Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


DI PT. SPORT GLOVE INDONESIA
(Cabang Krandon)
BIDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
KONTRUKSI BANGUNAN, PENANGGULANGAN KEBAKARAN
DAN LISTRIK

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE 17

KELOMPOK 2

Catur Kurniawan. E. C
Erna Dwi Palupi
Fakhri Ardian Putra
Margono
Rahma Ayu Imas
Rizal Sulianto
Sulaksono
Yusman
Candra Dwi Sukardi

PENYELENGGARA
PT DUTA SELARAS SOLUSINDO
Yogyakarta, 24 Juli- 5 Agustus 2017
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan ....................................................................... 2
C. Ruang Lingkup .............................................................................. 2
D. Dasar Hukum................................................................................. 2
1. Dasar hukum K3 kontruksi bangunan ...................................... 2
2. Dasar hukum K3 penanggulangan kebakaran .......................... 3
3. Dasar hukum K3 listrik ............................................................ 4
BAB II. KONDISI PERUSAHAAN
A. Gambaran Umum Tempat Kerja ................................................... 6
B. Temuan .......................................................................................... 6
1. Temuan K3 kontruksi bangunan .............................................. 6
2. Temuan K3 penanggulangan kebakaran .................................. 7
3. Temuan K3 listrik ..................................................................... 8
BAB III. ANALISA
A. Analisa Temuan K3 Kontruksi Bangunan .................................... 10
B. Analisa Temuan Penanggulangan Kebakaran ............................... 12
C. Analisa Temuan K3 Listrik ........................................................... 19
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 26
B. Saran .............................................................................................. 26
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perusahaan yang aman adalah perusahaan yang teratur serta terpelihara
dengan baik dan mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai tempat
naungan buruh yang baik. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) yang baik adalah program yang terpadu dengan tenaga kerjaan
sehari-hari, sehingga sulit untuk dipisahkan satu sama lain.
Penerapan K3 merupakan syarat bagi setiap proses pekerjaan atau
tempat kerja, seperti tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2003 yang menyatakan bahwa setiap tempat kerja wajib menyelenggaraan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Penerapan K3 di tempat kerja
merupakan cara yang tepat untuk mengatasi dampak negatif dari proses
industri.
Hal tersebut dilakukan bila terjadi kecelakaan termasuk kebakaran,
peledakan, pencemaran lingkungan dan PAK dapat dicegah dan
dikendalikan sampai batas yang tidak membahayakan. Oleh karena itu
setiap usaha K3 tidak lain adalah pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan di tempat kerja. Dengan adanya pengetahuan tentang K3
diharapkan dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Penyakit Akibat Kerja dapat mengakibatkan penurunan
produktivitas kerja, kerugian berupa cacat atau cidera yang bersifat
sementara maupun permanen atau bahkan terjadi kematian serta kerusakan
properti dan lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas, sebagai calon Ahli K3 Umum diperlukan
Praktik Kerja Lapangan untuk mengetahui penerapan K3 yang telah
dijalankan di PT. Sport Gloves Indonesia cabang Plumbon.

1
B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dibuatnya laporan ini adalah :
1. Untuk mempraktikan teori selama melakukan pembinaan Ahli K3

Umum.

2. Untuk dapat memahami pengaplikasian K3 di perusahaan khususnya

bidang K3 Listrik, K3 Kebakaran, dan K3 Konstruksi Bangunan.

3. Sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh Calon Ahli

K3 Umum.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah :

1. Pelaksanaan K3 di Bidang Penanggulangan Kebakaran

2. Pelaksanaan K3 di Bidang Listrik

3. Pelaksanaan K3 di Bidang Konstruksi Bangunan

D. Dasar Hukum

1. Dasar hukum K3 di bidang kontruksi bangunan

Adapun dasar hukum terkait K3 dibidang kontruksi bangunan

adalah:

a. UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

b. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

c. UU No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

d. UU No. 28 Tahun2002 Tentang Bangunan Gedung

2
e. Permenaker No. 01 Tahun 1980 Tentang K3 Kontsruksi

Bangunan

f. SKB Menaker dan Mentri PU Kep. 174/MEN/1986 dan No.

