Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

DASAR-DASAR K3

Dosen pembimbing: Nunik Sulistyaningtyas, S.KM., M.Kes

Disusun oleh:

NADILA NURCAHYANTI

(2022012001)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN

TRI TUNAS NASIONAL

2022-2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. Latar Belakang.....................................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.......................................................................................


B. Kecelakaan Kerja.................................................................................................................
C. Upaya Mencegah dan Mengurangi Kecelakaan Kerja.........................................................
D. Alat Pelindung Diri..............................................................................................................
1. Pengertian Alat Pelindung Diri.......................................................................................
2. Kriteria dan Dasar Hukum APD.....................................................................................
3. Syarat-Syarat APD..........................................................................................................
4. Langkah- Langkah Memakai dan Melepas APD.............................................................
E. Rambu –rambu Keselamatan Kerja......................................................................................
1. Pengertian Rambu-rambu dan Keselamatan Kerja..........................................................
2. Simbol Rambu- rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja.............................................
3. Arti Warna Dalam Safety Sign........................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah fiqih yang berjudul "Kafalah".

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai


pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besamya kepada pihak yang telah membantu sehingga pembuatan
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari rasa sempuma, maka
dari itu penulis mengharap kritik dan saran demi perbaikan agar menjadi lebih
baik lagi. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Akhir kata, sekian dan terimakasih

Makassar, Desember 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting tidak hanya
di perusahaan saja namun dimanapun berada seperti di lembaga pendidikan
sekolahan maupun universitas, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja
tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga menyebabkan kerugian pada
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terdapat beberapa pengertian tentang keselamatan dan kesehatan kerja
yang telah didefinisikan oleh beberapa ahli, dan pada dasarnya definisi tersebut
mengarah pada interaksi pekerja dengan mesin atau peralatan yang digunakan,
interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, dan interaksi pekerja dengan mesin
dan lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah
institusi maupun lokasi proyek. Salah satu tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Sementara dalam Peraturan Menteri Tenaga kerja No.05/Men/1996
kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Kecelakaan merupakan kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan.
Tidak terduga dengan maksud karena dibelakang peristiwa itu tidak ada unsur.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar


belakang diatas, maka permasalahan dalam penulisan laporan akhir ini adalah
“Bagaimana Upaya-upaya Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan
Kerja
1.3. Tujuan Penulisan

Berkaitan dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka


menjadi tujuan utama dari penulisan Laporan Akhir ini adalah:
1. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang efektif untuk
menjaga keselamatan kerja karyawan dan mencegah terjadinya kecelakaan
kerja.
2. Untuk memberikan informasi, agar perusahaan lebih memperhatikan
keselamatan kerja karyawannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengertian K3 Menurut Filosofi Mangkunegara, Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia
pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur. Pengertian K3 Menurut Keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan
pencemaran lingkungan. Pengertian K3 Menurut OHSAS 18001:2007
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun
orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.

Ketiga versi pengertian K3 di atas adalah pengertian K3 yang umum/paling


sering digunakan di antara versi-versi pengertian/definisi K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) lainnya. Sebagaimana diketahui, tahun 2017 merupakan
tahun ke-3 bagi bangsa Indonesia yang secara terus menerus berusaha
mewujudkan kemandirian masyarakat Indonesia berbudaya K3 tahun 2020.
Menurut Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Muhammad Hanif Dhakiri,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja mengatur
dengan jelas pelaksanaan K3 di semua tempat kerja dimana terdapat tenaga
kerja, hubungan kerja atau kegiatan usaha dan sumber bahaya baik di darat,
didalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di
dalam wilayah Indonesia.

