Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

CALON AHLI K3 UMUM


DI -
PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk.
PABRIK CITEUREUP
Indocement SHE-Learning Center (I-SHELTER)

K3 BIDANG :
- PENERAPAN SMK3
- KELEMBAGAAN K3
- BEJANA TEKAN

KELOMPOK 1 :

1. ALVIYAN ANGGA KURNIAWAN


2. IMAN SATRIA
3. INDRA PERMANA
4. JOSEPH KRISTIAN TRIYOGA
5. PUJI WURYANTO, ST
6. YOHANNES SUDIRWAN
7. YUDO PRATIKTO, ST

PELATIHAN AHLI K3 UMUM


09 – 24 Februari 2016

PENYELENGGARA : FRESH CONSULTANT


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas izinNYA kami dipersatukan dalam
kelompok 1 dalam rangka kegiatan Pelatihan Ahli K3 Umum. Diselengggarakan oleh Fresh
Galang Consultant pada tanggal 09 - 24 Pebruari 2016, bertempat di Indocement Safety,
Health Enviroment Training Centre (I-SHELTER) Citeureup.

Kami diberi tugas bidang SMK 3, Kelembagaan K3 dan Bejana Tekan yang
dilaksanakan di PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk. Unit Workshop Quarry D. Penugasan
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari pelatihan ini.

Dalam pembuatan laporan kegiatan ini kami bahu membahu bekerja sama dari mulai
terbentuknya kelompok sampai membuat laporan Praktek Kerja Lapangan. Kami membagi
menjadi 3 (tiga) bidang, yakni bidang SMK 3, Kelembagaan K3 dan Bejana Tekan. Dalam
sistem pelaporannya dimulai dari mencari dasar hukum, observasi penerapan, analisa,
positif, negatif, kesimpulan dan saran. Sehingga dijadikan satu sebagai laporan Praktek Kerja
Lapangan ini.

Laporan ini adalah salah satu dari beberapa laporan yang ada dan akan disatukan
oleh pemateri maupun penyelenggara, sehingga menjadi satu materi yang komprehenship
dari semua materi yang diajarkan. Laporan ini kami buat dengan segala keterbatasan yang
ada. Semoga laporan ini dapat menjadi bahan evaluasi dan tolak ukur dalam pelaksanaan
SMK3, kelembagaan dan Bejana tekan di PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk. yang berguna
di masa akan datang.

Kami berterima kasih atas dukungan dari keluarga, penyelenggara, staff I-SHELTER,
pemateri, pembimbing, rekan-rekan, dan petugas di workshop quarry D, serta para staff
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu Meskipun laporan kegiatan ini banyak
kekurangan dan kesalahan kami mohon dimaklumkan, Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar laporan yang kami buat ini menjadi lebih baik lagi.

Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih

Citeureup, 24 Pebruari 2016

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................. i


DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................. 1
B. Maksud dan Tujuan ............................... 2
C. Ruang Lingkup .............................. 3
D. Dasar Hukum ............................. 3

BAB II. GAMBARAN UMUM TEMPAT KERJA


A. Profil Perusahaan .................................. 4

B. SMK3 Di Tempat Kerja .. ............. 5


1. Kebijakan Perusahaan .............................................................................. 5
2. Prinsip dan Komitmen PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk............... 6
3. Perencanaan K3 di Workshop Quarry D.................................................. 7
a. Struktur Organisasi Perusahaan........................................................ 8
b. Tabel Identifikasi Bahaya................................................................. 9
4. Penerapan K3 di Workshop QuarryD....................................................... 10
5. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3...................................................... 11
6. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3............................................ 12
a. Tinjauan Ulang.................................................................................. 13
b. Elemen Audit..................................................................................... 13
C. Kelembagaan K3............................................................................................ 14
1. Pengertian................................................................................................... 14
a. Panitia Pembina Keselamatan Kesehatan Kerja (P2K3).................... 14
b. Dewan Keselamatan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N)................... 14
c. Perusahaan Jasa Keselamatan Kesehatan Kerja (PJK3)..................... 14
2. Dasar Hukum Pembina dan Pembentuk K3.............................................. 14
3. Tugas Pokok dan Fungsi P2K3, DK3N dan PJK3.................................... 15

3
a. Tugas Pokok dan Fungsi P2K3........................................................... 15
b. Tugas Pokok dan Fungsi DK3N............................................................. 18
c. Tugas Pokok dan Fungsi PJK3..................................................................19
D. Bejana Tekan........................................................................................................19
1. Dasar Hukum....................................................................................................19
2. Ruang Lingkup.................................................................................................19
3. Pengisian Bejana Tekan...................................................................................19
4. Pengangkutan...................................................................................................20
5. Pembuatan dan Pemakaian...............................................................................20

BAB III. ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH


A. Tinjauan Umum Lapangan .................................................................................21
B. Observasi.............................................................................................................21
1. Temuan Positif..............................................................................................21
a. SMK3......................................................................................................21
b. Kelembagaan K3.....................................................................................22
c. Bejana Tekan...........................................................................................24
2. Temuan Negatif . ....................25

BAB IV. PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................... 28
B. Saran . . .............................................. 28

LAMPIRAN
Lampiran 1 . . ... ....................................................... 30
Lampiran 2 . . ... ............................................... 31
Lampiran 3 . . ... ............................................... 32
Lampiran 4 . . ... ............................................... 33
Lampiran 5 . . ... ............................................... 34
A. Daftar Pustaka ...................................... 35
B. Dokumentasi . . ... ................................................ 36

