PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menyajikan tentang latar belakang dan tujuan diterbitkan Profil Kesehatan
Kota Padang Panjang Tahun 2013 (berdasarkan data tahun 2012) serta
sistematika penyajiannya.
BAB VI PENUTUP
Bab ini merupakan rangkuman dari buku profil ini yang berisi sajian penting tentang
hal-hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk penyusunan rencana kerja
kesehatan Kota Padang Panjang tahun 2012 serta untuk penyusunan Profil
Kesehatan di tahun yang akan datang. Dan bab ini juga menguraikan proses
pengumpulan data dan hambatan yang dijumpai selama penyusunan profil ini.
A. GEOGRAFIS
23,00 km² setara dengan 2.300 Ha yang mencakup 2 kecamatan yaitu kecamatan
Padang Panjang Barat dan Padang Panjang Timur yang masing-masing terdiri dari
8 (delapan) kelurahan. Secara administrasi Kota Padang Panjang mempunyai batas
sebagai berikut :
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan X Koto (Kabupaten Tanah Datar)
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batipuh (Kabupaten Tanah Datar)
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan X Koto (Kabupaten Tanah Datar)
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan X Koto (Kabupaten Tanah Datar)
Secara geografis terletak antara 100 0 20’ - 1000 27’ Bujur Timur serta 0 0
27’ - 00 30’ Lintang Selatan, merupakan dataran tinggi (daerah pegunungan)
dengan ketinggian 550-900 meter di atas permukaan laut dengan lebih dari 40 %
lahannya berada pada kemiringan > 40 %. Sedangkan suhu udara rata-rata adalah
21,880C dengan kelembaban udara adalah 88,03 %. Kondisi ini menyebabkan
banyak ditemukan kasus penyakit yang dipengaruhi oleh udara dingin diantaranya:
Bronkitis, Sinusitis, Asma Bronchial dan lain-lain. Hasil Kajian Penilaian Resiko
Bencana Gempa Bumi dan Bahaya Gunung Berapi di Kota Padang Panjang tahun
2006 (Pusat Survei Geologi dan Bappeda Kota Padang Panjang), maka secara
umum formasi Geologi Kota Padang Panjang terdiri dari batuan malihan, batuan
tufaan aliran piroklastik, batuan tufaan dan lahar II. Kemudian dari struktur
geologinya terdapat satu sesar aktif yang melewati Kota Padang Panjang yaitu sesar
Bukit Jalat dan satu lagi berdekatan dengan Kota Padang Panjang (pada bagian
timur) yaitu sesar Sumatera.
B. KEADAAN PENDUDUK
C. KEADAAN EKONOMI
D. KEADAAN PENDIDIKAN
E. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku,
pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya derajat
kesehatan. Dalam menggambarkan keadaan lingkungan akan disajikan indikator-
indikator antara lain persentase rumah sehat, persentase akses air bersih,
persentase sanitasi dasar, persentase tempat umum dan pengelolaan makanan
(TUPM) sehat.
Sumber : Bidang P3PL pada Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang tahun 2012
2. ASI Ekslusif
ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6 bulan
pertama kelahirannya. ASI pertama yang diberikan kepada bayi, yang sering disebut
kolostrum, banyak mengandung zat kekebalan, terutama Ig A yang berfungsi
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, seperti diare. Kadar protein yang
dikandung dalam kolostrum lebih tinggi daripada ASI matang atau mature. Adapun
kandungan lemak dan laktosanya (gula darah) lebih rendah daripada ASI mature.
Kolostrum juga mengandung vitamin, seperti vitamin A, B6, B12, C, D, dan K,
serta mineral, terutama zat besi dan kalsium sebagai zat pembentukan tulang. Sama
halnya dengan ASI mature, kolostrum juga mengandung enzim-enzim pencernaan
yang belum mampu diproduksi oleh tubuh bayi, seperti protease (untuk menguraikan
protein), lipase (untuk menguraikan lemak), dan amilase (untuk menguraikan
karbohidrat). Itulah yang membuat kolostrum mudah sekali dicerna oleh sistem
pencernaan bayi yang belum sempurna. Jadi dapat disimpulkan bahwa menyusui
pada sejam pertama setelah kelahiran bayi, yang dilanjutkan dengan menyusui
secara eksklusif selama 6 bulan, akan menyelamatkan lebih dari satu juta bayi.