Disamping itu, tujuan K3 tidak hanya untuk memberikan perlindungan


terhadap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja agar terjamin
keselamatannya, tetapi juga untuk mengendalikan resiko terhadap peralatan,
aset, dan sumber produksi sehingga dapat digunakan secara aman dan efisien
agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Perlindungan K3
yang efektif dan efisien dapat mendorong produktivitas jika di laksanakan dan
di terapkan melalui sistem manajemen K3 sebagaimana amanat pasal 83
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Untuk itu,
tema peringatan bulan K3 Nasional tahun ini dimaksudkan untuk mendorong
semua pihak berpartisipasi aktif membudayakan K3 yang diharapkan menjadi
bagian integral dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan
produktifitas dan kesejahteraan masyarakat
B. Kecelakaan Kerja
a. Pengertian Kecelakaan Kerja
1) Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998).
2) OHSAS (18001:2007) Kecelakaan kerja menurut OHSAS (Occupational
Health and Safety Assessement Series) adalah kejadian yang berhubungan
dengan pekerjaan dan menyebabkan cidera atau kesakitan, dan kejadian
yang dapat menyebabkan kematian (Syarif, 2007).
b. Pengertian kecelakaan kerja menurut para ahli
1) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa
tenaga kerja karena hubungan kerja di tempat kerja (Ervianto, 2005).
2) Menurut Suma’mur (1981) dalam (Pratiwi, 2012) kecelakaan akibat kerja
adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan.
Hubungan kerja yang dimaksud adalah kecelakaan yang terjadi karena
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
3) Menurut Rachman (1990) dalam (Pratiwi, 2012)kecelakaan akibat kerja
adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki dan dapat
menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda. Berdasarkan
definisi-definisi kecelakaan kerja diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kecelakaan adalah kejadian di tempat kerja yang tidak disengaja dan
menyebabkan kerugian baik fisik, harta benda atau bahkan kematian.
c. Teori Kecelakaan Kerja
1) Teori Heinrich/ Teori Domino Menurut buku Industrial Safety dalam
(Pratiwi, 2012):
kecelakaan kerja adalah “Kejadian tak terkontrol atau tak
direncanakan yang disebabkan oleh faktor manusia, situasi atau
lingkungan yang membuat terganggunya proses kerja dengan atau
tanpa berakibat pada cedera, sakit, kematian, atau kerusakan
properti kerja.” Menurut Teori Domino (1969) dalam (Pratiwi,
2012)kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan
yaitu kondisi kerja, kelalaian manusia, tindakan tidak aman,
kecelakaan, dan cedera. Teori Domino ini jika dijelaskan seperti
kartu yang disusun tegak jika satu kartu jatuh, maka kartu ini akan
menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama.
Ilustrasi ini mirip dengan efek domino yang telah kita kenal
sebelumnya, jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu
peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain.
Menurut Heinrich dalam teori Domino ini kunci untuk mencegah
kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman
sebagai poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan.
2) Multiple Factor TheoriesDalam jurnal (Winarsunu, 2008) faktor-faktor
yang berkontribusi mencakup 4M, yaitu man, machine, media, dan
management. Faktor man atau manusia meliputi usia, gender,
kemampuan, keterampilan, pelatihan yang pernah diikuti, kekuatan,
motivasi, keadaan emosi, dan lain-lain. Faktor media meliputi
lingkungan kerja misalnya suhu, kebisingan, getaran, gedung, jalan,
ruang kerja, dan sebagainya. Faktor machine atau mesin meliputi
ukuran, bobot, bentuk, sumber energi, cara kerja, tipe gerakan, dan
bahan mesin itu sendiri. Sedangkan faktor management adalah
konteks dimana ketiga faktor berada dan dijalankan, meliputi gaya
manajemen, struktur organisasi, komunikasi, kebijakan dan
prosedur-prosedur lain yang dijalankan di organisasi
Dari kedua teori kecelakaan kerja tersebut dapat
disimbulkan bahwa yang menjadi faktor penyebab kecelakaan
kerja yaitu faktor manusia dan lingkungan. Namun, kedua teori
tersebut menjelaskan bahwa faktor yang mendominasi kecelakaan
kerja adalah faktor tidak aman dari manusia (Unsafe Action).
Faktor-faktor yang menjadi pendukung atau penyebab tidak aman
antara lain tidak seimbangnya fisik (tidak sesuai kekuatan dan
jangkauan, posisi tubuh salah, kepekaan tubuh dan panca
indra,cacat fisik dan cacat sementara), kurang pendidikan atau
pelatihan (pengalaman pelatihan/training oleh pekerja),
penggunaan APD tidak benar, human error (tidak melakukan
pengamanan sesuai SOP, menjalankan alat tanpa
perintah,menggunakan alat yang rusak, dan tidak mengembalikan
alat seperti semula), karaktertistik (usia, gender, massa kerja,
tingkat pendidikan, status kerja), beban kerja antara lain (tekanan
batas waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas dan aktifitas
mental), kemampuan dan ketrampilan (kemampuan dan
ketrampilan dalam menguasai bidang pada pekerjaan tersebut),
kekuatantubuh (kebutuhan dalam aktifitas fisik), kurang motivasi
antara lain (tidak ada umban balik, terlalu tertekan, tidak mendapat
pujian dari hasil karya).
d. Penilaian kecelakaan kerja
Menurut (Ikhsan, 2011) kecelakaan dapat dinilai berdasarkan biaya
kecelakaan dan hilangnya hari kerja. Penilaian tersebut meliputi
kecelakaan berat yaitu kecelakaan kerja yang kehilangan hari kerja
lebih dari 21 hari, kehilangan anggot badan serta biaya kecelakaan
diperkirakan 5-50 juta, kecelakaan sedang yaitu kecelakaan kerja
yang kehilangan hari kerja sampai dengan 21 hari dengan biaya
kecelakaan kerja 3-5 juta, kecelakaan ringan yaitu kecelakaan kerja
yang tidak mengurangi hari kejra atau kurang dari 21 hari dengan
biaya kecelakaan kurang dari 3 jut
e. Pencegahan Kecelakaan
Menurut ILO (1989:20) berbagai cara yang umum digunakan untuk
meningkatkan keselamatan kerja bidang industri :
1) Peraturan
Peraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi. Peraturan di
industri meliputi kondisi kerja umum, perancangan, kontruksi,
pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan
industri, kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan,
pengawasan kesehatan, pertolongan pertama, dan pemeriksaan
kesehatan.
2) Standarisasi
Yaitu menetapkan standar resmi, setengah resmi, ataupun tidak
resmi, misalnya jika dikaitkan dengan dunia industricontohnya
konstruksi yang aman dari jenis peralatan industri tertentu seperti
penggunaan alat keselamatan kerja, kebiasaan yang aman dan
sehat, ataupun tentang alat pengaman perorangan.
3) Pengawasan
Pengawasan dilakukan supaya peraturan yang ada benar-benar
dipatuhi atau tidak dilanggar, sehingga apa yang menjadi sasaran
maupun tujuan dari peraturan keselamatan kerja dapat tercapai.
Terutama pengawasan terhadap para pekerja untuk menghindari
kecelakaan kerja.
4) Pendidikan
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap karakteristik serta perilaku
seseorang. Pendidikan juga berpengaruh terhadap angka
kecelakaan kerja. Pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan
lebih tinggi maka dalam bekerja lebih teliti dan berhati-hati karna
ilmu yang didapat lebih dari pekerja yang pendidikan rendah.Maka
dari itu perlu adanya seleksi dan pelatihan guna mengurangi hal-hal
yang menyebabkan kerugian
C. Upaya Mencegah dan Mengurangi Kecelakaan Kerja

Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja


Selain dengan mengetahui jenis kecelakaan kerja yang bisa saja terjadi
sebagai bentuk antisipasi terjadinya kecelakaan kerja, tetap diperluka upaya
pencegahan kecelakaan kerja.