104/KPTS/1986 tentangK3 pada Kegiatan Konstruksi

g. Kepdirjen Binawas No.Kep.20/BW/2004 tentang Kompetensi

personil K3 Konstruksi Bangunan

h. Kep.74/PPK/XXI/2013 Lisensi K3 Bidang Supervisi Perancah.

2. Dasar hukum K3 di bidang penanggulangan kebakaran

Adapun dasar hukum terkait K3 dibidang penanggulangan

kebakaran adalah:

a. UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

b. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.

Per.04/MEN/1980 tentang Syarat - syarat Pemasangan dan

Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan

d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.02/MEN/1983

tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik

e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.02/MEN/1989

tentang Pengawasn Instalasi Penyalur Petir

f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.186/MEN/1999

tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

g. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins.11/M/BW/1997 tentang

Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran

3
h. SNI 03-6570-2001 Tentang instalasi pompa yang dipasang tetap

untuk proteksi kebakaran.

3. Dasar hukum K3 di bidang listrik

Adapun dasar hukum terkait K3 dibidang listrik adalah:

a. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

b. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.02/MEN/1989

tentang Pengawasn Instalasi Penyalur Petir

d. Permenaker No. Per.03/MEN/1999 tentang Syarat-syarat K3 pada

Lift Penumpang dan Barang

e. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di tempat kerja

f. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Pengawasan Ketenagakerjaan No: Kep.407/BW/1999 tentang

Persyaratan,Penunjukan, Hak dan Kewajiban Teknisi Lift

g. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.:

Kep.75/MEN/2002 tentang Pemberlakuan Standar Nasional

Indonesia (SNI) No. SNI-04-0225-2000 mengenai Persyaratan

Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja

h. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Pengawasan Ketenagakerjaan No: Kep.311/BW/2002 tentang

Sertifikat Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi

Listrik

4
i. Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI-04-0225-2000

mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)

di Tempat Kerja

j. PERMEN No.12 Tahun 2015 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan

kerja listrik di tempat kerja.

5
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Tempat Kerja

PT. SPORT GLOVE INDONESIA adalah perusahaan PMA

(Penanaman Modal Asing) yang bergerak dibidang manufaktur yang

memproduksi sarung tangan olahraga, khususnya olahraga golf untuk pasar

ekspor, antara lain ke Amerika dan negara-negara Eropa seperti Kanada,

Belanda dan Perancis.

PT. Sport Golf Indonesia Jogjakarta yang berlokasi di Desa Plumbon,


Sleman, Jogjakarta adalah pengembangan dari pabrik dengan nama sama
yang telah berdiri sebelumnya di Tangerang, hal ini disebabkan karena
permintaan dari konsumen yang terus meningkat.
PT. Sport Glove Indonesia Jogjakarta didirikan pada bulan Agustus
2010 Sedangkan PT. Sport Glove Indonesia Tangerang didirikan bulan
September 1997. Pendirinya adalah Mr. Mark C. Robba, warga negara
Amerika. Selain di Indonesia, pabrik ini juga ada di India. Pabrik yang
berlokasi di Jogjakarta ini murni digunakan untuk proses produksi,
sedangkan untuk proses pemasaran dan head officenya berada di
Tangerang. Dan jenis usahanya termasuk dalam perusahaan Make To
Order atau memproduksi berdasarkan kebutuhan pemesanan dari
konsumen.

B. Temuan
1. Temuan K3 kontruksi bangunan
a. Temuan positif
Kontruksi bangunan yang sudah jadi terlihat baik dengan letak
ruangan yang saling terintegrasi dan terarah.

6
b. Temuan Negatif
1) Adanya lantai yang retak.
2) Lantai 2 terbuat dari triplek.
2. Temuan K3 penanggulangan kebakaran
a. Temuan positif
Temuan positif terkait K3 listrik pada PT. Sport Glove
Indonesia, yaitu:
1) Terdapat jalur evakuasi pada setiap area.
2) Terdapat mapping layout evakuasi.
3) Terdapat tim penanggulangan tanggap darurat dan tim
penanggulangan kebakaran yang diambil dari setiap
departemen.
4) Terdapat APAR pada setiap area dengan tipe powder.
5) Baru terdapat heat detector untuk pengendalian kebakaran
6) Terdapat fire alarm jika terjadi kebakaran di tempat kerja.
7) Telah dilakukan training/simulasi pemadaman kebakaran
secara internal dengan menggunakan APAR setiap 6 bulan
sekali.
8) Dilakukan pemeriksaan APAR setiap bulan.
9) Terdapat checklist pemeriksaan APAR.
10) Terdapat tanda penempatan APAR.
11) Memiliki dinding dari material beton pada gedung produksi.
12) Penempatan APAR mudah terlihat dan mudah dijangkau.
13) Terdapat fire alarm control panel.
b. Temuan Negatif
Temuan negatif terkait K3 listrik pada PT. Sport Glove
Indonesia, yaitu
1) Belum memiliki Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran.
2) Jenis APAR yang digunakan belum sesuai dengan jenis yang
seharusnya digunakan.
3) Belum terdapat smoke detector, hydrant dan springkler.