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Terjadinya tingkat kecelakaan kerja dan berbagai ancaman keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) di Indonesia masih cukup tinggi. Berbagai kecelakaan kerja
masih sering terjadi dalam proses produksi terutama di sektor jasa konstruksi.
Berdasarkan Laporan International Labour Organization (ILO), setiap hari terjadi
kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal sekitar 6.000 kasus. Sementara
di Indonesia setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20 orang fatal akibat kecelakaan
kerja. Tak hanya itu, menurut kalkulasi ILO, kerugian yang harus ditanggung akibat
kecelakaan kerja di negara-negara berkembang juga tinggi, yakni mencapai 4 % dari
gnp (gross national product).
Terjadinya kecelakaan dan kerugian di tempat kerja sebagian besar disebabkan
oleh faktor manusia dan sebagian lagi disebabkan oleh faktor teknis. Hal yang sama
penggunaan peralatan mekanik dan instalasi kelistrikan semakin meningkat baik
jumlah maupun jenisnya dimana berbagai potensi bahaya juga semakin besar
akibat penggunaan peralatan dan perkakas mekanis, seperti pesawat uap dan
bejana tekan, penggunaan botol baja, baik dalam pengangkutan dan pemindahan
yang tidak layak dioperasikan.
Bejana Tekan adalah bejana selain pesawat uap yang didalamnya terdapat tekanan
yang melebihi tekanan udara luar, dipakai untuk menampung gas atau gas
campuran termasuk udara baik terkempa menjadi cair atau dalam keadaan larut
dan beku. Semakin meningkatnya pemanfaatan bejana tekan di berbagai proses
industri barang dan jasa maupun untuk transportasi baik jenis maupun jumlahnya
dan bahkan di rumah - rumah tangga yang sering kita jumpai sehari-hari dapat
menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan kerja. Oleh karena itu guna
menghindari agar tidak terjadi kecelaakan atau bahkan peledakan, sangat penting
untuk mengetahui prosedur yang sesuai dengan standard yang berlaku. Masih

5
minimnya Pengawas ketenagakerjaan di bidang spesialis bejana tekan yang
tersebar di seluruh Indonesia serta kemampuan dari pengawas tersebut dapat
menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja, Oleh karena
itu, maka diperlukan adanya tenaga kerja yang memiliki sertifikat agar dapat
meminimalisir faktor-faktor yang dapat menjadi sumber kecelakaan kerja terutama
human-error dalam pengoperasiannya.
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang
berada di tempat kerja, dan menjamin keselamatan properti perusahaan yang
digunakan dalam proses kegiatan kerja, maka Perusahaan perlu menerapkan
Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3), antara lain termasuk
pengeloaan risiko terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan
penggunaan/pengoperasian peralatan mekanik, pesawat uap dan bejana tekan
dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja karena Perusahaan tidak
melakukan pengendalian, pembinaan dan pengawasan atas ketentuan dan syarat-
syarat keselamatan kerja sebagaimana ditetapkan dalam peraturan dan perundang-
undangan.
SMK3 merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian
dan pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 Perusahaan dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, lestrasi, efisien dan produktif.
Dengan penerapan Sistem Manajemen dan program K3 yang komprehensif,
Perusahaan dapat mengendalikan resiko-resiko kecelakaan dan kerugian, serta
meningkatkan kinerja operasi dengan berwawasan K3. Pada saat yang sama akan
dicapainya sasaran khusus yakni terwujudkan perencaan kerja yang baik, dimana
kegiatan-kegiatan kerja lapangan selalu memperhatikan aspek keselamatan dan
kesehatan kerja, serta kesesuaian dengan persyaratan mutu dan lingkungan hidup.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan penulisan laporan ini, yakni :

6
 Memahami Perinsip Manajemen K3 : Lingkup K3, Manajemen K3 dan Prinsip
Dasar K3;
 Memahami Persyaratan SMK3 : Lingkup SMK3, Elemen-elemen K3 sesuai
dengan PP No. 50/2012;
 Memiliki kemampuan dalam meninjau ulang dokumen-dokumen terkait;
manual, prosedur-prosedur, formulir-formulir, dokumen-dokumen
pendukung implementasi SMK3;
 Memiliki Pengetahuan tentang Bejana Tekan : sumber potensi bahaya
tentang bejana tekan dan tata laksana teknis tentang bejana tekan;
 Memiliki kemampuan pengawasan terhadap persyaratn K3 terhadap bejana
tekan.

C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup laporan ini, disusun sesuai dengan perolehan pengetahuan
dan keterampilan kami selama mengikuti pelatihan, yakni:
 Materi Pembelajaran dan Pengawasan bidang kelembagaan K3;
 Materi Pembelajaran dan Pengawasan Sistem Manajemen K3;
 Materi Pembelajaran dan Pengawasan bidang bejana Tekan;
 Pelaksanaan Observasi K3 Lapangan;
 Membuat Laporan dengan Tema Kelembagaan K3, Sistem Manajemen K3
dan pengawasan tentang K3 di bejana tekan.

D. Dasar Hukum
Yang Menjadi Dasar Hukum tentang Kelembagaan K3, Sistem manajemen K3
dan K3 di bejana Tekan, yakni:
 Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
 Undang-undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER-01/MEN/1982
tentang Bejana Tekan;

7
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
 KEP. 155/MEN/1984 Tentang pembentukan, susunan dan tata kerja Dewan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), Dewan Keselamatan
dan Kesehatan Wilayah (DK3W) dan Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3), disebutkan tentang tugas pokoknya.
 KEP. 04/MEN/1987 Tentang Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (P2K3) serta tata cara penunjukan Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (AK3)
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.04/MEN/1995 Tentang
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