Pada tahun 2012 di Kota Padang Panjang Bayi yang mendapat ASI Eksklusif
baru mencapai 349 bayi (33,6%) dari 1.039 bayi yang ada belum mencapai
target (80%), dimana hal ini sudah mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2011 yang hanya 173 bayi (27,9%) dari 620 bayi. Dapat dilihat pada lampiran
tabel 41. Persentase ASI Ekslusif di Kota Padang Panjang pada tahun 2012 dapat
di lihat pada grafik dibawah ini :
3. Posyandu
Untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sebagai
upaya telah dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di
masyarakat. Wujud nyata bentuk peran serta masyarakat di bidang kesehatan
berkembang dengan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
salah satu bentuknya adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan
Kelurahan (Poskeskel) yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
BAB III
Penyakit menular yang perlu mendapat perhatian yang diolah dari laporan
Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang tahun 2013, adalah Penyakit
TB Paru. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan infeksi
bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet
orang yang telah terinfeksi basil TB. TB menjadi salah satu penyakit yang
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDG’s. Dalam pemberantasan
penyakit TB Paru berbagai upaya dilakukan, dan telah banyak mencapai hasil
dengan pencapaian angka penemuan dan pengobatan penderita. Di Kota Padang
Panjang pada tahun 2013 didapatkan yang positif TB Paru sebanyak 62 orang
dengan prevalensi %. Sementara di tahun 2012 ini Kota Padang Panjang
menemukan kasus TB Paru sebanyak 15 orang dengan prevalensi 31,13% Prevalensi
TB Paru tahun 2012 cukup tinggi karena sudah maksimalnya peran serta RSUD
menjaring kasus TB Paru. Hal ini lebih baik dibandingkan tahun 2012.
Disamping itu tidak ditemukannya kasus kematian karena TB Paru,
disebabkan penatalaksanaan TB Paru diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan sudah
menggunakan sistim DOTS dan karena sudah tingginya tingkat kepatuhan masyarakat
dalam pengobatan TB Paru Data diatas dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.
Angka penemuan kasus TB Paru pada masing-masing puskesmas belum mencapai
target disebabkan beberapa hal diantaranya adalah penemuan kasus banyak
didominasi oleh penemuan RSUD Kota Padang Panjang dan RSI Ibnu Sina Kota
Padang Panjang. Data ini dapat dilihat pada Tabel 11. Penemuan kasus TB Paru di
RSUD dan RSI Ibnu Sina tinggi karena tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
dokter spesialis sangat tinggi, sehingga pasien yang mendapat Jaminan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Kota Padang Panjang cenderung meminta rujukan ke RSUD.
Disamping itu penemuan kasus TB Paru di puskesmas rendah karena penjaringan
2. Diare
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika adanya perubahan konsistensi feses
selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila
feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau
buang air besar yang berair tapi tidak berdara dalam waktu 24 jam. Diare
merupakan kasus penyakit yang dapat timbul di picu dengan banyak faktor
diantaranya adalah makanan, air dan pola makan yang tidak sehat, alergi serta
tidak tahan terhadap makanan tertentu dan lain sebagainya. Akibat dari diare
adalah penderita kehilangan cairan tubuh, penderita merasa lesu dan lemas,
sehingga pada akhirnya penderita dapat meninggal akibat kehilangan cairan tubuh
bila tidak segera ditolong.
Di Kota Padang Panjang tahun 2013 jumlah perkiraan kasus penderita diare
ditemukan adalah 1022 kasus dan sebanyak 100% kasus tertangani (tabel 16).
E. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat yang baik merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembangunan kesehatan dan tidak terpisahkan dari pembangunan
nasional secara keseluruhan. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyrakat
yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Dalam mengukur status gizi masyarakat dapat dilihat dari
beberapa indikator diantaranya adalah bayi dengan berat badan rendah (BBLR),
pertumbuhan balita dan gizi wanita usia subur Kurang Energi Kronis (KEK). Pada
profil ini akan dikemukakan data BBLR, pertumbuhan balita dan konsumsi garam
beryodium di masyarakat.
2. Pertumbuhan Balita
Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan untuk melihat tingkat perkembangan
dan pertumbuhan balita. Kegiatan pemantauan pertumbuhan balita merupakan salah
satu kegiatan utama program perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya
pencegahan gizi buruk dan peningkatan keadaan gizi anak. Kegiatan pemantauan
pertumbuhan difasilitasi dengan rutin setiap bulan di posyandu yang merupakan
wujud peran serta masyarakat dibidang kesehatan.
Di Kota Padang Panjang kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu
ini melingkupi : 1) penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan
setiap bulan di posyandu, pengisian KMS dan penilaian status pertumbuhan
berdasarkan kenaikan berat badan anak apakah Naik (N), Bawah Garis Merah
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
1. Pemberantasan TB Paru
Upaya Pemerintah dalam menanggulangi TB Paru setiap tahunnya semakin
menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah penderita
yang ditemukan dan disembuhkan setiap tahun. Tujuan utama pengendalian TB Paru
adalah: 1) menurunkan insidens TB Paru pada tahun 2015; 2) menurunkan
prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi setengahnya pada
tahun 2015 dibandingkan tahun 1990; 3) sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA+
terdeteksi dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO); dan 4) sedikitnya 85% tercapai succes
rate. DOTS menekankan pentingnya pengawasan terhadap penderita TB Paru agar
menelan obatnya secara teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi
Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Tahun 2013 28
DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dapat mencapai angka 95%.
Strategi DOTS direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB
Paru.
Di Kota Padang Panjang pada tahun 2012 ditemukan kasus baru BTA (+)
sebanyak 15 kasus, dan semua kasus BTA (+) diobati dan pasien yang sembuh
belum bisa di evaluasi. Sementara pasien BTA (+) pada tahun 2011 sebanyak 21
kasus baru dengan kasus yang benar-benar dinyatakan sembuh (%) (Tabel 10,
11 dan 12). Keberhasilan pengobatan TB paru ditentukan oleh kepatuhan dan
keteraturan dalam berobat, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Semua penderita TB
yang ditemukan ditindaklanjuti dengan paket-paket pengobatan intensif. Melalui paket
pengobatan yang diminum secara teratur dan lengkap, diharapkan penderita akan
dapat disembuhkan dari penyakit TB yang dideritanya. Namun demikian dalam
proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan terjadinya kegagalan pengobatan akibat
dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau drop out (DO), terjadinya
resistensi obat atau kegagalan dalam penegakan diagnosa diakhir pengobatan.
Sumber : Bidang UPK pada Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang tahun 2012
F. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA
Bencana di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu bencana
lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat dari
kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan
lahan, kecelakaan industri, tumpahan minyak di laut; sedangkan bencana alam
terjadi sebagai akibat aktivitas lapisan/kerak bumi/fenomena alam seperti gempa
bumi, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau angin ribut yang
kejadiannya sulit diprediksi. Kegiatan pelayanan kesehatan dalam situasi bencana
dilaksanakan pada saat bencana datang baik di daerah Kota Padang Panjang
langsung maupun di daerah kabupaten/kota lain. Selain itu Dinas Kesehatan Kota
juga melakukan pelatihan bagi petugas yang akan meningkatkan kemampuan mereka
dalam kesiagaan bencana. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahunnya.