7
4) Bangunan gedung tidak menggunakan material tahan api.
5) Sudah terdapat instruksi pemakaian APAR, tetapi terletak pada
tabung APAR dan kurang efektif karena sulit untuk dilihat
oleh tenaga kerja.
6) Simbol peringatan mudah terbakar pada tanki penyimpanan
solar sudah pudar.
7) Material dinding pada ruang administrasi menggunakan
material kayu.
8) Tidak terdapat SOP penanggulangan kebakaran.
9) Semua tenaga kerja sudah mengikuti training pemadaman
kebakaran, tetapi tidak bersertifikat.
3. Temuan K3 listrik
a. Temuan positif
Temuan positif terkait K3 listrik pada PT. Sport Glove
Indonesia, yaitu:
1) Ruang genset selalu dikunci oleh petugas, sehingga tidak
sembarang orang dapat masuk.
2) Untuk panel listrik dan sumber listrik bertegangan
ditemukan tanda bahaya berupa poster peringatan
3) Panel listrik diberi pengaman, sehingga komponen-komponen
panel listrik seperti PCB, MCCB, GFCI, CT dan kabel
terlindungi.
4) Pada instalasi panel listrik terdapat graunding untuk pengaman
listrik.
5) Instalasi jaringan kebel dibuat jalur khusus didalam lantai yang
ditutup dengan papan besi dan dibuat jalur khusus pada
dinding berupa papan besi, sehingga jaringan kabel aman dan
rapi.
6) Sudah dilakukan pengujian instalasi listrik 1 (satu) tahun
sekali oleh PJK3 riksa uji yang bekerja sama dengan Dinas
Tenaga Kerja kota Yogyakarta.

8
7) Terdapat sistem penyalur petir dengan sistem elektrostatis pada
bangunan pabrik dan pada tower pemancar telah dilengkapi
instalasi penyalur petir tersendiri.
8) Nilai hantaran pembumian (grounding) penyalur petir sudah
memenuhi standar yaitu 1,75 ohm (dibawah 5 ohm).
9) Sudah dilakukan pengujian instalasi petir setiap 1 (satu) tahun
sekali oleh PJK3 riksa uji yang bekerja sama dengan Dinas
Tenaga Kerja Yogyakarta

b. Temuan negatif
Temuan negatif terkait K3 Listrik pda PT. Sport Glove
Indonesia, yaitu:
1) Perusahaan belum memiliki Ahli K3 Listrik, sedangkan
perusahaan memiliki pembangkitan listrik sebesar 1200 KVA
(lebih dari 200 KVA).

2) Belum adanya teknisi K3 Listrik, sehingga ketika terjadi


kerusakan instalasi listrik perbaikan dilakukan oleh
pegawai/orang yang tidak memiliki lisensi teknisi K3 listrik.
3) Ditemukan panel listrik yang pemasangannya dekat dengan
saluran air pada toilet, sehingga aliran air atau percikan air
akan berpotensi memicu konsleting listrik.

9
BAB III
ANALISA

A. Analisa Temuan K3 Kontruksi


1. Analisia Positif
No Foto Analisa Manfaat Dasar hukum
1 Secara keseluruhan dari  Meningkatkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36
gedung yang telah berdiri, produktivitas Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaam Undang-
terlihat bangunan kokoh dan perusahaan undang nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
letak tiap ruangan terintegrasi  Mempermudah Gedung
dan terarah. tenaga kerja dalam
menjalankan proses
produksi

