Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan Kota Padang


Panjang yaitu “Terwujudnya Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas dan Islami”, maka
dalam rangka mewujudkan Visi tersebut, Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang
menetapkan Misi sebagai berikut :
1. Menciptakan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Professional
dan Islami.
2. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau, merata dan
islami.
3. Mewujudkan sistem informasi dan promosi yang berkualitas.
4. Mewujudkan masyarakat dan lingkungan yang sehat melalui pemberdayaan
masyarakat.
5. Mewujudkan jaminan pemeliharaan kesehatan.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang
berupaya menata kembali kualitas dari Sistem Informasi Kesehatan yang selanjutnya
akan sangat menentukan ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Saat ini sistem informasi kesehatan yang ada masih jauh dari
kondisi ideal karena belum mampu menyediakan data dan informasi kesehatan yang
evidence based. Kegiatan pengelolaan data dan informasi belum terintegrasi dan
terkoordinasi dalam suatu mekanisme kerjasama yang baik. Dalam pengumpulan dan
pengolahan data, masing-masing unit kerja mengumpulkan datanya sendiri-sendiri
dengan berbagai instrumennya. Situasi demikian menimbulkan tersendatnya
pendistribusian informasi terutama dari sumber data di unit pelayanan kesehatan
yang mengakibatkan terjadinya krisis informasi di berbagai unit teknis.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Pasal 17 Ayat 1 menyatakan bahwa pemerintah bertanggungjawab atas
ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Selain itu pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan melalui sistem informasi dan
melalui kerjasama lintas sektor, dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur oleh
peraturan pemerintah. Sedangkan pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan
kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi
kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 1


Profil Kesehatan Kota Padang Panjang yang terbit sekali setiap tahun berisi
data tahunan dari hasil pembangunan kesehatan di masing-masing unit kerja yang
terdiri dari berbagai indikator derajat kesehatan dan dapat digunakan sebagai sarana
penyedia data dan informasi dalam rangka mengevaluasi tahunan kegiatan-kegiatan
dan pemantauan pencapaian Pembangunan Kesehatan Kota Padang Panjang.
Sistematika penyajian Profil Kesehatan Kota Padang Panjang 2012 ini adalah
dalam bentuk narasi, tabel dan gambar. Profil Kesehatan Kota Padang Panjang
2012 terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menyajikan tentang latar belakang dan tujuan diterbitkan Profil Kesehatan
Kota Padang Panjang Tahun 2013 (berdasarkan data tahun 2012) serta
sistematika penyajiannya.

BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK


Bab ini menyajikan gambaran umum tentang uraian letak geografis, keadaan
penduduk, ekonomi, pendidikan, lingkungan, dan keadaan perilaku masyarakat.

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Bab ini berisikan hasil-hasil pembangunan kesehatan yang mencakup tentang
Mortalitas (angka kematian), Morbiditas (angka kesakitan) dan status gizi.

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN


Bab ini berisikan uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan
pada tahun 2012 yang meliputi pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penujang,
pemberantasan penyakit, kesehatan lingkungan dan sanitasi, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Dalam bab ini diuraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan.
Menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan pembiayaan kesehatan dan
sumber daya kesehatan lainnya.

BAB VI PENUTUP
Bab ini merupakan rangkuman dari buku profil ini yang berisi sajian penting tentang
hal-hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk penyusunan rencana kerja
kesehatan Kota Padang Panjang tahun 2012 serta untuk penyusunan Profil
Kesehatan di tahun yang akan datang. Dan bab ini juga menguraikan proses
pengumpulan data dan hambatan yang dijumpai selama penyusunan profil ini.

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 2


BAB II
GAMBARAN UMUM

A. GEOGRAFIS

Kota Padang Panjang memiliki luas ±

23,00 km² setara dengan 2.300 Ha yang mencakup 2 kecamatan yaitu kecamatan
Padang Panjang Barat dan Padang Panjang Timur yang masing-masing terdiri dari
8 (delapan) kelurahan. Secara administrasi Kota Padang Panjang mempunyai batas
sebagai berikut :
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan X Koto (Kabupaten Tanah Datar)
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batipuh (Kabupaten Tanah Datar)
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan X Koto (Kabupaten Tanah Datar)
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan X Koto (Kabupaten Tanah Datar)

Secara geografis terletak antara 100 0 20’ - 1000 27’ Bujur Timur serta 0 0
27’ - 00 30’ Lintang Selatan, merupakan dataran tinggi (daerah pegunungan)
dengan ketinggian 550-900 meter di atas permukaan laut dengan lebih dari 40 %
lahannya berada pada kemiringan > 40 %. Sedangkan suhu udara rata-rata adalah
21,880C dengan kelembaban udara adalah 88,03 %. Kondisi ini menyebabkan
banyak ditemukan kasus penyakit yang dipengaruhi oleh udara dingin diantaranya:
Bronkitis, Sinusitis, Asma Bronchial dan lain-lain. Hasil Kajian Penilaian Resiko
Bencana Gempa Bumi dan Bahaya Gunung Berapi di Kota Padang Panjang tahun
2006 (Pusat Survei Geologi dan Bappeda Kota Padang Panjang), maka secara
umum formasi Geologi Kota Padang Panjang terdiri dari batuan malihan, batuan
tufaan aliran piroklastik, batuan tufaan dan lahar II. Kemudian dari struktur
geologinya terdapat satu sesar aktif yang melewati Kota Padang Panjang yaitu sesar
Bukit Jalat dan satu lagi berdekatan dengan Kota Padang Panjang (pada bagian
timur) yaitu sesar Sumatera.

B. KEADAAN PENDUDUK

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 3


Jumlah penduduk Kota Padang Panjang menurut Badan Pusat Statistik Kota
Padang Panjang pada tahun 2012 sebanyak 48.187 jiwa yang tersebar di 16
kelurahan yang ada dan terdiri dari 23.946 penduduk laki-laki dan 24.241
penduduk perempuan, dengan jumlah rumah tangga 11.153 dan rata-rata jiwa per
rumah tangga sebesar 4,32 dan kepadatan penduduk 2.366/km2. Dengan tingkat
kepadatan penduduk tertinggi di kecamatan Padang Panjang Barat 3.242/km2
sedangkan di Kecamatan Padang Panjang timur 1.722/ km2, ini menunjukkan
penyebaran penduduk di Kota Padang Panjang tidak merata. Mobilisasi penduduk
Kota Padang Panjang cukup tinggi, hal ini dikarenakan Padang Panjang merupakan
daerah strategis yang terletak di persimpangan antara Kota Bukittinggi, Batusangkar,
Solok dan Padang. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di
Kota Padang Panjang dapat dilihat pada gambar berikut :

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang Panjang tahun 2012

Dari gambar diatas dapat ditentukan Rasio Beban Tanggungan (Dependency


Ratio) penduduk Kota Padang Panjang tahun 2012 adalah 57,27 %. Hal ini berarti
bahwa 100 orang masyarakat Padang Panjang yang masih produktif akan
menanggung sebanyak 57 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Sedangkan
Rasio Jenis Kelamin di Kota Padang Panjang pada tahun 2012 adalah 98,78. Data
tentang rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan
yang berwawasan gender, terutama yang ada kaitannya dengan pertimbangan
pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Untuk lebih jelasnya komposisi
penduduk Kota Padang Panjang dapat di lihat pada Lampiran (tabel 1, 2 dan 3).

C. KEADAAN EKONOMI

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 4


Kondisi perekonomian merupakan salah satu indikator dalam menentukan
keberhasilan pembangunan daerah. Mata pencaharian penduduk Kota Padang
Panjang adalah berdagang, pegawai negeri sipil, bertani, wiraswasta dan lainnya.
Pada tahun 2012 Kota Padang Panjang memberikan jaminan kesehatan bagi
masyarakatnya dengan pelayanan kesehatan masyarakat yang dicakup Jamkesmas
sebanyak 4.336 jiwa dan sisanya jaminan kesehatan masyarakat ditanggung JPKM-
PP (Tabel 55 dan 56). Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan
daya tahan tubuh yang berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-
penyakit tertentu, fenomena gizi buruk dan kurang seringkali terjadi pada balita yang
berasal dari keluarga miskin.

D. KEADAAN PENDIDIKAN

Sumber : Dinas Catatan Sipil Kota Padang Panjang tahun 2012

Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program


kesehatan, selain jumlahnya yang besar 38 % dari jumlah penduduk, mereka juga
merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Masalah
kesehatan yang dialami peserta didik sangat kompleks dan bervariasi. Pada peserta
didik Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada umumnya lebih
banyak terkait dengan masalah perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan pada
peserta didik sekolah lanjutan berkaitan dengan perilaku berisiko terhadap masalah
kesehatan. Melihat permasalahan yang ada, pelayanan kesehatan di sekolah
diutamakan pada upaya peningkatan kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif.
Upaya preventif antara lain kegiatan penjaringan kesehatan (skrining kesehatan)
peserta didik, serta pemeriksaan berkala 2 (dua) kali setahun. Kegiatan ini

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 5


dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
kesehatan dalam program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Penjaringan kesehatan
merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium,
penyimpangan mental emosional, serta kesegaran jasmani. Rangkaian pemeriksaan
kesehatan tersebut dilaksanakan melakukan pemeriksaan keadaan umum, pengukuran
tekanan darah dan denyut nadi, penilaian status gizi, pemeriksaan gigi dan mulut,
pemeriksaan indera (penglihatan, pendengaran), pemeriksaan laboratorium,
pengukuran kesegaran jasmani, deteksi dini penyimpangan mental emosional yang
dilakukan terhadap murid kelas 1 (satu) di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI). Kegiatan pelayanan kesehatan pada kelompok ini, dilakukan oleh
tenaga kesehatan, maupun peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader
kesehatan, guru UKS dan dokter kecil.
Untuk Kota Padang Panjang pada tahun 2012, cakupan pemeriksaan siswa
sekolah dasar sebesar 100 % lebih tinggi daripada cakupan tahun 2011 yaitu
97,92%, dan mencapai target cakupan penjaringan pada standar pelayanan minimal
(SPM) yaitu sebanyak 100%. Sehingga pelayanan ke 4 (empat) Puskesmas se
Kota Padang Panjang, sudah cukup maksimal, dengan tercapainya target SPM
pelayanan penjaringan kesehatan anak sekolah, diharapkan kesehatan anak sekolah
di Kota Padang Panjang dapat dideteksi dan ditanggulangi masalah – masalah
kesehatannya oleh petugas secara maksimal. Lebih jelas dapat dilihat Tabel 46.

E. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku,
pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya derajat
kesehatan. Dalam menggambarkan keadaan lingkungan akan disajikan indikator-
indikator antara lain persentase rumah sehat, persentase akses air bersih,
persentase sanitasi dasar, persentase tempat umum dan pengelolaan makanan
(TUPM) sehat.

1. Rumah Sehat dan Bebas Jentik


Rumah merupakan hunian yang sangat penting dalam fungsinya sebagai tempat
untuk membangun kehidupan keluarga yang sehat dan sejahtera. Rumah sehat
merupakan bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu
bangunan yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan
sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan
hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Seksi Penyehatan Lingkungan pada tahun 2013 rumah
yang diperiksa sebanyak 9573 rumah, rumah yang dinyatakan sehat sebanyak
5299(55.3%). Data ini dapat dilihat pada Tabel 62. Presentase rumah sehat

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 6


belum mencapai 100% disebabkan berbagai faktor diantaranya adalah pengetahuan
masyarakat yang masih kurang tentang indikator rumah sehat dan adanya
masyarakat yang masih memiliki perekonomian rendah. Untuk menindaklanjuti
masalah ini tenaga kesehatan di puskesmas melakukan penyuluhan kepada
masyarakat pada saat melaksanakan inspeksi rumah sehat, sedangkan tenaga
kesehatan di Dinas Kesehatan melaksanakan sosialisasi tentang lingkungan
sehat,sesuai dengan indikator diatas, juga dilaksanakan pemeriksaan jentik nyamuk
pada masing-masing rumah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dikelurahan .Dari
1000 rumah yang diperiksa jentik nyamuknya, ditemukan rumah yang bebas jentik
nyamuk 98%

2. Akses terhadap Air Bersih


Air dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang
kesehatan manusia. Air merupakan kebutuhan essensial bagi kebutuhan manusia,
sumber air bersih yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut sumbernya
diantaranya air kemasan, air ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, mata air,
penampungan air hujan (PAH), dan sumber lainnya. Untuk kualitas fisik air minum
dengan kategori baik adalah: tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau. Dari 47261 jiwa yang ada, yang akses terhadap air bersih sebanyak
4522jiwa (95,68%)at dilihat pada lampiran tabel 64.

Sumber : Bidang P3PL pada Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang tahun 2012

3. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar


Sarana sanitasi dasar merupakan satu indikator penting untuk diperhatikan dan
salah satu indikator kemajuan pembangunan kesehatan suatu daerah. Kepemilikan
sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi persediaan air bersih

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 7


(PAB), kepemilikan jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah (PAL).
Jumlah KK di Kota Padang Panjang adalah 11.033, dan tidak semua KK yang
dapat diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang ada. Dan dari 11722 KK
yang diperiksa didapat hasil sebagai berikut : yang memiliki jamban sehat sebanyak
67850 (66.96%), yang memiliki tempat sampah yang masuk kategori sehat sudah
9827 KK (92,7%) yang memiliki PAL sehat sebanyak 6.376 KK (70,2%). Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel 66.

4. Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TUPM)


Tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan merupakan sarana
yang penting diperhatikan karena berhubungan dengan kepentingan banyak orang
dan berpotensi sebagai media penyebaran penyakit. Ruang lingkupnya meliputi
sarana-sarana yang dimanfaatkan oleh masyarakat seperti : hotel, restoran, pasar,
mesjid, tempat rekreasi, pabrik makanan dan lain-lain. Tempat umum dan
pengolahan makanan tersebut harus memenuhi syarat kesehatan diantaranya air
bersih, pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah, jamban, ventilasi,
pencahayaan, kebisingan, pencahayaan dan luas lantai/ ruangan sesuai dengan
banyaknya pengunjung. Di Kota Padang Panjang pada tahun 2013 dari 55
restoran/rumah makan yang diperiksa 75,5% sudah memenuhi kreteria persyaratan
sehat, dari 11 hotel yang diperiksa 90,9% memenuhi syarat kesehatan,dari 2 buah
pasar yang diperiksa,belum ada yang memenuhi syarat kesehatan, dan dari 582
TUPM lain yang diperiksa, 66,8% dari TUPM lainnya memenuhi syarat kesehatan.
Data dapat dilihat pada lampiran Tabel 67.

5. Sumber Air Minum


Sumber air minum yang digunakan masyarakat terdiri dari beberapa
diantaranya adalah air kemasan, air isi ulang, ledeng meteran, ledeng enceran,
pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, air hujan, sumur tak terlindung, mata
air tak terlindung, air sungai dan lain-lain. Dari sumber air minum diatas yang
terbanyak digunakan masyarakat adalah leding meteran sebanyak 72,2%. Data dapat
dilihat pada lampiran Tabel 65.
Untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dengan indikator diatas dilakukan
beberapa kegiatan diantaranya adalah pembinaan institusi. Dari 270 institusi yang
ada 100% telah dilakukan pembinaan. Data dapat dilihat pada lampiran Tabel 68.

F. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT


Komponen perilaku dan lingkungan sehat merupakan garapan utama promosi
kesehatan. Promosi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat agar

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 8


dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (WHO). Pelaksanaan
kegiatan promosi kesehatan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena menyangkut
aspek perilaku yang erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan, kemampuan, potensi
dan faktor budaya pada umumnya. Selanjutnya perilaku kesehatan adalah hal-hal
yang dilakukan oleh manusia yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan kemampuan
yang dapat berdampak positif atau negatif terhadap kesehatan. Perubahan perilaku
tidak sehat menjadi perilaku sehat memerlukan tahapan tahapan sebagaimana
penahapan pemberdayaan masyarakat yaitu tahu, mau dan mampu.
Perilaku hidup sehat masyarakat tersebut dipengaruhi beberapa indikator diantaranya
kebiasaan merokok dan pola makan yang kurang seimbang. Untuk menanggulanggi
masalah ini Pemerintah Kota Padang Panjang menetapkan Perda No. 8 Tahun
2009 dan dijelaskan dengan Perwako No. 10 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa
Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok. Kawasan tanpa asap rokok adalah wilayah
dimana tidak diperbolehkan merokok pada kawasan tersebut, yaitu:
a. Tempat pelayanan kesehatan;
b. Tempat proses belajar mengajar;
c. Tempat ibadah;
d. Tempat kegiatan anak-anak; dan
e. Angkutan umum.
Sedangkan kawasan tertib rokok yang dimaksud dalam Perda tersebut adalah
wilayah dimana hanya diperbolehkan merokok pada tempat khusus yang telah
disediakan, yaitu:
a. Tempat umum yaitu kaasan wisata, hotel, restoran, rumah makan, pasar
dan terminal;
b. Tempat kerja yaitu kantor pemerintah, kantor swasta, pabrik dan industri
lainnya.
Dalam pelaksanaan Perda tentang kawasan tanpa asap rokok dan kawasan
tertib rokok ini di Kota Padang Panjang diharapkan peran serta secara aktif dari
masyarakat baik perseorangan maupun kelompok yang dapat berbentuk memberikan
teguran/peringatan secara lisan kepada orang yang merokok tidak pada tempatnya,
menyampaikan laporan kepada instansi yang berwenang atas pelanggaran Perda ini,
selain itu juga telah adanya Forum Penyakit Tidak Menular dan Forum Kota Sehat
sebagai salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam perilaku hidup sehat di
Kota Padang Panjang.
Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh
terhadap derajat kesehatan, digunakan indikator Perilaku Hidup Bersih dn Sehat
(PHBS).

1. Rumah Tangga Sehat

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 9


Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang semua anggota keluarganya
berperilaku hidup bersih dan sehat, yaitu pertolongan persalinan oleh nakes, balita
diberi ASI, kepadatan rumah, mendapatkan air bersih, mempunyai jamban, lantai
rumah kedap air, jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, olahraga teratur
dan makanan gizi seimbang.
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Perilaku yang
menunjang kesehatan adalah adanya rumah tangga yang menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat. Di Kota Padang Panjang pada tahun 2012 dari 7.646 jumlah
rumah tangga semuanya telah terpantau hanya yang ber-PHBS sebanyak 5.501 RT
(71,9%), dapat dilihat pada tabel 61.

2. ASI Ekslusif
ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6 bulan
pertama kelahirannya. ASI pertama yang diberikan kepada bayi, yang sering disebut
kolostrum, banyak mengandung zat kekebalan, terutama Ig A yang berfungsi
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, seperti diare. Kadar protein yang
dikandung dalam kolostrum lebih tinggi daripada ASI matang atau mature. Adapun
kandungan lemak dan laktosanya (gula darah) lebih rendah daripada ASI mature.
Kolostrum juga mengandung vitamin, seperti vitamin A, B6, B12, C, D, dan K,
serta mineral, terutama zat besi dan kalsium sebagai zat pembentukan tulang. Sama
halnya dengan ASI mature, kolostrum juga mengandung enzim-enzim pencernaan
yang belum mampu diproduksi oleh tubuh bayi, seperti protease (untuk menguraikan
protein), lipase (untuk menguraikan lemak), dan amilase (untuk menguraikan
karbohidrat). Itulah yang membuat kolostrum mudah sekali dicerna oleh sistem
pencernaan bayi yang belum sempurna. Jadi dapat disimpulkan bahwa menyusui
pada sejam pertama setelah kelahiran bayi, yang dilanjutkan dengan menyusui
secara eksklusif selama 6 bulan, akan menyelamatkan lebih dari satu juta bayi.
Pada tahun 2012 di Kota Padang Panjang Bayi yang mendapat ASI Eksklusif
baru mencapai 349 bayi (33,6%) dari 1.039 bayi yang ada belum mencapai
target (80%), dimana hal ini sudah mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2011 yang hanya 173 bayi (27,9%) dari 620 bayi. Dapat dilihat pada lampiran
tabel 41. Persentase ASI Ekslusif di Kota Padang Panjang pada tahun 2012 dapat
di lihat pada grafik dibawah ini :

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 10


Sumber : Bidang UPK pada Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang tahun 2012
Dari grafik diatas terlihat masih terlihat pencapaian yang masih dibawah target
untuk keseluruhan wilayah kerja Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang,
dimana target nasional pencapaian pemberian ASI eksklusif sebesar 65%. Hal ini
dapat disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu
hamil dan ibu menyusui tentang manfaat ASI ekslusif serta kurangnya dukungan
keluarga dalam praktek pemberian ASI ekslusif. WHO dan UNICEF
merekomendasikan menyusui ekslusif sejak lahir selama 6 (enam) bulan pertama
hidup anak, dan tetap disusui bersama pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) yang cukup sampai usia 2 tahun atau lebih. Namun kenyataannya banyak
ibu-ibu yang mulai memberikan bayi makanan atau minuman buatan sebelum 6
bulan, dan banyak yang berhenti menyusui jauh sebelum anak berumur 2 tahun.
Selain itu juga pengetahuan dan pemahaman petugas kesehatan tentang ASI ekslusif
pada bayi 0-6 bulan masih kurang sehingga perlu dilakukan peningkatan kapasitas
petugas melalui pelatihan konselor ASI. Dilain pihak adanya promosi dan
pemasaran yang begitu intensif terkait susu formula yang sangat sulit untuk
dikendalikan. Selain itu untuk peningkatan pemberian ASI ekslusif juga perlu
dukungan dari rumah sakit dan bidan praktek swasta untuk melakukan rawat gabung
antara ibu dan bayinya serta melakukan Inisiasi Dini Menyusui (IMD).