Dibawah ini dapat dilihat gambar kegiatan pelayanan kesehatan dalam situasi
bencana yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang pada tahun 2012 :
A. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan yang ada di Kota Padang Panjang dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.1
Data Sarana dan Prasarana Kesehatan
No Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit 2
2 Puskesmas 4
3 Puskesmas Pembantu 7
4 Klinik Pengobatan 0
5 Puskesmas Keliling 4
6 Praktek Dokter 35
7 Praktek Bidan 20
8 Pos Kesehatan Kelurahan 16
9 Posyandu Balita 91
10 Posyandu Lansia 32
11 Poskestren 2
12 Apotik 12
13 Rumah obat berizin 8
14 Battra dengan izin praktek 7
15 Apotik Rakyat 1
Total 248
Sumber : Kasi RAS & Kespen dan Kasi UKBM Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang
B. TENAGA KESEHATAN
Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan
adalah tenaga kesehatan yang bertugas di sarana pelayanan kesehatan di
masyarakat dan non pelayanan. Pembangunan kesehatan yang berkelanjutan di Kota
Padang Panjang membutuhkan tenaga kesehatan yang memadai baik dari segi
jumlah maupun kualitas. Oleh karena itu dalam Renstra Dinas Kesehatan Kota
Padang Panjang tahun 2008-2013 salah satu misinya adalah mewujudkan kualitas
sumber daya manusia kesehatan yang profesional dan islami. Adapun jumlah SDM
kesehatan dibedakan menurut 7 kelompok, yaitu medis, perawat, bidan, farmasi,
gizi, teknis medis, sanitasi dan kesehatan masyarakat.
Tenaga kesehatan yang bekerja di Kota Padang Panjang pada tahun 2010 dari
berbagai disiplin ilmu berjumlah 422 orang, yang tersebar di Poskeskel, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas, Gudang Farmasi Kota, RSUD, dan Dinas Kesehatan Kota
Padang Panjang. Jumlah tenaga kesehatan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Dari tabel diatas terlihat tenaga kesehatan yang ada di Kota Padang Panjang
didominasi oleh tenaga perawat dan bidan, selain itu juga terlihat adanya proporsi
yang sangat positif antara jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk yang
ada, artinya SDM tenaga kesehatan kota Padang Panjang secara kualitas dan
kuantitas sangat memadai.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah daerah (APBD Kota dan
APBD Propinsi), APBN dan PHLN (Pinjaman/Hibah Luar Negeri). Merupakan
salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam menjalankan pembangunan
kesehatan. Berikut akan dibahas mengenai sumber dan jumlah pembiayaan
kesehatan serta cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar.
Data dan informasi telah disajikan dalam bentuk Profil Kesehatan Kota
Padang Panjang tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran situasi status
kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi di wilayah Kota Padang
Panjang serta merupakan media penyajian data dan informasi kesehatan yang
penting bagi pengambilan keputusan pada semua jenjang organisasi kesehatan mulai
dari tingkat Kab/Kota, Propinsi sampai ke Pusat. Selain itu Profil merupakan salah
satu publikasi data dan informasi yang meliputi data capaian SPM dan tagret
Renstra Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang.
Namun sangat disadari sistim kesehatan saat ini masih belum dapat
memenuhi kebutuhan data dan informasi dalam rangka meningkatkan kualitas Profil
Kesehatan Kota. Perlu dicari terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan
informasi secara cepat untuk mengisi kekosongan data agar dapat tersedia data dan
informasi khususnya yang bersumber dari puskesmas. Profil Kesehatan Kota sering
belum mendapatkan apresiasi yang memadai karena belum dapat menyajikan data
dan informasi yang sesuai dengan harapan, diharapkan profil kesehatan ini dapat
memberikan gambaran secara garis besar tentang seberapa jauh keadaan kesehatan
masyarakat yang telah dicapai di Kota Padang Panjang.
Sesungguhnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga tahun 2012 ini
berbagai peningkatan derajat kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil dari
pembangunan kesehatan di Kota Padang Panjang. Situasi dan kondisi sektor
kesehatan hingga tahun 2012 telah memperlihatkan seberapa jauh perubahan dan
perbaikan keadaan kesehatan yang telah dicapai, hal ini tidak terlepas dari kontribusi
lintas sektor terkait serta pemerintahan kota padang panjang.