Dimana kecelakaan kerja bisa dicegah dengan memperhatikan beberapa


faktor. Apa saja? berikut penjelasannya,

1. Faktor Lingkungan
Lingkungan kerja yang memiliki upaya pencegahan kecelakaan kerja jika
meliputi

Mematuhi prosedur dan aturan K3


Menyediakan sarana dan prasarana K3 serta pendukungnya
Melakukan pemantauan dan pengendalian kondisi atau tindakan tidak aman
di lingkungan kerja
2. Faktor Perlengkapan Kerja
PT Eticon Rekayasa Teknik
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja yang Perlu Diketahui
Posted on July 31, 2022Leave a comment

Sebuah kecelakaan kerja adalah salah satu bentuk kerugian bagi korban
sekaligus perusahaan. Itulah mengapa upaya pencegahan kecelakaan kerja
sangat diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian yang timbul.

Selain untuk menghindari kerugian-kerugian tersebut, upaya pencegahan


kecelakaan kerja juga diperlukan untuk membangun tempat kerja yang aman
dan sehat bagi para tenaga kerja.

Oleh karena itu dalam artikel ini kami akan mengajak kepada Anda untuk
mengulas bersama mengenai upaya-upaya pencegahan yang bisa dilakukan
untuk meminimalisir kecelakaan kerja terjadi.
Definisi Kecelakaan Kerja
Sebelum kita langsung membahas upaya pencegahan yang bisa dilakukan,
mari kita ulas dahulu definisi dari kecelakaan kerja ini.

Dimana ternyata definisi kecelakaan kerja ada berbagai macam berdasarkan


sumbernya. Apa saja? berikut penjelasannya.

1. Menurut Permenaker No.03/MEN/1998


Kecelakaan kerja memiliki definisi sebagai suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga sehingga bisa menimbulkan korban manusia
dan harta benda.

2. Menurut Standar AS/NZS 4801:2001


Kecelakaan kerja adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang
menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cedera, kesakitan,
kerusakan, atau kerugian lainnya.

3. Menurut OHSAS 18001:2007


Kecelakaan kerja adalah kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan
yang dapat menyebabkan cedera atau kesakitan (tergantung dari
keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan
kematian.

4. Menurut Heinrich (1980)


Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana atau tidak
terkendali dari suatu tindakan atau reaksi objek, bahan, radiasi yang
mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya.

5. Menurut Tjandra (2008)


Kecelakaan kerja berdefinisi sebagai suatu kecelakaan yang terjadi pada
saat seseorang melakukan pekerjaan, dimana kecelakaan tersebut adalah
peristiwa yang tidak direncanakan karena disebabkan oleh suatu tindakan
yang tidak berhati-hati.

Dari kelima sumber tersebut kini kita bisa menyimpulkan bahwa definisi
dari kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana atau tidak
dikehendaki karena hasil dari sebuah tindakan yang tidak berhati-hati
sehingga menimbulkan korban nyawa ataupun harta.

Jenis-jenis Kecelakaan Kerja


Jenis-jenis kecelakaan kerja yang terjadi sangatlah beragam. Dimana jenis-
jenis inii perlu diketahui oleh perusahaan dan bahkan para tenaga kerja.
Sehingga dengan mengetahui tersebut dari pihak perusahaan maupun tenaga
kerja bisa berhati-hati ketika berada di tempat kerja.

Walaupun kecelakaan kerja bisa terjadi tiba-tiba, setidaknya dengan


mengetahui jenis-jenis ini pula para tenaga kerja bisa melakukan sikap
antisipasi sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja berkurang.

Berikut adalah jenis-jenis kecelakaan kerja yang umum terjadi di tempat


kerja,

1. Terjatuh atau terpeleset


Jenis kecelakaan kerja pertama yang umum terjadi adalah terjatuh atau
terpeleset. Dimana penyebabnya adalah terdapat area yang tidak rata atau
licin di lingkungan tempat kerja. Sehingga pada area tersebut akan
menyebabkan resiko para tenaga kerja terjatuh atau terpeleset.
Selain area yang tidak rata, bekerja di lingkungan yang mengharuskan
pekerja berada di ketinggian memiliki resiko cukup besar untuk terjatuh.

2. Tertimpa objek
Cedera tertancap objek di lingkungaan kerja. Sumber: Unplash.com
Cedera tertancap objek di lingkungaan kerja. Sumber: Unplash.com
Walau jenis kecelakaan kerja ini memang sering terjadi di sebuah pabrik,
kecelakaan kerja berupa tertimpa objek bisa terjadi dimana saja.
Bahkan objek yang awalnya tidak membahayakan jatuh dari atas lemari
bisa menyebabkan cedera apabila terjadi tanpa adanya antisipasi
sebelumnya.

3. Repetitive Strain Injuries


Kecelakaan kerja ini biasa terjadi bagi pekerja yang banyak
menghabiskan waktunya di depan komputer. Penyebab dari kecelakaan
ini adalah gerakan repetitif, kesalahan gerak atau ketegangan otot yang
terjadi terus menerus atau dalam jangka panjang. Sehingga biasanya area
cedera yang diakibatkan gerakan tersebut berada pada area persendian.

4. Cedera otot
Kecelakaan kerja yang umum terjadi selanjutnya adalah cedera otot.
Kecelakaan ini kerap terjadi pada lingkungan kerja yang mengharuskan
pekerjanya membawa beban cukup berat.
Area yang sering mengalami cedera otot adalah area punggung dan juga
leher.

5. Menghirup gas beracun


Kecelakaan kerja ini rentan terjadi pada lingkungan kerja yang terdapat
zat kimia berbahaya bahkan beracun.
Gejala yang akan dialami dari menghirup gas beracun ini seperti alergi di
kulit atau mata, hingga keluhan medis seperti fibrosis paru.