3. Posyandu
Untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sebagai
upaya telah dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di
masyarakat. Wujud nyata bentuk peran serta masyarakat di bidang kesehatan
berkembang dengan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
salah satu bentuknya adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan
Kelurahan (Poskeskel) yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 11


yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas
kesehatan. Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM
digunakan persentase kelurahan yang memiliki Posyandu. Pos pelayanan terpadu
(Posyandu) juga suatu sarana pemberdayaan masyarakat dengan lintas sektor untuk
ikut berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam rangka menilai
kinerja dan perkembangan posyandu diklasifikasikan atas 4 (empat) tingkatan yang
disebut dengan strata’ yaitu; 1) Pratama, 2)Madya, 3) Purnama, dan 4)Mandiri.
Di Kota Padang Panjang jumlah Posyandu yang tercatat tahun 2012
sebanyak 91 Pos yang aktif. Untuk strata posyandu sudah tidak ada lagi posyandu
pratama, posyandu Madya 1 (satu) pos, posyandu purnama 85 (delapan puluh
lima) pos, dan posyandu mandiri sebanyak 5 (lima) pos. Masing-masing
Posyandu memiliki 5 (lima) orang kader aktif yang melaksanakan kegiatan
posyandu setiap bulannya. Pemerintah Kota Padang Panjang memberikan dukungan
pelaksanaan posyandu dengan memberikan insentif (honor) setiap bulannya bagi
kader posyandu balita. Selain itu juga diberikan bantuan dana untuk pemberian
makanan tambahan percontohan bagi balita yang datang ke posyandu. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat jumlah dan persentase posyandu menurut strata di Kota
Padang Panjang tahun 2012 pada tabel 72.

BAB III

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 12


SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor


yang bukan hanya berasal dari kesehatan yaitu pelayanan kesehatan dan
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, tetapi juga dipengaruhi faktor seperti
ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Dalam menilai
situasi derajat kesehatan masyarakat Kota Padang Panjang, berikut ini disajikan
dalam situasi Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi Masyarakat.

A. Mortalitas (Angka Kematian)


Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat
tertentu yang diakibatkan oleh keadaaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun
sebab lainnya. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai
indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung
dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Secara umum kejadian kematian
pada manusia berhubungan erat dengan permasalahan kesehatan sebagai akibat dari
gangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi berbagai faktor yang secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama mengakibatkan kematian dalam masyarakat.
Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI dan Angka
Kematian Kasar.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)


Kematian Bayi merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan
yang dilakukan dalam rangka menurunkan kejadian kematian bayi. Di Kota Padang
Panjang kasus bayi lahir mati pada tahun 2012 adalah 12 orang/960 kelahiran.
Penyebab kematian bayi ini adalah asfiksia dan Berat badan Lahir Rendah
(BBLR). Dalam profil kesehatan Indonesia dijelaskan bahwa beberapa penyebab
kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan. Penyebab kematian bayi yang
terbanyak adalah disebabkan karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi
pada janin, kelahiran prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sedangkan
penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen
dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Infant Mortality Rate atau Angka kematian bayi adalah banyaknya bayi yang
meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Tingkat mortalitas penduduk dari waktu ke waktu dapat memberi
gambaran perkembangan derajat kesehatan penduduk atau sebagai indikator dalam

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 13


penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan. Kematian bayi sangan berkaitan dengan
kondisi kehamilan ibu, penolong persalinan dan perawatan bayi baru lahir.
Penurunan AKB dapat dilakukan dengan hal seperti pemerataan pelayanan
kesehatan, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat
yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada
daya tahan terhadap infeksi penyakit. Di Kota Padang Panjang pelayanan kesehatan
sudah menjangkau seluruh lapisan masyarakat, tergambar dari sarana kesehatan
yang mudah dijangkau dan pemberian Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) oleh Pemerintah Daerah. Data terinci pada lampiran tabel 6 dan 7.

2. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka kematian ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) merupakan
salah satu indikator yang cukup penting dalam penentuan derajat kesehatan
masyarakat. AKI merupakan gambaran wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa
nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
100.000 kelahiran hidup. AKI ini berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran
perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan,
tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu
ibu melahirkan dan masa nifas.
Pada tahun 2012 di Kota Padang Panjang tidak terdapat kematian ibu
maternal, hal ini sama dengan tahun 2011. Indikator AKI dipengaruhi oleh status
kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan
melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap pelayanan kesehatan menjadikannya indikator
keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Di Padang Panjang kondisi AKI yang
rendah dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan ibu maternal
sudah lebih baik, unit kesehatan yang mudah dijangkau, dan adanya kebijakan
jaminan pelayanan kesehatan masyarakat yang ditanggung pemerintah. (Tabel 8)

B. MORBIDITAS (Angka Kesakitan)


Angka Kesakitan baik insiden ataupun prevalen dari suatu penyakit dapat
menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu.
Morbiditas berperan dalam penilaian derajat kesehatan masyarakat. Data angka
kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat ( community based data) yang
diperoleh dari hasil pengumpulan data Puskesmas melalui sistem pencatatan dan
pelaporan yang diolah di Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang. Berdasarkan
laporan dari Puskesmas penyebab kematian yang paling banyak adalah nasofaringitis
(commond cold). Gambaran/pola 10 penyakit terbanyak di Kota Padang Panjang
tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 14


No Penyebab Kematian Jumlah %
1 Nasofaringitis (Commond Cold) 7.863 26,03
2 ISPA 7.775 25,74
3 Hipertensi Primer 3.788 12,54
4 Tukak Lambung (Gastritis) 2.767 9,16
5 Sakit Kepala (Chepalgia) 1.859 6,15
6 Dermatitis lain tidak spesifik (Eksema) 1.628 5,39
7 Ostio Atritis (OA) 1.375 4,55
8 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 1.220 4,04
9 Pharingitis Akut 1.092 3,62
10 Anemia definisi besi 841 2,78
Total 30.208 100,00
Sumber : Bidang UPK pada Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang tahun 2012

Penyakit menular yang perlu mendapat perhatian yang diolah dari laporan
Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang tahun 2013, adalah Penyakit
TB Paru. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan infeksi
bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet
orang yang telah terinfeksi basil TB. TB menjadi salah satu penyakit yang
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDG’s. Dalam pemberantasan
penyakit TB Paru berbagai upaya dilakukan, dan telah banyak mencapai hasil
dengan pencapaian angka penemuan dan pengobatan penderita. Di Kota Padang
Panjang pada tahun 2013 didapatkan yang positif TB Paru sebanyak 62 orang
dengan prevalensi %. Sementara di tahun 2012 ini Kota Padang Panjang
menemukan kasus TB Paru sebanyak 15 orang dengan prevalensi 31,13% Prevalensi
TB Paru tahun 2012 cukup tinggi karena sudah maksimalnya peran serta RSUD
menjaring kasus TB Paru. Hal ini lebih baik dibandingkan tahun 2012.
Disamping itu tidak ditemukannya kasus kematian karena TB Paru,
disebabkan penatalaksanaan TB Paru diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan sudah
menggunakan sistim DOTS dan karena sudah tingginya tingkat kepatuhan masyarakat
dalam pengobatan TB Paru Data diatas dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.
Angka penemuan kasus TB Paru pada masing-masing puskesmas belum mencapai
target disebabkan beberapa hal diantaranya adalah penemuan kasus banyak
didominasi oleh penemuan RSUD Kota Padang Panjang dan RSI Ibnu Sina Kota
Padang Panjang. Data ini dapat dilihat pada Tabel 11. Penemuan kasus TB Paru di
RSUD dan RSI Ibnu Sina tinggi karena tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
dokter spesialis sangat tinggi, sehingga pasien yang mendapat Jaminan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Kota Padang Panjang cenderung meminta rujukan ke RSUD.
Disamping itu penemuan kasus TB Paru di puskesmas rendah karena penjaringan

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 15


tersangka TB Paru masih rendah, promosi dilapangan belum maksimal dan
kurangnya keterlibatan semua elemen masyarakat dalam penanggulangan TB Paru.
Untuk menanggulangi masalah ini perlu dilakukan beberapa hal diantaranya
adalah : meningkatkan promosi kepada masyarakat tentang TB Paru melalui
Puskesmas, puskesmas pembantu, poskeskel, posyandu, sekolah-sekolah, kantor-
kantor dan meningkatkan peran aktif Bidan PTT dan petugas puskesmas pembantu
dalam penemuan kasus pada wilayah terkait. Angka kesembuhan TB Paru di
puskesmas sudah mencapai target sebesar 97,83%. Data ini dapat dilihat pada
Tabel 12. Kondisi ini disebabkan adanya pasien yang mangkir berobat tetapi tidak
dapat dilacak dan ditindak lanjuti karena alamat yang tidak lengkap. Untuk
menindaklanjuti masalah ini perlu peningkatan komitmen petugas untuk mencatat
identitas pasien secara lengkap.

C. PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)


Sejak diperluas program imunisasi menjadi Program Pengembangan Imunisasi
sejak tahun 1997, berbagai Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I) sudah dapat ditekan. Walaupun demikian, cakupan imunisasi harus
dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat cakupan imunisasi
yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan atau KLB PD3I. Untuk itu upaya
imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar terjadinya
peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksinya dan segera
diatasi.
PD3I merupakan penyakit yang diupayakan dapat diturunkan dan diberantas
dengan imunisasi diantaranya adalah tetanus neonatum, campak, difteri, pertusis,
polio dan hepatitis cakupan imunisasi bayi tahun 2013 sudah mencapai target
(100%)semua Kelurahan sudah UCI .

D. PENYAKIT POTENSIAL WABAH


Beberapa penyakit yang dapat berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB)/
Wabah yang sering terjadi di Indonesia pada umumnya adalah Demam Berdarah
(DBD) dan Diare. Seluruh penyakit potensial KLB/wabah ini banyak mengakibatkan
kematian dan kerugian secara ekonomi. Di Kota Padang Panjang penyakit yang
dapat berpotensi KLB/wabah adalah DBD dan diare.

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang
perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan KLB. Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit DBD ini pada umumnya menyerang

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 16


anak berumur <15 tahun, namun juga dapat meyerang orang dewasa. Upaya
pemberantasan DBD terdiri dari 3 hal yaitu: 1) peningkatan kegiatan surveilans
penyakit dan surveilans vektor; 2) diagnosis dini dan pengobatan dini; dan 3)
peningkatan upaya pemberantasan vektor penularan penyakit DBD.
Upaya pemberantasan penyakit DBD yang tepat guna adalah dengan
melibatkan peran serta masyarakat secara aktif dan menggerakkan potensi-potensi
yang ada dalam masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) dengan gerakan 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plus
menabur larvasida. Kegiatan lainnya adalah dengan pemeriksaan jentik secara
berkala. Pendekatan Pemberantasan DBD yang berwawasan kepedulian masyarakat
merupakan salah satu alternatif pendekatan baru. Di Kota Padang Panjang sudah
tersedia Juru/kader pemantau jentik (Jumantik) yang akan melakukan pemeriksaan
jentik secara berkala di wilayah pemukiman penduduk. Selain itu Dinas Kesehatan
kota Padang Panjang juga melakukan pengasapan (fogging) untuk membunuh
nyamuk-nyamuk Aedes aegypty jika indikasi untuk pelaksanaan foging ditemukan .
Pada tahun 2013 ditemukan 8 kasus DBD. Jumlah kasus ini relatif lebih
rendah dari kasus tahun 2012 (12 kasus). Dari kasus diatas tidak terjadi kasus
kematian akibat DBD (tabel 23). Adanya kasus DBD di Kota Padang Panjang
disebabkan beberapa hal diantaranya adalah terjadinya perubahan iklim Padang
Panjang yang dingin menjadi relatif panas dan perilaku masyarakat yang masih
kurang baik dalam pemberantasan sarang nyamuk. Untuk menindaklanjuti masalah ini
tenaga kesehatan yang ada di puskesmas melakukan penyuluhan perorangan dan
penyuluhan kelompok pada masyarakat tentang DBD di puskesmas, puskesmas
pembantu, poskeskel, posyandu dan sekolah. Sedangkan tenaga kesehatan Dinas
Kesehatan melakukan penyuluhan kelompok di Dinas Kesehatan, kecamatan,
kelurahan dan sekolah tentang penyakit DBD ini.

2. Diare
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika adanya perubahan konsistensi feses
selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila
feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau
buang air besar yang berair tapi tidak berdara dalam waktu 24 jam. Diare
merupakan kasus penyakit yang dapat timbul di picu dengan banyak faktor
diantaranya adalah makanan, air dan pola makan yang tidak sehat, alergi serta
tidak tahan terhadap makanan tertentu dan lain sebagainya. Akibat dari diare
adalah penderita kehilangan cairan tubuh, penderita merasa lesu dan lemas,
sehingga pada akhirnya penderita dapat meninggal akibat kehilangan cairan tubuh
bila tidak segera ditolong.
Di Kota Padang Panjang tahun 2013 jumlah perkiraan kasus penderita diare
ditemukan adalah 1022 kasus dan sebanyak 100% kasus tertangani (tabel 16).

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 17


Semua kasus penyakit potensial wabah ini dapat ditangani dengan cepat dan tepat
sehingga tidak terdapat kematian yang disebabkan penyakit tersebut. Disamping
melaksanakan pengobatan cepat dan tepat, untuk penanggulangan kasus Diare ini di
Padang Panjang dilaksanakan penyuluhan perorangan dan kelompok di puskesmas,
puskesmas pembantu, poskeskel, posyandu, sekolah dan di Dinas Kesehatan Kota
Padang Panjang. Pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus luar biasa (KLB) yang
berhubungan dengan Diare, DBD dan penyakit lain. Data dapat dilihat pada
lampiran Tabel 50 dan 51.

E. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat yang baik merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembangunan kesehatan dan tidak terpisahkan dari pembangunan
nasional secara keseluruhan. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyrakat
yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Dalam mengukur status gizi masyarakat dapat dilihat dari
beberapa indikator diantaranya adalah bayi dengan berat badan rendah (BBLR),
pertumbuhan balita dan gizi wanita usia subur Kurang Energi Kronis (KEK). Pada
profil ini akan dikemukakan data BBLR, pertumbuhan balita dan konsumsi garam
beryodium di masyarakat.

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram)
merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal
dan neonatal. Di negara berkembang seperti di Indonesia kasus BBLR terjadi karena
ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular seksual
(PMS) sebelum konsepsi kehamilan atau pada saat kehamilan. Dari 941 jumlah
kelahiran di Kota Padang Panjang tahun 2012 sebesar 1,8% diantaranya BBLR dan
100% dapat ditangani. Data lengkap dapat dilihat pada tabel 26.

2. Pertumbuhan Balita
Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan untuk melihat tingkat perkembangan
dan pertumbuhan balita. Kegiatan pemantauan pertumbuhan balita merupakan salah
satu kegiatan utama program perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya
pencegahan gizi buruk dan peningkatan keadaan gizi anak. Kegiatan pemantauan
pertumbuhan difasilitasi dengan rutin setiap bulan di posyandu yang merupakan
wujud peran serta masyarakat dibidang kesehatan.
Di Kota Padang Panjang kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu
ini melingkupi : 1) penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan
setiap bulan di posyandu, pengisian KMS dan penilaian status pertumbuhan
berdasarkan kenaikan berat badan anak apakah Naik (N), Bawah Garis Merah

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 18


(BGM) dan tidak naik, Turun atau Tetap (T), 2) tindak lanjut kasus gangguan
pertumbuhan jika BGM atau 2 kali tidak naik BB berturut-turut. Pemantauan
perkembangan dapat dilakukan melalui SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang) oleh petugas kesehatan. Pemberian vitamin A yang
dilaksanakan 2x setahun (Februari dan Agustus) oleh petugas kesehatan di sarana
kesehatan.
Pada tahun 2012 dari 4.939 balita yang ada ditimbang sebanyak 65,7% dan
berat badan naik sebesar 53,7% serta balita BGM sebesar 0,6 % dibandingkan
tahun 2011 telah mengalami penurunan angka balita BGM sebesar 1,1%. Penyebab
terganggunya pertumbuhan balita disebabkan karena kekeliruan dalam pola asuh ibu
terhadap anak balitanya. Untuk balita yang BGM telah dilakukan rujukan dari
posyandu ke Puskesmas untuk dikonfirmasi status gizinya dengan melakukan
pengukuran Tinggi badan (TB) sehingga dapat diberikan intervensi secara cepat
dan tepat dengan pemberian PMT pemuliahan selama 3 bulan. Pertumbuhan Balita
dapat dilihat pada tabel 44 dan 45.

BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 19


Dua unsur utama upaya kesehatan adalah upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya
promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular,
pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi
dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan
alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman,
pengamanan narkotika, psikotripika, zat adiktif dan bahan berbahaya serta
penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
Sedangkan upaya kesehatan perorangan adalah semua kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-
upaya promosi kesehatan, penvegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, rawat inap,
pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Berikut
ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan khususnya untuk tahun 2012.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR


Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan
pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian
besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan
kesehatan dasar yang dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi
dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami ibu dapat berpengaruh
pada kesehatan janin dalam kandungan sampai melahirkan dan masa pertumbuhan
bayi dan anaknya. Kebijakan tentang kesehatan ibu dan anak khususnya bayi baru
lahir berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan nifas dan perawatan bayi
baru lahir yang diberikan disemua jenis fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari
Posyandu sampai rumah sakit pemerintah dan swasta. Kesehatan anak meliputi bayi,
balita dan remaja.

a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 20


Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga
kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,
bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama kehamilannya, yang sitetapkan dalam
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) dengan titik berat pada kegiatan promotif dan
preventif. Cakupan K1 atau disebut juga akses pelayanan ibu hamil meruapakan
gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah
gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai
standar serta paling sedikit empat kali kunjungan (sekali pada trimester pertama,
sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga). Angka K1 dan K4
ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
Kehamilan merupakan masa rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung
maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan
pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini
mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan. Selain itu juga ditetapkan bahwa
distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,
dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu minimal 1 kali
pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan
kepada ibu hamil berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan
komplikasi.
Dari data (tabel 28) terlihat K4 86,1% (943 K4 dari 1.095 ibu hamil)
dari tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi timbang berat badan,
pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan
atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
(DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan, test laboratorium ( rutin dan khusus), tata laksana kasus, serta temu
wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
serta KB pasca persalinan. Untuk terus meningkatkan dan mempertahankan cakupan
pelayanan K1 dan K4 bagi ibu hamil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang
bersama dengan UPTD Puskesmas khususnya Program Kesehatan Ibu dan Anak
terus melakukan bimbingan dan peningkatan kualitas surveilans kesehatan ibu melalui
pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA).
Data lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 28.

b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi


Kebidanan

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 21


Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa persalinan atau dapat dikatakan persalinan merupakan periode
yang berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu (AKI), hal ini disebabkan
pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi
kebidanan (profesional). Hasil pengumpulan data di Kota Padang Panjang semua
persalinan telah ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 960 ibu bersalin. Karena
di Kota Padang Panjang tidak lagi ada tenaga non kesehatan yang dapat menolong
persalinan (dukun beranak), selain itu fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
masyarakat untuk persalinan mudah dijangkau dan adanya Jaminan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat dari Pemda. Untuk wilayah kerja Puskesmas Kebun Sikolos
sudah mencapai 100% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Data lengkap
dapat dilihat pada lampiran tabel 28.

c. Deteksi Risiko, Rujukan Kasus Risti dan Penanganan Komplikasi


Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan
perlu lebih ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
maupun dimasyarakat. Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal,
yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g %. Tekanan darah tinggi (sistole >
140 mmHg, diastole > 90 mmHg). Oedema nyata, eklampsia, perdarahan
pervagina, ketuban pecah dini, letak lintang usia kehamilan > 32 minggu, letak
sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur. Dalam
pelayanan yang diberikan khususnya oleh bidan di kelurahan dan Puskesmas,
ditemukan beberapa ibu hamil diantaranya tergolong dalam kasus risiko tinggi (risti)
dan memerlukan pelayanan kesehatan yang lebih lanjut sehingga kasus tersebut
perlu rujukan ke RSUD Kota Padang Panjang. Pada tahun 2012 dari 1.095 ibu
hamil yang ada sebanyak 238 orang ibu hamil dengan resiko tinggi/komplikasi
(21,37%) dan semuanya dapat ditangani dengan baik oleh tenaga kesehatan. Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran Tabel 31.

d. Kunjungan Neonatus, Bayi dan Kunjungan Bayi BBLR yang ditangani.


Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki
resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007
sebagian besar (78,5%) kematian neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan
(0-6 hari), karena itu setiap bayi baru lahir harus mendapat pemeriksaan sesuai
standar lebih sering dalam minggu pertama untuk mendeteksi adanya penyakit atau
tanda bahaya sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin untuk mencegah
kematian bayi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut
antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 3 kali, satu kali pada

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 22


umur 6-48 jam, satu kali pada umur 3-7 hari dan satu kali lagi pada umur 8-
28 hari.
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping
melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi
kepada ibu. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal
dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif,
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian
imunisasi), pemberian Vitamin K, manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan
penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Pelayanan
kesehatan neonatus tergambar dari cakupan kunjungan neonatus yang dilakukan
tenaga kesehatan. Persentase kunjungan neonatus (KN) di Kota Padang Panjang
pada tahun 2012 hampir mendekati angka 100 % yaitu sebesar 99,6 %
dibandingkan tahun 2011 yang baru mencapai 93,6%. Bayi yang lahir dengan BBLR
di Kota Padang Panjang pada tahun 2012 sebanyak 17 bayi dari 941 bayi lahir
hidup.

e. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah dan Remaja


Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan pelaksanaan
pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak
prasekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat, serta pelayanan kesehatan
pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta
tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan dokter kecil. Berbagai
data menunjukkan bahwa masalah kesehatan anak usia sekolah semakin kompleks.
Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan
menggunakan sabun. Beberapa masalah kesehatan yang sering dialami anak usia
sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan
masalah gizi.

f. Pelayanan Keluarga Berencana


Masa subur seorang wanita memiliki peranan bagi terjadinya kehamilan
sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian
usia subur seorang wanita rata-rata 15 – 49 tahun walaupun sebagian wanita
mengalami menarche, (haid pertama) pada usia 9 – 10 tahun. Oleh karena itu
untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, pasangan usia subur
ini lebih diperioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Tingkat pencapaian
pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang/
pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB dan jenis kontrasepsi
yang digunakan akseptor. Pada tahun 2012 di Kota Padang Panjang persentase
peserta KB aktif sebesar 71,1%. Data terinci dapat dilihat pada lampiran tabel 35.

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 23


g. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi dilakukan untuk pencegahan agar bayi dan anak terlindungi
dari penyakit menular yang mematikan karena bayi dan anak-anak merupakan
golongan rentan terserang penyakit menular yang mematikan seperti difteri, tetanus,
hepatitis B dan masih banyak penyakit lainnya. Pada saat pertama kali kuman
(antigen) masuk kedalam tubuh maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat
anti yang disebut anti bodi. Reaksi tubuh pertama kali biasanya membentuk antibodi
yang tidak terlalu kuat, tapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya tubuh
sudah dapat mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi dapat terjadi
dalam waktu yang lebih cepat dan lebih banyak, karena itulah imunisasi sangat
diperlukan terutama bagi kelompok risiko tinggi.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah
imunisasi Polio atau Campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan
sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka
kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana
bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta
selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap Tetanus dan Campak.
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0 – 1
tahun (BCG, DPT1+HB1, DPT3+HB3, Polio 4, Campak), imunisasi untuk Wanita
Usia subur/Ibu Hamil (TT) dan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar
ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan/diduga
adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis. Di antara
penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi, campak adalah penyebab
utama kematian pada balita. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor
penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari beberapa tujuan yang
disepakati dalam pertemuan dunia mengenai anak, salah satunya adalah
mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Target tersebut sejalan
dengan target Renstra Kemenkes RI yang menetapkan target cakupan imunisasi
campak 90% pada tahun 2014. Di seluruh negara ASEAN dan SEARO, imunisasi
Campak diberikan pada bayi umur 9-11 bulan dan merupakan imunisasi terakhir
yang diberikan kepada bayi di antara imunisasi wajib lainnya. Pelayanan imunisasi
bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT1+HB1, DPT3+HB3, Polio 4, Campak, yang
dilakukan melalui pelayanan rutin di Posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan
proyeksi terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 24


lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti
dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat
(herd immunity) terhadap penularan PD3I. Suatu desa/kelurahan telah mencapai
target UCI apabila >80 % bayi di kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap.
Sedangkan SPM menetapkan tahun 2010 UCI sebesar 100%. Pencapaian UCI
tingkat kelurahan di Kota Padang Panjang pada tahun 2012, belum mencapai
target(81.25%).Kondisi ini disebabkan karena tidak tercapainya target UCI di
puskesmas Busur yaitu sebesar 25,%. Data dapat dilihat pada tabel 38.
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan salah satu
kegiatan imunisasi tambahan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus Tetanus
Neonatal di setiap Kabupaten/Kota hingga < 1 kasus per 1000 kelahiran hidup
pertahun. Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh
bakteri yang disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi baru
lahir (Tetanus Neonatorum) pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus
merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia. Akan tetapi masih
banyak calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah terpencil berada
dalam kondisi yang bisa disebut masih "jauh" dari kondisi steril saat persalinan. Hal
inilah yang bisa menimbulkan risiko ibu maupun bayinya terkena tetanus.
Beberapa permasalahan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia
subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai dari
kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam sehingga
cakupan imunisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari cakupan K4. Disamping itu,
perkembangan cakupan imunisasi TT ibu hamil secara nasional cenderung menurun.
Cakupan imunisasi TT2+ pada tahun 2012 di Kota Padang Panjang tercatat
sebesar 75,1%. Untuk menanggulangi masalah ini perlu penyamaan persepsi dan
penyeragaman pencatatan imunisasi TT.Data terinci pada lampiran tabel 29.

h. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut


Berdasarkan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan oleh
Bureau of The Cencus USA (1993), jumlah penduduk lanjut usia Indonesia pada
tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 angka ini naik 414%.
Karena peningkatan jumlah penduduk lansia dan mereka termasuk kelompok yang
rentan terhadap masalah kesehatan, maka Pemerintah melakukan peningkatan
kesejahteraan lanjut usia melalui peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan
kesehatan lanjut usia, khususnya aspek peningkatan dan pencegahan mengabaikan
aspek pengobatan dan pemulihan.
Di Kota Padang Panjang telah terbentuk kelompok kesehatan lansia dalam
bentuk Posyandu lansia yang kegiatan rutinnya dilakukan 1 kali dalam sebulan.
Dalam pelaksanaanya Posyandu ini digerakkan oleh kader 2-4 orang per posyandu.
Pada tahun 2012 jumlah Posyandu lansia yang ada di Kota Padang Panjang

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 25


sebanyak 26 Pos. Pelayanan kesehatan di kelompok lansia meliputi pemeriksaan
kesehatan fisik, pencatatan hasil pemeriksaan ke dalam Kartu Menuju Sehat (KMS)
lanjut usia sebagai alat pencatatan dan pemantauan dini penyakit yang diderita atau
ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya.
Kegiatan lainnya yang dilakukan di Posyandu Lansia di Kota Padang Panjang
seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan dan senam lansia.
Sebagai contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi
lanjut usia serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari Kota Padang
Panjang. Untuk kegiatan PMT ini Pemerintah Kota Padang Panjang melalui Dinas
Kesehatan Kota menganggarkan dana sebesar Rp. 50.000/bulan per Posyandu.
Selain itu juga dilakukan kegiatan olah raga antara lain senam lanjut usia dengan
arahan seorang instruktur.
Pada tahun 2012 cakupan pelayanan bagi usila sebanyak 478 orang
(12,43%) dari 3.847 orang usila yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kota
Padang Panjang, data disajikan pada lampiran tabel 48. Hal ini masih jauh
dibawah target SPM sebesar 60%.

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG


Upaya pelayanan kesehatan rujukan dan penyediaan fasilitas penunjang
merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Adapun kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan peningkatan
pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III
di rumah sakit dan lain-lain. Berikut adalah uraian singkat tentang pelayanan
kesehatan rujukan dan penunjang tersebut.

1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit


Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari
berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi
pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah
sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur ( Bed Occupancy
Rate/BOR), rata-rata lama hari perawatan ( Length of Stay/LOS), rata-rata
tempat tidur dipakai (Bed Turn Over/BTO), rata-rata selang waktu pemakaian
tempat tidur (Turn of Interval/TOI), persentase pasien keluar yang meninggal
(Gross Death Rate/GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal ≥ 48 jam
perawatan (Net Death Rate/NDR).
Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Padang Panjang 2012, persentase
pemanfaatan tempat tidur RSUD Kota Padang Panjang (BOR) pada tahun 2012
sebesar 49,8%, pada tahun 2011 sebesar 46,3% menurun dibandingkan tahun 2010
sebesar 56,00% dan tahun 2009 yang mencapai 62%, Selain itu angka ini juga
belum mencapai BOR ideal yaitu 60% - 85%, rata-rata lama hari perawatan

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 26


(LOS) sebesar 4,2%. Adapun persentase pasien yang keluar mati < 48 jam
(GDR) 1,7%. Sedangkan pasien yang keluar mati > 48 jam (NDR) pada tahun
2012 tercatat 1,2%. Dan persentase rata-rata hari atau tempat tidur tidak di tempati
dari saat tersisi ke saat terisi berikutnya (TOI) sebesar 4,3% dan juga turun
dibandingkan tahun lalu yang mencapai 5,7%. Data terinci pada lampiran tabel 59
dan 60.

2. Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat


Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat adalah suatu konsep atau
metode penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna (preventif, promotif,
rehabilitatif dan kuratif) berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan yang
berkesinambungan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan
secara pra-upaya.
Tujuan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yaitu
untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh
masyarakat miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat
yang optimal secara efektif dan efisien. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka
kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kelahiran di samping dapat
terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi masyarakat miskin umumnya. Di tingkat
nasional program ini telah berjalan lima tahun, dan telah memberikan banyak
manfaat bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir
miskin di puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan di rumah sakit
Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan menyulitkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Keadaan ini terjadi
terutama pada keadaan dimana pembiayaannya harus ditanggung sendiri (" out of
pocket") dalam sistem tunai ("fee for service"). Kenaikan biaya kesehatan terjadi
akibat penerapan teknologi canggih, karakter ‘ supply induced demand’ dalam
pelayanan kesehatan, pola pembayaran tunai langsung ke pemberi pelayanan
kesehatan, pola penyakit kronik dan degeneratif, serta inflasi. Kenaikan biaya
pemeliharaan kesehatan itu semakin sulit diatasi sehingga mengancam akses dan
mutu pelayanan kesehatan.
Oleh karena masalah tersebut Kota Padang Panjang mempunyai upaya
pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat Padang Panjang melalui
JPKM-PP. JPKM-PP adalah upaya pemberian jaminan pemeliharaan kesehatan
yang paripurna yang memungkinkan warga masyarakat Kota Padang Panjang
terbebas dari biaya berobat yang relatif mahal yang menyebabkan gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar lainnya (makan, sekolah, bekerja dan sosialisasi) yang
berkesinambungan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang ditanggung
oleh pemerintah daerah. Premi yang dibayarkan Pemda pada tahun 2011 sama

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 27


dengan tahun 2010 sebesar Rp. 6.500,- per penduduk per bulannya. JPKM-PP
diselenggarakan berdasarkan azas kemanusiaan, azas manfaat dan azas keadilan
sosial bagi masyarakat dengan tujuan agar setiap warga dapat berobat gratis dan
baik pada sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah daerah. Pelaksanaan JPKM-
PP ini diatur dengan Perda Kota Padang Panjang Nomor 7 tahun 2009.
Program JPKM-PP ini bekerja sama dengan PT. Askes dalam
pengelolaannya. Pada tahun 2011 seluruh masyarakat kota Padang Panjang telah
mendapatkan asuransi kesehatan yaitu JAMKESMAS sebanyak 4336 jiwa, dan JPKM
PP 33.028 jiwa. Pada tahun 2012 masyarakat yang mendapat Jamkesmas
sebanyak 4.336 jiwa masih sama dengan tahun 2010 dan 2011, dan JPKM-PP
sebanyak 38983 Data rinci disajikan pada lampiran Tabel 55 dan 56. Pengelolaan
sistem JPKM-PP dilakukan dengan cara : a) membebaskan pemungutan retribusi
pelayanan kesehatan pada Puskesmas dan RSUD; b) mengalokasikan anggaran
untuk pembayaran uang jasa medik bagi petugas medik pada Puskesmas dan
RSUD; c) mengalokasikan anggaran untuk pembelian obat-obatan sesuai dengan
Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan
pada Unit Pelayanan Kesehatan terkait.

C. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan


surveilens epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang
ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di
samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan
pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor resiko melalui kegiatan untuk
peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam
upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan.
Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini :

1. Pemberantasan TB Paru
Upaya Pemerintah dalam menanggulangi TB Paru setiap tahunnya semakin
menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah penderita
yang ditemukan dan disembuhkan setiap tahun. Tujuan utama pengendalian TB Paru
adalah: 1) menurunkan insidens TB Paru pada tahun 2015; 2) menurunkan
prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi setengahnya pada
tahun 2015 dibandingkan tahun 1990; 3) sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA+
terdeteksi dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO); dan 4) sedikitnya 85% tercapai succes
rate. DOTS menekankan pentingnya pengawasan terhadap penderita TB Paru agar
menelan obatnya secara teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi
Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 28
DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dapat mencapai angka 95%.
Strategi DOTS direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB
Paru.
Di Kota Padang Panjang pada tahun 2012 ditemukan kasus baru BTA (+)
sebanyak 15 kasus, dan semua kasus BTA (+) diobati dan pasien yang sembuh
belum bisa di evaluasi. Sementara pasien BTA (+) pada tahun 2011 sebanyak 21
kasus baru dengan kasus yang benar-benar dinyatakan sembuh (%) (Tabel 10,
11 dan 12). Keberhasilan pengobatan TB paru ditentukan oleh kepatuhan dan
keteraturan dalam berobat, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Semua penderita TB
yang ditemukan ditindaklanjuti dengan paket-paket pengobatan intensif. Melalui paket
pengobatan yang diminum secara teratur dan lengkap, diharapkan penderita akan
dapat disembuhkan dari penyakit TB yang dideritanya. Namun demikian dalam
proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan terjadinya kegagalan pengobatan akibat
dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau drop out (DO), terjadinya
resistensi obat atau kegagalan dalam penegakan diagnosa diakhir pengobatan.

2. Pemberantasan Penyakit ISPA


Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2
golongan yaitu Pneumonia dan yang bukan Pneumonia. Pneumonia dibagi atas
derajat beratnya penyakit yaitu Pneumonia berat dan Pneumonia tidak berat.
Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan Pneumonia. Etiologi dari sebagian
besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi
antibiotik. Bila ditemukan kasus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang
telinga akut harus mendapat antibiotik. Program pengendalian ISPA menetapkan
bahwa semua kasus yang ditemukan harus ditatalaksanakan sesuai standar, dengan
demikian angka penemuan kasus pneumonia juga menggambarkan penatalaksanaan
kasus ISPA.
Upaya dalam rangka Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(P2 ISPA) lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tatalaksana
kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita pneumonia balita yang ditemukan.
Upaya ini dikembangkan melalui suatu manajemen terpadu dalam penanganan balita
sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan atau lebih dikenal dengan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Pada tahun 2011 kasus pneumonia pada
balita ditemukan sebanyak 14 kasus dan semuanya (100%) dapat ditangani
sesuai prosedur. Pada tahun 2012 di Kota Padang Panjang tercatat jumlah kasus
pneumonia pada balita sebanyak 48 kasus dan dapat ditangani sesuai prosedur.
Penemuan kasus Pnemonia belum mencapai target yang diperkirakan sebanyak 475
penderita. Hal ini disebabkan pemahaman yang belum sama dalam penegakan

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 29


diagnosa antara dokter yang meresep dengan indikator program. Data dapat dilihat
pada Tabel 13.

3. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS


Penyakit HIV/AIDS telah menjadi pendemi di semua kawasan dan beberapa
tahun terakhir ini telah menunjukkan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan,
meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin
tingginya morbilitas penduduk antar wilayah, semakin mudahnya komunikasi antar
wilayah, semakin menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia,
meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan
NAPZA melalui suntikan ternyata secara simultan telah memperbesar tingkat resiko
dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS. Upaya pelayanan dalam rangka
pemberantasan penyakit HIV/AIDS di samping ditujukan pada penanganan penderita
yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan yang dilakukan secara dini
melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor dan upaya pemantauan dan
pengobatan penderita penyakit menular seksual (PMS), penyalahgunaan obat
dengan suntikan (IDUs), penghuni lapas (lembaga permasyarakatan) atau
melakukan penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan
sebagainya.
Dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah
”window periods”, yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga
kelompok ini menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok
ini di samping dilakukan pengobatan, yang lebih utama adalah dilakukan konseling
untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya
penularan lebih lanjut. Menurut hasil pengumpulan data bidang kesehatan melalui
wawancara lansung antara keluarga pasien dengan petugas DKK Kesehatan Kota
Padang Panjang selama tahun 2011, jumlah kasus HIV/AIDS tercatat sebanyak 1
kasus sementara pada tahun 2012 ditemukan 1 kasus. Semuanya ditangani di
Rumah Sakit yang telah ditunjuk oleh Pusat yang menangani masalah HIV/AIDS.
Data pasti jumlah kasus HIV/AIDS ini tidak dapat diketahui oleh Dinas Kesehatan
Kota Padang Panjang karena adanya kode etik penanganan pasien HIV/AIDS secara
nasional. Data yang dketahui Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang dapat dilihat
pada Lampiran Tabel 14.

4. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian
luar biasa (KLB) di Indonesia, sehingga sering menimbulkan kepanikan di
masyarakat. Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 30


Aedes aegypti dan aedes albopictus yang hidup digenangan air bersih sekitar
rumah. Dan untuk upaya pemberantasan DBD terdiri dari tiga hal yaitu ; 1)
Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnosis dini
dan pengobatan dini, 3) Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit
DBD dan upaya pemberantasan dititikberatkan pada penggerakan potensi masyarakat
untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3M),
juru pemantauan jentik (Jumantik) untuk memantau angka bebas jentik (ABJ),
serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Di Kota Padang
Panjang sudah direkrut tenaga kader pemantau jentik dengan diberikan insentif Rp.
75.000,- per bulannya yang dianggarkan dari Dinas Kesehatan Kota Padang
Panjang.
Metode yang tepat guna untuk mencegah DBD adalah Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plus
menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air serta kegiatan-
kegiatan lainnya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk Aedes berkembang
biak. Hasil pengumpulan data/indikator menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah
kasus yang ditemukan sebanyak 15 kasus (Tabel 23). Jumlah kasus ini relatif
lebih tinggi dari tahun 2011(14 kasus). Kondisi ini disebabkan tingkat kesadaran
masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M Plus masih
rendah. Untuk menindak lanjuti masalah ini perlu meningkatkan upaya promotif
tentang penyakit DBD pada masyarakat.

5. Penanggulangan kasus malaria.


Dalam rangka penanggulangan penyakit malaria dilakukan penyuluhan tentang
malaria dan deteksi dini kasus malaria dengan melakukan pemeriksaan labor
sesegera mungkin di puskesmas pada pasien yang memiliki gejala klinik malaria.
Pada tahun 2012 tidak ditemukan kasus malaria. Dapat dilihat pada lampiran tabel
24. Kasus penyakit malaria jarang ditemukan di Kota Padang Panjang, karena Kota
Padang Panjang bukan daerah endemik malaria. Jika kasus ditemukan pada
umumnya sebelum pasien berada didaerah endemik malaria.

