan istilahnya, pengumpulan data
dilakukan pada satu saat atau satu periode
tertentu dan pengalaman subjek studi hanya
dilakukan saru kali selama satu penelitian
Penghitungan perkiraan besarnya sampel
tanpa memperhatikan kelompok yang
terpajan atau tidak
Hubungan sebab akibat hanya berupa
perkiraan yang dapat digunakan sebagai
hipotesis dalam penelitian analitik atau
ekssperimental.
6

Kelebihan
Dikutip dari Sayogo (2009) adalah sebagai berikut:
Studi cross sectional memungkinkan penggunaan
populasi dari masyarakat umum, tidak hanya para
pasien yang mencari pengobatan, hingga
generalisasinya cukup memadai
Relatif murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh
Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus
Jarang terancam loss to follow-up (drop out)
Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu
penelitian kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan
sedikit sekali menambah biaya
Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian
selanjutnya yang bersifat lebih konklusif
Membangun hipotesis dari hasil analisis

Kelemahan
Dikutip dari Sayogo (2009) adalah sebagai berikut:
Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan
data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan
(temporal relationship tidak jelas)
Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang
mempunyai masa sakit yang panjang daripada yang
mempunyai masa sakit yang pendek, karena inidividu yang
cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kesempatan
yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi
Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila
variabel yang dipelajari banyak
Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi maupun
prognosis
Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang
Tidak menggambarkan perjalanan penyakit
9

Hasil Ukur Studi Cross Sectional


Bila nilai rasio prevalens = 1 berarti variabel yang diduga
merupakan faktor risiko tersebut tidak ada pengaruhnya
untuk terjadinya efek, dengan kata lain bersifat netral.
Misalnya semula diduga bahwa pemakaian kontrasepsi oral
merupakan risiko untuk terjadinya penyakit jantung bawaan.
Bila dalam perhitungan ternyata rasio prevalensnya= 1,
maka dari data yang ada berarti kontrasepsi oral bukan
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung bawaan.
Bila nilai asio prevalensi >1 berarti variabel tersebut
merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit tertentu.
Misalnya rasio prevalensi pemakaian KB suntik pada ibu
menyusui terhadap, kurang gizi pada anak =2, hal ini
menunjukkan bahwa KB suntik merupakan faktor risiko
untuk terjadinya defisiensi gizi pada bayi.
.
10

Apabila nilai Rp< 1, berarti faktor


risiko yang diteliti tersebut justru
mengurangi kejadian penyakit,
dengan perkataan lain variabel yang
diteliti tersebut merupakan faktor
protektif. Misalnya RP pemberian ASI
untuk tejadinya diare pada bayi
adalah 0.5 berarti ASI justru menjadi
faktor pencegah terjadinya diare
11

1. Studi Observasional
b. Studi Case Control

Studi kasus kontrol adalah studi yang dimulai


dengan mengidentifikasi kelompok dengan penyakit
atau efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek
(kontrol), kemudian secara retrospektif diteliti faktor
risiko yang mungkin dapat menerangkan mengapa
kasus terkena efek, sedangkan kontrol tidak.
Pada studi kasus kontrol sekelompok kasus (pasien
yang menderita penyakit atau efek yang sedang
diteliti) dibandingkan dengan kelompok kontrol
(mereka yang tidak menderita penyakit atau efek).
Dalam penelitian ini ingin diketahui apakah faktor
risiko tertentu benar berpengaruh terhadap
12
terjadinya efek yang diteliti.

Cara melakukan Studi Case Control


Menetapkan pertanyaan penelitian dan
hipotesis yang sesuai
Mendeskripsikan variabel penelitian: faktor
risiko dan efek
Menentukan populasi terjangkau dan
sampel (kasus kontrol)
Melakukan pengukuran variabel efek dan
faktor risiko
Menganalisis data
13

SKEMA CASE CONTROL STUDY


KASUS (PENYAKIT +)

TERPAPAR (E)
TIDAK TERPAPAR (E)

KASUS (PENYAKIT -)

TERPAPAR (E)
TIDAK TERPAPAR (E)

14

Kelebihan
Meneliti kasus yang jarang atau yang masa
latennya panjang
Hasil dapat diperoleh dengan cepat
Biaya yang diperlukan relatif murah
Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit
Digunakan

untuk

mengidentifikasi

berbagai

faktor resiko dalam satu penelitian.