6. Industrial deafness
Berada di lingkungan kerja dengan suara yang sangat bising, menjadi
taruhan bagi pekerja dalam kesehatan telinga mereka
Efek yang bisa ditimbulkan dari kecelakaan kerja ini adalah para kerja
yang akan sering merasa stress dan emosi.
Jika tidak langsung ditangani stress yang ditimbulkan dari suara bising ini
bisa meningkatkan resiko terjadinya berbagai gangguan mental, seperti
kecemasan dan depresi.
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
Selain dengan mengetahui jenis kecelakaan kerja yang bisa saja terjadi
sebagai bentuk antisipasi terjadinya kecelakaan kerja, tetap diperluka
upaya pencegahan kecelakaan kerja.
Dimana kecelakaan kerja bisa dicegah dengan memperhatikan beberapa
faktor. Apa saja? berikut penjelasannya,

1. Faktor Lingkungan
Lingkungan kerja yang memiliki upaya pencegahan kecelakaan kerja jika
meliputi
Mematuhi prosedur dan aturan K3
Menyediakan sarana dan prasarana K3 serta pendukungnya Melakukan
pemantauan dan pengendalian kondisi atau tindakan tidak aman di
lingkungan kerja

2. Faktor Perlengkapan Kerja


Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja dengan Pelindung Diri. Sumber:
Unplash.com
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja dengan Pelindung Diri. Sumber:
Unplash.com
Faktor selanjutnya yang perlu diperhatikan untuk menjadi upaya
pencegahan kecelakaan kerja adalah dengan pengadaan perlengkapan
kerja kepada pekerja.
Seperti alat pelindung diri menjadi perlengkapan kerja yang harus
terpenuhi untuk para pekerja.
Alat pelindung diri tersebut bisa berupa kacamata, sarung tangan,
pakaian kerja dimana ukurannya dicocokan dengan penggunanya
sehingga akan memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi mereka.

3. Faktor Peralatan Kerja


Seluruh peralatan kerja yang disediakan perusahaan untuk pekerja
haruslah memenuhi ketentuan yang berlaku.
Sesuai dengan ketentuan K3 juga setiap peralatan yang ada wajib
memiliki Surat Izin Laik Operasi Alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SILO Alat K3).
Dengan adanya SILO Alat K3 itu membuktikan bahwa setiap peralatan
tersebut bisa digunakan dengan baik karena sudah melalui tahapan
pemeriksaan dan pengujian.
Jika setiap peralatan tidak memenuhi ketentuan tersebut segala
kecelakaan kerja tidak bisa dicegah dan tidak terelakkan.
Terlebih di sebuah perusahaan pasti memiliki banyak peralatan dan
mesin listrik yang bisa saja menyebabkan kebakaran pada perusahaan
tersebut.
4. Faktor Manusia
PT Eticon Rekayasa Teknik
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja yang Perlu Diketahui
Posted on July 31, 2022Leave a comment Sebuah kecelakaan kerja
adalah salah satu bentuk kerugian bagi korban sekaligus perusahaan.
Itulah mengapa upaya pencegahan kecelakaan kerja sangat diperlukan
untuk menghindari kerugian-kerugian yang timbul.
Selain untuk menghindari kerugian-kerugian tersebut, upaya pencegahan
kecelakaan kerja juga diperlukan untuk membangun tempat kerja yang
aman dan sehat bagi para tenaga kerja.
Oleh karena itu dalam artikel ini kami akan mengajak kepada Anda untuk
mengulas bersama mengenai upaya-upaya pencegahan yang bisa
dilakukan untuk meminimalisir kecelakaan kerja terjadi.

Definisi Kecelakaan Kerja


Sebelum kita langsung membahas upaya pencegahan yang bisa dilakukan,
mari kita ulas dahulu definisi dari kecelakaan kerja ini.

Dimana ternyata definisi kecelakaan kerja ada berbagai macam berdasarkan


sumbernya. Apa saja? berikut penjelasannya.

1. Menurut Permenaker No.03/MEN/1998


Kecelakaan kerja memiliki definisi sebagai suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga sehingga bisa menimbulkan korban
manusia dan harta benda.

2. Menurut Standar AS/NZS 4801:2001


Kecelakaan kerja adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang
menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cedera, kesakitan,
kerusakan, atau kerugian lainnya.

3. Menurut OHSAS 18001:2007


Kecelakaan kerja adalah kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan
yang dapat menyebabkan cedera atau kesakitan (tergantung dari
keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan
kematian.
4. Menurut Heinrich (1980)
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana atau tidak
terkendali dari suatu tindakan atau reaksi objek, bahan, radiasi yang
mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya.

5. Menurut Tjandra (2008)


Kecelakaan kerja berdefinisi sebagai suatu kecelakaan yang terjadi pada
saat seseorang melakukan pekerjaan, dimana kecelakaan tersebut adalah
peristiwa yang tidak direncanakan karena disebabkan oleh suatu tindakan
yang tidak berhati-hati.

Dari kelima sumber tersebut kini kita bisa menyimpulkan bahwa definisi
dari kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana atau tidak
dikehendaki karena hasil dari sebuah tindakan yang tidak berhati-hati
sehingga menimbulkan korban nyawa ataupun harta.

Jenis-jenis Kecelakaan Kerja


Jenis-jenis kecelakaan kerja yang terjadi sangatlah beragam. Dimana jenis-
jenis inii perlu diketahui oleh perusahaan dan bahkan para tenaga kerja.
Sehingga dengan mengetahui tersebut dari pihak perusahaan maupun tenaga
kerja bisa berhati-hati ketika berada di tempat kerja.
Walaupun kecelakaan kerja bisa terjadi tiba-tiba, setidaknya dengan
mengetahui jenis-jenis ini pula para tenaga kerja bisa melakukan sikap
antisipasi sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja berkurang.
Berikut adalah jenis-jenis kecelakaan kerja yang umum terjadi di tempat
kerja,

1. Terjatuh atau terpeleset


Jenis kecelakaan kerja pertama yang umum terjadi adalah terjatuh atau
terpeleset.
Dimana penyebabnya adalah terdapat area yang tidak rata atau licin di
lingkungan tempat kerja. Sehingga pada area tersebut akan menyebabkan
resiko para tenaga kerja terjatuh atau terpeleset.
Selain area yang tidak rata, bekerja di lingkungan yang mengharuskan
pekerja berada di ketinggian memiliki resiko cukup besar untuk terjatuh.