8
BAB II
GAMBARAN UMUM TEMPAT KERJA

A. Profil Perusahaan
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. (“Indocement” atau “Perseroan”)
mengoperasikan pabrik pertamanya secara resmi pada Agustus 1975. Dalam kurun
waktu 39 tahun, Indocement telah menjadi salah satu produsen semen terbesar di
Indonesia.
Perseroan didirikan pada 16 Januari 1985 melalui penggabungan enam perusahaan
semen, yang pada saat itu memiliki delapan pabrik.
Indocement didirikan berdasarkan akta pendirian No. 227 tanggal 16 Januari 1985
yang dibuat di hadapan Notaris Ridwan Suselo, SH. Sesuai dengan Anggaran Dasarnya,
kegiatan usaha utama Perseroan meliputi manufaktur semen dan bahan bangunan,
penambangan, konstruksi dan perdagangan. Saat ini, Perseroan dan Entitas Anak
bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi manufaktur dan penjualan semen
(sebagai bisnis inti), memproduksi beton siap-pakai, agregat dan trass.
Indocement terus menambah jumlah pabriknya. Pada 22 Februari 2013, Perseroan
telah memulai perluasan Kompleks Pabrik Citeureup dengan penambahan lini produksi
yang disebut Pabrik ke-14. Jumlah pabrik Indocement termasuk Pabrik ke-14 adalah 13
pabrik. Sebagian besar pabrik berada di Pulau Jawa, 10 diantaranya berlokasi di
Citeureup, Bogor, Jawa Barat, yang menjadikannya salah satu kompleks pabrik semen
terintegrasi terbesar di dunia. Sementara dua pabrik lainnya ada di Palimanan, Cirebon,
Jawa Barat, dan satu lagi di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Indocement mencatatkan sahamnya pertama kali di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
5 Desember 1989 dengan kode saham “INTP”. Sejak 2001, HeidelbergCement Group,
yang berbasis di Jerman, menjadi pemilik mayoritas saham Perseroan.
HeidelbergCement adalah pemimpin pasar global dalam bisnis agregat dan merupakan
pemain terkemuka di bidang semen, beton siap-pakai (RMC), dan kegiatan hilir lainnya,

9
menjadikannya salah satu produsen bahan bangunan terbesar di dunia. Grup ini
mempekerjakan lebih dari 45.000 orang di 2.300 lokasi di lebih dari 40 negara.
Indocement juga terdaftar dalam Indeks Kompas100, indeks harga saham yang
dikelola BEI bekerjasama dengan harian Kompas. Saham Indeks Kompas100 merupakan
saham perusahaan yang berada pada peringkat 150 tertinggi dalam hal nilai transaksi,
frekuensi, dan kapitalisasi pasar di bursa regular selama 12 bulan terakhir.
Dengan merek dagang “Tiga Roda” Indocement menjual sekitar 18,7 juta ton semen
di 2014, yang menjadikannya perusahaan entitas tunggal penjual semen terbanyak di
Indonesia. Produk semen Perseroan adalah Portland Composite Cement (PCC), Ordinary
Portland Cement (OPC Tipe I, II, dan V), Oil Well Cement (OWC), Semen Putih, and
TR-30 Acian Putih. Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di
Indonesia.
Selain penjualan semen, Indocement, melalui PT. Pionirbeton Industri yang
memroduksi beton siappakai, menjual 3,9 juta m3 RMC dan menjadikannya pemimpin
pasar dalam bisnis RMC di Indonesia.
Dalam bisnis agregat, PT Tarabatuh Manunggal, perusahaan yang 100% sahamnya
dimiliki Indocement, mulai berproduksi sejak 10 September 2014. Selain itu, Indocement
memiliki tambang agregat lainnya melalui PT. Mandiri Sejahtera Sentra.
Pada 31 Desember 2014, Indocement memiliki kapasitas produksi terpasang
mencapai 20,5 juta ton semen, 5,0 juta m3 RMC dengan 41 batching plant dan 706 truk
mixer, serta kapasitas produksi agregat sebesar 2,8 juta ton per tahun dengan total
cadangan agregat mencapai 80 juta ton dari dua tambang.
Dalam menjalankan usahanya, Indocement terus fokus pada pembangunan
berkelanjutan dengan komitmen mengurangi emisi karbon dioksida dari proses produksi
semen. Indocement adalah perusahaan pertama di Asia Tenggara yang menerima Emisi
Reduksi yang Disertifikasi (Certified Emission Reductions/CER) dalam kerangka
Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM). Indocement
merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang menggunakan terak pasir tanur
(granulated blast furnace slag), produk ampas leburan baja, beberapa tahun setelah
diluncurkannya proyek semen campuran (blended cement). Bahan cementitious ini
digunakan dalam produksi semen untuk mengurangi kandungan klinker dan
menurunkan emisi CO2.

10
B. SMK3 Di Tempat Kerja
1. Kebijakan Perusahaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan upaya perlindungan
terhadap keselamatan serta kesehatan para tenaga kerja selama mereka bekerja di
perusahaan tempat mereka bekerja. K3 memiliki 2 aspek penting, yaitu mengenai
keselamatan kerja para karyawannya dan kesehatan para karyawannya.
Keselamatan kerja ini sangat berhubungan erat dengan proses produksi suatu
perusahaan. Terutama di Indonesia yang semakin berkembang negaranya, semakin
berkembang pula tingkat kecelakaan kerja yang terjadi.
Sudah menjadi kebijaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) agar setiap
pekerja mendapatkan tempat yang aman dan sehat untuk melaksanakan tugas
sehari-hari. Pada Perinsipnya setiap Perusahaan termasuk Indocement berupaya
mengambil langkah-langkah positif untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan
akibat kerja. Salah satu langkah positif adalah membuat kebijaksanaan di dalam
kebijakan perusahaan. Berikut ini kami lampirkan prinsip dan komitmen yang ada di
PT. Indocement.

2. Prinsip dan Komitmen PT. Indocement


Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility / CSR)
mendukung visi akuntabilitas bisnis bagi berbagai pemangku kepentingan, selain
pemegang saham dan investor. Bidang utama yang menjadi perhatian adalah
perlindungan lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja karyawan,
pelanggan dan masyarakat pada umumnya, baik saat ini maupun di masa depan.
CSR merupakan investasi sosial, yang dilakukan melalui hubungan timbal balik
dengan masyarakat lokal dan dengan bekerjasama dengan berbagai pemangku
kepentingan, termasuk pemerintah, LSM dan organisasi massa. Hal ini juga
meningkatkan tingkat kemampuan bersaing sebuah perusahaan yang secara
bersamaan juga memajukan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat. Dengan
menjalankan CSR, perusahaan dapat berbagi perwujudan nilai yang fokus pada
peningkatan hubungan antara perkembangan sosial dan ekonomi.