6. Penanggulangan kasus filariasis


Untuk penanggulangan kasus filariasis dilakukan penyuluhan tentang kasus
Filariasis. Pada tahun 2012 dilakukan pemeriksaan darah kemasyarakat yang
bekerjasama dengan Kemenkes. Dari pemeriksaan yang bekerjasama dengan
Kemenkes didapatkan data bahwa kasus filariasis tidak ada di Kota Padang
Panjang. Disamping itu dari kunjungan ke puskesmas, RSUD Kota Padang Panjang
dan RSI Ibnu Sina tahun 2012 tidak ditemukan kasus filariasis. Data dapat dilihat
pada lampiran Tabel 25.
7. Penanggulangan Kusta
Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 31
Untuk penanggulangan penyakit kusta dilakukan kegiatan penyuluhan pada
masyarakat dan deteksi dini kasus melalui penegakan diagnose yang tepat di
puskesmas serta melaksanakan “Case Survey Village” di kelurahan. Pada tahun
2012 tidak ditemukan kasus kusta di Kota Padang Panjang. Data dapat dilihat pada
lampiran Tabel 17, 18, 19 dan 20.

D. PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (P2TM)


Kemajuan Pembangunan di segala bidang telah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang memicu transisi epidemiologi yaitu meningkatnya penyakit
degeneratif atau penyakit tidak menular (PTM). WHO melaporkan 60% kematian
dunia pada tahun 1990 disebabkan karena penyakit tidak menular dan hal ini
diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 73% pada tahun 2020, atau
dari statistik kematian saat ini 5 dari 6 wilayah WHO penyebab kematian didominasi
oleh PTM, meskipun penyakit menular lainnya masih menjadi penyebab kematian
utama dibeberapa negara. Perubahan yang sangat cepat ini merupakan Double
Burden of Disease. PTM utama meliputi penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit paru obstruktif, osteoporosis, gangguan akibat
kecelakaan kerja ataupun kecelakaan lalulintas, serta penyakit-penyakit dan kelainan
bentuk lain yang menyebabkan kecacatan. PTM dan faktor resikonya sangat
berhubungan erat dengan determinan soial ekonomi dan kualitas hidup, disisi lain
PTM merupakan penyakit yang dapat dicegah apabila faktor resikonya dikendalikan,
yang merupakan kombinasi upaya inisiatif pemeliharaan mandiri oleh petugas dan
individu yang bersangkutan
Kota Padang Panjang dengan letaknya yang dipersimpangan lalu lintas
menyebabkan mobilitas penduduk tinggi dan pada akhirnya dapat mempengaruhi gaya
hidup masyarakat Padang Panjang, sehingga memiliki potensi yang cukup besar
dalam masalah Penyakit Tidak Menular (PTM). Untuk itu pada tahun 2007 Kota
Padang Panjang ditetapkan sebagai Pilot Proyek untuk Pengendalian PTM, dengan
pertimbangan kondisi masyarakat di Kota Padang Panjang memiliki kesiapan sumber
daya potensial dan kemampuan dalam pengendalian PTM secara terpadu dan
menyeluruh. Dari tahun 2009 hingga sekarang telah terbentuk 22 Posbindu PTM di
Kota Padang Panjang, yang dilengkapi dengan 3 (tiga) orang kader yang telah
terlatih dan 3 (tiga) orang petugas kesehatan, dengan kegiatannya antara lain
anamnesa faktor resiko PTM, pemeriksaan gula darah, tekanan darah, kolesterol
darah, lemak tubuh (FVA), serta pengukuran tinggi badan,berat badan ,lingkar
pinggang dan lingkar panggul.
Beberapa kegiatan PTM dapat dilihat pada foto berikut:

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 32


E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk
menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan gizi
yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori protein,
kekurangan vit. A, gangguan akibat kekurangan yodium dan anemia gizi besi.

1. Pemantauan Pertumbuhan Balita


Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan
penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan. Cakupan penimbangan balita di
posyandu (D/S) merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan
gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta
prevalensi gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/S, semakin tinggi cakupan vitamin
A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang.
Dari 4.939 balita yang ada di Kota Padang Panjang tahun 2012 yang ditimbang
sebanyak 3244 (65.7%).Ini tidak mencapai target D/S secara nasional yaitu
(75%)Ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 D/S yaitu
sebesar 96.1%.Hasil penimbangan menunjukkan bahwa 53.7% balita dengan berat
badan yang naik. Sementara itu, persentase balita dengan berat badan di bawah
garis merah (BGM) sebesar 0.6% pada tahun 2012, bila dibandingkan dengan

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 33


persentase tahun 2011 sebesar 1.1 maka terjadi penurunan persentase balita BGM.
Rincian hasil penimbangan Balita di Kota Padang Panjang tahun 2011 dapat dilihat
pada lampiran tabel 44.
Pada umumnya masalah yang terjadi dengan rendahnya D/S ini adalah
kurangnya tingkat partisipasi masyarakat untuk datang keposyandu dengan berbagai
foktor penyebabnya antara lain: ketidak tahuan ibu tentang mafaat posyandu secara
keseluruhan, semakin bertambah umur pelayanan imunisasi tidak akan didapat lagi.
Masalah yang berkaitan dengan kunjungan posyandu antara lain: Kuranganya
dukungan dari lintas sektoral dalam upaya peningkatan kunjungan posyandu
diantaranya pembinaan dari Tim PKK khusus Pokja IV,kurangnya pengetahuan kader
tentang pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat posyandu.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A


Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang
berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata.
Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan prevalensi
dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi
terbukti efektif untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A (KVA) pada
masyarakat apabila cakupannya tinggi. KVA pada anak biasanya terjadi pada anak
yang menderita KEP atau gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang.
Anak yang menderita KVA berdampak pada resiko kematian balita karena infeksi
dan mudah sekali terserang infeksi seperti ISPA, campak, cacar air, diare dan
infeksi lain karena daya tahan anak tersebut menurun. Infeksi akan menghambat
kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan
mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh. Kekurangan vitamin A untuk
jangka waktu lama juga akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada mata, bila
anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.
Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11
bulan) diberikan kapsul vitamin A 100.000 SI, anak balita (umur 1-4 tahun)
diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, dan ibu nifas diberikan 2 kapsul vitamin A
200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI.
Pada bayi (6-11 bulan) diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau
Agustus; dan untuk anak balita enam bulan sekali, yang diberikan secara serentak
pada bulan Februari dan Agustus. Sedangkan pemberian kapsul vitamin A pada ibu
nifas, diharapkan dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas.
Namun dapat pula diberikan di luar pelayanan tersebut selama ibu nifas tersebut
belum mendapatkan kapsul vitamin A.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas pada tahun 2012 sebanyak
93.5% telah mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 sebanyak 82.7%.
Untuk cakupan distribusi kapsul vitamin A bagi Ibu nifas ini selain dilakukan oleh

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 34


bidan kelurahan juga diberikan oleh bidan praktek swasta dan juga dibantu oleh
kader kesehatan. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita tahun 2012
dilaporkan sebesar 78.6% ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu
sebesar 82.67%,. Sedangkan bayi (6-11 bulan) yang mendapat vitamin A pada
tahun 2012 sebanyak 67.1% dan tahun 2011 sebesar 75.6%. Data terinci dapat
dilihat pada lampiran Tabel 32. Hasil kegiatan dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:

Sumber : Bidang UPK pada Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang tahun 2012
F. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA
Bencana di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu bencana
lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat dari
kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan
lahan, kecelakaan industri, tumpahan minyak di laut; sedangkan bencana alam
terjadi sebagai akibat aktivitas lapisan/kerak bumi/fenomena alam seperti gempa
bumi, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau angin ribut yang
kejadiannya sulit diprediksi. Kegiatan pelayanan kesehatan dalam situasi bencana
dilaksanakan pada saat bencana datang baik di daerah Kota Padang Panjang
langsung maupun di daerah kabupaten/kota lain. Selain itu Dinas Kesehatan Kota
juga melakukan pelatihan bagi petugas yang akan meningkatkan kemampuan mereka
dalam kesiagaan bencana. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahunnya.
Dibawah ini dapat dilihat gambar kegiatan pelayanan kesehatan dalam situasi
bencana yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang pada tahun 2012 :

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 35


Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 36
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Gambaran mengenai sumber daya kesehatan dikelompokkan dalam sajian data


dan informasi mengenai sarana kesehatan dan tenaga kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan yang ada di Kota Padang Panjang dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.1
Data Sarana dan Prasarana Kesehatan
No Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit 2
2 Puskesmas 4
3 Puskesmas Pembantu 7
4 Klinik Pengobatan 0
5 Puskesmas Keliling 4
6 Praktek Dokter 35
7 Praktek Bidan 20
8 Pos Kesehatan Kelurahan 16
9 Posyandu Balita 91
10 Posyandu Lansia 32
11 Poskestren 2
12 Apotik 12
13 Rumah obat berizin 8
14 Battra dengan izin praktek 7
15 Apotik Rakyat 1
Total 248
Sumber : Kasi RAS & Kespen dan Kasi UKBM Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang

Puskesmas merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan.


Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam
sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib ( basic six)
dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan,
tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat.
Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan;
2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. Kota Padang
Panjang dengan penduduk 48.187 jiwa memiliki 4 (empat) buah Puskesmas.