2. Tertimpa objek
Cedera tertancap objek di lingkungaan kerja. Sumber: Unplash.com
Cedera tertancap objek di lingkungaan kerja. Sumber: Unplash.com
Walau jenis kecelakaan kerja ini memang sering terjadi di sebuah pabrik,
kecelakaan kerja berupa tertimpa objek bisa terjadi dimana saja.
Bahkan objek yang awalnya tidak membahayakan jatuh dari atas lemari bisa
menyebabkan cedera apabila terjadi tanpa adanya antisipasi sebelumnya.

3. Repetitive Strain Injuries


Kecelakaan kerja ini biasa terjadi bagi pekerja yang banyak menghabiskan
waktunya di depan komputer.
Penyebab dari kecelakaan ini adalah gerakan repetitif, kesalahan gerak atau
ketegangan otot yang terjadi terus menerus atau dalam jangka panjang.
Sehingga biasanya area cedera yang diakibatkan gerakan tersebut berada
pada area persendian.

4. Cedera otot
Kecelakaan kerja yang umum terjadi selanjutnya adalah cedera otot.
Kecelakaan ini kerap terjadi pada lingkungan kerja yang mengharuskan
pekerjanya membawa beban cukup berat.
Area yang sering mengalami cedera otot adalah area punggung dan juga
leher.

5. Menghirup gas beracun


Kecelakaan kerja ini rentan terjadi pada lingkungan kerja yang terdapat zat
kimia berbahaya bahkan beracun.
Gejala yang akan dialami dari menghirup gas beracun ini seperti alergi di
kulit atau mata, hingga keluhan medis seperti fibrosis paru.

6. Industrial deafness
Berada di lingkungan kerja dengan suara yang sangat bising, menjadi
taruhan bagi pekerja dalam kesehatan telinga mereka.
Efek yang bisa ditimbulkan dari kecelakaan kerja ini adalah para kerja yang
akan sering merasa stress dan emosi.

Jika tidak langsung ditangani stress yang ditimbulkan dari suara bising ini
bisa meningkatkan resiko terjadinya berbagai gangguan mental, seperti
kecemasan dan depresi.

Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja


Selain dengan mengetahui jenis kecelakaan kerja yang bisa saja terjadi
sebagai bentuk antisipasi terjadinya kecelakaan kerja, tetap diperluka upaya
pencegahan kecelakaan kerja.

Dimana kecelakaan kerja bisa dicegah dengan memperhatikan beberapa


faktor. Apa saja? berikut penjelasannya,

1. Faktor Lingkungan
Lingkungan kerja yang memiliki upaya pencegahan kecelakaan kerja jika
meliputi
Mematuhi prosedur dan aturan K3
Menyediakan sarana dan prasarana K3 serta pendukungnya
Melakukan pemantauan dan pengendalian kondisi atau tindakan tidak aman
di lingkungan kerja

2. Faktor Perlengkapan Kerja


Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja dengan Pelindung Diri. Sumber:
Unplash.com
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja dengan Pelindung Diri. Sumber:
Unplash.com
Faktor selanjutnya yang perlu diperhatikan untuk menjadi upaya pencegahan
kecelakaan kerja adalah dengan pengadaan perlengkapan kerja kepada
pekerja.
Seperti alat pelindung diri menjadi perlengkapan kerja yang harus terpenuhi
untuk para pekerja.
Alat pelindung diri tersebut bisa berupa kacamata, sarung tangan, pakaian
kerja dimana ukurannya dicocokan dengan penggunanya sehingga akan
memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi mereka.
3. Faktor Peralatan Kerja
Seluruh peralatan kerja yang disediakan perusahaan untuk pekerja haruslah
memenuhi ketentuan yang berlaku.
Sesuai dengan ketentuan K3 juga setiap peralatan yang ada wajib memiliki
Surat Izin Laik Operasi Alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SILO Alat
K3).
Dengan adanya SILO Alat K3 itu membuktikan bahwa setiap peralatan
tersebut bisa digunakan dengan baik karena sudah melalui tahapan
pemeriksaan dan pengujian.
Jika setiap peralatan tidak memenuhi ketentuan tersebut segala kecelakaan
kerja tidak bisa dicegah dan tidak terelakkan.
Terlebih di sebuah perusahaan pasti memiliki banyak peralatan dan mesin
listrik yang bisa saja menyebabkan kebakaran pada perusahaan tersebut.

4. Faktor Manusia
Tenaga kerja yang dilatih pendidikan K3. Sumber: unplash.com
Tenaga kerja yang dilatih pendidikan K3. Sumber: unplash.com
Terakhir faktor yang perlu diperhatikan untuk upaya pencegahan kecelakaan
kerja adalah manusianya atau tenaga kerja maupun pemilik perusahaan.
Pada faktor manusia ini bisa dengan melakukan pembinaan dan pengawasan
kepada tenaga kerja tersebut.
Seperti pembinaan dalam pelatihan dan pendidikan K3, konseling dan
konsultasi penerapan K3, serta pengembangan Sumber Daya ataupun
teknologi yang berkaitan dengan peningkatan penerapan K3.
Selain dengan pembinaan dan pengawasan, sebagai upaya pencegahan juga
bisa dengan memberlakukan peraturan kerja untuk menegakkan kedisiplinan
para pekerja.
Itulah keempat faktor yang bisa diperhatikan dalam upaya pencegahan
kecelakaan kerja.
Dan keempat faktor tersebut menjadi penutup artikel kami kali ini.
Semoga dengan informasi di atas bisa menjadi referensi para pengusaha
dalam membangun perusahaannya supaya kecelakaan kerja yang terjadi
terminimalisir.
Selain itu kami harap dengan informasi itu pula bisa menjadi antisipasi para
pekerja untuk terhindar dari kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.
Mengurangi kecelakaan kerja

1. Mengerti Kebijakan dan Ketentuan Perusahaan

Tips keselamatan kerja di pabrik pertama yang perlu Anda mengerti, baik
dalam sektor apa pun yaitu tentang kebijakan dan ketentuan yang telah
berlaku dan diputuskan termasuk dalam hal kesehatan dan keselamatan
kerja. Mengerti dengan benar dan pastikan apabila Anda memperoleh
keterangan secara detail tentang kebijakan dan ketentuan perusahaan itu.