10
2. Analisis Negatif
No Foto Analisa Saran Dasar Hukum
1  Terdapat lantai yang retak  Diadakan perawatan Keputusan Mentri Kesehatan RI No
 Lantai 2 terbuat dari terhadap lantai atau 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
triplek bagian kontruksi Kesehatan Lingkungan Kerja, Perkantoran, dan Industri
yang retak Mentri Kesehatan RI pada poin X mengenai ruang dan
 Untuk pembuatan bangunan nomor 2
lantai 2 dibuat
dengan dinding
beton

11
B. Analisa Temuan K3 Penanggulangan Kebakaran
1. Temuan Positif
No Foto Temuan Analisis Manfaat Dasar Hukum
1 Jalu Evakuasi  Jalur evakuasi yang Mempermudah dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.
terdapat diperusahaan proses evakuasi 186 Tahun 1999 Tentang Unit
mudah dilihat, karena tanggap darurat Penanggulangan Kebakaran di Tempat
diberikan warna cat kebakaran. Kerja pada Pasal 2 ayat (1)
yang berbeda dari lantai
dan berukuran cukup
besar.
 Pintu keluar evakuasi
terdapat setiap gedung.
2 APAR  Penempatan APAR Mempermudah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
mudah dilihat tenaga evakuasi pada saat Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980
kerja dan mudah diambil terjadinya kebakaran tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
oleh tenaga kerja dan ringan di tempat kerja Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
semua tabung APAR dan mempermudah Pasal 4 ayat (1)

12
berwarna merah. pengguna dalam Pasal 4 ayat (5)
 Jarak penempatan pemakaian APAR. Pasal 4 ayat (6)
APAR sudah sesuai
dengan jarak yang
ditentukan 15 m.
 Pemeriksaan APAR:
Pengisian dilakukan
setiap 5 tahun sekakali
dan pemeriksaan
dilakukan setiap bulan.
 Sudah terdapat ceklist
pemeriksaan APAR.

3 Heat Detector Dalam usaha melakukan Agar kondisi di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
pengendalian terjadinya perusahaan dapat di 02 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm

13
kebakaran, perusahaan telah monitor jika terdapat Kebakaran Otomatik.
memasang sistem deteksi potensi kebakaran Pasal 1 ayat (1)
dini terhadap bahaya sehingga nantinya
kebakaran yang dapat cepat
dihubungkan ke panel menanggulanginya
kontrol pengawas sehingga dan mengetahui lokasi
petugas dapat mengetahui sumber dari
tempat terjadinya kebakaran.
kebakaran.
4 Fire Alarm Instalasi fire alarm Membantu dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.
dipasang disetiap gedung menginformasikan
02 Tahun 1983 Tentang Inslatasi Alarm
untuk mendeteksi adanya keadaan darurat
Kebakaran Automatik.
kebakaran di area kebakaran di
perusahaan yang perusahaan. Pasal 1 ayat (2)
dihidupkan secara manual
Pasal 57 ayat (1)
dan terhubung ke fire alarm
control panel.

14
5 Training pemadam kebakaran Training pemadam
kebakaran dilakukan setiap
6 bulan sekali oleh tim
tanggap darurat dan tim
penanggulangan kebakaran.

15
2. Temuan Negatif
No Foto Temuan Analisis Saran Dasar Hukum
1 APAR  APAR ditempatkan  Untuk pemasangan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
dengan ketinggian 1.5 APAR, seharusnya Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980
m dan harus ditempel diletakan pada tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
didinding. Jika mengacu ketinggian 1,25 Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
pada peraturan di meter. Pasal 4 ayat (1)
Indonesia, perusahaan  Jenis APAR yang Pasal 4 ayat (5)
melanggar atauran yang baik digunakan Pasal 4 ayat (6)
telah ditetapkan. Tetapi, adalah APAR jenis
perusahaan menerapkan CO2.
ketentuan tersebut  Dibuat tata cara
karena merupakan pengggunaan APAR
persyaratan dari buyers. yang diletakan di
Untuk jarak dinding dekat
pemasangan APAR APAR agar lebih
adalah 15 m. mudah untuk dilihat
 Jenis APAR yang oleh tenaga kerja.
digunakan adalah