11
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh melalui penerapan kebijakan CSR meliputi:

Lingkungan Hidup:
 Peningkatan penggunaan sumber daya terbarukan;
 Dimasukkannya perangkat manajemen lingkungan ke dalam rencana bisnis;
 termasuk penilaian life-cycle dan manajemen lingkungan;
 Daya tahan dan daya guna produk yang lebih baik.
Masyarakat
 Keterlibatan perusahaan dalam penerapan program pemberdayaan lima pilar
termasuk;
 Melahirkan local hero sebagai agen perubahan untuk meningkatkan
kesejahteraan di desa masing-masing;
 Kontribusi amal;
 Program relawan karyawan.
Pelanggan
 Peningkatan citra dan reputasi merek;
 Peningkatan penjualan dan loyalitas pelanggan.
 Perseroan senantiasa berusaha mengacu kepada ISO 26000 mengenai Social
Responsibility dalam mengorganisasikan tanggung jawab sosial secara sistematik
dengan mempertimbangkan harapan semua pemangku kepentingan
3. Perencanaan K3 Di Workshop Quarry D,

Usaha untuk mencegah dan meminimalisir kecelakaan kerja hanya akan berhasil
apabila perusahaan memberlakukan sistem manajemen K3. Kemudian parkatek
dan kondisi dibawah standar merupakan salah satu penyebab terjadinya
kecelakaan. Oleh karena itu Perencanaan K3 yang sesuai dengan lingkungan dan
tempat kerja pekerja harus dengan sistem manajemen K3 yang tepat sasaran
dan tidak mengada-ada. Lingkungan Kerja adalah sesuatu yang ada di sekitar
para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam mengemban tugas yang
diberikan untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Kali ini kami akan
membahas dan mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja,
yakni Wokshop Quarry D, antara lain :

12
 Faktor fisik : Penerangan cahaya, suhu, kebisingan;
 Faktor kimia : gas, debu, asap;

 Faktor Fisiologis : kontruksi mesin, sikap dan cara kerja;

 Faktor Psikologis : suasana kerja, hubungan antar pekerja.

Dari Workshop yang kami amati, masih banyak gejala-gejala yang berpotensi
terjadinya penyebab kecelakaan kerja dan penurunan kesehatan pekerja. Dalam
Penyusunan Rencana K3, Pengusaha harus mengikutsertakan ahli K3 (ada didalam
Struktur organisasi), panitia Pembina K3, wakil Pekerja dan pihak lain yang terkait
dengan Perusahaan seperti kontraktor maupun sub-kontraktor dan juga harus
mempertimbangkan beberapa aspek seperti :

 Hasil penelahaan awal;


 Identifikasi potensi bahaya;

 Peraturan perundang-undangan;

 Sumber daya yang dimiliki.

a. Struktur Organisasi Perusahaan

Berikut ini kami lampirkan Struktur Organisasi Perusahaan :

13
b. Tabel Identifikasi Bahaya

Aspek-aspek yang disebutkan diatas dapat dilakukan dengan membuat tabel


identifikasi potensi-potensi bahaya beserta cara Pengendaliannya. Berikut ini kami
lampirkan tabel identifikasi bahaya.

TABEL IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA

No Faktor yang dapat menimbulkan Bahaya Konsekuensi


kecelakaan kerja
Faktor Fisik
1
- Penerangan cahaya yg - Penrununan - Buta
kurang memadai penglihatan - Batuk-batuk,
- Suhu yang lembab - Penurunan kanker paru-paru
fungsi paru-
- Suara yang bising paru - Tuli

- Penurunan
fungsi
pendengaran
Faktor Kimia
2
- Gas - Paru-paru - Batuk-batuk,
- Debu - Mata kanker paru-paru
- Buta
- Asap

3 Faktor Fisologis

- Kontruksi mesin - Punggung - Ergonomic


- Cara kerja - Leher - Terkilir

- Sikap - Tangan - Pegal-pegal

Faktor Psikologis
4

14
- Suasana Kerja - Beban pikiran - Gila
- Stress - Malas bekerja
- Hubungan antar pekerja
- Perlakuan yg
menyimpang

4. Penerapan K3 Di Workshop Quarry D,

Prinsip dasar dalam pelaksanaan rencana K3 terdiri dari 2 aspek, yakni :


penyediaan Sumber daya manusia yang berkompetensi dan penyediaan
sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar yang berlaku, seperti:
instruksi kerja, pelaporan kecelakaan, prosedur kerja dan lain-lain.

 Kiat umum untuk penerapan K3 di workshop, Berikut ini Kiat umum


untuk penerapan K3 di workshop :

 Letakkan alat dan bahan yang akan digunakan di tempat yang mudah
terjangkau dan tidak mengganggu lingkungan kerja;

 Jangan menggunakan alat yang belum diketahui fungsinya;

 Pakailah pelindung tubuh seperti pakaian kerja, sepatu safety, ear plug
dll.;

 Istirahatlah jika lelah dan jangan bekerja jika mengantuk, karena dapat
membahayakan diri;

 Tanyakan pada inspektur apabila ada alat yang tidak diketahui


operasionalnya;

 Bekerjalah sesuai dengan SOP yang berlaku;

 Memiliki SIO yang sesuai bidangnya dan masih berlaku.

15
Bahaya Potensial

Berikut ini bahaya potensial yang ada di workshop dan cara mengatasinya :

- Bahaya Debu dan Asap

Metode Pencegahan terhadap debu dan uap adalah :

 Menggunakan Masker;
 Lantai disiram dengan air supaya debu tak bertebangan di udara;

 Dengan Alat : Scrubber, ventilasi umum.

- Kebisingan

Untuk mengatasi kebisingan dapat dilakukan dengan cara speri berikut :

 Menggunakan alat Penutup telingan (Ear Plug);


 Mematikan/meminimalisir sumber bising.