2. Jangan Meremehkan Bahaya

Bekerja di luar ruangan maupun di dalam ruangan pabrik sama-sama


memiliki resiko. Perlengkapan safety yang disediakan oleh manajemen
bukan hanya sekedar pajangan saja namun wajib digunakan oleh semua
karyawannya.Jangan pernah merasa bahwa Anda berada di posisi paling
aman. Resiko kecelakaan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja.
Gunakan saja perlengkapan safety yang telah disediakan demi keselamatan
Anda.

3. Kenali Tempat Kerja Anda

Coba untuk mengetahui tempat kerja Anda, dan menerapkan safety tips di
tempat kerja, termasuk sistem produksi dan bagaimana cara yang tepat
dalam memakai alat-alat didalam pabrik.
4. Selalu Gunakan Perlengkapan Safety Sesuai Prosedur

Jangan pernah mengabaikan pesan keselamatan “Safety First”. Pakailah


perlengkapan keselamatan yang telah disediakan.Kecelakaan kerja bisa
menimpa Anda kapan saja, dimana saja, dan mengenai bagian tubuh mana
saja. Kenali resiko pekerjaan Anda dan gunakan perlengkapan safety yang
sesuai mulai dari safety helmet hingga safety shoes.Jika Anda adalah
seorang operator produksi di pabrik makanan, maka gunakan perlengkapan
safety disposable seperti hairnet dan sarung tangan untuk menjaga
kebersihan hasil produksi.
5. Mengikuti pelatihan professional mengenai keselamatan bekerja

Biasanya di setiap pabrik, mereka sudah menyediakan pelatihan rutin jika


terjadi sesuatu yang berbahaya di pabrik. Pastikan saat pelatihan kalian
benar-benar menyimak agar jika suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan,
kalian sudah tahu langkah evakuasinya seperti apa.

6. Komunikasikan dengan atasan jika ada yang tidak kalian mengerti

Selanjutnya jika kalian ingin mengerjakan suatu tugas dan kalian masih
belum terlalu mengerti bagaimana cara kerjanya tanyakan terlebih dahulu ke
atasan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi sesuatu yang fatal karena proses
pengerjaan yang salah.

7. Pahami dengan jelas prosedur keselamatan

Prosedur keselamatan juga merupakan hal yang wajib kalian perhatikan.


Dengan begitu kalian tahu dimana tempat evakuasi jika misal pabrik
kebakaran atau roboh.

Sekian tips tentang keselamatan kerja di pabrik dan usaha usaha untuk
meningkatkan kesehatan kerja. Pastinya setiap karyawan di dalamnya harus
menataati setiap prosedur yang telah ditetapkan guna
meminimalkan/mengurangi resiko kecelakaan kerja yang mungkin terjadi
D. Alat Pelindung Diri
A. Pengertian alat pelindung diri
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik
Indonesia No. PER.08/MEN/VII/2010). Alat Pelindung Diri (APD) adalah
seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk
melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan adanya
pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Suma’mur (1995) menunjukkan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemakaian alat pelindung diri, yaitu:
a. Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan
untuk menjamin bahwa alat pelindung diri akan memberikan
perlindungan sesuai dengan yang diharapkan. Semua alat pelindung diri
sebelum dipasarkan harus diuji lebih dahulu mutunya.
b. Pemeliharaan alat pelindung diri
Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai
dengan kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar
benar-benar dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin
pada tenaga kerja. Ukuran harus tepatAdapun untuk memberikan
perlindungan yang maksimum pada tenaga kerja, maka ukuran alat
pelindung diri harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan menimbulkan
gangguan pada pemakaiannya.
c. Cara pemakaian yang benar
Sekalipun alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini
tidak akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya
tidak benar. Tenaga kerja harus diberikan pengarahan tentang :
Manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan dengan potensi bahaya
yang ada:
1). Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan yang kuat
terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh
tenaga kerja
2) Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3) Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4) Bentuknya harus cukup menarik.
5) Alat pelindung tahan lama untuk pemakaian yang lama.
6) Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya,
yang dikarenakan bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam
penggunaanya.
7) Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8) Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris
pemakaiannya.
9) Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas, maka perlu diperhatikan pula