16
powder.
 Cara pemakaian APAR
terdapat pada tabung.
2 Smoke Detector Belum terdapat smoke Dilengkapi dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
detector pada ruang kerja. smoke detector 02 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm
terutama pada ruangan Kebakaran Otomatik Pasal 1 ayat (1)
yang banyak
menggunakan alat
vacum dan pressing.
4 Hydran Tidak tersedia hydran di Dilakukan pemasangan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979
area perusahaan. hydran untuk tentang Keselamatan Kerja pada
penanggulangan awal Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan
apabila terjadi Gas Bumi
kebakaran yang cukup pasal 34 ayat (2)
besar karena terdapat
bahan mudah terbakar.
5 Springkler Tidak tersedia springkle di Dilakukan pemasangan Pemasangan perangkat springkler telah
ruang kerja. springkle terutama sesuai dengan Keputusan Menteri PU No.
pada ruangan yang 2 tahun 1985 tentang ketentuan

17
terdapat bahan mudah pencegahan dan ketentuan
terbakar. penanggulangan kebakaran pasal 21
6 Simbol Bahan Mudah Tebakar Adanya simbol peringatan Dilakukan pengecatan Peraturan Mentri Negara Lingkungan
mudah terbakar pada tanki ulang pada simbol Hidup No 03 Tahun 2008 Tentang Tata
peringatan “Bahan
penyimpan solar yang Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
mudah terbakar”.
mulai pudar. Berbahaya dan Beracun pasal 3
Terdapat pada Lampiran romawi II huruf
b tentang Jenis Simbol B3 klasifikasi
bersifat mudah menyala atau Flammable
7 SOP penanggulangan kebakaran Belum dibuatnya SOP Dibuatkan SOP Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.
tenang alur penanggulangan 186 Tahun 1999 Tentang Unit
kebakaran sehingga
penanggulangan kebakaran. Penanggulangan Kebakaran di Tempat
dapat di baca dan
dipahami oleh setiap Kerja pasal 9 ayat (1)
tenaga kerja.

18
C. Analisa Temuan K3 Listrik
1. Analisa temuan positif

No Foto Analisa Manfaat Dasar hukum

1 Ruang genset selalu  Hanya operator yang Permenaker RI No 12 Tahun 2015 Tentang
dikunci oleh petugas, bisa masuk dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik
sehingga tidak sembarang ruangan, sehingga Pasal 2, Pasal 3
(Hasil wawancara) orang dapat masuk. bisa menekan
terjadinya
kecelakaan kerja.

2 Untuk panel listrik dan  Membuat para UU No.1 Tahun 1970 Tentang
sumber listrik pekerja lebih Keselamatan Kerja Pasal 14 huruf b
bertegangan ditemukan berhati-hati dan
tanda bahaya berupa poster mengerti sumber
peringatan bahaya yang ada.

19
 UU No.1 Tahun 1970 tentang
3 Panel listrik diberi  Instalasi pada panel
pengaman, sehingga Keselamatan Kerja Bab III Pasal 3 Ayat
listrik lebih aman
komponen-komponen (1) huruf q
dan mencegah
panel listrik seperti PCB, kontak langsung  Permenaker RI No 12 Tahun 2015
MCCB, GFCI, CT dan dengan pekerja. Tentang Keselamatan dan Kesehatan
kabel terlindungi. Kerja Listrik Pasal 2, Pasal 3

 PUIL 2000
Pada instalasi panel listrik  Jika terjadi
4
terdapat grounding untuk kebocoran arus  Permen No. 02 Tahun 1989 tentang
(Hasil wawancara) pengaman listrik. listrik, maka arus Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
listrik dapat pasal 50
disalurkan ke bumi

5 Instalasi jaringan kebel  Mencegah kontak Kepmen No.75 Tahun 2002 tentang
dibuat jalur khusus langsung pekerja Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
didalam lantai yang dengan jaringan (SNI) Nomor : SNI-04-0225-2000
ditutup dengan papan besi kabel, sehingga Mengenai Persyaratan Umum Instalasi
dan dibuat jalur khusus jaringan kabel lebih Listrik 2000 (PUIL 2000) DI Tempat Kerja
pada dinding berupa papan aman dan Pasal 2 ayat (1)
besi, sehingga jaringan menghindarkan
kabel aman dan rapi. kecelakaan kerja.

20
Sudah dilakukan pengujian  Mengetahui kondisi Kepmen No.75 Tahun 2002 tentang
6
instalasi listrik 1 (satu) instalasi listrik Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
tahun sekali oleh PJK3 apakah masih layak (SNI) Nomor : SNI-04-0225-2000
riksa uji yang bekerja atau tidak. Mengenai Persyaratan Umum Instalasi
sama dengan Dinas Listrik 2000 (PUIL 2000) DI Tempat Kerja
Tenaga Kerja kota Pasal 2 ayat (1)
Yogyakarta.