- Suhu udara

Suhu tubuh manusia yang dapat kita rasakan tidak hanya didapat dari
metabolism, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Semakin
rendah suhu Lingkungan makin banyak juga suhu yang hilang. Kesalahan-
kesalahan yang sering dibuat dengan membuat suhu rendah yang berakibat
timbulnya penyakit pernapasan. Sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini:

 Suhu di set pada 25-26 derajat celcius;


 Penggunaan AC di tempat kerja diatur sedemikian rupa supaya suhunya
tidak terlalu dingin;

 Pembersihan AC rutin untuk mencegah virus masuk ke dalam tubuh.

- Pencahayaan

16
Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan bagi
pekerja. Sehingga dapat menimbulkan gangguan performance (penampilan)
kerja yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja. Hal ini sangat erat kaitannya dan mutlak harus ada
karena berhubungan dengan fungsi indra penglihatan. Biasanya untuk
pencahayaan di workshop sekitar 500 lux, dan jumlah lampu disesuaikan
dengan luas workshop.

5. Pemantauan dan Evaluasi kinerja K3

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 melalui pemeriksaan, pengujian dan audit


internal SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten, yakni ahli
K3 umum. Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 digunakan untuk
melakukan tindakan perbaikan. Di indocement, Evaluasi kinerja K3 dilakukan
oleh komite keselamatan kerja (safety comitte), dapat dilihat di struktur
organisasi.

Pemantauan dan evaluasi Kinerja K3 harus meliputi :

 Memantau dan mengukur unjuk kerja K3 secara periodic;


 Pengukuran kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kebutuhan
organisasi.

 Menjaga keabsahan pengukuran

 akurasi pengukuran data;

 lokasi dan waktu pengukuran;

 prosedur pengawasan mutu pengukuran;

17
 memelihara ketepatan dan kalibrasi alat yang digunakan.

 Memantau kecelakaan, penyakit kerja, insiden dan bukti sejarah


ketidaksesuaian unjuk kerja K3;

 Prosedur yang secara berkala mengevaluasi kepatuhan pada peraturan;

 Adanya mekanisme untuk memantau pencapaian tujuan dan sasaran


atau program manajemen K3;

 Catatan/rekaman sesuai dengan :

 Peraturan/perundangan;

 Operasional;

 Isu K3;

 Kalibrasi alat yang digunakan;

 Kebijakan K3.

6. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3 maka harus


dilakukan Peninjauan. Peninjauan dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Hasil peninjauaan digunakan untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja K3.

a. Tinjauan ulang

Tinjauan ulang harus dilakuakan dengan agenda sebagai berikut:

 Perubahan perhatian masalah K3 di masyarakat;


 Peraturan Perundangan K3 yang akan diberlakukan;

 Keinginan dan tuntutan konsumen;

18
 Perubahan kegiatan bisnis;

 Hasil temuan audit K3;

 Pencapaian dan penentuan tujuan dan sasaran;

 Pengesahan program manajemen K3;

 Hasil tinjauan manajemen sebelumnya;

 Perubahan proses, penggunaan bahan baku baru;

 Perubahan perundangan & persyaratan K3 lainnya.

b. Elemen-elemen Audit

Berikut ini kami lampirkan Elemen-elemen Audit.

C. KELEMBAGAAN K3

1. Pengertian

Suatu organisasi/badan swasta independen, non independen, non pemerintah yang


bergerak di bidang pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Beranggotakan
perusahaan dan lembaga usaha berbadan hukum di Indonesia. Antara lain :

a. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

Organisasi bipartit di tingkat perusahaan yang dibentuk sebagai wadah kerjasama


antara unsur pimpinan perusahaan dan tenaga kerja dalam menangani masalah K3 di
perusahaan.

19
b. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N).

Lembaga yang dibentuk untuk membantu memberkan saran dan pertimbangan


kepada Menteri tentang Usaha-usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

c. Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3).

Lembaga usaha berdasarkan surat keputusan penunjukan Kemenakertrans yang


bergerak di bidang jasa keselamatan dan kesehatan kerja dengan mempunyai Ahli K3
di bidangnya.

2. Dasar Hukum Pembinaan dan Pembentukan Kelembagaan K3

Sebagai dasar hukum pembentukan, susunan dan tugas kelembagaan K3 adalah


Undang Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 10 ayat
(1) dan (2) dengan peraturan pelaksanaannya sebagai berikut :

1. KEP. 155/MEN/1984

Tentang pembentukan, susunan dan tata kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional (DK3N), Dewan Keselamatan dan Kesehatan Wilayah (DK3W) dan Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), disebutkan tentang tugas pokoknya.

2. KEP. 04/MEN/1987

Tentang Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja (P2K3) serta tata cara
penunjukan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3).

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.04/MEN/1995

Tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

3. Tugas Pokok dan Fungsi P2K3, DK3N dan PJK3

a. Tugas Pokok Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Adapun tugas dari pembentukan P2K3 menurut peraturan perundangan adalah


sebagai berikut :

1. Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) di tempat kerja;
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja mengenai :

20
o Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
K3 termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara
menanggulanginya;

o Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja ;

o Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

o Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

3. Membantu Pengusaha/Pengurus dalam :

o Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;

o Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap Keselamatan dan


Kesehatan Kerja;

o Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan , penyakit akibat kerja


(PAK)serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan;

o Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,


higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi;

o Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan


makanan di perusahaan;

o Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;

o Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;

o Mengembangkan laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja,


melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil
pemeriksaan;

o Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan


dan kesehatan kerja;

21
o Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan
manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan
keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi
kerja. (berdasarkan pasal 4 (empat) Permenaker RI Nomor PER.
04/MEN/1987).

1. Peran, Tanggungjawab dan Wewenang P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan


Kesehatan Kerja) :

Peran Wewenang

1. Memimpin semua rapat pleno P2K3 ataupun menunjuk anggota untuk


memimpin rapat pleno;

2. Menentukan langkah dan kebijakan demi tercapainya pelaksanaan


program-program P2K3;

3. Mempertanggung-jawabkan pelaksanaan K3 di Perusahaan ke


Ketua Disnakertrans Kabupaten/Kota setempat melalui Pimpinan Perusahaan;

4. Mempertanggung-jawabkan program-program P2K3 dan


pelaksanaannya kepada Direksi;

5. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaannya program-program K3 di


Perusahaan.