beberapa kriteria dalam pemilihan alat pelindung diri sebagai berikut
(Tarwaka,
2008):
Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif
kepada
pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi ditempat kerja.
b.Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai
dan tidak menjadi beban tambahan bagi pemakainya.
c.Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu
memakainya.
d.Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis
bahayanya
maupun kenyamanan dan pemakiannya.
e.Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
f. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta
gangguan
kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup lama.
g.Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda
peringatan.
h.Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia
dipasaran.
i. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
j. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan
dan sebagainya.
4. Jenis-jenis alat pelindung diri
Jenis-jenis alat pelindung diri berdasarkan fungsinya terdiri dari
beberapa
macam. Alat pelindung diri yang digunakan tenaga kerja sesuai dengan
bagian
tubuh yang dilindungi, antara lain:
a. Alat pelindung kepala
Digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar
dan
untuk melindungi kepala dari terbentur benda tajam atau keras, bahaya
kejatuhanbenda atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan
kimia korosif, panas
sinar matahari. Jenis alat pelindung kepala antara lain:
1) Tutup kepala
Berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas
atau dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan
api/korosi,
kulit dan kain tahan air.
2) Topi (hats/cap)
Berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran/debu atau
mesin yang berputar. Topi ini biasanya terbuat dari kain katun.
Topi (hats/cap)
b. Alat pelindung mata
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di
udara, gas
atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang
elektronik,
panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras.
benda atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia
korosif, panas
sinar matahari. Jenis alat pelindung kepala antara lain:
1) Tutup kepala
Berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas
atau dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan
api/korosi,
kulit dan kain tahan air.
2) Topi (hats/cap)
Berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran/debu atau
mesin yang berputar. Topi ini biasanya terbuat dari kain katun.
Gambar 1
Topi (hats/cap)
b. Alat pelindung mata
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di
udara, gas
atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang
elektronik,
panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras.
benda atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia
korosif, panas
sinar matahari. Jenis alat pelindung kepala antara lain:
1) Tutup kepala
Berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas
atau dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan
api/korosi,
kulit dan kain tahan air.
2) Topi (hats/cap)
Berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran/debu atau
mesin yang berputar. Topi ini biasanya terbuat dari kain katun.
Topi (hats/cap)
b. Alat pelindung mata
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di
udara, gas
atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang
elektronik,
panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras.
1) Kacamata (spectacles)
Berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan
radiasi gelombang elektromagnetik.
Kacamata (spectacles)
c. Alat pelindung telinga
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas yang
masuk kedalam telinga.
1) Sumbat telinga (ear plug)
Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan
sintetis.
Ear plug yang terbuat dari kapas, spon malam (wax) hanya dapat
digunakan untuk
sekali pakai (disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan dan
plastik yang
dicetak dapat digunakan berulang kali.
d. Alat pelindung pernafasan
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari
resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun,
korosi atau
yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap
suatu alat
pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi
tentang
potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja.
Secara umum, jenis alat pelindung pernafasan yang banyak digunakan
di
perusahaan-perusahaan antara lain :
1) Masker
Digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang
lebih
besar masuk ke dalam saluran pernafasan.
Masker
e. Alat pelindung tangan
Digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari dari benda
tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak
dengan arus
listrik. Sarung tangan terbuat karet untuk melindungi kontaminasi
terhadap bahan
kimia dan arus listrik; sarung tangan dari kain/katun untuk melindungi
kontak
dengan panas dan dingin.
f. Alat pelindung kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda
keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak
dengan arus
listrik.
g. Alat pelindung badan
Digunakan untuk melindungi bagian tubuh dari percikan api, suhu
panas
atau dingin, cairan bahan kimia. Pakaian pelindung dapat berbentuk
apron yang
menutupi sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai daerah dada sampai
lulut atau
overall yaitu menutupi suluruh bagian tubuh. Apron dapat terbuat dari
kain dril,
kulit, plastik PVC/polyethyline, karet, asbes atau kain yang dilapisi
alumunium.
Gambar 7
Alat pelindung badan
5. Prinsip Pemeliharaan Alat Pelindung Diri
Prinsip pemeliharaan alat pelindung diri dapat dilakukan dengan cara
(Tarwaka, 2008):
a. Penjemuran di panas matahari untuk menghilangkan bau dan
mencegah
timbulnya jamur dan bakteri.
b. Pencucian dengan air sabun untuk alat pelindung diri seperti safety
helm,
kacamata, ear plug yang terbuat dari karet, sarung tangan
kain/kulit/karet.
c. Penggantian catridge atau canister pada respirator setelah dipakai
beberapa
kali.
Agar alat pelindung diri tetap dapat digunakan secara baik, harus
disimpan
pada tempat penyimpanan yang bebas debu, kotoran, dan tidak terlalu
lembab
serta terhindar dari gigitan binatang. Penyimpanan harus diatur
sedemikian
rupa sehingga mudah diambil dan dijangkau oleh pekarja dan
diupayakan
disimpan di almari khusus pelindung alat pelindung diri.
6. Kecelakaan Akibat Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak
terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan,
lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan, oleh karena
peristiwa
kecelakaan disertai dengan kerugian material ataupun penderitaan dari
yang
paling ringan sampai yang paling berat (Suma’mur, 1995).
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa
kecelakaan
terjadi karena pekerjaan atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
Kerugian yang
dapat disebabkan oleh kecelakan akibat kerja dapat dibagi menjadi lima
jenis
kerugian antara lain:
a. Kerusakan
b. Kekacauan organisasi
c. Keluhan dan kesedihan
d. Kelainan dan cacat
e. Kematian
Penyebab kecelakaan akibat kerja dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Tindakan tidak aman dari manusia (Unsafety human act) misalnya
tidak mau
menggunakan alat keselamatan dalam bekerja, melepas alat pengaman
atau
bekerja sambil bergurau. Tindakan ini dapat mebahayakan dirinya atau
orang
lain di sekitarnya dan dapat berakhir dengan kecelakaan.
2) Kondisi tidak aman (Unsafe condition) yaitu kondisi di lingkungan
kerja baik
alat, material atau lingkungan yang tidak aman dan membahayakan.
Contohnya, lantai yang licin, tangga yang rusak dan patah, penerangan
yang
kurang baik, atau kebisingan yang melampaui batas aman yang
diperkenankan.
7. Penyakit Akibat Kerja
Dalam melakukan pekerjaan apapun dapat menimbulkan resiko
gangguan
kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut. Oleh
karena itu
penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Hal ini merupakan problem
bagi para
pekerja di berbagai sektor (Anies, 2005).
Faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit akibat kerja adalah
sebagai
berikut: (Waldron, 1990 ; Levy, 1988 ; Suma’mur, 1979 dalam Anies,
2005).
1. Golongan fisik, misalnya seperti suara yang dapat menyebabkan tuli,
radiasi,
suhu yang terlalu tinggi dan penerangan yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi, misalnya disebabkan oleh debu, uap, gas, larutan,
dan awan
atau kabut seperti racun serangga.
3. Golongan infeksi, misalnya yang disebabkan oleh bakteri, virus,
parasite,
maupun jamur.
4. Golongan fioslogis, misalnya disebabkan oleh kesalahan kontruksi
mesin, sikap
badan kurang baik, salah melakukan pekerjaan dan lain-lain.
5. Golongan mental-psikologis misalnya seperti stress psikologi dan
depresi.
E. Rambu rambu keselamatan dan kesehatan kerja

1. pengertian alat pelindung diri.