15

Kelemahan
Berpotensi terjadinya recall bias
Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh
Sukar untuk meyakinkan apakah kelompok kasus dan
kontrol benar sebanding
Tidak dapat memberikan insiden rate
Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu
variabel dependen.

16

Hasil Ukur Studi Case Control


Bila nilai OR=1 berarti variabel yang diduga merupakan
faktor risiko tersebut tidak ada pengaruhnya untuk
terjadi efek, dengan kata lain bersifat netral. Misalnya
semula diduga bahwa pemakaian kotrasepsi oral
merupakan risiko untuk terjadinya penyakit jantung
bawaan. Bila dalam perhitungan ternyata OR=1, maka
dari data yang ada berarti kontrasepsi oral bukan
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung
bawaan.
Bila nilai OR > 1 berarti variabel tersebut merupakan
faktor risiko untuk timbulnya penyakit tertentu. Misalnya
OR pemakaian KB suntik pada ibu menyusui terhadap
kurang gizi pada anak=2, hal ini menunjukkan bahwa KB
suntik merupakan faktor risiko untuk terjadinya defisiensi
gizi pada bayi.
17

Bila nilai OR < 1 berarti faktor yang diteliti


tersebut justru mengurangi kejadian
penyakit, dengan perkataan lain variabel
yang diteliti tersebut merupakan faktor
protektif. Misalnya OR pemberian ASI
untuk terjadinya diare pada bayi adalah
0,5 berarti ASI justru merupakan faktor
pencegh terjadinya diare.

18

1. Studi Observasional
c. Studi Cohort

Studi kohort atau studi prospektif merupakan


penelitian epidemiologik analitik yang mengkaji
hubungan antara faktor risiko dengan efek atau
penyakit
Pada studi kohort, sekelompok subjek penelitian
yang belum mengalami pajanan terhadap faktor
risiko dan belum mengalami penyakit atau efek
tertentu diikuti secara prospektif. Secara alamiah
terbagi ke dalam:
1. Kelompok dengan faktor risiko, dan
2. Kelompok tanpa faktor risiko.
19

Langkah - Langkah

20

21

Kelebihan
a) Studi kohort merupakan desain yang terbaik dalam
menentukan insidens dan perjalanan penyakit atau
efek yang diteliti
b) Studi kohort paling baik dalam menerangkan hubungan
dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek
secara temporal
c) Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus
yang bersifat fatal dan progresif
d) Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa
efek sekaligus dari suatu faktor resiko tertentu
e) Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan
longitudinal, studi kohort memiliki kekuatan yang andal
untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang
makin meningkat

22

Kelemahan
a) Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama
b) Sarana dan biaya biasanya mahal
c) Studi kohort seringkali rumit
d) Kurang efisien segi waktu maupun biaya untuk
meneliti kasus yang jarang terjadi

23

Hasil Ukur Studi Cohort


Bila nilai RR=1 berarti variabel yang diduga
merupakan faktor risiko tersebut tidak ada
pengaruhnya untuk terjadi efek, dengan kata lain
bersifat netral. Misalnya semula diduga bahwa
pemakaian kotrasepsi oral merupakan risiko untuk
terjadinya penyakit jantung bawaan. Bila dalam
perhitungan ternyata RR=1, maka dari data yang
ada berarti kontrasepsi oral bukan merupakan
faktor risiko terjadinya penyakit jantung bawaan.
Bila nilai RR > 1 berarti variabel tersebut
merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit
tertentu. Misalnya RR pemakaian KB suntik pada ibu
menyusui terhadap kurang gizi pada anak=2, hal ini
menunjukkan bahwa KB suntik merupakan faktor
risiko untuk terjadinya defisiensi gizi pada bayi.
24

Bila nilai RR < 1 berarti faktor yang diteliti


tersebut justru mengurangi kejadian penyakit,
dengan perkataan lain variabel yang diteliti
tersebut merupakan faktor protektif. Misalnya RR
pemberian ASI untuk terjadinya diare pada bayi
adalah 0,5 berarti ASI justru merupakan faktor
pencegah terjadinya diare.

25

2. Studi Eksperimental
Studi eksperimental merupakan penelitian
di mana peneliti melakukan kegiatan
intervensi atau perlakuan khusus pada
objek atau sasaran yang diteliti. Dengan
demikian, pada penelitian eksperimental
peneliti dapat mengatur perlakuan sesuai
dengan keinginannya dan dapat
mengamati proses kejadian secara
langsung, baik pada individu maupun pada
kelompok.
26

Terbagi 2:

27

Terima Kasih

28

Anda mungkin juga menyukai