1. Membuat undangan rapat dan notulen;

2. Mengelola administrasi surat-surat P2K3;

3. Mencatat data-data yang berhubungan dengan K3;


Sekretaris 4. Memberikan bantuan/saran-saran yang diperlukan oleh seksi-seksi
demi suksesnya program-program K3;

5. Membuat laporan ke Disnakertrans setempat maupun instansi lain


yang bersangkutan dengan kondisi dan tindakan bahaya di tempat
kerja.

1. Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai dengan


seksi masing-masing;
Anggota
2. Melaporkan kepada Ketua atas kegiatan yang telah dilaksanakan.

22
Peran Wewenang

2. Jumlah dan susunan P2K3 antara lain sebagai berikut :

a. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih, maka
jumlah anggota sekurang-kurangnya ialah 12 (dua belas) orang yang terdiri dari 6
(enam) orang mewakili pengusaha/pimpinan Perusahaan dan 6 (enam) orang
mewakili tenaga kerja;

b. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 50 (lima puluh) orang sampai dengan 100
(seratus) orang, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya ialah 6 (enam) orang
yang terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan Perusahaan dan 3
(tiga) orang mewakili tenaga kerja;

c. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh) orang dengan
tingkat resiko bahaya sangat besar, maka jumlah anggota sesuai dengan
ketentuan nomor 2 (dua) di atas;

d. Kelompok Perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh)
orang untuk anggota kelompok, maka jumlah anggota sesuai dengan ketentuan
nomor 2 (dua) di atas dimana masing-masing anggota mewakili Perusahaannya.

Langkah-langkah pembentukan P2K3 di Perusahaan ialah pertama-tama Perusahaan


wajib menyatakan Kebijakan K3 dan dituangkan secara tertulis. Kemudian Pimpinan
Perusahaan menginventarisasi daftar anggota P2K3 serta memberikan pengarahan
singkat terhadap daftar anggota mengenai Kebijakan K3 Perusahaan.

Setelah itu Perusahaan mengonsultasikan mengenai pembentukan P2K3 kepada


Disnakertrans setempat untuk dikaji dan disahkan melalui surat keputusan pengesahan
P2K3. Kepala Disnakertrans setempat melaksanakan pelantikan anggota P2K3 secara

23
resmi. Selanjutnya Perusahaan melaporkan mengenai pelaksanaan program-program
P2K3 ke Disnakertrans setempat secara rutin.

Contoh Struktur Pembentukan P2K3:

4. TUGAS POKOK DEWAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA NASIONAL


(DK3N)

Tugas pokok DK3N sebagai suatu badan pembantu di tingkat nasional untuk
memberikan saran-saran dan pertimbangan nasional baik diminta maupun tidak, kepada
Pemerintah mengenai Kebijakan K3 nasional dan membantu pembinaan K3 menuju budaya
K3. DK3N berfungsi menghimpun dan mengolah segala data dan atau permasalahan
keselamatan dan kesehatan kerja ditingkat nasional dan propinsi-propinsi yang
bersangkutan serta membantu Menteri dalam : membina DK3W, melaksanakan penelitian,

24
pendidikan, latihan, pengembangan dan upaya memasyarakatkan dan membudayakan
keselamatan dan kesehatan kerja.

5. TUGAS POKOK PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


(PJK3)

Bertugas dalam membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai


dengan peraturan yang berlaku dan berfungsi melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan masalah K3. Pementukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker No.
PER. 04/MEN/1995.

D. BEJANA TEKAN

1. Dasar dasar hukum


Dasar dasar hukum tentang bejana tekan dalam perundang udangan pada
per.01/MEN/1982

2. Ruang Lingkup Bejana Tekan


Pasal 5, Ayat 1
Bahan dan kontruksi Bejana tekanan harus cukup kuat dan memenuhi syarat.

Pasal 6, Ayat 1
Dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut pasal 5 maka :
a. Dengan bejana2 harus disertai Sertifikat asli dari bahan Kontruksinyadari
bahan yang tidak memihak dan diakui;
b. Bejana Tekan harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam dasar dasar
perhitungan kekuatan kontruksi bejana.

3. Tentang cara pengisian bejana tekan


Pasal 24,
a. Ayat 1
Sebelum diisi bejana tekanan harus dibersihkan dan diperiksa;
b. Ayat 2 pada pengisian bejana tekanan dengan gas beroxyd dan gas yang
mudah terbakar harus dilaksanakan secara langsung tanpa hambatan dan
harus terhindar dari yang membahayakan;
c. Ayat 3 bila ternyata terdapat bahan bahan yang membahayakan sebelum
pengisian menurut ayat (1) bejana harus dibersihkan yang lebih teliti.

4. Pengangkutan
Pasal 37 Ayat 1 dialarang mengangkat bejana tekan dengan menggunakan magnit
pengangkat sling yang membelit pada bejana tekan.

5. Pembuatan Dan Pemakaian

25
Pasal 40, ayat 1 Barang siapa membuat bejana tekanan harus memiliki
pengesahan tertulis atas gambar rencana bejana tekanan yang akan dibuatnya
dari direktur atau pejabat yang ditunjuknya.
Bejana tekan ialah Bejana selain pesawat uap didalamnya terdapat tekanan yang
melebihi dari tekanan udara luar dan dipakai untuk menampung gas atau
campuran gas termasuk.