Rambu rambu K3 adalah tanda keselamatan dan kesehatan kerja yang
ditempatkan pada lokasi kerja ataupun laboraturium berguna sebagai
pengingat serta identifikasi untuk seluruh pelaksana kerja dari resiko,
kondisi maupun keamanan. Pemasangan rambu K3 sudah diatur pada UU
Nomor 1 Tahun 1970 Pasal 14 b dimana harus ditempatkan pada lokasi
yang mudah terlihat serta terbaca sesuai petunjuk dari ahli keselamatan
kerja.

Jadi secara langsung memang rambu yang dipasang dapat menjadi bahan
peringatan serta pengetahuan bagi orang banyak mengenai sesuatu
kondisi. Kemudian rambu rambu K3 akan terbagi kedalam beberapa jenis
dimana mempuyai warna berbeda beda. Dimulai dari warna merah dimana
berarti larangan, kuning peringatan/waspada, hijau pertolongan, biru wajib
di taati dan putih sebagai informasi umum.
Kemudian rambu rambu K3 juga dapat digunakan dengan spesifik sesuai
dengan lingkungan kerjanya. Misalnya rambu-rambu K3 proyek bentuk
maupun tulisannya akan berhubungan dengan pekerjaan. Berbeda halnya
dengan rambu rambu K3 listrik dimana berfokus pada tegangan listrik
saja. Bagian dari rambu meliputi gambar, tulisan serta simbol dimana
memiliki makna berbeda beda.

Disetiap rambu akan memiliki bentuk berbeda beda dimana dapat


dikelompokkan. Misalnya seperti tanda larangan dimana bentuknya sudah
jelas dengan lingkaran merah, berbeda halnya dengan tanda waspada
dimana berbentuk segitiga. Jadi tiap rambu memiliki ciri khas tersendiri
sehingga dapat dengan mudah dibedakan.
2.Simbol Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja
3. arti warna pada safety sign
1.Warna merah.
Warna merah digunakan untuk mengidentifikasi danger (bahaya), fire
(kebakaran), dan stop. Seringnya, warna merah digunakan pada rambu-
rambu keamanan yang bertujuan untuk mengidentifikasi bahan kimia
berwujud cair yang mudah terbakar, serta alat pemadam kebakaran.

2. Oranye
Warna oranye umumnya digunakan untuk menunjukkan peringatan
(warning) pada situasi bahaya dari peralatan atau mesin yang bersinergi
dan dapat berisiko menyebabkan seseorang cedera yang serius seperti
tergores, tertabrak, terpotong, tersetrum, atau luka lainnya bahkan hingga
mengalami kematian.
Umumnya, safety sign berwarna oranye dipasang di dekat alat kerja yang
berbahaya atau di bagian pintu mesin seperti pisau berputar, mesin gerinda,
atau benda tajam lainnya.

3. Kuning
Biasanya warna kuning digunakan untuk menunjukkan caution (waspada).
Garis hitam pada rambu keselamatan ini bertujuan untuk menarik perhatian
pekerja. Anda dapat menemukan safety sign dengan lambang warna
kuning di lokasi-lokasi yang rawan situasi berbahaya baik yang berpotensi
menyebabkan luka ringan atau sedang, seperti terpeleset, tersandung,
terjatuh, atau di dekat tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar.
Anda juga dapat menemukannya di dekat susuran tangga atau ruang
penyimpanan zat asam.

4. Hijau
Safety sign emergency atau keamanan (safety) menggunakan warna hijau.
Rambu keselamatan ini digunakan untuk menunjukkan tempat
penyimpanan peralatan keselamatan, peralatan P3K, MSDS (Material
Safety Data Sheet). Selain itu juga digunakan untuk instruksi-instruksi
umum mengenai praktik kerja secara aman. Anda dapat menemukan safety
sign berwarna hijau pada eye shower, eyewash, serta rute emergency exit.
5. Biru
Anda dapat menemukan safety sign berwarna biru yang bermakna notice
(perhatian). Rambu keselamatan ini digunakan untuk menunjukkan
informasi keselamatan yang bukan bahaya atau instruksi tindakan, seperti
kebijakan perusahaan atau penggunaan APD. Warna biru juga digunakan
untuk menandai peralatan yang tidak boleh digunakan, seperti rambu
perintah, pengendali listrik, perancah, dan lainnya.

6. Ungu
Anda dapat menemukan safety sign berwarna biru yang bermakna notice
(perhatian). Rambu keselamatan ini digunakan untuk menunjukkan
informasi keselamatan yang bukan bahaya atau instruksi tindakan, seperti
kebijakan perusahaan atau penggunaan APD. Warna biru juga digunakan
untuk menandai peralatan yang tidak boleh digunakan, seperti rambu
perintah, pengendali listrik, perancah, dan lainnya.

7. Hitam dan Putih


Kombinasi dua warna ini umumnya digunakan untuk menunjukkan lalu
lintas dan tanda untuk kerapihan (housekeeping). Contoh penggunaan
safety sign dengan warna hitam dan putih dapat Anda temui di jalan raya,
rambu penunjuk, dan anak tangga.

Setelah mengetahui arti warna pada safety sign di atas, dapat disimpulkan
bahwa perbedaan warna pada safety sign dapat membantu menentukan
klasifikasi bahaya di lingkungan kerja dan mengarahkan tindakan apa yang
harus dilakukan berdasarkan safety sign yang dilihat
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Keselamatan Kerja merupakan aspek paling penting pada
pekerjaan.

2. Penggunaan alat pelindung diri dapatmelindungi seluruh atau


sebagiantubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja,dan mengurangi resiko penyakit akibat
kecelakaan.

3. Pemadaman kebakaran dilakukan sesuai dengan jenis kebakaran


yang terjadi

Alat pemadam harus selalu diperiksa secara berkala


B. Saran
1. Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja
lebihmerasa aman dan nyaman.
2. Perusahaan dan pemerintah harus lebih lagi mensosialisasi-
kanprogram K3 untuk meningkatkan dukungan pekerja
terhadapprogram K3 yang nantinya juga meningkatkan komitmen
pekerjaterhadap perusahaan

Anda mungkin juga menyukai