21
7 Terdapat sistem penyalur  Melindungi Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
petir dengan sistem bangunan dan Indonesia Nomor: 31 Tahun 2015 tentang
elektrostatis pada pekerja dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik
bangunan pabrik dan pada sambaran petir di Tempat Kerja
tower pemancar telah secara langung.
dilengkapi instalasi Pasal 3 huruf b
penyalur petir tersendiri.

22
8 Nilai hantaran pembumian  Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
(grounding) penyalur petir Indonesia Nomor: PER.02/MEN/1989
sudah memenuhi standar tentang Instalasi Penyalur Petir
yaitu 1,75 ohm (dibawah 5
ohm). Pasal 29 ayat (1)

9 Sudah dilakukan pengujian  Mengetahui kondisi Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
instalasi petir setiap 2 instalasi penyalur Indonesia Nomor: PER.31/MEN/2015
(dua) tahun sekali oleh petir apakah masih
PJK3 riksa uji yang layak atau tidak.
bekerja sama dengan
Dinas Tenaga Kerja
Yogyakarta

23
2. Analisa temuan negatif

No Foto Analisa Saran Dasar hukum

1 Perusahaan belum  Segera merekrut Ahli K3 Peraturan Meteri Ketenagakerjaan


memiliki Ahli K3 Listrik Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
Listrik, sedangkan  Memberikan/mengikutkan 2015 Pasal 7
(Hasil wawancara) perusahaan memiliki salah satu pegawai yang
pembangkitan listrik memenuhi syarat untuk
sebesar 1200 KVA mengikuti pembinaan dan
(lebih dari 200 KVA). pelatihan Ahli K3 Listrik

2 Belum adanya Teknisi  Segera merekrut Teknisi Peraturan Meteri Ketenagakerjaan


K3 Listrik, sehingga K3 Listrik. Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
ketika terjadi kerusakan  Memberikan/mengikutkan 2015 Pasal 6 ayat 4
instalasi listrik perbaikan salah satu pegawai yang
dilakukan oleh memenuhi syarat untuk
pegawai/orang yang mengikuti pembinaan dan
(Hasil wawancara) tidak memiliki lisensi pelatihan Teknisi K3
teknisi K3 listrik. Listrik
 Perbaikan atas kerusakan
instalasi listrik harus
dilakukan oleh Teknisi
K3 Listrik yang
berlisensi.

24
3 Ditemukan panel listrik  Melakukan reinstalasi Peraturan Meteri Ketenagakerjaan
yang pemasangannya panel listrik atau Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
dekat dengan saluran air memberikan instalasi 2015 Pasal 3
pada toilet, sehingga kedap air.
aliran air atau percikan
air akan berpotensi
memicu konsleting
listrik.

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari PKL adalah :
1. PT.SGI telah melaksanakan K3 dibidang pencegahan dan
penanggulangan kebakaran dengan cukup baik. Terlihat dengan adanya
jalur evakuasi, terdapat deteksi panas (heat detector) dan terdapat
APAR serta telah dibentuk tim tanggap darurat dan tim penanggulangan
kebakaran. Tetapi masih diperlukan peningkatan kualitas dan kondisi
karena kurangnya sarana untuk keadaan darurat kebakaran.
2. PT.SGI masih membutuhkan perbaikan di bidang K3 Listrik dari segi
housekepping (terutama perawatan dan kerapihan kabel). Untuk
mencegah adanya kecelakaan yang terkait listrik di lingkungan
perusahaan.

B. Saran
Adapun saran yang kami ajukan, yaitu :
1. Penggantian jenis APAR agar sesuai dengan kebutuhan yang
digunakan.
2. Sebaiknya terdapat smoke detectror, hydrant, dan springkler untuk
upaya penanggulangan kebakaran.
3. Sebaiknya perusahaan memiliki Ahli K3 Spesialis penanggulangan
kebakaran dan listrik di perusahaan.
4. Sebaikanya perusahaan memiliki teknisi K3 Listrik.

26
LAMPIRAN

27
28
29

Anda mungkin juga menyukai