BAB III
ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

A. TINJAUAN UMUM LAPANGAN


Lokasi MHED Quarry D yang dikunjungi adalah sebagai salah satu Object Vital
Nasional. Dimana lokasi tersebut tertutup untuk umum, hanya mempunyai satu pintu
gerbang yang dijaga oleh pihak keamanan perusahaan. Dilokasi tersebut terdapat alat
berat yang dikategorikan sebagai angkat angkut, rambu rambu (bendera segitiga
merah) dan bejana tekan. Ada tiga bendera, yakni Merah Putih, Bendera perusahaan
dan bendera K3.
Lokasi tersebut digunakan untuk meraparasi alat berat, seperti mengganti sparepart,
mengganti ban, pengelasan, pergantian oli, penambahan grease dan sebagainya. Juga
sebagai pool bendera segitiga merah yang pasangkan pada mobil operasional setinggi
truck alat berat agar terlihat oleh operator alat berat tersebut.
Adanya bendera, rambu, peringatan, papan informasi dan sebagainya, menunjukan
bahwa Perusahaan secara umum di lokasi sudah diterapkan Sistem Managemen
Keselamatan Kesehatan Kerja.

B. OBSERVASI

1. Temuan Positif
a. SMK3

NO LOKASI TEMUAN MANFAAT REKOMENDASI DASAR HUKUM FOTO

26
1 2 3 4 5 6 7
1 DEKAT Adanya rambu Mudah terlihat Dipertahankan UU No 1/1970 ttg
TEMPAT penanda bahaya oleh pekerja dan dipelihara Keselamatan
PERALATAN dan peringatan kerja BAB V pasal
ANGKAT 9
ANGKUT
Permenaker No.
Per.
08/MEN/VII/2010
Tentang APD
Pasal 6
1 2 3 4 5 6 7

2 Adanya papan Pekerja dengan


DEKAT Dipertahankan,
penggunaan APD mudah PP No 50 Tahun
RUANG dipelihara dan
yang benar di setiap mengetahuijenis 2012 Pasal 8
PLANNER diperbaharui
bidang kerja APD yang sesuai

3 RUANG Adanya cek list Adanya Konsistensi Permenaker


PLANNER penggunaan APD kedisiplinan melakukan No.Per-08/Men/
pemakaian APD pengecekan APD VII/2010 tentang
APD

PP No 50 Tahun
2012 Pasal 12
Ayat 1

4 DEPAN Penggunaan Kendaraan bisa Konsistensi PP No 50 tahun


RUANG bendera Merah terlihat oleh menerapkan 2012 pasal 2
PLANNER pada Kendaraan operator aturan tersebut
kecil agar terlihat kendaraan
oleh kendaraan Heavy Truck
oleh Operator yang lebih
kendaraan besar tinggi,
selama operasional. menghindari
bahaya terlindas
atau tabrakan

Kelembagaan K3

27
N
LOKASI TEMUAN MANFAAT REKOMENDASI DASAR HUKUM FOTO
O
1 2 3 4 5 6 7

5 Workshop Perusahaan telah Memunculkan Telah sesuai PP 50 tahun


Minning menyampaikan kesadaran 2012 pasal 12
MHED laporan tentang akan ayat 1
kecelakaan kerja di pentingnya
lokasi melalui papan kesadaran K3

6 Workshop Perusahaan telah Memunculkan PP 50 tahun


Telah sesuai
Minning menetapkan kesadaran 2012 pasal 7
MHED komitmennya tantang K3 di ayat 1,2 dan 3
dalam kesadaran perusahaan
tentang K3 yang
dituangkan dalam
kebijakan
perusahaan dalam

7 Workshop Perusahaan sudah Fungsi dari PER-04/MEN/


Minning menetapkan P2K3 dapat Telah sesuai 1987 Pasal 2
MHED struktur organisasi berjalan ayat (1) & Pasal
yang bertanggung optimal karena
3 ayat (1)
jawab dalam sudah
masalah K3 dengan terdapat PP 50 tahun
pembentukan P2K3 pembagian 2012 pasal 11
tugas sehingga ayat 2
semua bisa
berjalan
masing-masing

8 Workshop Perusahaan telah PP 50 tahun


Minning menuangkan 2012 pasal 11
MHED prosedur keamaan ayat 2
dalam
pengoperasian
peralatan yang
digunakan dalam
pemasangan SOP
pekerjaan

28
c. Bejana Tekan

NO LOKASI TEMUAN MANFAAT REKOMENDASI DASAR HUKUM FOTO


1 2 3 4 5 6 7
9 AREA KERJA Terdapat botol gas Dipertahankan Per-01//MEN//
MINING dan oxygen di area Memudahkan dan dipelihara 1982 Tentang
warehouse tepat untuk bejana tekan
pada operasional (Pasal 35 Ayat 8)
penempatanya di dan
dalam box kotak pengamanan
besi dan diberikan tabung
ruang udara dan tersebut
terhidar yang
paparan matahari
langsung

10 Workshop Perusahaan telah Program Telah sesuai PP No.50 Tahun


Minning menyusun impementasi 2012, Pasal 9
MHED program-program transformasi
implementasi training K3
transformasi dapat
tranning K3 berlangsung

11 Workshop Perusahaan telah Pencegahan Telah sesuai UU No .13 Tahun


Minning mengaplikasikan kecelakaan 2003. Pasal 86,
MHED APD kerja dapat Ayat
dioptimalkan 1danPermenaker
No.8/Men/V11/2
010, tentang APD

29
6. TEMUAN NEGATIF
N
LOKASI TEMUAN RESIKO BAHAYA REKOMENDASI DASAR HUKUM FOTO
O
1 2 3 4 5 6 7
DEPAN RUANG Adanya tempat Mendatangkan Membuang Permen
12 PLANNER sampah yang telah di sumber penyakit, sampah pada Perburuhan No.
sediakan tetapi masih Menimbulkan tempat yang 07 / 1964 tentang
banyak yang buang aroma tidak sedap telah di Syarat Kesehatan,
sampah di pot bunga (bau) sediakan Kebersihan serta
sebelah nya penerangan dalam
tempat kerja Pasal
3