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 37


Dengan demikian 1 (satu) Puskesmas melayani penduduk rata-rata 12047 jiwa.
Berdasarkan konsep wilayah, idealnya 1 (satu) Puskesmas melayani penduduk
25.000 orang. Berdasarkan konsep ini jumlah Puskesmas yang ada di Kota Padang
Panjang sudah melebihi kebutuhan ideal. Disamping itu, Puskesmas Pembantu juga
mudah dijangkau dengan ratio rata-rata Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas
induk adalah 2 : 1.
Untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan Pemerintah Kota Padang
Panjang juga menyediakan posyandu balita dan lansia, dimana tahun 2012 jumlah
Posyandu Balita sebanyak 91 buah dan posyandu lansia 32 buah. Dengan
keberadaan posyandu tersebut masyarakat terbantu dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan karena lokasinya yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat. Selain
itu, untuk mempermudah akses pelayanan kesehatan pada santri di pesantren,
pengelola pondok pesantren secara mandiri membuat pos kesehatan pesantren,
berupa klinik yang dikunjungi berkala oleh dokter yang bekerjasama dengan
pesantren. Dokter praktek swasta yang ada di Kota Padang Panjang pada tahun
2012 sebanyak 35 orangsudah termasuk praktek dokter Gigi, praktek bidan 19
orang. Kondisi ini sangat mendukung terwujudnya pelayanan optimal pada
masyarakat.
Untuk meningkatkan tertanggulanginya permasalahan kesehatan secara dini,
Pemerintah Kota Padang Panjang menyediakan 16 buah Pos Kesehatan Kelurahan
(Poskeskel). Poskeskel berfungsi untuk melakukan pemantauan dan menanggulangi
masalah kesehatan secara terpadu bersama masyarakat. Untuk membantu
penanggulangan masalah kesehatan, disamping unit pelayanan formil juga terdapat
unit pelayanan kesehatan lain seperti Battra (pengobat tradisional), dimana jumlah
Battra yang sudah dapat izin di Kota Padang Panjang berjumlah 2 (dua) buah.
Untuk mempermudah pelayanan obat pada masyarakat terdapat apotik swasta dan
rumah obat disamping apotik pemerintah.
Rata-rata jarak sarana kesehatan dengan pemungkinan penduduk dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 5.2
Rata-rata jarak sarana kesehatan dengan pemukiman penduduk
No Uraian Keterangan
1 Rata-rata jarak Puskesmas ke pemukiman penduduk 0,5 km
2 Jarak terjauh antara Puskesmas dgn Pemukiman 1 km
Penduduk
3 Jarak terdekat antara Puskesmas dgn Pemukiman < 100 m
Penduduk
4 Jarak terjauh antara Rumah Sakit dgn Pemukiman 2 km
Penduduk
5 Jumlah Pusling dibandingkan jumlah Puskesmas 1:1

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 38


Berdasarkan tabel 5.2, jarak unit pelayanan kesehatan ke pemukiman
penduduk relatif dekat. Kondisi ini sangat mendukung masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dan penanggulangan secara dini masalah kesehatan. Di
samping itu sarana kesehatan Puskesmas seperti Pusling rata-rata 1 (satu)
buah /Puskesmas hal ini sudah sesuai dengan kebutuhan. Puskesmas merupakan
sarana kesehatan yang ruang lingkup kegiatannya adalah upaya preventif dan
promotif, untuk upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif maka sarana kesehatannya
adalah Rumah Sakit. Selain itu fungsi Rumah sakit adalah sebagai pelayanan
kesehatan rujukan. Rumah Sakit (RS) di Kota Padang Panjang ada 2 RS yaitu
RS Umum Daerah (RSUD) milik pemerintah daerah dan 1 (satu) RS Swasta
yaitu RSI Ibnu Sina.

B. TENAGA KESEHATAN
Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan
adalah tenaga kesehatan yang bertugas di sarana pelayanan kesehatan di
masyarakat dan non pelayanan. Pembangunan kesehatan yang berkelanjutan di Kota
Padang Panjang membutuhkan tenaga kesehatan yang memadai baik dari segi
jumlah maupun kualitas. Oleh karena itu dalam Renstra Dinas Kesehatan Kota
Padang Panjang tahun 2008-2013 salah satu misinya adalah mewujudkan kualitas
sumber daya manusia kesehatan yang profesional dan islami. Adapun jumlah SDM
kesehatan dibedakan menurut 7 kelompok, yaitu medis, perawat, bidan, farmasi,
gizi, teknis medis, sanitasi dan kesehatan masyarakat.
Tenaga kesehatan yang bekerja di Kota Padang Panjang pada tahun 2010 dari
berbagai disiplin ilmu berjumlah 422 orang, yang tersebar di Poskeskel, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas, Gudang Farmasi Kota, RSUD, dan Dinas Kesehatan Kota
Padang Panjang. Jumlah tenaga kesehatan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 39


Tabel 5.3
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 dan tahun 2012
No Jenis Tenaga 2011 2012
1 Dokter Spesialis 13 11
2 Dokter Umum 27 20
3 Dokter Gigi 8 7
4 Sarjana Kesehatan Masyarakat 25 25
5 SAA/DIII/S1.Farm/Apoteker 46 42
6 SPK/DIII/S1 Keperawatan 112 172
7 DIII Gizi/ DIV/S1 Gizi 18 18
8 Psikolog 1 1
9 Bidan DI/DIII 51 55
10 Sanitarian 11 9
11 Fisioterapi 5 7
12 Analis Labor 17 22
13 Rontgen 5 5
14 Anastesi 2 2
Jumlah 341 396
Sumber : Kepegawaian Dinkes, RSUD dan RSI Ibnu Sina Kota Padang Panjang

Dari tabel diatas terlihat tenaga kesehatan yang ada di Kota Padang Panjang
didominasi oleh tenaga perawat dan bidan, selain itu juga terlihat adanya proporsi
yang sangat positif antara jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk yang
ada, artinya SDM tenaga kesehatan kota Padang Panjang secara kualitas dan
kuantitas sangat memadai.

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah daerah (APBD Kota dan
APBD Propinsi), APBN dan PHLN (Pinjaman/Hibah Luar Negeri). Merupakan
salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam menjalankan pembangunan
kesehatan. Berikut akan dibahas mengenai sumber dan jumlah pembiayaan
kesehatan serta cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar.

1. Sumber dan Jumlah Pembiayaan Kesehatan


Anggaran Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang dibagi dikelompokkan dalam
4 kelompok besar, yaitu program/kegiatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif
dan preventif. Program/kegiatan yang bersifat preventif antara lain penerapan
program obat dan perbekalan kesehatan, program pencegahan dan pemberantasan
penyakit. Program/kegiatan yang bersifat promotif yaitu promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat. Program/kegiatan yang bersifat kuratif yaitu program

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 40


upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Sedangkan
program/kegiatan yang bersifat rehabilitatif yaitu perbaikan gizi masyarakat.
Sumber dan jumlah pembiayaan kesehatan di Kota Padang Panjang dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.4
Anggaran Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2012
Sumber Pembiayaan Kesehatan (Dinas Kesehatan + RSUD) Kota Padang
Panjang tahun 2012 bersumber dari Pemerintah melalui APBD Kota Padang Panjang
dan APBN/DAK (Tabel 79).
ALOKASI ANGGARAN
NO SUMBER BIAYA KESEHATAN
RUPIAH %
1. APBD Kota 20.582.452.794 74,31
a. Belanja Langsung 11.496.925.794 41,51
b. Belanja tak langsung 9.085.257.000 32,80

2. APBD PROVINSI 139.166.236 0,50

3. APBD 6.974.737.698 25,18


- Dana Dekonsentrasi - 0,00
- Dana Alokasi Khusus(DAK) 2.281.99.000 8,24
- Askeskin 3.893.979.698 14,06
- Lain-lain (Jamkesmas&Jampersal) 384.367.000 1,39
- Lain-lain (BOK) 414.400.000 1,50
-
Sumber Pemerintah lain - 0,00
Total Anggaran Kesehatan 27.696.356.728 100 %

Total APBD Kota 20.582.452.794

% APBD Kesehatan Thd APBD Kota 74.31 %

Anggaran Kesehatan Perkapita 574.768.23


Sumber : Subbag Perencanaan, Evaluasi & Pelaporan tahun 2012

2. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar


Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat adalah suatu konsep atau
metode penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna (promotif ,preventif,
kuratif dan rehabilitatif), berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan yang
berkesinambungan dengan mutu terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara
pra upaya. Adapun jenis penyelenggaraan pelayanan di Kota Padang Panjang
dilaksanakan dengan 3 model paket pelayanan yaitu Jamkesmas untuk masyarakat

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 41


miskin, Jamkesda untuk masyarakat hampir miskin dan Jaminan Kesehatan
Masyarakat Padang Panjang (JPKM-PP). Pengelolaan Jamkesda dan JPKM-PP
melalui kerjasama Pemda Kota Padang Panjang dengan PT. ASKES, untuk
Jamkesmas melalui tim pengelola Kab/Kota dan pelayanan rujukan oleh pengelola
Jamkesmas Rumah Sakit Daerah.
Kota Padang Panjang tahun 2012, seluruh masyarakat telah mendapatkan
asuransi kesehatan yaitu JAMKESMAS sebanyak 4.336 jiwa, Jamkesda satu
layananan dengan JPKM-PP sebanyak 38.983 jiwa. Cakupan Pelayanan Masyarakat
Pra Bayar di Kota Padang Panjang dapat dilihat pada tabel 55.

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 42


BAB VI
PENUTUP

Data dan informasi telah disajikan dalam bentuk Profil Kesehatan Kota
Padang Panjang tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran situasi status
kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi di wilayah Kota Padang
Panjang serta merupakan media penyajian data dan informasi kesehatan yang
penting bagi pengambilan keputusan pada semua jenjang organisasi kesehatan mulai
dari tingkat Kab/Kota, Propinsi sampai ke Pusat. Selain itu Profil merupakan salah
satu publikasi data dan informasi yang meliputi data capaian SPM dan tagret
Renstra Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang.
Namun sangat disadari sistim kesehatan saat ini masih belum dapat
memenuhi kebutuhan data dan informasi dalam rangka meningkatkan kualitas Profil
Kesehatan Kota. Perlu dicari terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan
informasi secara cepat untuk mengisi kekosongan data agar dapat tersedia data dan
informasi khususnya yang bersumber dari puskesmas. Profil Kesehatan Kota sering
belum mendapatkan apresiasi yang memadai karena belum dapat menyajikan data
dan informasi yang sesuai dengan harapan, diharapkan profil kesehatan ini dapat
memberikan gambaran secara garis besar tentang seberapa jauh keadaan kesehatan
masyarakat yang telah dicapai di Kota Padang Panjang.
Sesungguhnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga tahun 2012 ini
berbagai peningkatan derajat kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil dari
pembangunan kesehatan di Kota Padang Panjang. Situasi dan kondisi sektor
kesehatan hingga tahun 2012 telah memperlihatkan seberapa jauh perubahan dan
perbaikan keadaan kesehatan yang telah dicapai, hal ini tidak terlepas dari kontribusi
lintas sektor terkait serta pemerintahan kota padang panjang.

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 43

Anda mungkin juga menyukai