13 SAMPING Data Statistik tidak tidak mengetahui Data di perbarui PP No. 50 Tahun
RUANG update statistik terbaru di setiap satu 2012 tentang
PLANNER setiap bulan nya bulan sekali penerapan SMK3
bagian keenam
Pasal 15

14 DEKAT RUANG Selang isi angin Bisa terjadi setelah Permen


PENYIMPANAN sesudah di pakai tidak kecelakaan kerja pemakain Perburuhan No.
BAN di rapihkan akibat kaki selang dapat di 07 / 1964 tentang
tersandung selang rapihkan Syarat Kesehatan,
isi angin kembali Kebersihan serta
penerangan dalam
tempat kerja Pasal
2
15 AREA MINING

30
Terdapat sebuah Mendatangkan Melakukan riksa Per-01//MEN//
bejana tekan di area bahaya uji 1982 Tentang
Mining PT kecelakaan kerja, bejana tekan (Pasal
Indocement terdapat seperti tabung 18 Ayat 2)
stiker pembuatan yang bisa meledak
bejana tekan tersebut karena data riksa
tetapi untuk tanggal uji yang tidak
pengujian tercantum
pemeriksaan tidak sehingga
terdapat tulisan yang dimungkinkan
bisa menujukan tabung yang
tanggal pemeriksaan sudah tidak layak
tersebut pakai bisa saja
digunakan
kembali

1 2 3 4 5 6 7
16 AREA MINING Penempatan pada Memunculkan Memberikan
bejana tekan pada potensi bahaya perlindungan Per-01//MEN//198
tabung gas dan karena pemuaian terhadap 2 Tentang Bejana
oxygen benar pada gas di dalam paparan cahaya Tekan (Bab v Pasal
posisi penempatanya tabung matahari 37 Ayat 1-3
diberi kaitan pada langsung,
tabung tetapi menempatkan
terdapat kekurangan, tabung pada
yaitu langsung tempatnya jika
terpapar pada cahaya sudah selesai
matahari menggunakan

17 AREA MINING Sekretaris P2K3 Karena belum Segera PER-04/MEN/1987 Tidak ada
bukanlah Ahli K3 mengerti tentang mengambil Pasal 3 ayat (2) dokumentasi
K3 dan fungsinya, sertifikasi Ahli
dikawatirkan K3
aspek aspek K3
yang tidak dapat
dijalankan
menurut
perundangan
sehingga fungsi
pemberian saran
dan pertimbangan
kepada
pengusaha tidak
berjalan baik

18 TEMPAT Tempat evakuasi di Ketika keadaan tempat evakuasi Kep.


EVAKUASI pakai tempat parkir darurat pekerja seharusnya No.186/Men/1999
mobil tidak berkumpul steril dari pasal 2
di tempat kendaraan
evakuasi

31
19 AREA MINING Tidak ada laporan Fungsi dari P2K3 Segera KEP.155/MEN/1984 Tidak ada
tentang rapat rutin yang memberikan mengagendakan Pasal 6 ayat (3) dokumentasi
yang dilakukan saran dan rapat rutin dan
sebagaimana fungsi pertimbangan melengkapinya
dari pembentukan dari bahaya tidak dengan bukti
P2K3 dapat berjalan notulensi rapat
dan tidak terjadi akukan riksa uji
evaluasi maupun
aksi.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
SMK3 Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha,
kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif
terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah
untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja.
Dari pemampaan laporan ini kami dapat menyimpulkan bahwa Perusahaan telah
menerapkan SMK3 dengan adanya kelembagaan didalamnya. Perusahaan telah
memberikan proteksi atau perlindungan terhadap karyawan. Hal ini sangat penting
dilakukan proteksi atau perlindungan ini akan semakin mengingkatkan kesejahtraan,
kesehatan dan terutama keselamatan kerja karyawan.
Dari temuan negatif yang ada, peranan kepala bagian, departemen sumber daya
manusia dan safety dalam keselamatan kerja merupakan peranan yang sangat vital
dalam perusahaan, merekalah merencanakan, mengaplikasikan dan mengawasi
program keselamatan kerja karyawan sampi dangan pelaksanaannya. Sehingga

32
diharapkan tidak ada temuan pada alat peralatan safety, maupun sistem yang tidak
berjalan.

B. SARAN
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam produktivitas karena sakit
dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu
perusahaan. Olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara
maksimal bukan saja oleh bagian safety saja akan tetapi semua tenaga kerja, semua
bagian, semua level di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.

Adapun rincian yang dapat kami sarankan berupa:


1. Safety
a. Update pengisian papan informasi sampai bulan berjalan;
b. Melakukan pemeriksaan lebih rutin ke sumber-sumber yang berpotensi
bahaya;
c. Melakukan inspeksi ke lingkungan terkait dengan limbah B3.

2. Atasan
a. Menjalankan semua standar SMK3 yang telah ada;
b. Mengingatkan kepada sesama dan kepada staf dibawahnya tentang
penerapan SMK3;
c. Patroli internal.

3. HRD
a. Mensuport Bagian safety melaui kedisiplinan;
b. Memberikan pelatihan yang sesuai.

4. Semua Tenaga Kerja


a. Menjalankan semua standar SMK3 yang telah ada;
b. Mengingatkan kepada sesama tentang penerapan SMK3;
c. Memberi laporan bila tidak sesuai dengan SOP.

33
LAMPIRAN 1

Struktur Sub-P2K3 Mining Division

34
LAMPIRAN 2

Kebijakan tambang PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.

35
LAMPIRAN 3

Daftar Team penanganan keadaan darurat, P3K dan House Keeping

36
LAMPIRAN 4

Daftar surat izin mengoperasikan unit mesin

37
LAMPIRAN 5
Sertifikat Kompetensi

38
A. DAFTAR PUSTAKA

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan


Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
2005.

39
Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.

Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung

Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung


Agung, 1985

-------------------,1990. Upaya kesehatan kerja sektor informal di Indonesia.


[s.]:Direktorat Bina Peran Masyarakat Depkes RT.

B. Dokumentasi

40
41
42
43

Anda mungkin juga menyukai